BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pengungkapan risiko

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengungkapan risiko manajemen telah menjadi isu yang sangat menarik,
terutama setelah tingginya permintaan para investor dan pemegang saham
terhadap pengungkapan yang lebih transparan dalam laporan tahunan. Hal ini
membuat perusahaan-perusahaan melakukan perluasan terhadap wilayah
pengungkapannya
dalam
laporan
tahunan,
pengungkapan mengenai informasi-informasi
dengan
cara
membuat
bersifat nonkeuangan yang
dianggap lebih relevan dan transparan sebagai bentuk pertimbangan dalam
pengambilan keputusan.
Investor biasanya menggunakan laporan tahunan sebagai media
informasi
dalam
pengambilan
keputusan
investasinya.
Untuk
itu
pengungkapan informasi laporan tahunan sangat penting dilakukan guna
melindungi hak pemegang saham yang cenderung terabaikan akibat
terpisahnya pihak manajemen sebagai pengelola perusahaan dan pemegang
saham sebagai pemilik modal. Sehingga informasi yang disajikan harus dapat
dipahami, dipercaya, relevan, dan transparan.
Kegiatan investasi merupakan kegiatan yang memiliki risiko dan
ketidakpastian. Sehingga informasi
yang disajikan oleh perusahaan
diharapkan dapat mengurangi tingkat risiko dan ketidakpastian yang dihadapi
1
2
oleh investor. Dengan demikian penerapan risk manangement disclosure
yang memadai dalam perusahaan sangat diperlukan.
Manajemen risiko didefinisikan sebagai proses identifikasi, pengukuran,
dan kontrol keuangan dari sebuah risiko yang mengancam aset dan
penghasilan dari sebuah perusahaan atau proyek yang dapat menimbulkan
kerusakan atau kerugian pada perusahaan tersebut (Smith dalam anisa, 2012).
Perusahaan
biasanya
memiliki
proses
bisnis
yang kompleks
yang
mengakibatkan adanya risiko bisnis yang harus dihadapi perusahaan. Hal ini
mempertegas pentingnya penerapan manajemen risiko yang dapat diandalkan
dalam perusahaan. Perubahan teknologi dan globalisasi juga merupakan
tantangan bagi perusahaan dalam menjalankan sistem operasinya sehingga
penerapan sistem manajemen risiko yang baik dapat menjadi sebuah kekuatan
bagi pelaksanaan good corporate governance pada perusahaan.
Sistem corporate governance yang baik memberikan perlindungan
efektif kepada para pemegang saham dan pihak kreditur, sehingga mereka
bisa meyakinkan dirinya akan perolehan kembali investasinya dengan wajar
dan bernilai tinggi. Oleh karena itu, sistem tersebut harus juga membantu
menciptakan lingkungan yang kondusif terhadap pertumbuhan sektor usaha
yang efisien dan berkesinambungan.
Terdapat banyak variabel dari mekanisme corporate governance. Namun
didalam penelitian ini hanya akan membahas beberapa variabel dari
Mekanisme Corporate governance yang diduga berpengaruh terhadap risk
management disclosure, variabel tersebut diantaranya adalah komisaris
3
independen, ukuran dewan komisaris, keberadaan risks management
committee, reputasi auditor, dan komite audit.
Komisaris independen merupakan anggota komisaris yang berasal dari
luar perusahaan publik yang tidak mempunyai saham baik langsung maupun
tidak langsung, dan tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan perusahaan
publik, komisaris, direksi, atau pemegang saham utama, serta tidak pula
memiliki hubungan usaha baik langsung maupun tidak langsung yang
berkaitan dengan kegiatan usaha pada perusahaan publik tersebut
(BAPEPAM, Nomor Kep-29/PM/2004). Penelitian Desender dalam Meizaroh
dan Lucyanda (2011) menunjukan bahwa keberadaan komisaris independen,
berpengaruh pada tingkat pengungkapan manajemen risiko. Akan tetapi
penelitian tersebut bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari
(2013) yang menemukan bahwa komisaris independen tidak berpengaruh
pada pengungkapan manajemen risiko.
Ukuran dewan komisaris adalah jumlah anggota dewan komisaris yang
pas, sehingga dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Penelitian yang
dilakukan Ardiansyah (2012), menyatakan bahwa jumlah anggota dewan
yang besar dapat meningkatkan kualitas pengungkapan ERM (Enterprise Risk
Management). Akan tetapi penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian
yang dilakukan Meizaroh dan Lucyanda (2011), yang menyatakan bahwa
ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh pada pengungkapan ERM. Hal ini
terjadi karena semakin besar ukuran dewan maka semakin besar peluang
terjadinnya konflik internal sehingga mempengaruhi komunikasi dan
4
koordinasi serta mengurangi kemampuan dalam menjalankan tugas. Semakin
banyak anggota dewan komisaris maka akan menyulitkan dalam menjalankan
peran mereka, diantaranya kesulitan dalam berkomunikasi dan mengkoordinir
kerja dari masing-masing anggota dewan itu sendiri, kesulitan dalam
mengawasi dan mengendalikan tindakan dari manajemen, serta kesulitan
dalam mengambil keputusan yang berguna bagi perusahaan (Yermack dalam
Jao, R., dan Pagalung, G., 2011).
Faktor ketiga adalah keberadaan Risk Management Committee (RMC).
RMC bertanggung jawab untuk menentukan strategi manajemen risiko
organisasi, mengevaluasi operasi manajemen risiko organisasi, menilai
pelaporan keuangan organisasi dan memastikan organisasi ini sesuai dengan
hukum dan peraturan (COSO, 2004). Keberadaan RMC juga lebih
memungkinkan dewan komisaris untuk memahami profil risiko perusahaan
dengan lebih mendalam (Bates dan Leclerc dalam Meizaroh dan Lucyanda,
2011). Penelitian yang dilakukan oleh Sari (2013) menunjukkan bahwa
keberadaan RMC berpengaruh positif terhadap pengungkapan Enterprise
Risk Management. Akan tetapi penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian
yang dilakukan Jatiningrum dan Fauzi (2012) yang menemukan keberadaan
RMC
tidak
berpengaruh
terhadap
pengungkapan
Enterprise
Risk
Management.
Faktor keempat adalah reputasi auditor. Auditor merupakan kunci
mekanisme pengawasan eksternal dari sebuah organisasi, dan dalam beberapa
tahun ini menjadi pusat perhatian bagi manajemen risiko (Subramaniam, et
5
al., dalam Setyarini,2011). Auditor dengan reputasi baik seperti Big Four
cenderung untuk lebih memilih berhubungan dengan klien yang memiliki
nilai yang baik dalam komunitas bisnis, oleh karena itu auditor Big Four akan
mempengaruhi klien untuk bertindak sesuai dengan praktek terbaik (Carson
dalam Andarini, 2010). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
Prastiyo (2013), dan Syifa (2013) yang menunjukkan bahwa reputasi auditor
berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan ERM. Akan tetapi penelitian
tersebut tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Puspita Sari (2012)
yeng menemukan reputasi auditor tidak berpengaruh terhadap luas
pengungkapan ERM.
Komite Audit adalah komite yang dibentuk oleh Dewan Komisaris dalam
rangka membantu melaksanakan tugas dan fungsinya (BAPEPAM, Nomor
Kep-29/PM/2004). Antonia (2008) menemukan bahwa proporsi anggota
komite audit independen berpengaruh negatif terhadap earning management.
Artinya, semakin tinggi persentase anggota komite audit independen maka
semakin kecil risiko yang ada dalam perusahaan. Penelitian ini sesuai dengan
penelitian Pertiwi (2013) yang menemukan komite audit berpengaruh
terhadap pengungkapan manajemen. Akan tetapi penelitian tersebut tidak
sesuai dengan penelitian Permanasari (2012) yang menemukan komite audit
tidak berpengaruh terhadap pengungkapan,
Ningsaptiti (2010)
juga
menemukan tidak adanya pengaruh signifikan antara komite audit dan
manajemen laba. Artinya keberadaan komite audit belum mampu mengurangi
risiko yang terjadi di perusahaan.
6
Faktor keenam adalah konsentrasi kepemilikan, yaitu pemegang saham
mayoritas dengan kepemilikan saham terbesar. Konsentrasi kepemilikan
menggambarkan bagaimana dan siapa saja yang memegang kendali atas
keseluruhan atau sebagian besar atas kepemilikan perusahaan serta
keseluruhan atau sebagian besar pemegang kendali atas aktivitas bisnis pada
suatu perusahaan. Penelitian yang dilakukan Fathimiah (2012), Syifa (2013),
dan Sari (2013), menemukan bahwa konsentrasi kepemilikan berpengaruh
pada pengungkapan ERM. Hasil penelitian tersebut tidak konsisten dengan
penelitian
Tommy
(2008)
yang
menjunjukkan
bahwa
konsentrasi
kepemilikan tidak berpengaruh signifikan terhadap risiko perusahaan.
Dan faktor ketujuh adalah leverage. Leverage merupakan alat untuk
mengukur seberapa besar perusahaan tergantung pada kreditur dalam
membiayai aset perusahaan. Perusahaan yang mempunyai tingkat leverage
tinggi berarti sangat bergantung pada pinjaman luar untuk membiayai
asetnya, sehingga perusahaan tersebut menghadapi resiko yang lebih tinggi
(Purnasiwi, 2011). Penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang
dilakukan Prastiyo (2013) yang menemukan perusahaan dengan rasio
leverage yang tinggi akan mengungkapkan lebih banyak informasi, karena
biaya keagenan perusahaan dengan struktur modal seperti itu lebih tinggi.
Akan tetapi penelitian tersebut tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Syfa (2013) yang menunjukkan bahwa leverage tidak berhubungan
secara signifikan dengan pengungkapan Enterprise Risk Management.
7
Semakin tinggi aktivitas usaha, maka semakin tinggi risiko yang dihadapi
perusahaan. Untuk menghadapi risiko tersebut diperlukan penerapan risk
management disclosure yang baik dalam perusahaan.
Berdasarkan penjelasan diatas dan beberapa temuan dari penelitian
terdahulu, maka peneliti tertarik untuk meneliti kembali dengan judul
“ANALISIS
PENGARUH
MEKANISME
CORPORATE
GOVERNANCE, KONSENTRASI KEPEMILIKAN, DAN LEVERAGE
TERHADAP RISK MANAGEMENT DISCLOSURE”. Penelitian ini
merupakan replikasi dari penelitian Meizaroh & Jurica Lucyanda (2011) yang
berjudul, “Pengaruh Corporate Governace dan Konsentrasi Kepemilikan
pada Pengungkapan Enterprise Risk Management”. Adapun perbedaan
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah terletak pada penambahan
2 variable independen yaitu variabel leverage, dan komite audit. Penelitian ini
juga mengubah periode sampel dari tahun 2009, menjadi tahun 2010-2012.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam
penelitian adalah:
1.
Apakah komisaris independen berpengaruh positif terhadap Risk
Management Disclosure?
2.
Apakah ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap Risk
Management Disclosure?
8
3.
Apakah keberadaan Risk Management Committee (RCM) berpengaruh
positif terhadap Risk Management Disclosure?
4.
Apakah reputasi auditor berpengaruh positif terhadap Risk Management
Disclosure?
5.
Apakah komite audit berpengaruh positif terhadap Risk Management
Disclosure?
6.
Apakah konsentrasi kepemilikan berpengaruh positif terhadap Risk
Management Disclosure?
7.
Apakah leverage berpengaruh positif terhadap Risk Management
Disclosure?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dalam penelitian
adalah sebagai berikut:
1. Untuk menguji apakah komisaris independen berpengaruh positif
terhadap Risk Management Disclosure.
2. Untuk menguji apakah ukuran dewan komisaris berpengaruh positif
terhadap Risk Management Disclosure.
3. Untuk menguji apakah keberadaan Risk Management Committee (RCM)
berpengaruh positif terhadap Risk Management Disclosure.
4. Untuk menguji apakah reputasi auditor berpengaruh positif terhadap Risk
Management Disclosure.
9
5. Untuk menguji apakah komite audit berpengaruh positif terhadap Risk
Management Disclosure.
6. Untuk menguji apakah konsentrasi kepemilikan berpengaruh positif
terhadap Risk Management Disclosure.
7. Untuk menguji apakah leverage berpengaruh positif terhadap Risk
Management Disclosure?
D. Manfaat Penelitian
1.
Manfaat dalam bidang teoritis.
a.
Penelitian dapat memberikan pengetahuan tentang faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap risk management disclosure pada perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonensia.
b.
Penelitian dapat menambah referensi bagi penelitian di masa datang
dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan, khususnya
berkaitan dengan penerapan risk management disclosure perusahaan.
2.
Manfaat dalam bidang praktis.
a.
Penelitian dapat memberikan dasar pertimbangan bagi manajer
perusahaan sebelum mengambil keputusan agar terhindar dari risikorisiko kecurangan dalam pelaporan keuangan.
b.
Penelitian dapat memberikan pertimbangan bagi perusahaan untuk
lebih mengetahui arti pentingnya penerapan risk management
disclosure
dan
memperkuat
struktur
pelaksanaan
corporate
10
governance mengingat pentingnya penerapan good corporate
governance pada perusahaan.
c.
Penelitian dijadikan sebagai bahan dasar pertimbangan bagi kreditur
untuk
melakukan
analisis
kesanggupan
menghadapi risiko-risiko yang akan terjadi.
perusahaan
dalam
Download