III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Perilaku Konsumen Pada saat ini masyarakat sudah memiliki pendidikan yang lebih baik, informasi lebih mudah untuk diperoleh dan tersedia lebih banyak pilihan produk jika dibandingkan beberapa tahun yang lalu. Seorang konsumen harus dapat dipuaskan agar menjadi pelanggan yang setia. Untuk dapat memuaskan konsumen, produsen harus dapat menciptakan produk yang dapat memenuhi harapan konsumen atas biaya yang telah dikeluarkannya. Produsen harus dapat memahami kebutuhan, keinginan, persepsi, prefrensi, gaya hidup, motivasi dan perilaku pembelian konsumen. Hawkins (1998) dalam Sudarmiatin (2009) mengemukakan bahwa perilaku konsumen (consumer behavior) adalah studi terhadap individu, kelompok atau organisasi dan proses yang mereka gunakan untuk memilih, mengamankan, menggunakan dan menentukan produk, service, pengalaman atau ide untuk memuaskan kebutuhan dan dampak proses tersebut pada konsumen atau masyarakat. AMA (American Marketing Association) dalam Supranto (2011) mendefenisikan perilaku konsumen adalah merupakan interaksi dinamis antara kognisi, afeksi, perilaku dan lingkungannya dimana manusia melakukan kegiatan pertukaran dalam hidup mereka. Defenisi tersebut memuat 3 hal penting yaitu: 1) Perilaku konsumen bersifat dinamis, sehingga susah ditebak/diramalkan. 2) Melibatkan interaksi: kognisi, afeksi, perilaku dan kejadian disekitar/lingkungan konsumen 3) Melibatkan pertukaran, seperti menukar barang milik penjual dengan uang milik pembeli. Menurut Engel et.al (1994), perilaku konsumen adalah segala tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini. Perilaku konsumen dapat dirumuskan sebagai perilaku yang ditunjukkan oleh orang-orang dalam hal merencanakan, membeli, dan menggunakan barangbarang ekonomi dan jasa – jasa. Mengingat bahwa sebagian besar hidup kita mengkonsumsi produk – produk ekonomi seperti bahan sandang, bahan pangan, kosmetik, rekreasi, dan peralatan maka dapat dikatakan bahwa perilaku konsumen merupakan suatu bagan integral dari perilaku manusia dan ia tidak dapat dipisahkan dari padanya, kecuali melalui cara yang bersifat arbitrer dan yang mengandung pembedaan-pembedaan yang tidak ada artinya (Winardi, 1991).8 Secara sederhana, studi perilaku konsumen menurut Schiffman dan Kanuk (1994) dalam Kartika (2008) adalah bagaimana konsumen membuat keputusan dalam mengalokasikan sumberdayanya akan barang konsumsi meliputi hal-hal sebagai berikut: apa yang dibeli konsumen, mengapa konsumen membelinya, kapan mereka membelinya, dimana mereka membelinya, seberapa sering mereka membelinya, dan seberapa sering menggunakannya. Memahami perilaku konsumen tidak mudah. Perilaku konsumen mudah berubah seiring berjalannya waktu. Oleh sebab itu studi perilaku konsumen harus rutin dilaksanakan. Beberapa alasan pentingnya mempelajari Perilaku Konsumen adalah,9 1) Analisis konsumen sebagai dasar manajemen pemasaran. Analisis ini akan membantu para manajer untuk : a. Mendesain bauran pemasaran. b. Mensegmen pasar bisnis. c. Memposisikan dan mendirensiasikan produk. d. Melaksanakan analisis lingkungan. e. Mengembangkan studi riset pasar. 2) Perilaku konsumen harus memainkan peranan yang penting dalam pengembangan kebijakan publik. 3) Studi perilaku konsumen akan memungkinkan seseorang menjadi konsumen yang lebih efektif. 4) Analisis konsumen memberikan pengetahuan menyeluruh tentang perilaku manusia. 5) Studi perilaku konsumen juga memberikan tiga jenis informasi: 8 9 16 http://www.skripsi-tesis.com/06/15/analisis-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-minat-danperilaku-membeli-konsumen-studi-kasus-pada-pt-ultrajaya-pdf-doc.htm. [1 Mei 2011] http://moebarak.wordpress.com/2008/10/01/bahan-kuliah-perilaku-konsumen. [1 Mei 2011] a. Orientasi konsumen. b. Fakta-fakta tentang perilaku manusia. c. Teori-teori yang menjadi pedoman proses pemikiran. Studi perilaku konsumen selanjutnya dapat menjadi dasar dalam membuat strategi pemasaran, sebab masing-masing unsur dari strategi pemasaran memerlukan masukan dari penelitian konsumen. Hubungan antara perilaku konsumen dengan strategi pemasaran digambarkan dalam model perilaku pengambilan keputusan pembelian dan faktorfaktor yang mempengaruhinya seperti dapat dilihat pada Gambar 1. Pengaruh Lingkungan Budaya Kelas social Pengaruh pribadi Keluarga Situasi Perbedaan Individu Sumber Daya Konsumen Motivasi dan Keterlibatan Pengetahuan Sikap Kepribadian, Gaya Hidup, Demografi Proses Keputusan Pengenalan Kebutuhan Pencarian Informasi Evaluasi Alternatif Pembelian Hasil Proses Psikologis Pengolahan Informasi Pembelajaran Perubahan sikap/perilaku Strategi Pemasaran Strategi Produk Strategi Harga Strategi Promosi Strategi Distribusi Gambar 1. Model Perilaku Pengambilan Keputusan Konsumen dan FaktorFaktor yang Mempengaruhinya (Engel et.al 1994) 17 3.1.2. Kepuasan Konsumen Dalam era globalisasi ini persaingan bisnis menjadi semakin besar, baik di pasar domestik (nasional) maupun di pasar internasional/global. Untuk memenangkan persaingan, perusahaan harus mampu memberikan kepuasan kepada pelanggannya, misalnya dengan memberikan produk yang mutunya lebih baik, harganya lebih murah, penyerahan produk lebih cepat dan pelayanan yang lebih baik dari pesaingnya. Produk dengan mutu jelek, harga yang mahal, penyerahan produk yang lambat dapat membuat konsumen tidak puas. Pelanggan harus dipuaskan, sebab jika pelanggan tidak dipuaskan pelanggan tersebut akan beralih menjadi pelanggan pesaing (Supranto 2006). Kepuasan konsumen adalah suatu keadaan dimana keinginan, harapan dan kebutuhan konsumen dipenuhi. Suatu pelayanan dinilai memuaskan bila pelayanan tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan. Kepuasan pelanggan merupakan suatu tingkatan dimana kebutuhan, keinginan dan harapan dari pelenggan dapat terpenihi yang akan mengakibatkan terjadinya pembelian ulang atau kesetiaan yang berlanjut (Band 1991) dalam Musanto (2004). Menurut Kotler (1997) Kepuasan konsumen adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap kinerja (hasil) suatu produk dengan harapannya. Dengan kebutuhan, keinginan dan harapan dari konsumen dapat terpenuhi yang dapat mengakibatkan terjadinya pembelian ulang atau kesetiaan yang berlanjut. Oliver (1980) dalam Supranto (2006) mengemukakan bahwa kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja/hasil yang dirasakannya dengan harapannya. Sehingga, tingkat kepuasan merupakan perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan. 1. Jika nilai harapan = nilai persepsi, maka konsumen puas. 2. Jika nilai harapan < nilai persepsi, maka konsumen sangat puas. 3. Jika nilai harapan > nilai persepsi, maka konsumen tidak puas. Harapan pelanggan dapat dibentuk oleh pengalaman masa lampau, komentar dari kerabatnya serta janji dan informasi pemasar dan saingannya. Pelanggan yang puas akan setia lebih lama, kurang sensitif terhadap harga dan memberi komentar yang baik tentang perusahaan. 18 Menurut Tjiptono (1996) kepuasan atau ketidakpuasan konsumen adalah respon konsumen terhadap evolusi ketidaksesuaian (discinfirmation) yang dirasakan antara harapan sebelumnya dan kinerja aktual produk yang dirasakan bahwa pada persaingan yang semakin ketat ini, semakin banyak produsen yang terlibat dalam pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen sehingga hal ini menyebabkan setiap badan usaha harus menempatkan orientasi pada kepuasan konsumen sebagai tujuan utama, antara lain dengan semakin banyaknya badan usaha yang menyatakan komitmen terhadap kepuasan konsumen dalam pernyataan misi, iklan. Menurut Engel (1994), kepuasan pelanggan merupakan evaluasi purna beli di mana alternatif yang dipilih sekurang-kurangnya memberikan hasil (outcome) sama atau melampaui harapan pelanggan, sedangkan ketidakpuasan pelanggan timbul apabila hasil yang diperoleh tidak memenuhi harapan pelanggan. Setelah mengkonsumsi suatu produk atau jasa, konsumen akan memiliki perasaan puas atau tidak puas terhadap produk atau jasa yang dikonsumsinya. Kepuasan akan mendorong konsumen untuk membeli dan mengkonsumsi ulang produk tersebut Sebaliknya perasaan tidak puas akan menyebabkan konsumen kecewa dan menghentikan pembelian kembali dan konsumsi produk tersebut (Sumarwan 2011). Kepuasan pelanggan merupakan hal yang sangat penting untuk mencapai keberhasilan dari suatu perusahaan. Apabila produk atau layanan yang diberikan oleh perusahaan dapat memenuhi semua kebutuhan dan persyaratan dari pelanggan maka timbul perasaan puas dalam diri pelanggan. Timbulnya rasa puas dalam diri pelanggan tersebut kemudian akan mempengaruhi sikap pelanggan. Selanjutnya, sikap yang dihasilkan ini akan mempengaruhi pengambilan keputusan pelanggan yang bersangkutan dalam pembelian ulang dan akan mempengaruhi calon pelanggan lain. Produk jasa berkualitas mempunyai peranan penting untuk membentuk kepuasan pelanggan. Semakin berkualitas produk dan jasa yang diberikan, maka kepuasan yang dirasakan oleh pelanggan semakin tinggi. Bila kepuasan pelanggan semakin tinggi, maka dapat menimbulkan keuntungan bagi badan usaha tersebut. Pelanggan yang puas akan terus melakukan pembelian pada badan usaha tersebut. 19 Demikian pula sebaliknya jika tanpa ada kepuasan, dapat mengakibatkan pelanggan pindah pada produk lain. Untuk menciptakan kepuasan pelanggan suatu perusahaan harus dapat memenuhi kebutuhan- kebutuhan konsumen yang dianggap paling penting yang disebut “The Big Eight factors“ yang secara umum dikelompokkan menjadi tiga kategori sebagai berikut (Hannah and Karp 1991) dalam Musanto (2004): A. Faktor-faktor yang berhubungan dengan produk: o Kualitas produk, yaitu merupakan mutu dari semua komponen-komponen yang membentuk produk. Sehingga produk tersebut mempunyai nilai tambah. o Hubungan antara nilai sampai pada harga, yaitu merupakan hubungan antara harga dan nilai produk yang ditentukan oleh perbedaan antara nilai yang diterima oleh pelanggan dengan harga yang dibayar oleh pelanggan terhadap suatu produk. o Bentuk produk. Bentuk produk merupakan komponen-komponen fisik dari suatu produk yang menghasilkan suatu manfaat. o Keandalan. Keandalan merupakan kemampuan dari suatu perusahaan untuk menghasilkan produk sesuai dengan apa yang dijanjikan oleh perusahaan. B. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pelayanan: o Jaminan. Jaminan merupakan suatu jaminan yang ditawarkan oleh perusahaan untuk pengembalian harga pembelian atau mengadakan perbaikan terhadap produk yang rusak setelah pembelian. o Respon dan cara pemecahan masalah. Respon dan cara pemecahan masalah merupakan sikap dari karyawan dalam menanggapi keluhan serta masalah yang dihadapi oleh pelanggan. C. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pembelian: o Pengalaman karyawan. Pengalaman karyawan merupakan semua hubungan antara pelanggan dengan karyawan khususnya dalam hal komunikasi yang berhubungan dengan pembelian. o Kemudahan dan kenyamanan. Kemudahan dan kenyamanan merupakan segala kemudahan dan kenyamanan yang diberikan oleh perusahaan terhadap produk yang dihasilkannya. 20 Menurut Kotler (1997) Konsumen yang terpuaskan akan menjadi pelanggan, mereka akan: 1. Melakukan pembelian ulang. 2. Mengatakan hal-hal yang baik tentang perusahaan kepada orang lain. 3. Kurang memperhatikan merek ataupun iklan produk pesaing. 4. Membeli produk yang lain dari perusahaan yang sama. Meskipun timbul banyak kesulitan dalam pengukuran kepuasan konsumen, namun kepuasan konsumen dapat diukur. Pada hakikatnya pengukuran kepuasan pelanggan menyangkut penentuan 3 faktor yaitu (Supranto 2006): 1. Pilihan tentang ukuran kinerja yang tepat. 2. Proses pengukuran secara normatif. 3. Instrumen dan teknik pengukuran yang dipergunakan untuk menciptakan suatu indikator. Pada saat ini dikenal jenis ukuran kinerja yakni sebagai berikut: 1. Ukuran kinerja deskriptif yang menyediakan wawasan tentang operasi suatu sistem tanpa menilai kualitas dari operasi itu. 2. Ukuran kinerja evaluatif menyediakan suatu norma atau ukuran yang dipergunakan sebagai pedoman untuk menilai situasi yang sebenarnya. 3. Ukuran kinerja ekonomis merupakan bagian kinerja evaluatif yang berlandaskan norma ekonomis. Proses pengukuran kepuasan konsumen dimulai dari penentuan siapa yang menjadi pelanggan, kemudian dipantau dari tingkat kualitas yang diinginkan dan akhirnya formulasi strategi. Disini dianalisis pula bagaimana posisi pesaing dan kemampuan kita. Artinya apakah pimpinan sudah memperhatikan hal-hal yang dianggap penting oleh pelanggan, sehingga dapat memuaskan. Kalau kinerja (pelaksanaan) dinilai bagus/baik berarti dapat memuaskan. Untuk pemilihan dan penggunaan instrumen pengukuran harus mencerminkan masalah yang diselidiki Menurut Kotler (1997) ada empat metode yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk mengetahui tingkat kepuasan konsumen yaitu: a. Sistem keluhan dan saran Perusahaan yang berfokus pada pelanggan akan mempermudah pelanggannya untuk memberikan saran dan keluhan. Untuk mengidentifikasikan masalah maka 21 perusahaan harus mengumpulkan informasi langsung dari konsumen dengan cara menyediakan kotak saran. Informasi yang terkumpul menjadi masukan bagi perusahaan. Informasi mengenai keluhan pelanggan juga dapat diperoleh melalui berbagai cara diantaranya seperti formulir keluhan pelanggan, nomor bebas pulsa dan sebagian perusahaan juga menambahkan situs dan email untuk memperlancar komunikasi antara perusahaan dengan konsumennya. b. Survei Kepuasan Konsumen Cara yang efektif untuk memahami tingkat kepuasan pelanggan adalah dengan memahami tingkat kepuasan pelanggan melalui survey langsung kepada pelanggan secara periodik. Survei kepuasan konsumen dapat dilakukan dengan cara survei melalui pos surat, telephone, maupun wawancara pribadi. Dengan metode ini perusahaan dapat menciptakan komunikasi 2 arah dan menunjukkan perhatiannya kepada konsumen. Melalui survey, perusahaan juga mencari tahu pandangan pelanggan mengenai kinerja pesaing. Manfaat lainnya yaitu untuk mengukur kesediaan konsumen merekomendasikan perusahaan dan merek tertentu kepada orang lain. Metode ini merupakan salah satu metode yang memerlukan biaya besar dan waktu yang cukup banyak akan tetapi apabila dilakukan dengan benar dapat memberikan hasil yang baik. Survey dapat dilakukan secara internal atau menyewa agen-agen eksternal. c. Ghost Shopping Metode ini digunakan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan perusahaan pesaing dan membandingkannya dengan perusahaan yang bersangkutan. Informasi mengenai kekuatan dan kelemahan suatu perusahaan dan pesingnya dapat diperoleh dari orang lain yang disewa untuk bertindak sebagai pelanggan yang disebut pembeli misteri (mysteri shopper). Pelanggan misteri ini juga dapat menguji apakah karyawan perusahaan tersebut dapat mengatasi situasi dengan baik misalnya dengan mengajukan keluhan, bukan hanya menyewa pembeli misteri. Manajer perusahaan tersebut juga perlu mengetahui secara langsung bagaimana karyawan dan pesaingnya menangani perusahaan. d. Analisis kehilangan konsumen Tingkat kehilangan konsumen menunjukkan kegagalan perusahaan dalam memuaskan konsumennya. Perusahaan seharusnya menganalisa dan memahami 22 mengapa konsumen tersebut berhenti mengkonsumsi produk kita. Pelanggan yang berhenti membeli atau beralih ke pesaing dapat memberi informasi mengenai penyebab terjadinya hal tersebut dan apa saja kelebihan-kelebihan dari pesaing. Kenaikan tingkat kehilangan pelanggan menunjukkan bahwa perusahaan gagal memuaskan pelanggan. Menurut Tjiptono (1997), metode yang dapat digunakan untuk mengukur kepuasan konsumen dapat dengan cara: a. Pengukuran dapat dilakukan secara langsung dengan pertanyaan Dalam pengukuran ini dilakukan secara langsung dengan pertanyaan seperti "ungkapkan seberapa puas Saudara terhadap pelayanan PT. X pada skala: sangat tidak puas, tidak puas, netral, puas, sangat puas" dan ketidakpuasan yang dirasakan (derived dissatisfaction), pertanyaan yang diajukan menyangkut dua hal utama, yakni besarnya harapan pelanggan terhadap atribut tertentu dan besarnya kinerja yang mereka rasakan. b. Analisis Masalah Responden diberi pertanyaan mengenai seberapa besar mereka mengharapkan suatu atribut tertentu dan seberapa besar yang dirasakan. Responden diminta untuk menuliskan masalah yang mereka hadapi berkaitan dengan penawaran dari perusahan dan juga diminta untuk menuliskan masalah-masalah yang mereka hadapi berkaitan dengan penawaran dari perusahan dan juga diminta untuk menuliskan perbaikan yang mereka sarankan. Responden dapat diminta untuk meranking berbagai elemen dari penawaran berdasarkan derajat pentingnya setiap elemen dan seberapa baik kinerja perusahan dalam masing-masing elemen. Untuk menciptakan kepuasan pelanggan, perusahaan harus menciptakan dan mengelola suatu sistem untuk memperoleh pelanggan yang lebih banyak dan kemampuan untuk mempertahankan pelanggannya. Mengingat pentingnya nilai dan kepuasan pelanggan, maka dikenal konsep rantai nilai (value chain). Michael Porter (1985) dalam Supranto (2006) mengusulkan rantai nilai sebagai cara perusahaan untuk menemukan lebih banyak nilai pelanggan. Setiap perusahaan terdiri dari kegiatan untuk merancang, menghasilkan, memasarkan dan mendukung produk yang dihasilkannya. Rantai nilai menemukan sembilan kegiatan penting strategis yang menciptakan nilai dan biaya dalam usaha tertentu. 23 Kesembilan kegiatan penciptaan nilai tersebut terdiri dari lima kegiatan utama dan empat kegiatan penunjang. Kegiatan utama terdiri dari urutan membawa bahan baku ke perusahaan, melakukan operasi, mengirimkannya, memasarkannya serta melayani. Kegiatan penunjang terjadi di seluruh kegiatan utama. Sehingga, pengadaan barang/jasa adalah pembelian berbagai masukan untuk setiap kegiatan utama dan hanya sebagaian yang ditangani oleh bagian pembelian. Pengembangan teknologi terjadi pada setiap kegiatan utama dan hanya sebagian yang ditangani oleh bagian penelitian dan pengembangan. Manajemen sumberdaya manusia terjadi di semua bagian. Infrastruktur perusahaan terdiri dari manajemen umum, perencanaan, keuangan, akunting, hukum, hubungan pemerintah yang ditanggung bersama oleh semua kegiatan utama serta kegiatan pendukung. Perusahaan perlu memeriksa biaya dan kinerjanya dalam setiap kegiatan penciptaan nilai dan mencari cara memperbaikinya. Selain itu pula, perusahaan perlu mengamati kinerja pesaingnya, guna mengukur dirinya. Selama perusahaan dapat melakukan kegiatan tertentu lebih baik dari pesaingnya, maka perusahaan akan memiliki keunggulan bersaing. Menurut Berry dan Pasuraman (1985) dalam Supranto (2006) untuk mempertahankan pelanggan terdapat beberapa pendekatan yang dapat digunakan oleh perusahaan, yakni: 1. Pendekatan I adalah memberikan keuntungan finansial bagi pelanggan. 2. Pendekatan II adalah meningkatkan ikatan sosial antara perusahaan dengan pelanggan dengan cara mempelajari kebutuhan masing-masing pelanggan serta memberikan pelayanan yang lebih pribadi sifatnya. 3. Pendekatan III adalah ikatan struktural. Pemasaran yang didasarkan pada hubungan dengan pelanggan merupakan kunci dalam mempertahankan pelanggan dan mencakup pemberian keuntungan finansial serta sosial disamping ikatan struktural dengan pelanggan. Perusahaan harus memutuskan seberapa banyak pemasaran berdasarkan hubungan harus dilakukan pada masing-masing segmen pasar dan pelanggan, dari tingkat pemasaran biasa, reaktif, bertanggung jawab, proaktif sampai kemitraan penuh. 24 3.1.3. Karakteristik Konsumen Berdasarkan Undang-Undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yang mulai berlaku satu bulan sejak pengundangannya, yaitu 20 April 1999. Pasal 1 butir 2 mendefinisikan konsumen sebagai setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingaan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun mahluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mendefinisikan konsumen sebagai pemakai barang atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, bagi keperluan diri sendiri atau keluarganya atau orang lain dan tidak untuk diperdagangkan kembali. Mengenal karakteristik konsumen sangat perlu agar dapat menyadari serta menilai kebiasaan-kebiasaan yang baik dan yang buruk dalam berkonsumsi sehingga dapat mempertimbangkan cara yang tepat dalam berkonsumsi barang atau jasa. Karakteristik konsumen dapat mempengaruhi pilihan konsumen terhadap produk maupun merek yang akan dibeli. Menurut Supranto (2011), karakteristik konsumen berguna untuk mengetahui sebuah segmentasi pasar. Karakteristik konsumen meliputi pengetahuan dan pengalaman konsumen, kepribadian konsumen dan karakteristik demografi konsumen. Konsumen yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang banyak mengenai produk mungkin tidak termotivasi untuk mencari informasi karena ia merasa cukup dengan pengetahuannya untuk mengambil keputusan. Konsumen yang memiliki kepribadian sebagian senang mencari info yang lebih banyak. Pendidikan adalah salah satu karakteristik demografi yang penting. Konsumen yang berpendidikan tinggi akan lebih senang untuk mencari informasi yang banyak mengenai suatu produk sebelum ia memutuskan untuk membeli. Engel, Blackwell, dan Miniard (1994) membagi beberapa karakteristik konsumen, yang dapat mempengaruhi sikap dan persepsi terhadap proses penilaian performance sebagai berikut: 1) Karakteristik Demografi Beberapa karakteristik yang penting untuk memahami konsumen adalah usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, pendapatan, status pernikahan dan lokasi 25 geografi (Engel et al. 1994). Suatu perusahaan yang mengerti karakteristik pelanggan inti dengan variabel demografi seperti jenis kelamin, usia, pendidikan akhir, pekerjaan, status, pendapatan per bulan dan tempat tinggal akan dapat memaksimumkan daya tariknya melalui produk dan bauran pelayanannya. Semua variabel tersebut sangat penting dalam menentukan pilihan terhadap suatu produk. Memahami usia konsumen adalah penting karena konsumen yang berbeda usia akan mengkonsumsi produk atau jasa yang berbeda. Perbedaan usia yang akan mengakibatkan perbedaan selera dan kesukaan terhadap produk ataupun merek. Lokasi tempat tinggal akan berpengaruh pada kemudahan mendapatkan produk. Konsumen yang tinggal di perkotaan akan lebih mudah mendapatkan kebutuhannya dibandingkan dengan konsumen yang tinggal di pedesaan. Para pemasar harus memahami dimana konsumen tinggal agar ia dapat fokus kemana akan memasarkan produknya. Pendapatan konsumen akan menggambarkan banyaknya produk dan jasa yang bisa dibeli dan dikonsumsi oleh seorang konsumen dan seluruh anggota keluarga. 2) Karakteristik Psikografi Karakteristik psikografi merupakan karakteristik konsumen berdasarkan profil gaya hidup sebagian besar para pemakai. Hal tersebut dilakukan dengan mengadaptasi bauran produk dan jasa restoran yang bersangkutan sesuai dengan aktivitas, minat, dan opini kelompok pelanggan. 3.1.4. Atribut Produk Atribut merupakan unsur-unsur produk yang dianggap penting oleh konsumen yang dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan. Suatu produk pada dasarnya terdiri dari sekumpulan atribut yang menggambarkan ciri dari produk tersebut. Produk merupakan penawaran nyata yang dilakukan perusahaan kepada konsumen dalam pasar sasaran baik dalam bentuk fisik maupun jasa. Dalam pemasaran, defenisi produk adalah segala sesuatu yang bisa ditawarkan kepasar dan dapat memenuhi kebutuhan konsumen (Wasini 2009). Menurut Engel et all (1994), dalam mengevaluasi atribut produk, ada dua sasaran pengukuran yang penting yaitu (1) mengidentifikasi kriteria evaluasi yang mencolok dan (2) memperkirakan kepentingan relatif dari masing-masing atribut produk. 26 3.1.5. Bauran Pemasaran Agar dapat memenangkan persaingan binsis, perusahaan harus mampu memberikan nilai (value) yang lebih kepada konsumen dibandingkan dengan pesaingnya. Nilai konsumen (customer value) merupakan perbedaan antara semua manfaat (keuntungan) yang diperoleh dari suatu produk secara menyeluruh (a total product) dan semua biaya yang diperlukan untuk mendapatkan manfaat tersebut. Strategi pemasaran berusaha mencari untuk memberikan kepada konsumen nilai lebih dibandingkan dengan pesaingnya, namun masih dapat mendatangkan laba/keuntungan. Strategi pemasaran dirumuskan berdasarkan bauran pemasaran (marketing mix) yang mencakup produk, harga, promosi dan distribusi (Supranto 2011). 1. Produk Produk adalah apa saja yang dibutuhkan dan diinginkan seorang konsumen untuk memenuhi kebutuhan yang dipersepsikan (Supranto 2011). Variabelvariabel pemasaran produk mencakup keragaman produk, kualitas, rancangan (desain), bentuk, merek, kemasan, ukuran, pelayanan, garansi, imbalan, dan sebagainya. Pada penelitian ini variabel atribut produk yang diteliti antara lain; rasa, aroma, variasi pilihan rasa, volume, desain kemasan, kesegaran, kandungan gizi, kekentalan, informasi pada produk, merek, kepraktisan, warna produk, higienitas, jumlah kandungan bahan pengawet, dan sumber peternakan. 2. Harga Harga ialah sejumlah uang yang harus dibayarkan seseorang untuk dapat menggunakan produk. Harga produk tidak sama dengan biaya produk bagi konsumen. Biaya konsumen (the customer cost) ialah segala sesuatu yang dikeluarkan oleh konsumen untuk mendapatkan manfaat dari produk. Strategi bauran harga misalnya seperti penetapan harga, diskon, syarat pembayaran, dan pembedaan harga di antara berbagai kelompok pelanggan. Pada penelitian ini variabel atribut harga yang diteliti hanya harga produk. 3. Distribusi Distribusi adalah berkenaan dengan tersedianya produk, dimana konsumen dari pasar sasaran bisa membelinya sehingga pembeli akan mudah menemukannya kalau bermaksud membeli. Unsur tempat berkaitan dengan lokasi, 27 prominence, aksesbilitas, saluran distribusi, dan cakupan distribusi. Pada penelitian ini variabel atribut kemudahan memperoleh produk. 4. Promosi Promosi mencakup: periklanan, tenaga penjual, public relations, kemasan dan sinyal lainnya yang bermanfaat bagi perusahaan dan juga bagi produknya. Pada penelitian ini variabel atribut promosi adalah promo penjualan. 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional Gaya hidup dengan mobilitas yang tinggi pada saat ini, menuntut pemenuhan asupan gizi yang lengkap, alami dan praktis. UMKM Milkfood Barokah adalah perusahaan yang memproduksi susu sapi pasteurisasi. Perusahaan mengalami masalah dimana tingginya tingkat persaingan antara UMKM Milkfood Barokah dengan perusahaan susu lainnya yang lebih mapan menyebabkan tingginya tingkat kehilangan konsumen UMKM Milkfood Barokah. Penelitian akan mencari tahu mengenai karakteristik konsumen susu sapi pasteurisasi Milkfood Barokah dan tingkat kepuasan konsumen sehingga nantinya UMKM Milkfood Barokah dapat meningkatkan kualitas produknya sesuai dengan yang diinginkan konsumen. Karakteristik konsumen dan proses pengambilan keputusan dianalisis secara deskriftif. Untuk mengukur tingkat kepuasan dan kepentingan atribut dianalisis dengan menggunakan analisis Importance Performance Analysis (IPA) dan Costumer Satisfaction Index (CSI). Atribut yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 18 atribut meliputi rasa, aroma, variasi pilihan rasa, volume, desain kemasan, kesegaran, kandungan gizi, kekentalan, informasi pada produk, merek, kepraktisan, warna produk, higienitas, jumlah kandungan bahan pengawet, harga, promo penjualan, kemudahan mendapatkan produk, dan sumber peternakan. Berdasarkan hasil analisis dapat disusun rekomendasi alternatif strategi bauran pemasaran yang sesuai untuk produk susu pasteurisasi Milkfood Barokah. Strategi pemasaran yang tepat akan meningkatkan kepuasan konsumen yang akhirnya akan meningkatkan penjualan susu pasteurisasi Milkfood Barokah. Kerangka operasional penelitian analisis kepuasan konsumen dalam pembelian susu sapi pasteurisasi dan implikasinya terhadap bauran pemasaran dapat dilihat pada Gambar 2. 28 UMKM Milkfood Barokah Analisis Masalah: Tingkat persaingan pasar yang cukup kuat dan tingkat kehilangan pelanggan susu pasteurisasi Milkfood Barokah yang cukup tinggi Susu pasteurisasi Milkfood Barokah perlu diproduksi sesuai dengan keinginan konsumen Karakteristik Konsumen - Jenis kelamin - Pendapatan - Usia - Status pernikahan - Pekerjaan - Pendidikan Bauran Pemasaran Susu UMKM Milkfood Barokah Harga Promosi Distribusi Produk - Rasa - Harga - Promo - Kemudahan penjualan memperoleh - Aroma produk - Variasi Pilihan Rasa - Volume - Desain Kemasan - Kesegaran - Kandungan Gizi - Kekentalan - Informasi Pada Produk - Merek - Kepraktisan - Warna Produk - Higienitas - Jumlah Kandungan Bahan Pengawet - Sumber Peternakan Analisis Deskriptif Importance Performance Analysis (IPA) dan Costumer Satisfaction Index (CSI) Analisis Kepuasan Konsumen Rekomendasi alternatif kebijakan bauran pemasaran Gambar 2. Diagram Kerangka Pemikiran Operasional 29