TINJAUAN ATAS SISTEM INFORMASI AKUNTANSI

advertisement
BAB II
BAHAN RUJUKAN
2.1.
Aktiva Tetap
2.1.1. Definisi Aktiva Tetap
Aktiva tetap merupakan aktiva jangka panjang atau aktiva yang relatif
permanen dan memiliki masa manfaat lebih dari satu tahun atau lebih dari satu
periode akuntansi, seperti tanah, bangunan, gedung, peralatan, yang merupakan
aktiva tetap ada secara fisik (berwujud), tidak ada aturan standar menyangkut usia
minimum yang diperlukan bagi suatu aktiva agar bisa diklasifikasikan sebagai
aktiva tetap.
Menurut Fees et. all (2006:393), menjelaskan bahwa :
“Fixed assets are long term or relatively permanent assets. They are
tangible assets because they exist physically. They are not offered for
sale as part of normal operation.”
Menurut Al. Haryono Jusup (2001:153), menjelaskan :
“Aktiva Tetap adalah aktiva berwujud yang digunakan dalam ope rasi
perusahaan dan tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka
kegiatan normal pe rusahaan.”
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2007;16:2), aktiva tetap adalah
“Aset tetap adalah dimiliki untuk untuk digunakan dalam pro duksi
atas penyediaan barang atau jasa untuk direntalkan kepada pihak
lain, atau untuk tujuan administratif; dan diharapkan untuk
digunakan selama lebih dari satu periode.”
Dari beberapa pengertian aktiva tetap di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa aktiva tetap memiliki ciri-ciri, yaitu:
1. Aktiva merupakan barang-barang yang ada secara fisik yang diperoleh dan
digunakan oleh perusahaan untuk melakukan kegiatan operasi perusahaan atau
memproduksi barang-barang atau memberikan jasa pada perusahaan lain ata u
pelanggannya dalam usaha bisnis yang normal.
2. Aktiva memiliki masa manfaat yang lama, akan tetapi manfaat yang diberikan
aktiva tetap umumnya semakin lama semakin menurun dan diakhir masa
manfaatnya harus diganti atau dibuang, kecuali manfaat yang diberikan oleh
tanah.
3. Aktiva ini bersifat nonmonetary. Dalam artian manfaat yang dihasilkan oleh
aktiva, dari penggunaannya atau penjualan jasa yang dihasilkan dan bukan
dari mengkonversi aset ini ke dalam sejumlah uang tertentu.
4. Pada umumnya jasa yang diterima dari aktiva tetap meliputi suatu periode
yang lebih panjang dari satu tahun atau lebih dari siklus operasi perusahaan.
Aktiva ini dimiliki perusahaan akan sangat beragam, untuk membedakan
antar aktiva-aktiva yang
lain dengan aktiva tetap
maka perlu
untuk
mengklasifikasikan aktiva tetap agar tidak tercampur dalam aktiva lainnya.
2.1.2. Klasifikasi Aktiva Tetap.
Klasifikasi dari aktiva tetap menurut Skousen et. all (2005:429) :
1. Aktiva Tetap Berwujud
Aktiva tetap berwujud memiliki bentuk fisik dan dengan demikian dapat
diamati dengan satu atau lebih pancra indra dan memiliki karakteristik umum,
yaitu memberi manfaat ekonomi pada masa mendatang bagi perusahaan. Aktiva
tertentu yang umum dilaporkan didalam kategori ini meliputi :
a. Tanah
Aktiva tetap tanah merupakan harta yang digunakan untuk tujuan usaha
dan tidak dikenai penyusutan, maka biaya yang dikenakan pada tanah
merupakan biaya yang secara langsung berhubungan dengan masa manfaat
yang tidak terbatas.
b. Perbaikan Tanah
Perbaikan tanah merupakan peningkatan kegunaan dari tanah tersebut.
Unsur-unsur dari perbaikan tanah seperti pemetaan tanah, pengaspalan,
pemagaran, saluran air, instalasi listrik, dan lain- lain.
c. Bangunan
Bangunan yang digunakan untuk menempatkan operasi perusahaan. Baik
bangunan untuk kantor, toko, pabrik maupun gudang yang digunakan dalam
kegiatan utama perusahaan. Akan tetapi bangunan yang tidak digunakan
dalam kegiatan perusahaan yaitu bangunan yang belum jadi (dalam tahap
pembangunan) tidak dapat diklasifikasikan sebagai aktiva tetap.
d. Mesin dan peralatan
Mesin dan perlatan merupakan aktiva yang dipergunakan perusahaan
dalam proses produksi atau penyediaan jasa.
e. Kendaraan
Kendaraan merupakan aktiva yang dipergunakan sebagai alat tranportasi
atau sebagai penyedia jasa dan lain- lain seperti truk, mobil, motor.
2. Aktiva Tak Berwujud
Aktiva tak berujud didefinisikan sebagai aktiva yang tidak memiliki bentuk
fisik. Bukti adanya aktiva ini terdapat didalam bentuk perjanjian, kontrak, atau
paten. Hal ini memenuhi definisi aktiva karena adanya manfaat mendatang.
Aktiva berikut umumnya dilaporkan sebagai aktiva tak berwujud :
a. Paten
Suatu hak eksklusif yang memungkinkan seorang penemu/pencipta untuk
mengendalikan
produksi,
penjualan
atau
pengguanan
dari
s uatu
temuan/ciptaannya.
b. Merek Dagang
Suatu hak eksklusif yang mengizinkan suatu simbol, label dan rancangan
khusus.
c. Hak Cipta
Suatu hak eksklusif yang mengizinkan seorang untuk menjual, member i
izin, atau mengendalikan pekerjaannya.
d. Goodwill
Sumber daya, faktor dan kondisi tak berwujud lain yang memungkinkan
perusahaan untuk mendapatkan laba diatas laba normal dengan aktiva yang
dapat diidentifikasikan.
2.1.3. Pencatatan Perolehan Aktiva Tetap.
Banyak cara yang dapat ditempuh guna memperoleh aktiva tetap, antara
lain sebagai berikut:
1. Pembelian Tunai
Ketika suatu aktiva dibeli secara tunai, maka perolehannya hanya dicatat pada
jumlah kas yang dibayar, termasuk semua pengeluaran yang berhubungan dengan
pembelian dan persiapan aktiva agar siap untuk digunakan dalam operasi
perusahaan.
Jurnal yang dibuat adalah :
Dr. Fixed Asset
Cr.
xxx
Cash
xxx
2. Pembelian Kre dit
Pembelian secara kredit merupakan salah satu cara untuk memperoleh suatu
aktiva. Akan tetapi dengan cara ini timbulah pembayaran yang akan dianggsur
guna melunasi hutang akibat pembelian kredit ini.
Jurnal yang dibuat adalah :
Dr. Fixed Assets
Cr.
xxx
Account Payable
xxx
3. Pembelian Secara Paket
Dalam beberapa pembelian, sejumlah aktiva dapat dibeli dalam suatu
pembelian secara paket (basket purchase). Saat sebagian dari harga beli dapat
secara jelas diidentifikasikan dengan suatu aktiva secara khusus, maka
pembebanan biaya ke aktiva tersebut harus dilakukan dan sisa dari harga beli
dialokasikan ke aktiva yang tersisa. Jika tidak ada bagian dari harga beli dapat
dihubungkan dengan suatu aktiva tertentu, maka jumlah keseluruhannya harus
dialokasikan ke berbagai aktiva berbeda yang diperoleh. Pembelian secara paket
(katakanlah pembelian tanah dan mesin secara paket)
Jurnal yang dibuat :
Dr. Land
xxx
Machinery
Cr.
xxx
Cash
xxx
4. Sewa Guna Usaha
Pengertian dari sewa guna usaha menurut Skousen et. all (2005:13), adalah:
“Suatu kontrak dimana satu pihak (penye wa-lessee) diberikan hak untuk
menggunakan aktiva yang dimiliki oleh pihak lain, yaitu pihak yang
menye wakan (lessor) untuk periode waktu te rtentu dan untuk suatu
biaya periodik tertentu.”
Perolehan dengan menggunakan sewa guna usaha ini tergantung dari jenis
sewa guna usaha yang digunakan. Ada dua cara sewa guna usaha, yaitu:
a. Sewa Guna Usaha Operasi (operating leases)
Aktiva tetap yang didapat dengan cara ini dicatat sebagai aktiva tetap
dalam kelompok tersendiri dan harus diamortisasikan. Kewajiban sewa guna
usahanya disajikan secara terpisah dari kewajiban lainnya.
b. Sewa Guna Usaha Modal (capital leases)
Aktiva tetap yang didapat dengan cara ini maka pencatatan angsuran tiap
bulan tidak dianggap sebagai aktiva tetap tetapi langsung merupakan biaya
sewa aktiva yang diakui dan dicatat berdasarkan metode garis lurus selama
masa sewa guna usaha.
5. Pertukaran Aktiva nonmoneter
Menurut Kieso et. all (2002:16), jenis dari pertukaran aktiva nonomoneter
dapat dilakukan ke dalam 2 macam yaitu :
a. Pertukaran aktiva yang tidak sejenis
Syarat-syarat yang harus dipenuhi antara lain : Aktiva tetap yang
ditukarkan tidak sejenis, pertukaran aktiva dicatat pada nilai wajar aktiva yang
diberikan, dan keuntungan atau kerugian diakui, nilai wajar aktiva yang
diterima harus digunakan hanya jika terdapat bukti yang jelas d ari nilai wajar
aktiva yang diberikan. Pencatatan transaksi pertukaran aktiva tidak sejenis
yang terjadi keuntungan atau kerugian harus segera diakui. Pertukaran aktiva
tidak sejenis (katakanlah mesin ditukar dengan tanah).
Jurnal yang dibuat jika terjadi keuntungan adalah :
Dr. Depreciation Expense - Machinery
Cr.
Accumulated Depreciation - Machinery
xxx
xxx
Dr. Land
xxx
Accumulated Depreciation - Machinery
Cr.
xxx
Machinery
xxx
Cash
xxx
Gain on exchange of machinery
xxx
Jurnal yang dibuat jika terjadi kerugian adalah :
Dr. Depreciation Expense - Machinery
Cr.
Accumulated Depreciation - Machinery
Dr. Land
Cr.
xxx
xxx
xxx
Accumulated Depreciation - Machinery
xxx
Loss on exchange of machinery
xxx
Machinery
xxx
Cash
xxx
b. Pertukaran aktiva yang sejenis
Syarat-syarat yang harus dipenuhi: Aktiva tetap yang ditukarkan sejenis,
melakukan fungsi yang serupa, atau digunakan pada lini bisnis yang sama,
aktiva tetap yang ditukarkan tidak diketahui nilai pasarnya. Pencatatan
transaksi pertukaran aktiva tidak sejenis yang terjadi keuntungan maka
keuntungan tersebut harus ditangguhkan, apabila terjadi kerugian harus diakui
dengan segera. Pertukaran aktiva tidak sejenis (katakanlah mesin lama ditukar
dengan mesin baru).
Jurnal yang dibuat jika terjadi keuntungan adalah :
Dr. Depreciation Expense - Machinery
Cr.
Accumulated Depreciation - Machinery
Dr. Machinery (new)
Accumulated Depreciation - Machinery
Cr.
xxx
xxx
xxx
xxx
Machinery (old)
xxx
Cash
xxx
Gain on exchange of machinery
xxx
Jurnal yang dibuat jika terjadi kerugian adalah :
Dr. Depreciation Expense - Machinery
Cr.
xxx
Accumulated Depreciation - Machinery
Dr. Machinery (new)
xxx
xxx
Accumulated Depreciation - Machinery
xxx
Loss on exchange of machinery
xxx
Cr.
Machinery (old)
xxx
Cash
xxx
6. Perolehan dengan Konstruksi Sendiri
Kadang kala aktiva tetap dibuat atau dirakit sendiri oleh perusahaan untuk
digunakan sendiri. Aktiva tetap dicatat pada harga perolehannya, termasuk semua
pengeluaran yang terjadi untuk membuat aktiva dan mempersiapkan aktiva
tersebut untuk digunakan dalam kegiatan operasional perusahaan. Semua biaya
yang dapat dikaitkan dengan kontruksi dapat dibebankan ke aktiva tersebut antara
lain : biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya konstruksi, biaya asuransi
selama masa pembangunan, dan biaya kontraktor. Selain itu, biaya bunga atas
pinjaman yang terjadi akibat pembiayaan pembangunan atau perakitan aktiva
tersebut harus dimasukan sebagai biaya perolehan aktiva.
7. Perolehan Melalui Sumbangan Atau Pene muan
Ketika aktiva diperoleh melalui sumbangan (donation), tidak ada biaya yang
dapat digunakan sebagai dasar perhitungannya. Meskipun ada pengeluaran guna
memperoleh aktiva, biasanya jauh lebih kecil dibandingkan dengan nilai aktiva
tersebut.
Jurnal yang dibuat:
Dr. Fixed Asets
Cr.
xxx
Donated Capital
xxx
menurut Standar Akuntansi Keuangan (2007;16:6), menerangkan bahwa :
“Aset tetap yang diperoleh dari hibah pemerintah tidak boleh diakui
sampai dipe roleh keyakinan bahwa : entitas akan memenuhi kondisi atau
prasyarat hibah tersebut, dan hibah akan diperoleh”
Saat sumber daya yang berharga ditemukan pada lahan yang telah dimiliki,
Penemuan (discovery) ini akan meningkatkan nilai aktiva. Tetapi, karena harga
perolehan tanah tidak dipengaruhi oleh penemuan tersebut maka kenaikan
tersebut biasanya diabaikan.
8. Perolehan dengan Penerbitan Surat Berharga
Aktiva tetap yang diperoleh melalui penerbitan surat berharga (misalnya
penerbitan saham ataupun obligasi), maka harga dari aktiva tetap tidak bisa diukur
secara tepat. Jadi dasar pencatatan yang mungkin digunakan adalah nilai pasar
surat berharga yang diterbitkan. Jika nilai pasar dari surat berharga yang
ditukarkan tidak dapat ditentukan, maka nilai pasar aktiva tetap itu harus
ditentukan oleh appraisal yang independen, dan dari hasil penilain tersebut
digunakan sebagai dasar mencatat aktiva dan penerbitan surat berharga.
2.1.4. Biaya Selama Masa Perolehan Aktiva Tetap.
Harga perolehan aktiva tetap semua jumlah dana yang dikeluarkan untuk
mendapatkan aktiva tetap dan membuatnya siap digunakan, menurut Skousen et.
all (2005:5), adalah:
1. Tanah
Karena tanah adalah aktiva yang tidak disusutkan, maka biaya yang dikenakan
pada tanah haruslah biaya yang secara langsung berhubungan dengan masa
manfaat tanah yang tidak terbatas. Biaya yang terkait dalam perolehan tanah,
antara lain : harga pembelian, biaya pajak, biaya pembersihan, biaya peningkatan
mutu tanah, biaya untuk memindahkan atau menghancurkan gedung yang tidak
dibutuhkan, biaya perizinan dari badan-badan pemerintah, bea balik nama, biaya
pengaspalan jalan.
2. Bangunan
Harga perolehan bangunan
termasuk
biaya
yang diperlukan
untuk
memperbaiki kondisi bangunan sebelum ditempati, biaya jasa arsitek, biaya jasa
insinyur, biaya asuransi selama konstruksi, bunga asuransi selama konstruksi,
bunga atas pinjaman untuk membiayai, jalan setapak ke dan sekitar bangunan,
perbaikan (pembelian bangunan bekas), restorasi (pembelian bangunan bekas),
modifikasi untuk penggunan, izin dai badan-badan pemerintah.
3. Mesin dan Pe ralatan
Harga perolehan peralatan meliputi biaya angkut dan asuransi selama mesin
dan peralatan tersebut dalam perjalanan, dan biaya yang keluar untuk uji coba dan
pemasangan, harga beli, pajak, perbaikan (pembelian peralatan dan mesin bekas),
restorasi (pembelian peralatan dan mesin bekas), asuransi pengangkutan, biaya
perakitan, modifikasi untuk penggunan, izin dai badan-badan pemerintah.
4. Perbaikan Tanah
Harga perolehan perbaikan tanah meliputi biaya-biaya sebagai berikut : biaya
pemetaan tanah, pengaspalan dan pemagaran, biaya perbaikan, pepohonan dan
rerumputan, penerangan halaman, pengaspalan area parkir.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2007;16:2), Biaya perolehan
adalah :
“Jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar dari
imbalan lain yang diserahkan untuk me mperoleh suatu aset pada saat
perolehan atau konstruksi atau, jika dapat dite rapkan, jumlah yang
diatribusikan ke aset pada saat pertama kali diakui sesuai dengan
persyaratan tertentu dalam PSAK lain.”
Biaya-biaya tersebut antara lain:
1. Reparasi dan Pemeliharan
Suku cadang utama dan peralatan siap pakai memenuhi kriteria aset tetap
ketika entitas memperkirakan akan menggunakan aset tersebut selama lebih dari
satu periode. Sama halnya jika suku cadang dan peralatan pemeliharaan yang
hanya bisa digunakan untuk suatu aset tetap tertentu, hal ini juga dicatat sebagai
aset tetap. Entitas tidak boleh mengakui biaya perawatan se hari- hari aset tetap
sebagai bagian dari aset yang bersangkutan. Biaya-biaya ini diakui dalam laporan
laba rugi saat terjadinya. Biaya perawatan sehari- hari terutama terdiri atas biaya
tenaga kerja dan bahan habis pakai termasuk di dalamnya suku cadang kec il.
Pengeluaran-pengeluaran untuk hal tersebut sering disebut “biaya pemeliharan
dan perbaikan” aset tetap.
2. Penggantian
Bagian-bagian tertentu aset tetap mungkin perlu untuk diganti secara periodik.
Entitas dapat juga memperoleh komponen aset tetap tertentu untuk melakukan
penggantian yang tidak selalu sering dilakukan, entitas mengakui biaya
penggantian komponen suatu aset tetap dalam jumlah tercatat aset saat biaya itu
terjadi jika pengeluaran tersebut memenuhi kriteria untuk diakui sebagai bagian
dari aset. Jumlah tercatat komponen yang diganti tersebut tidak lagi diakui apabila
telah memenuhi ketentuan penghentian pengakuan.
3. Pemeriksaan
Agar aset tetap dapat beroprasi secara berkelanjutan, perlu dilakukan inspeksi
teratur terlepas apakah ada komponen yang diganti. Dalam setiap inspeksi yang
signifikan biaya inspeksi diakui dalam jumlah tercatat aset tetap sebagai suatu
penggantian apabila memenuhi kriteria pengakuan. Sisa jumlah tercatat biaya
inspeksi yang terdahulu, jika ada (yang dibedakan dari komponen fisiknya),
dihentikan pengakuannya. Hal ini terjadi terlepas apakah biaya inspeksi terdahulu
teridentifikasi dalam transaksi perolehan atau konstruksi aset tetap tersebut. Jika
diperlukan, estimasi biaya inspeksi sejenis yang akan dilakukan di masa depan
dapat digunakan sebagai indikasi biaya inspeksi saat aset tersebut diperoleh atau
dibangun.
2.1.5. Penghentian dan Pelepasan Aktiva Tetap.
Aktiva dapat dihentikan dengan dijual, ditukarkan, atau dibiarkan.
Penyusutan yang belum dicatat untuk periode tersebut dicatat pada tanggal
pelepasan. Nilai buku pada saat penjualan dihitung sebagai selisih antara harga
perolehan aktiva dan akumulasi penyusutan. Jika harga penghentian melebihi nilai
bukunya, maka keuntungan. Jika harga penghentian kurang dari nilai bukunya,
suatu kerugian. Berikut ini jurnal penghentian atau pelepasan aktiva tetap dengan
berbagai kondisi:
1. Penghentian Aktiva dengan Penjualan
Seperti contoh sebelumnya penghentian aktiva mesin dengan cara dijual
melebihi nilai buku.
Dr. Depreciation Expense - Machinery
Cr.
Accumulated Depreciation - Machinery
Dr. Cash
xxx
xxx
Accumulated Depreciation- Machinery
Cr.
xxx
xxx
Gain on Sales of Machinery
xxx
Machinery
xxx
2. Penghentian Aktiva melalui Pertukaran dengan Aktiva Nonmoneter Lain
Seperti contoh sebelumnya penghentian aktiva mesin dengan cara ditukar
dengan peralatan dan terjadi keuntungan atas pertukaran.
Dr. Depreciation Expense - Machinery
Cr.
Accumulated Depreciation - Machinery
Dr. Accumulated Depreciation- Machinery
Equipment
Cr.
xxx
xxx
xxx
xxx
Machinery
xxx
Gain on Exchange of Machinery
xxx
Cash
xxx
3. Penghentian Aktiva melalui Pertukaran dengan Aktiva Sejenis
Seperti contoh sebelumnya penghentian aktiva mesin dengan cara ditukar
dengan mesin baru dan terjadi keuntungan atas pertukaran.
Dr. Depreciation Expense - Machinery
Cr.
Accumulated Depreciation - Machinery
Dr. Accumulated Depreciation- Machinery
Machinery (new)
Cr.
xxx
xxx
xxx
xxx
Machinery (old)
xxx
Gain on Exchange of Machinery
xxx
Cash
xxx
2.2.
Penyusutan Aktiva Tetap
2.2.1. Pengertian Penyus utan
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2007:16:2), menerangkan
bahwa :
“Penyusutan adalah alokasi sistematik jumlah yang dapat disusutkan
dari s uatu aset selama umur manfaatnya”
Menurut Skousen et. all (2005:104), menerangkan bahwa :
“Penyusutan adalah alokasi yang sistematis dari harga perolehan
aktiva selama periode-periode berbeda yang memperoleh manfaat
dari penggunaan suatu aktiva.”
Dari pengertian penyusutan diatas dapat disimpulkan bahwa penyusutan
adalah pengalokasian dari sebagian harga perolehan aktiva tetap berdasarkan
manfaat yang diestimasikan.
2.2.2. Faktor-faktor yang
me mpengaruhi
dalam Menentukan Biaya
Penyusutan.
Terdapat empat faktor yang dipertimbangkan dalam menetukan jumlah
beban penyusutan tahunan yang tepat menurut Skousen et. all (2005:105), yaitu :
1. Harga Pe rolehan Aktiva
Harga perolehan suatu aktiva meliputi semua pengeluaran yang berhubungan
dengan perolehan dan persiapan penggunaan aktiva tersebut. Harga perolehan
dikurangi dengan nilai sisa, jika ada, adalah harga perolehan yang dapat
disusutkan atau dasar penyusutan, yaitu jumlah harga perolehan aktiva yang akan
dibebankan pada periode-periode mendatang.
2. Nilai Sisa atau Nilai Residu
Nilai sisa (residu) suatu aktiva adalah perkiraan harga penjualan aktiva pada
saat aktiva tersebut dijual setelah dihentikan pemakaiannya. Nilai sisa tergantung
pada kebijaksanaan penghentian aktiva dalam perusahaan serta keadaan pasar.
3. Masa Manfaat atau Umur Ekonomis
Aktiva operasi tidak lancar selain tanah memiliki masa manfaat yang terbatas
sebagai akibat dari faktor fisik dan fungsional. Faktor fisik yang membatasi masa
manfaat suatu aktiva adalah : kerusakan, keausan, kehancuran. Kerusakan pada
penggunaan aktiva tetap seperti mobil, gedung, atau furnitur yang menyebabkan
aktiva tersebut tidak dapat digunakan kembali. Aktiva berwujud, baik dipakai atau
tidak, kadang kala hancur karena usia. Terakhir, kebakaran, banjir, gempa, dan
kecelakaan dapat menghentikan masa manfaat dari suatu aktiva.
Faktor fungsional utama yang membatasi masa manfaat aktiva adalah
keusangan. Suatu aktiva dapat kehilangan kegunaannya sebagai akibat dari
perubahan dalam kebutuhan dunia usaha atau kemajuan teknologi, sehingga tidak
dapat lagi menghasilkan pendapatan yang mencukupi untuk dijadikan alasan dari
penggunan aktiva tersebut. Meskipun aktiva tersebut secara fisik masih dapat
dipergunakan, ke tidak mampuannya menghasilkan pendapatan yang memadai
telah memperpendek masa manfaatnya.
4. Pola Penggunaan
Untuk mengaitkan harga perolehan aktiva dengan pendapatan, maka
penyusutan harus mencerminkan pola penggunaannya setepat mungkin. Jika
aktiva tersebut menghasilkan pola yang pendapatan yang berbeda-beda, maka
biaya penyusutannya harus berbeda-beda pula sesuai penggunaannya.
2.2.3. Metode Perhitungan Penyusutan.
Perubahan metode akuntansi menurut Standar Akuntansi Keuangan
(2007:16:11), menerangkan bahwa :
“Metode penyusutan yang digunakan untuk aset harus di-review
minimum setiap akhir tahun buku dan, apabila terjadi pe rubahan
yang signifikan dalam ekpektasi pola kons umsi manfaat ekonomi
masa depan dari aset tersebut, maka metode penyus utan harus
diubah untuk me ncerminkan perubahan pola tersebut. Pe rubahan
metode penyusutan harus dipe rlakukan sebagai perubahan estimasi
akuntansi.”
Berbagai metode penyusutan dapat digunakan untuk mengalokasikan
jumlah yang disusutkan secara sistematis dari suatu aset selama umur manfaatnya.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2007:16:11), penyusutan dapat
dilakukan dengan berbagai metode, antara lain :
1. Metode garis lurus (straight line method).
Metode garis lurus menghasilkan pembebanan yang tetap selama umur
manfaat aset jika nilai residunya tidak berubah.
2. Metode saldo menurun (diminishing balance method).
Metode saldo menurun menghasilkan pembebanan yang menurun selama
umur manfaat aset.
3. Metode jumlah unit (sum of the unit method).
Metode jumlah unit menghasilkan pembebanan berdasarkan pada penggunan
atau output yang diharapkan dari suatu aset.
Metode penyusutan aset dipilih berdasarkan ekspetasi pola konsumsi manfaat
ekonomis masa depan dari aset dan diterapkan secara konsisten dari periodeperiode kecuali ada perubahan dalam ekspektasi pola konsumsi manfaat ekonomis
masa depan dari aset tersebut.
Menurut Skousen et. all (2005:108), penyusutan diuraikan sebagai berikut :
1. Metode penyusutan berdasarkan faktor waktu :
a. Metode garis lurus
b. Metode yang dipercepat :
Metode jumlah angka tahun
Metode saldo menurun
2. Metode penyusutan berdasarkan faktor pengguanaan :
a. Metode jumlah jam jasa
b. Metode jumlah unit produksi
3. Metode penyusutan kelompok dan gabungan
1. Metode Faktor Waktu
Metode alokasi biaya yang paling banyak digunakan adalah metode yang
berhubungan dengan waktu. Sutau aktiva produktif dipergunakan dalam jangka
waktu tertentu dan perubahan teknologi turut mempengaruhi umur aktiva tersebut.
a. Metode Garis Lurus (straight line method).
Metode penyusutan garis
lurus
menghubungkan penyusutan dengan
berjalannya waktu dan mengakui jumlah penyusuta n yang sama untuk setiap
tahunnya selama masa manfaat aktiva tersebut. Perhitungan penyusutan dengan
metode garis lurus memiliki asumsi yang sederhana, bahwa aktiva tersebut
memiliki manfaat yang sama disetiap periodenya dan penyusutan tidak
dipengaruhi oleh produktivitas atau perbedaan dalam efisiensi dari aktiva itu.
Penyusutan dihitung menggunakan rumus :
Penyusutan = Harga Perolehan Aktiva – Nilai Sisa
Masa Manfaat Aktiva
Penyusutan dalam metode garis lurus bisa juga dinyatakan dalam bentuk tarif
penyusutan pertahun., dengan cara 100% dibagi dengan taksiran masa manfaat
aktiva. Maka rumus penyusutan dengan menjadi :
Penyusutan = (Harga Perolehan – Nilai Sisa) X Tarif Penyusutan
Misalnya : Perusahaan membeli sebuah mesin dengan harga perolehan sebesar
Rp. 100.000 dengan nilai sisa diperkirakan sebesar Rp. 5000 dan umur mesin
tersebut dapat digunakan selama 5 tahun
Penyusutan setiap tahunnya dihitung sebagai berikut :
Tarif Penyusutan
Penyusutan
= 100% = 20%
5 Tahun
= (Rp. 100.000 – Rp.5000) X 20%
= Rp 19.000
Penyusutan untuk tahun pertama dan untuk tahun berikutnya dicatat sebagai
berikut :
Dr. Depreciation Expense - Machinery
Cr.
Rp. 19.000
Accumulated Depreciation - Machinery
Rp. 19.000
Sebuah tabel yang meringkas penyusutan tahunan selama umur aktiva tersebut
dengan menggunakan metode garis lurus, adalah sebagai berikut :
1
Tabel 2.1
Penyusutan Per Tahun Mesin
Metode Penyusutan Garis Lurus
Harga
Jumlah
Akumulasi
Perolehan
Penyusutan
Penyusutan
Rp. 100.000
Rp. 19.000
Rp. 19.000
Nilai
Buku
Rp. 81.000
2
Rp. 100.000
Rp. 19.000
Rp. 38.000
Rp. 62.000
3
Rp. 100.000
Rp. 19.000
Rp. 57.000
Rp. 43.000
4
Rp. 100.000
Rp. 19.000
Rp. 76.000
Rp. 19.000
5
Rp. 100.000
Rp. 19.000
Rp. 95.000
Rp. 5.000
Tahun
Sumber : Skousen et. all (2005:109)
Nilai sisa kadang kala diabaikan karena jumlahnya yang relatif kecil, maka
penyusutan akan menjadi Rp. 20.000 dan bukan Rp. 19.000.
b. Metode yang Dipe rcepat
Penggunaan
metode
penyusutan
yang
dipercepat
didasarkan
pada
pengurangan efisiensi, produktivitas dan keuntungan lainnya dari aktiva yang
terjadi paling besar di masa- masa awal perolehan aktiva tersebut.
Metode Penyusutan Jumlah Angka Tahun (sum-of-the-years-digit method)
Metode penyusutan jumlah angka tahun mengakui jumlah penyusutan yang
semakin menurun tiap tahunnya. Besarnya angka tahun untuk tiap periode akan
semakin kecil dengan semakin tuanya umur aktiva tetap , karena besarnya angka
tahun adalah berbanding terbalik dengan umur aktiva. Untuk menghitungnya
diperlukan serangkaian pecahan dimana pembilangnya jumlah tahun yang tersisa
dari masa manfaat suatu aktiva, sedangkan pembaginya jumlah semua angka masa
manfaat suatu aktiva. Misalnya suatu aktiva tetap mempunyai umur ekonomis 5
tahun maka pembilang untuk masing- masing tahun 5,4,3,2,1 dan untuk
penyebutnya
adalah 1+2+3+4+5=15, sehingga tarif penyusutan setiap tahun
berturut-turut adalah 5/15, 4/15, 3/15, 2/15, 1/15.
Penyusutan untuk tahun pertama dihitung sebagai berikut :
Penyusutan
= Tarif Penyus utan X (Harga Perolehan – Nilai Sisa)
= 5 X (Rp. 100.000 – Rp.5000)
15
= Rp. 31.667
Penyusutan untuk tahun pertama dicatat sebagai berikut :
Dr. Depreciation Expense - Machinery
Cr.
Rp. 31.667
Accumulated Depreciation - Machinery
Rp. 31.667
Tabel yang meringkas penyusutan tahunan selama umur aktiva tersebut dengan
menggunakan metode penyusutan jumlah angka tahun, adalah sebagai berikut :
1
Tabel 2.2
Penyusutan Per Tahun Mesin
Metode Penyusutan Jumlah Angka Tahun
Harga
Jumlah
Akumulasi
Perolehan
Penyusutan
Penyusutan
Rp. 100.000
Rp. 31.667
Rp. 31.667
Nilai
Buku
Rp. 68.333
2
Rp. 100.000
Rp. 25.333
Rp. 57.000
Rp. 43.000
3
Rp. 100.000
Rp. 19.000
Rp. 76.000
Rp. 24.000
4
Rp. 100.000
Rp. 12.667
Rp. 88.667
Rp. 11.333
5
Rp. 100.000
Rp. 6.333
Rp. 95.000
Rp. 5.000
Tahun
Sumber : Skousen et. all (2005:110)
Penyusutan dengan metode ini, beban penyusutan menurun sebesar 1/15 dari
dasar penyusutan pertahun atau sebesar Rp. 6.333 (Rp. 6.334) karena efek
pembulatan.
Metode Saldo Menurun (declining balance method)
Metode penyusutan dengan pola beban menurun secara periodik dinyatakan
dalam persentase tertentu dari nilai buku aktiva tetap pada awal periode yang
bersangkutan. Nilai sisa tidak dipergunakan pada metode ini, secara umum diakui
bahwa penyusutan tidak diteruskan ketika nilai buku telah menyamai nilai sisa.
Penyusutan = Nilai Buku Awal Periode X Tarif Penyusutan
Tarif penyusutan yang digunakan adalah dua kali tarif metode garis lurus.
Misalnya : suatu aktiva tetap ditaksir berumur 5 tahun, maka tarif penyusutannya
adalah 40%, yaitu dua kali tarif metode garis lurus sebesar 20% dengan
menggunakan contoh yang sebelumnya, beban penyusutan pada tahun pertama
dihitung sebagai berikut :
Penyusutan = (Rp. 100.000 – Rp. 0) X 40% = Rp. 40.000
Penyusutan untuk tahun pertama dicatat sebagai berikut :
Dr. Depreciation Expense - Machinery
Cr.
Rp. 40.000
Accumulated Depreciation - Machinery
Rp. 40.000
Tabel yang meringkas penyusutan tahunan selama umur aktiva tersebut dengan
menggunakan metode penyusutan saldo menurun, adalah sebagai berikut :
1
Tabel 2.3
Penyusutan Per Tahun Mesin
Metode Penyusutan Saldo Menurun
Harga
Jumlah
Akumulasi
Perolehan
Penyusutan
Penyusutan
Rp. 100.000
Rp. 40.000
Rp. 40.000
Nilai
Buku
Rp 60.000
2
Rp. 100.000
Rp. 24.000
Rp. 64.000
Rp. 36.000
3
Rp. 100.000
Rp. 14.400
Rp. 78.400
Rp. 21.600
4
Rp. 100.000
Rp. 8.640
Rp. 87.040
Rp. 12.960
5
Rp. 100.000
Rp. 5.184
Rp. 92.224
Rp. 7.776
Tahun
Sumber : Skousen et. all (2005:111)
Persentase 40% yang diterapkan pada nilai buku aktiva yang semakin
menurun setiap tahunnya. Dengan menggunakan tarif ini, nilai buku setelah lima
tahun akan melebihi nilai sisanya sebesar Rp. 2.776 (7.776 – Rp. 5000).
2. Metode Penyusutan Berdas rkan Fator Penggunaan
Metode penyusutan dengan faktor penggunaan memndang keausan aktiva
sebagai terutama berkaitan dengan penggunaan aktiva atau output, dan
meghasilkan biaya periodik yang berbeda sesuai dengan penggunaan tersebut.
a. Metode Jumlah Jam Jasa
Metode ini memerlukan estimasi umur aktiva dalam satuan jam jasa. Harga
perolehan yang dapat disusutkan dibagi dengan total jam jasa menghasilkan tarif
penyusutan yang dialokasikan pada tiap jam penggunaan aktiva. Penggunaan
aktiva selama periode diukur dan jumlah jam jasa dikalikan dengan tarif
penyusutan menghasilkan biaya penyusutan periodik. Rumus yang digunakan,
adalah :
Penyusutan per jam = Harga Pe rolehan – Nilai Sisa
Taksiran Jam Kerja
Misalnya : Perusahaan mempunyai sebuah mesin dengan harga perolehan sebesar
Rp. 100.000 dengan nilai sisa diperkirakan sebesar Rp. 5000 ditaksir dapat
digunakan selama 20.000 jam kerja. Penyusutan per jam akan dihitung sebagai
berikut :
Penyusutan Per Jam
= Rp 100.000 – Rp. 5000
20.000 jam
= Rp 4,75 per jam
Apabila tahun pertama dimisalkan mesin digunakan selama 3000 jam maka beban
penyusutan = 3000 X Rp. 4,75 = Rp. 14.250
Tabel yang meringkas penyusutan tahunan selama umur aktiva tersebut dengan
menggunakan metode penyusutan jumlah jam jasa, adalah sebagai berikut :
Tabel 2.4
Penyusutan Per Tahun Mesin
Metode Penyusutan Jumlah Jam Jasa
Tahun
1
Jam
Kerja
3000
Harga
Perolehan
Rp. 100.000
Jumlah
Penyusutan
Rp. 14.250
Akumulasi
Aktiva
Rp. 14.250
Nilai
Buku
Rp. 85.750
2
5000
Rp. 100.000
Rp. 23.750
Rp. 38.000
Rp. 62.000
3
5000
Rp. 100.000
Rp. 23.750
Rp. 61.750
Rp. 38.250
4
4000
Rp. 100.000
Rp. 19.000
Rp. 80.750
Rp. 19.250
5
3000
Rp. 100.000
Rp. 14.250
Rp. 95.000
Rp. 5.000
Sumber : Skousen et. all (2005:114)
b. Metode Unit Produksi (unit of production method)
Metode ini memerlukan estimasi mengenai total unit yang dihasilkan oleh
suatu aktiva. Produksi selama suatu periode dikalikan dengan biaya per unit
menghasilkan beban penyusutan. Misalnya : Perusahaan mempunyai sebuah
mesin dengan harga perolehan sebesar Rp. 100.000 dengan nilai sisa diperkirakan
sebesar Rp. 5000 ditaksir penggunaannya menghasilkan 25.000 unit barang.
Penyusutan per jam akan dihitung sebagai berikut :
Penyusutan
= Rp 100.000 – Rp. 5000
25.000 unit
= Rp 3.80 per unit
3. Metode Kelompok dan Gabungan
Prosedur pengalokasian harga perolehan kelompok d isebut dengan kelompok
disebut dengan penyusutan kelompok ketika aktiva-aktiva dalam kelompok
tersebut sejenis dan disebut dengan penyusutan gabungan jika aktiva-aktiva dalam
kelompok tersebut berbeda-beda.
Prosedur penyusutan kelompok memperlakukan sekumpulan aktiva sebagai
satu kelompok tunggal. Penyusutan diakumulasikan dalam satu akun, dan tarif
penyusutan didasarkan pada masa manfaat rata-rata dari aktiva-aktiva dalam
kelompok tersebut. Penyusutan kelompok biasanya dihitung sebagai adaptasi dari
metode garis lurus. Tarif penyusutan kelompok ditentukan dengan menganalisis
berbagai aktiva atau kelompok aktiva yang digunakan dan menghitung
penyusutan sebagai rata-rata dari penyusutan garis lurus tahunan.
Menurut Kieso et. all (2002:61), penyusutan diuraikan sebagai berikut :
1. Metode aktivitas (unit penggunaan atau produksi).
2. Metode garis lurus.
3. Metode beban menurun (dipercepat) :
a. Jumlah-angka tahun.
b. Metode saldo menurun.
4. Metode penyusutan khusus :
a. Metode Kelompok dan gabungan / komposit
b. Metode Campuran atau kombinasi.
1. Metode Aktivitas (Unit Penggunaan atau Produksi)
Metode aktivitas (activity method) juga disebut pendekatan beban variabel,
mengasumsikan bahwa penyusutan adalah fungsi dari penggunaan atau
produktivitas dan bukan dari berlalunya waktu.
Beban Penyusutan dihitung menggunakan rumus :
(Biaya dikurangi nilai sisa) x Jumlah tahun ini = Beban Penyus utan
Total estimasi jam
Misalnya : Perusahaan memiliki sebuah mesin dengan harga perolehan Rp.
500.000 dengan nilai sisa diperkirakan sebesar Rp. 50.000, umur mesin tersebut
dapat digunakan selama 5 tahun dan umur produktif dalam jam 30.000 jam. Mesin
digunakan selama 4000 jam pada tahun pertama, maka beban penyusutan adalah :
(Rp. 500.000 – Rp. 50.000) x 4.000 = Rp. 60.000
30.000
2. Metode Garis Lurus
Metode garis lurus (straight line method) mempertimbangkan penyusutan
sebagai fungsi dari waktu, bukan fungsi dari penggunaan. Prosedur garis- lurus
secara konseptual seringkali juga merupakan prosedur penyusutan yang paling
sesuai.
Sama halnya dengan contoh diatas maka beban penyusutan untuk mesin Derek
dihitung sebagai berikut :
Biaya dikurangi nilai sisa = Beban Penyusutan
Estimasi umur pelayanan
Rp. 500.000 – Rp. 50.000 = 90.000
5
Penyusutan untuk tahun pertama dan untuk tahun berikutnya dicatat sebagai
berikut :
Dr. Depreciation Expense - Machinery
Cr.
Accumulated Depreciation - Machinery
Rp. 90.000
Rp. 90.000
3. Metode Beban Menurun
Metode beban menurun (decreasing charge methods), menyediakan biaya
penyusutan yang lebih tinggi pada tahun-tahun awal dan beban yang lebih rendah
pada periode mendatang. Secara umum, dua metode beban menurun digunakan :
metode jumlah angka tahun dan metode saldo menurun.
a. Metode Jumlah Angka Tahun Tahun
Metode jumlah angka tahun (sum of years digits method) menghasilkan beban
penyusutan yang menurun berdasarkan pecahan yang menurun dari biaya yang
dapat disusutkan (biaya awal dikurangi nilai sisa). Setiap pecahan menggunakan
jumlah angka tahun sebagai penyebut (5+4+3+2+1 = 15) dan jumlah tahun
estimasi umur yang tersisa pada awal tahun sebagai pembilang. Dengan metode
ini, pembilang menurun tahun demi tahun dan penyebut tetap konstan (5/15, 4/15,
3/15, 2/15, dan 1/15).
Beban penyusutan untuk tahun pertama dihitung sebagai berikut :
Beban Penyusutan
= Tarif Penyus utan X = (Harga Perolehan – Nilai Sisa)
= 5 X (Rp. 500.000 – Rp. 50.000)
15
= Rp. 150.000
Beban penyusutan untuk tahun pertama dicatat sebagai berikut :
Dr. Depreciation Expense – Machinery
Cr.
Rp. 150.000
Accumulated Depreciation - Machinery
Rp. 150.000
Tabel yang meringkas penyusutan tahunan selama umur aktiva tersebut dengan
menggunakan metode penyusutan jumlah angka tahun, adalah sebagai berikut :
Tahun
1
Tabel 2.5
Beban pe nyus utan per tahun mesin
Metode Penyusutan Jumlah Angka Tahun
Umur yang
Dasar
Pecahan
Beban
Tersisa dalam
Penyusutan
Penyusutan
Penyusutan
Tahun
5
Rp. 450.000
5/15
Rp. 150.000
Nilai
Buku
Rp. 350.000
2
4
Rp. 450.000
4/15
Rp. 120.000
Rp. 230.000
3
3
Rp. 450.000
3/15
Rp. 90.000
Rp. 140.000
4
2
Rp. 450.000
2/15
Rp. 60.000
Rp. 80.000
5
1
Rp. 450.000
1/15
Rp. 30.000
Rp. 50.000
Sumber : Kieso et. all (2002:63)
b. Metode Saldo Menurun
Metode saldo menurun, yang menggunakan tarif penyusutan berupa beberapa
kelipatan dari metode garis- garis lurus. Sebagai contoh, tarif saldo menurun
berganda untuk aktiva 10 tahun akan menjadi 20% (dua kali tarif garis- lurus, yaitu
1/10 atau 10%). Tarif saldo menurun tetap konstan dan diaplikasikan pada nilai
buku yang menurun setiap tahun. Tarif saldo menurun dikalikan dengan nilai
buku aktiva pada awal setiap periode.
Beban Penyusutan = Nilai Buku Awal Pe riode X Tarif Penyusutan
Misalnya : suatu aktiva tetap ditaksir berumur 5 tahun, maka tarif penyusutannya
adalah 40%, yaitu dua kali tarif metode garis lurus sebesar 20% dengan
menggunakan contoh yang sebelumnya, beban penyusutan pada tahun pertama
dihitung sebagai berikut :
Beban Penyusutan = (Rp. 500.000 – Rp. 0) X 40% = Rp. 200.000
Beban penyusutan untuk tahun pertama dicatat sebagai berikut :
Dr. Depreciation Expense - Machinery
Cr.
Tahun
1
Rp. 200.000
Accumulated Depreciation - Machinery
Rp. 200.000
Tabel 2.6
Beban pe nyus utan per tahun mesin
Metode Penyusutan Saldo Menurun
Tarif Saldo
Nilai
Beban
Saldo
Menurun
Buku Tahun Penyusutan
Akumulasi
Pertama
Penyusutan
40%
Rp. 500.000 Rp. 200.000 Rp. 200.000
Nilai
Buku
Rp. 300.000
2
40%
Rp. 300.000
Rp. 120.000
Rp. 320.000
Rp. 180.000
3
40%
Rp. 180.000
Rp. 72.000
Rp. 392.000
Rp. 108.000
4
40%
Rp. 108.000
Rp. 43.200
Rp. 435.200
Rp. 64.800
5
40%
Rp. 64.800
Rp. 14.800
Rp. 450.000
Rp. 50.000
Sumber : Kieso et. all (2002:63)
4. Metode Penyusutan Khusus
Kadang-kadang perusahaan tidak memilih salah satu dari metode penyusutan
yang lebih popular karena aktiva yang terlibat memiliki karakteristik yang unik,
atau sifat industrinya mengharuskan penerapan metode penyusutan khusus. Dua
metode dari penyusutan khusus antara lain :
a. Metode Kelompok dan Gabungan / Komposit.
Terdapat dua metode penyusutan untuk bebrapa akun aktiva yang digunakan,
yaitu : metode kelompok dan metode gabungan. Metode kelompok sering
digunakan apabila aktiva bersangkutan cukup homogen dan memiliki masa
manfaat yang hampir sama. Pendekatan gabungan digunakan apabila aktiva
bersifat heterogen dan memiliki umur manfaat yang berbeda.
b. Metode campuran atau kombinasi.
Perusahaan bebas mengembangkan metode penyusutan sendiri yang khusus
atau dibuat khusus. Prinsip-prinsip akuntansi yang diterima umum hanya
mensyaratkan bahwa metode itu menghasilkan pengalokasian biaya aktiva selama
umur aktiva dengan cara yang sistematis dan rasional.
2.2.4. Metode Pencatatan Penyusutan
Menurut Kieso et. all (2002:82), Pencatatan depresiasi umumnya
dilakukan pada akhir periode akuntansi. Secara teoritis pencatatan depresiasi
dapat dilakukan dengan dua cara, antara lain :
1. Metode Langsung
Dalam metode langsung depresiasi dicatat dengan cara mengkredit rekening
aktiva tetap yang bersangkutan. Contoh pencatatan depresiasi dengan metode
langsung (misalnya mesin):
Dr. Depreciation expenses - Machinery
Cr.
xxx
Fixed Assets - Machinery
xxx
Maka pada tiap akhir tahun rekening mesin dikredit sejumlah depresiasi
tahunan untuk mesin. Dengan hal ini nilai mesin yang tercantum dalam neraca
makin lama akan semakin kecil dan setelah sampai pada akhir umur produktifnya
rekening mesin di neraca akan menunjukan nilai residunya.
2. Metode Cadangan atau Tidak Langsung
Pada metode ini pencatatan depresiasi tahunan tidak dikreditkan pada
rekening aktiva yang bersangkutan, tetapi dicatat dengan mengkredit rekening
akumulasi depresiasi. Jurnal pencatatan depresiasi dengan metode ini adalah
sebagai berikut :
Dr. Depreciation expenses – Machinery
Cr.
Accumulated Depreciation – Machinery
xxx
xxx
Rekening depresiasi mesin menunjukan jumlah depresiasi yang dibebankan
pada tahun tertentu dan rekening ini pada akhir periode ditutup ke rekening
rugi/laba. Rekening akumulasi depersiasi mesin adalah merupakan rekening
neraca. Rekening ini mencatat kumpulan dari penyusutan-penyustutan tahunan,
sehingga saldo rekening akumulasi depresiasi mesin pada suatu saat tertentu
menunjukan jumlah depresiasi yang telah dibebankan sampai saat itu.
2.2.5. Dilakukannya Pencatatan Penyusutan
Menurut Abdullah Sahab (1992:395), penyusutan dapat dicatat dengan
jurnal yang dibuat setiap bulan atau ayat jurnal penyesuaian tersebut dapat juga
ditunda sampai akhir tahun. Ayat jurnal yang mengurangi beban aktiva yaitu
akumulasi penyusutan, dengan adanya hal ini akan mempermudah perhitungan
beban penyusutan scara berkala.
Pada saat penghentian aktiva tetap baik dijual, ditukar, atau dihentikan
maka pencatatan penyusutan dapat dilakukan dengan sebaik mungkin dengan cara
mengetahui jumlah akumulasi penyusutan yang berhubungan dengan aktiva.
Karena itu sebaiknya penyusutan aktiva tetap yang akan dikeluarkan untuk tahun
yang berjalan sampai saat pengeluaran harus dicatat. Keuntungan dari pencatatan
pada saat penghentian yaitu pencatatan berkala tidak perlu diadakan lagi.
Download