BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Aktiva Tetap 2.1.1. Definisi Aktiva Tetap Aktiva tetap merupakan aktiva jangka panjang atau aktiva yang relatif permanen dan memiliki masa manfaat lebih dari satu tahun atau lebih dari satu periode akuntansi, seperti tanah, bangunan, gedung, peralatan, yang merupakan aktiva tetap ada secara fisik (berwujud), tidak ada aturan standar menyangkut usia minimum yang diperlukan bagi suatu aktiva agar bisa diklasifikasikan sebagai aktiva tetap. Menurut Fees et. all (2006:393), menjelaskan bahwa : “Fixed assets are long term or relatively permanent assets. They are tangible assets because they exist physically. They are not offered for sale as part of normal operation.” Menurut Al. Haryono Jusup (2001:153), menjelaskan : “Aktiva Tetap adalah aktiva berwujud yang digunakan dalam ope rasi perusahaan dan tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal pe rusahaan.” Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2007;16:2), aktiva tetap adalah “Aset tetap adalah dimiliki untuk untuk digunakan dalam pro duksi atas penyediaan barang atau jasa untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.” Dari beberapa pengertian aktiva tetap di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa aktiva tetap memiliki ciri-ciri, yaitu: 1. Aktiva merupakan barang-barang yang ada secara fisik yang diperoleh dan digunakan oleh perusahaan untuk melakukan kegiatan operasi perusahaan atau memproduksi barang-barang atau memberikan jasa pada perusahaan lain ata u pelanggannya dalam usaha bisnis yang normal. 2. Aktiva memiliki masa manfaat yang lama, akan tetapi manfaat yang diberikan aktiva tetap umumnya semakin lama semakin menurun dan diakhir masa manfaatnya harus diganti atau dibuang, kecuali manfaat yang diberikan oleh tanah. 3. Aktiva ini bersifat nonmonetary. Dalam artian manfaat yang dihasilkan oleh aktiva, dari penggunaannya atau penjualan jasa yang dihasilkan dan bukan dari mengkonversi aset ini ke dalam sejumlah uang tertentu. 4. Pada umumnya jasa yang diterima dari aktiva tetap meliputi suatu periode yang lebih panjang dari satu tahun atau lebih dari siklus operasi perusahaan. Aktiva ini dimiliki perusahaan akan sangat beragam, untuk membedakan antar aktiva-aktiva yang lain dengan aktiva tetap maka perlu untuk mengklasifikasikan aktiva tetap agar tidak tercampur dalam aktiva lainnya. 2.1.2. Klasifikasi Aktiva Tetap. Klasifikasi dari aktiva tetap menurut Skousen et. all (2005:429) : 1. Aktiva Tetap Berwujud Aktiva tetap berwujud memiliki bentuk fisik dan dengan demikian dapat diamati dengan satu atau lebih pancra indra dan memiliki karakteristik umum, yaitu memberi manfaat ekonomi pada masa mendatang bagi perusahaan. Aktiva tertentu yang umum dilaporkan didalam kategori ini meliputi : a. Tanah Aktiva tetap tanah merupakan harta yang digunakan untuk tujuan usaha dan tidak dikenai penyusutan, maka biaya yang dikenakan pada tanah merupakan biaya yang secara langsung berhubungan dengan masa manfaat yang tidak terbatas. b. Perbaikan Tanah Perbaikan tanah merupakan peningkatan kegunaan dari tanah tersebut. Unsur-unsur dari perbaikan tanah seperti pemetaan tanah, pengaspalan, pemagaran, saluran air, instalasi listrik, dan lain- lain. c. Bangunan Bangunan yang digunakan untuk menempatkan operasi perusahaan. Baik bangunan untuk kantor, toko, pabrik maupun gudang yang digunakan dalam kegiatan utama perusahaan. Akan tetapi bangunan yang tidak digunakan dalam kegiatan perusahaan yaitu bangunan yang belum jadi (dalam tahap pembangunan) tidak dapat diklasifikasikan sebagai aktiva tetap. d. Mesin dan peralatan Mesin dan perlatan merupakan aktiva yang dipergunakan perusahaan dalam proses produksi atau penyediaan jasa. e. Kendaraan Kendaraan merupakan aktiva yang dipergunakan sebagai alat tranportasi atau sebagai penyedia jasa dan lain- lain seperti truk, mobil, motor. 2. Aktiva Tak Berwujud Aktiva tak berujud didefinisikan sebagai aktiva yang tidak memiliki bentuk fisik. Bukti adanya aktiva ini terdapat didalam bentuk perjanjian, kontrak, atau paten. Hal ini memenuhi definisi aktiva karena adanya manfaat mendatang. Aktiva berikut umumnya dilaporkan sebagai aktiva tak berwujud : a. Paten Suatu hak eksklusif yang memungkinkan seorang penemu/pencipta untuk mengendalikan produksi, penjualan atau pengguanan dari s uatu temuan/ciptaannya. b. Merek Dagang Suatu hak eksklusif yang mengizinkan suatu simbol, label dan rancangan khusus. c. Hak Cipta Suatu hak eksklusif yang mengizinkan seorang untuk menjual, member i izin, atau mengendalikan pekerjaannya. d. Goodwill Sumber daya, faktor dan kondisi tak berwujud lain yang memungkinkan perusahaan untuk mendapatkan laba diatas laba normal dengan aktiva yang dapat diidentifikasikan. 2.1.3. Pencatatan Perolehan Aktiva Tetap. Banyak cara yang dapat ditempuh guna memperoleh aktiva tetap, antara lain sebagai berikut: 1. Pembelian Tunai Ketika suatu aktiva dibeli secara tunai, maka perolehannya hanya dicatat pada jumlah kas yang dibayar, termasuk semua pengeluaran yang berhubungan dengan pembelian dan persiapan aktiva agar siap untuk digunakan dalam operasi perusahaan. Jurnal yang dibuat adalah : Dr. Fixed Asset Cr. xxx Cash xxx 2. Pembelian Kre dit Pembelian secara kredit merupakan salah satu cara untuk memperoleh suatu aktiva. Akan tetapi dengan cara ini timbulah pembayaran yang akan dianggsur guna melunasi hutang akibat pembelian kredit ini. Jurnal yang dibuat adalah : Dr. Fixed Assets Cr. xxx Account Payable xxx 3. Pembelian Secara Paket Dalam beberapa pembelian, sejumlah aktiva dapat dibeli dalam suatu pembelian secara paket (basket purchase). Saat sebagian dari harga beli dapat secara jelas diidentifikasikan dengan suatu aktiva secara khusus, maka pembebanan biaya ke aktiva tersebut harus dilakukan dan sisa dari harga beli dialokasikan ke aktiva yang tersisa. Jika tidak ada bagian dari harga beli dapat dihubungkan dengan suatu aktiva tertentu, maka jumlah keseluruhannya harus dialokasikan ke berbagai aktiva berbeda yang diperoleh. Pembelian secara paket (katakanlah pembelian tanah dan mesin secara paket) Jurnal yang dibuat : Dr. Land xxx Machinery Cr. xxx Cash xxx 4. Sewa Guna Usaha Pengertian dari sewa guna usaha menurut Skousen et. all (2005:13), adalah: “Suatu kontrak dimana satu pihak (penye wa-lessee) diberikan hak untuk menggunakan aktiva yang dimiliki oleh pihak lain, yaitu pihak yang menye wakan (lessor) untuk periode waktu te rtentu dan untuk suatu biaya periodik tertentu.” Perolehan dengan menggunakan sewa guna usaha ini tergantung dari jenis sewa guna usaha yang digunakan. Ada dua cara sewa guna usaha, yaitu: a. Sewa Guna Usaha Operasi (operating leases) Aktiva tetap yang didapat dengan cara ini dicatat sebagai aktiva tetap dalam kelompok tersendiri dan harus diamortisasikan. Kewajiban sewa guna usahanya disajikan secara terpisah dari kewajiban lainnya. b. Sewa Guna Usaha Modal (capital leases) Aktiva tetap yang didapat dengan cara ini maka pencatatan angsuran tiap bulan tidak dianggap sebagai aktiva tetap tetapi langsung merupakan biaya sewa aktiva yang diakui dan dicatat berdasarkan metode garis lurus selama masa sewa guna usaha. 5. Pertukaran Aktiva nonmoneter Menurut Kieso et. all (2002:16), jenis dari pertukaran aktiva nonomoneter dapat dilakukan ke dalam 2 macam yaitu : a. Pertukaran aktiva yang tidak sejenis Syarat-syarat yang harus dipenuhi antara lain : Aktiva tetap yang ditukarkan tidak sejenis, pertukaran aktiva dicatat pada nilai wajar aktiva yang diberikan, dan keuntungan atau kerugian diakui, nilai wajar aktiva yang diterima harus digunakan hanya jika terdapat bukti yang jelas d ari nilai wajar aktiva yang diberikan. Pencatatan transaksi pertukaran aktiva tidak sejenis yang terjadi keuntungan atau kerugian harus segera diakui. Pertukaran aktiva tidak sejenis (katakanlah mesin ditukar dengan tanah). Jurnal yang dibuat jika terjadi keuntungan adalah : Dr. Depreciation Expense - Machinery Cr. Accumulated Depreciation - Machinery xxx xxx Dr. Land xxx Accumulated Depreciation - Machinery Cr. xxx Machinery xxx Cash xxx Gain on exchange of machinery xxx Jurnal yang dibuat jika terjadi kerugian adalah : Dr. Depreciation Expense - Machinery Cr. Accumulated Depreciation - Machinery Dr. Land Cr. xxx xxx xxx Accumulated Depreciation - Machinery xxx Loss on exchange of machinery xxx Machinery xxx Cash xxx b. Pertukaran aktiva yang sejenis Syarat-syarat yang harus dipenuhi: Aktiva tetap yang ditukarkan sejenis, melakukan fungsi yang serupa, atau digunakan pada lini bisnis yang sama, aktiva tetap yang ditukarkan tidak diketahui nilai pasarnya. Pencatatan transaksi pertukaran aktiva tidak sejenis yang terjadi keuntungan maka keuntungan tersebut harus ditangguhkan, apabila terjadi kerugian harus diakui dengan segera. Pertukaran aktiva tidak sejenis (katakanlah mesin lama ditukar dengan mesin baru). Jurnal yang dibuat jika terjadi keuntungan adalah : Dr. Depreciation Expense - Machinery Cr. Accumulated Depreciation - Machinery Dr. Machinery (new) Accumulated Depreciation - Machinery Cr. xxx xxx xxx xxx Machinery (old) xxx Cash xxx Gain on exchange of machinery xxx Jurnal yang dibuat jika terjadi kerugian adalah : Dr. Depreciation Expense - Machinery Cr. xxx Accumulated Depreciation - Machinery Dr. Machinery (new) xxx xxx Accumulated Depreciation - Machinery xxx Loss on exchange of machinery xxx Cr. Machinery (old) xxx Cash xxx 6. Perolehan dengan Konstruksi Sendiri Kadang kala aktiva tetap dibuat atau dirakit sendiri oleh perusahaan untuk digunakan sendiri. Aktiva tetap dicatat pada harga perolehannya, termasuk semua pengeluaran yang terjadi untuk membuat aktiva dan mempersiapkan aktiva tersebut untuk digunakan dalam kegiatan operasional perusahaan. Semua biaya yang dapat dikaitkan dengan kontruksi dapat dibebankan ke aktiva tersebut antara lain : biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya konstruksi, biaya asuransi selama masa pembangunan, dan biaya kontraktor. Selain itu, biaya bunga atas pinjaman yang terjadi akibat pembiayaan pembangunan atau perakitan aktiva tersebut harus dimasukan sebagai biaya perolehan aktiva. 7. Perolehan Melalui Sumbangan Atau Pene muan Ketika aktiva diperoleh melalui sumbangan (donation), tidak ada biaya yang dapat digunakan sebagai dasar perhitungannya. Meskipun ada pengeluaran guna memperoleh aktiva, biasanya jauh lebih kecil dibandingkan dengan nilai aktiva tersebut. Jurnal yang dibuat: Dr. Fixed Asets Cr. xxx Donated Capital xxx menurut Standar Akuntansi Keuangan (2007;16:6), menerangkan bahwa : “Aset tetap yang diperoleh dari hibah pemerintah tidak boleh diakui sampai dipe roleh keyakinan bahwa : entitas akan memenuhi kondisi atau prasyarat hibah tersebut, dan hibah akan diperoleh” Saat sumber daya yang berharga ditemukan pada lahan yang telah dimiliki, Penemuan (discovery) ini akan meningkatkan nilai aktiva. Tetapi, karena harga perolehan tanah tidak dipengaruhi oleh penemuan tersebut maka kenaikan tersebut biasanya diabaikan. 8. Perolehan dengan Penerbitan Surat Berharga Aktiva tetap yang diperoleh melalui penerbitan surat berharga (misalnya penerbitan saham ataupun obligasi), maka harga dari aktiva tetap tidak bisa diukur secara tepat. Jadi dasar pencatatan yang mungkin digunakan adalah nilai pasar surat berharga yang diterbitkan. Jika nilai pasar dari surat berharga yang ditukarkan tidak dapat ditentukan, maka nilai pasar aktiva tetap itu harus ditentukan oleh appraisal yang independen, dan dari hasil penilain tersebut digunakan sebagai dasar mencatat aktiva dan penerbitan surat berharga. 2.1.4. Biaya Selama Masa Perolehan Aktiva Tetap. Harga perolehan aktiva tetap semua jumlah dana yang dikeluarkan untuk mendapatkan aktiva tetap dan membuatnya siap digunakan, menurut Skousen et. all (2005:5), adalah: 1. Tanah Karena tanah adalah aktiva yang tidak disusutkan, maka biaya yang dikenakan pada tanah haruslah biaya yang secara langsung berhubungan dengan masa manfaat tanah yang tidak terbatas. Biaya yang terkait dalam perolehan tanah, antara lain : harga pembelian, biaya pajak, biaya pembersihan, biaya peningkatan mutu tanah, biaya untuk memindahkan atau menghancurkan gedung yang tidak dibutuhkan, biaya perizinan dari badan-badan pemerintah, bea balik nama, biaya pengaspalan jalan. 2. Bangunan Harga perolehan bangunan termasuk biaya yang diperlukan untuk memperbaiki kondisi bangunan sebelum ditempati, biaya jasa arsitek, biaya jasa insinyur, biaya asuransi selama konstruksi, bunga asuransi selama konstruksi, bunga atas pinjaman untuk membiayai, jalan setapak ke dan sekitar bangunan, perbaikan (pembelian bangunan bekas), restorasi (pembelian bangunan bekas), modifikasi untuk penggunan, izin dai badan-badan pemerintah. 3. Mesin dan Pe ralatan Harga perolehan peralatan meliputi biaya angkut dan asuransi selama mesin dan peralatan tersebut dalam perjalanan, dan biaya yang keluar untuk uji coba dan pemasangan, harga beli, pajak, perbaikan (pembelian peralatan dan mesin bekas), restorasi (pembelian peralatan dan mesin bekas), asuransi pengangkutan, biaya perakitan, modifikasi untuk penggunan, izin dai badan-badan pemerintah. 4. Perbaikan Tanah Harga perolehan perbaikan tanah meliputi biaya-biaya sebagai berikut : biaya pemetaan tanah, pengaspalan dan pemagaran, biaya perbaikan, pepohonan dan rerumputan, penerangan halaman, pengaspalan area parkir. Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2007;16:2), Biaya perolehan adalah : “Jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar dari imbalan lain yang diserahkan untuk me mperoleh suatu aset pada saat perolehan atau konstruksi atau, jika dapat dite rapkan, jumlah yang diatribusikan ke aset pada saat pertama kali diakui sesuai dengan persyaratan tertentu dalam PSAK lain.” Biaya-biaya tersebut antara lain: 1. Reparasi dan Pemeliharan Suku cadang utama dan peralatan siap pakai memenuhi kriteria aset tetap ketika entitas memperkirakan akan menggunakan aset tersebut selama lebih dari satu periode. Sama halnya jika suku cadang dan peralatan pemeliharaan yang hanya bisa digunakan untuk suatu aset tetap tertentu, hal ini juga dicatat sebagai aset tetap. Entitas tidak boleh mengakui biaya perawatan se hari- hari aset tetap sebagai bagian dari aset yang bersangkutan. Biaya-biaya ini diakui dalam laporan laba rugi saat terjadinya. Biaya perawatan sehari- hari terutama terdiri atas biaya tenaga kerja dan bahan habis pakai termasuk di dalamnya suku cadang kec il. Pengeluaran-pengeluaran untuk hal tersebut sering disebut “biaya pemeliharan dan perbaikan” aset tetap. 2. Penggantian Bagian-bagian tertentu aset tetap mungkin perlu untuk diganti secara periodik. Entitas dapat juga memperoleh komponen aset tetap tertentu untuk melakukan penggantian yang tidak selalu sering dilakukan, entitas mengakui biaya penggantian komponen suatu aset tetap dalam jumlah tercatat aset saat biaya itu terjadi jika pengeluaran tersebut memenuhi kriteria untuk diakui sebagai bagian dari aset. Jumlah tercatat komponen yang diganti tersebut tidak lagi diakui apabila telah memenuhi ketentuan penghentian pengakuan. 3. Pemeriksaan Agar aset tetap dapat beroprasi secara berkelanjutan, perlu dilakukan inspeksi teratur terlepas apakah ada komponen yang diganti. Dalam setiap inspeksi yang signifikan biaya inspeksi diakui dalam jumlah tercatat aset tetap sebagai suatu penggantian apabila memenuhi kriteria pengakuan. Sisa jumlah tercatat biaya inspeksi yang terdahulu, jika ada (yang dibedakan dari komponen fisiknya), dihentikan pengakuannya. Hal ini terjadi terlepas apakah biaya inspeksi terdahulu teridentifikasi dalam transaksi perolehan atau konstruksi aset tetap tersebut. Jika diperlukan, estimasi biaya inspeksi sejenis yang akan dilakukan di masa depan dapat digunakan sebagai indikasi biaya inspeksi saat aset tersebut diperoleh atau dibangun. 2.1.5. Penghentian dan Pelepasan Aktiva Tetap. Aktiva dapat dihentikan dengan dijual, ditukarkan, atau dibiarkan. Penyusutan yang belum dicatat untuk periode tersebut dicatat pada tanggal pelepasan. Nilai buku pada saat penjualan dihitung sebagai selisih antara harga perolehan aktiva dan akumulasi penyusutan. Jika harga penghentian melebihi nilai bukunya, maka keuntungan. Jika harga penghentian kurang dari nilai bukunya, suatu kerugian. Berikut ini jurnal penghentian atau pelepasan aktiva tetap dengan berbagai kondisi: 1. Penghentian Aktiva dengan Penjualan Seperti contoh sebelumnya penghentian aktiva mesin dengan cara dijual melebihi nilai buku. Dr. Depreciation Expense - Machinery Cr. Accumulated Depreciation - Machinery Dr. Cash xxx xxx Accumulated Depreciation- Machinery Cr. xxx xxx Gain on Sales of Machinery xxx Machinery xxx 2. Penghentian Aktiva melalui Pertukaran dengan Aktiva Nonmoneter Lain Seperti contoh sebelumnya penghentian aktiva mesin dengan cara ditukar dengan peralatan dan terjadi keuntungan atas pertukaran. Dr. Depreciation Expense - Machinery Cr. Accumulated Depreciation - Machinery Dr. Accumulated Depreciation- Machinery Equipment Cr. xxx xxx xxx xxx Machinery xxx Gain on Exchange of Machinery xxx Cash xxx 3. Penghentian Aktiva melalui Pertukaran dengan Aktiva Sejenis Seperti contoh sebelumnya penghentian aktiva mesin dengan cara ditukar dengan mesin baru dan terjadi keuntungan atas pertukaran. Dr. Depreciation Expense - Machinery Cr. Accumulated Depreciation - Machinery Dr. Accumulated Depreciation- Machinery Machinery (new) Cr. xxx xxx xxx xxx Machinery (old) xxx Gain on Exchange of Machinery xxx Cash xxx 2.2. Penyusutan Aktiva Tetap 2.2.1. Pengertian Penyus utan Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2007:16:2), menerangkan bahwa : “Penyusutan adalah alokasi sistematik jumlah yang dapat disusutkan dari s uatu aset selama umur manfaatnya” Menurut Skousen et. all (2005:104), menerangkan bahwa : “Penyusutan adalah alokasi yang sistematis dari harga perolehan aktiva selama periode-periode berbeda yang memperoleh manfaat dari penggunaan suatu aktiva.” Dari pengertian penyusutan diatas dapat disimpulkan bahwa penyusutan adalah pengalokasian dari sebagian harga perolehan aktiva tetap berdasarkan manfaat yang diestimasikan. 2.2.2. Faktor-faktor yang me mpengaruhi dalam Menentukan Biaya Penyusutan. Terdapat empat faktor yang dipertimbangkan dalam menetukan jumlah beban penyusutan tahunan yang tepat menurut Skousen et. all (2005:105), yaitu : 1. Harga Pe rolehan Aktiva Harga perolehan suatu aktiva meliputi semua pengeluaran yang berhubungan dengan perolehan dan persiapan penggunaan aktiva tersebut. Harga perolehan dikurangi dengan nilai sisa, jika ada, adalah harga perolehan yang dapat disusutkan atau dasar penyusutan, yaitu jumlah harga perolehan aktiva yang akan dibebankan pada periode-periode mendatang. 2. Nilai Sisa atau Nilai Residu Nilai sisa (residu) suatu aktiva adalah perkiraan harga penjualan aktiva pada saat aktiva tersebut dijual setelah dihentikan pemakaiannya. Nilai sisa tergantung pada kebijaksanaan penghentian aktiva dalam perusahaan serta keadaan pasar. 3. Masa Manfaat atau Umur Ekonomis Aktiva operasi tidak lancar selain tanah memiliki masa manfaat yang terbatas sebagai akibat dari faktor fisik dan fungsional. Faktor fisik yang membatasi masa manfaat suatu aktiva adalah : kerusakan, keausan, kehancuran. Kerusakan pada penggunaan aktiva tetap seperti mobil, gedung, atau furnitur yang menyebabkan aktiva tersebut tidak dapat digunakan kembali. Aktiva berwujud, baik dipakai atau tidak, kadang kala hancur karena usia. Terakhir, kebakaran, banjir, gempa, dan kecelakaan dapat menghentikan masa manfaat dari suatu aktiva. Faktor fungsional utama yang membatasi masa manfaat aktiva adalah keusangan. Suatu aktiva dapat kehilangan kegunaannya sebagai akibat dari perubahan dalam kebutuhan dunia usaha atau kemajuan teknologi, sehingga tidak dapat lagi menghasilkan pendapatan yang mencukupi untuk dijadikan alasan dari penggunan aktiva tersebut. Meskipun aktiva tersebut secara fisik masih dapat dipergunakan, ke tidak mampuannya menghasilkan pendapatan yang memadai telah memperpendek masa manfaatnya. 4. Pola Penggunaan Untuk mengaitkan harga perolehan aktiva dengan pendapatan, maka penyusutan harus mencerminkan pola penggunaannya setepat mungkin. Jika aktiva tersebut menghasilkan pola yang pendapatan yang berbeda-beda, maka biaya penyusutannya harus berbeda-beda pula sesuai penggunaannya. 2.2.3. Metode Perhitungan Penyusutan. Perubahan metode akuntansi menurut Standar Akuntansi Keuangan (2007:16:11), menerangkan bahwa : “Metode penyusutan yang digunakan untuk aset harus di-review minimum setiap akhir tahun buku dan, apabila terjadi pe rubahan yang signifikan dalam ekpektasi pola kons umsi manfaat ekonomi masa depan dari aset tersebut, maka metode penyus utan harus diubah untuk me ncerminkan perubahan pola tersebut. Pe rubahan metode penyusutan harus dipe rlakukan sebagai perubahan estimasi akuntansi.” Berbagai metode penyusutan dapat digunakan untuk mengalokasikan jumlah yang disusutkan secara sistematis dari suatu aset selama umur manfaatnya. Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2007:16:11), penyusutan dapat dilakukan dengan berbagai metode, antara lain : 1. Metode garis lurus (straight line method). Metode garis lurus menghasilkan pembebanan yang tetap selama umur manfaat aset jika nilai residunya tidak berubah. 2. Metode saldo menurun (diminishing balance method). Metode saldo menurun menghasilkan pembebanan yang menurun selama umur manfaat aset. 3. Metode jumlah unit (sum of the unit method). Metode jumlah unit menghasilkan pembebanan berdasarkan pada penggunan atau output yang diharapkan dari suatu aset. Metode penyusutan aset dipilih berdasarkan ekspetasi pola konsumsi manfaat ekonomis masa depan dari aset dan diterapkan secara konsisten dari periodeperiode kecuali ada perubahan dalam ekspektasi pola konsumsi manfaat ekonomis masa depan dari aset tersebut. Menurut Skousen et. all (2005:108), penyusutan diuraikan sebagai berikut : 1. Metode penyusutan berdasarkan faktor waktu : a. Metode garis lurus b. Metode yang dipercepat : Metode jumlah angka tahun Metode saldo menurun 2. Metode penyusutan berdasarkan faktor pengguanaan : a. Metode jumlah jam jasa b. Metode jumlah unit produksi 3. Metode penyusutan kelompok dan gabungan 1. Metode Faktor Waktu Metode alokasi biaya yang paling banyak digunakan adalah metode yang berhubungan dengan waktu. Sutau aktiva produktif dipergunakan dalam jangka waktu tertentu dan perubahan teknologi turut mempengaruhi umur aktiva tersebut. a. Metode Garis Lurus (straight line method). Metode penyusutan garis lurus menghubungkan penyusutan dengan berjalannya waktu dan mengakui jumlah penyusuta n yang sama untuk setiap tahunnya selama masa manfaat aktiva tersebut. Perhitungan penyusutan dengan metode garis lurus memiliki asumsi yang sederhana, bahwa aktiva tersebut memiliki manfaat yang sama disetiap periodenya dan penyusutan tidak dipengaruhi oleh produktivitas atau perbedaan dalam efisiensi dari aktiva itu. Penyusutan dihitung menggunakan rumus : Penyusutan = Harga Perolehan Aktiva – Nilai Sisa Masa Manfaat Aktiva Penyusutan dalam metode garis lurus bisa juga dinyatakan dalam bentuk tarif penyusutan pertahun., dengan cara 100% dibagi dengan taksiran masa manfaat aktiva. Maka rumus penyusutan dengan menjadi : Penyusutan = (Harga Perolehan – Nilai Sisa) X Tarif Penyusutan Misalnya : Perusahaan membeli sebuah mesin dengan harga perolehan sebesar Rp. 100.000 dengan nilai sisa diperkirakan sebesar Rp. 5000 dan umur mesin tersebut dapat digunakan selama 5 tahun Penyusutan setiap tahunnya dihitung sebagai berikut : Tarif Penyusutan Penyusutan = 100% = 20% 5 Tahun = (Rp. 100.000 – Rp.5000) X 20% = Rp 19.000 Penyusutan untuk tahun pertama dan untuk tahun berikutnya dicatat sebagai berikut : Dr. Depreciation Expense - Machinery Cr. Rp. 19.000 Accumulated Depreciation - Machinery Rp. 19.000 Sebuah tabel yang meringkas penyusutan tahunan selama umur aktiva tersebut dengan menggunakan metode garis lurus, adalah sebagai berikut : 1 Tabel 2.1 Penyusutan Per Tahun Mesin Metode Penyusutan Garis Lurus Harga Jumlah Akumulasi Perolehan Penyusutan Penyusutan Rp. 100.000 Rp. 19.000 Rp. 19.000 Nilai Buku Rp. 81.000 2 Rp. 100.000 Rp. 19.000 Rp. 38.000 Rp. 62.000 3 Rp. 100.000 Rp. 19.000 Rp. 57.000 Rp. 43.000 4 Rp. 100.000 Rp. 19.000 Rp. 76.000 Rp. 19.000 5 Rp. 100.000 Rp. 19.000 Rp. 95.000 Rp. 5.000 Tahun Sumber : Skousen et. all (2005:109) Nilai sisa kadang kala diabaikan karena jumlahnya yang relatif kecil, maka penyusutan akan menjadi Rp. 20.000 dan bukan Rp. 19.000. b. Metode yang Dipe rcepat Penggunaan metode penyusutan yang dipercepat didasarkan pada pengurangan efisiensi, produktivitas dan keuntungan lainnya dari aktiva yang terjadi paling besar di masa- masa awal perolehan aktiva tersebut. Metode Penyusutan Jumlah Angka Tahun (sum-of-the-years-digit method) Metode penyusutan jumlah angka tahun mengakui jumlah penyusutan yang semakin menurun tiap tahunnya. Besarnya angka tahun untuk tiap periode akan semakin kecil dengan semakin tuanya umur aktiva tetap , karena besarnya angka tahun adalah berbanding terbalik dengan umur aktiva. Untuk menghitungnya diperlukan serangkaian pecahan dimana pembilangnya jumlah tahun yang tersisa dari masa manfaat suatu aktiva, sedangkan pembaginya jumlah semua angka masa manfaat suatu aktiva. Misalnya suatu aktiva tetap mempunyai umur ekonomis 5 tahun maka pembilang untuk masing- masing tahun 5,4,3,2,1 dan untuk penyebutnya adalah 1+2+3+4+5=15, sehingga tarif penyusutan setiap tahun berturut-turut adalah 5/15, 4/15, 3/15, 2/15, 1/15. Penyusutan untuk tahun pertama dihitung sebagai berikut : Penyusutan = Tarif Penyus utan X (Harga Perolehan – Nilai Sisa) = 5 X (Rp. 100.000 – Rp.5000) 15 = Rp. 31.667 Penyusutan untuk tahun pertama dicatat sebagai berikut : Dr. Depreciation Expense - Machinery Cr. Rp. 31.667 Accumulated Depreciation - Machinery Rp. 31.667 Tabel yang meringkas penyusutan tahunan selama umur aktiva tersebut dengan menggunakan metode penyusutan jumlah angka tahun, adalah sebagai berikut : 1 Tabel 2.2 Penyusutan Per Tahun Mesin Metode Penyusutan Jumlah Angka Tahun Harga Jumlah Akumulasi Perolehan Penyusutan Penyusutan Rp. 100.000 Rp. 31.667 Rp. 31.667 Nilai Buku Rp. 68.333 2 Rp. 100.000 Rp. 25.333 Rp. 57.000 Rp. 43.000 3 Rp. 100.000 Rp. 19.000 Rp. 76.000 Rp. 24.000 4 Rp. 100.000 Rp. 12.667 Rp. 88.667 Rp. 11.333 5 Rp. 100.000 Rp. 6.333 Rp. 95.000 Rp. 5.000 Tahun Sumber : Skousen et. all (2005:110) Penyusutan dengan metode ini, beban penyusutan menurun sebesar 1/15 dari dasar penyusutan pertahun atau sebesar Rp. 6.333 (Rp. 6.334) karena efek pembulatan. Metode Saldo Menurun (declining balance method) Metode penyusutan dengan pola beban menurun secara periodik dinyatakan dalam persentase tertentu dari nilai buku aktiva tetap pada awal periode yang bersangkutan. Nilai sisa tidak dipergunakan pada metode ini, secara umum diakui bahwa penyusutan tidak diteruskan ketika nilai buku telah menyamai nilai sisa. Penyusutan = Nilai Buku Awal Periode X Tarif Penyusutan Tarif penyusutan yang digunakan adalah dua kali tarif metode garis lurus. Misalnya : suatu aktiva tetap ditaksir berumur 5 tahun, maka tarif penyusutannya adalah 40%, yaitu dua kali tarif metode garis lurus sebesar 20% dengan menggunakan contoh yang sebelumnya, beban penyusutan pada tahun pertama dihitung sebagai berikut : Penyusutan = (Rp. 100.000 – Rp. 0) X 40% = Rp. 40.000 Penyusutan untuk tahun pertama dicatat sebagai berikut : Dr. Depreciation Expense - Machinery Cr. Rp. 40.000 Accumulated Depreciation - Machinery Rp. 40.000 Tabel yang meringkas penyusutan tahunan selama umur aktiva tersebut dengan menggunakan metode penyusutan saldo menurun, adalah sebagai berikut : 1 Tabel 2.3 Penyusutan Per Tahun Mesin Metode Penyusutan Saldo Menurun Harga Jumlah Akumulasi Perolehan Penyusutan Penyusutan Rp. 100.000 Rp. 40.000 Rp. 40.000 Nilai Buku Rp 60.000 2 Rp. 100.000 Rp. 24.000 Rp. 64.000 Rp. 36.000 3 Rp. 100.000 Rp. 14.400 Rp. 78.400 Rp. 21.600 4 Rp. 100.000 Rp. 8.640 Rp. 87.040 Rp. 12.960 5 Rp. 100.000 Rp. 5.184 Rp. 92.224 Rp. 7.776 Tahun Sumber : Skousen et. all (2005:111) Persentase 40% yang diterapkan pada nilai buku aktiva yang semakin menurun setiap tahunnya. Dengan menggunakan tarif ini, nilai buku setelah lima tahun akan melebihi nilai sisanya sebesar Rp. 2.776 (7.776 – Rp. 5000). 2. Metode Penyusutan Berdas rkan Fator Penggunaan Metode penyusutan dengan faktor penggunaan memndang keausan aktiva sebagai terutama berkaitan dengan penggunaan aktiva atau output, dan meghasilkan biaya periodik yang berbeda sesuai dengan penggunaan tersebut. a. Metode Jumlah Jam Jasa Metode ini memerlukan estimasi umur aktiva dalam satuan jam jasa. Harga perolehan yang dapat disusutkan dibagi dengan total jam jasa menghasilkan tarif penyusutan yang dialokasikan pada tiap jam penggunaan aktiva. Penggunaan aktiva selama periode diukur dan jumlah jam jasa dikalikan dengan tarif penyusutan menghasilkan biaya penyusutan periodik. Rumus yang digunakan, adalah : Penyusutan per jam = Harga Pe rolehan – Nilai Sisa Taksiran Jam Kerja Misalnya : Perusahaan mempunyai sebuah mesin dengan harga perolehan sebesar Rp. 100.000 dengan nilai sisa diperkirakan sebesar Rp. 5000 ditaksir dapat digunakan selama 20.000 jam kerja. Penyusutan per jam akan dihitung sebagai berikut : Penyusutan Per Jam = Rp 100.000 – Rp. 5000 20.000 jam = Rp 4,75 per jam Apabila tahun pertama dimisalkan mesin digunakan selama 3000 jam maka beban penyusutan = 3000 X Rp. 4,75 = Rp. 14.250 Tabel yang meringkas penyusutan tahunan selama umur aktiva tersebut dengan menggunakan metode penyusutan jumlah jam jasa, adalah sebagai berikut : Tabel 2.4 Penyusutan Per Tahun Mesin Metode Penyusutan Jumlah Jam Jasa Tahun 1 Jam Kerja 3000 Harga Perolehan Rp. 100.000 Jumlah Penyusutan Rp. 14.250 Akumulasi Aktiva Rp. 14.250 Nilai Buku Rp. 85.750 2 5000 Rp. 100.000 Rp. 23.750 Rp. 38.000 Rp. 62.000 3 5000 Rp. 100.000 Rp. 23.750 Rp. 61.750 Rp. 38.250 4 4000 Rp. 100.000 Rp. 19.000 Rp. 80.750 Rp. 19.250 5 3000 Rp. 100.000 Rp. 14.250 Rp. 95.000 Rp. 5.000 Sumber : Skousen et. all (2005:114) b. Metode Unit Produksi (unit of production method) Metode ini memerlukan estimasi mengenai total unit yang dihasilkan oleh suatu aktiva. Produksi selama suatu periode dikalikan dengan biaya per unit menghasilkan beban penyusutan. Misalnya : Perusahaan mempunyai sebuah mesin dengan harga perolehan sebesar Rp. 100.000 dengan nilai sisa diperkirakan sebesar Rp. 5000 ditaksir penggunaannya menghasilkan 25.000 unit barang. Penyusutan per jam akan dihitung sebagai berikut : Penyusutan = Rp 100.000 – Rp. 5000 25.000 unit = Rp 3.80 per unit 3. Metode Kelompok dan Gabungan Prosedur pengalokasian harga perolehan kelompok d isebut dengan kelompok disebut dengan penyusutan kelompok ketika aktiva-aktiva dalam kelompok tersebut sejenis dan disebut dengan penyusutan gabungan jika aktiva-aktiva dalam kelompok tersebut berbeda-beda. Prosedur penyusutan kelompok memperlakukan sekumpulan aktiva sebagai satu kelompok tunggal. Penyusutan diakumulasikan dalam satu akun, dan tarif penyusutan didasarkan pada masa manfaat rata-rata dari aktiva-aktiva dalam kelompok tersebut. Penyusutan kelompok biasanya dihitung sebagai adaptasi dari metode garis lurus. Tarif penyusutan kelompok ditentukan dengan menganalisis berbagai aktiva atau kelompok aktiva yang digunakan dan menghitung penyusutan sebagai rata-rata dari penyusutan garis lurus tahunan. Menurut Kieso et. all (2002:61), penyusutan diuraikan sebagai berikut : 1. Metode aktivitas (unit penggunaan atau produksi). 2. Metode garis lurus. 3. Metode beban menurun (dipercepat) : a. Jumlah-angka tahun. b. Metode saldo menurun. 4. Metode penyusutan khusus : a. Metode Kelompok dan gabungan / komposit b. Metode Campuran atau kombinasi. 1. Metode Aktivitas (Unit Penggunaan atau Produksi) Metode aktivitas (activity method) juga disebut pendekatan beban variabel, mengasumsikan bahwa penyusutan adalah fungsi dari penggunaan atau produktivitas dan bukan dari berlalunya waktu. Beban Penyusutan dihitung menggunakan rumus : (Biaya dikurangi nilai sisa) x Jumlah tahun ini = Beban Penyus utan Total estimasi jam Misalnya : Perusahaan memiliki sebuah mesin dengan harga perolehan Rp. 500.000 dengan nilai sisa diperkirakan sebesar Rp. 50.000, umur mesin tersebut dapat digunakan selama 5 tahun dan umur produktif dalam jam 30.000 jam. Mesin digunakan selama 4000 jam pada tahun pertama, maka beban penyusutan adalah : (Rp. 500.000 – Rp. 50.000) x 4.000 = Rp. 60.000 30.000 2. Metode Garis Lurus Metode garis lurus (straight line method) mempertimbangkan penyusutan sebagai fungsi dari waktu, bukan fungsi dari penggunaan. Prosedur garis- lurus secara konseptual seringkali juga merupakan prosedur penyusutan yang paling sesuai. Sama halnya dengan contoh diatas maka beban penyusutan untuk mesin Derek dihitung sebagai berikut : Biaya dikurangi nilai sisa = Beban Penyusutan Estimasi umur pelayanan Rp. 500.000 – Rp. 50.000 = 90.000 5 Penyusutan untuk tahun pertama dan untuk tahun berikutnya dicatat sebagai berikut : Dr. Depreciation Expense - Machinery Cr. Accumulated Depreciation - Machinery Rp. 90.000 Rp. 90.000 3. Metode Beban Menurun Metode beban menurun (decreasing charge methods), menyediakan biaya penyusutan yang lebih tinggi pada tahun-tahun awal dan beban yang lebih rendah pada periode mendatang. Secara umum, dua metode beban menurun digunakan : metode jumlah angka tahun dan metode saldo menurun. a. Metode Jumlah Angka Tahun Tahun Metode jumlah angka tahun (sum of years digits method) menghasilkan beban penyusutan yang menurun berdasarkan pecahan yang menurun dari biaya yang dapat disusutkan (biaya awal dikurangi nilai sisa). Setiap pecahan menggunakan jumlah angka tahun sebagai penyebut (5+4+3+2+1 = 15) dan jumlah tahun estimasi umur yang tersisa pada awal tahun sebagai pembilang. Dengan metode ini, pembilang menurun tahun demi tahun dan penyebut tetap konstan (5/15, 4/15, 3/15, 2/15, dan 1/15). Beban penyusutan untuk tahun pertama dihitung sebagai berikut : Beban Penyusutan = Tarif Penyus utan X = (Harga Perolehan – Nilai Sisa) = 5 X (Rp. 500.000 – Rp. 50.000) 15 = Rp. 150.000 Beban penyusutan untuk tahun pertama dicatat sebagai berikut : Dr. Depreciation Expense – Machinery Cr. Rp. 150.000 Accumulated Depreciation - Machinery Rp. 150.000 Tabel yang meringkas penyusutan tahunan selama umur aktiva tersebut dengan menggunakan metode penyusutan jumlah angka tahun, adalah sebagai berikut : Tahun 1 Tabel 2.5 Beban pe nyus utan per tahun mesin Metode Penyusutan Jumlah Angka Tahun Umur yang Dasar Pecahan Beban Tersisa dalam Penyusutan Penyusutan Penyusutan Tahun 5 Rp. 450.000 5/15 Rp. 150.000 Nilai Buku Rp. 350.000 2 4 Rp. 450.000 4/15 Rp. 120.000 Rp. 230.000 3 3 Rp. 450.000 3/15 Rp. 90.000 Rp. 140.000 4 2 Rp. 450.000 2/15 Rp. 60.000 Rp. 80.000 5 1 Rp. 450.000 1/15 Rp. 30.000 Rp. 50.000 Sumber : Kieso et. all (2002:63) b. Metode Saldo Menurun Metode saldo menurun, yang menggunakan tarif penyusutan berupa beberapa kelipatan dari metode garis- garis lurus. Sebagai contoh, tarif saldo menurun berganda untuk aktiva 10 tahun akan menjadi 20% (dua kali tarif garis- lurus, yaitu 1/10 atau 10%). Tarif saldo menurun tetap konstan dan diaplikasikan pada nilai buku yang menurun setiap tahun. Tarif saldo menurun dikalikan dengan nilai buku aktiva pada awal setiap periode. Beban Penyusutan = Nilai Buku Awal Pe riode X Tarif Penyusutan Misalnya : suatu aktiva tetap ditaksir berumur 5 tahun, maka tarif penyusutannya adalah 40%, yaitu dua kali tarif metode garis lurus sebesar 20% dengan menggunakan contoh yang sebelumnya, beban penyusutan pada tahun pertama dihitung sebagai berikut : Beban Penyusutan = (Rp. 500.000 – Rp. 0) X 40% = Rp. 200.000 Beban penyusutan untuk tahun pertama dicatat sebagai berikut : Dr. Depreciation Expense - Machinery Cr. Tahun 1 Rp. 200.000 Accumulated Depreciation - Machinery Rp. 200.000 Tabel 2.6 Beban pe nyus utan per tahun mesin Metode Penyusutan Saldo Menurun Tarif Saldo Nilai Beban Saldo Menurun Buku Tahun Penyusutan Akumulasi Pertama Penyusutan 40% Rp. 500.000 Rp. 200.000 Rp. 200.000 Nilai Buku Rp. 300.000 2 40% Rp. 300.000 Rp. 120.000 Rp. 320.000 Rp. 180.000 3 40% Rp. 180.000 Rp. 72.000 Rp. 392.000 Rp. 108.000 4 40% Rp. 108.000 Rp. 43.200 Rp. 435.200 Rp. 64.800 5 40% Rp. 64.800 Rp. 14.800 Rp. 450.000 Rp. 50.000 Sumber : Kieso et. all (2002:63) 4. Metode Penyusutan Khusus Kadang-kadang perusahaan tidak memilih salah satu dari metode penyusutan yang lebih popular karena aktiva yang terlibat memiliki karakteristik yang unik, atau sifat industrinya mengharuskan penerapan metode penyusutan khusus. Dua metode dari penyusutan khusus antara lain : a. Metode Kelompok dan Gabungan / Komposit. Terdapat dua metode penyusutan untuk bebrapa akun aktiva yang digunakan, yaitu : metode kelompok dan metode gabungan. Metode kelompok sering digunakan apabila aktiva bersangkutan cukup homogen dan memiliki masa manfaat yang hampir sama. Pendekatan gabungan digunakan apabila aktiva bersifat heterogen dan memiliki umur manfaat yang berbeda. b. Metode campuran atau kombinasi. Perusahaan bebas mengembangkan metode penyusutan sendiri yang khusus atau dibuat khusus. Prinsip-prinsip akuntansi yang diterima umum hanya mensyaratkan bahwa metode itu menghasilkan pengalokasian biaya aktiva selama umur aktiva dengan cara yang sistematis dan rasional. 2.2.4. Metode Pencatatan Penyusutan Menurut Kieso et. all (2002:82), Pencatatan depresiasi umumnya dilakukan pada akhir periode akuntansi. Secara teoritis pencatatan depresiasi dapat dilakukan dengan dua cara, antara lain : 1. Metode Langsung Dalam metode langsung depresiasi dicatat dengan cara mengkredit rekening aktiva tetap yang bersangkutan. Contoh pencatatan depresiasi dengan metode langsung (misalnya mesin): Dr. Depreciation expenses - Machinery Cr. xxx Fixed Assets - Machinery xxx Maka pada tiap akhir tahun rekening mesin dikredit sejumlah depresiasi tahunan untuk mesin. Dengan hal ini nilai mesin yang tercantum dalam neraca makin lama akan semakin kecil dan setelah sampai pada akhir umur produktifnya rekening mesin di neraca akan menunjukan nilai residunya. 2. Metode Cadangan atau Tidak Langsung Pada metode ini pencatatan depresiasi tahunan tidak dikreditkan pada rekening aktiva yang bersangkutan, tetapi dicatat dengan mengkredit rekening akumulasi depresiasi. Jurnal pencatatan depresiasi dengan metode ini adalah sebagai berikut : Dr. Depreciation expenses – Machinery Cr. Accumulated Depreciation – Machinery xxx xxx Rekening depresiasi mesin menunjukan jumlah depresiasi yang dibebankan pada tahun tertentu dan rekening ini pada akhir periode ditutup ke rekening rugi/laba. Rekening akumulasi depersiasi mesin adalah merupakan rekening neraca. Rekening ini mencatat kumpulan dari penyusutan-penyustutan tahunan, sehingga saldo rekening akumulasi depresiasi mesin pada suatu saat tertentu menunjukan jumlah depresiasi yang telah dibebankan sampai saat itu. 2.2.5. Dilakukannya Pencatatan Penyusutan Menurut Abdullah Sahab (1992:395), penyusutan dapat dicatat dengan jurnal yang dibuat setiap bulan atau ayat jurnal penyesuaian tersebut dapat juga ditunda sampai akhir tahun. Ayat jurnal yang mengurangi beban aktiva yaitu akumulasi penyusutan, dengan adanya hal ini akan mempermudah perhitungan beban penyusutan scara berkala. Pada saat penghentian aktiva tetap baik dijual, ditukar, atau dihentikan maka pencatatan penyusutan dapat dilakukan dengan sebaik mungkin dengan cara mengetahui jumlah akumulasi penyusutan yang berhubungan dengan aktiva. Karena itu sebaiknya penyusutan aktiva tetap yang akan dikeluarkan untuk tahun yang berjalan sampai saat pengeluaran harus dicatat. Keuntungan dari pencatatan pada saat penghentian yaitu pencatatan berkala tidak perlu diadakan lagi.