Yudha Widhiatma | 447 PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS 4 SDN KALINANAS 01 Oleh Yudha Widhiatma [email protected] Wasitohadi [email protected] Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga ABSTRAK Latar belakang masalah dalam penelitian ini adalah pada pembelajaran IPA kelas 4 yang dilakukan hanya berpusat pada guru dan menyebabkan siswa kurang begitu aktif dalam mengikuti pembelajaran di kelas. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL), mendapatkan penjelasan tentang alasan model pembelajaran PBL dapat meningkatkan hasil belajar, dan mendiskripsikan langkah-langkah model pembelajaran PBL. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas menggunakan model spiral Kemmis dan McTaggart, melalui terdiri dari 3 tahap yaitu tahap perencanaan, tahap implementasi dan observasi, dan tahap refleksi dalam 2 siklus. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas 4 SD Negeri Kalinanas 01 sebanyak 25 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes dan nontes (observasi). Data dianalisis dengan teknik analisis deskriptif komparatif. Hasil penelitian menunjukkan dengan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 4 SD Negeri Kalinanas 01 semester II tahun pelajaran 2016/2017. Selain itu pembelajaran PBL dapat merangsang siswa untuk lebih memahami pelajaran dengan memberikan suatu permasalahan untuk dipecahkan, dan Penerapan langkah-langkah model pembelajaran PBL sesuai sintaks dapat meningkatkan hasil belajar IPA. Hal tersebut terbukti dengan meningkatnya persentase ketuntasan hasil belajar. Pada prasiklus ketuntasan hanya 41%, setelah menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada siklus I ketuntasan meningkat menjadi 65,51 %, pada siklus II ketuntasan siswa mencapai 93,11 %. Nilai rata-rata kelas juga mengalami kenaikan dari 64 pada prasiklus menjadi 72,32 dan pada siklus II menjadi 79,82. Dengan demikian dapat disimpulkan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 4 SD Negeri Kalinanas 01 semester II tahun pelajaran 2016/2017. Kata Kunci: hasil belajar IPA, model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) 448 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 4, Juni 2017 PENDAHULUAN Kualitas pendidikan dipengaruhi oleh proses pendidikan dan hasil pendidikan yang dicapai. Dalam proses pendidikan yang berkualitas terlibat berbagai aspek seperti bahan ajar, metodologi, dukungan administrasi dan sarana prasarana dan sumber daya lainnya serta penciptaan suasana yang kondusif. Dari berbagai input tersebut nantinya akan mendukung dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Pembelajaran memiliki tujuan untuk merubah diri siswa dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak mengerti menjadi mengerti. Pembelajaran di sekolah harus mampu mengembangkan sikap, keterampilan dan pengetahuan peserta didik yang nantinya akan mencapai hasil pembelajaran yang baik. Hasil pembelajaran menurut Lindgren (dalam M. Thobroni, 2015: 22) meliputi kecakapan, informasi, pengertian dan sikap. Hasil pembelajaran terlihat dari kecakapan yang diperoleh dari pembelajaran, informasi tentang suatu hal yang di temukan dari proses pembelajaran yang berlangsung, pengertian yang diterima siswa terhadap suatu hal atau materi pembelajaran yang telah dijelaskan dalam proses pembelajaran, dan perubahan sikap siswa terhadap suatu hal yang baru mereka peroleh dari pembelajaran. Dalam mencapai hasil belajar yang baik harus diimbangi dengan proses pembelajaran yang baik yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Tujuan pembelajaran menjadi acuan dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru mencakup mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Dasar. Salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Dasar dalam mencapai tujuan pembelajaran adalah IPA. Menurut Trianto (2010:136) IPA adalah suatu kumpulan yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntun sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur dan sebagainya. Ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala alam yang ada di dalam kehidupan seharihari. Dalam kehidupan sehari hari pembelajaran IPA mempelajari tentang gejalagejala alam yang berlangsung pada lingkungan sehari-hari. Oleh sebab itu pembelajaran IPA dilakukan sejak sekolah dasar. Hal tersebut bertujuan untuk membekali peserta didik agar mampu berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta memiliki kemampuan kerjasama. Pada masa lalu pembelajaran IPA dilakukan dengan terfokus pada guru. Pembelajaran IPA disampaikan dengan menggunakan metode ceramah saja. Keterlibatan siswa pada saat proses pembelajaran juga masih kurang, komunikasi yang dilakukan dalam pembelajaran hanya satu arah, hal tersebut membuat siswa menjadi bosan dan kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran. Seharusnya tugas guru adalah membuat agar proses pembelajaran pada siswa berlangsung secara aktif, efektif, kreatif, menarik dan menyenangkan, dengan memperhatikan pendekatan sains. Guru juga kurang memanfaatkan alat peraga pembelajaran IPA untuk membantu dalam pembelajaran sehingga keterampilan siswa menjadi kurang. Guru hanya menggunakan buku paket saja dalam penyampaian materi. Hal tersebut membuat pemahaman siswa terhadap materi IPA rendah. Hal tersebut menyebabkan hasil belajar IPA menjadi rendah. Hal tersebut juga terlihat pada observasi awal yang dilakukan di SD Negeri Kalinanas 01, pembelajaran Yudha Widhiatma | 449 yang dilakukan hanya berpusat pada guru. Siswa kurang begitu aktif dalam mengikuti pembelajaran di kelas. Hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran IPA dirasakan juga cukup rendah. Dengan adanya hal tersebut, mendorong penulis untuk melakukan penelitian untuk mengkaji peningkatan hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (yang selanjutnya disebut PBL) dalam pembelajaran IPA pada materi “Perubahan energi bunyi dan Perubahan kenampakan bumi dan benda langit” di kelas 4 SD Negeri Kalinanas 01. Model pembelajaran tersebut ditujukan agar meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 4 SD Negeri Kalinanas 01. Pembelajaran dengan model PBL adalah model dimana siswa diberikan suatu masalah yang berhubungan dengan kehidupan nyata sebagai sesuatu yang nantinya akan dipecahkan oleh siswa. Model pembelajaran PBL melatih siswa dan meningkatkan keterampilan berfikir kritis dalam memecahkan suatu masalah serta mendapatkan pengetahuan dan konsep-konsep penting dalam pembelajaran. Model pembelajaran PBL merupakan pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna karena siswa mendapatkan pengalaman dalam menemukan penyelesaian suatu masalah. Penlitian ini diharapkan dapat meningkatkan pembelajaran IPA dan meningkatkan kualitas hasil belajar IPA siswa. KAJIAN PUSTAKA Kajian Teori Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu pengetahuan alam berasal dari bahasa Inggris natural science, artinya ilmu pengetahuan alam. Ilmu yang mempelajari tentang hubungan alam atau bersangkut paut dengan alam, sedangkan science artinya ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan alam (IPA) atau science dapat disebut sebagai ilmu yang mempelajari tentang alam. Menurut Trianto (2013:136) Ilmu pengetahuan Alam (IPA) adalah suatu kumpulan yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntun sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur dan sebagainya. Dari pendapat Trianto Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) mempelajari peristiwa yang ada di alam yang berupa kumpulan gejala-gejala yang ada di alam. IPA mengembangkan gejala-gejala alam dengan menggunakan metode-metode ilmiah yang berupa fakta. Dalam perkembangannya IPA mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam beserta isinya serta menuntut sikap-sikap ilmiah seperti berpikir kritis, memiliki rasa tanggung jawab, kerjasama yang baik dan sebagainya. IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaanya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangan tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dari sikap ilmiah (Wahyana dalam Trianto, M.Pd. 2010: 136). Dari pendapat tersebut IPA merupakan kumpulan teori-teori yang tersusun secara sistematis, penggunaannya terbatas pada gejala-gejala yang ada di alam. Penemuan dalam IPA didapat melalui cara observasi, eksperimen/penelitian pada 450 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 4, Juni 2017 hasil pengamatan manusia untuk menemukan pengetahuan tentang alam. IPA mempelajari gejala-gejala yang ada di alam semesta dengan menggunakan metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen. Dalam penelitianya IPA menuntut sikap untuk berpikir kritis, berrtanggung jawab dan memiliki rasa ingin tahu yang besar. Dengan mempelajari IPA akan memperoleh kumpulan informasi ilmiah dan pengetahuan tentang gejala-gejala yang ada di alam semesta. Dari pengertian di atas Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari tentang peristiwa dan gejala-gejala yang berada di alam. IPA dipelajari melalui metode ilmiah seperti observasi, eksperimen/penelitian. Hasil penemuan atau penelitian dalam IPA berupa hal-hal yang benar-benar ada dan sudah teruji kebenarannya. Selain itu, penelitian IPA akan memberikan pengetahuan dan informasi tentang gejala-gejala alam yang ada di alam semesta. Penelitian dalam IPA menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu yang besar, berfikir kritis serta memiliki sikap yang jujur dan bertanggungjawab. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Pembelajaran Berbasis-Masalah (Problem Based Learning/PBL) adalah pembelajaran yang diperoleh melelui proses menuju pemahaman akan resolusi suatu masalah (Barrow dalam Miftahul Huda, 2015: 271). Pembelajaran PBL adalah pembelajaran yang diperoleh siswa melalui pemecahan masalah. Model pembelajaran PBL merangsang siswa untuk memahami pelajaran dengan memberi siswa suatu masalah untuk dipecahkan. Dewey (dalam Miftahul Huda 2015: 67) belajarar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dengan respon, merupakan hubungan dua arah belajar dan lingkungan. Model pembelajaran PBL merupakan pembelajaran yeng menggunakan rangsangan berupa suatu masalah yang diberikan kepada siswa dan siswa merespon dengan memecahkan atau mencari jalan keluar atas masalah tersebut. Masalah yang diberikan berhubungan dengan kehidupan nyata sebagai sesuatu yang nantinya akan dipecahkan oleh siswa. Hal tersebut akan menanamkan konsep-konsep kepada diri siswa. Dalam pembelajaran PBL dimulai dengan pemberian masalah, biasanya masalah memiliki konteks dengan dunia nyata, pemelajar secara berkelompok aktif merumuskan masalah dan mengidentifikasi kesenjangan pengetahuan mereka, mempelajari dan mencari sendiri materi yang terkait dengan masalah, dan melaporkan solusi dari masalah (Tan, Wee, dan Kek, dalam Amir, 2010: 12). PBL mempunyai ciri-ciri dimana pembelajaran dimulai dengan guru memberikan suatu masalah yang berkaitan dengan kejadian yang terjadi di dunia nyata kepada siswa. Siswa bekerja secara berkelompok untuk memahami atau mempelajari materi yang berkaitan dengan masalah yang diberikan, kemudian mereka mencari solusi terhadap masalah yang diberikan. Setelah solusi terhadap suatu masalah tersebut ditemukan, siswa diminta untuk melaporkan solusi dari masalah tersebut dengan mempresentasikan kepada siswa lainnya. Dalam pembelajaran PBL siswa sebagai pusat dari kegiatan pembelajaran dan guru hanya sebagai jembatan atau fasilitator bagi siswa. Taufiq Amir (2010: 22) tugas pendidik adalah sebagai fasilitator yang mengarahkan pemelajar dalam mencari dan menemukan solusi yang diperlukan (hanya mengarahkan, bukan menunjukan!), dan juga sekaligus menentukan kriteria pencapaian proses pembelajaran. Arends (2008: 43) PBL tidak dirancang untuk membantu guru Yudha Widhiatma | 451 menyampaikan informasi dengan jumlah besar kepada siswa.PBL dirancang untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir, keterampilan menyelasaikan masalah, dan keterampilan intelektual. Apa yang disampaikan oleh Taufiq Amir dan Arends diatas menunjukan bahwa pembelajaran PBL berpusat pada siswa. Model pembelajaran PBL membantu siswa untuk mengembangkan keterampilan berfikir mereka dan keterampilan dalam memecahkan sebuah masalah. Dalam pembelajaran PBL guru sebagai fasilitator siswa, guru tidak menyampaikan semua materi kepada siswa tetapi siswa mencari jawaban dan solusi sendiri. Guru hanya mengarahkan atau meluruskan siswa dalam mencari dan merumuskan solusi dari masalah yang akan siswa pecahkan. Pengajaran berdasarkan masalahan terdiri dari 5 langkah utama yang dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan suatu situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa. Untuk tahapan model pembelajaran PBL adalah sebagai berikut: Tabel 1. Sintaks Pengajaran Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Tingkah Laku Guru NO Fase 1. Fase 1 Guru membahas tujuan pembelajaran, menjelaskan Orentiasi siswa pada logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa untuk masalah. terlibat dalam kegiatan mengatasi masalah. 2. Fase 2 Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan Mengorganisasi siswa mengorganisasikan tugas-tugas belajar yang terkait untuk meneliti. dengan permasalahannya. 3. Fase 3 Membantu investigasi mandiri dan kelompok. Fase 4 Mengembangkan dan mempresentasikan artefak dan exhibit. 4 5 Fase 5 Menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah Sumber : Arends (2008:57) Guru mendorong siswa untuk mendapatkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, dan mencari penjelasan dan solusi. Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan artefak-artefak yang tepat seperti laporan, video, dan model, serta membantu mereka untuk menyampaikannya kepada orang lain. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap invetigasi dan proses yang mereka gunakan. Hasil Belajar Menurut Supriono dalam M.Thobroni (2015: 20), hasil belajar adalah polapola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. Hal tersebut mengartikan bahwa hasil belajar merupakan perbuatan, pola perilaku atau perbuatan, nilai-nilai perilaku, pengetahuan yang didapat, perubahan sikap, apresiasi, keterampilan yang didapat melalui belajar. Oemar Hamalik (2013:33) menyatakan bahwa hasil belajar adalah bila seseorang belajar 452 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 4, Juni 2017 maka akan terjadi perubahan tingkah laku pada seseorang tersebut. Dari pendapat Oemar Hamalik hasil belajar merupakan perubahan dari hal tidak tahu menjadi tahu, yang tidak mengerti menjadi mengerti yang merupakan hasil dari belajar seseorang. Gronlund (dalam Nyayu Khodijah 2014: 189) Hasil belajar adalah suatu hasil yang diharapkan dari pembelajaran yang telah ditetapkan dalam rumusan perilaku tertentu. Hasil belajar merupakan dampak atau perubahan perilaku yang diharapkkan dari sesorang yang telah mengikuti pembelajaran. Hasil belajar mencakup kamampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik (Bloom dalam M.Thobroni, 2015: 21). Dari pendapat Bloom mengartikan bahwa hasil belajar merupakan perubahan kognitif yang berupa pengetahuan yang didapt dari belajar. Pada aspek afektif adalah perubahan sikap menuju pada hal yang positif. Pada psikomotor adalah keterampilan yang didapt dari belajar. Dari pengertian di atas disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran yang menjadi pengalaman peserta didik sebagai perubahan perilaku dari bidang pengetahuan, bidang sikap maupun bidang keterampilan yang dimiliki peseta didik akan berubah dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak mengerti menjadi mengerti, dari yang tidak bisa menjadi bisa. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-April 2017 Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Kalinanas 01 Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali Propinsi Jawa Tengah. SD Negeri Kalinanas 01 memiliki 6 ruang kelas, 1 ruang guru yang di gabung dengan ruang kepala sekolah, dan 1 ruang tamu. Penelitian ini dilakukan secara bertahap yaitu, tahap persiapan penelitian, tahap pelaksanaan penelitian, tahap penyusunan laporan penelitian. Tahap persiapan penelitian mencakup penyusunan judul, penyusunan proposal, penyusunan RPP, penyusunan instrumen penelitian, permohonan surat izin untuk observasi. Tahap pelaksanaan penelitian mencakup kegiatan-kegiatan yang dilakukan di sekolah untuk pengambilan data. Tahap penyusunan laporan penelitian mencangkup pengolahan data dan penyusunan laporan untuk persiapan ujian. Subjek Penelitian ini adalah siswa kelas 4 SD Negeri Kalinanas 01 tahun pelajaran 2016/2017. Jumlah siswa kelas 4 SD Negeri Kalinanas 01 berjumlah 25 orang anak. Karakteristik siswa kelas 4 adalah siswa yang berumur 10 tahun sampai 11 tahun. Sebagaian besar orang tua siswa bekerja di sektor pertanian dan peternakan. Dalam pembelajaran hasil mata pelajaran IPA hasil yang diperoleh masih rendah dan siswa kurang begitu aktif dalam mengikuti pembelajaran di kelas. Karena hal tersebut maka perlu diambil tindakan untuk meningkatkan hasil belajar. Dalam penelitian tindakan kelas yang dilakukan ini, terdapat 2 variabel penelitian. Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Suharsimi Arikunto, 2013:161). Variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan variabel terikat. Menurut Slameto Yudha Widhiatma | 453 (2015:198) “variabel bebas atau independen adalah variabel yang diduga sebagai penyebab timbulnya variabel lain”. Variabel bebas merupakan variabel yang disengaja dilakukan guna menimbulkan variabel lain. Variabel bebas ini terkait dengan guru saat mengajar, kondisi siswa dalam kelas, metode pembelajaran yang digunakan dan sebagainya. Unsur-unsur tersebut akan mempengaruhi muncul atau tidaknya hasil belajar. Dalam penelitian ini yang termasuk kedalam variabel bebas adalah penerapan metode pembelajaran PBL (X). Metode tersebut akan diterapkan pada kelas 4 SD Negeri Kalinanas 01 tahun pelajaran 2016/2017. Dalam penelitian ini variabel bebas adalah model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Pembelajaran PBL adalah pembelajaran yang diperoleh siswa melalui pemecahan masalah. Model pembelajaran PBL merangsang siswa untuk memahami pelajaran dengan memberi siswa suatu masalah untuk dipecahkan. Selain variabel bebas terdapat variabel terikat dalam penilitian ini. Menurut Slameto (2015:198) variabel tergantung atau dependen adalah variabel yang timbul sebagai akibat langsung dari manipulasi dan pengaruh variabel bebas. Variabel terikat ditimbulkan akibat adanya variabel bebas. Variabel terikat, erat kaitannya dengan motivasi belajar, hasil belajar, dan lain sebagainya. Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 4 SD Negri Kalinanas 01 (Y). Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah hasil belajar siswa. Hasil belajar yang ingin dicapai adalah hasil yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran berkaitan dengan hasil belajar aspek kognitif siswa setelah mengikuti pembelajaran IPA yang menerapkan model pembelajaran PBL dalam siklus I maupun siklus II. Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK) dengan model spiral yang dikemukakan oleh Stephen Kemmis dan Robbin Mc. Taggart. Pada penilitian tindakan kelas dengan model spiral yang dilakukan terdiri dari 2 (dua) siklus. Dalam setiap siklus terdiri dari 3 tahap yaitu tahap perencanaan, tahap implementasi dan observasi, dan tahap refleksi. Dalam penelitian teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian adalah teknik tes dan non tes (observasi). Teknik tes digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa, kemudian di bandingkan antara hasil pra-siklus dengan hasil siklus untuk mengetahui ada dan tidaknya peningkatan nilai yang dicapai oleh siswa sebagai indikator peningkatan hasil belajar. Sedangkan teknik pengamatan aktivitas guru digunakan guna mengamati penerapan langkah-langkah model pembelajaran PBL oleh guru yang berupa daftar pernyataan aktivitas guru. Sedangkan pengamatan aktivitas siswa digunakan untuk mengamati aktivitas siswa dalam pembelajaran. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Kondisi Prasiklus Pembelajaran yang dilakukan di kelas 4 SD N Kalinanas 01 belum efektif karena pembelajaran yang dibawakan guru masih konvensional. Pembelajaran yang kurang menarik menjadikan siswa yang tidak memperhatikan saat guru menjelaskan di depan kelas. Berdasarkan observasi hasil belajar IPA di kelas 4 SD Negeri Kalinanas 01 sebelum penelitian dilaksanakan pada semester II tahun 454 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 4, Juni 2017 pelajaran 2016/2017 menunjukkan hasil belajar siswa yang kurang memuaskan. Hal ini terlihat dari data ulangan tengah semester II yang telah berlangsung masih banyak hasil belajar siswa yang masih di bawah KKM yang ditentukan oleh sekolah untuk mata pelajaran IPA kelas 4 yaitu 70. Data hasil belajar IPA siswa pada kondisi awal dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 2. Hasil belajar IPA Siswa Kelas 4 SD Negeri Kalinanas 01 Kategori Keterangan Frekuensi Persentase (%) Tuntas ≥70 10 40% Belum Tuntas < 70 15 60% 25 100% Jumlah Rata-rata 64,8 Nilai Minimal 45 Nilai Maksimal 80 KKM 70 Sumber : Hasil Penelitian (Diolah) Penyebab hasil belajar IPA masih rendah adalah belum maksimalnya strategi guru dalam menarik perhatian siswa pada pembelajaran, pembelajaran yang dilakukan belum memotivasi siswa untuk aktif dalam pembelajaran, dan siswa belum berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Siklus I Hasil Belajar Siswa Kelas 4 pada Siklus I diketahui bahwa dari 25 siswa siswa yang tuntas mencapai KKM meningkat menjadi 17 siswa dengan persentase 68%, sedangkan siswa yang belum tuntas ada 8 siswa dengan persentase 32% dari sebelumnya ada 15 siswa yang belum tuntas. Rata-rata kelas juga mengalami peningkatan dari 64,8 menjadi 72,3. Nilai maksimal yang diraih siswa adalah 90 dan nilai minimalnya 55. Untuk rentang nilai pada siklus I, nilai 85-90 sebanyak 3 siswa, nilai 79-84 ada 6 siswa, nilai 73-78 ada 3, nilai 67-72 ada 5 siswa dan nilai <70 ada 10 siswa. Dari hasil yang didapat pada siklus 1 maka akan menjadi bahan perbaikan pada siklus 2. hasil belajar IPA siswa siklus I adalah untuk rentang nilai 85-90 sebanyak 3 siswa, nilai 79-84 ada 6 siswa, nilai 73-78 ada 3, nilai 67-72 ada 5 siswa dan nilai <70 ada 10 siswa. Dari hasil yang didapat pada siklus 1 maka akan menjadi bahan perbaikan pada siklus 2. Siklus II Siswa yang tuntas mencapai KKM telah meningkat dibandingkan dengan siklus I. Siswa yang memperoleh nilai diatas KKM meningkat dari 17 siswa dengan persentase 68% menjadi 23 siswa dengan presentase 92%, sedangkan Yudha Widhiatma | 455 siswa yang belum tuntas ada 2 siswa dengan persentase 8% dari sebelumnya ada 8 siswa yang belum tuntas. Rata-rata kelas juga mengalami peningkatan dari 72,32 menjadi 79,8. Nilai maksimal yang diraih siswa adalah 95 dan nilai minimalnya 60. Komparasi Hasil Penelitian Berdasarkan analisis ketuntasan hasil belajar antar siklus maka dapat dibuat analisis komparatif ketuntasan hasil belajar antar siklus. Analisis dilakukan dengan menyajikan data perbandingan ketuntasan hasil belajar prasiklus, siklus I, dan siklus II dalam tabel. Data tersebut dibandingkan dengan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Berikut adalah perbandingan hasil belajar prasiklus, siklus I, dan siklus II: Tabel 3. Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 4 SD Negeri Kalinanas 01 Semester II/2016-2017 Pra Siklus No Siklus 1 Siklus 2 Ketuntasan f % f % f % 1 Tuntas 10 40% 17 68% 23 92% 2 Tidak Tuntas 15 60% 8 32% 2 8% Rerata 64,8 72,3 79,8 Maksimum 80 90 95 Minimum 45 55 60 Sumber : Hasil Penelitian (Diolah) Pembahasan Berdasarkan observasi sebelum tindakan dilakukan di kelas 4 SD Negeri Kalinanas01 ditemukan bahwa hasil belajar IPA masih rendah, hal tersebut disebabkan guru kelas masih menggunakan metode konvensional yaitu metode ceramah, siswa kurang termotivasi dengan pembelajaran yang berlangsung. Guru juga kurang memanfaatkan media dan alat peraga yang tersedia, sehingga pembelajaran yang berlangsung menjadi kurang efektif. Siswa hanya belajar dengan cara menghafal materi tanpa melakukan percobaan langsung. Akibatnya siswa menjadi malas dalam belajar sehingga hasil belajar yang dicapai rendah. Berdasarkan nilai ulangan tengah semester yang telah dilakukan, rata-rata yang diperolah siswa adalah 64,8. Hanya terdapat 10 siswa yang nilainya di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (70) dengan persentase 40% dan siswa yang mendapat nilai dibawah KKM adalah 15 siswa dengan persentase 60%. Nilai tertinggi dari ulangan tengah semester adalah 80 dan nilai terendahnya adalah 45. Siswa yang mendapat nilai dibawah KKM masih banyak. Setelah menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) terjadi peningkatan hasil belajar. Pada siklus I, kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning meningkatkan hasil belajar IPA siswa yang 456 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 4, Juni 2017 terlihat dari ketuntasan belajar siswa dengan 17 siswa mendapat nilai diatas KKM (70) dan 8 orang siswa masih di bawah KKM. Rata-rata kelas pada siklus I adalah 72,3 dan nilai tertinggi 90 serta nilai terendah adalah 55. Pada siklus II, kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran PBL dapat meningkatkan hasil belajar IPA, siswa yang mendapat nilai diatas KKM sebanyak 23 siswa dan siswa yang mendapat nilai di bawah KKM sebanyak 2 siswa. Rata-rata kelas meningkat menjadi 79,8 dan nilai tertinggi 95 serta nilai terendah 60. Dari hal tersebut dapat dilihat bahwa dari setiap siklus hasil belajar IPA siswa mengalami peningkatan. Pada siklus I, 17 siswa telah mendapatkan nilai di atas KKM dan 8 siswa mendapat nilai di bawah KKM. Pada siklus II, siswa yang mendapat nilai diatas KKM adalah 23 orang dan hanya 2 orang yang masih dibawah KKM. Rata-rata kelas siklus I adalah 72,3 dan pada siklus II adalah 79,8. Dari hasil tersebut membuktikan bahwa kegiatan hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada mata pelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 4 SD Negeri Kalinanas 01. Peningkatan hasil belajar IPA ini desebabkan karena pembelajaran dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) membuat siswa lebih aktif dalam belajar dan membuat siswa termotivasi dalam pembelajaran karena dalam pembelajaran PBL siswa menjadi tertantang untuk memecahkan masalah yang muncul dalam pembelajaran. Langkah-langkah meliputi siswa diberi suatu pertanyaan dan juga sebuah gambar dan benda. Hal tersebut memunculkan pertanyaan di pikiran siswa tentang benda tersebut. Kemudian siswa didorong untuk mecari tahu tentang rasa ingin tahu mereka dengan mencari jawaban dari berbagai sumber maupun melakukan praktik eksperimen untuk menjawab pertanyaan dan rasa ingin tahu mereka. Dengan adanya hal tersebut, siswa akan lebih giat dalam belajar dan dengan itu hasil belajar akan dapat meningkat. Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) memberikan perubahan yang positif dalam pembelajaran. Dampak positif tersebut terlihat dari pembelajaran yang dilakukan sudah tidak berpusat kepada guru. Pembelajaran dengan model Problem Based Learning (PBL) menjadikan guru sebagai fasilitator bagi siswa dalam pembelajaran. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Taufiq Amir (2010: 22) tugas pendidik adalah sebagai fasilitator yang mengarahkan pemelajar dalam mencari dan menemukan solusi yang diperlukan (hanya mengarahkan, bukan menunjukan!), dan juga sekaligus menentukan kriteria pencapaian proses pembelajaran. Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) menjadikan guru sebagai fasilitator atau mengarahkan siswa dalam proses pembelajaran. Dengan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) menjadikan siswa untuk berfikir kritis dan memiliki keterampilan dalam memecahkan masalah. Hal tersebut sesuai dengan Arends (2008: 43) PBL tidak dirancang untuk membantu guru menyampaikan informasi dengan jumlah besar kepada siswa.PBL dirancang untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir, keterampilan menyelasaikan masalah, dan keterampilan intelektual. Dengan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) siswa lebih antusias dalam mengikuti pelajaran karena model pembelajaran PBL menjadikan siswa untuk aktif dalam Yudha Widhiatma | 457 memecahkan masalah. Hal tersebut sejalan dengan Barrow (dalam Miftahul Huda, 2015: 271). Pembelajaran PBL adalah pembelajaran yang diperoleh siswa melalui pemecahan masalah. Hal tersebut mengartikan bahwa pembelajran PBL adalah pembelajaran yang diperoleh melalui pemecahan masalah yang dilakukan oleh siswa. Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) adalah pembelajaran yang mengaitkan dengan kejadian-kejadian yang terjadi di dunia nyata. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Tan, Wee, dan Kek, (dalam Amir, 2010: 12). PBL mempunyai ciri-ciri dimana pembelajaran dimulai dengan guru memberikan suatu masalah yang berkaitan dengan kejadian yang terjadi di dunia nyata kepada siswa. Berdasarkan pembahasan diatas, dengan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) siswa yang semula mendapatkan nilai dibawah KKM setelah dilakukan tindakan kelas menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) menjadi tuntas melalui 2 siklus yaitu 2 tahap siklus I dan siklus II. Maka dapat dibuktikan bahwa penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 4 SD Negeri Kalinanas 01 Tahun pelajaran 2016/2017. KESIMPULAN Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Penerapan model pembelajaran model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 4 SD Negeri Kalinanas 01 semester II tahun pelajaran 2016/2017. Hal tersebut terbukti dengan meningkatnya persentase ketuntasan hasil belajar. Pada prasiklus ketuntasan mencapai 41%, setelah menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada siklus I ketuntasan meningkat menjadi 65,51 %, pada siklus II ketuntasan siswa mencapai 93,11 %. Nilai rata-rata kelas juga mengalami kenaikan , pada prasiklus nilai rata-rata siswa adalah 64, pada siklus I mengalami peningkatan menjadi 72,32 dan pada siklus II nilai rata-rata siswa mengalami peningkatan menjadi 79,82. 2. Penerapan Model pembelajaran PBL dapat merangsang siswa untuk memahami pelajaran dengan memberikan suatu permasalahan untuk dipecahkan. Dengan model pembelajaran PBL siswa lebih aktif dalam belajar dan membuat siswa termotivasi dalam pembelajaran karena dalam pembelajaran PBL siswa menjadi tertantang untuk memecahkan masalah yang muncul dalam pembelajaran. Dengan merangsang siswa dalam memecahkan masalah dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 4 SD Negeri Kalinanas 01. Terbukti dengan peningkatan persentase ketuntasan siswa yang semula pada prasiklus hanya 41% meningkat manjadi 65,51% dan pada siklus II meningkat kembali menjadi 93,11%. 3. Penerapan langkah-langkah model pembelajaran PBL sesuai sintaks dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 4 SD Negeri Kalinanas 01 semester II tahun 2016/2017 adalah: (a)Orientiasi siswa pada masalah dengan tahapan yang diawali dengan guru menjelaskan materi yang akan 458 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 4, Juni 2017 dipelajari secara singkat, guru mengajukan sebuah kejadian atau masalah kepada siswa dengan bertanya, menunjukan suatu benda, menunjukan suatu gambar, atau membacakan cerita. (b)Mengorganisasi siswa untuk belajar, guru membantu dan membimbing siswa dalam mengidentifikasi masalah yang muncul. (c)Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok yaitu dengan guru mendorong siswa untuk mencari informasi dari berbagai sumber dan melakukan percobaan eksperimen guna menemukan jawaban dari masalah yang dihadapi siswa. (d)Mengembangkan dan menyajikan hasil karya dengan membimbing siswa dalam membuat laporan tentang hasil penelitian siswa. (e)Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah dengan membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan. SARAN Berdasarkan dari hasil kegiatan penelitian yang telah dilakukan, peneliti memberikan saran (1) bagi siswa diharapkan lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran, dengan betanya dan juga mengutarakan pendapatnya agar pembelajaran dapat berjalan dengan maksimal, siswa diharapkan lebih saling menghormati teman yang sedang mengutarakan pendapat, dan siswa diharapkan dapat memahami materi yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan baik dan dapat mengikuti pembelajaran dengan antusias. (2) Bagi guru, untuk dapat mempertimbangkan untuk menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dalam pembelajaran sebagai upaya untuk meningkatkaan hasil belajar siswa dan dapat memberikan dorongan kepada siswa untuk berani berbicara di depan kelas. (3) kepada sekolah agar dapat menyediakan sarana prasarana dalam pembelajaran dan menyarankan kepada guru-guru agar dalam mengajar menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk meningkatkan hasil belajar siswa. (4) Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat menjadi referensi bagi setiap orang yang membacanya dan dapat meningkatkan kembali pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dalam upaya peningkatan hasil belajar IPA. Agar peneliti selanjutnya dapat menerapkan kembali model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan lebih baik dan mampu membuat anak menjadi lebih berprestasi dan dapat termotivasi. DAFTAR PUSTAKA Amir, M.Taufik. 2010. Inovasi Pendidikan Melalui Problema Based Learning. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Arends, Richard I. 2008. Learning To Teach. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Hamalik, Oemar. 2013. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara Huda, Miftahul. 2015. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Khodijah, Nyayu.2014. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers Yudha Widhiatma | 459 Thobroni, M. 2015. Belajar & Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT Bumi Aksara