( Abelmoschus manihot (L.) MEDIK) DAN UJI EFEK ANTIOKSIDAN

advertisement
STANDARDISASI MUTU EKSTRAK DAUN GEDI ( Abelmoschus manihot (L.) MEDIK)
DAN UJI EFEK ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH
A. Tenriugi Daeng Pine1, Gemini Alam2, Faisal Attamimi3
Program Magister Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin, Makassar
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian Standardisasi Mutu Ekstrak Daun Gedi (Abelmoschus
manihot (L.)Medik) dan Uji Efek Antioksidan Dengan Metode DPPH (dibimbing oleh Gemini
Alam dan Faisal Attamimi). Penelitian ini bertujuan untuk menentukan standardisasi mutu
ekstrak daun gedi (Abelmoschus manihot (L.)Medik) dan untuk mengetahui efek antioksidan
dari ekstrak daun gedi.
Sampel yang diperoleh dari daerah Makassar, Palu, dan Gorontalo diinfundasi dan
dimaserasi dengan etanol 70% dan 96%, kemudian diuji mutunya secara spesifik dan
nonspesifik. Sebagai antioksidan, diuji pula efektivitasnya dengan menggunakan metode
DPPH.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun gedi (Abelmoschus manihot (L.)
Medik) terstandardisasi adalah ekstrak etanol 96% dengan nilai parameter spesifik dan
nonspesifik sebagai berikut: ekstrak berbentuk kental, berwarna kecoklatan, berbau khas, dan
terasa sepat; kadar senyawa yang terlarut dalam air yakni 7,38±0,22 – 8,91±0,21 %b/b; kadar
senyawa yang terlarut dalam etanol yakni 21,12±0,16 – 29,44±0,2 %b/b; kadar air maksimum
yakni 8,25±2,51%b/b; kadar abu total maksimum yakni 22,00±1,46%b/b; kadar abu tidak larut
asam maksimum yakni 0,50±0,12%b/b; total cemaran bakteri maksimum yakni 6,7.105
koloni/g; total cemaran kapang maksimum yakni 6,7.102 koloni/g; cemaran logam timbal (Pb)
maksimum yakni 0,008 ± 0,003 mg/g; dan kadar flavonoid total minimum yakni 23,63±0,06
mg/g ekstrak. Ekstrak daun gedi (Abelmoschus manihot (L.)Medik) memiliki efektivitas
antioksidan yakni 1,496 – 0,575 mg/ml dan ekstrak yang berasal dari Palu memiliki efektivitas
antioksidan tertinggi dengan nilai IC50 sebesar 0,575 mg/ml atau 575 ppm.
Kata kunci:
Ekstrak daun gedi (Abelmoschus manihot (L.) Medik), standardisasi mutu,
antioksidan, metode DPPH
PENDAHULUAN
Standardisasi ekstrak tumbuhan
bahan yang dapat diproses lagi menjadi
obat di Indonesia merupakan salah satu
fraksi-fraksi, isolat senyawa tunggal atau
tahapan penting dalam pengembangan
pun tetap sebagai campuran dengan
obat asli Indonesia.Ekstrak tumbuhan obat
ekstrak lain. Adapun jika sebagai produk
dapat berupa bahan awal, bahan antara,
jadi berarti ekstrak yang berada dalam
atau bahan produk jadi. Ekstrak sebagai
sediaan obat jadi siap digunakan, baik
bahan awal dianalogikan dengan komoditi
dalam bentuk kapsul, tablet, pil, maupun
bahan baku obat yang dengan teknologi
dalam bentuk sediaan topikal.
fitofarmasi diproses menjadi produk jadi.
Ekstrak sebagai bahan antara merupakan
JF FIK UINAM Vol.3 No.3 2015
Berbagai
pengembangan
penelitian
yang
dan
memanfaatkan
111
kemajuan teknologi dilakukan sebagai
glomerular,
mengurangi
upaya peningkatan mutu dan keamanan
hyperplasia
messangium
produk
mengurangi
kerusakan
yang
meningkatkan
diharapkan
dapat
kepercayaan
lebih
terhadap
proteinuria,
yang
dapat
jaringan
ginjal
(Shao-Yu et al., 2006).
manfaat obat yang berasal dari bahan
Senyawa flavonoid mempunyai
alam.Salah satu penelitian yang telah
berbagai fungsi penting untuk kesehatan,
dilakukan
ekstrak
antara lain dalam menurunkan risiko
tumbuhan berkhasiat obat yang dilanjutkan
serangan penyakit kardiovaskuler, tekanan
dengan standardisasi kandungannya untuk
darah,
memelihara
antioksidan (Hodgson et al., 2006).
adalah
pembuatan
keseragaman
mutu,
keamanan, dan khasiatnya.
Tanaman
gedi
aterosklerosis,
dan
sebagai
Aglikon flavonoid terdapat pada
(Abelmoschus
tumbuhan dengan bentuk struktur yang
manihot), suku Malvaceae, merupakan
berbeda-beda.
tumbuhan tahunan yang berbatang tegak
mengandung atom karbon dalam inti dasar
dengan tinggi sekitar 1,2 – 1,8
m.
yang tersusun dalam bentuk konfigurasi
tanaman
C6-C3-C6, yaitu dua cincin aromatik yang
tersebut terdiri atas polisakarida dan
dihubungkan oleh satuan tiga karbon yang
protein.
mengandung
dapat atau tidak dapat membentuk cincin
hyperin,
ketiga. Semua varian flavonoid saling
gossipetin-8-o-glukuronid,
berkaitan karena alur biosintesis yang
dan myricetin (Liu et al., 2006). Bunganya
sama dari alur sikimat dan alur asetat-
mengandung
malonat.
Kandungan
mucilago
Tanaman
dari
ini
quercetin-3-o-robinobiosid,
isoquercetin,
quercetin-3-robinoside,
Setiap
Flavonoid
dalam
struktur
tumbuhan
quercetin-3’-glikosida, hyperin, myrecetin,
umumnya terikat sebagai glikosida, baik O-
antosianin, dan hyperoside. Hyperoside
glikosida maupun C-glikosida (Markham,
memiliki
1988; Harborne, 1987).
kemampuan
antinosiseptif,
antivirus,
antiinflamasi,
Flavonoid
pada
kardioprotektif, hepatoprotektif, dan efek
merupakan
protektif terhadap gastrimukosal (lapisan
dimanfaatkan untuk kesehatan dan bahan
membran mukus pada lambung). Daun
pengkhelat yang menjadi penyumbang
gedi juga telah diuji dapat mencegah
utama
ovariectomy-induced femoral ostopenia
sebagai
(kondisi densitas mineral tulang yang lebih
sebagai antioksidan, flavonoid juga dapat
rendah dari batas normal pada bagian
memodulasi jalur sinyal sel dan efeknya
sendi tungkai akibat operasi pengangkatan
dapat ditandai pada fungsi sel dengan
rahim/ovarium) (Lin-lin et al., 2007; Jain et
mengubah protein dan fosforilasi lemak
al., 2009). Tanaman gedi juga dapat
dan modulasi ekspresi gen (Čížet al.,
meningkatkan
2010).
fungsi
JF FIK UINAM Vol.3 No.3 2015
penyaringan
metabolit
sayuran
terhadap
sekunder
kapasitas
antioksidan.
Selain
yang
fungsinya
berfungsi
112
Berdasarkan uraian tersebut, maka
melalui ampasnya. Kemudian dikeringkan
dilakukan
secara freeze drying.
perlu
penelitian
mengenai
standardisasi mutu ekstrak tanaman gedi
B.
(Abelmoschus
standardisasi
manihot
L.)Medik
agar
Penentuan
parameter-parameter
diperoleh keseragaman mutu, keamanan,
Parameter spesifik
dan khasiatnya sebagai antioksidan.
1. Penetapan organoleptik ekstrak meliputi
bentuk, warna, rasa, dan bau.
METODE PENELITIAN
2. Penetapan kadar senyawa terlarut dalam
A. Pembuatan Ekstrak
pelarut tertentu.
Daun gedi diambil pada pagi hari
a. Kadar senyawa yang larut dalam air
yaitu daun yang kelima dari pucuk hingga
Sejumlah
2,5
g
ekstrak
ke bawah yang masih hijau, dipetik secara
dimaserasi selama 24 jam dengan 50
langsung dengan tangan. Daun yang telah
ml air-kloroform LP, menggunakan
dikumpulkan dari ketiga daerah, yakni
labu
daerah Makassar, Palu, dan Gorontalo
dikocok selama 6 jam pertama dan
masing-masing disortasi basah atau dicuci
kemudian dibiarkan selama 18 jam,
dengan
kemudian disaring. Diuapkan 10 ml
air
dikeringkan.
mengalir,
telah
berkali-kali
filtrat hingga kering dalam cawan
disortasi kering dan diserbukkan. Serbuk
penguap, residu dipanaskan pada suhu
daun
105°C hingga bobot tetap. Dihitung kadar
menggunakan
yag
sambil
kering
gedi
Daun
kemudian
bersumbat
diekstraksi
metode
dengan
maserasi
dan
dalam persen senyawa yang larut dalam
infundasi. Mula-mula 800 g serbuk daun
air
terhadap
gedi dimaserasi dengan pelarut etanol 70%
Dilakukan replikasi sebanyak 3 kali.
dan 96% selama 3x24 jam pada wadah
b. Kadar senyawa yang larut dalam
kaca yang berbeda hingga 1- 3 cm di atas
etanol
serbuk. Filtrat dikumpulkan lalu diuapkan
berat
Sejumlah
2,5
ekstrak
g
awal.
ekstrak
dengan rotavapor hingga diperoleh ekstrak
dimaserasi selama 24 jam dengan 50 ml
kental etanol 70% dan 96%. Selain itu,
etanol
dibuat infusa dari daun gedi dengan
bersumbat sambil berkali-kali dikocok
menimbang sebanyak 500 gram serbuk
selama 6 jam pertama dan kemudian
daun gedi, kemudian dibasahkan dengan
dibiarkan selama 18
5000 ml air suling di dalam panci.
cepat
Pemanasan dilakukan pada suhu 90°C
penguapan etanol, kemudian diuapkan
selama 15 menit sambil sesekali diaduk.
10 ml
Infus disekai sewaktu masih panas melalui
cawan penguap yang telah ditera,
kain
mencukupi
residu dipanaskan pada suhu 105°C
volumenya, ditambahkan air mendidih
hingga bobot tetap. Dihitung kadar
flannel
dan
untuk
JF FIK UINAM Vol.3 No.3 2015
95%
menggunakan
dengan
labu
jam. Disaring
menghindari
filtrat hingga kering dalam
113
dalam persen senyawa yang larut dalam
labu ukur hingga 100 ml sehingga
etanol terhadap berat ekstrak awal.
diperoleh konsentrasi 20 ppm. Larutan
Dilakukan replikasi sebanyak 3 kali.
tersebut dipipet sebanyak 1; 2; 3; 4; dan
3. Analisis kandungan flavonoid total
5 ml ke dalam labu ukur 10 ml dan
Metode Kolorimetri Aluminium Klorida
a. Proses Hidrolisis
ditambahkan 1 ml larutan 2 g AlCl3
dalam 100 ml larutan asam asetat
v
Ekstrak 200 mg simplisia ditimbang dan
glasial 5%
dimasukan ke dalam labu alas bulat.
volumenya dengan larutan asam asetat
Ditambahkan sistem hidrolisis: 1 ml
glasial 5%v/v hingga 10 ml sehingga
larutan 0,5% b/v heksametilenetramina,
diperoleh 5 konsentrasi,yakni 2, 4, 6, 8,
20 ml aseton, dan 2 ml larutan 25% HCl
dan 10 ppm.
dalam air. Dilakukan hidrolisis dengan
pemanasan
sampai
/v. Larutan dicukupkan
c. Penentuan λ maksimum
mendidih
Salah satu konsentrasi larutan baku
(digunakan pendingin air untuk refluks)
diukur serapannya pada λ 200 – 500
selama 30 menit. Campuran hasil
nm. λ yang menunjukkan serapan
hidrolisis disaring menggunakan kapas
tertinggi merupakan λ maksimum.
ke dalam labu ukur 100 ml. residu
d. Pengukuran serapan flavonoid total
hidrolisis ditambah 20 ml aseton untuk
Sejumlah 10 ml larutan fraksi etilasetat
didiihkan kembali sebentar, dilakukan
(hidrolisa) dimasukkan ke dalam labu
dua kali dan filtrat dikumpulkan semua
ukur 25 ml kemudian ditambahkan 1 ml
ke dalam labu ukur. Setelah labu ukur
larutan 2 g AlCl3 dalam 100 ml larutan
dingin, maka volume ditepatkan sampai
asam asetat glasial 5% v/v. Larutan ini
tepat 100,0 ml dan dikocok rata.
kemudian ditambahkan larutan asam
20 ml filtrat hidrolisa dimasukkan ke
asetat glasial 5%v/v sampai tepat 25 ml.
corong pisah dan ditambahkan 20 ml
Hasil
H2O.Selanjutnya
ekstraksi
spektrometer UV-VIS setelah 30 menit
kocok, pertama dengan 1ml etilasetat.
berikutnya pada λ maksimum yang
Kemudian dua kali dengan 10 ml
diperoleh.
etilasetat,
dan
dilakukan
dikumpulkan
reaksi
siap
fraksi
Parameter nonspesifik
etilasetat ke dalam labu ukur 50 ml,
1. Parameter kadar air
akhirnya ditambahkan etilasetat sampai
diukur
pada
Sejumlah 1 g ekstrak ditimbang
tepat 50 ml. dilakukan replikasi 3 – 4
dalam
kali.
sebelumnya telah dipanaskan pada suhu
krus
porselen
bertutup
yang
b. Pembuatan larutan baku flavonoid
105°C selama 90 menit dan telah ditera.
Rutin yang telah dihidrolisis ditimbang
Ratakan dengan menggoyangkan hingga
teliti
kemudian
merupakan lapisan setebal 10 – 15 mm
dilarutkan dengan alkohol 96% pada
dan dikeringkan pada suhu penetapan
sejumlah
5
mg,
JF FIK UINAM Vol.3 No.3 2015
114
hingga bobot tetap, buka tutupnya, biarkan
dan dihitung jumlah koloni yang tumbuh
krus
dan dikalikan dengan faktor pengenceran.
dalam
keadaan
tertutup
dan
mendingin dalam desikator hingga suhu
Dilakukan replikasi sebanyak tiga kali.
kamar, kemudian dicatat bobot tetap yang
b. Penentuan total kapang
diperoleh untuk menghitung persentase
Sejumlah
1
ml
ekstrak
dari
susut pengeringannya. Dilakukan replikasi
pengenceran 10-1 dipipet dengan pipet
sebanyak 3 kali.
steril, kemudian ditanam dalam medium
2. Parameter kadar abu
PDA, lalu diinkubasi pada suhu 25°C
Sejumlah 2 gram ekstrak ditimbang
selama tiga hari.Kemudian diamati dan
dengan seksama ke dalam krus yang telah
dihitung jumlah koloni yang tumbuh dan
ditera,
dikalikan
dipijarkan
perlahan-lahan.
dengan faktor
pengenceran.
Kemudian suhu dinaikkan secara bertahap
Dilakukan replikasi sebanyak tiga kali.
hingga 600 ± 250C sampai bebas karbon,
4. Penentuan batas logam timbal (Pb)
Selanjutnya, didinginkan dalam desikator,
Penentuan batas logam Pb di
serta ditimbang berat abu.Kadar abu
dalam
dihitung
sampel
destruksi basah ekstrak dengan asam
awal.Dilakukan sebanyak tiga kali replikasi.
nitrat dan hidrogen peroksida, kadar Pb
Kadar abu yang tidak larut dalam asam
ditentukan
dalam
persen
Abu
yang
penetapan
kadar
berat
diperoleh
abu,
dari
kemudian
ekstrak
dilakukan
dengan
secara
spektrofotometri
serapan atom.
C. Penentuan aktivitas antioksidan dari
dididihkan dengan 25 ml asam klorida
ekstrak
encer P selama 5 menit. Bagian yang
Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan
tidak larut asam dikumpulkan,
dengan metode DPPH.
disaring
melalui kertas saring bebas abu, dicuci
a. Pembuatan larutan DPPH 0,4 mM
dengan air panas, disaring dan ditimbang,
Larutan DPPH 0,4 mM dibuat
ditentukan kadar abu yang tidak larut
dengan cara ditimbang, DPPH sebanyak
asam
0,0157 g dilarutkan dengan 100 ml etanol
dalam
persen
terhadap
berat
sampel awal. Dilakuakn replikasi sebanyak
absolut dalam labu tentukur.
tiga kali.
b. Pengukuran Sampel
3. Penentuan total bakteri dan total
Sebanyak 100 ml larutan contoh
kapang
dari berbagai konsentrasi masing-masing
a. Penetuan total bakteri
ditambahkan 1,0 ml DPPH 0,4 mM dan
Sejumlah
1
ml
ekstrak
dari
dicukupkan volumenya sampai 5,0 ml
pengenceran 10-4 dipipet dengan pipet
dengan
steril,
selanjutnya
kemudian
ditanamkan
dalam
medium NA, lalu diinkubasi pada suhu
etanol
absolut.
divorteks
Campuran
(diaduk
sampai
homogen) dan dibiarkan selama 30 menit
37°C selama 24 jam. Kemudian diamati
JF FIK UINAM Vol.3 No.3 2015
115
pada suhu kamar. Serapannya diukur pada
= (Absorban blangko – absorban sampel)
panjang gelombang 518 nm.
x 100%
Besarnya daya antioksidan diukur dengan
Absorban blangko
rumus:
Nilai IC50 (50% inhibitory
% pengikatan radikal bebas
concentration)
ditentukan
dengan
analisis
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Tabel 1.
Rendamen Ekstrak Daun Gedi (Abelmoschus manihot (L.) Medik)
Hasil Penyarian
Rendamen Persentase
(g)
(%)
Gorontalo :
47,25
9,45
Infus
68,16
8,52
Ekstrak Etanol
66,56
8,32
47,50
9,50
Infus
66,48
8,31
Ekstrak Etanol
64,88
8,11
Makassar :
47,35
9,47
Infus
67,60
8,45
Ekstrak Etanol
66,16
8,27
70%
Ekstrak Etanol
96%
Palu :
70%
Ekstrak Etanol
96%
70%
JF FIK UINAM Vol.3 No.3 2015
116
Ekstrak Etanol
96%
Tabel 2.
Medik)
Data Organoleptik Ekstrak Daun Gedi (Abelmoschus manihot (L.)
Parameter
Hasil penyarian
Daerah Pengambilan Sampel
Gorontalo
Palu
Makassar
Organoleptis:
1.
Bentuk
2.
Warna
Infus
Serbuk
Serbuk
Serbuk
Ekstrak Etanol
Kental
Kental
Kental
Kental
Kental
Kental
Coklat muda
Coklat muda
Coklat muda
Hijau agak
Hijau agak
Hijau agak
kehitaman
kehitaman
kehitaman
Hijau kecoklatan
Kecoklatan
Hijau kecoklatan
Khas
Khas
Khas
96%
Khas
Khas
Khas
Infus
Khas
Karamel
Khas
Ekstrak Etanol
Sepat
Sepat
Sepat
Sepat
Sepat
Sepat
Sepat
Agak sepat
Sepat
70%
3.
Bau
Ekstrak Etanol
96%
4.
Rasa
Infus
Ekstrak Etanol
70%
Ekstrak Etanol
70%
Ekstrak Etanol
96%
Infus
Ekstrak Etanol
70%
JF FIK UINAM Vol.3 No.3 2015
117
Ekstrak Etanol
96%
Tabel 3.
Medik)
Parameter
Hasil Standardisasi Ekstrak Daun Gedi (Abelmoschus manihot (L.)
Hasil penyarian
Daerah Pengambilan Sampel
Rentang rata-rata
Syarat
Mutu
Gorontalo
Palu
Makassar
Kadar
senyawa
terlarut
dalam:
Infus
1. Air
b
(% /b)
Ekstrak Etanol
70%
Ekstrak Etanol
2. Etano
96%
l
b
(% /b)
Infus
12,18 ±
11,32 ±
14,66 ±
0,58
0,21
2,15
7,47 ±
6,33 ±
9,74 ±
1,43
2,25
0,37
8,25 ±
8,91 ±
7,38 ±
1,12
0,21
0,22
Ekstrak Etanol
96%
14,66±2,15
6,33±2,25 –
9,74±0,37
7,38±0,22 –
8,91±0,21
Ekstrak Etanol
70%
11,32±0,21 –
0,36 ±
0,45 ±
0,32 ±
0,07
0,04
0,07
11,96 ±
20,02 ±
13,72 ±
0,15
1,52
1,87
21,12 ±
29,44 ±
21,45 ±
0,16
0,62
0,46
0,32±0,07 –
0,45±0,04
11,96±0,15 –
20,02±1,52
21,12±0,16 –
29,44±0,62
Kadar air
Infus
b
(% /b)
JF FIK UINAM Vol.3 No.3 2015
4,99 ±
6,71 ±
5,23 ±
0,44
0,06
1,33
4,99 ± 0,44 – 6,71 ±
< 10,00
0,06
118
Ekstrak Etanol
7,38 ±
6,95 ±
1,49
1,48
0,16
7,33 ±
8,25 ±
7,27 ±
96%
2,12
2,51
1,70
Infus
36,44 ±
31,10 ±
44,26 ±
5,16
1,82
4,94
29,42 ±
20,78 ±
27,41 ±
0,42
3,37
0,44
22,00 ±
11,55 ±
13,24 ±
1,46
1,73
0,67
1,11 ±
1,20 ±
1,39 ±
0,01
0,14
0,11
0,93 ±
0,73 ±
0,78 ±
0,19
0,07
0,04
0,50 ±
0,21 ±
0,33 ±
0,12
0,15
0,02
Infus
6,0.106
2,9.106
6,0.106
2,9.106 – 6,0.106
Ekstrak Etanol
7,1.105
1,3.106
6,0.106
7,1.105 – 6,0.106
6,7.105
6,3.105
0
1,9.103
5,9.103
4,8.103
3
3
1,7.10
3
1,0.10
1,0.10 – 3,0.10
0
6,7.102
3,3.102
0– 6,7.102
0,005±0,0
0,004±0,
0,003±0,
02
001
002
70%
Ekstrak Etanol
Kadar abu
total (%b/b)
Ekstrak Etanol
70%
Ekstrak Etanol
96%
Kadar abu
tidak larut
asam (%b/b)
Infus
Ekstrak Etanol
70%
Ekstrak Etanol
96%
Total
cemaran
bakteri
(koloni/g)
5,44 ± 1,49 – 7,38 ±
5,44 ±
70%
1,48
7,27 ± 1,70 – 8,25 ±
2,51
31,10 ± 1,82 – 44,26
± 4,94
20,78 ± 3,37 – 29,42
± 0,42
11,55 ± 1,73 – 22,00
± 1,46
1,11 ± 0,01 – 1,39 ±
0,11
0,73 ± 0,07 – 0,93 ±
0,19
0,21 ± 0,15 – 0,50 ±
0,12
<
1,0.106
0– 6,7.105
Ekstrak Etanol
96%
Total
Infus
cemaran
kapang
(koloni/g)
Ekstrak Etanol
70%
3,0.10
1,9.103 – 5,9.103
3
3
<
1,0.104
Ekstrak Etanol
96%
Uji cemaran
Infus
logam
JF FIK UINAM Vol.3 No.3 2015
0,003±0,002 –
< 0,010
0,005±0,002
119
timbal (Pb)
Ekstrak Etanol
(mg/g)
70%
0,007±0,
0,007±0,
01
002
003
0,007±0,0
0,007±0,
0,008±0,
96%
03
002
003
0,008±0,003
Infus
0,04±0,00
0,04±0,0
0,05±0,0
0,04±0,00 –
Ekstrak Etanol
2,07±0,02
0
0
3,75±0,0
3,66±0,0
3
1
41,56±0,
27,74±0,
12
03
Ekstrak Etanol
Kadar
flavonoid
total dalam
ekstrak
(mg/g)
0,004±0,001 –
0,004±0,0
70%
23,63±0,0
Ekstrak Etanol
6
96%
Tabel 4. Aktivitas antioksidan dengan metode DPPH
Daerah
Ekstrak
Konsentrasi
%
pengikatan
(mg/ml)
0,007±0,003
0,007±0,002 –
0,05±0,00
2,07±0,02 –
3,75±0,03
23,63±0,06 –
41,56±0,12
Persamaan garis
linear
radikal
IC50
(mg/ml)
bebas
Gorontalo Etanol 96%
1
2,5
Palu
Etanol 96%
56,05
7,5
61,13
10
64,86
1
Etanol 96%
JF FIK UINAM Vol.3 No.3 2015
0,369x
59,02 r= 0,954
0,575
63,21 y= 5,156+0,649x
5
70,81
7,5
76,33
10
81,71
1
1,340
52,04 y= 4,953 +
5
2,5
Makassar
50,46 r= 0,939
50,03 r= 0,889
1,496
120
2,5
Vitamin C
50,08 y= 4,979+0,120x
5
52,34
7,5
52,83
10
55,10
0,01
43,48 r= 0,990
0,018
0,1
69,71 y= 6,503 +
0,5
88,18
1
95,70
5
98,26
0,867x
Pembahasan
Ekstraksi
Sampel
penelitian
yang
ini
digunakan
adalah
pada
segala perbandingan, memerlukan panas
gedi
yang lebih sedikit untuk proses pemekatan,
daun
(Abelmoschus manihot L. Medik) yang
dan zat pengganggu yang larut terbatas.
diekstraksi dengan menggunakan metode
Pelarut
etanol
maserasi dan infudasi. Metode maserasi
penyari
karena
dipilih
diekstraksi
sebagai
metode
dalam
dipilih
sebagai
senyawa
adalah
yang
senyawa
cairan
akan
fenolik.
mengekstraksi karena adanya sifat daun
Ekstraksi senyawa fenolik dari jaringan
yang lunak dan mudah mengembang
tumbuhan
dalam cairan pengekstraksi. Selain itu,
menggunakan pelarut metanol atau etanol
maserasi merupakan cara penyarian yang
pada suhu kamar dengan cara maserasi
sederhana karena cairan penyari akan
(Andersen, 2006; Markham, 1988).
dalam
bentuk
glikosida
menembus dinding sel dan masuk ke
Infudasi adalah proses penyarian
dalam rongga sel yang mengandung zat
yang umumnya digunakan untuk menyari
aktif. Cairan penyari yang digunakan dalam
zat kandungan aktif yang larut dalam air
proses maserasi ini adalah etanol 70% dan
dari bahan-bahan nabati. Cara ini sangat
96%. Etanol dipertimbangkan sebagai
sederhana dan sering digunakan oleh
cairan penyari karena lebih selektif,kapang
perusahaan
sulit tumbuh dalam etanol 20% ke atas,
penyari yang digunakan dalam metode
tidak beracun, netral, absorbsinya baik,
infudasi ini adalah air. Air dipertimbangkan
etanol dapat bercampur dengan air dalam
sebagai penyari karena murah dan mudah
JF FIK UINAM Vol.3 No.3 2015
obat
tradisional.
Cairan
121
diperoleh, stabil, tidak mudah menguap
diperbolehkan
dan tidak mudah terbakar, tidak beracun,
kefarmasian
dan alamiah.
Pelarut air dimaksudkan untuk melarutkan
Parameter Organoleptik
senyawa
Standardisasi merupakan proses
penjaminan produk akhir (obat, ekstrak,
dan
memenuhi
(pharmaceutical
polar
dan
syarat
grade).
etanol
untuk
melarutkan senyawa kurang polar yang
terdapat dalam ekstrak.
atau produk ekstrak) agar mempunyai nilai
Pada penelitian ini persentase
parameter tertentu yang konstan dan
kadar senyawa terlarut dalam air
ditetapkan
Untuk
persentase kadar senyawa terlarut dalam
menjamin mutu dari ekstrak tanaman obat,
etanol pada ekstrak daun gedi dapat dilihat
perlu dilakukan penetapan standar mutu
pada tabel 3.
spesifik dan non spesifik agar nantinya
Penentuan Kadar Air
ekstrak
terlebih
terstandar
dahulu.
dapat
digunakan
Untuk
penentuan
dan
kadar
air
sebagai obat yang mengandung kadar
digunakan metode gravimetrik, yang pada
senyawa aktif yang konstan dan dapat
prinsipnya menguapkan air yang ada pada
dipertanggung jawabkan.
bahan dengan jalan pemanasan pada suhu
Dari
penelitian
yang
telah
dilakukan diperoleh data seperti pada tabel
1.
Parameter
organoleptik
1050C,
kemudian
menimbang
bahan
sampai berat konstan.
ekstrak
Pada penelitian ini persentase
bertujuan memberikan pengenalan awal
kadar air ekstrak daun gedi dapat dilihat
ekstrak secara objektif berupa bentuk,
pada
warna, bau, dan rasa. Data ini juga dapat
persentase kadar air dalam ekstrak daun
digunakan sebagai dasar untuk menguji
gedi
simplisia secara fisis selama penyimpanan
tabel
3.
tergolong
Pada
penelitian
memenuhi
syarat
ini,
.
Menurut literatur, kadar air dalam
yang dapat mempengaruhi khasiatnya.
ekstrak tidak boleh lebih dari 10%. Hal ini
Penentuan Kadar Senyawa Terlarut
bertujuan untuk menghindari cepatnya
Dalam Pelarut Etanol dan Air
pertumbuhan
Parameter
dalam
pelarut
senyawa
tertentu
terlarut
bertujuan
memberikan
gambaran
awal
jumlah
kandungan
senyawa
yang
dapat
diekstraksi.
Penentuan
dilakukan
secara
mempersyaratkan
parameter
gravimetrik
untuk
ini
dan
jamur
dalam
ekstrak
(Soetarno dan Soediro, 1997).
Penetapan kadar abu total dan abu tidak
larut asam
Pada penelitian ini kadar abu total
dan abu tidak larut asam dalam ekstrak
daun gedi dapat dilihat pada tabel 1.
menggunakan
Abu adalah zat anorganik sisa
dua pelarut, yaitu pelarut air dan etanol.
hasil pembakaran suatu bahan organik.
Kedua pelarut ini dan campuran keduanya
Kandungan
merupakan
tergantung pada macam bahan dan cara
cairan
pelarut
JF FIK UINAM Vol.3 No.3 2015
yang
abu
dan
komposisinya
122
pengabuannya.
abu
ada
mengandung mineral. Adanya kandungan
mineral
suatu
abu yang tidak larut dalam asam yang
bahan. Mineral yang terdapat dalam suatu
rendah menunjukkan adanya pasir atau
bahan dapat merupakan dua macam
kotoran yang lain dalam kadar rendah.
garam yaitu :
Cemaran Mikroba dan Kapang
hubungannya
Kadar
dengan
1. Garam-garam organik, misalnya garam
Pengujian cemaran bakteri termasuk
dari asam malat, oksalat, asetat, pektat,
salah satu uji untuk syarat kemurnian
dan lain-lain
ekstrak. Uji ini mencakup penentuan
2.
Garam-garam
anorganik,
misalnya
jumlah
mikroorganisme
yang
fosfat, karbonat, klorida, sulfat nitrat dan
diperbolehkan dan untuk menunjukan tidak
logam alkali.
adanya bakteri tertentu dalam ekstrak.
Selain kedua garam tersebut,
Menurut
SK
Dirjen
Pom
No
:
kadang-kadang mineral dapat terbentuk
03726/B/SK/VII/89
sebagai senyawa yang kompleks yang
maksimum
bersifat organis. Apabila akan ditentukan
bahwa batas maksimum cemaran bakteri
jumlah mineralnya dalam bentuk aslinya
dalam makanan yaitu 106 koloni/g dan
adalah
untuk kapang yaitu 104 koloni/g. Ini juga
sangat
sulit.
Oleh
karenanya
tentang
batasan
dalam
makanan,
mikroba
biasanya dilakukan dengan menentukan
sesuai
sisa pembakaran garam mineral tersebut
mikroba menurut SNI 19-2897-1992, yaitu
yang
standar batas kontaminasi bakteri yang
dikenal
dengan
pengabuan
(Sudarmadji, 1986).
dengan
standar
uji
cemaran
masih dianggap aman untuk dikonsumsi
Penentuan kadar abu total dapat
pada
obat
tradisional
sesuai
yang
digunakan untuk berbagai tujuan antara
disyaratkan oleh Departemen Kesehatan
lain:
RI sebesar < 106 CFU/ml dan batas
1.
menentukan
baik
tidaknya
suatu
pengolahan,
2.
kontaminasi kapang/khamir yang masih
dianggap aman untuk dikonsumsi pada
mengetahui
jenis
bahan
yang
digunakan, dan
obat tradisional sebesar < 104 CFU/ml
(Pratiwi, 2005).
3. penentuan parameter nilai gizi pada
bahan makanan.
Data angka lempeng total bakteri
dan kapang dari masing-masing ekstrak
Data kadar abu total dan abu tidak
daun gedi dapat dilihat pada tabel 3. Pada
larut dalam asam yang terdapat pada
infus daun gedi umumnya mempunyai
ekstrak daun gedi dapat dilihat pada tabel
angka lempeng total bakteri yang tinggi
3. Besarnya kadar abu total dalam setiap
dari
ekstrak daun gedi mengindikasikan bahwa
sedangkan
ekstrak
lempeng total kapang semua ekstrak
maserasi
yang
diperoleh
dan
dari
infudasi
JF FIK UINAM Vol.3 No.3 2015
proses
batasan
yang
pada
dipersyaratkan,
perhitungan
angka
banyak
123
masih tergolong di bawah batas maksimum
lewat kulit, mata, dan melalui parenteral
cemaran kapang, yakni < 104 CFU/ml.
(Widowati, Astiana dan Raymond, 2008).
Pencemaran Logam Pb
Penentuan
Timbal adalah salah satu bahan
logam
pencemar utama saat ini di lingkungan.
timbal (Pb) pada ekstrak berguna untuk
Timbal digunakan sebagai aditif pada
dapat menjamin bahwa ekstrak tidak
bahan bakar, khususnya bensin karena
mengandung timbal melebihi batas yang
dapat
ditetapkan karena bersifat toksik terhadap
Partikel timbal yang terdapat dalam asap
tubuh. Agar didapatkan data yang valid
kendaraan bermotor berukuran 0,02 – 1,00
maka dianalisa dengan menggunakan
µm, dengan masa tinggal di udara sekitar 4
metoda spektrofotometri serapan atom. SK
– 40 hari. Partikel yang sangat kecil ini
Dirjen POM No 03725/B/SK/VII/89 tentang
memungkinkan terhirup dan masuk sampai
batas maksimum cemaran logam dalam
ke paru-paru (Naria, 2005).
makanan
kandungan
menyatakan
bahwa
meningkatkan
batas
bilangan
oktan.
Selain itu, kandungan logam dalam
maksimum cemaran logam timbal pada
tanah
sangat
berpengaruh
terhadap
rempah – rempah sebesar 10 mg/kg atau
kandungan logam pada tanaman yang
0,01 mg/g (Arifin, 2006).
tumbuh di atasnya.Akumulasi logam dalam
Dari data cemaran logam berat
tanaman tidak hanya tergantung pada
yang terdapat pada tabel 3, diperoleh
kandungan logam dalam tanah, tetapi juga
kadar
daun gedi
tergantung pada unsur kimia tanah, jenis
tergolong memenuhi syarat, yakni untuk
logam, pH tanah, dan spesies tanaman
infus sebesar 0,003 ± 0,02 – 0,005 ± 0,002
(Darmono, 1995).
mg/g, ekstrak etanol 70% sebesar 0,004 ±
Penetapan Kadar Flavonoid Total
Pb
dalam
ekstrak
0,001 – 0,007 ± 0,003 mg/g, dan ekstrak
Hasil
KLT
dari
masing-masing
etanol 96% sebesar 0,007 ± 0,002 – 0,008
ekstrak ketika diamati di bawah sinar UV
± 0,003 mg/g.
366 nm terlihat ada beberapa noda yang
Adapun
perbedaan
Pb
tampak berfluoresensi dengan latar gelap.
dalam tanaman disebabkan oleh adanya
Ketika disemprot dengan larutan 5% AlCl3
perbedaan
dalam
kondisi
kadar
lingkungan
tempat
etanol,
masing-masing
noda
tanaman tersebut tumbuh, antara lain
semakin lebih jelas ketika diamati di bawah
kondisi udara dan tanah lingkungannya.
sinar UV 366 nm. Noda memberikan
Timbal (Pb) adalah logam yang
perubahan warna menjadi lebih terang/
bersifat toksik terhadapa manusia yang
berfluoresensi. Perubahan ini disebabkan
berasal
mengkonsumsi
adanya flavonoid. Reaksi antara AlCl3
makanan, minuman, atau melalui inhalasi
dengan golongan flavonoid membentuk
dari udara, debu yang tercemar Pb, kontak
kompleks antara gugus hidroksil dan keton
dari
tindakan
yang bertetangga yang tahan asam atau
JF FIK UINAM Vol.3 No.3 2015
124
dengan gugus ortohidroksil yang tidak
direaksikan dengan AlCl3 selama 30 menit
tahan asam dan bertetangga seperti pada
berada pada rentang 420 – 430 nm
gambar 1 berikut ini (Markham, 1988).
(Soares et al., 2003). Kadar flavonoid total
dihitung
sebagai
dengan
aglikon
menggunakan
glikosida
flavonoid
(quersetin)
bahan
rutin
yang
standar
telah
dihidrolisis dengan asam menurut German
Drug Codex 1986 (Soares et. al., 2003).
Gambar 1. Reaksi kompleks flavonoidAlCl3
Pada
analisa
kuantitatif,
kadar
flavonoid total pada ekstrak daun gedi yang
Pada penelitian ini penetapan
diperoleh secara maserasi menggunakan
kadar flavonoid total dilakukan dengan
pelarut etanol 96% tergolong tinggi, yakni
menggunakan
23,63±0,06 – 41,56±0,12 mg/g ekstrak
metode
kolorimetri
aluminium klorida dan diukur sebagai
sebagai
kuersetin, di mana senyawa dihidrolisis
dengan ekstrak daun gedi lainnya.
terlebih dahulu. Metode ini merupakan
Aktivitas Antioksidan Dengan Metode
metode yang tercantum dalam Farmakope
DPPH
Jerman dan German Drug Codex 1986
(Soares et. al., 2003).
Flavonoid
kuersetin
Metode
jika
DPPH
dibandingkan
merupakan
metode yang dapat mengukur efektifitas
tumbuhan
antioksidan secara cepat, sederhana, dan
sebagian besar terdapat dalam bentuk
tidak membutuhkan biaya yang mahal.
glikosida. Hidrolisis dimaksudkan agar
DPPH telah digunakan secara luas untuk
ikatan antara gula dan aglikon yang
mengukur kemampuan suatu senyawa
terdapat dalam senyawa dapat terlepas
untuk menghambat radikal bebas atau
dari ikatannya. Hidrolisis dilakukan dengan
sebagai pendonor hidrogen, dan juga
menggunakan
yaitu
untuk mengevaluasi aktivitas antioksidan
heksametilentetramina,
dalam makanan. Metode DPPH dapat
aseton, dan larutan HCl 25% dalam air
digunakan pada sampel uji yang berupa
kemudian direfluks (dilakukan pemanasan
cairan maupun padatan.
larutan
sampai
dalam
sistem
b
0,5% /v
mendidih).
hidrolisis,
Hasil
hidrolisa
Elektron bebas dari radikal bebas
kemudian diekstraksi dengan etil asetat
DPPH
sehingga diperoleh fraksi etilasetat yang
maksimum pada panjang gelombang 517
nantinya direaksikan dengan pereaksi
nm dan berwarna ungu. Warna ungu ini
AlCl3 dan diukur pada spektrofotometer
akan berkurang hingga menjadi berwarna
dengan panjang gelombang maksimum,
kuning
yakni 430 nm setelah 30 menit.Serapan
tersebut berpasangan dengan hidrogen
memberikan
pucat
akibat
absorpsi
elektron
yang
bebas
maksimum rutin terhidrolisis yang telah
JF FIK UINAM Vol.3 No.3 2015
125
KESIMPULAN
dari antioksidan membentuk DPPH-H,
seperti pada gambar 10 berikut.
Dari
penelitian
yang
dilakukan
dapat disimpulkan sebagai berikut:
Ekstrak daun gedi (Abelmoschus manihot
L.) Medik yang dipersyaratkan adalah
ekstrak etanol 96%, yakni:
Gambar 10.Reduksi DPPH dari senyawa
peredam
radikal
a)
bebas
ppm)
yang
menghambat
tergolong
50%
efektif
radikal
didasarkan
pada
keefektifan
senyawa
dalam
bebas.
b)
antioksidan
berdasarkan IC50, yakni jika suatu senyawa
memiliki nilai IC50 200 – 1000 ppm
tergolong kurang aktif. Namun, masih
bersifat
antioksidan
dan
jika
suatu
senyawa memiliki nilai IC50<200 ppm
tergolong sangat efektif (Molyneux 2004).
Vitamin
C
yang
digunakan
dari
daerah
tidak
ketiga
yakni
berbentuk
kental,
Kadar rata-rata senyawa yang terlarut
%b/b.
c)
Kadar rata-rata senyawa yang terlarut
dalam etanol yakni 21,12 ± 0,16 –
29,44±0,2 %b/b.
d)
Kadar air maksimum yang terkandung
yakni 8,25± 2,51%b/b.
e)
Kadar abu total maksimum yang
terkandung yakni 22,00 ± 1,46%b/b.
f)
Kadar abu tidak larut asam maksimum
yang terkandung yakni 0,50 ± 0,12%b/b.
g)
Total cemaran bakteri maksimum yakni
6,7.105 koloni/g; total cemaran kapang
sebagai
maksimum
pembanding memiliki nilai IC50 sebesar
yakni
6,7.102
koloni/g,
sesuai dengan ketentuan SNI 19-2897-
0,018 mg/ml (18 ppm) yang tergolong
1992
sangat efektif dalam menghambat radikal
bebas.
berasal
dalam air yakni 7,38 ± 0,22 – 8,91±0,21
Ini
penggolongan
yang
khas, dan berasa sepat.
96% yang berasal dari daerah Palu
memiliki IC50 sebesar 0,575 mg/ml (575
ekstrak
berwarna hijau kecoklatan, berbau
Dari penelitian yang dilakukan
seperti pada tabel 4, bahwa ekstrak etanol
organoleptis
berbeda,
(Prakash et al, 2001).
diperoleh data IC50 ekstrak daun gedi
Secara
dan
SK
Dirjen
POM
No:
03726/B/SK/VII/89.
h)
Cemaran logam timbal (Pb) sesuai
dengan ketentuan SK Dirjen POM No
03725/B/SK/VII/89.
i)
Kadar flavonoid total minimum yakni
23,63 ± 0,06 mg/g ekstrak.
Ekstrak daun gedi (Abelmoschus manihot
L.) Medik yang diperoleh secara maserasi
dengan pelarut etanol 96% mempunyai
JF FIK UINAM Vol.3 No.3 2015
126
nilai efektivitas antioksidan yakni 1,496 –
0,575 mg/ml dan yang berasal dari daerah
Palu memiliki efektivitas antioksidan yang
optimal dibandingkan dengan daerah lain
yaitu dengan nilai IC50 sebesar 0,575 mg/ml
atau 575 ppm
KEPUSTAKAAN
Andersen, Ø.M. and Markham K.R..
Flavonoids:
Chemistry,
Biochemistry, and Applications.
Taylor & Francis Group. USA. 2.
2006
Arifin, H.,Nelvi, A., Dian, H., Roslinda, R.
2006. Standarisasi Ekstrak Etanol
Daun Eugenia CuminiMerr.J. Sains
Tek. Far 11(2).2006. 88 – 92.
Číž, M., Hana Č., Petko D., Maria, K.,
Anton, S., Antonin, L.,. Different
methods for control and comparison
of the antioxidant properties of
vegetables, Food Control21: 518523 (2010).
Harborne.I.B.,.
Metode
Fitokimia
,
terjemahan K. Radmawinata dan I.
Soediso. penerbit ITB. Bandung.
1987
Hodgson, J.M., and Kevin D.C., , Review
Dietary
flavonoids:effects
on
endothelial function and blood
pressure, J Sci Food Agric 86:24922498. 2006
Jain, P.S., S.B. Bari, and S.J. Surana,
Isolation of Stigmasterol and (Sitosterol from Petroleum Ether of
Woody Stem of Abelmoschus
manihot, Asian Journal of Biological
Sciences2 (4): 112-117. 2009
Lin-lin W., Xin-bo Y., Zheng-ming H., Hezhi L, Guang-xia W., , In vivo and in
vitro antiviral activity of hyperoside
extracted
from
Abelmoschus
JF FIK UINAM Vol.3 No.3 2015
manihot (L) medik, Acta Pharmacol
Sin28 (3):404-409. 2007
Liu, Y., Xianyin L., Xiaomei L., Yuying Z.,
Jingrong C. Interactions Between
Thrombin with Flavonoids from
Abelmoschus manihot (L.) Medicus
by CZE.Chromatographia 2006 (64):
45.
Markham. K.R. Cara Mengindentifikasi
Flavonoid
,
terjemahan
K.
Radmawinata.
Penerbit
ITB.
Bandung. 1988 : 1-117.
Naria, E. Mewaspadai Dampak Bahan
Pencemar
Timbal
(PB)
di
LIngkungan Terhadap Kesehatan.
Jurnal
Komunikasi
Penelitian.
Volume 17 (4) 2005: 66 – 67.
Prakash, A. Antioxidant Activity. Medallion
Laboratories Analitycal Progress,
Summer Vol. 19, (2), 2001: 1-6.
Pratiwi, S. T. 2005. Pengujian Cemaran
Bakteri
Dan
Cemaran
Kapang/Khamir Pada Produk Jamu
Gendong Di Daerah Istimewa
Yogyakarta. Pharmacon.Vol. 6.
No.1. 2005: 12 – 14.
Shao-Yu Z., Nai-Ning S., Wen-Yuan G.,
Wei J., Hong-Quan D., Pei-Gen X.,
Progress in the treatment of chronic
glomerulonephritis with traditional
Chinese medicine, Asian Journal of
Pharmacodynamic
and
Pharmacokinetics 2006 (4): 317 –
325.
Soares, L. A. L., Valquiria, L. B., George,
G.O., Pedro, R. P. 2003. Total
Flavonoid Determination for the
Quality
Control
of
Aqueous
Extractives from Phillanthus niruri L.
Lat. Am. J. Pharm. 2003 :203 – 7.
Sudarmadji, S., Haryono, B., & Suhardi..
Analisa Bahan Makanan dan
Pertanian.
Penerbit
Liberty.
Yogyakarta. 1986: 150 – 158.
Widowati, W., Astiana S., dan Raymond J..
Efek Toksik Logam, Pencegahan,
127
dan Penanggulangan pencemaran.
CV Andi Offset. Jakarta. 2008 : 107125
JF FIK UINAM Vol.3 No.3 2015
128
Download