STANDARDISASI MUTU EKSTRAK DAUN GEDI ( Abelmoschus manihot (L.) MEDIK) DAN UJI EFEK ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH A. Tenriugi Daeng Pine1, Gemini Alam2, Faisal Attamimi3 Program Magister Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin, Makassar ABSTRAK Telah dilakukan penelitian Standardisasi Mutu Ekstrak Daun Gedi (Abelmoschus manihot (L.)Medik) dan Uji Efek Antioksidan Dengan Metode DPPH (dibimbing oleh Gemini Alam dan Faisal Attamimi). Penelitian ini bertujuan untuk menentukan standardisasi mutu ekstrak daun gedi (Abelmoschus manihot (L.)Medik) dan untuk mengetahui efek antioksidan dari ekstrak daun gedi. Sampel yang diperoleh dari daerah Makassar, Palu, dan Gorontalo diinfundasi dan dimaserasi dengan etanol 70% dan 96%, kemudian diuji mutunya secara spesifik dan nonspesifik. Sebagai antioksidan, diuji pula efektivitasnya dengan menggunakan metode DPPH. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun gedi (Abelmoschus manihot (L.) Medik) terstandardisasi adalah ekstrak etanol 96% dengan nilai parameter spesifik dan nonspesifik sebagai berikut: ekstrak berbentuk kental, berwarna kecoklatan, berbau khas, dan terasa sepat; kadar senyawa yang terlarut dalam air yakni 7,38±0,22 – 8,91±0,21 %b/b; kadar senyawa yang terlarut dalam etanol yakni 21,12±0,16 – 29,44±0,2 %b/b; kadar air maksimum yakni 8,25±2,51%b/b; kadar abu total maksimum yakni 22,00±1,46%b/b; kadar abu tidak larut asam maksimum yakni 0,50±0,12%b/b; total cemaran bakteri maksimum yakni 6,7.105 koloni/g; total cemaran kapang maksimum yakni 6,7.102 koloni/g; cemaran logam timbal (Pb) maksimum yakni 0,008 ± 0,003 mg/g; dan kadar flavonoid total minimum yakni 23,63±0,06 mg/g ekstrak. Ekstrak daun gedi (Abelmoschus manihot (L.)Medik) memiliki efektivitas antioksidan yakni 1,496 – 0,575 mg/ml dan ekstrak yang berasal dari Palu memiliki efektivitas antioksidan tertinggi dengan nilai IC50 sebesar 0,575 mg/ml atau 575 ppm. Kata kunci: Ekstrak daun gedi (Abelmoschus manihot (L.) Medik), standardisasi mutu, antioksidan, metode DPPH PENDAHULUAN Standardisasi ekstrak tumbuhan bahan yang dapat diproses lagi menjadi obat di Indonesia merupakan salah satu fraksi-fraksi, isolat senyawa tunggal atau tahapan penting dalam pengembangan pun tetap sebagai campuran dengan obat asli Indonesia.Ekstrak tumbuhan obat ekstrak lain. Adapun jika sebagai produk dapat berupa bahan awal, bahan antara, jadi berarti ekstrak yang berada dalam atau bahan produk jadi. Ekstrak sebagai sediaan obat jadi siap digunakan, baik bahan awal dianalogikan dengan komoditi dalam bentuk kapsul, tablet, pil, maupun bahan baku obat yang dengan teknologi dalam bentuk sediaan topikal. fitofarmasi diproses menjadi produk jadi. Ekstrak sebagai bahan antara merupakan JF FIK UINAM Vol.3 No.3 2015 Berbagai pengembangan penelitian yang dan memanfaatkan 111 kemajuan teknologi dilakukan sebagai glomerular, mengurangi upaya peningkatan mutu dan keamanan hyperplasia messangium produk mengurangi kerusakan yang meningkatkan diharapkan dapat kepercayaan lebih terhadap proteinuria, yang dapat jaringan ginjal (Shao-Yu et al., 2006). manfaat obat yang berasal dari bahan Senyawa flavonoid mempunyai alam.Salah satu penelitian yang telah berbagai fungsi penting untuk kesehatan, dilakukan ekstrak antara lain dalam menurunkan risiko tumbuhan berkhasiat obat yang dilanjutkan serangan penyakit kardiovaskuler, tekanan dengan standardisasi kandungannya untuk darah, memelihara antioksidan (Hodgson et al., 2006). adalah pembuatan keseragaman mutu, keamanan, dan khasiatnya. Tanaman gedi aterosklerosis, dan sebagai Aglikon flavonoid terdapat pada (Abelmoschus tumbuhan dengan bentuk struktur yang manihot), suku Malvaceae, merupakan berbeda-beda. tumbuhan tahunan yang berbatang tegak mengandung atom karbon dalam inti dasar dengan tinggi sekitar 1,2 – 1,8 m. yang tersusun dalam bentuk konfigurasi tanaman C6-C3-C6, yaitu dua cincin aromatik yang tersebut terdiri atas polisakarida dan dihubungkan oleh satuan tiga karbon yang protein. mengandung dapat atau tidak dapat membentuk cincin hyperin, ketiga. Semua varian flavonoid saling gossipetin-8-o-glukuronid, berkaitan karena alur biosintesis yang dan myricetin (Liu et al., 2006). Bunganya sama dari alur sikimat dan alur asetat- mengandung malonat. Kandungan mucilago Tanaman dari ini quercetin-3-o-robinobiosid, isoquercetin, quercetin-3-robinoside, Setiap Flavonoid dalam struktur tumbuhan quercetin-3’-glikosida, hyperin, myrecetin, umumnya terikat sebagai glikosida, baik O- antosianin, dan hyperoside. Hyperoside glikosida maupun C-glikosida (Markham, memiliki 1988; Harborne, 1987). kemampuan antinosiseptif, antivirus, antiinflamasi, Flavonoid pada kardioprotektif, hepatoprotektif, dan efek merupakan protektif terhadap gastrimukosal (lapisan dimanfaatkan untuk kesehatan dan bahan membran mukus pada lambung). Daun pengkhelat yang menjadi penyumbang gedi juga telah diuji dapat mencegah utama ovariectomy-induced femoral ostopenia sebagai (kondisi densitas mineral tulang yang lebih sebagai antioksidan, flavonoid juga dapat rendah dari batas normal pada bagian memodulasi jalur sinyal sel dan efeknya sendi tungkai akibat operasi pengangkatan dapat ditandai pada fungsi sel dengan rahim/ovarium) (Lin-lin et al., 2007; Jain et mengubah protein dan fosforilasi lemak al., 2009). Tanaman gedi juga dapat dan modulasi ekspresi gen (Čížet al., meningkatkan 2010). fungsi JF FIK UINAM Vol.3 No.3 2015 penyaringan metabolit sayuran terhadap sekunder kapasitas antioksidan. Selain yang fungsinya berfungsi 112 Berdasarkan uraian tersebut, maka melalui ampasnya. Kemudian dikeringkan dilakukan secara freeze drying. perlu penelitian mengenai standardisasi mutu ekstrak tanaman gedi B. (Abelmoschus standardisasi manihot L.)Medik agar Penentuan parameter-parameter diperoleh keseragaman mutu, keamanan, Parameter spesifik dan khasiatnya sebagai antioksidan. 1. Penetapan organoleptik ekstrak meliputi bentuk, warna, rasa, dan bau. METODE PENELITIAN 2. Penetapan kadar senyawa terlarut dalam A. Pembuatan Ekstrak pelarut tertentu. Daun gedi diambil pada pagi hari a. Kadar senyawa yang larut dalam air yaitu daun yang kelima dari pucuk hingga Sejumlah 2,5 g ekstrak ke bawah yang masih hijau, dipetik secara dimaserasi selama 24 jam dengan 50 langsung dengan tangan. Daun yang telah ml air-kloroform LP, menggunakan dikumpulkan dari ketiga daerah, yakni labu daerah Makassar, Palu, dan Gorontalo dikocok selama 6 jam pertama dan masing-masing disortasi basah atau dicuci kemudian dibiarkan selama 18 jam, dengan kemudian disaring. Diuapkan 10 ml air dikeringkan. mengalir, telah berkali-kali filtrat hingga kering dalam cawan disortasi kering dan diserbukkan. Serbuk penguap, residu dipanaskan pada suhu daun 105°C hingga bobot tetap. Dihitung kadar menggunakan yag sambil kering gedi Daun kemudian bersumbat diekstraksi metode dengan maserasi dan dalam persen senyawa yang larut dalam infundasi. Mula-mula 800 g serbuk daun air terhadap gedi dimaserasi dengan pelarut etanol 70% Dilakukan replikasi sebanyak 3 kali. dan 96% selama 3x24 jam pada wadah b. Kadar senyawa yang larut dalam kaca yang berbeda hingga 1- 3 cm di atas etanol serbuk. Filtrat dikumpulkan lalu diuapkan berat Sejumlah 2,5 ekstrak g awal. ekstrak dengan rotavapor hingga diperoleh ekstrak dimaserasi selama 24 jam dengan 50 ml kental etanol 70% dan 96%. Selain itu, etanol dibuat infusa dari daun gedi dengan bersumbat sambil berkali-kali dikocok menimbang sebanyak 500 gram serbuk selama 6 jam pertama dan kemudian daun gedi, kemudian dibasahkan dengan dibiarkan selama 18 5000 ml air suling di dalam panci. cepat Pemanasan dilakukan pada suhu 90°C penguapan etanol, kemudian diuapkan selama 15 menit sambil sesekali diaduk. 10 ml Infus disekai sewaktu masih panas melalui cawan penguap yang telah ditera, kain mencukupi residu dipanaskan pada suhu 105°C volumenya, ditambahkan air mendidih hingga bobot tetap. Dihitung kadar flannel dan untuk JF FIK UINAM Vol.3 No.3 2015 95% menggunakan dengan labu jam. Disaring menghindari filtrat hingga kering dalam 113 dalam persen senyawa yang larut dalam labu ukur hingga 100 ml sehingga etanol terhadap berat ekstrak awal. diperoleh konsentrasi 20 ppm. Larutan Dilakukan replikasi sebanyak 3 kali. tersebut dipipet sebanyak 1; 2; 3; 4; dan 3. Analisis kandungan flavonoid total 5 ml ke dalam labu ukur 10 ml dan Metode Kolorimetri Aluminium Klorida a. Proses Hidrolisis ditambahkan 1 ml larutan 2 g AlCl3 dalam 100 ml larutan asam asetat v Ekstrak 200 mg simplisia ditimbang dan glasial 5% dimasukan ke dalam labu alas bulat. volumenya dengan larutan asam asetat Ditambahkan sistem hidrolisis: 1 ml glasial 5%v/v hingga 10 ml sehingga larutan 0,5% b/v heksametilenetramina, diperoleh 5 konsentrasi,yakni 2, 4, 6, 8, 20 ml aseton, dan 2 ml larutan 25% HCl dan 10 ppm. dalam air. Dilakukan hidrolisis dengan pemanasan sampai /v. Larutan dicukupkan c. Penentuan λ maksimum mendidih Salah satu konsentrasi larutan baku (digunakan pendingin air untuk refluks) diukur serapannya pada λ 200 – 500 selama 30 menit. Campuran hasil nm. λ yang menunjukkan serapan hidrolisis disaring menggunakan kapas tertinggi merupakan λ maksimum. ke dalam labu ukur 100 ml. residu d. Pengukuran serapan flavonoid total hidrolisis ditambah 20 ml aseton untuk Sejumlah 10 ml larutan fraksi etilasetat didiihkan kembali sebentar, dilakukan (hidrolisa) dimasukkan ke dalam labu dua kali dan filtrat dikumpulkan semua ukur 25 ml kemudian ditambahkan 1 ml ke dalam labu ukur. Setelah labu ukur larutan 2 g AlCl3 dalam 100 ml larutan dingin, maka volume ditepatkan sampai asam asetat glasial 5% v/v. Larutan ini tepat 100,0 ml dan dikocok rata. kemudian ditambahkan larutan asam 20 ml filtrat hidrolisa dimasukkan ke asetat glasial 5%v/v sampai tepat 25 ml. corong pisah dan ditambahkan 20 ml Hasil H2O.Selanjutnya ekstraksi spektrometer UV-VIS setelah 30 menit kocok, pertama dengan 1ml etilasetat. berikutnya pada λ maksimum yang Kemudian dua kali dengan 10 ml diperoleh. etilasetat, dan dilakukan dikumpulkan reaksi siap fraksi Parameter nonspesifik etilasetat ke dalam labu ukur 50 ml, 1. Parameter kadar air akhirnya ditambahkan etilasetat sampai diukur pada Sejumlah 1 g ekstrak ditimbang tepat 50 ml. dilakukan replikasi 3 – 4 dalam kali. sebelumnya telah dipanaskan pada suhu krus porselen bertutup yang b. Pembuatan larutan baku flavonoid 105°C selama 90 menit dan telah ditera. Rutin yang telah dihidrolisis ditimbang Ratakan dengan menggoyangkan hingga teliti kemudian merupakan lapisan setebal 10 – 15 mm dilarutkan dengan alkohol 96% pada dan dikeringkan pada suhu penetapan sejumlah 5 mg, JF FIK UINAM Vol.3 No.3 2015 114 hingga bobot tetap, buka tutupnya, biarkan dan dihitung jumlah koloni yang tumbuh krus dan dikalikan dengan faktor pengenceran. dalam keadaan tertutup dan mendingin dalam desikator hingga suhu Dilakukan replikasi sebanyak tiga kali. kamar, kemudian dicatat bobot tetap yang b. Penentuan total kapang diperoleh untuk menghitung persentase Sejumlah 1 ml ekstrak dari susut pengeringannya. Dilakukan replikasi pengenceran 10-1 dipipet dengan pipet sebanyak 3 kali. steril, kemudian ditanam dalam medium 2. Parameter kadar abu PDA, lalu diinkubasi pada suhu 25°C Sejumlah 2 gram ekstrak ditimbang selama tiga hari.Kemudian diamati dan dengan seksama ke dalam krus yang telah dihitung jumlah koloni yang tumbuh dan ditera, dikalikan dipijarkan perlahan-lahan. dengan faktor pengenceran. Kemudian suhu dinaikkan secara bertahap Dilakukan replikasi sebanyak tiga kali. hingga 600 ± 250C sampai bebas karbon, 4. Penentuan batas logam timbal (Pb) Selanjutnya, didinginkan dalam desikator, Penentuan batas logam Pb di serta ditimbang berat abu.Kadar abu dalam dihitung sampel destruksi basah ekstrak dengan asam awal.Dilakukan sebanyak tiga kali replikasi. nitrat dan hidrogen peroksida, kadar Pb Kadar abu yang tidak larut dalam asam ditentukan dalam persen Abu yang penetapan kadar berat diperoleh abu, dari kemudian ekstrak dilakukan dengan secara spektrofotometri serapan atom. C. Penentuan aktivitas antioksidan dari dididihkan dengan 25 ml asam klorida ekstrak encer P selama 5 menit. Bagian yang Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan tidak larut asam dikumpulkan, dengan metode DPPH. disaring melalui kertas saring bebas abu, dicuci a. Pembuatan larutan DPPH 0,4 mM dengan air panas, disaring dan ditimbang, Larutan DPPH 0,4 mM dibuat ditentukan kadar abu yang tidak larut dengan cara ditimbang, DPPH sebanyak asam 0,0157 g dilarutkan dengan 100 ml etanol dalam persen terhadap berat sampel awal. Dilakuakn replikasi sebanyak absolut dalam labu tentukur. tiga kali. b. Pengukuran Sampel 3. Penentuan total bakteri dan total Sebanyak 100 ml larutan contoh kapang dari berbagai konsentrasi masing-masing a. Penetuan total bakteri ditambahkan 1,0 ml DPPH 0,4 mM dan Sejumlah 1 ml ekstrak dari dicukupkan volumenya sampai 5,0 ml pengenceran 10-4 dipipet dengan pipet dengan steril, selanjutnya kemudian ditanamkan dalam medium NA, lalu diinkubasi pada suhu etanol absolut. divorteks Campuran (diaduk sampai homogen) dan dibiarkan selama 30 menit 37°C selama 24 jam. Kemudian diamati JF FIK UINAM Vol.3 No.3 2015 115 pada suhu kamar. Serapannya diukur pada = (Absorban blangko – absorban sampel) panjang gelombang 518 nm. x 100% Besarnya daya antioksidan diukur dengan Absorban blangko rumus: Nilai IC50 (50% inhibitory % pengikatan radikal bebas concentration) ditentukan dengan analisis HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Tabel 1. Rendamen Ekstrak Daun Gedi (Abelmoschus manihot (L.) Medik) Hasil Penyarian Rendamen Persentase (g) (%) Gorontalo : 47,25 9,45 Infus 68,16 8,52 Ekstrak Etanol 66,56 8,32 47,50 9,50 Infus 66,48 8,31 Ekstrak Etanol 64,88 8,11 Makassar : 47,35 9,47 Infus 67,60 8,45 Ekstrak Etanol 66,16 8,27 70% Ekstrak Etanol 96% Palu : 70% Ekstrak Etanol 96% 70% JF FIK UINAM Vol.3 No.3 2015 116 Ekstrak Etanol 96% Tabel 2. Medik) Data Organoleptik Ekstrak Daun Gedi (Abelmoschus manihot (L.) Parameter Hasil penyarian Daerah Pengambilan Sampel Gorontalo Palu Makassar Organoleptis: 1. Bentuk 2. Warna Infus Serbuk Serbuk Serbuk Ekstrak Etanol Kental Kental Kental Kental Kental Kental Coklat muda Coklat muda Coklat muda Hijau agak Hijau agak Hijau agak kehitaman kehitaman kehitaman Hijau kecoklatan Kecoklatan Hijau kecoklatan Khas Khas Khas 96% Khas Khas Khas Infus Khas Karamel Khas Ekstrak Etanol Sepat Sepat Sepat Sepat Sepat Sepat Sepat Agak sepat Sepat 70% 3. Bau Ekstrak Etanol 96% 4. Rasa Infus Ekstrak Etanol 70% Ekstrak Etanol 70% Ekstrak Etanol 96% Infus Ekstrak Etanol 70% JF FIK UINAM Vol.3 No.3 2015 117 Ekstrak Etanol 96% Tabel 3. Medik) Parameter Hasil Standardisasi Ekstrak Daun Gedi (Abelmoschus manihot (L.) Hasil penyarian Daerah Pengambilan Sampel Rentang rata-rata Syarat Mutu Gorontalo Palu Makassar Kadar senyawa terlarut dalam: Infus 1. Air b (% /b) Ekstrak Etanol 70% Ekstrak Etanol 2. Etano 96% l b (% /b) Infus 12,18 ± 11,32 ± 14,66 ± 0,58 0,21 2,15 7,47 ± 6,33 ± 9,74 ± 1,43 2,25 0,37 8,25 ± 8,91 ± 7,38 ± 1,12 0,21 0,22 Ekstrak Etanol 96% 14,66±2,15 6,33±2,25 – 9,74±0,37 7,38±0,22 – 8,91±0,21 Ekstrak Etanol 70% 11,32±0,21 – 0,36 ± 0,45 ± 0,32 ± 0,07 0,04 0,07 11,96 ± 20,02 ± 13,72 ± 0,15 1,52 1,87 21,12 ± 29,44 ± 21,45 ± 0,16 0,62 0,46 0,32±0,07 – 0,45±0,04 11,96±0,15 – 20,02±1,52 21,12±0,16 – 29,44±0,62 Kadar air Infus b (% /b) JF FIK UINAM Vol.3 No.3 2015 4,99 ± 6,71 ± 5,23 ± 0,44 0,06 1,33 4,99 ± 0,44 – 6,71 ± < 10,00 0,06 118 Ekstrak Etanol 7,38 ± 6,95 ± 1,49 1,48 0,16 7,33 ± 8,25 ± 7,27 ± 96% 2,12 2,51 1,70 Infus 36,44 ± 31,10 ± 44,26 ± 5,16 1,82 4,94 29,42 ± 20,78 ± 27,41 ± 0,42 3,37 0,44 22,00 ± 11,55 ± 13,24 ± 1,46 1,73 0,67 1,11 ± 1,20 ± 1,39 ± 0,01 0,14 0,11 0,93 ± 0,73 ± 0,78 ± 0,19 0,07 0,04 0,50 ± 0,21 ± 0,33 ± 0,12 0,15 0,02 Infus 6,0.106 2,9.106 6,0.106 2,9.106 – 6,0.106 Ekstrak Etanol 7,1.105 1,3.106 6,0.106 7,1.105 – 6,0.106 6,7.105 6,3.105 0 1,9.103 5,9.103 4,8.103 3 3 1,7.10 3 1,0.10 1,0.10 – 3,0.10 0 6,7.102 3,3.102 0– 6,7.102 0,005±0,0 0,004±0, 0,003±0, 02 001 002 70% Ekstrak Etanol Kadar abu total (%b/b) Ekstrak Etanol 70% Ekstrak Etanol 96% Kadar abu tidak larut asam (%b/b) Infus Ekstrak Etanol 70% Ekstrak Etanol 96% Total cemaran bakteri (koloni/g) 5,44 ± 1,49 – 7,38 ± 5,44 ± 70% 1,48 7,27 ± 1,70 – 8,25 ± 2,51 31,10 ± 1,82 – 44,26 ± 4,94 20,78 ± 3,37 – 29,42 ± 0,42 11,55 ± 1,73 – 22,00 ± 1,46 1,11 ± 0,01 – 1,39 ± 0,11 0,73 ± 0,07 – 0,93 ± 0,19 0,21 ± 0,15 – 0,50 ± 0,12 < 1,0.106 0– 6,7.105 Ekstrak Etanol 96% Total Infus cemaran kapang (koloni/g) Ekstrak Etanol 70% 3,0.10 1,9.103 – 5,9.103 3 3 < 1,0.104 Ekstrak Etanol 96% Uji cemaran Infus logam JF FIK UINAM Vol.3 No.3 2015 0,003±0,002 – < 0,010 0,005±0,002 119 timbal (Pb) Ekstrak Etanol (mg/g) 70% 0,007±0, 0,007±0, 01 002 003 0,007±0,0 0,007±0, 0,008±0, 96% 03 002 003 0,008±0,003 Infus 0,04±0,00 0,04±0,0 0,05±0,0 0,04±0,00 – Ekstrak Etanol 2,07±0,02 0 0 3,75±0,0 3,66±0,0 3 1 41,56±0, 27,74±0, 12 03 Ekstrak Etanol Kadar flavonoid total dalam ekstrak (mg/g) 0,004±0,001 – 0,004±0,0 70% 23,63±0,0 Ekstrak Etanol 6 96% Tabel 4. Aktivitas antioksidan dengan metode DPPH Daerah Ekstrak Konsentrasi % pengikatan (mg/ml) 0,007±0,003 0,007±0,002 – 0,05±0,00 2,07±0,02 – 3,75±0,03 23,63±0,06 – 41,56±0,12 Persamaan garis linear radikal IC50 (mg/ml) bebas Gorontalo Etanol 96% 1 2,5 Palu Etanol 96% 56,05 7,5 61,13 10 64,86 1 Etanol 96% JF FIK UINAM Vol.3 No.3 2015 0,369x 59,02 r= 0,954 0,575 63,21 y= 5,156+0,649x 5 70,81 7,5 76,33 10 81,71 1 1,340 52,04 y= 4,953 + 5 2,5 Makassar 50,46 r= 0,939 50,03 r= 0,889 1,496 120 2,5 Vitamin C 50,08 y= 4,979+0,120x 5 52,34 7,5 52,83 10 55,10 0,01 43,48 r= 0,990 0,018 0,1 69,71 y= 6,503 + 0,5 88,18 1 95,70 5 98,26 0,867x Pembahasan Ekstraksi Sampel penelitian yang ini digunakan adalah pada segala perbandingan, memerlukan panas gedi yang lebih sedikit untuk proses pemekatan, daun (Abelmoschus manihot L. Medik) yang dan zat pengganggu yang larut terbatas. diekstraksi dengan menggunakan metode Pelarut etanol maserasi dan infudasi. Metode maserasi penyari karena dipilih diekstraksi sebagai metode dalam dipilih sebagai senyawa adalah yang senyawa cairan akan fenolik. mengekstraksi karena adanya sifat daun Ekstraksi senyawa fenolik dari jaringan yang lunak dan mudah mengembang tumbuhan dalam cairan pengekstraksi. Selain itu, menggunakan pelarut metanol atau etanol maserasi merupakan cara penyarian yang pada suhu kamar dengan cara maserasi sederhana karena cairan penyari akan (Andersen, 2006; Markham, 1988). dalam bentuk glikosida menembus dinding sel dan masuk ke Infudasi adalah proses penyarian dalam rongga sel yang mengandung zat yang umumnya digunakan untuk menyari aktif. Cairan penyari yang digunakan dalam zat kandungan aktif yang larut dalam air proses maserasi ini adalah etanol 70% dan dari bahan-bahan nabati. Cara ini sangat 96%. Etanol dipertimbangkan sebagai sederhana dan sering digunakan oleh cairan penyari karena lebih selektif,kapang perusahaan sulit tumbuh dalam etanol 20% ke atas, penyari yang digunakan dalam metode tidak beracun, netral, absorbsinya baik, infudasi ini adalah air. Air dipertimbangkan etanol dapat bercampur dengan air dalam sebagai penyari karena murah dan mudah JF FIK UINAM Vol.3 No.3 2015 obat tradisional. Cairan 121 diperoleh, stabil, tidak mudah menguap diperbolehkan dan tidak mudah terbakar, tidak beracun, kefarmasian dan alamiah. Pelarut air dimaksudkan untuk melarutkan Parameter Organoleptik senyawa Standardisasi merupakan proses penjaminan produk akhir (obat, ekstrak, dan memenuhi (pharmaceutical polar dan syarat grade). etanol untuk melarutkan senyawa kurang polar yang terdapat dalam ekstrak. atau produk ekstrak) agar mempunyai nilai Pada penelitian ini persentase parameter tertentu yang konstan dan kadar senyawa terlarut dalam air ditetapkan Untuk persentase kadar senyawa terlarut dalam menjamin mutu dari ekstrak tanaman obat, etanol pada ekstrak daun gedi dapat dilihat perlu dilakukan penetapan standar mutu pada tabel 3. spesifik dan non spesifik agar nantinya Penentuan Kadar Air ekstrak terlebih terstandar dahulu. dapat digunakan Untuk penentuan dan kadar air sebagai obat yang mengandung kadar digunakan metode gravimetrik, yang pada senyawa aktif yang konstan dan dapat prinsipnya menguapkan air yang ada pada dipertanggung jawabkan. bahan dengan jalan pemanasan pada suhu Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh data seperti pada tabel 1. Parameter organoleptik 1050C, kemudian menimbang bahan sampai berat konstan. ekstrak Pada penelitian ini persentase bertujuan memberikan pengenalan awal kadar air ekstrak daun gedi dapat dilihat ekstrak secara objektif berupa bentuk, pada warna, bau, dan rasa. Data ini juga dapat persentase kadar air dalam ekstrak daun digunakan sebagai dasar untuk menguji gedi simplisia secara fisis selama penyimpanan tabel 3. tergolong Pada penelitian memenuhi syarat ini, . Menurut literatur, kadar air dalam yang dapat mempengaruhi khasiatnya. ekstrak tidak boleh lebih dari 10%. Hal ini Penentuan Kadar Senyawa Terlarut bertujuan untuk menghindari cepatnya Dalam Pelarut Etanol dan Air pertumbuhan Parameter dalam pelarut senyawa tertentu terlarut bertujuan memberikan gambaran awal jumlah kandungan senyawa yang dapat diekstraksi. Penentuan dilakukan secara mempersyaratkan parameter gravimetrik untuk ini dan jamur dalam ekstrak (Soetarno dan Soediro, 1997). Penetapan kadar abu total dan abu tidak larut asam Pada penelitian ini kadar abu total dan abu tidak larut asam dalam ekstrak daun gedi dapat dilihat pada tabel 1. menggunakan Abu adalah zat anorganik sisa dua pelarut, yaitu pelarut air dan etanol. hasil pembakaran suatu bahan organik. Kedua pelarut ini dan campuran keduanya Kandungan merupakan tergantung pada macam bahan dan cara cairan pelarut JF FIK UINAM Vol.3 No.3 2015 yang abu dan komposisinya 122 pengabuannya. abu ada mengandung mineral. Adanya kandungan mineral suatu abu yang tidak larut dalam asam yang bahan. Mineral yang terdapat dalam suatu rendah menunjukkan adanya pasir atau bahan dapat merupakan dua macam kotoran yang lain dalam kadar rendah. garam yaitu : Cemaran Mikroba dan Kapang hubungannya Kadar dengan 1. Garam-garam organik, misalnya garam Pengujian cemaran bakteri termasuk dari asam malat, oksalat, asetat, pektat, salah satu uji untuk syarat kemurnian dan lain-lain ekstrak. Uji ini mencakup penentuan 2. Garam-garam anorganik, misalnya jumlah mikroorganisme yang fosfat, karbonat, klorida, sulfat nitrat dan diperbolehkan dan untuk menunjukan tidak logam alkali. adanya bakteri tertentu dalam ekstrak. Selain kedua garam tersebut, Menurut SK Dirjen Pom No : kadang-kadang mineral dapat terbentuk 03726/B/SK/VII/89 sebagai senyawa yang kompleks yang maksimum bersifat organis. Apabila akan ditentukan bahwa batas maksimum cemaran bakteri jumlah mineralnya dalam bentuk aslinya dalam makanan yaitu 106 koloni/g dan adalah untuk kapang yaitu 104 koloni/g. Ini juga sangat sulit. Oleh karenanya tentang batasan dalam makanan, mikroba biasanya dilakukan dengan menentukan sesuai sisa pembakaran garam mineral tersebut mikroba menurut SNI 19-2897-1992, yaitu yang standar batas kontaminasi bakteri yang dikenal dengan pengabuan (Sudarmadji, 1986). dengan standar uji cemaran masih dianggap aman untuk dikonsumsi Penentuan kadar abu total dapat pada obat tradisional sesuai yang digunakan untuk berbagai tujuan antara disyaratkan oleh Departemen Kesehatan lain: RI sebesar < 106 CFU/ml dan batas 1. menentukan baik tidaknya suatu pengolahan, 2. kontaminasi kapang/khamir yang masih dianggap aman untuk dikonsumsi pada mengetahui jenis bahan yang digunakan, dan obat tradisional sebesar < 104 CFU/ml (Pratiwi, 2005). 3. penentuan parameter nilai gizi pada bahan makanan. Data angka lempeng total bakteri dan kapang dari masing-masing ekstrak Data kadar abu total dan abu tidak daun gedi dapat dilihat pada tabel 3. Pada larut dalam asam yang terdapat pada infus daun gedi umumnya mempunyai ekstrak daun gedi dapat dilihat pada tabel angka lempeng total bakteri yang tinggi 3. Besarnya kadar abu total dalam setiap dari ekstrak daun gedi mengindikasikan bahwa sedangkan ekstrak lempeng total kapang semua ekstrak maserasi yang diperoleh dan dari infudasi JF FIK UINAM Vol.3 No.3 2015 proses batasan yang pada dipersyaratkan, perhitungan angka banyak 123 masih tergolong di bawah batas maksimum lewat kulit, mata, dan melalui parenteral cemaran kapang, yakni < 104 CFU/ml. (Widowati, Astiana dan Raymond, 2008). Pencemaran Logam Pb Penentuan Timbal adalah salah satu bahan logam pencemar utama saat ini di lingkungan. timbal (Pb) pada ekstrak berguna untuk Timbal digunakan sebagai aditif pada dapat menjamin bahwa ekstrak tidak bahan bakar, khususnya bensin karena mengandung timbal melebihi batas yang dapat ditetapkan karena bersifat toksik terhadap Partikel timbal yang terdapat dalam asap tubuh. Agar didapatkan data yang valid kendaraan bermotor berukuran 0,02 – 1,00 maka dianalisa dengan menggunakan µm, dengan masa tinggal di udara sekitar 4 metoda spektrofotometri serapan atom. SK – 40 hari. Partikel yang sangat kecil ini Dirjen POM No 03725/B/SK/VII/89 tentang memungkinkan terhirup dan masuk sampai batas maksimum cemaran logam dalam ke paru-paru (Naria, 2005). makanan kandungan menyatakan bahwa meningkatkan batas bilangan oktan. Selain itu, kandungan logam dalam maksimum cemaran logam timbal pada tanah sangat berpengaruh terhadap rempah – rempah sebesar 10 mg/kg atau kandungan logam pada tanaman yang 0,01 mg/g (Arifin, 2006). tumbuh di atasnya.Akumulasi logam dalam Dari data cemaran logam berat tanaman tidak hanya tergantung pada yang terdapat pada tabel 3, diperoleh kandungan logam dalam tanah, tetapi juga kadar daun gedi tergantung pada unsur kimia tanah, jenis tergolong memenuhi syarat, yakni untuk logam, pH tanah, dan spesies tanaman infus sebesar 0,003 ± 0,02 – 0,005 ± 0,002 (Darmono, 1995). mg/g, ekstrak etanol 70% sebesar 0,004 ± Penetapan Kadar Flavonoid Total Pb dalam ekstrak 0,001 – 0,007 ± 0,003 mg/g, dan ekstrak Hasil KLT dari masing-masing etanol 96% sebesar 0,007 ± 0,002 – 0,008 ekstrak ketika diamati di bawah sinar UV ± 0,003 mg/g. 366 nm terlihat ada beberapa noda yang Adapun perbedaan Pb tampak berfluoresensi dengan latar gelap. dalam tanaman disebabkan oleh adanya Ketika disemprot dengan larutan 5% AlCl3 perbedaan dalam kondisi kadar lingkungan tempat etanol, masing-masing noda tanaman tersebut tumbuh, antara lain semakin lebih jelas ketika diamati di bawah kondisi udara dan tanah lingkungannya. sinar UV 366 nm. Noda memberikan Timbal (Pb) adalah logam yang perubahan warna menjadi lebih terang/ bersifat toksik terhadapa manusia yang berfluoresensi. Perubahan ini disebabkan berasal mengkonsumsi adanya flavonoid. Reaksi antara AlCl3 makanan, minuman, atau melalui inhalasi dengan golongan flavonoid membentuk dari udara, debu yang tercemar Pb, kontak kompleks antara gugus hidroksil dan keton dari tindakan yang bertetangga yang tahan asam atau JF FIK UINAM Vol.3 No.3 2015 124 dengan gugus ortohidroksil yang tidak direaksikan dengan AlCl3 selama 30 menit tahan asam dan bertetangga seperti pada berada pada rentang 420 – 430 nm gambar 1 berikut ini (Markham, 1988). (Soares et al., 2003). Kadar flavonoid total dihitung sebagai dengan aglikon menggunakan glikosida flavonoid (quersetin) bahan rutin yang standar telah dihidrolisis dengan asam menurut German Drug Codex 1986 (Soares et. al., 2003). Gambar 1. Reaksi kompleks flavonoidAlCl3 Pada analisa kuantitatif, kadar flavonoid total pada ekstrak daun gedi yang Pada penelitian ini penetapan diperoleh secara maserasi menggunakan kadar flavonoid total dilakukan dengan pelarut etanol 96% tergolong tinggi, yakni menggunakan 23,63±0,06 – 41,56±0,12 mg/g ekstrak metode kolorimetri aluminium klorida dan diukur sebagai sebagai kuersetin, di mana senyawa dihidrolisis dengan ekstrak daun gedi lainnya. terlebih dahulu. Metode ini merupakan Aktivitas Antioksidan Dengan Metode metode yang tercantum dalam Farmakope DPPH Jerman dan German Drug Codex 1986 (Soares et. al., 2003). Flavonoid kuersetin Metode jika DPPH dibandingkan merupakan metode yang dapat mengukur efektifitas tumbuhan antioksidan secara cepat, sederhana, dan sebagian besar terdapat dalam bentuk tidak membutuhkan biaya yang mahal. glikosida. Hidrolisis dimaksudkan agar DPPH telah digunakan secara luas untuk ikatan antara gula dan aglikon yang mengukur kemampuan suatu senyawa terdapat dalam senyawa dapat terlepas untuk menghambat radikal bebas atau dari ikatannya. Hidrolisis dilakukan dengan sebagai pendonor hidrogen, dan juga menggunakan yaitu untuk mengevaluasi aktivitas antioksidan heksametilentetramina, dalam makanan. Metode DPPH dapat aseton, dan larutan HCl 25% dalam air digunakan pada sampel uji yang berupa kemudian direfluks (dilakukan pemanasan cairan maupun padatan. larutan sampai dalam sistem b 0,5% /v mendidih). hidrolisis, Hasil hidrolisa Elektron bebas dari radikal bebas kemudian diekstraksi dengan etil asetat DPPH sehingga diperoleh fraksi etilasetat yang maksimum pada panjang gelombang 517 nantinya direaksikan dengan pereaksi nm dan berwarna ungu. Warna ungu ini AlCl3 dan diukur pada spektrofotometer akan berkurang hingga menjadi berwarna dengan panjang gelombang maksimum, kuning yakni 430 nm setelah 30 menit.Serapan tersebut berpasangan dengan hidrogen memberikan pucat akibat absorpsi elektron yang bebas maksimum rutin terhidrolisis yang telah JF FIK UINAM Vol.3 No.3 2015 125 KESIMPULAN dari antioksidan membentuk DPPH-H, seperti pada gambar 10 berikut. Dari penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut: Ekstrak daun gedi (Abelmoschus manihot L.) Medik yang dipersyaratkan adalah ekstrak etanol 96%, yakni: Gambar 10.Reduksi DPPH dari senyawa peredam radikal a) bebas ppm) yang menghambat tergolong 50% efektif radikal didasarkan pada keefektifan senyawa dalam bebas. b) antioksidan berdasarkan IC50, yakni jika suatu senyawa memiliki nilai IC50 200 – 1000 ppm tergolong kurang aktif. Namun, masih bersifat antioksidan dan jika suatu senyawa memiliki nilai IC50<200 ppm tergolong sangat efektif (Molyneux 2004). Vitamin C yang digunakan dari daerah tidak ketiga yakni berbentuk kental, Kadar rata-rata senyawa yang terlarut %b/b. c) Kadar rata-rata senyawa yang terlarut dalam etanol yakni 21,12 ± 0,16 – 29,44±0,2 %b/b. d) Kadar air maksimum yang terkandung yakni 8,25± 2,51%b/b. e) Kadar abu total maksimum yang terkandung yakni 22,00 ± 1,46%b/b. f) Kadar abu tidak larut asam maksimum yang terkandung yakni 0,50 ± 0,12%b/b. g) Total cemaran bakteri maksimum yakni 6,7.105 koloni/g; total cemaran kapang sebagai maksimum pembanding memiliki nilai IC50 sebesar yakni 6,7.102 koloni/g, sesuai dengan ketentuan SNI 19-2897- 0,018 mg/ml (18 ppm) yang tergolong 1992 sangat efektif dalam menghambat radikal bebas. berasal dalam air yakni 7,38 ± 0,22 – 8,91±0,21 Ini penggolongan yang khas, dan berasa sepat. 96% yang berasal dari daerah Palu memiliki IC50 sebesar 0,575 mg/ml (575 ekstrak berwarna hijau kecoklatan, berbau Dari penelitian yang dilakukan seperti pada tabel 4, bahwa ekstrak etanol organoleptis berbeda, (Prakash et al, 2001). diperoleh data IC50 ekstrak daun gedi Secara dan SK Dirjen POM No: 03726/B/SK/VII/89. h) Cemaran logam timbal (Pb) sesuai dengan ketentuan SK Dirjen POM No 03725/B/SK/VII/89. i) Kadar flavonoid total minimum yakni 23,63 ± 0,06 mg/g ekstrak. Ekstrak daun gedi (Abelmoschus manihot L.) Medik yang diperoleh secara maserasi dengan pelarut etanol 96% mempunyai JF FIK UINAM Vol.3 No.3 2015 126 nilai efektivitas antioksidan yakni 1,496 – 0,575 mg/ml dan yang berasal dari daerah Palu memiliki efektivitas antioksidan yang optimal dibandingkan dengan daerah lain yaitu dengan nilai IC50 sebesar 0,575 mg/ml atau 575 ppm KEPUSTAKAAN Andersen, Ø.M. and Markham K.R.. Flavonoids: Chemistry, Biochemistry, and Applications. Taylor & Francis Group. USA. 2. 2006 Arifin, H.,Nelvi, A., Dian, H., Roslinda, R. 2006. Standarisasi Ekstrak Etanol Daun Eugenia CuminiMerr.J. Sains Tek. Far 11(2).2006. 88 – 92. Číž, M., Hana Č., Petko D., Maria, K., Anton, S., Antonin, L.,. Different methods for control and comparison of the antioxidant properties of vegetables, Food Control21: 518523 (2010). Harborne.I.B.,. Metode Fitokimia , terjemahan K. Radmawinata dan I. Soediso. penerbit ITB. Bandung. 1987 Hodgson, J.M., and Kevin D.C., , Review Dietary flavonoids:effects on endothelial function and blood pressure, J Sci Food Agric 86:24922498. 2006 Jain, P.S., S.B. Bari, and S.J. Surana, Isolation of Stigmasterol and (Sitosterol from Petroleum Ether of Woody Stem of Abelmoschus manihot, Asian Journal of Biological Sciences2 (4): 112-117. 2009 Lin-lin W., Xin-bo Y., Zheng-ming H., Hezhi L, Guang-xia W., , In vivo and in vitro antiviral activity of hyperoside extracted from Abelmoschus JF FIK UINAM Vol.3 No.3 2015 manihot (L) medik, Acta Pharmacol Sin28 (3):404-409. 2007 Liu, Y., Xianyin L., Xiaomei L., Yuying Z., Jingrong C. Interactions Between Thrombin with Flavonoids from Abelmoschus manihot (L.) Medicus by CZE.Chromatographia 2006 (64): 45. Markham. K.R. Cara Mengindentifikasi Flavonoid , terjemahan K. Radmawinata. Penerbit ITB. Bandung. 1988 : 1-117. Naria, E. Mewaspadai Dampak Bahan Pencemar Timbal (PB) di LIngkungan Terhadap Kesehatan. Jurnal Komunikasi Penelitian. Volume 17 (4) 2005: 66 – 67. Prakash, A. Antioxidant Activity. Medallion Laboratories Analitycal Progress, Summer Vol. 19, (2), 2001: 1-6. Pratiwi, S. T. 2005. Pengujian Cemaran Bakteri Dan Cemaran Kapang/Khamir Pada Produk Jamu Gendong Di Daerah Istimewa Yogyakarta. Pharmacon.Vol. 6. No.1. 2005: 12 – 14. Shao-Yu Z., Nai-Ning S., Wen-Yuan G., Wei J., Hong-Quan D., Pei-Gen X., Progress in the treatment of chronic glomerulonephritis with traditional Chinese medicine, Asian Journal of Pharmacodynamic and Pharmacokinetics 2006 (4): 317 – 325. Soares, L. A. L., Valquiria, L. B., George, G.O., Pedro, R. P. 2003. Total Flavonoid Determination for the Quality Control of Aqueous Extractives from Phillanthus niruri L. Lat. Am. J. Pharm. 2003 :203 – 7. Sudarmadji, S., Haryono, B., & Suhardi.. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Penerbit Liberty. Yogyakarta. 1986: 150 – 158. Widowati, W., Astiana S., dan Raymond J.. Efek Toksik Logam, Pencegahan, 127 dan Penanggulangan pencemaran. CV Andi Offset. Jakarta. 2008 : 107125 JF FIK UINAM Vol.3 No.3 2015 128