PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH KERANGKA ACUAN KERJA ( TERM OF REFERENCE – TOR ) KEGIATAN KEGIATAN PEMBANGUNAN SUMUR PANTAU AIR TANAH DI JAWA TENGAH DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN ANGGARAN 2017 A. LATAR BELAKANG MASALAH 1. Dasar Hukum Undang undang Nomor 23 Tahun 2014 menyebutkan bahwa kewenangan di sektor Energi dan Sumber Daya Mineral beralih dari semula kewenangan Kabupaten/Kota menjadi kewenangan Provinsi termasuk kewenangan di bidang air tanah. 2. Gambaran Umum a. Airtanah merupakan sumberdaya yang mempunyai peranan penting pada masalah penyediaan kebutuhan air bagi berbagai keperluan. Mengingat peranan Airtanah yang semakin vital dan strategis, maka pemanfaatan Airtanah harus memperhatikan keseimbangan dan pelestarian sumberdaya itu sendiri, atau dengan kata lain pemanfaatan Airtanah harus berwawasan lingkungan. b. Airtanah sebagai salah satu sumberdaya air, saat ini telah menjadi permasalahan Nasional, sehingga mutlak dituntut perlunya langkah-langkah nyata untuk memperkecil dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan eksploitasi Airtanah yang tidak terkontrol atau pengambilan sumber daya Airtanah yang berlebih. Secara lebih spesifik tujuan pengelolaan Airtanah dapat dirumuskan untuk menjamin ketersediaan Airtanah secara berkelanjutan (sustainable), untuk pemanfaatannya bagi semua pengguna sesuai peruntukannya, dalam kerangka waktu yang telah ditetapkan. c. Dalam rangka pengelolaan sumberdaya Airtanah untuk menjaga kelangsungan ketersediaan sumberdaya Airtanah tersebut, maka diperlukan langkah-langkah pemantauan secara sistematis dan teratur untuk pelaksanaan pengelolaan Airtanah tersebut, dari sisi kuantitas maupun kualitas dalam suatu cekungan Airtanah. Pemantauan tersebut dilakukan dalam rangka konservasi agar keberadaan airtanah di suatu daerah dapat lestari dan berkesinambungan, sehingga pemanfaatannya dapat berkelanjutan. Pemantauan Airtanah tersebut dilaksanakan secara mendasar pada efektifitas pemanfaatan Airtanah untuk meminimalkan dampak negatif, seperti penurunan muka Airtanah, degradasi kualitas Airtanah maupun terjadinya penurunan muka tanah/amblesan. Salah satu kegiatan pemanfaatan Airtanah yang menyebabkan dampak negatif tersebut adalah pengambilan Airtanah yang berlebihan. Pengambilan Airtanah berlebih merupakan akibat banyaknya sumur-sumur pemompaan yang tidak terkontrol, baik itu dari besar debit pengambilan Airtanah maupun lokasi penyebaran sumur-sumur pompa. Besar debit pemompaan dalam pengambilan Airtanah yang dilakukan disuatu daerah harus melihat kondisi akuifer sebagai sumber lokasi pengambilan Airtanah tersebut, sehingga harus diketahui kemampuan akuifer dalam penyimpanan Airtanah tersebut. Begitu juga dengan lokasi keberadaan sumur-sumur pompa harus dilihat juga kemampuan dari akuifer itu sendiri, karena banyaknya sumur pompa di suatu daerah cekungan Airtanah akan berdampak semakin besar pengambilan Airtanah di cekungan Airtanah tersebut, sehingga dapat menimbulkan dampak-dampak negatif yang terjadi seperti penjelasan sebelumnya. d. Oleh karena itu untuk menghindari dampak negatif pengambilan Airtanah yang berlebih perlu adanya pemantaun terhadap kualitas maupun kuantitas sumber daya Airtanah. Pemantauan tersebut salah satunya dengan membuat sumur – sumur pantau di daerah yang akan diteliti. Sehingga sebelum membuat sumur – sumur pantau perlu dilakukan kajian mengenai lokasi yang tepat untuk dibangun sumur pantau. B. MAKSUD DAN TUJUAN Maksud dilakukannya kegiatan adalah untuk menentukan jaringan sumur – sumur pantau di daerah Cekungan Airtanah berdasarkan kondisi hidrogeologi dan pemanfaatan Airtanah Tujuannya adalah 1. Mengetahui kondisi hidrogeologi daerah kegiatan, khususnya pada daerah Cekungan Airtanah CAT Wonosobo dan CAT Karangkobar. 2. Mengetahui kondisi kerentanan akuifer terhadap pencemaran di setiap lokasi di dalam daerah Cekungan Airtanah CAT Wonosobo dan CAT Karangkobar. 3. Mengetahui risiko kerentanan pengambilan Airtanah di daerah Cekungan Airtanah CAT Wonosobo dan CAT Karangkobar. 4. Menentukan lokasi jaringan sumur pantau di daerah Cekungan Airtanah CAT Wonosobodan CAT Karangkobar. C. RUANG LINGKUP KEGIATAN Jenis paket pekerjaan yang dilakukan dalam Kegiatan Pembangunan Sumur Pantau Air Tanah Di Jawa Tengah Untuk Tahun Anggaran 2013 Meliputi : 1. Pembangunan 5 (lima) unit sumur pantau. 2. Revitalisasi GWRL pada 3 (tiga) unit. 3. Penyusunan sistem jaringan sumur pantau di CAT Wonosobo dan CAT Karangkobar Ruang Lingkup Kegiatan Jaringan Sumur Pantau di Cekungan Airtanah Rawapening dan CAT Salatiga adalah berupa 1 (satu) set dokumen hasil studi Penentuan jaringan sumur pantau CAT Rawapening dan CAT Salatiga dalam bentuk laporan tertulis yang berisi uraian pembahasan mengenai: Kondisi hidrogeologi di setiap CAT, baik berupa kondisi transmisivitas, storativitas, recharge, ketebalan akuifer, kedalaman muka Airtanah, dan jarak lokasi kegiatan dengan garis pantai. Kerentanan akuifer yang dihasilkan dari penilaian faktor kerentanan akuifer. Kerentanan risiko dampak negatif pengambilan Airtanah berlebihan hasil penilaian kerentanan akuifer dengan besar pengambilan Airtanah. Lokasi Jaringan Sumur Pantau dengan rencana lokasi titik Sumur Pantau. D. SASARAN 1. Pembangunan sumur pantau sebanyak 5 (lima) unit sumur pantau. 2. Revitalisasi sumur pantau di 3 (tiga) unit. 3. Penyusunan sistem jaringan sumur pantau di CAT Wonosobo dan CAT Karangkobar sebanyak 1 (satu) paket. E. LOKASI KEGIATAN 1. Pembangunan sumur pantau sebanyak 5 (lima) unit sumur pantau, yang berada: a.) Kota Semarang b.) Kota Tegal c.) Kota Pekalongan d.) Kabupaten Jepara e.) Kabupaten Sukoharjo 2. Lokasi Revitalisasi sumur pantau di 3 (tiga) unit, yang lokasinya meliputi : a.) Kab. Kendal b.) Kab. Kudus c.) Kab. Sukoharjo 3. Penyusunan sistem jaringan sumur pantau di CAT Wonosobo dan CAT Karangkobar. F. JADWAL KEGIATAN terlampir G. KELUARAN Hasil penyusunan jaringan sumur pantau di CAT Wonosobodan CAT Karangkobar adalah: Tersedianya informasi berupa peta kerentanan akuifer untuk pengambilan berlebih, yang diperoleh dari hasil penilaian faktor kerentanan. Tersedianya informasi berupa peta risiko dampak negatif untuk penggunaan Airtanah yang berlebih. Tersedianya informasi dan data rencana lokasi sumur pantau dalam suatu sistem jaringan sumur pantau. Terpantaunya pemanfaatan air tanah secara kontinu Terbangunnya sumur pantau sebanyak 5 unit. Terevitalisasinya sumur pantau sebanyak 3 unit. H. ANGGARAN Pagu Anggaran yang digunakan dalam proses lelang adalah : 1. Pembangunan 5 (lima) sumur pantau : Rp. 1.000.000.000,(@ paket Rp. 200.000.000,-) 2. Revitalisasi GWRL pada 3 (tiga) unit : Rp. 255.000.000,(@ paket Rp. 85.000.000,-) 3. Penyusunan sistem jaringan sumur pantau di CAT Wonosobo dan CAT Karangkobar : Rp. 370.000.000,I. PENUTUP Hasil dari kegiatan ini diharapkan dapat dimanfaatkan secara optimal, terutama untuk pemantauan muka air tanah sehingga kuantitas air tanah dapat terus termonitor. Semarang, KEPALA DINAS ESDM PROVINSI JAWA TENGAH Ir. TEGUH DWI PARYONO, MT Pembina Utama Madya NIP. 19621222 199003 1 005