DIVERSIFIKASI TEPUNG TAPIOKA PADA

advertisement
DIVERSIFIKASI TEPUNG TAPIOKA PADA PEMBUATAN FLAKES DIPERKAYA
SERAT PANGAN (DIETARY FIBER) TEPUNG AMPAS KELAPA
Oleh : Niftrelia Sari Dewi
ABSTRACT
Research on diversification of tapioca flour in producing flakes enriched by dietary fiber from
coconut residue flour has been conducted. Tapioca flour as a source of carbohydrate was obtained by
extracting cassava (Manihot Esculenta Crantz) while coconut residue flour as a source of dietary fiber
was prepared from VCO processing waste. The result of the experiment showed that cassava starch
can be used in producing flakes and by the addition of coconut residue flour, it influents to the content
of water, ash, protein, carbohydrate, fat, dietary fiber as well as mineral content. The mixture of 75%
of tapioca flour and 25% of coconut residue flour (F2) was chosen as the most favourite product
during organoleptic test (odour, taste, texture, color, chipness) with water content 3,30%, ash 1,77%,
protein 2,44%, fat 14,48%, carbohydrate 78,22%, dietary fiber 12,14%, Na 95,5 ppm, K 663,03 ppm,
Ca 268,9 ppm, Mg 80,54 ppm, and Fe 36,22 ppm.
PENDAHULUAN
Keberadaan tepung terigu sudah sangat
melekat di kalangan industri pengolahan pangan.
Di Indonesia kebutuhan akan tepung terigu
semakin meningkat setiap tahunnya sehingga
Indonesia harus mengimpor sekitar empat juta
ton tepung terigu setiap tahun (Suntoro, 2005).
Salah satu penyebab peningkatan kebutuhan
terigu ini adalah semakin banyaknya produk
makanan yang memakai tepung terigu sebagai
bahan dasar utama seperti dalam pembuatan
kue, roti, mie instan, dan produk lainnya.
Meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap
penggunaan tepung terigu akan berdampak pada
impor tepung terigu yang akan semakin
meningkat pula.
Salah satu upaya untuk mengatasi
permasalahan ini adalah diversifikasi tepung
lokal dalam produksi makanan. Budaya
mengonsumsi tepung yang telah terbangun perlu
ditindaklanjuti
untuk
mengurangi
ketergantungan bangsa Indonesia terhadap
bahan pangan impor. Komoditi lokal yang
berpotensi sebagai pengganti tepung terigu
adalah tepung tapioka yang berasal dari
singkong. Singkong sebagai bahan baku
pembuatan tepung tapioka merupakan umbiumbian yang murah dan mudah didapat dengan
kadar karbohidrat yang tinggi sehingga tepung
tapioka yang dihasilkanpun dapat dimanfaatkan
sebagai sumber karbohidrat. Tepung tersebut
dapat digunakan sebagai bahan baku dalam
pembuatan produk siap santap seperti flakes.
Flakes merupakan produk yang banyak
digemari oleh masyarakat karena kepraktisan
dalam penyajiannya. Flakes digolongkan ke
dalam jenis makanan sereal siap santap yang
telah diolah dan direkayasa menurut jenis dan
bentuknya (Felicia, 2006). Flakes yang akan
dibuat dari tepung tapioka ini haruslah memiliki
gizi yang cukup maka dari itu
perlu
ditambahkan jenis bahan makanan lain yang
memiliki serat pangan tinggi seperti pada tepung
ampas kelapa.
Ampas kelapa yang selama ini hanya
dijadikan sebagai pakan ternak dan dijual
dengan harga yang rendah ternyata memiliki
kandungan serat pangan yang tinggi. Kandungan
serat pangan dalam tepung ampas kelapa
terbukti berperan penting dalam pencegahan dan
pengendalian berbagai penyakit kronis seperti
kanker usus besar, serangan jantung, hipertensi,
stroke dan diabetes mellitus, selain itu juga
dapat mengendalikan kelebihan berat badan
(obesitas), meningkatkan ketersediaan mineral
dan
mencegah
konstipasi
(sembelit).
Keunggulan ini dapat dijadikan dasar
pemanfaatan tepung ampas kelapa dalam
pembuatan flakes tepung tapioka sebagai
sumber serat pangan. Perluasan pemanfaatan
ampas kelapa dari pakan ternak menjadi bahan
pangan akan sangat menguntungkan secara
ekonomi bagi petani kelapa dan produsen
pangan berbasis kelapa, serta memberikan
manfaat kesehatan dan gizi bagi masyarakat
(Kailaku, et al.. 2012).
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
mengeatahui karakteristik tepung tapioka dan
tepung ampas kelapa sebagai bahan baku
pembuatan flakes, mengetahui komposisi tepung
tapioka : tepung ampas kelapa yang tepat dalam
pembuatan flakes melalui uji organoleptik,
mengetahui karakteristik produk olahan flakes
berbahan dasar tepung tapioka diperkaya tepung
ampas kelapa sehingga berpotensi sebagai
pangan fungsional yang memiliki gizi serta serat
pangan yang tinggi.
METODE PENELITIAN
A. BAHAN
Bahan yang digunakan untuk pembuatan
flakes adalah tepung tapioka, tepung ampas
kelapa, gula pasir, garam, mentega dan air
panas. Bahan yang digunakan untuk analisis
adalah HCl 25%, HCl 1,25%, NaOH 3%, Etanol
95%, Heksana, Air suling, H2SO4 pekat,
Campuran Selen, Indikator BCG-MM, H3BO3,
Buffer
Fosfat,
α-Amylase,
Protease,
Amylogukosidase, Celite, Lantanum Klorida,
KCl, NaCl, Plate Count Agar (PCA), Lauryl
Sulfat Tryptose (LST), Escherichia coli Broth
(EC), Eosyn Methylene Blue Agar (EMBA),
Dichloran Glucose (DG), dan Egg Yolk
Emulsion.
B. PERALATAN
Pisau, penggilingan, alat penyaring,
ember penampung, panci, kompor, meja
pengering dan mesin penepung, timbangan,
mangkuk, loyang, oven, cetakan, penggiling
adonan, sendok, mixer, wadah saji, sendok
plastik, kotak timbang, eksikator, oven, neraca
analitik, cawan porselen, tanur, tabung digesti,
digestor, labu kjeldahl, buret, erlenmeyer, pipet
volumetri, kertas saring, thimble, soxtec,
penampung lemak, piala gelas, corong, penangas
listrik, penangas air, labu semprot, kaca arloji,
pengaduk, cawan kaca masir, pompa vakum,
termometer,
alumunium
foil,
reflux,
Spektrofotometer Serapan Atom, labu ukur,
cawan petri, tabung bertutup ulir, tabung
durham, dan alat Colorflex.
C. METODE PENELITIAN
Penelitian meliputi dua tahap yaitu tahap
pertama pembuatan bahan baku pembuatan
flakes yakni tepung tapioka dan tepung tapioka
serta menganalisis karakteristik dari tepung yang
dihasilkan. Tahap kedua yaitu pembuatan flakes
dari bahan baku dengan formula yang telah
ditentukan,
menguji
organoleptik
dan
menganalisis karakteristik dari produk yang
terpilih.
Tahap 1. Pembuatan Tepung Tapioka Dan
Tepung Ampas Kelapa
Singkong yang akan diproses menjadi
tepung tapioka dikupas dan dibersihkan dari
kulit ari dan kotoran dengan cara dicuci.
Singkong yang telah bersih lalu digiling, hasil
dari penggilingan kemudian disaring dengan
menambahkan air untuk memisahkan pati dari
butir-butir ampasnya. Kemudian pati dibiarkan
mengendap dalam wadah ember selama satu
malam. Pati yang telah mengendap dikeringkan
dengan cara dijemur untuk mengurangi kadar
air. Tahap terakhir adalah menggiling pati
tersebut dan diayak hingga didapatkan hasil
akhir berupa tepung.
Tepung ampas kelapa didapatkan dari
limbah sisa pengolahan VCO. Limbah kelapa
ditimbang sebanyak 1 kg, ditambahkan air
dengan perbandingan 1:8 kemudian direbus dan
dibiarkan mendidih selama 40 menit. Hasilnya
kemudian dipress untuk menghilangkan air
sebanyak mungkin kemudian dikeringkan
dengan suhu 50oC. Setelah dikeringkan, ampas
kelapa digiling dan diayak dengan ayakan 60
mesh.
Tahap 2. Pembuatan Flakes
Flakes dibuat dengan menggabungkan bahan
baku yakni tepung tapioka dan tepung ampas
kelapa dengan berbagai perbandingan. Adonan
ditambahkan dengan air hangat sebanyak 80 ml,
garam 2 gram, gula dan mentega masing-masing
sebanyak 10 gram. Adonan diaduk sampai kalis
kemudian dibuat lembaran untuk dapat
dibungkus dengan alumunium foil dan dikukus
selama 15 menit. Setelah itu adonan ditiriskan,
digiling dan dicetak kotak. Tahapan terakhir
adalah memanggang dalam oven selama ± 8
menit.
Dalam pembuatan flakes formula yang dicoba
adalah :
 F1 : 100% tepung tapioka (standar)
 F2 : 75% tepung tapioka dan 25%
tepung ampas kelapa
 F3 : 50% tepung tapioka dan 50%
tepung ampas kelapa
 F4 : 25% tepung tapioka dan 75%
tepung ampas kelapa
D. PENGAMATAN
1. Analisis Tepung Tapioka Dan Tepung
Ampas Kelapa
Terhadap tepung tapioka dan tepung
ampas kelapa yang dihasilkan dilakukan analisa
kimia dan mikrobiologi. Analisa kimia untuk
tepung tapioka meliputi kadar air, abu, pati,
derajat asam dan derajat putih serta cemaran
logam (Pb, Hg, Cd, As, Sn). Sedangkan untuk
tepung ampas kelapa, analisa meliputi kadar air,
abu, protein, lemak, karbohidrat, serat pangan,
dan mineral (Na, K, Ca, Mg, Fe). Analisis
mikrobiologi meliputi Angka Lempeng Total
(ALT), Eschericia coli, kapang dan Bacillus
cereus.
2. Uji Organoleptik
Pengujian organoleptik dilakukan dengan
uji rating dan uji ranking. Pada uji ranking
panelis
diminta
untuk
mengungkapkan
tanggapannya terhadap parameter warna, aroma,
tekstur, rasa dan kerenyahan. Skala hedonik
yang digunakan adalah 1-5 dimana angka 1 =
sangat tidak suka, 2 = tidak suka, 3 = netral, 4 =
suka dan 5 = suka sekali. Pada uji ranking
bertujuan untuk mengetahui urutan sampelsampel menurut perbedaan tingkat mutu sensori.
Pada uji ini urutan pertama menyatakan urutan
tertinggi. Uji ini diperlukan untuk menentukan
formula produk flakes tepung tapioka diperkaya
ampas kelapa yang paling disukai. Data yang
diperoleh akan ditabulasikan dan dianalisis
dengan Analisis Of Variance (ANOVA)
dilanjutkan dengan uji Tukey pada Satistix 8.0.
3. Analisis karakteristik flakes
Produk flakes yang paling disukai
berdasarkan uji organoleptik akan diuji
kandungan kimianya melalui analisis kadar air,
abu, protein, lemak, karbohidrat, serat pangan
dan juga mineral meliputi Na, K, Ca, Mg, Fe).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil pengujian karakteristik bahan baku
berupa tepung tapioka dan tepung ampas kelapa,
didapatkan hasil sebagai berikut:
 Pengamatan parameter warna, tepung tapioka
dan tepung ampas kelapa sama-sama
memiliki warna putih. Hal ini disebabkan
karena pada proses pengolahannya baik
singkong maupun kelapa yang digunakan
telah terbebas dari kulit ari dan telah melalui
tahapan pencucian terlebih dahulu. Parameter
aroma menunjukkan tepung tapioka memiliki
aroma khas tapioka dan tepung ampas kelapa
memiliki aroma khas dari kelapa.
Berdasarkan pengamatan parameter tekstur
menunjukkan tidak ada perbedaan antara
tepung tapioka dan tepung ampas kelapa
dikarenakan proses penggilingan dan
pengayakan yang sama
 Tepung
tapioka
mengalami
susut
pengeringan sebesar 18.75%. Presentase ini
diperoleh dari 40 kg singkong segar yang
digunakan dapat menghasilkan tepung
tapioka sebesar 7,5 kg. Nilai susut
pengeringan tersebut tergolong rendah, hal
ini disebabkan karena bahan baku singkong
yang digunakan memiliki kualitas yang baik
sehingga singkong tersebut merupakan
singkong yang cocok untuk dapat diolah
menjadi tepung tapioka. Sedangkan untuk
tepung ampas kelapa didapatkan bobot akhir
sebesar 790 gram. Hasil ini diperoleh dari
1750 gram ampas kelapa sisa VCO dengan
susut pengeringan sebesar 45.14%.
 Tepung tapioka memiliki kadar air sebesar
11,4%, abu 0,23%, derajat asam 0,66 ml
NaOH 1N/100 g, derajat putih 95,21%, pati
79,5% dan cemaran logam Pb sebesar 0,042
mg/kg, Hg 0,0122 mg/kg, As 0,0054 mg/kg,
cd 0,0221 mg/kg, Sn 0,123 mg/kg. Uji
mikroba menunjukkan bahwa tepung tapioka
memiliki kandungan ALT sebesar 4.4 x
103kol/g, Kapang 40 kol/g, Escerichia coli
<10 kol/g dan Bacillus cereus <100 kol/g.
 Tepung ampas kelapa memiliki kandungan
air sebesar 4,85%, 0,61%, protein 16,98%,
lemak 42,27%, karbohidrat 43,55%, serat
pangan 33,02% dan kandungan mineral Na
sebesar 85,61 ppm, K 336,23 ppm, Ca
267,38 ppm, Mg 1606,50 ppm, fe 75,10 ppm.
Uji mikroba pada tepung ampas kelapa
menunjukkan
bahwa
tepung
tapioka
memiliki kandungan ALT sebesar 5.5 x
103kol/g, Kapang <10 kol/g, Escerichia coli
<3 kol/g dan Bacillus cereus <100 kol/g.
Hasil analisis tersebut dibandingkan dengan SNI
tepung tapioka 3451:2011 dan SNI tepung terigu
3751:2009. Berdasarkan hasil tersebut, tepung
tapioka dan tepung ampas kelapa memiliki
sanitasi, keamanan pangan dan kualitas yang
baik ditandai dengan pemenuhan syarat mutu
SNI dapat digunakan selanjutnya untuk
pembuatan flakes.
4.2.1 Karakteristik Fisik Flakes Tepung
Tapioka Diperkaya Tepung Ampas
Kelapa
Karakteristik flakes tapioka diperkaya tpeung
ampas kelapa dapat dilihat pada gambar 1.
F1
Uji Organoleptik
Tabel 3. Hasil Uji Hedonik Flakes
No
Perlakuan
1
2
3
4
F1
F2
F3
F4
Warna
3.65a
3.90a
3.68a
3.55a
Aroma
3.29a
3.68a
3.39a
3.55a
Parameter
Rasa Tekstur
3.87a
3.23a
4.19a
3.77a
b
3.10
3.61a
2.71b
3.35a
Kerenyahan
3.97ab
4.42a
3.39bc
2,77c
Berdasarkan uji organoleptik, untuk
parameter
warna,
aroma
dan
tekstur
penambahan tepung ampas kelapa tidak
memiliki perbedaan yang signifikan. Lain
halnya dengan parameter rasa dan kerenyahan,
penambahan memberikan perbedaan yang nyata
di beberapa formula. Produk flakes dengan
formula F2 dengan komposisi 75% tepung
tapioka dan 25% tepung ampas kelapa
merupakan produk terpilih oleh panelis
berdasarkan nilai paling tinggi berdasarkan uji
rating dan uji ranking.
F2
Karakteristik Flakes F2
F3
F4
Perlakuan
Gambar 1. Hasil Flakes Tepung Tapioka
Diperkaya Tepung Ampas Kelapa
Tabel 1..Karakteristik fisik flakes tepung
tapioka diperkaya tepung ampas kelapa
Perlakuan
Parameter
F1
Warna
Kecoklatan
Tekstur
Keras
Aroma
Tepung
Tapioka
F2
Kuning
Keemasan
Renyah
Dominan
aroma
tapioka
dengan
sedikit
aroma
kelapa
No
Parameter
Satuan
1
2
3
4
5
Air
Abu
Protein
Lemak
Karbohidrat
Serat
Pangan
Na
K
Ca
Mg
Fe
6
F3
Kuning
Keemasan
Renyah
Campuran
Tepung
Tapioka
dengan
Tepung
Ampas
Kelapa
Tabel 2. Hasil Uji Tukey test Flakes
F4
Kuning
Keemasan
Renyah
Lebih
menyengat
aroma
kelapa
7
8
9
10
11
%
%
%
%
%
F1
(standar)
1.37
0.88
1.06
2.06
94.13
3.30
1.77
2.44
14.48
78.22
%
1.32
12.14
ppm
ppm
ppm
ppm
ppm
66,6
544,6
221.25
64,2
29.25
98,5
663,03
268,9
80,54
36,22
F2
Berdasarkan hasil tersebut, dapat dilihat bahwa
dengan penambahan tepung ampas kelapa akan
memberikan pengaruh terhadap kadar air, abu,
protein, lemak, karbohidrat, serat pangan dan
mineral meliputi Na, K, Mg, Ca, serta Fe.
Kadar Air
Formulasi
Rataan
Ranking
F1
F2
F3
F4
2.00
1.65
2.84
3.52
2
1
3
4
Penentuan kadar air dalam bahan
makanan penting dilakukan untuk mengetahui
umur simpan bahan tersebut. Selain itu, air
berpengaruh terhadap penampilan, tekstur, serta
cita rasa makanan. Hasil analisis kadar air,
flakes F2 memiliki kadar air sebesar 3,30%.
Tingginya kadar air pada flakes F2 dapat
disebabkan oleh kadar air pada tepung tapioka
yang lebih dari 10%.
Kadar Abu
Kadar abu adalah residu anorganik dari
proses pengabuan yang mengindikasikan
kandungan mineral dalam bahan makanan.
Kadar abu flakes F2 sebesar 1,77%, yang
menunjukkan bahwa dengan penambahan
tepung ampas kelapa akan berpengaruh pada
kadar mineral flakes karena ampas kelapa itu
sendiri memiliki kadar mineral yang cukup
tinggi.
Protein
Protein berfungsi untuk membentuk
jaringan baru dan mempertahankan jaringan
yang telah ada serta sebagai zat pengatur proses
metabolisme tubuh. Berdasarkan hasil analisis
dapat diketahui bahwa flakes F2 memiliki kadar
protein sebesar 2,44% dikarenakan tepung
ampas kelapa yang digunakan memiiliki
kandungan protein yang lebih tinggi daripada
tepung terigu yaitu sebesar 16,98%.
Lemak
Lemak merupakan sumber energi bagi
tubuh yang lebih efektif dan satu gram lemak
mampu menghasilkan 9 Kkal energi. Kandungan
kadar lemak pada flakes terpilih (F2) yaitu
sebesar 14,48%. Kadar ini jauh lebih besar jika
dibandingkan dengan standar (F1) yaitu sebesar
2,06%. Hal tersebut dikarenakan tepung ampas
kelapa yang digunakan memiliki kandungan
lemak yang lebih tinggi daripada tepung tapioka
yaitu sebesar 42,27%.
Karbohidrat
Karbohidrat juga memiliki peranan
penting dalam menentukan karakteristik bahan
makanan, misalnya warna, rasa, aroma, dan
tekstur (Winarno, 2004). Kandungan kadar
karbohidrat pada flakes terpilih (F2) yaitu
sebesar 78,22%. Kandungan ini merupakan
kandungan yang paling tinggi dibandingkan
analisis proksimat lainnya. Pada penelitian ini
kadar karbohidrat ditentukan dengan by
difference yaitu dengan menjumlahkan kadar
protein, lemak, abu, air lalu dikurangkan dengan
100%.
Serat Pangan
Menurut Tensiska (2008) nilai serat
pangan lebih tinggi daripada serat kasar karena
masih mengandung komponen yang hilang
dalam penetapan serat kasar seperti selulosa
sekitar 50% dan hemiselulosa 85%. Penentuan
kadar serat pangan dengan prinsipnya adalah
enzimatik gravimetri. Flakes F2 memiliki kadar
serat pangan sebesar 12,14%. The Food
Standards Agency merekomendasikan bahwa
produk yang mengklaim menjadi sumber serat
harus mengandung 3 gram serat per 100 g.
Produk flakes F2 yang dihasilkan memiliki
kandungan serat pangan yang sangat tinggi
melebihi syarat sumber serat, sehingga produk
flakes tersebut dapat digunakan sebagai sumber
serat pangan dalam produksi pangan fungsional.
Mineral
Flakes terpilih (F2) memilki kandungan
mineral yang lebih tinggi dibandingkan dengan
flakes standar (F1). Flakes terpilih (F2) memiliki
kandungan K sebesar 663,03 ppm, Na 98,5 ppm,
Fe 36,22 ppm, Ca 268,9 ppm dan Mg sebesar
80,54 ppm. Kandungan mineral pada flakes
standar (F1) yaitu K sebesar 544,6 ppm, Na 66,6
ppm, Fe 29,25 ppm, Ca 221,25 ppm dan Mg
sebesar 64,2 ppm. Dengan tingginya kadar
mineral yang tinggi pada flakes F2 dapat
memberikan keuntungan bagi tubuh kita yaitu
menjaga tekanan osmotik intra dan ekstraseluler,
menjaga kesehatan tulang, pencegahan insomnia
dan anemia.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat
disimpulkan :
1. Tepung tapioka memiliki karakteristik Kadar
Air sebesar 11,4%, Abu 0,23%, derajat asam
0,66 ml NaOH 1N/100 gram, Derajat putih
95,21%, serta cemaran logam Pb sebesar
0,042 mg/kg, Hg 0,0122 mg/kg, As 0,0054
mg/kg, Cd 0,0221 mg/kg, dan Sn 0,123
mg/kg. Berdasarkan hasil tersebut dapat
diketahui bahwa tepung tapioka yang
dihasilkan memiliki kualitas yang baik
ditandai dengan karakteristik yang memenuhi
standar SNI tepung tapioka 3451:2011.
2. Tepung ampas kelapa memiliki Kadar Air
sebesar 4,85%, Abu 0,61%, Lemak 42,27%,
Protein 16,98%, Karbohidrat 43,55%, Serat
Pangan 33,02%, kadar mineral K sebesar
336,23 ppm, Na 85,61 ppm, Ca 267,38 ppm,
Mg 1606,50 ppm, dan Fe 75,10 ppm.
3. Flakes tepung tapioka diperkaya serat pangan
tepung ampas kelapa dengan perlakuan F2
(tepung tapioka 75%: tepung ampas kelapa
4. 25%) merupakan formulasi yang tepat pada
proses pembuatan flakes berdasarkan uji
organoleptik.
5. Berdasarkan hasil analisis flakes formula F2
memiliki kadar Air sebesar 3,30%, Abu
1,77%, Protein 2,44%, Lemak 14,48%,
Karbohidrat 78,22%, Serat Pangan 12,14%
serta mineral Na sebesar 98,5 ppm, K
663,03%, 268,9 ppm, Ca 268,9 ppm, Mg
80,54% dan kadar Fe 36,22 ppm.
Berdasarkan hasil analisa tersebut maka
produk flakes kadar gizi serta serta pangan
yang tinggi dan berpotensi sebagai pangan
fungsional.
2.
3.
4.
5.
SARAN
Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai
proses penyimpanan dan pengemasan apabila
flakes berbasis tepung tapioka yang diperkaya
tepung ampas kelapa ini akan dipasarkan.
6.
DAFTAR PUSTAKA
1. Suntoro. 2005. Teratai indah & syarat nutrisi.
http
://www.agriculturesnetwork.org/magazine/In
donesia/10-bukan-hanya-berat/teratai-indah-
7.
syarat-nutrisi/, Diakses pada 19 Desember
2014.
Tensiska, 2008. Serat Makanan. Jurusan
Teknologi Pangan Fakultas Teknologi
Industri Pertanian. Universitas Padjajaran.
Bandung.
Winarno, F. G. 2004. Kimia Pangan dan
Gizi. Cetakan ke-XI. Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Standar
Nasional
Indonesia
(SNI).
3451:2011. Tepung Tapioka. Jakarta : Badan
Standardisasi Nasional
Standar
Nasional
Indonesia
(SNI).
3751:2009. Tepung Terigu Sebagai Bahan
Makanan. Jakarta : Badan Standardisasi
Nasional
Kailaku, Sari intan, Ira Mulyawanti Kun
Tanti Dewandari dan Andi Nur Alamsyah.
2012. “Potensi Tepung Kelapa Dari Ampas
Industri Pengolahan Kelapa” Jakarta,
Prosiding Seminar Nasional Teknologi
Inovatif Pascapanen Untuk Pengembangan
Industri Berbasis Pertanina, hal 669-678.
Felicia. 2006. Pengembangan Produk Sereal
Sarapan Siap Santap Berbasis Sorghum.
Skripsi. Fakultas Tekologi Pertanian.
Institute Pertanian Bogor. Bogor.
Download