BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal

advertisement
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pasar modal merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk sarana
mendapatkan dana dalam jumlah besar dari masyarakat pemodal (investor), baik
dari dalam maupun luar negeri dimana terjadi alokasi dana dari pihak yang
kelebihan dana ke pihak yang memerlukan dana. Kehadiran pasar modal
memperbanyak pilihan investasi yang dapat juga diartikan kesempatan
memperoleh tambahan dana untuk perusahaan semakin besar. Berdasarkan peran
dan fungsi pasar modal inilah maka kebutuhan atas informasi yang relevan dalam
pengambilan keputusan investasi di pasar modal juga semakin kuat.
Investor berperan penting dalam memainkan perannya di dalam pasar
modal. Investor akan memilih saham yang memberikan return yang tinggi karena
tujuan investor untuk mendapatkan return yang maksimal dengan risiko yang
kecil. Karena semakin tinggi harga jual saham di atas harga belinya, maka
semakin tinggi pula return yang dapat diperoleh investor.
Umumnya
perusahaan
selalu
dihadapkan
pada
permasalahan-
permasalahan dalam pengambilan keputusan keuangan perusahaan yang secara
umum dapat dibedakan menjadi: Keputusan investasi tentang alokasi dana ke
berbagai macam aktivitas atau aktiva, Keputusan mendapat modal dalam suatu
campuran yang cocok antara hutang luar dan modal sendiri, Keputusan
pembayaran dividen kepada pemegang saham, Keputusan lainnya seperti ekspansi
eksternal dan leasing (Riyanto, 2012:138).
1
2
Setiap perusahaan terdapat sebuah risiko yang dinamakan risiko sistematis.
Risiko sistematis disebut juga dengan risiko pasar (market risk), karena fluktuasi
yang disebabkan oleh faktor-faktor yang berpengaruh terhadap semua perusahaan
yang beroperasi. Faktor-faktor tersebut misalnya seperti kondisi perekonomian,
kebijakan pajak, dan sebagainya. Risiko sistematis dihitung melalui konsep beta,
yang mengukur tingkat kepekaan masing-masing saham terhadap risiko pasar
(Keown, 2008:208). Teori pasar modal menekankan hubungan antara risiko pasar
dan tingkat pengembalian merupakan hubungan yang bersifat searah dan linier
yang artinya semakin besar risiko yang harus ditanggung maka semakin besar
pula return yang didapat atas invetasi tersebut.
Salah satu cara yang umum digunakan dalam menilai perusahaan adalah
pendekatan fundamental. Pendekatan tersebut terutama ditujukan kepada faktorfaktor yang pada umumnya berada di luar pasar modal yang dapat mempengaruhi
harga saham di masa-masa mendatang. Hal-hal yang termasuk dalam analisis
fundamental antara lain adalah analisis ekonomi dan industri, penilaian
perusahaan secara individu baik dengan menggunakan variabel penelitian seperti
deviden maupun pendapatan (income).
Faktor fundamental dari perusahaan yang dapat menjelaskan kekuatan dan
kelemahan kinerja keuangan perusahaan diantaranya adalah rasio-rasio keuangan.
Melalui rasio-rasio keuangan kita bisa membuat perbandingan rasio keuangan
suatu perusahaan dari waktu-waktu untuk mengamati kecenderungan (trend) yang
sedang terjadi. Selain itu kita dapat membandingkan rasio keuangan suatu
3
perusahaan dengan perusahaan lain yang bergerak dalam industri yang sama pada
periode tertentu.
Investor yang akan melakukan investasi dengan membeli saham di pasar
modal akan menganalisis kondisi perusahaan terlebih dahuli agar investasi yang
dilakukannya dapat memberikan return. Memperoleh return merupakan tujuan
utama dari aktivitas perdagangan para investor di pasar modal. Para investor
menggunakan berbagai cara untuk memperoleh return yang diharapkan, baik
melalui analisis sendiri terhadap perilaku perdagangan saham, maupun dengan
memanfaatkan sarana yang diberikan oleh para analis pasar modal seperti broker,
dealer dan manajer investasi. Pola perilaku perdagangan di pasar modal dapat
memberi kontribusi bagi pola perilaku harga saham di pasar modal tersebut. Pola
perilaku harga saham akan menentukan pola return yang diterima dari saham
tersebut (Budi dan Nurhatmini, 2003).
Return saham merupakan hasil yang diperoleh dari kegiatan investasi.
Return dibedakan menjadi return realisasi (return yang terjadi) dan expected
return (return yang diharapkan oleh investor) (Jogiyanto, 2010). Harapan untuk
memperoleh return juga terjadi dalam asset financial. Suatu asset financial
menunjukkan kesediaan investor menyediakan sejumlah dana pada saat ini untuk
memperoleh sebuah aliran dana pada masa yang akan datang sebagai kompensasi
atas faktor waktu selama dana ditanamkan dan risiko yang ditanggung.
Analisis fundamental memiliki beberapa rasio keuangan yang dapat
mencermikan kondisi keuangan dan kinerja suatu perusahaan. Rasio-rasio yang
digunakan di dalam penelitian ini meliputi rasio profitabilitas, rasio solvabilitas
4
dan rasio pasar. Rasio profitabilitas yang umum digunakan untuk memprediksi
return saham adalah return on equity dan earning per share. Rasio solvabilitas
yang digunakan adalah debt to equity ratio. Rasio pasar yang digunakan adalah
price earning ratio dan price to book value.
Debt to equity ratio (DER) merupakan rasio solvabilitas yang mengukur
kemampuan kinerja perusahaan dalam mengembalikan hutang jangka panjangnya
dengan melihat perbandingan antara total hutang dengan total ekuitasnya. Rasio
ini dapat memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki oleh
perusahaan sehingga dapat dilihat tingkat risiko tidak terbayarkannya suatu
hutang. Nilai Debt to Equity Ratio (DER) yang tinggi menunjukkan perbandingan
hutang yang lebih besar daripada ekuitas, hal ini berarti perusahaan melakukan
kegiatan dengan menggunakan lebih banyak sumber daya eksternal dibandingkan
dengan sumber daya internal seperti laba ditahan. Debt to Equity Ratio (DER)
yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki kemampuan yang
kurang baik untuk menghasilkan return saham.
Return on Equity (ROE) merupakan rasio profitabilitas yang digunakan
untuk mengukur kemampuan perusahaan menggunakan modal yang ada untuk
menghasilkan laba atau keuntungan. Tingkat pengembalian atas modal dihitung
sebagai perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan total ekuitas Return
on Equity (ROE) yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki
kemampuan yang baik untuk menghasilkan return saham.
Earning per share (EPS) merupakan rasio rasio profitabilitas yang
digunakan untuk mengukur besarnya laba bersih yang dihasilkan oleh perusahaan
5
yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan (Tandelilin,
2010:365). Earning per share (EPS) diperoleh dengan menghitung perbandingan
antara jumlah earning (dalam hal ini laba bersih yang siap dibagikan bagi
pemegang saham) dengan jumlah lembar saham perusahaan. Earning per share
(EPS) yang tinggi menujukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki prospek
earning di masa depan, yang berarti perusahaan tersebut memiliki kemampuan
yang baik untuk menghasilkan return saham.
Price earning ratio (PER) merupakan rasio pasar yang digunakan untuk
mengindikasikan besarnya rupiah yang harus dibayarkan oleh investor untuk
memperoleh satu rupiah earning perusahaan (Tandelilin, 2010:365). Dengan kata
lain Price earning ratio (PER) menunjukkan besarnya harga setiap satu rupiah
earning perusahaan. Price earning ratio (PER) perusahaan yang tinggi akan
mengurangi ketertarikan para iinvestor karena harga saham cenderung tidak akan
naik kembali., yang berarti kemampuan memperoleh return saham akan lebih
kecil (Hanafi dan Halim, 2007:87).
Price to book value (PBV) merupakan rasio pasar yang digunakan untuk
mengukur kinerja harga pasar saham terhadap nilai bukunya. Rasio ini dihitung
dengan membandingkan harga pasar saham dengan nilai buku per lembar saham
(book value per share). Book value per share digunakan untuk mengukur nilai
shareholder equity atas setiap saham dan dihitung dengan membagi total
shareholder equity dengan jumlah saham yang diterbitkan. Price to book value
(PBV) yang tinggi akan dinilai tinggi pula oleh investor berdasarkan pada
peningkatan rasio price to book value (PBV) berarti upaya peningkatan nilai
6
perusahaan. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa Debt to
Equity Ratio (DER), Return on Equity (ROE), Earning per share (EPS), Price
earning ratio (PER) dan Price to book value (PBV) dapat digunakan sebagai
bobot alternatif kesempatan investasi dan merupakan suatu informasi yang
penting di dalam proses pengambilan keputusan investor dalam melakukan
investasi.
Prospek perusahaan sangat tergantung dari keadaan ekonomi secara
keseluruhan, maka analisis penilaian saham yang dilakukan investor juga harus
memperhitungkan beberapa variabel ekonomi makro. Kemampuan investor dalam
memahami dan meramalkan kondisi ekonomi makro di masa depan akan berguna
dalam proses pengambilan keputusan investasi yang memberikan keuntungan.
Return saham pada industri properti dan real estate pernah mengalami
beberapa kali penurunan. Hal ini terjadi saat krisis ekonomi yang melanda
Amerika Serikat akibat macetnya kredit properti (subprime mortgage) yaitu
sejenis kredit kepemilikan rumah (KPR) di Indonesia. Subprime mortgage
merupakan kredit perumahan berisiko tinggi di Amerika Serikat karena kreditkredit ini diberikan kepada para nasabah dengan posisi keuangan mereka yang
kurang sehat. Peminjaman kredit ke nasabah yang mempunyai kondisi yang
kurang sehat akan menimbulkan kerugian yang besar pada beberapa investment
bank. Perusahaan akan menarik portofolio mereka di pasar modal seluruh dunia
yang mengakibatkan jatuhnya nilai indeks pasar modal seluruh dunia salah
satunya adalah IHSG (Jogiyanto, 2010:87).
7
Ada dua pengaruh langsung krisis finansial global terhadap perekonomian
di negara Indonesia yaitu pengaruh terhadap keadaan indeks bursa saham
Indonesia dan pengaruh di bidang ekspor impor. Pengaruh yang pertama, masih
dominannya kepemilikan asing di BEI mengakibatkan bursa saham rentan
terhadap keadaan finansial global karena kemampuan finansial para pemilik
modal tersebut. Pengaruh di bidang ekspor impor yang menjadikan Amerika
Serikat sebagai negara tujuan ekspor maka menurunnya kinerja ekonomi di
Amerika Serikat secara langsung akan mempengaruhi ekspor impor negara
Indonesia juga.
Tabel berikut memperlihatkan perkembangan nilai Return saham pada
perusahaan properti dan real estate periode tahun 2013 sampai 2015 (tanggal 31
Desember 2012 sampai 31 Desember 2015):
Tabel 1.1
Tingkat Return Saham Perusahaan Properti
Tahun
No
Kode Perusahaan
2013
2014
2015
1 ASRI
-28.30%
30.20%
-38.75%
2 BSDE
16.20%
39.90%
-0.30%
3 LPKR
-9%
12.10%
1.50%
4 PWON
20%
90.70%
-3.70%
5 SMRA
-17.90%
94.90%
8.60%
Sumber: Diolah Peneliti (2017)
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui banyak terjadi penurunan tingkat
return saham pada periode tahun 2013 dan untuk periode berikutnya setiap
perusahaan mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Saat harga saham di bursa
8
ditentukan oleh kekuatan pasar artinya tergantung pada kekuatan permintaan dan
penawaran.
Hal tersebut tidak akan terlalu berpengaruh lama terhadap masyarakat
yang menginvestasikan modalnya di industri properti dan real estate dikarenakan
harga tanah yang cenderung meningkat. Penyebabnya adalah supply tanah yang
bersifat tetap sedangkan demand akan selalu besar seiring dengan pertumbuhan
penduduk. Hal ini terlihat dari pergerakan indeks dibawah ini:
600
524,91
500
490,93
400
326,55 336,97
300
251,82
203,1
200
100
229,25
146,8
122,92
103,49
0
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Gambar 1.1
Grafik Pergerakan Indeks Sektor Properti dan Real Estate
Januari 2006 - Desember 2015
Sumber: Diolah Peneliti (2017)
Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa perkembangan properti di
Indonesia mengalami perkembangan dari tahun ke tahun. Masalah mengenai
krisis ekonomi pada tahun 2008 yang melanda seluruh dunia termasuk Indonesia
mengakibatkan penurunan yang cukup signifikan pada indeks properti di BEI.
Membaiknya kondisi makro ekonomi di Indonesia pasca krisis global tahun 2008
9
ikut pula meningkatkan indeks sektor properti yang terus berkembang hingga saat
ini. Kondisi yang tidak pasti tersebut menjadi acuan bagi investor yang akan
menanamkan modalnya pada sektor properti dan real estate harus menganalisis
kinerja keuangan pada perusahaan yang akan dipilih.
Faktor digunakannya return saham sebagai variabel yang dipengaruhi
risiko sistematik dan faktor fundamental adalah bahwa investor yang efisien
dengan cara melakukan penanaman modal pada investasi yang memberikan risiko
tertentu dengan tingkat keuntungan yang sama, tetapi mempunyai risiko yang
berbeda, maka investor yang rasional akan memilih risiko yang lebih kecil.
Semakin besar beta semakin besar pula tingkat return yang diharapkan dari
investasi tersebut karena beta dengan return memiliki arah yang positif.
Penelitian mengenai return saham telah banyak dilakukan mengingat
pentingnya risiko sistematik dan faktor fundamental dalam mempengaruh nilai
return saham. Namun berdasarkan bukti empiris yang menghubungkan risiko
sistematik dan faktor fundamental dengan return saham masih menunjukkan hasil
yang berbeda sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk membuktikan
bagaimana pengaruh risiko sistematik dan faktor fundamental terhadap return
saham terutama pada sektor industri properti dan real estate di Bursa Efek
Indonesia.
Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, peneliti melakukan
penelitian dengan judul “PENGARUH RISIKO SISTEMATIK DAN
FAKTOR
FUNDAMENTAL
TERHADAP
PERUSAHAAN SEKTOR PROPERTI”.
RETURN
SAHAM
10
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan
masalah yang diajukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1. Apakah Risiko Sistematik (RIS) berpengaruh signifikan terhadap Return
Saham (RS) pada perusahaan properti di Bursa Efek Indonesia (BEI)?
2. Apakah Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh signifikan terhadap Return
Saham (RS) pada perusahaan properti di Bursa Efek Indonesia (BEI)?
3. Apakah Return on Equity (ROE) berpengaruh signifikan terhadap Return
Saham (RS) pada perusahaan properti di Bursa Efek Indonesia (BEI)?
4. Apakah Earning Per Share (EPS) berpengaruh signifikan terhadap Return
Saham (RS) pada perusahaan properti di Bursa Efek Indonesia (BEI)?
5. Apakah Price Earning Ratio (PER) berpengaruh signifikan terhadap Return
Saham (RS) pada perusahaan properti di Bursa Efek Indonesia (BEI)?
6. Apakah Price to Book Value (PBV) berpengaruh signifikan terhadap Return
Saham (RS) pada perusahaan properti di Bursa Efek Indonesia (BEI)?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh Risiko Sistematik (RIS) terhadap Return Saham
(RS) pada perusahaan properti di Bursa Efek Indonesia (BEI).
2. Untuk mengetahui pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Return
Saham (RS) pada perusahaan properti di Bursa Efek Indonesia (BEI).
11
3. Untuk mengetahui pengaruh Return on Equity (ROE) terhadap Return Saham
(RS) pada perusahaan properti di Bursa Efek Indonesia (BEI).
4. Untuk mengetahui pengaruh Earning Per Share (EPS) terhadap Return Saham
(RS) pada perusahaan properti di Bursa Efek Indonesia (BEI).
5. Untuk mengetahui pengaruh Price Earning Ratio (PER) terhadap Return
Saham (RS) pada perusahaan properti di Bursa Efek Indonesia (BEI).
6. Untuk mengetahui pengaruh Price to Book Value (PBV) terhadap Return
Saham (RS) pada perusahaan properti di Bursa Efek Indonesia (BEI).
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada
beberapa pihak yaitu:
1. Bagi investor, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan
masukan bagi investor dalam mempertimbangkan pengambilan keputusan
berkaitan dengan penanaman modal dan saham khususnya pada perusahaan
properti yang terdaftar di BEI
2. Bagi perusahaan, sebagai dasar pengambilan kebijakan finansial guna
meningkatkan nilai perusahaan yang dapat dilihat dari laporan keuangan yang
diterbitkan oleh perusahaan.
3. Bagi penelitian selanjutnya , hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
referensi tentang investasi saham pada perusahaan properti yang terdaftar di
BEI sehingga peneliti yang tertarik untuk melakukan lanjutan penelitian dapat
menemukan variabel baru untuk melengkapi penelitian terdahulu.
12
4. Bagi peneliti, sebagai sarana latihan pengembangan kemampuan dalam bidang
penelitian dan penerapan teori yang telah diperoleh di dunia akademik
khususnya tentang investasi saham di pasar modal.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bermaksud untuk menganalisis faktor-faktor yang diduga
mempengaruhi return saham perusahaan sektor properti di Bursa Efek Indonesia.
Terdapat beberapa faktor yang diduga mempengaruhi tingkat return saham yaitu
risiko sistematik dan faktor fundamental. Data yang digunakan dalam penelitian
ini mengenai laporan-laporan keuangan perusahaan perusahaan properti yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode tahun 2011 hingga 2015 (Tanggal
31 Desember 2011 sampai tanggal 31 Desember 2015).
Download