HUBUNGAN PERAWATAN GENETALIA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA SANTRIWATI PONDOK PESANTREN AL IMAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG Anggun Mita Arismaya1), Ari Andayani2), Moneca Diah L3) Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo Email: UP2M@AKBIDNgudiWaluyo ABSTRAK Arismaya, Anggun Mita 0121516. 2015. Hubungan Perawatan Genetalia Dengan Kejadian Keputihan Pada Santriwati Pondok Pesantren Al Iman Sumowono Kabupaten Semarang. Karya Tulis Ilmiah. Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo Ungaran. Pembimbing I : Ari Andayani, S.SiT, M.Kes. Pembimbing II : Moneca Diah L, S.ST Perawatan genetalia dilakukan untuk menjaga alat kelamin agar terhindar dari infeksi. Salah satu masalah yang timbul apabila perawatan genetalia tidak dilakukan dengan baik adalah keputihan. Keputihan apabila tidak ditangani akan berakibat fatal, karena dapat menjalar ke organ reproduksi lainnya. Untuk itu diperlukan perawatan genetalia yang baik untuk menghindari kejadian keputihan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perawatan genetalia dengan kejadian keputihan pada santriwati Pondok Pesantren Al Iman Sumowono. Desain penelitian yang digunakan adalah deskripsi korelasi dengan pendekatan Cross Sectional, pengambilan data menggunakan data primer (kuesioner). Populasi dalam penelitian ini adalah santriwati Pondok Pesantren Al Iman Sumowono, yang sudah mengalami menstruasi yaitu 67 santriwati. Sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik total sampling yaitu 67 responen. Didapatkan hasil perawatan genetalia dalam kategori baik 38,8%, sedangkan dalam kategori kurang baik 61,2%. Untuk kejadian keputihan dengan kategori fisiologi 19,4% dan 80,6% dalam kategori patologi. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara perawatan genetalia dengan kejadian keputihan pada santriwati Pondok Pesantren Al Iman Sumowono, dengan menggunakan uji statistik Chi Square dengan nilai p (0,012<0,05). Bagi santriwati agar menjaga organ reproduksinya terutama daerah genetalia agar tetap bersih dan kering untuk menghindari penyakit yang mungkin timbul akibat organ reproduksi yang tidak terjaga kebersihannya terutama terhadap kejadian keputihan. Kata kunci 1 : perawatan genetalia , kejadian keputihan, santriwati HUBUNGAN PERAWATAN GENETALIA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA SANTRIWATI PONPES AL IMAN SUMOWONO ABSTRACT Arismaya, Anggun Mita 2015. The Corelation between Genitalia Care with Leucorrchea Case at Al Iman Islamic Boarding School Sumowono, Semarang Regency. Scientific Writing. Ngudi Waluyo Midwifery Academy Ungaran.First Advisor : Ari Andayani, S.SiT,M.Kes. Second Advisor: Moneca Diah L, S.ST Genitalia care is done to keep the genital in order avoid infection. One of the problems that arise if genetalia care is not performed is leucorrchea. If leucorrchea does not handle can be fatal, because it can spread to other reproductive organs. Therefore it needs good genitalia treatment to avoid leucorrchea case. The purpose of this study is to know the corelation between genitalia care with leucorrchea Case at Al Iman Islamic Boarding School Sumowono, Semarang Regency. The study design used descriptive correlative with Cross Sectional approach and data collecting used primary data (questionaire). The population in this study were students at Al Iman Islamic boarding school Sumowono who experience period namely 67 students in April 2015. The sample in this study used total sampling technique as many as 67 respondents. The results obtained genitalia care in good category 38,8%, while less category 61,2%. For categories of leucorrchea case 19,4% in physiology category and 80,6% in the pathology category. The result show that there is corelation between the genitalia care with leucorrchea case at Al Iman islamic boarding school Sumowono, Semarang Regency by using Chi Square statistic test with p value (0. 012<0.05). For students of islamic boarding school is suggested to keep reproductive organ specially genitalia always clean and dry to avoid disease that may arise as a result of the productive organs which are not clean, specially case of leucorrchea. Key words : Genetalia care, case of leucorrchea, student of islamic boarding school. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah kesehatan reproduksi menjadi perhatian bersama dan bukan hanya individu yang bersangkutan, karena dampaknya luas menyangkut berbagai aspek kehidupan dan menjadi parameter kemampuan negara dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat. Sebagai ketetapan yang dimaksud dengan kesehatan reproduksi adalah kemampuan seorang wanita untuk memanfaatkan alat reproduksi dan mengatur kesuburannya (fertilitas) dapat menjalani kehamilan dan persalinan secara aman ( Manuaba, 2009; h. 7 ). Kesehatan reproduksi menjadi bagian yang sangat penting untuk dijaga. Banyak penyakit yang bisa timbul saat perempuan kurang memperhatikan kesehatan reproduksinya. Salah satu 2 masalah reproduksi yang sering dialami yaitu keputihan. Keputihan adalah kondisi vagina saat mengeluarkan cairan atau lendir menyerupai nanah. Keputihan dapat diartikan sebagai semacam lendir yang keluar terlalu banyak, warnanya putih seperti susu kental dan agak kekuningkuningan, jika lendir ini tidak terlalu banyak, tidak menjadi persoalan. Umumnya perempuan yang menderita keputihan mengeluarkan lendir tersebut terlalu banyak dan menimbulkan bau yang tidak enak. Ini disebabkan karena terjadinya peradangan dan infeksi pada liang vagina ( Bahari, 2012; h. 9 ). Keputihan adalah satu diantara tiga masalah wanita yang semula dianggap remeh dan lama kelamaan menjadi serius bahkan menjadi parah. Setidaknya 75% wanita pernah mengalami masalah keputihan, setidaknya sekali seumur hidup. Penyebab keputihan adalah suatu kondisi HUBUNGAN PERAWATAN GENETALIA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA SANTRIWATI PONPES AL IMAN SUMOWONO dimana cairan yang berlebihan keluar dari vagina. Dalam istilah medisnya, keputihan biasa disebut flour albus. Penyebabnya jamur Candida Albicans (Shadine, 2012). Menurut WHO (World Health Organization) hampir seluruh wanita dan remaja pernah mengalami keputihan, 60% pada remaja dan 40% pada Wanita Usia Subur (WUS). Sedangkan menurut penelitian di indonesia, wanita yang pernah mengalami keputihan, sebanyak 75% mengalami keputihan minimal 1 kali dalam seumur hidupnya dengan 50% pada remaja dan 25% pada WUS. Ini berbeda tajam dengan negara lain kejadian keputihan hanya 25% (Ratna, 2013). Perawatan genetalia merupakan cara menjaga kebersihan diri dan menjaga kesehatan agar terhindar dari infeksi. Untuk itu perlu dilakukan perawatan alat reproduksi secara teratur seperti melakukan pembersihan dengan air dan melakukan cebok yang benar yaitu dari arah depan ke belakang. Dalam perawatan genetalia dianjurkan untuk membilas dan menggosok bagian vagina dengan cermat, terutama setelah buang air kecil. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah tertinggalnya sisa air kemih ataupun kotoran lainnya. Setelah itu keringkan vagina dengan menggunakan tisu ataupun handuk kecil (Pribakti, 2010; h. 10). Cara merawat organ reproduksi diantaranya adalah mencuci vagina setiap hari, mengusahakan vagina selalu dalam keadaan kering, menghindari celana dalam yang ketat, menggunakan celana dalam dari bahan katun dan menggunakan sabun pembersih vagina dengan Ph 4-5. Apabila organ reproduksi tidak dijaga dengan baik akan menjadi lahan subur bagi kuman dan bakteri. Kuman yang terdapat dalam vagina menyebabkan berbagai keluhan, salah satunya adalah keputihan (Pribakti, 2010 ) Keputihan bisa berakibat fatal apabila tidak ditangani dengan baik. Kemandulan dan kehamilan diluar kandungan atau kehamilan ektopik merupakan dua dari berbagai macam akibat yang bisa disebabkan oleh masalah keputihan. Gejala awal kanker rahim biasanya juga diawali dengan adanya masalah keputihan. Tidak diragukan lagi, 3 kanker leher rahim merupakan salah satu jenis penyakit yang berbahaya dan jika tidak ditangani dengan baik bisa berujung pada kematian ( Hamid, 2010; h.21). Berdasarkan data Dinkes tahun 2013 jumlah remaja putri di Kabupaten Semarang yaitu 76.123 jiwa berusia 15-24 tahun. Menurut Wiwit (2008) di salah satu SMAN Kabupaten Semarang didapatkan dari 50 siswi yang diwawancarai terdapat 48 (96%) siswi yang mengalami keputihan, sebanyak 23 (47,9%) siswi yang mengalami keputihan karena ketidaktahuan tentang merawat organ genetalia eksterna dan 25 (52,1%) siswi karena ketidak seimbangan hormon. Pondok Pesantren Al Iman merupakan Yayasan Pondok Pesantren yang terdiri dari asrama putri dan asrama putra. Dimana lokasi pondok tersebut jauh dari perkotaan, pondok pesantren ini terletak pada daerah yang dingin dan lembab, lingkungan di dalam pondok kurang bersih dan kurang terjaga, jadi apabila kesehatan reproduksi tidak dijaga dengan baik memungkinkan mudahnya perkembangbiakan bakteri dan jamur di sekitar alat kelamin . Kehidupan di asrama sangat beragam, kebersamaan dan rasa kekeluargaan sangat kental, sehingga disana terdapat kebiasaan saling bergantian handuk maupun pakaian, mereka tidak menyadari bahwa apabila handuk tersebut dipakai untuk mengeringkan alat kelamin kemungkinan akan berakibat menyebarnya bakteri dari satu orang ke orang lain. Hal ini merupakan salah satu faktor risiko yang menyebabkan terjadinya keputihan. Berdasarkan hasil study pendahuluan Bulan Oktober 2014, dari 10 santriwati Pondok Pesantren Al Iman terdapat 8 (80%) santriwati memiliki perawatan genetalia yang kurang seperti tidak mencuci tangan terlebih dahulu sebelum membersihkan genetalia, tidak menggunakan sabun saat membersihkan genetalia, tidak mengeringkan genetalia setelah cebok, sedangkan 2 (20%) diantaranya memiliki perawatan genetalia yang baik seperti mencuci tangan terlebih dahulu sebelum membersihkan genetalia, menggunakan sabun saat membersihkan genetalia dan mengeringkan genetalia setelah cebok. Dari HUBUNGAN PERAWATAN GENETALIA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA SANTRIWATI PONPES AL IMAN SUMOWONO 10 santriwati tersebut 7 (70%) santriwati mengalami keputihan abnormal seperti gatal-gatal dan warna kekuningan dan 3 (30%) diantaranya mengalami keputihan yang normal dengan ciri tidak gatal dan tidak berbau. Berdasarkan data diatas penulis tertarik untuk meneliti tentang hubungan perawatan genetalia dengan kejadian keputihan di pondok pesantren Al Iman Sumowono Kabupaten Semarang Tujuan 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara perawatan genetalia dengan kejadian keputihan pada santriwati pondok pesantren Al Iman Sumowono. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui gambaran perawatan genetalia pada santriwati pondok pesantren Al Iman Sumowono. b. Untuk mengetahui gambaran kejadian keputihan pada santriwati pondok pesantren Al Iman Sumowono. c. Untuk mengetahui hubungan antara perawatan genetalia dengan kejadian keputihan pada santriwati pondok pesantren Al Iman Sumowono. Manfaat Penelitian 1. Bagi institusi pendidikan Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pengembangan ilmu pengetahuan khususnya pada kesehatan reproduksi dan dapat digunakan sebagai tambahan referensi untuk penelitian selanjutnya. 2. Bagi petugas kesehatan Dapat digunakan sebagai referensi dalam tambahan pengetahuan dan ketrampilan dalam memberikan informasi tentang kesehatan reproduksi pada remaja. 4 3. Bagi peneliti Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman mahasiswa sebagai peneliti tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi khususnya dalam perawatan genetalia dan kejadian keputihan, serta memberikan pengalaman dalam melaksanakan penelitian sederhana secara ilmiah dalam rangka mengembangkan diri. 4. Bagi santriwati Ponpes Al Iman Dapat mengetahui cara perawatan genetalia yang benar, sehingga santriwati dapat menjaga kebersihan genetalia untuk mencegah terjadinya keputihan. METODE PENELITIAN Desain penelitian yang digunakan adalah deskripsi korelasi dengan pendekatan Cross Sectional, pengambilan data menggunakan data primer (kuesioner). Populasi dalam penelitian ini adalah santriwati Pondok Pesantren Al Iman Sumowono yang sudah mengalami menstruasi yaitu 67 santriwati. Tekhnik pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu menggunakan Total Sampling, dimana semua santriwati diambil sebagai responden. Penelitian ini menggunakan analisis data secara univariat yaitu untuk melihat distribusi frekuensi dari masing- masing variabel independen dan dependen, kemudian juga dilakukan analisis bivariat untuk melihat hubungan kedua variabel dengan menggunakan uji chi square. HUBUNGAN PERAWATAN GENETALIA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA SANTRIWATI PONPES AL IMAN SUMOWONO HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Univariat Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perawatan Genetalia Pada Santriwati Pondok Pesantren Al Iman Sumowono Perawatan Frekuensi Presentase Genetalia Baik 26 38,8 Kurang Baik 41 61,2 Jumlah 67 100, 0 Tabel 1 menunjukkan bahwa di Pondok Pesantren Al Iman Sumowono perawatan genetalia pada santriwati yang termasuk dalam kategori baik sebanyak 26 responden (38,8 %), yang termasuk kategori kurang baik sebanyak 41 responden (61,2%). No Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kejadian Keputihan Pada Santriwati Pondok Pesantren Al Iman Sumowono Kejadian Frekuensi Persentase Keputihan Fisiologi 13 19,4 Patologi 54 80,6 Jumlah 67 100,0 Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar santriwati Pondok Pesantren Al Iman mengalami keputihan patologi yaitu sebanyak 54 responden (80,6%), sedangkan santriwati yang mengalami keputihan fisiologi sebanyak 13 responden (19,4%) Tabel 3 menunjukkan bahwa santriwati yang memiliki perawatan genetalia kurang baik dan mengalami keputihan patologi sebanyak 37 responden (90,2%), santriwati yang memiliki perawatan genetalia baik dan mengalami keputihan patologi sebanyak 17 responden (65,4%), sedangkan santriwati yang memiliki perawatan genetalia kurang baik dan mengalami keputihan fisiologi sebanyak 4 responden (9,8%), serta santriwati yang memiliki perawatan genetalia baik dan mengalami keputihan fisiologi sebanyak 9 orang (34,6%). Berdasarkan prosentase, santriwati yang mengalami keputihan fisiologi lebih banyak terjadi pada santriwati yang memiliki perawatan genetalia baik dibandingkan dengan santriwati yang memiliki perawatan genetalia kurang baik. Hasil uji statistik Chi-Square menunjukkan bahwa nilai p= 0,012 (p< 0,05) sehingga Ho ditolak berarti terdapat hubungan yang signifikan antara perawatan genetalia dengan kejadian keputihan pada santriwati Pondok Pesantren Al Iman Sumowono. Pembahasan Analisis Univariat 1. Perawatan Genetalia Hasil penelitian tentang perawatan genetalia berdasarkan hasil analisa data dari 17 pernyataan diketahui bahwa sebagian besar santriwati di Pondok Pesantren Al Iman Sumowono memiliki perawatan genetalia yang kurang baik sebanyak 61,2 %, sedangkan yang memiliki perawatan genetalia baik sebanyak 38,8 %. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar santriwati Pondok Pesantren Al Iman Sumowono belum menyadari pentingnya menjaga kebersihan alat kelamin/ genetalia. Perawatan genetalia yang kurang baik yang terjadi pada santriwati Pondok Pesantren Al Iman Sumowono dikarenakan kurangnya pengetahuan yang didapatkan oleh para santriwati dan sifat malu dari santriwati jika ditanya tentang kesehatan reproduksi. Menurut pengamatan yang dilakukan di Pondok Pesantren Al Iman Sumowono memang Analisis Bivariat Tabel 3 Tabel Silang antara Perawatan Genetalia dengan Kejadian Keputihan Pada Santriwati Pondok Pesantren Al Iman Sumowono Kejadian Keputihan Total Perawatan P Genetalia Patologi fisiologi Value F % F % F % Kurang 37 90,2 4 9,8 41 61,2 0,012 Baik Baik 17 65,4 9 34,6 26 38,8 Jumlah 54 80,6 13 19,4 67 100,0 HUBUNGAN PERAWATAN GENETALIA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA SANTRIWATI PONPES AL IMAN SUMOWONO 5 sebelumnya belum pernah ada penyuluhan mengenai perawatan genetalia. Dari hasil penelitian yang dilakukan di Pondok Pesantren Al Iman Sumowono, sebagian besar santriwati memiliki perawatan genetalia yang kurang baik dilihat dari penilaian kuesioner dari beberapa pernyataan yang dijawab jarang bahkan tidak pernah. Perawatan genetalia kurang baik yang terjadi pada santriwati dikarenakan mereka tidak melakukan halhal yang mendasar untuk perawatan genetalia. Dilihat dari pernyataan tentang cara perawatan genetalia, santriwati masih banyak yang menjawab jarang mencuci tangan sebelum dan sesudah membersihkan alat kelamin, yaitu sebesar 62,7% dan 53,7%. Mencuci tangan sebelum dan sesudah membersihkan alat kelamin merupakan hal yang penting, karena apabila saat membersihkan alat kelamin tidak mencuci tangan terlebih dahulu dikhawatirkan bakteri yang terdapat dalam tangan akan menempel di alat kelamin sehingga bakteri tersebut dapat menyebar dan menyebabkan infeksi pada alat kelamin sehingga dapat menimbulkan keputihan patologi. Dari hasil penelitian sebagian besar santriwati menjawab tidak pernah mencukur rambut genetalianya secara teratur yaitu sebanyak 85,1 %, padahal mencukur rambut genetalia merupakan hal yang penting dalam perawatan genetalia. Mencukur sebagian rambut genetalia sebaiknya dilakukan secara teratur yaitu setiap 7 hari sekali dan maksimal 40 hari sekali. Hal ini sesuai dengan pernyataan Manan (2011) mencukur sebagian rambut kemaluan secara teratur dapat menghindari kelembaban yang berlebihan di daerah vagina, yang bisa menyebabkan tumbuhnya sejenis jamur atau kutu, sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman dan rasa gatal. Penggunaan cairan pembersih vagina biasanya dilakukan untuk mengatasi keputihan atau menjaga daerah alat kelamin agar tetap bersih dan wangi, tetapi penggunaan cairan pembersih vagina harus dilakukan dengan sangat 6 hati-hati dan memperhatikan kandungan pH didalamnya. Sebenarnya penggunaan cairan pembersih vagina tidak dianjurkan dalam perawatan genetalia, karena dapat mengganggu flora normal dan tingkat keasaman daerah kewanitaan itu sendiri. Menurut dr. Pribakti (2014) dalam artikelnya tentang lifestyle mengungkapkan bahwa penggunaan pembersih vagina tidak boleh dilakukan setiap hari karena dapat merusak pH vagina, penggunaan pembersih vagina seharusnya dilakukan setelah menstruasi dan dilakukan kurang lebih 4 hari. Menurut Dr. M. Rezha Faisal, SpOG jika pH disekitar daerah kewanitaan kurang dari 3,8 biasanya jamur akan tumbuh, apabila pH lebih dari 4,2 maka akan tumbuh bakteri dan kuman penyebab infeksi. Pada vagina terdapat bakteri alami bernama lactobacillus yang tinggal di dalamnya. Dengan menggunakan cairan pembersih kewanitaan , hal ini justru akan mengganggu tingkat keasaman di dalam vagina dan berpotensi untuk membunuh bakteri lactobacillus. Apabila bakteri ini mati, tidak ada yang menjaga daerah kewanitaan dari bakteri lain yang mengganggu sehingga sangat berpotensi untuk menimbulkan infeksi karena tumbuhnya kuman yang lebih berbahaya. Pada hasil penelitian ini sebagian santriwati masih sering menggunakan pembersih vagina yaitu sebesar 59,7%. Dilihat dari kuesioner tentang pemakaian celana dalam sebagian santriwati menjawab menggunakan celana dalam yang ketat yaitu sebesar 73,1%, hal itu dikarenakan mereka merasa nyaman apabila menggunakan celana dalam yang ketat. Penggunaan celana dalam yang ketat dapat memicu terjadinya iritasi, hal ini sesuai dengan Bahari (2012) yaitu penggunaan pakaian berbahan sintesis yang ketat akan menimbulkan kelembaban pada daerah kewanitaan sehingga ruang yang ada tidak memadai, akibatnya timbul iritasi pada organ kewanitaan. Perawatan genetalia juga sangat penting dilakukan saat sedang menstruasi HUBUNGAN PERAWATAN GENETALIA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA SANTRIWATI PONPES AL IMAN SUMOWONO hal ini sesuai dengan Manan (2011) Melakukan perawatan ekstra selama haid merupakan hal yang penting, karena pada saat haid, pembuluh darah dalam rahim sangat mudah terkena infeksi, kuman mudah sekali masuk dan dapat menimbulkan penyakit pada saluran reproduksi. Oleh karena itu, sebaiknya mengganti pembalut secara teratur 2-3 kali sehari atau setelah mandi dan buang air kecil. Perawatan genetalia juga dipengaruhi oleh pengetahuan tentang perawatan genetalia itu sendiri. Hal ini sesuai dengan Jurnal Kesehatan Donatalia (2011) yang menyebutkan bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih baik daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Hal ini terbukti dengan nilai p= 0,027 berarti Ho ditolak. Perawatan genetalia yang baik menurut dr Dito (2011) diantaranya adalah mencuci tangan sebelum dan sesudah membersihkan alat kelamin, membersihkan genetalia dari arah depan ke belakang, mengeringkan genetalia menggunakan handuk yang lembut atau tissu tanpa parfum, rutin mengganti celana dalam, menggunakan celana dalam dari bahan katun yang menyerap keringat, mencukur rambut genetalia secara rutin, tidak menggunakan pembersih kimia untuk membersihkan alat kelamin, saat menstruasi menggunakan pembalut yang nyaman dan tidak menimbulkan iritasi. Sebagian besar santriwati tidak mengetahui bagaimana cara perawatan genetalia yang baik dan benar, mereka belum memahami bahaya dari penggunaan antiseptik/ pembersih kimiawai, sehingga kebanyakan menganggap membersihkan genetalia yang benar menggunakan antiseptik tanpa memperhatikan kandungan pH didalamnya. Penggunaan antiseptik dapat mempengaruhi keseimbangan pH vagina yang akan menyebabkan flora normal terganggu dan merupakan tempat berkembang biak yang kondusif bagi pertumbuhan jamur. 7 2. Kejadian Keputihan Hasil penelitian menunjukkan santriwati yang mengalami keputihan patologi sebanyak 80,6%, sedangkan santriwati yang mengalami keputihan fisiologi sebanyak 19,4%. Dari hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa sebagian besar santriwati mengalami keputihan patologi. Keputihan patologi ini disebabkan karena adanya infeksi pada sekitar alat kelamin sehingga keputihan yang muncul berupa cairan kental, berwarna kuning kehijauan, seperti gumpalan susu, dan menyebabkan rasa gatal pada sekitar alat kelamin. Menurut Bahari (2012) ciri-ciri keputihan fisiologis yaitu cairan yang keluar berwarna jernih atau kekuningan dan tidak berbau. Selain itu, keputihan fisiologis juga tidak disertai rasa gatal dan perubahan warna. Sedangkan keputihan patologis ditandai dengan keluarnya lendir dalam jumlah banyak, lendir tersebut berwarna putih atau kekuningan dan memiliki bau yang sangat menyengat. Wanita yang mengalami keputihan patologis juga merasakan gatal dan terkadang terasa nyeri pada sekitar alat kelamin. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sumowono yang memiliki udara dingin dan lembab, lingkungan di dalam Pondok kurang bersih dan kurang terjaga, jadi apabila kesehatan reproduksi tidak dijaga dengan baik memungkinkan mudahnya perkembangbiakan bakteri dan jamur di sekitar alat kelamin. Hal ini sesuai dengan Bahari (2012) bahwa salah satu faktor yang dapat menyebabkan keputihan adalah kondisi cuaca, khususnya cuaca lembab di daerah tropis. Keputihan yang disebabkan karena adanya infeksi dapat muncul dengan cairan yang keluar berbentuk kental, encer dan berbuih. Dilihat dari hasil kuesioner sebanyak 47,8% santriwati menjawab mengalami keputihan dengan cairan yang keluar berbentuk kental, hal ini berarti santriwati mengalami infeksi pada sekitar alat kelamin. Menurut Bahari (2012) Keputihan dengan cairan berwarna putih kekuningan dan sedikit kental menyerupai HUBUNGAN PERAWATAN GENETALIA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA SANTRIWATI PONPES AL IMAN SUMOWONO susu, jika disertai dengan bengkak dan nyeri pada bibir vagina, rasa gatal, keputihan dengan cairan seperti susu tersebut bisa jadi disebabkan oleh adanya infeksi jamur pada organ kewanitaan. Keputihan yang muncul juga bisa menimbulkan bau yang sangat menyengat. Dalam penelitian ini santriwati yang mengalami keputihan dengan bau yang sangat menyengat sebanyak 28,4%. Dilihat dari hasil kuesioner, santriwati yang mengalami keputihan patologi merasakan gatal pada sekitar alat kelamin yaitu sebanyak 52,2% responden. Lingkungan Pondok Pesantren yang mempunyai kondisi cuaca lembab akan meningkatkan kejadian keputihan apabila organ reproduksi tidak dijaga dengan baik. Cairan keputihan yang keluar pada alat kelamin akan menimbulkan suasana yang lembab pada sekitar alat kelamin, akibatnya bakteri dan jamur akan mudah berkembang. Bakteri dan jamur tersebut akan menyebabkan rasa gatal pada sekitar alat kelamin. Hal ini sesuai dengan Bahari (2012) bahwa sebagian penderita keputihan mengeluhkan rasa gatal pada kemaluan dan lipatan di sekitar paha, rasa panas di bibir vagina, serta rasa nyeri ketika buang air kecil. Rasa gatal tersebut bisa jadi terus menerus atau hanya sesekali, misalnya pada malam hari. Hal ini diperparah oleh kondisi lembab, karena banyaknya cairan yang keluar di sekitar paha, sehingga kulit di sekitar vagina mudah mengalami lecet. Lecetlecet tersebut semakin banyak karena garukan yang dilakukan ketika merasakan gatal. Dari hasil penelitian, keputihan patologis yang dialami oleh santriwati disebabkan oleh adanya infeksi pada alat kelamin, dari beberapa santriwati yang mengalami keputihan patologis, 7,5% diantaranya mengalami rasa nyeri pada saat BAK. Hal ini sesuai dengan Shadine (2012) bahwa keputihan dapat disebabkan oleh berbagai hal, seperti infeksi mikroorganisme yaitu bakteri, jamur, virus atau parasit. Infeksi ini dapat menjalar dan menimbulkan peradangan ke 8 saluran kencing, sehingga menimbulkan rasa pedih saat penderita buang air kecil. Keputihan patologi apabila tidak segera ditangani akan berakibat fatal, hal ini sesuai dengan Jurnal Kesehatan Unimus yang menyebutkan bahwa keputihan merupakan salah satu tanda atau gejala adanya kelainan pada organ reproduksi, kelainan tersebut dapat berupa infeksi, polip leher rahim, keganasan (tumor dan kanker), serta adanya benda asing. Bila keputihan ini tidak diobati secara tuntas maka infeksi dapat menjalar ke rongga rahim kemudian ke saluran telur dan sampai ke indung telur dan akhirnya kedalam rongga panggul, tidak jarang wanita menjadi mandul. Analisis Bivariat Hubungan Perawatan Genetalia Dengan Kejadian Keputihan Pada Santriwati Pondok Pesantren Al Iman Sumowono Diketahui bahwa hasil analisis bivariat dalam penelitian ini menunjukkan bahwa santriwati yang memiliki perawatan genetalia kurang baik dan mengalami keputihan patologi sebanyak 37 responden (90,2%), sedangkan santriwati yang memiliki perawatan genetalia baik dan mengalami keputihan patologi sebanyak 17 responden (65,4%). Hasil uji statistik Chi-Square menunjukkan bahwa nilai p= 0,012 (p< 0,05) sehingga Ho ditolak berarti terdapat hubungan yang signifikan antara perawatan genetalia dengan kejadian keputihan pada santriwati Pondok Pesantren Al Iman Sumowono. Banyak masalah yang timbul apabila perawatan genetalia tidak dilakukan dengan baik, salah satu masalah yang muncul apabila perawatan genetalia tidak dilakukan dengan baik adalah terjadinya keputihan patologis, hal ini sesuai dengan Hamid Bahari (2012) bahwa faktor penyebab keputihan adalah kesalahan dalam melakukan perawatan genetalia seperti tidak mencuci tangan terlebih daluhu sebelum membersihkan alat kelamin, membersihkan alat kelamin dari arah yang salah (dari depan ke belakang), penggunaan celana dalam yang ketat, penggunaan celana dalam yang tidak menyerap keringat, sering kali bertukar celana dalam dan handuk dengan orang lain. HUBUNGAN PERAWATAN GENETALIA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA SANTRIWATI PONPES AL IMAN SUMOWONO Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ayuningtyas (2011) yang berjudul “Hubungan Antara Pengetahuan Dan Perilaku Menjaga Kebersihan Genetalia Eksterna Dengan Kejadian Keputihan Pada Siswi SMA Negeri 4 Semarang”. Hasil dari penelitian tersebut adalah terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan perilaku menjaga kebersihan genetalia eksterna dengan kejadian keputihan. Hal ini terlihat dari nilai p= 0.027 (p < 0.05) yang berarti Ho ditolak. Perawatan genetalia memang seharusnya dilakukan dengan baik untuk menjaga organ kewanitaan tetap kering dan bersih. Apabila perawatan genetalia tidak dilakukan dengan baik, kebersihan dan kelembaban daerah sekitar alat kelamin tidak dijaga, akan memungkinkan berkembangnya bakteri dan jamur yang merugikan, bakteri dan jamur tersebut akan menyebabkan infeksi pada sekitar alat kelamin. Infeksi yang terjadi pada sekitar alat kelamin akan menyebabkan terjadinya keputihan patologi. Keputihan sebaiknya diobati sejak dini, begitu timbul gejala. Karena keputihan yang sudah kronis dan berlangsung lama akan lebih susah diobati. Keputihan apabila dibiarkan akan menjalar ke rongga rahim kemudian ke saluran indung telur dan sampai ke rongga panggul. Keputihan patologi tersebut apabila tidak segera ditangani akan berdampak negatif. Menurut Hamid (2010) dampak yang dapat terjadi akibat keputihan adalah kemandulan dan kehamilan diluar kandungan atau kehamilan ektopik dan dapat menyebabkan kematian. Kematian tersebut disebabkan karena adanya perdarahan yang disebabkan oleh kehamilan ektopik. Gejala awal kanker rahim biasanya juga diawali dengan adanya masalah keputihan. Tidak diragukan lagi, kanker leher rahim merupakan salah satu jenis penyakit yang berbahaya dan jika tidak ditangani dengan baik bisa berujung pada kematian. Keputihan patologi dapat disebabkan oleh adanya bakteri, perubahan hormon, penggunaan AKDR dan cara perawatan genetalia yang kurang baik. Hal ini sesuai dengan Shadine (2012) bahwa keputihan patologi disebabkan karena adanya masalah jamur dan bakteri. Jamur dan bakteri tersebut 9 dapat muncul karena kebersihan organ genetalia yang kurang terjaga. Apabila kondisi organ genetalia dalam keadaan yang kotor akan memungkinkan berkembangnya bakteri dan jamur yang dapat menyebabkan keputihan patologi. Penelitian sejenis yang dapat mendukung penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Dhuangga (2014) mengenai “Beberapa faktor yang dapat menyebabkan keputihan”. Faktor yang dapat menyebabkan keputihan diantaranya yaitu jamur Kandidiadis vagina dan perawatan organ reproduksi. PENUTUP Kesimpulan 1. Perawatan Genetalia pada santriwati Pondok Pesantren Al Iman Sumowono, Kabupaten Semarang tahun 2015 sebagian besar dalam kategori kurang baik yaitu sebanyak 61,2%, sedangkan yang termasuk kategori baik sebanyak 38,8%. 2. Kejadian keputihan pada santriwati Pondok Pesantren Al Iman Sumowono, Kabupaten Semarang tahun 2015 sebagian besar responden mengalami keputihan patologi yaitu sebesar 80,6%, sedangkan yang mengalami keputihan fisiologi sebanyak 19,4%. 3. Hasil analisis chi-square menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara perawatan genetalia dengan kejadian keputihan pada santriwati Pondok Pesantren Al Iman Sumowono, Kabupaten Semarang tahun 2015 dengan nilai p= 0.012 (p<0,05). Saran 1. Bagi Pondok Pesantren Al Iman Sumowono Pondok Pesantren agar lebih memperhatikan santriwatinya untuk menjaga lingkungan sekitar agar tetap bersih, lebih aktif meminta tenaga kesehatan untuk memberikan penyuluhan kepada santriwati mengenai kesehatan organ reproduksi. HUBUNGAN PERAWATAN GENETALIA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA SANTRIWATI PONPES AL IMAN SUMOWONO 2. Bagi Petugas Kesehatan Petugas kesehatan agar dapat memberikan penyuluhan tentang perawatan genetalia secara rutin khususnya pada sekolah-sekolah, pondok pesantren dan remaja untuk meningkatkan pengetahuan tentang perawatan genetalia sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk mengurangi angka kejadian keputihan. 3. Bagi Peneliti Peneliti lain diharapkan meneliti variabel lain yang dapat mempengaruhi Keadian keputihan. 4. Bagi Santriwati Pondok Pesantren Al Iman Sumowono Santriwati agar lebih memperhatikan organ reproduksinya dan melakukan perawatan genetalia dengan cara menjaga alat kelamin tetap bersih dan kering, mencuci tangan sebelum dan sesudah membersihkan alat kelamin, tidak menggunakan celana dalam yang ketat, rutin memotong sebagian rambut genetalianya, menggunakan pembersih kimiawi yang mempunyai kandungan pH 3,5-4,5, tidak menggunakan bedak pada alat kelamin, rutin mengganti pembalut saat sedang menstruasi, segera memeriksakan dirinya ke dokter apabila mengalami keputihan yang menyebabkan rasa nyeri pada saat BAK dan mengalami keputihan dalam waktu yang lama. DAFTAR PUSTAKA Agung, Gusti. (2013). Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Tentang Cara Mencegah Dan Mengatasi Keputihan Di Klinik Remaja Kiswara PKBI Bali. Jurnal dunia kesehatan volume 2 Bahari, Hamid. (2010). Cara Mudah Atasi Keputihan. Jogjakarta: Buku Biru. Dinkes Kab Semarang. Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang. 2013. Eliya R, Dwi N, Irna H. (2013). Perilaku Remaja Putri Dalam Merawat 10 Organ Genetalia Eksterna Selama Menstruasi Pada Siswi Kelas XI Di MAN Dolopo Kabupaten Madiun. Madiun. Jurnal Kesehatan Akbid Harapan Mulya. Faisal, Rezha. (2014). Bahaya Penggunaan cairan Pembersih Kewanitaan Secara Berlebihan. http://www.wolipop.com. Diakses tanggal 18 Mei 2015. Manan, E. (2011). Miss V. Jogjakarta: Buku Biru. Manuaba. (2009) . Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta. Buku Kedokteran EGC. Mirza. (2008). Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Keputihan Dengan Penanganan Keputihan Pada Siswi Pondok Pesantren Darul Hasanah Kalikondang Demak. Karya Tulis Ilmiah: Universitas Muhammadiyah Semarang. Novrinta, Donatalia. (2011). Hubungan Antara Pengetahuan Dan Perilaku Menjaga Kebersihan Genetalia Eksterna Dengan Kejadian Keputihan Pada Siswi SMA Negeri 4 Semarang. Karya Tulis Ilmiah: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Pribakti. (2010). Tips dan Trik Merawat Organ Intim. Jakarta : Sagung Seto. Putri, Wiwit. (2008). Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dan Perilaku Merawat Organ Genetalia Eksterna Wanita Dengan Keputihan. Jurnal Kesehatan Sari Ratna, Amalia Amirul. (2013). Efektifitas Policresulen Vaginal Suppositoria Terhadap Keputihan Pada Wanita Usia Subur Di Desa Latukan RT 3/ RW 1 Kecamatan Karanggeneng Lamongan. Jurnal Kesehatan. Shadine, Mahannad. (2012). Penyakit Wanita. Yogyakarta: Citra Pustaka. Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif, R & D. Bandung : Alfabeta. HUBUNGAN PERAWATAN GENETALIA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA SANTRIWATI PONPES AL IMAN SUMOWONO HUBUNGAN PERAWATAN GENETALIA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA SANTRIWATI PONDOK PESANTREN AL IMAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL Oleh ANGGUN MITA ARISMAYA NIM. 0121516 AKADEMI KEBIDANAN NGUDI WALUYO UNGARAN 2015 11 HUBUNGAN PERAWATAN GENETALIA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA SANTRIWATI PONPES AL IMAN SUMOWONO