potensi jumlah usaha kecil dan menengah dalam

advertisement
POTENSI JUMLAH USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PERANANNYA
MENSTIMULASI PEREKONOMIAN
Adolf B. Heatubun ([email protected])
Mahasiswa Program Doktor Institut Pertanian Bogor
ABSTRACT
The objective of the study was to evaluate impact on the increasing numbers of enterprise’s
size to the growth of production (value added), investment, labor absorption, technology
improvement and economic growth by comparing between the small and medium
enterprises (UKM) with the large enterprises (UB). An econometric model using
simultaneous equations of the pooled data has resulted that the role of UKM has greater
contribution to the national economy compared to that of the UB.
Key words: econometrics, economic growth, simulation, size of enterprises, small and
medium enterprises.
Beberapa tahun terakhir ini eksistensi dan peran Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dalam
perekonomian nasional makin mengemuka. Berawal dari makin terpuruknya perekonomian nasional
saat terjadinya krisis moneter pada tahun 1997 hingga lambatnya pemulihan ekonomi pada tahuntahun berikutnya setelah krisis. Keadaan krisis tersebut membangkitkan sebuah perubahan
paradigma peletakkan fundamental perekonomian nasional. Tambunan (2002) telah menunjukkan
sejumlah kasus sebagai bukti adanya kesalahan mengabaikan pengembangan perekonomian yang
mengutamakan usaha-usaha berskala kecil dan menengah yang dominan dikerjakan masyarakat
Indonesia. Kasus seperti lambatnya pemulihan ekonomi secara total hingga saat ini tidak lain
berkaitan dengan kesalahan strategi pembangunan industri yang bias ke Usaha Besar (UB) dan
mengabaikan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Fakta yang terjadi, saat krisis UB yang berbasis bahan baku impor mengalami kebangkrutan
sementara UKM yang berbasis bahan baku domestik tetap eksis. Jika pengembangan industri
domestik lebih tertuju pada industri yang berbasis bahan baku lokal dan merakyat seperti industri
kecil dan menengah maka hal ini berpotensi untuk meletakan fundamen industri nasional yang kokoh
di masa depan. Hal ini adalah lebih baik dibanding mengandalkan industri besar berbasis bahan
baku luar negeri yang intensif membutuhkan banyak devisa tetapi tidak menjangkau secara luas
komunitas usaha masyarakat Indonesia dan pencari kerja domestik.
Anjuran untuk kembali membangun industri dalam negeri berbasis UKM memiliki sejumlah
alasan. UKM sesungguhnya memiliki peran yang besar dalam perekonomian. Peran UKM tersebut
antara lain: (1) sebagai lapangan kerja yang mampu menyerap banyak tenaga kerja sehingga
berpotensi mengurangi pengangguran dan kemiskinan, (2) memberikan kontribusi kepada
peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB)/Gross Domestic Product (GDP) dan pertumbuhan
ekonomi, dan (3) berkontribusi terhadap peningkatan ekspor sekaligus berpotensi memperluas
ekspor dan investasi.
Heatubun, Potensi Jumlah Usaha Kecil dan Menengah dalam Peranannya Menstimulasi Perekonomian
Sesuai fakta dan kondisi yang ada, perekonomian Indonesia didominasi usaha kecil dan
menengah. Aktivitas usaha-usaha ekonomi masyarakat dominan berskala kecil hingga menengah,
sementara usaha berskala besar relatif hanya berjumlah sedikit. Meskipun perekonomian Indonesia
didominasi UKM, namun sejak semula pemerintah lebih mengandalkan usaha besar dalam
mendorong pertumbuhan ekonomi baik sektoral maupun nasional. Sementara itu usaha-usaha kecil
dan menengah kurang mendapat perhatian pemerintah untuk dikembangkan. Baru pada beberapa
tahun terakhir ini perhatian dan upaya pengembangan UKM makin kuat dilakukan.
Menurut data (BPS, 2006) UKM mencapai jumlah 49.689.588 unit usaha. Jumlah unit usaha
yang besar ini memiliki kapasitas untuk menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar yaitu jika masingmasing unit dapat menyerap dua hingga tiga orang maka akan potensial untuk menurunkan angka
pengangguran dan kemiskinan. Sedikit bernada pesimis dari berbagai kalangan, UKM potensial
mengurangi pengangguran tetapi saat ini pengangguran terus meningkat. Juga apakah memang
jumlah UKM yang besar itu memiliki peranan yang potensial didalam meningkatkan investasi
nasional? Seberapa besar kemampuan UKM yang berjumlah besar itu dalam menyerap tenagakerja,
menyumbangkan nilai ekspor lebih besar, dan memberikan kontribusi pada nilai tambah dan
pertumbuhan ekonomi di masa datang dibanding UB? Peranan UKM inilah yang dianalisis dalam
studi ini dengan membandingkan dengan peranan UB.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak kenaikan jumlah unit usaha terhadap
pertumbuhan produksi (nilai tambah), investasi, penyerapan tenagakerja, kemajuan teknologi, dan
pertumbuhan ekonomi, dengan membandingkan antara UKM dan UB.
Penelitian ini melihat pada beberapa aspek dari UKM dan UB seperti berikut : (1)
penggunaan input kapital, teknologi, dan tenaga kerja, (2) produksi, (3) jumlah ekspor, (dan 4)
pendapatan nasional. Sektor-sektor produksi terdiri dari sektor-sektor ekonomi.
Fungsi Produksi Output
Untuk mengetahui seberapa besar output yang dihasilkan dalam suatu perekonomian dan
pengaruh fungsional dari faktor pembentuknya, Solow telah membentuk sebuah fungsi produksi
agregat sebagai berikut (Romer, 1996) :
Yt = F(K t , A t L t ) ......................................................................................
(1)
keterangan :
Y
= output
K, L, A = masing-masing adalah kapital, labor, dan pengetahuan
t
= waktu.
Berdasarkan fungsi produksi tersebut maka untuk mengamati pertumbuhan perekonomian dari waktu
ke waktu, sumber pertumbuhan diletakkan kepada dinamika k, yaitu pertumbuhan ekonomi terjadi
karena pertumbuhan kapital. Pertumbuhan kapital atau perubahan stok kapital per unit efektif labor
merupakan selisih antara investasi aktual per efektif labor dan investasi break even.
Romer (1996) dalam model endogenous growth memasukkan knowledge sebagai peubah
endogen. Selain kapital fisik, model ini juga memasukkan human capital sebagai faktor utama
penentu pertumbuhan ekonomi. Fungsi produksi agregat yang ditunjukkan adalah :
Y( t ) = [(1 − a K )K ( t )]α [A( t )(1 − a L )L( t )]1−α ,
0 < α < 1. ..............
(2)
Fungsi produksi ini bersifat constant returns to scale pada kapital dan labor.
35
Jurnal Organisasi dan Manajemen, Volume 4, Nomor 1, Maret 2008, 34-45
Pada model human capital, fungsi produksi agregat dinyatakan sebagai :
Y( t ) = K ( t ) α H( t ) β [A( t )L( t )]1−α −β , α > 0, β > 0, α + β < 0, ...........
(3)
dimana H adalah stok human capital, dan persamaan tersebut bersifat constant returns bagi K, H,
dan L bersama-sama. Dalam model human capital, technological progress dianggap eksogen.
Dalam konteks teori perdagangan internasional, Chacholiades (1978) menunjukkan fungsi
produksi suatu perekonomian dengan tiga produksi, masing-masing X, Y dan Z. X dan Y adalah
produksi akhir sedangkan Z sebagai barang intermediate. Fungsi produksi masing-masing adalah :
X = F(L x , Tx , Z x ) ..............................................................................
(4)
Y = G (L y , Ty , Z y ) ..............................................................................
(5)
Z = H (L z , Tz ) ........................................................................................
(6)
keterangan :
X, Y
= produksi barang akhir X dan Y
Z
= produksi barang intermediate Z
Lx, Ly, Lz = jumlah tenaga kerja bagi produksi barang X, Y, dan Z
Tx, Ty, Tz = jumlah lahan bagi produksi barang X, Y, dan Z.
Fungsi produksi di atas tetap bersifat contstan return to scale, dan digunakan untuk menghasilkan
kuantitas produksi barang X dan Y yang diperuntukkan bagi konsumsi domestik dan untuk diekspor
ke luar negeri.
Moshin dan Anam (1999) memperluas fungsi agregat dengan memasukkan faktor ekspor
sebagai berikut :
Y = Y(K, L, G, X) ..................................................................................
(7)
keterangan :
Y
= output agregat
K, L
= masing-masing input kapital dan labor
G
= pengeluaran pemerintah
X
= ekspor nasional.
Fungsi Produksi Input
Selain menghasilkan fungsi produksi agregat, Romer (1996) juga membentuk fungsi
produksi dari input-input secara agregat. Fungsi produksi kapital dan teknologi baru tergantung pada
stok kapital, labor, dan level teknologi yang ada. Fungsi produksi masing-masing sesuai asumsi
Cobb-Douglas adalah :
& ( t ) = s(1 − a ) α (1 − a )1−α K ( t ) α A( t )1−α L( t )1−α ................................
K
(8)
K
L
& ( t ) = B[a K ( t )]β [a L( t )] γ A( t ) θ , B > 0, β ≥ 0, γ ≥ 0. ................
A
(9)
K
L
dimana B adalah sebuah parameter shift. Fungsi produksi kapital diasumsikan bersifat constant
returns to scale tetapi fungsi produksi knowledge diasumsikan bersifat increasing returns to scale.
Chirichiello (1994) berdasarkan teori klasik, menunjukkan fungsi permintaan dan penawaran
tenaga kerja secara agregat sebagai berikut :
Ld = Ld ( W / P) ...........................................................................................
(10)
Ls = Ls ( W / P) ............................................................................................
36
(11)
Heatubun, Potensi Jumlah Usaha Kecil dan Menengah dalam Peranannya Menstimulasi Perekonomian
keterangan :
Ld, Ls = masing-masing permintaan dan penawaran tenaga kerja
W
= tingkat upah nominal
P
= tingkat harga
W / P = tingkat upah riil.
Baik permintaan maupun penawaran tenaga kerja keduanya merupakan fungsi dari upah riil. Kedua
fungsi diturunkan berdasarkan motivasi dari perusahaan dan rumahtangga yaitu perusahaan
bertujuan memaksimumkan profitnya sedangkan rumahtangga memaksimumkan utilitasnya.
Fungsi Penawaran Ekspor dan Permintaan Impor
Branson dan Litvack (1981) menyatakan untuk tingkat agregat demand luar negeri dan harga
tertentu, ekspor riil tergantung pada level harga domestik dan exchange rate. Fungsi penawaran
ekspor dimaksud dapat ditulis dalam bentuk :
X = X(P, p) ..................................................................................................
(12)
keterangan :
X
= jumlah penawaran ekspor
P
= tingkat harga domestik
p
= nilai tukar.
Kenaikan baik harga domestik maupun nilai tukar akan menaikkan harga produk tersebut di luar
negeri sehingga mengurangi permintaan ekspor luar negeri sehingga penawaran ekspor domestik
dapat menurun.
Sedangkan permintaan impor tergantung pada level income domestik, nilai tukar, dan harga
barang pesaing domestik. Kenaikan income akan menaikkan permintaan barang-barang impor,
begitu juga kenaikan nilai tukar cenderung akan menaikkan impor. Sedangkan kenaikan level harga
domestik untuk barang-barang pesaing impor, akan cenderung menaikkan permintaan impor. Fungsi
impor dapat ditulis sebagai :
M = M(Y, P, p) ............................................................................................
(13)
keterangan :
M
= jumlah impor
Y
= tingkat income
P, p = masing-masing harga domestik dan nilai tukar.
Fungsi permintaan ekspor maupun impor juga ditunjukkan oleh Khan (1985) dalam studi
tentang permintaan ekspor dan impor di negara berkembang. Kedua fungsi dimaksud adalah :
X = X((PX / PW ), Yf ) ...............................................................................
(14)
M = M((PM / PD), Yd) ..............................................................................
(15)
keterangan :
X, M = jumlah ekspor dan impor
PX
= harga per unit ekspor
PM
= harga per unit impor
PW
= level harga dunia
PD
= level harga domestik
Yf
= income riil negara luar negeri
Yd
= income riil negara domestik.
37
Jurnal Organisasi dan Manajemen, Volume 4, Nomor 1, Maret 2008, 34-45
Bahmani-Oskooee (1986) mengestimasi ekspor dan impor agregat dengan menggunakan
fungsi sebagai berikut :
X = X(YW, (PX / PXW ), E) ......................................................................
(16)
M = M(Y, (PM / PD), E) ............................................................................
(17)
keterangan :
X, M = jumlah ekspor dan impor
YW
= rata-rata bobot GNP riil negara-negara patner perdagangan
Y
= GNP riil negara domestik
PX
= harga ekspor
PXW = rata-rata bobot harga ekspor negara-negara patner perdagangan
PM
= harga impor
PD
= level harga domestik
E
= ekspor sebagai pembobot nilai tukar efektif.
Unit Analisis dan Sumber Data
Perekonomian secara sektoral terdiri dari 9 (sembilan) sektor. Tiga sektor pertama : (1)
pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan, (2) pertambangan dan penggalian, dan (3) industri
pengolahan, menghasilkan produk untuk tujuan konsumsi dalam negeri dan untuk ekspor, dan
karena itu disebut sektor-sektor berorientasi ekspor. Enam sektor lainnya : (4) listrik, gas dan air
bersih, (5) bangunan, (6) perdagangan, hotel dan restoran, (7) pengangkutan dan komunikasi, (8)
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan (9) jasa-jasa, menghasilkan produk hanya untuk
konsumsi dalam negeri, selanjutnya disebut sebagai sektor-sektor berorientasi domestik. Masingmasing sektor memiliki tiga skala usaha yaitu Usaha Kecil (UK), Usaha Menengah (UM), dan Usaha
Besar (UB). Data yang digunakan adalah pool data (cross section dan time series) yang bersumber
dari Badan Pusat Statistik dan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah.
Model dan Metode Analisis Data
Perumusan model terbagi atas 3 blok yaitu UK, UM, dan UB, dan analisis dilakukan pada
dua kelompok atau katageri yaitu sektor berorientasi domestik dan sektor berorientasi ekspor,
sebagai berikut :
Kelompok Sektor Berorientasi Domestik
Blok Sektor Usaha Kecil
KUKD
= a0 + a1 SBI + a2 RAUKD + a3 UUKD + a4 RQUKD
+ a5 GUKD + a6 LKUKD + e1 .....................................................
AUKD
= b0 + b1 HUKD + b2 LUKD + b3 RQUKD + b4 RGUKD
+ b5 LAUKD + e2 ......................................................................
LUKD
= c0 + c1 UMR + c2 RHUKD + c3 UUKD + c4 QUKD
+ c5 RPUKD + c6 LLUKD + e3 ..................................................
QUKD
= d0 + d1 KUKD + d2 HUKD + d3 RAUKD + d4 LUKD
+ d5 RGUKD + d6 GDP + d7 LQUKD + e4 .................................
PUKD
= e0 + e1 ER + e2 RQUKD + e3 PUMD
+ e4 LPUKD + e5 ........................................................................
38
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
Heatubun, Potensi Jumlah Usaha Kecil dan Menengah dalam Peranannya Menstimulasi Perekonomian
Blok Sektor Usaha Menengah
KUMD
= f0 + f1 SBI + f2 RAUMD + f3 UUMD + f4 QUMD
+ f5 RPUMD + f6 GUMD + f7 LKUMD + e6 ................................
AUMD
= g0 + g1 RKUMD + g2 HUMD + g3 RQUMD
+ g4 LAUMD + e7 .....................................................................
LUMD
= h0 + h1 UMR + h2 RKUMD + h3 AUMD + h4 UUMD
+ h5 RQUMD + h6 GUMD + h7 LLUMD + e8 .............................
QUMD
= i0 + i1 KUMD + i2 HUMD + i3 RAUMD + i4 MLUMD
+ i5 RPUMD + i6 RGUMD + i7 GDP + i8 LQUMD + e9 ................
PUMD
= j0 + j1 RER + j2 RQUMD + j3 LPUMD + e10 ...............................
Blok Sektor Usaha Besar
KUBD
= k0 + k1 SBI + k2 RAUBD + k3 LUUBD + k4 MQUBD
+ k5 PUBD + k6 LKUBD + e11 .................................................
AUBD
= l0 + l1 KUBD + l2 MLUBD + l3 RQUBD
+ l4 LAUBD + e12 ........................................................................
LUBD
= m0 + m1 UMR + m2 KUBD + m3 AUBD + m4 UUBD
+ m5 RQUBD + m6 GUBD + m7 LLUBD + e13 ...........................
QUBD
= n0 + n1 MKUBD + n2 AUBD + n3 RLUBD + n4 RPUBD
+ n5 GUBD + n6 GDP + n7 LQUBD + e14 ..................................
PUBD
= o0 + o1 ER + o2 SBI + o3 RQUBD + o4 LPUBD + e15 .................
Kelompok Sektor Berorientasi Ekspor
Blok Sektor Usaha Kecil
KUKS
= p0 + p1 SBI + p2 RHUKS + p3 EUK + p4 QUKS
+ p5 PUKS + p6 LKUKS + e16 ...................................................
AUKS
= q0 + q1 KUKS + q2 HUKS + q3 LUKS + q4 QUKS
+ q5 GUKS + q6 LAUKS + e17 ...................................................
LUKS
= r0 + r1 UMR + r2 KUKS + r3 UUKS + r4 QUKS
+ r5 LLUKS + e18 ......................................................................
QUKS
= s0 + s1 MKUKS + s2 HUKS + s3 AUKS + s4 LUKS + s5 EUK
+ s6 GUKS + s7 RPUKS + s8 GDP + s9 LQUKS + e19 ..............
PUKS
= t0 + t1 ER + t2 PEUK + t3 RQUKS + t4 LPUKS + e20 ..................
EUK
= u0 + u1 PEUK + u2 ER + u3 QUKS + u4 LEUK + e21 ..................
PEUK
= v0 + v1 PEUM + v2 EUK + v3 LPEUK + e22 ................................
Blok Sektor Usaha Menengah
KUMS
= w0 + w1 SBI + w2 RAUMS + w3 EUM + w4 RQUMS
+ w5 PUMS + w6 GUMS + w7 RINAS + w8 LKUMS + e23 ............
AUMS
= x0 + x1 KUMS + x2 HUMS + x3 RLUMS + x4 QUMS
+ x5 RGUMS + x6 LAUMS + e24 ...............................................
LUMS
= y0 + y1 UMR + y2 KUMS + y3 HUMS + y4 AUMS
+ y5 UUMS + y6 MQUMS + y7 RPUMS + y8 LLUMS + e25 .........
QUMS
= z0 + z1 + KUMS + z2 RAUMS + z3 LUMS + z4 EUM
+ z5 GUMS + z6 RPUMS + z7 GDP + z8 LQUMS + e26 ..............
39
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
Jurnal Organisasi dan Manajemen, Volume 4, Nomor 1, Maret 2008, 34-45
PUMS
EUM
MUM
PEUM
= aa0 + aa1 ER + aa2 PEUM + aa3 RQUMS
+ aa4 LPUMS + e27 ...................................................................
= bb0 + bb1 PEUM + bb2 ER + bb3 QUMS
+ bb4 LEUM + e28 .....................................................................
= cc0 + cc1 ER + cc2 GDP + cc3 QUMS + cc4 LMUM + e29 .............
= dd0 + dd1 ER + dd2 PEUB + dd3 EUM + dd4 LPEUM + e30 .........
Blok Sektor Usaha Besar
KUBS
= ee0 + ee1 SBI + ee2 EUB + ee3 QUBS + ee4 RINAS
+ ee5 LKUBS + e31 ..................................................................
AUBS
= ff0 + ff1 MKUBS + ff2 LUBS + ff3 QUBS + ff4 RGUBS
+ ff5 LAUBS + e32 ....................................................................
LUBS
= gg0 + gg1 UMR + gg2 AUBS + gg3 UUBS + gg4 RQUBS
+ gg5 RPUBS + gg6 LLUBS + e33 .............................................
QUBS
= hh0 + hh1 KUBS + hh2 AUBS + hh3 MLUBS + hh4 EUB
+ hh5 GUBS + hh6 PUBS + hh7 GDP + hh8 LQUBS + e34 ........
PUBS
= ii0 + ii1 RPEUB + ii2 PMUB + ii3 RQUBS
+ ii4 LPUBS + e35 .....................................................................
EUB
= jj0 + jj1 PEUB + jj2 ER + jj3 QUBS + jj4 LEUB + e36 ....................
MUB
= kk0 + kk1 ER + kk2 GDP + kk3 EUB + kk4 LMUB + e37 ................
PEUB
= ll0 + ll1 ER + ll2 EUB + ll3 LPEUB + e38 ......................................
Model Total Output Nasional
GDP
= QUKD + QUMD + QUBD + QUKS + QUMS + QUBS .................
keterangan :
K(UK,UM,UB)D = Investasi (UK, UM, UB) sektor domestik
K(UK,UM,UB)S = Investasi (UK, UM, UB) sektor ekspor
A(UK,UM,UB)D = Teknologi (UK, UM, UB) sektor domestik
A(UK,UM,UB)S = Teknologi (UK, UM, UB) sektor ekspor
L(UK,UM,UB)D = Tenagakerja (UK, UM, UB) sektor domestik
L(UK,UM,UB)S = Tenagakerja (UK, UM, UB) sektor ekspor
H(UK,UM)D
= Human capital (UK, UM) sektor domestik
H(UK,UM)S
= Human capital (UK, UM) sektor ekspor
Q(UK,UM,UB)D = Output (UK, UM, UB) sektor domestik
Q(UK,UM,UB)S = Output (UK, UM, UB) sektor ekspor
P(UK,UM,UB)D = Harga output (UK, UM, UB) sektor domestik
P(UK,UM,UB)S = Harga output (UK, UM, UB) sektor ekspor
E(UK,UM,UB)
= Ekspor (UK, UM, UB)
PE(UK,UM,UB) = Harga ekspor (UK, UM, UB)
M(UM,UB)
= Impor (UM, UB)
U(UK,UM,UB)D = Unit usaha (UK, UM, UB) sektor domestik
U(UK,UM,UB)S = Unit usaha (UK, UM, UB) sektor ekspor
G(UK,UM,UB)D = Goverment exp. (UK, UM, UB) sektor domestik
G(UK,UM,UB)S = Goverment exp. (UK, UM, UB) sektor ekspor
SBI
= Suku bunga
40
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
Heatubun, Potensi Jumlah Usaha Kecil dan Menengah dalam Peranannya Menstimulasi Perekonomian
ER
UMR
GDP
M
R
L
=
=
=
=
=
=
Nilai tukar
Upah Minimum Regional
Gross Domestic Product.
Marginal masing-masing peubah
Rasio masing-masing peubah
Lag masing-masing peubah.
Identifikasi dan Pendugaan Model
Model yang dirumuskan dalam studi ini adalah model persamaan struktural secara simultan.
Model memiliki 39 persamaan terdiri dari 38 persamaan struktural dan satu persamaan identitas.
Jumlah peubah endogen sebanyak 39 dan peubah eksogen sebanyak 57. Setelah model
diidentifikasi dengan menggunakan order condition, diperoleh seluruh persamaan adalah
“overidentified” sehingga metode pendugaan yang dapat diterapkan adalah metode 2 SLS (Two
Stage Least Squares).
Validasi Model
Untuk keperluan simulasi terlebih dahulu model divalidasi untuk mengetahui apakah model
sudah cukup baik atau belum. Untuk itu digunakan kriteria statistik “ Root Mean Squares Error
(RMSE), Root Mean Squares Percent Error (RMSPE), dan U-Theil (Theil’s Inequality Coefficient).
Penggunaan kriteria statistik bertujuan untuk membandingkan nilai aktual dengan nilai dugaan
peubah endogen.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Simulasi dan Evaluasi Dampak Peningkatan Unit Usaha
Simulasi dilakukan untuk mengevaluasi dampak yang terjadi yaitu perubahan/pertumbuhan
pada ekspor, input, output, dan GDP atau pertumbuhan eknomi. Sebelum simulasi, dilakukan
divalidasi terhadap model. Hasil validasi menunjukkan kriteria RMSE dan RMSPE keduanya tidak
memenuhi syarat, dan yang memenuhi hanya U-Theil. Kriteria U-Theil mensyaratkan nilainya harus
mendekati nol. Sesuai kriteria ini, hasil validasi menunjukkan bahwa nilai U-Theil semua peubah
endogen mendekati nol. Karena itu model dinyatakan valid dan dapat digunakan untuk melakukan
simulasi.
Hasil Simulasi
Simulasi terhadap kenaikan unit usaha sebesar 10% memberikan hasil seperti pada Tabel 1.
Pertumbuhan Input, Output, Ekspor, dan Ekonomi sebagai Dampak Peningkatan Unit Usaha
Dampak pada Sektor Berorientasi Domestik
Pada sektor domestik, kenaikan unit usaha sebesar 10% pada UK (Tabel) (skenario 1UD1)
berdampak meningkatkan investasi rata-rata selama periode sampel 1997 – 2005 sebesar Rp 8.801
juta atau 0,66%. Pada UM investasi meningkat sebesar Rp 4.961 juta atau
0,38%, dan pada UKM investasi meningkat sebesar Rp 13.762 juta atau 1,04%. Skenario 1UD2 yaitu
kenaikan unit usaha 10% pada UB, berdampak menurunkan investasi rata-rata per tahun sebesar Rp
13.151 juta atau -0,30%. Di antara ketiga skala usaha, kenaikan investasi pada UK lebih tinggi
41
Jurnal Organisasi dan Manajemen, Volume 4, Nomor 1, Maret 2008, 34-45
dibanding UM dan UB. Antara UKM dan UB, UKM mencapai kenaikan investasi sebesar Rp 13.762
juta atau 1,04%, sedangkan UB mengalami penurunan investasi.
Kenaikan unit usaha berdampak meningkatkan teknologi rata-rata per tahun pada UK
sebesar Rp 5.777 juta atau 0,14%. Pada UM, teknologi meningkat sebesar Rp 71 juta atau 0,02%,
dan pada UKM teknologi meningkat Rp 5.848 juta atau 0,17%. Sedangkan pada UB, teknologi ratarata meningkat sebesar Rp 2 .312 juta atau 0,34%. Hasil ini menunjukkan, UK lebih baik dalam hal
peningkatan teknologi. Dampak terhadap penyerapan tenagakerja adalah UK mencapai kenaikan
penyerapan rata-rata sebanyak 95.462 orang atau 4,98%, UM mencapai kenaikan rata-rata
sebanyak 21.527 orang atau 7,12%, dan UKM mencapai kenaikan 116.989 orang atau 12,11%.
Sementara pada UB, penyerapan tenagakerja hanya meningkat rata-rata sebanyak 205 orang atau
2,20%. Sesuai hasil ini UK, UM, dan UKM lebih baik, yang mana menunjukkan bahwa peningkatan
unit usaha pada UK, UM, dan UKM potensial menyerap tenagakerja lebih banyak dibanding UB.
Tabel Hasil Simulasi Kenaikan Unit Usaha 10%
Perubahan pada Simulasi
1UD1 & 1UD2
Nilai
(%)
(Jt Rp, org)
8.801
0,66
4.961
0,38
13.762
1,04
-13.151
-0,30
5.777
0,14
71
0,02
5.848
0,17
2.312
0,34
95.462
4,98
21.527
7,12
116.989
12,11
205
2,20
57.407
0,76
5.705
0,16
63.112
0,92
10.080
0,19
PEUBAH
SEKTOR
DOMESTIK
Inv. UK
Inv. UM
UKM
Inv. UB
Tek. UK
Tek. UM
UKM
Tek. UB
TK UK
TK UM
UKM
TK UB
Prod. UK
Prod. UM
UKM
Prod. UB
79.546
11.630
GDP1)
GDP2)
Keterangan :
1)
2)
Perubahan pada Simulasi
1US1 & 1US2
Nilai
(%)
(Jt Rp, org)
800
0,45
6.443
1,16
72.43
1,62
716
0,06
269.702
7,25
9.159
5,12
278.861
12,37
5.444
0,55
504.904
14,17
35.592
9,81
540.496
23,97
441
1,77
328.246
6,17
78.093
3,62
406.339
9,79
60.101
0,54
5.008
0,29
106.414
1,86
111.422
2,14
17.084
0,05
378.305
1,08
63.109
0,18
PEUBAH
SEKTOR
EKSPOR
Inv. UK
Inv. UM
UKM
Inv. UB
Tek. UK
Tek. UM
UKM
Tek. UB
TK UK
TK UM
UKM
TK UB
Prod. UK
Prod. UM
UKM
Prod. UB
EUK
EUM
UKM
EUB
0,23
0,03
Kontribusi UKM terhadap GDP
Kontribusi UB terhadap GDP
42
1UDS1 & 1UDS2
Nilai
(%)
(Jt Rp, org)
16.707
-12.960
2,34
-0,25
284.485
7.748
12,43
0,89
658.036
644
36,17
3,96
472.720
71.270
10,77
0,74
111.697
17.354
457.851
74.740
2,15
0,06
1,31
0,21
Heatubun, Potensi Jumlah Usaha Kecil dan Menengah dalam Peranannya Menstimulasi Perekonomian
Dampak kenaikan unit usaha terhadap produksi adalah, pada UK produksi meningkat ratarata sebesar Rp 57.407 juta atau 0,76%. Pada UM, produksi meningkat Rp 5.705 juta atau 0,16%,
dan pada UKM produksi meningkat sebesar Rp 63.112 juta atau 0,92%. Sedangkan pada UB,
produksi meningkat sebesar Rp 10.080 juta atau 0,19%. Produksi UK dan UKM mengalami
peningkatan lima kali lebih besar dibanding UB. Kenaikan unit usaha juga memberikan dampak pada
kenaikan GDP. Dampak yang mengalir melalui UK, UM, dan UKM antara lain menyebabkan GDP
meningkat sebesar Rp 79.546 juta atau 0,23%. Sedangkan dampak yang mengalir melalui UB hanya
meningkatkan GDP sebesar Rp 11.630 juta atau 0,03%. Hasil ini menunjukkan, kenaikan unit usaha
menghasilkan efek yang dapat meningkatkan peran UK, UM, dan UKM dalam memberikan kotribusi
pada GDP jauh melebihi UB.
Dampak pada Sektor Berorientasi Ekspor
Peningkatan unit usaha 10% (skenario 1US1) pada sektor berorientasi ekspor (Tabel 1)
berdampak meningkatkan investasi pada UK rata-rata sebesar Rp 800 juta atau 0,45%. Pada UM,
investasi meningkat rata-rata Rp 6.443 juta atau 1,16%, dan pada UKM investasi meningkat Rp
7.243 juta atau 1,62%. Pada UB, kenaikan unit usaha (skenario 1US2) berdampak meningkatkan
investasi rata-rata hanya sebesar Rp 716 juta atau 0,06%. Kenaikan investasi pada UB berada jauh
di bawah kenaikan pada UK, UM, dan UKM. Kenaikan investasi pada UM jauh lebih tinggi dibanding
UK dan UB. Begitu juga UKM mengalami peningkatan investasi jauh lebih tinggi dibanding UB.
Peningkatan unit usaha berdampak meningkatkan teknologi pada UK, UM, UKM, dan UB.
Pada UK, teknologi meningkat rata-rata sebesar Rp 269.702 juta atau 7,25%, pada UM sebesar Rp
9.159 juta atau 5,12%, pada UKM rata-rata sebesar Rp 278.861 juta atau 12,37%, dan pada UB,
teknologi hanya meningkat sebesar Rp 5.444 juta atau 0,55%. Persentase kenaikan teknologi pada
UK dan UM yang jauh lebih tinggi ini menunjukkan kedua kelompok usaha ini belum jenuh dalam
pengembangan teknologi dibanding UB yang sudah tinggi teknologinya.
Peningkatan unit usaha berdampak meningkatkan penyerapan tenagakerja yang besar pada
sektor ekspor. Pada UK, penyerapan tenagakerja rata-rata mencapai 504.904 orang atau 14,11%,
pada UM penyerapan mencapai 35.592 orang atau 9,81%, dan pada UKM penyerapan mencapai
540.496 orang atau 23,97%. Sedangkan pada UB, penyerapan tenagakerja meningkat rata-rata
hanya sebanyak 441 orang atau 1,77%. Hasil ini menunjukkan pada sektor ekspor, UK, UM, dan
UKM adalah golongan unit usaha yang berperan sebagai ladang penyerapan tenagakerja. Hasil ini
juga menunjukkan UK sektor ekspor sangat dominan dalam menyerap tenagakerja dibanding UM
dan UB.
Kenaikan unit usaha berdampak meningkatkan input dan juga output pada masing-masing
skala usaha. Pada UK, produksi meningkat rata-rata sebesar Rp 328.246 juta atau 6,17%, pada UM
produksi meningkat Rp 78.093 juta atau 3,62%, dan pada UKM produksi meningkat sebesar Rp
406.339 juta atau 9,79%. Sedangkan pada UB, produksi meningkat rata-rata hanya sebesar Rp
60.101 juta atau 0,54%. Akumulasi dampak yang mengalir ke GDP antara lain, UK dan UM
menyumbang kenaikan pada GDP sebesar Rp 378.305 juta atau 1,08%, sedangkan UB hanya
menyumbangkan Rp 63.109 juta atau 0,18%. Hasil ini menunjukkan UK, UM, dan UKM lebih baik
kontribusinya pada produksi maupun GDP dibanding UB ketika unit usaha ditingkatkan.
Dampak kenaikan unit usaha pada jumlah ekspor antara lain meningkatkan ekspor UK ratarata sebesar Rp 5.008 juta atau 0,29%, UM sebesar Rp 106.414 juta atau 1,86%, UKM sebesar Rp
111.422 juta atau 2,14%, dan UB sebesar Rp 17.084 juta atau 0,05%. Hasil ini menunjukkan UM
43
Jurnal Organisasi dan Manajemen, Volume 4, Nomor 1, Maret 2008, 34-45
mengalami kenaikan ekspor yang lebih tinggi dibanding UK dan UB ketika unit usaha dinaikan.
Sedangkan antara UKM dan UB, UKM memberikan kenaikan ekspor yang lebih tinggi dibanding UB.
Skenario 1UDS1 dan 1UDS2 digunakan untuk mengetahui dampak kenaikan unit usaha
secara total pada UKM dan UB. Hasil simulasi gabungan ini yaitu kenaikan unit usaha pada UKM
(baik sektor domestik maupun sektor ekspor) dan UB (sektor domestik dan sektor ekspor) masingmasing sebesar 10% dapat dilihat pada Tabel. Kenaikan unit usaha pada UKM berdampak
meningkatkan investasinya rata-rata sebesar Rp 16.707 juta atau 2,34%. Sedangkan pada UB,
kenaikan unit usaha berdampak menurunkan investasinya sebesar Rp 12.960 juta atau -0,25%.
Meskipun penurunan ini kecil, namun menunjukkan bahwa kenaikan unit usaha memiliki dampak
negatif bagi UB.
Kenaikan unit usaha berdampak meningkatkan teknologi UKM rata-rata sebesar Rp 284.485
juta atau 12,43% dan menaikan penyerapan tenagakerja sebanyak 658.036 orang atau 36,17%.
Sedangkan dampak pada UB adalah teknologi meningkat rata-rata hanya sebesar Rp 7.748 juta atau
0,89% dan menaikan penyerapan tenagakerja rata-rata 644 orang atau 3,96%. Hasil ini menunjukkan
kenaikan unit usaha dapat mendorong kemajuan teknologi lebih tinggi pada UKM dan menyerap
tenagakerja lebih banyak dibanding pada UB.
Dampak kenaikan unit usaha pada produksi, ekspor, dan GDP adalah, pada UKM produksi
meningkat rata-rata Rp 472.720 juta atau 10,17%, ekspor meningkat rata-rata Rp 111.697 juta atau
2,15%, dan GDP meningkat sebesar Rp 457.851 juta 1,31%. Sementara pada UB, produksi
meningkat rata-rata sebesar Rp 71.270 juta atau 0,74%, ekspor meningkat sebesar Rp 17.354 juta
atau 0,06%, dan GDP meningkat sebesar Rp 74.740 juta atau 0,21%. Hasil ini juga menunjukkan
kontribusi UKM lebih tinggi baik pada produksi, ekspor maupun GDP dibandingkan dengan UB.
PENUTUP
Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas diambil kesimpulan sebagai berikut.
1. UKM dengan jumlah unit usaha berjumlah besar tersebut memiliki peran lebih besar memberikan
kontribusi pada perekonomian nasional dibanding UB.
2. Melalui simulasi peningkatan jumlah unit usaha, peran UKM terlihat pada kenaikan investasi,
kemajuan teknologi, kenaikan produksi, ekspor, dan kontribusi pada pertumbuhan ekonomi baik
pada sektor-sektor ekonomi berorientasi domestik maupun pada sektor-sektor berorientasi
ekspor. Kenaikan yang terjadi pada sektor berorientasi ekspor jauh lebih tinggi dibanding sektor
berorientasi domestik kecuali investasi.
REFERENSI
Badan Pusat Statistik. (2006). Indikator makro ekonomi usaha kecil menengah. Kinerja UKM dalam
perekonomian Indonesia tahun 2005. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Bahmani-Oskooee. (1986). Determinants of international trade flows: The case of developing
countries. Journal of Development Economics, 20, 107–407.
Branson, W.H. & Litvack, J.M. (1981). Macroeconomics. New York: Harper and Row Publishers.
Chacholiades, M. (1978). International trade theory and policy. Tokyo: McGraw-Hill International.
Chirichiello, G. (1994). Macroeconomic model and controversies. New York: St. Martin’s Press, Inc.
Khan, M.S. (1974). Impor and export demand in developing countries. IMF Staff Papers, 21, 678–
693.
Moshin, M. & Anam, M. (1999). Export and economic growth: Evidence from the Asean countries.
Canada: Department of Economics, York University.
44
Heatubun, Potensi Jumlah Usaha Kecil dan Menengah dalam Peranannya Menstimulasi Perekonomian
Romer, D. (1996). Advance Macroeconomics. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc.
Tambunan, M. (2002). Strategi industrialisasi berbasis usaha kecil dan menengah: Sebuah
rekonstruksi pada masa pemulihan dan pasca krisis ekonomi. Orasi Ilmiah Guru Besar Ilmu
Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, 19
Oktober 2002, Bogor.
45
Download