Hubungan Jumlah Konsumsi Susu Kedelai Dengan Kadar Kolesterol Total HUBUNGAN JUMLAH KONSUMSI SUSU KEDELAI DENGAN KADAR KOLESTEROL TOTAL PADA WANITA USIA 30-45 TAHUN DI DUSUN GOGIK DESA GOGIK KECAMATAN UNGARAN BARAT KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL ILMIAH Oleh BERNADETA DESI EKA PUTRI 060110a003 PROGRAM STUDI ILMU GIZI SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN MARET, 2015 0 Hubungan Jumlah Konsumsi Susu Kedelai Dengan Kadar Kolesterol Total HUBUNGAN JUMLAH KONSUMSI SUSU KEDELAI DENGAN KADAR KOLESTEROL TOTAL PADA WANITA USIA 30-45 TAHUN DI DUSUN GOGIK DESA GOGIK KECAMATAN UNGARAN BARAT KABUPATEN SEMARANG Bernadeta Desi Eka Putri*, Indri Mulyasari*, Galeh Septiar Pontang* E-mail: [email protected] ABSTRAK Latar Belakang: Di Indonesia pada tahun 2013 prevalensi hiperkolesterolemia pada wanita sebesar 39,6% lebih tinggi daripada laki-laki sebesar 30,0%. Hiperkolesterolemia dapat menyebabkan aterosklerosis dan penyakit jantung koroner. Antioksidan diketahui dapat menurunkan kadar kolesterol total. Isoflavon salah satu antioksidan yang terdapat pada susu kedelai. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara jumlah konsumsi susu kedelai dengan kadar kolesterol total pada wanita usia 30-45 tahun di Dusun Gogik Desa Gogik Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang. Metode: Jenis penelitian ini adalah studi korelasi dengan pendekatan crosssectional. Populasi pada penelitian ini seluruh wanita usia 30-45 tahun di Dusun Gogik Desa Gogik Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang. Jumlah sampel sebesar 76 wanita diambil dengan metode proportional random sampling. Jumlah konsumsi susu kedelai diukur menggunakan FFQ semikuantitatif dalam 1 minggu, kadar kolesterol total diukur menggunakan cholesterol test strips. Analisis data dengan menggunakan uji korelasi Spearman Rank (α=0,05). Hasil: Jumlah konsumsi susu kedelai ≥ 500 ml sebanyak 55 (72,4%) orang dan jumlah konsumsi susu akedelai < 500 ml ada 21 (27,6%) orang. Kadar kolesterol total sebagian besar kategori normal 64 (82.1%) orang dan kadar kolesterol total kategori batas tinggi ada 12 (15.4%) orang. Ada hubungan jumlah konsumsi susu kedelai dengan kadar kolesterol total (p = 0,0001). Simpulan: Ada hubungan jumlah konsumsi susu kedelai dengan kadar kolesterol total pada wanita usia 30–45 tahun di Dusun Gogik Desa Gogik Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang. Kata kunci: jumlah konsumsi susu kedelai, kadar kolesterol total. Kepustakaan: 24 (2000-2013) *Program Studi Gizi STIKes Ngudi Waluyo 1 Hubungan Jumlah Konsumsi Susu Kedelai Dengan Kadar Kolesterol Total THE CORRELATION BETWEEN THE CONSUMPTION OF SOY MILK WITH TOTAL CHOLESTEROL LEVELS OF 30-45 YEARS OLD WOMEN IN GOGIK, GOGIK VILLAGE, WEST UNGARAN, SEMARANG REGENCY Bernadeta Desi Eka Putri*, Indri Mulyasari*, Galeh Septiar Pontang* E-mail: [email protected] ABSTRACT Background: In Indonesia in 2013 the prevalence of hypercholesterolemia in women was 39.6% which was higher than males at 30.0%. Hypercholesterolemia can lead to atherosclerosis and coronary heart disease. Antioxidants can reduce total cholesterol levels. Isoflavones is one of the antioxidants found in soy milk. Methods: This study was a correlation study with cross-sectional approach. The population in this study was all women aged 30-45 years old in Gogik, Gogik Village, West Ungaran, Semarang Regency. Total samples of 76 women were taken by proportional random sampling method. Total consumption of soy milk was measured by using semiquantitative FFQ in 1 week, total cholesterol levels were measured by using cholesterol test strips. The analysis of the data used Spearman Rank (α = 0.05). Results: Total consumption of soy milk ≥ 500 ml 55 (72.4%) people and Total consumption of soy milk <500 ml 21 (27.6%) people. Total cholesterol levels normal category 64 (82.1%) people and the total cholesterol level high limit category 12 (15.4%) people. There was a correlation between soy milk consumption with total cholesterol levels (p = 0.0001). Conclusion: There was a correlation between soy milk consumption with total cholesterol levels of 30-45 years old women in the Gogik, Gogik Village, West Ungaran, Semarang Regency. Key words: soy milk consumption, total cholesterol levels. References: 24 (2000-2013) *Nutrition Study Program, Ngudi Waluyo School of Health 2 Hubungan Jumlah Konsumsi Susu Kedelai Dengan Kadar Kolesterol Total PENDAHULUAN Penyakit kardiovaskular seperti serangan jantung dan stroke merupakan penyebab utama kematian di dunia dan Indonesia. Pada tahun 2010, penyakit kardiovaskular menyebabkan kematian 18 juta orang di dunia. Berdasarkan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan prevalensi penyakit kardiovaskuler sebesar 31,9%. Penyakit kardiovaskular yang paling sering salah satunya adalah penyakit jantung koroner (Raharjoe, 2011). Pada tahun 2005 sedikitnya 17,5 juta atau setara dengan 30,0 % kematian di seluruh dunia disebabkan oleh penyakit jantung (Supriyono, 2008). Sekitar 60% dari total kematian PJK terjadi di negaranegara berkembang (Tardif, 2010). Pada tahun 2015, kematian akibat penyakit jantung (kardiovaskular) dan pembuluh darah diperkirakan akan meningkat menjadi 20 juta (Kemenkes RI, 2012). Indonesia juga mengalami beban PJK ini. Hasil Riskesdas tahun 2007 menunjukkan PJK menempati peringkat ke-3 penyebab kematian setelah stroke dan hipertensi. Angka kejadian penyakit jantung koroner berdasarkan data Riset kesehatan dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan 2007, ada sebanyak 7,2%. Riset Kesehatan Dasar Indonesia tahun 2013 melaporkan bahwa prevalensi penyakit jantung berdasar wawancara berkisar 0,5% dan berdasar riwayat didiagnosis oleh tenaga kesehatan berkisar 1,5%. Berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten Semarang (2013) penyakit Jantung Koroner menjadi kelompok tertinggi masalah penyakit kardiovaskular sebanyak 35.294 kasus. Hiperkolesterolemia merupakan salah satu faktor risiko terjadinya penyakit jantung koroner. Hiperkolesterolemia yang dihasilkan dari perubahan metabolik kolesterol, merupakan penyebab utama dari gangguan kardiovaskular, seperti atherosclerosis dan penyakit jantung koroner (Tzu, et al, 2007). Berdasarkan WHO (2011), pada tahun 2008 di Indonesia prevalensi hiperkolesterolemia pada wanita sebesar 37,2% lebih tinggi daripada laki-laki sebesar 32,8%. Menurut Riskesdas 2013 prevalensi hiperkolesterolemia berdasarkan jenis kelamin dan tempat tinggal didapatkan pada laki-laki 30,0% dan pada perempuan lebih tinggi sebesar 39,6%. Pada wanita kadar kolesterol meningkat seiring bertambahnya usia karena dipengaruhi oleh faktor hormonal, yakni semakin menurunnya kadar esterogen. Diketahui bahwa esterogen dapat meningkatkan kolesterol HDL (High Density Lipoprotein) dan menurunkan kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein) (Khomsan, 2002). Hiperkolesterolemia dapat terjadi pada masyarakat terutama pada usia 30 tahun pada wanita dan 45 tahun pada laki-laki. Faktor-faktor yang mempengaruhi hiperkolesterolemia seperti pola makan, obesitas, keturunan juga merupakan salah satu penyebab meningkatnya resiko terjadinya hiperkolesterolemia pada wanita usia dewasa (30-45 tahun) (Nilawati, 2008). Antioksidan dapat membantu menurunkan kadar kolesterol total tinggi. Antioksidan dapat menghambat oksidasi LDL dan meningkatkan kinerja HDL (Grundy, 2002). Isoflavon adalah salah satu jenis antioksidan. Isoflavon adalah zat yang berasal dari tumbuhan yang mengandung estrogen yang banyak dijumpai dalam kacang-kacangan, seperti kacang kedelai. Isoflavon dalam kedelai dapat menurunkan kadar kolesterol total, kolesterol LDL dan mengurangi penggumpalan darah yang dapat mengurangi risiko terkena serangan jantung dan stroke (Erdman, 2000). Kedelai biasa diolah menjadi tahu, tempe, tauco, tepung kedelai dan susu kedelai. Susu kedelai merupakan susu yang terbuat dari ekstrak kedelai yang mengandung protein tinggi (Aak, 2003) dan mengandung isoflavon (Wood, 2002). Food and Drug Administration (FDA) menganjurkan untuk mengkonsumsi sedikitnya 25 gram protein kedelai atau 500 ml susu kedelai untuk menurunkan kadar kolesterol total 5% sampai 6% (Gray, 2010). 2 Hubungan Jumlah Konsumsi Susu Kedelai Dengan Kadar Kolesterol Total Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan jumlah konsumsi susu kedelai dengan kadar kolesterol total pada wanita usia 30-45 tahun di Dusun Gogik Desa Gogik Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang. Manfaat dari penelitian ini menambah pengetahuan dan menambah informasi mengenai susu kedelai terhadap kadar kolesterol tinggi. METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah deskriptif korelatif dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Pengukuran jumlah konsumsi kedelai menggunakan FFQ semikuantitatif, kadar kolesterol total menggunakan cholesterol test strips. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 76 responden. Teknik pengambilan sampe proportional random sampling. Kriteria inklusi pada penelitian dalam penelitian ini adalah wanita usia 30–45 tahun. Kriteria eksklusi pada penelitian ini yaittu wanita yang sedang hamil dan minum oabt penurun kolesterol. Analisis data menggunakan program SPSS. Analisis univariat dilakukan secara deskriptif untuk mendeskripsikan jumlah konsumsi susu kedelai dan kadar kolesterol total yang disajikan dalam tabel distribusi frekuensi. Analisis bivariat pada penelitian ini menggunakan Uji Korelasi Spearman Rank dengan α = 0,05. HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Konsumsi Susu Kedelai Tabel 1. Distribusi Frekuensi Jumlah Konsumsi Susu Kedelai % Jumlah Konsumsi Susu Kedelai f Sesuai anjuran (≥500 ml) 55 72.4 Tidak sesuai anjuran(<500 ml) 21 27.6 Total 76 100.0 Hasil penelitian pada wanita usia 30-45 tahun di Dusun Gogik Desa Gogik Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang menunjukan jumlah konsumsi susu kedelai kedelai ≥ 500 ml sebanyak 55 (72,4%) orang, sedangkan jumlah konsumsi susu kedelai < 500 ml ada 21 (27,6%) orang. Responden yang mengkonsumsi susu kedelai < 500 ml ada 21 (27,6%) orang. Berdasarkan wawancara pada responden ini ada yang bosan dengan susu kedelai sehingga responden mengganti susu kedelai dengan minuman lain seperti susu sapi segar, susu kental manis dan teh manis, ada beberapa responden yang membeli lebih dari 1 dalam sehari tetapi tidak dihabiskan sendiri biasanya diminum bersama anaknya atau cucunya. Responden yang lain rutin membeli susu kedelai tetapi terkadang kehabisan saat membeli dipenjual sayur. Responden yang mengkonsumsi susu kedelai ≥ 500 ml sebanyak 55 (72,4%) orang, karena responden lebih suka konsumsi susu kedelai daripada jenis susu lain, responden yang bekerja sebagai buruh pabrik selain membeli susu kedelai di penjul sayur juga biasa membeli disekitaran pabrik jadi dalam 1 hari bisa mengkonsumsi 2 bungkus plastik, ada juga responden sudah mengetahui manfaat susu kedelai yang tercantum dalam kemasan plastik susu kedelai sehingga menjadi rutin membeli susu kedelai. Reponden biasa membeli susu kedelai dari penjual sayur keliling yang lewat di depan rumah atau di sekitar Dusun Gogik. Di Dusun Gogik ada lebih dari 5 penjual sayur keliling yang biasa lewat dan dalam sehari satu penjual sayur bisa membawa 10 bungkus susu kedelai. Susu kedelai yang dibawa oleh penjual sayur didapat dari produsen yang berbeda-beda, hal ini dapat menyebabkan terjadi perbedaan dalam jenis kacang kedelai yang digunakan dan ukuran atau takaran pembuatan susu kedelai sehingga kandungan zat gizi dan kadar isoflavon pada susu kedelai dapat berbeda. 3 Hubungan Jumlah Konsumsi Susu Kedelai Dengan Kadar Kolesterol Total Kebiasaan konsumsi susu kedelai pada masyarakat dapat menambah nilai gizi pada masyarakat disamping konsumsi makanan sehari-hari. Susu kedelai mengandung lemak, karbohidrat, kalsium, zat besi, vitamin C dan isoflavon. Kandungan asam lemak tak jenuh pada susu kedelai lebih besar serta tidak mengandung kolesterol (Panchal, 2009). Kandungan gizi susu kedelai cair dalam 100 gr yaitu energi 41 kkal, protein 3,5 gr, lemak 2,5 gr, karbohidrat 5 gr, kalsium 50 mg, Fe 0,7 mg, dan vitamin C 2 mg. Kadar isoflavon dalam 100 gr susu kedelai sebesar 11,63 mg, dengan jumlah konsumsi susu kedelai pada responden sebesar 500 ml dengan kadar isoflavon 58,15 mg dapat membantu memenuhi kebutuhan isoflavon. Kadar Kolesterol Total Tabel 2. Distrbusi Frekuensi Kadar Kolesterol Total % Kadar Kolesterol Total f Normal ( <200 mg/dl) 64 82.1 Batas Tinggi ( 200-239 mg/dl) 12 15.4 Total 76 100.0 Hasil penelitian pada wanita usia 30-45 tahun di Dusun Gogik Desa Gogik Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang menunjukkan dari 76 responden kadar kolesterol total sebagian besar dalam kategori normal yaitu 64 (82.1%) orang, dan responden dengan kadar kolesterol total dalam kategori batas tinggi ada 12 (15.4%) orang. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar kadar kolesterol total responden dalam kategori normal. Hal ini disebabkan karena berdasarkan wawancara menggunakan food frequency (FFQ) semi kuantitatif, didapatkan hasil paling banyak asupan lemak responden dalam kategori cukup ada 46 orang (71,9%), sedangkan responden dengan asupan lemak dalam kategori lebih ada 18 orang (28,1%). Responden yang mempunyai asupan lemak kategori lebih dengan kadar kolesterol total dalam batas tinggi ada 12 orang (100%). Hasil wawancara pada responden yang memiliki kadar kolesterol total dalam batas tinggi dan asupan lemak kategori lebih biasa mengolah makanan dengan digoreng atau ditumis karena lebih praktis. Dalam satu hari responden bisa mengkonsumsi tahu goreng sampai 5 kali dalam sehari, dimakan sebagai lauk atau sebagai camilan, ini karena responden memproduksi tahu sendiri di rumah. Responden biasa membeli camilan disekitar rumah seperti pisang goreng, bakwan goreng dan mendoan 2-3 kali dalam seminggu sekali makan 2-3 buah. Responden yang bekerja sebagai buruh pabrik juga biasa membeli makanan di warung yang makanannya lebih banyak diolah dengan menggunakan santan. Lauk yang biasa dikonsumsi responden seperti telur 2-3x dalam seminggu, pindang, tempe dan ayam biasa diolah dengan cara digoreng. Tingginya konsumsi makanan mengandung lemak dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam darah. Lemak jenuh dalam makanan bekerjasama dengan kolesterol yang berada dalam makanan dapat mengurangi aktivitas reseptor LDL di hati, sehingga kolesterol total dalam darah naik. Reseptor LDL berfungsi sebagai pengatur peredaran kolesterol dalam darah. LDL dalam darah terganggu apabila sel reseptor terganggu, sehingga akan semakin banyak kolesterol yang dibawa LDL ke dalam aliran darah. Peningkatan kadar kolesterol LDL selalu diikuti peningkatan kadar kolesterol total darah (Soeharto, 2004). Hasil wawancara menggunakan food frequency (FFQ) semi kuantitatif, didapatkan juga asupan karbohidrat responden paling banyak dalam kategori lebih 33 orang (51,6%) dan asupan karbohidrat responden dalam kategori cukup 31 orang (48,4%). Responden yang mempunyai asupan karbohidrat kategori lebih dengan kadar kolesterol total kategori batas tinggi ada 11 orang (91,6%). Hasil 4 Hubungan Jumlah Konsumsi Susu Kedelai Dengan Kadar Kolesterol Total wawancara responden yang mempunyai asupan karbohidrat kategori lebih dan kadar kolesterol total kategori batas tinggi biasa mengkonsumsi ubi dan singkong yang diolah sendiri dengan cara dikukus sebagai camilan terutama disaat hujan. Responden biasa mengkonsumsi singkong dan ubi rebus 3-4 kali dalam seminggu dengan porsi 300 gr dalam sehari. Responden juga biasa membeli camilan seperti donat isi coklat, gethuk lindri yang dibeli di penjual sayur keliling. Di rumah responden juga terdapat camilan biskuit yang dalam sehari bisa makan 4-5 buah. Responden juga sering mengkonsumsi teh manis saat memakan camilan. Dalam satu hari bisa minum 2 gelas teh manis dengan 2 sendok makan gula pasir dalam 1 gelas. Pada responden yang bekerja sebagai buruh pabrik saat jam istirahat juga sering minum es teh dengan 2 sendok makan gula pasir, 2x dalam 1 minggu juga biasa mengkonsumsi minuman instan. Responden terkadang membeli makanan seperti mie ayam atau bakso jika bosan dengan makanan di rumah atau memasak mie instan dengan telur dan masih ditambah nasi 1 centong. Responden sering konsumsi mie instan 2-3x dalam seminggu dan biasa digunakan sebagai lauk saat makan. Konsumsi makanan tinggi karbohidrat cenderung meningkatkan kadar trigliserida dan menurunkan kadar kolesterol HDL (Situmeang, 2011). Makanan yang tinggi karbohidrat, akan meningkatkan kadar fruktose 2,6 bifosfat sehingga fosfofruktokinas-1 menjadi lebih aktif dan terjadi rangsangan terhadap reaksi glikolisis. Peningkatan reaksi glikolisis akan menyebabkan glukosa yang diubah menjadi asam lemak meningkat dan berikatan dengan gliserol membentuk triasilgliserol sehingga semakin tinggi karbohidrat yang dikonsumsi semakin tinggi kadar trigliserida dalam darah (Marks, 2000). Kelebihan trigliserida akan disimpan di dalam jaringan lemak sebagai cadangan energi. Peningkatan kadar trigliserida akan meningkatkan kadar kolesterol total dalam tubuh (Graha, 2010). Tabel.3 Hubungan Jumlah Konsumsi Susu Kedelai Dengan Kadar Kolesterol Total Pada Wanita Usia 30-45 Tahun Di Dusun Gogik Desa Gogik Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang Kadar Kolesterol Total Total r p-value Jumlah Konsumsi Susu Kedelai Normal Batas Tinggi n % n % n % 50 65,8% Sesuai anjuran ≥ 500 ml 49 64,5% 1 1,3% -0,880 0,0001 26 34,2% Tidak sesuai anjuran < 500 ml 15 19,7% 11 14,5% Total 64 84,2% 12 15,8% 76 100% 5 Hubungan Jumlah Konsumsi Susu Kedelai Dengan Kadar Kolesterol Total Gambar. 1 Kurva Hubungan Antara JumlahKonsumsi Susu Kedelai Dengan Kadar Kolesterol Total Hasil analisis statistik menggunakan uji Spearman Rank didapatkan nilai p = 0.0001 (p ≤ 0,05), maka dapat dikatakan bahwa ada hubungan antara jumlah konsumsi susu kedelai dengan kadar kolesterol total pada wanita usia 30-45 tahun di Dusun Gogik Desa Gogik Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang. Berdasarkan nilai koefisien korelasi diperoleh nilai r = -0,880 yang berarti memiliki nilai korelasi sangat kuat dan arah hubungannya menunjukkan arah negatif, artinya semakin tinggi jumlah konsumsi susu kedelai maka kadar kolesterol akan semakin rendah. Susu kedelai merupakan susu yang terbuat dari ekstrak kedelai yang mengandung isoflavon (Wood, 2002). Kandungan asam lemak tak jenuh pada susu kedelai lebih besar serta tidak mengandung kolesterol (Panchal, 2009). Mengkonsumsi isoflavon merupakan salah satu upaya pencegahan hiperkolesterolemia dengan cara menurunkan kadar kolesterol total, kolesterol LDL dan mengurangi penggumpalan darah sehingga dapat mengurangi risiko terkena serangan jantung dan stroke. Pemberian 25 gram protein kedelai setara dengan 500 ml susu kedelai yang mengandung 37-62 mg isoflavon terbukti menurunkan kadar kolesterol total dan LDL sebesar 5%-6% pada keadaan hiperkolesterolemia (Erdman, 2000). Isoflavon dan fitosterol merupakan senyawa dalam kedelai yang mempunyai efek bioaktif digolongkan sebagai fitokimia. Isoflavon dan fitosterol mempunyai efek yang berbeda dalam menurunkan kadar kolesterol total. Fitosterol merupakan sterol yang berasal dari tumbuhan yang jika dikonsumsi dapat menghambat absorpsi dari kolesterol baik berasal dari makanan maupun kolesterol yang diproduksi dari hati. Hambatan ini terjadi karena fitosterol berkompetisi dan menggantikan posisi kolesterol dalam micelle. Adanya mekanisme tersebut, maka kolesterol yang terserap oleh usus juga sedikit sehingga pembentukan kilomikron dan VLDL juga terhambat sehingga kadar LDL turun, kadar kolesterol total turun dan peningkatan pada kadar HDL (Silalahi, 2000). 7 Hubungan Jumlah Konsumsi Susu Kedelai Dengan Kadar Kolesterol Total Isoflavon mempunyai efek antiaterogenik dengan mencegah oksidasi LDL dengan cara berinteraksi dengan apo A1 dan terakumulasi pada lipoprotein secara in vitro. Akumulasi genistein (aglikonisoflavon) pada lipoprotein dapat meningkatkan resistensi LDL terhadap oksidasi selama asupan isoflavon kacang kedelai (Kaamanen et al., 2004). Isoflavon berperan dalam menekan konsentrasi triasilgliserol dalam darah dan hati sehingga dapat meningkatkan hidrolisis triasilgliserol dan meningkatkan jumlah reseptor LDL sehingga konsentrasi kolesterol LDL menurun (Middleton, et.al. 2000). Penelitian yang dilakukan di Dusun Gogik Desa Gogik Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang menunjukkan bahwa responden dengan jumlah konsumsi susu kedelai ≥ 500 ml sebanyak 55 (72,4%) orang, 54 (71,0%) diantaranya memiliki kadar kolesterol total normal dan 1 (1,3%) orang responden memiliki kadar kolesterol dalam batas tinggi. Berdasarkan wawancara responden yang mengkonsumsi susu kedelai ≥ 500 ml rutin mengkonsumsi susu kedelai 3-4 kali dalam seminggu, sebagian besar responden juga mempunyai asupan lemak dan karbohidrat dalam kategori cukup. Wawancara pada 1 (1,3%) orang responden yang mempunyai kadar kolesterol dalam batas tinggi karena asupan lemak dan karbohidrat responden dalam kategori lebih dan responden memakai alat kontrasepsi sudah lebih dari 3 tahun. Pemakaian alat kontrasepsi memiliki pengaruh terhadap metabolisme lemak, khususnya lipoprotein. Perubahan metabolisme lemak menyebabkan gangguan keseimbangan lemak darah seperti naik atau turunnya kadar kolesterol total, HDL, LDL, hal ini disebabkan adanya pengaruh hormonal yang terkandung dalam kontrasepsi. Hormon yang digunakan dalam kontrasepsi biasanya merupakan steroid hormon progesteron tanpa atau dengan hormon estrogen. Hormon progesteron mempunyai efek yaitu perubahan karbohidrat dan gula menjadi lemak, serta menyebabkan peningkatan kadar normal kortikosteroid, meningkatkan asam lemak bebas dalam plasma dengan menambah kecepatan lipolisis triasilgliserol yang disimpan, dan mempercepat pengeluaran asam lemak bebas dari jaringan adiposa. Pada kontrasepsi kombinasi adanya hormon estradiol sipionat akan mengakibatkan menurunnya aktifitas enzim lipase hepatik sehingga kadar HDL total meningkat dibandingkan LDL dan kadar kolesterol total menurun (Nulph C, 2003). Responden dengan jumlah konsumsi susu kedelai < 500 ml sebanyak 21 (27,6%) orang, 10 (13,2%) orang memiliki kadar kolesterol total normal dan 11 (14,5%) orang memiliki kadar kolesterol dalam batas tinggi. Berdasarkan wawancara responden yang memiliki kadar kolesterol total normal asupan lemak dan asupan karbohidrat responden sebagian besar dalam kategori cukup, responden tidak rutin mengkonsumsi susu kedelai hanya 1-2 kali dalam seminggu tetapi responden menjaga asupan makanan sehari-hari seperti mengurangi makanan yang digoreng seperti tidak setiap hari mengkosumsi camilan gorengan tetapi hanya 1 kali dalam seminggu dengan 1-2 buah sekali makan dan mengurangi masakan bersantan. Wawancara pada responden yang memiliki kadar kolesterol batas tinggi karena sebagian besar asupan lemak dan asupan karbohidrat pada responden dalam kategori lebih, 5 orang responden memakai alat kontrasepsi dan 3 orang mempunyai riwayat penyakit keluarga dengan kolesterol total tinggi. Tubuh manusia memproduksi 80% kolesterol dalam darah. Sebagian orang memproduksi kolesterol lebih banyak dibandingkan yang lain, karena faktor keturunan. Pada orang tersebut meskipun sedikit mengkonsumsi makanan yang mengandung kolesterol atau lemak jenuh, tetapi tubuh tetap saja memproduksi kolesterol lebih banyak. Hiperkolesterolemia familial disebabkan oleh mutasi gen LDLR (Low 8 Hubungan Jumlah Konsumsi Susu Kedelai Dengan Kadar Kolesterol Total Density Lipoprotein Receptor) yang mengubah cara reseptor berkembang, baik dalam jumlah atau struktur. Ini berarti bahwa kolesterol LDL tidak baik diserap ke dalam sel, dan tetap beredar dalam darah. Jika salah satu orangtua memiliki satu gen yang bermutasi dan satu gen normal pada pasangan, masing-masing anak memiliki kesempatan 50% mewarisi gen mutasi (Nilawati, 2008). SIMPULAN 1. Jumlah konsumsi susu kedelai ≥ 500 ml sebanyak 55 (72,4%) orang dan jumlah konsumsi susu kedelai < 500 ml ada 21 (27,6%) orang. 2. Kadar kolesterol total sebagian besar dalam kategori normal 64 (82.1%) orang, dan kadar kolesterol total dalam kategori batas tinggi ada 12 (15.4%) orang.. 3. Ada hubungan antara jumlah konsumsi susu kedelai dengan kadar kolesterol total pada wanita usia 30-45 di Dusun Gogik Desa Gogik Kecamatan Ungaran barat Kabupaten Semarang. DAFTAR PUSTAKA Aak. 2003. Kedelai. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Dinkes Kabupaten Semarang. 2013. Profil Kesehatan Kabupaten Semarang. Ungaran: Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang. Erdman, J.W, Jr. 2000. Soy protein and cardiovascular disease. A Statement for Healthcare Professionals From the Nutrition Commitee of the AHA. AHA Science Advisory. Graha, K.C. 2010. Kolesterol. Jakarta: PT Elex Media Komputido. Gray, N. 2010. Soy protein may lower cholesterol : Solae study. American Journal of Clinical Nutrition. Grundy, S.M., et al., 2002. Third Report of the National Cholesterol Education Program (NCEP) Expert Panel on Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Cholesterol in Adults (Adult Treatment Panel III): Final Report. Kaamanen, M. H, Adlercreutz, H, Jauhiainen, M., Hakala, T., Rasanen, K, dan Tikkanen, M. J. 2004. Accumulation of Genistein in Reconstituted Apolipoprotein-Lipid Discoidal Particles. J.Nutr. (134), 1273S. Kementerian Kesehatan RI. 2012. Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Marks. 2000. Biokimia Kedokteran Dasar. Jakarta: EGC Middleton E, Kandaswami C, Theoharides TC. The Effects of Plant Flavonoids on Mammalian Cells: Implications for Inflammation, Heart Disease, and Cancer Pharmacol Rev; 2000; 52: 673– 751. Nilawati, S. 2008. Care Yourself, Kolesterol. Jakarta : Penerbit Plus. Nulph C, Voung H,Ritchie M.The Pharmacokinetics, Cost, Effectiviness, and reversibility of Depoprovera and Lunelle Contraception. 2003 : 21 :1-5. Panchal, V. 2009. Phytochemicals and Flavor Profiles of Soymilk. Thesis Master Specialization in Human and Food Science South Dakota State University. Raharjoe. 2011. Current Problem of Cardiovaskular Diseases in Indonesia. 20th Annual Scientific Meeting of Indonesian Heart Association (ASMIHA). Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. Riset Kesehatan Dasar [RISKESDAS]. 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia. Riset Kesehatan Dasar [RISKESDAS]. 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan 9 Hubungan Jumlah Konsumsi Susu Kedelai Dengan Kadar Kolesterol Total Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia. Silalahi, J. (2000). Hypocholesterolemic Factors in Foods. A Review. Indonesian Food Nutrition Progress. 7(1):26-36. Situmeang, N. 2011. Hubungan Pola Konsumsi Pangan Dengan Tingkat Kolesterol Darah Total Pada Pegawai Negeri Sipil Dinas Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Soeharto, I. 2004. Serangan Jantung Dan Stroke, Hubungannya Dengan Lemak Dan Kolesterol. Edisi Kedua. Jakarta : PT Gramedia Pustaka. Supriyono, M., 2008. Faktor-faktor yang Berpengaryh Terhadap Kejadian Penyakit Jantung Koroner Pada Kelompok Usia ≤ 45 Tahun . Tesis, Universitas Diponegoro, Semarang. Tardif, J.C., 2010. Coronary artery disease in 2010. European Heart Journal, 12(Supplement C), pp.C2–C10. Tzu-Li Lin, (2007). Hibiscus sabdariffa extract reduces serum cholesterol in men and women. Nutrition Research. WHO. 2011. NCD (Noncommunicable diseases) Country Profiles 2011. http://www.who.int/nmh/publications/n cd_profiles_report.pdf?ua=1. [20 Juli 2014] Wood, D. 2002. Magic soy dessert. Club Press USA Page. 18. 10