hubungan jumlah konsumsi susu kedelai dengan kadar kolesterol

advertisement
Hubungan Jumlah Konsumsi Susu Kedelai Dengan Kadar Kolesterol Total
HUBUNGAN JUMLAH KONSUMSI SUSU KEDELAI DENGAN
KADAR KOLESTEROL TOTAL PADA WANITA USIA 30-45
TAHUN
DI DUSUN GOGIK DESA GOGIK KECAMATAN UNGARAN
BARAT
KABUPATEN SEMARANG
ARTIKEL ILMIAH
Oleh
BERNADETA DESI EKA PUTRI
060110a003
PROGRAM STUDI ILMU GIZI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO
UNGARAN
MARET, 2015
0
Hubungan Jumlah Konsumsi Susu Kedelai Dengan Kadar Kolesterol Total
HUBUNGAN JUMLAH KONSUMSI SUSU KEDELAI DENGAN KADAR
KOLESTEROL TOTAL PADA WANITA USIA 30-45 TAHUN DI DUSUN
GOGIK DESA GOGIK KECAMATAN UNGARAN BARAT KABUPATEN
SEMARANG
Bernadeta Desi Eka Putri*, Indri Mulyasari*, Galeh Septiar Pontang*
E-mail: [email protected]
ABSTRAK
Latar Belakang: Di Indonesia pada tahun 2013 prevalensi hiperkolesterolemia pada
wanita sebesar 39,6% lebih tinggi daripada laki-laki sebesar 30,0%.
Hiperkolesterolemia dapat menyebabkan aterosklerosis dan penyakit jantung
koroner. Antioksidan diketahui dapat menurunkan kadar kolesterol total. Isoflavon
salah satu antioksidan yang terdapat pada susu kedelai.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara jumlah
konsumsi susu kedelai dengan kadar kolesterol total pada wanita usia 30-45 tahun di
Dusun Gogik Desa Gogik Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang.
Metode: Jenis penelitian ini adalah studi korelasi dengan pendekatan crosssectional. Populasi pada penelitian ini seluruh wanita usia 30-45 tahun di Dusun
Gogik Desa Gogik Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang. Jumlah sampel
sebesar 76 wanita diambil dengan metode proportional random sampling. Jumlah
konsumsi susu kedelai diukur menggunakan FFQ semikuantitatif dalam 1 minggu,
kadar kolesterol total diukur menggunakan cholesterol test strips. Analisis data
dengan menggunakan uji korelasi Spearman Rank (α=0,05).
Hasil: Jumlah konsumsi susu kedelai ≥ 500 ml sebanyak 55 (72,4%) orang dan
jumlah konsumsi susu akedelai < 500 ml ada 21 (27,6%) orang. Kadar kolesterol
total sebagian besar kategori normal 64 (82.1%) orang dan kadar kolesterol total
kategori batas tinggi ada 12 (15.4%) orang. Ada hubungan jumlah konsumsi susu
kedelai dengan kadar kolesterol total (p = 0,0001).
Simpulan: Ada hubungan jumlah konsumsi susu kedelai dengan kadar kolesterol
total pada wanita usia 30–45 tahun di Dusun Gogik Desa Gogik Kecamatan
Ungaran Barat Kabupaten Semarang.
Kata kunci: jumlah konsumsi susu kedelai, kadar kolesterol total.
Kepustakaan: 24 (2000-2013)
*Program Studi Gizi STIKes Ngudi Waluyo
1
Hubungan Jumlah Konsumsi Susu Kedelai Dengan Kadar Kolesterol Total
THE CORRELATION BETWEEN THE CONSUMPTION OF SOY MILK
WITH TOTAL CHOLESTEROL LEVELS OF 30-45 YEARS OLD WOMEN
IN GOGIK, GOGIK VILLAGE, WEST UNGARAN, SEMARANG
REGENCY
Bernadeta Desi Eka Putri*, Indri Mulyasari*, Galeh Septiar Pontang*
E-mail: [email protected]
ABSTRACT
Background: In Indonesia in 2013 the prevalence of hypercholesterolemia in
women was 39.6% which was higher than males at 30.0%. Hypercholesterolemia
can lead to atherosclerosis and coronary heart disease. Antioxidants can reduce total
cholesterol levels. Isoflavones is one of the antioxidants found in soy milk.
Methods: This study was a correlation study with cross-sectional approach. The
population in this study was all women aged 30-45 years old in Gogik, Gogik
Village, West Ungaran, Semarang Regency. Total samples of 76 women were taken
by proportional random sampling method. Total consumption of soy milk was
measured by using semiquantitative FFQ in 1 week, total cholesterol levels were
measured by using cholesterol test strips. The analysis of the data used Spearman
Rank (α = 0.05).
Results: Total consumption of soy milk ≥ 500 ml 55 (72.4%) people and Total
consumption of soy milk <500 ml 21 (27.6%) people. Total cholesterol levels
normal category 64 (82.1%) people and the total cholesterol level high limit
category 12 (15.4%) people. There was a correlation between soy milk consumption
with total cholesterol levels (p = 0.0001).
Conclusion: There was a correlation between soy milk consumption with total
cholesterol levels of 30-45 years old women in the Gogik, Gogik Village, West
Ungaran, Semarang Regency.
Key words: soy milk consumption, total cholesterol levels.
References: 24 (2000-2013)
*Nutrition Study Program, Ngudi Waluyo School of Health
2
Hubungan Jumlah Konsumsi Susu Kedelai Dengan Kadar Kolesterol Total
PENDAHULUAN
Penyakit
kardiovaskular
seperti
serangan jantung dan stroke merupakan
penyebab utama kematian di dunia dan
Indonesia. Pada tahun 2010, penyakit
kardiovaskular menyebabkan kematian 18 juta
orang di dunia. Berdasarkan Hasil Riset
Kesehatan
Dasar
(Riskesdas)
2007
menunjukkan
prevalensi
penyakit
kardiovaskuler sebesar 31,9%.
Penyakit kardiovaskular yang paling
sering salah satunya adalah penyakit jantung
koroner (Raharjoe, 2011). Pada tahun 2005
sedikitnya 17,5 juta atau setara dengan 30,0 %
kematian di seluruh dunia disebabkan oleh
penyakit jantung (Supriyono, 2008). Sekitar
60% dari total kematian PJK terjadi di negaranegara berkembang (Tardif, 2010). Pada tahun
2015, kematian akibat penyakit jantung
(kardiovaskular)
dan
pembuluh
darah
diperkirakan akan meningkat menjadi 20 juta
(Kemenkes RI, 2012).
Indonesia juga mengalami beban PJK
ini. Hasil Riskesdas tahun 2007 menunjukkan
PJK menempati peringkat ke-3 penyebab
kematian setelah stroke dan hipertensi. Angka
kejadian penyakit jantung koroner berdasarkan
data Riset kesehatan dasar (Riskesdas)
Kementerian Kesehatan 2007, ada sebanyak
7,2%. Riset Kesehatan Dasar Indonesia tahun
2013 melaporkan bahwa prevalensi penyakit
jantung berdasar wawancara berkisar 0,5% dan
berdasar riwayat didiagnosis oleh tenaga
kesehatan berkisar 1,5%. Berdasarkan Profil
Kesehatan Kabupaten Semarang (2013)
penyakit Jantung Koroner menjadi kelompok
tertinggi masalah penyakit kardiovaskular
sebanyak 35.294 kasus.
Hiperkolesterolemia merupakan salah
satu faktor risiko terjadinya penyakit jantung
koroner. Hiperkolesterolemia yang dihasilkan
dari
perubahan
metabolik
kolesterol,
merupakan penyebab utama dari gangguan
kardiovaskular, seperti atherosclerosis dan
penyakit jantung koroner (Tzu, et al, 2007).
Berdasarkan WHO (2011), pada tahun 2008 di
Indonesia prevalensi hiperkolesterolemia pada
wanita sebesar 37,2% lebih tinggi daripada
laki-laki sebesar 32,8%. Menurut Riskesdas
2013
prevalensi
hiperkolesterolemia
berdasarkan jenis kelamin dan tempat tinggal
didapatkan pada laki-laki 30,0% dan pada
perempuan lebih tinggi sebesar 39,6%.
Pada wanita kadar kolesterol meningkat
seiring bertambahnya usia karena dipengaruhi
oleh faktor hormonal, yakni semakin
menurunnya kadar esterogen. Diketahui bahwa
esterogen dapat meningkatkan kolesterol HDL
(High Density Lipoprotein) dan menurunkan
kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein)
(Khomsan, 2002). Hiperkolesterolemia dapat
terjadi pada masyarakat terutama pada usia 30
tahun pada wanita dan 45 tahun pada laki-laki.
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
hiperkolesterolemia seperti pola makan,
obesitas, keturunan juga merupakan salah satu
penyebab meningkatnya resiko terjadinya
hiperkolesterolemia pada wanita usia dewasa
(30-45 tahun) (Nilawati, 2008).
Antioksidan
dapat
membantu
menurunkan kadar kolesterol total tinggi.
Antioksidan dapat menghambat oksidasi LDL
dan meningkatkan kinerja HDL (Grundy,
2002). Isoflavon adalah salah satu jenis
antioksidan. Isoflavon adalah zat yang berasal
dari tumbuhan yang mengandung estrogen
yang banyak dijumpai dalam kacang-kacangan,
seperti kacang kedelai. Isoflavon dalam kedelai
dapat menurunkan kadar kolesterol total,
kolesterol LDL dan mengurangi penggumpalan
darah yang dapat mengurangi risiko terkena
serangan jantung dan stroke (Erdman, 2000).
Kedelai biasa diolah menjadi tahu,
tempe, tauco, tepung kedelai dan susu kedelai.
Susu kedelai merupakan susu yang terbuat dari
ekstrak kedelai yang mengandung protein
tinggi (Aak, 2003) dan mengandung isoflavon
(Wood, 2002). Food and Drug Administration
(FDA) menganjurkan untuk mengkonsumsi
sedikitnya 25 gram protein kedelai atau 500 ml
susu kedelai untuk menurunkan kadar
kolesterol total 5% sampai 6% (Gray, 2010).
2
Hubungan Jumlah Konsumsi Susu Kedelai Dengan Kadar Kolesterol Total
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
mengetahui hubungan jumlah konsumsi susu
kedelai dengan kadar kolesterol total pada
wanita usia 30-45 tahun di Dusun Gogik Desa
Gogik Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten
Semarang.
Manfaat dari penelitian ini menambah
pengetahuan dan menambah informasi
mengenai susu kedelai terhadap kadar
kolesterol tinggi.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah deskriptif korelatif
dengan menggunakan pendekatan cross
sectional. Pengukuran jumlah konsumsi kedelai
menggunakan FFQ semikuantitatif, kadar
kolesterol total menggunakan cholesterol test
strips. Jumlah sampel pada penelitian ini
sebanyak 76 responden. Teknik pengambilan
sampe proportional random sampling. Kriteria
inklusi pada penelitian dalam penelitian ini
adalah wanita usia 30–45 tahun. Kriteria
eksklusi pada penelitian ini yaittu wanita yang
sedang hamil dan minum oabt penurun
kolesterol.
Analisis data menggunakan program
SPSS. Analisis univariat dilakukan secara
deskriptif untuk mendeskripsikan jumlah
konsumsi susu kedelai dan kadar kolesterol
total yang disajikan dalam tabel distribusi
frekuensi. Analisis bivariat pada penelitian ini
menggunakan Uji Korelasi Spearman Rank
dengan α = 0,05.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jumlah Konsumsi Susu Kedelai
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Jumlah Konsumsi
Susu Kedelai
%
Jumlah Konsumsi Susu Kedelai f
Sesuai anjuran (≥500 ml)
55
72.4
Tidak sesuai anjuran(<500 ml)
21
27.6
Total
76
100.0
Hasil penelitian pada wanita usia 30-45
tahun di Dusun Gogik Desa Gogik Kecamatan
Ungaran
Barat
Kabupaten
Semarang
menunjukan jumlah konsumsi susu kedelai
kedelai ≥ 500 ml sebanyak 55 (72,4%) orang,
sedangkan jumlah konsumsi susu kedelai < 500
ml ada 21 (27,6%) orang.
Responden yang mengkonsumsi susu
kedelai < 500 ml ada 21 (27,6%) orang.
Berdasarkan wawancara pada responden ini ada
yang bosan dengan susu kedelai sehingga
responden mengganti susu kedelai dengan
minuman lain seperti susu sapi segar, susu
kental manis dan teh manis, ada beberapa
responden yang membeli lebih dari 1 dalam
sehari tetapi tidak dihabiskan sendiri biasanya
diminum bersama anaknya atau cucunya.
Responden yang lain rutin membeli susu
kedelai tetapi terkadang kehabisan saat
membeli dipenjual sayur.
Responden yang mengkonsumsi susu
kedelai ≥ 500 ml sebanyak 55 (72,4%) orang,
karena responden lebih suka konsumsi susu
kedelai daripada jenis susu lain, responden
yang bekerja sebagai buruh pabrik selain
membeli susu kedelai di penjul sayur juga biasa
membeli disekitaran pabrik jadi dalam 1 hari
bisa mengkonsumsi 2 bungkus plastik, ada juga
responden sudah mengetahui manfaat susu
kedelai yang tercantum dalam kemasan plastik
susu kedelai sehingga menjadi rutin membeli
susu kedelai.
Reponden biasa membeli susu kedelai
dari penjual sayur keliling yang lewat di depan
rumah atau di sekitar Dusun Gogik. Di Dusun
Gogik ada lebih dari 5 penjual sayur keliling
yang biasa lewat dan dalam sehari satu penjual
sayur bisa membawa 10 bungkus susu kedelai.
Susu kedelai yang dibawa oleh penjual sayur
didapat dari produsen yang berbeda-beda, hal
ini dapat menyebabkan terjadi perbedaan dalam
jenis kacang kedelai yang digunakan dan
ukuran atau takaran pembuatan susu kedelai
sehingga kandungan zat gizi dan kadar
isoflavon pada susu kedelai dapat berbeda.
3
Hubungan Jumlah Konsumsi Susu Kedelai Dengan Kadar Kolesterol Total
Kebiasaan konsumsi susu kedelai pada
masyarakat dapat menambah nilai gizi pada
masyarakat disamping konsumsi makanan
sehari-hari. Susu kedelai mengandung lemak,
karbohidrat, kalsium, zat besi, vitamin C dan
isoflavon. Kandungan asam lemak tak jenuh
pada susu kedelai lebih besar serta tidak
mengandung kolesterol (Panchal, 2009).
Kandungan gizi susu kedelai cair dalam 100 gr
yaitu energi 41 kkal, protein 3,5 gr, lemak 2,5
gr, karbohidrat 5 gr, kalsium 50 mg, Fe 0,7 mg,
dan vitamin C 2 mg. Kadar isoflavon dalam
100 gr susu kedelai sebesar 11,63 mg, dengan
jumlah konsumsi susu kedelai pada responden
sebesar 500 ml dengan kadar isoflavon 58,15
mg dapat membantu memenuhi kebutuhan
isoflavon.
Kadar Kolesterol Total
Tabel 2. Distrbusi Frekuensi Kadar Kolesterol
Total
%
Kadar Kolesterol Total
f
Normal ( <200 mg/dl)
64
82.1
Batas Tinggi ( 200-239 mg/dl)
12
15.4
Total
76
100.0
Hasil penelitian pada wanita usia 30-45
tahun di Dusun Gogik Desa Gogik Kecamatan
Ungaran
Barat
Kabupaten
Semarang
menunjukkan dari 76 responden kadar
kolesterol total sebagian besar dalam kategori
normal yaitu 64 (82.1%) orang, dan responden
dengan kadar kolesterol total dalam kategori
batas tinggi ada 12 (15.4%) orang.
Hasil penelitian menunjukan bahwa
sebagian besar kadar kolesterol total responden
dalam kategori normal. Hal ini disebabkan
karena berdasarkan wawancara menggunakan
food frequency (FFQ) semi kuantitatif,
didapatkan hasil paling banyak asupan lemak
responden dalam kategori cukup ada 46 orang
(71,9%), sedangkan responden dengan asupan
lemak dalam kategori lebih ada 18 orang
(28,1%). Responden yang mempunyai asupan
lemak kategori lebih dengan kadar kolesterol
total dalam batas tinggi ada 12 orang (100%).
Hasil wawancara pada responden yang
memiliki kadar kolesterol total dalam batas
tinggi dan asupan lemak kategori lebih biasa
mengolah makanan dengan digoreng atau
ditumis karena lebih praktis. Dalam satu hari
responden bisa mengkonsumsi tahu goreng
sampai 5 kali dalam sehari, dimakan sebagai
lauk atau sebagai camilan, ini karena responden
memproduksi tahu sendiri di rumah.
Responden biasa membeli camilan disekitar
rumah seperti pisang goreng, bakwan goreng
dan mendoan 2-3 kali dalam seminggu sekali
makan 2-3 buah. Responden yang bekerja
sebagai buruh pabrik juga biasa membeli
makanan di warung yang makanannya lebih
banyak diolah dengan menggunakan santan.
Lauk yang biasa dikonsumsi responden seperti
telur 2-3x dalam seminggu, pindang, tempe
dan ayam biasa diolah dengan cara digoreng.
Tingginya
konsumsi
makanan
mengandung lemak dapat meningkatkan kadar
kolesterol dalam darah. Lemak jenuh dalam
makanan bekerjasama dengan kolesterol yang
berada dalam makanan dapat mengurangi
aktivitas reseptor LDL di hati, sehingga
kolesterol total dalam darah naik. Reseptor
LDL berfungsi sebagai pengatur peredaran
kolesterol dalam darah. LDL dalam darah
terganggu apabila sel reseptor terganggu,
sehingga akan semakin banyak kolesterol yang
dibawa LDL ke dalam aliran darah.
Peningkatan kadar kolesterol LDL selalu
diikuti peningkatan kadar kolesterol total darah
(Soeharto, 2004).
Hasil wawancara menggunakan food
frequency (FFQ) semi kuantitatif, didapatkan
juga asupan karbohidrat responden paling
banyak dalam kategori lebih 33 orang (51,6%)
dan asupan karbohidrat responden dalam
kategori cukup 31 orang (48,4%). Responden
yang mempunyai asupan karbohidrat kategori
lebih dengan kadar kolesterol total kategori
batas tinggi ada 11 orang (91,6%). Hasil
4
Hubungan Jumlah Konsumsi Susu Kedelai Dengan Kadar Kolesterol Total
wawancara responden yang mempunyai asupan
karbohidrat kategori lebih dan kadar kolesterol
total kategori batas tinggi biasa mengkonsumsi
ubi dan singkong yang diolah sendiri dengan
cara dikukus sebagai camilan terutama disaat
hujan.
Responden
biasa
mengkonsumsi
singkong dan ubi rebus 3-4 kali dalam
seminggu dengan porsi 300 gr dalam sehari.
Responden juga biasa membeli camilan seperti
donat isi coklat, gethuk lindri yang dibeli di
penjual sayur keliling. Di rumah responden
juga terdapat camilan biskuit yang dalam sehari
bisa makan 4-5 buah. Responden juga sering
mengkonsumsi teh manis saat memakan
camilan. Dalam satu hari bisa minum 2 gelas
teh manis dengan 2 sendok makan gula pasir
dalam 1 gelas. Pada responden yang bekerja
sebagai buruh pabrik saat jam istirahat juga
sering minum es teh dengan 2 sendok makan
gula pasir, 2x dalam 1 minggu juga biasa
mengkonsumsi minuman instan. Responden
terkadang membeli makanan seperti mie ayam
atau bakso jika bosan dengan makanan di
rumah atau memasak mie instan dengan telur
dan masih ditambah nasi 1 centong. Responden
sering konsumsi mie instan 2-3x dalam
seminggu dan biasa digunakan sebagai lauk
saat makan.
Konsumsi makanan tinggi karbohidrat
cenderung meningkatkan kadar trigliserida dan
menurunkan kadar kolesterol HDL (Situmeang,
2011). Makanan yang tinggi karbohidrat, akan
meningkatkan kadar fruktose 2,6 bifosfat
sehingga fosfofruktokinas-1 menjadi lebih
aktif dan terjadi rangsangan terhadap reaksi
glikolisis. Peningkatan reaksi glikolisis akan
menyebabkan glukosa yang diubah menjadi
asam lemak meningkat dan berikatan dengan
gliserol membentuk triasilgliserol sehingga
semakin tinggi karbohidrat yang dikonsumsi
semakin tinggi kadar trigliserida dalam darah
(Marks, 2000). Kelebihan trigliserida akan
disimpan di dalam jaringan lemak sebagai
cadangan energi. Peningkatan kadar trigliserida
akan meningkatkan kadar kolesterol total dalam
tubuh (Graha, 2010).
Tabel.3 Hubungan Jumlah Konsumsi Susu Kedelai Dengan Kadar Kolesterol Total Pada
Wanita Usia 30-45 Tahun Di Dusun Gogik Desa Gogik Kecamatan Ungaran Barat
Kabupaten Semarang
Kadar Kolesterol Total
Total
r
p-value
Jumlah Konsumsi Susu Kedelai
Normal
Batas Tinggi
n
%
n
%
n
%
50
65,8%
Sesuai anjuran ≥ 500 ml
49 64,5% 1
1,3%
-0,880 0,0001
26
34,2%
Tidak sesuai anjuran < 500 ml
15 19,7% 11 14,5%
Total
64
84,2% 12
15,8%
76
100%
5
Hubungan Jumlah Konsumsi Susu Kedelai Dengan Kadar Kolesterol Total
Gambar. 1 Kurva Hubungan Antara JumlahKonsumsi Susu Kedelai Dengan Kadar Kolesterol Total
Hasil analisis statistik menggunakan uji
Spearman Rank didapatkan nilai p = 0.0001 (p
≤ 0,05), maka dapat dikatakan bahwa ada
hubungan antara jumlah konsumsi susu kedelai
dengan kadar kolesterol total pada wanita usia
30-45 tahun di Dusun Gogik Desa Gogik
Kecamatan
Ungaran
Barat
Kabupaten
Semarang. Berdasarkan nilai koefisien korelasi
diperoleh nilai r = -0,880 yang berarti memiliki
nilai korelasi sangat kuat dan arah
hubungannya menunjukkan arah negatif,
artinya semakin tinggi jumlah konsumsi susu
kedelai maka kadar kolesterol akan semakin
rendah.
Susu kedelai merupakan susu yang
terbuat dari ekstrak kedelai yang mengandung
isoflavon (Wood, 2002). Kandungan asam
lemak tak jenuh pada susu kedelai lebih besar
serta tidak mengandung kolesterol (Panchal,
2009). Mengkonsumsi isoflavon merupakan
salah
satu
upaya
pencegahan
hiperkolesterolemia dengan cara menurunkan
kadar kolesterol total, kolesterol LDL dan
mengurangi penggumpalan darah sehingga
dapat mengurangi risiko terkena serangan
jantung dan stroke. Pemberian 25 gram protein
kedelai setara dengan 500 ml susu kedelai yang
mengandung 37-62 mg isoflavon terbukti
menurunkan kadar kolesterol total dan LDL
sebesar
5%-6%
pada
keadaan
hiperkolesterolemia (Erdman, 2000).
Isoflavon dan fitosterol merupakan
senyawa dalam kedelai yang mempunyai efek
bioaktif digolongkan sebagai fitokimia.
Isoflavon dan fitosterol mempunyai efek yang
berbeda dalam menurunkan kadar kolesterol
total. Fitosterol merupakan sterol yang berasal
dari tumbuhan yang jika dikonsumsi dapat
menghambat absorpsi dari kolesterol baik
berasal dari makanan maupun kolesterol yang
diproduksi dari hati. Hambatan ini terjadi
karena
fitosterol
berkompetisi
dan
menggantikan posisi kolesterol dalam micelle.
Adanya mekanisme tersebut, maka kolesterol
yang terserap oleh usus juga sedikit sehingga
pembentukan kilomikron dan VLDL juga
terhambat sehingga kadar LDL turun, kadar
kolesterol total turun dan peningkatan pada
kadar HDL (Silalahi, 2000).
7
Hubungan Jumlah Konsumsi Susu Kedelai Dengan Kadar Kolesterol Total
Isoflavon
mempunyai
efek
antiaterogenik dengan mencegah oksidasi LDL
dengan cara berinteraksi dengan apo A1 dan
terakumulasi pada lipoprotein secara in vitro.
Akumulasi genistein (aglikonisoflavon) pada
lipoprotein dapat meningkatkan resistensi LDL
terhadap oksidasi selama asupan isoflavon
kacang kedelai (Kaamanen et al., 2004).
Isoflavon berperan dalam menekan konsentrasi
triasilgliserol dalam darah dan hati sehingga
dapat meningkatkan hidrolisis triasilgliserol
dan meningkatkan jumlah reseptor LDL
sehingga konsentrasi kolesterol LDL menurun
(Middleton, et.al. 2000).
Penelitian yang dilakukan di Dusun
Gogik Desa Gogik Kecamatan Ungaran Barat
Kabupaten Semarang menunjukkan bahwa
responden dengan jumlah konsumsi susu
kedelai ≥ 500 ml sebanyak 55 (72,4%) orang,
54 (71,0%) diantaranya memiliki kadar
kolesterol total normal dan 1 (1,3%) orang
responden memiliki kadar kolesterol dalam
batas
tinggi.
Berdasarkan
wawancara
responden yang mengkonsumsi susu kedelai ≥
500 ml rutin mengkonsumsi susu kedelai 3-4
kali dalam seminggu, sebagian besar responden
juga mempunyai asupan lemak dan karbohidrat
dalam kategori cukup.
Wawancara pada 1 (1,3%) orang
responden yang mempunyai kadar kolesterol
dalam batas tinggi karena asupan lemak dan
karbohidrat responden dalam kategori lebih dan
responden memakai alat kontrasepsi sudah
lebih dari 3 tahun. Pemakaian alat kontrasepsi
memiliki pengaruh terhadap metabolisme
lemak, khususnya lipoprotein. Perubahan
metabolisme lemak menyebabkan gangguan
keseimbangan lemak darah seperti naik atau
turunnya kadar kolesterol total, HDL, LDL, hal
ini disebabkan adanya pengaruh hormonal yang
terkandung dalam kontrasepsi. Hormon yang
digunakan
dalam
kontrasepsi
biasanya
merupakan steroid hormon progesteron tanpa
atau dengan hormon estrogen. Hormon
progesteron mempunyai efek yaitu perubahan
karbohidrat dan gula menjadi lemak, serta
menyebabkan peningkatan kadar normal
kortikosteroid, meningkatkan asam lemak
bebas dalam plasma dengan menambah
kecepatan
lipolisis
triasilgliserol
yang
disimpan, dan mempercepat pengeluaran asam
lemak bebas dari jaringan adiposa. Pada
kontrasepsi kombinasi adanya hormon estradiol
sipionat akan mengakibatkan menurunnya
aktifitas enzim lipase hepatik sehingga kadar
HDL total meningkat dibandingkan LDL dan
kadar kolesterol total menurun (Nulph C,
2003).
Responden dengan jumlah konsumsi
susu kedelai < 500 ml sebanyak 21 (27,6%)
orang, 10 (13,2%) orang memiliki kadar
kolesterol total normal dan 11 (14,5%) orang
memiliki kadar kolesterol dalam batas tinggi.
Berdasarkan wawancara responden yang
memiliki kadar kolesterol total normal asupan
lemak dan asupan karbohidrat responden
sebagian besar dalam kategori cukup,
responden tidak rutin mengkonsumsi susu
kedelai hanya 1-2 kali dalam seminggu tetapi
responden menjaga asupan makanan sehari-hari
seperti mengurangi makanan yang digoreng
seperti tidak setiap hari mengkosumsi camilan
gorengan tetapi hanya 1 kali dalam seminggu
dengan 1-2 buah sekali makan dan mengurangi
masakan
bersantan.
Wawancara
pada
responden yang memiliki kadar kolesterol batas
tinggi karena sebagian besar asupan lemak dan
asupan karbohidrat pada responden dalam
kategori lebih, 5 orang responden memakai alat
kontrasepsi dan 3 orang mempunyai riwayat
penyakit keluarga dengan kolesterol total
tinggi.
Tubuh manusia memproduksi 80%
kolesterol dalam darah. Sebagian orang
memproduksi
kolesterol
lebih
banyak
dibandingkan yang lain, karena faktor
keturunan. Pada orang tersebut meskipun
sedikit
mengkonsumsi
makanan
yang
mengandung kolesterol atau lemak jenuh, tetapi
tubuh tetap saja memproduksi kolesterol lebih
banyak.
Hiperkolesterolemia
familial
disebabkan oleh mutasi gen LDLR (Low
8
Hubungan Jumlah Konsumsi Susu Kedelai Dengan Kadar Kolesterol Total
Density Lipoprotein Receptor) yang mengubah
cara reseptor berkembang, baik dalam jumlah
atau struktur. Ini berarti bahwa kolesterol LDL
tidak baik diserap ke dalam sel, dan tetap
beredar dalam darah. Jika salah satu orangtua
memiliki satu gen yang bermutasi dan satu gen
normal pada pasangan, masing-masing anak
memiliki kesempatan 50% mewarisi gen mutasi
(Nilawati, 2008).
SIMPULAN
1. Jumlah konsumsi susu kedelai ≥ 500 ml
sebanyak 55 (72,4%) orang dan jumlah
konsumsi susu kedelai < 500 ml ada 21
(27,6%) orang.
2. Kadar kolesterol total sebagian besar
dalam kategori normal 64 (82.1%) orang,
dan kadar kolesterol total dalam kategori
batas tinggi ada 12 (15.4%) orang..
3. Ada hubungan antara jumlah konsumsi
susu kedelai dengan kadar kolesterol total
pada wanita usia 30-45 di Dusun Gogik
Desa Gogik Kecamatan Ungaran barat
Kabupaten Semarang.
DAFTAR PUSTAKA
Aak. 2003. Kedelai. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius.
Dinkes Kabupaten Semarang. 2013. Profil
Kesehatan
Kabupaten
Semarang.
Ungaran: Dinas Kesehatan Kabupaten
Semarang.
Erdman, J.W, Jr. 2000. Soy protein and
cardiovascular disease. A Statement for
Healthcare Professionals From the
Nutrition Commitee of the AHA. AHA
Science Advisory.
Graha, K.C. 2010. Kolesterol. Jakarta: PT Elex
Media Komputido.
Gray, N. 2010. Soy protein may lower
cholesterol : Solae study. American
Journal of Clinical Nutrition.
Grundy, S.M., et al., 2002. Third Report of the
National
Cholesterol
Education
Program (NCEP) Expert Panel on
Detection, Evaluation, and Treatment of
High Blood Cholesterol in Adults (Adult
Treatment Panel III): Final Report.
Kaamanen, M. H, Adlercreutz, H, Jauhiainen,
M., Hakala, T., Rasanen, K, dan
Tikkanen, M. J. 2004. Accumulation of
Genistein
in
Reconstituted
Apolipoprotein-Lipid
Discoidal
Particles. J.Nutr. (134), 1273S.
Kementerian Kesehatan RI. 2012. Penyakit
Tidak Menular. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI.
Marks. 2000. Biokimia Kedokteran Dasar.
Jakarta: EGC
Middleton E, Kandaswami C, Theoharides TC.
The Effects of Plant Flavonoids on
Mammalian Cells: Implications for
Inflammation, Heart Disease, and
Cancer Pharmacol Rev; 2000; 52: 673–
751.
Nilawati, S. 2008. Care Yourself, Kolesterol.
Jakarta : Penerbit Plus.
Nulph
C,
Voung
H,Ritchie
M.The
Pharmacokinetics, Cost, Effectiviness,
and reversibility of Depoprovera and
Lunelle Contraception. 2003 : 21 :1-5.
Panchal, V. 2009. Phytochemicals and Flavor
Profiles of Soymilk. Thesis Master
Specialization in Human and Food
Science South Dakota State University.
Raharjoe. 2011. Current Problem of
Cardiovaskular Diseases in Indonesia.
20th Annual Scientific Meeting of
Indonesian
Heart
Association
(ASMIHA).
Perhimpunan
Dokter
Spesialis Kardiovaskular Indonesia.
Riset Kesehatan Dasar [RISKESDAS]. 2007.
Jakarta:
Badan
Penelitian
dan
Pengembangan Kesehatan, Departemen
Kesehatan, Republik Indonesia.
Riset Kesehatan Dasar [RISKESDAS]. 2013.
Jakarta:
Badan
Penelitian
dan
9
Hubungan Jumlah Konsumsi Susu Kedelai Dengan Kadar Kolesterol Total
Pengembangan Kesehatan, Departemen
Kesehatan, Republik Indonesia.
Silalahi, J. (2000). Hypocholesterolemic
Factors in Foods. A Review. Indonesian
Food Nutrition Progress. 7(1):26-36.
Situmeang, N. 2011. Hubungan Pola Konsumsi
Pangan Dengan Tingkat Kolesterol
Darah Total Pada Pegawai Negeri Sipil
Dinas Kesehatan Kabupaten Humbang
Hasundutan.
Skripsi
Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara.
Soeharto, I. 2004. Serangan Jantung Dan
Stroke, Hubungannya Dengan Lemak
Dan Kolesterol. Edisi Kedua. Jakarta :
PT Gramedia Pustaka.
Supriyono, M., 2008. Faktor-faktor yang
Berpengaryh
Terhadap
Kejadian
Penyakit Jantung Koroner Pada
Kelompok Usia ≤ 45 Tahun . Tesis,
Universitas Diponegoro, Semarang.
Tardif, J.C., 2010. Coronary artery disease in
2010. European Heart Journal,
12(Supplement C), pp.C2–C10.
Tzu-Li Lin, (2007). Hibiscus sabdariffa extract
reduces serum cholesterol in men and
women. Nutrition Research.
WHO. 2011. NCD (Noncommunicable
diseases) Country Profiles 2011.
http://www.who.int/nmh/publications/n
cd_profiles_report.pdf?ua=1. [20 Juli
2014]
Wood, D. 2002. Magic soy dessert. Club Press
USA Page. 18.
10
Download