Indonesia Transisi Penyakit Memasuki Masa Epidemiologi UNAIR NEWS – Dalam konteks kesehatan, saat ini Indonesia memasuki transisi epidemiologi. Transisi tersebut diakibatkan peningkatan jumlah kasus penyakit tidak menular yang melebihi angka jumlah penyakit menular. Salah satu penyakit tidak menular yang berpotensi menjadi penyebab penyakit-penyakit lainnya adalah tekanan darah tinggi atau hipertensi. Sedangkan, penyakit-penyakit lainnya yang juga disebabkan oleh hipertensi adalah jantung, stroke, gagal ginjal, hingga demensia. Hal itulah yang dijelaskan oleh M. Atoillah Isfandiari, dr., M.Kes, pengajar pada Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga. Saat ini, penyakit jantung yang disebabkan karena tekanan darah tinggi, menduduki peringkat kedua sebagai penyakit yang paling banyak menyerang masyarakat di Indonesia. “Penyakit jantung merupakan penyakit yang tertinggi di Indonesia. Bisa dikatakan silent killer. Berdasarkan sejumlah penelitian, dari seluruh kematian yang disebabkan oleh penyakit tidak menular, 17 persen berasal dari stroke, dan 10 persen dari jantung. Dua-duanya disebabkan tekanan darah tinggi,” ujar Atoillah. Banyak faktor yang menyebabkan naiknya tekanan darah. Salah satunya adalah pola hidup masyarakat. “Dulu karena kita negara agraris, masyarakat lebih mengonsumsi sayur dan buah. Sekarang, menuju masyarakat industrialis, kita terlalu banyak mengonsumsi protein dan lemak, termasuk garam. Kita termasuk negara yang memiliki banyak budaya yang banyak memiliki kekhasan kuliner. Beberapa kuliner kita yang mengandung garam yang tinggi menjadi pemicu terhadap tekanan darah tinggi,” ujarnya. Selain gaya hidup, stres juga menjadi pemicu naiknya tekanan darah. Stres bisa muncul karena tuntutan ekonomi maupun pekerjaan. “Kita semua memiliki banyak faktor risiko. Pola hidup yang stres, pola tidur yang tidak teratur karena tuntutan pekerjaan yang tinggi. Itu juga memicu hipertensi,” tambahnya. Mengutip pesan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Atoillah mengimbau agar masyarakat mengurangi konsumsi garam. Sebab, konsumsi garam berlebih juga memicu munculnya penyakit. “WHO menganjurkan kurangi konsumsi garam. Tingginya tingkat konsumsi garam bisa membebani kerja ginjal, menyebabkan volume darah lebih banyak, dan tekanan darah tinggi,” ungkapnya. Sekretaris Pusat Layanan Kesehatan UNAIR itu lantas berpesan agar masyarakat secara rutin melakukan pemeriksaan darah. “Dengan pengecekan kesehatan rutin, kita mendeteksi secara dini potensi penyakit-penyakit dalam tubuh sehingga kita bisa mencegahnya,” tambahnya. (*) Penulis : Binti Q. Masruroh Editor: Defrina Sukma S Peringati Hari Hipertensi Sedunia dengan Pemeriksaan Gratis UNAIR NEWS –Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga menyelenggarakan pemeriksaan tekanan darah secara gratis, Rabu (17/5). Pemeriksaan ini sejalan dengan peringatan Hari Hipertensi Sedunia yang jatuh pada hari ini. Acara pemeriksaan tekanan darah dilakukan oleh tim Puskesmas Kalijudan dan Puskesmas Kenjeran, Kota Surabaya. Tak kurang dari 120 dosen, karyawan, maupun mahasiswa yang melakukan pemeriksaan tekanan darah yang berlangsung di Aula Sabdoadi FKM UNAIR. Wakil Dekan III FKM UNAIR Ira Nurmala, Ph.D., mengatakan, pemeriksaan tekanan darah ini merupakan tindak lanjut surat dari Kementerian Kesehatan RI dan Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Surabaya. “Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan berat badan, tinggi badan, lingkar perut, tensi darah, gula darah, dan kolesterol. Tempatnya di depan pojok laktasi, sekaligus memperkenalkan bahwa kita memiliki pojok laktasi,” ujar Ira. Atoillah Isfandiari, dr., M.Kes pengajar pada Departemen Epidemiologi FKM mengatakan, pemeriksaan kesehatan ini sejalan dengan kehidupan masyarakat Indonesia yang saat ini memasuki masa transisi epidemiologi. Angka penyakit menular yang tinggi digantikan oleh banyaknya jumlah penyakit tidak menular. Salah satu penyebabnya adalah hipertensi. Melalui pemeriksaan ini Atoillah berharap, masyarakat dapat mengikuti paradigma sehat, bukan paradigma sakit. Dengan melakukan pengecekan kesehatan secara rutin, potensi penyakit akan dapat diketahui. Selain itu, pemeriksaan ini juga meminimalisir paradigma lama yang ada di masyarakat. “Dengan mendekatkan upaya pencegahan ke kesehatan ke kampus, semakin meminimalisir paradigma lama bahwa orang takut berobat karena takut ketahuan punya penyakit. Itu salah satu masalah di masa lalu yang menyebabkan kenapa banyak penyakit yang ternyata datang dalam kondisi yang sudah terlambat,” ujar Atoillah. (*) Penulis: Binti Q. Masruroh Editor: Defrina Sukma S UNAIR Sambut 468 Penerima Bidikmisi SNMPTN Calon Jalur UNAIR NEWS –Direktorat Kemahasiswaan beserta Organisasi Bidikmisi Universitas Airlangga memberikan sambutan sekaligus pengarahan kepada calon mahasiswa baru (camaba) penerima beasiswa Bidikmisi jalur seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri. Penyambutan tersebut bakal dibagi menjadi dua hari. Hari pertama (17/5), sebanyak 239 camaba bidikmisi mengikuti penyambutan dan pengarahan tersebut di Aula Garuda Mukti Kampus C UNAIR. Dalam acara tersebut, penerima Bidikmisi UNAIR diberikan arahan mengenai mekanisme pelaksanaan program bidikmisi mulai awal kuliah hingga lulus. Selain itu, panitia juga mengundang salah satu alumni Bidikmisi untuk memberikan motivasi dan pengalaman selama kuliah. Direktur Kemahasiswaan Dr. M. Hadi Shubhan mengatakan bahwa kesempatan menjadi mahasiswa bidikmisi UNAIR merupakan anugerah yang luar biasa. Selanjutnya, Hadi juga menegaskan bahwa camaba untuk senantiasa bersyukur, pasalnya tidak semua lulusan SMA sederajat memiliki kesempatan yang sama untuk studi di kampus terbaik di Indonesia seperti UNAIR. “Wujudkan syukur dengan berbagai hal. Tidak sekedar ucapan. Dengan lulus tepat waktu. Serius dalam berlajar dan berterima kasih pada negara kita,” tegasnya. Rektor UNAIR Prof. Dr. Mohammad Nasih mengatakan, camaba penerima Bidikmisi merupakan orang-orang pilihan. Nasih juga tidak mengingkari bahwa dirinya saat kuliah juga memiliki kondisi yang sama seperti para calon penerima Bidikmisi. “Andaikan pada tahun 1980-an waktu saya kuliah ada Bidikmisi, maka saya mungkin juga seperti kalian saat ini,” tandas Nasih disambut tepuk tangan para hadirin. Rektor UNAIR ke-13 tersebut juga menyatakan ilmu pengetahuan dapat dijadikan bekal untuk mengubah nasib. Bagi Nasih, pendidikan merupakan investasi kehidupan akhirat. “Ilmu pengetahuan dan keimanan kita yang mangangkat derajat kita di dunia dan akhirat,” tandas Nasih. Setelah mendapatkan pengarahan dari Direktorat Kemahasiswaan, camaba penerima Bidikmisi UNAIR diantar menuju Aula Student Centre Kampus C untuk mengikuti proses verifikasi sebagai penentu kelayakan untuk diterima sebagai penerima bidikmisi. Penulis: Nuri Hermawan Editor: Defrina Sukma S Tiga Tahun Berlalu, Australia Indonesia Center Bakal Perpanjang Kerjasama UNAIR NEWS – Australia Indonesia Center (AIC) kembali bertandang ke Universitas Airlangga. Kunjungannya kali ini memiliki beberapa tujuan. Selain mengenalkan direktur AIC yang baru, AIC dan UNAIR juga membahas mengenai perkembangan hasil kegiatan riset dan kerja sama yang sudah dijalin selama ini. Wakil Rektor bidang Kerjasama dan Publikasi Prof. Mochammad Amin Alamsjah, Ph.D., mengapresiasi kerja sama antara UNAIR dan AIC yang sudah berjalan hampir empat tahun ini. Selain itu, Amin juga mengatakan bahwa riset yang sudah dijalankan bersama bisa tetap memegang teguh prinsip yang telah disepakati dan dapat dikembangkan lebih baik ke depannya. “Kampus kami memang memiliki keunggulan di bidang kesehatan, fasilitas kami lengkap menunjang hal tersebut. Jadi, saya harap kerja sama ini bisa terus menghasilkan riset yang lebih baik,” jelasnya. Menanggapi pernyataan Amin, Direktur baru AIC Dr. Eugene Sebastian mengatakan bahwa AIC adalah platform untuk menghadapi tantangan dan permasalahan besar yang ada di Indoensia dan Australia. Eugene juga memberikan paparan informasi yang menggembirakan. Pasalnya, kerja sama fase pertama yang akan selesai tahun depan, bakal diperpanjang untuk fase kedua. “Pemerintah kami terus berkomitmen untuk pendanaan selama empat tahun ke depan. Jadi ditahap kedua nanti, kami harap bisa memberi banyak kesempatan untuk membawa fokus kerjasama ini dari berbagai masalah khusus yang berbeda,” jelas Eugene. Selanjutnya, Eugene juga melaporkan bahwa implementasi kerja sama pada fase pertama menunjukkan perkembangan yang positif. Disebutkan pada fase pertama, kerja sama telah berhasil mengembangkan sekitar 250 penelitian, 50 persen dari Australia dan 50 persen dari Indonesia. “Penelitian itu telah dikembangkan di lima hal seperti infrastruktur, kesehatan, makanan, energi dan air bersih,” jelasnya. Menambahkan pernyataan Eugene, Direktur AIC untuk Indonesia Kevin Evans mengatakan bahwa kerja sama yang dilakukan dengan UNAIR lebih fokus pada permasalahan kesehatan. Pasalnya, selain UNAIR unggul dalam bidang kesehatan, riset dan pengabdian masyarakat yang dilakukan sivitas akademika UNAIR juga fokus pada permasalahan kesehatan. “Kalau dengan UNAIR kami lebih fokus kerja sama ke sektor kesehatan antara kedua negara. Misal kesehatan anak kecil dan menyangkut pemberian air susu ibu, serta kematian bayi dan ibu melahirkan,” jelasnya. Kevin juga menegaskan bisa menjadi salah bersama. Selain itu, bekal untuk memcahkan bahwa permasalahan yang ada di Indonesia satu hal yang bisa dipecahkan secara permasalahan yang terjadi juga menjadi permasalahan yang terjadi di Australia. “Karena di Australia juga ada beberapa wilayah yang mengalami masalah sama dengan di Indonesia. Jadi, teman-teman di Airlangga yang menyelesaikan masalah ini dan ide-ide yang diterapkan di sini bisa kami praktikan di sana juga,” pungkasnya. Penulis: Nuri Hermawan Editor: Defrina Sukma S Calon Mahasiswa UNAIR Diimbau Teliti dalam Membawa Berkas Pendaftaran UNAIR NEWS – Ratusan calon mahasiswa baru (camaba) melakukan pendaftaran ulang setelah dinyatakan diterima melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Sejak Rabu (17/5) pagi, ratusan camaba memadati Airlangga Convention Center (ACC) Kampus C, UNAIR. Dalam SNMPTN tahun ini, UNAIR menerima sejumlah 1.865 camaba. Ada berbagai tahapan yang harus dilalui camaba dalam proses daftar ulang ini. Dalam proses verifikasi berkas, yang harus dibawa meliputi fotokopi legalisir dan dokumen asli ijazah/surat keterangan lulus, SKHUN/SKHUN Sementara, Akta Kelahiran/Surat Kenal Lahir, Surat Keterangan dari RT/RW, dan fotokopi Kartu Susunan Keluarga. Selain itu, mereka juga harus membawa pas foto berwarna dan surat pernyataan bebas narkotika dan obat-obatan terlarang. Di setiap loket ketika daftar ulang, camaba menunjukkan berkas-berkas yang dibawa. Kepala Seksi Registrasi Direktorat Pendidikan, Aris Setiawan, mengatakan, berdasarkan proses daftar ulang yang telah dilakukan, sejumlah camaba kurang teliti dalam membaca panduan. Sehingga ada berkas-berkas yang terlewat untuk dibawa. “Data harus dibawa. Kadang membacanya,” kata Aris. anak-anak kurang teliti Proses pendaftaran ulang ini akan berlangsung hingga hari Jumat, 19 Mei 2017. Aris menambahkan, camaba yang tidak melakukan daftar ulang hingga tanggal yang ditentukan dinyatakan gugur sebagai mahasiswa UNAIR. “Yang tidak melakukan daftar ulang sampai tanggal 19 dianggap mengundurkan diri sebagai mahasiswa UNAIR,” ujar Aris. Listi Budiarti camaba asal Kalimantan Selatan mengaku lega bisa mengikuti proses daftar ulang. Tandanya, satu tahap telah dilalui sebelum ia secara resmi dinyatakan sebagai mahasiswa UNAIR. “Senang banget diterima di UNAIR dan mengikuti proses daftar ulang. Informasi seputar daftar ulang cukup bisa dipahami,” tutur alumnus SMAN 1 Paringin, Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan, ini kepada UNAIR NEWS. (*) Penulis: Binti Q. Masruroh Atlet Denali Bertolak Menuju Paman Sam UNAIR NEWS – Sekitar pukul 00.40, tiga atlet Airlangga Indonesia Denali Expedition (AIDeX) bertolak dari Bandara Soekarno Hatta menuju Bandara Internasional San Francisco Amerika Serikat, Rabu (17/5). Tim yang beranggotakan Muhammad Roby Yahya (mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan), Muhammad Faishal Tamimi (mahasiswa Fakultas Vokasi), dan Yasak (alumnus Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik) tersebut juga berencana mengunjungi Konsulat Jenderal Republik Indonesia di San Fransisco, Amerika Serikat. “Penerbangan menuju Bandara Internasional San Fransisco dari Jakarta memakan waktu 27 jam. Transit satu kali di Bandara Internasional Dubai selama tiga jam,” terang Maulida Rahma Fitria selaku bendahara tim AIDeX yang turut mengantar keberangkatan para atlet. Salah satu atlet yang juga ketua operasional, Roby, mengatakan Denali merupakan salah satu gunung yang cukup ekstrem. Di Denali, tak ada jasa porter sebagaimana ditemui di gununggunung lainnya. Oleh sebab itu, setiap atlet harus menyeret beban seberat hingga 50 kilogram. Cuaca di Denali saat ini juga tak menentu. Pada bulan Mei, biasanya Alaska sudah memasuki musim panas. Namun, hingga saat ini, matahari belum bergeser ke arah utara. Suhu di Denali juga tidak menentu. Suhu paling panas mencapai minus sepuluh Celcius, namun jika terjadi badai suhu bisa mencapai hingga minus 80 derajat Celcius. “Melihat suhu yang cukup ekstrem ini tim telah melakukan tindakan preventif yaitu dengan aklimatisasi (proses adaptasi tubuh di ketinggian) maupun berlatih menggunakan peralatan yang akan digunakan,” ujar Faishal. Salah satu alumnus UNAIR yang turut mengantar keberangkatan para atlet, Paulus Gatot Rahardja, berpesan agar para atlet tetap menjaga kesehatan selama di sana. “Denali bukan makan dua kali kalian adalah ekspedisi Jaya gunung yang biasa lho ini. Kalian itu harus lipat, kalian harus sehat, harus kuat, karena aset Merah Putih,” terang Paulus, anggota di puncak Cartenz-Papua tahun 1994. Paulus juga mengingatkan agar para atlet tetap melakukan berkomunikasi dengan keluarga serta rekan-rekan tim ekspedisi, dan disiplin beribadah. “Jangan sampai lupa sholat,” tambah Paulus. Tim AIDeX akan mendaki Denali selama 18 sampai 22 hari. Mereka bertolak dari Surabaya ke Jakarta pada 10 Mei, kemudian berangkat ke Amerika Serikat pada 17 Mei. Sedangkan, pendakian di Denali akan dimulai pada 21 Mei sampai 9 Juni. Denali bukanlah puncak pertama yang didaki oleh anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Pecinta Alam (UKM Wanala). Empat dari tujuh puncak tertinggi yang telah tim digapai adalah Puncak Cartenz (Indonesia/1994), Kilimanjaro (Tanzania/2009), Elbrus (Rusia/2011), dan Aconcagua (Argentina/2013). Selain ke Denali, ekspedisi ke Vinson Massif di Antartika serta Everest di Himalaya akan menggenapi ekspedisi seven summits mereka. Penulis: Wahyu Nur Wahid (manajer AIDeX) Editor: Defrina Sukma S Cegah Peretasan? Update Antivirus dan Sistem Operasi UNAIR NEWS – Warga Dunia termasuk Indonesia tengah dibuat gusar dengan peretasan paling berbahaya (ransomware) dengan virus WannaCry. Peretasan dengan virus WannaCry bisa membuat data-data di komputer pengguna berbasis sistem operasi Windows terenkripsi sehingga tak dapat diakses atau dibuka. “Momen ini dimanfaatkan oleh hacker (peretas) untuk menyerang mayoritas penguna Windows yang tidak mengaktifkan autoupdate pada sistem operasinya,” ucap dosen S-1 Program Studi Sistem Informasi Indra Kharisma Raharjana, M.T. Pengajar pada Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga ini menengarai, virus ini merupakan modifikasi dari tool yang dikembangkan oleh National Security Agency untuk melakukan aksi intelijen melalui dunia siber. Sayangnya, source code aplikasi peretasan ini dan beberapa aplikasi peretasan lainnya bocor ke tangan pembajak dan dimanfaatkan untuk hal yang kurang baik. Virus ini pertama kali menyerang seperti virus komputer pada umumnya, seperti laman yang mencurigakan, lampiran surat elektronik, macro dari dokumen berformat Word maupun Excel, dan lain-lain. Ketika virus tersebut diaktifkan, maka virus tersebut akan mencoba mengakses file sharing yang ada dalam jaringan local area network maupun WiFi. “Dengan begitu jika ada satu komputer yang terinfeksi dalam jaringan, maka dengan mudah virus tersebut akan menyebar ke dalam komputer lain yang ada dalam jaringan tersebut,” tutur pengampu mata kuliah Rekayasa Perangkat Lunak itu. Indra berpendapat, pengguna internet baik individu maupun kelompok perlu meningkatkan pengetahuannya mengenai keamanan siber (cybersecurity). Menurut Indra, mayoritas pengguna internet di Indonesia, baik personal maupun korporasi belum siap dengan serangan siber. Baik virus hingga serangan peretas. Beberapa waktu lalu, salah satu penyedia jasa telekomunikasi yang besar di Indonesia juga baru terserang oleh peretas dengan mengubah tampilan pada laman situsnya. “Dengan dua tragedi ‘besar’ ini, khususnya organisasi di Indonesia bisa lebih aware dengan pentingnya keamanan siber,” pungkasnya. Harapannya, hal-hal tersebut bisa dilakukan secara periodik dan menyeluruh, bukan hanya karena ancaman virus WannaCry tetapi untuk menjaga keamanan informasi organisasi atau perusahaan secara menyeluruh. Untuk itu, dibutuhkan langkah preventif untuk menyikapi fenomena ini. “Update (perbarui) OS (operating system) secara berkala, update Antivirus secara berkala. Berinternetlah secara sehat. Waspadalah terhadap bahasa tersembunyi internet seperti phising (mencuri password dengan menggunakan fake form login pada situs palsu), penyebaran data-data pribadi. Hati-hati juga ketika men-download file. Pastikan file tersebut aman dan tidak mencurigakan,” pesan Indra. Penulis: Helmy Rafsanjani Editor: Defrina Sukma S Ujian SBMPTN Berjalan Lancar di UNAIR UNAIR NEWS – Ribuan lulusan pelajar sekolah menengah atas mengikuti tes Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) di Universitas Airlangga, Selasa (16/5). Pelaksanaan tes SBMPTN di UNAIR ditinjau oleh Rektor UNAIR Prof. Dr. Mochammad Nasih, dan Wakil Rektor I UNAIR Prof. Djoko Santoso, Ph.D. Keduanya meninjau pelaksanaan tes di seluruh kawasan lokasi tes. Wakil Rektor I UNAIR menyebutkan, jumlah total peserta tes SBMPTN di UNAIR mencapai 6.400 orang. Peserta tes SBMPTN baik paper based test (PBT) dan computer based test (CBT) tersebar di kampus A, B, dan C UNAIR. Ditemui di lokasi pelaksanaan CBT di gedung Airlangga Medical Center Fakultas Kedokteran, Nasih mengatakan bahwa pelaksanaan tes CBT di UNAIR berjalan lancar tanpa ada kendala berarti. “Sejauh ini pelaksanaan tes SBMPTN berjalan lancar. Saat ini, masih berlangsung tes kelompok IPA dan Campuran. Ini CBT semua nampaknya tidak ada masalah dan semua berjalan lancar karena tidak ada komplain yang masuk,” tutur Nasih. Rektor UNAIR tersebut menjamin, pengerjaan soal tes SBMPTN berbasis komputer akan berlangsung aman dan lancar. Pasalnya, setiap komputer di setiap lokasi dihubungkan dengan jaringan intranet sehingga setiap peserta CBT SBMPTN bisa langsung mengakses soal-soal tanpa perlu khawatir dengan gangguan dari luar. “Setiap lokasi kita siapkan soalnya sehingga jaringannya memang tidak tersambung jadi satu. Kami gunakan jaringan intranet bukan internet. Kalau di sini (FK), berarti kami siapkan soal dan intranet di sini. Di Ekonomi (Fakultas Ekonomi dan Bisnis) di sana juga begitu. Jadi, Insya Allah tidak ada masalah,” terang Rektor. Dari ribuan peserta yang mengikuti tes SBMPTN di UNAIR, sebanyak 855 di antaranya mengikuti CBT. Pelaksanaan CBT tersebar di sembilan fakultas yang memadai untuk digunakan sebagai lokasi ujian tulis berbasis komputer. “Lokasi CBT kami tersebar di semua kampus. Semoga mereka bisa menggunakan CBT dengan optimal,” imbuh Nasih. Pelaksanaan tes SBMPTN dibagi menjadi tiga sesi. Pada sesi pertama, peserta tes kelompok IPA dan Campuran terlebih dulu mengerjakan soal-soal. Pada sesi kedua, peserta tes semua kelompok ilmu mengikuti tes kemampuan potensi akademik. Sedangkan, pada sesi ketiga, giliran peserta tes kelompok IPS dan Campuran mengerjakan pertanyaan tes. Sebagai tambahan informasi, jumlah pendaftar SBMPTN di UNAIR mencapai angka 42.487 orang. Sebanyak 19.762 orang menempatkan UNAIR sebagai pilihan pertama, 13.873 orang pada pilihan kedua, dan 8.852 orang pada pilihan ketiga. Pada saat yang bersamaan dengan tes SBMPTN, calon mahasiswa baru UNAIR yang diterima melalui jalur seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri dikumpulkan di Airlangga Convention Center. Mereka membawa kartu peserta SNMPTN dan surat keterangan lolos SNMPTN. Selain itu, mereka mendapatkan pembekalan dari Rektor UNAIR. Penulis: Defrina Sukma S Editor: Nuri Hermawan Gelar Konser Kedua, UKM Orkestra Lantunkan Lagu-lagu Cinta 1990-an UNAIR NEWS – Lagu-lagu hits tahun 1990an digubah secara apik para anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Orkestra Universitas Airlangga. Melalui lantunan lagu-lagu tersebut, mereka mengajak para penonton bernostalgia, Jumat (12/5) malam, di Gedung Cak Durasim. Sederet 20 komposisi-komposisi kenamaan yang meluncur di telinga pendengar antara lain Dari Hati (Club 80’s), Satu Yang Tak Bisa Lepas (Reza Artamevia), Untukku (Chrisye), Bahasa Kalbu (Titi DJ), dan Inikah Cinta (M.E). Bukanlah tanpa alasan bagi para anggota UKM Orkestra untuk memilih lagu-lagu tersebut untuk kembali diperdengarkan kepada penonton. Ketua pelaksana konser bertajuk “Melodi Cinta 90”, Muhammad Camal Ed Dien, mengatakan lagu-lagu cinta tahun 1990an tak lekang waktu. “Lagu-lagu tahun 90an cukup kompleks. Komposisinya tidak sederhana. Ini yang membedakan dengan lagu-lagu sekarang,” tutur Camal ketika diwawancarai. Camal mengaku, pihaknya mempersiapkan konser sejak bulan Februari 2017. Dalam jangka waktu yang terbilang singkat itu, mereka mengadakan latihan secara rutin. “Yang bisa kami lakukan adalah disiplin latihan, mengubah attitude, menghargai waktu, orang dan proses,” jawab Camal. “Kami latihan seminggu dua kali secara rutin dan membiasakan tepat waktu. Kami percaya bahwa sikap yang kami lakukan akan berbuah hasil yang memuaskan,” imbuh Camal yang juga mahasiswa Fisika tahun 2014. Konser seperti ini bukanlah hal pertama bagi para anggota UKM Orkestra. Camal menjelaskan, ada perbedaan besar dari konser perdana dengan Melodi Cinta 90an. Perbedaan itu terlihat dari tempat, jumlah penonton, hingga jumlah lagu yang dibawakan. Pendiri UKM Orkestra, Candra Dinata, bercerita bahwa konser yang dihadiri hampir 600 orang tersebut dihadiri kalangan sivitas akademika UNAIR, masyarakat, dan orang tua para pemain musik. Candra yang juga alumnus Ilmu Politik UNAIR tak memungkiri rasa bangganya atas penyelenggaraan konser kedua UKM Orkestra. “Konser kali ini sangat spesial karena berbeda dengan gelaran konser perdana,” ujarnya. Penulis: Akhmad Janni Editor: Defrina Sukma S Prodi Sastra Indonesia Tingkatkan Kualitas Capaian Pembelajaran UNAIR NEWS – Guna membahas tentang kurikulum pembelajaran, Departemen Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga menjadi tuan rumah penyelenggaraan acara Pertemuan Forum Program Studi Sastra Indonesia IV (PROPROSSI). Pertemuan forum yang dihadiri para pengajar Sastra Indonesia senasional dilangsungkan di Surabaya, Selasa (9/5). Wakil Rektor I UNAIR Prof. Djoko Santoso, Ph.D, dalam sambutannya mengatakan bahwa capaian pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan pangsa kerja di level nasional maupun regional. “Pemantapan capaian pembelajaran ini penting karena menyangkut kompetensi ahli yang diluluskan suatu universitas,” tutur Djoko. Selain itu, Djoko mengharapkan agar prodi yang berdiri tahun 1988 ini bisa mengajukan diri untuk divisitasi asesor ASEAN’s University Networking (AUN). “AUN itu suatu jejaring universitas tingkat ASEAN dan UNAIR termasuk di dalamnya. Itu merupakan suatu assessment dari proses pendidikan. Sertifikasi itu menitikberatkan proses manajemen pendidikan,” tutur Djoko. Dekan FIB Diah Ariani Arimbi, Ph.D., menyambut baik pelaksanaan acara ini. Diah menyebutkan, forum semacam ini bisa menjadi embrio lembaga akreditasi mandiri terutama untuk mengembangkan mutu prodi. “Ada banyak perkembangan sejumlah kebijakan terkait prodi yang dikeluarkan Dikti (Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi) yang bisa menjadi tantangan dan potensi,” ucap Diah, dosen Departemen Sastra Inggris FIB UNAIR. Ketua panitia acara sekaligus dosen Departemen Sastra Indonesia, Puji Karyanto, M.Hum., mengatakan pertemuan ini bertujuan untuk menyamakan persepsi soal capaian pembelajaran guna meningkatkan kualitas prodi. “Kesepakatan yang dicapai dalam forum ini bermanfaat untuk iklim akademik di program studi Sastra Indonesia khususnya,” tutur Puji. Sejak tahun 2015, prodi S-1 Sastra Indonesia UNAIR memperoleh akreditasi A berdasarkan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi. Saat ini, pihak prodi terus memacu diri untuk memperoleh sertifikasi AUN. Berangkat dari sertifikasi prodi tingkat regional, diharapkan manajemen prodi dapat menaikkan level manajemen pendidikan untuk mendapatkan akreditasi internasional. “Untuk menuju ke arah situ, S-1 Sastra Indonesia UNAIR tidak akan sampai satu tahun, karena manajemen pendidikan sekarang sudah sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku,” ucap Djoko dengan nada optimis. Penulis: Helmy Rafsanjani Editor: Defrina Sukma S