BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Dalam persaingan global pada saat ini, persaingan dunia usaha yang semakin
ketat menuntut perusahaan agar dapat lebih melakukan inovasi dalam melakukan
usahanya. Perusahaan dituntut untuk dinamis, merespon kondisi pasar dengan cepat,
dan meningkatkan kinerja mereka untuk bertahan ditengah-tengah perkembangan
jaman. Perusahaan dituntut pula untuk dapat memiliki value added dalam setiap
bidang usahanya agar dapat bersaing dengan kompetitornya, apalagi saat ini
masyarakat ataupun konsumen semakin kritis terhadap kebutuhan dan keinginan
mereka. Kini masyarakat ataupun konsumen tidak hanya butuh barang dan jasa
tertentu, melainkan juga barang dan jasa dengan mutu yang baik dan harga yang
kompetitif. Demikian pula masyarakat menuntut agar barang itu diproduksi dengan
tetap menghargai hak dan kepentingan karyawan serta masalah lingkungan. Kalau
tidak, masyarakat dapat memboikot perusahaan tersebut, betapapun mereka sangat
membutuhkan produknya. Oleh karena itu, sudah menjadi tugas perusahaan untuk
dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen, sehingga perusahaan tidak
hanya mencapai kepuasan konsumen, tetapi harus bisa mencapai loyalitas pelanggan.
Selain melakukan kepuasan dan loyalitas konsumen, perusahaan pada saat sekarang
dituntut untuk melaksanakan Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung
jawab sosial perusahaan.
Adapun topik yang sering dibicarakan di dunia perusahaan multinasional saat
ini adalah Corporate Social Responsibility dan ini digunakan oleh perusahaan dalam
rangka mengambil peran menghadapi perekonomian menuju pasar bebas.
Perkembangan pasar bebas yang telah membentuk ikatan-ikatan ekonomi dunia
dengan terbentuknya AFTA, APEC dan sebagainya, telah mendorong perusahaan
untuk melaksanakan aktivitasnya dalam rangka memperhatikan dan bertanggung
jawab terhadap stakeholders perusahaan tersebut termasuk di dalamnya adalah
pelanggan atau customer, pegawai, komunitas, pemilik atau investor, pemerintah,
supplier bahkan juga kompetitor.
Persaingan bisnis dewasa ini dapat dikategorikan sebagai pertarungan
pembentukan dan penjagaan image di mata konsumen. Dan disinilah korporasi dapat
unggul dengan pembentukan corporate image yang ramah lingkungan dan memiliki
kepekaan sosial. Keuntungan lain, dengan situasi dan kondisi usaha yang aman dan
harmonis dengan warga sekitar, membuat perusahaan dapat menjalankan bisnisnya
secara nyaman.
Kelangsungan usaha bukan hanya ditentukan oleh tingkat keuntungan, tapi
juga Corporate Social Responsibility. Banyaknya perusahaan saat ini yang didemo,
dihujat, bahkan dirusak oleh masyarakat sekitar lokasi pabrik dan ini terjadi salah
satunya disebabkan oleh kurangnya perhatian dan tanggung jawab manajemen dan
pemilik perusahaan terhadap masyarakat maupun lingkungan disekitar lokasi
perusahaan tersebut. Perusahaan hanya mengeduk dan mengeksploitasi sumber daya
alam yang ada di daerah tersebut, tanpa memperhatikan faktor lingkungan. Selain itu,
tidak ada atau nyaris sangat sedikit keuntungan perusahaan yang dikembalikan
kepada masyarakat dan yang terjadi mereka malah dirugikan oleh perusahaan dan
terpinggirkan, seperti yang terjadi pada kasus Teluk Buyat, PT. Freeport dan PT.
Lapindo Brantas.
Meski bukan konsep baru ( menurut wartaekonomi.com, 2007) adopsi CSR
oleh perusahaan di berbagai industri makin marak tahun ini. Bahkan, CSR punya
peran penting di perusahaan sebagai bagian dari strategi bisnis. Sebenarnya, konsep
Corporate Social Responsibility (CSR) telah ada sejak 1960. Menjelang akhir
dasawarsa 90-an, konsep ini mulai muncul ke permukaan serta menyita perhatian dari
berbagai kalangan, tidak saja dari masyarakat akademik atau LSM tetapi juga dari
pelaku dunia usaha.
The Economist Intelligence Unit (wartaekonomi.com, 2007) baru melakukan
survei dan menemukan bahwa 85% eksekutif senior dan investor dari berbagai
organisasi telah menjadikan CSR sebagai pertimbangan utama dalam pengambilan
keputusan. Hasil survei ini tentunya makin mengukuhkan konsep CSR yang bukan
lagi sekedar opini penting, tetapi sudah merupakan bagian dari strategi bisnis
perusahaan.
Citra perusahaan atau reputasi bisa menjadi payung bagi merek dengan yang
dibangun dengan investasi waktu dan biaya yang besar. Ketika konsumen
mempunyai pengalaman yang baik atas penggunaan berbagai merek produk dan
dampak dari pelaksanaan corporate social responsibility, maka konsumen akan
mempunyai citra positif atas perubahan tersebut.
Perusahaan yang mempunyai citra baik di mata konsumen, produk dan
jasanya lebih bisa diterima konsumen dari pada perusahaan yang mempunyai citra
buruk. Perusahaan yang memiliki citra positif di mata konsumen cenderung dapat
bertahan pada masa krisis. Dampak positif lainnya terhadap karyawannya sendiri.
Keryawan yang bekerja pada perusahaan dengan citra positif memiliki rasa bangga
sehingga dapat meningkatkan motivasi mereka untuk bekerja lebih produktif. Dengan
demikian, pertumbuhan dan profitabilitas perusahaan meningkat.
Selain itu, citra perusahaan yang baik juga menjadikan perusahaan sebagai
incaran para investor yang otomatis akan semakin yakin terhadap daya saing dan
kinerja perusahaan ini. Bagi perusahaan yang telah go publik kondisi ini
berphhbwengaruh pada pergerakan harga saham di lantai bursa. Sejumlah perusahaan
besar nasional yang membangun citra perusahaan dengan baik terbukti mampu
menjadi penguasa pasar dan jasa yang dimasukinya dan dapat menjadikan perusahaan
menjadi perusahaan multinasional.
PT Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero) atau disingkat INTI
adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang telekomunikasi
yang selama lebih dari 3 dasawarsa berperan sebagai pemasok utama pembangunan
jaringan telepon nasional yang diselenggarakan oleh PT Telkom dan Indosat.
Berpusat di Bandung dengan 695 orang karyawan tetap (posisi Maret 2009), INTI
(PT Industri Telekomunikasi Indonesia) telah berkiprah dalam bisnis telekomunikasi
selama 35 tahun. Pelanggan utama INTI antara lain adalah "THE BIG FOUR"
operator telekomunikasi di Indonesia; Telkom, Indosat, Telkomsel dan XL. Sejak
berkembangnya tren konvergensi antara teknologi telekomunikasi dan teknologi
informasi (IT), INTI telah melakukan perubahan orientasi bisnis dari yang semula
berbasis pure manufacture menjadi sebuah industri yang berbasis solusi kesisteman,
khususnya dalam bidang sistem infokom dan integrasi teknologi.
Program CSR PT. INTI diwujudkan dalam bentuk Program Kemitraan dan
Bina Lingkungan (PKBL). Kendala CSR PT. INTI, menurut Yulizar (Ka. Urusan
Adm Audit PKBL) terletak pada masih terbatasnya sumber daya perusahaan di dalam
menjalankan program CSR tersebut. Kendala dari PKBL itu sendiri yaitu terbatasnya
sumber daya manusia dalam pengelolaan Mitra Binaan dan tingkat kebutuhan dana
untuk program Bina Lingkungan bagi masyarakat sekitar perusahaan masih sangat
tinggi, sementara tingkat kemampuan finansial unit PKBL yang sangat minim.
Mengingat corporate social responsibility atau tanggung jawab sosial
perusahaan sangat penting bagi perusahaan dan masyarakat terutama dalam
membentuk citra perusahaan tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian lebih lanjut terhadap keefektifan dan pelaksanaan corporate social
responsibility (tanggung jawab sosial perusahaan) serta seberapa pengaruhnya
terhadap corporate image (citra korporasi) menurut persepsi peserta PKBL Bandung
pada PT. Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero).
Maka berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian
dengan judul
Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap
Corporate Image pada PT. Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero).
( menurut persepsi peserta PKBL Bandung ) .
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka
penulis mengidentifikasikan permasalahan yang akan dibahas sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan corporate social responsibility (tanggung jawab
sosial perusahaan) oleh PT. INTI?
2. Bagaimana tanggapan peserta PKBL Bandung terhadap pelaksanaan
corporate social responsibility (tanggung jawab sosial perusahaan) pada PT.
INTI?
3. Bagaimana persepsi peserta PKBL Bandung terhadap corporate image (citra
perusahaan) PT. INTI?
4. Bagaimana pengaruh corporate social responsibility (tanggung jawab sosial
perusahaan) terhadap corporate image (citra perusahaan) menurut persepsi
peserta PKBL Bandung pada PT. INTI?
1.3 Batasan Masalah
Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka dalam penulisan ini penulis
batasi hanya pada permasalahan sebagai berikut :
1. Faktor-faktor Corporate Image yang diteliti dibatasi pada Corporate Social
Responbility PT.INTI.
2. Penelitian hanya dikhususkan pada UKM peserta PKBL (Program Kemitraan
dan Bina Lingkungan) yang di sponsori oleh PT.INTI di wilayah Kota
Bandung. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari-Mei 2012.
1.4 Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk mencari data-data dan informasi yang
diperlukan berkaitan dengan corporate social responsibility serta pengaruhnya dengan
corporate image menurut persepsi peserta PKBL PT. INTI Bandung dalam rangka
penyusunan skripsi untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh ujian Sarjana
Ekonomi, Program Studi Manajemen Universitas Widyatama.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk :
1. Mengetahui bentuk pelaksanaan corporate social responsibility (tanggung
jawab sosial perusahaan) yang dilaksanakan oleh PT. INTI.
2. Mengetahui tanggapan peserta PKBL Bandung terhadap pelaksanaan
corporate social responsibility (tanggung jawab sosial perusahaan) yang
dilaksanakan pada PT. INTI.
3. Mengetahui persepsi peserta PKBL Bandung terhadap corporate image (citra
perusahaan) pada PT. INTI.
4. Mengetahui besarnya pengaruh corporate social responsibility (tanggung
jawab sosial perusahaan) terhadap corporate image (citra perusahaan) menurut
persepsi peserta PKBL Bandung pada PT. INTI.
1.5 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan dari dua aspek, yaitu:
1. Aspek pengembangan ilmu :
Dari aspek pengembangan ilmu, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat
bagi para akademisi sebagai salah satu sumber informasi dan penambah
wawasan dalam pengembangan ilmu manajemen, khususnya manajemen
pemasaran.
2. Aspek pengembangan praktis :
Sedangkan dari aspek pengembangan praktis dapat bermanfaat:
1. Bagi perusahaan, dengan harapan hasil penelitian ini dapat
memberikan informasi yang dapat dijadikan bahan pertimbangan
perusahaan dalam pelaksanaan corporate social responsibility
(tanggung jawab sosial perusahaan) yang nantinya berpengaruh
terhadap corporate image (citra perusahaan) menurut persepsi peserta
PKBL Bandung.
2. Pihak lain, dapat dijadikan bahan dan sumber informasi bagi
penelitian
dan
pengembangan
ilmu
manajemen,
khususnya
manajemen pemasaran.
3. Bagi penulis :
a.
Diharapkan
dapat
menambah
wawasan
dalam
bidang
manajemen, khususnya manajemen pemasaran.
b.
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan
teoritis yang didapat penulis semasa kuliah.
c.
Dapat mewujudkan suatu bentuk skripsi sebagai salah satu syarat
dalam menempuh ujian akhir Sarjana Ekonomi Program Studi
Manajemen pada Fakultas Bisnis dan Manajemen Universitas
Widyatama.
1.6 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
1.6.1 Kerangka Pemikiran
Pada dunia bisnis dewasa ini, persaingan antar pelaku bisnis semakin ketat.
Oleh karena itu, setiap perusahaan dituntut untuk selalu dapat menjaga kelangsungan
hidup usahanya agar dapat selalu tumbuh dan berkembang. Untuk menjaga
kelangsungan hidup perusahaan diperlukan manajemen yang baik terutama dalam hal
keputusan strategis dan operasional perusahaan dan juga kredibilitas perusahaan yang
berhubungan dengan reputasi perusahaan tersebut didalam suatu pasar dan
merupakan dasar untuk menjalin hubungan yang kuat.
Menurut Setiadi (2003:181) bahwa ketika konsumen mempunyai pengalaman
yang baik atas penggunaaan berbagai merek produk yang dihasilkan oleh sebuah
perusahaan, maka konsumen akan mempunyai citra yang positif atas perusahaan
tersebut. Pada saat itulah terbentuk apa yang disebut citra korporasi.
Citra korporat atau reputasi merupakan intangible asset yang sangat bernilai.
Selain tidak mudah ditiru, reputasi dipercaya dapat memikat konsumen dengan lebih
efektif pada saat konsumen menghadapi berbagai tawaran menarik. Karyawan terbaik
juga akan lebih terpikat pada perusahaan yang punya citra baik. Reputasi
meningkatkan kepercayaan, juga bisa meningkatkan profitabilitas, berperan sebagai
barikade ketika pesaing masuk, serta mampu menjadi katalisator agar lebih cepat
keluar dari terpaan krisis, seperti yang diungkapkan Sulaksana (2003 : 30).
Pengertian persepsi, menurut Kotler dan Keller (2006:175), yaitu
Perception is the process by which and individual select, organizes, and interprets
information inputs to create a meaningful picture of the world. . Di dalam
pemasaran, persepsi lebih penting dibandingkan dengan realita, maksudnya persepsi
itu dapat mempengaruhi perilaku konsumen sebenarnya. Menurut Setiadi,
(2003:163), persepsi kita dipengaruhi dua faktor, yaitu : karakteristik stimulus dan
karakteristik konsumen.
Menurut Bilson (2002:105), menyatakan bahwa penyebab persepsi orang
berbeda-beda untuk realitas yang sama, karena adanya perbedaan dalam perceptual
selection, perceptual organization, dan perceptual interpretation. Persepsi
merupakan salah satu faktor psikologis yang dapat mempengaruhi perilaku pembelian
konsumen. Definisi persepsi menurut Schiffman dan Kanuk (2000: 122) adalah
Perception defined as the process by which an individuals select, organizes, an
interprets stimuli into a meaningful a coherent picture of the world . Artinya
proses dimana seseorang memilih, mengorganisasikan, dan menginterpretasikan
rangsangan atau stimuli yang diterima panca inderanya kedalam suatu gambaran yang
utuh dan berarti terhadap objek rangsangan tersebut atau tentang dunia yang
bersangkutan.
Kredibilitas perusahaan membentuk bagian dari citra atau reputasi perusahaan
yang positif (Gregory, 1991; Sobal et.al, 1992; Fombrun, 1996; Keller, 1998). Citra
perusahaan adalah totalitas kesan yang dibuat perusahaan dalam benak konsumen dan
ditunjukkan melalui nama atau logo perusahaan (Pope dan Voges, 1999). Kredibilitas
perusahaan, adalah sejauhmana konsumen, investor, dan stakeholder lainnya yakin
pada kejujuran dan keahlian perusahaan, menyempurnakan bagian dari citra
perusahaan (Fombrun, 1996).
Kredibilitas perusahaan pada gilirannya bergantung pada tiga faktor (Kotler
dan Keller, 2006), yaitu:
1. Keahlian perusahaan (corporate expertise) yaitu sejauhmana perusahaan
terlihat mampu membuat dan menjual produk atau melakukan layanan.
2. Kepercayaan perusahaan (corporate trustworthiness) yaitu sejauhmana
perusahaan tampak termotivasi untuk mejadi jujur, bergantung dan peka
terhadap kebutuhan pelanggan.
3. Daya tarik perusahaan (corporate attractiveness) yaitu sejauhmana perusahaan
terlihat disukai, menarik, bergengsi, dinamik, dan lain-lain.
Perusahaan yang dapat dipercaya akan terlihat baik dalam apa yang
dilakukannya. Perusahaan tetap mengingat kepentingan terbaik pelanggan dan senang
untuk diajak bekerja sama. Kepercayaan juga adalah penentu utama kredibilitas dan
hubungan perusahaan dengan perusahaan lain.
Hal itu semua dilakukan untuk dapat menghasilkan profitable perusahaan.
Perusahaan saat ini tidak cukup hanya mengejar keuntungan saja, tetapi perusahaan
harus bisa melaksanakan hubungan sosial dengan lingkungan disekitar perusahaan
tersebut, dengan melakukan corporate social responsibility (tanggung jawab sosial
perusahaan), sehingga bisa merubah persepsi masyarakat terhadap perusahaan
tersebut
dan mendapatkan corporate image (citra perusahaan) yang positif dari
masyarakat dan komunitas lokal. Karena pelaksanaan corporate social responsibility
untuk jangka pendek mungkin dapat menimbulkan kerugian secara finansial, namun
merupakan keuntungan dalam jangka panjang bagi perusahaan, terutama dalam
bidang pemasaran.
Menurut Post (2002:69), secara simultan perusahaan akan menjalankan tiga
jenis tanggung jawab yang berbeda-beda kepada pemangku kepentingan, di mana
ketiga jenis tanggung jawab tersebut haru dijalankan secara seimbang. Penekanan
kepada salah satu jenis tanggung jawab saja akan menyebabkan perusahaan berjalan
secara tidak optimal. Ketiga jenis tanggung jawab tersebut mencakup: economic
responsibility (tanggung jawab ekonomis), legal responsibility (tanggung jawab
hukum), social responsibility (tanggung jawab sosial).
Kotler dan Lee (2005) memberikan rumusan bahwa
corporate social
responsibility is a commitment to improve community well being through
dicretionary business practices and contribution of corporate resources . Dalam
definisi tersebut, Kotler dan Lee memberikan penekanan pada kata discretionary
yang berarti kegiatan CSR semata-mata merupakan komitmen perusahaan secara
sukarela untuk turut meningkatkan aktivitas bisnis yang yang diwajibkan oleh hukum
dan perundang-undangan seperti kewajiban untuk membayar pajak atau kepatuhan
perusahaan terhadap undang-undang ketenagakerjaan. Kata discretionary juga
memberikan nuansa bahwa perusahaan yang melakukan aktivitas CSR haruslah
perusahaan yang telah menaati hukum dalam pelaksanaan bisnisnya. Hal tersebut
berarti sangatlah tidak tepat bila kegiatan CSR yang dilakukan perusahaan hanya
menjadi semacam kosmetik untuk menyembunyikan praktik perusahaan yang tidak
baik dalam memperlakukan karyawan atau melakukan berbagai kecurangan baik
dalam pembuatan laporan keuangan maupun kecurangan terhadap lingkungan hidup.
Corporate social responsibility yang dilakukan oleh suatu perusahaan dalam
satu sisi dapat dikatakan suatu bentuk kedermawanan, namun apabila dilihat dari sisi
perusahaan maka tanggung jawab sosial dapat menjadi suatu bentuk pelayanan yang
menguntungkan perusahaan itu sendiri, termasuk diantaranya adalah untuk
membangun citra perusahaan yang berbeda dibandingkan dengan pesaingnya dan
peningkatan profit perusahaan. Sebagaimana dikatakan oleh Dean (2004:92), yaitu
Actions undertaken as corporate social responsibility may be partly altruistic, but
they may also serve corporate self-interest. For example, CRM and other forms of
corporate philanthropy may result in the following benefits for the corporation :
1. Creation of goodwill with the community.
2. Differentiation of the corporate image and its brands from
competitors.
3. Greater customer acceptance of price increases.
4. Increase in employee and channel member morale.
5. Recruitment of new employees.
6. Use as a shield against public criticism in times of crisis.
7. Winning over skeptical public officials (an aid in lobbying).
8. Increased revenues and profits.
Sedangkan menurut Fombrun, dkk (2000:243) dalam Walsh, dkk
(2006:413) bahwa corporate image meliputi 6 dimensi, yaitu :
1. Emotional appeal
2. Product and services
3. Vision and leadership
4. Workplace environment
5. Social and environmental responsibility
6. Financial performance
Pelaksanaan corporate social responsibility perlu dilakukan secara terencana
dan berkesinambungan, karena dapat menciptakan aset yang langsung atau tidak
langsung, yang dapat meningkatkan nilai tambah yang kompetitif bagi perusahaan,
supaya berpengaruh terhadap persepsi konsumen kepada perusahaan atau produk
perusahaan tersebut dengan baik dan dapat mencapai produktivitas perusahaan secara
optimal.
1.6.2 Hipotesis
Dari uraian diatas, penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini memiliki
hipotesis :
Terdapat pengaruh positif corporate social responsibility (tanggung
jawab sosial perusahaan) terhadap corporate image (citra perusahaan)
menurut
persepsi
peserta
PKBL
Bandung
pada
PT.
Industri
Telekomunikasi Indonesia (Persero).
1.7 Metodologi penelitian
1.7.1 Metode yang digunakan
Berdasarkan tingkat penjelasan dan bidang penelitian, maka jenis penelitian
ini adalah penelitian deskriptif dan verifikatif. Menurut Sugiyono (2008:11)
menjelaskan bahwa, penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk
mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih tanpa membuat
perbandingan atau menghubungkan dengan variabel yang lain . Penelitian ini akan
menggambarkan secara sistematis fakta-fakta tentang pelaksanaan Corporate Social
Responsibility (tanggung jawab sosial perusahaan) yang menjadi objek penelitian
serta bagaimana pengaruhnya terhadap Corporate Image menurut persepsi peserta
PKBL Bandung pada PT. INTI. Adapun verifikatif pada dasarnya ingin menguji
kebenaran dari suatu hipotesis yang dilaksanakan melalui pengumpulan data di
lapangan, dalam penelitian ini diuji mengenai pengaruh Corporate Social
Responsibility terhadap Corporate Image pada PT. INTI.
Berdasarkan jenis penelitian diatas yaitu penelitian deskriptif dan verifikatif
yang dilaksanakan melalui penngumpulan data di lapangan, maka metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah survei. Menurut Kerlinger yang dikutip oleh
Sugiyono (2008:7) yang dimaksud dengan Metode survei yaitu metode penelitian
yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah
data dari sample yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-
kejadian relatif, distribusi, dan hubungan-hubungan antar variabel sosiologis maupun
psikologis .
Selain itu, karena penelitian ini dilakukan pada kurun waktu kurang dari satu
tahun, maka metode pengembangan yang dipergunakan adalah cross-sectional.
Menurut Uma Sekaran (2006:315), Penelitian cross-sectional adalah penelitian
dimana data dikumpulkan hanya sekali (yang dilakukan selama periode hari, minggu,
bulan) untuk menjawab pertanyaan penelitian.
1.8 Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data lain yang digunakan, yaitu:
1. Studi Kepustakaan (Library Research)
Menurut Nazir (2003:93) studi kepustakaan yaitu suatu teknik pengumpulan
data melalui cara-cara berikut :
1)
Mempelajari buku-buku referensi yang berhubungan dengan masalah
yang akan dibahas.
2)
Membaca buku-buku dan bahan-bahan lain yang berhubungan dengan
materi yang akan dibahas untuk memperoleh data sekunder.
3)
Membaca sumber-sumber lainnya yang berhubungan dengan materi
yang diteliti.
Data diambil untuk memperoleh suatu gambaran maupun landasan
teoritisdalam merumuskan masalah dan menganalisis data atau informasi
mengenai hasil penelitian.
2. Penelitian lapangan (Field research)
Yaitu mengadakan pengamatan langsung pada perusahaan yang dilakukan
dengan teknik sebagai berikut:
a. Wawancara (Interview)
Nazir (2003:193) mengatakan bahwa wawancara atau interview
adalah suatu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian
dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya atau
pewawancara dengan si penjawab atau responden.
b. Kuesioner (Questioner)
Nazir (2003:203) mengatakan bahwa kuesioner merupakan teknik
pengumpulan data melalui suatu daftar pertanyaan yang secara logis
berhubungan dengan masalah penelitian yang diisi oleh responden.
1.9 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di PT. Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero) yang
berlokasi di Jl. Moh. Toha No. 77 Bandung 40253, Indonesia. Penelitian akan
dilakukan antara bulan Februari 2012 sampai dengan bulan Mei 2012.
Download