BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam persaingan global pada saat ini, persaingan dunia usaha yang semakin ketat menuntut perusahaan agar dapat lebih melakukan inovasi dalam melakukan usahanya. Perusahaan dituntut untuk dinamis, merespon kondisi pasar dengan cepat, dan meningkatkan kinerja mereka untuk bertahan ditengah-tengah perkembangan jaman. Perusahaan dituntut pula untuk dapat memiliki value added dalam setiap bidang usahanya agar dapat bersaing dengan kompetitornya, apalagi saat ini masyarakat ataupun konsumen semakin kritis terhadap kebutuhan dan keinginan mereka. Kini masyarakat ataupun konsumen tidak hanya butuh barang dan jasa tertentu, melainkan juga barang dan jasa dengan mutu yang baik dan harga yang kompetitif. Demikian pula masyarakat menuntut agar barang itu diproduksi dengan tetap menghargai hak dan kepentingan karyawan serta masalah lingkungan. Kalau tidak, masyarakat dapat memboikot perusahaan tersebut, betapapun mereka sangat membutuhkan produknya. Oleh karena itu, sudah menjadi tugas perusahaan untuk dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen, sehingga perusahaan tidak hanya mencapai kepuasan konsumen, tetapi harus bisa mencapai loyalitas pelanggan. Selain melakukan kepuasan dan loyalitas konsumen, perusahaan pada saat sekarang dituntut untuk melaksanakan Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan. Adapun topik yang sering dibicarakan di dunia perusahaan multinasional saat ini adalah Corporate Social Responsibility dan ini digunakan oleh perusahaan dalam rangka mengambil peran menghadapi perekonomian menuju pasar bebas. Perkembangan pasar bebas yang telah membentuk ikatan-ikatan ekonomi dunia dengan terbentuknya AFTA, APEC dan sebagainya, telah mendorong perusahaan untuk melaksanakan aktivitasnya dalam rangka memperhatikan dan bertanggung jawab terhadap stakeholders perusahaan tersebut termasuk di dalamnya adalah pelanggan atau customer, pegawai, komunitas, pemilik atau investor, pemerintah, supplier bahkan juga kompetitor. Persaingan bisnis dewasa ini dapat dikategorikan sebagai pertarungan pembentukan dan penjagaan image di mata konsumen. Dan disinilah korporasi dapat unggul dengan pembentukan corporate image yang ramah lingkungan dan memiliki kepekaan sosial. Keuntungan lain, dengan situasi dan kondisi usaha yang aman dan harmonis dengan warga sekitar, membuat perusahaan dapat menjalankan bisnisnya secara nyaman. Kelangsungan usaha bukan hanya ditentukan oleh tingkat keuntungan, tapi juga Corporate Social Responsibility. Banyaknya perusahaan saat ini yang didemo, dihujat, bahkan dirusak oleh masyarakat sekitar lokasi pabrik dan ini terjadi salah satunya disebabkan oleh kurangnya perhatian dan tanggung jawab manajemen dan pemilik perusahaan terhadap masyarakat maupun lingkungan disekitar lokasi perusahaan tersebut. Perusahaan hanya mengeduk dan mengeksploitasi sumber daya alam yang ada di daerah tersebut, tanpa memperhatikan faktor lingkungan. Selain itu, tidak ada atau nyaris sangat sedikit keuntungan perusahaan yang dikembalikan kepada masyarakat dan yang terjadi mereka malah dirugikan oleh perusahaan dan terpinggirkan, seperti yang terjadi pada kasus Teluk Buyat, PT. Freeport dan PT. Lapindo Brantas. Meski bukan konsep baru ( menurut wartaekonomi.com, 2007) adopsi CSR oleh perusahaan di berbagai industri makin marak tahun ini. Bahkan, CSR punya peran penting di perusahaan sebagai bagian dari strategi bisnis. Sebenarnya, konsep Corporate Social Responsibility (CSR) telah ada sejak 1960. Menjelang akhir dasawarsa 90-an, konsep ini mulai muncul ke permukaan serta menyita perhatian dari berbagai kalangan, tidak saja dari masyarakat akademik atau LSM tetapi juga dari pelaku dunia usaha. The Economist Intelligence Unit (wartaekonomi.com, 2007) baru melakukan survei dan menemukan bahwa 85% eksekutif senior dan investor dari berbagai organisasi telah menjadikan CSR sebagai pertimbangan utama dalam pengambilan keputusan. Hasil survei ini tentunya makin mengukuhkan konsep CSR yang bukan lagi sekedar opini penting, tetapi sudah merupakan bagian dari strategi bisnis perusahaan. Citra perusahaan atau reputasi bisa menjadi payung bagi merek dengan yang dibangun dengan investasi waktu dan biaya yang besar. Ketika konsumen mempunyai pengalaman yang baik atas penggunaan berbagai merek produk dan dampak dari pelaksanaan corporate social responsibility, maka konsumen akan mempunyai citra positif atas perubahan tersebut. Perusahaan yang mempunyai citra baik di mata konsumen, produk dan jasanya lebih bisa diterima konsumen dari pada perusahaan yang mempunyai citra buruk. Perusahaan yang memiliki citra positif di mata konsumen cenderung dapat bertahan pada masa krisis. Dampak positif lainnya terhadap karyawannya sendiri. Keryawan yang bekerja pada perusahaan dengan citra positif memiliki rasa bangga sehingga dapat meningkatkan motivasi mereka untuk bekerja lebih produktif. Dengan demikian, pertumbuhan dan profitabilitas perusahaan meningkat. Selain itu, citra perusahaan yang baik juga menjadikan perusahaan sebagai incaran para investor yang otomatis akan semakin yakin terhadap daya saing dan kinerja perusahaan ini. Bagi perusahaan yang telah go publik kondisi ini berphhbwengaruh pada pergerakan harga saham di lantai bursa. Sejumlah perusahaan besar nasional yang membangun citra perusahaan dengan baik terbukti mampu menjadi penguasa pasar dan jasa yang dimasukinya dan dapat menjadikan perusahaan menjadi perusahaan multinasional. PT Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero) atau disingkat INTI adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang telekomunikasi yang selama lebih dari 3 dasawarsa berperan sebagai pemasok utama pembangunan jaringan telepon nasional yang diselenggarakan oleh PT Telkom dan Indosat. Berpusat di Bandung dengan 695 orang karyawan tetap (posisi Maret 2009), INTI (PT Industri Telekomunikasi Indonesia) telah berkiprah dalam bisnis telekomunikasi selama 35 tahun. Pelanggan utama INTI antara lain adalah "THE BIG FOUR" operator telekomunikasi di Indonesia; Telkom, Indosat, Telkomsel dan XL. Sejak berkembangnya tren konvergensi antara teknologi telekomunikasi dan teknologi informasi (IT), INTI telah melakukan perubahan orientasi bisnis dari yang semula berbasis pure manufacture menjadi sebuah industri yang berbasis solusi kesisteman, khususnya dalam bidang sistem infokom dan integrasi teknologi. Program CSR PT. INTI diwujudkan dalam bentuk Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). Kendala CSR PT. INTI, menurut Yulizar (Ka. Urusan Adm Audit PKBL) terletak pada masih terbatasnya sumber daya perusahaan di dalam menjalankan program CSR tersebut. Kendala dari PKBL itu sendiri yaitu terbatasnya sumber daya manusia dalam pengelolaan Mitra Binaan dan tingkat kebutuhan dana untuk program Bina Lingkungan bagi masyarakat sekitar perusahaan masih sangat tinggi, sementara tingkat kemampuan finansial unit PKBL yang sangat minim. Mengingat corporate social responsibility atau tanggung jawab sosial perusahaan sangat penting bagi perusahaan dan masyarakat terutama dalam membentuk citra perusahaan tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut terhadap keefektifan dan pelaksanaan corporate social responsibility (tanggung jawab sosial perusahaan) serta seberapa pengaruhnya terhadap corporate image (citra korporasi) menurut persepsi peserta PKBL Bandung pada PT. Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero). Maka berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap Corporate Image pada PT. Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero). ( menurut persepsi peserta PKBL Bandung ) . 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis mengidentifikasikan permasalahan yang akan dibahas sebagai berikut: 1. Bagaimana pelaksanaan corporate social responsibility (tanggung jawab sosial perusahaan) oleh PT. INTI? 2. Bagaimana tanggapan peserta PKBL Bandung terhadap pelaksanaan corporate social responsibility (tanggung jawab sosial perusahaan) pada PT. INTI? 3. Bagaimana persepsi peserta PKBL Bandung terhadap corporate image (citra perusahaan) PT. INTI? 4. Bagaimana pengaruh corporate social responsibility (tanggung jawab sosial perusahaan) terhadap corporate image (citra perusahaan) menurut persepsi peserta PKBL Bandung pada PT. INTI? 1.3 Batasan Masalah Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka dalam penulisan ini penulis batasi hanya pada permasalahan sebagai berikut : 1. Faktor-faktor Corporate Image yang diteliti dibatasi pada Corporate Social Responbility PT.INTI. 2. Penelitian hanya dikhususkan pada UKM peserta PKBL (Program Kemitraan dan Bina Lingkungan) yang di sponsori oleh PT.INTI di wilayah Kota Bandung. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari-Mei 2012. 1.4 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk mencari data-data dan informasi yang diperlukan berkaitan dengan corporate social responsibility serta pengaruhnya dengan corporate image menurut persepsi peserta PKBL PT. INTI Bandung dalam rangka penyusunan skripsi untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh ujian Sarjana Ekonomi, Program Studi Manajemen Universitas Widyatama. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk : 1. Mengetahui bentuk pelaksanaan corporate social responsibility (tanggung jawab sosial perusahaan) yang dilaksanakan oleh PT. INTI. 2. Mengetahui tanggapan peserta PKBL Bandung terhadap pelaksanaan corporate social responsibility (tanggung jawab sosial perusahaan) yang dilaksanakan pada PT. INTI. 3. Mengetahui persepsi peserta PKBL Bandung terhadap corporate image (citra perusahaan) pada PT. INTI. 4. Mengetahui besarnya pengaruh corporate social responsibility (tanggung jawab sosial perusahaan) terhadap corporate image (citra perusahaan) menurut persepsi peserta PKBL Bandung pada PT. INTI. 1.5 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan dari dua aspek, yaitu: 1. Aspek pengembangan ilmu : Dari aspek pengembangan ilmu, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para akademisi sebagai salah satu sumber informasi dan penambah wawasan dalam pengembangan ilmu manajemen, khususnya manajemen pemasaran. 2. Aspek pengembangan praktis : Sedangkan dari aspek pengembangan praktis dapat bermanfaat: 1. Bagi perusahaan, dengan harapan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi yang dapat dijadikan bahan pertimbangan perusahaan dalam pelaksanaan corporate social responsibility (tanggung jawab sosial perusahaan) yang nantinya berpengaruh terhadap corporate image (citra perusahaan) menurut persepsi peserta PKBL Bandung. 2. Pihak lain, dapat dijadikan bahan dan sumber informasi bagi penelitian dan pengembangan ilmu manajemen, khususnya manajemen pemasaran. 3. Bagi penulis : a. Diharapkan dapat menambah wawasan dalam bidang manajemen, khususnya manajemen pemasaran. b. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan teoritis yang didapat penulis semasa kuliah. c. Dapat mewujudkan suatu bentuk skripsi sebagai salah satu syarat dalam menempuh ujian akhir Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen pada Fakultas Bisnis dan Manajemen Universitas Widyatama. 1.6 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 1.6.1 Kerangka Pemikiran Pada dunia bisnis dewasa ini, persaingan antar pelaku bisnis semakin ketat. Oleh karena itu, setiap perusahaan dituntut untuk selalu dapat menjaga kelangsungan hidup usahanya agar dapat selalu tumbuh dan berkembang. Untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan diperlukan manajemen yang baik terutama dalam hal keputusan strategis dan operasional perusahaan dan juga kredibilitas perusahaan yang berhubungan dengan reputasi perusahaan tersebut didalam suatu pasar dan merupakan dasar untuk menjalin hubungan yang kuat. Menurut Setiadi (2003:181) bahwa ketika konsumen mempunyai pengalaman yang baik atas penggunaaan berbagai merek produk yang dihasilkan oleh sebuah perusahaan, maka konsumen akan mempunyai citra yang positif atas perusahaan tersebut. Pada saat itulah terbentuk apa yang disebut citra korporasi. Citra korporat atau reputasi merupakan intangible asset yang sangat bernilai. Selain tidak mudah ditiru, reputasi dipercaya dapat memikat konsumen dengan lebih efektif pada saat konsumen menghadapi berbagai tawaran menarik. Karyawan terbaik juga akan lebih terpikat pada perusahaan yang punya citra baik. Reputasi meningkatkan kepercayaan, juga bisa meningkatkan profitabilitas, berperan sebagai barikade ketika pesaing masuk, serta mampu menjadi katalisator agar lebih cepat keluar dari terpaan krisis, seperti yang diungkapkan Sulaksana (2003 : 30). Pengertian persepsi, menurut Kotler dan Keller (2006:175), yaitu Perception is the process by which and individual select, organizes, and interprets information inputs to create a meaningful picture of the world. . Di dalam pemasaran, persepsi lebih penting dibandingkan dengan realita, maksudnya persepsi itu dapat mempengaruhi perilaku konsumen sebenarnya. Menurut Setiadi, (2003:163), persepsi kita dipengaruhi dua faktor, yaitu : karakteristik stimulus dan karakteristik konsumen. Menurut Bilson (2002:105), menyatakan bahwa penyebab persepsi orang berbeda-beda untuk realitas yang sama, karena adanya perbedaan dalam perceptual selection, perceptual organization, dan perceptual interpretation. Persepsi merupakan salah satu faktor psikologis yang dapat mempengaruhi perilaku pembelian konsumen. Definisi persepsi menurut Schiffman dan Kanuk (2000: 122) adalah Perception defined as the process by which an individuals select, organizes, an interprets stimuli into a meaningful a coherent picture of the world . Artinya proses dimana seseorang memilih, mengorganisasikan, dan menginterpretasikan rangsangan atau stimuli yang diterima panca inderanya kedalam suatu gambaran yang utuh dan berarti terhadap objek rangsangan tersebut atau tentang dunia yang bersangkutan. Kredibilitas perusahaan membentuk bagian dari citra atau reputasi perusahaan yang positif (Gregory, 1991; Sobal et.al, 1992; Fombrun, 1996; Keller, 1998). Citra perusahaan adalah totalitas kesan yang dibuat perusahaan dalam benak konsumen dan ditunjukkan melalui nama atau logo perusahaan (Pope dan Voges, 1999). Kredibilitas perusahaan, adalah sejauhmana konsumen, investor, dan stakeholder lainnya yakin pada kejujuran dan keahlian perusahaan, menyempurnakan bagian dari citra perusahaan (Fombrun, 1996). Kredibilitas perusahaan pada gilirannya bergantung pada tiga faktor (Kotler dan Keller, 2006), yaitu: 1. Keahlian perusahaan (corporate expertise) yaitu sejauhmana perusahaan terlihat mampu membuat dan menjual produk atau melakukan layanan. 2. Kepercayaan perusahaan (corporate trustworthiness) yaitu sejauhmana perusahaan tampak termotivasi untuk mejadi jujur, bergantung dan peka terhadap kebutuhan pelanggan. 3. Daya tarik perusahaan (corporate attractiveness) yaitu sejauhmana perusahaan terlihat disukai, menarik, bergengsi, dinamik, dan lain-lain. Perusahaan yang dapat dipercaya akan terlihat baik dalam apa yang dilakukannya. Perusahaan tetap mengingat kepentingan terbaik pelanggan dan senang untuk diajak bekerja sama. Kepercayaan juga adalah penentu utama kredibilitas dan hubungan perusahaan dengan perusahaan lain. Hal itu semua dilakukan untuk dapat menghasilkan profitable perusahaan. Perusahaan saat ini tidak cukup hanya mengejar keuntungan saja, tetapi perusahaan harus bisa melaksanakan hubungan sosial dengan lingkungan disekitar perusahaan tersebut, dengan melakukan corporate social responsibility (tanggung jawab sosial perusahaan), sehingga bisa merubah persepsi masyarakat terhadap perusahaan tersebut dan mendapatkan corporate image (citra perusahaan) yang positif dari masyarakat dan komunitas lokal. Karena pelaksanaan corporate social responsibility untuk jangka pendek mungkin dapat menimbulkan kerugian secara finansial, namun merupakan keuntungan dalam jangka panjang bagi perusahaan, terutama dalam bidang pemasaran. Menurut Post (2002:69), secara simultan perusahaan akan menjalankan tiga jenis tanggung jawab yang berbeda-beda kepada pemangku kepentingan, di mana ketiga jenis tanggung jawab tersebut haru dijalankan secara seimbang. Penekanan kepada salah satu jenis tanggung jawab saja akan menyebabkan perusahaan berjalan secara tidak optimal. Ketiga jenis tanggung jawab tersebut mencakup: economic responsibility (tanggung jawab ekonomis), legal responsibility (tanggung jawab hukum), social responsibility (tanggung jawab sosial). Kotler dan Lee (2005) memberikan rumusan bahwa corporate social responsibility is a commitment to improve community well being through dicretionary business practices and contribution of corporate resources . Dalam definisi tersebut, Kotler dan Lee memberikan penekanan pada kata discretionary yang berarti kegiatan CSR semata-mata merupakan komitmen perusahaan secara sukarela untuk turut meningkatkan aktivitas bisnis yang yang diwajibkan oleh hukum dan perundang-undangan seperti kewajiban untuk membayar pajak atau kepatuhan perusahaan terhadap undang-undang ketenagakerjaan. Kata discretionary juga memberikan nuansa bahwa perusahaan yang melakukan aktivitas CSR haruslah perusahaan yang telah menaati hukum dalam pelaksanaan bisnisnya. Hal tersebut berarti sangatlah tidak tepat bila kegiatan CSR yang dilakukan perusahaan hanya menjadi semacam kosmetik untuk menyembunyikan praktik perusahaan yang tidak baik dalam memperlakukan karyawan atau melakukan berbagai kecurangan baik dalam pembuatan laporan keuangan maupun kecurangan terhadap lingkungan hidup. Corporate social responsibility yang dilakukan oleh suatu perusahaan dalam satu sisi dapat dikatakan suatu bentuk kedermawanan, namun apabila dilihat dari sisi perusahaan maka tanggung jawab sosial dapat menjadi suatu bentuk pelayanan yang menguntungkan perusahaan itu sendiri, termasuk diantaranya adalah untuk membangun citra perusahaan yang berbeda dibandingkan dengan pesaingnya dan peningkatan profit perusahaan. Sebagaimana dikatakan oleh Dean (2004:92), yaitu Actions undertaken as corporate social responsibility may be partly altruistic, but they may also serve corporate self-interest. For example, CRM and other forms of corporate philanthropy may result in the following benefits for the corporation : 1. Creation of goodwill with the community. 2. Differentiation of the corporate image and its brands from competitors. 3. Greater customer acceptance of price increases. 4. Increase in employee and channel member morale. 5. Recruitment of new employees. 6. Use as a shield against public criticism in times of crisis. 7. Winning over skeptical public officials (an aid in lobbying). 8. Increased revenues and profits. Sedangkan menurut Fombrun, dkk (2000:243) dalam Walsh, dkk (2006:413) bahwa corporate image meliputi 6 dimensi, yaitu : 1. Emotional appeal 2. Product and services 3. Vision and leadership 4. Workplace environment 5. Social and environmental responsibility 6. Financial performance Pelaksanaan corporate social responsibility perlu dilakukan secara terencana dan berkesinambungan, karena dapat menciptakan aset yang langsung atau tidak langsung, yang dapat meningkatkan nilai tambah yang kompetitif bagi perusahaan, supaya berpengaruh terhadap persepsi konsumen kepada perusahaan atau produk perusahaan tersebut dengan baik dan dapat mencapai produktivitas perusahaan secara optimal. 1.6.2 Hipotesis Dari uraian diatas, penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini memiliki hipotesis : Terdapat pengaruh positif corporate social responsibility (tanggung jawab sosial perusahaan) terhadap corporate image (citra perusahaan) menurut persepsi peserta PKBL Bandung pada PT. Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero). 1.7 Metodologi penelitian 1.7.1 Metode yang digunakan Berdasarkan tingkat penjelasan dan bidang penelitian, maka jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dan verifikatif. Menurut Sugiyono (2008:11) menjelaskan bahwa, penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel yang lain . Penelitian ini akan menggambarkan secara sistematis fakta-fakta tentang pelaksanaan Corporate Social Responsibility (tanggung jawab sosial perusahaan) yang menjadi objek penelitian serta bagaimana pengaruhnya terhadap Corporate Image menurut persepsi peserta PKBL Bandung pada PT. INTI. Adapun verifikatif pada dasarnya ingin menguji kebenaran dari suatu hipotesis yang dilaksanakan melalui pengumpulan data di lapangan, dalam penelitian ini diuji mengenai pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Corporate Image pada PT. INTI. Berdasarkan jenis penelitian diatas yaitu penelitian deskriptif dan verifikatif yang dilaksanakan melalui penngumpulan data di lapangan, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei. Menurut Kerlinger yang dikutip oleh Sugiyono (2008:7) yang dimaksud dengan Metode survei yaitu metode penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sample yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian- kejadian relatif, distribusi, dan hubungan-hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis . Selain itu, karena penelitian ini dilakukan pada kurun waktu kurang dari satu tahun, maka metode pengembangan yang dipergunakan adalah cross-sectional. Menurut Uma Sekaran (2006:315), Penelitian cross-sectional adalah penelitian dimana data dikumpulkan hanya sekali (yang dilakukan selama periode hari, minggu, bulan) untuk menjawab pertanyaan penelitian. 1.8 Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data lain yang digunakan, yaitu: 1. Studi Kepustakaan (Library Research) Menurut Nazir (2003:93) studi kepustakaan yaitu suatu teknik pengumpulan data melalui cara-cara berikut : 1) Mempelajari buku-buku referensi yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas. 2) Membaca buku-buku dan bahan-bahan lain yang berhubungan dengan materi yang akan dibahas untuk memperoleh data sekunder. 3) Membaca sumber-sumber lainnya yang berhubungan dengan materi yang diteliti. Data diambil untuk memperoleh suatu gambaran maupun landasan teoritisdalam merumuskan masalah dan menganalisis data atau informasi mengenai hasil penelitian. 2. Penelitian lapangan (Field research) Yaitu mengadakan pengamatan langsung pada perusahaan yang dilakukan dengan teknik sebagai berikut: a. Wawancara (Interview) Nazir (2003:193) mengatakan bahwa wawancara atau interview adalah suatu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden. b. Kuesioner (Questioner) Nazir (2003:203) mengatakan bahwa kuesioner merupakan teknik pengumpulan data melalui suatu daftar pertanyaan yang secara logis berhubungan dengan masalah penelitian yang diisi oleh responden. 1.9 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di PT. Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero) yang berlokasi di Jl. Moh. Toha No. 77 Bandung 40253, Indonesia. Penelitian akan dilakukan antara bulan Februari 2012 sampai dengan bulan Mei 2012.