Nama : ABQORIYAH NIM : H0507011 Tugas : Ilmu Pengolahan dan Teknologi Daging. Contoh : Ternak-ternak yang digembalakan di pasture dengan dominan spesies legum akan memiliki kecenderungan penimbunan lemak tubuhnya lebih besar daripada yang digembalakan pada pasture dengan spesies rerumputan. Kualitas daging dipengaruhi oleh faktor sebelum dan setelah pemotongan. Faktor sebelum pemotongan yang dapat mempengaruhi kualitas daging adalah genetik, spesies, bangsa, tipe ternak, jenis kelamin, umur, pakan dan bahan aditif (hormon, antibiotik, dan mineral), serta keadaan stres. Faktor setelah pemotongan yang mempengaruhi kualitas daging adalah metode pelayuan, metode pemasakan, tingkat keasaman (pH) daging, bahan tambahan (termasuk enzim pengempuk daging), lemak intramuskular (marbling), metode penyimpanan dan pengawetan, macam otot daging, dan lokasi pada suatu otot daging (Soeparno, 1994). Pakan bisa menjadi faktor lingkungan yang terpenting yang mempengaruhi komposisi karkas dan daging. Ternak-ternak yang digembalakan di pasture dengan dominan spesies legum akan memiliki kecenderungan penimbunan lemak tubuhnya lebih besar daripada yang digembalakan pada pasture dengan spesies rerumputan. Hal ini dikarenakan bahwa spesies legume cenderung akan menjadi prekusor lemak daging, sedangkan spesies rerumputan akan menjadi prekusor lemak susu (Anonim, 2009). Ternak yang mengkonsumsi pakan dengan kandungan energi tinggi akan meningkatkan kadar lemak tubuhnya. Hal ini dikarenakan ternak mengkonsumsi pakan yang banyak mengandung karbohidrat, seperti legume dan rerumputan. Hasil utama fermenasi karbohidrat di dalam retikulo rumen adalah asam lemak volatile (VFA= Volatyle Fatty Acid) terutama asam asetat (C2), asam propionate (C3), asam butirat (C4), selain itu dihasilkan pula isobutirat, isovalerat, n-valerat dan laktat. Komponen utama karbohidrat berupa polisakarida. Polisakarida ini mulamula dikonversi menjadi disakarida dan kemudian menjadi gula-gula sederhana. Gula-gula sederhana ini dihasilkan pada tahap fermentasi karbohidrat di dalam rumen. Asam piruvat merupakan hasil akhir dari oksidasi glukosa secara anaerobik melalui jalur glikolisis. Asam piruvat kemudian diubah menjadi VFA melalui beberapa jalur. Perbandingan VFA yang dihasilkan tidak tetap (Soebarinoto, 1991). Karbohidrat yang kurang cepat didegradasi seperti rerumputan (selulosa), akan meningkatkan produk asam asetat (C2), meningkatkan perbandingan C2/C3 dan tidak menghasilkan asam laktat. Asam asetat adalah prekusor bagi pembentukan lemak air susu, sehingga jika perbandingan asam asetat (C2) yang lebih tinggi dari pada asam propionate (C3), maka kadar lemak air susu akan naik. Sedangkan karbohidrat seperti legume mudah didegradasi, sehingga akan meningkatkan produk asam propionate (C3). Asam propionate (C3) adalah prekusor pembentukan lemak daging. Perbandingan asam asetat (C2) yang lebih rendah dari pada propionate (C3) akan menyebabkan penimbunan lemak, sehingga ternak terlihat gemuk (Soebarinoto, 1991). DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2009. Aspek Produksi, Penyembelihan Ternak, dan Penyiapan Karkas. http;//Kuliah_DTHT_Suharyanto_Belajar_Menuangkan_Pikiran.html (Diakses pada hari kamis 29 Oktober 2009) Soebarinoto. 1991. Ilmu Gizi Ruminansia. Universitas Brawijaya. Malang Soeparno. 1994. Ilmu dan Teknologi Daging. UGM Press. Yogyakarta