JST Kesehatan, Juli 2013, Vol.3 No.3 : 298 – 304

advertisement
JST Kesehatan, Juli 2013, Vol.3 No.3 : 298 – 304
ISSN 2252-5416
KADAR HEMOGLOBIN DAN DENSITAS PARASIT PADA PENDERITA
MALARIA DI LOMBOK TENGAH
Hemoglobin Level and Parasite Density of Malaria Patients in Lombok Tengah
Susilawati1, Nurhayana Sennang2, Tadjuddin Naid1, Faisal Attamimi1
1
Teknik Laboratorium Kesehatan Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin
2
Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
(E-mail: [email protected])
ABSTRAK
Invasi plasmodium ke dalam eritrosit menyebabkan anemia. Derajat anemia tergantung jenis
plasmodium dan densitasnya. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kadar hemoglobin dan
densitas parasit pada penderita malaria akibat Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax di
Lombok Tengah. Penelitian cross sectional ini dilakukan di Unit Pelayanan Terpadu Laboratorium
Puskesmas dan Unit Pelayanan Terpadu Laboratorium pada Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok
Tengah bulan September – November 2012. Sampel darah vena pasien suspek malaria dibuat
sediaan apusan darah dan dilakukan pemeriksaan hemoglobin. Sejumlah 60 sampel dipilih
berdasarkan hasil pemeriksaan mikroskop apusan darah yaitu 20 pasien yang teinfeksi Plasmodium
falciparum, 20 pasien dengan Plasmodium vivax, dan 20 pasien yang tidak ditemukan Plasmodium.
Kadar hemoglobin diperiksa dengan metode fotometri dan densitas parasitnya dihitung pada sediaan
darah tebal. Rerata kadar hemoglobin pada pasien dengan infeksi Plasmodium falciparum lebih
rendah (10,5 g/dl) daripada Plasmodium vivax (12,2 g/dl) dan pada pasien yang tidak ditemukan
Plasmodium (13,6 g/dl), dan terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok tersebut
berdasarkan hasil uji Anova (p=0.0001). Rerata densitas parasit pada Plasmodium falciparum lebih
tinggi (10.800/µl) dari Plasmodium vivax (4.780/µl) dan terdapat perbedaan yang bermakna antara
kedua kelompok tersebut berdasarkan hasil uji t-independent (p=0.014). Disimpulkan bahwa derajat
anemia lebih berat dan densitas parasit lebih tinggi pada pasien dengan infeksi Plasmodium
falciparum daripada infeksi Plasmodium vivax.
Kata Kunci: Hemoglobin, densitas parasit, Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax
ABSTRACT
Erytrocyte invasion by plasmodium causes anemia. Anemia depend on type of plasmodium and
parasite density in circulation.The objective of this study was to compare hemoglobin levels and
parasite density of malaria patients infected by Plasmodium falciparum and Plasmodium vivax in
Lombok Tengah. Cross sectional study has been done in Laboratory of Integrated Services Unit of
Public Health and Laboratory of Integrated Services Unit at the Department of Health of Central
Lombok Regency from September until November 2012. Venous blood collected from patients
suspected malaria for microscopic blood smear examination and hemoglobin level determination.
Based on the results of blood smear, we analyzed 60 samples in concist of 20 patients with
Plasmodium falciparum infection, 20 patients with Plasmodium vivax infection, and 20 aparasitemic
patients. Hemoglobin levels were examinated by photometer and parasite density ware calculated on
a thick blood preparations. The mean of hemoglobin levels on patients with Plasmodium falciparum
infection was lower (10.5 g/dl) than Plasmodium vivax (12.2 g/dl) and aparasitemic patients (mean
13.6 g/dl) with significant difference between the groups by Anova test (p=0.0001). The mean of
parasite density in Plasmodium falciparum was higher (10.800/µl) than Plasmodium vivax (4.780/µl)
with significant difference between the groups by t-independent test (p=0.014). As conclusion, more
severe degrees of anemia and higher parasite density was found in patients with Plasmodium
falciparum infection than Plasmodium vivax infection.
Keywords: Hemoglobin, Parasite density, Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax
298
Hemoglobin, densitas parasit, Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax
ISSN 2252-5416
Anemia dapat terjadi karena
pecahnya eritrosit. Derajat anemia
tergantung pada spesies parasit yang
menyebabkannya. Plasmodium falciparum menginfeksi eritrosit muda dan
eritrosit matang. Plasmodium vivax dan
Plasmodium ovale hanya menginfeksi
eritrosit muda yang jumlahnya hanya 2%
dari seluruh eritrosit. Anemia tampak
jelas pada malaria yang disebabkan oleh
Plasmodium falciparum dengan penghancuran eritrosit yang cepat dan hebat,
sedangkan anemia yang disebabkan oleh
Plasmodium vivax, Plasmodium ovale
dan Plasmodium malariae umumnya
terjadi pada keadaan kronis (Depkes RI,
2008; Sutanto dan Ismid, 2008).
Diagnosa dini dan akurat adalah
kunci penanganan penyakit malaria yang
efektif. Penggunaaan diagnosa mikroskopis telah dijadikan metode utama
dalam mendiagnosa malaria. Parasitemia
adalah terdapatnya parasit dalam darah
melalui pemeriksaan mikroskopis pada
sediaan apusan darah, jika parasit
ditemukan lebih dari 100.000/µL maka
disebut hiperparasitemia. Tingkat parasitemia dapat digunakan untuk menilai
beratnya penyakit. Meskipun demikian,
pada daerah endemis malaria, parasitemia
yang tinggi sering ditemukan pada
individu
yang
asimptomatik
(Alimudiarnis, 2009; Harijanto dkk,
2010).
Berdasarkan uraian di atas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah bagaimana kadar hemoglobin dan
densitas parasit pada penderita malaria
dengan
Plasmodium
vivax
dan
Plasmodium falciparum di Lombok
Tengah? Penelitian ini bertujuan untuk
membandingkan kadar hemoglobin dan
densitas parasit pada kelompok infeksi
Plasmodium falciparum dan Plasmodium
vivax.
Manfaat penelitian ini adalah untuk
menambah informasi
tentang kadar
hemoglobin dan densitas parasit pada
penderita yang terinfeksi Plasmodium
falciparum dan Plasmodium vivax yang
PENDAHULUAN
Malaria merupakan salah satu
masalah kesehatan masyarakat yang
dapat menyebabkan kematian, selain itu
malaria secara langsung menyebabkan
anemia dan dapat menurunkan produktivitas kerja. Malaria ditemukan hampir
di seluruh bagian dunia, terutama di
negara-negara yang beriklim tropis dan
subtropis. Di Indonesia malaria tersebar
di seluruh pulau dengan derajat endemisitas yang berbeda-beda (Laihand,
2011; Muchid dkk, 2008). Setiap tahun
penyakit ini menyerang hampir 300-500
juta penduduk dunia (Famedia, 2005).
Malaria adalah penyakit menular
yang disebabkan oleh parasit (protozoa)
dari genus plasmodium yang dapat
ditularkan melalui gigitan nyamuk
anopheles (Prabowo, 2004). Terdapat 4
spesies yang utama dari jenis plasmadium yang menyebabkan penyakit
malaria pada manusia, yaitu: Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax,
Plasmodium malariae dan Plasmodium
ovale (Prodjodipuro dan Sutamihardja,
2006).
Jenis Plasmodium yang banyak
ditemukan di Indonesia adalah Plasmodium vivax dan Plasmodium falciparum,
sedangkan Plasmodium malariae dapat
ditemukan dibeberapa provinsi antara
lain: Lampung, Nusa Tenggara Timur
dan Papua. Plasmodium ovale pernah
ditemukan di Papua dan Nusa Tenggara
Timur (Depkes RI, 2008).
Plasmodium menginfeksi manusia
melalui gigitan nyamuk anopheles betina.
Setelah
nyamuk
mengisap
darah
manusia, sporozoit malaria memasuki
hepatosit atau fase di luar eritrosit. Di
dalam hepatosit, sporozoit akan memperbanyak diri membentuk merozoit dan
kemudian merozoit ini meninggalkan
hepatosit memasuki eritrosit melalui
sirkulasi darah. Di dalam eritrosit,
merozoit akan berkembang membentuk
tropozoit dan berlanjut membentuk
skizon dan akhirnya menyebabkan
pecahnya eritrosit (Sari, 2007).
299
Susilawati
ISSN 2252-5416
dapat menjadi salah satu pedoman bagi
klinisi dalam penatalaksanaan malaria
untuk menilai beratnya kondisi pasien
akibat infeksi malaria dan dapat menjadi
petunjuk dalam pengembangan penelitian
selanjutnya.
fotometri
menggunakan
Humalyzer
Junior dan densitas parasitnya dihitung
pada sediaan darah tebal. Kadar
hemoglobin kurang dari 13,5 g/dL untuk
laki-laki dan kurang dari 12,0 g/dL untuk
perempuan
dikategorikan
sebagai
anaemia. Densitas parasit atau tingkat
kepadatan parasit malaria ditentukan
dengan cara menghitung jumlah parasit
per 200 leukosit pada sediaan darah tebal
(Sutanto, 2008; Gandasuhada, 2004).
BAHAN DAN METODE
Lokasi dan rancangan penelitian
Penelitian dilaksanakan di Unit
Pelayanan
Terpadu
Laboratorium
Puskesmas dan Unit Pelayanan Terpadu
Laboratorium Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Tengah bulan SeptemberNopember 2012. Metode penelitian ini
menggunakan metode cross sectional
untuk membandingkan kadar hemoglobin
dengan densitas parasit pada penderita
malaria yang disebabkan oleh Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax
Analisis data
Dalam penelitian ini terdapat dua
variabel utama yaitu kadar hemoglobin
dalam satuan g/dl dan densitas parasit
dihitung dalam satuan jumlah parasit/µl
darah. Analisis data dilakukan menggunakan software SPSS versi 11.5, yaitu
analisis univariat untuk mendiskripsikan
karakteristik sampel, uji Anova digunakan untuk membandingkan kadar
hemoglobin pada kelompok P.falciparum, P.vivax dan aparasitemia dan uji
t-independent untuk membandingkan
densitas parasit pada kelompok P.falciparum, P.vivax.
Populasi dan sampel
Populasi penelitian adalah semua
penderita dengan gejala klinis malaria
yang memeriksakan diri di Unit
Pelayanan
Terpadu
Laboratorium
Puskesmas pada Dinas Kesehatan
Kabupaten Lombok Tengah.
Besar sampel diperkirakan berdasarkan rumus Simple Random Sampling.
Jumlah sampel minimal yang diperlukan
adalah 40 sampel. Kriteria inklusi adalah
pasien yang menunjukkan adanya gejala
klinis malaria melalui pemeriksaan
dokter dan kriteria eksklusi adalah pasien
yang sedang atau pernah mengalami
gangguan hematologi, jantung, ginjal dan
hati, serta sampel yang hemolisis.
HASIL
Berdasarkan hasil pemeriksaan
mikroskop apusan darah dipilih sampel
sebanyak 60 sampel yang terdiri dari 52
orang laki-laki dan 8 orang perempuan,
yaitu 20 pasien yang teinfeksi
Plasmodium falciparum, 20 pasien
dengan infeksi Plasmodium vivax, dan 20
pasien yang tidak ditemukan Plasmodium
atau disebut aparasitemia.
Analisis kadar hemoglobin dan
densitas parasit dilakukan berdasarkan
kategori kelompok tersebut. Rentang
kadar hemoglobin pada kelompok yang
terinfeksi P.falciparum adalah 8.2-12.7
g/dL, P.vivax adalah 9,6-15,4 g/dL dan
pada kelompok aparasitemia sebesar
10,3-16,4 g/dL. Rentang densitas parasit
pada kelompok P.falciparum adalah 92035680 parasit/uL sedangkan pada
kelompok P.vivax sebesar 360 -23160
parasit/uL (Tabel 1).
Metode pengumpulan data
Sampel darah vena pasien suspek
malaria dibuatkan apusan darah tebal
yang untuk mengidentifikasi parasit
malaria melalui mikroskop. Sejumlah 60
sampel dipilih berdasarkan hasil pemeriksaan mikroskop apusan darah yaitu 20
pasien yang teinfeksi Plasmodium
falciparum, 20 pasien dengan Plasmodium vivax, dan 20 pasien yang tidak
ditemukan
Plasmodium.
Kadar
hemoglobin diperiksa dengan metode
300
ISSN 2252-5416
Hemoglobin, densitas parasit, Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax
Tabel 1.
Karakteristik penderita dengan gejala klinis malaria berdasarkan umur, kadar
hemoglobin dan densitas parasit
No.
1
2
3
Tabel 2.
Variabel
Laki-laki
n=52
Perempuan
n=8
P.falciparum
n=20
P.vivax
n=20
Aparasitemia
n=20
P.falciparum
n=20
P.vivax
n=20
Umur
(tahun)
Kadar Hb
(g/dl)
Densitas
parasit
(/µl)
Minimal
Maksimal
Rerata
8
65
35
17
41
30
8,2
12,7
10,5
9,6
15,4
12,2
10,3
16,4
13,6
920
35.680
10.800
360
23.160
4.780
Perbedaan Rerata kadar hemoglobin pada kelompok pasien yang terinfeksi
Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, dan aparasitemia
Rerata Hb
P.falciparum
(g/dl )
(p*)
P. falciparum 20
10.51
P. vivax
20
12.22
0.003
Aparasitemia
20
13.56
0.001
*
p = nilai kemaknaan menggunakan uji Anova
Kelompok
n
P.vivax
(p*)
0.003
0.017
Aparasitemia
(p*)
0.001
0.017
-
p*
0.0001
Tabel 3. Rerata densitas parasit pada kelompok Plasmodium falciparum dan Plasmodium
vivax
Kelompok
N
Rerata Densitas (/ul darah)
Plasmodium falciparum
20
10800
Plasmodium vivax
20
4780
*
p = nilai kemaknaan menggunakan uji t-independent
p*
0.014
dari pada Plasmodium vivax (4780/ul
darah) dan terdapat perbedaan bermakna
di antara keduanya (p = 0.014) berdasarkan hasil uji t-independent (Tabel 3).
Analisis kadar hemoglobin
Rerata kadar hemoglobin yang
terinfeksi Plasmodium falciparum (10.51
g/dl) lebih rendah daripada rerata kadar
hemoglobin pasien yang terinfeksi (12.22
g/dl) dan pasien aparasitemia (13.56 g/dl)
dan terdapat perbedaan sangat bermakna
rerata kadar hemoglobin pada ketiga
kelompok tersebut (p=0.0001) berdasarkan uji Anova (Tabel 2).
PEMBAHASAN
Pada penellitian ini sampel yang
digunakan adalah darah vena dari
penderita dengan gejala klinis malaria.
Diagnosis Infeksi malaria dilakukan
dengan menemukan parasit dalam darah
yang diperiksa dengan mikroskop dengan
pembesaran 1000x dan minyak imersi
pada sediaan darah tebal setelah diwarnai
Analisis densitas parasit
Rerata densitas parasit Plasmodium
falciparum (10800/ul darah) lebih besar
301
Susilawati
ISSN 2252-5416
dengan giemsa dan paling sedikit
diperiksa 100 lapang pandang sebelum
melaporkan hasil yang negatif. Sediaan
positif dari Pemantapan Mutu Ekternal
(PM-E) digunakan sebagai kontrol
sehingga bisa mengurangi kesalahan
dalam menentukan jenis Plasmodium.
Parasit malaria yang ditemukan adalah
Plasmodium falciparum dan Plasmodium
vivax (Depkes, 2008; Harijanto, 2000).
Hemoglobin
merupakan
suatu
protein yang kompleks, yang tersusun
dari protein globin dan suatu senyawa
bukan protein yang dinamai hem. Jumlah
hemoglobin dalam darah normal adalah
kira-kira 15 gram setiap 100 ml darah.
Kadar hemoglobin normal pada laki-laki
adalah 13,5-18,0 g/dl dan perempuan
12,0-16,0 g/dl. Pada infeksi malaria,
anemia atau penurunan kadar hemoglobin
disebabkan penghancuran sel darah
merah yang berlebihan oleh parasit
malaria. Selain itu, anemia timbul akibat
gangguan pembentukan sel darah merah
disumsum tulang. (Pearce EC, 2004;
Guyton, 2008).
Dari hasil penelitian didapatkan
hasil yaitu kadar hemoglobin pada
penderita malaria yang disebabkan oleh
Plasmodium falciparum (malaria tropika)
rata-rata 10,5 g/dl dan Plasmodium vivax
(malaria tertian) rata-rata 12,2 g/dl.
Keadaan anemia merupakan gejala yang
sering dijumpai pada infeksi malaria.
Hemolisis terjadi akibat rusaknya eritrosit
sewaktu pelepasan merozoit, penghancuran eritrosit terinfeksi maupun tidak
terinfeksi oleh sistem retikuloendotel di
limpa (Sutanto, 2008; Gandasuhada,
2004).
Hasil uji beda kadar hemoglobin
menggunakan uji Anova diperoleh hasil
bahwa ada perbedaan rerata hemoglobin
pada tiap kelompok (Plasmodium
falcifarum, Plasmodium vivax, dan
aparasitemia). Rerata kadar hemoglobin
pada pasien yang terinfeksi Plasmodium
falciparum lebih rendah bila dibandingkan dengan Plasmodium vivax. Hal
ini terjadi karena Plasmodium falciparum
dapat menginfeksi semua umur sel darah
merah (eritrosit). Eritrosit berparasit
maupun tidak berparasit mengalami
hemolisis, karena fragilitas osmotik
meningkat atau perkembangan autohemolisis osmotik dari eritrosit berparasit
maupun tidak berparasit meningkat dan
karenanya waktu hidup eritrosit menjadi
lebih singkat dan mempercepat perkembangan anemia.
Pada uji beda rerata kadar
hemoglobin pada pada Plasmodium
vivax, Plasmodium falciparum dan hasil
negatif
diperoleh hasil yaitu kadar
hemoglobin Plasmodium vivax lebih
tinggi
bila
dibandingkan
dengan
Plasmodium falcifarum dan lebih rendah
dari hasil negatif tapi masih dalam
rentang normal, hal ini di sebabkan oleh
Plasmodium vivax hanya menginfeksi sel
darah merah muda yang jumlahnya hanya
2% dari seluruh jumlah sel darah merah
sehingga eritrosit yang di serang
jumlahnya masih sedikit dan kadar
hemoglobin masih normal (Sutanto,
2008; Gandasuhada, 2004).
Penghitungan
parasit
malaria
dilakukan di Unit Pelayanan Terpadu
Laboratorium Dinas Kesehatan Lombok
Tengah. Penghitungan kepadatan parasit
dilakukan berdasarkan jumlah parasit per
200 leukosit dalam sediaan darah tebal
dan dikalikan dengan jumlah leukosit
rata-rata 8000/l darah (Sutanto, 2008;
Gandasuhada, 2004). Pada penelitian ini
densitas parasit Plasmodium falciparum
rata-rata 10.800 parasit/l darah dan
Plasmodium vivax rata-rata 4.780
parasit/l
darah,
sehingga
dapat
dikatakan densitas parasitemia rendah.
Dengan densitas parasitemia yang rendah
berarti angka tingkat keparahan penyakit
juga rendah.
Berdasarkan data diatas densitas
parasitemia pada Plasmodium falciparum
lebih tinggi dibandingkan dengan
Plasmodium vivax, hal ini dapat terjadi
karena satu sporozoit Plasmodium
falciparum dapat membentuk sebanyak
40.000 merozoit hati, sedang sporozoit
dari spesies Plasmodium vivax menghasilkan hanya 10.000 merozoit. Plasmo302
Hemoglobin, densitas parasit, Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax
dium falciparum membentuk merozoit
eritrosit 8-24 buah sedangkan Plasmodium vivax 12-18 buah (Sutanto, 2008;
Gandasuhada, 2004; Harijanto, 2000).
Pada hampir semua penderita malaria terjadi penurunan kadar hemoglobin
karena semua jenis parasit menginfeksi
sel darah merah. Penurunan kadar
hemoglobin tergantung dari jenis
Plasmodium yang menyebabkan infeksi
malaria. Penurunan kadar hemoglobin
tidak hanya dipengaruhi oleh parasit
tetapi juga dipengaruhi oleh infeksi yang
berulang dan status gizi. Defisiensi
vitamin dan mineral dapat menyebabkan
gangguan pembentukan sel darah merah
sehingga terjadi anemia.
Tempat tinggal penderita juga dapat
mempengaruhi kadar hemoglobin, di
daerah pegunungan memiliki kadar
oksigen yang sangat rendah, untuk
menghasilkan oksigen, maka hemoglobin
yang di produksi di dalam tubuh dalam
keadaan banyak, sehingga kadar hemoglobin tinggi dan pada saat itu pasien
tersebut terinfeksi malaria, sehingga pada
pemeriksaan kadar hemoglobin di
dapatkan kadar hemoglobin dalam batas
normal.
Seperti telah dijelaskan di atas,
densitas parasit dipengaruhi oleh pembentukan merozoit. Merozoit yang dibentuk oleh Plasmodium falciparum lebih
banyak daripada Plasmodium vivax
sehingga densitas parasit Plasmodium
falciparum lebih besar daripada Plasmodium vivax. Lamanya demam dan waktu
pengambilan sampel darah juga dapat
mempengaruhi densitas parasit. Kepadatan parasit mencapai maksimal dalam
waktu 7-14 hari dan mulai menurun
setelah 14 hari. Pada penderita malaria
terdapat keadaan klinik yang disebut
sebagai periode laten yaitu periode tanpa
gejala dan tanpa parasitemia selama
terjadinya infeksi malaria. Pada periode
ini, parasit tidak ditemukan dalam
peredaran darah tapi infeksi masih
berlangsung.
ISSN 2252-5416
Penelitian ini menggunakan desain
cross sectional, pengukuran variabel
independen dan dependen dilakukan
secara bersamaan dalam suatu waktu
tertentu. Variabel independennya adalah
densitas parasit dan dependennya adalah
hemoglobin.
Keterbatasan penelitian ini adalah
pengukuran kadar hemoglobin hanya
dilakukan sekali yaitu setelah penderita
terinfeksi malaria. Tidak dilakukan
pengukuran kadar hemoglobin sebelum
menderita malaria sehingga tidak dapat
diketahui pengaruh yang lebih nyata
antara peningkatan densitas parasit dan
penurunan kadar hemoglobin. Penelitian
ini juga tidak menganalis variabel
lamanya demam pada saat pengambilan
sampel darah yang juga dapat mempengaruhi densitas parasit.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil yang telah
diperoleh dalam penelitian ini maka
dapat disimpulkan bahwa rerata kadar
hemoglobin pada pasien yang terinfeksi
Plasmodium falciparum lebih rendah
daripada Plasmodium vivax, rerata
densitas
parasit
pada
penderita
Plasmodium falciparum lebih
tinggi
daripada Plasmodium vivax, dan derajat
anemia lebih berat dan densitas parasit
lebih tinggi pada pasien dengan infeksi
Plasmodium falciparum daripada infeksi
Plasmodium vivax. Sebaiknya dilakukan
penelitian
lebih
lanjut
mengenai
hubungan kadar hemoglobin dengan
densitas parasit pada penderita malaria
dengan melihat
kadar hemoglobin
sebelum dan sementara
menderita
malaria serta memperhitungkan lama
demam pada saat pengambilan sampel
darah.
DAFTAR PUSTAKA
Alimudiarnis. (2009). Manifestasi Klinis
dan
Penatalaksanaan
Malaria
Berat. Subbagian Tropik Infeksi
Bagian Penyakit Dalam RS M.
Djamil Padang. 5 -14.
303
Susilawati
ISSN 2252-5416
Depkes
RI.
(2008).
Pedoman
Penatalaksanaan Kasus Malaria di
Indonesia
Direktorat
Jenderal
Pengendalian
Penyakit
dan
Penyehatan Lingkungan. Departemen
Kesehatan
Republik
Indonesia. Jakarta. 1- 8.
Famedia. (2005). Malaria Update (from
basic science to clinical practice).
Diakses 9 juli 2012. Available from
URL: http://www. farmedia.or.ad/
Gandasuhada S, Herry H, Pribudi W.
(2004). Parasitologi Kedokteran.
Gaya Baru. Jakarta. 178 – 194.
Guyton dan Hall. (2008). Buku Ajar
Fisiologi Kedokteran. Ed. 11. EGC.
Jakarta. 440 – 447.
Harijanto P.N, Nugroho A, Gunawan
C.A,
(2010).
Malaria
dari
Molekuler ke Klinis. Ed. 2. EGC.
Jakarta.
Harijanto
PN,
(2000).
Malaria:
Epidemiologi,
Siklus
Hidup
Plasmodium Malaria, EGC. Jakarta.
Laihand FJ. (2011). Epidemiologi
Malaria Di Indonesia. Kementerian
Kesehatan RI.
Muchid A dan Wurjati R. (2008).
Pelayanan Kefarmasian Untuk
Penyakit Malaria. Direktorat Bina
Farmasi Komunitas dan Klinik
Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan Departemen Kesehatan.
Pearce EC. (2004). Anatomi dan
Fisiologi untuk Paramedis. Terjemahan oleh Handoyo SY. Cetakan
VI. PT Gramedia. Jakarta. 133 – 134
Prodjodipuro P dan Sutamihardja A.
(2006). Buku Panduan Pelatihan
Diagnosis Mikroskopi Malaria.
Terjemahan
oleh
Ayub
E.
Departemen Parasitologi Medis US
NAMRU-2 Jakarta.
Sari MI. (2007). Hubungan Defisiensi
G6PD Dan Infeksi Malaria.
Fakultas Kedokteran.
Sutanto I dan Ismid IS. (2008).
Parasitologi Kedokteran Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
189-212.
304
Download