Analisis Enterprise Risk Management

advertisement
Analisis Enterprise Risk Management (ERM) Pada
Organisasi Masjid Kampus Universitas Padjadjaran
Asep Kurniawan, SE
Pendahuluan
Sebagai terminal akhir dari jenjang sistem pendidikan
nasional, maka perguruan tinggi berperan besar dalam
mempersiapkan tenaga profesional yang pada akhirnya akan
turut serta dalam menentukan masa depan bangsa. Kegagalan
sistem pendidikan tinggi dalam menghasilkan outcomes yang
diinginkan, yaitu sosok manusia yang tidak saja mempunyai
kemampuan yang dapat diandalkan pada bidang profesinya
namun juga dengan integritas moral serta akhlaq mulia, dapat
dipastikan akan berimplikasi pada runtuhnya harapan masa
depan yang lebih baik bagi bangsa ini. Oleh karena itu, sudah
seharusnyalah keberhasilan sistem pendidikan tinggi nasional
menjadi tanggung jawab seluruh elemen bangsa. Terlalu
penting dan berat risikonya jika masalah ini hanya
dibebankan dipundak pengelola formal pendidikan tinggi.
Memang banyak sekali faktor yang berpengaruh
terhadap keberhasilan sistem pendidikan dalam menghasilkan
sosok manusia insan kamil seperti yang diharapkan oleh
bangsa ini. Mulai dari tingkat pendidikan yang masih rendah,
sarana prasarana, sumber daya manusia, pemerintah,
masyarakat pengguna dan hal lain yang tidak dapat
disebutkan satu persatu karena untuk kasus Indonesia
memang amat banyak faktor-faktor itu. Dengan melihat
kenyataan yang ada disekitar kita maka sulit untuk dikatakan
bahwa harapan telah lahirnya insan-insan kamil dalam jumlah
yang mencukupi sebagai salah satu faktor pengerak menuju
terwujudnya kesejahteraan masyarakat telah terpenuhi. Sulit
Analisis Enterprise Risk Mangement (ERM)Pada Organisasi
Masjid Kampus Universitas Padjadjaran
untuk tidak berasumsi bahwa mereka yang terlibat dalam
korupsi dan kolusi pada umumnya adalah alumni lembaga
pendidikan tinggi, baik dalam posisinya sebagai birokrat atau
wiraswastawan. Artinya, ada sesuatu yang perlu mendapat
perhatian lebih serius dalam proses pendidikan dijenjang
pendidikan lebih tinggi yaitu mengenai pembentukan
karakter, integritas, dan atau akhlak.
Masjid kampus mempunyai potensi yang tidak kecil
untuk dapat mempunyai peran yang cukup berarti dalam turut
serta mempersiapkan karakter para alumni perguruan tinggi
terkait. Khutbah jum’at, misalnya, berpotensi untuk bertindak
sebagai sebuah forum studium generale yang bermuatan
pesan-pesan mengenai akhlak mulia dalam konteks
pembangunan karakter bangsa. Disamping peran lokal,
seperti khutbah jum’at tersebut, namun dalam jangka panjang
akan mempunyai implikasi nasional, masjid kampus juga
berpotensi mempunyai peran dengan implikasi nasional
terhadap kasus-kasus kekinian. Sudah seharusnya potesipotensi tersebut ditindaklanjuti agar ia berdaya guna seperti
yang diharapkan (Hermawan, Merumuskan Peran Masjid
Kampus dalam Membangun Masa Depan Bangsa,
disampaikan pada Kongres Nasional Masjid Kampus
Indonesia, 2004).
Istilah masjid kampus mulai populer kira-kira awal
1980-an, bersamaan dengan semakin maraknya kegiatan
mahasiswa dan remaja pada umumnya di masjid-masjid yang
sengaja dibangun di linkungan kampus perguruan tinggi. Di
beberapa perguruan tinggi bahkan terlihat masjid menjadi
alternatif pilihan untuk mengisi waktu di luar kegiatan
perkuliahan formal. Kenyataan ini terus berkembang,
sehingga masjid kampus berfungsi bukan saja untuk
kepentingan kegiatan keagamaan (ritual), tapi juga jenis-jenis
169
170 Dimensia Volume 10 Nomor 1 Januari 2013 : 169-200
kegiatan lainnya, seperti kelompok belajar, kegiatan seni
budaya, latihan kepemimpinan, dan lain sebagainya.
Pelebaran fungsi seperti itu secara konsepsional
sebetulnya bukan sesuatu yang baru, bahkan merupakan
proses idealisasi sesuai dengan fungsi yang sesunggguhnya
seperti juga terjadi pada zaman Nabi. Kenyatan di masyarakat
kita memang masih memperlihatkan fungsinya yang sangat
sempit. Masjid, secara umum, seringkali diidentikan dengan
tempat shalat bagi mereka yang memilih Islam sebagai
agama anutannya. Di luar itu, masjid seolah-olah tidak
memiliki fungsi sosial apapun. Lebih-lebih untuk kegiatankegiatan yang bernuansa bisnis. Akibatnya, peningkatan
jumlah masjid di tengah-tengah kehidupan masyarakat
dewasa ini nyaris tidak berpengaruh terhadap penurunan
angka kemiskinan ataupun tensi konflik sosial yang
dihadapinya (Miftah, “Eksistensi dan Fungsi Masjid
Kampus”, disampaikan pada Kongres Nasional Masjid
Kampus Indonesia, 2004).
Hingga saat ini, masjid-masjid yang jumlahnya
mencapai puluhan ribu dan diperkirakan masih akan terus
bertambah, tampaknya belum dapat dimanfaatkan secara
maksimal. Hal ini terutama karena disebabkan oleh masih
minimnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang
masjid, selain itu, perhatian kita masih terfokus pada usaha
pengadaan sarana fisik. Padahal, pemenuhan kebutuhan nonfisik untuk memakmurkan masjid seperti diperintahkan Allah
dalam al-Quran, hingga saat ini masih relatif terabaikan.
Optimalisasi fungsi masjid ini pada gilirannya dapat
juga bermanfaat bagi pembinaan jamaah dan masyarakat
pada umumnya, bukan saja dalam aspek kegiatan ibadah
ritual tapi juga bagi pembinaan aspek wawasan sosial, politik
Analisis Enterprise Risk Mangement (ERM)Pada Organisasi
Masjid Kampus Universitas Padjadjaran
dan ekonomi, serta wawasan-wawasan lainnya sesuai dengan
tuntutan dan perkembangan zaman khususnya seperti yang
kita saksikan sekarang ini. Optimalisasi fungsi seperti inilah
yang justru terjadi di masjid-masjid kampus yang dari sisi
kualitas sumber daya kejamaahannya relatif lebih
maju. Mereka adalah lapisan komunitas terdidik, sekurangkurangnya sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi.
Gambaran seperti ini memperlihatkan sebuah miniatur
fungsi sesuai yang diharapakan, sehingga masjid kampus
dapat menjadi semacam laboratorium pembinaan umat, untuk
kemudian dikembangkan di masjid-masjid pada umumnya.
Dalam situasi apapun, idealnya, masjid dapat dijadikan pusat
kegiatan masyarakat untuk berusaha mewujudkan tatanan
sosial yang lebih baik. Jika selama ini pusat pembinaan
masyarakat masih terpusat ke lembaga-lembaga formal
seperti sekolah dan madrasah, maka bagi masyarakat
sekarang harus juga dikembangkan lembaga kemasjidan
sebagai salah satu alternatif pembinaan umat dan bahkan
bangsa secara keseluruhan. (Miftah, “Eksistensi dan Fungsi
Masjid Kampus”, disampaikan pada Kongres Nasional
Masjid Kampus Indonesia, 2004).
Namun, sebagai sebuah entitas yang juga mengalami
dinamika keorganisasian, tentunya masjid kampus banyak
menghadapi risiko berupa permasalahan manajerial dalam
menjalankan tugas dan fungsinya. Banyak pihak, baik
internal kampus maupun eksternal kampus, yang menjadi
pemangku kepentingan (stakeholders) masjid kampus. Hal ini
memaksa organisasi masjid kampus untuk dapat
menjembatani kepentingan para stakeholders dan mengontrol
risiko-risiko yang muncul karenanya. Selain itu, tanggung
jawab moril yang melekat pada organisasi masjid kampus
171
172 Dimensia Volume 10 Nomor 1 Januari 2013 : 169-200
baik di tingkat lokal, regional, maupun nasional juga harus
senantiasa dijaga konsistensinya.
Pengendalian secara menyeluruh atas risiko yang
muncul dari setiap aktivitas yang dijalankan suatu entitas atau
organisasi, akhir-akhir ini mulai sering diperbincangkan. Hal
ini dipicu oleh munculnya risiko-risiko yang disebabkan oleh
ketidaksinkronan atau penyalahgunaan wewenang yang
sedikit banyaknya akan memberi pengaruh negatif bagi
entitas tersebut. Lebih parah lagi akan mengantarkan entitas
atau organisasi pada kegagalan dalam mencapai tujuannya.
Dalam upaya mencapai tujuan, manajemen harus
menetapkan suatu strategi untuk mengoptimalkan
keseimbangan antara tujuan yang ingin dicapai dengan risikorisiko bawaan yang ada. Salah satu strateginya adalah dengan
menggunakan konsep Enterprise Risk Management (ERM).
ERM memberikan kemampuan kepada perusahaan untuk
menangani ketidakpastian secara efektif sehingga diharapkan
dapat meningkatkan suatu entitas atau organisasi dalam
membangun nilai bagi para stakeholders.
Organisasi Publik
Menurut perspektif kelembagaan, organisasi dapat
didefinisisikan sebagai suatu entitas sosial yang
dikoordinasikan secara sadar, diikuti pembatasan-pembatasan
yang
secara
relatif
berkesinambungan
dengan
pengidentifikasian rambu-rambunya secara jelas serta
senantiasa berupaya meraih pencapaian tujuan
atau
sekumpulan tujuannya secara bersama-sama (Robbins,1990
yang dikutip oleh Heene, 2010). Berangkat dari definisi
tersebut, Daft (1989) yang dikutip oleh Heene (2010)
menjelaskan empat prinsip utamanya, yaitu: (1) Organisasi
Analisis Enterprise Risk Mangement (ERM)Pada Organisasi
Masjid Kampus Universitas Padjadjaran
173
merupakan entitas-entitas sosial yang terdiri atas manusia dan
kelompok manusia; (2) Organisasi akan senantiasa terarah
pada tujuan tertentu; (3) Organisasi mengandung sistem yang
dikoordinasikan secara rasional agar mampu meraih tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya; (4) Organisasi memiliki
rambu-rambu pembatas yang relatif teridentifikasi secara
jelas; yang menentukan unsur mana saja yang termasuk
bagian atau bukan dari organisasi itu.
Menurut Heene (2010), dengan terus mengembangkan
pendekatan organisasi sebagai sistem terbuka, maka dapatlah
memaknai organisasi sebagai sistem bagi para pelakunya
yang saling ketergantungan serta memiliki tujuan-tujuan
bersama yang terkait pada penciptaan dan pendistribusian
nilai-nilai yang berlaku di lingkungan tersebut dan melalui
interaksi keduanya. Hal ini mengimplikasikan bahwa
organisasi memiliki tanggung jawab untuk : (1) Menciptakan
nilai; dan (2) Mendistribusikan nilai yang tercipta. Heene
(2010) mengelompokkan organisasi menjadi 4 jenis: (1)
Organisasi Publik/Sosial murni; (2) Organisasi Sosial –
ekonomi; (3) Organisasi Ekonomi – sosial; (4) Organisasi
Swasta (Perusahaan).
Gambar 1.
Ruang Lingkup Organisasi Publik dan Bisnis
Sumber : Buku Manajemen Stratejik Keorganisasian Publik
(Heene, 2010)
Dengan melihat gambar di atas, dapat kita katakan
bahwa masjid kampus termasuk pada organisasi publik/
sosial murni, karena masjid kampus saat ini
perkembangannya masih berupaya meraih tujuan sosial.
Menurut Ratminto (2009), berdasarkan pada
organisasi
yang
menyelenggarakannya,
pelayanan
umum/publik dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu:
pelayanan publik atau umum yang diselenggarakan oleh
organisasi publik (pemerintah) dan pelayanan publik yang
diselenggarakan oleh organisasi privat (swasta). Pelayanan
umum yang diselenggarakan oleh organisasi privat dapat
dibedakan lagi menjadi pelayanan yang bersifat primer dan
pelayanan yang bersifat sekunder.
Dalam pelayanan publik yang diselenggarakan oleh
swasta adapatabilitas pelayanan sangat tinggi. Penyelenggara
pelayanan selalu beruasaha untuk merespon keinginan
pengguna karena posisi tawar pengguna lebih tinggi
dibandingkan dengan penyelenggara pelayanan. Apabila
keinginan pengguna tidak direspon, maka pengguna akan
beralih kepada penyelenggara pelayanan yang lain.
Sistem Pengendalian Manajemen
Pengendalian manajemen adalah proses untuk
memotivasi dan memberi semangat anggota organisasi dalam
melaksanakan kegiatan dalam rangka mencapai tujuan
organisasi. Pengendalian manajemen juga merupakan proses
mendeteksi dan memperbaiki kesalahan yang tidak disengaja
maupun penyimpangan yang disengaja berupa pencurian atau
penyalahgunaan sumber daya yang ada.
Pengendalian manajemen yang berorientasi pada
manusia
dan
implementasi
rencana
memerlukan
Analisis Enterprise Risk Mangement (ERM)Pada Organisasi
174 Dimensia Volume 10 Nomor 1 Januari 2013 : 169-200
Masjid Kampus Universitas Padjadjaran
175
pertimbangan psikologi yang kuat. Aktivitas seperti
komunikasi, menasihati, memberi semangat, dan kritik adalah
bagian yang penting dalam proses ini sehingga terbentuklah
pengendalian tugas (task control). Pengendalian tugas
mencakup proses pencegahan penyimpangan yang mungkin
terjadi. Aktivitas pengendalian manajemen juga memerlukan
koordinasi yang bertujuan untuk menjangkau seluruh lapisan
organisasi dan kemudian mengomunikasikannya dalam
jangka waktu tertentu untuk dapat mengevaluasi dan
mengamati strategi apa yang harus dilakukan untuk mencapai
tujuan organisasi.
Menurut Anthony & Vijay (2004) “Management
control is the process by which managers influence members
of the organization to implement the strategies effectively and
efficiently”. Dari definisi tersebut dapat dilihat bahwa
pengendalian manajemen merupakan proses yang digunakan
manajemen untuk menjamin bahwa organisasi telah
melakukan strategi yang efektif dan efisien. Sistem
pengendalian manajemen dalam pengendalian manajemen
terdiri dari struktur organisasi, wewenang, tanggung jawab,
dan informasi untuk pelaksanaan pengendalian yang
memastikan bahwa organisasi yang sedang berjalan telah
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Untuk mencapai
tujuan dengan manajemn yang efektif, organisasi harus
memiliki manajer dalam pengawasan dan pengevaluasian
atas masukan dan keluaran secara optimal. Dengan demikian,
manajemen memerlukan suatu sistem untuk menangani
proses yang digunakan untuk mencapai tujuan organisasi dan
pengelolaannya dapat berjalan sesuai dengan strategi yang
efektif dan efisien.
Menurut Mulyadi (2004), proses pengendalian
manajemen terdiri dari enam tahapan: (1) Perumusan strategi;
176 Dimensia Volume 10 Nomor 1 Januari 2013 : 169-200
(2) Perencanaan stratejik; (3) Penyusunan program; (4)
Penyusunan anggaran; (5) Implementasi strategi; (6)
Pemantauan.
and manage risk to be within its risk appetite, to provide
reasonable assurance regarding the achievement of entity
objectives.”
Enterprise Risk Management (ERM)
Manajemen risiko dapat memberikan keyakinan
memadai mengenai pencapaian tujuan pelaporan (reporting)
dan ketaatan (compliance). Karena masih berada dalam
pengendalian perusahaan dan bergantung dengan bagaimana
pelaksanaan aktivitas yang berhubungan dengan tujuan
tersebut. Sementara, untuk tujuan stratejik (strategic) dan
operasional (operational) manajemen risiko tidak dapat
mencegah adanya keputusan yang buruk dari manajemen atau
direksi, serta pengaruh eksternal yang menghambat
pencapaian tujuan. Namun, manajemen risiko dapat
memberikan petunjuk dan tuntunan pada manajemen ataupun
direksi untuk dapat menghasilkan keputusan yang lebih baik.
Enterprise Risk Mangement memungkinkan manajemen
untuk secara efektif mengatasi ketidakpastian beserta risiko
dan kesempatan yang mengikutinya, sehingga meningkatkan
kapasitas untuk meningkatkan nilai perusahaan.
Gambar 2. Model Enterprise Risk Management
Menurut COSO, enterprise risk management
memiliki delapan komponen yang saling berhubungan.
Komponen ini berasal dari cara manajemen menjalankan
bisnisnya dan terintegrasi dengan proses manajemen. Berikut
komponen enterprise risk management dari COSO:
Sumber : COSO ERM-Integrated Framework.
The Committee of Sponsoring organizations of the
Treadway Commission (2004) mendefinisikan Enterprise
Risk Management secara lebih lengkap sebagai berikut:
“Enterprise risk management is a process, effected by an
entity’ board of directors, management and other personnel,
applied in strategy setting and across the enterprise,
designed to identify potential events that may affect the entity,
Analisis Enterprise Risk Mangement (ERM)Pada Organisasi
Masjid Kampus Universitas Padjadjaran
Internal Environment – manajemen menentukan
filosofi risiko dan menentukan risk appetite. Lingkungan
internal menentukan dasar bagaimana perspektif orang-orang
diperusahaan mengenai risiko dan pengendalian. Pusat dari
kegiatan bisnis adalah orang-orang didalamnya – attribute
individu seperti integritas, nilai moral (ethical values), dan
kompetensi – dan lingkungan tempat perusahaan beroperasi.
177
178 Dimensia Volume 10 Nomor 1 Januari 2013 : 169-200
Objective Setting – tujuan harus ada sebelum
perusahaan dapat mengidentifikasi kejadian potensial yang
dapat
mempengaruhi
pencapaian.Enterprise
Risk
Management (ERM) memastikan bahwa manajemen
memiliki proses penetapan tujuan dan tujuan yang terpilih
sesuai dengan misi perusahaan dan konsisten dengan risk
appetite.
Event Identification – kejadian potensial yang dapat
memberikan pengaruh kepada perusahaan harus dapat
diidentifikasi.Identifikasi kejadian melibatkan identifikasi
kejadian potensial dari sumber internal maupun
eksternal.Termasuk membedakan antara kejadian yang
menimbulkan risiko dan yang menimbulkan kesempatan dan
yang mungkin menimbulkan keduanya.
Risk Assessment – risiko yang telah diidentifikasi
dianalisa untuk menentukan dasar perlakuan terhadap
risiko.Risiko dinilai baik untuk risiko inherent dan risiko
residual, dengan mempertimbangkan kemungkinan terjadi
dan dampaknya.
Risk Respons
–mengidentifikasi dan melakuan
evaluasi untuk respon yang sesuai terhadap risiko.
Manajemen menentukan sejumlah tindakan untuk
menyesuaikan risiko dengan risk tolerances dan risk appetite
perusahaan.
Control Activities – penetapan dan pelaksanaan
kebijakan dan prosedur untuk memastikan risk response yang
dipilih manajemen dilaksanakan dengan efektif.
Information and Communication – mengidentifikasi,
menangkap, dan mengkomunikasikan informasi yang relevan
dalam bentuk form dan dalam waktu yang tepat agar
Analisis Enterprise Risk Mangement (ERM)Pada Organisasi
Masjid Kampus Universitas Padjadjaran
179
Gambar 3. Komponen ERM dan key elemennya
memungkinkan
orang-orang
untuk
melaksanakan
kewajibannya. Informasi dibutuhkan dalam semua tingkatan
perusahaan untuk mengidentifikasi, menilai dan merespon
risiko.Role
dan
responsibilities
tiap-tiap
personil
dikomunikasikan dengan baik.
Monitoring – keseluruhan enterprise risk management
diawasi dan dimodifikasi sesuai kebutuhan. Dengan demikian
ERM dapat bereaksi secara dinamis dan dapat berubah sesuai
tuntutan kondisi.Monitoring dilaksanakan melalui kegiatan
manajemen yang berjalan, evaluasi terpisah atas ERM, atau
kombinasi dari keduanya.
Metode Penelitian
Sumber : COSO ERM – integrated framework.
Metode penelitian yang penulis gunakan dalam
penelitian ini adalah metodepenelitian kualitatif deskriptif
dengan pendekatan content analysisdan eksperimentasi/
simulasi.Penelitian kualitatif deskriptif adalah prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa katakata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu
tersebut secara holistic (utuh) .Jadi, dalam hal ini tidak boleh
mengisolasi individu atau organisasi ke dalam variable atau
hipotesis tetapi memandangnya sebagai bagian dari suatu
keutuhan.( Bodgan dan Taylor, 1975 dikutip oleh Moleong,
2007). Tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang
secara fundamental bergantung pada pengamatan pada
manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan
orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam
peristilahannya” ( Kirk dan Miller, 1986 dikutip Moleong,
2007). Sedangkan ahli lain mendefenisikan penelitian
kualitatif merupakan penelitian menggunakan latar alamiah,
dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan
Analisis Enterprise Risk Mangement (ERM)Pada Organisasi
180 Dimensia Volume 10 Nomor 1 Januari 2013 : 169-200
Masjid Kampus Universitas Padjadjaran
181
dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang
ada.” (Denzin dan Lincoln, 1987 dikutip Moleong,
2007).Dari segi pengertian ini penulis masih tetap
mempersoalkan latar alamiah dengan maksud agar hasilnya
dapat digunakan untuk menafsirkan fenomena dan yang
dimanfaatkan untuk penelitian kualitatif dengan berbagai
macam metode penelitian. Dalam penelitian kualitatif metode
yang biasa dimanfaatkan adalah wawancara, pengamatan,
dan pemanfaatan dokumen. (Moleong, 2007).Penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang
dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi,
motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistic, dan dengan
cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu
konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan
berbagai metode alamiah (Moleong, 2007).
Dalam konteks risk management philosophy, jajaran
manajemen Masjid Kampus Universitas Padjadjaran
menyadari betul bahwasanya dalam menjalankan amanahnya
yaitu mengorganisasikan kegiatan keislaman di Universitas
Padjadjaran yang berbasis masjid dibutuhkan sebuah sistem
dengan perangkat yang kuat, baik berupa kebijakan, sumber
daya manusia, maupun mekanisme kerja organisasi. Dari
sanalah muncul kesadaran untuk menghadirkan sistem yang
dapat mengantarkan organisasi untuk mencapai tujuan
utamanya dalam mengelola Masjid Kampus dan melakukan
pembinaan keislaman ditengah-tengah masyarakat kampus.
Dalam menjalankan upaya tersebut, Masjid Kampus
Universitas Padjadjaran mengalami dinamika organisasi yang
sangat beragam. Banyak risiko yang dihadapi, banyak solusi
yang dijalankan, banyak solusi yang berhasil, namun tidak
jarang juga mengalami kegagalan. Dalam menangani risiko
organisasinya, Masjid Kampus Universitas Padjadjaran
sering mengadopsi teori-teori manajerial dan keorganisasian
yang diajarkan di kampus. Karena salah satu potensi besar
yang dimiliki oleh perguruan tinggi adalah banyaknya
sumber daya manusia dengan gagasan brilian yang dapat
dilibatkan dan mampu memberi solusi atas setiap
permasalahan atau risiko yang dihadapi. Namun, apapun
bentuk solusi yang ditawarkan baik yang bersifat strategis,
taktis, maupun teknis/ operasional, semuanya dikembalikan
pada aspek fundamental yaitu aturan Allah swt. Sebab,
semangat yang mendasari setiap aktivitas di masjid adalah
keimanan kepada Allah swt. Allah swt berfirman, “Tidaklah
pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan masjidmasjid Allah, sedang mereka mengakui bahwa mereka
sendiri kafir. Itulah orang-orang yang sia-sia pekerjaannya,
dan mereka kekal di dalam neraka. Hanyalah yang
memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang
beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap
mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada
siapa pun) selain kepada Allah, maka merekalah orangorang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang
yang mendapat petunjuk” (TQS. At Taubah : 17-18). Allah
juga berfirman, “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu
dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah
mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat
dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orangorang yang mendapat petunjuk” (TQS. An Nahl : 125)
182 Dimensia Volume 10 Nomor 1 Januari 2013 : 169-200
Masjid Kampus Universitas Padjadjaran
Hasil dan Pembahasan
Internal Environment merupakan keadaan yang
mencerminkan tingkat perhatian dan dukungan manajemen
terhadap manajemen risiko organisasi. Lingkungan internal
merupakan landasan bagi pelaksana komponen manajemen
risiko perusahaan lainnya.
Analisis Enterprise Risk Mangement (ERM)Pada Organisasi
183
Ketentuan diataslah yang akan senantiasa dijadikan
guidance dalam mengidentifikasi, memilih, dan mengelola
risiko yang telah diterima oleh manajemen, serta memilih
alternatif solusi yang akan ditetapkan sebagai treatment
untuk mengatasi risiko yang akan muncul selama
berlangsungnya mekanisme organisasi.
Sementara terkait halrisk appetite, satu hal yang
penulis temukan adalah tingkat pengetahuan dan selera risiko
(risk appetite) dalam organisasi ini berbeda-beda ditiap
levelnya. Hal ini disebabkan oleh kapasitas individu dan
wewenang yang dimiliki berbeda-beda. Perlu ada sosialisasi
yang lebih intens lagi dalam menyamakan persepsi berkaitan
dengan risk appetite di semua level organisasi.
Orang-orang yang menempati jajaran board of
directors di Masjid Kampus Universitas Padjadjaran adalah
para ketua divisi (top level management) serta para alumni
dan dosen yang terlembagakan dalam struktur Pembina
Masjid. Top level management dalam hal ini merupakan
orang-orang yang memiliki tanggung jawab penuh berkaitan
dengan kinerja organisasi, sedangkan Pembina Masjid
memiliki peranan menjembatani hubungan dengan pihak
birokrat kampus dan memberikan masukan demi
keberlangsungan dan perkembangan organisasi.
menjadi pengurus
Padjadjaran.
baru
Masjid
Kampus
Universitas
Proses penanaman kode etik yang menyeluruh
sehingga melahirkan generasi yang memiliki integritas yang
kuat membutuhkan waktu yang relatif lama. Terlebih lagi hal
ini mendapat tantangan dari siklus masa studi mahasiswa
yang saat ini relatif lebih singkat. Kondisi ini membuat
organisasi
harus
berpikir
keras
untuk
mampu
menyeimbangkan kondisi diatas dengan cara mengajari,
mewajibkan, dan membiasakan perilaku berintegritas serta
memberi teladan atau contoh agar penanaman integritas dapat
berlangsung tidak terlalu lama. Hal ini tercermin dalam
beberapa program kerja yang bersifat pembekalan, pelibatan,
dan pemberdayaan.
Masjid Kampus Universitas Padjadjaran mendapatkan
tantangan dan tuntutan yang sangat besar untuk menanamkan
commitment to competence yang harus dimiliki oleh aktivis
dakwah dan pengurus masjid. Untuk tetap mengacu pada
standar kompetensi minimal yang harus dimiliki oleh
pengurus masjid, manajemen melakukan upaya-upaya berupa
seleksi, pembekalan, dan pembinaan baik rutin maupun
berkala. Hal ini dinilai cukup baik dalam menjaga
kompetensi pengurus.
Integrity and Ethical Values atau kode etik yang telah
ditetapkan oleh Masjid Kampus Universitas Padjadjaran
sudah baku dan bersifat mengikat. Hanya saja berkaitan
dengan integritas yang dimiliki oleh pengurus masih belum
merata, walaupun hanya sebagian kecil saja. Hal ini
disebabkan oleh beragamnya latar belakang keislaman dan
kemanajerialan yang dimiliki oleh para mahasiswa yang
Objective Setting merupakan kegiatan menyelaraskan
visi dan misi dengan tujuan organisasi, sehingga risiko-risiko
yang dapat menggangu pencapaian tujuan organisasi yang
telah ditetapkan sebelumnya dapat dikelola dengan baik.
Adapun yang dilakukan adalah, pengembangan dan
pembinaan sumber daya manusia dengan sistem berjenjang
melalui suatu pola pembinaan yang khas, seleksi program
unggulan dengan fokus pada pencitraan Masjid Kampus
184 Dimensia Volume 10 Nomor 1 Januari 2013 : 169-200
Masjid Kampus Universitas Padjadjaran
Analisis Enterprise Risk Mangement (ERM)Pada Organisasi
185
Universitas Padjadjaran sebagai Masjid Intelektual (Masjid
Universitas
Padjadjaran,
Masjid
Intelektual)
dan
mengedepankan kekhasan ide dan pemikiran Islam sebagai
pemecah persoalan kehidupan manusia (Islam Punya Solusi),
kemandirian, dan eksistensi dalam melakukan kerjasama dan
dalam kompetisi di lingkungan kemahasiswaan dan
kemasyarakatan.
Event Identification merupakan kegiatan identifikasi
kejadian yang dapat memengaruhi pencapaian tujuan
organisasi, baik yang dapat menimbulkan dampak negatif
(risiko) maupun dampak positif (peluang) dengan
mempertimbangkan faktor internal dan eksternal.
Dalam menentukan dan mencanangkan tujuan yang
hendak dicapainya, Masjid kampus Universitas Padjadjaran
sebagaimana organisasi lain pada umumnya pasti
menghadapi kejadian-kejadian potensial yang dapat
memengaruhi pencapaian tujuan organisasi. Namun, hal yang
harus kita pahami adalah bagaimana cara organisasi dalam
memilah antara kejadian yang memiliki potensi risiko dan
kejadian yang memiliki potensi peluang. Hal ini penting
karena berkaitan dengan tingkat penerimaan organisasi
terhadap risiko yang melekat dalam setiap kejadian maupun
nanti setelah dilakukan pengendalian atas risiko tersebut.
Ada dua faktor yang harus diperhatikan dalam
mengidentifikasi kejadian-kejadian yang akan dihadapi oleh
organisasi, yaitu:
ditilik dari sisi kelayakan fisik bangunan masjid
memang masih belum memadai untuk menjadi
representasi masjid kampus. Daya tampung masjid
pun masih kurang. Sehingga sangat diperlukan upaya
untuk memperbaiki aspek infrastruktur ini. Kondisi
infrastruktur yang seperti ini akan mengakibatkan
munculnya risiko dan sulitnya menangkap peluang.
Sumber daya manusia; secara kualitas sumber daya
manusia yang ada di Masjid Kampus Universitas
Padjadjaran sudah masuk dalam kualifikasi yang
cukup baik. Namun, apabila dilihat dari sisi
kuantitasnya memang masih dibutuhkan banyak
sumber daya manusia lagi untuk bisa menjalankan
roda kepengurusan dengan ideal dan progresif. Hal ini
bisa membuat peluang yang ada tidak dapat
dioptimalkan.
Proses; secara umum apa yang telah diterapkan di
Masjid Kampus Universitas Padjadjaran sudah
memiliki standar yang jelas. Kapasitas cakupan dan
desain aturan yang telah dibuat sudah mampu
menggerakkan organisasi. Hanya saja dalam tataran
eksekusi masih terjadi beberapa kesalahan yang
terjadi yang disebabkan oleh kelemahan dan
keterbatasan manusia.
Teknologi; Masjid Kampus Universitas Padjadjaran
masih belum menggunakan teknologi secara serius
yang disebabkan oleh kemampuan maintenance yang
kurang baik.
1. Faktor Internal
Infrastruktur; dengan adanya dua bangunan fisik
masjid yang melambangkan dua sektor, Kampus
Dipati Ukur dan Kampus Jatinangor, menurut
penilaian penulis sudah cukup baik. Hanya saja,
2. Faktor Eksternal
Situasi politik; kebijakan institusi kampus menjadi
satu hal yang sangat memengaruhi mekanisme
organisasi. Perubahan apapun yang berkaitan dengan
186 Dimensia Volume 10 Nomor 1 Januari 2013 : 169-200
Masjid Kampus Universitas Padjadjaran
Analisis Enterprise Risk Mangement (ERM)Pada Organisasi
187
masjid yang dikeluarkan oleh pihak institusi mau
tidak mau harus diikuti dan disesuaikan.
Situasi ekonomi; faktor ini berpengaruh cukup besar
pada aktivitas penganggaran (budgeting), baik dalam
kepengurusan maupun kepanitiaan. Manajemen mau
tidak mau dipaksa untuk melakukan penyesuaianpenyesuaian yang bisa jadi akan memengaruhi
pencapaian tujuan organisasi
Situasi sosial; faktor ini penting mengingat Masjid
Kampus Universitas Padjadjaran bergerak dalam
rangka melakukan pembinaan ditengah-tengah
masyarakat. Situasi sosial menjadi salah satu
pertimbangan utama dalam menentukan strategistrategi jangka pendek dan menegah.
Lingkungan alam; sejauh ini belum memberikan
pengaruh yang signifikan dalam pencapaian tujuan
organisasi.
Banyak cara yang dilakukan oleh manajemen dalam
mengidentifikasi kejadian-kejadian yang biasa muncul/
terjadi. Diantaranya dengan membaca secara langsung faktorfaktor yang memengaruhi organisasi, sebagaimana yang
tercantum diatas. Selain itu bisa juga dilakukan dengan
mempelajari laporan pertanggungjawaban kepengurusan atau
diskusi langsung dengan pengurus periode sebelumnya.
Survey kecil-kecilan dan berdiskusi dengan pembina juga
bisa ditempuh untuk menguatkan informasi yang telah kita
dapatkan.
Setiap kejadian yang dihadapi organisasi terkadang
ada yang memang hanya berdiri sendiri, namun ada pula
yang bersifat saling memengaruhi. Kejadian yang saling
memengaruhi inilah yang harus diberi perhatian khusus oleh
manajemen. Karena apabila salah dalam menanganinya maka
akan menjalar ke aspek strategis lainnya.
Kategorisasi kejadian memang sangat penting
dilakukan. Hal ini akan mempermudah manajemen dalam
menentukan siapa yang akan bertanggung jawab ketika
kedepannya suatu kejadian akan memberikan pengaruh besar
kepada upaya pencapaian tujuan organisasi. Manajemen
harus bisa memilah kejadian yang berpotensi risiko dan
berpotensi peluang. Hal ini sangat tergantung pada risk
appetite orang-orang yang menduduki posisi top
management.
Control
Activities
merupakan
kegiatan
mengidentifikasi pengendalian-pengendalian yang diperlukan
untuk memastikan bahwa respon terhadap risiko telah
dijalankan dengan baik dan benar.
Setelah menetapkan respon atas risiko yang terdapat
dalam kejadian-kejadian yang akan dihadapi organisasi,
manajemen menurunkannya menjadi kebijakan yang akan
menjadi pegangan dalam mengantisipasi risiko tersebut.
setelah itu diturunkan lagi kedalam aspek yang lebih rinci
lagi yaitu berupa prosedur yang akan dilaksanakan dalam
mengelola risiko tersebut.
Aktivitas pengendalian dapat dikategorikan menjadi
dua jenis, diantaranya ada yang bersifat preventif, detektif,
manual, komputerisasi, dan pengendalian manajemen. Teknik
pengendalian yang bisa dilakukan antara lain: top-level
reviews, direct functional or activity management,
information processing, physical controls, performance
indicators, segregation of duty.
Analisis Enterprise Risk Mangement (ERM)Pada Organisasi
188 Dimensia Volume 10 Nomor 1 Januari 2013 : 169-200
Masjid Kampus Universitas Padjadjaran
189
Teknik diatas digunakan tergantung pada risiko apa
yang akan dilakukan penanganan terhadapnya. Dalam Masjid
Kampus Universitas Padjadjaran memang ada beberapa
teknik yang bisa dan ada pula yang belum bisa diterapkan.
Hal ini disebabkan oleh prasyarat penunjangnya yang
memang belum dimiliki oleh Masjid Kampus Universitas
Padjadjaran.
Kebijakan (policy) adalah hal-hal yang berkaitan
dengan apa yang harus dilakukan oleh manajemen untuk
melakukan penanganan terhadap risiko yang sudah
diterimanya. Sedangkan prosedur adalah hal-hal yang
berkaitan dengan bagaimana langkah-langkah yang harus
ditempuh manajemen untuk mengelola atau menangani
risiko-risiko tersebut. Masjid Kampus Universitas
Padjadjaran telah memiliki kebijakan dan prosedur yang
cukup untuk mengelola aktivitasnya. Namun, apa yang telah
dimiliki masih harus ditambah dan ditingkatkan untuk dapat
menjawab tantangan organisasi yang lebih profesional ke
depannya.
Masjid Kampus Universitas Padjadjaran masih
menjalankan kontrol secara manual. Karena sejauh ini
pengendalian manajemen dinilai masih dapat ditangani secara
manual. Selain itu juga secara infrastruktur masih belum
menunjang.
Information and communication merupakan kegiatan
identifikasi, pencatatan, penyebaran, dan penggunaan
informasi yang relevan secara tepat waktu dalam rangka
menunjang terlaksananya tugas dan tanggung jawab
manajemen dan pengurus lainnya.
Mekanisme filter informasi:
♦ Content appropriate. Apakah sudah cukup lengkap
dan rinci?
♦ Information is timely. Apakah ada ketika dibutuhkan?
♦ Information is current. Apakah informasi atau data itu
yang paling baru (up date)?
♦ Information is accurate. Apakah data tersebut benar/
valid?
♦ Information is accessible. Apakah data tersebut dapat
diperoleh oleh siapapun yang membutuhkan?
Pertanyaan-pertanyaan diatas ditanyakan untuk
memastikan agar informasi yang dibutuhkan dan yang akan
digunakan dalam pengambilan keputusan benar-benar cukup,
valid, dan relevan. Sebab, ketika informasi yang dibutuhkan
dalam pengambilan keputusan tidak sesuai dengan standar
diatas maka akan berakibat pada kesalahan mengambil
keputusan, kesalahan solusi yang diterapkan, dan akan
membahayakan organisasi. Oleh karena itu, penting bagi
Masjid Kampus Universitas Padjadjaran untuk melakukan
pembacaan yang serius baik mengenai kondisi internal
maupun eksternal organisasi.
Pola komunikasi dibuat dengan tujuan untuk
memperjelas alur informasi organisasi, sehingga tercipta
kerjasama yang efektif dan efesien.
Komunikasi secara formal dilakukan dengan rapatrapat. Adapun rapat-rapat yang diselengarakan oleh Masjid
Kampus Universitas Padjadjaran adalah:
1. Rapat Koordinasi Khusus (RAKORSUS), yaitu rapat
yang WAJIB dihadiri oleh seluruh Ketua Divisi, 2
minggu 1 kali. Agenda utama RAKORSUS adalah
Analisis Enterprise Risk Mangement (ERM)Pada Organisasi
190 Dimensia Volume 10 Nomor 1 Januari 2013 : 169-200
Masjid Kampus Universitas Padjadjaran
191
2.
3.
4.
5.
seputar koordinasi, POAC, pemecahan masalah-masalah
penting dan pengambilan keputusan organisasi.
Rapat Koordinasi Umum (RAKORMUM), yaitu rapat
yang wajib dihadiri oleh seluruh Ketua Divisi dan Ketua
Departemen (setingkat dibawah ketua divisi). Agenda
utama RAKORMUM adalah koordinasi, evaluasi dan
konsolidasi pengurus. RAKORMUM diselenggarakan 3
bulan 1 kali.
Rapat Umum (RAPUM), yaitu rapat yang wajib dihadiri
oleh seluruh jenjang kepengurusan (top, midle dan low
level). Agenda utama RAPUM adalah evaluasi
(pengumuman reward and punishment) umum dan
konsolidasi. RAPUM diselenggarakan 6 bulan 1 kali.
Rapat Divisi, yaitu rapat yang wajib dihadiri oleh ketua
divisi dan staffnya, waktunya tentatif minmal 1 minggu 1
kali. Agenda utama Rapat Divisi adalah konsolidasi,
sosialisasi informasi dan evaluasi.
Rapat Kepanitiaan, yaitu rapat yang wajib dihadiri oleh
kepanitiaan tersebut yang dapat didampingi oleh
pengurus yang ditunjuk sebagai Steering Committee (SC).
Monitoring merupakan kegiatan pemantauan atas
efektifitas pelaksanaan kebijakan organisasi, baik berupa
kegiatan supervisi secara langsung maupun evaluasi berkala.
Ongoing Monitoring Activities Sepanjang
perjalanannya baru mekanisme inilah yang dilakukan oleh
Masjid Kampus Universitas Padjadjaran dalam memantau
aktivitas-aktivitasnya. Setiap periode kepengurusan, baik di
pertengahan maupun di akhir periode, pemantauan ini selalu
dilakukan melalui mekanisme rapat. Hal ini dilakukan dalam
rangka menjaga keberlangsungan roda organisasi aga tetap
berada di jalur yang telah ditetapkan. Setiap pengurus
memiliki tanggung jawab untuk mengawasi, memberi
masukan, dan mengevaluasi aktivitas yang telah dilakukan
organisasi baik dari aspek input, proses, maupun output.
Separate Evaluations - Evaluasi terpisah dalam
bentuk formal memang belum dilakukan. Yang dilakukan
hanya meminta pandangan dari beberapa stakeholders saja
berkaitan dengan masalah keorganisasian. Itupun hasilnya
tidak mempengaruhi organisasi secara langsung. Sifatnya
hanya pandangan dan masukan yang dapat dijadikan bahan
pertimbangan untuk kepengurusan selanjutnya.
Simpulan dan Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan,
maka dapat dirumuskan kesimpulan sebagai berikut:
1. Dalam upaya mewujudkan tujuan utama organisasi,
Masjid Kampus Universitas Padjadjaran banyak
menghadapi tantangan khususnya yang berkaitan dengan
aktivitas operasional. Karena, Masjid Kampus Universitas
Padjadjaran adalah organisasi yang bergerak di bidang
pelayanan publik khususnya di bidang keagamaan. Dalam
menjalankan proses internalnya, Masjid Kampus
Universitas Padjadjaran banyak mengadopsi konsepkonsep kemanajerialan yang berkembang di kampus.
2. Dalam sebagian kecil aspek, Masjid Kampus Universitas
Padjadjaran telah menerapkan konsep-konsep yang sama
seperti yang terdapat dalam konsep Enterprise Risk
Management (ERM). Hanya saja pelaksanaannya masih
belum terintegrasi. Mekanisme pengidentifikasian risiko
organisasi masih sangat sederhana yaitu hanya dengan
mempelajari kebiasaan kepengurusan sebelumnya. Risiko
yang biasa dihadapi oleh organisasi Masjid Kampus
Analisis Enterprise Risk Mangement (ERM)Pada Organisasi
192 Dimensia Volume 10 Nomor 1 Januari 2013 : 169-200
Masjid Kampus Universitas Padjadjaran
193
Universitas Padjadjaran lebih bersifat teknis operasional
harian.
3. Budaya risiko belum dijadikan bagian dari budaya inti
organisasi, dan budaya risiko di organisasi masih belum
berkembang,
masih
adapengurus
yang
belum
mendapatkan pelatihan mengenai risiko dengan baik.
Masjid Kampus Universitas Padjadjaran masih
menggunakan kebiasaan intuitif saja dalam merespon
risikonya. Masih belum terstruktur dengan baik. Hal ini
disebabkan karena Masjid Kampus Universitas
Padjadjaran tidak memiliki organ struktural khusus yang
memegang peranan sebagai Risk Officer. Untuk
menghadapi
tantangan
yang
ada,
penulis
merekomendasikan agar Masjid Kampus Universitas
Padjadjaran membentuk struktus khusus yang menangani
masalah ini. Agar tidak asing, maka penulis
merekomendasikan munculnya Laboratorium Dakwah
(Labda), yang pada beberapa periode kepengurusan
sebelumnya pernah ada, untuk mengambil peranan ini.
Rekomendasi Tugas-tugas Pokok dalam Menjalankan
Manajemen Risiko
Tugas Pokok Top Level
Sebagai Pimpinan Organisasi
Sebagai pimpinan organisasi, top level bertanggung
jawab untuk menetapkan kebijakan-kebijakan yang terkait
dengan manajemen risiko organisasi dan memastikan proses
manajemen risiko organisasi diimplementasikan pada seluruh
proses manajemen organisasi. Untuk menjalankan tugas
pokok tersebut, top level melakukan kegiatan-kegiatan
sebagai berikut:
1. Menetapkan kebijakan manajemen risiko organisasi, serta
kebijakan lain yang terkait
2. Menetapkan kebijakan yang terkait dengan penanganan
risiko-risiko yang dapat menyebabkan terhentinya
kegiatan organisasi
3. Menetapkan kebijakan yang terkait dengan penanganan
risiko-risiko yang diakibatkan oleh keamanan dan
keselamatan
4. Menetapkan kebijakan yang terkait dengan penanganan
risiko-risiko yang diakibatkan oleh kecurangan dan
kelalaian
5. Menetapkan kebijakan yang terkait dengan keuangan
(sumber, penggunaan, pencatatan, dan pelaporan) serta
mengkoordinir pelaksanaannya
6. Menetapkan risk appetite
7. Menetapkan rencana penanganan risiko dan alokasi
sumber daya untuk pelaksanaan rencana penanganan
risiko-risiko yang masuk dalam risk register organisasi
8. Melakukan komunikasi kebijakan manajemen risiko
perusahaan kepada seluruh jajaran manajemen
dan
pengurus lainnya
9. Melakukan aktivitas pengendalian dan pemantauan
terhadap seluruh proses manajemen risiko organisasi
Sebagai Komite Risiko
Sebagai komite risiko, top level bertanggung jawab
dalam memutuskan risiko-risiko yang masuk dalam risk
register organisasi, risk appetite, serta perencanaan terhadap
penanganan risiko yang masuk dalam risk register organisasi.
Untuk menjalankan tugas pokok tersebut, top level
melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
Analisis Enterprise Risk Mangement (ERM)Pada Organisasi
194 Dimensia Volume 10 Nomor 1 Januari 2013 : 169-200
Masjid Kampus Universitas Padjadjaran
195
1. Menelaah usulan risiko-risiko yang masuk dalam risk
register organisasi
2. Menelaah risk profile organisasi dan perkembangannya
tiap tahun
3. Menelaah usulan risk appetite organisasi
4. Menelaah usulan rencana penanganan risiko yang masuk
dalam risk register organisasi
5.
6.
Tugas Pokok Laboratorium Dakwah (Labda)
Sebagai Risk Officer
Tugas pokok labda dalam rangka menjalankan fungsi
risk management diantaranya dengan mengkoordinasikan dan
mensupervisi penerapan kebijakan manajemen risiko
organisasi dan penanganan risiko yang terkait dengan
keberlangsungan aktivitas organisasi, keamanan dan
keselamatan, kecurangan dan kelalaian, keuangan, serta
memastikan tingkat risiko telah memenuhi apa yang
diharapkan perusahaan. Untuk menjalankan tugas pokok
tersebut, labda melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
7.
8.
9.
10.
1.
2.
3.
4.
Menyusun kebijakan manajemen risiko organisasi dak
kebijakan lain yang telah ditetapkan oleh top level
Menyusun kebijakan yang terkait dengan penanganan
risiko-risiko yang dapat mengakibatkan terhentinya
aktivitas organisasi serta mengkoordinir pelaksanaannya
di setiap level manajemen.
Menyusun kebijakan yang terkait dengan penanganan
risiko-risiko yang diakibatkan oleh keamanan dan
keselamatan serta mengkoordinir pelaksanaannya di
setiap level manajemen.
Menyusun kebijakan yang terkait dengan penanganan
risiko-risiko yang diakibatkan oleh kecurangan dan
11.
12.
13.
14.
kelalaian serta mengkoordinir pelaksanaannya di setiap
level manajemen.
Menyusun kebijakan yang terkait dengan keuangan
(sumber, penggunaan, pencatatan, dan pelaporan) serta
mengkoordinir pelaksanaannya
Melakukan review dan menilai efektivitas implementasi
kebijakan-kebijakan yang terkait dengan manajemen
risiko organisasi untuk memastikan bahwa organisasi
memiliki kebijakan yang diimplementasikan secara
efektif
Melakukan koordinasi proses pencapaian tujuan,
identifikasi kejadian, dan penilaian risiko di setiap level
manajemen
Melakukan koordinasi perencanaan terhadap penanganan
risiko bekerja saman dengan unit-unit terkait
Membuat usulan risk register organisasi, risk appetite
dan tingkat risiko yang diharapkan organisasi, serta
perencanaan terhadap penanganan risiko untuk risikorisiko yang termasuk dalam risk register organisasi untuk
diajukan kepada top level (komite risiko)
Melakukan
aktivitas
pengendalian
terhadap
implementasi rencana penanganan risiko yang dilakukan
oleh masing-masing risk owner
Melakukan monitoring terhadap pelaksanaan manajemen
risiko organisasi di setiap level manajemen
Memelihara risk register dan perubahannya
Menyiapkan risk profile orgaisasi setiap tahun untuk
dilaporkan kepada top level (komite risiko)
Membuat laporan berkala yang berisi perkembangan
manajemen risiko organisasi
Analisis Enterprise Risk Mangement (ERM)Pada Organisasi
196 Dimensia Volume 10 Nomor 1 Januari 2013 : 169-200
Masjid Kampus Universitas Padjadjaran
197
Sebagai Internal Auditor
Tugas pokok labda dalam rangka menjalankan fungsi
internal audit diantaranya memberikan opini yang
independen kepada top level berkaitan dengan efektivitas
penanganan risiko serta mendukung perkembangan
implementasi dan evaluasi tugas pokok tersebut. Untuk
menjalankan tugas pokok tersebut, Labda melakukan
kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1. Memastikan bahwa seluruh kegiatan yang dilakukan
telah melalui proses manajemen risiko organisasi
2. Melakukan penetapan tujuan, identifikasi kejadian dan
penilaian risiko, serta perencanaan penanganannya
3. Memelihara risk register yang menjadi tanggung jawab
masing-masing unit, serta mengelola perubahannya
4. Melakukan aktivitas pengendalian dan pemantauan
terhadap pelaksanaan penanganan risiko yang menjadi
tanggung jawab masing-masing unit
5. Mengomunikasikan kebijakan manajemen risiko
perusahaan kepada seluruh jajaran manajemen dan
pengurus lainnya sehingga tujuan dari implementasi
manajemen risiko bisa tercapai
6. Membuat laporan berkala yang berisi perkembangan
manajemen risiko
1. Mempelajari dan memahami manajemen risiko
organisasi dalam melakukan aktivitas
2. Memberikan masukan untuk perbaikan kebijakan dan
implementasi manajemen risiko perusahaan
3. Menginformasikan risiko-risiko yang terkait dengan
kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya kepada
atasannya.
Daftar Pustaka
Arti Anandita. 2010. Pengaruh Implementasi Enterprise Risk
Management Terhadap Kinerja Manajerial. FE
UNPAD. skripsi yang tidak dipublikasikan.
Anthony, Robert; Vijay Govindarajan. 2006. Management
Control System. Mc Graw Hill Higher Education
Bungin, B. 2009. Penelitian Kualitatif : Komunikasi,
Ekonomi, Kebijakan Publik, Dan Ilmu Sosial
Lainnya. Jakarta. Kencana.
Cooper, Donald R. 1996. Metode Penelitian Bisnis Jilid I
Edisi Kelima. Jakarta. Erlangga.
Tugas Pokok Seluruh Pengurus
Heene, Aime. 2010. Manajemen Strategik Keorganisasian
Publik. Bandung. Refika Aditama.
Melaksanakan kebijakan manajemen risiko organisasi
secara efektif dan efisien sesuai dengan peran dan
kedudukannya. Untuk menjalankan tugas pokok tersebut,
seluruh pengurus melakukan kegiatan-kegiatan sebagai
berikut:
Lam, J. 2003. Enterprise Risk Management : From Incentives
To Controls. Hoboken, New Jersey. John Wiley &
Sons, Inc.
198 Dimensia Volume 10 Nomor 1 Januari 2013 : 169-200
Masjid Kampus Universitas Padjadjaran
Laporan pertanggungjawaban kepengurusan Dewan Keluarga
Masjid Universitas Padjadjaran Periode 2006 – 2009.
Analisis Enterprise Risk Mangement (ERM)Pada Organisasi
199
Intan Megafany. 2009. Pengaruh Penerapan Enterprise Risk
Management Terhadap Perwujudan Good Corporate
Governance. FE UNPAD. skripsi yang tidak
dipublikasikan
Makalah Kongres Nasional Masjid Kampus Indonesia. 2004.
Moleong, L. J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif : Edisi
Revisi. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.
Ratminto. 2009. Manajemen Pelayanan. Yogyakarta. Pustaka
Pelajar.
Risalah Dewan Keluarga Masjid Universitas Padjadjaran
The Committee Of Sponsoring Organizations Of The
Treadway Commission. 1992. Internal Control –
Integrated Framework.
_______. 2004a. Enterprise Risk Management – Integrated
Framework : Executive Summary Framework.
_______. 2004b. Enterprise Risk Management – Integrated
Framework : Application Techniques.
Wheelen, Tom; David Hunger. 2005. Strategic Management
And Business Policy. Prentice Hall
200 Dimensia Volume 10 Nomor 1 Januari 2013 : 169-200
Download