BABl PENDAHULUAN - STIESIA Repository

advertisement
BABl
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Pelaksanaan Otonomi Daerah yang telah digulirkan sejak tahun 2001
menuntut sebuah birokrasi yang kompeten dan profesional. Birokrasi yang
kompeten dan profesional adalah birokrasi yang memiliki sense of
responsibility dan profesionality dalam melaksanakan tugas pokok, fungsi,
kewenangan, dan tanggung jawab yang diamanahkan kepadanya. Sense of
responsibility menuntut birokrasi
tidak
sekedar mau
dan
mampu
bertanggung jawab, tetapi juga mau dan mampu mempertanggungjawabkan
tugas pokok dan fungsi yang diamanahkan kepadanya meskipun tanpa
adanya pihak yang mengawasi. Sedangkan birokrasi yang profesional adalah
birokrasi yang memiliki kompetensi yang tinggi. Kompetensi tersebut
meliputi pengetahuan, keahlian, ketrampilan, sikap, dan perilaku yang
diperlukan dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi yang diamanahkan
kepadanya. Dengan birokrasi yang profesional dan kompeten niscaya akan
mampu mencapai tatanan kinerja yang optimal.
Birokrasi dalam dasawarsa akhir-akhir ini semakin sering mendapat
sorotan berbagai pihak. Hal ini mungkin disebabkan semakin transparannya
media membeberkan fenomena yang sebelumnya hampir tidak tersentuh
oleh mata telinga publik. Semakin maraknya sorotan media dalam
mengungkap fenomena yang terjadi di negeri ini, yang memberi kesadaran
warga negara untuk menyikapi apa yang telah dilakukan oleh pemerintah
1
2
dalam menjalankan tugas dan wewenangnya. Dengan kata lain, peran media
semakin dapat dirasakan manfaatnya dalam mendewasakan masyarakat
untuk turut serta mengkritisi apa-apa yang telah dikerjakan oleh birokrasi
pemerintah.
Maraknya
tuntutan
transparasi
dalam
tindak
tanduk
penyelenggaraan negara, semakin menguatkan masyarakat tentang image
profesionalisme yang selama ini dimiliki oleh kelompok birokrat, tidak
sedikit warga masyarakat yang masih meragukan tentang kinerja yang
ditujukan oleh para birokrat kita yang nyatanya banyak yang saling berebut
keuntungan, bukan menumbuhkan kinerja yang efektif dan efisien dalam
menghadapi perubahan zaman yang semakin mengglobal. Situasi ini
diperkuat dengan semakin seringnya sektor publik dinilai sebagai sumber
inefisiensi, pemborosan, sumber kebocoran dana, dan institusi yang selalu
merug1.
Sebagai upaya menghindari keadaan tersebut diatas dan dalam
rangka mewujudkan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas pokok dan
fungsi yang dipercayakan kepada setiap instansi, pemerintah melalui
Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 Tanggal
20 September 1999 dan Keputusan Kepala Lembaga Administrasi N egara
Nomor
239/IX/6/8/2003
Tentang
Pedoman
Penyusunan
Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, maka setiap instansi pemerintah
pada akhir periode diwajibkan untuk menyusun Laporan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP).
3
Sisi lain, tatanan praktis terhadap tuntutan layanan yang lebih baik
beriringan dengan semakin membaiknya pengertian masyarakat terhadap
hak-haknya sebagai warga negara yang mempunyai akses langsung kepada
pemerintah. Ini tentu membawa dampak terhadap perubahan iklim kerja di
pemerintah, khususnya sebagai abdi negara
dan pelayan masyarakat.
Terlebih apabila hal tersebut dikaitkan dengan salah satu faktor yang
mempengaruhi keberhasilan sebuah organisasi yang berorientasi pada public
service, yang keberhasilannya di dalam menjalankan fungsi layanan kepada
publik, sesuai dengan kebutuhan yang dikehendaki. Selain itu paradigma
penyelenggaraan pemerintah, pembangunan, dan layanan masyarakat telah
mengalami pergeseran dari rule goverment yang hanya sekadar bersandar
pada peraturan atau pemerintah menjadi good governance.
Menghadapi dinamika masyarakat tersebut, masyarakat berada
dalam suasana euphoria reformasi, demokratisasi, desentralisasi, otonomi
daerah dan penegakan HAM, termasuk antisipasi terhadap kemajuan IPTEK
dan pergeseran paradigma sebagaimana disebutkan di atas, maka di samping
harus senantiasa membangun kompetensi dirinya, birokrasi publik ini juga
harus mampu mengubah posisi dan peran mereka dalam mengelola dan
menyelenggarakan pelayanan publik dengan lebih baik sesuai kebutuhan
masyarakat. Terwujudnya pelayanan publik yang berkualitas (prima)
merupakan salah satu ciri tata kelola yang baik (good governance), maka
layanan publik yang berkualitas perlu diwujudkan mengingat dalam sistem
pemberian layanan kepada masyarakat akhir-akhir ini masih banyak
4
dijumpai kelemahan sehingga belum dapat memenuhi kualitas yang
diharapkan masyarakat, ditandai dengan masih ada berbagai keluhan
masyarakat yang disampaikan melalui media massa, sehingga dapat
menimbulkan citra yang kurang baik terhadap aparatur pemerintah.
Sebagai abdi negara dan pelayan masyarakat, usaha pemerintah sampai
dengan saat ini salah satunya selalu
berupaya meningkatkan kualitas
pelayanan. Tolok ukur untuk menilai kualitas pelayanan, pemerintah melalui
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara mengeluarkan Keputusan Menteri
Aparatur Negara Nomor: KEP/25/M.P AN/2/2004 tentang Pedoman Umum
Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi
Pemerintah yang meliputi unsur-unsur prinsip pelayanan prima, yaitu:
(1) Prosedur pelayanan, (2) Persyaratan pelayanan, (3) Kejelasan petugas
pelayanan, (4) Kedisiplinan petugas pelayanan, (5) Tanggungjawab petugas
pelayanan, (6) Kemampuan petugas pelayanan, (7) Kecepatan pelayanan,
(8) Keadilan mendapat pelaya..11an, (9) Kesopanan dan keramahan petugas,
(10) Kewajaran biaya pelayanan, (11) Kepastian biaya pelayanan, (12)
Kepastian
jadwal
pelayanan,
(13)
Kenyamanan
lingkungan,
dan
(14) Keamanan pelayanan.
Sejak dilaksanakannya berbagai peraturan di bidang pendidikan yang
mengarah kepada kebijakan yang bersifat edukatif, nampak dunia
pendidikan di Indonesia dituntut untuk maju demi mengimbangi persaingan
globalisasi dunia. Sebagaimana diketahui, salah satu tujuan pembangunan
nasional antara lain mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan
5
kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Sasaran yang lebih dipertegas
lagi adalah menciptakan masyarakat yang berkualitas dengan meningkatkan
mutu sumber daya man usia agar lebih berperan aktif dalam pembangunan.
Sejalan dengan kemajuan dan meningkatnya perkembangan ilmu
pengetahuan
dan
teknologi
informasi
serta
komunikasi,
melalui
perpustakaan masyarakat dapat memperoleh informasi yang diperlukan baik
untuk meningkatkan ilmu pengetahuan bagi keperluan studi, maupun untuk
membantu
memecahkan
masalah-masalah
yang
sedang
dihadapi.
Perpustakaan adalah salah satu institusi yang merupakan pilar bagi
kemajuan setiap bangsa modem yang di dalamnya terhimpun dan terkelola
secara baik hasil dari karya-karya budaya dan ilmiah. Melalui Peraturan
Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 yang didasari oleh UU No. 43 Tahun
2007 tentang Perpustakaan, pemerintah negara pada semua tingkatan wajib
menyelenggarakan perpustakaan sebagai wujud layanan publik guna
mendukung kegiatan kultural, penelitian, dan pembelajaran masyarakat.
Menghadapi era informasi global, perpustakaan perlu dipersiapkan
dan dikelola dengan baik agar dapat diwujudkan sistem perpustakaan yang
kompetitif yang bermuara pada kepuasan pengguna, karena pengguna
merupakan faktor utama eksistensi dan operasionalnya suatu institusi,
terlebih lagi institusi penyedia jasa. Satu penelitian yang dilakukan
The Association of Research Libraries (ARL) di Amerika Serikat dalam
Surtiawan (2006:5) menunjukkan bahwa harapan utama pemakai setelah
memanfaatkan perpustakaan untuk meningkatkan keyakinan diri setelah
6
memperoleh informasi dan pengetahuan yang diperoleh dari koleksi yang
dimanfaatkan.
Melalui penelitian ini, peneliti ingin mengetahui apakah Laporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Badan Perpustakaan
dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur merefleksikan kualitas pelayanan
pnma.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang sebagaimana diuraikan di atas, maka
research questions yang diangkat peneliti adalah:
"Apakah Laporan Akuntabilitas
Kinerja
Instansi
Pemerintah
(LAKIP) Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur
merefleksikan kualitas pelayanan prima?"
1.3
Tujuan Penelitian
1. Mengetahui dan mengevaluasi kinerja Badan Perpustakaan dan
Kearsipan Provinsi Jawa Timur melalui konsep Value for Money (VFM).
2. Mengetahui dan mengevaluasi kualitas pelayanan prima perpustakaan di
Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur melalui
penghitungan Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM).
3. Mengetahui dan mengevaluasi apakah Laporan Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (LAKIP) Badan Perpustakaan dan Kearsipan
Provinsi Jawa Timur merefleksikan kualitas pelayanan prima.
7
1.4
Manfaat Penelitian
1. Bagi lembaga
a. Dengan mengetahui kinerja Badan Perpustakaan dan Kearsipan
Provinsi Jawa Timur melalui konsep Value for Money (VFM), maka
Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur dapat
melakukan pengendalian dan pengawasan atas kinerjanya pada
waktu yang akan datang.
b. Dengan mengetahui kualitas pelayanan pima perpustakaan, maka
Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur dapat atau
lebih berusaha lagi untuk mencapai tingkat kualitas pelayanan yang
lebih baik lagi.
c. Dengan mengetahui apakah Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (LAKIP) Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi
Jawa Timur merefleksikan kualitas pelayanan prima, maka Badan
Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur dapat menilai
keberhasilan ataupun kegagalan institusinya baik dipandang dari sisi
ekstemal maupun internal, dan dapat menetapkan atau menyan1akan
persepsi atau pandangan melalui penetapan indikator kinerja dalam
menilai suatu tingkat keberhasilan atau kegagalan kinerjanya.
2. Bagi Publik
Penelitian ini dapat menjadi media untuk melakukan evaluasi terhadap
kinerja Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur.
8
3. Bagi Teori
Penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi atau sebagai
bahan masukan, khususnya mengenai pentingnya pengukuran kinerja dan
kualitas pelayanan prima di dalam organisasi atau instansi dan juga
pentingnya menetapkan indikator kinerja dalam menilai suatu tingkat
keberhasilan atau kegagalan kinerja.
1.5
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini mengambil objek penelitian pada Badan Perpustakaan
dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur dengan menganalisis kinerja yang ada
di instansi tersebut, khususnya di bidang perpustakaan melalui sumber data
yang ada di Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)
Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur dan sumber
informan pengunjung/pemustaka.
Download