BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG MASALAH Post operative nausea and vomiting (PONV), atau mual dan muntah paska operasi adalah efek samping yang sering terjadi setelah tindakan anestesi, terjadi pada 24 jam pertama paska operasi dan terjadi sebanyak 30% pasien rawat inap dan meningkat angkanya sampai 70% pada pasien rawat inap dengan “resiko tinggi”.(1,2) Angka ini memang telah menurun bila dibandingkan dengan pada masa anestesi yang masih menggunakan ether yaitu 75%.(3) Dari penelitian yang dilakukan Saqda dan kawan-kawan di Pakistan, dijumpai angka PONV 30% dan wanita mengalaminya dua kali lipat lebih banyak dibandingkan dengan pria.(4) Di Korea dilakukan penelitian pada 5272 pasien dijumpai PONV sebanyak 39%.(5) Walaupun PONV hampir selalu hilang sendiri dan tidak fatal, namun menunjukkan angka morbiditas yang signifikan, dimana bisa terjadi dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, jahitan menjadi tegang dan terbuka, hipertensi vena dan perdarahan, ruptur esofageal, dan keadaan yang membahayakan jiwa pada jalan nafas, walaupun komplikasi yang lebih berat lebih jarang. Setiap kejadian muntah akan memperlama keluarnya pasien dari ruang pemulihan selama kurang lebih 20 menit. (1) Pada penelitian yang dilakukan sebelum operasi, pasien memposisikan emesis atau muntah sebagai keadaan yang paling tidak diinginkan dan nausea di urutan ke empat keadaan yang paling tidak diinginkan dari 10 akibat negatif paska operasi; dimana nyeri merupakan urutan ketiga dari studi ini.(6) Karena pasien mengganggap PONV keadaan yang sangat tidak diinginkan, telah diusulkan untuk membuat managemen PONV, sama seperti managemen nyeri.(1) Pada penelitian lainnya, rata – rata pasien mau membayar $ 56 untuk menghindari muntah; dan jumlahnya meningkat pada pasien yang pernah mengalami PONV sebelumnya. (7) Universitas Sumatera Utara PONV sangat dihindari oleh sebagian besar pasien dan anestesiologis. Namun, profilaksis antiemetik non-selektif tidak memperbaiki hasil akhir kecuali pada pasien dengan resiko tinggi. Belakangan ini skor resiko untuk prediksi PONV telah digunakan sebagai cara untuk mengklasifikasi pasien sesuai dengan prediksi resiko dan memberikan profilaksis sesuai dengan klasifikasi ini. Untuk tujuan klinis sehari – hari, skor resiko sederhana mudah dilakukan dan menunjukkan korelasi antara prediksi dengan kejadian PONV pada pasien rawat inap. (8) Faktor resiko PONV telah ada pada literatur sejak akhir 1800an. Dahulu penelitian difokuskan pada satu faktor potensial, dengan sedikit atau tidak ada usaha untuk mengontrol variabel – variabel lainnya. Pada era moderen ini penelitian faktor resiko PONV dimulai pada awal 1990an, dengan publikasi studi permulaan yang berusaha mengidentifikasi secara simultan banyak faktor resiko, menggunakan model regresi untuk mengontrol variasi yang sangat luas. Setidaknya ada 20 kunci studi multivariabel yang sudah dipublikasi di Inggris. (1) Pada awal tahun tersebut penjabaran terhadap faktor resiko semakin baik terutama sejak digunakan analisis statistik multivariabel dan stratifikasi. Penggunaan meta analisis dan sistematic review yang lebih luas menambah pengetahuan tentang hal tersebut. Sebagai tambahan, perkembangan prediksi dengan sistem skor sesuai dengan studi klinis sebelumnya, dan publikasi percobaan dengan sistem skor untuk alokasi profilaksis, memberikan arahan pada kita untuk penggunaan sehari – hari. (8) Belum ada sistem skoring yang dijadikan sebagai baku emas (gold standart) berdasarkan akurasinya. Perkembangan utama dalam sistem skor terfokus pada penyederhanaan sistem skor untuk kemudahan dalam penilaian. Untuk dewasa, Apfel dan Koivuranta telah membuat sistem skor sederhana dengan 4 dan 5 faktor resiko.(9,10) Menurut mereka bahwa penambahan lebih dari beberapa faktor resiko hanya sedikit atau tidak sama sekali menambah akurasi. Dengan sistem skoring yang sederhana menyingkirkan perhitungan yang sulit dan mengurangi perlunya anamnese yang lebih rinci namun menunjukkan kekuatan yang lebih atau sama bila dibandingkan dengan formula yang lebih kompleks. Pada dewasa, skor Apfel dan Koivuranta dkk secara statistik menunjukkan nilai prediksi yang lebih tinggi dibandingkan sistem skor Palazzo dan Evans. Pada penelitian ini juga didapati nilai kekuatan skor Apfel pada kurva ROC Universitas Sumatera Utara lebih tinggi dibandingkan Koivuranta (0,68 dan 0,66). (11) Pada penelitian lainnya secara numerik pada kurva ROC skor Kovuiranta lebih besar dibandingkan dengan skor Apfel yaitu (0,66 dan 0,63). (12) Namun pada penelitian yang dilakukan Pierre dan kawan- kawan menunjukkan secara signifikan skor Apfel lebih akurat dibandingkan dengan skor Sinclair pada penelitian pasien dewasa. (13) Dalam ASPAN’s (American Society of Perianesthesia Nurse) guideline for prevention and/or management of PONV/PDNV skor Apfel dan skor Koivuranta digunakan dalam menilai golongan pasien berdasarkan resikonya terhadap PONV.(14) Hal ini menunjukan kedua sistem skor ini bisa digunakan untuk menilai prediksi PONV dan mengetahui skor mana yang lebih akurat diantara skor Apfel dengan skor Koivuranta dengan menggunakan uji diagnostik. 1. 2 . RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah, Apakah skor Apfel lebih akurat dibandingkan skor Koivuranta dalam memprediksi terjadinya PONV pada pasien dengan anestesi umum? 1. 3 . HIPOTESIS Skor Apfel lebih akurat dibandingkan dengan skor Koivuranta dalam memprediksi terjadinya PONV pada pasien dengan anestesi umum. 1. 4 . TUJUAN PENELITIAN 1. 4. 1. TUJUAN UMUM : mendapatkan sistem skor prediksi PONV yang lebih akurat pada anestesi umum untuk mengurangi kejadian PONV. 1. 4. 2. TUJUAN KHUSUS: a. Untuk mengetahui persentase kejadian PONV pada anestesi umum. b. Untuk mengetahui sensitivitas dan spesifisitas skor Apfel dan skor Kovuiranta pada anestesi umum. Universitas Sumatera Utara 1. 5. MANFAAT PENELITIAN a. Untuk memprediksi lebih dini PONV sehingga penanganannya lebih baik, dan angka kejadian PONV bisa menurun. b. Untuk mengetahui angka kejadian PONV c. Agar skor prediksi PONV seperti skor Apfel maupun skor Koivuranta bisa digunakan untuk aplikasi sehari – hari d. Sebagai bahan acuan penelitian lanjutan dengan menggunakan jumlah kasus yang lebih besar e. Sebagai acuan untuk penelitian pencegahan PONV pada pasien – pasien dengan resiko tinggi. Universitas Sumatera Utara