okupasi terapi - WordPress.com

advertisement
OKUPASI TERAPI
Terapi okupasi berfokus untuk membentuk kemampuan hidup sehari-hari. Karena
kebanyakan penderita autis atau penderita lainya mengalami perkembangan motorik
yang lambat, maka terapi okupasi sangatlah penting. Seorang terapis okupasi juga
dapat memberikan latihan sensorik terintegrasi, yaitu suatu teknik yang dapat
membantu penderita autisme untuk mengatasi hipersensitifitas terhadap suara, cahaya
maupun sentuhan.
Terapi Okupasi adalah salah satu jenis terapi kesehatan yang merupakan bagian dari
rehabilitasi medis. Penekanan terapi ini adalah pada sensomotorik dan proses
neurologi dengan cara memanipulasi, memfasilitasi dan menginhibisi lingkungan,
sehingga tercapai peningkatan, perbaikan dan pemeliharaan kemampuan anak.
Dengan memperhatikan aset (kemampuan) dan limitasi (keterbatasan) yang dimiliki
anak, terapi ini bertujuan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan anak agar
tercapai kemandirian dalam produktivitasnya, kemampuan perawatan diri serta
kemampuan penggunaan waktu luang (leisure).
Metoda Pendekatan Terapi Okupasi ini menggunakan beberapa kerangka acuan yang
terstandarisasi oleh WFOT (World Federation of Occupational Therapy), meliputi:
a. Kerangka Acuan Psikososial:
·
Behavior/ Perilaku.
·
Object Relation
·
Cognitif Behavior
·
Occupational Behavior
b. Kerangka Acuan Sensomotorik-multisensoris:
·
NDT (Neuro Development Treatment)
·
Sensori Integrasi (Sensory Integration)
·
Movement therapy
Kesemuanya dibutuhkan seorang anak dalam berinteraksi secara aktif dengan
lingkungannya seperti di sekolah, di rumah maupun di masyarakat.
Child Care Center menyediakan terapis yang kompeten dibidangnya dengan peralatan
yang terstandarisasi karena kami sadar bahwa pelayanan yang terbaik adalah
kombinasi dari keduanya.
Terapi yang kami berikan akan bermanfaat bagi anak anak dengan gangguan
perkembangan, kesulitan di bidang akademis, keterampilan untuk hidup (life skills)
serta kemandirian.
Anak anak yang mengalami kesulitan tersebut termasuk didalamnya:
·
Attention Deficit / Hyperactivity Disorder (ADD/ADHD)
·
Down Syndrome
·
Asperger’s Syndrome
·
Kesulitan Belajar
·
Keterlambatan Wicara
·
Gangguan pada Proses Auditori
·
Masalah Perilaku
·
Gangguan perkembangan (Cerebral Palsy/ CP)
·
Sensory Integration Dysfunction
·
Pervasive Developmental Disorder (PDD)
·
Keterlambatan Perkembangan lainnya
Download