MEDIA BRIEFING KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Telp: 021-23528446/Fax: 021-23528456 www.depdag.go.id NSW dan INATRADE : Pelayanan Publik Perdagangan Luar Negeri Untuk Meningkatkan Daya Saing Indonesia Jakarta, 12 Maret 2010 – Kantor Kementerian Perdagangan terus meningkatkan pelayanan publik di Bidang Perdagangan Luar Negeri, melalui penerapan Indonesia National Single Window (INSW) dan INATRADE yang perkembangannya cukup signifikan dalam mendorong kinerja pelayanan ekspor impor untuk mengatasi permasalahan yang menghambat kelancaran arus barang. Sejak diterapkan, Kementerian Perdagangan telah menerima pengajuan, 33 (tiga puluh tiga) perijinan impor secara online melalui portal NSW (website INATRADE http://inatrade.depdag.go.id), telah membangun SKA otomasi di 28 (dua puluh delapan) Instansi Penerbit SKA (IPSKA) serta telah mempercepat layanan publik terkait dengan penerbitan SKA dan mempercepat proses customs clearance dengan mengirimkan sisa perijinan impor yang diproses secara manual ke portal NSW melalui webservice INATRADE. Untuk lebih mendalami pemahaman mengenai pelayanan publik Kementerian Perdagangan, khususnya bidang Perdagangan Luar Negeri, hari ini Wakil Menteri Perdagangan, Mahendra Siregar didampingi oleh Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kemendag Diah Maulida, menyampaikan paparan dan peragaan penerapan National Single Window (NSW) di Indonesia dan INATRADE. Wamendag menjelaskan, sejak ditandatanganinya ASEAN Agreement to Establish and Implement the ASEAN Single Window (ASW) oleh Menteri Perdagangan RI bersama para Menteri Ekonomi negaranegara ASEAN pada 5 Desember 2005 di Kuala Lumpur, Indonesia mulai membangun National Single Window (NSW) untuk mendukung diberlakukannya ASW. Pada tahun 2006, Pemerintah Indonesia telah membentuk Tim Persiapan Pembangunan NSW dibawah koordinasi Kantor Menko Perekonomian yang diketuai oleh Menteri Keuangan serta wakil ketua Menteri Perdagangan dan Menteri Perhubungan. “Ada dua alasan mengapa NSW diperlukan, pertama, untuk memenuhi komitmen pemerintah dalam kerangka kerjasama ekonomi regional (ASEAN) maupun Internasional. Dan kedua, NSW merupakan tuntutan nasional untuk mendorong kinerja pelayanan ekspor impor agar permasalahan yang menghambat kelancaran arus barang bisa diatasi,” kata Wamendag. Tahapan pembangunan dan pengembangan NSW sampai saat ini telah mencapai implementasi tahap nasional untuk perizinan impor yang diresmikan oleh Presiden RI tanggal 29 Januari 2010. Tahapan pembangunan NSW di Indonesia adalah sebagai berikut: Tahapan Pembangunan Indonesia National Single Window (INSW) INATRADE Dirjen Daglu Diah Maulida sebagai penanggungjawab operasional pelayanan publik perdagangan luar negeri mengatakan, dalam rangka mendukung pelaksanaan Indonesia National Single Window (INSW), Kementerian Perdagangan telah membangun dan mengembangkan sistem perijinan secara elektronik melalui internet (e-licencing) dengan nama INATRADE. Sistem INATRADE mulai beroperasi sejak tanggal 17 Desember 2007 bersamaan dengan implementasi NSW Tahap I di pelabuhan Tanjung Priok. Sebagai landasan hukum pembangunan dan pengembangan INATRADE telah diterbitkan Peraturan Menteri Perdagangan sebagai berikut : a. Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No. 28/M-DAG/PER/6/2009 tentang Ketentuan Pelayanan Perijinan Ekspor dan Impor dengan Sistem Elektronik Melalui INATRADE dalam Kerangka Indonesia National Single Window; b. Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No. 30/M-DAG/PER/6/2009 tentang Jenis Perijinan Ekspor dan Impor, Prosedur Operasi Standar (Standard Operating Procedure) dan Tingkat Layanan (Service Level Arrangement) dengan Sistem Elektronika Melalui INATRADE dalam Kerangka Indonesia National Single Window; c. Keputusan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No. 934/M-DAG/KEP/6/2009 tentang Pembentukan Tim Pengelola INATRADE; d. Peraturan Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri No. 14/DAGLU/KEP/8/2009 tentang Prosedur Operasi Standar (Standard Operating Procedure) Registrasi Hak Akses INATRADE dan Dokumen Persetujuan Hak Akses INATRADE dalam Kerangka Indonesia National Single Window. Berdasarkan Permendag tersebut di atas, maka sejak bulan Desember 2009, 33 (tiga puluh tiga) perijinan impor dapat diajukan secara online melalui website INATRADE oleh seluruh importir dengan terlebih dahulu harus memiliki password dan user name sesuai dengan aturan yang ditetapkan. Untuk mempercepat proses customs clearance, sisa perijinan impor yang diproses secara manual telah dikirim ke portal NSW melalui webservice INATRADE. Dengan demikian seluruh perijinan impor (78 perijinan) telah dikirim secara mandatory ke portal NSW secara elektronik untuk customs clearance (lampiran 1). Perkembangan lain adalah Laporan Surveyor (LS) dan Certificate of Inspection (COI) yang diterbitkan oleh Surveyor juga telah dikirimkan ke portal NSW. Dalam rangka mandatory NSW ekspor bulan Oktober 2010, seluruh perijinan ekspor akan dikirim ke NSW. Sementara itu, dalam rangka uji coba NSW ekspor di pelabuhan Tanjung Perak, perijinan ekspor yang telah dikirimkan ke portal NSW sudah mencakup 5 (lima) perijinan, yaitu: Eksportir Terdaftar Rotan (ETR), Persetujuan Ekspor Rotan, Laporan Surveyor (LS) Ekspor Rotan, Persetujuan Ekspor Migas dan Persetujuan Ekspor Skrap Logam. 2 Unit Pelayanan Perdagangan (UPP) Luar Negeri Unit Pelayanan Perdagangan (UPP) yang diresmikan tanggal 5 Maret 2007 adalah bentuk upaya untuk meningkatkan pelayanan kepada dunia usaha dan meningkatkan iklim usaha yang kondusif, cepat, tepat, dan efisien, serta meningkatkan fungsi pelayanan perijinan yang baik, tertib dan transparan. “Melalui penerapan pelayanan ini, waktu penyelesaian perizinan dan pendaftaran menjadi lebih singkat dan tanpa dipungut biaya. Unit yang terdiri dari UPP Luar Negeri dan UPP Dalam Negeri ini memberikan layanan perizinan dengan prinsip single entry dan single exit point, sehingga proses perizinan khususnya perdagangan luar negeri dan perdagangan dalam negeri tidak lagi dilakukan secara tatap muka antara pemohon dengan pejabat pemroses,” kata Wamendag. Pelaku usaha ekpor dan impor dapat mengajukan dan mengambil perizinannya melalui loket Unit Pelayanan Perdagangan Luar Negeri. Data pemohon yang diinput di UPP Luar Negeri menggunakan aplikasi berbasis webservice yang terhubung dengan sistem INATRADE, sehingga pemohon dapat memonitor status permohonannya melalui website INATRADE. Dengan adanya UPP, maka Kementerian Perdagangan memiliki database importir dan eksportir yang mengajukan perijinan ekspor dan impor serta jenis perijinan yang banyak diterbitkan oleh Ditjen Perdagangan Luar Negeri, Kementerian Perdagangan. Sejak diresmikan oleh Menteri Perdagangan hingga Agustus 2009, UPP Luar Negeri telah menerbitkan 13 (tiga belas) jenis perijinan ekspor dan impor untuk Persetujuan Impor (PI), Nomor Pengenal Importir Khusus (NPIK) dan Importir Terdaftar (IT). Dengan adanya UPP, maka Kementerian Perdagangan memiliki database importir dan eksportir yang mengajukan perijinan ekspor dan impor serta jenis perijinan yang diterbitkan oleh Ditjen Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan. Surat Keterangan Asal (SKA) Surat Keterangan Asal (SKA) adalah dokumen yang disertakan pada waktu barang ekspor memasuki wilayah negara tertentu yang membuktikan bahwa barang tersebut berasal, dihasilkan dan atau diolah di Indonesia. Dasar hukumnya adalah Kepres No. 58 Tahun 1971 tentang Penetapan Pejabat yang Mengeluarkan SKA mencabut wewenang Ditjen BC dan menetapkan Mendag atau pejabat yang ditunjuk oleh Mendag sebagai pejabat yang berwenang menerbitkan SKA. Berdasarkan jenisnya, SKA dibagi menjadi 2 (dua), yaitu: SKA Preferensi dan SKA Non Preferensi. Berdasarkan tipe form, SKA Preferensi di bagi menjadi 9 (sembilan) form, yaitu: Certain Handicraft, Form A, Form AK, Form D, Form E, Form IJEPA, Global System of Trade Preference, Handicraft Goods dan Industrial Crafts. Sedangkan SKA Non Preferensi, dibagi menjadi 5 (lima) form, yaitu: Certificado De Pais De Origen, Form B, International Coffee Organization dan Textile Products. Berdasarkan Permendag 43/M-DAG/PER/10/2007 tentang Penerbitan Surat Keterangan Asal (Cetificate of Origin) untuk Barang Ekspor Indonesia dan Perdirjen Daglu No. 10/DAGLU/PER/10/2007, ditunjuk 85 (delapan puluh lima) Instansi Penerbit SKA (IPSKA) yang terdiri dari 29 (dua puluh sembilan) dinas yang membidangi perdagangan di tingkat provinsi, 48 (empat puluh delapan) dinas yang membidangi perdagangan di tingkat kabupaten/kota, 4 (empat) lembaga tembakau serta 3 (tiga) kawasan berikat dan BP Kawasan Perdagangan Bebas Batam. IPSKA adalah instansi yang diberi otoritas untuk menerbitkan SKA oleh Kementerian Perdagangan. Jumlah IPSKA pada mulanya adalah 193 (seratus sembilan puluh tiga) IPSKA, kemudian dikurangi menjadi 85 (delapan puluh lima) IPSKA untuk meningkatkan pengawasan. Untuk komoditi tertentu, jumlah IPSKA untuk ekspor udang tujuan Amerika Serikat dan Uni Eropa ditunjuk 14 (empat belas) IPSKA, untuk Alas Kaki tujuan Amerika Serikat dan Uni Eropa (14 IPSKA), dan untuk ekspor kopi (15 lima belas IPSKA). Dalam rangka mempercepat layanan publik terkait dengan penerbitan SKA, Ditjen Perdagangan Luar Negeri telah membangun SKA otomasi di 28 (dua puluh delapan) Instansi Penerbit SKA (IPSKA) dan juga telah mengembangkan sistem penerbitan SKA di 57 (lima puluh tujuh) IPSKA manual. “Hal ini akan mempercepat proses pelayanan bagi eksportir/dunia usaha, meningkatkan pemanfaatan preferensi yang diberikan kepada komoditi ekspor Indonesia, meningkatkan akurasi dan mencegah penyalahgunaan SKA untuk produk non Indonesia dan untuk mencegah terjadinya illegal transhipment serta untuk ketersediaanya data ekspor berdasarkan dokumen SKA,” jelas Dirjen Daglu. 3 Data penerbitan SKA baik SKA Preferensi maupun Non Preferensi sampai dengan tahun 2009 adalah seperti di bawah ini : Wamendag menjelaskan bahwa dengan semakin baiknya pelayanan penerbitan SKA ini maka semakin banyak pula eksportir Indonesia yang dapat memanfaatkan fasilitas tarif yang rendah sebagai bagian dari Free Trade Agreement Indonesia dengan negara-negara lain. Dengan demikian maka daya saing produk Indonesia di negara-negara tujuan ekspor itu semakin baik. “Tidak tepat lagi persepsi yang beranggapan bahwa eksportir-eksportir Indonesia tidak mampu memanfaatkan fasilitas FTA. Meningkatnya jumlah dan nilai ekspor Indonesia yang menggunakan formulit-formulir FTA itu merupakan bukti bahwa para eksportir kita paham terhadap keuntungan penggunaannya, sehingga mereka memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya. Di lain pihak, pelayanan publik perdagangan luar negeri yang semakin baik serta sosialisasinya merupakan wujud komitmen Pemerintah agar semua pengusaha dan eksportir Indonesia benar-benar diuntungkan oleh penurunan tarif impor di negara-negara tujuan ekspor kita,” kata Wamendag. --selesai-Informasi lebih lanjut hubungi: Robert James Bintaryo Kepala Pusat Humas Kementerian Perdagangan Telp/Fax: 021-23528446/021-23528456 Email: [email protected] Ahmad Syafrie Direktur Fasilitasi Ekspor dan Impor Ditjen Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Telp/Fax: 021-3858171 Ext.1169/021-3450071 Email: [email protected] 4