SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 i SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT KE-1 Disunting oleh: Kadek Surya Mahedy Nyoman Laba Jayanta I Gede Parta Sindu Agus Aan Jiwa Permana Ida Koamang Widhiarjaya Gede Saindra Santyadiputra I Made Ardwi Pradnyana Nopember 2016 Diselenggarakan pada 19 Nopember 2016 Diselenggarakan oleh: Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Pendidikan Ganesha UNDIKSHA PRESS 2016 ii SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT KE 1 Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Pendidikan Ganesha Prosiding Seminar Nasional Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Ke-1 19 Nopember 2016 Penyunting: Kadek Surya Mahedy Nyoman Laba Jayanta I Gede Parta Sindu Agus Aan Jiwa Permana Ida Koamang Widhiarjaya Gede Saindra Santyadiputra I Made Ardwi Pradnyana Diterbitkan oleh: Undiksha Press Jalan Udayana No. 11 Telp. +62 362 26609 Fax. +62 362 25735 Email [email protected] Singaraja-Bali ISBN : 978-602-6428-05-9 iii SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat (SENADIMAS) Ke-1 Tahun 2016 Komite Program: Dr. I Nyoman Jampel, M.Pd. Prof. Dr. Ida Bagus Putu Arnyana, M.Si. Prof. Dr. I Wayan Lasmawan, M.Pd. Dr. I Gusti Ngurah Pujawan, M.Kes. Drs. I Wayan Suarnajaya, MA., Ph.D. Prof. Dr. Nengah Suandi, M.Hum. Reviewer: Prof. Dr. I Made Candiasa, MI.Kom. Prof. Dr. Nyoman Wijana,M.Si Prof. Dr. I Ketut Dharsana,M.Pd Prof. Dr. Ni Nyoman Padmadewi, M.A. Prof. Dr.Ida Bagus Putrayasa,M.Pd Dr. Ni Made Ratminingsih, M.A. Dr. Drs. I Wayan Kertih, M.Pd. Dr.I Wayan Bagia, M.Si Dr. Desak Putu Parmiti,MS Dr. Gede Indrawan, S.T, M.T. Dr. Drs Wayan Mudana, M.Si. Dr. Wahjoedi, S.Pd., M.Pd. Dr.rer.nat I Gusti Ngurah Agung Suryaputra, S.T,M.Sc. Dr. I Nyoman Sukajaya, M.T. Dr. I Wayan Muderawan, M.S. Komite Pelaksana : Ketua Pelaksana: Putu Hendra Suputra, S.Kom., M.Cs. Sekretaris: Nyoman Karina Wedhanti, S.Pd., M.Pd. Bendahara: Made Henny Sawitri, A,Md. Makalah/prosiding: Kadek Surya Mahedy, S.T., M.Pd. Persidangan: Dr. Ketut Agustini, S.Si, M.Si. Sekretariat: I Made Karunia, S.T. iv SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa karena atas perkenan-Nya-lah Seminar Nasional Riset Inovatif (Senari) yang keempat ini dapat terlaksana sesuai dengan yang direncanakan. Kegiatan seminar ini digagas pertama kali oleh Lembaga Penelitian Undiksha (sekarang Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) UNDIKSHA) untuk mewadahi publikasi hasil-hasil penelitian yang mengedepankan sisi inovasi, keunggulan kualitas, dan keunikan tiap disiplin ilmu dalam rangka memperkuat identitas bangsa. Hal ini tercermin dalam tema yang secara konsisten diusung Senari sejak awal pelaksanaannya, yaitu “Memperkuat Jati Diri Bangsa Melalui Riset Inovatif, Unggul, dan Berkarakter”. Selanjutnya, kami sampaikan bahwa pada tahun ini, bersamaan dengan SENARI dilangsungkan pula Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat (Senadimas) yang pertama. Pelaksanaan Senadimas merupakan tugas yang diberikan kepada panitia oleh LPPM Undiksha yang dimaksudkan sebagai upaya memberikan kesempatan kepada para dosen dalam menyebarluaskan hasil-hasil pengabdian kepada masyarakat. Senari IV dan Senadimas I dihadiri oleh 248 presenter. Dari jumlah ini, 172 adalah presenter Senari dan 72 adalah presenter Senadimas. Dari segi manuskrip, dapat kami laporkan bahwa panitia menerima toral pendaftaran sebanyak 243 artikel dan abstrak, tetapi hanya 238 yang lolos review dan dinyatakan layak dengan perincian: Senari sebanyak 165 yang mencakup tiga bidang ilmu (pendidikan, sosial dan humaniora, serta sains dan teknologi) dan Senadimas 73 buah. Seperti pada tahun-tahun sebelumnya, Senari dan Senadimas tahun ini juga dihadiri oleh presenter dari luar Bali seperti dari Kupang, Sumatera, Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Malang, dan Jember. Oleh karena itu, atas nama panitia izinkanlah kami mengucapkan selamat datang kepada seluruh peserta Senari keempat dan Senadimas pertama, dan terima kasih tak terhingga atas kepercayaannya kepada Undiksha. Penyelenggaraan Senari dan Senadimas tahun ini menampilkan tiga pembicara. Sebagai pembicara utama adalah Prof. Dr. Ocky Karna Radjasa, M.Sc., Direktur Riset dan Pengabdian Kepada Masyarakat DPRM Kemenristek Dikti. Pembicara kedua adalah Dr. I Ketut Eddy Purnama, MT., dosen, peneliti, reviewer, dan pemegang beberapa paten di bidang biomedical engineering dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember; dan pembicara ketiga adalah Prof. Dr. Ni Nyoman Padmadewi, M.A., guru besar di bidang pendidikan bahasa Inggris dari Undiksha dan pendiri serta direktur Yayasan Sukma Peduli Sesama Singaraja. Kami sampaikan rasa terima kasih terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada para pembicara yang telah memenuhi permintaan panitia sebagai narasumber dalam Senari dan Senadimas tahun 2016 ini. Kami menyadari bahwa Senari dan Senadimas tahun ini tidaklah mungkin dapat terlaksana tanpa dukungan dan bantuan tulus dari berbagai pihak. Oleh karena itu, ini izinkanlah kami pada kesempatan ini mengucapkan terima kasih banyak kepada: (1) Kemenristek Dikti atas pendanaan penelitian yang diberikan, khususnya kepada para peneliti UNDIKSHA sehingga para peneliti dapat melakukan dan mempublikasikan hasil-hasil penelitiannya; (2) Rektor Universitas Pendidikan Ganesha yang telah mendukung terselenggaranya kegiatan ini; (3) Pemerintah daerah kabupaten Buleleng dan Provinsi Bali atas kerjasama yang telah terjalin selama ini baik di bidang penelitian maupun pengabdian pada masyarakat dengan peneliti-peneliti UNDIKSHA; (4) Komite Program yang telah memberikan dukungannya baik moral maupun material untuk pelaksanaan kegiatan ini, (5) para reviewer yang telah bekerja keras dalam proses seleksi artikel-artikel dalam seminar nasional riset v SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 inovatif ini, dan (6) teman-teman panitia pelaksana atas kerja keras dan dedikasinya demi terselenggaranya kegiatan seminar nasional ini. Demikianlah yang dapat kami sampaikan. Semoga kegiatan Senari dan Senadimas dapat memberikan manfaat dan kontribusi bagi kita semua, masyarakat luas, serta bangsa dan negara. Akhir kata, kami ucapkan selamat berseminar, selamat menyemai ide, dan selamat ber-network untuk kita semua. Singaraja, 19 Nopember 2016 Ketua Panitia vi SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 SAMBUTAN REKTOR SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF (SENARI) KE-4 & SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (SENADIMAS) KE-1 19 NOPEMBER 2016, GRAND INNA BALI BEACH SANUR, BALI Om Swastiastu, Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, dan Salam Sejahtera buat kita semua. Yang saya hormati, Direktur Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat (Prof. Dr. Okky Karna Radjasa, M.Sc.), sekaligus sebagai nara sumber utama pada seminar nasional ini Para Pembantu Rektor, Para Dekan dan Direktur Pascasarjana, Para Nara Sumber Dr. I Ketut Eddy Purnama, S.T., M.T. (Dosen/Peneliti Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya) Prof. Dr. Ni Nyoman Padmadewi (Guru Besar di Bidang Pendidikan, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja Bali) Para peserta seminar, dan undangan lainnya yang saya banggakan. Kita patut memanjatkan puji syukur kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena hari ini kita dapat melaksanakan Seminar Nasional Riset Inovatif (SENARI) yang ke-4 dan Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat yang ke-1. Kegiatan ini digagas dan diselenggarakan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM), Universitas Pendidikan Ganesha. Hadirin yang saya hormati, SENARI tidak sekedar acara rutin tahunan yang diselenggarakan sebagai forum ilmiah media solusi atas berbagai permasalahan yang dihadapi bangsa, dengan harapan memberikan kontribusinya sesuai bidang dan keahlian yang dikuasai. Tahun ini, untuk pertama kalinya dilaksanakan Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat (SENADIMAS) yang dilaksanakan bersamaan dengan SENARI. SENARI dan SENADIMAS mengambil tema “Memperkuat Jati Diri Bangsa melalui Riset Inovatif, Unggul, dan Berkarakter”. Tema ini merupakan penjabaran visi Universitas Pendidikan Ganesha dalam menguatkan partisipasi pembangunan negeri dan lebih dikenal di kalangan nasional maupun internasional. vii SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 Saya mengucapkan selamat kepada Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Undiksha yang sudah membangun wadah akademik ini, sehingga para dosen atau peneliti baik di lingkungan Undiksha, maupun dari luar, memiliki ruang untuk saling berbagi pengalaman dan pengetahuannya baik di bidang Pendidikan, Sosial & Humaniora, dan Sains & Teknologi. Saya berharap bagi seluruh peserta seminar dapat memanfaatkan kegiatan ini dengan sebaikbaiknya. Hadirin yang saya hormati, Publikasi ilmiah dalam jurnal bereputasi internasional, seminar internasional maupun nasional berperan sebagai media aktualisasi diri para akademisi dan peneliti dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Negara-negara yang memiliki mutu pendidikan dan IPTEK yang bagus cenderung memiliki jumlah publikasi ilmiah yang tinggi pada jurnal bereputasi. Kegiatan ini merupakan salah satu wadah bagi para peneliti untuk mempublikasikan hasil karya ilmiahnya. Research is never ending process, maka publikasikanlah hasil-hasil penelitian saudara. Sehingga universitas tidak menjadi menara gading yang hasil-hasil penelitiannya tidak menjangkau masyarakat. Kami berharap, kontribusi para peserta seminar dapat turut memujudkan tema yang diangkat pada seminar ini. Semoga dengan penyelenggaraan SENARI dan SENADIMAS tahun 2016 ini, Undiksha dapat lebih memberikan kontribusi dalam upaya mewujudkan kemandirian dan kejatidirian bangsa melalui forum diskusi ilmiah sekaligus menjadi motor penggerak perubahan yang berangkat dari penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang inovatif, unggul, dan berkarakter. Akhirnya saya mengucapkan terima kasih kepada panitia, peserta seminar dan para undangan yang turut berpartisipasi dalam seminar kali ini dan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Pendidikan Ganesha yang telah berusaha keras untuk menyelenggarakan kegiatan ini. Semoga seminar nasional ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua, masyarakat dan kemanusiaan. Selamat berbagi ilmu dan pengetahuan. Om Santhi, Shanti, Shanti, Om. Singaraja, 19 Nopember 2016 Rektor Universitas Pendidikan Ganesha, Dr. I Nyoman Jampel, M.Pd. NIP. 195910101986031003 viii SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 Daftar Isi PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DALAM UPAYA MEWUJUDKAN GOOD VILLAGE GOVERNANCE AND CLEAN GOVERNMENT DI KECAMATAN SAWAN KABUPATEN BULELENG .............................................. 1 IPTEKS BAGI INOVASI DAN KREATIVITAS KAMPUS (IBIKK) BIBIT BUAH-BUAHAN LANGKA BALI .......... 12 PELATIHAN KOSAKATA BAHASA INGGRIS KAJIAN ISLAM DALAM KEGIATAN SEHARI-HARI UNTUK SANTRI SALAFIYAH PONDOK PESANTREN DARUL ULUM AL-BAROKAH DI KECAMATAN PANGKALAN 19 PELATIHAN PEMBUATAN MATERI AJAR BERBENTUK DIGITAL MELALUI APLIKASI OPEN OFFICE SUN MICROSYSTEM BAGI GURU-GURU SMA SE-KECAMATAN UBUD.......................................................... 30 PELATIHAN PEMBUATAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) BAGI GURU-GURU SMA DAN SMP SEKECAMATAN SIDEMEN KABUPATEN KARANGASEM ............................................................................ 41 IPTEK BAGI MASYARAKAT KELOMPOK TANI DESA SUDAJI DALAM MEMPRODUKSI BIOGAS DAN POC .............................................................................................................................................................. 49 PELATIHAN PENYUSUNAN INSTRUMEN PENILAIAN AKTIVITAS BELAJAR BERORIENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BAGI GURU DI GUGUS 1 KECAMATAN MARGA .................................................................. 63 PENERAPAN IPTEK MELALUI PERANCANGAN, PEMBUATAN, DAN PENGGUNAAN ALARM LISTRIK BAGI PETANI TAMBAK IKAN NENER DI DESA MUSI, KECAMATAN GEROKGAK ............................................. 72 IPTEK BAGI MASYARAKAT PENGELOLA SAMPAH DESA SAMBANGAN ................................................ 83 LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERSUPLEMEN VIDEO DAN ANIMASI UNTUK MENDUKUNG PENDEKATAN SAINTIFIK PADA PEMBELAJARAN KIMIA ............................................................................................... 94 PEMANFAATAN EKSTRAK RUMPUT LAUT SEBAGAI BAHAN AKTIF DALAM PEMBUATAN HAND BODY LOTION ................................................................................................................................................ 104 PELATIHAN DASAR-DASAR KEUANGAN UNTUK MENINGKATKAN LITERASI KEUANGAN DI KALANGAN MAHASISWA ....................................................................................................................................... 108 IBM KELOMPOK PENGERAJIN DAUN PANDAN ................................................................................... 118 PENINGKATAN KOMPETENSI GURU SD MELALUI PENDAMPINGAN PEMBELAJARAN BERBASIS LESSON STUDY DI GUGUS I DAN II KECAMATAN SUKASADA .......................................................................... 139 IBM PENGUSAHA PRODUK OLAHAN SINGKONG DI KABUPATEN BULELENG-BALI ............................ 149 TABEL 3. KOMPOSISI TEPUNG KASAVA PER 100 GRAM BAHAN ....................................... 152 PELATIHAN PENGGUNAAN E-LEARNING BERBASIS MEDIA SOSIAL EDMODO BAGI GURU SMA DI KECAMATAN BULELENG ..................................................................................................................... 160 PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM MEWUJUDKAN KESEJAHTERAAN BERKELANJUTAN BERBASIS POTENSI DESA DI DESA BINAAN TEMBOK KECAMATAN TEJAKULA................................................... 179 TERTIB ADMINISTRASI DALAM MENUNJANG PENGELOLAAN USAHA IKAN TANGKAP BAGI USAHA BERSAMA KELOMPOK WANITA PESISIR SANGSIT............................................................................... 193 MENINGKATKAN KUALITAS WINE SALAK BALI YANG DI PRODUKSI CV DUKUH LESTARI DESA SIBETAN KARANGASEM BALI DENGAN SACCHAMOMYCES HIBRIDA LOKAL..................................................... 200 PELATIHAN PEMBUATAN LAPORAN KEUANGAN DAN PENENTUAN TINGKAT KESEHATAN LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD) DI KECAMATAN KINTAMANI..................................................................... 215 ix SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 PERLINDUNGAN HUKUM INDIKASI GEOGRAFIS TERHADAP KERAJINAN TRADISIONAL TENUN GRINGSING KHAS TENGANAN............................................................................................................. 223 PELATIHAN PENYUSUNAN LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGURUS DAN PENGAWAS KOPERASI PADA KOPERASI DI KECAMATAN BULELENG .................................................................... 236 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS LOKAL GENIUS UNTUK MEMBANGUN KARAKTER BANGSA BAGI GURU-GURU SEKOLAH MENANGAH ATAS NEGERI 1 KINTAMANI ............................. 247 PELATIHAN DAN PENDAMPINGAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PADA GURU-GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KINTAMANI ............................................................................................................... 255 PELATIHAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PADA GURU-GURU SEKOLAH DASAR NEGERI 1 BATUR KECAMATAN KINTAMANI ................................................................................................................... 264 IBW KAWASAN GALIAN C DI DESA SONGAN A DAN SONGAN B KECAMATAN KINTAMANI-BANGLI . 272 PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS KARAKTER BERDASARKAN KURIKULUM 2013 PAUD BAGI GURU TK NEGERI PEMBINA DAN TK CERIA ASIH SINGARAJA ............ 283 IBPE-KERAJINAN ART-GLASS DI BELEGA-GIANYAR PROVINSI BALI...................................................... 289 PELATIHAN KONSEP PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK ANAK USIA DINI PADA GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI................................................................................................................................... 300 URGENSI PENGURUSAN HAKI DALAM RANGKA MENUMBUHKAN IKLIM USAHA SEHAT BAGI UKM PELUKIS WAYANG KAMASAN.............................................................................................................. 312 SEMINAR PEMBINAAN SEPAKBOLA BAGI GURU-GURU PENJASORKES DAN PEMBINA OLAHARAGA DESA DI KABUPATEN KARAWANG ...................................................................................................... 314 PELATIHAN PENGGUNAAN INTERNET DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA BAGI GURU-GURU SDN DI DESA ANGGADITA ........................................................................................................................... 324 IBM POKDARWIS DESA SEKUMPUL .................................................................................................... 334 PEMBUATAN ANEKA SOKASI DARI DAUN LONTAR DI DESA TIANYAR BARAT ................................... 340 PELATIHAN SURVEILLANCE CAMERA SEBAGAI ALAT BANTU KEAMANAN BERBASIS JARINGAN DI SMK NEGERI 1 TEJAKULA ............................................................................................................................ 346 MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU BAHASA JEPANG DI KABUPATEN BULELENG MELALUI PELATIHAN PEMBUATAN MEDIA PEMBELAJARAN PENULISAN HURUF JEPANG MENGGUNAKAN ANIMASI FLASH ................................................................................................................................... 354 PELATIHAN PENGGUNAAN INTERNET DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA BAGI GURU-GURU SDN DI DESA ANGGADITA ........................................................................................................................... 365 PELATIHAN PEMBUATAN RUMPON BAGI KELOMPOK NELAYAN DI DESA LES, KECAMATAN TEJAKULA, KABUPATEN BULELENG....................................................................................................................... 374 PELATIHAN PEMBUATAN MEDIA BIMBINGAN KONSELING BERMUATAN ANTI BULLYING UNTUK ANAK USIA DINI PADA GURU-GURU TK DI KOTA SINGARAJA ....................................................................... 375 RANCANGBANGUN MESIN PENCACAH SAMPAH DAN LIMBAH PLASTIK........................................... 385 PELATIHA OPERASI DASAR MATEMATIKA SISWA SMK SWASTA DI KARAWANG ............................... 398 IBM KELOMPOK PENGRAJIN KAYU-DULANG KABUPATEN BULELENG ................................................ 403 THE INCREASED OF ECONOMIES OF SCALE FOR DOORMAT CRAFTSMEN INCOME ON THE MLOKOREJO VILLAGE ............................................................................................................................................... 412 x SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 PELATIHAN PEMANFAATAN MEDIA ONLINE SEBAGAI SARANA PEMASARAN HASIL PRODUKSI BAGI ASOSIASI PENGRAJIN INDUSTRI KECIL (APIK) KABUPATEN BULELENG .............................................. 426 SUBSTITUSI FUSION FOOD BERBASIS KULINER BALI PADA MAPEL BOGA DI SMK SE-KABUPATEN BULELENG-BALI ................................................................................................................................... 399 PELATIHAN PEMBUATAN NATA DE CASSAVA DI DUSUN CAU-TUA-MARGA-TABANAN .................... 503 PELATIHAN PENCAK SILAT UNTUK GURU OLAHRAGA SEKOLAH DASAR (SD) SE-KECAMATAN JATISARI KABUPATEN KARAWANG .................................................................................................................... 515 xi SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DALAM UPAYA MEWUJUDKAN GOOD VILLAGE GOVERNANCE AND CLEAN GOVERNMENT DI KECAMATAN SAWAN KABUPATEN BULELENG I Gusti Ayu Purnamawati1 Ni Ketut Sari Adnyani2 Nyoman Dini Andiani3 Ni Putu Rai Yuliartini4 Jurusan Akuntansi Program D3 UNDIKSHA1 Jurusan Ilmu Hukum UNDIKSHA2 Jurusan Perhotelan Program D3 UNDIKSHA3 Jurusan Ilmu Hukum UNDIKSHA4 Email: [email protected] ABSTRACT Community service aims to provide training and assistance to improve the professionalism of the government apparatus village in the district of Sawan Buleleng in studying the technical rules and procedures for the administration of financial administration of the Outcomes of these activities are: guide the administration (management) Rural finance and scientific articles. The material covered in the training and mentoring include: (1) administration of financial administration of the village with the subject of the implementation of its listing on the general book (BKU) and books assistants, (2) the preparation of completeness proof of payment (expenditures) that will serve as Letter accountability (SPJ). Treasurer and Secretary of the village in the district of Sawan Buleleng involved collaboratively. The results of the training activities namely: the majority of the government apparatus village can be made: (1) administration of financial administration of the village in the form of recordkeeping in the general book (BKU) and books assistants, (2) preparation of completeness proof of payment (expenditures) that will serve as Responsibility Letter (SPJ) so that later it can minimize the risk of fraud. Keywords: Good Village Governance, Financial Management Village ABSTRAK Pengabdian masyarakat ini bertujuan memberikan pelatihan dan pendampingan untuk meningkatkan profesionalisme para aparatur pemerintah Desa di Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng dalam mempelajari secara teknis ketentuan dan tata cara penatausahaan administrasi keuangan desa. Luaran kegiatan ini adalah: panduan penatausahaan (pengelolaan) keuangan Desa serta artikel ilmiah. Adapun materi yang diberikan selama pelatihan dan pendampingan meliputi : (1) penatausahaan administrasi keuangan Desa dengan pokok pembahasan pelaksanaan pencatatan pada buku kas umum (BKU) dan buku-buku pembantunya, (2) penyusunan kelengkapan bukti pembayaran (pengeluaran) yang akan dijadikan sebagai Surat Pertanggung Jawaban (SPJ). Bendahara dan Sekretaris Desa di Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng dilibatkan secara kolaboratif. Adapun hasil dari kegiatan pelatihan yaitu: sebagian besar para aparatur pemerintah desa dapat membuat: (1) penatausahaan administrasi keuangan Desa berupa pencatatan pada buku kas umum (BKU) dan buku-buku pembantunya, (2) penyusunan kelengkapan bukti pembayaran (pengeluaran) yang akan dijadikan sebagai Surat Pertanggung Jawaban (SPJ) sehingga nantinya dapat meminimalisir resiko Fraud. Kata Kunci: Good Village Governance, Pengelolaan Keuangan Desa PENDAHULUAN penyerahan wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah adalah penyerahan wewenang untuk mengatur keuangan pemerintah daerah berdasarkan atas prakarsanya sendiri atau yang dikenal dengan istilah desentralisasi fiskal. Daerah berhak untuk mengoptimalkan potensi Sistem pemerintahan Indonesia terus mengalami perkembangan dari masa ke masa. Indonesia pada awalnya menganut sistem sentralisasi lalu mulai beralih ke sistem desentralisasi. Salah satu bentuk 1 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 daerahnya guna meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD). Seiring dengan perkembangan sistem pemerintahan yang berlaku, desentralisasi fiskal juga mulai diberikan kepada pemerintah desa. Desa dapat melaksanakan pembangunan desa berdasarkan atas prakarsa dan potensi desanya. Selama ini pembangunan di Desa dapat dikatakan “dipandang sebelah mata” atau dilaksanakan “setengah hati” oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah. Ini terlihat dengan minimnya keahlian dan kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM), kurang optimalnya pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) dan sedikitnya nilai tambah Sumber Daya Ekonomi (SDE) serta akses infrastruktur yang sekedarnya. Adanya hal tersebut membawa masalah tidak hanya pada Desa, tetapi juga pada kota. Masalah tersebut berupa adanya urbanisasi orang Desa ke Kota, Desa bukan lagi sebagai penopang dan penunjang Kota, ketimpangan antara Desa dan Kota serta berbagai masalah lainnya. Adanya alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang diperuntukkan kepada Desa dengan anggaran yang cukup besar mau tidak mau dilirik oleh semua pihak. Berbagai pihak tersebut, baik Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten serta berbagai lembaga negara lainnya dan lembaga swasta harus menjalin kerjasama yang sinergis, selaras dan berkelanjutan (Yabbar dan Hamzah, 2015: 4). Di era reformasi pengelolaan keuangan daerah sudah mengalami berbagai perubahan regulasi dari waktu ke waktu. Perubahan tersebut merupakan rakaian bagaimana suatu Pemerintah Daerah dapat menciptakan good governance dan clean goverment dengan melakukan tata kelola pemerintahan dengan baik. Keberhasilan dari suatu pembangunan di daerah tidak terlepas dari aspek pengelolaan keuangan daerah yang di kelola dengan manajemen yang baik pula. Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah. Pengelolaan keuangan daerah yang diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 20013 pasal 3 meliputi kekuasaan pengelolaan keuangan daerah, azas umum dan struktur APBD, penyusunan rancangan APBD, penetapan APBD, penyusunan dan penetapan APBD bagi daerah yang belum memiliki DPRD, pelaksanaan APBD, perubahan APBD, pengelolaan kas, penatausahaan keuangan daerah, akuntansi keuangan daerah, pertanggungjawaban pelaksanaan APBD, pembinaan dan pengawasan pengelolaan keuangan daerah, kerugian daerah, dan pengelolaan keuangan BLUD. Pengelolaan keuangan daerah harus dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundangundangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan azas keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat. Undang-undang No.32/2004 tentang pemerintahan daerah menyebutkan Desa (atau dengan nama lain) sebagai sebuah pemeintahan yang otonom. Untuk melaksanakan fungsinya, Desa diberikan dana oleh Pemerintah melalui pemerintahan atasan Desa. Good governance dalam pengelolaan keuangan desa meliputi: (1) Penyusunan APBDes dilakukan dengan melibatkan partisipasi masyarakat; (2) Informasi tentang keuangan desa secara transparan dapat diperoleh oleh masyarakat; (3) APBDes 2 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 disesuaikan dengan kebutuhan desa; (4) Pemerintah Desa bertanggungjawab penuh atas pengelolaan keuangan; (5) Masyarakat baik secara langsung maupun lewat lembaga perwakilan melakukan pengawasan atas pengelolaan keuangan yang dilakukan oleh pemerintah desa. Diterbitkannya Peraturan Mendagri No.37/2007 tentang pengelolaan keuangan desa memberikan landasan bagi semakin otonomnya desa secara praktik, bukan hanya sekedar normatif. Rilis aturan ini kemudian diikuti dengan rilis Permendagri No.66/2007 tentang perencanaan pembangunan desa, sehingga terdapat kesinambungan antara aturan mengenai perencanaan dengan pengelolaan keuangan desa. Beberapa pertanya kemudian muncul berkaitan dengan substansi, urgensi, dan relevansi kedua aturan tersebut yaitu apakah aparatur Desa, terutama Sekretaris Desa dan Bendahara, akan mampu melaksanakan fungsi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, dan pertanggungjawaban sesuai dengan yang diatur dalam Permendagri No.37/2007 tsb? Keterbatasan SDM dan kebiasaan yang berjalan selama ini harus dirubah dan diperbaikan sehingga kultur good village governance (3G) dapat merasuk ke dalam administrasi dan birokrasi desa (Syukri, 2008). Dalam kaitan ini maka responsibilitas, transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan desa diartikan sebagai bagian dari suatu sistem pengelolaan keuangan daerah yang menyediakan informasi keuangan yang terbuka bagi masyarakat dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada unit organisasi pemerintah dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan melalui laporan keuangan pemerintah secara periodik (Surya, 2013:3). Beberapa persoalan lain akan muncul mengingat sangat beragamnya karakteristik Desa di Daerah. Dalam hal penentuan besaran ADD, misalnya. Apabila Pemerintah Kabupaten tidak bijak, dapat menimbulkan konflik antara Pemerintah Desa-Pemkab atau antar-Desa sendiri. Beberapa Pemerintah Daerah telah menyusun peraturan daerah (Perda) tentang pengelolaan keuangan desa. Untuk mewujudkan Desa yang mandiri, sejahtera dan partisipatoris maka diperlukan keterlibatan semua pihak dalam menyelenggarakan tata kelola Pemerintahan Desa yang baik. Sebagai langkah awalnya yaitu dengan meningkatkan keahlian dan kompetensi SDM di Desa, membenahi sistem administrasi dan regulasi di Desa serta penataan kelembagaan Desa. UndangUndang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa yang telah diterjemahkan kembali dalam Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2015 sebagai perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara sebagai petunjuk pelaksanaannya telah menjadi payung hukum buat perangkat desa dalam melakukan pengelolaan dana desa. Kabupaten Buleleng terletak di belahan utara pulau Bali memanjang dari barat ke timur dan mempunyai pantai sepanjang 144 km, secara geografis terletak pada posisi 8° 03’ 40” – 8° 23’ 00” lintang selatan dan 114° 25’ 55” – 115° 27’ 28” bujur timur, terdiri dari 9 kecamatan dengan 129 desa definitif dan 19 kelurahan (https://wordpress.com/gambaran-umumwilayah-kabupaten-buleleng/). 3 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 Sawan adalah sebuah Kecamatan yang ada di Kabupaten Buleleng. Secara Topografi Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng merupakan daerah landai dengan ketinggian 0 s/d 50 meter diatas permukaan laut, curah hujan relatif sedang. Secara umum, kecamatan Sawan memiliki wilayah yang mencakup 13 Desa. Dua diantaranya yaitu Desa Kerobokan dan Desa Sinabun. Desa Kerobokan mempunyai luas Desa : 2 48 Ha. Batas wilayah administratif yaitu: sebelah utara: laut Bali, sebelah selatan: Desa Sinabun, sebelah Barat Kelurahan Penarukan, sebelah Timur: Desa Sangsit. Kepala Desa Kerobokan adalah Putu Wisnu Wardana. Desa Kerobokan terdiri dari 3 (tiga) Banjar Dinas yakni: Banjar Dinas Dalem: Kelian Banjar Dinasnya: Made Sudarma; Banjar Dinas Baleagung: Kelian Banjar Dinasnya: Ketut Ardika, Banjar Dinas Kloncing: Kelian Banjar Dinasnya: Gusti Nyoman Wijana. Kepala Desa Sinabun adalah Nyoman Somenada. Selama ini masih terdapat permasalahn terkait pengelolaan dana desa di kecamatan Sawan. Padahal keuangan desa itu sendiri merupakan segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban desa. Seluruh pendapatan desa diterima dan disalurkan melalui rekening kas desa dan penggunaannya ditetapkan dalam APB Desa. Sebagai wujud akuntabilitas atas pengelolaan keuangan, kepala desa diwajibkan menyampaikan laporan realisasi pelaksanaan APB Desa kepada kepala daerah Tk.II. Pengelolaan kekayaan desa merupakan rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pengamanan, pemeliharaan, penghapusan, pemindahtanganan, penatausahaan, pelaporan, penilaian, pembinaan, pengawasan, dan pengendalian kekayaan milik Desa. Untuk pengelolaan dana desa bukanlah hal yang mudah, namun memerlukan sistem yang juga harus dibuat secara profesional. Mulai dari segi perencanaan, desa harus membentuk musyawarah desa untuk menentukan belanja bagi dana desa pada periode ke depan. Penatausahaannya pun harus menggunakan sistem yang telah memanfaatkan teknologi informasi. BPKP telah mengembangkan aplikasi SIMDA DESA dalam membantu perangkat desa melakukan penatausahaan keuangan desa yang tidak hanya bersumber dari APBN, tetapi juga yang berasal dari APBD Provinsi/Kabupaten/Kota. Tidak hanya sistem, Sumber Daya Manusia atau perangkat penyelenggara desa pun harus memiliki kapabilitas dalam mengelola dana tersebut. Bukan pekerjaan yang mudah dan cepat, mempersiapkan SDM desa agar kapabel dan profesional. Hal itu memerlukan waktu, dana, tenaga, dan komitmen semua pihak terkait. BPKP sebagai Auditor Presiden, siap membantu meningkatkan kapabilitas Aparat Pengawasan Instansi Pemerintah (APIP) dalam mengawal keuangan desa. APIP menjadi sangat berperan penting untuk memberikan asurrance dan konsultansi bagi akuntabilitas dan pengelolaan keuangan desa. APIP harus dapat melihat dimana titik kritis yang mungkin timbul dalam pengelolaan dana desa. Hingga 25 September 2015, secara nasional pemerintah telah menyalurkan Dana Desa ke kabupaten/kota sebesar Rp16,69 triliun, atau sekitar 80 persen. Namun demikian, baru sekitar 29 persen atau Rp2,45 triliun Dana Desa yang telah disalurkan ke desa. Dari 189 kabupaten/kota, baru Rp2,45 triliun Dana Desa yang telah disalurkan ke desa, atau 29 persen dari jumlah Dana Desa yang telah 4 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 diterima di rekening kas kabupaten/kota (Menteri Keuangan, Sosialisasi Kebijakan Dana Desa di Kabupaten Buleleng, Bali, Jumat (25/9)). Ada beberapa faktor yang menyebabkan lambatnya penyaluran Dana Desa dari kabupaten/kota ke Desa, antara lain karena belum disampaikannya Peraturan Desa mengenai Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) oleh desa kepada kabupaten/kota. Mengingat pelaksanaan tahun anggaran 2015 tinggal beberapa bulan, maka untuk mempercepat penyaluran dan penggunaan Dana Desa tahun 2015, Pemerintah telah menerbitkan Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan, dan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. Sesuai dengan SKB yang ditetapkan pada 15 September 2015 tersebut, bupati/walikota, diminta untuk paling tidak melaksanakan tiga hal. Pertama, membantu/membimbing desa dalam menyusun APBDes, RPJMDes (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa) dan RKPDes (Rencana Kerja Pembangunan Desa). Kedua, segera menetapkan peraturan bupati/peraturan walikota mengenai pengelolaan keuangan desa. Terakhir, segera menyalurkan Dana Desa ke rekening kas Desa apabila Desa sudah mempunyai Perdes APBDes. Sementara, kepala desa diminta untuk segera menyusun dan menetapkan APBDes dan membuat laporan realisasi penggunaan Dana Desa semester I dengan menggunakan contoh format sederhana yang telah diberikan (http://www.kemenkeu.go.id). Pagu anggaran Dana Desa yang telah mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat merupakan bagian dari anggaran Transfer ke Daerah dan Desa: (1) Dana Desa setiap kabupaten/kota dihitung berdasarkan jumlah Desa; (2) Dana Desa dialokasikan berdasarkan: a. alokasi dasar; dan b. alokasi yang dihitung dengan memperhatikan jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah, dan tingkat kesulitan greogafis desa setiap kabupaten/kota; (3) Tingkat kesulitan ditunjukkan oleh indeks kemahalan konstruksi; (4) Data jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah, dan indeks kemahalan konstruksi bersumber dari kementerian yang berwenang, dan/atau lembaga yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang statistik; (5) Dana Desa setiap kabupaten/kota ditetapkan dalam peraturan presiden mengenai rincian APBN. Penyaluran Dana Desa dilakukan secara bertahap pada tahun berjalan dengan ketentuan: a. Tahap I bulan April sebesar 40% (empat puluh persen); b. tahap II pada bulan Agustus sebesar 40% (empat puluh persen); dan tahap III pada bulan Oktober (sebelumnya November) sebesar 20% (dua puluh persen). Bagi Bupati/Wali Kota dapat memberikan sanksi administratif jika SiLPA (Sisa Lebih Penggunaan Anggaran) sebesar 30 persen berupa pemotongan Dana Desa pada tahun berikutnya. Hal itu sesuai dengan Pasal 27 ayat (3) PP Nomor 22/2015. Dana Desa dalam APBN diberikan secara bertahap dengan mekanisme sbagai berikut: a. Tahun Anggaran 2015 paling sedikit sebesar 3% (tiga per seratus); b. Tahun Anggaran 2016 paling sedikit 6% (enam per seratus); dan Tahun Anggaran 2017 dan seterusnya sebesar 10% (sepuluh per seratus) dari anggaran Transfer ke Daerah. Dalam hal APBN belum dapat memenuhi alokasi anggaran Dana Desa sebagaimana dimaksud, alokasi anggaran Dana Desa ditentukan berdasarkan alokasi anggaran Dana Desa tahun anggaran sebelumnya 5 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 atau kemampuan keuangan negara (Warta Pengawasan, 2015: 11). Penelitian Surya (2013) mengenai Evaluasi Penerapan Kebijakan Kepala Desa Dalam Pengelolaan Administrasi Keuangan Desa Empunak Tapang Keladan Kecamatan Ketungau Hulu Kabupaten Sintang melalui kegiatan yang meliputi: Tahap Perencanaan Penganggaran, Tahap Pelaksanaan APBDes, Tahap Pelaporan APBDes, dan Tahap Pertanggungjawaban APBDes dilihat dari Azas Umum Pengelolaan Keuangan Desa (Azas Transparan, Azas Akuntabel dan Azas Partisipatif). Metode Penelitian yang digunakan adalah Kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa Pengelolaan APBDes dalam Perencanaan Penganggaran belum dilibatkan masyarakat melalui kegiatan Musyawarah Desa untuk menentukan Program kerja yang akan dilaksanakan dari dana APBDes. Pelaksanaannya pada Pembangunan infrastruktur Desa sudah ada, hasilnya belum memuaskan. Pelaporan secara Akuntabel sudah dilaksanakan walaupun masih terdapat beberapa kekeliruan pada Pembukuannya, Transparan Belum adanya pemberitahuan yang dilakukan secara Fisik melalui papan Pengumuman pada Kantor Desa kepada Masyarakat setempat. Pertanggungjawaban Hanya di laporkan ke Pemerintah Sedangkan ke Masyarakat Belum terlaksana buktinya tidak ada penyampaian Penggunaan Dana APBDes Melalui Musyawarah Kepada Masyarakat. Dengan adanya dana desa yang tepat sasaran, tepat jumlah, dan tepat waktu, serta dikelola dengan efisien, efektif, dan ekonomis, diharapkan kesejahteraan masyarakat dapat meningkat dengan cepat terutama bagi masyarakat desa dalam peningkatan kesejahteraannya. Untuk menunjang pelayanan prima kepada masyarakat di tingkat desa, dibutuhkan Kepala Desa serta perangkatnya yang mampu dalam melayani kebutuhan masyarakat khususnya di bidang administrasi. Pengetahuan administrasi di tingkat desa memang sangat minim, terutama masalah administrasi anggaran bantuan sosial dan pembangunan desa. IDENTIFIKASI DAN PERUMUSAN MASALAH Permasalahan yang dialami oleh Aparatur Pemerintah Desa di Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng adalah: minimnya pengetahuan administrasi di tingkat Desa, padahal hal ini sangat penting bagi Kepala Desa dan aparaturnya dalam memahami perannya sebagai hak pengguna anggaran dalam pengelolaan keuangan Desa serta pembuatan pelaporan sesuai aturan undang-undang yang berlaku dalam rangka mewujudkan Good Village Governance (Tata Kelola Pemerintahan Desa yang baik) dan Clean Government. METODE PELAKSANAAN Tujuan Kegiatan Berdasarkan analisis siatuasi dan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan utama dalam program pegabdian pada masyarakat ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para Aparatur Pemerintah Desa di Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng dalam pengelolaan keuangan Desa sebagai upaya mewujudkan Good Village Governance (Tata Kelola Pemerintahan Desa yang baik) dan Clean Government. 6 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 Kerangka Pemecahan Masalah (Raperdes) tentang pertanggungjawaban Pelaksanaan APB Desa dan Rancangan Keputusan Kepala Desa tentang Pertanggungjawaban Kepala Desa. Sekretaris Desa menyampaikan kepada Kepala Desa untuk dibahas bersama BPD. Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dilakukan di lokasi rencana program ini akan dilaksanakan, diperoleh kesimpulan bahwa ada seperangkat permasalahan yang saat ini dihadapi yaitu minimnya pengetahuan administrasi di tingkat Desa, padahal hal ini sangat penting bagi Kepala Desa dan Aparaturnya dalam memahami peran strategisnya sebagai hak pengguna anggaran dalam pengelolaan keuangan Desa serta pembuatan pelaporan sesuai aturan undang-undang yang berlaku dalam rangka mewujudkan Good Village Governance (Tata Kelola Pemerintahan Desa yang baik) dan Clean Government. Pengelolaan keuangan Desa serta pembuatan pelaporan dalam rangka mewujudkan Good Village Governance (Tata Kelola Pemerintahan Desa yang baik) dan Clean Government, akan diawali dengan orientasi lapangan, dilanjutkan dengan identifikasi masalah, studi literatur, dan oprasionalisasi kegiatan. Metode Kegiatan Sesuai dengan fokus masalah dan tujuan dari kegiatan ini, maka metode yang digunakan adalah Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah metode praktik langsung dimana materi atau soal-soal telah disesuikan dengan kondisi kegiatan desa sehari-hari. Hal ini bertujuan untuk memberikan pemahaman bagi para Bendahara dan Sekretaris Desa di Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng sehingga mampu untuk menerapkan dalam pelaksanaannya. Adapun materi yang diberikan selama pelatihan dan pendampingan meliputi : (1) penatausahaan administrasi keuangan Desa dengan pokok pembahasan pelaksanaan pencatatan pada buku kas umum (BKU) dan buku-buku pembantunya, (2) penyusunan kelengkapan bukti pembayaran (pengeluaran) yang akan dijadikan sebagai Surat Pertanggung Jawaban (SPJ). Lama pelaksanaan kegiatan adalah 6 (enam) bulan. Khalayak Sasaran Khalayak sasaran strategis dalam kegiatan ini adalah para Aparatur Pemerintah Desa di Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng yang terdiri atas Bendahara Desa dan Sekretaris Desa. Bendahara Desa yang ditunjuk oleh Kepala Desa untuk menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan, membayarkan, dan mempertanggungjawabkan keuangan Desa dalam rangka pelaksanaan APB Desa. Bendahara wajib melakukan pencatatan setiap penerimaan dan pengeluaran serta melakukan tutup buku setiap akhir bulan secara tertib. Sedangkan Sekretaris Desa menyusun Rancangan Peraturan Desa HASIL DAN PEMBAHASAN Sesuai dengan permasalahan yang dialami oleh Aparatur Pemerintah Desa di Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng adalah: minimnya pengetahuan administrasi di tingkat Desa, padahal hal ini sangat penting bagi Kepala Desa dan aparaturnya dalam memahami peran strategisnya sebagai hak pengguna anggaran dalam pengelolaan keuangan Desa serta pembuatan pelaporan sesuai aturan undang-undang yang berlaku dalam 7 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 rangka mewujudkan Good Village Governance (Tata Kelola Pemerintahan Desa yang baik) dan Clean Government. Melalui pelatihan dan pendampingan ini diharapkan para Aparatur Pemerintah Desa di Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng dapat membuat (1) penatausahaan administrasi keuangan Desa berupa pencatatan pada buku kas umum (BKU) dan buku-buku pembantunya, (2) penyusunan kelengkapan bukti pembayaran (pengeluaran) yang akan dijadikan sebagai Surat Pertanggung Jawaban (SPJ) sehingga nantinya dapat meminimalisir resiko Fraud seperti: (1) Program dan Kegiatan pada RPJMDes, RKPDes, dan APB Des tidak sesuai aspirasi/kebutuhan masyarakat desa; (2) Kegagalan menyelenggarakan Siklus Pengelolaan Keuangan Desa yang sehat. (3) Kegagalan atau keterlambatan penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Desa, termasuk Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDes. (4) Pengelolaan Aset Desa yang tidak efisien dan efektif. (5) Penggunaan Kas Desa secara tidak sah (Theft of Cash on Hand). (6) Mark up dan atau Kick Back pada Pengadaan Barang/Jasa. (7) Penggunaan Aset Desa untuk kepentingan pribadi Aparat Desa secara tidak Sah (misuse atau larceny) Jika dilihat dari fenomena yang ada maka sebagian besar aparatur pengelola keuangan desa belum memiliki kualitas Sumber daya Manusia yang memadai dalam pengelolaan keuangan. Jika dilihat secara teoritis, pembukuan merupakan proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan suatu perusahaan atau organisasi. Pencatatan itu meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca , dan laporan laba rugi untuk periode tahun fiskal tersebut. Pembukuan dapat digunakan sebagai alat kontrol keuangan usaha. Kita dapat mengetahui biaya-biaya mana yang tidak perlu, biaya mana yang merupakan pemborosan (inefisiensi). Sehingga biaya tersebut dipotong dan akan mengefisienkan usaha dengan lebih baik. Tanpa adanya pembukuan, hal tersebut tidak akan mungkin bisa dilakukan, karena secara nyata angka itu tidak pernah tercatat. Dengan melakukan pembukuan berarti kita sudah berperan sebagai warga negara yang baik, yaitu dengan melaporkan pajak hasil usaha yang dilakukan. Perhitungan pajak didasarkan pada laporan keuangan usaha yaitu dari neraca dan laporan laga rugi. Pembukuan usaha, yang nantinya berakhir ke dalam bentuk laporan keuangan dapat digunakan sebagai dasar, layak tidaknya usaha tersebut jika menerima tambahan modal dari pihak lain seperti investor, pihak perbankan, dan perusahaan ventura. Dasar laporan keuangan ini merupakan ketentuan wajib bagi lembaga keuangan untuk berinvestasi di perusahaan tersebut, karena laporan keuangan ini menunjukkan baik tidaknya kondisi perusahaan, dilihat dari untungrugi, efisien-boros, dan pengelolaan aset usaha. Kendala-kendala yang dihadapi oleh aparatur desa dalam pengelolaan keuangan di Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng yaitu (1) Kurangnya Sumber Daya manusia yang ada dalam Pengelolaan Keuangan Desa, dimana rata-rata memiliki pemahaman yang kurang mengenai penyusunan laporan keuangan dan kurangnya pemahaman mengenai aturanaturan yang ada, (2) Dana yang dikucurkan ke Desa jumlahnya sangat besar, sedangkan 8 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 Sumber Daya Manusia yang menangani hanya satu orang saja dan belum memahami mengenai teknik penghitungan pajaknya, (3) beberapa bukti transaksi yang diterima belum seluruhnya dilengkapi seperti surat kerjasama dengan rekanan, dan lain-lain, (4) kurangnya pemahaman pengelola keuangan desa mengenai cara penyusunan Rancangan Anggaran Biaya (RAB). Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan desa yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban desa tersebut. Pengelolaan Keuangan Desa adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, penganggaran, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan Desa. Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Desa adalah Kepala Desa yang karena jabatannya mempunyai kewenangan menyelenggarakan keseluruhan pengelolaan keuangan desa. Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa yang selanjutnya disebut PTPKD adalah perangkat desa yang ditunjuk oleh Kepala Desa untuk melaksanakan pengelolaan keuangan desa. Bendahara adalah perangkat desa yang ditunjuk oleh Kepala Desa untuk menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan, membayarkan dan mempertanggungjawabkan keuangan desa dalam rangka pelaksanaan APBDesa. Rencana Pembangunan Jangka Pendek (tahunan) yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKPDesa) adalah hasil musyawarah masyarakat desa tentang program dan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk periode 1 (satu) tahun. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa yang selanjutnya disingkat RPJMDes adalah dokumen perencanaan desa untuk periode 5 (lima) tahun. Setelah diberikan pelatihan dan pendampingan para aparatur pemerintah desa yang ada di Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng mengakui mereka memiliki kemampuan dan keterampilan yang memadai dalam membuat pertanggungjawaban yang digunakan untuk menghitung aliran masuk dan keluarnya dana. Adapun hasil dari kegiatan pelatihan pengelolaan keuangan desa di Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng, yaitu: sebagian besar para aparatur pemerintah desa dapat membuat: (1) penatausahaan administrasi keuangan Desa berupa pencatatan pada buku kas umum (BKU) dan buku-buku pembantunya, (2) penyusunan kelengkapan bukti pembayaran (pengeluaran) yang akan dijadikan sebagai Surat Pertanggung Jawaban (SPJ) sehingga nantinya dapat meminimalisir resiko Fraud PENUTUP Kesimpulan Pelatihan dan Pendampingan kegiatan P2M tersebut dilakukan pada bulan Juni di Desa Kerobokan Kecamatan Sawan dengan mendatangkan tim pakar dari Universitas Pendidikan Ganesha, khususnya pakar pembukuan dari jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi. Adapun alur pelatihan Pengelolaan Keuangan Desa dimulai dari: (a) penyiapan bahan administrasi sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan pelatihan, (b) melakukan koordinasi dengan para aparatur pemerintah desa di Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng, (c) menyiapkan materi pelatihan, (d) menyiapkan narasumber yang memiliki kompetensi sesuai dengan target dan tujuan pelatihan 9 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 (pakar Akuntansi), dan (e) menyiapkan jadwal pelatihan selama 1 hari efektif, (f) penatausahaan administrasi keuangan Desa berupa pencatatan pada buku kas umum (BKU) dan buku-buku pembantunya, (g) penyusunan kelengkapan bukti pembayaran (pengeluaran) yang akan dijadikan sebagai Surat Pertanggung Jawaban (SPJ) sehingga nantinya dapat meminimalisir resiko Fraud, (h) persentasi hasil pelatihan, (i) koreksi dari pakar, dan (j) memberikan hasil membuat pembukuan serta laporan keuangan. Setelah diberikan pelatihan dan pendampingan para aparatur pemerintah desa yang ada di Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng mengakui mereka memiliki kemampuan dan keterampilan yang memadai dalam membuat pertanggungjawaban yang digunakan untuk menghitung aliran masuk dan keluarnya dana. Adapun hasil dari kegiatan pelatihan pengelolaan keuangan desa di Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng, yaitu: sebagian besar para aparatur pemerintah desa dapat membuat: (1) penatausahaan administrasi keuangan Desa berupa pencatatan pada buku kas umum (BKU) dan buku-buku pembantunya, (2) penyusunan kelengkapan bukti pembayaran (pengeluaran) yang akan dijadikan sebagai Surat Pertanggung Jawaban (SPJ) sehingga nantinya dapat meminimalisir resiko Fraud. Saran Ada beberapa hal yang bisa dijadikan rekomendasi dari pelaksanaan pengabdian masyarakat ini yaitu: • Pemberian dana ke desa yang begitu besar, jumlah pelaporan yang beragam serta adanya titik kritis dalam pengelolaan keuangan desa tentunya menuntut tanggung jawab yang besar pula oleh Aparat Pemerintah Desa. • Pengelolaan keuangan tersebut hendaknya dilakukan oleh Sumber Daya Manusia yang memiliki pemahaman dan pengetahuan mengenai hal tersebut untuk menghindari terjadinya fraud. Oleh karena itu, Pemerintah Desa harus bisa menerapkan prinsip akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan desa, dimana semua akhir kegiatan penyelenggaraan Pemerintah Desa harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat desa sesuai ketentuan sehingga terwujud Tata Kelola Pemerintahan Desa yang Baik (Good Village Governance). Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) memiliki peran penting dalam pengawalan akuntabilitas pengelolaan keuangan desa baik dari sisi Assurance maupun Konsultansi dengan melakukan identifikasi titik kritis dalam pengelolaan keuangan desa dalam rangka menentukan langkah pengawalan sesuai peran masingmasing. • DAFTAR PUSTAKA • Abdillah, T., dan Tuloli, M, S. 2014. Rancang Bangun Aplikasi Kontrol Pengelolaan Keuangan Desa. Laporan Akhir Penelitian Hibah Bersaing. Universitas Gorontalo. • Hamzah, A. 2013. Perspektif Kritis-Konsep dan Aplikasi Penyusunan Laporan Keuangan Berbasis PP Nomor 71 Tahun 2010 beserta Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah, Pengukuran Kinerja Organisasi Sektor Publik, pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba. Surabaya: CV Pustaka. 10 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 • Kurnia, B. 2015. Waspadai Titik Kritis, Wujudkan Good Village Governance. Warta Pengawasan 14 VOL XXII/ Edisi HUT ke -70 RI/ 2015 hal 16-17. • Lestari, A, K, D., Atmadja, A, T., dan Adiputra, I, M, P. 2014. Membedah Akuntabilitas Praktik Pengelolaan Keuangan Desa Pakraman Kubutambahan, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali (Sebuah Studi Interpretif Pada Organisasi Publik Non • Kepala Desa Dalam Pengelolaan Administrasi Keuangan Desa Empunak Tapang Keladan. Artikel Penelitian Universitas Tanjungpura Pontianak. • Yabbar, R., dan Hamzah, A. 2015. Tata Kelola Pemerintahan Desa-Dari Peraturan di Desa Hingga Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa-Dari Perencanaan Pembangunan Desa Hingga Pengelolaan Keuangan Desa. Surabaya: Pustaka. • https://wordpress.com/gambara n-umum-wilayah-kabupatenbuleleng • http://sawan.bulelengkab.go.id • https://syukriy.wordpress.com/ 2008/06/16/pengelolaan-keuangandesa-apa-yang-baru/ • Pemerintahan). e-Journal Vol: 2 No:1 Tahun 2014. Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 • Manopo, D, C. 2015. Pelaksanaan Akuntabilitas Dalam Penyelenggaraan Pemerintah Desa (Studi Di Desa Warisa, Kecamatan Talawaan, Kabupaten Minahasa Utara). Download: http//www.google.com. • Simanjuntak, B, H. 2015. Standar Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Dorong Akuntabilitas Desa. Warta Pengawasan 14 VOL XXII/ Edisi HUT ke -70 RI/ 2015 hal 14-15. Surya, K., Tomas, Y., dan Genjik, B. 2013. Evaluasi Penerapan Kebijakan 11 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 IPTEKS BAGI INOVASI DAN KREATIVITAS KAMPUS (IbIKK) BIBIT BUAH-BUAHAN LANGKA BALI Jhon Hardy Purba1), Putu Suwardike2), I Dewa Nyoman Arta Jiwa3) 1 Fakultas Pertanian Universitas Panji Sakti, Singaraja, 2Fakultas Pertanian Universitas Panji Sakti, Singaraja, 3 Fakultas Ekonomi Universitas Panji Sakti, Singaraja Email: [email protected] Abstract IbIKK program for three years (2014-2016) aims to: (1) increase the college self-funding, (2) development of entrepreneurial culture, (3) provide for apprenticeship/research, (4) preservation of germplasm of rare fruits of Bali, and (5) improving welfare. Outcomes target: (1) seed and rare fruits of Bali in pot, (2) consulting/ training, (3) apprenticeship and research, (4) new entrepreneurs, (5) published articles, (6) turnover, and (7) preservation ofBali rare fruits. Realize these goals is done by optimizing the infrastructure and capital usage coming from Ditlitabmas Ristekdikti and the Unipas. Results achieved: (1) seeds of rare fruits of Bali, (2) equipment for agronomic purposes and and students practicum, (3) student practicum with supporting facilities; (4) rare Balinese fruit plants in pots, (5) student research. In the future after IbIKK contract with Ditlitabmas Ristekdikti completed by the end of 2016, IbIKK program will become a business unit of the Faculty of Agriculture, Unipas. Keywords: IbIKK, seed, tabulampot, rare fruits, local Bali. Abstrak Program IbIKK selama tiga tahun (2014-2016) bertujuan untuk: (1) meningkatkan kemandirian pendanaan kampus, (2) pengembangan budaya kewirausahaan, (3) menyediakan tempat magang/penelitian, (4) pelestarian plasma nutfah tanaman buah-buahan langka Bali, dan (5) meningkatkan kesejahteraan. Target luaran: (1) bibit dan tabulampot buah-buahan langka Bali, (2) jasa konsultasi/pelatihan, (3) Magang/penelitian mahasiswa, (4) wirausaha baru, (5) artikel yang dipublikasikan, (6) omzet, dan (7) pelestarian buah-buahan langka Bali. Mewujudkan tujuan tersebut dilakukan dengan mengoptimalkan sarana dan prasarana yang sudah ada dan penggunaan modal kerja yang berasal dari Ditlitabmas Dikti dan Universitas Panji Sakti. Hasil yang dicapai: (1) Bibit buah-buahan langka Bali, (2) Peralatan agronomis untuk keperluan IbIKK dan praktikum mahasiwa, (3) Tempat praktikum mahasiswa dengan sarana pendukungnya; (4) Tanaman buah langka Bali dalam Pot (Tabulampot), (5) Tempat penelitian mahasiswa. Proyeksi kedepan setelah kontrak IbIKK dengan Ditlitabmas Dikti selesai pada akhir tahun 2016, program IbIKK menjadi unit usaha Fakultas Pertanian Universitas Panji Sakti. Kata Kunci : IbIKK, bibit bermutu, tabulampot, buah langka, lokal Bali. I. PENDAHULUAN Pulau Bali yang hanya memiliki luas wilayah 563.286 Ha atau 0,29% dari luas kepulauan Indonesia juga dikenal memiliki beragam jenis buah-buahan khas tropis (lokal), seperti Salak Bali (Zalaca edulis Linn.), Jeruk Bali (Citrus grandis L. Osbeck), Jerungga (Citrus maxima Merr.), Jeruk Keprok Tejakula, Jeruk Kintamani, Anggur Bali (Alphonso de lavalle Cv. Bali), beberapa jenis durian (Durio zibethinus Murr.), pisang (Musa sp.), mangga (Mangifera indica L.), wani (Mangifera caesia var. Ngompen), sentul (Sandoricum koetjape Merr.), badung, kawista (Limonia acidissima), delima (Punica granatum L.), mundeh (Garcinia dulcis), klasem atau kaliasem (Eugenia polycepaia Mig.), pangi, kucacil (Schleichera oleosa Merr.), juwet (Eugenia cumini Merr.), kepuh, teep, boni (Antidesma nunius), kem atau rukem (Flacuortia indica Merr.), lobi-lobi (Flacaurita inermis Roxb), katilampo atau batulampo (Elaeocarpus sp.), dan lainlain. Saat ini, keberadaan beberapa jenis diantaranya mulai jarang dijumpai. Jenis buah-buahan lokal yang keberadaannya mulai jarang ditemukan di wilayah Provinsi Bali adalah seperti tersaji pada 12 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 Lampiran 5. Laporan Status Lingkungan Hidup (SLHD) Provinsi Bali (2011) menyebutkan beberapa diantara jenis tanaman tersebut keadaanya terancam. Menurut International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN), suatu tumbuhan dikatakan terancam (threatened) jika memenuhi tiga kategori yaitu kritis (Critically Endangered/CR), genting (Endangered/EN) atau rentan (Vulnerable/VU). Mempertimbangkan pentingnya pelestarian jenis tanaman buah-buahan lokal, khususnya yang keadaannya mulai langka, maka Fakultas Pertanian Universitas Panji Sakti menaruh perhatian yang serius terhadap pelestarian buahbuahan tersebut melalui kegiatan pengembangan Iptek bibit tanaman buahbuahan langka. Disamping melalui kegiatan penelitian, upaya pelestarian tanaman buah-buahan langka juga dilakukan melalui pembinaan teknis pembuatan bibit yang baik dan kerjasama pemasaran dengan UD. Flora Dewata di Desa Temukus, Kecamatan Banjar dan CV. Karya Merta Wangi di Desa Suwug, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng. Tahun ini (2013), Fakultas Pertanian Universitas Panji Sakti sedang menyiapkan bibit Sentul dan Badung sebanyak 500 batang untuk kegiatan rehabilitasi lahan di Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung dan 500 batang bibit Mangga Amplemsari, Durian Bestala dan Wani Ngompen untuk kegiatan penanaman di Kecamatan Sawan dan Busungbiu. 1.1. Survey Pasar Saat ini terdapat lebih dari 35 penangkar bibit tanaman dan lebih dari 100 pedagang bibit di Provinsi Bali yang tersebar di 9 Kabupaten/Kota. Sebagian penangkar terfokus pada penangkaran tanaman hortikultura, seperti tanaman hias, buah-buahan dan biofarmaka, sedangkan sebagian lainnya terfokus pada penangkaran tanaman kehutanan atau kelompok kayu-kayuan. Usaha yang ditekuni lebih berorientasi bisnis dan jarang dipadukan dengan upaya pelestarian, sehingga komoditi yang dipasarkan adalah bibit jenis tanaman yang populer atau digemari masyarakat. Penjualan bibit di Bali dilakukan melalui beberapa cara, yaitu order melalui penangkar/pengusaha bibit, penjualan langsung melalui outlet bibit, dan penjualan melalui pedagang bibit keliling. Seorang pedagang pengecer bibit buahbuahan mampu menjual bibit antara 200300 batang/bulan atau mencapai 20.00030.000 batang untuk seluruh Bali/bulan. Volume penjualan bibit melalui order langsung ke penangkar lebih banyak lagi. Berdasarkan data Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Buleleng (2012), permintaan bibit tanaman buah-buahan dari berbagai daerah di Indonesia ke penangkar bibit di Kabupaten Buleleng rata-rata mencapai 809.000 batang per tahun. Sementara, kemampuan produksi 14 penangkar bibit hortikultura yang resmi terdaftar di Buleleng rata-rata baru mencapai 438.241 batang/tahun atau sekitar 54,17% dari total permintaan. Kekurangan bibit tersebut dipenuhi melalui pemasokan bibit dari luar Bali, khususnya Jawa Timur. 1.2. Spesifikasi Produk Memperhatikan faktor-faktor penyebab rendahnya keberhasilan tumbuh tanaman pasca transplanting, maka bibit sebagai produk utama program IbIKK Bibit Buah-buahan Langka Bali dirancang memiliki spesifikasi dengan keunggulan bibit bermutu baik. 13 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 Mutu bibit dimaksud mencakup mutu genetik, mutu fisik dan mutu fisiologis. Untuk menjamin mutu genetik bibit, dilakukan melalui pemilihan induk sumber benih atau mata tunas atau batang atas (entres) dengan cara sebagai berikut. Untuk menjamin mutu fisik bibit, dilakukan melalui: a) Pemilihan biji, seedling (untuk batang bawah), mata tempel dan entres yang seragam dan sehat; b) Menerapkan SOP produksi bibit dengan baik; c) Mengatur jadwal pembuatan bibit agar pada saat penanaman kondisi bibit dalam keadaan baik; d) Membekali pekerja dengan pengetahuan dan ketrampilan pembuatan dan penanganan bibit yang benar. Untuk menjamin mutu fisiologis bibit, dilakukan melalui: a) Pemanen buah/biji masak fisiologi atau memiliki kematangan yang cukup (tidak terlalu muda atau tidak terlalu tua) dan penanganan benih dengan baik; b) Menerapkan SOP produksi bibit dengan baik; c) Membekali pekerja dengan pengetahuan dan ketrampilan pembuatan bibit yang benar; d) Bibit lebih tahan cekaman kekeringan yang dihasilkan melalui aplikasi mikroorganisme (agens hayati) jamur dari genus Trichoderma dan Bakteri dari genus Bacillus. 1.3. Kaitan Produk dengan Temuan dan HKI Perguruan Tinggi Program IbIKK ini terlaksana sebab didukung beberapa hal yang berhubungan dengan bidang yang dikelola. Ada 2 (dua) usaha penangkar bibit yang selama ini telah dibantu dan dibina oleh Fakultas Pertanian Universitas Panji Sakti, yaitu UD. Flora Dewata dan CV. Karya Merta Wangi. Tim Fakultas Pertanian Unipas memberikan pendampingan teknis produksi bibit dan kerjasama pemasaran dengan kedua perusahaan tersebut. Keunggulan komparatif dari produk IbIKK ini adalah: (a) dihasilkan bibit bermutu dan lebih tahan cekaman kekeringan dari jenis buah-buahan yang tergolong langka di Bali; (b) dihasilkan jasa konsultasi teknik produksi bibit tanaman buah-buahan langka, sekaligus media edukasi bagi siswa, mahasiswa maupun masyarakat umum, dan (c) dihasilkannya buku tentang Buahbuahan Langka Bali: Liku-liku Pelestarian dan Pengembangannya. 1.4. Dampak dan Manfaat IbIKK dari Aspek Sosial Ekonomi IbIKK Bibit Buah-buahan Langka Bali memberikan dampak dan manfaat positif bagi perguruan tinggi (Universitas Panji Sakti), masyarakat, daerah maupun secara nasional. II. TARGET LUARAN Dengan mempertimbangkan ketersediaan bahan baku, kapasitas produksi, lamanya waktu proses produksi, kemampuan manajerial, kemampuan promosi dan pangsa pasar yang ada, ketersediaan SDM, fasilitas yang ada, dan kemampuan finansial yang tersedia, maka target luaran IbIKK pada tahun III ditetapkan seperti tercantum pada Tabel 1. Target-target luaran merupakan bagian tak terpisahkan dari jadwal kerja tahunan IbIKK Bibit Buah-buahan Langka Bali. Selanjutnya, untuk menghasilkan produk di atas, maka diterapkan berbagai pilihan Iptek yang secara skematis pada Gambar 1. 14 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 Tabel 1. Target Luaran IbIKK Buah-buahan Langka Bali pada Tahun III No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Jenis Luaran Bibit (batang) Tabulampot (pot) Jasa konsultasi usaha/pelatihan Magang/penelitian mahasiswa Wirausaha baru Buku (judul) Artikel Publikasi (judul) Omzet penjualan (Rp.) III. METODE PELAKSANAAN 3.1.Bahan Baku Bahan baku yang digunakan meliputi : benih, biji untuk batang bawah (understem), mata tempel, entres, media pesemaian, media bibit, agens hayati dan sarana produksi (saprodi). Spesifikasi bahan baku yang dibutuhkan untuk produksi bibit sebagai berikut. Terget Luaran Tahun III 41.200 300 6 5 4 1 1 369.000.000 Mengingat bibit yang diproduksi merupakan buah-buahan langka, maka ketersediaan bahan baku terutama benih, mata tempel dan entres tentulah sangat terbatas. Untuk itu, tim pelaksana IbIKK telah mengatur pola pengelolaan bahan baku secara cermat. Gbr. 1. Pilihan iptek dan proses untuk menghasilkan luaran IbIKK Bibit Buah-buahan Langka Bali BPSP Provinsi Bali. Lama waktu yang 3.2. Proses Produksi dibutuhkan untuk menghasilkan bibit asal Untuk menjamin mutu produk, biji, bibit asal okulasi/grafting dan proses produksi bibit hasil perbanyakan tabulampot berbeda-beda. Proses generatif diawasi oleh staf quality control. pembuatan bibit asal biji sampai dengan Sedangkan untuk bibit hasil okulasi dan siap dipasarkan perlu waktu sekitar 6 grafting, disamping diawasi oleh staf bulan. Untuk bibit asal okulasi/grafting quality control, juga dibawah pengawasan sekitar 1 (satu) tahun, dan untuk 15 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 tabulampot minimal 1 tahun sejak bibit ditanam dalam pot. 3.3. Pemasaran Perkiraan luasan pasar potensial penerima produk IbIKK Bibit Buahbuahan Langka Bali adalah sebagai berikut: a) Instansi pemerintah/swasta (50%); b) Penangkar/Pengusaha Bibit di Provinsi Bali (kemitraan) (30%); c) Outlet/Showroom (10%); d) Perorangan (10%). Untuk memasyarakatkan informasi kegiatan usaha dan produk IbIKK ini ditempuh dengan beberapa cara, yaitu: 1) Publikasi melalui media elektronik berupa media sosial di internet, radio, papan nama, tabloid; 2) Selebaran, brosur, leaflet dan poster; 3) Mengembangkan pola kemitraan dengan penangkar-penangkar bibit dan pedagang bibit di seluruh Bali; 4) Mengembangkan kerjasama pengembangan tanaman buahbuahan langka Bali dengan Dinas Pertanian Provinsi Bali, Dinas yang membidangi pertanian di tingkat kabupaten se Provinsi Bali dan Badan/Kantor yang membidangi kehutanan dan lingkungan hidup kabupaten se Provinsi Bali, dan BPDAS Unda Anyar; 5) Pameran-pameran pertanian. 3.4. Sumberdaya Manusia Pelaksanaan program IbIKK Bibit Buah-buahan Langka Bali dukung oleh sumberdaya manusia (SDM) yang memiliki latar belakang pendidikan dan pengalaman relevan dengan usaha yang dikembangkan. 3.5. Fasilitas Lokasi kantor IbIKK dan showroom produk IbIKK terletak di Jl. Bisma No. 22 Singaraja. Sedangkan aktivitas produksi bibit difokuskan di Laboratorium dan Kebun Percobaan Agroteknologi Fakultas Pertanian Unipas. IV. HASIL YANG DICAPAI Pembuatan bibit buah-buahan langka Bali merupakan usaha dan/atau kegiatan yang telah dirintis sejak beberapa tahun oleh Fakultas Pertanian Universitas panji Sakti melalui UPT. Pembibitan tanaman. Oleh karena itu, sampai dengan jelang akhir tahun 2015 disamping telah memproduksi bibit juga telah mampu menjual/memasarkan bibit kepada masyarakat. Hasil yang telah dicapai sampai dengan jelang akhir tahun 2015 adalah sebagai berikut. 1. Koordinasi internal tim pelaksana, dengan pimpinan fakultas dan universitas. 2. Pemeliharaan dan Perluasan Rumah Paranet/Agronet (rumah bibit) sebagai showroom bibit. Rumah paranet/agronet telah dibangun pada pelaksanaan IbIKK Bibit buahbuahan langka Bali tahun 2014 (tahun I). Pada tahun 2015 dilakukan pemeliharaan rumah paranet/agronet dan perluasan agronet. 3. Penyediaan Peralatan Agronomis dan Penunjang Usaha Untuk keperluan agronomis telah dilakukan juga pengadaan peralatan agronomis untuk keperluan IbIKK dan kegiatan praktikum mahasiwa seperti Lux meter, soil tester, soil survey SS 4 in 1, Altimeter, C meter, Digital calipper, moisture meter, timbangan digital, wireless pointer, kamera digital, Digital Multimeter BEST 9205A - Multitester VOM AC DC, Refractometer Protein, CO Carbon Monoxide Gas Detector Digital, Wireless Weather Station Temperature, Humidity, Clock & Weather Forecast, Mini Microscope 160-200x zoom with LED, Gorillapod Large - Flexible Tripod, 16 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 Mini LED Projector, ORP + PH + Thermometer 3 in, arco dorong, dll. 4. Pembuatan dan Pemasaran Bibit Pembuatan bibit hingga jelang akhir tahun 2016 telah mencapai 41.200 batang dan 200 tanaman dalam pot (tabulampot). Sebagian bibit tersebut telah dipasarkan ke berbagai lokasi/daerah dengan total omzet mencapai lebih dari Rp. 100.000.000,pada 3 triwulan pertama tahun 2016. 5. Penyediaan Jasa Tim Pelaksana IbIKK Penyediaan Jasa Tim Pelaksana IbIKK untuk bidang konsultansi di bidang pertanian secara umum untuk 3 kegiatan pada bidang pertanian dan lingkungan hidup. Sebagaian besar program dan kegiatan yang direncanakan pada tahun 2016 telah dan sedang dalam proses realisasi. Pembuatan bibit, tabulampot dan kegiatan pengelolaan usaha lainnya dilakukan secara kontinu. Dalam perjalanan pengelolaan usaha, tantangan utama yang dihadapi adalah (1) mendapatkan bahan tanam (benih/bibit) buah-buahan langka Bali cukup sulit, dan (2) pemasaran produk juga cukup sulit karena belum banyak masyarakat mengenal manfaat buah-buahan tersebut. Dengan dukungan berbagai pihak, terutama Pemerintah Provinsi Bali dengan diberlakukannya Perda tentang Buahbuahan Lokal dan juga dukungan Pemerintah Kabupaten Buleleng melalui kebijakan pengembangan buah-buahan unggulan lokal Buleleng, terutama yang sudah cukup langka seperti mangga Amplemsari dan Durian Bestala, maka secara perlahan usaha bibit buah-buahan langka Bali mulai berkembang sesuai harapan. V. RENCANA BERIKUTNYA TAHAPAN Untuk mewujudkan target-target usaha yang telah ditetapkan, maka tim pelaksana IbIKK Bibit Buah-buahan Langka Bali akan merealisasikan beberapa rencana usaha dan kegiatan penunjangnya sebagai berikut: 1) Melanjutkan produksi bibit berbagai jenis buah-buah langka Bali; 2) Memperluas jaringan pemasaran bibit dengan membangun jaringan, meningkatkan promosi melalui penyebaran leaflet, memantapkan kerjasama dengan Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng, Dinas Pertamanan Kota, SKPD potensial lainnya; 3) Meningkatkan jumlah Tabulampot tanaman buah-buahanan langka Bali hingga berjumlah minimal 300 pot; 4) Menerima magang/pratikum/penelitian mahasiswa; 5) Membina wirausaha baru sebanyak minimal 4 orang; 6) Diversifikasi usaha selain pembibitan buah-buahan langka Bali, yaitu: a) jasa layanan konsultasi pertanian dan lingkungan hidup, b) jasa pembuatan dan pemeliharaan taman pada rumah pribadi dan hotel, c) jasa penyewaa tanaman dan pembuatan dekorasi taman sekitar panggung dalam momen tertentu di dalam gedung, 7) Menyusun dan memublikasikan artikel ilmiah pengabdian kepada masyarakat pada jurnal nasional, 8) Draf Buku IbIKK Bibit Buah-buahan Langka Bali, 9) Mengakses dana bantuan dari berbagai sumber pendanaan untuk menyiapkan pembangunan laboratorium kultur jaringan untuk perbanyakan secara cepat bibit buah-buahan langka Bali dan jenis buah-buahan umum lainnya agar unggul secara komparatif dan kompetitif dengan 17 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 penangkar bibit lokal lainnya; 10) IbIKK Bibit Buah-buahan Langka Bali ini akan dikembangkan menjadi unit bisnis pertanian pada Fakultas Pertanian, Universitas Panji Sakti. VI. SIMPULAN Berdasarkan pelaksanaan program IbIKK Bibit Buah-buahan Langka Bali sampai dengan tulisan ini dibuat, dapat dirumuskan beberapa simpulan sebagai berikut: 1) Pelaksanaan program/kegiatan telah dan akan terus berjalan sehingga realisasi program/kegiatan dan target luaran dapat diwujudkan secara optimal sampai akhir tahun ini, dan pada saat yang akan datang untuk merespon kebutuhan pasar terhadap bibit buah-buahan langka Bali; 2) Program Kegiatan IbIKK Bibit Buah-buahan Langka Bali selain terkait aspek ”bisnis kampus” juga mengemban misi konservasi sumber daya hayati terutama bibit buah-buahan yang sudah mulai langka di Bali; 3) Pengembangan usaha, perlu perencanaan teknis dan biaya pembangunan laboratorium kultur jaringan guna menunjang perbanyakan secara cepat bibit buah langka Bali terutama yang sumber bibitnya sulit didapat, dan agar lebih unggul dalam persaingan dengan penangkar bibit konvensional lainnya. DAFTAR PUSTAKA Astirin, O.P. 2000. Permasalahan Pengelolaan Keanekaragaman Hayati di Indonesia. Biodiversitas 1 (1) : 36-40. BPLH Bali. 2011. Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Bali Tahun 2011. Pemerintah Provinsi Bali, Denpasar. Husnan, Suad & Suwarsono. 2000. Studi Kelayakan Bisnis, Edisi Keempat. Yogyakarta : UPP AMP YKPN. Ibrahim, Yacob. 2003. Studi Kelayakan Bisnis Edisi Revisi. Cetakan 2. Jakarta : Rineka Cipta. Keputusan Menteri Pertanian No. 511/Kpts/PD.310/9/2006 tentang Jenis Komoditi Tanaman Binaan Direktorat Jenderal Perkebunan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Direktorat Jenderal Hortikultura. Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 16 Tahun 2009 tentang RTRW Provinsi Bali Tahun 2009-2029. Peraturan Menteri Kehutanan No. P.01/Menhut-II/2009 tentang Penyelenggaraan Perbenihan Tanaman Hutan. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor No. P.16/Menhut-II/2010 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan. Peraturan Menteri Pertanian No. 48/Permentan/SR.120/8/2012 tentang Produksi, Sertifikasi dan Pengawasan Peredaran Benih Hortikultura. Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2008 Tentang Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan. Suwardike, P. dan J.H. Purba. 2010. Quo Vadis Plasma Nutfah Tanaman Langka Lokal Bali. Fakultas Pertanian Unipas, Singaraja. Suhartini. 2009. Peran Konservasi Keanekaragaman Hayati dalam Menunjang Pembangunan Berkelanjutan. Dalam Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Mei 2009. 18 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 PELATIHAN KOSAKATA BAHASA INGGRIS KAJIAN ISLAM DALAM KEGIATAN SEHARI-HARI UNTUK SANTRI SALAFIYAH PONDOK PESANTREN DARUL ULUM ALBAROKAH DI KECAMATAN PANGKALAN Abdul Kodir Al-Baekani, Universitas Singaperbangsa Karawang (UNSIKA) [email protected] Abstract This activity aims to lead the students of Pondok Pesantren Salafiyah Darul Ulum Al-Barokah in learning and applying vocabulary of Islamic Words for applying in students’ daily activities. This training is done once in a week with duration of training around 2x45 minutes. The students memorize and apply the vocabularies of Islamic Words in translatation of Ayat-Ayat Al-Qur’an and short of Hadist-Hadist which it uses Arabic Languange during training. In the end of training, the students can be able to use English language in their daylily activities especially in speech or public speaking. Keywords : Training, Vocabulary, Speaking Abstrak Abdimas ini bertujuan untuk melatih para santri salafiyah Pondok Pesantren Darul Ulum Al-Barokah dalam pelatihan mempelajari serta menggunakan kosakata Bahasa Inggris kajian Islam untuk dipergunakan dalam kegiatan sehari-hari. Pelaksanaan pelatihan ini dilakukan satu hari dalam satu minggu dengan durasi pelatihan selama 2 jam pelajaran (2x45 menit). Para santri menghafal dan mengaplikasikan kosakata bahasa inggris kajian Islam dalam penterjemahan dari ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadis-Hadis yang berbahasa Arab selama pelatihan tersebut. Pada akhir pelatihan diharapkan para santri salafiyah mampu menggunakan bahasa inggris dalam kegiatan sehari-hari di Pondok Pesantren tersebut khususnya dalam berpidato atau ceramah. Kata Kunci : Pelatihan, Kosakata Bahasa Inggris Kajian Islam, Berbicara Bahasa Inggris ANALISIS SITUASI Pendidikan merupakan perihal penting dalam kehidupan. Terdapat dua jenis pendidikan yaitu pendidikan formal dan pendidikan informal. Dalam pendidikan informal dapat diselenggarakan oleh berbagai macam lembaga pendidikan, seperti kursus, bimbel dan lain-lain. Pondok pesantren juga merupakan lembaga informal yang didalamnya mempelajari ilmu-ilmu agama islam. Terdapat dua jenis pondok pesantren yang berbeda dari segi pembelajarannya, yaitu pondok pesantren salafiyah dan pondok pesantren modern. Pondok pesantren modern menggunakan kurikulum pembelajaran yang didalamnya tidak hanya mengajarkan ilmu-ilmu agama tetapi ilmu umumpun diajarkan, seperti ilmu atau mata pelajaran yang ada di pendidikan formal, tak terkecuali mata pelajaran bahasa inggris. Adapun di pesantren salafiyah ilmu umum seperti mata pelajaran bahasa Inggris tidak diajarkan. Di pondok pesantren ini peserta didik hanya mempelajari ilmu-ilmu agama yang biasa disebut ilmu kitab kuning. Peserta didik di dalam lembaga pondok pesantren biasa disebut santri. Santri yang ada di dalam pondok pesantren mempelajari ilmu agama baik di pondok pesantren modern maupun di pondok pesantren salafiyah. Setiap hari para santri belajar ilmu 19 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 agama yang terdapat dalam kitab kuning. Kitab kuning ditulis bahasa Arab dan bahasa Melayu. Bahas Arab yang dipelari pertama kali oleh santri ialah tata bahasa Arab atau biasa disebut ilmu alat yang didalamnya terdapat ilmu nahwu dan shorof karena dalam kitab kuning tidak lengkap dengan harkat untuk dibaca. Komunitas santri sering menyebutnya Arab gundul. Di pesantren modern para santri tidak hanya mempelajari itu tetapi juga mempelajari ilmu umum seperti belajar berbicara bahasa Inggris. Lain hal yang diajarkan di pondok pesantren salafiyah yang tidak mengajarkan ilmu umum seperti para santri belajar berbicara (pidato) bahasa Inggris. Masalahnya ialah selain tidak termaktub dalam kurikulum pondok pesantren, tetapi juga para pengajar yang biasa disebut ustad tidak begitu faham tentang ilmu umum seperti berbicara bahasa Inggris, bahkan hampir semua pengajar pondok pesantern salafiyah yang ada di kecamatan Pangkalan kualifikasi pendidikan umumnya hanya setara SLTP. Adapun jumlah santri di dalam pondok pesantren sebanyak 30 (tiga puluh) orang. Para pengajar atau biasa disebut ustadz berjumlah 7 (tujuh) orang. Tiap hari santri belajar dengan ustadz berbeda dengan kajian ilmu agama yang berbeda pula. Situasi dan kondisi ini sudah berjalan selama puluhan tahun dengan santri dan pengajar yang berbeda. Kondisi pembelajaran seperti ini dapat menimbulkan kejenuhan bagi santri. Dari pemaparan permasalahan diatas, kami jadi tertarik untuk melakukan pengabdian pada masyarakat dengan tema “PELATIHAN KOSAKATA BAHASA INGGRIS KAJIAN ISLAM DALAM KEGIATAN SEHARI-HARI UNTUK SANTRI SALAFIYAH PONDOK PESANTREN DARUL ULUM AL-BAROKAH DI KECAMATAN PANGKALAN”.. IDENTIFIKASI DAN PERUMUSAN MASALAH Terdapat banyak masalah dalam menerapkan bahasa Inggris untuk santri salafiyah, diantaranya adalah sebagai berikut : a. Santri salafiyah cenderung mengikuti program pembelajaran yang monoton tanpa memperdulikan perkembangan zaman. Dari awal sampai sekarang para santri hanya belajar kitab kuning saja. b. Bahasa sehari-hari yang digunakan masih menggunakan bahasa daerah. Jangankan bahasa Inggris, bahasa Indonesiapun tidak digunakan dalam kegiatan sehari-hari santri salafiyah. c. Santri salafiyah menganggap kosakata bahasa Inggris tidak penting mereka pelajari. d. Ustadz atau gurunya tidak mengetahui kosakata bahasa Inggris bahkan cenderung tidak tahu bahasa Inggris dikarenakan rata-rata lulusan sekolah formal hanya mencapai SD samapai SLTP saja. e. Tidak tercantumnya mata pelajaran bahasa Inggris atau yang biasa disebut pelajaran umum dalam kurikulum pembelajaran di pondok pesantren salafiyah. Dari berbagai macam masalah yang ada, pengabdian ini merumuskan masalah apakah pelatihan kosakata bahasa inggris kajian islam dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk santri salafiyah Pondok Pesantren Darul Ulum Al-Barokah di kecamatan Pangkalan. TINJAUAN PUSTAKA Dalam penjelasan sebelumnya bahwa kegiatan abdimas ini fokus terhadap pelatihan kosakata kajian islami bahasa 20 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 inggris dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk santri salafiyah Pondok Pesantren Darul Ulum Al-Barokah di kecamatan Pangkalan.. Berikut ini adalah penjelasan singkat tentang tinjauan pustaka kegiatan. 1. Konsep Pelatihan Banyak ahli berpendapat tentang arti, tujuan dan manfaat pelatihan. Namun dari berbagai pendapat tersebut pada prinsipnya tidak jauh berbeda. Sikula dalam Sumantri (2000:2) mengartikan pelatihan sebagai: “proses pendidikan jangka pendek yang menggunakan cara dan prosedur yang sistematis dan terorganisir. Para peserta pelatihan akan mempelajari pengetahuan dan keterampilan yang sifatnya praktis untuk tujuan tertentu”. Menurut Good, 1973 pelatihan adalah suatu proses membantu orang lain dalam memperoleh skill dan pengetahuan (M. Saleh Marzuki, 1992 : 5). Soebagjo Atmodiwiryo (1999 : 1) berpendapat bahwa pelatihan merupakan bagian dari pendidikan yang mengkaitkan proses belajar untuk meningkatkan keterampilan diluar system pendidikan yang berlaku dalam waktu yang relative singkat dan dengan metode yang lebih mengutamakan praktek darpada teori. Notoatmodjo (2003:28) juga berpendapat pendidikan dan pelatihan adalah merupakan upaya untuk mengembangkan sumber daya manusia, terutama untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan kepribadian. Hadipoerwono (1982 : 76) mengemukakan bahwa pelatihan adalah pembinaan kecakapan, kemahiran, ketangkasan (skill building) dalam pelaksanaan tugas. Maksudnya bahwa pelatihan merupakan proses membantu individu untuk memperoleh kecakapan khusus agar dapat efektivitas dalam pelajaran tugas tertentu yang diperoleh melalui pembangunan kebiasaan fikiran, tindakan-tindakan, kecakapan pengetahuan dan sikap. Dengan adanya pelatihan bagi setiap siswa memungkinkan pelaksanaan pembelajarannya menjadi lebih efektif dan efisien Dengan demikian berdasarkan pendapat para ahli bahwa pelatihan merupakan suatu cara untuk meningkatkan skill atau kemampuan lebih mendalam. Dalam hal ini, pelatihan kosakata Bahasa Inggris dapat membantu santri salafiyah dalam berbahasa Inggris untuk komunikasi seharihari. 2. Metode Pembelajaran di Pondok Pesantren Berbicara pendidikan tidak terlepas dari kurikulum pembelajaran ; baik dalam pendidikan formal maupun pendidikan non-formal. Kurikulum merupakan rangkaian rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran dalam mencapai tujuan pendidikan. Pesantren merupakan lembaga pendidikan non-formal yang mempunyai kurikulum pembelajaran tersendiri. Setiap pembelajaran dalam menyampaikan materi tidak terlepas dari metode atau cara penyampaian materi. Terdapat banyak metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran di pondok pesantren. Dalam metode penyampaiannya ada 21 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 beberapa pondok pesantren salafiyah yang masih menggunakan metode lama atau tradisional menurut kebiasaan-kebiasaan yang lama dipergunakan dalam institusi itu, metode-metode tersebut antara lain: 1. Sorogan Yaitu suatu sistem belajar secara individual dimana seorang santri berhadapan dengan seorang guru, dengan sistem pengajaran secara sorogan ini memungkinkan hubungan Kiai dengan Santri sangat dekat, sebab Kiai dapat mengenal kemampuan pribadi santri secara satu persatu. 2. Bandungan Sistem bandungan ini sering disebut dengan Halaqoh dimana dalam pengajaran, kitab yang dibaca oleh Kiai hanya satu, sedang para santri membawa kitab yang sama, lalu santri mendengarkan dan menyimak bacaan Kiai. 3. Weton Istilah weton berasal dari bahasa jawa yang diartikan berkala atau berwaktu. Pengajian weton bukan merupakan pengajian rutin harian, tapi dilaksanakan pada saat tertentu misalnya pada setiap selesai sholat Jum’at dan sebagainya. 3. Tehnik Pembelajaran Kosakata Kajian Islami Bahasa Inggris dalam Kegiatan Sehari-Hari Santri Salafiyah. Terdapat banyak tehnik yang dapat digunakan dalam pembelajaran kosakata bahasa inggris salah satunya adalah tehnik drilling. tehnik drill adalah suatu cara mengajar dimana siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan agar memiliki ketangkasan atau keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang dipelajari. Dalam buku Nana Sudjana, tehnik drill adalah suatu kegiatan melakukan hal yang sama, berulang-ulang secara sungguh-sungguh dengan tujuan untuk memperkuat suatu asosiasi atau menyempurnakan suatu keterampilan agar menjadi bersifat permanen. Ciri yang khas dari metode ini adalah kegiatan berupa pengulangan yang berkalikali dari suatu hal yang sama. Agar tidak terlalu melebar, pembahasan metode ini dibagi kedalam beberapa sub bab sebagai berikut : a. Defenisi Drill Kata “drill” berarti latihan yang berulang-ulang baik yang bersifat “trial and error” ataupun melalui prosedur rutin tertentu (Sardiman, 2006:23). Menurut Richards dan Platt (1993:117) metode ini biasa digunakan dalam pembelajaran bahasa untuk melatih bunyi bahasa (sounds) atau pola-pola kalimat dalam bahasa yang berdasarkan latihan dan pengulangan yang dipandu. Dengan kata lain, drill merupakan latihan dengan praktik yang dilakukan berulang kali atau kontinyu oleh siswa untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan tertentu sehingga menjadi permanen, mantap dan dapat dipergunakan setiap saat secara otomatis. Dengan demikian, metode “drill” dalam pembelajaran memiliki kelebihan-kelebihan yang dapat memperluas pengertian siswa 22 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 dan mampu menggunakan pengetahuan serta keterampilannya karena sudah dibiasakan. b. Kelebihan metode “Drill” Kelebihan-kelebihan penggunaan metode “drill” dalam pembelajaran antara lain: a. Bahan ajar dapat diberikan secara bertahap dan teratur sehingga lebih mudah melekat pada diri siswa dan benarbenar menjadi miliknya b. Adanya pengawasan, bimbingan dan koreksi langsung oleh guru yang memungkinkan siswa untuk segera melakukan perbaikan terhadap kesalahankesalahannya. c. Pengetahuan dan keterampilan siap yang sudah terbentuk sewaktu-waktu dapat dipergunakan dalam keperluan sehari-hari. d. Dapat dipergunakan untuk memperoleh kecakapan motoris berbahasa, seperti melafalkan dan menulis huruf, kata serta kalimat. e. Untuk memperoleh kecakapan dalam bentuk asosiasi yang dibuat, seperti hubungan huruf-huruf dalam ejaan, penggunaan symbol, membaca peta, dan sebagainya. f. Pembentukan kebiasaan yang yang dilakukan dan menambah ketepatan serta kecepatan yang tidak terlalu memerlukan konsentrasi dalam pelaksanaannya. g. Metode “drill” dapat menambah minat siswa terhadap pelajaran dan merupakan teknik yang tidak asing yang digunakan di berbagai lingkungan masyarakat dan sebagai strategi pembelajaran yang valid. Jenis-jenis “drill” dalam pembelajaran bahasa Inggris c. Menurut Brooks dalam Richards dan Rodgers (1990:54) ada 12 jenis “drill” yang digunakan dalam pembelajaran bahasa, yaitu: 1. Repetition (Pengulangan). Siswa mengulang ujaran dengan nyaring begitu guru selesai mengucapkannya. Siswa melakukan pengulangan ucapan tersebut tanpa melihat tulisan dari ujaran atau kata yang diucapkannya. Ujaran atau katakata yang dilatihkan harus singkat sehingga mudah ditangkap oleh telinga. 2. Inflection (Infleksi). Satu kata yang diucapkan oleh guru diulangi oleh siswa dengan bentuk yang berbeda. 3. Replacement (Penggantian). Satu kata dalam ujaran oleh guru diganti dengan kata yang lain saat diulang oleh siswa. 4. Restatement (Mengatakan kembali) Siswa memahami ujaran oleh guru kemudian mengatakan kembali dengan mengalamatkan kepada orang 23 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 lain sesuai dengan perintah “drill” 5. Completion (Melengkapi). Siswa mendengar ujaran yang lengkap kecuali satu kata yang dihilangkan, kemudian siswa mengulangi ujaran tersebut dengan melengkapi satu kata yang dihilangkan. 6. Transposition (Pengubahan letak). Pengubahan susunan kata diperlukan jika satu kata ditambahkan. 7. Expansion (Ekspansi). Ketika satu kata ditambahkan, maka kata tersebut akan mengambil posisi urutan tertentu dalam kalimat. 8. Contraction (Penyingkatan dengan kata lain). Satu kata mewakili suatu frase atau klausa. 9. Transformation (Transformasi). Suatu kalimat diubah bentuknya saat diulangi oleh siswa, misalnya perubahan bentuk kalimat positif menjadi negatif atau pertanyaan; kalimat aktif menjadi pasif; tense dan aspects of tense, modality. 10. Integration (Penggabungan). Dua ujaran yang terpisah digabung menjadi satu. 11. Rejoinder. Siswa membuat rejoinder yang layak untuk ujaran tertentu. Mereka diberitahukan terlebih dahulu untuk memberikan respons dengan salah satu cara yang ditawarkan/disuruh, seperti: bersikap sopan, menjawab pertanyaan, setuju, setuju dengan cara yang empatik, mengungkapkan rasa terkejut, mengungkapkan rasa penyesalan, dan lain-lain. 12. Restoration (Memperbaiki). Siswa diberikan serangkaian kata yang sudah diubah dari suatu kalimat tetapi masih menggambarkan makna aslinya. Mereka diminta untuk menggunakan kata-kata tersebut dengan melakukan perubahan dan penambahan seminimal mungkin untuk mengembalikan kalimat tersebut kedalam bentuk aslinya. Mereka mungkin diberitahu tentang perubahan tersebut misalnya menyangkut tenses. TUJUAN KEGIATAN Berdasarkan analisis serta identifikasi masalah diatas, maka tujuan kegiatan dalam kegiatan pengabdian pada masyarakat ini adalah sebagai berikut : 1). Universitas Singaperbangsa Karawang memberikan pengabdian pada masyarakat yaitu dengan cara pelatihan kosakata kajian islami bahasa inggris dalam kegiatan sehari-hari untuk santri salafiyah pondok pesantren Darul Ulum Al-Barokah di Kecamatan Pangkalan Kab. Karawang. 2). Untuk memberikan pelatihan kosakata kajian islami bahasa inggris dalam kegiatan sehari-hari. 3). Di sisi lain tim pengabdi sebagai instructur pelatihan, instruktur juga dapat menambah wawasan keilmuan maupun dapat bersosialisasi dengan masyarakat sekitar lingkungan kampus Universitas Singaperbangsa Karawang. MANFAAT KEGIATAN Manfaat dalam kegiatan pengabdian pada masyarakat ini adalah sebagai berikut : 24 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 1. Manfaat bagi santri salafiyah Pondok Pesantren Darul Ulum Al-Barokah adalah para santri dapat menggunakan kosakata kajian islami bahasa inggris dalam kegiatan seharihari. 2. Manfaat bagi dosen sebagai pelaku abdimas adalah dapat meningkatkan kemampuan didalam bidangnnya. 3. Manfaat bagi lembaga lembaga dalam abdimas ini adalah sebagai cara untuk memperkenalkan kepada masyarakat sekitar kampus Universitas Singaperbangsa Karawang bahwa kampus tersebut telah memiliki Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan dengan program studi pendidikan Bahasa Inggris. KERANGKA MASALAH PEMECAHAN Berdasarkan masalah yang ada, kerangka pemecahan masalahnya adalah sebagai berikut : a. Santri jadi tidak mendapat pendidikan yang diakatakan monoton yaitu hanya mempelajari kitab kuning saja tetapi para santri dapat mempelajari kosakata bahasa inggris kajian islam dalam kegiatan sehari-hari. b. Dengan diperkenalkannya kosakata kajian islami bahasa inggris dalam kegiatan sehari-hari, para santri dapat menggunakan kosakata tersebut dalam kegiatan sehari-hari di pondok pesantren Darul Ulum Al-barokah Kec. Pangkalan Kab. Karawang. c. Santri salafiyah selain mempelajari kitab kuning, mereka juga mendapatkan pembelajaran berpidato atau ceramah. Santri dapat menggunakan kosakata kajian islami bahasa inggris dalam setiap pembelajaran berpidato atau ceramah. d. Ustadz atau gurunya jadi mengetahui kosakata kajian islami bahasa inggris bahkan dapat mempelajari bahasa inggris. e. Dimuat mata pelajaran bahasa inggris atau belajar kosa kata kajian islami bahasa inggris dalam kegiatan seharihari di pondok pesantren salafiyah Darul Ulum Al-Barokah Kec. Pangkalan Kab. Karawang. KHALAYAK SASARAN ANTARA YANG STRATEGIS Setelah santri mendapatkan pengetahuan tentang kosakata kajian islami bahasa inggris dalam kegiatan sehari-hari di pondok pesantren Darul Ulum Al-Barokah, para santri langsung menggunakan kosakata yang mereka dapatkan dalam kegiatan sehari-hari mereka. KETERKAITAN Dalam pengabdian ini telah banyak instansi yang mendukung pelaksanaan pengabdian kami, khususnya Pondok Pesantren Salafiyah yang ada di Kecamatan Pangkalan. Bahkan siswa sekolah pun ada yang mengikuti kegiatan ini seperti SMAN 1 Pangkalan. METODE KEGIATAN Materi yang diberikan kepada para santri salafiyah sebagai sasaran kegiatan pengabdian pada masyarakat ini adalah tentang Kosakata bahasa inggris Kajian Islam dalam kehidupan sehari-hari. Pelatihan Kosakata bahasa inggris kajian islam dalam kegiatan sehari-hari tersebut diberikan selama 16 pertemuan dengan intensitas 2 jam pelajaran (@45 menit/jam pelajaran) Adapun metode pelaksanaan kegiatan pembelajarannya menggunakan metode drilling. Metode ini digunakan bertujuan 25 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 untuk selain mengetahui penulisannya tetapi juga para santri akan mengetahui bunyi dari setiap kosakata yang diucapkan oleh instruktur pelatihan. RANCANGAN EVALUASI Setelah melakukan pelatihan kosakata bahasa Inggris dalam kegiatan sehari-hari, pengabdi melakukan evaluasi dengan cara mendengarkan para santri berpidato. Indikator pencapaiannya ialah santri mampu bermukodimah serta minimal dapat menyisipkan terjemahan surat atau hadits berbahasa Inggris dalam ceramah dengan menggunakan bahasa Inggris yang benar. Dari dua belas jenis “drill” yang dikemukakan di atas tidak semuanya dapat segera diterapkan dalam pembelajaran bahasa Inggris di Pesantren. Pemilihan jenis “drill” harus disesuaikan dengan tingkat kesulitan bahan ajar yang akan diberikan kepada siswa secara bertahap. Khusus untuk pembelajaran kosa kata di Pesantren, jenis “drill” yang dapat diterapkan adalah Repetition (Pengulangan). Disamping itu, dalam penerapannya perlu adanya modifikasi-modifikasi yang mempertimbangkan situasi dan tingkat penguasaan para siswa. RENCANA DAN JADWAL KERJA Adapun rencana pelaksanaan kegiatan ini adalah sebagai berikut : No Pertemuan Materi Ajar Indikator Alokasi Sumber waktu Belajar 1 Pertemuan 1 Pre Test 2 Pertemuan 2 Pronoun Santri mampu 2 x 45 membuat kalimat serta pengucapannya Complete English Grammar 3 Pertemuan 3 Tenses ; Simple Santri mampu 2 x 45 Present membuat kalimat berdasarkan bentuk waktu Complete English Grammar 4 Pertemuan 4 Tenses ; Simple Santri mampu 2 x 45 Past membuat kalimat berdasarkan bentuk waktu Complete English Grammar 5 Pertemuan 5 Tenses ; Present Santri mampu 2 x 45 Perfect membuat kalimat Complete English Grammar 26 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 berdasarkan bentuk waktu 6 Pertemuan 6 Tenses ; Simple Santri mampu 2 x 45 Future membuat kalimat berdasarkan bentuk waktu Complete English Grammar 7 Pertemuan 7 Tenses ; Present Santri mampu 2 x 45 Continous membuat kalimat berdasarkan bentuk waktu Complete English Grammar 8 Pertemuan 8 Verb Siswa mampu 2 x 45 menghafal kosakata Kerja bahasa Inggris Complete English Grammar 9 Pertemuan 9 Noun Siswa mampu 2 x 45 menghafal kosakata benda bahasa Inggris kajian Islam Complete English Grammar 10 Pertemuan 10 Adjective Siswa mampu 2 x 45 menghafal kosakata Sifat bahasa Inggris kajian Islam Complete English Grammar 11 Pertemuan 11 Menterjemahkan surat-surat pendek kedalam bahasa Inggris Siswa mampu 2 x 45 menterjemahkan surat-surat pendek kedalam bahasa Inggris KamusKamus Bahasa Inggris dan Arab 12 Pertemuan 12 Menterjemahkan surat-surat pendek kedalam bahasa Inggris Siswa mampu 2 x 45 menterjemahkan surat-surat pendek kedalam bahasa Inggris KamusKamus Bahasa Inggris dan Arab 13 Pertemuan 13 Menterjemahkan surat-surat pendek kedalam bahasa Inggris Siswa mampu 2 x 45 menterjemahkan surat-surat pendek kedalam bahasa Inggris KamusKamus Bahasa Inggris dan Arab 27 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 14 Pertemuan 14 Menterjemahkan hadits-hadits kedalam bahasa Inggris Siswa mampu 2 x 45 menterjemahkan hadits-hadits kedalam bahasa Inggris KamusKamus Bahasa Inggris dan Arab 15 Pertemuan 15 Menterjemahkan hadits-hadits kedalam bahasa Inggris Siswa mampu 2 x 45 menterjemahkan hadits-hadits kedalam bahasa Inggris KamusKamus Bahasa Inggris dan Arab 16 Pertemuan 16 Post Evaluasi Test/ HASIL KEGIATAN PELATIHAN Pelaksanaan pelatihan kosakata bahasa inggris kajian Islam dilaksanakan setiap hari sabtu selama enam belas pertemuan. Dimulai pada tanggal 02 Mei 2015 sampai dengan tanggal 01 Juli 2015. Tiap pertemuan berdurasi waktu selama 2 jam pelajaran (2 x 45 menit). Adapun untuk materi pelatihannya dari tiap pertemuan tersebut bisa dilihat dilampiran-lampiran. Setelah melakukan pelatihan selama enam belas pertemuan dengan cara menghafal dan menterjemahkan ayatayat Al-Qur’an dan Hadis-Hadis, para siswa atau Santri dapat menggunakan kosakata Bahasa Inggris Kajian Islam tersebut dalam ceramah atau pidato yang dilakukan setiap sebulan sekali untuk kegiatan yang dinamakan Muhadoroh. Para santri tersebut menginginkan DAFTAR RUJUKAN 1. ____. (2008). Oxford: Learner’s 2 x 45 pelatihan ini berlanjut seterusnya serta menjadi suatu kurikulum pembelajaran di Pondok Pesantren. SIMPULAN Berdasarkan tujuannya, kegiatan ini diharapkan mampu membantu masyarakat khususnya peserta didik yang menimba ilmu agama di pondok pesantren salafiyah Darul Ulum AlBarokah dalam hal penggunaan Bahasa Inggris dalam kehidupan sehari-hari. Pada akhir pertemuan pelatihan para santri tersebut diuji penggunaan Bahasa Inggris dalam bentuk ceramah. Meskipun tidak semua para santri mampu berbicara dalam menyampaikan ayat-ayat AlQur’an atau hadis berbahasa Inggris, tapi setidaknya kegiatan ini mampu membantu mereka dalam hal berceramah atau berkomunikasi dalam kegiatan sehari-hari dengan Bahasa Inggris. 2. Artasasmita, R. (1985). Kursus dan Latihan. Bandung : FIF IKIP Bandung. Pocket Dictionary. New York: Oxford University Press 3. Brown, H.D. (2004). Language Assessment: Principles and Classroom Practice.San Fransisco: Longman. 28 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 Teaching. New York: Cambridge 4. Marzuki, M.S, (1992), Strategi dan Model Pelatihan, Malang : 8. Richards, Jack C.; Platt, John; Platt, Heidi. 1999. Longman IKIP Malang 5. Notoatmodjo, University Press. S. 2003. dictionary of Language Teaching Pengembangan Sumber Daya and Manusia. Singapore: Longman Group UK Jakarta; Rineka Applied Linguistics. Limited Cipta. 6. Nana, Sudjana. 1991. Dasar- 9. Sardiman, A. M. 2006. Interaksi Dasar Proses Belajar Mengajar. dan Motivasi Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Jakarta: 7. Richards, Jack C.; Rodgers, Theodore S. 1986. Approaches and Methods in Language PT Raja Grafindo Persada. http://rofikekomputer.blogspot.com/p/m etode-pendidikan-pondokpesantren.htm 29 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 PELATIHAN PEMBUATAN MATERI AJAR BERBENTUK DIGITAL MELALUI APLIKASI OPEN OFFICE SUN MICROSYSTEM BAGI GURU-GURU SMA SE-KECAMATAN UBUD Dewa Gede Hendra Divayana1, P. Wayan Arta Suyasa2, I Made Agus Wirawan3, I Made Putrama4 1,2,3,4Jurusan Pendidikan Teknik Informatika FTK UNDIKSHA Email: [email protected] ABSTRACT Generally, need of digital teaching materials in education are used to aid the learning process. Factually, especially in senior high schools in Ubud District, indicated that there are still many educators who have not been able to create digital teaching materials. Noting the situation, the community service team agreed with partners to conduct training unit manufacture of digital teaching materials. The main objective of this activity are: 1) to determine the level of knowledge of senior high school teachers in Ubud District on the existence of Open Office Sun Microsystems, 2) to determine the level of ability of senior high school teachers in Ubud District in making teaching materials in digital form. The method used in the implementation of this activity is the training method. The successful implementation of activity are evident from the results of tests of cognitive obtained by the trainees with the acquisition value of an average of 80.67, the test results of practice with the acquisition value of an average of 81.60, and the results of the responses given by the trainee through a questionnaire, with the acquisition of a percentage of 93.33%. Keywords: Teaching Materials, Digital, Open Office Sun Microsystem ABSTRAK Secara umum kebutuhan materi ajar digital dalam dunia pendidikan digunakan untuk membantu proses pembelajaran. Kenyataan di lapangan khususnya di SMA se-Kecamatan Ubud, ditunjukkan bahwa masih banyak pendidik yang belum mampu membuat materi ajar digital. Memperhatikan situasi tersebut, maka tim pengabdian masyarakat sepakat dengan unit mitra untuk mengadakan pelatihan pembuatan materi ajar digital. Tujuan utama diadakan kegiatan ini adalah : 1) untuk mengetahui tingkat pengetahuan para guru SMA di Kecamatan Ubud tentang keberadaan open office sun microsystem, 2) untuk mengetahui tingkat kemampuan para guru SMA di kecamatan Ubud dalam membuat materi ajar berbentuk digital. Metode yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan ini yaitu metode pelatihan. Keberhasilan pelaksanaan kegiatan ini dibuktikan dari hasil test kognitif yang didapatkan oleh peserta pelatihan dengan perolehan nilai rata-rata sebesar 80.67, hasil test praktek dengan perolehan nilai rata-rata sebesar 81.60, dan dari hasil respon yang diberikan oleh peserta pelatihan melalui angket, dengan perolehan prosentase sebesar 93.33%. Kata kunci: Materi Ajar, Digital, Open Office Sun Microsystem PENDAHULUAN Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang begitu cepat berdampak pada terjadinya perubahan gaya hidup dan perilaku masyarakat. Saat ini, masyarakat cenderung menginginkan semua pekerjaan yang dapat terselesaikan dengan cepat melalui bantuan teknologi informasi dan komunikasi. Teknologi informasi dan komunikasi dapat digunakan di berbagai bidang untuk membantu pekerjaan masyarakat, mulai dari bidang ekonomi dan perbankan dengan munculnya teknologi ecommerce, e-trading dan e-banking, di bidang pemerintahan dengan munculnya teknologi e-government, serta di bidang 30 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 pendidikan dengan munculnya teknologi elearning. Pada prinsipnya teknologi informasi dan komunikasi itu dapat berjalan dengan baik dan optimal asalkan ada data yang dapat dengan mudah diolah menjadi suatu informasi sehingga dapat dipergunakan oleh pihak-pihak yang membutuhkannya. Data yang dapat diolah dengan cepat oleh komputer adalah data yang berbentuk digital. Data yang berbentuk digital dapat berformat .pdf, .doc., .xml, .jpeg, .png dan lain sebagainya. Secara umum kebutuhan data berbentuk digital saat ini sangat tinggi di berbagai bidang kehidupan akibat perkembangan teknologi informasi dan secara khusus juga dirasakan pada bidang pendidikan. Kebutuhan data digital dalam dunia pendidikan biasanya digunakan untuk membantu proses pembelajaran dan kegiatan administratif lainnya yang menunjang pendidikan. Data digital digunakan sebagai bahan untuk membuat media pembelajaran, e-learning, dan kegiatan-kegiatan lainnya yang menunjang proses pendidikan. Kenyataan di lapangan ditemukan bahwa masih banyak pendidik yang belum bisa membuat data digital untuk keperluan pembelajaran ataupun keperluan administratif lainnya. Hal tersebut juga dirasakan di SMA sekecamatan Ubud yaitu SMA Negeri 1 Ubud dan SMA PGRI 3 Ubud yaitu masih rendahnya kemampuan guru-guru dalam membuat materi ajar berbentuk digital untuk keperluan pembelajaran. Dari hasil wawancara dengan Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Ubud diperoleh data bahwa dari 100 jumlah guru yang ada, 80 orang guru (80%) masih belum mampu membuat materi ajar berbentuk digital untuk keperluan pembelajaran, sedangkan di SMA PGRI 3 Ubud dari 40 guru yang ada, 35 orang guru (87,50%) juga masih belum mampu membuat materi ajar berbentuk digital untuk keperluan pembelajaran. Dengan memperhatikan situasi tersebut maka tim pengabdian masyarakat sepakat dengan unit mitra yaitu SMA kecamatan Ubud, salah satunya dalam hal ini adalah melalui Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Ubud untuk mengadakan pelatihan pembuatan materi ajar berbentuk digital untuk menunjang proses pembelajaran khususnya di SMA Negeri 1 Ubud. Sehingga nantinya ilmu yang diperoleh oleh guru-guru SMA Negeri 1 Ubud dapat ditularkan/diserbarkan kepada guru-guru di SMA/SMK lainnya yang ada di kecamatan Ubud. Tujuan utama diadakan kegiatan ini adalah: 1) untuk mengetahui tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh para guru SMA yang ada di Kecamatan Ubud tentang keberadaan software open source yaitu open office sun microsystem untuk membuat materi ajar berbentuk digital, 2) untuk mengetahui tingkat kemampuan para guru SMA yang ada di kecamatan Ubud dalam membuat materi ajar berbentuk digital. METODE Metode yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan pembuatan materi ajar berbentuk digital melalui aplikasi open office sun microsystem bagi guru-guru SMA se-Kecamatan Ubud yaitu metode pelatihan, dengan tahapan-tahapan yang dilakukan antara lain: 1) tahap penentuan target kegiatan, 2) tahap penentuan kuota peserta, 3) tahap penyebaran surat undangan, 4) tahap prosedur peminjaman tempat pelatihan, 5) tahap persiapan tempat pelatihan, 6) tahap penyusunan materi dan modul pelatihan, 7) tahap pencetakan modul pelatihan, 8) tahap perencanaan dan penentuan jadwal pelatihan, 9) tahap pelaksanaan pelatihan, 10) tahap evaluasi 31 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 pelatihan, 11) tahap pencetakan dan pengiriman sertifikat, dan 12) tahap penyusunan laporan P2M akhir. HASIL DAN PEMBAHASAN Negeri 1 Ubud, dengan rincian alamat tujuan surat dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini. Tabel 2. Daftar Rincian Alamat Tujuan Surat Undangan No. Nama Peserta Pekerjaan Hasil Adapun hasil yang diperoleh dari kegiatan pengabdian masyarakat ini, dapat dijelaskan sebagai berikut. 1. Tahap Penentuan Target Kegiatan Jumlah SMA yang ditentukan sebanyak 1 SMA yaitu SMA Negeri 1 Ubud sebagai perwakilan dari seluruh SMA yang ada di kecamatan Ubud untuk mengikuti pelatihan pembuatan materi ajar berbentuk digital melalui aplikasi open office sun microsystem bagi guru-guru SMA se-Kecamatan Ubud. 1. Guru Geografi Guru Bahasa Indonesia SMA N 1 Ubud SMA N 1 Ubud Guru Kimia SMA N 1 Ubud Guru Seni Budaya SMA N 1 Ubud Guru Bahasa Inggris SMA N 1 Ubud SMA N 1 Ubud SMA N 1 Ubud 2. Tahap Penentuan Kuota Peserta Kuota peserta untuk mengikuti pelatihan pembuatan materi ajar berbentuk digital melalui aplikasi open office sun microsystem bagi guru-guru SMA se-Kecamatan Ubud sebanyak 10 orang, dengan rincian dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini. Tabel 1. Daftar Peserta Pelatihan 10. Dra. Anak Agung Alit Sri, M.Pd I Wayan Ubud, S.Pd, M.Pd Gusti Ayu Suarsani, S.Pd, M.Pd I Nyoman Lanus Widana, S.Pd, M.Pd I Nyoman Sujaya, S.Pd Anak Agung Gde Alit, S.Pd Ida Bagus Ketut Suardiana, S.Pd I Nyoman Sudiartha, S.Pd, M.Pd Desak Nyoman Sukanestri, S.Pd, M.Pd I Wayan Sumertayasa, ST No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Nama Peserta Dra. Anak Agung Alit Sri, M.Pd I Wayan Ubud, S.Pd, M.Pd Gusti Ayu Suarsani, S.Pd, M.Pd I Nyoman Lanus Widana, S.Pd, M.Pd I Nyoman Sujaya, S.Pd Anak Agung Gde Alit, S.Pd Ida Bagus Ketut Suardiana, S.Pd I Nyoman Sudiartha, S.Pd, M.Pd Desak Nyoman Sukanestri, S.Pd, M.Pd I Wayan Sumertayasa, ST 3. Tahap Penyebaran Surat Undangan Penyebaran surat undangan dilakukan dengan cara memberikan surat undangan kepada para peserta pelatihan yaitu sebanyak 10 orang peserta melalui Kepala SMA 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Guru Fisika Guru Bahasa Inggris Alamat Guru Fisika SMA N 1 Ubud Guru Ekonomi SMA N 1 Ubud Guru Fisika SMA N 1 Ubud 4. Tahap Prosedur Peminjaman Tempat Pelatihan Tempat/lokasi pelatihan pembuatan materi ajar berbentuk digital melalui aplikasi open office sun microsystem bagi guru-guru SMA se-Kecamatan Ubud dilaksanakan di Laboratorium SMA Negeri 1 Ubud. Bukti dokumen yang menunjukkan lokasi pelaksanaan kegiatan selengkapnya dapat dilihat pada gambar 1 berikut. Gambar 1. Lokasi Pelatihan Prosedur peminjaman tempat untuk pelatihan ini dilakukan dengan meminta izin terlebih dahulu kepada Kepala SMA Negeri 1 Ubud yaitu Bapak I Wayan Gabra, S.Pd.,M.Pd. melalui surat permohonan 32 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 tempat pelaksanaan kegiatan. Selanjutnya, Kepala Sekolah memberikan tugas kepada Kepala Laboratorium SMA Negeri 1 Ubud yaitu Bapak Dewa Mas Dwipayana, S.Kom untuk membantu panitia untuk menyediakan tempat dan perlengkapan yang dibutuhkan oleh panitia pengabdian masyarakat. Adapun bukti dokumentasi proses peminjaman tempat pelatihan dapat dilihat pada gambar 2 berikut. Gambar 2. Proses Peminjaman Tempat 5. Tahap Persiapan Tempat Pelatihan Persiapan tempat pelatihan dilakukan dengan pengecekan komputer dan pengecekan prasarana pendukung lainnya. Adapun bukti proses pengecekan tempat pelatihan dapat dilihat pada gambar 3 berikut. Gambar 3. Persiapan Tempat Pelatihan 6. Tahap Penyusunan Materi dan Modul Pelatihan Materi pokok yang diberikan dalam pelatihan pembuatan materi ajar berbentuk digital melalui aplikasi open office sun microsystem terdiri dari beberapa bagian antara lain: a. Pengenalan Open Office Sun Microystem b. Fitur-fitur Open Office Sun Microsystem c. Proses Pembuatan Materi Ajar d. Spreadsheet (Pengolah Angka) e. Presentation (Pengolah Presentasi) Dari kelima materi pokok tersebut, maka dibuatkan ke dalam bentuk modul pelatihan pembuatan materi ajar berbentuk digital melalui aplikasi open office sun microsystem dengan rincian bagian-bagiannya sebagai berikut. BAB I PENGENALAN OPEN OFFICE SUN MICROYSTEM 1.1 Open Source 1.2 Open Office Sun Microsystem 1.3 Tampilan Aplikasi Open office Sun Microsystem BAB II FITUR-FITUR OPEN OFFICE SUN MICROSYSTEM 2.1 Menu Bar 2.2 Halaman Kerja 2.3 Shortcut BAB III PROSES PEMBUATAN MATERI AJAR 3.1 Membuka Aplikasi Text Document (Pengolah kata) Pada Open Office Sun Microsystem 3.2 Membuat Sampul Depan Materi Ajar 3.3 Membuat Kata Pengantar 3.4 Membuat Daftar Isi 3.5 Membuat Batang Tubuh (Isi) Materi Ajar 3.6 Membuat Daftar Pustaka 3.7 Menyimpan File 3.8 Export File Kedalam Bentuk Digital (.Pdf) 33 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 BAB IV SPREADSHEET (PENGOLAH ANGKA) 4.1 Pengenalan Spreadsheet dan Fitur-fiturnya 4.2 Pembuatan Tabel 4.3 Penggunaan Formula 4.4 Penggunaan Chart 4.5 Menyimpan File 4.6 Export File Kedalam Bentuk Digital (.Pdf) BAB V PRESENTATION (PENGOLAH RESENTASI) 5.1 Pengenalan Presentation dan Fitur-fiturnya 5.2 Penggunaan Title Slide 5.3 Penggunaan Table Design 5.4 Penggunaan Slide Transition 5.5 Penggunaan Custom Animation 5.6 Penggunaan Shape Image 5.7 Penggunaan Hyperlink 5.8 Menyimpan File 5.9 Export File Kedalam Bentuk Digital (.Pdf) BAB VI TEST/PRAKTEK 7. Tahap Pencetakan Modul Pelatihan Modul pelatihan dicetak sesuai dengan maksimal kuota peserta pelatihan yaitu sebanyak 10 modul, dan 5 modul dibagikan gratis untuk guru-guru yang tidak mengikuti pelatihan agar dapat dipelajari sendiri nantinya ataupun diajarkan nantinya oleh peserta pelatihan setelah menyelesaikan pelatihan. 8. Tahap Perencanaan dan Penentuan Jadwal Pelatihan Rencana pelatihan secara efektif dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan selama 1 bulan dan 1 x pertemuan. Tiap 1 kali pertemuan dilaksanakan dalam 6 jam yang dibagi menjadi 2 sesi yaitu sesi pertama selama 3 jam dan sesi kedua selama 3 jam. Pada pertemuan terakhir pelatihan, yaitu pada sesi keduanya dilaksanakan kegiatan ujian/tes untuk mengetahui kemampuan guru-guru dalam membuat suatu materi ajar berbentuk digital yang baik sesuai dengan bidang studi yang diajarnya, kemudian dilanjutkan pada pertemuan ke-4 untuk kegiatan pendampingan. Adapun rincian rencana dan penentuan jadwal pelatihan dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini. Tabel 3. Perencanaan dan Penentuan Jadwal Pelatihan No 1. 2. 3. 4. Hari/ Tanggal Minggu/ 8 Mei 2016 Minggu/ 15 Mei 2016 Minggu/ 29 Mei 2016 Minggu/ 5 Juni 2016 Waktu Kegiatan 07.30-08.00 Registrasi/Absensi 08.00-08.15 Pembukaan 08.15-08.30 Laporan Ketua Panitia 08.30-09.00 Snack 09.00-12.00 Pelatihan Sesi 1 12.00-13.00 Istrahat Makan Siang 13.00-14.30 Pelatihan Sesi 2 14.30-15.00 Snack 15.00-16.30 Pelatihan Sesi 2 08.00-08.30 Registrasi/Absensi 08.30-09.00 Snack 09.00-12.00 Pelatihan Sesi 1 12.00-13.00 Istrahat Makan Siang 13.00-14.30 Pelatihan Sesi 2 14.30-15.00 Snack 15.00-16.30 Pelatihan Sesi 2 08.00-08.30 Registrasi/Absensi 08.30-09.00 Snack 09.00-12.00 Pelatihan Sesi 1 12.00-13.00 Istrahat Makan Siang 13.00-14.30 Pelatihan Sesi 2 14.30-15.00 Snack 15.00-16.30 Pelatihan Sesi 2 08.00-08.30 08.30-09.00 Registrasi/Absensi Snack 09.00-12.00 Pendampingan 12.00-13.00 Istrahat Makan Siang 13.00-13.15 Penutupan 9. Tahap Pelaksanaan Pelatihan 34 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 Pelaksanaan pelatihan pada pertemuan pertama dimulai dari proses mengisi daftar hadir oleh peserta pelatihan, pembukaan keggiatan oleh Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Ubud, laporan ketua panitia dan diikti proses perkenalan anggota panitia pelaksana, proses penyampaian materi yang diikuti dengan praktek langsung baik pada sesi 1 maupun sesi 2. Pelaksanaan pada pertemuan kedua dimulai dari proses mengisi daftar hadir oleh peserta pelatihan, proses penyampaian materi yang diikuti dengan praktek langsung baik pada sesi 1 maupun sesi 2. Pada pertemuan ketiga dimulai dari proses mengisi daftar hadir oleh peserta pelatihan, proses penyampaian materi yang diikuti dengan praktek langsung pada sesi 1 dan dilanjutkan kemudian dengan ujian/test pada sesi 2. Pada pertemuan keempat dimulai dari proses mengisi daftar hadir oleh peserta pelatihan, proses pendampingan, dan penutupan kegiatan oleh Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Ubud. Adapun rincian lebih jelas tentang pelaksanaan pelatihan pembuatan materi ajar berbentuk digital melalui aplikasi open office sun microsystem dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini dan bukti dokumen pelaksanaan kegiatan selengkapnya dapat dilihat melalui gambar 4. No Hari/ Tanggal Waktu Kegiatan Pelaksana 09.00-12.00 Pelatihan Sesi 1 Pengenalan Teknologi Open Source Pengenalan Open Office Sun Microsystem Pengenalan Text Document dan Fiturfiturnya Istrahat Makan Siang Peserta dan Panitia 12.00-13.00 13.00-14.30 14.30-15.00 2. Minggu/ 15 Mei 2016 15.00-16.30 Pelatihan Sesi 2 Pembuatan Materi Ajar Dengan Text Document Penyimpanan file ke dalam bentuk digital 08.00-08.30 Registrasi/Absensi 08.30-09.00 Snack 09.00-12.00 Pelatihan Sesi 1 Pengenalan Spreadsheet dan fiturfiturnya Pembuatan Tabel Penggunaan Formula Istrahat Makan Siang 12.00-13.00 13.00-14.30 Tabel 4. Jadwal Pelaksanaan Pelatihan No 1. Hari/ Tanggal Minggu/ 8 Mei 2016 Waktu 07.30-08.00 Kegiatan Registrasi/Absensi 08.00-08.15 Pembukaan 08.15-08.30 Laporan Ketua Panitia 08.30-09.00 Snack 14.30-15.00 Pelaksana Peserta dan Panitia Kepala SMA N1 Ubud Ketua Tim Pelaksa na Peserta dan Panitia 3. Minggu/ 29 Mei 2016 Pelatihan Sesi 2 Pembuatan Materi Ajar Dengan Text Document Snack Pelatihan Sesi 2 Penggunaan Formula Snack 15.00-16.30 Pelatihan Sesi 2 Penggunaan Chart Penyimpanan file ke dalam bentuk digital 08.00-08.30 Registrasi/Absensi 08.30-09.00 Snack Peserta dan Panitia Peserta dan Panitia Peserta dan Panitia Peserta dan Panitia Peserta dan Panitia Peserta dan Panitia Peserta dan Panitia Peserta dan Panitia Peserta dan Panitia Peserta dan Panitia Peserta dan Panitia Peserta dan Panitia Peserta dan Panitia 35 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 No Hari/ Tanggal Waktu Kegiatan Pelaksana 09.00-12.00 Pelatihan Sesi 1 Pengenalan Presentation dan fiturfiturnya Slide Template Title Slide Table Design Slide Transition Custom Animation Penggunaan Shape Penggunaan Image Penggunaan Hyperlink Penyimpanan file ke dalam bentuk digital Istrahat Makan Siang Peserta dan Panitia 12.00-13.00 4. Minggu/ 5 Juni 2016 13.00-14.30 Pelatihan Sesi 2 Test 14.30-15.00 Snack 15.00-16.30 Pelatihan Sesi 2 Test 08.00-08.30 Registrasi/Absensi 08.30-09.00 Snack 09.00-12.00 Pendampingan 12.00-13.00 Istrahat Makan Siang 13.00-13.15 Penutupan Peserta dan Panitia Peserta dan Panitia Peserta dan Panitia Peserta dan Panitia Peserta dan Panitia Peserta dan Panitia Peserta dan Panitia Peserta dan Panitia Kepala SMA N1 Ubud 10. Tahap Evaluasi Pelatihan Proses evaluasi ini dilakukan di akhir pertemuan. Tujuan dari proses evaluasi ini adalah untuk mengetahui respon dari peserta pelatihan dan capaian yang didapatkan dalam proses pelatihan ini. Adapun hasil capaian dan respon yang diberikan oleh peserta pelatihan pembuatan materi ajar berbentuk digital melalui aplikasi open office sun microsystem dapat dijelaskan sebagai berikut. a. Tingkat pengetahuan peserta pelatihan tentang keberadaan software Tingkat pengetahuan peserta pelatihan tentang keberadaan software dapat diketahui melalui test kognitif. Adapun hasil capaian yang diperoleh oleh peserta pelatihan dalam mengukur tingkat pengetahuannya tentang keberadaan software open source, dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini. Tabel 5. Tingkat Pengetahuan Peserta Pelatihan Tentang Keberadaan Software No Nilai Ket 1 Dra. Anak Agung Alit Sri, M.Pd 80,00 Baik 2 I Wayan Ubud, S.Pd, M.Pd 73,33 Baik 3 73,33 5 Gusti Ayu Suarsani, S.Pd, M.Pd I Nyoman Lanus Widana, S.Pd, M.Pd I Nyoman Sujaya, S.Pd 6 Anak Agung Gde Alit, S.Pd 86,67 7 Ida Bagus Ketut Suardiana, S.Pd 80,00 8 I Nyoman Sudiartha, S.Pd, M.Pd 86,67 Baik Sangat Baik Baik Sangat Baik Baik Sangat Baik 4 9 10 Gambar 4. Pelaksanaan Kegiatan Nama Peserta Desak Nyoman Sukanestri, S.Pd, M.Pd I Wayan Sumertayasa, ST Rata-rata 93,33 80,00 80,00 Baik 73,33 80,67 Baik Baik b. Tingkat kemampuan peserta pelatihan dalam membuat materi ajar berbentuk digital Tingkat kemampuan peserta pelatihan dalam membuat materi ajar berbentuk digital dapat diketahui melalui test praktek. Adapun hasil capaian yang diperoleh oleh peserta 36 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 pelatihan dalam mengukur kemampuannya membuat materi ajar berbentuk digital, dapat dilihat pada tabel 6 berikut. Tabel 6. Tingkat Kemampuan Peserta Pelatihan Dalam Membuat Materi Ajar Berbentuk Digital No Nilai Ket Dra. Anak Agung Alit Sri, M.Pd I Wayan Ubud, S.Pd, M.Pd Gusti Ayu Suarsani, S.Pd, M.Pd I Nyoman Lanus Widana, S.Pd, M.Pd 82,00 78,00 75,00 Baik Baik Baik Sangat Baik 5 I Nyoman Sujaya, S.Pd 82,00 Baik 6 Anak Agung Gde Alit, S.Pd 88,00 Sangat Baik 7 Ida Bagus Ketut Suardiana, S.Pd 84,00 Baik 8 I Nyoman Sudiartha, S.Pd, M.Pd 80,00 Sangat Baik 84,00 Baik 75,00 81,60 Baik Baik 1 2 3 4 9 10 Nama Peserta 88,00 Desak Nyoman Sukanestri, S.Pd, M.Pd I Wayan Sumertayasa, ST Rata-rata c. Respon yang diberikan oleh peserta pelatihan terhadap kegiatan pelatihan pembuatan materi ajar berbentuk digital melalui aplikasi open office sun microsystem Respon yang diberikan oleh peserta pelatihan terhadap kegiatan pelatihan pembuatan materi ajar berbentuk digital melalui aplikasi open office sun microsystem dapat diketahui melalui pengisian angket respon peserta pelatihan. Adapun hasil respon yang diberikan oleh peserta pelatihan terhadap kegiatan pelatihan pembuatan materi ajar berbentuk digital melalui aplikasi open office sun microsystem, dapat dilihat pada tabel 7 berikut. Tabel 7. Angket Respon Peserta Pelatihan Pembuatan Materi Ajar Berbentuk Digital Melalui Aplikasi Open Office Sun Microsystem No Nomor Butir Resp 1 1 2 3 4 5 6 7 I II III IV V VI VII 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 2 2 3 2 2 4 3 3 3 3 3 2 3 5 3 2 2 3 3 3 3 Jml % Kriteria 14 12 12 14 14 13 14 93 80 80 93 93 87 93 SB B B SB SB B SB No Nomor Butir Resp Jml % Kriteria 2 2 3 3 3 3 2 2 4 3 3 3 5 2 3 2 13 14 12 87 93 80 B SB B 27 28 22 29 26 132 90 93 73 97 87 S B S B B S B S B 1 8 9 10 VIII IX X Jml Per Butir % Kriteria 3 3 2 Total Prosentase 880 Rata-rata 88 Baik 11. Tahap Pencetakan dan Pengiriman Sertifikat Sertifikat yang telah dicetak, selanjutnya diberikan ke masing-masing peserta pelatihan maksimal 1 minggu setelah pelatihan dilakukan. Adapun salah satu bentuk sertifikat yang diberikan kepada peserta pelatihan dapat dilihat pada gambar 5 berikut. Gambar 5. Sertifikat Pelatihan 12. Tahap Penyusunan Laporan P2M Akhir Hasil akhir dari pelatihan seperti dokumentasi dan respon peserta, dijadikan sebagai laporan akhir dari pelaksanaan P2M. Disamping laporan akhir, dilampirkan juga bukti tugas/karya utama yang telah 37 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 dikerjakan oleh peserta pelatihan berupa softcopy materi ajar berbentuk digital yang disimpan dalam CD-R dan hardcopynya. Adapun beberapa bukti karya utama yang telah dikerjakan/dihasilkan oleh peserta pelatihan dapat dilihat pada gambar 6 berikut. Gambar 6. Karya Utama Yang Dihasilkan Pembahasan Berdasarkan hasil kegiatan yang telah dijelaskan sebelumnya, maka ada beberapa hal yang akan tim pelaksana bahas lebih dalam tentang hasil kegiatan pengabdian masyarakat ini sebagai jawaban atas identifikasi dan perumusan permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya, antara lain sebagai berikut. 1. Tingkat pengetahuan para guru SMA yang ada di kecamatan Ubud tentang keberadaan software open source yaitu open office sun microsystem untuk membuat materi ajar berbentuk digital Dari hasil capaian yang diperoleh oleh peserta pelatihan dalam mengukur tingkat pengetahuannya tentang keberadaan software open source melalui test kognitif, maka diperoleh nilai rata-rata sebesar 80,67. Hal ini berarti bahwa secara umum tingkat pengetahuan para guru SMA yang ada di kecamatan Ubud tentang keberadaan software open source yaitu open office sun microsystem untuk membuat materi ajar berbentuk digital sudah termasuk kategori baik, karena mereka sudah mampu menjawab dengan baik beberapa pertanyaan tentang teknologi open source, open office sun microsystem, text document dan fiturfiturnya, spreadsheet dan fitur-fiturnya, presentation dan fitur-fiturnya. Dari hasil respon yang diberikan oleh peserta pelatihan dalam mengukur tingkat pengetahuannya tentang keberadaan software open source melalui angket, maka diperoleh nilai prosentase respon yang diberikan oleh peserta pelatihan untuk butir 1 tentang keberadaan software open source sebesar 90,00%. Hal ini juga berarti bahwa secara umum tingkat pengetahuan para guru SMA yang ada di kecamatan Ubud tentang keberadaan software open source yaitu open office sun microsystem untuk membuat materi ajar berbentuk digital sudah termasuk kategori sangat baik. 2. Tingkat kemampuan para guru SMA yang ada di kecamatan Ubud membuat materi ajar berbentuk digital menggunakan software open office sun microsystem Dari hasil capaian yang diperoleh oleh peserta pelatihan dalam mengukur tingkat kemampuannya membuat materi ajar berbentuk digital menggunakan software open office sun microsystem melalui test praktek membuat materi ajar berbentuk digital, maka diperoleh nilai rata-rata 38 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 sebesar 81,60. Hal ini berarti bahwa secara umum tingkat kemampuan para guru SMA yang ada di kecamatan Ubud dalam membuat materi ajar berbentuk digital menggunakan software open office sun microsystem sudah termasuk kategori baik, karena mereka sudah mampu membuat sendiri materi ajar berbentuk digital dengan software open office sun microsystem, khususnya menggunakan fasilitas text document dan presentation. Dari hasil respon yang diberikan oleh peserta pelatihan dalam mengukur tingkat kemampuannya dalam membuat materi ajar berbentuk digital melalui angket, maka diperoleh nilai prosentase respon yang diberikan oleh peserta pelatihan untuk butir 2 tentang penggunaan text document sebagai dasar dalam membuat materi ajar berbentuk digital sebesar 93,33%. Hal ini juga berarti bahwa secara umum tingkat kemampuan para guru SMA yang ada di kecamatan Ubud dalam melakukan pengolahan kata yang nantinya digunakan sebagai dasar untuk membuat materi ajar berbentuk digital sudah termasuk kategori sangat baik. Nilai prosentase respon yang diberikan oleh peserta pelatihan untuk butir 3 tentang penggunaan spreadsheet sebagai dasar dalam membuat materi ajar berbentuk digital sebesar 73,33%. Hal ini juga berarti bahwa secara umum tingkat kemampuan para guru SMA yang ada di kecamatan Ubud dalam melakukan pengolahan angka yang nantinya digunakan sebagai dasar untuk membuat materi ajar berbentuk digital sudah termasuk kategori baik. Nilai prosentase respon yang diberikan oleh peserta pelatihan untuk butir 4 tentang penggunaan presentation sebagai dasar dalam membuat materi ajar berbentuk digital sebesar 96,67%. Hal ini juga berarti bahwa secara umum tingkat kemampuan para guru SMA yang ada di kecamatan Ubud dalam melakukan pengolahan slide presentasi yang nantinya digunakan sebagai dasar untuk membuat materi ajar berbentuk digital sudah termasuk kategori sangat baik. Nilai prosentase respon yang diberikan oleh peserta pelatihan untuk butir 5 tentang tingkat keyakinan peserta pelatihan dalam membuat materi ajar berbentuk digital menggunakan aplikasi open source sun microsystem sebesar 86,67%. Hal ini juga berarti bahwa secara umum tingkat keyakinan yang dimiliki para guru SMA yang ada di kecamatan Ubud dalam membuat materi ajar berbentuk digital sudah termasuk kategori sangat baik. SIMPULAN Guru-guru se-Kecamatan Ubud yang diwakili oleh guru-guru SMA Negeri 1 Ubud menyambut baik dan antusias mengikuti kegiatan pelatihan pembuatan materi ajar berbentuk digital melalui aplikasi open office sun microsystem ini karena mereka sangat membutuhkan pengetahuan dan keterampilan dalam membuat materi ajar digital untuk membantu kegiatan pembelajaran. Hal tersebut dibuktikan dari hasil test kognitif yang didapatkan oleh peserta pelatihan dengan perolehan nilai rata-rata sebesar 80.67, hasil test praktek dengan perolehan nilai rata-rata sebesar 81.60, dan dari hasil respon yang diberikan oleh peserta pelatihan melalui angket, dengan perolehan prosentase sebesar 93.33%. DAFTAR RUJUKAN Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika RI No. 7 Tahun 2013. Rakhmawati N A. 2006. Software Open Source, Software Gratis?, JUTI Vol. 5, No.1, Januari 2006, h. 13-18. 39 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 Wirawan, I.M.A. 2013. Laporan Akhir P2M, IbM Pelatihan Desain Grafis Untuk Anak-anak Panti Asuhan se-Kecamatan Buleleng. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. http://www.opensource.org/ http://www.openoffice.org/ 40 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 Pelatihan Pembuatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bagi Guru-guru SMA dan SMP se-Kecamatan Sidemen Kabupaten Karangasem I Gede Partha Sindu1, I Nyoman Laba Jayanta2, Gede Aditra Pradnyana3, I Gede Mahendra Darmawiguna3 1Jurusan 3 Pendidikan Teknik Informatika FTK UNDIKSHA; 2 Jurusan Pendidikan Guru dan Sekolah Dasar FIP UNDIKSHA; Jurusan Pendidikan Teknik Informatika FTK UNDIKSHA; 4 Jurusan Pendidikan Teknik Informatika FTK UNDIKSHA Email: [email protected] ABSTRACT P2M activity aims to Improve the ability and skills of teachers in PTK. After the activity P2M is completed, expected research culture among teachers - teachers and high school in the district of Sidemen - Karangasem increased, so that it can take effect on improvement of the learning process on an ongoing basis, the estuary impact on improving the quality of the learning process and results for learners and the existence of schools and of course have an impact on improving the professionalism of teachers in which teachers as teacher-researcher. P2M method of implementation has started with the preparation of such administration, determining the location where the training, the quota of trainees, the training schedule, as well as the preparation of the material / training modules. During the implementation phase conducted training activities as 1x meeting then continued with mentoring activities as much as 4x meeting. Time allocation for each meeting is 4 hours. In the final stage, namely the concluding phase of the evaluation related to the implementation of activities and capture responses from participants. The training activities preceded by an introduction or explanation of the concept of PTK, then proceed with the mentoring activities addressed to teachers to practice directly compile PTK. P2M evaluation results indicate that the response of participants during the training activities is positive. From a total of 30 trainees, 80% of them look very active. Based on the ability and skills of the participants (teachers - teachers) after receiving the training, explained that about 70% of the total number of participants have been able to produce a draft / proposal PTK. Keywords: classroom action research, the professionalism of teachers, the learning process ABSTRAK Kegiatan P2M ini bertujuan untuk Meningkatkan kemampuan dan keterampilan guru dalam melakukan PTK. Setelah kegiatan P2M ini selesai, diharapkan budaya meneliti di kalangan guru – guru SMA dan SMP di wilayah Kecamatan Sidemen – Karangasem meningkat, sehingga dapat membawa pengaruh pada peningkatan proses pembelajaran secara berkesinambungan, yang muaranya berimbas pada peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran bagi peserta didik serta keberadaan sekolah dan tentu saja berdampak pada peningkatan profesionalisme guru dimana guru sebagai teacher researcher. Metode pelaksanaan kegiatan P2M ini diawali dengan persiapan administrasi seperti, penentuan lokasi tempat pelatihan, kuota peserta pelatihan, jadwal pelatihan, serta penyusunan materi/modul pelatihan. Pada tahap pelaksanaan dilakukan kegiatan pelatihan sebanyak 1x pertemuan kemudian dilanjutkan dengan kegiatan pendampingan sebanyak 4x pertemuan. Alokasi waktu untuk setiap pertemuannya adalah 4 jam. Pada tahap akhir yaitu tahap penutup dilakukan evaluasi terkait dengan proses pelaksanaan kegiatan serta pengambilan respon dari peserta pelatihan. Kegiatan pelatihan diawali dengan pengenalan atau pemaparan mengenai konsep PTK, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan pendampingan yang ditujukan kepada guru-guru untuk praktek secara langsung menyusun PTK. Hasil evaluasi pelaksanaan P2M ini menunjukkan bahwa respons peserta selama kegiatan pelatihan berlangsung adalah positif. Dari total 30 orang peserta pelatihan, 80% diantaranya terlihat sangat aktif. Berdasarkan dari segi kemampuan dan keterampilan peserta (guru – guru) setelah mendapat pelatihan, dapat dijelaskan bahwa sekitar 70% dari total jumlah peserta pelatihan telah mampu menghasilkan suatu draf/proposal PTK. Kata kunci: penelitian tindakan kelas, profesionalisme guru, proses pembelajaran 41 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 PENDAHULUAN Berbicara tentang peningkatan kompetensi guru, peningkatan kompetensi akademik guru di bidang penelitian tentu juga menjadi salah satu keharusan yang tidak bisa dilupakan oleh setiap tenaga pengajar dan tenaga kependidikan lainnya. Salah satu indikator konkrit dari peningkatan kompetensi tersebut, serta aplikasi dari langkah inovatif sebagai bentuk perubahan paradigma, yang mana guru dikatakan sebagai agen pembaharuan dapat dilihat dari pemahaman dan penerapan guru tentang Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Pada dasarnya terdapat berbagai jenis penelitian yang bisa dilakukan oleh guru, seperti Penelitian Deskriptif, Penelitian Eksperimen, PTK, dan lain-lain. Namun dari sekian jenis penelitian tersebut, yang paling direkomendasi untuk dilakukan adalah PTK. PTK merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan (Arikunto, 2008). Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa. Pelaksanaan tindakan ini merupakan upaya guru dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik ke arah yang lebih baik. Dikarenakan tindakan tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan hasil belajar dari peserta didik, maka pelaksanaan tindakan ini harus berkaitan dengan pembelajaran. Dengan kata lain, pelaksanaan PTK harus menyangkut upaya guru dalam bentuk proses pembelajaran. Namun demikian, ada hal-hal yang perlu dipahami oleh guru bahwa PTK bukanlah sekadar kegiatan mengajar yang seperti biasanya guru lakukan, tetapi harus mengandung satu pengertian bahwa tindakan yang dilakukan didasarkan atas upaya meningkatkan hasil, yakni hasil belajar dari peserta didik ke arah yang lebih baik dari sebelumnya. Ide yang dicobakan dalam PTK harus cemerlang dan guru sangat yakin bahwa hasilnya akan lebih baik dari biasanya. PTK sangat mendukung program peningkatan kualitas pendidikan. Hal ini, karena dalam proses pembelajaran, guru adalah praktisi dan teoretisi yang sangat menentukan. Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan tuntutan logis dari perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (Ipteks) yang semakin pesat. Perkembangan Ipteks mengisyaratkan penyesuaian dan peningkatan proses pembelajaran secara berkesinambungan, sehingga berdampak positif terhadap peningkatan kualitas lulusan dan keberadaan sekolah tempat guru itu mengajar. Dengan demikian, peningkatan kompetensi guru merupakan tanggung jawab moral bagi para guru di sekolah, baik itu berkenaan dengan peningkatan kompetensi pedagogi, profesional, sosial, maupun kepribadian. Saat ini, fungsi PTK tidak hanya terbatas pada upaya meningkatan hasil belajar saja, namun PTK juga merupakan syarat terkait dengan kebutuhan para guru untuk promosi kenaikan pangkat dan jabatan mulai dari golongan IVa ke atas. Namun sayang, peran PTK yang begitu esensial ini belum sepenuhnya didukung oleh kompetensi guru dalam hal pelaksanaannya di kelas. Masih banyak ditemui guru yang belum mampu melakukan PTK secara utuh, seperti misalnya pada guru SMA dan SMP di wilayah Kecamatan Sidemen – Karangasem. Para guru di wilayah ini memiliki masalah yang hampir sama, yakni masih rendahnya kemampuan dan keterampilan guru dalam melakukan PTK. 42 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 Pada dasarnya, PTK bukanlah hal yang baru lagi bagi guru, sebab memecahkan masalah yang dialami, baik oleh guru maupun siswa merupakan salah satu kegiatan rutin (Dantes, 2013). Ketika hasil ulangan siswa tidak memuaskan, guru berusaha mencari penyebabnya (mengenali masalahnya), lalu mencari alternatif pemecahan masalah, dan mencoba menerapkannya. Demikian juga hakikat PTK. Namun, satu hal yang belum dilakukan guru sehubungan dengan itu adalah melakukannya secara sistematis. Sistematis di sini berarti dilakukannya PTK secara sadar dengan menerapkan prinsipprinsip penelitian yang relevan. PTK yang dilakukan secara sadar berarti PTK itu direncanakan, dilakukan, dan dilaporkan dalam format layaknya sebuah hasil penelitian (made public). Hal-hal inilah yang belum dipahami sehingga perlu diketahui dan dilatihkan pada guru. Selain itu, berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan salah seorang guru di SMA Negeri 1 Sidemen, untuk memenuhi syarat terkait dengan kebutuhan para guru akan PTK, guna promosi kenaikan pangkat dan jabatan, biasanya guru membeli sejumlah PTK dari pihak-pihak tertentu (tidak disebutkan namanya), tanpa guru tersebut melakukan atau mengalami prosesnya secara langsung di kelas. Dampak dari kondisi ini adalah budaya meneliti di kalangan guru-guru tersebut, khususnya dalam hal PTK sangatlah minim. Kalaupun ada guru yang melakukan PTK, dalam pelaksanaannya masih belum mampu melakukan apa yang seharusnya dilakukan dalam PTK. Banyak guru yang kurang paham akan PTK. Para guru kecenderungannya lebih berfokus pada hasil, tanpa menekankan pada proses atau perbaikan tindakan yang mestinya mereka dilakukan. Berdasarkan analisis situasi dan permasalahan mitra tersebut, maka diusulkan pemberian pelatihan pembuatan PTK bagi guru – guru SMA dan SMP di wilayah Kecamatan Sidemen – Karangasem. Program pengabdian masyarakat ini ditujukan untuk mengenalkan dan memberi pelatihan kepada guru – guru SMA dan SMP di wilayah Kecamatan Sidemen – Karangasem, tentang bagaimana membuat PTK yang baik, bernilai, serta sesuai dengan standar yang seharusnya dilakukan dalam PTK. Perlu dipahami oleh guru bahwa PTK bukanlah sekadar kegiatan mengajar yang seperti biasanya guru lakukan, tetapi dalam PTK harus mengandung satu pengertian bahwa tindakan yang dilakukan didasarkan atas upaya meningkatkan hasil, yakni hasil belajar dari peserta didik ke arah yang lebih baik dari sebelumnya. Oleh karena itu, segala macam ide yang dicobakan dalam PTK harus cemerlang dan guru sangat yakin bahwa hasilnya akan lebih baik dari biasanya. Dari paparan tersebut, sangat jelas bahwa PTK, tidak hanya berorientasi pada hasil belajar semata, namun juga pada proses atau tindakan yang dilakukan. Rasionalnya, suatu tindakan yang baik, terencana, pastinya akan menghasilkan hasil belajar yang baik pula. Atau dengan kata lain, hasil belajar yang baik adalah cerminan dari tindakan yang baik pula. Tindakan ini bisa kita amati dari penggunaan metode mengajar, penggunaan media dan alat pengajaran, serta komponen-komponen pembelajaran lainnya, yang tentu saja harus bercermin pada tujuan atau kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik. PTK sangatlah strategis dilakukan oleh para guru sebagai karya tulis ilmiah. Karya tulis ilmiah ini sangat berguna dan aplikatif bagi setiap guru. Penyebabnya jelas, setiap bentuk PTK selalu berhubungan dengan 43 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 tugas keseharian guru. Bahkan sebagian pakar mengatakan bahwa PTK masuk kategori “terapi” pemecahan masalah. PTK tidak hanya menguji kemampuan seorang guru di bidang akademik, tetapi juga menguji ketepatan pemecahan masalah itu berkali-kali pada dataran konkrit. Dengan kegiatan tersebut, guru dapat memperoleh “teori” yang dibangunnya sendiri, bukan teori yang diberikan oleh pihak lain, sehingga guru menjadi “the theorizing practitioner”. Dengan mempertimbangkan arti pentingnya PTK bagi setiap tenaga pengajar dan kependidikan, maka setiap bentuk teori maupun panduan penyusunan PTK menjadi sama pentingnya dengan melakukan PTK itu sendiri (Muliawan, 2010). METODE Kerangka pelaksanaan kegiatan pelatihan pembuatan PTK bagi guru-guru SMA dan SMP di wilayah Kecamatan Sidemen – Karangasem, adalah seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1. Penentua n Target Penentuan Kuota Prosedur Peminjam Penyusuna n Materi Penyebara n Surat Persiapan Tempat Pencetaka n Modul Perencanaan dan Penentuan Pelaksanaan Pelatihan dan Pengambilan Respon dan Pencetakan dan Penyusunan Laporan Akhir Gambar 1. Kerangka Pelaksanaan Kegiatan Berdasarkan Gambar 1 dapat dijelaskan bahwa, kerangka pelaksanaan kegiatan pelatihan pembuatan PTK bagi guru-guru SMA dan SMP di wilayah Kecamatan Sidemen – Karangasem, secara umum dapat dibagi ke dalam tiga tahapan, yaitu persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi. Pada tahap persiapan dilakukan persiapan administrasi seperti, penentuan lokasi tempat pelatihan, kuota peserta pelatihan, jadwal pelatihan, serta penyusunan materi/modul pelatihan. Pada tahap pelaksanaan dilakukan kegiatan pelatihan sebanyak 1x pertemuan kemudian dilanjutkan dengan kegiatan pendampingan sebanyak 4x pertemuan. Alokasi waktu untuk setiap pertemuannya adalah 4 jam. Pada tahap akhir yaitu tahap penutup dilakukan evaluasi terkait dengan proses pelaksanaan kegiatan serta pengambilan respon dari peserta pelatihan. Khalayak sasaran dari pelaksanaan program pengabdian masyarakat ini adalah guru – guru SMA dan SMP di wilayah Kecamatan Sidemen Kabupaten Karangasem, dengan total jumlah peserta pelatihan adalah 30 orang guru. Metode kegiatan yang dilakukan adalah berbentuk pelatihan pembuatan PTK bagi guru – guru SMA dan SMP di wilayah Kecamatan Sidemen – Karangasem. Kegiatan pelatihan diawali dengan pengenalan atau pemaparan mengenai konsep PTK, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan pendampingan yang ditujukan kepada guru-guru untuk praktek secara langsung menyusun PTK. Kegiatan pendampingan ini akan langsung dipandu oleh tutor, dengan dibantu oleh dua orang asisten tutor. Selama kegiatan pelatihan dan 44 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 pendampingan ini berlangsung, akan ditunjang dengan kegiatan diskusi maupun tanya jawab. Untuk memudahkan guru dalam mempelajari serta menyusun PTK, para guru akan diberikan sebuah modul mengenai konsep pembuatan PTK. Keberhasilan pelaksanaan program Pengabdian Kepada Masyarakat ini dilihat dari dua tolok ukur, yakni sebagai berikut. 1. Respons positif dari peserta pelatihan Respons peserta pelatihan akan diukur melalui observasi selama pelatihan berlangsung serta melalui pengisian angket oleh guru – guru, terkait dengan kesan, saran, kritik maupun usulan dari peserta pelatihan terhadap program Pengabdian Kepada Masyarakat ini. 2. Meningkatnya kemampuan dan keterampilan peserta (guru – guru) setelah mendapat pelatihan. Para guru SMA dan SMP di wilayah Kecamatan Sidemen – Karangasem, memiliki kemampuan dan keterampilan yang lebih baik, khususnya dalam melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), sehingga budaya meneliti di kalangan guru – guru meningkat, guna perbaikan kualitas proses dan hasil pembelajaran bagi peserta didik. HASIL DAN PEMBAHASAN didampingi oleh kepala SMA Negeri 1 Sidemen, dan disaksikan oleh seluruh peserta pelatihan serta anggota tim pelaksana kegiatan P2M yang lain. Setelah kegiatan pembukaan selesai dilakukan, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan pelatihan pembuatan PTK bagi guru – guru. Kegiatan pelatihan ini dilaksanakan di ruang seminar SMA Negeri 1 Sidemen, mulai dari proses mengisi daftar hadir oleh peserta pelatihan, dilanjutkan dengan proses perkenalan oleh tutor, kemudian proses penyampaian materi mengenai konsep PTK oleh tutor dengan metode ceramah, serta ditunjang dengan kegiatan tanya jawab, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan pendampingan yang ditujukan kepada guruguru untuk praktek secara langsung menyusun PTK. Kegiatan pendampingan ini akan langsung dipandu oleh tutor, dengan dibantu oleh dua orang asisten tutor. Tutor maupun asisten tutor merupakan staf dosen bidang Pendidikan Teknik Informatika, Undiksha. Selama kegiatan pendampingan ini berlangsung, akan ditunjang dengan kegiatan diskusi maupun tanya jawab. Untuk memudahkan guru dalam mempelajari serta menyusun PTK, para guru diberikan sebuah modul mengenai konsep pembuatan PTK. Berikut ini adalah beberapa visualisasi kegiatan pelatihan pembuatan PTK bagi guru – guru SMA dan SMP di wilayah Kecamatan Sidemen – Karangasem. Pelaksanaan program pelatihan ini dilakukan sebanyak 5 kali pertemuan, dimana kegiatan pelatihan dilakukan sebanyak 1x pertemuan dan kegiatan pendampingan dilakukan sebanyak 4x pertemuan dengan alokasi waktu untuk setiap pertemuannya adalah 4 jam. Dalam pelaksanaannya, sebelum kegiatan pelatihan dimulai, pertama-tama dilakukan kegiatan pembukaan oleh ketua P2M 45 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 Gambar 2 Pemaparan Materi oleh Tutor Gambar 3 Pelaksanaan Pelatihan dirangkai dengan Kegiatan Diskusi dan Tanya Jawab Gambar 4. Photo Bersama di Akhir Kegiatan Bersama Seluruh Peserta Pelatihan Keberhasilan pelaksanaan program Pengabdian Kepada Masyarakat ini dilihat dari dua tolok ukur, yakni sebagai berikut. 1. Respons positif dari peserta pelatihan Respons peserta pelatihan akan diukur melalui observasi selama pelatihan berlangsung serta melalui pengisian angket oleh guru – guru, terkait dengan kesan, saran, kritik maupun usulan dari peserta pelatihan terhadap program Pengabdian Kepada Masyarakat ini. 2. Meningkatnya kemampuan dan keterampilan peserta (guru – guru) setelah mendapat pelatihan. Para guru SMA dan SMP di wilayah Kecamatan Sidemen – Karangasem, memiliki kemampuan dan keterampilan yang lebih baik, khususnya dalam melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), sehingga budaya meneliti di kalangan guru – guru meningkat, guna perbaikan kualitas proses dan hasil pembelajaran bagi peserta didik. Berdasarkan dua tolok ukur tingkat keberhasilan pelaksanaan program Pengabdian Kepada Masyarakat di atas, secara umum dapat dijelaskan bahwa jika ditinjau dari segi respons peserta selama kegiatan pelatihan berlangsung adalah positif. Dari total 30 orang peserta pelatihan, 80% diantaranya terlihat sangat aktif. Mereka banyak bertanya terkait dengan konsep dan prosedur pelaksanaan PTK, seperti: berapa kali mestinya jumlah siklus dalam suatu PTK? apakah PTK musti dilakukan secara team teaching? jika hasil PTK tidak mengalami peningkatan, apakah PTK yang dilakukan ini gagal? Bahkan beberapa diantaranya ada yang hanya sekadar berkeluh kesah tentang kendalakendala yang dihadapi saat akan melakukan PTK, seperti masih sulitnya para guru dalam 46 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 memilih/menentukan model pembelajaran yang relevan dengan masalah hingga perumusan instrumen yang tepat sesuai dengan rumusan indikator. Sementara jika ditinjau dari segi kemampuan dan keterampilan peserta (guru – guru) setelah mendapat pelatihan, dapat dijelaskan bahwa sekitar 70% dari total jumlah peserta pelatihan telah mampu menghasilkan suatu draf/proposal PTK. Jumlah ini masih jauh dari yang diharapkan yakni mencapai 100%. Namun demikian kedepannya diharapkan seluruh peserta yang belum mampu menghasilkan suatu draf/proposal PTK dapat menghasilkan suatu draf/proposal PTK. Draf/proposal PTK yang dihasilkan ini diharapkan bisa menjadi langkah awal guru untuk menjadi seorang teacher researcher, sehingga budaya meneliti di kalangan guru – guru dapat meningkat, dan guru dapat memperoleh “teori” yang dibangunnya sendiri, bukan teori yang diberikan oleh pihak lain, sehingga nantinya guru bisa menjadi “the theorizing practitioner”, guna perbaikan kualitas proses dan hasil pembelajaran bagi peserta didik. 2. Isi atau materi yang disampaikan dalam pelatihan sangatlah relevan dengan kebutuhan guru, mengingat saat ini kebutuhan para guru untuk promosi kenaikan pangkat dan jabatan mulai dari golongan IVa ke atas mempersyaratkan harus menghasilkan suatu PTK. 3. Situasi dan kondisi di tempat pelatihan sangatlah kondusif serta memberikan kenyamanan bagi peserta pelatihan. 4. Potensi dan kemampuan peserta pelatihan (guru) terlihat cukup baik, terbukti dari hasil observasi yang dilakukan selama pelatihan hingga pendampingan, terdapat sekitar 70% dari total jumlah peserta pelatihan telah mampu menghasilkan suatu draf/proposal PTK. Draf/proposal PTK yang dihasilkan ini diharapkan bisa menjadi langkah awal guru untuk menjadi seorang teacher researcher, sehingga budaya meneliti di kalangan guruguru dapat meningkat, dan guru dapat memperoleh “teori” yang dibangunnya sendiri, bukan teori yang diberikan oleh pihak lain, sehingga nantinya guru bisa menjadi “the theorizing practitioner”, guna perbaikan kualitas proses dan hasil pembelajaran bagi peserta didik. Secara umum dapat dikatakan bahwa tidak ada permasalahan ataupun kendala yang berarti yang dihadapi baik pada saat pra, proses maupun pasca kegiatan pelatihan. Selama pelaksanaan kegiatan pelatihan ini, mulai dari tahap persiapan sampai pelaksanaannya, dapat kami sampaikan temuan-temuan sebagai berikut. 1. Antusiasme pihak sekolah, yang menyambut baik tawaran kerjasama sebagai mitra dalam program pengabdian masyarakat ini. Mereka berharap program seperti ini bisa dilaksanakan secara reguler dan berkala di tahun-tahun selanjutnya. SIMPULAN Dari hasil evaluasi serta temuantemuan yang kami peroleh selama pelaksanaan kegiatan P2M ini, dapat kami simpulkan bahwa program P2M ini telah mampu memberikan manfaat yang sangat besar, terutama dalam hal peningkatan pengetahuan serta ketrampilan guru dalam melakukan PTK. Dengan pengetahuan dan keterampilan yang mereka miliki ini, diharapkan dapat menjadi langkah awal guru untuk bisa menjadi seorang teacher researcher, sehingga budaya meneliti dikalangan guru – guru dapat meningkat, 47 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 dan guru dapat memperoleh “teori” yang dibangunnya sendiri, bukan teori yang diberikan oleh pihak lain, sehingga nantinya guru bisa menjadi “the theorizing practitioner”, guna perbaikan kualitas proses dan hasil pembelajaran bagi peserta didik. Berdasarkan hasil evaluasi, disarankan untuk pelatihan-pelatihan di bidang pendidikan supaya bisa dilaksanakan secara reguler dan berkala di tahun-tahun selanjutnya, mengingat tuntutan akan peningkatan profesionalisme guru semakin tinggi. DAFTAR RUJUKAN Arikunto, S. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT.Bumi Aksara. Dantes, N. (2013). Penelitian Tindakan Kelas (Konsep Dasar dan Prosedur Pelaksanaan dalam Rangka Peningkatan Profesionalisme Guru). Makalah. Disajikan pada Workshop Penelitian Tindakan Kelas Bagi Dosen di Lingkungan FKIP Unmas Denpasar 14 Juni 2013 Muliawan, J. U. (2010). Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Yogyakarta: Gava Media. Robandi, B. (2008). Penyusunan Laporan Penelitian Tindakan Kelas. Makalah. Disajikan pada Diklat Nasional PTK Gedung Kopertis Wilayah IV Jatinangor Sumedang Jawa Barat 1113 Mei 2008 48 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 IPTEK BAGI MASYARAKAT KELOMPOK TANI DESA SUDAJI DALAM MEMPRODUKSI BIOGAS DAN POC Ketut Gunawan1, Nyoman Srilaba2 Jurusan Ekonomi Manajemen; 2Jurusan Pertanian Universitas Panji Sakti Email: [email protected] 1 ABSTRACT The objectives of the IbM’s program are 1) resolving financial system of farmer group through liquid organic fertilizer product which can be sold to the public leter, 2) Utilization of manure waste, so as to minimize negative impacts on health and the environment, 3) Members farmer groups skilled in processing the manure waste to be useful effectively. Farmer groups are less able to process the manure waste into biogas as alternative energy sources by adopting appropriate technologies and products in the form of liquid organic fertilizer from biogas sewage sludge. Through training in the utilization of manure waste and comprehensive implementation methods, also enterpreneurship training program, so can be resolve the Bhakti Lestari and Dwi Gopala farmer group’s problems. This program is focused on improving people's knowledge about the techniques of sewage treatment of livestock manure into biogas and biogas sludge processing into liquid organic fertilizer. The training was conducted by using 1) PALS method applied through various stages: awareness phase, preparation phase, installation biogas phase, coaching & training stage, mentoring phase and the evaluation phase; 2) interviews, and 3) questionnaire method. The results obtained are IbM activities, to enhance the knowledge of farmer groups and Dwi Lestari Bhakti Gopala in utilizing processed manure waste into biogas and POC, so it is able to overcome the existing problems. Activities that have been given by Tim IbM got the enthusiasm of farmer groups. Keyword: biogas, sewage manure, liquid organic fertilizer. ABSTRAK Tujuan dari pelaksanaan program IbM ini adalah 1) Mengatasi sistem keuangan anggota kelompok tani yang tidak menentu melalui produk pupuk organik cair yang nantinya dapat dijual kepada masyarakat, 2) Pemanfaatan limbah kotoran ternak, sehingga dapat meminimalisir dampak negatif terhadap kesehatan dan lingkungan, 3) Anggota kelompok tani terampil dalam mengolah limbah kotoran ternak agar dapat berguna secara efektif. Kelompok tani kurang mampu dalam mengolah limbah kotoran ternaknya tersebut menjadi sumber energi alternatif biogas dengan menerapkan teknologi tepat guna, dan produk berupa pupuk organik cair dari limbah sludge biogas. Melalui pelatihan dalam mendayagunakan limbah kotoran ternak dan metode pelaksanaan yang komprehensif, serta dibekali pelatihan tentang kewirausahaan, sehingga dapat memperbaiki/mengatasi permasalahan yang dihadapi kelompok tani Bhakti Lestari dan Dwi Gopala. Program ini dititikberatkan pada peningkatan pengetahuan masyarakat mengenai teknik pengolahan limbah kotoran ternak menjadi biogas dan pengolahan sludge biogas menjadi pupuk organik cair (POC). Pelatihan dilakukan dengan menggunakan 1) metode PALS yang diaplikasikan melalui berbagai tahapan yaitu: tahap penyadaran, tahap persiapan, tahap instalasi biogas, pembinaan, tahap pelatihan, tahap pembinaan, tahap pendampingan, dan tahap evaluasi; 2) metode wawancara, dan 3) metode kuisioner. Hasil yang diperoleh yaitu kegiatan IbM, dapat meningkatkan pengetahuan kelompok tani Bhakti Lestari dan Dwi Gopala dalam memanfaatkan limbah kotoran ternak yang diolah menjadi biogas dan POC, sehingga mampu dalam mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada. Kegiatan yang telah diberikan oleh Tim IbM mendapat antusiasme dari kelompok tani. Keyword: biogas, limbah kotoran ternak, pupuk organik cair (POC). PENDAHULUAN Bahan bakar fosil merupakan salah satu sumber energi yang digunakan masyarakat. Namun, terbatasnya keberadaan bahan bakar fosil berbanding terbalik dengan tingkat populasi masyarakat sebagai penggunanya. Solusi dari permasalahan tersebut dilakukan melalui konversi minyak tanah menuju gas LPG. Namun, solusi tersebut masih mengalami beberapa kendala dimana 1) harganya yang semakin meningkat, 2) pasokan agen yang terbatas, 3) ketakutan masyarakat terhadap cara penggunaannya. Kondisi demikian dialami masyarakat pedesaan seperti di desa Sudaji. Latar topografi yang cukup jauh dari perkotaan menyebabkan masyarakat desa Sudaji sangat sulit memperoleh bahan bakar minyak atau LPG. Solusi praktis dari 49 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 masyarakat adalah dengan menggunakan kayu bakar dari hasil penebangan liar. Desa Sudaji dikenal dengan lumbung padi kabupaten Buleleng. Kondisi geografis yang terletak pada ketinggian 200-400m, dengan curah hujan yang cukup, serta dengan pengelolaan subak yang sangat baik menjadikan 68% masyarakat Desa Sudaji berprofesi sebagai petani dengan lahan garapan mencapai 490Ha (Profil Desa Sudaji, 2010). Beberapa kelompok tani bekerja sebagai petani dan peternak, seperti Kelompok Tani Bhakti Lestari dan Kelompok Tani Dwi Gopala. Hasil kekayaan melimpah pada pertanian dan peternakan kedua kelompok tani ternak tersebut tidak terlalu (a) dimanfaatkan secara maksimal. Pola pikir konvensional menghadirkan beberapa permasalahan, pertama output pertanian dan peternakan yang tidak bersifat outcome, dimana ouput berupa limbah kotoran ternak hanyalah digunakan sebagai pupuk kandang. Namun, jumlah limbah kotoran ternak yang dihasilkan terlalu banyak dibandingkan volume penggunaan. Dengan demikian, limbah tersebut hanya dibiarkan menggunung dan memberikan dampak negatif berupa 1) pemandangan kumuh, 2) kesehatan tetangga sekitar akibat limbah yang mengundang penyakit, 3) pencemaran air karena kotoran yang sudah terlalu menggunung akan dibuang langsung ke sungai. (b) Gambar 1. Penanganan limbah peternakan: a) dibiarkan menggunung dan kumuh, b) pencemaran lingkungan dengan pembuangan di sungai Disamping pemasalahan limbah pertanian timbul pula permasalahn lain yang dialami sebagian besar anggota kelompok tani di desa Sudaji. Sistem keuangan yang fluktuatif dari pendapatan harian dan panen menjadikan para petani sangat sulit dalam mengkontrolnya. Pendapatan harian petani diperoleh dengan hasil penjualan tanaman pagar sawah seperti kacang panjang, undis, dan terong, sedangkan pendapatan panen diperoleh saat terjadi panen padi selama 4 bulan. Situasi akan semakin parah apabila modal pertanian tidak sesuai dengan hasil panennya. Beban ekonomi yang kontradiktif tersebut akan lebih membebankan khususnya para petani penggarap (penyakap) yang tidak memiliki lahannya sendiri. Rangkuman permasalahan oleh kedua tani Bhakti Lestari dan Dwi Gopala secara spesifik adalah 1) Sistem keuangan yang fluktuatif anggota kelompok tani yang diperoleh dari pendapatan harian dan panen menjadikan 50 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 para petani sangat sulit dalam mengkontrolnya, 2) limbah peternakan yang membawa dampak negatif terhadap kesehatan dan lingkungan, 3) ketidakmampuan anggota kelompok tani ternak dalam mengolah limbah peternakannya agar dapat berguna secara efektif dan mengundang dampak iringan ekonomi dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi. Pemanfaatan teknologi tepat guna seharusnya dapat diterapkan dalam mengatasi permasalahan limbah peternakan tersebut. Berbagai inovasi yang dapat diaplikasikan diantaranya, biogas dan pupuk organik cair. Ketidakmampuan anggota kelompok tani ternak dalam mengolah limbah peternakannya agar dapat berguna secara efektif dan mengundang dampak iringan ekonomi dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi. Sejalan dengan program program zero waste and waste to energy dari pemerintah dengan memanfaatkan limbah kotoran ternak yang ada di Kelompok Tani Bhakti Lestari dan Kelompok Tani Dwi Gopala untuk dijadikan biogas plus plus (biogas++), plus pertama yaitu pupuk organik cair dari limbah sludge, dan plus kedua yaitu penjualan pupuk organik cair yang dikemas secara menarik. Biogas merupakan sumber energi alternatif bersih dan tidak mengandung asap pekat layaknya penggunaan kayu bakar. Manfaat limbah kotoran ternak sebagai bahan utama pembuatan biogas sejalan dengan penelitian Fahri (2010) di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau dengan menghasilkan gas metana sebagai pengganti bahan bakar minyak khususnya minyak tanah dan dapat digunakan untuk memasak. Disamping itu, dari proses produksi biogas akan dihasilkan sisa kotoran ternak yang dapat langsung digunakan sebagai pupuk organik pada tanaman/budidaya pertanian. Keberadaan pupuk cair dari keluaran biogas akan diiringi dengan strategi pemasaran dalam berwirausaha. Pupuk cair yang dihasilkan akan dijual kepada masyarakat Desa Sudaji dan masyarakat umum, sehingga anggota kelompok tani Bhakti Lestari dan Kelompok Tani Dwi Gopala dapat sedikit demi sedikit mengatasi permasalahan yang dihadapi yang sejalan dengan tujuan program oleh tim IbM yaitu: 1) mengatasi sistem keuangan anggota kelompok tani melalui produk pupuk organik cair yang nantinya dapat dijual kepada masyarakat, 2) pemanfaatan limbah kotoran ternak dapat meminimalisir dampak negatif terhadap kesehatan dan lingkungan 3) anggota kelompok tani terampil dalam mengolah limbah kotoran ternak agar dapat berguna secara efektif. Apabila limbah kotoran ternak termanfaatkan sebagai energi alternatif dan pupuk cair, maka permasalahan yang dialami akan mampu teratasi. Oleh karena itu sangat penting adanya suatu program dalam mendayagunakan masyarakat secara terpadu. METODE Metode yang digunakan dalam pencapaian tujuan Iptek Bagi Masyarakat (IBM) ini yaitu metode pemberdayaan masyarakat yaitu yang dikenal dengan Metode PALS (Participation Action Learning System), metode wawancara, dan metode kuisioner. Metode pertama yaitu Metode PALS merupakan salah satu metode yang masuk dalam lingkup metode PLA (Participatory Learning Action). Tahapan-tahapan metode PALS dilaksanakan sebagai berikut. 51 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 1. Tahap Penyadaran Tahap penyadaran ini dilakukan untuk menggali dan menyadarkan masyarakat mengenai pentingnya dalam menjaga dan merawat lingkungan, pemanfaatan limbah kotoran ternak yang dapat diolah menjadi biogas dan pupuk organik cair. 2. Tahap Persiapan Tahap persiapan ini dilakukan dengan mengadakan penataan kandang dan mempersiapan alat dan bahan untuk pembangunan instalasi reaktor biogas. 3. Tahap Instalasi Tahap instalasi dilakukan dengan pembangunan instalasi reaktor biogas yang akan digunakan sebagai sumber energi alternatif biogas. 4. Tahap Pelatihan Pelatihan dilakukan terkait dengan 1) pemanfaatan dari reaktor biogas yang telah diinstalasi, 2) teknik perawatan reaktor biogas, 3) pembuatan pupuk organik cair (POC), 4) keterampilan kewirausahaan dalam pemasaran POC. 5. Tahap Pembinaan Pembinaan dilakukan seiring dengan pelatihan yang dilaksanakan. Hal tersebut dilakukan untuk membina masyarakat agar lebih terampil dalam mengolah limbah kotoran ternak. Pembinaan wirausaha juga dilakukan untuk membantu memasarkan produk POC yang dihasilkan. 6. Tahap Pendampingan Pada proses pendampingan dilakukan pasca pelatihan dengan memonitoring keberhasilan pelatihan yang diberikan sambil memberikan saran kepada peserta pelatihan, sekaligus proses pemeliharaan reaktor biogas. Pendampingan juga dilakukan dalam memasarkan produk dengan bekerja sama dengan koperasi di desa Sudaji untuk memasarkan produk POC. Target pasar adalah petani di desa Sudaji dan kota Singaraja, serta masyarakat secara umum. 7. Tahap Evaluasi Evaluasi dilakukan dengan melakukan wawancara terhadap masyarakat dan penyebaran angket terhadap hasil pelatihan. Metode kedua yaitu metode wawancara. Teknik wawancara dalam kegiatan IbM ini menggunakan teknik wawancara tak terstruktur. Wawancara dilakukan kepada ketua dan anggota dari masing-masing kelompok tani baik itu kelompok tani Bhakti Lestari dan Dwi Gopala sebagai bentuk tindak lanjut dalam mengetahui respon masyarakat sasaran terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan. Wawancara bersama anggota kelompok tani dilakukan di awal dan di sela-sela kegiatan. Metode ketiga yaitu metode kuisioner. Kuisioner yang diberikan kepada masingmasing kelompok tani. Metode kuisioner dilakukan saat evaluasi proses, evaluasi kualitas produk, evaluasi keberlanjutan program, dan evaluasi kualitas SDM terlatih. Penyebaran kuisioner dilaksanakan guna memetakan respon peserta pelatihan yang dalam hal ini adalah anggota kelompok tani Bhakti Lestari dan Dwi Gopala dalam meningkatkan kinerja keberlanjutan program. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil yang diperoleh dari pelaksanaan program Ipteks bagi Masyarakat ini adalah anggota kelompok tani Bhakti Lestari dan Dwi Gopala mampu dalam memanfaatkan limbah peternakan menjadi suatu produk 52 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 unggulan dengan sentuhan teknologi tepat guna. Kegiatan penerapan iptek dilaksanakan dari tahap penyadaran hingga evaluasi. Kegiatan penyadaran ini dilakukan dalam bentuk penyuluhan yang dilakukan pada tanggal 10 April 2016 yang juga dihadiri oleh Tim IbM, Kepala Desa Sudaji, Kelian Banjar Rarangan, ketua dan anggota kelompok tani Bhakti Lestari dan Dwi Gopala. Penyuluhan dilaksanakan di balai kelompok tani Bhakti Lestari Desa Sudaji. Materi yang disajikan adalah seputar tentang pemanfaatan limbah kotoran ternak yang dapat diolah menjadi biogas dan pupuk organik cair (POC). Keterlibatan peserta penyuluhan sebanyak 25 petani yang merupakan utusan dari masing-masing kelompok. Antusiasme peserta penyuluhan tercermin dari adanya kegiatan diskusi terkait ketertarikan kepada biogas yang ternyata mampu dalam mengubah kotoran ternak menjadi bahan bakar. Petani selama ini tidak menyadari kebermanfaatan kotoran ternaknya yang kurang mendapatkan sentuhan teknologi. Baru terfikirkan bahwa terdapat teknologi dengan sistem multikultur yang mampu memanfaatkan limbah peternakannya untuk dijadikan bahan bakar dan pupuk organik cair. Petani juga menyadari bahwa kebermanfaatan pupuk organik yang diproduksi dapat dijual atau digunakan sendiri akan memberikan efek yang lebih baik dalam jangka panjang dibandingkan dengan penggunaan pupuk kimia. Gambar 2. Kegiatan Penyuluhan oleh tim IbM Sebelum dilaksanakannya pelatihan kepada anggota kelompok tani Bhakti Lestari dan Dwi Gopala, tim IbM melakukan persiapan terlebih dahulu dalam memantapkan kegiatan tersebut. Persiapan dilaksanakan dengan penataan sistem aliran pembuangan kotoran ternak dan membuat lubang yang digunakan sebagai reaktor biogas. Pemantapan perencanaan instalasi biogas, persiapan tempat pelatihan pembuatan POC, pembuatan format evaluasi dalam bentuk kuisioner, pembelian alat dan bahan. Pada tahap awal kepada masing-masing kelompok ditentukan letak bangunan reaktor biogas. Penentuan tempat juga diiringi pengurusan ijin bagi pemilik lahan karena reaktor biogas yang dibangun memerlukan tempat yang cukup luas dalam alih fungsi lahan. Tata letak bangunan biogas dilakukan berdekatan dengan kandang ternak yang dimiliki kelompok tani yaitu dibelakang kandang ternak. Pembersihan pekarangan belakang 53 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 kandang dilakukan dalam mempersiapkan tempat bangunan reaktor biogas dari keberadaan tumbuhan-tumbuhan liar. Penataan saluran irigasi dari kotoran ternak, sehingga bisa langsung terhubung dengan inlet dari reaktor biogas dalam mempermudah proses pengisian. Ruang inlet diberikan pengaduk untuk mempermudah proses penghancuran kotoran ternak hingga berbentuk adonan. Intalasi biogas dilakukan dengan membangun reaktor biogas dengan dibantu pekerja, anggota kelompok tani dan tenaga lapangan oleh mahasiswa. Biogas yang dibangung berukuran 6m3 dan berbahan beton. Reaktor beton ini terbuat dari batubata dan beton yang tertutup di bawah tanah. Bangunan instalasi biogas terdiri dari tiga komponen utama yaitu inlet, reaktor biogas, dan outlet/overflow. Pada bagian inlet merupakan tempat bahan baku kotoran dimasukkan dan dihubungkan menuju reaktor biogas dengan pipa inlet berdiameter 4”. Pada bagian reaktor biogas berbentuk kubah dengan bagian atasnya merupakan penampung gas, sedangkan bagian bawahnya terdiri dari digester. Antara digester dan outlet/overflow dihubungkan dengan manhole. Bagian outlet kemudian ditutup dengan beton dan dihubungkan dengan sludge-pit. Reaktor biogas yang dibangun dihubungkan dengan pipa besi 2½” dan dikonfersi menuju pipa besi ½” melalui katup utama. Pada saluran pipa dibuat waterdrain yang berguna untuk mengatur penguapan air pada pipa gas. Gas dihubungkan menuju ke dapur dan kandang ternak dalam sekala rumah tangga. Pengadaan kompor modifikasi dan lampu gas juga dilakukan untuk melengkapi instalasi biogas. Sebelum dihubungkan dengan kompor dan lampu, pipa dihubungkan dengan manometer dan keran gas untuk mengetahui tekanan gas yang ada pada pipa. Proses instalasi biogas berlangsung selama 20 hari. Gambar 3. Intalasi bangunan reaktor biogas Pelatihan dan pembinaan dilaksanakan dengan narasumber oleh tim IbM dengan materi antara lain 1) pelatihan untuk mengoperasikan reaktor biogas yang telah diinstalasi, 2) teknik perawatan reaktor biogas terkait pengisian dan pengeluaran kotoran ternak, dan 3) pembuatan pupuk organik cair (POC), dan 54 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 4) pelatihan pemasaran produk POC. Pelatihan untuk pengoprasian reaktor biogas kepada anggota kelompok tani Bhakti Lestari dan Dwi Gopala dilaksanakan melalui demonstrasi langsung. Campuran kotoran dan air pada inlet akan mengalir melalui pipa menuju reaktor biogas. Campuran tersebut akan memproduksi gas melalui proses fermentasi dalam reaktor biogas. Gas yang diproduksi kemudian ditampung pada bagian kubah reaktor dan dihubungkan melalui pipa gas. Fermentasi kotoran ternak berlangsung selama kurang lebih 7 hari dari pengisian pertama sebatas manhole. Kotoran yang terfermentasi kemudian ditampung keluar pada outlet/overflow. Sludge yaitu ampas dari biogas tersebut dialirkan menuju sludgepit. Sludge yang tertampung dapat digunakan langsung atau diolah kembali menjadi pupuk organik cair. Gambar 4. Pelatihan pembuatan pupuk POC Perawatan reaktor biogas diawali dengan pembersihan pada luas bangunan reaktor biogas dari sisa pembangunan. Kubah reaktor gas kemudian ditutup dengan tanah untuk mengisolasi reaktor. Pemantauan pipa dari kebocoran agar dilakukan sesekali untuk memastikan tidak ada gas yang bocor. Perencanaan sistem drainase di sekeliling reaktor ditata dengan baik untuk menghindari air hujan mengendap pada dinding reaktor. Beberapa hal penting yang diberikan oleh tim IbM kepada anggota kelompok tani Bhakti Lestari dan Dwi Gopala dalam merawat instalasi reaktor biogas adalah 1) menjaga agar katup utama dan keran gas tidak rusak/berkarat dengan melakukan pelumasan, 2) menjaga timbunan reaktor agar tidak terdapat akar pohon besar yang tumbuh yang merusak bangunan reaktor, 3) membersihkan lampu dan kompor biogas, 4) menguras bak penampungan sludge untuk diolah menjadi pupuk organik cair, 5) melakukan pemantauan terhadap pipa gas karet menuju kompor dan lampu biogas. Pembuatan pupuk organik cair dilakukan dengan memanfaatkan sludge biogas yang tertampung. Sludge disaring untuk dipisahkan dengan ampasnya kemudian dicampurkan dengan berbagai bahan organik. Campuran kemudian difermentasi sambil diaduk, hingga disaring kembali dan diperoleh sari dari pupuk organik cair. Selanjutnya dapat 55 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 dilakukan penggunaan dan pengemasan untuk dipasarkan. Pelatihan pemasaran dilakukan dengan melatih anggota kelompok dalam berwirausaha pupuk organik cair. Materi yang disampaikan seputar teknik-teknik pemasaran kepada konsumen oleh ketua tim. Teknik promosi produk dilakukan dengan menunjukkan hasil penggunaan pupuk organik cair pada beberapa sampel tumbuhan petani. Selain itu juga memberikan berbagai manfaat tentang penggunaan pupuk organik cair baik dari sisi keunggulan tumbuhan dan lingkungan dalam jangka panjang. Penetrasi pasar dilakukan dengan bekerjasama kepada koperasi di desa Sudaji dan beberapa toko pertanian. Anggota kelompok tani Bhakti Lestari dan Dwi Gopala mengikuti setiap pelatihan dan pembinaan oleh tim IbM dengan baik dan antusias. Berbagai pelatihan dan pembinaan yang diberikan memberikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi anggota kelompok tani. Pendampingan dilakukan selama 3 bulan. Kegiatan pendampingan kepada masyarakat sasaran dilakukan dengan pendampingan pemeliharaan reaktor biogas dan pendampingan pembuatan produk POC. Pendampingan pemeliharaan reaktor biogas dilakukan dengan pemantauan api keluaran dari biogas, pemantauan terhadap input kotoran ternak, pemantauan terhadap instalasi pipa dari reaktor biogas. Pendampingan pembuatan produk POC dilakukan dengan memantau secara langsung proses pembuatan POC dan memberikan saran-saran tambahan guna memaksimalkan produksi POC yang dihasilkan. Evaluasi dilakukan dengan melakukan wawancara dan penyebaran angket terhadap hasil pelatihan kepada kelompok tani Bhakti Lestari dan Dwi Gopala. Tahap evaluasi dilakukan dengan evaluasi proses pelatihan dan pembinaan, evaluasi terhadap api keluaran biogas dan produk POC yang dihasilkan, evaluasi keberlanjutan program, evaluasi kualitas SDM masyarakat sasaran. 1) Evaluasi Proses pelatihan dan pembinaan Evaluasi proses dilakukan dengan melalui penyebaran kuisioner kepada peserta pelatihan. Peserta pelatihan menyatakan bahwa pelatihan ini sangat bermanfaat, mudah diterapkan, dan hendaknya dilakukan secara berkelanjutan. Pernyataan ini didukung oleh antusiasme peserta pelatihan yang tinggi. Hasil analisis kuisioner yang disebarkan menunjukkan hasil seperti ditunjukkan pada Tabel 2 di bawah ini. Tabel 2. Tanggapan Peserta Pelatihan No. Pernyataan 1 Pelatihan yang diberikan tim IbM bermanfaat dalam memecahkan permasalahan yang dialami 2 Materi pelatihan yang disampaikan mudah dipahami oleh peserta pelatihan SS S R TS STS 20 2 2 0 0 18 5 1 0 0 56 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 3 4 5 Saya tertarik dengan kegiatan pelatihan yang telah dilaksanakan oleh tim IbM Materi pelatihan yang diberikan akan saya aplikasikan guna mengatasi permasalahan yang dialami dalam penanganan limbah kotoran ternak Pelaksanaan pelatihan agar dilaksanakan secara berkelanjutan Berdasarkan Tabel 2. Dapat disimpulkan bahwa kegiatan yang telah dilaksanakan mendapatkan respon yang positif dari kelompok tani Bhakti Lestari dan Dwi Gopala. Sebagaian besar responden sangat setuju tentang kegiatan guna mengatasi permasalahan yang dialami kedua kelompok tani tersebut. Berdasarkan tabel tersebut pula digambarkan grafik responden yang memberikan respon positif dari kegiatan IbM. 100.00 80.00 60.00 40.00 20.00 P1 P2 P3 P4 P5 18 4 2 0 0 16 5 3 0 0 21 3 0 0 0 2) Evaluasi terhadap api biogas dan produk POC Evaluasi terhadap api yang dihasilkan hanya dilakukan dengan memantau warna api yang dihasilkan. Semakin biru warna api makan kualitas api yang dihasilkan semakin baik. Lama waktu nyala api berkisar antara 3-4 jam. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap kualitas api yang dihasilkan adalah warna api sudah menunjukkan warna biru dan telah digunakan untuk memasak seharihari di dapur rumah anggota kelompok. Selain digunakan untuk memasak, aliran gas juga digunakan sebagai lampu penerangan di rumah anggota kelompok tani. Oleh karena itu, biogas yang diinstalasi telah berhasil dalam memanfaatkan limbah kotoran ternak yang dimiliki petani di kelompok tani Bhakti Lestari dan Dwi Gopala. Gambar 5. Grafik responden terhadap pelaksanaan kegiatan IbM (a) menyatakan sangat setuju, (b) menyatakan setuju, dan (c) menyatakan ragu-ragu 57 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 Gambar 6. a) nyala kompor biogas, b) lampu biogas Produk POC yang dihasilkan dengan pengamatan langsung. Ciri-ciri dari pembuatan POC yang tidak jadi adalah dari bau yang dihasilkan, apabila berbau busuk dan menyengat pupuk itu dinyatakan gagal. Hal ini mungkin disebabkan juga karena bahan yang digunakan sudah mengalami pembusukan, sehingga pada saat proses fermentasi berlangsung mikroba di dalamnya mengalami kompetisi dan pada akhirnya sama-sama mengalami kematian. Adapun faktor-faktor yang dapat menyebabkan kegalan dalam pembuatan pupuk cair yaitu kurang tertutupnya drum pengomposan sehingga air dan udara masih dapat masuk, drum pengomposan terkena sinar matahari langsung sehingga proses fermentasi menjadi terganggu. Dari pemantauan langsung terhadap POC yang diproduksi telah sesuai dengan produk yang diharapkan sehingga dapat digunakan dan dipasarkan pada masyarakat luas. Gambar 8. Produk pupuk organik cair 3) Evaluasi keberlanjutan program IbM Evaluasi keberlanjutan program IbM dilakukan dengan mengobservasi langsung peserta pelatihan yang sedang mengoprasikan reaktor biogas dan membuat produk POC. Tim IbM juga memberikan kuisioner kepada peserta yang hadir, dimana dari 24 peserta yang diberikan kuisioner, sebanyak 87,50% (21 58 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 reponden) menyatakan mendukung terhadap keberlanjutan program. Berdasarkan hasil wawancara menyatakan bahwa menurut mereka biogas yang dinstalasi dan POC memberikan manfaat berupa 1) biogas dan POC yang diproduksi mampu mengatasi permasalahan yang dihadapi dari segi limbah ternak, 2) biogas yang diproduksi mampu digunakan sendiri dalam sekala rumah tangga, sedangkan POC juga dapat dijual dan digunakan sendiri karena merupakan petani bibit holtikultura, 3) POC yang dijual berpeluang besar meningkatkan penghasilan tambahan bagi anggota kelompok tani, 4) bahan baku mudah diperoleh. Kegiatan ini juga mendapatkan respon positif dari Kepala Desa Sudaji agar biogas lebih banyak dintalasi, sehingga dapat lebih bermanfaat bagi banyak orang, karena desa Sudaji merupakan daerah pertanian maka pupuk POC yang dihasilkan dapat dijual ataupun digunakan langsung secara mandiri oleh masyarakatnya. Meskipun hasil penjualan belum optimal, namun keterampilan yang dilatihkan sangat bermanfaat dalam mengatasi permasalahan yang ada. 4) Evaluasi kualitas SDM masyarakat sasaran Evaluasi terhadap kualitas SDM dari kelompok tani Bhakti Lestari dan Dwi Gopala dilaksanakan selama pelatihan dan pendampingan berlangsung. Tim IbM mengobservasi dengan 3 indikator penilaian yaitu: antusiasme peserta pelatihan, kemampuan peserta pelatihan, dan produk POC yang dihasilkan. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa 75,00% (18 peserta) memiliki antusiasme yang tinggi, 20,83% (5 peserta) memiliki antusiasme sedang, dan 4,17% (1 peserta) memiliki antusiasme yang rendah. Hasil evaluasi kemampuan peserta diperoleh sebanyak 66,67% (16 peserta) memiliki kemampuan yang tinggi, dan 33,33% (8 peserta memiliki kemampuan yang rendah. Hasil evaluasi produk POC yang telah dihasilkan seluruhnya telah memiliki kualitas yang baik. 5.2 Pembahasan Kagiatan IbM telah dilaksanakan kepada kelompok tani Bhakti Lestari dan Dwi Gopala. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang diterapkan kepada kedua kelompok tani tersebut adalah instalasi reaktor biogas, pelatihan perawatan biogas, produksi POC, dan pelatihan wirausaha produk POC. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa kegiatan yang telah dilaksanakan mampu mengatasi permasalahan yang dialami kedua kelompok tani. Jawaban dari permasalahan yang dialami kelompok tani tersebut adalah 1) hasil penjualan POC diharapkan mampu mengatasi fluktuasi pendapatan anggota kelompok tani, 2) limbah kotoran ternak dapat dimanfaatkan sekaligus meminimalisir dampak negatifnya, 3) kemampuan anggota kelompok tani meningkat seiring pelatihan, pembinaan, dan pendampingan yang dilakukan tim IbM. Biogas yang terinstalasi dihubungkan pada kompor biogas yang digunakan untuk memasak dan dihubungkan pula pada lampu biogas untuk sistem penerangan. Kompor biogas yang telah dibuat secara khusus dengan melakukan modifikasi pada burner atau saluran gas kompor, sedangkan pada lampu biogas gas dialiri menyerupai lampu strongking. Kompor dan lampu biogas tersebut dapat digunakan secara lamgsung kepada kelompok tani Bhakti Lestari dan Dwi Gopala. 59 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 Kebermanfaatan instalasi biogas kepada kelompok tani Bhakti Lestari dan Dwi Gopala sebagai energi terbarukan di desa Sudaji memberikan kontribusi yang positif. Penghematan biaya untuk pengadaan bahan bakar minyak dan gas dapat dilakukan karena telah menggunakan biogas. Tidak lagi juga menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar telah memberikan efek positif dari sisi pelestarian lingkungan, sehingga kehijauan desa Sudaji tetap terjaga. Disamping itu, kotoran yang biasanya dibuang di aliran sungai menjadi bermanfaat dan sistem drainase tetap terjaga pula. Biogas sangat penting bagi dunia saat ini karena merupakan sumber energi yang bebas polusi dengan biaya yang sangat rendah (Olowoyeye, 2013). Limbah peternakan yang jumlahnya selalu ada menjadikan produksi biogas dapat dilakukan setiap hari. Penggunaannya pun telah menggeser penggunaan minyak tanah, gas LPG, dan kayu bakar. Oleh karena itu, instalasi biogas sangat berguna bagi kelompok tani Bhakti Lestari dan Dwi Gopala. Produk sampingan dari biogas yaitu sludge-nya dapat dipisahkan dan diolah menjadi Pupuk Organik Cair (POC). Sludge biogas mengandung berbagai unsur hara makro dan mikro yang sangat baik bagi tumbuhan karena telah terfermentasi pada reaktor biogas. POC yang diproduksi dapat digunakan sendiri pada lahan pertanian yang digarap. Penggunaan POC secara mandiri juga memiliki manfaat secara tidak langsung karena dapat menghemat pembelian pupuk bagi petani. Pendulangan penghasilan petani juga terdukung oleh hasil penjualan POC kepada masyarakat di lingkungan desa Sudaji. Ketika teknologi tepat guna diterapkan dengan baik maka akan mendatangkan berbagai manfaat yang signifikan. Hal ini dikarenakan bahwa kotoran ternak memiliki solusi potensial terhadap permasalahan limbah ketika difermentasi secara anaerobik (Olowoyeye, 2013). Pola penanganan limbah masyarakat berlangsung secara multikultur sehingga seluruh potensi limbah peternakan dapat diolah. Kebermanfaatan instalasi biogas kepada kelompok tani Bhakti Lestari dan Dwi Gopala sejalan dengan penelitian yang telah dilaksanakan yaitu penelitian dari Sunaryo (2014) yang memiliki hasil penelitian berupa instalasi biogas dapat dimanfaatkan warga untuk kegiatan memasak dan tersedianya pupuk organik cair dari limbah biogas sebagai sarana pemupukan tanaman. Hasil penelitian Haryati (2006) menyatakan bahwa biogas merupakan sember renewable energy, yang dapat digunakan sebagai bahan bakar pengganti yang berasal dari fosil, yang selama ini dominan digunakan, serta teknologi biogas merupakan pilihan yang tepat untuk mengubah limbah organik peternakan untuk menghasilkan energi dan pupuk sehingga diperoleh keuntungan secara sosio-ekonomi maupun dari sisi lingkungan. Hasil penelitian tersebut sangat relevan karena biogas sebagai energi alternatif memiliki manfaat yang multiarah. Biogas dapat dibuat dari berbagai kotoran ternak yang dimiliki seperti sapi, kuda, domba, kambing, babi, dan ayam. Berbagai bahan tambahan seperti limbah tanaman dapat juga ditambahkan dalam proses produksi biogas. Menurut penelitian Okareh, Adeolu, dan Shittu (2013) yang menyatakan bahwa pemanfaatan kotoran ternak (babi) dan limbah tanaman untuk produksi biogas memiliki makna ganda yang berfungsi sebagai salah satu strategi pengurangan limbah untuk memperbaiki 60 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 lingkungan dan residunya dapat digunakan sebagai kondisioner (penyejuk) tanah. Penggunaan biogas tidak terbatas hanya pada produksi gas dan pupuk organik cair saja. Berbagai pemanfaatan biogas dapat juga digunakan sebagai sumber pembangkit tenaga listrik. Berdasarkan penelitian Arifin, Saepudin, dan Santosa (2011) menyatakan bahwa pemanfaatan biogas dapat dimanfaatan untuk keperluan sehari-hari seperti memasak, penerangan, dan sebagai bahan bakar pure biogas dengan genset skala 2.500 Watt, penghematan tidak hanya diperoleh melalui pembelian gas LPG, namun juga penghematan listrik oleh penggunaan genset yang mencapai Rp 40.896/bulan. Pemanfaatan sumber energi seperti biogas ini merupakan terobosan penting bagi perkembangan saat ini. Hal ini dikarenakan biogas bersumber dari limbah peternakan yang bersifat non-fosil yang jumlahnya dapat diperbaharui. Program IbM yang telah dilaksanakan ini tidak mutlak sesuai dengan rencana yang disusun. Beberapa kendala yang dialami tim IbM selama kegiatan berlangsung adalah 1) Kegiatan yang telah disusun terbentur dengan piodalan desa adat Sudaji yang melibatkan seluruh masyarakat desa selama 2 minggu yang menjadika kegiatan IbM diundur. Sulitnya menyadarkan masyarakat sasaran untuk mau menggunakan POC yang telah diproduksi, hal ini diakibatkan oleh kepraktisan penggunaan pupuk kimia yang dipasarkan. 3) Tempat balai kelompok yang rencananya digunakan pelatihan akhirnya tidak dapat digunakan karena adanya renovasi dari kelompok, sehingga kegiatan dialihkan di rumah ketua kelompok tani Bhakti Lestari. SIMPULAN Kegiatan IbM, dapat meningkatkan pengetahuan kelompok tani Bhakti Lestari dan Dwi Gopala dalam memanfaatkan limbah kotoran ternak yang diolah menjadi biogas dan POC, sehingga mampu dalam mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada. Kegiatan yang telah diberikan oleh Tim IbM mendapat antusiasme dari kelompok tani. Hal tersebut dapat dilihat dari tanggapan perserta pelatihan yang menunjukkan hasil yang memuaskan. Rekomendasi dan saran, kepada kedua kelompok tani diharapkan terus dapat mengembangkan pengolahan kotoran ternak yang dihasilkan. Pengolahan kotoran ternak tidak hanya sebatas pembuatan biogas dan POC, namun dapat diaplikasikan pada pupuk organik padat. Konsumen yang tersedia cukup banyak di desa Sudaji, maka perlu adanya inovasi lanjutan dalam mengatasi permasalahan yang dialami kedua kelompok tani tersebut. DAFTAR PUSTAKA Arifin, M., Saepudin, A., Santosa, A. 2011. Kajian biogas sebagai sumber pembangkit tenaga listrik di Pesantren Saung Balong Al-Barokah, Majalengka, Jawa Barat. Journal of Mechatronics, Electrical Power, and Vehicular Technology. 2(2). 73-78. Fahri, A. 2010. Teknologi Pembuatan Biogas Dari Kotoran Ternak. Balai pengkajian teknologi pertanian (BPTP) Riau. Haryati, T. 2006. Biogas: Limbah peternakan yang menjadi sumber energi alternatif. WARTAZOA. 3(16). 160-169. Okareh, O. T., Adeolu, A. T. Shittu, O.I. 2013. Enrichment of pig dung with 61 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 selected crop wastes for the production of biogas. International Research Journal on Microbiology. 4(4). 119.124. Olowoyeye, J. 2013. Comparative studies on biogas production using six different animal dung. Journal of Biology, Agriculture, and Helthcare. 3(15). 7-11. Profil Desa Sudaji. 2010. Sunaryo. 2014. Rancang bangun reaktor biogas untuk pemanfaatan limbah kotoran ternak sapi di desa Limbangan kabupaten Banjarnegara. Jurnal PPKM UNSIQ. 21-30. 62 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 PELATIHAN PENYUSUNAN INSTRUMEN PENILAIAN AKTIVITAS BELAJAR BERORIENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BAGI GURU DI GUGUS 1 KECAMATAN MARGA Made Juniantari1 , Ni Putu Sri Ratna Dewi2, Ni Luh Pande Latria Devi3 1Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA Undiksha, 2Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA Undiksha, 3Jurusan Pendidikan IPA FMIPA Undiksha Email: [email protected] ABSTRACT Implementation of this program was based on problems experienced by teachers in the Gugus I Kemacatan Marga. These problems are, 1) teachers lack an understanding about character education and its evaluation in a learning activity, 2) teachers have problems in designing and constructing an assessment of learning activity instruments based on character education, 3) teachers do not have experience in implementing the assessment tool in the classroom, and 4) teachers need assistance in designing and implementing the assessment tool. All problems can be solved by conducting training about designing and constructing an assessment of learning activity instruments based on character education. Training is conducted in three main activities, there are, 1) Outlining exposure about character education program, 2) Constructing an assessment tool, 3) Assistance in implementing an assessment tool. The schools involved in this training are SDN 1 Tua, SDN 2 Tua, SDN 3 Tua, SDN 4 Tua, and SD N 4 Payangan. Training has been successfully carried out. Participation of teachers is very high. They have successfully designs and constructing the assessment based on their subjects they teach. With assistance, they also have successfully implemented the assessment tool. Keywords: assessment tool, learning activity, character education ABSTRAK Program Pengabdian kepada Masyarakat dilaksanakan berdasarkan permasalahan yang dihadapi guru di Gugus 1 Kecamatan Marga, yaitu : 1) guru kurang memahami program pendidikan karakter dan evaluasinya dalam pembelajaran, 2) guru mengalami kendala dalam merancang dan menyusun instrumen penilaian aktivitas belajar berorientasi pendidikan karakter, 3) guru belum memiliki pengalaman langsung dalam mengimplementasikan instrumen penilaian aktivitas belajar berorientasi pendidikan karakter dalam pembelajaran, dan 4) guru memerlukan pendampingan dalam menyusun dan mengimplementasikan instrumen penilaian aktivitas belajar berorientasi pendidikan karakter. Dengan berkoordinasi dengan kepala gugus dan tim pengabdian kepada masyarakat, diupayakan solusi dengan mengadakan pelatihan penyusunan instrumen penilaian aktivitas belajar berorientasi pendidikan karakter. Solusi dilaksanakan dalam tiga kegiatan utama yaitu: 1) pemaparan garis besar program pendidikan karakter, 2) penyusunan instrumen penilaian aktivitas belajar berorientasi pendidikan karakter, dan 3) pendampingan dalam mengimplementasikan instrumen penilaian yang berhasil disusun. Hasil kegiatan dapat dikatakan berhasil mengatasi masalah dengan terlihatnya partisipasi guru-guru dalam mengikuti pelatihan yang sangat tinggi dan juga berhasilnya guru-guru dalam menyusun instrumen penilaian aktivitas belajar berorientasi pendidikan karakter. Pada tahap pendampingan, guru-guru telah dapat mengimplementasikan instrumen pada kegiatan pembelajaran, sehingga guru-guru dapat mengadakan evaluasi secara menyeluruh terhadap aspek sikap siswa dalam belajar. Kata kunci: instrumen penilaian, aktivitas belajar, pendidikan karakter 63 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 PENDAHULUAN Sekolah Dasar (SD) di Gugus I Kecamatan Marga terdiri dari lima sekolah dasar yang tersebar pada beberapa desa di Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan. Sekolah yang termasuk ke dalam Gugus I Kecamatan Marga yaitu SD Negeri 1 Tua, SD Negeri 2 Tua, SD Negeri 3 Tua, SD Negeri 4 Tua, dan SD Negeri 4 Payangan. Pada umumnya, tempat tinggal guru-guru SD di Gugus I Kecamatan Marga tersebar pada beberapa desa, diantaranya Desa Tua, Desa Baru, Desa Bayan, Desa Pinge, Desa Susut, Desa Cau, Desa Petiga, Desa Geluntung dan Desa Payangan. Berdasarkan letak geografisnya sebagian besar guru terlambat dalam mendapatkan informasi baru berkaitan dengan pembaharuan dalam bidang pendidikan terutama dalam bidang pembelajaran ditambah lagi karena sebagian besar guru tidak terbiasa menggunakan komputer dan internet untuk mendapatkan informasi tentang program inovasi pendidikan. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala Gugus 1 kecamatan Marga diperoleh informasi bahwa guru-guru di Gugus 1 pernah beberapa kali mengikuti pelatihan baik yang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan setempat maupun dari Undiksha namun lebih terfokus pada pelatihan pembuatan perangkat Kurikulum di mana guru-guru diajak merancang Rencana Perangkat Pembelajaran (RPP) namun tidak sampai pada bagaimana caranya merancang instrumen penilaian sikap yang ada pada RPP tersebut. Penilaian cenderung difokuskan pada aspek penilaian kognitif saja. Hal ini disebabkan proses merancang pencapaian tujuan pembelajaran afektif tidak semudah seperti pembelajaran kognitif. Salah satu cara guru untuk mengetahui pencapaian ranah afektif siswa adalah dengan menilai aktivitas belajar siswa yang terlihat melalui kegiatan pembelajaran di kelas (Yaumi, 2015). Untuk itu guru perlu mengetahui bagaimana cara menyusun instrumen penilaian aktivitas belajar yang baik sehingga guru dapat melihat seberapa baik aktivitas belajar siswa yang sesuai dengan harapan pendidikan karakter. Pelaksanaan evaluasi yang seimbang dalam kaitannya dengan pelaksanaan program pendidikan karakter sebagaimana yang tertuang dalam Buku Induk Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa 2010-2025 (Kemendikbud, 2010) belum sepenuhnya dapat dipahami oleh guru-guru di Gugus 1 terutama definisi tentang apa itu pendidikan karakter. Guru-guru perlu mendapat penjelasan bahwa pendidikan karakter itu bukan mata pelajaran tersendiri sepeti pendidikan kewarganegaraan maupun mata pelajaran Agama. Namun pendidikan karakter harus terintegrasi ke setiap mata pelajaran. Kurangnya pemahaman guru tentang hakikat pendidikan karakter juga mempengaruhi pemahaman guru dalam merancang pembelajaran berorientasi pendidikan karakter. Pembelajaran yang berorientasi pendidikan karakter haruslah berupaya memaksimalkan peran siswa dalam membangkitkan sikap-sikap yang baik yang akan mendukung pencapaian hasil belajar yang maksimal (PPPPTK, 2011). Haruslah disadari bahwa sikap siswa dalam belajar sangat mempengaruhi hasil belajarnya. Untuk dapat melakukan pembinaan yang lebih lanjut mengenai permasalahan pada sikap siswa, maka RPP yang telah dirancang pada bagian penilaiannya juga harus menyertakan aspek 64 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 penilaian sikap salah satunya adalah penilaian terhadap aktivitas belajar siswa. Berdasarkan permasalahan yang dialami guru-guru di sekolah mitra, maka untuk dapat mengetahui sejauh mana aktivitas belajar siswa berlangsung dengan baik dan sesuai dengan program pendidikan karakter, perlu kiranya disusun suatu instrumen penilaian aktivitas belajar yang berorientasi pendidikan karakter. Pengembangan deskriptor dalam instrumen penilaian yang disusun dengan mempertimbangkan penanaman karakter dan mengacu pada 18 nilai karakter: 1) religius, 2) jujur, 3) toleransi, 4) disiplin, 5) kerja keras, 6) kreatif, 7) mandiri, 8) demokratis, 9) rasa ingin tahu, 10) semangat kebangsaan, 11) cinta tanah air, 12) menghargai prestasi, 13) bersahabat/ komunikatif, 14) cinta damai, 15) gemar membaca, 16) peduli lingkungan, 17) peduli sosial, 18) tanggung jawab yang dapat dipilih berdasarkan karakteristik materi dan siswa (Kemendiknas, 2011). Namun permasalahannya adalah guru-guru belum memahami bagaimana caranya merancang dan menyusun instrumen penilaian aktivitas belajar berorientasi pendidikan karakter yang dapat digunakan secara efektif dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru-guru SD di Gugus 1 Kecamatan Marga lebih difokuskan pada pencapaian penguasaan materi yang menuntut guru berinovasi dalam metode pengajaran dan lebih terfokus Lembar Kerja Siswa (LKS) yang bertujuan untuk memaksimalkan siswa dalam memahami materi. Hal ini menyebabkan guru-guru memiliki kendala dalam mengimplementasikan instrumen pembelajaran lainnya seperti instrumen penilaian terhadap aktivitas belajar siswa sebagai dasar pembinaan terhadap sikap siswa belajar berdasarkan hasil pengamatan menggunakan instrumen tersebut. Selama ini, program yang telah berlangsung lebih menekankan pada pemaparan materi dan pelatihan/workshop dan kurang kurang menekankan pada keberlanjutan program pelatihan tersebut, untuk itu harapan guru-guru SD di Gugus 1 Kecamatan Marga adalah agar program pelatihan disertai dengan pendampingan dalam menyusun dan mengimplementasikan instrumen penilaian aktivitas belajar berorientasi pendidikan karakter dapat dilaksanakan secara berkesinambungan. Dengan demikian program pendidikan karakter dapat sepenuhnya dipahami dan dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran agar tercapainya hasil belajar siswa yang lebih optimal. Berdasarkan uraian tersebut permasalahan yang dapat diidentifikasi dan diprioritaskan untuk diselesaikan adalah: 1) guru kurang memahami tentang program pendidikan karakter dan evaluasinya dalam pembelajaran, 2) guru mengalami kendala dalam merancang dan menyusun instrumen penilaian aktivitas belajar berorientasi pendidikan karakter, 3) guru belum memiliki pengalaman langsung dalam mengimplementasikan instrumen penilaian aktivitas belajar berorientasi pendidikan karakter dalam pembelajaran di kelas, dan 4) guru memerlukan pendampingan dalam menyusun dan mengimplementasikan instrumen penilaian aktivitas belajar berorientasi pendidikan karakter. Solusi yang ditawarkan untuk setiap permasalahan yang ditemukan dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini. 65 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 Tabel 1 Permasalahan dan Solusi Masalah Guru kurang memahami tentang program pendidikan karakter dan evaluasinya dalam pembelajaran. Guru mengalami kendala dalam merancang dan menyusun instrumen penilaian aktivitas belajar berorientasi pendidikan karakter. Guru belum memiliki pengalaman langsung dalam mengimplementasikan instrumen penilaian aktivitas belajar berorientasi pendidikan karakter dalam pembelajaran. METODE Permasalahan yang telah disampaikan, dapat diselesaikan dengan meningkatkan pemahaman guru-guru di Gugus 1 Kecamatan Marga tentang program pendidikan karakter dan evaluasinya dalam pembelajaran, merancang, menyusun, dan mengimplementasikan instrumen penilaian aktivitas belajar berorientasi pendidikan karakter dalam pembelajaran di kelas. Dengan demikian bentuk kegiatan Solusi Pemaparan mengenai program pendidikan karakter dan evaluasinya dalam pembelajaran Pelatihan menyusun instrumen penilaian aktivitas belajar berorientasi pendidikan karakter Pendampingan dalam mengimplementasikan instrumen penilaian aktivitas belajar berorientasi pendidikan karakter dalam pembelajaran di kelas pengabdian yang dilakukan adalah, 1) pemaparan mengenai program pendidikan karakter dan evaluasinya dalam pembelajaran, 2) pelatihan menyusun instrumen penilaian aktivitas belajar berorientasi pendidikan karakter, dan 3) pendampingan mengimplementasikan instrumen penilaian aktivitas belajar berorientasi pendidikan karakter dalam pembelajaran di kelas. Rencana kegiatan yang dilaksanakan pada program pengabdian kepada masyarakat ini dapat dijelaskan berdasarkan Gambar 1 berikut ini. 66 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 1. 2. Pemaparan materi program pendidikan karakter dan evaluasinya dalam pembelajaran KKG Gugus 1 Marga Pelatihan menyusun instrumen penilaian aktivitas belajar berorientasi pendidikan karakter Output: Instrumen penilaian aktivitas belajar berorientasi pendidikan karakter 3. Pendampingan mengimplementasikan instrumen dalam pembelajaran di kelas Output: Meningkatnya kompetensi pedagogi guru Gambar 1 Bagan Pelaksanaan Kegiatan HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat dengan judul “Pelatihan Penyusunan Instrumen Penilaian Aktivitas Belajar Berorientasi Pendidikan Karakter Bagi Guru Di Gugus 1 Kecamatan Marga” telah terlaksana mulai Tanggal 7 Juni 2016 sampai dengan 25 Juli 2016 di SD Negeri 4 Tua Kecamatan Marga Kabupaten Tabanan. Banyak peserta yang mengikuti pelatihan adalah sebanyak 32 peserta. Sampai pada bulan Juli 2016 rencana program yang telah terlaksana mencapai 85%. Kegiatan yang telah terlaksana meliputi kegiatan 1) pelatihan penyusunan instrumen penilaian aktivitas belajar berorientasi pendidikan karakter yang terdiri dari dua sub kegiatan yaitu pemaparan garis besar mengenai program pendidikan karakter dan evaluasinya dalam pembelajaran dan Pelatihan menyusun instrumen penilaian aktivitas belajar berorientasi pendidikan karakter yang diselenggarakan pada Tanggal 7-8 Juni 2016, 2) pendampingan dalam mengimplementasikan instrumen penilaian aktivitas belajar berorientasi pendidikan karakter dalam pembelajaran di kelas yang diselenggarakan pada Tanggal 25 Juli 2016. Pada awal pelaksanaannya, kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini telah melalui tahap perancangan kegiatan pelatihan yang meliputi kegiatan sosialisasi dan koordinasi dengan kepada UPTD Kecamatan Marga, Kepala Gugus 1 Kecamatan Marga, Para Kepala Sekolah di 67 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 lingkungan Gugus 1 Kecamatan Marga, penentuan lokasi pelaksanaan, koordinasi dengan narasumber, teknisi, dan merancang modul pelatihan bersama tim pelaksana, penentuan jadwal pelatihan, dan menyiapkan sara dan prasarana pendukung kegiatan. Semua kegiatan yang dirancang pada tahap perancangan ini melalui koordinasi yang baik dari pihak penyelenggara maupun pihak sekolah mitra. Selain itu, agar pelatihan mampu memberikan kontribusi secara langsung bagi penyempurnaan penyelenggaraan pendidikan yang guru laksanakan, tim pelaksana menganalisis perangkat pembelajaran yang terdiri dari Rencana Perangkat Pembelajaran (RPP) dan pedoman penilaian yang guru-guru biasa terapkan. Berdasarkan kajian ini, maka pelaksanaan diharapkan dapat langsung membantu guru dalam membuat perangkat pembelajaran yang lebih baik. Kemudian, tahap kegiatan pelatihan penyusunan instrumen penilaian aktivitas belajar berorientasi pendidikan karakter meliputi tahap pemaparan materi, pelatihan penyusunan instrumen, dan kegiatan pendampingan pengimplementasian instrumen yang berhasil dibuat. Pada tahap pelaksanaan ini, narasumber 1, memberikan pemaparan mengenai program pendidikan karakter dan implementasinya dalam kegiatan pembelajaran. Topik materi yang disampaikan oleh narasumber 1 telah sesuai dengan tema pelatihan penyusunan instrumen penilaian aktivitas belajar berorientasi pendidikan karakter bagi guru SD. Setelah pemaparan materi dari narasumber 1, dilanjutkan dengan pemaparan materi oleh narasumber 2 mengenai rancangan RPP yang memuat penilaian kognitif dan penilaian sikap yang berkaitan dengan program pendidikan karakter. Setelah pemaparan materi dari kedua narasumber, guru-guru diajak untuk menganalisis nilai-nilai karakter yang dapat dibangkitkan dari siswa dan diterapkan berdasarkan mata pelajaran yang diampu dan dilanjutkan dengan menurunkan indikator-indikator nilai karakter tersebut yang selanjutnya akan dijadikan pedoman penilaian yang dituangkan pada instrumen penilaian aktivitas belajar berorientasi pendidikan karakter. Pada pelatihan ini, tim pelaksana kegiatan membantu guru-guru dalam merancang desain instrumen, pedoman pengamatan, dan cara mengevaluasi hasil pengamatan yang diperoleh. Dengan adanya instrumen ini, diharapkan guru-guru dapat memberikan tindak lanjut yang tepat mengenai aspek nilai karakter yang perlu dibina untuk siswanya sehingga pembinaan lebih terarah dan bermuara pada optimalnya hasil belajar yang dicapai siswa dalam belajar. Setelah membantu guru dalam merancang dan menyusun instrumen penilaian aktivitas belajar berorientasi pendidikan karakter, selanjutnya kegiatan yang terlaksana adalah kegiatan pendampingan dalam mengimplementasikan instrumen penilaian aktivitas belajar berorientasi pendidikan karakter dalam pembelajaran. Pada tahap ini sebelum pelaksanaannya di kelas, instrumen yang telah disusun didiskusikan terlebih dahulu untuk memastikan dapat digunakan secara praktis dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu, kegiatan pendampingan juga bertujuan agar guruguru dapat secara riil merasakan manfaat program pelatihan yang telah diberikan. Dengan adanya pendampingan guru-guru 68 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 diharapkan mulai terbiasa menggunakan instrumen penilaian aktivitas belajar berorientasi pendidikan karakter dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh guru dalam kegiatan pelatihan, dapat dilihat bahwa guru-guru di Gugus 1 Kecamatan Maga telah memahami program pendidikan karakter dan mampu menyusun dan menggunakan instrumen penilaian aktivitas belajar berorientasi pendidikan karakter dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu selama pelatihan respons yang diberikan oleh guru-guru peserta pelatihan adalah sangat baik. Pihak kepala gugus menyambut dengan baik kegiatan pelatihan dan berharap agar di tahun-tahun selanjutnya kegiatan sejenis aga tetap diadakan. Gambar 2. Suasana Pembukaan Gambar 3. Suasana pemaparan materi 69 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 Gambar 3. Suasana pelatihan Gambar 4. Suasana pendampingan pra pembelajaran SIMPULAN Pelaksanaan program pengabdian kepada masyarakat dengan judul “Pelatihan Penyusunan Instrumen Penilaian Aktivitas Belajar Berorientasi Pendidikan Karakter Bagi Guru Sekolah Dasar Di Gugus 1 Kecamatan Marga Kabupaten Tabanan” dapat disimpulkan bahwa: 1) Tingkat partisipasi guru-guru dalam mengikuti pelatihan sangat tinggi, guru-guru telah berhasil menyusun instrumen penilaian aktivitas belajar berorientasi pendidikan karakter sesuai dengan mata pelajaran yang diampu, dan guru-guru dapat mengimplementasikan instrumen penilaian aktivitas belajar berorientasi pendidikan karakter dalam pembelajaran di kelas. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan pengabdian kepada masyarakat berjalan dengan sangat baik. 2) Pelaksanaan program pengabdian kepada masyarakat ini telah mampu menghasilkan luaran-luaran yang diharapkan. Namun karena evaluasi program masih berjalan maka luaran program ini belum sepenuhnya terselesaikan dan perlu disempurnakan kembali. DAFTAR RUJUKAN Kemdikbud. 2010. Buku Induk Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa 2010-2025. Jakarta: Kemdikbud. 70 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 Kemendiknas. 2011. Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter. Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum dan Perbukuan. Jakarta Lickona, T. 2012. Character Matter (Versi Indonesia). Jakarta: Bumi Aksara. PPPPTK. 2011. Modul Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa Melalui Pembelajaran Matematika di SD. Jakarta: Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan. Yaumi, M. 2015. Pendidikan Karakter, Landasan, Pilar & Implementasi. Jakarta: Kencana. 71 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 PENERAPAN IPTEK MELALUI PERANCANGAN, PEMBUATAN, DAN PENGGUNAAN ALARM LISTRIK BAGI PETANI TAMBAK IKAN NENER DI DESA MUSI, KECAMATAN GEROKGAK Ketut Udy Ariawan1, Gede Indrawan2, I Nyoman Pasek Nugraha3 Teknik Elektronika FTK Undiksha, Teknik Elektronika FTK Undiksha, Teknik Mesin FTK Undiksha [email protected], [email protected], [email protected] ABSTRACT Supply of electrical energy is necessary for farmers nener fish ponds are numerous in the village of Musi, Gerokgak especially the smaller ones (at home). The most important electronic equipment, such as water pumps and oxygen pump is widely used in the business. The water pump is used to circulate the seawater, namely the lifting of sea water into the fish pond nener and then throw it back into the sea, while the oxygen pump is used as the oxygen for fish survival nener. You can imagine what happens if the energy supply of electricity stopped until the water pump and oxygen pump can not work optimally, will certainly have an impact on the survival of fish nener itself could suffocate due to lack of water circulation and oxygen which occurs only a few minutes away. Based on these conditions, we need a tool that can give a warning that the supply of electricity from PLN experienced a blackout suddenly so farmers fish pond nener can immediately prepare the generator or appliance supply of electrical energy as a substitute energy to electricity so that the survival of fish nener can be maintained. With this tool it is expected to reduce the negative impacts caused by other power failures, which is a tool that is cheap so it can be applied in the business nener fish farming. Keywords: Alarm, Electricity, Nener Fish, Fishpond. ABSTRAK Suplai energi listrik sangat diperlukan bagi para petani tambak ikan nener yang banyak terdapat di Desa Musi, Kecamatan Gerokgak terutama yang berskala kecil (rumahan). Peralatan elektronik yang paling penting, seperti pompa air dan pompa oksigen banyak digunakan dalam dunia usaha ini. Pompa air digunakan untuk sirkulasi air laut, yaitu mengangkat air laut ke dalam kolam ikan nener kemudian membuangnya kembali ke laut, sedangkan pompa oksigen digunakan sebagai penghasil oksigen untuk kelangsungan hidup ikan nener. Bisa dibayangkan apa yang terjadi jika suplai energi listrik dari PLN terhenti sehingga pompa air dan pompa oksigen tidak bisa bekerja secara optimal, tentunya akan berdampak pada kelangsungan hidup ikan nener itu sendiri yang bisa mati lemas karena kurangnya sirkulasi air dan oksigen yang hanya terjadi beberapa menit saja. Berdasarkan hal tersebut maka dibutuhkan suatu alat yang dapat memberi peringatan bahwa suplai energi listrik dari PLN mengalami pemadaman secara tiba-tiba sehingga para petani tambak ikan nener dapat dengan segera mempersiapkan genset atau alat suplai energi listrik lainnya sebagai pengganti energi listrik dari PLN sehingga kelangsungan hidup ikan nener dapat lebih terjaga. Dengan adanya alat ini maka diharapkan dapat mengurangi dampak-dampak negatif lainnya yang ditimbulkan oleh mati listrik, yaitu sebuah alat yang bersifat murah sehingga dapat diterapkan dalam dunia usaha budidaya ikan nener. Kata kunci: Alarm, Listrik, Ikan Nener, Tambak. PENDAHULUAN Seiring dengan kemajuan teknologi di segala bidang, maka catu daya utama PLN sangat berpengaruh terhadap penyediaan energi listrik bagi layanan publik, baik itu daya besar maupun daya kecil. Akan tetapi suplai daya utama yang berasal dari PLN tidak selamanya kontinyu dalam penyalurannya. Suatu saat pasti pernah terjadi pemadaman total yang dapat disebabkan oleh gangguan pada sistem pembangkit, atau gangguan pada sistem 72 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 transmisi dan sistem distribusi. Sedangkan suplai energi listrik sangat diperlukan pada pusat perdagangan, perhotelan, perbankkan, rumah sakit maupun industri dalam menjalankan produksinya, sehingga jika PLN padam maka suplai energi listrik pun berhenti dan akibatnya seluruh aktifitas produksi pun berhenti. Demikian juga halnya suplai energi listrik sangat diperlukan bagi para petani tambak ikan nener yang banyak terdapat di Desa Musi, Kecamatan Gerokgak terutama yang berskala kecil (rumahan). Peralatan elektronik yang paling penting, seperti pompa air dan pompa oksigen banyak digunakan dalam dunia usaha ini. Pompa air digunakan untuk sirkulasi air laut, yaitu mengangkat air laut ke dalam kolam ikan nener kemudian membuangnya kembali ke laut, sedangkan pompa oksigen digunakan sebagai penghasil oksigen untuk kelangsungan hidup ikan nener. Bisa dibayangkan apa yang terjadi jika suplai energi listrik dari PLN terhenti sehingga pompa air dan pompa oksigen tidak bisa bekerja secara optimal, tentunya akan berdampak pada kelangsungan hidup ikan nener itu sendiri yang bisa mati lemas karena kurangnya sirkulasi air dan oksigen yang hanya terjadi beberapa menit saja. Berdasarkan hal tersebut maka dibutuhkan suatu alat yang dapat memberi peringatan bahwa suplai energi listrik dari PLN mengalami pemadaman secara tibatiba sehingga para petani tambak ikan nener dapat dengan segera mempersiapkan genset atau alat suplai energi listrik lainnya sebagai pengganti energi listrik dari PLN sehingga kelangsungan hidup ikan nener dapat lebih terjaga. Dengan adanya alat ini maka diharapkan dapat mengurangi dampakdampak negatif lainnya yang ditimbulkan oleh mati listrik, yaitu sebuah alat yang bersifat murah sehingga dapat diterapkan dalam dunia usaha budidaya ikan nener. SUMBER INSPIRASI Kecamatan Gerokgak terletak di bagian barat kabupaten Buleleng merupakan salah satu kecamatan dari sembilan kecamatan yang ada, terdiri dari 14 desa administrasi (Sumber Klampok, Pejarakan, Sumberkima, Pemuteran, Banyupoh, Penyabangan, Musi, Sanggalangit, Gerokgak, Patas, Pengulon, Tinga-Tinga, Celukan Bawang, dan Tukadsumaga), 76 banjar dinas, 13 desa pakraman dan 36 banjar ada dengan batasbatas sebagai berikut: Sebelah Utara Sebelah Selatan Sebelah Barat Sebelah Timur : Laut Bali : Hutan : Kabupaten Jembrana : Kecamatan Seririt Kondisi geografis Kecamatan Gerokgak dengan luas wilayah 356,57 Km2 merupakan salah satu kekuatan untuk mengembangkan wilayah kecamatan, selain wilayah yang cukup luas potensi pertanian dalam arti luas juga merupakan unggulan Kecamatan Gerokgak di mana produk yang dihasilkan berupa tanaman palawija dan holtikultura seperti kelapa, jagung, kacangkacangan dan buah-buahan (pisang, mangga, anggur). Ini merupakan kekuatan sumber daya alam yang jika dimanfaatkan secara maksimal akan menunjang laju pembangunan khususnya peningkatan produksi pertanian untuk kesejahteraan masyarakat (petani). Demikian juga dengan potensi kelautannya, di mana laut Gerokgak merupakan kawasan atau lahan pembudidayaan kerang, mutiara, keramba jaring apung, ikan hias, rumput laut, tambak udang, serta tambak ikan kerapu dan ikan 73 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 nener. Budidaya kelautan seperti itu tidak ada di kecamatan lain di Buleleng, sehingga hal ini merupakan kekuatan yang sangat potensial di dalam pengembangan dan peningkatan pembangunan di Kecamatan Gerokgak khususnya. Nener merupakan istilah dalam dunia perikanan yang biasanya digunakan untuk menyebutkan ikan yang baru menetas atau ikan yang masih kecil. Ikan nener itu sendiri sebenarnya merupakan benih/bibit dari ikan bandeng. Ikan nener biasanya banyak terdapat di perairan dangkal atau pesisir, sehingga sering kita jumpai para pencari ikan nener ini di sepanjang pantai dengan menggunakan peralatan yang sangat sederhana. Mereka mengumpulkan ikan nener dan selanjutnya dijual ke pengepul atau agen maupun dijual langsung ke petani tambak. Namun selaras dengan perkembangan teknologi maka sekarang ikan nener tersebut telah menjadi komoditas sendiri yang sangat menjanjikan. Banyak perusahaan atau perorangan yang menekuni usaha di bidang ini. Secara alami jika sudah mulai membesar, ikan nener ini akan mengikuti arus dan mencari tempat untuk mencari makan. Tempat yang paling disukai ikan nener adalah tempat yang memiliki air payau dengan tumbuhan lumut yang cukup. Ikan nener yang sudah membesar berubah sebutannya menjadi ikan bandeng, yaitu ikan yang termasuk golongan herbifora. Ikan bandeng banyak dibudidayakan di pesisir atau sekitar pantai yang dikenal dengan tambak. Para petani tambak inilah yang membudidayakan dalam arti membesarkan ikan bandeng dari ikan nener hingga siap untuk dikonsumsi. Untuk mencapai ukuran konsumsi atau sekitar 25-30 cm ikan nener memerlukan waktu antara 12 minggu atau lebih, hal ini sangat tergantung kepada kondisi air, lingkungan, makanan tambahan, serta kepadatan. Ukuran ikan bandeng sering dikenal dengan sebutan size. Jika disebut size 2 maka ukuran ikan bandeng 1 Kg berisi 2 ekor, jika size 4 maka 1 kg berisi 4 ekor ikan bandeng dan seterusnya. Saat ini ikan bandeng menjadi komoditas budidaya penting, karena selain rasanya gurih, harga dapat dijangkau oleh segala lapisan masyarakat, tahan terhadap serangan penyakit, dan dapat dibudidayakan di berbagai habitat air payau, laut, dan tawar. Untuk menghasilkan panen ikan bandeng yang baik tentunya para petani tambak harus memperhatikan kualitas dari ikan nener itu sendiri sebagai bibit/benih dari ikan bandeng tersebut. Untuk menunjang kemajuan para petani tambak ikan nener tersebut maka diperlukan beberapa fasilitas, seperti pompa air, bak-bak pengendapan, pompa oksigen (blower) untuk aerasi, genset (generator set), laboratorium, rumah jaga serta sistem filtrasi. Dalam proses pembesaran ikan nener, listrik juga merupakan komponen penunjang yang sangat penting. Akan tetapi, suplai daya utama yang berasal dari PLN tidak selamanya kontinyu dalam penyalurannya. Suatu saat pasti pernah terjadi pemadaman total yang dapat disebabkan oleh gangguan pada sistem pembangkit, atau gangguan pada sistem transmisi dan sistem distribusi. Berhubung negara ini sering terjadi pemadaman listrik secara mendadak tanpa pemberitahuan, banyak para petani tambak ikan nener menggunakan alternatif lain yang bisa mengurangi resiko terancamnya usaha mereka. Tentu saja segala aktivitas yang berhubungan dengan listrik akan mempengaruhi kinerja dan pendapatan mereka dalam hitungan hari, bahkan dalam 74 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 hitungan jam. Penggunaan mesin genset menjadi salah satu faktor dominan yang sangat dicari sebagai solusi dari pemadaman listrik di negara ini. Genset juga sangat terasa manfaatnya di daerahdaerah terpencil, karena di Indonesia tetap saja masih ada kawasan yang belum terjangkau oleh listrik. Selain itu, genset ini juga bisa digunakan ketika diadakan acara hajatan, pentas atau acara yang membutuhkan pasokan listrik yang cukup besar. Ditambah lagi jika sering terjadi bencana alam misalnya banjir, puting beliung dan lain-lain yang biasa di alami negeri ini, yang kesemuanya itu menyebabkan rusaknya instalasi listrik. Tentu hal ini membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memperbaikinya, maka genset pada saat itu cukup menjadi kebutuhan pokok yang sangat penting untuk dimiliki. Pada umumnya para petani tambak ikan nener mempersiapkan genset sebagai alat cadangan suplai energi listrik selain dari PLN. Rata-rata disediakan 1-3 genset pada setiap tambak ikan nener, jumlah genset ini tergantung dari banyaknya beban yang digunakan pada setiap tambak ikan nener seperti jumlah lampu penerangan, motor pompa air, motor oksigen dan sebagainya. Namun sayangnya, genset yang digunakan kebanyakan genset yang harganya murah yang masih bersifat manual cara menghidupkannya, yaitu melalui tenaga manusia sebagai operator untuk menyalakan motor starter-nya. Penggunaan genset yang masih bersifat manual ini didasarkan pada penggunaannya yang hanya sewaktu-waktu apabila terjadi pemadaman sehingga biaya yang dikeluarkan untuk pembelian jenis genset ini bisa lebih murah. Sebenarnya banyak tipe genset yang sudah canggih dengan berbagai fitur otomatisnya sehingga apabila terjadi pemadaman akan langsung menyala, tetapi tentunya tipe genset yang seperti ini sangat mahal harganya untuk para petani tambak ikan nener berskala kecil (rumahan). Berdasarkan pada penggunaan genset yang pengoperasiannya masih dengan cara manual, yaitu melalui tenaga manusia sebagai operatornya maka sering terjadi keterlambatan dalam hal menghidupkannya pada saat terjadi pemadaman. Terutama jika terjadi pemadaman di malam hari dimana para petani tambak sedang tertidur lelap sehingga tidak diketahui sedang terjadi pemadaman. Hal ini tentunya sangat berbahaya terhadap kelangsungan hidup ikan nener yang sangat rentan terhadap faktor oksigen dan sirkulasi air. Khalayak sasaran (target) di dalam kegiatan pengabdian pada masyarakat ini secara umum ditujukan bagi para petani tambak ikan nener yang berlokasi di Desa Musi, Kecamatan Gerokgak. Diperuntukkan terutama yang masih menggunakan genset dengan sistem on/off yang masih bersifat manual, yaitu pada saat terjadi pemadaman maka diperlukan seorang operator untuk menghidupkannya. Petani tambak ikan nener yang dipasangkan alarm listrik ini berjumlah 4 orang dengan 4 lokasi yang berbeda-beda tetapi masih dalam wilayah Desa Musi dan kebetulan sistem genset yang digunakan untuk membackup listrik jika terjadi pemadaman dari PLN masih bersifat manual sehingga sangat cocok untuk dijadikan tempat untuk melaksanakan kegiatan pengabdian pada masyarakat ini. Luaran yang dihasilkan dari kegiatan pengabdian ini adalah berupa produk alarm listrik. Alarm yang diaplikasikan disini adalah alarm yang 75 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 memberikan tanda bahaya berupa bunyi/suara ketika terjadi pemadaman listrik sehingga para petani tambak ikan nener bersiap dengan tindakan selanjutnya, yaitu menghidupkan genset. Alarm ini menghasilkan bunyi yang sangat keras sehingga bisa di dengar dari jarak 10 meter tanpa hambatan dan bunyinya otomatis berhenti apabila suplai listrik dari PLN kembali menyala atau dimatikan secara manual dengan menggunakan saklar on/off yang telah diaplikasikan pada rangkaiannya. Alarm listrik ini menggunakan baterai/aki kering sebagai suplai energi listrik untuk menyalakan alarm pada saat terjadi pemadaman dan juga otomatis bisa mengisi/men-charge baterai/aki kering itu sendiri ketika listrik dari PLN menyala. METODE Metode yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah metode praktek lapangan yang bertujuan untuk melatih dan meningkatkan kemampuan dalam mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh. Kegiatan ini dilakukan secara langsung di tempat budidaya tambak ikan nener. Keunggulan dari metode ini adalah pengalaman nyata yang diperoleh bisa langsung dirasakan mengenai dampak pemadaman listrik dari PLN terhadap kelangsungan hidup ikan nener, sehingga dapat memicu kemampuan kita dalam mengembangkan sebuah alat yang disebut alarm listrik. Sifat metode praktek lapangan yang juga melibatkan mahasiswa untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan ini adalah pengembangan keterampilan. Proses pembelajaran yang dilakukan di luar kelas atau di luar sekolah, memiliki arti yang sangat penting untuk perkembangan mahasiswa, karena proses pembelajaran yang demikian dapat memberikan pengalaman langsung kepada mahasiswa, dan pengalaman langsung memungkinkan materi kuliah akan semakin kongkrit dan nyata yang berarti proses pembelajaran akan lebih bermakna. Proses pembelajaran dilapangan adalah proses pembelajaran yang didesain agar mahasiswa mempelajari langsung materi pelajaran pada objek yang sebenarnya, dengan demikian pembelajaran akan semakin nyata. Tujuan pembelajaran yang berkaitan dengan skill, semestinya membutuhkan proses pembelajaran langsung di lapangan. Proses pembelajaran secara langsung dapat memberikan pengalaman nyata pada mahasiswa, artinya pengalaman itu akan semakin kongkret, sehingga mahasiswa akan terhindar dari kesalahan persepsi dari pembahasan materi kuliah tertentu. Evaluasi dilakukan sebagai rangkaian akhir dari pelaksanaan kegiatan. Namun pada prinsipnya kegiatan evaluasi dilakukan secara simultan, yaitu: evaluasi dilakukan secara bersamaan selama berlangsungnya kegiatan pengabdian. a. Aspek-Aspek yang dievaluasi Adapun aspek-aspek yang dievaluasi antara lain: rancangan skema rangkaian elektronika, komponen elektronika yang digunakan, dan kualitas produk rangkaian elektronika yang dihasilkan. b. Teknik Evaluasi Data dikumpulkan melalui teknik dan instrumen yang sesuai. Rancangan skema rangkaian elektronika dapat di cek kebenarannya dengan menggunakan software Electronic WorkBench (EWB), komponen elektronika yang digunakan dapat diketahui berfungsi atau tidaknya dengan menggunakan multitester, dan 76 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 kualitas produk rangkaian elektronika dapat diuji dengan mengetahui output dan input tegangan yang digunakan dengan menggunakan osiloskop. c. Indikator Pencapaian Program Data yang telah terkumpul, selanjutnya dianalisis untuk dapat mengambil kesimpulan tentang pelaksanaan pengabdian yang dilakukan. Kriteria pencapaian program setiap aspek adalah sebagai berikut: (1) Skema rangkaian dibuat dan diuji dengan software EWB berkategori baik, (2) Komponen elektronika diukur dengan multitester berkategori baik, (3) Kualitas produk rangkaian elektronika yang berhasil dibuat dapat berjalan sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan dan tegangan output dan input-nya dapat diukur dan sesuai dengan standar pengukuran osiloskop. Gambar 1. Rancangan Diagram Rangkaian Gambar 2. Rancangan Box Rangkaian KARYA UTAMA Sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, maka kegiatan pengabdian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Persiapan awal, merancang diagram rangkaian elektronika dan box rangkaian Gambar 3. Hasil Rancangan Box Rangkaian menggunakan Bahan Akrilik Bening 2. Penentuan komponen elektronika 77 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 Gambar 4. Komponen Elektronika yang Digunakan 3. Perakitan dan uji coba rangkaian 78 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 4. Pelaksanaan Pengabdian Gambar 5. Perakitan dan Uji Coba Rangkaian 79 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 Gambar 6. Pemasangan Alat di Lokasi Pengabdian Gambar 7. Serah-terima Alat ULASAN KARYA 80 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 Keunggulan dari alarm listrik yang telah dirancang untuk kegiatan pengabdian ini adalah: 1. Alarm listrik yang telah dirancang mampu menghasilkan bunyi yang sangat keras sehingga bisa di dengar dari jarak 10 meter tanpa hambatan dan bunyinya otomatis berhenti apabila suplai listrik dari PLN kembali menyala atau dimatikan secara manual dengan menggunakan saklar on/off yang telah diaplikasikan pada rangkaiannya. 2. Alarm listrik yang telah dirancang menggunakan baterai/aki kering sebagai suplai energi listrik untuk menghasilkan bunyi yang sangat keras pada saat terjadi pemadaman dan juga otomatis bisa mengisi/men-charge baterai/aki kering itu sendiri ketika listrik dari PLN menyala. Selain keunggulan juga terdapat kelemahan dari alarm listrik yang telah dirancang tersebut, diantaranya: 1. Alarm listrik yang dirancang menggunakan baterai/aki kering, dimana harganya relatif sangat mahal bagi para petani tambak ikan nener. 2. Maintenance atau pemeliharaan dari alarm listrik yang dirancang perlu keahlian khusus dalam bidang elektronika. 2. yang telah diaplikasikan pada rangkaiannya. Alarm listrik yang telah dirancang menggunakan baterai/aki kering sebagai suplai energi listrik untuk menghasilkan bunyi yang sangat keras pada saat terjadi pemadaman dan juga otomatis bisa mengisi/men-charge baterai/aki kering itu sendiri ketika listrik dari PLN menyala. DAMPAK DAN MANFAAT a) Bagi LPM Undiksha Dapat memberikan sumbangan pemahaman kepada para petani tambak ikan nener di Desa Musi, Kecamatan Gerokgak tentang teknologi tepat guna. Dengan demikian jiwa kewirausahaan diharapkan dapat tumbuh berkembang, dan dapat berperan dalam menghadapi perkembangan teknologi yang sangat pesat di masa mendatang. b) Bagi Para Petani Tambak Ikan Nener Dapat memahami konsep dan prinsip kerja alarm listrik yang telah diterapkan penggunaannya. Selain itu juga, peran operator genset dapat lebih cepat, sigap dan tanggap jika terjadi pemadaman listrik dari PLN secara tiba-tiba untuk dapat dilakukan tindakan selanjutnya, seperti menghidupkan genset. KESIMPULAN 1. Alarm listrik yang telah dirancang mampu menghasilkan bunyi yang sangat keras sehingga bisa di dengar dari jarak 10 meter tanpa hambatan dan bunyinya otomatis berhenti apabila suplai listrik dari PLN kembali menyala atau dimatikan secara manual dengan menggunakan saklar on/off REFERENSI Azriyenni, S.T., M.Eng, Ir. Edy Ervianto, M.T., Tri Yuli Nurjianto. Uninterruptible Power Supply dengan Emergency Lamp. Fakultas Teknik Universitas Riau. diambil dari: http://repository.unri.ac.id/handle/123 456789/394 [22 Februari 2014] 81 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 Drs. Widiharso. Pembuatan UPS. Bandung: DEPDIKNAS, 2000 J. Schiff, Anshel. 1999. Guide to Improved Earthquake Performance of Electric Power System. the american society of civil engineering. hal: 225281.diambil dari : http://books.google.com/books?id=s6o KVtxA62UC&pg=PA255&dq=ups+sy stems&hl=en&ei=HV5oTeHxA4G0rA e08IDDCw&sa=X&oi=book_result&c t=result&resnum=3&ved=0CDsQ6AE wAg#v=onepage&q=ups%20systems &f=false [22 Februari 2014] Rashid, M. H. 2007. Power Electronics Handbook: Devices, Circuits, and Applications. elsevier Inc.hal : 627632. diambil dari : http://books.google.com/books?id=41 7BMFjnnsC&pg=PA627&dq=ups+sys tems&hl=en&ei=HV5oTeHxA4G0rA e08IDDCw&sa=X&oi=book_result&c t=result&resnum=1&ved=0CDIQ6AE wAA#v=onepage&q=ups%20systems &f=false [23 Februari 2014] Supriyadi, Ahmad. Konfigurasi Instalasi UPS. Ilmu Komputer, Januari 2006 V. Carl Hamacher, Zvonko G. Vranesic, Safwat G. Zaky. Computer Organization, (5th Edition). McGrawHill, 2001 Scribd. 2011. diambil dari: http://www.scribd.com/doc/13853572/ Power-Supply [22 februari 2014] I. PERSANTUNAN Dalam perencanaan sampai dengan penulisan laporan kemajuan ini kami banyak menerima bantuan dari berbagai pihak, untuk itu sepatutnya kami mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) Universitas Pendidikan Ganesha atas penugasan dan bantuan dana yang diberikan dalam pelaksanaan kegiatan pengabdian ini. 2. Kepala Desa Musi yang telah merekomendasi pelaksanaan kegiatan pengabdian ini. 3. Ketua Kelompok Nelayan beserta anggota dan Ketua Petani Tambak Ikan Nener beserta anggota di Desa Musi yang telah memberikan ijin dan memberikan segala bentuk sarana dan prasarana dalam pelaksanaan kegiatan pengabdian ini. 4. Rekan-rekan staf dosen, teknisi, laboran, dan mahasiswa dari Prodi D3 Teknik Elektronika dan Prodi S1 Pendidikan Teknik Elektro yang telah membantu di dalam pelaksanaan kegiatan pengabdian ini. 5. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu yang juga telah banyak membantu di dalam pelaksanaan kegiatan pengabdian ini. 82 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 IPTEK BAGI MASYARAKAT PENGELOLA SAMPAH DESA SAMBANGAN A.A. Istri Agung Rai Sudiatmika1, Frieda Nurlita2, Ni Wayan Rati3, I Dewa Putu Subamia4 1Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA UNDIKSHA; 2,4Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNDIKSHA; 3Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar FIP UNDIKSHA Email: [email protected] ABSTRACT The purpose of this community service activities (IbM) is to address the garbage problem and increase the economic value of junk. The method applied is the organization of inservice training and assistance in the form of technology transfer and action programs. Target training (1) training and mentoring integrated waste processing premises method of 3R (reuse, reduce, recycle); (2) the skills training of processing waste into materials / goods of economic value; (3) increase public awareness of caring overcome trash. Activities performed, such as: (1) road show socialization of integrated waste management; (2)building a waste management system;(3)training technology application processing waste into products of economic value (such as: biokompos , briquettes, and various handicrafts). The outer target: (1) services of skills / education; (2) method of comprehensive and integrated waste management from upstream to downstream; (3) products, among others biokompos, briquettes, and handicraft products made from raw garbage; (4) scientific article. Keywords: waste processing,comprehensive integrated, biokompos ABSTRAK Tujuan umum IbM ini adalah untuk mengatasi masalah sampah sekaligus meningkatkan nilai ekonomis sampah dan menjaga lingkungan desa Sambangan sebagai destinasi wisata yang bersih dan asri. Dalam pencapaian tujuan tersebut metode yang dipakai adalah penyelenggaraan inservice berupa pelatihan dan pendampingan alih teknologi dan program aksi. Dua target pelatihan dan pendampingan adalah (1) pelatihan dan pendampingan pengolahan sampah dengan pengembangan metode 3R (reuse, reduce, recycle) melalui sistem pilah dari sumber penghasil sampah; (2) pelatihan keterampilan pengolahan sampah menjadi bahan/barang bernilai ekonomis (berupa biokompos, briket ramah lingkungan, dan barang kerajinan berbahan baku sampah; (3) Pendampingan juga dilakukan terkait dengan upaya menumbuhkembangkan dan meningkatkan kesadaran masyarakat secara terpadu peduli atasi sampah (Gardu Pas). Luaran yang dihasilkan: (1) Jasa keterampilan/pendidikan; (2) Metode pengolahan sampah komprehensif terpadu dari hulu ke hilir; (3) Produk biokompos berbahan baku sampah; (4) Produk briket ramah lingkungan; (5) produk aneka barang kerajinan berbahan baku sampah; (6)Artikel ilmiah. Kata kunci: pengolahan sampah, komprehensif terpadu, biokompos PENDAHULUAN Sebagai desa destinasi wisata, kebersihan lingkungan, keasrian, dan keindahan alam Desa Sambangan sepatutnya mendapat perhatian prioritas pihak terkait. Namun ironisnya, keberadaan sampah di desa tersebut justru masih bermasalah bahkan seakan tidak terurus. Sampah berserakan, membuat lingkungan menjadi kumuh dan kotor. Lebih-lebih pada saat musim hujan, air dan sampah tumpah ruah ke jalan karena saluran got/selokan tersumbat. Akibatnya, sampah menumpuk di sepanjang jalan. Sampah juga akan terbawa hanyut ke kawasan pantai Buleleng dan berakibat pantai Buleleng kotor dipenuhi sampah. Di samping berpengaruh terhadap kenyamanan dan 83 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 kesehatan lingkungan, kondisi ini tentu berdampak buruk bagi citra pariwisata. Untuk menangani permasalahan sampah di desa Sambangan sesungguhnya sudah ada kelompok sadar lingkungan “Alam Lestari” dan kelompok pengelola sampah dusun Sambangan. Namun dalam pelaksanaan aktivitasnya kelompom tersebut ternyata masih dihadapkan pada berbagai kendala dan permasalahan. Salah satu permasalahannya adalah belum adanya kesadaran masyarakat dalam menangani sampah. Masyarakat cendrung masih membuang sampah sembarangan ke selokan atau ke sungai dan tempat tempat lainnya. Disamping itu, kelompok ini juga mengalami masalah SDM, jumlah armada (peralatan) pengolahan sampah termasuk alat-alat perlindungan kesehatan dan keamanan pekerja yang belum memadai. Apalagi tempat pembuangan sampah belum tersedia dengan memadai. Mereka sangat mengharapkan adanya penyediaan fasiltas kebersihan yang lebih memadai. Demikian pula program aksi penyadaran sikap masyarakat terhadap sampah sangat dibutuhkan. Permasalahan lain yang tidak kurang seriusnya adalah tumpukan sampah di tempat pembuangan sementara yang tidak tertangani dengan baik. Tumpukan sampah tersebut justru menimbulkan permasalahan sosial maupun masalah kesehatan. Sejauh ini Desa Sambangan belum memiliki sistem pengelolaan sampah secara komprehensif, terpadu dan berkesinambungan dari hulu ke hilir. Pengelolaan sampah hanya sebatas memindahkan sampah dari sumber penghasil sampah (rumah tangga/masyarakat) dipindahkan oleh petugas kebersihan ke tempat pembuangan sementara (TPS). Selanjutnya dari TPS diangkut oleh Petugas Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) ke tempat pembuangan akhir (TPA). Belum ada proses pengelolaan sampah dengan menggunakan metode 3 R (Reduce, Reuse dan Recycle) dari sumber penghasil sampah. Permasalahan-permasalahan yang dihadapai secara rinci dapat diinventarisasi sebagai berikut. (1) Permasalahan sampah terutama sampah plastik menjadi sangat serius karena semakin banyaknya sampah berserakan di tepi-tepi jalan, di selokan dan di sepanjang bantaran sungai bahkan sampai menyumbat saluran air atau sungai. Pada saat musim hujan, air dan sampah tumpah ruah ke jalan karena saluran got/selokan tersumbat. Akibatnya, lalu lintas macet, dan sampah menumpuk di sepanjang jalan. Sampah juga akan terbawa hanyut ke kawasan pantai Buleleng dan berakibat pantai Buleleng kotor dipenuhi sampah, berdampak negatif terhadap citra pariwisata; (2) Tumpukan sampah di TPSTPS justru menjadi tempat kumuh yang dikerumuni lalat dan menjadi sarang nyamuk dan mengundang permasalahan sosial (sumber berjangkitnya bibit penyakit, pemandangan kotor, hingga protes dari warga sekitar); (3) Desa Sambangan belum memiliki sistem pengelolaan sampah secara komprehensif, terpadu dan berkesinambungan dari hulu ke hilir; (4) Rendahnya kepedulian dan kesadaran masyarakat dalam hal penanganan sampah; (5) Tingginya produksi sampah dan terbatasnya SDM yang mau bergerak di bidang pengelolaan sampah, kurangnya sarana prasarana pengolahan sampah, dan alat-alat pelindung kesehatan dan keamanan bagi pekerja sampah belum memadai; (6) Belum adanya upaya masyarakat untuk mengolah sampah menjadi bahan/barang bernilai ekonomis dan bermanfaat bagi kesejahteraan; (7) Kelompok Mitra belum memiliki keterampilan mengolah sampah; (8) Dampak negatif sampah terhadap citra desa Sambangan sebagai desa destinasi wisata belum dapat tertanggulangi dengan baik. 84 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 Secara garis besar permasalahan tersebut dapat diklasifikasi menjadi dua hal pokok, yaitu: 1) Permasalahan sampah yang belum terkelola dengan baik yang berdampak negatif pada kenyamanan warga, kesehatan lingkungan, dan citra desa wisata; 2) Kurangnya jumlah maupun kemampuan dan keterampilan sumber daya manusia (SDM) yang bekerja di bidang pengelolaan sampah, serta kurangnya sarana prasarana pengolahan sampah, dan alat-alat pelindung kesehatan dan keamanan bagi pekerja sampah belum memadai. Untuk itu diperlukan suatu upaya untuk mendukung pengelolaan sampah di Desa tersebut. Bantuan dari pihak terkait termasuk dukungan expert akademisi berupa bantuan IPTEKS, bantuan peralatan, maupun pendidikan masyarakat masih sangat dibutuhkan. Tujuan kegiatan (IbM) ini adalah adalah untuk membantu mitra dalam hal mengatasi masalah sampah sekaligus meningkatkan nilai ekonomis sampah dan menjaga lingkungan yang bersih dan asri penunjang desa destinasi wisata. Secara rinci tujuan kegiatan ini adalah untuk: (1) meningkatkan efektifitas dan produktifitas sitem pengelolaan sampah; (2) meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mengelola sampah ramah lingkungan dari hulu sampai hilir; (3) meningkatkan keterampilan mitra dalam hal pengolahan sampah menjadi produk bernilai ekonomis melalui transfer teknologi pembuatan biokompos, teknologi pembuatan briket ramah lingkungan dan barang kerajinan berbahan baku sampah; (4) meningkatkan kesadaran masyarakat berperan aktif dalam gerakan terpadu peduli atasi sampah (Gardu PAS). Adapun pemecahan masalah yang diterapkan adalah melalui program Ipteks bagi Masyarakat (IbM). METODE Metode yang diterapkan dalam IbM ini adalah aplikasi IPTEKS pengolahan sampah menjadi barang/bahan bernilai ekonomis untuk mengatasi permasalahan yang timbul akibat tidak terkelolanya sampah di Desa Sambangan. Kedua melalui program aksi secara terpadu dalam kerangka mewujudkan kesadaran masyarakat menciptakan dan memelihara lingkungan bersih dan asri penunjang Desa Sambangan sebagai destinasi wisata alam. Metode yang akan diterapkan dapat digambarkan seperti gambar berikut. Solusi yang digunakan untuk memecahkan dua permasalahan pokok yang dihadapi mitra adalah penyelenggaraan inservice berupa pelatihan dan pendampingan alih teknologi dan program aksi. P elatihan dan pendampingan mencakup, (1) pelatihan dan pendampingan pengolahan sampah dengan pengembangan metode 3R (reuse, reduce, recycle) melalui sistem pilah dari sumber penghasil sampah bagi kelompok mitra; (2) pelatihan keterampilan pengolahan sampah menjadi bahan/barang bernilai ekonomis (berupa biokompos, briket sampah ramah lingkungan, dan aneka barang kerajinan berbahan baku sampah anorganik; (3) Pendampingan juga dilakukan terkait dengan upaya menumbuhkembangkan dan meningkatkan kesadaran masyarakat dalam penanganan sampah; (4) pendampingan pelaksanaan program gerakan terpadu peduli atasi sampah (Gardu Pas) dalam rangka mewujudkan lingkungan bersih dan asri sebagai penunjang desa destinasi wisata. Dalam pelaksanaannya pendekatan yang ditawarkan adalah partisipatori edukatif. Dalam artian tim pengusul dan mitra serta pihak-pihak terkait secara proaktif (partisifasi aktif) dilibatkan dalam setiap kegiatan. 85 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini dipaparkan hasil yang telah dicapai dalam kegiatan ini. Tahap Persiapan Tim melakukan persiapan melalui koordinasi dalam tiga kali penjajagan dan lima kali rapat atau pertemuan. Pertemuan pertama dilakukan di kantor kepala Desa Sambangan dalam rangka koordinasi dengan pihak aparat desa. Dalam pertemuan itu di informasikan bahwa usulan proposal pengabdian masyarakat yang telah direkomendasi oleh kepala desa disetujui untuk direalisasi tahun 2016 ini. Pertemuan koordinasi serupa juga dilakukan dengan Kelian Desa Pekraman Desa Adat Sambangan. Dalam persiapan ini telah dibahas tentang materi kegiatan, menentukan nara sumber, waktu kegiatan, dan pembentukan panitia pelaksana kegiatan di lapangan. Dalam persiapan ini juga dilakukan koordinasi dengan kelompok pengelola sampah yang dilibatkan dalam kegiatan. Kepala Desa dan Kelian Desa Adat memberikan persetujuan dan siap mendukung pelaksanaan kegiatan pengabdian dimaksud. Selanjutnya pelaksanaan kegiatan pengabdian ini lebih banyak dikoordinasikan dengan kelian desa adat, karena pengelola sampah Desa Sambangan berada di bawah koordinasi Desa Pekraman. Kelian Desa Pekraman lebih lanjut menginformasikan kepada kelompok pengelola sampah maupun warga dan mengumpulkan warga pada waktu yang telah ditentukan. Untuk mendukung gerakan terpadu atasi masalah sampah, kegiatan pengabdian ini dilaksanakan melalui metode penyuluhan, pelatihan, dan pendampingan. Sebagai bahan acuan materi penyuluhan, dalam persiapan ini juga telah disusun makalah (satuan materi) penyuluhan. Materi penyuluhan fokus tentang pengelolaan sampah secara komprehensip terpadu dengan 3R (satuan materi penyuluhan terlampir). Persiapan untuk pelaksanaan kegiatan pelatihan pengolahan sampah yang dilakukan antara lain penyusunan materi (modul) pelatihan pembuatan biokompos, modul pembuatan briket, modul pengolahan sampah menjadi barang kerajinan. Selain itu, persiapan juga mencakup pengadaan alat/bahan penunjang pelaksanaan pelatihan. Alat/bahan pelatihan yang dipersiapkan antara lain: peralatan/bahan untuk membuat biokompos, peralatan/bahan untuk membuat briket, dan alat/bahan untuk pelatihan mengolah sampah menjadi aneka barang kerajian. Membangun Sistem Pengelolaan Sampah Untuk menciptakan desa agar tetap bersih dan bebas sampah, maka perlu ada sistem pengelolaan sampah secara komprehensip terpadu dan berkelanjutan. Route sistem pengelolaan sampah yang dibangun mulai dari sistem pemilahan sampah dari sumber penghasil sampah (rumah tangga, pasar, institusi). Sampah dipilah menurut jenis sampah (sampah organik dan anorganik). Sampah anorganik dipilah menurut bahan (plastik, logam atau kaca). Sampah yang sudah terpilah diangkut ke tempat penampungan sampah (TPS), hasil pilahan sampah berupa sampah plastik digabung tersendiri (bisa langsung dijual ke bank sampah). Dilanjutkan dengan system pengolahan sampah. Sampah organic, diolah menjadi biokompos dan briket. Sampah anorganik disortir lagi untuk diolah sebagai bahan baku pembuatan aneka kerajinan tangan. Gambar sistematika pemilahan sampah dapat digambarkan sebgai berikut. 86 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 Taruna, Ibu-ibu PKK (Rumah Tangga)Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Buleleng dalam mewujudkan desa Asri bebas sampah secara terpadu. Gambar 1 Sistem pemilahan samapah Gambar 3 Skema sistematika “Gardu Pas” Program Koperasi Sampah/Bank Sampah Pelaksanaan program ini dilaksanakan melalui kerja sama dengan PPLB (program Bank Sampah Kedas Buleleng) melaui kesepakatan kerja sama. Gambar 2 Alur Pengelolaan Sampah Untuk menunjang pergerakan sistem diperlukan perangkat pengelolaan sampah, yang terdiri dari: (1) organisasi pengelola sampah, (2) keranjang sampah, (3) peralatan penunjang, (4) alat transportasi sampah, (5) tempat dan peralatan pengolahan sampah. Gerakan Terpadu Peduli Atasi Sampah “Gardu Pas" Untuk mendukung efektivitas sistem pengelolaan sampah, disosialisasikan gerakan terpadu peduli atasi sampah (Gardu Pas). Gerakan ini melibatkan kerjasama Undiksha-Desa Dinas Sambangan-Desa Pekraman (Adat)-Pemuda Peduli Lingkungan Bali (PPLB) Desa SambanganKelompok Sadar Lingkungan Desa Sambaangan-Kelompok Pengelola Sampah-Sekolah (SD-SMP-SMK)-Karang Gambar 4 Hubungan Koperasi-Bank Sampah 1.5 Road Show di Desa Sambangan Dalam road show, tim melakukan pembinaan di beberapa lokasi. Dimulai dari sekolah-sekolah: SD N 1 Sambangan, SD N 2 Sambangan, SDN 3 Sambangan, dan SMP N 4 Singaraja di Sambangan. Dilanjutkan ke Banjar-banjar, seperti: banjar Anyar, banjar Babakan dan kelompok-kelompok tani atau subak. Dalam road show ini, narasumber memberikan materi penyuluhan untuk meningkatkan kesadaran warga masyarakat terhadap sampah, 87 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 sehingga mereka terlibat secara langsung dalam menangani sampah yang ada di desanya. Judul materi penyuluhan adalah ”Sosialisasi Pengelolaan Sampah Secara Komprehensif Terpadu dengan Metode 3R” Aspek kesadaran masyarakat justru menjadi ranah yang sangat besar pengaruhnya. Paradigma “sampah pembawa petaka” perlu digeser menjadi “sampah pembawa berkah”. Pengolahan sampah menjadi produk bernilai ekonomis, disamping mengatasi masalah sampah juga dapat meningkatkan pendapatan/kesejahteraan masyarakat. Salah stau metode penanganan sampah yang sangat baik adalah metode 3R (Reuse Reduce Recycle). Mengelola sampah dengan sistem 3R (Reuse Reduce Recycle) dapat dilakukan oleh siapa saja, kapan saja (setiap hari), di mana saja, dan tanpa biaya. Yang dibutuhkan hanya sedikit waktu dan kepedulian kita. Dengan menerapkan sistem 3R dalam pengelolaan sampah sangat efektif. Demikian beberapa poinpoin penting yang telah disampaikan lewat penyuluhan. Berikut disajikan beberapa dokumentasi gambar kegiatan Roadshow yang dilakukan. Penyuluhan yang Dilakukan bagi Siswa di Sekolah-sekolah Kegiatan penyuluhan tentang sampah juga dilakukan de beberapa sekolah yang ada di desa Sambangan. Kegiatan penyuluhan ini dilakukan oleh tim dan melibatkan mahasiswa. Materi yang diberikan adalah tentang pemilahan sampah organik dan anorganik serta bahaya sampah plastik jika dibuang begitu saja atau dibakar. Selain penyuluhan juga dilakukan praktek langsung dengan mengajak siswa praktek memisahkan berbagai jenis sampah mulai dari sampah plastik, kertas dan dedaunan. Antusias siswa mengikuti acara sangat tinggi hal ini terlihat dari peserta yang memenuhi aula tempat kegiatan. Selain materi yang diberikan tim juga menyelingi dengan kegiatan bernyanyi dan bermain yang bertemakan sampah. Berikut disajikan beberapa foto dokumentasi kegiatan roadshow di sekolah-sekolah. Pelatihan bagi anak-anak sekolah perlu diberikan, untuk membiasakan membuang sampah pada tempatnya dan pada bak yang sesuai. Menanamkan prilaku membiasakan diri membuang sampah pada tempatnya, sesuai jenis sampah merupakan langkah awal dalam pemilahan sampah. Pemilahan sampah dari awal ini sangat perlu dilakukan oleh masyarakat untuk mengurangi biaya, waktu, dan tenaga memilah sampah pada tempar akhir pembuangan sampah (TPA), karena cukup rumit memilah sampah plastik dari sampah lainnya. Berikut disajikan beberapa dokumentasi pelaksanaan kegiatan penyuluhan tentang pengelolaan sampah dan pelatihan pemilahan sampah pada siswa SD di SD N 1 Sambangan. (1) 88 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 Sebagai upaya untuk mengubah kebiasaan tersebut dilakukan dengan melibatkan semua lapisan dalam gerakan atasi sampah. Dimulai dari memberi penyuluhan, pesan-pesan lewat anak-anak, pemberlakuan awig-awig (aturan desa pekraman) tentang pengelolaan sampah dan mengajak masyarakat secara langsung dalam aksi-aksi kebersihan atau pengelolaan sampah. Lewat gerakan tersebut diharapkan secara perlahan tumbuh kesadaran dan terpupuk kebiasaan baik peduli atasi masalah sampah (PAS). Berikut ini disajikan beberapa contoh foto yang didokumentasikan saat kegiatan pembersihan desa yang melibatkan warga masyarakat dan warga sekolah. (2) Peranan Pemuka Desa dan Perangkatnya, serta Pimpinan Sekolah (3) Gambar 5 Sosialisasi Peduli Sampah dan Melatih Anak-Anak SD memilah sampah Mengubah Pola Masyarakat Pikir (Mind Set) Salah satu tujuan yang ditargetkan melalui kegiatan road show sosialisasi pengelolaan sampah adalah perubahan pola piker (mind set) masyarakat. Umumnya, warga terbiasa membuang sampah sembarangan. Bahkan secara sengaja ada warga membuang sampah ke sungai atau selokan. Demikian pula aktivitas membakar sampah menjadi kebiasaan yang dilakukan tanpa merasa bersalah sedikitpun. Mengubah kebiasaan-kebiasaan yang merupakan perwujudan pola piker masyarakat seperti tersebut tentu tidak mudah. Pola pikir masyarakat telah tertanam sejak kecil oleh orang tua mereka, masyarakat dan lingkungannya. Pola pikir ada hubungannya dengan tingkah laku, kebiasaan dan sikap. Untuk mengubah dapat dilakukan melalui aksi-aksi pembiasaan sejak kecil. Dalam hubungan ini, peranan Pemuka Desa dan perangkatnya baik desa dinas maupun desa adat adalah amat penting dan menentukan. Pengimbasan kebiasaan peduli atasi masalah sampah melalui jalur pemuka desa atau pimpinan di sekolahsekolah dinilai sangat efektif. Oleh karenanya, sosialisasi lewat jalur ini juga dilakukan. Tim pelaksana banyak melakukan diskusi dengan kepala desa dan kelian adat serta kepala sekolah mengenai topik peduli atasi sampah. Pihak terkait sangat baik dan siap mendukung serta memfasilitasi pelaksanaan kegiatan dimaksud. 89 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 (1) Diskusi dengan kepala desa Sambangan 3) Recycle (mendaurulang): yaitu memanfaatkan kembali sampah setelah mengalami proses pengolahan. Upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menerapkan sistem 3R (reuse, reduce dan recycle) dianjurkan melalui kegiatan penyuluhan Pelatihan dan Pengolahan Sampah (2) Bincang-bincang tim dengan kepala SDN 1 Sambangan Gambar 6: Pelibatan pemuka mayarakat dan pimpinan sekolah dalam sosialisasi nilai-nilai peduli sampah Pendidikan dan Pelatihan Telah dilakukan pendidikan dan pelatihan pengelolaan sampah oleh nara sumber dari Undiksha. Pendidikan tentang sampah melibatkan anak-anak sekolah dan masyarakat. Dalam pendidikan ini telah disampaikan betapa pentingnya pengelolaan sampah, karena sampah sangat berbahaya terhadap lingkungan. Oleh karena itu sangat penting kita tangani. Adapun upaya pengelolaan sampah dilakukan dengan cara Reuse, Reduce, dan Recycle (3 R) yakni kegiatan memperlakukan sampah dengan cara, menggunakan kembali, mengurangi dan mendaur ulang. Sitem pengelolaan ini dimulai dengan tahap pemilahan di sumber penghasil sampah, pengangkutan, dan pengolahan. 1) Reuse (menggunakan kembali): yaitu penggunaan kembali sampah secara langsung, baik untuk fungsi yang sama maupun fungsi lain. 2) Reduce (mengurangi): yaitu mengurangi segala sesuatu yang menyebabkan timbulnya sampah. Pendampingan Dalam program ini, pengolahan sampah dilakukan dengan sistem daur ulang (recycle). Sampah diolah (didaur ulang) menjadi beberapa produk, antara lain: biokompos, briket dan aneka produk kerajinan tangan. a. Pengolahan Sampah Menjadi Kompos Pelatihan pengolahan sampah menjadi biokompos diberikan kepada kader kelompok pengelola sampah dan kepada kelompok petani pengguna kompos. Tahapan pelaksanaan kegiatan ini dibagi menjadi tahapan persiapan dan tahap pembuatan kompos. Teknologi pengkomposan yang diterapkan di pada kegiatan ini adalah ”Pembuatan Kompos Dengan Teknologi EM 4” Gambar 7 Proses pengomposan 90 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 b. Pelatihan Pengolahan Sampah Menjadi Briket Briket adalah sebuah blok bahan yang dapat dibakar yang digunakan sebagai bahan bakar untuk memulai dan mempertahankan nyala api. Briket yang paling umum digunakan adalah briket batu bara, briket arang, briket gambut, dan briket biomassa. Selain dari proses pembuatannya yang mudah, ketersediaan bahan bakunya juga mudah didapat. Pada kegiatan ini salah satu bahan dasar pembuatan briket adalah dengan memanfaatkan sampah. Di samping dapat mengatasi masalah sampah, secara ekonomis briket arang berbahan baku sampah ini juga dapat memberi nilai tambah. Langkah-langkah pembuatan “briket” dari sampah organik adalah sebagai berikut. Sampah Dikeringka n Diarangkan/dibak ar Arang Tepung Kanji Ditumbuk halus Bubuk Arang Tambah air Larutan Kanji dicampurk Adonan lengket dan homogen Dicetak/dipadatkan dikeringkan Contoh produk briket Gambar 9. Contoh produk briket c. Pelatihan Mengolah Sampah Menjadi Aneka Produk Kerajinan Pelaksanaan kegiatan ini terintegrasi dengan jadwal mata pelajaran keterampilan (SBK) di sekolah-sekolah. Telah dilakukan koordinasi dengan pihak sekolah (SD N 1 Sambangan, SDN 2 Sambangan, SDN 3 Sambangan, dan SMPN 4 Singaraja (di Sambangan) dalam hal penyesuaian tema materi pelajaran SBK dengan tema sampah. Juga dianjurkan pemanfaatan sampah (tersortir) sebagai salah satu bahan baku untuk pembuatan kerajinan dalam mata pelajaran SBK. Melalui upaya ini diharapkan dapat mengurangi tumpukan sampah yang dibuang secara percuma ke TPA. Disamping itu bisa memberi inspirasi bagi siswa bahwa sampah bisa menjadi berkah. Melalui pelatihan keterampilan tersebut diharapkan dihasilkan beraneka ragam produk kerajinan yang bermanfaat. Untuk mendorong semangat anak-anak berkreasi dan berionovasi desain produk, telah ditawarkan program lomba produk kerajinan berbahan baku sampah yang penilaiannya akan dilaksanakan pada menjelang berakhirnya pelaksanaan kegiatan ini. Berikut disajikan beberapa contoh aneka produk kerajinan berbahan baku sampah. Briket Gambar 8 Bagan Proses Pembuatan Briket Sampah 91 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 Gambar 10 Produk aneka kerajinan berbahan baku sampah SIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan ini berlangsung dengan baik sesuai dengan yang direncanakan. Mitra antusias dan berpartisifasi aktif dalam melaksanakan kegiatan. Kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan, antara lain: 1) Memberikan penyuluhan pada sekolah, desa dinas, desa adat, dan masyarakat tentang pengelolaan sampah. 2) Meningkatkan kesadaran akan bahaya sampah melalui road show dan kampanye pengelolaan sampah. 3) Menganjurkan setiap sekolah untuk melakukan pengelolaan sampah yang meliputi pemilahan, komposting dan penyaluran sampah plastik/anorganik ke bank sampah, melalui penyuluhan 4) Mendorong setiap rumah tangga mengelola sampah dengan sistem 3-R (reduce, reuse, dan recycle) melalui pendidikan dan pelatihan. 5) Mendorong desa pekraman/banjar melakukan pengelolaan sampah di wilayah masing-masing melalui gotong royong. 6) Menyediakan tempat sampah, transportasi, dan pengolahannya sesuai dengan jenis sampah. 7) Pengadaan perangkat (peralatan) pengolah sampah menjadi biokompos, briket, dan aneka barang kerajinan. 8) Memberikan pendidikan dan pelatihan penanganan sampah dan pemilahan sampah pada anak-anak SD dan SMP yang ada di Desa Sambangan 9) Memberikan pelatihan khusus pembuatan kompos dan pembuatan briket kepada kader pengelola sampah dan petani pengguna kompos di Desa Sambangan. 10) Penguatan dan pendalaman materi kegiatan-kegiatan secara berkelanjutan. Saran Permasalahan sampah hingga saat ini masih menjadi persolaan yang rumit, bahkan akan tetap menjadi persoalan serius. Oleh karenanya, disarankan kepada pihak terkait (masyarakat, aparat operangkat desa maupun pemerintah daerah) untuk terus secara berkesinambungan dan terpadu untuk memerangi masalah sampah. DAFTAR RUJUKAN Aneka Barang Kerajinan Dari Limbah Plastik. www.mongabay.co.id/wpcontent/2015/briket04-olah. diakses. Maret 2015 Anonim. Data Monografi Desa Sambangan. 2012. Dokumen Desa Sambangan Kecamatan Sukasada. Kabupaten Buleleng. Anton Muhajir . 2015. Proses Membuat Arang Briket Solusi Atasi Sampah. 2015. www.mongabay.co.id/wp92 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 content/2015/briket04-olah. diakses. Maret 2015 Cara Membuat Pupuk Kompos Organik Dengan Mudah. http://alamtani.com/cara-membuatkompos.html. Diakses tanggal 16 Maret 2015 Dewata News-Buleleng.2014. http://www.dewatanews.com/2014/04 /04 masyarakat-keluhkan-kurangnyafasiltas.html#ixzz3VakjiVQg. Diakses tanggal 27 Maret 2015 Kominfo Buleleng. 2015. Kabar Buleleng. https://www.google.co.id/search?q= masalah+sampahc+di+sukasada+bule leng&biw=1366&bih=618&tbm=isch &imgil=Z5QisuYGjOkuyM%253A% 253BG. Diakses tanggal 27 Maret 2015 Peraturan Bupati Nomor 5 Tahun 2013 tentang Gerakan Kebersihan dan Penghijauan Kabupaten Buleleng. https://www.google.co.id/search?q=masala h+sampah+di+sukasada+buleleng&bi w=1366&bih=618&tbm=isch&imgil =Z5QisuYGjOkuyM%253A%253BG . Deakses tanggal 27 Maret 2015 93 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERSUPLEMEN VIDEO DAN ANIMASI UNTUK MENDUKUNG PENDEKATAN SAINTIFIK PADA PEMBELAJARAN KIMIA I Made Kirna, I B. N. Sudria, I Ketut Sudiana Jurusan Pendidikan Kimia Universitas Pendidikan Genesha e-mail: [email protected] Abstract The complaints of teachers on the implementation of the scientific approach have often heard, but this complaint is not really addressed. This activity aimed at helping the problems faced by chemistry teacher (SMAN 1 Kubutambahan and SMAN 2 Banjar) to overcome the lack of scientific approach implemented in chemistry class, mainly lab activities. The main issues to be resolved, namely (1) the absence of Student Worksheet (SW) which supports the scientific approach efficiently to overcome the problem of limited time, (2) the absence of video as an alternative practicum that significantly can involve students in the activities of inquiry, and (3) the practicum could not significantly improve learning achievement yet because of the difficulties of students to understand abstract conception. The method used to solve the problems, namely (1) Focus Group Discussion (FGD) to improve the knowledge and understanding of teachers on SW to support scientific approach for chemistry specific practicum, (2) the training and mentoring of making SW to support scientific approaches supplemented by video and animation, and (3) implementing SW with supplemented video and animation created to determine the effectiveness and practicality. The result showed (1) even though teachers already have the knowledge and insight of SW to support scientific approach, but hard work needed to facilitate teachers developing SW that can lead student learn in accordance with the scientific approach, (2) teachers are very enthusiastic in training of video editing and making animation with flash, but in creating animation, teachers are only able to arrive at a basic skills, (3) SW supplemented by video and animation can encourage students to learn actively according to the scenario of scientific approach and students gave a positive response. Keywords: scientifict approach, chemistry practicum, instructional video, animation of chemistry Abstrak Keluhan-keluhan guru terhadap implementasi pendekatan saintifik sudah sering didengar, namun keluhan ini belum benar-benar dicarikan solusinya. Kegiatan ini bertujuan membantu permasalahan guru kimia mitra (SMAN 1 Kubutambahan dan SMAN 2 Banjar) untuk mengatasi kurang berlangsungnya pembelajaran kimia menggunakan pendekatan saintifik, utamanya praktikum. Permasalahan utama yang dipecahkan, yaitu (1) belum adanya Lembar Kerja Siswa (LKS) yang mendukung pendekatan saintifik yang efisien dilaksanakan untuk mengatasi masalah terbatasnya waktu, (2) belum adanya video praktikum sebagai alternatif praktikum yang dapat melibatkan siswa secara signifikan dalam kegiatan inkuiri, dan (3) praktikum belum memberikan hasil belajar kimia yang signifikan karena kesulitan siswa memahami konsepsi yang abstrak. Metode yang digunakan untuk memecahkan permasalahan di atas, yaitu (1) Fokus Group Discussion (FGD) untuk meningkatkan wawasan dan pemahaman guru mitra tentang LKS praktikum spesifik kimia menggunakan pendekatan saintifik, (2) pelatihan dan pendampingan pembuatan LKS untuk pembelajaran kimia menggunakan pendekatan saintifik serta video dan animasi pendukungnya, dan (3) ujicoba penerapan LKS bersuplemen video dan animasi yang dibuat untuk melihat efektivitas dan kepraktisannya dalam memecahkan masalah mitra. Hasil kegiatan menunjukkan (1) walaupun guru sudah memiliki pengetahuan dan wawasan tentang LKS pendukung pendekatan saintifik, tetapi perlu kerja keras untuk memfasilitasi guru mengembangkan LKS yang dapat menggiring belajar siswa sesuai dengan pendekatan saintifik, (2) guru sangat antusias dalam mengikuti pelatihan editing video dan pembuatan animasi dengan flash, namun pada pembuatan animasi, guru hanya mampu sampai pada keterampilan dasar saja, (3) LKS bersuplemen video dan animasi dapat mendorong siswa belajar aktif sesuai dengan skenario pendekatan saintifik yang dirancang dan siswa memberikan respon yang positif. Kata-kata Kunci: pendekatan saintifik, praktikum kimia, video pembelajaran, animasi kimia 94 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 1. Pendahuluan Pembaruan kurikulum, KTSP maupun kurikulum 2013 (K13) terus mendorong pada proses pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik (inkuiri). KTSP memberikan penekanan proses pembelajaran melalui eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi, sementara K13 secara eksplisit memberikan penekanan kegiatan pembelajaran yang mencerminkan kegiatan inkuiri mulai dari mengamati, menanya, mengumpulkan data, mengasosiasi/ menalar, dan menyaji. Kurikulum 2013 (Permendiknas 81A dan 103 tahun 2014) telah menggeser beberapa prinsip pembelajaran: (1) dari belajar reseptif (diberi tahu) menjadi produktif (mencari tahu); (2) dari guru sebagai sumber informasi menjadi berbagai sumber informasi; (3) dari tekstual menjadi pendekatan inkuiri; (4) dari lebih menekankan kemampuan mental menjadi keseimbangan antara keterampilan fisikal dan mental; (5) pada pembelajaran sebagai masyarakat belajar; dan (6) pada pemanfaataan teknologi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran. Walaupun kurikulum telah lama mendorong pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik (berbasis inkuiri), tetapi implementasi di lapangan menunjukkan bahwa pembelajaran yang menekankan kepada keterampilan inkuiri ilmiah (proses sains) dan sikap sains masih belum banyak terealisasi. Ada dua faktor menjadi kendala terhadap penerapan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik (inkuiri) yang dikemukakan oleh guru (Kirna, dkk. 2007), yaitu: (a) keterbatasan alat/bahan dan waktu, dan (b) kurangnya kemampuan/kreativitas guru dalam mengelola pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri. Di samping kendala teknis seperti yang dikemukakan di atas, Sanjaya (2009) juga mengemukakan adanya kendala kultur, yaitu guru belum terbiasa dalam mengelola inkuiri dan memiliki keyakinan bahwa strategi yang digunakannya sudah efektif (lebih efektif). Permasalahan implemetasi kurikulum seperti dipaparkan di atas terjadi pada semua jenjang pendidikan dasar dan menengah, dan terjadi pada semua disiplin ilmu/mata pelajaran. Beberapa mata pelajaran yang membutuhkan sarana dan prasarana yang mahal sangat rentan untuk mampu melaksanakan kurikulum yang menuntut pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik. Salah satu mata pelajaran yang mengalami kendala cukup besar dalam mengimplementasikan pendekatan saintifik adalah Mata Pelajaran Kimia. Pembelajaran kimia yang sesuai dengan tuntutan kurikulum memerlukan dukungan peralatan laboratorium/bahan kimia yang relatif lebih mahal dan media visualisasi untuk membantu siswa mengkonkretisasi konseptual kimia yang bersifat abstrak. Kondisi sarana/prasarana laborato-rium dan media yang dimiliki oleh SMA di Kabupaten Buleleng cukup bervariasi. Beberapa SMAN pinggiran kota ada yang memiliki sarana/prasarana lab yang terbatas. Kirna (2012) melaporkan bahwa sarana (alat/bahan) kimia yang dimiliki beberapa SMAN di luar kota Singaraja sangat memprihatinkan. Keberadaan sarana/ prasarana lab ini sering dikemukakan guru sebagai penyebab tidak dilaksanakannya pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik, khususnya praktikum. Beberapa SMAN di kota Singaraja, sebenarnya memiliki 95 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 peralatan dan bahan praktikum yang tergolong cukup, tetapi pelaksanaan pembelajaran kimia menggunakan pendekatan saintifik juga masih rendah. Permasalahan kurang terealisasinya kuriku-lum yang menunut pembelajaran menggu-nakan pendekatan saintifik ternyata tidak sesederhana karena faktor peralatan dan bahan semata. Dua sekolah pinggiran kota Singaraja, SMAN 1 Kubutambahan dan SMAN 2 Banjar sebenarnya sudah memiliki sarana/prasarana lab yang cukup. Sejumlah praktikum kimia SMA sebenarnya bisa dilakukan, hanya saja ketersediaan alat dan bahan terbatas apabila semua kelas dan banyak topik kimia yang dipraktikumkan. Walaupun peralatan dan bahan sudah tersedia, namun guru mengalami kendala dalam melaksanakan praktikum karena permasalahan prasarana, seperti fasilitas air, tidak adanya laboran, dan praktikum memerlukan waktu dan energi yang besar. Hanya demonstrasi praktikum hantaran listrik dan asam basa yang bisa dilakukan (wawancara dengan koordinator lab SMAN 1 Kubutambahan) karena sudah ada LKSnya. Sebagian besar pembelajaran kimia dilaksanakan dengan informasi-diskusi yang cenderung verbalistik. Pembelajaran masih kental dengan informasi yang sifatnya teoritik disertai dengan latihan soal, walaupun dalam perencanaan pembelajaran (RPP), mereka sudah membagi kegiatan inti ke dalam fase eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Pengalaman inkuiri siswa (mengamati, menanya, mengumpulkan data, menganalisis dan menyimpulkan) belum terfasilitasi dalam pembelajaran. Hal yang sama ditemukan pada SMAN 2 Banjar, Dari wawancara dengan guru-guru kimia diperoleh informasi bahwa sebagian besar pembelajaran kimia dilaksanakan secara konvensional (informasi dan diskusi yang mengarah pada latihan soal), dan pembelajaran kooperatif menggunakan penugasan. Pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik, utamanya praktikum belum banyak bisa dilaksanakan. Beberapa demonstrasi praktikum yang pernah dilaksanakan adalah hantaran elektrolit menggunakan model proyek, asam-basa, hidrolisis, titrasi asam-basa, dan sifatsifat koloid. SMAN 2 Banjar pernah mendapat bantuan media pembela-jaran (multimedia tutorial). Koordinator lab kimia pernah menerapkannya dalam pembe-lajaran, tetapi tidak efektif. Siswa hanya menonton saja, malahan sebagian darinya mengantuk. Media tutorial yang durasinya cukup panjang dan tidak ada tugas yang jelas tentang data apa yang dikumpulkan menyebabkan video tutorial tidak efektif. Permasalahan/kendala yang dikemu-kakan guru-guru kimia SMAN 1 Kubutambahan dan SMAN 2 Banjar terkait dengan tidak dilaksanakan pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri, termasuk praktikum dapat dirangkum sebagai berikut. Pertama, jadwal waktu pembelajaran kimia tidak mendukung karena pembelajaran dengan pendekatan saintifik secara praktikum membutuhkan waktu yang lama, Kedua, Jumlah peralatan dan bahan kimia masih kurang. Ketiga, ada permasalahan prasarana pendukung, seperti air dan pembuangan limbah. Keempat, tidak ada tenaga teknisi/laboran untuk membantu mempersiapkan peralatan dan bahan (prapraktikum) dan mengembalikan/ menyimpan peralatan dan bahan setelah praktikum (pascapraktikum). Kelima, melaksanakan praktikum membutuhkan tenaga yang besar, sementara efeknya terhadap pemahaman siswa dipandang tidak sepadan dengan tenaga yang dibutuhkan. Keenam, siswa kurang termotivasi belajar kimia. Ketujuh, belum ada media yang cocok untuk mendukung pembelajaran kimia menggunakan pendekatan saintifik. 96 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 Berdasarkan paparan peramasalahan di atas, tujuan kegiatan ini adalah untuk (1) meningkatkan kemampuan dan keterampilan guru dalam mengembangkan LKS kreatif bermuatan video dan animasi untuk mendu-kung pembelajaran kimia menggunakan pendekatan saintifik, (2) mengadakan beberapa LKS bermuatan video dan animasi pada beberapa topik kimia SMA, dan (3) menjelaskan aktivitas dan respons siswa pada penerapan LKS bermuatan video dan animasi dalam mendukung pembelajaran kimia menggunakan pendekatan saintifik. FGD untuk (a) mensosialisasi dan diskusi tentang pembelajaran kimia menggunakan pendekatan saintifik serta karakteristik LKS untuk mendukung pendekatan tersebut dan (b) menetapkan ide-ide praktikum kreatif kimia SMA, (3) pelatihan merancang LKS menggunakan pendekatan saintifik pada topik-topik kimia yang sudah ditetapkan, (4) pelatihan keterampilan dasar membuat animasi partikel materi dengan flash, (5) Pelatihan keterampilan dasar membuat/mengedit video menggunakan Movie Maker dan Camtasia, (6) Penerapan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik menggunakan LKS dan video yang dikembangkan. Evaluasi kegiatan P2M ini dilihat dari dua aspek, yaitu (1) partisipasi guru mitra dalam kegiatan, (2) keterampilan mitra dalam membuat LKS, video pendukung LKS dan animasi pendukung video, (3) keterterapan LKS dan pendukungnya dalam pembelajaran, dan (4) partisipasi dan motivasi siswa dalam pembelajaran menggu-nakan LKS dan pendukungnya. Indikator keberhasilan kegiatan adalah (1) mitra berpartisipasi aktif dalam kegiatan, (2) mitra memiliki kemampuan dan keterampilan dalam menyusun LKS, video, dan animasi untuk mendukung pendekatan saintifik, dan (3) adanya LKS bersuplemen video dan animasi yang feasibel digunakan dan efektif, dan (3) siswa memberikan respon yang positif terhadap pembelajaran kimia menggunakan LKS yang disusun mitra. 2. METODE Ada lima permasalahan prioritas yang ingin dipecahkan dalam kegiatan ini, yaitu (1) belum adanya LKS/rancangan praktikum yang efisien untuk mengatasi kendala waktu dan kurangnya tenaga pendukung, (2) guru belum dapat memanfaatkan potensi teknologi ICT yang sudah dimilikinya atau dimiliki sekolah, seperti Laptop, LCD, HP yang sudah bisa koneksi internet untuk mendukung pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik secara efisien, (3) pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik, utamanya praktikum tertentu terkendala oleh belum tersedianya tenaga laboran dan prasarana pendukung tertentu, (4) praktikum kimia dipandang belum berkontribusi besar terhadap peningkatan pemahaman konseptual kimia, dan (5) motivasi siswa belajar kimia rendah. Metode-metode yang telah disepakati untuk memecahkan permasalahan yang diprioritaskan tersebut adalah focus group discussion (FGD), pelatihan, pendampingan, serta penerapan produk dalam pembelajaran. Metode-metode di atas selanjutnya dijabarkan dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut: (1) menyiapkan materi untuk kegiatan FGD dan pelatihan, (2) 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Partisipasi guru mitra Guru mitra berpartisipasi aktif dalam mengikuti rangkaian kegiatan dari FGD sampai pelatihan dan pendampingan. Walaupun guru mitra sudah termasuk senior, tetapi wawasan guru tentang LKS menggunakan pendekatan saintifik masih kurang. Guru 97 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 belum terbiasa mengembangkan LKS sendiri dan hanya menggunakan LKS yang dibuat oleh tim guru lain ataupun LKS yang terdapat dalam buku ajar. LKS tersebut secara umum kurang relevan dengan pendekatan saintifik yang mengandung komponen 5M, utamanya mengamati, menanya, mengumpulkan data/informasi, dan mengasosiasi. Guru juga berpartisipasi aktif dalam mengembangkan LKS pembelajaran kimia sesuai dengan arahan pada FGD. Walaupun guru sudah memahami alur pikir mengembangkan LKS untuk mendukung pendekatan saintifik, tetapi tidak mudah bagi guru mitra untuk membuat LKS yang dimaksud. Guru mitra menyadari bahwa membuat LKS seperti yang diharapkan membutuhkan perenungan, utamanya dalam membuat fenomena dan informasi yang cukup yang dapat mengantarkan siswa membuat pertanyaan investigatif. Kesulitan yang dialami oleh guru dalam mengembangkan LKS untuk mendukung pendekatan saintifik terlihat pada saat kegiatan pendampingan. Sebagian guru mitra menyampaikan bahwa sangat sulit membuat fenomena dan informasi pendukung sebagai komponen awal dari LKS. Untuk menyelesaikan satu LKS, diperlukan waktu dan tiga kali pendampingan. Namun, sejalan dengan pengalaman mengembangkan LKS sebelumnya, guru semakin terbiasa dan terampil dalam mengembangkan LKS berikutnya. Gambar 1. FGD pelaksana dan guru mitra Guru mitra sangat antusias mengikuti pelatihan editing video dan pembuatan animasi menggunakan adobe flash. Semua guru mitra tertarik untuk mampu membuat animasi konseptual kimia, namun keterampilan guru sulit sekali ditingkatkan. Guru-guru yang sudah senior secara umum lambat dalam mempelajari keterampilan terkait dengan komputer. Oleh sebab itu, hanya satu guru mitra yang memiliki keterampilan yang memadai, sementara yang lain hanya memiliki keterampilan dasar saja. Berbeda dengan membuat animasi, editing video termasuk keterampilan yang sederhana sehingga guru bisa mengikutinya. Gambar 3. Pendampingan melibatkan mahasiswa Gambar 2. Pelatihan Editing video Hal yang sama terjadi pada pembuatan video dan animasi 98 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 pendukung, keterampilan yang dimiliki oleh guru masih belum memadai untuk membuat sendiri animasi. Berbeda dengan video, guru bisa membuat sendiri video dan mengeditnya atau mengunduh video dari youtube dan mengeditnya agar sesuai dengan LKS yang dibuat. Pada pembuatan video, guru didampingi oleh mahasiswa jurusan pendidikan kimia yang sudah menguasai keterampilan editing video dan membuat animasi dengan flash. Gambar 5. Contoh fenomena Produk LKS dan video pendukung Masing-masing guru mitra mengembangkan dua LKS pembelajaran kimia SMA lengkap dengan video dan animasi pendukungnya. LKS yang dikembangkan oleh guru sudah memenuhi kriteria LKS untuk mendukung pendekatan saintifik yang memfasilitasi siswa untuk mengamati, menanya, mengumpulkan data/informasi, dan mengasosiasi. Struktur LKS menggunakan pendekatan inkuiri yang dibuat adalah sebagai berikut. Gambar 6. Video pendukung fenomena Untuk melatih dan melihat kemampuan siswa dalam mengamati, setelah mengamati fenomena, siswa disuruh menemukan informasi penting terkait fenomena dan video (komponen 4) sebelum mereka disuruh mengajukan pertanyaan atau merumuskasn masalah (komponen 5). Siswa juga disuruh melakukan pencermatan pengamatan untuk menemukan rancangan percobaan dari mengamati video (komponen 6). Pada komponen mengumpulkan data/informasi (komponen 7) dan menalar (komponen 8), siswa diberikan video dan animasi, serta pertanyaanpertanyaan terstruktur . Salah satu contoh animasi terkait dengan video di atas adalah seperti gambar berikut. Gambar 4 Struktur komponen LKS Pada komponen fenomena (komponen 3) dipaparkan tentang kasus didukung dengan paparan informasi prasyarat yang dibutuhkan untuk membantu siswa melakukan inkuiri ilmiah. Pada fenomena bisa juga ditampilkan video atau animasi pendukung. Salah satu tampilan fenomena yang dikembangkan guru adalah seperti gambar berikut. Gambar 7. Video dan animasi 99 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 tantangan yang dihadapi guru dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan LKS ini, yaitu: (1) siswa masih belum terbiasa menggunakan LKS seperti ini, sehingga belum paham apa yang menjadi tagihan belajar, walaupun sudah diberikan penjelasan sebelummya, (2) siswa belum memahami bagaimana merumuskan pertanyaan investigasi terhadap fenomena yang dihadirkan, (3) siswa belum mengerti bagaimana menyusun hipotesis, sehingga diperlukan waktu yang cukup lama untuk menjelaskan cara membuat hipotesis dari pertanyaan yang mereka buat, (4) siswa mengalami kesulitan membuat langkahlangkah percobaan untuk membuktikan hipotesis mereka karena tidak terlalu familiar melakukan percobaan. Pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik menggunakan LKS ini, utamanya pada kelas yang belum terbiasa mengikuti pembelajaran yang students centered, memerlukan perhatian guru untuk memberikan penekanan bimbingan dan arahan pada merumuskan permasalahan investigatif, dan merumuskan hipotesis. Siswa mesti terus siap memberikan arahan dan bimbingan untuk mengerjakan LKS. Walaupun menghadapi tentangan, secara umum penerapan LKS didukung video dan animasi dapat diimplementasikan dengan baik. Pada penerapan jenis LKS yang pertaman, siswa cukup aktif ketika diberikan membaca dan memahami isi dari wacana (fenomena) untuk mencari informasi penting. Ketika masuk ke tahap membuat pertanyaan, menyusun hipotesis, dan merancang percobaan sis-wa harus dibimbing dan diarahkan Pada tahap ini, siswa kurang aktif bertanya. Ketika ditayangkan video dan animasi untuk menguji hipotesis, siswa baru mengerti apa yang dimaksudkan. Disini siswa mulai aktif bertanya dan menyu-sun rancangan percobaan dan menyim- Penerapan LKS dalam pembelajaran Ada dua jenis LKS yang diujicoba, yaitu (1) LKS yang mana kasus/fenomena hanya berupa paparan informasi, siswa disuruh menemukan informasi penting dan mengajukan pertanyaan investigatif, merancang percobaan, kemudian mengamati video untuk mengumpulkan data dan menguji hipotesis, dan (2) LKS yang mana fenomena berupa paparan informasi sekaligus didukung video, siswa disuruh menemukan iinformasi penting, mengajukan pertanyaan/masalah, mengumpulkan data/informasi dalam video yang mengadung animasi. Uji coba LKS yang didukung video dan animasi di dua sekolah mitra menunjukkan bahwa pemanfatan LKS ini dapat memfasilitasi siswa melakukan aktivitas inkuiri ilmiah sesuai dengan skenario pembelajaran yang dirancang dalam LKS. Guru mengemukakan bahwa menggunakan LKS yang didukung video ini lebih efisien daripada melakukan praktikum langsung karena (1) memerlukan persiapan dan pengawasan yang ekstra ketat terhadap kerja siswa, (2) sering terhambat karena siswa belum biasa praktikum, (3) data yang diperoleh salah karena kecerobohan siswa, dan (4) waktu kurang untuk mengelaborasi pemahaman untuk mencapai indikator. LKS yang dikembangkan feasibel dilaksanakan apalagi di sekolah yang motivasi belajar siswa tinggi. Siswa di SMAN 2 Banjar dan SMAN 1 Kubutambahan termasuk memiliki motivasi belajar yang cukup baik. Penerapan LKS yang didukung video dan animasi ini memberikan pengalaman guru dalam mengelola pembelajaran menggunakan saintifik dan memberikan pengalaman siswa untuk melakukan kegiatan inkuiri ilmiah. Hasil refleksi guru mitra menunjukkan bahwa ada beberapa 100 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 pulkan. Ini menunjukkan bahwa penayangan video dan animasi dapat menumbuhkan rasa ingin tahu siswa. Fakta yang sama dilaporkan oleh Zimrot & Ashkenazi (2007) bahwa penayangan video untuk membuktikan hipotesis dapat meningkatkan rasa ingin tahu dan aktivitas siswa. Pada penerapan jenis LKS yang kedua, guru mengemukakan bahwa pembelajaran menggunakan LKS didukung oleh video dan animasi dapat meningkatkan minat dan aktivitas siswa dalam belajar seperti: (1) menyimak informasi dan fenomena dan mampu menuliskan informasi penting tentang kepolaran, (2) mengajukan pertanyaanpertanyaan yang berhubungan dengan materi kepolaran, (3) mampu membuat langkah-langkah percobaan dalam menentukan kepolaran senyawa, (4) mampu menjelaskan kepolaran senyawa dari percobaan, (5) mampu membedakan senyawa polar dan non polar, dan (6) mampu membangun pemahaman bahwa bentuk molekul berpengaruh terhadap kepolaran senyawa. Visualisasi mikroskopis (animasi) sangat membantu siswa memahami kepolaran. Video pembelajaran, lebih-lebih yang mengandung animasi mikroskopis sangat memotivasi dan memudahkan siswa belajar. Hal ini sejalan dengan review sejumlah penelitian bahwa visualisasi/gambar unggul dalam pembelajaran (Gilbert, 2005; Stieff, 2005). Anglin, dkk. (2004) mengemukakan keunggulan visualisasi ini sebagai picture superior effect. Falvo (2008) juga menyatakan bahwa visualisasi berupa animasi dan simulasi sangat menjanjikan dalam meningkatkan kualitas pembela-jaran sains, khususnya kimia, namun desain dan cara pengintegrasian dalam pembelajaran masih perlu dikaji. Rekaman LKS yang dikerjakan siswa memberikan dukungan bahwa belajar menggunakan pendekatan sainstifik berlangsung dengan baik. Gambar berikut adalah contoh LKS yang dikerjakan siswa. Gambar 8. Contoh LKS yang dikerjakan siswa Dampak positif dari penerapan Siswa memberikan tenggapan yang LKS yang didukung video dan animasi sangat positif terhadap penerapan ini juga tercermin dari hasil angket pembelajarana menggunakan pendekatan tanggapan siswa terhadap pembelajaran. 101 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 saintifik ini. Beberapa tanggapan positif siswa adalah sebagai berikut. 1. Video dan animasi dapat membantu siswa melihat pergerakan molekul dan memberikan motivasi kepada siswa. 2. Siswa menyatakan lebih mengerti belajar menggunakan video karena adanya gambar dan penjelasan di media tersebut. 3. Siswa memiliki gambaran yang lebih jelas mengenai konsep sesudah pemberian video dan animasi 4. Pembelajaran ini lebih menarik dan mudah dipahami. 5. Pembelajaran lumayan menyenangkan dan tidak membuat mengantuk. 6. Pembelajaran lebih mengasyikan dan dapat melihat video yang belum pernah dilihat. 7. pembelajaran kimia ternyata sangat menyenangkan. mitra antusias dalam mengikuti semua kegiatan IbM ini, (3) guru mitra telah memiliki pemahaman yang baik tentang alur pikir mengembangkan LKS bersuplemen video dan animasi untuk mendukung pendekatan saintifik, tetapi perlu kerja keras untuk memfasilitasi guru mengembangkan LKS yang dapat menggiring belajar siswa sesuai dengan pendekatan saintifik, (4) walaupun guru antusias dalam mengikuti pelatihan editing video dan pembuatan animasi dengan flash, serta pendampingan penyelesaian video dan animasi, namun guru hanya mampu sampai pada keterampilan dasar saja, utamanya pada pembuatan animasi, (5) agar terampil dalam mengembangkan LKS menggunakan pendekatan saintifik yang didukung dengan video dan animasi, guru perlu latihan lebih banyak dan terus meningkatkan keterampilan teknis dalam mengedit video dan membuat animasi, (6) LKS yang dikembangkan guru sudah cukup memadai, namun masih perlu perbaikan sesuai dengan hasil ujicoba, (7) penerapan LKS bersuplemen video dan animasi dapat mendorong siswa belajar aktif sesuai dengan skenario pendekatan saintifik yang dirancang dan siswa memberikan respon yang positif. 4. KESIMPULAN Beberapa simpulan yang diperoleh dari kegiatan ini adalah sebagai berikut: (1) membuat LKS untuk mendukung pendekatan saintifik sesuai dengan harapan kurikulum 2013 memerlukan kreativitas dan komitmen kerja keras guru, (2) secara umum guru DAFTAR RUJUKAN Anglin, G. J., Vaez, H. & Cunningham, K. L. 2004. Visual Representations and Learning: The Role of Static and Animated Graphics. Dalam David H. Jonassen (Ed.). Handbook of Research on Educational Communications and Technology (hlm. 865916). Mahwah: Lawrence Erlbaum Associates. Learning Molecular Chemistry. International Journal of Technology in Teaching and Learning, 4(1): 68-77. Gilbert, J. K (Ed.). 2005. Visualization in Science Education. Dordrecht: Springer. Kirna, I M., Sukerti, M. & Suardana, N. 2007. Pengembangan Model Pembelajaran Sains yang Berorientasi Konteks dan Struktur (Contextuals and Structure Oriented Learning) Falvo, D. 2008. Animations and Simulations for Teaching and 102 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 pada Kompetensi Dasar Kimia di SMP. Laporan Penelitian Hibah Bersaing, Singaraja: Undiksha Kirna, I M. 2012. IbM Kelompok Guru SMAN 1 Sukasada dan SMAN 2 Busungbiu. Laporan IbM: UNDIKSHA Permendikbud No 65 Tahun 2013. 2013. Standar Proses Kurikulum 2013. Depdikbud: Jakarta. Permendiknas 81A dan 103 tahun 2014> Estándar Proses Kurikulum 2013. Depdikbud: Jakarta Sanjaya. W. 2009. Strategi Pembelajaran Berbasis Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana. So, W. M. W. & Kong, S. C. 2007. Approaches of Inquiry Learning with Multimedia Resources in Primary Classrooms. Journal of Computers in Mathematics and Science Teaching, 26(4): 329354. Stieff, M. 2005. Connected Chemistry: A Novel Modeling Environment for the Chemistry Classroom, (Online), 82(3), (http://www.JCE.DivCHED.or g, diakses 22 April 2007). Zimrot, R. & Ashkenazi, G. 2007. Interactive Lecture Demonstrations: A Tool for Exploring and Enhancing Conceptual Change. Chemistry Education Research and Practice, 8(2): 197-211. 103 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 PEMANFAATAN EKSTRAK RUMPUT LAUT SEBAGAI BAHAN AKTIF DALAM PEMBUATAN HAND BODY LOTION I Dewa Ketut Sastrawidana Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Undiksha Email: [email protected] ABSTRACT A wide variety of cosmetic products used by human was intended to retain moisture and softness of the skin. Innovations of hand body lotion product was developed in addition natural compound to provide nutrition and prevent premature aging. In this study, focused on the utilization of seaweed extract as an additive in the hand body lotion production. Seaweed is rich with carrageenan serves as a moisturizer and skin softener, while vitamin C as an antioxidant. In addition, seaweed contains magnesium, potassium, iron, and zinc are able to provide nutrients for the skin. Hand body lotion with a blend of seaweed extract is made in home industries Bali Sari at Sepang village. Quality of hand body lotion results was evaluated with quality parameters include pH 7.3 and panelists acceptance of the hand body lotion are in somewhat Like to Like the category (hedonic scale 5-7). Keywords: handbody lotion, seaweed,softener ABSTRAK Berbagai macam produk kosmetika yang digunakan oleh masyarakat ditujukan untuk mempertahankan kelembaban dan kelembutan kulit sehingga terasa lebih segar dan cantik. Inovasi pembuatan hand body lotion saat ini dikembangkan disamping untuk tujuan melembabkan dan melembutkan kulit juga ditujukan untuk memberikan nutrisi dan mencegah penuaan dini dengan menambahkan bahan-bahan alami pada bahan dasar pembuatan lotion. Pada kajian ini, difokuskan pada pemanfaatan ekstrak rumput laut sebagai bahan tambahan pada pembuatan hand body lotion. Rumput laut kaya dengan karaginan berfungsi sebagai pelembab dan pelembut kulit sedangkan vitamin C bisa berpungsi sebagai antioksidan. Disamping itu, seaweed mengandung magnesium, potasium, zat besi, dan seng yang mampu memberikan nutrisi bagi kulit. Hand body lotion dengan paduan ekstrak rumput laut ini dibuat di home industri Bali Sari Desa Sepang. Hand body lotion hasil kegiatan memiliki penampakan warna keputihan, pH 7,3 serta penerimaan panelis terhadap hand body lotion berada pada katagori agak suka sampai suka (skala hedonik 5-7). Kata kunci: hand body lotion, rumput laut, pelembut PENDAHULUAN Lotion merupakan salah satu bentuk kosmetik golongan pelembut yang terbuat dari dua fasa yaitu fasa minyak dan fasa airyang distabilkan dengan sistem emulsi (Schmitt,1996). Meningkatnya kebutuhan manusia akan produk kosmetik termasuk hand body lotion menjadikan peluang yang sangat baik bagi pelaku industri kosmetik untuk mengembangkan produk-produknya sehingga mampu meningkatkan pendapatannya. Namun, produk-produk kosmetik yang beredar dipasaran haruslah memenuhi standar kesehatan dan aman bagi konsumen. Kulit secara alamiah mempunyai kemampuan untuk melindungi diri dari kehilangan air dengan adanya lapisan lemak pada permukaan kulit sebagai lapisan pelindung. Perlindungan kulit secara alamiah terkadang tidak mencukupi karena dipengaruhi oleh faktor internal seperti umur, kesehatan maupun faktor eksternal seperti sinar matahari yang ekstrim. Dengan demikian, kulit membutuhkan zat atau bahan yang berpungsi melindungi kulit. 104 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 Inovasi pengembangan pembuatan hand body lotion telah banyak dilakukan dengan memanfaatkan bahan-bahan lokal seperti bengkuang, minyak sereh, Bengkuang mengandung antioksidan vitamin C, flavonoid, dan saponin yang berperan mencegah kerusakan kulit oleh radikal bebas. Disamping itu, bengkuang juga digunakan sebagai pemutih kulit karena mengandung senyawa fenolik yang berfungsi menghambat proses pembentukan melanin akibat sinar UV matahari, menghilangkan bekas jerawat (Majalah kesehatan, 2011). Rumput laut atau seaweed tergolong dalam divisi thallophyta merupakan salah satu tumbuhan laut yang tergolong ganggang yang hidup di laut. Rumput laut mengandung karaginan, asam nukleat, asam amino, protein, mineral, trace elements, tepung, gula dan vitamin A, D, C, D E, dan K. Karaginan berfungsi sebagai pelembab dan pelembut kulit sedangkan vitamin C berpungsi sebagai antioksidan. Pada kegiatan ini, dilakukan inovasi pembuatan kosmetik berupa hand body lotion menggunakan campuran fasa air dan fasa minyak yang dipadukan dengan ekstrak rumput laut. Pembuatan hand body lotion dilakukan di kelompok Home industri Bali Sari Desa Sepang Kabupaten Buleleng. Hand body hasil produksi dianalisis kualitasnya dengan melakukan uji pH dan uji sensori dengan menggunakan 16 panelis. air pada wadah berupa tabung yang terbuat dari stainless steel dilengkapi dengan pengaduk dan pengaturan suhu. Pembuatan hand body lotion skala 25 kg memerlukan fasa minyak dan fasa air yang dipadukan dengan rumput laut dengan komposisi fasa minyaknya terdiri dari Cethyl alcohol 482 g, Stearic acid 125 g, Paraffin oil 723 g, Em. Delta 964 g, Nipagin 48 g, Nipasol 24 dan BHT 4 g. sedangkan faseaair terdiri dari Gliserin 602 g, TEA 42g, Sorbitol 361 g, TiO2 g, Akuades 20,238 g, Fragrance 60 g dan rumput laut 1205 g (4,8%). Suhu pencampuran diatur secara perlahan-lahan dan dibuat konstan pada suhu 70oC. Pembuatan fasa minyak dilakukan dengan mencampurkan bahan-bahan pembuat fasa minyak juga menggunakan wadah yang dilengkapi dengan pengaduk dan pengaturan suhu. Suhu pencampuran dinaikkan secara perlahan-lahan dan dibuat konstan pada suhu 70oC. Pada saat fasa air dan fase minyak sama-sama mencapai suhu 70oC, langkah selanjutnya mencampurkan kedua fasa tersebut dengan cara menambahkan fasa minyak sedikit demi sedikit ke dalam fasa air sambil tetap dilakukan pengadukan. Penambahan bahan lokal berupa ekstrak rumput laut dilakukan kira kira setelah 5 menit proses pencampuran antara fasa minyak dengan fasa air. Proses pencampuran ini tetap berlangsung pada suhu 70oC sambil dilakukan pengadukan. Sebelum hand body tersebut betul-betul matang, dilakukan penambahan pewangi yang ditujukan untuk memberi aroma dengan harapan menambah daya tarik konsumen.. METODE Pembuatan Hand Body Lotion Pembuatan hand body lotion dilakukan melalui empat tapan yaitu pembuatan fase air, pembuatan fase minyak, pencampuran fasa minyak dan fasa air dan penambahan bahan lokal berupa ekstrak rumput laut serta pewangi. Pembuatan fasa air dengan cara mencampurkan bahan-bahan pembuat fasa Uji Kualitas Hand Body Lotion Analisis koalitas hand body lotion hasil produksi hany teratas pada uji pH dan uji sensori. Uji pH dilakukan dengan cara melarutkan sebanyak 1 mL hand body lotion hasil produksi dalam 9 mL air, 105 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 kemudian diukur pHnya menggunakan pH meter. Uji sensori atau uji hedonik bertujuan untuk mengevaluasi daya terima panelis terhadap produk yang dihasilkan. Parameter uji sensori meliputi warna, kekentalan, homogenitas, kesan lembab, dan rasa lengket. Skala penilain pada uji sensori ini mengikuti Carpenter et al. (2000) yaitu dengan skala hedonik 1-9 dimana: (1) amat sangat tidak suka; (2) sangat tidak suka; (3) tidak suka; (4) agak tidak suka; (5) normal; (6) agak suka; (7) suka; (8) sangat suka; (9) amat sangat suka. Uji sensori yang dilakukan melibatkan 16 orang panelis dari peserta pelatihan pembuatan hand body lotion di KWT Tunas Mekar Desa Sepang. gula dan vitamin A, D, C, D E, dan K. karaginan berfungsi sebagai pelembab dan pelembut kulit sedangkan vitamin C bisa berpungsi sebagai antioksidan. Disamping itu, seaweed sangat kaya akan mineral, antara lain magnesium, potasium, zat besi, dan seng yang mamapu meluruhkan toksin dengan sangat baik dan sebagai antibiotik. Penampilan hand body lotion yang memberikan kesan menarik dipengaruhi oleh warna, kekentalan dan kestabilan. Menurut Wenno, et al. (2012), karagenan mempunyai peranan yang sangat penting sebagai stabilisator, pengental, pembentuk gel dan pengemulsi. Hasil analisis produk hand body lotion terbatas pada uji pH dan uji sensori. Hasil uji pH menunjukkan bahwa pH hand body lotion 7,3 sedangkan uji sensori berada pada katagori agak suka sampai sangat suka (skala hedonik 5-7).Purwaningsih, et al.(2014), melaporkan bahwa formula lotion terbaik pada penambahan karagenan sebesar 1,5% dengan nilai pH 7,62; stabilitas emulsi 100%; penyusutan berat sebesar 3,72% dan karakteristik sensori berada pada katagori agak suka sampai suka. Stabilitas emulsi lotion sangat dipengaruhi konsentrasi surfaktan. Yunilawati, et al.(2011) melaporkan bahwa stabilitas lotion semakin turun dengan menurun meningkatnya konsentrasi surfaktan. Nilai keasaman (pH) merupakan salah satu parameter penting dari suatu produk kosmetik. pH suatu produk kosmetik sebaiknya mendekati pH dari dari kulit, yaitu sekitar 5,5 (Iswari & Latifah, 2007). Kosmetik yang mempunyai tingkat keasaman yang terlalu jauh dengan keasaman tubuh akan berpotensi mengiritasi kulit. Hasil uji pH pada hand body lotion adalah sebesar 7, nilai pH pada produk hand body ini masih dalam kisaran pH yang dipersyaratkan dalam SNI 164952-1998 untuk lotion bayi dengan kisaran HASIL DAN PEMBAHASAN Produk hasil pembuatan hand body lotion disajikan pada Gambar1 berikut Gambar 1. Hand body lotion dipadukan dengan rumput laut Gambar 1. memperlihatkan penampakan hand body lotion yang dibuat dengan penambahan ekstrak rumput laut. Rumput laut yang kaya vitamin dan antioksidan sehingga penambahan ekstrak rumput laut pada handbody ini mampu memberikan nilai tambah keunggulan produk. Kandungan rumput laut umumnya adalah karaginan, asam nukleat, asam amino, protein, mineral, trace elements, tepung, 106 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 pH 4,0 hingga pH 7,5, SNI 16- 4399-1996 untuk sediaan Tabir Surya dengan kisaran pH 4,5 hingga pH 8,0. Uji sensori merupakan penilaian suatu produk yang dapat dirasakan oleh panca indera. Uji sensori ini untuk mengevaluasi daya terima panelis terhadap produk yang dihasilkan. Parameter yang diuji meliputi warna, kekentalan, homogenitas, kesan lembab, dan rasa lengket. Hasil uji sensori dengan melibatkan 16 orang panelis menunjukkan penerimaan panelis terhadap hand body lotion berada pada katagori agak suka sampai suka (skala hedonik 5-7). Hand body lotion berwarna putih, tidak terlalu kental, penampakan homogen serta terasa lembab dan agak lengket ketika dioleskan di kulit sehingga memberikan kesan yang positif bagi panelis. warna, kekentalan, homogenitas, kesan lembab, dan rasa lengket berada pada katagori agak suka sampai suka DAFTAR RUJUKAN Iswari, R. dan F. Latifah. 2007. Buku pegangan ilmu pengetahuan kosmetik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Purwaningsih, S., Salamah, E., & Budiarti, T.A. 2014. Jurnal Akuatika. 5(1) : 5562. Schmitt, W.H. 1996. Skin care products. Cosmetic and Toiletries Industry. London. Blackie academic and professional. Yunilawati,R., Yemirta & Komalasari, Y. 2011. Penggunaan Emulsifier Steril Alkohol Etoksilat Derivat Minyak Kelapa Sawit pada Produk Lotion dan Krim. Jurnal Kimia dan Kemasan. 33(1) : 83-89. SIMPULAN Penambahan ekstrak rumput laut 4,8% pada pembuatan hand body lotion memberikan karakteristik hand body lotion dengan nilai pH 7,3 dan nilai sensori yang meliputi 107 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 PELATIHAN DASAR-DASAR KEUANGAN UNTUK MENINGKATKAN LITERASI KEUANGAN di KALANGAN MAHASISWA Nyoman Trisna Herawati1, Anantawikrama T.A2 1,2 Jurusan Akuntansi S1 FE Undiksha Email: [email protected] ABSTRACT Financial literacy is not standalone subject in university curriculum. This education is an important component of sound decision making and many young people wish they had more financial knowledge. Financial literacy occurs when an individual has a set of skills and abilities to utilize existing resources to get their achievement. Offer this P2M activity, was initiated the training and seminars programs on the basics financial concept to increase financial literacy among colledge students. The target audience in this event were representative from each faculty in Undiksha about 42 participants. The activity method in this P2M program, starting from planning, implementation, and evaluation. Implementation of these activities include training and seminars on the basics finance concept,example: the concept of assets and liabilities, the time value of money, financial risk, interests and characteristics in financial management and strategic financial management. Evaluation and reflection can find out with questionnaire and financial literacy tests. Finally, this program can be executed properly. It is seen from the enthusiasm of the participants in following the activities and the index of financial literacy’s participants was categorized quite good after following this program Keywords: financial basic concept, financial literacy ABSTRAK Pendidikan literasi keuangan tidak ditemui dalam kurikulum di Universitas, padahal pendidikan ini sangatlah penting dalam merencanakan keuangan di masa kini dan masa depan. Literasi keuangan terjadi manakala seorang individu memiliki sekumpulan keahlian dan kemampuan yang membuat orang tersebut mampu memanfaatkan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan. Melalui kegiatan P2M inilah digagas adanya kegiatan pelatihan dan seminar mengenai dasar-dasar keuangan untuk meningkatkan literasi keuangan di kalangan mahasiswa. Khalayak sasaran yang dicapai dalam kegiatan ini adalah perwakilan dari masing-masing fakultas di lingkungan Undiksha dengan jumlah keseluruhan peserta sebanyak 42 orang. Metode kegiatan P2M ini dimulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Pelaksanaan kegiatan ini meliputi pelatihan dan seminar mengenai dasar-dasar keuangan antara lain: konsep aset dan kewajiban, nilai waktu uang, resiko dalam keuangan, kepentingan dan karakteristik dalam pengelolaan keuangan, dan strategi dalam pengelolaan keuangan. Evaluasi dan refleksi mengenai keberhasilan kegiatan yang dilakukan dengan kuesioner dan tes literasi keuangan. Secara garis besar kegiatan P2M ini dapat dilaksanakan dengan baik. Hal ini dilihat dari antusiasme peserta dalam mengikuti kegiatan dan indeks literasi keuangan pada mahasiswa setelah mengikuti kegiatan seminar ini terkategori cukup baik. Kata kunci: dasar-dasar keuangan, literasi keuangan PENDAHULUAN keuangan serta peningkatan akses terhadap kredit. Perkembangan keuangan ini memerlukan pengetahuan keuangan, yang dewasa ini sering dikenal dengan literasi keuangan. Literasi keuangan dapat didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk mendapatkan, memahami, Perkembangan perekonomian global dewasa ini, membawa perubahan ke dalam sistem keuangan masyarakatnya. Hal ini dapat dilihat dari kompleksitas dan jasa produk keuangan yang ditawarkan kepada masyarakat. Ditambah lagi, dampak teknologi terhadap produk dan jasa 108 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 dan mengevaluasi informasi yang relevan untuk pengambilan keputusan dengan memahami konsekuensi financial yang ditimbulkannya (Krisna,et.al, dalam Susanti, 2013). Literasi keuangan terjadi manakala seorang individu memiliki sekumpulan keahlian dan kemampuan yang membuat orang tersebut mampu memanfaatkan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan. Pengetahuan finansial merupakan dimensi yang tidak terpisahkan dari literasi keuangan, namun pengetahuan keuangan belum dapat menggambarkan literasi keuangan seseorang. Literasi keuangan memiliki dimensi aplikasi tambahan yang menyiratkan bahwa seseorang harus memiliki kemampuan dan kepercayaan diri untuk menggunakan pengetahuan finansialnya untuk membuat keputusan (Danes &Haberman,2007). Berdasarkan riset OJK tahun 2013, indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia kalah dibanding negara-negara tetangga di ASEAN. Malaysia memiliki indeks literasi keuangan sebesar 60-70 persen, Singapura mencapai 98 persen, bahkan literasi masyarakat Filipina telah menembus angka 30 persen. Tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia hanya sebesar 21,7 persen saja (OJK, “Suvei Nasional Literasi Keuangan Indonesia (SNLKI)”,www.OJK.go.id, diakses tanggal 25 April 2015). Indeks literasi keuangan merupakan parameter atau indikator yang menunjukkan tingkat pengetahuan, keterampilan, dan keyakinan masyarakat terkait dengan lembaga keuangan serta produk dan jasanya. Selain ini indeks literasi keuangan juga memberikan informasi mengenai tingkat pengetahuan masyarakat terhadap fitur, manfaat dan resiko, hak dan kewajiban mereka sebagai pengguna produk dan jasa keuangan. Literasi keuangan di kalangan mahasiswa juga berada pada level yang tidak memuaskan. Penelitian Nidar dan Bestari (2012) di Universitas Padjajaran Bandung, menyebutkan bahwa tingkat literasi keuangan mahasiswanya berada pada kategori rendah. Dengan tingkat ratarata skor terhadap tes literasi keuangan yaitu 42,1% atau mendekatai 50% yang menjawab benar. Meskipun terlihat cukup baik, namun jika merujuk pada pengkategorian literasi keuangan menurut Chen dan Volpe (1998), maka skor tersebut masih tergolong rendah. Para responden cukup mahir dalam menjawab pertanyaan mengenai bagaimana mengelola penghasilan dan pengeluaran atau anggaran belanja rumah tangga. Namun di poin kredit/ utang, tabungan, investasi, asuransi, dan dasar-dasar keuangan pribadi, maka hasil skor yang diperoleh masih rendah. Untuk itu diperlukan upaya-upaya untuk meningkatkan literasi keuangan mahasiswa terutama di area dasar-dasar keuangan (basic personal finance) Sejalan dengan temuan OJK dan penelitian sebelumnya mengenai rendahnya tingkat literasi keuangan di Indonesia, maka penelitian (Herawati N.T, 2015) menunjukkan hal yang sama. Penelitian yang dilakukan pada mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Undiksha, menunjukkan rata-rata literasi keuangan mahasiswa tergolong masih rendah. Literasi keuangan tidak akan diperoleh secara eksplisit dalam pembelajaran di sekolah maupun di perguruan tinggi. Jika ada mata kuliah yang relevan dengan literasi keuangan seperti manajemen keuangan, lebih menekankan pada seluk beluk keuangan dalam perusahaan tanpa menyentuh aspek keuangan pribadi. Berdasarkan hal tersebut, 109 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 maka konten pelajaran pengelolaan keuangan pribadi hampir tidak ada sama sekali. Padahal dalam kehidupan nanti ilmu pengelolaan uang sangatlah penting agar dapat memenuhi kebutuhan hidup dengan lebih baik. Disisi lain, literasi keuangan juga merupakan landasan seseorang untuk menjadi wirausahawan yang sukses. Pengetahuan entrepreneurship yang telah diberikan melalui kuliah-kuliah di kampus lebih menekankan pada aspek teknis, dan kurang memberikan filosofi dalam pengelolaan keuangannya. Hal ini dapat dilihat dari kegagalan beberapa usaha yang baru dirintis, mengalami kebangkrutan karena pengelolaan keuangannya yang kurang baik. Demikian halnya programprogram kewirausahaan yang diberikan kepada mahasiswa, sangat jarang usahanya dapat bertahan melebihi kontrak yang ditetapkan. Salah satu penyebabnya diindikasikan karena keterbatasan dalam pengelolaan keuangan. Para remaja/ mahasiswa, kelak suatu saat akan bekerja. Baik bekerja pada orang lain (sebagai karyawan) maupun membuka pekerjaan untuk diri sendiri (berwirausaha). Hasil dari bekerja adalah penghasilan yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan mengembangkan usaha. Untuk itu pemahaman akan literasi keuangan menjadi penting untuk dikenalkan sejak dini sebelum memiliki penghasilan. Hal ini bertujuan agar nantinya setelah memiliki pengahasilan, mereka dapat mampu mengelola penghasilannya dengan bijak dan akhirnya dapat memperoleh kesejahteraan hidup yang diharapkan. Berdasarkan paparan permasalahan di atas, maka kegiatan P2M ini digagas untuk memberikan bekal pengetahuan keuangan kepada mahasiswa melalui kegiatan pelatihan dan seminar. Peserta kegiatan P2M ini adalah mahasiswa di lingkungan Undiksha, baik mahasiswa ekonomi (yaitu mahasiswa Fakultas Ekonomi), dan juga mahasiswa dari jurusan lain. Hal ini bertujuan agar mahasiswa Undiksha memiliki literasi keuangan yang baik sebagai bekal masa depannya kelak. METODE Berdasarkan permasalahan mitra yang telah disebutkan di atas, maka tahapan rencana kegiatan yang dilakukan adalah, pertama mengadakan pendekatan dengan perwakilan mahasiswa di lingkungan Undiksha. Pada tahap ini diputuskan untuk menggunakan perwakilan mahasiswa Undiksha dari UKM KOPMA, dengan pertimbangan bahwa UKM KOPMA telah mewakili seluruh jurusan yang ada di Lingkungan Undiksha dan pernah mengikuti kegiatan PMW Undiksha. Disamping itu UKM ini terlibat secara aktif dalam proses pengelolaan keuangan yang dilakukan pada Koperasi Mahasiswa Undiksha. Kedua adalah pelaksanaan kegiatan pelatihan. Berdasarkan permasalahan yang telah dianalisis, maka pelatihan yang dirancang kali ini meliputi: 1. Seminar dan pelatihan mengenai konsep aset dan kewajiban 2. Seminar dan pelatihan mengenai konsep nilai waktu dari uang 3. Seminar dan pelatihan mengenai konsep resiko dalam keuangan 4. Seminar mengenal kepentingan dan karakter pribadi dalam keuangan 5. Seminar dan pelatihan dalam menentukan strategi keuangan dalam 110 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 membuat keputusan. Dalam hal ini menyusun perencanaan keuangan pribadi. Penjajagan ini membahas tentang kegiatan yang akan dilaksanakan serta kesiapan mahasiswa yang akan menjadi peserta kegiatan P2M kali ini. Nara sumber yang terlibat dalam kegiatan ini adalah tim pelaksana dibantu oleh seorang entrepreneur (Pemilik Hana Pie Susu), sebagai pelaku langsung dalam dunia usaha. Kegiatan seminar dan pelatihan ini dimulai dari pemaparan materi yang dilakukan oleh Nyoman Trisna Herawati (sebagai narasumber pertama), yang memaparkan materi mengenai : 1. Konsep Aset dan Kewajiban, 2. Konsep nilai waktu dari uang, 3. Konsep resiko dalam keuangan, 4. Kepentingan dan karakter pribadi dalam mengelola keuangan, 5. Strategi keuangan dalam membuat keputusan Pemaparan materi diselingi dengan pemberian simulasi kasus. Dalam menyelesaikan simulasi kasus peserta didampingi oleh tim pelaksana lainnya, dan dilakukan pembahasan melalui diskusi mengenai hasil simulasi. Simulasi pertama, mahasiswa diberikan kasus mengenai perbedaan antara aset dan kewajiban. Jika kita umpamakan kemampuan membaca secara umum adalah aksara atau alphabet, dan langkah pertama untuk bisa membaca adalah mengenali huruf-huruf alphabet tersebut. Maka dalam bidang keuangan, hanya akan ada dua huruf yaitu “aset” dan “kewajiban/utang”. Dua huruf dari literatur keuangan ini pendefinisiannya sering berlawanan satu sama lainnya. Padahal untuk mengerti bahasa keuangan, maka memahami perbedaan mendasar antara aset dan kewajiban adalah suatu keharusan. “Kewajiban yang tersamarkan sebagai aset” istilah ini dapat diibaratkan seperti jebakan batman, yang mana seseorang Pada tahapan seminar ini, pemateri adalah anggota tim pelaksana dan seorang entrepreneur (Ibu Ketut Hana Ariani) pemilik perusahaan kue “Hana Pie Susu” yang telah berhasil mengembangkan usaha kuenya sampai ke luar kota. Pemilihan narasumber yang terlibat langsung dalam kegiatan usaha, akan lebih memotivasi mahasiswa untuk mengetahui bagiamana pengelolaan keuangan dalam berwirausaha. Ketiga, tahap akhir dari kegiatan ini adalah evaluasi dan refleksi mengenai keberhasilan kegiatan yang dilakukan. Hal ini ditempuh dengan cara menyebarkan kuesioner secara langsung apakah kegiatan ini dapat diterapkan secara maksimal dan dapat memberikan kebermanfaatan bagi mahasiswa. Di akhir sesi peserta diminta untuk mengisi tes literasi keuangan dan menyusun perencanaan keuangan pribadi dengan simulasi kasus. HASIL DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan pengabdian pada masyarakat penerapan IPTEKS yang mengambil tema pelatihan dasar-dasar keuangan untuk meningkatkan literasi keuangan di kalangan mahasiswa diselenggarakan pada tanggal 23 -24 Juni 2016. Kegiatan ini dilaksanakan di gedung seminar Fakultas Ekonomi Undiksha dan dihadiri oleh 42 peserta perwakilan dari masing-masing fakultas yang terlibat dalam UKM KOPMA Undiksha. Kegiatan ini dimulai dari tahap penjajagan peserta dan nara sumber yang dilaksanakan tanggal 12 s/d 15 Juni 2015. 111 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 yang tidak memahami perbedaan antara aset dan kewajiban dapat dengan mudahnya menjadi sasaran empuk pihak-pihak tertentu yang dengan sengaja membuat bisnis atas ketidakpahaman perbedaan aset dan kewajiban. Seperti contoh seorang tenaga marketing selalu berupaya membuat kita mengeluarkan uang dengan mengatakan bahwa kita sedang melakukan investasi, karena investasi berarti anda sedang membangun sebuah aset. Kadang kala, kita tidak pernah berpikir untuk terlebih dahulu meminta pendapat orang lain mengenai penipuan ini dan langsung membenarkan kesalahan yang kita lakukan karena kita tidak paham definisi dari aset dan kewajiban (Nokes.S, 2011) Pada intinya aset keuangan adalah sesuatu yang bernilai untuk dimiliki, karena aset tersebut bagus untuk mendukung keadaan finansial. Secara sederhana kita dapat menyebutkan bahwa aset adalah segala sesuatu yang mengalirkan kas masuk ke dalam pundi-pundi keuangan kita. Sebaliknya kewajiban/utang adalah sesuatu yang mengandung biaya, dimana kita senantiasa akan mengeluarkan atau menguras aset keuangan yang kita miliki. Jadi kewajiban atau utang adalah segala sesuatu yang mengairkan kas keluar dari pundi-pundi keuangan kita (Kiyosaki, 2013) Secara keseluruhan peserta seminar memperoleh skor baik (rata-rata 85% menjawab benar). Namun pada pembahasan hasil simulasi ini banyak terjadi perbedaan pendapat antara peserta dan nara sumber, misalnya untuk menyatakan apakah gadget dan keanggotaan klub termasuk aset ataukah utang. Gadget dan keanggotaan klub dilihat dari konsep aset dan utang di atas, jelasjelas termasuk dalam kategori utang. Namun ada benarnya kedua poin ini jika dimasukkan ke dalam kategori aset, kenapa? Jawabannya karena gadget dan keanggotaan klub jika dimanfaatkan dengan semestinya (berdasarkan fungsinya), maka poin ini dapat mengalirkan kas masuk. Misalnya di era IT dewasa ini, maka memasarkan produk secara on-line melalui media sosial (facebook, twitter, blog) sangat membantu untuk meningkatkan penjualan. Demikian halnya dengan keanggotaan klub, yang difungsikan sebagai komunitas bersama untuk mempromosikan produk yang kita jual. Sehingga dari diskusi tersebut, dapat ditarik kesimpulan banhwa gadget dan keanggotaan klub akan merupakan utang jika pemanfaatannya hanya digunakan untuk memenuhi gaya hidup semata, sebaliknya jika difungsikan untuk meningkatkan pendapatan dari penjualan produk yang kita tawarkan maka gadget dan keanggotaan klub merupakan aset. Simulasi kedua, mahasiswa di berikan pemahaman mengenai konsep nilai uang. Waktu adalah elemen yang penting bagi dunia keuangan terutama dalam hal pembuatan keputusan-keputusan yang berkaitan dengan keuangan. Konsep nilai waktu dari uang adalah konsep berkaitan dengan waktu dalam menghitung nilai uang. Artinya, uang yang dimiliki seseorang pada hari ini tidak akan sama nilainya dengan satu tahun yang akan datang. Uang yang diterima sekarang nilainya lebih besar daripada uang yang diterima di masa mendatang. Lebih awal uang anda menghasilkan bunga, lebih cepat bunga tersebut menghasilkan bunga. Hal ini memberikan pemahaman kepada mahasiswa mengenai bunga atas uang yang kita terima atau kita bayarkan. Konsep ini mengajarkan kita bahwa dengan 112 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 berinvestasi (menyimpan dana) akan menguntungkan karena uang yang kita simpan bertumbuh karena bunga, kebalikannya jika kita berutang maka konsep bunga ini akan menghabiskan pundi-pundi kita. Untuk simulasi ini, mahasiswa diberikan kasus untuk menghitung future value (FV), present value (PV), dan net present value (NPV). Bagi mahasiswa yang berasal dari fakultas non- ekonomi, merasa masih bingung dengan perhitungan ini, namun dengan bantuan program excel ataupun kalkulator pintar, maka perhitungan yang rumit dapat dicari dengan mudah. Simulasi ketiga, pada poin ini mahasiswa diberikan pemahaman mengenai profil resiko dalam keuangan dengan mengenal karakter diri sendiri. Resiko keuangan merupakan sesuatu yang amat berhubungan dengan sifat manusia. Meskipun kita telah memahami statistik dan matematika tingkat atas namun jika mengabaikan elemen manusia maka dapat menimbulkan kegagalan dalam pengelolaan resiko keuangan. Terdapat dua pendekatan yang berbeda dalam menangani sebuah resiko keuanga. Pertama, “jangan taruh seluruh telur dalam satu keranjang” atau pendekatan Kedua, “ taruh semua telur dalam satu keranjang”. Namun sejarah menunjukkan pendekatan yang pertama jauh lebih aman dari yang kedua. Diversifikasi adalah istilah dalam dunia keuangan yang digunakan untuk menggambarkan pendekatan pertama. Bagi pemula, maka pemikiran diversifikasi adalah bagian dari manajemen resiko. Dalam simulasi ini mahasiswa diberikan simulasi mengenai pengenalan karakteristik diri apakah termasuk dalam kategori konservatif, moderat, ataukah agresif. Simulasi ini dilakukan dengan pengisian kuesioner. Dari hasil simulasi ini rata-rata mahasiswa berada pada ketogeri moderat cenderung agresif. Apapun karakter diri kita, yang perlu dipahami adalah resiko yang menyertai investasi yang kita ambil. Akhirnya dalam investasi hukum “high risk, high return” tidak bisa diabaikan. Return yang tinggi juga memiliki resiko yang tinggi pula. Jika ingin mendapatkan keuntungan yang besar, harus siap dengan resiko yang besar. Sebaliknya, jika hanya ingin resiko yang kecil, keuntungannya juga kecil. Tidak ada yang bisa memastikan apa yang terjadi di masa depan, apakah dolar naik atau turun, harga BBM naik atau turun, dan lainnya. Artinya dalam berinvestasi keuntungan juga berdampingan dengan kerugian. Resiko bukan sesuatu yang harus dihindari, melainkan dikelola. Caranya adalah mengambil investasi dengan tingkat resiko tertentu yang sesuai dengan profil resiko yang kita miliki. Proses investasi merupakan bagian dari strategi mengelola resiko. Dengan memahami jenis-jenis resiko dan melakukan pengelolaan resiko, dapat mengoptimalkan keuntungan investasi sambil menekan resiko serendahrendahnya (Lina, D.R,2016). Simulasi keempat adalah mengenai perencanaan keuangan pribadi. Dalam simulasi ini, mahasiswa diberikan contoh kasus untuk menyusun anggaran keuangan pribadi. Misalnya mereka telah bekerja dan memiliki penghasilan total sebesar Rp5.000.000/ bulan dengan asumsi belum menikah, namun sudah mandiri (tidak tinggal dengan orang tua) dengan biaya hidup standar sebesar Rp2.500.000,- . Buatlah perencanaan keuangan untuk mengelola pendapatan tersebut. Disela-sela simulasi, muncul pertanyaan apakah jika 113 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 pengahasilan kita dibawah Rp2.500.000 (atau dibawah UMR), kita tetap harus menyusun anggaran keuangan pribadi? Jawabannya : iya. Sebenarnya tidak masalah berapun penghasilan yang kita terima, namun masalahnya bagaimana kita mengelolanya. Karena masalah kaya dan miskin adalah masalah mind set. Seperti dikutip dalam Gozali, A (2016), menyatakan bahwa kaya sebetulnya bukan dilihat dari ukuran kuantitas seberapa penghasilan atau total aset yang dimiliki. Kaya adalah kondisi ketika kita sudah merasa tidak memerlukan lagi atau merasa cukup dengan penghasilan anda. Jadi mentalitas kaya adalah mental orang yang tidak merasa kekurangan, atau merasa cukup dengan yang dimilikinya. Sebaliknya mentalitas miskin adalah adalah selalu merasa kurang dan ingin lebih sampai tidak terbatas. Jadi intinya, berapun penghasilan yang kita terima besar kecilnya sangatlah relatif. Bagi sebagian orang pengahasilan Rp5.000.000 sudah lumayan besar, namun sebagian lagi tidaklah seberapa, untuk itu perencanaan keuangan tetaplah diperlukan berapun jumlah penghasilan yang kita peroleh. Hasil simulasi, rata-rata mahasiswa telah menyusun dengan baik yang salah satu indikatornya menempatkan utang (maksimal 30%) dari jumlah penghasilan jadi maksimal Rp1.500.000, dan terdapat sisa yang ditabung/diinvestasikan. Namun masih ada beberapa mahasiswa yang tidak melakukan kegiatan menabung tetapi membeli barang-barang yang sifatnya konsumtif dan masih sedikit yang menyisihkan pengeluaran untuk melakukan kegiatan amal (sedekah, memberi orang tua, punia, dan lainya). Untuk itu dalam akhir sesi ini diberikan pemaparan mengenai bagiamana seharusnya angaran keuangan dengan kasus di atas. Sesi berikutnya pemaparan materi oleh pelaku bisnis yaitu Ibu Ketut Hana Ariani. Dalam pembahasan beliau menekankan bagaimana memulai suatu usaha (bisnis) dan pengelolaan keuangannya. Terdapat beberapa langkahlangkah yang diperhatikan dalam memulai sebuah usaha adalah menganalisis 5 W dan 1H, yaitu : (1) What, (2) Why, (3) When, (4) Who, (5) Where, dan How. Keenam komponen tersebut dipaparkan berdasarkan pengalaman beliau dalam merintis dan mengembangkan usaha kue yang dimilikinya. What, berbicara masalah apa yang harus dikembangkan. Apa keunggulan produk yang kita jual dibandingkan dengan produk-produk yang telah ada. Why, membahas mengenai kenapa melakukan bisnis ini. Pelaku sendiri, pernah bekerja sebagai konsultan keuangan dan sebagai akunting di perusahaan nasional. Namun panggilan hati untuk berbuat lebih banyak dan lebih baik dari yang sudah dilakukan sebelumnya, membuat beliau menekuni usaha ini. When, berbicara masalah kapan. Jangan pernah menunda bisnis yang akan dijalani. Jadi jika ada ide bisnis yang menguntungkan, jalani saja, karena kalau bukan kita maka orang lain yang melakukannya. Who, berbicara tentang pasar. Kepada siapakah sasaran produk yang akan kita jual. Sebagai langkah awal, maka keluarga, kerabat, teman, dan sahabat adalah target utama. Where, membahas mengenai tempat atau lokasi penjualan. Jika modal tidak terlalu besar, maka produksi dapat dilakukan di rumah dan pemasaran dapat dilakukan melalui media on-line. Sampai saat ini produk pie susu telah merambah sampai daerah Aceh dan Makasar. 114 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 Setelah pemaparan materi oleh Ibu Hanna, dilanjutkan dengan sesi diskusi dan Tanya jawab. Beberapa pertanyaan yang dapat dirangkum dalam kegiatan seminar dan pelatihan ini antara lain sebaga berikut. Pertama, mengenai kewirausahaan bagiamana upaya yang harus dilakukan untuk memulai suatu usaha. Biasanya sebagai seorang sarjana perasaan malu, gengsi, takut rugi masih menghantui lulusan untuk memulai suatu usaha. Disisi lain bagaimanakah menumbuhkan atau menemukan passion/ minat kita terhadap suatu usaha yang akan dikembangkan. Tanggapan pertanyaan tersebut dapat dipaparkan sebagai berikut. Kebangkrutan adalah suatu resiko yang biasa dalam sebuah usaha. Ibu Hana sendiri sebelum menjalani usaha sekarang (bisnis kuliner), juga telah mengalami kegagalan dalam menjalani usaha sebelumnya (usaha laundry dan salon). Namun prinsipnya, usaha yang dijalani harus ditekuni secara sungguhsungguh, dan pengelolaan keuangan juga menjadi salah satu faktor penting dalam kesuksesan sebuah usaha. Gengsi dan perasaan malu itu hal yang biasa, ditambah lagi jika memiliki kepribadian pemalu, maka akan sulit sekali untuk melakukan kegiatan pemasaran langsung. Pemasaran tidak langsung dewasa ini sangat massif dan menguntungkan seperti melalui media sosial (via on-line). Jadi sebagai pemula, maka media ini dapat dicoba dan perlahanlahan perasaan malu dan gengsi harus dihilangkan. Usaha yang dijalankan dengan passion atau hobi, lebih memudahkan kita untuk mejalankan bisnis dengan perasaan bahagia. Karena dengan bahagia semua energy positif akan datang dan menyertai bisnis yang kita geluti. Untuk menemukan minat kita sebenarnya adalah melalui kegiatan-kegiatan yang kita lakukan dengan sukacita. Dalam artian kita senang melakukan hal tersebut meskipun untungnya tidak seberapa. Tetapi dalam hal ini bukan berarti dalam usaha tidak mementingkan keuntungan. Tetapi dalam memulai sebuah usaha ada baiknya keuntungan diletakkan di nomer sekian. Nomor pertama adalah kepuasan konsumen dan loyalitas mereka. Jika kita telah memiliki konsumen tetap atau konsumen yang loyal dengan produk kita, maka keuntungan dapat kita perhitungkan dengan baik. Jadi intinya, passion kita adalah apa yang kita lakukan dengan senang hati tidak menjadi beban dan sangat enjoy jika melakukannya. Pertanyaan kedua terkait dengan pengelolaan keuangan. Mengapa financial planning itu diperlukan? Ayah saya selama ini sepertinya selalu berutang untuk membiayai kuliah saya dan adik-adik saya, apakah itu salah? Tanggapan penyaji sebagai berikut. Financial Planning merupakan suatu kegiatan untuk mengelola keuangan yang kita miliki. Tidak hanya untuk mengelola uang keluar namun juga bagaimana untuk menghasilkan uang masuk. Kedua poin ini sangatlah penting untuk menata keuangan yang tidak berorientasi untuk masa kini saja, namun juga untuk masa depan. Orang yang memilki financial planning, memiliki kualitas hidup lebih baik dan menjamin masa depan keuangan yang lebih baik pula. Kalau tidak menerapkan financial planning, kita sering terjebak pada situasi “hanya saat ini”, lebih mementingkan keinginan, dan tidak memiliki jaminan masa depan dan antisipasi untuk hal-hal yang tidak diinginkan. Jadi intinya pengetahuan financial planning sangat penting untuk kita pahami untuk menjamin keuangan masa kini dan masa depan. 115 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 Penggunaan utang tidaklah salah, yang salah jika utang tidak lagi rasional dalam artian tidak mampu dilunasi dengan seluruh penghasilan yang kita miliki. Aturannya adalah cicilan utang tidak melebihi dari 30% penghasilan yang diperoleh. Kegiatan seminar dan pelatihan ini ditutup dengan pengisian tes literasi keuangan. Tes literasi keuangan yang digunakan disusun oleh tim pelaksana berdasarkan kajian teori dan hasil penelitian yang relevan. Hasil tes ini menunjukkan bahwa indeks literasi keuangan mahasiswa terkategori cukup baik, dengan skor ratarata 70. Kebanyakan mahasiswa telah mampu membedakan konsep antara aset dan utang, melakukan perencanaan keuangan yang baik, dan konsep perhitungan bunga. Namun mahasiswa masih lemah dalam hal mejawab konsep investasi baik itu dalam hal tabungan, deposito, asuransi, maupun pasar modal. Kelemahan ini bisa dimaklumi karena mahasiswa yang non akuntansi, pemahaman konsep ini merupakan pengetahuan baru. tentang pengelolaan keuangan yang harus diketahui oleh peserta didik untuk bekal masa depan keuangannya kelak. DAFTAR RUJUKAN SIMPULAN Kegiatan P2M kali ini yang mengambil tema Seminar dan Pelatihan Dasar-Dasar Keuangan untuk Meningkatkan Literasi Keuangan di Kalangan Mahasiswa telah berjalan sesuai dengan rencana yang ditetapkan. Antusias peserta dalam kegiatan yang dilakukan dapat diamati melalui proses diskusi yang dilakukan. Pelaksanaan pengabdian pada masyarakat ini agar ditindaklanjuti dengan kegiatan serupa di tahun-tahun yang akan datang dengan memperluas kajian materi tentang financial planning, safari produkproduk investasi dan peserta yang berbeda. Hal ini mengingat pentingnya pengetahuan Kiyosaki, T, Robert dan Lechter, L., Sharon. 2013. The Cashflow Quadrant (Panduan Ayah Kaya Menuju Kebebasan finansial). terjemahan oleh Rina Buntaran. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Chen,H & Volpe,R.P.1998. An Analysis of Personal Literacy Among College Students. Financial Services Review, 7(2):107-128 Danes,S.M & Haberman,H.R.2007. Teen Financial Knowledge, Self-Efficacy, and Behavior : A Gendered View. Financial Counseling and Planning (online),18 (2) : 48-60 (Htpp : / / www . afcpe . org / assets/pdf/72866-volume-18-issue-2.pdf), diakses tanggal 15 Juli 2015 Gozali, Ahmad.2015. Habiskan Saja Gajimu. Jakarta: Transmedia Pustaka Herawati,T,N.2015. Kontribusi Pembelajaran di Perguruan Tinggi dan Literasi Keuangan Terhadap Perilaku Keuangan Mahasiswa FEB Undiksha, Artikel, JPP Undiksha, Jilid 48, No.1-3, April 2015, h.60-70 Liana.D.Rina. 2015. Bisa Investasi dengan Gaji < Rop5 juta. Jakarta: Penebar Plus Nokes, Sebastian. 2014. Finance Plain and Simple. terjemahan Riga Domenic Ponziani. Jakarta: PT Elex Media Komputindo 116 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 Nidar,S.R.,& Bestari,S.2012, Personal Financial Literacy Among University Students (Case Study at Padjajaran Universitas Students, Bandung, Indonesia). World Journal of Social Science (2)4: 162-171 (www.OJK.go.id diakses tanggal 25 April 2015) Susanti.2013. Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Literasi keuangan dan Perilaku Keuangan Siswa SMA Negeri Surabaya.Disertasi tidak diterbitkan. Malang:PPS UM. OJK. 2015. Survei Nasional Literasi Keuangan Indonesia (SNLKI). 117 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 IBM KELOMPOK PENGERAJIN DAUN PANDAN Dra. Ni Ketut Adi Mekarsari, Dra. Ni Nyoman Resmi, MM Universiats Panji Sakti Singaraja ABSTRAK Desa Sumberklampok merupakan desa yang ada di ujung Barat Kecamatan Gerokgak Kabupaten Buleleng, berjarak kurang lebih 82 km dari Universitas Panji Sakti yang ada di kota Singaraja. Desa ini dikenal sebagai penghasil anyaman daun pandan. Produk yang dihasilkan monoton berupa tikar dan anyaman untuk alas sesaji. Kondisi wilayah desa yang sebagian berawa merupakan habitat yang cocok bagi tumbuh dan berkembangnya tanaman pandan duri. Pada musim kemarau, masyarakat setempat memanfaatkan daunnya sebagai bahan baku kerajinan anyaman. Sedangkan pada musim hujan, daun pandan tidak dimanfaatkan sama sekali karena kesulitan dalam pengeringannya sehingga daun pandan dibiarkan busuk dan mengering di pohon. Usaha pembuatan kerajinan anyaman daun pandan sudah ditekuni oleh sebagian warga di Desa Sumberklampok secara turun temurun dengan teknologi yang sangat sederhana. Umumnya pengrajin adalah kaum perempuan, terutama ibu-ibu rumah tangga sebagai pekerjaan sambilan. Melalui program IbM Kerajinan Daun Pandan, tim pelaksana dan mitra berkomitmen untuk menerapkan Iptek untuk memecahkan beberapa permasalahan: Pada Aspek Produksi 1). Rendahnya kapasitas produksi anggota, yaitu rata-rata hanya 2 buah tikar single (biasa) dan 1 buah tikar double, 2) Penyiapan bahan baku daun pandan hanya dilakukan pada musim kemarau, sementara pada musim hujan daun pandan tidak dipanen dan dibiarkan membusuk/kering di pohon, 3) Jenis produk kurang variatif, yakni hanya tikar pandan dan alas sesaji. Pada Aspek Manajeman dan Pemasaran Produk : 1) Penetapan harga jual belum didasarkan pada perhitungan biaya modal secara akurat, termasuk biaya tenaga kerja, 2) Pengelolaan usaha (manajamen bahan baku, manajemen produksi dan manajemen pemasaran) belum dilakukan sebagaimana layaknya sebuah usaha kerajinan, 3) Pemasaran produk terbatas pada pasar-pasar desa sekitar dan belum dilakukan upaya promosi produk pada pasar yang lebih luas. Kegiatan ini dilaksanakan selama 8 bulan, dengan target luaran: 1) Kapasitas produksi meningkat sekitar 150% atau 5 tikar pandan single/orang/hari atau 3 tikar pandan doble/orang/hari, 2) Panen dan pengolahan daun pandan dapat dilakukan pada musim hujan karena pengeringan sudah menggunakan alat pengering(oven), 3) Jika ada bahan baku daun pandan berlebih, jenis produk lebih variatif, sudah dilakukan pelatihan pembuatan sandak lantai (hotel), dompet dan tas, 4) Penetapan harga jual dilakukan berdasarkan analisa ekonomi dan bisnis., 5) Manajemen usaha anggota maupun kelompok semakin baik dan tertib karena sudah memiliki Anggaran Dasar dan Anggaran rumah Tangga untuk kelompok Sari Pandan dan Amertha Pandan, 6) Produk kerajinan dapat dipasarkan secara online. Key word : Daun Pandan, anyaman, pengerajin I. PENDAHULUAN Kondisi wilayah desa yang sebagian 1.1. Analisis Situasi berawa merupakan habitat yang cocok bagi Desa Sumberklampok merupakan tumbuh dan berkembangnya desa yang ada di ujung Barat Kecamatan pandan duri. Gerokgak Kabupaten Buleleng, berjarak masyarakat kurang lebih 82 km dari Universitas Panji daunnya sebagai bahan baku kerajinan Sakti yang ada di kota Singaraja. Desa ini anyaman. Sedangkan pada musim hujan, dikenal sebagai penghasil anyaman daun daun pandan tidak dimanfaatkan sama pandan. Produk yang dihasilkan monoton sekali berupa tikar dan anyaman untuk alas sesaji. pengeringannya sehingga daun pandan Pada musim setempat karena tanaman kemarau, memanfaatkan kesulitan dalam dibiarkan busuk dan mengering di pohon. 118 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 Usaha kerajinan Kadek Mariani. Aktif melakukan rapat anyaman daun pandan sudah ditekuni oleh kelompok setiap bulan, yaitu setiap tanggal sebagian warga di Desa Sumberklampok lima setiap bulannya, sedangkan Kelompok secara turun temurun dengan teknologi Amertha Pandan masih relatif muda karena yang Umumnya berdiri pada tanggal 24 Nopember 2013. perempuan, Kelompok ini dipimpin oleh ibu Wayan sangat pengrajin pembuatan sederhana. adalah kaum terutama ibu-ibu rumah tangga sebagai Reni pekerjaan sambilan. Kelompok ini melakukan pertemuan rutin Untuk memudahkan dalam dan beranggotakan 15 orang. setiap hari minggu, minggu pertama setiap koordinasi dan pengembangan usaha, ibu- bulannya. ibu pengrajin daun pandan kemudian Kegiatan usaha yang ditekuni oleh menghimpun diri ke dalam kelompok anggota yang tergabung dalam kedua pengrajin daun pandan. Awalnya hanya ada kelompok ini adalah sama, yaitu pembuatan satu kelompok pengrajin, yaitu Kelompok anyaman daun pandan. Jenis kerajinan yang Pengrajin Sari Pandan. dihasilkan adalah tikar pandan dan alas Namun karena jumlah warga yang menekuni usaha cukup sesaji. Gambaran umum kondisi pohon banyak, maka sebagian lainnya membentuk pandan duri di lapangan dan contoh daun kelompok baru, yaitu Kelompok Pengrajin pandan yang telah dikeringkan oleh anggota Amertha Pandan. Kelompok Sari Pandan kelompok dapat disimak pada gambar berdiri pada 2005 atau sudah berusia sekitar berikut. 9 tahun. Kelompok ini beranggotakan 16 orang dan dipimpin (diketuai) oleh ibu Pohon pandan duri siap panen di Contoh daun pandan kering lapangan 119 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 Sebagaimana telah disinggung di hujan. Pada waktu musim kemarau/panas, atas, kegiatan produksi hanya dilakukan pengrajin hanya bisa melakukan proses pada musim kemarau, yaitu antara bulan produksi pada tahap pengeringan saja. Daun April sampai dengan September. Bahan pandan yang kering lalu disimpan sebagai baku daun pandan diambil menggunakan stok. Secara ringkas proses produksi sabit pada tanaman pandan duri yang anyaman daun pandan yang dilakukan oleh tumbuh anggota kedua kelompok ini adalah sebagai di kebun Pengambilan masing-masing. bahan baku biasanya berikut. dilakukan pada pagi hari. Bila daun pandan 1. Daun pandan dipetik saat tanaman yang dimiliki anggota tidak mencukupi, berumur 2 tahun, umur produktif daun biasanya mereka mendapatkan daun pandan pandan sekitar 15 tahun. Pemanenan dari warga lain dengan sistem bagi hasil. daun pandan pada tanaman yang sama Setiap pembuatan 4 buah tikar maka dilakukan setiap bulan sekali. pemilik daun mendapatkan bagian 1 buah 2. tikar. Menghilangkan duri daun pandan, tulang dan ujung daun pandan hingga Daun pandan diikat kemudian di mendapatkan bawa ke rumah masing-masing untuk diproses lebih lanjut. Daun ukuran lebar daun pandan 2-4 cm pandan 3. dibersihkan dari duri yang terdapat di tepi Daun pandan tanpa duri digulung sampai mencapai diameter 20-25 cm. daun menggunakan pisau. Setelah itu 4. digulung dan dijemur di bawah terik Lama penjemuran 1 minggu jika cuaca bagus. matahari. Untuk mendapatkan daun pandan 5. Pada hari ketiga/keempat daun pandan kering berkualitas baik, daun pandan harus yang dijemur sekitar seminggu penuh. Kualitas gulungannnya agar daun pandan yang baik dicirikan dengan kering merata. Kualitas daun pandan warnanya dan kering yang kurang bagus dicirikan mengkilap. dengan warna hitam dan berjamur. Sedangkan daun pandan yang kurang Daun pandan yang tidak dapat sinar mendapat sinar matahari berwana kusam, matahari akan rusak dan tidak dapat kehitaman dan agak berjamur. Selanjutnya digunakan untuk membuat anyaman. bertekstur hijau cerah keputih-putihan atau dilakukan proses menganyam daun pandan kering menjadi tikar. 6. Proses belum kering dibalik daun pandan Selanjutnya dilakukan penganyaman, dengan jenis tikar biasa atau double penganyamannya dilakukan pada musim 120 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 yang ukurannya 110 x 140 cm, 115 x pasar yang ada di sekitar desa dan desa 85cm dan 40 x 50 cm (jenis biasa). tetangga. Kapasitas produksi daun Kelompok Sari Pandan, dulu pernah ada pandan ataupun alas sesaji pada masing- pembeli dari luar daerah yang melakukan masing pemesanan anggota Umumnya mereka tikar Menurut penuturan Ketua sangat baru bervariasi. mampu dalam jumlah kontinyu. Namun besar dan karena keterbatasan menghasilkan tikar single (jenis biasa) rata- kapasitas produksi dan kurang kompaknya rata 2 (dua) buah per hari atau sebanyak 1 anggota dalam mengelola usaha, maka buah tikar jenis double. Kapasitas produksi permintaan tersebut tidak dapat dipenuhi. maksimal jika dijadikan pekerjaan utama, Sebetulnya dalam satu hari maksimum mereka dapat merupakan peluang emas bagi kami, tapi menyelesaikan 4 buah tikar jenis biasa dan apa boleh buat karena kemampuan anggota 2 buah tikar jenis double. Permintaan jenis kelompok sangat terbatas dan manajemen tikar biasa lebih banyak dari jenis double. usaha belum terkelola dengan baik, maka Harga tikar juga bervariasi. Penentuan peluang harga jual hanya berdasarkan taksiran biaya manfaatkan sebaik-baiknya. bahan baku, sementara biaya-biaya lainnya, termasuk pekerja tersebut Jumlah pembeli belum produk tersebut dapat yang kami dapat belum dihasilkan oleh eorang pengrajin rata-rata diperhitungkan dalam penentuan harga. per bulan dengan 25 hari kerja adalah 100 Tikar ukuran 110 cm x 140 cm kategori buah tikar. Dengan jumlah anggota kedua single dijual dengan harga Rp 12.500,- dan kelompok 31 orang, maka jumlah produks untuk kategori double dijual dengan harga yang dapat dihasilkan adalah 3100 buah per Rp 25.000,. Tikar berukuran 85 cm x 115 bulan. cm kategori single dijual dengan harga Rp berproduksi pada musim hujan 10.000 dan kategori double dijual dengan bulan) maka jumlah produk yang bisa harga Rp 20.000. Tikar ukuran 40x50cm dihasilkan (alas sesaji) dijual dengan harga Rp. 6.000,- Sebenarnya per unit. mengeringkan bahan bakunya pada musim Dalam upah tawaran memasarkan Karena pengrajin adalah jika 18600 hanya buah pengerajin bisa (enam tikar. bisa produknya, hujan, jumlah produk yang dapat dihasilkan biasanya menunggu pembeli datang ke dapat melebihi jumlah tersebut di atas. lokasi produksi. Saat ini mulai ada rintisan Dengan demikian apabila ada pesanan pemasaran yang dilakukan oleh anggota dalam jumlah banyak pengerajin bisa kelompok, namun masih terbatas ke pasar- memenuhi permintaan, selain itu pengerajin 121 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 juga dapat membuat produk baru selain 1. Penetapan harga jual belum didasarkan tikar. pada perhitungan biaya modal secara 1.2. Permasalahan Mitra akurat, termasuk biaya tenaga kerja. Berdasarkan uraian pada bagian 2. Pengelolaan usaha (manajamen bahan analisis situasi di atas, dapat diketahui baku, bahwa meskipun usaha kerajinan anyaman manajemen daun pandan sudah ditekuni secara turun dilakukan temurun oleh anggota kelompok, namun sebuah usaha kerajinan. dalam proses produksi dan pemesanan produk masih menghadapi 3. manajemen produksi pemasaran) sebagaimana dan belum layaknya Pemasaran produk terbatas pada pasar- sejumlah pasar desa sekitar dan belum dilakukan permasalahan. Tidak semua permasalahan upaya promosi produk pada pasar yang mampu ditangani melalui IbM ini. Oleh lebih luas. karena itu Tim Pengusul dan mitra II. TARGET LUARAN bersepakat memfokuskan program/kegiatan IbM ini pada upaya pemecahan permasalahan-permasalahan sebagai Luaran pelaksanaan program dan dari kegiatan : Pada aspek produksi: 1. Rendahnya kapasitas 1. Kapasitas produksi meningkat sekitar produk 150% anggota, yaitu rata-rata hanya 2 buah atau 5 tikar pandan single/orang/hari atau 3 tikar pandan tikar single (biasa) dan 1 buah tikar doble/orang/hari. double. 2. Panen dan pengolahan daun pandan 2. Penyiapan bahan baku daun pandan dapat dilakukan pada musim hujan. dilakukan pada musim 3. Jenis produk lebih variatif, setidaknya kemarau, sementara pada musim ada jenis produk berbahan baku daun hujan daun pandan tidak dipanen dan dibiarkan dihasilkan sebagaimana telah disebutkan di atas adalah berikut. hanya yang membusuk/kering pandan. di 4. Penetapan pohon. berdasarkan 3. Jenis produk kurang variatif, yakni harga analisa jual dilakukan ekonomi dan bisnis. hanya tikar pandan dan alas sesaji. 5. Manajemen usaha anggota maupun Pada Aspek Manajeman dan Pemasaran kelompok semakin baik dan tertib. Produk : 122 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 6. Produk kerajinan dapat dipasarkan ke pasar-pasar dan pusat-pusat pasar mengelola usaha dan dilakukan dengan organisasinya metode PALS kerajinan di Singaraja, Denpasar dan (Participatory Action Learning System). Gianyar. Prinsip dasar dari metode PALS adalah 7. Artikel pengabdian kepada masyarakat pelibatan mitra beserta anggotanya dalam yang dipublikasikan di jurnal nasional proses pembelajaran aktif partisipasi dalam terakreditasi. program aksi penerapan ipteks pengolahan III. METODE PELAKSANAAN daun pandan duri, manajemen kelompok dan penyempurnaan sistem pemasaran 3.1. Metode Pendekatan dengan Upaya pemecahan masalah yang membentuk diusulkan adalah pemberdayaan mitra pembelajaran dalam meningkatkan kuantitas, kualitas produk dan meningkatkan segala pendekatan suatu sehingga sistem interaksi masyarakat secara partisipatif, baik secara personal maupun efisiensi komunal. Metode PALS menitikberatkan produksi. Bahan dan peralatan untuk pada transformasi kegiatan-kegiatan yang mewujudkan hal tersebut akan diusahakan telah ada untuk diusahakan dibawa pada pengadaannya melalui program IbM ini. perubahan-perubahan ke arah perbaikan Pemberdayaan usaha kerajinan daun kondisi usaha dan kondisi kelembagaan pandan duri dalam meningkatkan kuantitas, kelompok usaha mitra. Secara diagramatik, kualitas dan efisiensi produksi, serta rencana pemecahan permasalahan mitra meningkatkan kemampuan mitra dalam dijabarkan seperti pada gambar berikut. Teknologi pengolahan daun pandan Kelompok Pengrajin Sari Pandan & Amertha Pandan Pelatihan tentang manajemen usaha dan produksi (diversifikasi produk) Pelatihan strategi pemasaran 123 Produk yang dihasilkan : 1. Kapasitas produksi naik sekitar 150% 2. Panen dan pengolahan daun pandan dapat dilakukan musim hujan. 4. Jenis produk bertambah, ada minimal 3 jenis produk yang dibuat. 5. Harga barang ditetapkan berdasarkan analisa ekonomi dan bisnis 5. Kelompok mampu memasarkan produk dengan jangkauan pemasaran lebih luas SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 IV. KARYA UTAMA mengundang bapak Kepala Desa 4.1.1. Realisasi Program Ipteks Sumberklampok, Ibu Kepala Desa Berbagai kegiatan dilakukan untuk menghasilkan direncanakan, karya-karya mulai dari Ketua Kelompok Kerja Sari Pandan yang dan Ketua Kelompok Amertha sosialisasi Pandan.. program, pertemuan koordinasi dengan Koordinasi pada kedua kelompok pengurus kelompok, Mitra, Kepala Desa dilakukan pada tanggal 6 Juni 2016. Sumberklampok, pelatihan dan penerapan Pada saat itu Tim pelaksana IbM pengeringan dengan bertemu dengan kedua anggota menggunankan mesin pengering atau oven, kelompok. Pada saat itu tim IbM pelatihan pembutan sandal lantai (hotel) tas, menyampaikan beberapa hal yaitu serta dompet. Pelatihan dan ceramah (1) pengadaan satu set mesin menyusun Anggaran Dasar dan Anggaran pengering daun pandan (oven); (2) Rumah waktu daun Tangga pandan Kelompok; pelatihan pelaksanaa ceramah administrasi kerja kelompok (buku anggota, menyusun pembukuan, Anggaran Rumah Tangga untuk standar keuangan); produksi serta menentukan harga prokok kedua Anggaran kelompok; dasar (3) waktu pembuatan produk produksi, sistem pemasaran produk pandan, pelaksanaan membuat plang (papan) Nama kelompok baru sandal lantai (hotel), tas, dan serta membuat blog. Secara rinci realisasi dompet; (4) pendampingan dalam berbagai kegiatan tersebut adalah sebagai menentukan harga pokok produksi berikut : dan standar produk (5) pembuatan a. Sosialisasi Program IbM Sosialisasi blog untuk memasarkan produk pendahuluan lewat online. Gambaran aktivitas dilaksanakan tanggal 13 Mei 2016, pada saat pelaksanaan sosialisasi bertempat di kantor Kepala Desa dapat dilihat pada gambar berikut Sumberklampok. Acaranya adalah 124 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 Gambar 4.1 Sosialisasi dengan Kepala Gambar 4.2. Sosialisasi dengan kelompok Desa Sumberklampok Sari Pandan dan Amertha Pandan b. Pembukaan Pelatihan Tim IbM Diiskopdagprin serta anggota kedua melakukan pelatihan kelompok melakukan pelatihan penyusunan Anggaran Dasar serta pembuatan sandal lantai,atau sandal Anggaran Rumah Tangga untuk hotel, tas dan dompet yang bahan kelompok Sari Pandan dan Amertha utamanya dari daun pandan. Daun Pandan pada tanggal 14 agustus pandan yang dipakai adalah yang 2016. kering Peserta pelatihan adalah manual artinya yang anggota masing-masing kelompok, pengeringannya menggunakan sinar pada pelatihan ini dihadiri oleh ibu matahari. Kepala Desa dan telah disahkan oleh Gambaran suasana saat penyusunan Kepala Desa Sumberklampok pada Anggaran Dasar dan Anggaran tanggal 24 Agustus 2016. Rumah Pada tanggal 24 September 2016 pembuatan sampai dengan tanggal 3 Oktober dilihat 2016, berikut: instruktur dari a b 125 tangga sarta produk seperti pelatihan baru tersaji dapat sebagai c SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 d e Gambar a. Ceramah dan pelatihan f musim hujan daun pandan tidak penyusunan AD/T untuk dipanen dan dibiarkan kelompok Sari Pandan dan membusuk/kering di pohon,dengan Amertha Pandan. datangnya mesin pengering pada Gambar b. Pelatihan menganyam pandan tanggal 2 Oktober 2016 diharapkan sebagai dasar pembuatan tas, mampu mengatasi permasalahan sandal dan dompet kelompok, Gambar c. Anyaman daun pandan bahan bahan baku dapat terpenuhi setiap saat. dasar untuk membuat tas, sandal dan dompet. Gambar d. Salah satu anggota kelompok 4.1.2 Produk (Karya Utama) menjahit produk sandal. Perbaikan dan peningkatan produksi Gambar e. Mesin pengering daun pandan tikar dari daun pandan sangat diharapkan (oven) dari program IbM Kelompuk Pengerajin Gambar f. Daun pandan dalam oven Daun Pandan. Selain memproduksi tikar pengeringan yang sudah diciptakan oleh kelompok c. Pelatihan pengeringan daun pandan pengerajin, Dengan ada mesin pengering dengan oven (mesin pengering). Untuk mengatasi daun pandan untuk bahan baku daun pandan Rendahnya kering sudah tidak masalah lagi, sehingga kapasitas produk anggota, yaitu jika ada bahan baku berlebih kelompok rata-rata hanya 2 buah tikar single dapat memproduksi Sandal lantai (hotel), (biasa) dan 1 buah tikar double, tas, dan dompet yang sudah diberikan karena penyiapan bahan baku daun pelatihan selama 10 hari oleh instruktur pandan hanya dilakukan pada yang didatangkan oleh tim IbM dari Danas musim kemarau, sementara pada Koperasi Perdagangan dan Perindustrian 126 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 Kabupaten Buleleng. Manajemen Produksi khususnya yang handal, regulasi kelompok yang baik, Pandan dan Kelompok Pengerajin Amertha pemasaran yang luas sangat diharapkan Pandan. sehingga pengabdian yang dilaksanakan Produk Prgram IbM Kelompok Pengerajin mampu memberikan kontribusi kepada Daun Pandan tersaji pada tabel berikut: masyarakat, sehingga peningkatan perekonomian No kelompok pengerajin membantu Tabel 1. Produk IbM Kelompok masyarakat Pengerajin Daun Pandan Produk Sari Keterangan Proses pembuatan tikar, 1 dari pandan dihilangkan durinya, digulung kemudian dimasukan ke dalam mesin pengering, selama 4 jam, kemudian dianyam dan menjadi produk tikar 127 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 2 Produk sandal dan tas yang dihasilkan kelompok 3 Produk Anggaran Dasar dn Anggaran Rumah Tangga Kelompok Pengerajin Sari Pandan dan Amertha Pandan V. SIMPULAN 3. Dari hasil realisasi program Ipteks mesin juga dapat disewakan secara dan komersil untuk penganyam pribadi. pencapaian produk (Karya Utama) selama pelaksanaa program 1. 4. Adanya Anggaran Dasar dan IbM dapat dikemukakan bberapa Anggaran Rumah tangga sehingga simpulan sebagai berikut : kelompok bekerja sesuai dengan Dapat berproduksi maksimal yaitu aturan tersebut. dari 2 tikar single perhari menjadi 5 2. Selain untuk kepentingan kelompok 5. Dapat memproduksi produk baru tikar single perhari atau 1 tikar dobel untuk menjadi 2 tikar dobel perhari. produk. Dengan pengering adanya daun bantuan pandan, msin 6. menambah diversifikasi Pengetahuan kelompok di dalam proses menghitung harga pokok produksi pengeringandapat dilakukan setiap sehingga dapat menentukan harga saat. pokok produk. 128 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 VI. SARAN Adapun menyisihkan saran yang dapat diharapkan terus biaya penyusutaan peralatan. disampaikan adalah : 1. 2. 3. Kelompok VII. DAMPAK DAN MANFAAT berinovasi untuk menciptakan produk Dampak program IbM Kelompok baru dapat Pengerajin Daun Pandan ditinjau mememnuhi kebutuhan konsumen dari sisi efisiensi efektifitas produk, sehingga meningkatkan pendapatn manajmeen produksi dan Fakultas rumah tangga. Ekonomi Unipas. Pemberdayaan Dengan adanya penyuluhan tentang usaha kelompok pengerajin daun manajemen pandan yang berkualitas, produksi dan dalam meningkatkan administrasi, hendaknya kelompok kuantitas, kualitas dan efisiensi dapat mengimplementasikan dalam produksi kegiatan usahanya. kemampuan kelompok dalam usaha serta meningkatkan Kelompok hendaknya menetapkan standar produksi (pengupahan) serta sangat dirasakan oleh kelompok. Horne,Van,James C, John M. Wachowicz,Jr.1997. Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan . Edisi Sembilan. Salemba Empat Jakarta. Pelibatan anggota pada kelompok dalam proses pembelajaran dalam penerapan Ipteks pengerajin daun pandan, manajjemen kelompok dan Ismanto Novi Fajar, 2009. Jurnal Strategi Pengembangan Usaha Budidaya Lele di Daerah Parung Kabupaten Bogor. penyempurnaan sintem pemasaran ddengan segala pendekatan Kementrian UKM dan Koperasi, 2008. Laporan Penelitian Decision Support System Kelayakan Ekonomi dan Financial UKM. Jakarta. sehingga kegiatan –kegitan yang telah ada dan ditambah dengan pelatihan- pelatihan menambah wawasan dari anggota kelompok Litabmas, Dikti.2013. Panduan Pelaksanaan Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat di Perguruan Tinggi Edisi IX. Litabmas Dikti, Kemendiknas. Jakarta kerja Sari Pandan dan Amertha Pandan. VIII. DAFTAR PUSTAKA Kalengka Nobertus & Edi Trihartono. Kerajinan Daun Pandan. Penerbit Arcita. Frensidy Budy, 2008. Financial Mathematics. Salemba Empat. Jakarta 129 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 Keown J. Arthur, et al. 2001. Dasar-Dasar Manajemen . Edisi 7, Salemba Empat. Jakarta. Kememperindag. Diklat Pengembangan Kerajinan Daun Pandan. Tanggal 18-23 Maret 2013. Jakarta. Rangkuti Freddy, 2006. Business Plan, Teknik Pembuatan Perencanaan Bisnis Dan Analisis Kasus. P.T. Gramedia Pustaka Utama. 130 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 Peningkatan Kompetensi Guru SD melalui Pendampingan Pembelajaran berbasis Lesson Study di Gugus I dan II Kecamatan Sukasada I Gede Margunayasa1, I Made Citra Wibawa 2, I Made Suarjana3 1,2,3 Jurusan PGSD Fakultas Ilmu Pendidikan UNDIKSHA [email protected] ABSTRACT The aimed of learning assistance implemented through lesson study was to improve the competence of teachers in cluster I and II District of Sukasada. The assistance in Cluster I and II Sukasada District conducted starting in June 2016 to August 2016. The activities carried out include with seminars of socialization lesson study, workshop about typing Microsoft Word and PowerPoint, workshop about classroom action research, a workshop about the development of learning tools, mentoring about implementation of lesson study through planning activities (plan), implementation (do), and reflection (see). Participants of the activities are 32 peoples consisted of 29 teachers from primary schools in Cluster I and II Sukasada District and 3 students of PGSD department who are taking courses in the thesis. The team accompanying lesson study activities in Cluster I and II District of Sukasada were 3 people who came from the PGSD Department of the Faculty of Education Undiksha. Through the activities of lesson study was to resolve the problems experienced by teachers in cluster I and II Sukasada District. Implementation of lesson study got a very good response from participants because they thought the activities such as lesson study can add knowledge and experience as a teacher, can find out the deficiencies of teaching, increase knowledge in carrying out the teaching and learning activities, teachers have know friends from other schools, and they are very willing, expecting, and preparing to join again, especially for the implementation of the curriculum in 2013. Keywords: competence, learning, lesson study ABSTRAK Tujuan dilaksananakan pendampingan pembelajaran berbasis lesson study adalah untuk meningkatkan kompetensi guru SD di Gugus I dan II Kecamatan Sukasada. Pendampingan di Gugus I dan II Kecamatan Sukasada dilakukan mulai bulan Juni 2016 sampai dengan bulan Agustus 2016. Kegiatan ini merupakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat jenis IbM yang dibiayai dari DIKTI. Kegiatan yang dilaksanakan meliputi seminar sosialisasi lesson study, workshop pengetikan microsoft word dan powerpoint, workshop penelitian tindakan kelas (PTK), workshop mengenai penyusunan perangkat pembelajaran, pendampingan pelaksanaan lesson study melalui kegiatan perencanaan (plan), pelaksanaan (do), dan refleksi (see). Peserta kegiatan berjumlah 32 orang terdiri dari 29 orang guru yang berasal dari SD di Gugus I dan II Kecamatan Sukasada dan 3 orang mahasiswa PGSD yang sedang mengambil mata kuliah skripsi. Tim yang mendampingi kegiatan lesson study di Gugus I dan II Kecamatan Sukasada berjumlah 3 orang yang berasal dari Jurusan PGSD Fakultas Ilmu Pendidikan Undiksha. Melalui kegiatan lesson study, masalah pembelajaran yang dialami oleh guru-guru di Gugus I dan II Kecamatan Sukasada dapat diatasi. Pelaksanaan lesson study mendapat sambutan yang sangat baik dari peserta karena menurut mereka kegiatan seperti lesson study dapat menambah wawasan dan pengalaman sebagai guru, dapat mengetahui kekurangan-kekurangan dalam mengajar, menambah ilmu dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar, lebih mengenal teman guru dari sekolah lain, dan mereka sangat bersedia, mengharapkan, dan siap didampingi lagi, terutama untuk pelaksanaan kurikulum 2013. Kata kunci: kompetensi, pembelajaran, lesson study PENDAHULUAN Salah satu wadah dalam pengembangkan kompetensi guru SD 139 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 adalah melalui kegiatan kelompok kerja guru (KKG). KKG merupakan salah satu wadah pengembangan profesi guru dalam meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik serta kompetensi secara berkelanjutan. Anggota KKG adalah guru-guru kelas di sekolah dasar (SD) yang berkumpul dalam satu gugus. Sebagai contoh, KKG Gugus I dan Gugus II Kecamatan Sukasada. KKG di kedua Gugus tersebut memiliki jumlah anggota yang berbeda-beda, tergantung pada jumlah guru kelas yang ada pada tiap sekolah. Untuk mendapatkan informasi mengenai peran KKG dalam membina empat kompetensi guru, maka dilakukan wawancara dengan salah satu orang guru dari kedua gugus tersebut. Menurut Ibu Ni Komang Muliasih, S.Pd.SD, KKG di gugus I mengadakan kegiatan KKG setiap seminggu sekali. Kegiatan yang dilakukan, diantaranya penyusunan silabus dan RPP di awal semester untuk setiap mata pelajaran berdasarkan kurikulum yang berlaku. Disamping itu, para guru juga menerima pengarahan dari pengawas atau guru calon pengawas atau terkadang dari koordinator pengawas tentang penyusunan RPP yang berkarakter, pengelolaan pembelajaran, penyusunan instrumen evaluasi, ataupun penulisan karya ilmiah. Akan tetapi, pengarahan-pengarahan tersebut masih bersifat teoritis, umum, dan tanpa diikuti dengan kegiatan evaluasi setelah kegiatan berakhir. Para guru menyatakan ketidakpuasannya karena yang dibutuhkan adalah contoh langsung, bukan sekedar teori, apalagi tanpa evaluasi. Jika pun pembicaranya adalah dosen, kegiatannya dilaksanakan dalam satu kecamatan sehingga para guru merasakan tidak mendapatkan apa-apa karena tidak ada kesempatan untuk mendapat bimbingan secara detail. Kekurangan lain yang diungkapkan oleh nara sumber adalah pembinaan kompetensi personal dan sosial para guru belum pernah disinggung setiap ada kegiatan KKG. Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak I Nyoman Dana, S.Pd.SD, para guru membutuhkan bimbingan secara intensif oleh para ahli di bidang pendidikan. Mereka menyatakan bahwa pembicara yang biasa memberikan pengarahan dalam kegiatan KKG belum begitu memberikan jawaban yang memuaskan pertanyaan-pertanyaan para guru. Tidak hanya itu, dalam kegiatan KKG pembekalan tentang konten materi pelajaran tidak pernah diberikan, terutama mata pelajaran Matematika, IPS, IPA, Bahasa Indonesia, dan PKn, maupun pembelajaran yang sesuai dengan mata pelajaran tersebut. Akibatnya, pemahaman guru mengenai materi pelajaran masih kurang. Ini juga diakibatkan oleh karena guru hanya mengandalkan materi yang ada pada buku pelajaran, dan tidak ada kreativitas guru untuk mencari materi pelajaran dari sumber lain. Dalam kegiatan KKG, tidak pernah dibahas juga mengenai metode dan model-model pembelajaran inovatif yang bisa diterapkan oleh guru-guru di kelas. Ini diperparah lagi dengan kondisi bahwa guru-guru tidak memiliki buku sumber berkaitan dengan metode, strategi, dan model-model pembelajaran yang inovatif. Hal ini menyebabkan guru-guru di Gugus I dan II lebih senang menggunakan pembelajaran konvensional (sekitar 98% guru). Apalagi media di sekolah hanya tersedia sedikit sekali sehingga menyebabkan para guru tidak termotivasi 141 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 untuk mengelola pembelajaran menjadi lebih inovatif. Berkaitan dengan penelitian tindakan kelas (PTK), tidak satu pun guru di gugus tersebut yang mampu menghasilkan sebuah penelitian beserta laporannya, karena tidak tahu bagaimana harus merencanakan, melaksanakan, dan melaporkannya. Salah satu akibatnya adalah para guru kesulitan mengikuti kenaikan pangkat yang disebabkan tidak memiliki karya ilmiah. Masalah lain yang diungkapkan adalah guru belum pernah dilatih untuk mengoperasikan komputer dalam kegiatan KKG. Hal ini menyebabkan guru selalu meminta pegawai untuk menyelesaikan administrasi guru. Dampak lebih lanjut adalah guru merasa takut dan asing dengan benda tersebut (Hasil wawancara, Februari 2015). Menurut kepala UPP Kecamatan Sukasada, keberadaan KKG belum memberikan kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan kompetensi guru. Berdasarkan hasil tanya jawab dengan narasumber, berbagai kendala yang dihadapi oleh guru, kepala sekolah, dan pengawas saat ini dalam usaha menciptakan KKG yang aktif dan efektif, yaitu: 1) manajemen kelompok kerja masih perlu ditingkatkan kualitasnya dalam upaya optimalisasi pembinaan kegiatan KKG, 2) program-program kegiatan KKG masih kurang sesuai dengan kebutuhan pengembangan profesionalitas guru, 3) kurangnya pembinaan dari pihak akademisi karena letak wilayahnya lumayan jauh dari Undiksha (± 30 Km). Pihaknya mengakui jika meminta bantuan pelatihan dari akademisi-akademisi Undiksha ke tingkat Kabupaten, baik masalah menghubungkan dengan pihak lembaga tersebut maupun pendanaan, jalur pengusulan kegiatan tersebut sangat rumit, dan 4) pola pikir guru yang tidak mau berubah membuat para guru tidak mampu berprestasi sekaligus mengembangkan kompetensinya. Harapan yang disampaikan narasumber berkaitan dengan kompleksnya masalah guru di Gugus I dan II Kecamatan Sukasada adalah adanya peran serta pihak lembaga pendidikan tinggi, terutama yang berkaitan dengan pendidikan SD, untuk ikut membantu mengembangkan kompetensi guru di wilayahnya. METODE Dalam upaya mengatasi kesulitan yang dialami KKG Gugus I dan II Kecamatan Sukasada, solusi yang ditawarkan adalah melaksanakan beberapa program pembinaan terhadap 4 kompetensi guru dan penyadaran pola pikir guru dalam melaksanakan tugasnya. Solusi tersebut dapat terlaksana dengan menerapkan lesson study. Adapun langkah-langkah pelaksanaan program adalah: 1) melakukan seminar tentang penyadaran pola pikir guru, active learning, dan lesson study, 2) workshop pembinaan kompetensi guru dan pelaksanaan lesson study, (3) pendampingan lesson study di sekolah, dan (4) seminar diseminasi hasil lesson study. Workshop tentang pembinaan kompetensi guru terdiri dari 3 kegiatan yaitu workshop tentang pengetikan word dan powerpoint, workshop pembuatan PTK, dan wokshop tentang perangkat pembelajaran. HASIL Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat dengan judul IbM KKG berbasis Lesson Study di Gugus I & II Kecamatan Sukasada sampai pada bulan 142 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 Oktober 2016 telah dilaksanakan dengan baik. Kegiatan-kegiatan yang telah terlaksana adalah seminar active learning dan Lesson Study, workshop pengetikan word dan powerpoint, workshop penyusunan PTK, workshop penyusunan perangkat pembelajaran sebagai perwujudan tahap plan lesson study, kegiatan pendampingan lesson study (plan-do-see) di 2 sekolah (SDN 1 Gitgit dan SDN 2 Tegallinggah), dan kegiatan seminar hasil kegiatan lesson study dan artikel. Pada tahap awal pelaksanaan program, telah dilaksanakan kegiatan berupa perancangan kegiatan seminar dan workshop, penyiapan narasumber, sosialisasi dan koordinasi dengan ketua UPP Kecamatan Sukasada, sosialisasi dan koordinasi dengan ketua Gugus I dan II Kecamatan Sukasada, penentuan jadwal kegiatan bersama mitra, penyiapan bahan seminar dan workshop, dan penyiapan lokasi serta sarana prasarana kegiatan. Kegiatan persiapan dilaksanakan dari tanggal 6 Juni hingga tanggal 14 Juni 2016, yang juga melibatkan peran serta aktif mitra untuk menentukan skala prioritas program yang dilaksanakan dan waktu pelaksanaan. Setelah tahap persiapan, dilaksanakan kegiatan seminar dan workshop sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Kegiatan dilaksanakan di SDN 1 Gitgit. Seminar active learning dilaksanakan untuk memberikan penyegaran materi mengenai modelmodel atau metode pembelajaran yang dapat membuat siswa menjadi aktif secara bertindak dan aktif berpikir. Narasumber yang diundang sebagai penyaji pada seminar ini adalah Putu Nanci Riastini, S.Pd.,M.Pd. Kegiatan seminar dilakukan pada tanggal 15 Juni 2016. Selanjutnya, pada hari yang sama, diberikan sosialisai tentang hakikat dan pelaksanaan lesson study. Narasumber yang pada kegiatan sosialisasi ini adalah I Gede Margunayasa, S.Pd.,M.Pd. sekaligus sebagai ketua tim pelaksana. Beliau dipilih karena telah mengikuti pelatihan dan melaksanakan lesson study di beberapa sekolah dan di kampus sehingga diharapkan mitra mendapatkan banyak pengetahuan tentang lesson study. Seminar dilakukan dengan metode ceramah dan diskusi interaktif antara narasumber mitra. Seminar hari pertama diikuti oleh Ketua UPP, para pengawas di Kecamatan Sukasada, para ketua Gugus I dan II Sukasada, guru-guru peserta kegiatan, dan 3 orang mahasiswa. Dalam pelaksanaannya, antusiasme peserta tergolong tinggi dilihat dari partisipasi mereka dalam diskusi interaktif. Dalam pelaksanaan seminar ini tidak ditemukan kendala yang berarti. Kegiatan kedua adalah workshop pengetikan word dan powerpoint, yang dilaksanakan pada tanggal 20 Juni 2016 di SDN 1 Gitgit. Peserta kegiatan berjumlah 32 orang. Narasumber dalam kegiatan ini adalah Bapak I Made Citra Wibawa, S.Pd.,M.Pd, yang juga merupakan anggota tim kegiatan IbM. Beliau dipilih karena berpengalaman mengajar mata kuliah Dasar-dasar TIK di Jurusan PGSD. Hal-hal yang dilatihkan adalah pengetikan word dan powerpoint. Kegiatan ini bertujuan untuk membekali mitra kemampuan pengetikan dalam kaitannya dengan penyusunan PTK, RPP, maupun bahan presentasi lainnya. Respon mitra terhadap kegiatan pelatihan sangat baik dan mereka sangat antusias mencoba menggunakan Microsoft Word dan Powerpoint. Kendala dalam kegiatan ini adalah workshop berjalan lambat karena keterampilan menggunakan laptop setiap 143 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 peserta beragam dan belum begitu bisa menggunakannya. Tetapi hal itu dapat segera diatas karena mahasiswa yang ikut sebagai peserta diminta mendampingi guru-guru peserta pelatihan. Kegiatan ketiga adalah Workshop Penyusunan PTK yang dilaksanakan pada tanggal 21 Juni 2016 di SDN 1 Gitgit. Peserta kegiatan berjumlah 32 orang. Narasumber dalam kegiatan ini adalah Bapak Drs. I Made Suarjana, M.Pd, yang juga merupakan anggota kegiatan IbM. Hal yang dilatihkan adalah penyusunan PTK sesuai permasalahan yang dihadapi guru-guru. Kegiatan ini bertujuan untuk membekali mitra kemampuan menyusun PTK. Respon mitra terhadap kegiatan pelatihan sangat baik. Mereka antusias menyusun peta masalah dan penyelesaian yang dilakukan sehingga masing-masing mitra menghasilkan satu judul PTK. Namun, hanya 10 judul PTK nanti yang akan diberikan bantuan dana penyusunan PTK. Kegiatan keempat adalah Workshop Perangkat Pembelajaran yang dilaksanakan selama dua hari, yaitu pada tanggal 22 dan 23 Juni 2016 di SDN 1 Gitgit. Peserta kegiatan berjumlah 32 orang. Narasumber dalam kegiatan ini adalah I Gede Margunayasa, S.Pd, M.Pd. dan I Made Citra Wibawa, S.Pd.,M.Pd. Kegiatan ini berupa penguatan kurikulum 2013 dan workshop teknik-teknik menyusun RPP sesuai kurikulum 2013. Kegiatan ini bertujuan untuk membekali mitra kemampuan menyusun RPP kurikulum 2013, karena SDN 1 Gitgit sebagai sekolah inti di Gugus II dan SDN 1 Pancasari sebagai sekolah di Gugus I Kecamatan Sukasada pada tahun pelajaran 2016/2017 melaksanakan Kurikulum 2013. Respon mitra terhadap kegiatan pelatihan sangat baik. Mereka antusias berpartisipasi dalam diskusi interaktif mengenai penyusunan RPP. Kegiatan kelima adalah Pendampingan Plan dari Lesson Study, untuk menyusun perangkat pembelajaran pada 27 Juni 2016. Kegiatan ini kelanjutan dari tanggal 22 dan 23 Juni 2016. Kegiatan plan diikuti oleh 32 peserta. Kegiatan plan dilaksanakan di SDN 1 Gitgit. Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok, masing-masing kelompok didampingi oleh satu orang pendamping. Setiap kelompok melakukan diskusi untuk mengidentifikasi kesulitan belajar siswa, materi yang ajar yang diajarkan, strategi atau metode pembelajaran yang digunakan pada saat pelaksanaan (do) lesson study. Adapun model/metode yang digunakan dalam mengajar adalah model pembelajaran kooperatif dan metode diskusi kelompok. Beberapa komentar peserta mengenai kegiatan plan, yaitu: bahwa kegiatan plan sangat bermanfaat, karena dapat menyusun perangkat pembelajaran bersama-sama sehingga dapat saling tukar pendapat. Melalui kegiatan plan, dapat menambah wawasan mengenai pemilihan strategi dan metode pembelajaran yang tepat. Melatih sikap saling menghargai dan menghormati pendapat orang lain. Kegiatan ini juga sebagai upaya untuk menghasilkan pembelajaran yang terbaik, menyenangkan, dan efekif. Setelah kegiatan plan, kegiatan keenam adalah pelaksanaan Do and See lesson study di SDN 1 Gitgit dilaksanakan pada tanggal 13 dan 14 Juli 2016. Guru modelnya adalah Luh Ade Sri Lestari, S.Pd. Pada tahapan ini siklus lesson study yang diterapkan adalah do (pelaksanaan) dan see (refleksi), sedangkan tahapan plan (merencanakan) sudah dilaksanakan pada kegiatan workshop sebelumnya. 144 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 Pengamat (observer) yang hadir adalah guru-guru peserta kegiatan dari sekolah yang berada di desa Gitgit dan Pegayaman. Tahapan ini dimulai dengan pelaksanaan pembelajaran berbasis kurikulum 2013 yang disampaikan guru model dan pengamatan yang dilakukan oleh observer. Setelah itu, dilakukan kegiatan refleksi (see) yang dipandu oleh seorang moderator. Berdasarkan hasil kegiatan pelaksanaan (do) kemudian dilakukan refleksi (see) dan diperoleh bahwa: 1) guru model memilih model pembelajaran kooperatif dalam pelaksanaan pembelajaran karena pada kemampuan anak yang sangat beragam sehingga akan terjadi tutor sebaya, 2) dari observer mengatakan bahwa pembelajarannya bagus, tetapi masih ada beberapa siswa kurang aktif (nomor 8 dan 12), 3) kreatifitas guru membuat media sangat bagus, 4) guru sangat energik mengajar sehingga semua siswa memperoleh perhatian, 5) guru model mengajar dengan luar biasa, 6) guru memberikan reward, itu bagus sekali, meningkatkan motivasi belajar siswa, dan 7) saran kepada guru model, untuk memberikan kesempatan bagi siswa yang tidak angkat tangan. Selanjutnya, kegiatan ketujuh adalah pendampingan pelaksanaan pembelajaran kurikulum 2013 dengan pola lesson study dilaksanakan di SDN 3 Tegallinggah. Pada tahapan ini siklus lesson study yang diterapkan adalah do (pelaksanaan) dan see (refleksi), sedangkan tahapan plan (merencanakan) sudah dilaksanakan pada kegiatan workshop sebelumnya. Tahapan do and see di SDN 3 Tegallingah dilaksanakan pada tanggal 15 Juli 2016 dengan guru model bapak Gede Suardana, S.Pd.SD. Sedangkan pengamat (observer) adalah guru-guru peserta kegiatan dari sekolah yang berada di desa Pancasari, Wanagiri, dan Tegallinggah. Tahapan ini dimulai dengan pelaksanaan pembelajaran berbasis kurikulum 2013 yang disampaikan guru model dan pengamatan yang dilakukan oleh observer. Setelah itu, dilakukan kegiatan refleksi (see) yang dipandu oleh seorang moderator. Kegiatan kedelapan adalah Seminar Hasil Kegiatan Lesson Study dan Artikel Ilmiah yang dilaksanakan pada tanggal 23 Juli 2016 di SDN 1 Gitgit. Peserta yang hadir berjumlah 60 orang, meliputi pengawas SD di Kecamatan Sukasada, guru yang mewakili tiap sekolah di Kecamatan Sukasada, dan mahasiswa. Narasumber dalam kegiatan ini adalah Bapak I Gede Margunayasa, S.Pd.,M.Pd, yang juga merupakan ketua kegiatan IbM. Tujuan kegiatan seminar hasil lesson study KKG di Gugus I dan II Kecamatan Sukasada adalah untuk menginformasikan dan menyebarluaskan hasil kegiatan lesson study dan hasil kegiatan lainnya yang telah dilakukan kepada khalayak luas, sehingga masyarakat luas terutama guru-guru di Kecamatan Sukasada memperoleh informasi berkaitan dengan kegiatan lesson study, kemudian dapat mengibaskan ke rekan guru lainnya sesama sekolah maupun dari sekolah yang lain. Sehingga guru-guru khususnya di Kecamatan Sukasada dapat mengetahui dan melaksanakannnya demi keberhasilan pendidikan di Kecamatan sukasada pada khususnya, dan pendidikan di Bali pada umumnya. Peserta sangat antosias mengikuti kegiatan, ini terlihat dari jumlah peserta yang hadir. Peserta juga menyampaikan bahwa kegiatan yang dilakukan dari awal sangat bagus dan memberikan pengetahuan yang sangat 145 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 berarti mengenai pelaksanaan lesson study. ”Lesson study adalah suatu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun learning community” (Rusman, 2010:384). Apabila dicermati definisi Lesson Study maka ditemukan 7 kata kunci yaitu pembinaan profesi, pengkajian pembelajaran, kolaboratif, berkelanjutan, kolegialitas, mutual learning, dan komunitas belajar. Lesson Study bertujuan untuk melakukan pembinaan profesi pendidik secara berkelanjutan agar terjadi peningkatan profesionalitas pendidik terus menerus yang tercermin dari peningkatan mutu pembelajaran. Styler dan Hiebert (dalam Susilo dkk, 2009:3) mengatakan bahwa Lesson study adalah suatu proses kolaboratif pada sekelompok guru ketika mengidentifikasi masalah pembelajaran, merancang suatu skenario pembelajaran (yang meliputi kegiatan mencari buku dan artikel mengenai topik yang akan diajarkan), membelajarkan peserta didik sesuai skenario (salah seorang guru melaksanakan pembelajaran sementara yang lain mengamati), mengevaluasi dan merevisi skenario pembelajaran, membelajarkan lagi skenario pembelajaran yang telah direvisi, mengevaluasi lagi pembelajaran dan membagikan hasilnya dengan guru-guru lain (mendiseminasikannya). Lesson study merupakan model pembinaan profesi guru dalam pelaksanaannya terdiri dari beberapa tahap yang harus dilakukan. Lesson Study dilaksanakan dalam tiga tahapan, yaitu Plan (merencanakan), Do (melaksanakan), dan See (merefleksi) yang berkelanjutan dan tak pernah berakhir (continous improvement). Tahap perencanaan (Plan) bertujuan untuk merancang pembelajaran yang dapat mendorong siswa belajar dalam suasana menyenangkan sehingga tujuan yang diinginkan dapat dicapai secara efektif melalui aktivitas belajar secara aktif dan kreatif. Tahapan pelaksanaan (Do) pembelajaran untuk menerapkan rancangan pembelajaran yang telah dirumuskan bersama. Sedangkan langkah refleksi (See) bertujutuan untuk melakukan refleksi dan evaluasi terhadap pembelajaran yang telah dirancang dan yang telah dilaksanakan. Ada 8 (delapan) peluang yang dapat diperoleh oleh guru apabila melaksanakan lesson study secara berkesinambungan. Ke-8 peluang tersebut sangat erat kaitannya dengan pengembangan profesionalisme guru. Menurut Lewis (dalam Santyasa, 2009), peluang-peluang tersebut adalah (1) memikirkan dengan cermat mengenai tujuan pembelajaran, materi pokok, dan bidang studi, (2) mengkaji dan mengembangkan pembelajaran yang terbaik yang dapat dikembangkan, (3) memperdalam pengetahuan mengenai materi pokok yang diajarkan, (4) memikirkan secara mendalam tujuan jangka panjang yang akan dicapai yang berkaitan dengan siswa, (5) merancang pembelajaran secara kolaboratif, (6) mengkaji secara cermat cara dan proses belajar serta tingkah laku siswa, (7) mengembangkan pengetahuan pedagogis yang kuat penuh daya, dan (8) melihat hasil pembelajaran sendiri melalui mata siswa dan kolega. Adapun manfaat yang diperoleh dari kegiatan lesson study adalah: 1) meningkatnya pengetahuan guru tentang materi ajar dan pembelajarannya, 2) 146 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 meningkatnya pengetahuan guru tentang cara mengobservasi aktifitas belajar siswa, 3) menguatnya hubungan kolegalitas baik antar guru maupun dengan observer lain selain guru, 4) menguatnya hubungan antara pelaksanaan pembelajaran sehari-hari dengan tujuan pembelajaran jangka panjang, 5) meningkatnya motivasi guru untuk senantiasa berkembang, 6) meningkatnya kualitas rencana pembelajaran termasuk komponen-komponennya seperti bahan ajar, teaching materials(hands on) dan strategi pembelajaran (Rusman, 2010:394). Manfaat lain dari lesson study adalah: 1) menciptakan suasana keakraban dan kekeluargaan antar sesama guru, 2) memberi peluang bagi guru untuk memecahkan masalah dan menciptakan solusinya secara bersama-sama serta saling bertukar pengalaman, 3) guru dapat membuat perencanaan pembelajaran secara bersama-sama dan mempraktekan hasil kerjanya, 4) membuat guru menjadi lebih profesional dalam mengajar sehingga menciptakan suasana belajar yang kondusif bagi siswa sebagai tujuan menelurkan siswa-siswa terbaik demi masa depan Indonesia (Anggara & Umi, 2012). bagi pelaksanaan program, terlihat dari partisipasi peserta selama mengikuti kegiatan seminar active learning dan lesson study, workshop pengetikan word dan powerpoint, workshop PTK, workshop perangkat pembelajaran, pendampingan plan-do-see di 2 sekolah mitra, dan seminar hasil kegiatan sangat antusias dan semua kegiatan dapat berjalan dengan baik. 2) Terjadinya peningkatan kompetensi guru, melalui kegiatan seminar dan workshop pengembangan kompetensi, pendampingan pelaksanaan lesson study dan penyusunan PTK. 3) Pelaksanaan program mampu menghasilkan luaranluaran yang diharapkan oleh program pengabdian kepada masyarakat ini, diantaranya perangkat pembelajaran, PTK, video pembelajaran, skripsi, dan artikel. PENUTUP Kesimpulan yang dapat diperoleh dari pelaksanaan program pengabdian kepada masyarakat “IbM KKG berbasis Lesson Study di Gugus I & II Kecamatan Sukasada” pada kelompok KKG di Gugus I dan II Kecamatan Sukasada yang meliputi Desa Pancasari, Wanagiri, Tegallinggah, Gitgit, dan Pegayaman, adalah: 1) Tingkat partisipasi yang tinggi dari mitra program pengabdian kepada masyarakat memberikan dampak positif Arum, Wahyu Sri Ambar. 2007. Upaya meningkatkan profesionalisme guru berlandaskan ilmu pendidikan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Jurnal Perspektif Ilmu Pendidikan. Vol. 16 Th VIII. Oktober 2007. DAFTAR RUJUKAN Anggara dan Umi Chotimah Rian. 2012. Penerapan Lesson Study Berbasis Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Terhadap Peningkatan Kompetensi Profesional Guru Pkn SMP Se-Kabupaten Ogan Ilir . Jurnal Forum Sosial, Vol. V, No. 02, September 2012. Hendayana, dkk. 2007. Lesson study suatu strategi untuk meningkatkan keprofesionalan pendidik 147 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 (Pengalaman IMSTEP-JICA). UPI Press. Bandung. Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Bandung: Raja Grafindo Persada. Santyasa, I W. 2009. Implementasi lesson study dalam pembelajaran. Makalah. Disajikan dalam ”Seminar Implementasi Lesson Study dalam Pembelajaran bagi Guru-Guru TK, Sekolah Dasar, dan Sekolah Menengah Pertama di Kecamatan Nusa Penida, Tanggal 24 Januari 2009, di Nusa Penida. Susilo, H. 2006. Apa dan Mengapa Lesson Study Perlu Dilakukan untuk Meningkatkan Profesionalisme Guru dan Dosen MIPA. Makalah. Disajikan dalam Seminar Peningkatan Profesionalisme Guru dan Dosen MIPA melalui Lesson Study, di Singaraja, 25 November 2006. Susilo, dkk. 2009. Lesson Study Berbasis Sekolah Guru Konservatif Menuju Guru Inovatif. Malang: Bayumedia Publishing. 148 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 IbM PENGUSAHA PRODUK OLAHAN SINGKONG DI KABUPATEN BULELENG-BALI Ida Ayu Putu Hemy Ekayani1, Damiati 2, Ni Made Suriani 3 1,2,3 Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja, Indonesia [email protected] , [email protected], [email protected] ABSTRACT Service in the society aims to (1) assist partners in the process of production and packaging process cassava product that meets the standards of hygiene and sanitation in Buleleng Bali, (2) document the cassava product produced and obtained the production license (IRT), and (3) promoting cassava product that is produced in the form of Social Media Promotion. Service activities originated by supporting and evaluating the process of production and packaging process cassava product that is already running, entrepreneurs are directed to ideas and ideas to get the product quality and rationalized technologically so it boils down to the appreciation of renewable technologies, the results of ergonomics and applicable in utilizing the environment with regard the impact on the ecosystem, management, and economical. This service activities consist of (1) observation, discussion and evaluation of the process of production and packaging process cassava product as per the terms of hygiene and sanitation. (2) improvement of production processes and packaging process cassava product that meets the requirements of hygiene and sanitation, (3) promotion of products obtained through social media, and (4) assistance in the production process, packaging and promotions are made on an ongoing basis so that the entrepreneur cassava can face the challenges of globalization. This activity is necessary for the existence of innovative cuisine based on local resources can be developed, so as to support the production of food made from local, and can achieve diversification. Key words: refined products, cassava, innovative culinary ABSTRAK Pengabdian pada masyarakat ini bertujuan untuk (1) membantu mitra dalam proses produksi dan proses pengemasan produk olahan singkong yang memenuhi standar hygiene dan sanitasi di Kabupaten Buleleng Propinsi Bali, (2) mendokumentasikan produk olahan singkong yang dihasilkan dan memperoleh ijin produksi (IRT), dan (3) mempromosikan produk olahan singkong yang dihasilkan dalam bentuk Promosi Media Sosial. Kegiatan pengabdian ini berawal dengan mendukung dan mengevaluasi proses produksi dan proses pengemasan produk olahan singkong yang sudah berjalan, pengusaha diarahkan untuk menuangkan ide dan gagasan agar produknya berkualitas dan dirasionalisasikan secara teknologis sehingga bermuara apresiasi teknologi terbarukan, hasil ergonomis dan aplikatif dalam memanfaatkan lingkungan sekitar dengan memperhatikan dampaknya terhadap ekosistem, manajemen, dan ekonomis. Kegiatan pengabdian ini terdiri dari (1) observasi, diskusi dan evaluasi proses produksi dan proses pengemasan produk olahan singkong sesuai syarat hygiene dan sanitasi. (2) perbaikan proses produksi dan proses pengemasan produk olahan singkong yang memenuhi syarat hygiene dan sanitasi, (3) promosi produk yang dihasilkan melalui media sosial, dan (4) pendampingan pada proses produksi, pengemasan dan promosi dilakukan secara berkesinambungan agar pengusaha singkong dapat menghadapi tantangan globalisasi. Kegiatan ini sangat diperlukan agar keberadaan kuliner inovatif berbasis sumber daya lokal dapat dikembangkan, sehingga dapat mendukung produksi pangan berbahan lokal, serta dapat mencapai diversifikasi pangan. Kata-kata kunci: produk olahan, singkong, kuliner inovatif 149 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 1. PENDAHULUAN makanan modern yang artinya mengantikan tepung terigu dengan bahan makanan lokal. Inovasi teknologi terhadap produk pangan lokal harus diupayakan dan terus dilakukan. Inovasi teknologi terhadap pangan meliputi aspek mutu, gizi dan aman dikonsumsi, serta dapat memenuhi selera masyarakat yang mengkonsumsinya. Substitusi pangan merupakan upaya penggantian sebagian atau keseluruhan dari bahan makanan yang akan dibuat suatu makanan atau minuman. Substitusi yang dimaksud dalam pengabdian pada masyarakat ini, lebih pada penggunaan bahan-bahan makanan lokal untuk menggantikan bahan makanan import seperti tepung terigu. Walaupun upaya substitusi pangan sudah dirintis sejak lama, namun sampai saat ini upaya tersebut masih belum berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Produk pangan lokal sumber karbohidrat seperti jenis umbi-umbian singkong di Indonesia sangat melimpah dan memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi produk makanan. Namun pada kenyataannya ketergantungan akan tepung terigu masih tinggi di kalangan masyarakat seiring meningkatnya tingkat konsumsi mi, roti, cake, kue-kue kering dan makanan lainnya secara signifikan, menjadikan upaya substitusi bahan makanan lokal belum menunjukkan keberhasilan. Menurut Widjanarko (2006) punahnya pengetahuan lokal (indigenous knowledge) tentang pemanfaatan sumber daya hayati yang terpinggirkan (marginalized resources), menyebabkan hilangnya makanan setempat. Hilangnya tradisi mengkonsumsi makanan yang berasal dari sumber daya alam setempat telah menyebabkan masyarakat bergantung pada konsumsi gandum yang tidak dihasilkan di Indonesia. Hal ini diperburuk lagi dengan pergeseran pola makan perkotaan yang menganggap makanan tradisional tidak lagi cukup bergengsi untuk dikonsumsi. Jalan tengah perlu dilakukan, dengan melakukan substitusi tepung terigu pada produk Bali merupakan pulau yang kaya akan sumber daya alam, salah satunya Kabupaten Buleleng yang terletak di bagian utara pulau Bali. Kabupaten Buleleng, dari letak geografisnya merupakan salah satu daerah yang potensial dan memiliki letak strategis dalam alur perdagangan, serta usaha perekonomian lainnya melalui pelabuhan bongkar muat Celukan Bawang. Kabupaten Buleleng di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Jembrana, di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Karangasem, dan di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Tabanan. Potensi sumber daya alam Kabupaten Buleleng dengan lahan pertanian dan perkebunan yang luas dan subur, terbentang dari ujung timur sampai barat. Singkong merupakan produk tanaman pangan jenis umbi-umbian yang banyak dihasilkan di Kabupaten Buleleng, dimana hampir di tiap wilayah kecamatan singkong dihasilkan. Umbi-umbian merupakan sumber karbohidrat yang diperoleh dari dalam tanah (Muchtadi dan Sugiyono, 1992). Data tahun 2013 tentang banyaknya produk pertanian singkong sesuai data dari BPS Kabupaten Buleleng tahun 2013 sebagai berikut: 150 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 Tabel 1. Produksi Singkong di Kabupaten Buleleng tahun 2013 Sumber: bulelengkab.bps.go.id , tahun 2014 Singkong merupakan hasil pertanian yang banyak ditanam sebagai tanaman tumpang sari yang artinya ditanam diantara tanaman lainnya atau sebagai tanaman penyela menungggu musim tertentu. Pengembangan produk olahan singkong menjadi kuliner inovatif dengan bahan baku lokal memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi usaha mikro dimasyarakat. Singkong sangat fleksibel untuk dapat diolah menjadi produk makanan, baik secara langsung seperti dibuat aneka kripik singkong maupun menjadi bahan makanan setengah jadi (intermediate) berupa tepung yang dapat digunakan sebagai bahan pembuatan kue. . Tabel 2. Kandungan Unsur Gizi Dalam Singkong Nama Unsur Kadar Gizi/100g Bahan Energi 146 kal Karbohidrat 34,7 g Protein 1,2 g Lemak 0,3 g Mineral 1,3 g Zat Besi 0,007 mg Kalsium 0,003 mg Fosfor 0,004 mg VitaminC 0,003 mg vitamin 0,004 mg Air 62,5 g Sumber: Daftar Analisis Bahan Makanan ( dalam Lies Suprapti, 2006) 151 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 Tepung singkong dapat digunakan sebagai bahan substitusi atau pengganti tepung terigu dengan penggunaan 50100% (Suprapti, 2005). Tepung kasava adalah tepung yang dibuat dari singkong secara langsung dengan jalan dikeringkan (Suprapti, 2006). Pemanfaatan singkong menjadi tepung kasava akan semakin optimal karena bahan baku yang murah dan dapat dibuat berbagai macam cake sebagai pengganti tepung terigu (Risa, 2014). Tepung singkong (kasava) dapat menjadi alternatif yang baik dan tepat dalam mengurangi ketergantungan akan tepung terigu dengan melakukan substitusi bahan tepung terigu khususnya dalam pembuatan berbagai macam kuekue. Pengolahan singkong menjadi bentuk setengah jadi misalnya sawut, chip, tepung, dan pati sangat memungkinkan komoditas ini dapat disimpan lebih lama dan lebih praktis sehingga kesinambungan penyediaan bahan baku bagi industri pengolahan lebih lanjut (bentuk jadi) menjadi lebih terjamin. Tepung singkong dapat disimpan dalam waktu 6-10 bulan dan tidak mengalami kerusakan (Djuwardji, 2009). Tabel 3. Komposisi Tepung Kasava per 100 gram Bahan Komponen Jumlah per 100 Gram Bahan Karbohidrat (g) 56,1 Protein (g) 5,3 Lemak (g) 0,1 Serat (g) 25,6 Air (g) 1,0 Abu (g) 2,7 Dalam (Agung Feryanto, 2007) Salah satu usaha mikro masyarakat di desa Pejarakan sudah mulai mengolah singkong sebagai kripik dan tepung singkong. Usaha ini masih sangat sederhana belum mampu mengolah produk pasca panen dengan baik dan maksimal (dalam skala besar). Usaha Mikro dan Kecil (IMK) Windy’s di desa Pejarakan ini terletak diujung Barat Pulau Bali termasuk Kecamatan Gerokgak yang berbatasan dengan Kabupaten Jembrana dengan jarak sekitar 83 km dari kota Singaraja. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terhadap mitra 1 kegiatan pengabdian ini yaitu Ibu Winarsih sebagai pemilik usaha kripik dan tepung singkong ini, pembuatan keripik singkong relatif mudah dengan teknik yang sederhana. Setiap harinya usaha kripik ini mengolah satu hingga dua kwintal singkong segar menjadi kripik yang siap dikemas dan dipasarkan. Semestinya produksi kripik lebih dapat dimaksimalkan mengingat begitu tinggi permintaan akan produk kripik tersebut. Namun beberapa kendala dihadapi yaitu kurangnya tenaga pengolah yang dilibatkan dalam usaha produksi, peralatan penunjang yang kurang memadai, dan kurangnya modal usaha. Berdasarkan keterangan pemilik usaha, sebenarnya telah dilakukan upaya mengajak masyarakat sekitar untuk bergabung menjadi tenaga pengolah atau membentuk usaha bersama, namun antusiasme masyarakat sekitar sangat 152 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 rendah, sebab mereka lebih banyak menyukai pekerjaan sebagai petani garam atau berdiam diri di rumah masingmasing. Hingga saat ini tenaga pengolah hanya dilakukan oleh Ibu Winarsih bersama keluarganya. Selain itu alat yang digunakan untuk mengiris singkong menjadi bentuk irisan masih sangat sederhana, sehingga perlu disediakan peralatan yang dapat membantu dalam proses pengirisan sehingga proses pengirisan dapat dilakukan lebih cepat dan hasil yang dihasilkan lebih banyak. Kendala produksi tersebut merupakan penyebab produksi rendah dan belum dapat secara maksimal memenuhi permintaan konsumen. Permintaan akan produk kripik ini cukup besar, bahkan laris dipasaran dengan potensi pasar yang luas seperti rumah-rumah makan sekitar tempat usaha, hotel-hotel yang terletak di kecamatan Gerokgak, hingga toko-toko kue di seputaran kota Singaraja termasuk usaha kue Bali Cake and Culinary (BCC) yang menggunakan produk tepung singkong (cassava) sebagai bahan baku dalam pembuatan kue. Produk kripik diolah dengan dua aneka rasa yaitu rasa original (gurih) dan rasa manis. Pengembangan rasa kripik agar lebih bervariasi belum dapat dilakukan karena keterbatasan tenaga pengolah. Permasalahan lain juga dihadapi seperti kurangnya modal usaha yang dimiliki. Sebenarnya pengusaha kripik telah berupaya mengajukan pinjaman dalam bentuk kredit usaha kecil, namun hingga saat ini belum ada kejelasan untuk diberikan pinjaman modal. Sampai saat ini modal usaha dilakukan secara mandiri dari hasil penjualan produk yang dihasilkan. Ruang produksi sangat sederhana, bila dikaji dari hygiene dan sanitasi masih harus diperbaiki dan ditingkatkan. Pemilik usaha berencana akan merenovasi secara bertahap ruang usaha agar lebih baik, dengan mendirikan bangunan terpisah antara proses pengolahan dan proses pengemasan produk. Produk kripik Windy”s telah memiliki IPRT (ijin produk rumah tangga) dari Depkes Kabupaten Buleleng. Hal lain yang perlu dilakukan seperti pengenalan produk secara lebih luas kepada masyarakat dengan cara promosi misalnya melalui mengenalkan produk pada event-event besar di Buleleng. Selain itu promosi juga dilakukan melalui media online (internet) melalui penyediaan web khusus yang dapat diakses oleh masyarakat terkait produk kripik yang dijual. Mitra usaha ke 2, yaitu Bali Cake and Culinary (BCC) merupakan usaha produksi kue berbahan tepung umbiumbian (tepung singkong, tepung ubi jalar kuning, dan tepung ubi jalar ungu) seperti aneka cake (brownies kukus, chiffon cake, roll cake, brownies panggang, proll tape singkong, fruit cake cassava, donat ubi, kue kering cassava, dll) yang terletak di kota Singaraja. Unit usaha ini merupakan usaha dibidang makanan jajanan dengan menawarkan produk inovatif yang terbuat dari hasil olah umbi-umbian baik dalam keadaan segar maupun dalam bentuk tepung menjadi kue-kue yang enak dan layak dikonsumsi. Bangunan usaha masih mengontrak dengan bentuk bangunan kecil yang belum dapat dikatakan memenuhi syarat usaha. Namun sejak berdirinya usaha ini dua tahun yang lalu, usaha kue ini mulai dikenal masyarakat terutama yang menyukai produk makanan inovatif. Produk-produk kue yang dihasilkan menggunakan bahan-bahan 153 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 alami tanpa penambahan pemanis dan pengawet makanan. Berdasarkan hasil observasi di tempat usaha, usaha kue ini belum dapat berkembang secara maksimal karena beberapa hal seperti peralatan yang masih minim dengan kapasitas produksi kecil. Sulitnya mencari tenaga tetap dan terampil untuk mengolah produk kue, mengingat pengolahan kue tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang, namun harus dilakukan oleh tenaga kerja yang memiliki pengetahuan dan keterampilan di bidang mengolah kue (pastry and bakery). Hingga saat ini tenaga pengolah masih berganti-ganti. Tempat usaha yang kurang memadai (kecil) sehingga perlu diusahakan ruang yang lebih besar untuk tempat menjual produk. Proses pengemasan produk juga belum maksimal dilakukan, sehingga perlunya upaya pengemasan produk yang lebih baik dan menarik sehingga daya tahan produk dapat ditingkatkan dan mampu menarik selera konsumen. Selain itu upaya promosi masih kurang sehingga cakupan konsumen masih sedikit. Pemilik usaha telah berusaha mengenalkan produk kue dengan cara menyebarkan brosur, kartu nama, menitipkan produk di warungwarung terdekat, dan dikantin kampus. Namun upaya yang telah dilakukan belum menunjukkan hasil yang memuaskan, sehingga perlunya upaya promosi yang lebih maksimal misalnya melalui media online (internet) melalui blog khusus yang dapat diakses oleh konsumen luas terkait produk yang dihasilkan. dan evaluasi proses produksi dan proses pengemasan produk olahan singkong yang memenuhi syarat hygiene dan sanitasi, (2) perbaikan proses produksi dan proses pengemasan produk olahan singkong, (3) promosi produk yang dihasilkan melalui media sosial, (4) pendampingan pada proses produksi, pengemasan dan promosi dilakukan secara berkesinambungan agar pengusaha singkong dapat menghadapi tantangan globalisasi. Proses evaluasi dan pelaporan dilakukan oleh tim pelaksana kegiatan dari Undiksha dengan mengumpulkan informasi mengenai evaluasi kegiatan dan perbaikan untuk kegiatan pengabdian selanjutnya, kegiatan ini terdiri dari 1) data yang perlu dilaporkan adalah perubahan proses produksi dan realisasi perbaikan sarana dan dukungan peralatan produksi; 2) data yang perlu dilaporkan adalah kualitas produksi dan pengemasannya; 3) kendala dan permasalahan yang ditemukan dalam pelaksanaan kegiatan khususnya di lapangan serta usulan pemecahan masalah; 4) laporan kegiatan dan penggunaan anggaran melalui catatan harian dan log book kegiatan. Solusi yang ditawarkan untuk mengatasi permasalahan yang terjadi dan terkait dengan target luaran yang telah ditetapkan meliputi: 1) pemberian bantuan peralatan teknologi yang belum dimiliki mitra usaha yaitu alat pemotong/pengiris singkong (untuk membuat keripik) dan mixer kapasitas 5 liter, blender, dll untuk usaha kue berbahan singkong. Dengan tersedianya sarana dan prasarana yang lengkap, diharapkan pengolahan bahan baku menjadi maksimal sehingga hasil 2. METODE Kegiatan inti pengabdian ini dilakukan bersama-sama dengan mitra Pengusaha Produk Olahan Singkong, terdiri dari kegiatan (1) observasi, diskusi 154 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 olahanpun bisa berkualitas sehingga bisa diserap oleh pasar secara cepat. Jika difusi ipteks tidak diberikan secara sukarela, akan berdampak pada keberlangsungan program yang telah diberikan mengingat usaha yang digeluti mitra usaha belum berjalan dengan baik. 2) Sebelum proses pendampingan, mitra usaha diberikan berbagai pengetahuan tentang proses produksi yang baik dan sehat, pentingnya pengemasan produk, dan macam-macam cara pemasaran sekaligus usaha promosi agar tujuan akhir dari pelaksanaan kegiatan ini bisa tercapai. Pengetahuan ditekankan terkait hygiene dan sanitasi proses pengolahan dan produk akhir. Pemberian contohcontoh penerapan hygiene dan sanitasi dalam proses produksi baik itu terkait dalam pembuatan keripik maupun dalam pembuatan kue berbahan tepung singkong. 3) Pendampingan mengenai berbagai strategi p r o m o s i d a n pemasaran diakhiri dengan diskusi untuk menyepakati strategi yang akan dilakukan antara tim pelaksana dengan mitra usaha. Selanjutnya untuk memperluas jangkauan pasar, promosi produk dilakukan secara online. Cara ini bisa terbilang efektif, karena diera pasar global saat ini masyarakat lebih tertarik untuk mengenal produk melalui media online (web) yang disertai gambargambar produk dan terdapat keterangan terkait produk yang dijual. Strategi promosi lainnya, yaitu dengan cara mengikuti berbagai pameran yang sering diadakan di wilayah-wilayah tertentu misalnya pada event Buleleng Festival (Bulfest) yang saat ini disambut antusias oleh masyarakat Buleleng sebagai ajang promosi, baik itu bagi wirausaha kuliner dll. Melalui pameran, m i t r a u s a h a bisa mengenalkan produk-produknya kepada khalayak ramai, dan membuka peluang yang lebih besar untuk mengembangkan usaha tersebut. Strategi yang terakhir adalah pemasaran dilakukan secara langsung ke minimarket, supermarket, atau toko-toko cemilan, pasar-pasar, perusahaan pusat oleholeh khas Bali, warung-warung, atau secara online melalui blog, facebook, twitter untuk memperluas pemasaran di seluruh wilayah Indonesia dan semua itu pun harus dibuat berdasarkan kesepakatan secara kolektif dengan mitra usaha. Media online atau jejaring sosial memiliki pengaruh yang besar dalam rangka memperluas koneksi. Selain itu, masyarakat dari berbagai kalangan terbiasa dengan mengup-date informasi yang mereka baca melalui media sosial. Untuk menunjang kegiatan tersebut, perlunya fasilitas berupa komputer dan jaringan internet untuk akses informasi perkembangan pengolahan bahan makanan dan minuman berbahan baku ketela pohon (singkong) di Indonesia. 4) Produk yang siap dipasarkan harus melalui proses pengemasan, dimana desain kemasan disesuaikan dengan jenis produk dan telah memperoleh kesepakatan dengan mitra usaha. Dalam pembuatan 155 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 kripik Windy’s yang cukup jauh yaitu di desa Pejarakan Kecamatan Gerokgak yang harus ditempuh selama 1,5 jam dari kota Singaraja, maka diperlukan waktu khusus untuk melaksanakan pendampingan ke tempat usaha tersebut. Kegiatan pendampingan dilakukan secara terjadwal, sedangkan mitra usaha BCC karena letaknya di kota Singaraja, maka pendampingan dapat dilakukan lebih sering dan intensif. Pada dasarnya kegiatan pengabdian IbM ini adalah selain meningkatkan usaha penjualan produk kedua mitra usaha, juga bertujuan untuk memberikan motivasi kepada masyarakat sekitar untuk mendirikan sentra industri rumah tangga sesuai dengan minat dan kemampuan masing-masing. Dengan dimilikinya kemampuan serta keahlian dalam mengolah umbi ketela pohon menjadi berbagai produk, yang disertai dengan kemampuan dalam pengemasan, membuat design kemasan, promosi diharapkan bisa meningkatkan produksi dan hasil penjualan (omzet). Oleh karena itu kegiatan IbM ini lebih banyak difokuskan pada kegiatan pendampingan bagi kedua mitra usaha utamanya dalam pengolahan umbi ketela pohon menjadi kripik dan mengolah tepung singkong menjadi berbagai jenis produk kue. Adapun kegiatan yang telah dilakukan meliputi: 1) Pengadaan peralatan penunjang. Salah satu masalah yang dihadapi mitra usaha selama proses pendampingan adalah kurangnya peralatan penunjang proses produksi. Adapun pengadaan peralatan dalam pembuatan keripik adalah mesin pengiris, sedangkan pengadaan peralatan dalam produksi kue kemasan, yang perlu diperhatikan adalah kemasan yang memenuhi standar pemasaran, yaitu dengan adanya brand, alamat produksi, masa kedaluwarsa produk, menonjolkan sisi keunggulan dengan sajian gurih, lezat, bergizi dan mutu terjamin. Sistem packing dengan standar dari BPOM dapat menarik minat konsumen untuk membeli produk tersebut karena konsumen merasa aman dan nyaman mengkonsumsi hasil produk. Selain itu kemasan juga akan didesign semenarik mungkin untuk meningkatkan minat beli konsumen. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan pengabdian pada masyarakat IbM Pengusaha Produk Olahan Singkong di Kabupaten Buleleng melibatkan 2 (dua) mitra usaha yaitu Usaha Kripik Windy’s dan usaha kue Bali Cake and Culinary (BCC) dimulai pada bulan Juni 2016 d a n telah melaksanakan keseluruhan kegiatan yang meliputi beberapa kegiatan yaitu tahap sosialisasi dan diseminasi, serta tahap pendampingan usaha mitra. K egiatan pengabdian dilakukan berdasarkan analisis situasi mitra, khususnya menentukan waktu bagi mitra dan tim pelaksana untuk berkumpul bersama menyepakati jadwal pelaksanaan kegiatan dan tahapan kegiatan pengabdian yang akan dilakukan di mitra usaha. Kegiatan pengabdian pelaksanaannya diawali dengan mengadakan pertemuan dan diskusi dengan anggota pelaksana terkait pembagian tugas dalam pelaksanaan pendampingan sehingga pelaksanaan kegiatan dapat berjalan dengan efektif. Mengingat tempat usaha 156 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 berbahan singkong adalah mixer kapasitas 5 liter dan blender. Peralatan tersebut diserahkan kepada pemilik usaha yaitu Ibu Sunarsih dari Keripik Windy’s, dan Bapak Ida Bagus Adiptha selaku pemilik usaha Bali Cake and Culinary (BCC). 2) Pendampingan Terkait Penerapan Hygiene dan Sanitasi Proses Produksi dan Produk Akhir. Tim pelaksana pengabdian masyarakat memberikan masukan dan saran terkait penerapan hygiene dan sanitasi selama proses produksi, misalnya selalu mencuci tangan setelah melakukan pekerjaan, penggunaan peralatan bersih dalam proses produksi, menjaga kebersihan area kerja, menjaga kebersihan individu pengolah makanan, menggunakan bahan makanan tambahan yang diperbolehkan oleh BPOM, dll. 3) Pendampingan terkait cara pengemasan produk. Bahan kemasan, bentuk kemasan, tampilan kemasan merupakan hal penting dalam pemasaran produk. Kemasan yang baik dan sesuai dengan bahan/makanan yang dikemas akan mempengaruhi penampilan dan daya simpan produk. Mitra usaha diberikan masukan dan saran sekaligus dibuatkan contoh desain kemasan produk dan cara mengemas produk makanan yang dihasilkan. 4) Pendampingan dalam usaha mempromosikan kedua mitra usaha. Tim pelaksana pengabdian membantu mitra usaha dalam melakukan promosi melalui media sosial (web) berupa blog yang menampilkan masing-masing produk yang dihasilkan, termasuk bahan yang digunakan, ijin produksi, cara pemesanan produk, harga, dll. 5) Pendampingan dalam pengurusan Ijin Produk Rumah Tangga (IPRT). Tim pengabdian membantu mitra usaha terutama Bali Cake and Culinary (BCC) dalam pengurusan IPRT ke Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng. Sedangkan untuk mitra usaha keripik Windy’s telah memiliki ijin produksi dan masih berlaku hingga tahun 2017. 6) Pendampingan terkait kendala dan permasalahan produksi seperti, kurangnya tenaga kerja, pemodalan, bahan baku produk. Proses pendampingan juga dilakukan terkait permasalahan tenaga kerja. Solusi dari masalah tersebut, usaha kripik Windy’s menyatakan akan mengambil tenaga kerja dari pulau jawa sebagai karyawan, namun hal ini baru dapat terwujud apabila ruang usaha telah direnovasi. Sedangkan usaha kue Bali Cake and Culinary, hingga saat ini masih berusaha memperoleh tenaga kerja dengan keahlian tata boga. Beberapa SMK di Kota Singaraja telah dimintai bantuan untuk mencarikan alumninya yang tidak melanjutkan sekolah dan bersedia bekerja. Untuk saat ini tenaga kerja merupakan mahasiswa tata boga semester akhir yang sedang menyusun skripsi. Program IbM pengusaha produk olahan singkong di Kabupaten Buleleng menawarkan produk kreatif dan inovatif dengan bahan utama ketela pohon (singkong) yang diolah menjadi kripik singkong dan kue-kue dari tepung singkong dengan menggunakan bahan lokal singkong tanpa menggunakan bahan tambahan pengawet. Kripik singkong dan kue (cake, brownies, kue kering) yang diproduksi mengacu pada standar hygiene dan sanitasi yang dipersyaratkan, dengan 157 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 selalu menjaga kebersihan ketika proses produksi maupun ketika proses pengemasan produk. Kedua jenis hasil olahan singkong pada kedua mitra usaha mampu bersaing dengan produk makanan sejenis berbahan tepung terigu yang sudah ada dan berkembang. Bahkan produk kue berbahan tepung singkong merupakan produk inovatif yang walaupun belum mampu menjangkau pasar secara luas namun berdasarkan keterangan pembeli/pelanggan produk, konsumen menyatakan puas akan produk kue yang dihasilkan. Selain itu pengembangan produk berbahan pangan lokal seperti singkong merupakan suatu upaya membantu program pemerintah terkait penganekaragaman makanan, melalui pemanfaatan bahan pangan lokal sehingga mampu menciptakan ketahanan pangan. Olahan Singkong di Kabupaten Buleleng, 3) Membuatkan promosi melalui media sosial, seperti web, sehingga memungkinkan untuk menjual Produk Olahan Singkong secara online, 4) Mendampingi pengusaha untuk memperoleh ijin produk rumah tangga (IPRT) di Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng, dan 5) Mendampingi setiap kegiatan pengabdian ini, sehingga pengusaha mitra mampu mengatasi berbagai permasalahan yang mungkin ada. Pengembangan dan pendampingan pada usaha mikro ini dilakukan secara kontinyu agar usaha produk olahan singkong ini dapat menjadi Usaha Mikro dan Kecil yang sehat dan dapat berkembang semakin besar. Kegiatan pengabdian dalam bentuk pendampingan ini sangat diperlukan agar keberadaan kuliner inovatif berbasis sumber daya lokal dapat dikembangkan, sehingga dapat mendukung produksi pangan berbahan lokal, serta dapat mencapai diversifikasi pangan. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Pelaksanaan pengabdian pada masyarakat IbM Pengusaha Produk Olahan Singkong di Kabupaten Buleleng melibatkan 2 (dua) mitra usaha yaitu Usaha Kripik Windy’s dan usaha kue Bali Cake and Culinary (BCC) dimulai pada bulan Juni 2016 dan telah melaksanakan keseluruhan kegiatan yang meliputi kegiatan yaitu tahap sosialisasi dan diseminasi, serta tahap pendampingan usaha mitra. Pengabdian pada masyarakat IbW Pengusaha Produk Olahan Singkong Di Kabupaten Buleleng bertujuan 1) mengoptimalkan efektivitas proses produksi sesuai syarat hygiene dan sanitasi pada kedua mitra usaha, 2) membantu mengadakan, memperbaiki sarana dan peralatan pendukung proses produksi kedua mitra Pengusaha Produk Saran Kegiatan pengabdian pada masyarakat diharapkan dapat memberikan dampak positif terutama bagi mitra usaha yang diberikan pendampingan. Kepada pemerintah daerah, bila memungkinkan upaya pendampingan agar terus dilakukan kepada pengusaha produk makanan terutama dalam pemahaman dan penerapan hygiene dan sanitasi pengolahan makanan. Hal ini penting, karena makanan merupakan kebutuhan manusia yang secara langsung mempengaruhi kesehatan manusia itu sendiri. 158 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik Kab. Buleleng, 2014, Statistik Kabupaten Buleleng (Hasil Susenas 2013). Singaraja: BPS Kab. Buleleng. Wasps. http://bulelengkab.bps.go.id disitir tanggal 27 April 2015. Djuwardi, Anton. 2009. Casava Solusi Pemberagaman Kemandirian Pangan Manfaat Peluang Bisnis Prospek. Jakarta: PT. Gramedia Widiarsarana. Indonesia. Muchtadi, T.R dan Sugiyono. 1992. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. PAU. IPB. Bogor. Suprapti, M. Lies. 2005. Teknologi Pengolahan Pangan tepung Tapioka, pembuatan dan Pemanfaatannya. Yogyakarta: Kanisius. Suprapti, M. Lies. 2006. Teknologi Tepat Guna: Tepung Kasava Pembuatan dan Pemanfaatannya. Yogyakarta. Penerbit: Kanisius. Risa Panti Ariani. 2014. Optimalisasi Penggunaan Tepung Umbiumbian untuk Substitusi Terigu dalam Pembuatan Cake. Laporan Penelitian Hibah Bersaing tahun II, Singaraja, Universitas Pendidikan Ganesha. 159 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 PELATIHAN PENGGUNAAN E-LEARNING BERBASIS MEDIA SOSIAL EDMODO BAGI GURU SMA DI KECAMATAN BULELENG Gede Aditra Pradnyana1, I Made Ardwi Pradnyana2, I Gede Partha Sindu3 1,2,3Jurusan Pendidikan Teknik Informatika – Fakultas Teknik dan Kejuruan Unversitas Pendidikan Ganesha – Singaraja Bali Email : [email protected] Abstrak Persoalan kelemahan tenaga pendidik dalam menggunakan TIK untuk kegiatan belajar mengajar akan dijumpai dimana saja di Indonesia, termasuk di Kecamatan Buleleng. Dengan manfaat yang begitu banyak, penggunaan E-Learning dalam proses belajar mengajar di SMA Kecamatan Buleleleng sangatlah rendah. Disisi lain, penggunaan E-Learning dalam proses belajar mengajar ini sangatlah berbanding terbalik dengan penggunaan media sosial oleh guru dan siswa di SMA. Kegiatan P2M ini bertujuan untuk mengenalkan aplikasi E-learning berbasis media sosial Edmodo kepada guru SMA di Kecamatan Buleleng. Keterampilan penggunaan media sosial yang dimiliki oleh Guru diharapkan mempermudah proses pembelajaran dengan menggunakan Edmodo. Metode kegiatan yang dilakukan dalam pengabdian kepada masyarakat ini adalah dalam bentuk ceramah, diskusi, dan praktek. Pelatihan akan dilakukan selama 2 sesi dimana sesi pertama lebih fokus dalam memberikan informasi mengenai pemanfaatan E-Learning, pengenalan Edmodo, proses mendaftar di Edmodo, sampai pada pengenalan fitur-fitur dan keunggulan Edmodo. Pada sesi kedua, pelatihan akan fokus terhadap pengemasan konten pembelajaran, melakukan praktek dan simulasi proses pembelajaran dengan memanfaatkan fitur-fitur yang ada pada Edmodo. Modul pelatihan akan diberikan kepada peserta sebagai alat bantu dalam kegiatan praktek di laboratorium komputer. Luaran dari kegiatan P2M ini adalah berupa modul penggunaan Edmodo untuk guru serta artikel ilmiah. Hasil evaluasi pelaksanaan P2M ini menunjukkan bahwa P2M ini bermanfaat untuk menunjang proses belajar mengajar yang dilakukan di sekolah. Kata kunci : Guru, E-Learning, Media Sosial, Edmodo A. PENDAHULUAN E-learning adalah suatu kemajuan penting dalam sistem pendidikan modern. Elearning ini membawa pengaruh terjadinya proses transformasi pendidikan konvensional ke dalam bentuk digital, baik secara isi (contents) maupun sistemnya. Darin E. Hartley mengatakan bahwa elearning adalah suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media Internet, Intranet atau media jaringan komputer lain. E-learning juga dapat didefinisikan sebagai upaya peserta didik dengan sumber belajarnya (basis data, pakar/guru, dan perpustakaan) yang secara fisik terpisah atau bahkan berjauhan. Elearning atau electronic learning kini semakin dikenal sebagai salah satu cara untuk mengatasi masalah pendidikan melalui penerapan TIK. Edmodo dikembangkan pada akhir Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah merambah berbagai bidang kehidupan tidak terkecuali bidang pendidikan dan pengajaran. Kemajuan TIK tersebut tidak dapat dipungkiri banyak membawa dampak positif bagi kemajuan dunia pendidikan dewasa ini. Teknologi komputer dan internet, mulai dari perangkat lunak maupun perangkat keras memberikan banyak tawaran dan pilihan bagi dunia pendidikan untuk menunjang proses pembelajaran para peserta didik. Penguasaan terhadap TIK menjadi hal yang sangat penting dalam rangka menghadapi persaingan global. Oleh karena itu, TIK sangat perlu untuk diperkenalkan, dipraktikkan, dan dikuasai oleh pendidik dan peserta didik agar dapat bersaing di dalam kehidupan global. 160 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 tahun 2008 oleh Nic Borg dan Jeff Ohara yang berkeyakinan bahwa perlu dikembangkan lingkungan sekolah yang terhubung dengan semua aktifitas di dunia. Edmodo adalah platform media sosial yang sering digambarkan sebagai Facebook untuk sekolah dan dapat berfungsi lebih banyak lagi sesuai dengan kebutuhan. “Edmodo merupakan aplikasi yang menarik bagi guru dan siswa dengan elemen sosial yang menyerupai Facebook, tapi sesungguhnya ada nilai lebih besar dalam aplikasi edukasi berbasis jejaring sosial ini”[1]. Beberapa fitur yang terdapat pada Learning Management System (LMS) untuk mendukung e-leaming seperti penugasan, kuis dan penilaian pun terdapat di Edmodo. Edmodo sangat komprehensif sebagai sebuah course management system seperti layaknya Moodle, dengan antar muka (interface) yang menyerupai facebook yang merupakan media sosial popular saat ini, penguna tidak akan merasa asing bahkan akan merasa mudah untuk menggunakannya. Fakta yang ada dilapangan, kemampuan penggunaan TIK pada bidang pendidikan di negara berkembang, seperti Indonesia, tentu tidak akan sebaik kemampuan TIK tenaga pendidik di negara maju. Dengan demikian persoalan kelemahan tenaga pendidik dalam menggunakan TIK akan dijumpai dimana saja di Indonesia, termasuk di Kecamatan Buleleng. Dengan manfaat yang begitu banyak, penggunaan ELearning dalam proses belajar mengajar di SMA di Kecamatan Buleleleng sangatlah rendah. Disisi lain, penggunaan E-Learning dalam proses belajar mengajar ini sangatlah berbanding terbalik dengan penggunaan media sosial oleh guru dan siswa di SMA. Dalam kesehariannya, baik di sekolah maupun di rumah, guru maupun siswa kerap sekali menggunakan media sosial, seperti facebook, twitter, path, dan lain-lain, untuk berinteraksi, berbagi informasi, bahkan membicarakan seputar pembelajaran di sekolah. Berdasarkan pemaparan di atas, pengenalan, dan penggunaan media sosial Edmodo bagi guru SMA di Kecamatan Buleleng dalam proses belajar mengajar sangatlah tepat untuk dilakukan. Keterampilan penggunaan media sosial yang dimiliki oleh Guru tentu akan sangat mempermudah proses pembelajaran dengan menggunakan Edmodo yang memiliki keunggulan serupa dengan aplikasi ELearning pada umumnya. B. SUMBER INSPIRASI Pemanfaatan internet sebagai sarana pendidikan yang kerap dilakukan adalah melalui media E-Learning. Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk pengguna internet terbanyak di Asia Tenggara. Akan tetapi, berdasarkan survei yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) yang bekerjasama dengan Pusat Kajian Komunikasi (PusKaKom) Universitas Indonesia mengenai profil pengguna internet Indonesia tahun 2014, diperoleh data bahwa penggunaan internet di Indonesia sebagai sarana pendidikan hanya 29,3% [2]. Hal tersebut terjadi karena lemahnya pengetahuan serta keterampilan penggunaan internet, khususnya E-Learning, sebagai media pendukung pendidikan. Lemahnya pengetahuan serta keterampilan ini terjadi dihampir seluruh wilayah Indonesia termasuk Provinsi Bali. Kabupaten Buleleng merupakan kabupaten terluas yang ada di Provinsi Bali, memiliki 9 (sembilan) kecamatan yang tersebar diseluruh daerah Bali utara, terbentang dari ujung barat sampai ujung timur pulau Bali, dengan ibukota kabupaten terletak di kota Singaraja, yang sekaligus merupakan ibukota Kecamatan Buleleng. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Daerah Kecamatan Buleleng tahun 2014, jumlah fasilitas pendidikan formal (sekolah) di Kecamatan Buleleng berjumlah 126 yang terbagi menjadi fasilitas SD sebanyak 85, 161 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 SMP berjumlah 18 dan SMA berjumlah 23 [3]. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Sekolah SMAN 1 Singaraja, I Putu Eka Wilantara, MPd, disebutkan bahwa SMAN 1 Singaraja sampai saat ini belum menerapkan E-Learning dalam proses pembelajaran ke siswa. SMAN 1 Singaraja telah memiliki sistem E-Learning berbasis MOODLE namun tidak digunakan akibat kurangnya keterampilan guru dalam menggunakannya. Lemahnya kemampuan TIK dan sulitnya pengoperasian MOODLE juga dikeluhkan para guru. Hal yang serupa juga diungkapkan oleh Kepalah Sekolah SMA Lab Undiksha, Drs. Wayan Sukerta, M.Pd., yang menjelaskan bahwa sampai saat ini SMA Lab Undiksha belum menerapkan dan memiliki fasilitas E-Learning. Berbanding terbalik dengan penggunaan internet sebagai sarana pendidikan, berdasarkan survei yang dilakukan APJII tahun 2014 ditemukan data bahwa 87,4% penduduk Indonesia menggunakan internet untuk mengakses media sosial dan 43,7% pengguna internet di Indonesia adalah pengguna kalangan pelajar dan guru. Hal ini merupakan indikasi bahwa penggunaan media sosial telah menjadi suatu "budaya" dalam kehidupan pelajar, sehingga merupakan suatu tantangan bagi pendidik untuk menggunakan strategi dengan memanfaatkan kultur tersebut. Dari hasil wawancara dengan beberapa guru serta siswa di SMAN 1 Singaraja dan SMA LAB Undiksha, sebagian besar tidak mengetahui adanya media sosial Edmodo sebagai salah satu aplikasi E-Learning yang dapat digunakan dalam mendukung proses pembelajaran dan berinteraksi dengan guru atau siswa lain layaknya media sosial yang ada. Dari proses wawancara juga diperoleh informasi tidak adanya media yang dapat digunakan sebagai sarana berinteraksi antar guru, antar siwa, atau antar guru dan siswa di Kecamatan Buleleng atau cakupan yang lebih luas, dalam berbagi pengetahuan, informasi dan atau konten pembelajaran. Dari proses observasi yang dilakukan di SMAN 1 Singaraja dan SMA Lab Undiksha, sarana yang dimiliki sekolah sangatlah mendukung proses pembelajaran menggunakan E-Learning berbasis media sosial Edmodo ini, seperti adanya lab-lab komputer dan hotspot area di lingkungan sekolah. Guru dan siswa SMA pada umumnya juga sudah terbiasa dalam penggunaan laptop atau komputer dalam kegiatan sehari-hari. Berdasarkan data dan informasi diatas, dipandang perlu untuk memberikan pelatihan penggunaan ELearning berbasis media sosial Edmodo ini bagi guru dan siswa SMA di Kecamatan Buleleng ini. Dari proses wawancara dan observasi yang dilakukan hampir sebagian besar guru SMA di Kecamatan Buleleng merupakan pengguna aktif media sosial seperti Facebook, sehingga pelatihan penggunaan media sosial Edmodo ini diharapkan dapat berjalan secara efektif dan dapat diterapkan dengan baik di sekolah mengingat cara penggunaan Edmodo yang hampir mirip media sosial Facebook. E-Learning E-Learning mengandung pengertian yang sangat luas, sehingga banyak pakar yang menguraikan tentang definisi ELearning dari berbagai sudut pandang. Berdasarkan kajian beberapa definisi, Anita Ratnasari menyimpulkan bahwa yang disebut sebagai E-Learning adalah konsep pendidikan yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam proses belajar mengajar[4]. Pendapat serupa juga disampaikan Gede Suriadhi, I Dewa Kade Tastra, Ign. Wayan Suwatra yang menyatakan bahwa e-learning adalah pembelajaran jarak jauh (distance Learning) yang memanfaatkan teknologi komputer, jaringan komputer dan/ atau internet [5]. Selain itu, Som Naidu (2006) dalam Gede Suriadhi, I Dewa Kade Tastra, Ign. Wayan 162 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 Suwatra (2014) mendefinisikan e-learning sebagai penggunaan secara sengaja jaringan teknologi informasi dan komunikasi dalam proses belajar dan mengajar[5]. Istilah lain yang mengacu pada hal yang sama, yaitu online learning atau web based learning. ELearning memungkinkan pembelajar untuk belajar melalui komputer di tempat mereka masing-masing tanpa harus secara fisik pergi mengikuti pelajaran/ perkuliahan di kelas, memacu untuk melakukan kegiatan metode synchronous dan asynchronous pada elearning. Kecenderungan untuk mengembangkan e-learning sebagai salah satu alternative pembelajaran di berbagai lembaga pendidikan semakin meningkat sejalan dengan perkembangan dibidang teknologi komunikasi dan informasi. Ada berbagai jenis E-Learning yang diterapkan di sekolah, salah satunya yaitu Learning Management System (LMS). Edmodo merupakan salah satu jenis LMS yang sering digunakan saat ini. LMS adalah suatu perangkat lunak yang digunakan untuk membuat materi pembelajaran secara online berbasiskan web dan mengelola kegiatan pembelajaran serta hasil-hasilnya (Gede Suriadhi, I Dewa Kade Tastra, Ign. Wayan Suwatra, 2014). Edmodo : E-Learning Berbasis Media Sosial Edmodo merupakan salah satu media sosial yang didesain untuk penggunaan pembelajaran dan berbasis sekolah. Hal ini terlihat pada tampilan halaman awal Edmodo yang membedakan login penggunan sebagai guru, siswa atau orang tua siswa[1]. Edmodo dikembangkan oleh Nic Borg dan Jeff O’Hara pada akhir 2008. Menurut Jenna Zwang (2010) dalam Evin Yudhi Setyono (2015), Edmodo adalah sebuah situs pendidikan berbasis social networking yang di dalamnya terdapat berbagai konten untuk pendidikan [6]. Guru dapat memposting bahan-bahan pembelajaran, berbagi link dan video, penugasan proyek, dan pemberitahuan nilai siswa secara langsung. Selain itu juga Edmodo dapat menyimpan dan berbagi Gambar 1.Tampilan Halaman Awal Edmodo. semua konten digital termasuk blog, link, gambar, video, dokumen, dan presentasi. Selain itu, menurut Frank Gruber (2008) dalam Evin Yudhi Setyono (2015), Edmodo memberikan kemudahan bagi user untuk membuat grup dan berbagi file, links, video (embed video) dan gambar dilengkapi dengan peringatan (alert), penugasan (assignment ) dan agenda kegiatan (event). Umaroh (2012) dalam Basori (2013) menyebutkan terdapat beberapa kelebihan 163 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 dan kekurangan dari jejaring sosial Edmodo [1]. Kelebihan dari Edmodo yaitu: 1. Membuat pembelajaran tidak bergantung pada waktu dan tempat. 2. Meringankan tugas guru untuk memberikan penilaian kepada siswa. 3. Memberikan kesempatan kepada orangtua/ wali siswa untuk memantau aktivitas belajar dan prestasi dari putra-putrinya. 4. Membuat kelas lebih dinamis karena memungkinkan interaksi guru dengan siswamaupun antara siswa dengan siswa dalam hal pelajaran atau tugas. 5. Memfasilitasi kerja kelompok yang multidisiplin. 6. Mendorong lingkungan virtual kolaboratif yang membantu pembelajaran berbasis proses. Pelatihan pemanfaatan Edmodo untuk tujuan pengabdian kepada masyarakat sebelumnya pernah dilakukan oleh Budi Mulyono[5]. Pelatihan tersebut ditujukan bagi guru-guru matematika SMA yang tergabung dalam MGMP Matematika Kota Palembang. Pelatihan yang dilaksanakan selama dua hari pertemuan dengan metode presentasi, diskusi dan simulasi tersebut mengambil lokasi pelatihan di SMAN 1 Palembang (Sekretariat MGMP Matematika Kota Palembang). Kegiatan pelatihan untuk tujuan pengabdian pada masyarakat dengan topik e-learning di lingkungan UNDIKSHA sudah pernah dilakukan. Pelatihan ditujukan untuk internal dosen UNDIKSHA dengan judul Pemanfaatan ELearning Undiksha Bagi Dosen-Dosen di Lingkungan Fakultas Teknik Dan Kejuruan Undiksha, Dalam Rangka Meningkatkan Kualitas Pembelajaran). Pelatihan tersebut memanfaatkan MOODLE sebagai LMS elearning. Sedangkan penelitian tentang pemanfaatan Edmodo pernah dilakukan oleh Gede Suriadhi, I Dewa Kade Tastra, Ign. Wayan Suwatra [4] dengan judul Pengembangan E-Learning Berbasis Edmodo Pada Mata Pelajaran IPA Kelas VIII di SMP Negeri 2 Singaraja. Namun, untuk kegiatan pelatihan pemanfaatan Edmodo sebagai LMS E-Learning belum pernah dilakukan oleh dosen UNDIKSHA baik ditujukan bagi kalangan internal (dosen UNDIKSHA) maupun eksternal (guru atau masyarakat). C. METODE 1. Kerangka Pemecahan Masalah PERMASALAHAN 1. 2. 3. 4. Tidak semua SMA di Kecamatan Buleleng memiliki E-Learning Kurangnya pengetahuan guru SMA mengenai E-Learning berbasis media sosial Edmodo Kebanyakan guru SMA belum mengetahui cara penggunaan media sosial Edmodo dalam mendukung proses belajar mengajar Kurangnya/tidak adanya sarana interaksi/berbagi pengetahuan antar guru-guru SMA di Kecamatan Buleleng 164 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Penerapan LMS E-Learning seperti MOODLE. Penggunaan media sosial Edmodo sebagai alternatif aplikasi E-Learning. Pembuatan media interaktif pengenalan E-Learning yang berbasis media sosial Edmodo. Pembuatan modul atau buku tutorial Edmodo bagi siswa dan guru SMA Melakukan seminar pengenalan E-Learning dan media sosial Edmodo bagi guru SMA di Kecamatan Bulelenng Melakukan pelatihan penggunaan media sosial Edmodo sebagai sarana pendukung proses belajar mengajar guru SMA di Kecamatam Buleleng Melakukan pelatihan penggunaan media sosial Edmodo sebagai sarana berinteraksi dang bertukar ilmu pengentahuan antar guru-guru SMA di Kecamatan Buleleng SOLUSI PEMECAHAN MASALAH 1. 2. 3. Penggunaan media sosial Edmodo sebagai aplikasi E-Learning Melakukan kegiatan pengenalan E-Learning dan media sosial Edmodo bagi guru dan siswa SMA di Kecamatan Buleleng Melakukan pelatihan penggunaan media sosial Edmodo sebagai sarana pendukung proses belajar mengajar guru-guru SMA di Kecamatam Buleleng Melakukan pelatihan penggunaan media sosial Edmodo sebagai sarana berinteraksi dang bertukar ilmu pengetahuan serta informasi antar guru dan siswa SMA di Kecamatam Buleleng METODE KEGIATAN 1. 2. Seminar (Ceramah dan Diskusi) Workshop penggunaan media sosial Edmodo 2. Metode Kegiatan Metode kegiatan yang dilakukan dalam pengabdian kepada masyarakat ini adalah dalam bentuk ceramah, diskusi, dan praktek. Pelatihan akan dilakukan selama 2 sesi dimana sesi pertama lebih fokus dalam memberikan informasi mengenai pemanfaatan E-Learning, pengenalan Edmodo, proses mendaftar di Edmodo, sampai pada pengenalan fitur-fitur dan keunggulan Edmodo. Pada sesi kedua, pelatihan akan fokus terhadap pengemasan konten pembelajaran, melakukan praktek dan simulasi proses pembelajaran dengan memanfaatkan fitur-fitur yang ada pada Edmodo. Modul pelatihan akan diberikan kepada peserta sebagai alat bantu dalam kegiatan praktek di laboratorium. 3. Rancangan Evaluasi Evaluasi kegiatan ini dilakukan saat berlangsungnya kegiatan pelatihan dan melihat produk akhir kegiatan 1. Aspek yang dievaluasi Aspek yang dievaluasi adalah kehadiran, aktivitas peserta, pemahaman peserta terhadap materi yang telah diberikan. 2. Teknik Evaluasi Evaluasi dilakukan dengan menggunakan instrumen yang sesuai. Kehadiran peserta dievaluasi berdasarkan daftar hadir peserta yang disi, aktifitas peserta berdasarkan instrumen observasi dan tingkat pemahaman berdasarkan jawaban dari latihan soal yang diberikan. 3. Indikator Pencapaian Program 4. Kriteria pencapaian program setiap aspek adalah (1) kehadiran peserta, 165 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 aktivitas berkategori baik, dan tingkat pemahaman materi berkategori baik beberapa materi utama saat pelatihan seperti pengenalan Edmodo, alasan menggunakan Edmodo, persiapan penggunaan Edmodo, pembuatan akun sebagai guru pada Edmodo, sampai pada fitur-fitur yang ada pada Edmodo. Modul yang dibuat dikhususkan untuk pengguna guru. Untuk lebih jelas dan lengkapnya, modul pelatihan Edmodo dapat dilihat pada bagian lampiran. D. KARYA UTAMA 1. Tahap Persiapan Kegiatan Untuk memperlancar proses pelatihan yang dilakukan, maka diperlukan sebuah buku pedoman pelatihan dalam bentuk modul. Modul Edmodo berisikan Gambar 2. Persiapan Lab Komputer di UPT TIK UNDIKSHA Kegiatan pelatihan penggunaan EKegiatan pelatihan penggunaan ELearning berbasis media sosial Edmodo ini learning berbasis media sosial Edmodo ini dilaksanakan di Laboratorium Komputer dilakukan pada tanggal 5 Agustus 2016. UPT TIK Universitas Pendidikan Ganesha. Kegiatan diawali dengan proses registrasi Proses peminjaman Lab diawali dengan peserta. Peserta yang melakukan proses pemeriksaan status Lab di hari pelaksanaan registrasi berjumlah 14 orang guru SMA dari untuk memastikan Lab tidak dipergunakan, 23 orang guru yang melakukan konfirmasi kemudian dilanjutkan dengan bersurat kehadiran. Setelah proses registrasi kepada Ketua UPT TIK UNDIKSHA untuk dilanjutkan dengan kegiatan pembukaan oleh peminjaman. Tepat satu hari sebelum hari ketua pelaksana kegiatan. Dalam membuka pelaksanaan, panitia pelaksana dan kegiatan, ketua pelaksana kegiatan mahasiswa melakukan persiapan tempat menyampaikan beberapa hal antara lain pelatihan, seperti pemasangan spanduk, sumber dana kegiatan pelatihan, pemeriksaan komputer, serta pengujian memperkenalkan tempat pelatihan, dan kecepatan internet. pentingnya kegiatan pelatihan yang dilaksanakan. 2. Tahap Pelaksanaan Kegiatan 166 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 (a) (b) Gambar 3. Proses Pembukaan Kegiatan Pelatihan, (a) Sambutan dan Laporan Ketua Pelaksana, (b) Peserta Kegiatan Pelatihan Penggunaan E-Learning Berbasis Media Sosial Edmodo Setelah acara pembukaan dilakukan, kegiatan dilanjutkan dengan pemaparan materi oleh narasumber Bapak Gede Saindra Santyadiputra, S.Kom., M.Cs. Materi yang dipaparkan mengenai pengenalan dan pentingnya E-Learning dalam proses pembelajaran. Setelah pemaparan selesai dilakukan pemaparan materi dan pendampingan teknis mengenai penggunaan Edmodo. Pada sesi ini kegiatan dipandu oleh instruktur Gede Aditra Pradnyana, S.Kom., M.Kom., dengan berpedoman pada modul yang telah diberikan. Untuk memperlancar kegiatan pelatihan, setiap guru juga didampingi oleh mahasiswa. Materi penggunaan Edmodo yang disampaikan dan dilatih antara lain : a. Pembuatan akun Edmodo sebagai guru b. Pengaturan akun Edmodo c. Pembuatan kelas pada Edmodo d. Penggunaan fitur Notes e. Penggunaan dan pengaturan fitur Assignments f. Pembuatan quiz pada Edmodo (Tipe Multiple Choice, True False, Short Answer, Matching dan Fill in The Blank) g. Pemanfaatan fitur Pooling dan Edmodo Planner (a) (b) Gambar 4. Kegiatan Pelatihan, (a) Pemaparan Materi Oleh Narasumber, (b) Pendampingan Teknis Penggunaan Edmodo Akhir dari kegiatan pelatihan ditutup dengan pada komputer masing-masing. E-Kuisioner pengisian E-Kuisioner oleh peserta kegiatan dibuat menggunakan Google Form. E167 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 Kuisioner digunakan untuk mendapatkan respon peserta serta evaluasi dari kegiatan pelatihan yang telah dilakukan. belajar karena memungkinkan untuk belajar kapanpun, dimanapun tanpa dibatasi ruang dan waktu. Dibandingkan dengan media sosial maupun Learning Management System (LMS) lainnya, EDMODO memiliki beberapa kelebihan antara lain: mirip facebook sehingga mudah digunakan, free, dan tidak memerlukan server di sekolah. Pelaksanaan pelatihan penggunaan Edmodo ini bermanfaat bagi peserta, guru-guru SMA di Kecamatan Buleleng, terbukti dengan hasil evaluasi yang diperoleh setelah kegiatan berlangsung. Evaluasi dilaksanakan dengan menyebarkan E-Kuisioner (kuesioner online) yang dibuat dengan Google Form. Link kuisioner tersebut dibuka oleh peserta pelatihan dan diisi secara online juga pada saat selesai pelatihan. Kuisioner ini diisi oleh 14 orang responden yang merupakan peserta pelatihan E. ULASAN KARYA Secara umum, kegiatan pelatihan berlangsung dengan baik. Para guru terlihat sangat bersemangat saat mulai ikut mempraktekkan penggunaan Edmodo pada komputer masing-masing. Dari observasi yang dilakukan, peserta paling antusias saat mempraktekkan fitur pertemanan yang ada pada Edmodo. Peserta sangan bersemangat saat saling bertukar ID Edmodo dan mengirimkan pesan saat telah terhubung. Selain itu dari hasil observasi juga diperoleh bahwa diskusi sering terjadi saat pembahasan pembuatan quiz. Keunggulan penerapan E-learning adalah memperluas kesempatan siswa untuk 1. Kebermanfaatan Program P2M Gambar 5. Kebermanfaatan Program P2M Sebanyak 100% peserta pelatihan menyatakan bahwa kegiatan pelatihan ELearning berbasis media sosial Edmodo ini sangat bermanfaat, hal ini sesuai kebutuhan penerapan El-Learning yang diperoleh pada saat melakukan analisis situasi. 2. Pemahaman Edmodo 168 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 Gambar 6. Pemahaman Edmodo Sebanyak 100% responden menyatakan bahwa kegiatan pelatihan yang dilakukan dapat meningkatkan pemahaman peserta mengenai penggunaan Edmodo. Akan tetapi terdapat 14,3% responden menyatakan tidak tahu apakah akan memanfaatkan Edmodo dalam proses belajar mengajar yang akan dilakukan, sementara 85,7% menjawab akan memanfaatkan Edmodo dalam proses belajar mengajar. Gambar 7. Rencana Pemanfaatan Edmodo 169 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 3. Kritik dan Saran Terhadap Kegiatan Pelatihan Berdasarkan E-Kuisioner yang diberikan juga terdapat beberapa kritik dan saran terhadap kegiatan pelatihan yang dilakukan, yaitu: a. Suara instruktur tidak jelas b. Latihan berkelanjutan c. Sangat bermanfaat dan meningkatkan pemahaman saya dalam penggunaaan Edmodo d. Pelatihan ini sangat baik sekali tapi agar lebih diperkaya pendalaman materinya serta prakteknya e. Kesulitan dalam membuat soal matematika, mohon disempurnakan f. Masih kesulitan dalam membuat soal matematika g. Pelatihan terlalu singkat, perlu ada tahapan pemantapan berikutnya h. Tempat duduk tidak pas dengan letak komputer sehingga leher agak sakit. i. Waktu pelaksanaan terlalu singkat. j. Pelatihannya diperpanjang k. Saran : mungkin bisa dibarengi dengan pelatihan siswa l. Sudah baik, no comment. m. Penjelasan dari instruktur mohon diperjelas, dan urutan sesuai modul n. Jika dimungkinkan diadakan pendampingan tambahan yang mengikutsertakan siswa kepada masyarakat ini dilakukan dengan menyebarkan kuisioner yang diisi oleh 14 peserta. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa 100% peserta pelatihan setuju bahwa pelatihan ini bermanfaat serta 100% peserta menyatakan pelatihan ini mampu membantu mereka memahami penggunaan Edmodo. Berdasarkan saran yang diisi peserta pelatihan pada kuisioner, perlu dilakukan pelatihan tambahan yang mendukung pemanfaatan E-Learning seperti pembuatan e-book, e-modul, animasi, hingga pelatihan pembuatan presentasi yang menarik. G. DAFTAR PUSTAKA [1] Basori, (2013) Pemanfaatan Social Learning Network “Edmodo” dalam Membantu Perkuliahan Teori Bodi Otomotif di Prodi PTM JPTK FKIP UNS. JIPTEK, Vol. VI No.2, Juli 2013 [2] Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia, (2015). Profil Pengguna Internet Indonesia 2014. Jakarta : Puskakom UI, Katalog Dalam Terbitan [3] Badan Pusat Statistik Kabupaten Buleleng. (2014). Statistik Daerah Kecamatan Buleleng 2014. Katalog BPS. [4] Ratnasari, Anita (2012). Studi Pengaruh Penerapan E-Learning Terhadap Keaktifan Mahasiswa dalam Kegiatan Belajar Mengajar Studi Kasus Universitas Mercu Buana Jakarta. Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2012 (SNATI 2012) ISSN: 1907-5022 Yogyakarta, 15-16 Juni 2012. [5] Suriadhi , Gede, I Dewa Kade Tastra, Ign. Wayan Suwatra, (2014). Pengembangan E-Learning Berbasis Edmodo Pada Mata Pelajaran IPA Kelas VIII di SMP Negeri 2 Singaraja. Journal Edutech Universitas Pendidikan Ganesha. Jurusan Teknologi Pendidikan (Volume: 2 No. 1 Tahun 2014) [6] Mulyono, Budi, (2013). Pemanfaatan Media Sosial Edmodo pada F. KESIMPULAN Pengabdian Kepada Masyarakat dalam skim penerapan Ipteks dengan judul ”Pelatihan Penggunaan E-Learning Berbasis Media Sosial Edmodo Bagi Guru SMA di Kecamatan Buleleng” telah dilaksakan pada tanggal 5 Agutus 2016 bertempat di Lab Komputer UPT TIK Universitas Pendidikan Ganesha. Kegiatan pelatihah ini dibagi ke dalam dua sesi, yaitu sesi pemaparan materi mengenai ELearning serta pentingnya penerapan ELearning dan sesi pendampingan pelatihan penggunaan Edmodo. Evaluasi pengabdian 170 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 Pembelajaran Matematika bagi Guruguru SMA di Kota Palembang. Prosiding Seminar Pendidikan Nasional, Palembang 28 Desember 2013. [7] Setyono, Evin Yudhi, (2015). Pengaruh Penggunaan Media Jejaring Sosial Edmodo Terhadap Hasil belajar Mahasiswa Pada Topik Pembuatan Kurve-S Menggunakan Microsift Excell. SOSHUM JURNAL SOSIAL DAN HUMANIORA, VOL. 5, NO.1, MARET 2015 H. PERSANTUNAN Ucapan terima kasih disampaikan kepada Universitas Pendidikan Ganesha dibawah koordinasi Lembaga Penelitian dan Pengabidan Kepada Masyarakay Universitas Pendidikan Ganesha yang telah mendanani kegiatan ini melalui Dana DIPA UNDIKSHA. Terima kasih juga kami ucapkan kepada kepala UPT TIK Universitas Pendidkan Ganesha serta guruguru yang ikut mensukseskan kegiatan P2M ini. 171 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM MEWUJUDKAN KESEJAHTERAAN BERKELANJUTAN BERBASIS POTENSI DESA DI DESA BINAAN TEMBOK KECAMATAN TEJAKULA I Gede Astra Wesnawa1, Putu Indra Christiawan1, Luh Gede Erni Sulindawati2, Putu Panca Adi3 1 Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial, 2Fakultas Ekonomi, 3Fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Ganesha Email: [email protected] ABSTRACT Village Program Patronage in Tembokvillageis intended to (1) improve the quality of human resources through training and mentoring literacy independent effort, (2) increased public awareness of the nature and the environment potentialthrough nurseries and reforestation to actualize a sustainable environment, (3) encouraging the growth of creativity, motivation and innovation community in addressing the issue through training and mentoring of business development of creative economy, such as the creation of products ingke and manufacture VCO, (4) increased public awareness to support self-reliance, comfort and well-being of rural communities in the fields of customs and religion. The program is implemented through: Participatory Rural Appraisal (PRA), EntrepreneurshipCapacity Building (ECB), Technology Transfer (TT) and Information Technology (IT), in various forms of activities such as training, mentoring, counseling, and reforestation. The results of the activities are (1) increasing people’s skills according to their interests while they learn to read and count; (2) increasing public knowledge about the importance of greening well as environmental sustainability and long-term investments, how the nursery, and planted the seeds of ivory palm and Californiapapaya, (3) increasing the knowledge and skills of mothers of households to the community in cottage industries, such as ingke, coconut oil, and (4) increasing the knowledge and skills of people in the construction of Hindu instrument ceremony customs. Keywords: Community Empowerment, Rural Potential, Training ABSTRAK Program Desa Binaan di Desa Tembok ini bertujuan untuk (1) meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pelatihan dan pendampingan keaksaraaan usaha mandiri, (2) meningkatkan kesadaran masyarakat akan potensi alam dan lingkungan melalui kegiatan pembibitan dan penghijauan untuk mewujudkan lingkungan yang lestari, (3) Mendorong tumbuhnya kreativitas, motivasi dan inovasi masyarakat dalam mengatasi permasalahan melalui pelatihan dan pendampingan pengembangan usaha ekonomi kreatif, seperti kreasi produk ingke dan pembuatan VCO, (4) Peningkatan kesadaran masyarakat untuk mendorong terwujudnya kemandirian, kenyamanan dan kesejahteraan masyarakat desa dalam bidang adat dan agama. Program ini dilaksanakan melalui: Partisipatory Rural Appraisal (PRA), Entrepreneurship Capacity Building (ECB), Technology Transfer (TT), dan Information Technology (IT), dalam berbagai bentuk kegiatan seperti pelatihan, pendampingan, penyuluhan, dan penghijauan. Hasil kegiatan adalah (1) meningkatnya keterampilan masyarakat sesuai minatnya sambil mereka belajar membaca dan berhitung; (2) meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya penghijauan baik sebagai kelestarian lingkungan maupun investasi jangka panjang, cara pembibitan, dan menanam bibit kelapa gading dan papaya California, (3) meningkatnya pengetahuan dan keterampilan ibu-ibu rumah tangga masyarakat 179 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 dalam bidang industri rumahan, seperti ingke, minyak kelapa, dan (4) meningkatnya pengetahuan dan keterampilan masyarakat dalam pembuatan alat upakara adat Hindu. Kata kunci: Pemberdayaan Masyarakat, Potensi Desa, Pelatihan PENDAHULUAN memunculkan adanya air terjun seperti di desa Les. Iklim wilayah Tejakula secara umum beriklim tropis dengan curah hujan terendah di daerah pantai. Batas-batas wilayah Tejakula adalah sebagai berikut: di sebelah Utara Laut Bali, sebelah Barat adalah Kecamatan Kubutambahan, sebelah Timur adalah Kabupaten Karangasem, dan sebelah Selatan adalah Kabupaten Bangli. Dengan berbatasan pada dua kabupaten, maka Kecamatan Tejakula memiliki akses untuk mendistribusikan produk-produknya pada pasar di kabupaten tersebut. Potensi sumberdaya manusia Kecamatan Tejakula tersebar di 10 Desa Dinas, dengan jumlah penduduk 60.525 jiwa atau 21.274 KK yang terdiri dari laki-laki 30.300 jiwa dan perempuan 30.225 jiwa. Dari jumlah penduduk tersebut, 69,83% merupakan angkatan kerja produktif. Ini menunjukkan bahwa potensi wilayah yang ada dikelola oleh sumberdaya manusia di Kecamatan Tejakula. Namun, pendapatan masyarakat masih rendah (rata-rata pendapatan penduduk Rp. 202.394,-), padahal potensi yang dapat dikembangkan sangat banyak, seperti: pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, kerajinan/industri rumah tangga dan kepariwisataan. Adapun desa yang ada di Kecamatan Tejakula adalah: Desa Sembiran, Desa Pacung, Desa Julah, Desa Bondalem, Desa Madenan, Desa Tejakula, Desa Les, Desa Penuktukan, Desa Sambirenteng, dan Desa Tembok. Di antara desa-desa tersebut, Kecamatan Tejakula merupakan salah satu dari sembilan wilayah kecamatan di Kabupaten Buleleng, dengan luas wilayah 97,68 km2. Wilayah Tejakula dilihat dari ketinggian tempat dapat diketahui bahwa sebagian besar wilayahnya berada pada ketinggian 0-499,9 m di atas permukaan air laut atau seluas 6.584 ha dan 3.184 dengan ketinggian 500-999,9 meter. Sementara itu kemiringan lereng seluas 2.469,46 ha merupakan daerah landai dengan kemiringan 0-25% dan 2.125,09 ha merupakan daerah miring dengan kemiringan 25-40%. Topografi wilayahnya sebagian besar merupakan daerah pantai di bagian utara dengan panjang pantai 19 km, di sepanjang pantai ini ditemukan adanya pasir besi (bias melele) yang digunakan sebagai bahan bangunan, khususnya ukiran/ornamen dari pasir besi (Astra, 2013). Di samping itu, wilayah perairan lautnya dijumpai adanya terumbu karang yang sangat potensial untuk dikembangkan menjadi sektor pariwisata minat khusus dan potensi ikan hias yang pernah dikembangkan untuk ekspor. Sementara di bagian selatan merupakan daerah berbukit sampai bergunung. Daerah berbukit sampai bergunung dengan vegetasi hutan tropis dengan topografi kasar memungkinkan adanya daerah tangkapan air hujan (recharge area) yang potensial, sehingga 180 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 pernah terkenal dengan penghasil jeruk dengan rasa yang khas seperti Desa Bondalem, DesaTejakula dan desa Les. Namun, dengan serangan hama CVPD diera sekarang ini, semua itu tinggal kenangan. Sehubungan dengan potensi sumberdaya lahan, daerah tersebut potensial untuk mengembangkan sektor pertanian dan perkebunan lahan kering. Mata pencaharian utama penduduk adalah pertanian. Di sektor perikanan jumlah rumah tangga perikanan adalah 1.569 melayan dengan dukungan armada penangkapan ikan 664 (perahu, perahu motor tempel dan kapal motor), dengan produksi ikan basah menurut areal penangkapan adalah tertinggi di Kabupaten Buleleng. Sedangkan industri pengolahan pangan (2539 perusahaan), sandang (6 perusahaan), bahan bangunan (135 perusahaan), logam (235 perusahaan) dan kerajinan lainnya (520 perusahaan). Di samping sektor-sektor tersebut, sektor peternakan juga menjadi komuditas andalan penduduk di Tejakula. Populasi ternak yang diusahakan antara lain sapi potong (20.626), babi Bali (10.011), babi sadelback (6.554). babi landrace (18.893), kambing (111), kambing PE (262), ayam (126.274) ayam ras (17.500). itik (2.494), Hampir setiap keluarga memiliki ternak antara 1 sampai 3 ekor (baik sapi, induk babi, dan beberapa ekor ayam, itik). Ternak sapi khususnya, dimanfaatkan untuk membajak tanah di musim tanam. Sedangkan ternak babi diusahakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dalam menunjang prosesi upacara adat dan agama yang berlangsung setiap 6 bulan sekali, dan hingga saat ini belum ada yang menjalankan usaha ternak secara khusus (Statistik Kecamatan Tejakula, 2013). Sumber air di Kecamatan Tejakula untuk pertanian adalah mata air dan air hujan. Oleh penduduk setempat air hujan ditampung dalam bentuk Cubang untuk kebutuhan keluarga dan air minum ternak. Sebagian besar sungai yang ada di Kecamatan tejakula, airnya mengalir sesaat pada musim hujan (pola intermitten). Untuk memenuhi kebutuhan air dibangun sejumlah sumur bor melalui bantuan/hibah internasional dari Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE), saat ini berjumlah sekitar 29 sumur bor. Air tersebut dimanfaatkan untuk aktivitas pertanian dan aktivitas nonpertanian. Dilihat dari aspek sosial budaya, desa di Kecamatan Tejakula ditemukan adanya desa Tua, seperti Desa Julah dan Desa Sembiran. Desa tersebut memiliki kekhasan dalam aktivitas sosial budaya di daerah Bali, seperti aktivitas ritual dan keagamaan yang memegang teguh nilai-nilai tradisional. Melihat kondisi topografi daerah, aktivitas penduduk, dan sosial budaya maka yang cocok dikembangkan adalah sektor pertanian, perikanan, peternakan dan pariwisata khususnya pariwisata budaya pada desa-desa tua, seperti desa tua Julah, desa tua Sembiran di samping objek alam berupa air terjun yeh mampeh Desa Les. Observasi pendahuluan telah dilakukan oleh Tim LPM Undiksha ke Tejakula pada tanggal 28 Agustus 2014 untuk usulan P2M tahun pertama (2015). Pada acara pertemuan audensi antara Tim Dosen Undiksha dengan kepala Desa Tembok Kecamatan Tejakula diperoleh gambaran 182 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 tentang berbagai aspek serta permasalahan yang ada, baik tentang infrastruktur, sumberdaya manusia maupun tentang sumberdaya alam di Kecamatan Tejakula. Desa Tembok terletak di ketinggian 200 meter dari permukaan air laut, memiliki topografi wilayah berupa dataran rendah, perbukitan dan pantai. Dengan Luas Wilayah Desa Tembok: 1081 Ha. Pemanfaatan Wilayah adalah: Perkebunan: 782 Ha, Kuburan: 0,75 Ha , Perumahan: 0,60 Ha, Tegal: 0,98 Ha, Pertokoan: 0,25 Ha, Pasar Desa: 0,20 Ha, Perkantoran: 0,15 Ha, Perladangan: 0,81 Ha, Jalan: 20 Km. Desa Tembok terdiri dari 6 dusun: Dusun Tembok, Dusun Bulakan, Dusun Sembung, Dusun Dadap Tebel, Dusun Yehbau, Dusun Ngis. Jumlah penduduk: 7196 Jiwa atau 1958 KK yang terdiri dari Laki-laki: 3625 Jiwa Perempuan: 3571 Jiwa. Adapun batasbatas: Sebelah Utara: Laut Bali, Sebelah Selatan: Kec. Kintamani Kab. Bangli, Sebelah Barat: Desa Sambirenteng, dan Sebelah Timur: Amlapura Karangasem. Orbitasi desa dengan pusat adalah: Kecamatan: 10 Km, Kabupaten; 45 Km, dan Provinsi: 131 Km (Data Potensi Desa Tembok, 2013). Permasalahan-permasalahan yang dimaksud secara garis besarnya adalah sebagai berikut: (1) Bidang Administratif, (2) Bidang Pendidikan, , (3) Sistem informasi, (4) Tatanan Masyarakat Desa, antara lain: manajemen administrasi desa, kegiatan masyarakat desa, tata perumahan nelayan, peternakan (sapi, babi, kambing, ayam), sistem keamanan lingkungan, pengangguran, industri rumahan, (5) Perkebunan dan Pertanian, antara lain: belum ada pola pengaturan tanaman keras (nangka, mangga, jeruk, kelapa, dll), sistem olah lahan dan pemeliharaan tanaman jagung, kacang-kacangan, ketela pohon, ubi rambat, pisang, masih tradisional, (6) Peternakan dan Perikanan (7) Industri rumahan, (8) Bidang Wisata, dan (9) bidang sosial budaya dan hukum Berdasarkan uraian tersebut di atas, kondisi Desa Tembok dapat diilustrasikan sebagai berikut. (1) Potensi sumberdaya alam/lingkungan yang ada di desa Tembok pada umumnya berupa lahan pertanian dan perkebunan, umumnya kurang subur untuk cocok tanam karena berada pada daerah dataran tinggi dengan iklim kering, sehingga banyak lahan yang “nganggur” karena kekurangan air, oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa potensi sumberdaya alam dan lingkungan dapat dikategorikan kurang produktif, (2) Kondisi lingkungan nampak luas. Namun kurang mendukung laju pembangunan secara serentak dan cepat dalam waktu yang singkat, (3) Interaksi social antar warga masyarakat desa sangat terbatas karena letak rumah yang satu dengan yang lainnya berjauhan. Hal ini tentu berpengaruh terhadap laju informasi yang semestinya bisa diterima dan diketahui bersama, (4) mata pencaharian penduduk desa Tembok secara umum adalah Pertanian / Perkebunan, Peternakan dan Nelayan. Sektor pertanian dan perkebunan ditunjang oleh adanya lembaga subak, yaitu : Subak Uma Wangi Bd Selonding dan Subak Ulun Tirta Bd Kanginan, dan (5) Prospek potensi desa yang dikembangkan: Pariwisata Bahari, Home Industri Jajan Bali, Dodol, Kerupuk Manuk, Kerajinan ingke, dan gula semut. 183 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 Potensi desa yang prospektif tersebut belum dapat dikembangkan mengingat adanya sejumlah keterbatasan, di antaranya adalah sumberdaya manusia yang belum mampu memberdayakan potensi yang ada di desa. Dengan pengalaman yang dimiliki oleh tim P2M Undiksha, maka kemampuan dan pengalaman yang dimiliki diharapkan dapat bersama-sama membantu masyarakat dalam memberdayakan potensi, sehingga terjadi peningkatan kapasitas dan akhirnya mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa Tembok. Berdasarkan hal tersebut di atas, dan harapan dari masyarakat dan aparatur desa, maka focus bidang garapan yang dibutuhkan oleh desa untuk segera mendapatkan pemecahan adalah sebagai berikut: (1) Pengembangan sumber daya manusia melalui pelatihan (pembelajaran keaksaraan usaha mandiri), (2) Penyuluhan akan pentingnya menumbuhkan kesadaran masyarakat mengenai pemberdayaan potensi alam dan lingkungan dengan lebih mementingkan pemeliharaan, pengolahan, pemanfaatan potensi alam dan lingkungan secara maksimal yang didasarkan pada azas kebersamaan, gotong royong dan kekeluargaan, sehingga alam dan lingkungan tetap lestari, (3) Upaya peningkatan ekonomi rumah tangga melalui wirausaha, penerapan teknologi tepat guna, pola tanam yang memadai dan berupaya membangun potensi ekonomi berdasarkan pembangunan ekonomi berbasis masyarakjat, dan (4) Penyuluhan adat dan agama bagi masyarakat desa yang ditekankan pada pembentukan masyarakat adat. Program pemberdayaan masyarakat pada desa binaan, pada tahun pertama bertujuan untuk: (1) peningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pelatihan dan pendampingan keaksaraaan usaha mandiri, (2) Meningkatkan kesadaran masyarakat akan potensi alam dan lingkungan melalui kegiatan pembibitan dan penghijauan untuk mewujudkan lingkungan yang lestari/berkelanjutan, (3) Mendorong tumbuhnya kreativitas, motivasi dan inovasi masyarakat dalam mengatasi permasalahan yang dihadapinya melalui pelatihan dan pendampingan pengembangan usaha ekonomi kreatif, seperti kreasi produk ingke dan pembuatan VCO, (4) Peningkatan kesadaran masyarakat melalui penyuluhan untuk mendorong terwujudnya kemandirian, kenyamanan dan kesejahteraan masyarakat desa dalam bidang adat dan agama. Manfaat dari pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat pada desa binaan adalah sebagai berikut: (1) Masyarakat desa Tembok mendapatkan wawasan pengetahuan dan keterampilan tentang usaha mandiri melalui pelatihan dan pendampingan keaksaraan usaha mandiri, (2) Kelompok tani ternak mendapatkan informasi dan keterampilan dalam pembibitan dan penghijauan, sehingga kesadaran mereka meningkat dalam mewujudkan lingkungan yang lestari/berkelanjutan, (3) Ibu-ibu rumah tangga (kelompok Sekarsari Jaya) mendapatkan informasi dan keterampilan dalam mengkreasikan produk, seperti kreasi produk ingke serta keterampilan dalam pembuatan VCO, (4). Warga masyarakat mendapatkan informasi dan pengetahuan 184 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 melalui penyuluhan sehingga mendorong terwujudnya kemandirian, kenyamanan dan kesejahteraan masyarakat desa dalam bidang adat dan agama. 2. Pelaksanaan program dengan model enthrepreneurship capasity building (ECB) dan model Technology Transfer (TT) serta menerapkan Teknologi Tepat Guna (TTG) Model ECB terkait erat dengan kemampuan berwirausaha dari masyarakat, dengan model ini diharapkan: (1) memberikan wawasan, sikap, dan keterampilan usaha, (2) memberikan peluang, (3) memfasilitasi (modal pinjamaan dsb.), dan (4) memonitor dan mengevaluasi bagaimana perkembangan usahanya. Penyebarluasan informasi dan dan sosialisasi program dengan menggunakan model Information Technology (IT) METODE Metode pelaksanaan dalam program P2M ini terdiri dari model PRA untuk mengidentifikasi masalah, serta model ECB, TT dan TTG untuk pelaksanaan program. 1. Indentifikasi masalah menggunakan model partisipatory rural appraisal (PRA) PRA adalah suatu teknik untuk menyusun dan mengembangkan program operasional dalam pembangunan tingkat desa. Metode ini ditempuh dengan memobilisasi sumberdaya manusia dan alam setempat, serta lembaga lokal guna mempercepat peningkatan produktivitas, menstabilkan, dan meningkatkan pendapatan masyarakat serta mampu pula melestarikan sumberdaya setempat. Bertolak dari konsep PRA, maka tahapan kegiatan dalam model ini adalah melaksanakan identifikasi masalah setiap program baik program bidang pendidikan, bidang pertanian/peternakan maupun bidang ekonomi, juga dalam perumusan program dan pendanaan dilakukan secara terarah dengan berpihak dan melibatkan masyarakat. Dengan demikian dalam merumuskan masalah, mengatasi masalah, penentuan proses dan kriteria masalah harus mengikutsertakan bahkan ditentukan oleh masyarakat/kelompok sasaran. HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil 1.1.1 Pelatihan dan pendampingan keaksaraaan usaha mandiri Kegiatan pelatihan dan pendampingan keaksaraan usaha mandiri melibatkan kelompok wanita Sekarsari Jaya di dusun Ngis Desa Tembok Kecamatan Tejakula Kabupaten Buleleng yang berjumlah 10 orang seperti terlihat pada Gambar 1. 185 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 Gambar 1. Instruktur Teman Sebaya dalam Pelatihan Menulis Angka dan Huruf (Dok. I Gede Astra Wesnawa, 2016) Kegiatan ini menunjukkan hasil yang sangat baik dilihat dari kehadiran dan keterlibatan peserta. Kegiatan pendampingan dilakukan dengan pelibatan instruktur teman sebaya dengan memanfaatkan tenaga terampil yang ada di masing-masing kelompok yang ada di lokasi kegiatan Desa Binaan Desa Tembok Kecamatan Tejakula Kabuaten Buleleng. 1.1.2 Pelatihan pembibitan dan penghijauan Kegiatan pelatihan ini dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan potensi alam untuk mewujudkan lingkungan yang lestari. Sesuai hasil rembug dengan kelompok tani dusun Ngis, disepakati membuat bibit kelapa gading (Nyuh Gading) dan papaya california pada Gambar 2. Gambar 2. Pembibitan Kelapa Gading dan Papaya California 187 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 (Dok. I Gede Astra Wesnawa, 2016) 1.1.3 Pengembangan usaha ekonomi upaya pemanfaatannya. Program Desa Binaan Kecamatan Tejakula mengembangkan program untuk pembuatan ingke dengan pengembangan motif dan bentuk yang prospektif. Kerajinan ini sudah ada sebelumnya. Namun, motif yang ada masih sederhana dan produksi hanya untuk memenuhi kebutuhan lokal. Melalui kelompok kerajinan yang ada di Desa Tembok yang berada di bawah naungan kelompok Sekarsari Jaya dengan jumlah anggota kelompok 47 orang, mulai mengkreasikan produknya di bawah binaan program desa binaan. Usahanya atau kegiatannya di samping pembuatan ingke juga membuat produk lain seperti membuat lengis (minyak kelapa). Ketua Kelompoknya adalah Luh Ngawi dan Bendahara Ibu Nyoman Nila. kreatif Mendorong tumbuhnya kreativitas, motivasi dan inovasi masyarakat dalam mengatasi permasalahanpermasalahan yang dihadapinya melalui pelatihan dan pendampingan pengembangan usaha ekonomi kreatif, seperti kreasi produk dodol dan pembuatan VCO. Pelatihan pembuatan ingke merupakan salah satu dari kegiatan industri rumahan yang dikembangkan pada program Binaan Desa Tembok Kecamatan Tejakula. Kegiatan industri rumahan lainnya adalah pembuatan minyak kelapa seperti terlihat pada Gambar 3. Kerajinan rumah tangga yang pertama-tama dikembangkan dalam program Desa Binaan adalah kerajinan ingke. Hal ini dilakukan mengingat adanya potensi daun lontar. Sementara ini belum optimal Gambar 3. Pelatihan Pembuatan VCO (Dok. I Gede Astra Wesnawa, 2016) 188 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 Pelatihan pembuatan ingke mulai dilaksanakan tanggal 31 Mei 2016 dengan menggunakan instruktur/tutor teman sebaya yang ada di Desa Tembok. Adapun kegiatan yang telah dilaksanakan seperti terlihat pada Gambar 4. Gambar 4. Pelatihan Pembuatan Inke (Dok. I Gede Astra Wesnawa, 2016) 1.1.4 Pelatihan pembuatan alat upakara agama Hindu Kegiatan awal yang dilakukan sebelum pelatihan adalah penyuluhan untuk peningkatan kesadaran masyarakat tentang adat dan agama untuk mendorong terwujudnya kemandirian, kenyamanan dan kesejahteraan masyarakat desa dalam bidang adat dan agama. Selanjutnya dilaksanakan pelatihan pembuatan sesajen yang terdiri dari pembuatan pejatian, prayascita durmanggala, dan biakkawon. Kegiatan pelatihan ini diikuti oleh kelompok tani dusun Ngis yang dilaksanakan tanggal 31 Mei 2016 dan 7 Juni 2016 yang hasilnya tampak seperti gambar berikut. Selanjutnya untuk meningkatkan keterampilan anggota kelompok dalam pembuatan alat upakara tersebut dilanjutkan dengan kegiatan pendampingan. Kegiatan pendampingan dilakukan dengan mengajak kerja sama tokoh masyarakat yang biasa membuat alat upakara yang dikoordinir oleh Ibu Wayan Merta dari dusun Ngis seperti terlihat pada Gambar 5. 189 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 Gambar 5. Pelatihan Pembuatan Alat Upakara (Dok. I Gede Astra Wesnawa, 2016) membangkitkan kesadaran masyarakat untuk melestarikan kawasan hutan dengan melakukan penghijauan pada lahan kering dan tandus. Secara fisiografis Kecamatan Tejakula memiliki daerah perbukitan dan pegunungan yang kering dan sangat berpotensi untuk terjadinya longsor lahan pada saat musim penghujan.melalui penyuluhan telah muncul pemahaman dan kesadaran masyarakat untuk ikut menjaga kawasan hutan. Di samping itu, adanya upaya untuk menggeser kebiasaan masyarakat dari pemanfaatan kayu bakar yang diperoleh di kawasan perbukitan dan pegunungan dengan perambasan pohon untuk bahan bakar, hal ini sangat riskan terhadap bencana ekologis. Dengan melakukan upaya tersebut dapat mengurangi beban hutan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap bahan pakan ternak dan bahan kayu bakar. Respon masyarakat di lokasi kegiatan desa binaan terhadap penyuluhan dan pelatihan yang dilaksanakan sangat positif, dan mereka berjanji untuk menjaga kawasan hutan yang akan ditanami tanaman penghijauan. 1.2 Pembahasan 1.2.1 Pelatihan dan pendampingan keaksaraaan usaha mandiri. Kecamatan Tejakula merupakan wilayah yang memiliki jumlah penduduk yang tidak melek huruf dan putus sekolah yang tinggi di Kabupaten Buleleng. Dalam upaya menurunkan tingkat tidak melek huruf ini, program desa binaan Kecamatan Tejakula mencanangkan program pembelajaran keaksaraan usaha mandiri di kelompok usaha yang ada di desa binaan. Penanganan tidak melek huruf dan putus sekolah ini dilakukan pembelajaran dan pelatihan dengan memberdayakan masyarakat yang memiliki kemampuan dalam olah keterampilan dan memanfaatkan instruktur dari Undiksha. Hasilnya menunjukkan peningkatan kemampuan calistung dan melahirkan berbagai kreasi dalam kerajinan rumah tangga. 1.2.1 Pelatihan pembibitan dan penghijauan Pada bidang pertanian dalam arti luas, dilakukan pembibitan tanaman penghijauan dengan menyemai tanaman multi kultur. Pembibitan dan penghijauan ini diawali dengan memberikan penyuluhan dan dilanjutkan dengan pelatihan pembibitan tanaman penghijauan. Kegiatan ini dilaksanakan tidak hanya untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan, namun lebih jauh untuk 1.2.2 Pengembangan usaha ekonomi kreatif Industri rumahan yang disasar pada tahun kedua adalah pelatihan pembuatan ingke, dengan melakukan variasi produk. Pelatihan dilaksanakan di balai pertemuan kelompok tani Mekarsari Jaya untuk Desa Tembok. Sementara itu, kelompok tani Desa Tembok dilatih oleh instruktur dari Undiksha dalam mengkreasikan produknya dengan bahan baku lidi dari daun lontar. 190 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 Pelatihan pembuatan VCO, hasilnya cukup baik karena kelompok tani yang disasar mampu melaksanakan kegiatan pelatihan dan terus dilakukan pendampingan dalam pembuatan VCO.Namun, permasalahan yang dipantau oleh tim pelaksana desa binaan Kecamatan Tejakula bahwa VCO yang dibuat harus benar-benar hygine. Hal ini harus didukung dengan peralatan yang hygine serta didukung oleh kejujuran terhadap kebersihan diri dari pembuat dan kesehatan lingkungan tempat bekerja. SIMPULAN Kegiatan P2M desa binaan Desa Tembok Kecamatan Tejakula tahun pertama difokuskan pada: pertama, Pengembangan sumber daya manusia melalui pelatihan (pembelajaran keaksaraan usaha mandiri). Kedua, penyuluhan akan pentingnya menumbuhkan kesadaran masyarakat mengenai pemberdayaan potensi alam dan lingkungan dengan lebih mementingkan pemeliharaan, pengolahan, pemanfaatan potensi alam dan lingkungan secara maksimal yang didasarkan pada azas kebersamaan, gotong royong dan kekeluargaan, sehingga alam dan lingkungan tetap lestari Ketiga, upaya peningkatan ekonomi rumah tangga melalui wirausaha, penerapan teknologi tepat guna, pola tanam yang memadai dan berupaya membangun potensi ekonomi berdasarkan pembangunan ekonomi berbasis masyarakjat, dan keempat, penyuluhan adat dan agama bagi masyarakat desa yang ditekankan pada pembentukan masyarakat adat. Kegiatannya meliputi: (1) kegiatan pelatihan penghijauan, (2) pelatihan keaksaraan usaha mandiri. (3) pelatihan industry rumahan (pelatihan pembuatan ingke dan VCO), dan (4) pelatihan pembuatan alat upakara (banten). Secara umum evaluasi terhadap hasil kegiatan desa binaan di DesaTembok Kecamatan Tejakula tahun kedua menunjukkan terjadinya (1) peningkatan pengetahuan dan keterampilan peserta melalui pembelajaran keaksaraan usaha mandiri, (2) peningkatan kesadaran masyarakat terhadap upaya pelestarian lingkungan sekitar, (4) peningkatan kreasi dalam pembuatan kerajinan tangan (ingke 1.2.3 Pelatihan pembuatan alat upakara agama Hindu Peserta pelatihan yang disasar adalah ibuibu rumah tangga dan kelompok tani Sekarsari Jaya Dusun Ngis Desa Tembok yang berjumlah 10 orang. Tempat pelaksanaan pelatihan di Bale Kelompok Dusun Ngis. Instruktur yang ditugaskan untuk melatih ibu-ibu rumah tangga adalah warga masyarakat Dusun Ngis (Ibu Wayan Merta). Pertimbangan menggunakan instruktur lokal dikarenakan aktivitas adat dan budaya yang berlaku di desa lokasi, sehingga jika mendatangkan instruktur luar desa, dikhawatirkan informasi dan bentukbentuk alat upakara tidak sesuai dengan kondisi lokal (desa kala patra). Kegiatan pelatihan meliputi materi: pembuatan alat upakara: pejatian, prayascita durmanggala, dan biakawon. Berdasarkan evaluasi proses, peserta antusias mengikuti pelatihan yang dibuktikan oleh kehadiran 100% dan hasil kerja berupa alat upakara: pejatian, prascita durmanggala. Kegiatan pelatihan dilaksanakan selama 2 hari yang dipandu oleh instruktur, selanjutnya dilakukan kegiatan pendampingan pada ibu-ibu rumah tangga dalam pembuatan pejatian, prascita durmanggala dan biakawon. 191 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 dan VCO), (4) peningkatan pemahaman dan keterampilan dalam membuat alat upakara (banten). SARAN Bercermin pada kebermanfaatan yang dirasakan oleh masyarakat Tejakula khususnya pada lokasi pelaksanaan program desa binaan, dapat dikatakan bahwa keberlanjutan proram desa binaan sangat penting dilihat dari (a) kecenderungaan kearah positif dinamika perubahan perilaku masyarakat dalam memanfaatkan inovasi-inovasi yang diberikan oleh tim maupun instruktur dari masing-masing pelaksanaan program desa binaa Kecamatan Tejakula, (b) kelompok tani yang ada di desa lokasi memiliki komitmen untuk menggerakkan warganya dalam menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang diberikan oleh tim dan instruktur kegiatan yang memacu aktivitas ekonomi kreatif secara berkelanjutan, (c) dukungan komitmen pemerintah daerah dan penyediaan dana pendamping untuk mengembangkan kawasan desa mandiri di wilayah Tejakula sangat dibutuhkan, (d) respon masyarakat sangat tinggi, ini sebagai modal social budaya untuk menjamin keberlanjutan program sejenis, dan (e) komitmen Undiksha, untuk penetapan wilayah Tejakula sebagai desa binaan dan tempat penyelenggaraan program pengabdian masyarakat. Astra Wesnawa, I Gede. 2011. Pengembangan Potensi Pariwisata Berkelanjutan Bagi Peningkatan Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat pada Koridor Bali Sebagai Pintu Gerbang Pariwisata Nasional. Laporan Penelitian. FIS Undiksha: Singaraja Statistik Kecamatan Tejakula, 2013 Data Potensi Desa Tembok, 2013 Rijanta, R dan M Baiquni. 2003. Otonomi daerah. Transisi Masyarakat dan Konflik Pemanfaatan Sumberdaya: pemahaman Teoritis dan Pemaknaan Empiris. Paper disajikan dalam Seminar Nasional Otonomi dan Konflik Pemanfaatan Sumberdaya Alam dalam rangka Dies Natalis Fakultas Geografi UGM Yogyakarta 1 September 2003. DAFTAR RUJUKAN Astra Wesnawa, I Gede, dkk. 2014. IbW Kecamatan Tejakula Kabupaten Buleleng. Laporan Pengabdian Pada Masyarakat. LPM Undiksha Singaraja. 192 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 Tertib Administrasi dalam Menunjang Pengelolaan Usaha Ikan Tangkap bagi Usaha Bersama Kelompok Wanita Pesisir Sangsit I Nyoman Pursika, Sri Lucy Musmini, Ratna Artha Windari Universitas Pendidikan Ganesha ABSTRACT Background of community service activities are not already own License by coastal women in sales of fish caught so constrained in terms of marketing and entering business relationships outside the area. Similarly, he does not have SIUP can affect the loan guarantees in the nearest bank or LPD certainly does not lend capital for business development efforts were not officially registered. The effectiveness of business development of fish catch has been duly obtained the guarantee of legal protection in the proposed P2M lady coastal Sangsit become partners P2M in which proposers will further coordinate with LPM Undiksha to be facilitated by step in cooperation with village officials staff in realizing Order Administration Business Management Fish Catch with Training and Assistance Filing License For Women UBK Coastal Sangsit. The main purpose community service activities will be pursued efforts should be made to improve the knowledge, understanding, skills in license business people catching fish, especially women of coastal Sangsit in supporting the orderly administration of the business management of fish caught by the team proposer P2M will be facilitated through training and mentoring arrangements given the understanding of coastal Sangsit still lay woman will be the importance of ensuring protection of business legally. The program is a pilot program that is actual in order to increase knowledge and insight UBK woman fishing in order corporate governance of fish caught in the village Sangsit. Keywords: Fish catch, coastal, License, UBK, business, woman. ABSTRAK Latar belakang kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah belum dimilikinya SIUP oleh wanita pesisir dalam penjualan ikan tangkap sehingga terkendala dari segi pemasaran dan menjalin relasi usaha ke luar daerah. Demikian juga halnya tidak dimilikinya SIUP dapat berpengaruh terhadap jaminan pinjaman di bank atau LPD terdekat tentunya tidak memberikan pinjaman modal pengembangan usaha karena usahanya tidak terdaftar secara resmi. Efektivitas pengembangan usaha ikan tangkap sudah sepatutnya memperoleh jaminan perlindungan hukum yang dalam usulan P2M ini wanita pesisir Sangsit menjadi mitra P2M di mana pengusul lebih lanjut akan berkoordinasi dengan LPM Undiksha untuk dapat difasilitasi dengan langkah bekerjasama dengan aparat desa staf dalam mewujudkan Tertib Administrasi Pengelolaan Usaha Ikan Tangkap dengan Pelatihan dan Pendampingan Pengajuan SIUP Bagi UBK Wanita Pesisir Sangsit. Tujuan utama kegiatan pengabdian masyarakat ini akan ditempuh upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, keterampilan pengurusan ijin usaha pelaku usaha ikan tangkap, khususnya wanita pesisir Sangsit dalam menunjang tertib administrasi pengelolaan usaha ikan tangkap oleh tim pengusul P2M akan difasilitasi melalui pelatihan dan pendampingan pengurusan mengingat pemahaman wanita pesisir Sangsit masih awam akan pentingnya jaminan perlindungan usaha secara hukum. Program ini merupakan program rintisan yang bersifat aktual dalam rangka peningkatan pengetahuan dan wawasan UBK wanita nelayan dalam rangka tata kelola usaha hasil ikan tangkap di desa Sangsit. Kata kunci: Ikan tangkap, nelayan,Tata kelola usaha, pesisir, SIUP,tertib administrasi, UBK, usaha, wanita A.Pendahuluan 1.1 Analisis Situasi Pulau Bali mempunyai potensi wilayah pesisir dan merupakan salah satu pintu gerbang simpul dan alih modal kegiatan transportasi laut khususnya wilayah Bali bagian timur. Hal ini dikarenakan letaknya yang sangat strategis bagi kegiatan-kegiatan sektor kelautan dan prikanan, potensi inilah 193 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 yang nantinya dapat menjadi dasar pengembangan bagi kelautan dan pelabuhan propinsi Bali. Kabupaten Buleleng memiliki 2 pelabuhan, yaitu pelabuhan Celukan Bawang yang selama ini difungsikan sebagai pelabuhan barang dan pelabuhan Sangsit selama ini berfungsi sebagai pelabuhan bongkar muat barang-barang atau hasil-hasil perikanan, sehingga berdasarkan jengkauan orientasinya pelayarannya, jenis/ukuran kapal yang singgah dan tingkat perkembangan kawasan maka pelabuhan Sangsit dapat dijadikan sebagai pelabuhan regional. Wilayah pesisir kabupaten Buleleng memiliki terumbu karang, mangrove dan padang lamun. Kecamatan Sawan memiliki kawasan pesisir yang potensial untuk jenis ikan tangkap. Berdasarkan data statistik kelautan di kawasan laut pesisir Buleleng, kecamatan Sawan sangat produktif untuk dikembangkan sebagai kawasan perikanan tangkap. Kondisi kawasan laut dengan komiditi yang melimpah mempengaruhi jenis mata pencaharian yang digeluti oleh penduduk setempat yang mayoritas menekuni profesi sebagai nelayan. Hal ini mengkondisikan kecamatan Sawan biasanya identik dengan komoditi hasil laut, salah satunya hasil tangkapan ikan untuk konsumsi sehari-hari. Ikan merupakan sumber protein yang baik untuk dikonsumsi masing-masing kepala keluarga. Sumber daya laut yang melimpah tidak diimbangi oleh cara pengelolaan yang tepat untuk tetap menjaga kelestarian ekosistem laut. yang menggeluti pekerjaan sebagai nelayan adalah mengalami kesulitan dalam pemasaran ikan dalam jumlah yang banyak pada saat musim panen ikan laut tiba. Kondisi semacam ini yang secara langsung melibatkan peran serta wanita nelayan/perempuan pesisir untuk mengambil bagian membantu tugas suami setelah melaut. Aneka profit dapat diraup dari sektor kelautan. Yang pertama, dan utama yaitu ikan yang merupakan kebutuhan untuk dikonsumsi oleh maisng-masing KK dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari bagi seluruh masyarakat termasuk warga masyarakat di wilayah kecamatan Sawan. Pemanfaatan sumberdaya laut jangan sampai merusak kekayaan ekosistem tersebut. Salah satunya daerah pesisir Sangsit, kecamatan Sawan, menghasilkan berlimpah ikan setiap harinya. Kendala yang dihadipi pada musim panen ikan tiba para nelayan mengalami kesulitan dalam mengelola hasil tangkapan dalam jumlah yang relatif tinggi karena sulitnya pendistribusian ikan, belum lagi kendala belum dimilikinya SIUP oleh sebagian besar wanita nelayan sehingga sulit menyasar konsumen seperti hotel dan restoran yang kapasitasnya dapat dijadikan sebagai pelanggan tetap oleh UBK mitra P2M. Upaya pemerintah kabupaten Buleleng dalam menangani kendala transportasi laut terkait dengan pengiriman ikan ke luar pulau adalah dengan cara membangun sebuah pangkalan pendaratan ikan di desa Sangsit yang berfungsi, di satu sisi sebagai simpul dalam jaringan transportasi laut, dan di sisi lain sebagai gerbang kegiatan perekonomian masyarakat lokal, juga merupakan tempat untuk menyelenggarakan pelayanan jasa pelabuhan, pelaksanaan kegiatan pemerintahan, dan kegiatan ekonomi lainnya, di tata secara terpadu guna mampu mewujudkan penyediaan jasa pelabuhan sesuai dengan tingkat kebutuhan masyarakat. Namun, penyediaan dukungan sarana dan prasarana dari pemerintah harus disertai dengan dukungan masyarakat. Salah satunya, hal yang dapat dimiliki oleh masyarakat pesisir Sangsit adalah ijin operasional usaha yang dapat menunjang 194 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 keberlangsungan aktifitas keseharian dalam tata kelola hasil ikan tangkap. Sebab dengan dimilikinya SIUP jaminan hukum akan aktifitas usaha penting untuk mitra P2M bisa mengadakan kesepakatan jual-beli, mengembangkan jaringan bisnis, membuka mitra kerja yang lebih luas, termasuk sebagai salah satu kriteria prasyarat untuk memperoleh pinjaman modal di koperasi dan bank setempat. 1.3 Identifikasi dan Perumusan Masalah Pangkalan pendaranatan ikan di Sangsit dibangun pada dasarnya sebagai sebagai prasarana pendukung pelaksanaan aktifitas ekonomi, yang fungsinya adalah memebrikan pelayanan dan kemudahan kepada para pemakai khususnya nelayan. Sesuai dengan fungsinya, maka pihak pengelola PPI tidak hanya dituntut mampu mengoptimalkan pengelolaan terhadap fasilitas yang tersedia. Tetapi bagi mitra P2M juga diharapkan demi kepentingan kelangsungan kegiatan perikanan sehingga mampu menjalankan aktifitas usaha dengan lancar, baik dalam melakukan pemasaran hasil tangkapan, maupun menjalin relasi dengan pengusaha lain, tentunya segala aktifitasnya harus terdaftar secara resmi minimal di tingkat wilayah desa setempat dengan melakukan koordinasi dan pendaftaran pengurusan SIUP yang nantinya oleh tim pengusul P2M akan difasilitasi melalui pelatihan dan pendampingan pengurusan mengingat pemahaman wanita pesisir Sangsit masih awam akan pentingnya jaminan perlindungan usaha secara hukum. Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka yang menjadi permasalahan dalam pengabdian masyarakat ini adalah: bagaimanakah upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, keterampilan pengurusan ijin usaha pelaku usaha ikan tangkap, khususnya wanita pesisir Sangsit dalam menunjang tertib administrasi pengelolaan usaha ikan tangkap? B.Metode Pelaksanaan 2.1 Rancangan Program Program ini merupakan program yang bersifat terminal dalam rangka peningkatan pengetahuan dan wawasan keterampilan wanita pesisir Sangsit dalam menumbuhkan kesadaran hukum dalam hal pengurusan ijin usaha perdagangan (SIUP) sehingga dapat menjamin kelayakan operasional usaha penjualan hasil ikan tangkap. Untuk kepentingan pencapaian tujuan program ini, maka rancangan yang dipandang sesuai untuk dikembangkan adalah “RRA dan PRA” (rural rapid appraisal dan participant rapid appraisal). Di dalam pelaksanaannya, program ini akan mengacu pada pola sinergis antara tenaga pakar dan praktisi dari Universitas Pendidikan Ganesha. Di sisi lain, program ini juga diarahkan pada terciptanya iklim kerjasama yag kolaboratif dan demokratis dalam dimensi mutualis antara dunia perguruan tinggi dengan masyarakat secara luas di bawah koordinasi pemerintah Kabupaten Buleleng, khususnya dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan wawasan wanita pesisir Sangsit secara cepat namun berkualitas bagi kepentingan pembangunan masyarakat setempat. Berdasarkan rasional tersebut, maka program ini merupakan sebuah langkah inovatif dalam kaitannya dengan dharma ketiga perguruan tinggi, yaitu pengabdian kepada masyarakat. 2.2 Prosedur Sistim Pelaksanaan Program Program ini dirancang sebagai bentuk jawaban dan antisipasi dari berbagai permasalahan yang berkaitan dengan sebagian ± 65% usaha penjualan ikan tangkap di Sangsit yang tidak memiliki SIUP sebagai salah satu 195 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 dampaknya pelaku usaha tidak bisa menjalankan usahanya dengan baik karena terhambat masalah pemasaran, relasi usaha, termasuk dalam hal pinjaman di LPD atau bank terdekat di desa Sangsit. Berangkat dari rasional tersebut, maka program ini akan dilaksanakan dengan sistem pelatihan dan pendampingan pengurusan SIUP, dimana tim pelaksana akan menyelenggarakan program peningkatan pengetahuan, wawasan, dan keterampilan UBK wanita pesisir Sangsit. Model pelaksanaan kegiatan ini akan dilakukan secara langsung (tatap muka) sebagaimana layaknya sistem pembelajaran yang dilakukan di sekolah atau perguruan tinggi. Lama pelaksanaan kegiatan adalah 8 (delapan) bulan yang dimulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan sampai pada proses evaluasi dengan melibatkan wanita pesisir Sangsit yang tergabung dalam UBK rintisan, yang masing-masing UBK akan diwakili 1 orang mitra. Pada akhir program setiap peserta akan diberikan sertifikat sebagai tanda bukti partisipasi mereka dalam kegiatan ini. Melalui program ini, diharapkan wanita pesisir yang tergabung dalam UBK rintisan di desa Sangsit mendapatkan pengetahuan dan pemahaman yang jelas tentang tata cara pengisian form SIUP, kelengkapan yang harus dipenuhi, pengajuan usulan SIUP, dan pendaftaran SIUP. C.Hasil Program dan Pembahasan 3,1 Hasil Program 3.1.1 Pelatihan Perancangan Alat Usaha Pelatihan produksi peralatan usaha lesehatan yag dilaksanakan pada saat ini masih menitik beratkan pada produksi bahan untuk menunjang perkakas warung yang akan dibuka, dalam artian bahan-bahan kelengkapan peralatan diolah dan dikerjakan sendiri sebagai bentuk kreatifitas pemberdayaan kelompok. Meskipun dalam perjalanan program dicoba dilakukan pengolahan bahan peralatan perkakas ke depannya diharapkan dapat lebih efesien kalau anggota kelompok dapat diberdayakan dalam pengerjaannya. Pendidikan dan pelatihan perancangan alat perkakas usaha lesehan ini dilaksanakan pada tanggal 26 Mei sampai dengan 7Juni 2016, bertempat di kediaman koordinator UBK Wanita Pesisir Sangsit, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng, Bali. Pendidikan dan pelatihan dilaksanakan melalui metode praktek langsung pengolahan bahan, bambu, dan sebagainya sehingga siap menjadi bahan dasar produk kreatif yang selanjutnya digunakan pada usaha kelompok. Dalam pelaksanaan diklat ini tidak ditemukan kendala yang berarti karena respon yang sangat bagus dari UBK Wanita Pesisir Sangsit dalam mengikuti pelaksanaan kegiatan ini. 3.1.2 Penataan Warung Kegiatan ini terlaksana tanggal 11 Juni sampai dengan 13 Juni 2016 dengan pendampingan dari tim pelaksana P2M. Oerientasi kegiatan penataan warung yang akan diberdayakan kepada UBK Wanita Pesisir Sangsit dengan tujuan untuk mempermak kondisi warung yang tidak layak pakai menjadi lebih tertata, lebih terlihat bersih dan rapi sehingga layak dijadikan tempat usaha lesehan. Agenda kegiatan berupa pemlesteran tembok dengan meminta bantuan tukang bangunan dengan dibarengi oleh kelompok wanita nelayan dalam pengecatan dinding. Kekompakan kerja tim sangat terlihat jelas ketika para anggota kelompok berbaur mengerjakan bagian tugasnya masing-masing. 3.1.3 Pelatihan Manajemen Produksi dan Kewirausahaan 196 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 19-20 Juni oleh instruktur tamu dari Jurusan D3 Akuntansi, yaitu Ibu Dra Sri Lucy Musmini, SE., Ak. Yang melakukan pendampingan tentang manajemen usaha dengan pengelolaan usaha kreatif mandiri secara berkelompok oleh wanita nelayan Pesisir Sangsit sekaligus membuka peluang baru berupa usaha lesehan yang merupakan bentuk UBK rintisan dengan pengolahan hasil tangkapan ikan. Respon wanita nelayan sangat positif sekali mengingat selain materi penekanan pada usaha produksi potensial bahari Pesisir Sangsit yang digalakkan juga terdapat pendampingan manajemen pembukuan sederhana untuk menunjang administrasi kelompok. pendampingan kelompok dalam hal pengelolaan kawasan pesisir dan pengurusan ijin usaha perdagangan.Untuk menyukseskan penyelenggaraan program tidak terlepas dengan prosedur birokrasi yang dilakukan oleh tim pelaksana dari Universitas Pendidikan Ganesha (UNDIKSHA). Alur birokrasi pelaksanaan program dengan mendatangi langsung desa tujuan P2M dan bersilaturahmi dengan aparatur desa setempat. Adapun hasil koodinasi tim dengan birokrasi Pemerintahan Desa Pesisir Sangsit, diantaranya: kesepakatan jadwal kegiatan, tempat penyelenggaraan, agenda kegiatan, termasuk pedataan peserta pelatihan dari masing-masing dusun di desa Pesisir Sangsit dikoordinir oleh Bagian Kesejahteraan Masyarakat desa Pesisir Sangsit. Program yang kami rancang dan usulkan untuk diselenggarakan di desa Pesisir Sangsit memperoleh apresiasi yang sangat luar biasa dari Pemerintah Desa setempat beserta jajarannya.Mengingat baru pertama kali desa Pesisir Sangsit disasar kegiatan pengabdian dengan melibatkan warga masyarakat untuk mampu diberdayakan melalui kegiatan sosialisasi dan pelatihan dari pihak LP2M UNDIKSHA. 3.2 Pembahasan Pelaksanaan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat “Tertib Administrasi Pengelolaan Usaha Ikan Tangkap dengan Pelatihan dan Pendampingan Pengajuan SIUP Bagi UBK Wanita Pesisir Sangsit” dilaksanakanpada bulan Mei-Juni 2016 yang telah dilaksanakan dengan penggunaan dana 70% program yaitu: pendidikan dan pelatihan perancangan alat penunjang usaha lesehan, pelatihan tata boga dengan pengolahan hasil tangkapan ikan, Diklat pengelolaan kawasan, dan pelatihan manajemen produksi dan 3.1.4 Rancangan Pengurusan SIUP UBK Sesuai hasil kesepakatan dengan anggota kelompok pendampingan selanjutnya yang akan dilaksanakan oleh instruktur pendamping dari jurusan Ilmu Hukum. adalah pengurusan surat ijin usaha perdagangan (SIUP) yang dalam hal ini akan digunakan nama kelompok, supaya dapat berkekuatan hukum akan diurus pendaftarannya secara administratif setelah usaha lesehan berjalan dan sekaligus menjadi identitas bagi kelompok. Hal ini dilakukan untuk melindungi produk-produk kreatif yang akan dihasilkan oleh kelompok dikemudian hari. Pelaksanaan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat “UBK Wanita Pesisir Sangsit” dilaksanakan selama 6 (enam) bulan, dimulai dari 19 Mei sampai dengan 07 Nopember 2016 yang telah dilaksanakan 70% program yaitu: pelatihan produksi olahan kuliner laut berbahan baku hasil tangkapan ikan masyarakat pesisir desa Pesisir Sangsit, diklat pengelolaan kawasan pesisir, pengurusan ijin usaha perdagangan, 197 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 kewirausahaan. Hal yang masih berlangsung sampai saat ini adalah pendampingan kelompok dalam pengurusan ijin usaha perdagangan (SIUP) dengan karakteristik usaha bersama kelompok (UBK). Pada tahap awal pelaksanaan program dilaksanakan kegiatan berupa perancanganpembuatan alat penunjang usaha lesehan, persiapan tutor, persiapan alat dan bahan, dan sosialisasi dan koordinasi dengan peserta. Perancangan disain dan kegiatan diklat dilaksanakan bersama tim pengusul didasari oleh analisi situasi yang dibuat berdasarkan permasalahan yang dihadapi oleh UBK Wanita Pesisir Sangsit. Perancangan ini dilaksanakan pada akhir bulan Mei dan pertengahan Juni 2016 yang juga melibatkan peran serta aktif peserta program pengabdian kepada masyarakat untuk membuat skala prioritas program yang dilaksanakan. Perencanaan ini berjalan dengan sangat baik berkat peranan aktif tim pelaksana dan peserta yang menjadi mitra program. Persiapan tutor dan instruktur dilaksanakan pada awal kegiatan untuk mematangkan kembali program – program yang akan dilaksanakan kepada mitra, sehingga terjadi sinergi yang baik dalam kegiatan ini. Persiapan tutor dan instruktur ini meliputi: mencetak materi pelatihan untuk pelatihan tata boga, diklat pengembangan kawasan, dan pelatihan manajemen produksi dan kewirausahaan, serta pengurusan SIUP UBK lesehan dengan rancangan label kelompok. Persiapan yang dilaksanakan berikutnya berupa persiapan alat dan bahan yang dilaksanakan dengan pembelian: peralatan pelatihan alat penunjang usaha produksi, bahan kelengkapan warung tempat usaha, bahan diklat pengelolaan kawasan, pelatihan manajemen produksi dan kewirausahaan, dan bahan pelatihan SIUP yang dijadwalkan pada akhir program. Dalam rangka penyamaan persepsi dan waktu pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat di UBK Wanita Pesisir Sangsit, maka dilaksanakan kegiatan sosialisasi dan koordinasi dengan peserta.Hal ini dilaksanakan untuk mendapatkan kesepakatan waktu dalam pelaksanaan program, sangat disyukuri peserta kegiatan sangat antusias dalam menerima sosialisasi program sehingga tidak ada halangan yang berarti dalam pelaksanaan kegiatan ini. D.Penutup 4.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diperoleh dari pelaksanaan program pengabdian kepada masyarakat “ UBK Wanita Pesisir Sangsit, adalah: 1. Tingkat partisipasi yang tinggi dari mitra program pengabdian kepada masyarakat memberikan dampak positif bagi pelaksanaan program, terlihat dari pelatihan pembuatan alat penunjang usaha, penataan warung, diklat produksi dan kewirausahaan, pelatihan tata boga, dan rancangan pengurusan SIUP UBK dapat berjalan dengan baik 2. Pelaksanaan program mampu menghasilakan luaran-luaran yang diharapkan oleh program pengabdian kepada masyarakat ini, kecuali pengurusan SIUP UBK “Warung” masih harus melalui proses pendaftaran. 4.2. Saran Bagi pihak terkait, yang dalam hal ini Pemerintah Desa Sangsit, diharapkan dapat memberikan dukungan kemudahan kebijakan dan berbagi pengalaman dari segi wawasan pengetahuan yang ditransfer ke wanita nelayan guna menyukseskan rintisan program usaha industri rumah tangga yang telah digagas secara kolektif tersebut. 198 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 Tingginya kreatifitas UBK Wanita Pesisir Sangsit dalam mengolah hasil tangkapan ikan menjadi hasil olahan kuliner bahari kreatif diharapkan mendapatkan perhatian khusus, sehingga menjadi keberlanjutan program dari kegiatan “ UBK Wanita Pesisir Sangsit” yang saat ini masih dirintis pendirian dan keberlanjutan perkembangannya. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. 1999. Indikator Sosial Wanita Indonesia 1997. Biro Pusat Statistik. Jakarta. Beniy Rachman, Saptana. 1993. Studi Komparasi Peranan Wanita dalam Penanggulangan Kemiskinan: Kasus P4K, KUM dan LSM, Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian.Bogor. Mulyo, Jamhari. 1998. Peranan Wanita dalam Peningkatan Pendapatan dan Pengambilan Keputusan. Yogyakarta: Agroekonomi, Vol: V/No.1. Desember 1998. 199 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 MENINGKATKAN KUALITAS WINE SALAK BALI YANG DI PRODUKSI CV DUKUH LESTARI DESA SIBETAN KARANGASEM BALI DENGAN SACCHAMOMYCES HIBRIDA LOKAL I Nyoman Tika1), I D.P. Raka Rasana2, dan I.Gusti Ayu Triagustiana2), 1 )Jurusan Pendidikan Kimia, 2) Jurusan PGSD , Universitas Pendidikan Ganesha Bali Indonesia Jl. Udayana No.11 Singaraja Bali Email : [email protected] Abstract Problems arise when the implementation of the Hi-link second year is, (1) The use of yeast Saccharomyces local Hybrids, on an industrial scale: wine is not clear, there is little sense of the range of 3 months sepat.untuk watu wine products form a precipitate, (2) Modification of fermentation with the addition of enzymes to the juice bark Bali: Rapidase Ex color, Fermivin, Rapidase CR leaving a brownish color in wine salak Bali, (3) there is a market need to taste wine bark manisn to meet the market pariwisat. The solution provided is the use of the process elektrocoagulli, the second solution is shortened fermentation period to 7 days. The method used is a laboratory experiment and assistance to employees CV Dukuh Lestari in Hamlet Hamlet Village District Bebandem Sibetan Karangasem Bali. Action is the application of technology applications and electrodialysis pda eletrokoagulasi partners and the provision of formulation manufacture of dessert wine salak Bali. The results are (1) the quality of salak wine produced by industrial partners (CV.Dukuh Lestari) by using the yeast Saccharomyces local hybrid, with the adoption of kooagulasi and electrodialysis has to do with the 15% increase in clarity and taste, (2) Formulation for dessert wine is 46.6 grams sugar / liter is added to the juice and heated to almost boiling (temperature 85oC) for 15 minutes. Local S.h yeast plus 2%, for 14 days (3) the composition of salak bali wine fermented with Saccharomyces local hybrid by CV. Dukuh Lestari, produce kaar alcohol content of 5-7% for the organic compounds contained in wine barking namely (S) - 2 - hydroxypropanoic acid; etanamin, 2-propoxy; 2butanone, 3-hydroxy; 2-butanol, 3-methyl, (S) -; 2- hexanol, 3-methyl; 2,3-butanediol; propanenitrile, 3methylthio; glycerin; xylitol; 1,2,3,4 - butanetetrol, [S- (R @, R @)] - $$ erythritol; ribitol; D-mannitol, 1,4anhidro; 1,5-anhidro-D-mannitol; poligalitol; methyl d-lisofuranosid; sorbitol; 1,5-anhidroglucitol; Heptasilosan; allyl dimetilsilane; and cannabinol. The content of most abundant in wine bark is propanenitrile, 3-methylthio with a percentage of 47.18%. (4) the public response, as the addition of new knowledge of some of the participants responded that 84.1% really adds knowledge adds considerable 9.6% and 6.3% mediocre of the activities carried P2M Undiksha. Keywords. CV Dukuh Lestari, Hi-link, Wine salak Bali, Sibetan ABSTRAK Masalah yang muncul ketika pelaksanaan Hi-link tahun kedua adalah, (1) Penggunaan ragi Saccharomyces Hibrida lokal, dalam skala industri : wine belum jernih, ada sedikit rasa sepat.untuk watu rentang 3 bulan produk wine membentuk endapan, (2) Modifikasi fermentasi dengan Penambahan Enzim pada jus salak Bali : Rapidase Ex Color, Fermivin, Rapidase CR menyisakan warna kecoklatan pada wine salak Bali, (3) ada kebutuhan pasar dengan rasa wine salak yang manisn untuk memenuhi pasar pariwisat. Solusi yang diberikan adalah penggunaan proses elektrocoagulli, Solusi kedua adalah memperpendek masa fermentasi menjadi 7 hari. Metode yang digunakan adalah eksperimen laboratorium dan pendampingan pada karyawan CV dukuh Lestari di Dusun Dukuh Desa Sibetan Kecamatan Bebandem Karangasem Bali. Aksi aplikasi teknologi adalah penerapan eletrokoagulasi dan elektrodialisis pda mitra dan pemberian formulasi pembuatan dessert wine salak Bali. Hasil yang diperoleh adalah (1) kualitas wine salak yang dihasilkan oleh industri mitra (CV.Dukuh Lestari) dengan menggunakan ragi Saccharomyces hibrida lokal, dengan penerapan metode kooagulasi dan elektrodialisis telah dapat dilakukan dengan kenaikan kejernihan 15% dan cita rasa, (2) Formulasi untuk wine dessert adalah 46,6 gram gula pasir/liter ditambahkan ke dalam sari buah dan dipanaskan sampai hampir mendidih (suhu 85oC) selama 15 menit. Ditambah ragi S.h lokal 2 %, selama 14 hari (3) komposisi wine salak bali yang difermentasi dengan Saccharomyces hibrida lokal oleh CV. Dukuh Lestari, menghasilkan kaar alkohol 5-7% untuk Kandungan senyawa organik yang terdapat di dalam wine salak yakni (S) – 2 – asam hidroksipropanoik ; etanamin, 2-propoxy ; 2-butanon, 3-hidroksi ; 2- butanol, 3-metil-, (S)- ; 2- heksanol, 3-metil ; 2,3-butanediol; 200 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 propanenitrile, 3-metiltio; gliserin; silitol; 1,2,3,4 – butanetetrol, [S-(R@,R@)]- $$ eritritol ; ribitol; d-mannitol, 1,4- anhidro ; 1,5-anhidro-d-mannitol; poligalitol ; metil d-lisofuranosid; sorbitol; 1,5-anhidroglucitol; Heptasilosan; alil dimetilsilane; dan cannabinol. Kandungan terbanyak yang terdapat dalam wine salak adalah propanenitrile, 3-metiltio dengan persentase sebesar 47,18, (4) Respon masyarakat, sebagai penambahan pengetahuan baru sebagian peserta memberikan respon yang 84.1% sangat menambah pengetahuan 9.6% cukup menambah dan 6,3 % biasa saja dari kegiatan P2M yang dilakukan Undiksha. Kata Kunci : . CV Dukuh Lestari, Hi-link, Wine salak Bali, Sibetan PENDAHULUAN Salak Bali yang berasal dari Sibetan sangat terkenal. Salak Bali endemik di Desa Sibetan, yang terletak di wilayah kecamatan Bebandem Kabupaten Karangasem yang terdiri dari sepuluh Br Dinas. Desa Sibetan memiliki batas desa sebagai berikut: di sebelah Utara Desa jungutan, sebelah barat Desa Duda Timur, sebelah selatan Desa Selumbung sebelah Timur Desa Bebandem. Luas Wilayah desa Sibetan adalah 1039,809 ha dengan ketinggian 500 -700 meter di atas permukaan laut. Suhu rata-rata 25-30ºC, curah hujan per tahun rata-rata 1567- 2000 mm. Bila panen raya buah salak, harganya murah dan cepat busuk, sehingga buah salak nilai jualnya jatuh, sehingga penghasilan petani salak baik penggarap (buruh tani) maupun petani pemilik kebun salak tidak mendapat nilai tambah secara ekonomi. Yang menjadi mitra dalam kegiatan pengabdian pada masyarakat (P2M) dalam Hi-Link ini adalah Kelompok Petani Salak Dukuh Sari dan CV. Dukuh Lestari yang berlokasi di Dusun Dukuh Sibetan, Kecamatan Bebandem. Kabupaten Karangasem Bali. Masalah utama yang dihadapi oleh para petani salak dapat diuraikan sebagai berikut : Petani salak yang tergabung dalam kelompok tani Dukuh Lestari kurang menguasai pengolahan buah salak pasca panen. Petani salak yang tergabung dalam kelompok usaha Dukuh lestari telah mampu mengolah salak menjadi wine dan telah memiliki izin minuman wine, namun limbah yang dihasilkan belum mampu diolah, saat ini hanya dibuang di kebun salak, tanpa pengolahan sama sekali. Semenatara itu, wine salak yang diprodukso menggunakan ragi Saccharomyces bayanus yang memiliki suhu optimum fermentasi 25°C, sedangkan suhu lingkungan di desa Sebetan, berkisar antara 15-22°C, artinya jauh dari suhu optimumnya. Kondisi demikian menyebabkan proses fermentasi tidak efektif, sehingga produksi wine salak yang dihasilkan belum memiliki rasa, aroma dan kadar alkohol yang baik. Masalah ini diatasi dengan menggunakan ragi Saccharomyces hibrida lokal dan penambahan enzim penghilang tanin, sehingga hasilnya lebih jernih dan rasanya tidak sepat (Tika dkk, 2015). Selanjutnya, ketika produknya disimpan dalam waktu lebih lama muncul masalah, yaitu (1) Penggunaan ragi Saccharomyces Hibrida lokal, dalam skala industri : wine belum jernih, ada sedikit rasa sepat.untuk watu rentang 3 bulan produk wine membentuk endapan, (2) Modifikasi fermentasi dengan Penambahan Enzim pada jus salak Bali : Rapidase Ex Color, Fermivin, Rapidase CR menyisakan warna kecoklatan pada wine salak Bali, (3) ada kebutuhan pasar dengan rasa wine salak yang manisn untuk memenuhi pasar pariwisat. Solusi yang diberikan adalah penggunaan proses elektrocoagulli, Solusi kedua adalah memperpendek masa fermentasi menjadi 7 hari. Artikel ini memaparkan tentang Penghilangan warna 201 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 akhir Agustus –September, shingga produksi bisa diteruskan (audiensi ke Bupati Karangasem) METODE Pemberdayaan kelompok tani salak dan mitra CV Dukuh Lestari dalam memperbaiki produktivitas pengolahan salak menjadi makanan olahan seperti manisan salak, dodol salak, dan asinan dan pembuatan wine, dan kompos, dilakukan dengan metode PALS (Participatory Action Learning System). dengan Teknik elektrokoagluasi, elektrodialisis untuk membuat lebih jernih (diujicobakan dalam skala kecil) dan uji fanelis dan Lab (1) Pembuatan desert wine salak Bali /sweetner wine dalam untuk mengantisipasi permintaan pasar dan dilakukan uji coba rasa wine yang lebih manis (sasaran industri pariwisata) uji panelis dan lab (2) Kelangkaan buah salak karena perubahan musim, sehingga modifikasi produksi dilakukan dengan sumber dari ketela ungu, (3) Mempasilitasi agar Izin produksi bisa diaktifan : mulai Adapun keterkaitan masing-masing kegitan Hi-ling dapat digambarkan sebagai berikut : Transfer teknologi Ragi Saccharomyces hibrida SRJ6 Formulasi fermentasi wine salak Nanofiltrasi Peningkatan kapasitas produksi Kontinuitas produksi Aplikasi filtrasi bioreaktor Wine salak berkuali tas dengan standar eksport Analisis kualitas winealak Penulisan Buku Salak Optimasi fermentasi dalam skala lab Reformulasi produksi wisata argo Analisis biosensor Analisis wine salak Managemen pemasaran Produksi Pupuk orgnik 2015 Penulisan Buku Mini Lab 2016 Perluasan pasar dan Buku, dan paten 2017 Gambar 7. Sistematika (fishbone diagram) alur kegiatan pengabdian Hi-Link fermentasi, penumbuhan ragi hibrida, tahun pertama, kedua dan ketiga (20152017) pembuatan kompos, penguatan kemampuan Metode PALS memiliki prinsip sebagai pemasaran, dan penguatan manajemen berikut, yakni pelibatan petani anggota kelompoktani dengan segala pendekatan kelompoktani salak, termasuk pengurus sehingga membentuk suatu sistem interaksi kelompok tani Dukuh Lestari dan CV pembelajaran masyarakat secara Dukuh Lestari sebagai mitra Hi-Link dalam partisipatif, baik secara personal maupun proses pembelajaran aktif partisipan dalam komunal. program aksi penerapan teknologi 202 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 Metode PALS menitikberatkan pada transformasi kegiatan-kegiatan yang telah ada untuk diusahakan dibawa pada perubahan-perubahan ke arah perbaikan keterampilan produksi dan ekonomi petani. HASIL DAN PEMBAHASAN Secara diagramatik, penerapan Ipteks bagi kelompoktani Salak dan CV Dukuh Lestari dengan metode PALS dalam meningkatkan produktivitas produksi makanan olahan dan wine salak dapat dilihat pada Gambar 1. menghasilkan beberapa kesepakatan : (1) lokasi penerapan transfer teknologi bagi petani salak di lakukan di Balai Dusu Dukuh Desa Sibetan. (2) lokasi unit usaha pembuatan kompos bertempat di lahan milik kebun dekat CV Dukuh Lestar, (3) Pendampingan pada perbaikan sistem fermentasi wine salak di lakukan di ruang kerja CV Dukuh Lestari. D. KARYA UTAMA 1. Realisasi Program Program Hi-Link di Desa Sibetan ini melakukan berbagai kegiatan untuk menghasilkan karya-karya yang direncanakan, mulai dari sosialisasi program, pertemuan koordinasi dengan pengurus kelompok, mitra dan Kepala Dusun Dukuh dan kepala Desa Sibetan; pelatihan dan penerapan teknik fermentasi; pelatihan pembuatan kompos, Focus Group Discussion (FGD) sistem pemasaran salak dan produk makanan dan minuman berbahan baku salak Bali Sibetan., promosi produk, dan pendampingan penerapan teknik fermentasi dan pengemasan minuman makanan berbahan baku salak Bali. Secara rinci realisasi berbagai kegiatan tersebut adalah sebagai berikut a. Sosialisasi Program Hi-Link Sosialisasi tahun kedua dilaksanakan pada tanggal 15 Mei 2016, bertempat di aula Dusun Dukuh Desa Sibetan Ketua Kelompok Dukuh Lestari dan Direktur CV Dukuh Lestari hadir ampul Sari di Dusun Bingin, Desa Depeha. Para pihak yang diundang adalah pengurus. Pada saat itu disampaikan bahwa Program Hi-Link yang disulkan tahun 2015 telah disetujui oleh DP2M Dikti. Namun realisasi kegiatan baru akan dilakukan setelah ada kepastian pencairan dana program Hi-Link. Pertemuan sosialisasi pada tingkat kelompok Tani dan CV Dukuh Lestari Pelatihan Peningkatan Pengolahan salak menjadi wine Peningkatan kualitas produk olahan makanan dan minuman (wine salak) pada mitra CV Dukuh Lestari dan kelompok Petani salak Dukuh Lestari merupakan target utama pelaksanaan program Hi-Link Salak di Desa Sibetan Bali. Petani salak selama ini enggan untuk mengolah salak , hal ini karena para petani belum maksimal memiliki kemampuan untuk mengolah salak menjadi makanan olahan seperti dodol, manisan dan asinan. Dari peserta yang berjumlah rata-rata memiliki kemampuan mengolah makanan olahan berbahan baku salak. Upaya memperbaiki kualitas wine yang dihasilkan petani salak dan CV Dukuh Lestari adalah dengan langkah-langah sebagai berikut: (1) karakterisasi ragi Saccarmoyces isolat lokal hibrida untuk produksi wine salak. (2) optimalisiasi produksi ragi untuk menghasilkan wine salak, (3) pengemasan wine salak yang dihasilkan oleh CV.Dukuh Lestari. 203 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 Gambar 1. Produk dan Aktivitas Monev Dikti di CV Dukuh Lestari 2. Produk (Karya Utama) limbah hasil fermentasi wine salak menjadi Karya utama dari kegiatan Hi-Link kompos, sistem pemasaran berbasis web, Salak di Desa Sibetan Bali ini adalah mekanisme penjualan salak untuk ditangani perbaikan produk makanan dan minuman oleh CV. Dukuh Lestari untuk produksi olahan yberbahan baku salak. Perbaikan wine kelembagaan kelompok yang kuat dan dan peningkatan kualitas minuman wine mandiri, dan artikel pengabdian kepada salak merupakan produk utama yang masyarakat yang diusulkan pemuatannya diharapkan dari program Hi-Link ini. pada salah satu jurnal terbitan FLIpMas. Produk lain yang juga dirancang dicapai Produk program Hi-Link Salak di esa adalah strategi pemasaran, pengolahan Sibetan Bali seperti tersaji pada Tabel 1. . Produk program Hi-Link Salak di esa Sibetan Bali seperti tersaji pada Tabel 1. Tabel 1. Produk Hi-Link No. Produk Keterangan 1 Wine salak - Kealitas produk dengan kadar alkohol 13,5%, dikemas dalam berbagai bentuk botol yang beragam. - Tersedia dalam berbagai kemasan 1 lietr, 500 mL, 330 mL. 2 Ragi Saccharomyces Hibrida lokal - Dodol salak yang dihasilkan memiliki kualitas baik (90%), rasa (85%), tampilan (80%) menarik 3 Sistem Pemasaran produk olahan Dirancang dalam bentuk website dan direct selling, bertahap di wilayah 204 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 No. 4 Produk Artikel Pengabdian Kepada Masyarakat 3. Kontribusi Mitra Mitra Hi-Link Salak di desa Sibetan Bali ini. Ditinjau dari tingkat pendidikannya, kedua mitra adalah berpendidikan srata 1. Secara umum, mitra memberikan respons positif dan sangat berkontribusi terhadap kelancaran pelaksanaan program. Bentuk respon dan kontribusi tersebut adalah sebagai berikut. a. Hadir dan aktif dalam kegiatan pelatihan dan pendampingan yang diselenggarakan. b. Bersedia berbagi pengalaman praktis kepada petani anggota kelompok Petani saak Dukuh Lestari non mitra Hi-Link, serta mempasilitasi berbagai keperluan selama pelatihan. c. Menyediakan lokasi kebun salak dan aula banjar Dukuh untuk kegiatan, sosialisasi dan pendampingan selama kegiatan berlangsung. d. CV Dukuh lestari, baik satf dan pimpinan sangat terbuka dan mengizinkan tempat dan bahan penelitian dan transfer Iptek dan analisis pertumbuhan fermentasi. Keterangan kabupaten karangasem, dan dilanjukan depasar dan , kabupaten lain di Bali. Disusun dan diusulkan untuk dimuat pada salah satu jurnal pengabdian kepada masyarakat terbitan FLIpMas e. Menerapkan dengan baik teknologi memproduksi makanan olahan dan wine salak yang dianjurkan dan bersedia melanjutkan penerapannya meskipun program Hi-Link telah berakhir. E. ULASAN KARYA a. Perubahan dan Peningkatan Kualitas Produksi Wine salak Dampak penerapan teknik fermentasi, yang meliputi penggunaan Saccharomyces hibrida dan optimasi produksi dengan pengubahan teknik fermentasi untuk menghasilkan kualitas produk wine yang lebih baik. Beberapa indikator kualitas wine salak adalah aroma, tingkat kejernihan, cita rasa, penampilan, kadar alkohol dan kemasan. Kualitas wine salak dilakukan dengan menggunakan panelis. Panelis adalah sekelompok orang yang biasa menjadi peminum wine, yang berjumlah 15 orang. Untuk uji kadar alkohol dilakukan di Lab kimia FMIPA Undiksha. Data selengkapnya dapat disimak pada tabel 2. Tabel 2 Kualitas Wine Salak sebelum dan sesudah Penerapan Ipteks Kualitas Sebelum Penerapan Iptek (%) Sesudah Kenaik Penerapan an (%) Iptek (%) (Tahun I) Dessert Wine salak Kenaikan (%) Aroma 75 90 Cita rasa 85 Tampilan 85 15 95 20 90 20 85 10 90 15 95 20 90 5 90 15 90 15 205 Wine salak Kenaikan hasil (%) EC dan ED SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 Tingkat Kejernihan Kemasan 80 90 10 90 10 95 15 65 85 20 85 20 90 15 Kadar Alkohol 12,5 12-13, 5 0,02 5-7 -7 s/d -5,5 12,5 0,0 Peningkata n Pendapatan Rp 30 jt Rp 40 jt 33,3% - - - - Catatan : Data menggunakan 25 responden yang suka /selalu minum wine Hasil respoden dari fanelis terhadap kualitas wine yang dihasilkan, setelah penerapan pada prinsipnya terus meningkat. Diantara indikator itu, aroma dan cita rasa yang paling tinggi kenaikannya setelah penerapan Hi-Link ini. Gambar 2. Proses Elektrokoagulasi pada produk wine salak Bali tidak digunakannya petinase untuk Produk hasil fermentasi inimasih menghilangkan pektin yang terkandung menunjukkan suatu rasa yang seakan pada buah salak. pengah/perih di kerongkongan oleh karena Dalam penelitian ini dilakukan analisis wine buah salak dengan kromatografi gasitu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut spektrofotometri massa. Salak dianalisis untuk meningkatkan kualitas minuman dengan instrumen kromatografi gassalak ini.Hal ini diduga karena, proses spektrofotometer massa (GC-MS). Hasil penyaringan yang belum sempurna dan GC-MS wine gambar 2 206 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 Gambar 3. Kromatogram GC-MS dari Wine Salak Bali Pada Tabel 2 menunjukkan komposisi 100% dari salak. Komponen terbanyak senyawa aktif dari wine salak. Seperti yang yang terdapat dalam wine salak yaitu dapat dilihat pada tabel tersebut, terdapat propanenitrile, 3-(methylthio) (47,18%). 22 komponen yang merepresentasikan Tabel 2. Komposisi Senyawa Kimia dari Salak Rumus Mr No RT Area Senyawa % Molekul (g/mol) 1 4.60 7.71 (S)-2-Hydroxypropanoic C3H6O3 90 7.71 acid 2 5.77 0.59 Ethanamine, 2-propoxy C5H13NO 103.16 0.59 3 6.05 0.07 (R)-1 2-propanediol C3H8O2 76.09 0.57 4 6.37 0.05 2-Butanol, 3-methyl-, (S)- C5H12O 88 0.55 5 6.85 0.21 2-Hexanol, 3-methyl- C7H16O 116 0.21 6 7.19 0.08 2-Hexanol, 3-methyl- C7H16O 116 0.08 7 7.56 0.03 2-Hexanol, 3-methyl- C7H16O 116 0.03 8 7.66 0.03 2,3-Butanediol C4H10O2 90 0.03 9 10.78 47.18 Propanenitrile, 3(methylthio)- C4H7NS 101,1 47.18 10 11.43 29.57 Glycerin C3H8O3 92.09 29.57 11 12.00 0.58 Xylitol C5H12O5 152.15 0.58 12 12.49 0.10 6-Azaestra1,3,5(10),6,8- pentaen17-one, 3-methoxy(CAS) $$ 3-methoxy-6AZA- 1,3,5 (10),6,8(9) – ESTRAPENTAEN-17ONE C18H16NO2 278 0.10 207 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 13 14.46 0.55 p-Dioxane-2,3-diol C4H8O4 120.1 0.55 14 14.70 0.27 2-Formylhistamine C6H9N3O 139.1 0.27 15 15.31 0.98 C8H10O2 138 0.98 16 16.35 1.22 C6H12O5 164.15 1.22 17 17.35 2.25 C8H16O6 208 2.25 18 17.57 0.61 Benzeneethanol, 4 – hidroxy - $$ p – Hydroxyphenethyl alcohol $$ 1 – hydroxy – 4 – (2-hidroxyethyl) – benzene $$ 4 – (2hydroxyethyl) phenol $$ 4 – Hydroxyphenethyl alcohol $$ .beta. – (pHydroxyphenyl) ethanol $$ .beta. – (4Hydroxyphenyl) ethanol $$2 – (p-hydroxyphenil) ethanol d-Mannitol, 1,4anhydroEthyl alpha-dglucopyranoside 1,5-Anhydro-d-mannitol C6H12O5 164 0.61 19 17.73 0.64 Polygalitol C6H12O5 164 0.64 20 17.95 0.64 C6H12O5 164 0.64 21 21.37 0.19 1,5-Anhydroglucitol $$ 1,5- Anhydro-D-glucitol $$ D-Glucitol, 1,5anhydro Sorbitol C6H14O6 182.17 0.19 22 25.88 0.02 Cannabinol C21H26O2 310.4 0.02 Rumus struktur dari setiap senyawa yang teridentifikasi melalui analisis GC-MS sebagai berikut: OH O OH O OH OH H2N OH OH H3C 1 2 3 208 4 5,6,7 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 CH2OH H OH H OH OH N HO HO OH H OH OH CH2OH S 8 9 10 11 O O O OH O OH N 12 O H N NH2 H N 13 14 OH OH HO O HO O OH OH OH HO HO OH O HO O OH OH HO 15 16 17 18 HO HO HO HO O 19 HO HO OH HO HO O OH OH OH HO 20 209 21 OH SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 OH O c.Respon terhadap Transefr Iptek Tanggapan khusus terhdap program P2M ini pada intinya tercermin dalam tabel 2. Respon petani salak terhadap kegiatan P2M Pendampingan pengolahan buah salah di Desa sibetan Bali telah Series1, Menambah, 9.6, 10% berlangsung, dapat dikatagorikan menjadi 4 yaitu (1) pengetahuan baru (2) mendukung, (3) menerapkan (4) Harapan besar yang dapat dilakukan ke depan. Series1, Tidak , 0, 0% Series1, Cukup menamba h , 6.3, 6% Sangat Menambah Menambah Cukup menambah Tidak Series1, Sangat Menambah, 84.1, 84% Gambar 4 Respon petni salak terhadap kegiatan Hi-Link salak di esa Sibetan Bali Penambahan pengetahuan baru sebagian peserta memberikan respon yang 84.1% sangat menambah pengetahuan 9.6% cukup menambah dan 6,3 % biasa saja dari kegiatan P2M yang dilakukan Undiksha. dapat dilakukan dengan kenaikan kejernihan 15% dan cita rasa, 2) Formulasi untuk wine dessert adalah 46,6 gram gula pasir/liter ditambahkan ke dalam sari buah dan dipanaskan sampai hampir o mendidih (suhu 85 C) selama 15 menit. Ditambah ragi S.h lokal 2 %, selama 14 hari 3) Komposisi wine salak bali yang difermentasi dengan Saccharomyces hibrida lokal oleh CV. Dukuh Lestari, menghasilkan SIMPULAN Dari uraian di atas dapat disimplkan yaitu 1) Kualitas wine salak yang dihasilkan oleh industri mitra (CV.Dukuh Lestari) dengan menggunakan ragi Saccharomyces hibrida lokal, dengan penerapan metode kooagulasi dan elektrodialisis telah 210 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 kaar alkohol 5-7% untuk Kandungan senyawa organik yang terdapat di dalam wine salak yakni (S) – 2 – asam hidroksipropanoik ; etanamin, 2-propoxy ; 2-butanon, 3hidroksi ; 2- butanol, 3-metil-, (S)- ; 2- heksanol, 3-metil ; 2,3butanediol; propanenitrile, 3metiltio; gliserin; silitol; 1,2,3,4 – butanetetrol, [S-(R@,R@)]- $$ eritritol ; ribitol; d-mannitol, 1,4anhidro ; 1,5-anhidro-d-mannitol; poligalitol ; metil d-lisofuranosid; sorbitol; 1,5-anhidroglucitol; Heptasilosan; alil dimetilsilane; dan cannabinol. Kandungan terbanyak yang terdapat dalam wine salak adalah propanenitrile, 3-metiltio dengan persentase sebesar 47,18%. 4) kesehatan tanaman melalui penerapan teknik budidaya sehat. Tingkat adopsi teknologi mencapai 100%. Terhadap kelembagaan kelompok tani, program HiLink berdampak nyata terhadap peningkatan pengetahuan dan ketrampilan pengurus dalam mengelola administrasi kelompok, termasuk terbangunnya rasa kebersamaan dalam meningkatkan kesejahteraan anggota melalui penerapan teknik budidaya sehat dan pemasaran buah mangga secara bersama. Bagi Fakultas Pertanian Unipas, pelaksanaan program HiLink merupakan media promosi dan pelaksanaan Tri Darma Perguruan Tinggi secara lebih maksimal. Teknologi yang dianjurkan melalui program Hi-Link baik melalui pelatihan maupun pendampingan penerapan teknologi di lokasi kebun mitra diterima baik oleh petani. Hal ini menunjukkan telah terjadi trigger terhadap pola pikir dan sikap mental petani dalam melakukan budidaya tanaman mangga. Hal ini sangat penting, karena peningkatan produktivitas tanaman secara berkelanjutan hanya dimungkinkan jika petani memiliki sikap mental yang baik dalam menerapkan teknik budidaya, demikian juga dalam berkelompok. Sistem administrasi kelompok yang lebih baik dan tertib merupakan modal dasar bagi pengurus kelompok membangun kepercayaan anggota. Dengan modal ini diharapkan kelompok tani mampu tumbuh dan berkembang lebih kuat dan mandiri, sehingga memapu mengatasi berbagai persoalan anggota secara demokratis. Respon masyarakat, sebagai penambahan pengetahuan baru sebagian peserta memberikan respon yang 84.1% sangat menambah pengetahuan 9.6% cukup menambah dan 6,3 % biasa saja dari kegiatan P2M yang dilakukan Undiksha. 5.2 Saran-Saran 1. Perlu dilakukan optimasi dalam produksi wine salak bali pada skala yang lebih besar 2. Pengolahan limbah perlu diintensifkan . DAMPAK KEGIATAN DAN MANFAAT Ucapan Terima Kasih Dampak program terhadap petani dan mitra secara nyata tampak pada kesadaran dan motivasinya meningkatkan Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tinggi diberikan kepada : 211 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 (1) DRPM DIKTI atas dana Program HiLink tahun 2016 (tahun II) yang telah diberikan, (2) Rektor Universitas Pendidikan Ganesha dan Ketua LPPM Universitas Pendidikan Ganesha, (3) Dekan Fakultas MIPA, (4) Kepala Desa Sibetan, (5) Kepala Dusun Dukuh Sibetan, (6) Ketua Kelompok Tani Dukuh Lestari dan Direktur Cv Dukuh Lestari atas dukungan, partisipasi dan kerjasamanya. 5. 6. Daftar Rujukan 1. 2. 3. 4. Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia, jil. 1. Yay. Sarana Wana Jaya, Jakarta. Hal. 392. Lopes CA, Rodríguez ME, Sangorrín M, Querol A, Caballero AC, 2007. Patagonian wines: implantation of an indigenous strain of Saccharomyces cerevisiae in fermentations conducted in traditional and modern cellars. J Ind Microbiol Biotechnol. Feb;34(2):139-49. Epub 2006 Sep 29. Mucthadi,T. R. 1989. Tegnologi Proses Pengolahan Pangan.PAU Pangan dan Gizi, IPB Bogor. Qomariah & I N.Tika, 2013, Identifikasi Senyawa Resveratrol Dari Wine Anggur Yang Difermentasi Dengan Saccaromyces Hibrida SRJ6, Jurnal Kesehatan 7. 8. 9. 212 STIKES Majapahit Singaraja, Volume I, Steenis, CGGJ van. 1981. Flora, untuk sekolah di Indonesia. PT Pradnya Paramita, Jakarta. Hal. 137. Tika, I N., H.Pramono, M Sindumarta, K. Padmawinata dan Akhmaloka 2003.Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Termofilik dari Sumber Air Panas Cimanggu, Bandung, Jawa Barat, Proseding Seminar PIT, Permi, 29-30 agustus 2003 Tika, I N., D., Natalia, Akhmaloka , Muliawati S.,dan K. Padmawinata, 2000. Isolasi dan Pemurnian Parsial DNA Polimerase Termostabil dari Bakteri Termofilik Isolat Lokal, Seminar Kimia Bersama, Yogyakarta, 12-13 April 2000. Tika, I N. 2005. Studi Biokimia DNA Polimerase termostabil dari bakteri termofilik isolat lokal Disertasi, Dep. Kimia, FMIPA, ITB. Tika. I N. dan Ngadiran K. 2005. Isolasi dan Identifikasi bakteri termofilik dari Sumber Air Panas di provinsi Bali. Laporan SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 10. 11. 12. 13. Penelitian Program Due Like Tika. I N. dan Ngadiran K. 2006. Isolasi dan Identifikasi bakteri termofilik dari Sumber Air Panas di provinsi Bali. Proseding seminar Kimia Nasional (SENAKI) VII. ITS, Surabaya Tika. I N., N Retug, dan Ngadiran K. 2006. Isolasi dan Identifikasi Saccharomyces sp dari makanan fermentasi di Singaraja. Proseding seminar Nasional MIPA, Undiksha Singaraja Tika, I N. dan I N.Selamat, 2008. Pembuatan Elektroda Enzim Untuk Biosensor dengan Modifikasi Lipase termostabil Isolat Banyuwedang yang diamobil dengan PVC, Proseding Seminar Kimia Nasional, UNS 2008. Tika, I N, W. Redhana, N.Pt. Ristiati, 2007. Isolasi , Pemurnian dan Karakterisasi Lipase Termostabil dari Bakteri termofilik Yang diisolasi dari Sumber air Panas Banyuwedang , Keamatan Hi-Link Buleleng Bali. Dikti, 2007. 14. 15. 16. 17. 18. 213 Tika, I N. dan I N.Selamat, 2008. Penggunaan Lipase termostabil Isolat Banyuwedang Untuk Biosensor Dalam Penentuan Gliserida Pada Serum Darah.Laporan Hibah Bersaing Tahun I, Dikti.2008 Tika, I N. dan I Wiratini, 2009. Penggunaan Lipase termostabil Isolat Banyuwedang Untuk Biosensor Dalam Penentuan Gliserida Pada Serum Darah.Laporan Hibah Bersaing Tahun I, Dikti.2008. Tika. I N. dan Ngadiran K. 2006. Isolasi dan Identifikasi bakteri termofilik dari Sumber Air Panas di provinsi Bali. Proseding seminar Kimia Nasional (SENAKI) VII. ITS, Surabaya Tika. I N, 2011. Pengaruh faktor ekstrinsik terhadap respon optimum pada biosensor lipase termostabil isolat Banyuwedang pada penentuan gliserida pada serum darah, Proseding, Senaki, Unesha, 2011 Tika. I N , I.G.A.Tri Agustiana, dan I.G.Yuniarta, 2011. Pemberdayaan Petani SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 19. 20. 21. Anggur Di Desa Dencarik Kecamatan Banjar Buleleng Bali. Edisi Juli 2011, ISSN : 1410-4369, Hal: 99110. Jurnal pengabdian Kepada masyarakat “Widya Laksana” Undiksha Tika. I N , I.G.A.Tri Agustiana, dan I.G.Yuniarta, 2014. IbM Salak Di Desa Sibetan Bali, Proseding Seminar Nasional Hasil penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, LPPM Mahasaraswati berkeja sama dengan FLIPMas Ngayah dan DIKTI, Sanur Bali, 28-29 Februari 2014. Tokuyasu K, Tabuse M, Miyamoto M, Matsuki J, Yoza K, 2008, Pretreatment of microcrystalline cellulose flakes with CaCl2 increases the surface area, and thus improves enzymatic saccharification. Carbohydr Res. May 19;343(7):1232-6. Epub 2008 Mar 12 Wijaya; D. Ulrich; R. Lestari; K. Schippel; and G. Ebert. 2005. Identification of potent odorants in different cultivars of snake fruit [Salacca zalacca 22. 214 (Gaert.) Voss] using gas chromatographyolfactometry. J. Agric. Food Chem. 53:5 Hal. 1637-164 Winarno,F.G, dkk . 1984. Pengantar Tegnologi Pangan. PT Gramedia, Jakarta SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 Pelatihan Pembuatan Laporan Keuangan dan Penentuan Tingkat Kesehatan Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Kecamatan Kintamani Gede Putu Agus Jana Susila, SE., MBA1, I Nengah Suarmanayasa, SE., M.Si2 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja-Bali [email protected] Abstract In accordance with the Law on Village Government No. 6 In 2014 the village had a very strategic dantangungjawab task, especially in the manufacturing Draft Budget village. This law provides very broad powers to the Village Office to conduct financial management, management, planning and evaluation of the implementation of the activities performed by the Village. In connection with that, the Head of Village Affairs (Kaur village) as the implementation leader of development activities in their respective villages, inevitably must understand the logic of the budget especially the report of accountability of financial and performance evaluation Village Credit Institutions (LPD), which became one of the largest sources of revenue The original village (PAD). Based on the data obtained at the Department of Cooperatives and Micro, Small and Medium Bangli, from the 61 pieces of LPD in Kintamani district, divided into three categories respectively 21 with the healthy category, 29 in the category of fairly healthy, and 11 LPD with unoperated status. Whereas the evaluation of the financial health of one of the indicators to be a measure to restore the health of financial institutions who experienced problems and be a measure to improve financial performance in accordance with its function. The program is a terminal in order to improve the capabilities and skills of the Head of Village Affairs and LPD managers in making statements of financial accountability is visible and evaluate the health of rural credit institutions with the system pick up the ball. For the purposes of achieving the objectives of this program, the appropriate viewing method is Training and assistance. Training given to the Head of Village Affairs and LPD managers in making statements of financial accountability and to evaluate the health of rural credit institutions (LPD). Keywords: Financial Statement, health level, Village Credit Institutions. Abstrak Sesuai dengan Undang-Undang Pemerintahan Desa No. 6 Tahun 2014 Desa memiliki tugas dantangungjawab yang amat strategis, khususnya dalam bidang pembuatan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa. Undang-undang ini memberikan kewenangan yang sangat luas kepada Desa Dinas untuk melakukan pengelolaan keuangan, manajemen, perencanaan dan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan oleh Desa. Berkenaan dengan itu, Kepala Urusan Desa (Kaur desa) sebagai ujung tombang penyelenggaraan kegiatan pembangunan di desa masing-masing, mau tidak mau mesti memahami logika anggaran khususnya laporan pertangungjawaban keuangan dan evaluasi kinerja Lembaga Perkreditan Desa (LPD) yang menjadi salah satu sumber terbesar Pendapatan Asli Desa (PAD). Berdasarkan data yang diperoleh pada Dinas Koprasi dan Usaha Mikro, Kecil Menengah Kabupaten Bangli, dari 61 buah LPD yang ada di Kecamatan Kintamani, dibagi menjadi 3 kategori masing-masing 21 dengan kategori sehat, 29 dengan kategori cukup sehat, dan 11 LPD dengan status Mati suri. Padahal evaluasi kesehatan keuangan menjadi salah satu indikator untuk menjadi ukuran untuk memulihkan kesehatan lembaga keuangan yang mengalami permasalahan dan menjadi ukuran untuk meningkatkan kinerja keuangan sesuai dengan fungsinya. Program ini merupakan program yang bersifat terminal dalam rangka peningkatan kemampuan dan keterampilan Kepala Urusan Desa dan pengelola LPD dalam membuat laporan pertangungjawaban keuangan secara visibel serta melakukan evaluasi kesehatan lembaga perkreditan desa dengan sistim jemput bola. Untuk kepentingan pencapaian tujuan program ini, maka metode yang pandang sesuai adalah Diklat dan Pendampingan. Diklat diberikan pada Kepala Urusan Desa dan pengelola LPD dalam membuat laporan pertangungjawaban keuangan dan melakukan evaluasi kesehatan lembaga perkreditan desa (LPD). Kata Kunci: Laporan Keuangan,Tingkat Kesehatan, Lembaga Perkreditan Desa . 215 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 Latar Belakang Jumlah penduduk Kecamatan Kintamani tercatat sebanyak 92,12 ribu jiwa atau 42 persen dari seluruh penduduk Bangli. Berdasarkan Data Statistik Kabupaten Bangli, jumlah Desa Dinas yang ada di Kecamatan Kintamani sebanyak 58 buah, dengan jumlah banjar dinas sebanyak 175 buah dan 61 buah Desa Pakraman/Adat. Dari 61 buah Desa Pakraman yang ada di Kecamatan Kintamani seluruhnya memiliki Lembaga Perkreditan Desa (LPD) yang dijadikan sebagai salah satu lembaga keuangan di masing-masing desa. Usaha yang dijalankan Lembaga Pekreditan Desa adalah usaha simpan pinjam. LPD dikelola oleh Desa Adat dengan mengutamakan modal sosial sebagai syarat untuk memperoleh pinjaman dengan jumlah tertentu dengan tanpa adanya jaminan atau agunan dari peminjam. Jika ada kredit macet, maka sanksi yang diberikan adalah berupa sanksi sosial dengan disampaikan pada paruman desa pakraman. Namun dalam perkembangan selanjutnya LPD yang dikelola oleh Desa Pakraman mengalami berbagai persoalan, mulai dari bandelnya nasabah untuk membayar cicilan, tidak membayar pinjaman sesuai dengan waktu yang disepakati, tidak mau mengembalikan pinjaman, penggelapan uang nasabah oleh pegawai LPD, korupsi oleh pengelola LPD dan pengelolaan LPD yang tidak efektif. Kondisi ini menyebabkan beberapa LPD yang ada di Wilayah Kecamatan Kintamani tidak produktif dan mengalami mati suri dengan asset yang tidak jelas rimbanya. Beberapa LPD di wilayah Kecamatan Kintamani yang mengalami permasalahan ini adalah LPD Desa Katung, LPD Desa Bonyoh, LPD Desa Songan, LPD Desa Pinggan dan LPD Desa Sebaya. Bahkan persoalan LPD Desa Katung sampai menyebabkan ketua LPD Desa katung bunuh diri, karena melakukan penggelapan dana LPD dan tidak mampu mengembalikannya, sehingga memilih mengakhiri hidup dengan cara menggantung diri (Harian Umum Bali Pos, 10 Juli 2010). Berbagai persaolan yang ada pada LPD diwilayah Kecamatan Kintamani disinyalir disebabkan karena beberapa permasalahan, yaitu (1) proses perekrutan pegawai LPD yang tidak berdasarkan pada stndar yang bersifat objektif, (2) kurangnya kemampuan pegawai LPD dalam melakukan pengelolaan keuangan, (3) tingginya kewenangan yang diberikan kepada kepala LPD dalam menentukan pinjaman, (4) lemahnya pengawasan dari lembaga adat dan pemerintahan desa, (5) tidak adanya lembaga pengawas yang bersifat independen dan kualifaid, dan (6) kuranya sosialisasi urgensi dan eksistensi LPD pada masyarakat. Di sisi lain Kepala Urusan Desa yang memiliki tugas untuk melaksanakan pemerintahan desa, membuat laporan pertangungjawaban keuangan sesuai dengan kegiatan yang dilakukan dan melakukan evaluasi kesehatan LPD juga mengalami berbagai persoalan berkaitan dengan tugas dan kewenangan yang diberikan pemerintah pusat dalam membuat laporan keuangan dan evaluasi kesehatan LPD. Hal ini disebabkan karena masih kurangnya kemampuan yang dimiliki oleh Kepala Urusan Desa dalam membuat laporan keuangan yang sesuai dengan standar pertangungjawaban pelaksanaan kegiatan. Demikian juga dengan kemampuan dan keterampilan dalam melakukan evaluasi kesehatan LPD, sebagian besar Kepala Urusan Desa belum memiliki kemampuan yang memadai, sehingga menyebabkan 216 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 keterlambatan penanganan terhadap permasalahan yang dialami oleh LPD. Berdasarkan pada persoalan sebagaimana di gambatkan di atas, tampaknya proses pelatihan dan pendampingan bagi Kepala Urusan Desa dan Pegawai LPD dalam membuat laporan pertangungjawaban keuangan dan evaluasi kesehatan lembaga perkreditan desa memiliki nilai yang sangat strategis bagi masyarakat Kintamani. Mengingat keberlanjutan LPD pada desanya masingmasing akan memberikan dapak yang positif terhadap kemajuan persekonomian masyarakat desa yang mengandalkan lembaga keuangan desa. Di sisi lain Kepala Urusan Desa yang memiliki tugas untuk melaksanakan pemerintahan desa dan membuat laporan pertangungjawaban keuangan sesuai dengan kegiatan yang dilakukan juga mengalami berbagai persoalan berkaitan dengan tugas dan kewenangan yang diberikan pemerintah pusat dalam membuat laporan keuangan. Metode Analisis Kerangka Pemecahan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dilakukan di lokasi rencana program ini akan dilaksanakan, diperoleh kesimpulan bahwa ada seperangkat permasalahan yang saat ini dihadapi oleh Dinas Koprasi dan Usaha Mikro, Kecil Menengah Kabupaten Bangli, khususnya menyangkut kurangnya kemampuan Kepala Urusan Desa dan Pengelola Lembaga Perkreditan Desa dalam membuat laporan pertangungjawaban keuangan dan evaluasi kesehatan lembaga perkreditan desa di Wilayah Kecamatan Kintamani. Hal ini disinyalir disebabkan karena Kepala Urusan Desa dan pengelola lembaga perkreditan desa (LPD) di Kecamatan Kintamani sebagain besar memiliki kualifikasi akademik Sekolah Menengah Atas, yang tidak pernah mendapatkan keterampilan khusus untuk membuat laporan pertangungjawaban keuangan dan evaluasi kesehatan LPD. Melalui program ini, guru diharapkan memperoleh “sesuatu” yang baru dan dapat dijadikan sebagai acuan dalam membuat laporan pertangungjawaban keuangan dan evaluasi kesehatan lembaga perkreditan desa. Metode Pelaksanaan Kegiatan Program ini merupakan program yang bersifat terminal dalam rangka peningkatan kemampuan dan keterampilan Kepala Urusan Desa dan pengelola LPD dalam membuat laporan pertangungjawaban keuangan secara visibel serta melakukan evaluasi kesehatan lembaga perkreditan desa dengan sistim jemput bola. Untuk kepentingan pencapaian tujuan program ini, maka metode yang pandang sesuai adalah Diklat dan Pendamingan. Diklat diberikan pada Kepala Urusan Desa dan pengelola LPD dalam membuat laporan pertangungjawaban keuangan dan melakukan evaluasi kesehatan lembaga perkreditan desa (LPD). Jadwal pelaksanaan diklat akan diberikan berdasarkan kesepakatan bersama antara Kepala Urusan Desa dan pengelola LPD yang ada di Kecamatan Kintamani dengan tim pelaksana. Tahap berikutnya adalah melakukan pelatihan dan pendampingan membuat laporan pertangungjawaban keuangan dan melakukan evaluasi kesehatan lembaga perkreditan desa (LPD). Pada proses ini tim pakar Akuntansi dan Manajemen Undiksha Singaraja akan melakukan pendampingan pada Kepala Urusan Desa dan pengelola LPD dalam mengimplementasikan proses pembuatan laporan pertangungjawaban keuangan dan 217 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 evaluasi kesehatan lembaga perkreditan desa (LPD) pada desa masing-masing. Di sisi lain, program ini juga diarahkan pada terciptanya iklim kerjasama yag kolaboratif dan demokratis dalam dimensi mutualis antara dunia perguruan tinggi dengan masyarakat secara luas di bawah koordinasi pemerintah Kabupaten setempat, khususnya dalam rangka peningkatan kinerja dan profesionalisme Kepala Urusan Desa dan pengelola LPD di Kecamatan Kintamani secara cepat namun berkualitas bagi kepentingan pembangunan ekonomi masyarakat di Kabupaten Bangli. Berdasarkan rasional tersebut, maka program ini merupakan sebuah langkah inovatif dalam kaitannya dengan dharma ketiga perguruan tinggi, yaitu pengabdian kepada masyarakat. Program ini dirancang sebagai bentuk jawaban dan antisipasi dari berbagai permasalahan yang dialami Kepala Urusan Desa dan pengelola LPD di Kecamatan Kintamani, yang saat ini tengah berkonsentrasi pada upaya pembangunan ekonomi masyarakat pedesaan. Berangkat dari rasional tersebut, maka program ini akan dilaksanakan dengan sistim jemput bola, dimana tim pelaksana akan menyelenggarakan program pelatihan dan pendampingan peningkatan wawasan dan keterampilan Kepala Urusan Desa dan pengelola LPD di Kecamatan Kintamani dalam memahami proses pembuatan laporan pertangungjawaban keuangan dan evaluasi kesehatan lembaga perkreditan desa dengan mendatangkan para pakar dan praktisi Akuntansi dan Manajemen Keuangan yang berkualifikasi secara standar di bidang Akuantansi dan Manajemen Keuangan. Model pelaksanaan kegiatan ini akan dilakukan secara langsung (tatap muka) sebagaimana layaknya sistim perkualiahan. Lama pelaksanaan kegiatan adalah 8 (delapan) bulan yang dimulai dari tahap pengajuan proposal, perencanaan, pelaksanaan sampai pada evaluasi dengan melibatkan lima belas orang Kepala Urusan Desa dan lima belas orang pengelola LPD di Kecamatan Kintamani, dimana akan diambil 3 orang untuk 10 desa yang ada di Kecamatan Kintamani, sehingga pesertanya sebanyak 30 orang. Pada akhir program setiap peserta akan diberikan sertifikat sebagai tanda bukti partisipasi mereka dalam kegiatan ini. Melalui program ini, diharapkan para Kepala Urusan Desa dan pengelola LPD memiliki keterampilan yang memadai dalam membuat laporan pertangungjawaban keuangan dan evaluasi kesehatan lembaga perkreditan desa (LPD). Rancangan Evaluasi Keberhasilan program P2M ini ditentukan oleh tingkat pemahaman, sikap positif, dan keterampilan profesional Kepala Urusan Desa dan pengelola LPD dalam mengimplementasikan proses pembuatan laporan pertangungjawaban keuangan dan evaluasi kesehatan lembaga perkreditan desa (LPD) pada desanya masing-masing. Untuk itu, maka evaluasi tingkat keberhasilan kegiatan yang telah dilakukan minimal 3 (tiga) kali, yaitu evaluasi proses, evaluasi akhir, dan evaluasi tindak lanjut. Kegiatan evaluasi ini akan melibatkan tutor/pakar dari Undiksha Singaraja. Instrumen evaluasi yang digunakan untuk mengukur keberhasilan pelatihan dan pendampingan ini adalah tes obyektif, pedoman observasi dan pedoman wawancara yang dikembangkan sendiri oleh tim pelaksana pengabdian masyarakat. Kriteria dan indikator pencapaian tujuan dan tolak ukur yang digunakan untuk menjastifikasi tingkat keberhasilan kegiatan dapat diuraikan pada tabel berikut. 218 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 Tabel. 01. Indikator Pencapaian Program No Jenis Data Sumber Data 1. Pengetahuan Kaur Kaur Desa Desa dan Pengelola dan LPD dalam Pengelola membuat laporan LPD di pertangungjawaban Kecamatan keuangan Kintamani Indikator Pengetahuan dan keterampilan Kaur Desa dan Pengelola LPD 2. Pengetahuan dan Keterampilan Kaur Desa dan Pengelola LPD dalam melakukan evaluasi kesehatan LPD Kaur Desa dan Pengelola LPD di Kecamatan Kintamani Pengetahuan dan keterampilan Kaur Desa dan Pengelola LPD 3. Pengetahuan dan Keterampilan Kaur Desa dan Pengelola LPD dalam mengaplikasikan laporan keuangan dan evaluasi kesehatan LPD di Desa masingmasing Kaur Desa dan Pengelola LPD di Kecamatan Kintamani Pengetahuan dan keterampilan Kaur Desa dan Pengelola LPD Pada kegiatan pelatihan ini, Kaur Desa dan Pengelola LPD di Kecamatan Kintamani akan dilibatkan secara kolaboratif dari awal sampai akhir kegiatan. Kaur Desa dan Pengelola LPD akan dilibatkan dalam merencanakan program, penjadwalan kegiatan, ikut serta dalam pelatihan dan implementasi produk pelatihan. Pedampingan produk hasil pelatihan ini akan dilakukan pada 2 desa (Desa Abuan dan Desa Bonyoh) yang ada di wilayah Kintamani. Kriteria Instrume Keberhasilan n Terjadi perubahan Tes yang positif Obyektif terhadap pengetahuan dan keterampilan Kaur Desa dan Pengelola LPD Terjadi perubahan yang positif terhadap pengetahuan dan keterampilan Kaur Desa dan Pengelola LPD Terjadi perubahan yang positif terhadap pengetahuan dan keterampilan Kaur Desa dan Pengelola LPD Pedoman wawancar a dan format observasi Pedoman wawancar a dan format observasi HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan pada permasalahan yang dialami Kepala Urusan Desa di Wilayah Kecamatan Kintamani, yaitu berkaitan dengan kurangnya kemampuan dan keterampilan dalam membuat laporan pertangungjawaban keuangan secara visibel dan kurangnya kemampuan untuk melakukan evaluasi kesehatan lembaga perkreditan desa, maka pengabdian masyarakat ini akan difokuskan pada upaya penikatan wawasan dan keterampilan anggota Kepala Urusan Desa dan Kepala 219 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 Desa dalam membuat laporan pertangungjawaban keuangan dan evaluasi lembaga perkreditan desa (LPD). Proses ini diawali dengan komunikasi dan koordinasi pelaksana pengabdian masyarakat dengan Kepala Urusan Desa di Wilayah Kintamani, berkaitan dengan jadwal kegiatan, serta sarana-prasarana yang dibutuhkan. Kemudian dilanjutkan dengan penyiapan narasumber pelatihan dan pendampingan serta materi laporan pertangungjawaban keuangan dan evaluasi lembaga perkreditan desa (LPD). Pelatihan dan pendampingan laporan pertangungjawaban keuangan dan evaluasi lembaga perkreditan desa ini dilaksanakan dari bulan Mei sampai dengan bulan September 2016 di Desa Bonyoh Kecamatan Kintamai. Adapun materi yang diberikan adalah pengertian dan kegunaan laporan pertangungjawaban keuangan, tujuan laporan pertangungjawaban keuangan, cara membuat laporan pertangungjawaban keuangan, konsep dasar LPD, visi dan misi LPD, cara melakukan evaluasi kesehatan LPD. Pada tahap awal pelaksanaan program dilaksanakan kegiatan berupa perencanaan disain dan kegiatan diklat, persiapan tutor, persiapan alat dan bahan, dan sosialisasi dan koordinasi dengan peserta dan narasumber. Kegiatan diklat dilaksanakan bersama antara tim pengusul dengan Kepala Urusan Desa di Kecamatan Kintamani yang didasarkan pada analisis situasi yang dibuat berdasarkan permasalahan yang dihadapi oleh kelompok Kepala Urusan Desa. Rencana kegiatan ini dilaksanakan pada bulan Mei dan awal Agustus 2016 yang juga melibatkan peran serta aktif peserta program pengabdian kepada masyarakat untuk membuat skala prioritas program yang dilaksanakan. Perencanaan ini berjalan dengan sangat baik berkat peranan aktif tim pelaksana dan peserta yang menjadi mitra program pengabdian masyarakat ini. Pada tahap berikutnya adalah mempersiapkan tutor atau pakar yang menguasai bidang-bidang yang akan dilatihkan kepada para peserta. Persiapan tutor dan instruktur dilaksanakan pada awal kegiatan untuk mematangkan kembali program-program yang akan dilaksanakan kepada mitra, sehingga terjadi sinergi yang baik dalam kegiatan ini. Persiapan tutor dan instruktur ini meliputi: pembuatan materi pelatihan secara terstruktur, baik dalam bentuk bahan cetak mapun media powerpoin, mencetak dan memperbanyak materi pelatihan untuk pelatihan peningkatan wawasan dan keterampilan Kepala Urusan Desa tentang hakekat dan kegunaan laporan pertangungjawaban keuangan, tujuan laporan pertangungjawaban keuangan, cara membuat laporan pertangungjawaban keuangan, konsep dasar LPD, visi dan misi LPD, cara melakukan evaluasi kesehatan LPD. Setelah semua tim pakar siap, tahap berikutnya adalah melakukan negosiasi dan musyawarah untuk menentukan waktu dan tempat kegiatan yang dalam hal ini melibatkan kelompok Kepala Urusan Desa di wilayah terpencil Kecamatan Kintamani. Hal ini dilaksanakan untuk mendapatkan kesepakatan waktu dalam pelaksanaan program. Tahap berikutnya kegiatan dilakukan dengan cara ceramah dan tanyajawab tentang laporan pertangungjawaban keuangan. Menurut Standar Akuntansi Keuangan yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang 220 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan. Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakai. Namun, laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam mengambil keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dan kejadian masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi nonkeuangan. Laporan keuangan juga menunjukan apa yang telah dilakukan manajemen (bahasa Inggris: stewardship), atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pemakai yang ingin melihat apa yang telah dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi. Keputusan ini mencakup, misalnya, keputusan untuk menahan atau menjual investasi mereka dalam perusahaan atau keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen. Dalam prinsip akuntansi Indonesia (PAI 1984), tujuan pelaporan keuangan dinyatakan sebagai “Tujuan Akuntansi Keuangan dan Laporan Keuangan”. Tujuan tersebut terdiri dari dua tujuan pokok, yaitu “Tujuan Umum” dan “Tujuan Kualitatif”. Tujuan umum akuntansi keuangan dan laporan keuangan merupakan gambaran mengenai informasi apa yang akan dihasilkan oleh akuntansi keuangan. Dalam tujuan tersebut tidak dinyatakan secara tegas mengenai siapa pihak yang dituju oleh informasi keuangan, namun begitu secara implisit dapat disimpulkan bahwa pihak yang dituju oleh informasi keuangan adalah terbatas pada pihak investor dan kreditor. Sedangkan “Tujuan Kualitatif” dalam PAI 1984 sebenarnya merupakan syarat yang harus dipenuhi oleh informasi keuangan agar mampu mencapai tujuan laporan keuangan itu sendiri. Tujuan akuntansi keuangan dan pelaporan keuangan menurut PAI 384 adalah seperti berikut ini: Pada dasarnya akuntansi keuangan dan laporan keuangan dimaksudkan untuk menyediakan informasi keuangan mengenai suatu badan usaha yang akan dipergunakan oleh pihakpihak yang berkepentingan sebagai bahan pertimbangan di dalam pengambilan keputusan ekonomi. Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa dasar penetapan tujuan akuntansi keuangan adalah siapa yang menjadi pihak yang dituju oleh informasi keuangan yang dihasilkan oleh aktivitas akuntansi keuangan. Pihak yang dituju oleh akuntansi keuangan dinyatakan dengan kata “pihak-pihak” yang berkepentingan”. PAI tidak secara tegas menunjuk mengenai siapa pihak yang berkepentingan terhadap suatu unit usaha. Jika hal ini dibandingkan dengan SFAC No. 1, maka pihak yang dituju oleh informasi keuangan jelas dinyatakan dalam paragraph ke-24. SFAC No. 1 menyebutkan bahwa pihak yang berkepentingan terhadap suatu informasi keuangan unit usaha adalah: pemilik, pemberi kredit, pemasok, calon investor dan kreditor, karyawan, manajemen, direktur, pelanggan, analis keuangan, penjamin efek dan broker, pasar modal, dinas perpajakan, pemerintah, organisasi buruh, asosiasi perdagangan, peneliti bisnis, pengajar/dosen akuntansi dan siswanya, dan masyarakat luas. DAFTAR PUSTAKA Arsyad, Lincolin. 2008. Lembaga Keuangan Mikro: Institusi, Kinerja dan Sustainabilitas. Yogyakarta: Penerbit Andi 221 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 Bank Indonesia, The & GTZ. 2000. Legislation, Regulation and Supervision of Microfinance Institutions in Indonesia, Project ProFi. Jakarta: Bank Indonesia Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 8 Tahun 2002 tentang Lembaga Perkreditan Desa Kaplan, Robert and David P. Norton. 1996. The Balance Scorecard. Havard Business School Press Sumodiningrat, Gunawan. 2003. Peran Lembaga Keuangan dalam Menanggulangi Kemiskinan terkait dengan Kebijakan Otonomi Daerah. www.ekonomirakyat.org Sutopo, Wahyudi. 2005. Hubungan antara Lembaga Keuangan Mikro dan Kontribusi Usaha Kecil dalam Penanggulangan Kemiskinan. Usahawan No. 01 Tahun XXXIV, Januari. Wiwin, 2012. Pengaruh Institusi (Good Governance) Terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Kasus LPD di Bali). Jurnal Piramida, Vol. VIII. No. 1:45-55, Juli 2012 222 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN MASYARAKAT I, TAHUN 2016 PERLINDUNGAN HUKUM INDIKASI GEOGRAFIS TERHADAP KERAJINAN TRADISIONAL TENUN GRINGSING KHAS TENGANAN Ni Ketut Sari Adnyani Universitas Pendidikan Ganesha e-mail: [email protected] ABSTRACT This study aims to determine (1) Difficulty craftsmen weaving Gringsing in performing the maintenance of geographical indications to products produced Gringsing weaving. (2) How to determine that the village Tenganan categorized as area geographic protection of traditional weaving craft Gringsing. This research is a qualitative descriptive study with normative juridical approach. The location of this research is in the village of Manggis district Pagringsingan Tenganan Karangasem regency. The subject of research are (1) Head of Industry and Trade Karangasem, (2) Perbekel Tenganan, (3) Kelian Village People Tenganan Pagringsingan, (4) Kelian Banjar Adat Tenganan Pagringsingan, and (5) craftsmen weaving craft in Tenganan village Pagringsingan determined purposively. Data collection techniques used were: observation, interview and record-keeping. The results showed that (1) Difficulty craftsmen weaving Gringsing in doing the maintenance of geographical indications to products woven Gringsing generated due to the lack of public awareness Tenganan village craftsmen one example there is no agreement to appoint one to serve as holders of Copyright or seek alternative law in making application for registration of geographical hukumindikasi protection against typical weaving Gringsing Tenganan. (2) Tenganan categorized as a geographical indication weaving Gringsing region caused by the presence of Tenganan village geographical indication is a sign of the area of origin of goods, which is due to the geographical environment including natural factors, human factors, or a combination of both factors, giving specific characteristics and quality of the goods produced. To be able to obtain legal protection of geographical indications, the craftsmen weaving Gringsing Tenganan must pengajukan application for registration of geographical indications. Keywords: Copyrights, Geographical Indications, Legal Protection, Pengerajian, Tenganan, Weaving Gringsing. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Kesulitan pengerajin tenun Gringsing dalam melakukan pengurusan indikasi geografis terhadap produk tenun Gringsing yang dihasilkan. (2) Cara menentukan bahwa desa Tenganan dikategorikan sebagai wilayah perlindungan geografis kerajinan tenun tradisional Gringsing. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan yuridis normatif. Lokasi penelitian ini yaitu di Desa Tenganan Pagringsingan Kecamatan Manggis Kabupaten Karangasem. Adapun yang menjadi subjek penelitian adalah (1) Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Karangasem, (2) Perbekel Desa Tenganan, (3) Kelian Desa Adat Tenganan Pagringsingan, (4) Kelian Banjar Adat Tenganan Pagringsingan, dan (5) Pengerajin kerajinan tenun di Desa Tenganan Pagringsingan yang ditentukan secara purposive. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah : observasi, wawancara dan pencatatan dokumen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Kesulitan pengerajin tenun Gringsing dalam melakukan pengurusan indikasi geografis terhadap produk tenun Gringsing yang dihasilkan disebabkan karena lemahnya kesadaran hukum masyarakat pengerajin desa Tenganan salah satu contohnya belum ada kesepakatan untuk menunjuk salah seorang untuk dijadikan pemegang Hak Cipta atau mencari alternatif hukum dalam melakukan permohonan pendaftaran perlindungan hukumindikasi geografis terhadap tenun Gringsing khas Tenganan. (2) Desa Tenganan dikategorikan sebagai wilayah indikasi geografis tenun Gringsing disebabkan oleh keberadaan desa Tenganan menunjukkan indikasi geografis yang merupakan suatu tanda dari daerah asal suatu barang, yang karena faktor lingkungan geografis termasuk faktor alam, faktor manusia, atau kombinasi dari kedua faktor tersebut, memberikan ciri dan kualitas tertentu pada barang yang dihasilkan. Untuk dapat memperoleh perlindungan hukum indikasi geografis, maka pengerajin tenun Gringsing Tenganan harus pengajukan permohonan pendaftaran indikasi geografis. Kata kunci: Hak Cipta, Indikasi Geografis, Perlindungan Hukum, Pengerajian, Tenganan, Tenun Gringsing. 223 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN MASYARAKAT I, TAHUN 2016 A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Bali sebagai tempat tujuan parwisata memiliki beragam tradisi yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat adat. Salah sau peran Pemerintah Daerah Bali adalah memberikan perlindungan terhadap kesatuan masyarakat adat termasuk seluruh kearifan lokal yang terdapat di dalamnya. Dalam masyarakat, baik yang kompleks maupun yang sederhana, ada sejumlah nilai budaya yang satu dengan lain saling berkaitan hingga menjadi suatu sistem, dan sistem itu sebagai pedoman dari konsep-konsep ideal dalam kebudayaan memberi pendorong yang kuat terhadap arah kehidupan warga masyarakatnya, Hakim; Mubarok, (2006 : 28). Menurut Koentjaraningrat (2011:3) bahwa apapun bentuk karya pada hakekatnya merupakan bagian dari kebudayaan universal yang di dalamnya terkandung tiga wujud budaya. Salah satu pulau yang kental akan kebudayaan adalah Pulau Bali. Kebudayaan sebagai hasil dari cipta, karsa dan rasa manusia menurut Alisyahbana; merupakan suatu keseluruhan yang kompleks yang terjadi dari unsurunsur yang berbeda-beda seperti pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat istiadat, dan segala kecakapan yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat Agus (2002 : 15). Dengan demikian, setiap karya seni akan mengandung wujud sistem budaya, sistem sosial, dan budaya fisik. Berpijak pada hal tersebut, maka setiap karya seni yang dihasilkan selalu erat kaitannya dengan nilai-nilai, tidak saja nilai estetika, tetapi juga nilai ekonomi dan sosial. Keberadaan karya seni sebagai suatu bagian dari kebudayaan tentu substansi kebudayaan sebagai suatu pola pikir dan pola prilaku yang melekat padanya. Karena pola pikir akan mempengaruhi pola prilaku seseorang, dalam mengembangkan karya seninya yang dalam hal ini tertuang melalui kerajinan. Sehubungan dengan hal itu, karya seni tentu akan dapat memberikan inspirasi bagi masyarakat penikmat seni khususnya masyarakat Bali. Karena nilai-nilai tersebut tidak saja dapat menjadi acuan bagi prilaku masyarakat pada umumnya. Misalnya nilai estetika yang merupakan nilai keindahan yang dapat dinikmati melalui kegiatan pameran, expo, maupun yang lainnya. Di mana nilai estetika merupakan suatu acuan sebagai seorang seniman dalam berprilaku berkarya seni termasuk para pengerajin tenun geringsing khas Tenganan. Komponen nilai lainnya yang terdapat dalam setiap karya seni adalah nilai ekonomi. Nilai ekonomi dari kerajinan tenun Gringsing khas Tenganan dapat dilihat adanya upaya untuk mengembangkan etos kerja. Etos kerja di sini yaitu berkaitan dengan bagaimana kerajinan tenun Gringsing khas Tenganan dapat memunculkan semangat kerja bagi pengerajin tenun serta peluang kerja bagi para pelaku kesenian. Selain hal tersebut, nilai sosial juga tidak dapat diabaikan begitu saja karena nilai sosial berkaitan erat dengan tingkat penerimaan masyarakat dalam menerima karya seni salah satunya berupa hasil produk tenun Gringsing tersebut khususnya dalam karya-karya seni masyarakat Bali. Nilai sosial juga akan memberikan pedoman prilaku bagi perkumpulan seni dan anggota masyarakat sehingga aktivitas seni tetap berlanjut, serta memberikan kesadaran bagi masyarakat tentang pentingnya kebersamaan dan kekurangan dalam setiap kesatuan sosial. Selain nilai-nilai yang sudah disebutkan di atas, nilai lainnya yang terkandung dalam kesenian yaitu nilai etika, nilai etika merupakan nilai sebagai bentuk sikap moral yang setia dan kokoh menjunjung tinggi nilai budaya bangsa. Sedangkan, terkait dengan adanya seni Bali menjadi terkenal karena datangnya wisatawanwisatawan domestik maupun manca negara. Perkembangan nilai seni tidak jarang memunculkan wujud dalam bentuk berbagai produk seni secara fisik (bendabenda fisik) termasuk di dalam produk tekstil. Sejalan dengan perkembangan ilmu 224 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN MASYARAKAT I, TAHUN 2016 pengetahuan dan teknologi, saat ini banyak bermunculan produk-produk tekstil yang terbuat dari pabrik tekstil dengan menggunakan peralatan canggih sehingga hasil produksinya lebih berkualitas dan harganya lebih terjangkau. Adapun produk tekstil yang dihasilkan berupa kain-kain, seperti kain baju, kain saput, kain celana, kain tas, kain batik dan lain-lain. Proses produksi dengan rentang waktu pengerjaan yang relatif lebih singkat dan hasil produksinya lebih banyak dibandingkan dengan produksi kain tenun secara tradisional. Selain hal tersebut, media promosi juga sangat mempengaruhi keberlakuan produk kerajinan tradisional di kalangan masyarakat. Industri yang banyak berkembang di wilayah Kabupaten Karangasem, kebanyakan masuk dalam kategori Usaha Kecil dan Menengah. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil, kriteria-kriteria dari usaha kecil adalah sebagai berikut: memiliki kekayaan (aset) bersih paling banyak Rp. 200.000.000 (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan, tempat usaha; memiliki hasil penjualan tahunan (omzet) paling banyak Rp. 1 Milyar; milik warga negara Indonesia; berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau terafiliasi baik langsung maupun tidak langsung oleh usaha besar atau usaha menengah, berbentuk badan usaha perseorangan, badan usaha tidak berbadan hukum, atau usaha berbadan hukum, termasuk koperasi. Dengan demikian, usaha-usaha yang banyak tumbuh di wilayah Kabupaten Karangasem yang bergerak di bidang industri kerajinan tradisional merupakan usaha kecil menengah karena memiliki ciriciri usaha seperti yang diatur dalam undang-undang tersebut di atas. Secara formal, usaha kecil menengah tersebut pada hakekatnya berada di bawah naungan Departemen Perindustrian Perdagangan dan Koperasi (Deperindag dan Koperasi) Kabupaten Karangasem. Berdasarkan Data Ekspor per Mata Dagangan Kabupaten Karangasem tahun 2013, jenis yang sudah masuk daftar inventaris berjumlah 46 jenis barang dengan jenis produk kerajinan mencapai 40 jenis. Termasuk di dalamnya adalah kerajinan tenun. Berdasarkan data ekspor tahun 2013, masing-masing produk tersebut memberikan sumbangan devisa yang lumayan besar dengan perincian kerajinan tenun US$ 150,039.91 (2%). Kerajinan tersebut di atas masih diproduksi dengan cara yang tradisional atau masih menggunakan kemampuan tenaga manusia tanpa memanfaatkan teknologi mesin modern. Hal ini sangat menarik disimak karena suatu produk yang notabene dikerjakan dengan cara manual dan berakar dari budaya masyarakat tradisional mampu menjawab tantangan pasar global (www.google.com Muliani, 2007 : 13). Perkembangan terakhir menunjukkan bahwa industri kerajinan tenun tradisional yang ada mulai terancam dengan produkproduk sejenis yang dihasilkan oleh negaranegara Cina (sutra) dan India (sari).Negara Cina berhasil menciptakan produk kerajinan tenun sutra sintetis yang jauh lebih murah dengan bantuan teknologi modern meskipun di negara tersebut tidak memiliki varietas ulat sutra seperti yang ada di Indonesia. Lebih jauh lagi, di Cina tidak ada budaya tradisional untuk membudidayakan ternak sutra menjadi kain sarung, tas ataupun hasil-hasil kerajinan lainnya. Sementara di India banyak dijumpai produk-produk kerajinan dari kain sari yang memiliki kemiripan dengan desain dan bentuk yang ada di Indonesia, tetapi harga jualnya jauh lebih murah dibandingkan dengan yang diproduksi di Indonesia. Sama dengan Cina, India juga tidak memiliki sejarah pengetahuan tradisional yang dimiliki atau dikuasai dan digunakan secara turun-temurun dan terus berkembang sesuai dengan perkembangan lingkungan. Kejadian tersebut tidak bisa dipandang sebelah mata karena dapat mengancam keberlangsungan industri kerajinan di Indonesia yang berbasiskan pada pengetahuan tradisional masyarakat 225 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN MASYARAKAT I, TAHUN 2016 Indonesia. Jangan sampai permasalahan serupa terjadi pada perkembangan tenun ikat khas Tenganan Pagringsingan sebagai produk asli Indonesia, kecenderungan semacam ini dikhawatirkan kemungkinan dapat terjadi mengingat dimungkinkan dengan munculnya sikap-sikap kurang menghargai nilai-nilai keluhuran budaya. Kain tenun tradisional Gringsing yang dihasilkan oleh masyarakat Tenganan Pagringsingan ini telah mampu bersaing dengan kain tenun tradisional yang ada di daerah lain seperti Lombok, Kalimantan, Jambi dan lain-lain dan sudah merambah pasaran wilayah nasional bahkan internasional. Namun demikian, yang menjadi persoalan adalah ketika daerah lain mencoba untuk mengkombinasikannya dengan motif yang ada di daerahnya dan melahirkan motif baru. Ini yang sebenarnya harus diperhatikan oleh para perajin tenun tradisional yang ada di Desa Tenganan Pagringsingan. Kekhawatiran muncul yaitu jika hasil dari kombinasi itu akan membuat motif asli dari tenun kehilangan nilai keaslian atau keoriginalannya dan lambat laun corak motif asli dari Desa Tenganan akan tidak dikenal oleh orang atau daerah lain, bahkan orang atau daerah lain yang mengkombinasikan tersebut menjadi terkenal. Keadaan Geografis Indonesia menyebabkan Indonesia memiliki keanekaragaman seni dan budaya yang sangat kaya dan merupakan keunggulan sekaligus identitas nasional Indonesia untuk membedakan dengan negara lain. Oleh karena itu banyak sekali produkproduk Indikasi Geografis yang terdapat di Indonesia, salah satunya yakni Kerajinan tenun Geringsing khas Tenganan. Akan tetapi kerajinan tangan tenun Geringsing ini belum terdaftar sebagai produk Indikasi Geografis. Ini tentunya sangat rentan akan persaingan curang dan pembohongan publik terhadap kerajinan tenun Geringsing khas Tenganan mengingat kerajinan tangan ini sudah merambah pasar Internasional. Pendaftaran Indikasi geografis merupakan cara yang tepat dalam menjamin kepastian hukum terhadap produk Indikasi Geografis di Indonesia, mengingat Indikasi Geografis menganut first to file system, pendaftaran merupakan syarat utama mendapatkan perlindungan. 2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, ada beberapa permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini, diantaranya, yaitu: a. Apakah yang menjadi kesulitan bagi pengerajin tenun Gringsing dalam melakukan pengurusan indikasi geografis terhadap produk tenun Gringsing yang dihasilkan? b. Bagaimanakah cara menentukan bahwa desa Tenganan dikategorikan sebagai wilayah perlindungan geografis kerajinan tenun tradisional Gringsing ? 3. Tujuan Penelitian Dengan mengacu pada latar belakang penelitian dan perumusan masalah penelitian, adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Untuk mengetahui yang menjadi kesulitan bagi pengerajin tenun Gringsing dalam melakukan pengurusan indikasi geografis terhadap produk tenun Gringsing yang dihasilkan. b. Untuk mengetahui cara menentukan bahwa desa Tenganan dikategorikan sebagai wilayah perlindungan geografis kerajinan tenun tradisional Gringsing. 4. Urgensi (Keutamaan) Penelitian Masyarakat Bali memiliki ruang budaya yang sangat dinamis, namun tetap berlandaskan pada ideologi Tri Hita Karana guna mewujudkan kesejahteraan lahir batin, sehingga secara rasional perkembangan kerajinan tenun tradisional Gringsing khas Tenganan menyelaraskan dengan kemajuan intelektualitas dan budaya masyarakat yang adaptif. Namun kenyataannya, terjadi hal yang sebaliknya, yakni kasus penduplikasian motif kerajinan tenun Gringsing oleh pengerajin yang tidak bertanggung jawab berdampak terhadap kerajinan tenun Gringsing ditirukan di pasaran sehingga dinilai mengancam eksistensi tenun Gringsing khas sebagai 226 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN MASYARAKAT I, TAHUN 2016 kearifan lokal khas Tenganan khususnya dan Bali pada umumnya. Perlindungan IG memiliki berbagai manfaat, baik bagi produsen maupun bagi konsumen. Bagi produsen, manfaat keberadaan IG dari sisi ekonomi antara lain: (1) Mencegah beralihnya kepemilikan hak pemanfaatan kekhasan produk dari masyarakat setempat kepada pihak lain. (2) Memaksimalkan nilai tambah produk bagi masyarakat setempat. (3) Memberikan perlindungan dari pemalsuan produk. (4) Meningkatkan pemasaran produk khas. (5) Meningkatkan penyediaan lapangan kerja. (6) Menunjang pengembangan agrowisata. (7) Menjamin keberlanjutan usaha. (8) Memperkuat ekonomi wilayah. (9) Mempercepat perkembangan wilayah. (10) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dari sisi ekologi, manfaat IG antara lain: (1) Mempertahankan dan menjaga kelestarian alam. (2) Meningkatkan reputasi kawasan. (3) Mempertahankan kelestarian plasma nutfah. Dari sisi sosial budaya, manfaat IG antara lain: (1) Mempererat hubungan antar pekebun.(2) Meningkatkan dinamika wilayah, dan (3) Melestarikan adat istiadat, pengetahuan serta kearifan lokal masyarakat Dari sisi hukum, manfaat IG adalah memberikan perlindungan dan kepastian hukum bagi produsen. Bagi konsumen, manfaat perlindungan IG antara lain: (1) Memberi jaminan kualitas berdasarkan hukum sesuai harapan konsumen terhadap produk IG. (2) Memberi jaminan hukum bagi konsumen apabila produk tidak sesuai dengan standar yang diharapkan. Proses Perlindungan Indikasi Geografis (IG) diakui dan berlaku secara internasional. Untuk memperoleh perlindungan IG diperlukan beberapa tahapan: (1) Mengenali jenis komoditas dan kekhasan yang dimiliki. (2) Mengetahui kebutuhan pasar terhadap produk khas tersebut. (3) Mengenali penyebab munculnya kekhasan serta cara mengujinya.(4) Mengenali batas wilayah yang dapat menghasilkan produk khas tersebut, dan; (5) Mendaftar kepada Departemen Hukum dan HAM untuk mendapatkan perlindungan IG. Pendaftaran disertai dengan melampirkan buku spesifikasi komoditi dan buku wilayah. Buku spesifikasi komoditi berisi keterangan tentang jenis produk, kekhasan produk, proses mendapatkan kekhasan serta proses menguji kekhasan. Buku wilayah berisi batas-batas wilayah penghasil produk khas. Selama ini telah banyak penelitian dan kajian-kajian budaya tentang perlindungan hukum indikasi geografis terhadap sebuah produk yang dipandang perlu untuk dilakukan pengurusan dengan tujuan menghindarkan dari klaim maupun pemalsuan terhadap pihak yang tidak bertanggung jawab. Dalam rangka mewujudkan iklim persaingan usaha yang sehat. Di sini peran perlindungan hukum Negara terhadap Hak Kekayaan Intelektual seperti hak cipta, paten, merek, dan lainlain memegang peranan yang sangat penting dan strategis dan memerlukan sistem pengaturan yang lebih memadai. Junianto (2011) menyarankan kajian yang lebih mendalam dan komperhensif, mempelajari, mengkarakterisasi mutu dan pengolahan terasi Cirebon dalam upaya mendapatkan perlindungan indikasi geografis. Metode survey digunakan dalam penelitian ini. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dan studi pustaka: Semua data yang diperoleh baik data primer maupun data sekunder dianalis secara deskriptif baik dalam bentuk narasi maupun tabel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahan baku terasi Cirebon terdiri dari rebon, garam, dan gula merah. Prosedur pembuatan terasi Cirebon terdari dari pengeringan, pencampuran, pencetakan dan fermentasi. Mutu terasi Cirebon memenuhi Standar Nasional Indonesia untuk terasi. Rasionalisasi dilakukan pada tahapan pra pengeringan, pengeringan, perbandingan bahan pada pencampuran dan fermentasi. Menurut Ellyanti, Karim, Basri (2012) Hasil penelitian menunjukkan bahwa wilayah Indikasi Geografis (IG) Kopi 227 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN MASYARAKAT I, TAHUN 2016 Arabika Gayo di DTG yang sesuai dengan ketinggian tempat di atas permukaan laut adalah 160.856,70 ha. Wilayah IG Kopi Arabika Gayo yang sesuai dengan kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan budidaya di dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bener Meriah, Aceh Tengah dan Gayo Lues adalah seluas 151.151,60 ha. Persentase penyimpangan IG Kopi Arabika Gayo di DTG berdasarkan RTRW masing-masing kabupaten adalah sebesar 9.705,10 ha (6,03%). Doddy Kridasaksana,dkk (2012) menurutnya Indikasi geografis adalah hal baru, yang exsistence hecame satu dengan pengaturan merek. Indikasi geografis memiliki acara ll symbolthat mana barang berasal dari maka telah terhubung wilh qualily, reputasi, atau karakteristik lain yang sesuai dengan barang geografis berasal. Tujuan dari studi ini adalah lnspecf bagaimana perlindungan dari hukum untuk indication geografis di lndonesia. Indikasi geografis mendapatkan perlindungan hukum setelah terdaftar untuk permintaan ini diserahkan oleh lembaga yang mewakili masyarakat. Mempelajari dan mengakaji dinamika merebaknya kasus pengklaiman motif tenun Gringsing khas Tenganan yang terjadi di pasaran menstimulus para pengerajin untuk melakukan pengurusan perlindungan hukum terhadap produk yang dihasilkan, menurut peneliti, (2015), perlindungan indikasi geografis terhadap produk tenun Gringsing memiliki makna yang sangat strategis bagi upaya pengembangan dan pembinaan kesadaran produsen Bali untuk melakukan pendaftaran produk. Disinilah proses rekonstruksi hukum berorientasi pada penjaminan hak produsen maupun konsumen menjadi sangat strategis, dengan tetap bertumpu pada filosofi, nilai-nilai, tridisi, dan adat istiadat yang berlaku pada masyarakat Hindu Bali. Formulasi dan rekonsiliasi model perlindungan hukum berorientasi pada indikasi geografis ini diyakini akan menjadi solusi yang bersifat konstruktif bagi pembangunan Bali. Berdasarkan rasional di atas, maka penelitian ini tampaknya memiliki nilai kebaruan dan nilai strategis yang sangat mendasar sehubungan dengan upaya menggali dan memformulasikan nila-nilai, norma, tradisi, budaya dan adat istiadat masyarakat Hindu Bali yang bertalian dengan produk kerajinan tenun Gringsing khas Tenganan. Hal ini disebabkan karena beberapa penelitian ini akan lebih diarahkan pada upaya melakukan perlindungan hukum indikasi geografis terhadap kerajinan tenun tradisional khas Tenganan. Di sisi lain, penelitian ini akan memberikan kontribusi yang signifikan dalam upaya pengembangan pola pembangunan masyarakat di bidang seni kerajinan tenun ikat tradisional Geringsing khas Tenganan. Disamping itu, penelitian ini juga akan memberikan nilai manfaat yang mendasar dalam kaitannya dengan pembangunan adat istiadat dan pembinaan perilaku masyarakat desa adat yang bersendikan pada nilai-nilai keagamaan yang kental sesuai dengan konsep keharmonisan hubungan antara manusiadengan manusia, manusia dengan alam, dan manusia dengan Sang Pencipta (Ajaran Tri Hita Karana). C.METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah deskriptifkualitatif. Jenis penelitian adalah studi etnografi pada masyarakat Tenganan Pagringsingan.Penentuan subjek dalam penelitian ini menggunakan teknik Purposive Sampling, dan yang menjadi subjek penelitian yaitu : 1. Bendesa Desa Adat Tenganan Pegringsingan, 2. Prajuru atau Pengurus Desa Adat Tenganan Pegringsingan, 3. Tokoh masyarakat dan para pengerajin tenun Gringsing di desa Tenganan Pagringsingan. Dalam pelaksanaannya peneliti juga akan menggunakan beberapa instrument dan teknik pengumpul data, yaitu : metode 228 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN MASYARAKAT I, TAHUN 2016 wawancara, metode observasi dan metode dokumentasi. Sehubungan dengan hasil tersebut, maka digunakan suatu cara atau teknik tertentu yang sering disebut dengan metode deskriptif kualitatif, yaitu suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan menyusun secara sistematis. 2. Pendekatan dan Lokasi Penelitian Secara metodologis, penelitian ini merupakan penelitian pengembangan dalam bangunan rekayasa kebijakan publik (development research in public polecy paradigm) (Borg & Gall, 1989), sehingga penekanannya bukan pada pengukuran, melainkan pada upaya pemetaan, sinkritasi, dan rekayasa secara aktual, faktual, dan holistik, emik, dan etik tentang bentuk dan makna perilaku yang ditampilkan oleh masyarakat desa adat dalam konteks perlindungan hukumindikasi geografis tenun Gringsing khas Tenganan untuk pembangunan dan peningkatan integritas kerajinan tenun lokal sebagai simbolisme kearifan lokal Bali.. Upaya penggalian, analisis, dan pemetaan fokus masalah penelitian dilakukan dengan mengacu pada model analisis lintas-situs sebagaimana yang lazim dilakukan dalam penelitianpenelitian sosial dan budaya, Carspecken (1998). Model analisis lintas-situs ini akan memudahkan peneliti dalam mengungkap dan memetakan masalah, kaitan masalah satu dengan masalah lainnya, dan kaitan masalah penelitian dengan latar alamiah penelitian sebagai faktor eksternal dalam analisis data penelitian Choliddan, Achmadi (2005 : 72). Berdasarkan pola analisis ini, akan dapat diformulasikan dan sekaligus diverifikasi bangunan informasi, metode, dan model baru dalam menghampiri masalah-masalah sejenis dengan tingkat kebenaran ilmiah yang lebih tinggi. 3. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data Penelitian ini menganut prinsip “human instrument”, yaitu peneliti merupakan penggali/alat pengumpulan data yang utama. Hal ini penting mengingat fokus masalah penelitian benar-benar memerlukan keajegan dan mempertaruhkan kapabilitas personal peneliti, sehingga mampu mengungkap bebagai aspek yang terkait dengan fokus masalah dan kebutuhan data penelitian. Dalam pelaksanaannya, peneliti mengunakan beberapa alat bantu pengumpulan data, yaitu: (1) wawancara mendalam, (2) observasi partisipatif, (3) pencatatan dokumen, (4) kuisioner terbuka dan tertutup, (5) focus groups discussion, (Data yang terkumpul dalam penelitian ini berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Keseluruhan data ini dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif dan statistik sesuai dengan karakteristik data yang dibutuhkan untuk mengurai masingmasing permasalahan penelitian Burhan (2006), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. A. Pembahasan 1. Pengurusan indikasi geografis terhadap produk tenun Gringsing yang dihasilkan Hak Cipta dalam ketentuan hukum bertujuan melindungi ciptaan-ciptaan para pencipta yang dapat terdiri dari pengarang, artis, musisi, dramawan, pemahat, programmer, komputer, dan sebagainya. Seorang pemegang Hak Cipta yaitu pengarang sendiri, memiliki suatu kekayaan intelektual yang bersifat pribadi dan memberikan kepadanya sebagai pencipta untuk mengeksploitasi hak-hak ekonomi dan suatu ciptaan yang tergolong dalam bidang seni, sastra dan ilmu pengetahuan. Dengan kerangka berpikir tentang sifat dasar Hak Cipta yang demikian, seseorang tidak memperoleh hak untuk mengkopi ataupun memperbanyak hasil ciptaan seseorang tanpa seijin dari penciptanya. Namun, hal itu berbanding terbalik dengan temuan yang ditemukan oleh peneliti di 229 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN MASYARAKAT I, TAHUN 2016 lapangan, diketemukan kasus peniruan motif terhadap motif kerajinan tenun di Desa Tenganan Pagringsingan masih banyak terjadi, hal itu senada dengan yang diungkapkan oleh salah seorang pengerajin tenun Nyoman Rukmin (48 tahun) sebagai berikut: “selama ini, banyak kasus peniruan terhadap motif tenun gringsing yang ada disini oleh masyarakat luar. Dulu pernah ada yang bernama Bu Gea dari Jakarta yang datang ke Tenganan, pertamanya dia sekedar foto-foto produk kerajianan tenun gringsing khas desa Tenganan. Tetapi tidak kami duga sebelumnya, ternyata motif yang diperoleh dari sini dikemas menjadi produk sutra dengan motif tenun gringsing. Hal itu kami tahu ketika dia datang kembali secara kolektif dengan mengenakan kain sutra yang bermotif kain tenun gringsing” (Wawancara pada tanggal 11 Nopember 2014) Selain itu peneliti juga mewawancarai Kadek Arca Sudana (50 Tahun) selaku sekretaris desa Tenganan yang mengungkapkan sebagai berikut: “pernah terjadi peniruan terhadap motif kerajinan tenun gringsing khas Tenganan, yang saya ketahui yaitu bahwa kasus itu berkaitan dengan pemakaian motif kerajinan tenun gringsing yang ada sebagai merek atau lambang dari salah satu minuman. Itu sangat kami sayangkan sekali, karena dapat merugikan kami sebagai pencetus atau boleh dikatakan pemilik dari motif kerajinan tenun gringsing tersebut”(Wawancara pada tanggal 12 Nopember 2014). Berdasarkan uraian tadi, maka dapat dikatakan bahwa banyak terjadi kasus peniruan terhadap motif kerajinan tenun gringsing yang ada di Desa Tenganan Pagringsingan. Berangkat dari permasalahn tersebut, maka pengaturan mengenai Hak Cipta mutlak diperlukan dalam rangka melindungi motif kerajinan tenun gringsing yang ada di desa Tenganan. Sehingga motif dari kerajinan tenun yang terdapat di sana memiliki kekuatan hukum yang dapat memperkuat eksistensi motif kerajinan tenun khas Tenganan Pagringsingan. Karena selama ini, warga maupun aparat Desa Tenganan Pagringsingan tidak dapat melakukan suatu tindakan dalam penanganan kasus-kasus peniruan terhadap motif kerajinan tenun yang ada. Hal itu disebabkan karena belum adanya pengaturan Hak Cipta terhadap motif kerajinan tenun di desa setempat. Berdasarkan temuan peneliti di lapangan bahwa pengaturan mengenai Hak Cipta terhadap motif kerajinan tenun yang ada di Desa Tenganan Pagringsingan belum sepenuhnya bisa dilakukan, itu disebabkan karena beberapa faktor yang menyebabkan belum dapat dilakukan pengurusan terhadap Hak Cipta motif kerajinan tenun di Desa Tenganan yaitu: Pertama, dari segi historis atau sejarah motif kerajinan tenun khas Tenganan baik dari segi waktu dan penciptanya belum diketahui secara pasti. Karena menurut pasal 37 ayat 1 Undang-undang No 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta memuat ketentuang tentang: Pendaftaran Ciptaan dalam Daftar Umum Ciptaan dilakukan atas Permohonan yang diajukan oleh Pencipta atau oleh Pemegang Hak Cipta atau Kuasa. Selain itu, untuk permohonan pendaftaran Ciptaan diajukan kepada Direktorat Jenderal HKI Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia harus melampirkan beberapa hal sebagai berikut: a.Formulir pendaftaran ciptaan rangkap tiga. b. Formulir surat pernyataan kepemilikan produk bermaterai 6000 c. Surat permohonan pendaftaran dilampiri: Contoh fisik ciptaan, a).Identitas diri berupa foto copy KTP dari pencipta, pemegang Hak Cipta; b). Akte/salinan resmi pendirian badan hukum yang telah dilegalisir oleh notaris bila pemohon adalah badan hukum; c).Foto copy NPWP; d). Gambar/foto produk ukuran 3 R sebanyak 12 lembar. E).Deskripsi/uraian tentang produk yang akan didaftarkan (Tim Klinik Konsultasi HKI-IKM, 2013). Melihat ketentuan di atas mengandung tendensi bahwa harus ada subyek yang kapasitasnya sebagai pencipta, dengan konskuensi selaku pemegang Hak Cipta. 230 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN MASYARAKAT I, TAHUN 2016 Pencipta berhak mendaftarkan hasil ciptaannya tersebut ke Dinas terkait, berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yaitu Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta atau harus memenuhi prosedur dan syarat untuk bisa mengajukan Hak Cipta. Sementara untuk motif kerajinan tenun khas Tenganan Pagringsingan, subyek atau pemegang Hak Ciptanya belum jelas. Sehingga ini menjadi faktor penghambat dalam proses pengurusan Hak Cipta terhadap motif kerajinan tenun khas Tenganan Pagringsingan. Kedua, upaya dari masyarakat hanya bersifat menunggu dan cenderung pasif, sejauh ini masyarakat hanya menunggu upaya dari pemerintah untuk melakukan sosialisasi dalam rangka memberikan perlindungan hukum terhadap motif kerajinan tenun khas Tenganan Pagringsingan. Padahal dalam rangka memperoleh perlindungan hukum, terlebih lagi dalam memperoleh Hak Cipta terhadap sesuatu karya, Pencipta maupun Pemegang Hak Cipta harus memiliki inisiatif untuk mendaftarkan ciptaannya, karena nantinya Surat Pendaftaran Ciptaan tersebut dapat dijadikan alat bukti awal di pengadilan apabila timbul sengketa di kemudian hari terhadap ciptaan tersebut. Ketiga yaitu pengetahuan masyarakat terkait upaya hukum yang bisa dilakukan untuk melindungi motif kerajinan tenun khas Tenganan Pagringsingan masih kurang. Itu terbukti dari masyarakat yang tidak mengetahui prosedur dan tata cara dalam pengurusan hak cipta sebagai bentuk kurangnya kesadaran hukum masyarakat setempat. Kurangnya kesadaran hukum masyarakat pengerajin desa tenganan dapat dilihat dari sikap pasif mereka yang hanya mengikuti apa yang di sosialisasikan oleh pemerintah, tanpa adanya suatu pemikiran mengenai alternatif upaya hukum yang bisa dilakukan untuk melindungi motif tenun yang dimiliki tersebut. Jadi, lemahnya kesadaran hukum masyarakat pengerajin desa Tenganan Pagringsingan dapat mempengaruh upaya perlindungan hukum terhadap motif kerajinan khas Tenganan Pagringsingan. Seperti misalnya belum ada kesepakatan untuk menunjuk salah seorang untuk dijadikan pemegang Hak Cipta atau mencari alternatif hukum yang lain dan mengusulkannya kepada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Karangasem. 2. Wilayah perlindungan geografis kerajinan tenun tradisional Gringsing Desa Tenganan dikategorikan sebagai wilayah indikasi geografis tenun Gringsing disebabkan oleh keberadaan desa Tenganan merupakan indikasi asal adalah suatu tanda yang memenuhi ketentuan tanda indikasi geografis yang tidak didaftarkan atau semata-mata menunjukan asal suatu barang atau jasa. Indikasi geografis adalah suatu tanda yang menunjukkan daerah asal suatu barang, yang karena faktor lingkungan geografis termasuk faktor alam, faktor manusia, atau kombinasi dari kedua faktor tersebut, memberikan ciri dan kualitas tertentu pada barang yang dihasilkan. Jangka waktu perlindungan hukum indikasi geografis, yaitu indikasi-geografis dilindungi selama karakteristik khas dan kualitas yang menjadi dasar bagi diberikannya perlindungan atas Indikasigeografis tersebut masih ada Untuk dapat memperoleh perlindungan hukum indikasi geografis, maka pengerajin tenun Gringsing Tenganan harus pengajukan permohonan pendaftaran indikasi geografis, diantaranya meliputi tahapan: (1) Permohonan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia oleh Pemohon atau melalui Kuasanya dengan mengisi formulir dalam rangkap 3 (tiga) kepada Direktorat Jenderal. (2) Bentuk dan isi formulir Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Direktorat Jenderal. (3) Pemohon sebagaimana dimaksud pada ayat(1) terdiri atas: a. lembaga yang mewakili masyarakat di daerah yang memproduksi barang yang bersangkutan, terdiri atas: 1) pihak yang 231 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN MASYARAKAT I, TAHUN 2016 mengusahakan barang hasil alam atau kekayaan alam; 2) produsen barang hasil pertanian; 3) pembuat barang hasil kerajinan tangan atau barang hasil industri; atau 4) pedagang yang menjual barang tersebut; b.lembaga yang diberi kewenangan untuk itu; atau c. kelompok konsumen barang tersebut. (4)_Permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 harus mencantumkan persyaratan administrasi sebagai berikut: a.tanggal, bulan,dan tahun; b.nama lengkap, kewarganegaraan, dan alamat Pemohon; dan c. nama lengkap dan alamat Kuasa, apabila Permohonan diajukan melalui Kuasa. (5) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilampiri: a.surat kuasa khusus, apabila Permohonan diajukan melalui Kuasa; b. bukti pembayaran biaya. (6) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilengkapi dengan Buku Persyaratan yang terdiri atas: a.nama Indikasi-geografis yang dimohonkan pendaftarannya; b. nama barang yang dilindungi oleh Indikasi-geografis; c.uraian mengenai karakteristik dan kualitas yang membedakan barang tertentu dengan barang lain yang memiliki kategori sama, dan menjelaskan tentang hubungannya dengan daerah tempat barang tersebut dihasilkan; d. uraian mengenai lingkungan geografis serta faktor alam dan faktor manusia yang merupakan satu kesatuan dalam memberikan pengaruh terhadap kualitas atau karakteristik dari barang yang dihasilkan; e. uraian tentang batas-batas daerah dan/atau peta wilayah yang dicakup oleh Indikasi-geografis; f.uraian mengenai sejarah dan tradisi yang berhubungan dengan pemakaian Indikasi-geografis untuk menandai barang yang dihasilkan di daerah tersebut, termasuk pengakuan dari masyarakat mengenai Indikasi-geografis tersebut; g.uraian yang menjelaskan tentang proses produksi, proses pengolahan, dan proses pembuatan yang digunakan sehingga memungkinkan setiap produsen di daerah tersebut untuk memproduksi, mengolah, atau membuat barang terkait; h. uraian mengenai metode yang digunakan untuk menguji kualitas barang yang dihasilkan; dan i.label yang digunakan pada barang dan memuat Indikasi-geografis. Perlunya perlindungan hukum dalam bentuk Undang-Undang yang mengatur mengenai kerajinan tenun Gringsing khas Tenganan Pagringsingan dimaksudkan untuk memberikan perlindungan hukum yang tegas, jelas, dan efektif guna mencegah berbagai bentuk pelanggaran, yang dilakukan oleh orang yang tidak bertanggung jawab, berupa peniruan dan pemalsuan. Di samping itu, perlindungan hukum ini dimaksudkan untuk menjamin hak-hak serta kewajiban-kewajiban pencipta. Perlindungan Hukum tidak semata-mata harus diberikan oleh pemerintah saja, namun lebih dari itu, dualisme hukum juga perlu di kedepankan. Di mana dalam hal ini peran Desa Adat juga harus berperan aktif melalui awig-awig atau aturan Desa yang relevan dalam rangka melindungi Kerajinan tradisional khas Tenganan Pagringsingan. Berkaitan dengan hal tersebut, ada beberapa temuan yaang diketemukan oleh peneliti, setelah mewawancarai kelian Banjar Adat Kauh Desa Tenganan Pagringsingan Putu Arsa (45 tahun) sebagai berikut: ”selama ini untuk masalah perlindungan hukum yang dilakukan oleh pemerintah untuk kerajinan tenun yang ada di desa kami belum ada. Pemerintah hanya baru melakukan sosialisasi saja ke desa kami, namun sampai sekarang belum ada tindak lanjutnya lagi. Sehingga kami jika menemukan yang sekiranya menurut kami telah meniru atau menjiplak dari kerajinan tenun yang kami punya, kami tidak bisa berbuat sesuatu apaapa. Karena kami sadar, bahwa belum ada kekuatan hukum yang akan memberikan perindungan kerajinan tenun yang ada di Desa Tenganan Pagringsingan ini” (Wawancara pada tanggal 12 Nopember 2014). Selain itu, peneliti juga mencoba untuk mewawancarai Kelian Banjar Dinas Tenganan Pagringsingan Ketut Sudiastika 232 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN MASYARAKAT I, TAHUN 2016 (45 Tahun), beliau mengungkapkan sebagai berikut dari pihak Banjar Dinas Tenganan Pagringsingan yang mengurus urusan administratif di Desa ini, sebenarnya sangat menyayangkan dengan kasus plagiasi yang dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab terhadap kerajinan tenun khas Tenganan Pagringsingan yang kami miliki. Bahkan plagiasi ini, tidak hanya dilakukan oleh oknum dari luar Bali saja, tetapi di dalam daerah Bali juga ada yang mencoba memakai motif tenun Gringsing yang dikombinasi menjadi kain endek, sutra maupun yang lainnya. Melihat kejadian tersebut, kami secara administratif belum bisa untuk berbuat lebih banyak untuk menindaknya, karena dari segi aturan perundang-undangan belum ada. Sehingga jika kami mengajukan perkara itu sampai ke ranah pengadilan, sudah barang tentu kami akan kalah” (Wawancara pada tanggal 11 Nopember 2014). Berdasarkan uraian yang diungkapkan oleh informan di atas, maka dapat diketahui bahwa selama ini, banyak terdapat kasus peniruan terhadap kerajinan Tenun Gringsing yang ada di Desa Tenganan Pagringsingan. Namun, hal tersebut tidak bisa dicegah, hal itu disebabkan karena masih terkendala oleh peraturan perundang-undangan yang mengatur terkait belum diterapkan oleh masyarakat pengerajin di desa Tenganan Pagingsingan. Sehingga aparat Adat dan aparat Banjar Dinas yang mengurus keperluan administaratif desa tidak bisa berbuat banyak terhadap kasus-kasus yang dijumpai tersebut, walaupun kasus yang diketemukan memang benar-benar merupakan kasus plagiasi terhadap kerajinan tenun khas Tenganan Pagringsingan tersebut. Kemudian, kalau kita perhatikan dari segi dualisme hukum yang seyogyanya diberlakukan terhadap industri kerajinan tenun khas Tenganan Pagringsingan ini, juga belum dilakukan baik oleh pihak Desa melalui awig-awignya maupun dari pihak pemerintah yang memberikan perlindungan hukum yang bersifat Nasional. Upaya perlindungan hukum belum bisa dilakukan, itu disebabkan karena faktor pengetahuan masyarakat yang masih kurang terhadap upaya memperoleh perlindungan hukum serta faktor administratif yang belum bisa terpenuhi sebagai syarat dalam rangka permohonan untuk memperoleh perlindungan hukum juga belum terpenuhi. Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap beberapa pengerajin kerajinan tenun di Desa Tenganan Pagringsingan mengatakan bahwa selama ini mereka hanya bisa diam daan bersifat menunggu sosialiasasi dari pemerintah saja, tanpa adanya suatu inisiatif dari pengerajin itu sendiri untuk mengajukan permohonan dalam rangka memperoleh perlindungan hukum. Karena walaupun hukum memberikan perlindungan melalui pendaftaran, namun peran serta aktif dari semua kalangan, tidak saja aparat penegak hukum dan masyarakat, tapi juga pelaku usaha sangat penting guna terwujud iklim usaha yang kondusif dengan menghormati (menghargai) hasil karya intelektual dari seseorang, termasuk desain motif tenun dan merek dagang produk tenun. E. PENUTUP 1. Kesimpulan Kesulitan pengerajin tenun Gringsing dalam melakukan pengurusan indikasi geografis terhadap produk tenun Gringsing yang dihasilkan disebabkan karena lemahnya kesadaran hukum masyarakat pengerajin desa Tenganan salah satu contohnya belum ada kesepakatan untuk menunjuk salah seorang untuk dijadikan pemegang Hak Cipta atau mencari alternatif hukum dalam melakukan permohonan pendaftaran perlindungan hukumindikasi geografis terhadap tenun Gringsing khas Tenganan. Desa Tenganan dikategorikan sebagai wilayah indikasi geografis tenun Gringsing disebabkan oleh keberadaan desa Tenganan menunjukkan indikasi geografis yang merupakan suatu tanda dari daerah asal suatu barang, yang karena faktor 233 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN MASYARAKAT I, TAHUN 2016 lingkungan geografis termasuk faktor alam, faktor manusia, atau kombinasi dari kedua faktor tersebut, memberikan ciri dan kualitas tertentu pada barang yang dihasilkan. Untuk dapat memperoleh perlindungan hukum indikasi geografis, maka pengerajin tenun Gringsing Tenganan harus pengajukan permohonan pendaftaran indikasi geografis 2. Saran Bagi pemerintah Kabupaten Karangasem terutama kepada Dinas Perindustrian dan Perdagangan agar proaktif memberikan sosialisasi secara berkesinambungan untuk memberikan pemahaman kepada pengerajin yang terdapat di desa Tenganan Pagringsingan akan pentingnya perlindungan hukum. Untuk aparat desa dinas beserta staf, aparat desa adat, termasuk pengerajin agar mampu memupuk koordinasi intensif untuk bekerjasama mengembangkan sikap proaktif melakukan pengurusan untuk permohonan pendaftaran indikasi geografis untuk memastikan perlindungan hukum terhadap produk tenun Gringsing yang dihasilkan. Meningkatkan penyelarasan pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh dari aspek kecerdasan, keterampilan, sikap sosial, dan sikap relegi yang melatar belakangi pengembangan produk kerajinan tenun Gringsing. Apabila suatu ketika ada pihak yang beritikad kurang baik dan ingin melakukan pengklaiman tehadap produk asli Tenganan, dapat diambil tindakan tegas untuk menindaklanjuti segala macam bentuk kecurangan tersebut dengan forum musyawarah adat desa setempat sebelum dibawa ke jalur hukum secara lebih lanjut. Jadi, ada forum mediasi yang sifatnya internal yang menjadi penopang keberlanjutan pelestarian produk kerajinan desa setempat. Borg and Gall.1989. Educational Research: An Introduction. Fifth Edition. New York and London: Longman. Bungin, Burhan. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Bustanudin Agus. 2002. Islam dan Pembangunan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Carspecken, P. 1998. Critical Etnography in Educational Research: A Theoritical an Practical Guide. London and New York: Routledge. Koentjaraningrat. 2011. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta : Djambatan. Negara Repulik Indonesia. UndangUndang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.Lembaran Negara No: 42 tahun 1999, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3821. Negara Republik Indonesia. UndangUndang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta. Lembaran Negara Nomor:.85 tahun 2002, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4220. Pemerintahan Desa Tenganan.2010.Profil Pembangunan Desa Tenganan Kecamatan Manggis Kabupaten Karangasem. Sabela Gayo. 2010. Perlindungan Indikasi Geografis Bagi Kopi Gayo. Diunggah pada tanggal 25 Januari 2010, pukul 03.00 Wita. Tim Klinik Konsultasi HKIIKM.2013.Buku Panduan Klinik Konsultasi HKI-IKM Tahun 2013.Jakarta: Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah Kementerian Perindustrian. W. J. S Poerwadaminta. 2003.Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. http://eprints.unlam.ac.id/296/1/jurnal%20l egitimitas_zakiyah-shmh.pdf. DAFTAR PUSTAKA Atang Abdullah Hakim, Jaih Mubarok. 2006. Metodologi Studi Islam. Cetakan ke delapan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 234 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN MASYARAKAT I, TAHUN 2016 Diakses hari Kamis tanggal 12 Agustus 2015,pukul12.00 Wita. http://ejournal.unisba.ac.id/index.php/mim bar/article/view/294#.VciJ3IEeaZ R. Diakses hari Kamis tanggal 12 Agustus 2015,pukul12.30 Wita. http://jurnal.unsyiah.ac.id/agrista/article/vi ew/230. Diakses hari Kamis tanggal 12 Agustus 2015,pukul13.00 Wita. http://www.law.ui.ac.id/jhp/terbitan/2012/j uli/110-penyuluhan-tentangperlindungan-hukum-indikasigeografis-beras-pandanwangicianjur-jawa-barat-sebagaiwujud-sumbangsih-perguruantinggi-dalam-meningkatkanindeks-pembangunan-manusiaipm. Diakses hari Kamis tanggal 12 Agustus 2015,pukul13.20 Wita. https://ubicilembu.wordpress.com/tag/indi kasi-geografis/diakses hari Kamis tanggal 12 Agustus 2015,pukul14.00 Wita. http://jurnal.unpad.ac.id/akuatika/article/vi ew/501. Diakses hari Kamis tanggal 12 Agustus 2015,pukul14.30 Wita. 235 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN MASYARAKAT I, TAHUN 2016 PELATIHAN PENYUSUNAN LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGURUS DAN PENGAWAS KOPERASI PADA KOPERASI DI KECAMATAN BULELENG Ni Luh Gede Erni Sulindawati, SE, Ak,M.Pd Jurusan Akuntansi Program Diploma III FE Undiksha Email: [email protected] ABSTRACT Community service activities is aimed (1) to improve the cooperative management board prepare accountability reports; and (2) to enhance the ability of supervisors cooperatives make accountability reports supervisor. In order to achieve the purpose of community service activities is use traditional methods in the form of training and mentoring the preparation of accountability reports and the supervisory board and the supervisory board of cooperatives for cooperatives located in the district of Buleleng. To be able to carry out these activities properly and directed the activities carried out method is designed to systematically in several stages. The stages of the activities carried out consisted of the preparation phase, the implementation phase and monitoring phase. From the results of the evaluation has been done, trainee and mentoring has been able to prepare accountability reports and supervisory board cooperative with good criteria. Implementation of these activities can be considered beneficial for the management and supervisory training and facilitation of cooperative activities can be considered beneficial for the management and supervisory cooperative seen from the supervisory board and a cooperative attitude towards the activities that have been carried out. The attitude of the management and supervisory cooperative seen through the participatory aspect, motivation aspect, the aspect of cooperation, and aspects of the initiative. Key words: Cooperative, accountability report, the Board, Supervisors ABSTRAK Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini bertujuan (1) untuk meningkatkan kemampuan para pengurus koperasi menyusun laporan pertanggungwaban pengurus; dan (2) untuk meningkatkan kemampuan para pengawas koperasi menyusun laporan pertanggungwaban pengawas Agar tercapai tujuan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini mengggunakan metode dalam bentuk pelatihan dan pendampingan penyusunan laporan pertanggungjawaban pengurus dan pengawas koperasi bagi pengurus dan pengawas koperasi yang berada di Kecamatan Buleleng. Untuk dapat melaksanakan kegiatan ini dengan baik dan terarah maka metode kegiatan yang dilakukan adalah dirancang dengan sistematis dalam beberapa tahapan. Adapun tahapan kegiatan yang dilaksanakan terdiri dari tahapan persiapan, tahap implementasi dan tahap monitoring. Dari hasil evaluasi yang telah dilakukan, peserta pelatihan dan pendampingan sudah mampu menyusun laporan pertanggungjawaban pengurus dan pengawas koperasi dengan kreteria baik. Pelaksanaan kegiatan ini dapat dikategorikan bermanfaat bagi pengurus dan pengawas koperasi Kegiatan pelatihan dan pendampingan ini dapat dikategorikan bermanfaat bagi pengurus dan pengawas koperasi dilihat dari sikap pengurus dan pengawas koperasi terhadap kegiatan yang telah dilakukan. Sikap pengurus dan pengawas koperasi tersebut dilihat melalui aspek partisipasi, aspek motivasi, aspek kerjasama, dan aspek inisiatif. Kata-kata kunci : Koperasi, Laporan Pertangungjawaban, Pengurus, Pengawas Pendahuluan kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang ekonomi, social, budaya sesuai dengan nilai dan prinsip koperasi. Nilai yang mendasari kegiatan koperasi antara lain: (1) kekeluargaan; Menurut Undang-undang No 17 Tahun 2012 tentang perkoperasian, koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh perseorangan atau badan hukum koperasi, dengan pemisahan 236 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN MASYARAKAT I, TAHUN 2016 (2) menolong diri sendiri; (3) bertanggungjawab; (4) demokrasi; (5) persamaan; (6) berkeadilan; dan (7) kemandirian. Sedangkan Prinsip koperasi antara lain(1) keanggotaan koperasi bersifat sukarela dan terbuka, (2) pengawasan oleh anggota diselenggarakan secara demokratis, (3) anggota berpartisipasi aktif dalam kegiatan ekonomi koperasi, (4) koperasi merupakan badan usaha swadaya yang otonom dan independen, (5) koperasi menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi anggota, pengawas, pemgurus dan karyawannya, serta memberikan jati diri, kegiatan dan kemanfaatan koperasi; (6) koperasi melayani anggotanya secara prima dan memperkuat gerakan koperasi, dengan bekerjasama melalui jaringan kegiatan pada tingkat local, nasional, regional, dan internasional; dan (7) Koperasi bekerja untuk pembangunan berkelanjutan bagi lingkungan dan masyarakatnya melalui kebijakan yang disepakati anggotanya. Koperasi bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya dengan adanya pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) kepada para anggotanya yang berbeda dengan badan usaha lainnya bertujuan untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya. Pembangunan koperasi sebagai badan usaha ditujukan untuk penguatan dan perluasan kegiatan usaha, serta peningkatan kualitas sumber daya manusia. Untuk mencapai tujuan tersebut koperasi harus dikelola dan diselenggarakan dengan baik agar dapat bertahan, berkembang, dan usahanya dapat berkelanjutan (going concern). Agar usaha koperasi dapat berkembang dan berkelanjutan maka perlu diperhatikan usaha dalam mempertinggi tingkat efisien yaitu koperasi harus dapat menangani bidang-bidang usahanya dengan biaya atau pengeluaran yang seminimal mungkin, koperasi harus dapat mencegah terjadinya pemborosan-pemborosan Untuk mengetahui perkembangan usaha koperasi, koperasi menyelenggarakan rapat anggota (RAT) sekurang-kurangnya satu kali dalam satu tahun. Rapat anggota berdasarkan pasal 32 UU No.17 tahun 2012 merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam koperasi. Rapat anggota berwenang (1) menetapkan kebijakan umum koperasi; (2) mengubah anggaran dasar; (3) memilih, mengangkat, dan memberhentikan pengawas dan pengurus; (4) menetapkan rencana kerja, rencana anggaran pendapatan dan belanja koperasi; (5) menetapkan batas maksimum pinjaman yang dapat dilakukan pengurus untuk dan atas nama koperasi; (6) meminta keterangan dan mengesahkan pertanggungjawaban pengawas dan pengurus dalam pelaksanaan tugas masing-masing; (7) menetapkan pembagian selisih hasil usaha; (8) memutuskan penggabungan, peleburan, kepailitan, dan pembubaran koperasi; dan (9) 237 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN MASYARAKAT I, TAHUN 2016 menetapkan keputusan lain dalam batas yang ditentukan oleh undangundang. Dalam rapat anggota tahunan tersebut pengurus wajib mengajukan laporan pertanggungjawan tahunan dan laporan pengawas yang ditandatangani oleh semua pengurus. Informasi yang diperoleh dari Ketua Dewan Koperasi Indonesia (Dekopinda) Kabupaten Buleleng terdapat 381 koperasi yang berada di wilayah Kabupaten Buleleng, namun beberapa diantaranya masih menemui permasalahan, terutama dalam menajemen, permodalan serta operasional. Dari jumlah koperasi tersebut terdapat 20% koperasi tersebut belum mengadakan rapat anggota tahunan (RAT). RAT pada koperasi tersebut belum diselenggarakan karena koperasi tersebut kesulitan menyusun laporan pertanggungjawaban pengurus dan pengawas koperasi. Pengurus koperasi merupakan perangkat organisasi koperasi yang bertanggungjawab penuh atas kepengurusan koperasi untuk kepentingan dan tujuan koperasi, serta mewakili koperasi baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar., sedangkan pengawas koperasi adalah seperangkat organisasi koperasi yang bertugas mengawasi dan memberikan nasihat kepada pengurus. Menurut Pasal 36 Undangundang koperasi rapat anggota diselenggarakan sekurangkurangnya satu kali dalam satu Metode Kegiatan Metode kegiatan P2M ini dalam bentuk pelatihan dan pendampingan tahun. Lebih lanjut dalam Pasal 37 disebutkan pengurus wajib mengajukan laporan pertanggunngjawaban tahunan yang berisi (1) laporan mengenai keadaan dan jalannya koperasi serta hasil yang telah dicapai; (2) rincian masalah yang timbul selama tahun buku yang mempemngaruhi kegiatan koperasi; (3) laporan keuangan yang sekurang-kurangnya terdiri dari Neraca akhir dan perhitungan hasil usaha tahun buku yang bersangkutan serta penjelasan atas dokumen tersebut; (4) laporan pengawas; (5) nama pengawas dan pengurus; (6) besar imbalan bagi pengawas serta gaji dan tunjangan bagi pengurus. Permasalahan yang ingin dipecahkan dalam kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat ini melalui pelatihan dan pendampingan adalah kemampuan pengurus dan pengawas koeperasi di Kecamatan Buleleng menyusun laporan pertanggungjawaban pengurus dan pengawas koperasi yang dipersyaratkan dalam undangundang koperasi dan dalam Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntanbilitas publik Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kemampuan para pengurus koperasi menyusun laporan pertanggungwaban pengurus dan untuk meningkatkan kemampuan para pengawas koperasi menyusun laporan pertanggungwaban pengawas. penyusunan laporan pertanggungjawaban pengurus dan 238 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN MASYARAKAT I, TAHUN 2016 pengawas koperasi bagi pengurus dan pengawas koperasi yang berada dikecamatan Buleleng. Untuk dapat melaksanakan kegiatan ini dengan baik dan terarah maka metode kegiatan yang dilakukan adalah dirancang dengan sistematis dalam beberapa tahapan yaitu (1) Tahap Persiapan yang meliputi penyiapan berbagai adiministrasi yang mungkin diperlukan, koordinasi dengan Ketua Dekopinda Kabupaten Buleleng, penyiapan materi pelatihan tentang penyusunan Laporan pertanggungjawaban pengurus dan pengawas koperasi, penyiapan Nara Sumber yang kompeten dan relevan dengan materi yang disiapkan, dan penyiapan jadwal pelatihan; (2) Tahap Implementasi yang meliputi pelatihan penyusunan laporan pertanggungjawaban pengurus dan pengaws koperasi dan pendampingan penyusunan laporan pertanggungjawaban pengurus dan pengawas koperasi; (3) Tahap Monitoring terhadap implementasi kegiatan yang telah disusun; dan (4) tahap evaluasi yang dilakukan untuk menilai kemampuan pengurus dan pengawas koperasi dalam menyusun laporan pertanggungjawaban pengurus dan pengawas koperasi Hasil Dan Pembahasan Sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelum kegiatan pelatihan dilaksanakan, kegiatan ini diawali dengan penyiapan berbagai administrasi yang diperlukan antara lain permohonan izin melaksanakan pengabdian masyarakat, koordinasi dengan Ketua Dekopinda Kabupaten Buleleng untuk menentukan jadual kegiatan pelatihan dan pendampingan, pengiriman surat undangan oleh tim pendamping ke peserta pelatihan, penyiapan materi pelatihan tentang pelatihan tentang penyusunan laporan pertanggungjawaban pengurus dan pengawas koperasi serta materi rencana kerja dan Rencana Anggaran dan Belanja (RAPB) Koperasi Tahun buku 2015. Peserta pelatihan dan pendampingan kegiatan ini adalah pengurus dan pegawas koperasi yang berjumlah 20 Orang yang berada di daerah Buleleng, yang memiliki berbagai bentuk dan jenis usaha koperasi seperti, Koperasi pegawai negeri, Koperasi Simpan Pinjam, Koperasi Serba Usaha maupun koperasi Unit Desa. Adapun ke duapuluh koperasi yang hadir dalam kegiatan pelatihan antara lain : Koperasi Pegawai Negeri Artha, Koperasi Serba Tri Manunggal, Koperasi Serba Usaha Tunas Muda, Koperasi Serba Usaha Matalan, Koperasi Serba Usaha Fajar, Koptan Swakarsa, Koperasi Simpan Pinjam Citra Mandiri, Koperasi Pegawai Negeri Daharmayasa, Koperasi Pepabri, Koperasi Unit Desa Krisna, Koperasi Pegawai Negeri Werdhiyasa, Koperasi Pegawai Negeri Agraria, Koperasi Unit Desa Tirtha Luhur, Koperasi Serba Usaha Tri Dwi Eka, Koperasi Pegawai Negeri Sada, Koperasi Pegawai Negeri Bakti, Koperasi Unit Desa KPS, Koperasi Serba Usaha Johor dan Koperasi Serba Usaha Adhi Kerti. 239 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN MASYARAKAT I, TAHUN 2016 Kegiatan ini berlangsung selama dua kali pertemuan yaitu kegiatan diawali dengan pelatihan penyusunan laporan pertanggungjawaban pengawas dan pengurus koperasi, serta pendampingan penyusunan laporan pertanggungjawaban pengawas dan pengurus koperasi. Materi yang disiapkan pada pelatihan dan pendampingan kegiatan ini meliputi materi rencana kerja dan RAPB Koperasi Tahun Buku 2015 yang disiapkan oleh Dekopinda Kabupaten Buleleng dan materi pelatihan penysunan laporan pertanggungjawaban pengurus dan pengawas koperasi terdiri dari Laporan Laba Rugi atau Sisa Hasil Usaha, Neraca, Laporan arus kas, perbandingan antara perencanaan dan realisasi, serta analisa laporan keuangan. Kegiatan pelatihan dan pendampingan adalah sebagai berikut: kegiatan pelatihan dan pendampingan pertama berlangsung dari tanggal 29 dan 30 Juni 2015 dengan kegiatan pemberian materi Rencana Kerja dan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja yang disajikan oleh bapak I Gede Ngurah Indrayana, SH yang merupakan praktisi dari Dekopinda, dilanjutkan pemberian materi laporan pertanggingjawaban Pengurus dan Pengawas Koperasi dari tim pelaksana P2M dari undiksha. Dalam kegiatan pelatihan dilaksanakan dengan pemaparan materi dan diskusi. Kegiatan pendampingan dibantu oleh staf Dekopinda. Kegiatan pendampingan berikutnya dilakukan oleh tim pendamping dari undiksha yang dilaksanakan pada selama empat hari yaitu pada tanggal 30 Juni, 4. 5, dan 11 Juli 2015. Serangkaian kegiatan pelatihan dan pendampingan tersebut berjalan dengan baik sesuai dengan apa yang sudah direncanakan. Pemberian materi pelatihan ini berlangsung selama empat 4 jam. Materi yang disampaikan diantaranya Rencana Kerja dan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja, dan materi laporan pertanggingjawaban Pengurus dan Pengawas Koperasi. Setelah penyampain materi diakhiri kemudian dilanjutkan dengan diskusi yang berlangsung selama satu jam , diskusi ini berlangsung dengan tertib dan terarah. Pada saat diskusi peserta berperan aktif bertanya terkait dengan permasalahan yang mereka hadapi di usaha mereka masingmasing. Setelah kegiatan pelatihan diselesaikan peserta didampingi untuk menyusun laporan pertanggungjawaban pengurus dan pengawas koperasi sesuai dengan kondisi dari masing-masing koperasi tersebut , kegiatan ini berlangsung selama empat hari. Peserta dengan tekun dan antusias menyusun laporan tersebut dan langsung menanyakan apabila ada yang hal-hal yang belum mereka pahami. Setelah dilakukan pelatihan dan pendampingan penyusunan laporan pertanggungjawaban pengurus dan pengawas koperasi dilanjutkan dengan evaluasi terhadap laporan pertanggungjawaban pengurus dan 241 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN MASYARAKAT I, TAHUN 2016 pengawas koperasi yang telah disusun oleh Koperasi yang diberikan pelatihan dan pendampingan. Evaluasi ini dilakukan dengan menilai kemampuan pengurus dalam menyusun laporan pertanggungjawaban pengurus dan menilai kemampuan pengawas dalam menyusun laporan pertanggungjawaban pengawas koperasi. Sedangkan kebermanfaatan kegiatan dinilai dari sikap pengurus dan pengawas koperasi terhadap kegiatan pelatihan dan pendampingan yang telah dilakukan. Skor penilaian yang dicapai Pengurus koperasi yang mengikuti pelatihan dan pendampingan sebesar 86.52% yang dapat diartikan bahwa pengurus koperasi yang mengikuti pelatihan dan pendampingan sudah mampu menyusu laporan pertanggungjawaban pengurus dengan kreteria baik. Skor penilaian yang dicapai Pengawas koperasi yang mengikuti pelatihan dan pendampingan sebesar 88.72% yang dapat diartikan bahwa pengawas koperasi yang mengikuti pelatihan dan pendampingan sudah mampu menyusun laporan pertanggungjawaban pengawas dengan kreteria baik. Evaluasi kebermanfaatan kegiatan ini dilihat dari sikap pengurus atau pegawai koperasi terhadap kegiatan yang telah dilakukan. Ada empat aspek yang diamati dalam proses pelatihan dan pendampingan kegiatan ini antara lain aspek partisipasi, aspek motivasi, aspek kerjasama, aspek inisiatif. dapat dikategorikan rata-rata sikap pengurus dan pengawas koperasi dapat menerima kegiatan ini dengan baik. Koperasi bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya dengan adanya pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) kepada para anggotanya yang berbeda dengan badan usaha lainnya bertujuan untuk memperoleh keuntungan sebesarbesarnya. Untuk dapat mensejahterakan anggotanya koperasi harus memiliki kinerja yang memadai. Kinerja atau kemajuan suatu koperasi dapat dillihat dari laporan pertanggungjawaban yang dibuat oleh pengurus dan pengawas koperasi. Laporan pertanggungjawaban pengurus dan pengawas koperasi tersebut juga sebagai syarat dalam menyelenggarakan Rapat Anggota Tahunan (RAT). Berdasarkan Undang-undang No.17 tahun 2012 Pasal 37 dijelaskan bahwa isi Laporan pertanggunngjawaban tahunan antara lain (1) laporan mengenai keadaan dan jalannya koperasi serta hasil yang telah dicapai; (2) rincian masalah yang timbul selama tahun buku yang mempemngaruhi kegiatan koperasi; (3) laporan keuangan yang sekurangkurangnya terdiri dari Neraca akhir dan perhitungan hasil usaha tahun buku yang bersangkutan serta penjelasan atas dokumen tersebut; (4) laporan pengawas; (5) nama pengawas dan pengurus; (6) besar imbalan bagi pengawas serta gaji dan tunjangan bagi pengurus. Selanjutnya disebutkan bahwa laporan keuangan koperasi yang sekurang-kurangnya terdiri dari neraca akhir dan perhitungan hasil 242 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN MASYARAKAT I, TAHUN 2016 usaha tahun buku yang bersangkutan serta penjelasan atas dokumen tersebut, dimana laporan keuangan dibuat berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku. Standar akuntansi keuangan yang berlaku untuk koperasi adalah SAK ETAP. Di mana dalam SAK ETAP laporan keuangan yang diwajiban adalah Neraca, Laporan Laba Rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas; dan catatan atas laporan keuangan. Laporan pertanggungjawaban pengawas adalah laporan yang dibuat oleh pengawas atas pelaksanaan pengawasan yang telah dilakukannya. Laporan pertanggungjawaban pengawas memuat informasi mengenai : (1) bidang organisasi yang meliputi (a).keanggotaan; (b). Kepengurusan; (c). Administrasi; (2) kegiatan pengawasan; (3) Hasil Pemeriksaan yang bidang keanggotaan, Kekayaan anggota, bidang administrasi; (4) Bidang Usaha; (5) Bidang keuangan yang meliputi struktur modal, perbandingan rencana dan realisasi program kerja; (6) Analisis Laporan Keuangan yang meliputi, analisis likuiditas / Current Ratio,. Analisis solvabilitas, analisis rentabilitas modal sendiri; dan (7) Kesimpulan Dan Saran. Melalui pelatihan dan pendampingan ini pengurus dan pengawas koperasi yang berada di daerah Buleleng diberikan cara untuk menyusun laporan pertanggungjawaban pengurus dan pengawas koperasi yang terdiri dari rencana kerja dan Rencana Anggaran dan Belanja (RAPB) Koperasi Tahun buku 2015 dan penyusunan laporan pertanggungjawaban pengurus dan pengawas koperasi. Kegiatan dalam pelatihan dan pendampingan penyusunan laporan pertanggungawaban pengurus meliputi penyusunan laporan mengenai keadaan dan jalannya koperasi serta hasil yang telah dicapai, membuat rincian masalah yang timbul selama tahun buku yang mempemngaruhi kegiatan koperasi, menyusun laporan keuangan terdiri dari neraca akhir, dan membuat penjelasan atas dokumen tersebut. Kegiatan dalam pelatihan dan pendampingan penyusunan laporan pertanggungjawaban pengawas terdiri dari pelatihan penyusunan bidang organisasi yang meliputi keanggotaan dan pengurus koperasi, penyusunan kegiatan pengawasan, peyusunan hasil pemeriksaan, penganalisaan dan penyusunan bidang keuangan yang meliputi struktur modal, perbandingan rencana dan realisasi program kerja, serta penganalisaan laporan keuangan yang meliputi, analisis likuiditas / Current Ratio, analisis solvabilitas, dan analisis rentabilitas. Dari evaluasi yang dilakukan dengan menilai kemampuan pengurus dalam penyusunan laporan pertanggungjawaban pengurus koperasi dan kemampuan pengawas dalam menyusun laporan pengawas diperoleh skor penilaian sebagai berikut. Skor penilaian yang dicapai pengurus koperasi adalah 86.52% yang dapat diartikan bahwa pengurus koperasi sudah mampu menyusun laporan pertanggungjawaban pengurus 243 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN MASYARAKAT I, TAHUN 2016 koperasi. Skor penilaian yang diperoleh pengawas koperasi sebesar 88.72% yang dapat diartikan bahwa pengawas koperasi sudah mampu menyusun laporan pertanggungjawaban pengawas. Evaluasi kebermanfaatan kegiatan ini juga dilihat dari sikap pengurus dan pengawas koperasi terhadap kegiatan yang telah dilakukan. Ada empat aspek yang diamati dalam proses pelatihan dan pendampingan kegiatan ini antara lain aspek partisipasi, aspek motivasi, aspek kerjasama, dan aspek inisiatif. Dari aspek partisipasi pengurus dan pengawas koperasi yang mengikuti pelatihan dan pendampiangan berpartisipasi aktif dalam kegiatan pelatihan dan pendampingan yang dilakukan. Partisipasi aktif tersebut terlihat dari antusiasme dan berbagai pertanyaan yang peserta tanyakan apabila mereka menemui kesulitan dalam mennyusun laporan pertanggungjawaban. Dari aspek motivasi dapat dilihat setiap pelatihan dan pendampingan yang dilaksanakan peserta selalu bersemangat mengikuti pelatihan dan pendampingan yang diberikan. Dari aspek kerjasama dapat terlihat dari waktu dan kesempatan yang mereka luangkan untuk kegiatan pelatihan dan pendampingan ini. Dan dari aspek inisiatif dapat dilihat peran aktif peserta pengurus dan pengawas koperasi dengan selalu berkoordinasi dan menanyakan jadual kegiatan pendampingan yang akan dilakukan berikutnya. Dari sikap pengurus dan pengawas koperasi ini dapat disimpulkan bahwa kegiatan pengabdian ini dapat bermanfaat bagi pengurus dan pengawas koperasi di Kecamatan Buleleng. Penutup dan pengawas koperasi tersebut dilihat melalui aspek partisipasi, aspek motivasi, aspek kerjasama, dan aspek inisiatif. Berdasarkan hasil kegiatan pelatihan dan pendampingan ini dapat disarankan agar pengurus dan pengawas koperasi menyusun laporan pertangungjawaban pengurus dan pengawas koperasi rutin setiap tahun sehingga sehingga dapat melaksanakan Rapat Anggota Tahuhnan yang dipersyaratkan dalam Undang-undang koperasi. DAFTAR PUSTAKA Ikatan Akuntan Indonesia. (2009). Standar Akuntansi Keuangan Entitas Dari hasil dan pembahasan kegiatan pelatihan dan pendampingan penyusunan laporan pertanggungjawaban pengurus dan pengawas koperasi pada koperasi di Kecamatan Buleleng dapat disimpulkan bahwa pengurus dan pengawas koperasi sudah mampu menyusun laporan pertangungjawaban pengurus dan pengawas koperasi dengan kreteria baik, dengan skor rata-rata 86.52% dan 88.72%. Kegiatan pelatihan dan pendampingan ini dapat dikategorikan bermanfaat bagi pengurus dan pengawas koperasi dilihat dari sikap pengurus dan pengawas koperasi terhadap kegiatan yang telah dilakukan. Sikap pengurus 244 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN MASYARAKAT I, TAHUN 2016 Tanpa Akuntabilitas Publik. Dewan Standar Akuntansi Keuangan Jakarta Undang-undang No. 25 Tahun 1992. Tentang Koperasi Ikatan Akuntan Indonesia. (2002). Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta : Salemba Empat Undang-undang N0.17 tahun 2012. Tentang Koperasi 246 SENADIMAS, TAHUN 2016 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS LOKAL GENIUS UNTUK MEMBANGUN KARAKTER BANGSA BAGI GURU-GURU SEKOLAH MENANGAH ATAS NEGERI 1 KINTAMANI I Nengah Suastika Universitas Pendidikan Ganesha [email protected] Abstract School development efforts in line with the character of Indonesian human development of competitive and personality obligatory in Pancasila is a bargain that can not be bargained again. Moreover, with the implementation of the curriculum in 2013 that made the characters as the main domain in the process pembelajara should diaktulisasikan through Core Competence religious attitudes and social attitudes. One high school began to realize the character education in the context of learning is SMP Negeri 1 Kintamani. Methodologically training and mentoring using three methods, namely training, supervision and showcase class. After being given the training and pendampinga by expert teams of Undiksha Singaraja, teachers of SMP Negeri 1 Kintamani have sufficient capacity to implement learning model based character corresponding curriculum wisdom 2013. This can be seen from the results of the training and mentoring implement learning model based on local wisdom corresponding character curriculum, 2013. There are several benefits gained by teachers, namely (1) they get a clear and complete information regarding the naturebased learning model curriculum Sesua local genius, 2013, and (2) the teachers obtain a clear picture of how and strategy development and packaging appropriate curriculum learning device 2013. She also admits there have been increasing their knowledge and skills in understanding the curriculum in 2013. Keywords: school character, local genius Abstrak Pengembangan sekolah berkarakter sejalan dengan upaya pembangunan manusia Indonesia yang berdaya saing dan berkepribadian Pancasila merupakan sebuah kaharusan yang tidak bisa di tawar-tawar lagi. Terlebih dengan pemberlakuan kurikum 2013 yang menjadikan karakter sebagai domain utama dalam proses pembelajara yang harus diaktulisasikan melalui Kompetensi Inti sikap religius dan sikap sosial. Salah satu SMA yang mulai merealisasikan pendidikan karakter dalam konteks pembelajaran adalah SMP Negeri 1 Kintamani. Secara metodologis pelatihan dan pendampingan ini menggunakan tiga metode, yaitu diklat, supervise kelas dan showcase. Setelah diberikan pelatihan dan pendampinga oleh tim pakar dari Undiksha Singaraja, guru-guru SMP Negeri 1 Kintamani memiliki kemampuan yang memadai melaksanakan model pembelajaran karakter berbasis kearifan sesuai kurikulum 2013. Hal ini dapat diketahui dari hasil pelatihan dan pendampingan melaksanakan model pembelajaran karakter berbasis kearifan lokal sesuai kurikulum 2013. Ada beberapa manfaat yang diperoleh oleh guru, yaitu (1) mereka mendapatkan informasi yang jelas dan utuh mengenai hakekat model pembelajaran berbasis local genius sesua kurikulum 2013, dan (2) para guru memperoleh gambaran yang jelas bagaimana cara dan strategi pengembangan dan pengemasan perangkat pembelajaran sesuai kurikulum 2013. Guru juga mengakui telah terjadi peningkatan wawasan dan keterampilan mereka dalam memahami kurikulum tahun 2013. Kata Kunci: sekolah berkarakter, lokal genius 247 SENADIMAS, TAHUN 2016 1. Pendahuluan yang dilakukan untuk mewujudkan visi dan misi yang telah ditetapkan adalah dengan meningkatkan kualifikasi akademik tenaga pengajarnya yang sebelumnya masih berkualifikasi diploma dan sarjana untuk melanjutkan kejenjang sarjana dan magister. Selain itu, sekolah juga mengirim tenaga pengajarnya untuk mengikuti berbagai pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan guru dalam melangsungkan proses pembelajaran. Setangkup dengan usaha tersebut adalah dengan mengikutkan siswa dalam berbagai ajang perlombaan, baik yang bersifat akademik mapun non akademik. Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Kintamani merupakan salah satu sekolah yang terletak di Desa Bayung Gede. Visi SMA Negeri 1 Kintamani adalah “mewujudkan sekolah yang aman, nyaman, cerdas dan berkarakter berlandasakan nilainilai budaya Bali”. Sedangkan misi SMA Negeri 1 Kintamani adalah (1) mendidik siswa untuk memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap hingga menjadi lulusan yang memiliki kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, beriman dan berahlak mulia melalui proses PAIKEM; (2) meningkatkan peran serta warga sekolah dalam berprilaku hidup bersih, sehat dan peduli lingkungan sekolah secara mandiri dan bersama-sama agar menjadi budaya sekolah, (3) menciptakan sekolah berbudaya lingkungan, kondusif dan memadai sebagai tempat proses pendidikan yang menyenangkan, (4) menciptakan suasana kerja yang harmonis, berdasarkan 10 indikator budaya sekolah, yaitu: (i) kedisiplinan, (ii) partisipasi dan tanggung jawab, (iii) kebersamaan dan kekeluargaan, (iv) kejujuran yang tinggi, (v) semangat hidup, (vi) semangat belajar, (vii) menyadari kelemahan diri sendiri dan mengakui kelebihan orang lain, (viii) menghargai orang lain, (ix) mewujudkan persatuan, dan (x) berpandangan positif, (5) membina dan mengembangkan potensi peserta didik, guru, dan karyawan agar menjadi sumber daya manusia yang handal, (6) meningkatkan pelayanan yang optimal dan menyenangkan bagi siswa, insan pendidik dan masyarakat, serta (7) mengembangkan sikap dan perilaku religius. Berdasarkan pada studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 16 dan 17 Juni 2014, disampaikan bahwa SMA 1 Kintamani memiliki visi dan misi yang strategis untuk membangun sekolah berkarakter, mengingat berbagai persoalan demoralisasi pernah terjadi di SMP 1 Kintamani ini. Kasus perkelahian pelajar yang terjadi pada tahun 2011 yang melibatkan puluhan siswa, kasus siswa yang berhenti sekolah karena hamil dan “pemalakan” yang dilakukan pelajar yang memiliki power merupakan persoalan yang sangat urgen. Persoalan implementasi karakter dalam kehidupan sekolah juga kurang tampak karena program sekolah yang belum bersesuaian, belum ada pedoman standar prilaku civitas akademika, belum ada pedoman standar pengelolaan lingkungan sekolah dan belum dimilikinya kemampuan dan keterampilan dalam mengemas dan mengimplementasikan model-model pembelajaran berbasis lokal genius. Para guru mengakui memiliki motivasi yang kuat dalam mewujudkan sekolah yang berkarakter dan berdaya saing, terlebih lebel SMP 1 Kintamani yang pernah memiliki nama bersar merupakan tanngungjawab yang cukup berat. Untuk itu, kepala sekolah, guru dan komite sekolah telah melakukan upaya strategis dengan merumuskan visi dan misi yang Pengembangan visi dan misi ini didasarkan pada konsisi sosial budaya masyarakat Kintamani yang multikultural, namum memiliki nilai-nilai budaya Bali yang kuat. Untuk mewujudkan visi dan misi sebagaimana digambarkan di atas SMA Negeri 1 Kintamani mengembangkan berbagai upaya. Salah satu upaya strategis 248 SENADIMAS, TAHUN 2016 sejalan dengan pembangunan dan pengembangan sekolah berkarakter. Berdasarkan pada analisis konseptual dan kondisi empirik di atas, urgensi masalah pengembangan sekolah berkarakter pada SMP 1 Kintamani adalah berkaitan dengan melatih dan membuadayakan prilaku berkarakter warga sekolah, diantaranya adalah: (1) perlu adanya pedoman standar prilaku budaya sekolah yang menujukkan budaya berkarakter, baik standar prilaku bagi guru, pegawai, bagi siswa dan civitas sekolah lainnya, (2) perlu adanya pedoman standar baku bagi civitas akademika sekolah dalam memelihara dan menjaga lingkungan sekolah, (3) peningkatan kemampuan dan keterampilan guru dalam mengembangkan perangkat pembelajaran yang berbasis karakter, (4) peningkatan wawasan dan keterampilan guru dalam mengimplementasikan model-model pembelajaran berbasis lokal genius yang sejalan dengan nilai-nilai karakter masyarakat setempat, (5) peningkatan kemampuan dan keterampilan guru dalam mengembangankan model evaluasi yang berbasis nilai-nilai karkter yang mampu mengevaluasi pengetahuan, sikap dan keterampilan moral siswa, dan (6) pengembangan program-program sekolah yang mampu mendukungan secara langsung pengembangan karakter siswa melalui pelatihan, pembiasaan dan pembudayaan pada lingkungan sekolah. pembelajaran karakter berbasis lokal genius, perangkat pembelajaran karakter berbasis lokal genius dan mode evaluasi pendidikan karakter berbasis lokal genius. Pada proses pendidikan dan latihan ini tim P2M akan bekerja sama dengan pakar pendidikan karakter Undiksha Singaraja dan pengawas sekolah. Pakar pendidikan karakter dan pengawas sekolah ini akan memberikan paket materi kepada para guru tentang implementasi Kurikulum 2013, perangkat pembelajaran karakter berbasis lokal genius, model evaluasi karakter berbasis lokal genius dan model pembelajaran karakter berbasis lokal genius. Pada proses ini akan di libatkan sebanyak 30 orang guru yang akan dijadikan satu kelas. Kelas diberi diklat selama 20 jam (dua hari kegiatan) oleh tim ahli dan pengawas dan diberi sertifikat. Materi yang didiklatkan adalah: Kurikulum 2013 (selama 4 jam), Pendidikan Karakter (selama 2 jam), Workshop Pembelajaran lokal genius (8 jam), Workshop Penilaian pembelajaran (2 jam), Workshop Perencanaan Pembelajaran dengan model pembelajaran karakter berbasis lokal genius (3 jam), dan Evaluasi/Refleksi Pengalaman Belajar (1 jam). Pada fase kedua, guru-guru mengimplementasikan model pembelajaran karakter berbasis lokal genius di kelas masing-masing (cukup 1 kelas sebagai fase uji coba). Pada saat implementasi inilah kegiatan supervisi dan pembinaan dilakukan oleh tim P2M bekerja sama dengan para pengawas yang dilibatkan dalam kerja sama. Pembinaan juga dilakukan oleh kepala sekolah secara internal. Pendekatan supervisi yang digunakan adalah superviri klinis. Proses perbaikan akan dilakukan secara langsung pada saat akhir pembelajaran silaksanakan, sehingga masukan dan perbaikan yang diberikan dapat bermanfaat bagi guru-guru yang melakukan praktik pembelajaran dengan model pembelajaran karakter berbasis lokal genius. 2. Metode Pelaksanaan Kegiatan Pelaksanaan P2M ini akan dilakukan dengan tiga metode secara sinergis, yaitu: metode diklat, supervisi di kelas, dan metode showcase. Tiga metode ini juga sudah digunakan oleh CCE, CICED, dan CCEI dalam pembinaan kepada guru-guru dan dinilai sangat efektif dalam menumbungkan dan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan para guru. Pada fase pertama, metode diklat akan digunakan untuk meningkatkan pengetahuan guru-guru SMA Negeri 1 Kintamani berkaitan dengan hakekat pendidikan karakter bangsa, model Pada fase ketiga, guru dengan sepengetahuan dan seijin kepala sekolah 249 SENADIMAS, TAHUN 2016 diminta melakukan kegiatan showcase hasil belajar siswanya. Pada kegiatan ini dilakukan penyajian / presentasi portofolio oleh siswa (masing-masing mata pelajaran dan sekolah diwakili oleh 1 kelas). Showcase akan dilakukan di SMA Negeri 1 Kintamani. Di akhir showcase guru-guru dan kepala sekolah diminta untuk melanjutkan implementasi model pembelajaran karakter berbasis lokal genius di sekolah dan di kelas masing-masing dengan tetap memperoleh pembinaan dari tim P2M, Pengawas, dan kepala sekolah secara internal. 3. Hasil dan Pembahasan Pelaksanaan pelatihan dan pendampingan pengembangan perangkat pembelajaran dan implementasi modelmodel pembelajaran karakter sesuai kurikulum 2013 dimulai dari pemberian materi mengenai: (1) rasional kurikulum 2013, (2) elemen perubahan kurikulum 2013, (3) pendekatan dan model evaluasi dalam kurikulum 2013, (4) pengembangan dan pengemasan perangkat pembelajaran sesuai kurikulum 2013, dan (5) modelmodel pembelajaran berbasis kearifan local dalam imlementasi pendidikan karakter sesuai kurikulum 2013. Rasional kurikulum 2013 adalah tantangan yang bersifat internal dan tantangan yang bersifat eksternal yang akan dihadapi bangsa Indonesia di masa mendatang. Tantangan internal, dilihat dari angka pertumbuhan penduduk Indonesia yang akan mencapai puncaknya pada angka penduduk produktif di tahun 2045, sehingga mesti dipersiapkan dari saat ini. Tantangan berikutnya secara internal adalah masalah semakin menurunnya moralitas masyarakat yang ditunjukkan dengan berbagai pristiwa dan penyimpangan terhadap nilai-nilai Pancancasil. Kondisi ini perlu direspon dengan menyesuaikan kurikulum agar siap menghadapi tantangan di masa yang akan datang. Keberhasilan program P2M ini ditentukan oleh tingkat pemahaman, sikap positif, dan keterampilan profesional guruguru dan kepala sekolah terhadap model pembelajaran karakter berbasis lokal genius. Di samping itu perlu dilihat output penerapan model pembelajaran ini sebagai wahana pendidikan karakter bangsa terhadap hasil belajar siswa dalam pembelajaran di tingkat SMP secara terintegrasi dalam ranah-ranah: pemahaman konseptual, kemampuan pemecahan masalah, peningkatan rasa percaya diri, kepekaan dan komitmen terhadap lingkungan; orientasi nilai dan sikap sosial religius, serta beberapa keterampilan sosial siswa, seperti: keterampilan berkomunikasi, presentasi, kerja sama, sharing tanggung jawab kepemimpinan, kemampuan mendistribusi tugas, dan mengatasi konflik. Untuk menilai keberhasilan program tersebut akan dievaluasi dengan pendekatan formatif dan sumatif (Popham, 1974). Evaluasi formatif adalah penilaian terhadap program selama kegiatan program berlangsung. Jadi bersifat penilaian proses. Sedangkan evaluasi sumatif adalah penilaian yang dilakukan pada fase akhir program. Jadi bersifat penilaian output atau produk. Kegiatan evaluasi proses akan berfokus pada efektivitas kegiatan diklat, kegiatan supervisi dan pembinaan, dan kegiatan showcase. Sedangkan evaluasi output akan berfokus pada hasil belajar siswa. Secara prinsip perubahan kurikulum 2013 terletak pada: (1) kompetensi lulusan, yaitu adanya upaya peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan, (2) kedudukan mata pelajaran yang semula diturunkan dari mata pelajaran berubah menjadi mata pelajaran dikembangkan dari kompetensi, (3) pendekatan, yaitu untuk SD tematik terpadu dalam semua mata pelajaran, SMP mata pelajaran, SMA mata pelajaran dan SMK vokasional, (4) struktur kurikulum (mata pelajaran dan alokasi waktu (isi), untuk SD bersifat holistik berbasis sains (alam, sosial, dan budaya), untuk SMP TIK menjadi 250 SENADIMAS, TAHUN 2016 media semua mata pelajaran, pengembangan diri terintegrasi pada setiap matapelajaran dan ekstrakurikuler, untuk SMA ada matapelajaran wajib dan ada mata pelajaran pilihan, untuk SMK terjadi penambahan jenis keahlian berdasarkan spektrum kebutuhan (6 program keahlian, 40 bidang keahlian, 121 kompetensi keahlian), (5) proses pembelajaran, yaitu standar proses yang semula terfokus pada Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi dilengkapi dengan Mengamati, Menanya, Mengolah, Menyajikan, Menyimpulkan, dan Mencipta, belajar tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga di lingkungan sekolah dan masyarakat, guru bukan satusatunya sumber belajar, sikap tidak diajarkan secara verbal, tetapi melalui contoh dan teladan, (6) penilaian hasil belajar menggunakan penilaian berbasis kompetensi, pergeseran dari penilain melalui tes (mengukur kompetensi pengetahuan berdasarkan hasil saja), menuju penilaian otentik [mengukur semua kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil], memperkuat PAP (Penilaian Acuan Patokan) yaitu pencapaian hasil belajar didasarkan pada posisi skor yang diperolehnya terhadap skor ideal (maksimal), penilaian tidak hanya pada level KD, tetapi juga kompetensi inti dan SKL, dan mendorong pemanfaatan portofolio yang dibuat siswa sebagai instrumen utama penilaian, dan (7) ekstrakurikuler yaitu adanta ekstra wajib dan pilihan (Badan Pengembangan SDM dan Penjamin Mutu Pendidikan, 2013). kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab dapat tercapai melalui pencapaian empat kompetensi inti. Kompetensi Inti merupakan terjemahan atau operasionalisasi Standar Kompetensi Lulusan dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki oleh peserta didik yang telah menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu atau jenjang pendidikan tertentu, gambaran mengenai kompetensi utama yang dikelompokkan ke dalam aspek sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. Kompetensi Inti harus menggambarkan kualitas yang seimbang antara pencapaian hard skills dan soft skills. Kompetensi Inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasi (organising element) kompetensi dasar. Sebagai unsur pengorganisasi, Kompetensi Inti merupakan pengikat untuk organisasi vertikal dan organisasi horizontal Kompetensi Dasar. Organisasi vertikal Kompetensi Dasar adalah keterkaitan antara konten Kompetensi Dasar satu kelas atau jenjang pendidikan ke kelas/jenjang di atasnya sehingga memenuhi prinsip belajar yaitu terjadi suatu akumulasi yang berkesinambungan antara konten yang dipelajari peserta didik. Kompetensi Inti dirancang dalam empat kelompok yang saling terkait, yaitu: (1) sikap spiritual yang mencakup beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (2) sikap sosial yang mencakup berakhlak mulia, sehat, mandiri, dan demokratis, (3) berilmua, dan (4) yang mencakup kecakapan dan keterampilan. Dengan diterapkannya kurikulum 2013, maka setiap sekolah mesti mampu merancang dan menggunakan perangkat pembelajaran. Sementara menurut Standar Nasional Pendidikan (2013: 3) pencapaian tujuan pendidikan nasional sebagaimana diamanatkan UU No. 20 Tahun 2003 yaitu Berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, Proses pembelajaran terdiri atas lima pengalaman belajar pokok yaitu: (1) mengamati; (2) menanya; (3) mengumpulkan informasi; (4) mengasosiasi; dan (5) mengkomunikasikan. Tahap pertama dalam pembelajaran menurut standar proses yaitu perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan kegiatan 251 SENADIMAS, TAHUN 2016 penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Rencana pelaksanaan pembelajaran adalah rencana pembelajaran yang dikembangkan secara rinci dari suatu materi pokok atau tema tertentu yang mengacu pada silabus. RPP mencakup: (1) data sekolah, matapelajaran, dan kelas/semester; (2) materi pokok; (3) alokasi waktu; (4) tujuan pembelajaran, KD dan indikator pencapaian kompetensi; (5) materi pembelajaran; metode pembelajaran; (6) media, alat dan sumber belajar; (6) langkah-langkah kegiatan pembelajaran; dan (7) penilaian. Setiap guru di setiap satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP untuk kelas di mana guru tersebut mengajar (guru kelas) di SD dan untuk guru matapelajaran yang diampunya untuk guru SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK. Pengembangan RPP dapat dilakukan pada setiap awal semester atau awal tahun pelajaran, dengan maksud agar RPP telah tersedia terlebih dahulu dalam setiap awal pelaksanaan pembelajaran. Pengembangan RPP dapat dilakukan secara mandiri atau secara berkelompok. Pengembangan RPP yang dilakukan oleh guru secara mandiri dan/atau secara bersama-sama melalui musyawarah guru MATA pelajaran (MGMP) di dalam suatu sekolah tertentu difasilitasi dan disupervisi kepala sekolah atau guru senior yang ditunjuk oleh kepala sekolah. Pengembangan RPP yang dilakukan oleh guru secara berkelompok melalui MGMP antarsekolah atau antarwilayah dikoordinasikan dan disupervisi oleh pengawas atau dinas pendidikan. implementasi inilah kegiatan supervisi dan pembinaan dilakukan oleh tim pakar pendidikan karakter bekerja sama dengan ahli kurikulum yang dilibatkan dalam kerja sama. Pembinaan juga dilakukan oleh kepala sekolah secara internal untuk memperkuat program yang dikembangkan. Pendekatan supervisi yang digunakan adalah superviri klinis. Supervisi klinis dalam proses ini dimaksudkan untuk membimbing guru melalui tatap muka secara kolegial, yang dipusatkan pada “tampilan guru” dalam melangsungkan proses pembelajaran sehingga sesegera mungkin dapat dilakukan perbaikan dan pengembangan. Secara sirkuler supervisi klinis diawali dengan proses perencanaan, observasis pelaksanaan pembelajaran di kelas dan diakhiri dengan refleksi. Proses perbaikan akan dilakukan secara langsung pada saat akhir pembelajaran dilaksanakan, sehingga masukan dan perbaikan yang diberikan dapat bermanfaat bagi guru-guru yang melakukan praktik pembelajaran dengan model pembelajaran karakter berbasis lokal genius sebagai wahana pendidikan karakter bangsa. Pada fase ketiga, guru dengan sepengetahuan dan seijin kepala sekolah diminta melakukan kegiatan showcase keberhasilan program dan hasil belajar siswa yang dijadikan sebagai subjek kegiatan. Pada kegiatan ini akan dilakukan penyajian/presentasi portofolio oleh siswa (masing-masing mata pelajaran yang diwakili oleh 1 kelas). Pada saat showcase ini para pejabat pemerintahan terkait di tingkat kecmatan akan diundang untuk menjadi tim penilai. Showcase akan dilakukan di SMP 1 Kintamani di mana kegiatan pengabdian masyarakat ini dilaksanakan. Di akhir showcase kepala sekolah, guru-guru dan seluruh civitas akademika diminta untuk melanjutkan implementasi model pembelajaran karakter berbasis lokal genius ini sebagai wahana pendidikan karakter dan budaya bangsa di sekolah dan di kelas masing-masing dengan tetap memperoleh pembinaan dari tim Pada fase kedua kegiatan P2M pengembangan sekolah berkarakter berbasis lokal genius ini akan menggunakan metode pendampingan dan supervisi kelas. Guru-guru dengan ijin dari kepala sekolah mengimplementasikan perangkat pembelajaran, model evaluasi dan model pembelajaran karakter berbasis lokal genius di kelas masing-masing (cukup 3 kelas sebagai fase uji coba). Pada saat 252 SENADIMAS, TAHUN 2016 P2M, dan kepala sekolah secara internal. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menjamin keberlanjutan program pengembangan sekolah berkarakter di SMP 1 Kitamani sebagaimana visi dan misi sekolah. Keberhasilan program P2M ini ditentukan oleh tingkat pemahaman, sikap positif, dan keterampilan seluruh civitas akademika dalam mengimplementasikan prilaku berkarakter, pengelolaan dan pemeliharaan lingkungan sekolah, program sekolah berkarakter dan keterampilan profesional guru-guru dalam mengimplementasikan model pembelajaran karakter berbasis lokal genius sebagai wahana pendidikan karakter bangsa. Di samping itu perlu dilihat output penerapan model pembelajaran ini sebagai wahana pendidikan karakter bangsa terhadap hasil belajar siswa dalam pembelajaran di tingkat SMP secara terintegrasi dalam ranah-ranah: pemahaman konseptual, kemampuan pemecahan masalah, peningkatan rasa percaya diri, kepekaan dan komitmen terhadap lingkungan; orientasi nilai dan sikap sosial religius, serta beberapa keterampilan sosial siswa, seperti: keterampilan berkomunikasi, presentasi, kerja sama, sharing tanggung jawab kepemimpinan, kemampuan mendistribusi tugas, dan mengatasi konflik. Untuk menilai keberhasilan program tersebut akan dievaluasi melalui metode observasi, wawancara dan tes sumatif Tayibnapis (2000). Evaluasi melalui observasi dilakukan untuk melihat secara langsung proses keberhasilan program dilihat dari aktivitas sekolah, lingkungan sekolah, budaya akademik sekolah, proses pembelajaran dan pola pelatihan, pembiasaan serta pembudayaan nilai-nilai karakter dalam proses pembelajaran. Wawancara dilakukan untuk memformulasi pandangan kepala sekolah, pandangan guru-guru, pendapat siswa dan sivitas akademika SMP 1 Kintamani lainnya berkaitan dengan pedoman standar prilaku berkarakter, pedoman pegelolaan dan pemeliharaan lingkungan sekolah, program sekolah berkarakter, pengembangan perangkat pembelajaran karakter berbasis lokal genius dan implementasi model-model pembelajaran karakter berbasis lokal genius. Wawancara dan observasi terhadap program ini dilakukan selama kegiatan berlangsung atau penilaian proses. Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan untuk menilai keberhasilan program melalui persentasi oleh guru dan persentasi hasil belajar siswa oleh siswa yang dijadikan subjek kegiatan ini. Penilaian sumatif ini dilakukan pada fase akhir program atau penilaian output/produk kegiatan. Kegiatan evaluasi proses akan berfokus pada efektivitas kegiatan diklat, kegiatan pendampingan/supervisi dan pembinaan, dan kegiatan showcase. Sedangkan evaluasi output akan berfokus pada capaian program dan hasil belajar siswa 4. Kesimpulan Sebelum dilakukan pelatihan dan pendampingan pengembangan sekolah berkarakter dan implementasi model-model pembelajaran berbasis lokal genius sesuai dengan kurikulum 2013 pada guru SMA Negeri 1 Kintamani hampir semua guru belum memiliki kemampuan dalam mengembangkan dan mengemas rencana pelaksanaan pembelajaran yang mampu meimplementasikan nilai-nilai karakter sesuai dengan kurikulum tahun 2013, sebagain besar guru belum memiliki keterampilan yang memadai dalam menterjemahkan pendidikan karakter bangsa melalui proses evaluasi pembelajaran yang dilangkan, belum tampak upaya strategis yang dilakukan oleh guru untuk mengembangkan nilai-nilai karakter, hal ini tampak dari hasil analisis terhadap rencana pelaksanaan pembelajaran yang dikembangkan oleh guru-guru SMP Negeri 1 Kintamani dan belum dimilikinya kemampuan mengembangkan model-model pembelajaran yang mampu mengimplementasikan proses pelatihan, pembiasaan dan pembudayaan nilai-nilai karakter dalam proses pembelajaran. 253 SENADIMAS, TAHUN 2016 Setelah diberikan pelatihan dan pendampingan oleh tim pakar dari Undiksha Singaraja, guru-guru SMA Negeri 1 Kintamani memiliki kemampuan yang memadai melaksanakan model pembelajaran karakter berbasis lokal genius sesuai kurikulum 2013. Hal ini dapat diketahui dari hasil pelatihan dan pendampingan melaksanakan model pembelajaran karakter berbasis lokal genius sesuai kurikulum 2013. Selain itu para guru mengaku tak takut dan was-was lagi bila mereka harus menerapkan kurikulum 2013 dengan internalisasi nilai-nilai karakternya karena telah mampu membuat perangkat pembelajaran dan imlementasinya dalam proses pembelajaran. Ada beberapa manfaat yang diperoleh oleh guru, yaitu (1) mereka mendapatkan informasi yang jelas dan utuh mengenai hakekat kurikulum 2013, karena selama ini mereka belum mengetahui secara pasti apa hakekat kurikulum 2013, dan (2) para guru memperoleh gambaran yang jelas bagaimana cara dan strategi pengembangan dan pengemasan perangkat pembelajaran sesuai kurikulum 2013. Guru juga mengakui telah terjadi peningkatan wawasan dan keterampilan mereka dalam memahami kurikulum tahun 2013 dan pengembangan serta pengemasan perangkat pembelajaran sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan kurikulum tahun 2013. Implementation in Bandung Municipality. Disertasi Doctor dari Macquary University. Tidak diterbitkan. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: BPP Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Materi Pelatihan Kurikulum 2013. Jakarta: Kemendiknas Lasmawan, W. (2010). Menelisik Pendidikan IPS dalam Perspektif Kontekstual-Empirik. Singaraja: Mediakom Indonesia Press Bali. MaLaughin. (1987). Implementing of ESEA Title I. New York: Columbia University. Miller, J. and Wayne S. (1985). Curriculum: Perspective and Practice. New York: Longman. Nana, S. (2005). Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek Tahun: Bandung: Rosdakarya Surapranata. (2006). Penilaian Portofolio. Implementasi Kurikulum 2004. Daftar Pustaka Budiningsih, A. (2004). Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Rineka Cipta Pemerintah Kabupaten Buleleng. (2012). Buleleng dalam Angka. Buleleng: Pemda Buleleng Djohar. (2003). Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi Sekolah Menengah Kejuruan. (Disertasi, tidak diterbitkan). Bandung: PPS UPI. Hasan. (1992). An Evaluation of the 1975 General Senior Secondary Social Studies Curriculum 254 SENADIMAS, TAHUN 2016 PELATIHAN DAN PENDAMPINGAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PADA GURU-GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KINTAMANI I Wayan Kertih, I Nengah Suastika dan I Wayan Budiarta [email protected] Abstract The program does is provide training and mentoring proposal classroom action research, advocacy and action research implementation of a research report class act. The approach taken in solving the problems faced by a group of primary school teachers in remote areas are the Kintamani district through a participatory approach, the method of training and mentoring. Training begins with giving material about the basic philosophy of the classroom action research, meaning research of class action, class action research purposes, how to formulate the problem of classroom action research, make a literature review of classroom action research, and develop classroom action research instrument. This process is done in the form of lectures and question and answer, to facilitate teachers of primary schools in remote areas Kintamani district in conveying the problems experienced in designing classroom action research. The second stage of training and mentoring the research proposal writing and reporting of this class action continue to provide training and assistance to make classroom action research proposal. The next stage is the implementation of community service followed by implementing the proposals that have been made. Implementation of classroom action research was conducted in two elementary schools in the district kintamani, ie in primary schools and primary schools Batur 1 1 Satra. Mentoring implementation of this classroom action research will be done with a model of clinical supervision, in which the process improvement and reflection carried koligeal and democratic among trainees with Undiksha expert team, so that various permaslahan experienced in the implementation of the action research can be solved quickly and on target. After being given the training and mentoring of all participants acknowledge acquire adequate knowledge and skills in understanding classroom action research, action research proposals, the implementation of classroom action research and report on classroom action research. Abstrak Program yang dilakukan adalah memberikan pelatihan dan pendampingan pembuatan proposal penelitian tindakan kelas, pendampingan pelaksanaan penelitian tindakan kelas dan pembuatan laporan penelitian tindakan kelas. Pendekatan yang dipakai dalam memecahkan persoalan yang dihadapi oleh kelompok guru sekolah dasar didaerah terpencil Kecamatan Kintamani ini adalah melalui pendekatan partisipatif, dengan metode pelatihan dan pendampingan. Pelatihan diawali dengan memberikan materi tentang dasar filosofi penelitian tindakan kelas, makna penelitian tindakan kelas, tujuan penelitian tindakan kelas, cara merumuskan masalah penelitian tindakan kelas, membuat kajian pustaka penelitian tindakan kelas, dan mengembangkan instrument penelitian tindakan kelas. Proses ini dilakukan dalam bentuk ceramah dan tanya jawab, untuk mempermudah guru-guru sekolah dasar daerah terpencil di Kecamatan Kintamani dalam menyampaikan masalah-masalah yang dialami dalam merancang penelitian tindakan kelas. Tahap kedua kegiatan pelatihan dan pendampingan penulisan proposal dan pelaporan penelitian tindakan kelas ini lanjutkan dengan memberikan pelatihan dan pendampingan membuat proposal penelitian tindakan kelas. Tahap berikutnya pelaksanaan pengabdian masyarakat ini dilanjutkan dengan mengimplementasikan proposal yang telah dibuat. Implementasi penelitian tindakan kelas ini dilakukan pada 2 sekolah dasar yang ada di Kecamatan kintamani, yaitu di sekolah dasar 1 Batur dan sekolah dasar 1 Satra. Pendampingan implementasi penelitian tindakan kelas ini akan dilakukan dengan model supervisi klinis, dimana proses perbaikan dan refleksi dilakukan secara koligeal dan demokratis antar peserta pelatihan dengan tim pakar Undiksha, sehingga berbagai permaslahan yang dialami dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas dapat dipecahkan dengan cepat dan sesuai sasaran. Setelah diberikan pelatihan dan pendampingan semua peserta mengakui memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang memadai dalam memahami penelitian tindakan kelas, proposal penelitian tindakan kelas, pelaksanaan penelitian tindakan kelas dan membuat laporan penelitian tindakan kelas. 255 SENADIMAS, TAHUN 2016 Kata Kunci: penelitian tindakan kelas 1. Pendahuluan Kabupaten Bangli terdiri dari empat kecamatan, yaitu Susut, Bangli, Tembuku dan Kintamani. Kecamatan Kintamani memiliki wilayah teritorial yang paling luas dengan kondisi daerah pegunungan. Kondisi ini meyebabkan sampai saat ini masyarakat Kintamani belum mendapatkan kesempatan memperoleh pendidikan secara maksimal sebagaimana layaknya daerah-daerah lainnya. Berdasarkan data yang ada di Biro Statistik Kabupaten Bangli, saat ini terdapat 214 sekolah dasar (SD) yang tersebar di 4 kecamatan, yaitu kecamatan Bangli, Susut, Tembuku, dan Kintamani (Bangli dalam Angka, 2013). Untuk Kecamatan Kintamani, jumlah SD yang ada adalah 68 buah yang tersebar di 58 desa. Sedangkan SLTP yang ada di Kintamani hanya berjumlah 7 sekolah untuk melayani 68 SD yang tersebar di seluruh wilayah Kecamatan Kintamani. Sedangkan jumlah guru yang mengajar di 68 sekolah dasar yang ada di Kecamatan Kintamani adalah sebanyak 487 orang guru, termasuk guru agama dan guru olahraga. Secara geografis Kecamatan Kintamani merupakan Kecamatan terluas dari empat kecamatan yang ada di Kabupaten Bangli. Kondisi daerah yang berbukit-bukit dan jarak yang berjauhan antara desa yang satu dengan desa lainnya, membuat daerah Kintamani mengalami angka putus sekolah yang paling tinggi di Kabupaten Bangli. Di sisi lain, dari 68 sekolah dasar yang tersebar di Kecamatan Kintamani hanya diajar oleh 487 orang guru, termasuk guru agama dan guru olahraga. Bahkan dibebarapa sekolah seperti di Sebaya, Songan dan Trunyan serta sekolah dasar lainnya yang ada di balik bukit, satu sekolah hanya memiliki 4 orang guru, termasuk kepala sekolah (Bangli dalam Angka, 2013). Terbatasnya tenaga pendidik untuk sekolah dasar ini diatasi dengan cara merekrut guru kontrak atau guru honorer untuk mengajar pada sekolah-sekolah yang kekurangan guru. Upaya ini, sampai saat ini terbukti mampu memperkecil kesenjangan kebutuhan tenaga pengajar sekolah dasar yang ada di Kecamatan Kintamani. Walapun berbagai upaya telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Bangli untuk meningkatkan kualitas pendidikan, khususnya pendidikan dasar di Kecamatan Kintamani, berbagai persoalan masih tetap terjadi. Secara faktual permasalahan prinsip yang dialami oleh para guru SD di Kecamatan Kintamani saat ini adalah berkaitan dengan peningkatan kualitas proses pembelajaran. Ini tidak terlapas dari adanya kemauan guru dalam meningkatkan kualitas proses pembelajan yang dialakukan, akan tetapi para guru kesulitan melakukannya, karena persoalan yang terjadi dikelas masing-masing sangat beragam dan bersifat spesifik. Kondisi ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Suastika, (2013: 143) yang menemukan sebagian besar guru sekolah dasar kesulitan menemukan cara untuk memperbaiki proses-proses pembelajaran yang dilakukan, karena kurangnya pemahaman tentang cara melakukan pengemasan langkahlangkah penelitian tindakan kelas. Lebih lanjut diuraikan, para guru sebenarnya sudah melakukan upaya-upaya reflektif untuk memperbaiki proses pembelajaran di kelasnya masing-masing sesuai dengan masalah yang terjadi, akan tetapi upaya reflektif ini tidak dikemas dengan sistematis, tidak didokumentasikan secara tertulis dan visual, tidak 256 SENADIMAS, TAHUN 2016 dilakukan dengan langkah-langkah siklus penelitian tindakan kelas dan tidak dibuatkan laporan yang mudah dijadikan pedoman dan panduan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran berikutnya serta tidak dijadikan karya ilmiah yang dapat dijadikan untuk memenuhi persyaratan kenaikan pangkat. Akibatnya upaya reflektif yang dilakukan tidak dapat dijadikan sebagai pedoman yang sistematis untuk memperbaiki langkah-langkah proses pembelajaran. Di sisi lain, berdasarkan peraturan yang baru yaitu peraturan bersama Mendiknas dan Kepala BKN Nomor 03/V/PB/2010 dan Nomor 14 Tahun 2010 tanggal 6 Mei 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 35 tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Aturan baru Angka Kredit bagi kenaikan Jabatan Guru ini, sudah berlaku efektif mulai tanggal 1 Januari 2013, dimana untuk kenaikan pangkat jabatan Fungsional Guru serendah-rendahnya Golongan III/b diwajibkan membuat Karya Inovatif berupa Penelitian, Karya Tulis Ilmiah, Alat Peraga, Modul, Buku, atau Karya Teknologi Pendidikan yang nilai angka kreditnya disesuaikan. Demikia juga untuk kenaikan golongan pada jenjang berikutnya diwajibkan untuk membuat Karya Inovatif berupa Penelitian, Karya Tulis Ilmiah, Alat Peraga, Modul, Buku, atau Karya Teknologi Pendidikan yang nilai angka kreditnya disesuaikan. Dengan demikian setiap guru yang akan memasuki golongan III/b dan golongan berikutnya harus memiliki penelitian (yang relevan adalah penelitian tindakan kelas) sebagai bukti telah dikuasainya keterampilan untuk melakukan perbaikan kualitas proses pembelajaran sesuai dengan masalah yang ada dikelasnya masingmasing. 2. Metode Pelaksanaan Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat dilaksanakan selama 6 (enam) bulan, dimulai dari 01 Mei sampai dengan 29 Nopember 2016. Tempat pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat ini dilaksanakan di SD 1 Batur Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli dengan kelompok sasaran kelompok Guru SD daerah terpencil di Kecamatan Kintamani. Berdasarkan masalah yang dihadapi oleh guru-guru SD di Kecamatan Kintamani, maka metode pelaksanaan program (IbM) bagi guru-guru sekolah dasar di wilayah Kecamatan Kintamani ini akan dilakukan dengan adaptasi dari siklus penelitian tindakan kelas. Pelaksanaan iptek bagi masyarakat ini akan dimululai dari: (1) menyepakati waktu dan tempat pelatihan dengan guru-guru sekolah dasar di wilayah Kecamatan Kintamani, (2) penyajian materi tentang hakekat dan dasar filosofis penelitian tindakan kelas, (3) pelatihan dan pendampingan penyusunan proposal penelitian tindakan kelas (merumuskan masalah PTK, membuat latar belakang, merumuskan masalah penelitian, merumuskan tujuan penelitian, manfaat penelitian, merumuskan kajian pustaka dan merumuskan metode penelitian PTK), (4) pelatihan dan pendampingan implementasi penelitian tindakan kelas untuk mengatasi masalah siswa berkaitan dengan proses pembelajaran sesuai dengan proposal yang telah dibuat sebelumnya, dan (5) pelatihan dan pendampingan penyusunan laporan penelitian tindakan kelas serta diakhiri dengan refleksi dan evaluasi. Demikian seterusnya sampai para guru sekolah dasar di Kecamatan Kintamani memiliki keterampilan yang memadai dalam mengimplementasikan dan membuat laporan penelitian tindakan kelas. 257 SENADIMAS, TAHUN 2016 3. Hasil dan Pembahasan 3.1. Pelatihan Hakekat PTK, Tujuan PTK dan Manfaat PTK Sesuai dengan permasalahan yang dihadapi oleh para guru SD daerah terpencil di Kecamatan Kintamani, maka program pengabdian masyarakat ini dilakukan dalam bentuk pelatihan dan pendampingan pembuatan proposal dan laporan penelitian tindakan kelas. Permasalahan yang dialami oleh guruguru SD daerah terpencil di Kecamatan Kintamani berkaitan dengan penelitian tindakan kelas adalah: kurangnya kemampuan dan keterampilan guru SD daerah terpencil di Kecamatan Kintamani untuk memahami dasar filosofis penelitian tindakan kelas, kurangnya kemampuan dan keterampilan yang memadai tentang hakekat penelitian tindakan kelas. Para guru mengakui belum mendapatkan gambaran yang jelas tentang apa penelitian tindakan kelas, bagaimana proses penelitian tindakan kelas, permasalahan pembelajaran yang bagaimana dapat dipecahkan dengan penelitian tindakan kelas, siapa yang melakukan observasi dan refleksi dalam penelitian tindakan kelas dan bagaimana upaya perbaikan yang mesti dilakukan dalam penelitian tindakan kelas, belum dimilikinya kemampuan dan keterampilan yang memadai dalam menyusun proposal penelitian tindakan kelas, belum dimilikinya kemampuan dan keterampilan yang memadai dalam mengimplementasikan penelitian tindakan kelas untuk memecahkan masalah siswa dalam proses pembelajaran, belum dimilikinya kemampuan dan keterampilan yang memadai dalam menyusun laporan penelitian tindakan kelas, dan belum dimilikinya kemampua dan keterampilan yang memadai dalam membuat instrument penelitian tindakan kelas yang dijadikan sebagai alat untuk menilai kemajuan siswa dari sisi kognitif, afektif mapun keterampilannya. Pelatihan dan pendampingan pembuatan proposal dan laporan penelitian tindakan kelas, sangat membantu guru-guru SD dalam membuat proposal dan pembuatan laporan penelitian tindakan kelas sesuai dengan tuntutan pemerintah. Berdasarkan pada kondisi tersebut, maka tim pakar dari Undiksha Singaraja yang memiliki kualifikasi Pendidikan Sekolah Dasar memberikan pelatihan dan pendampingan secara detail kepada kelompok guru SD daerah terpencil, sehingga mampu memahami hakekat PTK, tujuan PTK, manfaat PTK, membuat proposal PTK, melaksanakan PTK dan membuat laporan PTK. Persoalan ini sangat sejalan dengan peraturan yang baru yaitu peraturan bersama Mendiknas dan Kepala BKN Nomor 03/V/PB/2010 dan Nomor 14 Tahun 2010 tanggal 6 Mei 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 35 tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Aturan baru Angka Kredit bagi kenaikan Jabatan Guru ini, sudah berlaku efektif mulai tanggal 1 Januari 2013, dimana untuk kenaikan pangkat jabatan Fungsional Guru serendah-rendahnya Golongan III/b diwajibkan membuat Karya Inovatif berupa Penelitian, Karya Tulis Ilmiah, Alat Peraga, Modul, Buku, atau Karya Teknologi Pendidikan yang nilai angka kreditnya disesuaikan. Demikia juga untuk kenaikan golongan pada jenjang berikutnya diwajibkan untuk membuat Karya Inovatif berupa Penelitian, Karya Tulis Ilmiah, Alat Peraga, Modul, Buku, atau Karya Teknologi Pendidikan yang nilai angka kreditnya disesuaikan. Dengan demikian setiap guru yang akan memasuki golongan III/b dan golongan berikutnya 258 SENADIMAS, TAHUN 2016 harus memiliki penelitian (yang relevan adalah penelitian tindakan kelas) sebagai bukti telah dikuasainya keterampilan untuk melakukan perbaikan kualitas proses pembelajaran sesuai dengan masalah yang ada dikelasnya masingmasing. Pelatihan peningkatan wawasan guru SD tentang hakekat PTK, tujuan PTK dan manfaat PTK dilaksanakan pada tanggal 01 Mei sampai 05 Mei 2016, bertempat di SD 1 Batur, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Produk yang dihasilkan dari pelatihan ini adalah berupa peningkatan pengetahuan dan wawasan guru berkaitan dengan pemahamannya terhadap hakekat PTK, tujuan PTK dan manfaat PTK. Berdasarkan pada pelatihan hakekat PTK, tujuan PTK dan manfaat PTK hampir semua guru mengatakan mampu hakekat PTK, tujuan PTK dan manfaat PTK dengan baik, karena selain pelatihan diberikan oleh pakar yang menguasai PTK, materi yang diberikan juga bersifat berulang dan proses pelatihan lebih banyak pada proses diskusi dan Tanya jawab yang memungkinkan guru untuk mengeksplorasi kemampuannya secara maksimal. Bahkan setelah dilakukan evaluasi terhadap materi pelatihan yang diberikan, hampir semua guru yang mengikuti pelatihan mampu memberikan jawaban yang benar terhadap instrument evaluasi yang dikembangkan oleh tutor. Pelatihan hakekat PTK, tujuan PTK dan manfaat PTK pada guru SD di wilayah Kecamatan Kintamani ini tidak mengalami kendala apapun, bahkan para guru SD daerah terpencil kooperatif dalam pelaksanaan pelatihan dari awal sampai akhir. 3.2 Pelatihan dan Pendampingan Pembuatan Proposal PTK Pelatihan dan pendampingan pembuatan proposal PTK dilaksanaka dengan model ceramah dengan berbantuan media power poin, Tanya jawab, diskusi kelompok, refleksi dan evaluasi untuk mengetahui kekurangan proposal PTK yang telah dikembangkan oleh masing-masing guru. Kegiatan ini dilaksanakan dari tanggal 6 Mei sampai pada tanggal 20 Juni 2016, dengan peserta guru-guru SD daerah terpencil Kecamatan Kintamani. Untuk merancang proposal penelitian tindakan kelas, semua guru diminta untuk membuat satu persoalan yang dialami di dalam kelas, untuk bersama-sama dirumskan menjadi masalah penelitian. Setelah semua peserta pelatihan menulis masalah yang dibuat, diminta untuk menyampaikan, kemudia dirumuskan bersama menjadi masalah PTK. Setelah masalah yang dipetakan telah tekodifikasi, kemudian dilanjutkan dengan strategi merancang proposal PTK. Format proposal PTK berisi latar belakang masalah, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka dan metode penelitian. Sebelum membuat proposal PTK, peserta pelatihan diberikan uraian secara singkat oleh pemateri tentang latar belakang masalah, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka dan metode penelitian serta apa yang mesti dibuat pada masingmasing aitem tersebut. Setelah materi diberikan semua peserta diajak untuk merancang proposal penelitian secara garis besar, yang kemudian akan dilanjutkan di rumah masing-masing. Kemudian, dua minggu berikutnya proposal PTK yang telah dibuat oleh peserta pelatihan di minta untuk dikumpulkan dan akan dikoreksi oleh tim pakar dari Undiksha serta akan dikembalikan pada peserta 2 hari berikutnya untuk dilakukan perbaikan dengan sistem tatap muka sebelum dilaksanakan. Setelah itu, barulah para peserta mendapatkan pendampingan dari pakar untuk untuk membuat 259 SENADIMAS, TAHUN 2016 proposal PTK sesuai dengan masalah yang dialami di kelas, dan dihentikan ketika para guru SD daerah terpencil benar-benar mampu membuat proposal PTK. Pendampingan dari para pakar dilakukan dengan sistem penugasan dan revisi, dimana draf proposal yang telah dibuat dikumpulkan dan dikoreksi oleh pakar, kemudian diberikan masukan dengan cara tatap muka. Berdasarkan pada pelatihan dan pendampingan pembuatan proposal PTK (merumuskan masalah, latar belakang, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka dan metode penelitian) materi yang diberikan juga bersifat berulang dan proses pelatihan lebih banyak pada proses diskusi dan Tanya jawab yang memungkinkan guru untuk mengeksplorasi kemampuannya secara maksimal. Proses koreksi dan pendampingan penyusunan proposal dinilai mampu membuat guru menjadi paham tentang langkah-langkah membuat proposal PTK. Bahkan setelah dilakukan evaluasi terhadap materi pelatihan yang diberikan, hampir semua guru yang mengikuti pelatihan mampu membuat proposal PTK sesuai dengan format yang diberikan oleh tutor, walapun ada beberapa komponen yang mesti direvisi tutor. 3.3 Supervisi Implementasi PTK Pelatihan dan pendampingan implementasi penelitian tindakan kelas dalam mengatasi masalah siswa dalam proses pembelajaran yang diberikan oleh pakar pendidikan dasar (Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar). Pelatihan dan pendampingan ini akan dilakukan dengan supervisi kelas untuk mendapatkan kondisi nyata yang dialami oleh guru-guru SD daerah terpencil di Kecamatan Kintamani dalam mengimplementasikan penelitian tindakan kelas. Kegiatan ini dilaksanakan dari tanggal 5 Agustus sampai pada tanggal 25 September 2016, dengan peserta guru-guru SD daerah terpencil Kecamatan Kintamani. Kegiatan ini diawali dengan persipan, yaitu pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran, membuat media pembelajaran, mengembangan model evaluasi dan merumuskan materi pembelajaran, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Secara lebih rinci langkahlangkah kegiatan yang dilakukan pada masing-masing tahap adalah: (1) tahap persiapan pelaksanaan tindakan, yaitu merancang model pembelajaran dan instrumen beserta kriteria penilaiannya, mempersiapkan secara kolaboratif semua peralatan dan media belajar yang diperlukan dalam pelaksanaan PTK, (2) tahap pelaksanaan yaitu: melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan rencana pembelajaran yang telah dibuat, melakukan pengamatan/observasi terhadap proses pembelajaran, (3) evaluasi tindakan/refleksi yaitu diskusi bersama antara guru dan tutor mengenai tindakan atau eksperimen yang telah dilakukan. Diskusi didasarkan pada hasil observasi yang telah dilakukan secara cermat dan sistematis terhadap fokus observasi. Diskusi ini dilakukan untuk re-chek dan re-interpretasi, di samping untuk rencana pengembangan pembelajaran selanjutnya. Pada proses pelatihan dan pendampingan ini proses evaluasi dan refleksi selalu dilakukan oleh guru bersama dengan tim pendamping, sehingga dengan cepat dapat dipetakan kondisi-kondisi yang perlu diperbaiki dan disesuaikan berdasarkan pengematan serta kesepakatan antara guru dengan tim pendamping. Demikian juga dengan siklus berikutnya setelah pembelajaran akan dilakukan evaluasi dan refleksi untuk memperbaiki tindakan sampai pada tim menganggap guru telah mampu mengimplementasikan penelitian tindakan kelas sesuai dengan fitrahnya. 4. Kesimpulan dan Saran 4.1. Kesimpulan 260 SENADIMAS, TAHUN 2016 Pelatihan dan pendampingan pembuatan proposal dan laporan penelitian tindakan kelas pada guru-guru SD wilayah terpencil di Kecamatan Kintamani dimulai dari: (1) dasar filosofis, hakekat, tujuan dan manfaat penelitian tindakan kelas untuk perbaikan persoalan spesifik di kelas, (2) langkah-langkah penelitian tindakan kelas, (3) implementasi penelitian tindakan kelas dalam paktik pembelajaran, dan (4) menyusun laporan penelitian tindakan kelas. Pelatihan diawali dengan memberikan materi tentang dasar filosofi penelitian tindakan kelas, makna penelitian tindakan kelas, tujuan penelitian tindakan kelas, cara merumuskan masalah penelitian tindakan kelas, membuat kajian pustaka penelitian tindakan kelas, dan mengembangkan instrument penelitian tindakan kelas. Proses ini dilakukan dalam bentuk ceramah dan tanya jawab, untuk mempermudah guru-guru SD daerah terpencil di Kecamatan Kintamani dalam menyampaikan masalah-masalah yang dialami dalam merancang penelitian tindakan kelas. Tahap kedua kegiatan pelatihan dan pendampingan penulisan proposal dan pelaporan PTK ini lanjutkan dengan memberikan pelatihan dan pendampingan membuat proposal PTK. Format proposal PTK berisi latar belakang masalah, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka dan metode penelitian. Sebelum membuat proposal PTK, peserta pelatihan diberikan uraian secara singkat oleh pemateri tentang latar belakang masalah, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka dan metode penelitian serta apa yang mesti dibuat pada masingmasing aitem tersebut. Tahap berikutnya pelaksanaan pengabdian masyarakat ini dilanjutkan dengan mengimplementasikan proposal yang telah dibuat. Implementasi PTK ini dilakukan pada 2 SD yang ada di Kecamatan kintamani, yaitu di SD 1 Batur dan SD 1Satra. Pendampingan implementasi PTK ini akan dilakukan dengan model supervisi klinis, dimana proses perbaikan dan refleksi dilakukan secara koligeal dan demokratis antar peserta pelatihan dengan tim pakar Undiksha, sehingga berbagai permaslahan yang dialami dalam pelaksanaan PTK dapat dipecahkan dengan cepat dan sesuai sasaran. Pendampingan implementasi PTK ini akan dilakukan sesuai dengan siklus penelitian tindakan kelas, yaitu perencaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. 4.2. Saran Berdasarkan pada pelaksanaan pengabdian masyarakat yang telah dilakukan, ada beberapa saran yang layak untuk dijadikan bahan acuan oleh guru, yaitu: (1) pelaksanaan perbaikan proses pembelajaran untuk meningkatkan kualitas hasil belajar perlu dilakukan oleh guru. Salah satu inovasi yang mesti dilakukan oleh guru untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran adalah dengan melakukan penelitian tindakan kelas, karena melalui PTK guru akan memahami masalah kelas dan pemecahan masalah yang mesti ditempuh untuk memperbaikinya, (2) implementasi PTK mesti didukung dengan kebijakan kepala sekolah selaku manajemen sekolah dan komite sekolah selaku penikmat pendidikan, (3) perlu adanya kelompok-kelompok diskusi yang dibentuk oleh guru sebagai sarana untuk mengkomunikasikan ide dan gagasan, serta mendapatkan masukan dari teman-teman sejawatnya untuk memperbaiki kualitas proses pembelajaran, dan (4) perlu adanya motivasi yang memadai dari Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten untuk 261 SENADIMAS, TAHUN 2016 meningkatkan minat melaksanakan PTK. guru dalam 262 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 263 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 PELATIHAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PADA GURUGURU SEKOLAH DASAR NEGERI 1 BATUR KECAMATAN KINTAMANI Desak Oka Purnawati [email protected] SUMMARY Main Goal Of Singer activities is increasing insight and skills of the teachers in the district of Kintamani proposal hearts PTK preparing, implementing PTK PTK And MAKE Report. Training begins ABOUT WITH provide the material basis of classroom action research philosophical basis, meaning classroom action research, the purpose of classroom action research, how to formulate the problem of classroom action research, literature study MAKE classroom action research, and develop research instruments Class action. The second stage of training and mentoring activities proposed Writing and Reporting CAR WITH Singer Continue provide training and mentoring proposals MAKE PTK. Format PTK Contains proposal Background problem identification and problem formulation, research purpose, research benefits, a literature review and Research Methods. The next stage of implementation of Devotion 'singer continued WITH society Implementing the proposed Yang has Created. Implementation PTK singer performed ON 2 SD The ADA in the district of Kintamani, ie in SD 1 Batur. Mentoring Implementation PTK WITH singer will do clinical supervision model, Process Improvement and reflection Where do Operates koligeal And among Participants democratic WITH Training Specialist team Undiksha, so different permaslahan Being experienced hearts Implementation PTK can be solved WITH Fast And Match Goals. Preparation Phase Reports Class Action Research Walk WITH good, Format WITH BECAUSE Research Report Class action nearly ALL MAKES Participants Able Classroom Action Research Reports matching. It Singer Looks From The Evaluation Process Follow-up Performed by a team of specialists Undiksha, Yang expressed Classroom Action Research Reports Participants eligible to review serve as a showcase for review filed promotion. Keywords: Class action Research RINGKASAN Tujuan utama dari kegiatan ini adalah meningkatkan wawasan dan keterampilan guru-guru SD di Kecamatan Kintamani dalam menyusun proposal PTK, melaksanakan PTK dan membuat laporan PTK. Pelatihan diawali dengan memberikan materi tentang dasar filosofi penelitian tindakan kelas, makna penelitian tindakan kelas, tujuan penelitian tindakan kelas, cara merumuskan masalah penelitian tindakan kelas, membuat kajian pustaka penelitian tindakan kelas, dan mengembangkan instrument penelitian tindakan kelas. Tahap kedua kegiatan pelatihan dan pendampingan penulisan proposal dan pelaporan PTK ini lanjutkan dengan memberikan pelatihan dan pendampingan membuat proposal PTK. Format proposal PTK berisi latar belakang masalah, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka dan metode penelitian. Tahap berikutnya pelaksanaan pengabdian masyarakat ini dilanjutkan dengan mengimplementasikan proposal yang telah dibuat. Implementasi PTK ini dilakukan pada 2 SD yang ada di Kecamatan kintamani, yaitu di SD 1 Batur. Pendampingan implementasi PTK ini akan dilakukan dengan model supervisi klinis, dimana proses perbaikan dan refleksi dilakukan secara koligeal dan demokratis antar peserta pelatihan dengan tim pakar Undiksha, sehingga berbagai permaslahan yang dialami dalam pelaksanaan PTK dapat dipecahkan dengan cepat dan sesuai sasaran. Tahap pembuatan laporan penelitian tindakan kelas berjalan dengan baik, karena hampir semua peserta mampu membuat laporan penelitian tindakan kelas yang sesuai dengan format laporan penelitian tindakan kelas. Hal ini tampak dari proses evaluasi tindak lanjut yang dilakukan oleh tim pakar Undiksha, yang menyatakan laporan penelitian tindakan kelas peserta layak untuk dijadikan sebagai karya untuk mengajukan kenaikan pangkat. Kata Kunci: penelitian tindakan kelas 264 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 1. Pendahuluan Secara faktual permasalahan prinsip yang dialami oleh para guru SD di Kecamatan Kintamani saat ini adalah berkaitan dengan peningkatan kualitas proses pembelajaran. Ini tidak terlapas dari adanya kemauan guru dalam meningkatkan kualitas proses pembelajan yang dialakukan, akan tetapi para guru kesulitan melakukannya, karena persoalan yang terjadi dikelas masing-masing sangat beragam dan bersifat spesifik. Kondisi ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Suastika, (2013: 143) yang menemukan sebagian besar guru sekolah dasar kesulitan menemukan cara untuk memperbaiki proses-proses pembelajaran yang dilakukan, karena kurangnya pemahaman tentang cara melakukan pengemasan langkah-langkah penelitian tindakan kelas. Lebih lanjut diuraikan, para guru sebenarnya sudah melakukan upaya-upaya reflektif untuk memperbaiki proses pembelajaran di kelasnya masingmasing sesuai dengan masalah yang terjadi, akan tetapi upaya reflektif ini tidak dikemas dengan sistematis, tidak didokumentasikan secara tertulis dan visual, tidak dilakukan dengan langkahlangkah siklus penelitian tindakan kelas dan tidak dibuatkan laporan yang mudah dijadikan pedoman dan panduan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran berikutnya serta tidak dijadikan karya ilmiah yang dapat dijadikan untuk memenuhi persyaratan kenaikan pangkat. Akibatnya upaya reflektif yang dilakukan tidak dapat dijadikan sebagai pedoman yang sistematis untuk memperbaiki langkah-langkah proses pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan dengan guru SD di Kecamatan kintamani, terungkap beberapa persoalan dasar yang dialami oleh guru dalam kaitannya dengan implmentasi penelitian tindakan kelas untuk memperbaiki kualitas pembelajaran, yaitu (1) sebagian besar guru SD di Kecamatan Kintamani belum memahami dasar filosofis penelitian tindakan kelas untuk perbaikan persoalan spesifik di kelas, (2) sebagain besar guru SD di Kecamatan Kintamani belum memahami langkah-langkah penelitian tindakan kelas, (3) sebagian besar guruguru SD di Kecamatan Kintamani belum mememiliki keterampilan yang memadai dalam mengimplementasikan penelitian tindakan kelas, (4) sebagian besar guru SD di Kecamatan Kintamani belum memiliki keterampilan yang memadai dalam menyusun proposal dan laporan penelitian tindakan kelas dan (5) sebagian besar guru SD di Kecamatan Kintamani belum memahami manfaat penelitian tindakan kelas untuk mengatasi permasalahan spesifik di kelas. Kondisi ini merupakan sebuah persolan yang sangat urgen bagi guruguru SD di Kecamatan Kintamani yang mengalami persoalan berkaitan dengan kualitas proses pembelajaran, namun belum memiliki kemampuan yang memadai untuk melakukan perbaikan pembelajaran dengan penelitian tindakan kelas. Para guru mengakui belum ada pelatihan yang memadai untuk mengimplementasikan penelitian tindakan kelas untuk mengatasi masalah spesifik pembelajaran yang ada di kelas. 265 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 Menurut guru proses pelatihan pengembangan keterampilan guru dalam memahami pnelitian tindakan kelas akan sangat baik jika diberikan melalui proses yang bersifat komperhensip dengan memberikan pemaman, melatih pembuatan proposal dan laporan, medampingi implementasi, mengevaluasi (paket) dan kembali dari siklus awal. Model paket pelatihan ini akan dimulai dari: peningkatan pengetahuan tentang penelitian tindakan kelas (dasar filosofis PTK, hakekat PTK, tujuan PTK dan manfaat PTK), pelatihan dan pendampingan penyusunan proposal (merumuskan masalah PTK, membuat latar belakang, merumuskan masalah penelitian, merumuskan tujuan penelitian, manfaat penelitian, merumuskan kajian pustaka dan merumuskan metode penelitian), pendampingan implementasi penelitian tindakan kelas (rencana, tindakan, observasi dan refleksi), implementasi penelitian tindakan kelas secara mandiri, dan evaluasi dan refleksi. Model paket pelatihan yang bersifat sirkuler seperti ini memang telah terbukti lebih efektif dibandingkan dengan pelatihan biasa yang selama ini telah dilakukan. Hal ini disebabkan karena adanya proses refpleksi dan evaluasi yang bersifat terukur dalam setiap tahapan pelatihan. Model paket pelatihan ini juga memberikan pengetahuan dan keterampilan yang lebih prakis pada guru, karena langsung melaksanakan hasil pelatihannya dalam proses pembelajaran yang bersifat aktual dan realistik. Melalui proses ini diharapkan para guru SD di Kecamatan Kintamani mampu membuat dan melakukan PTK serta membuat laporan PTK. 2. Metode Pelaksanaan Tempat pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat ini dilaksanakan di SD 1 Batur Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Berdasarkan masalah yang dihadapi oleh guru-guru SD di Kecamatan Kintamani, maka metode pelaksanaan program bagi guru-guru sekolah dasar Negeri 1 Batur Kecamatan Kintamani ini akan dilakukan dengan adaptasi dari siklus penelitian tindakan kelas. Pelaksanaan iptek bagi masyarakat ini akan dimululai dari: (1) menyepakati waktu dan tempat pelatihan dengan guruguru sekolah dasar di wilayah Kecamatan Kintamani, (2) penyajian materi tentang hakekat dan dasar filosofis penelitian tindakan kelas, (3) pelatihan dan pendampingan penyusunan proposal penelitian tindakan kelas (merumuskan masalah PTK, membuat latar belakang, merumuskan masalah penelitian, merumuskan tujuan penelitian, manfaat penelitian, merumuskan kajian pustaka dan merumuskan metode penelitian PTK), (4) pelatihan dan pendampingan implementasi penelitian tindakan kelas untuk mengatasi masalah siswa berkaitan dengan proses pembelajaran sesuai dengan proposal yang telah dibuat sebelumnya, dan (5) pelatihan dan pendampingan penyusunan laporan penelitian tindakan kelas serta diakhiri dengan refleksi dan evaluasi. Demikian seterusnya sampai para guru sekolah dasar di Kecamatan Kintamani memiliki keterampilan yang memadai dalam mengimplementasikan dan membuat laporan penelitian tindakan kelas. 3. Hasil dan Pembahasan 266 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 Pelatihan dan pendampingan pembuatan proposal dan laporan penelitian tindakan kelas pada guru-guru SD di Kecamatan Kintamani dimulai dari: (1) dasar filosofis penelitian tindakan kelas untuk perbaikan persoalan spesifik di kelas, (2) langkah-langkah penelitian tindakan kelas, (3) implementasi penelitian tindakan kelas dalam paktik pembelajaran, dan (4) menyusun laporan penelitian tindakan kelas. Pelatihan diawali dengan memberikan materi tentang dasar filosofi penelitian tindakan kelas, makna penelitian tindakan kelas, tujuan penelitian tindakan kelas, cara merumuskan masalah penelitian tindakan kelas, membuat kajian pustaka penelitian tindakan kelas, dan mengembangkan instrument penelitian tindakan kelas. Proses ini dilakukan dalam bentuk ceramah dan tanya jawab, untuk mempermudah guru-guru SD di Kecamatan Kintamani dalam menyampaikan masalah-masalah yang dialami dalam merancang penelitian tindakan kelas. Proses ceramah dan tanyajawab berlangsung dengan baik, karena hampir semua peserta aktif untuk mempertanyakan berbagai permasalahan tentang merancang penelitian tindakan kelas dan berpartisipasi dalam pemberian materi. Setelah diberikan materi dan tanyajawab, semua guru SD yang menjadi peserta pelatihan mengaku faham dengan dasar filosofi penelitian tindakan kelas, yang mengibaratkan guru dengan dokter yang mencoba untuk mendiagnosis penyakit yang dialami oleh peserta didiknya dan berusaha mencarikan obat yang cocok untuk penyakin tersebut. Apa yang terjadi dalam proses ceramah dan tanyajawab tentang penelitian tindakan kelas ini, sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Carr dan Kemmis seperti yang dikutip oleh Siswojo Hardjodipuro, dikatakan bahwa yang dimaksud dengan istilah PTK adalah suatu bentuk refleksi diri yang dilakukan oleh para partisipan (guru, siswa atau kepala sekolah) dalam situasi-situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran (a) praktik-praktik sosial atau pendidikan yang dilakukan dilakukan sendiri, (b) pengertian mengenai praktik-praktik ini, dan (c) situasi-situasi ( dan lembagalembaga ) tempat praktik-praktik tersebut dilaksanakan (Harjodipuro, 1997). Lebih lanjut, dijelaskan oleh Harjodipuro bahwa PTK adalah suatu pendekatan untuk memperbaiki pendidikan melalui perubahan, dengan mendorong para guru untuk memikirkan praktik mengajarnya sendiri, agar kritis terhadap praktik tersebut dan agar mau utuk mengubahnya. PTK bukan sekedar mengajar, PTK mempunyai makna sadar dan kritis terhadap mengajar, dan menggunakan kesadaran kritis terhadap dirinya sendiri untuk bersiap terhadap proses perubahan dan perbaikan proses pembelajaran. PTK mendorong guru untuk berani bertindak dan berpikir kritis dalam mengembangkan teori dan rasional bagi mereka sendiri, dan bertanggung jawab mengenai pelaksanaan tugasnya secara profesional. Berdasarkan pendapat di atas, jelaslah bahwa dilakukannya PTK adalah dalam rangka guru bersedia untuk mengintropeksi, bercermin, merefleksi atau mengevalusi dirinya sendiri sehingga kemampuannya sebagai seorang guru/pengajar diharapkan cukup professional untuk selanjutnya, diharapkan dari peningkatan kemampuan diri tersebut dapat berpengaruh terhadap peningkatan kualitas anak didiknya, baik 267 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 dalam aspek penalaran; keterampilan, pengetahuan hubungan sosial maupun aspek-aspek lain yang bermanfaat bagi anak didik untuk menjadi dewasa. Dengan dilaksanakannya PTK, berarti guru juga berkedudukan sebagai peneliti, yang senantiasa bersedia meningkatkan kualitas kemampuan mengajarnya. Upaya peningkatan kualitas tersebut diharapkan dilakukan secara sistematis, realities, dan rasional, yang disertai dengan meneliti semua “ aksinya di depan kelas sehingga gurulah yang tahu persis kekurangankekurangan dan kelebihannya. Apabila di dalam pelaksanaan “aksi” nya masih terdapat kekurangan, dia akan bersedia mengadakan perubahan sehingga di dalam kelas yang menjadi tanggungjawabnya tidak terjadi permasahan. Action research lebih bertujuan untuk memperbaiki kinerja, sifatnya kontekstual dan hasilnya tidak untuk digeneralisasi. Namun demikian hasil action research dapat saja diterapkan oleh orang lain yang mempunyai latar yang mirip dengan yang dimliki peneliti. Ada beberapa alasan mengapa PTK merupakan suatu kebutuhan bagi guru untuk meningkatkan profesional seorang guru : 1. PTK sangat kondusif untuk membuat guru menjadi peka tanggap terhadap dinamika pembelajaran di kelasnya. Dia menjadi reflektif dan kritis terhadap lakukan.apa yang dia dan muridnya 2. PTK dapat meningkatkan kinerja guru sehingga menjadi profesional. Guru tidak lagi sebagai seorang praktis, yang sudah merasa puas terhadap apa yang dikerjakan selama bertahun- tahun tanpa ada upaya perbaikan dan inovasi, namun juga sebagai peneniliti di bidangnya. 3. Dengan melaksanakan tahapantahapan dalam PTK, guru mampu memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu kajian yang dalam terhadap apa yang terhadap apa yang terjadi di kelasnya. Tindakan yang dilakukan guru semata-mata didasarkan pada masalah aktual dan faktual yang berkembang di kelasnya. 4. Pelaksanaan PTK tidak menggangu tugas pokok seorang guru karena dia tidak perlu meninggalkan kelasnya. PTK merupakan suatu kegiatan penelitian yang terintegrasi dengan pelaksanaan proses pembelajaran. 5. Dengan melaksanakan PTK guru menjadi kreatif karena selalu dituntut untuk melakukan upayaupaya inovasi sebagai implementasi dan adaptasi berbagai teori dan teknik pembelajaran serta bahan ajar yang dipakainya. 6. Penerapan PTK dalam pendidikan dan pembelajaran memiliki tujuan untuk memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas praktek pembelajaran secara berkesinambungan sehingga meningkatan mutu hasil instruksional; mengembangkan keterampilan guru; meningkatkan relevansi; meningkatkan efisiensi pengelolaan instruksional serta menumbuhkan budaya meneliti pada komunitas guru. Tahap kedua kegiatan pelatihan dan pendampingan penulisan proposal dan 268 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 pelaporan PTK ini lanjutkan dengan memberikan pelatihan dan pendampingan membuat proposal PTK. Untuk merancang proposal penelitian tindakan kelas, semua guru diminta untuk membuat satu persoalan yang dialami di dalam kelas, untuk bersama-sama dirumskan menjadi masalah penelitian. Setelah semua peserta pelatihan menulis masalah yang dibuat, diminta untuk menyampaikan, kemudia dirumuskan bersama menjadi masalah PTK. Setelah masalah yang dipetakan telah tekodifikasi, kemudian dilanjutkan dengan strategi merancang proposal PTK. Format proposal PTK berisi latar belakang masalah, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka dan metode penelitian. Sebelum membuat proposal PTK, peserta pelatihan diberikan uraian secara singkat oleh pemateri tentang latar belakang masalah, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka dan metode penelitian serta apa yang mesti dibuat pada masing-masing aitem tersebut. Setelah materi diberikan semua peserta diajak untuk merancang proposal penelitian secara garis besar, yang kemudian akan dilanjutkan di rumah masing-masing. Kemudian, dua minggu berikutnya proposal PTK yang telah dibuat oleh peserta pelatihan di minta untuk dikumpulkan dan akan dikoreksi oleh tim pakar dari Undiksha serta akan dikembalikan pada peserta minggu berikutnya untuk dilakukan perbaikan sebelum dilaksanakan. Kalau proposal PTK dinilai sudah layak untuk dilaksanakan, maka tim akan mendampingi guru-guru SD di Kecamatan Kintamani untuk mengimplementasikan proposal PTK. Tahap berikutnya pelaksanaan pengabdian masyarakat ini dilanjutkan dengan mengimplementasikan proposal yang telah dibuat. Implementasi PTK ini dilakukan pada 2 SD yang ada di Kecamatan kintamani, yaitu di SD 1 Batur dan SD 5 Batur. Sekolah ini dipilih berdasarkan pada kesiapan sekolah yang bersangkutan dan gurunya serta saranaprasarana yang dibutuhkan. Selain itu, pemilihan sekolah ini didasarkan pada lokasinya yang sangat strategis, sehingga mudah dinjangkau oleh tim, mapun oleh para peserta pelatihan yang hendak melihat langsung, bagaimana temannya melangsungkan penelitian tindakan kelas. Pendampingan implementasi PTK ini akan dilakukan dengan model supervisi klinis, dimana proses perbaikan dan refleksi dilakukan secara koligeal dan demokratis antar peserta pelatihan dengan tim pakar Undiksha, sehingga berbagai permaslahan yang dialami dalam pelaksanaan PTK dapat dipecahkan dengan cepat dan sesuai sasaran. Pendampingan implementasi PTK ini akan dilakukan sesuai dengan siklus penelitian tindakan kelas, yaitu perencaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Tahap berikutnya program pengabdian masyarakat ini dilanjutkan dengan membuat laporan penelitian tindakan kelas. Proses pembautan laporan penelitian tindakan kelas ini sebenarnya secara simultan telah dilakukan oleh peserta pelatihan sejak melaksanakan penelitian. Namun proses ini masih berupa catan-catan yang dibuat melalui proses perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Catan-catan yang dibuat oleh guru pada tiap tahapan penelitian tindakan 269 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 kelas kemudian dirangkai secara berurutan sesuai dengan urutan waktu pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang dilakukan dan upaya perbaikan yang dilakukan pada tiap sikluasnya. Setelah catan-catan peneltian dirangkai dalam bentuk laporan penelitian tindakan kelas, kemudian distorkan kepada tim pakar Undiksha untuk diberikan masukan dan informasi yang kiranya dibutuhkan oleh para peserta. Setelah dilakukan evaluasi oleh tim pakar Undiksha, dinilai penting untuk memberikan informasi mengenai hal-hal apa yang mesti dibuat dalam laporan penelitian tindakan kelas. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kekeliruan peserta tentang urutan penelitian dan data yang mesti dimasukkan dalam laporan penelitian tindakan kelas. Uraian tentang pelaksanaan penelitian tindakan kelas semstinya diuraikan secara berurut sesuai dengan pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang dilakukan. Bukan berdasarkan pada data hasil nilai siswa yang biasanya dilakukan pada akhir kegiatan pembelajaran untuk menilai kemampuan siswa berkaitan dengan materi yang telah dibelajarkan. Data mengenai hasil belajar siswa merupakan salah satu data pendukung keberhasilan penelitian tindakan kelas, bukan tujuan utama dari penelitian tindakan kelas, karena tujuan penelitian tindakan kelas adalah untuk memperbaiki proses pembelajaran. 4. Kesimpulan dan Saran 4.3. Kesimpulan Pelatihan dan pendampingan pembuatan proposal dan laporan penelitian tindakan kelas pada guru-guru SD 1 Batur Kecamatan Kintamani dimulai dari: (1) dasar filosofis, hakekat, tujuan dan manfaat penelitian tindakan kelas untuk perbaikan persoalan spesifik di kelas, (2) langkah-langkah penelitian tindakan kelas, (3) implementasi penelitian tindakan kelas dalam paktik pembelajaran, dan (4) menyusun laporan penelitian tindakan kelas. Pelatihan diawali dengan memberikan materi tentang dasar filosofi penelitian tindakan kelas, makna penelitian tindakan kelas, tujuan penelitian tindakan kelas, cara merumuskan masalah penelitian tindakan kelas, membuat kajian pustaka penelitian tindakan kelas, dan mengembangkan instrument penelitian tindakan kelas. Proses ini dilakukan dalam bentuk ceramah dan tanya jawab, untuk mempermudah guru-guru SD daerah terpencil di Kecamatan Kintamani dalam menyampaikan masalah-masalah yang dialami dalam merancang penelitian tindakan kelas. Tahap kedua kegiatan pelatihan dan pendampingan penulisan proposal dan pelaporan PTK ini lanjutkan dengan memberikan pelatihan dan pendampingan membuat proposal PTK. Format proposal PTK berisi latar belakang masalah, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka dan metode penelitian. Sebelum membuat proposal PTK, peserta pelatihan diberikan uraian secara singkat oleh pemateri tentang latar belakang masalah, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka dan metode penelitian serta apa yang mesti dibuat pada masing-masing aitem tersebut. Tahap berikutnya pelaksanaan pengabdian masyarakat ini dilanjutkan dengan mengimplementasikan proposal yang telah dibuat. Implementasi PTK ini dilakukan di SD 1 Batur. Pendampingan implementasi PTK ini akan dilakukan 270 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 dengan model supervisi klinis, dimana proses perbaikan dan refleksi dilakukan secara koligeal dan demokratis antar peserta pelatihan dengan tim pakar Undiksha, sehingga berbagai permaslahan yang dialami dalam pelaksanaan PTK dapat dipecahkan dengan cepat dan sesuai sasaran. Pendampingan implementasi PTK ini akan dilakukan sesuai dengan siklus penelitian tindakan kelas, yaitu perencaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. 4.4. Saran Berdasarkan pada pelaksanaan pengabdian masyarakat yang telah dilakukan, ada beberapa saran yang layak untuk dijadikan bahan acuan oleh guru, yaitu: (1) pelaksanaan perbaikan proses pembelajaran untuk meningkatkan kualitas hasil belajar perlu dilakukan oleh guru. Salah satu inovasi yang mesti dilakukan oleh guru untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran adalah dengan melakukan penelitian tindakan kelas, karena melalui PTK guru akan memahami masalah kelas dan pemecahan masalah yang mesti ditempuh untuk memperbaikinya, (2) implementasi PTK mesti didukung dengan kebijakan kepala sekolah selaku manajemen sekolah dan komite sekolah selaku penikmat pendidikan, (3) perlu adanya kelompokkelompok diskusi yang dibentuk oleh guru sebagai sarana untuk mengkomunikasikan ide dan gagasan, serta mendapatkan masukan dari teman-teman sejawatnya untuk memperbaiki kualitas proses pembelajaran, dan (4) perlu adanya motivasi yang memadai dari Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten untuk meningkatkan minat guru dalam melaksanakan PTK. 271 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 IBW KAWASAN GALIAN C DI DESA SONGAN A DAN SONGAN B KECAMATAN KINTAMANI-BANGLI Nyoman Santiyadnya1, Ida Bagus Putu Mardana2, Ni Wayan Sukerti3, Made Sundayana4 1 Jurusan Teknik Elektro FTK Undiksha, 2Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Undiksha; 3 Jurusan PKK FTK Undiksha, 4 Jurusan keperawatan STIKES buleleng Email: e-mail:[email protected] ABSTRACT Region C is a region of mining excavation of sand, rocks and coral in the area of Mount Batur caldera. Even though located in a position that vital and strategic map of tourism in Bali, it turns out this region is still grappling with the problem of poverty, epidemic disease, exclusivity-tourism, unemployment, illiteracy, dropouts, prone to disasters, conflict socio-economic-political, degrees community health and education are low for Bangli regency. Reduction in the intensity of mining excavation C resulted in the destruction of cleanliness, beauty, and environmental conservation. The factual condition of society in the region, encouraging cooperation with STIKES Undiksha and Bangli regency to conduct the IBW. IBW activity area in the district of excavation C Kintamani Bangli regency of Bali Province, targeting the 2 (two) villages, the village Songan A and B Songan village aims to perform asset mapping and community empowerment region in implementing the program science and technology improvement of knowledge and skills in agriculture farm-fishing, life skill education, entrepreneurship, development of custom, religious, social agencies, sanitation, and tourism. The method of implementation of IBW in community empowerment approach PALS ((participatory action learning system). IBW activity in firsth year (2016) are expected to produce outcomes: (1) strategic plan (Plan) and the mapping of the region, (2) realization of freshwater fish cultivation plots, (2) realization small industries / household, (3) realization of demplot livestock-farming environmentally friendly (4) the realization of diversification of tourism products ruralgeotourism culture, (5) realization of study groups small class of elementary, junior and mechanisms village-based management is pekraman, and (6) Improved sanitation and hygiene health Keywords: community empowerment, excavation area C, PALS, the potential of the region, Science and technology for the Region (IBW) ABSTRAK Kawasan galian C merupakan wilayah penambangan pasir, bebatuan, dan koral di area kaldera gunung Batur. Walupun terletak pada posisi yang vital dan strategis dalam peta kepariwisataan di Bali, ternyata kawasan ini masih bergulat dengan masalah kemiskinan, epidemik penyakit, eksklusivitas-wisata, angka pengangguran, buta aksara, putus sekolah, rawan bencana, konflik sosio-ekonomi-politik, derajat kesehatan dan pendidikan masyarakat yang rendah bagi kabupaten Bangli. Masifnya intensitas penambangan galian C mengakibatkan rusaknya kebersihan, keasrian, dan konservasi lingkungan. Kondisi faktual masyarakat di kawasan ini, mendorong Undiksha bekerjasama dengan STIKES dan Pemkab Bangli untuk melaksanakan kegiatan IbW. Kegiatan IbW kawasan galian C di kecamatan Kintamani kabupaten Bangli Provinsi Bali, menyasar pada 2(dua) desa, yakni desa Songan A, dan desa Songan B bertujuan untuk melakukan pemetaan aset wilayah dan pemberdayaan masyarakat dalam melaksanakan program ipteks peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam pertanian-peternakanperikanan, pendidikan life skill, kewirausahaan, pembinaan adat-istiadat, keagamaan, lembaga sosial, sanitasi, dan kepariwisataan. Metode pelaksanaan IBW dalam pemberdayaan masyarakat menggunakan pendekatan PALS ((participatory action learning system). Kegiatan IbW pada tahun-1 (2016) diharapkan menghasilkan luaran : (1) rencana strategis (Renstra) dan pemetaan wilayah, (2) terwujudnya demplot budi daya ikan tawar, (2) terwujudnya sentra industri kecil/skala rumah tangga, (3) terwujudnya demplot peternakan-pertanian ramah lingkungan (zero waste), (4) terwujudnya diversifikasi produk wisata rural-geotourism culture, dan (6) peningkatan kesehatan sanitasi dan kebersihan. Kata kunci: pemberdayaan masyarakat, kawasan galian C, PALS, potensi wilayah, Ipteks bagi Wilayah (IbW) PENDAHULUAN Bujur Timur dan 8' 8' sampai 8' 31' 87" Lintang Selatan. Posisinya berada ditengahtengah Pulau Bali sehingga merupakan satu- Pulau Bali Kabupaten Bangli terletak diantara 115' 13' 48" sampai 115' 27' 24" 272 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 satunya kabupaten yang tidak memiliki pantai/laut. Luas kabupaten Bangli sebesar 520,81 km atau 9,25% dari luas Propinsi Bali, ketinggian dari permukaan laut antar 100 2152 meter sehingga tanaman apa saja bisa tumbuh di daerah ini. Secara fisik dibagian Selatan merupakan daerah dataran rendah dan bagian utara merupakan pegunungan. Puncak tertinggi adalah Puncak Penulisan, terdapat Gunung Batur dengan kepundannya Danau Batur yang memiliki luas 1.067,50 Ha. Jarak dari Ibu Kota Kabupaten ke Ibu Kota Propinsi sekitar 40 km. Wilayahnya sendiri berbatasan dengan Kabupaten Buleleng di sebelah utara, Kabupaten Gianyar, dan Kabupaten Klungkung di sebelah selatan, Kabupaten Badung di sebelah barat, dan Kabupaten Karangasem di sebelah timur. kunjungan dari wisatawan. Salah satu potensi daya tarik kecamatan Kintamani adalah kawasan geowisata dengan keindahan fanorama kaldera gunung Batur, danau batur dengan latar belakang vegetasi hutan, dan keunikan sosio-budaya-religius masyarakat Bali Aga di desa Songan. (Anonin. 2010). Selain sebagai DTW di Bali, kawasan Kintamani juga memiliki sumber kekayaan galian C yang terhampar luas di kaki gunung Batur. Potensi tambang ini menjadi komoditas unggul yang dapat menghidupi ekonomi masyarakat. Namun masifnya penambangan galian C di kasawan ini lambat laun dapat merusak keasrian dan pesona kawasan. Saat musim hujan, bahaya longsor mengancam, dan genangan air kumuh dapat sebagai media penyebaran penyakit. Saat musim kemarau kawasan ini terkepung dengan polusi udara, yang mengganggu respirasi masyarakat luas. Desa Songan A terdapat 6 dusun dengan luas wilayah 1280 ha. Wilayah ini sebagian besar adalah pertanian 98 ha, perumahan dengan luas 19,27 ha dan tegalan sawah 365,73 ha, kuburan 20 are. Jumlah penduduk Desa Kintamani (data per Desember 2007 dalam monografi) adalah 4783 orang yang terdiri diri laki 2.323 orang, perempuan 2.460 orang. Ditinjau dari tingkat pendidikan usia produktif terdapat: (1) akademi/sarjana ke atas 58 orang, lulusan tingkat SMA/SMK 365 orang, lulusan tingkat SMP 854 orang dan lulusan tingkat SD 1502 orang. Dengan demikian, maka penduduk Desa Kintamani mempunyai kualifikasi tingkat SDM yang cukup memadai karena, lebih dari 32% persen usia produktif lulusan SMA dan Sarjana. Pekerjaan penduduk Desa Kintamani sebagian besar sebagai petani yaitu 3106 orang, peternakan, pegawai negeri/TNI/Polri sebanyak 20 orang, Gambar 1. Lokasi dan Batas IBW Bangli dengan luas wilayah 366,92 km2 mempunyai 4 kecamatan dan 72 desa. Dari total luas wilayah yang ada sekitar 2.890 ha merupakan lahan sawah, 29.087 ha merupakan lahan kering, 9,341 ha merupakan hutan negara, 7,719 merupakan tanah perkebunan, dan sisanya 3,044 ha merupakan lahan lain-lain. Kintamani merupakan sebuah area yang cukup luas sekitar 1548 ha, dimana pusat pemerintahan kecamatan Kintamani terletak di desa ini. Kintamani dikenal sebagai salah satu obyek Pariwisata di Bali yang banyak mendapat 273 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 pegawai swasta 2 orang, nelayan 32 orang, sedangkan jumlah tenaga penganggur/pencari kerja/tidak bekerja 155 orang. Berdasarkan data di kantor desa ( per Maret 2011), KK miskin yang ada sebanyak 470 KK, yang direkomendasi untuk mendapatkan BLT.Potensi yang menonjol di desa Songan adalah pariwisata, pertanian, peternakan, dan perikanan. Potensi pertanian yang menonjol di desa Songan A adalah tanaman jeruk, pisang, tanam kelapa dan hortikultural. Potensi peternakan yang menonjol di desa Kintamani adalah sebagian besar warga berternak ayam kampung/ras 12.425 ekor, babi 4505 ekor dan sapi bali 3785 ekor. Industri kecil yang ada adalah industri kecil pengolahan pangan, kerajinan lainnya (anyaman), dengan pengelolaan tradisional dan segmen dan akses pasar yang masih terbatas. Produksi pertanian seperti kelapa, pisang, dan palawija lainya masih bernilai ekonomis rendah, karena belum diolah dengan sentuhan ipteks menjadi produk yang bernilai pasar tinggi. Potensi kerajinan yang menonjol di desa Songan adalah anyaman serabut kelapa dan kerajinan dari tempurung kelapa. Industri-industri kecil ini perlu dikembangkan sehingga mampu lebih banyak menampung tenaga kerja dan meningkatkan pendapatan keluarga. Desa Songan juga terkenal dengan ternak “anjing kintamani” yang lucu dan anggun, namun proses beternak anjing kintamani masih alami dan konvensional, pedahal daya tarik dan permintaan pasar sangat tinggi dengan harga jual 200 ribu sampai 500 ribu. Desa Songan B termasuk topologi desa perbukitan terdiri dari 4 dusun, yakni dusun Songan, Bukit Bahu, Jembong, dan Pebantenan, dengan luas wilayah 1369 ha, terdiri dari tanah sawah 171 ha, tegal/ladang dan perkebunan 367, dan hutan 13 ha. Jumlah penduduk desa Songan sebanyak 4.363 orang, dengan jenjang pendidikan SD 2129 orang, SMP 237 orang, SMA, 253 orang, dan akademi/sarjana 43 orang. Mata pencaharian penduduk yang menonjol sebagian besar sebagai petani 2998 orang, petani penggarap (penyakap) 350 orang, peternak 1024 orang, pedagang 60 orang, dan pengrajin15 orang. Pengusaha 3 orang, PNS 55 orang. Jumlah KK miskin yang ada di desa Ambengan sebanyak 624 KK. Organisasi tradisional desa yang berkaitan dengan aktivitas pertanian dan peternakan adalah Subak Lawa, Subak Anyar, Subak Pebantenan, Subak Abian, dan Poktan/Gapoktan. Dinamika sosial yang sering menonjol ke permukaan adalah kecendrungan masyarakat Songan berpoligami yang sering dipolemikan sebagai pemicu kemiskinan dan keresahan sosial-ekonomi. Potensi yang menonjol di desa Songan adalah pertanian, peternakan, pariwisata, dan kerajinan (pelepah pisang dan keranjang buah). Potensi pertanian yang dominan di desa Songan adalah jagung 8,5 ha, mangga 105 ha, sedangkan perkebunan adalah kelapa 293 ha. Potensi kebun kelapa 4800 pohon dengan lahan 195 ha. Produksi kelapa saat ini masih dijual dalam bentuk buah kelapa, kopra maupun diolah oleh industri minyak kelapa secara basah tradisional sekala industri rumah tangga. Pasaran dari produksi minyak hanya mencapai pasaran lokal desa dan sekitarnya. Potensi buah kelapa masih bisa dikembangkan untuk industri rumah tangga dan industri kecil yang lebih prospektif dengan sentuhan IPTEK terapan, namun belum ada yang melakukan. Limbah pertanian kelapa seperti sabut kelapa, lidi, tempurung, dan bagianbagian lain dari buah dan batang kelapa belum dimanfaatkan dengan optimal 274 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 sehingga belum memberikan nilai tambah yang berarti. Potensi unggulan lainnya adalah produk peternakan ayam, babi dan sapi. Banyak kebutuhan akan produk ternak ayam, babi, dan sapi untuk keperluan konsumtif, bibit dan upacara didatangkan dari desa Songan. Desa Songan juga memliki fanorama alam desa yang menarik, aliran sungai yang masih bersih, dan vegetasi yang variatif, yang banyak diincar sebagai lokasi villa, karena view laut yang sangat mempesona. Namun potensi unggulan di desa Songan ini belum tertangani secara terpadu dengan sentuhan IPTEKS, terutama berkait dengan pengembangan desa wisata yang terintegrasi secara holistik dengan segmen pertanian/pertaninan, kehutanan, dan kerajinan kreatif-inovatif masyarakat setempat. Berdasarkan uraian potensi dan propek wilayah 2 desa, yakni desa Songan A dan Songan B di kecamatan Kintamani dapat dirumuskan permasalahan utama yang potensial untuk dipecahkan, baik yang berhasil diidentifikasi melalui survey awal pengusul, wawancara intensif dengan tokoh masyarakat, pejabat permerintahan kecamatan/desa maupun permasalahan aspek sosial ekonomi dalam RPJMD desa Songan A dan desa Songan B adalah sebagai berikut. (1)Terjadinya pengerusakan lingkungan yang sistemik akibat masifnya aktivitas penambangan galian C. Di musim hujan, banyak kawasan yang longsor, karena rentannya struktur tanah karena penambangan, banyak kubangan tergenang air, karena padatnya lalulintas kendaraan berat pengangkut pasir. Di musim kemarau, tingginya intesitas polusi karena asap, debu, dan polutan lainnya hampir mengisi ruangruang udara bersih. Kondisi kumuh ini akan merusak citra kawasan wisata geotourism gunung Batur, dan sangat berpotensi menyebabkan rentannya masyarakat terserang penyakit (2) Rendahnya kesadaran, pengetahuan, keterampilan, dan keterlibatan elemen masyarakat dalam praksis kepariwisataan secara holistik berbasis pada wisata alam, wisata budaya, wisata religi, wisata kuliner dan pertanian/peternakan. Pariwisata yang hanya tersegmentasi dan terbelenggu pada keindahan panorama alam gunung Batur dan danau batur kurang dapat mengagetasi dinamika aktivitas sosio-ekonomi masyarakat menuju peningkatan kualitas hidup dan kenyamanan masyarakat. Aset geowisata dan keindahan fanorama danau batur yang eksostik (SDA), tanpa dibarengi dengan peningkatan kualitas SDM yang memadai akan menimbulkan stigmatisasi sosial-ekonomi dalam pengelolaan wisata. Marginalitas masyarakat lokal di kecamatan Kintamani dalam tourism bussines sebagian besar disebabkan oleh rendahnya penguasaan bahasa asing, keterampilan pariwisata (tourism skill), dan penguasaan teknologi informasi dan komunikasi (ICT). (2) Rendahnya budaya kerja dan produktivitas ekonomi masyarakat menyebabkan rendahnya pendapatan perkapita dan pendapatan keluarga. Hasil penelitian Pursika (2009), menunjukkan bahwa ditengah-tengah derasnya arus dolar pariwisata yang mengalir ke wilayah Kintamani, namun tingkat kehidupan masyarakat lokal Kintamani dan sekitarnya masih di bawah garis kemiskinan. Hampir 25% pengemis di Bali berasal dari wilayah ini. Pedahal potensi alam dan dukungan program pembangunan pemerintah Bangli dan institusi lain untuk mendorong simpulsimpul aktivitas eknomi relatif cukup tinggi. Selain itu, rendahnya income masyarakat juga diakibatkan oleh belum terberdayanya lembaga-lembaga ekonomi masyarakat, UKM dan industri kerajinan kreatif-inovatif rumah tangga yang link dan match dengan 275 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 derasnya dinamika tourism geowisata di kawasan ini. (3) Masih rendahnya kualitas kesehatan masyarakat, kondisi kesehatan lingkungan, terutama yang menyangkut sanitasi dasar, dan perilaku masyarakat yang kurang mendukung pola hidup bersih dan sehat telah memberi kontribusi pada rendahnya status penduduk miskin dan kesehatan masyarakat. Peluang terjangkitnya penyakit demam berdarah dan penyakit endemik lainnya di wilayah Kintamani, Batur, Songan, dan Trunyan sangat tinggi, karena aktivitas produktif masyarakat tidak ramah lingkungan. Danau batur yang menjadi salah satu label kepariwisataan Kintamani sering digunakan sebagai tempat muara saluran limbah rumah tangga, pertanian/peternakan, dan industry yang dapat merusak ekosistem, kebersihan dan keindahan danau Batur, bahkan akan mengancam usaha budi daya perikanan masyarakat di tambak-tambak danau Batur. (4) Dari sisi kewilayahan desa Songan A dan desa Songan B merupakan daerah pegunungan konservasi hutan yang sangat berpotansi terjadinya rawan bencana longsor setiap tahun. Kepedulian masyarakat dalam menjaga kelestarian konservasi hutan di kawasan geowisata relatif masih kurang, terbukti intensitas perambasan hutan masih tinggi, yang berpotensi mendatangkan malapetaka longsor, dan banjir. Di sisi yang lain, rendahnya budaya dan kemampuan masyarakat dalam mekanisme mitigasi bencana alam sering menimbulkan kerusakan pada simpul-simpul produktivitas sosio-ekonomi masyarakat. (5) Masih rendahnya akses masyarakat terhadap pendidikan yang berkualitas, kurangnya pemerataan pendidikan dan penyediaan tenaga terampil, menyebabkan terjadinya kesenjangan pendidikan yang cukup tajam. Rendahnya kualifikasi pendidikan masyarakat berdampak pada munculnya berbagai masalah socialekonomi yang akut, seperti pengangguran, kejahatan, perkawinan muda/poligami, dan konflik sosial-ekonomi yang lahir dari pergesekan perebutan hegemoni sumber daya alam. (6) Minimnya terapan teknologi tepat guna di masyarakat dalam pengolahan hasil pertanian, peternakan, dan perikanan yang dapat mengantarkan desa-desa di kawasan ini sebagai desa mandiri pangan dan energi. Budi daya pariwisata, pertanian, peternakan, dan perikanan yang ada saat ini masih bersifat tradisional, monokultur, dengan pengagarapan yang parsial, dan kurang profesional yang dapat meningkatkan ketahanan pangan masyarakat dan berpotensi untuk menumbuhkembangkan dinamika perekonomian masyarakat. Masyarakat belum mampu mentransfusi aktivitas pertanian, peternakan, dan perikanan sebagai mayor-driven kedalam domain aktivitas pariwisata, sehingga dapat mewujudkan kawasan yang mampu mengintegrasikan budaya bertani, beternak secara simultan dengan pariwisata, sehingga dapat mewujudkan kawasan ruralgeotourism. Target luaran yang diharapkan tercapai dari kegiatan IbW tahun-1 (Tahun 2016) adalah: (1) Rencana strategis (Renstra) dan program aksi strategis desa-desa wilayah IBW berdasarkan hasil evaluasi diri secara partisipatif yang komprehensif melalui indepth SWOT analysis dan pemetaan wilayah berbasis data riil potensi daerah, (2) Terwujudnya demplot budi daya ikan tawar di area kubangan bekas galian C, (3) Peningkatan pengetahuan dan keterampilan warga dalam penerapan IPTEKS, managemen wirausaha dan perkoperasian untuk mengembangkan industri kecil/skala rumah tangga, (4) Peningkatan pengetahuan 276 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 dalam penangan kerawanan pangan masyarakat melalui peningkatan pengetahuan dan keterampilan produktivitas pertanian, , perikanan, dan peternakan terpadu, (5) Terwujudnya demplot peternakan ramah lingkungan (zero waste), pengolahan lembah ternak menjadi sumber energi bio-gas untuk keperluan bahan bakar, (6) Peningkatan sadar wisata masyarakat, khususnya dalam mengintegrasikan aktivitas pariwisata dengan pertanian/peternakan, dan budaya lokal menuju kawasan rural-geotourism culture, (7) Terwujudnya kelompok belajar kelas kecil tingkat SD, tingkat SMP dan mekanisme pengelolaanya berbasis desa pekraman, (8) Peningkatan kesadaran individu, keluarga dan masyarakat tentang peningkatan kesehatan dirinya, kesehatan keluarga dan kesehatan masyarakat, serta sanitasi lingkungan. interaksi, (4) context specific, yaitu pendekatan penanganan masalah secara kontekstual, (5) facilitating experts and stakeholders, yaitu pemanfaat pakar dan partisipasi masyarakat dalam aksi perbaikan kondisi masyarakat, (6) leading to sustained action, yaitu penguatan kapasitas personal dan lembaga masyarakat dalam mengawal program aksi secara berkelanjutan. Kodisi exciting masyarakat di wilayah IbW, yang bertautan dengan potensi wilayah, SDA, SDM, dan kearifan-kearifan lokal masyarakat dijadikan starting point dalam memetakan program-program pemberdayaan masyarakat, yang sudah tentu melibatkan usulan dan tuntutan kebutuhan masyarakat dari bawah (internal) dan mensinergiskan dengan program-proram kebijakan pemerintah daerah yang muncul dari analisis kritis Undikasha, Stikes Buleleng dan Pemkab Bangli (eksternal) sehingga dapat dirumuskan proram-program aksi yang dapat mengantarkan masyarakat pada kondisi expeting yang diinginkan dan disepakati bersama. Program aksi pemberdayaan masyarakat yang menempatkan masyarakat secara aktif berpartisipasi dalam perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi melalui proses pembelajaran dan pendampingan akan dapat meningkatan intensitas partisipasi, self-belonging , dan responsibility sehingga dapat menjamin dukungan material, finansial, dan pemikiran tepat sasaran dalam pemberdayaan masyarakat untuk mengantarkan masyarakat hidup lebih mandiri, aman, sejahtera, sehat dan harmonis( Sumodiningrat, Gunawan, 1999; Supriatna, Tjahya, 2000) METODE Metode yang akan digunakan untuk pelaksanaan IBW adalah metode PALS (participatory action learning system), yang dikembangkan oleh Linda Mayoux. Metode PALS merupakan salah satu metode pemberdayaan dalam lingkup PLA (participatory learning and action), hasil evolusi dari RRA (rapid rural appraisal) dan PRA (participatory rural appraisal) (Linda Mayoux, 2005), yang memiliki prinsip-prinsip: (1) A defined methodology and systemtic learning process, yaitu proses pembelajaran yang metodik, komulatif partisipatif, dan sistematik, (2) multiple perspectives :yaitu dalam pemberdayaan diutamakan pada pencapaian keragaman dan aksi-aksi yang beragam, (3) group learning processes: yaitu pemecahan kompleksitas masalah dunia nyata dengan proses rekognisi melalui inkuiri kelompok dan HASIL DAN PEMBAHASAN (1) Kegiatan IbW di kawasan galian C di desa Songan A dan desa Songan B kecamatan Kintamani-Bangli Provinsi Bali, 277 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 diawali dengan sosialisasi secara vertikal dengan menghaturkan upacara permohonan ijin/permakluman (piuning) kehadapan Tuhan Yang Maha Esa yang berstana di Pura Desa masing-masing, dan Pura Ulun Danu di desa Songan A dan desa Songan B. Selanjutnya, sosialisasi juga dilakukan secara horizontal dengan masyarakat yang menghadirkan aparat pemerintah di tingkat kecamatan, desa, adat, tokoh masyarakat dan ketua kelompok produktif-ekonomis masyarakat di kawasan galian C di desa Songan A dan desa Songan B. perikanan. Dari sisi komoditas hasil pertanian dan perkebunan, yang dominan adalah jeruk, bawang merah, cabe, tomat dan sayuran. Aspek pertanian yang menonjol adalah babi dan ayam/itik, sedangkan perikanan yang dominan adalah ikan mujair. Terletak di tepian danau batur, aspek pertanian bawah merah, budi daya tambak ikan merupakan aktivitas primadona masyarakat di desa Songan A dan Songan B. Disamping mengandalkan pendapatan dari kontribusi aktivitas galian C, masyarakat juga mendapatkan penghasilan dari sektor pariwisata, yakni wisata kuliner mujair, sewa permandian dan penginapan. (3) Potensi air yang melimpah dari danau batur, telah mendorong masyarakat desa Songan A dan desa Songan B mengembang budi daya ternak ikan air tawar, baik yang dikembangkan melalui sistem keramba di danau, maupun sistem tambak di darat. Di pinggiran danau Batur, berjajar dan berderet keramba-keramba untuk membudidayakan ikan. Keramba Jaring Apung (KJA) ini memuat ribuan ikan nila. Di perairan bebas danau, mujair juga berlimpah. Eksploitasi budi daya ikan tawar dengan sistem keramba secara progresif, telah membatasi akses budi daya ikan masyarakat yang tidak memiliki akses lahan di tepian danau. Dalam program IbW ini, dilakukan pengembangan demplot perikanan dengan sistem tambak di darat dengan memanfaatkan beberapa kubangan lahan sisa galian C, tentu sumber air didatangkan dari danau Batur berbantuan mesin pompa air. Dalam program IbW ini dihibahkan 1(satu) unit pompa air untuk mengangkat air danau Batur untuk pengairan tanaman bawang merah, cabe, tomat dan kubis. Gambar 2. Sosialisasi Program IbW Pendataan potensi wilayah di desa Songan A, dan desa Songan B difokuskan pada pendataan profil dan potensi yang dimiliki masyarakat, baik secara personal dalam keluarga, maupun secara komunal dalam kelompok tani-ternak, yang berpotensi untuk diberdayakan sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Hasil survey, observasi dan wawancara yang mendalam dalam diperoleh profil potensi kawasan dan kondisi masyarakat di desa Songan A dan Songan B. (2) Dari hasil pemetaan potensi wilayah garapan IbW di kawasan galian C di desa Songan A dan Songan B, nampak jelas bahwa kawasan ini punya lahan yang cukup luas untuk area galian C, tegalan, perkebunan, dan tambak 278 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 menanam tanaman yang dapat memenuhi kebutuhan konsumtif jangka pendek sampai jangka panjang. Model pertanian-peternakan terpadu merupakan aktivitas produktif pertanianpeternakan dalam satu siklus berantai (Millind B Bhujbal, 2012), yakni pemanfaatan limbah tanaman pada budidaya tani untuk pakan ternak. Demikian juga sebaliknya budidaya ternak, limbah ternak dapat dimanfaatkan untuk pertanian. Sebagai langkah awal diintroduksikan penanaman rumput raja dan gamal di pematang petakan lahan petani untuk menambah penyediaan hijauan pakan ternak selain itu juga diperkenalkan perkandangan menetap, dan pengawetan pakan ternak. Gambar 3. Mesin pompa IbW (4) Keterbatasan yang dimiliki lahan kering cenderung membuat kegiatan pola usahatani bersifat subsistem (tradisional). Pola usahatani tanaman semusim yang biasanya dilakukan di lahan kering adalah pola usahatani tanaman pangan seperti jagung, kacang tanah dan jenis palawija lainnya. (Ernan Rustiadi, Sunsun Saefulhakim Dyah R. Panuju, 2009) Pola usahatani tanaman pangan dilakukan pada musim penghujan menggunakan teknologi sederhana dengan varietas lokal sehingga hasilnya rendah. Selain itu pemeliharaan ternak (umumnya sapi) masih tradisional dan monokultur sehingga produktivitasnya rendah. Pemberdayaan masyarakat di kawasan galian C di desa Songan A dan desa Songan B kecamatan Kintamani-Bangli Provinsi Bali ini dilakukan dengan pencanangan program aksi pertanian-peternakan multikultur. Ketahanan ekonomi masyarakat yang banyak bertumpu dari hasil ternak-tani disikapi dengan mengembangkan ternak multikultur,yakni ternak sapi sebagai penghasil income tahunan, ternak babi sebagai penghasil income enan bulan, dan ayam merupakan sumber penghasilan masyarakat bulanan. Hal yang sama juga pada aspek pertanian, dimana masyarakat di setiap demplot sebagai episentrum aktivitas pemberdayaan, dikapasitaskan untuk Gambar 4. Peternakan Sistem Koloni Program aksi usaha produktif pertanianpeternakan-perikanan terpadu diawali introduksi teknologi pemanfaatan limbah tanaman untuk pakan ternak menjadi pupuk bio-organik, dilaksanakan pada tanggal 6 Juni 2063, sampai dengan tanggal 22 Juni 2016. Hasil pemberdayaan masyarakat yang terkabung kelompok tani (poktan) dalam usaha produktif pertanian multikultur dan peternakan ternak sapi/babi terpadu adalah (1) adanya peningkatan kompetensi bertani multikultur dalam intensifikasi budi daya ternak sapi/babi/ayam secara terpadu, menuju usaha produktif yang zero waste, (2) mendorong proses transformasi IPTEKS dalam pengolahan limbah ternak 279 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 sapi/babi/unggas menjadi pupuk. Terkait dengan pengembangan tani-ternak multikultur, program aksi IbW tahu-1 di desa Songan A dan desa Songan B, diinstalasi 1(satu) unit kandang koloni Sapi pada kelompo tani-ternak. (5) Potensi keindahan alam kaldera gunung Batur yang menghampar di kawasan Songan A dan Songan B, dengan diversifikasi vegetasi hutannya, dan pesona danau batur merupakan daya tarik wisata adalah aset desa Songan A dan Songan B yang dapat mendatangkan generate revenue bagi masyarakat Songan. Pengelolaan wisata yang tradisional, penataan kawasan, dan managemen pemasaran yang konvensional belum mampu meningkatkan taraf pendapatan warga, apalagi dengan kompetensi bahasa asing, ICT dan literasi wisata yang rendah. Maka dari itu, dalam program IbW kawasan galian C di desa Songan A dan desa songan B kecamatan Kintamani-Bangli provinsi Bali dilakukan edukasi dan penatan secara bertahap terhadap SDM dan keasrian objek geotourism, yakni : (1) Pelatihan English for Guiding untuk program geotourism bagi praktisi wisata di desa Songan A dan desa Songan B, (2) Pelatihan ICT untuk pordarwis dan teruna teruni dalam upaya mengkapasitasi praktisi wisata untuk akses informasi, publikasi, dan pemasaran, dan (3) diversifikasi produk wisata berupa cycling adventuring, dimana dalam program IbW tahun pertama diberikan bantuan sepeda hibrida yang khusus diperuntukan bagi wisata tracking, cycling, dan adventuring di desa Songan A dan Songan B. Gambar 5. Pengkapasitasan Wisata (6) Komoditas pertanian yang sangat populer di desa Songan A dan desa Songan B adalah bawang merah, cabe lokal dan cabe lombok, tomat, sayuran kubis, sawi, kentang, dan wortel. Secara konvensional, masyarakat tani terbiasa bertani secara monokultur, jadi selama durasi waktu terntentu hanya menanam bawang merah saja, atau cabe saja, sehingga saat panen raya, sering harga produk tani anjlok, karena persaingan harga yang saling menjatuhkan. Atas dasar itu, program IbW berusaha membimbing masyarakat tani untuk bertani hortikultural secara multi-kultur dengan sistem tumpang sari, sehingga ketersediaan produk tani yang terdiversifikasi diharapkan dapat menekan fluktuasi harga pasar ekstrim saat panen raya. Gambar 6. Pertanian multikultur 280 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 (7) Persoalan kesehatan nampaknya merupakan permasalahan yang cukup serius dihadapi oleh komunitas penduduk di desa Songan A dan desa Songan B. Sanitasi lingkungan yang jelek akibat rendahnya kesadaran masyarakat dalam membuang sampah sembarangan, kebiasaan MCK di pinggir danau/selokan, intensitas debu akibat lalu-lalang mobil berat pengangkut eksplorasi galian C yang sangat masif, dan pola hidup kurang bersih menyebabkan masyarakat sangat mudah diserang berbagaimacam penyakit, seperti diare, penyakit kulit, pernapasan, batuk, disentri, dan penyakit lainnya. Jarak Puskermas Pembantu (Pustu) yang relatif cukup jauh dan secara geografis sulit diakses, maka pelayanan dan penanganan kesehatan masyarakat sering terabaikan. Berangkat dari permasalahan aktual ini, tim IbW Undiksha dan STIKES Buleleng memprogramkan kegiatan penyuluhan dan pelayanan kesehatan gratis bagi masyakat di desa Songan A dan desa Songan B yang dilakukan pada bulan Juli dan bulan Agustus 2016. terwujudnya sentra peternakan sapi terpadu dengan system koloni, (3) terwujudnya demplot pertanian multikultur dengan sistem irigasi yang bergantung pada suplei air pompa danau Batur, (4) peningkatan kompetensi wisata podarwis, dan (5) Peningkatan derajat kesehatan masyarakat dari pelayanan kesehatan. DAFTAR RUJUKAN Anonin. 2010. Profil Kecamatan Kintamani, kabupaten Bangli:Bali Ernan Rustiadi, Sunsun Saefulhakim Dyah R. Panuju. 2009. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Crestpen Press dan Yayasan Obor Indonesia. Jakarta Irawan, P.B. dan Romdiati. H, 2000. The Impact of Economic Crisis on Povertyand its Implication for Development Strategies, Paper Presented at National Workshop on Food and Nutrition VII. LIPI, 29 Febuari – 2 Maret 2000, Jakarta Linda Mayoux, 2005. Participatory action learning system (PALS): Impact assessment for civil society development and grassroots-based advocacy in Anandi, India. Journal of International Development. Volume 17, Issue 2 March 2005 Pages 211–242. Michael Sherraden. 2006. Aset untuk Orang Miskin: Perspektif Baru Usaha Pengentasan Kemiskinan. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta. Gambar 7. Pelayanan Kesehatan SIMPULAN Michal Sznader, Lucyna Przezborska. 2004. Identification of Rural and AgriTourism products and services. Rocz. AR Pozn. CCCLIX, Ekon. 3: 165-177. Dari paparan hasil pelaksanaan IbWdi desa Songan A dan Songan B pada tahun-1, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut. Kegiatan IbW pada tahun 2016 telah mampu menghasilkan : (1) rencana strategis (Renstra) dan pemetaan wilayah, (2) 281 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 Millind B Bhujbal. 2012. Agro-tourism A Specialized Rural Tourism: Innovative Product of Rural Market. International Journal of Bussiness & Management Tomorrow. Vol. 2 No:1 Supriatna, Tjahya, 2000, Strategi Pembangunan Dan Kemiskinan, Rineka Cipta, Jakarta Sumodiningrat, Gunawan,, 1999, Pemberdayaan Masyarakat dan JPS, PT Gramedia,Jakarta 282 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS KARAKTER BERDASARKAN KURIKULUM 2013 PAUD BAGI GURU TK NEGERI PEMBINA DAN TK CERIA ASIH SINGARAJA I Made Tegeh, I Nyoman Jampel, Ketut Pudjawan, I Komang Sudarma, Nice Maylani Jurusan Teknologi Pendidikan, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja [email protected] Abstract The objectives of community service activity is increasing Negeri Pembina and Ceria Asih kindergarten teacher’s knowledge and skill in development instructional device basic to 2013 Earlychildhood Curriculum. The target audience involved in community service activity are 20 teachers in Negeri Pembina and 4 teachers Ceria Asih Kindergarten. This activities covered two main activites such as general accompaniment and intensive accompaniment. Teacher had scouted to make instructional device basic to character education and 2013 Earlychildhood Curriculum. The result of assessment show that instructional device basic to character education and 2013 curriculum were good criteria in semester programme, very good criteria in week instructional plan, and very good criteria in daily instructional plan. The mean of semester programme is 84.16,; week instructional paln is 85.5, and daily instructional plan is 88. Key word: instructional device, character, earlychildhood Abstrak Tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan P2M ini adalah “meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guru TK Negeri Pembina dan TK Ceria Asih Singaraja dalam mengembangkan perangkat pembelajaran berbasis karakter berdasarkan Kurikulum 2013 PAUD”. Khalayak sasaran yang akan dilibatkan dalam kegiatan P2M ini adalah para guru TK Negeri Pembina sebanyak 20 orang dan guru TK Ceria Asih sebanyak 4 orang. P2M ini akan dilaksanakan dalam bentuk pendampingan yang terdiri dari dua tahap yaitu: tahap pertama, pendampingan umum terhadap 24 orang guru TK Negeri Pembina dan TK Ceria Asih Singaraja tentang pengembangan perangkat pembelajaran berbasis karakter berdasarkan Kurikulum 2013 PAUD, serta tahap kedua, pendampingan secara intensif kepada enam kelompok guru TK untuk mengembangkan perangkat pembelajaran dengan tema dan subtema yang berbeda. Berdasarkan hasil penilaian Tim P2M dapat diketahui bahwa hasil produk perangkat pembelajaran berbasis karakter berdasarkan kurikulum 2013 PAUD berupa Program Semester berkriteria baik, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mingguan berkriteria sangat baik, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian berkriteria sangat baik. Rerata nilai perangkat pembelajaran Program Semester 84,16, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mingguan 85,5, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian 88. Kata kunci: perangkat pembelajaran, karakter, kurikulum, paud PENDAHULUAN Satuan atau program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah layanan PAUD yang dilaksanakan pada suatu lembaga pendidikan dalam bentuk Taman Kanak-kanak (TK)/Raudatul Athfal (RA)/Bustanul Athfal (BA), Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), Satuan PAUD sejenis (SPS). Untuk menjamin mutu pendidikan anak usia dini, pemerintah mengeluarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137 tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak 283 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 Usia Dini. Standar PAUD terdiri atas: (1) Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak, (2) Standar Isi, (3) Standar Proses, (3) Standar Penilaian, (4) Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, (5) Standar Sarana dan Prasarana, (6) Standar Pengelolaan, dan (7) Standar Pembiayaan. Selain itu, sejak tahun pelajaran 2015/2016 pemerintah telah menerapkan Kurikulum PAUD 2013. Struktur Kurikulum PAUD 2013 merupakan pengorganisasian muatan kurikulum, kompetensi inti, kompetensi dasar, dan lama belajar. Berdasarkan Kurikulum PAUD 2013, untuk merencanakan pembelajaran satuan PAUD menyusun program semester, rencana pelaksanaan pembelajaran mingguan, dan rencana pelaksanan pembelajaran harian. Demikian pula TK sebagai bagian dari PAUD diharapkan telah melaksanakan Kurikulum PAUD 2013 atau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Berdasarkan hasil observasi pada pertengahan Maret 2015 di TK Negeri Pembina Singaraja diketahui bahwa guru telah menerapkan Kurikulum PAUD 2013. Menurut informasi dari salah satu guru TK Negeri Pembina Singaraja, Ibu Putu Sumpeni, S.Pd., sebelum menerapkan kurikulum baru beberapa guru telah diberikan pelatiahan. Guru yang telah menerima pelatihan ditugaskan untuk mengimbaskan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh kepada guruguru lai yang tidak ikut pelatihan. Permasalahan yang muncul adalah tidak semua guru TK mengerti tentang Kurikulum PAUD 2013. Hasil wawancara dengan Kepala TK Negeri Singaraja pada akhir Maret 2015, Ibu Luh Sukraningsih, S.Pd. menunjukkan bahwa dalam penerapan Kurikulum PAUD 2013, banyak guru TK yang belum memiliki pengetahuan dan keteramplan dalam mengembangkan perangkat pembelajaran seperti membuat program semesteran, rencana pelaksanaan pembelajaran mingguan, dan rencana pelaksanan pembelajaran harian. Demikian pula keadaan yang sama terjadi di TK Ceria Asih Singaraja. Dari empat guru yang ada di TK Ceria Asih Singaraja, baru satu orang yang pernah mengikuti pelatihan tentang kurikulum PAUD 2013. Secara umum para guru TK di TK Negeri Pembina Singaraja dan TK Ceria Asih Singaraja belum memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam menyusun dan mengembangkan perangkat pembelajaran yang sesuai dengan Kurikulum PAUD 2013. Selain itu, permasalahan yang dihadapi oleh guru TK di kedua TK tersebut adalah kesulitan mengintegrasikan strategi pendidikan karakter dalam perangkat pembelajaran yang mereka kembangkan. Untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh para guru TK pada kedua TK tersebut, maka perlu dilakukan kegiatan P2M dalam bentuk pendampingan pembuatan perangkat pembelajaran berbasis karakter berdasarkan Kurikulum PAUD 2013. . METODE YANG DITERAPKAN P2M ini akan dilaksanakan dalam bentuk pendampingan yang terdiri dari dua tahap yaitu: tahap pertama, pendampingan umum terhadap 24 orang guru TK Negeri Pembina dan TK Ceria Asih Singaraja tentang pengembangan perangkat pembelajaran berbasis karakter berdasarkan Kurikulum 2013 PAUD, serta tahap kedua, pendampingan secara intensif kepada enam kelompok guru TK untuk mengembangkan perangkat pembelajaran dengan tema dan subtema yang berbeda. Evaluasi dilakukan terkait dengan kualitas perangkat pembelajaran yang dihasilkan oleh para guru peserta P2M. Perangkat pembelajaran yang dirancang oleh para guru TK adalah program semester, rencana pelaksanaan pembelajaran mingguan, dan rencana pelaksanan pembelajaran harian. Pada akhir pendampingan secara intensif, setiap kelompok diminta untuk menyerahkan 284 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 produk perangkat pembelajaran yang dihasilkan untuk dinilai. Instrumen yang digunakan untuk menilai produk perangkat pembelajaran adalah lembar penilaian produk. Lembar Penilaian Produk I untuk menilai program semester, Lembar Penilaian Produk II untuk menilai rencana pelaksanaan pembelajaran mingguan, dan Lembar Penilaian Produk III untuk menilai rencana pelaksanaan pembelajaran harian. berupa program semester, rencana pelaksanaan pelaksanaan pembelajaran mingguan, dan rencana pelaksanaan pembelajaran harian. HASIL PENGABDIAN Kegiatan pendampingan umum dilaksanakan pada hari Sabtu, 23 April 2016 di Aula TK Negeri Pembina Singaraja, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng. Para guru TK di Kecamatan Buleleng yang hadir berjumlah 24 orang. Undangan yang hadir terdiri atas dua orang pengawas dan Ketua Unit Pelaksana Pendidikan (UPP) Kecamatan Buleleng. Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat dibuka oleh Ketua UPP Kecamatan Buleleng, Wayan Duduk, S.Pd.. Gambar 3 Peserta Bekerja Kelompok dalam Pendampingan Umum Kegiatan Pendampingan Umum dilaksanakan dalam waktu satu hari. Materi yang diberikan adalah pembuatan perangkat pembelajaran sesuai kurikulum PAUD 2013 berbasis karakter. Para guru TK diberi contoh cara pembuatan perangkat pembelajaran. Selanjutnya setiap kelompok mengerjakan perangkat pembelajaran dengan tema yang berbeda. Gambar 1. Tim P2M Memberikan Materi dalam Pendampingan Umum Produk yang dihasilkan dalam kegiatan ini adalah perangkat pembelajaran 285 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 Gambar 2 Guru Mendiskusikan Perangkat Pembelajaran yang Dikerjakan cakupan rumusan tema dan subtema, kesesuaian kompetensi dasar dengan tema dan subtema, dan ketepatan alokasi waktu yang dirancang dalam satu semester. Perangkat pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mingguan (RPPM) dinilai dengan lembar penilaian N2. Lembar penilaian ini terdiri atas enam indikator, yakni (1) kelengkapan identitas RPPM, (2) kesesuaian subtema dan materi, (3) kejelasan rencana kegiatan, (4) variasi kegiatan pada rencana kegiatan, (5) kesesuaian materi dan rencana kegiatan, dan (6) ketepatan dan kerapian pengetikan. Berdasarkan penilaian terhadap RPPM yang dibuat oleh enam kelompok, tiga kelompok mendapatkan nilai 85 ke atas (berkategori sangat baik) dan tiga kelompok mendapat nilai kurang dari 85 (berkategori baik). Rata-rata nilai produk perangkat pembelajaran RPPM adalah 85,5. Hal ini secara umum perangkat pembelajaran RPPM yang dihasilkan oleh para guru TK Negeri Pembina Singaraja dan TK Ceria Asih Singaraja berada pada kategori sangat baik. Aspek penilaian atau indikator yang paling kelihatan kelemahannya adalah aspek keempat, yaitu variasi kegiatan pada rencana kegiatan. Hal yang menyebabkan kelemahan pada indikator keempat adalah kebiasaan guru dalam mengerjakan RPPM mencontoh karya yang sudah ada, sehingga tidak menuangkan kreativitas atas prakarsa sendiri. Selanjutnya adalah hasil penilaian terhadap perangkat pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH). Terdapat 11 indikator untuk menilai RPPH. Kesebelas indikator tersebut terdiri atas (1) kelengkapan materi, (2) kejelasan materi, (3) kesesuaian alat dan bahan, (4) kejelasan kegiatan pembukaan, (5) kejelasan kegiatan inti, (6) kejelasan kegiatan recalling, (7) kejelasan kegiatan istirahat, (8) kejelasan kegiatan penutup, (9) kejelasan unsur karakter dalam RPPH, (10) kemenarikan proses pembelajaran, dan (11) pengetikan dan kerapian RPPH. Hasil penilaian RPPH menunjukkan hasil yang sangat memuaskan Dalam Pendampingan Umum ditentukan enam kelompok untuk selanjutnya didampingi secara intensif dalam mengembangkan perangkat pembelajaran. Keenam kelompok tersebut terdiri atas lima kelompok dari TK Negeri Pembina Singaraja dan satu kelompok dari TK Ceria Asih Singaraja. Kelima tim P2M secara bergantian mendampingi para guru TK mengembangkan perangkat pembelajaran di TK masing-masing. Gambar 4 Anggota Tim P2M Berkunjung ke TK Mitra PEMBAHASAN HASIL Pada lembar penilaian Program Semester (lembar penilaian N1) terdapat delapan aspek pokok yang dinilai, yaitu: (1) kelengkapan identitas program semester, (2) kejelasan dan kelengkapan cakupan rumusan tema dan subtema, (3) ketepatan kompetensi dasar yang dipilih, (4) kesesuaian kompetensi dasar dengan tema dan subtema, (5) kesesuaian alokasi waktu dengan subtema dan kompetensi dasar, (6) ketepatan alokasi waktu yang dirancang dalam satu semester, (7) ketepatan dan kerapian pengetikan, dan (8) kerapian dan keindahan tampilan fisik program semester. Di antara delapan aspek penilaian tersebut, ada tiga aspek yang secara umum berkriteria baik. Ketiga aspek tersebut adalah aspek kejelasan dan kelengkapan 286 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 karena seluruh indikator telah memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Keenam kelompok telah merancang RPPH dengan sangat baik. Rerata nilai RPPH yang dibuat oleh keenam kelompok adalah 88,00. Tampaknya setiap kelompok bersaing secara positif untuk mengerjakan RPPH sebaik mungkin, sehingga hasilnya berkategori sangat baik. Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui bahwa hasil penilaian Tim Pengabdian Kepada Masyarakat, dari ketiga produk perangkat pembelajaran yang dihasilkan dua berkriteria sangat baik dan satu berkriteria baik. Secara umum ketiga jenis produk yang dihasilkan oleh keenam kelompok memiliki nilai rerata 84,16 untuk Program Semester; 85,8 untuk RPPM, dan 88 untuk RPPH. Hal ini menunjukkan bahwa secara kuantitatif hasil produk perangkat pembelajaran yang dihasilkan oleh para guru TK dalam kegiatan P2M berkriteria baik dan sangat baik. Pembuatan Program Semester perlu ditingkatkan lagi agar dapat meraih kriteria sangat baik. perangkat pembelajaran Program Semester 84,16, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mingguan 85,5, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian 88. DAFTAR PUSTAKA Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini. 2011. Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Taman Kanakkanak. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal. Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini. 2011. Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Taman Kanakkanak. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal. Lickona, T. 1996. Eleven Principles of Effective Character Education. Journal of Moral Education.1, 1996, pp.93-94. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 84 tentang Pendirian Satuan Pendidikan Usia Dini. SIMPULAN Kegiatan P2M ini mencakup dua kegiatan pokok, yakni Pendampingan Umum dan Pendampingan Intensif atau khusus. Kegiatan Pendampingan Umum diikuti oleh para guru TK di Kota Singaraja yang berjumlah 24 orang. Kegiatan Pendampingan Intensif difokuskan kepada enam kelompok guru TK yang meliputi lima kelompok guru pada TK Negeri Pembina Singaraja dan satu kelompok guru TK Ceria Asih Singaraja. Setiap kelompok terdiri atas empat orang anggota kelompok. Berdasarkan hasil penilaian Tim P2M dapat diketahui bahwa hasil produk perangkat pembelajaran berbasis karakter berdasarkan kurikulum 2013 PAUD berupa Program Semester berkriteria baik, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mingguan berkriteria sangat baik, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian berkriteria sangat baik. Rerata nilai Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137 tentang Standar NasionalPendidikan Anak Usia Dini.. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 146 tentang Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Fokusmedia. Zuchdi, Darmiyati, Anik Ghufron, Kastam Syamsi, dan Muhsinatun Siasah Masruri. 2014. Pemetaan Impelmentasi Pendidikan Karakter di SD, SMP, dan SMS di Kota Yogyakarta. Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun IV, Nomor 1, 287 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 Lembaga Pengembangan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. 288 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 IBPE-KERAJINAN ART-GLASS DI BELEGA-GIANYAR PROVINSI BALI Ida Bagus Putu Mardana1 1Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA UNDIKSHA; Email: [email protected] ABSTRACT Glass-art crafts in the village Belega-Gianyar Bali province is a productive enterprise-economy run by two SMEs, namely SME Wistaswari Art Glass and Inti Bali Glass. The art of glass-art products made of glass as raw materials. Production of glass-art items produced include: bottles, glass plates, cups and bowls, fitting flowers plants, as well as souvenirs with different shapes, sizes, designs, and artistic sent in the domestic and export markets. Although he was able to penetrate the export market, but the profit margin and the level of welfare of workers less favorable. This is caused by the system of business management from upstream to downstream is still conventional. Efforts to solve performed in program IbPE are (1) creating ergonomic work station and transfusion science and technology into SMEs Wistaswari Art Glass and SME Inti Bali Glass, which deals with technology washing, melting, blowing, sandblasting, coloring, packaging, and marketing, and (2) capaciting staff master the competencies of SMEs in business management, administrative, financial, and safety-art glass production business professionals with the support of ICT. Target outcomes resulting from program IbPE are (1) the establishment of two units of machine washing glass with mechanical systems automatically, (2) 2 reactor controlable glass furnace , (3) the diversification of products with artistic design multicolor glass-art creative and innovative, (4) improving the competence of production processes, management and business marketing craft of glass-art for managers of SMEs Wistaswari Art Glass and Inti Bali Glass with the support of ICT technology, (5) increased security, safety, occupational health and ergonomically, (6) the standardization (SNI) glass-art products, and (7) scientific publications. Keywords: IbPE, Glass-art, SMEs, Wistaswari Art Glass, Inti Bali Glass ABSTRAK Kerajinan Glass-art yang ada di desa Belega-Gianyar provinsi Bali merupakan usaha produktif-ekonomi yang dikelola oleh 2 UKM, yakni UKM Wistaswari Art Glass dan UKM Inti Bali Glass. Produk seni glass-art dibuat dari kaca sebagai material bahan baku. Item produksi glass-art yang dihasilkan meliputi: botol, piring gelas, cangkir dan mangkok, pas bunga/tanaman, serta cendramata dengan berbagai bentuk ukuran, desain, dan artistik yang dikirim di pasar domestik dan ekspor. Meskipun sudah mampu menembus pasar ekspor, namun margin keuntungan dan tingkat kesejahteraan buruh relatif belum optimal. Hal ini disebabkan oleh sistem pengelolaan usaha dari hulu sampai hilir masih konvensionalUpaya pemecahan yang dilakukan dalam program IbPE ini adalah (1) mewujudkan stasiun kerja yang ergonomis dan melakukan transfusi ipteks ke dalam UKM Wistaswari Art Glass dan UKM Inti Bali Glass, yang berkaitan dengan teknologi washing, melting, blowing, sandblasting, coloring, packaging, dan marketing, dan (2) mengkapasitasi staf UKM dalam menguasai kompetensi managemen usaha, administrasi, finansial, dan keselamatan kerja usaha produksi glass-art yang profesional dengan dukungan ICT. Target luaran yang dihasilkan dari program IbPE ini adalah (1) terwujudnya 2 unit mesin washing kaca dengan sistem mekanik otomatis, (2) 2 reaktor “controlable glass furnace”, (3) diversifikasi produk dengan desain artistik multicolor glass-art yang kreatif dan inovatif, (4) peningkatan kompetensi proses produksi, managemen dan pemasaran usaha kerajinan glass-art bagi pengelola UKM Wistaswari Art Glass dan Inti Bali Glass dengan dukungan teknologi ICT, (5) peningkatan keamanan, keselamatan, dan kesehatan kerja secara ergonomis, (6) standarisasi (SNI) produk glass-art, dan (7) publikasi ilmiah. Kata kunci: IbPE, Glass-art, UKM, Wistaswari art glass, Inti Bali glass 289 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 PENDAHULUAN ornament untuk mempercantik tata ruang hotel, kantor, perumahan, dan cindremata, yang sangat berpotensi ekspor untuk menghasilkan devisa, mata pencaharian dan sumber kehidupan masyarakat di Belega dan sekitarnya. Item produksi glass-art yang dihasilkan meliputi: botol, piring gelas, cangkir dan mangkok, pas bunga/tanaman, pohon aquarium, serta cendramata dengan berbagai bentuk ukuran dan desain. Pulau Bali yang dikenal sebagai daerah seni dan tujuan wisata nasional maupun internasional memiliki beraneka ragam bentuk kerajinan seni, seperti kerajinan ukir, kerajinan anyaman, kerajinan seni bambu, kerajinan seni lukisan, kerajinan art-glass, dan lain sebagainya. Produk seni kerajinan ini telah menopang pilar kepariwisataan Bali dalam menggerakan perekonomian masyarakat Bali. Sentra-sentra usaha kerajinan (handycraft) ini tersebar di tiap kabupaten yang ada di Pulau Bali. Handy Craft ini sebagian besar merupakan UMK (Usaha Mikro Kecil) dalam bentuk Home Industry berbasis ekonomi kerakyatan. Salah satu kerajinan seni yang mulai bersemai di Bali adalah kerajinan art glass yang ada di desa Belaga-Gianyar, provinsi Bali. Pesatnya pertumbuhan UMK dibidang kerajinan (handy craft) ternyata tidak diikuti dengan peningkatan kualitas, kuantitas serta pegetahuan di bidang teknologi dan manajemen dari pengelola usaha kerajinan tersebut. Kerajinan Glass-art yang ada di desa Belega-Gianyar merupakan usaha produktif yang dikelola oleh 2(dua) UKM, yakni UKM Wistaswari Art Glass dan UKM Inti Bali Glass. Pengembangan usaha kerajinan gelas seni (glass-art) pada awalnya timbul akibat efek imbas dari eskalasi usaha kerajinan bambu, dimana produk glass-art digunakan sebagai ornament artistik dalam pajangan produk seni bambu. Pada awalnya produk kerajinan seni kaca Wistaswari Art Glass dan Inti Bali Glass digunakan sebagai substasi dekoratif dalam paket produk kerajinan bamboo dan rontal, kemudian berkembang menjadi produk seni unik yang banyak diminati kolektor sebagai produk karya seni dan atau digunakan sebagai item Gambar 1. Usaha Kerajinan Glass-Art Produk seni glass-art dibuat dari kaca sebagai material bahan baku seperti pecahan kaca, botol bekas, toples atau apa saja yang berbahan kaca. Bahan baku tersebut dibersihkan dari bahan kontaminan, dicuci hingga bersih dan dilebur dalam tungku pemanas bersuhu 1.500-2000 derajat Celcius selama 24 jam. Setelah benar-benar meleleh, selanjutnya kaca itu dibentuk sesuai dengan keinginan. Bahan baku dasar (material kaca) glass-art diperoleh dari limbah kaca toko kaca, dan limbah kaca/botol gelas yang dikumpulkan pemulung di seluruh Bali. Dari hasil wawancara dengan Nyoman Widiarsa dan Wayan Sudiarsa, pendiri UKM, diperoleh informasi bahwa limbah kaca dari toko dibeli Rp 800.000/colt, sedangkan dari pemulung dibeli limbah kaca Rp 1500/botol. Bahan baku dari limbah kaca dan pemulung sebagian besar masih kotor. Proses pencucian dan pembersihan bahan baku masih dilakukan secara manual dengan 290 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 melibatkan manusia, sehingga banyak melibatkan tenaga murah dan ongkos pencucian yang tinggi. Bila terjadi order dalam jumlah besar, maka suplei bahan baku disubsidi dari pembelian kaca original dari toko-toko kaca, dengan biaya yang relatif tinggi. Bahan pendukung lain dalam proses produksi art glass adalah: gas oksigen dan gas LPG, cat dan sebagainya. Peralatan/perkakas produksi yang digunakan selama ini terdiri dari: tungku pembakaran, mesin bor bangku, gerinda bangku, gerinda potong, kompresor dan sebagainya. Proses produksi kerajinan glass-art dilakukan secara konvensional, yakni (1) proses pelelehan (melting) bahan baku kaca dilakukan dengan tungku pemanas yang tidak dilengkapi dengan control suhu dan aliran oksigen; (2) proses kreasi pembentuk desain mengacu pada model yang sudah ada, yang dilakukan secara mekanik sesuai dengan tingkat keahlian buruh, tanpa menggunakan alat-alat keamanan dan kesehatan, seperti sarung tangan, penutup mulut dan pelindung kaca mata, sehingga berpotensi mengancam kesehatan dan keselamatan tenaga kerja. Tungku pemanas (glass-furnace) yang ada di setiap UKM hanya 2 unit. Terbatasnya jumlah unit furnace ini, menurut penuturan Nyoman Widiarsa dan Wayan Sudiarsa, selalu menghambat kelancaran produksi, khususnya pada waktu beban produksi overload saat order maksimum. Produk glass-art belum diberikan aksesori pewarna multicolor. Produk glass-art yang dihasilkan masih klasik dan tradisional, yang hanya mengedepankan warna asli bahan baku dan campuranya, pedahal ada permintaan dari costumer luar negeri yang menginginkan glass-art kontemporer dengan sentuhan aksesori seni pewarna suplemen, (3) proses packaging menggunakan serabut kertas, yang sangat berpotensi pecahnya glass-art dalam pengiriman. Kedua UKM in masih kesulitan dalam pengadaan media pakacging dari gabus/spon atau media lainnya, sehingga dapat menghindari pecahnya produk gelas bernilai mahal. (Cecilia Cohen, 2011; Clair Ivan Colvin, 2008) Kondisi stasiun kerja pada UKM Wistaswari Art Glass dan UKM Inti Bali Glass relatif sempit, mengkover area seluas 1,5 ha, dengan konfigurasi tidak beraturan sehingga aliran bahan/material dalam proses produksi kurang efisien. Faktor-faktor keselamatan kerja belum dilaksanakan dengan baik sesuai dengan standar kelayakan kerja dimana proses kerja kerajinan ini sebagian besar menggunakan perkakas dengan risiko bahaya kecelakaan yang relatif tinggi seperti tabung gas asetilin yang bersifat mudah terbakar (flameable) dan bisa meledak (explosive) tidak ditempatkan diruangan khusus, malah posisinya didekat proses pembakaran yang mengeluarkan api dan panas yang cukup tinggi. Proses coloring dan blasting glass masih dilakukan di ruangan yang terbuka sehingga mencemari udara di lingkungan sekitarnya. Produksi glass-art UKM Wistaswari Art Glass dan UKM Inti Bali Glass meliputi berbagai desain, bentuk, tipe, ukuran, sentuhan artistik art glass. Permintaan glassart yang paling banyak adalah item botol, mangkok, cangkir, gelas, piring untuk memenuhi kebutuhan hotel. Kapasitas produksi usaha ini mencapai 60-75 pcs produk per hari dengan nilai investasi sekitar Rp.80.000.000,00. Pemasaran produksi glass art Wistaswari Art Glass dan Inti Bali glass masih terbatas pada pemasaran lokal dan pesanan dari supplier/vendor. Daya beli konsumen lokal relatif kurang, karena 291 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 kebutuhan akan barang-barang dari bahan baku gelas relatif rendah untuk keperluan aktivitas kehidupan masyarakat Bali. Sebagian besar produksi glass-art diminati konsumen dari praktisi perhotelan lokal dan manca negara, sebagai barang koleksi bernilai seni dan piranti perkantoran dan perhotelan. Dari hasil wawancara dan penelusuran dokumen terhadap catatan cash-flow keuangan kedua UKM ini, menunjukkan bahwa rata-rata omzet penjualan produksi glass art Wistaswari Art Glass dan Inti Bali Glass sebesar 70-90 juta/bulan. Biaya produksi yang diperlukan rata-rata 65-75 juta/bulan, sehingga neto keuntungan kotor yang diperoleh hanya 1015 juta/bulan. Jumlah buruh yang bekerja di masing-masing usaha glass art tersebut sebanyak 10 orang, maka penghasilan buruh setiap bulan rata-rata 1,2-2,0 juta/bulan, dengan jam kerja 8 jam/hari. Penghasilan ini masih kecil bila dibandingkan dengan penghasilan yang diperoleh pengrajin lain, yang hampir mencapai 1,5-3 juta/bulan. Untuk meningkat generate revenue dan keuntungan dari UKM Wistaswari Art Glass dan Inti Bali Glass nampaknya peningkatan kualitas bahan baku, produksi, promosi dan pemasaran merupakan permasalahan yang perlu diupayakan pemecahannya. Tidak ada hubungan kekerabatan dan kekeluargaan dari UKM Wistaswari Art Glass dan Inti Bali Glass, dimana masingmasing memiliki managemen sendirisendiri. UKM Wistaswari Art Glass dan Inti Bali Glass merupakan usaha yang samasama bergerak di bidang kerajinan glass-art. Ditinjau dari sisi perolehan bahan baku, dan proses produksi, kedua UKM ini secara kooperatif bersinergi satu sama lain, terutama terkait dalam kebutuhan pasokan bahan baku, sharing sumber daya/tenaga kerja, dan peralatan. Tetapi dari sisi desain UKM Wistaswari Art Glass lebih condong pada desain yang disukai kostumer Eropa, Amerika dan Timur Tengah, tetapi UKM Inti Bali Glass lebih condong pada desain yang disukai kostumer Asia, Cina dan Jepang. Meskipun demikian, bila terjadi pemesanan yang berlebihan di satu UKM, maka sharing produksi dilakukan antara kedua UKM ini, sehingga dapat memenuhi dan menepati target waktu pemesanan kostumer, dengan proporsi yang telah disepakati sebelumnya. Dari sisi promosi dan pemasaran komoditas glass-art, UKM Wistaswari Art Glass dan Inti Bali Glass sering mengikuti pameran(showroom) di tingkat lokal maupun nasional baik yang dilakukan atas prakarsa sendiri ataupun undangan dari instansi tertentu secara bergantian dengan materi yang dipamerkan tetap karya produk glass-art yang dihasilkan masing-masing UKM. Dari pengakuan kedua UKM ini belum pernah melaksanakan gelar produk seni di tingkat internasional. Bahan baku gelas kaca (glass-art) yang diperoleh dari toko kaca dan pemulung, sebagian masih terkontaminasi kotoran, dan harus dibersihkan sehingga tidak mengganggu proses produksi. Proses pencucian dan pembersihan masih dilakukan secara manual dengan durasi waktu yang lama dan melibatkan tenaga kerja pencuci yang banyak. Pada fase washing ini, merupakan permasalahan produksi yang disadari oleh kedua UKM, karena tidak efektif dan efisien, dari sisi penggunaan air, pembersih, dan tenaga kerja, sehingga menggangu rantai produksi berikutnya, yakni melting dan blowing. Mengingat tungku pembakaran (furnace) selalu dalam keadaan nyala (on) pada suhu leleh kaca, ketidaktersediaan bahan baku akan 292 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 menimbulkan loss-cost produksi, karena gas LPG dan O2 akan terbuang dengan percuma. Bahan baku limbah kaca yang sudah dibersihkan, kemudian dirubah menjadi butiran serbuk kaca yang diproses secara mekanik, kemudian dilakukan proses pelelehan pada tungku (furnace) yang masih konvensional, karena tidak dilengkapi dengan kontrol suhu untuk pengaturan temperatur dan aliran gas LPG ke dalam tungku pembakaran (uncontrolable glass furnace), sehingga kualitas lelehan kaca yang dihasilkan tidak dapat terjaga dengan baik. Tungku pembakaran yang dimiliki Wistaswari Art Glass dan Inti Bali Glass jumlahnya masing terbatas, yakni hanya 2 tungku furnace. Minimnya jumlah tungku pembakaran sering menghambat ketercapaian target produksi dari kesepakatan waktu yang telah disepakati dengan kostumer. Dalam satu hari, dua pasangan buruh hanya mampu memproduksi 5-10 barang glass art. Terbatasnya jumlah tungku merupakan kendala produksi yang dihadapi UKM Wistaswari Art Glass dan Inti Bali Glass, yang sering menimbulkan komplain dari costumer/suplier. Kawasan utama yang menjadi area produksi UKM Wistaswari Art Glass dan Inti Bali Glass cukup sempit (seluas 1,5 are), dengan konfigurasi stasiun kerja yang kurang ergonomis sering menimbulkan suasana kerja yang tidak sehat, aman dan nyaman. Hasil wawancara dengan buruh kedua UKM terungkap bahwa mereka sering merasa cepat lemas dan lelah, bahkan terkadang jatuh sakit akibat kurangnya asupan udara segar, berserakannya pecahan kaca, tingginya temperatur pembakaran furnace, dan minimnya asupan nutrisi. Dari catatan kehadiran buruh, banyak tenaga yang cuti, karena alasan sakit dan kelelahan. Tentu hal ini dapat menurukan produktivitas UKM, apalagi saat order art glass dalam kondisi optimal. Dari sisi desain dan pewarnaan artistik, produk seni gelas yang dihasilkan Wistaswari Art Glass dan Inti Bali Glass masih nampak monoton, kurang mampu menangkap selera konsumen untuk trend produk yang diminati costumer, seperti pemberian sentuhan warna gelas baik yang diberikan secara manual-artifisial melalui lukisan tangan maupun melalui proses kimia dengan peleburan (melting). Improvisasi dalam teknik pewarnaan dan desain akan memberikan sosok produk seni glass art yang dapat menggoda costumer untuk membeli dan mengoleksi (James McKelvey, 2006; Thomas Bolas, 2008). Hal ini akan dapat meningkatkan nilai jual produk kerajinan kaca glass art Wistaswari Art Glass dan Inti Bali Glass di Belega-Gianyar. Saat ini, perwarnaan art glass hanya terbatas pada pencampuran bahan dasar kaca warna netral dengan kaca berwarna melalui proses pelelehan (melting), belum ada upaya untuk menginfiltrasi warna gelas dengan zat kimia pada saat proses pelelehan. Mengacu pada analasis situasi tersebut, permasalahan utama yang dihadapi mitra usaha kerajinan glass-art adalah (1) kawasan utama produksi art glass relatif sempit (1,5 are) dengan konfigurasi stasiun kerja yang tidak ergonomis kurang menjamin kesehatan dan keselamatan kerja, sangat berpotensi mengancam produktivitas karyawan dan kuantitas/kualitas komoditas art glass yang dihasilkan UKM Wistaswari Art Glass dan Inti Bali Glass, (2) suplei bahan baku yang kurang lancar dan terkontaminasi kotoran belum bisa langsung diolah dalam proses produksi. Bahan baku glass-art yang diperoleh dari kelompok pemulung dan toko kaca harus dibersihkan dulu agar dalam proses melting, kotoran tidak ikut melebur 293 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 dan bersatu dengan lelehan kaca yang berakibat cacat produksi. Proses pembersihan bahan baku yang masih dilakukan secara manual sering menghambat kelancaran produksi glass-art, (3) penerapan iptek dalam sistem produksi glass-art, khususnya pada fase melting dan fase blowing kaca masih menggunakan tungku pembakaran (furnace) yang tidak dapat memiliki kemampuan mengontrol suhu maupun asupan bahan bakar gas (uncotrolable furnace reactor) sehingga boros energi. Gas oksigen dan gas LPG yang dialirkan ke tungku yang tidak terkontrol secara otomatis pada level suhu tertentu, akan terbuang percuma dan panas berlebih akan berpotensi merusak material glass-art (Clair Ivan Colvin. 2008), (4) diversifikasi produk glass-art masih bersifat monoton, baik dari segi desain, pewarnaan dan sentuhan artitistik sehingga kurang memiliki nilai jual yang tinggi, (5) dalam proses produksi, tenaga kerja UKM Wistaswari Art Glass dan Inti Bali Glass belum memperhatikan keselamatan kerja yang baik, terutama proteksi terhadap polusi, debu, uap panas yang dapat membayakan kesehatan, serta penanganan pembuangan limbah produksi yang tidak ramah lingkungan, (6) managemen usaha masih menggunakan managemen keluarga dengan sistem pembukuan(administrasi) yang kurang memperhatikan kaidah usaha yang professional. Kurangnya pemahaman tentang pengelolaan anggaran, cash-flow keuangan, akuntansi biaya produksi, administrasi perpajakan, ekspor-impor, packing produk sering berdampak sistemik UKM Wistaswari Art Glass dan Inti Bali Glass, yang dapat menuai komplain dari costumer/vendor, (7) pemasaran produksi kerajinan glass-art bersandar pada segmen pasar lokal dan global, yang sangat bergantung pada pesanan supplier/vendor. Mitra belum memiliki media pemasaran melalui jaringan internet (e-commerce), dan atau panetrasi pasar melalui artshop/outlet sendiri. Upaya pemecahan yang dapat diusulkan adalah memperbaiki kawasan dan stasiun kerja yang lebih representatif dan ergonomis, dan melakukan transfusi IPTEK ke dalam UKM Wistaswari Art Glass dan UKM Inti Bali Glass, sekaligus melakukan pemberdayaan terhadap semua staf/karyawan pada kedua UKM tersebut sehingga dapat melakukan pengelolaan usaha glass-art secara profesional. Perancangan tempat kerja sangat penting diperhatikan dalam proses produksi agar semua faktor yang terlibat dalam proses produksi berada dalam satu garis koordinasi sesuai dengan karakter manusia, kapasitas dan keterbatasan terhadap desain pekerjaan, mesin, sistem dan ruangan serta lingkungan kerja. Dengan demikian diharapkan pekerja dapat bekerja dengan aman, nyaman, sehat dan efisien (Manuaba, 2004). Produk teknologi sebagai bentuk solusi yang ditawarkan dalam mengatasi permasalahan UKM Wistaswari Art Glass dan UKM Inti Bali Glass adalah (1) perluasan dan penataan kawasan utama produksi art glass yang ergonomis, (2) perancangan dan pembuatan instalasi pembakaran yang dapat dikontrol secara digital (controlable glass-furnace) untuk (a) mengendalikan aliran gas LPG dalam pembakaran, (b) suhu untuk mengatur range suhu reaktor yang diingini, dan (c) timer, untuk mengatur interval waktu pembakaran; (3) Pemberdayaan pengelola UKM melalui pelatihan/pendampingan dalam pembuatan glass-art inovatif dengan tampilan multiwarna yang dilabel dengan aksesori lukisan kaca unik gaya lukisan desa Depeha; (4) eskalasi sentuhan artistic pada glass-art 294 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 dengan mentransfusi teknologi seni patri pada kaca, (5) magemen produksi yang efektif dan efisien, (6) kesehan dan kelamatan kerja, (7) perancangan dan pembuatan Web (e-commerce) pemasaran on line glass-art bagi kedua UKM tersebut. Difusi teknologi dalam furnacing bahan baku kaca dilakukan dengan memodifikasi tungku pembakaran yang sudah ada di kedua UKM tersebut dengan sistem control aliran gas elpiji dalam pembakaran bertolak dari suhu dan lama waktu pembakaran yang diperlukan, beserta sistem pembuangan gas pembakaran untuk mengurangi polusi. Kondisi awal tungku pembakaran UKM glass-art di Belega-Gianyar hanya sematamata proses pembakaran tradisional, sehingga sering tidak efektif dan efisien dan sangat berdampak pada tingginya ongkos produksi, karena pemborosan penggunaan gas LPG dan waktu pembakaran. Kontrol temperatur, waktu dan aliran gas elpiji dapat dilakukan secara elektronik yang dapat bekerja secara otomatis, sesuai dengan perintah yang telah diprogramkan. Produk glass art yang dihasilkan UKM Wistaswari Art Glass dan UKM Inti Bali Glass dapat dilakukan proses artistik dengan efek dekoratif pewarnaan melalui: (1) proses pelelehan zat pewarna (melting-coloring process); dan (2) proses melukis glass secara manual dengan zat pewarna. Cara meltingcoloring process merupakan cara sederhana untuk mendapatkan efek color dari glass-art dengan mencampur bahan baku kaca dari warna yang berbeda, kemudian dilakukan peleburan sedemikian rupa, sehingga terjadi pencampuran warna secara artifisial. Efek warna yang muncul hanya kombinasi dari warna dasar bahan baku, dan intensitas dan kecerahannya dapat diatur secara mekanik saat proses pelelehan. Proses pewarnaan ini relatif sulit untuk dapat memunculkan gambar atau bentuk lukisan. Maka dari itu, untuk dapat memunculkan tampilan gambar, maka produk gelas-art yang sudah terbentuk dilukis dengan zat kimia tertentu, kemudian dibakar lagi, untuk menyatu-leburkan warna lukisan dengan gelas pada suhu tertentu, sehingga warna lukisan dapat menyatu dengan warna bahan dasar, dan menawarkan teknologi lukisan pateri pada gelas kaca untuk produk lukisan glass-art yang menampilkan warna artistik original. Di sisi yang lain, proses dekoratif untuk mengartistik produk glass-art dapat dilakukan dengan melukis langsung glassart dengan zat kimia pewarna tanpa perlu proses pembakaran. Salah satu style lukisan, dimana kaca menjadi media kanvas yang sangat disenangi costumer/colector adalah gaya lukisan Depeha, yang menonjolkan gambar tokoh-tokong pewayangan dan patra-patra Bali yang sangat dikagumi di manca negara. METODE Masalah prioritas yang harus dikedepankan dalam memperbaiki kinerja UKM Wistaswari Art Glass dan UKM Inti Bali Glass adalah (1) penataan area produksi yang ergonomis, (2) penyediaan peralatan yang bersifat urgen dan esensial dalam proses produksi, seperti penyiapan bahan baku, tungku pembakaran, dan alat finishing, dan (3) pengkapasitasan sumber daya manusia (staf dan karyawan) untuk menguasai kompetensi standar dalam proses produksi komoditas art glass secara humanis dengan metode PALS (Participatory Action Learning System). Prinsip dasar dari model PALS adalah pelibatan komunitas pengrajin glass-art dalam proses pembelajaran aktif partisipan dalam program aksi proses produksi dan 295 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 pemasaran glass-art sehingga membentuk suatu sistem interaksi pembelajaran komunitas secara partisipatif, baik secara personal maupun komunal dalam usaha kerajinan glass-art, seperti ditunjukkan pada gambar 2. HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan program hibah Ipteks bagi Produk Ekspor (IbPE) dilaksana di 2(dua) UKM mitra, yakni UKM Wistaswari Art Glass dan Inti Bali Glass yang berlokasi di desa Belega kecamatan Blahbatuh kabupaten Gianya Provinsi Bali adalah sebagai berikut. (1) Kegiatan awal IbPE adalah koordinasi dan sosialisasi sebagai starting point dalam mendampingi dari sisi ipteks untuk meningkatkaan kapasitas managemen produksi dan managemen pemasaran hasil kerajinannya kedua UKM. Dari hasil sosialisasi, dan diskusi yang konstruktif disepakati penetapan prioritas penyelesain masalah produksi, managemen dan pemasaran di kedua mitra UKM Inti Bali Glass dan Witaswari Glass Art meliputi (1) perbaikan stasiun kerja, (2) teknologi penyiapan dan pembersihan bahan baku (limbah kaca), (3) teknologi alat produksi (furnace) dan percetakan, (4) teknologi pencitraan (sund blasting), (5) teknologi pewarnaan dan dekorasi (coloring) dengan mesin kompressor, dan (6) managemen pemasaran. (2) Penataan stasiun kerja dilakukan secara ergonomis dimana aliran produksi mulai dari penyiapan bahan baku, proses melting dan pembentukan, proses pendinginan, pencitraan dan dekorasi ditata secara serial, sehingga dapat meningkatkan efektifitas dan efisien produktivitas. Masing-masing devisi pada aliran Gambar 2. Metode PALS dalam Program IbPE Solusi ipteks yang ditawarkan dalam rangka memperkuat UKM Wistaswari Art Glass dan UKM Inti Bali Glass berkompetesi dalam pasar lokal, regional, dan global IbPE adalah (1) desain dan penerapan stasiun kerja yang ergonomis, (2) pembuatan controlable furnace reaktor, (3) desain produk, pewarnaan dan pencintraan glass (sandblasting), (4) penerapan ICT dalam aspek managemen produksi, administrasi dan pemasaran. Di sisi yang lain, juga dilakukan upgrading kuantitas dan kualitas SDM kedua UKM dengan mengkapasitasi staf/karyawan/buruh melalui pelatihan untuk menguasai kompetensi standar yang berkaitan dengan aspek (1) pengoperasian peralatan/perkakas produksi art glass, (2) pengimplemetasian SOP (standar operasi prosedur) dalam setiap tahapan produksi, (3) pengakomodasian sistem kerja berbasis ICT, dan (4) pembudayaan etos kerja yang mengedepankan keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan. 296 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 produksi bekerja berdasarkan SOP dan bertanggungjawab terhadap keselamatan produksi dan keselamatan kerja, seperti ditunjukkan pada gambar 2. Gambar 3 Pelatihan Pembukuan dan Inventaris (4) Kegiatan perancangan dan pengadaan fabrikasi glass-art furnace juga dilakukan pada kedua mitra ukm ini. Pembuatan tungku furnace untuk proses pelelehan (melting), pedinginan (annealing) , dan pewarnaan (coloring) glass art di Witaswari Glass Art dan Inti Bali Glass Art. Salah satu hambatan produksi pada kedua UKM adalah terbatasnya jumlah controlable furnace. Dari hasil kesepakatan dengan Mitra, maka didesain dan dibuat tungku pembakaranSampai saat ini, baru berhasil diselesaikan rancangan fisik tungku menggunakan fiber, bata keramik yang didatangkan khusus dari Jawa, kemudian akan dilanjutkan penggarapan rancangan struktur besi penyangga, dan kotrol suhunya. Gambar 2. Stasiun kerja Glass art (3) Di sisi yang lain juga dilakukan penyuluhan/penyadaran managemen produksi dan pemasaran glass-art di tempat Mitra. Pelatihan pembukuan untuk order dan kode produksi, dan pelatihan pembukuan untuk standar financial report. Pelatihan managemen administrasi UKM mitra dilaksanakan secara in service training, sehingga tidak mengganggu siklus produksi. Teknik yang dilakukan adalah menunjukkan contoh/model administrasi dan report finansial yang baku, kemudian melatih staf pegawai kedua UKM menguasai kompetensi dalam managemen produksi dan akuntan finansial yang standar. Dalam pelatihan ini dihasilkan model form dokumen administrasi produksi dan pelaporan keuangan yang tertib dan taat azas. 297 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 Gambar 3. Controlable Glass Art Furnace pelatihan dilakukan pada aspek melting dan forming, karena pada tahapan ini kegagalan produsi sering terjadi, akibat kurangnya keterampilan dalam mengatur pembakaran, teknik dan kehatihatian dalam forming sesuai dengan bentuk dan kreasi seni yang akan dibentuk. Dari hasil pelatihan ini, beberapa tenaka kerja kedua UKM telah berhasil memproduksi berbagai diversifikasi produk glassart yang ragam rupanya ditetukan oleh bahan, pola, fungsi, dan kreasi seninya sesuai dengan permintaan segmen pasar ekspor. Produk glass art yang menjadi primadona ekspor adalah (1) aquarium kaca artistic alami beralaskan akar kayu, (2) lighting-glass, (3) relief dinding kaca bermotif natural, temporer, dan religi, (4) perlengkapan perabotan restoran dan aksesori ruangan, patung figura kaca tiga dimensi yang artistic. (5) Selain instilasi tungku pembakaran, program IbPE juga mengadakan alat kompressor proses sund-blasting untuk proses pembuatan efek pencintraan pada permukaan kaca. Pelatihan pembuatan pencitraan glass dengan teknik sund-blasting menggunakan kompressor dan pasir laut dilakasanaka pada kedua mitra UKM. Efek citra buram pada dekorasi hasil kerajinan glass-art banyak diminati costumer. Pencintraan ini cukup sulit dilakukan secara tradisional dengan volume produksi yang banyak. Kesulitan ini dapat diatasi dengan mengkapasitasi staff produksi glassart memanfaatkan kompressor sebagai penembak pasir sehingga dapat menghilangkan lapisan kaca yang mengkilap pada detail-detail yang diinginkan. Gambar 4. Alat Kompressor Sund-Blasting Gambar 5. Diversifikasi Produk Glass-Art (6) Pada kedua UKM glass art ini dilakukan pelatihan dan pendampingan trnasfusi iptek melalui program IbPE untuk penguasaan kompetensi dalam aspek produksi, yakni washing, melting, forming, annealing, dan coloring secara sistemik. Fokus (7) Dengan meningkatnya kapasitas dan kualitas produksi, kedua UKM glass art telah mampu memenuhi permintaan order dari beberapa negara tujuan ekspor. Negara tetap yang menjadi tujuan ekspor adalah Australia dan Amerika. Namun 298 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 sejak memperoleh pendampingan dalam program IbPE, ada perluasan ekspor ke beberapa negara di Asia, Timur Tengah dan Afrika, seperti ditunjukkan pada table 1. Table 1. Negara Ekspor Glass Art Wistaswari Art Glass dan UKM Inti Bali Glass. (4) peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalan proses produksi, managemen dan pemasaran usaha kerajinan glass-art bagi pengelola UKM Wistaswari Art Glass dan Inti Bali Glass, dan (5) peningkatan omzet produksi, penjualan dan keuntungan yang diperoleh UKM Wistaswari Art Glass dan Inti Bali Glass. DAFTAR RUJUKAN Anonim. 2000. The Art of Making Glass. www.lamberts.de. Germany. Omzet ekspor rata-rata perbulan kedua UKM mengalami peningkatan yang cukup signifikan, bila dibandingkan degan base line awal sebesar Rp 75.000.000. Pada tahun 2014 mencapai Rp 200.000.000- Rp 400.000.000, tahun 2015 besarnya omzet Rp 150.000.000-Rp 600.000.000, pada tahun 2016 meningkat menjadi Rp 350.000.000Rp 750.000.000 Cecilia Cohen. 2011. The Glass Artis’s: Studio Handbook. Quayside Publishing Group. USMA. Clair Ivan Colvin. 2008. Glass Blowing: An Introduction. Xclibris Coorporation. USA Dan Hewak. 1998. Glass and Rare EarthDoped Glasses for Optical Fibres. INSPEC, The Institution of Electrical Engineers, London, United Kingdom Table 2. Omzet Ekspor Glass Art James McKelvey. 2006. The Art of Fire:Beginning Glassblowing.Third Degree Press. SIMPULAN Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut (1) kegiatan IbPE telah berhasil menata kawasan dan stasiun kerja di UKM Wistaswari Art Glass dan UKM Inti Bali Glass yang sesuai dengan urutan proses produksi ergonomis sehingga pola aliran bahan baku pada tiap tahapan proses dari awal hingga akhir proses, dengan demikian waktu proses akan lebih efisien. (2) terwujudnya 2 instalasi reaktor “controlable glass furnace” untuk proses melting glassart, masing-masing 1(satu) unit di UKM Thomas Bolas. 2008. Glass Blowing & Working. Rough Draft Printing. Junna-Annete Page, Stefano Carboni. 2006. The Art of Glass. Manuaba, A. 2004. Pendekatan Ergonomi Holistik Satu Keharusan Dalam Otomasi Untuk Mencapai Proses Kerja Dan Produk Yang Manusiawi, Kompetitif Dan Lestari.Makalah. Dipresentasikan pada Seminar Nasional Ergonomi. Yogyakarta 299 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 PELATIHAN KONSEP PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK ANAK USIA DINI PADA GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI INDRIE NOOR AINI, M.Pd. Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan Universitas Singaperbangsa Karawang ABSTRACT Early childhood is a figure of individuals who are undergoing a process of rapid development for the next life. At this time the process of growth and development in various aspects is experiencing a period of rapid. The error ECD will affect the quality of education when entering primary school, as an example that is often encountered in mathematics learning in early childhood, children are more often asked to memorize numbers, geometric shapes, various emblems and the language of mathematics, without understanding the basic concepts of mathematics , On the basis of these problems, we conduct trainings on appropriate concept in mathematics instruction in accordance with the level of the child's age. Community service activities is carried out by training with lectures, demonstrations and practical exercises. Target outcomes are expected after the implementation of the program is to improve the ability of early childhood teachers about the concept of numbers and figures, the concept of patterns and relationships, the concept of geometry and space relationships and the concept of selecting and grouping in early childhood. In the implementation of all the participants enthusiastically followed the activities well. Keywords: mathematical concept of early childhood, early childhood education ABSTRAK Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat bagi kehidupan selanjutnya. Pada masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai aspek sedang mengalami masa yang cepat. Adapun kesalahan PAUD akan berpengaruh kepada kualitas pendidikan saat memasuki sekolah dasar, sebagai contoh yang sering ditemui dalam pembelajaran matematika di PAUD, anakanak lebih sering diminta untuk menghapalkan angka-angka, bentuk geometri, berbagai lambang dan bahasa matematik, tanpa memahami konsep dasar matematika. Atas dasar permasalahan tersebut, kami mengadakan pelatihan tentang konsep yang tepat dalam pembelajaran matematika sesuai dengan jenjang usia anak. Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan dengan cara pelatihan dengan metode ceramah, peragaan, dan latihan praktek. Target luaran yang diharapkan setelah pelaksanaan program ini adalah meningkatkan kemampuan guru PAUD tentang konsep bilangan dan angka, konsep pola dan hubungan, konsep hubungan geometri dan ruang dan konsep memilih dan mengelompokan pada anak usia dini. Pada pelaksanaannya semua peserta antusias mengikuti kegiatan dengan baik. Kata kunci : konsep matematika anak usia dini, pendidikan anak usia dini PENDAHULUAN anak lebih sering diminta untuk menghapalkan angka-angka, jumlah, bentuk-bentuk geometri, berbagai lambang dan bahasa matematik, tanpa memahami konsep dasar matematika. Bila demikian sangat besar kemungkinan anak akan mengalami kesulitan ketika A. Analisis Situasi Adapun kesalahan PAUD akan berpengaruh kepada kualitas pendidikan saat memasuki sekolah dasar, sebagai contoh yang sering ditemui dalam pembelajaran matematika di PAUD, anak300 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 memasuki jenjang sekolah dasar. Orang tua kemudian menyadari bahwa anak mereka sesungguhnya belum memahami konsep dasar matematika. Padahal, anak sudah mulai mengembangkan konsep matematika dari berbagai kegiatan seharihari. Misalnya ketika bayi, anak tahu bahwa dia kecil sedangkan ibu dan ayahnya besar, meskipun anak belum dapat mengungkapkannya dalam bahasa lisan. Ketika berusia batita, anak tahu bahwa jika ia menumpuk suatu balok pada balok yang lain maka baloknya akan bertambah banyak, maka balok temannya lebih banyak sehingga anak ingin mengambilnya dari temannya. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) atau Early Chilhood Education (ECE) adalah pendekatan pedagogis dalam penyelenggaraan pendidikan anak yang dimulai dari saat periode kelahiran sampai anak berusia enam tahun (Santi, 2009). Aspek sosial, emosional, kognitif, bahasa dan pendidikan jasmani tidak dipelajari secara terpisah oleh anak yang masih sangat muda. Orang dewasa yang sudah lebih dulu dapat menolong diri sendiri akan membantu seorang anak dalam masa perkembangannya dan diharapkan memberikan perhatian yang lebih kepada anak yang masih memerlukan bantuan. Pendidikan bagi anak usia dini adalah pemberian upaya untuk menstimulasi, membimbing, mengasuh dan pemberian kegiatan pembelajaran yang akan menghasilkan kemampuan dan keterampilan anak. Selain itu, PAUD dapat memperbaiki prestasi dan meningkatkan produktivitas kerja masa dewasanya. Begitu pentingnya usia dini, sehingga sering dikatakan sebagai masa keemasan (Golden Age), yaitu suatu masa yang paling tepat untuk mengembangkan seluruh kemampuan dan aspek perkembangan yang ada pada diri anak. Melalui pemberian stimulasi bagi anak yang bisa dilakukan melalui proses pendidikan akan membantu perkembangan seluruh aspeknya. Termasuk aspek dalam pengembangan kemampuan matematik pada anak. Oleh karena itu, untuk mewujudkan hal tersebut, dibutuhkanlah guru-guru yang mengerti akan konsep pembelajaran matematika dengan tepat, karena dengan mengenal konsep matematika dengan tepat sejak usia dini diyakini akan membantu memperkuat intelektualitas anak di bangku sekolah sehingga dapat membantu anak-anak agar gemar dengan matematika. Dan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan guru-guru PAUD di Kabupaten Ciamis, maka perlu diadakan kegiatan yang dapat menambah wawasan guru PAUD. Kegiatan yang dimaksud adalah dengan pelatihan Pembelajaran Konsep Matematika Anak Usia Dini sesuai dengan jenjang usia anak pada Guru-guru PAUD di Kabupaten Ciamis. Kegiatan ini akan memberikan pengetahuan bagi Guru dalam mendampingi dan membimbing anakanaknya untuk mengenalkan konsep matematika. Serta diharapkan dapat memotivasi anak untuk senang belajar serta mengurangi kesulitan yang dialami anak dalam belajar matematika kelak di kemudian hari. PERMASALAHAN MITRA DAN SOLUSI YANG DITAWARKAN Berkenaan dengan pembelajaran mengenal konsep bilangan, ditemukan masih banyak anak yang kesulitan dalam memahami konsep matematika. Pemahaman anak masih sebatas 301 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 menghapal dan tidak memperhatikan pola yang tepat dalam pembelajaran pembelajaran sesuai dengan jenjang usia matematika. Dalam pelatihan ini anak, sehingga ketika anak diminta untuk menggukan modul yang terdapat beberapa mengaplikasikannya kedalam Lembar materi tentang pengenalan konsep Kerja Anak, cenderung verbalisme, hal ini bilangan, pengenalan konsep angka, terlihat pada saat anak dapat menyebutkan pengenalan pola dan hubungan bilangan dari 1-10 bahkan lebih, tetapi matematika dan pengenalan konsep saat dihadapkan pada benda kongkrit, hubungan geometri dan ruang pada anak anak tidak dapat menyesuaikan antara usia dini. bilangan yang disebut dengan jumlah benda yang ditunjukan guru yang belum TARGET memahami konsep matematika yang Tujuan dari kegiatan ini adalah sesuai. Hal ini terjadi karena sebagian untuk membantu guru-guru PAUD guru hanya mengajarkan lambang mengenalkan dan mengajarkan konsep bilangan dan penjumlahan tanpa yang tepat dalam pembelajaran memperhatikan perkembangan otak pada matematika, mengembangkan sikap usia tahap perkembangan anak. positif terhadap matematika dan Solusi yang ditawarkan untuk mengembangkan kemampuan dasar mengatasi permasalahan yang dihadapi dalam matematika. yaitu memberikan pelatihan tentang Berdasarkan rencana kegiatan yang konsep yang tepat dalam pembelajaran telah disusun, maka target luaran yang matematika sesuai dengan jenjang usia diharapkan setelah pelaksanaan program anak. Pelatihan ini bertujuan untuk ini adalah sebagai berikut : mengenalkan dan mengajarkan konsep Kegiatan Target Pelatihan tentang konsep yang tepat dalam Meningkatkan kemampuan guru PAUD pembelajaran matematika sesuai dengan yang mengikuti pelatihan mengenai : jenjang usia anak 1) Konsep bilangan pada anak usia dini 2) Konsep angka pada anak usia dini 3) Konsep pola dan hubungan pada anak usia dini 4) Konsep hubungan geometri dan ruang pada anak usia dini 5) Konsep memilih dan mengelompokan pada anak usia dini METODE PELATIHAN tempat pelatihan pembelajaran konsep matematika untuk anak usia dini pada guru paud yang merupakan program pengabdian masyarakat dari LPPM UNSIKA. Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan dengan cara pelatihan dengan metode ceramah, peragaan, dan latihan Dalam pelaksanaan pelaihan ini, dosen-dosen dari Prodi Pendidikan Matematika FKIP UNSIKA bermitra dengan HIMPAUDI Kabupaten Ciamis. Peran HIMPAUDI Kabupaten Ciamis adalah memberikan ijin dalam penerimaan peserta pelatihan dan memberikan fasilitas 302 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 praktek yang didukung demonstrasi dan tanya jawab. dengan anak, karena akan menjadi dasar bagi penguasaan konsep-konsep matematika selanjutnya pada jenjang pendidikan formal berikutnya. Bilangan adalah suatu obyek matematika yang sifatnya abstrak dan termasuk kedalam unsur yang tidak didefinisikan (underfined term). Untuk menyatakan suatu bilangan dinotasikan dengan lambang bilangan yang disebut angka. Bilangan dengan angka menyatakan konsep yang berbeda, bilangan berkenaan dengan nilai sedangkan angka bukan nilai melainkan suatu notasi tertulis dari sebuah bilangan. Sedangkan yang dimaksud dengan operasi bilangan pengerjaan pada nilai bilangan. Bilangan itu mewakili banyaknya suatu benda (Sudaryanti, 2006:1). Fungsi utama pengenalan matematika ialah mengembangkan aspek kecerdasan anak dengan menstimulasi otak untuk berpikir logis matematik. Operasi bilangan termasuk dalam hubungan matematis, setelah anak mampu berhitung, anak akan menyampaikanya secara matematis. Jika anak sudah mengenal bilangan dan memahami operasi bilangan maka anak telah berpikir logis dan matematis, meskipun dengan cara yang sangat sederhana. MATERI PELATIHAN 1. Pentingnya Matematika Dalam kehidupan ini kita tidak pernah lepas dengan matematika, maka dari itu matematika merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang diperlukan manusia dalam menjalankan kehidupannya sehari-hari. Misalnya ketika berbelanja maka kita perlu memilih dan menghitung jumlah benda yang akan dibeli dan harga yang harus dibayar. Saat akan pergi, kita perlu mengingat arah jalan tempat yang akan didatangi, berapa lama jauhnya, serta memilih jalan yang lebih bisa cepat sampai di tujuan, dll. Berpikir mengenai matematika tidak akan jauh membicarakan tentang persamaan dan perbedaan, pengaturan informasi/data, memahami tentang angka, jumlah, pola-pola, ruang, bentuk, perkiraan dan perbandingan. Pengetahuan mengenai matematika sebenarnya sudah bisa diperkenalkan pada anak sejak usia dini (usia lahir-6 tahun). Pada anak-anak usia di bawah tiga tahun, konsep matematika ditemukan dari pengalaman bermainnya. Misalnya saat membagikan permen kepada setiap temannya, menuang air dari satu wadah ke wadah lain, menghitung banyak telur yang dibutuhkan saat membuat kue, atau bertepuk tangan mengkuti pola irama. Mengenalkan Konsep matematika dapat dilakukan melalui kegiatan sehari-hari. 3. 2. Pentingnya Mempelajari Konsep Operasi Bilangan Pada Anak Usia Dini Bilangan adalah konsep matematika yang sangat penting untuk dikuasai oleh 303 Prinsip-Prinsip Pengenalan Konsep Operasi Bilangan 1) Permainan berhitung diberikan secara bertahap, diawali dengan menghitung benda-benda atau pengalaman peristiwa kongkrit yang dialami melalui pengamatan terhadap alam sekitar 2) Pengetahuan dan keterampilan pada permainan berhitung diberikan SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 3) 4) 5) 6) secara bertahap menurut tingkat kesukarannya, misalnya dari kongkrit ke abstrak, mudah ke sukar, dan dari sederhana ke yang lebih kompleks Permainan berhitung akan berhasil jika anak-anak diberi kesempatan berpartisipasi dan dirangsang untuk menyelesaikan masalah-masalahnya sendiri Permainan berhitung membutuhkan suasana menyenangkan dan memberikan rasa aman serta kebebasan bagi anak. Untuk itu diperlukan alat peraga/media yang sesuai dengan benda sebenarnya (tiruan), menarik dan bervariasi, mudah digunakan dan tidak membahayakan Bahasa yang digunakan di dalam pengenalan konsep berhitung seyogyanya bahasa yang sederhana dan jika memungkinkan mengambil contoh yang terdapat di lingkungan sekitar anak. 6. Dalam permainan berhitung anak dapat dikelompokkan sesuai tahap penguasa-annya yaitu tahap konsep, masa transisi dan lambang. Dalam mengevaluasi hasil perkembangan anak harus dimulai dari awal sampai akhir kegiatan. peristiwa kongkrit, seperti pengenalan warna, bentuk dan menghitung bilangan. 2) Masa Transisi Proses berfikir yang merupakan masa peralihan dari pemahaman kongkrit menuju pengenalan lambang yang abstrak, di mana benda kongkrit itu masih ada dan mulai dikenalkan bentuk lambangnya. Hal ini harus dilakukan guru secara bertahap sesuai dengan laju dan kecepatan kemampuan anak yang secara individual berbeda. Misalnya, ketika guru menjelaskan konsep satu dengan menggunakan benda (satu buah pensil), anak-anak dapat menyebutkan benda lain yang memiliki konsep sama, sekaligus mengenalkan bentuk lambang dari angka satu itu. 3) Lambang Merupakan visualisasi dari berbagai konsep. misalnya lambang 7 untuk menggambarkan konsep bilangan tujuh, merah untuk menggambarkan konsep warna, besar untuk menggambarkan konsep ruang, dan persegi empat untuk menggambarkan konsep bentuk. 5. Kemampuan Dasar Berhitung Anak Usia Dini Terdapat beberapa kelompok dasar berhitung yang harus di kembangkan untuk anak usia dini yaitu: 1) Mengelompokan (classification) Mengelompokan merupakan kemampuan anak dalam mengelompokan suatu benda berdasarkan sesuatu. Benda tersebut di kelompokan sesuai dengan jenisnya dalam suatu himpunan. 4. Tahap-tahap Penguasaan Berhitung Anak Usia Dini Berdasarkan Depdiknas (2000; 7-8) dalam pedoman permainan berhitung di Taman Kanak-Kanak tiga tahapan penguasaan berhitung di jalur matematika yaitu 1) Penguasaan konsep Pemahaman dan pengertian tentang sesuatu dengan menggunakan benda dan 304 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 Misalnya: jenis, warna, bentuk, dan lain-lain. 2) Membandingkan (comparation) Membandingkan merupakan kemampuan untuk membandingkan dua buah benda (objek) berdasarkan ukuran ataupun jumlahnya (kualitas). 3) Mengurutkan (seriation) Mengurutkan adalah kemampuan membandingkan ukuran atau kuantitas lebih dari dua benda. Cara mengurutkannya dari paling pendek ke paling panjang. 4) Menyimbolkan (symbolization) Menyimbolkan merupakan kemampuan dalam membuat symbol atas kuantitas berupa: angka atau bilangan, simbol tanda operasi dari sebuah proses perhitungan. Beberapa aktivitas pengenalan konsep konsep operasi bilangan pada anak usia dini antara lain sebagai berikut: 1) Bermain Bowling Bowling (bola gelinding) adalah olah raga di dalam ruangan yang dilakukan dengan cara menggelindingkan bola khusus pada sebuah jalur untuk merobohkan pin (gada) yang berderet-deret (dalam ensiklopedia, 2005:93). secara garis besar perlengkapan bowling terdiri dari 3 unsur yaitu bola, jalur dan gada. Metode bermain bowling adalah suatu permainan melempar bola dengan jarak kurang lebih 18,3 meter akan tetapi dalam permainan bowling anak ini yang digunakan yaitu dengan jarak dekat. Permainan bowling dengan jarak yang jauh menjadikan anak akan merasa kesulitan karena dalam pelemparan anak tidak sampai. Dalam permainan bowling ini, anak diberi diberi kesempatan beberapa kali lemparan. Anak menggelindingkan bola kea rah Pin (gada) yang disusun berderetan sebanyak 5 buah, jika pada lemparan pertama anak berhasil menjatuhkan 3 bola dan langsung dihitung, kemudian pada kesempatan ke 2 anak misalnya berhasil menjatuhkan 4 bola, maka kumpulkan semua pin yang berhasil dijatuhkan anak dan terakhir anak menjumlahkannya. Selain itu, dengan konsep berbeda pengenalan bilangan juga dapat dilakukan dengan Permainan bowling aritmatika. Model permainan ini terdiri dari 10 frame, setiap untuk satu frame dengan angka tertinggi 10 setelah melakukan lemparan kedua menghasilkan angka. Seandainya pada 6. Aktivitas Pengenalan Konsep Operasi Bilangan Pembelajaran matematika permulaan pada anak yang bertujuan untuk memahami, mengenal konsep bilangan melalui eksplorasi dengan benda-benda konkret sebagai pondasi yang kokoh bagi anak dalam mengembangkan kemampuan matematika pada tahap selanjutnya (Alimin, 1996:36). Tambah, kurang, bagi dan kali merupakan operasi bilangan yang sangat dasar. Kemampuan anak usia dini untuk menambah, mengurang dan membandingkan sudah baik. Sebaiknya operasi bilangan diperkenalkan setelah anak memahami bilangan dan angka. Anak usia dini dapat belajar memahami operasi bilangan dengan cara yang amat sederhana dengan melalui kegiatan bermain. 305 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 lemparan pertama yang jatuh adalah frame no. 5 dan lemparan kedua yang jatuh adalah frame no. 4 maka hasil yang akan dicapai adalah 4 + 5 adalah 9. Angka sembilan itu merupakan penjumlahan dari angka 4 ditambah angka 5 maka hasilnya adalah angka 9. Anak diberikan lemparan dengan 2 kali kesempatan melempar. Adapun contoh permainan bowling terdiri dari 10 frame apabila bola dapat menjatuhkan semua pin maka akan diulangi atau mengulang melempar atau tidak akan diberi nilai dan apabila dalam melempar maka pin yang jatuh satu atau dua maka pin yang jatuh tersebut akan dijumlahkan. 2) Menghitung inventaris kelas: Menjumlah di bawah lima Alat dan bahan: Benda-benda yang ada di kelas. Prosedur: Ajak anak untuk menghitung bersama-sama, “satu”, “dua”, “tiga”, dan seterusnya untuk mengingatkan anak tentang bilangan. Ajak anak bekerja dalam kelompok 3-4 anak. Beri tugas tiap kelompok untuk menghitung benda-benda yang ada di kelas/TK misalnya sebagai berikut: Kelompok A menghitung banyaknya kursi yang ada di kelas. Kelompok B menghitung banyaknya jendela yang ada di kelas. Kelompok C menghitung banyaknya gambar yang ada di kelas, dst. Suruh siswa untuk melaporkan hasilnya di kelas. Beri persoalan pada anak, seperi berapa banyaknya jendela ditambah kursi. Assesmen. Tujuan kegiatan ini adalah agar anak berlatih menghitung dan menyampaikannya dengan bahasa matematis, jadi jangan dinilai dari benar atau tidaknya jumlah yang sesungguhnya. Contoh pertanyaan: Bagaimana kamu menghitungnya sehingga kamu menemukan bahwa di kelas adaa 15 kursi? 3) Cerita Binatang Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan anak dalam penjumlahan, pengurangan. Selain itu melalui kegiatan bercerita dapat mengembangkan aspek kemampuan bahasa anak. Tema dan/ sub tema : binatang dan kehidupan di hutan Kompetensi : bilangan dan operasional bilangan Tujuan : memahami makna operasi dan bagaimana operasi itusaling berhubungan Indikator : a. memahami berbagai makna penambahan dan pengurangan bilangan bulat dan hubunganhubungan antara ke dua operasi b. Memahami efek-efek penambahan dan pengurangan bilangan bulat Media pembelajaran : Maket hutan, miniature binatang, lembar kerja anak, gambar binatang, lem dan spidol Langkah-langkah pelaksanaan a. Guru menyediakan maket hutan yang telah dibuat b. Guru menceritakan tentang kehidupan binatang yang tinggal di hutan (dalam cerita tersebut, guru mengenalkan konsep-konsep penjumlahan. Misalnya seekor gajah sedang asik bermain di tepi hutan, tiba-tiba dating dua ekor temannya ingin bergabung untuk turut bermain. Berapa jumlah gajah sekarang?) c. Setelah menyimak cerita yang disampaikan guru, anak-anak 306 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 mengerjakan lembar kerja penjumlahan berdasarkan cerita yang mereka simak dengan cara menempel gambar binatang sesuai dengan jumlahnya dan menuliskan angkanya. 4) Kegiatan Penambahan Alat dan bahan: Benda-benda seperti biji-bijian dan manic-manik, serta jari tangan. Prosedur: a. Mintalah anak menghitung jari tangan kirinya, tanyakan berapa banyak (tentu jawabnya lima). b. Tanyakan berapa banyak jika lima ditambah dengan dua? Biasanya anak akan menghitung dari satu. c. Latih siswa untuk memulai dari lima, biasanya dengan cara menyimpan tangan kiri (lima) ke belakang badan. Jadi cara menghitunganya adalah: lima, enam, dan tujuh. d. Ganti penambahan, seperti lima ditambah satu, tiga, empat, dan lima e. Gunakan benda-benda yang lain untuk mengganti jari tangan, sampai anak paham cara menghitung bilangan berbasis lima. Assesmen: Beri anak persoalan seperti di atas dengan benda-benda lainnya untuk menunjukkan bahwa ia memahami cara menghitung benda berbasis lima. 5) Skenario Kegiatan Pengurangan Alat dan bahan: bola atau kelereng yang berukuran sama. Pelaksanaan: a. permainan ini merupakan cara praktis dan sederhana untuk memperkenalkan konsep pengurangan pada anak. Contoh: b. Mintalah anak untuk mengambil 5 bola. c. Kemudian dikurangi 2 bola., tanyakan pada anak berapa sisa bola yang ia bawa. d. Permainan ini dapat dilakukan dengan lagu yang bertemakan tentang pengurangan. e. Selain bola permainan ini dapat menggunakan lidi, kelereng, korek api, pensil, batu dan lain-lain. 6) Skenario Kegiatan Perkalian Alat dan bahan : anak (praktek langsung) Pelaksanaan : a. permainan ini merupakan cara praktis dan sederhana untuk memperkenalkan konsep perkalian pada anak.perkalian pada anak ini merupakan penjumlahan berulang. Contoh: b. Mintalah 1 anak maju ke depan, kemudian 1 anak lagi maju ke depan dan 1 satu anak lagi maju kedepan. c. Selanjutnya mintalah anak untuk menjumlahkan jumlah kaki anak yang ada di depan kelas. Permainan ini dapat dilakukan dengan bernyanyi. Selain itu contoh lain yang dapat digunaka adalah meminta 3 anak maju kedepan, kemudian datang lagi 3 orang, dan maju lagi 3 anak. Anak diminta untuk menghitung berapa jumlaah anak yang maju ke depan. 7) Skenario Kegiatan Pembagian Alat dan bahan : buah apel atau permen Pelaksanaan : a. permainan ini merupakan cara praktis dan sederhana untuk memperkenalkan konsep pembagian pada anak. 307 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 b. Jelaskan kepada anak bahwa ada banyak benda yang dapat dibagi menjadi beberapa bagian yang sama besar, sehingga dapat dibagikan dua kawan atau lebih. c. Potong sebuah apel menjadi 2 bagian, tanyakan kepada anak berapa teman yang dapat menerima potongan tersebut. d. Potong apel itu menjadi 4 bagian. Tanyakan kepada anak, sekarang berapa kawan yang akan menerima potongan apel itu. Selain itu apabila merasa ini mudah gunakan buah jeruk. Pisahkan semua bagian sebuah jeruk dan mintalah ia untuk menghitungnya. Atau cobalah berikan seuntai buah anggur dan minta anak untuk membaginya menjadi dua sehingga masing-masing mempunyai jumlah anggur yang sama. Untuk kegiatan pembagian yang menggunakan permen dapat dilakukan dengan cara membagi permen kepada anak sama banyak. Ketika orangtua meminta anak mengambilkan 3 buah biskuit, dan anak membawa 3 buah biskuit. Anak tersebut mengerti tentang konsep jumlah. Anak yang paham urutan angka, akan tahu bahwa kalau menghitung 3 biskuit dari kiri ke kanan dan dari kanan ke kiri maka jumlahnya akan sama. Anak yang paham konsep perbandingan akan paham benda yang lebih besar, jumlahnya lebih banyak, lebih sedikit, atau sama. Beberapa contoh kegiatan yang dapat dilakukan orang tua dalam mengembangkan konsep angka, yaitu: a) Meminta anak menghitung jumlah cangkir yang diperlukan untuk mengisi botol sampai penuh dengan pasir. b) Meminta anak menghitung jumlah balok yang diperlukan untuk membuat bangunan yang dibuat anak. 8. Mengembangkan Konsep Pola Dan Hubungan Pada Anak Usia Dini Tujuan mengenalkan pola dan hubungan pada anak usia dini tahun adalah mengenalkan dan menganalisa pola-pola sederhana, menjiplak, membuat, dan membuat perkiraan tentang kemungkinan dari kelanjutan pola. Beberapa contoh kegiatan yang bisa dilakukan orangtua untuk mengembangkan pola dan hubungan pada anak: a) Mengajak anak bermain menyusun antrian mobil-mobilan membentuk pola barisan merah, hitam, merah, hitam, merah, hitam b) Mengajak anak bermain membuat rantai gelang dari kertas warna putih, biru, hijau, putih, biru, hijau. 7. Mengembangkan Konsep Angka Pada Anak Usia Dini Konsep angka dikembangkan melalui 3 tahap: 1) Menghitung. Tahap awal menghitung pada anak adalah menghitung melalui hapalan atau membilang. Orangtua dapat mengembangkan kemampuan ini melalui kegiatan menyanyi, permainan jari, dll yang menggunakan angka. 2) Hubungan satu-satu. Maksudnya adalah menghubungkan satu, dan hanya satu angka dengan benda yang berkaitan. Teknik ini bisa dilakukan melalui kegiatan sehari-hari. 3) Menjumlah, membandingkan dan simbol angka. 308 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 9. Mengembangkan Konsep Hubungan Geometri Dan Ruang Pada Anak Usia Dini Anak belajar mengenal bentukbentuk dan penataan di lingkungan sekitar. Saat anak bermain dengan balok, cat lukis, menggambar, menggunting bentuk-bentuk geometri, mengembalikan balok ke rak, sebenarnya anak sedang belajar tentang bangun datar dan bangun ruang serta kegunaannya. Pertama anak belajar mengenal bentuk-bentuk sederhana (segitiga, lingkaran, segi empat). Kedua, anak belajar tentang ciri-ciri dari setiap bentuk geometri. Selanjutnya, anak belajar menerapkan pengetahuannya untuk berkreasi membangun dengan bentuk-bentuk geometri. Beberapa contoh kegiatan yang bisa dilakukan orangtua untuk mengembangkan hubungan geometri dan ruang pada anak: a) Mengajak anak bermain meniup busa sabun menggunakan sedotan plastik yang ditekukan pada bagian ujungnya sehingga membentuk lingkaran lalu diikatkan ke batang sedotan. Ajak anak mengamati bahwa bentuk gelembunggelembung sabun yang ditiup anak seperti bentuk lingkaran. b) Sediakan kardus-kardus bekas (obat, susu), botol-botol plastik, sedotan plastik, kertas warna, dll. Ajak anak untuk membangun sebuah halaman impian untuk tempat bermainnya menggunakan barang-barang bekas tersebut. 10. Mengembangkan Konsep Pengukuran Pada Anak Usia Dini Anak belajar pengukuran dari berbagai kesempatan melalui kegiatan yang membutuhkan kreativitas. Tahap awal anak tidak menggunakan alat, tetapi mengenalkan konsep lebih panjang, lebih pendek, lebih ringan, cepat, dan lebih lambat. Tahap berikutnya, anak diajak menggunakan alat ukur bukan standar, seperti pita, sepatu, dll. Pada tahap lebih tinggi lagi, anak diajak menggunakan jam dinding, penggaris, skala, termometer. Beberapa contoh kegiatan yang bisa dilakukan orangtua untuk mengembangkan pengukuran pada anak: a) Mengajak anak mengukur panjang dan lebar rak mainan menggunakan balok unit. b) Mengajak anak menghitung jumlah cangkir berisi pasir yang diperlukan untuk mengisi penuh sebuah ember kecil. 11. Mengembangkan Konsep Pengumpulan, Pengaturan Dan Tampilan Data Pada Anak Usia Dini Pada awalnya anak mulai memilih benda tanpa tujuan. Selanjutnya anak memilih mainan dengan tujuan, misalnya berdasarkan warna, ukuran , atau bentuk. Pada tahap yang lebih tinggi anak dapat memilih mainan berdasarkan lebih dari satu variabel, misal berdasarkan warna dan bentuk, atau warna, bentuk dan ukuran. Pengetahuan tentang grafik merupakan bentuk perluasan dari memilih dan mengelompokan. Membuat grafik merupakan cara anak untuk menampilkan bermacam-macam informasi/data dalam bentuk yang berlainan. Misalnya anak membuat grafik sederhana tentang jenis sepatu yang dipakai anak. Beberapa contoh kegiatan yang bisa dilakukan orangtua untuk mengembangkan pengumpulan, pengaturan dan tampilan data pada anak: 309 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 a. b. Mengajak anak mengumpulkan bermacam-macam daunandaunan. Kemudian ajak anak mengelompokan bentuk daundaunan tersebut. Setelah itu, buatlah daftar tentang jumlah daun untuk setiap bentuknya dengan cara menyusun daun-daun yang sama menjadi barisan tegak lurus ke atas. Ajak anak mencatat jumlah setiap kelompok daun. Mengajak anak membuat grafik tentang keadaan cuaca setiap hari dalam 1 bulan pelatihan diikuti oleh 40 lebih peserta, sedangkan targetnya adalah hanya 30 orang. Dengan adanya motivasi tersebut, kami selaku tim pengabdian merasa bahwa pelatihan yang dilaksanakan mencapai target ideal. Kemudian adanya perubahan saat pembelajaran tentang konsep matematika, guru yang sudah mengikuti pelatihan bisa mengaplikasikan pengetahuan yang didapat saat pelatihan. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan penjelasan pada pembahasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa pelatihan ini telah dilaksakan dengan lancar dan hasil yang cukup baik. Sambutan yang sangat baik dari pihak mitra serta peserta yang mengikuti kegiatan ini. Para guru PAUD menyadari pentingnya memiliki kemampuan tentang pengenalan konsep bilangan, pengenalan konsep angka, pengenalan pola dan hubungan matematika dan pengenalan konsep hubungan geometri dan ruang pada anak usia dini. Berdasarkan evaluasi terhadap program pelatihan ini, diharapkan guru dapat dengan mudah menyampaikan konsep matematika pada anak usia dini sesuai dengan jenjang umurnya. HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan ini diikuti oleh 46 peserta dari berbagai lembaga di lingkungan Kecamatan Lakbok Kabupaten Ciamis. Kegiatan dilaksankan sebanyak 8 JP. Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan oleh dua orang tim pengabdi dengan masingmasing materi pembahasan. Adanya keterbatasan waktu mengakibatkan demonstrasi alat peraga sederhana materi tidak dilakukan secara detail. Kegiatan diawali dengan penyampaian materi pembahasan dengan melibatkan peserta melalui pembahasan materi pada modul yang telah disediakan oleh tim pengabdi secara bersama-sama, selanjutnya diadakan tanya jawab dan demonstrasi alat peraga sederhana. Selama kegiatan berlangsung, diselingi dengan ice break yang berhubungan dengan PAUD, agar peserta lebih bersemangat dalam mengikuti pelaihan serta peserta terlibat langsung dalam setiap sesi materi. Dari pengamatan selama kegiatan berlangsung dapat dijelaskan bahwa motivasi dan partisipasi peserta sangat signifikan positif, indikatornya adalah DAFTAR PUSTAKA Asmawati, L. (2014). Perencanaan Pembelajaran PAUD. Bandung: Rosda. Dimyati dan Mudjiono. (2010). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. OECD. (2009). Learning Mathematics for Life – A View Perspective for PISA. 310 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 Ruseffendi, E.T. (1991). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito. Shadiq, F. (2009). Aplikasi Teori Belajar. Yogyakarta: Depdiknas, P4TK Matematika Yogyakarta. Sujiono, Y. N. (2012). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks. Santi, D. (2009). Pendidikan Anak Usia Dini -Antara Teori dan Praktek-. Jakarta: Indeks. Suyono dan Hariyanto. (2011). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Rosda. 311 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 URGENSI PENGURUSAN HAKI DALAM RANGKA MENUMBUHKAN IKLIM USAHA SEHAT BAGI UKM PELUKIS WAYANG KAMASAN Ketut Sudiatmaka, Luh Indrayani, I Wayan Landarawan Email: [email protected] ABSTRACT Background of community service activities are Impersonation motif is a copyright infringement action against one's creations. Practice motif theft that occurred during this very unsettling the creator as the owner motif including consumers. One very large negative impact of the theft of the painting motif is the loss in the painter, also deceived consumers having to buy a product that mock at prices similar to the original product. The forms of this fraud as the embodiment of their less healthy business climate, and the painters and consumers are harmed. The presence of training and mentoring the management of intellectual property rights is one of the efforts to be made with the primary objective to improve the knowledge, understanding, insight and skill mastery community arts worker Wayang Kamasan painters especially on IPR arrangements to address copyright infringement. The program is a pilot program that is actual in order to increase knowledge, understanding, insight, skills Painters Wayang Kamasan SMEs regarding the maintenance of the product IPR creation of his work so that it can be pursued as a preventive measure to protect the copyright of the actions of the parties claiming no responsibility. Keywords: IPR, painter Wayang Kamasan RINGKASAN Latar belakang kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah Peniruan motif merupakan tindakan pelanggaran hak cipta terhadap hasil ciptaan seseorang. Praktek pencurian motif yang terjadi selama ini sangat meresahkan pihak pencipta selaku pemilik motif termasuk konsumen. Salah satu dampak negatif yang sangat besar dari pencurian motif lukisan adalah terjadinya kerugian di pihak pelukis, konsumen juga dikelabui karena harus membeli produk yang tiruan dengan harga yang hampir serupa dengan produk aslinya. Bentuk-bentuk kecurangan ini sebagai perwujudan adanya iklim usaha yang kurang sehat, dan pihak pelukis maupun konsumen yang dirugikan. Hadirnya pelatihan dan pendampingan pengurusan HaKI merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan dengan tujuan utama untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, wawasan dan penguasaan keterampilan masyarakat pekerja seni khususnya pelukis Wayang Kamasan tentang pengurusan HaKI untuk mengatasi pelanggaran hak cipta. Program ini merupakan program rintisan yang bersifat aktual dalam rangka peningkatan pengetahuan, pemahaman, wawasan, keterampilan UKM Pelukis Wayang Kamasan mengenai pengurusan HaKI produk ciptaan hasil karyanya sehingga dapat diupayakan sebagai langkah preventif untuk melindungi hak cipta dari tindakan pengklaiman dari pihak yang tidak bertanggung jawab. Kata kunci: HaKI, Pelukis Wayang Kamasan A.PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Aktivitas tata kelola usaha dalam mencapai tujuannya haruslah selalu dilakukan dengan ketentuan hukum yang berlaku. Legalitas usaha sangat penting dipahami dan ditaati oleh pelaku usaha menyesuaikan dengan prosedur petunjuk arah dalam konsekuensi sebagai pelaku usaha untuk menjalankan bisnis secara benar dan aman (Simanjuntak, 2008 : 60). Akan tetapi, di dalam praktek tata kelola usaha para pelaku bisnis cenderung mengabaikan prosedur yang digariskan oleh ketentuan hukum, hal ini disebabkan karena para pelaku usaha atau bisnis cenderung menilai bahwa mengikuti prosedur hukum sangat merepotkan dan menyita waktu. Di sisi lain, para pelaku usaha atau bisnis tadi tidak menyadari akan 312 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 arti pentingnya jaminan hukum bagi kelangsungan usaha yang dikelolanya. Akibat yang dapat ditimbulkan dari pelanggaran terhadap hukum sangat berpotensi menimbulkan resiko kerugian bahkan hingga jumlah dan waktu yang tidak bisa dibayangkan, di mana terhadap hal tersebut hanya bisa disikapi dengan rasa penyesalan. Dampaknya terkadang usaha yang dilakukan secara ilegal di tengah jalan mengalami kendala penipuan ataupun pencabutan ijin usaha sehingga dapat menyebabkan para pelaku usaha atau bisnis tadi mengalami pailit (bangkrut). Fakta ini menunjukkan bahwa penerapan hukum di masyarakat khususnya yang menyangkut tata kelola usaha atau bisnis cenderung dijumpai kontra produktif terhadap prinsip tata kelola usaha yang selalu menghandalkan kecepatan dan ketepatan sesuai dengan pengembanan prinsip ekonomi dengan meraih untuk sebesarbesarnya melalui modal yang sekecil-kecil, dan tata kelola usaha tersebut harus tetap mengindahkan etika bisnis secara transparan. Bagian yang sering kali terlupakan oleh pelukis, yaitu penjaminan hukum merupakan bagian dari suatu manajemen resiko (risk management) yang mutlak harus diaplikasikan. Dalam hal ini tidak jarang dijumpai di lapangan bahwa banyak kegiatan usaha yang belum mampu melaksanakan hubungan hukum karena dalam tata kelola usahanya para pelukis menghasilkan produk lukisan sebagai sebuah karya cipta tanpa lebih dilakukan upaya pendaftaran akan hak cipta yang dimilikinya, hal ini disebabkan karena pelukis cenderung beranggapan tidak pernah secara pasti tahu kapan hubungan hukum tersebut terjadi. Ketika suatu permasalahan terkait dengan hasil karyanya digandakan barulah muncul reaksi dari yang bersangkutan, akan tetapi keluhan pelukis tidak diketahui harus melakukan pengaduan terhadap kasus yang terjadi. Minimnya pengetahuan dan pemahaman tentang pengajuan HaKI mengakibatkan tata kelola usaha industri kreatif di Bali salah satunya lukisan wayang khas Kamasan Klungkung menjadi sulit berkembangkarena dihambat oleh peredaran produk tiruan yang banyak beredar di pasaran. Sebagai gambaran, beragam motif maupun desain lukisan yang telah mampu dihasilkan oleh pelukis, akan tetapi selama ini kelalaian dari pihak pelukis adalah tidak pernah mendaftarkan produk ciptaannya untuk memperoleh jaminan HaKI. Dampaknya, dengan terbatasnya pengetahuan pelukis tentang pengurusan HaKI sering kali dimanfaatkan oleh oknum pelaku usaha yang tidak bertanggung jawab untuk tidak saja mengintervensi, juga melakukan aktivitas usaha yang tidak sehat dengan jalan monopoli pasar dengan peredaran produk imitasi yang dibandrol dengan harga miring. Kondisi ini menguntungkan pelaku usaha nakal untuk melakukan penipuan. Kejadian seperti ini menjadi sebuah kelalaian yang tanpa disengaja menyebabkan kerugian fatal bagi pelukis wayang Kamasan sebagai pemilik asli hasil ciptaan lukisan wayang tersebut. Kondisi demikian, juga menyebabkan pengembangan lukisan Kamasan sulit menembus pasaran secara nasional dan bahkan sejumlah lukisan wayang khas Kamasan sering kali ditolak oleh negara tujuan ekspor dengan alasan tarif harga terlalu tinggi dibandingkan dengan eksportir dari daerah lain yang melakukan peniruan tapi memasang tarif harga miring jadi jelas itulah yang dipilih 314 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 oleh negara tujuan sebagai pemasok. Lemahnya pengetahuan, pemahaman, wawasan, dan keterampilan melakukan pengurusan HaKI terhadap motif produk lukisan wayang memiliki relevansi yang begitu erat dengan merosotnya penjualan produk. Oleh karena itu, diperlukan upayaupaya penyadaran akan arti pentingnya melakukan pengurusan HaKI melalui pelatihan dan pendampingan oleh tim pengusul P2M selaku perwakilan tim ahli dari LPM Undiksha untuk dapat menjembatani kebutuhan pelukis akan jaminan perlindungan hukum hasil cipta secara sah sehingga ide-ide kreatif dari pelukis dapat dilindungi secara hukum. Berdasarkan kondisi tersebut di atas, maka sangat penting kiranya institusi pendidikan sebagai salah satu tokoh kunci keberhasilan dalam meningkatkan efektivitas perlindungan hukum bagi pekerja seni seperti pelukis wayang kamasan menjadi mitra Disperindag Kabupaten Klungkung dalam menumbuhkan iklim usaha sehat dengan pelatihan dan pendampingan pengurusan HaKI bagi UKM pelukis wayang Kamasan. 2. Analisis Situasi Desa Kamasan terletak di sentral kota Klungkung, kurang lebih berjarak hanya 1 km dari pusat pemerintahan kabupaten Klungkung. Desa Kamasan sangat kental dengan tradisi dan kesenian tradisional, hal inilah yang telah mempengaruhi seni lukis gaya klasik Kamasan dan dapat dilihat keberadaannya pada lukisan pewayangan dengan karakteristik khas dan langka yang satusatunya masih dilestarikan. Desa Kamasan sudah sejak lama dikenal masyarakat kota Klungkung sebagai pusat seni lukis. Pelukis setempat memiliki corak lukisan unik yang terkenal dengan sebutan style Kamasan. Berikut adalah beberapa contoh lukisan gaya klasik Kamasan. Seni lukis wayang Kamasan memiliki bentuk, sikap, figur, ekspresi, dan warna tertentusesuai dengan peranannya dalam cerita yang dilakoninya, yakni: (1).Lukisan wayang figur Dewa mencerminkan sifat adil, pengasih, dan penyayang. (2). Lukisan wayang figur pendeta dengan ekspresi ketuaan menunjukan sifat yang suci, adil dan welas asih. (3). Lukisan wayang figur kesatria dengan ekspresi perkasa, berwibawa, gagah, dan kuat. (4).Lukisan wayang punakawan, binatang, tumbuhan hanya sebagai pelengkap untuk menghidupkan suasana, dengan karakter sesuai perananya dalam lakon. Penggambaran wayang sifat baik dan sifat buruk seperti rwa bhineda selalu ada sehinggatidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Setiap figur wayang memiliki sifat dan karakter tersendiri hal ini dapat dilihat dari bentuk mata, mulut dan badannya. Selain produk-produk lukisan di atas yang menceritakan kisah-kisah pewayangan. Ragam lain dari lukisan Kamasan ditampilkan dalam bentu Pawukon, Sapta Wara,Pananggal Bali (Kalender Bali) yang memuat ala ayuning dewasa (hari baik dan buruk). Hingga saat ini pelukis wayang Kamasan selalu mempertahankan proses pembuatan produk lukisan secara tradisional dengan disertai rangkaian upacara ritual keagamaan untuk mengawali proses pengerjaan lukisan yang oleh masyarakat setempat diyakini dapat memberikan motivasi spiritual mulai dari pengerjaannya sampai dengan penyelesaian produk dapat dilakukan dengan lancar. UKM Surya Darma yang dikoordinir oleh Ni Komang Sujastri 315 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 sebagai mitra 1 dari program P2M yang diusulkan, selama ini menjalankan usahanya mengerjakan beragam motif lukisan wayang Kamasan, mulai dari desain, pembuatan pola, pengerjaan sesuai dengan pola, pewarnaan, pengemasan, dan pengiriman. Desain lukisan wayang yang dikerjakan dalam setiap produk biasanya menyesuaikan dengan permintaan konsumen (baik dari dalam negeri seperti dari artshop di Kuta, Legian, Denpasar, Yogyakarta, Pasar Seni sukowati Gianyar, bahkan di Taman Nusa Gianyar di langitlangit bangunannya dihiasi pameran lukisan wayang Kamasan, hal ini menyerupai cerita pewayangan yang kita jumpai keberadaannya di Balai Kerta Gosa Klungkung). Dari luar negeri seperti Negara Korea, Jepang, Thailand, Prancis, Inggris, dan Belanda. Ni Komang Sujastri dan suami membentuk sketsa pola desain wayang yang akan dilukis, kemudian barulah pengerjaannya dilanjutkan oleh para karyawan beliau menyesuaikan dengan pola yang telah beliau rancang. Jika pesanan meningkat dan waktu pengerjaan relatif singkat, pola yang beliau rancang diperbantukan pengerjaannya dengan mengefektifkan peran 10 orang anak didiknya dan tetap kualitasnya dikontrol oleh beliau. Terhadap situasi pasar yang kompetitif, dan beliau menjumpai di lapangan ada beberapa artshop yang menjual barang tiruan lukisan Kamasan, dan itu dihargai seharga produk yang asli bahkan kadang dijual dengan harga miring. Konsumen yang awam percaya saja bahwa itu adalah produk Kamasan, Beliau menjadi sangat menginginkan pelatihan dan pendampingan pengurusan HaKI untuk dapat berjalan lancar usaha dan jaminan perlindungan hukum terhadap produk yang dipasarkan. terhadap kejadian ini mitra sangat memerlukan pelatihan maupun pendampingan pengurusan HaKI terhadap lukisan wayang Kamasan sebagai hasil produksinya. Usaha seni lukis dari mitra UKM kedua yaitu Sari Sedana, dikelola oleh Mitra 2, Nyoman Suryasih juga menekuni pekerjaan di bidang seni lukis wayang Kamasan hanya saja usahanya dikembangkan di Banjar Dinas Pande Mas yang letaknya bersebelahan dengan Banjar Dinas Sangging. Beliau menekuni usaha seni lukis wayang Kamasan sejak menginjak usia 17 tahun, dan mendirikan usaha keluarga setahun di bawah UKM Surya Darma, yaitu pada tahun 2009. Semula, mitra 2 bergabung dengan UKM Surya Darma. Setelah merasa mampu mengembangkan usaha secara mandiri mendorong beliau mendirikan UKM Sari Sedana. Sekarang di Banjar Dinas Pande Mas beliau memperkerjakan 2 orang karyawan ditambah mitra dan suaminya. Pekerja seni yang beliau rekrut keduanya lulusan SMA. Kreatifitas seni yang dikuasai diperoleh dari pembelajaran otodidak pada saat beliau memperoleh pelatihan di UKM Surya Darma. UKM Sari Sedana yang dikelolanya, diselenggarakan kerjasama dengan travel agency melalui jasa layanan wisata (tour guide) untuk mengantarkan tamu ke lokasi dan ini pun sifatnya musiman karena pada perkembangan beberapa tahun terakhir para pelukis mengeluhkan adanya penurunan penjualan jumlah produk. Penurunan kapasitas pemasukan dari hasil penjualan lukisan yang sangat drastis menyebabkan terancamnya kehidupan pelukis dan keberlangsungan lukisan gaya klasik khas Kamasan. Banyak faktor yang menjadi penyebabkan terjadinya hal tersebut di atas 316 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 salah satunya, seperti permasalahan yang dihadapi mitra di bidang perlindungan hukum terjadi kondisi yang paling mengkhawatirkan adalah telah terjadinya peniruan motif sebagai bentuk perampokan warisan budaya oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Permasalahan tersebut terjadi karena mitra mengalami kendala dalam hal pengurusan HaKI. Mitra merasa enggan untuk mengurus dan melindungi karya intelektual mereka di bidang seni, karena adanya anggapan bahwa untuk mengurus hal tersebut memerlukan biaya yang sangat tinggi dan waktu yang cukup lama akibat panjangnya alur birokrasi yang harus dilakukan. Demikian juga halnya pelukis belum mampu menjalin kerjasama untuk menjangkau pangsa pasar global, selama ini kalau dijumpai lukisan kamasan banyak beredar di pasar luar negeri adalah karena eksportir langsung memesan ke pelukis dan bukan pelukis bertindak sebagai eksportir.Terhadap permasalahan di atas pengaruhnya adalah dapat mengakibatkan kesenian tradisional di Bali termasuk seni lukis gaya klasik khas Kamasan menjadi sulit berkembang. 3. Identifikasi dan Perumusan Masalah Peniruan motif merupakan tindakan pelanggaran hak cipta terhadap hasil ciptaan seseorang. Praktek pencurian motif yang terjadi selama ini sangat meresahkan pihak pencipta selaku pemilik motif termasuk konsumen. Salah satu dampak negatif yang sangat besar dari pencurian motif lukisan adalah terjadinya kerugian di pihak pelukis, konsumen juga dikelabui karena harus membeli produk yang tiruan dengan harga yang hampir serupa dengan produk aslinya. Bentuk-bentuk kecurangan ini sebagai perwujudan adanya iklim usaha yang kurang sehat, dan pihak pelukis maupun konsumen yang dirugikan tidak tahu ke mana harus melakukan pengaduan terhadap penipuan yang telah dialaminya. Hal ini menimbulkan berbagai pertanyaan yang berkaitan dengan pengetahuan dan pemahaman pelukis wayang Kamasan tentang perlindungan hak cipta, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta. Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka yang menjadi permasalahan dalam pengabdian masyarakat ini adalah: bagaimanakah upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, wawasan dan penguasaan keterampilan masyarakat pekerja seni khususnya pelukis Wayang Kamasan tentang pengurusan HaKI untuk mengatasi pelanggaran hak cipta? B.TINJAUAN PUSTAKA 1. Tinjauan Tentang Perlindungan Hukum Aristoteles mengatakan bahwa manusia adalah “zoon politicon”, makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat. Oleh karena tiap anggota masyarakat mempunyai hubungan antara satu dengan yang lain. Sebagai makhluk sosial, maka sadar atau tidak sadar manusia selalu melakukan perbuatan hukum (rechtshandeling) dan hubungan hukum (rechtsbetrekkingen). Perbuatan hukum (rechtshandeling) diartikan sebagai setiap perbuatan manusia yang dilakukan dengan sengaja atau atas kehendaknya untuk menimbulkan hak dan kewajiban yang akibatnya diatur oleh hukum. Perbuatan hukum, terdiri dari perbuatan hukum sepihak seperti pembuatan surat wasiat atau hibah, dan perbuatan hukum dua pihak seperti jual-beli, perjanjian kerja dan lainlain. 317 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 Tiap hubungan hukum tentu menimbulkan hak dan kewajiban, selain itu masing-masing anggota masyarakat tentu mempunyai hubungan kepentingan yang berbeda-beda dan saling berhadapan atau berlawanan, untuk mengurangi ketegangan dan konflik. Hukum dibentuk untuk mengatur dan melindungi kepentingan tersebut yang dinamakan perlindungan hukum. Perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang diberikan terhadap subyek hukum dalam bentuk perangkat hukum, baik yang bersifat preventif maupun yang bersifat represif, baik yang tertulis maupun tidak tertulis. Dengan kata lain, perlindungan hukum sebagai suatu gambaran dari fungsi hukum. Hukum semestinya dapat memberikan suatu keadilan, ketertiban, kepastian, kemanfaatan dan kedamaian.Perlindungan hukum selalu dikaitkan dengan konsep rechtstaat atau konsep Rule of Law karena lahirnya konsep-konsep tersebut tidak lepas dari keinginan memberikan pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia. 2. Tinjauan Tentang HaKI (Hak Kekayaan Intelektual) Hak kekayaan atas intelektual (HaKI) secara sederhana adalah suatu hak yang timbul dari pola pikir kreatif tentang kreasi seni yang menghasilkan produk atau proses yang berguna bagi manusia. HaKI juga bisa diartikan sebagai hak bagi seseorang karena ia telah membuat sesuatu yang berguna bagi orang lain. HaKI juga merupakan hak untuk menikmati secara ekonomis hasil dari suatu kreatifitas intelektual. Istilah Hak Kekayaan Intelektual (HaKI) merupakan terjemahan dari Intellectual Property Right (selanjutnya disebut IPR) yang dideskripsikan sebagai hak atas kekayaan yang timbul karena kemampuan intelektual manusia. 3. Tujuan Kegiatan Berdasarkan identifikasi masalah dan perumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan utama kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman,wawasan, dan keterampilan pengurusan HaKI untuk mewujudkan kesadaran hukum bagi pelukis wayang Kamasan terhadap hasil karya cipta lukisan wayang Kamasan sehingga dikemudian hari jika terjadi peniruan hasil karya cipta dari lukisan wayang Kamasan pelukis dapat mengetahui tindakan hukum yang dapat dilakukan untuk melindungi hasil karya ciptanya. 4. Manfaat Kegiatan Mengingat sedemikian penting penanganan permasalahan peniruan dan pengklaiman motif seni produk wayang Kamasan dan berpengaruh terhadap perlindungan karya cipta lukisan wayang Kamasan, maka usulan program P2M ini disinyalir akan dapat memberikan manfaat bagi : pekerja seni yang dalam hal ini diwakili oleh UKM pelukis wayang, program pengabdian masyarakat ini dengan pelatihan dan pendampingan pengurusan HaKI mampu meningkatkan pengetahuan, wawasan, dan keterampilan pengurusan HaKI terhadap produk hasil karya ciptaan yang dimiliki. 5. Kerangka Pemecahan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dilakukan di lokasi rencana program pengabdian masyarakat, diperoleh kesimpulan bahwa ada seperangkat permasalahan yang saat ini dihadapi oleh UKM pelukis wayang Kamasan, khususnya menyangkut tingginya praktek pencurian motif yang terjadi pada masyarakat berimplikasi pada tindakan pelanggaran 318 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 hak cipta. Hal ini di duga sebagai akibat langsung dari belum dipahaminya ketentuan hukum yang mengatur tentang pengurusan HaKI, sehingga menyebabkan munculnya perilaku curang pihak tertentu yang membaca celah untuk dilakukan tindakan penipuan. Salah satu alternatif yang dipandang cukup realiabel untuk dilakukan adalah melaksanakan menumbuhkan iklim usaha sehat dengan pelatihan dan pendampingan pengurusan HaKI Bagi UKM pelukis wayang Kamasan, sehingga permasalahan yang dialami selama ini dapat diatasi. 6. Khalayak Sasaran Khalayak sasaran strategis yang dituju dalam pengabdian masyarakat ini adalah pelukis wayang Kamasan. Adapun rasionalnya adalah: UKM pelukis wayang Kamasan merupakan kelompok masyarakat yang telah menekuni pekerjaan seni, merupakan media penyebarluasan berbagai informasi yang sangat efektif, mengingat mobilitas sosialnya yang sangat tinggi, dan dinilai dapat menjadi penggerak proses penjaminan perlindungan hukum bagi hasil cipta dalam meminimalisir tindak pencurian motif. Berdasarkan rasional tersebut, maka sasaran yang dipilih dan dipandang cukup tepat untuk diberikan pelatihan dan pendampingan pengurusan HaKI adalah UKM pelukis wayang Kamasan. Kabupaten Klungkung, program ini akan mempermudah dalam memberikan perlindungan hukum bagi masyarakat, khususnya yang berkaitan dengan tindak pencurian motif, dan (3) Kepala Desperindag Kabupaten Klungkung yang dapat menjadi media koordinasi untuk pengurusan HaKI di tingkat kabupaten/kota. C.METODE PELAKSANAAN 1. Rancangan Program Program ini merupakan program yang bersifat aktual dalam rangka peningkatan pengetahuan, pemahaman, wawasan, dan keterampilan pengurusan HaKI UKM pelukis wayang Kamasan melalui pelatihan dan pendampingan terbimbing dari tim pengusul P2M Undiksha selaku instruktur ahli yang akan memfasilitasi kebutuhan masyarakat di bidang penjaminan perlindungan hukum terkait HaKI. Program ini dirancang sebagai bentuk jawaban dan antisipasi dari berbagai permasalahan yang berkaitan dengan upaya untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, wawasan, dan keterampilan UKM pelukis wayang Kamasan mengenai pengurusan HaKI. Lama pelaksanaan kegiatan adalah 8 (delapan) bulan yang dimulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan sampai pada proses evaluasi dengan melibatkan mitra P2M UKM Surya Darma dan UKM Sari Sedana. Pada akhir program setiap peserta akan diberikan sertifikat sebagai tanda bukti partisipasi mereka dalam kegiatan ini. Melalui program ini, diharapkan mahasiswa dapat meningkatkan pengetahuan dan pemehaman dalam hal Model Praktek Beracara di Muka Pengadilan melalui Desiminasi Peradilan Semu(moot court). 7. Keterkaitan Kegiatan ini memiliki keterkaitan yang sangat mutualis dengan berbagai pihak, antara lain: (1) Kepala Desa Kamasan, program ini akan menjadi salah satu rasional dalam mempermudah penanganan berbagai kasus pencurian motif yang dialami oleh UKM pelukis wayang Kamasan, (2) Kepala Kepolisian 319 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 Persiapan tutor dan instruktur dilaksanakan pada awal kegiatan untuk mematangkan kembali program – program yang akan dilaksanakan kepada mitra, sehingga terjadi sinergi yang baik dalam kegiatan ini. Persiapan tutor dan instruktur ini meliputi: mencetak materi pelatihan untuk pelatihan manajemen produksi dan kewirausahaan, serta pengurusan SIUP UBK dengan rancangan label kelompok. Persiapan yang dilaksanakan berikutnya berupa persiapan alat dan bahan yang dilaksanakan dengan pelatihan manajemen produksi dan kewirausahaan, dan bahan pelatihan SIUP yang dijadwalkan pada akhir program. Dalam rangka penyamaan persepsi dan waktu pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat di UBK, maka dilaksanakan kegiatan sosialisasi dan koordinasi dengan peserta. Hal ini dilaksanakan untuk mendapatkan kesepakatan waktu dalam pelaksanaan program, sangat disyukuri peserta kegiatan sangat antusias dalam menerima sosialisasi program sehingga tidak ada halangan yang berarti dalam pelaksanaan kegiatan ini. 2. Rancangan Evaluasi Untuk mengukur tingkat keberhasilan kegiatan yang telah dilakukan, maka akan dilakukan evaluasi minimal 3 (tiga) kali, yaitu evaluasi proses, evaluasi akhir, dan evaluasi tindak lanjut. Kegiatan evaluasi ini akan melibatkan tutor/pakar dari Undiksha Singaraja. D.PEMBAHASAN 1. Hasil Yang Dicapai Pelaksanaan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat “Menumbuhkan Iklim Usaha Sehat dengan Pelatihan dan Pendampingan Pengurusan HaKI Bagi UKM Pelukis Wayang Kamasan” dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2016 yang telah dilaksanakan dengan penggunaan dana 70% program yaitu: pendidikan dan pelatihan manajemen produksi dan kewirausahaan. Hal yang masih berlangsung sampai saat ini adalah pendampingan kelompok dalam pengurusan ijin usaha perdagangan (SIUP) dengan karakteristik usaha bersama kelompok (UBK). Pada tahap awal pelaksanaan program dilaksanakan kegiatan berupa perancangan disain dan kegiatan diklat dilaksanakan bersama tim pengusul didasari oleh analisi situasi yang dibuat berdasarkan permasalahan yang dihadapi oleh UBK. Perancangan ini dilaksanakan pada akhir bulan Mei dan pertengahan Juni 2016 yang juga melibatkan peran serta aktif peserta program pengabdian kepada masyarakat untuk membuat skala prioritas program yang dilaksanakan. Perencanaan ini berjalan dengan sangat baik berkat peranan aktif tim pelaksana dan peserta yang menjadi mitra program. a) Pelatihan Perancangan Alat Usaha Pelatihan produksi peralatan usaha lesehatan yag dilaksanakan pada saat ini masih menitik beratkan pada produksi bahan untuk menunjang perkakas warung yang akan dibuka, dalam artian bahanbahan kelengkapan peralatan diolah dan dikerjakan sendiri sebagai bentuk kreatifitas pemberdayaan kelompok. Meskipun dalam perjalanan program dicoba dilakukan pengolahan bahan peralatan perkakas ke depannya diharapkan 320 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 dapat lebih efesien kalau anggota kelompok dapat diberdayakan dalam pengerjaannya. Pendidikan dan pelatihan perancangan alat perkakas usaha lesehan ini dilaksanakan pada tanggal 26 Mei sampai dengan 7 Juni 2016, bertempat di kediaman koordinator UBK. Pendidikan dan pelatihan dilaksanakan melalui metode praktek langsung pengolahan bahan, bambu, dan sebagainya sehingga siap menjadi bahan dasar produk kreatif seni lukis wayang Kamasan yang selanjutnya digunakan pada usaha kelompok. Dalam pelaksanaan diklat ini tidak ditemukan kendala yang berarti karena respon yang sangat bagus dari UBK dalam mengikuti pelaksanaan kegiatan ini. menjadi identitas bagi kelompok. Hal ini dilakukan untuk melindungi produkproduk kreatif yang akan dihasilkan oleh kelompok dikemudian hari. Pelaksanaan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat “Menumbuhkan Iklim Usaha Sehat dengan Pelatihan dan Pendampingan Pengurusan HaKI Bagi UKM Pelukis Wayang Kamasan” dilaksanakan selama 6 (enam) bulan, dimulai dari 19 Mei sampai dengan 07 Nopember 2016 yang telah dilaksanakan 70% program yaitu: pelatihan produksi, pengurusan ijin usaha perdagangan, pendampingan kelompok dalam hal pengurusan ijin usaha perdagangan.Untuk menyukseskan penyelenggaraan program tidak terlepas dengan prosedur birokrasi yang dilakukan oleh tim pelaksana dari Universitas Pendidikan Ganesha (UNDIKSHA). Alur birokrasi pelaksanaan program dengan mendatangi langsung desa tujuan P2M dan bersilaturahmi dengan aparatur desa setempat. Adapun hasil koodinasi tim dengan birokrasi Pemerintahan Desa kegiatan pengabdian dengan melibatkan warga masyarakat untuk mampu diberdayakan melalui kegiatan sosialisasi dan pelatihan dari pihak LP2M UNDIKSHA. E.KEGIATAN TAHAPAKHIR PROGRAM Kegiatan tahap akhir program yang akan dilaksanakan dalam program pengabdian kepada masyarakat “Menumbuhkan Iklim Usaha Sehat dengan Pelatihan dan Pendampingan Pengurusan HaKI Bagi UKM Pelukis Wayang Kamasan” pada kelompok ini adapun kegiatan pendampingan dan evaluasi yang meliputi: b) Pelatihan Manajemen Produksi dan Kewirausahaan Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 19-20 Juni oleh instruktur tamu dari Jurusan S1 Ekonomi, yaitu Ni Luh Indrayani. Yang melakukan pendampingan tentang manajemen usaha dengan pengelolaan usaha kreatif mandiri secara berkelompok oleh wanita pelukis Kamasan sekaligus membuka peluang baru berupa usaha yang merupakan bentuk UBK rintisan. c) Rancangan Pengurusan SIUP UBK Sesuai hasil kesepakatan dengan anggota kelompok pendampingan selanjutnya yang akan dilaksanakan oleh instruktur pendamping dari jurusan Ilmu Hukum. adalah pengurusan surat ijin usaha perdagangan (SIUP) yang dalam hal ini akan digunakan nama kelompok, supaya dapat berkekuatan hukum akan diurus pendaftarannya secara administratif setelah usaha lesehan berjalan dan sekaligus 321 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 1. Pendampingan manajemen produksi dan kewirausahaan sehingga terdapat tertib administrasi pembukuan dan keuangan kelompok yang diharapkan mampu menjadikan kelompok terus berkembang kearah yang lebih baik 2. Pendampingan pengurusan SIUP UBK berupa Identitas Kelompok sampai mendapatkan pengakuan dan ketetapan hukum 3. Evaluasi program untuk melihat seberapa jauh program ini bermanfaat bagi UBK. Kendala pelaksanaan program adalah sulitnya meminid waktu untuk pencapaian kesepakatan pelaksanaan kegiatan. Berkaitan dengan pengkondisian peserta program, walaupun dijumpai kendala masalah waktu selama tim pelaksana program mampu mengatasinya dengan melakukan koordinasi secara intensif dengan Kepala Desa. pelatihan produksi dan kewirausahaan, dan rancangan pengurusan SIUP UBK dapat berjalan dengan baik 4. Pelaksanaan program mampu menghasilkan luaran-luaran yang diharapkan oleh program pengabdian kepada masyarakat. 2. Saran Bagi pihak terkait, yang dalam hal ini Pemerintah Desa, diharapkan dapat memberikan dukungan kemudahan kebijakan dan berbagi pengalaman dari segi wawasan pengetahuan yang ditransfer ke kelompok guna menyukseskan rintisan program usaha industri rumah tangga. DAFTAR PUSTAKA Negara Repulik Indonesia. UndangUndang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.Lembaran Negara No: 42 tahun 1999, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3821. Negara Republik Indonesia. UndangUndang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta. Lembaran Negara Nomor:.85 tahun 2002, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4220 F. PENUTUP 1. Simpulan Kesimpulan yang dapat diperoleh dari pelaksanaan program pengabdian kepada masyarakat “ UBK, adalah: 3. Tingkat partisipasi mitra p2m memberikan dampak positif bagi pelaksanaan program, terlihat dari 313 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 SEMINAR PEMBINAAN SEPAKBOLA BAGI GURU-GURU PENJASORKES DAN PEMBINA OLAHARAGA DESA DI KABUPATEN KARAWANG Qorry Armen Gemael Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi FKIP Unsika [email protected] Abstract The purpose of community service is to provide supplies of knowledge in the field of sport of football coaching theoretically and practically to teachers and coaches Sports penjasor in an effort to improve quality at the village level. Community service was held in the District Base and Tegalwaru Karawang. Material presented at this seminar is about the management of the organization, and the work program of the Organization. The number of participants by 30 participants. The results of the implementation of community service activities are generating new insights for teachers on the actual organizational management theory. Keywords: Management, Organization, Football Abstrak Tujuan pengabdian kepada masyarakat ini adalah untuk memberikan bekal keilmuan dalam bidang pembinaan cabang olahraga sepakbola secara teoritis dan praktis kepada guru-guru penjasor dan Pembina Olahraga dalam upaya meningkatkan kualitas di tingkat desa. Pengabdian kepada masyarakat ini dilaksanakan di Kecamatan Pangkalan dan Tegalwaru Kabupaten Karawang. Materi yang disampaikan pada seminar ini adalah tentang manajemen organisasi, dan program kerja Organisasi. Jumlah peserta seminar sebanyak 30 peserta. Hasil pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah menghasilkan pemahaman baru bagi para guru mengenai teori manajemen organisasi yang sesungguhnya. Kata Kunci: Manajemen, Organisasi, Sepakbola PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Tujuan pendidikan mempunyai dua fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan. Tujuan pendidikan bersifat normatif mengandung unsur-unsur norma bersifat memaksa, tetapi tidak bertentangan dengan hakikat perkembangan peserta didik serta dapat diterima oleh masyarakat sebagai nilai hidup yang baik. Menurut Undang-Undang RI no. 20 tahun 2003, disebutkan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Olahraga berperan dalam mewujudkan manusia seutuhnya dan seluruh masyarakat Indonesia yang berkualitas, yang memiliki kekuatan dan keunggulan daya saing, serta menjadi kebanggaan nasional bagi bangsa Indonesia di forum internasional. Untuk mengejar kebutuhan dan tuntutan SDM yang menangani olahraga, dibandingkan dengan populasi penduduk Indonesia yang harus dilayani atau menjadi target pembinaan, seperti pelatih olahraga, instruktur kebugaran, guru pendidikan jasmani, manajer olahraga, penggerak olahraga, peneliti dan pakar olahraga dan sebagainya, maka system pelatihan atau 314 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 peningkatan kualitasnya harus di tata ulang bentuk dan prosedurnya. Upaya reformasi system pelatihan ini, dilakukan dengan yang lebih efisien, terarah dan terpola, sesuai dengan standar kompetensi profesi dan didukung oleh dana pelatihan yang memadai. Mempedomani kepada pengamatan yang penulis lakukan serta hasil wawancara dengan camat pangkalan dan tegalwaru mengharapkan uluran tangan dan partisipasi dari pihak Perguruan Tinggi yang kaya dengan ide dan gagasan serta memiliki kemampuan untuk melakukan intervensi dalam menanggulangi masalah ini terutama kepada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidkan melalui kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat. Pada dasarnya kegiatan yang dilakukan oleh para generasi muda selama ini, sudah ada manfaatnya, minimal untuk kebersamaan serta manfaat untuk kesehatan, hasil kegiatan tersebut hendaknya lahir para pelatih yang berpotensi dan atlet-atlet berprestasi baik ditingkat daerah, tingkat nasional bahkan internasional. Untuk menuju kearah itu ada sebuah organisasi yang mewadahi setiap cabang olahraga serta para pelatih yang mengerti tentang manajemen serta metodologi kepelatihan. Melalui kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat ini, akan dilakukan peningkatan pemahaman terhadap para pembina olahraga dan para pelatih yang terkait di lingkungan kecamatan Pangkalan dan Tegalwaru, Kekurangannya yang terlihat selama ini adalah persoalan manajemen organisasi serta kemampuan para pembina dan pelatih yang perlu dikembangkan. Hampir setiap sore para pemuda pemudi berlatih secara alami tanpa diurus dengan baik dan benar sesuai dengan ketentuan manajemen dan aturan organisasi seperti yang diatur dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. B. Tujuan Adapun tujuan yang ingin dicapai antara lain adalah : a. Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para peserta dalam berorientasi khususnya pada Pembina Olahraga di tingkat desa/kelurahan. b. Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para peserta tentang penerapan pola-pola manajemen dalam mencapai tujuan organisasi. c. Untuk meningkatkan pengetahuan dan ketearampilan para pembina dan pelatih tentang penguasaan dasar-dasar ilmu melatih dalam berbagai cabang olahraga khususnya olahraga sepakbola. d. Untuk meningkatkan partisipasi dosen dan para mahasiswa agar ikut secara aktif dalam merealisasikan kegiatan pengabdian kepada masyarakat. C. Manfaat Kegiatan a. Untuk para peserta pelatihan memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam bidang organisasi dan manajemen olahraga. b. Memiliki sejumlah pengetahuan dan keterampilan dalam bidang dasar-dasar ilmu melatih sehingga dapat diterapkan dalam masing-masing sekolah ataupun masing-masing klub. c. Bagi sekolah-sekolah dan klub-klub olahraga, diharapkan akan lahirlah atlet berbakat yang memiliki prestasi baik ditingkat daerah maupun tingkat nasional. d. Bagi tenaga pelaksana, karena telah mampu memberikan sumbangan 315 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 IPTEKS dalam rangka meningkat prestasi olahraga. e. Bagi semua pihak untuk menambah bahan bacaan diperpustakaan sehingga dapat menjadi bahan acuan dalam pengembangan dan peningkatan dalam berbagai hal dimasa mendatang. D. Pengertian Manajemen Para ahli manajemen telah banyak mengemukakan pengertian MMT, Sallis Edward dalam Gasperz (2001:146) mengemukakan bahwa “Total Quality Management is a philosophy and methodology which assists institutions to manage change and to set their own agendas for dealing with plethora of new external pressures”. Menunjukkan bahwa MMT bukan sekedar prosedur atau tahapan-tahapan dalam menyelesaikan suatu masalah, tetapi sebuah filsafat dan metodologi untuk membantu lembaga dalam mengahadapi perubahan agar selalu sesuai dengan kebutuhan dan harapan pihak-pihak luar atau stakeholder. Definisi tersebut hampir mirip dengan yang dikemukakan oleh Robins, Bregman, Stag, dan Coulter (2003) yang menyatakan bahwa “Total Quality Management (TQM) is a philosophy of management that is driven by customer needs and expectation and that focuses on continual improvement in work processes”. Sedangkan Kovel Jarboe dalam Syafaruddin (2002). E. Organisasi Organisasi mempunyai dua pengertian umum, yaitu sebagai suatu lembaga atau fungsional, seperti perguruan tinggi, rumah sakit, perwakilan pemerintah, perwakilan dagang, perkumpulan olahraga dan lain sebagainya, lainnya sebagai proses pengorganisasian pengalokasian dan penugasan para anggotanya untuk mencapai tujuan yang efektif. Organisasi dituntut untuk memenuhi kebutuhan kapasitas manajemen dengan karakteristik; 1) bergerak secara lebih efektif atas dasar visi dan misinya, 2) selalu berusaha memenuhi pelanggan, 3) kegiatannya bersifat proaktif, 4) mengejar daya saing, 5) anggotanya lebih tekun bekerja (industrious), 6) anggotanya harus lebih giat berusaha (entreprising), 7) pimpinannya mau mengerahkan seluruh karyawan dengan pemberdayaan (empowerment), pimpinannya mendorong karyawan untuk selalu meningkatkan pengetahuan dan kecakapan supaya mutakhir dan relevan dengan tugas, 9) perencanaannya terpadu, pelaksanaan dan pengendalian terdesentralisasi (Hardjosoedarmo, 1997). Pembangunan olahraga adalah bagian yang tak terpisahkan dari upaya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia untuk pembangunan. Pembangunan olahraga diarahkan menjadi kekuatan pendukung bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Meningkatkan kinerja dan manajemen pembinaan dan pengembangan olahraga, agar dapat berperan serta dalam upaya peningkatan kualitas manusia dan seluruh masyarakat Indonesia, yang memiliki keunggulan daya saing. Meningkatkan peranserta olahraga sebagai kekuatan ekonomi, social budaya, politik dan pertahanan keamanan dalam pembangunan nasional Mendukung upaya peningkatan produktivitas dan efisiensi nasional, guna mengatasi dan menyikapi tantangan, serta memanfaatkan peluang dan persaingan era globalisasi dan pasar bebas. 316 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 Prestasi adalah kemampuan maksimal yang ditandai dengan menjadi juara dalam suatu pertandingan atau perlombaan. Depdikbud (1978:29) mengemukakan bahwa : ”Olahraga prestasi perlu diatur dan diselenggarakan oleh perkumpulanperkumpulan olahraga dengan para pelatih sebagai pembimbing atlit dalam latihanlatihan dan pertandingan. F. Peran Manajemen Dalam Organisasi. Organisasi olahraga memerlukan mekanisme yang teratur dan sistimatis. Kelancaran mekanisme suatu organisasi olahraga, akan mempelancar pembinaan olahraga. Dalam hal ini kepemimpinan setiap unsur yang terdapat dalam organisasi tersebut harus merasa bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas yang diembankan kepadanya. Pembinaan olahraga di Sekolah Dasar, kembali membenahi kepengurusan yang kurang aktif atau kepenggurusannya belum ada perlu dibentuk kepenggurusan yang baru. Struktur organisasi yang baik diperlukan bimbingan . Tanpa bimbingan yang baik dan terarah setiap unsur dalam organisasi dimaksud belum dapat menjalankan tugas sesuai dengan yang direncanakan semula. Bimbingan diharapkan dari pimpinan organisasi, pemuka masyarakat dan aparat pemerintah. Selanjutnya untuk kelancaran mekanisme organisasi olahraga sangat diperlukan adanya koordinasi antara jabatan, fungsi seluruh personil yang tergabung dalam organisasi tersebut. G. Program Kerja Organisasi Faktor organisasi merupakan unsur untuk meningkatkan prestasi, organisasi merupakan wadah dari kegiatan olahraga untuk tujuan pembinaan prestasi olahraga. Organisasi harus mendapat dukungan dari seluruh unsur pengurus, anggota, masyarakat dan pemerintah. Agar mekanisme organisasi tersebut dapat berjalan sesuai dengan fungsinya. Demi kelancaran mekanisme organisasi olahraga sangat diperlukan adanya koordinasi antara jabatan, fungsi seluruh personil yang tergabung dalam organisasi tersebut. Koordinasi yang baik dari suatu organisasi olahraga akan menimbulkan kegairahan bekerja, maka besar kemungkinan tujuan yang direncanakan akan dapat tercapai dengan baik. Masing-masing bidang membuat program kerja, Program yang sudah disusun sedemikian rupa dijalankan dengan baik dibawah kontrol ketua umum serta koordinator masing-masing bidang. Dalam pelaksanaannya perlu adanya pengontrolan dan pelaporan secara berkala dari masing-masing bidang, sehingga kekurangan-kekurangan dalam perjalanannya dapat diperbaiki dengan segera. MATERI DAN METODE PELAKSANAAN A. Kerangka Pemecahan Masalah Permasalahan - permasalahan yang ditemui di lapangan sehubungan dengan belum maksimal kerja kepenggurusan dalam pengorganisasian, pembinaan, manajemen yang baik dan personalia dalam organisasi masih belum melihat keseriusan mengelola dan membina perkembangan olahraga, maka perlu dilakukan semacam pencerahan, penyampaian konsep-konsep manajemen dan organisasi, ilmu melatih dan penyuluhan kepada khlayak sasaran yang strategis. 317 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 Upaya yang dilakukan adalah dengan memberikan sejumlah materi yang relevan Tim Ahli dari LPPM Unsika Proses Pelatihan oleh Tim Ahli sesuai dengan masalah yang ada dengan alur pikir sebagai berikut : Khlayak Sasaran Strategis B. Khalayak Sasaran Berangkat dari persoalan-persoalan yang ditemui di lapangan, maka kegiatan dapat dilakukan dengan khalayak sasaran antara yang strategis adalah para pembina, pengurus dan pemerhati olahraga serta para guru-guru Penjasorkes yang ada di Sekolah Dasar lingkungan Kecamatan pangkalan dan Tegalwaru, 30 orang yang direkrut. B. Keterkaitan Sebagai institusi pelaksanaan adalah Unsika Karawang melalui Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat. Dalam pelaksanaan bekerjasama dengan Kecamatan Pangkalan dan Tegalwaru. . C. Metode Kegiatan Kegiatan ini berlangsung selama 2 hari dengan metode penyampaian materi dengan ceramah, tanya jawab, diskusi serta pemberian tugas-tugas kepada setiap peserta. Selanjutnya dihari kedua dilakukan pendampingan dalam bentukbentuk kegiatan yang dilaksanakan dan dilakukan pengendalian serta pengawasan. D. Evaluasi Evaluasi dalam kegiatan ini dilakukan dalam beberapa tahap antara lain: terhadap persiapan, proses dan hasil yang dicapai. Evaluasi terhadap persiapan dilakukan dengan jalan menilai segala bentuk persiapan dan mendiskusikannya dengan para anggota tim pelaksana. Evaluasi terhadap proses dilakukan sambil berjalan dengan mencocokkan Keterampilan baru bagi para peserta rencana kerja dengan realisasi kegiatan dan evaluasi terhadap hasil dilakukan dengan tanya jawab serta peragaan dan pemberian tugas serta melakukan monitoring oleh tim pelaksana kegiatan. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemimpin dapat mempengaruhi moral dan kepuasan kerja, keamanan, kualitas kehidupan kerja dan terutama tingkat prestasi suatu organisasi. Para pemimpin juga memainkan paranan kritis dalam membantu kelompok, organisasi atau masyarakat untuk mencapai tujuan mereka. Kemudian timbul pertanyaan yang membuat seorang pemimpinan efektif. Salah satu persoalan pendidikan yang sedang dihadapi adalah persoalan mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan. Sedangkan dibidang olahraga yakni semakin terpuruknya rengking prestasi olahraga kita di Pesta olaharaga Asia Tenggara. Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, antara lain melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kompetensi guru, pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, dan meningkatkan mutu manajemen sekolah. Indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang berarti. Sebagian sekolah, terutama di kota-kota, menunjukkan peningkatan mutu 318 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 pendidikan yang mencakup menggembirakan, sebagian besar lainnya masih memprihatinkan. Pada bidang olahraga melakukan bermacam-macam kegiatan dalam upaya meningkatkan prestasi disetiap cabang olahraga, seperti mendatangkan pelatih dari luar negeri, uji coba serta banyak kegiatan lainnya. Berdasarkan masalah di atas, maka berbagai pihak mempertayakan apa yang salah dalam penyelenggaraan pendidikan kita dan apa pula yang salah dalam pembinaan olahraga di bumi tercinta ini. Pembinaan Olaharaga Prestasi adalah pembinaan olahraga yang dilakukan dengan tujuan untuk meraih suatu prestasi olahraga. Kurangnya pembinaan olahraga di Sekolah-sekolah dasar dinyatakan peserta disebabkan oleh banyak faktor seperti. (1) kurang lancarnya mekanisme organisasi yang ada, (2) tidak adanya pembina dan pelatih yang kualifait, (3) kurangnya minat atlet untuk berlatih, (4) pelatih belum memiliki program yang jelas. Faktor-faktor tadi merupakan penyebab belum meningkatnya pembinaan dan pembibitan olahraga. B. Pembahasan Kemampuan dan keterampilan kepemimpinan dalam pengarahan adalah faktor penting effektifitas manajer. Bila organisasi dapat mengidentifikasikan kualitas–kualitas yang berhubungan dengan kepemimpinan, kemampuan untuk menseleksi pemimpin-pemimpin efektif akan meningkat. Dan bila organisasi dapat mengidentifikasikan perilaku dan teknikteknik kepemimpinan efektif, akan dicapai pengembangan efektifitas personalis dalam organisasi termasuk didalamnya bagaimana kebijakankebijakan yang diambil atau diarahkan oleh seorang pemimpin bisa berdampak dalam setiap lini kehidupan. Dalam bidang pendidikan contohnya seorang pemimpin yang baik harus bisa meningkatkan atau mendongrak nilai-nilai pendidikan yang pada tujuan akhirnya kebijakan-kebijakan yang diambil akan menghasilkan kualitas pendidikan yang baik yang bisa memacu pertumbuhan kemajuan peradaban sebuah bangsa. Agar dapatnya terlaksana manajemen dalam pelatihan olahraga tentunya terlebih dahulu organisasi sebagai wadah untuk berkumpulnya berbagai potensi sumber daya manusia dari berbagai kalangan, baik sebagai pengurus, pelatih maupun yang akan dilatih. Langkah-langkah yang dapat ditemukan dalam pelatihan ini antara lain adalah: 1. Organisasi. Organisasi merupakan suatu hal yang pokok dalam usaha peningkatan pembinaan olahraga. Faktor organisasi merupakan wadah dari kegiatan olahraga yang memerlukan partisipasi dari seluruh anggota, masyarakat dan pemerintah. Tanpa dukungan yang memadai, maka mekanisme organisasi itu tidak akan berjalan lancar. Kelancaran mekanisme organisasi olahraga akan menunjang terciptanya suatu prestasi yang optimal. Peranan organisasi dalam pembinaan olahraga sangat penting artinya untuk mencapai tujuan yang dihapkan. Tanpa adanya suatu organisasi yang baik dari suatu klub olahraga, maka sukar diharapkan pencapaian prestasi yang optimal. Suatu organisasi klub olahraga memerlukan mekanisme yang teratur dan sistematis. Kelancaran mekanisme suatu organisasi olahraga, akan memperlancar pembinaan klub olahraga dimaksud. Dalam hal ini kepemimpinan setiap unsur yang terdapat dalam organisasi tersebut 319 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 harus merasa bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya. Kegiatan-kegiatan yang terdapat dalam setiap unsur organisasi harus berjalan menuju tujuan yang telah ditetapkan. Setiap unsur harus dapat menciptakan kerjasama yang baik sehingga mekanisme oraganisasi tersebut dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Kenyataan yang ditemui pada Sekolah-Sekolah Dasar bahwa mekanisme oraganisasi ini tidak berjalan menurut semestinya, walupun setiap sekolah telah mempunyai organisasi tersendiri. Dengan demikian wajar kiranya prestasi olahraga di SekolahSekolah Dasar belum meningkat sesuai dengan yang diharapkan. 2. Manajemen Organisasi mengidentifikasikan kualitas–kualitas yang berhubungan dengan kepemimpinan, kemampuan untuk menseleksi pemimpin-pemimpin efektif akan meningkat. Dan bila organisasi dapat mengidentifikasikan perilaku dan teknikteknik kepemimpinan efektif, akan dicapai pengembangan efektifitas personalis dalam organisasi termasuk didalamnya bagaimana kebijakakebijakan yang diambil atau diarahkan oleh seorang pemimpin bisa berdampak dalam setiap lini kehidupan. Dalam bidang pendidikan contohnya pemimpin yang baik harus bisa meningkatkan atau mendongrak nilai-nilai pendidikan yang pada tujuan akhirnya kebijakan-kebijakan yang diambil akan menghasilkan kualitas pendidikan yang baik yang bisa memacu pertumbuhan kemajuan peradaban sebuah bangsa. Gaya-gaya kepemimpinan yang berbeda dibicarakan disini. Analisis kritis penguasa yang otoriter melawan yang demokratis serta yang berorientasi pada orang melawan yang beriorentasi pada tugas semua dibahasanya.pelatih yang berhasil dapat menggunakan modelmodel kepemimipinan yang cocok dengan kepribadiannya sendidri yang sesuai dengan keadaan. Kepelatihan pada saat ini bukanlah tugas yang mudah. Bahkan kepelatihan merupakan profesi yang penuh tantangan dan selalu berubah. Pelatih yang berhasil selalu bersedia menerima informasiinformasi baru, namun tetap dapat mengenali pendekatan tradisional yang paling sesuai. Pemimpin yang efektif selalu tanggap dan sebagai hasilnya menanggapi olahragawannya dengan cara meningkatkan diri dan bukan menghancurkan diri. Sikap tanggapnya menjadikan pelatih dapat dengan benar menggunakan kekuasaanya. Pelatih yang berhasil menguasai seni dan ilmu berkomunikasi dengan olahragawan dan asisten pelatihnya. Kepercayaan diri olahragawan didapat melalui kemampuan mendengar aktif. Mereka dapat membina keseimbangan antara berorientasi pada tugas dan berorientasi pada olahragawan dan keseimbangan ini menjadikan mereka selalu menang. 3. Membuat Program Kerja Setelah kepengurusan terbentuk, maka pengurus inti bersama anggota-anggota seksi lainnnya, perlu membuat draf program kerja. Minsalnya seksi dana, mencoba membuat program tentang perkiraan kebutuhan dana dalam masa periode tertentu dan bagaimana cara mencari dana. Dalam program ini harus tercermin secara rinci kebutuhan dana yang diperlukan serta sumber-sumber 320 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 yang mungkin diperkirakan mampu memberikan bantuan atau dengan cara lain. Persoalan dana merupakan persoalan yang sangat penting dalam sebuah organisasi apapun, sebab tanpa adanya dukungan dana kegiatan tidak berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Setiap organisasi olahraga sering terkendala dalam masalah dana, sehingga pembinaan atlet menjadi tidak sempurna dan sering terbengkalai. Perencanaan yang dibuat ini, haruslah dijalankan dengan baik dibawah kontrol ketua umum serta koordinator masingmasing bidang. Dalam pelaksanaannya perlu adanya pengonrolan dan pelaporan secara berkala dari masing-masing seksi, sehingga kalau ada kekurangankekurangan dalam perjalanannya dapat diperbaiki dengan segera. dengan jalan meningkatkan kegiatan pelatihan melalui kegiatan ekstrakurikuler. 2. Selain di sekolah diharapkan juga meningkatkan peran aktifnya untuk memulai kembali mendirikan organisasi-organisasi atau club-club olahraga. 3. Dalam mendirikan organisasi hendaknya melibatkan berbagai komponen masyarakat, baik kalangan pendidikan atau akademisi, tokoh masyarakat pemerhati olahraga, kalangan pemerintah dan para generasi muda. 4. Setelah terbentuknya wadah organisasi, perlu dilakukan fungsifungsi manajemen terutama manajemen kepelatihan agar tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan baik. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Kesimpulan dari kegiatan pengabdian masyarakay ini sebagai berikut: 1. Mendirikan organisasi Baru Untuk melahirkan atlet yang dapat dibina ke arah yang lebih baik, diperlukan wadah organisasi sebagai wahana pencarian bibit dan pengembangan dan peningkatan baik dibidang fisik, teknik, taktik serta mental bertanding. 2. Memilih pengurus yang baru adalah merupakan solusi terbaik dalam rangka meningkatkan manajemen kepelatihan olahraga di kecamatan Pangkalan dan Tegalwaru Kabupaten Karawang. B. Saran-Saran 1. Kepada para peserta dalam kegiatan ini yang bertugas sebagai guru Penjasorkes, agar dapat melahirkan atlet berprestasi melalui jalur sekolah DAFTAR PUSTAKA Beding, Bona (2003). Membangun Karakter Bangsa Melalui Olahraga. Jakarta: Gramedia Widia sarana Indonesia Depdikbud (1978). Asas-Asas Pengetahuan Umum Olahraga. Jakarta: Depdikbud Kiram, Yanuar (2000). Sekolah Sebagai Komponen Strategis Pembinaan Prestasi Olahraga. Makalah: Disajikan dalam Seminar Nasional Keolahragaan 14-9-2000 di Universitas Negeri Padang. Kosasih, Engkos (1998). Pembinaan Olahraga. Jakarta: Gramedia Lutan, Rusli (2003). Strategi Pembelajaran Jasmani di SD. Jakarta: Depdiknas Menegpora, (2007). Undang-Undang Republik Indonesia nomor 3 tahun 321 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 2005. Jakarta –Biro Humas dan Hukum Ramdan, Endang (1982). Olahraga dan Kesehatan. Bandung: Angkasa Syafruddin, (2011). Ilmu Kepelatihan Olaharaga. UNP Press: FIK UNP Padang. Suharno (1986). Ilmu Melatih. Yogyakarta: FPOK IKIP Setyobroto, /sudibiyo (1993). Psikologi Kepelatihan. Jakarta: Jaya Sakti. Zalfendi, (2013). Kebijakan Kepemimpinan. Pasca Sarjana UNP Padang . 323 PELATIHAN PENGGUNAAN INTERNET DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA BAGI GURU-GURU SDN DI DESA ANGGADITA Iyan Rosita Dewi Nur Pendidikan Matematika FKIP Universitas Singaperbangsa Karawang [email protected] ABSTRACT Teacher as a students fasilitator is necessary to have a knowledge about the change of internet technology especially potential internet as a tool and media to enrich students learning. Generally, this case is self challenges for all of teachers in school, include elementary’s school teachers. In the fact, they are not introduced about the use of internet. The results of researches showed that optimalization of internet pottential is not a simple task. The purpose of this dedication to community is to introduce website of mathematics learning and make a mathematics learning design with internet for the teachers of elementary school in desa Anggadita. The target of this dedication to community is all of the elementary school teachers in Desa Anggadita kecamatan Klari kabupaten Karawang. The followings are the activities done by team : preparing the sillaby and lesson plan, applying the program as instructor by the team, doing meeting 12 times, using tutorial methods. The total of the trainees is 30 teachers. By this training, the participants feel helpfull because they can understand dan learn how to visit the mathematics website, they can apply it in their classroom teaching Key word: Training, Internet, Mathematics Learning ABSTRAK Guru selaku fasilitator bagi muridnya, perlu memiliki wawasan tentang perkembangan teknologi internet khususnya potensi internet sebagai alat atau media untuk memperkaya pembelajaran siswa. Pada umumnya ini adalah tantangan tersendiri bagi guru-guru di sekolah, termasuk guru-guru di sekolah dasar. Pada kenyataannya, mereka tidak dibekali tentang pembelajaran menggunakan internet. Penelitian menunjukkan, mengharapkan guru untuk mengoptimalkan potensi internet bukanlah suatu tugas yang sederhana. Tujuan pengabdian kepada masyarakat ini adalah untuk mengenalkan guru-guru SDN di desa Anggadita pada websitewebsite pembelajaran matematika serta belajar merancang pembelajaran matematika menggunakan internet.. Target sasaran dalam pengabdian ini adalah seluruh guru sekolah dasar di Desa Anggadita Kecamatan Klari Kabupaten Karawang. Metode yang dilakukan adalah dengan teknik tutorial, jumlah peserta pelatihan sebanyak 30 orang. Dengan adanya pelatihan ini para peserta merasa terbantu karena mereka bisa mengenal dan belajar bagaimana membuka situs-situs pembelajaran dalam matematika sehingga mereka bisa mengaplikasikannya dalam pembelajaran di kelas yang sasarannya dapat meningkatkan dan menguatkan konsep pemahaman matematis siswa yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Kata Kunci: Pelatihan, internet, pembelajaran matematika PENDAHULUAN Sekolah Dasar Negeri Anggadita merupakan sekolah dasar negeri yang berada di Desa Anggadita Kecamatan Klari Kabupaten Karawang. Terdapat 5 Sekolah Dasar Negeri Anggadita, yaitu SDN Anggadita I, SDN Anggadita II, SDN Anggadita III, SDN Anggadita IV, dan SDN Anggadita V. Desa Anggadita merupakan salah satu desa yang kini berkembang pesat perkembangan wilayahnya. Hal itu dikarenakan desa Anggadita merupakan salah satu desa tempat berkembangnya industri di Kabupaten Karawang. Seiring dengan perkembangan tersebut, tidak dapat dipungkiri lagi murid- murid dewasa ini tumbuh di dunia 324 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 yang jauh berbeda dengan di masa ketika guru, orang tua dan kakek mereka masih menjadi murid. Anak-anak sekarang terlahir diera digital dan ditengah-tengah perkembangan teknologi yang sedemikian pesatnya, menuntut adanya kesiapan mental dan finansial baik bagi orang tua maupun sekolah untuk mengakomodasi setiap kebutuhan anak-anak yang semakin kompleks khususnya dalam pembelajaran. Teknologi yang berkembang pesat diantaranya adalah telepon dan internet. Sudah tidak heran lagi ketika murid sekolah dasar di jaman sekarang sudah pandai mengoperasikan teknologi canggih. Teknologi merupakan bagian dari masyarakat informasi di mana kita kini hidup, orang sudah menggunakan internet, e-mail dan hand phone dalam berkomunikasi, kompetensi seseorang semakin ditantang dan diperluas dengan cepat. Sekolah sebagai bagian dari masyarakat, teknologi hendaknya harus menjadi bagian integral dari sekolah dan pembelajaran di kelas Fasiltas komputer di setiap SDN yang berada di desa Anggadita telah tersedia, namun hanya terdapat 1 unit saja di masing-masing sekolah. Untuk koneksi internet masih terbatas pada penggunaan modem yang disediakan oleh masingmasing pihak sekolah. Meskipun saat ini masih terbatas, tetapi bila kita mencermati besarnya dukungan pihak orang tua pada sekolah tersebut dan adanya kemungkinan bekerja sama dengan pihak luar (misalnya Telkom), maka fasilitas internet di sekolah tersebut diperkirakan akan meningkat secara signifikan. Sedangkan dari konteks siswa SDN di desa Anggadita, internet bukanlah barang asing bagi sebagian siswa. Percakapan yang sering muncul pada pihak siswa tentang facebook dan game online mengindikasikan bahwa sebagian siswa sudah terbiasa dengan penggunaan internet. Bilamana hal ini dikaitkan pengalaman peneliti (dalam hal ini Ketua Peneliti) ketika melakukan observasi tentang pembelajaran matematika dengan internet di sekolah-sekolah dasar di Anggadita, ditemukan bahwa siswa-siswa SD baik kelas 1,2 maupun siswa kelas 3 dapat dengan mudah mengakses teknologi internet, menavigasi sejumlah website pembelajaran matematika tanpa harus didampingi secara langsung oleh guru mereka. Fenomena ini memperkuat pernyataan bahwa saat ini sekolah sedang menghadapi siswa“era digital” yang sangat berbeda karakteristiknya dengan siswa pada dekade sebelumnya. Hal ini mengisyaratkan pentingnya para siswa difasilitasi untuk memanfaatkan internet sebagai alat/media belajar bagi mereka, tidak terbatas hanya sebagai media untuk bermain atau pun komunikasi. Pembelajaran dengan menggunakan media IT merupakan salah satu strategi pembelajaran yang sangat disenangi dan ditunggu oleh anak-anak, karena tidak dapat dipungkiri lagi bahwa ketertarikan anak untuk menguasai teknologi sangat besar, ini dapat kita lihat begitu banyak anak baik diusia non sekolah (usia dini) maupun usia sekolah yang kehilangan waktu belajar karena asyik dengan dunia teknologi seperti bermain game, bermain hand phone dan bermain komputer. Oleh karena itu, pendekatan pembelajaran yang memperhatikan dunia anak yaitu berkaitan dengan dunia IT merupakan keharusan yang tidak dapat ditawar-tawar lagi untuk menciptakan antusias dan motivasi belajar, apabila hal ini tidak dapat 326 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 dipenuhi, tentunya pembelajaran sudah tidak menjadi perhatian utama murid. Pertanyaan yang muncul dalam menghadapi kenyataan ini adalah apakah perkembangan teknologi ini diimbangi juga dengan kemampuan guru sekolah dasar dalam menguasai teknologi? Dapatkah internet diintegrasikan ke dalam pembelajaran matematika? Dan bagaimana implementasinya? Guru selaku fasilitator bagi muridnya, perlu memiliki wawasan tentang peerkembangan teknologi internet khususnya potensi internet sebagai alat atau media untuk memperkaya pembelajaran siswa. Pada umumnya ini adalah tantangan tersendiri bagi guru-guru di sekolah, termasuk guru-guru di sekolah dasar. Pada kenyataannya, mereka tidak dibekali tentang pembelajaran menggunakan internet. Penelitian menunjukkan, mengharapkan guru untuk mengoptimalkan potensi internet bukanlah suatu tugas yang sederhana. Satu contoh masalah adalah bagaimana guru mengetahui mana informasi yang valid dan tepat untuk digunakan (Wallace, 2004). Bahkan penelitian telah menunjukkan kompleksitas dari sebuah pengajaran dengan menggunakan internet (Wallace, 2002, 2004). Pembelajaran matematika yang menggunakan media komputer perkembangannya sangat pesat, begitu banyak pembelajaran matematika dewasa ini disajikan dengan media interaktif berupa CD pembelajaran dan media internet (e-learning), namun media yang tersedia dipasaran kadangkala tidak sesuai dengan kebutuhan kurikulum dan kebutuhan siswa, dengan demikian guru sebagai subjek pendidikan yang memahami kurikulum dan kebutuhan siswanya hendaknya mampu menciptakan sendiri media interaktif bagi siswanya. Berdasarkan latar belakang di atas, dapat disimpulkan bahwa sekurangkurangnya empat faktor yang menjadi motivasi pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat ini: (1) memberi dukungan kepada SDN yang berada di desa Anggadita untuk meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya pembelajaran matematika dalam penggunaan media internet dalam rangka menyongsong perkembangan jaman. (2) potensi internet sebagai alat belajar yang perlu dioptimalkan, (3) mempertimbangkan karakteristik siswa “era digital”, dan (4) latar belakang guru, yang di satu sisi dituntut untuk mengintegrasikan TIK sedangkan di sisi lain latar belakang pendidikan guru dalam hal pemanfaatan TIK kurang memadai. Atas dasar yang telah disampaikan di atas, dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini, guru akan dikenalkan dengan website-website pembelajaran matematika yang relevan dengan kurikulum mata pelajaran matematika kelas rendah. Guru juga akan belajar cara mengintegrasikan internet dalam pembelajaran matematika di kelas, sekaligus akan difasilitasi merancang pembelajaran matematika dengan internet serta belajar menerapkannya di kelas. Berdasarkan hasil observasi pada beberapa sekolah dasar negeri Anggadita dan hasil diskusi dengan pihak UPTD kecamatan Klari, serta diskusi lebih mendalam dengan para guru-guru di sekolah dasar negeri Anggadita, teridentifikasi beberapa masalah dalam pembelajaran matematika, yaitu: 1. Guru-guru masih mengalami kesulitan untuk menguasai penggunaan internet 327 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 2. Ketersediaan sarana dan media pembelajaran berbasis internet yang dimiliki setiap sekolah masih terbatas 3. Kemampuan yang rendah dalam menggunakan media pembelajaran yang berbasis internet Pesan dapat dikirim dan diterima dari banyak individu atau dari banyak individu sekaligus. Pembelajaran matematika dengan menggunakan internet memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif dan konstruktif. Pembelajaran dengan internet membantu siswa memahami bagaimana pengetahuan dan pemahaman dikonstruksi secara social dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk memikirkan, merevisi dan mengubah pemikiran mereka sendiri. Murid belajar bahwa berpikir bukanlah latihan singkat. Berpikir membutuhkan banyak waktu dan seringkali dimodifikasi berdasarkan tanggapan dan komunitas pembelajar. 2) Beberapa langkah-langkah yang harus dilakukan guru dalam melakukan pembelajaran dengan media internet adalah sebagai berikut: a) Menentukan situs (web) yang akan digunakan dalam pembelajaran. Sebelum melakukan pembelajaran di kelas/di ruangan computer bersama siswa, seorang guru haruslah terlebih dahulu menginvestigasi situs-situs atau alamat web yang akan dikunjungi siswa. Berikut ini beberapa alamat web yang baik digunakan dalam pembelajaran matematika, yaitu: http://www.mathgoodies.com/lesson/ vol4/meaning_percent.html http://regentsprep.org/regents/m ath/mathtopic.cfm?TopicCode=fsolid http://www.mathisfun.com/num ber_algebra.html http://www.bbc.co.uk/skillwise METODE PENELITIAN a. Materi Kegiatan 1) Pembelajaran Matematika yang Berbasis Internet Seiring dengan kebutuhan akan metode dan konsep pembelajaran yang lebih efektif dan efisien, pemanfaatan teknologi informasi untuk pendidikan menjadi tidak terelakan lagi. Konsep yang kemudian terkenal dengan sebutan elearning ini membawa pengaruh terjadinya proses transformasi pendidikan konvensional ke dalam bentuk digital, baik secara isi (contents) maupun sistemnya. Internet adalah inti dari komunikasi melalui computer. System internet berisi ribuan jaringan computer yang terhubung di seluruh dunia, menyediakan informasi yang tak terhingga yang dapat diakses siapapun termasuk siswa sekolah dasar. World Wide Web (WWW) adalah system pengambilan informasi hypermedia yang menghubungkan berbagai materi internet,, materi ini mencakup teks, dan grafis. Web member struktur yang dibutuhkan internet. Website adalah loksi individu atau organisasi di internet. Website menampilkan informasi yang dimasukkan oleh individu atau organisasi. E-mail adalah singkatan dari electronic mail dan merupakan bagian penting lain dari internet. 328 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 http://www.mathcats.com/conten ts.html http://www.atozteacherstuff.com b) Menentukan Tujuan Pembelajaran. Seorang guru harus menentukan terlebih dahulu tujuan pembelajaran sebelum anak mengeksplorasi pengetahuannya lewat media internet agar siswa lebih terarah dan memiliki target pembelajaran. c) Menentukan jenis penilaian yang digunakan. Menentukan jenis penilaian yang akan digunakan merupakan hal penting yang tidak boleh dilupakan guru, karena proses kerja anak akan lebih terarah dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Banyak alat penilaian yang telah tersedia dalam internet, seperti soal latihan on-line dan games yang mampu mengantarkan siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya. Dalam hal ini guru hanya sebagai fasilitator dan observer, guru tidak harus ceramah dan banyak mendikte siswa karena siswa akan menemukan dan mengeksplorasi sendiri pengetahuannya. d) Menjelaskan target dan kesimpulan dari pembelajaran. Di akhir awal pembelajaran guru sebaiknya menjelaskan target yang harus dicapai, begitu juga di akhir pembelajaran memeberikan kesimpulan terhadapa kegiatan pembelajaran secara keseluruhan merupakan bagian yang tidak boleh dilupakan guru demi mempertahankan makna pembelajaran tersebut. 3) Beberapa cara efektif untuk menggunakan internet di dalam kelas adalah: a) Untuk membantu menavigasi dan mengintegrasikan pengetahuan. Internet punya data base informasi besar tentang berbagai topic yang diorganisasikan dalam banyak cara yang berbeda. Saat siswa mengeksplorasi sumbersumber internet, mereka dapat menempatkan sendiri karya mereka dalam riset dan menyusun proyek yang mengintegrasikan informasi dan beragam sumber. b) Mendorong belajar bersama. Salah satu cara yang paling efektif untuk menggunakan internet di kelas adalah melalui aktivitas proyek atau tugas dalam kelompok kecil. Internet mempunyai banyak informasi yang berbeda-beda yang bisa dimanfaatkan untuk memperbaiki tugas atau penelitian mereka. Salah satu tipe proyek belajar individual maupun kelompok kecil menggunakan internet dalam pembelajaran bersama adalah berburu skor dalam games matematika dan memecahkan masalah yang diberikan. c) Menggunakan e-mail. Penggunaan email dalam pengiriman tugas-tugas oleh peserta didik akan mendorong peserta didik untuk lebih “melek teknologi”. Pengiriman tugas dengan email sangat 329 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 mengefisienkan waktu dan mempermudah guru memberikan feedback kepada siswa, di samping itu portofolio dapat tertata rapid an mudah di sharing kan bersama siswa. Kegiatan ini bertujuan untuk mengenalkan guru-guru SDN di desa Anggadita pada website-website pembelajaran matematika serta belajar merancang pembelajaran matematika menggunakan internet. Oleh karena itu, sebelum pelaksanaannya, para tim pengabdian bagi masyarakat akan melakukan sejumlah persiapan intensif antara lain: mengidentifikasi websitewebsite pembelajaran matematika yang bersesuaian dengan kurikulum SD. Selanjutnya tim pengabdian bagi masyarakat ini akan menyiapkan beberapa contoh rancangan pembelajaran menggunakan internet yang akan digunakan sebagai bahan workshop dan sebagai salah sati acuan dalam proses pengembangan rancangan pembelajaran oleh para guru SDN di desa Anggadita. Program yang dilakukan adalah pelatihan dalam menggunakan website pembelajaran matematika sebagai media pembelajaran yang nantinya digunakan dalam pembelajaran matematika di kelas. Standar kompetensi luaran dari program ini adalah meningkatnya kemampuan menggunakan internet sebagai media pembelajaran dalam pembelajaran matematika. Langkah-langkah kegiatan yang akan dijalankan dalam program ini yaitu sebelum menggunakan komputer dalam mengakses internet, para guru diberikan pembekalan terlebih dahulu kemudian diberikan pelatihan menggunakan komputer dalam mengakses internet. Untuk menjalankan program dengan baik diperlukan rencana yang matang dan realistis. Berikut adalah hal-hal apa saja yang dilakukan oleh tim pengabdian bagi masyarakat: 1) Mempersiapkan silabus dan SAP 2) Tim Abdimasy melaksanakan program dengan menjadi instruktur 3) Pertemuan akan dilaksanakan sebanyak 12 kali pertemuan untuk 5 sekolah dasar negeri yang ada di desa Anggadita kecamatan Klari 4) Metode yang dilakukan adalah dengan teknik tutorial Solusi dan Manfaat Kegiatan Dari berbagai hambatan yang terjadi, maka solusi dari kegiatan pelatihan penggunaan internet dalam pembelajaran matematika ini adalah : a. Sebelum diberikan pelatihan, para guru diajari terlebih dahulu cara-cara membuka internet. b. Dalam penyampaian materi, penyaji memberikan sedikit rasa humor untuk menghilangkan sedikit rasa lelah para peserta c. Memberikan pendampingan yang cukup ekstra bagi peserta yang kesulitan mengoperasikan komputer. d. Memberikan foto copy hand out materi pelatihan penggunaan internet Manfaat yang didapatkan dari kegiatan pengabdian masyarakat ini antara lain sebagai berikut: a. Bagi SD Negeri yang berada di desa Anggadita, kegiatan ini dapat meningkatkan prestasi sekolah minimal di tingkat kabupaten dalam hal pengembangan teknologi. Dengan adanya kesempatan bagi guru-guru mengetahui sejumlah website pembelajaran matematika, 330 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 diharapkan guru-guru tersebut dapat mengembangkan lebih jauh penggunaan internet khususnya dalam pembelajaran matematika. Hal ini dimungkinkan karena ketersediaan informasi melalui internet yang dapat mendukung pengembangan profesi dan peningkatan kualitas pembelajaran matematika di SD tidak terbatas jumlahnya. b. Kegiatan ini membangun pemahaman yang lebih baik tentang pembelajaran matematika menggunakan internet pada konteks sekolah dasar. c. Manfaat lain adalah mendapat inspirasi untuk pengembangan penelitian pengajaran matematika dengan berbasis ICT. d. e. Manfaat bagi UNSIKA yaitu untuk pencitraan UNSIKA pada masyarakat luas bahwa dengan disandangnya status negeri maka kualitas kampus pun semakin berkualitas. Selain itu juga membuktikan, bahwa apa yang telah dikembangkan oleh pihak akademisi UNSIKA dapat langsung diterapkan di lapangan. Permasalahan yang ditemui di lapangan juga dapat menjadi masukan bagi UNSIKA dalam usahanya mencetak guru-guru profesional di masa depan. Secara lebih khusus, hasil kegiatan ini dapat memberi informasi pada pembuatan kebijakan tentang hal-hal yang diperlukan dalam upaya mengintegrasikan teknologi internet dalam pembelajaran di sekolahsekolah. intensif antara lain: mengidentifikasi website-website pembelajaran matematika yang bersesuaian dengan kurikulum SD. Selanjutnya tim pengabdian bagi masyarakat ini akan menyiapkan beberapa contoh rancangan pembelajaran menggunakan internet yang akan digunakan sebagai bahan workshop dan sebagai salah satu acuan dalam proses pengembangan rancangan pembelajaran oleh para guru SDN di desa Anggadita. Program yang dilakukan adalah pelatihan dalam menggunakan website pembelajaran matematika sebagai media pembelajaran yang nantinya digunakan dalam pembelajaran matematika di kelas. Standar kompetensi luaran dari program ini adalah meningkatnya kemampuan menggunakan internet sebagai media pembelajaran dalam pembelajaran matematika. Langkah-langkah kegiatan yang akan dijalankan dalam program ini yaitu sebelum menggunakan komputer dalam mengakses internet, para guru diberikan pembekalan terlebih dahulu kemudian diberikan pelatihan menggunakan komputer dalam mengakses internet. Untuk menjalankan program dengan baik diperlukan rencana yang matang dan realistis. Berikut adalah hal-hal apa saja yang dilakukan oleh tim pengabdian bagi masyarakat: PEMBAHASAN 1. Proses Pelaksanaan Kegiatan ini bertujuan untuk mengenalkan guru-guru SDN di desa Anggadita pada website-website pembelajaran matematika serta belajar merancang pembelajaran matematika menggunakan internet. Oleh karena itu, sebelum pelaksanaannya, para tim pengabdian bagi masyarakat akan melakukan sejumlah mata persiapan 331 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 2. Hambatan Pelatihan penggunaan internet dalam pembelajaran matematika bagi guru-guru SDN anggadita, mengalami berbagai hambatan yaitu : a. Guru-guru masih mengalami kesulitan untuk menguasai penggunaan internet b. Ketersediaan sarana dan media pembelajaran berbasis internet yang dimiliki setiap sekolah masih terbatas c. Kemampuan yang rendah dalam menggunakan media pembelajaran yang berbasis internet membuat tim abdimas harus ekstra membimbing sehingga materi tidak tersampaikan secara optimal. d. Pelaksanaan pelatihan dilakukan setelah kegiatan pembelajaran di sekolah selesai, dan tentu saja hal ini mempengaruhi stamina peserta platihan. Peserta pelatihan agak terlihat lelah. DAFTAR PUSTAKA Jonassen, D., H, Peck, K. L., & Wilson, B. G. (1999). Learning with Technology : A Constructivist Perspective. The United States of America : Practice Hall. Supriadi, D. (2002). Internet Masuk Sekolah : Pemberdayaan Guru dan Siswa dalam Era Sekolah Berbasis E-Learning untuk Sekolah Menengah Pertama. Wallace, R. M. (2002). The Internet as a site for Changing Practice : The Case of Ms. Owens, Research in Science Education, 32 (4), 465-487. Wallace, R.M. (2004).A Framework for Understanding Teaching with the Internet. American Educational Research Journal, 41 (2). 447-448. 333 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 IbM POKDARWIS DESA SEKUMPUL I Ketut Armawan Jurusan Diploma III Bahasa Inggris FBS UNDIKSHA Email: [email protected] ABSTRACT IbM Pokdarwis Desa Sekumpul are conducted to give solution for some problems which are faced by these two Pokdarwis in the village by giving some training in making; 1) tour packages, 2) Guide Book, 3) promotional tools in the from of brosure and website, and 4) promoting tourism products to travel agency which is continued by training in making MoU. By giving training and guidance in those mentioned aspects, some products were produced as output of this IbM implementation, such as; 1) tour packages, 2) Guide Book, 3) Website and Brochure and 4) MoU between Pokdarwis who manage the tourism activities in the village with some travel agencies in Bali. This program was responded positively by the local Pokdarwis as well as the village people considering its benefit for the development of tourism in this village. Keywords: guide book, Pokdarwis, tour packages, brocure, MoU ABSTRAK IbM Pokdarwis desa Sekumpul dilaksanakan sebagai upaya memberikan solusi atas permasalahanpermasalahan yang dihadapi oleh kedua Kelompok Sadar Wisata yang ada di desa ini dengan memberikan beberapa pembinaan dan pelatihan, yang meliputi; pelatihan penyusunan paket wisata, pelatihan penyusunan buku panduan wisata (guide book), pelatihan penyusunan alat promosi wisata, dan pelatihan pemaaaran produk wisata. Dengan menerapkan metode pelatihan dan pendampingan, kegiatan IbM ini dapat menghasilkan berbagai produk luaran, diantaranya: 1) paket wisata, 2) Buku Panduan Wisata (Guide Book), 3) sarana promosi berupa Brosur,dan Website 4) Formulir MoU (Contract Rate Agreement) antara kedua Pokdarwis (sebagai pengelola wisata alam) di Desa Sekumpul dengan beberapa travel agency yang ada di Bali. Pelaksanaan kegiatan IbM ini mendapatkan respond yang sangat positif dari Pokdarwis Desa Sekumpul terbukti dari kehadiran peserta pelatihan bisa mencapai 100 persen. Kegiatan ini sangat bermamfaat bagi peserta dan masyarakat desa bagi pengembangan kepariwisataan di desa ini. Kata kunci: guide book, Pokdarwis, paket wisata, brosur, MoU PENDAHULUAN Sebagai destinasi wisata, Desa Sekumpul memiliki potensi yang sangat luar biasa, antara lain; 1) Air terjun (jumlahnya mencapai 7) yang sangat eksotis, yang memiliki debit air yang sangat stabil sepanjang tahun. 2) hamparan persawahan dengan view pantai dan bukit, 3) perkebunan kopi dan cengkeh yang sangat luas, dan juga variasi buah-buahan yang beraneka ragam yang bisa dinikmati wisatawan sepanjang tahun, 4) pura- pura yang memiliki latar belakang sejarah dan arsitektur yang unik dan khas, 5) tersedianya beberapa rumah penduduk yang dijadikan sebagai homestay yang nyaman bagi wisatawan, yang menawarkan sajian kuliner yang khas yang tidak bisa dinikmati wisatawan di restoran ataupun hotel berbintang, 7) industri kerajinan tangan berupa pembuatan keranjang dari bamboo, pembuatan rumah ayam bertelur dengan bamboo, dan pembuatan gula aren,. Disamping itu kenyamanan wisatawan di desa ini juga sangat di dukung oleh tersedianya 334 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 infrastruktur jalan raya, akses telekomunikasi, jaringan listrik, sarana air bersih serta keramah tamahan masyarakat lokal yang senantiasa siap dengan senyuman pada para tamu yang datang. Semua potensi yang dimiliki desa ini sangat mendukung untuk dijadikanya Desa Sekumpul sebagai destinasi wisata desa. Menurut Nuryanti (1993) desa wisata merupakan suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi, dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat dengan tata cara dan tradisi yang berlaku. Lebih lanjut dijelaskan bahwa dalam desa wisata terdapat dua hal mendasar yang perlu dipertimbangkan, yang menyangkut akomodasi dan atraksi. Dalam konsep akomodasi sebagian dari tempat tinggal penduduk setempat, unit-unit yang berkembang maupun konsep tempat tinggal dijadikan sebagai akomodasi. Sedangkan atraksi merupakan seluruh kehidupan keseharian penduduk setempat beserta setting fisik lokasi desa yang memungkinkan berintegrasinya wisatawan sebagai partisifasi aktif seperti; kursus menari, belajar bahasa, dan lain-lain. Sejak dibukanya Air Terjun Sekumpul menjadi obyek wisata pada tahun 2003 yang diprakarsai oleh Kelompok Sadar Wisata Tirta Bhuana Lestari (Kelompok A) dan Kelompok Sadar Wisata Tirta Bhuana Lestari (Kelompok B) desa ini telah mulai ramai dikunjungi oleh wisatawan asing maupun wisatawan lokal. Perkembangan tersebut diawali dari dibukanya lintasan trekking dari Desa Lemukih menuju air terjun Sekumpul dengan jarak tempuh yang mencapai 2 jam. Study awal P2M ini telah mengidentifikasi adanya 4 lintasan trekking yang telah dirintis oleh masyarakat sekitarnya, antara lain: 1) lintasan trekking dari Desa Lemukih menuju air terjun Sekumpul, 2) lintasan trekking dari Desa Menyali menuju Air Terjun Sekumpul, 3) Lintasan trekking dari Desa Sudaji menuju Air Terjun Sekumpul, 4) Lintasan Trekking dari Desa Pakisan menuju Air Terjun Sekumpul (berdasarkan hasil observasi penulis sejak tahun 2003 sampai pada awal tahun 2015). Disamping itu, keasrian alam sepanjang jalan menuju air terjun ini telah berhasil menarik minat pengunjung asing dan lokal yang bisa mengakses obyek tersebut dengan berjalan kaki dari tempat parkir menuju Air Terjun Sekumpul, dengan jarak tempuh sekitar 1 jam atau mengendarai sepeda motor sampai ke parkir yang terdekat dengan air terjun yang berjarak hanya 100 meter. Perkembangan lebih detail tentang kunjungan wisatawan domestic dan asing ke obyek ini dapat dilihat pada Tabel 1 berikut: Tabel 1. Jumlah Wisatawan dan Pemasukan Kotor Kelompok Sadar Wisata Tirta Bhuana Lestari (Kelompok A) dan Kelompok Sadar Wisata Tirta Bhuana Lestari (Kelompok B) Desa Sekumpul Tahun Jumlah Pemasukan tamu dalam rupiah yang (dalam juta) masuk (dalam orang) 2004 2.001 10.005.000 2005 2.802 14.010.100 2006 3.004 15..020.000 2007 4.008 20.040.000 2008 5.003 25.015.000 2009 6.801 34.005.000 2010 8.602 43.010..000 2011 9.008 45.040.000 336 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 2012 2013 2014 10.001 11.200 13.300 trekking) baik trekking yang ditawarkan oleh pengelola Air Terjun Sekumpul (dalam hal ini kedua kelompok POKDARWIS) maupun paket trekking yang ditawarkan oleh pengelola paket wisata trekking dari Desa Menyali, Desa Sudaji, Desa Lemukih, dan Manuksesa Desa Bebetin. Sedangkan potensi (SDA, SDM, dan keunikan budaya) yang ada di desa ini sangat luar biasa dan memungkinkan untuk dikembangkannya berbagai paket wisata lain yang bisa bersaing dengan paket-paket wisata yang ditawarkan di tempat yang lain. Kedua, para pemandu wisata yang tergabung dalam kedua kelompok sadar wisata di desa ini belum memiliki buku panduan (guide book) yang bisa digunakan sebagai pedoman di dalam memberikan panduan wisatawan asing dan domestik dalam hal memberikan penjelasan tentang obyekobyek wisata, atraksi wisata, dan berbagai fasilitas wisata yang ada di desa ini. Hal ini sangat berpengaruh terhadap tingkat profesionalisme pemandu wisata lokal dan tingkat kepuasan tamu. Ketiga, belum adanya alat promosi untuk mempromosikan keberadaan Obyek Wisata Air Terjun Sekumpul beserta obyek wisata lain, atraksi wisata, dan fasilitas wisata yang ada kepada calon wisatawan juga turut menjadi faktor penyebab masih rendahnya volume kunjungan wisata ke desa ini. Keberadaan website untuk mempromosikan desa ini sangatlah mendesak disamping alat promosi cetak berupa brosur. Disamping ketiga masalah yang telah dipaparkan diatas, penulis juga menemukan belum adanya kontrak kerjasama (MoU) antara kedua kelompok sadar wisata ini dengan beberapa travel agency yang ada di Bali. Disamping kemampuan untuk menghandel 50.005.000 56.000.000 66.500.000 Data diatas menunjukkan adanya peningkatan pendapatan bagi kedua kelompok sadar wisata ini, dari angka 10 juta pada tahun 2004 dan angka 66.5 juta pada tahun 2014. Akan tetapi, pendapatan yang diterima oleh kedua kelompok ini masih terbilang sangat kecil jika dibandingkan dengan pendapatan yang diterima oleh pengelola air terjun lainnya yang ada di Buleleng. Pengelola Air Terjun Munduk, misalnya, telah berhasil mendapatkan penghasilan sebesar 500 juta per tahun, begitu pula dengan pengelola Air Terjun Desa Gitgit yang mencapai pendapatan 1 miliar per tahunnya. Sungguh jumlah yang begitu jauh berbeda dengan potensi yang sama bahkan bisa dibilang lebih baik. Sejalan dengan berkembangnya Obyek Wisata Air Terjun Sekumpul, berkembang pula beberapa usaha kecil masyarakat setempat yang mendukung kenyamanan wisatawan, antara lain; tempat parkir roda empat dan roda dua, restaurant, warung oleh-oleh herbal organik, dan homestay (rumah penduduk). Akan tetapi, Perkembangan obyek wisata Air Terjun Sekumpul belum mampu memberikan efek ekonomi yang maksimal pada masyarakat setempat seara luas. Menurut hasil observasi penulis, masih kecilnya pendapatan kedua kelompok sadar wisata yang ada di Desa Sekumpul ini tidak terlepas dari beberapa kendala; pertama, aktivitas wisata yang bisa dilakukan di Desa Sekumpul baru sebatas kunjungan ke Obyek Wisata Air Terjun Sekumpul saja dengan berjalan kaki (dari short trekking sampai long 337 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 wisatawan, kedua kelompok sadar wisata ini juga belum memiliki keterampilan bagaimana menjual paket-paket wisata yang ada ke beberapa calon wisatawan. Kedua kelompok ini belum memiliki keterampilan dan pengalaman bagaimana membangun hubungan kerjasama dengan partner bisnis, seperti travel agency dalam rangka menjual produk wisata yang ada di Desa Sekumpul. Sementara itu, berkembangnya obyek-obyek wisata baru yang unik dan menarik memberikan pilihan alternatif berwisata bagi wisatawan (asing dan domestik). Hal ini tentunya tidak terlepas dari adanya pergeseran trend/minat wisatawan yang selalu mencari produkproduk wisata yang unik dan berkualitas yang sesuai dengan keinginan wisatawan. Tuntutan terhadap standarisasi kualitas produk dan pelayanan wisata menjadi prioritas utama dalam kegiatan pariwisata global. Produk-produk langka dan unik yang bermutu tinggi (high value production of unique commodities) menjadi prioritas utama dalam pasar wisata global (Kusworo dan Damanik, 2008). Artinya, untuk memenangkan dan mempertahankan pangsa pasar, kualitas produk dan pelayanan harus memenuhi standard dan bersifat konsisten. Produkproduk wisata yang unik sangat diperlukan. Dalam dunia industry yang bergerak di bidang pelayanan jasa khususnya di bidang pariwisata, mencapai kepuasan wisatawan secara maksimal menjadi issue yang sangat penting karena berhubungan dengan loyalitas wisatawan itu sendiri. Bagi pengelola obyek wisata Air Terjun Sekumpul, misalnya, kepuasan wisatawan baik domestic maupun asing secara tidak langsung akan berdampak pada kunjungan kembali wisatawan (repeated guest), loyalitas wisatawan, dan rekomendasi kepada oarng lain untuk datang atau berkunjung. Menurut Kotler (2003) dalam Suastuti (2012) kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara kinerja (hasil) produk yang dipikirkan terhadap kinerja (hasil) yang diharapkan. Pelanggan merasa tidak puas apabila kinerja/hasil yang ditawarkan tidak sesuai atau berada dibawah harapan. Sebaliknya, apabila kinerja/hasil yang ditawarkan sesuai atau memenuhi harapan akan menimbulkan perasaan puas. Lebih dari itu, pelanggan merasa amat puas atau senang apabila kinerja/hasil yang ditawarkan bisa melebihi/melampui harapan pelanggan Hal ini merupakan tantangan tersendiri baik bagi kawasan-kawasan wisata yang selama ini telah menjadi destinasi wisata paforit bagi para wisatawan maupun kawasan-kawasan wisata baru seperti desa Sekumpul, untuk selalu kreatif menghasilkan produkproduk wisata yang unik dan bisa bersaing dengan kawasan-kawasan wisata lainnya. Untuk bisa menjadikan Desa Sekumpul sebagai destinasi wisata favourit (to visit dan to stay) diperlukan adanya produk-produk wisata yang bervariasi yang memiliki ciri khas yang berbeda dengan daerah-daerah lainnya yang bisa bersaing dengan produk-produk wisata yang ditawarkan di tempat lain. Menurut Suyitno (2001), sebagai suatu produk, wisata memiliki beberpa ciri khas yang membedakannya dengan produk pada umumnya. Peranan SDM yang handal yang bisa menyusun paket-paket wisata yang menarik sangat diperlukan. 338 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 Berbagai upaya untuk memperkenalkan potensi desa ini kepada calon wisatawan harus dimaksimalkan Sementara itu, untuk menjaga kualitas produk dan pelayanan pada sebuah destinasi wisata yang memenuhi standard dan bersifat konsisten serta untuk mendorong tumbuh dan berkembangnya kegiatan kepariwisataan suatu wilayah, perlu diciptakan lingkungan dan suasana yang kondusif melalui penerapan Sadar Wisata dan Sapta Pesona secara konsisten oleh masyarakat sekitar destinasi wisata. Perlu langkah-langkah nyata untuk merintis, menumbuhkan, mengembangkan, dan melaksanakan Sadar Wisata dan Sapta Pesona dalam upaya pengembangan suatu destinasi wisata. Artinya, peran serta masyarakat secara aktif di dalam pengembangan Sadar Wisata dan Sapta Pesona perlu ditumbuhkan bersama-sama pemangku kepentingan lainnya pada suatu destinasi wisata (Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, 2012) Mitra dalam kegiatan P2M ini adalah Kelompok Sadar Wisata Tirta Buana Lestari (Kelompok A) dan Kelompok Sadar Wisata Tirta Buana Lestari (Kelompok B) Desa Sekumpul yang anggotanya berjumlah masing-masing 5 orang. Adapun beberapa permasalahan yang dihadapi mitra-mitra ini dapat dirinci sebagai berikut: Pertama, kedua kelompok ini belum memiliki keterampilan dalam mengidentifikasi potensi yang ada (SDM, SDA, serta keunikan budaya) yang ada di Desa Sekumpul dan mengemas potensi yang ada untuk dijadikan paket wisata yang sesuai dengan trend/kebutuhan wisatawan. Kedua, belum tersedianya buku panduan (Guide Book) wisata Desa Sekumpul yang berisi obyek dan atraksi wisata, jenis-jenis aktivitas wisata yang bisa dilakukan dan sarana prasarana wisata yang tersedia di Desa Sekumpul yang bisa dijadikan sebagai bahan acuan oleh kedua kelompok ini dalam memberikan penjelasan kepada wisatawan. Ketiga, kedua kelompok ini belum memiliki alat promosi untuk mempromosikan jenis-jenis wisata yang bisa dilakukan di Desa Sekumpul. Mereka belum memiliki keterampilan bagaimana menyusun paketpaket wisata serta fasilitas pendukungnya menjadi alat promosi yang menarik, berupa; brosur dan website. Keempat, kedua kelompok ini belum memahami teknik-teknik membangun kerjasama dengan travel agency dalam rangka menjual produk wisata yang ada di Desa Sekumpul. Kedua kelompok ini belum memahami cara-cara pembuatan dokumen MoU (Contract Rate Agreement) yang diperlukan sebagai kontrak perjanjian bisnis antara Pokdarwis sebagai pengelola wisata alam dengan travel agency yang tertarik untuk mempromosikan dan menjual produk-produk wisata yang ada di Desa Sekumpul. Dari pertemuan awal yang dilakukan tim pengusul dengan ketua POKDARWIS Tirta Bhuana Lestari (Kelompok A), yaitu Komang Ermawan, dan ketua POKDARWIS Tirta Bhuana Lestari (Kelompok B), yaitu Kadek Agus Budi Utama, diperoleh informasi bahwa kegiatan yang dilakukan oleh kedua kelompok sadar wisata di desa ini baru berada pada tahap penataan objek di kawasan air terjun Sekumpul. Sementara pada sisi produk yang ditawarkan, kelompk sadar wisata di desa ini baru bisa menawarkan paket wisata trekking di sekitar desa dengan air terjun sebagai 339 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 finish pointnya. Dalam pertemuan tersebut juga disampaikan oleh ketua dari kedua kelompok POKDARWIS ini bahwa memang benar terdapat beberapa masalah yang sedang dihadapi seperti yang dijelaskan di atas. Oleh karenanya, kedua kelompok ini, melalui ketuanya, menyampaikan harapan agar pihak akademisi bisa memberikan bantuan, saran, dan solusi penanganan permasalahan yang dialami oleh kedua kelompok tersebut. Berdasarkan permasalahan di atas, untuk meningkatkan perekonomian kedua kelompok POKDARWIS dan masyarakat desa Sekumpul secara lebih luas, penulis memandang perlu untuk memberikan pembinaan dan pelatihan penyusunan paket wisata kepada kedua Kelompok Sadar Wisata yang ada di Desa Sekumpul, pelatihan penyusunan buku panduan wisata (guide book), pelatihan penyusunan alat-alat promosi, dan pelatihan pemasaran produk wisata. Masyarakat setempat diharapkan mendapatkan manfaat langsung yang lebih besar dengan adanya paket-paket wisata yang bervariasi yang memungkinkan wisatawan bisa tinggal beberapa malam di desa ini dan melakukan aktivitas wisata yang bervariasi. Keberadaan wisatawan yang melakukan aktivitas dari berbagai paket-paket wisata yang ditawarkan diharapkan memberikan efek ekonomi dan soial yang yang jauh lebih besar yang pada giliranya akan mampu menjadi salah satu sumber pemasukan bagi masyarakat Desa Sekmpul selain pertanian dan kerajinan. Ada beberapa produk yang menjadi luaran kegiatan IbM ini yang dapat dirinci sebagai berikut: pertama, terbuatnya paket-paket wisata melalui kegiatan pelatihan penyusunan paket wisata, kedua, terbuatnya Buku Panduan Wisata (Guide Book) Desa Sekumpul melalui kegiatan pendataan obyek dan atraksi wisata serta sarana pendukung wisata yang ada di Desa Sekumpul. Buku Panduan Wisata Desa Sekumpul ini dilengkapi dengan deskripsi yang mendetail seperti: lokasi, kapasitas/daya tampung, jadwal/waktu pelaksanaan/kunjungan, sejarah, kepercayaan masyarakat, ritual serta makna yang terkandung di dalamnya, aturan-aturan untuk memasuki obyek atau atraksi yang ada. Buku Panduan Wisata (Guide Book) ini sangat bermamfaat bagi Kelompok Sadar Wisata Tirta Bhuana Lestari (Kelompok A) dan Kelompok Sadar Wisata Tirta Bhuana Lestari (Kelompok B) sebagai pedoman di dalam memberikan panduan/to guide wisatawan. Ketiga, terbuatnya sarana promosi berupa Brosur dan Website tentang kegiatankegiatan wisata yang bisa dilakukan di Desa Sekumpul serta sarana pendukung wisata yang ada di Desa Sekumpul, seperti adanya pondok-pondok wisata sebagai tempat wisatawan menginap. Keempat, terbuatnya formulir MoU (Contract Rate Agreement) antara kedua kelompok ini beberapa travel agency yang ada di Bali. Dengan demikian, penyelenggaraan program Iptek bagi Masyarakat (IbM) ini sangat dibutuhkan, sehingga kegiatankegiatan yang dilakukan kedua kelompok ini dapat memberi manfaat optimal bagi pengembangan potensi wisata di desa Sekumpul. METODE Bentuk aktivitas yang dilakukan dalam kegiatan IbM ini adalah dengan menggunakan strategi pelatihan dan pendampingan. Strategi ini diimplementasikan agar mitra dapat 340 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 melatihkan dan mersasakan pengalaman dalam menyusun paket wisata secara optimal. Selama pelaksanaan program, mitra diberikan beberapa pelatihan, yang meliputi; Pengenalan Produk Wisata dan Paket Wisata, Pelatihan identifikasi obyek/atraksi dan fasilitas wisata, Pelatihan penyusunan paket wisata, Pelatihan pemasaran paket wisata. Setelah proses pelatihan, mitra diberikan pendampingan untuk melihat/mengobservasi secara langsung beberapa obyek dan atraksi wisata wisata, serta fasilitas wisata yang ada. Selanjutnya mitra dibimbing bagaimana menyusun paket wisata dalam bentuk brosur. Rancangan metode pada pelaksanaan kegiatan ini dilaksanakan berdasarkan pemetaan permasalahan yang ditemukan serta alternatif solusi yang dirancang secara bersama-sama dengan mitra. Metode pendekatan yang ditawarkan untuk mengatasi berbagai permasalahan mitra adalah pembinaan dan pelatihan. Metode pelaksanaan IbM ini didasarkan pada kesepakatan dengan mitra IbM, yaitu keterkaitan permasalahan, akar permasalahan, serta solusinya yang dirancang, seperti yang tertera pada Tabel 2 berikut. Sekumpu l ini belum memiliki kemamp uan yang memadai dalam mengide ntifikasi potensi yang ada (SDA, SDM, serta keunikan budaya) yang bisa dikemas menjadi beberapa paket wisata yang menarik yang sesuai dengan trend/.ke butuhan wisatawa n Tabel 2. Permasalahan, Akar Permasalahan, dan Solusi Permasalahan No Permasal ahan 1 Kedua Kelompo k Sadar Wisata yang ada di Desa Akar Permasal ahan Mitra belum memiliki pengetah uan yang memadai Solusi Permasal ahan Memberi pembinaa n dan pelatihan penyusun an paket dalam wisata, mengiden yang tifikasi meliputi: potensi yang ada (SDA, SDM, serta keunikan budaya) yang bisa dijadikan sebagai paket wisata yang menarik yang sesuai dengan kebutuha n wisatawa n Mitra belum memiliki keterampi lan dalam menganal isa kebutuha n wisatawa n/ market analysis Mitra belum memiliki pengetah uan yang 341 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 2 Kedua kelompo k ini belum memiliki buku panduan (Guide Book) Desa Sekumpu l yang berisi obyek dan atraksi wisata memadai dalam mengema s potensi Sumber Daya Alam (SDA),Su mber Daya Manusia (SDM) dan keunikan budaya yang ada menjadi paketpaket wisata yang sesuai dengan trend pangsa pasar Mitra belum memiliki keterampi lan dalam penyusun an buku panduan wisata yang berisi obyek, atraksi wisata dan jenisjenis aktivitas 3 Memberi pembinaa n dan pelatihan dalam menyusu n buku panduan wisata (guide book) yang berisi obyek, atraksi wisata dan jenis342 serta jenisjenis aktivitas wisata yang bisa dilakuka n dan sarana penduku ng wisata yang tersedia di Desa Sekumpu l. Kedua kelompo k ini belum memiliki alat promosi untuk mempro mosikan obyek, atraksi wisata dan jenisjenis wisata serta sarana penduku ng wisata yang ada di Desa Sekumpu l. wisata yang bisa dilakukan dan sarana pendukun g wisata yang tersedia di Desa Sekumpu l. jenis aktivitas wisata yang bisa dilakukan serta sarana pendukun g wisata yang ada di Desa sekumpul . Mereka belum memiliki keterampi lan bagaiman a menyusu n paketpaket wisata serta fasilitas pendukun gnya menjadi alat promosi yang menarik, berupa; brosur, dan website. Memberi kan pembinaa n dan pelatihan dalam pembuata n alat-alat promosi berupa brosur, dan website untuk mempro mosikan obyek, atraksi wisata dan jenisjenis wisata serta sarana pendukun g wisata yang ada SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 di Desa Sekumpu l. Dalam pelatihan ini mitra diberikan keteramp ilan bagaiman a menyusu n paketpaket wisata serta fasilitas pendukun gnya menjadi alat promosi yang menarik, berupa; brosur dan website. 4 Kedua kelompo k ini belum memiliki keteramp ilan dalam mengawa li/memba ngun kerjasam a dengan travel agency Mitra belum memiliki pengetah uan teknikteknik mengawa li/memba ngun kerjasam a dengan travel agency dalam dalam menjual produk/p aket wisata yang ada Memberi kan pembinaa n dan pelatihan teknik penjualan produk wisata/m arketing Memberi kan kelompo k ini pembinaa 343 menjual produk/p aket wisata yang ada Kelompo k ini belum memaha mi caracara pembuata n dokumen MoU (Contract Rate Agreeme nt) yang diperluka n sebagai kontrak perjanjian bisnis antara Pokdarwi s sebagai pengelola wisata alam, dengan travel agency yang tertarik untuk mempro mosikan dan menjual produkproduk wisata n dan pelatihan pembuata n dokumen MoU (Contract Rate Agreeme nt) yang diperluka n sebagai kontrak perjanjia n bisnis antara Pokdarwi s sebagai pengelola wisata alam, dengan travel agency yang tertarik untuk mempro mosikan dan menjual produkproduk wisata yang ada di DesaSek umpul SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 sadar wisata Kabupaten Buleleng, mengampu beberapa mata kuliah pariwisata, pengalaman pekerjaan di pariwisata dan perintis wisata desa (Bali Nature Explorer) yang memiliki kontribusi besar sebagai pemasok tamu ke wilayah mitra (I Ketut Armawan, S.Pd., M.Pd.), serta Magister teknik computer yang memiliki pengalaman dalam pemrograman web (Ketut Udy Ariawan, S.T.,M.T.) yang ada di Desa Sekumpu l Untuk merealisasikan metode yang ditawarkan, kegiatan dikemas dalam empat jenis tahap pelatihan, yaitu: (1) pelatihan penyusunan paket wisata, yang meliputi tahapan analisis pangsa pasar/market analysis, mengidentifikasi obyek dan atraksi wisata serta fasilitas wisata yang ada di Desa Sekumpul dan sekitarnya yang bisa disusun menjadi beberapa paket wisata, menyusun beberapa paket wisata berdasarkan hasil identifikasi obyek dan atraksi wisata serta fasilitas wisata yang ada di Desa Sekumpul dan sekitarnya (2) pelatihan pembuatan buku panduan wisata (Guide Book) dengan menggunakan hasil identifikasi obyek, atraksi wisata serta fasilitas wisata yang ada di Desa Sekumpul, (3) pelatihan pembuatan media promosi dengan memasukkan paket-paket wisata yang dihasilkan pada tahap pelatihan 1 (pertama) ke dalam bentuk brosur dan website , dan (4) pelatihan teknik marketing dengan menawarkan paketpaket wisata yang dihasilkan ke beberapa travel agency yang ada di Bali. Pelaksanaan kegiatan IbM ini dilaksanakan oleh tim IbM Undiksha yang memiliki kepakaran dan pengalaman kerja yang sangat relevan dengan bidang ilmu masing-masing, yaitu: Magister Ilmu Pariwisata yang memiliki kompetensi dan pengalaman pengelolaan dan perencanaan produk wisata (I Putu Gede Parma, S.St.Par., M.Par), Magister Ilmu pendidikan Bahasa yang memiliki pengalaman sebagai pembina kelompok HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan IbM Pokdarwis Desa Sekumpul ini dilaksanakan dengan memberikan beberapa jenis pelatihan, yang meliputi; (1) pelatihan penyusunan paket wisata, yang meliputi tahapan analisis pangsa pasar/market analysis, mengidentifikasi obyek dan atraksi wisata serta fasilitas wisata yang ada di Desa Sekumpul yang bisa disusun menjadi beberapa paket wisata, menyusun beberapa paket wisata berdasarkan hasil identifikasi obyek dan atraksi wisata serta fasilitas wisata yang ada di Desa Sekumpul dan sekitarnya (2) pelatihan pembuatan buku panduan wisata (Guide Book) dengan menggunakan hasil identifikasi obyek, atraksi wisata serta fasilitas wisata yang ada di Desa Sekumpul, (3) pelatihan pembuatan media promosi dengan memasukkan paket-paket wisata yang dihasilkan pada tahap pelatihan 1 (pertama) ke dalam bentuk brosur dan website , dan (4) pelatihan teknik marketing dengan menawarkan paketpaket wisata yang dihasilkan ke beberapa travel agency yang ada di Bali. Kegiatan IbM ini secara resmi di buka oleh Tim IbM Undiksha bersama-sama Kepala Desa Sekumpul. Perlu untuk disampaikan bahwa mengingat kegiatan ini dilaksanakan pada masa peralihan dari 344 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 pimpinan LPM ke pimpinan LPPM, maka kegiatan pembukaan IbM ini tidak bisa dibuka oleh ketua LPPM. Berikut dijabarkan hasil dari keseluruhan kegiatan pelatihan yang dapat dirinci sebagai berikut. Kegiatan diawali dengan pembukaan Kegiatan IbM yang dibuka oleh Tim IbM Undiksha bersamasama Kepala Desa Sekumpul. Kegiatan ini dihadiri oleh anggota kedua kelompok POKDARWIS yang berjumlah 10 orang, kepala desa Sekumpul, 9 orang mahasiswa DIII Bhasa Inggris dan tim IbM undiksha yang berjumlah 3 orang. Kegiatan yang dimulai pada pukul 18.00 wita sampai pukul 21.00 wita ini dibuka oleh ketua tim IbM Undiksha yang dilanjutkan dengan pengarahan dari anggota tim IbM Undiksha serta arahan-arahan dari kepala desa yang meminta kedua kelompok sadar wisata ini untuk dengan serius mengikuti kegiatan ini sehingga kegiatan dimaksud bermanfaat bagi kedua kelompok ini dan masyarakat secara lebih luas. Kesempatan ini dimanfaatkan pula oleh tim IbM Undiksha untuk mendiskusikan jadwal pelatihan dengan mitra dari kedua kelompok, penunjukan panitia yang bertanggunag jawab untuk menyiapkan tempat pelatihan beserta fasilitas-fasilitas pendukung untuk kelancaran jalannya pelatihan, penunjukkan panitia yang bertugas untuk menyiapkan minuman untuk pelatihan, penunjukkan panitia yang bertugas untuk mengkoordinasikan/menyampaikan jadwal pelatihan kepada anggota kedua kelompok. Selanjutnya, pada pertemuan selanjutnya kegiatan dilanjutkan dengan memberikan pelatihan penyusunan paket wisata. Kegiatan ini diawali dengan pengenalan produk wisata oleh ketua pelaksana IbM. Pada tahap ini peserta diberikan pengenalan terhadap produk wisata, kharakteristik produk wisata, pangsa pasar wisata (khususnya pangsa pasar wisata desa), yang dilanjutkan dengan teknik-teknik dalam menyusun paket wisata. Pada kesempatan ini peserta pelatihan diberikan pengenalan terhadap cara-cara yang dilakukan untuk mengidentifikasi potensi yang ada di desanya dan juga potensi yang ada di daerah sekitarnya yang bisa dikemas menjadi beberapa paket wisata yang unik dan berkualitas yang sesuai dengan kebutuhan pangsa pasar wisata desa. Untuk memudahkan di dalam mengidentifikasi potensi yang ada di desanya dan juga potensi yang ada di daerah sekitarnya, peserta pelatihan diberikan format inventarisasi obyek dan atraksi wisata, format inventarisasi fasilitas wisata (akomodasi, transportasi, dan restaurant). Pada kesempatan ini peserta diberikan contoh bagaimana memasukkan data yang mereka peroleh ke dalam format inventarisasi yang diberikan. Pada pertemuan tersebut peserta diberikan contoh bagaimana memasukkan data tentang pondok wisata Bed and Breakfast (sebuah pondok wisata yang ada di desa Sekumpul) ke dalam format yang telah diberikan, yang meliputi; nama akomodasi, lokasi dengan penjabaran viewnya, fasilitas (kamar dan fasilitas umum), jenis kamar, kapasitas (jumlah kamar yang tersedia dan daya tamping untuk masing-masing kamar), tarif/harga per malam, dan penjelasan hal-hal penting yang perlu dijelaskan. Untuk pengisian format inventarisasi atraksi wisata dipergunakan contoh bagaimana memasukkan data tentang tarian yang ada di desa, yang meliputi deskripsi tentang; 345 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 nama atraksi (tarian), ciri khas tarian, uraian singkat mengenai tarian tersebut, waktu performance, lama performance, tiket masuk/fee untuk tarian, donasi (bila diperlukan/bila tidak dikenakan tiket masuk, dan keterangan tentang hal-hal penting yang perlu dijelaskan. Format yang dipergunakan pada pelatihan ini dimodifikasi dari format inventarisasi fasilitas dan atraksi wisata Suyitno (2001;26-28). Pada pertemuan kedua/sesi kedua pelatihan ini, peserta secara bergantian memperlihatkan hasil identifikasi obyek/atraksi wisata serta fasilitas wisata yang telah mereka buat berdasarkan hasil observasi lapangan yang telah mereka lakukan sebelumnya. Penjelasan peserta juga dilengkapi dengan poto-poto obyek/atraksi serta fasilitas wisata yang dijelaskan. Selanjutnya, pada pertemuan ketiga peserta diberikan pelatihan bagaimana mengelompkkan potensi obyek/atraksi serta fasilitas wisata yang ada didesanya serta beberapa yang ada di daerah sekitarnya tersebut sesuai dengan tema, yang meliputi; nature-based, culture-based, spiritual-based, atau adventure based activity dan mengemasnya menjadi beberapa paket wisata yang unik dan menarik. Pada pelatihan ini peserta mendapatkan pengalaman bagaimana menggabungkan beberapa komponen wisata, kemudian mengemasnya dan mewujudkannya dalam bentuk penyelenggaraan wisata. Jadi pesertadiperkenalkan beberapa komponen yang termasuk dalam proses produksi wisata diantaranya; masukan (input), proses (process), dan keluaran (output) seperti yang di sarankan oleh Suyitno (2001). Dalam pelatihan ini peserta diberikan pengalaman bagaimana mengemas potensi-potensi yang ada sehingga produk yang dihasilkan dalam paket-paket wisata mencakup bebrapa kebutuhan wisatwan secara lengkap. Seperti yang diungkapkan oleh Victor T.C Middleton (dalam Yoeti, 2002) memberikan batasan produk industry pariwisata sebagai berikut: “The product may be defined as a bundle or package of tangible and intangible components, based on activities at a destination”. Artinya, sebagai suatu produk yang bersifat multisektoral, produk industry pariwisata terdiri dari beberapa komponen, seperti; kemudahan-kemudahan untuk mengakses suatu daerah tujuan wisata/accessibilities of the destination, fasilitas yang ada di daerah tujuan wisata/destination facilities, dan atraksi-atraksi di daerah tujuan wisata/destination attractions. Pelatihan ini menghasilkan beberapa paket wisata yang merupakan ide dari kedua kelompok Pokdarwis dan beberapa masukan dari tim IbM Undiksha yang mereka beri tema SEKUMPUL GREEN VILLAGE TOUR PACKAGES, diantaranya; TOUR PACKAGES 4 DAYS/3 NIGHTS, TOUR PACKAGES 3 DAYS/ 2 NIGHTS, TOUR PACKAGES 2 DAYS/ 1 NIGHT, dan THE EXOTIC ADVENTURE AND FARMING PACKAGE. Pelatihan ini berlangsung selama 3 kali pelatihan. Karena kesibukan kedua kelompok ini di dalam memandu wisata ke air terjun, maka pelatihan dilaksanakan pada malam hari yang dimulai pada pukul 18.00 wita. Rata-rata pelatihan berlangsung sampai pukul 21.00 wita. Walaupun demikian, peserta sangat antusias mengikuti kegiatan yang terlihat dari persenatsi kehadiran mereka yang mencapai 100 persen dan keaktifan mereka dalam diskusi-diskusi yang dilaksanakan selama mengikuti pelatihan serta ide-ide 346 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 yang mereka ungkapkan dengan mengangkat beberapa potensi yang ada di desanya dan beberapa potensi yang ada di daerah sekitarnya,seperti desa Galungan dan desa Lemukih yang posisinya bersebelahan dengan desa mereka. Jenis pelatihan yang kedua, peserta diberikan pelatihan dan pembinaan penyusunan Buku Panduan Wisata (Guide Book). Pada kesempatan ini peserta diberikan pengenalan terhadap pentingnya peranan Buku Panduan Wisata (Guide Book) baik sebagai alat promosi maupun sebagai panduan bagi anggota Pokdarwis di dalam memandu wisatawan, sehingga mereka bisa memberikan informasi yang benar dan akurat kepada wisatawan yang di tanganinya. Selanjutnya kelompok sadar wisata ini diberikan pelatihan dan pendampingan bagaimana menyusun Buku Panduan Wisata (Guide Book) yang menarik. Guide book disusun berdasarkan hasil identifikasi obyek/atraksi serta fasilitas wisata yang dilakukan pada pelatihan tahap pertama (pelatihan p enyusunan paket wisata). Buku panduan wisata yang dibuat menggunakan 2 bahasa (Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia) karena pangsa pasar yang berkunjung ke desa ini bukan hanya wisatawan asing tetapi banyak pula wisatawan domestik yang tertarik mengunjungi desa ini. Selama proses pembuatan deskripsi buku panduan wisata ini peserta banyak memperoleh latihan bagaimana membuat kalimat/phrase dalam Bahasa Inggris yang menarik dan efektif. Disamping itu, peserta juga diberikan pelatihan bagaimana caranya memandu wisatawan sesuai dengan informasi yang tertera di dalam buku panduan wisata yang disusun. Pelatihan ini berlangsung selama 3 kali pelatihan. Seperti halnya pelatihan pertama, karena kesibukan kedua kelompok ini di dalam memandu wisata ke air terjun, maka pelatihan ini juga dilaksanakan pada malam hari yang dimulai pada pukul 18.00 wita. Pelatihan ini berlangsung sampai jam 21.00 wita. Walaupun demikian, peserta sangat antusias mengikuti kegiatan yang terlihat dari persenatsi kehadiran mereka yang mencapai 100 persen dan keaktifan mereka dalam diskusi-diskusi yang dilaksanakan selama mengikuti pelatihan , hidupnya suasana pada sesi pembuatan deskripsi dari masing-masing aktivitas wisata yang dimasukkan ke dalam buku panduan wisata yang terlihat dari keseriusan mereka membuat kalimat-kalimat dalam Bahasa Inggris, meskipun tidak sedikit dari kalimat-kalimat yang mereka buat dijadikan sebagai bahan diskusi/latihan bagaimana membuat kalimat yang benar di dalam Bahasa Inggris. Pelatihan ini menghasilkan produk berupa buku panduan wisata desa Sekumpul “SEKUMPUL GUIDE BOOK” (dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris). Kegiatan selanjutnya dalam kegiatan IbM ini adalah pelatihan dan pembinaan penyusunan alat-alat promosi berupa brosur dan website desa Sekumpul. Kegiatan ini diawali dengan memberikan pengenalan tentang alat promosi wisata berupa brosur. Peserta diberikan pemahaman tentang fungsi brosur sebagai alat promosi wisata, dengan memberikan beberapa contoh brosur yang menarik. Selanjutnya peserta diberikan pembinaan dan pendampingan bagaimana menyusun potensi wisata yang ada di desa ini dan beberapa potensi yang ada di daerah sekitarnya menjadi brosur yang menarik yang nantinya dijadikan sebagai media promosi di dalam mempromosikan 347 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 aktivitas serta fasilitas wisata yang ada di desa ini. Pada kesempatan ini peserta bersama tim IbM undiksha melakukan diskusi untuk memutuskan potensi-potensi yang ada di desa ini yang layak dijadikan dan dimuat di dalam brosur. Pelatihan ini berlangsung selama 3 kali pelatihan. Karena kesibukan kedua kelompok ini di dalam memandu wisata ke air terjun, maka pelatihan dilaksanakan pada malam hari yang dimulai pada pukul 18.00 wita. Biasanya pelatihan berlangsung sampai pukul 21.00 wita. Walaupun demikian, peserta sangat antusias mengikuti kegiatan yang terlihat dari persenatsi kehadiran mereka yang mencapai 100 persen dan keaktifan mereka dalam diskusi-diskusi yang dilaksanakan selama mengikuti pelatihan. Produk yang dihasilkan dalam pelatihan ini adalah brosur yang memuat beberapa tourism activities dan fasilitas wisata yang dikembangkan sesuai dengan potensi desa yang disepakati untuk dimuat di dalam brosur wisata desa Sekumpul, diantaranya; trekking (short, medium, dan long), coffee making process, village cycling, cooking lesson, coconut oil making process, dance lesson, traditional Balinese music lesson, dan the exotic adventure and farming. Produk kedua yang dihasilkan dari pelatihan ini adalah alat promosi wisata desa berupa website desa sekumpul yang dapat diakses melalui: www.desasekumpul.com. Pelatihan dan pembinaan yang terakhir adalah kegiatan pelatihan dan pembinaan penawaran produk/marketing dan Pembuatan MoU. Pada kegiatan ini Kelompok Sadar Wisata di desa ini diberikan pelatihan dan pembinaan bagaimana mempromosikan produkproduk wisata yang ada kepada beberapa travel agency yang ada di Bali. Pelatihan pada tahap ini dimulai dengan memberikan pelatihan teknik-teknik pemasaran produk yang efektif dan efisien. Pelatihan meliputi pengenalan produk melalui email ke beberapa travel agency yang memiliki pangsa pasar eropa. Pemilihan Segmen pasar lebih ditekankan pada pasar eropa mengingat ketertarikan tamu-tamu eropa pada wisata berbasis alam lebih besar dibandingkan dengan pangsa pasar lainnya. Selanutnya mitra diberikan pelatihan dan pembinaan teknik-teknik membangun kerjasama dengan travel agency dengan memberikan cara-cara pembuatan dokumen MoU. SIMPULAN Pelaksanaan kegiatan IbM ini mendapatkan respond yang sangat positif dari Pokdarwis Desa Sekumpul. Di tengah-tengah kesibukan peserta di dalam menjalani aktivitasnya sebagai pemandu wisata lokal, kehadiran peserta pelatihan bisa mencapai 100 persen, meskipun pelatihan harus dilaksanakan di malam hari yang dimulai pada pukul 18.00 wita sampai pukul 21.00 wita. Ini menunjukkan bahwa kegiatan IbM ini sangat bermamfaat bagi peserta secara khusus dan masyarakat secara umum yang benarbenar mendapatkan mamfaat yang besar bagi pengembangan kepariwisataan di desa ini. Ada beberapa produk yang dihasilkan dari kegiatan ini, yang meliputi; Pertama, beberapa paket wisata yang diberi tema SEKUMPUL GREEN VILLAGE TOUR PACKAGES. Kedua buku panduan wisata desa Sekumpul “SEKUMPUL GUIDE BOOK” (dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris), yang dilengkapi dengan deskripsi yang mendetail seperti: lokasi, kapasitas/daya tampung, jadwal/waktu 348 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 pelaksanaan/kunjungan, sejarah, kepercayaan masyarakat, ritual serta makna yang terkandung di dalamnya, aturan-aturan untuk memasuki obyek atau atraksi yang ada. Buku Panduan Wisata (Guide Book) ini sangat bermamfaat bagi Kelompok Sadar Wisata Tirta Bhuana Lestari (Kelompok A) dan Kelompok Sadar Wisata Tirta Bhuana Lestari (Kelompok B) sebagai pedoman di dalam memberikan panduan/to guide wisatawan. Ketiga, alat promosi wisata desa berupa brosur yang memuat beberapa tourism activities dan fasilitas wisata yang ada di desa Sekumpul, dan alat promosi wisata desa berupa website desa sekumpul yang dapat diakses melalui: www.desasekumpul.com. Keempat, MoU anatara Pokdarwis dengan beberapa travel agency yang ada di Bali. Freestanding Restaurant di Kawasan Nusa Dua-Kabupaten Badung. Jurnal Ilmiah Pariwisata. Vol.2 no1.Hal.109-222 September 2012 DAFTAR RUJUKAN Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. 2012. Pedoman Kelompok Sadar Wisata. Jakarta. Nuryanti, W. 1993. Concept, Perceptive and Challenges. Makalah bagian dari laporan konferensi internasional mengenai Pariwisata Budaya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Profile Desa Sekumpul, 2015. Suastuti, Luh. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Wisatawan terhadap Produk Suyitno, 2001. Perencanaan Wisata: Tour Planning. Yogyakarta: Kanisius Yogyakarta. 349 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 PEMBUATAN ANEKA SOKASI DARI DAUN LONTAR DI DESA TIANYAR BARAT Gede Wira Bayu, I Wayan Widiana Jurusan PGSD, Fakultas Ilmu Pendidikan, Undiksha Email: [email protected]; [email protected] ABSTRACT Tianyar Barat Village has a great palm leaves potential. Until now the palm leaves is not yet used maximally although palm leaves can be used as handicraft such as sokasi and offering tools. Based on that reason, Tianyar Barat Village is chosen as the location to conduct people’s services. The activities that conducted during people’s services are: (1) planning step, (2) implementation process step, and (3) independent step. The people’s services is done starting from July until August 2016 that is handicraft education and training about sokasi based by palm leaves. Some of benefit are getting by the villagers, such as: (1) they got complete information about people’s inventive especially in knowledge and skill to create new innovative work field based on palm leaves, (2) the peoples who becoming training participant will getting clear image to create new bisnis which is based on locally handicraft, (3) the peoples who becoming training participant will getting a clear image to develop local commodity and if it’s manage by our self will give as good financial effect. Kew Word: training, palm leaves handicraft. ABSTRAK Desa Tianyar Barat memiliki potensi alam lontar yang melimpah. Sampai saat ini daun lontar belum dimanfaatkan secara maksimal padahal daun lontar dapat dijadikan bahan kerajinan seperi sokasi/sarana persembahyangan. Berdasarkan hal tersebut maka dipilihlah Desa Tianyar Barat sebagai lokasi untuk melaksanakan Pengabdian Kepada Masyarakat (P2M). Kegiatan P2M yang dilaksanakan berupa pelatihan, dengan tahapan sebagai berikut: (1) tahap persiapan, (2) tahap pelaksanaan proses dan (3) tahap pemandirian. Pelaksanaan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat ini dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2016 yaitu berupa kegiatan: pendidikan dan pelatihan kerajinan sokasi berbahan lontar. Beberapa manfaat praktis yang diperoleh oleh masyarakat, yaitu: (1) mereka mendapatkan informasi yang jelas dan utuh mengenai hakekat pemberdayaan masyarakat dari segi pengetahuan dan keterampilan, bermakna untuk penciptaan lapangan pekerjaan baru yang sifatnya inovatif dari kerajinan sokasi lontar; (2) masyarakat yang menjadi peserta pelatihan memperoleh gambaran yang jelas mengenai langkah pengembangan iklim usaha dengan memanfaatkan komoditas lokal; (3) peserta pelatihan juga mendapatkan gambaran yang jelas dan utuh tentang manfaat hasil komoditi lokal apabila dikelola dengan baik akan mendatangkan nilai finansial. Kata Kunci: Pelatihan, kerajinan Lontar A. PENDAHULUAN Salah satu usaha dasar untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah melalu pendidikan. Dengan pendidikan dapat diharapkan meningkatnya kualitas SDM dalam kehidupan warga negaranya. Peningkatan kualitas kehidupan ini maksudnya dari segi, kemamapuan menyerap informasi, kemampuan menerapkan pengetahuan yang berguna, dan kemampuan untuk belajar hal-hal baru. Namun sayang sekali tidak semua warga negara memiliki akses ke jalur pendidikan formal, entah karena keterpencilan geografis, ataupun karena alasan ekonomi yang memaksa mereka untuk berhenti bersekolah saat pendidikan mereka belum tamat. Kondisi ketidak merataan pendidikan ini berimplikasi pula pada ketidak merataan kesejahteraan. Karena, sedikit banyak, tingkat pendidikan berpengaruh terhadap 340 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 kemampuan untuk meraih pekerjaan yang layak dengan penghasilan yang layak pula. Kondisi inilah yang mendorong perlunya penyelenggaraan pendidikan luar sekolah bagi warga negara yang membutuhkan. Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk mengubah dan membentuk kehidupan masyarakat. Pemberdayaan akan meningkatkan kemampuan anggota masyarakatnya agar dapat mengarahkan, mengendalikan, membentuk dan mengelola hidupnya. Pemberdayaan masyarakat juga akan meningkatkan kemampuan seseorang untuk dapat mengelola hidupnya secara mandiri sebagai indikator pemberdayaan meliputi kemampuan: i) Memahami masalah, ii) Menilai tujuan hidupnya,iii) Membentuk strategi, iii) Mengelola sumber daya, iv)Bertindak dan berbuat. Selanjutnya pembangunan masyarakat merupakan suatu proses yang berkelanjutan dengan pendekatan holistik atau menyeluruh sesuai dengan kebutuhan masyarakat, kemudian menerapkan pemberdayaan yang berpengaruh, melibatkan, dan mendidik; menjamin keseimbangan lingkungan; memastikan keberlanjutan/kebertahanan, dan menggunakan kemitraan untuk membuka akses untuk sumber daya dan dana. Kecamatan Kubu kabupaten Karangasem memiliki masyarakat buta huruf yang sangat besar. baku lontar yang sangat melimpah. Desa Tianyar Barat, yang berjarak 30 km dari kota AmlapuaraKabupaten Karangasem-Bali, merupakan daerah yang sudah tanah kering yang banyak ditumbuhi tanaman lontar yang sering digunakan sebagai bahan baku kerajinan tangan di Bali. Bahan baku lontar biasanya dijual keluar kabupaten diantaranya kabupaten Gianyar, sehingga di Kabupaten Gianyar hampir di setiap tempat ditemui anyaman dan kerajinan yang menggunakan bahan baku lontar. Tengah dan Tianyar Barat. Berdasarkan data yang tercatat di kantor kecataman kubu 60% dari penduduk produktif (umur 20 tahun ketas) buta aksara. Kehidupan ini sangat mngganggu kehidupan sosial masyarakat secara menyeluruh. Secara umum masyarakat desa sangat cerdas dan kaya keterampilan yang perlu dikembangkan. Namun, sayang sekali, selama ini keaksaraan usaha mandiri hanya dipandang sebelah mata oleh masyarakat desa. Kondisi ini menyebabkan tingkat perkembangan masyarakat menjadi sangat rendah. Ini tentu saja menyebabkan pendapatan yang juga rendah di kalangan masyarakat. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu dilakukan pengabdian di kecamatan kubu. Salah satu desa yang bisa dijadikan tempat pengabdian adalah desa Tianyar Barat. Karena desa Tianyar Barat memiliki potensi alam lontar yang melimpah. sampai saat ini daun lontar belum dimanfaatkan secara maksimal padahal daun lontar dapat dijadikanbahan kerajinan seperi sokasi/sarana persembahyangan. B. Analisis Situasi Desa Tianyar Barat sebenarnya memiliki potensi yang besar yang bisa dikembangkan dalam bidang kerajinan karena desa Tianyar Barat memiliki bahan Padahal di Desa Tianyar Barat jumlah penduduk miskin dan dan Buta Aksara cukup tinggi. Data dari BPS tahun 2010 menunjukkan bahwa desa Tianyar Barat memiliki penduduk yang buta aksara 845 orang dari 1717 penduduk yang tercatat. Desa Tianyar Barat sebenarnya memiliki potensi yang besar yang bisa dikembangkan dalam bidang kerajinan karena desa Tianyar Barat memiliki bahan baku lontar yang sangat melimpah. Desa Tianyar Barat, yang berjarak 30 km dari kota Amlapuara-Kabupaten KarangasemBali, merupakan daerah yang sudah tanah 341 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 kering yang banyak ditumbuhi tanaman lontar yang sering digunakan sebagai bahan baku kerajinan tangan di Bali. Bahan baku lontar biasanya dijual keluar kabupaten diantaranya kabupaten. Selama ini pelatihan kerajinan lontar hanya fokus pada desa di Tianyar, Tianyar Tengah dan Tianyar Barat. Padahal di Desa Tianyar Barat jumlah penduduk miskin dan dan Buta Aksara cukup tinggi. Data dari BPS tahun 2010 menunjukkan bahwa desa Tianyar Barat memiliki penduduk yang buta aksara 845 orang dari 1717 penduduk yang tercatat. Sebenarnya, di Desa Tianyar Barat ada beberapa keluarga dan kelompok tani yang dibentuk dengan tujuan membentuk usaha tani, yakni kelompok Labda Karya dan kelompok Sri Kencana. Kelompok ini sudah lama dibentuk oleh masyarakat, namun dari sejak berdirinya tahun 1995 sampai sekarang (2014) perkembangannya bisa dikatakan stagnan. . Hal ini dapat dilihat dari produk pertani (buah-buahan, kelapa, kacang-kacangan, dan lonatr) yang dihasilkan masih minim nilai jual.Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya kemampuan seni dan jiwa wirausaha masyarakat masih rendah, sehingga hasil produksinya tidak memiliki nilai jual yang tinggi. Dampaknya, pertanian, usaha anyaman dan usaha kerajinan lontar ini belum mampu mendongkrak perekonomian komunitas masyarakat desa Tianyar Barat secara signifikan. Desa Tianyar Barat sebagai lumbung kerajinan lontar yang menjadi penciri keunikan masyarakat melalui intensifikasi dan ekstensifikasi produk kerajinan seni, sehingga potensi desa tidak dapat berkebang dengan baik. diterapkan dalam kegiatan pengabdian pada masyarakat ini adalah (a) Persiapan (1) Melakukan kordinasi dengan pihak desa, dan kelompok labda karya dan sri kencana. (2) Melakukan rekrutmen peserta. Rekrutmen peserta kami lakukan dengan menjalin komunikasi yang baik dengan kedua kelompok. Rekrutmrn peserta tidak memeperhatikan jenis kelamin, artinya kami tidak menentukan proporsi yang pasti untuk jenis kelamin. Baik pria maupun wanita, asal memenuhi kriteria, berpenghasilan rendah, dipandang mau dan mampu mengikuti pelatihan, dan dipandang bersedia untuk menerapkan ilmu yang diperoleh pada pelatihan, akan diikutkan pada pelatihan ini. (3) Penyaringan awal dilakukan oleh kami bersama dengan perangkat desa. Namun kami juga menerapkan syarat tambahan, tidak boleh ada peserta yang suami istri. Ini kami lakukan untuk memberikan kesempatan pada keluarga yang lainnya. Anak-anak kami perkenankan untuk mengikuti kegiatan ini bersama-sama, dengan pertimbangan anak-anak masih sangat produktif mengembangkan dirinya. (b) Pelaksanaan Pelaksanaan pelatihan ini dilakukan dengan model pelatihan ketrampilan berkelanjutan. Pelatihan keterampilan dilakukan sebagai motivasi masyarakat untuk belajar membaca dan menulis. Lebih lengkapnya pelaksanan program ini dilakukan sebagai berikut. (1) Proses Pembelajaran Pembelajaran akan dilakukan seminggu 2 kali. Waktu yang C. METODE Meode berkaitan dengan cara yang digunakan untuk memecahkan masalah. Kerangka pemecahan masalah yang 342 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 agak senggang itu kami terapkan dengan maksud memberikan kesempatan kepada peserta pelatihan untuk menerapkan ilmu yang diperoleh di rumah masingmasing. Karena peserta pelatihan sebagain besar telah diberikan keterampilan yang berguna untuk dirinya masing-masing. (2) Proses Evaluasi Evaluasi tidak dilakukan dengan menyediakan waktu khusus. Tapi penilaian dilakukan secara berkesinambungan oleh para tutor selama proses pelatihan dilakukan. Penilaian dilakukan dengan memberikan tes keterampilan kepada warga belajar. Penilaian diberikan dalam bentuk angka oleh masing-masing tutor, yang berisikan prestasi dalam bidang teori dan praktek untuk masing-masing kompetensi. Nilai akhir adalah nilai rata-rata dari semua tutor. Lembar nilai akhir, akan diletakkan di belakang STTP, dengan format sebagai berikut. Sertifikat itu diberikan oleh pemerintah provinsi Bali yang bekerja sama dengan pemerintah daerah kabuapten karangasem. berstatus lulus jika memperoleh nilai lebih dari 80. Dari 50 peserta pelatihan yang mengikuti program ini, pelatihan dianggap berhasil jika 95 % peserta dapat menyelesaikan seluruh program pelatihan. Namun harapan penyelenggara, seluruh peserta pelatihan (100%) agar dapat menyelesaikan program ini. Evaluasi proses keberhasilan pembelajaran dinilai dari jumlah tagihan dan penilaian yang diberikan tutor diserap oleh pembelajar. Pembelajar dianggap berhasil bila sudah menyerap 80% materi dalam penyelesaian tugas-tugas belajar dan mampu memanfaatkan pengetahuan yang diperoleh untuk meningkatkan kualitas keterampilan sokasi yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan kehidupan perekonomian mereka. Pelatihan ini tidak metargetkan jumlah lulusan yang disalurkan bekerja di perusahaan keterampilan. Ini karena mengingat di sekitar lokasi tidak terdapat lokasi perusahaan keterampilan keset tersebut. Selain itu menimbang para lulusan akan memiliki kemampuan permodalan, teknis, dan pemasaran yang memadai untuk berusaha mandiri, maka lulusan pelatihan lebih diarahkan untuk membuka usaha sendiri. Evaluasi tidak dilakukan dengan menyediakan waktu khusus. Tapi penilaian dilakukan secara berkesinambungan oleh para tutor selama proses pelatihan dilakukan.Penilaian diberikan dalam bentuk angka oleh masing-masing tutor, yang berisikan prestasi dalam bidang teori dan praktek untuk masing-masing kompetensi. Nilai akhir adalah nilai rata-rata dari semua tutor. Lembar nilai akhir, akan diletakkan di belakang STTP, dengan format sebagaiberikut.Nilai diberikan dalam rentang 50 s/d 100. Peserta D. KARYA UTAMA Mengacu pada tujuan yang ditetapkan dalam kegiatan ini, karya utama yang dihasilkan yaitu Sokasi dari lontar. berdasarkan hasil percobaan sementara, warga yang diberikan contoh untuk belajar membuat sokasi hanya memebutuhkan waktu 4 hari yaitu belajar 1 hari tehnik dasar, 2 hari kreasi dan 1 hari finishing. 343 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 E. ULASAN KARYA Pohon Siwalan atau disebut juga Pohon Lontar (Borassus flabellifer) adalah sejenis palma (pinang-pinangan) yang tumbuh di Asia Tenggara dan Asia Selatan. Pohon Lontar (Borassus flabellifer) menjadi flora identitas provinsi Sulawesi Selatan. Pohon ini banyak dimanfaatkan daunnya, batangnya, buah hingga bunganya yang dapat disadap untuk diminum langsung sebagai legen (nira), difermentasi menjadi tuak ataupun diolah menjadi gula siwalan (sejenis gula merah). Pohon Siwalan (Lontar) merupakan pohon palma (Palmae dan Arecaceae) yang kokoh dan kuat. Berbatang tunggal dengan ketinggian mencapai 15-30 cm dan diameter batang sekitar 60 cm. Daunnya besar-besar mengumpul dibagian ujung batang membentuk tajuk yang membulat. Setiap helai daunnya serupa kipas dengan diameter mencapai 150 cm. Tangkai daun mencapai panjang 100 cm. Daun Lontar (Borassus flabellifer) digunakan sebagai media penulisan naskah lontar dan bahan kerajinan seperti kipas, tikar, topi, aneka keranjang, tenunan untuk pakaian dan sasando, alat musik tradisional di Timor.Tangkai dan pelepah pohon Siwalan (Lontar atau Tal) dapat menhasilkan sejenis serat yang baik. Selain itu bisa juga dimanfaatkan untuk membuat sokasi yang digunakan sebagai sarana persembahyangan di Bali. Proses anyaman sokasi di atas masih bersifat tradisional dan manual, sehingga kualitas kerajinan lontar yang dihasilkan tidak dapat terjaga dengan baik. Minimnya teknologi yang dimiliki dan diketahui oleh masyarakat Sehingga terbatasnya teknologi yang digunakan seperti berbagai macam pemotong dan penghalus yang digunakan dalam membuat sokasi, akan menimbulkan komplain dari costumer/suplier. Oleh sebab itu perlu diberikan pelatihan untuk membuat teknologi pemotong dan penghalus dari bahan yang ada disekitarnya. Desain dan pewarnaan, agar produk seni kerajinan lontar yang dihasilkan tidak tampak monoton, perlu dilakukan pelatihan desain dan pewarnaan seperti pemberian sentuhan warna lontar baik yang diberikan secara manualartifisial melalui lukisan tangan maupun melalui proses kimia dengan peleburan dan pengawetan. Sehingga hasil anyamanan dan kerajinan mampu menangkap selera konsumen untuk trend produk yang diminati costumer, nilai jualproduk kerajinan kerajinan lontar pun dapat ditingkatkan. F. KESIMPULAN Berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan dan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan, dapat disimpulkan bahwa pendidikan dan perancangan alat penunjang usaha kerajinan sokasi lontar dan penataan los diberikan oleh I Made Suastawa kepada kelompok Labda Karya dan kelompok Sri Kencanabersifat sharing informasi dan teknologi karena apa yang sudah dilaksanakan beliau selama ini sudah sangat bagus tetapi terkadang masih menggunakan peralatan manual, dan dalam pelaksanaan diklat ini tidak ditemukan kendala yang berarti karena respon yang sangat bagus dari kelompok Labda Karya dan kelompok Sri Kencana dalam mengikuti pelaksanaan kegiatan ini. G. DAMPAK DAN MANFAAT KEGIATAN Dampak dan manfaat dari kegiatan ini yaitu (1) mereka mendapatkan informasi yang jelas dan utuh mengenai hakekat pemberdayaan masyarakat dari segi pengetahuan dan keterampilan, bermakna untuk penciptaan lapangan pekerjaan baru yang sifatnya inovatif dari kerajinan sokasi lontar; (2) masyarakat 344 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 yang menjadi peserta pelatihan memperoleh gambaran yang jelas mengenai langkah pengembangan iklim usaha dengan memanfaatkan komoditas lokal; (3) peserta pelatihan juga mendapatkan gambaran yang jelas dan utuh tentang manfaat hasil komoditi lokal apabila dikelola dengan baik akan mendatangkan nilai finansial. Peter Drucker. The Leadership of the Future. Penerbit PT. Elex Media Komputindo. Deborah Tannen, 1996, Seni komunikasi Efektif: membangun relasi dengan membina gaya percakapan, (alih bahasa dra. Amitya Komara), PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Joseph A. Devito,1997, Komunikasi antar manusia (edisi kelima), Profesional Books, Jakarta. Prof. Dr. Astrid S. Susanto-Sunarto, 1995, Globalisasi dan komunikasi, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. 8. R. Wayne Pace, Don F. Faulos, 2002, Komunikasi Organisasi: Strategi meningkatkan kinerja perusahaan (editor Deddy Mulyana, MA, Ph.D.), PT Remaja Rosdakarya, Bandung. H. DAFTAR PUSTAKA Burns, P. and J. Dewhurst. 1996. Small Business and Enterpreneurship James Stoner. 1995. Management, 1995. Management. Prentice Hall Inc, New Jersey Nurul Indarti. Entrepreneurship dan Usaha Kecil & Menengah di Indonesia 345 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 PELATIHAN SURVEILLANCE CAMERA SEBAGAI ALAT BANTU KEAMANAN BERBASIS JARINGAN DI SMK NEGERI 1 TEJAKULA Made Santo Gitakarma1, Gede Indrawan1, I Wayan Sutaya1 1 Jurusan Teknik Elektro (Prodi D3 Teknik Elektronika dan S1 Pendidikan Teknik Elektro) FTK UNDIKSHA Email: [email protected] ABSTRACT The problem of security is a very important issue in every sphere of human life. Surveillance Camera or cameras monitoring is one option that many people demand reliability and flexibility, even able to be accessed via the Internet. SMK Negeri 1 Tejakula not use the security system with CCTV and Surveillance Camera. The module donated to P2M was designed can be connected to a computer via cable, wireless and accessible via Android or iOS smartphone. This is expected to increase student interest in computer networks (TKJ). P2M is expected to provide a security system solutions for the convenience of various parties at SMK Negeri 1 Tejakula. From training to 30 students obtained the mastery of basic competencies (KD): KD1 with a mean 82.6; KD2 with a mean of 80.5; KD3 with a mean 76.7; KD4 with a mean of 81.9; and KD5 with a mean of 78.9. Can be concluded that the overall average KD is 80.11 exceeding KK 70% or has managed in line with expectations. Keywords: Surveillance Camera, TKJ, security, vocational ABSTRAK Permasalahan keamanan merupakan isu yang sangat penting di setiap bidang kehidupan manusia. Surveillance Camera atau kamera pemantau merupakan salah satu pilihan yang banyak diminati masyarakat kehandalan dan fleksibilitasnya, bahkan mampu diakses melalui internet. SMK Negeri 1 Tejakula belum menggunakan sistem keamanan dengan CCTV maupun Surveillance Camera. Modul Surveillance Camera yang disumbangkan untuk P2M ini didesain dapat dihubungkan ke komputer melalui kabel, tanpa kabel dan dapat diakses melalui smartphone Android maupun iOS. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan minat belajar siswa pada jaringan komputer (TKJ). Dengan P2M diharapkan dapat memberikan solusi sistem keamanan demi kenyamanan berbagai pihak di SMK Negeri 1 Tejakula. Dari pelatihan kepada 30 orang siswa didapatkan penguasaan Kompetensi Dasar (KD): KD1 dengan rerata 82,6; KD2 dengan rerata 80,5; KD3 dengan rerata 76,7; KD4 dengan rerata 81,9; dan KD5 dengan rerata 78,9. Sehingga didapat rerata keseluruhan penguasaan KD adalah 80,11 yang melebihi KK 70% atau telah berhasil sesuai dengan harapan. Kata kunci: kamera pemantau, TKJ, keamanan, SMK PENDAHULUAN kelebihan utama seperti kehandalan, fleksibilitas, dan investasi jangka panjang. Surveillance Camera adalah kamera pemantau yang berbasis protokol internet yang dapat mengirim dan menerima data melalui jaringan komputer dan internet. Fleksibilitas yang tinggi memungkinkan Surveillance Camera untuk diterapkan pada jaringan wired ataupun wireless. Pengiriman sinyal kamera pemantau dilakukan menggunakan koneksi jaringan seperti LAN/WAN atau internet. Permasalahan keamanan merupakan isu yang sangat penting di setiap bidang kehidupan manusia. Jaminan keamanan terhadap bahaya berupa pencurian, perampokan, pelecehan seksual dan kejahatan lainnya dapat dilakukan salah satunya dengan menggunakan kamera pemantau. Surveillance Camera atau kamera pemantau merupakan salah satu pilihan yang banyak diminati masyarakat bahkan pemerintah dikarenakan memiliki 346 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 Dibandingkan dengan Closed Circuit TeleVision (CCTV) yang konfigurasinya sudah pasti, warna hanya hitam putih, dan harganya cukup mahal. Surveillance Camera menawarkan konfigurasi yang bisa diatur, memiliki kemampuan memproses visual berwarna dan audio serta dapat diakses PC secara langsung atau melalui LAN, internet, dan jaringan smart phone, sedangkan harganya relatif lebih murah dibandingkan CCTV. Penginstalasian Surveillance Camera cukup sederhana dengan mengikuti petunjuk yang ada, namun dengan pengetahuan jaringan komputer dan DDNS, Surveillance Camera dapat diintegrasikan dengan jaringan komputer yang ada sehingga perangkat ini dapat diakses dari mana saja selama terkoneksi dengan internet, baik dengan laptop maupun telephone seluler. SMK Teknologi maupun TIK seharusnya sudah menerapkan Surveillance Camera dalam lingkungan sekolahnya. Selain untuk keamanan lingkungan yang terekam setiap saat, menerapkan Surveillance Camera dapat digunakan sebagai pembelajaran kepada siswa tentang bagaimana proses pemasangan hingga pengaturan Surveillance Camera melalui jaringan komputer. SMK Teknologi maupun TIK yang ada di kabupaten Buleleng, ada 3 SMK yang membuka jurusan Teknik Komputer dan Jaringan yaitu SMK Negeri 3 Singaraja, SMK Negeri 2 Seririt, dan SMK Negeri 1 Tejakula. SMK Negeri 3 Singaraja dan SMK Negeri 2 Seririt telah menggunakan Surveillance Camera di lingkungan sekolahnya (Made Santo G. dkk, 2015), sedangkan SMK Negeri 1 Tejakula yang baru berdiri 6 tahun lalu yaitu tahun 2009 masih belum menerapkan Surveillance Camera untuk meningkatkan keamanan sekolahnya. Hal ini dikarenakan keterbatasan dana dan belum ada teknisi yang mampu memasang dan mengoperasikan Surveillance Camera. Menurut pihak mitra kami Kepala Sekolah SMK Negeri 1 Tejakula, I Wayan Gunastra, S.Pd, M.Pd., di SMK Negeri 1 Tejakula belum menerapkan sistem keamanan Surveillance Camera karena hal yang mendesak saat ini adalah pembangunan fisik seperti ruangan kelas yang belum memenuhi daya tampung siswa. Namun Kepala Sekolah SMK Negeri 1 Tejakula berharap ada pihak-pihak dari Undiksha maupun pihak lainnya yang membantu memberikan pelatihan untuk memahami penggunaan sistem keamanan yang dimungkinkan di sekolah tersebut. Tim P2M Undiksha merasa penting memberikan pelatihan di SMK Negeri 1 Tejakula karena tamatannya diharapkan dapat meneruskan ke Prodi S1 Pendidikan Teknik Elektro yang memiliki jalur keminatan untuk Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ). Dengan pelatihan jaringan komputer menggunakan modul Surveillance Camera diharapkan pemahaman siswa tentang jaringan komputer dapat meningkat, dan mengetahui prospek peluang usaha di bidang sistem keamanan menggunakan Surveillance Camera. Aktivitas sekolah dari PBM hingga ekstrakurikuler memungkinkan sekolah ini buka dari pagi hingga sore. Sehingga keamanan sekolah penting dilakukan untuk mencegah terjadinya kejahatan seperti pencurian maupun tindakan kejahatan lainnya. Dalam pembelajaran di kelas, para siswa khususnya yang ada di jurusan TKJ tentunya mendapatkan pelajaran jaringan komputer dasar, LAN, hingga WAN dari kelas X, XI dan XII, sehingga P2M ini 347 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 sejalan dengan pemahaman praktis yang diperlukan sekolah. SMK Negeri 1 Tejakula seperti terlihat pada Gambar 1 merupakan sekolah menengah kejuruan yang berada di Desa Penuktukan, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng yang berjarak 33 km dari kota Singaraja. Sekolah ini berdiri sejak tahun 2009 di atas tanah seluas 810 m2 dengan keberadaan ruang kelas sebanyak 10 ruang kelas yang diperuntukkan untuk siswa kelas X, XI, dan XII. Sekolah ini memiliki 3 program keahlian yaitu : TKJ (Teknik Komputer Jaringan), Akuntansi, dan Administrasi Perhotelan (AP). SMK Negeri 1 Tejakula memiliki siswa seperti pada Tabel 1. Sebagai sekolah yang baru berdiri beberapa tahun belakangan ini, SMK Negeri 1 Tejakula dapat dikatakan mampu menarik banyak siswa untuk belajar di sekolah tersebut. dan mengikuti pelajaran. Perilaku siswa/siswi SMK Negeri 1 Tejakula dapat dikatakan sudah tertib selama berada di dalam kelas. Para siswa/siswi terlihat menunjukkan antusiasme yang cukup baik dalam mengikuti pelajaran. Siswa-siswi jarang ada yang bercanda ataupun ribut ketika pembelajaran berlangsung. Para siswa-siswi pun tercatat tidak pernah melakukan hal-hal yang dapat mengganggu jalannya proses pembelajaran di dalam kelas. Saat jam pelajaran dimulai terkadang ditemui siswa/siswa yang ribut, mengobrol, dan beberapa siswa/siswi yang masih berada di luar kelas. Terkait dengan kegiatan siswa di dalam dan di luar kelas selama berada di sekolah, aturan-aturan pun ditetapkan oleh pihak sekolah untuk menjaga ketertiban dan meningkatkan kedisiplinan siswa. Untuk siswa yang melanggar tata tertib, akan dikenakan sanksi sesuai klasifikasi pelanggaran yang dibuat. Selama siswa berada di luar kelas, perilaku siswa/siswi SMK Negeri 1 Tejakula masih dapat dikontrol dan tergolong wajar mengikuti norma-norma kesopanan yang ada di sekolah. Siswa/siswi berada di luar kelas ketika tidak ada pelajaran berlangsung, yaitu saat istirahat. Ketika bel istirahat siswa/siswi memanfaatkan waktu tersebut untuk berbelanja di kantin, sebagian sebagian ada yang ngobrol atau bercanda dengan temannya, sebagian lagi ada yang terlihat membaca-baca buku di sekitar sekolah atau koridor ruang kelas. Untuk beberapa siswa yang melakukan perbuatan yang kurang baik atau melanggar aturan dan norma yang ada, akan ditangani secara bertahap dan sistematis. Pertama, masalah yang ada antara siswa dengan guru yang bersangkutan diselesaikan terlebih dahulu dan bila tidak terselesaikan, masalah Gambar 1. SMK Negeri 1 Tejakula Tabel 1. Daftar distribusi siswa tiap tingkat tahun ajaran 2015/2016 Bidang/ No Program Keahlian 1 TKJ 2 Akuntansi 3 AP Total Kelas X Jumlah Data Siswa Kelas XI Kelas XII Jumlah Jumlah Jumlah Keseluruhan Kelas Siswa Kelas Siswa Kelas Siswa Kelas Siswa 2 2 4 8 42 66 142 250 2 2 4 8 44 68 138 250 2 2 4 8 41 43 129 213 6 6 12 24 127 177 409 713 Sumber: Database SMKN 1 Tejakula Adapun kegiatan siswa di dalam kelas sangat dekat hubungannya dengan tingkah laku siswa selama berada di dalam kelas 348 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 tersebut akan dibawa ke wali kelas. Jika hal yang sama ditemui, maka wali kelas akan membawa masalah tersebut ke BK. Apabila sampai permasalahan tidak dapat diselesaikan, BK akan membawa permasalahan tersebut kehadapan kepala sekolah dan kepala sekolah bersama-sama guru bahkan jika perbuatan tersebut jauh melanggar aturan dan norma yang ada, akan sampai melibatkan orang tua/wali siswa dan bersama-sama pihak sekolah dan orang tua/wali siswa akan mencari solusi untuk tindak pelanggaran tersebut. Dari analisa situasi yang telah dilakukan, sistem keamanan sekolah sangatlah penting untuk dilakukan. Pihak sekolah diharapkan memiliki sistem yang dapat memonitor maupun menyediakan bukti video apabila terjadi kejahatan. Apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti keributan atau tidak tertib maka pihak sekolah dapat menegur melalui pengeras suara maupun mendatangi langsung tempat kejadian. Surveillance Camera dapat ditempatkan cukup banyak dan menyebar di gedunggedung yang berbeda sehingga jangkauan video yang terekam dapat lebih luas. Dengan pelatihan penggunaan dan manajemen Surveillance Camera berbasis jaringan komputer untuk pihak sekolah, diharapkan dapat memberikan solusi sistem keamanan demi kenyamanan pihak sekolah dan stakeholder-nya. Berdasarkan analisis situasi dari SMK Negeri 1 Tejakula maka yang menjadi akar permasalahan mitra dalam hal ini adalah pentingnya sistem keamanan sekolah yang dapat dijabarkan sebagai berikut: 1) Kurangnya sistem keamanan sekolah melalui Surveillance Camera; 2) Belum adanya pelatihan tentang pentingnya Surveillance Camera sebagai sistem keamanan dan berguna bagi pembelajaran khususnya jurusan TKJ di SMK Negeri 1 Tejakula; 3) Belum siapnya SDM tenaga pengajar untuk memasang dan mengoperasikan Surveillance Camera; 4) Pihak sekolah belum dapat memberikan bukti rekaman apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan di sekitar sekolah. Surveillance Camera Menurut Arfiansyah dkk. (2012) IP Camera atau Surveillance Camera adalah CCTV kamera yang menggunakan Internet Protokol untuk mengirimkan data gambar dan sinyal kendali atas Fast Ethernet Link. Dengan demikian, Surveillance Camera juga sering disebut sebagai kamera jaringan. Yang membedakannya dengan CCTV biasa adalah setiap kamera memiliki IP sendiri sehingga kita bisa memilih kamera mana yang mau dilihat. Sejumlah kamera pemantau biasanya ditempatkan bersama-sama dengan perekam Video Digital (DVR) atau jaringan video (NVR) untuk membentuk sistem pengawasan video. Faktor keamanan menjadi hal yang sangat penting. Berbagai cara dilakukan untuk meningkatkan keamanan baik untuk keamanan pada perusahaan maupun tempat pribadi seperti rumah. Kamera jaringan merupakan kamera yang dapat diakses dari jauh pada lokasi yang berbeda melalui web browser atau software manajemen video. Kamera jaringan membuat orang-orang menjadi lebih praktis untuk memonitoring area atau ruangan yang dipantau. Menurut Mahmud Aryanto (2010) IP Camera atau ada juga yang menyebutnya Netcam (Network Camera) merupakan perangkat peng-capture dan recording objek terkini yang memiliki kemampuan memproses visual dan audio serta dapat 349 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 diakses PC secara langsung, atau melalui LAN, Internet, dan jaringan telepon seluler. Instalasinya sangat sederhana. Perangkat ini dapat diakses dari mana saja selama kita terkoneksi dengan internet, baik dengan laptop maupun telepon seluler. Dengan kemampuan serta kesederhanaan setting ditambah kemudahan akses yang dimilikinya, perangkat ini mampu menggantikan perangkat monitoring yang telah ada. Pengguna Surveillance Camera dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu kalangan rumahan (home use) seperti perumahan, apartemen, kompleks real estate dan kalangan perkantoran, perusahaan. perangkat lain, sehingga masing-masing komputer yang terhubung tersebut bisa saling bertukar data atau berbagi perangkat keras. Untuk memudahkan memahami jaringan komputer, para ahli kemudian membagi jaringan komputer berdasarkan beberapa klasifikasi, di antaranya: • Berdasarkan area atau skala • Berdasarkan media penghantar • Berdasarkan fungsi Ada 2 cara untuk mengkoneksikan Surveillance Camera ke dalam jaringan yaitu dengan cara Wireless dan Kabel. Prinsip kerja Surveillance Camera adalah pertama kamera menangkap gambar, kemudian gambar yang ditangkap diubah menjadi sinyal elektrik. Sinyal ini dikonversikan dari format analog menjadi digital. Sinyal digital dikompres dan dikirim melalui jaringan. Gambar 2. Contoh Surveillance Camera VStarCam (Sumber: internet) Contoh Surveillance Camera merk VStarCam pada Gambar 2 memiliki spesifikasi sebagai berikut: • MJPEG PTZ • IR Indoor Dome Robot WIFI • Wireless P2P IP Camera • 10pcs 5mm IR leds, • Real Plug&Play,P2P Server Group. • 3.6mm lens,PAN TILT • Pan:355°, Tilt: 120° • Support 32 GB TF Card Gambar 3. Surveillance Camera berbasis Jaringan Seperti terlihat dalam Gambar 3, untuk mengakses Surveillance Camera apabila pengguna menggunakan komputer maka dapat langsung mengakses alamat dari Surveillance Camera tersebut untuk melakukan streaming. Begitu juga apabila pengguna mengakses dengan menggunakan mobile phone, pengguna langsung mengakses Surveillance Camera dengan memasukkan alamatnya saja. Perbedaannya adalah protokol yang digunakan, apabila Surveillance Camera Berbasis Jaringan Jaringan komputer adalah suatu himpunan interkoneksi sejumlah komputer autonomous. Informasi berupa data akan mengalir dari satu komputer ke komputer lainnya atau dari satu komputer ke 350 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 pengguna menggunakan komputer maka protokol yang digunakan adalah HTTP, sedangkan apabila pengguna menggunakan mobile phone maka protokol yang digunakan adalah RTSP. Penelitian tentang penerapan Surveillance Camera telah banyak dilakukan, seperti penerapannya pada Smartphone oleh Gilang dkk (2012), aplikasinya pada Android oleh Arfiansyah dkk. (2012), A Heri Prasetyo (2012), dan pada mobile phone oleh Samuel dkk (2010). tentang Surveillance Camera berbasis jaringan untuk sistem keamanan sekolah. Pelatihan ini ditujukan kepada perwakilan guru dan siswa yang ditunjuk oleh pihak sekolah dan dilakukan di SMK Negeri 1 Tejakula. Segala pembiayaan pelatihan akan ditanggung tim pelaksana berdasarkan pembiayaan yang disetujui oleh LPM Undiksha. SMK Negeri 1 Tejakula memfasilitasi tempat dan peserta yang akan diikutkan dalam pelatihan ini. METODE Dari rumusan masalah yang telah dijelaskan sebelumnya dan apa saja tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan program P2M ini, maka langkah-langkah untuk mencapai tujuan tersebut dapat digambarkan seperti Gambar 4 berikut. Kegiatan program P2M ini akan dilaksanakan dalam bentuk pelatihan Gambar 4. Diagram alur kegiatan P2M Surveillance Camera dapat membuka wawasan serta pengetahuan lebih baik berkaitan dengan Surveillance Camera yang telah dipesan untuk dipasang. HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan Pada tahap persiapan, tim pelaksana melakukan penjajagan dan sosialisasi dengan pihak sekolah dalam hal ini SMK Negeri 1 Tejakula. Penjajagan dan sosialisasi ini dilakukan sebanyak 1 kali yaitu pada tanggal 21 April 2016. Penjajagan dilakukan sebagai pemberitahuan awal bahwa akan diadakan pelatihan dari kegiatan P2M. Dalam penjajagan ini juga untuk melihat keadaan SMK Negeri 1 Tejakula. Pada saat itu SMK Negeri 1 Tejakula telah mengadaan beberapa alat Surveillance Camera, namun semua peralatan akan dipasang oleh pihak swasta. Sehingga dengan adanya pelatihan Pelatihan Surveillance Camera Pelatihan ini dilakukan pada tanggal 25 - 27 Mei 2016. Pelatihan ini dilakukan selama 3 hari untuk lebih menguatkan pemahaman konsep Surveillance Camera secara menyeluruh. Hari pertama 25 Mei 2016 pelatihan dilakukan dengan materi : 1. Konsep dasar jaringan komputer; 2. Konsep dasar jaringan wireless; 3. Teknologi Surveillance Camera dan penggunaannya. Hari pertama total 9 jam, seperti terlihat pada Tabel 2. Pada hari pertama juga dilakukan serah terima bantuan 351 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 Surveillance Camera seperti terlihat pada Gambar 5 berikut. TKJ di SMK Negeri 1 Tejakula telah melakukan pelatihan selama 30 jam. Pelatihan Surveillance Camera ini cukup lama dilakukan karena berkaitan dengan prakteknya yang harus dilakukan beberapa jam untuk lebih memberikan pemahaman bagi yang belum mengerti. Gambar 5. Penyerahan bantuan dilakukan oleh Tim P2M Undiksha Tabel 2. Materi Pelatihan No Uraian Materi (KD) Jam 1. 2. 3. Konsep Dasar Jaringan Komputer Konsep Dasar Jaringan Wireless Teknologi Surveillance Camera dan Penggunaannya Konfigurasi Jaringan Surveillance Camera Praktek Pemasangan Kabel Jaringan Praktek Aplikasi Monitoring Surveillance Camera dan Fiturnya Praktek Sistem Keamanan Jaringan Surveillance Camera Praktek Akses Surveillance Camera melalui Smartphone Android dan iOS Praktek Konfigurasi Jaringan Surveillance Camera di SMK Negeri 1 Tejakula 3 3 3 4. 5. 6. 7. 8. 9. JUMLAH 3 4 4 Gambar 6. Pelatihan Surveillance Camera 2 4 4 30 Pada hari kedua yaitu Kamis, 26 Mei 2016 diberikan pelatihan dengan materi: 1. Konfigurasi jaringan Surveillance Camera; 2. Praktek pemasangan kabel jaringan; 3. Praktek aplikasi monitoring Surveillance Camera dan fitur-fiturnya. Pelatihan hari kedua ini dilakukan selama 11 jam. Dan pada hari terakhir yaitu Jumat, 27 Mei 2016 dilakukan pelatihan dengan materi: 1. Praktek sistem keamanan jaringan Surveillance Camera, 2. Praktek akses Surveillance Camera melalui smartphone android dan iOS; 3. Praktek konfigurasi jaringan Surveillance Camera di SMK Negeri 1 Tejakula. Hari terakhir ini pelatihan dilakukan selama 10 jam. Sehingga apabila ditotal, siswa dan guru Gambar 7. Bersama guru siswa TKJ dan tim P2M Undiksha Kepala sekolah SMK Negeri 1 Tejakula I Wayan Gunastra, S.Pd., M.Pd. mengatakan kami merasa berbangga hati karena ada perhatian dari Undiksha sehingga ada pembelajaran baru dan para siswa kami bisa mendapatkan tambahan belajar. Selain itu dengan pelatihan ini para siswa mendapatkan kesempatan belajar lebih luas lagi untuk menambah pengetahuannya. “Pelatihan Surveillance Camera ini sangat kami harapkan dan juga pelatihan-pelatihan komputer agar siswa mendapatkan tambahan belajar, meningkatkan wawasan mereka tentang kamera pemantau 352 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 keamanan sekolah serta berdampak positif terhadap mereka nantinya di dunia kerja apabila ingin menekuni bidang jaringan komputer ini” demikian disampaikan oleh I Wayan Gunastra, S.Pd, M.Pd. Pada pelatihan tersebut siswa sebanyak 30 orang diberikan tes soal untuk mengetahui seberapa pemahaman mereka terhadap materi yang diberikan. Tes diberikan sebanyak 30 soal yang terdiri dari materimateri yang telah disampaikan dalam pelatihan. Materi tersebut terbagi menjadi 5 kompetensi dasar yaitu : 1) Memahami konsep dasar jaringan komputer dan wireless dengan rata-rata kelas 82,6; 2) Memahami konsep dasar Surveillance Camera dengan rata-rata kelas 80,5; 3) Memahami konfigurasi Jaringan Surveillance Camera dengan rata-rata kelas 76,7; 4) Mempraktekkan Aplikasi Monitoring Surveillance Camera dan Fiturfiturnya dengan rata-rata kelas 81,9; dan 5) Mempelajari keamanan Surveillance Camera dengan rata-rata kelas 78,9. Sehingga didapat rata-rata keseluruhan penguasaan Kompetensi Dasar dengan masing-masing Indikator-nya adalah 80,11 yang melebihi kriteria ketuntasan (KK) 70%. Kompetensi Dasar dengan masing-masing Indikator-nya adalah 80,11 yang melebihi kriteria ketuntasan (KK) 70%. Dengan demikian dapat dikatakan pelatihan Surveillance Camera telah berhasil dan sesuai dengan harapan. DAFTAR RUJUKAN A Heri Prasetyo. 2012. Analisis dan Penerapan Aplikasi Streaming IP Camera Sebagai Sistem Monitoring Area Berbasis Android (Studi Kasus: SMK Telekomunikasi Tunas Harapan Tengaran). Arfiansyah, R. & Fitrisia,Y & Fadhli, M. 2012. Aplikasi Android Untuk Kontrol dan Monitoring Ruangan Menggunakan Ip Camera. Made Santo Gitakarma, Ketut Udy Ariawan, Agus Adiarta, I Wayan Sutaya. 2015. Penerapan Model Pembelajaran Konstruktivis pada Mata Pelajaran Jaringan Komputer Berbantuan Modul Ajar IP Camera (Studi kasus SMK Negeri 2 Seririt). Senari ke-3 ISSN : 2339 – 1553. Bali. Mahmud Aryanto bin Amir. 2010. IP Camera dan Aplikasinya. PT Elex Media Komputindo. Kompas Gramedia. Samuel Mahatma Putra, Handoko, Rika Mandasari, Bino Pramana Bestari. 2010. Analisis dan Perancangan Aplikasi Monitoring IP Camera Menggunakan Protocol HTTP pada Mobile Phone SIMPULAN Berdasarkan kegiatan P2M yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan sebagai berikut. Dari hasil pemberian materi pelatihan kepada 30 orang siswa didapatkan rata-rata keseluruhan penguasaan 353 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU BAHASA JEPANG DI KABUPATEN BULELENG MELALUI PELATIHAN PEMBUATAN MEDIA PEMBELAJARAN PENULISAN HURUF JEPANG MENGGUNAKAN ANIMASI FLASH Desak Made Sri Mardani, S.S., M.Pd. Putu Hendra Suputra, S.Kom., M.Cs. Universitas Pendidikan Ganesha [email protected] Abstrak Pengabdian pada masyarakat ini bertujuan untuk memberikan keterampilan bagi para guru bahasa jepang SMA/SMK dalam menggunakan program animasi grafis Flash untuk membuat media pembelajaran menulis huruf Jepang. Dengan media yang baik dan tepat, penyampaian materi dengan karakteristik khusus mampu diserap degan lebih baik oleh siswa. Efek domino yang dituju ke depan dari penguasaan keterampilan ini agar lulusan SMA/SMK bahasa Jepang nantinya memiliki pemahaman yang lebih baik sehingga menjadi raw-input yang baik pula. Kegiatan pengabdian terdiri dari dua tahap, yaitu tahap pertama sosialisasi dan tahap kedua pelatihan. Sosialisasi dan pelatihan diikuti oleh beberapa guru, diutamakan guru dari sekolah-sekolah yang memberikan materi bahasa Jepang. Materi pelatihan adalah seputar pemanfaatan software animasi Flash, khususnya membuat animasi penulisan huruf Jepang. Pelatihan yang dilaksanakan cukup berhasil, yang mana semua peserta mampu membuat animasi dengan teknik dasar dengan baik, dan mengembangkan animasi penulisan huruf jepang dengan mandiri. Bahkan, beberapa peserta sudah mampu mendesain animasi yang lebih kompleks. Walaupun demikian, masih diperlukan upaya tambahan untuk mencapai hasil yang lebih optimal karena beberapa peserta belum mampu membuat secara mandiri. Kata kunci: Animasi Flash, huruf Jepang, Media Pembelajaran I. PENDAHULUAN Dalam proses pembelajaran, penggunaan media pembelajaran merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pembelajar dalam menguasai materi pembelajaran. Media pembelajaran yang sedang digalakkan penggunaannya di Indonesia adalah media berbasis teknologi informasi. Teknologi infomasi mampu memberikan akses yang lebih luas serta memberikan pengalaman belajar yang lebih menarik, sehingga mampu meningkatkan motivasi pembelajar dalam belajar. Meningkatkan motivasi pembelajar demi mencapai tujuan dari suatu proses pembelajaran merupakan tugas utama seorang pengajar. Menurut Elliot (2000:9) bahwa terdapat tiga pengetahuan yang diperlukan secara mendasar untuk menjadi seorang guru (pengajar), meliputi: a. Theaching (Pedagogical) Knowledge yaitu bagaimana menyajikan materi ajar yang terbaik. Hal ini berkaitan dengan pengelolaan kelas, teknik instruksional, beberapa mengacu pada pengetahuan pedagogy. b. Subject Matter Knowledge yaitu mengacu pada tata cara dalam mengorganisasi, strategi membuat formula dalam menyampaikan isi, apakah melalui cerita, bimbingan, menggunakan teks, komputer, media atau lembaran kerja. 354 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 c. Teaching Subject Matter Knowledge yaitu bagaimana materi ajar tersebut dapat dipahami oleh siswa. Mengacu pada prinsip-prinsip dan strategi yang diterapkan pada materi tertentu. Guru merupakan kunci dalam peningkatan mutu pendidikan dan mereka berada di titik sentral dari setiap usaha reformasi pendidikan yang diarahkan pada perubahan-perubahan kualitatif. Oleh sebab itu maka seorang pengajar perlu memiliki kemampuan untuk membuat media pembelajaran. Terkait media pembelajaran, beberapa ahli memberikan definisinya tentang media pembelajaran. Briggs (1977) (dalam Sudrajat, 2008) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya. Sedangkan, National Education Associaton (1969) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandangdengar, termasuk teknologi perangkat keras. Definisi lain terkait media adalah alat bantu apa saja yang dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pengajaran (Syaiful & Aswan, 2006: 121). Sesuatu yang dapat membawa informasi dan pengetahuan dalam interaksi yang berlangsung antara pendidik dengan peserta didik (Pupuh & M. Sobry, 2009: 65). Dari beberapa pengertian yang diungkapkan oleh para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan alat bantu dalam proses belajar mengajar yang memiliki fungsi untuk menyampaikan isi atau materi yang ingin disampaikan oleh pengajar, sehingga informasi/ilmu tersebut dapat dipahami oleh pembelajar. Kemampuan pengajar untuk membuat media pengajaran sangat penting demi kelancaran proses pembelajaran. Selain itu, dengan berkembangnya teknologi dewasa ini yang juga mempengaruhi dunia pengajaran, maka penguasaan teknologi pembuatan dan pemanfaatan media pembelajaran berbasis IT mutlak diperlukan oleh seorang pengajar terlebih pada domain pelajaran yang menekankan penjelasan proses yang intensif. Program-program presentasi seperti Microsoft Power Point mampu menyajikan materi dengan instan dan mudah dengan berbagai template yang dimiliki. Namun demikian, Power Point tidak memiliki fitur untuk membuat animasi yang spesifik dibutuhkan misalnya untuk menjelaskan urutan garis pada penulisan huruf Jepang. Dalam Bahasa Jepang terdapat beberapa huruf (mōji) yaitu huruf-huruf Hiragana, Katakana, Kanji, Rōmaji dan sebagainya (Sudjianto & Dahidi, 2004:55), yang diberikan dalam mata kuliah Menulis (Hyouki)/Kanji di Prodi Pendidikan Bahasa Jepang, Undiksha. Dalam pembelajaran menulis tersebut, pembelajar diharapkan mampu menulis huruf Hiragana dan Katakana dengan baik sesuai dengan kaidah penulisan huruf-huruf bahasa Jepang yang ada. Menulis di sini sedikit berbeda bila kita bandingkan dengan menulis yang digunakan oleh jurusan lainnya. Pada pembelajaran bahasa lain, menulis dihubungkan dengan bagaimana pembelajar mampu membuat suatu karangan, karya sastra, karya ilmiah dan sebagainya. Hal ini sangat berbeda dengan pembelajaran bahasa Jepang. Menulis dalam pembelajaran bahasa Jepang seperti yang dijelaskan sebelumnya meliputi bagaimana pembelajar mampu menulis 355 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 huruf yang terdapat dalam bahasa Jepang sesuai dengan kaidah-kaidah penulisan yang ada, sedangkan untuk kompetensi yang diharapkan sesuai dengan kompetensi yang terdapat dalam menulis pada jurusan lain dimasukkan ke dalam mata kuliah Mengarang (Sakubun). Untuk dapat menulis dengan baik, maka harus dikuasai beberapa goresan yang menjadi dasar penulisan huruf. Dasar-dasar tersebut meliputi haraimasu (goresan dengan melepas pada akhir tulisan), tomarimasu (goresan dengan menghentikan tangan), hanemasu (goresan seperti percikan air). Selain memahami goresan yang menjadi dasar penulisan huruf bahasa Jepang, yang perlu diperhatikan juga adalah urutan dari goresan itu. Urutan yang benar akan menghasilkan tulisan yang baik. Hal ini terlihat jelas ketika menulis dengan cepat. Kemudian ukuran huruf juga sangat penting karena membantu kita dalam membaca dan memahami isi tulisan tersebut. Dalam proses pembelajaran tentunya tidak terlepas dari permasalahanpermasalahan yang menghantui, begitu pula dalam pembelajaran menulis huruf Jepang. Permasalahan yang sering terjadi adalah mahasiswa tingkat awal membawa kebiasaannya menulis huruf Jepang tanpa aturan. Secara empiris, pada masa-masa awal perkuliahan Hyouki mahasiswa cenderung membawa kebiasaan mereka menulis sesuai dengan apa yang mereka peroleh dari SMA (Mardani, 2008) yang meliputi: 1. mahasiswa tidak memperhatikan goresangoresan penulisan; 2. mahasiswa tidak memperhatikan urutanurutan penulisan; 3. mahasiswa tidak memperhatikan ukuran huruf, mana huruf yang harus ditulis kecil dan mana yang tidak, serta posisi dari huruf juga tidak diperhatikan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka dilakukan penelitian oleh Mardani (2012) tentang penggunaan media visual dan penugasan untuk meningkatkan kemampuan menulis huruf Hiragana dan Katakana. Dari hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa media visual dapat membantu pembelajar dalam membedakan goresan dalam penulisan huruf Jepang. Hal tersebut dapat terlihat dari peningkatan kemampuan menulis dan respon positif dari pembelajar terhadap penggunaan media visual tersebut. Penggunaan media visual dalam pembelajaran penulisan huruf Jepang berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat dikatakan penting. Dengan menggunakan media visual memungkinkan terlihatnya bentuk goresan dan urutan dalam penulisan. Dalam hubungannya dengan pembuatan media pembelajaran, program yang mampu menunjukkan goresan dan urutan dalam penulisan huruf Jepang adalah animasi flash. Oleh sebab itu maka pengetahuan pembuatan media pembelajaran dengan menggunakan animasi flash, bagi pengajar bahasa Jepang sangat penting. Sebagaimana hasil penelitian dan pelatihan yang telah dilakukan, sangat efektif penggunaan media visual dalam pembelajaran penulisan huruf Jepang. Dengan media visual, bentuk goresan yang muncul dalam suatu huruf dapat dibedakan dengan menggunakan warna yang berbeda. Selain itu urutan penulisan akan jelas terlihat begitu pula arah goresan dari 356 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 pembentukan huruf Jepang. Untuk dapat menunjukkan bentuk goresan, arah goresan dan urutannya, maka program yang paling tepat digunakan dalam pembuatan media pembelajaran huruf Jepang adalah animasi flash. Untuk mampu membuat suatu media pembelajaran huruf Jepang perlu suatu keterampilan tentang pengoperasian program tersebut. Mampu memahami cara pengoperasian program flash akan memperkaya khasanah pembelajaran di kelas. Dalam pembelajaran bahasa Jepang yang dilakukan di SMA selama ini, sangat jarang menggunakan media pembelajaran yang berbasis IT. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan tentang pembuatan media pembelajaran berbasis IT. Guru bahasa Jepang di Kabupaten Buleleng yang berjumlah 33 orang, sebagian besar merupakan guru honorer yang masih muda, dan merupakan alumni dari Undiksha. Sedangkan guru tetap merupakan guru yang sudah berumur yang kemungkinan tidak memiliki pengetahuan tentang penggunaan animasi flash. Walaupun sebagian besar guru tersebut merupakan alumni Undiksha tetapi ketika mereka studi, pengenalan pembuatan media dengan berbasis IT sangat jarang diberikan. Dan bahkan alumni awal dari Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang, Undiksha tidak memperoleh pengetahuan tentang pembuatan media pembelajaran berbasis IT. Kekurangan yang muncul di lapangan terkait kemampuan guru bahasa Jepang untuk mengembangkan media pembelajaran berbasis IT merupakan hal yang harus segera ditanggulangi. Para guru tersebut perlu mendapatkan pengetahuan yang banyak terkait pembelajaran dalam hal ini pembuatan media pembelajaran penulisan huruf Jepang dengan animasi flash. Pihak perguruan tinggi dalam hal ini Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang dan Jurusan Manajemen Informatika, Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja selaku lembaga pendidikan tenaga kependidikan negeri terbesar di Bali perlu membantu mengembangkan unsur/aspek kependidikan secara teorities dan berkerjasama secara kolaboratif dengan guru bahasa Jepang. Pihak guru memiliki masalah nyata di lapangan sedangkan pihak perguruan tinggi memiliki keahliannya secara teorities. Dengan mensinergikan produk teoritis perguruan tinggi dengan masalah nyata yang dialami oleh guru di lapangan, program ini diharapkan mampu menghasilkan suatu produk/luaran yang memiliki link dan match yang tepat sehingga ke depan diyakini mampu memberdayakan masyarakat kurang mampu agar secara perlahan mampu meningkatkan kemampuan guru dalam bidang akademik. Berdasarkan permasalahan tersebut, rumusan masalah yang akan dijawab adalah “bagaimana cara memberikan pengetahuan tentang pembuatan media pembelajaran penulisan huruf Jepang bagi guru bahasa Jepang di Kabupaten Buleleng? “. Untuk mengatasi masalah tersebut maka dilakukan pelatihan kepada guru bahasa Jepang di Kabupaten Buleleng tentang pembuatan media pembelajaran penulisan huruf Jepang dengan menggunakan animasi Flash bagi guru bahasa Jepang di Kabupaten Buleleng. Dengan diberikannya pelatihan tersebut diharapkan guru bahasa Jepang di Kabupaten Buleleng mampu membuat dan mengembangkan media pembelajaran dengan menggunakan animasi flash secara berlanjut dan mandiri 357 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 sehingga ke depannya pembelajar mampu menguasai penulisan bahasa Jepang sesuai dengan kaidah penulisan yang benar. 2.1 Kerangka Pemecahan Masalah Sehubungan dengan masalah dipaparkan di depan, kerangka pemecahan masalah yang dikembangkan digambarkan dengan alur pelaksanaan kegiatan sebagai berikut. II. METODOLOGI Berdasarkan bagan alur pemecahan masalah di atas, dapat dinyatakan bahwa masalah kurangnya kemampuan mahasiswa tingkat awal dalam menulis huruf Jepang dengan baik dan benar karena kurangnya kemampuan guru menciptakan suatu media pembelajaran yang mampu meningkatkan motivasi dari pembelajar. Berdasarkan analisis situasi terhadap kondisi riil yang terjadi pada guru bahasa Jepang, salah satu pemecahan masalah yang dianggap efektif adalah memberikan bekal keterampilan pembuatan media pembelajaran penulisan huruf Jepang dengan menggunakan animasi flash dengan kerja sama antara Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang dan Jurusan Manajemen Informatika,Undiksha. Melalui kegiatan ini akan diberikan akan technical assistance kepada guru bahasa Jepang di Kabupaten Buleleng yang akan mampu membentuk tenaga guru yang multi skill. Dengan adanya keterampilan yang multi-skilling, masyarakat sasaran memiliki kesempatan menciptakan proses pembelajaran yang lebih menarik dan efketif. 358 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Pelatihan Pembuatan Media Pembelajaran Penulisan Huruf Jepang dengan Menggunakan Animasi Flash bagi guru Bahasa Jepang Se-Kabupaten Buleleng yang berlangsung selama tiga hari (8-10 Juni 2015) dengan menggunakan pola latihan 30 jam mampu menghasilkan ketrampilan bagi guru-guru bahasa Jepang untuk menghasilkan suatu media pembelajaran yang menarik. Pada kegiatan dihadiri oleh 25 orang guru, baik guru senior maupun guru junior. Kondisi peserta yang amat beragam dalam hal penguasaan komputer memberi keuntungan, yakni terjadinya subsidi silang pengetahuan di kalangan peserta. Penguasaan komputer yang berbeda pada peserta sangat dipengaruhi oleh faktor usia, dimana guru yang muda jauh lebih menguasai ketrampilan menggunakan komputer bila dibandingkan dengan guru senior. Dalam pembelajaran bahasa Jepang, bukan hanya pada penulisan huruf Jepang saja tetapi juga pada pengenalan kosakata, penggunaan media pembelajaran yang diberikan sangat bermanfaat. Pada akhir pelatihan semua peserta sudah mampu membuat contoh animasi tulisan huruf Jepang serta animasi tentang kosakata (khususnya katakerja bergerak, seperti: berlari, jatuh, dsb), walaupun terdapat guru yang masih dibantu dalam pengerjaannya oleh peserta junior. Peserta junior ada yang sudah mampu membuat kreasi animasi sendiri yang menarik. Dengan demikian, para guru sudah mampu memproduksi media, ada yang masih sederhana, namun ada juga yang sudah baik. 2.2 Khalayak Sasaran Sesuai dengan paparan yang disampaikan dalam penjelasan sebelumnya bahwa masalah ini terjadi pada guru bahasa Jepang di Kabupaten Buleleng. Oleh sebab itu, khayalak sasaran dari kegiatan ini adalah guru bahasa Jepang di Kabupaten Buleleng sebanyak 33 orang. Khalayak sasaran tersebut dipilih karena mereka merupakan bagian masyarakat yang amat sangat memerlukan bantuan agar mereka bisa secara perlahan meningkatkan kemampuan dalam proses pembelajaran. Dengan program perancangan pelatihan ini, para guru diharapkan memiliki keterampilan dan kecakapan dalam membuat media pembelajaran dengan menggunakan animasi flash. 2.3 Metode Kegiatan Adapun metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah Model Technical Assistance dalam bentuk Training and Workshop yang dilaksanakan dengan memberikan pelatihan dan memberikan model dalam bentuk workshop kepada staf/instruktur tentang pembuatan media pembelajaran penulisan huruf Jepang sehingga guru bahasa Jepang di Kabupaten Buleleng nanti mampu menjadi tenaga yang multi-skilled. 2.4 Rancangan Evaluasi Evaluasi dilakukan dengan mengamati kinerja para peserta. Indikator pencapaian yang ditetapkan adalah, bahwa pengabdian dinyatakan berhasil apabila masing-masing peserta sudah memiliki minimal satu model animasi materi pembelajaran dan mampu memanfaatkan materi yang dikembangkan dalam media presentasi. Adapun materi yang diberikan selama pelatihan dapat terlihat pada tabel 3.1 berikut ini. 359 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 Tabel 3.1 Materi selama pelatihan pembuatan media pembelajaran No. MATERI 1 2 JAM Subject Matter knowledge: Strategi dan organisasi materi ajar 2 dengan menggunakan media interaktif Mengenal software Adobe Flash, serta prospeknya dalam media 2 pembelajaran 3 Instalasi Adobe Flash 1 4 Mengenal layout dan terminologi dalam Adobe Flash 2 5 Dasar-dasar menggunakan Tools untuk membuat objek 2 6 Praktik dasar menggunakan Toolbar 4 7 Dasar-dasar animasi frame by frame 2 8 Praktik animasi frame by frame 3 9 Animasi dengan teknik Tweening 3 10 Menyisipkan objek (import) multimedia 2 11 Animasi dengan teknik Masking. Kasus pada tulisan Jepang 4 12 Media interaktif dengan action script dasar 3 TOTAL 30 Secara rinci hasil pelatihan adalah sebagai berikut. 1) Dengan penggunaan Animasi Flash, guru mampu membuat suatu proses terbentuknya huruf Jepang secara bertahap sehingga siswa akan dengan mudah memahami proses penulisan huruf dengan adanya media yang menarik. 2) Dengan penggunaan Animasi Flash, guru mampu membuat suatu animasi menarik terkait dengan kosakata yang akan lebih mudah dipahami oleh siswa bila dibandingkan dengan gambar diam. Seperti kosakata pergerakan/aktivitas. sekolah terkait dengan nilai siswa dan penerimaan murid baru. Walaupun demikian, pada hari pelaksanaan kegiatan banyak guru yang dapat hadir pada hari pertama dan kedua yaitu berjumlah 25 orang. Pada kegiatan pelatihan, sebelum diberikan materi terkait dengan aplikasi pembuatan media dengan menggunakan Animasi Flash, diberikan terlebih dahulu pengetahuan terkait penggunaan media pada pmbelajaran huruf Jepang. Hal ini untuk memberikan gambaran kepada para peserta bagaimana suatu media dapat membantu proses pemahaman siswa terhadap materi. Seperti yang diberikan sebagai contoh, media visual digunakan untuk membantu pemahaman siswa tentang penulisan huruf Jepang terkait dengan urutan penulisan, goresan dan keindahan huruf. Kemudian bagaimana media gambar mampu mengantarkan mahasiswa tentang makna huruf Kanji. Dengan pemberian 3.2 Pembahasan Pelatihan yang diselenggarakan pada tanggal 8-10 Juni 2015, bertepatan dengan minggu akhir sekolah. Dengan demikian para guru memiliki kesibukan di 360 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 contoh tersebut dapat memberikan pengetahuan kepada guru tentang pentingnya suatu media dalam pembelajaran. Apalagi jika media yang diberikan berupa animasi yang mampu menarik perhatian siswa untuk lebih fokus dalam belajar. Setelah berakhirnya pemberian materi pengantar, para peserta diajak langsung memahami bagaimana penggunaan animasi flash dalam pembuatan media dengan memberikan pengalaman langsung kepada guru untuk membuat sesuai dengan penjelasan dari pemateri. Pada hari pertama diberikan materi yang sederhana kemudian dilanjutkan pada hari kedua dengan materi yang lebih sulit (seperti terlihat pada table 3.1). Selama pelatihan, peserta terlihat antusias mendengarkan penjelasan dan langsung mempraktekkan. Pada saat pelatihan terdapat peserta yang sudah mampu membuat animasi huruf Jepang walaupun sangat sederhana, seperti terlihat pada gambar 3.1 dan 3.2 di bawah ini. Gambar 3.1 361 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 Gambar 3.2 Para guru berpendapat bahwa Animasi Flash yang diberikan dalam pelatihan sangat bermanfaat dalam pembuatan media dalam pembelajaran bahasa Jepang, terutama dalam hal penulisan huruf Jepang serta pengenalan kosakata. Bahkan peserta merasa seperti memperoleh suatu pengetahuan yang benar-benar baru terkait dengan Animasi Flash. Dalam pelaksanaan pelatihan mereka merasa tertantang untuk mampu membuat seperti contoh yang diberikan. Bahkan ada guru yang ingin menggunakan pengetahuan tersebut dalam penelitian yang akan dilakukan terkait dengan pengembangan media pembelajaran, yang selama ini sangat jarang dimiliki dalam pembelajaran bahasa Jepang. Walaupun ada rasa antusias dan tantangan dalam pelatihan, terdapat juga guru yang merasa kewalahan dalam mengikuti penjelasan pemateri karena keterbatasan kemampuan menggunakan komputer serta materi yang sedikit rumit. Untuk itu, ketika pelatihan, pemateri berusaha memperlambat penjelasan dan mengulang-ulang proses pembuatan sampai peserta benar-benar paham. Walaupun panjelasan diperlambat dan diulang-ulang, tetapi tidak mengganggu jalannya pelatihan secara keseluruhan. Terdapat materi yang dirasa cukup sulit diikuti oleh peserta yaitu materi terakhir yang memanfaatkan ActionScript. ActionScript merupakan kode pemrograman dasar yang disertakan dalam pembuatan animasi interaktif layaknya sebuah program pada umumnya. Karena sifat materi yang membutuhkan kemampuan dasar algoritma itulah yang menyebabkan materi ini dirasa susah. Dapat dimaklumi mengingat materi ini memiliki tingkat kesulitan menengah, terlebih bagi peserta yang memang tidak memiliki dasar pemrograman sama sekali. IV. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Pelatihan penggunaan Flash untuk membuat animasi penulisan huruf Jepang telah berhasil memberikan potensi baru dalam menyampaikan maeri dan menciptakan pengalaman belajar baru bagi siswa dan guru bahasa Jepang SMA/SMK di Kabupaten Buleleng. Kondisi peserta yang amat beragam dalam hal penguasaan komputer memberi keuntungan, yakni terjadinya subsidi silang pengetahuan di kalangan peserta. Penguasaan komputer yang berbeda pada peserta sangat dipengaruhi oleh faktor usia, dimana guru yang muda jauh lebih menguasai ketrampilan menggunakan komputer bila dibandingkan dengan guru senior. Peserta pelatihan sudah mampu menghasilkan objek grafis dan animasi yang dapat dipresentasikan baik dalam format swf (media presentasi Adobe Fash) maupun animated GIF yang bisa disertakan dalam power point, web, maupun format digital umumnya sehingga meningkatkan kualitas dan penampilan dari media mereka. Beberapa peserta bahkan mampu secara kreatif mendesain dan mewujudkan animasi yang lebih kompleks melebihi harapan panitia. Cukup mengesankan mengingat baru pertama kali tersebut peserta diperkenalkan animasi flash. Antusiasme peserta sangat baik, terlihat dari kehadiran hingga hari terakhir pelatihan dan adanya permintaan secara lisan dari peserta untuk membuka peluang 362 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 pembimbingan untuk guru muda yang juga mahasiswa alih kredit yang berminat mengembangkan flash dalam skripsi mereka. Daftar Pustaka Elliott, Stephen N. 2000. Educational Psychology: Effective Theaching, Effective Learning. USA: The Mc. Graw-Hill Companies,Inc. 5.2 Saran Pelatihan flash untuk guru sekolah masih memiliki potensi untuk memberikan pengalaman dan suasana baru dalam menyampaikan materi. Namun karena keterbatasan waktu, materi yang cukup luas dengan bobot moderat harus disampaikan dalam waktu yang dimampatkan. Agar mendapatkan hasil dan mutu pelatihan yang optimal, untuk ke depannya sebaiknya dilakukan pemilahan materi berdasarkan level dan pengalaman peserta sehingga sesuai antara kemampuan dasar dengan materi yang akan diajarkan. Hal seperti ini bisa dilakukan pada pelatihan yang sifatnya bertahap dan berkesinambungan, tidak cukup dengan satu buah program pengabdian/pelatihan, melainkan beberapa program yang mengacu pada satu masterplan. Pelatihan untuk mata pelajaran lain cukup menarik untuk dilakukan, namun perlu analisis situasi yang baik agar dapat diformulasikan contoh tutorial yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran. Dengan demikian guru peserta dapat lebih antusias dan dengan segera dapat mengasosiasikan kemampuan flash dengan materi apa yang cocok dengan bidangnya. Dalam pelatihan kali ini masih dirasa kurangnya tenaga pendamping bagi peserta, sehingga dalam kegiatan serupa berikutnya perlu dipertimbangkan perimbangan jumlah tutor pendamping dengan jumlah peserta, terlebih jika bisa melibatkan lebih banyak mahasiswa yang memiliki kompetensi di animasi Flash. Mardani, Desak Made Sri, dkk. 2008. Laporan P2M: Pelatihan dan Pengembangan Kemampuan Menulis Huruf Hiragana dan Katakana untuk Guru Bahasa Jepang di Kab. Buleleng. Laporan tidak dipublikasikan. Mardani, Desak Made Sri. 2012. Pemanfaatan Media Visual untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Huruf Hiragana dan Katakana. Dalam Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Vol. 45 No.3. Pupuh Fathurrohman dan Sobry Sutikno. 2009. Strategi Belajar Mengajar – Strategi Mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami. Bandung: PT. Refika Aditama. Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Sudjianto, Drs.M.Hum & Ahmad Dahidi, Drs.M.A. 2004. Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Oriental: Jakarta. http://akhmadsudrajat.wordpress.com/200 8/01/12/konsep-mediapembelajaran/ diakses tgl 18 Desember 2012 363 PELATIHAN PENGGUNAAN INTERNET DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA BAGI GURU-GURU SDN DI DESA ANGGADITA Iyan Rosita Dewi Nur Pendidikan Matematika FKIP Universitas Singaperbangsa Karawang [email protected] ABSTRACT Teacher as a students fasilitator is necessary to have a knowledge about the change of internet technology especially potential internet as a tool and media to enrich students learning. Generally, this case is self challenges for all of teachers in school, include elementary’s school teachers. In the fact, they are not introduced about the use of internet. The results of researches showed that optimalization of internet pottential is not a simple task. The purpose of this dedication to community is to introduce website of mathematics learning and make a mathematics learning design with internet for the teachers of elementary school in desa Anggadita. The target of this dedication to community is all of the elementary school teachers in Desa Anggadita kecamatan Klari kabupaten Karawang. The followings are the activities done by team : preparing the sillaby and lesson plan, applying the program as instructor by the team, doing meeting 12 times, using tutorial methods. The total of the trainees is 30 teachers. By this training, the participants feel helpfull because they can understand dan learn how to visit the mathematics website, they can apply it in their classroom teaching Key word: Training, Internet, Mathematics Learning ABSTRAK Guru selaku fasilitator bagi muridnya, perlu memiliki wawasan tentang perkembangan teknologi internet khususnya potensi internet sebagai alat atau media untuk memperkaya pembelajaran siswa. Pada umumnya ini adalah tantangan tersendiri bagi guru-guru di sekolah, termasuk guru-guru di sekolah dasar. Pada kenyataannya, mereka tidak dibekali tentang pembelajaran menggunakan internet. Penelitian menunjukkan, mengharapkan guru untuk mengoptimalkan potensi internet bukanlah suatu tugas yang sederhana. Tujuan pengabdian kepada masyarakat ini adalah untuk mengenalkan guru-guru SDN di desa Anggadita pada websitewebsite pembelajaran matematika serta belajar merancang pembelajaran matematika menggunakan internet.. Target sasaran dalam pengabdian ini adalah seluruh guru sekolah dasar di Desa Anggadita Kecamatan Klari Kabupaten Karawang. Metode yang dilakukan adalah dengan teknik tutorial, jumlah peserta pelatihan sebanyak 30 orang. Dengan adanya pelatihan ini para peserta merasa terbantu karena mereka bisa mengenal dan belajar bagaimana membuka situs-situs pembelajaran dalam matematika sehingga mereka bisa mengaplikasikannya dalam pembelajaran di kelas yang sasarannya dapat meningkatkan dan menguatkan konsep pemahaman matematis siswa yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Kata Kunci: Pelatihan, internet, pembelajaran matematika PENDAHULUAN Sekolah Dasar Negeri Anggadita merupakan sekolah dasar negeri yang berada di Desa Anggadita Kecamatan Klari Kabupaten Karawang. Terdapat 5 Sekolah Dasar Negeri Anggadita, yaitu SDN Anggadita I, SDN Anggadita II, SDN Anggadita III, SDN Anggadita IV, dan SDN Anggadita V. Desa Anggadita merupakan salah satu desa yang kini berkembang pesat perkembangan wilayahnya. Hal itu dikarenakan desa Anggadita merupakan salah satu desa 365 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 tempat berkembangnya industri di Kabupaten Karawang. Seiring dengan perkembangan tersebut, tidak dapat dipungkiri lagi murid- murid dewasa ini tumbuh di dunia yang jauh berbeda dengan di masa ketika guru, orang tua dan kakek mereka masih menjadi murid. Anak-anak sekarang terlahir diera digital dan ditengah-tengah perkembangan teknologi yang sedemikian pesatnya, menuntut adanya kesiapan mental dan finansial baik bagi orang tua maupun sekolah untuk mengakomodasi setiap kebutuhan anak-anak yang semakin kompleks khususnya dalam pembelajaran. Teknologi yang berkembang pesat diantaranya adalah telepon dan internet. Sudah tidak heran lagi ketika murid sekolah dasar di jaman sekarang sudah pandai mengoperasikan teknologi canggih. Teknologi merupakan bagian dari masyarakat informasi di mana kita kini hidup, orang sudah menggunakan internet, e-mail dan hand phone dalam berkomunikasi, kompetensi seseorang semakin ditantang dan diperluas dengan cepat. Sekolah sebagai bagian dari masyarakat, teknologi hendaknya harus menjadi bagian integral dari sekolah dan pembelajaran di kelas Fasiltas komputer di setiap SDN yang berada di desa Anggadita telah tersedia, namun hanya terdapat 1 unit saja di masing-masing sekolah. Untuk koneksi internet masih terbatas pada penggunaan modem yang disediakan oleh masingmasing pihak sekolah. Meskipun saat ini masih terbatas, tetapi bila kita mencermati besarnya dukungan pihak orang tua pada sekolah tersebut dan adanya kemungkinan bekerja sama dengan pihak luar (misalnya Telkom), maka fasilitas internet di sekolah tersebut diperkirakan akan meningkat secara signifikan. Sedangkan dari konteks siswa SDN di desa Anggadita, internet bukanlah barang asing bagi sebagian siswa. Percakapan yang sering muncul pada pihak siswa tentang facebook dan game online mengindikasikan bahwa sebagian siswa sudah terbiasa dengan penggunaan internet. Bilamana hal ini dikaitkan pengalaman peneliti (dalam hal ini Ketua Peneliti) ketika melakukan observasi tentang pembelajaran matematika dengan internet di sekolah-sekolah dasar di Anggadita, ditemukan bahwa siswa-siswa SD baik kelas 1,2 maupun siswa kelas 3 dapat dengan mudah mengakses teknologi internet, menavigasi sejumlah website pembelajaran matematika tanpa harus didampingi secara langsung oleh guru mereka. Fenomena ini memperkuat pernyataan bahwa saat ini sekolah sedang menghadapi siswa“era digital” yang sangat berbeda karakteristiknya dengan siswa pada dekade sebelumnya. Hal ini mengisyaratkan pentingnya para siswa difasilitasi untuk memanfaatkan internet sebagai alat/media belajar bagi mereka, tidak terbatas hanya sebagai media untuk bermain atau pun komunikasi. Pembelajaran dengan menggunakan media IT merupakan salah satu strategi pembelajaran yang sangat disenangi dan ditunggu oleh anak-anak, karena tidak dapat dipungkiri lagi bahwa ketertarikan anak untuk menguasai teknologi sangat besar, ini dapat kita lihat begitu banyak anak baik diusia non sekolah (usia dini) maupun usia sekolah yang kehilangan waktu belajar karena asyik dengan dunia teknologi seperti bermain game, bermain hand phone dan bermain komputer. Oleh karena itu, pendekatan pembelajaran yang memperhatikan dunia anak yaitu berkaitan 367 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 dengan dunia IT merupakan keharusan yang tidak dapat ditawar-tawar lagi untuk menciptakan antusias dan motivasi belajar, apabila hal ini tidak dapat dipenuhi, tentunya pembelajaran sudah tidak menjadi perhatian utama murid. Pertanyaan yang muncul dalam menghadapi kenyataan ini adalah apakah perkembangan teknologi ini diimbangi juga dengan kemampuan guru sekolah dasar dalam menguasai teknologi? Dapatkah internet diintegrasikan ke dalam pembelajaran matematika? Dan bagaimana implementasinya? Guru selaku fasilitator bagi muridnya, perlu memiliki wawasan tentang peerkembangan teknologi internet khususnya potensi internet sebagai alat atau media untuk memperkaya pembelajaran siswa. Pada umumnya ini adalah tantangan tersendiri bagi guru-guru di sekolah, termasuk guru-guru di sekolah dasar. Pada kenyataannya, mereka tidak dibekali tentang pembelajaran menggunakan internet. Penelitian menunjukkan, mengharapkan guru untuk mengoptimalkan potensi internet bukanlah suatu tugas yang sederhana. Satu contoh masalah adalah bagaimana guru mengetahui mana informasi yang valid dan tepat untuk digunakan (Wallace, 2004). Bahkan penelitian telah menunjukkan kompleksitas dari sebuah pengajaran dengan menggunakan internet (Wallace, 2002, 2004). Pembelajaran matematika yang menggunakan media komputer perkembangannya sangat pesat, begitu banyak pembelajaran matematika dewasa ini disajikan dengan media interaktif berupa CD pembelajaran dan media internet (e-learning), namun media yang tersedia dipasaran kadangkala tidak sesuai dengan kebutuhan kurikulum dan kebutuhan siswa, dengan demikian guru sebagai subjek pendidikan yang memahami kurikulum dan kebutuhan siswanya hendaknya mampu menciptakan sendiri media interaktif bagi siswanya. Berdasarkan latar belakang di atas, dapat disimpulkan bahwa sekurangkurangnya empat faktor yang menjadi motivasi pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat ini: (1) memberi dukungan kepada SDN yang berada di desa Anggadita untuk meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya pembelajaran matematika dalam penggunaan media internet dalam rangka menyongsong perkembangan jaman. (2) potensi internet sebagai alat belajar yang perlu dioptimalkan, (3) mempertimbangkan karakteristik siswa “era digital”, dan (4) latar belakang guru, yang di satu sisi dituntut untuk mengintegrasikan TIK sedangkan di sisi lain latar belakang pendidikan guru dalam hal pemanfaatan TIK kurang memadai. Atas dasar yang telah disampaikan di atas, dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini, guru akan dikenalkan dengan website-website pembelajaran matematika yang relevan dengan kurikulum mata pelajaran matematika kelas rendah. Guru juga akan belajar cara mengintegrasikan internet dalam pembelajaran matematika di kelas, sekaligus akan difasilitasi merancang pembelajaran matematika dengan internet serta belajar menerapkannya di kelas. Berdasarkan hasil observasi pada beberapa sekolah dasar negeri Anggadita dan hasil diskusi dengan pihak UPTD kecamatan Klari, serta diskusi lebih mendalam dengan para guru-guru di sekolah dasar negeri Anggadita, 368 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 teridentifikasi beberapa masalah dalam pembelajaran matematika, yaitu: 4. Guru-guru masih mengalami kesulitan untuk menguasai penggunaan internet 5. Ketersediaan sarana dan media pembelajaran berbasis internet yang dimiliki setiap sekolah masih terbatas 6. Kemampuan yang rendah dalam menggunakan media pembelajaran yang berbasis internet dimasukkan oleh individu atau organisasi. E-mail adalah singkatan dari electronic mail dan merupakan bagian penting lain dari internet. Pesan dapat dikirim dan diterima dari banyak individu atau dari banyak individu sekaligus. Pembelajaran matematika dengan menggunakan internet memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif dan konstruktif. Pembelajaran dengan internet membantu siswa memahami bagaimana pengetahuan dan pemahaman dikonstruksi secara social dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk memikirkan, merevisi dan mengubah pemikiran mereka sendiri. Murid belajar bahwa berpikir bukanlah latihan singkat. Berpikir membutuhkan banyak waktu dan seringkali dimodifikasi berdasarkan tanggapan dan komunitas pembelajar. 5) Beberapa langkah-langkah yang harus dilakukan guru dalam melakukan pembelajaran dengan media internet adalah sebagai berikut: e) Menentukan situs (web) yang akan digunakan dalam pembelajaran. Sebelum melakukan pembelajaran di kelas/di ruangan computer bersama siswa, seorang guru haruslah terlebih dahulu menginvestigasi situs-situs atau alamat web yang akan dikunjungi siswa. Berikut ini beberapa alamat web yang baik digunakan dalam pembelajaran matematika, yaitu: http://www.mathgoodies.com/lesson/ vol4/meaning_percent.html http://regentsprep.org/regents/m ath/mathtopic.cfm?TopicCode=fsolid METODE PENELITIAN b. Materi Kegiatan 4) Pembelajaran Matematika yang Berbasis Internet Seiring dengan kebutuhan akan metode dan konsep pembelajaran yang lebih efektif dan efisien, pemanfaatan teknologi informasi untuk pendidikan menjadi tidak terelakan lagi. Konsep yang kemudian terkenal dengan sebutan elearning ini membawa pengaruh terjadinya proses transformasi pendidikan konvensional ke dalam bentuk digital, baik secara isi (contents) maupun sistemnya. Internet adalah inti dari komunikasi melalui computer. System internet berisi ribuan jaringan computer yang terhubung di seluruh dunia, menyediakan informasi yang tak terhingga yang dapat diakses siapapun termasuk siswa sekolah dasar. World Wide Web (WWW) adalah system pengambilan informasi hypermedia yang menghubungkan berbagai materi internet,, materi ini mencakup teks, dan grafis. Web member struktur yang dibutuhkan internet. Website adalah loksi individu atau organisasi di internet. Website menampilkan informasi yang 369 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 http://www.mathisfun.com/num ber_algebra.html http://www.bbc.co.uk/skillwise http://www.mathcats.com/conten ts.html http://www.atozteacherstuff.com f) Menentukan Tujuan Pembelajaran. Seorang guru harus menentukan terlebih dahulu tujuan pembelajaran sebelum anak mengeksplorasi pengetahuannya lewat media internet agar siswa lebih terarah dan memiliki target pembelajaran. g) Menentukan jenis penilaian yang digunakan. Menentukan jenis penilaian yang akan digunakan merupakan hal penting yang tidak boleh dilupakan guru, karena proses kerja anak akan lebih terarah dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Banyak alat penilaian yang telah tersedia dalam internet, seperti soal latihan on-line dan games yang mampu mengantarkan siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya. Dalam hal ini guru hanya sebagai fasilitator dan observer, guru tidak harus ceramah dan banyak mendikte siswa karena siswa akan menemukan dan mengeksplorasi sendiri pengetahuannya. h) Menjelaskan target dan kesimpulan dari pembelajaran. Di akhir awal pembelajaran guru sebaiknya menjelaskan target yang harus dicapai, begitu juga di akhir pembelajaran memeberikan kesimpulan terhadapa kegiatan pembelajaran secara keseluruhan merupakan bagian yang tidak boleh dilupakan guru demi mempertahankan makna pembelajaran tersebut. 6) Beberapa cara efektif untuk menggunakan internet di dalam kelas adalah: d) Untuk membantu menavigasi dan mengintegrasikan pengetahuan. Internet punya data base informasi besar tentang berbagai topic yang diorganisasikan dalam banyak cara yang berbeda. Saat siswa mengeksplorasi sumbersumber internet, mereka dapat menempatkan sendiri karya mereka dalam riset dan menyusun proyek yang mengintegrasikan informasi dan beragam sumber. e) Mendorong belajar bersama. Salah satu cara yang paling efektif untuk menggunakan internet di kelas adalah melalui aktivitas proyek atau tugas dalam kelompok kecil. Internet mempunyai banyak informasi yang berbeda-beda yang bisa dimanfaatkan untuk memperbaiki tugas atau penelitian mereka. Salah satu tipe proyek belajar individual maupun kelompok kecil menggunakan internet dalam pembelajaran bersama adalah berburu skor dalam games matematika dan memecahkan masalah yang diberikan. f) Menggunakan e-mail. Penggunaan email dalam pengiriman tugas-tugas oleh peserta didik akan mendorong peserta didik untuk lebih “melek 370 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 teknologi”. Pengiriman tugas dengan email sangat mengefisienkan waktu dan mempermudah guru memberikan feedback kepada siswa, di samping itu portofolio dapat tertata rapid an mudah di sharing kan bersama siswa. Kegiatan ini bertujuan untuk mengenalkan guru-guru SDN di desa Anggadita pada website-website pembelajaran matematika serta belajar merancang pembelajaran matematika menggunakan internet. Oleh karena itu, sebelum pelaksanaannya, para tim pengabdian bagi masyarakat akan melakukan sejumlah persiapan intensif antara lain: mengidentifikasi websitewebsite pembelajaran matematika yang bersesuaian dengan kurikulum SD. Selanjutnya tim pengabdian bagi masyarakat ini akan menyiapkan beberapa contoh rancangan pembelajaran menggunakan internet yang akan digunakan sebagai bahan workshop dan sebagai salah sati acuan dalam proses pengembangan rancangan pembelajaran oleh para guru SDN di desa Anggadita. Program yang dilakukan adalah pelatihan dalam menggunakan website pembelajaran matematika sebagai media pembelajaran yang nantinya digunakan dalam pembelajaran matematika di kelas. Standar kompetensi luaran dari program ini adalah meningkatnya kemampuan menggunakan internet sebagai media pembelajaran dalam pembelajaran matematika. Langkah-langkah kegiatan yang akan dijalankan dalam program ini yaitu sebelum menggunakan komputer dalam mengakses internet, para guru diberikan pembekalan terlebih dahulu kemudian diberikan pelatihan menggunakan komputer dalam mengakses internet. Untuk menjalankan program dengan baik diperlukan rencana yang matang dan realistis. Berikut adalah hal-hal apa saja yang dilakukan oleh tim pengabdian bagi masyarakat: 5) Mempersiapkan silabus dan SAP 6) Tim Abdimasy melaksanakan program dengan menjadi instruktur 7) Pertemuan akan dilaksanakan sebanyak 12 kali pertemuan untuk 5 sekolah dasar negeri yang ada di desa Anggadita kecamatan Klari 8) Metode yang dilakukan adalah dengan teknik tutorial Solusi dan Manfaat Kegiatan Dari berbagai hambatan yang terjadi, maka solusi dari kegiatan pelatihan penggunaan internet dalam pembelajaran matematika ini adalah : e. Sebelum diberikan pelatihan, para guru diajari terlebih dahulu cara-cara membuka internet. f. Dalam penyampaian materi, penyaji memberikan sedikit rasa humor untuk menghilangkan sedikit rasa lelah para peserta g. Memberikan pendampingan yang cukup ekstra bagi peserta yang kesulitan mengoperasikan komputer. h. Memberikan foto copy hand out materi pelatihan penggunaan internet Manfaat yang didapatkan dari kegiatan pengabdian masyarakat ini antara lain sebagai berikut: f. Bagi SD Negeri yang berada di desa Anggadita, kegiatan ini dapat meningkatkan prestasi sekolah minimal di tingkat kabupaten dalam hal pengembangan teknologi. Dengan adanya kesempatan bagi guru-guru 371 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 mengetahui sejumlah website pembelajaran matematika, diharapkan guru-guru tersebut dapat mengembangkan lebih jauh penggunaan internet khususnya dalam pembelajaran matematika. Hal ini dimungkinkan karena ketersediaan informasi melalui internet yang dapat mendukung pengembangan profesi dan peningkatan kualitas pembelajaran matematika di SD tidak terbatas jumlahnya. g. Kegiatan ini membangun pemahaman yang lebih baik tentang pembelajaran matematika menggunakan internet pada konteks sekolah dasar. h. Manfaat lain adalah mendapat inspirasi untuk pengembangan penelitian pengajaran matematika dengan berbasis ICT. i. Manfaat bagi UNSIKA yaitu untuk pencitraan UNSIKA pada masyarakat luas bahwa dengan disandangnya status negeri maka kualitas kampus pun semakin berkualitas. Selain itu juga membuktikan, bahwa apa yang telah dikembangkan oleh pihak akademisi UNSIKA dapat langsung diterapkan di lapangan. Permasalahan yang ditemui di lapangan juga dapat menjadi masukan bagi UNSIKA dalam usahanya mencetak guru-guru profesional di masa depan. Secara lebih khusus, hasil kegiatan ini dapat memberi informasi pada pembuatan kebijakan tentang hal-hal yang diperlukan dalam upaya mengintegrasikan teknologi internet dalam pembelajaran di sekolahsekolah. PEMBAHASAN 3. Proses Pelaksanaan Kegiatan ini bertujuan untuk mengenalkan guru-guru SDN di desa Anggadita pada website-website pembelajaran matematika serta belajar merancang pembelajaran matematika menggunakan internet. Oleh karena itu, sebelum pelaksanaannya, para tim pengabdian bagi masyarakat akan melakukan sejumlah mata persiapan intensif antara lain: mengidentifikasi website-website pembelajaran matematika yang bersesuaian dengan kurikulum SD. Selanjutnya tim pengabdian bagi masyarakat ini akan menyiapkan beberapa contoh rancangan pembelajaran menggunakan internet yang akan digunakan sebagai bahan workshop dan sebagai salah satu acuan dalam proses pengembangan rancangan pembelajaran oleh para guru SDN di desa Anggadita. Program yang dilakukan adalah pelatihan dalam menggunakan website pembelajaran matematika sebagai media pembelajaran yang nantinya digunakan dalam pembelajaran matematika di kelas. Standar kompetensi luaran dari program ini adalah meningkatnya kemampuan menggunakan internet sebagai media pembelajaran dalam pembelajaran matematika. Langkah-langkah kegiatan yang akan dijalankan dalam program ini yaitu sebelum menggunakan komputer dalam mengakses internet, para guru diberikan pembekalan terlebih dahulu kemudian diberikan pelatihan menggunakan komputer dalam mengakses internet. Untuk menjalankan program dengan baik diperlukan rencana yang matang dan realistis. Berikut adalah hal-hal apa saja yang dilakukan oleh tim pengabdian bagi masyarakat: 4. Hambatan 372 Pelatihan penggunaan internet dalam pembelajaran matematika bagi guru-guru SDN anggadita, mengalami berbagai hambatan yaitu : e. Guru-guru masih mengalami kesulitan untuk menguasai penggunaan internet f. Ketersediaan sarana dan media pembelajaran berbasis internet yang dimiliki setiap sekolah masih terbatas g. Kemampuan yang rendah dalam menggunakan media pembelajaran yang berbasis internet membuat tim abdimas harus ekstra membimbing sehingga materi tidak tersampaikan secara optimal. h. Pelaksanaan pelatihan dilakukan setelah kegiatan pembelajaran di sekolah selesai, dan tentu saja hal ini mempengaruhi stamina peserta platihan. Peserta pelatihan agak terlihat lelah. DAFTAR PUSTAKA Jonassen, D., H, Peck, K. L., & Wilson, B. G. (1999). Learning with Technology : A Constructivist Perspective. The United States of America : Practice Hall. Supriadi, D. (2002). Internet Masuk Sekolah : Pemberdayaan Guru dan Siswa dalam Era Sekolah Berbasis E-Learning untuk Sekolah Menengah Pertama. Wallace, R. M. (2002). The Internet as a site for Changing Practice : The Case of Ms. Owens, Research in Science Education, 32 (4), 465-487. Wallace, R.M. (2004).A Framework for Understanding Teaching with the Internet. American Educational Research Journal, 41 (2). 447-448. j. 366 PELATIHAN PEMBUATAN RUMPON BAGI KELOMPOK NELAYAN DI DESA LES, KECAMATAN TEJAKULA, KABUPATEN BULELENG Kadek Rihendra Dantes1, I Nyoman Pasek Nugraha2, Nyoman Arya Wigraha3, Gede Widayana4 123Jurusan Pendidikan Teknik Mesin, Fakultas Teknik dan Kejuruan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail: [email protected], [email protected], [email protected], [email protected] Abstrak Seperti yang diketahui bahwasanya kekayaan dan potensi perairan Indonesia sangatlah melimpah, yang menjadi salah satu potensi pengembang dan pendongkrak perekonomian masyarakat, khusunya para nelayan. Rumpon adalah salah satu jenis alat bantu penangkapan ikan yang dipasang dilaut, baik laut dangkal maupun laut dalam. Pembuatan rumpon ikan sebenarnya adalah salah satu cara untuk mengumpulkan ikan, dengan membentuk kondisi dasar laut menjadi mirip dengan kondisi karang–karang alami, rumpon membuat ikan merasa seperti mendapatkan rumah baru. Kegiatan ini dirancang dengan mengidentifikasi masalah yang timbul dengan menggunakan model Partisipatory Rural Apprasial (PRA). PRA adalah suatu teknik untuk menyusun dan mengembangkan program operasional dalam pembangunan tingkat desa. Metode ini ditempuh dengan memobilisasi sumber daya manusia dan alam setempat, serta lembaga lokal guna mempercepat peningkatan produktivitas, menstabilkan, dan meningkatkan pendapatan masyarakat serta mampu pula melestarikan sumberdaya setempat. Pelatihan pembuatan rumpon ikan ini mampu menjadi inspirasi bagi nelayan untuk membuat rumpon dan sekaligus mampu meningkatkan hasil tangkapan masyarakat khususnya nelayan di sekitar Desa Les. Kegiatan pelatihan pembuatan rumpon ini mampu didayagunakan dengan optimal untuk meningkatkan kesejahteraan warga masyarakat, khususnya bagi kelompok nelayan Segara Ening maupun masyarakat sekitar di kawasan Desa Les, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng-Bali. Kata kunci: nelayan, pelatihan, perikanan, rumpon PENDAHULUAN Desa Les adalah sebuah desa yang terletak di wilayah utara Provinsi Bali, tepatnya di Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng. Potensi yang ada di Desa Les sangat prospektif untuk dikembangkan sebagai implementasi ideologi Ajeg Bali. Implementasi ideologi Ajeg Bali secara nyata yaitu pengembangan potensi yang sesuai dengan kearifan lokal masyarakatnya. Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah dengan mengembangkan potensi perairan kelautan dikawasan Desa Les, mengingat mayoritas masyarakatnya berprofesi sebagai nelayan. Belum banyaknya teknologi yang bisa diterapkan oleh masyarakat sekitar dikarenakan kurang tanggapnya mereka terhadap perkembangan media dan teknologi seperti sekarang ini. Masyarakat masih mengandalkan cara-cara tradisional untuk mendapatkan ikan, misalnya dengan memancing dan menebar jala dengan hasil yang tidak menentu. Hal tersebut tentu saja mengakibatkan masyarakat susah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, ditambah dengan terus 374 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 meningkatnya harga-harga kebutuhan pokok seperti sekarang ini. Seperti yang diketahui bahwasanya kekayaan dan potensi perairan Indonesia sangatlah melimpah, yang menjadi salah satu potensi pengembang dan pendongkrak perekonomian masyarakat, khusunya para nelayan. Dari profil Desa Les di atas dan beberapa ketersediaan sumber daya alam lokal potensial yang belum termanfaatkan secara maksimal, maka masalah yang ditemui di Desa Les, Kecamatan Tejakula, adalah sebagai berikut: 1. Warga Desa Les masih belum mampu memanfaatkan sumber daya alam lokal potensialnya untuk sebuah usaha yang memberikan prospek ekonomi yang baik. 2. Ekonomi kreatif terutama di bidang perikanan yang berkembang sebagai mata pencaharian masyarakat setempat belum berkembang dengan baik karena beberapa kendala yaitu: (a) masih menggunakan cara tradisional yang kurang inovasi, (b) pemanfaatan potensi-potensi alam di daerah tersebut, (c) sumber daya manusia yang masih rendah, (d) penerapan media dan teknologi yang kurang diketahui dikalangan masyarakat setempat. untuk ditangkap. Rumpon dalam bahasa kelautan adalah karang buatan yang dibuat oleh manusia dengan tujuan sebagai tempat berkumpul ikan. Rumpon merupakan rumah buatan bagi ikan di dasar laut yang dibuat secara sengaja dengan menaruh berbagai jenis barang di dasar laut seperti ban, dahan dan ranting dengan pohonnya sekaligus. Barang– barang tersebut dimasukkan dengan diberikan pemberat berupa beton, batu– batuan dan penberat lainnya sehingga posisi dari rumpon tidak bergerak karena arus laut. Barang–barang yang dimasukkan kedalam laut dapat terus ditambah secara berlanjut untuk menambah massa rumpon. Tidak dapat dipungkiri bahwa akhirakhir ini penggunaan rumpon sebagai alat bantu penangkapan ikan semakin banyak digunakan oleh para pelaku utama penangkapan ikan (nelayan) maupun pelaku usaha bidang penangkapan ikan. Hal tersebut dikarenakan rumpon memberikan manfaat yang cukup nyata dalam upaya peningkatan hasil tangkapan ikan. Disamping itu rumpon juga dapat membantu dalam penangkapan ikan dengan menggunakan berbagai alat tangkap ikan, baik alat tangkap ikan yang aktif (seperti purse seine) maupun alat tangkap pasif (pancing, dan lain lain). Pembuatan rumpon ikan sebenarnya adalah salah satu cara untuk mengumpulkan ikan, dengan membentuk kondisi dasar laut menjadi mirip dengan kondisi karang–karang alami, rumpon membuat ikan merasa seperti mendapatkan rumah baru. Meski untuk mengetahui keberhasilanya dibutuhkan waktu yang tidak sedikit sekitar 3- 6 bulan namun usaha pembuatan rumpon ini Oleh karena itu pada pengabdian ini, tim akan memberikan pelatihan dan penerapan rumpon bagi masyarakat setempat, khususnya yang bermata pencaharian sebagai nelayan. Rumpon adalah salah satu jenis alat bantu penangkapan ikan yang dipasang dilaut, baik laut dangkal maupun laut dalam. Pemasangan tersebut dimaksudkan untuk menarik gerombolan ikan agar berkumpul disekitar rumpon, sehingga ikan mudah 375 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 merupakan solusi terbaik meningkatkan hasil perikanan di laut. Agar kepemilikkan rumpon tidak tertukar atau hilang, maka diberi tanda, misalnya dengan bendera, pelampung, cermin atau tanda lain sesuai keinginan pemiliknya. Pembuatan rumpon selain untuk diambil hasil ikannya untuk keperluan sendiri, dapat juga disewakan kepada para pemancing laut yang memang mencari kesenangan mencari ikan di lokasi yang banyak ikannya. Para pemancing yang memang membutuhkan hot spot memancing yang bagus dapat menyewa pemilik rumpon ini sebagai alternatif memancing yang cukup mudah. Terdapat 3 jenis rumpon, yaitu: 1. Rumpon Perairan Dasar adalah alat bantu penangkapan ikan yang dipasang dan ditempatkan pada dasar perairan laut. 2. Rumpon Perairan Dangkal adalah alat bantu penangkapan ikan yang dipasang dan ditempatkan padaperairan laut dengan kedalaman sampai dengan 200 meter. 3. Rumpon Perairan Dalam adalah alat bantu penangkapan ikan yang dipasang dan ditempatkan pada perairan laut dengan kedalaman diatas 200 meter. Dengan makin majunya rumpon telah menjadi salah satu alternatif untuk menciptakan daerah penangkapan buatan dan manfaat keberadaannya cukup besar. Sebelum mengenal rumpon, nelayan menangkap ikan dengan cara mengejar ikan atau menangkap kelompok ikan di laut, kini dengan makin berkembangnya rumpon maka pada saat musim penangkapan, lokasi penangkapan menjadi pasti di suatu tempat. Dengan telah ditentukan daerah penangkapan maka tujuan penangkapan oleh nelayan dapat menghemat bahan bakar, karena mereka tidak lagi mencari dan menangkap kelompok renang ikan dengan menyisir lautan yang luas yang tentunya akan menghabiskan biaya yang lebih besar. Adapun tujuan dan manfaat yang di dapat dari pelaksanaan kegiatan desa binaan ini adalah sebagai berikut: 1. Masyarakat dapat memanfaatkan media dan teknologi untuk membantu meningkatkan penghasilan mata pencaharian mereka sebagai nelayan. Media dan teknologi itu nantinya bisa diadopsi dan diterapkan dengan mudah oleh para nelayan. 2. Masyarakat mampu mengembangkan dan meningkatkan penghasilannya, sehingga kesejahteraan ekonomi masyarakat bisa terpenuhi. Berdasarkan analisis situasi serta tujuan dan manfaat kegiatan yang dilaksanakan, maka target luaran dari kegiatan yang dilaksanakan adalah: 1. Menghasilkan masyarakat yang mampu memanfaatkan media dan teknologi yang berkembang, sehingga dapat dikelola dengan lebih optimal. 2. Menghasilkan suatu cara yang memiliki ciri khas dan memiliki aspek kearifan lokal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Desa Les. METODE Kegiatan ini dirancang dengan mengidentifikasi masalah yang timbul dengan menggunakan model Partisipatory Rural Apprasial (PRA). Partisipatory Rural Apprasial (PRA) adalah suatu teknik untuk menyusun dan mengembangkan program operasional dalam pembangunan tingkat desa. Metode ini ditempuh dengan memobilisasi sumber daya manusia dan alam setempat, serta 376 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 lembaga lokal guna mempercepat peningkatan produktivitas, menstabilkan, dan meningkatkan pendapatan masyarakat serta mampu pula melestarikan sumberdaya setempat. Bertolak dari konsep Partisipatory Rural Apprasial (PRA), maka tahapan kegiatan dalam model ini adalah melaksanakan identifikasi masalah setiap perumusan program maupun pendanaannya dilaksanakan secara terarah dengan berpihak dan melibatkan masyarakat di Desa Les. Dengan demikian dalam merumuskan masalah, mengatasi masalah, penentuan proses dan kriteria masalah harus mengikutsertakan atau bahkan ditentukan oleh masyarakat/kelompok sasaran. Dengan penggunaan model pendekatan diatas diharapkan akan: (1) dikenalnya masalah secara tepat/efektif sesuai dengan persepsi, kehendak, dan ukuran/kemampuan serta kebutuhan masyarakat tempat dilaksanakannya kegiatan, (2) tumbuhnya kekuatan (empowering) masyarakat atau kelompok sasaran dalam pengalaman merancang, melaksanakan, mengelola, dan mempertanggungjawabkan upaya peningkatan/pertumbuhan diri dan ekonominya, dan (3) efektifitas dan efesiensi penggunaan sumber daya manusia pada masyarakat atau kelompok sasaran. Selanjutnya melalui analisis akan terinventarisir keterbatasan dan keberadaan berbagai sumberdaya, sarana dan prasarana, maupun jenis-jenis usaha masyarakat. Disamping itu pula akan ditemukan berbagai jenis kesenjangan dan kemiskinan secara mendalam baik secara natural, struktural, ataupun kultural. Desain kegiatan adalah kerangka konseptual pelaksanaan kegiatan. Kegiatan ini akan dilaksanakan dengan model Enthrepreneurship Capacity Building (ECB) dan Technology Transfer (TT) serta dengan menerapkan Teknologi Tepat Guna (TTG). Model Enthrepreneurship Capacity Building (ECB) terkait dengan kemampuan berwirausaha dari masyarakat, dengan model ini kedepannya diharapkan: (1) memberikan wawasan, sikap, dan keterampilan usaha, (2) memberikan peluang, (3) memfasilitasi (modal pinjaman dsb.), dan (4) memonitor dan mengevaluasi bagaimana perkembangan usahanya. Sementara itu model Technology Transfer (TT) dilakukan adalah dengan maksud agar masyarakat atau kelompok sasaran: (1) menguasai prinsip-prinsip penerapan teknologi terutama yang berkaitan dengan proyek yang sedang/akan dilaksanakan, (2) apabila teknologi yang digunakan dirasa sulit untuk diterapkan untuk menyelesaikan masalah/kebutuhan, maka ketua pelaksana mempunyai kewajiban untuk menyederhanakannya melalui penerapan Teknologi Tepat Guna (TTG), (3) melakukan kegiatan produksi dengan mereplikasi/memodifikasi dengan alat sederhana yang dapat menyelesaikan masalah/kebutuhan. Pemberdayaan dan pembelajaran masyarakat/kelompok sasaran dilakukan dengan keaksaraan pelatihan dan pemahaman untuk mengembangkan mata pencaharian baik itu yang berkenaan dengan media/teknologi, desain, dan pegembangan. Dengan cara diatas maka masyarakat/kelompok sasaran akan dapat meningkatkan keterampilan yang dimiliki 377 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 sehingga mampu bersaing dengan masyarakat lainnya. Dalam proses pemberdayaan dan pembelajaran akan dipandu dengan silabus sehingga terarah dalam mengembangkan usaha. Selain panduan silabus, juga disiapkan tenaga professional di bidang Ilmu Material dan Desain dari Jurusan Pendidikan Teknik Mesin, khususnya bahan-bahan yang nantinya digunakan sebagai sarana pembuatan media rumpon. Desa Les, Kecamatan Tejakula-Buleleng. Ditempat ini tim pelaksana menyiapkan segala keperluan untuk pelatihan pembuatan rumpon, secara garis besar komponen tersebut adalah pelampung (float), tali (rope), pemikat (atractor), pemberat (sinker). Secara ringkas, pelaksanaan pelatihan ini dipaparkan berdasarkan pembuatan komponen yang dilakukan. • Pelampung Pelampung merupakan komponen terpenting, karena mempengaruhi berapa lama suatu rumpon dapat bertahan ditengah laut. Syarat-syarat yang diperhatikan dalam pemilihan pelampung adalah: a. Mempunyai kemampuan mengapung yang cukup baik (bagian yang mengapung di atas air 1/3 bagian), b. Konstruksi cukup kuat, c. Tahan terhadap gelombang dan air, d. Mudah dikenali dari jarak jauh, dan e. Bahan pembuatnya mudah didapat. Dengan memperhatikan syaratsyarat diatas maka dipilihlah pelampung dari bahan Styrofoam yang nantinya digunakan dalam pelatihan pembuatan rumpon ini. HASIL DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan kegiatan pengembangan Desa Binaan Pelatihan Pembuatan Rumpon bagi kelompok nelayan di Desa Les, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng ini memiliki keterkaitan yang erat dengan Jurusan S1 Pendidikan Teknik Mesin, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, dikarenakan kegiatan ini merupakan penerapan teknologi di bidang Teknik Mesin khususnya Ilmu Bahan. Selain itu hal ini juga dilandasi oleh kualifikasi yang dimiliki oleh tim pelaksana yang berasal dari Jurusan Pendidikan Teknik Mesin. Gambar 1. Kelompok nelayan Segara Ening, selaku mitra kegiatan P2M. Gambar 2. Styrofoam yang digunakan dalam pelatihan pembuatan rumpon. Pada pembuatan rumpon ini tim pelaksana bekerja sama dengan mitra yaitu kelompok nelayan Segara Ening di 378 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 Pelampung ini diikat dengan menggunakan tali dan ditambah dengan beberapa batang bambu dengan disusun berbentuk persegi panjang dimana pelampung ditempatkan pada bagian tengah dari susunan bambu. Gambar 4. Pemikat yang dibuat dari daun nyiur dan tali plastik. Adapun beberapa persyaratan yang harus dimiliki oleh pemikat yang dapat digunakan adalah: a. Mempunyai daya pikat yang baik terhadap ikan, b. Tahan lama, c. Mempunyai bentuk seperti posisi potongan vertical dengan arah ke bawah, d. Melindungi ikan-ikan kecil, dan e. Terbuat dari bahan yang kuat, tahan lama dan murah. Gambar 3. Pelampung dari styrofoam yang diletakkan ditengahtengah pelampung dari bambu dengan cara diikat dengan tali. • Pemikat Pembuatan pemikat yang tediri dari susunan yang berbentuk vertikal maupun horizontal, pemikat ini bertujuan untuk menarik ikan-ikan agar tertarik untuk datang dan tinggal di rumpon yang kita buat nantinya. Pembuatan pemikat ini dapat memanfaatkan bahan bekas yang tersedia, dimana selain sebagai pemikat juga dapat menjadi rumah dan melindungi ikan dari serangan ikan-ikan lainnya yang menjadi pemangsanya ataupun dari pergerakan arus dan ombak laut. Tali yang menghubungkan pemberat dan pelampung pada jarak tertentu disisipkan daun nyiur yang masih melekat pada pelepahnya setelah dibelah menjadi dua. • Tali temali Tali digunakan untuk menghubungkan pemberat dengan pelampung, selain itu tali menjadi tempat diikatkannya pemikat. Panjang tali bervariasi, tetapi pada umumnya adalah 1,5 kali kedalaman laut tempat rumpon tersebut ditanam/ditempatkan. 379 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 Gambar 5. Tali yang digunakan untuk menghubungkan pemberat dan pelampung. Selanjutnya, rumpon-rumpon yang dibuat sudah siap untuk ditempatkan, penempatannya haruslah strategis dimana harus memperhitungkan potensi dimana ikan-ikan biasanya banyak dijumpai atau berkerumun. Hal ini adalah agar rumpon bisa dengan mudah dan cepat menjadi rumah/hunian bagi ikan-ikan yang kita sasar, dalah hal ini adalah ikan tuna. Pada penempatannya, tim pelaksana bekerja sama dengan mitra yaitu kelompok nelayan Segara Ening di Desa Les, Kecamatan Tejakula-Buleleng untuk mengetahui lokasi strategis untuk memasang rumpon yang telah di buat. Hal ini dikarenakan tentunya nelayan disekitar lebih mengetahui dimana posisi yang strategis untuk menempatkan rumponrumpon, melihat keseharian mereka yang selalu bergelut dengan keadaan di laut. Melihat petingnya tali dalam suatu rumpon, maka adapun syarat-syarat yang harus dimiliki oleh tali yang digunakan adalah: a. Terbuat dari bahan yang kuat dan tidak mudah busuk, b. Harganya relatif murah, c. Mempunyai daya apung yang cukup untuk mencegah gesekan terhadap benda- benda lainnya dan terhadap arus, dan d. Tidak bersimpul (less knot). • Pemberat Pembuatan pemberat rumpon dari ban bekas yang dipadukan dengan bahan utama berupa beton yang di cor sehingga nantinya rumpon tidak hanyut terbawa arus ataupun ombak. Gambar 7. Rumpon yang telah dibuat, kemudian dibawa ke tengah laut yang ditempatkan pada suatu titik potensial. Gambar 6. Salah satu proses pembuatan rumpon (pembuatan pemberat). Dalam pelatihan pembuatan rumpon ini, dipilih pemberat dari beton yang dicor adalah untuk memenuhi syarat-syarat seperti: a. Bahannya murah, kuat dan mudah diperoleh b. Massa jenisnya besar, permukaannya tidak licin dan dapat mencengkeram Proses akhir dalam pengabdian pada masyarakat ini adalah membawa rumpon pada posisi yang telah dipilih dengan menggunakan perahu. SIMPULAN DAN SARAN 380 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 Dari pengabdian pada masyarakat yang dilakukan oleh tim pelaksana, diimplementasikan kepada kelompok nelayan Segara Ening di Desa Les melalui pelatihan pembuatan rumpon. Dimana kegiatan pelatihan pembuatan rumpon ini diikuti pula oleh mahasiswa Jurusan Pendidikan Teknik Mesin, Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja. Dipilihnya rumpon ini mengingat potensi penjualan dan pengolahan ikan sangatlah luas. Selain itu kandungan gizi dari ikan juga menjadi pertimbangan bagi masyarakat dalam memilih dan mengkonsumsi ikan. Dengan demikian pelatihan pembuatan rumpon ikan ini kedepannya mampu menjadi inspirasi bagi para nelayan untuk membuat rumpon dan sekaligus mampu meningkatkan hasil tangkapan masyarakat khususnya nelayan di sekitar Desa Les. Diharapkan kegiatan pelatihan pembuatan rumpon ini mampu didayagunakan dengan optimal untuk meningkatkan kesejahteraan warga masyarakat, khususnya bagi kelompok nelayan Segara Ening maupun masyarakat sekitar di kawasan Desa Les, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng-Bali. Rapat Kerja Teknis Direktorat Jenderal Perikanan, Sukabumi 1415 Juli 1995. Direktur Bina Sumber Hayati, Sukabumi. Kottelat, M., A.J. Whitten, S.N. Kartikasari & S. Wiroatmodjo. 1993. Freshwater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Edisi Dwi Bahasa Inggris- Indonesia. Periplus Edition (HK) Ltd. Bekerjasama dengan Kantor Menteri KLH, Jakarta, Indonesia. Subani, W. 1986. Telaah Penggunaan Rumpon dan Payaos dalam Perikanan Indonesia. Jurnal Penelitian Perikanan Laut, BPPL, Jakarta, 35: 35-45 Direktorat Jenderal Perikanan, 1995. Penggunaan Payaos/Rumpon di Indonesia. Jakarta 11 hal. Syandri, H. & Agustedi. 1996. Optimalisasi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan untuk Usaha Budidaya yang Berwawasan Lingkungan. Makalah pada Pertemuan Teknis Pengendalian Budidaya Air Tawar, Ditjen Perikanan, Deptan. Bukittinggi, 0910 Desember 1996. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 1993. Status dan Rencana Pengembangan Budidaya Ikan di Perairan Umum di Propinsi Jambi. Makalah pada Pertemuan Teknis Pengendalian Budidaya Ikan di Perairan Umum, Jambi 1-2 September 1993. Dinas Perikanan Propinsi Jambi, Jambi. Tim Anonim. 1995. Pengembangan dan Pelestarian Sumber Daya Ikan Perairan Umum Secara Terpadu. 381 Pengkajian Rumpon Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor. 1987. Laporan Akhir Survey Lokasi dan Desain Rumpon di Perairan Ternate, Tidore, Bacan dan sekitarnya. Laporan. Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor. SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 PELATIHAN PEMBUATAN MEDIA BIMBINGAN KONSELING BERMUATAN ANTI BULLYING UNTUK ANAK USIA DINI PADA GURU-GURU TK DI KOTA SINGARAJA Dewi Arum WMP Jurusan Bimbingan Konseling Universitas Pendidikan Ganesha, Bali Email: [email protected] RINGKASAN EKSEKUTIF Meningkatnya kejadian bullying terhadap anak usia dini menuntut upaya preventif maupun kuratif yang melibatkan pihak-pihak terkait, di antaranya adalah sekolah Taman Kanak-kanak. Upaya yang efektif dapat dilakukan dengan dukungan media sebagai perantara pesan yang ingin disampaikan pada anak usia dini. Permasalahan di lapangan merujuk pada kondisi kurangnya pemahaman guru TK tentang bullying dan pentingnya media bimbingan konseling bermuatan anti bullying untuk anak usia dini. Tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan P2M ini adalah meningkatkan pemahaman dan meningkatkan kemampuan guru TK di Kota Singaraja dalam membuat media bimbingan konseling bermuatan anti bullying untuk anak usia dini. Khalayak sasaran yang dilibatkan dalam kegiatan P2M ini adalah para guru TK di Kota Singaraja, yang berasal dari beberapa gugus. Kegiatan P2M ini dilaksanakan dengan metode ceramah, diskusi, dan workshop, sehingga dapat menghasilkan produk berupa media bimbingan konseling untuk menyampaikan pesan anti bullying bagi anak usia dini. Hasil kegiatan P2M menunjukkan adanya peningkatan pemahaman guru TK tentang perilaku bullying dan peran media BK sebagai sarana menyampaikan pesan yang menaik bagi anak usia dini dan juga pengetahuan tentang pembuatan media untuk menyampaikan pesan anti bullying pada anak usia dini. Pemahaman dan pengetahuan yang semakin bertambah dituangkan dalam pembuatan media. Hasil penilaian dari ahli media BK menunjukkan bahwa secara kuantitatif media yang dihasilkan oleh semua kelompok guru TK berada dalam kriteria sangat baik. Kata Kunci: pelatihan, media bimbingan konseling, anti bullying, anak usia dini 1. PENDAHULUAN Peristiwa-peristiwa kekerasan terhadap anak masih terus berlangsung dan bahkan semakin marak di lingkungan sekolah, rumah, maupun di masyarakat. Kekerasan yang terjadi menyangkut banyak perilaku, seperti kekerasan fisik, kekerasan verbal, maupun kekerasan seksual. Jumlah kekerasan yang terjadi Indonesia semakin hari semakin meningkat. Anak usia dini merupakan bagian dari masyarakat yang rentan terhadap perilaku-perilaku kekerasan. Kerentanan ini dapat dipandang dari dua sisi. Satu sisi menunjukkan bahwa anak usia dini mudah menyerap hal- hal berkaitan dengan kekerasan, seperti halnya mereka menyerap pengetahuan tentang hal-hal yang lain. Bila pihak-pihak yang terkait dengan pendidikan anak usia dini tidak melakukan tindakan-tindakan preventif, besar kemungkinannya akan terbentuk perilaku suka menyakiti dan melakukan kekerasan terhadap teman atau anak yang lain. Sisi yang lain, berkaitan dengan kerentanan anak usia dini yang menjadi korban kekerasan itu sendiri. Kekerasan yang terjadi pada anak usia dini dilakukan oleh teman sebaya dan oleh orang dewasa. Hal ini tentu juga sangat memperihatikan mengingat anak usia 375 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 dini dipandang sebagai sosok yang lemah dan mudah untuk diintimidasi. Berkaitan dengan kondisi ini, pihakpihak terkait perlu untuk membekali anak usia dini setidaknya dengan pengetahuan sederhana agar mereka mampu untuk mengenali sejak dini perilaku-perilaku orang lain yang dapat menyakiti dirinya, serta cara untuk menjaga dan mempertahankan dirinya. Dampak yang dialami oleh korban bullying adalah mengalami berbagai macam gangguan meliputi kesejahteraan psikologis yang rendah (low psychological well-being) dimana korban akan merasa tidak nyaman, takut, rendah diri, tidak berharga, penyesuaian sosial yang buruk dimana korban merasa takut kesekolah bahkan tidak mau sekolah, menarik diri dari pergaulan, prestasi akademik yang menurun akibat hilangnya konsentrasi belajar, bahkan yang lebih parah berkeinginan untuk bunuh diri daripada harus menghadapi tekanan-tekanan berupa hinaan dan hukuman. Pada masa usia dini anak mengalami masa keemasan (the golden years) yang merupakan masa dimana anak mulai peka dan sensitif untuk menerima berbagai rangsangan. Masa peka pada masing – masing anak berbeda, seiring dengan laju pertumbuhan dan perkembangan anak secara individual. Masa peka adalah masa terjadinya kematangan fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan. Masa ini juga merupakan masa peletak dasar untuk mengembangkan kemampuan kognitif, motorik, bahasa, sosio emosional, agama, dan moral. Perkembangan anak usia dini adalah masa – masa kritis yang menjadi fondasi bagi anak untuk menjalani kehidupannya di masa yang akan datang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian dari potensi kecerdasan manusia berkembang dengan pesat pada usia dini. Perkembangan anak pada masa – masa tersebut memberikan dampak terhadap kemampuan intelektual, karakter personal dan kemampuannya bersosialisasi dengan lingkungan. Kesalahan penanganan pada masa perkembangan anak usia dini akan menghambat perkembangan anak yang seharusnya optimal dari segi fisik maupun psikologi. Sekolah Taman Kanak-Kanak merupakan institusi yang sangat berperan penting dalam kedua hal tersebut di atas. Anak memperoleh pengetahuan dan pengalaman berharga berkaitan dengan pembentukan perilaku anti bullying melalui metode-metode pendidikan yang diimplementasikan oleh guru TK. Salah satu upaya dalam bidang pendidikan untuk mencegah maupun mengatasi masalah bullying sejak dini adalah dengan memberikan bimbingan kepada anak usia dini di lingkungan sekolah itu sendiri. Anak usia dini umumnya akan lebih tertarik jika diperkenalkan pada suatu konsep melalui penggunaan media yang dapat menstimulasi rasa ingin tahu dengan tampilan-tampilan yang menarik. Verbalisasi semata tidak efektif jika diterapkan pada anak usia dini untuk memahami tentang perilaku bullying. 375 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 Melalui kreatifitas guru, dalam hal ini dalam merancang media bimbingan yang sesuai usia siswa, tujuan untuk mendidik anak usia dini menjadi pribadi anti bullying dapat terujud. Pada umumnya guru PAUD memiliki kreatifitas yang tinggi dalam menghasilkan suatu media dalam pembelajaran. Namun hal ini masih membutuhkan pendampingan dan pelatihan, terutama dalam menghasilkan media yang bertujuan untuk membimbing anak usia dini agar dapat mengenali perilaku-perilaku bullying secara lebih efektif. Dalam merancang suatu media bimbingan bermuatan anti bullying, para guru terlebih dahulu perlu memahami batasan perilaku bullying itu sendiri agar dapat menghasilkan media dengan muatan yang sesuai, terutama bagi anak usia dini. Melalui diskusi dan pelatihan diharapkan para guru memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang komprehensif tentang bullying dan media bimbingan yang efektif. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di Taman KanakKanak di Kota Singaraja, diperoleh hasil bahwa materi-materi tentang anti kekerasan pada anak usia dini belum berjalan dengan optimal. Para guru TK tampaknya belum banyak memberikan perhatian terhadap hal ini. Guru TK menjalankan pembelajaran sesuai dengan tematema yang telah ditetapkan dalam kurikulum, sedangkan materi tentang anti bullying diselipkan dalam materimateri yang relevan, misalnya tentang berteman atau keluarga. Sejauh ini belum ada media yang secara khusus dibuat dengan tujuan untuk mengenalkan pada anak sejak dini tentang perilaku-perilaku yang kasar saat berinteraksi dengan teman, terutama yang dipasang di area sekolah. Guru-guru TK sebenarnya sangat kreatif dalam menghasilkan media pembelajaran. Sedangkan untuk dapat menghasilkan media yang bertujuan untuk membimbing siswa dalam pembentukan perilaku masih belum ada. Para guru menyadari bahwa penting untuk dapat membimbing anak usia dini dalam berperilaku, sebab mereka menyadari bahwa fondasi perilaku dan sikap anak di kemudian hari ditentukan saat usia mereka masih muda. Pengetahuan yang dimiliki oleh guru TK tentang bullying juga dirasakan masih terbatas. Mereka banyak mendengar dan membaca kasus-kasus bullying melalui media dan turut merasa prihatin. Namun mereka sendiri belum menyadari apakah mungkin di sekitar anak di lingkungan sekolah juga berisiko terjadi bullying, atau bahkan ada anakanak yang membutuhkan bimbingan karena tampaknya sering menyakiti temannya yang lain. Dalam Bahasa Indonesia, kata bully berarti penggertak, orang yang mengganggu orang yang lemah (Wiyani, 2012: 12). Selanjutnya menurut Olweus (dalam Geldard, -) mengemukakan bahwa Bullying dapat didefinisikan sebagai sebuah tindakan atau perilaku agresif yang disengaja, yang dilakukan oleh sekelompok orang atau seseorang secara berulang-ulang dari waktu kewaktu terhadap seorang korban 376 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 yang tidak dapat mempertahankan dirinya dengan mudah. Coloroso (2007) mengartikan bullying sebagai suatu penindasan. Media bimbingan konseling adalah segala sesuatu yang menyalurkan pesan bimbingan konseling dari dua unsur yaitu Perangkat lunak (software) merupakan informasi bimbingan konseling yang disampaikan pada konseli, sedangkan perangkat keras (hadware) adalah peralatan yang menyajikan pesan bimbingan konseling (Nursalim, 2010: 7). Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa media bimbingan konseling merupakan wadah dari pesan, materi yang ingin disampaikan adalah pesan bimbingan konseling, serta tujuan yang ingin dicapai adalah mencapai perkembangan siswa yang maksimal. Secara umum media mempunyai kegunaan sebagai berikut: (1) memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis; (2) mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga, dan daya indera; (3) menimbulkan gairah/minat siswa, interaksi lebih langsung antara siswa dengan guru; (4) memberikan rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman, dan menimbulkan persepsi yang sama; (5) proses layanan bimbingan dapat lebih menarik; (6) proses layanan bimbingan menjadi lebih interaktif; (7) kualitas layanan dapat ditingkatkan; dan (7) meningkatkan sikap positif siswa terhadap materi layanan. Hal yang juga mendukung urgensi dari kegiatan ini adalah adanya beberapa kejadian yang ditemukan di lokasi, tepatnya di sekolah Taman Kanak-kanak yang pernah dikunjungi oleh pelaksana kegiatan P2M. Perilaku agresif yang ditunjukkan oleh satu atau dua orang siswa TK telah menjurus pada bentuk kekerasan yang melukai teman di sekolahnya. Perilaku yang tampak seperti menyiram temannya dengan pasir di bagian wajah sambil mendorong atau menertawakan. Perilaku lainnya adalah menggigit lengan teman hingga terluka dan berdarah karena keinginannya tidak terpenuhi. Perilaku-perilaku tersebut memang tidak secara terus menerus di lakukan oleh siswa. Tentunya hal ini juga penting untuk menjadi perhatian karena jika anak belum memperoleh pendekatan yang tepat maka muncul risiko akan menunjukkan perilaku bullying terhadap teman atau di lingkungannya. Rumusan masalah dalam kegiatan ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah guru TK di Kota Singaraja memiliki pemahaman tentang pentingnya ketersediaan media BK bermuatan anti bullying untuk anak usia dini di lingkungan sekolah? 2. Apakah guru TK di Kota Singaraja mampu menghasilkan media BK bermuatan anti bullying pada anak usia dini? Tujuan kegiatan adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan pemahaman guru TK di Kota Singaraja mengenai pentingnya media BK bermuatan anti bullying pada anak usia dini di lingkungan sekolah. 377 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 2. Meningkatkan kemampuan guru TK di Kota Singaraja untuk merancang media BK anti bullying untuk anak usia dini. Manfaat kegiatan adalah sebagai berikut: 1. Bagi guru TK, yaitu meningkatkan pemahaman tentang pentingnya media BK bermuatan anti bullying dan meningkatkan keterampilan merancang media bimbingan bermuatan anti bullying untuk anak usia dini. 2. Bermanfaat untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas kolaborasi antara universitas dan sekolah dalam upaya pelaksanaan program anti bullying. bimbingan kepada anak usia dini di sekolah dengan menggunakan metode atau media yang tepat bagi anak agar mudah dipahami dan dipraktikkan. Kondisi ini menuntut guru agar dapat menghasilkan media bimbingan yang sesuai dengan karakteristik anak usia dini. Guru-guru TK sejauh ini menunjukkan kreativitas yang tinggi dalam membuat media pembelajaran bagi siswanya. Namun belum tampak pemanfaatan media sebagai sarana bimbingan bagi anak usia dini khususnya untuk memperkenalkan konsep anti bullying. Isi dari media bimbingan yang bermuatan anti bullying dapat dikreasikan sedemikian rupa agar anak usia dini dapat memperoleh pemahaman dalam bahasa yang mereka mengerti. Pelatihan pembuatan media bimbingan untuk anak usia dini yang bermuatan anti bullying perlu dilakukan agar guru TK dapat menghasilkan media yang sesuai dengan karakteristik anak usia dini sekaligus dapat menyampaikan pesan secara efektif pada anak. Sesuai dengan pendahuluan dan analisis situasi, maka khalayak sasaran strategis kegiatan P2M ini adalah guru-guru TK di Kota Singaraja yang teridentifikasi masih belum memiliki pemahaman dan kemampuan yang optimal untuk merancang media bimbingan bermuatan anti bullying untuk anak usia dini di sekolahnya 2. MATERI DAN METODE PELAKSANAAN 2.1. Kerangka Pemecahan Masalah Anak usia dini adalah kelompok individu yang berada pada usia yang rentan terhadap tindakan bullying. Kerentanan yang dimaksud adalah bahwa anak usia dini rentan sebagai korban bullying ataupun sebagai pelaku dari bullying itu sendiri. Kedua hal ini dapat disebabkan karena anak belum memiliki pemahaman yang cukup tentang perilaku bullying yang dapat merugikan orang lain dan dirinya sendiri. Karakteristik anak usia dini menyebabkan perlu adanya bimbingan dari semua pihak yang berperan dalam perkembangan anak. Salah satu pihak yang berperan penting adalah guru dan lingkungan di sekolah. Guru dapat memberikan 378 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 masing-masing. Khalayak sasaran kegiatan ini adalah para guru TK di Kota Singaraja. Pada saat kegiatan beberapa sekolah yang mengirimkan perwakilan gurunya adalah TK Negeri Pembina Singaraja, TK Trisula, TK Ceria Asih, TK Dharma Suda, TK Kumara Bhuana, TK Aisyiyah, TK At Thooriq, TK Kuncup Harapan, dan TK Nurul Huda. Kegiatan P2M ini diselenggarakan di TK Negeri Pembina Singaraja dengan melibatkan guru-guru TK di Kota Singaraja. Kegiatan P2M ini juga mengundang pihak-pihak terkait, yaitu perwakilan dari LPM Undiksha, para kepala sekolah TK di Kota Singaraja, ketua gugus TK di Kota Singaraja, dosen Jurusan BK, dan pimpinan Jurusan BK. 2.2. Metode Pelaksanaan Kegiatan Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan dalam P2M ini adalah metode ceramah, diskusi dan juga pelatihan (implementasi prosedur perancangan media) yang dilaksanakan dalam bentuk seminar dan workshop. Gabungan metode tersebut diharapkan mampu meningkatkan pemahaman guru-guru TK tentang media bimbingan bermuatan bullying dan bagaimana merancang media tersebut agar sesuai bagi anak usia dini. 2.3. Rancangan Evaluasi Keberhasilan kegiatan pelatihan ini akan dievaluasi melalui: 1. Evaluasi proses: dilihat dari 379 aktifitas peserta mengikuti kegiatan pelatihan 2. Evaluasi hasil/produk: dilihat dari produk yang dihasilkan dalam workshop, yaitu media bimbingan bermuatan anti bullying yang sesuai untuk anak usia dini. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil Kegiatan Produk yang dihasilkan dalam kegiatan ini adalah media bimbingan dan konseling bermuatan anti bullying untuk anak usai dini. Media yang dihasilkan oleh lima kelompok guru TK dinilai dengan menggunakan instrument berupa lembar validasi produk berupa angket. Indikator yang digunakan dalam menilai media BK yang dihasilkan dalam kegiatan ini adalah (1) kesesuaian isi/materi yang dicantumkan pada media, (2) kemenarikan tampilan media, (3) kualitas bahan yang digunakan, (4) ketepatan ukuran media, (5) ketepatan ukuran gambar, (6) ketepatan ukuran tulisan, (7) kejelasan gambar pada media untuk menyampaikan pesan, (8) kemudahan penggunaan media. Penilaian setiap indikator menggunakan penilaian skala lima dan nilai total dibagi Skor maksimal ideal dan dikalikan seratus persen. Nilai yang diperoleh dikonversi ke Pedoman Konversi dengan menggunakan Pedoman Acuan Penilaian (PAP) Skala Lima. SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 Berikut adalah hasil penilaian terhadap produk media BK bermuatan anti bullying untuk anak usia dini yang dihasilkan oleh para guru. Kelompok Jenis Media 1 Papan bimbingan 2 Papan bimbingan 3 Papan bimbingan 4 Papan bimbingan 5 Wayang Tabel 3.1. Hasil Penilaian Media BK bermuatan anti bullying untuk anak usia dini Nilai Rata-rata 35,5 37,5 34 38 34,5 Kriteria Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik mengganti kontinu. Berdasarkan Tabel 3.1. diketahui bahwa berdasarkan penilaian TIM P2M semua media bimbingan yang dihasilkan selama workshop memperoleh nilai di atas rata-rata dan termasuk dalam kriteria sangat baik berdasarkan hasil penilaian dari dua orang ahli media BK. Secara kualitatif terdapat beberapa hal yang dapat menjadi masukan bagi pengembangan media BK bermuatan anti bullying untuk anak usia dini. Saran-saran tersebut, yaitu sebagai berikut: (1) guru dapat mencari gambargambar yang menarik dari internet untuk menambah referensi agar tampilan media dapat lebih menarik, (2) pencantuman tulisan atau kalimat yang dapat mudah dibaca dan dimengerti oleh anak usia Taman Kanak-kanak, (3) penggunaan lem yang lebih banyak agar gambar dapat melekat lebih kuat, (4) penggunaan tangkai wayang yang lebih kuat atau digandakan, (5) pesan yang disampaikan dapat lebih variatif dan memungkinkan untuk 3.2. gambarnya secara Pembahasan Pelaksanaan kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat yang dilaksanakan dengan melibatkan para guru TK di Kota Singaraja dinilai mampu untuk menambah pengetahuan dan juga keterampilan dalam menghasilkan media BK bermuatan anti bullying yang sesuai untuk anak usia dini. Kegiatan diawali dengan ceramah tentang perilaku bullying dan media BK yang berfungsi untuk memberikan informasi bagi anak usia dini tentang perilaku bullying dan perilaku yang sebaiknya ditanamkan pada anak. Pengetahuan ini kemudian diimplementasikan saat kegiatan workshop hari kedua, di mana para guru merancang dan membuat media BK yang sesuai dengan kriteria media bimbingan yang baik. Kegiatan P2M kali ini menghasilkan beberapa media BK yang dihasilkan oleh lima kelompok yang anggotanya terdiri 380 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 atas guru TK dan mahasiswa Jurusan BK. Setiap kelompok terdiri atas guru-guru yang berasal dari sekolah yang berbeda-beda sehingga kerjasama dan kekompakan dapat ditumbuhkan antar sekolah yang memiliki kondisi dan kebiasaan yang berbeda. Empat kelompok menghasilkan media berupa papan bimbingan dan satu kelompok menghasilkan media wayang. Secara umum, media BK yang dihasilkan oleh setiap kelompok sangat menarik dan memenuhi kriteria media BK yang berkualitas sangat baik. Peserta kegiatan P2M ini menunjukkan antusiasme yang tinggi ditunjukkan dengan kehadiran peserta yang lengkap pada hari pertama dan kedua pelaksanaan kegiatan, antusiasme saat diskusi atau tanya jawab, serta kreativitas dan keseriusan yang ditunjukkan saat mengikuti workshop. Keterampilan guru TK untuk menghasilkan media pembelajaran yang selama ini sedemikian terlatih sangat membantu dan mempermudah peserta untuk menghasilkan media yang menarik dan tepat sasaran. Dukungan dari kepala sekolah juga sangat berperan dalam kelancaran dan keberhasilan kegiatan P2M kali ini. Singaraja kali ini menunjukkan hasil bahwa terjadi peningkatan pengetahuan dan keterampilan dari peserta untuk dapat menghasilkan media BK bermuatan anti bullying yang sesuai bagi anak usia dini. Secara kuantitatif dan kualitatif produk media yang dihasilkan sudah cukup baik dengan mengacu pada kriteria-kriteria media bimbingan dan konseling yang telah divalidasi oleh ahli. Terdapat beberapa saran yang diberikan oleh ahli dan tim pelaksana P2M dari produk media yang dihasilkan dan menjadi acuan dalam membuat media oleh peserta di sekolahnya masing-masing. 4.2. Saran Beberapa saran yang diajukan terkait dengan kegiatan P2M yang telah dilaksanakan adalah sebagai berikut: (1) Para guru TK yang mengikuti kegiatan P2M ini diharapkan dapat terus berlatih dalam menghasilkan media bimbingan konseling sesuai dengan kebutuhan di sekolahnya masing-masing, (2) Para guru TK diharapkan dapat lebih banyak memanfaatkan teknologi untuk memperoleh referensi dalam menghasilkan media bimbingan konseling yang berkualitas dan tepat sasaran, (3) Para guru TK diharapkan dapat mensosialisasikan pengetahuan dan keterampilannya kepada guruguru lainnya agar dapat memberikan manfaat yang lebih luas. 4. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan Kegiatan P2M penerapan iptek yang dilaksanakan dengan melibatkan guru TK di Kota 382 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 DAFTAR PUSTAKA Nursalim, M. 2010. Media Bimbingan Konseling. Surabaya: Unesa University Press. Priyatna, Andi. 2010. Lets End Bullying: Memahami, Mencegah, dan Mengatasi Bullying, Jakarta: Elex Media Komputindo. Wiyani, N.A. 2012. Save Our Children From School Bullying, Jogjakarta: ArRuzz Media Coloroso, Barbara. 2007. Stop Bullying, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta. 383 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 RANCANGBANGUN MESIN PENCACAH SAMPAH dan LIMBAH PLASTIK Yuli Yetri1) Hendri Sawir2) Rahmi Hidayati1) 1) Teknik Mesin, Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Padang, Padang 2) Sekolah Tinggi Teknologi Industri Padang (STTIND), Padang email : [email protected] Abstrak Limbah plastik jumlahnya semakin lama semakin banyak, untuk itu diperlukan pemanfaatan limbah tersebut dengan langkah mendaur ulang menjadi produk lain dalam bentuk butiran sebelum diolah lanjut menjadi biji pellet dan proses injection moulding menghasilkan produk seperti alat rumah tangga, alat olah raga dan lainlain. Untuk diolah menjadi bentuk butiran tersebut diperlukan mesin pencacah plastic dan mesin pengolah biji plastik. Untuk itulah kami Tim pengabdian masyarakat membuat kegiatan Iptek Bagi Masyarakat (IbM) dengan tujuan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan untuk mengolah sampah plastik. Serta untuk mewujudkan harapan pengelola Bank Sampah untuk mempunyai mesin pengolah plastik agar masalah sampah plastik dapat tertanggulangi. Berkat usaha kerjasama Tim pengabdian masyarakat dan kelompok usaha Bank Siput Bisa serta Polak Sikerey akhirnya mesin pencacah plastik dan mesin pembuat biji plastik bisa dimiliki. Dengan mengecilnya ukuran sampah plastik dapat mengefisiensikan pengepakan dan pengiriman untuk proses pengolahan selanjutnya. Sampah plastik yang telah terurai oleh mesin dapat diolah kembali menjadi bahan baku pembuatan biji plastik atau plastik. Melalui rancangan pembuatan mesin ini, efektifitas kegiatan pengepakan dan pengiriman yang dilakukan oleh pengumpul sampah dapat terbantu dan berdampak positif dan efisien. Keinginan yang sangat besar untuk menjadikan kegiatan Bank Sampah ini sebagai pelopor atau pilot proyek yang nantinya bisa dijadikan percontohan bagi kecamatan lain agar bisa meneruskan kegiatan serupa.. Kata Kunci: Pencacah plastik, limbah plastik, biji plastik menengah dan besar. Untuk industri kecil umumnya mereka menggunakan mesin pencacah untuk mendapatkan plastik dalam bentuk serpihan /butiran, dan kemudian serpihan ini yang dijual ke industri menengah dan besar. Disisi lain dari survey lapangan di Sumatera Barat dan khususnya di Kota Padang, lebih ±80% industri pengolahan limbah plastik adalah industri kecil. Sampah yang berserakan di sekitar kita bisa menjadi sumber masalah, Entah itu penyakit atau pun persoalan sosial. Permasalahan sampah telah menjadi salah satu permasalahan yang utama di negeri ini, dimana volume dan cara penanggulangannya menjadi permasalahan yang belum terpecahkan dengan baik. Banyaknya sampah di kota- 1. Pendahuluan Sampah plastik jumlahnya semakin lama semakin bertambah, dari 825 ton tahun 2006 meningkat 1038,5 ton pada tahun 2008 (Depperin 2009). Jumlah tersebut akan meningkat di tahun-tahun mendatang, yang peningkatannya sekitar 10% pertahun. Secara umum agar suatu limbah plastik dapat diproses oleh suatu industri, antara lain limbah harus dalam bentuk tertentu seperti butiran, biji/pellet, serbuk, pecahan (Anonim, 2009). Untuk itu diperlukan beberapa mesin yang saling berhubungan, seperti mesin pencacah, mesin pembuat pellet dan mesin injection moulding, namun ketiga mesin tersebut hanya mampu dimiliki oleh industri 385 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 kota disebabkan karena penduduk semakin hari semakin bertambah dan juga pola hidup masyarakat yang tingkat kesadaran terhadap kebersihannya masih rendah. Berbagai jenis sampah dapat kita temukan dengan mudah disekitar kita terutama sampah anorganik yang tidak bisa membusuk dan dapat mencemari lingkungan. Pembungkus makanan, pembungkus produk rumah tangga dan kemasan minuman menggunakan bahan dari plastik yang sisa pemakaiannya menjadi masalah utama kebersihan lingkungan. Botol kemasan minuman yang terbuat dari plastik atau disebut juga dengan Polyethylene Terephthalate (PET) menjadi salah satu jenis sampah yang mengganggu lingkungan, yang sebenarnya dapat menjadi sampah komersial yang dapat berguna lagi dan memiliki nilai jual apabila diolah dengan benar. Untuk itu diperlukan alat/mesin pengolah yang tepat guna dan inovatif yang dapat mereduksi ukuran sampah menjadi produk ukuran yang dapat dijadikan bijih plastik untuk bisa diproduksi ulang. Sebagian masyarakat di perkotaan melihat hal tersebut dapat dijadikan lahan pekerjaan yang dapat menghasilkan uang. Para pemulung yang mengumpulkan sampah plastik kemudian menjualnya ke pengumpul plastik dan selanjutnya pengumpul akan mengirimkan dan menjual sampah plastik tersebut ke pabrik daur ulang untuk diolah kembali menjadi bahan baku plastik. Biasanya di tempat pengumpul plastik yang dikumpulkan langsung dikirim dalam bentuk utuh tanpa diolah terlebih dahulu karena mereka tidak mempunyai alat untuk memperkecil ukuran plastik tersebut. Padahal pengiriman sampah plastik yang sudah diolah (dikecilkan dalam bentuk serpihan) akan mempermudah mereka dalam hal pengepakan dan pengiriman jika dibandingkan dengan plastik yang masih dalam bentuk utuh. Selain itu nilai jual plastik dalam bentuk serpihan akan lebih tinggi daripada sampah plastik yang masih utuh. Sampah plastik yang telah jadi serpihan kecil ini bisa didaur ulang menjadi bahan baku pembuatan plastik. Jika plastik yang sudah diolah (dihancurkan dalam bentuk serpihan) akan jauh lebih mudah dalam hal pengepakan dan pengiriman. Selain itu, nilai jualnya pun akan lebih tinggi daripada penjualan sampah plastik utuh. Sampah plastik serpihan ini bisa didaur ulang menjadi bahan baku pembuatan plastik. Permintaan terhadap bahan baku ini pun sangat besar sehingga pabrik pembuatan plastik sering kehabisan stok bahan baku. Dari hasil wawancara ke beberapa tempat pengumpul plastik, ada keinginan masyarakat untuk menguraikan plastik tersebut menjadi serpihan kecil sebelum dikirim ke pabrik daur ulang, akan tetapi karena mahalnya harga mesin tersebut banyak pengumpul plastik yang tidak mampu melakukannya. Melihat data dan kenyataan yang ada dilapangan kami tim pengabdian Politeknik Negeri Padang mencoba untuk merancang dan membuat mesin pengurai sampah plastik dengan proses penggilingan yang sederhana sehingga dapat mengefisienkan dalam pengepakan dan pengiriman sampah plastik dibandingkan pengiriman yang masih dalam bentuk utuh yang dirasakan tidak efisien. 2. Manfaat Karya Inovasi Teknologi 387 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 Perancangan dan pembuatan mesin giling sampah plastik ini diperuntukkan bagi industri kecil menengah kebawah, masyarakat, pengusaha, serta membantu sektor-sektor yang bergerak di bidang pengolahan sampah plastik. Disamping itu juga meningkatkan keinginan masyarakat dimulai dari sekolah dengan memberikan edukasi pada masyarakat untuk melakukan mengurangi produksi sampah, pengolahan, dan mendaur ulang. Mesin giling sampah plastik tersebut dapat mencapai hasil proses produksi diatas 15kg/jam. Dalam perancangan mesin giling sampah plastik ini, sebelumnya telah dilakukan survei di beberapa tempat untuk mendapatkan gambaran lengkap tentang sampah dan pengolahannya. 3. Tinjauan Pustaka Sampah/Limbah Plastik a b c Gambar 1. Butiran plastik yang telah dicacah d membutuhkan mesin pencacah dengan teknologi tepat guna. Bentuk dari serpihan plastik yang telah dihancurkan/dicacah seperti Gambar 1 di bawah ini. (http://www.geocities.com/tegal logam 2000). Keterangan: 1a. Bentuk butiran kasar (1,5 cm) 1b. Bentuk butiran halus (1 cm) 1c. Butiran yang telah diwarnai (merah) 1d. Butiran yang telah diwarnai (biru) Tahap selanjutnya adalah mewarnai, dan pengeringan dilapangan. Untuk industri plastik skala menengah ke atas pada umumnya mereka sudah punya mesin pellet dan mesin Injection Moulding. Dengan mesin pellet ini plastik serpihan dapat dibuat dalam bentuk biji/pellet, begitu juga pellet plastik dapat diproses dengan mesin injection moulding menjadi bermacam-macam hasil plastik, seperti ember, piring plastik, botol minuman, tabungan plastik, dan lain-lain. Plastik adalah suatu produk kimia yang telah dikenal dan termasuk bagian polimer termoplastik, plastik menyebabkan masalah lingkungan yang semakin besar (Sumule, 2006). Adapun proses daur ulang tersebut melalui beberapa tahapan yaitu, proses penghancuran menjadi bagian-bagian yang lebih kecil berbentuk serpihan yang seragam berukuran 1-1,5 cm. Proses ini 388 SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 ISBN : 978-602-6428-05-9 Sukatna (2007), mengatakan semua pabrik plastik daur ulang (recycling) membutuhkan plastik-plastik bekas (sampah plastik) baik dari kelompok film grade (sampah plastik lembaran kemasan makanan seperti : kantong gula, tepung, kantong belanja (kresek), kantong sampah, pembungkus tekstil, tas, garmen, pembungkus rokok, pembungkus baju/kaos, karung plastik, dan lain-lain), maupun dari non-film grade (botol air mineral, juice, saos, minyak goreng, kosmetik, shampoo, oli, tutup botol, krat botol, ember, mainan, tong sampah, container, pipa PVC, kabel listrik, selang air, plastik gelombang, dan lain-lain). Plastik-plastik tersebut sebagai bahan utama/campuran untuk diproses daur ulang menjadi biji/pellet plastik, sehingga dikenal dengan nama biji/pellet plastik daur ulang. Hal ini hanya untuk membedakan dengan biji plastik original (asli). Karena biji plastik asli sebagian besar masih impor, sehingga harganya cukup mahal (tergantung dolar dan harga minyak dunia). Maka biji/pellet plastik daur ulang dapat menjadi suatu alternatif, dengan harga yang sangat