seminar nasional pengabdian kepada masyarakat

advertisement
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
i
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT KE-1
Disunting oleh:
Kadek Surya Mahedy
Nyoman Laba Jayanta
I Gede Parta Sindu
Agus Aan Jiwa Permana
Ida Koamang Widhiarjaya
Gede Saindra Santyadiputra
I Made Ardwi Pradnyana
Nopember 2016
Diselenggarakan pada 19 Nopember 2016
Diselenggarakan oleh:
Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
Universitas Pendidikan Ganesha
UNDIKSHA PRESS
2016
ii
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT KE 1
Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Pendidikan Ganesha
Prosiding Seminar Nasional
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Ke-1
19 Nopember 2016
Penyunting:
Kadek Surya Mahedy
Nyoman Laba Jayanta
I Gede Parta Sindu
Agus Aan Jiwa Permana
Ida Koamang Widhiarjaya
Gede Saindra Santyadiputra
I Made Ardwi Pradnyana
Diterbitkan oleh:
Undiksha Press
Jalan Udayana No. 11
Telp. +62 362 26609
Fax. +62 362 25735
Email [email protected]
Singaraja-Bali
ISBN : 978-602-6428-05-9
iii
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat (SENADIMAS) Ke-1
Tahun 2016
Komite Program:
Dr. I Nyoman Jampel, M.Pd.
Prof. Dr. Ida Bagus Putu Arnyana, M.Si.
Prof. Dr. I Wayan Lasmawan, M.Pd.
Dr. I Gusti Ngurah Pujawan, M.Kes.
Drs. I Wayan Suarnajaya, MA., Ph.D.
Prof. Dr. Nengah Suandi, M.Hum.
Reviewer:
Prof. Dr. I Made Candiasa, MI.Kom.
Prof. Dr. Nyoman Wijana,M.Si
Prof. Dr. I Ketut Dharsana,M.Pd
Prof. Dr. Ni Nyoman Padmadewi, M.A.
Prof. Dr.Ida Bagus Putrayasa,M.Pd
Dr. Ni Made Ratminingsih, M.A.
Dr. Drs. I Wayan Kertih, M.Pd.
Dr.I Wayan Bagia, M.Si
Dr. Desak Putu Parmiti,MS
Dr. Gede Indrawan, S.T, M.T.
Dr. Drs Wayan Mudana, M.Si.
Dr. Wahjoedi, S.Pd., M.Pd.
Dr.rer.nat I Gusti Ngurah Agung Suryaputra, S.T,M.Sc.
Dr. I Nyoman Sukajaya, M.T.
Dr. I Wayan Muderawan, M.S.
Komite Pelaksana :
Ketua Pelaksana: Putu Hendra Suputra, S.Kom., M.Cs.
Sekretaris: Nyoman Karina Wedhanti, S.Pd., M.Pd.
Bendahara: Made Henny Sawitri, A,Md.
Makalah/prosiding: Kadek Surya Mahedy, S.T., M.Pd.
Persidangan: Dr. Ketut Agustini, S.Si, M.Si.
Sekretariat: I Made Karunia, S.T.
iv
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang
Maha Esa karena atas perkenan-Nya-lah Seminar Nasional Riset Inovatif (Senari) yang
keempat ini dapat terlaksana sesuai dengan yang direncanakan. Kegiatan seminar ini digagas
pertama kali oleh Lembaga Penelitian Undiksha (sekarang Lembaga Penelitian dan Pengabdian
Kepada Masyarakat (LPPM) UNDIKSHA) untuk mewadahi publikasi hasil-hasil penelitian
yang mengedepankan sisi inovasi, keunggulan kualitas, dan keunikan tiap disiplin ilmu dalam
rangka memperkuat identitas bangsa. Hal ini tercermin dalam tema yang secara konsisten
diusung Senari sejak awal pelaksanaannya, yaitu “Memperkuat Jati Diri Bangsa Melalui Riset
Inovatif, Unggul, dan Berkarakter”. Selanjutnya, kami sampaikan bahwa pada tahun ini,
bersamaan dengan SENARI dilangsungkan pula Seminar Nasional Pengabdian Kepada
Masyarakat (Senadimas) yang pertama. Pelaksanaan Senadimas merupakan tugas yang
diberikan kepada panitia oleh LPPM Undiksha yang dimaksudkan sebagai upaya memberikan
kesempatan kepada para dosen dalam menyebarluaskan hasil-hasil pengabdian kepada
masyarakat.
Senari IV dan Senadimas I dihadiri oleh 248 presenter. Dari jumlah ini, 172 adalah
presenter Senari dan 72 adalah presenter Senadimas. Dari segi manuskrip, dapat kami laporkan
bahwa panitia menerima toral pendaftaran sebanyak 243 artikel dan abstrak, tetapi hanya 238
yang lolos review dan dinyatakan layak dengan perincian: Senari sebanyak 165 yang mencakup
tiga bidang ilmu (pendidikan, sosial dan humaniora, serta sains dan teknologi) dan Senadimas
73 buah. Seperti pada tahun-tahun sebelumnya, Senari dan Senadimas tahun ini juga dihadiri
oleh presenter dari luar Bali seperti dari Kupang, Sumatera, Jakarta, Bandung, Yogyakarta,
Malang, dan Jember. Oleh karena itu, atas nama panitia izinkanlah kami mengucapkan selamat
datang kepada seluruh peserta Senari keempat dan Senadimas pertama, dan terima kasih tak
terhingga atas kepercayaannya kepada Undiksha.
Penyelenggaraan Senari dan Senadimas tahun ini menampilkan tiga pembicara. Sebagai
pembicara utama adalah Prof. Dr. Ocky Karna Radjasa, M.Sc., Direktur Riset dan Pengabdian
Kepada Masyarakat DPRM Kemenristek Dikti. Pembicara kedua adalah Dr. I Ketut Eddy
Purnama, MT., dosen, peneliti, reviewer, dan pemegang beberapa paten di bidang biomedical
engineering dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember; dan pembicara ketiga adalah Prof. Dr.
Ni Nyoman Padmadewi, M.A., guru besar di bidang pendidikan bahasa Inggris dari Undiksha
dan pendiri serta direktur Yayasan Sukma Peduli Sesama Singaraja. Kami sampaikan rasa
terima kasih terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada para pembicara
yang telah memenuhi permintaan panitia sebagai narasumber dalam Senari dan Senadimas
tahun 2016 ini.
Kami menyadari bahwa Senari dan Senadimas tahun ini tidaklah mungkin dapat
terlaksana tanpa dukungan dan bantuan tulus dari berbagai pihak. Oleh karena itu, ini
izinkanlah kami pada kesempatan ini mengucapkan terima kasih banyak kepada: (1)
Kemenristek Dikti atas pendanaan penelitian yang diberikan, khususnya kepada para peneliti
UNDIKSHA sehingga para peneliti dapat melakukan dan mempublikasikan hasil-hasil
penelitiannya; (2) Rektor Universitas Pendidikan Ganesha yang telah mendukung
terselenggaranya kegiatan ini; (3) Pemerintah daerah kabupaten Buleleng dan Provinsi Bali
atas kerjasama yang telah terjalin selama ini baik di bidang penelitian maupun pengabdian pada
masyarakat dengan peneliti-peneliti UNDIKSHA; (4) Komite Program yang telah memberikan
dukungannya baik moral maupun material untuk pelaksanaan kegiatan ini, (5) para reviewer
yang telah bekerja keras dalam proses seleksi artikel-artikel dalam seminar nasional riset
v
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
inovatif ini, dan (6) teman-teman panitia pelaksana atas kerja keras dan dedikasinya demi
terselenggaranya kegiatan seminar nasional ini.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan. Semoga kegiatan Senari dan Senadimas dapat
memberikan manfaat dan kontribusi bagi kita semua, masyarakat luas, serta bangsa dan negara.
Akhir kata, kami ucapkan selamat berseminar, selamat menyemai ide, dan selamat ber-network
untuk kita semua.
Singaraja, 19 Nopember 2016
Ketua Panitia
vi
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
SAMBUTAN REKTOR
SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF (SENARI) KE-4 &
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (SENADIMAS) KE-1
19 NOPEMBER 2016, GRAND INNA BALI BEACH SANUR, BALI
Om Swastiastu, Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
dan Salam Sejahtera buat kita semua.
Yang saya hormati,
Direktur Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat (Prof. Dr. Okky Karna Radjasa, M.Sc.),
sekaligus sebagai nara sumber utama pada seminar nasional ini
Para Pembantu Rektor,
Para Dekan dan Direktur Pascasarjana,
Para Nara Sumber
Dr. I Ketut Eddy Purnama, S.T., M.T. (Dosen/Peneliti Institut Teknologi Sepuluh
Nopember, Surabaya)
Prof. Dr. Ni Nyoman Padmadewi (Guru Besar di Bidang Pendidikan, Universitas
Pendidikan Ganesha, Singaraja Bali)
Para peserta seminar,
dan undangan lainnya yang saya banggakan.
Kita patut memanjatkan puji syukur kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa/Tuhan Yang Maha
Esa, karena hari ini kita dapat melaksanakan Seminar Nasional Riset Inovatif (SENARI) yang
ke-4 dan Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat yang ke-1. Kegiatan ini digagas
dan diselenggarakan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM),
Universitas Pendidikan Ganesha.
Hadirin yang saya hormati,
SENARI tidak sekedar acara rutin tahunan yang diselenggarakan sebagai forum ilmiah media
solusi atas berbagai permasalahan yang dihadapi bangsa, dengan harapan memberikan
kontribusinya sesuai bidang dan keahlian yang dikuasai. Tahun ini, untuk pertama kalinya
dilaksanakan Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat (SENADIMAS) yang
dilaksanakan bersamaan dengan SENARI. SENARI dan SENADIMAS mengambil tema
“Memperkuat Jati Diri Bangsa melalui Riset Inovatif, Unggul, dan Berkarakter”. Tema ini
merupakan penjabaran visi Universitas Pendidikan Ganesha dalam menguatkan partisipasi
pembangunan negeri dan lebih dikenal di kalangan nasional maupun internasional.
vii
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
Saya mengucapkan selamat kepada Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
Undiksha yang sudah membangun wadah akademik ini, sehingga para dosen atau peneliti baik
di lingkungan Undiksha, maupun dari luar, memiliki ruang untuk saling berbagi pengalaman
dan pengetahuannya baik di bidang Pendidikan, Sosial & Humaniora, dan Sains & Teknologi.
Saya berharap bagi seluruh peserta seminar dapat memanfaatkan kegiatan ini dengan sebaikbaiknya.
Hadirin yang saya hormati,
Publikasi ilmiah dalam jurnal bereputasi internasional, seminar internasional maupun nasional
berperan sebagai media aktualisasi diri para akademisi dan peneliti dalam pengembangan ilmu
pengetahuan. Negara-negara yang memiliki mutu pendidikan dan IPTEK yang bagus
cenderung memiliki jumlah publikasi ilmiah yang tinggi pada jurnal bereputasi. Kegiatan ini
merupakan salah satu wadah bagi para peneliti untuk mempublikasikan hasil karya ilmiahnya.
Research is never ending process, maka publikasikanlah hasil-hasil penelitian saudara.
Sehingga universitas tidak menjadi menara gading yang hasil-hasil penelitiannya tidak
menjangkau masyarakat. Kami berharap, kontribusi para peserta seminar dapat turut
memujudkan tema yang diangkat pada seminar ini. Semoga dengan penyelenggaraan SENARI
dan SENADIMAS tahun 2016 ini, Undiksha dapat lebih memberikan kontribusi dalam upaya
mewujudkan kemandirian dan kejatidirian bangsa melalui forum diskusi ilmiah sekaligus
menjadi motor penggerak perubahan yang berangkat dari penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat yang inovatif, unggul, dan berkarakter.
Akhirnya saya mengucapkan terima kasih kepada panitia, peserta seminar dan para undangan
yang turut berpartisipasi dalam seminar kali ini dan Lembaga Penelitian dan Pengabdian
kepada Masyarakat Universitas Pendidikan Ganesha yang telah berusaha keras untuk
menyelenggarakan kegiatan ini. Semoga seminar nasional ini dapat memberikan manfaat bagi
kita semua, masyarakat dan kemanusiaan.
Selamat berbagi ilmu dan pengetahuan.
Om Santhi, Shanti, Shanti, Om.
Singaraja, 19 Nopember 2016
Rektor Universitas Pendidikan Ganesha,
Dr. I Nyoman Jampel, M.Pd.
NIP. 195910101986031003
viii
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
Daftar Isi
PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DALAM UPAYA MEWUJUDKAN GOOD VILLAGE GOVERNANCE AND
CLEAN GOVERNMENT DI KECAMATAN SAWAN KABUPATEN BULELENG .............................................. 1
IPTEKS BAGI INOVASI DAN KREATIVITAS KAMPUS (IBIKK) BIBIT BUAH-BUAHAN LANGKA BALI .......... 12
PELATIHAN KOSAKATA BAHASA INGGRIS KAJIAN ISLAM DALAM KEGIATAN SEHARI-HARI UNTUK
SANTRI SALAFIYAH PONDOK PESANTREN DARUL ULUM AL-BAROKAH DI KECAMATAN PANGKALAN 19
PELATIHAN PEMBUATAN MATERI AJAR BERBENTUK DIGITAL MELALUI APLIKASI OPEN OFFICE SUN
MICROSYSTEM BAGI GURU-GURU SMA SE-KECAMATAN UBUD.......................................................... 30
PELATIHAN PEMBUATAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) BAGI GURU-GURU SMA DAN SMP SEKECAMATAN SIDEMEN KABUPATEN KARANGASEM ............................................................................ 41
IPTEK BAGI MASYARAKAT KELOMPOK TANI DESA SUDAJI DALAM MEMPRODUKSI BIOGAS DAN POC
.............................................................................................................................................................. 49
PELATIHAN PENYUSUNAN INSTRUMEN PENILAIAN AKTIVITAS BELAJAR BERORIENTASI PENDIDIKAN
KARAKTER BAGI GURU DI GUGUS 1 KECAMATAN MARGA .................................................................. 63
PENERAPAN IPTEK MELALUI PERANCANGAN, PEMBUATAN, DAN PENGGUNAAN ALARM LISTRIK BAGI
PETANI TAMBAK IKAN NENER DI DESA MUSI, KECAMATAN GEROKGAK ............................................. 72
IPTEK BAGI MASYARAKAT PENGELOLA SAMPAH DESA SAMBANGAN ................................................ 83
LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERSUPLEMEN VIDEO DAN ANIMASI UNTUK MENDUKUNG PENDEKATAN
SAINTIFIK PADA PEMBELAJARAN KIMIA ............................................................................................... 94
PEMANFAATAN EKSTRAK RUMPUT LAUT SEBAGAI BAHAN AKTIF DALAM PEMBUATAN HAND BODY
LOTION ................................................................................................................................................ 104
PELATIHAN DASAR-DASAR KEUANGAN UNTUK MENINGKATKAN LITERASI KEUANGAN DI KALANGAN
MAHASISWA ....................................................................................................................................... 108
IBM KELOMPOK PENGERAJIN DAUN PANDAN ................................................................................... 118
PENINGKATAN KOMPETENSI GURU SD MELALUI PENDAMPINGAN PEMBELAJARAN BERBASIS LESSON
STUDY DI GUGUS I DAN II KECAMATAN SUKASADA .......................................................................... 139
IBM PENGUSAHA PRODUK OLAHAN SINGKONG DI KABUPATEN BULELENG-BALI ............................ 149
TABEL 3. KOMPOSISI TEPUNG KASAVA PER 100 GRAM BAHAN ....................................... 152
PELATIHAN PENGGUNAAN E-LEARNING BERBASIS MEDIA SOSIAL EDMODO BAGI GURU SMA DI
KECAMATAN BULELENG ..................................................................................................................... 160
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM MEWUJUDKAN KESEJAHTERAAN BERKELANJUTAN BERBASIS
POTENSI DESA DI DESA BINAAN TEMBOK KECAMATAN TEJAKULA................................................... 179
TERTIB ADMINISTRASI DALAM MENUNJANG PENGELOLAAN USAHA IKAN TANGKAP BAGI USAHA
BERSAMA KELOMPOK WANITA PESISIR SANGSIT............................................................................... 193
MENINGKATKAN KUALITAS WINE SALAK BALI YANG DI PRODUKSI CV DUKUH LESTARI DESA SIBETAN
KARANGASEM BALI DENGAN SACCHAMOMYCES HIBRIDA LOKAL..................................................... 200
PELATIHAN PEMBUATAN LAPORAN KEUANGAN DAN PENENTUAN TINGKAT KESEHATAN LEMBAGA
PERKREDITAN DESA (LPD) DI KECAMATAN KINTAMANI..................................................................... 215
ix
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
PERLINDUNGAN HUKUM INDIKASI GEOGRAFIS TERHADAP KERAJINAN TRADISIONAL TENUN
GRINGSING KHAS TENGANAN............................................................................................................. 223
PELATIHAN PENYUSUNAN LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGURUS DAN PENGAWAS
KOPERASI PADA KOPERASI DI KECAMATAN BULELENG .................................................................... 236
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS LOKAL GENIUS UNTUK MEMBANGUN KARAKTER
BANGSA BAGI GURU-GURU SEKOLAH MENANGAH ATAS NEGERI 1 KINTAMANI ............................. 247
PELATIHAN DAN PENDAMPINGAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PADA GURU-GURU SEKOLAH DASAR
DI KECAMATAN KINTAMANI ............................................................................................................... 255
PELATIHAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PADA GURU-GURU SEKOLAH DASAR NEGERI 1 BATUR
KECAMATAN KINTAMANI ................................................................................................................... 264
IBW KAWASAN GALIAN C DI DESA SONGAN A DAN SONGAN B KECAMATAN KINTAMANI-BANGLI . 272
PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS KARAKTER BERDASARKAN
KURIKULUM 2013 PAUD BAGI GURU TK NEGERI PEMBINA DAN TK CERIA ASIH SINGARAJA ............ 283
IBPE-KERAJINAN ART-GLASS DI BELEGA-GIANYAR PROVINSI BALI...................................................... 289
PELATIHAN KONSEP PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK ANAK USIA DINI PADA GURU PENDIDIKAN
ANAK USIA DINI................................................................................................................................... 300
URGENSI PENGURUSAN HAKI DALAM RANGKA MENUMBUHKAN IKLIM USAHA SEHAT BAGI UKM
PELUKIS WAYANG KAMASAN.............................................................................................................. 312
SEMINAR PEMBINAAN SEPAKBOLA BAGI GURU-GURU PENJASORKES DAN PEMBINA OLAHARAGA
DESA DI KABUPATEN KARAWANG ...................................................................................................... 314
PELATIHAN PENGGUNAAN INTERNET DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA BAGI GURU-GURU SDN
DI DESA ANGGADITA ........................................................................................................................... 324
IBM POKDARWIS DESA SEKUMPUL .................................................................................................... 334
PEMBUATAN ANEKA SOKASI DARI DAUN LONTAR DI DESA TIANYAR BARAT ................................... 340
PELATIHAN SURVEILLANCE CAMERA SEBAGAI ALAT BANTU KEAMANAN BERBASIS JARINGAN DI SMK
NEGERI 1 TEJAKULA ............................................................................................................................ 346
MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU BAHASA JEPANG DI KABUPATEN BULELENG MELALUI
PELATIHAN PEMBUATAN MEDIA PEMBELAJARAN PENULISAN HURUF JEPANG MENGGUNAKAN
ANIMASI FLASH ................................................................................................................................... 354
PELATIHAN PENGGUNAAN INTERNET DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA BAGI GURU-GURU SDN
DI DESA ANGGADITA ........................................................................................................................... 365
PELATIHAN PEMBUATAN RUMPON BAGI KELOMPOK NELAYAN DI DESA LES, KECAMATAN TEJAKULA,
KABUPATEN BULELENG....................................................................................................................... 374
PELATIHAN PEMBUATAN MEDIA BIMBINGAN KONSELING BERMUATAN ANTI BULLYING UNTUK ANAK
USIA DINI PADA GURU-GURU TK DI KOTA SINGARAJA ....................................................................... 375
RANCANGBANGUN MESIN PENCACAH SAMPAH DAN LIMBAH PLASTIK........................................... 385
PELATIHA OPERASI DASAR MATEMATIKA SISWA SMK SWASTA DI KARAWANG ............................... 398
IBM KELOMPOK PENGRAJIN KAYU-DULANG KABUPATEN BULELENG ................................................ 403
THE INCREASED OF ECONOMIES OF SCALE FOR DOORMAT CRAFTSMEN INCOME ON THE MLOKOREJO
VILLAGE ............................................................................................................................................... 412
x
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
PELATIHAN PEMANFAATAN MEDIA ONLINE SEBAGAI SARANA PEMASARAN HASIL PRODUKSI BAGI
ASOSIASI PENGRAJIN INDUSTRI KECIL (APIK) KABUPATEN BULELENG .............................................. 426
SUBSTITUSI FUSION FOOD BERBASIS KULINER BALI PADA MAPEL BOGA DI SMK SE-KABUPATEN
BULELENG-BALI ................................................................................................................................... 399
PELATIHAN PEMBUATAN NATA DE CASSAVA DI DUSUN CAU-TUA-MARGA-TABANAN .................... 503
PELATIHAN PENCAK SILAT UNTUK GURU OLAHRAGA SEKOLAH DASAR (SD) SE-KECAMATAN JATISARI
KABUPATEN KARAWANG .................................................................................................................... 515
xi
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DALAM UPAYA
MEWUJUDKAN GOOD VILLAGE GOVERNANCE AND CLEAN
GOVERNMENT DI KECAMATAN SAWAN KABUPATEN BULELENG
I Gusti Ayu Purnamawati1 Ni Ketut Sari Adnyani2 Nyoman Dini Andiani3
Ni Putu Rai Yuliartini4
Jurusan Akuntansi Program D3 UNDIKSHA1
Jurusan Ilmu Hukum UNDIKSHA2
Jurusan Perhotelan Program D3 UNDIKSHA3
Jurusan Ilmu Hukum UNDIKSHA4
Email: [email protected]
ABSTRACT
Community service aims to provide training and assistance to improve the professionalism of the government
apparatus village in the district of Sawan Buleleng in studying the technical rules and procedures for the
administration of financial administration of the Outcomes of these activities are: guide the administration
(management) Rural finance and scientific articles. The material covered in the training and mentoring include:
(1) administration of financial administration of the village with the subject of the implementation of its listing on
the general book (BKU) and books assistants, (2) the preparation of completeness proof of payment (expenditures)
that will serve as Letter accountability (SPJ). Treasurer and Secretary of the village in the district of Sawan
Buleleng involved collaboratively. The results of the training activities namely: the majority of the government
apparatus village can be made: (1) administration of financial administration of the village in the form of recordkeeping in the general book (BKU) and books assistants, (2) preparation of completeness proof of payment
(expenditures) that will serve as Responsibility Letter (SPJ) so that later it can minimize the risk of fraud.
Keywords: Good Village Governance, Financial Management Village
ABSTRAK
Pengabdian masyarakat ini bertujuan memberikan pelatihan dan pendampingan untuk meningkatkan
profesionalisme para aparatur pemerintah Desa di Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng dalam mempelajari
secara teknis ketentuan dan tata cara penatausahaan administrasi keuangan desa. Luaran kegiatan ini adalah:
panduan penatausahaan (pengelolaan) keuangan Desa serta artikel ilmiah. Adapun materi yang diberikan selama
pelatihan dan pendampingan meliputi : (1) penatausahaan administrasi keuangan Desa dengan pokok pembahasan
pelaksanaan pencatatan pada buku kas umum (BKU) dan buku-buku pembantunya, (2) penyusunan kelengkapan
bukti pembayaran (pengeluaran) yang akan dijadikan sebagai Surat Pertanggung Jawaban (SPJ). Bendahara dan
Sekretaris Desa di Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng dilibatkan secara kolaboratif. Adapun hasil dari
kegiatan pelatihan yaitu: sebagian besar para aparatur pemerintah desa dapat membuat: (1) penatausahaan
administrasi keuangan Desa berupa pencatatan pada buku kas umum (BKU) dan buku-buku pembantunya, (2)
penyusunan kelengkapan bukti pembayaran (pengeluaran) yang akan dijadikan sebagai Surat Pertanggung
Jawaban (SPJ) sehingga nantinya dapat meminimalisir resiko Fraud.
Kata Kunci: Good Village Governance, Pengelolaan Keuangan Desa
PENDAHULUAN
penyerahan wewenang dari pemerintah
pusat ke pemerintah daerah adalah
penyerahan wewenang untuk mengatur
keuangan pemerintah daerah berdasarkan
atas prakarsanya sendiri atau yang dikenal
dengan istilah desentralisasi fiskal. Daerah
berhak untuk mengoptimalkan potensi
Sistem pemerintahan Indonesia
terus mengalami perkembangan dari masa
ke masa. Indonesia pada awalnya menganut
sistem sentralisasi lalu mulai beralih ke
sistem desentralisasi. Salah satu bentuk
1
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
daerahnya guna meningkatkan pendapatan
asli daerah (PAD).
Seiring dengan perkembangan
sistem pemerintahan yang berlaku,
desentralisasi fiskal juga mulai diberikan
kepada pemerintah desa. Desa dapat
melaksanakan
pembangunan
desa
berdasarkan atas prakarsa dan potensi
desanya. Selama ini pembangunan di Desa
dapat dikatakan “dipandang sebelah mata”
atau dilaksanakan “setengah hati” oleh
Pemerintah Pusat maupun Pemerintah
Daerah. Ini terlihat dengan minimnya
keahlian dan kompetensi Sumber Daya
Manusia (SDM), kurang optimalnya
pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) dan
sedikitnya nilai tambah Sumber Daya
Ekonomi (SDE) serta akses infrastruktur
yang sekedarnya. Adanya hal tersebut
membawa masalah tidak hanya pada Desa,
tetapi juga pada kota. Masalah tersebut
berupa adanya urbanisasi orang Desa ke
Kota, Desa bukan lagi sebagai penopang
dan penunjang Kota, ketimpangan antara
Desa dan Kota serta berbagai masalah
lainnya. Adanya alokasi Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
yang diperuntukkan kepada Desa dengan
anggaran yang cukup besar mau tidak mau
dilirik oleh semua pihak. Berbagai pihak
tersebut,
baik
Pemerintah
Pusat,
Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah
Kabupaten serta berbagai lembaga negara
lainnya dan lembaga swasta harus menjalin
kerjasama yang sinergis, selaras dan
berkelanjutan (Yabbar dan Hamzah, 2015:
4).
Di era reformasi pengelolaan
keuangan daerah sudah mengalami
berbagai perubahan regulasi dari waktu ke
waktu. Perubahan tersebut merupakan
rakaian bagaimana suatu Pemerintah
Daerah
dapat
menciptakan
good
governance dan clean goverment dengan
melakukan tata kelola pemerintahan
dengan baik. Keberhasilan dari suatu
pembangunan di daerah tidak terlepas dari
aspek pengelolaan keuangan daerah yang di
kelola dengan manajemen yang baik pula.
Pengelolaan Keuangan Daerah adalah
keseluruhan kegiatan yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan,
pelaporan,
pertanggungjawaban,
dan
pengawasan keuangan daerah.
Pengelolaan keuangan daerah yang
diatur dalam Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 13 Tahun 20013 pasal 3
meliputi kekuasaan pengelolaan keuangan
daerah, azas umum dan struktur APBD,
penyusunan rancangan APBD, penetapan
APBD, penyusunan dan penetapan APBD
bagi daerah yang belum memiliki DPRD,
pelaksanaan APBD, perubahan APBD,
pengelolaan kas, penatausahaan keuangan
daerah, akuntansi keuangan daerah,
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD,
pembinaan dan pengawasan pengelolaan
keuangan daerah, kerugian daerah, dan
pengelolaan keuangan BLUD. Pengelolaan
keuangan daerah harus dikelola secara
tertib, taat pada peraturan perundangundangan, efektif, efisien, ekonomis,
transparan, dan bertanggung jawab dengan
memperhatikan azas keadilan, kepatutan,
dan manfaat untuk masyarakat.
Undang-undang
No.32/2004
tentang pemerintahan daerah menyebutkan
Desa (atau dengan nama lain) sebagai
sebuah pemeintahan yang otonom. Untuk
melaksanakan fungsinya, Desa diberikan
dana
oleh
Pemerintah
melalui
pemerintahan
atasan
Desa.
Good
governance dalam pengelolaan keuangan
desa meliputi: (1) Penyusunan APBDes
dilakukan dengan melibatkan partisipasi
masyarakat;
(2)
Informasi
tentang
keuangan desa secara transparan dapat
diperoleh oleh masyarakat; (3) APBDes
2
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
disesuaikan dengan kebutuhan desa; (4)
Pemerintah Desa bertanggungjawab penuh
atas pengelolaan keuangan; (5) Masyarakat
baik secara langsung maupun lewat
lembaga
perwakilan
melakukan
pengawasan atas pengelolaan keuangan
yang dilakukan oleh pemerintah desa.
Diterbitkannya Peraturan Mendagri
No.37/2007 tentang pengelolaan keuangan
desa memberikan landasan bagi semakin
otonomnya desa secara praktik, bukan
hanya sekedar normatif. Rilis aturan ini
kemudian diikuti dengan rilis Permendagri
No.66/2007
tentang
perencanaan
pembangunan desa, sehingga terdapat
kesinambungan antara aturan mengenai
perencanaan dengan pengelolaan keuangan
desa. Beberapa pertanya kemudian muncul
berkaitan dengan substansi, urgensi, dan
relevansi kedua aturan tersebut yaitu
apakah aparatur Desa, terutama Sekretaris
Desa dan Bendahara, akan mampu
melaksanakan
fungsi
perencanaan,
pelaksanaan,
penatausahaan,
dan
pertanggungjawaban sesuai dengan yang
diatur dalam Permendagri No.37/2007 tsb?
Keterbatasan SDM dan kebiasaan yang
berjalan selama ini harus dirubah dan
diperbaikan sehingga kultur good village
governance (3G) dapat merasuk ke dalam
administrasi dan birokrasi desa (Syukri,
2008).
Dalam
kaitan
ini
maka
responsibilitas,
transparansi
dan
akuntabilitas pengelolaan keuangan desa
diartikan sebagai bagian dari suatu sistem
pengelolaan keuangan daerah yang
menyediakan informasi keuangan yang
terbuka bagi masyarakat dalam rangka
mewujudkan
penyelenggaraan
pemerintahan
yang
baik
dan
mempertanggungjawabkan
pengelolaan
sumber daya serta pelaksanaan kebijakan
yang dipercayakan kepada unit organisasi
pemerintah dalam rangka pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan melalui
laporan keuangan pemerintah secara
periodik (Surya, 2013:3).
Beberapa persoalan lain akan
muncul mengingat sangat beragamnya
karakteristik Desa di Daerah. Dalam hal
penentuan besaran ADD, misalnya.
Apabila Pemerintah Kabupaten tidak bijak,
dapat menimbulkan konflik antara
Pemerintah Desa-Pemkab atau antar-Desa
sendiri. Beberapa Pemerintah Daerah telah
menyusun peraturan daerah (Perda) tentang
pengelolaan keuangan desa. Untuk
mewujudkan Desa yang mandiri, sejahtera
dan partisipatoris maka diperlukan
keterlibatan
semua
pihak
dalam
menyelenggarakan
tata
kelola
Pemerintahan Desa yang baik. Sebagai
langkah
awalnya
yaitu
dengan
meningkatkan keahlian dan kompetensi
SDM di Desa, membenahi sistem
administrasi dan regulasi di Desa serta
penataan kelembagaan Desa. UndangUndang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
yang telah diterjemahkan kembali dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun
2015 sebagai perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang
Dana Desa Yang Bersumber Dari Anggaran
Pendapatan Dan Belanja Negara sebagai
petunjuk pelaksanaannya telah menjadi
payung hukum buat perangkat desa dalam
melakukan pengelolaan dana desa.
Kabupaten Buleleng terletak di
belahan utara pulau Bali memanjang dari
barat ke timur dan mempunyai pantai
sepanjang 144 km, secara geografis terletak
pada posisi 8° 03’ 40” – 8° 23’ 00” lintang
selatan dan 114° 25’ 55” – 115° 27’ 28”
bujur timur, terdiri dari 9 kecamatan dengan
129 desa definitif dan 19 kelurahan
(https://wordpress.com/gambaran-umumwilayah-kabupaten-buleleng/).
3
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
Sawan adalah sebuah Kecamatan
yang ada di Kabupaten Buleleng. Secara
Topografi Kecamatan Sawan, Kabupaten
Buleleng merupakan daerah landai dengan
ketinggian 0 s/d 50 meter diatas permukaan
laut, curah hujan relatif sedang. Secara
umum, kecamatan Sawan memiliki wilayah
yang mencakup 13 Desa. Dua diantaranya
yaitu Desa Kerobokan dan Desa Sinabun.
Desa Kerobokan mempunyai luas Desa : 2
48 Ha. Batas wilayah administratif yaitu:
sebelah utara: laut Bali, sebelah selatan:
Desa Sinabun, sebelah Barat Kelurahan
Penarukan, sebelah Timur: Desa Sangsit.
Kepala Desa Kerobokan adalah Putu Wisnu
Wardana. Desa Kerobokan terdiri dari 3
(tiga) Banjar Dinas yakni: Banjar Dinas
Dalem: Kelian Banjar Dinasnya: Made
Sudarma; Banjar Dinas Baleagung: Kelian
Banjar Dinasnya: Ketut Ardika, Banjar
Dinas Kloncing: Kelian Banjar Dinasnya:
Gusti Nyoman Wijana. Kepala Desa
Sinabun adalah Nyoman Somenada.
Selama ini masih terdapat permasalahn
terkait pengelolaan dana desa di kecamatan
Sawan. Padahal keuangan desa itu sendiri
merupakan segala sesuatu berupa uang dan
barang
yang
berhubungan
dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban desa.
Seluruh pendapatan desa diterima dan
disalurkan melalui rekening kas desa dan
penggunaannya ditetapkan dalam APB
Desa. Sebagai wujud akuntabilitas atas
pengelolaan keuangan, kepala desa
diwajibkan
menyampaikan
laporan
realisasi pelaksanaan APB Desa kepada
kepala daerah Tk.II. Pengelolaan kekayaan
desa merupakan rangkaian kegiatan mulai
dari perencanaan, pengadaan, penggunaan,
pemanfaatan, pengamanan, pemeliharaan,
penghapusan,
pemindahtanganan,
penatausahaan,
pelaporan,
penilaian,
pembinaan, pengawasan, dan pengendalian
kekayaan milik Desa.
Untuk pengelolaan dana desa
bukanlah hal yang mudah, namun
memerlukan sistem yang juga harus dibuat
secara profesional. Mulai dari segi
perencanaan, desa harus membentuk
musyawarah desa untuk menentukan
belanja bagi dana desa pada periode ke
depan. Penatausahaannya pun harus
menggunakan
sistem
yang
telah
memanfaatkan teknologi informasi. BPKP
telah mengembangkan aplikasi SIMDA
DESA dalam membantu perangkat desa
melakukan penatausahaan keuangan desa
yang tidak hanya bersumber dari APBN,
tetapi juga yang berasal dari APBD
Provinsi/Kabupaten/Kota. Tidak hanya
sistem, Sumber Daya Manusia atau
perangkat penyelenggara desa pun harus
memiliki kapabilitas dalam mengelola dana
tersebut. Bukan pekerjaan yang mudah dan
cepat, mempersiapkan SDM desa agar
kapabel dan profesional. Hal itu
memerlukan waktu, dana, tenaga, dan
komitmen semua pihak terkait. BPKP
sebagai Auditor Presiden, siap membantu
meningkatkan
kapabilitas
Aparat
Pengawasan Instansi Pemerintah (APIP)
dalam mengawal keuangan desa. APIP
menjadi sangat berperan penting untuk
memberikan asurrance dan konsultansi
bagi akuntabilitas dan pengelolaan
keuangan desa. APIP harus dapat melihat
dimana titik kritis yang mungkin timbul
dalam pengelolaan dana desa.
Hingga 25 September 2015, secara
nasional pemerintah telah menyalurkan
Dana Desa ke kabupaten/kota sebesar
Rp16,69 triliun, atau sekitar 80 persen.
Namun demikian, baru sekitar 29 persen
atau Rp2,45 triliun Dana Desa yang telah
disalurkan
ke
desa.
Dari
189
kabupaten/kota, baru Rp2,45 triliun Dana
Desa yang telah disalurkan ke desa, atau 29
persen dari jumlah Dana Desa yang telah
4
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
diterima di rekening kas kabupaten/kota
(Menteri Keuangan, Sosialisasi Kebijakan
Dana Desa di Kabupaten Buleleng, Bali,
Jumat (25/9)). Ada beberapa faktor yang
menyebabkan lambatnya penyaluran Dana
Desa dari kabupaten/kota ke Desa, antara
lain karena belum disampaikannya
Peraturan Desa mengenai Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes)
oleh
desa
kepada
kabupaten/kota.
Mengingat pelaksanaan tahun anggaran
2015 tinggal beberapa bulan, maka untuk
mempercepat penyaluran dan penggunaan
Dana Desa tahun 2015, Pemerintah telah
menerbitkan Surat Keputusan Bersama
(SKB) Menteri Dalam Negeri, Menteri
Keuangan,
dan
Menteri
Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi. Sesuai dengan SKB yang
ditetapkan pada 15 September 2015
tersebut, bupati/walikota, diminta untuk
paling tidak melaksanakan tiga hal.
Pertama, membantu/membimbing desa
dalam menyusun APBDes, RPJMDes
(Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Desa) dan RKPDes (Rencana Kerja
Pembangunan Desa). Kedua, segera
menetapkan peraturan bupati/peraturan
walikota mengenai pengelolaan keuangan
desa. Terakhir, segera menyalurkan Dana
Desa ke rekening kas Desa apabila Desa
sudah mempunyai Perdes APBDes.
Sementara, kepala desa diminta untuk
segera menyusun dan menetapkan APBDes
dan membuat laporan realisasi penggunaan
Dana
Desa
semester
I
dengan
menggunakan contoh format sederhana
yang
telah
diberikan
(http://www.kemenkeu.go.id).
Pagu anggaran Dana Desa yang
telah mendapat persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat merupakan bagian dari
anggaran Transfer ke Daerah dan Desa: (1)
Dana Desa setiap kabupaten/kota dihitung
berdasarkan jumlah Desa; (2) Dana Desa
dialokasikan berdasarkan: a. alokasi dasar;
dan b. alokasi yang dihitung dengan
memperhatikan jumlah penduduk, angka
kemiskinan, luas wilayah, dan tingkat
kesulitan
greogafis
desa
setiap
kabupaten/kota; (3) Tingkat kesulitan
ditunjukkan oleh indeks kemahalan
konstruksi; (4) Data jumlah penduduk,
angka kemiskinan, luas wilayah, dan indeks
kemahalan konstruksi bersumber dari
kementerian yang berwenang, dan/atau
lembaga yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang statistik; (5) Dana
Desa setiap kabupaten/kota ditetapkan
dalam peraturan presiden mengenai rincian
APBN. Penyaluran Dana Desa dilakukan
secara bertahap pada tahun berjalan dengan
ketentuan: a. Tahap I bulan April sebesar
40% (empat puluh persen); b. tahap II pada
bulan Agustus sebesar 40% (empat puluh
persen); dan tahap III pada bulan Oktober
(sebelumnya November) sebesar 20% (dua
puluh persen). Bagi Bupati/Wali Kota dapat
memberikan sanksi administratif jika
SiLPA (Sisa Lebih Penggunaan Anggaran)
sebesar 30 persen berupa pemotongan Dana
Desa pada tahun berikutnya. Hal itu sesuai
dengan Pasal 27 ayat (3) PP Nomor
22/2015. Dana Desa dalam APBN
diberikan
secara
bertahap
dengan
mekanisme sbagai berikut: a. Tahun
Anggaran 2015 paling sedikit sebesar 3%
(tiga per seratus); b. Tahun Anggaran 2016
paling sedikit 6% (enam per seratus); dan
Tahun Anggaran 2017 dan seterusnya
sebesar 10% (sepuluh per seratus) dari
anggaran Transfer ke Daerah. Dalam hal
APBN belum dapat memenuhi alokasi
anggaran Dana Desa sebagaimana
dimaksud, alokasi anggaran Dana Desa
ditentukan berdasarkan alokasi anggaran
Dana Desa tahun anggaran sebelumnya
5
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
atau kemampuan keuangan negara (Warta
Pengawasan, 2015: 11).
Penelitian Surya (2013) mengenai
Evaluasi Penerapan Kebijakan Kepala Desa
Dalam Pengelolaan Administrasi Keuangan
Desa
Empunak
Tapang
Keladan
Kecamatan Ketungau Hulu Kabupaten
Sintang melalui kegiatan yang meliputi:
Tahap Perencanaan Penganggaran, Tahap
Pelaksanaan APBDes, Tahap Pelaporan
APBDes, dan Tahap Pertanggungjawaban
APBDes dilihat dari Azas Umum
Pengelolaan Keuangan Desa (Azas
Transparan, Azas Akuntabel dan Azas
Partisipatif). Metode Penelitian yang
digunakan adalah Kualitatif. Hasil
penelitian menunjukan bahwa Pengelolaan
APBDes dalam Perencanaan Penganggaran
belum dilibatkan masyarakat melalui
kegiatan
Musyawarah
Desa
untuk
menentukan Program kerja yang akan
dilaksanakan
dari
dana
APBDes.
Pelaksanaannya
pada
Pembangunan
infrastruktur Desa sudah ada, hasilnya
belum memuaskan. Pelaporan secara
Akuntabel sudah dilaksanakan walaupun
masih terdapat beberapa kekeliruan pada
Pembukuannya, Transparan Belum adanya
pemberitahuan yang dilakukan secara Fisik
melalui papan Pengumuman pada Kantor
Desa kepada Masyarakat setempat.
Pertanggungjawaban Hanya di laporkan ke
Pemerintah Sedangkan ke Masyarakat
Belum terlaksana buktinya tidak ada
penyampaian Penggunaan Dana APBDes
Melalui Musyawarah Kepada Masyarakat.
Dengan adanya dana desa yang
tepat sasaran, tepat jumlah, dan tepat waktu,
serta dikelola dengan efisien, efektif, dan
ekonomis,
diharapkan
kesejahteraan
masyarakat dapat meningkat dengan cepat
terutama bagi masyarakat desa dalam
peningkatan kesejahteraannya. Untuk
menunjang pelayanan prima kepada
masyarakat di tingkat desa, dibutuhkan
Kepala Desa serta perangkatnya yang
mampu dalam melayani kebutuhan
masyarakat
khususnya
di
bidang
administrasi. Pengetahuan administrasi di
tingkat desa memang sangat minim,
terutama masalah administrasi anggaran
bantuan sosial dan pembangunan desa.
IDENTIFIKASI DAN PERUMUSAN
MASALAH
Permasalahan yang dialami oleh
Aparatur Pemerintah Desa di Kecamatan
Sawan Kabupaten Buleleng adalah:
minimnya pengetahuan administrasi di
tingkat Desa, padahal hal ini sangat penting
bagi Kepala Desa dan aparaturnya dalam
memahami perannya sebagai hak pengguna
anggaran dalam pengelolaan keuangan
Desa serta pembuatan pelaporan sesuai
aturan undang-undang yang berlaku dalam
rangka mewujudkan Good Village
Governance (Tata Kelola Pemerintahan
Desa yang baik) dan Clean Government.
METODE PELAKSANAAN
Tujuan Kegiatan
Berdasarkan analisis siatuasi dan
rumusan masalah di atas, maka yang
menjadi tujuan utama dalam program
pegabdian pada masyarakat ini adalah
untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan para Aparatur Pemerintah
Desa di Kecamatan Sawan Kabupaten
Buleleng dalam pengelolaan keuangan
Desa sebagai upaya mewujudkan Good
Village
Governance
(Tata
Kelola
Pemerintahan Desa yang baik) dan Clean
Government.
6
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
Kerangka Pemecahan Masalah
(Raperdes) tentang pertanggungjawaban
Pelaksanaan APB Desa dan Rancangan
Keputusan
Kepala
Desa
tentang
Pertanggungjawaban
Kepala
Desa.
Sekretaris Desa menyampaikan kepada
Kepala Desa untuk dibahas bersama BPD.
Berdasarkan identifikasi masalah
yang telah dilakukan di lokasi rencana
program ini akan dilaksanakan, diperoleh
kesimpulan bahwa ada seperangkat
permasalahan yang saat ini dihadapi yaitu
minimnya pengetahuan administrasi di
tingkat Desa, padahal hal ini sangat penting
bagi Kepala Desa dan Aparaturnya dalam
memahami peran strategisnya sebagai hak
pengguna anggaran dalam pengelolaan
keuangan Desa serta pembuatan pelaporan
sesuai aturan undang-undang yang berlaku
dalam rangka mewujudkan Good Village
Governance (Tata Kelola Pemerintahan
Desa yang baik) dan Clean Government.
Pengelolaan
keuangan
Desa
serta
pembuatan pelaporan dalam rangka
mewujudkan Good Village Governance
(Tata Kelola Pemerintahan Desa yang baik)
dan Clean Government, akan diawali
dengan orientasi lapangan, dilanjutkan
dengan identifikasi masalah, studi literatur,
dan oprasionalisasi kegiatan.
Metode Kegiatan
Sesuai dengan fokus masalah dan
tujuan dari kegiatan ini, maka metode yang
digunakan adalah Metode yang digunakan
dalam kegiatan ini adalah metode praktik
langsung dimana materi atau soal-soal telah
disesuikan dengan kondisi kegiatan desa
sehari-hari. Hal ini bertujuan untuk
memberikan pemahaman bagi para
Bendahara dan Sekretaris Desa di
Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng
sehingga mampu untuk menerapkan dalam
pelaksanaannya. Adapun materi yang
diberikan
selama
pelatihan
dan
pendampingan meliputi : (1) penatausahaan
administrasi keuangan Desa dengan pokok
pembahasan pelaksanaan pencatatan pada
buku kas umum (BKU) dan buku-buku
pembantunya, (2) penyusunan kelengkapan
bukti pembayaran (pengeluaran) yang akan
dijadikan sebagai Surat Pertanggung
Jawaban (SPJ). Lama pelaksanaan kegiatan
adalah 6 (enam) bulan.
Khalayak Sasaran
Khalayak sasaran strategis dalam
kegiatan ini adalah para Aparatur
Pemerintah Desa di Kecamatan Sawan
Kabupaten Buleleng yang terdiri atas
Bendahara Desa dan Sekretaris Desa.
Bendahara Desa yang ditunjuk oleh Kepala
Desa untuk menerima, menyimpan,
menyetorkan,
menatausahakan,
membayarkan,
dan
mempertanggungjawabkan keuangan Desa
dalam rangka pelaksanaan APB Desa.
Bendahara wajib melakukan pencatatan
setiap penerimaan dan pengeluaran serta
melakukan tutup buku setiap akhir bulan
secara tertib. Sedangkan Sekretaris Desa
menyusun Rancangan Peraturan Desa
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sesuai dengan permasalahan yang
dialami oleh Aparatur Pemerintah Desa di
Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng
adalah:
minimnya
pengetahuan
administrasi di tingkat Desa, padahal hal ini
sangat penting bagi Kepala Desa dan
aparaturnya dalam memahami peran
strategisnya sebagai hak pengguna
anggaran dalam pengelolaan keuangan
Desa serta pembuatan pelaporan sesuai
aturan undang-undang yang berlaku dalam
7
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
rangka mewujudkan Good Village
Governance (Tata Kelola Pemerintahan
Desa yang baik) dan Clean Government.
Melalui
pelatihan
dan
pendampingan ini diharapkan para
Aparatur Pemerintah Desa di Kecamatan
Sawan Kabupaten Buleleng dapat membuat
(1) penatausahaan administrasi keuangan
Desa berupa pencatatan pada buku kas
umum
(BKU)
dan
buku-buku
pembantunya, (2) penyusunan kelengkapan
bukti pembayaran (pengeluaran) yang akan
dijadikan sebagai Surat Pertanggung
Jawaban (SPJ) sehingga nantinya dapat
meminimalisir resiko Fraud seperti: (1)
Program dan Kegiatan pada RPJMDes,
RKPDes, dan APB Des tidak sesuai
aspirasi/kebutuhan masyarakat desa; (2)
Kegagalan
menyelenggarakan
Siklus
Pengelolaan Keuangan Desa yang sehat. (3)
Kegagalan atau keterlambatan penyusunan
Laporan Penyelenggaraan Pemerintah
Desa,
termasuk
Laporan
Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan
APBDes. (4) Pengelolaan Aset Desa yang
tidak efisien dan efektif. (5) Penggunaan
Kas Desa secara tidak sah (Theft of Cash on
Hand). (6) Mark up dan atau Kick Back
pada
Pengadaan
Barang/Jasa.
(7)
Penggunaan Aset Desa untuk kepentingan
pribadi Aparat Desa secara tidak Sah
(misuse atau larceny)
Jika dilihat dari fenomena yang ada
maka sebagian besar aparatur pengelola
keuangan desa belum memiliki kualitas
Sumber daya Manusia yang memadai
dalam pengelolaan keuangan. Jika dilihat
secara teoritis, pembukuan merupakan
proses pencatatan yang dilakukan secara
teratur untuk mengumpulkan data dan
informasi keuangan suatu perusahaan atau
organisasi. Pencatatan itu meliputi harta,
kewajiban, modal, penghasilan dan biaya,
serta jumlah harga perolehan dan
penyerahan barang atau jasa, yang ditutup
dengan menyusun laporan keuangan berupa
neraca , dan laporan laba rugi untuk periode
tahun fiskal tersebut. Pembukuan dapat
digunakan sebagai alat kontrol keuangan
usaha. Kita dapat mengetahui biaya-biaya
mana yang tidak perlu, biaya mana yang
merupakan pemborosan (inefisiensi).
Sehingga biaya tersebut dipotong dan akan
mengefisienkan usaha dengan lebih baik.
Tanpa adanya pembukuan, hal tersebut
tidak akan mungkin bisa dilakukan, karena
secara nyata angka itu tidak pernah tercatat.
Dengan melakukan pembukuan
berarti kita sudah berperan sebagai warga
negara yang baik, yaitu dengan melaporkan
pajak hasil usaha yang dilakukan.
Perhitungan pajak didasarkan pada laporan
keuangan usaha yaitu dari neraca dan
laporan laga rugi. Pembukuan usaha, yang
nantinya berakhir ke dalam bentuk laporan
keuangan dapat digunakan sebagai dasar,
layak tidaknya usaha tersebut jika
menerima tambahan modal dari pihak lain
seperti investor, pihak perbankan, dan
perusahaan ventura. Dasar laporan
keuangan ini merupakan ketentuan wajib
bagi lembaga keuangan untuk berinvestasi
di perusahaan tersebut, karena laporan
keuangan ini menunjukkan baik tidaknya
kondisi perusahaan, dilihat dari untungrugi, efisien-boros, dan pengelolaan aset
usaha.
Kendala-kendala yang dihadapi
oleh aparatur desa dalam pengelolaan
keuangan di Kecamatan Sawan Kabupaten
Buleleng yaitu (1) Kurangnya Sumber
Daya manusia yang ada dalam Pengelolaan
Keuangan Desa, dimana rata-rata memiliki
pemahaman yang kurang mengenai
penyusunan laporan keuangan dan
kurangnya pemahaman mengenai aturanaturan yang ada, (2) Dana yang dikucurkan
ke Desa jumlahnya sangat besar, sedangkan
8
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
Sumber Daya Manusia yang menangani
hanya satu orang saja dan belum memahami
mengenai teknik penghitungan pajaknya,
(3) beberapa bukti transaksi yang diterima
belum seluruhnya dilengkapi seperti surat
kerjasama dengan rekanan, dan lain-lain,
(4) kurangnya pemahaman pengelola
keuangan desa mengenai cara penyusunan
Rancangan Anggaran Biaya (RAB).
Keuangan Desa adalah semua hak
dan
kewajiban
dalam
rangka
penyelenggaraan pemerintahan desa yang
dapat dinilai dengan uang termasuk
didalamnya segala bentuk kekayaan yang
berhubungan dengan hak dan kewajiban
desa tersebut. Pengelolaan Keuangan Desa
adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi
perencanaan,
penganggaran,
penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan Desa.
Pemegang
Kekuasaan
Pengelolaan
Keuangan Desa adalah Kepala Desa yang
karena jabatannya mempunyai kewenangan
menyelenggarakan
keseluruhan
pengelolaan keuangan desa. Pelaksana
Teknis Pengelolaan Keuangan Desa yang
selanjutnya disebut PTPKD adalah
perangkat desa yang ditunjuk oleh Kepala
Desa untuk melaksanakan pengelolaan
keuangan
desa.
Bendahara
adalah
perangkat desa yang ditunjuk oleh Kepala
Desa untuk menerima, menyimpan,
menyetorkan,
menatausahakan,
membayarkan dan mempertanggungjawabkan keuangan desa dalam rangka
pelaksanaan APBDesa.
Rencana Pembangunan Jangka
Pendek (tahunan) yang selanjutnya disebut
Rencana Kerja Pembangunan Desa
(RKPDesa) adalah hasil musyawarah
masyarakat desa tentang program dan
kegiatan yang akan dilaksanakan untuk
periode 1 (satu) tahun. Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Desa
yang selanjutnya disingkat RPJMDes
adalah dokumen perencanaan desa untuk
periode 5 (lima) tahun.
Setelah diberikan pelatihan dan
pendampingan para aparatur pemerintah
desa yang ada di Kecamatan Sawan
Kabupaten Buleleng mengakui mereka
memiliki kemampuan dan keterampilan
yang
memadai
dalam
membuat
pertanggungjawaban yang digunakan untuk
menghitung aliran masuk dan keluarnya
dana. Adapun hasil dari kegiatan pelatihan
pengelolaan keuangan desa di Kecamatan
Sawan Kabupaten Buleleng, yaitu:
sebagian besar para aparatur pemerintah
desa dapat membuat: (1) penatausahaan
administrasi keuangan Desa berupa
pencatatan pada buku kas umum (BKU)
dan
buku-buku
pembantunya,
(2)
penyusunan kelengkapan bukti pembayaran
(pengeluaran) yang akan dijadikan sebagai
Surat Pertanggung Jawaban (SPJ) sehingga
nantinya dapat meminimalisir resiko Fraud
PENUTUP
Kesimpulan
Pelatihan
dan
Pendampingan
kegiatan P2M tersebut dilakukan pada
bulan Juni di Desa Kerobokan Kecamatan
Sawan dengan mendatangkan tim pakar
dari Universitas Pendidikan Ganesha,
khususnya pakar pembukuan dari jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi. Adapun alur
pelatihan Pengelolaan Keuangan Desa
dimulai dari: (a) penyiapan bahan
administrasi sesuai dengan kebutuhan
pelaksanaan pelatihan, (b) melakukan
koordinasi
dengan
para
aparatur
pemerintah desa di Kecamatan Sawan
Kabupaten Buleleng, (c) menyiapkan
materi pelatihan,
(d) menyiapkan
narasumber yang memiliki kompetensi
sesuai dengan target dan tujuan pelatihan
9
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
(pakar Akuntansi), dan (e) menyiapkan
jadwal pelatihan selama 1 hari efektif, (f)
penatausahaan administrasi keuangan Desa
berupa pencatatan pada buku kas umum
(BKU) dan buku-buku pembantunya, (g)
penyusunan kelengkapan bukti pembayaran
(pengeluaran) yang akan dijadikan sebagai
Surat Pertanggung Jawaban (SPJ) sehingga
nantinya dapat meminimalisir resiko
Fraud, (h) persentasi hasil pelatihan, (i)
koreksi dari pakar, dan (j) memberikan
hasil membuat pembukuan serta laporan
keuangan.
Setelah diberikan pelatihan dan
pendampingan para aparatur pemerintah
desa yang ada di Kecamatan Sawan
Kabupaten Buleleng mengakui mereka
memiliki kemampuan dan keterampilan
yang
memadai
dalam
membuat
pertanggungjawaban yang digunakan untuk
menghitung aliran masuk dan keluarnya
dana. Adapun hasil dari kegiatan pelatihan
pengelolaan keuangan desa di Kecamatan
Sawan Kabupaten Buleleng, yaitu:
sebagian besar para aparatur pemerintah
desa dapat membuat: (1) penatausahaan
administrasi keuangan Desa berupa
pencatatan pada buku kas umum (BKU)
dan
buku-buku
pembantunya,
(2)
penyusunan kelengkapan bukti pembayaran
(pengeluaran) yang akan dijadikan sebagai
Surat Pertanggung Jawaban (SPJ) sehingga
nantinya dapat meminimalisir resiko
Fraud.
Saran
Ada beberapa hal yang bisa dijadikan
rekomendasi dari pelaksanaan pengabdian
masyarakat ini yaitu:
• Pemberian dana ke desa yang begitu
besar, jumlah pelaporan yang beragam
serta adanya titik kritis dalam
pengelolaan keuangan desa tentunya
menuntut tanggung jawab yang besar
pula oleh Aparat Pemerintah Desa.
•
Pengelolaan
keuangan
tersebut
hendaknya dilakukan oleh Sumber
Daya Manusia
yang memiliki
pemahaman
dan
pengetahuan
mengenai
hal
tersebut
untuk
menghindari terjadinya fraud. Oleh
karena itu, Pemerintah Desa harus bisa
menerapkan prinsip akuntabilitas
dalam pengelolaan keuangan desa,
dimana
semua
akhir
kegiatan
penyelenggaraan Pemerintah Desa
harus dapat dipertanggungjawabkan
kepada masyarakat desa sesuai
ketentuan sehingga terwujud Tata
Kelola Pemerintahan Desa yang Baik
(Good Village Governance).
Aparat Pengawasan Intern Pemerintah
(APIP) memiliki peran penting dalam
pengawalan akuntabilitas pengelolaan
keuangan desa baik dari sisi Assurance
maupun
Konsultansi
dengan
melakukan identifikasi titik kritis
dalam pengelolaan keuangan desa
dalam rangka menentukan langkah
pengawalan sesuai peran masingmasing.
•
DAFTAR PUSTAKA
• Abdillah, T., dan Tuloli, M, S.
2014. Rancang Bangun Aplikasi
Kontrol Pengelolaan Keuangan
Desa. Laporan Akhir Penelitian
Hibah
Bersaing.
Universitas
Gorontalo.
• Hamzah, A. 2013. Perspektif
Kritis-Konsep
dan
Aplikasi
Penyusunan Laporan Keuangan
Berbasis PP Nomor 71 Tahun 2010
beserta Analisis Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah, Pengukuran
Kinerja Organisasi Sektor Publik,
pelaporan Keuangan Organisasi
Nirlaba. Surabaya: CV Pustaka.
10
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
• Kurnia, B. 2015. Waspadai Titik
Kritis, Wujudkan Good Village
Governance. Warta Pengawasan 14
VOL XXII/ Edisi HUT ke -70 RI/
2015 hal 16-17.
• Lestari, A, K, D., Atmadja, A,
T., dan Adiputra, I, M, P. 2014.
Membedah Akuntabilitas Praktik
Pengelolaan
Keuangan
Desa
Pakraman
Kubutambahan,
Kecamatan
Kubutambahan,
Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali
(Sebuah Studi Interpretif Pada
Organisasi Publik Non
• Kepala
Desa
Dalam
Pengelolaan
Administrasi
Keuangan Desa Empunak Tapang
Keladan.
Artikel
Penelitian
Universitas Tanjungpura Pontianak.
• Yabbar, R., dan Hamzah, A.
2015. Tata Kelola Pemerintahan
Desa-Dari Peraturan di Desa
Hingga Pengelolaan Badan Usaha
Milik Desa-Dari Perencanaan
Pembangunan
Desa
Hingga
Pengelolaan Keuangan Desa.
Surabaya: Pustaka.
• https://wordpress.com/gambara
n-umum-wilayah-kabupatenbuleleng
• http://sawan.bulelengkab.go.id
• https://syukriy.wordpress.com/
2008/06/16/pengelolaan-keuangandesa-apa-yang-baru/
• Pemerintahan). e-Journal Vol: 2
No:1 Tahun 2014. Universitas
Pendidikan
Ganesha
Jurusan
Akuntansi Program S1
• Manopo,
D,
C.
2015.
Pelaksanaan Akuntabilitas Dalam
Penyelenggaraan Pemerintah Desa
(Studi Di Desa Warisa, Kecamatan
Talawaan, Kabupaten Minahasa
Utara).
Download:
http//www.google.com.
• Simanjuntak, B, H. 2015.
Standar Akuntansi dan Pelaporan
Keuangan Dorong Akuntabilitas
Desa. Warta Pengawasan 14 VOL
XXII/ Edisi HUT ke -70 RI/ 2015
hal 14-15. Surya, K., Tomas, Y.,
dan Genjik, B. 2013. Evaluasi
Penerapan Kebijakan
11
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
IPTEKS BAGI INOVASI DAN KREATIVITAS KAMPUS (IbIKK)
BIBIT BUAH-BUAHAN LANGKA BALI
Jhon Hardy Purba1), Putu Suwardike2), I Dewa Nyoman Arta Jiwa3)
1
Fakultas Pertanian Universitas Panji Sakti, Singaraja, 2Fakultas Pertanian Universitas Panji Sakti, Singaraja,
3
Fakultas Ekonomi Universitas Panji Sakti, Singaraja
Email: [email protected]
Abstract
IbIKK program for three years (2014-2016) aims to: (1) increase the college self-funding, (2)
development of entrepreneurial culture, (3) provide for apprenticeship/research, (4) preservation of germplasm
of rare fruits of Bali, and (5) improving welfare. Outcomes target: (1) seed and rare fruits of Bali in pot, (2)
consulting/ training, (3) apprenticeship and research, (4) new entrepreneurs, (5) published articles, (6) turnover,
and (7) preservation ofBali rare fruits. Realize these goals is done by optimizing the infrastructure and capital
usage coming from Ditlitabmas Ristekdikti and the Unipas. Results achieved: (1) seeds of rare fruits of Bali, (2)
equipment for agronomic purposes and and students practicum, (3) student practicum with supporting facilities;
(4) rare Balinese fruit plants in pots, (5) student research. In the future after IbIKK contract with Ditlitabmas
Ristekdikti completed by the end of 2016, IbIKK program will become a business unit of the Faculty of
Agriculture, Unipas.
Keywords: IbIKK, seed, tabulampot, rare fruits, local Bali.
Abstrak
Program IbIKK selama tiga tahun (2014-2016) bertujuan untuk: (1) meningkatkan kemandirian
pendanaan kampus, (2) pengembangan budaya kewirausahaan, (3) menyediakan tempat magang/penelitian, (4)
pelestarian plasma nutfah tanaman buah-buahan langka Bali, dan (5) meningkatkan kesejahteraan. Target
luaran: (1) bibit dan tabulampot buah-buahan langka Bali, (2) jasa konsultasi/pelatihan, (3) Magang/penelitian
mahasiswa, (4) wirausaha baru, (5) artikel yang dipublikasikan, (6) omzet, dan (7) pelestarian buah-buahan
langka Bali. Mewujudkan tujuan tersebut dilakukan dengan mengoptimalkan sarana dan prasarana yang sudah
ada dan penggunaan modal kerja yang berasal dari Ditlitabmas Dikti dan Universitas Panji Sakti. Hasil yang
dicapai: (1) Bibit buah-buahan langka Bali, (2) Peralatan agronomis untuk keperluan IbIKK dan praktikum
mahasiwa, (3) Tempat praktikum mahasiswa dengan sarana pendukungnya; (4) Tanaman buah langka Bali
dalam Pot (Tabulampot), (5) Tempat penelitian mahasiswa. Proyeksi kedepan setelah kontrak IbIKK dengan
Ditlitabmas Dikti selesai pada akhir tahun 2016, program IbIKK menjadi unit usaha Fakultas Pertanian
Universitas Panji Sakti.
Kata Kunci : IbIKK, bibit bermutu, tabulampot, buah langka, lokal Bali.
I. PENDAHULUAN
Pulau Bali yang hanya memiliki
luas wilayah 563.286 Ha atau 0,29% dari
luas kepulauan Indonesia juga dikenal
memiliki beragam jenis buah-buahan khas
tropis (lokal), seperti Salak Bali (Zalaca
edulis Linn.), Jeruk Bali (Citrus grandis L.
Osbeck), Jerungga (Citrus maxima Merr.),
Jeruk Keprok Tejakula, Jeruk Kintamani,
Anggur Bali (Alphonso de lavalle Cv.
Bali), beberapa jenis durian (Durio
zibethinus Murr.), pisang (Musa sp.),
mangga (Mangifera indica L.), wani
(Mangifera caesia var. Ngompen), sentul
(Sandoricum koetjape Merr.), badung,
kawista (Limonia acidissima), delima
(Punica granatum L.), mundeh (Garcinia
dulcis), klasem atau kaliasem (Eugenia
polycepaia
Mig.),
pangi,
kucacil
(Schleichera oleosa Merr.), juwet
(Eugenia cumini Merr.), kepuh, teep, boni
(Antidesma nunius), kem atau rukem
(Flacuortia indica Merr.), lobi-lobi
(Flacaurita inermis Roxb), katilampo atau
batulampo (Elaeocarpus sp.), dan lainlain. Saat ini, keberadaan beberapa jenis
diantaranya mulai jarang dijumpai. Jenis
buah-buahan lokal yang keberadaannya
mulai jarang ditemukan di wilayah
Provinsi Bali adalah seperti tersaji pada
12
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
Lampiran 5. Laporan Status Lingkungan
Hidup (SLHD) Provinsi Bali (2011)
menyebutkan beberapa diantara jenis
tanaman tersebut keadaanya terancam.
Menurut International Union for the
Conservation of Nature and Natural
Resources (IUCN), suatu tumbuhan
dikatakan terancam (threatened) jika
memenuhi tiga kategori yaitu kritis
(Critically Endangered/CR), genting
(Endangered/EN)
atau
rentan
(Vulnerable/VU).
Mempertimbangkan pentingnya
pelestarian jenis tanaman buah-buahan
lokal, khususnya yang keadaannya mulai
langka,
maka
Fakultas
Pertanian
Universitas Panji Sakti menaruh perhatian
yang serius terhadap pelestarian buahbuahan
tersebut
melalui
kegiatan
pengembangan Iptek bibit tanaman buahbuahan langka. Disamping melalui
kegiatan penelitian, upaya pelestarian
tanaman buah-buahan langka juga
dilakukan melalui pembinaan teknis
pembuatan bibit yang baik dan kerjasama
pemasaran dengan UD. Flora Dewata di
Desa Temukus, Kecamatan Banjar dan
CV. Karya Merta Wangi di Desa Suwug,
Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng.
Tahun ini (2013), Fakultas Pertanian
Universitas
Panji
Sakti
sedang
menyiapkan bibit Sentul dan Badung
sebanyak 500 batang untuk kegiatan
rehabilitasi lahan di Kecamatan Nusa
Penida, Kabupaten Klungkung dan 500
batang bibit Mangga Amplemsari, Durian
Bestala dan Wani Ngompen untuk
kegiatan penanaman di Kecamatan Sawan
dan Busungbiu.
1.1. Survey Pasar
Saat ini terdapat lebih dari 35
penangkar bibit tanaman dan lebih dari
100 pedagang bibit di Provinsi Bali yang
tersebar di 9 Kabupaten/Kota. Sebagian
penangkar terfokus pada penangkaran
tanaman hortikultura, seperti tanaman
hias, buah-buahan dan biofarmaka,
sedangkan sebagian lainnya terfokus pada
penangkaran tanaman kehutanan atau
kelompok kayu-kayuan. Usaha yang
ditekuni lebih berorientasi bisnis dan
jarang
dipadukan
dengan
upaya
pelestarian, sehingga komoditi yang
dipasarkan adalah bibit jenis tanaman yang
populer atau digemari masyarakat.
Penjualan bibit di Bali dilakukan
melalui beberapa cara, yaitu order melalui
penangkar/pengusaha bibit, penjualan
langsung melalui outlet bibit, dan
penjualan melalui pedagang bibit keliling.
Seorang pedagang pengecer bibit buahbuahan mampu menjual bibit antara 200300 batang/bulan atau mencapai 20.00030.000 batang untuk seluruh Bali/bulan.
Volume penjualan bibit melalui order
langsung ke penangkar lebih banyak lagi.
Berdasarkan data Dinas Pertanian dan
Peternakan Kabupaten Buleleng (2012),
permintaan bibit tanaman buah-buahan
dari berbagai daerah di Indonesia ke
penangkar bibit di Kabupaten Buleleng
rata-rata mencapai 809.000 batang per
tahun. Sementara, kemampuan produksi
14 penangkar bibit hortikultura yang resmi
terdaftar di Buleleng rata-rata baru
mencapai 438.241 batang/tahun atau
sekitar 54,17% dari total permintaan.
Kekurangan bibit tersebut dipenuhi
melalui pemasokan bibit dari luar Bali,
khususnya Jawa Timur.
1.2. Spesifikasi Produk
Memperhatikan
faktor-faktor
penyebab rendahnya keberhasilan tumbuh
tanaman pasca transplanting, maka bibit
sebagai produk utama program IbIKK
Bibit Buah-buahan Langka Bali dirancang
memiliki spesifikasi dengan keunggulan
bibit bermutu baik.
13
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
Mutu bibit dimaksud mencakup mutu
genetik, mutu fisik dan mutu fisiologis.
Untuk menjamin mutu genetik bibit,
dilakukan melalui pemilihan induk sumber
benih atau mata tunas atau batang atas
(entres) dengan cara sebagai berikut.
Untuk menjamin mutu fisik bibit,
dilakukan melalui: a) Pemilihan biji,
seedling (untuk batang bawah), mata
tempel dan entres yang seragam dan sehat;
b) Menerapkan SOP produksi bibit dengan
baik; c) Mengatur jadwal pembuatan bibit
agar pada saat penanaman kondisi bibit
dalam keadaan baik; d) Membekali pekerja
dengan pengetahuan dan ketrampilan
pembuatan dan penanganan bibit yang
benar. Untuk menjamin mutu fisiologis
bibit, dilakukan melalui: a) Pemanen
buah/biji masak fisiologi atau memiliki
kematangan yang cukup (tidak terlalu
muda atau tidak terlalu tua) dan
penanganan benih dengan baik; b)
Menerapkan SOP produksi bibit dengan
baik; c) Membekali pekerja dengan
pengetahuan dan ketrampilan pembuatan
bibit yang benar; d) Bibit lebih tahan
cekaman kekeringan yang dihasilkan
melalui aplikasi mikroorganisme (agens
hayati) jamur dari genus Trichoderma dan
Bakteri dari genus Bacillus.
1.3. Kaitan Produk dengan Temuan
dan HKI Perguruan Tinggi
Program IbIKK ini terlaksana
sebab didukung beberapa hal yang
berhubungan dengan bidang yang
dikelola. Ada 2 (dua) usaha penangkar
bibit yang selama ini telah dibantu dan
dibina
oleh
Fakultas
Pertanian
Universitas Panji Sakti, yaitu UD. Flora
Dewata dan CV. Karya Merta Wangi.
Tim
Fakultas
Pertanian
Unipas
memberikan
pendampingan
teknis
produksi bibit dan kerjasama pemasaran
dengan kedua perusahaan tersebut.
Keunggulan komparatif dari
produk IbIKK ini adalah: (a) dihasilkan
bibit bermutu dan lebih tahan cekaman
kekeringan dari jenis buah-buahan yang
tergolong langka di Bali; (b) dihasilkan
jasa konsultasi teknik produksi bibit
tanaman buah-buahan langka, sekaligus
media edukasi bagi siswa, mahasiswa
maupun masyarakat umum, dan (c)
dihasilkannya buku tentang Buahbuahan
Langka
Bali:
Liku-liku
Pelestarian dan Pengembangannya.
1.4. Dampak dan Manfaat IbIKK dari
Aspek Sosial Ekonomi
IbIKK Bibit Buah-buahan Langka
Bali memberikan dampak dan manfaat
positif bagi perguruan tinggi (Universitas
Panji Sakti), masyarakat, daerah maupun
secara nasional.
II. TARGET LUARAN
Dengan
mempertimbangkan
ketersediaan bahan baku, kapasitas
produksi, lamanya waktu proses produksi,
kemampuan manajerial, kemampuan
promosi dan pangsa pasar yang ada,
ketersediaan SDM, fasilitas yang ada, dan
kemampuan finansial yang tersedia, maka
target luaran IbIKK pada tahun III
ditetapkan seperti tercantum pada Tabel 1.
Target-target luaran merupakan
bagian tak terpisahkan dari jadwal kerja
tahunan IbIKK Bibit Buah-buahan Langka
Bali. Selanjutnya, untuk menghasilkan
produk di atas, maka diterapkan berbagai
pilihan Iptek yang secara skematis pada
Gambar 1.
14
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
Tabel 1. Target Luaran IbIKK Buah-buahan Langka Bali pada Tahun III
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Jenis Luaran
Bibit (batang)
Tabulampot (pot)
Jasa konsultasi usaha/pelatihan
Magang/penelitian mahasiswa
Wirausaha baru
Buku (judul)
Artikel Publikasi (judul)
Omzet penjualan (Rp.)
III. METODE PELAKSANAAN
3.1.Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan
meliputi : benih, biji untuk batang bawah
(understem), mata tempel, entres, media
pesemaian, media bibit, agens hayati dan
sarana produksi (saprodi). Spesifikasi
bahan baku yang dibutuhkan untuk
produksi bibit sebagai berikut.
Terget Luaran Tahun III
41.200
300
6
5
4
1
1
369.000.000
Mengingat bibit yang diproduksi
merupakan buah-buahan langka, maka
ketersediaan bahan baku terutama benih,
mata tempel dan entres tentulah sangat
terbatas. Untuk itu, tim pelaksana IbIKK
telah mengatur pola pengelolaan bahan
baku secara cermat.
Gbr. 1. Pilihan iptek dan proses untuk menghasilkan luaran IbIKK Bibit Buah-buahan
Langka
Bali
BPSP Provinsi Bali. Lama waktu yang
3.2. Proses Produksi
dibutuhkan untuk menghasilkan bibit asal
Untuk menjamin mutu produk,
biji, bibit asal okulasi/grafting dan
proses produksi bibit hasil perbanyakan
tabulampot
berbeda-beda.
Proses
generatif diawasi oleh staf quality control.
pembuatan bibit asal biji sampai dengan
Sedangkan untuk bibit hasil okulasi dan
siap dipasarkan perlu waktu sekitar 6
grafting, disamping diawasi oleh staf
bulan. Untuk bibit asal okulasi/grafting
quality control, juga dibawah pengawasan
sekitar 1 (satu) tahun, dan untuk
15
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
tabulampot minimal 1 tahun sejak bibit
ditanam dalam pot.
3.3. Pemasaran
Perkiraan luasan pasar potensial
penerima produk IbIKK Bibit Buahbuahan Langka Bali adalah sebagai
berikut: a) Instansi pemerintah/swasta
(50%); b) Penangkar/Pengusaha Bibit di
Provinsi Bali (kemitraan) (30%); c)
Outlet/Showroom (10%); d) Perorangan
(10%).
Untuk
memasyarakatkan
informasi kegiatan usaha dan produk
IbIKK ini ditempuh dengan beberapa cara,
yaitu: 1) Publikasi melalui media
elektronik berupa media sosial di internet,
radio, papan nama, tabloid; 2) Selebaran,
brosur,
leaflet
dan
poster;
3)
Mengembangkan pola kemitraan dengan
penangkar-penangkar bibit dan pedagang
bibit di seluruh Bali; 4) Mengembangkan
kerjasama pengembangan tanaman buahbuahan langka Bali dengan
Dinas
Pertanian Provinsi Bali, Dinas yang
membidangi
pertanian
di
tingkat
kabupaten se Provinsi Bali dan
Badan/Kantor
yang
membidangi
kehutanan dan lingkungan hidup
kabupaten se Provinsi Bali, dan BPDAS
Unda Anyar; 5) Pameran-pameran
pertanian.
3.4. Sumberdaya Manusia
Pelaksanaan program IbIKK Bibit
Buah-buahan Langka Bali dukung oleh
sumberdaya manusia (SDM) yang
memiliki latar belakang pendidikan dan
pengalaman relevan dengan usaha yang
dikembangkan.
3.5. Fasilitas
Lokasi kantor IbIKK dan
showroom produk IbIKK terletak di Jl.
Bisma No. 22 Singaraja. Sedangkan
aktivitas produksi bibit difokuskan di
Laboratorium dan Kebun Percobaan
Agroteknologi Fakultas Pertanian Unipas.
IV. HASIL YANG DICAPAI
Pembuatan bibit buah-buahan
langka Bali merupakan usaha dan/atau
kegiatan yang telah dirintis sejak beberapa
tahun oleh Fakultas Pertanian Universitas
panji Sakti melalui UPT. Pembibitan
tanaman. Oleh karena itu, sampai dengan
jelang akhir tahun 2015 disamping telah
memproduksi bibit juga telah mampu
menjual/memasarkan
bibit
kepada
masyarakat. Hasil yang telah dicapai
sampai dengan jelang akhir tahun 2015
adalah sebagai berikut.
1. Koordinasi internal tim pelaksana,
dengan pimpinan fakultas dan
universitas.
2. Pemeliharaan dan Perluasan Rumah
Paranet/Agronet
(rumah
bibit)
sebagai showroom bibit. Rumah
paranet/agronet telah dibangun pada
pelaksanaan IbIKK Bibit buahbuahan langka Bali tahun 2014 (tahun
I). Pada tahun 2015 dilakukan
pemeliharaan rumah paranet/agronet
dan perluasan agronet.
3. Penyediaan Peralatan Agronomis dan
Penunjang Usaha
Untuk keperluan agronomis telah
dilakukan juga pengadaan peralatan
agronomis untuk keperluan IbIKK
dan kegiatan praktikum mahasiwa
seperti Lux meter, soil tester, soil
survey SS 4 in 1, Altimeter, C meter,
Digital calipper, moisture meter,
timbangan digital, wireless pointer,
kamera digital, Digital Multimeter
BEST 9205A - Multitester VOM AC
DC, Refractometer Protein, CO
Carbon Monoxide Gas Detector
Digital, Wireless Weather Station Temperature, Humidity, Clock &
Weather Forecast, Mini Microscope
160-200x
zoom
with
LED,
Gorillapod Large - Flexible Tripod,
16
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
Mini LED Projector, ORP + PH +
Thermometer 3 in, arco dorong, dll.
4. Pembuatan dan Pemasaran Bibit
Pembuatan bibit hingga jelang akhir
tahun 2016 telah mencapai 41.200
batang dan 200 tanaman dalam pot
(tabulampot). Sebagian bibit tersebut
telah
dipasarkan
ke
berbagai
lokasi/daerah dengan total omzet
mencapai lebih dari Rp. 100.000.000,pada 3 triwulan pertama tahun 2016.
5. Penyediaan Jasa Tim Pelaksana IbIKK
Penyediaan Jasa Tim Pelaksana IbIKK
untuk bidang konsultansi di bidang
pertanian secara umum untuk 3
kegiatan pada bidang pertanian dan
lingkungan hidup.
Sebagaian besar program dan
kegiatan yang direncanakan pada tahun
2016 telah dan sedang dalam proses
realisasi. Pembuatan bibit, tabulampot dan
kegiatan pengelolaan usaha lainnya
dilakukan secara kontinu.
Dalam
perjalanan pengelolaan usaha, tantangan
utama yang dihadapi adalah (1)
mendapatkan bahan tanam (benih/bibit)
buah-buahan langka Bali cukup sulit, dan
(2) pemasaran produk juga cukup sulit
karena belum banyak masyarakat
mengenal manfaat buah-buahan tersebut.
Dengan dukungan berbagai pihak,
terutama Pemerintah Provinsi Bali dengan
diberlakukannya Perda tentang Buahbuahan Lokal dan juga dukungan
Pemerintah Kabupaten Buleleng melalui
kebijakan pengembangan buah-buahan
unggulan lokal Buleleng, terutama yang
sudah cukup langka seperti mangga
Amplemsari dan Durian Bestala, maka
secara perlahan usaha bibit buah-buahan
langka Bali mulai berkembang sesuai
harapan.
V.
RENCANA
BERIKUTNYA
TAHAPAN
Untuk mewujudkan target-target usaha
yang telah ditetapkan, maka tim pelaksana
IbIKK Bibit Buah-buahan Langka Bali
akan merealisasikan beberapa rencana
usaha dan kegiatan penunjangnya sebagai
berikut: 1) Melanjutkan produksi bibit
berbagai jenis buah-buah langka Bali; 2)
Memperluas jaringan pemasaran bibit
dengan
membangun
jaringan,
meningkatkan
promosi
melalui
penyebaran
leaflet,
memantapkan
kerjasama dengan Kantor Lingkungan
Hidup Kabupaten Buleleng, Dinas
Pertamanan Kota, SKPD potensial
lainnya; 3) Meningkatkan jumlah
Tabulampot tanaman buah-buahanan
langka Bali hingga berjumlah minimal
300
pot;
4)
Menerima
magang/pratikum/penelitian mahasiswa;
5) Membina wirausaha baru sebanyak
minimal 4 orang; 6) Diversifikasi usaha
selain pembibitan buah-buahan langka
Bali, yaitu: a) jasa layanan konsultasi
pertanian dan lingkungan hidup, b) jasa
pembuatan dan pemeliharaan taman pada
rumah pribadi dan hotel, c) jasa penyewaa
tanaman dan pembuatan dekorasi taman
sekitar panggung dalam momen tertentu
di dalam gedung, 7) Menyusun dan
memublikasikan
artikel
ilmiah
pengabdian kepada masyarakat pada
jurnal nasional, 8) Draf Buku IbIKK Bibit
Buah-buahan Langka Bali, 9) Mengakses
dana bantuan dari berbagai sumber
pendanaan
untuk
menyiapkan
pembangunan
laboratorium
kultur
jaringan untuk perbanyakan secara cepat
bibit buah-buahan langka Bali dan jenis
buah-buahan umum lainnya agar unggul
secara komparatif dan kompetitif dengan
17
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
penangkar bibit lokal lainnya; 10) IbIKK
Bibit Buah-buahan Langka Bali ini akan
dikembangkan menjadi unit bisnis
pertanian pada Fakultas Pertanian,
Universitas Panji Sakti.
VI. SIMPULAN
Berdasarkan pelaksanaan program
IbIKK Bibit Buah-buahan Langka Bali
sampai dengan tulisan ini dibuat, dapat
dirumuskan beberapa simpulan sebagai
berikut: 1) Pelaksanaan program/kegiatan
telah dan akan terus berjalan sehingga
realisasi program/kegiatan dan target
luaran dapat diwujudkan secara optimal
sampai akhir tahun ini, dan pada saat yang
akan datang untuk merespon kebutuhan
pasar terhadap bibit buah-buahan langka
Bali; 2) Program Kegiatan IbIKK Bibit
Buah-buahan Langka Bali selain terkait
aspek ”bisnis kampus” juga mengemban
misi konservasi sumber daya hayati
terutama bibit buah-buahan yang sudah
mulai langka di Bali; 3) Pengembangan
usaha, perlu perencanaan teknis dan biaya
pembangunan
laboratorium
kultur
jaringan guna menunjang perbanyakan
secara cepat bibit buah langka Bali
terutama yang sumber bibitnya sulit
didapat, dan agar lebih unggul dalam
persaingan dengan penangkar bibit
konvensional lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Astirin, O.P.
2000. Permasalahan
Pengelolaan
Keanekaragaman
Hayati di Indonesia. Biodiversitas 1
(1) : 36-40.
BPLH Bali.
2011. Laporan Status
Lingkungan Hidup Daerah Provinsi
Bali Tahun 2011.
Pemerintah
Provinsi Bali, Denpasar.
Husnan, Suad & Suwarsono. 2000. Studi
Kelayakan Bisnis, Edisi Keempat.
Yogyakarta : UPP AMP YKPN.
Ibrahim, Yacob. 2003. Studi Kelayakan
Bisnis Edisi Revisi. Cetakan 2.
Jakarta : Rineka Cipta.
Keputusan Menteri Pertanian No.
511/Kpts/PD.310/9/2006 tentang
Jenis Komoditi Tanaman Binaan
Direktorat Jenderal Perkebunan,
Direktorat
Jenderal
Tanaman
Pangan dan Direktorat Jenderal
Hortikultura.
Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 16
Tahun 2009 tentang RTRW
Provinsi Bali Tahun 2009-2029.
Peraturan Menteri Kehutanan No.
P.01/Menhut-II/2009
tentang
Penyelenggaraan
Perbenihan
Tanaman Hutan.
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor No.
P.16/Menhut-II/2010
tentang
Petunjuk
Teknis
Pelaksanaan
Rehabilitasi Hutan dan Lahan.
Peraturan
Menteri
Pertanian
No.
48/Permentan/SR.120/8/2012
tentang Produksi, Sertifikasi dan
Pengawasan
Peredaran
Benih
Hortikultura.
Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun
2008 Tentang Rehabilitasi dan
Reklamasi Hutan.
Suwardike, P. dan J.H. Purba. 2010. Quo
Vadis Plasma Nutfah Tanaman
Langka Lokal Bali.
Fakultas
Pertanian Unipas, Singaraja.
Suhartini. 2009. Peran Konservasi
Keanekaragaman Hayati dalam
Menunjang
Pembangunan
Berkelanjutan. Dalam Prosiding
Seminar
Nasional
Penelitian,
Pendidikan dan Penerapan MIPA,
Fakultas MIPA, Universitas Negeri
Yogyakarta, 16 Mei 2009.
18
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
PELATIHAN KOSAKATA BAHASA INGGRIS KAJIAN ISLAM
DALAM KEGIATAN SEHARI-HARI UNTUK SANTRI
SALAFIYAH PONDOK PESANTREN DARUL ULUM ALBAROKAH DI KECAMATAN PANGKALAN
Abdul Kodir Al-Baekani,
Universitas Singaperbangsa Karawang (UNSIKA)
[email protected]
Abstract
This activity aims to lead the students of Pondok Pesantren Salafiyah Darul Ulum Al-Barokah in learning
and applying vocabulary of Islamic Words for applying in students’ daily activities. This training is done
once in a week with duration of training around 2x45 minutes. The students memorize and apply the
vocabularies of Islamic Words in translatation of Ayat-Ayat Al-Qur’an and short of Hadist-Hadist which
it uses Arabic Languange during training. In the end of training, the students can be able to use English
language in their daylily activities especially in speech or public speaking.
Keywords : Training, Vocabulary, Speaking
Abstrak
Abdimas ini bertujuan untuk melatih para santri salafiyah Pondok Pesantren Darul Ulum Al-Barokah dalam
pelatihan mempelajari serta menggunakan kosakata Bahasa Inggris kajian Islam untuk dipergunakan dalam
kegiatan sehari-hari. Pelaksanaan pelatihan ini dilakukan satu hari dalam satu minggu dengan durasi
pelatihan selama 2 jam pelajaran (2x45 menit). Para santri menghafal dan mengaplikasikan kosakata bahasa
inggris kajian Islam dalam penterjemahan dari ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadis-Hadis yang berbahasa Arab
selama pelatihan tersebut. Pada akhir pelatihan diharapkan para santri salafiyah mampu menggunakan
bahasa inggris dalam kegiatan sehari-hari di Pondok Pesantren tersebut khususnya dalam berpidato atau
ceramah.
Kata Kunci : Pelatihan, Kosakata Bahasa Inggris Kajian Islam, Berbicara Bahasa Inggris
ANALISIS SITUASI
Pendidikan merupakan perihal penting
dalam kehidupan. Terdapat dua jenis
pendidikan yaitu pendidikan formal dan
pendidikan informal. Dalam pendidikan
informal dapat diselenggarakan oleh
berbagai macam lembaga pendidikan,
seperti kursus, bimbel dan lain-lain.
Pondok pesantren juga merupakan lembaga
informal yang didalamnya mempelajari
ilmu-ilmu agama islam. Terdapat dua jenis
pondok pesantren yang berbeda dari segi
pembelajarannya, yaitu pondok pesantren
salafiyah dan pondok pesantren modern.
Pondok pesantren modern menggunakan
kurikulum pembelajaran yang didalamnya
tidak hanya mengajarkan ilmu-ilmu agama
tetapi ilmu umumpun diajarkan, seperti ilmu
atau mata pelajaran yang ada di pendidikan
formal, tak terkecuali mata pelajaran bahasa
inggris.
Adapun di pesantren salafiyah ilmu umum
seperti mata pelajaran bahasa Inggris tidak
diajarkan. Di pondok pesantren ini peserta
didik hanya mempelajari ilmu-ilmu agama
yang biasa disebut ilmu kitab kuning.
Peserta didik di dalam lembaga pondok
pesantren biasa disebut santri. Santri yang
ada di dalam pondok pesantren mempelajari
ilmu agama baik di pondok pesantren
modern maupun di pondok pesantren
salafiyah. Setiap hari para santri belajar ilmu
19
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
agama yang terdapat dalam kitab kuning.
Kitab kuning ditulis bahasa Arab dan bahasa
Melayu. Bahas Arab yang dipelari pertama
kali oleh santri ialah tata bahasa Arab atau
biasa disebut ilmu alat yang didalamnya
terdapat ilmu nahwu dan shorof karena
dalam kitab kuning tidak lengkap dengan
harkat untuk dibaca. Komunitas santri sering
menyebutnya Arab gundul.
Di pesantren modern para santri tidak hanya
mempelajari itu tetapi juga mempelajari
ilmu umum seperti belajar berbicara bahasa
Inggris. Lain hal yang diajarkan di pondok
pesantren salafiyah yang tidak mengajarkan
ilmu umum seperti para santri belajar
berbicara
(pidato)
bahasa
Inggris.
Masalahnya ialah selain tidak termaktub
dalam kurikulum pondok pesantren, tetapi
juga para pengajar yang biasa disebut ustad
tidak begitu faham tentang ilmu umum
seperti berbicara bahasa Inggris, bahkan
hampir semua pengajar pondok pesantern
salafiyah yang ada di kecamatan Pangkalan
kualifikasi pendidikan umumnya hanya
setara SLTP.
Adapun jumlah santri di dalam pondok
pesantren sebanyak 30 (tiga puluh) orang.
Para pengajar atau biasa disebut ustadz
berjumlah 7 (tujuh) orang. Tiap hari santri
belajar dengan ustadz berbeda dengan kajian
ilmu agama yang berbeda pula. Situasi dan
kondisi ini sudah berjalan selama puluhan
tahun dengan santri dan pengajar yang
berbeda. Kondisi pembelajaran seperti ini
dapat menimbulkan kejenuhan bagi santri.
Dari pemaparan permasalahan diatas, kami
jadi tertarik untuk melakukan pengabdian
pada
masyarakat
dengan
tema
“PELATIHAN
KOSAKATA
BAHASA INGGRIS KAJIAN
ISLAM DALAM KEGIATAN
SEHARI-HARI UNTUK SANTRI
SALAFIYAH
PONDOK
PESANTREN DARUL ULUM
AL-BAROKAH
DI
KECAMATAN PANGKALAN”..
IDENTIFIKASI DAN PERUMUSAN
MASALAH
Terdapat banyak masalah dalam
menerapkan bahasa Inggris untuk santri
salafiyah, diantaranya adalah sebagai
berikut :
a. Santri
salafiyah
cenderung
mengikuti program pembelajaran
yang
monoton
tanpa
memperdulikan
perkembangan
zaman. Dari awal sampai sekarang
para santri hanya belajar kitab
kuning saja.
b. Bahasa sehari-hari yang digunakan
masih menggunakan bahasa daerah.
Jangankan bahasa Inggris, bahasa
Indonesiapun tidak digunakan
dalam kegiatan sehari-hari santri
salafiyah.
c. Santri
salafiyah
menganggap
kosakata bahasa Inggris tidak
penting mereka pelajari.
d. Ustadz
atau
gurunya
tidak
mengetahui kosakata bahasa Inggris
bahkan cenderung tidak tahu bahasa
Inggris
dikarenakan
rata-rata
lulusan sekolah formal hanya
mencapai SD samapai SLTP saja.
e. Tidak tercantumnya mata pelajaran
bahasa Inggris atau yang biasa
disebut pelajaran umum dalam
kurikulum pembelajaran di pondok
pesantren salafiyah.
Dari berbagai macam masalah yang ada,
pengabdian ini merumuskan masalah
apakah pelatihan kosakata bahasa
inggris kajian islam dapat diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari untuk santri
salafiyah Pondok Pesantren Darul Ulum
Al-Barokah di kecamatan Pangkalan.
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam penjelasan sebelumnya bahwa
kegiatan abdimas ini fokus terhadap
pelatihan kosakata kajian islami bahasa
20
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
inggris
dapat
diterapkan
dalam
kehidupan sehari-hari untuk santri
salafiyah Pondok Pesantren Darul Ulum
Al-Barokah di kecamatan Pangkalan..
Berikut ini adalah penjelasan singkat
tentang tinjauan pustaka kegiatan.
1. Konsep Pelatihan
Banyak ahli berpendapat tentang
arti, tujuan dan manfaat pelatihan.
Namun dari berbagai pendapat
tersebut pada prinsipnya tidak jauh
berbeda. Sikula dalam Sumantri
(2000:2) mengartikan pelatihan
sebagai: “proses pendidikan jangka
pendek yang menggunakan cara dan
prosedur yang sistematis dan
terorganisir. Para peserta pelatihan
akan mempelajari pengetahuan dan
keterampilan yang sifatnya praktis
untuk tujuan tertentu”. Menurut
Good, 1973 pelatihan adalah suatu
proses membantu orang lain dalam
memperoleh skill dan pengetahuan
(M. Saleh Marzuki, 1992 : 5).
Soebagjo Atmodiwiryo (1999 : 1)
berpendapat
bahwa
pelatihan
merupakan bagian dari pendidikan
yang mengkaitkan proses belajar
untuk meningkatkan keterampilan
diluar system pendidikan yang
berlaku dalam waktu yang relative
singkat dan dengan metode yang
lebih
mengutamakan
praktek
darpada teori.
Notoatmodjo
(2003:28)
juga
berpendapat
pendidikan
dan
pelatihan adalah merupakan upaya
untuk mengembangkan sumber
daya manusia, terutama untuk
mengembangkan
kemampuan
intelektual dan kepribadian.
Hadipoerwono
(1982
:
76)
mengemukakan bahwa pelatihan
adalah pembinaan kecakapan,
kemahiran, ketangkasan (skill
building) dalam pelaksanaan tugas.
Maksudnya
bahwa
pelatihan
merupakan
proses
membantu
individu
untuk
memperoleh
kecakapan khusus agar dapat
efektivitas dalam pelajaran tugas
tertentu yang diperoleh melalui
pembangunan kebiasaan fikiran,
tindakan-tindakan,
kecakapan
pengetahuan dan sikap. Dengan
adanya pelatihan bagi setiap siswa
memungkinkan
pelaksanaan
pembelajarannya menjadi lebih
efektif dan efisien
Dengan demikian berdasarkan
pendapat para ahli bahwa pelatihan
merupakan suatu cara untuk
meningkatkan
skill
atau
kemampuan
lebih
mendalam.
Dalam hal ini, pelatihan kosakata
Bahasa Inggris dapat membantu
santri salafiyah dalam berbahasa
Inggris untuk komunikasi seharihari.
2. Metode
Pembelajaran
di
Pondok Pesantren
Berbicara pendidikan tidak terlepas
dari kurikulum pembelajaran ; baik
dalam pendidikan formal maupun
pendidikan non-formal. Kurikulum
merupakan rangkaian rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi dan
bahan pelajaran yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan
pembelajaran
dalam
mencapai
tujuan
pendidikan.
Pesantren merupakan lembaga
pendidikan
non-formal
yang
mempunyai
kurikulum
pembelajaran tersendiri.
Setiap
pembelajaran
dalam
menyampaikan materi tidak terlepas
dari metode atau cara penyampaian
materi. Terdapat banyak metode
yang dapat digunakan dalam
pembelajaran di pondok pesantren.
Dalam metode penyampaiannya ada
21
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
beberapa
pondok
pesantren
salafiyah yang masih menggunakan
metode lama atau tradisional
menurut kebiasaan-kebiasaan yang
lama dipergunakan dalam institusi
itu, metode-metode tersebut antara
lain:
1. Sorogan
Yaitu suatu sistem belajar secara
individual dimana seorang santri
berhadapan dengan seorang guru,
dengan sistem pengajaran secara
sorogan
ini
memungkinkan
hubungan Kiai dengan Santri sangat
dekat, sebab Kiai dapat mengenal
kemampuan pribadi santri secara
satu persatu.
2. Bandungan
Sistem bandungan ini sering disebut
dengan Halaqoh dimana dalam
pengajaran, kitab yang dibaca oleh
Kiai hanya satu, sedang para santri
membawa kitab yang sama, lalu
santri mendengarkan dan menyimak
bacaan Kiai.
3. Weton
Istilah weton berasal dari bahasa
jawa yang diartikan berkala atau
berwaktu. Pengajian weton bukan
merupakan pengajian rutin harian,
tapi dilaksanakan pada saat tertentu
misalnya pada setiap selesai sholat
Jum’at dan sebagainya.
3. Tehnik
Pembelajaran
Kosakata
Kajian
Islami
Bahasa
Inggris
dalam
Kegiatan Sehari-Hari Santri
Salafiyah.
Terdapat banyak tehnik yang dapat
digunakan dalam pembelajaran
kosakata bahasa inggris salah
satunya adalah tehnik drilling.
tehnik drill adalah suatu cara
mengajar
dimana
siswa
melaksanakan
kegiatan-kegiatan
latihan agar memiliki ketangkasan
atau keterampilan yang lebih tinggi
dari apa yang dipelajari. Dalam
buku Nana Sudjana, tehnik drill
adalah suatu kegiatan melakukan
hal yang sama, berulang-ulang
secara sungguh-sungguh dengan
tujuan untuk memperkuat suatu
asosiasi atau menyempurnakan
suatu keterampilan agar menjadi
bersifat permanen. Ciri yang khas
dari metode ini adalah kegiatan
berupa pengulangan yang berkalikali dari suatu hal yang sama.
Agar tidak terlalu melebar,
pembahasan metode ini dibagi
kedalam beberapa sub bab sebagai
berikut :
a.
Defenisi Drill
Kata “drill” berarti latihan yang
berulang-ulang baik yang bersifat
“trial and error” ataupun melalui
prosedur rutin tertentu (Sardiman,
2006:23). Menurut Richards dan
Platt (1993:117) metode ini biasa
digunakan dalam pembelajaran
bahasa untuk melatih bunyi bahasa
(sounds) atau pola-pola kalimat
dalam bahasa yang berdasarkan
latihan dan pengulangan yang
dipandu. Dengan kata lain, drill
merupakan latihan dengan praktik
yang dilakukan berulang kali atau
kontinyu
oleh
siswa
untuk
mendapatkan pengetahuan dan
keterampilan tertentu sehingga
menjadi permanen, mantap dan
dapat dipergunakan setiap saat
secara otomatis. Dengan demikian,
metode “drill” dalam pembelajaran
memiliki kelebihan-kelebihan yang
dapat memperluas pengertian siswa
22
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
dan
mampu
menggunakan
pengetahuan serta keterampilannya
karena sudah dibiasakan.
b. Kelebihan metode “Drill”
Kelebihan-kelebihan
penggunaan metode “drill”
dalam pembelajaran antara lain:
a. Bahan ajar dapat diberikan
secara bertahap dan teratur
sehingga lebih mudah melekat
pada diri siswa dan benarbenar menjadi miliknya
b.
Adanya
pengawasan,
bimbingan
dan
koreksi
langsung oleh guru yang
memungkinkan siswa untuk
segera melakukan perbaikan
terhadap
kesalahankesalahannya.
c. Pengetahuan dan keterampilan
siap yang sudah terbentuk
sewaktu-waktu
dapat
dipergunakan
dalam
keperluan sehari-hari.
d. Dapat dipergunakan untuk
memperoleh
kecakapan
motoris berbahasa, seperti
melafalkan dan menulis huruf,
kata serta kalimat.
e. Untuk memperoleh kecakapan
dalam bentuk asosiasi yang
dibuat, seperti hubungan
huruf-huruf dalam ejaan,
penggunaan
symbol,
membaca
peta,
dan
sebagainya.
f. Pembentukan kebiasaan yang
yang
dilakukan
dan
menambah ketepatan serta
kecepatan yang tidak terlalu
memerlukan
konsentrasi
dalam pelaksanaannya.
g. Metode “drill” dapat menambah
minat siswa terhadap pelajaran
dan merupakan teknik yang tidak
asing yang digunakan di berbagai
lingkungan
masyarakat
dan
sebagai strategi pembelajaran
yang valid.
Jenis-jenis “drill” dalam
pembelajaran bahasa
Inggris
c.
Menurut Brooks dalam Richards
dan Rodgers (1990:54) ada 12
jenis “drill” yang digunakan
dalam pembelajaran bahasa,
yaitu:
1. Repetition (Pengulangan). Siswa
mengulang
ujaran
dengan
nyaring begitu guru selesai
mengucapkannya.
Siswa
melakukan pengulangan ucapan
tersebut tanpa melihat tulisan
dari ujaran atau kata yang
diucapkannya. Ujaran atau katakata yang dilatihkan harus
singkat
sehingga
mudah
ditangkap oleh telinga.
2. Inflection (Infleksi). Satu kata
yang diucapkan oleh guru
diulangi oleh siswa dengan
bentuk yang berbeda.
3. Replacement (Penggantian).
Satu kata dalam ujaran oleh
guru diganti dengan kata yang
lain saat diulang oleh siswa.
4.
Restatement (Mengatakan
kembali) Siswa memahami
ujaran oleh guru kemudian
mengatakan kembali dengan
mengalamatkan kepada orang
23
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
lain sesuai dengan perintah
“drill”
5.
Completion (Melengkapi).
Siswa mendengar ujaran yang
lengkap kecuali satu kata yang
dihilangkan, kemudian siswa
mengulangi ujaran tersebut
dengan melengkapi satu kata
yang dihilangkan.
6. Transposition (Pengubahan
letak). Pengubahan susunan
kata diperlukan jika satu kata
ditambahkan.
7. Expansion (Ekspansi). Ketika
satu kata ditambahkan, maka
kata tersebut akan mengambil
posisi urutan tertentu dalam
kalimat.
8. Contraction (Penyingkatan
dengan kata lain). Satu kata
mewakili suatu frase atau
klausa.
9.
Transformation
(Transformasi). Suatu kalimat
diubah
bentuknya
saat
diulangi oleh siswa, misalnya
perubahan bentuk kalimat
positif menjadi negatif atau
pertanyaan; kalimat aktif
menjadi pasif; tense dan
aspects of tense, modality.
10. Integration (Penggabungan).
Dua ujaran yang terpisah
digabung menjadi satu.
11. Rejoinder. Siswa membuat
rejoinder yang layak untuk ujaran
tertentu. Mereka diberitahukan
terlebih dahulu untuk memberikan
respons dengan salah satu cara yang
ditawarkan/disuruh,
seperti:
bersikap
sopan,
menjawab
pertanyaan, setuju, setuju dengan
cara yang empatik, mengungkapkan
rasa terkejut, mengungkapkan rasa
penyesalan, dan lain-lain.
12. Restoration (Memperbaiki). Siswa
diberikan serangkaian kata yang
sudah diubah dari suatu kalimat
tetapi
masih
menggambarkan
makna aslinya. Mereka diminta
untuk menggunakan kata-kata
tersebut
dengan
melakukan
perubahan
dan
penambahan
seminimal
mungkin
untuk
mengembalikan kalimat tersebut
kedalam bentuk aslinya. Mereka
mungkin
diberitahu
tentang
perubahan
tersebut
misalnya
menyangkut tenses.
TUJUAN KEGIATAN
Berdasarkan analisis serta identifikasi
masalah diatas, maka tujuan kegiatan
dalam kegiatan pengabdian pada
masyarakat ini adalah sebagai berikut :
1).
Universitas
Singaperbangsa
Karawang memberikan pengabdian pada
masyarakat yaitu dengan cara pelatihan
kosakata kajian islami bahasa inggris
dalam kegiatan sehari-hari untuk santri
salafiyah pondok pesantren Darul Ulum
Al-Barokah di Kecamatan Pangkalan
Kab. Karawang.
2). Untuk memberikan pelatihan
kosakata kajian islami bahasa inggris
dalam kegiatan sehari-hari.
3). Di sisi lain tim pengabdi sebagai
instructur pelatihan, instruktur juga
dapat menambah wawasan keilmuan
maupun dapat bersosialisasi dengan
masyarakat sekitar lingkungan kampus
Universitas Singaperbangsa Karawang.
MANFAAT KEGIATAN
Manfaat dalam kegiatan pengabdian
pada masyarakat ini adalah sebagai
berikut :
24
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
1. Manfaat bagi santri salafiyah Pondok
Pesantren Darul Ulum Al-Barokah
adalah
para
santri
dapat
menggunakan kosakata kajian islami
bahasa inggris dalam kegiatan seharihari.
2. Manfaat bagi dosen sebagai pelaku
abdimas adalah dapat meningkatkan
kemampuan didalam bidangnnya.
3. Manfaat bagi lembaga lembaga
dalam abdimas ini adalah sebagai
cara untuk memperkenalkan kepada
masyarakat
sekitar
kampus
Universitas
Singaperbangsa
Karawang bahwa kampus tersebut
telah memiliki Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan dengan program
studi pendidikan Bahasa Inggris.
KERANGKA
MASALAH
PEMECAHAN
Berdasarkan masalah yang ada,
kerangka pemecahan masalahnya adalah
sebagai berikut :
a. Santri jadi tidak mendapat pendidikan
yang diakatakan monoton yaitu hanya
mempelajari kitab kuning saja tetapi
para santri dapat mempelajari
kosakata bahasa inggris kajian islam
dalam kegiatan sehari-hari.
b. Dengan diperkenalkannya kosakata
kajian islami bahasa inggris dalam
kegiatan sehari-hari, para santri dapat
menggunakan kosakata tersebut
dalam kegiatan sehari-hari di pondok
pesantren Darul Ulum Al-barokah
Kec. Pangkalan Kab. Karawang.
c. Santri salafiyah selain mempelajari
kitab
kuning,
mereka
juga
mendapatkan pembelajaran berpidato
atau
ceramah.
Santri
dapat
menggunakan kosakata kajian islami
bahasa
inggris
dalam
setiap
pembelajaran
berpidato
atau
ceramah.
d. Ustadz atau gurunya jadi mengetahui
kosakata kajian islami bahasa inggris
bahkan dapat mempelajari bahasa
inggris.
e. Dimuat mata pelajaran bahasa inggris
atau belajar kosa kata kajian islami
bahasa inggris dalam kegiatan seharihari di pondok pesantren salafiyah
Darul Ulum Al-Barokah Kec.
Pangkalan Kab. Karawang.
KHALAYAK SASARAN ANTARA
YANG STRATEGIS
Setelah
santri
mendapatkan
pengetahuan tentang kosakata kajian
islami bahasa inggris dalam kegiatan
sehari-hari di pondok pesantren
Darul Ulum Al-Barokah, para santri
langsung menggunakan kosakata
yang mereka dapatkan dalam
kegiatan sehari-hari mereka.
KETERKAITAN
Dalam pengabdian ini telah banyak
instansi yang mendukung pelaksanaan
pengabdian kami, khususnya Pondok
Pesantren Salafiyah yang ada di
Kecamatan Pangkalan. Bahkan siswa
sekolah pun ada yang mengikuti
kegiatan ini seperti SMAN 1 Pangkalan.
METODE KEGIATAN
Materi yang diberikan kepada para santri
salafiyah sebagai sasaran kegiatan
pengabdian pada masyarakat ini adalah
tentang Kosakata bahasa inggris Kajian
Islam dalam kehidupan sehari-hari.
Pelatihan Kosakata bahasa inggris kajian
islam dalam kegiatan sehari-hari tersebut
diberikan selama 16 pertemuan dengan
intensitas 2 jam pelajaran (@45
menit/jam pelajaran)
Adapun metode pelaksanaan kegiatan
pembelajarannya menggunakan metode
drilling. Metode ini digunakan bertujuan
25
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
untuk selain mengetahui penulisannya
tetapi juga para santri akan mengetahui
bunyi dari setiap kosakata yang
diucapkan oleh instruktur pelatihan.
RANCANGAN EVALUASI
Setelah
melakukan
pelatihan
kosakata bahasa Inggris dalam
kegiatan
sehari-hari,
pengabdi
melakukan evaluasi dengan cara
mendengarkan para santri berpidato.
Indikator pencapaiannya ialah santri
mampu
bermukodimah
serta
minimal
dapat
menyisipkan
terjemahan surat atau hadits
berbahasa Inggris dalam ceramah
dengan menggunakan bahasa Inggris
yang benar. Dari dua belas jenis
“drill” yang dikemukakan di atas
tidak semuanya dapat segera
diterapkan dalam pembelajaran
bahasa Inggris di Pesantren.
Pemilihan jenis “drill” harus
disesuaikan dengan tingkat kesulitan
bahan ajar yang akan diberikan
kepada siswa secara bertahap.
Khusus untuk pembelajaran kosa
kata di Pesantren, jenis “drill” yang
dapat diterapkan adalah Repetition
(Pengulangan). Disamping itu,
dalam penerapannya perlu adanya
modifikasi-modifikasi
yang
mempertimbangkan situasi dan
tingkat penguasaan para siswa.
RENCANA DAN JADWAL KERJA
Adapun rencana pelaksanaan kegiatan ini adalah sebagai berikut :
No
Pertemuan
Materi Ajar
Indikator
Alokasi Sumber
waktu
Belajar
1
Pertemuan 1
Pre Test
2
Pertemuan 2
Pronoun
Santri mampu 2 x 45
membuat
kalimat
serta
pengucapannya
Complete
English
Grammar
3
Pertemuan 3
Tenses ; Simple Santri mampu 2 x 45
Present
membuat
kalimat
berdasarkan
bentuk waktu
Complete
English
Grammar
4
Pertemuan 4
Tenses ; Simple Santri mampu 2 x 45
Past
membuat
kalimat
berdasarkan
bentuk waktu
Complete
English
Grammar
5
Pertemuan 5
Tenses ; Present Santri mampu 2 x 45
Perfect
membuat
kalimat
Complete
English
Grammar
26
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
berdasarkan
bentuk waktu
6
Pertemuan 6
Tenses ; Simple Santri mampu 2 x 45
Future
membuat
kalimat
berdasarkan
bentuk waktu
Complete
English
Grammar
7
Pertemuan 7
Tenses ; Present Santri mampu 2 x 45
Continous
membuat
kalimat
berdasarkan
bentuk waktu
Complete
English
Grammar
8
Pertemuan 8
Verb
Siswa mampu 2 x 45
menghafal
kosakata Kerja
bahasa Inggris
Complete
English
Grammar
9
Pertemuan 9
Noun
Siswa mampu 2 x 45
menghafal
kosakata benda
bahasa Inggris
kajian Islam
Complete
English
Grammar
10
Pertemuan 10
Adjective
Siswa mampu 2 x 45
menghafal
kosakata Sifat
bahasa Inggris
kajian Islam
Complete
English
Grammar
11
Pertemuan 11
Menterjemahkan
surat-surat
pendek kedalam
bahasa Inggris
Siswa mampu 2 x 45
menterjemahkan
surat-surat
pendek kedalam
bahasa Inggris
KamusKamus
Bahasa
Inggris dan
Arab
12
Pertemuan 12
Menterjemahkan
surat-surat
pendek kedalam
bahasa Inggris
Siswa mampu 2 x 45
menterjemahkan
surat-surat
pendek kedalam
bahasa Inggris
KamusKamus
Bahasa
Inggris dan
Arab
13
Pertemuan 13
Menterjemahkan
surat-surat
pendek kedalam
bahasa Inggris
Siswa mampu 2 x 45
menterjemahkan
surat-surat
pendek kedalam
bahasa Inggris
KamusKamus
Bahasa
Inggris dan
Arab
27
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
14
Pertemuan 14
Menterjemahkan
hadits-hadits
kedalam bahasa
Inggris
Siswa mampu 2 x 45
menterjemahkan
hadits-hadits
kedalam bahasa
Inggris
KamusKamus
Bahasa
Inggris dan
Arab
15
Pertemuan 15
Menterjemahkan
hadits-hadits
kedalam bahasa
Inggris
Siswa mampu 2 x 45
menterjemahkan
hadits-hadits
kedalam bahasa
Inggris
KamusKamus
Bahasa
Inggris dan
Arab
16
Pertemuan 16
Post
Evaluasi
Test/
HASIL KEGIATAN PELATIHAN
Pelaksanaan pelatihan kosakata bahasa
inggris kajian Islam dilaksanakan setiap
hari sabtu selama enam belas pertemuan.
Dimulai pada tanggal 02 Mei 2015
sampai dengan tanggal 01 Juli 2015. Tiap
pertemuan berdurasi waktu selama 2 jam
pelajaran (2 x 45 menit). Adapun untuk
materi pelatihannya dari tiap pertemuan
tersebut bisa dilihat dilampiran-lampiran.
Setelah melakukan pelatihan selama
enam belas pertemuan dengan cara
menghafal dan menterjemahkan ayatayat Al-Qur’an dan Hadis-Hadis, para
siswa atau Santri dapat menggunakan
kosakata Bahasa Inggris Kajian Islam
tersebut dalam ceramah atau pidato yang
dilakukan setiap sebulan sekali untuk
kegiatan yang dinamakan Muhadoroh.
Para santri tersebut menginginkan
DAFTAR RUJUKAN
1. ____. (2008). Oxford: Learner’s
2 x 45
pelatihan ini berlanjut seterusnya serta
menjadi suatu kurikulum pembelajaran
di Pondok Pesantren.
SIMPULAN
Berdasarkan tujuannya, kegiatan ini
diharapkan
mampu
membantu
masyarakat khususnya peserta didik yang
menimba ilmu agama di pondok
pesantren salafiyah Darul Ulum AlBarokah dalam hal penggunaan Bahasa
Inggris dalam kehidupan sehari-hari.
Pada akhir pertemuan pelatihan para
santri tersebut diuji penggunaan Bahasa
Inggris dalam bentuk ceramah. Meskipun
tidak semua para santri mampu berbicara
dalam menyampaikan ayat-ayat AlQur’an atau hadis berbahasa Inggris, tapi
setidaknya
kegiatan
ini
mampu
membantu mereka dalam hal berceramah
atau berkomunikasi dalam kegiatan
sehari-hari dengan Bahasa Inggris.
2. Artasasmita, R. (1985). Kursus
dan Latihan. Bandung : FIF IKIP
Bandung.
Pocket Dictionary. New York:
Oxford University Press
3. Brown, H.D. (2004). Language
Assessment:
Principles
and
Classroom Practice.San Fransisco:
Longman.
28
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
Teaching. New York: Cambridge
4. Marzuki, M.S, (1992), Strategi
dan Model Pelatihan, Malang :
8. Richards, Jack C.; Platt, John;
Platt, Heidi. 1999. Longman
IKIP Malang
5. Notoatmodjo,
University Press.
S.
2003.
dictionary of Language Teaching
Pengembangan Sumber Daya
and
Manusia.
Singapore: Longman Group UK
Jakarta;
Rineka
Applied
Linguistics.
Limited
Cipta.
6. Nana, Sudjana. 1991. Dasar-
9. Sardiman, A. M. 2006. Interaksi
Dasar Proses Belajar Mengajar.
dan Motivasi Belajar Mengajar.
Bandung: Sinar Baru
Jakarta:
7. Richards,
Jack
C.;
Rodgers,
Theodore S. 1986. Approaches
and
Methods
in
Language
PT
Raja
Grafindo
Persada.
http://rofikekomputer.blogspot.com/p/m
etode-pendidikan-pondokpesantren.htm
29
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
PELATIHAN PEMBUATAN MATERI AJAR BERBENTUK DIGITAL
MELALUI APLIKASI OPEN OFFICE SUN MICROSYSTEM BAGI
GURU-GURU SMA SE-KECAMATAN UBUD
Dewa Gede Hendra Divayana1, P. Wayan Arta Suyasa2, I Made Agus Wirawan3, I Made
Putrama4
1,2,3,4Jurusan
Pendidikan Teknik Informatika FTK UNDIKSHA
Email: [email protected]
ABSTRACT
Generally, need of digital teaching materials in education are used to aid the learning process. Factually,
especially in senior high schools in Ubud District, indicated that there are still many educators who have not been
able to create digital teaching materials. Noting the situation, the community service team agreed with partners
to conduct training unit manufacture of digital teaching materials. The main objective of this activity are: 1) to
determine the level of knowledge of senior high school teachers in Ubud District on the existence of Open Office
Sun Microsystems, 2) to determine the level of ability of senior high school teachers in Ubud District in making
teaching materials in digital form. The method used in the implementation of this activity is the training method.
The successful implementation of activity are evident from the results of tests of cognitive obtained by the trainees
with the acquisition value of an average of 80.67, the test results of practice with the acquisition value of an
average of 81.60, and the results of the responses given by the trainee through a questionnaire, with the acquisition
of a percentage of 93.33%.
Keywords: Teaching Materials, Digital, Open Office Sun Microsystem
ABSTRAK
Secara umum kebutuhan materi ajar digital dalam dunia pendidikan digunakan untuk membantu proses
pembelajaran. Kenyataan di lapangan khususnya di SMA se-Kecamatan Ubud, ditunjukkan bahwa masih banyak
pendidik yang belum mampu membuat materi ajar digital. Memperhatikan situasi tersebut, maka tim pengabdian
masyarakat sepakat dengan unit mitra untuk mengadakan pelatihan pembuatan materi ajar digital. Tujuan utama
diadakan kegiatan ini adalah : 1) untuk mengetahui tingkat pengetahuan para guru SMA di Kecamatan Ubud
tentang keberadaan open office sun microsystem, 2) untuk mengetahui tingkat kemampuan para guru SMA di
kecamatan Ubud dalam membuat materi ajar berbentuk digital. Metode yang digunakan dalam pelaksanaan
kegiatan ini yaitu metode pelatihan. Keberhasilan pelaksanaan kegiatan ini dibuktikan dari hasil test kognitif yang
didapatkan oleh peserta pelatihan dengan perolehan nilai rata-rata sebesar 80.67, hasil test praktek dengan
perolehan nilai rata-rata sebesar 81.60, dan dari hasil respon yang diberikan oleh peserta pelatihan melalui angket,
dengan perolehan prosentase sebesar 93.33%.
Kata kunci: Materi Ajar, Digital, Open Office Sun Microsystem
PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi yang begitu cepat berdampak
pada terjadinya perubahan gaya hidup dan
perilaku masyarakat. Saat ini, masyarakat
cenderung menginginkan semua pekerjaan
yang dapat terselesaikan dengan cepat
melalui bantuan teknologi informasi dan
komunikasi. Teknologi informasi dan
komunikasi dapat digunakan di berbagai
bidang
untuk
membantu
pekerjaan
masyarakat, mulai dari bidang ekonomi dan
perbankan dengan munculnya teknologi ecommerce, e-trading dan e-banking, di
bidang pemerintahan dengan munculnya
teknologi e-government, serta di bidang
30
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
pendidikan dengan munculnya teknologi elearning. Pada prinsipnya teknologi
informasi dan komunikasi itu dapat berjalan
dengan baik dan optimal asalkan ada data
yang dapat dengan mudah diolah menjadi
suatu
informasi
sehingga
dapat
dipergunakan oleh pihak-pihak yang
membutuhkannya. Data yang dapat diolah
dengan cepat oleh komputer adalah data
yang berbentuk digital. Data yang berbentuk
digital dapat berformat .pdf, .doc., .xml,
.jpeg, .png dan lain sebagainya. Secara
umum kebutuhan data berbentuk digital saat
ini sangat tinggi di berbagai bidang
kehidupan akibat perkembangan teknologi
informasi dan secara khusus juga dirasakan
pada bidang pendidikan. Kebutuhan data
digital dalam dunia pendidikan biasanya
digunakan untuk
membantu
proses
pembelajaran dan kegiatan administratif
lainnya yang menunjang pendidikan. Data
digital digunakan sebagai bahan untuk
membuat media pembelajaran, e-learning,
dan kegiatan-kegiatan lainnya yang
menunjang proses pendidikan. Kenyataan di
lapangan ditemukan bahwa masih banyak
pendidik yang belum bisa membuat data
digital untuk keperluan pembelajaran
ataupun keperluan administratif lainnya. Hal
tersebut juga dirasakan di SMA sekecamatan Ubud yaitu SMA Negeri 1 Ubud
dan SMA PGRI 3 Ubud yaitu masih
rendahnya kemampuan guru-guru dalam
membuat materi ajar berbentuk digital untuk
keperluan pembelajaran. Dari hasil
wawancara dengan Kepala Sekolah SMA
Negeri 1 Ubud diperoleh data bahwa dari
100 jumlah guru yang ada, 80 orang guru
(80%) masih belum mampu membuat materi
ajar berbentuk digital untuk keperluan
pembelajaran, sedangkan di SMA PGRI 3
Ubud dari 40 guru yang ada, 35 orang guru
(87,50%) juga masih belum mampu
membuat materi ajar berbentuk digital untuk
keperluan
pembelajaran.
Dengan
memperhatikan situasi tersebut maka tim
pengabdian masyarakat sepakat dengan unit
mitra yaitu SMA kecamatan Ubud, salah
satunya dalam hal ini adalah melalui Kepala
Sekolah SMA Negeri 1 Ubud untuk
mengadakan pelatihan pembuatan materi
ajar berbentuk digital untuk menunjang
proses pembelajaran khususnya di SMA
Negeri 1 Ubud. Sehingga nantinya ilmu
yang diperoleh oleh guru-guru SMA Negeri
1 Ubud dapat ditularkan/diserbarkan kepada
guru-guru di SMA/SMK lainnya yang ada di
kecamatan Ubud. Tujuan utama diadakan
kegiatan ini adalah: 1) untuk mengetahui
tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh para
guru SMA yang ada di Kecamatan Ubud
tentang keberadaan software open source
yaitu open office sun microsystem untuk
membuat materi ajar berbentuk digital,
2) untuk mengetahui tingkat kemampuan
para guru SMA yang ada di kecamatan Ubud
dalam membuat materi ajar berbentuk
digital.
METODE
Metode yang digunakan dalam
pelaksanaan kegiatan pembuatan materi ajar
berbentuk digital melalui aplikasi open
office sun microsystem bagi guru-guru SMA
se-Kecamatan Ubud yaitu metode pelatihan,
dengan tahapan-tahapan yang dilakukan
antara lain: 1) tahap penentuan target
kegiatan, 2) tahap penentuan kuota peserta,
3) tahap penyebaran surat undangan, 4)
tahap prosedur peminjaman tempat
pelatihan, 5) tahap persiapan tempat
pelatihan, 6) tahap penyusunan materi dan
modul pelatihan, 7) tahap pencetakan modul
pelatihan, 8) tahap perencanaan dan
penentuan jadwal pelatihan, 9) tahap
pelaksanaan pelatihan, 10) tahap evaluasi
31
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
pelatihan, 11) tahap pencetakan dan
pengiriman sertifikat, dan 12) tahap
penyusunan laporan P2M akhir.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Negeri 1 Ubud, dengan rincian alamat tujuan
surat dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2. Daftar Rincian Alamat Tujuan
Surat Undangan
No.
Nama Peserta
Pekerjaan
Hasil
Adapun hasil yang diperoleh dari
kegiatan pengabdian masyarakat ini, dapat
dijelaskan sebagai berikut.
1. Tahap Penentuan Target Kegiatan
Jumlah SMA yang ditentukan sebanyak 1
SMA yaitu SMA Negeri 1 Ubud sebagai
perwakilan dari seluruh SMA yang ada di
kecamatan Ubud untuk mengikuti pelatihan
pembuatan materi ajar berbentuk digital
melalui aplikasi open office sun microsystem
bagi guru-guru SMA se-Kecamatan Ubud.
1.
Guru
Geografi
Guru Bahasa
Indonesia
SMA N 1
Ubud
SMA N 1
Ubud
Guru Kimia
SMA N 1
Ubud
Guru Seni
Budaya
SMA N 1
Ubud
Guru Bahasa
Inggris
SMA N 1
Ubud
SMA N 1
Ubud
SMA N 1
Ubud
2. Tahap Penentuan Kuota Peserta
Kuota peserta untuk mengikuti pelatihan
pembuatan materi ajar berbentuk digital
melalui aplikasi open office sun microsystem
bagi guru-guru SMA se-Kecamatan Ubud
sebanyak 10 orang, dengan rincian dapat
dilihat pada tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Daftar Peserta Pelatihan
10.
Dra. Anak Agung
Alit Sri, M.Pd
I Wayan Ubud,
S.Pd, M.Pd
Gusti Ayu
Suarsani, S.Pd,
M.Pd
I Nyoman Lanus
Widana, S.Pd,
M.Pd
I Nyoman Sujaya,
S.Pd
Anak Agung Gde
Alit, S.Pd
Ida Bagus Ketut
Suardiana, S.Pd
I Nyoman
Sudiartha, S.Pd,
M.Pd
Desak Nyoman
Sukanestri, S.Pd,
M.Pd
I Wayan
Sumertayasa, ST
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Nama Peserta
Dra. Anak Agung Alit Sri, M.Pd
I Wayan Ubud, S.Pd, M.Pd
Gusti Ayu Suarsani, S.Pd, M.Pd
I Nyoman Lanus Widana, S.Pd, M.Pd
I Nyoman Sujaya, S.Pd
Anak Agung Gde Alit, S.Pd
Ida Bagus Ketut Suardiana, S.Pd
I Nyoman Sudiartha, S.Pd, M.Pd
Desak Nyoman Sukanestri, S.Pd, M.Pd
I Wayan Sumertayasa, ST
3. Tahap Penyebaran Surat Undangan
Penyebaran surat undangan dilakukan
dengan cara memberikan surat undangan
kepada para peserta pelatihan yaitu sebanyak
10 orang peserta melalui Kepala SMA
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Guru Fisika
Guru Bahasa
Inggris
Alamat
Guru Fisika
SMA N 1
Ubud
Guru
Ekonomi
SMA N 1
Ubud
Guru Fisika
SMA N 1
Ubud
4. Tahap Prosedur Peminjaman Tempat
Pelatihan
Tempat/lokasi pelatihan pembuatan
materi ajar berbentuk digital melalui aplikasi
open office sun microsystem bagi guru-guru
SMA se-Kecamatan Ubud dilaksanakan di
Laboratorium SMA Negeri 1 Ubud. Bukti
dokumen yang menunjukkan lokasi
pelaksanaan kegiatan selengkapnya dapat
dilihat pada gambar 1 berikut.
Gambar 1. Lokasi Pelatihan
Prosedur peminjaman tempat untuk
pelatihan ini dilakukan dengan meminta izin
terlebih dahulu kepada Kepala SMA Negeri
1 Ubud yaitu Bapak I Wayan Gabra,
S.Pd.,M.Pd. melalui surat permohonan
32
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
tempat pelaksanaan kegiatan. Selanjutnya,
Kepala Sekolah memberikan tugas kepada
Kepala Laboratorium SMA Negeri 1 Ubud
yaitu Bapak Dewa Mas Dwipayana, S.Kom
untuk membantu panitia untuk menyediakan
tempat dan perlengkapan yang dibutuhkan
oleh panitia pengabdian masyarakat.
Adapun
bukti
dokumentasi
proses
peminjaman tempat pelatihan dapat dilihat
pada gambar 2 berikut.
Gambar 2. Proses Peminjaman Tempat
5. Tahap Persiapan Tempat Pelatihan
Persiapan tempat pelatihan dilakukan
dengan
pengecekan
komputer
dan
pengecekan prasarana pendukung lainnya.
Adapun bukti proses pengecekan tempat
pelatihan dapat dilihat pada gambar 3
berikut.
Gambar 3. Persiapan Tempat Pelatihan
6. Tahap Penyusunan Materi dan Modul
Pelatihan
Materi pokok yang diberikan dalam
pelatihan pembuatan materi ajar berbentuk
digital melalui aplikasi open office sun
microsystem terdiri dari beberapa bagian
antara lain:
a. Pengenalan
Open
Office
Sun
Microystem
b. Fitur-fitur
Open
Office
Sun
Microsystem
c. Proses Pembuatan Materi Ajar
d. Spreadsheet (Pengolah Angka)
e. Presentation (Pengolah Presentasi)
Dari kelima materi pokok tersebut, maka
dibuatkan ke dalam bentuk modul pelatihan
pembuatan materi ajar berbentuk digital
melalui aplikasi open office sun microsystem
dengan rincian bagian-bagiannya sebagai
berikut.
BAB I PENGENALAN OPEN OFFICE
SUN MICROYSTEM
1.1 Open Source
1.2 Open Office Sun Microsystem
1.3 Tampilan Aplikasi Open office
Sun Microsystem
BAB II FITUR-FITUR OPEN OFFICE
SUN MICROSYSTEM
2.1 Menu Bar
2.2 Halaman Kerja
2.3 Shortcut
BAB III PROSES PEMBUATAN
MATERI AJAR
3.1 Membuka
Aplikasi
Text
Document (Pengolah kata)
Pada Open Office Sun
Microsystem
3.2 Membuat Sampul Depan
Materi Ajar
3.3 Membuat Kata Pengantar
3.4 Membuat Daftar Isi
3.5 Membuat Batang Tubuh (Isi)
Materi Ajar
3.6 Membuat Daftar Pustaka
3.7 Menyimpan File
3.8 Export File Kedalam Bentuk
Digital (.Pdf)
33
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
BAB IV SPREADSHEET
(PENGOLAH ANGKA)
4.1 Pengenalan Spreadsheet dan
Fitur-fiturnya
4.2 Pembuatan Tabel
4.3 Penggunaan Formula
4.4 Penggunaan Chart
4.5 Menyimpan File
4.6 Export File Kedalam Bentuk
Digital (.Pdf)
BAB V PRESENTATION
(PENGOLAH RESENTASI)
5.1 Pengenalan Presentation dan
Fitur-fiturnya
5.2 Penggunaan Title Slide
5.3 Penggunaan Table Design
5.4 Penggunaan Slide Transition
5.5 Penggunaan Custom
Animation
5.6 Penggunaan Shape Image
5.7 Penggunaan Hyperlink
5.8 Menyimpan File
5.9 Export File Kedalam
Bentuk Digital (.Pdf)
BAB VI TEST/PRAKTEK
7. Tahap Pencetakan Modul Pelatihan
Modul pelatihan dicetak sesuai dengan
maksimal kuota peserta pelatihan yaitu
sebanyak 10 modul, dan 5 modul dibagikan
gratis untuk guru-guru yang tidak mengikuti
pelatihan agar dapat dipelajari sendiri
nantinya ataupun diajarkan nantinya oleh
peserta pelatihan setelah menyelesaikan
pelatihan.
8. Tahap Perencanaan dan Penentuan
Jadwal Pelatihan
Rencana pelatihan secara efektif
dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan selama
1 bulan dan 1 x pertemuan. Tiap 1 kali
pertemuan dilaksanakan dalam 6 jam yang
dibagi menjadi 2 sesi yaitu sesi pertama
selama 3 jam dan sesi kedua selama 3 jam.
Pada pertemuan terakhir pelatihan, yaitu
pada sesi keduanya dilaksanakan kegiatan
ujian/tes untuk mengetahui kemampuan
guru-guru dalam membuat suatu materi ajar
berbentuk digital yang baik sesuai dengan
bidang studi yang diajarnya, kemudian
dilanjutkan pada pertemuan ke-4 untuk
kegiatan pendampingan. Adapun rincian
rencana dan penentuan jadwal pelatihan
dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini.
Tabel 3. Perencanaan dan Penentuan
Jadwal Pelatihan
No
1.
2.
3.
4.
Hari/
Tanggal
Minggu/
8 Mei
2016
Minggu/
15 Mei
2016
Minggu/
29 Mei
2016
Minggu/
5 Juni
2016
Waktu
Kegiatan
07.30-08.00
Registrasi/Absensi
08.00-08.15
Pembukaan
08.15-08.30
Laporan Ketua Panitia
08.30-09.00
Snack
09.00-12.00
Pelatihan Sesi 1
12.00-13.00
Istrahat Makan Siang
13.00-14.30
Pelatihan Sesi 2
14.30-15.00
Snack
15.00-16.30
Pelatihan Sesi 2
08.00-08.30
Registrasi/Absensi
08.30-09.00
Snack
09.00-12.00
Pelatihan Sesi 1
12.00-13.00
Istrahat Makan Siang
13.00-14.30
Pelatihan Sesi 2
14.30-15.00
Snack
15.00-16.30
Pelatihan Sesi 2
08.00-08.30
Registrasi/Absensi
08.30-09.00
Snack
09.00-12.00
Pelatihan Sesi 1
12.00-13.00
Istrahat Makan Siang
13.00-14.30
Pelatihan Sesi 2
14.30-15.00
Snack
15.00-16.30
Pelatihan Sesi 2
08.00-08.30
08.30-09.00
Registrasi/Absensi
Snack
09.00-12.00
Pendampingan
12.00-13.00
Istrahat Makan Siang
13.00-13.15
Penutupan
9. Tahap Pelaksanaan Pelatihan
34
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
Pelaksanaan pelatihan pada pertemuan
pertama dimulai dari proses mengisi daftar
hadir oleh peserta pelatihan, pembukaan
keggiatan oleh Kepala Sekolah SMA Negeri
1 Ubud, laporan ketua panitia dan diikti
proses
perkenalan
anggota
panitia
pelaksana, proses penyampaian materi yang
diikuti dengan praktek langsung baik pada
sesi 1 maupun sesi 2. Pelaksanaan pada
pertemuan kedua dimulai dari proses
mengisi daftar hadir oleh peserta pelatihan,
proses penyampaian materi yang diikuti
dengan praktek langsung baik pada sesi 1
maupun sesi 2. Pada pertemuan ketiga
dimulai dari proses mengisi daftar hadir oleh
peserta pelatihan, proses penyampaian
materi yang diikuti dengan praktek langsung
pada sesi 1 dan dilanjutkan kemudian
dengan ujian/test pada sesi 2. Pada
pertemuan keempat dimulai dari proses
mengisi daftar hadir oleh peserta pelatihan,
proses pendampingan, dan penutupan
kegiatan oleh Kepala Sekolah SMA Negeri
1 Ubud. Adapun rincian lebih jelas tentang
pelaksanaan pelatihan pembuatan materi
ajar berbentuk digital melalui aplikasi open
office sun microsystem dapat dilihat pada
tabel 4 berikut ini dan bukti dokumen
pelaksanaan kegiatan selengkapnya dapat
dilihat melalui gambar 4.
No
Hari/
Tanggal
Waktu
Kegiatan
Pelaksana
09.00-12.00
Pelatihan Sesi 1
 Pengenalan
Teknologi
Open Source
 Pengenalan
Open Office
Sun
Microsystem
 Pengenalan
Text Document
dan Fiturfiturnya
Istrahat Makan
Siang
Peserta
dan
Panitia
12.00-13.00
13.00-14.30
14.30-15.00
2.
Minggu/
15 Mei
2016
15.00-16.30
Pelatihan Sesi 2
 Pembuatan
Materi Ajar
Dengan Text
Document
 Penyimpanan
file ke dalam
bentuk digital
08.00-08.30
Registrasi/Absensi
08.30-09.00
Snack
09.00-12.00
Pelatihan Sesi 1
 Pengenalan
Spreadsheet
dan fiturfiturnya
 Pembuatan
Tabel
 Penggunaan
Formula
Istrahat Makan
Siang
12.00-13.00
13.00-14.30
Tabel 4. Jadwal Pelaksanaan Pelatihan
No
1.
Hari/
Tanggal
Minggu/
8 Mei
2016
Waktu
07.30-08.00
Kegiatan
Registrasi/Absensi
08.00-08.15
Pembukaan
08.15-08.30
Laporan Ketua
Panitia
08.30-09.00
Snack
14.30-15.00
Pelaksana
Peserta
dan
Panitia
Kepala
SMA
N1
Ubud
Ketua
Tim
Pelaksa
na
Peserta
dan
Panitia
3.
Minggu/
29 Mei
2016
Pelatihan Sesi 2
 Pembuatan
Materi Ajar
Dengan Text
Document
Snack
Pelatihan Sesi 2
 Penggunaan
Formula
Snack
15.00-16.30
Pelatihan Sesi 2
 Penggunaan
Chart
 Penyimpanan
file ke dalam
bentuk digital
08.00-08.30
Registrasi/Absensi
08.30-09.00
Snack
Peserta
dan
Panitia
Peserta
dan
Panitia
Peserta
dan
Panitia
Peserta
dan
Panitia
Peserta
dan
Panitia
Peserta
dan
Panitia
Peserta
dan
Panitia
Peserta
dan
Panitia
Peserta
dan
Panitia
Peserta
dan
Panitia
Peserta
dan
Panitia
Peserta
dan
Panitia
Peserta
dan
Panitia
35
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
No
Hari/
Tanggal
Waktu
Kegiatan
Pelaksana
09.00-12.00
Pelatihan Sesi 1
 Pengenalan
Presentation
dan fiturfiturnya
 Slide Template
 Title Slide
 Table Design
 Slide
Transition
 Custom
Animation
 Penggunaan
Shape
 Penggunaan
Image
 Penggunaan
Hyperlink
 Penyimpanan
file ke dalam
bentuk digital
Istrahat Makan
Siang
Peserta
dan
Panitia
12.00-13.00
4.
Minggu/
5 Juni
2016
13.00-14.30
Pelatihan Sesi 2
 Test
14.30-15.00
Snack
15.00-16.30
Pelatihan Sesi 2
 Test
08.00-08.30
Registrasi/Absensi
08.30-09.00
Snack
09.00-12.00
Pendampingan
12.00-13.00
Istrahat Makan
Siang
13.00-13.15
Penutupan
Peserta
dan
Panitia
Peserta
dan
Panitia
Peserta
dan
Panitia
Peserta
dan
Panitia
Peserta
dan
Panitia
Peserta
dan
Panitia
Peserta
dan
Panitia
Peserta
dan
Panitia
Kepala
SMA
N1
Ubud
10. Tahap Evaluasi Pelatihan
Proses evaluasi ini dilakukan di akhir
pertemuan. Tujuan dari proses evaluasi ini
adalah untuk mengetahui respon dari peserta
pelatihan dan capaian yang didapatkan
dalam proses pelatihan ini. Adapun hasil
capaian dan respon yang diberikan oleh
peserta pelatihan pembuatan materi ajar
berbentuk digital melalui aplikasi open
office sun microsystem dapat dijelaskan
sebagai berikut.
a. Tingkat pengetahuan peserta pelatihan
tentang keberadaan software
Tingkat pengetahuan peserta pelatihan
tentang keberadaan software dapat diketahui
melalui test kognitif. Adapun hasil capaian
yang diperoleh oleh peserta pelatihan dalam
mengukur tingkat pengetahuannya tentang
keberadaan software open source, dapat
dilihat pada tabel 5 berikut ini.
Tabel 5. Tingkat Pengetahuan Peserta
Pelatihan Tentang Keberadaan Software
No
Nilai
Ket
1
Dra. Anak Agung Alit Sri, M.Pd
80,00
Baik
2
I Wayan Ubud, S.Pd, M.Pd
73,33
Baik
3
73,33
5
Gusti Ayu Suarsani, S.Pd, M.Pd
I Nyoman Lanus Widana, S.Pd,
M.Pd
I Nyoman Sujaya, S.Pd
6
Anak Agung Gde Alit, S.Pd
86,67
7
Ida Bagus Ketut Suardiana, S.Pd
80,00
8
I Nyoman Sudiartha, S.Pd, M.Pd
86,67
Baik
Sangat
Baik
Baik
Sangat
Baik
Baik
Sangat
Baik
4
9
10
Gambar 4. Pelaksanaan Kegiatan
Nama Peserta
Desak Nyoman Sukanestri, S.Pd,
M.Pd
I Wayan Sumertayasa, ST
Rata-rata
93,33
80,00
80,00
Baik
73,33
80,67
Baik
Baik
b. Tingkat kemampuan peserta pelatihan
dalam membuat materi ajar berbentuk
digital
Tingkat kemampuan peserta pelatihan
dalam membuat materi ajar berbentuk digital
dapat diketahui melalui test praktek. Adapun
hasil capaian yang diperoleh oleh peserta
36
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
pelatihan dalam mengukur kemampuannya
membuat materi ajar berbentuk digital, dapat
dilihat pada tabel 6 berikut.
Tabel 6. Tingkat Kemampuan Peserta
Pelatihan Dalam Membuat Materi Ajar
Berbentuk Digital
No
Nilai
Ket
Dra. Anak Agung Alit Sri, M.Pd
I Wayan Ubud, S.Pd, M.Pd
Gusti Ayu Suarsani, S.Pd, M.Pd
I Nyoman Lanus Widana, S.Pd,
M.Pd
82,00
78,00
75,00
Baik
Baik
Baik
Sangat
Baik
5
I Nyoman Sujaya, S.Pd
82,00
Baik
6
Anak Agung Gde Alit, S.Pd
88,00
Sangat
Baik
7
Ida Bagus Ketut Suardiana, S.Pd
84,00
Baik
8
I Nyoman Sudiartha, S.Pd, M.Pd
80,00
Sangat
Baik
84,00
Baik
75,00
81,60
Baik
Baik
1
2
3
4
9
10
Nama Peserta
88,00
Desak Nyoman Sukanestri, S.Pd,
M.Pd
I Wayan Sumertayasa, ST
Rata-rata
c. Respon yang diberikan oleh peserta
pelatihan terhadap kegiatan pelatihan
pembuatan materi ajar berbentuk digital
melalui aplikasi open office sun
microsystem
Respon yang diberikan oleh peserta
pelatihan terhadap kegiatan pelatihan
pembuatan materi ajar berbentuk digital
melalui aplikasi open office sun microsystem
dapat diketahui melalui pengisian angket
respon peserta pelatihan. Adapun hasil
respon yang diberikan oleh peserta pelatihan
terhadap kegiatan pelatihan pembuatan
materi ajar berbentuk digital melalui aplikasi
open office sun microsystem, dapat dilihat
pada tabel 7 berikut.
Tabel 7. Angket Respon Peserta Pelatihan
Pembuatan Materi Ajar Berbentuk Digital
Melalui Aplikasi Open Office Sun
Microsystem
No
Nomor Butir
Resp
1
1
2
3
4
5
6
7
I
II
III
IV
V
VI
VII
3
2
2
3
3
3
3
2
3
3
3
3
2
3
3
3
2
2
2
2
3
2
2
4
3
3
3
3
3
2
3
5
3
2
2
3
3
3
3
Jml
%
Kriteria
14
12
12
14
14
13
14
93
80
80
93
93
87
93
SB
B
B
SB
SB
B
SB
No
Nomor Butir
Resp
Jml
%
Kriteria
2
2
3
3
3
3
2
2
4
3
3
3
5
2
3
2
13
14
12
87
93
80
B
SB
B
27
28
22
29
26
132
90
93
73
97
87
S
B
S
B
B
S
B
S
B
1
8
9
10
VIII
IX
X
Jml Per
Butir
%
Kriteria
3
3
2
Total Prosentase
880
Rata-rata
88
Baik
11. Tahap Pencetakan dan Pengiriman
Sertifikat
Sertifikat
yang
telah
dicetak,
selanjutnya diberikan ke masing-masing
peserta pelatihan maksimal 1 minggu setelah
pelatihan dilakukan. Adapun salah satu
bentuk sertifikat yang diberikan kepada
peserta pelatihan dapat dilihat pada gambar
5 berikut.
Gambar 5. Sertifikat Pelatihan
12. Tahap Penyusunan Laporan P2M
Akhir
Hasil akhir dari pelatihan seperti
dokumentasi dan respon peserta, dijadikan
sebagai laporan akhir dari pelaksanaan P2M.
Disamping laporan akhir, dilampirkan juga
bukti tugas/karya utama yang telah
37
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
dikerjakan oleh peserta pelatihan berupa
softcopy materi ajar berbentuk digital yang
disimpan dalam CD-R dan hardcopynya.
Adapun beberapa bukti karya utama yang
telah dikerjakan/dihasilkan oleh peserta
pelatihan dapat dilihat pada gambar 6
berikut.
Gambar 6. Karya Utama Yang Dihasilkan
Pembahasan
Berdasarkan hasil kegiatan yang telah
dijelaskan sebelumnya, maka ada beberapa
hal yang akan tim pelaksana bahas lebih
dalam tentang hasil kegiatan pengabdian
masyarakat ini sebagai jawaban atas
identifikasi dan perumusan permasalahan
yang telah dikemukakan sebelumnya, antara
lain sebagai berikut.
1. Tingkat pengetahuan para guru SMA
yang ada di kecamatan Ubud tentang
keberadaan software open source yaitu
open office sun microsystem untuk
membuat materi ajar berbentuk digital
Dari hasil capaian yang diperoleh oleh
peserta pelatihan dalam mengukur tingkat
pengetahuannya
tentang
keberadaan
software open source melalui test kognitif,
maka diperoleh nilai rata-rata sebesar 80,67.
Hal ini berarti bahwa secara umum tingkat
pengetahuan para guru SMA yang ada di
kecamatan Ubud tentang keberadaan
software open source yaitu open office sun
microsystem untuk membuat materi ajar
berbentuk digital sudah termasuk kategori
baik, karena mereka sudah mampu
menjawab dengan baik beberapa pertanyaan
tentang teknologi open source, open office
sun microsystem, text document dan fiturfiturnya, spreadsheet dan fitur-fiturnya,
presentation dan fitur-fiturnya.
Dari hasil respon yang diberikan oleh
peserta pelatihan dalam mengukur tingkat
pengetahuannya
tentang
keberadaan
software open source melalui angket, maka
diperoleh nilai prosentase respon yang
diberikan oleh peserta pelatihan untuk butir
1 tentang keberadaan software open source
sebesar 90,00%. Hal ini juga berarti bahwa
secara umum tingkat pengetahuan para guru
SMA yang ada di kecamatan Ubud tentang
keberadaan software open source yaitu open
office sun microsystem untuk membuat
materi ajar berbentuk digital sudah termasuk
kategori sangat baik.
2. Tingkat kemampuan para guru SMA
yang ada di kecamatan Ubud membuat
materi
ajar
berbentuk
digital
menggunakan software open office sun
microsystem
Dari hasil capaian yang diperoleh oleh
peserta pelatihan dalam mengukur tingkat
kemampuannya membuat materi ajar
berbentuk digital menggunakan software
open office sun microsystem melalui test
praktek membuat materi ajar berbentuk
digital, maka diperoleh nilai rata-rata
38
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
sebesar 81,60. Hal ini berarti bahwa secara
umum tingkat kemampuan para guru SMA
yang ada di kecamatan Ubud dalam
membuat materi ajar berbentuk digital
menggunakan software open office sun
microsystem sudah termasuk kategori baik,
karena mereka sudah mampu membuat
sendiri materi ajar berbentuk digital dengan
software open office sun microsystem,
khususnya menggunakan fasilitas text
document dan presentation.
Dari hasil respon yang diberikan oleh
peserta pelatihan dalam mengukur tingkat
kemampuannya dalam membuat materi ajar
berbentuk digital melalui angket, maka
diperoleh nilai prosentase respon yang
diberikan oleh peserta pelatihan untuk butir
2 tentang penggunaan text document sebagai
dasar dalam membuat materi ajar berbentuk
digital sebesar 93,33%. Hal ini juga berarti
bahwa secara umum tingkat kemampuan
para guru SMA yang ada di kecamatan Ubud
dalam melakukan pengolahan kata yang
nantinya digunakan sebagai dasar untuk
membuat materi ajar berbentuk digital sudah
termasuk kategori sangat baik. Nilai
prosentase respon yang diberikan oleh
peserta pelatihan untuk butir 3 tentang
penggunaan spreadsheet sebagai dasar
dalam membuat materi ajar berbentuk digital
sebesar 73,33%. Hal ini juga berarti bahwa
secara umum tingkat kemampuan para guru
SMA yang ada di kecamatan Ubud dalam
melakukan pengolahan angka yang nantinya
digunakan sebagai dasar untuk membuat
materi ajar berbentuk digital sudah termasuk
kategori baik. Nilai prosentase respon yang
diberikan oleh peserta pelatihan untuk butir
4 tentang penggunaan presentation sebagai
dasar dalam membuat materi ajar berbentuk
digital sebesar 96,67%. Hal ini juga berarti
bahwa secara umum tingkat kemampuan
para guru SMA yang ada di kecamatan Ubud
dalam melakukan pengolahan slide
presentasi yang nantinya digunakan sebagai
dasar untuk membuat materi ajar berbentuk
digital sudah termasuk kategori sangat baik.
Nilai prosentase respon yang diberikan oleh
peserta pelatihan untuk butir 5 tentang
tingkat keyakinan peserta pelatihan dalam
membuat materi ajar berbentuk digital
menggunakan aplikasi open source sun
microsystem sebesar 86,67%. Hal ini juga
berarti bahwa secara umum tingkat
keyakinan yang dimiliki para guru SMA
yang ada di kecamatan Ubud dalam
membuat materi ajar berbentuk digital sudah
termasuk kategori sangat baik.
SIMPULAN
Guru-guru se-Kecamatan Ubud yang
diwakili oleh guru-guru SMA Negeri 1
Ubud menyambut baik dan antusias
mengikuti kegiatan pelatihan pembuatan
materi ajar berbentuk digital melalui aplikasi
open office sun microsystem ini karena
mereka sangat membutuhkan pengetahuan
dan keterampilan dalam membuat materi
ajar digital untuk membantu kegiatan
pembelajaran. Hal tersebut dibuktikan dari
hasil test kognitif yang didapatkan oleh
peserta pelatihan dengan perolehan nilai
rata-rata sebesar 80.67, hasil test praktek
dengan perolehan nilai rata-rata sebesar
81.60, dan dari hasil respon yang diberikan
oleh peserta pelatihan melalui angket,
dengan perolehan prosentase sebesar
93.33%.
DAFTAR RUJUKAN
Peraturan Menteri Komunikasi dan
Informatika RI No. 7 Tahun 2013.
Rakhmawati N A. 2006. Software Open
Source, Software Gratis?, JUTI Vol. 5,
No.1, Januari 2006, h. 13-18.
39
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
Wirawan, I.M.A. 2013. Laporan Akhir P2M,
IbM Pelatihan Desain Grafis Untuk
Anak-anak Panti Asuhan se-Kecamatan
Buleleng.
Singaraja:
Universitas
Pendidikan Ganesha.
http://www.opensource.org/
http://www.openoffice.org/
40
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
Pelatihan Pembuatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bagi Guru-guru
SMA dan SMP se-Kecamatan Sidemen Kabupaten Karangasem
I Gede Partha Sindu1, I Nyoman Laba Jayanta2,
Gede Aditra Pradnyana3, I Gede Mahendra Darmawiguna3
1Jurusan
3
Pendidikan Teknik Informatika FTK UNDIKSHA; 2 Jurusan Pendidikan Guru dan Sekolah Dasar FIP UNDIKSHA;
Jurusan Pendidikan Teknik Informatika FTK UNDIKSHA; 4 Jurusan Pendidikan Teknik Informatika FTK UNDIKSHA
Email: [email protected]
ABSTRACT
P2M activity aims to Improve the ability and skills of teachers in PTK. After the activity P2M is completed,
expected research culture among teachers - teachers and high school in the district of Sidemen - Karangasem
increased, so that it can take effect on improvement of the learning process on an ongoing basis, the estuary impact
on improving the quality of the learning process and results for learners and the existence of schools and of course
have an impact on improving the professionalism of teachers in which teachers as teacher-researcher. P2M
method of implementation has started with the preparation of such administration, determining the location where
the training, the quota of trainees, the training schedule, as well as the preparation of the material / training
modules. During the implementation phase conducted training activities as 1x meeting then continued with
mentoring activities as much as 4x meeting. Time allocation for each meeting is 4 hours. In the final stage, namely
the concluding phase of the evaluation related to the implementation of activities and capture responses from
participants. The training activities preceded by an introduction or explanation of the concept of PTK, then
proceed with the mentoring activities addressed to teachers to practice directly compile PTK. P2M evaluation
results indicate that the response of participants during the training activities is positive. From a total of 30
trainees, 80% of them look very active. Based on the ability and skills of the participants (teachers - teachers)
after receiving the training, explained that about 70% of the total number of participants have been able to produce
a draft / proposal PTK.
Keywords: classroom action research, the professionalism of teachers, the learning process
ABSTRAK
Kegiatan P2M ini bertujuan untuk Meningkatkan kemampuan dan keterampilan guru dalam melakukan
PTK. Setelah kegiatan P2M ini selesai, diharapkan budaya meneliti di kalangan guru – guru SMA dan SMP di
wilayah Kecamatan Sidemen – Karangasem meningkat, sehingga dapat membawa pengaruh pada peningkatan
proses pembelajaran secara berkesinambungan, yang muaranya berimbas pada peningkatan kualitas proses dan
hasil pembelajaran bagi peserta didik serta keberadaan sekolah dan tentu saja berdampak pada peningkatan
profesionalisme guru dimana guru sebagai teacher researcher. Metode pelaksanaan kegiatan P2M ini diawali
dengan persiapan administrasi seperti, penentuan lokasi tempat pelatihan, kuota peserta pelatihan, jadwal
pelatihan, serta penyusunan materi/modul pelatihan. Pada tahap pelaksanaan dilakukan kegiatan pelatihan
sebanyak 1x pertemuan kemudian dilanjutkan dengan kegiatan pendampingan sebanyak 4x pertemuan. Alokasi
waktu untuk setiap pertemuannya adalah 4 jam. Pada tahap akhir yaitu tahap penutup dilakukan evaluasi terkait
dengan proses pelaksanaan kegiatan serta pengambilan respon dari peserta pelatihan. Kegiatan pelatihan diawali
dengan pengenalan atau pemaparan mengenai konsep PTK, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan pendampingan
yang ditujukan kepada guru-guru untuk praktek secara langsung menyusun PTK. Hasil evaluasi pelaksanaan P2M
ini menunjukkan bahwa respons peserta selama kegiatan pelatihan berlangsung adalah positif. Dari total 30 orang
peserta pelatihan, 80% diantaranya terlihat sangat aktif. Berdasarkan dari segi kemampuan dan keterampilan
peserta (guru – guru) setelah mendapat pelatihan, dapat dijelaskan bahwa sekitar 70% dari total jumlah peserta
pelatihan telah mampu menghasilkan suatu draf/proposal PTK.
Kata kunci: penelitian tindakan kelas, profesionalisme guru, proses pembelajaran
41
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
PENDAHULUAN
Berbicara tentang peningkatan kompetensi
guru, peningkatan kompetensi akademik
guru di bidang penelitian tentu juga menjadi
salah satu keharusan yang tidak bisa
dilupakan oleh setiap tenaga pengajar dan
tenaga kependidikan lainnya. Salah satu
indikator
konkrit
dari
peningkatan
kompetensi tersebut, serta aplikasi dari
langkah inovatif sebagai bentuk perubahan
paradigma, yang mana guru dikatakan
sebagai agen pembaharuan dapat dilihat dari
pemahaman dan penerapan guru tentang
Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Pada dasarnya terdapat berbagai jenis
penelitian yang bisa dilakukan oleh guru,
seperti Penelitian Deskriptif, Penelitian
Eksperimen, PTK, dan lain-lain. Namun dari
sekian jenis penelitian tersebut, yang paling
direkomendasi untuk dilakukan adalah PTK.
PTK merupakan suatu pencermatan
terhadap kegiatan belajar berupa sebuah
tindakan, yang sengaja dimunculkan dan
terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan
(Arikunto, 2008). Tindakan tersebut
diberikan oleh guru atau dengan arahan dari
guru yang dilakukan oleh siswa.
Pelaksanaan tindakan ini merupakan upaya
guru dalam meningkatkan hasil belajar
peserta didik ke arah yang lebih baik.
Dikarenakan tindakan tersebut dimaksudkan
untuk meningkatkan hasil belajar dari
peserta didik, maka pelaksanaan tindakan ini
harus berkaitan dengan pembelajaran.
Dengan kata lain, pelaksanaan PTK harus
menyangkut upaya guru dalam bentuk
proses pembelajaran. Namun demikian, ada
hal-hal yang perlu dipahami oleh guru
bahwa PTK bukanlah sekadar kegiatan
mengajar yang seperti biasanya guru
lakukan, tetapi harus mengandung satu
pengertian bahwa tindakan yang dilakukan
didasarkan atas upaya meningkatkan hasil,
yakni hasil belajar dari peserta didik ke arah
yang lebih baik dari sebelumnya. Ide yang
dicobakan dalam PTK harus cemerlang dan
guru sangat yakin bahwa hasilnya akan lebih
baik dari biasanya.
PTK
sangat
mendukung
program
peningkatan kualitas pendidikan. Hal ini,
karena dalam proses pembelajaran, guru
adalah praktisi dan teoretisi yang sangat
menentukan.
Peningkatan
kualitas
pembelajaran merupakan tuntutan logis dari
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan seni (Ipteks) yang semakin pesat.
Perkembangan
Ipteks
mengisyaratkan
penyesuaian dan peningkatan proses
pembelajaran secara berkesinambungan,
sehingga berdampak positif terhadap
peningkatan kualitas lulusan dan keberadaan
sekolah tempat guru itu mengajar. Dengan
demikian, peningkatan kompetensi guru
merupakan tanggung jawab moral bagi para
guru di sekolah, baik itu berkenaan dengan
peningkatan
kompetensi
pedagogi,
profesional, sosial, maupun kepribadian.
Saat ini, fungsi PTK tidak hanya terbatas
pada upaya meningkatan hasil belajar saja,
namun PTK juga merupakan syarat terkait
dengan kebutuhan para guru untuk promosi
kenaikan pangkat dan jabatan mulai dari
golongan IVa ke atas. Namun sayang, peran
PTK yang begitu esensial ini belum
sepenuhnya didukung oleh kompetensi guru
dalam hal pelaksanaannya di kelas. Masih
banyak ditemui guru yang belum mampu
melakukan PTK secara utuh, seperti
misalnya pada guru SMA dan SMP di
wilayah Kecamatan Sidemen – Karangasem.
Para guru di wilayah ini memiliki masalah
yang hampir sama, yakni masih rendahnya
kemampuan dan keterampilan guru dalam
melakukan PTK.
42
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
Pada dasarnya, PTK bukanlah hal yang baru
lagi bagi guru, sebab memecahkan masalah
yang dialami, baik oleh guru maupun siswa
merupakan salah satu kegiatan rutin (Dantes,
2013). Ketika hasil ulangan siswa tidak
memuaskan, guru berusaha mencari
penyebabnya (mengenali masalahnya), lalu
mencari alternatif pemecahan masalah, dan
mencoba menerapkannya. Demikian juga
hakikat PTK. Namun, satu hal yang belum
dilakukan guru sehubungan dengan itu
adalah melakukannya secara sistematis.
Sistematis di sini berarti dilakukannya PTK
secara sadar dengan menerapkan prinsipprinsip penelitian yang relevan. PTK yang
dilakukan secara sadar berarti PTK itu
direncanakan, dilakukan, dan dilaporkan
dalam format layaknya sebuah hasil
penelitian (made public). Hal-hal inilah yang
belum dipahami sehingga perlu diketahui
dan dilatihkan pada guru.
Selain itu, berdasarkan wawancara yang
dilakukan dengan salah seorang guru di
SMA Negeri 1 Sidemen, untuk memenuhi
syarat terkait dengan kebutuhan para guru
akan PTK, guna promosi kenaikan pangkat
dan jabatan, biasanya guru membeli
sejumlah PTK dari pihak-pihak tertentu
(tidak disebutkan namanya), tanpa guru
tersebut melakukan atau mengalami
prosesnya secara langsung di kelas. Dampak
dari kondisi ini adalah budaya meneliti di
kalangan guru-guru tersebut, khususnya
dalam hal PTK sangatlah minim. Kalaupun
ada guru yang melakukan PTK, dalam
pelaksanaannya masih belum mampu
melakukan apa yang seharusnya dilakukan
dalam PTK. Banyak guru yang kurang
paham
akan
PTK.
Para
guru
kecenderungannya lebih berfokus pada
hasil, tanpa menekankan pada proses atau
perbaikan tindakan yang mestinya mereka
dilakukan.
Berdasarkan
analisis
situasi
dan
permasalahan
mitra
tersebut,
maka
diusulkan pemberian pelatihan pembuatan
PTK bagi guru – guru SMA dan SMP di
wilayah Kecamatan Sidemen – Karangasem.
Program pengabdian masyarakat ini
ditujukan untuk mengenalkan dan memberi
pelatihan kepada guru – guru SMA dan SMP
di wilayah Kecamatan Sidemen –
Karangasem, tentang bagaimana membuat
PTK yang baik, bernilai, serta sesuai dengan
standar yang seharusnya dilakukan dalam
PTK. Perlu dipahami oleh guru bahwa PTK
bukanlah sekadar kegiatan mengajar yang
seperti biasanya guru lakukan, tetapi dalam
PTK harus mengandung satu pengertian
bahwa tindakan yang dilakukan didasarkan
atas upaya meningkatkan hasil, yakni hasil
belajar dari peserta didik ke arah yang lebih
baik dari sebelumnya. Oleh karena itu,
segala macam ide yang dicobakan dalam
PTK harus cemerlang dan guru sangat yakin
bahwa hasilnya akan lebih baik dari
biasanya. Dari paparan tersebut, sangat jelas
bahwa PTK, tidak hanya berorientasi pada
hasil belajar semata, namun juga pada proses
atau tindakan yang dilakukan. Rasionalnya,
suatu tindakan yang baik, terencana,
pastinya akan menghasilkan hasil belajar
yang baik pula. Atau dengan kata lain, hasil
belajar yang baik adalah cerminan dari
tindakan yang baik pula. Tindakan ini bisa
kita amati dari penggunaan metode
mengajar, penggunaan media dan alat
pengajaran, serta komponen-komponen
pembelajaran lainnya, yang tentu saja harus
bercermin pada tujuan atau kompetensi yang
harus dicapai oleh peserta didik.
PTK sangatlah strategis dilakukan oleh para
guru sebagai karya tulis ilmiah. Karya tulis
ilmiah ini sangat berguna dan aplikatif bagi
setiap guru. Penyebabnya jelas, setiap
bentuk PTK selalu berhubungan dengan
43
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
tugas keseharian guru. Bahkan sebagian
pakar mengatakan bahwa PTK masuk
kategori “terapi” pemecahan masalah. PTK
tidak hanya menguji kemampuan seorang
guru di bidang akademik, tetapi juga
menguji ketepatan pemecahan masalah itu
berkali-kali pada dataran konkrit. Dengan
kegiatan tersebut, guru dapat memperoleh
“teori” yang dibangunnya sendiri, bukan
teori yang diberikan oleh pihak lain,
sehingga guru menjadi “the theorizing
practitioner”. Dengan mempertimbangkan
arti pentingnya PTK bagi setiap tenaga
pengajar dan kependidikan, maka setiap
bentuk teori maupun panduan penyusunan
PTK menjadi sama pentingnya dengan
melakukan PTK itu sendiri (Muliawan,
2010).
METODE
Kerangka
pelaksanaan
kegiatan
pelatihan pembuatan PTK bagi guru-guru
SMA dan SMP di wilayah Kecamatan
Sidemen – Karangasem, adalah seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 1.
Penentua
n Target
Penentuan
Kuota
Prosedur
Peminjam
Penyusuna
n Materi
Penyebara
n Surat
Persiapan
Tempat
Pencetaka
n Modul
Perencanaan
dan Penentuan
Pelaksanaan
Pelatihan dan
Pengambilan
Respon dan
Pencetakan
dan
Penyusunan Laporan
Akhir
Gambar 1. Kerangka Pelaksanaan Kegiatan
Berdasarkan Gambar 1 dapat dijelaskan
bahwa, kerangka pelaksanaan kegiatan
pelatihan pembuatan PTK bagi guru-guru
SMA dan SMP di wilayah Kecamatan
Sidemen – Karangasem, secara umum dapat
dibagi ke dalam tiga tahapan, yaitu
persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi. Pada
tahap persiapan dilakukan persiapan
administrasi seperti, penentuan lokasi
tempat pelatihan, kuota peserta pelatihan,
jadwal pelatihan, serta penyusunan
materi/modul pelatihan. Pada tahap
pelaksanaan dilakukan kegiatan pelatihan
sebanyak
1x
pertemuan
kemudian
dilanjutkan dengan kegiatan pendampingan
sebanyak 4x pertemuan. Alokasi waktu
untuk setiap pertemuannya adalah 4 jam.
Pada tahap akhir yaitu tahap penutup
dilakukan evaluasi terkait dengan proses
pelaksanaan kegiatan serta pengambilan
respon dari peserta pelatihan.
Khalayak sasaran dari pelaksanaan program
pengabdian masyarakat ini adalah guru –
guru SMA dan SMP di wilayah Kecamatan
Sidemen Kabupaten Karangasem, dengan
total jumlah peserta pelatihan adalah 30
orang guru.
Metode kegiatan yang dilakukan adalah
berbentuk pelatihan pembuatan PTK bagi
guru – guru SMA dan SMP di wilayah
Kecamatan Sidemen – Karangasem.
Kegiatan
pelatihan
diawali
dengan
pengenalan atau pemaparan mengenai
konsep PTK, kemudian dilanjutkan dengan
kegiatan pendampingan yang ditujukan
kepada guru-guru untuk praktek secara
langsung menyusun PTK. Kegiatan
pendampingan ini akan langsung dipandu
oleh tutor, dengan dibantu oleh dua orang
asisten tutor. Selama kegiatan pelatihan dan
44
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
pendampingan ini berlangsung, akan
ditunjang dengan kegiatan diskusi maupun
tanya jawab. Untuk memudahkan guru
dalam mempelajari serta menyusun PTK,
para guru akan diberikan sebuah modul
mengenai konsep pembuatan PTK.
Keberhasilan
pelaksanaan
program
Pengabdian Kepada Masyarakat ini dilihat
dari dua tolok ukur, yakni sebagai berikut.
1.
Respons positif dari peserta
pelatihan
Respons peserta pelatihan akan diukur
melalui
observasi
selama pelatihan
berlangsung serta melalui pengisian angket
oleh guru – guru, terkait dengan kesan,
saran, kritik maupun usulan dari peserta
pelatihan terhadap program Pengabdian
Kepada Masyarakat ini.
2. Meningkatnya
kemampuan
dan
keterampilan peserta (guru – guru)
setelah mendapat pelatihan.
Para guru SMA dan SMP di wilayah
Kecamatan Sidemen – Karangasem,
memiliki kemampuan dan keterampilan
yang lebih baik, khususnya dalam
melakukan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK), sehingga budaya meneliti di
kalangan guru – guru meningkat, guna
perbaikan kualitas proses dan hasil
pembelajaran bagi peserta didik.
HASIL DAN PEMBAHASAN
didampingi oleh kepala SMA Negeri 1
Sidemen, dan disaksikan oleh seluruh
peserta pelatihan serta anggota tim
pelaksana kegiatan P2M yang lain. Setelah
kegiatan pembukaan selesai dilakukan,
kemudian dilanjutkan dengan kegiatan
pelatihan pembuatan PTK bagi guru – guru.
Kegiatan pelatihan ini dilaksanakan di ruang
seminar SMA Negeri 1 Sidemen, mulai dari
proses mengisi daftar hadir oleh peserta
pelatihan, dilanjutkan dengan proses
perkenalan oleh tutor, kemudian proses
penyampaian materi mengenai konsep PTK
oleh tutor dengan metode ceramah, serta
ditunjang dengan kegiatan tanya jawab,
kemudian dilanjutkan dengan kegiatan
pendampingan yang ditujukan kepada guruguru untuk praktek secara langsung
menyusun PTK. Kegiatan pendampingan ini
akan langsung dipandu oleh tutor, dengan
dibantu oleh dua orang asisten tutor. Tutor
maupun asisten tutor merupakan staf dosen
bidang Pendidikan Teknik Informatika,
Undiksha. Selama kegiatan pendampingan
ini berlangsung, akan ditunjang dengan
kegiatan diskusi maupun tanya jawab. Untuk
memudahkan guru dalam mempelajari serta
menyusun PTK, para guru diberikan sebuah
modul mengenai konsep pembuatan PTK.
Berikut ini adalah beberapa visualisasi
kegiatan pelatihan pembuatan PTK bagi
guru – guru SMA dan SMP di wilayah
Kecamatan Sidemen – Karangasem.
Pelaksanaan
program
pelatihan
ini
dilakukan sebanyak 5 kali pertemuan,
dimana kegiatan pelatihan dilakukan
sebanyak 1x pertemuan dan kegiatan
pendampingan dilakukan sebanyak 4x
pertemuan dengan alokasi waktu untuk
setiap pertemuannya adalah 4 jam.
Dalam pelaksanaannya, sebelum kegiatan
pelatihan dimulai, pertama-tama dilakukan
kegiatan pembukaan oleh ketua P2M
45
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
Gambar 2 Pemaparan Materi oleh Tutor
Gambar 3 Pelaksanaan Pelatihan dirangkai
dengan Kegiatan Diskusi dan Tanya Jawab
Gambar 4. Photo Bersama di Akhir Kegiatan
Bersama Seluruh Peserta Pelatihan
Keberhasilan
pelaksanaan
program
Pengabdian Kepada Masyarakat ini dilihat
dari dua tolok ukur, yakni sebagai berikut.
1. Respons positif dari peserta pelatihan
Respons peserta pelatihan akan diukur
melalui
observasi
selama pelatihan
berlangsung serta melalui pengisian angket
oleh guru – guru, terkait dengan kesan,
saran, kritik maupun usulan dari peserta
pelatihan terhadap program Pengabdian
Kepada Masyarakat ini.
2. Meningkatnya
kemampuan
dan
keterampilan peserta (guru – guru)
setelah mendapat pelatihan.
Para guru SMA dan SMP di wilayah
Kecamatan Sidemen – Karangasem,
memiliki kemampuan dan keterampilan
yang lebih baik, khususnya dalam
melakukan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK), sehingga budaya meneliti di
kalangan guru – guru meningkat, guna
perbaikan kualitas proses dan hasil
pembelajaran bagi peserta didik.
Berdasarkan dua tolok ukur tingkat
keberhasilan
pelaksanaan
program
Pengabdian Kepada Masyarakat di atas,
secara umum dapat dijelaskan bahwa jika
ditinjau dari segi respons peserta selama
kegiatan pelatihan berlangsung adalah
positif. Dari total 30 orang peserta pelatihan,
80% diantaranya terlihat sangat aktif.
Mereka banyak bertanya terkait dengan
konsep dan prosedur pelaksanaan PTK,
seperti: berapa kali mestinya jumlah siklus
dalam suatu PTK? apakah PTK musti
dilakukan secara team teaching? jika hasil
PTK tidak mengalami peningkatan, apakah
PTK yang dilakukan ini gagal? Bahkan
beberapa diantaranya ada yang hanya
sekadar berkeluh kesah tentang kendalakendala yang dihadapi saat akan melakukan
PTK, seperti masih sulitnya para guru dalam
46
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
memilih/menentukan model pembelajaran
yang relevan dengan masalah hingga
perumusan instrumen yang tepat sesuai
dengan rumusan indikator.
Sementara jika ditinjau dari segi
kemampuan dan keterampilan peserta (guru
– guru) setelah mendapat pelatihan, dapat
dijelaskan bahwa sekitar 70% dari total
jumlah peserta pelatihan telah mampu
menghasilkan suatu draf/proposal PTK.
Jumlah ini masih jauh dari yang diharapkan
yakni mencapai 100%. Namun demikian
kedepannya diharapkan seluruh peserta yang
belum
mampu
menghasilkan
suatu
draf/proposal PTK dapat menghasilkan
suatu draf/proposal PTK. Draf/proposal
PTK yang dihasilkan ini diharapkan bisa
menjadi langkah awal guru untuk menjadi
seorang teacher researcher, sehingga
budaya meneliti di kalangan guru – guru
dapat meningkat, dan guru dapat
memperoleh “teori” yang dibangunnya
sendiri, bukan teori yang diberikan oleh
pihak lain, sehingga nantinya guru bisa
menjadi “the theorizing practitioner”, guna
perbaikan kualitas proses dan hasil
pembelajaran bagi peserta didik.
2.
Isi atau materi yang disampaikan
dalam pelatihan sangatlah relevan dengan
kebutuhan guru, mengingat saat ini
kebutuhan para guru untuk promosi
kenaikan pangkat dan jabatan mulai dari
golongan IVa ke atas mempersyaratkan
harus menghasilkan suatu PTK.
3. Situasi dan kondisi di tempat pelatihan
sangatlah kondusif serta memberikan
kenyamanan bagi peserta pelatihan.
4. Potensi dan kemampuan peserta pelatihan
(guru) terlihat cukup baik, terbukti dari hasil
observasi yang dilakukan selama pelatihan
hingga pendampingan, terdapat sekitar 70%
dari total jumlah peserta pelatihan telah
mampu menghasilkan suatu draf/proposal
PTK. Draf/proposal PTK yang dihasilkan ini
diharapkan bisa menjadi langkah awal guru
untuk menjadi seorang teacher researcher,
sehingga budaya meneliti di kalangan guruguru dapat meningkat, dan guru dapat
memperoleh “teori” yang dibangunnya
sendiri, bukan teori yang diberikan oleh
pihak lain, sehingga nantinya guru bisa
menjadi “the theorizing practitioner”, guna
perbaikan kualitas proses dan hasil
pembelajaran bagi peserta didik.
Secara umum dapat dikatakan bahwa tidak
ada permasalahan ataupun kendala yang
berarti yang dihadapi baik pada saat pra,
proses maupun pasca kegiatan pelatihan.
Selama pelaksanaan kegiatan pelatihan ini,
mulai dari tahap persiapan sampai
pelaksanaannya, dapat kami sampaikan
temuan-temuan sebagai berikut.
1.
Antusiasme pihak sekolah, yang
menyambut baik tawaran kerjasama sebagai
mitra
dalam
program
pengabdian
masyarakat ini. Mereka berharap program
seperti ini bisa dilaksanakan secara reguler
dan berkala di tahun-tahun selanjutnya.
SIMPULAN
Dari hasil evaluasi serta temuantemuan yang kami peroleh selama
pelaksanaan kegiatan P2M ini, dapat kami
simpulkan bahwa program P2M ini telah
mampu memberikan manfaat yang sangat
besar, terutama dalam hal peningkatan
pengetahuan serta ketrampilan guru dalam
melakukan PTK. Dengan pengetahuan dan
keterampilan yang mereka miliki ini,
diharapkan dapat menjadi langkah awal guru
untuk bisa menjadi seorang teacher
researcher, sehingga budaya meneliti
dikalangan guru – guru dapat meningkat,
47
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
dan guru dapat memperoleh “teori” yang
dibangunnya sendiri, bukan teori yang
diberikan oleh pihak lain, sehingga nantinya
guru bisa menjadi “the theorizing
practitioner”, guna perbaikan kualitas proses
dan hasil pembelajaran bagi peserta didik.
Berdasarkan hasil evaluasi, disarankan
untuk pelatihan-pelatihan di bidang
pendidikan supaya bisa dilaksanakan secara
reguler dan berkala di tahun-tahun
selanjutnya, mengingat tuntutan akan
peningkatan profesionalisme guru semakin
tinggi.
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, S. (2008). Penelitian Tindakan
Kelas. Jakarta: PT.Bumi Aksara.
Dantes, N. (2013). Penelitian Tindakan
Kelas (Konsep Dasar dan Prosedur
Pelaksanaan
dalam
Rangka
Peningkatan Profesionalisme Guru).
Makalah. Disajikan pada Workshop
Penelitian Tindakan Kelas Bagi Dosen
di Lingkungan FKIP Unmas Denpasar
14 Juni 2013
Muliawan, J. U. (2010). Penelitian Tindakan
Kelas (Classroom Action Research).
Yogyakarta: Gava Media.
Robandi, B. (2008). Penyusunan Laporan
Penelitian Tindakan Kelas. Makalah.
Disajikan pada Diklat Nasional PTK
Gedung Kopertis Wilayah IV
Jatinangor Sumedang Jawa Barat 1113 Mei 2008
48
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
IPTEK BAGI MASYARAKAT KELOMPOK TANI DESA SUDAJI
DALAM MEMPRODUKSI BIOGAS DAN POC
Ketut Gunawan1, Nyoman Srilaba2
Jurusan Ekonomi Manajemen; 2Jurusan Pertanian Universitas Panji Sakti
Email: [email protected]
1
ABSTRACT
The objectives of the IbM’s program are 1) resolving financial system of farmer group through liquid
organic fertilizer product which can be sold to the public leter, 2) Utilization of manure waste, so as to minimize
negative impacts on health and the environment, 3) Members farmer groups skilled in processing the manure
waste to be useful effectively. Farmer groups are less able to process the manure waste into biogas as alternative
energy sources by adopting appropriate technologies and products in the form of liquid organic fertilizer from
biogas sewage sludge. Through training in the utilization of manure waste and comprehensive implementation
methods, also enterpreneurship training program, so can be resolve the Bhakti Lestari and Dwi Gopala farmer
group’s problems. This program is focused on improving people's knowledge about the techniques of sewage
treatment of livestock manure into biogas and biogas sludge processing into liquid organic fertilizer. The training
was conducted by using 1) PALS method applied through various stages: awareness phase, preparation phase,
installation biogas phase, coaching & training stage, mentoring phase and the evaluation phase; 2) interviews,
and 3) questionnaire method. The results obtained are IbM activities, to enhance the knowledge of farmer groups
and Dwi Lestari Bhakti Gopala in utilizing processed manure waste into biogas and POC, so it is able to overcome
the existing problems. Activities that have been given by Tim IbM got the enthusiasm of farmer groups.
Keyword: biogas, sewage manure, liquid organic fertilizer.
ABSTRAK
Tujuan dari pelaksanaan program IbM ini adalah 1) Mengatasi sistem keuangan anggota kelompok tani
yang tidak menentu melalui produk pupuk organik cair yang nantinya dapat dijual kepada masyarakat, 2)
Pemanfaatan limbah kotoran ternak, sehingga dapat meminimalisir dampak negatif terhadap kesehatan dan
lingkungan, 3) Anggota kelompok tani terampil dalam mengolah limbah kotoran ternak agar dapat berguna secara
efektif. Kelompok tani kurang mampu dalam mengolah limbah kotoran ternaknya tersebut menjadi sumber energi
alternatif biogas dengan menerapkan teknologi tepat guna, dan produk berupa pupuk organik cair dari limbah
sludge biogas. Melalui pelatihan dalam mendayagunakan limbah kotoran ternak dan metode pelaksanaan yang
komprehensif, serta dibekali pelatihan tentang kewirausahaan, sehingga dapat memperbaiki/mengatasi
permasalahan yang dihadapi kelompok tani Bhakti Lestari dan Dwi Gopala. Program ini dititikberatkan pada
peningkatan pengetahuan masyarakat mengenai teknik pengolahan limbah kotoran ternak menjadi biogas dan
pengolahan sludge biogas menjadi pupuk organik cair (POC). Pelatihan dilakukan dengan menggunakan 1) metode
PALS yang diaplikasikan melalui berbagai tahapan yaitu: tahap penyadaran, tahap persiapan, tahap instalasi
biogas, pembinaan, tahap pelatihan, tahap pembinaan, tahap pendampingan, dan tahap evaluasi; 2) metode
wawancara, dan 3) metode kuisioner. Hasil yang diperoleh yaitu kegiatan IbM, dapat meningkatkan pengetahuan
kelompok tani Bhakti Lestari dan Dwi Gopala dalam memanfaatkan limbah kotoran ternak yang diolah menjadi
biogas dan POC, sehingga mampu dalam mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada. Kegiatan yang telah
diberikan oleh Tim IbM mendapat antusiasme dari kelompok tani.
Keyword: biogas, limbah kotoran ternak, pupuk organik cair (POC).
PENDAHULUAN
Bahan bakar fosil merupakan salah
satu sumber energi yang digunakan
masyarakat.
Namun,
terbatasnya
keberadaan bahan bakar fosil berbanding
terbalik
dengan
tingkat
populasi
masyarakat sebagai penggunanya. Solusi
dari permasalahan tersebut dilakukan
melalui konversi minyak tanah menuju gas
LPG. Namun, solusi tersebut masih
mengalami beberapa kendala dimana 1)
harganya yang semakin meningkat, 2)
pasokan agen yang terbatas, 3) ketakutan
masyarakat terhadap cara penggunaannya.
Kondisi demikian dialami masyarakat
pedesaan seperti di desa Sudaji. Latar
topografi yang cukup jauh dari perkotaan
menyebabkan masyarakat desa Sudaji
sangat sulit memperoleh bahan bakar
minyak atau LPG. Solusi praktis dari
49
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
masyarakat adalah dengan menggunakan
kayu bakar dari hasil penebangan liar.
Desa Sudaji dikenal dengan lumbung
padi kabupaten Buleleng. Kondisi geografis
yang terletak pada ketinggian 200-400m,
dengan curah hujan yang cukup, serta
dengan pengelolaan subak yang sangat baik
menjadikan 68% masyarakat Desa Sudaji
berprofesi sebagai petani dengan lahan
garapan mencapai 490Ha (Profil Desa
Sudaji, 2010). Beberapa kelompok tani
bekerja sebagai petani dan peternak, seperti
Kelompok Tani Bhakti Lestari dan
Kelompok Tani Dwi Gopala.
Hasil kekayaan melimpah pada
pertanian dan peternakan kedua kelompok
tani ternak tersebut tidak terlalu
(a)
dimanfaatkan secara maksimal. Pola pikir
konvensional menghadirkan beberapa
permasalahan, pertama output pertanian
dan peternakan yang tidak bersifat outcome,
dimana ouput berupa limbah kotoran ternak
hanyalah digunakan sebagai pupuk
kandang. Namun, jumlah limbah kotoran
ternak yang dihasilkan terlalu banyak
dibandingkan volume penggunaan. Dengan
demikian, limbah tersebut hanya dibiarkan
menggunung dan memberikan dampak
negatif berupa 1) pemandangan kumuh, 2)
kesehatan tetangga sekitar akibat limbah
yang mengundang penyakit, 3) pencemaran
air karena kotoran yang sudah terlalu
menggunung akan dibuang langsung ke
sungai.
(b)
Gambar 1. Penanganan limbah peternakan: a) dibiarkan menggunung dan kumuh, b)
pencemaran lingkungan dengan pembuangan di sungai
Disamping pemasalahan limbah
pertanian timbul pula permasalahn lain
yang dialami sebagian besar anggota
kelompok tani di desa Sudaji. Sistem
keuangan yang fluktuatif dari pendapatan
harian dan panen menjadikan para petani
sangat sulit dalam mengkontrolnya.
Pendapatan harian petani diperoleh dengan
hasil penjualan tanaman pagar sawah
seperti kacang panjang, undis, dan terong,
sedangkan pendapatan panen diperoleh saat
terjadi panen padi selama 4 bulan. Situasi
akan semakin parah apabila modal
pertanian tidak sesuai dengan hasil
panennya.
Beban
ekonomi
yang
kontradiktif
tersebut
akan
lebih
membebankan khususnya para petani
penggarap (penyakap) yang tidak memiliki
lahannya
sendiri.
Rangkuman
permasalahan oleh kedua tani Bhakti
Lestari dan Dwi Gopala secara spesifik
adalah 1) Sistem keuangan yang fluktuatif
anggota kelompok tani yang diperoleh dari
pendapatan harian dan panen menjadikan
50
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
para
petani
sangat
sulit
dalam
mengkontrolnya, 2) limbah peternakan
yang membawa dampak negatif terhadap
kesehatan
dan
lingkungan,
3)
ketidakmampuan anggota kelompok tani
ternak
dalam
mengolah
limbah
peternakannya agar dapat berguna secara
efektif dan mengundang dampak iringan
ekonomi dalam mengatasi permasalahan
yang dihadapi.
Pemanfaatan teknologi tepat guna
seharusnya dapat diterapkan dalam
mengatasi permasalahan limbah peternakan
tersebut. Berbagai inovasi yang dapat
diaplikasikan diantaranya, biogas dan
pupuk organik cair. Ketidakmampuan
anggota kelompok tani ternak dalam
mengolah limbah peternakannya agar dapat
berguna secara efektif dan mengundang
dampak iringan ekonomi dalam mengatasi
permasalahan yang dihadapi.
Sejalan dengan program program
zero waste and waste to energy dari
pemerintah dengan memanfaatkan limbah
kotoran ternak yang ada di Kelompok Tani
Bhakti Lestari dan Kelompok Tani Dwi
Gopala untuk dijadikan biogas plus plus
(biogas++), plus pertama yaitu pupuk
organik cair dari limbah sludge, dan plus
kedua yaitu penjualan pupuk organik cair
yang dikemas secara menarik. Biogas
merupakan sumber energi alternatif bersih
dan tidak mengandung asap pekat layaknya
penggunaan kayu bakar. Manfaat limbah
kotoran ternak sebagai bahan utama
pembuatan biogas sejalan dengan penelitian
Fahri (2010) di Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Riau dengan menghasilkan gas
metana sebagai pengganti bahan bakar
minyak khususnya minyak tanah dan dapat
digunakan untuk memasak. Disamping itu,
dari proses produksi biogas akan dihasilkan
sisa kotoran ternak yang dapat langsung
digunakan sebagai pupuk organik pada
tanaman/budidaya pertanian.
Keberadaan pupuk cair dari
keluaran biogas akan diiringi dengan
strategi pemasaran dalam berwirausaha.
Pupuk cair yang dihasilkan akan dijual
kepada masyarakat Desa Sudaji dan
masyarakat umum, sehingga anggota
kelompok tani Bhakti Lestari dan
Kelompok Tani Dwi Gopala dapat sedikit
demi sedikit mengatasi permasalahan yang
dihadapi yang sejalan dengan tujuan
program oleh tim IbM yaitu: 1) mengatasi
sistem keuangan anggota kelompok tani
melalui produk pupuk organik cair yang
nantinya dapat dijual kepada masyarakat, 2)
pemanfaatan limbah kotoran ternak dapat
meminimalisir dampak negatif terhadap
kesehatan dan lingkungan 3) anggota
kelompok tani terampil dalam mengolah
limbah kotoran ternak agar dapat berguna
secara efektif. Apabila limbah kotoran
ternak termanfaatkan sebagai energi
alternatif dan pupuk cair, maka
permasalahan yang dialami akan mampu
teratasi. Oleh karena itu sangat penting
adanya
suatu
program
dalam
mendayagunakan
masyarakat
secara
terpadu.
METODE
Metode yang digunakan dalam
pencapaian tujuan Iptek Bagi Masyarakat
(IBM) ini yaitu metode pemberdayaan
masyarakat yaitu yang dikenal dengan
Metode PALS (Participation Action
Learning System), metode wawancara, dan
metode kuisioner.
Metode pertama yaitu Metode PALS
merupakan salah satu metode yang masuk
dalam lingkup metode PLA (Participatory
Learning Action). Tahapan-tahapan metode
PALS dilaksanakan sebagai berikut.
51
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
1. Tahap Penyadaran
Tahap penyadaran ini dilakukan untuk
menggali
dan
menyadarkan
masyarakat mengenai pentingnya
dalam
menjaga
dan
merawat
lingkungan, pemanfaatan limbah
kotoran ternak yang dapat diolah
menjadi biogas dan pupuk organik cair.
2. Tahap Persiapan
Tahap persiapan ini dilakukan dengan
mengadakan penataan kandang dan
mempersiapan alat dan bahan untuk
pembangunan instalasi reaktor biogas.
3. Tahap Instalasi
Tahap instalasi dilakukan dengan
pembangunan instalasi reaktor biogas
yang akan digunakan sebagai sumber
energi alternatif biogas.
4. Tahap Pelatihan
Pelatihan dilakukan terkait dengan 1)
pemanfaatan dari reaktor biogas yang
telah diinstalasi, 2) teknik perawatan
reaktor biogas, 3) pembuatan pupuk
organik cair (POC), 4) keterampilan
kewirausahaan dalam pemasaran POC.
5. Tahap Pembinaan
Pembinaan dilakukan seiring dengan
pelatihan yang dilaksanakan. Hal
tersebut dilakukan untuk membina
masyarakat agar lebih terampil dalam
mengolah limbah kotoran ternak.
Pembinaan wirausaha juga dilakukan
untuk membantu memasarkan produk
POC yang dihasilkan.
6. Tahap Pendampingan
Pada proses pendampingan dilakukan
pasca pelatihan dengan memonitoring
keberhasilan pelatihan yang diberikan
sambil memberikan saran kepada
peserta pelatihan, sekaligus proses
pemeliharaan
reaktor
biogas.
Pendampingan juga dilakukan dalam
memasarkan produk dengan bekerja
sama dengan koperasi di desa Sudaji
untuk memasarkan produk POC.
Target pasar adalah petani di desa
Sudaji dan kota Singaraja, serta
masyarakat secara umum.
7. Tahap Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan melakukan
wawancara terhadap masyarakat dan
penyebaran angket terhadap hasil
pelatihan.
Metode
kedua
yaitu
metode
wawancara. Teknik wawancara dalam
kegiatan IbM ini menggunakan teknik
wawancara tak terstruktur. Wawancara
dilakukan kepada ketua dan anggota dari
masing-masing kelompok tani baik itu
kelompok tani Bhakti Lestari dan Dwi
Gopala sebagai bentuk tindak lanjut dalam
mengetahui respon masyarakat sasaran
terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan.
Wawancara bersama anggota kelompok
tani dilakukan di awal dan di sela-sela
kegiatan.
Metode ketiga yaitu metode kuisioner.
Kuisioner yang diberikan kepada masingmasing kelompok tani. Metode kuisioner
dilakukan saat evaluasi proses, evaluasi
kualitas produk, evaluasi keberlanjutan
program, dan evaluasi kualitas SDM
terlatih. Penyebaran kuisioner dilaksanakan
guna memetakan respon peserta pelatihan
yang dalam hal ini adalah anggota
kelompok tani Bhakti Lestari dan Dwi
Gopala dalam meningkatkan kinerja
keberlanjutan program.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil yang diperoleh dari pelaksanaan
program Ipteks bagi Masyarakat ini adalah
anggota kelompok tani Bhakti Lestari dan
Dwi Gopala mampu dalam memanfaatkan
limbah peternakan menjadi suatu produk
52
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
unggulan dengan sentuhan teknologi tepat
guna.
Kegiatan
penerapan
iptek
dilaksanakan dari tahap penyadaran hingga
evaluasi. Kegiatan penyadaran ini
dilakukan dalam bentuk penyuluhan yang
dilakukan pada tanggal 10 April 2016 yang
juga dihadiri oleh Tim IbM, Kepala Desa
Sudaji, Kelian Banjar Rarangan, ketua dan
anggota kelompok tani Bhakti Lestari dan
Dwi Gopala. Penyuluhan dilaksanakan di
balai kelompok tani Bhakti Lestari Desa
Sudaji. Materi yang disajikan adalah
seputar tentang pemanfaatan limbah
kotoran ternak yang dapat diolah menjadi
biogas dan pupuk organik cair (POC).
Keterlibatan peserta penyuluhan sebanyak
25 petani yang merupakan utusan dari
masing-masing kelompok. Antusiasme
peserta penyuluhan tercermin dari adanya
kegiatan diskusi terkait ketertarikan
kepada biogas yang ternyata mampu dalam
mengubah kotoran ternak menjadi bahan
bakar. Petani selama ini tidak menyadari
kebermanfaatan kotoran ternaknya yang
kurang mendapatkan sentuhan teknologi.
Baru terfikirkan bahwa terdapat teknologi
dengan sistem multikultur yang mampu
memanfaatkan limbah peternakannya
untuk dijadikan bahan bakar dan pupuk
organik cair. Petani juga menyadari bahwa
kebermanfaatan pupuk organik yang
diproduksi dapat dijual atau digunakan
sendiri akan memberikan efek yang lebih
baik dalam jangka panjang dibandingkan
dengan penggunaan pupuk kimia.
Gambar 2. Kegiatan Penyuluhan oleh tim IbM
Sebelum dilaksanakannya pelatihan
kepada anggota kelompok tani Bhakti
Lestari dan Dwi Gopala, tim IbM
melakukan persiapan terlebih dahulu
dalam memantapkan kegiatan tersebut.
Persiapan dilaksanakan dengan penataan
sistem aliran pembuangan kotoran ternak
dan membuat lubang yang digunakan
sebagai reaktor biogas. Pemantapan
perencanaan instalasi biogas, persiapan
tempat pelatihan pembuatan POC,
pembuatan format evaluasi dalam bentuk
kuisioner, pembelian alat dan bahan. Pada
tahap awal kepada masing-masing
kelompok ditentukan letak bangunan
reaktor biogas. Penentuan tempat juga
diiringi pengurusan ijin bagi pemilik lahan
karena reaktor biogas yang dibangun
memerlukan tempat yang cukup luas dalam
alih fungsi lahan. Tata letak bangunan
biogas dilakukan berdekatan dengan
kandang ternak yang dimiliki kelompok
tani yaitu dibelakang kandang ternak.
Pembersihan
pekarangan
belakang
53
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
kandang dilakukan dalam mempersiapkan
tempat bangunan reaktor biogas dari
keberadaan tumbuhan-tumbuhan liar.
Penataan saluran irigasi dari kotoran
ternak, sehingga bisa langsung terhubung
dengan inlet dari reaktor biogas dalam
mempermudah proses pengisian. Ruang
inlet
diberikan
pengaduk
untuk
mempermudah proses penghancuran
kotoran ternak hingga berbentuk adonan.
Intalasi biogas dilakukan dengan
membangun reaktor biogas dengan dibantu
pekerja, anggota kelompok tani dan tenaga
lapangan oleh mahasiswa. Biogas yang
dibangung berukuran 6m3 dan berbahan
beton. Reaktor beton ini terbuat dari batubata dan beton yang tertutup di bawah
tanah. Bangunan instalasi biogas terdiri
dari tiga komponen utama yaitu inlet,
reaktor biogas, dan outlet/overflow. Pada
bagian inlet merupakan tempat bahan baku
kotoran dimasukkan dan dihubungkan
menuju reaktor biogas dengan pipa inlet
berdiameter 4”. Pada bagian reaktor biogas
berbentuk kubah dengan bagian atasnya
merupakan penampung gas, sedangkan
bagian bawahnya terdiri dari digester.
Antara digester dan outlet/overflow
dihubungkan dengan manhole. Bagian
outlet kemudian ditutup dengan beton dan
dihubungkan dengan sludge-pit. Reaktor
biogas yang dibangun dihubungkan
dengan pipa besi 2½” dan dikonfersi
menuju pipa besi ½” melalui katup utama.
Pada saluran pipa dibuat waterdrain yang
berguna untuk mengatur penguapan air
pada pipa gas. Gas dihubungkan menuju ke
dapur dan kandang ternak dalam sekala
rumah tangga. Pengadaan kompor
modifikasi dan lampu gas juga dilakukan
untuk melengkapi instalasi biogas.
Sebelum dihubungkan dengan kompor dan
lampu,
pipa
dihubungkan
dengan
manometer dan keran gas untuk
mengetahui tekanan gas yang ada pada
pipa. Proses instalasi biogas berlangsung
selama 20 hari.
Gambar 3. Intalasi bangunan reaktor biogas
Pelatihan
dan
pembinaan
dilaksanakan dengan narasumber oleh tim
IbM dengan materi antara lain 1) pelatihan
untuk mengoperasikan reaktor biogas yang
telah diinstalasi, 2) teknik perawatan
reaktor biogas terkait pengisian dan
pengeluaran kotoran ternak, dan 3)
pembuatan pupuk organik cair (POC), dan
54
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
4) pelatihan pemasaran produk POC.
Pelatihan untuk pengoprasian reaktor
biogas kepada anggota kelompok tani
Bhakti Lestari dan Dwi Gopala
dilaksanakan
melalui
demonstrasi
langsung. Campuran kotoran dan air pada
inlet akan mengalir melalui pipa menuju
reaktor biogas. Campuran tersebut akan
memproduksi
gas
melalui
proses
fermentasi dalam reaktor biogas. Gas yang
diproduksi kemudian ditampung pada
bagian kubah reaktor dan dihubungkan
melalui pipa gas. Fermentasi kotoran
ternak berlangsung selama kurang lebih 7
hari dari pengisian pertama sebatas
manhole. Kotoran yang terfermentasi
kemudian ditampung keluar
pada
outlet/overflow. Sludge yaitu ampas dari
biogas tersebut dialirkan menuju sludgepit. Sludge yang tertampung dapat
digunakan langsung atau diolah kembali
menjadi pupuk organik cair.
Gambar 4. Pelatihan pembuatan pupuk POC
Perawatan reaktor biogas diawali
dengan pembersihan pada luas bangunan
reaktor biogas dari sisa pembangunan.
Kubah reaktor gas kemudian ditutup
dengan tanah untuk mengisolasi reaktor.
Pemantauan pipa dari kebocoran agar
dilakukan sesekali untuk memastikan tidak
ada gas yang bocor. Perencanaan sistem
drainase di sekeliling reaktor ditata dengan
baik untuk menghindari air hujan
mengendap pada dinding reaktor.
Beberapa hal penting yang diberikan oleh
tim IbM kepada anggota kelompok tani
Bhakti Lestari dan Dwi Gopala dalam
merawat instalasi reaktor biogas adalah 1)
menjaga agar katup utama dan keran gas
tidak rusak/berkarat dengan melakukan
pelumasan, 2) menjaga timbunan reaktor
agar tidak terdapat akar pohon besar yang
tumbuh yang merusak bangunan reaktor,
3) membersihkan lampu dan kompor
biogas, 4) menguras bak penampungan
sludge untuk diolah menjadi pupuk organik
cair, 5) melakukan pemantauan terhadap
pipa gas karet menuju kompor dan lampu
biogas.
Pembuatan pupuk organik cair
dilakukan dengan memanfaatkan sludge
biogas yang tertampung. Sludge disaring
untuk dipisahkan dengan ampasnya
kemudian dicampurkan dengan berbagai
bahan organik. Campuran kemudian
difermentasi sambil diaduk, hingga
disaring kembali dan diperoleh sari dari
pupuk organik cair. Selanjutnya dapat
55
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
dilakukan penggunaan dan pengemasan
untuk dipasarkan.
Pelatihan
pemasaran
dilakukan
dengan melatih anggota kelompok dalam
berwirausaha pupuk organik cair. Materi
yang disampaikan seputar teknik-teknik
pemasaran kepada konsumen oleh ketua
tim. Teknik promosi produk dilakukan
dengan menunjukkan hasil penggunaan
pupuk organik cair pada beberapa sampel
tumbuhan petani. Selain itu juga
memberikan berbagai manfaat tentang
penggunaan pupuk organik cair baik dari
sisi keunggulan tumbuhan dan lingkungan
dalam jangka panjang. Penetrasi pasar
dilakukan dengan bekerjasama kepada
koperasi di desa Sudaji dan beberapa toko
pertanian. Anggota kelompok tani Bhakti
Lestari dan Dwi Gopala mengikuti setiap
pelatihan dan pembinaan oleh tim IbM
dengan baik dan antusias. Berbagai
pelatihan dan pembinaan yang diberikan
memberikan solusi terhadap permasalahan
yang dihadapi anggota kelompok tani.
Pendampingan dilakukan selama 3
bulan. Kegiatan pendampingan kepada
masyarakat sasaran dilakukan dengan
pendampingan
pemeliharaan
reaktor
biogas dan pendampingan pembuatan
produk POC. Pendampingan pemeliharaan
reaktor
biogas
dilakukan
dengan
pemantauan api keluaran dari biogas,
pemantauan terhadap input kotoran ternak,
pemantauan terhadap instalasi pipa dari
reaktor biogas. Pendampingan pembuatan
produk POC dilakukan dengan memantau
secara langsung proses pembuatan POC
dan memberikan saran-saran tambahan
guna memaksimalkan produksi POC yang
dihasilkan.
Evaluasi
dilakukan
dengan
melakukan wawancara dan penyebaran
angket terhadap hasil pelatihan kepada
kelompok tani Bhakti Lestari dan Dwi
Gopala. Tahap evaluasi dilakukan dengan
evaluasi proses pelatihan dan pembinaan,
evaluasi terhadap api keluaran biogas dan
produk POC yang dihasilkan, evaluasi
keberlanjutan program, evaluasi kualitas
SDM masyarakat sasaran.
1) Evaluasi Proses pelatihan dan
pembinaan
Evaluasi proses dilakukan dengan
melalui penyebaran kuisioner kepada
peserta pelatihan. Peserta pelatihan
menyatakan bahwa pelatihan ini sangat
bermanfaat, mudah diterapkan, dan
hendaknya dilakukan secara berkelanjutan.
Pernyataan ini didukung oleh antusiasme
peserta pelatihan yang tinggi. Hasil analisis
kuisioner yang disebarkan menunjukkan
hasil seperti ditunjukkan pada Tabel 2 di
bawah ini.
Tabel 2. Tanggapan Peserta Pelatihan
No.
Pernyataan
1
Pelatihan yang diberikan tim IbM
bermanfaat dalam memecahkan
permasalahan yang dialami
2
Materi pelatihan yang disampaikan
mudah dipahami oleh peserta
pelatihan
SS
S
R
TS
STS
20
2
2
0
0
18
5
1
0
0
56
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
3
4
5
Saya tertarik dengan kegiatan
pelatihan yang telah dilaksanakan
oleh tim IbM
Materi pelatihan yang diberikan
akan saya aplikasikan guna
mengatasi permasalahan yang
dialami dalam penanganan limbah
kotoran ternak
Pelaksanaan
pelatihan
agar
dilaksanakan secara berkelanjutan
Berdasarkan Tabel 2. Dapat
disimpulkan bahwa kegiatan yang telah
dilaksanakan mendapatkan respon yang
positif dari kelompok tani Bhakti Lestari
dan Dwi Gopala. Sebagaian besar
responden sangat setuju tentang kegiatan
guna mengatasi permasalahan yang dialami
kedua kelompok tani tersebut. Berdasarkan
tabel tersebut pula digambarkan grafik
responden yang memberikan respon positif
dari kegiatan IbM.
100.00
80.00
60.00
40.00
20.00
P1
P2
P3
P4
P5
18
4
2
0
0
16
5
3
0
0
21
3
0
0
0
2) Evaluasi terhadap api biogas dan
produk POC
Evaluasi terhadap api yang
dihasilkan hanya dilakukan dengan
memantau warna api yang dihasilkan.
Semakin biru warna api makan kualitas api
yang dihasilkan semakin baik. Lama waktu
nyala api berkisar antara 3-4 jam.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan
terhadap kualitas api yang dihasilkan adalah
warna api sudah menunjukkan warna biru
dan telah digunakan untuk memasak seharihari di dapur rumah anggota kelompok.
Selain digunakan untuk memasak, aliran
gas juga digunakan sebagai lampu
penerangan di rumah anggota kelompok
tani. Oleh karena itu, biogas yang
diinstalasi
telah
berhasil
dalam
memanfaatkan limbah kotoran ternak yang
dimiliki petani di kelompok tani Bhakti
Lestari dan Dwi Gopala.
Gambar 5. Grafik responden terhadap
pelaksanaan kegiatan IbM (a) menyatakan
sangat setuju, (b) menyatakan setuju, dan
(c) menyatakan ragu-ragu
57
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
Gambar 6. a) nyala kompor biogas, b) lampu biogas
Produk POC yang dihasilkan dengan
pengamatan langsung. Ciri-ciri dari
pembuatan POC yang tidak jadi adalah dari
bau yang dihasilkan, apabila berbau busuk
dan menyengat pupuk itu dinyatakan gagal.
Hal ini mungkin disebabkan juga karena
bahan yang digunakan sudah mengalami
pembusukan, sehingga pada saat proses
fermentasi berlangsung mikroba di
dalamnya mengalami kompetisi dan pada
akhirnya sama-sama mengalami kematian.
Adapun
faktor-faktor
yang
dapat
menyebabkan kegalan dalam pembuatan
pupuk cair yaitu kurang tertutupnya drum
pengomposan sehingga air dan udara masih
dapat masuk, drum pengomposan terkena
sinar matahari langsung sehingga proses
fermentasi menjadi terganggu. Dari
pemantauan langsung terhadap POC yang
diproduksi telah sesuai dengan produk yang
diharapkan sehingga dapat digunakan dan
dipasarkan pada masyarakat luas.
Gambar 8. Produk pupuk organik cair
3) Evaluasi keberlanjutan program
IbM
Evaluasi keberlanjutan program IbM
dilakukan dengan mengobservasi langsung
peserta
pelatihan
yang
sedang
mengoprasikan reaktor biogas dan
membuat produk POC. Tim IbM juga
memberikan kuisioner kepada peserta yang
hadir, dimana dari 24 peserta yang
diberikan kuisioner, sebanyak 87,50% (21
58
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
reponden)
menyatakan
mendukung
terhadap
keberlanjutan
program.
Berdasarkan hasil wawancara menyatakan
bahwa menurut mereka biogas yang
dinstalasi dan POC memberikan manfaat
berupa 1) biogas dan POC yang diproduksi
mampu mengatasi permasalahan yang
dihadapi dari segi limbah ternak, 2) biogas
yang diproduksi mampu digunakan sendiri
dalam sekala rumah tangga, sedangkan
POC juga dapat dijual dan digunakan
sendiri karena merupakan petani bibit
holtikultura, 3) POC yang dijual
berpeluang
besar
meningkatkan
penghasilan tambahan bagi anggota
kelompok tani, 4) bahan baku mudah
diperoleh. Kegiatan ini juga mendapatkan
respon positif dari Kepala Desa Sudaji agar
biogas lebih banyak dintalasi, sehingga
dapat lebih bermanfaat bagi banyak orang,
karena desa Sudaji merupakan daerah
pertanian maka pupuk POC yang
dihasilkan dapat dijual ataupun digunakan
langsung
secara
mandiri
oleh
masyarakatnya. Meskipun hasil penjualan
belum optimal, namun keterampilan yang
dilatihkan sangat bermanfaat dalam
mengatasi permasalahan yang ada.
4) Evaluasi kualitas SDM masyarakat
sasaran
Evaluasi terhadap kualitas SDM
dari kelompok tani Bhakti Lestari dan Dwi
Gopala dilaksanakan selama pelatihan dan
pendampingan berlangsung. Tim IbM
mengobservasi dengan 3 indikator
penilaian yaitu: antusiasme peserta
pelatihan, kemampuan peserta pelatihan,
dan produk POC yang dihasilkan. Hasil
evaluasi menunjukkan bahwa 75,00% (18
peserta) memiliki antusiasme yang tinggi,
20,83% (5 peserta) memiliki antusiasme
sedang, dan 4,17% (1 peserta) memiliki
antusiasme yang rendah. Hasil evaluasi
kemampuan peserta diperoleh sebanyak
66,67% (16 peserta) memiliki kemampuan
yang tinggi, dan 33,33% (8 peserta
memiliki kemampuan yang rendah. Hasil
evaluasi produk POC yang telah dihasilkan
seluruhnya telah memiliki kualitas yang
baik.
5.2 Pembahasan
Kagiatan IbM telah dilaksanakan
kepada kelompok tani Bhakti Lestari dan
Dwi Gopala. Ilmu pengetahuan dan
teknologi yang diterapkan kepada kedua
kelompok tani tersebut adalah instalasi
reaktor biogas, pelatihan perawatan biogas,
produksi POC, dan pelatihan wirausaha
produk POC. Hasil evaluasi menunjukkan
bahwa kegiatan yang telah dilaksanakan
mampu mengatasi permasalahan yang
dialami kedua kelompok tani. Jawaban dari
permasalahan yang dialami kelompok tani
tersebut adalah 1) hasil penjualan POC
diharapkan mampu mengatasi fluktuasi
pendapatan anggota kelompok tani, 2)
limbah kotoran ternak dapat dimanfaatkan
sekaligus
meminimalisir
dampak
negatifnya, 3) kemampuan anggota
kelompok tani meningkat seiring pelatihan,
pembinaan, dan pendampingan yang
dilakukan tim IbM.
Biogas
yang
terinstalasi
dihubungkan pada kompor biogas yang
digunakan
untuk
memasak
dan
dihubungkan pula pada lampu biogas untuk
sistem penerangan. Kompor biogas yang
telah dibuat secara khusus dengan
melakukan modifikasi pada burner atau
saluran gas kompor, sedangkan pada lampu
biogas gas dialiri menyerupai lampu
strongking. Kompor dan lampu biogas
tersebut dapat digunakan secara lamgsung
kepada kelompok tani Bhakti Lestari dan
Dwi Gopala.
59
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
Kebermanfaatan instalasi biogas
kepada kelompok tani Bhakti Lestari dan
Dwi Gopala sebagai energi terbarukan di
desa Sudaji memberikan kontribusi yang
positif.
Penghematan
biaya
untuk
pengadaan bahan bakar minyak dan gas
dapat dilakukan karena telah menggunakan
biogas. Tidak lagi juga menggunakan kayu
bakar sebagai bahan bakar telah
memberikan efek positif dari sisi
pelestarian lingkungan, sehingga kehijauan
desa Sudaji tetap terjaga. Disamping itu,
kotoran yang biasanya dibuang di aliran
sungai menjadi bermanfaat dan sistem
drainase tetap terjaga pula. Biogas sangat
penting bagi dunia saat ini karena
merupakan sumber energi yang bebas
polusi dengan biaya yang sangat rendah
(Olowoyeye, 2013). Limbah peternakan
yang jumlahnya selalu ada menjadikan
produksi biogas dapat dilakukan setiap hari.
Penggunaannya pun telah menggeser
penggunaan minyak tanah, gas LPG, dan
kayu bakar. Oleh karena itu, instalasi biogas
sangat berguna bagi kelompok tani Bhakti
Lestari dan Dwi Gopala.
Produk sampingan dari biogas yaitu
sludge-nya dapat dipisahkan dan diolah
menjadi Pupuk Organik Cair (POC). Sludge
biogas mengandung berbagai unsur hara
makro dan mikro yang sangat baik bagi
tumbuhan karena telah terfermentasi pada
reaktor biogas. POC yang diproduksi dapat
digunakan sendiri pada lahan pertanian
yang digarap. Penggunaan POC secara
mandiri juga memiliki manfaat secara tidak
langsung karena dapat menghemat
pembelian pupuk bagi petani. Pendulangan
penghasilan petani juga terdukung oleh
hasil penjualan POC kepada masyarakat di
lingkungan desa Sudaji. Ketika teknologi
tepat guna diterapkan dengan baik maka
akan mendatangkan berbagai manfaat yang
signifikan. Hal ini dikarenakan bahwa
kotoran ternak memiliki solusi potensial
terhadap permasalahan limbah ketika
difermentasi secara anaerobik (Olowoyeye,
2013). Pola penanganan limbah masyarakat
berlangsung secara multikultur sehingga
seluruh potensi limbah peternakan dapat
diolah.
Kebermanfaatan instalasi biogas
kepada kelompok tani Bhakti Lestari dan
Dwi Gopala sejalan dengan penelitian yang
telah dilaksanakan yaitu penelitian dari
Sunaryo (2014) yang memiliki hasil
penelitian berupa instalasi biogas dapat
dimanfaatkan warga untuk kegiatan
memasak dan tersedianya pupuk organik
cair dari limbah biogas sebagai sarana
pemupukan tanaman. Hasil penelitian
Haryati (2006) menyatakan bahwa biogas
merupakan sember renewable energy, yang
dapat digunakan sebagai bahan bakar
pengganti yang berasal dari fosil, yang
selama ini dominan digunakan, serta
teknologi biogas merupakan pilihan yang
tepat untuk mengubah limbah organik
peternakan untuk menghasilkan energi dan
pupuk sehingga diperoleh keuntungan
secara sosio-ekonomi maupun dari sisi
lingkungan. Hasil penelitian tersebut sangat
relevan karena biogas sebagai energi
alternatif memiliki manfaat yang multiarah.
Biogas dapat dibuat dari berbagai kotoran
ternak yang dimiliki seperti sapi, kuda,
domba, kambing, babi, dan ayam. Berbagai
bahan tambahan seperti limbah tanaman
dapat juga ditambahkan dalam proses
produksi biogas. Menurut penelitian
Okareh, Adeolu, dan Shittu (2013) yang
menyatakan bahwa pemanfaatan kotoran
ternak (babi) dan limbah tanaman untuk
produksi biogas memiliki makna ganda
yang berfungsi sebagai salah satu strategi
pengurangan limbah untuk memperbaiki
60
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
lingkungan dan residunya dapat digunakan
sebagai kondisioner (penyejuk) tanah.
Penggunaan biogas tidak terbatas
hanya pada produksi gas dan pupuk organik
cair saja. Berbagai pemanfaatan biogas
dapat juga digunakan sebagai sumber
pembangkit tenaga listrik. Berdasarkan
penelitian Arifin, Saepudin, dan Santosa
(2011) menyatakan bahwa pemanfaatan
biogas dapat dimanfaatan untuk keperluan
sehari-hari seperti memasak, penerangan,
dan sebagai bahan bakar pure biogas
dengan genset skala 2.500 Watt,
penghematan tidak hanya diperoleh melalui
pembelian gas LPG, namun juga
penghematan listrik oleh penggunaan
genset yang mencapai Rp 40.896/bulan.
Pemanfaatan sumber energi seperti biogas
ini merupakan terobosan penting bagi
perkembangan saat ini. Hal ini dikarenakan
biogas bersumber dari limbah peternakan
yang bersifat non-fosil yang jumlahnya
dapat diperbaharui.
Program
IbM
yang
telah
dilaksanakan ini tidak mutlak sesuai dengan
rencana yang disusun. Beberapa kendala
yang dialami tim IbM selama kegiatan
berlangsung adalah 1) Kegiatan yang telah
disusun terbentur dengan piodalan desa adat
Sudaji yang melibatkan seluruh masyarakat
desa selama 2 minggu yang menjadika
kegiatan
IbM
diundur.
Sulitnya
menyadarkan masyarakat sasaran untuk
mau menggunakan POC yang telah
diproduksi, hal ini diakibatkan oleh
kepraktisan penggunaan pupuk kimia yang
dipasarkan. 3) Tempat balai kelompok yang
rencananya digunakan pelatihan akhirnya
tidak dapat digunakan karena adanya
renovasi dari kelompok, sehingga kegiatan
dialihkan di rumah ketua kelompok tani
Bhakti Lestari.
SIMPULAN
Kegiatan IbM, dapat meningkatkan
pengetahuan kelompok tani Bhakti Lestari
dan Dwi Gopala dalam memanfaatkan
limbah kotoran ternak yang diolah menjadi
biogas dan POC, sehingga mampu dalam
mengatasi
permasalahan-permasalahan
yang ada. Kegiatan yang telah diberikan
oleh Tim IbM mendapat antusiasme dari
kelompok tani. Hal tersebut dapat dilihat
dari tanggapan perserta pelatihan yang
menunjukkan hasil yang memuaskan.
Rekomendasi dan saran, kepada
kedua kelompok tani diharapkan terus dapat
mengembangkan pengolahan kotoran
ternak yang dihasilkan. Pengolahan kotoran
ternak tidak hanya sebatas pembuatan
biogas dan POC, namun dapat diaplikasikan
pada pupuk organik padat. Konsumen yang
tersedia cukup banyak di desa Sudaji, maka
perlu adanya inovasi lanjutan dalam
mengatasi permasalahan yang dialami
kedua kelompok tani tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, M., Saepudin, A., Santosa, A. 2011.
Kajian biogas sebagai sumber
pembangkit
tenaga
listrik
di
Pesantren Saung Balong Al-Barokah,
Majalengka, Jawa Barat. Journal of
Mechatronics, Electrical Power, and
Vehicular Technology. 2(2). 73-78.
Fahri, A. 2010. Teknologi Pembuatan
Biogas Dari Kotoran Ternak. Balai
pengkajian
teknologi
pertanian
(BPTP) Riau.
Haryati, T. 2006. Biogas: Limbah
peternakan yang menjadi sumber
energi alternatif. WARTAZOA. 3(16).
160-169.
Okareh, O. T., Adeolu, A. T. Shittu, O.I.
2013. Enrichment of pig dung with
61
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
selected crop wastes for the
production of biogas. International
Research Journal on Microbiology.
4(4). 119.124.
Olowoyeye, J. 2013. Comparative studies
on biogas production using six
different animal dung. Journal of
Biology, Agriculture, and Helthcare.
3(15). 7-11.
Profil Desa Sudaji. 2010.
Sunaryo. 2014. Rancang bangun reaktor
biogas untuk pemanfaatan limbah
kotoran ternak sapi di desa
Limbangan kabupaten Banjarnegara.
Jurnal PPKM UNSIQ. 21-30.
62
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
PELATIHAN PENYUSUNAN INSTRUMEN PENILAIAN AKTIVITAS
BELAJAR BERORIENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BAGI GURU
DI GUGUS 1 KECAMATAN MARGA
Made Juniantari1 , Ni Putu Sri Ratna Dewi2, Ni Luh Pande Latria Devi3
1Jurusan
Pendidikan Matematika FMIPA Undiksha, 2Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA Undiksha, 3Jurusan Pendidikan IPA
FMIPA Undiksha
Email: [email protected]
ABSTRACT
Implementation of this program was based on problems experienced by teachers in the Gugus I Kemacatan
Marga. These problems are, 1) teachers lack an understanding about character education and its evaluation in a
learning activity, 2) teachers have problems in designing and constructing an assessment of learning activity
instruments based on character education, 3) teachers do not have experience in implementing the assessment
tool in the classroom, and 4) teachers need assistance in designing and implementing the assessment tool. All
problems can be solved by conducting training about designing and constructing an assessment of learning activity
instruments based on character education. Training is conducted in three main activities, there are, 1) Outlining
exposure about character education program, 2) Constructing an assessment tool, 3) Assistance in implementing
an assessment tool. The schools involved in this training are SDN 1 Tua, SDN 2 Tua, SDN 3 Tua, SDN 4 Tua, and
SD N 4 Payangan. Training has been successfully carried out. Participation of teachers is very high. They have
successfully designs and constructing the assessment based on their subjects they teach. With assistance, they also
have successfully implemented the assessment tool.
Keywords: assessment tool, learning activity, character education
ABSTRAK
Program Pengabdian kepada Masyarakat dilaksanakan berdasarkan permasalahan yang dihadapi guru di
Gugus 1 Kecamatan Marga, yaitu : 1) guru kurang memahami program pendidikan karakter dan evaluasinya dalam
pembelajaran, 2) guru mengalami kendala dalam merancang dan menyusun instrumen penilaian aktivitas belajar
berorientasi pendidikan karakter, 3) guru belum memiliki pengalaman langsung dalam mengimplementasikan
instrumen penilaian aktivitas belajar berorientasi pendidikan karakter dalam pembelajaran, dan 4) guru
memerlukan pendampingan dalam menyusun dan mengimplementasikan instrumen penilaian aktivitas belajar
berorientasi pendidikan karakter. Dengan berkoordinasi dengan kepala gugus dan tim pengabdian kepada
masyarakat, diupayakan solusi dengan mengadakan pelatihan penyusunan instrumen penilaian aktivitas belajar
berorientasi pendidikan karakter. Solusi dilaksanakan dalam tiga kegiatan utama yaitu: 1) pemaparan garis besar
program pendidikan karakter, 2) penyusunan instrumen penilaian aktivitas belajar berorientasi pendidikan
karakter, dan 3) pendampingan dalam mengimplementasikan instrumen penilaian yang berhasil disusun. Hasil
kegiatan dapat dikatakan berhasil mengatasi masalah dengan terlihatnya partisipasi guru-guru dalam mengikuti
pelatihan yang sangat tinggi dan juga berhasilnya guru-guru dalam menyusun instrumen penilaian aktivitas belajar
berorientasi pendidikan karakter. Pada tahap pendampingan, guru-guru telah dapat mengimplementasikan
instrumen pada kegiatan pembelajaran, sehingga guru-guru dapat mengadakan evaluasi secara menyeluruh
terhadap aspek sikap siswa dalam belajar.
Kata kunci: instrumen penilaian, aktivitas belajar, pendidikan karakter
63
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
PENDAHULUAN
Sekolah Dasar (SD) di Gugus I
Kecamatan Marga terdiri dari lima sekolah
dasar yang tersebar pada beberapa desa di
Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan.
Sekolah yang termasuk ke dalam Gugus I
Kecamatan Marga yaitu SD Negeri 1 Tua,
SD Negeri 2 Tua, SD Negeri 3 Tua, SD
Negeri 4 Tua, dan SD Negeri 4 Payangan.
Pada umumnya, tempat tinggal guru-guru
SD di Gugus I Kecamatan Marga tersebar
pada beberapa desa, diantaranya Desa Tua,
Desa Baru, Desa Bayan, Desa Pinge, Desa
Susut, Desa Cau, Desa Petiga, Desa
Geluntung
dan
Desa
Payangan.
Berdasarkan letak geografisnya sebagian
besar guru terlambat dalam mendapatkan
informasi
baru
berkaitan
dengan
pembaharuan dalam bidang pendidikan
terutama dalam bidang pembelajaran
ditambah lagi karena sebagian besar guru
tidak terbiasa menggunakan komputer dan
internet untuk mendapatkan informasi
tentang program inovasi pendidikan.
Berdasarkan
hasil
wawancara
dengan kepala Gugus 1 kecamatan Marga
diperoleh informasi bahwa guru-guru di
Gugus 1 pernah beberapa kali mengikuti
pelatihan baik yang dilaksanakan oleh
Dinas Pendidikan setempat maupun dari
Undiksha namun lebih terfokus pada
pelatihan pembuatan perangkat Kurikulum
di mana guru-guru diajak merancang
Rencana Perangkat Pembelajaran (RPP)
namun tidak sampai pada bagaimana
caranya merancang instrumen penilaian
sikap yang ada pada RPP tersebut. Penilaian
cenderung difokuskan pada aspek penilaian
kognitif saja. Hal ini disebabkan proses
merancang pencapaian tujuan pembelajaran
afektif tidak semudah seperti pembelajaran
kognitif. Salah satu cara guru untuk
mengetahui pencapaian ranah afektif siswa
adalah dengan menilai aktivitas belajar
siswa yang terlihat melalui kegiatan
pembelajaran di kelas (Yaumi, 2015).
Untuk itu guru perlu mengetahui bagaimana
cara menyusun instrumen penilaian
aktivitas belajar yang baik sehingga guru
dapat melihat seberapa baik aktivitas
belajar siswa yang sesuai dengan harapan
pendidikan karakter.
Pelaksanaan
evaluasi
yang
seimbang dalam kaitannya dengan
pelaksanaan program pendidikan karakter
sebagaimana yang tertuang dalam Buku
Induk Kebijakan Nasional Pembangunan
Karakter
Bangsa
2010-2025
(Kemendikbud, 2010) belum sepenuhnya
dapat dipahami oleh guru-guru di Gugus 1
terutama definisi tentang apa itu pendidikan
karakter. Guru-guru perlu mendapat
penjelasan bahwa pendidikan karakter itu
bukan mata pelajaran tersendiri sepeti
pendidikan kewarganegaraan maupun mata
pelajaran Agama. Namun pendidikan
karakter harus terintegrasi ke setiap mata
pelajaran. Kurangnya pemahaman guru
tentang hakikat pendidikan karakter juga
mempengaruhi pemahaman guru dalam
merancang pembelajaran berorientasi
pendidikan karakter. Pembelajaran yang
berorientasi pendidikan karakter haruslah
berupaya memaksimalkan peran siswa
dalam membangkitkan sikap-sikap yang
baik yang akan mendukung pencapaian
hasil belajar yang maksimal (PPPPTK,
2011). Haruslah disadari bahwa sikap siswa
dalam belajar sangat mempengaruhi hasil
belajarnya. Untuk dapat melakukan
pembinaan yang lebih lanjut mengenai
permasalahan pada sikap siswa, maka RPP
yang telah dirancang pada bagian
penilaiannya juga harus menyertakan aspek
64
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
penilaian sikap salah satunya adalah
penilaian terhadap aktivitas belajar siswa.
Berdasarkan permasalahan yang
dialami guru-guru di sekolah mitra, maka
untuk dapat mengetahui sejauh mana
aktivitas belajar siswa berlangsung dengan
baik dan sesuai dengan program pendidikan
karakter, perlu kiranya disusun suatu
instrumen penilaian aktivitas belajar yang
berorientasi
pendidikan
karakter.
Pengembangan deskriptor dalam instrumen
penilaian
yang
disusun
dengan
mempertimbangkan penanaman karakter
dan mengacu pada 18 nilai karakter: 1)
religius, 2) jujur, 3) toleransi, 4) disiplin, 5)
kerja keras, 6) kreatif, 7) mandiri, 8)
demokratis, 9) rasa ingin tahu, 10) semangat
kebangsaan, 11) cinta tanah air, 12)
menghargai prestasi, 13) bersahabat/
komunikatif, 14) cinta damai, 15) gemar
membaca, 16) peduli lingkungan, 17)
peduli sosial, 18) tanggung jawab yang
dapat dipilih berdasarkan karakteristik
materi dan siswa (Kemendiknas, 2011).
Namun permasalahannya adalah
guru-guru belum memahami bagaimana
caranya merancang dan menyusun
instrumen penilaian aktivitas belajar
berorientasi pendidikan karakter yang dapat
digunakan secara efektif dalam kegiatan
pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang
dilakukan guru-guru SD di Gugus 1
Kecamatan Marga lebih difokuskan pada
pencapaian penguasaan materi yang
menuntut guru berinovasi dalam metode
pengajaran dan lebih terfokus Lembar Kerja
Siswa (LKS) yang bertujuan untuk
memaksimalkan siswa dalam memahami
materi. Hal ini menyebabkan guru-guru
memiliki
kendala
dalam
mengimplementasikan
instrumen
pembelajaran lainnya seperti instrumen
penilaian terhadap aktivitas belajar siswa
sebagai dasar pembinaan terhadap sikap
siswa belajar berdasarkan hasil pengamatan
menggunakan instrumen tersebut.
Selama ini, program yang telah
berlangsung lebih menekankan pada
pemaparan materi dan pelatihan/workshop
dan kurang kurang menekankan pada
keberlanjutan program pelatihan tersebut,
untuk itu harapan guru-guru SD di Gugus 1
Kecamatan Marga adalah agar program
pelatihan disertai dengan pendampingan
dalam
menyusun
dan
mengimplementasikan instrumen penilaian
aktivitas belajar berorientasi pendidikan
karakter dapat dilaksanakan secara
berkesinambungan. Dengan demikian
program pendidikan karakter dapat
sepenuhnya dipahami dan dilaksanakan
dalam kegiatan pembelajaran agar
tercapainya hasil belajar siswa yang lebih
optimal.
Berdasarkan
uraian
tersebut
permasalahan yang dapat diidentifikasi dan
diprioritaskan untuk diselesaikan adalah: 1)
guru kurang memahami tentang program
pendidikan karakter dan evaluasinya dalam
pembelajaran, 2) guru mengalami kendala
dalam merancang dan menyusun instrumen
penilaian aktivitas belajar berorientasi
pendidikan karakter, 3)
guru belum
memiliki pengalaman langsung dalam
mengimplementasikan instrumen penilaian
aktivitas belajar berorientasi pendidikan
karakter dalam pembelajaran di kelas, dan
4) guru memerlukan pendampingan dalam
menyusun dan mengimplementasikan
instrumen penilaian aktivitas belajar
berorientasi pendidikan karakter.
Solusi yang ditawarkan untuk setiap
permasalahan yang ditemukan dapat dilihat
pada Tabel 1 berikut ini.
65
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
Tabel 1 Permasalahan dan Solusi
Masalah
Guru kurang memahami tentang program
pendidikan karakter dan evaluasinya dalam
pembelajaran.
Guru mengalami kendala dalam
merancang dan menyusun instrumen
penilaian aktivitas belajar berorientasi
pendidikan karakter.
Guru belum memiliki pengalaman
langsung dalam mengimplementasikan
instrumen penilaian aktivitas belajar
berorientasi pendidikan karakter dalam
pembelajaran.
METODE
Permasalahan
yang
telah
disampaikan, dapat diselesaikan dengan
meningkatkan pemahaman guru-guru di
Gugus 1 Kecamatan Marga tentang
program
pendidikan
karakter
dan
evaluasinya
dalam
pembelajaran,
merancang,
menyusun,
dan
mengimplementasikan instrumen penilaian
aktivitas belajar berorientasi pendidikan
karakter dalam pembelajaran di kelas.
Dengan demikian bentuk kegiatan
Solusi
Pemaparan mengenai program pendidikan
karakter dan evaluasinya dalam pembelajaran
Pelatihan menyusun instrumen penilaian
aktivitas belajar berorientasi pendidikan
karakter
Pendampingan dalam mengimplementasikan
instrumen penilaian aktivitas belajar
berorientasi pendidikan karakter dalam
pembelajaran di kelas
pengabdian yang dilakukan adalah, 1)
pemaparan mengenai program pendidikan
karakter
dan
evaluasinya
dalam
pembelajaran, 2) pelatihan menyusun
instrumen penilaian aktivitas belajar
berorientasi pendidikan karakter, dan 3)
pendampingan
mengimplementasikan
instrumen penilaian aktivitas belajar
berorientasi pendidikan karakter dalam
pembelajaran di kelas. Rencana kegiatan
yang
dilaksanakan
pada
program
pengabdian kepada masyarakat ini dapat
dijelaskan berdasarkan Gambar 1 berikut
ini.
66
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
1.
2.
Pemaparan materi program
pendidikan karakter dan
evaluasinya dalam pembelajaran
KKG Gugus 1
Marga
Pelatihan menyusun instrumen
penilaian aktivitas belajar
berorientasi pendidikan karakter
Output:
Instrumen penilaian aktivitas
belajar berorientasi pendidikan
karakter
3.
Pendampingan
mengimplementasikan instrumen
dalam pembelajaran di kelas
Output:
Meningkatnya kompetensi
pedagogi guru
Gambar 1 Bagan Pelaksanaan Kegiatan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegiatan
Pengabdian
kepada
Masyarakat dengan judul “Pelatihan
Penyusunan Instrumen Penilaian Aktivitas
Belajar Berorientasi Pendidikan Karakter
Bagi Guru Di Gugus 1 Kecamatan Marga”
telah terlaksana mulai Tanggal 7 Juni 2016
sampai dengan 25 Juli 2016 di SD Negeri 4
Tua Kecamatan Marga Kabupaten
Tabanan. Banyak peserta yang mengikuti
pelatihan adalah sebanyak 32 peserta.
Sampai pada bulan Juli 2016 rencana
program yang telah terlaksana mencapai
85%. Kegiatan yang telah terlaksana
meliputi kegiatan 1) pelatihan penyusunan
instrumen penilaian aktivitas belajar
berorientasi pendidikan karakter yang
terdiri dari dua sub kegiatan yaitu
pemaparan garis besar mengenai program
pendidikan karakter dan evaluasinya dalam
pembelajaran dan Pelatihan menyusun
instrumen penilaian aktivitas belajar
berorientasi pendidikan karakter yang
diselenggarakan pada Tanggal 7-8 Juni
2016,
2)
pendampingan
dalam
mengimplementasikan instrumen penilaian
aktivitas belajar berorientasi pendidikan
karakter dalam pembelajaran di kelas yang
diselenggarakan pada Tanggal 25 Juli 2016.
Pada awal pelaksanaannya, kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini telah
melalui tahap perancangan kegiatan
pelatihan yang meliputi kegiatan sosialisasi
dan koordinasi dengan kepada UPTD
Kecamatan Marga, Kepala Gugus 1
Kecamatan Marga, Para Kepala Sekolah di
67
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
lingkungan Gugus 1 Kecamatan Marga,
penentuan lokasi pelaksanaan, koordinasi
dengan narasumber, teknisi, dan merancang
modul pelatihan bersama tim pelaksana,
penentuan
jadwal
pelatihan,
dan
menyiapkan sara dan prasarana pendukung
kegiatan. Semua kegiatan yang dirancang
pada tahap perancangan ini melalui
koordinasi yang baik dari pihak
penyelenggara maupun pihak sekolah
mitra. Selain itu, agar pelatihan mampu
memberikan kontribusi secara langsung
bagi penyempurnaan penyelenggaraan
pendidikan yang guru laksanakan, tim
pelaksana
menganalisis
perangkat
pembelajaran yang terdiri dari Rencana
Perangkat Pembelajaran (RPP) dan
pedoman penilaian yang guru-guru biasa
terapkan. Berdasarkan kajian ini, maka
pelaksanaan diharapkan dapat langsung
membantu guru dalam membuat perangkat
pembelajaran yang lebih baik.
Kemudian, tahap kegiatan pelatihan
penyusunan instrumen penilaian aktivitas
belajar berorientasi pendidikan karakter
meliputi tahap pemaparan materi, pelatihan
penyusunan instrumen, dan kegiatan
pendampingan
pengimplementasian
instrumen yang berhasil dibuat. Pada tahap
pelaksanaan ini, narasumber 1, memberikan
pemaparan mengenai program pendidikan
karakter dan implementasinya dalam
kegiatan pembelajaran. Topik materi yang
disampaikan oleh narasumber 1 telah sesuai
dengan tema pelatihan penyusunan
instrumen penilaian aktivitas belajar
berorientasi pendidikan karakter bagi guru
SD. Setelah pemaparan materi dari
narasumber
1,
dilanjutkan
dengan
pemaparan materi oleh narasumber 2
mengenai rancangan RPP yang memuat
penilaian kognitif dan penilaian sikap yang
berkaitan dengan program pendidikan
karakter.
Setelah pemaparan materi dari
kedua narasumber, guru-guru diajak untuk
menganalisis nilai-nilai karakter yang dapat
dibangkitkan dari siswa dan diterapkan
berdasarkan mata pelajaran yang diampu
dan dilanjutkan dengan menurunkan
indikator-indikator nilai karakter tersebut
yang selanjutnya akan dijadikan pedoman
penilaian yang dituangkan pada instrumen
penilaian aktivitas belajar berorientasi
pendidikan karakter. Pada pelatihan ini, tim
pelaksana kegiatan membantu guru-guru
dalam merancang desain instrumen,
pedoman
pengamatan,
dan
cara
mengevaluasi hasil pengamatan yang
diperoleh. Dengan adanya instrumen ini,
diharapkan guru-guru dapat memberikan
tindak lanjut yang tepat mengenai aspek
nilai karakter yang perlu dibina untuk
siswanya sehingga pembinaan lebih terarah
dan bermuara pada optimalnya hasil belajar
yang dicapai siswa dalam belajar.
Setelah membantu guru dalam
merancang dan menyusun instrumen
penilaian aktivitas belajar berorientasi
pendidikan karakter, selanjutnya kegiatan
yang
terlaksana
adalah
kegiatan
pendampingan
dalam
mengimplementasikan instrumen penilaian
aktivitas belajar berorientasi pendidikan
karakter dalam pembelajaran. Pada tahap
ini sebelum pelaksanaannya di kelas,
instrumen yang telah disusun didiskusikan
terlebih dahulu untuk memastikan dapat
digunakan secara praktis dalam kegiatan
pembelajaran.
Selain
itu,
kegiatan
pendampingan juga bertujuan agar guruguru dapat secara riil merasakan manfaat
program pelatihan yang telah diberikan.
Dengan adanya pendampingan guru-guru
68
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
diharapkan mulai terbiasa menggunakan
instrumen penilaian aktivitas belajar
berorientasi pendidikan karakter dalam
pembelajaran.
Berdasarkan hasil-hasil yang telah
dicapai oleh guru dalam kegiatan pelatihan,
dapat dilihat bahwa guru-guru di Gugus 1
Kecamatan Maga telah memahami program
pendidikan karakter dan mampu menyusun
dan menggunakan instrumen penilaian
aktivitas belajar berorientasi pendidikan
karakter dalam kegiatan pembelajaran.
Selain itu selama pelatihan respons yang
diberikan oleh guru-guru peserta pelatihan
adalah sangat baik. Pihak kepala gugus
menyambut dengan baik kegiatan pelatihan
dan berharap agar di tahun-tahun
selanjutnya kegiatan sejenis aga tetap
diadakan.
Gambar 2. Suasana Pembukaan
Gambar 3. Suasana pemaparan materi
69
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
Gambar 3. Suasana pelatihan
Gambar 4. Suasana pendampingan pra pembelajaran
SIMPULAN
Pelaksanaan program pengabdian
kepada masyarakat dengan judul “Pelatihan
Penyusunan Instrumen Penilaian Aktivitas
Belajar Berorientasi Pendidikan Karakter
Bagi Guru Sekolah Dasar Di Gugus 1
Kecamatan Marga Kabupaten Tabanan”
dapat disimpulkan bahwa: 1) Tingkat
partisipasi guru-guru dalam mengikuti
pelatihan sangat tinggi, guru-guru telah
berhasil menyusun instrumen penilaian
aktivitas belajar berorientasi pendidikan
karakter sesuai dengan mata pelajaran yang
diampu,
dan
guru-guru
dapat
mengimplementasikan instrumen penilaian
aktivitas belajar berorientasi pendidikan
karakter dalam pembelajaran di kelas. Hal
ini
menunjukkan
bahwa
kegiatan
pengabdian kepada masyarakat berjalan
dengan sangat baik. 2) Pelaksanaan program
pengabdian kepada masyarakat ini telah
mampu menghasilkan luaran-luaran yang
diharapkan. Namun karena evaluasi
program masih berjalan maka luaran
program ini belum sepenuhnya terselesaikan
dan perlu disempurnakan kembali.
DAFTAR RUJUKAN
Kemdikbud. 2010. Buku Induk Kebijakan
Nasional Pembangunan Karakter
Bangsa
2010-2025.
Jakarta:
Kemdikbud.
70
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
Kemendiknas. 2011. Panduan Pelaksanaan
Pendidikan Karakter. Badan Penelitian
dan Pengembangan Pusat Kurikulum
dan Perbukuan. Jakarta
Lickona, T. 2012. Character Matter (Versi
Indonesia). Jakarta: Bumi Aksara.
PPPPTK. 2011. Modul Pengembangan
Pendidikan Budaya dan Karakter
Bangsa
Melalui
Pembelajaran
Matematika di SD. Jakarta: Badan
Pengembangan Sumber Daya Manusia
Pendidikan dan Penjaminan Mutu
Pendidikan.
Yaumi, M. 2015. Pendidikan Karakter,
Landasan, Pilar & Implementasi.
Jakarta: Kencana.
71
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
PENERAPAN IPTEK MELALUI PERANCANGAN, PEMBUATAN,
DAN PENGGUNAAN ALARM LISTRIK BAGI PETANI TAMBAK
IKAN NENER DI DESA MUSI, KECAMATAN GEROKGAK
Ketut Udy Ariawan1, Gede Indrawan2, I Nyoman Pasek Nugraha3
Teknik Elektronika FTK Undiksha, Teknik Elektronika FTK Undiksha, Teknik Mesin FTK Undiksha
[email protected], [email protected], [email protected]
ABSTRACT
Supply of electrical energy is necessary for farmers nener fish ponds are numerous in the village of
Musi, Gerokgak especially the smaller ones (at home). The most important electronic equipment, such as
water pumps and oxygen pump is widely used in the business. The water pump is used to circulate the
seawater, namely the lifting of sea water into the fish pond nener and then throw it back into the sea, while
the oxygen pump is used as the oxygen for fish survival nener. You can imagine what happens if the energy
supply of electricity stopped until the water pump and oxygen pump can not work optimally, will certainly
have an impact on the survival of fish nener itself could suffocate due to lack of water circulation and
oxygen which occurs only a few minutes away. Based on these conditions, we need a tool that can give a
warning that the supply of electricity from PLN experienced a blackout suddenly so farmers fish pond nener
can immediately prepare the generator or appliance supply of electrical energy as a substitute energy to
electricity so that the survival of fish nener can be maintained. With this tool it is expected to reduce the
negative impacts caused by other power failures, which is a tool that is cheap so it can be applied in the
business nener fish farming.
Keywords: Alarm, Electricity, Nener Fish, Fishpond.
ABSTRAK
Suplai energi listrik sangat diperlukan bagi para petani tambak ikan nener yang banyak terdapat di
Desa Musi, Kecamatan Gerokgak terutama yang berskala kecil (rumahan). Peralatan elektronik yang paling
penting, seperti pompa air dan pompa oksigen banyak digunakan dalam dunia usaha ini. Pompa air
digunakan untuk sirkulasi air laut, yaitu mengangkat air laut ke dalam kolam ikan nener kemudian
membuangnya kembali ke laut, sedangkan pompa oksigen digunakan sebagai penghasil oksigen untuk
kelangsungan hidup ikan nener. Bisa dibayangkan apa yang terjadi jika suplai energi listrik dari PLN
terhenti sehingga pompa air dan pompa oksigen tidak bisa bekerja secara optimal, tentunya akan berdampak
pada kelangsungan hidup ikan nener itu sendiri yang bisa mati lemas karena kurangnya sirkulasi air dan
oksigen yang hanya terjadi beberapa menit saja. Berdasarkan hal tersebut maka dibutuhkan suatu alat yang
dapat memberi peringatan bahwa suplai energi listrik dari PLN mengalami pemadaman secara tiba-tiba
sehingga para petani tambak ikan nener dapat dengan segera mempersiapkan genset atau alat suplai energi
listrik lainnya sebagai pengganti energi listrik dari PLN sehingga kelangsungan hidup ikan nener dapat
lebih terjaga. Dengan adanya alat ini maka diharapkan dapat mengurangi dampak-dampak negatif lainnya
yang ditimbulkan oleh mati listrik, yaitu sebuah alat yang bersifat murah sehingga dapat diterapkan
dalam dunia usaha budidaya ikan nener.
Kata kunci: Alarm, Listrik, Ikan Nener, Tambak.
PENDAHULUAN
Seiring dengan kemajuan teknologi
di segala bidang, maka catu daya utama
PLN
sangat
berpengaruh
terhadap
penyediaan energi listrik bagi layanan
publik, baik itu daya besar maupun daya
kecil. Akan tetapi suplai daya utama yang
berasal dari PLN tidak selamanya kontinyu
dalam penyalurannya. Suatu saat pasti
pernah terjadi pemadaman total yang dapat
disebabkan oleh gangguan pada sistem
pembangkit, atau gangguan pada sistem
72
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
transmisi dan sistem distribusi. Sedangkan
suplai energi listrik sangat diperlukan pada
pusat perdagangan, perhotelan, perbankkan,
rumah sakit maupun industri dalam
menjalankan produksinya, sehingga jika
PLN padam maka suplai energi listrik pun
berhenti dan akibatnya seluruh aktifitas
produksi pun berhenti.
Demikian juga halnya suplai energi
listrik sangat diperlukan bagi para petani
tambak ikan nener yang banyak terdapat di
Desa Musi, Kecamatan Gerokgak terutama
yang berskala kecil (rumahan). Peralatan
elektronik yang paling penting, seperti
pompa air dan pompa oksigen banyak
digunakan dalam dunia usaha ini. Pompa air
digunakan untuk sirkulasi air laut, yaitu
mengangkat air laut ke dalam kolam ikan
nener kemudian membuangnya kembali ke
laut, sedangkan pompa oksigen digunakan
sebagai
penghasil
oksigen
untuk
kelangsungan hidup ikan nener. Bisa
dibayangkan apa yang terjadi jika suplai
energi listrik dari PLN terhenti sehingga
pompa air dan pompa oksigen tidak bisa
bekerja secara optimal, tentunya akan
berdampak pada kelangsungan hidup ikan
nener itu sendiri yang bisa mati lemas
karena kurangnya sirkulasi air dan oksigen
yang hanya terjadi beberapa menit saja.
Berdasarkan hal tersebut maka
dibutuhkan suatu alat yang dapat memberi
peringatan bahwa suplai energi listrik dari
PLN mengalami pemadaman secara tibatiba sehingga para petani tambak ikan nener
dapat dengan segera mempersiapkan genset
atau alat suplai energi listrik lainnya sebagai
pengganti energi listrik dari PLN sehingga
kelangsungan hidup ikan nener dapat lebih
terjaga. Dengan adanya alat ini maka
diharapkan dapat mengurangi dampakdampak negatif lainnya yang ditimbulkan
oleh mati listrik, yaitu sebuah alat yang
bersifat murah sehingga dapat diterapkan
dalam dunia usaha budidaya ikan nener.
SUMBER INSPIRASI
Kecamatan Gerokgak terletak di
bagian
barat
kabupaten
Buleleng
merupakan salah satu kecamatan dari
sembilan kecamatan yang ada, terdiri dari
14 desa administrasi (Sumber Klampok,
Pejarakan,
Sumberkima,
Pemuteran,
Banyupoh,
Penyabangan,
Musi,
Sanggalangit, Gerokgak, Patas, Pengulon,
Tinga-Tinga, Celukan Bawang, dan
Tukadsumaga), 76 banjar dinas, 13 desa
pakraman dan 36 banjar ada dengan batasbatas sebagai berikut:
Sebelah Utara
Sebelah Selatan
Sebelah Barat
Sebelah Timur
: Laut Bali
: Hutan
: Kabupaten Jembrana
: Kecamatan Seririt
Kondisi
geografis
Kecamatan
Gerokgak dengan luas wilayah 356,57 Km2
merupakan salah satu kekuatan untuk
mengembangkan wilayah kecamatan, selain
wilayah yang cukup luas potensi pertanian
dalam arti luas juga merupakan unggulan
Kecamatan Gerokgak di mana produk yang
dihasilkan berupa tanaman palawija dan
holtikultura seperti kelapa, jagung, kacangkacangan dan buah-buahan (pisang,
mangga, anggur). Ini merupakan kekuatan
sumber daya alam yang jika dimanfaatkan
secara maksimal akan menunjang laju
pembangunan khususnya peningkatan
produksi pertanian untuk kesejahteraan
masyarakat (petani). Demikian juga dengan
potensi kelautannya, di mana laut Gerokgak
merupakan
kawasan
atau
lahan
pembudidayaan kerang, mutiara, keramba
jaring apung, ikan hias, rumput laut, tambak
udang, serta tambak ikan kerapu dan ikan
73
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
nener. Budidaya kelautan seperti itu tidak
ada di kecamatan lain di Buleleng, sehingga
hal ini merupakan kekuatan yang sangat
potensial di dalam pengembangan dan
peningkatan pembangunan di Kecamatan
Gerokgak khususnya.
Nener merupakan istilah dalam
dunia perikanan yang biasanya digunakan
untuk menyebutkan ikan yang baru menetas
atau ikan yang masih kecil. Ikan nener itu
sendiri sebenarnya merupakan benih/bibit
dari ikan bandeng. Ikan nener biasanya
banyak terdapat di perairan dangkal atau
pesisir, sehingga sering kita jumpai para
pencari ikan nener ini di sepanjang pantai
dengan menggunakan peralatan yang sangat
sederhana. Mereka mengumpulkan ikan
nener dan selanjutnya dijual ke pengepul
atau agen maupun dijual langsung ke petani
tambak.
Namun
selaras
dengan
perkembangan teknologi maka sekarang
ikan nener tersebut telah menjadi komoditas
sendiri yang sangat menjanjikan. Banyak
perusahaan atau perorangan yang menekuni
usaha di bidang ini. Secara alami jika sudah
mulai membesar, ikan nener ini akan
mengikuti arus dan mencari tempat untuk
mencari makan. Tempat yang paling
disukai ikan nener adalah tempat yang
memiliki air payau dengan tumbuhan lumut
yang cukup.
Ikan nener yang sudah membesar
berubah sebutannya menjadi ikan bandeng,
yaitu ikan yang termasuk golongan
herbifora.
Ikan
bandeng
banyak
dibudidayakan di pesisir atau sekitar pantai
yang dikenal dengan tambak. Para petani
tambak inilah yang membudidayakan
dalam arti membesarkan ikan bandeng dari
ikan nener hingga siap untuk dikonsumsi.
Untuk mencapai ukuran konsumsi atau
sekitar 25-30 cm ikan nener memerlukan
waktu antara 12 minggu atau lebih, hal ini
sangat tergantung kepada kondisi air,
lingkungan, makanan tambahan, serta
kepadatan. Ukuran ikan bandeng sering
dikenal dengan sebutan size. Jika disebut
size 2 maka ukuran ikan bandeng 1 Kg
berisi 2 ekor, jika size 4 maka 1 kg berisi 4
ekor ikan bandeng dan seterusnya. Saat ini
ikan bandeng menjadi komoditas budidaya
penting, karena selain rasanya gurih, harga
dapat dijangkau oleh segala lapisan
masyarakat, tahan terhadap serangan
penyakit, dan dapat dibudidayakan di
berbagai habitat air payau, laut, dan tawar.
Untuk menghasilkan panen ikan bandeng
yang baik tentunya para petani tambak
harus memperhatikan kualitas dari ikan
nener itu sendiri sebagai bibit/benih dari
ikan bandeng tersebut.
Untuk menunjang kemajuan para
petani tambak ikan nener tersebut maka
diperlukan beberapa fasilitas, seperti pompa
air, bak-bak pengendapan, pompa oksigen
(blower) untuk aerasi, genset (generator
set), laboratorium, rumah jaga serta sistem
filtrasi. Dalam proses pembesaran ikan
nener, listrik juga merupakan komponen
penunjang yang sangat penting. Akan
tetapi, suplai daya utama yang berasal dari
PLN tidak selamanya kontinyu dalam
penyalurannya. Suatu saat pasti pernah
terjadi pemadaman total yang dapat
disebabkan oleh gangguan pada sistem
pembangkit, atau gangguan pada sistem
transmisi dan sistem distribusi. Berhubung
negara ini sering terjadi pemadaman listrik
secara mendadak tanpa pemberitahuan,
banyak para petani tambak ikan nener
menggunakan alternatif lain yang bisa
mengurangi resiko terancamnya usaha
mereka. Tentu saja segala aktivitas yang
berhubungan
dengan
listrik
akan
mempengaruhi kinerja dan pendapatan
mereka dalam hitungan hari, bahkan dalam
74
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
hitungan jam. Penggunaan mesin genset
menjadi salah satu faktor dominan yang
sangat dicari sebagai solusi dari
pemadaman listrik di negara ini. Genset
juga sangat terasa manfaatnya di daerahdaerah terpencil, karena di Indonesia tetap
saja masih ada kawasan yang belum
terjangkau oleh listrik. Selain itu, genset ini
juga bisa digunakan ketika diadakan acara
hajatan, pentas
atau acara
yang
membutuhkan pasokan listrik yang cukup
besar. Ditambah lagi jika sering terjadi
bencana alam misalnya banjir, puting
beliung dan lain-lain yang biasa di alami
negeri ini, yang kesemuanya itu
menyebabkan rusaknya instalasi listrik.
Tentu hal ini membutuhkan waktu yang
cukup lama untuk memperbaikinya, maka
genset pada saat itu cukup menjadi
kebutuhan pokok yang sangat penting untuk
dimiliki.
Pada umumnya para petani tambak
ikan nener mempersiapkan genset sebagai
alat cadangan suplai energi listrik selain
dari PLN. Rata-rata disediakan 1-3 genset
pada setiap tambak ikan nener, jumlah
genset ini tergantung dari banyaknya beban
yang digunakan pada setiap tambak ikan
nener seperti jumlah lampu penerangan,
motor pompa air, motor oksigen dan
sebagainya. Namun sayangnya, genset yang
digunakan kebanyakan genset yang
harganya murah yang masih bersifat
manual cara menghidupkannya, yaitu
melalui tenaga manusia sebagai operator
untuk menyalakan motor starter-nya.
Penggunaan genset yang masih bersifat
manual ini didasarkan pada penggunaannya
yang hanya sewaktu-waktu apabila terjadi
pemadaman
sehingga
biaya
yang
dikeluarkan untuk pembelian jenis genset
ini bisa lebih murah. Sebenarnya banyak
tipe genset yang sudah canggih dengan
berbagai fitur otomatisnya sehingga apabila
terjadi pemadaman akan langsung menyala,
tetapi tentunya tipe genset yang seperti ini
sangat mahal harganya untuk para petani
tambak ikan nener berskala kecil
(rumahan). Berdasarkan pada penggunaan
genset yang pengoperasiannya masih
dengan cara manual, yaitu melalui tenaga
manusia sebagai operatornya maka sering
terjadi
keterlambatan
dalam
hal
menghidupkannya pada saat terjadi
pemadaman. Terutama jika terjadi
pemadaman di malam hari dimana para
petani tambak sedang tertidur lelap
sehingga tidak diketahui sedang terjadi
pemadaman. Hal ini tentunya sangat
berbahaya terhadap kelangsungan hidup
ikan nener yang sangat rentan terhadap
faktor oksigen dan sirkulasi air.
Khalayak sasaran (target) di dalam
kegiatan pengabdian pada masyarakat ini
secara umum ditujukan bagi para petani
tambak ikan nener yang berlokasi di Desa
Musi,
Kecamatan
Gerokgak.
Diperuntukkan terutama yang masih
menggunakan genset dengan sistem on/off
yang masih bersifat manual, yaitu pada saat
terjadi pemadaman maka diperlukan
seorang operator untuk menghidupkannya.
Petani tambak ikan nener yang dipasangkan
alarm listrik ini berjumlah 4 orang dengan 4
lokasi yang berbeda-beda tetapi masih
dalam wilayah Desa Musi dan kebetulan
sistem genset yang digunakan untuk membackup listrik jika terjadi pemadaman dari
PLN masih bersifat manual sehingga sangat
cocok untuk dijadikan tempat untuk
melaksanakan kegiatan pengabdian pada
masyarakat ini.
Luaran yang dihasilkan dari
kegiatan pengabdian ini adalah berupa
produk alarm listrik. Alarm yang
diaplikasikan disini adalah alarm yang
75
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
memberikan
tanda
bahaya
berupa
bunyi/suara ketika terjadi pemadaman
listrik sehingga para petani tambak ikan
nener bersiap dengan tindakan selanjutnya,
yaitu menghidupkan genset. Alarm ini
menghasilkan bunyi yang sangat keras
sehingga bisa di dengar dari jarak 10 meter
tanpa hambatan dan bunyinya otomatis
berhenti apabila suplai listrik dari PLN
kembali menyala atau dimatikan secara
manual dengan menggunakan saklar on/off
yang
telah
diaplikasikan
pada
rangkaiannya.
Alarm
listrik
ini
menggunakan baterai/aki kering sebagai
suplai energi listrik untuk menyalakan
alarm pada saat terjadi pemadaman dan juga
otomatis
bisa
mengisi/men-charge
baterai/aki kering itu sendiri ketika listrik
dari PLN menyala.
METODE
Metode yang diterapkan dalam
pelaksanaan kegiatan ini adalah metode
praktek lapangan yang bertujuan untuk
melatih dan meningkatkan kemampuan
dalam mengaplikasikan pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh. Kegiatan ini
dilakukan secara langsung di tempat
budidaya tambak ikan nener. Keunggulan
dari metode ini adalah pengalaman nyata
yang diperoleh bisa langsung dirasakan
mengenai dampak pemadaman listrik dari
PLN terhadap kelangsungan hidup ikan
nener, sehingga dapat memicu kemampuan
kita dalam mengembangkan sebuah alat
yang disebut alarm listrik.
Sifat metode praktek lapangan yang
juga melibatkan mahasiswa untuk ikut
berpartisipasi dalam kegiatan ini adalah
pengembangan
keterampilan.
Proses
pembelajaran yang dilakukan di luar kelas
atau di luar sekolah, memiliki arti yang
sangat penting untuk perkembangan
mahasiswa, karena proses pembelajaran
yang
demikian
dapat
memberikan
pengalaman langsung kepada mahasiswa,
dan pengalaman langsung memungkinkan
materi kuliah akan semakin kongkrit dan
nyata yang berarti proses pembelajaran
akan lebih bermakna. Proses pembelajaran
dilapangan adalah proses pembelajaran
yang didesain agar mahasiswa mempelajari
langsung materi pelajaran pada objek yang
sebenarnya, dengan demikian pembelajaran
akan semakin nyata. Tujuan pembelajaran
yang berkaitan dengan skill, semestinya
membutuhkan
proses
pembelajaran
langsung di lapangan. Proses pembelajaran
secara langsung dapat memberikan
pengalaman nyata pada mahasiswa, artinya
pengalaman itu akan semakin kongkret,
sehingga mahasiswa akan terhindar dari
kesalahan persepsi dari pembahasan materi
kuliah tertentu.
Evaluasi dilakukan
sebagai rangkaian akhir dari pelaksanaan
kegiatan. Namun pada prinsipnya kegiatan
evaluasi dilakukan secara simultan, yaitu:
evaluasi dilakukan secara bersamaan
selama
berlangsungnya
kegiatan
pengabdian.
a. Aspek-Aspek yang dievaluasi
Adapun aspek-aspek yang dievaluasi
antara lain: rancangan skema rangkaian
elektronika, komponen elektronika
yang digunakan, dan kualitas produk
rangkaian elektronika yang dihasilkan.
b. Teknik Evaluasi
Data dikumpulkan melalui teknik dan
instrumen yang sesuai. Rancangan
skema rangkaian elektronika dapat di
cek
kebenarannya
dengan
menggunakan software Electronic
WorkBench
(EWB),
komponen
elektronika yang digunakan dapat
diketahui berfungsi atau tidaknya
dengan menggunakan multitester, dan
76
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
kualitas produk rangkaian elektronika
dapat diuji dengan mengetahui output
dan input tegangan yang digunakan
dengan menggunakan osiloskop.
c. Indikator Pencapaian Program
Data yang telah terkumpul, selanjutnya
dianalisis untuk dapat mengambil
kesimpulan
tentang
pelaksanaan
pengabdian yang dilakukan. Kriteria
pencapaian program setiap aspek
adalah sebagai berikut:
(1) Skema rangkaian dibuat dan diuji
dengan software EWB berkategori
baik, (2) Komponen elektronika diukur
dengan multitester berkategori baik, (3)
Kualitas produk rangkaian elektronika
yang berhasil dibuat dapat berjalan
sesuai dengan spesifikasi yang
diinginkan dan tegangan output dan
input-nya dapat diukur dan sesuai
dengan standar pengukuran osiloskop.
Gambar 1. Rancangan Diagram Rangkaian
Gambar 2. Rancangan Box Rangkaian
KARYA UTAMA
Sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan, maka kegiatan pengabdian yang
telah dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Persiapan awal, merancang diagram
rangkaian elektronika dan box
rangkaian
Gambar 3. Hasil Rancangan Box
Rangkaian menggunakan Bahan Akrilik
Bening
2. Penentuan komponen elektronika
77
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
Gambar 4. Komponen Elektronika yang
Digunakan
3. Perakitan dan uji coba rangkaian
78
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
4. Pelaksanaan Pengabdian
Gambar 5. Perakitan dan Uji Coba Rangkaian
79
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
Gambar 6. Pemasangan Alat di Lokasi
Pengabdian
Gambar 7. Serah-terima Alat
ULASAN KARYA
80
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
Keunggulan dari alarm listrik yang
telah dirancang untuk kegiatan pengabdian
ini adalah:
1. Alarm listrik yang telah dirancang
mampu menghasilkan bunyi yang
sangat keras sehingga bisa di dengar
dari jarak 10 meter tanpa hambatan dan
bunyinya otomatis berhenti apabila
suplai listrik dari PLN kembali
menyala atau dimatikan secara manual
dengan menggunakan saklar on/off
yang
telah
diaplikasikan
pada
rangkaiannya.
2. Alarm listrik yang telah dirancang
menggunakan
baterai/aki
kering
sebagai suplai energi listrik untuk
menghasilkan bunyi yang sangat keras
pada saat terjadi pemadaman dan juga
otomatis bisa mengisi/men-charge
baterai/aki kering itu sendiri ketika
listrik dari PLN menyala.
Selain keunggulan juga terdapat
kelemahan dari alarm listrik yang telah
dirancang tersebut, diantaranya:
1. Alarm
listrik
yang
dirancang
menggunakan
baterai/aki
kering,
dimana harganya relatif sangat mahal
bagi para petani tambak ikan nener.
2. Maintenance atau pemeliharaan dari
alarm listrik yang dirancang perlu
keahlian khusus dalam bidang
elektronika.
2.
yang
telah
diaplikasikan
pada
rangkaiannya.
Alarm listrik yang telah dirancang
menggunakan
baterai/aki
kering
sebagai suplai energi listrik untuk
menghasilkan bunyi yang sangat keras
pada saat terjadi pemadaman dan juga
otomatis bisa mengisi/men-charge
baterai/aki kering itu sendiri ketika
listrik dari PLN menyala.
DAMPAK DAN MANFAAT
a) Bagi LPM Undiksha
Dapat
memberikan
sumbangan
pemahaman kepada para petani tambak
ikan nener di Desa Musi, Kecamatan
Gerokgak tentang teknologi tepat guna.
Dengan demikian jiwa kewirausahaan
diharapkan dapat tumbuh berkembang,
dan dapat berperan dalam menghadapi
perkembangan teknologi yang sangat
pesat di masa mendatang.
b) Bagi Para Petani Tambak Ikan Nener
Dapat memahami konsep dan prinsip
kerja alarm listrik yang telah
diterapkan penggunaannya. Selain itu
juga, peran operator genset dapat lebih
cepat, sigap dan tanggap jika terjadi
pemadaman listrik dari PLN secara
tiba-tiba untuk dapat dilakukan
tindakan
selanjutnya,
seperti
menghidupkan genset.
KESIMPULAN
1.
Alarm listrik yang telah dirancang
mampu menghasilkan bunyi yang
sangat keras sehingga bisa di dengar
dari jarak 10 meter tanpa hambatan dan
bunyinya otomatis berhenti apabila
suplai listrik dari PLN kembali
menyala atau dimatikan secara manual
dengan menggunakan saklar on/off
REFERENSI
Azriyenni, S.T., M.Eng, Ir. Edy Ervianto,
M.T.,
Tri
Yuli
Nurjianto.
Uninterruptible Power Supply dengan
Emergency Lamp. Fakultas Teknik
Universitas Riau. diambil dari:
http://repository.unri.ac.id/handle/123
456789/394 [22 Februari 2014]
81
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
Drs. Widiharso. Pembuatan UPS. Bandung:
DEPDIKNAS, 2000
J. Schiff, Anshel. 1999. Guide to
Improved Earthquake Performance of
Electric Power System. the american
society of civil engineering. hal: 225281.diambil
dari
:
http://books.google.com/books?id=s6o
KVtxA62UC&pg=PA255&dq=ups+sy
stems&hl=en&ei=HV5oTeHxA4G0rA
e08IDDCw&sa=X&oi=book_result&c
t=result&resnum=3&ved=0CDsQ6AE
wAg#v=onepage&q=ups%20systems
&f=false [22 Februari 2014]
Rashid, M. H. 2007. Power Electronics
Handbook: Devices, Circuits, and
Applications. elsevier Inc.hal : 627632.
diambil
dari
:
http://books.google.com/books?id=41
7BMFjnnsC&pg=PA627&dq=ups+sys
tems&hl=en&ei=HV5oTeHxA4G0rA
e08IDDCw&sa=X&oi=book_result&c
t=result&resnum=1&ved=0CDIQ6AE
wAA#v=onepage&q=ups%20systems
&f=false [23 Februari 2014]
Supriyadi, Ahmad. Konfigurasi Instalasi
UPS. Ilmu Komputer, Januari 2006
V. Carl Hamacher, Zvonko G. Vranesic,
Safwat
G.
Zaky.
Computer
Organization, (5th Edition). McGrawHill, 2001 Scribd. 2011. diambil dari:
http://www.scribd.com/doc/13853572/
Power-Supply [22 februari 2014]
I. PERSANTUNAN
Dalam perencanaan sampai dengan
penulisan laporan kemajuan ini kami
banyak menerima bantuan dari berbagai
pihak, untuk itu sepatutnya kami
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ketua Lembaga Penelitian dan
Pengabdian
Masyarakat
(LP2M)
Universitas Pendidikan Ganesha atas
penugasan dan bantuan dana yang
diberikan dalam pelaksanaan kegiatan
pengabdian ini.
2. Kepala Desa Musi yang telah
merekomendasi pelaksanaan kegiatan
pengabdian ini.
3. Ketua Kelompok Nelayan beserta
anggota dan Ketua Petani Tambak Ikan
Nener beserta anggota di Desa Musi
yang telah memberikan ijin dan
memberikan segala bentuk sarana dan
prasarana dalam pelaksanaan kegiatan
pengabdian ini.
4. Rekan-rekan staf dosen, teknisi,
laboran, dan mahasiswa dari Prodi D3
Teknik Elektronika dan Prodi S1
Pendidikan Teknik Elektro yang telah
membantu di dalam pelaksanaan
kegiatan pengabdian ini.
5. Semua pihak yang tidak dapat kami
sebutkan satu per satu yang juga telah
banyak
membantu
di
dalam
pelaksanaan kegiatan pengabdian ini.
82
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
IPTEK BAGI MASYARAKAT PENGELOLA SAMPAH DESA
SAMBANGAN
A.A. Istri Agung Rai Sudiatmika1, Frieda Nurlita2, Ni Wayan Rati3, I Dewa Putu Subamia4
1Jurusan
Pendidikan Fisika FMIPA UNDIKSHA; 2,4Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNDIKSHA; 3Jurusan Pendidikan
Guru Sekolah Dasar FIP UNDIKSHA
Email: [email protected]
ABSTRACT
The purpose of this community service activities (IbM) is to address the garbage problem and increase
the economic value of junk. The method applied is the organization of inservice training and assistance in the form
of technology transfer and action programs. Target training (1) training and mentoring integrated waste
processing premises method of 3R (reuse, reduce, recycle); (2) the skills training of processing waste into
materials / goods of economic value; (3) increase public awareness of caring overcome trash. Activities
performed, such as: (1) road show socialization of integrated waste management; (2)building a waste management
system;(3)training technology application processing waste into products of economic value (such as: biokompos
, briquettes, and various handicrafts). The outer target: (1) services of skills / education; (2) method of
comprehensive and integrated waste management from upstream to downstream; (3) products, among others
biokompos, briquettes, and handicraft products made from raw garbage; (4) scientific article.
Keywords: waste processing,comprehensive integrated, biokompos
ABSTRAK
Tujuan umum IbM ini adalah untuk mengatasi masalah sampah sekaligus meningkatkan nilai ekonomis
sampah dan menjaga lingkungan desa Sambangan sebagai destinasi wisata yang bersih dan asri. Dalam
pencapaian tujuan tersebut metode yang dipakai adalah penyelenggaraan inservice berupa pelatihan dan
pendampingan alih teknologi dan program aksi. Dua target pelatihan dan pendampingan adalah (1) pelatihan dan
pendampingan pengolahan sampah dengan pengembangan metode 3R (reuse, reduce, recycle) melalui sistem
pilah dari sumber penghasil sampah; (2) pelatihan keterampilan pengolahan sampah menjadi bahan/barang bernilai
ekonomis (berupa biokompos, briket ramah lingkungan, dan barang kerajinan berbahan baku sampah; (3)
Pendampingan juga dilakukan terkait dengan upaya menumbuhkembangkan dan meningkatkan kesadaran
masyarakat secara terpadu peduli atasi sampah (Gardu Pas). Luaran yang dihasilkan: (1) Jasa
keterampilan/pendidikan; (2) Metode pengolahan sampah komprehensif terpadu dari hulu ke hilir; (3) Produk
biokompos berbahan baku sampah; (4) Produk briket ramah lingkungan; (5) produk aneka barang kerajinan
berbahan baku sampah; (6)Artikel ilmiah.
Kata kunci: pengolahan sampah, komprehensif terpadu, biokompos
PENDAHULUAN
Sebagai
desa
destinasi
wisata,
kebersihan lingkungan, keasrian, dan
keindahan
alam
Desa
Sambangan
sepatutnya mendapat perhatian prioritas
pihak terkait. Namun
ironisnya,
keberadaan sampah di desa tersebut justru
masih bermasalah bahkan seakan tidak
terurus. Sampah berserakan, membuat
lingkungan menjadi kumuh dan kotor.
Lebih-lebih pada saat musim hujan, air dan
sampah tumpah ruah ke jalan karena saluran
got/selokan tersumbat. Akibatnya, sampah
menumpuk di sepanjang jalan. Sampah juga
akan terbawa hanyut ke kawasan pantai
Buleleng dan berakibat pantai Buleleng
kotor dipenuhi sampah. Di samping
berpengaruh terhadap kenyamanan dan
83
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
kesehatan lingkungan, kondisi ini tentu
berdampak buruk bagi citra pariwisata.
Untuk
menangani
permasalahan
sampah di desa Sambangan sesungguhnya
sudah ada kelompok sadar lingkungan
“Alam Lestari” dan kelompok pengelola
sampah dusun Sambangan. Namun dalam
pelaksanaan
aktivitasnya
kelompom
tersebut ternyata masih dihadapkan pada
berbagai kendala dan permasalahan.
Salah satu permasalahannya adalah
belum adanya kesadaran masyarakat dalam
menangani sampah. Masyarakat cendrung
masih membuang sampah sembarangan ke
selokan atau ke sungai dan tempat tempat
lainnya. Disamping itu, kelompok ini juga
mengalami masalah SDM, jumlah armada
(peralatan) pengolahan sampah termasuk
alat-alat perlindungan kesehatan dan
keamanan pekerja yang belum memadai.
Apalagi tempat pembuangan sampah belum
tersedia dengan memadai. Mereka sangat
mengharapkan adanya penyediaan fasiltas
kebersihan yang lebih memadai. Demikian
pula program aksi penyadaran sikap
masyarakat terhadap sampah sangat
dibutuhkan.
Permasalahan lain yang tidak
kurang seriusnya adalah tumpukan sampah
di tempat pembuangan sementara yang
tidak tertangani dengan baik. Tumpukan
sampah tersebut justru menimbulkan
permasalahan sosial maupun masalah
kesehatan. Sejauh ini Desa Sambangan
belum memiliki sistem pengelolaan sampah
secara
komprehensif,
terpadu
dan
berkesinambungan dari hulu ke hilir.
Pengelolaan sampah hanya sebatas
memindahkan sampah dari sumber
penghasil
sampah
(rumah
tangga/masyarakat) dipindahkan oleh
petugas kebersihan ke tempat pembuangan
sementara (TPS). Selanjutnya dari TPS
diangkut oleh Petugas Dinas Kebersihan
dan Pertamanan (DKP) ke tempat
pembuangan akhir (TPA). Belum ada
proses pengelolaan sampah dengan
menggunakan metode 3 R (Reduce, Reuse
dan Recycle) dari sumber penghasil
sampah. Permasalahan-permasalahan yang
dihadapai secara rinci dapat diinventarisasi
sebagai berikut. (1) Permasalahan sampah
terutama sampah plastik menjadi sangat
serius karena semakin banyaknya sampah
berserakan di tepi-tepi jalan, di selokan dan
di sepanjang bantaran sungai bahkan
sampai menyumbat saluran air atau sungai.
Pada saat musim hujan, air dan sampah
tumpah ruah ke jalan karena saluran
got/selokan tersumbat. Akibatnya, lalu
lintas macet, dan sampah menumpuk di
sepanjang jalan. Sampah juga akan terbawa
hanyut ke kawasan pantai Buleleng dan
berakibat pantai Buleleng kotor dipenuhi
sampah, berdampak negatif terhadap citra
pariwisata; (2) Tumpukan sampah di TPSTPS justru menjadi tempat kumuh yang
dikerumuni lalat dan menjadi sarang
nyamuk dan mengundang permasalahan
sosial (sumber berjangkitnya bibit penyakit,
pemandangan kotor, hingga protes dari
warga sekitar); (3) Desa Sambangan belum
memiliki sistem pengelolaan sampah secara
komprehensif,
terpadu
dan
berkesinambungan dari hulu ke hilir; (4)
Rendahnya kepedulian dan kesadaran
masyarakat dalam hal penanganan sampah;
(5) Tingginya produksi sampah dan
terbatasnya SDM yang mau bergerak di
bidang pengelolaan sampah, kurangnya
sarana prasarana pengolahan sampah, dan
alat-alat pelindung kesehatan dan keamanan
bagi pekerja sampah belum memadai; (6)
Belum adanya upaya masyarakat untuk
mengolah sampah menjadi bahan/barang
bernilai ekonomis dan bermanfaat bagi
kesejahteraan; (7) Kelompok Mitra belum
memiliki keterampilan mengolah sampah;
(8) Dampak negatif sampah terhadap citra
desa Sambangan sebagai desa destinasi
wisata belum dapat tertanggulangi dengan
baik.
84
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
Secara garis besar permasalahan
tersebut dapat diklasifikasi menjadi dua hal
pokok, yaitu: 1) Permasalahan sampah yang
belum terkelola dengan baik yang
berdampak negatif pada kenyamanan
warga, kesehatan lingkungan, dan citra desa
wisata; 2) Kurangnya jumlah maupun
kemampuan dan keterampilan sumber daya
manusia (SDM) yang bekerja di bidang
pengelolaan sampah, serta kurangnya
sarana prasarana pengolahan sampah, dan
alat-alat pelindung kesehatan dan keamanan
bagi pekerja sampah belum memadai.
Untuk itu diperlukan suatu upaya untuk
mendukung pengelolaan sampah di Desa
tersebut. Bantuan dari pihak terkait
termasuk dukungan expert akademisi
berupa bantuan IPTEKS, bantuan peralatan,
maupun pendidikan masyarakat masih
sangat dibutuhkan.
Tujuan kegiatan (IbM) ini adalah
adalah untuk membantu mitra dalam hal
mengatasi masalah sampah sekaligus
meningkatkan nilai ekonomis sampah dan
menjaga lingkungan yang bersih dan asri
penunjang desa destinasi wisata. Secara
rinci tujuan kegiatan ini adalah untuk: (1)
meningkatkan efektifitas dan produktifitas
sitem
pengelolaan
sampah;
(2)
meningkatkan
pengetahuan
dan
keterampilan mengelola sampah ramah
lingkungan dari hulu sampai hilir; (3)
meningkatkan keterampilan mitra dalam hal
pengolahan sampah menjadi produk
bernilai ekonomis melalui transfer
teknologi pembuatan biokompos, teknologi
pembuatan briket ramah lingkungan dan
barang kerajinan berbahan baku sampah;
(4) meningkatkan kesadaran masyarakat
berperan aktif dalam gerakan terpadu peduli
atasi sampah (Gardu PAS).
Adapun pemecahan masalah yang
diterapkan adalah melalui program Ipteks
bagi Masyarakat (IbM).
METODE
Metode yang diterapkan dalam IbM ini
adalah aplikasi IPTEKS pengolahan
sampah menjadi barang/bahan bernilai
ekonomis untuk mengatasi permasalahan
yang timbul akibat tidak terkelolanya
sampah di Desa Sambangan. Kedua melalui
program aksi secara terpadu dalam
kerangka
mewujudkan
kesadaran
masyarakat menciptakan dan memelihara
lingkungan bersih dan asri penunjang Desa
Sambangan sebagai destinasi wisata alam.
Metode yang akan diterapkan dapat
digambarkan seperti gambar berikut.
Solusi
yang
digunakan
untuk
memecahkan dua permasalahan pokok yang
dihadapi mitra adalah penyelenggaraan
inservice
berupa
pelatihan
dan
pendampingan alih teknologi dan program
aksi.
P elatihan dan pendampingan
mencakup, (1) pelatihan dan pendampingan
pengolahan sampah dengan pengembangan
metode 3R (reuse, reduce, recycle) melalui
sistem pilah dari sumber penghasil sampah
bagi kelompok mitra; (2) pelatihan
keterampilan pengolahan sampah menjadi
bahan/barang bernilai ekonomis (berupa
biokompos,
briket
sampah
ramah
lingkungan, dan aneka barang kerajinan
berbahan baku sampah anorganik; (3)
Pendampingan juga dilakukan terkait
dengan upaya menumbuhkembangkan dan
meningkatkan kesadaran masyarakat dalam
penanganan sampah; (4) pendampingan
pelaksanaan program gerakan terpadu
peduli atasi sampah (Gardu Pas) dalam
rangka mewujudkan lingkungan bersih dan
asri sebagai penunjang desa destinasi
wisata.
Dalam pelaksanaannya pendekatan
yang ditawarkan adalah partisipatori
edukatif. Dalam artian tim pengusul dan
mitra serta pihak-pihak terkait secara
proaktif (partisifasi aktif) dilibatkan dalam
setiap kegiatan.
85
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bagian ini dipaparkan hasil yang
telah dicapai dalam kegiatan ini.
Tahap Persiapan
Tim melakukan persiapan melalui
koordinasi dalam tiga kali penjajagan dan
lima kali rapat atau pertemuan. Pertemuan
pertama dilakukan di kantor kepala Desa
Sambangan dalam rangka koordinasi
dengan pihak aparat desa. Dalam pertemuan
itu di informasikan bahwa usulan proposal
pengabdian masyarakat yang telah
direkomendasi oleh kepala desa disetujui
untuk direalisasi tahun 2016 ini. Pertemuan
koordinasi serupa juga dilakukan dengan
Kelian Desa Pekraman Desa Adat
Sambangan. Dalam persiapan ini telah
dibahas
tentang
materi
kegiatan,
menentukan nara sumber, waktu kegiatan,
dan pembentukan panitia pelaksana
kegiatan di lapangan.
Dalam persiapan ini juga dilakukan
koordinasi dengan kelompok pengelola
sampah yang dilibatkan dalam kegiatan.
Kepala Desa dan Kelian Desa Adat
memberikan
persetujuan
dan
siap
mendukung
pelaksanaan
kegiatan
pengabdian
dimaksud.
Selanjutnya
pelaksanaan kegiatan pengabdian ini lebih
banyak dikoordinasikan dengan kelian desa
adat, karena pengelola sampah Desa
Sambangan berada di bawah koordinasi
Desa Pekraman. Kelian Desa Pekraman
lebih lanjut menginformasikan kepada
kelompok pengelola sampah maupun warga
dan mengumpulkan warga pada waktu yang
telah ditentukan.
Untuk mendukung gerakan terpadu
atasi masalah sampah, kegiatan pengabdian
ini
dilaksanakan
melalui
metode
penyuluhan, pelatihan, dan pendampingan.
Sebagai bahan acuan materi penyuluhan,
dalam persiapan ini juga telah disusun
makalah (satuan materi) penyuluhan.
Materi
penyuluhan
fokus
tentang
pengelolaan sampah secara komprehensip
terpadu dengan 3R (satuan materi
penyuluhan terlampir).
Persiapan
untuk
pelaksanaan
kegiatan pelatihan pengolahan sampah yang
dilakukan antara lain penyusunan materi
(modul) pelatihan pembuatan biokompos,
modul
pembuatan
briket,
modul
pengolahan sampah menjadi barang
kerajinan. Selain itu, persiapan juga
mencakup pengadaan alat/bahan penunjang
pelaksanaan pelatihan. Alat/bahan pelatihan
yang
dipersiapkan
antara
lain:
peralatan/bahan
untuk
membuat
biokompos,
peralatan/bahan
untuk
membuat briket, dan alat/bahan untuk
pelatihan mengolah sampah menjadi aneka
barang kerajian.
Membangun Sistem Pengelolaan
Sampah
Untuk menciptakan desa agar tetap
bersih dan bebas sampah, maka perlu ada
sistem pengelolaan sampah secara
komprehensip terpadu dan berkelanjutan.
Route sistem pengelolaan sampah yang
dibangun mulai dari sistem pemilahan
sampah dari sumber penghasil sampah
(rumah tangga, pasar, institusi). Sampah
dipilah menurut jenis sampah (sampah
organik dan anorganik). Sampah anorganik
dipilah menurut bahan (plastik, logam atau
kaca). Sampah yang sudah terpilah diangkut
ke tempat penampungan sampah (TPS),
hasil pilahan sampah berupa sampah plastik
digabung tersendiri (bisa langsung dijual ke
bank sampah). Dilanjutkan dengan system
pengolahan sampah. Sampah organic,
diolah menjadi biokompos dan briket.
Sampah anorganik disortir lagi untuk diolah
sebagai bahan baku pembuatan aneka
kerajinan tangan.
Gambar sistematika pemilahan sampah
dapat digambarkan sebgai berikut.
86
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
Taruna, Ibu-ibu PKK (Rumah Tangga)Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP)
Buleleng dalam mewujudkan desa Asri
bebas sampah secara terpadu.
Gambar 1 Sistem pemilahan samapah
Gambar 3 Skema sistematika “Gardu
Pas”
Program Koperasi Sampah/Bank
Sampah
Pelaksanaan program ini dilaksanakan
melalui kerja sama dengan PPLB (program
Bank Sampah Kedas Buleleng) melaui
kesepakatan kerja sama.
Gambar 2 Alur Pengelolaan Sampah
Untuk menunjang pergerakan sistem
diperlukan perangkat pengelolaan sampah,
yang terdiri dari: (1) organisasi pengelola
sampah, (2) keranjang sampah, (3)
peralatan penunjang, (4) alat transportasi
sampah, (5) tempat dan peralatan
pengolahan sampah.
Gerakan Terpadu Peduli Atasi Sampah
“Gardu Pas"
Untuk mendukung efektivitas sistem
pengelolaan
sampah,
disosialisasikan
gerakan terpadu peduli atasi sampah (Gardu
Pas). Gerakan ini melibatkan kerjasama
Undiksha-Desa Dinas Sambangan-Desa
Pekraman
(Adat)-Pemuda
Peduli
Lingkungan Bali (PPLB) Desa SambanganKelompok Sadar Lingkungan Desa
Sambaangan-Kelompok
Pengelola
Sampah-Sekolah (SD-SMP-SMK)-Karang
Gambar 4 Hubungan Koperasi-Bank
Sampah
1.5 Road Show di Desa Sambangan
Dalam road show, tim melakukan
pembinaan di beberapa lokasi. Dimulai dari
sekolah-sekolah: SD N 1 Sambangan, SD N
2 Sambangan, SDN 3 Sambangan, dan SMP
N 4 Singaraja di Sambangan. Dilanjutkan
ke Banjar-banjar, seperti: banjar Anyar,
banjar Babakan dan kelompok-kelompok
tani atau subak. Dalam road show ini,
narasumber
memberikan
materi
penyuluhan untuk meningkatkan kesadaran
warga masyarakat terhadap sampah,
87
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
sehingga mereka terlibat secara langsung
dalam menangani sampah yang ada di
desanya. Judul materi penyuluhan adalah
”Sosialisasi Pengelolaan Sampah Secara
Komprehensif Terpadu dengan Metode 3R”
Aspek kesadaran masyarakat justru
menjadi ranah yang sangat besar
pengaruhnya.
Paradigma
“sampah
pembawa petaka” perlu digeser menjadi
“sampah pembawa berkah”. Pengolahan
sampah menjadi produk bernilai ekonomis,
disamping mengatasi masalah sampah juga
dapat
meningkatkan
pendapatan/kesejahteraan
masyarakat.
Salah stau metode penanganan sampah
yang sangat baik adalah metode 3R (Reuse
Reduce Recycle). Mengelola sampah
dengan sistem 3R (Reuse Reduce Recycle)
dapat dilakukan oleh siapa saja, kapan saja
(setiap hari), di mana saja, dan tanpa biaya.
Yang dibutuhkan hanya sedikit waktu dan
kepedulian kita. Dengan menerapkan
sistem 3R dalam pengelolaan sampah
sangat efektif. Demikian beberapa poinpoin penting yang telah disampaikan lewat
penyuluhan. Berikut disajikan beberapa
dokumentasi gambar kegiatan Roadshow
yang dilakukan.
Penyuluhan yang Dilakukan bagi Siswa
di Sekolah-sekolah
Kegiatan penyuluhan tentang sampah
juga dilakukan de beberapa sekolah yang
ada di desa Sambangan. Kegiatan
penyuluhan ini dilakukan oleh tim dan
melibatkan mahasiswa. Materi yang
diberikan adalah tentang pemilahan sampah
organik dan anorganik serta bahaya sampah
plastik jika dibuang begitu saja atau
dibakar. Selain penyuluhan juga dilakukan
praktek langsung dengan mengajak siswa
praktek memisahkan berbagai jenis sampah
mulai dari sampah plastik, kertas dan
dedaunan. Antusias siswa mengikuti acara
sangat tinggi hal ini terlihat dari peserta
yang memenuhi aula tempat kegiatan.
Selain materi yang diberikan tim juga
menyelingi dengan kegiatan bernyanyi dan
bermain yang bertemakan sampah. Berikut
disajikan beberapa foto dokumentasi
kegiatan roadshow di sekolah-sekolah.
Pelatihan bagi anak-anak sekolah perlu
diberikan, untuk membiasakan membuang
sampah pada tempatnya dan pada bak yang
sesuai. Menanamkan prilaku membiasakan
diri membuang sampah pada tempatnya,
sesuai jenis sampah merupakan langkah
awal dalam pemilahan sampah. Pemilahan
sampah dari awal ini sangat perlu dilakukan
oleh masyarakat untuk mengurangi biaya,
waktu, dan tenaga memilah sampah pada
tempar akhir pembuangan sampah (TPA),
karena cukup rumit memilah sampah
plastik dari sampah lainnya. Berikut
disajikan
beberapa
dokumentasi
pelaksanaan kegiatan penyuluhan tentang
pengelolaan sampah dan pelatihan
pemilahan sampah pada siswa SD di SD N
1 Sambangan.
(1)
88
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
Sebagai upaya untuk mengubah
kebiasaan tersebut dilakukan dengan
melibatkan semua lapisan dalam gerakan
atasi sampah. Dimulai dari memberi
penyuluhan, pesan-pesan lewat anak-anak,
pemberlakuan awig-awig (aturan desa
pekraman) tentang pengelolaan sampah dan
mengajak masyarakat secara langsung
dalam
aksi-aksi
kebersihan
atau
pengelolaan sampah. Lewat gerakan
tersebut diharapkan secara perlahan tumbuh
kesadaran dan terpupuk kebiasaan baik
peduli atasi masalah sampah (PAS). Berikut
ini disajikan beberapa contoh foto yang
didokumentasikan
saat
kegiatan
pembersihan desa yang melibatkan warga
masyarakat dan warga sekolah.
(2)
Peranan
Pemuka
Desa
dan
Perangkatnya, serta Pimpinan Sekolah
(3)
Gambar 5 Sosialisasi Peduli Sampah dan
Melatih
Anak-Anak
SD
memilah sampah
Mengubah Pola
Masyarakat
Pikir
(Mind
Set)
Salah satu tujuan yang ditargetkan
melalui kegiatan road show sosialisasi
pengelolaan sampah adalah perubahan pola
piker (mind set) masyarakat. Umumnya,
warga terbiasa membuang sampah
sembarangan. Bahkan secara sengaja ada
warga membuang sampah ke sungai atau
selokan. Demikian pula aktivitas membakar
sampah menjadi kebiasaan yang dilakukan
tanpa
merasa
bersalah
sedikitpun.
Mengubah kebiasaan-kebiasaan
yang
merupakan perwujudan pola piker
masyarakat seperti tersebut tentu tidak
mudah. Pola pikir masyarakat telah
tertanam sejak kecil oleh orang tua mereka,
masyarakat dan lingkungannya. Pola pikir
ada hubungannya dengan tingkah laku,
kebiasaan dan sikap. Untuk mengubah
dapat
dilakukan
melalui
aksi-aksi
pembiasaan sejak kecil.
Dalam hubungan ini, peranan Pemuka
Desa dan perangkatnya baik desa dinas
maupun desa adat adalah amat penting dan
menentukan. Pengimbasan kebiasaan
peduli atasi masalah sampah melalui jalur
pemuka desa atau pimpinan di sekolahsekolah dinilai sangat efektif. Oleh
karenanya, sosialisasi lewat jalur ini juga
dilakukan.
Tim pelaksana banyak melakukan
diskusi dengan kepala desa dan kelian adat
serta kepala sekolah mengenai topik peduli
atasi sampah. Pihak terkait sangat baik dan
siap mendukung serta memfasilitasi
pelaksanaan kegiatan dimaksud.
89
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
(1) Diskusi dengan kepala desa
Sambangan
3) Recycle
(mendaurulang):
yaitu
memanfaatkan kembali sampah setelah
mengalami proses pengolahan.
Upaya untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat untuk menerapkan sistem
3R (reuse, reduce dan recycle)
dianjurkan melalui kegiatan penyuluhan
Pelatihan
dan
Pengolahan Sampah
(2) Bincang-bincang tim dengan kepala
SDN 1 Sambangan
Gambar 6: Pelibatan pemuka mayarakat
dan pimpinan sekolah dalam
sosialisasi nilai-nilai peduli
sampah
Pendidikan dan Pelatihan
Telah dilakukan pendidikan dan
pelatihan pengelolaan sampah oleh nara
sumber dari Undiksha. Pendidikan tentang
sampah melibatkan anak-anak sekolah dan
masyarakat. Dalam pendidikan ini telah
disampaikan
betapa
pentingnya
pengelolaan sampah, karena sampah sangat
berbahaya terhadap lingkungan. Oleh
karena itu sangat penting kita tangani.
Adapun upaya pengelolaan sampah
dilakukan dengan cara Reuse, Reduce, dan
Recycle
(3
R)
yakni
kegiatan
memperlakukan sampah dengan cara,
menggunakan kembali, mengurangi dan
mendaur ulang. Sitem pengelolaan ini
dimulai dengan tahap pemilahan di sumber
penghasil sampah, pengangkutan, dan
pengolahan.
1) Reuse (menggunakan kembali): yaitu
penggunaan kembali sampah secara
langsung, baik untuk fungsi yang sama
maupun fungsi lain.
2) Reduce (mengurangi): yaitu mengurangi
segala sesuatu yang menyebabkan
timbulnya sampah.
Pendampingan
Dalam program ini, pengolahan sampah
dilakukan dengan sistem daur ulang
(recycle). Sampah diolah (didaur ulang)
menjadi beberapa produk, antara lain:
biokompos, briket dan aneka produk
kerajinan tangan.
a. Pengolahan Sampah Menjadi Kompos
Pelatihan pengolahan sampah menjadi
biokompos diberikan kepada kader
kelompok pengelola sampah dan kepada
kelompok petani pengguna kompos.
Tahapan pelaksanaan kegiatan ini dibagi
menjadi tahapan persiapan dan tahap
pembuatan
kompos.
Teknologi
pengkomposan yang diterapkan di pada
kegiatan ini adalah ”Pembuatan Kompos
Dengan Teknologi EM 4”
Gambar 7 Proses pengomposan
90
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
b. Pelatihan
Pengolahan
Sampah
Menjadi Briket
Briket adalah sebuah blok bahan yang
dapat dibakar yang digunakan sebagai
bahan bakar untuk memulai dan
mempertahankan nyala api. Briket yang
paling umum digunakan adalah briket batu
bara, briket arang, briket gambut, dan briket
biomassa. Selain dari proses pembuatannya
yang mudah, ketersediaan bahan bakunya
juga mudah didapat.
Pada kegiatan ini salah satu bahan dasar
pembuatan
briket
adalah
dengan
memanfaatkan sampah. Di samping dapat
mengatasi masalah sampah, secara
ekonomis briket arang berbahan baku
sampah ini juga dapat memberi nilai
tambah. Langkah-langkah pembuatan
“briket” dari sampah organik adalah
sebagai berikut.
Sampah
Dikeringka
n
Diarangkan/dibak
ar
Arang
Tepung Kanji
Ditumbuk halus
Bubuk
Arang
Tambah
air
Larutan Kanji
dicampurk
Adonan lengket dan homogen
Dicetak/dipadatkan
dikeringkan
Contoh produk briket
Gambar 9. Contoh produk briket
c. Pelatihan Mengolah Sampah Menjadi
Aneka Produk Kerajinan
Pelaksanaan kegiatan ini terintegrasi
dengan jadwal mata pelajaran keterampilan
(SBK) di sekolah-sekolah. Telah dilakukan
koordinasi dengan pihak sekolah (SD N 1
Sambangan, SDN 2 Sambangan, SDN 3
Sambangan, dan SMPN 4 Singaraja (di
Sambangan) dalam hal penyesuaian tema
materi pelajaran SBK dengan tema sampah.
Juga dianjurkan pemanfaatan sampah
(tersortir) sebagai salah satu bahan baku
untuk pembuatan kerajinan dalam mata
pelajaran SBK.
Melalui upaya ini diharapkan dapat
mengurangi tumpukan sampah yang
dibuang secara percuma ke TPA.
Disamping itu bisa memberi inspirasi bagi
siswa bahwa sampah bisa menjadi berkah.
Melalui pelatihan keterampilan tersebut
diharapkan dihasilkan beraneka ragam
produk kerajinan yang bermanfaat. Untuk
mendorong semangat anak-anak berkreasi
dan berionovasi desain produk, telah
ditawarkan program lomba produk
kerajinan berbahan baku sampah yang
penilaiannya akan dilaksanakan pada
menjelang
berakhirnya
pelaksanaan
kegiatan ini. Berikut disajikan beberapa
contoh aneka produk kerajinan berbahan
baku sampah.
Briket
Gambar 8 Bagan Proses Pembuatan Briket
Sampah
91
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
Gambar
10 Produk aneka kerajinan
berbahan baku sampah
SIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan di
atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan ini
berlangsung dengan baik sesuai dengan
yang direncanakan. Mitra antusias dan
berpartisifasi aktif dalam melaksanakan
kegiatan. Kegiatan-kegiatan yang telah
dilakukan, antara lain:
1) Memberikan penyuluhan pada sekolah,
desa dinas, desa adat, dan masyarakat
tentang pengelolaan sampah.
2) Meningkatkan kesadaran akan bahaya
sampah melalui road show dan
kampanye pengelolaan sampah.
3) Menganjurkan setiap sekolah untuk
melakukan pengelolaan sampah yang
meliputi pemilahan, komposting dan
penyaluran sampah plastik/anorganik
ke bank sampah, melalui penyuluhan
4) Mendorong setiap rumah tangga
mengelola sampah dengan sistem 3-R
(reduce, reuse, dan recycle) melalui
pendidikan dan pelatihan.
5) Mendorong desa pekraman/banjar
melakukan pengelolaan sampah di
wilayah masing-masing melalui gotong
royong.
6) Menyediakan
tempat
sampah,
transportasi, dan pengolahannya sesuai
dengan jenis sampah.
7) Pengadaan
perangkat
(peralatan)
pengolah sampah menjadi biokompos,
briket, dan aneka barang kerajinan.
8) Memberikan pendidikan dan pelatihan
penanganan sampah dan pemilahan
sampah pada anak-anak SD dan SMP
yang ada di Desa Sambangan
9) Memberikan
pelatihan
khusus
pembuatan kompos dan pembuatan
briket kepada kader pengelola sampah
dan petani pengguna kompos di Desa
Sambangan.
10) Penguatan dan pendalaman materi
kegiatan-kegiatan secara berkelanjutan.
Saran
Permasalahan sampah hingga saat ini
masih menjadi persolaan yang rumit,
bahkan akan tetap menjadi persoalan serius.
Oleh karenanya, disarankan kepada pihak
terkait (masyarakat, aparat operangkat desa
maupun pemerintah daerah) untuk terus
secara berkesinambungan dan terpadu
untuk memerangi masalah sampah.
DAFTAR RUJUKAN
Aneka Barang Kerajinan Dari Limbah
Plastik.
www.mongabay.co.id/wpcontent/2015/briket04-olah. diakses.
Maret 2015
Anonim. Data Monografi Desa Sambangan.
2012. Dokumen Desa Sambangan
Kecamatan Sukasada. Kabupaten
Buleleng.
Anton Muhajir . 2015. Proses Membuat
Arang Briket Solusi Atasi Sampah.
2015.
www.mongabay.co.id/wp92
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
content/2015/briket04-olah. diakses.
Maret 2015
Cara Membuat Pupuk Kompos Organik
Dengan
Mudah.
http://alamtani.com/cara-membuatkompos.html. Diakses tanggal 16
Maret 2015
Dewata News-Buleleng.2014.
http://www.dewatanews.com/2014/04
/04 masyarakat-keluhkan-kurangnyafasiltas.html#ixzz3VakjiVQg.
Diakses tanggal 27 Maret 2015
Kominfo Buleleng. 2015. Kabar Buleleng.
https://www.google.co.id/search?q=
masalah+sampahc+di+sukasada+bule
leng&biw=1366&bih=618&tbm=isch
&imgil=Z5QisuYGjOkuyM%253A%
253BG. Diakses tanggal 27 Maret
2015
Peraturan Bupati Nomor 5 Tahun 2013
tentang Gerakan Kebersihan dan
Penghijauan Kabupaten Buleleng.
https://www.google.co.id/search?q=masala
h+sampah+di+sukasada+buleleng&bi
w=1366&bih=618&tbm=isch&imgil
=Z5QisuYGjOkuyM%253A%253BG
. Deakses tanggal 27 Maret 2015
93
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERSUPLEMEN VIDEO DAN
ANIMASI UNTUK MENDUKUNG PENDEKATAN SAINTIFIK
PADA PEMBELAJARAN KIMIA
I Made Kirna, I B. N. Sudria, I Ketut Sudiana
Jurusan Pendidikan Kimia Universitas Pendidikan Genesha
e-mail: [email protected]
Abstract
The complaints of teachers on the implementation of the scientific approach have often heard, but this
complaint is not really addressed. This activity aimed at helping the problems faced by chemistry teacher
(SMAN 1 Kubutambahan and SMAN 2 Banjar) to overcome the lack of scientific approach implemented in
chemistry class, mainly lab activities. The main issues to be resolved, namely (1) the absence of Student
Worksheet (SW) which supports the scientific approach efficiently to overcome the problem of limited time,
(2) the absence of video as an alternative practicum that significantly can involve students in the activities
of inquiry, and (3) the practicum could not significantly improve learning achievement yet because of the
difficulties of students to understand abstract conception. The method used to solve the problems, namely
(1) Focus Group Discussion (FGD) to improve the knowledge and understanding of teachers on SW to
support scientific approach for chemistry specific practicum, (2) the training and mentoring of making SW
to support scientific approaches supplemented by video and animation, and (3) implementing SW with
supplemented video and animation created to determine the effectiveness and practicality. The result
showed (1) even though teachers already have the knowledge and insight of SW to support scientific
approach, but hard work needed to facilitate teachers developing SW that can lead student learn in
accordance with the scientific approach, (2) teachers are very enthusiastic in training of video editing and
making animation with flash, but in creating animation, teachers are only able to arrive at a basic skills,
(3) SW supplemented by video and animation can encourage students to learn actively according to the
scenario of scientific approach and students gave a positive response.
Keywords: scientifict approach, chemistry practicum, instructional video, animation of chemistry
Abstrak
Keluhan-keluhan guru terhadap implementasi pendekatan saintifik sudah sering didengar, namun keluhan
ini belum benar-benar dicarikan solusinya. Kegiatan ini bertujuan membantu permasalahan guru kimia
mitra (SMAN 1 Kubutambahan dan SMAN 2 Banjar) untuk mengatasi kurang berlangsungnya
pembelajaran kimia menggunakan pendekatan saintifik, utamanya praktikum. Permasalahan utama yang
dipecahkan, yaitu (1) belum adanya Lembar Kerja Siswa (LKS) yang mendukung pendekatan saintifik yang
efisien dilaksanakan untuk mengatasi masalah terbatasnya waktu, (2) belum adanya video praktikum
sebagai alternatif praktikum yang dapat melibatkan siswa secara signifikan dalam kegiatan inkuiri, dan (3)
praktikum belum memberikan hasil belajar kimia yang signifikan karena kesulitan siswa memahami
konsepsi yang abstrak. Metode yang digunakan untuk memecahkan permasalahan di atas, yaitu (1) Fokus
Group Discussion (FGD) untuk meningkatkan wawasan dan pemahaman guru mitra tentang LKS
praktikum spesifik kimia menggunakan pendekatan saintifik, (2) pelatihan dan pendampingan pembuatan
LKS untuk pembelajaran kimia menggunakan pendekatan saintifik serta video dan animasi pendukungnya,
dan (3) ujicoba penerapan LKS bersuplemen video dan animasi yang dibuat untuk melihat efektivitas dan
kepraktisannya dalam memecahkan masalah mitra. Hasil kegiatan menunjukkan (1) walaupun guru sudah
memiliki pengetahuan dan wawasan tentang LKS pendukung pendekatan saintifik, tetapi perlu kerja keras
untuk memfasilitasi guru mengembangkan LKS yang dapat menggiring belajar siswa sesuai dengan
pendekatan saintifik, (2) guru sangat antusias dalam mengikuti pelatihan editing video dan pembuatan
animasi dengan flash, namun pada pembuatan animasi, guru hanya mampu sampai pada keterampilan dasar
saja, (3) LKS bersuplemen video dan animasi dapat mendorong siswa belajar aktif sesuai dengan skenario
pendekatan saintifik yang dirancang dan siswa memberikan respon yang positif.
Kata-kata Kunci: pendekatan saintifik, praktikum kimia, video pembelajaran, animasi kimia
94
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
1. Pendahuluan
Pembaruan kurikulum, KTSP
maupun kurikulum 2013 (K13) terus
mendorong pada proses pembelajaran
menggunakan
pendekatan
saintifik
(inkuiri). KTSP memberikan penekanan
proses pembelajaran melalui eksplorasi,
elaborasi, dan konfirmasi, sementara K13
secara eksplisit memberikan penekanan
kegiatan
pembelajaran
yang
mencerminkan kegiatan inkuiri mulai
dari
mengamati,
menanya,
mengumpulkan data, mengasosiasi/
menalar, dan menyaji. Kurikulum 2013
(Permendiknas 81A dan 103 tahun 2014)
telah menggeser beberapa prinsip
pembelajaran: (1) dari belajar reseptif
(diberi tahu) menjadi produktif (mencari
tahu); (2) dari guru sebagai sumber
informasi menjadi berbagai sumber
informasi; (3) dari tekstual menjadi
pendekatan inkuiri; (4) dari lebih
menekankan kemampuan mental menjadi
keseimbangan antara keterampilan fisikal
dan mental; (5) pada pembelajaran
sebagai masyarakat belajar; dan (6) pada
pemanfaataan
teknologi
untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas
pembelajaran.
Walaupun kurikulum telah lama
mendorong pembelajaran menggunakan
pendekatan saintifik (berbasis inkuiri),
tetapi
implementasi
di
lapangan
menunjukkan bahwa pembelajaran yang
menekankan kepada keterampilan inkuiri
ilmiah (proses sains) dan sikap sains
masih belum banyak terealisasi. Ada dua
faktor menjadi kendala terhadap
penerapan pembelajaran menggunakan
pendekatan saintifik (inkuiri) yang
dikemukakan oleh guru (Kirna, dkk.
2007), yaitu: (a) keterbatasan alat/bahan
dan waktu, dan (b) kurangnya
kemampuan/kreativitas guru dalam
mengelola pembelajaran menggunakan
pendekatan inkuiri. Di samping kendala
teknis seperti yang dikemukakan di atas,
Sanjaya (2009) juga mengemukakan
adanya kendala kultur, yaitu guru belum
terbiasa dalam mengelola inkuiri dan
memiliki keyakinan bahwa strategi yang
digunakannya sudah efektif (lebih
efektif).
Permasalahan
implemetasi
kurikulum seperti dipaparkan di atas
terjadi pada semua jenjang pendidikan
dasar dan menengah, dan terjadi pada
semua disiplin ilmu/mata pelajaran.
Beberapa
mata
pelajaran
yang
membutuhkan sarana dan prasarana yang
mahal sangat rentan untuk mampu
melaksanakan kurikulum yang menuntut
pembelajaran menggunakan pendekatan
saintifik. Salah satu mata pelajaran yang
mengalami kendala cukup besar dalam
mengimplementasikan
pendekatan
saintifik adalah Mata Pelajaran Kimia.
Pembelajaran kimia yang sesuai dengan
tuntutan
kurikulum
memerlukan
dukungan peralatan laboratorium/bahan
kimia yang relatif lebih mahal dan media
visualisasi untuk membantu siswa
mengkonkretisasi konseptual kimia yang
bersifat abstrak.
Kondisi
sarana/prasarana
laborato-rium dan media yang dimiliki
oleh SMA di Kabupaten Buleleng cukup
bervariasi. Beberapa SMAN pinggiran
kota ada yang memiliki sarana/prasarana
lab yang terbatas. Kirna (2012)
melaporkan bahwa sarana (alat/bahan)
kimia yang dimiliki beberapa SMAN di
luar
kota
Singaraja
sangat
memprihatinkan. Keberadaan sarana/
prasarana lab ini sering dikemukakan
guru
sebagai
penyebab
tidak
dilaksanakannya
pembelajaran
menggunakan pendekatan saintifik,
khususnya praktikum. Beberapa SMAN
di kota Singaraja, sebenarnya memiliki
95
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
peralatan dan bahan praktikum yang
tergolong cukup, tetapi pelaksanaan
pembelajaran kimia menggunakan pendekatan saintifik juga masih rendah.
Permasalahan kurang terealisasinya
kuriku-lum yang menunut pembelajaran
menggu-nakan pendekatan saintifik
ternyata tidak sesederhana karena faktor
peralatan dan bahan semata.
Dua sekolah pinggiran kota
Singaraja, SMAN 1 Kubutambahan dan
SMAN 2 Banjar sebenarnya sudah
memiliki sarana/prasarana lab yang
cukup. Sejumlah praktikum kimia SMA
sebenarnya bisa dilakukan, hanya saja
ketersediaan alat dan bahan terbatas
apabila semua kelas dan banyak topik
kimia yang dipraktikumkan. Walaupun
peralatan dan bahan sudah tersedia,
namun guru mengalami kendala dalam
melaksanakan
praktikum
karena
permasalahan prasarana, seperti fasilitas
air, tidak adanya laboran, dan praktikum
memerlukan waktu dan energi yang
besar. Hanya demonstrasi praktikum
hantaran listrik dan asam basa yang bisa
dilakukan
(wawancara
dengan
koordinator lab SMAN 1 Kubutambahan)
karena sudah ada LKSnya. Sebagian
besar pembelajaran kimia dilaksanakan
dengan informasi-diskusi yang cenderung
verbalistik. Pembelajaran masih kental
dengan informasi yang sifatnya teoritik
disertai dengan latihan soal, walaupun
dalam perencanaan pembelajaran (RPP),
mereka sudah membagi kegiatan inti ke
dalam fase eksplorasi, elaborasi, dan
konfirmasi. Pengalaman inkuiri siswa
(mengamati, menanya, mengumpulkan
data, menganalisis dan menyimpulkan)
belum terfasilitasi dalam pembelajaran.
Hal yang sama ditemukan pada
SMAN 2 Banjar, Dari wawancara dengan
guru-guru kimia diperoleh informasi
bahwa sebagian besar pembelajaran
kimia dilaksanakan secara konvensional
(informasi dan diskusi yang mengarah
pada latihan soal), dan pembelajaran
kooperatif menggunakan penugasan.
Pembelajaran menggunakan pendekatan
saintifik, utamanya praktikum belum
banyak bisa dilaksanakan. Beberapa
demonstrasi praktikum yang pernah
dilaksanakan adalah hantaran elektrolit
menggunakan model proyek, asam-basa,
hidrolisis, titrasi asam-basa, dan sifatsifat koloid. SMAN 2 Banjar pernah
mendapat bantuan media pembela-jaran
(multimedia tutorial). Koordinator lab
kimia pernah menerapkannya dalam
pembe-lajaran, tetapi tidak efektif. Siswa
hanya menonton saja, malahan sebagian
darinya mengantuk. Media tutorial yang
durasinya cukup panjang dan tidak ada
tugas yang jelas tentang data apa yang
dikumpulkan menyebabkan video tutorial
tidak efektif.
Permasalahan/kendala
yang
dikemu-kakan guru-guru kimia SMAN 1
Kubutambahan dan SMAN 2 Banjar
terkait dengan tidak dilaksanakan
pembelajaran menggunakan pendekatan
inkuiri, termasuk praktikum dapat
dirangkum sebagai berikut. Pertama,
jadwal waktu pembelajaran kimia tidak
mendukung karena pembelajaran dengan
pendekatan saintifik secara praktikum
membutuhkan waktu yang lama, Kedua,
Jumlah peralatan dan bahan kimia masih
kurang. Ketiga, ada permasalahan
prasarana pendukung, seperti air dan
pembuangan limbah. Keempat, tidak ada
tenaga teknisi/laboran untuk membantu
mempersiapkan peralatan dan bahan
(prapraktikum) dan
mengembalikan/
menyimpan peralatan dan bahan setelah
praktikum (pascapraktikum). Kelima,
melaksanakan praktikum membutuhkan
tenaga yang besar, sementara efeknya
terhadap pemahaman siswa dipandang
tidak sepadan dengan tenaga yang
dibutuhkan. Keenam, siswa kurang
termotivasi belajar kimia. Ketujuh, belum
ada media yang cocok untuk mendukung
pembelajaran
kimia
menggunakan
pendekatan saintifik.
96
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
Berdasarkan
paparan
peramasalahan di atas, tujuan kegiatan ini
adalah
untuk
(1)
meningkatkan
kemampuan dan keterampilan guru
dalam mengembangkan LKS kreatif
bermuatan video dan animasi untuk
mendu-kung
pembelajaran
kimia
menggunakan pendekatan saintifik, (2)
mengadakan beberapa LKS bermuatan
video dan animasi pada beberapa topik
kimia SMA, dan (3) menjelaskan
aktivitas dan respons siswa pada
penerapan LKS bermuatan video dan
animasi dalam mendukung pembelajaran
kimia menggunakan pendekatan saintifik.
FGD untuk (a) mensosialisasi dan diskusi
tentang
pembelajaran
kimia
menggunakan pendekatan saintifik serta
karakteristik LKS untuk mendukung
pendekatan tersebut dan (b) menetapkan
ide-ide praktikum kreatif kimia SMA, (3)
pelatihan merancang LKS menggunakan
pendekatan saintifik pada topik-topik
kimia yang sudah ditetapkan, (4)
pelatihan keterampilan dasar membuat
animasi partikel materi dengan flash, (5)
Pelatihan
keterampilan
dasar
membuat/mengedit video menggunakan
Movie Maker dan Camtasia, (6)
Penerapan pembelajaran menggunakan
pendekatan saintifik menggunakan LKS
dan video yang dikembangkan.
Evaluasi kegiatan P2M ini dilihat
dari dua aspek, yaitu (1) partisipasi guru
mitra dalam kegiatan, (2) keterampilan
mitra dalam membuat LKS, video
pendukung LKS dan animasi pendukung
video, (3) keterterapan LKS dan
pendukungnya dalam pembelajaran, dan
(4) partisipasi dan motivasi siswa dalam
pembelajaran menggu-nakan LKS dan
pendukungnya. Indikator keberhasilan
kegiatan adalah (1) mitra berpartisipasi
aktif dalam kegiatan, (2) mitra memiliki
kemampuan dan keterampilan dalam
menyusun LKS, video, dan animasi untuk
mendukung pendekatan saintifik, dan (3)
adanya LKS bersuplemen video dan
animasi yang feasibel digunakan dan
efektif, dan (3) siswa memberikan respon
yang positif terhadap pembelajaran kimia
menggunakan LKS yang disusun mitra.
2. METODE
Ada lima permasalahan prioritas
yang ingin dipecahkan dalam kegiatan
ini,
yaitu
(1)
belum
adanya
LKS/rancangan praktikum yang efisien
untuk mengatasi kendala waktu dan
kurangnya tenaga pendukung, (2) guru
belum dapat memanfaatkan potensi
teknologi ICT yang sudah dimilikinya
atau dimiliki sekolah, seperti Laptop,
LCD, HP yang sudah bisa koneksi
internet untuk mendukung pembelajaran
menggunakan pendekatan saintifik secara
efisien, (3) pembelajaran menggunakan
pendekatan
saintifik,
utamanya
praktikum tertentu terkendala oleh belum
tersedianya tenaga laboran dan prasarana
pendukung tertentu, (4) praktikum kimia
dipandang belum berkontribusi besar
terhadap
peningkatan
pemahaman
konseptual kimia, dan (5) motivasi siswa
belajar kimia rendah.
Metode-metode
yang
telah
disepakati
untuk
memecahkan
permasalahan
yang
diprioritaskan
tersebut adalah focus group discussion
(FGD), pelatihan, pendampingan, serta
penerapan produk dalam pembelajaran.
Metode-metode di atas selanjutnya
dijabarkan dalam kegiatan-kegiatan
sebagai berikut: (1) menyiapkan materi
untuk kegiatan FGD dan pelatihan, (2)
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Partisipasi guru mitra
Guru mitra berpartisipasi aktif
dalam mengikuti rangkaian kegiatan dari
FGD
sampai
pelatihan
dan
pendampingan. Walaupun guru mitra
sudah termasuk senior, tetapi wawasan
guru tentang LKS menggunakan
pendekatan saintifik masih kurang. Guru
97
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
belum terbiasa mengembangkan LKS
sendiri dan hanya menggunakan LKS
yang dibuat oleh tim guru lain ataupun
LKS yang terdapat dalam buku ajar. LKS
tersebut secara umum kurang relevan
dengan pendekatan saintifik yang
mengandung komponen 5M, utamanya
mengamati, menanya, mengumpulkan
data/informasi, dan mengasosiasi.
Guru juga berpartisipasi aktif
dalam
mengembangkan
LKS
pembelajaran kimia sesuai dengan arahan
pada FGD. Walaupun guru sudah
memahami alur pikir mengembangkan
LKS untuk mendukung pendekatan
saintifik, tetapi tidak mudah bagi guru
mitra untuk membuat LKS yang
dimaksud. Guru mitra menyadari bahwa
membuat LKS seperti yang diharapkan
membutuhkan perenungan, utamanya
dalam membuat fenomena dan informasi
yang cukup yang dapat mengantarkan
siswa membuat pertanyaan investigatif.
Kesulitan yang dialami oleh guru
dalam mengembangkan LKS untuk
mendukung pendekatan saintifik terlihat
pada saat kegiatan pendampingan.
Sebagian guru mitra menyampaikan
bahwa sangat sulit membuat fenomena
dan informasi pendukung sebagai
komponen awal dari LKS. Untuk
menyelesaikan satu LKS, diperlukan
waktu dan tiga kali pendampingan.
Namun, sejalan dengan pengalaman
mengembangkan LKS sebelumnya, guru
semakin terbiasa dan terampil dalam
mengembangkan LKS berikutnya.
Gambar 1. FGD pelaksana dan guru
mitra
Guru mitra sangat antusias
mengikuti pelatihan editing video dan
pembuatan animasi menggunakan adobe
flash. Semua guru mitra tertarik untuk
mampu membuat animasi konseptual
kimia, namun keterampilan guru sulit
sekali ditingkatkan. Guru-guru yang
sudah senior secara umum lambat dalam
mempelajari keterampilan terkait dengan
komputer. Oleh sebab itu, hanya satu
guru mitra yang memiliki keterampilan
yang memadai, sementara yang lain
hanya memiliki keterampilan dasar saja.
Berbeda dengan membuat animasi,
editing video termasuk keterampilan
yang sederhana sehingga guru bisa
mengikutinya.
Gambar 3. Pendampingan melibatkan
mahasiswa
Gambar 2. Pelatihan Editing video
Hal yang sama terjadi pada
pembuatan
video
dan
animasi
98
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
pendukung, keterampilan yang dimiliki
oleh guru masih belum memadai untuk
membuat sendiri animasi. Berbeda
dengan video, guru bisa membuat sendiri
video dan mengeditnya atau mengunduh
video dari youtube dan mengeditnya agar
sesuai dengan LKS yang dibuat. Pada
pembuatan video, guru didampingi oleh
mahasiswa jurusan pendidikan kimia
yang sudah menguasai keterampilan
editing video dan membuat animasi
dengan flash.
Gambar 5. Contoh fenomena
Produk LKS dan video pendukung
Masing-masing
guru
mitra
mengembangkan dua LKS pembelajaran
kimia SMA lengkap dengan video dan
animasi pendukungnya. LKS yang
dikembangkan
oleh
guru
sudah
memenuhi
kriteria
LKS
untuk
mendukung pendekatan saintifik yang
memfasilitasi siswa untuk mengamati,
menanya, mengumpulkan data/informasi,
dan mengasosiasi.
Struktur LKS menggunakan
pendekatan inkuiri yang dibuat adalah
sebagai berikut.
Gambar 6. Video pendukung
fenomena
Untuk melatih dan melihat
kemampuan siswa dalam mengamati,
setelah mengamati fenomena, siswa
disuruh menemukan informasi penting
terkait fenomena dan video (komponen 4)
sebelum mereka disuruh mengajukan
pertanyaan atau merumuskasn masalah
(komponen 5). Siswa juga disuruh
melakukan pencermatan pengamatan
untuk menemukan rancangan percobaan
dari mengamati video (komponen 6).
Pada komponen mengumpulkan
data/informasi (komponen 7) dan
menalar (komponen 8), siswa diberikan
video dan animasi, serta pertanyaanpertanyaan terstruktur . Salah satu contoh
animasi terkait dengan video di atas
adalah seperti gambar berikut.
Gambar 4 Struktur komponen LKS
Pada
komponen
fenomena
(komponen 3) dipaparkan tentang kasus
didukung dengan paparan informasi
prasyarat yang dibutuhkan untuk
membantu siswa melakukan inkuiri
ilmiah. Pada fenomena bisa juga
ditampilkan
video
atau
animasi
pendukung.
Salah
satu
tampilan
fenomena yang dikembangkan guru
adalah seperti gambar berikut.
Gambar 7. Video dan animasi
99
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
tantangan yang dihadapi guru dalam
melaksanakan
pembelajaran
menggunakan LKS ini, yaitu: (1) siswa
masih belum terbiasa menggunakan LKS
seperti ini, sehingga belum paham apa
yang menjadi tagihan belajar, walaupun
sudah diberikan penjelasan sebelummya,
(2) siswa belum memahami bagaimana
merumuskan pertanyaan investigasi
terhadap fenomena yang dihadirkan, (3)
siswa belum mengerti bagaimana
menyusun hipotesis, sehingga diperlukan
waktu yang cukup lama untuk
menjelaskan cara membuat hipotesis dari
pertanyaan yang mereka buat, (4) siswa
mengalami kesulitan membuat langkahlangkah percobaan untuk membuktikan
hipotesis mereka karena tidak terlalu
familiar
melakukan
percobaan.
Pembelajaran menggunakan pendekatan
saintifik menggunakan LKS ini,
utamanya pada kelas yang belum terbiasa
mengikuti pembelajaran yang students
centered, memerlukan perhatian guru
untuk memberikan penekanan bimbingan
dan
arahan
pada
merumuskan
permasalahan
investigatif,
dan
merumuskan hipotesis. Siswa mesti terus
siap memberikan arahan dan bimbingan
untuk mengerjakan LKS.
Walaupun menghadapi tentangan,
secara umum penerapan LKS didukung
video
dan
animasi
dapat
diimplementasikan dengan baik. Pada
penerapan jenis LKS yang pertaman,
siswa cukup aktif ketika diberikan
membaca dan memahami isi dari wacana
(fenomena) untuk mencari informasi
penting. Ketika masuk ke tahap membuat
pertanyaan, menyusun hipotesis, dan
merancang percobaan sis-wa harus
dibimbing dan diarahkan Pada tahap ini,
siswa kurang aktif bertanya. Ketika
ditayangkan video dan animasi untuk
menguji hipotesis, siswa baru mengerti
apa yang dimaksudkan. Disini siswa
mulai aktif bertanya dan menyu-sun
rancangan percobaan dan menyim-
Penerapan LKS dalam pembelajaran
Ada dua jenis LKS yang
diujicoba, yaitu (1) LKS yang mana
kasus/fenomena hanya berupa paparan
informasi, siswa disuruh menemukan
informasi penting dan mengajukan
pertanyaan
investigatif,
merancang
percobaan, kemudian mengamati video
untuk mengumpulkan data dan menguji
hipotesis, dan (2) LKS yang mana
fenomena berupa paparan informasi
sekaligus didukung video, siswa disuruh
menemukan
iinformasi
penting,
mengajukan
pertanyaan/masalah,
mengumpulkan data/informasi dalam
video yang mengadung animasi. Uji coba
LKS yang didukung video dan animasi di
dua sekolah mitra menunjukkan bahwa
pemanfatan LKS ini dapat memfasilitasi
siswa melakukan aktivitas inkuiri ilmiah
sesuai dengan skenario pembelajaran
yang dirancang dalam LKS. Guru
mengemukakan bahwa menggunakan
LKS yang didukung video ini
lebih efisien daripada melakukan
praktikum
langsung
karena
(1)
memerlukan persiapan dan pengawasan
yang ekstra ketat terhadap kerja siswa, (2)
sering terhambat karena siswa belum
biasa praktikum, (3) data yang diperoleh
salah karena kecerobohan siswa, dan (4)
waktu kurang untuk mengelaborasi
pemahaman untuk mencapai indikator.
LKS yang dikembangkan feasibel
dilaksanakan apalagi di sekolah yang
motivasi belajar siswa tinggi. Siswa di
SMAN 2 Banjar dan SMAN 1
Kubutambahan
termasuk
memiliki
motivasi belajar yang cukup baik.
Penerapan LKS yang didukung video dan
animasi ini memberikan pengalaman
guru dalam mengelola pembelajaran
menggunakan saintifik dan memberikan
pengalaman siswa untuk melakukan
kegiatan inkuiri ilmiah.
Hasil
refleksi
guru
mitra
menunjukkan bahwa ada beberapa
100
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
pulkan. Ini menunjukkan bahwa penayangan video dan animasi dapat menumbuhkan rasa ingin tahu siswa. Fakta yang
sama dilaporkan oleh Zimrot &
Ashkenazi (2007) bahwa penayangan
video untuk membuktikan hipotesis dapat
meningkatkan rasa ingin tahu dan
aktivitas siswa.
Pada penerapan jenis LKS yang
kedua, guru mengemukakan bahwa
pembelajaran
menggunakan
LKS
didukung oleh video dan animasi dapat
meningkatkan minat dan aktivitas siswa
dalam belajar seperti: (1) menyimak
informasi dan fenomena dan mampu
menuliskan informasi penting tentang
kepolaran, (2) mengajukan pertanyaanpertanyaan yang berhubungan dengan
materi kepolaran, (3) mampu membuat
langkah-langkah
percobaan
dalam
menentukan kepolaran senyawa, (4)
mampu menjelaskan kepolaran senyawa
dari percobaan, (5) mampu membedakan
senyawa polar dan non polar, dan (6)
mampu membangun pemahaman bahwa
bentuk molekul berpengaruh terhadap
kepolaran senyawa. Visualisasi mikroskopis (animasi) sangat membantu siswa
memahami kepolaran. Video pembelajaran, lebih-lebih yang mengandung
animasi mikroskopis sangat memotivasi
dan memudahkan siswa belajar. Hal ini
sejalan dengan review sejumlah penelitian bahwa visualisasi/gambar unggul
dalam pembelajaran (Gilbert, 2005;
Stieff, 2005). Anglin, dkk. (2004)
mengemukakan keunggulan visualisasi
ini sebagai picture superior effect. Falvo
(2008)
juga
menyatakan
bahwa
visualisasi berupa animasi dan simulasi
sangat menjanjikan dalam meningkatkan
kualitas pembela-jaran sains, khususnya
kimia, namun desain dan cara
pengintegrasian dalam pembelajaran
masih perlu dikaji.
Rekaman LKS yang dikerjakan
siswa memberikan dukungan bahwa
belajar
menggunakan
pendekatan
sainstifik berlangsung dengan baik.
Gambar berikut adalah contoh LKS yang
dikerjakan siswa.
Gambar 8. Contoh LKS yang dikerjakan siswa
Dampak positif dari penerapan
Siswa memberikan tenggapan yang
LKS yang didukung video dan animasi
sangat positif terhadap penerapan
ini juga tercermin dari hasil angket
pembelajarana menggunakan pendekatan
tanggapan siswa terhadap pembelajaran.
101
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
saintifik ini. Beberapa tanggapan positif
siswa adalah sebagai berikut.
1. Video dan animasi dapat membantu
siswa melihat pergerakan molekul
dan memberikan motivasi kepada
siswa.
2. Siswa menyatakan lebih mengerti
belajar menggunakan video karena
adanya gambar dan penjelasan di
media tersebut.
3. Siswa memiliki gambaran yang lebih
jelas mengenai konsep sesudah
pemberian video dan animasi
4. Pembelajaran ini lebih menarik dan
mudah dipahami.
5. Pembelajaran
lumayan
menyenangkan dan tidak membuat
mengantuk.
6. Pembelajaran lebih mengasyikan dan
dapat melihat video yang belum
pernah dilihat.
7. pembelajaran kimia ternyata sangat
menyenangkan.
mitra antusias dalam mengikuti semua
kegiatan IbM ini, (3) guru mitra telah
memiliki pemahaman yang baik tentang
alur pikir mengembangkan LKS
bersuplemen video dan animasi untuk
mendukung pendekatan saintifik, tetapi
perlu kerja keras untuk memfasilitasi
guru mengembangkan LKS yang dapat
menggiring belajar siswa sesuai dengan
pendekatan saintifik, (4) walaupun guru
antusias dalam mengikuti pelatihan
editing video dan pembuatan animasi
dengan flash, serta pendampingan
penyelesaian video dan animasi, namun
guru hanya mampu sampai pada
keterampilan dasar saja, utamanya pada
pembuatan animasi, (5) agar terampil
dalam
mengembangkan
LKS
menggunakan pendekatan saintifik yang
didukung dengan video dan animasi, guru
perlu latihan lebih banyak dan terus
meningkatkan keterampilan teknis dalam
mengedit video dan membuat animasi,
(6) LKS yang dikembangkan guru sudah
cukup memadai, namun masih perlu
perbaikan sesuai dengan hasil ujicoba, (7)
penerapan LKS bersuplemen video dan
animasi dapat mendorong siswa belajar
aktif sesuai dengan skenario pendekatan
saintifik yang dirancang dan siswa
memberikan respon yang positif.
4. KESIMPULAN
Beberapa
simpulan
yang
diperoleh dari kegiatan ini adalah sebagai
berikut: (1) membuat LKS untuk
mendukung pendekatan saintifik sesuai
dengan harapan kurikulum 2013
memerlukan kreativitas dan komitmen
kerja keras guru, (2) secara umum guru
DAFTAR RUJUKAN
Anglin, G. J., Vaez, H. & Cunningham,
K. L. 2004. Visual
Representations and Learning:
The Role of Static and
Animated Graphics. Dalam
David H. Jonassen (Ed.).
Handbook of Research on
Educational Communications
and Technology (hlm. 865916). Mahwah: Lawrence
Erlbaum Associates.
Learning Molecular Chemistry.
International Journal of
Technology in Teaching and
Learning, 4(1): 68-77.
Gilbert, J. K (Ed.). 2005. Visualization in
Science Education. Dordrecht:
Springer.
Kirna, I M., Sukerti, M. & Suardana, N.
2007. Pengembangan Model
Pembelajaran Sains yang
Berorientasi Konteks dan
Struktur (Contextuals and
Structure Oriented Learning)
Falvo, D. 2008. Animations and
Simulations for Teaching and
102
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
pada Kompetensi Dasar Kimia di SMP.
Laporan Penelitian Hibah
Bersaing, Singaraja: Undiksha
Kirna, I M. 2012. IbM Kelompok Guru
SMAN 1 Sukasada dan SMAN
2 Busungbiu. Laporan IbM:
UNDIKSHA
Permendikbud No 65 Tahun 2013. 2013.
Standar Proses Kurikulum
2013. Depdikbud: Jakarta.
Permendiknas 81A dan 103 tahun 2014>
Estándar Proses Kurikulum
2013. Depdikbud: Jakarta
Sanjaya. W. 2009. Strategi
Pembelajaran Berbasis
Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana.
So, W. M. W. & Kong, S. C. 2007.
Approaches of Inquiry
Learning with Multimedia
Resources in Primary
Classrooms. Journal of
Computers in Mathematics and
Science Teaching, 26(4): 329354.
Stieff, M. 2005. Connected Chemistry: A
Novel Modeling Environment
for the Chemistry Classroom,
(Online), 82(3),
(http://www.JCE.DivCHED.or
g, diakses 22 April 2007).
Zimrot, R. & Ashkenazi, G. 2007.
Interactive Lecture
Demonstrations: A Tool for
Exploring and Enhancing
Conceptual Change. Chemistry
Education Research and
Practice, 8(2): 197-211.
103
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
PEMANFAATAN EKSTRAK RUMPUT LAUT SEBAGAI BAHAN
AKTIF DALAM PEMBUATAN HAND BODY LOTION
I Dewa Ketut Sastrawidana
Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Undiksha
Email: [email protected]
ABSTRACT
A wide variety of cosmetic products used by human was intended to retain moisture and softness of the skin.
Innovations of hand body lotion product was developed in addition natural compound to provide nutrition and
prevent premature aging. In this study, focused on the utilization of seaweed extract as an additive in the hand
body lotion production. Seaweed is rich with carrageenan serves as a moisturizer and skin softener, while vitamin
C as an antioxidant. In addition, seaweed contains magnesium, potassium, iron, and zinc are able to provide
nutrients for the skin. Hand body lotion with a blend of seaweed extract is made in home industries Bali Sari at
Sepang village. Quality of hand body lotion results was evaluated with quality parameters include pH 7.3 and
panelists acceptance of the hand body lotion are in somewhat Like to Like the category (hedonic scale 5-7).
Keywords: handbody lotion, seaweed,softener
ABSTRAK
Berbagai macam produk kosmetika yang digunakan oleh masyarakat ditujukan untuk mempertahankan
kelembaban dan kelembutan kulit sehingga terasa lebih segar dan cantik. Inovasi pembuatan hand body lotion saat
ini dikembangkan disamping untuk tujuan melembabkan dan melembutkan kulit juga ditujukan untuk memberikan
nutrisi dan mencegah penuaan dini dengan menambahkan bahan-bahan alami pada bahan dasar pembuatan lotion.
Pada kajian ini, difokuskan pada pemanfaatan ekstrak rumput laut sebagai bahan tambahan pada pembuatan hand
body lotion. Rumput laut kaya dengan karaginan berfungsi sebagai pelembab dan pelembut kulit sedangkan
vitamin C bisa berpungsi sebagai antioksidan. Disamping itu, seaweed mengandung magnesium, potasium, zat
besi, dan seng yang mampu memberikan nutrisi bagi kulit. Hand body lotion dengan paduan ekstrak rumput laut
ini dibuat di home industri Bali Sari Desa Sepang. Hand body lotion hasil kegiatan memiliki penampakan warna
keputihan, pH 7,3 serta penerimaan panelis terhadap hand body lotion berada pada katagori agak suka sampai suka
(skala hedonik 5-7).
Kata kunci: hand body lotion, rumput laut, pelembut
PENDAHULUAN
Lotion merupakan salah satu bentuk
kosmetik golongan pelembut yang terbuat
dari dua fasa yaitu fasa minyak dan fasa
airyang distabilkan dengan sistem emulsi
(Schmitt,1996). Meningkatnya kebutuhan
manusia akan produk kosmetik termasuk
hand body lotion menjadikan peluang yang
sangat baik bagi pelaku industri kosmetik
untuk mengembangkan produk-produknya
sehingga
mampu
meningkatkan
pendapatannya. Namun, produk-produk
kosmetik yang beredar dipasaran haruslah
memenuhi standar kesehatan dan aman bagi
konsumen.
Kulit
secara
alamiah
mempunyai
kemampuan untuk melindungi diri dari
kehilangan air dengan adanya lapisan lemak
pada permukaan kulit sebagai lapisan
pelindung. Perlindungan kulit secara
alamiah terkadang tidak mencukupi karena
dipengaruhi oleh faktor internal seperti
umur, kesehatan maupun faktor eksternal
seperti sinar matahari yang ekstrim. Dengan
demikian, kulit membutuhkan zat atau
bahan yang berpungsi melindungi kulit.
104
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
Inovasi pengembangan pembuatan
hand body lotion telah banyak dilakukan
dengan memanfaatkan bahan-bahan lokal
seperti
bengkuang,
minyak
sereh,
Bengkuang
mengandung
antioksidan
vitamin C, flavonoid, dan saponin yang
berperan mencegah kerusakan kulit oleh
radikal bebas. Disamping itu, bengkuang
juga digunakan sebagai pemutih kulit
karena mengandung senyawa fenolik yang
berfungsi
menghambat
proses
pembentukan melanin akibat sinar UV
matahari, menghilangkan bekas jerawat
(Majalah kesehatan, 2011).
Rumput laut atau seaweed tergolong
dalam divisi thallophyta merupakan salah
satu tumbuhan laut yang tergolong
ganggang yang hidup di laut. Rumput laut
mengandung karaginan, asam nukleat, asam
amino, protein, mineral, trace elements,
tepung, gula dan vitamin A, D, C, D E, dan
K. Karaginan berfungsi sebagai pelembab
dan pelembut kulit sedangkan vitamin C
berpungsi sebagai antioksidan. Pada
kegiatan ini, dilakukan inovasi pembuatan
kosmetik berupa hand body lotion
menggunakan campuran fasa air dan fasa
minyak yang dipadukan dengan ekstrak
rumput laut. Pembuatan hand body lotion
dilakukan di kelompok Home industri Bali
Sari Desa Sepang Kabupaten Buleleng.
Hand body hasil produksi dianalisis
kualitasnya dengan melakukan uji pH dan
uji sensori dengan menggunakan 16 panelis.
air pada wadah berupa tabung yang terbuat
dari stainless steel dilengkapi dengan
pengaduk dan pengaturan suhu. Pembuatan
hand body lotion skala 25 kg memerlukan
fasa minyak dan fasa air yang dipadukan
dengan rumput laut dengan komposisi fasa
minyaknya terdiri dari Cethyl alcohol 482
g, Stearic acid 125 g, Paraffin oil 723 g,
Em. Delta 964 g, Nipagin 48 g, Nipasol 24
dan BHT 4 g. sedangkan faseaair terdiri dari
Gliserin 602 g, TEA 42g, Sorbitol 361 g,
TiO2 g, Akuades 20,238 g, Fragrance 60 g
dan rumput laut 1205 g (4,8%). Suhu
pencampuran diatur secara perlahan-lahan
dan dibuat konstan pada suhu 70oC.
Pembuatan fasa minyak dilakukan dengan
mencampurkan bahan-bahan pembuat fasa
minyak juga menggunakan wadah yang
dilengkapi
dengan
pengaduk
dan
pengaturan suhu. Suhu pencampuran
dinaikkan secara perlahan-lahan dan dibuat
konstan pada suhu 70oC. Pada saat fasa air
dan fase minyak sama-sama mencapai suhu
70oC, langkah selanjutnya mencampurkan
kedua fasa tersebut dengan cara
menambahkan fasa minyak sedikit demi
sedikit ke dalam fasa air sambil tetap
dilakukan pengadukan. Penambahan bahan
lokal berupa ekstrak rumput laut dilakukan
kira kira setelah 5 menit proses
pencampuran antara fasa minyak dengan
fasa air. Proses pencampuran ini tetap
berlangsung pada suhu 70oC sambil
dilakukan pengadukan. Sebelum hand body
tersebut betul-betul matang, dilakukan
penambahan pewangi yang ditujukan untuk
memberi aroma dengan harapan menambah
daya tarik konsumen..
METODE
Pembuatan Hand Body Lotion
Pembuatan hand body lotion dilakukan
melalui empat tapan yaitu pembuatan fase
air, pembuatan fase minyak, pencampuran
fasa minyak dan fasa air dan penambahan
bahan lokal berupa ekstrak rumput laut serta
pewangi. Pembuatan fasa air dengan cara
mencampurkan bahan-bahan pembuat fasa
Uji Kualitas Hand Body Lotion
Analisis koalitas hand body lotion hasil
produksi hany teratas pada uji pH dan uji
sensori. Uji pH dilakukan dengan cara
melarutkan sebanyak 1 mL hand body
lotion hasil produksi dalam 9 mL air,
105
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
kemudian diukur pHnya menggunakan pH
meter. Uji sensori atau uji hedonik
bertujuan untuk mengevaluasi daya terima
panelis terhadap produk yang dihasilkan.
Parameter uji sensori meliputi warna,
kekentalan, homogenitas, kesan lembab,
dan rasa lengket. Skala penilain pada uji
sensori ini mengikuti Carpenter et al.
(2000) yaitu dengan skala hedonik 1-9
dimana: (1) amat sangat tidak suka; (2)
sangat tidak suka; (3) tidak suka; (4) agak
tidak suka; (5) normal; (6) agak suka; (7)
suka; (8) sangat suka; (9) amat sangat suka.
Uji sensori yang dilakukan melibatkan 16
orang panelis
dari peserta pelatihan
pembuatan hand body lotion di KWT Tunas
Mekar Desa Sepang.
gula dan vitamin A, D, C, D E, dan K.
karaginan berfungsi sebagai pelembab dan
pelembut kulit sedangkan vitamin C bisa
berpungsi sebagai antioksidan. Disamping
itu, seaweed sangat kaya akan mineral,
antara lain magnesium, potasium, zat besi,
dan seng yang mamapu meluruhkan toksin
dengan sangat baik dan sebagai antibiotik.
Penampilan hand body lotion yang
memberikan kesan menarik dipengaruhi
oleh warna, kekentalan dan kestabilan.
Menurut Wenno, et al. (2012), karagenan
mempunyai peranan yang sangat penting
sebagai stabilisator, pengental, pembentuk
gel dan pengemulsi.
Hasil analisis produk hand body lotion
terbatas pada uji pH dan uji sensori. Hasil
uji pH menunjukkan bahwa pH hand body
lotion 7,3 sedangkan uji sensori berada pada
katagori agak suka sampai sangat suka
(skala hedonik 5-7).Purwaningsih, et
al.(2014), melaporkan bahwa formula
lotion terbaik pada penambahan karagenan
sebesar 1,5% dengan nilai pH 7,62;
stabilitas emulsi 100%; penyusutan berat
sebesar 3,72% dan karakteristik sensori
berada pada katagori agak suka sampai
suka. Stabilitas emulsi lotion sangat
dipengaruhi
konsentrasi
surfaktan.
Yunilawati, et al.(2011) melaporkan bahwa
stabilitas lotion semakin turun dengan
menurun
meningkatnya
konsentrasi
surfaktan. Nilai keasaman (pH) merupakan
salah satu parameter penting dari suatu
produk kosmetik. pH suatu produk
kosmetik sebaiknya mendekati pH dari dari
kulit, yaitu sekitar 5,5 (Iswari & Latifah,
2007). Kosmetik yang mempunyai tingkat
keasaman yang terlalu jauh dengan
keasaman
tubuh
akan
berpotensi
mengiritasi kulit. Hasil uji pH pada hand
body lotion adalah sebesar 7, nilai pH pada
produk hand body ini masih dalam kisaran
pH yang dipersyaratkan dalam SNI 164952-1998 untuk lotion bayi dengan kisaran
HASIL DAN PEMBAHASAN
Produk hasil pembuatan hand body lotion
disajikan pada Gambar1 berikut
Gambar 1. Hand body lotion dipadukan
dengan rumput laut
Gambar 1. memperlihatkan penampakan
hand body lotion yang dibuat dengan
penambahan ekstrak rumput laut. Rumput
laut yang kaya vitamin dan antioksidan
sehingga penambahan ekstrak rumput laut
pada handbody ini mampu memberikan
nilai
tambah
keunggulan
produk.
Kandungan rumput laut umumnya adalah
karaginan, asam nukleat, asam amino,
protein, mineral, trace elements, tepung,
106
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
pH 4,0 hingga pH 7,5, SNI 16- 4399-1996
untuk sediaan Tabir Surya dengan kisaran
pH 4,5 hingga pH 8,0. Uji sensori
merupakan penilaian suatu produk yang
dapat dirasakan oleh panca indera. Uji
sensori ini untuk mengevaluasi daya terima
panelis terhadap produk yang dihasilkan.
Parameter yang diuji meliputi warna,
kekentalan, homogenitas, kesan lembab,
dan rasa lengket. Hasil uji sensori dengan
melibatkan 16 orang panelis menunjukkan
penerimaan panelis terhadap hand body
lotion berada pada katagori agak suka
sampai suka (skala hedonik 5-7). Hand
body lotion berwarna putih, tidak terlalu
kental, penampakan homogen serta terasa
lembab dan agak lengket ketika dioleskan di
kulit sehingga memberikan kesan yang
positif bagi panelis.
warna, kekentalan, homogenitas, kesan
lembab, dan rasa lengket berada pada
katagori agak suka sampai suka
DAFTAR RUJUKAN
Iswari, R. dan F. Latifah. 2007. Buku
pegangan
ilmu
pengetahuan
kosmetik. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Purwaningsih, S., Salamah, E., & Budiarti,
T.A. 2014. Jurnal Akuatika. 5(1) : 5562.
Schmitt, W.H. 1996. Skin care products.
Cosmetic and Toiletries Industry.
London. Blackie academic and
professional.
Yunilawati,R., Yemirta & Komalasari, Y.
2011. Penggunaan Emulsifier Steril
Alkohol Etoksilat Derivat Minyak
Kelapa Sawit pada Produk Lotion dan
Krim. Jurnal Kimia dan Kemasan.
33(1) : 83-89.
SIMPULAN
Penambahan ekstrak rumput laut 4,8% pada
pembuatan hand body lotion memberikan
karakteristik hand body lotion dengan nilai
pH 7,3 dan nilai sensori yang meliputi
107
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
PELATIHAN DASAR-DASAR KEUANGAN UNTUK MENINGKATKAN
LITERASI KEUANGAN di KALANGAN MAHASISWA
Nyoman Trisna Herawati1, Anantawikrama T.A2
1,2 Jurusan
Akuntansi S1 FE Undiksha
Email: [email protected]
ABSTRACT
Financial literacy is not standalone subject in university curriculum. This education is an important
component of sound decision making and many young people wish they had more financial knowledge. Financial
literacy occurs when an individual has a set of skills and abilities to utilize existing resources to get their
achievement. Offer this P2M activity, was initiated the training and seminars programs on the basics financial
concept to increase financial literacy among colledge students. The target audience in this event were
representative from each faculty in Undiksha about 42 participants. The activity method in this P2M program,
starting from planning, implementation, and evaluation. Implementation of these activities include training and
seminars on the basics finance concept,example: the concept of assets and liabilities, the time value of money,
financial risk, interests and characteristics in financial management and strategic financial management.
Evaluation and reflection can find out with questionnaire and financial literacy tests. Finally, this program can
be executed properly. It is seen from the enthusiasm of the participants in following the activities and the index of
financial literacy’s participants was categorized quite good after following this program
Keywords: financial basic concept, financial literacy
ABSTRAK
Pendidikan literasi keuangan tidak ditemui dalam kurikulum di Universitas, padahal pendidikan ini
sangatlah penting dalam merencanakan keuangan di masa kini dan masa depan. Literasi keuangan terjadi manakala
seorang individu memiliki sekumpulan keahlian dan kemampuan yang membuat orang tersebut mampu
memanfaatkan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan. Melalui kegiatan P2M inilah digagas adanya
kegiatan pelatihan dan seminar mengenai dasar-dasar keuangan untuk meningkatkan literasi keuangan di kalangan
mahasiswa. Khalayak sasaran yang dicapai dalam kegiatan ini adalah perwakilan dari masing-masing fakultas di
lingkungan Undiksha dengan jumlah keseluruhan peserta sebanyak 42 orang. Metode kegiatan P2M ini dimulai
dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Pelaksanaan kegiatan ini meliputi pelatihan dan seminar
mengenai dasar-dasar keuangan antara lain: konsep aset dan kewajiban, nilai waktu uang, resiko dalam keuangan,
kepentingan dan karakteristik dalam pengelolaan keuangan, dan strategi dalam pengelolaan keuangan. Evaluasi
dan refleksi mengenai keberhasilan kegiatan yang dilakukan dengan kuesioner dan tes literasi keuangan. Secara
garis besar kegiatan P2M ini dapat dilaksanakan dengan baik. Hal ini dilihat dari antusiasme peserta dalam
mengikuti kegiatan dan indeks literasi keuangan pada mahasiswa setelah mengikuti kegiatan seminar ini
terkategori cukup baik.
Kata kunci: dasar-dasar keuangan, literasi keuangan
PENDAHULUAN
keuangan serta peningkatan akses terhadap
kredit. Perkembangan keuangan ini
memerlukan pengetahuan keuangan, yang
dewasa ini sering dikenal dengan literasi
keuangan.
Literasi
keuangan
dapat
didefinisikan
sebagai
kemampuan
seseorang untuk mendapatkan, memahami,
Perkembangan
perekonomian
global dewasa ini, membawa perubahan ke
dalam sistem keuangan masyarakatnya.
Hal ini dapat dilihat dari kompleksitas dan
jasa produk keuangan yang ditawarkan
kepada masyarakat. Ditambah lagi, dampak
teknologi terhadap produk dan jasa
108
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
dan mengevaluasi informasi yang relevan
untuk pengambilan keputusan dengan
memahami konsekuensi financial yang
ditimbulkannya
(Krisna,et.al,
dalam
Susanti, 2013). Literasi keuangan terjadi
manakala seorang individu memiliki
sekumpulan keahlian dan kemampuan yang
membuat
orang
tersebut
mampu
memanfaatkan sumber daya yang ada untuk
mencapai tujuan. Pengetahuan finansial
merupakan dimensi yang tidak terpisahkan
dari literasi keuangan, namun pengetahuan
keuangan belum dapat menggambarkan
literasi keuangan seseorang. Literasi
keuangan memiliki dimensi aplikasi
tambahan yang menyiratkan bahwa
seseorang harus memiliki kemampuan dan
kepercayaan diri untuk menggunakan
pengetahuan finansialnya untuk membuat
keputusan (Danes &Haberman,2007).
Berdasarkan riset OJK tahun 2013,
indeks literasi keuangan masyarakat
Indonesia kalah dibanding negara-negara
tetangga di ASEAN. Malaysia memiliki
indeks literasi keuangan sebesar 60-70
persen, Singapura mencapai 98 persen,
bahkan literasi masyarakat Filipina telah
menembus angka 30 persen. Tingkat literasi
keuangan masyarakat Indonesia hanya
sebesar 21,7 persen saja (OJK, “Suvei
Nasional Literasi Keuangan Indonesia
(SNLKI)”,www.OJK.go.id, diakses tanggal
25 April 2015). Indeks literasi keuangan
merupakan parameter atau indikator yang
menunjukkan
tingkat
pengetahuan,
keterampilan, dan keyakinan masyarakat
terkait dengan lembaga keuangan serta
produk dan jasanya. Selain ini indeks
literasi keuangan juga memberikan
informasi mengenai tingkat pengetahuan
masyarakat terhadap fitur, manfaat dan
resiko, hak dan kewajiban mereka sebagai
pengguna produk dan jasa keuangan.
Literasi keuangan di kalangan
mahasiswa juga berada pada level yang
tidak memuaskan. Penelitian Nidar dan
Bestari (2012) di Universitas Padjajaran
Bandung, menyebutkan bahwa tingkat
literasi keuangan mahasiswanya berada
pada kategori rendah. Dengan tingkat ratarata skor terhadap tes literasi keuangan
yaitu 42,1% atau mendekatai 50% yang
menjawab benar. Meskipun terlihat cukup
baik,
namun
jika
merujuk
pada
pengkategorian literasi keuangan menurut
Chen dan Volpe (1998), maka skor tersebut
masih tergolong rendah. Para responden
cukup mahir dalam menjawab pertanyaan
mengenai
bagaimana
mengelola
penghasilan dan pengeluaran atau anggaran
belanja rumah tangga. Namun di poin
kredit/ utang, tabungan, investasi, asuransi,
dan dasar-dasar keuangan pribadi, maka
hasil skor yang diperoleh masih rendah.
Untuk itu diperlukan upaya-upaya untuk
meningkatkan literasi keuangan mahasiswa
terutama di area dasar-dasar keuangan
(basic personal finance)
Sejalan dengan temuan OJK dan
penelitian sebelumnya mengenai rendahnya
tingkat literasi keuangan di Indonesia, maka
penelitian
(Herawati
N.T,
2015)
menunjukkan hal yang sama. Penelitian
yang dilakukan pada mahasiswa Fakultas
Ekonomi
dan
Bisnis
Undiksha,
menunjukkan rata-rata literasi keuangan
mahasiswa tergolong masih rendah.
Literasi keuangan tidak akan
diperoleh
secara
eksplisit
dalam
pembelajaran di sekolah maupun di
perguruan tinggi. Jika ada mata kuliah yang
relevan dengan literasi keuangan seperti
manajemen keuangan, lebih menekankan
pada seluk beluk keuangan dalam
perusahaan tanpa menyentuh aspek
keuangan pribadi. Berdasarkan hal tersebut,
109
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
maka konten pelajaran pengelolaan
keuangan pribadi hampir tidak ada sama
sekali. Padahal dalam kehidupan nanti ilmu
pengelolaan uang sangatlah penting agar
dapat memenuhi kebutuhan hidup dengan
lebih baik.
Disisi lain, literasi keuangan juga
merupakan landasan seseorang untuk
menjadi wirausahawan yang sukses.
Pengetahuan entrepreneurship yang telah
diberikan melalui kuliah-kuliah di kampus
lebih menekankan pada aspek teknis, dan
kurang memberikan filosofi dalam
pengelolaan keuangannya. Hal ini dapat
dilihat dari kegagalan beberapa usaha yang
baru dirintis, mengalami kebangkrutan
karena pengelolaan keuangannya yang
kurang baik. Demikian halnya programprogram kewirausahaan yang diberikan
kepada mahasiswa, sangat jarang usahanya
dapat bertahan melebihi kontrak yang
ditetapkan. Salah satu penyebabnya
diindikasikan karena keterbatasan dalam
pengelolaan keuangan.
Para remaja/ mahasiswa, kelak
suatu saat akan bekerja. Baik bekerja pada
orang lain (sebagai karyawan) maupun
membuka pekerjaan untuk diri sendiri
(berwirausaha). Hasil dari bekerja adalah
penghasilan yang akan digunakan untuk
memenuhi
kebutuhan
hidup
dan
mengembangkan usaha. Untuk itu
pemahaman akan literasi keuangan menjadi
penting untuk dikenalkan sejak dini
sebelum memiliki penghasilan. Hal ini
bertujuan agar nantinya setelah memiliki
pengahasilan, mereka dapat mampu
mengelola penghasilannya dengan bijak
dan
akhirnya
dapat
memperoleh
kesejahteraan hidup yang diharapkan.
Berdasarkan paparan permasalahan
di atas, maka kegiatan P2M ini digagas
untuk memberikan bekal pengetahuan
keuangan kepada mahasiswa melalui
kegiatan pelatihan dan seminar. Peserta
kegiatan P2M ini adalah mahasiswa di
lingkungan Undiksha, baik mahasiswa
ekonomi (yaitu mahasiswa Fakultas
Ekonomi), dan juga mahasiswa dari jurusan
lain. Hal ini bertujuan agar mahasiswa
Undiksha memiliki literasi keuangan yang
baik sebagai bekal masa depannya kelak.
METODE
Berdasarkan permasalahan mitra
yang telah disebutkan di atas, maka tahapan
rencana kegiatan yang dilakukan adalah,
pertama mengadakan pendekatan dengan
perwakilan mahasiswa di lingkungan
Undiksha. Pada tahap ini diputuskan untuk
menggunakan perwakilan mahasiswa
Undiksha dari UKM KOPMA, dengan
pertimbangan bahwa UKM KOPMA telah
mewakili seluruh jurusan yang ada di
Lingkungan
Undiksha
dan
pernah
mengikuti kegiatan PMW Undiksha.
Disamping itu UKM ini terlibat secara aktif
dalam proses pengelolaan keuangan yang
dilakukan pada Koperasi Mahasiswa
Undiksha.
Kedua adalah pelaksanaan kegiatan
pelatihan. Berdasarkan permasalahan yang
telah dianalisis, maka pelatihan yang
dirancang kali ini meliputi:
1. Seminar dan pelatihan mengenai
konsep aset dan kewajiban
2. Seminar dan pelatihan mengenai
konsep nilai waktu dari uang
3. Seminar dan pelatihan mengenai
konsep resiko dalam keuangan
4. Seminar mengenal kepentingan dan
karakter pribadi dalam keuangan
5.
Seminar dan pelatihan dalam
menentukan strategi keuangan dalam
110
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
membuat keputusan. Dalam hal ini
menyusun perencanaan keuangan
pribadi.
Penjajagan ini membahas tentang kegiatan
yang akan dilaksanakan serta kesiapan
mahasiswa yang akan menjadi peserta
kegiatan P2M kali ini. Nara sumber yang
terlibat dalam kegiatan ini adalah tim
pelaksana
dibantu
oleh
seorang
entrepreneur (Pemilik Hana Pie Susu),
sebagai pelaku langsung dalam dunia usaha.
Kegiatan seminar dan pelatihan ini
dimulai dari pemaparan materi yang
dilakukan oleh Nyoman Trisna Herawati
(sebagai narasumber pertama), yang
memaparkan materi mengenai : 1. Konsep
Aset dan Kewajiban, 2. Konsep nilai waktu
dari uang, 3. Konsep resiko dalam
keuangan, 4. Kepentingan dan karakter
pribadi dalam mengelola keuangan, 5.
Strategi keuangan dalam membuat
keputusan
Pemaparan materi diselingi dengan
pemberian
simulasi
kasus.
Dalam
menyelesaikan simulasi kasus peserta
didampingi oleh tim pelaksana lainnya, dan
dilakukan pembahasan melalui diskusi
mengenai hasil simulasi.
Simulasi
pertama, mahasiswa
diberikan kasus mengenai perbedaan antara
aset dan kewajiban. Jika kita umpamakan
kemampuan membaca secara umum adalah
aksara atau alphabet, dan langkah pertama
untuk bisa membaca adalah mengenali
huruf-huruf alphabet tersebut. Maka dalam
bidang keuangan, hanya akan ada dua huruf
yaitu “aset” dan “kewajiban/utang”. Dua
huruf dari literatur keuangan ini
pendefinisiannya sering berlawanan satu
sama lainnya. Padahal untuk mengerti
bahasa keuangan, maka memahami
perbedaan mendasar antara aset dan
kewajiban adalah suatu keharusan.
“Kewajiban yang tersamarkan sebagai
aset” istilah ini dapat diibaratkan seperti
jebakan batman, yang mana seseorang
Pada tahapan seminar ini, pemateri
adalah anggota tim pelaksana dan seorang
entrepreneur (Ibu Ketut Hana Ariani)
pemilik perusahaan kue “Hana Pie Susu”
yang telah berhasil mengembangkan usaha
kuenya sampai ke luar kota. Pemilihan
narasumber yang terlibat langsung dalam
kegiatan usaha, akan lebih memotivasi
mahasiswa untuk mengetahui bagiamana
pengelolaan keuangan dalam berwirausaha.
Ketiga, tahap akhir dari kegiatan ini
adalah evaluasi dan refleksi mengenai
keberhasilan kegiatan yang dilakukan. Hal
ini ditempuh dengan cara menyebarkan
kuesioner secara langsung apakah kegiatan
ini dapat diterapkan secara maksimal dan
dapat memberikan kebermanfaatan bagi
mahasiswa. Di akhir sesi peserta diminta
untuk mengisi tes literasi keuangan dan
menyusun perencanaan keuangan pribadi
dengan simulasi kasus.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pelaksanaan pengabdian pada
masyarakat penerapan IPTEKS yang
mengambil tema pelatihan dasar-dasar
keuangan untuk meningkatkan literasi
keuangan
di
kalangan
mahasiswa
diselenggarakan pada tanggal 23 -24 Juni
2016. Kegiatan ini dilaksanakan di gedung
seminar Fakultas Ekonomi Undiksha dan
dihadiri oleh 42 peserta perwakilan dari
masing-masing fakultas yang terlibat dalam
UKM KOPMA Undiksha.
Kegiatan ini dimulai dari tahap
penjajagan peserta dan nara sumber yang
dilaksanakan tanggal 12 s/d 15 Juni 2015.
111
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
yang tidak memahami perbedaan antara
aset dan kewajiban dapat dengan mudahnya
menjadi sasaran empuk pihak-pihak
tertentu yang dengan sengaja membuat
bisnis atas ketidakpahaman perbedaan aset
dan kewajiban. Seperti contoh seorang
tenaga marketing selalu berupaya membuat
kita
mengeluarkan
uang
dengan
mengatakan bahwa kita sedang melakukan
investasi, karena investasi berarti anda
sedang membangun sebuah aset. Kadang
kala, kita tidak pernah berpikir untuk
terlebih dahulu meminta pendapat orang
lain mengenai penipuan ini dan langsung
membenarkan kesalahan yang kita lakukan
karena kita tidak paham definisi dari aset
dan kewajiban (Nokes.S, 2011)
Pada intinya aset keuangan adalah
sesuatu yang bernilai untuk dimiliki, karena
aset tersebut bagus untuk mendukung
keadaan finansial. Secara sederhana kita
dapat menyebutkan bahwa aset adalah
segala sesuatu yang mengalirkan kas masuk
ke dalam pundi-pundi keuangan kita.
Sebaliknya kewajiban/utang adalah sesuatu
yang mengandung biaya, dimana kita
senantiasa akan mengeluarkan atau
menguras aset keuangan yang kita miliki.
Jadi kewajiban atau utang adalah segala
sesuatu yang mengairkan kas keluar dari
pundi-pundi keuangan kita (Kiyosaki,
2013)
Secara keseluruhan peserta seminar
memperoleh skor baik (rata-rata 85%
menjawab
benar).
Namun
pada
pembahasan hasil simulasi ini banyak
terjadi perbedaan pendapat antara peserta
dan nara sumber, misalnya untuk
menyatakan
apakah
gadget
dan
keanggotaan klub termasuk aset ataukah
utang. Gadget dan keanggotaan klub dilihat
dari konsep aset dan utang di atas, jelasjelas termasuk dalam kategori utang.
Namun ada benarnya kedua poin ini jika
dimasukkan ke dalam kategori aset,
kenapa? Jawabannya karena gadget dan
keanggotaan klub jika dimanfaatkan dengan
semestinya (berdasarkan fungsinya), maka
poin ini dapat mengalirkan kas masuk.
Misalnya di era IT dewasa ini, maka
memasarkan produk secara on-line melalui
media sosial (facebook, twitter, blog)
sangat membantu untuk meningkatkan
penjualan. Demikian halnya dengan
keanggotaan klub, yang difungsikan
sebagai
komunitas
bersama
untuk
mempromosikan produk yang kita jual.
Sehingga dari diskusi tersebut, dapat ditarik
kesimpulan
banhwa
gadget
dan
keanggotaan klub akan merupakan utang
jika pemanfaatannya hanya digunakan
untuk memenuhi gaya hidup semata,
sebaliknya
jika
difungsikan
untuk
meningkatkan pendapatan dari penjualan
produk yang kita tawarkan maka gadget dan
keanggotaan klub merupakan aset.
Simulasi kedua, mahasiswa di
berikan pemahaman mengenai konsep nilai
uang. Waktu adalah elemen yang penting
bagi dunia keuangan terutama dalam hal
pembuatan keputusan-keputusan yang
berkaitan dengan keuangan. Konsep nilai
waktu dari uang adalah konsep berkaitan
dengan waktu dalam menghitung nilai
uang. Artinya, uang yang dimiliki
seseorang pada hari ini tidak akan sama
nilainya dengan satu tahun yang akan
datang. Uang yang diterima sekarang
nilainya lebih besar daripada uang yang
diterima di masa mendatang. Lebih awal
uang anda menghasilkan bunga, lebih cepat
bunga tersebut menghasilkan bunga. Hal
ini memberikan pemahaman kepada
mahasiswa mengenai bunga atas uang yang
kita terima atau kita bayarkan. Konsep ini
mengajarkan
kita
bahwa
dengan
112
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
berinvestasi (menyimpan dana) akan
menguntungkan karena uang yang kita
simpan
bertumbuh
karena
bunga,
kebalikannya jika kita berutang maka
konsep bunga ini akan menghabiskan
pundi-pundi kita. Untuk simulasi ini,
mahasiswa
diberikan
kasus
untuk
menghitung future value (FV), present
value (PV), dan net present value (NPV).
Bagi mahasiswa yang berasal dari fakultas
non- ekonomi, merasa masih bingung
dengan perhitungan ini, namun dengan
bantuan program excel ataupun kalkulator
pintar, maka perhitungan yang rumit dapat
dicari dengan mudah.
Simulasi ketiga, pada poin ini
mahasiswa
diberikan
pemahaman
mengenai profil resiko dalam keuangan
dengan mengenal karakter diri sendiri.
Resiko keuangan merupakan sesuatu yang
amat berhubungan dengan sifat manusia.
Meskipun kita telah memahami statistik dan
matematika tingkat atas namun jika
mengabaikan elemen manusia maka dapat
menimbulkan kegagalan dalam pengelolaan
resiko keuangan. Terdapat dua pendekatan
yang berbeda dalam menangani sebuah
resiko keuanga. Pertama, “jangan taruh
seluruh telur dalam satu keranjang” atau
pendekatan Kedua, “ taruh semua telur
dalam satu keranjang”. Namun sejarah
menunjukkan pendekatan yang pertama
jauh lebih aman dari yang kedua.
Diversifikasi adalah istilah dalam dunia
keuangan
yang
digunakan
untuk
menggambarkan pendekatan pertama. Bagi
pemula,
maka pemikiran diversifikasi
adalah bagian dari manajemen resiko.
Dalam simulasi ini mahasiswa diberikan
simulasi mengenai pengenalan karakteristik
diri apakah termasuk dalam kategori
konservatif, moderat, ataukah agresif.
Simulasi ini dilakukan dengan pengisian
kuesioner.
Dari hasil simulasi ini rata-rata
mahasiswa berada pada ketogeri moderat
cenderung agresif. Apapun karakter diri
kita, yang perlu dipahami adalah resiko
yang menyertai investasi yang kita ambil.
Akhirnya dalam investasi hukum “high
risk, high return” tidak bisa diabaikan.
Return yang tinggi juga memiliki resiko
yang tinggi pula. Jika ingin mendapatkan
keuntungan yang besar, harus siap dengan
resiko yang besar. Sebaliknya, jika hanya
ingin resiko yang kecil, keuntungannya juga
kecil. Tidak ada yang bisa memastikan apa
yang terjadi di masa depan, apakah dolar
naik atau turun, harga BBM naik atau turun,
dan lainnya. Artinya dalam berinvestasi
keuntungan juga berdampingan dengan
kerugian. Resiko bukan sesuatu yang harus
dihindari, melainkan dikelola. Caranya
adalah mengambil investasi dengan tingkat
resiko tertentu yang sesuai dengan profil
resiko yang kita miliki. Proses investasi
merupakan bagian dari strategi mengelola
resiko. Dengan memahami jenis-jenis
resiko dan melakukan pengelolaan resiko,
dapat
mengoptimalkan
keuntungan
investasi sambil menekan resiko serendahrendahnya (Lina, D.R,2016).
Simulasi keempat adalah mengenai
perencanaan keuangan pribadi. Dalam
simulasi ini, mahasiswa diberikan contoh
kasus untuk menyusun anggaran keuangan
pribadi. Misalnya mereka telah bekerja dan
memiliki penghasilan total sebesar
Rp5.000.000/ bulan dengan asumsi belum
menikah, namun sudah mandiri (tidak
tinggal dengan orang tua) dengan biaya
hidup standar sebesar Rp2.500.000,- .
Buatlah perencanaan keuangan untuk
mengelola pendapatan tersebut. Disela-sela
simulasi, muncul pertanyaan apakah jika
113
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
pengahasilan kita dibawah Rp2.500.000
(atau dibawah UMR), kita tetap harus
menyusun anggaran keuangan pribadi?
Jawabannya : iya. Sebenarnya tidak
masalah berapun penghasilan yang kita
terima, namun masalahnya bagaimana kita
mengelolanya. Karena masalah kaya dan
miskin adalah masalah mind set. Seperti
dikutip dalam Gozali, A (2016),
menyatakan bahwa kaya sebetulnya bukan
dilihat dari ukuran kuantitas seberapa
penghasilan atau total aset yang dimiliki.
Kaya adalah kondisi ketika kita sudah
merasa tidak memerlukan lagi atau merasa
cukup dengan penghasilan anda. Jadi
mentalitas kaya adalah mental orang yang
tidak merasa kekurangan, atau merasa
cukup dengan yang dimilikinya. Sebaliknya
mentalitas miskin adalah adalah selalu
merasa kurang dan ingin lebih sampai tidak
terbatas. Jadi intinya, berapun penghasilan
yang kita terima besar kecilnya sangatlah
relatif. Bagi sebagian orang pengahasilan
Rp5.000.000 sudah lumayan besar, namun
sebagian lagi tidaklah seberapa, untuk itu
perencanaan keuangan tetaplah diperlukan
berapun jumlah penghasilan yang kita
peroleh.
Hasil simulasi, rata-rata mahasiswa
telah menyusun dengan baik yang salah satu
indikatornya
menempatkan
utang
(maksimal 30%) dari jumlah penghasilan
jadi maksimal Rp1.500.000, dan terdapat
sisa yang ditabung/diinvestasikan. Namun
masih ada beberapa mahasiswa yang tidak
melakukan kegiatan menabung tetapi
membeli barang-barang yang sifatnya
konsumtif dan masih sedikit yang
menyisihkan pengeluaran untuk melakukan
kegiatan amal (sedekah, memberi orang tua,
punia, dan lainya). Untuk itu dalam akhir
sesi ini diberikan pemaparan mengenai
bagiamana seharusnya angaran keuangan
dengan kasus di atas.
Sesi berikutnya pemaparan materi
oleh pelaku bisnis yaitu Ibu Ketut Hana
Ariani.
Dalam
pembahasan
beliau
menekankan bagaimana memulai suatu
usaha
(bisnis)
dan
pengelolaan
keuangannya. Terdapat beberapa langkahlangkah yang diperhatikan dalam memulai
sebuah usaha adalah menganalisis 5 W dan
1H, yaitu : (1) What, (2) Why, (3) When, (4)
Who, (5) Where, dan How. Keenam
komponen tersebut dipaparkan berdasarkan
pengalaman beliau dalam merintis dan
mengembangkan
usaha
kue
yang
dimilikinya. What, berbicara masalah apa
yang harus dikembangkan. Apa keunggulan
produk yang kita jual dibandingkan dengan
produk-produk yang telah ada. Why,
membahas mengenai kenapa melakukan
bisnis ini. Pelaku sendiri, pernah bekerja
sebagai konsultan keuangan dan sebagai
akunting di perusahaan nasional. Namun
panggilan hati untuk berbuat lebih banyak
dan lebih baik dari yang sudah dilakukan
sebelumnya, membuat beliau menekuni
usaha ini. When, berbicara masalah kapan.
Jangan pernah menunda bisnis yang akan
dijalani. Jadi jika ada ide bisnis yang
menguntungkan, jalani saja, karena kalau
bukan kita maka orang lain yang
melakukannya. Who, berbicara tentang
pasar. Kepada siapakah sasaran produk
yang akan kita jual. Sebagai langkah awal,
maka keluarga, kerabat, teman, dan sahabat
adalah target utama. Where, membahas
mengenai tempat atau lokasi penjualan. Jika
modal tidak terlalu besar, maka produksi
dapat dilakukan di rumah dan pemasaran
dapat dilakukan melalui media on-line.
Sampai saat ini produk pie susu telah
merambah sampai daerah Aceh dan
Makasar.
114
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
Setelah pemaparan materi oleh Ibu
Hanna, dilanjutkan dengan sesi diskusi dan
Tanya jawab. Beberapa pertanyaan yang
dapat dirangkum dalam kegiatan seminar
dan pelatihan ini antara lain sebaga berikut.
Pertama, mengenai kewirausahaan
bagiamana upaya yang harus dilakukan
untuk memulai suatu usaha. Biasanya
sebagai seorang sarjana perasaan malu,
gengsi, takut rugi masih menghantui lulusan
untuk memulai suatu usaha. Disisi lain
bagaimanakah
menumbuhkan
atau
menemukan passion/ minat kita terhadap
suatu usaha yang akan dikembangkan.
Tanggapan pertanyaan tersebut dapat
dipaparkan sebagai berikut. Kebangkrutan
adalah suatu resiko yang biasa dalam
sebuah usaha. Ibu Hana sendiri sebelum
menjalani usaha sekarang (bisnis kuliner),
juga telah mengalami kegagalan dalam
menjalani usaha sebelumnya (usaha laundry
dan salon). Namun prinsipnya, usaha yang
dijalani harus ditekuni secara sungguhsungguh, dan pengelolaan keuangan juga
menjadi salah satu faktor penting dalam
kesuksesan sebuah usaha. Gengsi dan
perasaan malu itu hal yang biasa, ditambah
lagi jika memiliki kepribadian pemalu,
maka akan sulit sekali untuk melakukan
kegiatan pemasaran langsung. Pemasaran
tidak langsung dewasa ini sangat massif dan
menguntungkan seperti melalui media
sosial (via on-line). Jadi sebagai pemula,
maka media ini dapat dicoba dan perlahanlahan perasaan malu dan gengsi harus
dihilangkan. Usaha yang dijalankan dengan
passion atau hobi, lebih memudahkan kita
untuk mejalankan bisnis dengan perasaan
bahagia. Karena dengan bahagia semua
energy positif akan datang dan menyertai
bisnis yang kita geluti. Untuk menemukan
minat kita sebenarnya adalah melalui
kegiatan-kegiatan yang kita lakukan dengan
sukacita. Dalam artian kita senang
melakukan
hal
tersebut
meskipun
untungnya tidak seberapa. Tetapi dalam hal
ini bukan berarti dalam usaha tidak
mementingkan keuntungan. Tetapi dalam
memulai sebuah usaha ada baiknya
keuntungan diletakkan di nomer sekian.
Nomor pertama adalah kepuasan konsumen
dan loyalitas mereka. Jika kita telah
memiliki konsumen tetap atau konsumen
yang loyal dengan produk kita, maka
keuntungan dapat kita perhitungkan dengan
baik. Jadi intinya, passion kita adalah apa
yang kita lakukan dengan senang hati tidak
menjadi beban dan sangat enjoy jika
melakukannya.
Pertanyaan kedua terkait dengan
pengelolaan keuangan. Mengapa financial
planning itu diperlukan? Ayah saya selama
ini sepertinya selalu berutang untuk
membiayai kuliah saya dan adik-adik saya,
apakah itu salah? Tanggapan penyaji
sebagai berikut. Financial Planning
merupakan suatu kegiatan untuk mengelola
keuangan yang kita miliki. Tidak hanya
untuk mengelola uang keluar namun juga
bagaimana untuk menghasilkan uang
masuk. Kedua poin ini sangatlah penting
untuk menata
keuangan yang tidak
berorientasi untuk masa kini saja, namun
juga untuk masa depan. Orang yang
memilki financial planning, memiliki
kualitas hidup lebih baik dan menjamin
masa depan keuangan yang lebih baik pula.
Kalau tidak menerapkan financial
planning, kita sering terjebak pada situasi
“hanya saat ini”, lebih mementingkan
keinginan, dan tidak memiliki jaminan
masa depan dan antisipasi untuk hal-hal
yang tidak diinginkan. Jadi intinya
pengetahuan financial planning sangat
penting untuk kita pahami untuk menjamin
keuangan masa kini dan masa depan.
115
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
Penggunaan utang tidaklah salah, yang
salah jika utang tidak lagi rasional dalam
artian tidak mampu dilunasi dengan seluruh
penghasilan yang kita miliki. Aturannya
adalah cicilan utang tidak melebihi dari
30% penghasilan yang diperoleh.
Kegiatan seminar dan pelatihan ini
ditutup dengan pengisian tes literasi
keuangan. Tes literasi keuangan yang
digunakan disusun oleh tim pelaksana
berdasarkan kajian teori dan hasil penelitian
yang relevan. Hasil tes ini menunjukkan
bahwa indeks literasi keuangan mahasiswa
terkategori cukup baik, dengan skor ratarata 70. Kebanyakan mahasiswa telah
mampu membedakan konsep antara aset
dan utang, melakukan perencanaan
keuangan yang baik, dan konsep
perhitungan bunga. Namun mahasiswa
masih lemah dalam hal mejawab konsep
investasi baik itu dalam hal tabungan,
deposito, asuransi, maupun pasar modal.
Kelemahan ini bisa dimaklumi karena
mahasiswa
yang
non
akuntansi,
pemahaman konsep ini merupakan
pengetahuan baru.
tentang pengelolaan keuangan yang harus
diketahui oleh peserta didik untuk bekal
masa depan keuangannya kelak.
DAFTAR RUJUKAN
SIMPULAN
Kegiatan P2M kali ini yang
mengambil tema Seminar dan Pelatihan
Dasar-Dasar
Keuangan
untuk
Meningkatkan Literasi Keuangan di
Kalangan Mahasiswa telah berjalan sesuai
dengan rencana yang ditetapkan. Antusias
peserta dalam kegiatan yang dilakukan
dapat diamati melalui proses diskusi yang
dilakukan. Pelaksanaan pengabdian pada
masyarakat ini agar ditindaklanjuti dengan
kegiatan serupa di tahun-tahun yang akan
datang dengan memperluas kajian materi
tentang financial planning, safari produkproduk investasi dan peserta yang berbeda.
Hal ini mengingat pentingnya pengetahuan
Kiyosaki, T, Robert dan Lechter, L.,
Sharon. 2013. The Cashflow
Quadrant (Panduan Ayah Kaya
Menuju
Kebebasan
finansial).
terjemahan oleh Rina Buntaran.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Chen,H & Volpe,R.P.1998. An Analysis of
Personal Literacy Among College
Students. Financial Services Review,
7(2):107-128
Danes,S.M & Haberman,H.R.2007. Teen
Financial Knowledge, Self-Efficacy,
and Behavior : A Gendered View.
Financial Counseling and Planning
(online),18 (2) : 48-60 (Htpp : / /
www . afcpe . org / assets/pdf/72866-volume-18-issue-2.pdf),
diakses tanggal 15 Juli 2015
Gozali, Ahmad.2015. Habiskan Saja
Gajimu. Jakarta: Transmedia Pustaka
Herawati,T,N.2015.
Kontribusi
Pembelajaran di Perguruan Tinggi
dan Literasi Keuangan Terhadap
Perilaku Keuangan Mahasiswa FEB
Undiksha, Artikel, JPP Undiksha,
Jilid 48, No.1-3, April 2015, h.60-70
Liana.D.Rina. 2015. Bisa Investasi dengan
Gaji < Rop5 juta. Jakarta: Penebar
Plus
Nokes, Sebastian. 2014. Finance Plain and
Simple. terjemahan Riga Domenic
Ponziani. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo
116
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
Nidar,S.R.,& Bestari,S.2012, Personal
Financial
Literacy
Among
University Students (Case Study at
Padjajaran Universitas Students,
Bandung, Indonesia). World Journal
of Social Science (2)4: 162-171
(www.OJK.go.id diakses tanggal 25
April 2015)
Susanti.2013.
Faktor-Faktor
yang
Berpengaruh Terhadap Literasi
keuangan dan Perilaku Keuangan
Siswa
SMA
Negeri
Surabaya.Disertasi tidak diterbitkan.
Malang:PPS UM.
OJK. 2015. Survei Nasional Literasi
Keuangan
Indonesia
(SNLKI).
117
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
IBM KELOMPOK PENGERAJIN DAUN PANDAN
Dra. Ni Ketut Adi Mekarsari, Dra. Ni Nyoman Resmi, MM
Universiats Panji Sakti Singaraja
ABSTRAK
Desa Sumberklampok merupakan desa yang ada di ujung Barat Kecamatan Gerokgak Kabupaten Buleleng,
berjarak kurang lebih 82 km dari Universitas Panji Sakti yang ada di kota Singaraja. Desa ini dikenal sebagai
penghasil anyaman daun pandan. Produk yang dihasilkan monoton berupa tikar dan anyaman untuk alas sesaji.
Kondisi wilayah desa yang sebagian berawa merupakan habitat yang cocok bagi tumbuh dan berkembangnya
tanaman pandan duri. Pada musim kemarau, masyarakat setempat memanfaatkan daunnya sebagai bahan baku
kerajinan anyaman. Sedangkan pada musim hujan, daun pandan tidak dimanfaatkan sama sekali karena kesulitan
dalam pengeringannya sehingga daun pandan dibiarkan busuk dan mengering di pohon.
Usaha pembuatan kerajinan anyaman daun pandan sudah ditekuni oleh sebagian warga di Desa Sumberklampok
secara turun temurun dengan teknologi yang sangat sederhana. Umumnya pengrajin adalah kaum perempuan,
terutama ibu-ibu rumah tangga sebagai pekerjaan sambilan.
Melalui program IbM Kerajinan Daun Pandan, tim pelaksana dan mitra berkomitmen untuk menerapkan Iptek
untuk memecahkan beberapa permasalahan: Pada Aspek Produksi 1). Rendahnya kapasitas produksi anggota,
yaitu rata-rata hanya 2 buah tikar single (biasa) dan 1 buah tikar double, 2) Penyiapan bahan baku daun pandan
hanya dilakukan pada musim kemarau, sementara pada musim hujan daun pandan tidak dipanen dan dibiarkan
membusuk/kering di pohon, 3) Jenis produk kurang variatif, yakni hanya tikar pandan dan alas sesaji. Pada Aspek
Manajeman dan Pemasaran Produk : 1) Penetapan harga jual belum didasarkan pada perhitungan biaya modal
secara akurat, termasuk biaya tenaga kerja, 2) Pengelolaan usaha (manajamen bahan baku, manajemen produksi
dan manajemen pemasaran) belum dilakukan sebagaimana layaknya sebuah usaha kerajinan, 3) Pemasaran produk
terbatas pada pasar-pasar desa sekitar dan belum dilakukan upaya promosi produk pada pasar yang lebih luas.
Kegiatan ini dilaksanakan selama 8 bulan, dengan target luaran: 1) Kapasitas produksi meningkat sekitar 150%
atau 5 tikar pandan single/orang/hari atau 3 tikar pandan doble/orang/hari, 2) Panen dan pengolahan daun pandan
dapat dilakukan pada musim hujan karena pengeringan sudah menggunakan alat pengering(oven), 3) Jika ada
bahan baku daun pandan berlebih, jenis produk lebih variatif, sudah dilakukan pelatihan pembuatan sandak lantai
(hotel), dompet dan tas, 4) Penetapan harga jual dilakukan berdasarkan analisa ekonomi dan bisnis., 5) Manajemen
usaha anggota maupun kelompok semakin baik dan tertib karena sudah memiliki Anggaran Dasar dan Anggaran
rumah Tangga untuk kelompok Sari Pandan dan Amertha Pandan, 6) Produk kerajinan dapat dipasarkan secara
online.
Key word : Daun Pandan, anyaman, pengerajin
I.
PENDAHULUAN
Kondisi wilayah desa yang sebagian
1.1. Analisis Situasi
berawa merupakan habitat yang cocok bagi
Desa Sumberklampok merupakan
tumbuh
dan
berkembangnya
desa yang ada di ujung Barat Kecamatan
pandan
duri.
Gerokgak Kabupaten Buleleng, berjarak
masyarakat
kurang lebih 82 km dari Universitas Panji
daunnya sebagai bahan baku kerajinan
Sakti yang ada di kota Singaraja. Desa ini
anyaman. Sedangkan pada musim hujan,
dikenal sebagai penghasil anyaman daun
daun pandan tidak dimanfaatkan sama
pandan. Produk yang dihasilkan monoton
sekali
berupa tikar dan anyaman untuk alas sesaji.
pengeringannya sehingga daun pandan
Pada
musim
setempat
karena
tanaman
kemarau,
memanfaatkan
kesulitan
dalam
dibiarkan busuk dan mengering di pohon.
118
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
Usaha
kerajinan
Kadek Mariani. Aktif melakukan rapat
anyaman daun pandan sudah ditekuni oleh
kelompok setiap bulan, yaitu setiap tanggal
sebagian warga di Desa Sumberklampok
lima setiap bulannya, sedangkan Kelompok
secara turun temurun dengan teknologi
Amertha Pandan masih relatif muda karena
yang
Umumnya
berdiri pada tanggal 24 Nopember 2013.
perempuan,
Kelompok ini dipimpin oleh ibu Wayan
sangat
pengrajin
pembuatan
sederhana.
adalah
kaum
terutama ibu-ibu rumah tangga sebagai
Reni
pekerjaan sambilan.
Kelompok ini melakukan pertemuan rutin
Untuk
memudahkan
dalam
dan
beranggotakan
15
orang.
setiap hari minggu, minggu pertama setiap
koordinasi dan pengembangan usaha, ibu-
bulannya.
ibu pengrajin daun pandan kemudian
Kegiatan usaha yang ditekuni oleh
menghimpun diri ke dalam kelompok
anggota yang tergabung dalam kedua
pengrajin daun pandan. Awalnya hanya ada
kelompok ini adalah sama, yaitu pembuatan
satu kelompok pengrajin, yaitu Kelompok
anyaman daun pandan. Jenis kerajinan yang
Pengrajin Sari Pandan.
dihasilkan adalah tikar pandan dan alas
Namun karena
jumlah warga yang menekuni usaha cukup
sesaji.
Gambaran umum kondisi pohon
banyak, maka sebagian lainnya membentuk
pandan duri di lapangan dan contoh daun
kelompok baru, yaitu Kelompok Pengrajin
pandan yang telah dikeringkan oleh anggota
Amertha Pandan. Kelompok Sari Pandan
kelompok dapat disimak pada gambar
berdiri pada 2005 atau sudah berusia sekitar
berikut.
9 tahun. Kelompok ini beranggotakan 16
orang dan dipimpin (diketuai) oleh ibu
Pohon pandan duri siap panen di Contoh daun pandan kering
lapangan
119
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
Sebagaimana telah disinggung di
hujan. Pada waktu musim kemarau/panas,
atas, kegiatan produksi hanya dilakukan
pengrajin hanya bisa melakukan proses
pada musim kemarau, yaitu antara bulan
produksi pada tahap pengeringan saja. Daun
April sampai dengan September. Bahan
pandan yang kering lalu disimpan sebagai
baku daun pandan diambil menggunakan
stok. Secara ringkas proses produksi
sabit pada tanaman pandan duri yang
anyaman daun pandan yang dilakukan oleh
tumbuh
anggota kedua kelompok ini adalah sebagai
di
kebun
Pengambilan
masing-masing.
bahan
baku
biasanya
berikut.
dilakukan pada pagi hari. Bila daun pandan
1.
Daun pandan dipetik saat tanaman
yang dimiliki anggota tidak mencukupi,
berumur 2 tahun, umur produktif daun
biasanya mereka mendapatkan daun pandan
pandan sekitar 15 tahun. Pemanenan
dari warga lain dengan sistem bagi hasil.
daun pandan pada tanaman yang sama
Setiap pembuatan 4 buah tikar maka
dilakukan setiap bulan sekali.
pemilik daun mendapatkan bagian 1 buah
2.
tikar.
Menghilangkan duri daun pandan,
tulang dan ujung daun pandan hingga
Daun pandan diikat kemudian di
mendapatkan
bawa ke rumah masing-masing untuk
diproses
lebih
lanjut.
Daun
ukuran
lebar
daun
pandan 2-4 cm
pandan
3.
dibersihkan dari duri yang terdapat di tepi
Daun pandan tanpa duri digulung
sampai mencapai diameter 20-25 cm.
daun menggunakan pisau. Setelah itu
4.
digulung dan dijemur di bawah terik
Lama penjemuran 1 minggu jika cuaca
bagus.
matahari. Untuk mendapatkan daun pandan
5.
Pada hari ketiga/keempat daun pandan
kering berkualitas baik, daun pandan harus
yang
dijemur sekitar seminggu penuh. Kualitas
gulungannnya agar
daun pandan yang baik dicirikan dengan
kering merata. Kualitas daun pandan
warnanya
dan
kering yang kurang bagus dicirikan
mengkilap.
dengan warna hitam dan berjamur.
Sedangkan daun pandan yang kurang
Daun pandan yang tidak dapat sinar
mendapat sinar matahari berwana kusam,
matahari akan rusak dan tidak dapat
kehitaman dan agak berjamur. Selanjutnya
digunakan untuk membuat anyaman.
bertekstur
hijau
cerah
keputih-putihan
atau
dilakukan proses menganyam daun pandan
kering
menjadi
tikar.
6.
Proses
belum
kering
dibalik
daun pandan
Selanjutnya dilakukan penganyaman,
dengan jenis tikar biasa atau double
penganyamannya dilakukan pada musim
120
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
yang ukurannya 110 x 140 cm, 115 x
pasar yang ada di sekitar desa dan desa
85cm dan 40 x 50 cm (jenis biasa).
tetangga.
Kapasitas
produksi
daun
Kelompok Sari Pandan, dulu pernah ada
pandan ataupun alas sesaji pada masing-
pembeli dari luar daerah yang melakukan
masing
pemesanan
anggota
Umumnya
mereka
tikar
Menurut penuturan Ketua
sangat
baru
bervariasi.
mampu
dalam
jumlah
kontinyu. Namun
besar
dan
karena keterbatasan
menghasilkan tikar single (jenis biasa) rata-
kapasitas produksi dan kurang kompaknya
rata 2 (dua) buah per hari atau sebanyak 1
anggota dalam mengelola usaha, maka
buah tikar jenis double. Kapasitas produksi
permintaan tersebut tidak dapat dipenuhi.
maksimal jika dijadikan pekerjaan utama,
Sebetulnya
dalam satu hari maksimum mereka dapat
merupakan peluang emas bagi kami, tapi
menyelesaikan 4 buah tikar jenis biasa dan
apa boleh buat karena kemampuan anggota
2 buah tikar jenis double. Permintaan jenis
kelompok sangat terbatas dan manajemen
tikar biasa lebih banyak dari jenis double.
usaha belum terkelola dengan baik, maka
Harga tikar juga bervariasi. Penentuan
peluang
harga jual hanya berdasarkan taksiran biaya
manfaatkan sebaik-baiknya.
bahan baku, sementara biaya-biaya lainnya,
termasuk
pekerja
tersebut
Jumlah
pembeli
belum
produk
tersebut
dapat
yang
kami
dapat
belum
dihasilkan oleh eorang pengrajin rata-rata
diperhitungkan dalam penentuan harga.
per bulan dengan 25 hari kerja adalah 100
Tikar ukuran 110 cm x 140 cm kategori
buah tikar. Dengan jumlah anggota kedua
single dijual dengan harga Rp 12.500,- dan
kelompok 31 orang, maka jumlah produks
untuk kategori double dijual dengan harga
yang dapat dihasilkan adalah 3100 buah per
Rp 25.000,. Tikar berukuran 85 cm x 115
bulan.
cm kategori single dijual dengan harga Rp
berproduksi pada musim hujan
10.000 dan kategori double dijual dengan
bulan) maka jumlah produk yang bisa
harga Rp 20.000. Tikar ukuran 40x50cm
dihasilkan
(alas sesaji) dijual dengan harga Rp. 6.000,-
Sebenarnya
per unit.
mengeringkan bahan bakunya pada musim
Dalam
upah
tawaran
memasarkan
Karena
pengrajin
adalah
jika
18600
hanya
buah
pengerajin
bisa
(enam
tikar.
bisa
produknya,
hujan, jumlah produk yang dapat dihasilkan
biasanya menunggu pembeli datang ke
dapat melebihi jumlah tersebut di atas.
lokasi produksi. Saat ini mulai ada rintisan
Dengan demikian apabila ada pesanan
pemasaran yang dilakukan oleh anggota
dalam jumlah banyak pengerajin bisa
kelompok, namun masih terbatas ke pasar-
memenuhi permintaan, selain itu pengerajin
121
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
juga dapat membuat
produk baru selain
1.
Penetapan harga jual belum didasarkan
tikar.
pada perhitungan biaya modal secara
1.2. Permasalahan Mitra
akurat, termasuk biaya tenaga kerja.
Berdasarkan uraian pada bagian
2.
Pengelolaan usaha (manajamen bahan
analisis situasi di atas, dapat diketahui
baku,
bahwa meskipun usaha kerajinan anyaman
manajemen
daun pandan sudah ditekuni secara turun
dilakukan
temurun oleh anggota kelompok, namun
sebuah usaha kerajinan.
dalam proses produksi dan pemesanan
produk
masih
menghadapi
3.
manajemen
produksi
pemasaran)
sebagaimana
dan
belum
layaknya
Pemasaran produk terbatas pada pasar-
sejumlah
pasar desa sekitar dan belum dilakukan
permasalahan. Tidak semua permasalahan
upaya promosi produk pada pasar yang
mampu ditangani melalui IbM ini. Oleh
lebih luas.
karena itu Tim Pengusul dan mitra
II. TARGET LUARAN
bersepakat memfokuskan program/kegiatan
IbM
ini
pada
upaya
pemecahan
permasalahan-permasalahan
sebagai
Luaran
pelaksanaan
program
dan
dari
kegiatan
:
Pada aspek produksi:
1. Rendahnya
kapasitas
1. Kapasitas produksi meningkat sekitar
produk
150%
anggota, yaitu rata-rata hanya 2 buah
atau
5
tikar
pandan
single/orang/hari atau 3 tikar pandan
tikar single (biasa) dan 1 buah tikar
doble/orang/hari.
double.
2. Panen dan pengolahan daun pandan
2. Penyiapan bahan baku daun pandan
dapat dilakukan pada musim hujan.
dilakukan pada musim
3. Jenis produk lebih variatif, setidaknya
kemarau, sementara pada musim
ada jenis produk berbahan baku daun
hujan daun pandan tidak dipanen dan
dibiarkan
dihasilkan
sebagaimana telah disebutkan di atas adalah
berikut.
hanya
yang
membusuk/kering
pandan.
di
4. Penetapan
pohon.
berdasarkan
3. Jenis produk kurang variatif, yakni
harga
analisa
jual
dilakukan
ekonomi
dan
bisnis.
hanya tikar pandan dan alas sesaji.
5. Manajemen usaha anggota maupun
Pada Aspek Manajeman dan Pemasaran
kelompok semakin baik dan tertib.
Produk :
122
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
6. Produk kerajinan dapat dipasarkan ke
pasar-pasar
dan
pusat-pusat
pasar
mengelola
usaha
dan
dilakukan
dengan
organisasinya
metode
PALS
kerajinan di Singaraja, Denpasar dan
(Participatory Action Learning System).
Gianyar.
Prinsip dasar dari metode PALS adalah
7. Artikel pengabdian kepada masyarakat
pelibatan mitra beserta anggotanya dalam
yang dipublikasikan di jurnal nasional
proses pembelajaran aktif partisipasi dalam
terakreditasi.
program aksi penerapan ipteks pengolahan
III. METODE PELAKSANAAN
daun pandan duri, manajemen kelompok
dan penyempurnaan sistem pemasaran
3.1. Metode Pendekatan
dengan
Upaya pemecahan masalah yang
membentuk
diusulkan adalah pemberdayaan mitra
pembelajaran
dalam meningkatkan kuantitas, kualitas
produk
dan
meningkatkan
segala
pendekatan
suatu
sehingga
sistem
interaksi
masyarakat
secara
partisipatif, baik secara personal maupun
efisiensi
komunal. Metode PALS menitikberatkan
produksi. Bahan dan peralatan untuk
pada transformasi kegiatan-kegiatan yang
mewujudkan hal tersebut akan diusahakan
telah ada untuk diusahakan dibawa pada
pengadaannya melalui program IbM ini.
perubahan-perubahan ke arah perbaikan
Pemberdayaan usaha kerajinan daun
kondisi usaha dan kondisi kelembagaan
pandan duri dalam meningkatkan kuantitas,
kelompok usaha mitra. Secara diagramatik,
kualitas dan efisiensi produksi, serta
rencana pemecahan permasalahan mitra
meningkatkan kemampuan mitra dalam
dijabarkan seperti pada gambar berikut.
Teknologi pengolahan
daun pandan
Kelompok Pengrajin
Sari Pandan & Amertha
Pandan
Pelatihan tentang
manajemen usaha dan
produksi (diversifikasi
produk)
Pelatihan strategi pemasaran
123
Produk yang dihasilkan :
1. Kapasitas produksi naik
sekitar 150%
2. Panen dan pengolahan daun
pandan dapat dilakukan
musim hujan.
4. Jenis produk bertambah, ada
minimal 3 jenis produk yang
dibuat.
5. Harga barang ditetapkan
berdasarkan analisa ekonomi
dan bisnis
5. Kelompok mampu
memasarkan produk dengan
jangkauan pemasaran lebih
luas
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
IV. KARYA UTAMA
mengundang bapak Kepala Desa
4.1.1. Realisasi Program Ipteks
Sumberklampok, Ibu Kepala Desa
Berbagai kegiatan dilakukan untuk
menghasilkan
direncanakan,
karya-karya
mulai
dari
Ketua Kelompok Kerja Sari Pandan
yang
dan Ketua Kelompok Amertha
sosialisasi
Pandan..
program, pertemuan koordinasi dengan
Koordinasi pada kedua kelompok
pengurus kelompok, Mitra, Kepala Desa
dilakukan pada tanggal 6 Juni 2016.
Sumberklampok, pelatihan dan penerapan
Pada saat itu Tim pelaksana IbM
pengeringan
dengan
bertemu dengan kedua anggota
menggunankan mesin pengering atau oven,
kelompok. Pada saat itu tim IbM
pelatihan pembutan sandal lantai (hotel) tas,
menyampaikan beberapa hal yaitu
serta dompet. Pelatihan dan ceramah
(1) pengadaan satu set mesin
menyusun Anggaran Dasar dan Anggaran
pengering daun pandan (oven); (2)
Rumah
waktu
daun
Tangga
pandan
Kelompok;
pelatihan
pelaksanaa
ceramah
administrasi kerja kelompok (buku anggota,
menyusun
pembukuan,
Anggaran Rumah Tangga untuk
standar
keuangan);
produksi
serta
menentukan
harga
prokok
kedua
Anggaran
kelompok;
dasar
(3)
waktu
pembuatan
produk
produksi, sistem pemasaran produk pandan,
pelaksanaan
membuat plang (papan) Nama kelompok
baru sandal lantai (hotel), tas, dan
serta membuat blog. Secara rinci realisasi
dompet; (4) pendampingan dalam
berbagai kegiatan tersebut adalah sebagai
menentukan harga pokok produksi
berikut :
dan standar produk (5) pembuatan
a. Sosialisasi Program IbM
Sosialisasi
blog untuk memasarkan produk
pendahuluan
lewat online. Gambaran aktivitas
dilaksanakan tanggal 13 Mei 2016,
pada saat pelaksanaan sosialisasi
bertempat di kantor Kepala Desa
dapat dilihat pada gambar berikut
Sumberklampok. Acaranya adalah
124
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
Gambar 4.1 Sosialisasi dengan Kepala Gambar 4.2. Sosialisasi dengan kelompok
Desa Sumberklampok
Sari Pandan dan Amertha Pandan
b. Pembukaan Pelatihan
Tim
IbM
Diiskopdagprin serta anggota kedua
melakukan
pelatihan
kelompok
melakukan
pelatihan
penyusunan Anggaran Dasar serta
pembuatan sandal lantai,atau sandal
Anggaran Rumah Tangga untuk
hotel, tas dan dompet yang bahan
kelompok Sari Pandan dan Amertha
utamanya dari daun pandan. Daun
Pandan pada tanggal 14 agustus
pandan yang dipakai adalah yang
2016.
kering
Peserta
pelatihan
adalah
manual
artinya
yang
anggota masing-masing kelompok,
pengeringannya menggunakan sinar
pada pelatihan ini dihadiri oleh ibu
matahari.
Kepala Desa dan telah disahkan oleh
Gambaran suasana saat penyusunan
Kepala Desa Sumberklampok pada
Anggaran Dasar dan Anggaran
tanggal 24 Agustus 2016.
Rumah
Pada tanggal 24 September 2016
pembuatan
sampai dengan tanggal 3 Oktober
dilihat
2016,
berikut:
instruktur
dari
a
b
125
tangga
sarta
produk
seperti
pelatihan
baru
tersaji
dapat
sebagai
c
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
d
e
Gambar a. Ceramah dan pelatihan
f
musim hujan daun pandan tidak
penyusunan AD/T untuk
dipanen
dan
dibiarkan
kelompok Sari Pandan dan
membusuk/kering di pohon,dengan
Amertha Pandan.
datangnya mesin pengering pada
Gambar b. Pelatihan menganyam pandan
tanggal 2 Oktober 2016 diharapkan
sebagai dasar pembuatan tas,
mampu mengatasi permasalahan
sandal dan dompet
kelompok,
Gambar c. Anyaman daun pandan bahan
bahan
baku
dapat
terpenuhi setiap saat.
dasar untuk membuat tas,
sandal dan dompet.
Gambar d. Salah satu anggota kelompok
4.1.2 Produk (Karya Utama)
menjahit produk sandal.
Perbaikan dan peningkatan produksi
Gambar e. Mesin pengering daun pandan
tikar dari daun pandan sangat diharapkan
(oven)
dari program IbM Kelompuk Pengerajin
Gambar f. Daun pandan dalam oven
Daun Pandan. Selain memproduksi tikar
pengeringan
yang sudah diciptakan oleh kelompok
c. Pelatihan pengeringan daun pandan
pengerajin, Dengan ada mesin pengering
dengan oven (mesin pengering).
Untuk
mengatasi
daun pandan untuk bahan baku daun pandan
Rendahnya
kering sudah tidak masalah lagi, sehingga
kapasitas produk anggota, yaitu
jika ada bahan baku berlebih kelompok
rata-rata hanya 2 buah tikar single
dapat memproduksi Sandal lantai (hotel),
(biasa) dan 1 buah tikar double,
tas, dan dompet yang sudah diberikan
karena penyiapan bahan baku daun
pelatihan selama 10 hari oleh instruktur
pandan hanya
dilakukan pada
yang didatangkan oleh tim IbM dari Danas
musim kemarau, sementara pada
Koperasi Perdagangan dan Perindustrian
126
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
Kabupaten Buleleng. Manajemen Produksi
khususnya
yang handal, regulasi kelompok yang baik,
Pandan dan Kelompok Pengerajin Amertha
pemasaran yang luas sangat diharapkan
Pandan.
sehingga pengabdian yang dilaksanakan
Produk Prgram IbM Kelompok Pengerajin
mampu memberikan kontribusi kepada
Daun Pandan tersaji pada tabel berikut:
masyarakat,
sehingga
peningkatan perekonomian
No
kelompok
pengerajin
membantu
Tabel 1. Produk IbM Kelompok
masyarakat
Pengerajin Daun Pandan
Produk
Sari
Keterangan
Proses pembuatan tikar,
1
dari pandan dihilangkan
durinya,
digulung
kemudian dimasukan ke
dalam mesin pengering,
selama 4 jam, kemudian
dianyam dan menjadi
produk tikar
127
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
2
Produk sandal dan tas
yang
dihasilkan
kelompok
3
Produk
Anggaran
Dasar dn Anggaran
Rumah
Tangga
Kelompok Pengerajin
Sari
Pandan
dan
Amertha Pandan
V.
SIMPULAN
3.
Dari hasil realisasi program Ipteks
mesin juga dapat disewakan secara
dan
komersil untuk penganyam pribadi.
pencapaian
produk
(Karya
Utama) selama pelaksanaa program
1.
4.
Adanya
Anggaran
Dasar
dan
IbM dapat dikemukakan bberapa
Anggaran Rumah tangga sehingga
simpulan sebagai berikut :
kelompok bekerja sesuai dengan
Dapat berproduksi maksimal yaitu
aturan tersebut.
dari 2 tikar single perhari menjadi 5
2.
Selain untuk kepentingan kelompok
5.
Dapat memproduksi produk baru
tikar single perhari atau 1 tikar dobel
untuk
menjadi 2 tikar dobel perhari.
produk.
Dengan
pengering
adanya
daun
bantuan
pandan,
msin
6.
menambah
diversifikasi
Pengetahuan kelompok di dalam
proses
menghitung harga pokok produksi
pengeringandapat dilakukan setiap
sehingga dapat menentukan harga
saat.
pokok produk.
128
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
VI.
SARAN
Adapun
menyisihkan
saran
yang
dapat
diharapkan
terus
biaya
penyusutaan
peralatan.
disampaikan adalah :
1.
2.
3.
Kelompok
VII.
DAMPAK DAN MANFAAT
berinovasi untuk menciptakan produk
Dampak program IbM Kelompok
baru
dapat
Pengerajin Daun Pandan ditinjau
mememnuhi kebutuhan konsumen
dari sisi efisiensi efektifitas produk,
sehingga meningkatkan pendapatn
manajmeen produksi dan Fakultas
rumah tangga.
Ekonomi Unipas. Pemberdayaan
Dengan adanya penyuluhan tentang
usaha kelompok pengerajin daun
manajemen
pandan
yang
berkualitas,
produksi
dan
dalam
meningkatkan
administrasi, hendaknya kelompok
kuantitas, kualitas dan efisiensi
dapat mengimplementasikan dalam
produksi
kegiatan usahanya.
kemampuan kelompok dalam usaha
serta
meningkatkan
Kelompok hendaknya menetapkan
standar produksi (pengupahan) serta
sangat dirasakan oleh kelompok.
Horne,Van,James
C,
John
M.
Wachowicz,Jr.1997. Prinsip-Prinsip
Manajemen
Keuangan
.
Edisi
Sembilan. Salemba Empat Jakarta.
Pelibatan anggota pada kelompok
dalam proses pembelajaran dalam
penerapan Ipteks pengerajin daun
pandan, manajjemen kelompok dan
Ismanto Novi Fajar, 2009. Jurnal Strategi
Pengembangan Usaha Budidaya Lele
di Daerah Parung Kabupaten Bogor.
penyempurnaan sintem pemasaran
ddengan
segala
pendekatan
Kementrian UKM dan Koperasi, 2008.
Laporan Penelitian Decision Support
System Kelayakan Ekonomi dan
Financial UKM. Jakarta.
sehingga kegiatan –kegitan yang
telah ada dan ditambah dengan
pelatihan-
pelatihan
menambah
wawasan dari anggota kelompok
Litabmas,
Dikti.2013.
Panduan
Pelaksanaan
Penelitian
dan
Pengabdian Kepada Masyarakat di
Perguruan Tinggi Edisi IX. Litabmas
Dikti, Kemendiknas. Jakarta
kerja Sari Pandan dan Amertha
Pandan.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Kalengka Nobertus & Edi Trihartono.
Kerajinan Daun Pandan. Penerbit
Arcita.
Frensidy
Budy,
2008.
Financial
Mathematics. Salemba Empat. Jakarta
129
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
Keown J. Arthur, et al. 2001. Dasar-Dasar
Manajemen . Edisi 7, Salemba Empat.
Jakarta.
Kememperindag. Diklat Pengembangan
Kerajinan Daun Pandan. Tanggal 18-23
Maret 2013. Jakarta.
Rangkuti Freddy, 2006. Business Plan,
Teknik Pembuatan Perencanaan Bisnis
Dan Analisis Kasus. P.T. Gramedia
Pustaka Utama.
130
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
Peningkatan Kompetensi Guru SD melalui Pendampingan Pembelajaran
berbasis Lesson Study di Gugus I dan II Kecamatan Sukasada
I Gede Margunayasa1, I Made Citra Wibawa 2, I Made Suarjana3
1,2,3
Jurusan PGSD Fakultas Ilmu Pendidikan UNDIKSHA
[email protected]
ABSTRACT
The aimed of learning assistance implemented through lesson study was to improve the competence of teachers
in cluster I and II District of Sukasada. The assistance in Cluster I and II Sukasada District conducted starting
in June 2016 to August 2016. The activities carried out include with seminars of socialization lesson study,
workshop about typing Microsoft Word and PowerPoint, workshop about classroom action research, a
workshop about the development of learning tools, mentoring about implementation of lesson study through
planning activities (plan), implementation (do), and reflection (see). Participants of the activities are 32
peoples consisted of 29 teachers from primary schools in Cluster I and II Sukasada District and 3 students of
PGSD department who are taking courses in the thesis. The team accompanying lesson study activities in
Cluster I and II District of Sukasada were 3 people who came from the PGSD Department of the Faculty of
Education Undiksha. Through the activities of lesson study was to resolve the problems experienced by
teachers in cluster I and II Sukasada District. Implementation of lesson study got a very good response from
participants because they thought the activities such as lesson study can add knowledge and experience as a
teacher, can find out the deficiencies of teaching, increase knowledge in carrying out the teaching and learning
activities, teachers have know friends from other schools, and they are very willing, expecting, and preparing
to join again, especially for the implementation of the curriculum in 2013.
Keywords: competence, learning, lesson study
ABSTRAK
Tujuan dilaksananakan pendampingan pembelajaran berbasis lesson study adalah untuk meningkatkan
kompetensi guru SD di Gugus I dan II Kecamatan Sukasada. Pendampingan di Gugus I dan II Kecamatan
Sukasada dilakukan mulai bulan Juni 2016 sampai dengan bulan Agustus 2016. Kegiatan ini merupakan
kegiatan pengabdian kepada masyarakat jenis IbM yang dibiayai dari DIKTI. Kegiatan yang dilaksanakan
meliputi seminar sosialisasi lesson study, workshop pengetikan microsoft word dan powerpoint, workshop
penelitian tindakan kelas (PTK), workshop mengenai penyusunan perangkat pembelajaran, pendampingan
pelaksanaan lesson study melalui kegiatan perencanaan (plan), pelaksanaan (do), dan refleksi (see). Peserta
kegiatan berjumlah 32 orang terdiri dari 29 orang guru yang berasal dari SD di Gugus I dan II Kecamatan
Sukasada dan 3 orang mahasiswa PGSD yang sedang mengambil mata kuliah skripsi. Tim yang mendampingi
kegiatan lesson study di Gugus I dan II Kecamatan Sukasada berjumlah 3 orang yang berasal dari Jurusan
PGSD Fakultas Ilmu Pendidikan Undiksha. Melalui kegiatan lesson study, masalah pembelajaran yang dialami
oleh guru-guru di Gugus I dan II Kecamatan Sukasada dapat diatasi. Pelaksanaan lesson study mendapat
sambutan yang sangat baik dari peserta karena menurut mereka kegiatan seperti lesson study dapat menambah
wawasan dan pengalaman sebagai guru, dapat mengetahui kekurangan-kekurangan dalam mengajar,
menambah ilmu dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar, lebih mengenal teman guru dari sekolah lain,
dan mereka sangat bersedia, mengharapkan, dan siap didampingi lagi, terutama untuk pelaksanaan kurikulum
2013.
Kata kunci: kompetensi, pembelajaran, lesson study
PENDAHULUAN
Salah
satu
wadah
dalam
pengembangkan kompetensi guru SD
139
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
adalah melalui kegiatan kelompok kerja
guru (KKG). KKG merupakan salah satu
wadah pengembangan profesi guru dalam
meningkatkan dan mengembangkan
kualifikasi akademik serta kompetensi
secara berkelanjutan. Anggota KKG
adalah guru-guru kelas di sekolah dasar
(SD) yang berkumpul dalam satu gugus.
Sebagai contoh, KKG Gugus I dan Gugus
II Kecamatan Sukasada. KKG di kedua
Gugus tersebut memiliki jumlah anggota
yang berbeda-beda, tergantung pada
jumlah guru kelas yang ada pada tiap
sekolah.
Untuk mendapatkan informasi
mengenai peran KKG dalam membina
empat kompetensi guru, maka dilakukan
wawancara dengan salah satu orang guru
dari kedua gugus tersebut. Menurut Ibu Ni
Komang Muliasih, S.Pd.SD, KKG di
gugus I mengadakan kegiatan KKG setiap
seminggu
sekali.
Kegiatan
yang
dilakukan,
diantaranya
penyusunan
silabus dan RPP di awal semester untuk
setiap mata pelajaran berdasarkan
kurikulum yang berlaku. Disamping itu,
para guru juga menerima pengarahan dari
pengawas atau guru calon pengawas atau
terkadang dari koordinator pengawas
tentang
penyusunan
RPP
yang
berkarakter, pengelolaan pembelajaran,
penyusunan instrumen evaluasi, ataupun
penulisan karya ilmiah. Akan tetapi,
pengarahan-pengarahan tersebut masih
bersifat teoritis, umum, dan tanpa diikuti
dengan kegiatan evaluasi setelah kegiatan
berakhir.
Para
guru
menyatakan
ketidakpuasannya
karena
yang
dibutuhkan adalah contoh langsung,
bukan sekedar teori, apalagi tanpa
evaluasi. Jika pun pembicaranya adalah
dosen, kegiatannya dilaksanakan dalam
satu kecamatan sehingga para guru
merasakan tidak mendapatkan apa-apa
karena tidak ada kesempatan untuk
mendapat bimbingan secara detail.
Kekurangan lain yang diungkapkan oleh
nara
sumber
adalah
pembinaan
kompetensi personal dan sosial para guru
belum pernah disinggung setiap ada
kegiatan KKG.
Hal senada juga diungkapkan oleh
Bapak I Nyoman Dana, S.Pd.SD, para
guru membutuhkan bimbingan secara
intensif oleh para ahli di bidang
pendidikan. Mereka menyatakan bahwa
pembicara yang biasa memberikan
pengarahan dalam kegiatan KKG belum
begitu memberikan jawaban yang
memuaskan pertanyaan-pertanyaan para
guru. Tidak hanya itu, dalam kegiatan
KKG pembekalan tentang konten materi
pelajaran tidak pernah diberikan, terutama
mata pelajaran Matematika, IPS, IPA,
Bahasa Indonesia, dan PKn, maupun
pembelajaran yang sesuai dengan mata
pelajaran
tersebut.
Akibatnya,
pemahaman guru mengenai materi
pelajaran masih kurang. Ini juga
diakibatkan oleh karena guru hanya
mengandalkan materi yang ada pada buku
pelajaran, dan tidak ada kreativitas guru
untuk mencari materi pelajaran dari
sumber lain.
Dalam kegiatan KKG, tidak pernah
dibahas juga mengenai metode dan
model-model pembelajaran inovatif yang
bisa diterapkan oleh guru-guru di kelas.
Ini diperparah lagi dengan kondisi bahwa
guru-guru tidak memiliki buku sumber
berkaitan dengan metode, strategi, dan
model-model pembelajaran yang inovatif.
Hal ini menyebabkan guru-guru di Gugus
I dan II lebih senang menggunakan
pembelajaran konvensional (sekitar 98%
guru). Apalagi media di sekolah hanya
tersedia
sedikit
sekali
sehingga
menyebabkan para guru tidak termotivasi
141
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
untuk mengelola pembelajaran menjadi
lebih
inovatif.
Berkaitan
dengan
penelitian tindakan kelas (PTK), tidak satu
pun guru di gugus tersebut yang mampu
menghasilkan sebuah penelitian beserta
laporannya, karena tidak tahu bagaimana
harus merencanakan, melaksanakan, dan
melaporkannya. Salah satu akibatnya
adalah para guru kesulitan mengikuti
kenaikan pangkat yang disebabkan tidak
memiliki karya ilmiah. Masalah lain yang
diungkapkan adalah guru belum pernah
dilatih untuk mengoperasikan komputer
dalam
kegiatan
KKG.
Hal
ini
menyebabkan guru selalu meminta
pegawai
untuk
menyelesaikan
administrasi guru. Dampak lebih lanjut
adalah guru merasa takut dan asing
dengan benda tersebut (Hasil wawancara,
Februari 2015).
Menurut kepala UPP Kecamatan
Sukasada, keberadaan KKG belum
memberikan kontribusi yang signifikan
terhadap peningkatan kompetensi guru.
Berdasarkan hasil tanya jawab dengan
narasumber, berbagai kendala yang
dihadapi oleh guru, kepala sekolah, dan
pengawas saat ini dalam usaha
menciptakan KKG yang aktif dan efektif,
yaitu: 1) manajemen kelompok kerja
masih perlu ditingkatkan kualitasnya
dalam upaya optimalisasi pembinaan
kegiatan KKG, 2) program-program
kegiatan KKG masih kurang sesuai
dengan
kebutuhan
pengembangan
profesionalitas guru, 3) kurangnya
pembinaan dari pihak akademisi karena
letak wilayahnya lumayan jauh dari
Undiksha (± 30 Km). Pihaknya mengakui
jika meminta bantuan pelatihan dari
akademisi-akademisi Undiksha ke tingkat
Kabupaten, baik masalah menghubungkan
dengan pihak lembaga tersebut maupun
pendanaan, jalur pengusulan kegiatan
tersebut sangat rumit, dan 4) pola pikir
guru yang tidak mau berubah membuat
para guru tidak mampu berprestasi
sekaligus
mengembangkan
kompetensinya.
Harapan
yang
disampaikan
narasumber
berkaitan
dengan kompleksnya masalah guru di
Gugus I dan II Kecamatan Sukasada
adalah adanya peran serta pihak lembaga
pendidikan tinggi, terutama yang
berkaitan dengan pendidikan SD, untuk
ikut
membantu
mengembangkan
kompetensi guru di wilayahnya.
METODE
Dalam upaya mengatasi kesulitan
yang dialami KKG Gugus I dan II
Kecamatan Sukasada, solusi yang
ditawarkan
adalah
melaksanakan
beberapa program pembinaan terhadap 4
kompetensi guru dan penyadaran pola
pikir guru dalam melaksanakan tugasnya.
Solusi tersebut dapat terlaksana dengan
menerapkan lesson study. Adapun
langkah-langkah pelaksanaan program
adalah: 1) melakukan seminar tentang
penyadaran pola pikir guru, active
learning, dan lesson study, 2) workshop
pembinaan
kompetensi guru dan
pelaksanaan
lesson
study,
(3)
pendampingan lesson study di sekolah,
dan (4) seminar diseminasi hasil lesson
study. Workshop tentang pembinaan
kompetensi guru terdiri dari 3 kegiatan
yaitu workshop tentang pengetikan word
dan powerpoint, workshop pembuatan
PTK, dan wokshop tentang perangkat
pembelajaran.
HASIL
Kegiatan
Pengabdian
kepada
Masyarakat dengan judul IbM KKG
berbasis Lesson Study di Gugus I & II
Kecamatan Sukasada sampai pada bulan
142
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
Oktober 2016 telah dilaksanakan dengan
baik. Kegiatan-kegiatan yang telah
terlaksana adalah seminar active learning
dan Lesson Study, workshop pengetikan
word
dan
powerpoint,
workshop
penyusunan PTK, workshop penyusunan
perangkat
pembelajaran
sebagai
perwujudan tahap plan lesson study,
kegiatan pendampingan lesson study
(plan-do-see) di 2 sekolah (SDN 1 Gitgit
dan SDN 2 Tegallinggah), dan kegiatan
seminar hasil kegiatan lesson study dan
artikel.
Pada tahap awal pelaksanaan
program, telah dilaksanakan kegiatan
berupa perancangan kegiatan seminar dan
workshop,
penyiapan
narasumber,
sosialisasi dan koordinasi dengan ketua
UPP Kecamatan Sukasada, sosialisasi dan
koordinasi dengan ketua Gugus I dan II
Kecamatan Sukasada, penentuan jadwal
kegiatan bersama mitra, penyiapan bahan
seminar dan workshop, dan penyiapan
lokasi serta sarana prasarana kegiatan.
Kegiatan persiapan dilaksanakan dari
tanggal 6 Juni hingga tanggal 14 Juni
2016, yang juga melibatkan peran serta
aktif mitra untuk menentukan skala
prioritas program yang dilaksanakan dan
waktu pelaksanaan.
Setelah
tahap
persiapan,
dilaksanakan kegiatan seminar dan
workshop sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan. Kegiatan dilaksanakan di
SDN 1 Gitgit. Seminar active learning
dilaksanakan
untuk
memberikan
penyegaran materi mengenai modelmodel atau metode pembelajaran yang
dapat membuat siswa menjadi aktif secara
bertindak dan aktif berpikir. Narasumber
yang diundang sebagai penyaji pada
seminar ini adalah Putu Nanci Riastini,
S.Pd.,M.Pd. Kegiatan seminar dilakukan
pada tanggal 15 Juni 2016. Selanjutnya,
pada hari yang sama, diberikan sosialisai
tentang hakikat dan pelaksanaan lesson
study. Narasumber yang pada kegiatan
sosialisasi ini adalah I Gede Margunayasa,
S.Pd.,M.Pd. sekaligus sebagai ketua tim
pelaksana. Beliau dipilih karena telah
mengikuti pelatihan dan melaksanakan
lesson study di beberapa sekolah dan di
kampus sehingga diharapkan mitra
mendapatkan banyak pengetahuan tentang
lesson study. Seminar dilakukan dengan
metode ceramah dan diskusi interaktif
antara narasumber mitra. Seminar hari
pertama diikuti oleh Ketua UPP, para
pengawas di Kecamatan Sukasada, para
ketua Gugus I dan II Sukasada, guru-guru
peserta kegiatan, dan 3 orang mahasiswa.
Dalam
pelaksanaannya,
antusiasme
peserta tergolong tinggi dilihat dari
partisipasi mereka dalam diskusi
interaktif. Dalam pelaksanaan seminar ini
tidak ditemukan kendala yang berarti.
Kegiatan kedua adalah workshop
pengetikan word dan powerpoint, yang
dilaksanakan pada tanggal 20 Juni 2016 di
SDN 1 Gitgit. Peserta kegiatan berjumlah
32 orang. Narasumber dalam kegiatan ini
adalah Bapak I Made Citra Wibawa,
S.Pd.,M.Pd, yang juga merupakan
anggota tim kegiatan IbM. Beliau dipilih
karena berpengalaman mengajar mata
kuliah Dasar-dasar TIK di Jurusan PGSD.
Hal-hal yang dilatihkan adalah pengetikan
word dan powerpoint. Kegiatan ini
bertujuan untuk membekali mitra
kemampuan pengetikan dalam kaitannya
dengan penyusunan PTK, RPP, maupun
bahan presentasi lainnya. Respon mitra
terhadap kegiatan pelatihan sangat baik
dan mereka sangat antusias mencoba
menggunakan Microsoft Word dan
Powerpoint. Kendala dalam kegiatan ini
adalah workshop berjalan lambat karena
keterampilan menggunakan laptop setiap
143
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
peserta beragam dan belum begitu bisa
menggunakannya. Tetapi hal itu dapat
segera diatas karena mahasiswa yang ikut
sebagai peserta diminta mendampingi
guru-guru peserta pelatihan.
Kegiatan ketiga adalah Workshop
Penyusunan PTK yang dilaksanakan pada
tanggal 21 Juni 2016 di SDN 1 Gitgit.
Peserta kegiatan berjumlah 32 orang.
Narasumber dalam kegiatan ini adalah
Bapak Drs. I Made Suarjana, M.Pd, yang
juga merupakan anggota kegiatan IbM.
Hal yang dilatihkan adalah penyusunan
PTK sesuai permasalahan yang dihadapi
guru-guru. Kegiatan ini bertujuan untuk
membekali mitra kemampuan menyusun
PTK. Respon mitra terhadap kegiatan
pelatihan sangat baik. Mereka antusias
menyusun peta masalah dan penyelesaian
yang dilakukan sehingga masing-masing
mitra menghasilkan satu judul PTK.
Namun, hanya 10 judul PTK nanti yang
akan diberikan bantuan dana penyusunan
PTK.
Kegiatan keempat adalah Workshop
Perangkat
Pembelajaran
yang
dilaksanakan selama dua hari, yaitu pada
tanggal 22 dan 23 Juni 2016 di SDN 1
Gitgit. Peserta kegiatan berjumlah 32
orang. Narasumber dalam kegiatan ini
adalah I Gede Margunayasa, S.Pd, M.Pd.
dan I Made Citra Wibawa, S.Pd.,M.Pd.
Kegiatan ini berupa penguatan kurikulum
2013 dan workshop teknik-teknik
menyusun RPP sesuai kurikulum 2013.
Kegiatan ini bertujuan untuk membekali
mitra kemampuan menyusun RPP
kurikulum 2013, karena SDN 1 Gitgit
sebagai sekolah inti di Gugus II dan SDN
1 Pancasari sebagai sekolah di Gugus I
Kecamatan Sukasada pada tahun pelajaran
2016/2017 melaksanakan Kurikulum
2013. Respon mitra terhadap kegiatan
pelatihan sangat baik. Mereka antusias
berpartisipasi dalam diskusi interaktif
mengenai penyusunan RPP.
Kegiatan
kelima
adalah
Pendampingan Plan dari Lesson Study,
untuk menyusun perangkat pembelajaran
pada 27 Juni 2016. Kegiatan ini kelanjutan
dari tanggal 22 dan 23 Juni 2016. Kegiatan
plan diikuti oleh 32 peserta. Kegiatan plan
dilaksanakan di SDN 1 Gitgit. Peserta
dibagi menjadi beberapa kelompok,
masing-masing kelompok didampingi
oleh satu orang pendamping. Setiap
kelompok melakukan diskusi untuk
mengidentifikasi kesulitan belajar siswa,
materi yang ajar yang diajarkan, strategi
atau
metode
pembelajaran
yang
digunakan pada saat pelaksanaan (do)
lesson study. Adapun model/metode yang
digunakan dalam mengajar adalah model
pembelajaran kooperatif dan metode
diskusi kelompok.
Beberapa
komentar
peserta
mengenai kegiatan plan, yaitu: bahwa
kegiatan plan sangat bermanfaat, karena
dapat menyusun perangkat pembelajaran
bersama-sama sehingga dapat saling tukar
pendapat. Melalui kegiatan plan, dapat
menambah wawasan mengenai pemilihan
strategi dan metode pembelajaran yang
tepat. Melatih sikap saling menghargai
dan menghormati pendapat orang lain.
Kegiatan ini juga sebagai upaya untuk
menghasilkan pembelajaran yang terbaik,
menyenangkan, dan efekif.
Setelah kegiatan plan, kegiatan
keenam adalah pelaksanaan Do and See
lesson study di SDN 1 Gitgit dilaksanakan
pada tanggal 13 dan 14 Juli 2016. Guru
modelnya adalah Luh Ade Sri Lestari,
S.Pd. Pada tahapan ini siklus lesson study
yang diterapkan adalah do (pelaksanaan)
dan see (refleksi), sedangkan tahapan plan
(merencanakan) sudah dilaksanakan pada
kegiatan
workshop
sebelumnya.
144
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
Pengamat (observer) yang hadir adalah
guru-guru peserta kegiatan dari sekolah
yang berada di desa Gitgit dan
Pegayaman. Tahapan ini dimulai dengan
pelaksanaan
pembelajaran
berbasis
kurikulum 2013 yang disampaikan guru
model dan pengamatan yang dilakukan
oleh observer. Setelah itu, dilakukan
kegiatan refleksi (see) yang dipandu oleh
seorang moderator.
Berdasarkan
hasil
kegiatan
pelaksanaan (do) kemudian dilakukan
refleksi (see) dan diperoleh bahwa: 1)
guru model memilih model pembelajaran
kooperatif
dalam
pelaksanaan
pembelajaran karena pada kemampuan
anak yang sangat beragam sehingga akan
terjadi tutor sebaya, 2) dari observer
mengatakan bahwa pembelajarannya
bagus, tetapi masih ada beberapa siswa
kurang aktif (nomor 8 dan 12), 3)
kreatifitas guru membuat media sangat
bagus, 4) guru sangat energik mengajar
sehingga semua siswa memperoleh
perhatian, 5) guru model mengajar dengan
luar biasa, 6) guru memberikan reward,
itu bagus sekali, meningkatkan motivasi
belajar siswa, dan 7) saran kepada guru
model, untuk memberikan kesempatan
bagi siswa yang tidak angkat tangan.
Selanjutnya,
kegiatan
ketujuh
adalah
pendampingan
pelaksanaan
pembelajaran kurikulum 2013 dengan
pola lesson study dilaksanakan di SDN 3
Tegallinggah. Pada tahapan ini siklus
lesson study yang diterapkan adalah do
(pelaksanaan)
dan
see
(refleksi),
sedangkan tahapan plan (merencanakan)
sudah dilaksanakan pada kegiatan
workshop sebelumnya. Tahapan do and
see di SDN 3 Tegallingah dilaksanakan
pada tanggal 15 Juli 2016 dengan guru
model bapak Gede Suardana, S.Pd.SD.
Sedangkan pengamat (observer) adalah
guru-guru peserta kegiatan dari sekolah
yang berada di desa Pancasari, Wanagiri,
dan Tegallinggah. Tahapan ini dimulai
dengan
pelaksanaan
pembelajaran
berbasis
kurikulum
2013
yang
disampaikan guru model dan pengamatan
yang dilakukan oleh observer. Setelah itu,
dilakukan kegiatan refleksi (see) yang
dipandu oleh seorang moderator.
Kegiatan kedelapan adalah Seminar
Hasil Kegiatan Lesson Study dan Artikel
Ilmiah yang dilaksanakan pada tanggal 23
Juli 2016 di SDN 1 Gitgit. Peserta yang
hadir berjumlah 60 orang, meliputi
pengawas SD di Kecamatan Sukasada,
guru yang mewakili tiap sekolah di
Kecamatan Sukasada, dan mahasiswa.
Narasumber dalam kegiatan ini adalah
Bapak I Gede Margunayasa, S.Pd.,M.Pd,
yang juga merupakan ketua kegiatan IbM.
Tujuan kegiatan seminar hasil lesson
study KKG di Gugus I dan II Kecamatan
Sukasada adalah untuk menginformasikan
dan menyebarluaskan hasil kegiatan
lesson study dan hasil kegiatan lainnya
yang telah dilakukan kepada khalayak
luas, sehingga masyarakat luas terutama
guru-guru di Kecamatan Sukasada
memperoleh informasi berkaitan dengan
kegiatan lesson study, kemudian dapat
mengibaskan ke rekan guru lainnya
sesama sekolah maupun dari sekolah yang
lain. Sehingga guru-guru khususnya di
Kecamatan Sukasada dapat mengetahui
dan melaksanakannnya demi keberhasilan
pendidikan di Kecamatan sukasada pada
khususnya, dan pendidikan di Bali pada
umumnya. Peserta sangat antosias
mengikuti kegiatan, ini terlihat dari
jumlah peserta yang hadir. Peserta juga
menyampaikan bahwa kegiatan yang
dilakukan dari awal sangat bagus dan
memberikan pengetahuan yang sangat
145
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
berarti mengenai pelaksanaan lesson
study.
”Lesson study adalah suatu model
pembinaan profesi pendidik melalui
pengkajian
pembelajaran
secara
kolaboratif
dan
berkelanjutan
berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas
dan mutual learning untuk membangun
learning
community”
(Rusman,
2010:384). Apabila dicermati definisi
Lesson Study maka ditemukan 7 kata
kunci yaitu pembinaan profesi, pengkajian
pembelajaran, kolaboratif, berkelanjutan,
kolegialitas, mutual learning, dan
komunitas belajar. Lesson Study bertujuan
untuk melakukan pembinaan profesi
pendidik secara berkelanjutan agar terjadi
peningkatan profesionalitas pendidik terus
menerus yang tercermin dari peningkatan
mutu pembelajaran. Styler dan Hiebert
(dalam Susilo dkk, 2009:3) mengatakan
bahwa Lesson study adalah suatu proses
kolaboratif pada sekelompok guru ketika
mengidentifikasi masalah pembelajaran,
merancang suatu skenario pembelajaran
(yang meliputi kegiatan mencari buku dan
artikel mengenai topik yang akan
diajarkan), membelajarkan peserta didik
sesuai skenario (salah seorang guru
melaksanakan pembelajaran sementara
yang lain mengamati), mengevaluasi dan
merevisi
skenario
pembelajaran,
membelajarkan
lagi
skenario
pembelajaran yang telah direvisi,
mengevaluasi lagi pembelajaran dan
membagikan hasilnya dengan guru-guru
lain (mendiseminasikannya).
Lesson study merupakan model
pembinaan
profesi
guru
dalam
pelaksanaannya terdiri dari beberapa
tahap yang harus dilakukan. Lesson Study
dilaksanakan dalam tiga tahapan, yaitu
Plan
(merencanakan),
Do
(melaksanakan), dan See (merefleksi)
yang berkelanjutan dan tak pernah
berakhir (continous improvement). Tahap
perencanaan (Plan) bertujuan untuk
merancang pembelajaran yang dapat
mendorong siswa belajar dalam suasana
menyenangkan sehingga tujuan yang
diinginkan dapat dicapai secara efektif
melalui aktivitas belajar secara aktif dan
kreatif. Tahapan pelaksanaan (Do)
pembelajaran
untuk
menerapkan
rancangan pembelajaran yang telah
dirumuskan bersama. Sedangkan langkah
refleksi
(See)
bertujutuan
untuk
melakukan refleksi dan evaluasi terhadap
pembelajaran yang telah dirancang dan
yang telah dilaksanakan.
Ada 8 (delapan) peluang yang dapat
diperoleh oleh guru apabila melaksanakan
lesson study secara berkesinambungan.
Ke-8 peluang tersebut sangat erat
kaitannya
dengan
pengembangan
profesionalisme guru. Menurut Lewis
(dalam Santyasa, 2009), peluang-peluang
tersebut adalah (1) memikirkan dengan
cermat mengenai tujuan pembelajaran,
materi pokok, dan bidang studi, (2)
mengkaji
dan
mengembangkan
pembelajaran yang terbaik yang dapat
dikembangkan,
(3)
memperdalam
pengetahuan mengenai materi pokok yang
diajarkan, (4) memikirkan secara
mendalam tujuan jangka panjang yang
akan dicapai yang berkaitan dengan siswa,
(5) merancang pembelajaran secara
kolaboratif, (6) mengkaji secara cermat
cara dan proses belajar serta tingkah laku
siswa, (7) mengembangkan pengetahuan
pedagogis yang kuat penuh daya, dan (8)
melihat hasil pembelajaran sendiri melalui
mata siswa dan kolega.
Adapun manfaat yang diperoleh dari
kegiatan lesson study adalah:
1)
meningkatnya pengetahuan guru tentang
materi ajar dan pembelajarannya, 2)
146
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
meningkatnya pengetahuan guru tentang
cara mengobservasi aktifitas belajar
siswa,
3)
menguatnya
hubungan
kolegalitas baik antar guru maupun
dengan observer lain selain guru, 4)
menguatnya hubungan antara pelaksanaan
pembelajaran sehari-hari dengan tujuan
pembelajaran jangka
panjang, 5)
meningkatnya motivasi guru untuk
senantiasa berkembang, 6) meningkatnya
kualitas rencana pembelajaran termasuk
komponen-komponennya seperti bahan
ajar, teaching materials(hands on) dan
strategi
pembelajaran
(Rusman,
2010:394).
Manfaat lain dari lesson study
adalah: 1) menciptakan suasana keakraban
dan kekeluargaan antar sesama guru, 2)
memberi peluang bagi guru untuk
memecahkan masalah dan menciptakan
solusinya secara bersama-sama serta
saling bertukar pengalaman, 3) guru dapat
membuat perencanaan pembelajaran
secara bersama-sama dan mempraktekan
hasil kerjanya, 4) membuat guru menjadi
lebih profesional dalam mengajar
sehingga menciptakan suasana belajar
yang kondusif bagi siswa sebagai tujuan
menelurkan siswa-siswa terbaik demi
masa depan Indonesia (Anggara & Umi,
2012).
bagi pelaksanaan program, terlihat dari
partisipasi peserta selama mengikuti
kegiatan seminar active learning dan
lesson study, workshop pengetikan word
dan powerpoint, workshop PTK,
workshop
perangkat
pembelajaran,
pendampingan plan-do-see di 2 sekolah
mitra, dan seminar hasil kegiatan sangat
antusias dan semua kegiatan dapat
berjalan dengan baik. 2) Terjadinya
peningkatan kompetensi guru, melalui
kegiatan
seminar
dan
workshop
pengembangan
kompetensi,
pendampingan pelaksanaan lesson study
dan penyusunan PTK. 3) Pelaksanaan
program mampu menghasilkan luaranluaran yang diharapkan oleh program
pengabdian kepada masyarakat ini,
diantaranya perangkat pembelajaran,
PTK, video pembelajaran, skripsi, dan
artikel.
PENUTUP
Kesimpulan yang dapat diperoleh
dari pelaksanaan program pengabdian
kepada masyarakat “IbM KKG berbasis
Lesson Study di Gugus I & II Kecamatan
Sukasada” pada kelompok KKG di Gugus
I dan II Kecamatan Sukasada yang
meliputi Desa Pancasari, Wanagiri,
Tegallinggah, Gitgit, dan Pegayaman,
adalah: 1) Tingkat partisipasi yang tinggi
dari mitra program pengabdian kepada
masyarakat memberikan dampak positif
Arum, Wahyu Sri Ambar. 2007. Upaya
meningkatkan
profesionalisme
guru
berlandaskan
ilmu
pendidikan dalam mencerdaskan
kehidupan
bangsa.
Jurnal
Perspektif Ilmu Pendidikan. Vol.
16 Th VIII. Oktober 2007.
DAFTAR RUJUKAN
Anggara dan Umi Chotimah Rian. 2012.
Penerapan Lesson Study Berbasis
Musyawarah Guru Mata Pelajaran
(MGMP) Terhadap Peningkatan
Kompetensi Profesional Guru Pkn
SMP Se-Kabupaten Ogan Ilir .
Jurnal Forum Sosial, Vol. V, No.
02, September 2012.
Hendayana, dkk. 2007. Lesson study suatu
strategi untuk meningkatkan
keprofesionalan
pendidik
147
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
(Pengalaman IMSTEP-JICA). UPI
Press. Bandung.
Rusman.
2010.
Model-Model
Pembelajaran Mengembangkan
Profesionalisme Guru. Bandung:
Raja Grafindo Persada.
Santyasa, I W. 2009. Implementasi lesson
study
dalam
pembelajaran.
Makalah.
Disajikan dalam
”Seminar Implementasi Lesson
Study dalam Pembelajaran bagi
Guru-Guru TK, Sekolah Dasar,
dan Sekolah Menengah Pertama di
Kecamatan Nusa Penida, Tanggal
24 Januari 2009, di Nusa Penida.
Susilo, H. 2006. Apa dan Mengapa Lesson
Study Perlu Dilakukan untuk
Meningkatkan
Profesionalisme
Guru dan Dosen MIPA. Makalah.
Disajikan
dalam
Seminar
Peningkatan
Profesionalisme
Guru dan Dosen MIPA melalui
Lesson Study, di Singaraja, 25
November 2006.
Susilo, dkk. 2009. Lesson Study Berbasis
Sekolah Guru Konservatif Menuju
Guru
Inovatif.
Malang:
Bayumedia Publishing.
148
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
IbM PENGUSAHA PRODUK OLAHAN SINGKONG DI KABUPATEN
BULELENG-BALI
Ida Ayu Putu Hemy Ekayani1, Damiati 2, Ni Made Suriani 3
1,2,3
Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga,
Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja, Indonesia
[email protected] , [email protected], [email protected]
ABSTRACT
Service in the society aims to (1) assist partners in the process of production and packaging process cassava product
that meets the standards of hygiene and sanitation in Buleleng Bali, (2) document the cassava product produced and
obtained the production license (IRT), and (3) promoting cassava product that is produced in the form of Social Media
Promotion. Service activities originated by supporting and evaluating the process of production and packaging
process cassava product that is already running, entrepreneurs are directed to ideas and ideas to get the product
quality and rationalized technologically so it boils down to the appreciation of renewable technologies, the results of
ergonomics and applicable in utilizing the environment with regard the impact on the ecosystem, management, and
economical. This service activities consist of (1) observation, discussion and evaluation of the process of production
and packaging process cassava product as per the terms of hygiene and sanitation. (2) improvement of production
processes and packaging process cassava product that meets the requirements of hygiene and sanitation, (3)
promotion of products obtained through social media, and (4) assistance in the production process, packaging and
promotions are made on an ongoing basis so that the entrepreneur cassava can face the challenges of globalization.
This activity is necessary for the existence of innovative cuisine based on local resources can be developed, so as to
support the production of food made from local, and can achieve diversification.
Key words: refined products, cassava, innovative culinary
ABSTRAK
Pengabdian pada masyarakat ini bertujuan untuk (1) membantu mitra dalam proses produksi dan proses pengemasan
produk olahan singkong yang memenuhi standar hygiene dan sanitasi di Kabupaten Buleleng Propinsi Bali, (2)
mendokumentasikan produk olahan singkong yang dihasilkan dan memperoleh ijin produksi (IRT), dan (3)
mempromosikan produk olahan singkong yang dihasilkan dalam bentuk Promosi Media Sosial. Kegiatan pengabdian
ini berawal dengan mendukung dan mengevaluasi proses produksi dan proses pengemasan produk olahan singkong
yang sudah berjalan, pengusaha diarahkan untuk menuangkan ide dan gagasan agar produknya berkualitas dan
dirasionalisasikan secara teknologis sehingga bermuara apresiasi teknologi terbarukan, hasil ergonomis dan aplikatif
dalam memanfaatkan lingkungan sekitar dengan memperhatikan dampaknya terhadap ekosistem, manajemen, dan
ekonomis. Kegiatan pengabdian ini terdiri dari (1) observasi, diskusi dan evaluasi proses produksi dan proses
pengemasan produk olahan singkong sesuai syarat hygiene dan sanitasi. (2) perbaikan proses produksi dan proses
pengemasan produk olahan singkong yang memenuhi syarat hygiene dan sanitasi, (3) promosi produk yang dihasilkan
melalui media sosial, dan (4) pendampingan pada proses produksi, pengemasan dan promosi dilakukan secara
berkesinambungan agar pengusaha singkong dapat menghadapi tantangan globalisasi. Kegiatan ini sangat diperlukan
agar keberadaan kuliner inovatif berbasis sumber daya lokal dapat dikembangkan, sehingga dapat mendukung
produksi pangan berbahan lokal, serta dapat mencapai diversifikasi pangan.
Kata-kata kunci: produk olahan, singkong, kuliner inovatif
149
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
1. PENDAHULUAN
makanan modern yang artinya mengantikan
tepung terigu dengan bahan makanan lokal.
Inovasi teknologi terhadap produk pangan
lokal harus diupayakan dan terus dilakukan.
Inovasi teknologi terhadap pangan meliputi
aspek mutu, gizi dan aman dikonsumsi, serta
dapat memenuhi selera masyarakat yang
mengkonsumsinya.
Substitusi pangan merupakan upaya
penggantian sebagian atau keseluruhan dari
bahan makanan yang akan dibuat suatu
makanan atau minuman. Substitusi yang
dimaksud
dalam
pengabdian
pada
masyarakat ini, lebih pada penggunaan
bahan-bahan
makanan
lokal
untuk
menggantikan bahan makanan import seperti
tepung terigu. Walaupun upaya substitusi
pangan sudah dirintis sejak lama, namun
sampai saat ini upaya tersebut masih belum
berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
Produk
pangan
lokal
sumber
karbohidrat seperti jenis umbi-umbian
singkong di Indonesia sangat melimpah dan
memiliki potensi untuk dikembangkan
menjadi produk makanan. Namun pada
kenyataannya ketergantungan akan tepung
terigu masih tinggi di kalangan masyarakat
seiring meningkatnya tingkat konsumsi mi,
roti, cake, kue-kue kering dan makanan
lainnya secara signifikan, menjadikan upaya
substitusi bahan makanan lokal belum
menunjukkan keberhasilan.
Menurut Widjanarko (2006) punahnya
pengetahuan lokal (indigenous knowledge)
tentang pemanfaatan sumber daya hayati
yang terpinggirkan (marginalized resources),
menyebabkan hilangnya makanan setempat.
Hilangnya tradisi mengkonsumsi makanan
yang berasal dari sumber daya alam setempat
telah menyebabkan masyarakat bergantung
pada konsumsi gandum yang tidak dihasilkan
di Indonesia. Hal ini diperburuk lagi dengan
pergeseran pola makan perkotaan yang
menganggap makanan tradisional tidak lagi
cukup bergengsi untuk dikonsumsi. Jalan
tengah perlu dilakukan, dengan melakukan
substitusi tepung terigu pada produk
Bali merupakan pulau yang kaya akan
sumber daya alam, salah satunya Kabupaten
Buleleng yang terletak di bagian utara pulau Bali.
Kabupaten Buleleng, dari letak geografisnya
merupakan salah satu daerah yang potensial dan
memiliki letak strategis dalam alur perdagangan,
serta usaha perekonomian lainnya melalui
pelabuhan bongkar muat Celukan Bawang.
Kabupaten Buleleng di sebelah barat berbatasan
dengan Kabupaten Jembrana, di sebelah timur
berbatasan dengan Kabupaten Karangasem, dan
di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten
Tabanan. Potensi sumber daya alam Kabupaten
Buleleng dengan lahan pertanian dan perkebunan
yang luas dan subur, terbentang dari ujung timur
sampai barat.
Singkong merupakan produk tanaman
pangan jenis umbi-umbian yang banyak
dihasilkan di Kabupaten Buleleng, dimana
hampir di tiap wilayah kecamatan singkong
dihasilkan. Umbi-umbian merupakan sumber
karbohidrat yang diperoleh dari dalam tanah
(Muchtadi dan Sugiyono, 1992). Data tahun 2013
tentang banyaknya produk pertanian singkong
sesuai data dari BPS Kabupaten Buleleng tahun
2013 sebagai berikut:
150
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
Tabel 1. Produksi Singkong di Kabupaten Buleleng tahun 2013
Sumber: bulelengkab.bps.go.id , tahun 2014
Singkong merupakan hasil pertanian
yang banyak ditanam sebagai tanaman
tumpang sari yang artinya ditanam
diantara tanaman lainnya atau sebagai
tanaman penyela menungggu musim
tertentu. Pengembangan produk olahan
singkong menjadi kuliner inovatif dengan
bahan baku lokal memiliki potensi untuk
dikembangkan menjadi usaha mikro
dimasyarakat. Singkong sangat fleksibel
untuk dapat diolah menjadi produk
makanan, baik secara langsung seperti
dibuat aneka kripik singkong maupun
menjadi bahan makanan setengah jadi
(intermediate) berupa tepung yang dapat
digunakan sebagai bahan pembuatan kue.
.
Tabel 2. Kandungan Unsur Gizi Dalam Singkong
Nama Unsur
Kadar Gizi/100g Bahan
Energi
146
kal
Karbohidrat
34,7
g
Protein
1,2
g
Lemak
0,3
g
Mineral
1,3
g
Zat Besi
0,007 mg
Kalsium
0,003 mg
Fosfor
0,004 mg
VitaminC
0,003 mg
vitamin
0,004 mg
Air
62,5
g
Sumber: Daftar Analisis Bahan Makanan ( dalam Lies Suprapti, 2006)
151
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
Tepung singkong dapat digunakan
sebagai bahan substitusi atau pengganti
tepung terigu dengan penggunaan 50100% (Suprapti, 2005). Tepung kasava
adalah tepung yang dibuat dari singkong
secara langsung dengan jalan dikeringkan
(Suprapti, 2006). Pemanfaatan singkong
menjadi tepung kasava akan semakin
optimal karena bahan baku yang murah
dan dapat dibuat berbagai macam cake
sebagai pengganti tepung terigu (Risa,
2014). Tepung singkong (kasava) dapat
menjadi alternatif yang baik dan tepat
dalam mengurangi ketergantungan akan
tepung terigu dengan melakukan
substitusi bahan tepung terigu khususnya
dalam pembuatan berbagai macam kuekue. Pengolahan singkong menjadi
bentuk setengah jadi misalnya sawut,
chip,
tepung,
dan
pati
sangat
memungkinkan komoditas ini dapat
disimpan lebih lama dan lebih praktis
sehingga kesinambungan penyediaan
bahan baku bagi industri pengolahan lebih
lanjut (bentuk jadi) menjadi lebih
terjamin. Tepung singkong dapat
disimpan dalam waktu 6-10 bulan dan
tidak mengalami kerusakan (Djuwardji,
2009).
Tabel 3. Komposisi Tepung Kasava per 100 gram Bahan
Komponen
Jumlah per 100 Gram Bahan
Karbohidrat (g)
56,1
Protein (g)
5,3
Lemak (g)
0,1
Serat (g)
25,6
Air (g)
1,0
Abu (g)
2,7
Dalam (Agung Feryanto, 2007)
Salah satu usaha mikro masyarakat
di desa Pejarakan sudah mulai mengolah
singkong sebagai kripik dan tepung
singkong. Usaha ini masih sangat
sederhana belum mampu mengolah
produk pasca panen dengan baik dan
maksimal (dalam skala besar). Usaha
Mikro dan Kecil (IMK) Windy’s di desa
Pejarakan ini terletak diujung Barat Pulau
Bali termasuk Kecamatan Gerokgak yang
berbatasan dengan Kabupaten Jembrana
dengan jarak sekitar 83 km dari kota
Singaraja.
Berdasarkan hasil observasi dan
wawancara terhadap mitra 1 kegiatan
pengabdian ini yaitu Ibu Winarsih sebagai
pemilik usaha kripik dan tepung singkong
ini, pembuatan keripik singkong relatif
mudah dengan teknik yang sederhana.
Setiap harinya usaha kripik ini mengolah
satu hingga dua kwintal singkong segar
menjadi kripik yang siap dikemas dan
dipasarkan. Semestinya produksi kripik
lebih dapat dimaksimalkan mengingat
begitu tinggi permintaan akan produk
kripik tersebut. Namun beberapa kendala
dihadapi yaitu kurangnya tenaga pengolah
yang dilibatkan dalam usaha produksi,
peralatan penunjang yang kurang
memadai, dan kurangnya modal usaha.
Berdasarkan keterangan pemilik
usaha, sebenarnya telah dilakukan upaya
mengajak masyarakat sekitar untuk
bergabung menjadi tenaga pengolah atau
membentuk usaha bersama, namun
antusiasme masyarakat sekitar sangat
152
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
rendah, sebab mereka lebih banyak
menyukai pekerjaan sebagai petani garam
atau berdiam diri di rumah masingmasing. Hingga saat ini tenaga pengolah
hanya dilakukan oleh Ibu Winarsih
bersama keluarganya. Selain itu alat yang
digunakan untuk mengiris singkong
menjadi bentuk irisan masih sangat
sederhana, sehingga perlu disediakan
peralatan yang dapat membantu dalam
proses pengirisan sehingga proses
pengirisan dapat dilakukan lebih cepat
dan hasil yang dihasilkan lebih banyak.
Kendala
produksi
tersebut
merupakan penyebab produksi rendah dan
belum dapat secara maksimal memenuhi
permintaan konsumen. Permintaan akan
produk kripik ini cukup besar, bahkan
laris dipasaran dengan potensi pasar yang
luas seperti rumah-rumah makan sekitar
tempat usaha, hotel-hotel yang terletak di
kecamatan Gerokgak, hingga toko-toko
kue di seputaran kota Singaraja termasuk
usaha kue Bali Cake and Culinary (BCC)
yang menggunakan produk tepung
singkong (cassava) sebagai bahan baku
dalam pembuatan kue. Produk kripik
diolah dengan dua aneka rasa yaitu rasa
original (gurih) dan rasa manis.
Pengembangan rasa kripik agar lebih
bervariasi belum dapat dilakukan karena
keterbatasan tenaga pengolah.
Permasalahan lain juga dihadapi
seperti kurangnya modal usaha yang
dimiliki. Sebenarnya pengusaha kripik
telah berupaya mengajukan pinjaman
dalam bentuk kredit usaha kecil, namun
hingga saat ini belum ada kejelasan untuk
diberikan pinjaman modal. Sampai saat
ini modal usaha dilakukan secara mandiri
dari hasil penjualan produk yang
dihasilkan. Ruang produksi sangat
sederhana, bila dikaji dari hygiene dan
sanitasi masih harus diperbaiki dan
ditingkatkan. Pemilik usaha berencana
akan merenovasi secara bertahap ruang
usaha agar lebih baik, dengan mendirikan
bangunan
terpisah
antara
proses
pengolahan dan proses pengemasan
produk.
Produk kripik Windy”s telah
memiliki IPRT (ijin produk rumah
tangga) dari Depkes Kabupaten Buleleng.
Hal lain yang perlu dilakukan seperti
pengenalan produk secara lebih luas
kepada masyarakat dengan cara promosi
misalnya melalui mengenalkan produk
pada event-event besar di Buleleng.
Selain itu promosi juga dilakukan melalui
media
online
(internet)
melalui
penyediaan web khusus yang dapat
diakses oleh masyarakat terkait produk
kripik yang dijual.
Mitra usaha ke 2, yaitu Bali Cake
and Culinary (BCC) merupakan usaha
produksi kue berbahan tepung umbiumbian (tepung singkong, tepung ubi jalar
kuning, dan tepung ubi jalar ungu) seperti
aneka cake (brownies kukus, chiffon cake,
roll cake, brownies panggang, proll tape
singkong, fruit cake cassava, donat ubi,
kue kering cassava, dll) yang terletak di
kota Singaraja. Unit usaha ini merupakan
usaha dibidang makanan jajanan dengan
menawarkan produk inovatif yang terbuat
dari hasil olah umbi-umbian baik dalam
keadaan segar maupun dalam bentuk
tepung menjadi kue-kue yang enak dan
layak dikonsumsi. Bangunan usaha masih
mengontrak dengan bentuk bangunan
kecil yang belum dapat dikatakan
memenuhi syarat usaha. Namun sejak
berdirinya usaha ini dua tahun yang lalu,
usaha kue ini mulai dikenal masyarakat
terutama yang menyukai produk makanan
inovatif. Produk-produk kue yang
dihasilkan menggunakan bahan-bahan
153
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
alami tanpa penambahan pemanis dan
pengawet makanan.
Berdasarkan hasil observasi di
tempat usaha, usaha kue ini belum dapat
berkembang secara maksimal karena
beberapa hal seperti peralatan yang masih
minim dengan kapasitas produksi kecil.
Sulitnya mencari tenaga tetap dan
terampil untuk mengolah produk kue,
mengingat pengolahan kue tidak bisa
dilakukan oleh sembarang orang, namun
harus dilakukan oleh tenaga kerja yang
memiliki pengetahuan dan keterampilan
di bidang mengolah kue (pastry and
bakery). Hingga saat ini tenaga pengolah
masih berganti-ganti. Tempat usaha yang
kurang memadai (kecil) sehingga perlu
diusahakan ruang yang lebih besar untuk
tempat
menjual
produk.
Proses
pengemasan produk juga belum maksimal
dilakukan, sehingga perlunya upaya
pengemasan produk yang lebih baik dan
menarik sehingga daya tahan produk
dapat ditingkatkan dan mampu menarik
selera konsumen. Selain itu upaya
promosi masih kurang sehingga cakupan
konsumen masih sedikit. Pemilik usaha
telah berusaha mengenalkan produk kue
dengan cara menyebarkan brosur, kartu
nama, menitipkan produk di warungwarung terdekat, dan dikantin kampus.
Namun upaya yang telah dilakukan belum
menunjukkan hasil yang memuaskan,
sehingga perlunya upaya promosi yang
lebih maksimal misalnya melalui media
online (internet) melalui blog khusus yang
dapat diakses oleh konsumen luas terkait
produk yang dihasilkan.
dan evaluasi proses produksi dan proses
pengemasan produk olahan singkong
yang memenuhi syarat hygiene dan
sanitasi, (2) perbaikan proses produksi
dan proses pengemasan produk olahan
singkong, (3) promosi produk yang
dihasilkan melalui media sosial, (4)
pendampingan pada proses produksi,
pengemasan dan promosi dilakukan
secara berkesinambungan agar pengusaha
singkong dapat menghadapi tantangan
globalisasi.
Proses evaluasi dan pelaporan
dilakukan oleh tim pelaksana kegiatan
dari Undiksha dengan mengumpulkan
informasi mengenai evaluasi kegiatan dan
perbaikan untuk kegiatan pengabdian
selanjutnya, kegiatan ini terdiri dari 1)
data yang perlu dilaporkan adalah
perubahan proses produksi dan realisasi
perbaikan sarana dan dukungan peralatan
produksi; 2) data yang perlu dilaporkan
adalah
kualitas
produksi
dan
pengemasannya;
3)
kendala
dan
permasalahan yang ditemukan dalam
pelaksanaan kegiatan khususnya di
lapangan serta usulan pemecahan
masalah; 4) laporan kegiatan dan
penggunaan anggaran melalui catatan
harian dan log book kegiatan.
Solusi yang ditawarkan untuk
mengatasi permasalahan yang terjadi
dan terkait dengan target luaran yang
telah ditetapkan meliputi:
1) pemberian
bantuan
peralatan
teknologi yang belum dimiliki mitra
usaha yaitu alat pemotong/pengiris
singkong (untuk membuat keripik)
dan mixer kapasitas 5 liter, blender,
dll untuk usaha kue berbahan
singkong. Dengan tersedianya sarana
dan prasarana yang lengkap,
diharapkan pengolahan bahan baku
menjadi maksimal sehingga hasil
2. METODE
Kegiatan inti pengabdian ini
dilakukan bersama-sama dengan mitra
Pengusaha Produk Olahan Singkong,
terdiri dari kegiatan (1) observasi, diskusi
154
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
olahanpun bisa berkualitas sehingga
bisa diserap oleh pasar secara cepat.
Jika difusi ipteks tidak diberikan
secara sukarela, akan berdampak
pada keberlangsungan program
yang telah diberikan mengingat
usaha yang digeluti mitra usaha
belum berjalan dengan baik.
2) Sebelum
proses
pendampingan,
mitra
usaha
diberikan
berbagai
pengetahuan
tentang
proses
produksi yang baik dan sehat,
pentingnya pengemasan produk,
dan macam-macam cara pemasaran
sekaligus usaha promosi agar tujuan
akhir dari pelaksanaan kegiatan ini
bisa
tercapai.
Pengetahuan
ditekankan terkait hygiene dan
sanitasi proses pengolahan dan
produk akhir. Pemberian contohcontoh penerapan hygiene dan
sanitasi dalam proses produksi baik
itu terkait dalam pembuatan keripik
maupun dalam pembuatan kue
berbahan tepung singkong.
3) Pendampingan mengenai berbagai
strategi p r o m o s i d a n pemasaran
diakhiri dengan diskusi untuk
menyepakati strategi yang akan
dilakukan antara tim pelaksana
dengan
mitra usaha. Selanjutnya
untuk memperluas jangkauan pasar,
promosi produk dilakukan secara
online. Cara ini bisa terbilang efektif,
karena diera pasar global saat ini
masyarakat lebih tertarik untuk
mengenal produk melalui media
online (web) yang disertai gambargambar produk dan terdapat
keterangan terkait produk yang dijual.
Strategi promosi lainnya, yaitu
dengan cara mengikuti berbagai
pameran yang sering diadakan di
wilayah-wilayah tertentu misalnya
pada event Buleleng Festival
(Bulfest) yang saat ini disambut
antusias oleh masyarakat Buleleng
sebagai ajang promosi, baik itu bagi
wirausaha kuliner dll. Melalui
pameran, m i t r a u s a h a bisa
mengenalkan
produk-produknya
kepada
khalayak
ramai, dan
membuka peluang yang lebih besar
untuk
mengembangkan
usaha
tersebut. Strategi yang terakhir
adalah pemasaran dilakukan secara
langsung
ke
minimarket,
supermarket, atau toko-toko cemilan,
pasar-pasar, perusahaan pusat oleholeh khas Bali, warung-warung, atau
secara online melalui blog, facebook,
twitter untuk memperluas pemasaran
di seluruh wilayah Indonesia dan
semua itu pun harus dibuat
berdasarkan kesepakatan secara
kolektif dengan mitra usaha. Media
online atau jejaring sosial memiliki
pengaruh yang besar dalam rangka
memperluas koneksi. Selain itu,
masyarakat dari berbagai kalangan
terbiasa
dengan
mengup-date
informasi yang mereka baca melalui
media sosial. Untuk menunjang
kegiatan tersebut, perlunya fasilitas
berupa komputer dan jaringan
internet untuk akses informasi
perkembangan pengolahan bahan
makanan dan minuman berbahan
baku ketela pohon (singkong) di
Indonesia.
4) Produk yang siap dipasarkan
harus
melalui
proses
pengemasan,
dimana
desain
kemasan disesuaikan dengan
jenis
produk
dan
telah
memperoleh kesepakatan dengan
mitra usaha. Dalam pembuatan
155
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
kripik Windy’s yang cukup jauh yaitu di
desa Pejarakan Kecamatan Gerokgak
yang harus ditempuh selama 1,5 jam
dari kota Singaraja, maka diperlukan
waktu khusus untuk melaksanakan
pendampingan ke tempat usaha
tersebut.
Kegiatan
pendampingan
dilakukan secara terjadwal, sedangkan
mitra usaha BCC karena letaknya di
kota Singaraja, maka pendampingan
dapat dilakukan lebih sering dan
intensif.
Pada dasarnya kegiatan pengabdian
IbM ini adalah selain meningkatkan
usaha penjualan produk kedua mitra
usaha,
juga
bertujuan
untuk
memberikan motivasi kepada masyarakat
sekitar untuk mendirikan sentra industri
rumah tangga sesuai dengan minat dan
kemampuan masing-masing. Dengan
dimilikinya kemampuan serta keahlian
dalam mengolah umbi ketela pohon
menjadi berbagai produk, yang disertai
dengan
kemampuan
dalam
pengemasan, membuat design kemasan,
promosi diharapkan bisa meningkatkan
produksi dan hasil penjualan (omzet).
Oleh karena itu kegiatan IbM ini lebih
banyak difokuskan pada kegiatan
pendampingan bagi kedua mitra usaha
utamanya dalam pengolahan umbi
ketela pohon menjadi kripik dan
mengolah tepung singkong menjadi
berbagai jenis produk kue. Adapun
kegiatan yang telah dilakukan meliputi:
1) Pengadaan peralatan penunjang.
Salah satu masalah yang dihadapi
mitra
usaha
selama
proses
pendampingan adalah kurangnya
peralatan penunjang proses produksi.
Adapun pengadaan peralatan dalam
pembuatan keripik adalah mesin
pengiris, sedangkan pengadaan
peralatan dalam produksi kue
kemasan, yang perlu diperhatikan
adalah kemasan yang memenuhi
standar pemasaran, yaitu dengan
adanya brand, alamat produksi,
masa
kedaluwarsa
produk,
menonjolkan sisi keunggulan dengan
sajian gurih, lezat, bergizi dan mutu
terjamin. Sistem packing dengan
standar dari BPOM dapat menarik
minat konsumen untuk membeli
produk tersebut karena konsumen
merasa
aman
dan
nyaman
mengkonsumsi hasil produk. Selain
itu kemasan juga akan didesign
semenarik
mungkin
untuk
meningkatkan minat beli konsumen.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pelaksanaan pengabdian pada
masyarakat IbM Pengusaha Produk
Olahan Singkong di Kabupaten
Buleleng melibatkan 2 (dua) mitra usaha
yaitu Usaha Kripik Windy’s dan usaha
kue Bali Cake and Culinary (BCC)
dimulai pada bulan Juni 2016 d a n
telah
melaksanakan
keseluruhan
kegiatan yang meliputi beberapa
kegiatan yaitu tahap sosialisasi dan
diseminasi, serta tahap pendampingan
usaha mitra. K egiatan pengabdian
dilakukan berdasarkan analisis situasi
mitra, khususnya menentukan waktu
bagi mitra dan tim pelaksana untuk
berkumpul
bersama
menyepakati
jadwal pelaksanaan kegiatan dan
tahapan kegiatan pengabdian yang akan
dilakukan di mitra usaha. Kegiatan
pengabdian pelaksanaannya diawali
dengan mengadakan pertemuan dan
diskusi dengan anggota pelaksana
terkait pembagian tugas dalam
pelaksanaan pendampingan sehingga
pelaksanaan kegiatan dapat berjalan
dengan efektif. Mengingat tempat usaha
156
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
berbahan singkong adalah mixer
kapasitas 5 liter dan blender.
Peralatan tersebut diserahkan kepada
pemilik usaha yaitu Ibu Sunarsih dari
Keripik Windy’s, dan Bapak Ida
Bagus Adiptha selaku pemilik
usaha Bali Cake and Culinary
(BCC).
2) Pendampingan Terkait Penerapan
Hygiene dan Sanitasi Proses
Produksi dan Produk Akhir. Tim
pelaksana pengabdian masyarakat
memberikan masukan dan saran
terkait penerapan hygiene dan
sanitasi selama proses produksi,
misalnya selalu mencuci tangan
setelah
melakukan
pekerjaan,
penggunaan peralatan bersih dalam
proses produksi, menjaga kebersihan
area kerja, menjaga kebersihan
individu
pengolah
makanan,
menggunakan
bahan
makanan
tambahan yang diperbolehkan oleh
BPOM, dll.
3)
Pendampingan
terkait
cara
pengemasan produk. Bahan kemasan,
bentuk kemasan, tampilan kemasan
merupakan hal penting dalam
pemasaran produk. Kemasan yang
baik
dan
sesuai
dengan
bahan/makanan yang dikemas akan
mempengaruhi penampilan dan daya
simpan produk. Mitra usaha diberikan
masukan dan saran sekaligus
dibuatkan contoh desain kemasan
produk dan cara mengemas produk
makanan yang dihasilkan.
4)
Pendampingan
dalam
usaha
mempromosikan kedua mitra usaha.
Tim pelaksana pengabdian membantu
mitra usaha dalam melakukan promosi
melalui media sosial (web) berupa blog
yang menampilkan masing-masing
produk yang dihasilkan, termasuk
bahan yang digunakan, ijin produksi,
cara pemesanan produk, harga, dll.
5) Pendampingan dalam pengurusan Ijin
Produk Rumah Tangga (IPRT). Tim
pengabdian membantu mitra usaha
terutama Bali Cake and Culinary
(BCC) dalam pengurusan IPRT ke
Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng.
Sedangkan untuk mitra usaha keripik
Windy’s telah memiliki ijin produksi
dan masih berlaku hingga tahun 2017.
6) Pendampingan terkait kendala dan
permasalahan
produksi
seperti,
kurangnya tenaga kerja, pemodalan,
bahan baku produk.
Proses
pendampingan
juga
dilakukan terkait permasalahan tenaga
kerja. Solusi dari masalah tersebut, usaha
kripik Windy’s menyatakan akan
mengambil tenaga kerja dari pulau jawa
sebagai karyawan, namun hal ini baru
dapat terwujud apabila ruang usaha telah
direnovasi. Sedangkan usaha kue Bali
Cake and Culinary, hingga saat ini masih
berusaha memperoleh tenaga kerja
dengan keahlian tata boga. Beberapa
SMK di Kota Singaraja telah dimintai
bantuan untuk mencarikan alumninya
yang tidak melanjutkan sekolah dan
bersedia bekerja. Untuk saat ini tenaga
kerja merupakan mahasiswa tata boga
semester akhir yang sedang menyusun
skripsi. Program IbM pengusaha produk
olahan singkong di Kabupaten Buleleng
menawarkan produk kreatif dan inovatif
dengan bahan utama ketela pohon
(singkong) yang diolah menjadi kripik
singkong dan kue-kue dari tepung
singkong dengan menggunakan bahan
lokal singkong tanpa menggunakan bahan
tambahan pengawet. Kripik singkong dan
kue (cake, brownies, kue kering) yang
diproduksi mengacu pada standar hygiene
dan sanitasi yang dipersyaratkan, dengan
157
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
selalu menjaga kebersihan ketika proses
produksi
maupun
ketika
proses
pengemasan produk. Kedua jenis hasil
olahan singkong pada kedua mitra usaha
mampu bersaing dengan produk makanan
sejenis berbahan tepung terigu yang sudah
ada dan berkembang.
Bahkan produk kue berbahan
tepung singkong merupakan produk
inovatif yang walaupun belum mampu
menjangkau pasar secara luas namun
berdasarkan
keterangan
pembeli/pelanggan produk, konsumen
menyatakan puas akan produk kue yang
dihasilkan. Selain itu pengembangan
produk berbahan pangan lokal seperti
singkong merupakan suatu upaya
membantu program pemerintah terkait
penganekaragaman makanan, melalui
pemanfaatan bahan pangan lokal sehingga
mampu menciptakan ketahanan pangan.
Olahan Singkong di Kabupaten Buleleng,
3) Membuatkan promosi melalui media
sosial,
seperti
web,
sehingga
memungkinkan untuk menjual Produk
Olahan Singkong secara online, 4)
Mendampingi
pengusaha
untuk
memperoleh ijin produk rumah tangga
(IPRT) di Dinas Kesehatan Kabupaten
Buleleng, dan 5) Mendampingi setiap
kegiatan pengabdian ini, sehingga
pengusaha mitra mampu mengatasi
berbagai permasalahan yang mungkin
ada.
Pengembangan dan pendampingan
pada usaha mikro ini dilakukan secara
kontinyu agar usaha produk olahan
singkong ini dapat menjadi Usaha Mikro
dan Kecil yang sehat dan dapat
berkembang semakin besar. Kegiatan
pengabdian dalam bentuk pendampingan
ini sangat diperlukan agar keberadaan
kuliner inovatif berbasis sumber daya
lokal dapat dikembangkan, sehingga
dapat mendukung produksi pangan
berbahan lokal, serta dapat mencapai
diversifikasi pangan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pelaksanaan
pengabdian
pada
masyarakat IbM Pengusaha Produk
Olahan Singkong di Kabupaten Buleleng
melibatkan 2 (dua) mitra usaha yaitu
Usaha Kripik Windy’s dan usaha kue Bali
Cake and Culinary (BCC) dimulai pada
bulan
Juni
2016
dan
telah
melaksanakan keseluruhan kegiatan
yang meliputi kegiatan yaitu tahap
sosialisasi dan diseminasi, serta tahap
pendampingan usaha mitra.
Pengabdian pada masyarakat IbW
Pengusaha Produk Olahan Singkong Di
Kabupaten Buleleng bertujuan 1)
mengoptimalkan
efektivitas
proses
produksi sesuai syarat hygiene dan
sanitasi pada kedua mitra usaha, 2)
membantu mengadakan, memperbaiki
sarana dan peralatan pendukung proses
produksi kedua mitra Pengusaha Produk
Saran
Kegiatan
pengabdian
pada
masyarakat
diharapkan
dapat
memberikan dampak positif terutama bagi
mitra
usaha
yang
diberikan
pendampingan.
Kepada
pemerintah
daerah, bila memungkinkan upaya
pendampingan agar terus dilakukan
kepada pengusaha produk makanan
terutama dalam pemahaman dan
penerapan
hygiene
dan
sanitasi
pengolahan makanan. Hal ini penting,
karena makanan merupakan kebutuhan
manusia
yang
secara
langsung
mempengaruhi kesehatan manusia itu
sendiri.
158
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Kab. Buleleng,
2014,
Statistik
Kabupaten
Buleleng (Hasil Susenas 2013).
Singaraja: BPS Kab. Buleleng.
Wasps.
http://bulelengkab.bps.go.id
disitir tanggal 27 April 2015.
Djuwardi, Anton. 2009. Casava Solusi
Pemberagaman
Kemandirian
Pangan Manfaat Peluang Bisnis
Prospek. Jakarta: PT. Gramedia
Widiarsarana. Indonesia.
Muchtadi, T.R dan Sugiyono. 1992. Ilmu
Pengetahuan Bahan Pangan.
PAU. IPB. Bogor.
Suprapti, M. Lies. 2005. Teknologi
Pengolahan
Pangan
tepung
Tapioka,
pembuatan
dan
Pemanfaatannya.
Yogyakarta:
Kanisius.
Suprapti, M. Lies. 2006. Teknologi Tepat
Guna: Tepung Kasava Pembuatan
dan
Pemanfaatannya.
Yogyakarta. Penerbit: Kanisius.
Risa Panti Ariani. 2014. Optimalisasi
Penggunaan Tepung Umbiumbian untuk Substitusi Terigu
dalam Pembuatan Cake. Laporan
Penelitian Hibah Bersaing tahun
II, Singaraja,
Universitas
Pendidikan Ganesha.
159
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
PELATIHAN PENGGUNAAN E-LEARNING BERBASIS MEDIA SOSIAL
EDMODO BAGI GURU SMA DI KECAMATAN BULELENG
Gede Aditra Pradnyana1, I Made Ardwi Pradnyana2, I Gede Partha Sindu3
1,2,3Jurusan
Pendidikan Teknik Informatika – Fakultas Teknik dan Kejuruan
Unversitas Pendidikan Ganesha – Singaraja Bali
Email : [email protected]
Abstrak
Persoalan kelemahan tenaga pendidik dalam menggunakan TIK untuk kegiatan belajar mengajar akan
dijumpai dimana saja di Indonesia, termasuk di Kecamatan Buleleng. Dengan manfaat yang begitu banyak,
penggunaan E-Learning dalam proses belajar mengajar di SMA Kecamatan Buleleleng sangatlah rendah. Disisi lain,
penggunaan E-Learning dalam proses belajar mengajar ini sangatlah berbanding terbalik dengan penggunaan media
sosial oleh guru dan siswa di SMA. Kegiatan P2M ini bertujuan untuk mengenalkan aplikasi E-learning berbasis
media sosial Edmodo kepada guru SMA di Kecamatan Buleleng. Keterampilan penggunaan media sosial yang
dimiliki oleh Guru diharapkan mempermudah proses pembelajaran dengan menggunakan Edmodo. Metode kegiatan
yang dilakukan dalam pengabdian kepada masyarakat ini adalah dalam bentuk ceramah, diskusi, dan praktek.
Pelatihan akan dilakukan selama 2 sesi dimana sesi pertama lebih fokus dalam memberikan informasi mengenai
pemanfaatan E-Learning, pengenalan Edmodo, proses mendaftar di Edmodo, sampai pada pengenalan fitur-fitur dan
keunggulan Edmodo. Pada sesi kedua, pelatihan akan fokus terhadap pengemasan konten pembelajaran, melakukan
praktek dan simulasi proses pembelajaran dengan memanfaatkan fitur-fitur yang ada pada Edmodo. Modul pelatihan
akan diberikan kepada peserta sebagai alat bantu dalam kegiatan praktek di laboratorium komputer. Luaran dari
kegiatan P2M ini adalah berupa modul penggunaan Edmodo untuk guru serta artikel ilmiah. Hasil evaluasi
pelaksanaan P2M ini menunjukkan bahwa P2M ini bermanfaat untuk menunjang proses belajar mengajar yang
dilakukan di sekolah.
Kata kunci : Guru, E-Learning, Media Sosial, Edmodo
A. PENDAHULUAN
E-learning adalah suatu kemajuan
penting dalam sistem pendidikan modern. Elearning ini membawa pengaruh terjadinya
proses
transformasi
pendidikan
konvensional ke dalam bentuk digital, baik
secara isi (contents) maupun sistemnya.
Darin E. Hartley mengatakan bahwa elearning adalah suatu jenis belajar mengajar
yang
memungkinkan
tersampaikannya
bahan ajar ke siswa dengan menggunakan
media Internet, Intranet atau media jaringan
komputer lain. E-learning juga dapat
didefinisikan sebagai upaya peserta didik
dengan sumber belajarnya (basis data,
pakar/guru, dan perpustakaan) yang secara
fisik terpisah atau bahkan berjauhan. Elearning atau electronic learning kini
semakin dikenal sebagai salah satu cara
untuk mengatasi masalah pendidikan melalui
penerapan TIK.
Edmodo dikembangkan pada akhir
Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, khususnya teknologi informasi dan
komunikasi (TIK) telah merambah berbagai
bidang kehidupan tidak terkecuali bidang
pendidikan dan pengajaran. Kemajuan TIK
tersebut tidak dapat dipungkiri banyak
membawa dampak positif bagi kemajuan
dunia pendidikan dewasa ini. Teknologi
komputer dan internet, mulai dari perangkat
lunak maupun perangkat keras memberikan
banyak tawaran dan pilihan bagi dunia
pendidikan untuk menunjang proses
pembelajaran para peserta didik. Penguasaan
terhadap TIK menjadi hal yang sangat penting
dalam rangka menghadapi persaingan global.
Oleh karena itu, TIK sangat perlu untuk
diperkenalkan, dipraktikkan, dan dikuasai
oleh pendidik dan peserta didik agar dapat
bersaing di dalam kehidupan global.
160
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
tahun 2008 oleh Nic Borg dan Jeff Ohara yang
berkeyakinan bahwa perlu dikembangkan
lingkungan sekolah yang terhubung dengan
semua aktifitas di dunia. Edmodo adalah
platform media sosial yang sering
digambarkan sebagai Facebook untuk sekolah
dan dapat berfungsi lebih banyak lagi sesuai
dengan kebutuhan. “Edmodo merupakan
aplikasi yang menarik bagi guru dan siswa
dengan elemen sosial yang menyerupai
Facebook, tapi sesungguhnya ada nilai lebih
besar dalam aplikasi edukasi berbasis jejaring
sosial ini”[1]. Beberapa fitur yang terdapat
pada Learning Management System (LMS)
untuk
mendukung
e-leaming
seperti
penugasan, kuis dan penilaian pun terdapat di
Edmodo. Edmodo sangat komprehensif
sebagai sebuah course management system
seperti layaknya Moodle, dengan antar muka
(interface) yang menyerupai facebook yang
merupakan media sosial popular saat ini,
penguna tidak akan merasa asing bahkan akan
merasa mudah untuk menggunakannya.
Fakta
yang
ada
dilapangan,
kemampuan penggunaan TIK pada bidang
pendidikan di negara berkembang, seperti
Indonesia, tentu tidak akan sebaik
kemampuan TIK tenaga pendidik di negara
maju. Dengan demikian persoalan kelemahan
tenaga pendidik dalam menggunakan TIK
akan dijumpai dimana saja di Indonesia,
termasuk di Kecamatan Buleleng. Dengan
manfaat yang begitu banyak, penggunaan ELearning dalam proses belajar mengajar di
SMA di Kecamatan Buleleleng sangatlah
rendah. Disisi lain, penggunaan E-Learning
dalam proses belajar mengajar ini sangatlah
berbanding terbalik dengan penggunaan
media sosial oleh guru dan siswa di SMA.
Dalam kesehariannya, baik di sekolah
maupun di rumah, guru maupun siswa kerap
sekali menggunakan media sosial, seperti
facebook, twitter, path, dan lain-lain, untuk
berinteraksi, berbagi informasi, bahkan
membicarakan seputar pembelajaran di
sekolah.
Berdasarkan pemaparan di atas,
pengenalan, dan penggunaan media sosial
Edmodo bagi guru SMA di Kecamatan
Buleleng dalam proses belajar mengajar
sangatlah
tepat
untuk
dilakukan.
Keterampilan penggunaan media sosial yang
dimiliki oleh Guru tentu akan sangat
mempermudah proses pembelajaran dengan
menggunakan Edmodo yang memiliki
keunggulan serupa dengan aplikasi ELearning pada umumnya.
B. SUMBER INSPIRASI
Pemanfaatan internet sebagai sarana
pendidikan yang kerap dilakukan adalah
melalui media E-Learning. Indonesia
merupakan negara dengan jumlah penduduk
pengguna internet terbanyak di Asia
Tenggara. Akan tetapi, berdasarkan survei
yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara
Jasa Internet Indonesia (APJII) yang
bekerjasama
dengan
Pusat
Kajian
Komunikasi
(PusKaKom)
Universitas
Indonesia mengenai profil pengguna internet
Indonesia tahun 2014, diperoleh data bahwa
penggunaan internet di Indonesia sebagai
sarana pendidikan hanya 29,3% [2]. Hal
tersebut
terjadi
karena
lemahnya
pengetahuan serta keterampilan penggunaan
internet, khususnya E-Learning, sebagai
media pendukung pendidikan. Lemahnya
pengetahuan serta keterampilan ini terjadi
dihampir seluruh wilayah Indonesia
termasuk Provinsi Bali.
Kabupaten Buleleng merupakan
kabupaten terluas yang ada di Provinsi Bali,
memiliki 9 (sembilan) kecamatan yang
tersebar diseluruh daerah Bali utara,
terbentang dari ujung barat sampai ujung
timur pulau Bali, dengan ibukota kabupaten
terletak di kota Singaraja, yang sekaligus
merupakan ibukota Kecamatan Buleleng.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik
Daerah Kecamatan Buleleng tahun 2014,
jumlah fasilitas pendidikan formal (sekolah)
di Kecamatan Buleleng berjumlah 126 yang
terbagi menjadi fasilitas SD sebanyak 85,
161
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
SMP berjumlah 18 dan SMA berjumlah 23
[3]. Berdasarkan hasil wawancara dengan
Kepala Sekolah SMAN 1 Singaraja, I Putu
Eka Wilantara, MPd, disebutkan bahwa
SMAN 1 Singaraja sampai saat ini belum
menerapkan E-Learning dalam proses
pembelajaran ke siswa. SMAN 1 Singaraja
telah memiliki sistem E-Learning berbasis
MOODLE namun tidak digunakan akibat
kurangnya keterampilan guru dalam
menggunakannya. Lemahnya kemampuan
TIK dan sulitnya pengoperasian MOODLE
juga dikeluhkan para guru. Hal yang serupa
juga diungkapkan oleh Kepalah Sekolah
SMA Lab Undiksha, Drs. Wayan Sukerta,
M.Pd., yang menjelaskan bahwa sampai saat
ini SMA Lab Undiksha belum menerapkan
dan memiliki fasilitas E-Learning.
Berbanding
terbalik
dengan
penggunaan
internet
sebagai
sarana
pendidikan, berdasarkan survei yang
dilakukan APJII tahun 2014 ditemukan data
bahwa
87,4%
penduduk
Indonesia
menggunakan internet untuk mengakses
media sosial dan 43,7% pengguna internet di
Indonesia adalah pengguna kalangan pelajar
dan guru. Hal ini merupakan indikasi bahwa
penggunaan media sosial telah menjadi suatu
"budaya" dalam kehidupan pelajar, sehingga
merupakan suatu tantangan bagi pendidik
untuk menggunakan strategi dengan
memanfaatkan kultur tersebut. Dari hasil
wawancara dengan beberapa guru serta siswa
di SMAN 1 Singaraja dan SMA LAB
Undiksha, sebagian besar tidak mengetahui
adanya media sosial Edmodo sebagai salah
satu aplikasi E-Learning yang dapat
digunakan dalam mendukung proses
pembelajaran dan berinteraksi dengan guru
atau siswa lain layaknya media sosial yang
ada. Dari proses wawancara juga diperoleh
informasi tidak adanya media yang dapat
digunakan sebagai sarana berinteraksi antar
guru, antar siwa, atau antar guru dan siswa di
Kecamatan Buleleng atau cakupan yang lebih
luas, dalam berbagi pengetahuan, informasi
dan atau konten pembelajaran.
Dari proses observasi yang dilakukan
di SMAN 1 Singaraja dan SMA Lab
Undiksha, sarana yang dimiliki sekolah
sangatlah mendukung proses pembelajaran
menggunakan E-Learning berbasis media
sosial Edmodo ini, seperti adanya lab-lab
komputer dan hotspot area di lingkungan
sekolah. Guru dan siswa SMA pada
umumnya juga sudah terbiasa dalam
penggunaan laptop atau komputer dalam
kegiatan sehari-hari. Berdasarkan data dan
informasi diatas, dipandang perlu untuk
memberikan pelatihan penggunaan ELearning berbasis media sosial Edmodo ini
bagi guru dan siswa SMA di Kecamatan
Buleleng ini. Dari proses wawancara dan
observasi yang dilakukan hampir sebagian
besar guru SMA di Kecamatan Buleleng
merupakan pengguna aktif media sosial
seperti Facebook, sehingga pelatihan
penggunaan media sosial Edmodo ini
diharapkan dapat berjalan secara efektif dan
dapat diterapkan dengan baik di sekolah
mengingat cara penggunaan Edmodo yang
hampir mirip media sosial Facebook.
E-Learning
E-Learning mengandung pengertian
yang sangat luas, sehingga banyak pakar
yang menguraikan tentang definisi ELearning dari berbagai sudut pandang.
Berdasarkan kajian beberapa definisi, Anita
Ratnasari menyimpulkan bahwa yang disebut
sebagai
E-Learning
adalah
konsep
pendidikan yang memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi dalam proses
belajar mengajar[4]. Pendapat serupa juga
disampaikan Gede Suriadhi, I Dewa Kade
Tastra, Ign. Wayan Suwatra yang
menyatakan bahwa e-learning adalah
pembelajaran jarak jauh (distance Learning)
yang memanfaatkan teknologi komputer,
jaringan komputer dan/ atau internet [5].
Selain itu, Som Naidu (2006) dalam Gede
Suriadhi, I Dewa Kade Tastra, Ign. Wayan
162
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
Suwatra (2014) mendefinisikan e-learning
sebagai penggunaan secara sengaja jaringan
teknologi informasi dan komunikasi dalam
proses belajar dan mengajar[5]. Istilah lain
yang mengacu pada hal yang sama, yaitu
online learning atau web based learning. ELearning memungkinkan pembelajar untuk
belajar melalui komputer di tempat mereka
masing-masing tanpa harus secara fisik pergi
mengikuti pelajaran/ perkuliahan di kelas,
memacu untuk melakukan kegiatan metode
synchronous dan asynchronous pada elearning.
Kecenderungan
untuk
mengembangkan e-learning sebagai salah
satu alternative pembelajaran di berbagai
lembaga pendidikan semakin meningkat
sejalan dengan perkembangan dibidang
teknologi komunikasi dan informasi. Ada
berbagai jenis E-Learning yang diterapkan di
sekolah, salah satunya yaitu Learning
Management System (LMS). Edmodo
merupakan salah satu jenis LMS yang sering
digunakan saat ini. LMS adalah suatu
perangkat lunak yang digunakan untuk
membuat materi pembelajaran secara online
berbasiskan web dan mengelola kegiatan
pembelajaran serta hasil-hasilnya (Gede
Suriadhi, I Dewa Kade Tastra, Ign. Wayan
Suwatra, 2014).
Edmodo : E-Learning Berbasis Media
Sosial
Edmodo merupakan salah satu media
sosial yang didesain untuk penggunaan
pembelajaran dan berbasis sekolah. Hal ini
terlihat pada tampilan halaman awal Edmodo
yang membedakan login penggunan sebagai
guru, siswa atau orang tua siswa[1]. Edmodo
dikembangkan oleh Nic Borg dan Jeff
O’Hara pada akhir 2008. Menurut Jenna
Zwang (2010) dalam Evin Yudhi Setyono
(2015), Edmodo adalah sebuah situs
pendidikan berbasis social networking yang
di dalamnya terdapat berbagai konten untuk
pendidikan [6]. Guru dapat memposting
bahan-bahan pembelajaran, berbagi link dan
video, penugasan proyek, dan pemberitahuan
nilai siswa secara langsung. Selain itu juga
Edmodo dapat menyimpan dan berbagi
Gambar 1.Tampilan Halaman Awal Edmodo.
semua konten digital termasuk blog,
link, gambar, video, dokumen, dan
presentasi. Selain itu, menurut Frank Gruber
(2008) dalam Evin Yudhi Setyono (2015),
Edmodo memberikan kemudahan bagi user
untuk membuat grup dan berbagi file, links,
video (embed video) dan gambar dilengkapi
dengan peringatan (alert), penugasan
(assignment ) dan agenda kegiatan (event).
Umaroh (2012) dalam Basori (2013)
menyebutkan terdapat beberapa kelebihan
163
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
dan kekurangan dari jejaring sosial Edmodo
[1]. Kelebihan dari Edmodo yaitu:
1. Membuat
pembelajaran
tidak
bergantung pada waktu dan tempat.
2. Meringankan tugas guru untuk
memberikan penilaian kepada
siswa.
3. Memberikan kesempatan kepada
orangtua/ wali siswa untuk
memantau aktivitas belajar dan
prestasi dari putra-putrinya.
4. Membuat kelas lebih dinamis
karena memungkinkan interaksi
guru dengan siswamaupun antara
siswa dengan siswa dalam hal
pelajaran atau tugas.
5. Memfasilitasi kerja kelompok yang
multidisiplin.
6. Mendorong lingkungan virtual
kolaboratif
yang
membantu
pembelajaran berbasis proses.
Pelatihan pemanfaatan Edmodo untuk
tujuan pengabdian kepada masyarakat
sebelumnya pernah dilakukan oleh Budi
Mulyono[5]. Pelatihan tersebut ditujukan
bagi guru-guru matematika SMA yang
tergabung dalam MGMP Matematika Kota
Palembang. Pelatihan yang dilaksanakan
selama dua hari pertemuan dengan metode
presentasi, diskusi dan simulasi tersebut
mengambil lokasi pelatihan di SMAN 1
Palembang (Sekretariat MGMP Matematika
Kota Palembang).
Kegiatan pelatihan untuk tujuan pengabdian
pada masyarakat dengan topik e-learning di
lingkungan UNDIKSHA sudah pernah
dilakukan.
Pelatihan ditujukan untuk internal dosen
UNDIKSHA dengan judul Pemanfaatan ELearning Undiksha Bagi Dosen-Dosen di
Lingkungan Fakultas Teknik Dan Kejuruan
Undiksha, Dalam Rangka Meningkatkan
Kualitas Pembelajaran). Pelatihan tersebut
memanfaatkan MOODLE sebagai LMS elearning. Sedangkan penelitian tentang
pemanfaatan Edmodo pernah dilakukan oleh
Gede Suriadhi, I Dewa Kade Tastra, Ign.
Wayan Suwatra [4] dengan judul
Pengembangan
E-Learning
Berbasis
Edmodo Pada Mata Pelajaran IPA Kelas VIII
di SMP Negeri 2 Singaraja. Namun, untuk
kegiatan pelatihan pemanfaatan Edmodo
sebagai LMS E-Learning belum pernah
dilakukan oleh dosen UNDIKSHA baik
ditujukan bagi kalangan internal (dosen
UNDIKSHA) maupun eksternal (guru atau
masyarakat).
C. METODE
1. Kerangka Pemecahan Masalah
PERMASALAHAN
1.
2.
3.
4.
Tidak semua SMA di Kecamatan Buleleng memiliki E-Learning
Kurangnya pengetahuan guru SMA mengenai E-Learning berbasis media sosial Edmodo
Kebanyakan guru SMA belum mengetahui cara penggunaan media sosial Edmodo dalam mendukung
proses belajar mengajar
Kurangnya/tidak adanya sarana interaksi/berbagi pengetahuan antar guru-guru SMA di Kecamatan
Buleleng
164
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Penerapan LMS E-Learning seperti MOODLE.
Penggunaan media sosial Edmodo sebagai alternatif aplikasi E-Learning.
Pembuatan media interaktif pengenalan E-Learning yang berbasis media sosial Edmodo.
Pembuatan modul atau buku tutorial Edmodo bagi siswa dan guru SMA
Melakukan seminar pengenalan E-Learning dan media sosial Edmodo bagi guru SMA di Kecamatan
Bulelenng
Melakukan pelatihan penggunaan media sosial Edmodo sebagai sarana pendukung proses belajar
mengajar guru SMA di Kecamatam Buleleng
Melakukan pelatihan penggunaan media sosial Edmodo sebagai sarana berinteraksi dang bertukar
ilmu pengentahuan antar guru-guru SMA di Kecamatan Buleleng
SOLUSI PEMECAHAN MASALAH
1.
2.
3.
Penggunaan media sosial Edmodo sebagai aplikasi E-Learning
Melakukan kegiatan pengenalan E-Learning dan media sosial Edmodo bagi guru dan siswa SMA
di Kecamatan Buleleng
Melakukan pelatihan penggunaan media sosial Edmodo sebagai sarana pendukung proses belajar
mengajar guru-guru SMA di Kecamatam Buleleng Melakukan pelatihan penggunaan media sosial
Edmodo sebagai sarana berinteraksi dang bertukar ilmu pengetahuan serta informasi antar guru dan
siswa SMA di Kecamatam Buleleng
METODE KEGIATAN
1.
2.
Seminar (Ceramah dan Diskusi)
Workshop penggunaan media sosial Edmodo
2. Metode Kegiatan
Metode kegiatan yang dilakukan
dalam pengabdian kepada masyarakat ini
adalah dalam bentuk ceramah, diskusi, dan
praktek. Pelatihan akan dilakukan selama 2
sesi dimana sesi pertama lebih fokus dalam
memberikan
informasi
mengenai
pemanfaatan
E-Learning,
pengenalan
Edmodo, proses mendaftar di Edmodo,
sampai pada pengenalan fitur-fitur dan
keunggulan Edmodo. Pada sesi kedua,
pelatihan akan fokus terhadap pengemasan
konten pembelajaran, melakukan praktek dan
simulasi proses pembelajaran dengan
memanfaatkan fitur-fitur yang ada pada
Edmodo. Modul pelatihan akan diberikan
kepada peserta sebagai alat bantu dalam
kegiatan praktek di laboratorium.
3. Rancangan Evaluasi
Evaluasi kegiatan ini dilakukan saat
berlangsungnya kegiatan pelatihan dan
melihat produk akhir kegiatan
1. Aspek yang dievaluasi
Aspek
yang
dievaluasi
adalah
kehadiran,
aktivitas
peserta,
pemahaman peserta terhadap materi
yang telah diberikan.
2. Teknik Evaluasi
Evaluasi
dilakukan
dengan
menggunakan instrumen yang sesuai.
Kehadiran
peserta
dievaluasi
berdasarkan daftar hadir peserta yang
disi, aktifitas peserta berdasarkan
instrumen observasi dan tingkat
pemahaman berdasarkan jawaban dari
latihan soal yang diberikan.
3. Indikator Pencapaian Program
4. Kriteria pencapaian program setiap
aspek adalah (1) kehadiran peserta,
165
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
aktivitas berkategori baik, dan tingkat
pemahaman materi berkategori baik
beberapa materi utama saat pelatihan seperti
pengenalan Edmodo, alasan menggunakan
Edmodo, persiapan penggunaan Edmodo,
pembuatan akun sebagai guru pada Edmodo,
sampai pada fitur-fitur yang ada pada
Edmodo. Modul yang dibuat dikhususkan
untuk pengguna guru. Untuk lebih jelas dan
lengkapnya, modul pelatihan Edmodo dapat
dilihat pada bagian lampiran.
D. KARYA UTAMA
1. Tahap Persiapan Kegiatan
Untuk
memperlancar
proses
pelatihan yang dilakukan, maka diperlukan
sebuah buku pedoman pelatihan dalam
bentuk modul. Modul Edmodo berisikan
Gambar 2. Persiapan Lab Komputer di UPT TIK UNDIKSHA
Kegiatan pelatihan penggunaan EKegiatan pelatihan penggunaan ELearning berbasis media sosial Edmodo ini
learning berbasis media sosial Edmodo ini
dilaksanakan di Laboratorium Komputer
dilakukan pada tanggal 5 Agustus 2016.
UPT TIK Universitas Pendidikan Ganesha.
Kegiatan diawali dengan proses registrasi
Proses peminjaman Lab diawali dengan
peserta. Peserta yang melakukan proses
pemeriksaan status Lab di hari pelaksanaan
registrasi berjumlah 14 orang guru SMA dari
untuk memastikan Lab tidak dipergunakan,
23 orang guru yang melakukan konfirmasi
kemudian dilanjutkan dengan bersurat
kehadiran.
Setelah
proses
registrasi
kepada Ketua UPT TIK UNDIKSHA untuk
dilanjutkan dengan kegiatan pembukaan oleh
peminjaman. Tepat satu hari sebelum hari
ketua pelaksana kegiatan. Dalam membuka
pelaksanaan,
panitia
pelaksana
dan
kegiatan,
ketua
pelaksana
kegiatan
mahasiswa melakukan persiapan tempat
menyampaikan beberapa hal antara lain
pelatihan, seperti pemasangan spanduk,
sumber
dana
kegiatan
pelatihan,
pemeriksaan komputer, serta pengujian
memperkenalkan tempat pelatihan, dan
kecepatan internet.
pentingnya
kegiatan
pelatihan
yang
dilaksanakan.
2. Tahap Pelaksanaan Kegiatan
166
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
(a)
(b)
Gambar 3. Proses Pembukaan Kegiatan Pelatihan, (a) Sambutan dan Laporan Ketua Pelaksana,
(b) Peserta Kegiatan Pelatihan Penggunaan E-Learning Berbasis Media Sosial Edmodo
Setelah acara pembukaan dilakukan,
kegiatan dilanjutkan dengan pemaparan
materi oleh narasumber Bapak Gede Saindra
Santyadiputra, S.Kom., M.Cs. Materi yang
dipaparkan mengenai pengenalan dan
pentingnya E-Learning dalam proses
pembelajaran. Setelah pemaparan selesai
dilakukan
pemaparan
materi
dan
pendampingan teknis mengenai penggunaan
Edmodo. Pada sesi ini kegiatan dipandu oleh
instruktur Gede Aditra Pradnyana, S.Kom.,
M.Kom., dengan berpedoman pada modul
yang telah diberikan. Untuk memperlancar
kegiatan pelatihan, setiap guru juga
didampingi oleh mahasiswa. Materi
penggunaan Edmodo yang disampaikan dan
dilatih antara lain :
a. Pembuatan akun Edmodo sebagai guru
b. Pengaturan akun Edmodo
c. Pembuatan kelas pada Edmodo
d. Penggunaan fitur Notes
e. Penggunaan dan pengaturan fitur
Assignments
f. Pembuatan quiz pada Edmodo (Tipe
Multiple Choice, True False, Short
Answer, Matching dan Fill in The
Blank)
g. Pemanfaatan fitur Pooling dan
Edmodo Planner
(a)
(b)
Gambar 4. Kegiatan Pelatihan, (a) Pemaparan Materi Oleh Narasumber, (b) Pendampingan
Teknis Penggunaan Edmodo
Akhir dari kegiatan pelatihan ditutup dengan
pada komputer masing-masing. E-Kuisioner
pengisian E-Kuisioner oleh peserta kegiatan
dibuat menggunakan Google Form. E167
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
Kuisioner digunakan untuk mendapatkan
respon peserta serta evaluasi dari kegiatan
pelatihan yang telah dilakukan.
belajar karena memungkinkan untuk belajar
kapanpun, dimanapun tanpa dibatasi ruang
dan waktu. Dibandingkan dengan media
sosial maupun Learning Management System
(LMS) lainnya, EDMODO memiliki
beberapa kelebihan antara lain: mirip
facebook sehingga mudah digunakan, free,
dan tidak memerlukan server di sekolah.
Pelaksanaan pelatihan penggunaan Edmodo
ini bermanfaat bagi peserta, guru-guru SMA
di Kecamatan Buleleng, terbukti dengan hasil
evaluasi yang diperoleh setelah kegiatan
berlangsung. Evaluasi dilaksanakan dengan
menyebarkan E-Kuisioner (kuesioner online)
yang dibuat dengan Google Form. Link
kuisioner tersebut dibuka oleh peserta
pelatihan dan diisi secara online juga pada
saat selesai pelatihan. Kuisioner ini diisi oleh
14 orang responden yang merupakan peserta
pelatihan
E. ULASAN KARYA
Secara umum, kegiatan pelatihan
berlangsung dengan baik. Para guru terlihat
sangat bersemangat saat mulai ikut
mempraktekkan penggunaan Edmodo pada
komputer masing-masing. Dari observasi
yang dilakukan, peserta paling antusias saat
mempraktekkan fitur pertemanan yang ada
pada Edmodo. Peserta sangan bersemangat
saat saling bertukar ID Edmodo dan
mengirimkan pesan saat telah terhubung.
Selain itu dari hasil observasi juga diperoleh
bahwa diskusi sering terjadi saat pembahasan
pembuatan quiz.
Keunggulan penerapan E-learning
adalah memperluas kesempatan siswa untuk
1. Kebermanfaatan Program P2M
Gambar 5. Kebermanfaatan Program P2M
Sebanyak
100%
peserta
pelatihan
menyatakan bahwa kegiatan pelatihan ELearning berbasis media sosial Edmodo ini
sangat bermanfaat, hal ini sesuai kebutuhan
penerapan El-Learning yang diperoleh pada
saat melakukan analisis situasi.
2. Pemahaman Edmodo
168
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
Gambar 6. Pemahaman Edmodo
Sebanyak 100% responden menyatakan
bahwa kegiatan pelatihan yang dilakukan
dapat meningkatkan pemahaman peserta
mengenai penggunaan Edmodo. Akan tetapi
terdapat 14,3% responden menyatakan tidak
tahu apakah akan memanfaatkan Edmodo
dalam proses belajar mengajar yang akan
dilakukan, sementara 85,7% menjawab akan
memanfaatkan Edmodo dalam proses belajar
mengajar.
Gambar 7. Rencana Pemanfaatan Edmodo
169
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
3. Kritik dan Saran Terhadap Kegiatan
Pelatihan
Berdasarkan E-Kuisioner yang
diberikan juga terdapat beberapa kritik dan
saran terhadap kegiatan pelatihan yang
dilakukan, yaitu:
a. Suara instruktur tidak jelas
b. Latihan berkelanjutan
c. Sangat bermanfaat dan
meningkatkan pemahaman saya
dalam penggunaaan Edmodo
d. Pelatihan ini sangat baik sekali tapi
agar lebih diperkaya pendalaman
materinya serta prakteknya
e. Kesulitan dalam membuat soal
matematika, mohon disempurnakan
f. Masih kesulitan dalam membuat
soal matematika
g. Pelatihan terlalu singkat, perlu ada
tahapan pemantapan berikutnya
h. Tempat duduk tidak pas dengan
letak komputer sehingga leher agak
sakit.
i. Waktu pelaksanaan terlalu singkat.
j. Pelatihannya diperpanjang
k. Saran : mungkin bisa dibarengi
dengan pelatihan siswa
l. Sudah baik, no comment.
m. Penjelasan dari instruktur mohon
diperjelas, dan urutan sesuai modul
n. Jika dimungkinkan diadakan
pendampingan tambahan yang
mengikutsertakan siswa
kepada masyarakat ini dilakukan dengan
menyebarkan kuisioner yang diisi oleh 14
peserta. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa
100% peserta pelatihan setuju bahwa
pelatihan ini bermanfaat serta 100% peserta
menyatakan
pelatihan
ini
mampu
membantu mereka memahami penggunaan
Edmodo. Berdasarkan saran yang diisi
peserta pelatihan pada kuisioner, perlu
dilakukan pelatihan tambahan yang
mendukung
pemanfaatan
E-Learning
seperti pembuatan e-book, e-modul,
animasi, hingga pelatihan pembuatan
presentasi yang menarik.
G. DAFTAR PUSTAKA
[1] Basori, (2013) Pemanfaatan Social
Learning Network “Edmodo” dalam
Membantu Perkuliahan Teori Bodi
Otomotif di Prodi PTM JPTK FKIP
UNS. JIPTEK, Vol. VI No.2, Juli 2013
[2] Asosiasi Penyedia Jasa Internet
Indonesia, (2015). Profil Pengguna
Internet Indonesia 2014. Jakarta :
Puskakom UI, Katalog Dalam Terbitan
[3] Badan Pusat Statistik Kabupaten
Buleleng. (2014). Statistik Daerah
Kecamatan Buleleng 2014. Katalog
BPS.
[4] Ratnasari, Anita (2012). Studi Pengaruh
Penerapan
E-Learning
Terhadap
Keaktifan Mahasiswa dalam Kegiatan
Belajar
Mengajar
Studi
Kasus
Universitas Mercu Buana Jakarta.
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi
Informasi 2012 (SNATI 2012) ISSN:
1907-5022 Yogyakarta, 15-16 Juni
2012.
[5] Suriadhi , Gede, I Dewa Kade Tastra,
Ign.
Wayan
Suwatra,
(2014).
Pengembangan E-Learning Berbasis
Edmodo Pada Mata Pelajaran IPA
Kelas VIII di SMP Negeri 2 Singaraja.
Journal Edutech Universitas Pendidikan
Ganesha. Jurusan Teknologi Pendidikan
(Volume: 2 No. 1 Tahun 2014)
[6] Mulyono, Budi, (2013). Pemanfaatan
Media
Sosial
Edmodo
pada
F. KESIMPULAN
Pengabdian Kepada Masyarakat
dalam skim penerapan Ipteks dengan judul
”Pelatihan
Penggunaan
E-Learning
Berbasis Media Sosial Edmodo Bagi Guru
SMA di Kecamatan Buleleng” telah
dilaksakan pada tanggal 5 Agutus 2016
bertempat di Lab Komputer UPT TIK
Universitas Pendidikan Ganesha. Kegiatan
pelatihah ini dibagi ke dalam dua sesi, yaitu
sesi pemaparan materi mengenai ELearning serta pentingnya penerapan ELearning dan sesi pendampingan pelatihan
penggunaan Edmodo. Evaluasi pengabdian
170
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
Pembelajaran Matematika bagi Guruguru SMA di Kota Palembang.
Prosiding
Seminar
Pendidikan
Nasional, Palembang 28 Desember
2013.
[7] Setyono, Evin Yudhi, (2015). Pengaruh
Penggunaan Media Jejaring Sosial
Edmodo Terhadap Hasil belajar
Mahasiswa Pada Topik Pembuatan
Kurve-S
Menggunakan
Microsift
Excell. SOSHUM JURNAL SOSIAL
DAN HUMANIORA, VOL. 5, NO.1,
MARET 2015
H. PERSANTUNAN
Ucapan terima kasih disampaikan kepada
Universitas Pendidikan Ganesha dibawah
koordinasi Lembaga Penelitian dan
Pengabidan
Kepada
Masyarakay
Universitas Pendidikan Ganesha yang telah
mendanani kegiatan ini melalui Dana DIPA
UNDIKSHA. Terima kasih juga kami
ucapkan kepada kepala UPT TIK
Universitas Pendidkan Ganesha serta guruguru yang ikut mensukseskan kegiatan P2M
ini.
171
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM MEWUJUDKAN
KESEJAHTERAAN BERKELANJUTAN BERBASIS POTENSI DESA DI
DESA BINAAN TEMBOK KECAMATAN TEJAKULA
I Gede Astra Wesnawa1, Putu Indra Christiawan1, Luh Gede Erni Sulindawati2,
Putu Panca Adi3
1
Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial, 2Fakultas Ekonomi, 3Fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas
Pendidikan Ganesha
Email: [email protected]
ABSTRACT
Village Program Patronage in Tembokvillageis intended to (1) improve the quality of human resources
through training and mentoring literacy independent effort, (2) increased public awareness of the nature and the
environment potentialthrough nurseries and reforestation to actualize a sustainable environment, (3) encouraging
the growth of creativity, motivation and innovation community in addressing the issue through training and
mentoring of business development of creative economy, such as the creation of products ingke and manufacture
VCO, (4) increased public awareness to support self-reliance, comfort and well-being of rural communities in the
fields of customs and religion. The program is implemented through: Participatory Rural Appraisal (PRA),
EntrepreneurshipCapacity Building (ECB), Technology Transfer (TT) and Information Technology (IT), in various
forms of activities such as training, mentoring, counseling, and reforestation. The results of the activities are (1)
increasing people’s skills according to their interests while they learn to read and count; (2) increasing public
knowledge about the importance of greening well as environmental sustainability and long-term investments, how
the nursery, and planted the seeds of ivory palm and Californiapapaya, (3) increasing the knowledge and skills of
mothers of households to the community in cottage industries, such as ingke, coconut oil, and (4) increasing the
knowledge and skills of people in the construction of Hindu instrument ceremony customs.
Keywords: Community Empowerment, Rural Potential, Training
ABSTRAK
Program Desa Binaan di Desa Tembok ini bertujuan untuk (1) meningkatkan kualitas sumber daya
manusia melalui pelatihan dan pendampingan keaksaraaan usaha mandiri, (2) meningkatkan kesadaran masyarakat
akan potensi alam dan lingkungan melalui kegiatan pembibitan dan penghijauan untuk mewujudkan lingkungan
yang lestari, (3) Mendorong tumbuhnya kreativitas, motivasi dan inovasi masyarakat dalam mengatasi
permasalahan melalui pelatihan dan pendampingan pengembangan usaha ekonomi kreatif, seperti kreasi produk
ingke dan pembuatan VCO, (4) Peningkatan kesadaran masyarakat untuk mendorong terwujudnya kemandirian,
kenyamanan dan kesejahteraan masyarakat desa dalam bidang adat dan agama. Program ini dilaksanakan melalui:
Partisipatory Rural Appraisal (PRA), Entrepreneurship Capacity Building (ECB), Technology Transfer (TT), dan
Information Technology (IT), dalam berbagai bentuk kegiatan seperti pelatihan, pendampingan, penyuluhan, dan
penghijauan. Hasil kegiatan adalah (1) meningkatnya keterampilan masyarakat sesuai minatnya sambil mereka
belajar membaca dan berhitung; (2) meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya penghijauan baik
sebagai kelestarian lingkungan maupun investasi jangka panjang, cara pembibitan, dan menanam bibit kelapa
gading dan papaya California, (3) meningkatnya pengetahuan dan keterampilan ibu-ibu rumah tangga masyarakat
179
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
dalam bidang industri rumahan, seperti ingke, minyak kelapa, dan (4) meningkatnya pengetahuan dan keterampilan
masyarakat dalam pembuatan alat upakara adat Hindu.
Kata kunci: Pemberdayaan Masyarakat, Potensi Desa, Pelatihan
PENDAHULUAN
memunculkan adanya air terjun seperti di
desa Les. Iklim wilayah Tejakula secara
umum beriklim tropis dengan curah hujan
terendah di daerah pantai. Batas-batas
wilayah Tejakula adalah sebagai berikut: di
sebelah Utara Laut Bali, sebelah Barat
adalah Kecamatan Kubutambahan, sebelah
Timur adalah Kabupaten Karangasem, dan
sebelah Selatan adalah Kabupaten Bangli.
Dengan berbatasan pada dua kabupaten,
maka Kecamatan Tejakula memiliki akses
untuk mendistribusikan produk-produknya
pada pasar di kabupaten tersebut.
Potensi sumberdaya manusia Kecamatan
Tejakula tersebar di 10 Desa Dinas, dengan
jumlah penduduk 60.525 jiwa atau 21.274
KK yang terdiri dari laki-laki 30.300 jiwa
dan perempuan 30.225 jiwa. Dari jumlah
penduduk tersebut, 69,83% merupakan
angkatan kerja produktif. Ini menunjukkan
bahwa potensi wilayah yang ada dikelola
oleh sumberdaya manusia di Kecamatan
Tejakula. Namun, pendapatan masyarakat
masih rendah (rata-rata pendapatan
penduduk Rp. 202.394,-),
padahal
potensi yang dapat dikembangkan sangat
banyak, seperti: pertanian, perkebunan,
peternakan, perikanan, kerajinan/industri
rumah tangga dan kepariwisataan.
Adapun desa yang ada di Kecamatan
Tejakula adalah: Desa Sembiran, Desa
Pacung, Desa Julah, Desa Bondalem, Desa
Madenan, Desa Tejakula, Desa Les, Desa
Penuktukan, Desa Sambirenteng, dan Desa
Tembok. Di antara desa-desa tersebut,
Kecamatan Tejakula merupakan salah satu
dari sembilan wilayah kecamatan di
Kabupaten Buleleng, dengan luas wilayah
97,68 km2. Wilayah Tejakula dilihat dari
ketinggian tempat dapat diketahui bahwa
sebagian besar wilayahnya berada pada
ketinggian 0-499,9 m di atas permukaan air
laut atau seluas 6.584 ha dan 3.184 dengan
ketinggian 500-999,9 meter. Sementara itu
kemiringan lereng seluas 2.469,46 ha
merupakan
daerah
landai
dengan
kemiringan 0-25% dan 2.125,09 ha
merupakan
daerah
miring
dengan
kemiringan 25-40%. Topografi wilayahnya
sebagian besar merupakan daerah pantai di
bagian utara dengan panjang pantai 19 km,
di sepanjang pantai ini ditemukan adanya
pasir besi (bias melele) yang digunakan
sebagai bahan bangunan, khususnya
ukiran/ornamen dari pasir besi (Astra,
2013).
Di samping itu, wilayah perairan lautnya
dijumpai adanya terumbu karang yang
sangat potensial untuk dikembangkan
menjadi sektor pariwisata minat khusus dan
potensi
ikan
hias
yang
pernah
dikembangkan untuk ekspor. Sementara di
bagian selatan merupakan daerah berbukit
sampai bergunung. Daerah berbukit sampai
bergunung dengan vegetasi hutan tropis
dengan topografi kasar memungkinkan
adanya daerah tangkapan air hujan
(recharge area) yang potensial, sehingga
180
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
pernah terkenal dengan penghasil jeruk
dengan rasa yang khas seperti Desa
Bondalem, DesaTejakula dan desa Les.
Namun, dengan serangan hama CVPD diera
sekarang ini, semua itu tinggal kenangan.
Sehubungan dengan potensi sumberdaya
lahan, daerah tersebut potensial untuk
mengembangkan sektor pertanian dan
perkebunan lahan kering.
Mata pencaharian utama penduduk adalah
pertanian. Di sektor perikanan jumlah
rumah tangga perikanan adalah 1.569
melayan dengan dukungan armada
penangkapan ikan 664 (perahu, perahu
motor tempel dan kapal motor), dengan
produksi ikan basah menurut areal
penangkapan adalah tertinggi di Kabupaten
Buleleng. Sedangkan industri
pengolahan pangan (2539 perusahaan),
sandang (6 perusahaan), bahan bangunan
(135 perusahaan), logam (235 perusahaan)
dan kerajinan lainnya (520 perusahaan). Di
samping sektor-sektor tersebut, sektor
peternakan juga menjadi komuditas andalan
penduduk di Tejakula. Populasi ternak yang
diusahakan antara lain sapi potong
(20.626), babi Bali (10.011), babi sadelback
(6.554). babi landrace (18.893), kambing
(111), kambing PE (262), ayam (126.274)
ayam ras (17.500). itik (2.494), Hampir
setiap keluarga memiliki ternak antara 1
sampai 3 ekor (baik sapi, induk babi, dan
beberapa ekor ayam, itik). Ternak sapi
khususnya, dimanfaatkan untuk membajak
tanah di musim tanam. Sedangkan ternak
babi
diusahakan
untuk
memenuhi
kebutuhan rumah tangga dalam menunjang
prosesi upacara adat dan agama yang
berlangsung setiap 6 bulan sekali, dan
hingga saat ini belum ada yang menjalankan
usaha ternak secara khusus (Statistik
Kecamatan Tejakula, 2013).
Sumber air di Kecamatan Tejakula untuk
pertanian adalah mata air dan air hujan.
Oleh penduduk setempat air hujan
ditampung dalam bentuk Cubang untuk
kebutuhan keluarga dan air minum ternak.
Sebagian besar sungai yang ada di
Kecamatan tejakula, airnya mengalir sesaat
pada musim hujan (pola intermitten). Untuk
memenuhi kebutuhan air dibangun
sejumlah sumur bor melalui bantuan/hibah
internasional dari Masyarakat Ekonomi
Eropa (MEE), saat ini berjumlah sekitar 29
sumur bor. Air tersebut dimanfaatkan untuk
aktivitas pertanian dan aktivitas nonpertanian.
Dilihat dari aspek sosial budaya, desa di
Kecamatan Tejakula ditemukan adanya
desa Tua, seperti Desa Julah dan Desa
Sembiran. Desa tersebut memiliki kekhasan
dalam aktivitas sosial budaya di daerah
Bali, seperti aktivitas ritual dan keagamaan
yang
memegang
teguh
nilai-nilai
tradisional.
Melihat kondisi topografi daerah, aktivitas
penduduk, dan sosial budaya maka yang
cocok dikembangkan adalah sektor
pertanian, perikanan, peternakan dan
pariwisata khususnya pariwisata budaya
pada desa-desa tua, seperti desa tua Julah,
desa tua Sembiran di samping objek alam
berupa air terjun yeh mampeh Desa Les.
Observasi pendahuluan telah dilakukan
oleh Tim LPM Undiksha ke Tejakula pada
tanggal 28 Agustus 2014 untuk usulan P2M
tahun pertama (2015). Pada acara
pertemuan audensi antara Tim Dosen
Undiksha dengan kepala Desa Tembok
Kecamatan Tejakula diperoleh gambaran
182
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
tentang berbagai aspek serta permasalahan
yang ada, baik tentang infrastruktur,
sumberdaya manusia maupun tentang
sumberdaya alam di Kecamatan Tejakula.
Desa Tembok terletak di ketinggian 200
meter dari permukaan air laut, memiliki
topografi wilayah berupa dataran rendah,
perbukitan dan pantai. Dengan Luas
Wilayah
Desa
Tembok: 1081
Ha.
Pemanfaatan Wilayah adalah: Perkebunan:
782 Ha, Kuburan: 0,75 Ha , Perumahan:
0,60 Ha, Tegal: 0,98 Ha, Pertokoan: 0,25
Ha, Pasar Desa: 0,20 Ha, Perkantoran: 0,15
Ha, Perladangan: 0,81 Ha, Jalan: 20 Km.
Desa Tembok terdiri dari 6 dusun: Dusun
Tembok, Dusun Bulakan, Dusun Sembung,
Dusun Dadap Tebel, Dusun Yehbau, Dusun
Ngis. Jumlah penduduk: 7196 Jiwa atau
1958 KK yang terdiri dari Laki-laki: 3625
Jiwa Perempuan: 3571 Jiwa. Adapun batasbatas: Sebelah Utara: Laut Bali, Sebelah
Selatan: Kec. Kintamani Kab. Bangli,
Sebelah Barat: Desa Sambirenteng, dan
Sebelah Timur: Amlapura Karangasem.
Orbitasi desa dengan
pusat adalah:
Kecamatan: 10 Km, Kabupaten; 45 Km,
dan Provinsi: 131 Km (Data Potensi Desa
Tembok, 2013).
Permasalahan-permasalahan
yang
dimaksud secara garis besarnya adalah
sebagai berikut: (1) Bidang Administratif,
(2) Bidang Pendidikan, , (3) Sistem
informasi, (4) Tatanan Masyarakat Desa,
antara lain: manajemen administrasi desa,
kegiatan masyarakat desa, tata perumahan
nelayan, peternakan (sapi, babi, kambing,
ayam), sistem keamanan lingkungan,
pengangguran, industri rumahan, (5)
Perkebunan dan Pertanian, antara lain:
belum ada pola pengaturan tanaman keras
(nangka, mangga, jeruk, kelapa, dll), sistem
olah lahan dan pemeliharaan tanaman
jagung, kacang-kacangan, ketela pohon, ubi
rambat, pisang, masih tradisional, (6)
Peternakan dan Perikanan (7) Industri
rumahan, (8) Bidang Wisata, dan (9)
bidang sosial budaya dan hukum
Berdasarkan uraian tersebut di atas, kondisi
Desa Tembok dapat diilustrasikan sebagai
berikut.
(1)
Potensi
sumberdaya
alam/lingkungan yang ada di desa Tembok
pada umumnya berupa lahan pertanian dan
perkebunan, umumnya kurang subur untuk
cocok tanam karena berada pada daerah
dataran tinggi dengan iklim kering,
sehingga banyak lahan yang “nganggur”
karena kekurangan air, oleh karena itu dapat
dinyatakan bahwa potensi sumberdaya alam
dan lingkungan dapat dikategorikan kurang
produktif, (2) Kondisi lingkungan nampak
luas. Namun kurang mendukung laju
pembangunan secara serentak dan cepat
dalam waktu yang singkat, (3) Interaksi
social antar warga masyarakat desa sangat
terbatas karena letak rumah yang satu
dengan yang lainnya berjauhan. Hal ini
tentu berpengaruh terhadap laju informasi
yang semestinya bisa diterima dan diketahui
bersama, (4) mata pencaharian penduduk
desa Tembok secara umum adalah
Pertanian / Perkebunan, Peternakan dan
Nelayan. Sektor pertanian dan perkebunan
ditunjang oleh adanya lembaga subak, yaitu
: Subak Uma Wangi Bd Selonding dan
Subak Ulun Tirta Bd Kanginan, dan (5)
Prospek potensi desa yang dikembangkan:
Pariwisata Bahari, Home Industri Jajan
Bali, Dodol, Kerupuk Manuk, Kerajinan
ingke, dan gula semut.
183
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
Potensi desa yang prospektif tersebut belum
dapat dikembangkan mengingat adanya
sejumlah keterbatasan, di antaranya adalah
sumberdaya manusia yang belum mampu
memberdayakan potensi yang ada di desa.
Dengan pengalaman yang dimiliki oleh tim
P2M Undiksha, maka kemampuan dan
pengalaman yang dimiliki diharapkan dapat
bersama-sama membantu masyarakat
dalam memberdayakan potensi, sehingga
terjadi peningkatan kapasitas dan akhirnya
mampu
meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat Desa Tembok.
Berdasarkan hal tersebut di atas, dan
harapan dari masyarakat dan aparatur desa,
maka focus bidang garapan yang
dibutuhkan oleh desa untuk segera
mendapatkan pemecahan adalah sebagai
berikut: (1) Pengembangan sumber daya
manusia melalui pelatihan (pembelajaran
keaksaraan usaha mandiri), (2) Penyuluhan
akan pentingnya menumbuhkan kesadaran
masyarakat
mengenai
pemberdayaan
potensi alam dan lingkungan dengan lebih
mementingkan pemeliharaan, pengolahan,
pemanfaatan potensi alam dan lingkungan
secara maksimal yang didasarkan pada azas
kebersamaan,
gotong
royong
dan
kekeluargaan,
sehingga
alam
dan
lingkungan tetap lestari, (3) Upaya
peningkatan ekonomi rumah tangga melalui
wirausaha, penerapan teknologi tepat guna,
pola tanam yang memadai dan berupaya
membangun potensi ekonomi berdasarkan
pembangunan
ekonomi
berbasis
masyarakjat, dan (4) Penyuluhan adat dan
agama bagi masyarakat desa yang
ditekankan pada pembentukan masyarakat
adat.
Program pemberdayaan masyarakat pada
desa binaan, pada tahun pertama bertujuan
untuk: (1) peningkatkan kualitas sumber
daya manusia melalui pelatihan dan
pendampingan keaksaraaan usaha mandiri,
(2) Meningkatkan kesadaran masyarakat
akan potensi alam dan lingkungan melalui
kegiatan pembibitan dan penghijauan untuk
mewujudkan
lingkungan
yang
lestari/berkelanjutan,
(3)
Mendorong
tumbuhnya kreativitas, motivasi dan
inovasi masyarakat dalam mengatasi
permasalahan yang dihadapinya melalui
pelatihan
dan
pendampingan
pengembangan usaha ekonomi kreatif,
seperti kreasi produk ingke dan pembuatan
VCO,
(4)
Peningkatan
kesadaran
masyarakat melalui penyuluhan untuk
mendorong terwujudnya kemandirian,
kenyamanan dan kesejahteraan masyarakat
desa dalam bidang adat dan agama.
Manfaat dari pelaksanaan program
pemberdayaan masyarakat pada desa
binaan adalah sebagai berikut: (1)
Masyarakat desa Tembok mendapatkan
wawasan pengetahuan dan keterampilan
tentang usaha mandiri melalui pelatihan dan
pendampingan keaksaraan usaha mandiri,
(2) Kelompok tani ternak mendapatkan
informasi
dan keterampilan dalam
pembibitan dan penghijauan, sehingga
kesadaran mereka meningkat dalam
mewujudkan
lingkungan
yang
lestari/berkelanjutan, (3) Ibu-ibu rumah
tangga
(kelompok
Sekarsari
Jaya)
mendapatkan informasi dan keterampilan
dalam mengkreasikan produk, seperti kreasi
produk ingke serta keterampilan dalam
pembuatan VCO, (4). Warga masyarakat
mendapatkan informasi dan pengetahuan
184
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
melalui penyuluhan sehingga mendorong
terwujudnya kemandirian, kenyamanan dan
kesejahteraan masyarakat desa dalam
bidang adat dan agama.
2.
Pelaksanaan program dengan model
enthrepreneurship capasity building
(ECB) dan model Technology Transfer
(TT) serta menerapkan Teknologi Tepat
Guna (TTG)
Model ECB terkait erat dengan kemampuan
berwirausaha dari masyarakat, dengan
model ini diharapkan: (1) memberikan
wawasan, sikap, dan keterampilan usaha,
(2) memberikan peluang, (3) memfasilitasi
(modal pinjamaan dsb.), dan (4) memonitor
dan
mengevaluasi
bagaimana
perkembangan usahanya. Penyebarluasan
informasi dan dan sosialisasi program
dengan menggunakan model Information
Technology (IT)
METODE
Metode pelaksanaan dalam program P2M
ini terdiri dari model PRA untuk
mengidentifikasi masalah, serta model
ECB, TT dan TTG untuk pelaksanaan
program.
1. Indentifikasi masalah menggunakan
model partisipatory rural appraisal
(PRA)
PRA adalah suatu teknik untuk menyusun
dan mengembangkan program operasional
dalam pembangunan tingkat desa. Metode
ini ditempuh dengan memobilisasi
sumberdaya manusia dan alam setempat,
serta lembaga lokal guna mempercepat
peningkatan produktivitas, menstabilkan,
dan meningkatkan pendapatan masyarakat
serta mampu pula melestarikan sumberdaya
setempat. Bertolak dari konsep PRA, maka
tahapan kegiatan dalam model ini adalah
melaksanakan identifikasi masalah setiap
program baik program bidang pendidikan,
bidang
pertanian/peternakan
maupun
bidang ekonomi, juga dalam perumusan
program dan pendanaan dilakukan secara
terarah dengan berpihak dan melibatkan
masyarakat. Dengan demikian dalam
merumuskan masalah, mengatasi masalah,
penentuan proses dan kriteria masalah harus
mengikutsertakan bahkan ditentukan oleh
masyarakat/kelompok sasaran.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.1 Hasil
1.1.1 Pelatihan
dan
pendampingan
keaksaraaan usaha mandiri
Kegiatan pelatihan dan pendampingan
keaksaraan usaha mandiri melibatkan
kelompok wanita Sekarsari Jaya di dusun
Ngis Desa Tembok Kecamatan Tejakula
Kabupaten Buleleng yang berjumlah 10
orang seperti terlihat pada Gambar 1.
185
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
Gambar 1. Instruktur Teman Sebaya dalam Pelatihan Menulis Angka dan Huruf
(Dok. I Gede Astra Wesnawa, 2016)
Kegiatan ini menunjukkan hasil yang
sangat baik dilihat dari kehadiran dan
keterlibatan
peserta.
Kegiatan
pendampingan dilakukan dengan
pelibatan instruktur teman sebaya
dengan
memanfaatkan
tenaga
terampil yang ada di masing-masing
kelompok yang ada di lokasi kegiatan
Desa
Binaan
Desa
Tembok
Kecamatan
Tejakula
Kabuaten
Buleleng.
1.1.2 Pelatihan
pembibitan
dan
penghijauan
Kegiatan pelatihan ini dimaksudkan
untuk
meningkatkan
kesadaran
masyarakat akan potensi alam untuk
mewujudkan lingkungan yang lestari.
Sesuai
hasil
rembug
dengan
kelompok tani dusun Ngis, disepakati
membuat bibit kelapa gading (Nyuh
Gading) dan papaya california pada
Gambar 2.
Gambar 2. Pembibitan Kelapa Gading dan Papaya California
187
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
(Dok. I Gede Astra Wesnawa, 2016)
1.1.3 Pengembangan usaha ekonomi
upaya pemanfaatannya. Program
Desa Binaan Kecamatan Tejakula
mengembangkan program untuk
pembuatan
ingke
dengan
pengembangan motif dan bentuk
yang prospektif. Kerajinan ini sudah
ada sebelumnya. Namun, motif yang
ada masih sederhana dan produksi
hanya untuk memenuhi kebutuhan
lokal. Melalui kelompok kerajinan
yang ada di Desa Tembok yang
berada di bawah naungan kelompok
Sekarsari Jaya dengan jumlah
anggota kelompok 47 orang, mulai
mengkreasikan produknya di bawah
binaan program desa binaan.
Usahanya atau kegiatannya di
samping pembuatan ingke juga
membuat produk lain seperti
membuat lengis (minyak kelapa).
Ketua Kelompoknya adalah Luh
Ngawi dan Bendahara Ibu Nyoman
Nila.
kreatif
Mendorong tumbuhnya kreativitas,
motivasi dan inovasi masyarakat
dalam mengatasi permasalahanpermasalahan yang dihadapinya
melalui pelatihan dan pendampingan
pengembangan
usaha
ekonomi
kreatif, seperti kreasi produk dodol
dan pembuatan VCO. Pelatihan
pembuatan ingke merupakan salah
satu dari kegiatan industri rumahan
yang dikembangkan pada program
Binaan Desa Tembok Kecamatan
Tejakula. Kegiatan industri rumahan
lainnya adalah pembuatan minyak
kelapa seperti terlihat pada Gambar 3.
Kerajinan rumah tangga yang
pertama-tama dikembangkan dalam
program Desa Binaan adalah
kerajinan ingke. Hal ini dilakukan
mengingat adanya potensi daun
lontar. Sementara ini belum optimal
Gambar 3. Pelatihan Pembuatan VCO
(Dok. I Gede Astra Wesnawa, 2016)
188
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
Pelatihan pembuatan ingke
mulai dilaksanakan tanggal 31 Mei
2016
dengan
menggunakan
instruktur/tutor teman sebaya yang
ada di Desa Tembok.
Adapun
kegiatan yang telah dilaksanakan
seperti terlihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Pelatihan Pembuatan Inke
(Dok. I Gede Astra Wesnawa, 2016)
1.1.4 Pelatihan
pembuatan
alat
upakara agama Hindu
Kegiatan awal yang dilakukan sebelum
pelatihan adalah penyuluhan untuk
peningkatan kesadaran masyarakat
tentang adat dan agama untuk
mendorong terwujudnya kemandirian,
kenyamanan
dan
kesejahteraan
masyarakat desa dalam bidang adat dan
agama.
Selanjutnya
dilaksanakan
pelatihan pembuatan sesajen yang terdiri
dari pembuatan pejatian, prayascita
durmanggala, dan biakkawon. Kegiatan
pelatihan ini diikuti oleh kelompok tani
dusun Ngis yang dilaksanakan tanggal
31 Mei 2016 dan 7 Juni 2016 yang
hasilnya tampak seperti gambar berikut.
Selanjutnya untuk meningkatkan
keterampilan anggota kelompok
dalam pembuatan alat upakara
tersebut dilanjutkan dengan kegiatan
pendampingan.
Kegiatan pendampingan dilakukan
dengan mengajak kerja sama tokoh
masyarakat yang biasa membuat alat
upakara yang dikoordinir oleh Ibu
Wayan Merta dari dusun Ngis seperti
terlihat pada Gambar 5.
189
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
Gambar 5. Pelatihan Pembuatan Alat
Upakara
(Dok. I Gede Astra Wesnawa, 2016)
membangkitkan kesadaran masyarakat
untuk melestarikan kawasan hutan dengan
melakukan penghijauan pada lahan kering
dan tandus. Secara fisiografis Kecamatan
Tejakula memiliki daerah perbukitan dan
pegunungan yang kering dan sangat
berpotensi untuk terjadinya longsor lahan
pada saat musim penghujan.melalui
penyuluhan telah muncul pemahaman dan
kesadaran masyarakat untuk ikut menjaga
kawasan hutan. Di samping itu, adanya
upaya untuk menggeser kebiasaan
masyarakat dari pemanfaatan kayu bakar
yang diperoleh di kawasan perbukitan dan
pegunungan dengan perambasan pohon
untuk bahan bakar, hal ini sangat riskan
terhadap bencana ekologis. Dengan
melakukan
upaya
tersebut
dapat
mengurangi beban hutan dalam memenuhi
kebutuhan masyarakat terhadap bahan
pakan ternak dan bahan kayu bakar.
Respon masyarakat di lokasi kegiatan desa
binaan terhadap penyuluhan dan pelatihan
yang dilaksanakan sangat positif, dan
mereka berjanji untuk menjaga kawasan
hutan yang akan ditanami tanaman
penghijauan.
1.2 Pembahasan
1.2.1 Pelatihan
dan
pendampingan
keaksaraaan usaha mandiri.
Kecamatan Tejakula merupakan wilayah
yang memiliki jumlah penduduk yang tidak
melek huruf dan putus sekolah yang tinggi
di Kabupaten Buleleng. Dalam upaya
menurunkan tingkat tidak melek huruf ini,
program desa binaan Kecamatan Tejakula
mencanangkan program pembelajaran
keaksaraan usaha mandiri di kelompok
usaha yang ada di desa binaan. Penanganan
tidak melek huruf dan putus sekolah ini
dilakukan pembelajaran dan pelatihan
dengan memberdayakan masyarakat yang
memiliki
kemampuan
dalam
olah
keterampilan dan memanfaatkan instruktur
dari Undiksha. Hasilnya menunjukkan
peningkatan kemampuan calistung dan
melahirkan berbagai kreasi dalam kerajinan
rumah tangga.
1.2.1 Pelatihan
pembibitan
dan
penghijauan
Pada bidang pertanian dalam arti luas,
dilakukan pembibitan tanaman penghijauan
dengan menyemai tanaman multi kultur.
Pembibitan dan penghijauan ini diawali
dengan memberikan penyuluhan dan
dilanjutkan dengan pelatihan pembibitan
tanaman penghijauan. Kegiatan ini
dilaksanakan
tidak
hanya
untuk
memberikan
pengetahuan
dan
keterampilan, namun lebih jauh untuk
1.2.2 Pengembangan usaha ekonomi kreatif
Industri rumahan yang disasar pada tahun
kedua adalah pelatihan pembuatan ingke,
dengan melakukan variasi produk.
Pelatihan dilaksanakan di balai pertemuan
kelompok tani Mekarsari Jaya untuk Desa
Tembok. Sementara itu, kelompok tani
Desa Tembok dilatih oleh instruktur dari
Undiksha dalam mengkreasikan produknya
dengan bahan baku lidi dari daun lontar.
190
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
Pelatihan pembuatan VCO, hasilnya cukup
baik karena kelompok tani yang disasar
mampu melaksanakan kegiatan pelatihan
dan terus dilakukan pendampingan dalam
pembuatan VCO.Namun, permasalahan
yang dipantau oleh tim pelaksana desa
binaan Kecamatan Tejakula bahwa VCO
yang dibuat harus benar-benar hygine. Hal
ini harus didukung dengan peralatan yang
hygine serta didukung oleh kejujuran
terhadap kebersihan diri dari pembuat dan
kesehatan lingkungan tempat bekerja.
SIMPULAN
Kegiatan P2M desa binaan Desa Tembok
Kecamatan Tejakula tahun pertama
difokuskan pada: pertama, Pengembangan
sumber daya manusia melalui pelatihan
(pembelajaran keaksaraan usaha mandiri).
Kedua, penyuluhan akan pentingnya
menumbuhkan kesadaran masyarakat
mengenai pemberdayaan potensi alam dan
lingkungan dengan lebih mementingkan
pemeliharaan, pengolahan, pemanfaatan
potensi alam dan lingkungan secara
maksimal yang didasarkan pada azas
kebersamaan,
gotong
royong
dan
kekeluargaan,
sehingga
alam
dan
lingkungan tetap lestari
Ketiga, upaya peningkatan ekonomi rumah
tangga melalui wirausaha, penerapan
teknologi tepat guna, pola tanam yang
memadai dan berupaya membangun potensi
ekonomi
berdasarkan
pembangunan
ekonomi berbasis masyarakjat, dan
keempat, penyuluhan adat dan agama bagi
masyarakat desa yang ditekankan pada
pembentukan masyarakat adat.
Kegiatannya meliputi: (1) kegiatan
pelatihan penghijauan, (2) pelatihan
keaksaraan usaha mandiri. (3) pelatihan
industry rumahan (pelatihan pembuatan
ingke dan VCO), dan (4) pelatihan
pembuatan alat upakara (banten).
Secara umum evaluasi terhadap hasil
kegiatan desa binaan di DesaTembok
Kecamatan
Tejakula
tahun
kedua
menunjukkan terjadinya (1) peningkatan
pengetahuan dan keterampilan peserta
melalui pembelajaran keaksaraan usaha
mandiri, (2) peningkatan kesadaran
masyarakat terhadap upaya pelestarian
lingkungan sekitar, (4) peningkatan kreasi
dalam pembuatan kerajinan tangan (ingke
1.2.3 Pelatihan pembuatan alat upakara
agama Hindu
Peserta pelatihan yang disasar adalah ibuibu rumah tangga dan kelompok tani
Sekarsari Jaya Dusun Ngis Desa Tembok
yang berjumlah 10 orang. Tempat
pelaksanaan pelatihan di Bale Kelompok
Dusun Ngis. Instruktur yang ditugaskan
untuk melatih ibu-ibu rumah tangga adalah
warga masyarakat Dusun Ngis (Ibu Wayan
Merta).
Pertimbangan
menggunakan
instruktur lokal dikarenakan aktivitas adat
dan budaya yang berlaku di desa lokasi,
sehingga jika mendatangkan instruktur luar
desa, dikhawatirkan informasi dan bentukbentuk alat upakara tidak sesuai dengan
kondisi lokal (desa kala patra).
Kegiatan pelatihan meliputi materi:
pembuatan
alat
upakara:
pejatian,
prayascita durmanggala, dan biakawon.
Berdasarkan evaluasi proses, peserta
antusias
mengikuti
pelatihan
yang
dibuktikan oleh kehadiran 100% dan hasil
kerja berupa alat upakara: pejatian, prascita
durmanggala.
Kegiatan
pelatihan
dilaksanakan selama 2 hari yang dipandu
oleh instruktur, selanjutnya dilakukan
kegiatan pendampingan pada ibu-ibu rumah
tangga dalam pembuatan pejatian, prascita
durmanggala dan biakawon.
191
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
dan VCO), (4) peningkatan pemahaman dan
keterampilan dalam membuat alat upakara
(banten).
SARAN
Bercermin pada kebermanfaatan yang
dirasakan oleh masyarakat Tejakula
khususnya pada lokasi pelaksanaan
program desa binaan, dapat dikatakan
bahwa keberlanjutan proram desa binaan
sangat
penting
dilihat
dari
(a)
kecenderungaan kearah positif dinamika
perubahan perilaku masyarakat dalam
memanfaatkan
inovasi-inovasi
yang
diberikan oleh tim maupun instruktur dari
masing-masing pelaksanaan program desa
binaa Kecamatan Tejakula, (b) kelompok
tani yang ada di desa lokasi memiliki
komitmen untuk menggerakkan warganya
dalam menerapkan pengetahuan dan
keterampilan yang diberikan oleh tim dan
instruktur kegiatan yang memacu aktivitas
ekonomi kreatif secara berkelanjutan, (c)
dukungan komitmen pemerintah daerah dan
penyediaan dana pendamping untuk
mengembangkan kawasan desa mandiri di
wilayah Tejakula sangat dibutuhkan, (d)
respon masyarakat sangat tinggi, ini sebagai
modal social budaya untuk menjamin
keberlanjutan program sejenis, dan (e)
komitmen Undiksha, untuk penetapan
wilayah Tejakula sebagai desa binaan dan
tempat
penyelenggaraan
program
pengabdian masyarakat.
Astra
Wesnawa,
I
Gede.
2011.
Pengembangan Potensi Pariwisata
Berkelanjutan Bagi Peningkatan
Kehidupan
Sosial
Ekonomi
Masyarakat pada Koridor Bali
Sebagai Pintu Gerbang Pariwisata
Nasional. Laporan Penelitian. FIS
Undiksha: Singaraja
Statistik Kecamatan Tejakula, 2013
Data Potensi Desa Tembok, 2013
Rijanta, R dan M Baiquni. 2003. Otonomi
daerah. Transisi Masyarakat dan
Konflik Pemanfaatan Sumberdaya:
pemahaman Teoritis dan Pemaknaan
Empiris. Paper disajikan dalam
Seminar Nasional Otonomi dan
Konflik Pemanfaatan Sumberdaya
Alam dalam rangka Dies Natalis
Fakultas Geografi UGM Yogyakarta
1 September 2003.
DAFTAR RUJUKAN
Astra Wesnawa, I Gede, dkk. 2014. IbW
Kecamatan Tejakula Kabupaten
Buleleng. Laporan Pengabdian Pada
Masyarakat.
LPM
Undiksha
Singaraja.
192
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
Tertib Administrasi dalam Menunjang Pengelolaan Usaha Ikan
Tangkap bagi Usaha Bersama Kelompok Wanita Pesisir Sangsit
I Nyoman Pursika, Sri Lucy Musmini, Ratna Artha Windari
Universitas Pendidikan Ganesha
ABSTRACT
Background of community service activities are not already own License by coastal women in sales of fish
caught so constrained in terms of marketing and entering business relationships outside the area. Similarly,
he does not have SIUP can affect the loan guarantees in the nearest bank or LPD certainly does not lend
capital for business development efforts were not officially registered.
The effectiveness of business development of fish catch has been duly obtained the guarantee of legal
protection in the proposed P2M lady coastal Sangsit become partners P2M in which proposers will further
coordinate with LPM Undiksha to be facilitated by step in cooperation with village officials staff in
realizing Order Administration Business Management Fish Catch with Training and Assistance Filing
License For Women UBK Coastal Sangsit.
The main purpose community service activities will be pursued efforts should be made to improve the
knowledge, understanding, skills in license business people catching fish, especially women of coastal
Sangsit in supporting the orderly administration of the business management of fish caught by the team
proposer P2M will be facilitated through training and mentoring arrangements given the understanding of
coastal Sangsit still lay woman will be the importance of ensuring protection of business legally.
The program is a pilot program that is actual in order to increase knowledge and insight UBK woman
fishing in order corporate governance of fish caught in the village Sangsit.
Keywords: Fish catch, coastal, License, UBK, business, woman.
ABSTRAK
Latar belakang kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah belum dimilikinya SIUP oleh wanita pesisir
dalam penjualan ikan tangkap sehingga terkendala dari segi pemasaran dan menjalin relasi usaha ke luar
daerah. Demikian juga halnya tidak dimilikinya SIUP dapat berpengaruh terhadap jaminan pinjaman di
bank atau LPD terdekat tentunya tidak memberikan pinjaman modal pengembangan usaha karena usahanya
tidak terdaftar secara resmi. Efektivitas pengembangan usaha ikan tangkap sudah sepatutnya memperoleh
jaminan perlindungan hukum yang dalam usulan P2M ini wanita pesisir Sangsit menjadi mitra P2M di
mana pengusul lebih lanjut akan berkoordinasi dengan LPM Undiksha untuk dapat difasilitasi dengan
langkah bekerjasama dengan aparat desa staf dalam mewujudkan Tertib Administrasi Pengelolaan Usaha
Ikan Tangkap dengan Pelatihan dan Pendampingan Pengajuan SIUP Bagi UBK Wanita Pesisir Sangsit.
Tujuan utama kegiatan pengabdian masyarakat ini akan ditempuh upaya yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan pengetahuan, pemahaman, keterampilan pengurusan ijin usaha pelaku usaha ikan tangkap,
khususnya wanita pesisir Sangsit dalam menunjang tertib administrasi pengelolaan usaha ikan tangkap oleh
tim pengusul P2M akan difasilitasi melalui pelatihan dan pendampingan pengurusan mengingat
pemahaman wanita pesisir Sangsit masih awam akan pentingnya jaminan perlindungan usaha secara
hukum. Program ini merupakan program rintisan yang bersifat aktual dalam rangka peningkatan
pengetahuan dan wawasan UBK wanita nelayan dalam rangka tata kelola usaha hasil ikan tangkap di desa
Sangsit.
Kata kunci: Ikan tangkap, nelayan,Tata kelola usaha, pesisir, SIUP,tertib administrasi, UBK, usaha, wanita
A.Pendahuluan
1.1 Analisis Situasi
Pulau Bali mempunyai potensi
wilayah pesisir dan merupakan salah
satu pintu gerbang simpul dan alih modal
kegiatan transportasi laut khususnya
wilayah Bali bagian timur. Hal ini
dikarenakan letaknya yang sangat
strategis bagi kegiatan-kegiatan sektor
kelautan dan prikanan, potensi inilah
193
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
yang nantinya dapat menjadi dasar
pengembangan bagi kelautan dan
pelabuhan propinsi Bali. Kabupaten
Buleleng memiliki 2 pelabuhan, yaitu
pelabuhan Celukan Bawang yang selama
ini difungsikan sebagai pelabuhan
barang dan pelabuhan Sangsit selama ini
berfungsi sebagai pelabuhan bongkar
muat barang-barang atau hasil-hasil
perikanan,
sehingga
berdasarkan
jengkauan orientasinya pelayarannya,
jenis/ukuran kapal yang singgah dan
tingkat perkembangan kawasan maka
pelabuhan Sangsit dapat dijadikan
sebagai pelabuhan regional.
Wilayah pesisir kabupaten Buleleng
memiliki terumbu karang, mangrove dan
padang lamun. Kecamatan Sawan
memiliki kawasan pesisir yang potensial
untuk jenis ikan tangkap. Berdasarkan
data statistik kelautan di kawasan laut
pesisir Buleleng, kecamatan Sawan
sangat produktif untuk dikembangkan
sebagai kawasan perikanan tangkap.
Kondisi kawasan laut dengan komiditi
yang melimpah mempengaruhi jenis
mata pencaharian yang digeluti oleh
penduduk setempat yang mayoritas
menekuni profesi sebagai nelayan. Hal
ini mengkondisikan kecamatan Sawan
biasanya identik dengan komoditi hasil
laut, salah satunya hasil tangkapan ikan
untuk konsumsi sehari-hari. Ikan
merupakan sumber protein yang baik
untuk dikonsumsi masing-masing kepala
keluarga. Sumber daya laut yang
melimpah tidak diimbangi oleh cara
pengelolaan yang tepat untuk tetap
menjaga kelestarian ekosistem laut. yang
menggeluti pekerjaan sebagai nelayan
adalah mengalami kesulitan dalam
pemasaran ikan dalam jumlah yang
banyak pada saat musim panen ikan laut
tiba. Kondisi semacam ini yang secara
langsung melibatkan peran serta wanita
nelayan/perempuan
pesisir
untuk
mengambil bagian membantu tugas
suami setelah melaut. Aneka profit dapat
diraup dari sektor kelautan. Yang
pertama, dan utama yaitu ikan yang
merupakan kebutuhan untuk dikonsumsi
oleh maisng-masing KK dalam rangka
pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari
bagi seluruh masyarakat termasuk warga
masyarakat di wilayah kecamatan
Sawan. Pemanfaatan sumberdaya laut
jangan sampai merusak kekayaan
ekosistem tersebut. Salah satunya daerah
pesisir Sangsit, kecamatan Sawan,
menghasilkan berlimpah ikan setiap
harinya. Kendala yang dihadipi pada
musim panen ikan tiba para nelayan
mengalami kesulitan dalam mengelola
hasil tangkapan dalam jumlah yang
relatif
tinggi
karena
sulitnya
pendistribusian ikan, belum lagi kendala
belum dimilikinya SIUP oleh sebagian
besar wanita nelayan sehingga sulit
menyasar konsumen seperti hotel dan
restoran yang kapasitasnya dapat
dijadikan sebagai pelanggan tetap oleh
UBK mitra P2M.
Upaya pemerintah kabupaten
Buleleng dalam menangani kendala
transportasi
laut
terkait
dengan
pengiriman ikan ke luar pulau adalah
dengan cara membangun sebuah
pangkalan pendaratan ikan di desa
Sangsit yang berfungsi, di satu sisi
sebagai
simpul
dalam
jaringan
transportasi laut, dan di sisi lain sebagai
gerbang
kegiatan
perekonomian
masyarakat lokal, juga merupakan
tempat
untuk
menyelenggarakan
pelayanan jasa pelabuhan, pelaksanaan
kegiatan pemerintahan, dan kegiatan
ekonomi lainnya, di tata secara terpadu
guna mampu mewujudkan penyediaan
jasa pelabuhan sesuai dengan tingkat
kebutuhan
masyarakat.
Namun,
penyediaan dukungan sarana dan
prasarana dari pemerintah harus disertai
dengan dukungan masyarakat. Salah
satunya, hal yang dapat dimiliki oleh
masyarakat pesisir Sangsit adalah ijin
operasional usaha yang dapat menunjang
194
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
keberlangsungan aktifitas keseharian
dalam tata kelola hasil ikan tangkap.
Sebab dengan dimilikinya SIUP jaminan
hukum akan aktifitas usaha penting
untuk mitra P2M bisa mengadakan
kesepakatan jual-beli, mengembangkan
jaringan bisnis, membuka mitra kerja
yang lebih luas, termasuk sebagai salah
satu kriteria prasyarat untuk memperoleh
pinjaman modal di koperasi dan bank
setempat.
1.3 Identifikasi dan Perumusan
Masalah
Pangkalan pendaranatan ikan di
Sangsit dibangun pada dasarnya sebagai
sebagai
prasarana
pendukung
pelaksanaan aktifitas ekonomi, yang
fungsinya adalah memebrikan pelayanan
dan kemudahan kepada para pemakai
khususnya nelayan.
Sesuai dengan
fungsinya, maka pihak pengelola PPI
tidak
hanya
dituntut
mampu
mengoptimalkan pengelolaan terhadap
fasilitas yang tersedia. Tetapi bagi mitra
P2M juga diharapkan demi kepentingan
kelangsungan
kegiatan
perikanan
sehingga mampu menjalankan aktifitas
usaha dengan lancar, baik dalam
melakukan pemasaran hasil tangkapan,
maupun menjalin relasi dengan
pengusaha lain, tentunya segala
aktifitasnya harus terdaftar secara resmi
minimal di tingkat wilayah desa
setempat dengan melakukan koordinasi
dan pendaftaran pengurusan SIUP yang
nantinya oleh tim pengusul P2M akan
difasilitasi melalui pelatihan dan
pendampingan pengurusan mengingat
pemahaman wanita pesisir Sangsit masih
awam akan pentingnya jaminan
perlindungan usaha secara hukum.
Berdasarkan identifikasi masalah
tersebut,
maka
yang
menjadi
permasalahan
dalam
pengabdian
masyarakat ini adalah: bagaimanakah
upaya yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan
pengetahuan,
pemahaman, keterampilan pengurusan
ijin usaha pelaku usaha ikan tangkap,
khususnya wanita pesisir Sangsit dalam
menunjang
tertib
administrasi
pengelolaan usaha ikan tangkap?
B.Metode Pelaksanaan
2.1 Rancangan Program
Program ini merupakan program
yang bersifat terminal dalam rangka
peningkatan pengetahuan dan wawasan
keterampilan wanita pesisir Sangsit
dalam menumbuhkan kesadaran hukum
dalam hal pengurusan ijin usaha
perdagangan (SIUP) sehingga dapat
menjamin kelayakan operasional usaha
penjualan hasil ikan tangkap. Untuk
kepentingan pencapaian tujuan program
ini, maka rancangan yang dipandang
sesuai untuk dikembangkan adalah
“RRA dan PRA” (rural rapid appraisal
dan participant rapid appraisal). Di
dalam pelaksanaannya, program ini akan
mengacu pada pola sinergis antara
tenaga pakar dan praktisi dari
Universitas Pendidikan Ganesha. Di sisi
lain, program ini juga diarahkan pada
terciptanya iklim kerjasama yag
kolaboratif dan demokratis dalam
dimensi mutualis antara dunia perguruan
tinggi dengan masyarakat secara luas di
bawah
koordinasi
pemerintah
Kabupaten Buleleng, khususnya dalam
rangka meningkatkan pengetahuan dan
wawasan wanita pesisir Sangsit secara
cepat
namun
berkualitas
bagi
kepentingan pembangunan masyarakat
setempat. Berdasarkan rasional tersebut,
maka program ini merupakan sebuah
langkah inovatif dalam kaitannya
dengan dharma ketiga perguruan tinggi,
yaitu pengabdian kepada masyarakat.
2.2 Prosedur Sistim Pelaksanaan
Program
Program ini dirancang sebagai
bentuk jawaban dan antisipasi dari
berbagai permasalahan yang berkaitan
dengan sebagian ± 65% usaha penjualan
ikan tangkap di Sangsit yang tidak
memiliki SIUP sebagai salah satu
195
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
dampaknya pelaku usaha tidak bisa
menjalankan usahanya dengan baik
karena terhambat masalah pemasaran,
relasi usaha, termasuk dalam hal
pinjaman di LPD atau bank terdekat di
desa Sangsit. Berangkat dari rasional
tersebut, maka program ini akan
dilaksanakan dengan sistem pelatihan
dan pendampingan pengurusan SIUP,
dimana
tim
pelaksana
akan
menyelenggarakan program peningkatan
pengetahuan,
wawasan,
dan
keterampilan UBK wanita pesisir
Sangsit. Model pelaksanaan kegiatan ini
akan dilakukan secara langsung (tatap
muka) sebagaimana layaknya sistem
pembelajaran yang dilakukan di sekolah
atau perguruan tinggi.
Lama pelaksanaan kegiatan
adalah 8 (delapan) bulan yang dimulai
dari tahap perencanaan, pelaksanaan
sampai pada proses evaluasi dengan
melibatkan wanita pesisir Sangsit yang
tergabung dalam UBK rintisan, yang
masing-masing UBK akan diwakili 1
orang mitra. Pada akhir program setiap
peserta akan diberikan sertifikat sebagai
tanda bukti partisipasi mereka dalam
kegiatan ini. Melalui program ini,
diharapkan
wanita
pesisir
yang
tergabung dalam UBK rintisan di desa
Sangsit mendapatkan pengetahuan dan
pemahaman yang jelas tentang tata cara
pengisian form SIUP, kelengkapan yang
harus dipenuhi, pengajuan usulan SIUP,
dan pendaftaran SIUP.
C.Hasil Program dan Pembahasan
3,1 Hasil Program
3.1.1 Pelatihan Perancangan Alat
Usaha
Pelatihan produksi peralatan
usaha lesehatan yag dilaksanakan pada
saat ini masih menitik beratkan pada
produksi bahan untuk menunjang
perkakas warung yang akan dibuka,
dalam artian bahan-bahan kelengkapan
peralatan diolah dan dikerjakan sendiri
sebagai bentuk kreatifitas pemberdayaan
kelompok. Meskipun dalam perjalanan
program dicoba dilakukan pengolahan
bahan peralatan perkakas ke depannya
diharapkan dapat lebih efesien kalau
anggota kelompok dapat diberdayakan
dalam pengerjaannya.
Pendidikan
dan
pelatihan
perancangan alat perkakas usaha lesehan
ini dilaksanakan pada tanggal 26 Mei
sampai dengan 7Juni 2016, bertempat di
kediaman koordinator UBK Wanita
Pesisir Sangsit, Kecamatan Sawan,
Kabupaten Buleleng, Bali. Pendidikan
dan pelatihan dilaksanakan melalui
metode praktek langsung pengolahan
bahan, bambu, dan sebagainya sehingga
siap menjadi bahan dasar produk kreatif
yang selanjutnya digunakan pada usaha
kelompok.
Dalam pelaksanaan diklat ini
tidak ditemukan kendala yang berarti
karena respon yang sangat bagus dari
UBK Wanita Pesisir Sangsit dalam
mengikuti pelaksanaan kegiatan ini.
3.1.2 Penataan Warung
Kegiatan ini terlaksana tanggal 11
Juni sampai dengan 13 Juni 2016
dengan
pendampingan
dari
tim
pelaksana P2M. Oerientasi kegiatan
penataan
warung
yang
akan
diberdayakan kepada UBK Wanita
Pesisir Sangsit dengan tujuan untuk
mempermak kondisi warung yang tidak
layak pakai menjadi lebih tertata, lebih
terlihat bersih dan rapi sehingga layak
dijadikan tempat usaha lesehan. Agenda
kegiatan berupa pemlesteran tembok
dengan meminta bantuan tukang
bangunan dengan dibarengi oleh
kelompok wanita nelayan dalam
pengecatan dinding. Kekompakan kerja
tim sangat terlihat jelas ketika para
anggota kelompok berbaur mengerjakan
bagian tugasnya masing-masing.
3.1.3 Pelatihan Manajemen Produksi
dan Kewirausahaan
196
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal
19-20 Juni oleh instruktur tamu dari
Jurusan D3 Akuntansi, yaitu Ibu Dra Sri
Lucy Musmini, SE., Ak. Yang
melakukan pendampingan tentang
manajemen usaha dengan pengelolaan
usaha
kreatif
mandiri
secara
berkelompok oleh wanita nelayan Pesisir
Sangsit sekaligus membuka peluang
baru berupa usaha lesehan yang
merupakan bentuk UBK rintisan dengan
pengolahan hasil tangkapan ikan.
Respon wanita nelayan sangat positif
sekali
mengingat
selain
materi
penekanan pada usaha produksi
potensial bahari Pesisir Sangsit yang
digalakkan juga terdapat pendampingan
manajemen pembukuan sederhana untuk
menunjang administrasi kelompok.
pendampingan kelompok dalam hal
pengelolaan kawasan pesisir dan
pengurusan
ijin
usaha
perdagangan.Untuk
menyukseskan
penyelenggaraan program tidak terlepas
dengan prosedur birokrasi yang
dilakukan oleh tim pelaksana dari
Universitas
Pendidikan
Ganesha
(UNDIKSHA).
Alur birokrasi pelaksanaan program
dengan mendatangi langsung desa tujuan
P2M dan bersilaturahmi dengan aparatur
desa setempat. Adapun hasil koodinasi
tim dengan birokrasi Pemerintahan Desa
Pesisir
Sangsit,
diantaranya:
kesepakatan jadwal kegiatan, tempat
penyelenggaraan, agenda kegiatan,
termasuk pedataan peserta pelatihan dari
masing-masing dusun di desa Pesisir
Sangsit dikoordinir oleh Bagian
Kesejahteraan Masyarakat desa Pesisir
Sangsit. Program yang kami rancang
dan usulkan untuk diselenggarakan di
desa Pesisir Sangsit memperoleh
apresiasi yang sangat luar biasa dari
Pemerintah Desa setempat beserta
jajarannya.Mengingat baru pertama kali
desa Pesisir Sangsit disasar kegiatan
pengabdian dengan melibatkan warga
masyarakat untuk mampu diberdayakan
melalui kegiatan sosialisasi dan
pelatihan
dari
pihak
LP2M
UNDIKSHA.
3.2 Pembahasan
Pelaksanaan
kegiatan
Pengabdian
kepada Masyarakat “Tertib Administrasi
Pengelolaan Usaha Ikan Tangkap
dengan Pelatihan dan Pendampingan
Pengajuan SIUP Bagi UBK Wanita
Pesisir Sangsit” dilaksanakanpada bulan
Mei-Juni 2016 yang telah dilaksanakan
dengan penggunaan dana 70% program
yaitu: pendidikan dan pelatihan
perancangan alat penunjang usaha
lesehan, pelatihan tata boga dengan
pengolahan hasil tangkapan ikan, Diklat
pengelolaan kawasan, dan pelatihan
manajemen
produksi
dan
3.1.4 Rancangan Pengurusan SIUP
UBK
Sesuai hasil kesepakatan dengan
anggota
kelompok
pendampingan
selanjutnya yang akan dilaksanakan oleh
instruktur pendamping dari jurusan Ilmu
Hukum. adalah pengurusan surat ijin
usaha perdagangan (SIUP) yang dalam
hal ini akan digunakan nama kelompok,
supaya dapat berkekuatan hukum akan
diurus
pendaftarannya
secara
administratif setelah usaha lesehan
berjalan dan sekaligus menjadi identitas
bagi kelompok. Hal ini dilakukan untuk
melindungi produk-produk kreatif yang
akan dihasilkan oleh kelompok
dikemudian hari.
Pelaksanaan kegiatan Pengabdian
kepada Masyarakat “UBK Wanita
Pesisir Sangsit” dilaksanakan selama 6
(enam) bulan, dimulai dari 19 Mei
sampai dengan 07 Nopember 2016 yang
telah dilaksanakan 70% program yaitu:
pelatihan produksi olahan kuliner laut
berbahan baku hasil tangkapan ikan
masyarakat pesisir desa Pesisir Sangsit,
diklat pengelolaan kawasan pesisir,
pengurusan ijin usaha perdagangan,
197
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
kewirausahaan.
Hal yang masih
berlangsung sampai saat ini adalah
pendampingan
kelompok
dalam
pengurusan ijin usaha perdagangan
(SIUP) dengan karakteristik usaha
bersama kelompok (UBK).
Pada tahap awal pelaksanaan
program dilaksanakan kegiatan berupa
perancanganpembuatan alat penunjang
usaha lesehan, persiapan tutor, persiapan
alat dan bahan, dan sosialisasi dan
koordinasi dengan peserta. Perancangan
disain dan kegiatan diklat dilaksanakan
bersama tim pengusul didasari oleh
analisi situasi yang dibuat berdasarkan
permasalahan yang dihadapi oleh UBK
Wanita Pesisir Sangsit. Perancangan ini
dilaksanakan pada akhir bulan Mei dan
pertengahan Juni 2016 yang juga
melibatkan peran serta aktif peserta
program pengabdian kepada masyarakat
untuk membuat skala prioritas program
yang dilaksanakan. Perencanaan ini
berjalan dengan sangat baik berkat
peranan aktif tim pelaksana dan peserta
yang menjadi mitra program.
Persiapan tutor dan instruktur
dilaksanakan pada awal kegiatan untuk
mematangkan kembali program –
program yang akan dilaksanakan kepada
mitra, sehingga terjadi sinergi yang baik
dalam kegiatan ini. Persiapan tutor dan
instruktur ini meliputi: mencetak materi
pelatihan untuk pelatihan tata boga,
diklat pengembangan kawasan, dan
pelatihan manajemen produksi dan
kewirausahaan, serta pengurusan SIUP
UBK lesehan dengan rancangan label
kelompok. Persiapan yang dilaksanakan
berikutnya berupa persiapan alat dan
bahan yang dilaksanakan dengan
pembelian: peralatan pelatihan alat
penunjang usaha produksi, bahan
kelengkapan warung tempat usaha,
bahan diklat pengelolaan kawasan,
pelatihan manajemen produksi dan
kewirausahaan, dan bahan pelatihan
SIUP yang dijadwalkan pada akhir
program.
Dalam
rangka
penyamaan
persepsi dan waktu pelaksanaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat di UBK
Wanita
Pesisir
Sangsit,
maka
dilaksanakan kegiatan sosialisasi dan
koordinasi dengan peserta.Hal ini
dilaksanakan
untuk
mendapatkan
kesepakatan waktu dalam pelaksanaan
program, sangat disyukuri peserta
kegiatan
sangat
antusias
dalam
menerima sosialisasi program sehingga
tidak ada halangan yang berarti dalam
pelaksanaan kegiatan ini.
D.Penutup
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan
yang
dapat
diperoleh dari pelaksanaan program
pengabdian kepada masyarakat “ UBK
Wanita Pesisir Sangsit, adalah:
1. Tingkat partisipasi yang tinggi dari mitra
program pengabdian kepada masyarakat
memberikan dampak positif bagi
pelaksanaan program, terlihat dari
pelatihan pembuatan alat penunjang
usaha, penataan warung, diklat produksi
dan kewirausahaan, pelatihan tata boga,
dan rancangan pengurusan SIUP UBK
dapat berjalan dengan baik
2. Pelaksanaan
program
mampu
menghasilakan luaran-luaran yang
diharapkan oleh program pengabdian
kepada
masyarakat
ini,
kecuali
pengurusan SIUP UBK “Warung” masih
harus melalui proses pendaftaran.
4.2. Saran
Bagi pihak terkait, yang dalam hal ini
Pemerintah Desa Sangsit, diharapkan
dapat
memberikan
dukungan
kemudahan kebijakan dan berbagi
pengalaman
dari
segi
wawasan
pengetahuan yang ditransfer ke wanita
nelayan guna menyukseskan rintisan
program usaha industri rumah tangga
yang telah digagas secara kolektif
tersebut.
198
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
Tingginya kreatifitas UBK Wanita
Pesisir Sangsit dalam mengolah hasil
tangkapan ikan menjadi hasil olahan
kuliner bahari kreatif diharapkan
mendapatkan perhatian khusus, sehingga
menjadi keberlanjutan program dari
kegiatan “ UBK Wanita Pesisir Sangsit”
yang saat ini masih dirintis pendirian dan
keberlanjutan perkembangannya.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 1999. Indikator
Sosial Wanita Indonesia 1997. Biro
Pusat Statistik. Jakarta.
Beniy Rachman, Saptana. 1993. Studi
Komparasi Peranan Wanita dalam
Penanggulangan Kemiskinan: Kasus
P4K, KUM dan LSM, Pusat Penelitian
Sosial Ekonomi Pertanian.Bogor.
Mulyo, Jamhari. 1998. Peranan Wanita
dalam Peningkatan Pendapatan dan
Pengambilan Keputusan. Yogyakarta:
Agroekonomi, Vol: V/No.1. Desember
1998.
199
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
MENINGKATKAN KUALITAS WINE SALAK BALI YANG DI
PRODUKSI CV DUKUH LESTARI DESA SIBETAN KARANGASEM
BALI DENGAN SACCHAMOMYCES HIBRIDA LOKAL
I Nyoman Tika1), I D.P. Raka Rasana2, dan I.Gusti Ayu Triagustiana2),
1
)Jurusan Pendidikan Kimia, 2) Jurusan PGSD ,
Universitas Pendidikan Ganesha Bali Indonesia
Jl. Udayana No.11 Singaraja Bali
Email : [email protected]
Abstract
Problems arise when the implementation of the Hi-link second year is, (1) The use of yeast Saccharomyces local
Hybrids, on an industrial scale: wine is not clear, there is little sense of the range of 3 months sepat.untuk watu
wine products form a precipitate, (2) Modification of fermentation with the addition of enzymes to the juice bark
Bali: Rapidase Ex color, Fermivin, Rapidase CR leaving a brownish color in wine salak Bali, (3) there is a market
need to taste wine bark manisn to meet the market pariwisat. The solution provided is the use of the process
elektrocoagulli, the second solution is shortened fermentation period to 7 days. The method used is a laboratory
experiment and assistance to employees CV Dukuh Lestari in Hamlet Hamlet Village District Bebandem Sibetan
Karangasem Bali. Action is the application of technology applications and electrodialysis pda eletrokoagulasi
partners and the provision of formulation manufacture of dessert wine salak Bali. The results are (1) the quality
of salak wine produced by industrial partners (CV.Dukuh Lestari) by using the yeast Saccharomyces local hybrid,
with the adoption of kooagulasi and electrodialysis has to do with the 15% increase in clarity and taste, (2)
Formulation for dessert wine is 46.6 grams sugar / liter is added to the juice and heated to almost boiling
(temperature 85oC) for 15 minutes. Local S.h yeast plus 2%, for 14 days (3) the composition of salak bali wine
fermented with Saccharomyces local hybrid by CV. Dukuh Lestari, produce kaar alcohol content of 5-7% for the
organic compounds contained in wine barking namely (S) - 2 - hydroxypropanoic acid; etanamin, 2-propoxy; 2butanone, 3-hydroxy; 2-butanol, 3-methyl, (S) -; 2- hexanol, 3-methyl; 2,3-butanediol; propanenitrile, 3methylthio; glycerin; xylitol; 1,2,3,4 - butanetetrol, [S- (R @, R @)] - $$ erythritol; ribitol; D-mannitol, 1,4anhidro; 1,5-anhidro-D-mannitol; poligalitol; methyl d-lisofuranosid; sorbitol; 1,5-anhidroglucitol;
Heptasilosan; allyl dimetilsilane; and cannabinol. The content of most abundant in wine bark is propanenitrile,
3-methylthio with a percentage of 47.18%. (4) the public response, as the addition of new knowledge of some of
the participants responded that 84.1% really adds knowledge adds considerable 9.6% and 6.3% mediocre of the
activities carried P2M Undiksha.
Keywords. CV Dukuh Lestari, Hi-link, Wine salak Bali, Sibetan
ABSTRAK
Masalah yang muncul ketika pelaksanaan Hi-link tahun kedua adalah, (1) Penggunaan ragi Saccharomyces Hibrida
lokal, dalam skala industri : wine belum jernih, ada sedikit rasa sepat.untuk watu rentang 3 bulan produk wine
membentuk endapan, (2) Modifikasi fermentasi dengan Penambahan Enzim pada jus salak Bali : Rapidase Ex
Color, Fermivin, Rapidase CR menyisakan warna kecoklatan pada wine salak Bali, (3) ada kebutuhan pasar
dengan rasa wine salak yang manisn untuk memenuhi pasar pariwisat. Solusi yang diberikan adalah penggunaan
proses elektrocoagulli, Solusi kedua adalah memperpendek masa fermentasi menjadi 7 hari. Metode yang
digunakan adalah eksperimen laboratorium dan pendampingan pada karyawan CV dukuh Lestari di Dusun Dukuh
Desa Sibetan Kecamatan Bebandem Karangasem Bali. Aksi aplikasi teknologi adalah penerapan eletrokoagulasi
dan elektrodialisis pda mitra dan pemberian formulasi pembuatan dessert wine salak Bali. Hasil yang diperoleh
adalah (1) kualitas wine salak yang dihasilkan oleh industri mitra (CV.Dukuh Lestari) dengan menggunakan ragi
Saccharomyces hibrida lokal, dengan penerapan metode kooagulasi dan elektrodialisis telah dapat dilakukan
dengan kenaikan kejernihan 15% dan cita rasa, (2) Formulasi untuk wine dessert adalah 46,6 gram gula pasir/liter
ditambahkan ke dalam sari buah dan dipanaskan sampai hampir mendidih (suhu 85oC) selama 15 menit.
Ditambah ragi S.h lokal 2 %, selama 14 hari (3) komposisi wine salak bali yang difermentasi dengan
Saccharomyces hibrida lokal oleh CV. Dukuh Lestari, menghasilkan kaar alkohol 5-7% untuk
Kandungan senyawa organik yang terdapat di dalam wine salak yakni (S) – 2 – asam hidroksipropanoik
; etanamin, 2-propoxy ; 2-butanon, 3-hidroksi ; 2- butanol, 3-metil-, (S)- ; 2- heksanol, 3-metil ; 2,3-butanediol;
200
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
propanenitrile, 3-metiltio; gliserin; silitol; 1,2,3,4 – butanetetrol, [S-(R@,R@)]- $$ eritritol ; ribitol; d-mannitol,
1,4- anhidro ; 1,5-anhidro-d-mannitol; poligalitol ; metil d-lisofuranosid; sorbitol; 1,5-anhidroglucitol;
Heptasilosan; alil dimetilsilane; dan cannabinol. Kandungan terbanyak yang terdapat dalam wine salak adalah
propanenitrile, 3-metiltio dengan persentase sebesar 47,18, (4) Respon masyarakat, sebagai penambahan
pengetahuan baru sebagian peserta memberikan respon yang 84.1% sangat menambah pengetahuan 9.6% cukup
menambah dan 6,3 % biasa saja dari kegiatan P2M yang dilakukan Undiksha.
Kata Kunci : . CV Dukuh Lestari, Hi-link, Wine salak Bali, Sibetan
PENDAHULUAN
Salak Bali yang berasal dari Sibetan
sangat terkenal. Salak Bali endemik di Desa
Sibetan, yang terletak di wilayah kecamatan
Bebandem Kabupaten Karangasem yang
terdiri dari sepuluh Br Dinas. Desa Sibetan
memiliki batas desa sebagai berikut: di
sebelah Utara Desa jungutan, sebelah barat
Desa Duda Timur, sebelah selatan Desa
Selumbung sebelah Timur Desa Bebandem.
Luas Wilayah desa Sibetan adalah 1039,809
ha dengan ketinggian 500 -700 meter di atas
permukaan laut. Suhu rata-rata 25-30ºC,
curah hujan per tahun rata-rata 1567- 2000
mm. Bila panen raya buah salak, harganya
murah dan cepat busuk, sehingga buah
salak
nilai jualnya jatuh, sehingga
penghasilan petani salak baik penggarap
(buruh tani) maupun petani pemilik kebun
salak tidak mendapat nilai tambah secara
ekonomi. Yang menjadi mitra dalam
kegiatan pengabdian pada masyarakat
(P2M) dalam Hi-Link ini adalah Kelompok
Petani Salak Dukuh Sari dan CV. Dukuh
Lestari yang berlokasi di Dusun Dukuh
Sibetan, Kecamatan Bebandem. Kabupaten
Karangasem Bali. Masalah utama yang
dihadapi oleh para petani salak dapat
diuraikan sebagai berikut : Petani salak
yang tergabung dalam kelompok tani
Dukuh Lestari
kurang menguasai
pengolahan buah salak pasca panen. Petani
salak yang tergabung dalam kelompok
usaha Dukuh lestari telah mampu mengolah
salak menjadi wine dan telah memiliki izin
minuman wine, namun limbah yang
dihasilkan belum mampu diolah, saat ini
hanya dibuang di kebun salak, tanpa
pengolahan sama sekali.
Semenatara itu, wine salak yang
diprodukso
menggunakan
ragi
Saccharomyces bayanus yang memiliki
suhu optimum fermentasi 25°C, sedangkan
suhu lingkungan di desa Sebetan, berkisar
antara 15-22°C, artinya jauh dari suhu
optimumnya.
Kondisi
demikian
menyebabkan proses fermentasi tidak
efektif, sehingga produksi wine salak yang
dihasilkan belum memiliki rasa, aroma dan
kadar alkohol yang baik. Masalah ini diatasi
dengan menggunakan ragi Saccharomyces
hibrida lokal dan penambahan enzim
penghilang tanin, sehingga hasilnya lebih
jernih dan rasanya tidak sepat (Tika dkk,
2015). Selanjutnya, ketika produknya
disimpan dalam waktu lebih lama muncul
masalah, yaitu (1) Penggunaan ragi
Saccharomyces Hibrida lokal, dalam skala
industri : wine belum jernih, ada sedikit
rasa sepat.untuk watu rentang 3 bulan
produk wine membentuk endapan, (2)
Modifikasi fermentasi dengan Penambahan
Enzim pada jus salak Bali : Rapidase Ex
Color, Fermivin, Rapidase CR menyisakan
warna kecoklatan pada wine salak Bali, (3)
ada kebutuhan pasar dengan rasa wine salak
yang manisn untuk memenuhi pasar
pariwisat. Solusi yang diberikan adalah
penggunaan proses elektrocoagulli, Solusi
kedua adalah memperpendek masa
fermentasi menjadi 7 hari. Artikel ini
memaparkan tentang Penghilangan warna
201
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
akhir
Agustus –September, shingga
produksi bisa diteruskan (audiensi ke
Bupati Karangasem)
METODE
Pemberdayaan kelompok tani salak dan
mitra CV Dukuh
Lestari
dalam
memperbaiki produktivitas pengolahan
salak menjadi makanan olahan seperti
manisan salak, dodol salak, dan asinan dan
pembuatan wine, dan kompos, dilakukan
dengan metode PALS (Participatory Action
Learning System).
dengan
Teknik
elektrokoagluasi,
elektrodialisis untuk membuat lebih jernih
(diujicobakan dalam skala kecil) dan uji
fanelis dan Lab (1) Pembuatan desert wine
salak Bali /sweetner wine dalam untuk
mengantisipasi permintaan pasar dan
dilakukan uji coba rasa wine yang lebih
manis (sasaran industri pariwisata) uji
panelis dan lab (2) Kelangkaan buah salak
karena perubahan musim, sehingga
modifikasi produksi dilakukan dengan
sumber dari ketela ungu, (3) Mempasilitasi
agar Izin produksi bisa diaktifan : mulai
Adapun keterkaitan masing-masing kegitan Hi-ling dapat digambarkan sebagai berikut :
Transfer teknologi Ragi
Saccharomyces hibrida SRJ6
Formulasi fermentasi
wine salak
Nanofiltrasi
Peningkatan
kapasitas produksi
Kontinuitas
produksi
Aplikasi filtrasi
bioreaktor
Wine
salak
berkuali
tas
dengan
standar
eksport
Analisis kualitas
winealak
Penulisan Buku
Salak
Optimasi fermentasi dalam
skala lab
Reformulasi produksi
wisata argo
Analisis biosensor
Analisis
wine salak
Managemen
pemasaran
Produksi
Pupuk
orgnik
2015
Penulisan Buku
Mini Lab
2016
Perluasan pasar
dan Buku, dan
paten
2017
Gambar 7. Sistematika (fishbone diagram) alur kegiatan pengabdian Hi-Link
fermentasi, penumbuhan ragi hibrida,
tahun pertama, kedua dan ketiga (20152017)
pembuatan kompos, penguatan kemampuan
Metode PALS memiliki prinsip sebagai
pemasaran, dan penguatan manajemen
berikut, yakni pelibatan petani anggota
kelompoktani dengan segala pendekatan
kelompoktani salak, termasuk pengurus
sehingga membentuk suatu sistem interaksi
kelompok tani Dukuh Lestari dan CV
pembelajaran
masyarakat
secara
Dukuh Lestari sebagai mitra Hi-Link dalam
partisipatif, baik secara personal maupun
proses pembelajaran aktif partisipan dalam
komunal.
program
aksi
penerapan
teknologi
202
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
Metode PALS menitikberatkan pada
transformasi kegiatan-kegiatan yang telah
ada untuk diusahakan dibawa pada
perubahan-perubahan ke arah perbaikan
keterampilan produksi dan ekonomi petani.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Secara diagramatik, penerapan Ipteks bagi
kelompoktani Salak dan CV Dukuh Lestari
dengan metode PALS dalam meningkatkan
produktivitas produksi makanan olahan dan
wine salak dapat dilihat pada Gambar 1.
menghasilkan beberapa kesepakatan : (1)
lokasi penerapan transfer teknologi bagi
petani salak di lakukan di Balai Dusu
Dukuh Desa Sibetan. (2) lokasi unit usaha
pembuatan kompos bertempat di lahan
milik kebun dekat CV Dukuh Lestar, (3)
Pendampingan pada perbaikan sistem
fermentasi wine salak di lakukan di ruang
kerja CV Dukuh Lestari.
D. KARYA UTAMA
1. Realisasi Program
Program Hi-Link di Desa Sibetan
ini melakukan berbagai kegiatan untuk
menghasilkan
karya-karya
yang
direncanakan, mulai dari sosialisasi
program, pertemuan koordinasi dengan
pengurus kelompok, mitra dan Kepala
Dusun Dukuh dan kepala Desa Sibetan;
pelatihan dan penerapan teknik fermentasi;
pelatihan pembuatan kompos, Focus Group
Discussion (FGD) sistem pemasaran salak
dan produk makanan dan minuman
berbahan baku salak Bali Sibetan., promosi
produk, dan pendampingan penerapan
teknik fermentasi dan pengemasan
minuman makanan berbahan baku salak
Bali. Secara rinci realisasi berbagai
kegiatan tersebut adalah sebagai berikut
a. Sosialisasi Program Hi-Link
Sosialisasi tahun kedua dilaksanakan
pada tanggal 15 Mei 2016, bertempat di
aula Dusun Dukuh Desa Sibetan Ketua
Kelompok Dukuh Lestari dan Direktur CV
Dukuh Lestari hadir ampul Sari di Dusun
Bingin, Desa Depeha. Para pihak yang
diundang adalah pengurus. Pada saat itu
disampaikan bahwa Program Hi-Link yang
disulkan tahun 2015 telah disetujui oleh
DP2M Dikti. Namun realisasi kegiatan baru
akan dilakukan setelah ada kepastian
pencairan dana program Hi-Link.
Pertemuan sosialisasi pada tingkat
kelompok Tani dan CV Dukuh Lestari
Pelatihan Peningkatan Pengolahan salak
menjadi wine
Peningkatan kualitas produk olahan
makanan dan minuman (wine salak) pada
mitra CV Dukuh Lestari dan kelompok
Petani salak Dukuh Lestari merupakan
target utama pelaksanaan program Hi-Link
Salak di Desa Sibetan Bali. Petani salak
selama ini enggan untuk mengolah salak ,
hal ini karena para petani belum maksimal
memiliki kemampuan untuk mengolah
salak menjadi makanan olahan seperti
dodol, manisan dan asinan. Dari peserta
yang berjumlah rata-rata memiliki
kemampuan mengolah makanan olahan
berbahan baku salak.
Upaya memperbaiki kualitas wine
yang dihasilkan petani salak dan CV Dukuh
Lestari adalah dengan langkah-langah
sebagai berikut: (1) karakterisasi ragi
Saccarmoyces isolat lokal hibrida untuk
produksi wine salak. (2) optimalisiasi
produksi ragi untuk menghasilkan wine
salak, (3) pengemasan wine salak yang
dihasilkan oleh CV.Dukuh Lestari.
203
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
Gambar 1. Produk dan Aktivitas Monev Dikti di CV Dukuh Lestari
2. Produk (Karya Utama)
limbah hasil fermentasi wine salak menjadi
Karya utama dari kegiatan Hi-Link
kompos, sistem pemasaran berbasis web,
Salak di Desa Sibetan Bali ini adalah
mekanisme penjualan salak untuk ditangani
perbaikan produk makanan dan minuman
oleh CV. Dukuh Lestari untuk produksi
olahan yberbahan baku salak. Perbaikan
wine kelembagaan kelompok yang kuat dan
dan peningkatan kualitas minuman wine
mandiri, dan artikel pengabdian kepada
salak merupakan produk utama yang
masyarakat yang diusulkan pemuatannya
diharapkan dari program Hi-Link ini.
pada salah satu jurnal terbitan FLIpMas.
Produk lain yang juga dirancang dicapai
Produk program Hi-Link Salak di esa
adalah strategi pemasaran, pengolahan
Sibetan Bali seperti tersaji pada Tabel 1.
. Produk program Hi-Link Salak di esa Sibetan Bali seperti tersaji pada Tabel 1.
Tabel 1. Produk Hi-Link
No.
Produk
Keterangan
1
Wine salak
- Kealitas produk dengan kadar alkohol
13,5%, dikemas dalam berbagai bentuk
botol yang beragam.
- Tersedia dalam berbagai kemasan 1
lietr, 500 mL, 330 mL.
2
Ragi Saccharomyces Hibrida lokal
- Dodol salak yang dihasilkan memiliki
kualitas baik (90%), rasa (85%),
tampilan (80%) menarik
3
Sistem Pemasaran produk olahan
Dirancang dalam bentuk website dan
direct selling, bertahap di wilayah
204
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
No.
4
Produk
Artikel Pengabdian Kepada Masyarakat
3. Kontribusi Mitra
Mitra Hi-Link Salak di desa Sibetan
Bali
ini.
Ditinjau
dari
tingkat
pendidikannya, kedua mitra adalah
berpendidikan srata 1. Secara umum, mitra
memberikan respons positif dan sangat
berkontribusi
terhadap
kelancaran
pelaksanaan program. Bentuk respon dan
kontribusi tersebut adalah sebagai berikut.
a. Hadir dan aktif dalam kegiatan
pelatihan dan pendampingan yang
diselenggarakan.
b. Bersedia berbagi pengalaman praktis
kepada petani anggota kelompok Petani
saak Dukuh Lestari non mitra Hi-Link,
serta mempasilitasi berbagai keperluan
selama pelatihan.
c. Menyediakan lokasi kebun salak dan
aula banjar Dukuh untuk kegiatan,
sosialisasi dan pendampingan selama
kegiatan berlangsung.
d. CV Dukuh lestari, baik satf dan
pimpinan sangat terbuka
dan
mengizinkan
tempat
dan bahan
penelitian dan
transfer Iptek dan
analisis pertumbuhan fermentasi.
Keterangan
kabupaten karangasem, dan dilanjukan
depasar dan , kabupaten lain di Bali.
Disusun dan diusulkan untuk dimuat pada
salah satu jurnal pengabdian kepada
masyarakat terbitan FLIpMas
e. Menerapkan dengan baik teknologi
memproduksi makanan olahan dan wine
salak yang dianjurkan dan bersedia
melanjutkan penerapannya meskipun
program Hi-Link telah berakhir.
E. ULASAN KARYA
a. Perubahan dan Peningkatan Kualitas
Produksi Wine salak
Dampak
penerapan
teknik
fermentasi, yang meliputi penggunaan
Saccharomyces hibrida dan optimasi
produksi dengan
pengubahan teknik
fermentasi untuk menghasilkan kualitas
produk wine yang lebih baik. Beberapa
indikator kualitas wine salak adalah aroma,
tingkat kejernihan, cita rasa, penampilan,
kadar alkohol dan kemasan. Kualitas wine
salak dilakukan dengan menggunakan
panelis. Panelis adalah sekelompok orang
yang biasa menjadi peminum wine, yang
berjumlah 15 orang. Untuk uji kadar
alkohol dilakukan di Lab kimia FMIPA
Undiksha. Data selengkapnya dapat
disimak pada tabel 2.
Tabel 2 Kualitas Wine Salak sebelum dan sesudah Penerapan Ipteks
Kualitas
Sebelum
Penerapan
Iptek (%)
Sesudah Kenaik
Penerapan an (%)
Iptek (%)
(Tahun I)
Dessert
Wine
salak
Kenaikan
(%)
Aroma
75
90
Cita rasa
85
Tampilan
85
15
95
20
90
20
85
10
90
15
95
20
90
5
90
15
90
15
205
Wine salak Kenaikan
hasil
(%)
EC dan ED
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
Tingkat
Kejernihan
Kemasan
80
90
10
90
10
95
15
65
85
20
85
20
90
15
Kadar
Alkohol
12,5
12-13, 5
0,02
5-7
-7 s/d -5,5
12,5
0,0
Peningkata
n
Pendapatan
Rp 30 jt
Rp 40 jt
33,3%
-
-
-
-
Catatan : Data menggunakan 25 responden yang suka /selalu minum wine
Hasil respoden dari fanelis terhadap
kualitas wine yang dihasilkan, setelah
penerapan pada prinsipnya terus meningkat.
Diantara indikator itu, aroma dan cita rasa
yang paling tinggi kenaikannya setelah
penerapan Hi-Link ini.
Gambar 2. Proses Elektrokoagulasi pada produk wine salak Bali
tidak digunakannya petinase untuk
Produk hasil fermentasi inimasih
menghilangkan pektin yang terkandung
menunjukkan suatu rasa yang seakan
pada buah salak.
pengah/perih di kerongkongan oleh karena
Dalam penelitian ini dilakukan analisis
wine
buah salak dengan kromatografi gasitu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
spektrofotometri massa. Salak dianalisis
untuk meningkatkan kualitas minuman
dengan instrumen kromatografi gassalak ini.Hal ini diduga karena, proses
spektrofotometer massa (GC-MS). Hasil
penyaringan yang belum sempurna dan
GC-MS wine gambar 2
206
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
Gambar 3. Kromatogram GC-MS dari Wine Salak Bali
Pada Tabel 2 menunjukkan komposisi
100% dari salak. Komponen terbanyak
senyawa aktif dari wine salak. Seperti yang
yang terdapat dalam wine salak yaitu
dapat dilihat pada tabel tersebut, terdapat
propanenitrile, 3-(methylthio) (47,18%).
22 komponen yang merepresentasikan
Tabel 2. Komposisi Senyawa Kimia dari Salak
Rumus
Mr
No
RT
Area
Senyawa
%
Molekul
(g/mol)
1
4.60
7.71
(S)-2-Hydroxypropanoic
C3H6O3
90
7.71
acid
2
5.77
0.59
Ethanamine, 2-propoxy
C5H13NO
103.16
0.59
3
6.05
0.07
(R)-1 2-propanediol
C3H8O2
76.09
0.57
4
6.37
0.05
2-Butanol, 3-methyl-,
(S)-
C5H12O
88
0.55
5
6.85
0.21
2-Hexanol, 3-methyl-
C7H16O
116
0.21
6
7.19
0.08
2-Hexanol, 3-methyl-
C7H16O
116
0.08
7
7.56
0.03
2-Hexanol, 3-methyl-
C7H16O
116
0.03
8
7.66
0.03
2,3-Butanediol
C4H10O2
90
0.03
9
10.78
47.18
Propanenitrile, 3(methylthio)-
C4H7NS
101,1
47.18
10
11.43
29.57
Glycerin
C3H8O3
92.09
29.57
11
12.00
0.58
Xylitol
C5H12O5
152.15
0.58
12
12.49
0.10
6-Azaestra1,3,5(10),6,8- pentaen17-one, 3-methoxy(CAS) $$ 3-methoxy-6AZA- 1,3,5 (10),6,8(9) –
ESTRAPENTAEN-17ONE
C18H16NO2
278
0.10
207
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
13
14.46
0.55
p-Dioxane-2,3-diol
C4H8O4
120.1
0.55
14
14.70
0.27
2-Formylhistamine
C6H9N3O
139.1
0.27
15
15.31
0.98
C8H10O2
138
0.98
16
16.35
1.22
C6H12O5
164.15
1.22
17
17.35
2.25
C8H16O6
208
2.25
18
17.57
0.61
Benzeneethanol, 4 –
hidroxy - $$ p –
Hydroxyphenethyl
alcohol $$ 1 – hydroxy –
4 – (2-hidroxyethyl) –
benzene $$ 4 – (2hydroxyethyl) phenol $$
4 – Hydroxyphenethyl
alcohol $$ .beta. – (pHydroxyphenyl) ethanol
$$ .beta. – (4Hydroxyphenyl) ethanol
$$2 – (p-hydroxyphenil)
ethanol
d-Mannitol, 1,4anhydroEthyl alpha-dglucopyranoside
1,5-Anhydro-d-mannitol
C6H12O5
164
0.61
19
17.73
0.64
Polygalitol
C6H12O5
164
0.64
20
17.95
0.64
C6H12O5
164
0.64
21
21.37
0.19
1,5-Anhydroglucitol $$
1,5- Anhydro-D-glucitol
$$ D-Glucitol, 1,5anhydro
Sorbitol
C6H14O6
182.17
0.19
22
25.88
0.02
Cannabinol
C21H26O2
310.4
0.02
Rumus struktur dari setiap senyawa yang teridentifikasi melalui analisis GC-MS sebagai
berikut:
OH
O
OH
O
OH
OH
H2N
OH
OH
H3C
1
2
3
208
4
5,6,7
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
CH2OH
H
OH
H
OH
OH
N
HO
HO
OH
H
OH
OH
CH2OH
S
8
9
10
11
O
O
O
OH
O
OH
N
12
O
H
N
NH2
H
N
13
14
OH
OH
HO
O
HO
O
OH
OH
OH
HO
HO
OH
O
HO
O
OH
OH
HO
15
16
17
18
HO
HO
HO
HO
O
19
HO
HO
OH
HO
HO
O
OH
OH
OH
HO
20
209
21
OH
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
OH
O
c.Respon terhadap Transefr Iptek
Tanggapan khusus terhdap program
P2M ini pada intinya tercermin dalam
tabel 2. Respon petani salak terhadap
kegiatan P2M Pendampingan pengolahan
buah salah di Desa sibetan Bali telah
Series1,
Menambah,
9.6, 10%
berlangsung, dapat dikatagorikan menjadi
4 yaitu (1) pengetahuan baru (2)
mendukung, (3) menerapkan (4) Harapan
besar yang dapat dilakukan ke depan.
Series1,
Tidak , 0, 0%
Series1,
Cukup
menamba
h , 6.3, 6%
Sangat Menambah
Menambah
Cukup menambah
Tidak
Series1,
Sangat
Menambah,
84.1, 84%
Gambar 4 Respon petni salak terhadap kegiatan Hi-Link salak di esa Sibetan Bali
Penambahan pengetahuan baru sebagian
peserta memberikan respon yang 84.1%
sangat menambah pengetahuan 9.6%
cukup menambah dan 6,3 % biasa saja dari
kegiatan P2M yang dilakukan Undiksha.
dapat dilakukan dengan kenaikan
kejernihan 15% dan cita rasa,
2)
Formulasi
untuk wine dessert
adalah 46,6 gram gula pasir/liter
ditambahkan ke dalam sari buah dan
dipanaskan
sampai
hampir
o
mendidih (suhu 85 C) selama 15
menit. Ditambah ragi S.h lokal 2 %,
selama 14 hari
3)
Komposisi wine salak bali yang
difermentasi
dengan
Saccharomyces hibrida lokal oleh
CV. Dukuh Lestari, menghasilkan
SIMPULAN
Dari uraian di atas dapat disimplkan yaitu
1)
Kualitas wine salak yang dihasilkan
oleh industri mitra (CV.Dukuh
Lestari) dengan menggunakan ragi
Saccharomyces
hibrida
lokal,
dengan
penerapan
metode
kooagulasi dan elektrodialisis telah
210
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
kaar
alkohol
5-7%
untuk
Kandungan senyawa organik yang
terdapat di dalam wine salak yakni
(S) – 2 – asam hidroksipropanoik ;
etanamin, 2-propoxy ; 2-butanon, 3hidroksi ; 2- butanol, 3-metil-, (S)- ;
2- heksanol, 3-metil ; 2,3butanediol;
propanenitrile,
3metiltio; gliserin; silitol; 1,2,3,4 –
butanetetrol, [S-(R@,R@)]- $$
eritritol ; ribitol; d-mannitol, 1,4anhidro ; 1,5-anhidro-d-mannitol;
poligalitol ; metil d-lisofuranosid;
sorbitol;
1,5-anhidroglucitol;
Heptasilosan; alil dimetilsilane; dan
cannabinol. Kandungan terbanyak
yang terdapat dalam wine salak
adalah propanenitrile, 3-metiltio
dengan persentase sebesar 47,18%.
4)
kesehatan tanaman melalui penerapan
teknik budidaya sehat. Tingkat adopsi
teknologi mencapai 100%. Terhadap
kelembagaan kelompok tani, program HiLink
berdampak
nyata
terhadap
peningkatan pengetahuan dan ketrampilan
pengurus dalam mengelola administrasi
kelompok, termasuk terbangunnya rasa
kebersamaan
dalam
meningkatkan
kesejahteraan anggota melalui penerapan
teknik budidaya sehat dan pemasaran buah
mangga secara bersama. Bagi Fakultas
Pertanian Unipas, pelaksanaan program HiLink merupakan media promosi dan
pelaksanaan Tri Darma Perguruan Tinggi
secara lebih maksimal.
Teknologi
yang
dianjurkan
melalui program Hi-Link baik melalui
pelatihan
maupun
pendampingan
penerapan teknologi di lokasi kebun mitra
diterima baik oleh petani. Hal ini
menunjukkan telah terjadi trigger terhadap
pola pikir dan sikap mental petani dalam
melakukan budidaya tanaman mangga. Hal
ini sangat penting, karena peningkatan
produktivitas tanaman secara berkelanjutan
hanya dimungkinkan jika petani memiliki
sikap mental yang baik dalam menerapkan
teknik budidaya, demikian juga dalam
berkelompok.
Sistem
administrasi
kelompok yang lebih baik dan tertib
merupakan modal dasar bagi pengurus
kelompok
membangun
kepercayaan
anggota. Dengan modal ini diharapkan
kelompok tani mampu tumbuh dan
berkembang lebih kuat dan mandiri,
sehingga memapu mengatasi berbagai
persoalan anggota secara demokratis.
Respon
masyarakat,
sebagai
penambahan pengetahuan baru
sebagian
peserta
memberikan
respon yang 84.1%
sangat
menambah pengetahuan 9.6%
cukup menambah dan 6,3 % biasa
saja dari kegiatan P2M yang
dilakukan Undiksha.
5.2 Saran-Saran
1. Perlu dilakukan optimasi dalam
produksi wine salak bali pada skala yang
lebih besar
2. Pengolahan limbah perlu diintensifkan
.
DAMPAK
KEGIATAN
DAN
MANFAAT
Ucapan Terima Kasih
Dampak program terhadap petani
dan mitra secara nyata tampak pada
kesadaran dan motivasinya meningkatkan
Ucapan
terima
kasih
dan
penghargaan yang tinggi diberikan kepada :
211
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
(1) DRPM DIKTI atas dana Program HiLink tahun 2016 (tahun II) yang telah
diberikan,
(2)
Rektor
Universitas
Pendidikan Ganesha dan Ketua LPPM
Universitas Pendidikan Ganesha, (3) Dekan
Fakultas MIPA, (4) Kepala Desa Sibetan,
(5) Kepala Dusun Dukuh Sibetan, (6) Ketua
Kelompok Tani Dukuh Lestari
dan
Direktur Cv Dukuh Lestari atas dukungan,
partisipasi dan kerjasamanya.
5.
6.
Daftar Rujukan
1.
2.
3.
4.
Heyne, K. 1987. Tumbuhan
Berguna Indonesia, jil.
1. Yay. Sarana Wana
Jaya, Jakarta. Hal. 392.
Lopes CA, Rodríguez ME,
Sangorrín M, Querol A,
Caballero AC, 2007.
Patagonian
wines:
implantation of an
indigenous strain of
Saccharomyces
cerevisiae
in
fermentations
conducted in traditional
and modern cellars. J
Ind
Microbiol
Biotechnol.
Feb;34(2):139-49. Epub
2006 Sep 29.
Mucthadi,T.
R.
1989.
Tegnologi
Proses
Pengolahan
Pangan.PAU Pangan
dan Gizi, IPB Bogor.
Qomariah & I N.Tika, 2013,
Identifikasi
Senyawa
Resveratrol Dari Wine
Anggur
Yang
Difermentasi Dengan
Saccaromyces Hibrida
SRJ6, Jurnal Kesehatan
7.
8.
9.
212
STIKES
Majapahit
Singaraja, Volume I,
Steenis, CGGJ van. 1981.
Flora, untuk sekolah di
Indonesia. PT Pradnya
Paramita, Jakarta. Hal.
137.
Tika, I N., H.Pramono, M
Sindumarta,
K.
Padmawinata
dan
Akhmaloka 2003.Isolasi
dan
Karakterisasi
Bakteri Termofilik dari
Sumber Air Panas
Cimanggu, Bandung,
Jawa Barat, Proseding
Seminar PIT, Permi,
29-30 agustus 2003
Tika, I N., D., Natalia,
Akhmaloka , Muliawati
S.,dan K. Padmawinata,
2000. Isolasi
dan
Pemurnian
Parsial
DNA
Polimerase
Termostabil dari Bakteri
Termofilik Isolat Lokal,
Seminar
Kimia
Bersama, Yogyakarta,
12-13 April 2000.
Tika, I N. 2005. Studi
Biokimia
DNA
Polimerase termostabil
dari bakteri termofilik
isolat lokal Disertasi,
Dep. Kimia, FMIPA,
ITB.
Tika. I N. dan Ngadiran K.
2005.
Isolasi
dan
Identifikasi
bakteri
termofilik dari Sumber
Air Panas di provinsi
Bali.
Laporan
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
10.
11.
12.
13.
Penelitian
Program
Due Like
Tika. I N. dan Ngadiran K.
2006.
Isolasi
dan
Identifikasi
bakteri
termofilik dari Sumber
Air Panas di provinsi
Bali.
Proseding
seminar
Kimia
Nasional
(SENAKI)
VII. ITS, Surabaya
Tika. I N., N Retug, dan
Ngadiran K. 2006.
Isolasi dan Identifikasi
Saccharomyces sp dari
makanan fermentasi di
Singaraja.
Proseding
seminar
Nasional
MIPA,
Undiksha
Singaraja
Tika, I N. dan I N.Selamat,
2008.
Pembuatan
Elektroda Enzim Untuk
Biosensor
dengan
Modifikasi
Lipase
termostabil
Isolat
Banyuwedang
yang
diamobil dengan PVC,
Proseding
Seminar
Kimia Nasional, UNS
2008.
Tika, I N, W. Redhana, N.Pt.
Ristiati, 2007. Isolasi ,
Pemurnian
dan
Karakterisasi
Lipase
Termostabil dari Bakteri
termofilik
Yang
diisolasi dari Sumber air
Panas Banyuwedang ,
Keamatan
Hi-Link
Buleleng Bali. Dikti,
2007.
14.
15.
16.
17.
18.
213
Tika, I N. dan I N.Selamat,
2008.
Penggunaan
Lipase
termostabil
Isolat
Banyuwedang
Untuk Biosensor Dalam
Penentuan
Gliserida
Pada
Serum
Darah.Laporan Hibah
Bersaing
Tahun
I,
Dikti.2008
Tika, I N. dan I Wiratini,
2009.
Penggunaan
Lipase
termostabil
Isolat
Banyuwedang
Untuk Biosensor Dalam
Penentuan
Gliserida
Pada
Serum
Darah.Laporan Hibah
Bersaing
Tahun
I,
Dikti.2008.
Tika. I N. dan Ngadiran K.
2006.
Isolasi
dan
Identifikasi
bakteri
termofilik dari Sumber
Air Panas di provinsi
Bali.
Proseding
seminar
Kimia
Nasional
(SENAKI)
VII. ITS, Surabaya
Tika. I N, 2011. Pengaruh
faktor
ekstrinsik
terhadap
respon
optimum pada biosensor
lipase termostabil isolat
Banyuwedang
pada
penentuan
gliserida
pada serum darah,
Proseding,
Senaki,
Unesha, 2011
Tika. I N , I.G.A.Tri
Agustiana,
dan
I.G.Yuniarta,
2011.
Pemberdayaan Petani
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
19.
20.
21.
Anggur
Di
Desa
Dencarik
Kecamatan
Banjar Buleleng Bali.
Edisi Juli 2011, ISSN :
1410-4369, Hal: 99110. Jurnal pengabdian
Kepada
masyarakat
“Widya
Laksana”
Undiksha
Tika. I N , I.G.A.Tri
Agustiana,
dan
I.G.Yuniarta, 2014. IbM
Salak Di Desa Sibetan
Bali, Proseding Seminar
Nasional
Hasil
penelitian
dan
Pengabdian
Pada
Masyarakat,
LPPM
Mahasaraswati berkeja
sama dengan FLIPMas
Ngayah dan DIKTI,
Sanur
Bali, 28-29
Februari 2014.
Tokuyasu K, Tabuse M,
Miyamoto M, Matsuki
J, Yoza K, 2008,
Pretreatment
of
microcrystalline
cellulose flakes with
CaCl2 increases the
surface area, and thus
improves
enzymatic
saccharification.
Carbohydr Res. May
19;343(7):1232-6. Epub
2008 Mar 12
Wijaya; D. Ulrich; R.
Lestari; K. Schippel;
and G. Ebert. 2005.
Identification of potent
odorants in different
cultivars of snake fruit
[Salacca
zalacca
22.
214
(Gaert.) Voss] using gas
chromatographyolfactometry. J. Agric.
Food Chem. 53:5 Hal.
1637-164
Winarno,F.G, dkk . 1984.
Pengantar Tegnologi
Pangan. PT Gramedia,
Jakarta
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
Pelatihan Pembuatan Laporan Keuangan dan Penentuan Tingkat
Kesehatan Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Kecamatan Kintamani
Gede Putu Agus Jana Susila, SE., MBA1, I Nengah Suarmanayasa, SE., M.Si2
Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja-Bali
[email protected]
Abstract
In accordance with the Law on Village Government No. 6 In 2014 the village had a very strategic
dantangungjawab task, especially in the manufacturing Draft Budget village. This law provides very broad
powers to the Village Office to conduct financial management, management, planning and evaluation of the
implementation of the activities performed by the Village. In connection with that, the Head of Village Affairs
(Kaur village) as the implementation leader of development activities in their respective villages, inevitably must
understand the logic of the budget especially the report of accountability of financial and performance evaluation
Village Credit Institutions (LPD), which became one of the largest sources of revenue The original village (PAD).
Based on the data obtained at the Department of Cooperatives and Micro, Small and Medium Bangli, from the
61 pieces of LPD in Kintamani district, divided into three categories respectively 21 with the healthy category,
29 in the category of fairly healthy, and 11 LPD with unoperated status. Whereas the evaluation of the financial
health of one of the indicators to be a measure to restore the health of financial institutions who experienced
problems and be a measure to improve financial performance in accordance with its function. The program is a
terminal in order to improve the capabilities and skills of the Head of Village Affairs and LPD managers in
making statements of financial accountability is visible and evaluate the health of rural credit institutions with
the system pick up the ball. For the purposes of achieving the objectives of this program, the appropriate viewing
method is Training and assistance. Training given to the Head of Village Affairs and LPD managers in making
statements of financial accountability and to evaluate the health of rural credit institutions (LPD).
Keywords: Financial Statement, health level, Village Credit Institutions.
Abstrak
Sesuai dengan Undang-Undang Pemerintahan Desa No. 6 Tahun 2014 Desa memiliki tugas dantangungjawab
yang amat strategis, khususnya dalam bidang pembuatan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.
Undang-undang ini memberikan kewenangan yang sangat luas kepada Desa Dinas untuk melakukan pengelolaan
keuangan, manajemen, perencanaan dan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan oleh Desa.
Berkenaan dengan itu, Kepala Urusan Desa (Kaur desa) sebagai ujung tombang penyelenggaraan kegiatan
pembangunan di desa masing-masing, mau tidak mau mesti memahami logika anggaran khususnya laporan
pertangungjawaban keuangan dan evaluasi kinerja Lembaga Perkreditan Desa (LPD) yang menjadi salah satu
sumber terbesar Pendapatan Asli Desa (PAD). Berdasarkan data yang diperoleh pada Dinas Koprasi dan Usaha
Mikro, Kecil Menengah Kabupaten Bangli, dari 61 buah LPD yang ada di Kecamatan Kintamani, dibagi menjadi
3 kategori masing-masing 21 dengan kategori sehat, 29 dengan kategori cukup sehat, dan 11 LPD dengan status
Mati suri. Padahal evaluasi kesehatan keuangan menjadi salah satu indikator untuk menjadi ukuran untuk
memulihkan kesehatan lembaga keuangan yang mengalami permasalahan dan menjadi ukuran untuk
meningkatkan kinerja keuangan sesuai dengan fungsinya. Program ini merupakan program yang bersifat terminal
dalam rangka peningkatan kemampuan dan keterampilan Kepala Urusan Desa dan pengelola LPD dalam
membuat laporan pertangungjawaban keuangan secara visibel serta melakukan evaluasi kesehatan lembaga
perkreditan desa dengan sistim jemput bola. Untuk kepentingan pencapaian tujuan program ini, maka metode
yang pandang sesuai adalah Diklat dan Pendampingan. Diklat diberikan pada Kepala Urusan Desa dan
pengelola LPD dalam membuat laporan pertangungjawaban keuangan dan melakukan evaluasi kesehatan lembaga
perkreditan desa (LPD).
Kata Kunci: Laporan Keuangan,Tingkat Kesehatan, Lembaga Perkreditan Desa .
215
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
Latar Belakang
Jumlah penduduk Kecamatan
Kintamani tercatat sebanyak 92,12 ribu
jiwa atau 42 persen dari seluruh penduduk
Bangli. Berdasarkan Data Statistik
Kabupaten Bangli, jumlah Desa Dinas yang
ada di Kecamatan Kintamani sebanyak 58
buah, dengan jumlah banjar dinas sebanyak
175 buah dan 61 buah Desa
Pakraman/Adat. Dari 61 buah Desa
Pakraman yang ada di Kecamatan
Kintamani seluruhnya memiliki Lembaga
Perkreditan Desa (LPD) yang dijadikan
sebagai salah satu lembaga keuangan di
masing-masing
desa.
Usaha
yang
dijalankan Lembaga Pekreditan Desa
adalah usaha simpan pinjam. LPD dikelola
oleh Desa Adat dengan mengutamakan
modal sosial sebagai syarat untuk
memperoleh pinjaman dengan jumlah
tertentu dengan tanpa adanya jaminan atau
agunan dari peminjam. Jika ada kredit
macet, maka sanksi yang diberikan adalah
berupa sanksi sosial dengan disampaikan
pada paruman desa pakraman. Namun
dalam perkembangan selanjutnya LPD
yang dikelola oleh Desa Pakraman
mengalami berbagai persoalan, mulai dari
bandelnya nasabah untuk membayar
cicilan, tidak membayar pinjaman sesuai
dengan waktu yang disepakati, tidak mau
mengembalikan pinjaman, penggelapan
uang nasabah oleh pegawai LPD, korupsi
oleh pengelola LPD dan pengelolaan LPD
yang
tidak
efektif.
Kondisi
ini
menyebabkan beberapa LPD yang ada di
Wilayah Kecamatan Kintamani tidak
produktif dan mengalami mati suri dengan
asset yang tidak jelas rimbanya. Beberapa
LPD di wilayah Kecamatan Kintamani
yang mengalami permasalahan ini adalah
LPD Desa Katung, LPD Desa Bonyoh,
LPD Desa Songan, LPD Desa Pinggan dan
LPD Desa Sebaya. Bahkan persoalan LPD
Desa Katung sampai menyebabkan ketua
LPD Desa katung bunuh diri, karena
melakukan penggelapan dana LPD dan
tidak mampu mengembalikannya, sehingga
memilih mengakhiri hidup dengan cara
menggantung diri (Harian Umum Bali Pos,
10 Juli 2010).
Berbagai persaolan yang ada pada
LPD diwilayah Kecamatan Kintamani
disinyalir disebabkan karena beberapa
permasalahan, yaitu (1) proses perekrutan
pegawai LPD yang tidak berdasarkan pada
stndar yang bersifat objektif, (2) kurangnya
kemampuan
pegawai
LPD
dalam
melakukan pengelolaan keuangan, (3)
tingginya kewenangan yang diberikan
kepada kepala LPD dalam menentukan
pinjaman, (4) lemahnya pengawasan dari
lembaga adat dan pemerintahan desa, (5)
tidak adanya lembaga pengawas yang
bersifat independen dan kualifaid, dan (6)
kuranya sosialisasi urgensi dan eksistensi
LPD pada masyarakat. Di sisi lain Kepala
Urusan Desa yang memiliki tugas untuk
melaksanakan
pemerintahan
desa,
membuat laporan pertangungjawaban
keuangan sesuai dengan kegiatan yang
dilakukan dan melakukan evaluasi
kesehatan LPD juga mengalami berbagai
persoalan berkaitan dengan tugas dan
kewenangan yang diberikan pemerintah
pusat dalam membuat laporan keuangan
dan evaluasi kesehatan LPD. Hal ini
disebabkan karena masih kurangnya
kemampuan yang dimiliki oleh Kepala
Urusan Desa dalam membuat laporan
keuangan yang sesuai dengan standar
pertangungjawaban pelaksanaan kegiatan.
Demikian juga dengan kemampuan dan
keterampilan dalam melakukan evaluasi
kesehatan LPD, sebagian besar Kepala
Urusan Desa belum memiliki kemampuan
yang memadai, sehingga menyebabkan
216
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
keterlambatan
penanganan
terhadap
permasalahan yang dialami oleh LPD.
Berdasarkan
pada
persoalan
sebagaimana di gambatkan di atas,
tampaknya
proses
pelatihan
dan
pendampingan bagi Kepala Urusan Desa
dan Pegawai LPD dalam membuat laporan
pertangungjawaban keuangan dan evaluasi
kesehatan lembaga perkreditan desa
memiliki nilai yang sangat strategis bagi
masyarakat
Kintamani.
Mengingat
keberlanjutan LPD pada desanya masingmasing akan memberikan dapak yang
positif terhadap kemajuan persekonomian
masyarakat desa yang mengandalkan
lembaga keuangan desa. Di sisi lain Kepala
Urusan Desa yang memiliki tugas untuk
melaksanakan pemerintahan desa dan
membuat laporan pertangungjawaban
keuangan sesuai dengan kegiatan yang
dilakukan juga mengalami berbagai
persoalan berkaitan dengan tugas dan
kewenangan yang diberikan pemerintah
pusat dalam membuat laporan keuangan.
Metode Analisis
Kerangka Pemecahan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah
yang telah dilakukan di lokasi rencana
program ini akan dilaksanakan, diperoleh
kesimpulan bahwa ada seperangkat
permasalahan yang saat ini dihadapi oleh
Dinas Koprasi dan Usaha Mikro, Kecil
Menengah Kabupaten Bangli, khususnya
menyangkut
kurangnya
kemampuan
Kepala Urusan Desa dan Pengelola
Lembaga Perkreditan Desa dalam membuat
laporan pertangungjawaban keuangan dan
evaluasi kesehatan lembaga perkreditan
desa di Wilayah Kecamatan Kintamani. Hal
ini disinyalir disebabkan karena Kepala
Urusan Desa dan pengelola lembaga
perkreditan desa (LPD) di Kecamatan
Kintamani sebagain besar memiliki
kualifikasi akademik Sekolah Menengah
Atas, yang tidak pernah mendapatkan
keterampilan khusus untuk membuat
laporan pertangungjawaban keuangan dan
evaluasi kesehatan LPD. Melalui program
ini, guru diharapkan memperoleh “sesuatu”
yang baru dan dapat dijadikan sebagai
acuan
dalam
membuat
laporan
pertangungjawaban keuangan dan evaluasi
kesehatan lembaga perkreditan desa.
Metode Pelaksanaan Kegiatan
Program ini merupakan program
yang bersifat terminal dalam rangka
peningkatan kemampuan dan keterampilan
Kepala Urusan Desa dan pengelola LPD
dalam
membuat
laporan
pertangungjawaban
keuangan
secara
visibel serta melakukan evaluasi kesehatan
lembaga perkreditan desa dengan sistim
jemput
bola.
Untuk
kepentingan
pencapaian tujuan program ini, maka
metode yang pandang sesuai adalah Diklat
dan Pendamingan. Diklat diberikan pada
Kepala Urusan Desa dan pengelola LPD
dalam
membuat
laporan
pertangungjawaban
keuangan
dan
melakukan evaluasi kesehatan lembaga
perkreditan
desa
(LPD).
Jadwal
pelaksanaan diklat
akan diberikan
berdasarkan kesepakatan bersama antara
Kepala Urusan Desa dan pengelola LPD
yang ada di Kecamatan Kintamani dengan
tim pelaksana. Tahap berikutnya adalah
melakukan pelatihan dan pendampingan
membuat laporan pertangungjawaban
keuangan dan melakukan evaluasi
kesehatan lembaga perkreditan desa (LPD).
Pada proses ini tim pakar Akuntansi dan
Manajemen Undiksha Singaraja akan
melakukan pendampingan pada Kepala
Urusan Desa dan pengelola LPD dalam
mengimplementasikan proses pembuatan
laporan pertangungjawaban keuangan dan
217
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
evaluasi kesehatan lembaga perkreditan
desa (LPD) pada desa masing-masing. Di
sisi lain, program ini juga diarahkan pada
terciptanya iklim kerjasama yag kolaboratif
dan demokratis dalam dimensi mutualis
antara dunia perguruan tinggi dengan
masyarakat secara luas di bawah koordinasi
pemerintah
Kabupaten
setempat,
khususnya dalam rangka peningkatan
kinerja dan profesionalisme Kepala Urusan
Desa dan pengelola LPD di Kecamatan
Kintamani secara cepat namun berkualitas
bagi kepentingan pembangunan ekonomi
masyarakat
di
Kabupaten
Bangli.
Berdasarkan rasional tersebut, maka
program ini merupakan sebuah langkah
inovatif dalam kaitannya dengan dharma
ketiga perguruan tinggi, yaitu pengabdian
kepada masyarakat. Program ini dirancang
sebagai bentuk jawaban dan antisipasi dari
berbagai permasalahan yang dialami
Kepala Urusan Desa dan pengelola LPD di
Kecamatan Kintamani, yang saat ini tengah
berkonsentrasi pada upaya pembangunan
ekonomi masyarakat pedesaan. Berangkat
dari rasional tersebut, maka program ini
akan dilaksanakan dengan sistim jemput
bola, dimana tim pelaksana akan
menyelenggarakan program pelatihan dan
pendampingan peningkatan wawasan dan
keterampilan Kepala Urusan Desa dan
pengelola LPD di Kecamatan Kintamani
dalam memahami proses pembuatan
laporan pertangungjawaban keuangan dan
evaluasi kesehatan lembaga perkreditan
desa dengan mendatangkan para pakar dan
praktisi Akuntansi dan Manajemen
Keuangan yang berkualifikasi secara
standar di bidang Akuantansi dan
Manajemen Keuangan. Model pelaksanaan
kegiatan ini akan dilakukan secara
langsung (tatap muka) sebagaimana
layaknya sistim perkualiahan.
Lama
pelaksanaan kegiatan adalah 8 (delapan)
bulan yang dimulai dari tahap pengajuan
proposal, perencanaan, pelaksanaan sampai
pada evaluasi dengan melibatkan lima belas
orang Kepala Urusan Desa dan lima belas
orang pengelola LPD di Kecamatan
Kintamani, dimana akan diambil 3 orang
untuk 10 desa yang ada di Kecamatan
Kintamani, sehingga pesertanya sebanyak
30 orang. Pada akhir program setiap peserta
akan diberikan sertifikat sebagai tanda
bukti partisipasi mereka dalam kegiatan ini.
Melalui program ini, diharapkan para
Kepala Urusan Desa dan pengelola LPD
memiliki keterampilan yang memadai
dalam
membuat
laporan
pertangungjawaban keuangan dan evaluasi
kesehatan lembaga perkreditan desa (LPD).
Rancangan Evaluasi
Keberhasilan program P2M ini
ditentukan oleh tingkat pemahaman, sikap
positif, dan keterampilan profesional
Kepala Urusan Desa dan pengelola LPD
dalam
mengimplementasikan
proses
pembuatan laporan pertangungjawaban
keuangan dan evaluasi kesehatan lembaga
perkreditan desa (LPD) pada desanya
masing-masing. Untuk itu, maka evaluasi
tingkat keberhasilan kegiatan yang telah
dilakukan minimal 3 (tiga) kali, yaitu
evaluasi proses, evaluasi akhir, dan
evaluasi tindak lanjut. Kegiatan evaluasi ini
akan melibatkan tutor/pakar dari Undiksha
Singaraja. Instrumen evaluasi yang
digunakan untuk mengukur keberhasilan
pelatihan dan pendampingan ini adalah tes
obyektif, pedoman observasi dan pedoman
wawancara yang dikembangkan sendiri
oleh tim pelaksana pengabdian masyarakat.
Kriteria dan indikator pencapaian tujuan
dan tolak ukur yang digunakan untuk
menjastifikasi
tingkat
keberhasilan
kegiatan dapat diuraikan pada tabel berikut.
218
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
Tabel. 01. Indikator Pencapaian Program
No
Jenis Data
Sumber
Data
1. Pengetahuan Kaur
Kaur Desa
Desa dan Pengelola dan
LPD dalam
Pengelola
membuat laporan
LPD di
pertangungjawaban Kecamatan
keuangan
Kintamani
Indikator
Pengetahuan
dan
keterampilan
Kaur Desa dan
Pengelola LPD
2.
Pengetahuan dan
Keterampilan Kaur
Desa dan Pengelola
LPD dalam
melakukan evaluasi
kesehatan LPD
Kaur Desa
dan
Pengelola
LPD di
Kecamatan
Kintamani
Pengetahuan
dan
keterampilan
Kaur Desa dan
Pengelola LPD
3.
Pengetahuan dan
Keterampilan Kaur
Desa dan Pengelola
LPD dalam
mengaplikasikan
laporan keuangan
dan evaluasi
kesehatan LPD di
Desa masingmasing
Kaur Desa
dan
Pengelola
LPD di
Kecamatan
Kintamani
Pengetahuan
dan
keterampilan
Kaur Desa dan
Pengelola LPD
Pada kegiatan pelatihan ini, Kaur
Desa dan Pengelola LPD di Kecamatan
Kintamani
akan
dilibatkan
secara
kolaboratif
dari awal sampai akhir
kegiatan. Kaur Desa dan Pengelola LPD
akan dilibatkan dalam merencanakan
program, penjadwalan kegiatan, ikut serta
dalam pelatihan dan implementasi produk
pelatihan. Pedampingan produk hasil
pelatihan ini akan dilakukan pada 2 desa
(Desa Abuan dan Desa Bonyoh) yang ada
di wilayah Kintamani.
Kriteria
Instrume
Keberhasilan
n
Terjadi perubahan Tes
yang positif
Obyektif
terhadap
pengetahuan dan
keterampilan
Kaur Desa dan
Pengelola LPD
Terjadi perubahan
yang positif
terhadap
pengetahuan dan
keterampilan
Kaur Desa dan
Pengelola LPD
Terjadi perubahan
yang positif
terhadap
pengetahuan dan
keterampilan
Kaur Desa dan
Pengelola LPD
Pedoman
wawancar
a dan
format
observasi
Pedoman
wawancar
a dan
format
observasi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan pada permasalahan
yang dialami Kepala Urusan Desa di
Wilayah Kecamatan Kintamani, yaitu
berkaitan dengan kurangnya kemampuan
dan keterampilan dalam membuat laporan
pertangungjawaban
keuangan
secara
visibel dan kurangnya kemampuan untuk
melakukan evaluasi kesehatan lembaga
perkreditan desa,
maka pengabdian
masyarakat ini akan difokuskan pada upaya
penikatan wawasan dan keterampilan
anggota Kepala Urusan Desa dan Kepala
219
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
Desa
dalam
membuat
laporan
pertangungjawaban keuangan dan evaluasi
lembaga perkreditan desa (LPD). Proses ini
diawali dengan komunikasi dan koordinasi
pelaksana pengabdian masyarakat dengan
Kepala Urusan Desa di Wilayah Kintamani,
berkaitan dengan jadwal kegiatan, serta
sarana-prasarana
yang
dibutuhkan.
Kemudian dilanjutkan dengan penyiapan
narasumber pelatihan dan pendampingan
serta materi laporan pertangungjawaban
keuangan dan evaluasi lembaga perkreditan
desa (LPD). Pelatihan dan pendampingan
laporan pertangungjawaban keuangan dan
evaluasi lembaga perkreditan desa ini
dilaksanakan dari bulan Mei sampai dengan
bulan September 2016 di Desa Bonyoh
Kecamatan Kintamai. Adapun materi yang
diberikan adalah pengertian dan kegunaan
laporan pertangungjawaban keuangan,
tujuan
laporan
pertangungjawaban
keuangan,
cara
membuat
laporan
pertangungjawaban keuangan, konsep
dasar LPD, visi dan misi LPD, cara
melakukan evaluasi kesehatan LPD. Pada
tahap
awal
pelaksanaan
program
dilaksanakan kegiatan berupa perencanaan
disain dan kegiatan diklat, persiapan tutor,
persiapan alat dan bahan, dan sosialisasi
dan koordinasi dengan peserta dan
narasumber. Kegiatan diklat dilaksanakan
bersama antara tim pengusul dengan
Kepala Urusan Desa di Kecamatan
Kintamani yang didasarkan pada analisis
situasi
yang
dibuat
berdasarkan
permasalahan
yang
dihadapi
oleh
kelompok Kepala Urusan Desa. Rencana
kegiatan ini dilaksanakan pada bulan Mei
dan awal Agustus 2016 yang juga
melibatkan
peran serta aktif peserta
program pengabdian kepada masyarakat
untuk membuat skala prioritas program
yang dilaksanakan.
Perencanaan ini
berjalan dengan sangat baik berkat peranan
aktif tim pelaksana dan peserta yang
menjadi mitra program pengabdian
masyarakat ini.
Pada tahap berikutnya adalah
mempersiapkan tutor atau pakar yang
menguasai bidang-bidang yang akan
dilatihkan kepada para peserta. Persiapan
tutor dan instruktur dilaksanakan pada awal
kegiatan untuk mematangkan kembali
program-program yang akan dilaksanakan
kepada mitra, sehingga terjadi sinergi yang
baik dalam kegiatan ini. Persiapan tutor
dan instruktur ini meliputi: pembuatan
materi pelatihan secara terstruktur, baik
dalam bentuk bahan cetak mapun media
powerpoin, mencetak dan memperbanyak
materi
pelatihan
untuk
pelatihan
peningkatan wawasan dan keterampilan
Kepala Urusan Desa tentang hakekat dan
kegunaan laporan pertangungjawaban
keuangan,
tujuan
laporan
pertangungjawaban
keuangan,
cara
membuat laporan pertangungjawaban
keuangan, konsep dasar LPD, visi dan misi
LPD, cara melakukan evaluasi kesehatan
LPD. Setelah semua tim pakar siap, tahap
berikutnya adalah melakukan negosiasi dan
musyawarah untuk menentukan waktu dan
tempat kegiatan yang dalam hal ini
melibatkan kelompok Kepala Urusan Desa
di wilayah terpencil Kecamatan Kintamani.
Hal ini dilaksanakan untuk mendapatkan
kesepakatan waktu dalam pelaksanaan
program.
Tahap
berikutnya
kegiatan
dilakukan dengan cara ceramah dan
tanyajawab
tentang
laporan
pertangungjawaban keuangan. Menurut
Standar Akuntansi Keuangan yang
dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia
tujuan
laporan
keuangan
adalah
menyediakan informasi yang menyangkut
posisi keuangan, kinerja, serta perubahan
posisi keuangan suatu perusahaan yang
220
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai
dalam pengambilan keputusan. Laporan
keuangan yang disusun untuk tujuan ini
memenuhi kebutuhan bersama sebagian
besar pemakai. Namun, laporan keuangan
tidak menyediakan semua informasi yang
mungkin dibutuhkan pemakai dalam
mengambil keputusan ekonomi karena
secara umum menggambarkan pengaruh
keuangan dan kejadian masa lalu, dan tidak
diwajibkan untuk menyediakan informasi
nonkeuangan. Laporan keuangan juga
menunjukan apa yang telah dilakukan
manajemen (bahasa Inggris: stewardship),
atau pertanggungjawaban manajemen atas
sumber
daya
yang
dipercayakan
kepadanya. Pemakai yang ingin melihat apa
yang
telah
dilakukan
atau
pertanggungjawaban manajemen berbuat
demikian agar mereka dapat membuat
keputusan ekonomi. Keputusan ini
mencakup, misalnya, keputusan untuk
menahan atau menjual investasi mereka
dalam perusahaan atau keputusan untuk
mengangkat kembali atau mengganti
manajemen. Dalam prinsip akuntansi
Indonesia (PAI 1984), tujuan pelaporan
keuangan dinyatakan sebagai “Tujuan
Akuntansi Keuangan dan Laporan
Keuangan”. Tujuan tersebut terdiri dari dua
tujuan pokok, yaitu “Tujuan Umum” dan
“Tujuan Kualitatif”. Tujuan umum
akuntansi keuangan dan laporan keuangan
merupakan gambaran mengenai informasi
apa yang akan dihasilkan oleh akuntansi
keuangan. Dalam tujuan tersebut tidak
dinyatakan secara tegas mengenai siapa
pihak yang dituju oleh informasi keuangan,
namun begitu secara implisit dapat
disimpulkan bahwa pihak yang dituju oleh
informasi keuangan adalah terbatas pada
pihak investor dan kreditor. Sedangkan
“Tujuan Kualitatif” dalam PAI 1984
sebenarnya merupakan syarat yang harus
dipenuhi oleh informasi keuangan agar
mampu mencapai tujuan laporan keuangan
itu sendiri. Tujuan akuntansi keuangan dan
pelaporan keuangan menurut PAI 384
adalah seperti berikut ini: Pada dasarnya
akuntansi keuangan dan laporan keuangan
dimaksudkan
untuk
menyediakan
informasi keuangan mengenai suatu badan
usaha yang akan dipergunakan oleh pihakpihak yang berkepentingan sebagai bahan
pertimbangan di dalam pengambilan
keputusan ekonomi. Dari pernyataan di atas
dapat disimpulkan bahwa dasar penetapan
tujuan akuntansi keuangan adalah siapa
yang menjadi pihak yang dituju oleh
informasi keuangan yang dihasilkan oleh
aktivitas akuntansi keuangan. Pihak yang
dituju oleh akuntansi keuangan dinyatakan
dengan
kata
“pihak-pihak”
yang
berkepentingan”. PAI tidak secara tegas
menunjuk mengenai siapa pihak yang
berkepentingan terhadap suatu unit usaha.
Jika hal ini dibandingkan dengan SFAC
No. 1, maka pihak yang dituju oleh
informasi keuangan jelas dinyatakan dalam
paragraph
ke-24.
SFAC
No.
1
menyebutkan
bahwa
pihak
yang
berkepentingan terhadap suatu informasi
keuangan unit usaha adalah: pemilik,
pemberi kredit, pemasok, calon investor
dan kreditor, karyawan, manajemen,
direktur, pelanggan, analis keuangan,
penjamin efek dan broker, pasar modal,
dinas perpajakan, pemerintah, organisasi
buruh, asosiasi perdagangan, peneliti
bisnis, pengajar/dosen akuntansi dan
siswanya, dan masyarakat luas.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad,
Lincolin.
2008.
Lembaga
Keuangan Mikro: Institusi,
Kinerja dan Sustainabilitas.
Yogyakarta: Penerbit Andi
221
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
Bank
Indonesia, The & GTZ. 2000. Legislation,
Regulation and Supervision of
Microfinance Institutions in
Indonesia, Project ProFi. Jakarta:
Bank Indonesia
Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 8
Tahun
2002
tentang
Lembaga Perkreditan Desa
Kaplan, Robert and David P. Norton. 1996.
The Balance Scorecard. Havard
Business School Press
Sumodiningrat, Gunawan. 2003. Peran
Lembaga Keuangan dalam
Menanggulangi
Kemiskinan
terkait
dengan
Kebijakan
Otonomi
Daerah.
www.ekonomirakyat.org
Sutopo, Wahyudi. 2005. Hubungan antara
Lembaga Keuangan Mikro dan
Kontribusi Usaha Kecil dalam
Penanggulangan Kemiskinan.
Usahawan No. 01 Tahun
XXXIV, Januari.
Wiwin, 2012. Pengaruh Institusi (Good
Governance) Terhadap Kinerja
Perusahaan (Studi Kasus LPD di
Bali). Jurnal Piramida, Vol. VIII.
No. 1:45-55, Juli 2012
222
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN MASYARAKAT I, TAHUN 2016
PERLINDUNGAN HUKUM INDIKASI GEOGRAFIS TERHADAP
KERAJINAN TRADISIONAL TENUN GRINGSING KHAS
TENGANAN
Ni Ketut Sari Adnyani
Universitas Pendidikan Ganesha
e-mail: [email protected]
ABSTRACT
This study aims to determine (1) Difficulty craftsmen weaving Gringsing in performing the maintenance
of geographical indications to products produced Gringsing weaving. (2) How to determine that the village
Tenganan categorized as area geographic protection of traditional weaving craft Gringsing. This research
is a qualitative descriptive study with normative juridical approach. The location of this research is in the
village of Manggis district Pagringsingan Tenganan Karangasem regency. The subject of research are (1)
Head of Industry and Trade Karangasem, (2) Perbekel Tenganan, (3) Kelian Village People Tenganan
Pagringsingan, (4) Kelian Banjar Adat Tenganan Pagringsingan, and (5) craftsmen weaving craft in
Tenganan village Pagringsingan determined purposively. Data collection techniques used were:
observation, interview and record-keeping. The results showed that (1) Difficulty craftsmen weaving
Gringsing in doing the maintenance of geographical indications to products woven Gringsing generated
due to the lack of public awareness Tenganan village craftsmen one example there is no agreement to
appoint one to serve as holders of Copyright or seek alternative law in making application for registration
of geographical hukumindikasi protection against typical weaving Gringsing Tenganan. (2) Tenganan
categorized as a geographical indication weaving Gringsing region caused by the presence of Tenganan
village geographical indication is a sign of the area of origin of goods, which is due to the geographical
environment including natural factors, human factors, or a combination of both factors, giving specific
characteristics and quality of the goods produced. To be able to obtain legal protection of geographical
indications, the craftsmen weaving Gringsing Tenganan must pengajukan application for registration of
geographical indications.
Keywords: Copyrights, Geographical Indications, Legal Protection, Pengerajian, Tenganan, Weaving
Gringsing.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Kesulitan pengerajin tenun Gringsing dalam melakukan
pengurusan indikasi geografis terhadap produk tenun Gringsing yang dihasilkan. (2) Cara menentukan
bahwa desa Tenganan dikategorikan sebagai wilayah perlindungan geografis kerajinan tenun tradisional
Gringsing. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan yuridis normatif.
Lokasi penelitian ini yaitu di Desa Tenganan Pagringsingan Kecamatan Manggis Kabupaten Karangasem.
Adapun yang menjadi subjek penelitian adalah (1) Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten
Karangasem, (2) Perbekel Desa Tenganan, (3) Kelian Desa Adat Tenganan Pagringsingan, (4) Kelian
Banjar Adat Tenganan Pagringsingan, dan (5) Pengerajin kerajinan tenun di Desa Tenganan Pagringsingan
yang ditentukan secara purposive. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah : observasi,
wawancara dan pencatatan dokumen.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Kesulitan pengerajin tenun Gringsing dalam melakukan
pengurusan indikasi geografis terhadap produk tenun Gringsing yang dihasilkan disebabkan karena
lemahnya kesadaran hukum masyarakat pengerajin desa Tenganan salah satu contohnya belum ada
kesepakatan untuk menunjuk salah seorang untuk dijadikan pemegang Hak Cipta atau mencari alternatif
hukum dalam melakukan permohonan pendaftaran perlindungan hukumindikasi geografis terhadap tenun
Gringsing khas Tenganan. (2) Desa Tenganan dikategorikan sebagai wilayah indikasi geografis tenun
Gringsing disebabkan oleh keberadaan desa Tenganan menunjukkan indikasi geografis yang merupakan
suatu tanda dari daerah asal suatu barang, yang karena faktor lingkungan geografis termasuk faktor alam,
faktor manusia, atau kombinasi dari kedua faktor tersebut, memberikan ciri dan kualitas tertentu pada
barang yang dihasilkan. Untuk dapat memperoleh perlindungan hukum indikasi geografis, maka pengerajin
tenun Gringsing Tenganan harus pengajukan permohonan pendaftaran indikasi geografis.
Kata kunci: Hak Cipta, Indikasi Geografis, Perlindungan Hukum, Pengerajian, Tenganan, Tenun
Gringsing.
223
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN MASYARAKAT I, TAHUN 2016
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Bali sebagai tempat tujuan parwisata
memiliki beragam tradisi yang tumbuh dan
berkembang dalam kehidupan masyarakat
adat. Salah sau peran Pemerintah Daerah
Bali adalah memberikan perlindungan
terhadap kesatuan masyarakat adat
termasuk seluruh kearifan lokal yang
terdapat di dalamnya. Dalam masyarakat,
baik yang kompleks maupun yang
sederhana, ada sejumlah nilai budaya yang
satu dengan lain saling berkaitan hingga
menjadi suatu sistem, dan sistem itu
sebagai pedoman dari konsep-konsep ideal
dalam kebudayaan memberi pendorong
yang kuat terhadap arah kehidupan warga
masyarakatnya, Hakim; Mubarok, (2006 :
28). Menurut Koentjaraningrat (2011:3)
bahwa apapun bentuk karya pada
hakekatnya merupakan bagian dari
kebudayaan universal yang di dalamnya
terkandung tiga wujud budaya. Salah satu
pulau yang kental akan kebudayaan adalah
Pulau Bali. Kebudayaan sebagai hasil dari
cipta, karsa dan rasa manusia menurut
Alisyahbana; merupakan suatu keseluruhan
yang kompleks yang terjadi dari unsurunsur
yang
berbeda-beda
seperti
pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum,
moral, adat istiadat, dan segala kecakapan
yang diperoleh manusia sebagai anggota
masyarakat Agus (2002 : 15). Dengan
demikian, setiap karya seni akan
mengandung wujud sistem budaya, sistem
sosial, dan budaya fisik. Berpijak pada hal
tersebut, maka setiap karya seni yang
dihasilkan selalu erat kaitannya dengan
nilai-nilai, tidak saja nilai estetika, tetapi
juga nilai ekonomi dan sosial. Keberadaan
karya seni sebagai suatu bagian dari
kebudayaan tentu substansi kebudayaan
sebagai suatu pola pikir dan pola prilaku
yang melekat padanya. Karena pola pikir
akan
mempengaruhi
pola
prilaku
seseorang, dalam mengembangkan karya
seninya yang dalam hal ini tertuang melalui
kerajinan.
Sehubungan dengan hal itu, karya seni
tentu akan dapat memberikan inspirasi bagi
masyarakat penikmat seni khususnya
masyarakat Bali. Karena nilai-nilai tersebut
tidak saja dapat menjadi acuan bagi prilaku
masyarakat pada umumnya. Misalnya nilai
estetika yang merupakan nilai keindahan
yang dapat dinikmati melalui kegiatan
pameran, expo, maupun yang lainnya. Di
mana nilai estetika merupakan suatu acuan
sebagai seorang seniman dalam berprilaku
berkarya seni termasuk para pengerajin
tenun
geringsing
khas
Tenganan.
Komponen nilai lainnya yang terdapat
dalam setiap karya seni adalah nilai
ekonomi. Nilai ekonomi dari kerajinan
tenun Gringsing khas Tenganan dapat
dilihat
adanya
upaya
untuk
mengembangkan etos kerja. Etos kerja di
sini yaitu berkaitan dengan bagaimana
kerajinan tenun Gringsing khas Tenganan
dapat memunculkan semangat kerja bagi
pengerajin tenun serta peluang kerja bagi
para pelaku kesenian. Selain hal tersebut,
nilai sosial juga tidak dapat diabaikan
begitu saja karena nilai sosial berkaitan erat
dengan tingkat penerimaan masyarakat
dalam menerima karya seni salah satunya
berupa hasil produk tenun Gringsing
tersebut khususnya dalam karya-karya seni
masyarakat Bali. Nilai sosial juga akan
memberikan pedoman prilaku bagi
perkumpulan seni dan anggota masyarakat
sehingga aktivitas seni tetap berlanjut, serta
memberikan kesadaran bagi masyarakat
tentang pentingnya kebersamaan dan
kekurangan dalam setiap kesatuan sosial.
Selain nilai-nilai yang sudah disebutkan di
atas, nilai lainnya yang terkandung dalam
kesenian yaitu nilai etika, nilai etika
merupakan nilai sebagai bentuk sikap
moral yang setia dan kokoh menjunjung
tinggi nilai budaya bangsa. Sedangkan,
terkait dengan adanya seni Bali menjadi
terkenal karena datangnya wisatawanwisatawan domestik maupun manca
negara.
Perkembangan nilai seni tidak jarang
memunculkan wujud dalam bentuk
berbagai produk seni secara fisik (bendabenda fisik) termasuk di dalam produk
tekstil. Sejalan dengan perkembangan ilmu
224
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN MASYARAKAT I, TAHUN 2016
pengetahuan dan teknologi, saat ini banyak
bermunculan produk-produk tekstil yang
terbuat dari pabrik tekstil dengan
menggunakan peralatan canggih sehingga
hasil produksinya lebih berkualitas dan
harganya lebih terjangkau. Adapun produk
tekstil yang dihasilkan berupa kain-kain,
seperti kain baju, kain saput, kain celana,
kain tas, kain batik dan lain-lain. Proses
produksi dengan rentang waktu pengerjaan
yang relatif lebih singkat dan hasil
produksinya lebih banyak dibandingkan
dengan produksi kain tenun secara
tradisional. Selain hal tersebut, media
promosi juga sangat mempengaruhi
keberlakuan produk kerajinan tradisional di
kalangan masyarakat.
Industri yang banyak berkembang di
wilayah
Kabupaten
Karangasem,
kebanyakan masuk dalam kategori Usaha
Kecil dan Menengah. Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995
tentang Usaha Kecil, kriteria-kriteria dari
usaha kecil adalah sebagai berikut:
memiliki kekayaan (aset) bersih paling
banyak Rp. 200.000.000 (dua ratus juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan,
tempat usaha; memiliki hasil penjualan
tahunan (omzet) paling banyak Rp. 1
Milyar; milik warga negara Indonesia;
berdiri sendiri, bukan merupakan anak
perusahaan atau cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai, atau terafiliasi baik
langsung maupun tidak langsung oleh
usaha besar atau usaha menengah,
berbentuk badan usaha perseorangan,
badan usaha tidak berbadan hukum, atau
usaha berbadan hukum, termasuk koperasi.
Dengan demikian, usaha-usaha yang
banyak tumbuh di wilayah Kabupaten
Karangasem yang bergerak di bidang
industri kerajinan tradisional merupakan
usaha kecil menengah karena memiliki ciriciri usaha seperti yang diatur dalam
undang-undang tersebut di atas. Secara
formal, usaha kecil menengah tersebut pada
hakekatnya berada di bawah naungan
Departemen Perindustrian Perdagangan
dan Koperasi (Deperindag dan Koperasi)
Kabupaten Karangasem. Berdasarkan Data
Ekspor per Mata Dagangan Kabupaten
Karangasem tahun 2013, jenis yang sudah
masuk daftar inventaris berjumlah 46 jenis
barang dengan jenis produk kerajinan
mencapai 40 jenis. Termasuk di dalamnya
adalah kerajinan tenun. Berdasarkan data
ekspor tahun 2013, masing-masing produk
tersebut memberikan sumbangan devisa
yang lumayan besar dengan perincian
kerajinan tenun US$ 150,039.91 (2%).
Kerajinan tersebut di atas masih diproduksi
dengan cara yang tradisional atau masih
menggunakan kemampuan tenaga manusia
tanpa memanfaatkan teknologi mesin
modern. Hal ini sangat menarik disimak
karena suatu produk yang notabene
dikerjakan dengan cara manual dan berakar
dari budaya masyarakat tradisional mampu
menjawab
tantangan
pasar
global
(www.google.com Muliani, 2007 : 13).
Perkembangan terakhir menunjukkan
bahwa industri kerajinan tenun tradisional
yang ada mulai terancam dengan produkproduk sejenis yang dihasilkan oleh negaranegara Cina (sutra) dan India (sari).Negara
Cina berhasil menciptakan produk
kerajinan tenun sutra sintetis yang jauh
lebih murah dengan bantuan teknologi
modern meskipun di negara tersebut tidak
memiliki varietas ulat sutra seperti yang ada
di Indonesia. Lebih jauh lagi, di Cina tidak
ada
budaya
tradisional
untuk
membudidayakan ternak sutra menjadi kain
sarung, tas ataupun hasil-hasil kerajinan
lainnya. Sementara di India banyak
dijumpai produk-produk kerajinan dari kain
sari yang memiliki kemiripan dengan
desain dan bentuk yang ada di Indonesia,
tetapi harga jualnya jauh lebih murah
dibandingkan dengan yang diproduksi di
Indonesia. Sama dengan Cina, India juga
tidak memiliki sejarah pengetahuan
tradisional yang dimiliki atau dikuasai dan
digunakan secara turun-temurun dan terus
berkembang sesuai dengan perkembangan
lingkungan. Kejadian tersebut tidak bisa
dipandang sebelah mata karena dapat
mengancam keberlangsungan industri
kerajinan di Indonesia yang berbasiskan
pada pengetahuan tradisional masyarakat
225
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN MASYARAKAT I, TAHUN 2016
Indonesia. Jangan sampai permasalahan
serupa terjadi pada perkembangan tenun
ikat khas Tenganan Pagringsingan sebagai
produk asli Indonesia, kecenderungan
semacam ini dikhawatirkan kemungkinan
dapat terjadi mengingat dimungkinkan
dengan munculnya sikap-sikap kurang
menghargai nilai-nilai keluhuran budaya.
Kain tenun tradisional Gringsing yang
dihasilkan oleh masyarakat Tenganan
Pagringsingan ini telah mampu bersaing
dengan kain tenun tradisional yang ada di
daerah lain seperti Lombok, Kalimantan,
Jambi dan lain-lain dan sudah merambah
pasaran
wilayah
nasional
bahkan
internasional. Namun demikian, yang
menjadi persoalan adalah ketika daerah lain
mencoba untuk mengkombinasikannya
dengan motif yang ada di daerahnya dan
melahirkan motif baru. Ini yang sebenarnya
harus diperhatikan oleh para perajin tenun
tradisional yang ada di Desa Tenganan
Pagringsingan. Kekhawatiran muncul yaitu
jika hasil dari kombinasi itu akan membuat
motif asli dari tenun kehilangan nilai
keaslian atau keoriginalannya dan lambat
laun corak motif asli dari Desa Tenganan
akan tidak dikenal oleh orang atau daerah
lain, bahkan orang atau daerah lain yang
mengkombinasikan
tersebut
menjadi
terkenal.
Keadaan
Geografis
Indonesia
menyebabkan
Indonesia
memiliki
keanekaragaman seni dan budaya yang
sangat kaya dan merupakan keunggulan
sekaligus identitas nasional Indonesia
untuk membedakan dengan negara lain.
Oleh karena itu banyak sekali produkproduk Indikasi Geografis yang terdapat di
Indonesia, salah satunya yakni Kerajinan
tenun Geringsing khas Tenganan. Akan
tetapi kerajinan tangan tenun Geringsing ini
belum terdaftar sebagai produk Indikasi
Geografis. Ini tentunya sangat rentan akan
persaingan curang dan pembohongan
publik terhadap kerajinan tenun Geringsing
khas Tenganan mengingat kerajinan tangan
ini sudah merambah pasar Internasional.
Pendaftaran Indikasi geografis merupakan
cara yang tepat dalam menjamin kepastian
hukum terhadap produk Indikasi Geografis
di Indonesia, mengingat Indikasi Geografis
menganut first to file system, pendaftaran
merupakan syarat utama mendapatkan
perlindungan.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, ada
beberapa permasalahan yang dikaji dalam
penelitian ini, diantaranya, yaitu:
a. Apakah yang menjadi kesulitan bagi
pengerajin tenun Gringsing dalam
melakukan
pengurusan
indikasi
geografis terhadap produk tenun
Gringsing yang dihasilkan?
b. Bagaimanakah cara menentukan bahwa
desa Tenganan dikategorikan sebagai
wilayah
perlindungan
geografis
kerajinan tenun tradisional Gringsing ?
3. Tujuan Penelitian
Dengan mengacu pada latar belakang
penelitian dan perumusan masalah
penelitian, adapun yang menjadi tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui yang menjadi
kesulitan bagi pengerajin tenun
Gringsing dalam melakukan pengurusan
indikasi geografis terhadap produk
tenun Gringsing yang dihasilkan.
b. Untuk mengetahui cara menentukan
bahwa desa Tenganan dikategorikan
sebagai wilayah perlindungan geografis
kerajinan tenun tradisional Gringsing.
4. Urgensi (Keutamaan) Penelitian
Masyarakat Bali memiliki ruang
budaya yang sangat dinamis, namun tetap
berlandaskan pada ideologi Tri Hita
Karana guna mewujudkan kesejahteraan
lahir batin, sehingga secara rasional
perkembangan kerajinan tenun tradisional
Gringsing khas Tenganan menyelaraskan
dengan kemajuan intelektualitas dan
budaya masyarakat yang adaptif. Namun
kenyataannya, terjadi hal yang sebaliknya,
yakni kasus penduplikasian motif kerajinan
tenun Gringsing oleh pengerajin yang tidak
bertanggung jawab berdampak terhadap
kerajinan tenun Gringsing ditirukan di
pasaran sehingga dinilai mengancam
eksistensi tenun Gringsing khas sebagai
226
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN MASYARAKAT I, TAHUN 2016
kearifan lokal khas Tenganan khususnya
dan Bali pada umumnya.
Perlindungan IG memiliki berbagai
manfaat, baik bagi produsen maupun bagi
konsumen. Bagi produsen, manfaat
keberadaan IG dari sisi ekonomi antara
lain: (1) Mencegah beralihnya kepemilikan
hak pemanfaatan kekhasan produk dari
masyarakat setempat kepada pihak lain. (2)
Memaksimalkan nilai tambah produk bagi
masyarakat setempat. (3) Memberikan
perlindungan dari pemalsuan produk. (4)
Meningkatkan pemasaran produk khas. (5)
Meningkatkan penyediaan lapangan kerja.
(6) Menunjang pengembangan agrowisata.
(7) Menjamin keberlanjutan usaha. (8)
Memperkuat ekonomi wilayah. (9)
Mempercepat perkembangan wilayah. (10)
Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Dari sisi ekologi, manfaat IG antara
lain: (1) Mempertahankan dan menjaga
kelestarian alam. (2) Meningkatkan
reputasi kawasan. (3) Mempertahankan
kelestarian plasma nutfah. Dari sisi sosial
budaya, manfaat IG antara lain: (1)
Mempererat hubungan antar pekebun.(2)
Meningkatkan dinamika wilayah, dan (3)
Melestarikan adat istiadat, pengetahuan
serta kearifan lokal masyarakat Dari sisi
hukum, manfaat IG adalah memberikan
perlindungan dan kepastian hukum bagi
produsen. Bagi konsumen, manfaat
perlindungan IG antara lain: (1) Memberi
jaminan kualitas berdasarkan hukum sesuai
harapan konsumen terhadap produk IG. (2)
Memberi jaminan hukum bagi konsumen
apabila produk tidak sesuai dengan standar
yang diharapkan.
Proses
Perlindungan
Indikasi
Geografis (IG) diakui dan berlaku secara
internasional.
Untuk
memperoleh
perlindungan IG diperlukan beberapa
tahapan: (1) Mengenali jenis komoditas dan
kekhasan yang dimiliki. (2) Mengetahui
kebutuhan pasar terhadap produk khas
tersebut.
(3)
Mengenali
penyebab
munculnya
kekhasan
serta
cara
mengujinya.(4) Mengenali batas wilayah
yang dapat menghasilkan produk khas
tersebut, dan; (5) Mendaftar kepada
Departemen Hukum dan HAM untuk
mendapatkan perlindungan IG. Pendaftaran
disertai dengan melampirkan buku
spesifikasi komoditi dan buku wilayah.
Buku
spesifikasi
komoditi
berisi
keterangan tentang jenis produk, kekhasan
produk, proses mendapatkan kekhasan
serta proses menguji kekhasan. Buku
wilayah berisi batas-batas wilayah
penghasil produk khas.
Selama ini telah banyak penelitian dan
kajian-kajian budaya tentang perlindungan
hukum indikasi geografis terhadap sebuah
produk yang dipandang perlu untuk
dilakukan pengurusan dengan tujuan
menghindarkan dari klaim maupun
pemalsuan terhadap pihak yang tidak
bertanggung jawab. Dalam rangka
mewujudkan iklim persaingan usaha yang
sehat. Di sini peran perlindungan hukum
Negara terhadap Hak Kekayaan Intelektual
seperti hak cipta, paten, merek, dan lainlain memegang peranan yang sangat
penting dan strategis dan memerlukan
sistem pengaturan yang lebih memadai.
Junianto (2011) menyarankan kajian
yang lebih mendalam dan komperhensif,
mempelajari, mengkarakterisasi mutu
dan pengolahan terasi Cirebon dalam
upaya mendapatkan perlindungan indikasi
geografis. Metode survey digunakan dalam
penelitian ini. Pengumpulan data dilakukan
melalui observasi, wawancara, dan studi
pustaka: Semua data yang diperoleh baik
data primer maupun data sekunder dianalis
secara deskriptif baik dalam bentuk
narasi maupun tabel. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa bahan baku terasi
Cirebon terdiri dari rebon, garam, dan gula
merah. Prosedur pembuatan terasi Cirebon
terdari dari pengeringan, pencampuran,
pencetakan dan fermentasi. Mutu terasi
Cirebon memenuhi Standar Nasional
Indonesia untuk terasi. Rasionalisasi
dilakukan pada tahapan pra pengeringan,
pengeringan, perbandingan bahan pada
pencampuran dan fermentasi.
Menurut Ellyanti, Karim, Basri (2012)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
wilayah Indikasi Geografis (IG) Kopi
227
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN MASYARAKAT I, TAHUN 2016
Arabika Gayo di DTG yang sesuai dengan
ketinggian tempat di atas permukaan laut
adalah 160.856,70 ha. Wilayah IG Kopi
Arabika Gayo yang sesuai dengan kawasan
yang telah ditetapkan sebagai kawasan
budidaya di dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Kabupaten Bener
Meriah, Aceh Tengah dan Gayo Lues
adalah seluas 151.151,60 ha. Persentase
penyimpangan IG Kopi Arabika Gayo di
DTG berdasarkan RTRW masing-masing
kabupaten adalah sebesar 9.705,10 ha
(6,03%).
Doddy
Kridasaksana,dkk
(2012)
menurutnya Indikasi geografis adalah hal
baru, yang exsistence hecame satu dengan
pengaturan merek. Indikasi geografis
memiliki acara ll symbolthat mana barang
berasal dari maka telah terhubung wilh
qualily, reputasi, atau karakteristik lain
yang sesuai dengan barang geografis
berasal. Tujuan dari studi ini adalah lnspecf
bagaimana perlindungan dari hukum untuk
indication geografis di lndonesia. Indikasi
geografis mendapatkan perlindungan
hukum setelah terdaftar untuk permintaan
ini diserahkan oleh lembaga yang mewakili
masyarakat.
Mempelajari dan mengakaji dinamika
merebaknya kasus pengklaiman motif
tenun Gringsing khas Tenganan yang
terjadi di pasaran menstimulus para
pengerajin untuk melakukan pengurusan
perlindungan hukum terhadap produk yang
dihasilkan, menurut peneliti, (2015),
perlindungan indikasi geografis terhadap
produk tenun Gringsing memiliki makna
yang sangat strategis bagi upaya
pengembangan dan pembinaan kesadaran
produsen
Bali
untuk
melakukan
pendaftaran produk. Disinilah proses
rekonstruksi hukum berorientasi pada
penjaminan hak produsen
maupun
konsumen menjadi sangat strategis, dengan
tetap bertumpu pada filosofi, nilai-nilai,
tridisi, dan adat istiadat yang berlaku pada
masyarakat Hindu Bali. Formulasi dan
rekonsiliasi model perlindungan hukum
berorientasi pada indikasi geografis ini
diyakini akan menjadi solusi yang bersifat
konstruktif bagi pembangunan Bali.
Berdasarkan rasional di atas, maka
penelitian ini tampaknya memiliki nilai
kebaruan dan nilai strategis yang sangat
mendasar sehubungan dengan upaya
menggali dan memformulasikan nila-nilai,
norma, tradisi, budaya dan adat istiadat
masyarakat Hindu Bali yang bertalian
dengan produk kerajinan tenun Gringsing
khas Tenganan. Hal ini disebabkan karena
beberapa penelitian ini akan lebih
diarahkan
pada
upaya
melakukan
perlindungan hukum indikasi geografis
terhadap kerajinan tenun tradisional khas
Tenganan. Di sisi lain, penelitian ini akan
memberikan kontribusi yang signifikan
dalam
upaya
pengembangan
pola
pembangunan masyarakat di bidang seni
kerajinan tenun ikat tradisional Geringsing
khas Tenganan. Disamping itu, penelitian
ini juga akan memberikan nilai manfaat
yang mendasar dalam kaitannya dengan
pembangunan adat istiadat dan pembinaan
perilaku masyarakat desa adat yang
bersendikan pada nilai-nilai keagamaan
yang kental sesuai dengan konsep
keharmonisan hubungan antara manusiadengan manusia, manusia dengan alam, dan
manusia dengan Sang Pencipta (Ajaran Tri
Hita Karana).
C.METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah deskriptifkualitatif. Jenis penelitian adalah studi
etnografi pada masyarakat Tenganan
Pagringsingan.Penentuan subjek dalam
penelitian ini menggunakan teknik
Purposive Sampling, dan yang menjadi
subjek penelitian yaitu : 1. Bendesa Desa
Adat Tenganan Pegringsingan, 2. Prajuru
atau Pengurus
Desa Adat Tenganan
Pegringsingan, 3. Tokoh masyarakat dan
para pengerajin tenun Gringsing di desa
Tenganan
Pagringsingan.
Dalam
pelaksanaannya peneliti juga akan
menggunakan beberapa instrument dan
teknik pengumpul data, yaitu : metode
228
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN MASYARAKAT I, TAHUN 2016
wawancara, metode observasi dan metode
dokumentasi. Sehubungan dengan hasil
tersebut, maka digunakan suatu cara atau
teknik tertentu yang sering disebut dengan
metode deskriptif kualitatif, yaitu suatu
cara pengolahan data yang dilakukan
dengan menyusun secara sistematis.
2. Pendekatan dan Lokasi Penelitian
Secara metodologis, penelitian ini
merupakan penelitian pengembangan
dalam bangunan rekayasa kebijakan publik
(development research in public polecy
paradigm) (Borg & Gall, 1989), sehingga
penekanannya bukan pada pengukuran,
melainkan pada
upaya pemetaan,
sinkritasi, dan rekayasa secara aktual,
faktual, dan holistik, emik, dan etik tentang
bentuk dan makna perilaku yang
ditampilkan oleh masyarakat desa adat
dalam
konteks
perlindungan
hukumindikasi geografis tenun Gringsing
khas Tenganan untuk pembangunan dan
peningkatan integritas kerajinan tenun lokal
sebagai simbolisme kearifan lokal Bali..
Upaya penggalian, analisis, dan
pemetaan fokus masalah penelitian
dilakukan dengan mengacu pada model
analisis lintas-situs sebagaimana yang
lazim dilakukan dalam penelitianpenelitian sosial dan budaya, Carspecken
(1998). Model analisis lintas-situs ini akan
memudahkan peneliti dalam mengungkap
dan memetakan masalah, kaitan masalah
satu dengan masalah lainnya, dan kaitan
masalah penelitian dengan latar alamiah
penelitian sebagai faktor eksternal dalam
analisis data penelitian Choliddan,
Achmadi (2005 : 72). Berdasarkan pola
analisis ini, akan dapat diformulasikan dan
sekaligus diverifikasi bangunan informasi,
metode, dan model baru dalam
menghampiri masalah-masalah sejenis
dengan tingkat kebenaran ilmiah yang lebih
tinggi.
3. Teknik Pengumpulan dan Analisis
Data
Penelitian ini menganut prinsip
“human instrument”, yaitu peneliti
merupakan penggali/alat pengumpulan data
yang utama. Hal ini penting mengingat
fokus masalah penelitian benar-benar
memerlukan
keajegan
dan
mempertaruhkan kapabilitas personal
peneliti, sehingga mampu mengungkap
bebagai aspek yang terkait dengan fokus
masalah dan kebutuhan data penelitian.
Dalam
pelaksanaannya,
peneliti
mengunakan
beberapa
alat
bantu
pengumpulan data, yaitu: (1) wawancara
mendalam, (2) observasi partisipatif, (3)
pencatatan dokumen, (4) kuisioner terbuka
dan tertutup, (5) focus groups discussion,
(Data yang terkumpul dalam penelitian ini
berupa data kualitatif dan data kuantitatif.
Keseluruhan data ini dianalisis dengan
menggunakan teknik analisis deskriptif dan
statistik sesuai dengan karakteristik data
yang dibutuhkan untuk mengurai masingmasing permasalahan penelitian Burhan
(2006), mengemukakan bahwa aktivitas
dalam analisis data kualitatif dilakukan
secara interaktif dan berlangsung secara
terus menerus sampai tuntas, sehingga
datanya sudah jenuh.
A. Pembahasan
1. Pengurusan
indikasi
geografis
terhadap produk tenun Gringsing
yang dihasilkan
Hak Cipta dalam ketentuan hukum
bertujuan melindungi ciptaan-ciptaan para
pencipta yang dapat terdiri dari pengarang,
artis, musisi, dramawan, pemahat,
programmer, komputer, dan sebagainya.
Seorang pemegang Hak Cipta yaitu
pengarang sendiri, memiliki suatu
kekayaan intelektual yang bersifat pribadi
dan memberikan kepadanya sebagai
pencipta untuk mengeksploitasi hak-hak
ekonomi dan suatu ciptaan yang tergolong
dalam bidang seni, sastra dan ilmu
pengetahuan.
Dengan kerangka berpikir tentang sifat
dasar Hak Cipta yang demikian, seseorang
tidak memperoleh hak untuk mengkopi
ataupun memperbanyak hasil ciptaan
seseorang tanpa seijin dari penciptanya.
Namun, hal itu berbanding terbalik dengan
temuan yang ditemukan oleh peneliti di
229
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN MASYARAKAT I, TAHUN 2016
lapangan, diketemukan kasus peniruan
motif terhadap motif kerajinan tenun di
Desa Tenganan Pagringsingan masih
banyak terjadi, hal itu senada dengan yang
diungkapkan oleh salah seorang pengerajin
tenun Nyoman Rukmin (48 tahun) sebagai
berikut: “selama ini, banyak kasus peniruan
terhadap motif tenun gringsing yang ada
disini oleh masyarakat luar. Dulu pernah
ada yang bernama Bu Gea dari Jakarta yang
datang ke Tenganan, pertamanya dia
sekedar foto-foto produk kerajianan tenun
gringsing khas desa Tenganan. Tetapi tidak
kami duga sebelumnya, ternyata motif yang
diperoleh dari sini dikemas menjadi produk
sutra dengan motif tenun gringsing. Hal itu
kami tahu ketika dia datang kembali secara
kolektif dengan mengenakan kain sutra
yang bermotif kain tenun gringsing”
(Wawancara pada tanggal 11 Nopember
2014)
Selain itu peneliti juga mewawancarai
Kadek Arca Sudana (50 Tahun) selaku
sekretaris
desa
Tenganan
yang
mengungkapkan sebagai berikut: “pernah
terjadi peniruan terhadap motif kerajinan
tenun gringsing khas Tenganan, yang saya
ketahui yaitu bahwa kasus itu berkaitan
dengan pemakaian motif kerajinan tenun
gringsing yang ada sebagai merek atau
lambang dari salah satu minuman. Itu
sangat kami sayangkan sekali, karena dapat
merugikan kami sebagai pencetus atau
boleh dikatakan pemilik dari motif
kerajinan
tenun
gringsing
tersebut”(Wawancara pada tanggal 12
Nopember 2014).
Berdasarkan uraian tadi, maka
dapat dikatakan bahwa banyak terjadi kasus
peniruan terhadap motif kerajinan tenun
gringsing yang ada di Desa Tenganan
Pagringsingan. Berangkat dari permasalahn
tersebut, maka pengaturan mengenai Hak
Cipta mutlak diperlukan dalam rangka
melindungi motif kerajinan tenun gringsing
yang ada di desa Tenganan. Sehingga motif
dari kerajinan tenun yang terdapat di sana
memiliki kekuatan hukum yang dapat
memperkuat eksistensi motif kerajinan
tenun khas Tenganan Pagringsingan.
Karena selama ini, warga maupun aparat
Desa Tenganan Pagringsingan tidak dapat
melakukan
suatu
tindakan
dalam
penanganan kasus-kasus peniruan terhadap
motif kerajinan tenun yang ada. Hal itu
disebabkan
karena
belum
adanya
pengaturan Hak Cipta terhadap motif
kerajinan tenun di desa setempat.
Berdasarkan temuan peneliti di lapangan
bahwa pengaturan mengenai Hak Cipta
terhadap motif kerajinan tenun yang ada di
Desa Tenganan Pagringsingan belum
sepenuhnya bisa dilakukan, itu disebabkan
karena beberapa faktor yang menyebabkan
belum dapat dilakukan pengurusan
terhadap Hak Cipta motif kerajinan tenun di
Desa Tenganan yaitu:
Pertama, dari segi historis atau sejarah
motif kerajinan tenun khas Tenganan baik
dari segi waktu dan penciptanya belum
diketahui secara pasti. Karena menurut
pasal 37 ayat 1 Undang-undang No 19
Tahun 2002 tentang Hak Cipta memuat
ketentuang tentang: Pendaftaran Ciptaan
dalam Daftar Umum Ciptaan dilakukan
atas Permohonan yang diajukan oleh
Pencipta atau oleh Pemegang Hak Cipta
atau Kuasa. Selain itu, untuk permohonan
pendaftaran Ciptaan diajukan kepada
Direktorat Jenderal HKI Kementrian
Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia harus melampirkan beberapa hal
sebagai berikut: a.Formulir pendaftaran
ciptaan rangkap tiga. b. Formulir surat
pernyataan kepemilikan produk bermaterai
6000 c. Surat permohonan pendaftaran
dilampiri: Contoh fisik ciptaan, a).Identitas
diri berupa foto copy KTP dari pencipta,
pemegang Hak Cipta; b). Akte/salinan
resmi pendirian badan hukum yang telah
dilegalisir oleh notaris bila pemohon adalah
badan hukum; c).Foto copy NPWP; d).
Gambar/foto produk ukuran 3 R sebanyak
12 lembar. E).Deskripsi/uraian tentang
produk yang akan didaftarkan (Tim Klinik
Konsultasi HKI-IKM, 2013).
Melihat ketentuan di atas mengandung
tendensi bahwa harus ada subyek yang
kapasitasnya sebagai pencipta, dengan
konskuensi selaku pemegang Hak Cipta.
230
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN MASYARAKAT I, TAHUN 2016
Pencipta berhak mendaftarkan hasil
ciptaannya tersebut ke Dinas terkait,
berdasarkan
ketentuan
peraturan
perundang-undangan yaitu Undang-undang
Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta
atau harus memenuhi prosedur dan syarat
untuk bisa mengajukan Hak Cipta.
Sementara untuk motif kerajinan tenun
khas Tenganan Pagringsingan, subyek atau
pemegang Hak Ciptanya belum jelas.
Sehingga ini menjadi faktor penghambat
dalam proses pengurusan Hak Cipta
terhadap motif kerajinan tenun khas
Tenganan Pagringsingan.
Kedua, upaya dari masyarakat
hanya bersifat menunggu dan cenderung
pasif, sejauh ini masyarakat
hanya
menunggu upaya dari pemerintah untuk
melakukan sosialisasi dalam rangka
memberikan perlindungan hukum terhadap
motif kerajinan tenun khas Tenganan
Pagringsingan. Padahal dalam rangka
memperoleh perlindungan hukum, terlebih
lagi dalam memperoleh Hak Cipta terhadap
sesuatu karya, Pencipta maupun Pemegang
Hak Cipta harus memiliki inisiatif untuk
mendaftarkan ciptaannya, karena nantinya
Surat Pendaftaran Ciptaan tersebut dapat
dijadikan alat bukti awal di pengadilan
apabila timbul sengketa di kemudian hari
terhadap ciptaan tersebut.
Ketiga
yaitu
pengetahuan
masyarakat terkait upaya hukum yang bisa
dilakukan untuk melindungi motif
kerajinan
tenun
khas
Tenganan
Pagringsingan masih kurang. Itu terbukti
dari masyarakat yang tidak mengetahui
prosedur dan tata cara dalam pengurusan
hak cipta sebagai bentuk kurangnya
kesadaran hukum masyarakat setempat.
Kurangnya kesadaran hukum masyarakat
pengerajin desa tenganan dapat dilihat dari
sikap pasif mereka yang hanya mengikuti
apa yang di sosialisasikan oleh pemerintah,
tanpa adanya suatu pemikiran mengenai
alternatif upaya hukum yang bisa dilakukan
untuk melindungi motif tenun yang dimiliki
tersebut.
Jadi, lemahnya kesadaran hukum
masyarakat pengerajin desa Tenganan
Pagringsingan dapat mempengaruh upaya
perlindungan hukum terhadap motif
kerajinan khas Tenganan Pagringsingan.
Seperti misalnya belum ada kesepakatan
untuk menunjuk salah seorang untuk
dijadikan pemegang Hak Cipta atau
mencari alternatif hukum yang lain dan
mengusulkannya
kepada
Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten
Karangasem.
2. Wilayah perlindungan geografis
kerajinan tenun
tradisional
Gringsing
Desa Tenganan dikategorikan sebagai
wilayah indikasi geografis tenun Gringsing
disebabkan oleh keberadaan desa Tenganan
merupakan indikasi asal adalah suatu tanda
yang memenuhi ketentuan tanda indikasi
geografis yang tidak didaftarkan atau
semata-mata menunjukan asal suatu barang
atau jasa. Indikasi geografis adalah suatu
tanda yang menunjukkan daerah asal suatu
barang, yang karena faktor lingkungan
geografis termasuk faktor alam, faktor
manusia, atau kombinasi dari kedua faktor
tersebut, memberikan ciri dan kualitas
tertentu pada barang yang dihasilkan.
Jangka waktu perlindungan hukum indikasi
geografis,
yaitu
indikasi-geografis
dilindungi selama karakteristik khas dan
kualitas yang menjadi dasar bagi
diberikannya perlindungan atas Indikasigeografis tersebut masih ada
Untuk dapat memperoleh perlindungan
hukum indikasi geografis, maka pengerajin
tenun
Gringsing
Tenganan
harus
pengajukan permohonan pendaftaran
indikasi geografis, diantaranya meliputi
tahapan: (1) Permohonan diajukan secara
tertulis dalam bahasa Indonesia oleh
Pemohon atau melalui Kuasanya dengan
mengisi formulir dalam rangkap 3 (tiga)
kepada Direktorat Jenderal. (2) Bentuk dan
isi formulir Permohonan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh
Direktorat
Jenderal.
(3)
Pemohon
sebagaimana dimaksud pada ayat(1) terdiri
atas: a. lembaga yang mewakili masyarakat
di daerah yang memproduksi barang yang
bersangkutan, terdiri atas: 1) pihak yang
231
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN MASYARAKAT I, TAHUN 2016
mengusahakan barang hasil alam atau
kekayaan alam; 2) produsen barang hasil
pertanian; 3)
pembuat barang hasil
kerajinan tangan atau barang hasil industri;
atau 4) pedagang yang menjual barang
tersebut;
b.lembaga
yang
diberi
kewenangan untuk itu; atau c. kelompok
konsumen
barang
tersebut.
(4)_Permohonan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 harus mencantumkan
persyaratan administrasi sebagai berikut:
a.tanggal, bulan,dan tahun; b.nama
lengkap, kewarganegaraan, dan alamat
Pemohon; dan c. nama lengkap dan alamat
Kuasa, apabila Permohonan diajukan
melalui
Kuasa.
(5)
Permohonan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
dilampiri: a.surat kuasa khusus, apabila
Permohonan diajukan melalui Kuasa;
b. bukti
pembayaran
biaya.
(6)
Permohonan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus dilengkapi dengan Buku
Persyaratan yang terdiri atas: a.nama
Indikasi-geografis
yang
dimohonkan
pendaftarannya; b. nama barang yang
dilindungi oleh Indikasi-geografis; c.uraian
mengenai karakteristik dan kualitas yang
membedakan barang tertentu dengan
barang lain yang memiliki kategori sama,
dan menjelaskan tentang hubungannya
dengan daerah tempat barang tersebut
dihasilkan; d. uraian mengenai lingkungan
geografis serta faktor alam dan faktor
manusia yang merupakan satu kesatuan
dalam memberikan pengaruh terhadap
kualitas atau karakteristik dari barang yang
dihasilkan; e. uraian tentang batas-batas
daerah dan/atau peta wilayah yang dicakup
oleh Indikasi-geografis; f.uraian mengenai
sejarah dan tradisi yang berhubungan
dengan pemakaian Indikasi-geografis
untuk menandai barang yang dihasilkan di
daerah tersebut, termasuk pengakuan dari
masyarakat mengenai Indikasi-geografis
tersebut; g.uraian yang menjelaskan
tentang
proses
produksi,
proses
pengolahan, dan proses pembuatan yang
digunakan sehingga memungkinkan setiap
produsen
di
daerah
tersebut
untuk memproduksi, mengolah, atau
membuat barang terkait; h. uraian
mengenai metode yang digunakan untuk
menguji kualitas barang yang dihasilkan;
dan i.label yang digunakan pada barang dan
memuat Indikasi-geografis.
Perlunya perlindungan hukum dalam
bentuk Undang-Undang yang mengatur
mengenai kerajinan tenun Gringsing khas
Tenganan Pagringsingan dimaksudkan
untuk memberikan perlindungan hukum
yang tegas, jelas, dan efektif guna
mencegah berbagai bentuk pelanggaran,
yang dilakukan oleh orang yang tidak
bertanggung jawab, berupa peniruan dan
pemalsuan. Di samping itu, perlindungan
hukum ini dimaksudkan untuk menjamin
hak-hak
serta
kewajiban-kewajiban
pencipta. Perlindungan Hukum tidak
semata-mata
harus
diberikan
oleh
pemerintah saja, namun lebih dari itu,
dualisme hukum juga perlu di kedepankan.
Di mana dalam hal ini peran Desa Adat juga
harus berperan aktif melalui awig-awig
atau aturan Desa yang relevan dalam
rangka melindungi Kerajinan tradisional
khas Tenganan Pagringsingan. Berkaitan
dengan hal tersebut, ada beberapa temuan
yaang diketemukan oleh peneliti, setelah
mewawancarai kelian Banjar Adat Kauh
Desa Tenganan Pagringsingan Putu Arsa
(45 tahun) sebagai berikut: ”selama ini
untuk masalah perlindungan hukum yang
dilakukan oleh pemerintah untuk kerajinan
tenun yang ada di desa kami belum ada.
Pemerintah hanya baru melakukan
sosialisasi saja ke desa kami, namun sampai
sekarang belum ada tindak lanjutnya lagi.
Sehingga kami jika menemukan yang
sekiranya menurut kami telah meniru atau
menjiplak dari kerajinan tenun yang kami
punya, kami tidak bisa berbuat sesuatu apaapa. Karena kami sadar, bahwa belum ada
kekuatan hukum yang akan memberikan
perindungan kerajinan tenun yang ada di
Desa Tenganan Pagringsingan ini”
(Wawancara pada tanggal 12 Nopember
2014).
Selain itu, peneliti juga mencoba untuk
mewawancarai Kelian Banjar Dinas
Tenganan Pagringsingan Ketut Sudiastika
232
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN MASYARAKAT I, TAHUN 2016
(45 Tahun), beliau mengungkapkan sebagai
berikut dari pihak Banjar Dinas Tenganan
Pagringsingan yang mengurus urusan
administratif di Desa ini, sebenarnya sangat
menyayangkan dengan kasus plagiasi yang
dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak
bertanggung jawab terhadap kerajinan
tenun khas Tenganan Pagringsingan yang
kami miliki. Bahkan plagiasi ini, tidak
hanya dilakukan oleh oknum dari luar Bali
saja, tetapi di dalam daerah Bali juga ada
yang mencoba memakai motif tenun
Gringsing yang dikombinasi menjadi kain
endek, sutra maupun yang lainnya. Melihat
kejadian tersebut, kami secara administratif
belum bisa untuk berbuat lebih banyak
untuk menindaknya, karena dari segi aturan
perundang-undangan belum ada. Sehingga
jika kami mengajukan perkara itu sampai
ke ranah pengadilan, sudah barang tentu
kami akan kalah” (Wawancara pada
tanggal 11 Nopember 2014).
Berdasarkan uraian yang diungkapkan
oleh informan di atas, maka dapat diketahui
bahwa selama ini, banyak terdapat kasus
peniruan terhadap kerajinan Tenun
Gringsing yang ada di Desa Tenganan
Pagringsingan. Namun, hal tersebut tidak
bisa dicegah, hal itu disebabkan karena
masih
terkendala
oleh
peraturan
perundang-undangan yang mengatur terkait
belum diterapkan oleh masyarakat
pengerajin di desa Tenganan Pagingsingan.
Sehingga aparat Adat dan aparat Banjar
Dinas
yang
mengurus
keperluan
administaratif desa tidak bisa berbuat
banyak terhadap kasus-kasus yang
dijumpai tersebut, walaupun kasus yang
diketemukan
memang
benar-benar
merupakan kasus plagiasi terhadap
kerajinan
tenun
khas
Tenganan
Pagringsingan tersebut. Kemudian, kalau
kita perhatikan dari segi dualisme hukum
yang seyogyanya diberlakukan terhadap
industri kerajinan tenun khas Tenganan
Pagringsingan ini, juga belum dilakukan
baik oleh pihak Desa melalui awig-awignya
maupun dari pihak pemerintah yang
memberikan perlindungan hukum yang
bersifat Nasional.
Upaya perlindungan hukum belum bisa
dilakukan, itu disebabkan karena faktor
pengetahuan masyarakat yang masih
kurang terhadap upaya memperoleh
perlindungan
hukum
serta
faktor
administratif yang belum bisa terpenuhi
sebagai syarat dalam rangka permohonan
untuk memperoleh perlindungan hukum
juga belum terpenuhi.
Berdasarkan
wawancara
yang
dilakukan terhadap beberapa pengerajin
kerajinan tenun di Desa Tenganan
Pagringsingan mengatakan bahwa selama
ini mereka hanya bisa diam daan bersifat
menunggu sosialiasasi dari pemerintah
saja, tanpa adanya suatu inisiatif dari
pengerajin itu sendiri untuk mengajukan
permohonan dalam rangka memperoleh
perlindungan hukum. Karena walaupun
hukum memberikan perlindungan melalui
pendaftaran, namun peran serta aktif dari
semua kalangan, tidak saja aparat penegak
hukum dan masyarakat, tapi juga pelaku
usaha sangat penting guna terwujud iklim
usaha yang kondusif dengan menghormati
(menghargai) hasil karya intelektual dari
seseorang, termasuk desain motif tenun dan
merek dagang produk tenun.
E. PENUTUP
1. Kesimpulan
Kesulitan
pengerajin
tenun
Gringsing dalam melakukan pengurusan
indikasi geografis terhadap produk tenun
Gringsing yang dihasilkan disebabkan
karena lemahnya kesadaran hukum
masyarakat pengerajin desa Tenganan salah
satu contohnya belum ada kesepakatan
untuk menunjuk salah seorang untuk
dijadikan pemegang Hak Cipta atau
mencari alternatif hukum dalam melakukan
permohonan pendaftaran perlindungan
hukumindikasi geografis terhadap tenun
Gringsing khas Tenganan.
Desa Tenganan dikategorikan sebagai
wilayah indikasi geografis tenun Gringsing
disebabkan oleh keberadaan desa Tenganan
menunjukkan indikasi geografis yang
merupakan suatu tanda dari daerah asal
suatu barang, yang karena faktor
233
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN MASYARAKAT I, TAHUN 2016
lingkungan geografis termasuk faktor alam,
faktor manusia, atau kombinasi dari kedua
faktor tersebut, memberikan ciri dan
kualitas tertentu pada barang yang
dihasilkan. Untuk dapat memperoleh
perlindungan hukum indikasi geografis,
maka pengerajin tenun Gringsing Tenganan
harus pengajukan permohonan pendaftaran
indikasi geografis
2. Saran
Bagi
pemerintah
Kabupaten
Karangasem terutama kepada Dinas
Perindustrian dan Perdagangan agar
proaktif memberikan sosialisasi secara
berkesinambungan untuk memberikan
pemahaman kepada pengerajin yang
terdapat di desa Tenganan Pagringsingan
akan pentingnya perlindungan hukum.
Untuk aparat desa dinas beserta staf, aparat
desa adat, termasuk pengerajin agar mampu
memupuk koordinasi intensif untuk
bekerjasama
mengembangkan
sikap
proaktif melakukan pengurusan untuk
permohonan pendaftaran indikasi geografis
untuk memastikan perlindungan hukum
terhadap produk tenun Gringsing yang
dihasilkan. Meningkatkan penyelarasan
pengetahuan dan pengalaman yang
diperoleh
dari
aspek
kecerdasan,
keterampilan, sikap sosial, dan sikap relegi
yang melatar belakangi pengembangan
produk kerajinan tenun Gringsing. Apabila
suatu ketika ada pihak yang beritikad
kurang baik dan ingin melakukan
pengklaiman
tehadap
produk
asli
Tenganan, dapat diambil tindakan tegas
untuk menindaklanjuti segala macam
bentuk kecurangan tersebut dengan forum
musyawarah adat desa setempat sebelum
dibawa ke jalur hukum secara lebih lanjut.
Jadi, ada forum mediasi yang sifatnya
internal
yang
menjadi
penopang
keberlanjutan pelestarian produk kerajinan
desa setempat.
Borg
and
Gall.1989.
Educational
Research: An Introduction. Fifth
Edition. New York and London:
Longman.
Bungin, Burhan. 2006. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada
Bustanudin Agus. 2002. Islam dan
Pembangunan. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Carspecken, P. 1998. Critical Etnography
in Educational Research: A
Theoritical an Practical Guide.
London
and
New
York:
Routledge.
Koentjaraningrat. 2011. Manusia dan
Kebudayaan di Indonesia. Jakarta
: Djambatan.
Negara Repulik Indonesia. UndangUndang Nomor 8 Tahun 1999
tentang
Perlindungan
Konsumen.Lembaran Negara No:
42 tahun 1999, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3821.
Negara Republik Indonesia. UndangUndang Nomor 19 Tahun 2002
tentang Hak Cipta. Lembaran
Negara Nomor:.85 tahun 2002,
Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4220.
Pemerintahan Desa Tenganan.2010.Profil
Pembangunan Desa Tenganan
Kecamatan Manggis Kabupaten
Karangasem.
Sabela Gayo. 2010. Perlindungan Indikasi
Geografis Bagi Kopi Gayo.
Diunggah pada tanggal 25 Januari
2010, pukul 03.00 Wita.
Tim
Klinik
Konsultasi
HKIIKM.2013.Buku Panduan Klinik
Konsultasi
HKI-IKM
Tahun
2013.Jakarta: Direktorat Jenderal
Industri Kecil dan Menengah
Kementerian Perindustrian.
W. J. S Poerwadaminta. 2003.Kamus
Umum Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
http://eprints.unlam.ac.id/296/1/jurnal%20l
egitimitas_zakiyah-shmh.pdf.
DAFTAR PUSTAKA
Atang Abdullah Hakim, Jaih Mubarok.
2006. Metodologi Studi Islam.
Cetakan ke delapan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
234
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN MASYARAKAT I, TAHUN 2016
Diakses hari Kamis tanggal 12 Agustus
2015,pukul12.00 Wita.
http://ejournal.unisba.ac.id/index.php/mim
bar/article/view/294#.VciJ3IEeaZ
R. Diakses hari Kamis tanggal 12
Agustus 2015,pukul12.30 Wita.
http://jurnal.unsyiah.ac.id/agrista/article/vi
ew/230. Diakses hari Kamis
tanggal
12
Agustus
2015,pukul13.00 Wita.
http://www.law.ui.ac.id/jhp/terbitan/2012/j
uli/110-penyuluhan-tentangperlindungan-hukum-indikasigeografis-beras-pandanwangicianjur-jawa-barat-sebagaiwujud-sumbangsih-perguruantinggi-dalam-meningkatkanindeks-pembangunan-manusiaipm. Diakses hari Kamis tanggal
12 Agustus 2015,pukul13.20
Wita.
https://ubicilembu.wordpress.com/tag/indi
kasi-geografis/diakses hari Kamis
tanggal
12
Agustus
2015,pukul14.00 Wita.
http://jurnal.unpad.ac.id/akuatika/article/vi
ew/501. Diakses hari Kamis
tanggal
12
Agustus
2015,pukul14.30 Wita.
235
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN MASYARAKAT I, TAHUN 2016
PELATIHAN PENYUSUNAN LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN
PENGURUS DAN PENGAWAS KOPERASI PADA KOPERASI DI
KECAMATAN BULELENG
Ni Luh Gede Erni Sulindawati, SE, Ak,M.Pd
Jurusan Akuntansi Program Diploma III FE Undiksha
Email: [email protected]
ABSTRACT
Community service activities is aimed (1) to improve the cooperative management board prepare accountability
reports; and (2) to enhance the ability of supervisors cooperatives make accountability reports supervisor.
In order to achieve the purpose of community service activities is use traditional methods in the form of training
and mentoring the preparation of accountability reports and the supervisory board and the supervisory board of
cooperatives for cooperatives located in the district of Buleleng. To be able to carry out these activities properly
and directed the activities carried out method is designed to systematically in several stages. The stages of the
activities carried out consisted of the preparation phase, the implementation phase and monitoring phase. From the
results of the evaluation has been done, trainee and mentoring has been able to prepare accountability reports and
supervisory board cooperative with good criteria. Implementation of these activities can be considered beneficial
for the management and supervisory training and facilitation of cooperative activities can be considered beneficial
for the management and supervisory cooperative seen from the supervisory board and a cooperative attitude towards
the activities that have been carried out. The attitude of the management and supervisory cooperative seen through
the participatory aspect, motivation aspect, the aspect of cooperation, and aspects of the initiative.
Key words: Cooperative, accountability report, the Board, Supervisors
ABSTRAK
Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini bertujuan (1) untuk meningkatkan kemampuan para pengurus
koperasi menyusun laporan pertanggungwaban pengurus; dan (2) untuk meningkatkan kemampuan para pengawas
koperasi menyusun laporan pertanggungwaban pengawas
Agar tercapai tujuan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini mengggunakan metode dalam bentuk
pelatihan dan pendampingan penyusunan laporan pertanggungjawaban pengurus dan pengawas koperasi bagi
pengurus dan pengawas koperasi yang berada di Kecamatan Buleleng. Untuk dapat melaksanakan kegiatan ini
dengan baik dan terarah maka metode kegiatan yang dilakukan adalah dirancang dengan sistematis dalam beberapa
tahapan. Adapun tahapan kegiatan yang dilaksanakan terdiri dari tahapan persiapan, tahap implementasi dan tahap
monitoring. Dari hasil evaluasi yang telah dilakukan, peserta pelatihan dan pendampingan sudah mampu
menyusun laporan pertanggungjawaban pengurus dan pengawas koperasi dengan kreteria baik. Pelaksanaan
kegiatan ini dapat dikategorikan bermanfaat bagi pengurus dan pengawas koperasi Kegiatan pelatihan dan
pendampingan ini dapat dikategorikan bermanfaat bagi pengurus dan pengawas koperasi dilihat dari sikap
pengurus dan pengawas koperasi terhadap kegiatan yang telah dilakukan. Sikap pengurus dan pengawas koperasi
tersebut dilihat melalui aspek partisipasi, aspek motivasi, aspek kerjasama, dan aspek inisiatif.
Kata-kata kunci : Koperasi, Laporan Pertangungjawaban, Pengurus, Pengawas
Pendahuluan
kekayaan para anggotanya sebagai
modal untuk menjalankan usaha, yang
memenuhi aspirasi dan kebutuhan
bersama di bidang ekonomi, social,
budaya sesuai dengan nilai dan prinsip
koperasi. Nilai yang mendasari kegiatan
koperasi antara lain: (1) kekeluargaan;
Menurut Undang-undang No 17
Tahun 2012 tentang perkoperasian,
koperasi adalah badan hukum yang
didirikan oleh perseorangan atau badan
hukum koperasi, dengan pemisahan
236
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN MASYARAKAT I, TAHUN 2016
(2) menolong diri sendiri; (3)
bertanggungjawab; (4) demokrasi; (5)
persamaan; (6) berkeadilan; dan (7)
kemandirian. Sedangkan Prinsip
koperasi antara lain(1) keanggotaan
koperasi bersifat sukarela dan
terbuka, (2)
pengawasan oleh
anggota diselenggarakan secara
demokratis,
(3)
anggota
berpartisipasi aktif dalam kegiatan
ekonomi koperasi,
(4) koperasi
merupakan badan usaha swadaya
yang otonom dan independen, (5)
koperasi
menyelenggarakan
pendidikan dan pelatihan bagi
anggota, pengawas, pemgurus dan
karyawannya, serta memberikan jati
diri, kegiatan dan kemanfaatan
koperasi; (6) koperasi melayani
anggotanya secara prima dan
memperkuat
gerakan
koperasi,
dengan bekerjasama melalui jaringan
kegiatan pada tingkat local, nasional,
regional, dan internasional; dan (7)
Koperasi bekerja untuk pembangunan
berkelanjutan bagi lingkungan dan
masyarakatnya melalui kebijakan
yang disepakati anggotanya.
Koperasi bertujuan untuk
meningkatkan
kesejahteraan
anggotanya
dengan
adanya
pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU)
kepada para anggotanya yang berbeda
dengan badan usaha lainnya bertujuan
untuk
memperoleh
keuntungan
sebesar-besarnya.
Pembangunan
koperasi
sebagai badan usaha ditujukan untuk
penguatan dan perluasan kegiatan
usaha, serta peningkatan kualitas
sumber daya manusia. Untuk
mencapai tujuan tersebut koperasi
harus dikelola dan diselenggarakan
dengan baik agar dapat bertahan,
berkembang, dan usahanya dapat
berkelanjutan (going concern). Agar
usaha koperasi dapat berkembang dan
berkelanjutan
maka
perlu
diperhatikan
usaha
dalam
mempertinggi tingkat efisien yaitu
koperasi harus dapat menangani
bidang-bidang usahanya
dengan
biaya atau pengeluaran
yang
seminimal mungkin, koperasi harus
dapat
mencegah
terjadinya
pemborosan-pemborosan
Untuk
mengetahui
perkembangan usaha
koperasi,
koperasi menyelenggarakan rapat
anggota (RAT) sekurang-kurangnya
satu kali dalam satu tahun. Rapat
anggota berdasarkan pasal 32 UU
No.17 tahun 2012 merupakan
pemegang kekuasaan tertinggi dalam
koperasi. Rapat anggota berwenang
(1) menetapkan kebijakan umum
koperasi; (2) mengubah anggaran
dasar; (3) memilih, mengangkat, dan
memberhentikan pengawas dan
pengurus; (4) menetapkan rencana
kerja, rencana anggaran pendapatan
dan
belanja
koperasi;
(5)
menetapkan
batas
maksimum
pinjaman yang dapat dilakukan
pengurus untuk dan atas nama
koperasi; (6) meminta keterangan
dan
mengesahkan
pertanggungjawaban pengawas dan
pengurus dalam pelaksanaan tugas
masing-masing; (7) menetapkan
pembagian selisih hasil usaha; (8)
memutuskan
penggabungan,
peleburan,
kepailitan,
dan
pembubaran koperasi; dan
(9)
237
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN MASYARAKAT I, TAHUN 2016
menetapkan keputusan lain dalam
batas yang ditentukan oleh undangundang.
Dalam rapat anggota tahunan
tersebut pengurus wajib mengajukan
laporan pertanggungjawan tahunan
dan laporan pengawas yang
ditandatangani oleh semua pengurus.
Informasi yang diperoleh dari Ketua
Dewan Koperasi Indonesia (Dekopinda)
Kabupaten Buleleng terdapat 381
koperasi yang berada di wilayah
Kabupaten Buleleng, namun beberapa
diantaranya
masih
menemui
permasalahan,
terutama
dalam
menajemen,
permodalan
serta
operasional.
Dari jumlah koperasi
tersebut terdapat 20% koperasi tersebut
belum mengadakan rapat anggota
tahunan (RAT). RAT pada koperasi
tersebut belum diselenggarakan karena
koperasi tersebut kesulitan menyusun
laporan pertanggungjawaban pengurus
dan pengawas koperasi.
Pengurus
koperasi merupakan perangkat organisasi
koperasi yang bertanggungjawab penuh
atas kepengurusan koperasi untuk
kepentingan dan tujuan koperasi, serta
mewakili koperasi baik di dalam maupun
di luar pengadilan sesuai dengan
ketentuan Anggaran Dasar., sedangkan
pengawas koperasi adalah seperangkat
organisasi koperasi yang bertugas
mengawasi dan memberikan nasihat
kepada pengurus.
Menurut Pasal 36 Undangundang koperasi
rapat anggota
diselenggarakan
sekurangkurangnya satu kali dalam satu
Metode Kegiatan
Metode kegiatan P2M ini dalam bentuk
pelatihan
dan
pendampingan
tahun. Lebih lanjut dalam Pasal 37
disebutkan
pengurus
wajib
mengajukan
laporan
pertanggunngjawaban tahunan yang
berisi (1) laporan mengenai keadaan
dan jalannya koperasi serta hasil
yang telah dicapai; (2) rincian
masalah yang timbul selama tahun
buku yang mempemngaruhi kegiatan
koperasi; (3) laporan keuangan yang
sekurang-kurangnya terdiri dari
Neraca akhir dan perhitungan hasil
usaha tahun buku yang bersangkutan
serta penjelasan atas dokumen
tersebut; (4) laporan pengawas; (5)
nama pengawas dan pengurus; (6)
besar imbalan bagi pengawas serta
gaji dan tunjangan bagi pengurus.
Permasalahan yang ingin
dipecahkan
dalam
kegiatan
Pengabdian Pada Masyarakat ini
melalui pelatihan dan pendampingan
adalah kemampuan pengurus dan
pengawas koeperasi di Kecamatan
Buleleng
menyusun laporan
pertanggungjawaban pengurus dan
pengawas
koperasi
yang
dipersyaratkan
dalam
undangundang koperasi dan dalam Standar
Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa
Akuntanbilitas publik
Tujuan kegiatan ini adalah
untuk meningkatkan kemampuan
para pengurus koperasi menyusun
laporan
pertanggungwaban
pengurus dan untuk meningkatkan
kemampuan para pengawas koperasi
menyusun
laporan
pertanggungwaban pengawas.
penyusunan
laporan
pertanggungjawaban pengurus dan
238
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN MASYARAKAT I, TAHUN 2016
pengawas koperasi bagi pengurus dan
pengawas koperasi yang berada
dikecamatan Buleleng. Untuk dapat
melaksanakan kegiatan ini dengan baik
dan terarah maka metode kegiatan yang
dilakukan adalah dirancang dengan
sistematis dalam beberapa tahapan
yaitu
(1) Tahap Persiapan yang
meliputi
penyiapan
berbagai
adiministrasi yang mungkin diperlukan,
koordinasi dengan Ketua Dekopinda
Kabupaten Buleleng, penyiapan materi
pelatihan tentang penyusunan Laporan
pertanggungjawaban pengurus dan
pengawas koperasi, penyiapan Nara
Sumber yang kompeten dan relevan
dengan materi yang disiapkan, dan
penyiapan jadwal pelatihan; (2) Tahap
Implementasi yang meliputi pelatihan
penyusunan
laporan
pertanggungjawaban pengurus dan
pengaws koperasi dan pendampingan
penyusunan
laporan
pertanggungjawaban pengurus dan
pengawas
koperasi;
(3)
Tahap
Monitoring
terhadap implementasi
kegiatan yang telah disusun; dan (4)
tahap evaluasi yang dilakukan untuk
menilai kemampuan pengurus dan
pengawas koperasi dalam menyusun
laporan pertanggungjawaban pengurus
dan pengawas koperasi
Hasil Dan Pembahasan
Sesuai dengan rencana yang telah
ditentukan sebelum kegiatan pelatihan
dilaksanakan, kegiatan ini diawali dengan
penyiapan berbagai administrasi yang
diperlukan antara lain permohonan izin
melaksanakan pengabdian masyarakat,
koordinasi dengan Ketua Dekopinda
Kabupaten Buleleng untuk menentukan
jadual
kegiatan
pelatihan
dan
pendampingan,
pengiriman
surat
undangan oleh tim pendamping ke peserta
pelatihan, penyiapan materi pelatihan
tentang pelatihan tentang penyusunan
laporan pertanggungjawaban pengurus dan
pengawas koperasi serta materi rencana
kerja dan Rencana Anggaran dan Belanja
(RAPB) Koperasi Tahun buku 2015.
Peserta pelatihan dan pendampingan
kegiatan ini adalah pengurus dan
pegawas koperasi yang berjumlah 20
Orang yang berada di
daerah
Buleleng, yang memiliki berbagai
bentuk dan jenis usaha koperasi
seperti, Koperasi pegawai negeri,
Koperasi Simpan Pinjam, Koperasi
Serba Usaha maupun koperasi Unit
Desa. Adapun ke duapuluh koperasi
yang hadir dalam kegiatan pelatihan
antara lain : Koperasi Pegawai Negeri
Artha, Koperasi Serba
Tri
Manunggal, Koperasi Serba Usaha
Tunas Muda, Koperasi Serba Usaha
Matalan, Koperasi Serba Usaha
Fajar, Koptan Swakarsa, Koperasi
Simpan Pinjam
Citra Mandiri,
Koperasi
Pegawai
Negeri
Daharmayasa, Koperasi Pepabri,
Koperasi Unit Desa Krisna, Koperasi
Pegawai Negeri
Werdhiyasa,
Koperasi Pegawai Negeri Agraria,
Koperasi Unit Desa Tirtha Luhur,
Koperasi Serba Usaha Tri Dwi Eka,
Koperasi Pegawai Negeri
Sada,
Koperasi Pegawai Negeri
Bakti,
Koperasi Unit Desa KPS, Koperasi
Serba Usaha Johor dan Koperasi
Serba Usaha Adhi Kerti.
239
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN MASYARAKAT I, TAHUN 2016
Kegiatan ini berlangsung selama dua
kali pertemuan yaitu kegiatan diawali
dengan pelatihan penyusunan laporan
pertanggungjawaban pengawas dan
pengurus
koperasi,
serta
pendampingan penyusunan laporan
pertanggungjawaban pengawas dan
pengurus koperasi.
Materi yang disiapkan pada pelatihan
dan pendampingan kegiatan ini
meliputi materi rencana kerja dan
RAPB Koperasi Tahun Buku 2015
yang disiapkan oleh Dekopinda
Kabupaten Buleleng dan materi
pelatihan
penysunan
laporan
pertanggungjawaban pengurus dan
pengawas koperasi terdiri dari Laporan
Laba Rugi atau Sisa Hasil Usaha,
Neraca,
Laporan arus kas,
perbandingan antara perencanaan dan
realisasi, serta analisa laporan
keuangan.
Kegiatan
pelatihan
dan
pendampingan adalah sebagai berikut:
kegiatan pelatihan dan pendampingan
pertama berlangsung dari tanggal 29
dan 30 Juni 2015 dengan kegiatan
pemberian materi Rencana Kerja dan
Rencana Anggaran Pendapatan dan
Belanja yang disajikan oleh bapak I
Gede Ngurah Indrayana, SH yang
merupakan praktisi dari Dekopinda,
dilanjutkan pemberian materi laporan
pertanggingjawaban Pengurus dan
Pengawas Koperasi dari tim pelaksana
P2M dari undiksha. Dalam kegiatan
pelatihan
dilaksanakan dengan
pemaparan materi dan diskusi.
Kegiatan pendampingan dibantu oleh
staf Dekopinda.
Kegiatan
pendampingan
berikutnya dilakukan oleh
tim
pendamping dari undiksha yang
dilaksanakan pada selama empat hari
yaitu pada tanggal 30 Juni, 4. 5, dan 11
Juli 2015.
Serangkaian
kegiatan
pelatihan dan pendampingan tersebut
berjalan dengan baik sesuai dengan
apa yang sudah direncanakan.
Pemberian materi pelatihan ini
berlangsung selama empat 4 jam.
Materi yang disampaikan diantaranya
Rencana Kerja dan Rencana Anggaran
Pendapatan dan Belanja, dan materi
laporan pertanggingjawaban Pengurus
dan Pengawas Koperasi.
Setelah penyampain materi
diakhiri kemudian dilanjutkan dengan
diskusi yang berlangsung selama satu
jam , diskusi ini berlangsung dengan
tertib dan terarah. Pada saat diskusi
peserta berperan aktif bertanya terkait
dengan permasalahan yang mereka
hadapi di usaha mereka masingmasing.
Setelah kegiatan pelatihan
diselesaikan peserta didampingi untuk
menyusun
laporan
pertanggungjawaban pengurus dan
pengawas koperasi sesuai dengan
kondisi dari masing-masing koperasi
tersebut , kegiatan ini berlangsung
selama empat hari. Peserta dengan
tekun dan antusias menyusun laporan
tersebut dan langsung menanyakan
apabila ada yang hal-hal yang belum
mereka pahami.
Setelah dilakukan pelatihan
dan
pendampingan
penyusunan
laporan pertanggungjawaban pengurus
dan pengawas koperasi dilanjutkan
dengan evaluasi terhadap laporan
pertanggungjawaban pengurus dan
241
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN MASYARAKAT I, TAHUN 2016
pengawas koperasi yang telah disusun
oleh
Koperasi yang diberikan
pelatihan dan pendampingan. Evaluasi
ini
dilakukan
dengan
menilai
kemampuan
pengurus
dalam
menyusun
laporan
pertanggungjawaban pengurus dan
menilai kemampuan pengawas dalam
menyusun
laporan
pertanggungjawaban
pengawas
koperasi. Sedangkan kebermanfaatan
kegiatan dinilai dari sikap pengurus
dan pengawas
koperasi terhadap
kegiatan pelatihan dan pendampingan
yang telah dilakukan. Skor penilaian
yang dicapai Pengurus koperasi yang
mengikuti
pelatihan
dan
pendampingan sebesar 86.52% yang
dapat diartikan bahwa
pengurus
koperasi yang mengikuti pelatihan dan
pendampingan
sudah
mampu
menyusu laporan pertanggungjawaban
pengurus dengan kreteria baik.
Skor penilaian yang dicapai
Pengawas koperasi yang mengikuti
pelatihan dan pendampingan sebesar
88.72% yang dapat diartikan bahwa
pengawas koperasi yang mengikuti
pelatihan dan pendampingan sudah
mampu
menyusun
laporan
pertanggungjawaban
pengawas
dengan kreteria baik.
Evaluasi
kebermanfaatan
kegiatan ini dilihat dari sikap pengurus
atau pegawai koperasi terhadap
kegiatan yang telah dilakukan. Ada
empat aspek yang diamati dalam
proses pelatihan dan pendampingan
kegiatan ini
antara lain aspek
partisipasi, aspek motivasi, aspek
kerjasama, aspek inisiatif.
dapat
dikategorikan rata-rata sikap pengurus
dan pengawas koperasi
dapat
menerima kegiatan ini dengan baik.
Koperasi
bertujuan
untuk
meningkatkan
kesejahteraan
anggotanya dengan adanya pembagian
Sisa Hasil Usaha (SHU) kepada para
anggotanya yang berbeda dengan
badan usaha lainnya bertujuan untuk
memperoleh keuntungan sebesarbesarnya.
Untuk
dapat
mensejahterakan anggotanya koperasi
harus memiliki kinerja yang memadai.
Kinerja atau kemajuan suatu koperasi
dapat dillihat dari
laporan
pertanggungjawaban yang dibuat oleh
pengurus dan pengawas koperasi.
Laporan
pertanggungjawaban
pengurus dan pengawas koperasi
tersebut juga sebagai syarat dalam
menyelenggarakan Rapat Anggota
Tahunan (RAT).
Berdasarkan Undang-undang
No.17 tahun 2012 Pasal 37 dijelaskan
bahwa
isi
Laporan
pertanggunngjawaban tahunan antara
lain (1) laporan mengenai keadaan dan
jalannya koperasi serta hasil yang telah
dicapai; (2) rincian masalah yang
timbul selama tahun buku yang
mempemngaruhi kegiatan koperasi;
(3) laporan keuangan yang sekurangkurangnya terdiri dari Neraca akhir dan
perhitungan hasil usaha tahun buku
yang bersangkutan serta penjelasan
atas dokumen tersebut; (4) laporan
pengawas; (5) nama pengawas dan
pengurus; (6) besar imbalan bagi
pengawas serta gaji dan tunjangan bagi
pengurus. Selanjutnya disebutkan
bahwa laporan keuangan koperasi
yang sekurang-kurangnya terdiri dari
neraca akhir dan perhitungan hasil
242
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN MASYARAKAT I, TAHUN 2016
usaha tahun buku yang bersangkutan
serta penjelasan atas dokumen
tersebut, dimana laporan keuangan
dibuat berdasarkan Standar Akuntansi
Keuangan yang berlaku.
Standar akuntansi keuangan
yang berlaku untuk koperasi adalah
SAK ETAP. Di mana dalam SAK
ETAP
laporan keuangan yang
diwajiban adalah Neraca, Laporan
Laba Rugi, laporan perubahan ekuitas,
laporan arus kas; dan catatan atas
laporan keuangan.
Laporan pertanggungjawaban
pengawas adalah laporan yang dibuat
oleh pengawas atas pelaksanaan
pengawasan yang telah dilakukannya.
Laporan
pertanggungjawaban
pengawas
memuat
informasi
mengenai : (1) bidang organisasi yang
meliputi
(a).keanggotaan;
(b).
Kepengurusan; (c).
Administrasi;
(2) kegiatan pengawasan; (3) Hasil
Pemeriksaan
yang
bidang
keanggotaan,
Kekayaan anggota,
bidang administrasi; (4)
Bidang
Usaha; (5) Bidang keuangan yang
meliputi struktur modal, perbandingan
rencana dan realisasi program kerja;
(6) Analisis Laporan Keuangan yang
meliputi, analisis likuiditas / Current
Ratio,.
Analisis
solvabilitas,
analisis rentabilitas modal sendiri; dan
(7) Kesimpulan Dan Saran.
Melalui
pelatihan
dan
pendampingan ini pengurus dan
pengawas koperasi yang berada di
daerah Buleleng diberikan cara untuk
menyusun
laporan
pertanggungjawaban pengurus dan
pengawas koperasi yang terdiri dari
rencana kerja dan Rencana Anggaran
dan Belanja (RAPB) Koperasi Tahun
buku 2015 dan penyusunan laporan
pertanggungjawaban pengurus dan
pengawas koperasi. Kegiatan dalam
pelatihan
dan
pendampingan
penyusunan
laporan
pertanggungawaban pengurus meliputi
penyusunan laporan mengenai keadaan
dan jalannya koperasi serta hasil yang
telah dicapai,
membuat rincian
masalah yang timbul selama tahun
buku yang mempemngaruhi kegiatan
koperasi, menyusun laporan keuangan
terdiri dari neraca akhir, dan membuat
penjelasan atas dokumen tersebut.
Kegiatan dalam pelatihan dan
pendampingan penyusunan laporan
pertanggungjawaban pengawas terdiri
dari pelatihan penyusunan bidang
organisasi yang meliputi keanggotaan
dan pengurus koperasi, penyusunan
kegiatan pengawasan,
peyusunan
hasil pemeriksaan, penganalisaan dan
penyusunan bidang keuangan yang
meliputi struktur modal, perbandingan
rencana dan realisasi program kerja,
serta penganalisaan laporan keuangan
yang meliputi, analisis likuiditas /
Current Ratio, analisis solvabilitas,
dan analisis rentabilitas.
Dari evaluasi yang dilakukan
dengan menilai kemampuan pengurus
dalam
penyusunan
laporan
pertanggungjawaban
pengurus
koperasi dan kemampuan pengawas
dalam menyusun laporan pengawas
diperoleh skor penilaian
sebagai
berikut. Skor penilaian yang dicapai
pengurus koperasi adalah 86.52%
yang dapat diartikan bahwa pengurus
koperasi sudah mampu menyusun
laporan pertanggungjawaban pengurus
243
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN MASYARAKAT I, TAHUN 2016
koperasi. Skor penilaian yang
diperoleh pengawas koperasi sebesar
88.72% yang dapat diartikan bahwa
pengawas koperasi sudah mampu
menyusun
laporan
pertanggungjawaban pengawas.
Evaluasi
kebermanfaatan
kegiatan ini juga dilihat dari sikap
pengurus dan pengawas koperasi
terhadap kegiatan yang telah
dilakukan. Ada empat aspek yang
diamati dalam proses pelatihan dan
pendampingan kegiatan ini antara
lain aspek partisipasi, aspek motivasi,
aspek kerjasama, dan aspek inisiatif.
Dari aspek partisipasi pengurus dan
pengawas koperasi yang mengikuti
pelatihan
dan
pendampiangan
berpartisipasi aktif dalam kegiatan
pelatihan dan pendampingan yang
dilakukan. Partisipasi aktif tersebut
terlihat dari antusiasme dan berbagai
pertanyaan yang peserta tanyakan
apabila mereka menemui kesulitan
dalam
mennyusun
laporan
pertanggungjawaban.
Dari aspek
motivasi dapat dilihat setiap pelatihan
dan pendampingan yang dilaksanakan
peserta selalu bersemangat mengikuti
pelatihan dan pendampingan yang
diberikan. Dari aspek kerjasama dapat
terlihat dari waktu dan kesempatan
yang mereka luangkan untuk kegiatan
pelatihan dan pendampingan ini. Dan
dari aspek inisiatif dapat dilihat peran
aktif peserta pengurus dan pengawas
koperasi dengan selalu berkoordinasi
dan menanyakan jadual kegiatan
pendampingan yang akan dilakukan
berikutnya.
Dari sikap pengurus dan
pengawas
koperasi ini dapat
disimpulkan
bahwa
kegiatan
pengabdian ini dapat bermanfaat bagi
pengurus dan pengawas koperasi di
Kecamatan Buleleng.
Penutup
dan pengawas koperasi
tersebut
dilihat melalui aspek partisipasi, aspek
motivasi, aspek kerjasama, dan aspek
inisiatif.
Berdasarkan hasil kegiatan
pelatihan dan pendampingan ini dapat
disarankan agar
pengurus dan
pengawas koperasi menyusun laporan
pertangungjawaban pengurus dan
pengawas koperasi rutin setiap tahun
sehingga sehingga dapat melaksanakan
Rapat Anggota Tahuhnan yang
dipersyaratkan dalam Undang-undang
koperasi.
DAFTAR PUSTAKA
Ikatan Akuntan Indonesia. (2009).
Standar Akuntansi Keuangan Entitas
Dari hasil
dan pembahasan
kegiatan pelatihan dan pendampingan
penyusunan
laporan
pertanggungjawaban pengurus dan
pengawas koperasi pada koperasi di
Kecamatan
Buleleng
dapat
disimpulkan bahwa pengurus dan
pengawas koperasi sudah mampu
menyusun laporan pertangungjawaban
pengurus dan pengawas koperasi
dengan kreteria baik, dengan skor
rata-rata 86.52% dan 88.72%.
Kegiatan pelatihan dan pendampingan
ini dapat dikategorikan bermanfaat
bagi pengurus dan pengawas koperasi
dilihat dari sikap pengurus dan
pengawas koperasi terhadap kegiatan
yang telah dilakukan. Sikap pengurus
244
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN MASYARAKAT I, TAHUN 2016
Tanpa
Akuntabilitas Publik. Dewan
Standar Akuntansi Keuangan Jakarta
Undang-undang No. 25 Tahun 1992.
Tentang Koperasi
Ikatan Akuntan Indonesia. (2002).
Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta
: Salemba Empat
Undang-undang N0.17 tahun 2012.
Tentang Koperasi
246
SENADIMAS, TAHUN 2016
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS LOKAL
GENIUS UNTUK MEMBANGUN KARAKTER BANGSA BAGI
GURU-GURU SEKOLAH MENANGAH ATAS NEGERI 1
KINTAMANI
I Nengah Suastika
Universitas Pendidikan Ganesha
[email protected]
Abstract
School development efforts in line with the character of Indonesian human development of competitive and
personality obligatory in Pancasila is a bargain that can not be bargained again. Moreover, with the
implementation of the curriculum in 2013 that made the characters as the main domain in the process
pembelajara should diaktulisasikan through Core Competence religious attitudes and social attitudes. One
high school began to realize the character education in the context of learning is SMP Negeri 1 Kintamani.
Methodologically training and mentoring using three methods, namely training, supervision and showcase
class.
After being given the training and pendampinga by expert teams of Undiksha Singaraja, teachers of SMP
Negeri 1 Kintamani have sufficient capacity to implement learning model based character corresponding
curriculum wisdom 2013. This can be seen from the results of the training and mentoring implement
learning model based on local wisdom corresponding character curriculum, 2013. There are several
benefits gained by teachers, namely (1) they get a clear and complete information regarding the naturebased learning model curriculum Sesua local genius, 2013, and (2) the teachers obtain a clear picture of
how and strategy development and packaging appropriate curriculum learning device 2013. She also
admits there have been increasing their knowledge and skills in understanding the curriculum in 2013.
Keywords: school character, local genius
Abstrak
Pengembangan sekolah berkarakter sejalan dengan upaya pembangunan manusia Indonesia yang berdaya
saing dan berkepribadian Pancasila merupakan sebuah kaharusan yang tidak bisa di tawar-tawar lagi.
Terlebih dengan pemberlakuan kurikum 2013 yang menjadikan karakter sebagai domain utama dalam
proses pembelajara yang harus diaktulisasikan melalui Kompetensi Inti sikap religius dan sikap sosial.
Salah satu SMA yang mulai merealisasikan pendidikan karakter dalam konteks pembelajaran adalah SMP
Negeri 1 Kintamani. Secara metodologis pelatihan dan pendampingan ini menggunakan tiga metode, yaitu
diklat, supervise kelas dan showcase.
Setelah diberikan pelatihan dan pendampinga oleh tim pakar dari Undiksha Singaraja, guru-guru SMP
Negeri 1 Kintamani memiliki kemampuan yang memadai melaksanakan model pembelajaran karakter
berbasis kearifan sesuai kurikulum 2013. Hal ini dapat diketahui dari hasil pelatihan dan pendampingan
melaksanakan model pembelajaran karakter berbasis kearifan lokal sesuai kurikulum 2013. Ada beberapa
manfaat yang diperoleh oleh guru, yaitu (1) mereka mendapatkan informasi yang jelas dan utuh mengenai
hakekat model pembelajaran berbasis local genius sesua kurikulum 2013, dan (2) para guru memperoleh
gambaran yang jelas bagaimana cara dan strategi pengembangan dan pengemasan perangkat pembelajaran
sesuai kurikulum 2013. Guru juga mengakui telah terjadi peningkatan wawasan dan keterampilan mereka
dalam memahami kurikulum tahun 2013.
Kata Kunci: sekolah berkarakter, lokal genius
247
SENADIMAS, TAHUN 2016
1. Pendahuluan
yang dilakukan untuk mewujudkan visi dan
misi yang telah ditetapkan adalah dengan
meningkatkan kualifikasi akademik tenaga
pengajarnya yang sebelumnya masih
berkualifikasi diploma dan sarjana untuk
melanjutkan kejenjang sarjana dan
magister. Selain itu, sekolah juga mengirim
tenaga pengajarnya untuk mengikuti
berbagai pelatihan yang bertujuan untuk
meningkatkan
kemampuan
dan
keterampilan guru dalam melangsungkan
proses pembelajaran. Setangkup dengan
usaha tersebut adalah dengan mengikutkan
siswa dalam berbagai ajang perlombaan,
baik yang bersifat akademik mapun non
akademik.
Sekolah Menengah Atas Negeri 1
Kintamani merupakan salah satu sekolah
yang terletak di Desa Bayung Gede. Visi
SMA Negeri 1 Kintamani adalah
“mewujudkan sekolah yang aman, nyaman,
cerdas dan berkarakter berlandasakan nilainilai budaya Bali”. Sedangkan misi SMA
Negeri 1 Kintamani adalah (1) mendidik
siswa untuk memiliki pengetahuan,
keterampilan dan sikap hingga menjadi
lulusan yang memiliki kecerdasan
intelektual,
kecerdasan
emosional,
kecerdasan spiritual, beriman dan berahlak
mulia melalui proses PAIKEM; (2)
meningkatkan peran serta warga sekolah
dalam berprilaku hidup bersih, sehat dan
peduli lingkungan sekolah secara mandiri
dan bersama-sama agar menjadi budaya
sekolah,
(3)
menciptakan
sekolah
berbudaya lingkungan, kondusif dan
memadai sebagai tempat proses pendidikan
yang menyenangkan, (4) menciptakan
suasana kerja yang harmonis, berdasarkan
10 indikator budaya sekolah, yaitu: (i)
kedisiplinan, (ii) partisipasi dan tanggung
jawab, (iii) kebersamaan dan kekeluargaan,
(iv) kejujuran yang tinggi, (v) semangat
hidup, (vi) semangat belajar, (vii)
menyadari kelemahan diri sendiri dan
mengakui kelebihan orang lain, (viii)
menghargai orang lain, (ix) mewujudkan
persatuan, dan (x) berpandangan positif, (5)
membina dan mengembangkan potensi
peserta didik, guru, dan karyawan agar
menjadi sumber daya manusia yang handal,
(6) meningkatkan pelayanan yang optimal
dan menyenangkan bagi siswa, insan
pendidik dan masyarakat, serta (7)
mengembangkan sikap dan perilaku
religius.
Berdasarkan
pada
studi
pendahuluan yang dilakukan pada tanggal
16 dan 17 Juni 2014, disampaikan bahwa
SMA 1 Kintamani memiliki visi dan misi
yang strategis untuk membangun sekolah
berkarakter, mengingat berbagai persoalan
demoralisasi pernah terjadi di SMP 1
Kintamani ini. Kasus perkelahian pelajar
yang terjadi pada tahun 2011 yang
melibatkan puluhan siswa, kasus siswa
yang berhenti sekolah karena hamil dan
“pemalakan” yang dilakukan pelajar yang
memiliki power merupakan persoalan yang
sangat urgen. Persoalan implementasi
karakter dalam kehidupan sekolah juga
kurang tampak karena program sekolah
yang belum bersesuaian, belum ada
pedoman
standar
prilaku
civitas
akademika, belum ada pedoman standar
pengelolaan lingkungan sekolah dan belum
dimilikinya kemampuan dan keterampilan
dalam
mengemas
dan
mengimplementasikan
model-model
pembelajaran berbasis lokal genius. Para
guru mengakui memiliki motivasi yang
kuat dalam mewujudkan sekolah yang
berkarakter dan berdaya saing, terlebih
lebel SMP 1 Kintamani yang pernah
memiliki
nama
bersar
merupakan
tanngungjawab yang cukup berat. Untuk
itu, kepala sekolah, guru dan komite
sekolah telah melakukan upaya strategis
dengan merumuskan visi dan misi yang
Pengembangan visi dan misi ini
didasarkan pada konsisi sosial budaya
masyarakat Kintamani yang multikultural,
namum memiliki nilai-nilai budaya Bali
yang kuat. Untuk mewujudkan visi dan
misi sebagaimana digambarkan di atas
SMA Negeri 1 Kintamani mengembangkan
berbagai upaya. Salah satu upaya strategis
248
SENADIMAS, TAHUN 2016
sejalan
dengan
pembangunan
dan
pengembangan
sekolah
berkarakter.
Berdasarkan pada analisis konseptual dan
kondisi empirik di atas, urgensi masalah
pengembangan sekolah berkarakter pada
SMP 1 Kintamani adalah berkaitan dengan
melatih dan membuadayakan prilaku
berkarakter warga sekolah, diantaranya
adalah: (1) perlu adanya pedoman standar
prilaku budaya sekolah yang menujukkan
budaya berkarakter, baik standar prilaku
bagi guru, pegawai, bagi siswa dan civitas
sekolah lainnya, (2) perlu adanya pedoman
standar baku bagi civitas akademika
sekolah dalam memelihara dan menjaga
lingkungan sekolah, (3) peningkatan
kemampuan dan keterampilan guru dalam
mengembangkan perangkat pembelajaran
yang berbasis karakter, (4) peningkatan
wawasan dan keterampilan guru dalam
mengimplementasikan
model-model
pembelajaran berbasis lokal genius yang
sejalan dengan nilai-nilai karakter
masyarakat setempat, (5) peningkatan
kemampuan dan keterampilan guru dalam
mengembangankan model evaluasi yang
berbasis nilai-nilai karkter yang mampu
mengevaluasi pengetahuan, sikap dan
keterampilan moral siswa,
dan (6)
pengembangan program-program sekolah
yang mampu mendukungan secara
langsung pengembangan karakter siswa
melalui pelatihan, pembiasaan dan
pembudayaan pada lingkungan sekolah.
pembelajaran karakter berbasis lokal
genius, perangkat pembelajaran karakter
berbasis lokal genius dan mode evaluasi
pendidikan karakter berbasis lokal genius.
Pada proses pendidikan dan latihan ini tim
P2M akan bekerja sama dengan pakar
pendidikan karakter Undiksha Singaraja
dan pengawas sekolah. Pakar pendidikan
karakter dan pengawas sekolah ini akan
memberikan paket materi kepada para guru
tentang implementasi Kurikulum 2013,
perangkat pembelajaran karakter berbasis
lokal genius, model evaluasi karakter
berbasis lokal genius dan model
pembelajaran karakter berbasis lokal
genius. Pada proses ini akan di libatkan
sebanyak 30 orang guru yang akan
dijadikan satu kelas. Kelas diberi diklat
selama 20 jam (dua hari kegiatan) oleh tim
ahli dan pengawas dan diberi sertifikat.
Materi yang didiklatkan adalah: Kurikulum
2013 (selama 4 jam), Pendidikan Karakter
(selama 2 jam), Workshop Pembelajaran
lokal genius (8 jam), Workshop Penilaian
pembelajaran
(2
jam),
Workshop
Perencanaan Pembelajaran dengan model
pembelajaran karakter berbasis lokal genius
(3 jam), dan Evaluasi/Refleksi Pengalaman
Belajar (1 jam). Pada fase kedua, guru-guru
mengimplementasikan
model
pembelajaran karakter berbasis lokal genius
di kelas masing-masing (cukup 1 kelas
sebagai fase uji coba). Pada saat
implementasi inilah kegiatan supervisi dan
pembinaan dilakukan oleh tim P2M bekerja
sama dengan para pengawas yang
dilibatkan dalam kerja sama. Pembinaan
juga dilakukan oleh kepala sekolah secara
internal. Pendekatan supervisi yang
digunakan adalah superviri klinis. Proses
perbaikan akan dilakukan secara langsung
pada saat akhir pembelajaran silaksanakan,
sehingga masukan dan perbaikan yang
diberikan dapat bermanfaat bagi guru-guru
yang melakukan praktik pembelajaran
dengan model pembelajaran karakter
berbasis lokal genius.
2. Metode Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan P2M ini akan
dilakukan dengan tiga metode secara
sinergis, yaitu: metode diklat, supervisi di
kelas, dan metode showcase. Tiga metode
ini juga sudah digunakan oleh CCE,
CICED, dan CCEI dalam pembinaan
kepada guru-guru dan dinilai sangat efektif
dalam
menumbungkan
dan
mengembangkan
pengetahuan
dan
keterampilan para guru. Pada fase pertama,
metode diklat akan digunakan untuk
meningkatkan pengetahuan guru-guru
SMA Negeri 1 Kintamani berkaitan dengan
hakekat pendidikan karakter bangsa, model
Pada fase ketiga, guru dengan
sepengetahuan dan seijin kepala sekolah
249
SENADIMAS, TAHUN 2016
diminta melakukan kegiatan showcase hasil
belajar siswanya. Pada kegiatan ini
dilakukan penyajian / presentasi portofolio
oleh siswa (masing-masing mata pelajaran
dan sekolah diwakili oleh 1 kelas).
Showcase akan dilakukan di SMA Negeri 1
Kintamani. Di akhir showcase guru-guru
dan kepala sekolah diminta untuk
melanjutkan
implementasi
model
pembelajaran karakter berbasis lokal genius
di sekolah dan di kelas masing-masing
dengan tetap memperoleh pembinaan dari
tim P2M, Pengawas, dan kepala sekolah
secara internal.
3. Hasil dan Pembahasan
Pelaksanaan
pelatihan
dan
pendampingan pengembangan perangkat
pembelajaran dan implementasi modelmodel pembelajaran karakter
sesuai
kurikulum 2013 dimulai dari pemberian
materi mengenai: (1) rasional kurikulum
2013, (2) elemen perubahan kurikulum
2013, (3) pendekatan dan model evaluasi
dalam kurikulum 2013, (4) pengembangan
dan pengemasan perangkat pembelajaran
sesuai kurikulum 2013, dan (5) modelmodel pembelajaran berbasis kearifan local
dalam imlementasi pendidikan karakter
sesuai kurikulum 2013. Rasional kurikulum
2013 adalah tantangan yang bersifat
internal dan tantangan yang bersifat
eksternal yang akan dihadapi bangsa
Indonesia di masa mendatang. Tantangan
internal, dilihat dari angka pertumbuhan
penduduk Indonesia yang akan mencapai
puncaknya pada angka penduduk produktif
di tahun 2045, sehingga mesti dipersiapkan
dari saat ini. Tantangan berikutnya secara
internal
adalah
masalah
semakin
menurunnya moralitas masyarakat yang
ditunjukkan dengan berbagai pristiwa dan
penyimpangan
terhadap
nilai-nilai
Pancancasil. Kondisi ini perlu direspon
dengan menyesuaikan kurikulum agar siap
menghadapi tantangan di masa yang akan
datang.
Keberhasilan program P2M ini
ditentukan oleh tingkat pemahaman, sikap
positif, dan keterampilan profesional guruguru dan kepala sekolah terhadap model
pembelajaran karakter berbasis lokal
genius. Di samping itu perlu dilihat output
penerapan model pembelajaran ini sebagai
wahana pendidikan karakter bangsa
terhadap hasil belajar siswa dalam
pembelajaran di tingkat SMP secara
terintegrasi
dalam
ranah-ranah:
pemahaman konseptual, kemampuan
pemecahan masalah, peningkatan rasa
percaya diri, kepekaan dan komitmen
terhadap lingkungan; orientasi nilai dan
sikap sosial religius, serta beberapa
keterampilan sosial siswa, seperti:
keterampilan berkomunikasi, presentasi,
kerja sama, sharing tanggung jawab
kepemimpinan, kemampuan mendistribusi
tugas, dan mengatasi konflik. Untuk
menilai keberhasilan program tersebut akan
dievaluasi dengan pendekatan formatif dan
sumatif (Popham, 1974). Evaluasi formatif
adalah penilaian terhadap program selama
kegiatan program berlangsung. Jadi bersifat
penilaian proses. Sedangkan evaluasi
sumatif adalah penilaian yang dilakukan
pada fase akhir program. Jadi bersifat
penilaian output atau produk. Kegiatan
evaluasi proses akan berfokus pada
efektivitas kegiatan diklat, kegiatan
supervisi dan pembinaan, dan kegiatan
showcase. Sedangkan evaluasi output akan
berfokus pada hasil belajar siswa.
Secara
prinsip
perubahan
kurikulum 2013 terletak pada: (1)
kompetensi lulusan, yaitu adanya upaya
peningkatan dan keseimbangan soft skills
dan hard skills yang meliputi aspek
kompetensi sikap, keterampilan, dan
pengetahuan, (2)
kedudukan mata
pelajaran yang semula diturunkan dari mata
pelajaran berubah menjadi mata pelajaran
dikembangkan dari kompetensi, (3)
pendekatan, yaitu untuk SD tematik terpadu
dalam semua mata pelajaran, SMP mata
pelajaran, SMA mata pelajaran dan SMK
vokasional, (4) struktur kurikulum (mata
pelajaran dan alokasi waktu (isi), untuk SD
bersifat holistik berbasis sains (alam, sosial,
dan budaya), untuk SMP TIK menjadi
250
SENADIMAS, TAHUN 2016
media
semua
mata
pelajaran,
pengembangan diri terintegrasi pada setiap
matapelajaran dan ekstrakurikuler, untuk
SMA ada matapelajaran wajib dan ada mata
pelajaran pilihan, untuk SMK terjadi
penambahan jenis keahlian berdasarkan
spektrum kebutuhan (6 program keahlian,
40 bidang keahlian, 121 kompetensi
keahlian), (5) proses pembelajaran, yaitu
standar proses yang semula terfokus pada
Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi
dilengkapi dengan Mengamati, Menanya,
Mengolah, Menyajikan, Menyimpulkan,
dan Mencipta, belajar tidak hanya terjadi di
ruang kelas, tetapi juga di lingkungan
sekolah dan masyarakat, guru bukan satusatunya sumber belajar, sikap tidak
diajarkan secara verbal, tetapi melalui
contoh dan teladan, (6) penilaian hasil
belajar menggunakan penilaian berbasis
kompetensi, pergeseran dari penilain
melalui tes (mengukur kompetensi
pengetahuan berdasarkan hasil saja),
menuju penilaian otentik [mengukur semua
kompetensi sikap, keterampilan, dan
pengetahuan berdasarkan proses dan hasil],
memperkuat PAP (Penilaian Acuan
Patokan) yaitu pencapaian hasil belajar
didasarkan pada posisi skor yang
diperolehnya
terhadap
skor
ideal
(maksimal), penilaian tidak hanya pada
level KD, tetapi juga kompetensi inti dan
SKL, dan mendorong pemanfaatan
portofolio yang dibuat siswa sebagai
instrumen utama penilaian, dan (7)
ekstrakurikuler yaitu adanta ekstra wajib
dan pilihan (Badan Pengembangan SDM
dan Penjamin Mutu Pendidikan, 2013).
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab
dapat tercapai melalui pencapaian empat
kompetensi inti. Kompetensi
Inti
merupakan
terjemahan
atau
operasionalisasi
Standar
Kompetensi
Lulusan dalam bentuk kualitas yang
harus dimiliki oleh peserta didik yang
telah menyelesaikan pendidikan pada
satuan pendidikan tertentu atau jenjang
pendidikan tertentu, gambaran mengenai
kompetensi utama yang dikelompokkan ke
dalam aspek sikap, keterampilan, dan
pengetahuan yang harus dipelajari peserta
didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas
dan mata pelajaran. Kompetensi Inti harus
menggambarkan kualitas yang seimbang
antara pencapaian hard skills dan soft skills.
Kompetensi Inti berfungsi sebagai
unsur
pengorganisasi
(organising
element) kompetensi dasar. Sebagai unsur
pengorganisasi,
Kompetensi
Inti
merupakan pengikat untuk
organisasi
vertikal
dan
organisasi
horizontal
Kompetensi Dasar. Organisasi vertikal
Kompetensi Dasar adalah
keterkaitan
antara konten Kompetensi Dasar satu kelas
atau jenjang pendidikan ke kelas/jenjang di
atasnya sehingga memenuhi prinsip belajar
yaitu terjadi suatu akumulasi yang
berkesinambungan antara konten yang
dipelajari peserta didik. Kompetensi Inti
dirancang dalam empat kelompok yang
saling terkait, yaitu: (1) sikap spiritual yang
mencakup beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, (2) sikap sosial
yang mencakup berakhlak mulia, sehat,
mandiri, dan demokratis, (3) berilmua, dan
(4) yang mencakup kecakapan dan
keterampilan.
Dengan diterapkannya kurikulum
2013, maka setiap sekolah mesti mampu
merancang dan menggunakan perangkat
pembelajaran. Sementara menurut Standar
Nasional Pendidikan (2013: 3) pencapaian
tujuan pendidikan nasional sebagaimana
diamanatkan UU No. 20 Tahun 2003 yaitu
Berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
Proses pembelajaran terdiri atas
lima pengalaman belajar pokok yaitu: (1)
mengamati;
(2)
menanya;
(3)
mengumpulkan
informasi;
(4)
mengasosiasi;
dan
(5)
mengkomunikasikan.
Tahap pertama
dalam pembelajaran menurut standar
proses yaitu perencanaan pembelajaran
yang diwujudkan dengan kegiatan
251
SENADIMAS, TAHUN 2016
penyusunan
rencana
pelaksanaan
pembelajaran (RPP). Rencana pelaksanaan
pembelajaran adalah rencana pembelajaran
yang dikembangkan secara rinci dari suatu
materi pokok atau tema tertentu yang
mengacu pada silabus. RPP mencakup: (1)
data
sekolah,
matapelajaran,
dan
kelas/semester; (2) materi pokok; (3)
alokasi waktu; (4) tujuan pembelajaran, KD
dan indikator pencapaian kompetensi; (5)
materi
pembelajaran;
metode
pembelajaran; (6) media, alat dan sumber
belajar; (6) langkah-langkah kegiatan
pembelajaran; dan (7) penilaian. Setiap
guru di setiap satuan pendidikan
berkewajiban menyusun RPP untuk kelas
di mana guru tersebut mengajar (guru
kelas) di SD dan untuk guru matapelajaran
yang diampunya untuk guru SMP/MTs,
SMA/MA,
dan
SMK/MAK.
Pengembangan RPP dapat dilakukan pada
setiap awal semester atau awal tahun
pelajaran, dengan maksud agar RPP telah
tersedia terlebih dahulu dalam setiap awal
pelaksanaan pembelajaran. Pengembangan
RPP dapat dilakukan secara mandiri atau
secara berkelompok. Pengembangan RPP
yang dilakukan oleh guru secara mandiri
dan/atau secara bersama-sama melalui
musyawarah guru MATA pelajaran
(MGMP) di dalam suatu sekolah tertentu
difasilitasi dan disupervisi kepala sekolah
atau guru senior yang ditunjuk oleh kepala
sekolah.
Pengembangan RPP yang
dilakukan oleh guru secara berkelompok
melalui
MGMP
antarsekolah
atau
antarwilayah
dikoordinasikan
dan
disupervisi oleh pengawas atau dinas
pendidikan.
implementasi inilah kegiatan supervisi dan
pembinaan dilakukan oleh tim pakar
pendidikan karakter bekerja sama dengan
ahli kurikulum yang dilibatkan dalam kerja
sama. Pembinaan juga dilakukan oleh
kepala sekolah secara internal untuk
memperkuat program yang dikembangkan.
Pendekatan supervisi yang digunakan
adalah superviri klinis. Supervisi klinis
dalam proses ini dimaksudkan untuk
membimbing guru melalui tatap muka
secara kolegial, yang dipusatkan pada
“tampilan guru” dalam melangsungkan
proses pembelajaran sehingga sesegera
mungkin dapat dilakukan perbaikan dan
pengembangan. Secara sirkuler supervisi
klinis diawali dengan proses perencanaan,
observasis pelaksanaan pembelajaran di
kelas dan diakhiri dengan refleksi. Proses
perbaikan akan dilakukan secara langsung
pada saat akhir pembelajaran dilaksanakan,
sehingga masukan dan perbaikan yang
diberikan dapat bermanfaat bagi guru-guru
yang melakukan praktik pembelajaran
dengan model pembelajaran karakter
berbasis lokal genius sebagai wahana
pendidikan karakter bangsa.
Pada fase ketiga, guru dengan
sepengetahuan dan seijin kepala sekolah
diminta melakukan kegiatan showcase
keberhasilan program dan hasil belajar
siswa yang dijadikan sebagai subjek
kegiatan. Pada kegiatan ini akan dilakukan
penyajian/presentasi portofolio oleh siswa
(masing-masing mata pelajaran yang
diwakili oleh 1 kelas). Pada saat showcase
ini para pejabat pemerintahan terkait di
tingkat kecmatan akan diundang untuk
menjadi tim penilai. Showcase akan
dilakukan di SMP 1 Kintamani di mana
kegiatan pengabdian masyarakat ini
dilaksanakan. Di akhir showcase kepala
sekolah, guru-guru dan seluruh civitas
akademika diminta untuk melanjutkan
implementasi model pembelajaran karakter
berbasis lokal genius ini sebagai wahana
pendidikan karakter dan budaya bangsa di
sekolah dan di kelas masing-masing dengan
tetap memperoleh pembinaan dari tim
Pada fase kedua kegiatan P2M
pengembangan
sekolah
berkarakter
berbasis
lokal
genius
ini
akan
menggunakan metode pendampingan dan
supervisi kelas. Guru-guru dengan ijin dari
kepala sekolah mengimplementasikan
perangkat pembelajaran, model evaluasi
dan model pembelajaran karakter berbasis
lokal genius di kelas masing-masing (cukup
3 kelas sebagai fase uji coba). Pada saat
252
SENADIMAS, TAHUN 2016
P2M, dan kepala sekolah secara internal.
Kegiatan ini dimaksudkan untuk menjamin
keberlanjutan program pengembangan
sekolah berkarakter di SMP 1 Kitamani
sebagaimana visi dan misi sekolah.
Keberhasilan program P2M ini ditentukan
oleh tingkat pemahaman, sikap positif, dan
keterampilan seluruh civitas akademika
dalam mengimplementasikan prilaku
berkarakter, pengelolaan dan pemeliharaan
lingkungan sekolah, program sekolah
berkarakter dan keterampilan profesional
guru-guru dalam mengimplementasikan
model pembelajaran karakter berbasis lokal
genius sebagai wahana pendidikan karakter
bangsa. Di samping itu perlu dilihat output
penerapan model pembelajaran ini sebagai
wahana pendidikan karakter bangsa
terhadap hasil belajar siswa dalam
pembelajaran di tingkat SMP secara
terintegrasi
dalam
ranah-ranah:
pemahaman konseptual, kemampuan
pemecahan masalah, peningkatan rasa
percaya diri, kepekaan dan komitmen
terhadap lingkungan; orientasi nilai dan
sikap sosial religius, serta beberapa
keterampilan sosial siswa, seperti:
keterampilan berkomunikasi, presentasi,
kerja sama, sharing tanggung jawab
kepemimpinan, kemampuan mendistribusi
tugas, dan mengatasi konflik. Untuk
menilai keberhasilan program tersebut akan
dievaluasi melalui metode observasi,
wawancara dan tes sumatif Tayibnapis
(2000). Evaluasi melalui observasi
dilakukan untuk melihat secara langsung
proses keberhasilan program dilihat dari
aktivitas sekolah, lingkungan sekolah,
budaya
akademik
sekolah,
proses
pembelajaran
dan
pola
pelatihan,
pembiasaan serta pembudayaan nilai-nilai
karakter dalam proses pembelajaran.
Wawancara
dilakukan
untuk
memformulasi pandangan kepala sekolah,
pandangan guru-guru, pendapat siswa dan
sivitas akademika SMP 1 Kintamani
lainnya berkaitan dengan pedoman standar
prilaku berkarakter, pedoman pegelolaan
dan pemeliharaan lingkungan sekolah,
program
sekolah
berkarakter,
pengembangan perangkat pembelajaran
karakter berbasis lokal genius dan
implementasi model-model pembelajaran
karakter berbasis lokal genius. Wawancara
dan observasi terhadap program ini
dilakukan selama kegiatan berlangsung
atau penilaian proses. Sedangkan evaluasi
sumatif
dilakukan untuk menilai
keberhasilan program melalui persentasi
oleh guru dan persentasi hasil belajar siswa
oleh siswa yang dijadikan subjek kegiatan
ini. Penilaian sumatif ini dilakukan pada
fase akhir program atau penilaian
output/produk kegiatan. Kegiatan evaluasi
proses akan berfokus pada efektivitas
kegiatan
diklat,
kegiatan
pendampingan/supervisi dan pembinaan,
dan kegiatan showcase. Sedangkan
evaluasi output akan berfokus pada capaian
program dan hasil belajar siswa
4. Kesimpulan
Sebelum dilakukan pelatihan dan
pendampingan pengembangan sekolah
berkarakter dan implementasi model-model
pembelajaran berbasis lokal genius sesuai
dengan kurikulum 2013 pada guru SMA
Negeri 1 Kintamani hampir semua guru
belum memiliki kemampuan dalam
mengembangkan dan mengemas rencana
pelaksanaan pembelajaran yang mampu
meimplementasikan nilai-nilai karakter
sesuai dengan kurikulum tahun 2013,
sebagain besar guru belum memiliki
keterampilan yang memadai dalam
menterjemahkan pendidikan karakter
bangsa
melalui
proses
evaluasi
pembelajaran yang dilangkan, belum
tampak upaya strategis yang dilakukan oleh
guru untuk mengembangkan nilai-nilai
karakter, hal ini tampak dari hasil analisis
terhadap
rencana
pelaksanaan
pembelajaran yang dikembangkan oleh
guru-guru SMP Negeri 1 Kintamani dan
belum
dimilikinya
kemampuan
mengembangkan
model-model
pembelajaran
yang
mampu
mengimplementasikan proses pelatihan,
pembiasaan dan pembudayaan nilai-nilai
karakter dalam proses pembelajaran.
253
SENADIMAS, TAHUN 2016
Setelah
diberikan
pelatihan
dan
pendampingan oleh tim pakar dari
Undiksha Singaraja, guru-guru SMA
Negeri 1 Kintamani memiliki kemampuan
yang memadai melaksanakan model
pembelajaran karakter
berbasis lokal
genius sesuai kurikulum 2013. Hal ini dapat
diketahui dari hasil pelatihan dan
pendampingan
melaksanakan
model
pembelajaran karakter berbasis lokal genius
sesuai kurikulum 2013. Selain itu para guru
mengaku tak takut dan was-was lagi bila
mereka harus menerapkan kurikulum 2013
dengan internalisasi nilai-nilai karakternya
karena telah mampu membuat perangkat
pembelajaran dan imlementasinya dalam
proses pembelajaran. Ada beberapa
manfaat yang diperoleh oleh guru, yaitu (1)
mereka mendapatkan informasi yang jelas
dan utuh mengenai hakekat kurikulum
2013, karena selama ini mereka belum
mengetahui secara pasti apa hakekat
kurikulum 2013, dan (2) para guru
memperoleh
gambaran
yang
jelas
bagaimana cara dan strategi pengembangan
dan pengemasan perangkat pembelajaran
sesuai kurikulum 2013. Guru juga
mengakui telah terjadi peningkatan
wawasan dan keterampilan mereka dalam
memahami kurikulum tahun 2013 dan
pengembangan
serta
pengemasan
perangkat pembelajaran sesuai dengan
tuntutan dan kebutuhan kurikulum tahun
2013.
Implementation in Bandung
Municipality. Disertasi Doctor
dari Macquary University. Tidak
diterbitkan.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
(2013).
Standar Nasional
Pendidikan. Jakarta: BPP
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
(2013).
Materi
Pelatihan
Kurikulum
2013.
Jakarta:
Kemendiknas
Lasmawan,
W.
(2010).
Menelisik
Pendidikan IPS dalam Perspektif
Kontekstual-Empirik.
Singaraja:
Mediakom Indonesia Press Bali.
MaLaughin. (1987). Implementing of ESEA
Title I. New York: Columbia
University.
Miller, J. and Wayne S. (1985).
Curriculum: Perspective and
Practice. New York: Longman.
Nana, S.
(2005). Pengembangan
Kurikulum Teori dan Praktek
Tahun: Bandung: Rosdakarya
Surapranata. (2006). Penilaian Portofolio.
Implementasi Kurikulum 2004.
Daftar Pustaka
Budiningsih, A. (2004). Belajar dan
Pembelajaran.
Yogyakarta:
Rineka Cipta
Pemerintah Kabupaten Buleleng. (2012).
Buleleng
dalam
Angka.
Buleleng: Pemda Buleleng
Djohar. (2003). Pengembangan Kurikulum
Berbasis Kompetensi Sekolah
Menengah Kejuruan. (Disertasi,
tidak diterbitkan). Bandung: PPS
UPI.
Hasan. (1992). An Evaluation of the 1975
General
Senior
Secondary
Social
Studies
Curriculum
254
SENADIMAS, TAHUN 2016
PELATIHAN DAN PENDAMPINGAN PENELITIAN TINDAKAN
KELAS PADA GURU-GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN
KINTAMANI
I Wayan Kertih, I Nengah Suastika dan I Wayan Budiarta
[email protected]
Abstract
The program does is provide training and mentoring proposal classroom action research, advocacy and
action research implementation of a research report class act. The approach taken in solving the problems
faced by a group of primary school teachers in remote areas are the Kintamani district through a
participatory approach, the method of training and mentoring.
Training begins with giving material about the basic philosophy of the classroom action
research, meaning research of class action, class action research purposes, how to formulate the problem
of classroom action research, make a literature review of classroom action research, and develop
classroom action research instrument. This process is done in the form of lectures and question and answer,
to facilitate teachers of primary schools in remote areas Kintamani district in conveying the problems
experienced in designing classroom action research. The second stage of training and mentoring the
research proposal writing and reporting of this class action continue to provide training and assistance to
make classroom action research proposal. The next stage is the implementation of community service
followed by implementing the proposals that have been made. Implementation of classroom action research
was conducted in two elementary schools in the district kintamani, ie in primary schools and primary
schools Batur 1 1 Satra. Mentoring implementation of this classroom action research will be done with a
model of clinical supervision, in which the process improvement and reflection carried koligeal and
democratic among trainees with Undiksha expert team, so that various permaslahan experienced in the
implementation of the action research can be solved quickly and on target. After being given the training
and mentoring of all participants acknowledge acquire adequate knowledge and skills in understanding
classroom action research, action research proposals, the implementation of classroom action research
and report on classroom action research.
Abstrak
Program yang dilakukan adalah memberikan pelatihan dan pendampingan pembuatan proposal
penelitian tindakan kelas, pendampingan pelaksanaan penelitian tindakan kelas dan pembuatan laporan
penelitian tindakan kelas. Pendekatan yang dipakai dalam memecahkan persoalan yang dihadapi oleh
kelompok guru sekolah dasar didaerah terpencil Kecamatan Kintamani ini adalah melalui pendekatan
partisipatif, dengan metode pelatihan dan pendampingan.
Pelatihan diawali dengan memberikan materi tentang dasar filosofi penelitian tindakan kelas,
makna penelitian tindakan kelas, tujuan penelitian tindakan kelas, cara merumuskan masalah penelitian
tindakan kelas, membuat kajian pustaka penelitian tindakan kelas, dan mengembangkan instrument
penelitian tindakan kelas. Proses ini dilakukan dalam bentuk ceramah dan tanya jawab, untuk
mempermudah guru-guru sekolah dasar daerah terpencil di Kecamatan Kintamani dalam menyampaikan
masalah-masalah yang dialami dalam merancang penelitian tindakan kelas. Tahap kedua kegiatan
pelatihan dan pendampingan penulisan proposal dan pelaporan penelitian tindakan kelas ini lanjutkan
dengan memberikan pelatihan dan pendampingan membuat proposal penelitian tindakan kelas. Tahap
berikutnya pelaksanaan pengabdian masyarakat ini dilanjutkan dengan mengimplementasikan proposal
yang telah dibuat. Implementasi penelitian tindakan kelas ini dilakukan pada 2 sekolah dasar yang ada di
Kecamatan kintamani, yaitu di sekolah dasar 1 Batur dan sekolah dasar 1 Satra. Pendampingan
implementasi penelitian tindakan kelas ini akan dilakukan dengan model supervisi klinis, dimana proses
perbaikan dan refleksi dilakukan secara koligeal dan demokratis antar peserta pelatihan dengan tim pakar
Undiksha, sehingga berbagai permaslahan yang dialami dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas dapat
dipecahkan dengan cepat dan sesuai sasaran. Setelah diberikan pelatihan dan pendampingan semua peserta
mengakui memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang memadai dalam memahami penelitian tindakan
kelas, proposal penelitian tindakan kelas, pelaksanaan penelitian tindakan kelas dan membuat laporan
penelitian tindakan kelas.
255
SENADIMAS, TAHUN 2016
Kata Kunci: penelitian tindakan kelas
1. Pendahuluan
Kabupaten Bangli terdiri dari
empat kecamatan, yaitu Susut, Bangli,
Tembuku dan Kintamani. Kecamatan
Kintamani memiliki wilayah teritorial
yang paling luas dengan kondisi daerah
pegunungan. Kondisi ini meyebabkan
sampai saat ini masyarakat Kintamani
belum
mendapatkan
kesempatan
memperoleh
pendidikan
secara
maksimal
sebagaimana
layaknya
daerah-daerah lainnya. Berdasarkan data
yang ada di Biro Statistik Kabupaten
Bangli, saat ini terdapat 214 sekolah
dasar (SD) yang tersebar di 4 kecamatan,
yaitu
kecamatan Bangli, Susut,
Tembuku, dan Kintamani (Bangli dalam
Angka, 2013). Untuk Kecamatan
Kintamani, jumlah SD yang ada adalah
68 buah yang tersebar di 58 desa.
Sedangkan SLTP yang ada di Kintamani
hanya berjumlah 7 sekolah untuk
melayani 68 SD yang tersebar di seluruh
wilayah
Kecamatan
Kintamani.
Sedangkan jumlah guru yang mengajar
di 68 sekolah dasar yang ada di
Kecamatan Kintamani adalah sebanyak
487 orang guru, termasuk guru agama
dan guru olahraga.
Secara geografis Kecamatan
Kintamani merupakan Kecamatan
terluas dari empat kecamatan yang ada
di Kabupaten Bangli. Kondisi daerah
yang berbukit-bukit dan jarak yang
berjauhan antara desa yang satu dengan
desa
lainnya,
membuat
daerah
Kintamani mengalami angka putus
sekolah yang paling tinggi di Kabupaten
Bangli. Di sisi lain, dari 68 sekolah dasar
yang tersebar di Kecamatan Kintamani
hanya diajar oleh 487 orang guru,
termasuk guru agama dan guru olahraga.
Bahkan dibebarapa sekolah seperti di
Sebaya, Songan dan Trunyan serta
sekolah dasar lainnya yang ada di balik
bukit, satu sekolah hanya memiliki 4
orang guru, termasuk kepala sekolah
(Bangli
dalam
Angka,
2013).
Terbatasnya tenaga pendidik untuk
sekolah dasar ini diatasi dengan cara
merekrut guru kontrak atau guru honorer
untuk mengajar pada sekolah-sekolah
yang kekurangan guru. Upaya ini,
sampai saat ini terbukti mampu
memperkecil kesenjangan kebutuhan
tenaga pengajar sekolah dasar yang ada
di Kecamatan Kintamani. Walapun
berbagai upaya telah dilakukan oleh
Pemerintah Kabupaten Bangli untuk
meningkatkan kualitas pendidikan,
khususnya
pendidikan
dasar
di
Kecamatan
Kintamani,
berbagai
persoalan masih tetap terjadi.
Secara faktual permasalahan
prinsip yang dialami oleh para guru SD
di Kecamatan Kintamani saat ini adalah
berkaitan dengan peningkatan kualitas
proses pembelajaran. Ini tidak terlapas
dari adanya kemauan guru dalam
meningkatkan
kualitas
proses
pembelajan yang dialakukan, akan tetapi
para guru kesulitan melakukannya,
karena persoalan yang terjadi dikelas
masing-masing sangat beragam dan
bersifat spesifik. Kondisi ini sejalan
dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Suastika, (2013: 143) yang
menemukan sebagian besar guru sekolah
dasar kesulitan menemukan cara untuk
memperbaiki
proses-proses
pembelajaran yang dilakukan, karena
kurangnya pemahaman tentang cara
melakukan
pengemasan
langkahlangkah penelitian tindakan kelas. Lebih
lanjut diuraikan, para guru sebenarnya
sudah melakukan upaya-upaya reflektif
untuk memperbaiki proses pembelajaran
di kelasnya masing-masing sesuai
dengan masalah yang terjadi, akan tetapi
upaya reflektif ini tidak dikemas dengan
sistematis, tidak didokumentasikan
secara tertulis dan visual, tidak
256
SENADIMAS, TAHUN 2016
dilakukan dengan langkah-langkah
siklus penelitian tindakan kelas dan
tidak dibuatkan laporan yang mudah
dijadikan pedoman dan panduan untuk
memperbaiki kualitas pembelajaran
berikutnya serta tidak dijadikan karya
ilmiah yang dapat dijadikan untuk
memenuhi
persyaratan
kenaikan
pangkat. Akibatnya upaya reflektif yang
dilakukan tidak dapat dijadikan sebagai
pedoman yang sistematis untuk
memperbaiki langkah-langkah proses
pembelajaran.
Di sisi lain, berdasarkan
peraturan yang baru yaitu peraturan
bersama Mendiknas dan Kepala BKN
Nomor 03/V/PB/2010 dan Nomor 14
Tahun 2010 tanggal 6 Mei 2010 tentang
Petunjuk
Pelaksanaan
Jabatan
Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 35 tahun 2010 Tentang Petunjuk
Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional
Guru dan Angka Kreditnya. Aturan baru
Angka Kredit bagi kenaikan Jabatan
Guru ini, sudah berlaku efektif mulai
tanggal 1 Januari 2013, dimana untuk
kenaikan pangkat jabatan Fungsional
Guru serendah-rendahnya Golongan
III/b diwajibkan membuat Karya
Inovatif berupa Penelitian, Karya Tulis
Ilmiah, Alat Peraga, Modul, Buku, atau
Karya Teknologi Pendidikan yang nilai
angka kreditnya disesuaikan. Demikia
juga untuk kenaikan golongan pada
jenjang berikutnya diwajibkan untuk
membuat Karya Inovatif berupa
Penelitian, Karya Tulis Ilmiah, Alat
Peraga, Modul, Buku, atau Karya
Teknologi Pendidikan yang nilai angka
kreditnya disesuaikan. Dengan demikian
setiap guru yang akan memasuki
golongan III/b dan golongan berikutnya
harus memiliki penelitian (yang relevan
adalah penelitian tindakan kelas) sebagai
bukti telah dikuasainya keterampilan
untuk melakukan perbaikan kualitas
proses pembelajaran sesuai dengan
masalah yang ada dikelasnya masingmasing.
2. Metode Pelaksanaan
Kegiatan Pengabdian kepada
Masyarakat dilaksanakan selama 6
(enam) bulan, dimulai dari 01 Mei
sampai dengan 29 Nopember 2016.
Tempat
pelaksanaan
kegiatan
pengabdian masyarakat ini dilaksanakan
di SD 1 Batur Kecamatan Kintamani,
Kabupaten Bangli dengan kelompok
sasaran kelompok Guru SD daerah
terpencil di Kecamatan Kintamani.
Berdasarkan masalah yang dihadapi oleh
guru-guru SD di Kecamatan Kintamani,
maka metode pelaksanaan program
(IbM) bagi guru-guru sekolah dasar di
wilayah Kecamatan Kintamani ini akan
dilakukan dengan adaptasi dari siklus
penelitian tindakan kelas. Pelaksanaan
iptek bagi masyarakat ini akan dimululai
dari: (1) menyepakati waktu dan tempat
pelatihan dengan guru-guru sekolah
dasar di wilayah Kecamatan Kintamani,
(2) penyajian materi tentang hakekat dan
dasar filosofis penelitian tindakan kelas,
(3)
pelatihan dan pendampingan
penyusunan
proposal
penelitian
tindakan kelas (merumuskan masalah
PTK,
membuat
latar
belakang,
merumuskan
masalah
penelitian,
merumuskan tujuan penelitian, manfaat
penelitian, merumuskan kajian pustaka
dan merumuskan metode penelitian
PTK), (4) pelatihan dan pendampingan
implementasi penelitian tindakan kelas
untuk mengatasi masalah siswa
berkaitan dengan proses pembelajaran
sesuai dengan proposal yang telah dibuat
sebelumnya, dan (5) pelatihan dan
pendampingan penyusunan laporan
penelitian tindakan kelas serta diakhiri
dengan refleksi dan evaluasi. Demikian
seterusnya sampai para guru sekolah
dasar di Kecamatan Kintamani memiliki
keterampilan yang memadai dalam
mengimplementasikan dan membuat
laporan penelitian tindakan kelas.
257
SENADIMAS, TAHUN 2016
3. Hasil dan Pembahasan
3.1. Pelatihan Hakekat PTK, Tujuan
PTK dan Manfaat PTK
Sesuai dengan permasalahan
yang dihadapi oleh para guru SD daerah
terpencil di Kecamatan Kintamani,
maka program pengabdian masyarakat
ini dilakukan dalam bentuk pelatihan
dan pendampingan pembuatan proposal
dan laporan penelitian tindakan kelas.
Permasalahan yang dialami oleh guruguru SD daerah terpencil di Kecamatan
Kintamani berkaitan dengan penelitian
tindakan kelas adalah: kurangnya
kemampuan dan keterampilan guru SD
daerah
terpencil
di
Kecamatan
Kintamani untuk memahami dasar
filosofis penelitian tindakan kelas,
kurangnya
kemampuan
dan
keterampilan yang memadai tentang
hakekat penelitian tindakan kelas. Para
guru mengakui belum mendapatkan
gambaran yang jelas tentang apa
penelitian tindakan kelas, bagaimana
proses penelitian tindakan kelas,
permasalahan
pembelajaran
yang
bagaimana dapat dipecahkan dengan
penelitian tindakan kelas, siapa yang
melakukan observasi dan refleksi dalam
penelitian tindakan kelas dan bagaimana
upaya perbaikan yang mesti dilakukan
dalam penelitian tindakan kelas, belum
dimilikinya
kemampuan
dan
keterampilan yang memadai dalam
menyusun proposal penelitian tindakan
kelas, belum dimilikinya kemampuan
dan keterampilan yang memadai dalam
mengimplementasikan
penelitian
tindakan kelas untuk memecahkan
masalah
siswa
dalam
proses
pembelajaran,
belum
dimilikinya
kemampuan dan keterampilan yang
memadai dalam menyusun laporan
penelitian tindakan kelas, dan belum
dimilikinya
kemampua
dan
keterampilan yang memadai dalam
membuat instrument penelitian tindakan
kelas yang dijadikan sebagai alat untuk
menilai kemajuan siswa dari sisi
kognitif,
afektif
mapun
keterampilannya.
Pelatihan
dan
pendampingan pembuatan proposal dan
laporan penelitian tindakan kelas, sangat
membantu guru-guru SD dalam
membuat proposal dan pembuatan
laporan penelitian tindakan kelas sesuai
dengan
tuntutan
pemerintah.
Berdasarkan pada kondisi tersebut,
maka tim pakar dari Undiksha Singaraja
yang memiliki kualifikasi Pendidikan
Sekolah Dasar memberikan pelatihan
dan pendampingan secara detail kepada
kelompok guru SD daerah terpencil,
sehingga mampu memahami hakekat
PTK, tujuan PTK, manfaat PTK,
membuat proposal PTK, melaksanakan
PTK dan membuat laporan PTK.
Persoalan ini sangat sejalan dengan
peraturan yang baru yaitu peraturan
bersama Mendiknas dan Kepala BKN
Nomor 03/V/PB/2010 dan Nomor 14
Tahun 2010 tanggal 6 Mei 2010 tentang
Petunjuk
Pelaksanaan
Jabatan
Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 35 tahun 2010 Tentang Petunjuk
Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional
Guru dan Angka Kreditnya. Aturan baru
Angka Kredit bagi kenaikan Jabatan
Guru ini, sudah berlaku efektif mulai
tanggal 1 Januari 2013, dimana untuk
kenaikan pangkat jabatan Fungsional
Guru serendah-rendahnya Golongan
III/b diwajibkan membuat Karya
Inovatif berupa Penelitian, Karya Tulis
Ilmiah, Alat Peraga, Modul, Buku, atau
Karya Teknologi Pendidikan yang nilai
angka kreditnya disesuaikan. Demikia
juga untuk kenaikan golongan pada
jenjang berikutnya diwajibkan untuk
membuat Karya Inovatif berupa
Penelitian, Karya Tulis Ilmiah, Alat
Peraga, Modul, Buku, atau Karya
Teknologi Pendidikan yang nilai angka
kreditnya disesuaikan. Dengan demikian
setiap guru yang akan memasuki
golongan III/b dan golongan berikutnya
258
SENADIMAS, TAHUN 2016
harus memiliki penelitian (yang relevan
adalah penelitian tindakan kelas) sebagai
bukti telah dikuasainya keterampilan
untuk melakukan perbaikan kualitas
proses pembelajaran sesuai dengan
masalah yang ada dikelasnya masingmasing.
Pelatihan peningkatan wawasan
guru SD tentang hakekat PTK, tujuan
PTK dan manfaat PTK dilaksanakan
pada tanggal 01 Mei sampai 05 Mei
2016, bertempat di SD 1 Batur,
Kecamatan Kintamani, Kabupaten
Bangli. Produk yang dihasilkan dari
pelatihan ini adalah berupa peningkatan
pengetahuan dan wawasan guru
berkaitan
dengan
pemahamannya
terhadap hakekat PTK, tujuan PTK dan
manfaat PTK. Berdasarkan pada
pelatihan hakekat PTK, tujuan PTK dan
manfaat PTK hampir semua guru
mengatakan mampu hakekat PTK,
tujuan PTK dan manfaat PTK dengan
baik, karena selain pelatihan diberikan
oleh pakar yang menguasai PTK, materi
yang diberikan juga bersifat berulang
dan proses pelatihan lebih banyak pada
proses diskusi dan Tanya jawab yang
memungkinkan
guru
untuk
mengeksplorasi kemampuannya secara
maksimal. Bahkan setelah dilakukan
evaluasi terhadap materi pelatihan yang
diberikan, hampir semua guru yang
mengikuti
pelatihan
mampu
memberikan jawaban yang benar
terhadap instrument evaluasi yang
dikembangkan oleh tutor. Pelatihan
hakekat PTK, tujuan PTK dan manfaat
PTK pada guru SD di wilayah
Kecamatan Kintamani ini tidak
mengalami kendala apapun, bahkan para
guru SD daerah terpencil kooperatif
dalam pelaksanaan pelatihan dari awal
sampai akhir.
3.2 Pelatihan dan Pendampingan
Pembuatan Proposal PTK
Pelatihan dan pendampingan
pembuatan proposal PTK dilaksanaka
dengan model ceramah dengan
berbantuan media power poin, Tanya
jawab, diskusi kelompok, refleksi dan
evaluasi untuk mengetahui kekurangan
proposal PTK yang telah dikembangkan
oleh masing-masing guru. Kegiatan ini
dilaksanakan dari tanggal 6 Mei sampai
pada tanggal 20 Juni 2016, dengan
peserta guru-guru SD daerah terpencil
Kecamatan
Kintamani.
Untuk
merancang proposal penelitian tindakan
kelas, semua guru diminta untuk
membuat satu persoalan yang dialami di
dalam kelas, untuk bersama-sama
dirumskan menjadi masalah penelitian.
Setelah semua peserta pelatihan menulis
masalah yang dibuat, diminta untuk
menyampaikan, kemudia dirumuskan
bersama menjadi masalah PTK. Setelah
masalah
yang
dipetakan
telah
tekodifikasi, kemudian dilanjutkan
dengan strategi merancang proposal
PTK. Format proposal PTK berisi latar
belakang masalah, identifikasi dan
rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, tinjauan pustaka dan
metode penelitian. Sebelum membuat
proposal PTK, peserta pelatihan
diberikan uraian secara singkat oleh
pemateri tentang latar belakang masalah,
identifikasi dan rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian,
tinjauan pustaka dan metode penelitian
serta apa yang mesti dibuat pada masingmasing aitem tersebut. Setelah materi
diberikan semua peserta diajak untuk
merancang proposal penelitian secara
garis besar, yang kemudian akan
dilanjutkan di rumah masing-masing.
Kemudian, dua minggu berikutnya
proposal PTK yang telah dibuat oleh
peserta pelatihan di minta untuk
dikumpulkan dan akan dikoreksi oleh
tim pakar dari Undiksha serta akan
dikembalikan pada peserta 2 hari
berikutnya untuk dilakukan perbaikan
dengan sistem tatap muka sebelum
dilaksanakan. Setelah itu, barulah para
peserta mendapatkan pendampingan
dari pakar untuk untuk membuat
259
SENADIMAS, TAHUN 2016
proposal PTK sesuai dengan masalah
yang dialami di kelas, dan dihentikan
ketika para guru SD daerah terpencil
benar-benar mampu membuat proposal
PTK. Pendampingan dari para pakar
dilakukan dengan sistem penugasan dan
revisi, dimana draf proposal yang telah
dibuat dikumpulkan dan dikoreksi oleh
pakar, kemudian diberikan masukan
dengan cara tatap muka.
Berdasarkan pada pelatihan dan
pendampingan pembuatan proposal
PTK (merumuskan masalah, latar
belakang, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, kajian pustaka dan metode
penelitian) materi yang diberikan juga
bersifat berulang dan proses pelatihan
lebih banyak pada proses diskusi dan
Tanya jawab yang memungkinkan guru
untuk mengeksplorasi kemampuannya
secara maksimal. Proses koreksi dan
pendampingan penyusunan proposal
dinilai mampu membuat guru menjadi
paham
tentang
langkah-langkah
membuat proposal PTK. Bahkan setelah
dilakukan evaluasi terhadap materi
pelatihan yang diberikan, hampir semua
guru yang mengikuti pelatihan mampu
membuat proposal PTK sesuai dengan
format yang diberikan oleh tutor,
walapun ada beberapa komponen yang
mesti direvisi tutor.
3.3 Supervisi Implementasi PTK
Pelatihan dan pendampingan
implementasi penelitian tindakan kelas
dalam mengatasi masalah siswa dalam
proses pembelajaran yang diberikan oleh
pakar pendidikan dasar (Jurusan
Pendidikan Guru Sekolah Dasar).
Pelatihan dan pendampingan ini akan
dilakukan dengan supervisi kelas untuk
mendapatkan kondisi nyata yang dialami
oleh guru-guru SD daerah terpencil di
Kecamatan
Kintamani
dalam
mengimplementasikan
penelitian
tindakan
kelas.
Kegiatan
ini
dilaksanakan dari tanggal 5 Agustus
sampai pada tanggal 25 September 2016,
dengan peserta guru-guru SD daerah
terpencil
Kecamatan
Kintamani.
Kegiatan ini diawali dengan persipan,
yaitu pembuatan rencana pelaksanaan
pembelajaran,
membuat
media
pembelajaran, mengembangan model
evaluasi dan merumuskan materi
pembelajaran, pelaksanaan, observasi
dan refleksi. Secara lebih rinci langkahlangkah kegiatan yang dilakukan pada
masing-masing tahap adalah: (1) tahap
persiapan pelaksanaan tindakan, yaitu
merancang model pembelajaran dan
instrumen beserta kriteria penilaiannya,
mempersiapkan secara kolaboratif
semua peralatan dan media belajar yang
diperlukan dalam pelaksanaan PTK, (2)
tahap pelaksanaan yaitu: melaksanakan
pembelajaran
dengan menggunakan
rencana pembelajaran yang telah dibuat,
melakukan
pengamatan/observasi
terhadap proses pembelajaran, (3)
evaluasi tindakan/refleksi yaitu diskusi
bersama antara guru dan tutor mengenai
tindakan atau eksperimen yang telah
dilakukan. Diskusi didasarkan pada
hasil observasi yang telah dilakukan
secara cermat dan sistematis terhadap
fokus observasi. Diskusi ini dilakukan
untuk re-chek dan re-interpretasi, di
samping untuk rencana pengembangan
pembelajaran selanjutnya. Pada proses
pelatihan dan pendampingan ini proses
evaluasi dan refleksi selalu dilakukan
oleh guru bersama dengan tim
pendamping, sehingga dengan cepat
dapat dipetakan kondisi-kondisi yang
perlu diperbaiki dan disesuaikan
berdasarkan
pengematan
serta
kesepakatan antara guru dengan tim
pendamping. Demikian juga dengan
siklus berikutnya setelah pembelajaran
akan dilakukan evaluasi dan refleksi
untuk memperbaiki tindakan sampai
pada tim menganggap guru telah mampu
mengimplementasikan
penelitian
tindakan kelas sesuai dengan fitrahnya.
4. Kesimpulan dan Saran
4.1. Kesimpulan
260
SENADIMAS, TAHUN 2016
Pelatihan dan pendampingan
pembuatan proposal dan laporan
penelitian tindakan kelas pada guru-guru
SD wilayah terpencil di Kecamatan
Kintamani dimulai dari: (1) dasar
filosofis, hakekat, tujuan dan manfaat
penelitian tindakan kelas untuk
perbaikan persoalan spesifik di kelas, (2)
langkah-langkah penelitian tindakan
kelas, (3) implementasi penelitian
tindakan
kelas
dalam
paktik
pembelajaran, dan (4) menyusun laporan
penelitian tindakan kelas. Pelatihan
diawali dengan memberikan materi
tentang dasar filosofi penelitian tindakan
kelas, makna penelitian tindakan kelas,
tujuan penelitian tindakan kelas, cara
merumuskan
masalah
penelitian
tindakan kelas, membuat kajian pustaka
penelitian
tindakan
kelas,
dan
mengembangkan instrument penelitian
tindakan kelas. Proses ini dilakukan
dalam bentuk ceramah dan tanya jawab,
untuk mempermudah guru-guru SD
daerah
terpencil
di
Kecamatan
Kintamani
dalam
menyampaikan
masalah-masalah yang dialami dalam
merancang penelitian tindakan kelas.
Tahap kedua kegiatan pelatihan dan
pendampingan penulisan proposal dan
pelaporan PTK ini lanjutkan dengan
memberikan
pelatihan
dan
pendampingan membuat proposal PTK.
Format proposal PTK berisi latar
belakang masalah, identifikasi dan
rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, tinjauan pustaka dan
metode penelitian. Sebelum membuat
proposal PTK, peserta pelatihan
diberikan uraian secara singkat oleh
pemateri tentang latar belakang masalah,
identifikasi dan rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian,
tinjauan pustaka dan metode penelitian
serta apa yang mesti dibuat pada masingmasing aitem tersebut.
Tahap berikutnya pelaksanaan
pengabdian masyarakat ini dilanjutkan
dengan mengimplementasikan proposal
yang telah dibuat. Implementasi PTK ini
dilakukan pada 2 SD yang ada di
Kecamatan kintamani, yaitu di SD 1
Batur dan SD 1Satra. Pendampingan
implementasi PTK ini akan dilakukan
dengan model supervisi klinis, dimana
proses perbaikan dan refleksi dilakukan
secara koligeal dan demokratis antar
peserta pelatihan dengan tim pakar
Undiksha,
sehingga
berbagai
permaslahan yang dialami dalam
pelaksanaan PTK dapat dipecahkan
dengan cepat dan sesuai sasaran.
Pendampingan implementasi PTK ini
akan dilakukan sesuai dengan siklus
penelitian tindakan kelas, yaitu
perencaan, pelaksanaan, observasi dan
refleksi.
4.2. Saran
Berdasarkan pada pelaksanaan
pengabdian masyarakat yang telah
dilakukan, ada beberapa saran yang
layak untuk dijadikan bahan acuan oleh
guru, yaitu: (1) pelaksanaan perbaikan
proses
pembelajaran
untuk
meningkatkan kualitas hasil belajar
perlu dilakukan oleh guru. Salah satu
inovasi yang mesti dilakukan oleh guru
untuk meningkatkan kualitas proses
pembelajaran adalah dengan melakukan
penelitian tindakan kelas, karena melalui
PTK guru akan memahami masalah
kelas dan pemecahan masalah yang
mesti ditempuh untuk memperbaikinya,
(2) implementasi PTK mesti didukung
dengan kebijakan kepala sekolah selaku
manajemen sekolah dan komite sekolah
selaku penikmat pendidikan, (3) perlu
adanya kelompok-kelompok diskusi
yang dibentuk oleh guru sebagai sarana
untuk mengkomunikasikan ide dan
gagasan, serta mendapatkan masukan
dari teman-teman sejawatnya untuk
memperbaiki
kualitas
proses
pembelajaran, dan (4) perlu adanya
motivasi yang memadai dari Kepala
Dinas Pendidikan Kabupaten untuk
261
SENADIMAS, TAHUN 2016
meningkatkan minat
melaksanakan PTK.
guru
dalam
262
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
263
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
PELATIHAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PADA GURUGURU SEKOLAH DASAR NEGERI 1 BATUR KECAMATAN
KINTAMANI
Desak Oka Purnawati
[email protected]
SUMMARY
Main Goal Of Singer activities is increasing insight and skills of the teachers in the district of Kintamani
proposal hearts PTK preparing, implementing PTK PTK And MAKE Report. Training begins ABOUT
WITH provide the material basis of classroom action research philosophical basis, meaning classroom
action research, the purpose of classroom action research, how to formulate the problem of classroom
action research, literature study MAKE classroom action research, and develop research instruments Class
action. The second stage of training and mentoring activities proposed Writing and Reporting CAR WITH
Singer Continue provide training and mentoring proposals MAKE PTK. Format PTK Contains proposal
Background problem identification and problem formulation, research purpose, research benefits, a
literature review and Research Methods. The next stage of implementation of Devotion 'singer continued
WITH society Implementing the proposed Yang has Created. Implementation PTK singer performed ON 2
SD The ADA in the district of Kintamani, ie in SD 1 Batur. Mentoring Implementation PTK WITH singer
will do clinical supervision model, Process Improvement and reflection Where do Operates koligeal And
among Participants democratic WITH Training Specialist team Undiksha, so different permaslahan Being
experienced hearts Implementation PTK can be solved WITH Fast And Match Goals. Preparation Phase
Reports Class Action Research Walk WITH good, Format WITH BECAUSE Research Report Class action
nearly ALL MAKES Participants Able Classroom Action Research Reports matching. It Singer Looks From
The Evaluation Process Follow-up Performed by a team of specialists Undiksha, Yang expressed
Classroom Action Research Reports Participants eligible to review serve as a showcase for review filed
promotion.
Keywords: Class action Research
RINGKASAN
Tujuan utama dari kegiatan ini adalah meningkatkan wawasan dan keterampilan guru-guru SD di
Kecamatan Kintamani dalam menyusun proposal PTK, melaksanakan PTK dan membuat laporan PTK.
Pelatihan diawali dengan memberikan materi tentang dasar filosofi penelitian tindakan kelas, makna
penelitian tindakan kelas, tujuan penelitian tindakan kelas, cara merumuskan masalah penelitian tindakan
kelas, membuat kajian pustaka penelitian tindakan kelas, dan mengembangkan instrument penelitian
tindakan kelas. Tahap kedua kegiatan pelatihan dan pendampingan penulisan proposal dan pelaporan PTK
ini lanjutkan dengan memberikan pelatihan dan pendampingan membuat proposal PTK. Format proposal
PTK berisi latar belakang masalah, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
tinjauan pustaka dan metode penelitian. Tahap berikutnya pelaksanaan pengabdian masyarakat ini
dilanjutkan dengan mengimplementasikan proposal yang telah dibuat. Implementasi PTK ini dilakukan
pada 2 SD yang ada di Kecamatan kintamani, yaitu di SD 1 Batur. Pendampingan implementasi PTK ini
akan dilakukan dengan model supervisi klinis, dimana proses perbaikan dan refleksi dilakukan secara
koligeal dan demokratis antar peserta pelatihan dengan tim pakar Undiksha, sehingga berbagai permaslahan
yang dialami dalam pelaksanaan PTK dapat dipecahkan dengan cepat dan sesuai sasaran. Tahap pembuatan
laporan penelitian tindakan kelas berjalan dengan baik, karena hampir semua peserta mampu membuat
laporan penelitian tindakan kelas yang sesuai dengan format laporan penelitian tindakan kelas. Hal ini
tampak dari proses evaluasi tindak lanjut yang dilakukan oleh tim pakar Undiksha, yang menyatakan
laporan penelitian tindakan kelas peserta layak untuk dijadikan sebagai karya untuk mengajukan kenaikan
pangkat.
Kata Kunci: penelitian tindakan kelas
264
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
1. Pendahuluan
Secara faktual permasalahan prinsip
yang dialami oleh para guru SD di
Kecamatan Kintamani saat ini adalah
berkaitan dengan peningkatan kualitas
proses pembelajaran. Ini tidak terlapas
dari adanya kemauan guru dalam
meningkatkan kualitas proses pembelajan
yang dialakukan, akan tetapi para guru
kesulitan melakukannya, karena persoalan
yang terjadi dikelas masing-masing sangat
beragam dan bersifat spesifik. Kondisi ini
sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Suastika, (2013: 143) yang
menemukan sebagian besar guru sekolah
dasar kesulitan menemukan cara untuk
memperbaiki proses-proses pembelajaran
yang dilakukan, karena kurangnya
pemahaman tentang cara melakukan
pengemasan langkah-langkah penelitian
tindakan kelas. Lebih lanjut diuraikan,
para guru sebenarnya sudah melakukan
upaya-upaya reflektif untuk memperbaiki
proses pembelajaran di kelasnya masingmasing sesuai dengan masalah yang
terjadi, akan tetapi upaya reflektif ini
tidak dikemas dengan sistematis, tidak
didokumentasikan secara tertulis dan
visual, tidak dilakukan dengan langkahlangkah siklus penelitian tindakan kelas
dan tidak dibuatkan laporan yang mudah
dijadikan pedoman dan panduan untuk
memperbaiki
kualitas
pembelajaran
berikutnya serta tidak dijadikan karya
ilmiah yang dapat dijadikan untuk
memenuhi persyaratan kenaikan pangkat.
Akibatnya upaya reflektif yang dilakukan
tidak dapat dijadikan sebagai pedoman
yang sistematis untuk memperbaiki
langkah-langkah proses pembelajaran.
Berdasarkan hasil observasi dan
wawancara yang dilakukan dengan guru
SD di Kecamatan kintamani, terungkap
beberapa persoalan dasar yang dialami
oleh guru dalam kaitannya dengan
implmentasi penelitian tindakan kelas
untuk
memperbaiki
kualitas
pembelajaran, yaitu (1) sebagian besar
guru SD di Kecamatan Kintamani belum
memahami dasar filosofis
penelitian
tindakan kelas untuk perbaikan persoalan
spesifik di kelas, (2) sebagain besar guru
SD di Kecamatan Kintamani belum
memahami langkah-langkah penelitian
tindakan kelas, (3) sebagian besar guruguru SD di Kecamatan Kintamani belum
mememiliki keterampilan yang memadai
dalam mengimplementasikan penelitian
tindakan kelas, (4) sebagian besar guru SD
di Kecamatan Kintamani belum memiliki
keterampilan yang memadai dalam
menyusun proposal dan laporan penelitian
tindakan kelas dan (5) sebagian besar guru
SD di Kecamatan Kintamani belum
memahami manfaat penelitian tindakan
kelas untuk mengatasi permasalahan
spesifik di kelas.
Kondisi ini merupakan sebuah
persolan yang sangat urgen bagi guruguru SD di Kecamatan Kintamani yang
mengalami persoalan berkaitan dengan
kualitas proses pembelajaran, namun
belum memiliki kemampuan yang
memadai untuk melakukan perbaikan
pembelajaran dengan penelitian tindakan
kelas. Para guru mengakui belum ada
pelatihan
yang
memadai
untuk
mengimplementasikan
penelitian
tindakan kelas untuk mengatasi masalah
spesifik pembelajaran yang ada di kelas.
265
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
Menurut
guru
proses
pelatihan
pengembangan keterampilan guru dalam
memahami pnelitian tindakan kelas akan
sangat baik jika diberikan melalui proses
yang bersifat komperhensip dengan
memberikan
pemaman,
melatih
pembuatan proposal dan laporan,
medampingi implementasi, mengevaluasi
(paket) dan kembali dari siklus awal.
Model paket pelatihan ini akan dimulai
dari: peningkatan pengetahuan tentang
penelitian tindakan kelas (dasar filosofis
PTK, hakekat PTK, tujuan PTK dan
manfaat PTK),
pelatihan dan
pendampingan penyusunan proposal
(merumuskan masalah PTK, membuat
latar belakang, merumuskan masalah
penelitian, merumuskan tujuan penelitian,
manfaat penelitian, merumuskan kajian
pustaka dan merumuskan metode
penelitian),
pendampingan
implementasi penelitian tindakan kelas
(rencana, tindakan, observasi dan
refleksi),
implementasi
penelitian
tindakan kelas secara mandiri, dan
evaluasi dan refleksi. Model paket
pelatihan yang bersifat sirkuler seperti ini
memang telah terbukti lebih efektif
dibandingkan dengan pelatihan biasa yang
selama ini telah dilakukan. Hal ini
disebabkan karena adanya proses refpleksi
dan evaluasi yang bersifat terukur dalam
setiap tahapan pelatihan. Model paket
pelatihan
ini
juga
memberikan
pengetahuan dan keterampilan yang lebih
prakis pada guru, karena langsung
melaksanakan hasil pelatihannya dalam
proses pembelajaran yang bersifat aktual
dan realistik. Melalui proses ini
diharapkan para guru SD di Kecamatan
Kintamani mampu membuat dan
melakukan PTK serta membuat laporan
PTK.
2. Metode Pelaksanaan
Tempat pelaksanaan
kegiatan
pengabdian masyarakat ini dilaksanakan
di SD 1 Batur Kecamatan Kintamani,
Kabupaten Bangli. Berdasarkan masalah
yang dihadapi oleh guru-guru SD di
Kecamatan Kintamani, maka metode
pelaksanaan program bagi guru-guru
sekolah dasar Negeri 1 Batur Kecamatan
Kintamani ini akan dilakukan dengan
adaptasi dari siklus penelitian tindakan
kelas. Pelaksanaan iptek bagi masyarakat
ini akan dimululai dari: (1) menyepakati
waktu dan tempat pelatihan dengan guruguru sekolah dasar di wilayah Kecamatan
Kintamani, (2) penyajian materi tentang
hakekat dan dasar filosofis penelitian
tindakan kelas,
(3)
pelatihan dan
pendampingan penyusunan proposal
penelitian tindakan kelas (merumuskan
masalah PTK, membuat latar belakang,
merumuskan
masalah
penelitian,
merumuskan tujuan penelitian, manfaat
penelitian, merumuskan kajian pustaka
dan merumuskan metode penelitian PTK),
(4)
pelatihan
dan
pendampingan
implementasi penelitian tindakan kelas
untuk mengatasi masalah siswa berkaitan
dengan proses pembelajaran sesuai
dengan proposal yang telah dibuat
sebelumnya, dan (5)
pelatihan dan
pendampingan
penyusunan
laporan
penelitian tindakan kelas serta diakhiri
dengan refleksi dan evaluasi. Demikian
seterusnya sampai para guru sekolah dasar
di Kecamatan Kintamani memiliki
keterampilan yang memadai dalam
mengimplementasikan dan membuat
laporan penelitian tindakan kelas.
3. Hasil dan Pembahasan
266
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
Pelatihan dan pendampingan
pembuatan
proposal
dan
laporan
penelitian tindakan kelas pada guru-guru
SD di Kecamatan Kintamani dimulai dari:
(1) dasar filosofis penelitian tindakan
kelas untuk perbaikan persoalan spesifik
di kelas, (2) langkah-langkah penelitian
tindakan kelas,
(3)
implementasi
penelitian tindakan kelas dalam paktik
pembelajaran, dan (4) menyusun laporan
penelitian tindakan kelas. Pelatihan
diawali dengan memberikan materi
tentang dasar filosofi penelitian tindakan
kelas, makna penelitian tindakan kelas,
tujuan penelitian tindakan kelas, cara
merumuskan masalah penelitian tindakan
kelas, membuat kajian pustaka penelitian
tindakan kelas, dan mengembangkan
instrument penelitian tindakan kelas.
Proses ini dilakukan dalam bentuk
ceramah dan tanya jawab, untuk
mempermudah
guru-guru
SD
di
Kecamatan
Kintamani
dalam
menyampaikan masalah-masalah yang
dialami dalam merancang penelitian
tindakan kelas. Proses ceramah dan
tanyajawab berlangsung dengan baik,
karena hampir semua peserta aktif untuk
mempertanyakan berbagai permasalahan
tentang merancang penelitian tindakan
kelas dan berpartisipasi dalam pemberian
materi. Setelah diberikan materi dan
tanyajawab, semua guru SD yang menjadi
peserta pelatihan mengaku faham dengan
dasar filosofi penelitian tindakan kelas,
yang mengibaratkan guru dengan dokter
yang mencoba untuk mendiagnosis
penyakit yang dialami oleh peserta
didiknya dan berusaha mencarikan obat
yang cocok untuk penyakin tersebut.
Apa yang terjadi dalam proses
ceramah dan tanyajawab tentang
penelitian tindakan kelas ini, sejalan
dengan apa yang disampaikan oleh Carr
dan Kemmis seperti yang dikutip oleh
Siswojo Hardjodipuro, dikatakan bahwa
yang dimaksud dengan istilah PTK adalah
suatu bentuk refleksi diri yang dilakukan
oleh para partisipan (guru, siswa atau
kepala sekolah) dalam situasi-situasi
sosial (termasuk pendidikan) untuk
memperbaiki rasionalitas dan kebenaran
(a) praktik-praktik sosial atau pendidikan
yang dilakukan dilakukan sendiri, (b)
pengertian mengenai praktik-praktik ini,
dan (c) situasi-situasi ( dan lembagalembaga ) tempat praktik-praktik tersebut
dilaksanakan (Harjodipuro, 1997). Lebih
lanjut, dijelaskan oleh Harjodipuro bahwa
PTK adalah suatu pendekatan untuk
memperbaiki
pendidikan
melalui
perubahan, dengan mendorong para guru
untuk memikirkan praktik mengajarnya
sendiri, agar kritis terhadap praktik
tersebut dan agar mau utuk mengubahnya.
PTK bukan sekedar mengajar, PTK
mempunyai makna sadar dan kritis
terhadap mengajar, dan menggunakan
kesadaran kritis terhadap dirinya sendiri
untuk bersiap terhadap proses perubahan
dan perbaikan proses pembelajaran. PTK
mendorong guru untuk berani bertindak
dan berpikir kritis dalam mengembangkan
teori dan rasional bagi mereka sendiri, dan
bertanggung jawab mengenai pelaksanaan
tugasnya secara profesional. Berdasarkan
pendapat di atas, jelaslah bahwa
dilakukannya PTK adalah dalam rangka
guru bersedia untuk mengintropeksi,
bercermin, merefleksi atau mengevalusi
dirinya sendiri sehingga kemampuannya
sebagai seorang guru/pengajar diharapkan
cukup professional untuk selanjutnya,
diharapkan dari peningkatan kemampuan
diri tersebut dapat berpengaruh terhadap
peningkatan kualitas anak didiknya, baik
267
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
dalam aspek penalaran; keterampilan,
pengetahuan hubungan sosial maupun
aspek-aspek lain yang bermanfaat bagi
anak didik untuk menjadi dewasa. Dengan
dilaksanakannya PTK, berarti guru juga
berkedudukan sebagai peneliti, yang
senantiasa bersedia meningkatkan kualitas
kemampuan
mengajarnya.
Upaya
peningkatan kualitas tersebut diharapkan
dilakukan secara sistematis, realities, dan
rasional, yang disertai dengan meneliti
semua “ aksinya di depan kelas sehingga
gurulah yang tahu persis kekurangankekurangan dan kelebihannya. Apabila di
dalam pelaksanaan “aksi” nya masih
terdapat kekurangan, dia akan bersedia
mengadakan perubahan sehingga di dalam
kelas yang menjadi tanggungjawabnya
tidak terjadi permasahan.
Action research lebih bertujuan
untuk memperbaiki kinerja, sifatnya
kontekstual dan hasilnya tidak untuk
digeneralisasi. Namun demikian hasil
action research dapat saja diterapkan oleh
orang lain yang mempunyai latar yang
mirip dengan yang dimliki peneliti.
Ada beberapa alasan mengapa
PTK merupakan suatu kebutuhan bagi
guru untuk meningkatkan profesional
seorang guru :
1. PTK sangat kondusif untuk
membuat guru menjadi peka
tanggap
terhadap
dinamika
pembelajaran di kelasnya. Dia
menjadi reflektif dan kritis
terhadap lakukan.apa yang dia dan
muridnya
2. PTK dapat meningkatkan kinerja
guru
sehingga
menjadi
profesional. Guru tidak lagi
sebagai seorang praktis, yang
sudah merasa puas terhadap apa
yang dikerjakan selama bertahun-
tahun tanpa ada upaya perbaikan
dan inovasi, namun juga sebagai
peneniliti di bidangnya.
3. Dengan melaksanakan tahapantahapan dalam PTK, guru mampu
memperbaiki proses pembelajaran
melalui suatu kajian yang dalam
terhadap apa yang terhadap apa
yang terjadi di kelasnya. Tindakan
yang dilakukan guru semata-mata
didasarkan pada masalah aktual
dan faktual yang berkembang di
kelasnya.
4. Pelaksanaan PTK tidak menggangu
tugas pokok seorang guru karena
dia tidak perlu meninggalkan
kelasnya. PTK merupakan suatu
kegiatan
penelitian
yang
terintegrasi dengan pelaksanaan
proses pembelajaran.
5. Dengan melaksanakan PTK guru
menjadi kreatif karena selalu
dituntut untuk melakukan upayaupaya
inovasi
sebagai
implementasi
dan
adaptasi
berbagai
teori
dan
teknik
pembelajaran serta bahan ajar
yang dipakainya.
6. Penerapan PTK dalam pendidikan
dan pembelajaran memiliki tujuan
untuk memperbaiki dan atau
meningkatkan kualitas praktek
pembelajaran
secara
berkesinambungan
sehingga
meningkatan
mutu
hasil
instruksional;
mengembangkan
keterampilan guru; meningkatkan
relevansi; meningkatkan efisiensi
pengelolaan instruksional serta
menumbuhkan budaya meneliti
pada komunitas guru.
Tahap kedua kegiatan pelatihan
dan pendampingan penulisan proposal dan
268
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
pelaporan PTK ini lanjutkan dengan
memberikan pelatihan dan pendampingan
membuat
proposal
PTK.
Untuk
merancang proposal penelitian tindakan
kelas, semua guru diminta untuk membuat
satu persoalan yang dialami di dalam
kelas, untuk bersama-sama dirumskan
menjadi masalah penelitian. Setelah
semua peserta pelatihan menulis masalah
yang
dibuat,
diminta
untuk
menyampaikan, kemudia dirumuskan
bersama menjadi masalah PTK. Setelah
masalah yang dipetakan telah tekodifikasi,
kemudian dilanjutkan dengan strategi
merancang proposal PTK. Format
proposal PTK berisi latar belakang
masalah, identifikasi dan rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, tinjauan pustaka dan metode
penelitian. Sebelum membuat proposal
PTK, peserta pelatihan diberikan uraian
secara singkat oleh pemateri tentang latar
belakang masalah, identifikasi dan
rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, tinjauan pustaka dan
metode penelitian serta apa yang mesti
dibuat pada masing-masing aitem
tersebut. Setelah materi diberikan semua
peserta diajak untuk merancang proposal
penelitian secara garis besar, yang
kemudian akan dilanjutkan di rumah
masing-masing. Kemudian, dua minggu
berikutnya proposal PTK yang telah
dibuat oleh peserta pelatihan di minta
untuk dikumpulkan dan akan dikoreksi
oleh tim pakar dari Undiksha serta akan
dikembalikan pada peserta minggu
berikutnya untuk dilakukan perbaikan
sebelum dilaksanakan. Kalau proposal
PTK dinilai sudah layak untuk
dilaksanakan,
maka
tim
akan
mendampingi guru-guru SD di Kecamatan
Kintamani untuk mengimplementasikan
proposal PTK.
Tahap berikutnya pelaksanaan
pengabdian masyarakat ini dilanjutkan
dengan mengimplementasikan proposal
yang telah dibuat. Implementasi PTK ini
dilakukan pada 2 SD yang ada di
Kecamatan kintamani, yaitu di SD 1 Batur
dan SD 5 Batur. Sekolah ini dipilih
berdasarkan pada kesiapan sekolah yang
bersangkutan dan gurunya serta saranaprasarana yang dibutuhkan. Selain itu,
pemilihan sekolah ini didasarkan pada
lokasinya yang sangat strategis, sehingga
mudah dinjangkau oleh tim, mapun oleh
para peserta pelatihan yang hendak
melihat langsung, bagaimana temannya
melangsungkan penelitian tindakan kelas.
Pendampingan implementasi PTK ini
akan dilakukan dengan model supervisi
klinis, dimana proses perbaikan dan
refleksi dilakukan secara koligeal dan
demokratis antar peserta pelatihan dengan
tim pakar Undiksha, sehingga berbagai
permaslahan yang dialami dalam
pelaksanaan PTK dapat dipecahkan
dengan cepat dan sesuai sasaran.
Pendampingan implementasi PTK ini
akan dilakukan sesuai dengan siklus
penelitian tindakan kelas, yaitu perencaan,
pelaksanaan, observasi dan refleksi.
Tahap
berikutnya
program
pengabdian masyarakat ini dilanjutkan
dengan membuat laporan penelitian
tindakan kelas. Proses pembautan laporan
penelitian tindakan kelas ini sebenarnya
secara simultan telah dilakukan oleh
peserta pelatihan sejak melaksanakan
penelitian. Namun proses ini masih berupa
catan-catan yang dibuat melalui proses
perencanaan, pelaksanaan, observasi dan
refleksi. Catan-catan yang dibuat oleh
guru pada tiap tahapan penelitian tindakan
269
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
kelas
kemudian
dirangkai
secara
berurutan sesuai dengan urutan waktu
pelaksanaan penelitian tindakan kelas
yang dilakukan dan upaya perbaikan yang
dilakukan pada tiap sikluasnya. Setelah
catan-catan peneltian dirangkai dalam
bentuk laporan penelitian tindakan kelas,
kemudian distorkan kepada tim pakar
Undiksha untuk diberikan masukan dan
informasi yang kiranya dibutuhkan oleh
para peserta. Setelah dilakukan evaluasi
oleh tim pakar Undiksha, dinilai penting
untuk memberikan informasi mengenai
hal-hal apa yang mesti dibuat dalam
laporan penelitian tindakan kelas. Hal ini
dilakukan untuk mengurangi kekeliruan
peserta tentang urutan penelitian dan data
yang mesti dimasukkan dalam laporan
penelitian tindakan kelas. Uraian tentang
pelaksanaan penelitian tindakan kelas
semstinya diuraikan secara berurut sesuai
dengan pelaksanaan penelitian tindakan
kelas yang dilakukan. Bukan berdasarkan
pada data hasil nilai siswa yang biasanya
dilakukan
pada
akhir
kegiatan
pembelajaran untuk menilai kemampuan
siswa berkaitan dengan materi yang telah
dibelajarkan. Data mengenai hasil belajar
siswa merupakan salah satu data
pendukung
keberhasilan
penelitian
tindakan kelas, bukan tujuan utama dari
penelitian tindakan kelas, karena tujuan
penelitian tindakan kelas adalah untuk
memperbaiki proses pembelajaran.
4. Kesimpulan dan Saran
4.3. Kesimpulan
Pelatihan dan pendampingan
pembuatan
proposal
dan
laporan
penelitian tindakan kelas pada guru-guru
SD 1 Batur Kecamatan Kintamani dimulai
dari: (1) dasar filosofis, hakekat, tujuan
dan manfaat penelitian tindakan kelas
untuk perbaikan persoalan spesifik di
kelas, (2) langkah-langkah penelitian
tindakan kelas,
(3)
implementasi
penelitian tindakan kelas dalam paktik
pembelajaran, dan (4) menyusun laporan
penelitian tindakan kelas. Pelatihan
diawali dengan memberikan materi
tentang dasar filosofi penelitian tindakan
kelas, makna penelitian tindakan kelas,
tujuan penelitian tindakan kelas, cara
merumuskan masalah penelitian tindakan
kelas, membuat kajian pustaka penelitian
tindakan kelas, dan mengembangkan
instrument penelitian tindakan kelas.
Proses ini dilakukan dalam bentuk
ceramah dan tanya jawab, untuk
mempermudah guru-guru SD daerah
terpencil di Kecamatan Kintamani dalam
menyampaikan masalah-masalah yang
dialami dalam merancang penelitian
tindakan kelas. Tahap kedua kegiatan
pelatihan dan pendampingan penulisan
proposal dan pelaporan PTK ini lanjutkan
dengan memberikan pelatihan dan
pendampingan membuat proposal PTK.
Format proposal PTK berisi latar belakang
masalah, identifikasi dan rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, tinjauan pustaka dan metode
penelitian. Sebelum membuat proposal
PTK, peserta pelatihan diberikan uraian
secara singkat oleh pemateri tentang latar
belakang masalah, identifikasi dan
rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, tinjauan pustaka dan
metode penelitian serta apa yang mesti
dibuat pada masing-masing aitem
tersebut.
Tahap berikutnya pelaksanaan
pengabdian masyarakat ini dilanjutkan
dengan mengimplementasikan proposal
yang telah dibuat. Implementasi PTK ini
dilakukan di SD 1 Batur. Pendampingan
implementasi PTK ini akan dilakukan
270
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
dengan model supervisi klinis, dimana
proses perbaikan dan refleksi dilakukan
secara koligeal dan demokratis antar
peserta pelatihan dengan tim pakar
Undiksha, sehingga berbagai permaslahan
yang dialami dalam pelaksanaan PTK
dapat dipecahkan dengan cepat dan sesuai
sasaran. Pendampingan implementasi
PTK ini akan dilakukan sesuai dengan
siklus penelitian tindakan kelas, yaitu
perencaan, pelaksanaan, observasi dan
refleksi.
4.4. Saran
Berdasarkan pada pelaksanaan
pengabdian masyarakat yang telah
dilakukan, ada beberapa saran yang layak
untuk dijadikan bahan acuan oleh guru,
yaitu: (1) pelaksanaan perbaikan proses
pembelajaran
untuk
meningkatkan
kualitas hasil belajar perlu dilakukan oleh
guru. Salah satu inovasi yang mesti
dilakukan oleh guru untuk meningkatkan
kualitas proses pembelajaran adalah
dengan melakukan penelitian tindakan
kelas, karena melalui PTK guru akan
memahami masalah kelas dan pemecahan
masalah yang mesti ditempuh untuk
memperbaikinya, (2) implementasi PTK
mesti didukung dengan kebijakan kepala
sekolah selaku manajemen sekolah dan
komite
sekolah
selaku
penikmat
pendidikan, (3) perlu adanya kelompokkelompok diskusi yang dibentuk oleh guru
sebagai sarana untuk mengkomunikasikan
ide dan gagasan, serta mendapatkan
masukan dari teman-teman sejawatnya
untuk memperbaiki kualitas proses
pembelajaran, dan (4) perlu adanya
motivasi yang memadai dari Kepala Dinas
Pendidikan
Kabupaten
untuk
meningkatkan
minat
guru
dalam
melaksanakan PTK.
271
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
IBW KAWASAN GALIAN C DI DESA SONGAN A DAN SONGAN B
KECAMATAN KINTAMANI-BANGLI
Nyoman Santiyadnya1, Ida Bagus Putu Mardana2, Ni Wayan Sukerti3, Made Sundayana4
1 Jurusan
Teknik Elektro FTK Undiksha, 2Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Undiksha;
3 Jurusan PKK FTK Undiksha, 4 Jurusan keperawatan STIKES buleleng
Email: e-mail:[email protected]
ABSTRACT
Region C is a region of mining excavation of sand, rocks and coral in the area of Mount Batur caldera. Even
though located in a position that vital and strategic map of tourism in Bali, it turns out this region is still grappling
with the problem of poverty, epidemic disease, exclusivity-tourism, unemployment, illiteracy, dropouts, prone to
disasters, conflict socio-economic-political, degrees community health and education are low for Bangli regency.
Reduction in the intensity of mining excavation C resulted in the destruction of cleanliness, beauty, and
environmental conservation. The factual condition of society in the region, encouraging cooperation with STIKES
Undiksha and Bangli regency to conduct the IBW. IBW activity area in the district of excavation C Kintamani
Bangli regency of Bali Province, targeting the 2 (two) villages, the village Songan A and B Songan village aims
to perform asset mapping and community empowerment region in implementing the program science and
technology improvement of knowledge and skills in agriculture farm-fishing, life skill education, entrepreneurship,
development of custom, religious, social agencies, sanitation, and tourism. The method of implementation of IBW
in community empowerment approach PALS ((participatory action learning system). IBW activity in firsth year
(2016) are expected to produce outcomes: (1) strategic plan (Plan) and the mapping of the region, (2) realization
of freshwater fish cultivation plots, (2) realization small industries / household, (3) realization of demplot
livestock-farming environmentally friendly (4) the realization of diversification of tourism products ruralgeotourism culture, (5) realization of study groups small class of elementary, junior and mechanisms village-based
management is pekraman, and (6) Improved sanitation and hygiene health
Keywords: community empowerment, excavation area C, PALS, the potential of the region, Science and
technology for the Region (IBW)
ABSTRAK
Kawasan galian C merupakan wilayah penambangan pasir, bebatuan, dan koral di area kaldera gunung Batur.
Walupun terletak pada posisi yang vital dan strategis dalam peta kepariwisataan di Bali, ternyata kawasan ini
masih bergulat dengan masalah kemiskinan, epidemik penyakit, eksklusivitas-wisata, angka pengangguran, buta
aksara, putus sekolah, rawan bencana, konflik sosio-ekonomi-politik, derajat kesehatan dan pendidikan
masyarakat yang rendah bagi kabupaten Bangli. Masifnya intensitas penambangan galian C mengakibatkan
rusaknya kebersihan, keasrian, dan konservasi lingkungan. Kondisi faktual masyarakat di kawasan ini, mendorong
Undiksha bekerjasama dengan STIKES dan Pemkab Bangli untuk melaksanakan kegiatan IbW. Kegiatan IbW
kawasan galian C di kecamatan Kintamani kabupaten Bangli Provinsi Bali, menyasar pada 2(dua) desa, yakni desa
Songan A, dan desa Songan B bertujuan untuk melakukan pemetaan aset wilayah dan pemberdayaan masyarakat
dalam melaksanakan program ipteks peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam pertanian-peternakanperikanan, pendidikan life skill, kewirausahaan, pembinaan adat-istiadat, keagamaan, lembaga sosial, sanitasi,
dan kepariwisataan. Metode pelaksanaan IBW dalam pemberdayaan masyarakat menggunakan pendekatan PALS
((participatory action learning system). Kegiatan IbW pada tahun-1 (2016) diharapkan menghasilkan luaran : (1)
rencana strategis (Renstra) dan pemetaan wilayah, (2) terwujudnya demplot budi daya ikan tawar, (2) terwujudnya
sentra industri kecil/skala rumah tangga, (3) terwujudnya demplot peternakan-pertanian ramah lingkungan (zero
waste), (4) terwujudnya diversifikasi produk wisata rural-geotourism culture, dan (6) peningkatan kesehatan
sanitasi dan kebersihan.
Kata kunci: pemberdayaan masyarakat, kawasan galian C, PALS, potensi wilayah,
Ipteks bagi Wilayah (IbW)
PENDAHULUAN
Bujur Timur dan 8' 8' sampai 8' 31' 87"
Lintang Selatan. Posisinya berada ditengahtengah Pulau Bali sehingga merupakan satu-
Pulau Bali Kabupaten Bangli terletak
diantara 115' 13' 48" sampai 115' 27' 24"
272
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
satunya kabupaten yang tidak memiliki
pantai/laut. Luas kabupaten Bangli sebesar
520,81 km atau 9,25% dari luas Propinsi
Bali, ketinggian dari permukaan laut antar
100 2152 meter sehingga tanaman apa saja
bisa tumbuh di daerah ini. Secara fisik
dibagian Selatan merupakan daerah dataran
rendah dan bagian utara merupakan
pegunungan. Puncak tertinggi adalah
Puncak Penulisan, terdapat Gunung Batur
dengan kepundannya Danau Batur yang
memiliki luas 1.067,50 Ha. Jarak dari Ibu
Kota Kabupaten ke Ibu Kota Propinsi sekitar
40 km. Wilayahnya sendiri berbatasan
dengan Kabupaten Buleleng di sebelah
utara, Kabupaten Gianyar, dan Kabupaten
Klungkung di sebelah selatan, Kabupaten
Badung di sebelah barat, dan Kabupaten
Karangasem di sebelah timur.
kunjungan dari wisatawan. Salah satu
potensi daya tarik kecamatan Kintamani
adalah
kawasan
geowisata
dengan
keindahan fanorama kaldera gunung Batur,
danau batur dengan latar belakang vegetasi
hutan, dan keunikan sosio-budaya-religius
masyarakat Bali Aga di desa Songan.
(Anonin. 2010). Selain sebagai DTW di
Bali, kawasan Kintamani juga memiliki
sumber kekayaan galian C yang terhampar
luas di kaki gunung Batur. Potensi tambang
ini menjadi komoditas unggul yang dapat
menghidupi ekonomi masyarakat. Namun
masifnya penambangan galian C di kasawan
ini lambat laun dapat merusak keasrian dan
pesona kawasan. Saat musim hujan, bahaya
longsor mengancam, dan genangan air
kumuh dapat sebagai media penyebaran
penyakit. Saat musim kemarau kawasan ini
terkepung dengan polusi udara, yang
mengganggu respirasi masyarakat luas.
Desa Songan A terdapat 6 dusun
dengan luas wilayah 1280 ha. Wilayah ini
sebagian besar adalah pertanian 98 ha,
perumahan dengan luas 19,27 ha dan tegalan
sawah 365,73 ha, kuburan 20 are. Jumlah
penduduk Desa Kintamani (data per
Desember 2007 dalam monografi) adalah
4783 orang yang terdiri diri laki 2.323 orang,
perempuan 2.460 orang. Ditinjau dari
tingkat pendidikan usia produktif terdapat:
(1) akademi/sarjana ke atas 58 orang, lulusan
tingkat SMA/SMK 365 orang, lulusan
tingkat SMP 854 orang dan lulusan tingkat
SD 1502 orang. Dengan demikian, maka
penduduk Desa Kintamani mempunyai
kualifikasi tingkat SDM yang cukup
memadai karena, lebih dari 32% persen usia
produktif lulusan SMA dan Sarjana.
Pekerjaan penduduk Desa Kintamani
sebagian besar sebagai petani yaitu 3106
orang,
peternakan,
pegawai
negeri/TNI/Polri sebanyak 20 orang,
Gambar 1. Lokasi dan Batas IBW
Bangli dengan luas wilayah 366,92 km2
mempunyai 4 kecamatan dan 72 desa. Dari
total luas wilayah yang ada sekitar 2.890 ha
merupakan lahan sawah, 29.087 ha
merupakan lahan kering, 9,341 ha
merupakan hutan negara, 7,719 merupakan
tanah perkebunan, dan sisanya 3,044 ha
merupakan lahan lain-lain. Kintamani
merupakan sebuah area yang cukup luas
sekitar 1548 ha, dimana pusat pemerintahan
kecamatan Kintamani terletak di desa ini.
Kintamani dikenal sebagai salah satu obyek
Pariwisata di Bali yang banyak mendapat
273
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
pegawai swasta 2 orang, nelayan 32 orang,
sedangkan
jumlah
tenaga
penganggur/pencari kerja/tidak bekerja 155
orang. Berdasarkan data di kantor desa ( per
Maret 2011), KK miskin yang ada sebanyak
470 KK, yang direkomendasi untuk
mendapatkan BLT.Potensi yang menonjol di
desa Songan adalah pariwisata, pertanian,
peternakan, dan perikanan.
Potensi pertanian yang menonjol di desa
Songan A adalah tanaman jeruk, pisang,
tanam kelapa dan hortikultural. Potensi
peternakan yang menonjol di desa
Kintamani adalah sebagian besar warga
berternak ayam kampung/ras 12.425 ekor,
babi 4505 ekor dan sapi bali 3785 ekor.
Industri kecil yang ada adalah industri kecil
pengolahan pangan, kerajinan lainnya
(anyaman), dengan pengelolaan tradisional
dan segmen dan akses pasar yang masih
terbatas. Produksi pertanian seperti kelapa,
pisang, dan palawija lainya masih bernilai
ekonomis rendah, karena belum diolah
dengan sentuhan ipteks menjadi produk
yang bernilai pasar tinggi. Potensi kerajinan
yang menonjol di desa Songan adalah
anyaman serabut kelapa dan kerajinan dari
tempurung kelapa. Industri-industri kecil
ini perlu dikembangkan sehingga mampu
lebih banyak menampung tenaga kerja dan
meningkatkan pendapatan keluarga. Desa
Songan juga terkenal dengan ternak “anjing
kintamani” yang lucu dan anggun, namun
proses beternak anjing kintamani masih
alami dan konvensional, pedahal daya tarik
dan permintaan pasar sangat tinggi dengan
harga jual 200 ribu sampai 500 ribu.
Desa Songan B termasuk topologi
desa perbukitan terdiri dari 4 dusun, yakni
dusun Songan, Bukit Bahu, Jembong, dan
Pebantenan, dengan luas wilayah 1369 ha,
terdiri dari tanah sawah 171 ha, tegal/ladang
dan perkebunan 367, dan hutan 13 ha.
Jumlah penduduk desa Songan sebanyak
4.363 orang, dengan jenjang pendidikan SD
2129 orang, SMP 237 orang, SMA, 253
orang, dan akademi/sarjana 43 orang. Mata
pencaharian penduduk yang menonjol
sebagian besar sebagai petani 2998 orang,
petani penggarap (penyakap) 350 orang,
peternak 1024 orang, pedagang 60 orang,
dan pengrajin15 orang. Pengusaha 3 orang,
PNS 55 orang. Jumlah KK miskin yang ada
di desa Ambengan sebanyak 624 KK.
Organisasi tradisional desa yang berkaitan
dengan aktivitas pertanian dan peternakan
adalah Subak Lawa, Subak Anyar, Subak
Pebantenan,
Subak
Abian,
dan
Poktan/Gapoktan. Dinamika sosial yang
sering menonjol ke permukaan adalah
kecendrungan
masyarakat
Songan
berpoligami yang sering dipolemikan
sebagai pemicu kemiskinan dan keresahan
sosial-ekonomi.
Potensi yang menonjol di desa Songan
adalah pertanian, peternakan, pariwisata,
dan kerajinan (pelepah pisang dan keranjang
buah). Potensi pertanian yang dominan di
desa Songan adalah jagung 8,5 ha, mangga
105 ha, sedangkan perkebunan adalah
kelapa 293 ha. Potensi kebun kelapa 4800
pohon dengan lahan 195 ha. Produksi kelapa
saat ini masih dijual dalam bentuk buah
kelapa, kopra maupun diolah oleh industri
minyak kelapa secara basah tradisional
sekala industri rumah tangga. Pasaran dari
produksi minyak hanya mencapai pasaran
lokal desa dan sekitarnya. Potensi buah
kelapa masih bisa dikembangkan untuk
industri rumah tangga dan industri kecil
yang lebih prospektif dengan sentuhan
IPTEK terapan, namun belum ada yang
melakukan. Limbah pertanian kelapa seperti
sabut kelapa, lidi, tempurung, dan bagianbagian lain dari buah dan batang kelapa
belum dimanfaatkan dengan optimal
274
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
sehingga belum memberikan nilai tambah
yang berarti. Potensi unggulan lainnya
adalah produk peternakan ayam, babi dan
sapi. Banyak kebutuhan akan produk ternak
ayam, babi, dan sapi untuk keperluan
konsumtif, bibit dan upacara didatangkan
dari desa Songan. Desa Songan juga
memliki fanorama alam desa yang menarik,
aliran sungai yang masih bersih, dan
vegetasi yang variatif, yang banyak diincar
sebagai lokasi villa, karena view laut yang
sangat mempesona.
Namun potensi
unggulan di desa Songan ini belum
tertangani secara terpadu dengan sentuhan
IPTEKS,
terutama
berkait
dengan
pengembangan desa wisata yang terintegrasi
secara
holistik
dengan
segmen
pertanian/pertaninan,
kehutanan,
dan
kerajinan
kreatif-inovatif
masyarakat
setempat.
Berdasarkan uraian potensi dan propek
wilayah 2 desa, yakni desa Songan A dan
Songan B di kecamatan Kintamani dapat
dirumuskan permasalahan utama yang
potensial untuk dipecahkan, baik yang
berhasil diidentifikasi melalui survey awal
pengusul, wawancara intensif dengan tokoh
masyarakat,
pejabat
permerintahan
kecamatan/desa maupun permasalahan
aspek sosial ekonomi dalam RPJMD desa
Songan A dan desa Songan B adalah
sebagai berikut.
(1)Terjadinya pengerusakan lingkungan
yang sistemik akibat masifnya aktivitas
penambangan galian C. Di musim hujan,
banyak kawasan yang longsor, karena
rentannya
struktur
tanah
karena
penambangan, banyak kubangan tergenang
air, karena padatnya lalulintas kendaraan
berat pengangkut pasir. Di musim kemarau,
tingginya intesitas polusi karena asap, debu,
dan polutan lainnya hampir mengisi ruangruang udara bersih. Kondisi kumuh ini akan
merusak citra kawasan wisata geotourism
gunung Batur, dan sangat berpotensi
menyebabkan
rentannya
masyarakat
terserang penyakit
(2) Rendahnya kesadaran, pengetahuan,
keterampilan, dan keterlibatan
elemen
masyarakat dalam praksis kepariwisataan
secara holistik berbasis pada wisata alam,
wisata budaya, wisata religi, wisata kuliner
dan pertanian/peternakan. Pariwisata yang
hanya tersegmentasi dan terbelenggu pada
keindahan panorama alam gunung Batur dan
danau batur kurang dapat mengagetasi
dinamika
aktivitas
sosio-ekonomi
masyarakat menuju peningkatan kualitas
hidup dan kenyamanan masyarakat. Aset
geowisata dan keindahan fanorama danau
batur yang eksostik (SDA), tanpa dibarengi
dengan peningkatan kualitas SDM yang
memadai akan menimbulkan stigmatisasi
sosial-ekonomi dalam pengelolaan wisata.
Marginalitas masyarakat lokal di kecamatan
Kintamani dalam tourism bussines sebagian
besar
disebabkan
oleh
rendahnya
penguasaan bahasa asing, keterampilan
pariwisata (tourism skill), dan penguasaan
teknologi informasi dan komunikasi (ICT).
(2) Rendahnya budaya kerja dan
produktivitas
ekonomi
masyarakat
menyebabkan
rendahnya
pendapatan
perkapita dan pendapatan keluarga. Hasil
penelitian Pursika (2009), menunjukkan
bahwa ditengah-tengah derasnya arus dolar
pariwisata yang mengalir ke wilayah
Kintamani, namun tingkat kehidupan
masyarakat lokal Kintamani dan sekitarnya
masih di bawah garis kemiskinan. Hampir
25% pengemis di Bali berasal dari wilayah
ini. Pedahal potensi alam dan dukungan
program pembangunan pemerintah Bangli
dan institusi lain untuk mendorong simpulsimpul aktivitas eknomi relatif cukup tinggi.
Selain itu, rendahnya income masyarakat
juga diakibatkan oleh belum terberdayanya
lembaga-lembaga ekonomi masyarakat,
UKM dan industri kerajinan kreatif-inovatif
rumah tangga yang link dan match dengan
275
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
derasnya dinamika tourism geowisata di
kawasan ini.
(3) Masih rendahnya kualitas kesehatan
masyarakat, kondisi kesehatan lingkungan,
terutama yang menyangkut sanitasi dasar,
dan perilaku masyarakat yang kurang
mendukung pola hidup bersih dan sehat
telah memberi kontribusi pada rendahnya
status penduduk miskin dan kesehatan
masyarakat. Peluang terjangkitnya penyakit
demam berdarah dan penyakit endemik
lainnya di wilayah Kintamani, Batur,
Songan, dan Trunyan sangat tinggi, karena
aktivitas produktif masyarakat tidak ramah
lingkungan. Danau batur yang menjadi salah
satu label kepariwisataan Kintamani sering
digunakan sebagai tempat muara saluran
limbah rumah tangga, pertanian/peternakan,
dan industry yang dapat merusak ekosistem,
kebersihan dan keindahan danau Batur,
bahkan akan mengancam usaha budi daya
perikanan masyarakat di tambak-tambak
danau Batur.
(4) Dari sisi kewilayahan desa Songan
A dan desa Songan B merupakan daerah
pegunungan konservasi hutan yang sangat
berpotansi terjadinya rawan bencana longsor
setiap tahun. Kepedulian masyarakat dalam
menjaga kelestarian konservasi hutan di
kawasan geowisata relatif masih kurang,
terbukti intensitas perambasan hutan masih
tinggi, yang berpotensi mendatangkan
malapetaka longsor, dan banjir. Di sisi yang
lain, rendahnya budaya dan kemampuan
masyarakat dalam mekanisme mitigasi
bencana
alam
sering
menimbulkan
kerusakan pada simpul-simpul produktivitas
sosio-ekonomi masyarakat.
(5) Masih rendahnya akses masyarakat
terhadap pendidikan yang berkualitas,
kurangnya pemerataan pendidikan dan
penyediaan tenaga terampil, menyebabkan
terjadinya kesenjangan pendidikan yang
cukup tajam. Rendahnya kualifikasi
pendidikan masyarakat berdampak pada
munculnya berbagai masalah socialekonomi yang akut, seperti pengangguran,
kejahatan, perkawinan muda/poligami, dan
konflik sosial-ekonomi yang lahir dari
pergesekan perebutan hegemoni sumber
daya alam.
(6) Minimnya terapan teknologi tepat
guna di masyarakat dalam pengolahan hasil
pertanian, peternakan, dan perikanan yang
dapat mengantarkan desa-desa di kawasan
ini sebagai desa mandiri pangan dan energi.
Budi daya pariwisata, pertanian, peternakan,
dan perikanan yang ada saat ini masih
bersifat tradisional, monokultur, dengan
pengagarapan yang parsial, dan kurang
profesional yang dapat meningkatkan
ketahanan
pangan
masyarakat
dan
berpotensi untuk menumbuhkembangkan
dinamika
perekonomian
masyarakat.
Masyarakat belum mampu mentransfusi
aktivitas pertanian, peternakan, dan
perikanan sebagai mayor-driven kedalam
domain aktivitas pariwisata, sehingga dapat
mewujudkan kawasan yang mampu
mengintegrasikan budaya bertani, beternak
secara simultan dengan pariwisata, sehingga
dapat
mewujudkan
kawasan
ruralgeotourism.
Target luaran yang diharapkan tercapai
dari kegiatan IbW tahun-1 (Tahun 2016)
adalah: (1) Rencana strategis (Renstra) dan
program aksi strategis desa-desa wilayah
IBW berdasarkan hasil evaluasi diri secara
partisipatif yang komprehensif melalui indepth SWOT analysis dan pemetaan wilayah
berbasis data riil potensi daerah, (2)
Terwujudnya demplot budi daya ikan tawar
di area kubangan bekas galian C, (3)
Peningkatan pengetahuan dan keterampilan
warga
dalam
penerapan
IPTEKS,
managemen wirausaha dan perkoperasian
untuk mengembangkan industri kecil/skala
rumah tangga, (4) Peningkatan pengetahuan
276
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
dalam penangan kerawanan pangan
masyarakat
melalui
peningkatan
pengetahuan dan keterampilan produktivitas
pertanian, , perikanan, dan peternakan
terpadu,
(5) Terwujudnya demplot
peternakan ramah lingkungan (zero waste),
pengolahan lembah ternak menjadi sumber
energi bio-gas untuk keperluan bahan bakar,
(6) Peningkatan sadar wisata masyarakat,
khususnya
dalam
mengintegrasikan
aktivitas
pariwisata
dengan
pertanian/peternakan, dan budaya lokal
menuju kawasan rural-geotourism culture,
(7) Terwujudnya kelompok belajar kelas
kecil tingkat SD, tingkat SMP dan
mekanisme pengelolaanya berbasis desa
pekraman, (8) Peningkatan kesadaran
individu, keluarga dan masyarakat tentang
peningkatan kesehatan dirinya, kesehatan
keluarga dan kesehatan masyarakat, serta
sanitasi lingkungan.
interaksi, (4) context specific, yaitu
pendekatan penanganan masalah secara
kontekstual, (5) facilitating experts and
stakeholders, yaitu pemanfaat pakar dan
partisipasi masyarakat dalam aksi perbaikan
kondisi masyarakat, (6) leading to sustained
action, yaitu penguatan kapasitas personal
dan lembaga masyarakat dalam mengawal
program aksi secara berkelanjutan.
Kodisi exciting masyarakat di wilayah
IbW, yang bertautan dengan potensi
wilayah, SDA, SDM, dan kearifan-kearifan
lokal masyarakat dijadikan starting point
dalam
memetakan
program-program
pemberdayaan masyarakat, yang sudah tentu
melibatkan usulan dan tuntutan kebutuhan
masyarakat dari bawah (internal) dan
mensinergiskan dengan program-proram
kebijakan pemerintah daerah yang muncul
dari analisis kritis Undikasha, Stikes
Buleleng dan Pemkab Bangli (eksternal)
sehingga dapat dirumuskan proram-program
aksi yang dapat mengantarkan masyarakat
pada kondisi expeting yang diinginkan dan
disepakati
bersama.
Program
aksi
pemberdayaan
masyarakat
yang
menempatkan masyarakat secara aktif
berpartisipasi
dalam
perencanaan,
pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi
melalui
proses
pembelajaran
dan
pendampingan akan dapat meningkatan
intensitas partisipasi, self-belonging , dan
responsibility sehingga dapat menjamin
dukungan material, finansial, dan pemikiran
tepat
sasaran
dalam
pemberdayaan
masyarakat untuk mengantarkan masyarakat
hidup lebih mandiri, aman, sejahtera, sehat
dan harmonis( Sumodiningrat, Gunawan,
1999; Supriatna, Tjahya, 2000)
METODE
Metode yang akan digunakan untuk
pelaksanaan IBW adalah metode PALS
(participatory action learning system), yang
dikembangkan oleh Linda Mayoux. Metode
PALS merupakan salah satu metode
pemberdayaan dalam
lingkup PLA
(participatory learning and action), hasil
evolusi dari RRA (rapid rural appraisal)
dan PRA (participatory rural appraisal)
(Linda Mayoux, 2005), yang memiliki
prinsip-prinsip: (1) A defined methodology
and systemtic learning process, yaitu proses
pembelajaran yang metodik, komulatif
partisipatif, dan sistematik, (2) multiple
perspectives :yaitu dalam pemberdayaan
diutamakan pada pencapaian keragaman dan
aksi-aksi yang beragam, (3) group learning
processes: yaitu pemecahan kompleksitas
masalah dunia nyata dengan proses
rekognisi melalui inkuiri kelompok dan
HASIL DAN PEMBAHASAN
(1) Kegiatan IbW di kawasan galian C di
desa Songan A dan desa Songan B
kecamatan Kintamani-Bangli Provinsi Bali,
277
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
diawali dengan sosialisasi secara vertikal
dengan menghaturkan upacara permohonan
ijin/permakluman (piuning) kehadapan
Tuhan Yang Maha Esa yang berstana di Pura
Desa masing-masing, dan Pura Ulun Danu di
desa Songan A dan desa Songan B.
Selanjutnya, sosialisasi juga dilakukan
secara horizontal dengan masyarakat yang
menghadirkan aparat pemerintah di tingkat
kecamatan, desa, adat, tokoh masyarakat dan
ketua
kelompok
produktif-ekonomis
masyarakat di kawasan galian C di desa
Songan A dan desa Songan B.
perikanan. Dari sisi komoditas hasil
pertanian dan perkebunan, yang dominan
adalah jeruk, bawang merah, cabe, tomat dan
sayuran. Aspek pertanian yang menonjol
adalah babi dan ayam/itik, sedangkan
perikanan yang dominan adalah ikan mujair.
Terletak di tepian danau batur, aspek
pertanian bawah merah, budi daya tambak
ikan merupakan aktivitas primadona
masyarakat di desa Songan A dan Songan B.
Disamping mengandalkan pendapatan dari
kontribusi aktivitas galian C, masyarakat
juga mendapatkan penghasilan dari sektor
pariwisata, yakni wisata kuliner mujair,
sewa permandian dan penginapan.
(3) Potensi air yang melimpah dari
danau batur, telah mendorong masyarakat
desa Songan A dan desa Songan B
mengembang budi daya ternak ikan air
tawar, baik yang dikembangkan melalui
sistem keramba di danau, maupun sistem
tambak di darat. Di pinggiran danau Batur,
berjajar dan berderet keramba-keramba
untuk membudidayakan ikan. Keramba
Jaring Apung (KJA) ini memuat ribuan ikan
nila. Di perairan bebas danau, mujair juga
berlimpah. Eksploitasi budi daya ikan tawar
dengan sistem keramba secara progresif,
telah membatasi akses budi daya ikan
masyarakat yang tidak memiliki akses lahan
di tepian danau. Dalam program IbW ini,
dilakukan
pengembangan
demplot
perikanan dengan sistem tambak di darat
dengan memanfaatkan beberapa kubangan
lahan sisa galian C, tentu sumber air
didatangkan dari danau Batur berbantuan
mesin pompa air. Dalam program IbW ini
dihibahkan 1(satu) unit pompa air untuk
mengangkat air danau Batur untuk pengairan
tanaman bawang merah, cabe, tomat dan
kubis.
Gambar 2. Sosialisasi Program IbW
Pendataan potensi wilayah di desa
Songan A, dan desa Songan B difokuskan
pada pendataan profil dan potensi yang
dimiliki masyarakat, baik secara personal
dalam keluarga, maupun secara komunal
dalam
kelompok
tani-ternak,
yang
berpotensi untuk diberdayakan sehingga
dapat
meningkatkan
pendapatan
masyarakat. Hasil survey, observasi dan
wawancara yang mendalam dalam diperoleh
profil potensi kawasan dan kondisi
masyarakat di desa Songan A dan Songan B.
(2)
Dari hasil pemetaan potensi wilayah garapan
IbW di kawasan galian C di desa Songan A
dan Songan B, nampak jelas bahwa kawasan
ini punya lahan yang cukup luas untuk area
galian C, tegalan, perkebunan, dan tambak
278
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
menanam tanaman yang dapat memenuhi
kebutuhan konsumtif jangka pendek sampai
jangka panjang.
Model pertanian-peternakan terpadu
merupakan aktivitas produktif pertanianpeternakan dalam satu siklus berantai
(Millind B Bhujbal, 2012), yakni
pemanfaatan limbah tanaman pada budidaya
tani untuk pakan ternak. Demikian juga
sebaliknya budidaya ternak, limbah ternak
dapat dimanfaatkan untuk pertanian.
Sebagai langkah awal diintroduksikan
penanaman rumput raja dan gamal di
pematang petakan lahan petani untuk
menambah penyediaan hijauan pakan ternak
selain itu juga diperkenalkan perkandangan
menetap, dan pengawetan pakan ternak.
Gambar 3. Mesin pompa IbW
(4) Keterbatasan yang dimiliki lahan
kering cenderung membuat kegiatan pola
usahatani bersifat subsistem (tradisional).
Pola usahatani tanaman semusim yang
biasanya dilakukan di lahan kering adalah
pola usahatani tanaman pangan seperti
jagung, kacang tanah dan jenis palawija
lainnya. (Ernan Rustiadi, Sunsun
Saefulhakim Dyah R. Panuju, 2009)
Pola usahatani tanaman pangan dilakukan
pada musim penghujan menggunakan
teknologi sederhana dengan varietas lokal
sehingga hasilnya rendah.
Selain itu
pemeliharaan ternak (umumnya sapi) masih
tradisional dan monokultur sehingga
produktivitasnya rendah. Pemberdayaan
masyarakat di kawasan galian C di desa
Songan A dan desa Songan B kecamatan
Kintamani-Bangli Provinsi Bali ini
dilakukan dengan pencanangan program
aksi pertanian-peternakan multikultur.
Ketahanan ekonomi masyarakat yang
banyak bertumpu dari hasil ternak-tani
disikapi dengan mengembangkan ternak
multikultur,yakni ternak sapi sebagai
penghasil income tahunan, ternak babi
sebagai penghasil income enan bulan, dan
ayam merupakan sumber penghasilan
masyarakat bulanan. Hal yang sama juga
pada aspek pertanian, dimana masyarakat di
setiap demplot sebagai episentrum aktivitas
pemberdayaan,
dikapasitaskan
untuk
Gambar 4. Peternakan Sistem Koloni
Program aksi usaha produktif pertanianpeternakan-perikanan
terpadu
diawali
introduksi teknologi pemanfaatan limbah
tanaman untuk pakan ternak menjadi pupuk
bio-organik, dilaksanakan pada tanggal 6
Juni 2063, sampai dengan tanggal 22 Juni
2016. Hasil pemberdayaan masyarakat yang
terkabung kelompok tani (poktan) dalam
usaha produktif pertanian multikultur dan
peternakan ternak sapi/babi terpadu adalah
(1) adanya peningkatan kompetensi bertani
multikultur dalam intensifikasi budi daya
ternak sapi/babi/ayam secara terpadu,
menuju usaha produktif yang zero waste, (2)
mendorong proses transformasi IPTEKS
dalam
pengolahan
limbah
ternak
279
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
sapi/babi/unggas menjadi pupuk. Terkait
dengan
pengembangan
tani-ternak
multikultur, program aksi IbW tahu-1 di
desa Songan A dan desa Songan B,
diinstalasi 1(satu) unit kandang koloni Sapi
pada kelompo tani-ternak.
(5) Potensi keindahan alam kaldera
gunung Batur yang menghampar di kawasan
Songan A dan Songan B, dengan
diversifikasi vegetasi hutannya, dan pesona
danau batur merupakan daya tarik wisata
adalah aset desa Songan A dan Songan B
yang dapat mendatangkan generate revenue
bagi masyarakat Songan. Pengelolaan
wisata yang tradisional, penataan kawasan,
dan
managemen
pemasaran
yang
konvensional belum mampu meningkatkan
taraf pendapatan warga, apalagi dengan
kompetensi bahasa asing, ICT dan literasi
wisata yang rendah. Maka dari itu, dalam
program IbW kawasan galian C di desa
Songan A dan desa songan B kecamatan
Kintamani-Bangli provinsi Bali dilakukan
edukasi dan penatan secara bertahap
terhadap SDM dan keasrian objek
geotourism, yakni : (1) Pelatihan English for
Guiding untuk program geotourism bagi
praktisi wisata di desa Songan A dan desa
Songan B,
(2) Pelatihan ICT untuk
pordarwis dan teruna teruni dalam upaya
mengkapasitasi praktisi wisata untuk akses
informasi, publikasi, dan pemasaran, dan (3)
diversifikasi produk wisata berupa cycling
adventuring, dimana dalam program IbW
tahun pertama diberikan bantuan sepeda
hibrida yang khusus diperuntukan bagi
wisata tracking, cycling, dan adventuring di
desa Songan A dan Songan B.
Gambar 5. Pengkapasitasan Wisata
(6) Komoditas pertanian yang sangat
populer di desa Songan A dan desa Songan B
adalah bawang merah, cabe lokal dan cabe
lombok,
tomat, sayuran kubis, sawi,
kentang, dan wortel. Secara konvensional,
masyarakat tani terbiasa bertani secara monokultur, jadi selama durasi waktu terntentu
hanya menanam bawang merah saja, atau
cabe saja, sehingga saat panen raya, sering
harga produk tani anjlok, karena persaingan
harga yang saling menjatuhkan. Atas dasar
itu, program IbW berusaha membimbing
masyarakat tani untuk bertani hortikultural
secara multi-kultur dengan sistem tumpang
sari, sehingga ketersediaan produk tani yang
terdiversifikasi diharapkan dapat menekan
fluktuasi harga pasar ekstrim saat panen raya.
Gambar 6. Pertanian multikultur
280
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
(7) Persoalan kesehatan nampaknya
merupakan permasalahan yang cukup serius
dihadapi oleh komunitas penduduk di desa
Songan A dan desa Songan B. Sanitasi
lingkungan yang jelek akibat rendahnya
kesadaran masyarakat dalam membuang
sampah sembarangan, kebiasaan MCK di
pinggir danau/selokan, intensitas debu
akibat lalu-lalang mobil berat pengangkut
eksplorasi galian C yang sangat masif, dan
pola hidup kurang bersih menyebabkan
masyarakat
sangat
mudah diserang
berbagaimacam penyakit, seperti diare,
penyakit kulit, pernapasan, batuk, disentri,
dan penyakit lainnya. Jarak Puskermas
Pembantu (Pustu) yang relatif cukup jauh
dan secara geografis sulit diakses, maka
pelayanan dan penanganan kesehatan
masyarakat sering terabaikan. Berangkat
dari permasalahan aktual ini, tim IbW
Undiksha
dan
STIKES
Buleleng
memprogramkan kegiatan penyuluhan dan
pelayanan kesehatan gratis bagi masyakat di
desa Songan A dan desa Songan B yang
dilakukan pada bulan Juli dan bulan Agustus
2016.
terwujudnya sentra peternakan sapi terpadu
dengan system koloni, (3) terwujudnya
demplot pertanian multikultur dengan sistem
irigasi yang bergantung pada suplei air
pompa danau Batur, (4) peningkatan
kompetensi wisata podarwis, dan (5)
Peningkatan derajat kesehatan masyarakat
dari pelayanan kesehatan.
DAFTAR RUJUKAN
Anonin. 2010. Profil Kecamatan Kintamani,
kabupaten Bangli:Bali
Ernan Rustiadi, Sunsun Saefulhakim
Dyah
R.
Panuju.
2009.
Perencanaan dan Pengembangan
Wilayah. Crestpen Press dan
Yayasan Obor Indonesia. Jakarta
Irawan, P.B. dan Romdiati. H, 2000. The
Impact of Economic Crisis on
Povertyand its Implication for
Development
Strategies,
Paper
Presented at National Workshop on
Food and Nutrition VII. LIPI, 29
Febuari – 2 Maret 2000, Jakarta
Linda Mayoux, 2005. Participatory action
learning system (PALS):
Impact
assessment for civil society development
and grassroots-based advocacy in Anandi,
India.
Journal
of
International
Development. Volume 17, Issue 2
March 2005 Pages 211–242.
Michael Sherraden. 2006. Aset untuk Orang
Miskin: Perspektif Baru Usaha
Pengentasan
Kemiskinan.
PT
RajaGrafindo Persada. Jakarta.
Gambar 7. Pelayanan Kesehatan
SIMPULAN
Michal Sznader, Lucyna Przezborska. 2004.
Identification of Rural and AgriTourism products and services.
Rocz. AR Pozn. CCCLIX, Ekon. 3:
165-177.
Dari paparan hasil pelaksanaan IbWdi
desa Songan A dan Songan B pada tahun-1,
maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai
berikut. Kegiatan IbW pada tahun 2016 telah
mampu menghasilkan : (1) rencana strategis
(Renstra) dan pemetaan wilayah,
(2)
281
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
Millind B Bhujbal. 2012. Agro-tourism A
Specialized
Rural
Tourism:
Innovative Product of Rural Market.
International Journal of Bussiness &
Management Tomorrow. Vol. 2
No:1
Supriatna, Tjahya, 2000, Strategi
Pembangunan Dan Kemiskinan,
Rineka Cipta, Jakarta
Sumodiningrat,
Gunawan,,
1999,
Pemberdayaan Masyarakat dan JPS,
PT Gramedia,Jakarta
282
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN PERANGKAT
PEMBELAJARAN BERBASIS KARAKTER BERDASARKAN
KURIKULUM 2013 PAUD BAGI GURU TK NEGERI PEMBINA DAN
TK CERIA ASIH SINGARAJA
I Made Tegeh, I Nyoman Jampel, Ketut Pudjawan, I Komang Sudarma, Nice Maylani
Jurusan Teknologi Pendidikan, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja
[email protected]
Abstract
The objectives of community service activity is increasing Negeri Pembina and Ceria Asih kindergarten
teacher’s knowledge and skill in development instructional device basic to 2013 Earlychildhood Curriculum. The
target audience involved in community service activity are 20 teachers in Negeri Pembina and 4 teachers Ceria
Asih Kindergarten. This activities covered two main activites such as general accompaniment and intensive
accompaniment. Teacher had scouted to make instructional device basic to character education and 2013
Earlychildhood Curriculum.
The result of assessment show that instructional device basic to character education and 2013
curriculum were good criteria in semester programme, very good criteria in week instructional plan, and very
good criteria in daily instructional plan. The mean of semester programme is 84.16,; week instructional paln is
85.5, and daily instructional plan is 88.
Key word: instructional device, character, earlychildhood
Abstrak
Tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan P2M ini adalah “meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guru TK
Negeri Pembina dan TK Ceria Asih Singaraja dalam mengembangkan perangkat pembelajaran berbasis karakter berdasarkan
Kurikulum 2013 PAUD”.
Khalayak sasaran yang akan dilibatkan dalam kegiatan P2M ini adalah para guru TK Negeri Pembina sebanyak 20
orang dan guru TK Ceria Asih sebanyak 4 orang. P2M ini akan dilaksanakan dalam bentuk pendampingan yang terdiri dari
dua tahap yaitu: tahap pertama, pendampingan umum terhadap 24 orang guru TK Negeri Pembina dan TK Ceria Asih
Singaraja tentang pengembangan perangkat pembelajaran berbasis karakter berdasarkan Kurikulum 2013 PAUD, serta tahap
kedua, pendampingan secara intensif kepada enam kelompok guru TK untuk mengembangkan perangkat pembelajaran dengan
tema dan subtema yang berbeda.
Berdasarkan hasil penilaian Tim P2M dapat diketahui bahwa hasil produk perangkat pembelajaran berbasis karakter
berdasarkan kurikulum 2013 PAUD berupa Program Semester berkriteria baik, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mingguan
berkriteria sangat baik, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian berkriteria sangat baik. Rerata nilai perangkat
pembelajaran Program Semester 84,16, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mingguan 85,5, dan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran Harian 88.
Kata kunci: perangkat pembelajaran, karakter, kurikulum, paud
PENDAHULUAN
Satuan atau program Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD) adalah layanan
PAUD yang dilaksanakan pada suatu
lembaga pendidikan dalam bentuk Taman
Kanak-kanak
(TK)/Raudatul
Athfal
(RA)/Bustanul Athfal (BA), Kelompok
Bermain (KB), Taman Penitipan Anak
(TPA), Satuan PAUD sejenis (SPS). Untuk
menjamin mutu pendidikan anak usia dini,
pemerintah
mengeluarkan
Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 137 tahun 2014
tentang Standar Nasional Pendidikan Anak
283
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
Usia Dini. Standar PAUD terdiri atas: (1)
Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan
Anak, (2) Standar Isi, (3) Standar Proses,
(3) Standar Penilaian, (4) Standar Pendidik
dan Tenaga Kependidikan, (5) Standar
Sarana dan Prasarana, (6) Standar
Pengelolaan, dan (7) Standar Pembiayaan.
Selain itu, sejak tahun pelajaran 2015/2016
pemerintah telah menerapkan Kurikulum
PAUD 2013.
Struktur Kurikulum PAUD 2013
merupakan
pengorganisasian
muatan
kurikulum, kompetensi inti, kompetensi
dasar, dan lama belajar. Berdasarkan
Kurikulum
PAUD
2013,
untuk
merencanakan pembelajaran satuan PAUD
menyusun program semester, rencana
pelaksanaan pembelajaran mingguan, dan
rencana pelaksanan pembelajaran harian.
Demikian pula TK sebagai bagian dari
PAUD diharapkan telah melaksanakan
Kurikulum PAUD 2013 atau Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan.
Berdasarkan hasil observasi pada
pertengahan Maret 2015 di TK Negeri
Pembina Singaraja diketahui bahwa guru
telah menerapkan Kurikulum PAUD 2013.
Menurut informasi dari salah satu guru TK
Negeri Pembina Singaraja, Ibu Putu
Sumpeni, S.Pd., sebelum menerapkan
kurikulum baru beberapa guru telah
diberikan pelatiahan. Guru yang telah
menerima pelatihan ditugaskan untuk
mengimbaskan
pengetahuan
dan
keterampilan yang diperoleh kepada guruguru lai yang tidak ikut pelatihan.
Permasalahan yang muncul adalah tidak
semua guru TK mengerti tentang
Kurikulum PAUD 2013.
Hasil wawancara dengan Kepala TK
Negeri Singaraja pada akhir Maret 2015,
Ibu Luh Sukraningsih, S.Pd. menunjukkan
bahwa dalam penerapan Kurikulum PAUD
2013, banyak guru TK yang belum
memiliki pengetahuan dan keteramplan
dalam
mengembangkan
perangkat
pembelajaran seperti membuat program
semesteran,
rencana
pelaksanaan
pembelajaran mingguan, dan rencana
pelaksanan pembelajaran harian. Demikian
pula keadaan yang sama terjadi di TK Ceria
Asih Singaraja. Dari empat guru yang ada
di TK Ceria Asih Singaraja, baru satu orang
yang pernah mengikuti pelatihan tentang
kurikulum PAUD 2013. Secara umum para
guru TK di TK Negeri Pembina Singaraja
dan TK Ceria Asih Singaraja belum
memiliki pengetahuan dan keterampilan
dalam menyusun dan mengembangkan
perangkat pembelajaran yang sesuai dengan
Kurikulum PAUD 2013.
Selain itu, permasalahan yang
dihadapi oleh guru TK di kedua TK tersebut
adalah kesulitan mengintegrasikan strategi
pendidikan karakter dalam perangkat
pembelajaran yang mereka kembangkan.
Untuk mengatasi permasalahan yang
dihadapi oleh para guru TK pada kedua TK
tersebut, maka perlu dilakukan kegiatan
P2M dalam bentuk pendampingan
pembuatan
perangkat
pembelajaran
berbasis karakter berdasarkan Kurikulum
PAUD 2013.
.
METODE YANG DITERAPKAN
P2M ini akan dilaksanakan dalam
bentuk pendampingan yang terdiri dari dua
tahap yaitu: tahap pertama, pendampingan
umum terhadap 24 orang guru TK Negeri
Pembina dan TK Ceria Asih Singaraja
tentang
pengembangan
perangkat
pembelajaran berbasis karakter berdasarkan
Kurikulum 2013 PAUD, serta tahap kedua,
pendampingan secara intensif kepada enam
kelompok guru TK untuk mengembangkan
perangkat pembelajaran dengan tema dan
subtema yang berbeda.
Evaluasi dilakukan terkait dengan
kualitas perangkat pembelajaran yang
dihasilkan oleh para guru peserta P2M.
Perangkat pembelajaran yang dirancang
oleh para guru TK adalah program
semester,
rencana
pelaksanaan
pembelajaran mingguan, dan rencana
pelaksanan pembelajaran harian. Pada akhir
pendampingan secara intensif, setiap
kelompok diminta untuk menyerahkan
284
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
produk perangkat pembelajaran yang
dihasilkan untuk dinilai. Instrumen yang
digunakan untuk menilai produk perangkat
pembelajaran adalah lembar penilaian
produk. Lembar Penilaian Produk I untuk
menilai program semester, Lembar
Penilaian Produk II untuk menilai rencana
pelaksanaan pembelajaran mingguan, dan
Lembar Penilaian Produk III untuk menilai
rencana pelaksanaan pembelajaran harian.
berupa program semester, rencana
pelaksanaan pelaksanaan pembelajaran
mingguan, dan rencana pelaksanaan
pembelajaran harian.
HASIL PENGABDIAN
Kegiatan pendampingan umum
dilaksanakan pada hari Sabtu, 23 April
2016 di Aula TK Negeri Pembina
Singaraja,
Kecamatan
Buleleng,
Kabupaten Buleleng. Para guru TK di
Kecamatan Buleleng yang hadir berjumlah
24 orang. Undangan yang hadir terdiri atas
dua orang pengawas dan Ketua Unit
Pelaksana Pendidikan (UPP) Kecamatan
Buleleng. Kegiatan Pengabdian kepada
Masyarakat dibuka oleh Ketua UPP
Kecamatan Buleleng, Wayan Duduk, S.Pd..
Gambar 3 Peserta Bekerja Kelompok dalam
Pendampingan Umum
Kegiatan Pendampingan Umum
dilaksanakan dalam waktu satu hari. Materi
yang diberikan adalah pembuatan perangkat
pembelajaran sesuai kurikulum PAUD
2013 berbasis karakter. Para guru TK diberi
contoh
cara
pembuatan
perangkat
pembelajaran. Selanjutnya setiap kelompok
mengerjakan perangkat pembelajaran
dengan tema yang berbeda.
Gambar 1. Tim P2M Memberikan Materi
dalam Pendampingan Umum
Produk yang dihasilkan dalam
kegiatan ini adalah perangkat pembelajaran
285
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
Gambar 2 Guru Mendiskusikan Perangkat
Pembelajaran yang Dikerjakan
cakupan rumusan tema dan subtema,
kesesuaian kompetensi dasar dengan tema
dan subtema, dan ketepatan alokasi waktu
yang dirancang dalam satu semester.
Perangkat pembelajaran berupa
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran
Mingguan (RPPM) dinilai dengan lembar
penilaian N2. Lembar penilaian ini terdiri
atas enam indikator, yakni (1) kelengkapan
identitas RPPM, (2) kesesuaian subtema
dan materi, (3) kejelasan rencana kegiatan,
(4) variasi kegiatan pada rencana kegiatan,
(5) kesesuaian materi dan rencana kegiatan,
dan (6) ketepatan dan kerapian pengetikan.
Berdasarkan penilaian terhadap RPPM
yang dibuat oleh enam kelompok, tiga
kelompok mendapatkan nilai 85 ke atas
(berkategori sangat baik) dan tiga kelompok
mendapat nilai kurang dari 85 (berkategori
baik). Rata-rata nilai produk perangkat
pembelajaran RPPM adalah 85,5. Hal ini
secara umum perangkat pembelajaran
RPPM yang dihasilkan oleh para guru TK
Negeri Pembina Singaraja dan TK Ceria
Asih Singaraja berada pada kategori sangat
baik. Aspek penilaian atau indikator yang
paling kelihatan kelemahannya adalah
aspek keempat, yaitu variasi kegiatan pada
rencana kegiatan. Hal yang menyebabkan
kelemahan pada indikator keempat adalah
kebiasaan guru dalam mengerjakan RPPM
mencontoh karya yang sudah ada, sehingga
tidak menuangkan kreativitas atas prakarsa
sendiri.
Selanjutnya adalah hasil penilaian terhadap
perangkat pembelajaran berupa Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH).
Terdapat 11 indikator untuk menilai RPPH.
Kesebelas indikator tersebut terdiri atas (1)
kelengkapan materi, (2) kejelasan materi,
(3) kesesuaian alat dan bahan, (4) kejelasan
kegiatan pembukaan, (5) kejelasan kegiatan
inti, (6) kejelasan kegiatan recalling, (7)
kejelasan kegiatan istirahat, (8) kejelasan
kegiatan penutup, (9) kejelasan unsur
karakter dalam RPPH, (10) kemenarikan
proses pembelajaran, dan (11) pengetikan
dan kerapian RPPH. Hasil penilaian RPPH
menunjukkan hasil yang sangat memuaskan
Dalam
Pendampingan
Umum
ditentukan
enam
kelompok
untuk
selanjutnya didampingi secara intensif
dalam
mengembangkan
perangkat
pembelajaran. Keenam kelompok tersebut
terdiri atas lima kelompok dari TK Negeri
Pembina Singaraja dan satu kelompok dari
TK Ceria Asih Singaraja. Kelima tim P2M
secara bergantian mendampingi para guru
TK
mengembangkan
perangkat
pembelajaran di TK masing-masing.
Gambar 4 Anggota Tim P2M Berkunjung
ke TK Mitra
PEMBAHASAN HASIL
Pada lembar penilaian Program
Semester (lembar penilaian N1) terdapat
delapan aspek pokok yang dinilai, yaitu: (1)
kelengkapan identitas program semester,
(2) kejelasan dan kelengkapan cakupan
rumusan tema dan subtema, (3) ketepatan
kompetensi dasar yang dipilih, (4)
kesesuaian kompetensi dasar dengan tema
dan subtema, (5) kesesuaian alokasi waktu
dengan subtema dan kompetensi dasar, (6)
ketepatan alokasi waktu yang dirancang
dalam satu semester, (7) ketepatan dan
kerapian pengetikan, dan (8) kerapian dan
keindahan tampilan fisik program semester.
Di antara delapan aspek penilaian tersebut,
ada tiga aspek yang secara umum
berkriteria baik. Ketiga aspek tersebut
adalah aspek kejelasan dan kelengkapan
286
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
karena seluruh indikator telah memenuhi
kriteria yang telah ditetapkan. Keenam
kelompok telah merancang RPPH dengan
sangat baik. Rerata nilai RPPH yang dibuat
oleh keenam kelompok adalah 88,00.
Tampaknya setiap kelompok bersaing
secara positif untuk mengerjakan RPPH
sebaik mungkin, sehingga hasilnya
berkategori sangat baik.
Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui bahwa
hasil penilaian Tim Pengabdian Kepada
Masyarakat, dari ketiga produk perangkat
pembelajaran
yang
dihasilkan
dua
berkriteria sangat baik dan satu berkriteria
baik. Secara umum ketiga jenis produk yang
dihasilkan oleh keenam kelompok memiliki
nilai rerata 84,16 untuk Program Semester;
85,8 untuk RPPM, dan 88 untuk RPPH. Hal
ini menunjukkan bahwa secara kuantitatif
hasil produk perangkat pembelajaran yang
dihasilkan oleh para guru TK dalam
kegiatan P2M berkriteria baik dan sangat
baik. Pembuatan Program Semester perlu
ditingkatkan lagi agar dapat meraih kriteria
sangat baik.
perangkat pembelajaran Program Semester
84,16, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Mingguan 85,5, dan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran Harian 88.
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak
Usia Dini. 2011. Petunjuk Teknis
Penyelenggaraan Taman Kanakkanak. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Anak Usia Dini,
Nonformal, dan Informal.
Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak
Usia Dini. 2011. Petunjuk Teknis
Penyelenggaraan Taman Kanakkanak. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Anak Usia Dini,
Nonformal, dan Informal.
Lickona, T. 1996. Eleven Principles of
Effective
Character
Education.
Journal of Moral Education.1, 1996,
pp.93-94.
Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 84 tentang Pendirian Satuan
Pendidikan Usia Dini.
SIMPULAN
Kegiatan P2M ini mencakup dua
kegiatan pokok, yakni Pendampingan
Umum dan Pendampingan Intensif atau
khusus. Kegiatan Pendampingan Umum
diikuti oleh para guru TK di Kota Singaraja
yang berjumlah 24 orang. Kegiatan
Pendampingan Intensif difokuskan kepada
enam kelompok guru TK yang meliputi
lima kelompok guru pada TK Negeri
Pembina Singaraja dan satu kelompok guru
TK Ceria Asih Singaraja. Setiap kelompok
terdiri atas empat orang anggota kelompok.
Berdasarkan hasil penilaian Tim
P2M dapat diketahui bahwa hasil produk
perangkat pembelajaran berbasis karakter
berdasarkan kurikulum 2013 PAUD berupa
Program Semester berkriteria baik,
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran
Mingguan berkriteria sangat baik, dan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian
berkriteria sangat baik. Rerata nilai
Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor
137
tentang
Standar
NasionalPendidikan Anak Usia Dini..
Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 146 tentang Kurikulum 2013
Pendidikan Anak Usia Dini.
Undang-Undang
Republik
Indonesia
Nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem
Pendidikan
Nasional.
Bandung: Fokusmedia.
Zuchdi, Darmiyati, Anik Ghufron, Kastam
Syamsi, dan Muhsinatun Siasah
Masruri.
2014.
Pemetaan
Impelmentasi Pendidikan Karakter
di SD, SMP, dan SMS di Kota
Yogyakarta. Jurnal Pendidikan
Karakter, Tahun IV, Nomor 1,
287
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
Lembaga
Pengembangan
dan
Penjaminan
Mutu
Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta.
288
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
IBPE-KERAJINAN ART-GLASS DI BELEGA-GIANYAR PROVINSI
BALI
Ida Bagus Putu Mardana1
1Jurusan
Pendidikan Fisika FMIPA UNDIKSHA;
Email: [email protected]
ABSTRACT
Glass-art crafts in the village Belega-Gianyar Bali province is a productive enterprise-economy run by two SMEs,
namely SME Wistaswari Art Glass and Inti Bali Glass. The art of glass-art products made of glass as raw
materials. Production of glass-art items produced include: bottles, glass plates, cups and bowls, fitting flowers
plants, as well as souvenirs with different shapes, sizes, designs, and artistic sent in the domestic and export
markets. Although he was able to penetrate the export market, but the profit margin and the level of welfare of
workers less favorable. This is caused by the system of business management from upstream to downstream is still
conventional. Efforts to solve performed in program IbPE are (1) creating ergonomic work station and transfusion
science and technology into SMEs Wistaswari Art Glass and SME Inti Bali Glass, which deals with technology
washing, melting, blowing, sandblasting, coloring, packaging, and marketing, and (2) capaciting staff master the
competencies of SMEs in business management, administrative, financial, and safety-art glass production business
professionals with the support of ICT. Target outcomes resulting from program IbPE are (1) the establishment of
two units of machine washing glass with mechanical systems automatically, (2) 2 reactor controlable glass furnace
, (3) the diversification of products with artistic design multicolor glass-art creative and innovative, (4) improving
the competence of production processes, management and business marketing craft of glass-art for managers of
SMEs Wistaswari Art Glass and Inti Bali Glass with the support of ICT technology, (5) increased security, safety,
occupational health and ergonomically, (6) the standardization (SNI) glass-art products, and (7) scientific
publications.
Keywords: IbPE, Glass-art, SMEs, Wistaswari Art Glass, Inti Bali Glass
ABSTRAK
Kerajinan Glass-art yang ada di desa Belega-Gianyar provinsi Bali merupakan usaha produktif-ekonomi yang
dikelola oleh 2 UKM, yakni UKM Wistaswari Art Glass dan UKM Inti Bali Glass. Produk seni glass-art dibuat
dari kaca sebagai material bahan baku. Item produksi glass-art yang dihasilkan meliputi: botol, piring gelas,
cangkir dan mangkok, pas bunga/tanaman, serta cendramata dengan berbagai bentuk ukuran, desain, dan artistik
yang dikirim di pasar domestik dan ekspor. Meskipun sudah mampu menembus pasar ekspor, namun margin
keuntungan dan tingkat kesejahteraan buruh relatif belum optimal. Hal ini disebabkan oleh sistem pengelolaan
usaha dari hulu sampai hilir masih konvensionalUpaya pemecahan yang dilakukan dalam program IbPE ini adalah
(1) mewujudkan stasiun kerja yang ergonomis dan melakukan transfusi ipteks ke dalam UKM Wistaswari Art
Glass dan UKM Inti Bali Glass, yang berkaitan dengan teknologi washing, melting, blowing, sandblasting,
coloring, packaging, dan marketing, dan (2) mengkapasitasi staf UKM dalam menguasai kompetensi managemen
usaha, administrasi, finansial, dan keselamatan kerja usaha produksi glass-art yang profesional dengan dukungan
ICT. Target luaran yang dihasilkan dari program IbPE ini adalah (1) terwujudnya 2 unit mesin washing kaca
dengan sistem mekanik otomatis, (2) 2 reaktor “controlable glass furnace”, (3) diversifikasi produk dengan desain
artistik multicolor glass-art yang kreatif dan inovatif, (4) peningkatan kompetensi proses produksi, managemen
dan pemasaran usaha kerajinan glass-art bagi pengelola UKM Wistaswari Art Glass dan Inti Bali Glass dengan
dukungan teknologi ICT, (5) peningkatan keamanan, keselamatan, dan kesehatan kerja secara ergonomis, (6)
standarisasi (SNI) produk glass-art, dan (7) publikasi ilmiah.
Kata kunci: IbPE, Glass-art, UKM, Wistaswari art glass, Inti Bali glass
289
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
PENDAHULUAN
ornament untuk mempercantik tata ruang
hotel, kantor, perumahan, dan cindremata,
yang sangat berpotensi ekspor untuk
menghasilkan devisa, mata pencaharian dan
sumber kehidupan masyarakat di Belega dan
sekitarnya. Item produksi glass-art yang
dihasilkan meliputi: botol, piring gelas,
cangkir dan mangkok, pas bunga/tanaman,
pohon aquarium, serta cendramata dengan
berbagai bentuk ukuran dan desain.
Pulau Bali yang dikenal sebagai daerah
seni dan tujuan wisata nasional maupun
internasional memiliki beraneka ragam
bentuk kerajinan seni, seperti kerajinan ukir,
kerajinan anyaman, kerajinan seni bambu,
kerajinan seni lukisan, kerajinan art-glass,
dan lain sebagainya. Produk seni kerajinan
ini telah menopang pilar kepariwisataan Bali
dalam
menggerakan
perekonomian
masyarakat Bali. Sentra-sentra usaha
kerajinan (handycraft) ini tersebar di tiap
kabupaten yang ada di Pulau Bali. Handy
Craft ini sebagian besar merupakan UMK
(Usaha Mikro Kecil) dalam bentuk Home
Industry berbasis ekonomi kerakyatan.
Salah satu kerajinan seni yang mulai
bersemai di Bali adalah kerajinan art glass
yang ada di desa Belaga-Gianyar, provinsi
Bali. Pesatnya pertumbuhan UMK dibidang
kerajinan (handy craft) ternyata tidak diikuti
dengan peningkatan kualitas, kuantitas serta
pegetahuan di bidang teknologi dan
manajemen dari pengelola usaha kerajinan
tersebut.
Kerajinan Glass-art yang ada di desa
Belega-Gianyar merupakan usaha produktif
yang dikelola oleh 2(dua) UKM, yakni
UKM Wistaswari Art Glass dan UKM Inti
Bali Glass. Pengembangan usaha kerajinan
gelas seni (glass-art) pada awalnya timbul
akibat efek imbas dari eskalasi usaha
kerajinan bambu, dimana produk glass-art
digunakan sebagai ornament artistik dalam
pajangan produk seni bambu. Pada awalnya
produk kerajinan seni kaca Wistaswari Art
Glass dan Inti Bali Glass digunakan sebagai
substasi dekoratif dalam paket produk
kerajinan bamboo dan rontal, kemudian
berkembang menjadi produk seni unik yang
banyak diminati kolektor sebagai produk
karya seni dan atau digunakan sebagai item
Gambar 1. Usaha Kerajinan Glass-Art
Produk seni glass-art dibuat dari kaca
sebagai material bahan baku seperti pecahan
kaca, botol bekas, toples atau apa saja yang
berbahan kaca. Bahan baku tersebut
dibersihkan dari bahan kontaminan, dicuci
hingga bersih dan dilebur dalam tungku
pemanas bersuhu 1.500-2000 derajat
Celcius selama 24 jam. Setelah benar-benar
meleleh, selanjutnya kaca itu dibentuk
sesuai dengan keinginan. Bahan baku dasar
(material kaca) glass-art diperoleh dari
limbah kaca toko kaca, dan limbah
kaca/botol gelas yang dikumpulkan
pemulung di seluruh Bali. Dari hasil
wawancara dengan Nyoman Widiarsa dan
Wayan Sudiarsa, pendiri UKM, diperoleh
informasi bahwa limbah kaca dari toko
dibeli Rp 800.000/colt, sedangkan dari
pemulung dibeli limbah kaca Rp 1500/botol.
Bahan baku dari limbah kaca dan pemulung
sebagian besar masih kotor. Proses
pencucian dan pembersihan bahan baku
masih dilakukan secara manual dengan
290
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
melibatkan manusia, sehingga banyak
melibatkan tenaga murah dan ongkos
pencucian yang tinggi. Bila terjadi order
dalam jumlah besar, maka suplei bahan baku
disubsidi dari pembelian kaca original dari
toko-toko kaca, dengan biaya yang relatif
tinggi. Bahan pendukung lain dalam proses
produksi art glass adalah: gas oksigen dan
gas
LPG,
cat
dan
sebagainya.
Peralatan/perkakas
produksi
yang
digunakan selama ini terdiri dari: tungku
pembakaran, mesin bor bangku, gerinda
bangku, gerinda potong, kompresor dan
sebagainya.
Proses produksi kerajinan glass-art
dilakukan secara konvensional, yakni (1)
proses pelelehan (melting) bahan baku kaca
dilakukan dengan tungku pemanas yang
tidak dilengkapi dengan control suhu dan
aliran oksigen; (2) proses kreasi pembentuk
desain mengacu pada model yang sudah
ada, yang dilakukan secara mekanik sesuai
dengan tingkat keahlian buruh, tanpa
menggunakan alat-alat keamanan dan
kesehatan, seperti sarung tangan, penutup
mulut dan pelindung kaca mata, sehingga
berpotensi mengancam kesehatan dan
keselamatan tenaga kerja. Tungku pemanas
(glass-furnace) yang ada di setiap UKM
hanya 2 unit. Terbatasnya jumlah unit
furnace ini, menurut penuturan Nyoman
Widiarsa dan Wayan Sudiarsa, selalu
menghambat
kelancaran
produksi,
khususnya pada waktu beban produksi
overload saat order maksimum. Produk
glass-art belum diberikan aksesori pewarna
multicolor. Produk glass-art yang dihasilkan
masih klasik dan tradisional, yang hanya
mengedepankan warna asli bahan baku dan
campuranya, pedahal ada permintaan dari
costumer luar negeri yang menginginkan
glass-art kontemporer dengan sentuhan
aksesori seni pewarna suplemen, (3) proses
packaging menggunakan serabut kertas,
yang sangat berpotensi pecahnya glass-art
dalam pengiriman. Kedua UKM in masih
kesulitan dalam pengadaan media pakacging
dari gabus/spon atau media lainnya,
sehingga dapat menghindari pecahnya
produk gelas bernilai mahal. (Cecilia Cohen,
2011; Clair Ivan Colvin, 2008)
Kondisi stasiun kerja pada UKM
Wistaswari Art Glass dan UKM Inti Bali
Glass relatif sempit, mengkover area seluas
1,5 ha, dengan konfigurasi tidak beraturan
sehingga aliran bahan/material dalam proses
produksi kurang efisien. Faktor-faktor
keselamatan kerja belum dilaksanakan
dengan baik sesuai dengan standar
kelayakan kerja dimana proses kerja
kerajinan ini sebagian besar menggunakan
perkakas dengan risiko bahaya kecelakaan
yang relatif tinggi seperti tabung gas asetilin
yang bersifat mudah terbakar (flameable)
dan bisa meledak (explosive) tidak
ditempatkan diruangan khusus, malah
posisinya didekat proses pembakaran yang
mengeluarkan api dan panas yang cukup
tinggi. Proses coloring dan blasting glass
masih dilakukan di ruangan yang terbuka
sehingga mencemari udara di lingkungan
sekitarnya.
Produksi glass-art UKM Wistaswari Art
Glass dan UKM Inti Bali Glass meliputi
berbagai desain, bentuk, tipe, ukuran,
sentuhan artistik art glass. Permintaan glassart yang paling banyak adalah item botol,
mangkok, cangkir, gelas, piring untuk
memenuhi kebutuhan hotel. Kapasitas
produksi usaha ini mencapai 60-75 pcs
produk per hari dengan nilai investasi sekitar
Rp.80.000.000,00. Pemasaran produksi
glass art Wistaswari Art Glass dan Inti Bali
glass masih terbatas pada pemasaran lokal
dan pesanan dari supplier/vendor. Daya beli
konsumen lokal relatif kurang, karena
291
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
kebutuhan akan barang-barang dari bahan
baku gelas relatif rendah untuk keperluan
aktivitas kehidupan masyarakat Bali.
Sebagian besar produksi glass-art diminati
konsumen dari praktisi perhotelan lokal dan
manca negara, sebagai barang koleksi
bernilai seni dan piranti perkantoran dan
perhotelan. Dari hasil wawancara dan
penelusuran dokumen terhadap catatan
cash-flow keuangan kedua UKM ini,
menunjukkan bahwa rata-rata omzet
penjualan produksi glass art Wistaswari Art
Glass dan Inti Bali Glass sebesar 70-90
juta/bulan. Biaya produksi yang diperlukan
rata-rata 65-75 juta/bulan, sehingga neto
keuntungan kotor yang diperoleh hanya 1015 juta/bulan. Jumlah buruh yang bekerja di
masing-masing usaha glass art tersebut
sebanyak 10 orang, maka penghasilan buruh
setiap bulan rata-rata 1,2-2,0 juta/bulan,
dengan jam kerja 8 jam/hari. Penghasilan ini
masih kecil bila dibandingkan dengan
penghasilan yang diperoleh pengrajin lain,
yang hampir mencapai 1,5-3 juta/bulan.
Untuk meningkat generate revenue dan
keuntungan dari UKM Wistaswari Art Glass
dan Inti Bali Glass nampaknya peningkatan
kualitas bahan baku, produksi, promosi dan
pemasaran merupakan permasalahan yang
perlu diupayakan pemecahannya.
Tidak ada hubungan kekerabatan dan
kekeluargaan dari UKM Wistaswari Art
Glass dan Inti Bali Glass, dimana masingmasing memiliki managemen sendirisendiri. UKM Wistaswari Art Glass dan Inti
Bali Glass merupakan usaha yang samasama bergerak di bidang kerajinan glass-art.
Ditinjau dari sisi perolehan bahan baku, dan
proses produksi, kedua UKM ini secara
kooperatif bersinergi satu sama lain,
terutama terkait dalam kebutuhan pasokan
bahan baku, sharing sumber daya/tenaga
kerja, dan peralatan. Tetapi dari sisi desain
UKM Wistaswari Art Glass lebih condong
pada desain yang disukai kostumer Eropa,
Amerika dan Timur Tengah, tetapi UKM
Inti Bali Glass lebih condong pada desain
yang disukai kostumer Asia, Cina dan
Jepang. Meskipun demikian, bila terjadi
pemesanan yang berlebihan di satu UKM,
maka sharing produksi dilakukan antara
kedua UKM ini, sehingga dapat memenuhi
dan menepati target waktu pemesanan
kostumer, dengan proporsi yang telah
disepakati sebelumnya.
Dari sisi promosi dan pemasaran
komoditas glass-art, UKM Wistaswari Art
Glass dan Inti Bali Glass sering mengikuti
pameran(showroom) di tingkat lokal
maupun nasional baik yang dilakukan atas
prakarsa sendiri ataupun undangan dari
instansi tertentu secara bergantian dengan
materi yang dipamerkan tetap karya produk
glass-art yang dihasilkan masing-masing
UKM. Dari pengakuan kedua UKM ini
belum pernah melaksanakan gelar produk
seni di tingkat internasional.
Bahan baku gelas kaca (glass-art) yang
diperoleh dari toko kaca dan pemulung,
sebagian masih terkontaminasi kotoran, dan
harus
dibersihkan
sehingga
tidak
mengganggu proses produksi. Proses
pencucian dan pembersihan masih dilakukan
secara manual dengan durasi waktu yang
lama dan melibatkan tenaga kerja pencuci
yang banyak. Pada fase washing ini,
merupakan permasalahan produksi yang
disadari oleh kedua UKM, karena tidak
efektif dan efisien, dari sisi penggunaan air,
pembersih, dan tenaga kerja, sehingga
menggangu rantai produksi berikutnya,
yakni melting dan blowing. Mengingat
tungku pembakaran (furnace) selalu dalam
keadaan nyala (on) pada suhu leleh kaca,
ketidaktersediaan bahan baku akan
292
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
menimbulkan loss-cost produksi, karena gas
LPG dan O2 akan terbuang dengan percuma.
Bahan baku limbah kaca yang sudah
dibersihkan, kemudian dirubah menjadi
butiran serbuk kaca yang diproses secara
mekanik, kemudian dilakukan proses
pelelehan pada tungku (furnace) yang masih
konvensional, karena tidak dilengkapi
dengan kontrol suhu untuk pengaturan
temperatur dan aliran gas LPG ke dalam
tungku pembakaran (uncontrolable glass
furnace), sehingga kualitas lelehan kaca
yang dihasilkan tidak dapat terjaga dengan
baik. Tungku pembakaran yang dimiliki
Wistaswari Art Glass dan Inti Bali Glass
jumlahnya masing terbatas, yakni hanya 2
tungku furnace. Minimnya jumlah tungku
pembakaran
sering
menghambat
ketercapaian
target
produksi
dari
kesepakatan waktu yang telah disepakati
dengan kostumer. Dalam satu hari, dua
pasangan buruh hanya mampu memproduksi
5-10 barang glass art. Terbatasnya jumlah
tungku merupakan kendala produksi yang
dihadapi UKM Wistaswari Art Glass dan
Inti Bali Glass, yang sering menimbulkan
komplain dari costumer/suplier.
Kawasan utama yang menjadi area
produksi UKM Wistaswari Art Glass dan
Inti Bali Glass cukup sempit (seluas 1,5 are),
dengan konfigurasi stasiun kerja yang
kurang ergonomis sering menimbulkan
suasana kerja yang tidak sehat, aman dan
nyaman. Hasil wawancara dengan buruh
kedua UKM terungkap bahwa mereka sering
merasa cepat lemas dan lelah, bahkan
terkadang jatuh sakit akibat kurangnya
asupan udara segar, berserakannya pecahan
kaca, tingginya temperatur pembakaran
furnace, dan minimnya asupan nutrisi. Dari
catatan kehadiran buruh, banyak tenaga
yang cuti, karena alasan sakit dan kelelahan.
Tentu hal ini dapat menurukan produktivitas
UKM, apalagi saat order art glass dalam
kondisi optimal.
Dari sisi desain dan pewarnaan artistik,
produk seni gelas yang dihasilkan
Wistaswari Art Glass dan Inti Bali Glass
masih nampak monoton, kurang mampu
menangkap selera konsumen untuk trend
produk yang diminati costumer, seperti
pemberian sentuhan warna gelas baik yang
diberikan secara manual-artifisial melalui
lukisan tangan maupun melalui proses kimia
dengan peleburan (melting). Improvisasi
dalam teknik pewarnaan dan desain akan
memberikan sosok produk seni glass art
yang dapat menggoda costumer untuk
membeli dan mengoleksi (James McKelvey,
2006; Thomas Bolas, 2008). Hal ini akan
dapat meningkatkan nilai jual produk
kerajinan kaca glass art Wistaswari Art
Glass dan Inti Bali Glass di Belega-Gianyar.
Saat ini, perwarnaan art glass hanya terbatas
pada pencampuran bahan dasar kaca warna
netral dengan kaca berwarna melalui proses
pelelehan (melting), belum ada upaya untuk
menginfiltrasi warna gelas dengan zat kimia
pada saat proses pelelehan.
Mengacu pada analasis situasi tersebut,
permasalahan utama yang dihadapi mitra
usaha kerajinan glass-art adalah (1) kawasan
utama produksi art glass relatif sempit (1,5
are) dengan konfigurasi stasiun kerja yang
tidak ergonomis kurang menjamin kesehatan
dan keselamatan kerja, sangat berpotensi
mengancam produktivitas karyawan dan
kuantitas/kualitas komoditas art glass yang
dihasilkan UKM Wistaswari Art Glass dan
Inti Bali Glass, (2) suplei bahan baku yang
kurang lancar dan terkontaminasi kotoran
belum bisa langsung diolah dalam proses
produksi. Bahan baku glass-art yang
diperoleh dari kelompok pemulung dan toko
kaca harus dibersihkan dulu agar dalam
proses melting, kotoran tidak ikut melebur
293
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
dan bersatu dengan lelehan kaca yang
berakibat
cacat
produksi.
Proses
pembersihan bahan baku yang masih
dilakukan
secara
manual
sering
menghambat kelancaran produksi glass-art,
(3) penerapan iptek dalam sistem produksi
glass-art, khususnya pada fase melting dan
fase blowing kaca masih menggunakan
tungku pembakaran (furnace) yang tidak
dapat memiliki kemampuan mengontrol
suhu maupun asupan bahan bakar gas
(uncotrolable furnace reactor) sehingga
boros energi. Gas oksigen dan gas LPG yang
dialirkan ke tungku yang tidak terkontrol
secara otomatis pada level suhu tertentu,
akan terbuang percuma dan panas berlebih
akan berpotensi merusak material glass-art
(Clair Ivan Colvin. 2008), (4) diversifikasi
produk glass-art masih bersifat monoton,
baik dari segi desain, pewarnaan dan
sentuhan artitistik sehingga kurang memiliki
nilai jual yang tinggi, (5) dalam proses
produksi, tenaga kerja UKM Wistaswari Art
Glass dan Inti Bali Glass belum
memperhatikan keselamatan kerja yang
baik, terutama proteksi terhadap polusi,
debu, uap panas yang dapat membayakan
kesehatan, serta penanganan pembuangan
limbah produksi yang tidak ramah
lingkungan, (6) managemen usaha masih
menggunakan managemen keluarga dengan
sistem pembukuan(administrasi)
yang
kurang memperhatikan kaidah usaha yang
professional. Kurangnya pemahaman tentang
pengelolaan anggaran, cash-flow keuangan,
akuntansi biaya produksi, administrasi perpajakan,
ekspor-impor, packing produk sering berdampak
sistemik UKM Wistaswari Art Glass dan Inti
Bali Glass, yang dapat menuai komplain dari
costumer/vendor, (7) pemasaran produksi
kerajinan glass-art bersandar pada segmen
pasar lokal dan global, yang sangat
bergantung pada pesanan supplier/vendor.
Mitra belum memiliki media pemasaran
melalui jaringan internet (e-commerce), dan
atau panetrasi pasar melalui artshop/outlet
sendiri.
Upaya pemecahan yang dapat diusulkan
adalah memperbaiki kawasan dan stasiun
kerja yang lebih representatif dan
ergonomis, dan melakukan transfusi IPTEK
ke dalam UKM Wistaswari Art Glass dan
UKM Inti Bali Glass, sekaligus melakukan
pemberdayaan
terhadap
semua
staf/karyawan pada kedua UKM tersebut
sehingga dapat melakukan pengelolaan
usaha
glass-art
secara
profesional.
Perancangan tempat kerja sangat penting
diperhatikan dalam proses produksi agar
semua faktor yang terlibat dalam proses
produksi berada dalam satu garis koordinasi
sesuai dengan karakter manusia, kapasitas
dan keterbatasan terhadap desain pekerjaan,
mesin, sistem dan ruangan serta lingkungan
kerja. Dengan demikian diharapkan pekerja
dapat bekerja dengan aman, nyaman, sehat
dan efisien (Manuaba, 2004).
Produk teknologi sebagai bentuk solusi
yang
ditawarkan
dalam
mengatasi
permasalahan UKM Wistaswari Art Glass
dan UKM Inti Bali Glass adalah (1)
perluasan dan penataan kawasan utama
produksi art glass yang ergonomis, (2)
perancangan dan pembuatan instalasi
pembakaran yang dapat dikontrol secara
digital (controlable glass-furnace) untuk (a)
mengendalikan aliran gas LPG dalam
pembakaran, (b) suhu untuk mengatur range
suhu reaktor yang diingini, dan (c) timer,
untuk mengatur interval waktu pembakaran;
(3) Pemberdayaan pengelola UKM melalui
pelatihan/pendampingan dalam pembuatan
glass-art
inovatif
dengan
tampilan
multiwarna yang dilabel dengan aksesori
lukisan kaca unik gaya lukisan desa Depeha;
(4) eskalasi sentuhan artistic pada glass-art
294
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
dengan mentransfusi teknologi seni patri
pada kaca, (5) magemen produksi yang
efektif dan efisien, (6) kesehan dan
kelamatan kerja, (7) perancangan dan
pembuatan Web (e-commerce) pemasaran
on line glass-art bagi kedua UKM tersebut.
Difusi teknologi dalam furnacing bahan
baku kaca dilakukan dengan memodifikasi
tungku pembakaran yang sudah ada di kedua
UKM tersebut dengan sistem control aliran
gas elpiji dalam pembakaran bertolak dari
suhu dan lama waktu pembakaran yang
diperlukan, beserta sistem pembuangan gas
pembakaran untuk mengurangi polusi.
Kondisi awal tungku pembakaran UKM
glass-art di Belega-Gianyar hanya sematamata proses pembakaran tradisional,
sehingga sering tidak efektif dan efisien dan
sangat berdampak pada tingginya ongkos
produksi, karena pemborosan penggunaan
gas LPG dan waktu pembakaran. Kontrol
temperatur, waktu dan aliran gas elpiji dapat
dilakukan secara elektronik yang dapat
bekerja secara otomatis, sesuai dengan
perintah yang telah diprogramkan.
Produk glass art yang dihasilkan UKM
Wistaswari Art Glass dan UKM Inti Bali
Glass dapat dilakukan proses artistik dengan
efek dekoratif pewarnaan melalui: (1) proses
pelelehan zat pewarna (melting-coloring
process); dan (2) proses melukis glass secara
manual dengan zat pewarna. Cara meltingcoloring process merupakan cara sederhana
untuk mendapatkan efek color dari glass-art
dengan mencampur bahan baku kaca dari
warna yang berbeda, kemudian dilakukan
peleburan sedemikian rupa, sehingga terjadi
pencampuran warna secara artifisial. Efek
warna yang muncul hanya kombinasi dari
warna dasar bahan baku, dan intensitas dan
kecerahannya dapat diatur secara mekanik
saat proses pelelehan. Proses pewarnaan ini
relatif sulit untuk dapat memunculkan
gambar atau bentuk lukisan. Maka dari itu,
untuk dapat memunculkan tampilan gambar,
maka produk gelas-art yang sudah terbentuk
dilukis dengan zat kimia tertentu, kemudian
dibakar lagi, untuk menyatu-leburkan warna
lukisan dengan gelas pada suhu tertentu,
sehingga warna lukisan dapat menyatu
dengan warna bahan dasar, dan menawarkan
teknologi lukisan pateri pada gelas kaca
untuk produk lukisan glass-art yang
menampilkan warna artistik original.
Di sisi yang lain, proses dekoratif untuk
mengartistik produk glass-art dapat
dilakukan dengan melukis langsung glassart dengan zat kimia pewarna tanpa perlu
proses pembakaran. Salah satu style lukisan,
dimana kaca menjadi media kanvas yang
sangat disenangi costumer/colector adalah
gaya lukisan Depeha, yang menonjolkan
gambar tokoh-tokong pewayangan dan
patra-patra Bali yang sangat dikagumi di
manca negara.
METODE
Masalah
prioritas
yang
harus
dikedepankan dalam memperbaiki kinerja
UKM Wistaswari Art Glass dan UKM Inti
Bali Glass adalah (1) penataan area produksi
yang ergonomis, (2) penyediaan peralatan
yang bersifat urgen dan esensial dalam
proses produksi, seperti penyiapan bahan
baku, tungku pembakaran, dan alat finishing,
dan (3) pengkapasitasan sumber daya
manusia (staf dan karyawan) untuk
menguasai kompetensi standar dalam proses
produksi komoditas art glass secara
humanis
dengan
metode
PALS
(Participatory Action Learning System).
Prinsip dasar dari model PALS adalah
pelibatan komunitas pengrajin glass-art
dalam proses pembelajaran aktif partisipan
dalam program aksi proses produksi dan
295
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
pemasaran glass-art sehingga membentuk
suatu sistem interaksi pembelajaran
komunitas secara partisipatif, baik secara
personal maupun komunal dalam usaha
kerajinan glass-art, seperti ditunjukkan pada
gambar 2.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegiatan program hibah Ipteks bagi
Produk Ekspor (IbPE) dilaksana di 2(dua)
UKM mitra, yakni UKM Wistaswari Art
Glass dan Inti Bali Glass yang berlokasi di
desa
Belega
kecamatan
Blahbatuh
kabupaten Gianya Provinsi Bali adalah
sebagai berikut.
(1)
Kegiatan awal IbPE
adalah koordinasi dan sosialisasi
sebagai starting point dalam
mendampingi dari sisi ipteks untuk
meningkatkaan
kapasitas
managemen
produksi
dan
managemen
pemasaran
hasil
kerajinannya kedua UKM. Dari
hasil sosialisasi, dan diskusi yang
konstruktif disepakati penetapan
prioritas
penyelesain
masalah
produksi,
managemen
dan
pemasaran di kedua mitra UKM Inti
Bali Glass dan Witaswari Glass Art
meliputi (1) perbaikan stasiun kerja,
(2) teknologi penyiapan dan
pembersihan bahan baku (limbah
kaca), (3) teknologi alat produksi
(furnace) dan percetakan,
(4)
teknologi
pencitraan
(sund
blasting), (5) teknologi pewarnaan
dan dekorasi (coloring) dengan
mesin
kompressor,
dan
(6)
managemen pemasaran.
(2)
Penataan
stasiun
kerja dilakukan secara ergonomis
dimana aliran produksi mulai dari
penyiapan bahan baku, proses
melting dan pembentukan, proses
pendinginan,
pencitraan
dan
dekorasi ditata secara serial,
sehingga
dapat
meningkatkan
efektifitas dan efisien produktivitas.
Masing-masing devisi pada aliran
Gambar 2. Metode PALS dalam Program IbPE
Solusi ipteks yang ditawarkan dalam
rangka memperkuat UKM Wistaswari Art
Glass dan UKM Inti Bali Glass
berkompetesi dalam pasar lokal, regional,
dan global IbPE adalah (1) desain dan
penerapan stasiun kerja yang ergonomis, (2)
pembuatan controlable furnace reaktor, (3)
desain produk, pewarnaan dan pencintraan
glass (sandblasting), (4) penerapan ICT
dalam aspek managemen produksi,
administrasi dan pemasaran. Di sisi yang
lain, juga dilakukan upgrading kuantitas dan
kualitas SDM kedua UKM dengan
mengkapasitasi
staf/karyawan/buruh
melalui
pelatihan untuk
menguasai
kompetensi standar yang berkaitan dengan
aspek (1) pengoperasian peralatan/perkakas
produksi art glass, (2) pengimplemetasian
SOP (standar operasi prosedur) dalam setiap
tahapan produksi, (3) pengakomodasian
sistem kerja berbasis ICT, dan (4)
pembudayaan
etos
kerja
yang
mengedepankan keselamatan, kesehatan dan
kesejahteraan.
296
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
produksi bekerja berdasarkan SOP
dan bertanggungjawab terhadap
keselamatan
produksi
dan
keselamatan
kerja,
seperti
ditunjukkan pada gambar 2.
Gambar 3 Pelatihan Pembukuan dan Inventaris
(4)
Kegiatan
perancangan
dan
pengadaan
fabrikasi glass-art furnace juga
dilakukan pada kedua mitra ukm ini.
Pembuatan tungku furnace untuk
proses
pelelehan
(melting),
pedinginan (annealing) , dan
pewarnaan (coloring) glass art di
Witaswari Glass Art dan Inti Bali
Glass Art. Salah satu hambatan
produksi pada kedua UKM adalah
terbatasnya jumlah controlable
furnace. Dari hasil kesepakatan
dengan Mitra, maka didesain dan
dibuat tungku pembakaranSampai
saat ini, baru berhasil diselesaikan
rancangan
fisik
tungku
menggunakan fiber, bata keramik
yang didatangkan khusus dari Jawa,
kemudian
akan
dilanjutkan
penggarapan rancangan struktur
besi penyangga, dan kotrol suhunya.
Gambar 2. Stasiun kerja Glass art
(3)
Di sisi yang lain juga
dilakukan penyuluhan/penyadaran
managemen
produksi
dan
pemasaran glass-art di tempat
Mitra. Pelatihan pembukuan untuk
order dan kode produksi, dan
pelatihan pembukuan untuk standar
financial
report.
Pelatihan
managemen administrasi UKM
mitra dilaksanakan secara in service
training,
sehingga
tidak
mengganggu
siklus
produksi.
Teknik yang dilakukan adalah
menunjukkan
contoh/model
administrasi dan report finansial
yang baku, kemudian melatih staf
pegawai kedua UKM menguasai
kompetensi dalam managemen
produksi dan akuntan finansial yang
standar. Dalam pelatihan ini
dihasilkan model form dokumen
administrasi produksi dan pelaporan
keuangan yang tertib dan taat azas.
297
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
Gambar 3. Controlable Glass Art Furnace
pelatihan dilakukan pada aspek
melting dan forming, karena pada
tahapan ini kegagalan produsi sering
terjadi,
akibat
kurangnya
keterampilan dalam
mengatur
pembakaran, teknik dan kehatihatian dalam forming sesuai dengan
bentuk dan kreasi seni yang akan
dibentuk. Dari hasil pelatihan ini,
beberapa tenaka kerja kedua UKM
telah
berhasil
memproduksi
berbagai diversifikasi produk glassart yang ragam rupanya ditetukan
oleh bahan, pola, fungsi, dan kreasi
seninya sesuai dengan permintaan
segmen pasar ekspor. Produk glass
art yang menjadi primadona ekspor
adalah (1) aquarium kaca artistic
alami beralaskan akar kayu, (2)
lighting-glass, (3) relief dinding
kaca bermotif natural, temporer, dan
religi, (4) perlengkapan perabotan
restoran dan aksesori ruangan,
patung figura kaca tiga dimensi
yang artistic.
(5)
Selain
instilasi
tungku pembakaran, program IbPE
juga mengadakan alat kompressor
proses sund-blasting untuk proses
pembuatan efek pencintraan pada
permukaan
kaca.
Pelatihan
pembuatan pencitraan glass dengan
teknik sund-blasting menggunakan
kompressor
dan
pasir
laut
dilakasanaka pada kedua mitra
UKM. Efek citra buram pada
dekorasi hasil kerajinan glass-art
banyak
diminati
costumer.
Pencintraan ini
cukup sulit
dilakukan secara tradisional dengan
volume produksi yang banyak.
Kesulitan ini dapat diatasi dengan
mengkapasitasi staff produksi glassart memanfaatkan kompressor
sebagai penembak pasir sehingga
dapat menghilangkan lapisan kaca
yang mengkilap pada detail-detail
yang diinginkan.
Gambar 4. Alat Kompressor Sund-Blasting
Gambar 5. Diversifikasi Produk Glass-Art
(6)
Pada kedua UKM
glass art ini dilakukan pelatihan dan
pendampingan
trnasfusi
iptek
melalui program IbPE untuk
penguasaan kompetensi dalam
aspek produksi, yakni washing,
melting, forming, annealing, dan
coloring secara sistemik. Fokus
(7)
Dengan
meningkatnya
kapasitas
dan
kualitas produksi, kedua UKM glass
art telah mampu memenuhi
permintaan order dari beberapa
negara tujuan ekspor. Negara tetap
yang menjadi tujuan ekspor adalah
Australia dan Amerika. Namun
298
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
sejak memperoleh pendampingan
dalam program IbPE, ada perluasan
ekspor ke beberapa negara di Asia,
Timur Tengah dan Afrika, seperti
ditunjukkan pada table 1.
Table 1. Negara Ekspor Glass Art
Wistaswari Art Glass dan UKM Inti Bali
Glass. (4) peningkatan pengetahuan dan
keterampilan dalan proses produksi,
managemen dan pemasaran usaha kerajinan
glass-art bagi pengelola UKM Wistaswari
Art Glass dan Inti Bali Glass, dan (5)
peningkatan omzet produksi, penjualan dan
keuntungan
yang
diperoleh
UKM
Wistaswari Art Glass dan Inti Bali Glass.
DAFTAR RUJUKAN
Anonim. 2000. The Art of Making Glass.
www.lamberts.de. Germany.
Omzet ekspor rata-rata perbulan kedua
UKM mengalami peningkatan yang cukup
signifikan, bila dibandingkan degan base
line awal sebesar Rp 75.000.000. Pada
tahun 2014 mencapai Rp 200.000.000- Rp
400.000.000, tahun 2015 besarnya omzet Rp
150.000.000-Rp 600.000.000, pada tahun
2016 meningkat menjadi Rp 350.000.000Rp 750.000.000
Cecilia Cohen. 2011. The Glass Artis’s:
Studio Handbook. Quayside
Publishing Group. USMA.
Clair Ivan Colvin. 2008. Glass Blowing: An
Introduction. Xclibris Coorporation.
USA
Dan Hewak. 1998. Glass and Rare EarthDoped Glasses for Optical Fibres.
INSPEC, The Institution of Electrical
Engineers, London, United Kingdom
Table 2. Omzet Ekspor Glass Art
James McKelvey. 2006. The Art of
Fire:Beginning Glassblowing.Third
Degree Press.
SIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas dapat
disimpulkan hal-hal sebagai berikut (1)
kegiatan IbPE telah berhasil menata
kawasan dan stasiun kerja di UKM
Wistaswari Art Glass dan UKM Inti Bali
Glass yang sesuai dengan urutan proses
produksi ergonomis sehingga pola aliran
bahan baku pada tiap tahapan proses dari
awal hingga akhir proses, dengan demikian
waktu proses akan lebih efisien. (2)
terwujudnya 2 instalasi reaktor “controlable
glass furnace” untuk proses melting glassart, masing-masing 1(satu) unit di UKM
Thomas Bolas. 2008. Glass Blowing &
Working. Rough Draft Printing.
Junna-Annete Page, Stefano Carboni. 2006.
The Art of Glass.
Manuaba, A. 2004. Pendekatan Ergonomi
Holistik Satu Keharusan Dalam
Otomasi Untuk Mencapai Proses
Kerja Dan Produk Yang Manusiawi,
Kompetitif Dan Lestari.Makalah.
Dipresentasikan
pada
Seminar
Nasional Ergonomi. Yogyakarta
299
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
PELATIHAN KONSEP PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK
ANAK USIA DINI PADA GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
INDRIE NOOR AINI, M.Pd.
Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan
Universitas Singaperbangsa Karawang
ABSTRACT
Early childhood is a figure of individuals who are undergoing a process of rapid development for the next life.
At this time the process of growth and development in various aspects is experiencing a period of rapid. The
error ECD will affect the quality of education when entering primary school, as an example that is often
encountered in mathematics learning in early childhood, children are more often asked to memorize numbers,
geometric shapes, various emblems and the language of mathematics, without understanding the basic
concepts of mathematics , On the basis of these problems, we conduct trainings on appropriate concept in
mathematics instruction in accordance with the level of the child's age. Community service activities is carried
out by training with lectures, demonstrations and practical exercises. Target outcomes are expected after the
implementation of the program is to improve the ability of early childhood teachers about the concept of
numbers and figures, the concept of patterns and relationships, the concept of geometry and space relationships
and the concept of selecting and grouping in early childhood. In the implementation of all the participants
enthusiastically followed the activities well.
Keywords: mathematical concept of early childhood, early childhood education
ABSTRAK
Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat bagi
kehidupan selanjutnya. Pada masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai aspek sedang
mengalami masa yang cepat. Adapun kesalahan PAUD akan berpengaruh kepada kualitas pendidikan saat
memasuki sekolah dasar, sebagai contoh yang sering ditemui dalam pembelajaran matematika di PAUD, anakanak lebih sering diminta untuk menghapalkan angka-angka, bentuk geometri, berbagai lambang dan bahasa
matematik, tanpa memahami konsep dasar matematika. Atas dasar permasalahan tersebut, kami mengadakan
pelatihan tentang konsep yang tepat dalam pembelajaran matematika sesuai dengan jenjang usia anak.
Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan dengan cara pelatihan dengan metode ceramah, peragaan, dan
latihan praktek. Target luaran yang diharapkan setelah pelaksanaan program ini adalah meningkatkan
kemampuan guru PAUD tentang konsep bilangan dan angka, konsep pola dan hubungan, konsep hubungan
geometri dan ruang dan konsep memilih dan mengelompokan pada anak usia dini. Pada pelaksanaannya semua
peserta antusias mengikuti kegiatan dengan baik.
Kata kunci : konsep matematika anak usia dini, pendidikan anak usia dini
PENDAHULUAN
anak lebih sering diminta untuk
menghapalkan angka-angka, jumlah,
bentuk-bentuk
geometri,
berbagai
lambang dan bahasa matematik, tanpa
memahami konsep dasar matematika. Bila
demikian sangat besar kemungkinan anak
akan mengalami kesulitan ketika
A. Analisis Situasi
Adapun kesalahan PAUD akan
berpengaruh kepada kualitas pendidikan
saat memasuki sekolah dasar, sebagai
contoh yang sering ditemui dalam
pembelajaran matematika di PAUD, anak300
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
memasuki jenjang sekolah dasar. Orang
tua kemudian menyadari bahwa anak
mereka sesungguhnya belum memahami
konsep dasar matematika. Padahal, anak
sudah mulai mengembangkan konsep
matematika dari berbagai kegiatan seharihari. Misalnya ketika bayi, anak tahu
bahwa dia kecil sedangkan ibu dan
ayahnya besar, meskipun anak belum
dapat mengungkapkannya dalam bahasa
lisan. Ketika berusia batita, anak tahu
bahwa jika ia menumpuk suatu balok pada
balok yang lain maka baloknya akan
bertambah banyak, maka balok temannya
lebih banyak sehingga anak ingin
mengambilnya dari temannya.
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
atau Early Chilhood Education (ECE)
adalah pendekatan pedagogis dalam
penyelenggaraan pendidikan anak yang
dimulai dari saat periode kelahiran sampai
anak berusia enam tahun (Santi, 2009).
Aspek sosial, emosional, kognitif, bahasa
dan pendidikan jasmani tidak dipelajari
secara terpisah oleh anak yang masih
sangat muda. Orang dewasa yang sudah
lebih dulu dapat menolong diri sendiri
akan membantu seorang anak dalam masa
perkembangannya
dan
diharapkan
memberikan perhatian yang lebih kepada
anak yang masih memerlukan bantuan.
Pendidikan bagi anak usia dini
adalah
pemberian
upaya
untuk
menstimulasi, membimbing, mengasuh
dan pemberian kegiatan pembelajaran
yang akan menghasilkan kemampuan dan
keterampilan anak. Selain itu, PAUD
dapat
memperbaiki
prestasi
dan
meningkatkan produktivitas kerja masa
dewasanya. Begitu pentingnya usia dini,
sehingga sering dikatakan sebagai masa
keemasan (Golden Age), yaitu suatu masa
yang paling tepat untuk mengembangkan
seluruh
kemampuan
dan
aspek
perkembangan yang ada pada diri anak.
Melalui pemberian stimulasi bagi anak
yang bisa dilakukan melalui proses
pendidikan
akan
membantu
perkembangan
seluruh
aspeknya.
Termasuk aspek dalam pengembangan
kemampuan matematik pada anak.
Oleh karena itu, untuk mewujudkan
hal tersebut, dibutuhkanlah guru-guru
yang mengerti akan konsep pembelajaran
matematika dengan tepat, karena dengan
mengenal konsep matematika dengan
tepat sejak usia dini diyakini akan
membantu memperkuat intelektualitas
anak di bangku sekolah sehingga dapat
membantu anak-anak agar gemar dengan
matematika. Dan untuk meningkatkan
kemampuan dan keterampilan guru-guru
PAUD di Kabupaten Ciamis, maka perlu
diadakan kegiatan yang dapat menambah
wawasan guru PAUD. Kegiatan yang
dimaksud adalah dengan pelatihan
Pembelajaran Konsep Matematika Anak
Usia Dini sesuai dengan jenjang usia anak
pada Guru-guru PAUD di Kabupaten
Ciamis. Kegiatan ini akan memberikan
pengetahuan
bagi
Guru
dalam
mendampingi dan membimbing anakanaknya untuk mengenalkan konsep
matematika. Serta diharapkan dapat
memotivasi anak untuk senang belajar
serta mengurangi kesulitan yang dialami
anak dalam belajar matematika kelak di
kemudian hari.
PERMASALAHAN MITRA DAN
SOLUSI YANG DITAWARKAN
Berkenaan dengan pembelajaran
mengenal konsep bilangan, ditemukan
masih banyak anak yang kesulitan dalam
memahami
konsep
matematika.
Pemahaman
anak
masih
sebatas
301
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
menghapal dan tidak memperhatikan pola
yang
tepat
dalam
pembelajaran
pembelajaran sesuai dengan jenjang usia
matematika.
Dalam
pelatihan
ini
anak, sehingga ketika anak diminta untuk
menggukan modul yang terdapat beberapa
mengaplikasikannya kedalam Lembar
materi tentang pengenalan konsep
Kerja Anak, cenderung verbalisme, hal ini
bilangan, pengenalan konsep angka,
terlihat pada saat anak dapat menyebutkan
pengenalan
pola
dan
hubungan
bilangan dari 1-10 bahkan lebih, tetapi
matematika dan pengenalan konsep
saat dihadapkan pada benda kongkrit,
hubungan geometri dan ruang pada anak
anak tidak dapat menyesuaikan antara
usia dini.
bilangan yang disebut dengan jumlah
benda yang ditunjukan guru yang belum
TARGET
memahami konsep matematika yang
Tujuan dari kegiatan ini adalah
sesuai. Hal ini terjadi karena sebagian
untuk membantu guru-guru PAUD
guru hanya mengajarkan lambang
mengenalkan dan mengajarkan konsep
bilangan
dan
penjumlahan
tanpa
yang
tepat
dalam
pembelajaran
memperhatikan perkembangan otak pada
matematika, mengembangkan sikap
usia tahap perkembangan anak.
positif
terhadap
matematika
dan
Solusi yang ditawarkan untuk
mengembangkan kemampuan dasar
mengatasi permasalahan yang dihadapi
dalam matematika.
yaitu memberikan pelatihan tentang
Berdasarkan rencana kegiatan yang
konsep yang tepat dalam pembelajaran
telah disusun, maka target luaran yang
matematika sesuai dengan jenjang usia
diharapkan setelah pelaksanaan program
anak. Pelatihan ini bertujuan untuk
ini adalah sebagai berikut :
mengenalkan dan mengajarkan konsep
Kegiatan
Target
Pelatihan tentang konsep yang tepat dalam Meningkatkan kemampuan guru PAUD
pembelajaran matematika sesuai dengan yang mengikuti pelatihan mengenai :
jenjang usia anak
1) Konsep bilangan pada anak usia dini
2) Konsep angka pada anak usia dini
3) Konsep pola dan hubungan pada anak
usia dini
4) Konsep hubungan geometri dan ruang
pada anak usia dini
5) Konsep memilih dan mengelompokan
pada anak usia dini
METODE PELATIHAN
tempat pelatihan pembelajaran konsep
matematika untuk anak usia dini pada
guru paud yang merupakan program
pengabdian masyarakat dari LPPM
UNSIKA.
Kegiatan pengabdian masyarakat ini
dilakukan dengan cara pelatihan dengan
metode ceramah, peragaan, dan latihan
Dalam pelaksanaan pelaihan ini,
dosen-dosen dari Prodi Pendidikan
Matematika FKIP UNSIKA bermitra
dengan HIMPAUDI Kabupaten Ciamis.
Peran HIMPAUDI Kabupaten Ciamis
adalah memberikan ijin dalam penerimaan
peserta pelatihan dan memberikan fasilitas
302
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
praktek
yang
didukung
demonstrasi dan tanya jawab.
dengan
anak, karena akan menjadi dasar bagi
penguasaan konsep-konsep matematika
selanjutnya pada jenjang pendidikan
formal berikutnya. Bilangan adalah suatu
obyek matematika yang sifatnya abstrak
dan termasuk kedalam unsur yang tidak
didefinisikan (underfined term). Untuk
menyatakan suatu bilangan dinotasikan
dengan lambang bilangan yang disebut
angka.
Bilangan dengan angka menyatakan
konsep yang berbeda, bilangan berkenaan
dengan nilai sedangkan angka bukan nilai
melainkan suatu notasi tertulis dari sebuah
bilangan. Sedangkan yang dimaksud
dengan operasi bilangan pengerjaan pada
nilai bilangan. Bilangan itu mewakili
banyaknya suatu benda (Sudaryanti,
2006:1).
Fungsi
utama
pengenalan
matematika ialah mengembangkan aspek
kecerdasan anak dengan menstimulasi
otak untuk berpikir logis matematik.
Operasi bilangan termasuk dalam
hubungan matematis, setelah anak mampu
berhitung, anak akan menyampaikanya
secara matematis.
Jika anak sudah mengenal bilangan
dan memahami operasi bilangan maka
anak telah berpikir logis dan matematis,
meskipun dengan cara yang sangat
sederhana.
MATERI PELATIHAN
1. Pentingnya Matematika
Dalam kehidupan ini kita tidak
pernah lepas dengan matematika, maka
dari itu matematika merupakan salah satu
ilmu pengetahuan yang diperlukan
manusia
dalam
menjalankan
kehidupannya sehari-hari. Misalnya
ketika berbelanja maka kita perlu memilih
dan menghitung jumlah benda yang akan
dibeli dan harga yang harus dibayar. Saat
akan pergi, kita perlu mengingat arah jalan
tempat yang akan didatangi, berapa lama
jauhnya, serta memilih jalan yang lebih
bisa cepat sampai di tujuan, dll.
Berpikir mengenai matematika tidak
akan jauh membicarakan tentang
persamaan dan perbedaan, pengaturan
informasi/data, memahami tentang angka,
jumlah, pola-pola, ruang, bentuk,
perkiraan dan perbandingan. Pengetahuan
mengenai matematika sebenarnya sudah
bisa diperkenalkan pada anak sejak usia
dini (usia lahir-6 tahun). Pada anak-anak
usia di bawah tiga tahun, konsep matematika
ditemukan
dari
pengalaman
bermainnya. Misalnya saat membagikan
permen kepada setiap temannya, menuang
air dari satu wadah ke wadah lain,
menghitung banyak telur yang dibutuhkan
saat membuat kue, atau bertepuk tangan
mengkuti pola irama. Mengenalkan
Konsep matematika dapat dilakukan
melalui kegiatan sehari-hari.
3.
2.
Pentingnya Mempelajari Konsep
Operasi Bilangan Pada Anak Usia
Dini
Bilangan adalah konsep matematika
yang sangat penting untuk dikuasai oleh
303
Prinsip-Prinsip Pengenalan Konsep
Operasi Bilangan
1) Permainan berhitung diberikan
secara bertahap, diawali dengan
menghitung benda-benda atau
pengalaman peristiwa kongkrit yang
dialami
melalui
pengamatan
terhadap alam sekitar
2) Pengetahuan dan keterampilan pada
permainan berhitung diberikan
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
3)
4)
5)
6)
secara bertahap menurut tingkat
kesukarannya,
misalnya
dari
kongkrit ke abstrak, mudah ke
sukar, dan dari sederhana ke yang
lebih kompleks
Permainan berhitung akan berhasil
jika anak-anak diberi kesempatan
berpartisipasi dan dirangsang untuk
menyelesaikan masalah-masalahnya
sendiri
Permainan berhitung membutuhkan
suasana
menyenangkan
dan
memberikan rasa aman serta
kebebasan bagi anak. Untuk itu
diperlukan alat peraga/media yang
sesuai dengan benda sebenarnya
(tiruan), menarik dan bervariasi,
mudah digunakan dan tidak
membahayakan
Bahasa yang digunakan di dalam
pengenalan
konsep
berhitung
seyogyanya bahasa yang sederhana
dan jika memungkinkan mengambil
contoh yang terdapat di lingkungan
sekitar anak. 6. Dalam permainan
berhitung
anak
dapat
dikelompokkan
sesuai
tahap
penguasa-annya yaitu tahap konsep,
masa transisi dan lambang.
Dalam
mengevaluasi
hasil
perkembangan anak harus dimulai
dari awal sampai akhir kegiatan.
peristiwa
kongkrit,
seperti
pengenalan warna, bentuk dan
menghitung bilangan.
2) Masa Transisi Proses berfikir yang
merupakan masa peralihan dari
pemahaman
kongkrit
menuju
pengenalan lambang yang abstrak,
di mana benda kongkrit itu masih
ada dan mulai dikenalkan bentuk
lambangnya.
Hal
ini
harus
dilakukan guru secara bertahap
sesuai dengan laju dan kecepatan
kemampuan anak yang secara
individual berbeda. Misalnya, ketika
guru menjelaskan konsep satu
dengan menggunakan benda (satu
buah pensil), anak-anak dapat
menyebutkan benda lain yang
memiliki konsep sama, sekaligus
mengenalkan bentuk lambang dari
angka satu itu.
3) Lambang Merupakan visualisasi
dari berbagai konsep. misalnya
lambang 7 untuk menggambarkan
konsep bilangan tujuh, merah untuk
menggambarkan konsep warna,
besar untuk menggambarkan konsep
ruang, dan persegi empat untuk
menggambarkan konsep bentuk.
5.
Kemampuan Dasar Berhitung Anak
Usia Dini
Terdapat beberapa kelompok dasar
berhitung yang harus di kembangkan
untuk anak usia dini yaitu:
1) Mengelompokan (classification)
Mengelompokan
merupakan
kemampuan
anak
dalam
mengelompokan
suatu
benda
berdasarkan sesuatu. Benda tersebut
di kelompokan sesuai dengan
jenisnya dalam suatu himpunan.
4.
Tahap-tahap Penguasaan Berhitung
Anak Usia Dini
Berdasarkan Depdiknas (2000; 7-8)
dalam pedoman permainan berhitung di
Taman Kanak-Kanak tiga tahapan
penguasaan berhitung di jalur matematika
yaitu
1) Penguasaan konsep Pemahaman
dan pengertian tentang sesuatu
dengan menggunakan benda dan
304
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
Misalnya: jenis, warna, bentuk, dan
lain-lain.
2) Membandingkan (comparation)
Membandingkan
merupakan
kemampuan
untuk
membandingkan dua buah benda
(objek) berdasarkan ukuran ataupun
jumlahnya (kualitas).
3) Mengurutkan
(seriation)
Mengurutkan adalah kemampuan
membandingkan
ukuran
atau
kuantitas lebih dari dua benda. Cara
mengurutkannya dari paling pendek
ke paling panjang.
4) Menyimbolkan
(symbolization)
Menyimbolkan
merupakan
kemampuan
dalam
membuat
symbol atas kuantitas berupa: angka
atau bilangan, simbol tanda operasi
dari sebuah proses perhitungan.
Beberapa aktivitas pengenalan
konsep konsep operasi bilangan pada anak
usia dini antara lain sebagai berikut:
1) Bermain Bowling
Bowling (bola gelinding) adalah
olah raga di dalam ruangan yang
dilakukan
dengan
cara
menggelindingkan bola khusus pada
sebuah jalur untuk merobohkan pin
(gada) yang berderet-deret (dalam
ensiklopedia, 2005:93). secara garis
besar perlengkapan bowling terdiri dari
3 unsur yaitu bola, jalur dan gada.
Metode bermain bowling adalah
suatu permainan melempar bola
dengan jarak kurang lebih 18,3 meter
akan tetapi dalam permainan bowling
anak ini yang digunakan yaitu dengan
jarak dekat. Permainan bowling dengan
jarak yang jauh menjadikan anak akan
merasa kesulitan karena dalam
pelemparan anak tidak sampai.
Dalam permainan bowling ini,
anak diberi diberi kesempatan beberapa
kali lemparan. Anak menggelindingkan
bola kea rah Pin (gada) yang disusun
berderetan sebanyak 5 buah, jika pada
lemparan pertama anak berhasil
menjatuhkan 3 bola dan langsung
dihitung, kemudian pada kesempatan
ke 2 anak misalnya berhasil
menjatuhkan 4 bola, maka kumpulkan
semua pin yang berhasil dijatuhkan
anak
dan
terakhir
anak
menjumlahkannya.
Selain itu, dengan konsep berbeda
pengenalan bilangan juga dapat
dilakukan dengan Permainan bowling
aritmatika. Model permainan ini terdiri
dari 10 frame, setiap untuk satu frame
dengan angka tertinggi 10 setelah
melakukan
lemparan
kedua
menghasilkan angka. Seandainya pada
6.
Aktivitas Pengenalan Konsep Operasi
Bilangan
Pembelajaran
matematika
permulaan pada anak yang bertujuan
untuk memahami, mengenal konsep
bilangan melalui eksplorasi dengan
benda-benda konkret sebagai pondasi
yang
kokoh
bagi
anak
dalam
mengembangkan kemampuan matematika
pada tahap selanjutnya (Alimin, 1996:36).
Tambah, kurang, bagi dan kali
merupakan operasi bilangan yang sangat
dasar. Kemampuan anak usia dini untuk
menambah,
mengurang
dan
membandingkan sudah baik. Sebaiknya
operasi bilangan diperkenalkan setelah
anak memahami bilangan dan angka.
Anak usia dini dapat belajar memahami
operasi bilangan dengan cara yang amat
sederhana dengan melalui kegiatan
bermain.
305
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
lemparan pertama yang jatuh adalah
frame no. 5 dan lemparan kedua yang
jatuh adalah frame no. 4 maka hasil
yang akan dicapai adalah 4 + 5 adalah
9. Angka sembilan itu merupakan
penjumlahan dari angka 4 ditambah
angka 5 maka hasilnya adalah angka 9.
Anak diberikan lemparan dengan 2 kali
kesempatan melempar. Adapun contoh
permainan bowling terdiri dari 10
frame apabila bola dapat menjatuhkan
semua pin maka akan diulangi atau
mengulang melempar atau tidak akan
diberi nilai dan apabila dalam
melempar maka pin yang jatuh satu
atau dua maka pin yang jatuh tersebut
akan dijumlahkan.
2) Menghitung
inventaris
kelas:
Menjumlah di bawah lima
Alat dan bahan: Benda-benda yang
ada di kelas. Prosedur: Ajak anak untuk
menghitung bersama-sama, “satu”,
“dua”, “tiga”, dan seterusnya untuk
mengingatkan anak tentang bilangan.
Ajak anak bekerja dalam kelompok 3-4
anak. Beri tugas tiap kelompok untuk
menghitung benda-benda yang ada di
kelas/TK
misalnya
sebagai
berikut: Kelompok A menghitung
banyaknya kursi yang ada di
kelas. Kelompok
B
menghitung
banyaknya jendela yang ada di
kelas. Kelompok
C
menghitung
banyaknya gambar yang ada di kelas,
dst. Suruh siswa untuk melaporkan
hasilnya di kelas. Beri persoalan pada
anak, seperi berapa banyaknya jendela
ditambah kursi. Assesmen. Tujuan
kegiatan ini adalah agar anak berlatih
menghitung dan menyampaikannya
dengan bahasa matematis, jadi jangan
dinilai dari benar atau tidaknya jumlah
yang
sesungguhnya.
Contoh
pertanyaan: Bagaimana
kamu
menghitungnya
sehingga
kamu
menemukan bahwa di kelas adaa 15
kursi?
3) Cerita Binatang
Kegiatan ini bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan anak dalam
penjumlahan, pengurangan. Selain itu
melalui kegiatan bercerita dapat
mengembangkan aspek kemampuan
bahasa anak.
Tema dan/ sub tema : binatang dan
kehidupan di hutan
Kompetensi : bilangan dan operasional
bilangan
Tujuan : memahami makna operasi
dan bagaimana operasi itusaling
berhubungan
Indikator :
a. memahami
berbagai
makna
penambahan dan pengurangan
bilangan bulat dan hubunganhubungan antara ke dua operasi
b. Memahami efek-efek penambahan
dan pengurangan bilangan bulat
Media pembelajaran : Maket hutan,
miniature binatang, lembar kerja anak,
gambar binatang, lem dan spidol
Langkah-langkah pelaksanaan
a. Guru menyediakan maket hutan
yang telah dibuat
b. Guru
menceritakan
tentang
kehidupan binatang yang tinggal di
hutan (dalam cerita tersebut, guru
mengenalkan
konsep-konsep
penjumlahan. Misalnya seekor
gajah sedang asik bermain di tepi
hutan, tiba-tiba dating dua ekor
temannya ingin bergabung untuk
turut bermain. Berapa jumlah
gajah sekarang?)
c. Setelah menyimak cerita yang
disampaikan guru, anak-anak
306
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
mengerjakan
lembar
kerja
penjumlahan berdasarkan cerita
yang mereka simak dengan cara
menempel gambar binatang sesuai
dengan jumlahnya dan menuliskan
angkanya.
4) Kegiatan Penambahan
Alat dan bahan: Benda-benda seperti
biji-bijian dan manic-manik, serta jari
tangan. Prosedur:
a. Mintalah anak menghitung jari
tangan kirinya, tanyakan berapa
banyak (tentu jawabnya lima).
b. Tanyakan berapa banyak jika lima
ditambah dengan dua? Biasanya
anak akan menghitung dari satu.
c. Latih siswa untuk memulai dari
lima, biasanya dengan cara
menyimpan tangan kiri (lima) ke
belakang badan. Jadi cara
menghitunganya adalah: lima,
enam, dan tujuh.
d. Ganti penambahan, seperti lima
ditambah satu, tiga, empat, dan
lima
e. Gunakan benda-benda yang lain
untuk mengganti jari tangan,
sampai
anak
paham
cara
menghitung bilangan berbasis
lima.
Assesmen: Beri anak persoalan seperti
di atas dengan benda-benda lainnya
untuk
menunjukkan
bahwa
ia
memahami cara menghitung benda
berbasis lima.
5) Skenario Kegiatan Pengurangan
Alat dan bahan: bola atau kelereng
yang berukuran sama.
Pelaksanaan:
a. permainan ini merupakan cara
praktis dan sederhana untuk
memperkenalkan
konsep
pengurangan pada anak. Contoh:
b. Mintalah anak untuk mengambil 5
bola.
c. Kemudian dikurangi 2 bola.,
tanyakan pada anak berapa sisa
bola yang ia bawa.
d. Permainan ini dapat dilakukan
dengan lagu yang bertemakan
tentang pengurangan.
e. Selain bola permainan ini dapat
menggunakan lidi, kelereng, korek
api, pensil, batu dan lain-lain.
6) Skenario Kegiatan Perkalian
Alat dan bahan : anak (praktek
langsung)
Pelaksanaan :
a. permainan ini merupakan cara
praktis dan sederhana untuk
memperkenalkan konsep perkalian
pada anak.perkalian pada anak ini
merupakan penjumlahan berulang.
Contoh:
b. Mintalah 1 anak maju ke depan,
kemudian 1 anak lagi maju ke
depan dan 1 satu anak lagi maju
kedepan.
c. Selanjutnya mintalah anak untuk
menjumlahkan jumlah kaki anak
yang ada di depan kelas.
Permainan ini dapat dilakukan dengan
bernyanyi. Selain itu contoh lain yang
dapat digunaka adalah meminta 3 anak
maju kedepan, kemudian datang lagi 3
orang, dan maju lagi 3 anak. Anak
diminta untuk menghitung berapa
jumlaah anak yang maju ke depan.
7) Skenario Kegiatan Pembagian
Alat dan bahan : buah apel atau permen
Pelaksanaan :
a. permainan ini merupakan cara
praktis dan sederhana untuk
memperkenalkan
konsep
pembagian pada anak.
307
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
b. Jelaskan kepada anak bahwa ada
banyak benda yang dapat dibagi
menjadi beberapa bagian yang
sama besar, sehingga dapat
dibagikan dua kawan atau lebih.
c. Potong sebuah apel menjadi 2
bagian, tanyakan kepada anak
berapa
teman
yang
dapat
menerima potongan tersebut.
d. Potong apel itu menjadi 4 bagian.
Tanyakan kepada anak, sekarang
berapa kawan yang akan menerima
potongan apel itu.
Selain itu apabila merasa ini
mudah gunakan buah jeruk. Pisahkan
semua bagian sebuah jeruk dan
mintalah ia untuk menghitungnya.
Atau cobalah berikan seuntai buah
anggur dan minta anak untuk
membaginya menjadi dua sehingga
masing-masing mempunyai jumlah
anggur yang sama. Untuk kegiatan
pembagian yang menggunakan permen
dapat dilakukan dengan cara membagi
permen kepada anak sama banyak.
Ketika orangtua meminta anak
mengambilkan 3 buah biskuit, dan anak
membawa 3 buah biskuit. Anak tersebut
mengerti tentang konsep jumlah. Anak
yang paham urutan angka, akan tahu
bahwa kalau menghitung 3 biskuit dari
kiri ke kanan dan dari kanan ke kiri maka
jumlahnya akan sama. Anak yang paham
konsep perbandingan akan paham benda
yang lebih besar, jumlahnya lebih banyak,
lebih sedikit, atau sama. Beberapa contoh
kegiatan yang dapat dilakukan orang tua
dalam mengembangkan konsep angka,
yaitu:
a) Meminta anak menghitung jumlah
cangkir yang diperlukan untuk
mengisi botol sampai penuh dengan
pasir.
b) Meminta anak menghitung jumlah
balok yang diperlukan untuk
membuat bangunan yang dibuat
anak.
8.
Mengembangkan Konsep Pola Dan
Hubungan Pada Anak Usia Dini
Tujuan mengenalkan pola dan
hubungan pada anak usia dini tahun
adalah mengenalkan dan menganalisa
pola-pola sederhana, menjiplak, membuat,
dan
membuat
perkiraan
tentang
kemungkinan dari kelanjutan pola.
Beberapa contoh kegiatan yang bisa
dilakukan
orangtua
untuk
mengembangkan pola dan hubungan pada
anak:
a) Mengajak anak bermain menyusun
antrian mobil-mobilan membentuk
pola barisan merah, hitam, merah,
hitam, merah, hitam
b) Mengajak anak bermain membuat
rantai gelang dari kertas warna
putih, biru, hijau, putih, biru, hijau.
7.
Mengembangkan Konsep Angka
Pada Anak Usia Dini
Konsep
angka
dikembangkan
melalui 3 tahap:
1) Menghitung. Tahap awal menghitung
pada anak adalah menghitung melalui
hapalan atau membilang. Orangtua
dapat mengembangkan kemampuan ini
melalui kegiatan menyanyi, permainan
jari, dll yang menggunakan angka.
2) Hubungan satu-satu.
Maksudnya
adalah menghubungkan satu, dan
hanya satu angka dengan benda yang
berkaitan. Teknik ini bisa dilakukan
melalui kegiatan sehari-hari.
3) Menjumlah, membandingkan dan
simbol angka.
308
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
9.
Mengembangkan Konsep Hubungan
Geometri Dan Ruang Pada Anak Usia
Dini
Anak belajar mengenal bentukbentuk dan penataan di lingkungan
sekitar. Saat anak bermain dengan balok,
cat lukis, menggambar, menggunting
bentuk-bentuk geometri, mengembalikan
balok ke rak, sebenarnya anak sedang
belajar tentang bangun datar dan bangun
ruang serta kegunaannya. Pertama anak
belajar mengenal bentuk-bentuk sederhana (segitiga, lingkaran, segi empat).
Kedua, anak belajar tentang ciri-ciri dari
setiap bentuk geometri. Selanjutnya, anak
belajar menerapkan pengetahuannya
untuk berkreasi membangun dengan
bentuk-bentuk geometri.
Beberapa contoh kegiatan yang bisa
dilakukan
orangtua
untuk
mengembangkan hubungan geometri dan
ruang pada anak:
a) Mengajak anak bermain meniup busa
sabun menggunakan sedotan plastik
yang ditekukan pada bagian ujungnya
sehingga membentuk lingkaran lalu
diikatkan ke batang sedotan. Ajak anak
mengamati bahwa bentuk gelembunggelembung sabun yang ditiup anak
seperti bentuk lingkaran.
b) Sediakan kardus-kardus bekas (obat,
susu), botol-botol plastik, sedotan
plastik, kertas warna, dll. Ajak anak
untuk membangun sebuah halaman
impian untuk tempat bermainnya
menggunakan barang-barang bekas
tersebut.
10. Mengembangkan
Konsep
Pengukuran Pada Anak Usia Dini
Anak belajar pengukuran dari
berbagai kesempatan melalui kegiatan
yang membutuhkan kreativitas. Tahap
awal anak tidak menggunakan alat, tetapi
mengenalkan konsep lebih panjang, lebih
pendek, lebih ringan, cepat, dan lebih
lambat. Tahap berikutnya, anak diajak
menggunakan alat ukur bukan standar,
seperti pita, sepatu, dll. Pada tahap lebih
tinggi lagi, anak diajak menggunakan jam
dinding, penggaris, skala, termometer.
Beberapa contoh kegiatan yang bisa
dilakukan
orangtua
untuk
mengembangkan pengukuran pada anak:
a) Mengajak anak mengukur panjang
dan lebar rak mainan menggunakan
balok unit.
b) Mengajak anak menghitung jumlah
cangkir berisi pasir yang diperlukan
untuk mengisi penuh sebuah ember
kecil.
11. Mengembangkan
Konsep
Pengumpulan,
Pengaturan
Dan
Tampilan Data Pada Anak Usia Dini
Pada awalnya anak mulai memilih
benda tanpa tujuan. Selanjutnya anak
memilih mainan dengan tujuan, misalnya
berdasarkan warna, ukuran , atau bentuk.
Pada tahap yang lebih tinggi anak dapat
memilih mainan berdasarkan lebih dari
satu variabel, misal berdasarkan warna
dan bentuk, atau warna, bentuk dan
ukuran.
Pengetahuan
tentang
grafik
merupakan bentuk perluasan dari memilih
dan mengelompokan. Membuat grafik
merupakan cara anak untuk menampilkan
bermacam-macam informasi/data dalam
bentuk yang berlainan. Misalnya anak
membuat grafik sederhana tentang jenis
sepatu yang dipakai anak. Beberapa
contoh kegiatan yang bisa dilakukan
orangtua
untuk
mengembangkan
pengumpulan, pengaturan dan tampilan
data pada anak:
309
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
a.
b.
Mengajak anak mengumpulkan
bermacam-macam
daunandaunan. Kemudian ajak anak
mengelompokan bentuk daundaunan tersebut. Setelah itu,
buatlah daftar tentang jumlah daun
untuk setiap bentuknya dengan
cara menyusun daun-daun yang
sama menjadi barisan tegak lurus
ke atas. Ajak anak mencatat
jumlah setiap kelompok daun.
Mengajak anak membuat grafik
tentang keadaan cuaca setiap hari
dalam 1 bulan
pelatihan diikuti oleh 40 lebih peserta,
sedangkan targetnya adalah hanya 30
orang. Dengan adanya motivasi tersebut,
kami selaku tim pengabdian merasa
bahwa pelatihan yang dilaksanakan
mencapai target ideal. Kemudian adanya
perubahan saat pembelajaran tentang
konsep matematika, guru yang sudah
mengikuti pelatihan bisa mengaplikasikan
pengetahuan yang didapat saat pelatihan.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan
penjelasan
pada
pembahasan
sebelumnya
dapat
disimpulkan bahwa pelatihan ini telah
dilaksakan dengan lancar dan hasil yang
cukup baik. Sambutan yang sangat baik
dari pihak mitra serta peserta yang
mengikuti kegiatan ini. Para guru PAUD
menyadari
pentingnya
memiliki
kemampuan tentang pengenalan konsep
bilangan, pengenalan konsep angka,
pengenalan
pola
dan
hubungan
matematika dan pengenalan konsep
hubungan geometri dan ruang pada anak
usia dini. Berdasarkan evaluasi terhadap
program pelatihan ini, diharapkan guru
dapat dengan mudah menyampaikan
konsep matematika pada anak usia dini
sesuai dengan jenjang umurnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegiatan ini diikuti oleh 46 peserta
dari berbagai lembaga di lingkungan
Kecamatan Lakbok Kabupaten Ciamis.
Kegiatan dilaksankan sebanyak 8 JP.
Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan oleh
dua orang tim pengabdi dengan masingmasing materi pembahasan. Adanya
keterbatasan
waktu
mengakibatkan
demonstrasi alat peraga sederhana materi
tidak dilakukan secara detail.
Kegiatan
diawali
dengan
penyampaian materi pembahasan dengan
melibatkan peserta melalui pembahasan
materi pada modul yang telah disediakan
oleh tim pengabdi secara bersama-sama,
selanjutnya diadakan tanya jawab dan
demonstrasi alat peraga sederhana.
Selama kegiatan berlangsung, diselingi
dengan ice break yang berhubungan
dengan PAUD, agar peserta lebih
bersemangat dalam mengikuti pelaihan
serta peserta terlibat langsung dalam
setiap sesi materi.
Dari pengamatan selama kegiatan
berlangsung dapat dijelaskan bahwa
motivasi dan partisipasi peserta sangat
signifikan positif, indikatornya adalah
DAFTAR PUSTAKA
Asmawati, L. (2014). Perencanaan
Pembelajaran PAUD. Bandung:
Rosda.
Dimyati dan Mudjiono. (2010). Belajar
dan Pembelajaran. Jakarta:
Rineka Cipta.
OECD. (2009). Learning Mathematics for
Life – A View Perspective for
PISA.
310
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
Ruseffendi, E.T. (1991). Pengantar
kepada
Membantu
Guru
Mengembangkan Kompetensinya
dalam Pengajaran Matematika
untuk
Meningkatkan
CBSA.
Bandung: Tarsito.
Shadiq, F. (2009). Aplikasi Teori Belajar.
Yogyakarta: Depdiknas, P4TK
Matematika Yogyakarta.
Sujiono, Y. N. (2012). Konsep Dasar
Pendidikan Anak Usia Dini.
Jakarta: Indeks.
Santi, D. (2009). Pendidikan Anak Usia
Dini -Antara Teori dan Praktek-.
Jakarta: Indeks.
Suyono dan Hariyanto. (2011). Belajar
dan Pembelajaran. Bandung:
Rosda.
311
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
URGENSI PENGURUSAN HAKI DALAM RANGKA MENUMBUHKAN
IKLIM USAHA SEHAT BAGI UKM PELUKIS WAYANG KAMASAN
Ketut Sudiatmaka, Luh Indrayani, I Wayan Landarawan
Email: [email protected]
ABSTRACT
Background of community service activities are Impersonation motif is a copyright infringement action
against one's creations. Practice motif theft that occurred during this very unsettling the creator as the owner
motif including consumers. One very large negative impact of the theft of the painting motif is the loss in the
painter, also deceived consumers having to buy a product that mock at prices similar to the original product. The
forms of this fraud as the embodiment of their less healthy business climate, and the painters and consumers are
harmed.
The presence of training and mentoring the management of intellectual property rights is one of the efforts to
be made with the primary objective to improve the knowledge, understanding, insight and skill mastery community
arts worker Wayang Kamasan painters especially on IPR arrangements to address copyright infringement.
The program is a pilot program that is actual in order to increase knowledge, understanding, insight, skills
Painters Wayang Kamasan SMEs regarding the maintenance of the product IPR creation of his work so that it
can be pursued as a preventive measure to protect the copyright of the actions of the parties claiming no
responsibility.
Keywords: IPR, painter Wayang Kamasan
RINGKASAN
Latar belakang kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah Peniruan motif merupakan tindakan pelanggaran
hak cipta terhadap hasil ciptaan seseorang. Praktek pencurian motif yang terjadi selama ini sangat meresahkan
pihak pencipta selaku pemilik motif termasuk konsumen. Salah satu dampak negatif yang sangat besar dari
pencurian motif lukisan adalah terjadinya kerugian di pihak pelukis, konsumen juga dikelabui karena harus
membeli produk yang tiruan dengan harga yang hampir serupa dengan produk aslinya. Bentuk-bentuk kecurangan
ini sebagai perwujudan adanya iklim usaha yang kurang sehat, dan pihak pelukis maupun konsumen yang
dirugikan.
Hadirnya pelatihan dan pendampingan pengurusan HaKI merupakan salah satu upaya yang dapat
dilakukan dengan tujuan utama untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, wawasan dan penguasaan
keterampilan masyarakat pekerja seni khususnya pelukis Wayang Kamasan tentang pengurusan HaKI untuk
mengatasi pelanggaran hak cipta.
Program ini merupakan program rintisan yang bersifat aktual dalam rangka peningkatan pengetahuan,
pemahaman, wawasan, keterampilan UKM Pelukis Wayang Kamasan mengenai pengurusan HaKI produk
ciptaan hasil karyanya sehingga dapat diupayakan sebagai langkah preventif untuk melindungi hak cipta dari
tindakan pengklaiman dari pihak yang tidak bertanggung jawab.
Kata kunci: HaKI, Pelukis Wayang Kamasan
A.PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Aktivitas tata kelola usaha dalam
mencapai tujuannya haruslah selalu
dilakukan dengan ketentuan hukum yang
berlaku. Legalitas usaha sangat penting
dipahami dan ditaati oleh pelaku usaha
menyesuaikan dengan prosedur petunjuk
arah dalam konsekuensi sebagai pelaku
usaha untuk menjalankan bisnis secara
benar dan aman (Simanjuntak, 2008 : 60).
Akan tetapi, di dalam praktek tata kelola
usaha para pelaku bisnis cenderung
mengabaikan prosedur yang digariskan
oleh ketentuan hukum, hal ini disebabkan
karena para pelaku usaha atau bisnis
cenderung menilai bahwa mengikuti
prosedur hukum sangat merepotkan dan
menyita waktu. Di sisi lain, para pelaku
usaha atau bisnis tadi tidak menyadari akan
312
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
arti pentingnya jaminan hukum bagi
kelangsungan usaha yang dikelolanya.
Akibat yang dapat ditimbulkan dari
pelanggaran terhadap hukum sangat
berpotensi menimbulkan resiko kerugian
bahkan hingga jumlah dan waktu yang
tidak bisa dibayangkan, di mana terhadap
hal tersebut hanya bisa disikapi dengan rasa
penyesalan. Dampaknya terkadang usaha
yang dilakukan secara ilegal di tengah jalan
mengalami kendala penipuan ataupun
pencabutan ijin usaha sehingga dapat
menyebabkan para pelaku usaha atau bisnis
tadi mengalami pailit (bangkrut). Fakta ini
menunjukkan bahwa penerapan hukum di
masyarakat khususnya yang menyangkut
tata kelola usaha atau bisnis cenderung
dijumpai kontra produktif terhadap prinsip
tata
kelola
usaha
yang
selalu
menghandalkan kecepatan dan ketepatan
sesuai dengan pengembanan prinsip
ekonomi dengan meraih untuk sebesarbesarnya melalui modal yang sekecil-kecil,
dan tata kelola usaha tersebut harus tetap
mengindahkan
etika
bisnis
secara
transparan.
Bagian yang sering kali terlupakan
oleh pelukis, yaitu penjaminan hukum
merupakan bagian dari suatu manajemen
resiko (risk management) yang mutlak
harus diaplikasikan. Dalam hal ini tidak
jarang dijumpai di lapangan bahwa banyak
kegiatan usaha yang belum mampu
melaksanakan hubungan hukum karena
dalam tata kelola usahanya para pelukis
menghasilkan produk lukisan sebagai
sebuah karya cipta tanpa lebih dilakukan
upaya pendaftaran akan hak cipta yang
dimilikinya, hal ini disebabkan karena
pelukis cenderung beranggapan tidak
pernah secara pasti tahu kapan hubungan
hukum tersebut terjadi. Ketika suatu
permasalahan terkait dengan hasil karyanya
digandakan barulah muncul reaksi dari
yang bersangkutan, akan tetapi keluhan
pelukis tidak diketahui harus melakukan
pengaduan terhadap kasus yang terjadi.
Minimnya pengetahuan dan pemahaman
tentang pengajuan HaKI mengakibatkan
tata kelola usaha industri kreatif di Bali
salah satunya lukisan wayang khas
Kamasan Klungkung menjadi sulit
berkembangkarena
dihambat
oleh
peredaran produk tiruan yang banyak
beredar di pasaran. Sebagai gambaran,
beragam motif maupun desain lukisan yang
telah mampu dihasilkan oleh pelukis, akan
tetapi selama ini kelalaian dari pihak
pelukis adalah tidak pernah mendaftarkan
produk ciptaannya untuk memperoleh
jaminan HaKI. Dampaknya, dengan
terbatasnya pengetahuan pelukis tentang
pengurusan HaKI sering kali dimanfaatkan
oleh oknum pelaku usaha yang tidak
bertanggung jawab untuk tidak saja
mengintervensi, juga melakukan aktivitas
usaha yang tidak sehat dengan jalan
monopoli pasar dengan peredaran produk
imitasi yang dibandrol dengan harga
miring. Kondisi ini menguntungkan pelaku
usaha nakal untuk melakukan penipuan.
Kejadian seperti ini menjadi sebuah
kelalaian
yang
tanpa
disengaja
menyebabkan kerugian fatal bagi pelukis
wayang Kamasan sebagai pemilik asli hasil
ciptaan lukisan wayang tersebut.
Kondisi
demikian,
juga
menyebabkan pengembangan lukisan
Kamasan sulit menembus pasaran secara
nasional dan bahkan sejumlah lukisan
wayang khas Kamasan sering kali ditolak
oleh negara tujuan ekspor dengan alasan
tarif harga terlalu tinggi dibandingkan
dengan eksportir dari daerah lain yang
melakukan peniruan tapi memasang tarif
harga miring jadi jelas itulah yang dipilih
314
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
oleh negara tujuan sebagai pemasok.
Lemahnya pengetahuan, pemahaman,
wawasan, dan keterampilan melakukan
pengurusan HaKI terhadap motif produk
lukisan wayang memiliki relevansi yang
begitu erat dengan merosotnya penjualan
produk.
Oleh karena itu, diperlukan upayaupaya penyadaran akan arti pentingnya
melakukan pengurusan HaKI melalui
pelatihan dan pendampingan oleh tim
pengusul P2M selaku perwakilan tim ahli
dari LPM Undiksha untuk dapat
menjembatani kebutuhan pelukis akan
jaminan perlindungan hukum hasil cipta
secara sah sehingga ide-ide kreatif dari
pelukis dapat dilindungi secara hukum.
Berdasarkan kondisi tersebut di
atas, maka sangat penting kiranya institusi
pendidikan sebagai salah satu tokoh kunci
keberhasilan
dalam
meningkatkan
efektivitas perlindungan hukum bagi
pekerja seni seperti pelukis wayang
kamasan menjadi mitra Disperindag
Kabupaten
Klungkung
dalam
menumbuhkan iklim usaha sehat dengan
pelatihan dan pendampingan pengurusan
HaKI bagi UKM pelukis wayang Kamasan.
2. Analisis Situasi
Desa Kamasan terletak di sentral
kota Klungkung, kurang lebih berjarak
hanya 1 km dari pusat pemerintahan
kabupaten Klungkung. Desa Kamasan
sangat kental dengan tradisi dan kesenian
tradisional, hal inilah yang telah
mempengaruhi seni lukis gaya klasik
Kamasan dan dapat dilihat keberadaannya
pada
lukisan
pewayangan
dengan
karakteristik khas dan langka yang satusatunya masih dilestarikan. Desa Kamasan
sudah sejak lama dikenal masyarakat kota
Klungkung sebagai pusat seni lukis. Pelukis
setempat memiliki corak lukisan unik yang
terkenal dengan sebutan style Kamasan.
Berikut adalah beberapa contoh lukisan
gaya klasik Kamasan.
Seni lukis wayang Kamasan memiliki
bentuk, sikap, figur, ekspresi, dan warna
tertentusesuai dengan peranannya dalam
cerita yang dilakoninya, yakni: (1).Lukisan
wayang figur Dewa mencerminkan sifat
adil, pengasih, dan penyayang. (2). Lukisan
wayang figur pendeta dengan ekspresi
ketuaan menunjukan sifat yang suci, adil
dan welas asih. (3). Lukisan wayang figur
kesatria
dengan
ekspresi
perkasa,
berwibawa, gagah, dan kuat. (4).Lukisan
wayang punakawan, binatang, tumbuhan
hanya
sebagai
pelengkap
untuk
menghidupkan suasana, dengan karakter
sesuai
perananya
dalam
lakon.
Penggambaran wayang sifat baik dan sifat
buruk seperti rwa bhineda selalu ada
sehinggatidak dapat dipisahkan antara satu
dengan yang lainnya. Setiap figur wayang
memiliki sifat dan karakter tersendiri hal ini
dapat dilihat dari bentuk mata, mulut dan
badannya.
Selain produk-produk lukisan di atas
yang
menceritakan
kisah-kisah
pewayangan. Ragam lain dari lukisan
Kamasan ditampilkan dalam bentu
Pawukon, Sapta Wara,Pananggal Bali
(Kalender Bali) yang memuat ala ayuning
dewasa (hari baik dan buruk). Hingga saat
ini pelukis wayang Kamasan selalu
mempertahankan proses pembuatan produk
lukisan secara tradisional dengan disertai
rangkaian upacara ritual keagamaan untuk
mengawali proses pengerjaan lukisan yang
oleh masyarakat setempat diyakini dapat
memberikan motivasi spiritual mulai dari
pengerjaannya sampai dengan penyelesaian
produk dapat dilakukan dengan lancar.
UKM
Surya
Darma
yang
dikoordinir oleh Ni Komang Sujastri
315
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
sebagai mitra 1 dari program P2M yang
diusulkan, selama ini menjalankan
usahanya mengerjakan beragam motif
lukisan wayang Kamasan, mulai dari
desain, pembuatan pola, pengerjaan sesuai
dengan pola, pewarnaan, pengemasan, dan
pengiriman. Desain lukisan wayang yang
dikerjakan dalam setiap produk biasanya
menyesuaikan
dengan
permintaan
konsumen (baik dari dalam negeri seperti
dari artshop di Kuta, Legian, Denpasar,
Yogyakarta, Pasar Seni sukowati Gianyar,
bahkan di Taman Nusa Gianyar di langitlangit bangunannya dihiasi pameran
lukisan wayang Kamasan, hal ini
menyerupai cerita pewayangan yang kita
jumpai keberadaannya di Balai Kerta Gosa
Klungkung). Dari luar negeri seperti
Negara Korea, Jepang, Thailand, Prancis,
Inggris, dan Belanda. Ni Komang Sujastri
dan suami membentuk sketsa pola desain
wayang yang akan dilukis, kemudian
barulah pengerjaannya dilanjutkan oleh
para karyawan beliau menyesuaikan
dengan pola yang telah beliau rancang. Jika
pesanan meningkat dan waktu pengerjaan
relatif singkat, pola yang beliau rancang
diperbantukan pengerjaannya dengan
mengefektifkan peran 10 orang anak
didiknya dan tetap kualitasnya dikontrol
oleh beliau.
Terhadap
situasi
pasar
yang
kompetitif, dan beliau menjumpai di
lapangan ada beberapa artshop yang
menjual barang tiruan lukisan Kamasan,
dan itu dihargai seharga produk yang asli
bahkan kadang dijual dengan harga miring.
Konsumen yang awam percaya saja bahwa
itu adalah produk Kamasan, Beliau menjadi
sangat menginginkan pelatihan dan
pendampingan pengurusan HaKI untuk
dapat berjalan lancar usaha dan jaminan
perlindungan hukum terhadap produk yang
dipasarkan. terhadap kejadian ini mitra
sangat memerlukan pelatihan maupun
pendampingan pengurusan HaKI terhadap
lukisan wayang Kamasan sebagai hasil
produksinya.
Usaha seni lukis dari mitra UKM
kedua yaitu Sari Sedana, dikelola oleh
Mitra 2, Nyoman Suryasih juga menekuni
pekerjaan di bidang seni lukis wayang
Kamasan
hanya
saja
usahanya
dikembangkan di Banjar Dinas Pande Mas
yang letaknya bersebelahan dengan Banjar
Dinas Sangging. Beliau menekuni usaha
seni lukis wayang Kamasan sejak
menginjak usia 17 tahun, dan mendirikan
usaha keluarga setahun di bawah UKM
Surya Darma, yaitu pada tahun 2009.
Semula, mitra 2 bergabung dengan UKM
Surya Darma. Setelah merasa mampu
mengembangkan usaha secara mandiri
mendorong beliau mendirikan UKM Sari
Sedana. Sekarang di Banjar Dinas Pande
Mas beliau memperkerjakan 2 orang
karyawan ditambah mitra dan suaminya.
Pekerja seni yang beliau rekrut keduanya
lulusan SMA. Kreatifitas seni yang
dikuasai diperoleh dari pembelajaran
otodidak pada saat beliau memperoleh
pelatihan di UKM Surya Darma.
UKM Sari Sedana yang dikelolanya,
diselenggarakan kerjasama dengan travel
agency melalui jasa layanan wisata (tour
guide) untuk mengantarkan tamu ke lokasi
dan ini pun sifatnya musiman karena pada
perkembangan beberapa tahun terakhir para
pelukis mengeluhkan adanya penurunan
penjualan jumlah produk. Penurunan
kapasitas pemasukan dari hasil penjualan
lukisan yang sangat drastis menyebabkan
terancamnya kehidupan pelukis dan
keberlangsungan lukisan gaya klasik khas
Kamasan. Banyak faktor yang menjadi
penyebabkan terjadinya hal tersebut di atas
316
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
salah satunya, seperti permasalahan yang
dihadapi mitra di bidang perlindungan
hukum terjadi kondisi yang paling
mengkhawatirkan adalah telah terjadinya
peniruan motif sebagai bentuk perampokan
warisan budaya oleh pihak yang tidak
bertanggung jawab. Permasalahan tersebut
terjadi karena mitra mengalami kendala
dalam hal pengurusan HaKI. Mitra merasa
enggan untuk mengurus dan melindungi
karya intelektual mereka di bidang seni,
karena adanya anggapan bahwa untuk
mengurus hal tersebut memerlukan biaya
yang sangat tinggi dan waktu yang cukup
lama akibat panjangnya alur birokrasi yang
harus dilakukan. Demikian juga halnya
pelukis belum mampu menjalin kerjasama
untuk menjangkau pangsa pasar global,
selama ini kalau dijumpai lukisan kamasan
banyak beredar di pasar luar negeri adalah
karena eksportir langsung memesan ke
pelukis dan bukan pelukis bertindak
sebagai eksportir.Terhadap permasalahan
di atas pengaruhnya adalah dapat
mengakibatkan kesenian tradisional di Bali
termasuk seni lukis gaya klasik khas
Kamasan menjadi sulit berkembang.
3. Identifikasi dan Perumusan
Masalah
Peniruan motif merupakan tindakan
pelanggaran hak cipta terhadap hasil
ciptaan seseorang. Praktek pencurian motif
yang terjadi selama ini sangat meresahkan
pihak pencipta selaku pemilik motif
termasuk konsumen. Salah satu dampak
negatif yang sangat besar dari pencurian
motif lukisan adalah terjadinya kerugian di
pihak pelukis, konsumen juga dikelabui
karena harus membeli produk yang tiruan
dengan harga yang hampir serupa dengan
produk aslinya. Bentuk-bentuk kecurangan
ini sebagai perwujudan adanya iklim usaha
yang kurang sehat, dan pihak pelukis
maupun konsumen yang dirugikan tidak
tahu ke mana harus melakukan pengaduan
terhadap penipuan yang telah dialaminya.
Hal ini menimbulkan berbagai pertanyaan
yang berkaitan dengan pengetahuan dan
pemahaman pelukis wayang Kamasan
tentang
perlindungan
hak
cipta,
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta.
Berdasarkan identifikasi masalah
tersebut, maka yang menjadi permasalahan
dalam pengabdian masyarakat ini adalah:
bagaimanakah upaya yang dapat dilakukan
untuk
meningkatkan
pengetahuan,
pemahaman, wawasan dan penguasaan
keterampilan masyarakat pekerja seni
khususnya pelukis Wayang Kamasan
tentang pengurusan HaKI untuk mengatasi
pelanggaran hak cipta?
B.TINJAUAN PUSTAKA
1. Tinjauan Tentang Perlindungan
Hukum
Aristoteles mengatakan bahwa
manusia adalah “zoon politicon”, makhluk
sosial atau makhluk bermasyarakat. Oleh
karena
tiap
anggota
masyarakat
mempunyai hubungan antara satu dengan
yang lain. Sebagai makhluk sosial, maka
sadar atau tidak sadar manusia selalu
melakukan
perbuatan
hukum
(rechtshandeling) dan hubungan hukum
(rechtsbetrekkingen). Perbuatan hukum
(rechtshandeling) diartikan sebagai setiap
perbuatan manusia yang dilakukan dengan
sengaja atau atas kehendaknya untuk
menimbulkan hak dan kewajiban yang
akibatnya diatur oleh hukum. Perbuatan
hukum, terdiri dari perbuatan hukum
sepihak seperti pembuatan surat wasiat atau
hibah, dan perbuatan hukum dua pihak
seperti jual-beli, perjanjian kerja dan lainlain.
317
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
Tiap hubungan hukum tentu
menimbulkan hak dan kewajiban, selain itu
masing-masing anggota masyarakat tentu
mempunyai hubungan kepentingan yang
berbeda-beda dan saling berhadapan atau
berlawanan, untuk mengurangi ketegangan
dan konflik.
Hukum dibentuk untuk
mengatur dan melindungi kepentingan
tersebut yang dinamakan perlindungan
hukum. Perlindungan hukum adalah suatu
perlindungan yang diberikan terhadap
subyek hukum dalam bentuk perangkat
hukum, baik yang bersifat preventif
maupun yang bersifat represif, baik yang
tertulis maupun tidak tertulis.
Dengan kata lain, perlindungan
hukum sebagai suatu gambaran dari fungsi
hukum.
Hukum
semestinya
dapat
memberikan suatu keadilan, ketertiban,
kepastian,
kemanfaatan
dan
kedamaian.Perlindungan hukum selalu
dikaitkan dengan konsep rechtstaat atau
konsep Rule of Law karena lahirnya
konsep-konsep tersebut tidak lepas dari
keinginan memberikan pengakuan dan
perlindungan terhadap hak asasi manusia.
2. Tinjauan Tentang HaKI (Hak
Kekayaan Intelektual)
Hak kekayaan atas intelektual
(HaKI) secara sederhana adalah suatu hak
yang timbul dari pola pikir kreatif tentang
kreasi seni yang menghasilkan produk atau
proses yang berguna bagi manusia. HaKI
juga bisa diartikan sebagai hak bagi
seseorang karena ia telah membuat sesuatu
yang berguna bagi orang lain. HaKI juga
merupakan hak untuk menikmati secara
ekonomis hasil dari suatu kreatifitas
intelektual.
Istilah
Hak
Kekayaan
Intelektual (HaKI) merupakan terjemahan
dari
Intellectual
Property
Right
(selanjutnya
disebut
IPR)
yang
dideskripsikan sebagai hak atas kekayaan
yang timbul karena kemampuan intelektual
manusia.
3. Tujuan Kegiatan
Berdasarkan identifikasi masalah
dan perumusan masalah di atas, maka yang
menjadi tujuan utama kegiatan pengabdian
masyarakat ini adalah untuk meningkatkan
pengetahuan, pemahaman,wawasan, dan
keterampilan pengurusan HaKI untuk
mewujudkan kesadaran hukum bagi pelukis
wayang Kamasan terhadap hasil karya cipta
lukisan wayang Kamasan sehingga
dikemudian hari jika terjadi peniruan hasil
karya cipta dari lukisan wayang Kamasan
pelukis dapat mengetahui tindakan hukum
yang dapat dilakukan untuk melindungi
hasil karya ciptanya.
4. Manfaat Kegiatan
Mengingat sedemikian penting
penanganan permasalahan peniruan dan
pengklaiman motif seni produk wayang
Kamasan dan berpengaruh terhadap
perlindungan karya cipta lukisan wayang
Kamasan, maka usulan program P2M ini
disinyalir akan dapat memberikan manfaat
bagi : pekerja seni yang dalam hal ini
diwakili oleh UKM pelukis wayang,
program pengabdian masyarakat ini dengan
pelatihan dan pendampingan pengurusan
HaKI mampu meningkatkan pengetahuan,
wawasan, dan keterampilan pengurusan
HaKI terhadap produk hasil karya ciptaan
yang dimiliki.
5. Kerangka Pemecahan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah
yang telah dilakukan di lokasi rencana
program pengabdian masyarakat, diperoleh
kesimpulan bahwa ada seperangkat
permasalahan yang saat ini dihadapi oleh
UKM pelukis wayang Kamasan, khususnya
menyangkut tingginya praktek pencurian
motif yang terjadi pada masyarakat
berimplikasi pada tindakan pelanggaran
318
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
hak cipta. Hal ini di duga sebagai akibat
langsung dari
belum
dipahaminya
ketentuan hukum yang mengatur tentang
pengurusan HaKI, sehingga menyebabkan
munculnya perilaku curang pihak tertentu
yang membaca celah untuk dilakukan
tindakan penipuan. Salah satu alternatif
yang dipandang cukup realiabel untuk
dilakukan
adalah
melaksanakan
menumbuhkan iklim usaha sehat dengan
pelatihan dan pendampingan pengurusan
HaKI Bagi UKM pelukis wayang
Kamasan, sehingga permasalahan yang
dialami selama ini dapat diatasi.
6. Khalayak Sasaran
Khalayak sasaran strategis yang
dituju dalam pengabdian masyarakat ini
adalah pelukis wayang Kamasan. Adapun
rasionalnya adalah: UKM pelukis wayang
Kamasan merupakan kelompok masyarakat
yang telah menekuni pekerjaan seni,
merupakan media penyebarluasan berbagai
informasi yang sangat efektif, mengingat
mobilitas sosialnya yang sangat tinggi, dan
dinilai dapat menjadi penggerak proses
penjaminan perlindungan hukum bagi hasil
cipta
dalam
meminimalisir
tindak
pencurian motif. Berdasarkan rasional
tersebut, maka sasaran yang dipilih dan
dipandang cukup tepat untuk diberikan
pelatihan dan pendampingan pengurusan
HaKI adalah UKM pelukis wayang
Kamasan.
Kabupaten Klungkung, program ini akan
mempermudah
dalam
memberikan
perlindungan hukum bagi masyarakat,
khususnya yang berkaitan dengan tindak
pencurian motif, dan (3) Kepala
Desperindag Kabupaten Klungkung yang
dapat menjadi media koordinasi untuk
pengurusan
HaKI
di
tingkat
kabupaten/kota.
C.METODE PELAKSANAAN
1. Rancangan Program
Program ini merupakan program yang
bersifat aktual dalam rangka peningkatan
pengetahuan, pemahaman, wawasan, dan
keterampilan pengurusan HaKI UKM
pelukis wayang Kamasan melalui
pelatihan dan pendampingan terbimbing
dari tim pengusul P2M Undiksha selaku
instruktur ahli yang akan memfasilitasi
kebutuhan
masyarakat
di
bidang
penjaminan perlindungan hukum terkait
HaKI.
Program ini dirancang sebagai bentuk
jawaban dan antisipasi dari berbagai
permasalahan yang berkaitan dengan
upaya untuk meningkatkan pengetahuan,
pemahaman, wawasan, dan keterampilan
UKM pelukis wayang Kamasan mengenai
pengurusan HaKI.
Lama pelaksanaan
kegiatan adalah 8 (delapan) bulan yang
dimulai
dari
tahap
perencanaan,
pelaksanaan sampai pada proses evaluasi
dengan melibatkan mitra P2M UKM Surya
Darma dan UKM Sari Sedana. Pada akhir
program setiap peserta akan diberikan
sertifikat sebagai tanda bukti partisipasi
mereka dalam kegiatan ini. Melalui
program ini, diharapkan mahasiswa dapat
meningkatkan
pengetahuan
dan
pemehaman dalam hal Model Praktek
Beracara di Muka Pengadilan melalui
Desiminasi Peradilan Semu(moot court).
7. Keterkaitan
Kegiatan ini memiliki keterkaitan
yang sangat mutualis dengan berbagai
pihak, antara lain: (1) Kepala Desa
Kamasan, program ini akan menjadi salah
satu rasional dalam mempermudah
penanganan berbagai kasus pencurian motif
yang dialami oleh UKM pelukis wayang
Kamasan,
(2) Kepala Kepolisian
319
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
Persiapan tutor dan instruktur
dilaksanakan pada awal kegiatan untuk
mematangkan kembali program – program
yang akan dilaksanakan kepada mitra,
sehingga terjadi sinergi yang baik dalam
kegiatan ini. Persiapan tutor dan instruktur
ini meliputi: mencetak materi pelatihan
untuk pelatihan manajemen produksi dan
kewirausahaan, serta pengurusan SIUP
UBK dengan rancangan label kelompok.
Persiapan yang dilaksanakan berikutnya
berupa persiapan alat dan bahan yang
dilaksanakan dengan pelatihan manajemen
produksi dan kewirausahaan, dan bahan
pelatihan SIUP yang dijadwalkan pada
akhir program.
Dalam rangka penyamaan persepsi
dan
waktu
pelaksanaan
kegiatan
pengabdian kepada masyarakat di UBK,
maka dilaksanakan kegiatan sosialisasi dan
koordinasi dengan peserta. Hal ini
dilaksanakan
untuk
mendapatkan
kesepakatan waktu dalam pelaksanaan
program, sangat disyukuri peserta kegiatan
sangat antusias dalam menerima sosialisasi
program sehingga tidak ada halangan yang
berarti dalam pelaksanaan kegiatan ini.
2. Rancangan Evaluasi
Untuk
mengukur
tingkat
keberhasilan kegiatan yang telah dilakukan,
maka akan dilakukan evaluasi minimal 3
(tiga) kali, yaitu evaluasi proses, evaluasi
akhir, dan evaluasi tindak lanjut. Kegiatan
evaluasi ini akan melibatkan tutor/pakar
dari Undiksha Singaraja.
D.PEMBAHASAN
1. Hasil Yang Dicapai
Pelaksanaan kegiatan Pengabdian
kepada Masyarakat “Menumbuhkan Iklim
Usaha Sehat dengan Pelatihan dan
Pendampingan Pengurusan HaKI Bagi
UKM
Pelukis
Wayang
Kamasan”
dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2016
yang
telah
dilaksanakan
dengan
penggunaan dana 70% program yaitu:
pendidikan dan pelatihan manajemen
produksi dan kewirausahaan. Hal yang
masih berlangsung sampai saat ini adalah
pendampingan
kelompok
dalam
pengurusan ijin usaha perdagangan (SIUP)
dengan karakteristik usaha bersama
kelompok (UBK).
Pada tahap awal pelaksanaan
program dilaksanakan kegiatan berupa
perancangan disain dan kegiatan diklat
dilaksanakan bersama tim pengusul
didasari oleh analisi situasi yang dibuat
berdasarkan permasalahan yang dihadapi
oleh UBK. Perancangan ini dilaksanakan
pada akhir bulan Mei dan pertengahan Juni
2016 yang juga melibatkan peran serta aktif
peserta program pengabdian kepada
masyarakat untuk membuat skala prioritas
program yang dilaksanakan. Perencanaan
ini berjalan dengan sangat baik berkat
peranan aktif tim pelaksana dan peserta
yang menjadi mitra program.
a) Pelatihan Perancangan Alat
Usaha
Pelatihan produksi peralatan usaha
lesehatan yag dilaksanakan pada saat ini
masih menitik beratkan pada produksi
bahan untuk menunjang perkakas warung
yang akan dibuka, dalam artian bahanbahan kelengkapan peralatan diolah dan
dikerjakan
sendiri
sebagai
bentuk
kreatifitas
pemberdayaan
kelompok.
Meskipun dalam perjalanan program
dicoba dilakukan pengolahan bahan
peralatan perkakas ke depannya diharapkan
320
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
dapat lebih efesien kalau anggota kelompok
dapat diberdayakan dalam pengerjaannya.
Pendidikan
dan
pelatihan
perancangan alat perkakas usaha lesehan ini
dilaksanakan pada tanggal 26 Mei sampai
dengan 7 Juni 2016, bertempat di kediaman
koordinator UBK.
Pendidikan dan
pelatihan dilaksanakan melalui metode
praktek langsung pengolahan bahan,
bambu, dan sebagainya sehingga siap
menjadi bahan dasar produk kreatif seni
lukis wayang Kamasan yang selanjutnya
digunakan pada usaha kelompok.
Dalam pelaksanaan diklat ini tidak
ditemukan kendala yang berarti karena
respon yang sangat bagus dari UBK dalam
mengikuti pelaksanaan kegiatan ini.
menjadi identitas bagi kelompok. Hal ini
dilakukan untuk melindungi produkproduk kreatif yang akan dihasilkan oleh
kelompok dikemudian hari.
Pelaksanaan kegiatan Pengabdian
kepada Masyarakat “Menumbuhkan Iklim
Usaha Sehat dengan Pelatihan dan
Pendampingan Pengurusan HaKI Bagi
UKM
Pelukis
Wayang
Kamasan”
dilaksanakan selama 6 (enam) bulan,
dimulai dari 19 Mei sampai dengan 07
Nopember 2016 yang telah dilaksanakan
70% program yaitu: pelatihan produksi,
pengurusan ijin usaha perdagangan,
pendampingan kelompok dalam hal
pengurusan ijin usaha perdagangan.Untuk
menyukseskan penyelenggaraan program
tidak terlepas dengan prosedur birokrasi
yang dilakukan oleh tim pelaksana dari
Universitas
Pendidikan
Ganesha
(UNDIKSHA).
Alur birokrasi pelaksanaan program dengan
mendatangi langsung desa tujuan P2M dan
bersilaturahmi dengan aparatur desa
setempat. Adapun hasil koodinasi tim
dengan birokrasi Pemerintahan Desa
kegiatan pengabdian dengan melibatkan
warga
masyarakat
untuk
mampu
diberdayakan melalui kegiatan sosialisasi
dan pelatihan dari pihak LP2M
UNDIKSHA.
E.KEGIATAN
TAHAPAKHIR
PROGRAM
Kegiatan tahap akhir program yang
akan dilaksanakan dalam program
pengabdian
kepada
masyarakat
“Menumbuhkan Iklim Usaha Sehat dengan
Pelatihan dan Pendampingan Pengurusan
HaKI Bagi UKM Pelukis Wayang
Kamasan” pada kelompok ini adapun
kegiatan pendampingan dan evaluasi yang
meliputi:
b) Pelatihan Manajemen Produksi
dan Kewirausahaan
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal
19-20 Juni oleh instruktur tamu dari
Jurusan S1 Ekonomi, yaitu Ni Luh
Indrayani. Yang melakukan pendampingan
tentang
manajemen
usaha
dengan
pengelolaan usaha kreatif mandiri secara
berkelompok oleh wanita pelukis Kamasan
sekaligus membuka peluang baru berupa
usaha yang merupakan bentuk UBK
rintisan.
c) Rancangan Pengurusan SIUP
UBK
Sesuai hasil kesepakatan dengan
anggota
kelompok
pendampingan
selanjutnya yang akan dilaksanakan oleh
instruktur pendamping dari jurusan Ilmu
Hukum. adalah pengurusan surat ijin usaha
perdagangan (SIUP) yang dalam hal ini
akan digunakan nama kelompok, supaya
dapat berkekuatan hukum akan diurus
pendaftarannya secara administratif setelah
usaha lesehan berjalan dan sekaligus
321
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
1. Pendampingan manajemen produksi dan
kewirausahaan sehingga terdapat tertib
administrasi pembukuan dan keuangan
kelompok yang diharapkan mampu
menjadikan kelompok terus berkembang
kearah yang lebih baik
2. Pendampingan pengurusan SIUP UBK
berupa Identitas Kelompok sampai
mendapatkan pengakuan dan ketetapan
hukum
3. Evaluasi program untuk melihat
seberapa jauh program ini bermanfaat
bagi UBK.
Kendala pelaksanaan
program adalah sulitnya meminid
waktu untuk pencapaian kesepakatan
pelaksanaan kegiatan.
Berkaitan dengan pengkondisian peserta
program, walaupun dijumpai kendala
masalah waktu selama tim pelaksana
program mampu mengatasinya dengan
melakukan koordinasi secara intensif
dengan Kepala Desa.
pelatihan
produksi
dan
kewirausahaan, dan rancangan
pengurusan SIUP UBK dapat
berjalan dengan baik
4. Pelaksanaan program
mampu
menghasilkan luaran-luaran yang
diharapkan
oleh
program
pengabdian kepada masyarakat.
2. Saran
Bagi pihak terkait, yang dalam hal ini
Pemerintah Desa, diharapkan dapat
memberikan
dukungan
kemudahan
kebijakan dan berbagi pengalaman dari segi
wawasan pengetahuan yang ditransfer ke
kelompok guna menyukseskan rintisan
program usaha industri rumah tangga.
DAFTAR PUSTAKA
Negara
Repulik Indonesia. UndangUndang Nomor 8 Tahun 1999
tentang
Perlindungan
Konsumen.Lembaran Negara No:
42 tahun 1999, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3821.
Negara Republik Indonesia. UndangUndang Nomor 19 Tahun 2002
tentang Hak Cipta. Lembaran
Negara Nomor:.85 tahun 2002,
Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4220
F. PENUTUP
1. Simpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh
dari pelaksanaan program pengabdian
kepada masyarakat “ UBK, adalah:
3. Tingkat partisipasi mitra p2m
memberikan dampak positif bagi
pelaksanaan program, terlihat dari
313
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
SEMINAR PEMBINAAN SEPAKBOLA BAGI GURU-GURU
PENJASORKES DAN PEMBINA OLAHARAGA DESA DI
KABUPATEN KARAWANG
Qorry Armen Gemael
Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi FKIP Unsika
[email protected]
Abstract
The purpose of community service is to provide supplies of knowledge in the field of sport of football coaching
theoretically and practically to teachers and coaches Sports penjasor in an effort to improve quality at the
village level. Community service was held in the District Base and Tegalwaru Karawang. Material presented
at this seminar is about the management of the organization, and the work program of the Organization. The
number of participants by 30 participants. The results of the implementation of community service activities
are generating new insights for teachers on the actual organizational management theory.
Keywords: Management, Organization, Football
Abstrak
Tujuan pengabdian kepada masyarakat ini adalah untuk memberikan bekal keilmuan dalam bidang pembinaan
cabang olahraga sepakbola secara teoritis dan praktis kepada guru-guru penjasor dan Pembina Olahraga dalam
upaya meningkatkan kualitas di tingkat desa. Pengabdian kepada masyarakat ini dilaksanakan di Kecamatan
Pangkalan dan Tegalwaru Kabupaten Karawang. Materi yang disampaikan pada seminar ini adalah tentang
manajemen organisasi, dan program kerja Organisasi. Jumlah peserta seminar sebanyak 30 peserta. Hasil
pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah menghasilkan pemahaman baru bagi para guru
mengenai teori manajemen organisasi yang sesungguhnya.
Kata Kunci: Manajemen, Organisasi, Sepakbola
PENDAHULUAN
A. Analisis Situasi
Tujuan pendidikan mempunyai dua
fungsi yaitu memberikan arah kepada
segenap kegiatan pendidikan. Tujuan
pendidikan bersifat normatif mengandung
unsur-unsur norma bersifat memaksa,
tetapi tidak bertentangan dengan hakikat
perkembangan peserta didik serta dapat
diterima oleh masyarakat sebagai nilai
hidup yang baik.
Menurut Undang-Undang RI no. 20
tahun 2003, disebutkan bahwa Pendidikan
Nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.
Olahraga
berperan
dalam
mewujudkan manusia seutuhnya dan
seluruh masyarakat Indonesia yang
berkualitas, yang memiliki kekuatan dan
keunggulan daya saing, serta menjadi
kebanggaan nasional bagi bangsa
Indonesia di forum internasional. Untuk
mengejar kebutuhan dan tuntutan SDM
yang menangani olahraga, dibandingkan
dengan populasi penduduk Indonesia yang
harus dilayani atau menjadi target
pembinaan, seperti pelatih olahraga,
instruktur kebugaran, guru pendidikan
jasmani, manajer olahraga, penggerak
olahraga, peneliti dan pakar olahraga dan
sebagainya, maka system pelatihan atau
314
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
peningkatan kualitasnya harus di tata
ulang bentuk dan prosedurnya. Upaya
reformasi system pelatihan ini, dilakukan
dengan yang lebih efisien, terarah dan
terpola, sesuai dengan standar kompetensi
profesi dan didukung oleh dana pelatihan
yang memadai.
Mempedomani kepada pengamatan
yang penulis lakukan serta hasil
wawancara dengan camat pangkalan dan
tegalwaru mengharapkan uluran tangan
dan partisipasi dari pihak Perguruan
Tinggi yang kaya dengan ide dan gagasan
serta memiliki kemampuan untuk
melakukan
intervensi
dalam
menanggulangi masalah ini terutama
kepada Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidkan melalui kegiatan Pengabdian
Kepada Masyarakat.
Pada dasarnya kegiatan
yang
dilakukan oleh para generasi muda selama
ini, sudah ada manfaatnya, minimal untuk
kebersamaan serta manfaat untuk
kesehatan, hasil kegiatan tersebut
hendaknya lahir para pelatih yang
berpotensi dan atlet-atlet berprestasi baik
ditingkat daerah, tingkat nasional bahkan
internasional. Untuk menuju kearah itu
ada sebuah organisasi yang mewadahi
setiap cabang olahraga serta para pelatih
yang mengerti tentang manajemen serta
metodologi kepelatihan.
Melalui kegiatan Pengabdian kepada
Masyarakat
ini,
akan
dilakukan
peningkatan pemahaman terhadap para
pembina olahraga dan para pelatih yang
terkait
di
lingkungan
kecamatan
Pangkalan
dan
Tegalwaru,
Kekurangannya yang terlihat selama ini
adalah persoalan manajemen organisasi
serta kemampuan para pembina dan
pelatih yang perlu dikembangkan. Hampir
setiap sore para pemuda pemudi berlatih
secara alami tanpa diurus dengan baik dan
benar sesuai dengan ketentuan manajemen
dan aturan organisasi seperti yang diatur
dalam anggaran dasar dan anggaran
rumah tangga.
B. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai
antara lain adalah :
a. Untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan para peserta dalam
berorientasi khususnya pada Pembina
Olahraga di tingkat desa/kelurahan.
b. Untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan para peserta tentang
penerapan pola-pola manajemen dalam
mencapai tujuan organisasi.
c. Untuk meningkatkan pengetahuan dan
ketearampilan para pembina dan
pelatih tentang penguasaan dasar-dasar
ilmu melatih dalam berbagai cabang
olahraga
khususnya
olahraga
sepakbola.
d. Untuk meningkatkan partisipasi dosen
dan para mahasiswa agar ikut secara
aktif dalam merealisasikan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat.
C. Manfaat Kegiatan
a. Untuk para peserta pelatihan memiliki
pengetahuan dan keterampilan dalam
bidang organisasi dan manajemen
olahraga.
b. Memiliki sejumlah pengetahuan dan
keterampilan dalam bidang dasar-dasar
ilmu melatih sehingga dapat diterapkan
dalam masing-masing sekolah ataupun
masing-masing klub.
c. Bagi sekolah-sekolah dan klub-klub
olahraga, diharapkan akan lahirlah atlet
berbakat yang memiliki prestasi baik
ditingkat daerah maupun tingkat
nasional.
d. Bagi tenaga pelaksana, karena telah
mampu
memberikan
sumbangan
315
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
IPTEKS dalam rangka meningkat
prestasi olahraga.
e. Bagi semua pihak untuk menambah
bahan bacaan diperpustakaan sehingga
dapat menjadi bahan acuan dalam
pengembangan dan peningkatan dalam
berbagai hal dimasa mendatang.
D. Pengertian Manajemen
Para ahli manajemen telah banyak
mengemukakan pengertian MMT, Sallis
Edward dalam Gasperz (2001:146)
mengemukakan bahwa “Total Quality
Management is a philosophy and
methodology which assists institutions to
manage change and to set their own
agendas for dealing with plethora of new
external pressures”. Menunjukkan bahwa
MMT bukan sekedar prosedur atau
tahapan-tahapan dalam menyelesaikan
suatu masalah, tetapi sebuah filsafat dan
metodologi untuk membantu lembaga
dalam mengahadapi perubahan agar selalu
sesuai dengan kebutuhan dan harapan
pihak-pihak luar atau stakeholder.
Definisi tersebut hampir mirip dengan
yang dikemukakan oleh Robins, Bregman,
Stag, dan Coulter (2003) yang
menyatakan bahwa “Total Quality
Management (TQM) is a philosophy of
management that is driven by customer
needs and expectation and that focuses on
continual
improvement
in
work
processes”. Sedangkan Kovel Jarboe
dalam Syafaruddin (2002).
E. Organisasi
Organisasi mempunyai dua pengertian
umum, yaitu sebagai suatu lembaga atau
fungsional, seperti perguruan tinggi,
rumah sakit, perwakilan pemerintah,
perwakilan
dagang,
perkumpulan
olahraga dan lain sebagainya, lainnya
sebagai
proses
pengorganisasian
pengalokasian dan penugasan para
anggotanya untuk mencapai tujuan yang
efektif.
Organisasi dituntut untuk memenuhi
kebutuhan kapasitas manajemen dengan
karakteristik; 1) bergerak secara lebih
efektif atas dasar visi dan misinya, 2)
selalu berusaha memenuhi pelanggan, 3)
kegiatannya bersifat proaktif, 4) mengejar
daya saing, 5) anggotanya lebih tekun
bekerja (industrious), 6) anggotanya harus
lebih giat berusaha (entreprising), 7)
pimpinannya mau mengerahkan seluruh
karyawan
dengan
pemberdayaan
(empowerment),
pimpinannya
mendorong karyawan untuk selalu
meningkatkan
pengetahuan
dan
kecakapan supaya mutakhir dan relevan
dengan tugas, 9) perencanaannya terpadu,
pelaksanaan
dan
pengendalian
terdesentralisasi (Hardjosoedarmo, 1997).
Pembangunan olahraga adalah bagian
yang tak terpisahkan dari upaya
peningkatan kualitas Sumber Daya
Manusia
untuk
pembangunan.
Pembangunan
olahraga
diarahkan
menjadi kekuatan pendukung bagi
pertumbuhan ekonomi nasional.
Meningkatkan kinerja dan manajemen
pembinaan dan pengembangan olahraga,
agar dapat berperan serta dalam upaya
peningkatan kualitas manusia dan seluruh
masyarakat Indonesia, yang memiliki
keunggulan daya saing. Meningkatkan
peranserta olahraga sebagai kekuatan
ekonomi, social budaya, politik dan
pertahanan
keamanan
dalam
pembangunan nasional Mendukung upaya
peningkatan produktivitas dan efisiensi
nasional, guna mengatasi dan menyikapi
tantangan, serta memanfaatkan peluang
dan persaingan era globalisasi dan pasar
bebas.
316
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
Prestasi adalah kemampuan maksimal
yang ditandai dengan menjadi juara dalam
suatu pertandingan atau perlombaan.
Depdikbud (1978:29) mengemukakan
bahwa : ”Olahraga prestasi perlu diatur
dan diselenggarakan oleh perkumpulanperkumpulan olahraga dengan para pelatih
sebagai pembimbing atlit dalam latihanlatihan dan pertandingan.
F. Peran
Manajemen
Dalam
Organisasi.
Organisasi olahraga memerlukan
mekanisme yang teratur dan sistimatis.
Kelancaran mekanisme suatu organisasi
olahraga, akan mempelancar pembinaan
olahraga. Dalam hal ini kepemimpinan
setiap unsur yang terdapat dalam
organisasi
tersebut
harus
merasa
bertanggung jawab dalam melaksanakan
tugas yang diembankan kepadanya.
Pembinaan olahraga di Sekolah Dasar,
kembali membenahi kepengurusan yang
kurang aktif atau kepenggurusannya
belum ada perlu dibentuk kepenggurusan
yang baru.
Struktur organisasi yang baik
diperlukan bimbingan . Tanpa bimbingan
yang baik dan terarah setiap unsur dalam
organisasi dimaksud belum dapat
menjalankan tugas sesuai dengan yang
direncanakan
semula.
Bimbingan
diharapkan dari pimpinan organisasi,
pemuka
masyarakat
dan
aparat
pemerintah. Selanjutnya untuk kelancaran
mekanisme organisasi olahraga sangat
diperlukan adanya koordinasi antara
jabatan, fungsi seluruh personil yang
tergabung dalam organisasi tersebut.
G. Program Kerja Organisasi
Faktor organisasi merupakan unsur
untuk meningkatkan prestasi, organisasi
merupakan wadah dari kegiatan olahraga
untuk tujuan pembinaan prestasi olahraga.
Organisasi harus mendapat dukungan dari
seluruh unsur pengurus, anggota,
masyarakat dan pemerintah. Agar
mekanisme organisasi tersebut dapat
berjalan sesuai dengan fungsinya.
Demi
kelancaran
mekanisme
organisasi olahraga sangat diperlukan
adanya koordinasi antara jabatan, fungsi
seluruh personil yang tergabung dalam
organisasi tersebut. Koordinasi yang baik
dari suatu organisasi olahraga akan
menimbulkan kegairahan bekerja, maka
besar
kemungkinan
tujuan
yang
direncanakan akan dapat tercapai dengan
baik.
Masing-masing bidang membuat
program kerja, Program yang sudah
disusun sedemikian rupa dijalankan
dengan baik dibawah kontrol ketua umum
serta koordinator masing-masing bidang.
Dalam pelaksanaannya perlu adanya
pengontrolan dan pelaporan secara
berkala dari masing-masing bidang,
sehingga kekurangan-kekurangan dalam
perjalanannya dapat diperbaiki dengan
segera.
MATERI DAN METODE
PELAKSANAAN
A. Kerangka Pemecahan Masalah
Permasalahan - permasalahan yang
ditemui di lapangan sehubungan dengan
belum maksimal kerja kepenggurusan
dalam pengorganisasian, pembinaan,
manajemen yang baik dan personalia
dalam organisasi masih belum melihat
keseriusan mengelola dan membina
perkembangan olahraga, maka perlu
dilakukan
semacam
pencerahan,
penyampaian konsep-konsep manajemen
dan organisasi, ilmu melatih dan
penyuluhan kepada khlayak sasaran yang
strategis.
317
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
Upaya yang dilakukan adalah dengan
memberikan sejumlah materi yang relevan
Tim Ahli dari
LPPM Unsika
Proses Pelatihan
oleh Tim Ahli
sesuai dengan masalah yang ada dengan
alur pikir sebagai berikut :
Khlayak Sasaran
Strategis
B. Khalayak Sasaran
Berangkat dari persoalan-persoalan
yang ditemui di lapangan, maka kegiatan
dapat dilakukan dengan khalayak sasaran
antara yang strategis adalah para pembina,
pengurus dan pemerhati olahraga serta
para guru-guru Penjasorkes yang ada di
Sekolah Dasar lingkungan Kecamatan
pangkalan dan Tegalwaru, 30 orang yang
direkrut.
B. Keterkaitan
Sebagai institusi pelaksanaan adalah
Unsika Karawang melalui Lembaga
Pengabdian Kepada Masyarakat. Dalam
pelaksanaan
bekerjasama
dengan
Kecamatan Pangkalan dan Tegalwaru. .
C. Metode Kegiatan
Kegiatan ini berlangsung selama 2
hari dengan metode penyampaian materi
dengan ceramah, tanya jawab, diskusi
serta pemberian tugas-tugas kepada setiap
peserta. Selanjutnya dihari kedua
dilakukan pendampingan dalam bentukbentuk kegiatan yang dilaksanakan dan
dilakukan
pengendalian
serta
pengawasan.
D. Evaluasi
Evaluasi dalam kegiatan ini dilakukan
dalam beberapa tahap antara lain:
terhadap persiapan, proses dan hasil yang
dicapai. Evaluasi terhadap persiapan
dilakukan dengan jalan menilai segala
bentuk persiapan dan mendiskusikannya
dengan para anggota tim pelaksana.
Evaluasi terhadap proses dilakukan
sambil berjalan dengan mencocokkan
Keterampilan
baru bagi para
peserta
rencana kerja dengan realisasi kegiatan
dan evaluasi terhadap hasil dilakukan
dengan tanya jawab serta peragaan dan
pemberian tugas serta melakukan
monitoring oleh tim pelaksana kegiatan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Pemimpin dapat mempengaruhi moral
dan kepuasan kerja, keamanan, kualitas
kehidupan kerja dan terutama tingkat
prestasi suatu organisasi. Para pemimpin
juga memainkan paranan kritis dalam
membantu kelompok, organisasi atau
masyarakat untuk mencapai tujuan
mereka. Kemudian timbul pertanyaan
yang membuat seorang pemimpinan
efektif.
Salah satu persoalan pendidikan yang
sedang dihadapi adalah persoalan mutu
pendidikan pada setiap jenjang dan satuan
pendidikan. Sedangkan dibidang olahraga
yakni semakin terpuruknya rengking
prestasi olahraga kita di Pesta olaharaga
Asia Tenggara. Berbagai usaha telah
dilakukan untuk meningkatkan mutu
pendidikan nasional, antara lain melalui
berbagai pelatihan dan peningkatan
kompetensi guru, pengadaan buku dan alat
pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana
pendidikan, dan meningkatkan mutu
manajemen sekolah.
Indikator mutu pendidikan belum
menunjukkan peningkatan yang berarti.
Sebagian sekolah, terutama di kota-kota,
menunjukkan
peningkatan
mutu
318
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
pendidikan
yang
mencakup
menggembirakan, sebagian besar lainnya
masih memprihatinkan. Pada bidang
olahraga melakukan bermacam-macam
kegiatan dalam upaya meningkatkan
prestasi disetiap cabang olahraga, seperti
mendatangkan pelatih dari luar negeri, uji
coba serta banyak kegiatan lainnya.
Berdasarkan masalah di atas, maka
berbagai pihak mempertayakan apa yang
salah dalam penyelenggaraan pendidikan
kita dan apa pula yang salah dalam
pembinaan olahraga di bumi tercinta ini.
Pembinaan Olaharaga Prestasi adalah
pembinaan olahraga yang dilakukan
dengan tujuan untuk meraih suatu prestasi
olahraga. Kurangnya pembinaan olahraga
di Sekolah-sekolah dasar dinyatakan
peserta disebabkan oleh banyak faktor
seperti. (1) kurang lancarnya mekanisme
organisasi yang ada, (2) tidak adanya
pembina dan pelatih yang kualifait, (3)
kurangnya minat atlet untuk berlatih, (4)
pelatih belum memiliki program yang
jelas. Faktor-faktor tadi merupakan
penyebab
belum
meningkatnya
pembinaan dan pembibitan olahraga.
B. Pembahasan
Kemampuan
dan
keterampilan
kepemimpinan dalam pengarahan adalah
faktor penting effektifitas manajer. Bila
organisasi dapat mengidentifikasikan
kualitas–kualitas yang berhubungan
dengan kepemimpinan, kemampuan untuk
menseleksi pemimpin-pemimpin efektif
akan meningkat. Dan bila organisasi dapat
mengidentifikasikan perilaku dan teknikteknik kepemimpinan efektif, akan
dicapai
pengembangan
efektifitas
personalis dalam organisasi termasuk
didalamnya
bagaimana
kebijakankebijakan yang diambil atau diarahkan
oleh seorang pemimpin bisa berdampak
dalam setiap lini kehidupan. Dalam
bidang pendidikan contohnya seorang
pemimpin yang baik harus bisa
meningkatkan atau mendongrak nilai-nilai
pendidikan yang pada tujuan akhirnya
kebijakan-kebijakan yang diambil akan
menghasilkan kualitas pendidikan yang
baik yang bisa memacu pertumbuhan
kemajuan peradaban sebuah bangsa.
Agar dapatnya terlaksana manajemen
dalam pelatihan olahraga tentunya terlebih
dahulu organisasi sebagai wadah untuk
berkumpulnya berbagai potensi sumber
daya manusia dari berbagai kalangan, baik
sebagai pengurus, pelatih maupun yang
akan dilatih. Langkah-langkah yang dapat
ditemukan dalam pelatihan ini antara lain
adalah:
1. Organisasi.
Organisasi merupakan suatu hal yang
pokok
dalam
usaha
peningkatan
pembinaan olahraga. Faktor organisasi
merupakan wadah dari kegiatan olahraga
yang memerlukan partisipasi dari seluruh
anggota, masyarakat dan pemerintah.
Tanpa dukungan yang memadai, maka
mekanisme organisasi itu tidak akan
berjalan lancar. Kelancaran mekanisme
organisasi olahraga akan menunjang
terciptanya suatu prestasi yang optimal.
Peranan organisasi dalam pembinaan
olahraga sangat penting artinya untuk
mencapai tujuan yang dihapkan. Tanpa
adanya suatu organisasi yang baik dari
suatu klub olahraga, maka sukar
diharapkan pencapaian prestasi yang
optimal. Suatu organisasi klub olahraga
memerlukan mekanisme yang teratur dan
sistematis. Kelancaran mekanisme suatu
organisasi olahraga, akan memperlancar
pembinaan klub olahraga dimaksud.
Dalam hal ini kepemimpinan setiap unsur
yang terdapat dalam organisasi tersebut
319
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
harus merasa bertanggung jawab dalam
melaksanakan tugas yang dibebankan
kepadanya.
Kegiatan-kegiatan yang terdapat
dalam setiap unsur organisasi harus
berjalan menuju tujuan yang telah
ditetapkan. Setiap unsur harus dapat
menciptakan kerjasama yang baik
sehingga mekanisme oraganisasi tersebut
dapat berjalan sesuai dengan yang
diharapkan. Kenyataan yang ditemui pada
Sekolah-Sekolah
Dasar
bahwa
mekanisme oraganisasi ini tidak berjalan
menurut semestinya, walupun setiap
sekolah telah mempunyai organisasi
tersendiri. Dengan demikian wajar
kiranya prestasi olahraga di SekolahSekolah Dasar belum meningkat sesuai
dengan yang diharapkan.
2. Manajemen
Organisasi
mengidentifikasikan
kualitas–kualitas yang berhubungan
dengan kepemimpinan, kemampuan untuk
menseleksi pemimpin-pemimpin efektif
akan meningkat. Dan bila organisasi dapat
mengidentifikasikan perilaku dan teknikteknik kepemimpinan efektif, akan
dicapai
pengembangan
efektifitas
personalis dalam organisasi termasuk
didalamnya
bagaimana
kebijakakebijakan yang diambil atau diarahkan
oleh seorang pemimpin bisa berdampak
dalam setiap lini kehidupan.
Dalam bidang pendidikan contohnya
pemimpin yang baik harus bisa
meningkatkan atau mendongrak nilai-nilai
pendidikan yang pada tujuan akhirnya
kebijakan-kebijakan yang diambil akan
menghasilkan kualitas pendidikan yang
baik yang bisa memacu pertumbuhan
kemajuan peradaban sebuah bangsa.
Gaya-gaya kepemimpinan yang berbeda
dibicarakan disini. Analisis kritis
penguasa yang otoriter melawan yang
demokratis serta yang berorientasi pada
orang melawan yang beriorentasi pada
tugas semua dibahasanya.pelatih yang
berhasil dapat menggunakan modelmodel kepemimipinan yang cocok dengan
kepribadiannya sendidri yang sesuai
dengan keadaan.
Kepelatihan pada saat ini bukanlah
tugas yang mudah. Bahkan kepelatihan
merupakan profesi yang penuh tantangan
dan selalu berubah. Pelatih yang berhasil
selalu bersedia menerima informasiinformasi baru, namun tetap dapat
mengenali pendekatan tradisional yang
paling sesuai. Pemimpin yang efektif
selalu tanggap dan sebagai hasilnya
menanggapi olahragawannya dengan cara
meningkatkan
diri
dan
bukan
menghancurkan diri. Sikap tanggapnya
menjadikan pelatih dapat dengan benar
menggunakan kekuasaanya. Pelatih yang
berhasil menguasai seni dan ilmu
berkomunikasi dengan olahragawan dan
asisten pelatihnya.
Kepercayaan diri olahragawan didapat
melalui kemampuan mendengar aktif.
Mereka dapat membina keseimbangan
antara berorientasi pada tugas dan
berorientasi pada olahragawan dan
keseimbangan ini menjadikan mereka
selalu menang.
3. Membuat Program Kerja
Setelah kepengurusan terbentuk, maka
pengurus inti bersama anggota-anggota
seksi lainnnya, perlu membuat draf
program kerja. Minsalnya seksi dana,
mencoba membuat program tentang
perkiraan kebutuhan dana dalam masa
periode tertentu dan bagaimana cara
mencari dana. Dalam program ini harus
tercermin secara rinci kebutuhan dana
yang diperlukan serta sumber-sumber
320
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
yang mungkin diperkirakan mampu
memberikan bantuan atau dengan cara
lain. Persoalan dana merupakan persoalan
yang sangat penting dalam sebuah
organisasi apapun, sebab tanpa adanya
dukungan dana kegiatan tidak berjalan
dengan baik sesuai dengan tujuan yang
telah ditetapkan. Setiap organisasi
olahraga sering terkendala dalam masalah
dana, sehingga pembinaan atlet menjadi
tidak sempurna dan sering terbengkalai.
Perencanaan yang dibuat ini, haruslah
dijalankan dengan baik dibawah kontrol
ketua umum serta koordinator masingmasing bidang. Dalam pelaksanaannya
perlu adanya pengonrolan dan pelaporan
secara berkala dari masing-masing seksi,
sehingga
kalau
ada
kekurangankekurangan dalam perjalanannya dapat
diperbaiki dengan segera.
dengan jalan meningkatkan kegiatan
pelatihan
melalui
kegiatan
ekstrakurikuler.
2. Selain di sekolah diharapkan juga
meningkatkan peran aktifnya untuk
memulai
kembali
mendirikan
organisasi-organisasi atau club-club
olahraga.
3. Dalam
mendirikan
organisasi
hendaknya
melibatkan
berbagai
komponen masyarakat, baik kalangan
pendidikan atau akademisi, tokoh
masyarakat
pemerhati
olahraga,
kalangan pemerintah dan para
generasi muda.
4. Setelah
terbentuknya
wadah
organisasi, perlu dilakukan fungsifungsi
manajemen
terutama
manajemen kepelatihan agar tujuan
yang telah ditetapkan dapat tercapai
dengan baik.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari kegiatan pengabdian
masyarakay ini sebagai berikut:
1. Mendirikan organisasi Baru Untuk
melahirkan atlet yang dapat dibina ke
arah yang lebih baik, diperlukan
wadah organisasi sebagai wahana
pencarian bibit dan pengembangan
dan peningkatan baik dibidang fisik,
teknik, taktik serta mental bertanding.
2. Memilih pengurus yang baru adalah
merupakan solusi terbaik dalam
rangka meningkatkan manajemen
kepelatihan olahraga di kecamatan
Pangkalan dan Tegalwaru Kabupaten
Karawang.
B. Saran-Saran
1. Kepada para peserta dalam kegiatan
ini yang bertugas sebagai guru
Penjasorkes, agar dapat melahirkan
atlet berprestasi melalui jalur sekolah
DAFTAR PUSTAKA
Beding, Bona (2003). Membangun
Karakter Bangsa Melalui Olahraga.
Jakarta: Gramedia Widia sarana
Indonesia
Depdikbud
(1978).
Asas-Asas
Pengetahuan Umum Olahraga.
Jakarta: Depdikbud
Kiram, Yanuar (2000). Sekolah Sebagai
Komponen Strategis Pembinaan
Prestasi
Olahraga.
Makalah:
Disajikan dalam Seminar Nasional
Keolahragaan
14-9-2000
di
Universitas Negeri Padang.
Kosasih, Engkos (1998). Pembinaan
Olahraga. Jakarta: Gramedia
Lutan,
Rusli
(2003).
Strategi
Pembelajaran Jasmani di SD.
Jakarta: Depdiknas
Menegpora, (2007). Undang-Undang
Republik Indonesia nomor 3 tahun
321
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
2005. Jakarta –Biro Humas dan Hukum
Ramdan, Endang (1982). Olahraga dan
Kesehatan. Bandung: Angkasa
Syafruddin, (2011). Ilmu Kepelatihan
Olaharaga. UNP Press: FIK UNP
Padang.
Suharno
(1986).
Ilmu
Melatih.
Yogyakarta: FPOK IKIP
Setyobroto, /sudibiyo (1993). Psikologi
Kepelatihan. Jakarta: Jaya Sakti.
Zalfendi,
(2013).
Kebijakan
Kepemimpinan. Pasca Sarjana UNP
Padang
.
323
PELATIHAN PENGGUNAAN INTERNET DALAM
PEMBELAJARAN MATEMATIKA BAGI GURU-GURU SDN DI
DESA ANGGADITA
Iyan Rosita Dewi Nur
Pendidikan Matematika
FKIP Universitas Singaperbangsa Karawang
[email protected]
ABSTRACT
Teacher as a students fasilitator is necessary to have a knowledge about the change of internet technology
especially potential internet as a tool and media to enrich students learning. Generally, this case is self
challenges for all of teachers in school, include elementary’s school teachers. In the fact, they are not
introduced about the use of internet. The results of researches showed that optimalization of internet pottential
is not a simple task. The purpose of this dedication to community is to introduce website of mathematics
learning and make a mathematics learning design with internet for the teachers of elementary school in desa
Anggadita. The target of this dedication to community is all of the elementary school teachers in Desa
Anggadita kecamatan Klari kabupaten Karawang. The followings are the activities done by team : preparing
the sillaby and lesson plan, applying the program as instructor by the team, doing meeting 12 times, using
tutorial methods. The total of the trainees is 30 teachers. By this training, the participants feel helpfull because
they can understand dan learn how to visit the mathematics website, they can apply it in their classroom
teaching
Key word: Training, Internet, Mathematics Learning
ABSTRAK
Guru selaku fasilitator bagi muridnya, perlu memiliki wawasan tentang perkembangan teknologi
internet khususnya potensi internet sebagai alat atau media untuk memperkaya pembelajaran siswa. Pada
umumnya ini adalah tantangan tersendiri bagi guru-guru di sekolah, termasuk guru-guru di sekolah dasar. Pada
kenyataannya, mereka tidak dibekali tentang pembelajaran menggunakan internet. Penelitian menunjukkan,
mengharapkan guru untuk mengoptimalkan potensi internet bukanlah suatu tugas yang sederhana. Tujuan
pengabdian kepada masyarakat ini adalah untuk mengenalkan guru-guru SDN di desa Anggadita pada websitewebsite pembelajaran matematika serta belajar merancang pembelajaran matematika menggunakan internet..
Target sasaran dalam pengabdian ini adalah seluruh guru sekolah dasar di Desa Anggadita Kecamatan Klari
Kabupaten Karawang. Metode yang dilakukan adalah dengan teknik tutorial, jumlah peserta pelatihan
sebanyak 30 orang. Dengan adanya pelatihan ini para peserta merasa terbantu karena mereka bisa mengenal
dan belajar bagaimana membuka situs-situs pembelajaran dalam matematika sehingga mereka bisa
mengaplikasikannya dalam pembelajaran di kelas yang sasarannya dapat meningkatkan dan menguatkan
konsep pemahaman matematis siswa yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
Kata Kunci: Pelatihan, internet, pembelajaran matematika
PENDAHULUAN
Sekolah Dasar Negeri Anggadita
merupakan sekolah dasar negeri yang
berada di Desa Anggadita Kecamatan
Klari Kabupaten Karawang. Terdapat 5
Sekolah Dasar Negeri Anggadita, yaitu
SDN Anggadita I, SDN Anggadita II,
SDN Anggadita III, SDN Anggadita IV,
dan SDN Anggadita V. Desa Anggadita
merupakan salah satu desa yang kini
berkembang
pesat
perkembangan
wilayahnya. Hal itu dikarenakan desa
Anggadita merupakan salah satu desa
tempat berkembangnya industri di
Kabupaten Karawang.
Seiring dengan perkembangan
tersebut, tidak dapat dipungkiri lagi
murid- murid dewasa ini tumbuh di dunia
324
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
yang jauh berbeda dengan di masa ketika
guru, orang tua dan kakek mereka masih
menjadi murid. Anak-anak sekarang
terlahir diera digital dan ditengah-tengah
perkembangan teknologi yang sedemikian
pesatnya, menuntut adanya kesiapan
mental dan finansial baik bagi orang tua
maupun sekolah untuk mengakomodasi
setiap kebutuhan anak-anak yang semakin
kompleks khususnya dalam pembelajaran.
Teknologi yang berkembang pesat
diantaranya adalah telepon dan internet.
Sudah tidak heran lagi ketika murid
sekolah dasar di jaman sekarang sudah
pandai
mengoperasikan
teknologi
canggih. Teknologi merupakan bagian
dari masyarakat informasi di mana kita
kini hidup, orang sudah menggunakan
internet, e-mail dan hand phone dalam
berkomunikasi, kompetensi seseorang
semakin ditantang dan diperluas dengan
cepat. Sekolah sebagai bagian dari
masyarakat, teknologi hendaknya harus
menjadi bagian integral dari sekolah dan
pembelajaran di kelas
Fasiltas komputer di setiap SDN
yang berada di desa Anggadita telah
tersedia, namun hanya terdapat 1 unit saja
di masing-masing sekolah. Untuk koneksi
internet masih terbatas pada penggunaan
modem yang disediakan oleh masingmasing pihak sekolah. Meskipun saat ini
masih terbatas, tetapi bila kita mencermati
besarnya dukungan pihak orang tua pada
sekolah tersebut dan adanya kemungkinan
bekerja sama dengan pihak luar (misalnya
Telkom), maka fasilitas internet di sekolah
tersebut diperkirakan akan meningkat
secara signifikan. Sedangkan dari konteks
siswa SDN di desa Anggadita, internet
bukanlah barang asing bagi sebagian
siswa. Percakapan yang sering muncul
pada pihak siswa tentang facebook dan
game online mengindikasikan bahwa
sebagian siswa sudah terbiasa dengan
penggunaan internet. Bilamana hal ini
dikaitkan pengalaman peneliti (dalam hal
ini
Ketua
Peneliti)
ketika
melakukan observasi
tentang
pembelajaran matematika dengan internet
di sekolah-sekolah dasar di Anggadita,
ditemukan bahwa siswa-siswa SD baik
kelas 1,2 maupun siswa kelas 3 dapat dengan
mudah mengakses teknologi internet,
menavigasi
sejumlah
website
pembelajaran matematika tanpa harus
didampingi secara langsung oleh guru
mereka. Fenomena ini memperkuat
pernyataan bahwa saat ini sekolah sedang
menghadapi siswa“era digital” yang sangat
berbeda karakteristiknya dengan siswa pada
dekade
sebelumnya.
Hal
ini
mengisyaratkan pentingnya para siswa
difasilitasi untuk memanfaatkan internet
sebagai alat/media belajar bagi mereka,
tidak terbatas hanya sebagai media untuk
bermain atau pun komunikasi.
Pembelajaran dengan menggunakan
media IT merupakan salah satu strategi
pembelajaran yang sangat disenangi dan
ditunggu oleh anak-anak, karena tidak
dapat dipungkiri lagi bahwa ketertarikan
anak untuk menguasai teknologi sangat
besar, ini dapat kita lihat begitu banyak
anak baik diusia non sekolah (usia dini)
maupun usia sekolah yang kehilangan
waktu belajar karena asyik dengan dunia
teknologi seperti bermain game, bermain
hand phone dan bermain komputer. Oleh
karena itu, pendekatan pembelajaran yang
memperhatikan dunia anak yaitu berkaitan
dengan dunia IT merupakan keharusan
yang tidak dapat ditawar-tawar lagi untuk
menciptakan antusias dan motivasi
belajar, apabila hal ini tidak dapat
326
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
dipenuhi, tentunya pembelajaran sudah
tidak menjadi perhatian utama murid.
Pertanyaan yang muncul dalam
menghadapi kenyataan ini adalah apakah
perkembangan teknologi ini diimbangi
juga dengan kemampuan guru sekolah
dasar dalam menguasai teknologi?
Dapatkah internet diintegrasikan ke dalam
pembelajaran
matematika?
Dan
bagaimana implementasinya?
Guru selaku fasilitator bagi
muridnya, perlu memiliki wawasan
tentang peerkembangan teknologi internet
khususnya potensi internet sebagai alat
atau
media
untuk
memperkaya
pembelajaran siswa. Pada umumnya ini
adalah tantangan tersendiri bagi guru-guru
di sekolah, termasuk guru-guru di sekolah
dasar. Pada kenyataannya, mereka tidak
dibekali
tentang
pembelajaran
menggunakan
internet.
Penelitian
menunjukkan, mengharapkan guru untuk
mengoptimalkan
potensi
internet
bukanlah suatu tugas yang sederhana. Satu
contoh masalah adalah bagaimana guru
mengetahui mana informasi yang valid
dan tepat untuk digunakan (Wallace,
2004).
Bahkan
penelitian
telah
menunjukkan kompleksitas dari sebuah
pengajaran dengan menggunakan internet
(Wallace, 2002, 2004).
Pembelajaran matematika yang
menggunakan
media
komputer
perkembangannya sangat pesat, begitu
banyak pembelajaran matematika dewasa
ini disajikan dengan media interaktif
berupa CD pembelajaran dan media
internet (e-learning), namun media yang
tersedia dipasaran kadangkala tidak sesuai
dengan kebutuhan kurikulum dan
kebutuhan siswa, dengan demikian guru
sebagai
subjek
pendidikan
yang
memahami kurikulum dan kebutuhan
siswanya hendaknya mampu menciptakan
sendiri media interaktif bagi siswanya.
Berdasarkan latar belakang di atas,
dapat disimpulkan bahwa sekurangkurangnya empat faktor yang menjadi motivasi
pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat
ini: (1) memberi dukungan kepada SDN
yang berada di desa Anggadita untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran
khususnya pembelajaran matematika
dalam penggunaan media internet dalam
rangka menyongsong perkembangan
jaman. (2) potensi internet sebagai alat
belajar yang perlu dioptimalkan, (3)
mempertimbangkan karakteristik siswa
“era digital”, dan (4) latar belakang guru,
yang di satu sisi dituntut untuk
mengintegrasikan TIK sedangkan di sisi
lain latar belakang pendidikan guru dalam
hal pemanfaatan TIK kurang memadai.
Atas dasar yang telah disampaikan
di atas, dalam kegiatan pengabdian
masyarakat ini, guru akan dikenalkan
dengan website-website pembelajaran
matematika yang relevan dengan
kurikulum mata pelajaran matematika
kelas rendah. Guru juga akan belajar cara
mengintegrasikan
internet
dalam
pembelajaran matematika di kelas,
sekaligus akan difasilitasi merancang
pembelajaran matematika dengan internet
serta belajar menerapkannya di kelas.
Berdasarkan hasil observasi pada
beberapa sekolah dasar negeri Anggadita
dan hasil diskusi dengan pihak UPTD
kecamatan Klari, serta diskusi lebih
mendalam dengan para guru-guru di
sekolah
dasar
negeri
Anggadita,
teridentifikasi beberapa masalah dalam
pembelajaran matematika, yaitu:
1. Guru-guru masih mengalami kesulitan
untuk menguasai penggunaan internet
327
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
2. Ketersediaan sarana dan media
pembelajaran berbasis internet yang
dimiliki setiap sekolah masih terbatas
3. Kemampuan yang rendah dalam
menggunakan media pembelajaran
yang berbasis internet
Pesan dapat dikirim dan diterima dari
banyak individu atau dari banyak
individu sekaligus.
Pembelajaran matematika dengan
menggunakan internet memberikan
kesempatan kepada siswa untuk lebih
aktif dan konstruktif. Pembelajaran
dengan internet membantu siswa
memahami bagaimana pengetahuan
dan pemahaman dikonstruksi secara
social dan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk memikirkan,
merevisi dan mengubah pemikiran
mereka sendiri. Murid belajar bahwa
berpikir bukanlah latihan singkat.
Berpikir membutuhkan banyak waktu
dan
seringkali
dimodifikasi
berdasarkan
tanggapan
dan
komunitas pembelajar.
2) Beberapa langkah-langkah yang
harus
dilakukan
guru
dalam
melakukan pembelajaran dengan
media internet adalah sebagai berikut:
a) Menentukan situs (web) yang akan
digunakan dalam pembelajaran.
Sebelum melakukan pembelajaran di
kelas/di ruangan computer bersama
siswa, seorang guru haruslah terlebih
dahulu menginvestigasi situs-situs
atau alamat web yang akan
dikunjungi siswa. Berikut ini
beberapa alamat web yang baik
digunakan
dalam
pembelajaran
matematika, yaitu:
http://www.mathgoodies.com/lesson/
vol4/meaning_percent.html
http://regentsprep.org/regents/m
ath/mathtopic.cfm?TopicCode=fsolid
http://www.mathisfun.com/num
ber_algebra.html
http://www.bbc.co.uk/skillwise
METODE PENELITIAN
a. Materi Kegiatan
1) Pembelajaran Matematika yang
Berbasis Internet
Seiring dengan kebutuhan akan
metode dan konsep pembelajaran
yang lebih efektif dan efisien,
pemanfaatan teknologi informasi
untuk pendidikan menjadi tidak
terelakan
lagi.
Konsep
yang
kemudian terkenal dengan sebutan elearning ini membawa pengaruh
terjadinya
proses
transformasi
pendidikan konvensional ke dalam
bentuk digital, baik secara isi
(contents) maupun sistemnya.
Internet
adalah
inti
dari
komunikasi
melalui
computer.
System internet berisi ribuan jaringan
computer yang terhubung di seluruh
dunia, menyediakan informasi yang
tak terhingga yang dapat diakses
siapapun termasuk siswa sekolah
dasar. World Wide Web (WWW)
adalah system pengambilan informasi
hypermedia yang menghubungkan
berbagai materi internet,, materi ini
mencakup teks, dan grafis. Web
member struktur yang dibutuhkan
internet. Website adalah loksi
individu atau organisasi di internet.
Website menampilkan informasi yang
dimasukkan oleh individu atau
organisasi. E-mail adalah singkatan
dari electronic mail dan merupakan
bagian penting lain dari internet.
328
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
http://www.mathcats.com/conten
ts.html
http://www.atozteacherstuff.com
b) Menentukan
Tujuan
Pembelajaran. Seorang guru
harus
menentukan
terlebih
dahulu tujuan pembelajaran
sebelum anak mengeksplorasi
pengetahuannya lewat media
internet agar siswa lebih terarah
dan
memiliki
target
pembelajaran.
c) Menentukan jenis penilaian yang
digunakan. Menentukan jenis
penilaian yang akan digunakan
merupakan hal penting yang
tidak boleh dilupakan guru,
karena proses kerja anak akan
lebih terarah dan sesuai dengan
tujuan pembelajaran. Banyak alat
penilaian yang telah tersedia
dalam internet, seperti soal
latihan on-line dan games yang
mampu mengantarkan siswa
untuk
mengkonstruksi
pengetahuannya. Dalam hal ini
guru hanya sebagai fasilitator dan
observer, guru tidak harus
ceramah dan banyak mendikte
siswa karena siswa akan
menemukan dan mengeksplorasi
sendiri pengetahuannya.
d) Menjelaskan
target
dan
kesimpulan dari pembelajaran.
Di akhir awal pembelajaran guru
sebaiknya menjelaskan target
yang harus dicapai, begitu juga di
akhir pembelajaran memeberikan
kesimpulan terhadapa kegiatan
pembelajaran secara keseluruhan
merupakan bagian yang tidak
boleh dilupakan guru demi
mempertahankan
makna
pembelajaran tersebut.
3) Beberapa
cara
efektif
untuk
menggunakan internet di dalam kelas
adalah:
a) Untuk membantu menavigasi dan
mengintegrasikan pengetahuan.
Internet punya data base
informasi besar tentang berbagai
topic yang diorganisasikan dalam
banyak cara yang berbeda. Saat
siswa mengeksplorasi sumbersumber internet, mereka dapat
menempatkan sendiri karya
mereka
dalam
riset
dan
menyusun
proyek
yang
mengintegrasikan informasi dan
beragam sumber.
b) Mendorong belajar bersama.
Salah satu cara yang paling
efektif untuk menggunakan
internet di kelas adalah melalui
aktivitas proyek atau tugas dalam
kelompok
kecil.
Internet
mempunyai banyak informasi
yang berbeda-beda yang bisa
dimanfaatkan
untuk
memperbaiki
tugas
atau
penelitian mereka. Salah satu tipe
proyek
belajar
individual
maupun
kelompok
kecil
menggunakan internet dalam
pembelajaran bersama adalah
berburu skor dalam games
matematika dan memecahkan
masalah yang diberikan.
c) Menggunakan
e-mail.
Penggunaan
email
dalam
pengiriman tugas-tugas oleh
peserta didik akan mendorong
peserta didik untuk lebih “melek
teknologi”. Pengiriman tugas
dengan
email
sangat
329
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
mengefisienkan
waktu
dan
mempermudah guru memberikan
feedback kepada siswa, di
samping itu portofolio dapat
tertata rapid an mudah di sharing
kan bersama siswa.
Kegiatan ini bertujuan untuk
mengenalkan guru-guru SDN di desa
Anggadita
pada
website-website
pembelajaran matematika serta belajar
merancang pembelajaran matematika
menggunakan internet. Oleh karena itu,
sebelum pelaksanaannya, para tim
pengabdian bagi masyarakat akan
melakukan sejumlah persiapan intensif
antara lain: mengidentifikasi websitewebsite pembelajaran matematika yang
bersesuaian dengan kurikulum SD.
Selanjutnya tim pengabdian bagi
masyarakat ini akan menyiapkan beberapa
contoh
rancangan
pembelajaran
menggunakan internet yang akan
digunakan sebagai bahan workshop dan
sebagai salah sati acuan dalam proses
pengembangan rancangan pembelajaran
oleh para guru SDN di desa Anggadita.
Program yang dilakukan adalah
pelatihan dalam menggunakan website
pembelajaran matematika sebagai media
pembelajaran yang nantinya digunakan
dalam pembelajaran matematika di kelas.
Standar kompetensi luaran dari program
ini adalah meningkatnya kemampuan
menggunakan internet sebagai media
pembelajaran
dalam
pembelajaran
matematika. Langkah-langkah kegiatan
yang akan dijalankan dalam program ini
yaitu sebelum menggunakan komputer
dalam mengakses internet, para guru
diberikan pembekalan terlebih dahulu
kemudian
diberikan
pelatihan
menggunakan
komputer
dalam
mengakses internet. Untuk menjalankan
program dengan baik diperlukan rencana
yang matang dan realistis.
Berikut adalah hal-hal apa saja yang
dilakukan oleh tim pengabdian bagi
masyarakat:
1) Mempersiapkan silabus dan SAP
2) Tim
Abdimasy
melaksanakan
program dengan menjadi instruktur
3) Pertemuan
akan
dilaksanakan
sebanyak 12 kali pertemuan untuk 5
sekolah dasar negeri yang ada di desa
Anggadita kecamatan Klari
4) Metode yang dilakukan adalah
dengan teknik tutorial
Solusi dan Manfaat Kegiatan
Dari berbagai hambatan yang
terjadi, maka solusi dari kegiatan
pelatihan penggunaan internet dalam
pembelajaran matematika ini adalah :
a. Sebelum diberikan pelatihan, para
guru diajari terlebih dahulu cara-cara
membuka internet.
b. Dalam penyampaian materi, penyaji
memberikan sedikit rasa humor untuk
menghilangkan sedikit rasa lelah para
peserta
c. Memberikan pendampingan yang
cukup ekstra bagi peserta yang
kesulitan mengoperasikan komputer.
d. Memberikan foto copy hand out
materi pelatihan penggunaan internet
Manfaat yang didapatkan dari
kegiatan pengabdian masyarakat ini
antara lain sebagai berikut:
a. Bagi SD Negeri yang berada di desa
Anggadita, kegiatan ini dapat
meningkatkan
prestasi
sekolah
minimal di tingkat kabupaten dalam
hal pengembangan teknologi. Dengan
adanya kesempatan bagi guru-guru
mengetahui
sejumlah
website pembelajaran matematika,
330
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
diharapkan guru-guru tersebut dapat
mengembangkan
lebih
jauh
penggunaan internet khususnya
dalam pembelajaran matematika. Hal
ini dimungkinkan karena ketersediaan
informasi melalui internet yang dapat
mendukung pengembangan profesi
dan
peningkatan
kualitas pembelajaran matematika di
SD tidak terbatas jumlahnya.
b. Kegiatan
ini
membangun pemahaman yang lebih
baik
tentang
pembelajaran
matematika menggunakan internet
pada konteks sekolah dasar.
c. Manfaat lain adalah mendapat
inspirasi
untuk
pengembangan
penelitian pengajaran
matematika
dengan berbasis ICT.
d.
e. Manfaat bagi UNSIKA yaitu untuk
pencitraan UNSIKA pada masyarakat
luas bahwa dengan disandangnya
status negeri maka kualitas kampus
pun semakin berkualitas. Selain itu
juga membuktikan, bahwa apa yang
telah dikembangkan oleh pihak
akademisi UNSIKA dapat langsung
diterapkan di lapangan. Permasalahan
yang ditemui di lapangan juga dapat
menjadi masukan bagi UNSIKA
dalam usahanya mencetak guru-guru
profesional di masa depan. Secara
lebih khusus, hasil kegiatan ini dapat
memberi informasi pada pembuatan
kebijakan tentang hal-hal yang
diperlukan
dalam
upaya
mengintegrasikan teknologi internet
dalam pembelajaran di sekolahsekolah.
intensif antara lain: mengidentifikasi
website-website
pembelajaran
matematika yang bersesuaian dengan
kurikulum
SD.
Selanjutnya
tim
pengabdian bagi masyarakat ini akan
menyiapkan beberapa contoh rancangan
pembelajaran menggunakan internet yang
akan digunakan sebagai bahan workshop
dan sebagai salah satu acuan dalam proses
pengembangan rancangan pembelajaran
oleh para guru SDN di desa Anggadita.
Program yang dilakukan adalah
pelatihan dalam menggunakan website
pembelajaran matematika sebagai media
pembelajaran yang nantinya digunakan
dalam pembelajaran matematika di kelas.
Standar kompetensi luaran dari program
ini adalah meningkatnya kemampuan
menggunakan internet sebagai media
pembelajaran
dalam
pembelajaran
matematika. Langkah-langkah kegiatan
yang akan dijalankan dalam program ini
yaitu sebelum menggunakan komputer
dalam mengakses internet, para guru
diberikan pembekalan terlebih dahulu
kemudian
diberikan
pelatihan
menggunakan
komputer
dalam
mengakses internet. Untuk menjalankan
program dengan baik diperlukan rencana
yang matang dan realistis. Berikut adalah
hal-hal apa saja yang dilakukan oleh tim
pengabdian bagi masyarakat:
PEMBAHASAN
1. Proses Pelaksanaan
Kegiatan ini bertujuan untuk
mengenalkan guru-guru SDN di desa
Anggadita
pada
website-website
pembelajaran matematika serta belajar
merancang pembelajaran matematika
menggunakan internet. Oleh karena itu,
sebelum pelaksanaannya, para tim
pengabdian bagi masyarakat akan
melakukan sejumlah mata persiapan
331
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
2. Hambatan
Pelatihan penggunaan internet
dalam pembelajaran matematika bagi
guru-guru
SDN
anggadita,
mengalami berbagai hambatan yaitu
:
a. Guru-guru masih mengalami
kesulitan
untuk
menguasai
penggunaan internet
b. Ketersediaan sarana dan media
pembelajaran berbasis internet
yang dimiliki setiap sekolah masih
terbatas
c. Kemampuan yang rendah dalam
menggunakan media pembelajaran
yang berbasis internet membuat
tim
abdimas
harus
ekstra
membimbing sehingga materi
tidak tersampaikan secara optimal.
d. Pelaksanaan pelatihan dilakukan
setelah kegiatan pembelajaran di
sekolah selesai, dan tentu saja hal
ini mempengaruhi stamina peserta
platihan. Peserta pelatihan agak
terlihat lelah.
DAFTAR PUSTAKA
Jonassen, D., H, Peck, K. L., & Wilson, B.
G.
(1999).
Learning
with
Technology : A Constructivist
Perspective. The United States of
America : Practice Hall.
Supriadi, D. (2002). Internet Masuk
Sekolah : Pemberdayaan Guru dan
Siswa dalam Era Sekolah Berbasis
E-Learning
untuk
Sekolah
Menengah Pertama.
Wallace, R. M. (2002). The Internet as a
site for Changing Practice : The
Case of Ms. Owens, Research in
Science Education, 32 (4), 465-487.
Wallace, R.M. (2004).A Framework for
Understanding Teaching with the
Internet. American Educational
Research Journal, 41 (2). 447-448.
333
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
IbM POKDARWIS DESA SEKUMPUL
I Ketut Armawan
Jurusan Diploma III Bahasa Inggris FBS UNDIKSHA
Email: [email protected]
ABSTRACT
IbM Pokdarwis Desa Sekumpul are conducted to give solution for some problems which are faced by these two
Pokdarwis in the village by giving some training in making; 1) tour packages, 2) Guide Book, 3) promotional
tools in the from of brosure and website, and 4) promoting tourism products to travel agency which is continued
by training in making MoU. By giving training and guidance in those mentioned aspects, some products were
produced as output of this IbM implementation, such as; 1) tour packages, 2) Guide Book, 3) Website and
Brochure and 4) MoU between Pokdarwis who manage the tourism activities in the village with some travel
agencies in Bali. This program was responded positively by the local Pokdarwis as well as the village people
considering its benefit for the development of tourism in this village.
Keywords: guide book, Pokdarwis, tour packages, brocure, MoU
ABSTRAK
IbM Pokdarwis desa Sekumpul dilaksanakan sebagai upaya memberikan solusi atas permasalahanpermasalahan yang dihadapi oleh kedua Kelompok Sadar Wisata yang ada di desa ini dengan memberikan
beberapa pembinaan dan pelatihan, yang meliputi; pelatihan penyusunan paket wisata, pelatihan penyusunan
buku panduan wisata (guide book), pelatihan penyusunan alat promosi wisata, dan pelatihan pemaaaran produk
wisata. Dengan menerapkan metode pelatihan dan pendampingan, kegiatan IbM ini dapat menghasilkan
berbagai produk luaran, diantaranya: 1) paket wisata, 2) Buku Panduan Wisata (Guide Book), 3) sarana promosi
berupa Brosur,dan Website 4) Formulir MoU (Contract Rate Agreement) antara kedua Pokdarwis (sebagai
pengelola wisata alam) di Desa Sekumpul dengan beberapa travel agency yang ada di Bali. Pelaksanaan kegiatan
IbM ini mendapatkan respond yang sangat positif dari Pokdarwis Desa Sekumpul terbukti dari kehadiran peserta
pelatihan bisa mencapai 100 persen. Kegiatan ini sangat bermamfaat bagi peserta dan masyarakat desa bagi
pengembangan kepariwisataan di desa ini.
Kata kunci: guide book, Pokdarwis, paket wisata, brosur, MoU
PENDAHULUAN
Sebagai destinasi wisata, Desa
Sekumpul memiliki potensi yang sangat
luar biasa, antara lain; 1) Air terjun
(jumlahnya mencapai 7) yang sangat
eksotis, yang memiliki debit air yang
sangat stabil sepanjang tahun. 2) hamparan
persawahan dengan view pantai dan bukit,
3) perkebunan kopi dan cengkeh yang
sangat luas, dan juga variasi buah-buahan
yang beraneka ragam yang bisa dinikmati
wisatawan sepanjang tahun, 4) pura- pura
yang memiliki latar belakang sejarah dan
arsitektur yang unik dan khas, 5)
tersedianya beberapa rumah penduduk
yang dijadikan sebagai homestay yang
nyaman
bagi
wisatawan,
yang
menawarkan sajian kuliner yang khas yang
tidak bisa dinikmati wisatawan di restoran
ataupun hotel berbintang, 7) industri
kerajinan tangan berupa pembuatan
keranjang dari bamboo, pembuatan rumah
ayam bertelur dengan bamboo, dan
pembuatan gula aren,. Disamping itu
kenyamanan wisatawan di desa ini juga
sangat di dukung oleh tersedianya
334
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
infrastruktur
jalan
raya,
akses
telekomunikasi, jaringan listrik, sarana air
bersih serta keramah tamahan masyarakat
lokal yang senantiasa siap dengan
senyuman pada para tamu yang datang.
Semua potensi yang dimiliki desa ini
sangat mendukung untuk dijadikanya Desa
Sekumpul sebagai destinasi wisata desa.
Menurut Nuryanti (1993) desa wisata
merupakan suatu bentuk integrasi antara
atraksi,
akomodasi,
dan
fasilitas
pendukung yang disajikan dalam suatu
struktur kehidupan masyarakat dengan tata
cara dan tradisi yang berlaku. Lebih lanjut
dijelaskan bahwa dalam desa wisata
terdapat dua hal mendasar yang perlu
dipertimbangkan,
yang
menyangkut
akomodasi dan atraksi. Dalam konsep
akomodasi sebagian dari tempat tinggal
penduduk setempat, unit-unit yang
berkembang maupun konsep tempat
tinggal dijadikan sebagai akomodasi.
Sedangkan atraksi merupakan seluruh
kehidupan keseharian penduduk setempat
beserta setting fisik lokasi desa yang
memungkinkan berintegrasinya wisatawan
sebagai partisifasi aktif seperti; kursus
menari, belajar bahasa, dan lain-lain.
Sejak dibukanya Air Terjun Sekumpul
menjadi obyek wisata pada tahun 2003
yang diprakarsai oleh Kelompok Sadar
Wisata Tirta Bhuana Lestari (Kelompok
A) dan Kelompok Sadar Wisata Tirta
Bhuana Lestari (Kelompok B) desa ini
telah mulai ramai dikunjungi oleh
wisatawan asing maupun wisatawan lokal.
Perkembangan tersebut diawali dari
dibukanya lintasan trekking dari Desa
Lemukih menuju air terjun Sekumpul
dengan jarak tempuh yang mencapai 2
jam. Study awal P2M ini telah
mengidentifikasi adanya 4 lintasan
trekking yang telah dirintis oleh
masyarakat sekitarnya, antara lain: 1)
lintasan trekking dari Desa Lemukih
menuju air terjun Sekumpul, 2) lintasan
trekking dari Desa Menyali menuju Air
Terjun Sekumpul, 3) Lintasan trekking
dari Desa Sudaji menuju Air Terjun
Sekumpul, 4) Lintasan Trekking dari Desa
Pakisan menuju Air Terjun Sekumpul
(berdasarkan hasil observasi penulis sejak
tahun 2003 sampai pada awal tahun 2015).
Disamping itu, keasrian alam sepanjang
jalan menuju air terjun ini telah berhasil
menarik minat pengunjung asing dan lokal
yang bisa mengakses obyek tersebut
dengan berjalan kaki dari tempat parkir
menuju Air Terjun Sekumpul, dengan
jarak tempuh sekitar 1 jam atau
mengendarai sepeda motor sampai ke
parkir yang terdekat dengan air terjun yang
berjarak hanya 100 meter. Perkembangan
lebih detail tentang kunjungan wisatawan
domestic dan asing ke obyek ini dapat
dilihat pada Tabel 1 berikut:
Tabel 1. Jumlah Wisatawan dan
Pemasukan Kotor Kelompok Sadar Wisata
Tirta Bhuana Lestari (Kelompok A) dan
Kelompok Sadar Wisata Tirta Bhuana
Lestari (Kelompok B) Desa Sekumpul
Tahun Jumlah
Pemasukan
tamu
dalam rupiah
yang
(dalam juta)
masuk
(dalam
orang)
2004
2.001
10.005.000
2005
2.802
14.010.100
2006
3.004
15..020.000
2007
4.008
20.040.000
2008
5.003
25.015.000
2009
6.801
34.005.000
2010
8.602
43.010..000
2011
9.008
45.040.000
336
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
2012
2013
2014
10.001
11.200
13.300
trekking) baik trekking yang ditawarkan
oleh pengelola Air Terjun Sekumpul
(dalam hal ini kedua kelompok
POKDARWIS) maupun paket trekking
yang ditawarkan oleh pengelola paket
wisata trekking dari Desa Menyali, Desa
Sudaji, Desa Lemukih, dan Manuksesa
Desa Bebetin. Sedangkan potensi (SDA,
SDM, dan keunikan budaya) yang ada di
desa ini sangat luar biasa dan
memungkinkan untuk dikembangkannya
berbagai paket wisata lain yang bisa
bersaing dengan paket-paket wisata yang
ditawarkan di tempat yang lain. Kedua,
para pemandu wisata yang tergabung
dalam kedua kelompok sadar wisata di
desa ini belum memiliki buku panduan
(guide book) yang bisa digunakan sebagai
pedoman di dalam memberikan panduan
wisatawan asing dan domestik dalam hal
memberikan penjelasan tentang obyekobyek wisata, atraksi wisata, dan berbagai
fasilitas wisata yang ada di desa ini. Hal ini
sangat berpengaruh terhadap tingkat
profesionalisme pemandu wisata lokal dan
tingkat kepuasan tamu. Ketiga, belum
adanya
alat
promosi
untuk
mempromosikan
keberadaan
Obyek
Wisata Air Terjun Sekumpul beserta
obyek wisata lain, atraksi wisata, dan
fasilitas wisata yang ada kepada calon
wisatawan juga turut menjadi faktor
penyebab masih rendahnya volume
kunjungan wisata ke desa ini. Keberadaan
website untuk mempromosikan desa ini
sangatlah mendesak disamping alat
promosi cetak berupa brosur. Disamping
ketiga masalah yang telah dipaparkan
diatas, penulis juga menemukan belum
adanya kontrak kerjasama (MoU) antara
kedua kelompok sadar wisata ini dengan
beberapa travel agency yang ada di Bali.
Disamping kemampuan untuk menghandel
50.005.000
56.000.000
66.500.000
Data diatas menunjukkan adanya
peningkatan pendapatan bagi kedua
kelompok sadar wisata ini, dari angka 10
juta pada tahun 2004 dan angka 66.5 juta
pada tahun 2014. Akan tetapi, pendapatan
yang diterima oleh kedua kelompok ini
masih terbilang sangat kecil jika
dibandingkan dengan pendapatan yang
diterima oleh pengelola air terjun lainnya
yang ada di Buleleng. Pengelola Air
Terjun Munduk, misalnya, telah berhasil
mendapatkan penghasilan sebesar 500 juta
per tahun, begitu pula dengan pengelola
Air Terjun Desa Gitgit yang mencapai
pendapatan 1 miliar per tahunnya.
Sungguh jumlah yang begitu jauh berbeda
dengan potensi yang sama bahkan bisa
dibilang lebih baik.
Sejalan
dengan
berkembangnya
Obyek Wisata Air Terjun Sekumpul,
berkembang pula beberapa usaha kecil
masyarakat setempat yang mendukung
kenyamanan wisatawan, antara lain;
tempat parkir roda empat dan roda dua,
restaurant, warung oleh-oleh herbal
organik, dan homestay (rumah penduduk).
Akan tetapi, Perkembangan obyek wisata
Air Terjun Sekumpul belum mampu
memberikan efek ekonomi yang maksimal
pada masyarakat setempat seara luas.
Menurut hasil observasi penulis,
masih kecilnya pendapatan kedua
kelompok sadar wisata yang ada di Desa
Sekumpul ini tidak terlepas dari beberapa
kendala; pertama, aktivitas wisata yang
bisa dilakukan di Desa Sekumpul baru
sebatas kunjungan ke Obyek Wisata Air
Terjun Sekumpul saja dengan berjalan
kaki (dari short trekking sampai long
337
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
wisatawan, kedua kelompok sadar wisata
ini juga belum memiliki keterampilan
bagaimana menjual paket-paket wisata
yang ada ke beberapa calon wisatawan.
Kedua kelompok ini belum memiliki
keterampilan dan pengalaman bagaimana
membangun hubungan kerjasama dengan
partner bisnis, seperti travel agency dalam
rangka menjual produk wisata yang ada di
Desa Sekumpul.
Sementara itu, berkembangnya
obyek-obyek wisata baru yang unik dan
menarik memberikan pilihan alternatif
berwisata bagi wisatawan (asing dan
domestik). Hal ini tentunya tidak terlepas
dari adanya pergeseran trend/minat
wisatawan yang selalu mencari produkproduk wisata yang unik dan berkualitas
yang sesuai dengan keinginan wisatawan.
Tuntutan terhadap standarisasi kualitas
produk dan pelayanan wisata menjadi
prioritas utama dalam kegiatan pariwisata
global. Produk-produk langka dan unik
yang bermutu tinggi (high value
production of unique commodities)
menjadi prioritas utama dalam pasar
wisata global (Kusworo dan Damanik,
2008). Artinya, untuk memenangkan dan
mempertahankan pangsa pasar, kualitas
produk dan pelayanan harus memenuhi
standard dan bersifat konsisten. Produkproduk wisata yang unik sangat
diperlukan.
Dalam dunia industry yang
bergerak di bidang pelayanan jasa
khususnya di bidang pariwisata, mencapai
kepuasan wisatawan secara maksimal
menjadi issue yang sangat penting karena
berhubungan dengan loyalitas wisatawan
itu sendiri. Bagi pengelola obyek wisata
Air Terjun Sekumpul, misalnya, kepuasan
wisatawan baik domestic maupun asing
secara tidak langsung akan berdampak
pada kunjungan kembali wisatawan
(repeated guest), loyalitas wisatawan, dan
rekomendasi kepada oarng lain untuk
datang atau berkunjung.
Menurut Kotler (2003) dalam
Suastuti (2012) kepuasan adalah perasaan
senang atau kecewa seseorang yang
muncul setelah membandingkan antara
kinerja (hasil) produk yang dipikirkan
terhadap kinerja (hasil) yang diharapkan.
Pelanggan merasa tidak puas apabila
kinerja/hasil yang ditawarkan tidak sesuai
atau berada dibawah harapan. Sebaliknya,
apabila kinerja/hasil yang ditawarkan
sesuai atau memenuhi harapan akan
menimbulkan perasaan puas. Lebih dari
itu, pelanggan merasa amat puas atau
senang apabila kinerja/hasil
yang
ditawarkan
bisa
melebihi/melampui
harapan pelanggan
Hal ini merupakan tantangan
tersendiri baik bagi kawasan-kawasan
wisata yang selama ini telah menjadi
destinasi wisata paforit bagi para
wisatawan maupun kawasan-kawasan
wisata baru seperti desa Sekumpul, untuk
selalu kreatif menghasilkan produkproduk wisata yang unik dan bisa bersaing
dengan kawasan-kawasan wisata lainnya.
Untuk bisa menjadikan Desa
Sekumpul sebagai destinasi wisata
favourit (to visit dan to stay) diperlukan
adanya produk-produk wisata yang
bervariasi yang memiliki ciri khas yang
berbeda dengan daerah-daerah lainnya
yang bisa bersaing dengan produk-produk
wisata yang ditawarkan di tempat lain.
Menurut Suyitno (2001), sebagai suatu
produk, wisata memiliki beberpa ciri khas
yang membedakannya dengan produk
pada umumnya. Peranan SDM yang
handal yang bisa menyusun paket-paket
wisata yang menarik sangat diperlukan.
338
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
Berbagai upaya untuk memperkenalkan
potensi desa ini kepada calon wisatawan
harus dimaksimalkan
Sementara itu, untuk menjaga
kualitas produk dan pelayanan pada
sebuah destinasi wisata yang memenuhi
standard dan bersifat konsisten serta untuk
mendorong tumbuh dan berkembangnya
kegiatan kepariwisataan suatu wilayah,
perlu diciptakan lingkungan dan suasana
yang kondusif melalui penerapan Sadar
Wisata dan Sapta Pesona secara konsisten
oleh masyarakat sekitar destinasi wisata.
Perlu langkah-langkah nyata untuk
merintis,
menumbuhkan,
mengembangkan, dan melaksanakan
Sadar Wisata dan Sapta Pesona dalam
upaya pengembangan suatu destinasi
wisata. Artinya, peran serta masyarakat
secara aktif di dalam pengembangan Sadar
Wisata dan Sapta Pesona perlu
ditumbuhkan bersama-sama pemangku
kepentingan lainnya pada suatu destinasi
wisata (Kementerian Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif, 2012)
Mitra dalam kegiatan P2M ini adalah
Kelompok Sadar Wisata Tirta Buana
Lestari (Kelompok A) dan Kelompok
Sadar Wisata Tirta Buana Lestari
(Kelompok B) Desa Sekumpul yang
anggotanya berjumlah masing-masing 5
orang. Adapun beberapa permasalahan
yang dihadapi mitra-mitra ini dapat dirinci
sebagai berikut:
Pertama, kedua kelompok ini belum
memiliki
keterampilan
dalam
mengidentifikasi potensi yang ada (SDM,
SDA, serta keunikan budaya) yang ada di
Desa Sekumpul dan mengemas potensi
yang ada untuk dijadikan paket wisata
yang sesuai dengan trend/kebutuhan
wisatawan. Kedua, belum tersedianya
buku panduan (Guide Book) wisata Desa
Sekumpul yang berisi obyek dan atraksi
wisata, jenis-jenis aktivitas wisata yang
bisa dilakukan dan sarana prasarana wisata
yang tersedia di Desa Sekumpul yang bisa
dijadikan sebagai bahan acuan oleh kedua
kelompok ini
dalam
memberikan
penjelasan kepada wisatawan. Ketiga,
kedua kelompok ini belum memiliki alat
promosi untuk mempromosikan jenis-jenis
wisata yang bisa dilakukan di Desa
Sekumpul. Mereka belum memiliki
keterampilan bagaimana menyusun paketpaket wisata serta fasilitas pendukungnya
menjadi alat promosi yang menarik,
berupa; brosur dan website. Keempat,
kedua kelompok ini belum memahami
teknik-teknik membangun kerjasama
dengan travel agency dalam rangka
menjual produk wisata yang ada di Desa
Sekumpul. Kedua kelompok ini belum
memahami cara-cara pembuatan dokumen
MoU (Contract Rate Agreement) yang
diperlukan sebagai kontrak perjanjian
bisnis antara Pokdarwis sebagai pengelola
wisata alam dengan travel agency yang
tertarik untuk mempromosikan dan
menjual produk-produk wisata yang ada di
Desa Sekumpul.
Dari pertemuan awal yang dilakukan
tim pengusul dengan ketua POKDARWIS
Tirta Bhuana Lestari (Kelompok A), yaitu
Komang
Ermawan,
dan
ketua
POKDARWIS Tirta Bhuana Lestari
(Kelompok B), yaitu Kadek Agus Budi
Utama, diperoleh informasi bahwa
kegiatan yang dilakukan oleh kedua
kelompok sadar wisata di desa ini baru
berada pada tahap penataan objek di
kawasan air terjun Sekumpul. Sementara
pada sisi produk yang ditawarkan,
kelompk sadar wisata di desa ini baru bisa
menawarkan paket wisata trekking di
sekitar desa dengan air terjun sebagai
339
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
finish pointnya. Dalam pertemuan tersebut
juga disampaikan oleh ketua dari kedua
kelompok POKDARWIS ini bahwa
memang benar terdapat beberapa masalah
yang sedang dihadapi seperti yang
dijelaskan di atas. Oleh karenanya, kedua
kelompok
ini,
melalui
ketuanya,
menyampaikan harapan agar pihak
akademisi bisa memberikan bantuan,
saran,
dan
solusi
penanganan
permasalahan yang dialami oleh kedua
kelompok tersebut.
Berdasarkan permasalahan di atas,
untuk meningkatkan perekonomian kedua
kelompok POKDARWIS dan masyarakat
desa Sekumpul secara lebih luas, penulis
memandang perlu untuk memberikan
pembinaan dan pelatihan penyusunan
paket wisata kepada kedua Kelompok
Sadar Wisata yang ada di Desa Sekumpul,
pelatihan penyusunan buku panduan
wisata (guide book), pelatihan penyusunan
alat-alat promosi, dan pelatihan pemasaran
produk wisata. Masyarakat setempat
diharapkan
mendapatkan
manfaat
langsung yang lebih besar dengan adanya
paket-paket wisata yang bervariasi yang
memungkinkan wisatawan bisa tinggal
beberapa malam di desa ini dan melakukan
aktivitas
wisata
yang
bervariasi.
Keberadaan wisatawan yang melakukan
aktivitas dari berbagai paket-paket wisata
yang ditawarkan diharapkan memberikan
efek ekonomi dan soial yang yang jauh
lebih besar yang pada giliranya akan
mampu menjadi salah satu sumber
pemasukan bagi masyarakat Desa
Sekmpul selain pertanian dan kerajinan.
Ada beberapa produk yang menjadi
luaran kegiatan IbM ini yang dapat dirinci
sebagai berikut: pertama, terbuatnya
paket-paket wisata melalui kegiatan
pelatihan penyusunan paket wisata, kedua,
terbuatnya Buku Panduan Wisata (Guide
Book) Desa Sekumpul melalui kegiatan
pendataan obyek dan atraksi wisata serta
sarana pendukung wisata yang ada di Desa
Sekumpul. Buku Panduan Wisata Desa
Sekumpul ini dilengkapi dengan deskripsi
yang
mendetail
seperti:
lokasi,
kapasitas/daya tampung, jadwal/waktu
pelaksanaan/kunjungan,
sejarah,
kepercayaan masyarakat, ritual serta
makna yang terkandung di dalamnya,
aturan-aturan untuk memasuki obyek atau
atraksi yang ada. Buku Panduan Wisata
(Guide Book) ini sangat bermamfaat bagi
Kelompok Sadar Wisata Tirta Bhuana
Lestari (Kelompok A) dan Kelompok
Sadar Wisata Tirta Bhuana Lestari
(Kelompok B) sebagai pedoman di dalam
memberikan panduan/to guide wisatawan.
Ketiga, terbuatnya sarana promosi berupa
Brosur dan Website tentang kegiatankegiatan wisata yang bisa dilakukan di
Desa Sekumpul serta sarana pendukung
wisata yang ada di Desa Sekumpul, seperti
adanya pondok-pondok wisata sebagai
tempat wisatawan menginap. Keempat,
terbuatnya formulir MoU (Contract Rate
Agreement) antara kedua kelompok ini
beberapa travel agency yang ada di Bali.
Dengan demikian, penyelenggaraan
program Iptek bagi Masyarakat (IbM) ini
sangat dibutuhkan, sehingga kegiatankegiatan yang dilakukan kedua kelompok
ini dapat memberi manfaat optimal bagi
pengembangan potensi wisata di desa
Sekumpul.
METODE
Bentuk aktivitas yang dilakukan dalam
kegiatan IbM ini adalah dengan
menggunakan strategi pelatihan dan
pendampingan.
Strategi
ini
diimplementasikan agar mitra dapat
340
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
melatihkan dan mersasakan pengalaman
dalam menyusun paket wisata secara
optimal. Selama pelaksanaan program,
mitra diberikan beberapa pelatihan, yang
meliputi; Pengenalan Produk Wisata dan
Paket Wisata,
Pelatihan identifikasi
obyek/atraksi dan fasilitas wisata,
Pelatihan penyusunan paket wisata,
Pelatihan pemasaran paket wisata. Setelah
proses
pelatihan,
mitra
diberikan
pendampingan
untuk
melihat/mengobservasi secara langsung
beberapa obyek dan atraksi wisata wisata,
serta fasilitas wisata yang ada. Selanjutnya
mitra dibimbing bagaimana menyusun
paket wisata dalam bentuk brosur.
Rancangan metode pada pelaksanaan
kegiatan ini dilaksanakan berdasarkan
pemetaan permasalahan yang ditemukan
serta alternatif solusi yang dirancang
secara bersama-sama dengan mitra.
Metode pendekatan yang ditawarkan
untuk mengatasi berbagai permasalahan
mitra adalah pembinaan dan pelatihan.
Metode pelaksanaan IbM ini didasarkan
pada kesepakatan dengan mitra IbM, yaitu
keterkaitan
permasalahan,
akar
permasalahan, serta solusinya yang
dirancang, seperti yang tertera pada Tabel
2 berikut.
Sekumpu
l ini
belum
memiliki
kemamp
uan yang
memadai
dalam
mengide
ntifikasi
potensi
yang ada
(SDA,
SDM,
serta
keunikan
budaya)
yang bisa
dikemas
menjadi
beberapa
paket
wisata
yang
menarik
yang
sesuai
dengan
trend/.ke
butuhan
wisatawa
n
Tabel
2.
Permasalahan,
Akar
Permasalahan, dan Solusi Permasalahan
No
Permasal
ahan
1
Kedua
Kelompo
k Sadar
Wisata
yang ada
di Desa
Akar
Permasal
ahan
Mitra
belum
memiliki
pengetah
uan yang
memadai
Solusi
Permasal
ahan
Memberi
pembinaa
n dan
pelatihan
penyusun
an paket
dalam
wisata,
mengiden yang
tifikasi
meliputi:
potensi
yang ada
(SDA,
SDM,
serta
keunikan
budaya)
yang bisa
dijadikan
sebagai
paket
wisata
yang
menarik
yang
sesuai
dengan
kebutuha
n
wisatawa
n
Mitra
belum
memiliki
keterampi
lan dalam
menganal
isa
kebutuha
n
wisatawa
n/ market
analysis
Mitra
belum
memiliki
pengetah
uan yang
341
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
2
Kedua
kelompo
k ini
belum
memiliki
buku
panduan
(Guide
Book)
Desa
Sekumpu
l yang
berisi
obyek
dan
atraksi
wisata
memadai
dalam
mengema
s potensi
Sumber
Daya
Alam
(SDA),Su
mber
Daya
Manusia
(SDM)
dan
keunikan
budaya
yang ada
menjadi
paketpaket
wisata
yang
sesuai
dengan
trend
pangsa
pasar
Mitra
belum
memiliki
keterampi
lan dalam
penyusun
an buku
panduan
wisata
yang
berisi
obyek,
atraksi
wisata
dan jenisjenis
aktivitas
3
Memberi
pembinaa
n dan
pelatihan
dalam
menyusu
n buku
panduan
wisata
(guide
book)
yang
berisi
obyek,
atraksi
wisata
dan jenis342
serta
jenisjenis
aktivitas
wisata
yang bisa
dilakuka
n dan
sarana
penduku
ng wisata
yang
tersedia
di Desa
Sekumpu
l.
Kedua
kelompo
k ini
belum
memiliki
alat
promosi
untuk
mempro
mosikan
obyek,
atraksi
wisata
dan jenisjenis
wisata
serta
sarana
penduku
ng wisata
yang ada
di Desa
Sekumpu
l.
wisata
yang bisa
dilakukan
dan
sarana
pendukun
g wisata
yang
tersedia
di Desa
Sekumpu
l.
jenis
aktivitas
wisata
yang bisa
dilakukan
serta
sarana
pendukun
g wisata
yang ada
di Desa
sekumpul
.
Mereka
belum
memiliki
keterampi
lan
bagaiman
a
menyusu
n paketpaket
wisata
serta
fasilitas
pendukun
gnya
menjadi
alat
promosi
yang
menarik,
berupa;
brosur,
dan
website.
Memberi
kan
pembinaa
n dan
pelatihan
dalam
pembuata
n alat-alat
promosi
berupa
brosur,
dan
website
untuk
mempro
mosikan
obyek,
atraksi
wisata
dan jenisjenis
wisata
serta
sarana
pendukun
g wisata
yang ada
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
di Desa
Sekumpu
l. Dalam
pelatihan
ini mitra
diberikan
keteramp
ilan
bagaiman
a
menyusu
n paketpaket
wisata
serta
fasilitas
pendukun
gnya
menjadi
alat
promosi
yang
menarik,
berupa;
brosur
dan
website.
4
Kedua
kelompo
k ini
belum
memiliki
keteramp
ilan
dalam
mengawa
li/memba
ngun
kerjasam
a dengan
travel
agency
Mitra
belum
memiliki
pengetah
uan
teknikteknik
mengawa
li/memba
ngun
kerjasam
a dengan
travel
agency
dalam
dalam
menjual
produk/p
aket
wisata
yang ada
Memberi
kan
pembinaa
n dan
pelatihan
teknik
penjualan
produk
wisata/m
arketing
Memberi
kan
kelompo
k ini
pembinaa
343
menjual
produk/p
aket
wisata
yang ada
Kelompo
k ini
belum
memaha
mi caracara
pembuata
n
dokumen
MoU
(Contract
Rate
Agreeme
nt) yang
diperluka
n sebagai
kontrak
perjanjian
bisnis
antara
Pokdarwi
s sebagai
pengelola
wisata
alam,
dengan
travel
agency
yang
tertarik
untuk
mempro
mosikan
dan
menjual
produkproduk
wisata
n dan
pelatihan
pembuata
n
dokumen
MoU
(Contract
Rate
Agreeme
nt) yang
diperluka
n sebagai
kontrak
perjanjia
n bisnis
antara
Pokdarwi
s sebagai
pengelola
wisata
alam,
dengan
travel
agency
yang
tertarik
untuk
mempro
mosikan
dan
menjual
produkproduk
wisata
yang ada
di
DesaSek
umpul
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
sadar wisata Kabupaten Buleleng,
mengampu
beberapa
mata kuliah
pariwisata, pengalaman pekerjaan di
pariwisata dan perintis wisata desa (Bali
Nature Explorer) yang memiliki kontribusi
besar sebagai pemasok tamu ke wilayah
mitra (I Ketut Armawan, S.Pd., M.Pd.),
serta Magister teknik computer yang
memiliki pengalaman dalam pemrograman
web (Ketut Udy Ariawan, S.T.,M.T.)
yang ada
di Desa
Sekumpu
l
Untuk merealisasikan metode yang
ditawarkan, kegiatan dikemas dalam
empat jenis tahap pelatihan, yaitu: (1)
pelatihan penyusunan paket wisata, yang
meliputi
tahapan
analisis
pangsa
pasar/market analysis, mengidentifikasi
obyek dan atraksi wisata serta fasilitas
wisata yang ada di Desa Sekumpul dan
sekitarnya yang bisa disusun menjadi
beberapa paket wisata,
menyusun
beberapa paket wisata berdasarkan hasil
identifikasi obyek dan atraksi wisata serta
fasilitas wisata yang ada di Desa Sekumpul
dan sekitarnya (2) pelatihan pembuatan
buku panduan wisata (Guide Book)
dengan menggunakan hasil identifikasi
obyek, atraksi wisata serta fasilitas wisata
yang ada di Desa Sekumpul, (3) pelatihan
pembuatan media promosi dengan
memasukkan paket-paket wisata yang
dihasilkan pada tahap pelatihan 1
(pertama) ke dalam bentuk brosur dan
website , dan (4) pelatihan teknik
marketing dengan menawarkan paketpaket wisata yang dihasilkan ke beberapa
travel agency yang ada di Bali.
Pelaksanaan kegiatan IbM ini
dilaksanakan oleh tim IbM Undiksha yang
memiliki kepakaran dan pengalaman kerja
yang sangat relevan dengan bidang ilmu
masing-masing, yaitu: Magister Ilmu
Pariwisata yang memiliki kompetensi dan
pengalaman pengelolaan dan perencanaan
produk wisata (I Putu Gede Parma,
S.St.Par.,
M.Par),
Magister
Ilmu
pendidikan Bahasa yang memiliki
pengalaman sebagai pembina kelompok
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegiatan IbM Pokdarwis Desa
Sekumpul ini dilaksanakan dengan
memberikan beberapa jenis pelatihan,
yang meliputi; (1) pelatihan penyusunan
paket wisata, yang meliputi tahapan
analisis pangsa pasar/market analysis,
mengidentifikasi obyek dan atraksi wisata
serta fasilitas wisata yang ada di Desa
Sekumpul yang bisa disusun menjadi
beberapa paket wisata, menyusun
beberapa paket wisata berdasarkan hasil
identifikasi obyek dan atraksi wisata serta
fasilitas wisata yang ada di Desa Sekumpul
dan sekitarnya (2) pelatihan pembuatan
buku panduan wisata (Guide Book)
dengan menggunakan hasil identifikasi
obyek, atraksi wisata serta fasilitas wisata
yang ada di Desa Sekumpul, (3) pelatihan
pembuatan media promosi dengan
memasukkan paket-paket wisata yang
dihasilkan pada tahap pelatihan 1
(pertama) ke dalam bentuk brosur dan
website , dan (4) pelatihan teknik
marketing dengan menawarkan paketpaket wisata yang dihasilkan ke beberapa
travel agency yang ada di Bali. Kegiatan
IbM ini secara resmi di buka oleh Tim IbM
Undiksha bersama-sama Kepala Desa
Sekumpul. Perlu untuk disampaikan
bahwa
mengingat
kegiatan
ini
dilaksanakan pada masa peralihan dari
344
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
pimpinan LPM ke pimpinan LPPM, maka
kegiatan pembukaan IbM ini tidak bisa
dibuka oleh ketua LPPM.
Berikut
dijabarkan
hasil
dari
keseluruhan kegiatan pelatihan yang dapat
dirinci sebagai berikut. Kegiatan diawali
dengan pembukaan Kegiatan IbM yang
dibuka oleh Tim IbM Undiksha bersamasama Kepala Desa Sekumpul. Kegiatan ini
dihadiri oleh anggota kedua kelompok
POKDARWIS yang berjumlah 10 orang,
kepala desa Sekumpul, 9 orang mahasiswa
DIII Bhasa Inggris dan tim IbM undiksha
yang berjumlah 3 orang. Kegiatan yang
dimulai pada pukul 18.00 wita sampai
pukul 21.00 wita ini dibuka oleh ketua tim
IbM Undiksha yang dilanjutkan dengan
pengarahan dari anggota tim IbM
Undiksha serta arahan-arahan dari kepala
desa yang meminta kedua kelompok sadar
wisata ini untuk dengan serius mengikuti
kegiatan ini sehingga kegiatan dimaksud
bermanfaat bagi kedua kelompok ini dan
masyarakat secara lebih luas. Kesempatan
ini dimanfaatkan pula oleh tim IbM
Undiksha untuk mendiskusikan jadwal
pelatihan dengan mitra dari kedua
kelompok, penunjukan panitia yang
bertanggunag jawab untuk menyiapkan
tempat pelatihan beserta fasilitas-fasilitas
pendukung untuk kelancaran jalannya
pelatihan, penunjukkan panitia yang
bertugas untuk menyiapkan minuman
untuk pelatihan, penunjukkan panitia yang
bertugas
untuk
mengkoordinasikan/menyampaikan
jadwal pelatihan kepada anggota kedua
kelompok.
Selanjutnya, pada pertemuan
selanjutnya kegiatan dilanjutkan dengan
memberikan pelatihan penyusunan paket
wisata. Kegiatan ini diawali dengan
pengenalan produk wisata oleh ketua
pelaksana IbM. Pada tahap ini peserta
diberikan pengenalan terhadap produk
wisata, kharakteristik produk wisata,
pangsa pasar wisata (khususnya pangsa
pasar wisata desa), yang dilanjutkan
dengan teknik-teknik dalam menyusun
paket wisata. Pada kesempatan ini peserta
pelatihan diberikan pengenalan terhadap
cara-cara
yang
dilakukan
untuk
mengidentifikasi potensi yang ada di
desanya dan juga potensi yang ada di
daerah sekitarnya yang bisa dikemas
menjadi beberapa paket wisata yang unik
dan berkualitas yang sesuai dengan
kebutuhan pangsa pasar wisata desa.
Untuk
memudahkan
di
dalam
mengidentifikasi potensi yang ada di
desanya dan juga potensi yang ada di
daerah sekitarnya, peserta pelatihan
diberikan format inventarisasi obyek dan
atraksi wisata, format inventarisasi
fasilitas wisata (akomodasi, transportasi,
dan restaurant). Pada kesempatan ini
peserta diberikan contoh bagaimana
memasukkan data yang mereka peroleh ke
dalam format inventarisasi yang diberikan.
Pada pertemuan tersebut peserta diberikan
contoh bagaimana memasukkan data
tentang pondok wisata Bed and Breakfast
(sebuah pondok wisata yang ada di desa
Sekumpul) ke dalam format yang telah
diberikan,
yang
meliputi;
nama
akomodasi, lokasi dengan penjabaran
viewnya, fasilitas (kamar dan fasilitas
umum), jenis kamar, kapasitas (jumlah
kamar yang tersedia dan daya tamping
untuk masing-masing kamar), tarif/harga
per malam, dan penjelasan hal-hal penting
yang perlu dijelaskan. Untuk pengisian
format inventarisasi atraksi wisata
dipergunakan
contoh
bagaimana
memasukkan data tentang tarian yang ada
di desa, yang meliputi deskripsi tentang;
345
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
nama atraksi (tarian), ciri khas tarian,
uraian singkat mengenai tarian tersebut,
waktu performance, lama performance,
tiket masuk/fee untuk tarian, donasi (bila
diperlukan/bila tidak dikenakan tiket
masuk, dan keterangan tentang hal-hal
penting yang perlu dijelaskan. Format
yang dipergunakan pada pelatihan ini
dimodifikasi dari format inventarisasi
fasilitas dan atraksi wisata Suyitno
(2001;26-28). Pada pertemuan kedua/sesi
kedua pelatihan ini, peserta secara
bergantian
memperlihatkan
hasil
identifikasi obyek/atraksi wisata serta
fasilitas wisata yang telah mereka buat
berdasarkan hasil observasi lapangan yang
telah mereka lakukan sebelumnya.
Penjelasan peserta juga dilengkapi dengan
poto-poto obyek/atraksi serta fasilitas
wisata yang dijelaskan. Selanjutnya, pada
pertemuan ketiga peserta diberikan
pelatihan bagaimana mengelompkkan
potensi obyek/atraksi serta fasilitas wisata
yang ada didesanya serta beberapa yang
ada di daerah sekitarnya tersebut sesuai
dengan tema, yang meliputi; nature-based,
culture-based,
spiritual-based,
atau
adventure
based
activity
dan
mengemasnya menjadi beberapa paket
wisata yang unik dan menarik. Pada
pelatihan ini peserta mendapatkan
pengalaman bagaimana menggabungkan
beberapa komponen wisata, kemudian
mengemasnya dan mewujudkannya dalam
bentuk penyelenggaraan wisata. Jadi
pesertadiperkenalkan beberapa komponen
yang termasuk dalam proses produksi
wisata diantaranya; masukan (input),
proses (process), dan keluaran (output)
seperti yang di sarankan oleh Suyitno
(2001). Dalam pelatihan ini peserta
diberikan
pengalaman
bagaimana
mengemas potensi-potensi yang ada
sehingga produk yang dihasilkan dalam
paket-paket wisata mencakup bebrapa
kebutuhan wisatwan secara lengkap.
Seperti yang diungkapkan oleh Victor T.C
Middleton
(dalam
Yoeti,
2002)
memberikan batasan produk industry
pariwisata sebagai berikut: “The product
may be defined as a bundle or package of
tangible and intangible components, based
on activities at a destination”. Artinya,
sebagai suatu produk yang bersifat
multisektoral, produk industry pariwisata
terdiri dari beberapa komponen, seperti;
kemudahan-kemudahan untuk mengakses
suatu daerah tujuan wisata/accessibilities
of the destination, fasilitas yang ada di
daerah tujuan wisata/destination facilities,
dan atraksi-atraksi di daerah tujuan
wisata/destination attractions.
Pelatihan ini menghasilkan beberapa
paket wisata yang merupakan ide dari
kedua kelompok Pokdarwis dan beberapa
masukan dari tim IbM Undiksha yang
mereka beri tema SEKUMPUL GREEN
VILLAGE
TOUR
PACKAGES,
diantaranya; TOUR PACKAGES 4
DAYS/3 NIGHTS, TOUR PACKAGES 3
DAYS/ 2 NIGHTS, TOUR PACKAGES 2
DAYS/ 1 NIGHT, dan THE EXOTIC
ADVENTURE
AND
FARMING
PACKAGE. Pelatihan ini berlangsung
selama 3 kali pelatihan. Karena kesibukan
kedua kelompok ini di dalam memandu
wisata ke air terjun, maka pelatihan
dilaksanakan pada malam hari yang
dimulai pada pukul 18.00 wita. Rata-rata
pelatihan berlangsung sampai pukul 21.00
wita. Walaupun demikian, peserta sangat
antusias mengikuti kegiatan yang terlihat
dari persenatsi kehadiran mereka yang
mencapai 100 persen dan keaktifan mereka
dalam diskusi-diskusi yang dilaksanakan
selama mengikuti pelatihan serta ide-ide
346
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
yang
mereka
ungkapkan
dengan
mengangkat beberapa potensi yang ada di
desanya dan beberapa potensi yang ada di
daerah sekitarnya,seperti desa Galungan
dan desa Lemukih yang posisinya
bersebelahan dengan desa mereka.
Jenis pelatihan yang kedua, peserta
diberikan pelatihan dan pembinaan
penyusunan Buku Panduan Wisata (Guide
Book). Pada kesempatan ini peserta
diberikan pengenalan terhadap pentingnya
peranan Buku Panduan Wisata (Guide
Book) baik sebagai alat promosi maupun
sebagai panduan bagi anggota Pokdarwis
di dalam memandu wisatawan, sehingga
mereka bisa memberikan informasi yang
benar dan akurat kepada wisatawan yang
di tanganinya. Selanjutnya kelompok sadar
wisata ini diberikan pelatihan dan
pendampingan bagaimana menyusun
Buku Panduan Wisata (Guide Book) yang
menarik. Guide book disusun berdasarkan
hasil identifikasi obyek/atraksi serta
fasilitas wisata yang dilakukan pada
pelatihan tahap pertama (pelatihan p
enyusunan paket wisata). Buku panduan
wisata yang dibuat menggunakan 2 bahasa
(Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia)
karena pangsa pasar yang berkunjung ke
desa ini bukan hanya wisatawan asing
tetapi banyak pula wisatawan domestik
yang tertarik mengunjungi desa ini.
Selama proses pembuatan deskripsi buku
panduan wisata ini peserta banyak
memperoleh latihan bagaimana membuat
kalimat/phrase dalam Bahasa Inggris yang
menarik dan efektif. Disamping itu,
peserta
juga
diberikan
pelatihan
bagaimana caranya memandu wisatawan
sesuai dengan informasi yang tertera di
dalam buku panduan wisata yang disusun.
Pelatihan ini berlangsung selama 3 kali
pelatihan. Seperti halnya pelatihan
pertama, karena kesibukan kedua
kelompok ini di dalam memandu wisata ke
air terjun, maka pelatihan ini juga
dilaksanakan pada malam hari yang
dimulai pada pukul 18.00 wita. Pelatihan
ini berlangsung sampai jam 21.00 wita.
Walaupun demikian, peserta sangat
antusias mengikuti kegiatan yang terlihat
dari persenatsi kehadiran mereka yang
mencapai 100 persen dan keaktifan mereka
dalam diskusi-diskusi yang dilaksanakan
selama mengikuti pelatihan , hidupnya
suasana pada sesi pembuatan deskripsi dari
masing-masing aktivitas wisata yang
dimasukkan ke dalam buku panduan
wisata yang terlihat dari keseriusan mereka
membuat kalimat-kalimat dalam Bahasa
Inggris, meskipun tidak sedikit dari
kalimat-kalimat yang mereka buat
dijadikan sebagai bahan diskusi/latihan
bagaimana membuat kalimat yang benar di
dalam Bahasa Inggris. Pelatihan ini
menghasilkan produk berupa buku
panduan
wisata
desa
Sekumpul
“SEKUMPUL GUIDE BOOK” (dalam
Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris).
Kegiatan
selanjutnya
dalam
kegiatan IbM ini adalah pelatihan dan
pembinaan penyusunan alat-alat promosi
berupa brosur dan website desa Sekumpul.
Kegiatan ini diawali dengan memberikan
pengenalan tentang alat promosi wisata
berupa
brosur.
Peserta
diberikan
pemahaman tentang fungsi brosur sebagai
alat promosi wisata, dengan memberikan
beberapa contoh brosur yang menarik.
Selanjutnya peserta diberikan pembinaan
dan pendampingan bagaimana menyusun
potensi wisata yang ada di desa ini dan
beberapa potensi yang ada di daerah
sekitarnya menjadi brosur yang menarik
yang nantinya dijadikan sebagai media
promosi di dalam mempromosikan
347
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
aktivitas serta fasilitas wisata yang ada di
desa ini. Pada kesempatan ini peserta
bersama tim IbM undiksha melakukan
diskusi untuk memutuskan potensi-potensi
yang ada di desa ini yang layak dijadikan
dan dimuat di dalam brosur. Pelatihan ini
berlangsung selama 3 kali pelatihan.
Karena kesibukan kedua kelompok ini di
dalam memandu wisata ke air terjun, maka
pelatihan dilaksanakan pada malam hari
yang dimulai pada pukul 18.00 wita.
Biasanya pelatihan berlangsung sampai
pukul 21.00 wita. Walaupun demikian,
peserta sangat antusias mengikuti kegiatan
yang terlihat dari persenatsi kehadiran
mereka yang mencapai 100 persen dan
keaktifan mereka dalam diskusi-diskusi
yang dilaksanakan selama mengikuti
pelatihan. Produk yang dihasilkan dalam
pelatihan ini adalah brosur yang memuat
beberapa tourism activities dan fasilitas
wisata yang dikembangkan sesuai dengan
potensi desa yang disepakati untuk dimuat
di dalam brosur wisata desa Sekumpul,
diantaranya; trekking (short, medium, dan
long), coffee making process, village
cycling, cooking lesson, coconut oil
making process, dance lesson, traditional
Balinese music lesson, dan the exotic
adventure and farming. Produk kedua
yang dihasilkan dari pelatihan ini adalah
alat promosi wisata desa berupa website
desa sekumpul yang dapat diakses melalui:
www.desasekumpul.com.
Pelatihan dan pembinaan yang
terakhir adalah kegiatan pelatihan dan
pembinaan penawaran produk/marketing
dan Pembuatan MoU. Pada kegiatan ini
Kelompok Sadar Wisata di desa ini
diberikan pelatihan dan pembinaan
bagaimana mempromosikan produkproduk wisata yang ada kepada beberapa
travel agency yang ada di Bali. Pelatihan
pada tahap ini dimulai dengan memberikan
pelatihan teknik-teknik pemasaran produk
yang efektif dan efisien. Pelatihan meliputi
pengenalan produk melalui email ke
beberapa travel agency yang memiliki
pangsa pasar eropa. Pemilihan Segmen
pasar lebih ditekankan pada pasar eropa
mengingat ketertarikan tamu-tamu eropa
pada wisata berbasis alam lebih besar
dibandingkan dengan pangsa pasar
lainnya. Selanutnya mitra diberikan
pelatihan dan pembinaan teknik-teknik
membangun kerjasama dengan travel
agency dengan memberikan cara-cara
pembuatan dokumen MoU.
SIMPULAN
Pelaksanaan kegiatan IbM ini
mendapatkan respond yang sangat positif
dari Pokdarwis Desa Sekumpul. Di
tengah-tengah kesibukan peserta di dalam
menjalani aktivitasnya sebagai pemandu
wisata lokal, kehadiran peserta pelatihan
bisa mencapai 100 persen, meskipun
pelatihan harus dilaksanakan di malam
hari yang dimulai pada pukul 18.00 wita
sampai pukul 21.00 wita. Ini menunjukkan
bahwa kegiatan IbM ini sangat
bermamfaat bagi peserta secara khusus dan
masyarakat secara umum yang benarbenar mendapatkan mamfaat yang besar
bagi pengembangan kepariwisataan di
desa ini.
Ada beberapa produk yang dihasilkan
dari kegiatan ini, yang meliputi; Pertama,
beberapa paket wisata yang diberi tema
SEKUMPUL GREEN VILLAGE TOUR
PACKAGES. Kedua buku panduan wisata
desa Sekumpul “SEKUMPUL GUIDE
BOOK” (dalam Bahasa Indonesia dan
Bahasa Inggris), yang dilengkapi dengan
deskripsi yang mendetail seperti: lokasi,
kapasitas/daya tampung, jadwal/waktu
348
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
pelaksanaan/kunjungan,
sejarah,
kepercayaan masyarakat, ritual serta
makna yang terkandung di dalamnya,
aturan-aturan untuk memasuki obyek atau
atraksi yang ada. Buku Panduan Wisata
(Guide Book) ini sangat bermamfaat bagi
Kelompok Sadar Wisata Tirta Bhuana
Lestari (Kelompok A) dan Kelompok
Sadar Wisata Tirta Bhuana Lestari
(Kelompok B) sebagai pedoman di dalam
memberikan panduan/to guide wisatawan.
Ketiga, alat promosi wisata desa berupa
brosur
yang memuat beberapa tourism activities
dan fasilitas wisata yang ada di desa
Sekumpul, dan alat promosi wisata desa
berupa website desa sekumpul yang dapat
diakses melalui: www.desasekumpul.com.
Keempat, MoU anatara Pokdarwis dengan
beberapa travel agency yang ada di Bali.
Freestanding Restaurant di Kawasan
Nusa Dua-Kabupaten Badung.
Jurnal Ilmiah Pariwisata. Vol.2
no1.Hal.109-222 September 2012
DAFTAR RUJUKAN
Kementrian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif.
2012.
Pedoman
Kelompok Sadar Wisata. Jakarta.
Nuryanti, W. 1993. Concept, Perceptive
and Challenges. Makalah bagian
dari
laporan
konferensi
internasional
mengenai
Pariwisata Budaya. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Profile Desa Sekumpul, 2015.
Suastuti, Luh. 2012. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi
Kepuasan
Wisatawan terhadap Produk
Suyitno, 2001. Perencanaan Wisata: Tour
Planning. Yogyakarta: Kanisius
Yogyakarta.
349
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
PEMBUATAN ANEKA SOKASI DARI DAUN LONTAR DI DESA
TIANYAR BARAT
Gede Wira Bayu, I Wayan Widiana
Jurusan PGSD, Fakultas Ilmu Pendidikan, Undiksha
Email: [email protected]; [email protected]
ABSTRACT
Tianyar Barat Village has a great palm leaves potential. Until now the palm leaves is not yet used maximally
although palm leaves can be used as handicraft such as sokasi and offering tools. Based on that reason, Tianyar
Barat Village is chosen as the location to conduct people’s services. The activities that conducted during people’s
services are: (1) planning step, (2) implementation process step, and (3) independent step. The people’s services
is done starting from July until August 2016 that is handicraft education and training about sokasi based by palm
leaves. Some of benefit are getting by the villagers, such as: (1) they got complete information about people’s
inventive especially in knowledge and skill to create new innovative work field based on palm leaves, (2) the
peoples who becoming training participant will getting clear image to create new bisnis which is based on locally
handicraft, (3) the peoples who becoming training participant will getting a clear image to develop local
commodity and if it’s manage by our self will give as good financial effect.
Kew Word: training, palm leaves handicraft.
ABSTRAK
Desa Tianyar Barat memiliki potensi alam lontar yang melimpah. Sampai saat ini daun lontar belum
dimanfaatkan secara maksimal padahal daun lontar dapat dijadikan bahan kerajinan seperi sokasi/sarana
persembahyangan. Berdasarkan hal tersebut maka dipilihlah Desa Tianyar Barat sebagai lokasi untuk
melaksanakan Pengabdian Kepada Masyarakat (P2M). Kegiatan P2M yang dilaksanakan berupa pelatihan,
dengan tahapan sebagai berikut: (1) tahap persiapan, (2) tahap pelaksanaan proses dan (3) tahap pemandirian.
Pelaksanaan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat ini dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2016 yaitu
berupa kegiatan: pendidikan dan pelatihan kerajinan sokasi berbahan lontar. Beberapa manfaat praktis yang
diperoleh oleh masyarakat, yaitu: (1) mereka mendapatkan informasi yang jelas dan utuh mengenai hakekat
pemberdayaan masyarakat dari segi pengetahuan dan keterampilan, bermakna untuk penciptaan lapangan
pekerjaan baru yang sifatnya inovatif dari kerajinan sokasi lontar; (2) masyarakat yang menjadi peserta pelatihan
memperoleh gambaran yang jelas mengenai langkah pengembangan iklim usaha dengan memanfaatkan
komoditas lokal; (3) peserta pelatihan juga mendapatkan gambaran yang jelas dan utuh tentang manfaat hasil
komoditi lokal apabila dikelola dengan baik akan mendatangkan nilai finansial.
Kata Kunci: Pelatihan, kerajinan Lontar
A. PENDAHULUAN
Salah satu usaha dasar untuk
meningkatkan kualitas sumber daya
manusia adalah melalu pendidikan.
Dengan pendidikan dapat diharapkan
meningkatnya kualitas SDM dalam
kehidupan warga negaranya. Peningkatan
kualitas kehidupan ini maksudnya dari
segi, kemamapuan menyerap informasi,
kemampuan menerapkan pengetahuan
yang berguna, dan kemampuan untuk
belajar hal-hal baru. Namun sayang sekali
tidak semua warga negara memiliki akses
ke jalur pendidikan formal, entah karena
keterpencilan geografis, ataupun karena
alasan ekonomi yang memaksa mereka
untuk berhenti bersekolah saat pendidikan
mereka belum tamat.
Kondisi ketidak merataan pendidikan ini
berimplikasi pula pada ketidak merataan
kesejahteraan. Karena, sedikit banyak,
tingkat pendidikan berpengaruh terhadap
340
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
kemampuan untuk meraih pekerjaan yang
layak dengan penghasilan yang layak pula.
Kondisi inilah yang mendorong perlunya
penyelenggaraan pendidikan luar sekolah
bagi warga negara yang membutuhkan.
Pemberdayaan
masyarakat
merupakan upaya untuk mengubah dan
membentuk
kehidupan
masyarakat.
Pemberdayaan
akan
meningkatkan
kemampuan anggota masyarakatnya agar
dapat mengarahkan, mengendalikan,
membentuk dan mengelola hidupnya.
Pemberdayaan masyarakat juga akan
meningkatkan kemampuan seseorang
untuk dapat mengelola hidupnya secara
mandiri sebagai indikator pemberdayaan
meliputi kemampuan: i) Memahami
masalah, ii) Menilai tujuan hidupnya,iii)
Membentuk strategi, iii) Mengelola
sumber daya, iv)Bertindak dan berbuat.
Selanjutnya pembangunan masyarakat
merupakan
suatu
proses
yang
berkelanjutan dengan pendekatan holistik
atau menyeluruh sesuai dengan kebutuhan
masyarakat,
kemudian
menerapkan
pemberdayaan
yang
berpengaruh,
melibatkan, dan mendidik; menjamin
keseimbangan lingkungan; memastikan
keberlanjutan/kebertahanan,
dan
menggunakan kemitraan untuk membuka
akses untuk sumber daya dan dana.
Kecamatan Kubu kabupaten Karangasem
memiliki masyarakat buta huruf yang
sangat besar.
baku
lontar
yang
sangat
melimpah. Desa Tianyar Barat, yang
berjarak 30 km dari kota AmlapuaraKabupaten Karangasem-Bali, merupakan
daerah yang sudah tanah kering yang
banyak ditumbuhi tanaman lontar yang
sering digunakan sebagai bahan baku
kerajinan tangan di Bali.
Bahan baku lontar biasanya dijual
keluar kabupaten diantaranya kabupaten
Gianyar, sehingga di Kabupaten Gianyar
hampir di setiap tempat ditemui anyaman
dan kerajinan yang menggunakan bahan
baku lontar. Tengah dan Tianyar Barat.
Berdasarkan data yang tercatat di
kantor kecataman kubu 60% dari
penduduk produktif (umur 20 tahun ketas)
buta aksara. Kehidupan ini sangat
mngganggu kehidupan sosial masyarakat
secara menyeluruh. Secara umum
masyarakat desa sangat cerdas dan kaya
keterampilan yang perlu dikembangkan.
Namun, sayang sekali, selama ini
keaksaraan
usaha
mandiri
hanya
dipandang sebelah mata oleh masyarakat
desa. Kondisi ini menyebabkan tingkat
perkembangan masyarakat menjadi sangat
rendah. Ini tentu saja menyebabkan
pendapatan yang juga rendah di kalangan
masyarakat.
Berdasarkan
latar
belakang
tersebut, maka perlu dilakukan pengabdian
di kecamatan kubu. Salah satu desa yang
bisa dijadikan tempat pengabdian adalah
desa Tianyar Barat. Karena desa Tianyar
Barat memiliki potensi alam lontar yang
melimpah. sampai saat ini daun lontar
belum dimanfaatkan secara maksimal
padahal daun lontar dapat dijadikanbahan
kerajinan
seperi
sokasi/sarana
persembahyangan.
B. Analisis Situasi
Desa Tianyar Barat sebenarnya
memiliki potensi yang besar yang bisa
dikembangkan dalam bidang kerajinan
karena desa Tianyar Barat memiliki bahan
Padahal di Desa Tianyar Barat jumlah
penduduk miskin dan dan Buta Aksara
cukup tinggi. Data dari BPS tahun 2010
menunjukkan bahwa desa Tianyar Barat
memiliki penduduk yang buta aksara 845
orang dari 1717 penduduk yang tercatat.
Desa Tianyar Barat sebenarnya memiliki
potensi
yang
besar
yang
bisa
dikembangkan dalam bidang kerajinan
karena desa Tianyar Barat memiliki bahan
baku lontar yang sangat melimpah. Desa
Tianyar Barat, yang berjarak 30 km dari
kota Amlapuara-Kabupaten KarangasemBali, merupakan daerah yang sudah tanah
341
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
kering yang banyak ditumbuhi tanaman
lontar yang sering digunakan sebagai
bahan baku kerajinan tangan di Bali.
Bahan baku lontar biasanya dijual keluar
kabupaten diantaranya kabupaten.
Selama ini pelatihan kerajinan
lontar hanya fokus pada desa di Tianyar,
Tianyar Tengah dan Tianyar Barat.
Padahal di Desa Tianyar Barat jumlah
penduduk miskin dan dan Buta Aksara
cukup tinggi. Data dari BPS tahun 2010
menunjukkan bahwa desa Tianyar Barat
memiliki penduduk yang buta aksara 845
orang dari 1717 penduduk yang tercatat.
Sebenarnya, di Desa Tianyar
Barat ada beberapa keluarga dan kelompok
tani yang dibentuk dengan tujuan
membentuk usaha tani, yakni kelompok
Labda Karya dan kelompok Sri Kencana.
Kelompok ini sudah lama dibentuk oleh
masyarakat, namun dari sejak berdirinya
tahun 1995 sampai sekarang (2014)
perkembangannya bisa dikatakan stagnan.
. Hal ini dapat dilihat dari produk pertani
(buah-buahan, kelapa, kacang-kacangan,
dan lonatr) yang dihasilkan masih minim
nilai jual.Hal ini disebabkan oleh beberapa
faktor diantaranya kemampuan seni dan
jiwa wirausaha masyarakat masih rendah,
sehingga hasil produksinya tidak memiliki
nilai jual yang tinggi. Dampaknya,
pertanian, usaha anyaman dan usaha
kerajinan lontar ini belum mampu
mendongkrak perekonomian komunitas
masyarakat desa Tianyar Barat secara
signifikan. Desa Tianyar Barat sebagai
lumbung kerajinan lontar yang menjadi
penciri keunikan masyarakat melalui
intensifikasi dan ekstensifikasi produk
kerajinan seni, sehingga potensi desa tidak
dapat berkebang dengan baik.
diterapkan dalam kegiatan pengabdian
pada masyarakat ini adalah
(a) Persiapan
(1) Melakukan kordinasi dengan pihak
desa, dan kelompok labda karya dan
sri kencana.
(2) Melakukan
rekrutmen
peserta.
Rekrutmen peserta kami lakukan
dengan menjalin komunikasi yang
baik dengan kedua kelompok.
Rekrutmrn
peserta
tidak
memeperhatikan jenis kelamin,
artinya kami tidak menentukan
proporsi yang pasti untuk jenis
kelamin. Baik pria maupun wanita,
asal
memenuhi
kriteria,
berpenghasilan rendah, dipandang
mau
dan
mampu
mengikuti
pelatihan, dan dipandang bersedia
untuk menerapkan ilmu yang
diperoleh pada pelatihan, akan
diikutkan pada pelatihan ini.
(3) Penyaringan awal dilakukan oleh
kami bersama dengan perangkat
desa. Namun kami juga menerapkan
syarat tambahan, tidak boleh ada
peserta yang suami istri. Ini kami
lakukan
untuk
memberikan
kesempatan pada keluarga yang
lainnya.
Anak-anak
kami
perkenankan
untuk
mengikuti
kegiatan ini bersama-sama, dengan
pertimbangan anak-anak masih
sangat produktif mengembangkan
dirinya.
(b) Pelaksanaan
Pelaksanaan
pelatihan
ini
dilakukan dengan model pelatihan
ketrampilan berkelanjutan. Pelatihan
keterampilan
dilakukan
sebagai
motivasi masyarakat untuk belajar
membaca dan menulis. Lebih
lengkapnya pelaksanan program ini
dilakukan sebagai berikut.
(1) Proses Pembelajaran
Pembelajaran akan dilakukan
seminggu 2 kali. Waktu yang
C. METODE
Meode berkaitan dengan cara yang
digunakan untuk memecahkan masalah.
Kerangka pemecahan masalah yang
342
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
agak senggang itu kami terapkan
dengan maksud memberikan
kesempatan
kepada
peserta
pelatihan untuk menerapkan ilmu
yang diperoleh di rumah masingmasing. Karena peserta pelatihan
sebagain besar telah diberikan
keterampilan yang berguna untuk
dirinya masing-masing.
(2) Proses Evaluasi
Evaluasi
tidak dilakukan
dengan menyediakan waktu
khusus. Tapi penilaian dilakukan
secara berkesinambungan oleh
para tutor selama proses pelatihan
dilakukan. Penilaian dilakukan
dengan
memberikan
tes
keterampilan
kepada
warga
belajar. Penilaian diberikan dalam
bentuk angka oleh masing-masing
tutor, yang berisikan prestasi
dalam bidang teori dan praktek
untuk
masing-masing
kompetensi. Nilai akhir adalah
nilai rata-rata dari semua tutor.
Lembar nilai akhir, akan
diletakkan di belakang STTP,
dengan format sebagai berikut.
Sertifikat itu diberikan oleh
pemerintah provinsi Bali yang
bekerja sama dengan pemerintah
daerah kabuapten karangasem.
berstatus lulus jika memperoleh nilai
lebih dari 80.
Dari 50 peserta pelatihan yang
mengikuti program ini, pelatihan
dianggap berhasil jika 95 % peserta
dapat menyelesaikan seluruh program
pelatihan.
Namun
harapan
penyelenggara,
seluruh
peserta
pelatihan
(100%)
agar
dapat
menyelesaikan program ini.
Evaluasi proses keberhasilan
pembelajaran dinilai dari jumlah
tagihan dan penilaian yang diberikan
tutor diserap oleh pembelajar.
Pembelajar dianggap berhasil bila
sudah menyerap 80% materi dalam
penyelesaian tugas-tugas belajar dan
mampu memanfaatkan pengetahuan
yang diperoleh untuk meningkatkan
kualitas keterampilan sokasi yang
pada
akhirnya
akan
dapat
meningkatkan
kehidupan
perekonomian mereka. Pelatihan ini
tidak metargetkan jumlah lulusan yang
disalurkan bekerja di perusahaan
keterampilan. Ini karena mengingat di
sekitar lokasi tidak terdapat lokasi
perusahaan
keterampilan
keset
tersebut. Selain itu menimbang para
lulusan akan memiliki kemampuan
permodalan, teknis, dan pemasaran
yang memadai untuk berusaha
mandiri, maka lulusan pelatihan lebih
diarahkan untuk membuka usaha
sendiri.
Evaluasi
tidak dilakukan
dengan menyediakan waktu khusus.
Tapi penilaian dilakukan secara
berkesinambungan oleh para tutor
selama
proses
pelatihan
dilakukan.Penilaian diberikan dalam
bentuk angka oleh masing-masing
tutor, yang berisikan prestasi dalam
bidang teori dan praktek untuk
masing-masing kompetensi. Nilai
akhir adalah nilai rata-rata dari semua
tutor. Lembar nilai akhir, akan
diletakkan di belakang STTP, dengan
format sebagaiberikut.Nilai diberikan
dalam rentang 50 s/d 100. Peserta
D. KARYA UTAMA
Mengacu pada tujuan yang
ditetapkan dalam kegiatan ini, karya utama
yang dihasilkan yaitu Sokasi dari lontar.
berdasarkan hasil percobaan sementara,
warga yang diberikan contoh untuk belajar
membuat sokasi hanya memebutuhkan
waktu 4 hari yaitu belajar 1 hari tehnik
dasar, 2 hari kreasi dan 1 hari finishing.
343
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
E. ULASAN KARYA
Pohon Siwalan atau disebut juga
Pohon Lontar (Borassus flabellifer) adalah
sejenis palma (pinang-pinangan) yang
tumbuh di Asia Tenggara dan Asia Selatan.
Pohon Lontar (Borassus flabellifer)
menjadi flora identitas provinsi Sulawesi
Selatan. Pohon ini banyak dimanfaatkan
daunnya, batangnya, buah hingga
bunganya yang dapat disadap untuk
diminum langsung sebagai legen (nira),
difermentasi menjadi tuak ataupun diolah
menjadi gula siwalan (sejenis gula merah).
Pohon
Siwalan
(Lontar)
merupakan pohon palma (Palmae dan
Arecaceae) yang kokoh dan kuat.
Berbatang tunggal dengan ketinggian
mencapai 15-30 cm dan diameter batang
sekitar 60 cm. Daunnya besar-besar
mengumpul dibagian ujung batang
membentuk tajuk yang membulat. Setiap
helai daunnya serupa kipas dengan
diameter mencapai 150 cm. Tangkai daun
mencapai panjang 100 cm.
Daun
Lontar
(Borassus
flabellifer) digunakan sebagai media
penulisan naskah lontar dan bahan
kerajinan seperti kipas, tikar, topi, aneka
keranjang, tenunan untuk pakaian dan
sasando, alat musik tradisional di
Timor.Tangkai dan pelepah pohon Siwalan
(Lontar atau Tal) dapat menhasilkan
sejenis serat yang baik. Selain itu bisa juga
dimanfaatkan untuk membuat sokasi yang
digunakan
sebagai
sarana
persembahyangan di Bali. Proses anyaman
sokasi di atas masih bersifat tradisional dan
manual, sehingga kualitas kerajinan lontar
yang dihasilkan tidak dapat terjaga dengan
baik. Minimnya teknologi yang dimiliki
dan diketahui oleh masyarakat Sehingga
terbatasnya teknologi yang digunakan
seperti berbagai macam pemotong dan
penghalus
yang digunakan dalam
membuat sokasi, akan menimbulkan
komplain dari costumer/suplier. Oleh
sebab itu perlu diberikan pelatihan untuk
membuat teknologi pemotong dan
penghalus dari bahan yang ada
disekitarnya.
Desain dan pewarnaan, agar
produk seni kerajinan lontar yang
dihasilkan tidak tampak monoton, perlu
dilakukan pelatihan desain dan pewarnaan
seperti pemberian sentuhan warna lontar
baik yang diberikan secara manualartifisial melalui lukisan tangan maupun
melalui proses kimia dengan peleburan dan
pengawetan. Sehingga hasil anyamanan
dan kerajinan mampu menangkap selera
konsumen untuk trend produk yang
diminati costumer, nilai jualproduk
kerajinan kerajinan lontar pun dapat
ditingkatkan.
F. KESIMPULAN
Berdasarkan kegiatan yang telah
dilakukan dan indikator keberhasilan yang
telah ditetapkan, dapat disimpulkan bahwa
pendidikan
dan
perancangan
alat
penunjang usaha kerajinan sokasi lontar
dan penataan los diberikan oleh I Made
Suastawa kepada kelompok Labda Karya
dan kelompok Sri Kencanabersifat sharing
informasi dan teknologi karena apa yang
sudah dilaksanakan beliau selama ini
sudah sangat bagus tetapi terkadang masih
menggunakan peralatan manual, dan
dalam pelaksanaan diklat ini tidak
ditemukan kendala yang berarti karena
respon yang sangat bagus dari kelompok
Labda Karya dan kelompok Sri Kencana
dalam mengikuti pelaksanaan kegiatan ini.
G. DAMPAK DAN MANFAAT
KEGIATAN
Dampak dan manfaat dari kegiatan
ini yaitu (1) mereka mendapatkan
informasi yang jelas dan utuh mengenai
hakekat pemberdayaan masyarakat dari
segi pengetahuan dan keterampilan,
bermakna untuk penciptaan lapangan
pekerjaan baru yang sifatnya inovatif dari
kerajinan sokasi lontar; (2) masyarakat
344
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
yang
menjadi
peserta
pelatihan
memperoleh gambaran yang jelas
mengenai langkah pengembangan iklim
usaha dengan memanfaatkan komoditas
lokal; (3) peserta pelatihan juga
mendapatkan gambaran yang jelas dan
utuh tentang manfaat hasil komoditi lokal
apabila dikelola dengan baik akan
mendatangkan nilai finansial.
Peter Drucker. The Leadership of the
Future. Penerbit PT. Elex Media
Komputindo.
Deborah Tannen, 1996, Seni komunikasi
Efektif:
membangun
relasi
dengan
membina
gaya
percakapan, (alih bahasa dra.
Amitya Komara), PT Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Joseph A. Devito,1997, Komunikasi antar
manusia
(edisi
kelima),
Profesional Books, Jakarta.
Prof. Dr. Astrid S. Susanto-Sunarto, 1995,
Globalisasi dan komunikasi,
Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
8. R. Wayne Pace, Don F. Faulos, 2002,
Komunikasi Organisasi: Strategi
meningkatkan
kinerja
perusahaan
(editor
Deddy
Mulyana, MA, Ph.D.), PT Remaja
Rosdakarya, Bandung.
H. DAFTAR PUSTAKA
Burns, P. and J. Dewhurst. 1996. Small
Business and Enterpreneurship
James Stoner. 1995. Management, 1995.
Management. Prentice Hall Inc,
New Jersey
Nurul Indarti. Entrepreneurship dan Usaha
Kecil & Menengah di Indonesia
345
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
PELATIHAN SURVEILLANCE CAMERA SEBAGAI ALAT BANTU
KEAMANAN BERBASIS JARINGAN DI SMK NEGERI 1 TEJAKULA
Made Santo Gitakarma1, Gede Indrawan1, I Wayan Sutaya1
1
Jurusan Teknik Elektro (Prodi D3 Teknik Elektronika dan S1 Pendidikan Teknik Elektro) FTK UNDIKSHA
Email: [email protected]
ABSTRACT
The problem of security is a very important issue in every sphere of human life. Surveillance Camera or
cameras monitoring is one option that many people demand reliability and flexibility, even able to be accessed via
the Internet. SMK Negeri 1 Tejakula not use the security system with CCTV and Surveillance Camera. The module
donated to P2M was designed can be connected to a computer via cable, wireless and accessible via Android or
iOS smartphone. This is expected to increase student interest in computer networks (TKJ). P2M is expected to
provide a security system solutions for the convenience of various parties at SMK Negeri 1 Tejakula. From training
to 30 students obtained the mastery of basic competencies (KD): KD1 with a mean 82.6; KD2 with a mean of 80.5;
KD3 with a mean 76.7; KD4 with a mean of 81.9; and KD5 with a mean of 78.9. Can be concluded that the overall
average KD is 80.11 exceeding KK 70% or has managed in line with expectations.
Keywords: Surveillance Camera, TKJ, security, vocational
ABSTRAK
Permasalahan keamanan merupakan isu yang sangat penting di setiap bidang kehidupan manusia.
Surveillance Camera atau kamera pemantau merupakan salah satu pilihan yang banyak diminati masyarakat
kehandalan dan fleksibilitasnya, bahkan mampu diakses melalui internet. SMK Negeri 1 Tejakula belum
menggunakan sistem keamanan dengan CCTV maupun Surveillance Camera. Modul Surveillance Camera yang
disumbangkan untuk P2M ini didesain dapat dihubungkan ke komputer melalui kabel, tanpa kabel dan dapat
diakses melalui smartphone Android maupun iOS. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan minat belajar siswa
pada jaringan komputer (TKJ). Dengan P2M diharapkan dapat memberikan solusi sistem keamanan demi
kenyamanan berbagai pihak di SMK Negeri 1 Tejakula. Dari pelatihan kepada 30 orang siswa didapatkan
penguasaan Kompetensi Dasar (KD): KD1 dengan rerata 82,6; KD2 dengan rerata 80,5; KD3 dengan rerata 76,7;
KD4 dengan rerata 81,9; dan KD5 dengan rerata 78,9. Sehingga didapat rerata keseluruhan penguasaan KD adalah
80,11 yang melebihi KK 70% atau telah berhasil sesuai dengan harapan.
Kata kunci: kamera pemantau, TKJ, keamanan, SMK
PENDAHULUAN
kelebihan utama seperti kehandalan,
fleksibilitas, dan investasi jangka panjang.
Surveillance Camera adalah kamera
pemantau yang berbasis protokol internet
yang dapat mengirim dan menerima data
melalui jaringan komputer dan internet.
Fleksibilitas yang tinggi memungkinkan
Surveillance Camera untuk diterapkan pada
jaringan
wired
ataupun
wireless.
Pengiriman sinyal kamera pemantau
dilakukan menggunakan koneksi jaringan
seperti LAN/WAN atau internet.
Permasalahan keamanan merupakan isu
yang sangat penting di setiap bidang
kehidupan manusia. Jaminan keamanan
terhadap bahaya berupa pencurian,
perampokan, pelecehan seksual dan
kejahatan lainnya dapat dilakukan salah
satunya dengan menggunakan kamera
pemantau. Surveillance Camera atau
kamera pemantau merupakan salah satu
pilihan yang banyak diminati masyarakat
bahkan pemerintah dikarenakan memiliki
346
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
Dibandingkan dengan Closed Circuit
TeleVision (CCTV) yang konfigurasinya
sudah pasti, warna hanya hitam putih, dan
harganya cukup mahal. Surveillance
Camera menawarkan konfigurasi yang bisa
diatur, memiliki kemampuan memproses
visual berwarna dan audio serta dapat
diakses PC secara langsung atau melalui
LAN, internet, dan jaringan smart phone,
sedangkan harganya relatif lebih murah
dibandingkan CCTV. Penginstalasian
Surveillance Camera cukup sederhana
dengan mengikuti petunjuk yang ada,
namun dengan pengetahuan jaringan
komputer dan DDNS, Surveillance Camera
dapat diintegrasikan dengan jaringan
komputer yang ada sehingga perangkat ini
dapat diakses dari mana saja selama
terkoneksi dengan internet, baik dengan
laptop maupun telephone seluler.
SMK Teknologi maupun TIK seharusnya
sudah menerapkan Surveillance Camera
dalam lingkungan sekolahnya. Selain untuk
keamanan lingkungan yang terekam setiap
saat, menerapkan Surveillance Camera
dapat digunakan sebagai pembelajaran
kepada siswa tentang bagaimana proses
pemasangan
hingga
pengaturan
Surveillance Camera melalui jaringan
komputer. SMK Teknologi maupun TIK
yang ada di kabupaten Buleleng, ada 3
SMK yang membuka jurusan Teknik
Komputer dan Jaringan yaitu SMK Negeri
3 Singaraja, SMK Negeri 2 Seririt, dan
SMK Negeri 1 Tejakula. SMK Negeri 3
Singaraja dan SMK Negeri 2 Seririt telah
menggunakan Surveillance Camera di
lingkungan sekolahnya (Made Santo G.
dkk, 2015), sedangkan SMK Negeri 1
Tejakula yang baru berdiri 6 tahun lalu
yaitu tahun 2009 masih belum menerapkan
Surveillance Camera untuk meningkatkan
keamanan sekolahnya. Hal ini dikarenakan
keterbatasan dana dan belum ada teknisi
yang
mampu
memasang
dan
mengoperasikan Surveillance Camera.
Menurut pihak mitra kami Kepala Sekolah
SMK Negeri 1 Tejakula, I Wayan Gunastra,
S.Pd, M.Pd., di SMK Negeri 1 Tejakula
belum menerapkan sistem keamanan
Surveillance Camera karena hal yang
mendesak saat ini adalah pembangunan
fisik seperti ruangan kelas yang belum
memenuhi daya tampung siswa. Namun
Kepala Sekolah SMK Negeri 1 Tejakula
berharap ada pihak-pihak dari Undiksha
maupun pihak lainnya yang membantu
memberikan pelatihan untuk memahami
penggunaan sistem keamanan yang
dimungkinkan di sekolah tersebut.
Tim P2M Undiksha merasa penting
memberikan pelatihan di SMK Negeri 1
Tejakula karena tamatannya diharapkan
dapat meneruskan ke Prodi S1 Pendidikan
Teknik Elektro yang memiliki jalur
keminatan untuk Teknik Komputer dan
Jaringan (TKJ). Dengan pelatihan jaringan
komputer
menggunakan
modul
Surveillance
Camera
diharapkan
pemahaman siswa tentang jaringan
komputer dapat meningkat, dan mengetahui
prospek peluang usaha di bidang sistem
keamanan menggunakan Surveillance
Camera.
Aktivitas sekolah dari PBM hingga
ekstrakurikuler memungkinkan sekolah ini
buka dari pagi hingga sore. Sehingga
keamanan sekolah penting dilakukan untuk
mencegah terjadinya kejahatan seperti
pencurian maupun tindakan kejahatan
lainnya. Dalam pembelajaran di kelas, para
siswa khususnya yang ada di jurusan TKJ
tentunya mendapatkan pelajaran jaringan
komputer dasar, LAN, hingga WAN dari
kelas X, XI dan XII, sehingga P2M ini
347
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
sejalan dengan pemahaman praktis yang
diperlukan sekolah.
SMK Negeri 1 Tejakula seperti terlihat pada
Gambar 1 merupakan sekolah menengah
kejuruan yang berada di Desa Penuktukan,
Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng
yang berjarak 33 km dari kota Singaraja.
Sekolah ini berdiri sejak tahun 2009 di atas
tanah seluas 810 m2 dengan keberadaan
ruang kelas sebanyak 10 ruang kelas yang
diperuntukkan untuk siswa kelas X, XI, dan
XII. Sekolah ini memiliki 3 program
keahlian yaitu : TKJ (Teknik Komputer
Jaringan), Akuntansi, dan Administrasi
Perhotelan (AP). SMK Negeri 1 Tejakula
memiliki siswa seperti pada Tabel 1.
Sebagai sekolah yang baru berdiri beberapa
tahun belakangan ini, SMK Negeri 1
Tejakula dapat dikatakan mampu menarik
banyak siswa untuk belajar di sekolah
tersebut.
dan
mengikuti
pelajaran.
Perilaku
siswa/siswi SMK Negeri 1 Tejakula dapat
dikatakan sudah tertib selama berada di
dalam kelas. Para siswa/siswi terlihat
menunjukkan antusiasme yang cukup baik
dalam mengikuti pelajaran. Siswa-siswi
jarang ada yang bercanda ataupun ribut
ketika pembelajaran berlangsung. Para
siswa-siswi pun tercatat tidak pernah
melakukan hal-hal yang dapat mengganggu
jalannya proses pembelajaran di dalam
kelas. Saat jam pelajaran dimulai terkadang
ditemui siswa/siswa yang ribut, mengobrol,
dan beberapa siswa/siswi yang masih
berada di luar kelas.
Terkait dengan kegiatan siswa di dalam dan
di luar kelas selama berada di sekolah,
aturan-aturan pun ditetapkan oleh pihak
sekolah untuk menjaga ketertiban dan
meningkatkan kedisiplinan siswa. Untuk
siswa yang melanggar tata tertib, akan
dikenakan sanksi sesuai klasifikasi
pelanggaran yang dibuat.
Selama siswa berada di luar kelas, perilaku
siswa/siswi SMK Negeri 1 Tejakula masih
dapat dikontrol dan tergolong wajar
mengikuti norma-norma kesopanan yang
ada di sekolah. Siswa/siswi berada di luar
kelas ketika tidak ada pelajaran
berlangsung, yaitu saat istirahat. Ketika bel
istirahat siswa/siswi memanfaatkan waktu
tersebut untuk berbelanja di kantin,
sebagian sebagian ada yang ngobrol atau
bercanda dengan temannya, sebagian lagi
ada yang terlihat membaca-baca buku di
sekitar sekolah atau koridor ruang kelas.
Untuk beberapa siswa yang melakukan
perbuatan yang kurang baik atau melanggar
aturan dan norma yang ada, akan ditangani
secara bertahap dan sistematis. Pertama,
masalah yang ada antara siswa dengan guru
yang bersangkutan diselesaikan terlebih
dahulu dan bila tidak terselesaikan, masalah
Gambar 1. SMK Negeri 1 Tejakula
Tabel 1. Daftar distribusi siswa tiap tingkat
tahun ajaran 2015/2016
Bidang/
No Program
Keahlian
1 TKJ
2 Akuntansi
3 AP
Total
Kelas X
Jumlah
Data Siswa
Kelas XI Kelas XII
Jumlah
Jumlah
Jumlah Keseluruhan
Kelas Siswa Kelas Siswa Kelas Siswa Kelas Siswa
2
2
4
8
42
66
142
250
2
2
4
8
44
68
138
250
2
2
4
8
41
43
129
213
6
6
12
24
127
177
409
713
Sumber: Database SMKN 1 Tejakula
Adapun kegiatan siswa di dalam kelas
sangat dekat hubungannya dengan tingkah
laku siswa selama berada di dalam kelas
348
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
tersebut akan dibawa ke wali kelas. Jika hal
yang sama ditemui, maka wali kelas akan
membawa masalah tersebut ke BK. Apabila
sampai
permasalahan
tidak
dapat
diselesaikan,
BK
akan
membawa
permasalahan tersebut kehadapan kepala
sekolah dan kepala sekolah bersama-sama
guru bahkan jika perbuatan tersebut jauh
melanggar aturan dan norma yang ada, akan
sampai melibatkan orang tua/wali siswa dan
bersama-sama pihak sekolah dan orang
tua/wali siswa akan mencari solusi untuk
tindak pelanggaran tersebut.
Dari analisa situasi yang telah dilakukan,
sistem keamanan sekolah sangatlah penting
untuk dilakukan. Pihak sekolah diharapkan
memiliki sistem yang dapat memonitor
maupun menyediakan bukti video apabila
terjadi kejahatan. Apabila terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan seperti keributan atau
tidak tertib maka pihak sekolah dapat
menegur melalui pengeras suara maupun
mendatangi langsung tempat kejadian.
Surveillance Camera dapat ditempatkan
cukup banyak dan menyebar di gedunggedung yang berbeda sehingga jangkauan
video yang terekam dapat lebih luas.
Dengan pelatihan penggunaan dan
manajemen Surveillance Camera berbasis
jaringan komputer untuk pihak sekolah,
diharapkan dapat memberikan solusi sistem
keamanan demi kenyamanan pihak sekolah
dan stakeholder-nya.
Berdasarkan analisis situasi dari SMK
Negeri 1 Tejakula maka yang menjadi akar
permasalahan mitra dalam hal ini adalah
pentingnya sistem keamanan sekolah yang
dapat dijabarkan sebagai berikut:
1) Kurangnya sistem keamanan sekolah
melalui Surveillance Camera;
2) Belum adanya pelatihan tentang
pentingnya Surveillance Camera sebagai
sistem keamanan dan berguna bagi
pembelajaran khususnya jurusan TKJ di
SMK Negeri 1 Tejakula;
3) Belum siapnya SDM tenaga pengajar
untuk memasang dan mengoperasikan
Surveillance Camera;
4) Pihak sekolah belum dapat memberikan
bukti rekaman apabila terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan di sekitar sekolah.
Surveillance Camera
Menurut Arfiansyah dkk. (2012) IP Camera
atau Surveillance Camera adalah CCTV
kamera yang menggunakan Internet
Protokol untuk mengirimkan data gambar
dan sinyal kendali atas Fast Ethernet Link.
Dengan demikian, Surveillance Camera
juga sering disebut sebagai kamera
jaringan. Yang membedakannya dengan
CCTV biasa adalah setiap kamera memiliki
IP sendiri sehingga kita bisa memilih
kamera mana yang mau dilihat. Sejumlah
kamera pemantau biasanya ditempatkan
bersama-sama dengan perekam Video
Digital (DVR) atau jaringan video (NVR)
untuk membentuk sistem pengawasan
video. Faktor keamanan menjadi hal yang
sangat penting. Berbagai cara dilakukan
untuk meningkatkan keamanan baik untuk
keamanan pada perusahaan maupun tempat
pribadi seperti rumah.
Kamera jaringan merupakan kamera yang
dapat diakses dari jauh pada lokasi yang
berbeda melalui web browser atau software
manajemen video. Kamera jaringan
membuat orang-orang menjadi lebih praktis
untuk memonitoring area atau ruangan yang
dipantau.
Menurut Mahmud Aryanto (2010) IP
Camera atau ada juga yang menyebutnya
Netcam (Network Camera) merupakan
perangkat peng-capture dan recording objek
terkini yang memiliki kemampuan
memproses visual dan audio serta dapat
349
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
diakses PC secara langsung, atau melalui
LAN, Internet, dan jaringan telepon seluler.
Instalasinya sangat sederhana. Perangkat ini
dapat diakses dari mana saja selama kita
terkoneksi dengan internet, baik dengan
laptop maupun telepon seluler. Dengan
kemampuan serta kesederhanaan setting
ditambah
kemudahan
akses
yang
dimilikinya,
perangkat
ini
mampu
menggantikan perangkat monitoring yang
telah ada.
Pengguna Surveillance Camera dapat
dikelompokan menjadi dua, yaitu kalangan
rumahan (home use) seperti perumahan,
apartemen, kompleks real estate dan
kalangan perkantoran, perusahaan.
perangkat lain, sehingga masing-masing
komputer yang terhubung tersebut bisa
saling bertukar data atau berbagi perangkat
keras.
Untuk memudahkan memahami jaringan
komputer, para ahli kemudian membagi
jaringan komputer berdasarkan beberapa
klasifikasi, di antaranya:
• Berdasarkan area atau skala
• Berdasarkan media penghantar
• Berdasarkan fungsi
Ada 2 cara untuk mengkoneksikan
Surveillance Camera ke dalam jaringan
yaitu dengan cara Wireless dan Kabel.
Prinsip kerja Surveillance Camera adalah
pertama kamera menangkap gambar,
kemudian gambar yang ditangkap diubah
menjadi sinyal elektrik. Sinyal ini
dikonversikan dari format analog menjadi
digital. Sinyal digital dikompres dan
dikirim melalui jaringan.
Gambar 2. Contoh Surveillance Camera
VStarCam (Sumber: internet)
Contoh Surveillance Camera merk
VStarCam pada Gambar 2 memiliki
spesifikasi sebagai berikut:
• MJPEG PTZ
• IR Indoor Dome Robot WIFI
• Wireless P2P IP Camera
• 10pcs 5mm IR leds,
• Real Plug&Play,P2P Server Group.
• 3.6mm lens,PAN TILT
• Pan:355°, Tilt: 120°
• Support 32 GB TF Card
Gambar 3. Surveillance Camera berbasis
Jaringan
Seperti terlihat dalam Gambar 3, untuk
mengakses Surveillance Camera apabila
pengguna menggunakan komputer maka
dapat langsung mengakses alamat dari
Surveillance Camera tersebut untuk
melakukan streaming. Begitu juga apabila
pengguna mengakses dengan menggunakan
mobile phone, pengguna langsung
mengakses Surveillance Camera dengan
memasukkan alamatnya saja. Perbedaannya
adalah protokol yang digunakan, apabila
Surveillance Camera Berbasis Jaringan
Jaringan komputer adalah suatu himpunan
interkoneksi
sejumlah
komputer
autonomous. Informasi berupa data akan
mengalir dari satu komputer ke komputer
lainnya atau dari satu komputer ke
350
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
pengguna menggunakan komputer maka
protokol yang digunakan adalah HTTP,
sedangkan apabila pengguna menggunakan
mobile phone maka protokol yang
digunakan adalah RTSP.
Penelitian tentang penerapan Surveillance
Camera telah banyak dilakukan, seperti
penerapannya pada Smartphone oleh
Gilang dkk (2012), aplikasinya pada
Android oleh Arfiansyah dkk. (2012), A
Heri Prasetyo (2012), dan pada mobile
phone oleh Samuel dkk (2010).
tentang Surveillance Camera berbasis
jaringan untuk sistem keamanan sekolah.
Pelatihan ini ditujukan kepada perwakilan
guru dan siswa yang ditunjuk oleh pihak
sekolah dan dilakukan di SMK Negeri 1
Tejakula. Segala pembiayaan pelatihan
akan ditanggung tim pelaksana berdasarkan
pembiayaan yang disetujui oleh LPM
Undiksha. SMK Negeri 1 Tejakula
memfasilitasi tempat dan peserta yang akan
diikutkan dalam pelatihan ini.
METODE
Dari rumusan masalah yang telah dijelaskan
sebelumnya dan apa saja tujuan-tujuan yang
ingin dicapai dalam kegiatan program P2M
ini, maka langkah-langkah untuk mencapai
tujuan tersebut dapat digambarkan seperti
Gambar 4 berikut.
Kegiatan program P2M ini akan
dilaksanakan dalam bentuk pelatihan
Gambar 4. Diagram alur kegiatan P2M
Surveillance Camera dapat membuka
wawasan serta pengetahuan lebih baik
berkaitan dengan Surveillance Camera
yang telah dipesan untuk dipasang.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Persiapan
Pada tahap persiapan, tim pelaksana
melakukan penjajagan dan sosialisasi
dengan pihak sekolah dalam hal ini SMK
Negeri 1 Tejakula. Penjajagan dan
sosialisasi ini dilakukan sebanyak 1 kali
yaitu pada tanggal 21 April 2016.
Penjajagan
dilakukan
sebagai
pemberitahuan awal bahwa akan diadakan
pelatihan dari kegiatan P2M. Dalam
penjajagan ini juga untuk melihat keadaan
SMK Negeri 1 Tejakula. Pada saat itu SMK
Negeri 1 Tejakula telah mengadaan
beberapa alat Surveillance Camera, namun
semua peralatan akan dipasang oleh pihak
swasta. Sehingga dengan adanya pelatihan
Pelatihan Surveillance Camera
Pelatihan ini dilakukan pada tanggal 25 - 27
Mei 2016. Pelatihan ini dilakukan selama 3
hari untuk lebih menguatkan pemahaman
konsep Surveillance Camera secara
menyeluruh. Hari pertama 25 Mei 2016
pelatihan dilakukan dengan materi : 1.
Konsep dasar jaringan komputer; 2. Konsep
dasar jaringan wireless; 3. Teknologi
Surveillance Camera dan penggunaannya.
Hari pertama total 9 jam, seperti terlihat
pada Tabel 2. Pada hari pertama juga
dilakukan
serah
terima
bantuan
351
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
Surveillance Camera seperti terlihat pada
Gambar 5 berikut.
TKJ di SMK Negeri 1 Tejakula telah
melakukan pelatihan selama 30 jam.
Pelatihan Surveillance Camera ini cukup
lama dilakukan karena berkaitan dengan
prakteknya yang harus dilakukan beberapa
jam untuk lebih memberikan pemahaman
bagi yang belum mengerti.
Gambar 5. Penyerahan bantuan dilakukan oleh
Tim P2M Undiksha
Tabel 2. Materi Pelatihan
No
Uraian Materi (KD)
Jam
1.
2.
3.
Konsep Dasar Jaringan Komputer
Konsep Dasar Jaringan Wireless
Teknologi Surveillance Camera dan
Penggunaannya
Konfigurasi Jaringan Surveillance
Camera
Praktek Pemasangan Kabel Jaringan
Praktek Aplikasi Monitoring
Surveillance Camera dan Fiturnya
Praktek Sistem Keamanan Jaringan
Surveillance Camera
Praktek Akses Surveillance Camera
melalui Smartphone Android dan
iOS
Praktek Konfigurasi Jaringan
Surveillance Camera di SMK Negeri
1 Tejakula
3
3
3
4.
5.
6.
7.
8.
9.
JUMLAH
3
4
4
Gambar 6. Pelatihan Surveillance Camera
2
4
4
30
Pada hari kedua yaitu Kamis, 26 Mei 2016
diberikan pelatihan dengan materi: 1.
Konfigurasi jaringan Surveillance Camera;
2. Praktek pemasangan kabel jaringan; 3.
Praktek aplikasi monitoring Surveillance
Camera dan fitur-fiturnya. Pelatihan hari
kedua ini dilakukan selama 11 jam. Dan
pada hari terakhir yaitu Jumat, 27 Mei 2016
dilakukan pelatihan dengan materi: 1.
Praktek sistem keamanan jaringan
Surveillance Camera, 2. Praktek akses
Surveillance Camera melalui smartphone
android dan iOS; 3. Praktek konfigurasi
jaringan Surveillance Camera di SMK
Negeri 1 Tejakula. Hari terakhir ini
pelatihan dilakukan selama 10 jam.
Sehingga apabila ditotal, siswa dan guru
Gambar 7. Bersama guru siswa TKJ dan tim
P2M Undiksha
Kepala sekolah SMK Negeri 1 Tejakula I
Wayan Gunastra, S.Pd., M.Pd. mengatakan
kami merasa berbangga hati karena ada
perhatian dari Undiksha sehingga ada
pembelajaran baru dan para siswa kami bisa
mendapatkan tambahan belajar. Selain itu
dengan pelatihan ini para siswa
mendapatkan kesempatan belajar lebih luas
lagi untuk menambah pengetahuannya.
“Pelatihan Surveillance Camera ini sangat
kami harapkan dan juga pelatihan-pelatihan
komputer agar siswa mendapatkan
tambahan belajar, meningkatkan wawasan
mereka
tentang
kamera
pemantau
352
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
keamanan sekolah serta berdampak positif
terhadap mereka nantinya di dunia kerja
apabila ingin menekuni bidang jaringan
komputer ini” demikian disampaikan oleh I
Wayan Gunastra, S.Pd, M.Pd.
Pada pelatihan tersebut siswa sebanyak 30
orang diberikan tes soal untuk mengetahui
seberapa pemahaman mereka terhadap
materi yang diberikan. Tes diberikan
sebanyak 30 soal yang terdiri dari materimateri yang telah disampaikan dalam
pelatihan. Materi tersebut terbagi menjadi 5
kompetensi dasar yaitu : 1) Memahami
konsep dasar jaringan komputer dan
wireless dengan rata-rata kelas 82,6; 2)
Memahami konsep dasar Surveillance
Camera dengan rata-rata kelas 80,5; 3)
Memahami
konfigurasi
Jaringan
Surveillance Camera dengan rata-rata kelas
76,7;
4)
Mempraktekkan
Aplikasi
Monitoring Surveillance Camera dan Fiturfiturnya dengan rata-rata kelas 81,9; dan 5)
Mempelajari
keamanan
Surveillance
Camera dengan rata-rata kelas 78,9.
Sehingga didapat rata-rata keseluruhan
penguasaan Kompetensi Dasar dengan
masing-masing Indikator-nya adalah 80,11
yang melebihi kriteria ketuntasan (KK)
70%.
Kompetensi Dasar dengan masing-masing
Indikator-nya adalah 80,11 yang melebihi
kriteria ketuntasan (KK) 70%. Dengan
demikian dapat dikatakan pelatihan
Surveillance Camera telah berhasil dan
sesuai dengan harapan.
DAFTAR RUJUKAN
A Heri Prasetyo. 2012. Analisis dan
Penerapan Aplikasi Streaming IP
Camera Sebagai Sistem Monitoring
Area Berbasis Android (Studi Kasus:
SMK Telekomunikasi Tunas Harapan
Tengaran).
Arfiansyah, R. & Fitrisia,Y & Fadhli, M.
2012. Aplikasi Android Untuk
Kontrol dan Monitoring Ruangan
Menggunakan Ip Camera.
Made Santo Gitakarma, Ketut Udy
Ariawan, Agus Adiarta, I Wayan
Sutaya. 2015. Penerapan Model
Pembelajaran Konstruktivis pada
Mata Pelajaran Jaringan Komputer
Berbantuan Modul Ajar IP Camera
(Studi kasus SMK Negeri 2 Seririt).
Senari ke-3 ISSN : 2339 – 1553. Bali.
Mahmud Aryanto bin Amir. 2010. IP
Camera dan Aplikasinya. PT Elex
Media
Komputindo.
Kompas
Gramedia.
Samuel Mahatma Putra, Handoko, Rika
Mandasari, Bino Pramana Bestari. 2010.
Analisis dan Perancangan Aplikasi
Monitoring IP Camera Menggunakan
Protocol HTTP pada Mobile Phone
SIMPULAN
Berdasarkan kegiatan P2M yang telah
dilakukan didapatkan kesimpulan sebagai
berikut. Dari hasil pemberian materi
pelatihan kepada 30 orang siswa didapatkan
rata-rata
keseluruhan
penguasaan
353
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU BAHASA JEPANG DI
KABUPATEN BULELENG MELALUI PELATIHAN PEMBUATAN
MEDIA PEMBELAJARAN PENULISAN HURUF JEPANG
MENGGUNAKAN ANIMASI FLASH
Desak Made Sri Mardani, S.S., M.Pd. Putu Hendra Suputra, S.Kom., M.Cs.
Universitas Pendidikan Ganesha
[email protected]
Abstrak
Pengabdian pada masyarakat ini bertujuan untuk memberikan keterampilan bagi para guru bahasa jepang
SMA/SMK dalam menggunakan program animasi grafis Flash untuk membuat media pembelajaran menulis huruf
Jepang. Dengan media yang baik dan tepat, penyampaian materi dengan karakteristik khusus mampu diserap
degan lebih baik oleh siswa. Efek domino yang dituju ke depan dari penguasaan keterampilan ini agar lulusan
SMA/SMK bahasa Jepang nantinya memiliki pemahaman yang lebih baik sehingga menjadi raw-input yang baik
pula. Kegiatan pengabdian terdiri dari dua tahap, yaitu tahap pertama sosialisasi dan tahap kedua pelatihan.
Sosialisasi dan pelatihan diikuti oleh beberapa guru, diutamakan guru dari sekolah-sekolah yang memberikan
materi bahasa Jepang. Materi pelatihan adalah seputar pemanfaatan software animasi Flash, khususnya membuat
animasi penulisan huruf Jepang. Pelatihan yang dilaksanakan cukup berhasil, yang mana semua peserta mampu
membuat animasi dengan teknik dasar dengan baik, dan mengembangkan animasi penulisan huruf jepang dengan
mandiri. Bahkan, beberapa peserta sudah mampu mendesain animasi yang lebih kompleks. Walaupun demikian,
masih diperlukan upaya tambahan untuk mencapai hasil yang lebih optimal karena beberapa peserta belum
mampu membuat secara mandiri.
Kata kunci: Animasi Flash, huruf Jepang, Media Pembelajaran
I. PENDAHULUAN
Dalam
proses
pembelajaran,
penggunaan
media
pembelajaran
merupakan salah satu faktor penentu
keberhasilan pembelajar dalam menguasai
materi pembelajaran. Media pembelajaran
yang sedang digalakkan penggunaannya di
Indonesia adalah media berbasis teknologi
informasi. Teknologi infomasi mampu
memberikan akses yang lebih luas serta
memberikan pengalaman belajar yang lebih
menarik, sehingga mampu meningkatkan
motivasi pembelajar dalam belajar.
Meningkatkan motivasi pembelajar demi
mencapai tujuan dari suatu proses
pembelajaran merupakan tugas utama
seorang pengajar.
Menurut Elliot (2000:9) bahwa
terdapat tiga pengetahuan yang diperlukan
secara mendasar untuk menjadi seorang
guru (pengajar), meliputi:
a. Theaching (Pedagogical) Knowledge
yaitu bagaimana menyajikan materi
ajar yang terbaik. Hal ini berkaitan
dengan pengelolaan kelas, teknik
instruksional, beberapa mengacu
pada pengetahuan pedagogy.
b. Subject Matter Knowledge yaitu
mengacu pada tata cara dalam
mengorganisasi, strategi membuat
formula dalam menyampaikan isi,
apakah melalui cerita, bimbingan,
menggunakan teks, komputer, media
atau lembaran kerja.
354
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
c. Teaching Subject Matter Knowledge
yaitu bagaimana materi ajar tersebut
dapat dipahami oleh siswa. Mengacu
pada prinsip-prinsip dan strategi yang
diterapkan pada materi tertentu.
Guru merupakan kunci dalam peningkatan
mutu pendidikan dan mereka berada di titik
sentral dari setiap usaha reformasi
pendidikan
yang
diarahkan
pada
perubahan-perubahan kualitatif. Oleh sebab
itu maka seorang pengajar perlu memiliki
kemampuan untuk membuat media
pembelajaran.
Terkait
media
pembelajaran,
beberapa ahli memberikan definisinya
tentang media pembelajaran. Briggs (1977)
(dalam Sudrajat, 2008) berpendapat bahwa
media pembelajaran adalah sarana fisik
untuk
menyampaikan
isi/materi
pembelajaran seperti : buku, film, video dan
sebagainya.
Sedangkan,
National
Education
Associaton
(1969)
mengungkapkan
bahwa
media
pembelajaran adalah sarana komunikasi
dalam bentuk cetak maupun pandangdengar, termasuk teknologi perangkat
keras. Definisi lain terkait media adalah alat
bantu apa saja yang dijadikan sebagai
penyalur pesan guna mencapai tujuan
pengajaran (Syaiful & Aswan, 2006: 121).
Sesuatu yang dapat membawa informasi
dan pengetahuan dalam interaksi yang
berlangsung antara pendidik dengan peserta
didik (Pupuh & M. Sobry, 2009: 65). Dari
beberapa pengertian yang diungkapkan
oleh para ahli di atas dapat disimpulkan
bahwa media pembelajaran merupakan alat
bantu dalam proses belajar mengajar yang
memiliki fungsi untuk menyampaikan isi
atau materi yang ingin disampaikan oleh
pengajar, sehingga informasi/ilmu tersebut
dapat dipahami oleh pembelajar.
Kemampuan
pengajar
untuk
membuat media pengajaran sangat penting
demi kelancaran proses pembelajaran.
Selain itu, dengan berkembangnya
teknologi dewasa ini yang juga
mempengaruhi dunia pengajaran, maka
penguasaan teknologi pembuatan dan
pemanfaatan media pembelajaran berbasis
IT mutlak diperlukan oleh seorang pengajar
terlebih pada domain pelajaran yang
menekankan penjelasan proses yang
intensif. Program-program presentasi
seperti Microsoft Power Point mampu
menyajikan materi dengan instan dan
mudah dengan berbagai template yang
dimiliki. Namun demikian, Power Point
tidak memiliki fitur untuk membuat
animasi yang spesifik dibutuhkan misalnya
untuk menjelaskan urutan garis pada
penulisan huruf Jepang.
Dalam Bahasa Jepang terdapat
beberapa huruf (mōji) yaitu huruf-huruf
Hiragana, Katakana, Kanji, Rōmaji dan
sebagainya (Sudjianto & Dahidi, 2004:55),
yang diberikan dalam mata kuliah Menulis
(Hyouki)/Kanji di Prodi Pendidikan Bahasa
Jepang, Undiksha. Dalam pembelajaran
menulis tersebut, pembelajar diharapkan
mampu menulis huruf Hiragana dan
Katakana dengan baik sesuai dengan
kaidah penulisan huruf-huruf bahasa
Jepang yang ada. Menulis di sini sedikit
berbeda bila kita bandingkan dengan
menulis yang digunakan oleh jurusan
lainnya. Pada pembelajaran bahasa lain,
menulis dihubungkan dengan bagaimana
pembelajar mampu membuat suatu
karangan, karya sastra, karya ilmiah dan
sebagainya. Hal ini sangat berbeda dengan
pembelajaran bahasa Jepang. Menulis
dalam pembelajaran bahasa Jepang seperti
yang dijelaskan sebelumnya meliputi
bagaimana pembelajar mampu menulis
355
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
huruf yang terdapat dalam bahasa Jepang
sesuai dengan kaidah-kaidah penulisan
yang ada, sedangkan untuk kompetensi
yang diharapkan sesuai dengan kompetensi
yang terdapat dalam menulis pada jurusan
lain dimasukkan ke dalam mata kuliah
Mengarang (Sakubun).
Untuk dapat menulis dengan baik,
maka harus dikuasai beberapa goresan yang
menjadi dasar penulisan huruf. Dasar-dasar
tersebut meliputi haraimasu (goresan
dengan melepas pada akhir tulisan),
tomarimasu
(goresan
dengan
menghentikan tangan), hanemasu (goresan
seperti percikan air). Selain memahami
goresan yang menjadi dasar penulisan huruf
bahasa Jepang, yang perlu diperhatikan
juga adalah urutan dari goresan itu. Urutan
yang benar akan menghasilkan tulisan yang
baik. Hal ini terlihat jelas ketika menulis
dengan cepat. Kemudian ukuran huruf juga
sangat penting karena membantu kita dalam
membaca dan memahami isi tulisan
tersebut.
Dalam
proses
pembelajaran
tentunya tidak terlepas dari permasalahanpermasalahan yang menghantui, begitu
pula dalam pembelajaran menulis huruf
Jepang. Permasalahan yang sering terjadi
adalah mahasiswa tingkat awal membawa
kebiasaannya menulis huruf Jepang tanpa
aturan. Secara empiris, pada masa-masa
awal perkuliahan Hyouki mahasiswa
cenderung membawa kebiasaan mereka
menulis sesuai dengan apa yang mereka
peroleh dari SMA (Mardani, 2008) yang
meliputi:
1. mahasiswa
tidak
memperhatikan
goresangoresan penulisan;
2. mahasiswa
tidak
memperhatikan
urutanurutan penulisan;
3. mahasiswa
tidak
memperhatikan
ukuran
huruf, mana huruf yang
harus ditulis kecil dan mana
yang tidak, serta posisi dari
huruf
juga
tidak
diperhatikan.
Untuk mengatasi permasalahan
tersebut maka dilakukan penelitian oleh
Mardani (2012) tentang penggunaan media
visual dan penugasan untuk meningkatkan
kemampuan menulis huruf Hiragana dan
Katakana. Dari hasil penelitian tersebut
dapat diketahui bahwa media visual dapat
membantu pembelajar dalam membedakan
goresan dalam penulisan huruf Jepang. Hal
tersebut dapat terlihat dari peningkatan
kemampuan menulis dan respon positif dari
pembelajar terhadap penggunaan media
visual tersebut.
Penggunaan media visual dalam
pembelajaran penulisan huruf Jepang
berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat
dikatakan penting. Dengan menggunakan
media visual memungkinkan terlihatnya
bentuk goresan dan urutan dalam penulisan.
Dalam hubungannya dengan pembuatan
media pembelajaran, program yang mampu
menunjukkan goresan dan urutan dalam
penulisan huruf Jepang adalah animasi
flash. Oleh sebab itu maka pengetahuan
pembuatan media pembelajaran dengan
menggunakan animasi flash, bagi pengajar
bahasa Jepang sangat penting.
Sebagaimana hasil penelitian dan
pelatihan yang telah dilakukan, sangat
efektif penggunaan media visual dalam
pembelajaran penulisan huruf Jepang.
Dengan media visual, bentuk goresan yang
muncul dalam suatu huruf dapat dibedakan
dengan menggunakan warna yang berbeda.
Selain itu urutan penulisan akan jelas
terlihat begitu pula arah goresan dari
356
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
pembentukan huruf Jepang. Untuk dapat
menunjukkan bentuk goresan, arah goresan
dan urutannya, maka program yang paling
tepat digunakan dalam pembuatan media
pembelajaran huruf Jepang adalah animasi
flash.
Untuk mampu membuat suatu
media pembelajaran huruf Jepang perlu
suatu keterampilan tentang pengoperasian
program tersebut. Mampu memahami cara
pengoperasian program flash akan
memperkaya khasanah pembelajaran di
kelas. Dalam pembelajaran bahasa Jepang
yang dilakukan di SMA selama ini, sangat
jarang menggunakan media pembelajaran
yang berbasis IT. Hal ini disebabkan
kurangnya pengetahuan tentang pembuatan
media pembelajaran berbasis IT. Guru
bahasa Jepang di Kabupaten Buleleng yang
berjumlah 33 orang, sebagian besar
merupakan guru honorer yang masih muda,
dan merupakan alumni dari Undiksha.
Sedangkan guru tetap merupakan guru yang
sudah berumur yang kemungkinan tidak
memiliki pengetahuan tentang penggunaan
animasi flash. Walaupun sebagian besar
guru tersebut merupakan alumni Undiksha
tetapi ketika mereka studi, pengenalan
pembuatan media dengan berbasis IT
sangat jarang diberikan. Dan bahkan
alumni awal dari Jurusan Pendidikan
Bahasa
Jepang,
Undiksha
tidak
memperoleh
pengetahuan
tentang
pembuatan media pembelajaran berbasis
IT. Kekurangan yang muncul di lapangan
terkait kemampuan guru bahasa Jepang
untuk
mengembangkan
media
pembelajaran berbasis IT merupakan hal
yang harus segera ditanggulangi. Para guru
tersebut perlu mendapatkan pengetahuan
yang banyak terkait pembelajaran dalam
hal ini pembuatan media pembelajaran
penulisan huruf Jepang dengan animasi
flash.
Pihak perguruan tinggi dalam hal ini
Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang
dan Jurusan Manajemen Informatika,
Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja
selaku lembaga pendidikan tenaga
kependidikan negeri terbesar di Bali perlu
membantu mengembangkan unsur/aspek
kependidikan
secara
teorities
dan
berkerjasama secara kolaboratif dengan
guru bahasa Jepang. Pihak guru memiliki
masalah nyata di lapangan sedangkan pihak
perguruan tinggi memiliki keahliannya
secara teorities. Dengan mensinergikan
produk teoritis perguruan tinggi dengan
masalah nyata yang dialami oleh guru di
lapangan, program ini diharapkan mampu
menghasilkan suatu produk/luaran yang
memiliki link dan match yang tepat
sehingga ke depan diyakini mampu
memberdayakan
masyarakat
kurang
mampu agar secara perlahan mampu
meningkatkan kemampuan guru dalam
bidang akademik.
Berdasarkan permasalahan tersebut,
rumusan masalah yang akan dijawab adalah
“bagaimana cara memberikan pengetahuan
tentang pembuatan media pembelajaran
penulisan huruf Jepang bagi guru bahasa
Jepang di Kabupaten Buleleng? “. Untuk
mengatasi
masalah
tersebut
maka
dilakukan pelatihan kepada guru bahasa
Jepang di Kabupaten Buleleng tentang
pembuatan media pembelajaran penulisan
huruf Jepang dengan menggunakan animasi
Flash bagi guru bahasa Jepang di
Kabupaten Buleleng. Dengan diberikannya
pelatihan tersebut diharapkan guru bahasa
Jepang di Kabupaten Buleleng mampu
membuat dan mengembangkan media
pembelajaran
dengan
menggunakan
animasi flash secara berlanjut dan mandiri
357
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
sehingga ke depannya pembelajar mampu
menguasai penulisan bahasa Jepang sesuai
dengan kaidah penulisan yang benar.
2.1 Kerangka Pemecahan Masalah
Sehubungan
dengan
masalah
dipaparkan di depan, kerangka pemecahan
masalah yang dikembangkan digambarkan
dengan alur pelaksanaan kegiatan sebagai
berikut.
II. METODOLOGI
Berdasarkan bagan alur pemecahan
masalah di atas, dapat dinyatakan bahwa
masalah
kurangnya
kemampuan
mahasiswa tingkat awal dalam menulis
huruf Jepang dengan baik dan benar karena
kurangnya kemampuan guru menciptakan
suatu media pembelajaran yang mampu
meningkatkan motivasi dari pembelajar.
Berdasarkan analisis situasi terhadap
kondisi riil yang terjadi pada guru bahasa
Jepang, salah satu pemecahan masalah
yang dianggap efektif adalah memberikan
bekal keterampilan pembuatan media
pembelajaran penulisan huruf Jepang
dengan menggunakan animasi flash dengan
kerja sama antara Program Studi
Pendidikan Bahasa Jepang dan Jurusan
Manajemen
Informatika,Undiksha.
Melalui kegiatan ini akan diberikan akan
technical assistance kepada guru bahasa
Jepang di Kabupaten Buleleng yang akan
mampu membentuk tenaga guru yang multi
skill. Dengan adanya keterampilan yang
multi-skilling,
masyarakat
sasaran
memiliki kesempatan menciptakan proses
pembelajaran yang lebih menarik dan
efketif.
358
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Pelatihan
Pembuatan
Media
Pembelajaran Penulisan Huruf Jepang
dengan Menggunakan Animasi Flash bagi
guru Bahasa Jepang Se-Kabupaten
Buleleng yang berlangsung selama tiga hari
(8-10 Juni 2015) dengan menggunakan pola
latihan 30 jam mampu menghasilkan
ketrampilan bagi guru-guru bahasa Jepang
untuk
menghasilkan
suatu
media
pembelajaran yang menarik. Pada kegiatan
dihadiri oleh 25 orang guru, baik guru
senior maupun guru junior.
Kondisi peserta yang amat beragam
dalam hal penguasaan komputer memberi
keuntungan, yakni terjadinya subsidi silang
pengetahuan
di
kalangan
peserta.
Penguasaan komputer yang berbeda pada
peserta sangat dipengaruhi oleh faktor usia,
dimana guru yang muda jauh lebih
menguasai ketrampilan menggunakan
komputer bila dibandingkan dengan guru
senior.
Dalam
pembelajaran
bahasa
Jepang, bukan hanya pada penulisan huruf
Jepang saja tetapi juga pada pengenalan
kosakata, penggunaan media pembelajaran
yang diberikan sangat bermanfaat. Pada
akhir pelatihan semua peserta sudah
mampu membuat contoh animasi tulisan
huruf Jepang serta animasi tentang kosakata
(khususnya katakerja bergerak, seperti:
berlari, jatuh, dsb), walaupun terdapat guru
yang masih dibantu dalam pengerjaannya
oleh peserta junior. Peserta junior ada yang
sudah mampu membuat kreasi animasi
sendiri yang menarik. Dengan demikian,
para guru sudah mampu memproduksi
media, ada yang masih sederhana, namun
ada juga yang sudah baik.
2.2 Khalayak Sasaran
Sesuai dengan paparan yang
disampaikan dalam penjelasan sebelumnya
bahwa masalah ini terjadi pada guru bahasa
Jepang di Kabupaten Buleleng. Oleh sebab
itu, khayalak sasaran dari kegiatan ini
adalah guru bahasa Jepang di Kabupaten
Buleleng sebanyak 33 orang. Khalayak
sasaran tersebut dipilih karena mereka
merupakan bagian masyarakat yang amat
sangat memerlukan bantuan agar mereka
bisa secara perlahan meningkatkan
kemampuan dalam proses pembelajaran.
Dengan program perancangan pelatihan
ini, para guru diharapkan memiliki
keterampilan dan kecakapan dalam
membuat media pembelajaran dengan
menggunakan animasi flash.
2.3 Metode Kegiatan
Adapun metode yang digunakan
dalam kegiatan ini adalah Model Technical
Assistance dalam bentuk Training and
Workshop
yang dilaksanakan dengan
memberikan pelatihan dan memberikan
model dalam bentuk workshop kepada
staf/instruktur tentang pembuatan media
pembelajaran penulisan huruf Jepang
sehingga guru bahasa Jepang di Kabupaten
Buleleng nanti mampu menjadi tenaga yang
multi-skilled.
2.4 Rancangan Evaluasi
Evaluasi
dilakukan
dengan
mengamati kinerja para peserta. Indikator
pencapaian yang ditetapkan adalah, bahwa
pengabdian dinyatakan berhasil apabila
masing-masing peserta sudah memiliki
minimal satu model animasi materi
pembelajaran dan mampu memanfaatkan
materi yang dikembangkan dalam media
presentasi.
Adapun materi yang diberikan selama pelatihan dapat terlihat pada tabel 3.1 berikut ini.
359
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
Tabel 3.1 Materi selama pelatihan pembuatan media pembelajaran
No. MATERI
1
2
JAM
Subject Matter knowledge: Strategi dan organisasi materi ajar
2
dengan menggunakan media interaktif
Mengenal software Adobe Flash, serta prospeknya dalam media
2
pembelajaran
3
Instalasi Adobe Flash
1
4
Mengenal layout dan terminologi dalam Adobe Flash
2
5
Dasar-dasar menggunakan Tools untuk membuat objek
2
6
Praktik dasar menggunakan Toolbar
4
7
Dasar-dasar animasi frame by frame
2
8
Praktik animasi frame by frame
3
9
Animasi dengan teknik Tweening
3
10
Menyisipkan objek (import) multimedia
2
11
Animasi dengan teknik Masking. Kasus pada tulisan Jepang
4
12
Media interaktif dengan action script dasar
3
TOTAL
30
Secara rinci hasil pelatihan adalah
sebagai berikut.
1) Dengan penggunaan Animasi Flash,
guru mampu membuat suatu proses
terbentuknya huruf Jepang secara
bertahap sehingga siswa akan dengan
mudah memahami proses penulisan
huruf dengan adanya media yang
menarik.
2) Dengan penggunaan Animasi Flash,
guru mampu membuat suatu animasi
menarik terkait dengan kosakata yang
akan lebih mudah dipahami oleh
siswa bila dibandingkan dengan
gambar diam. Seperti kosakata
pergerakan/aktivitas.
sekolah terkait dengan nilai siswa dan
penerimaan murid baru. Walaupun
demikian, pada hari pelaksanaan kegiatan
banyak guru yang dapat hadir pada hari
pertama dan kedua yaitu berjumlah 25
orang. Pada kegiatan pelatihan, sebelum
diberikan materi terkait dengan aplikasi
pembuatan media dengan menggunakan
Animasi Flash, diberikan terlebih dahulu
pengetahuan terkait penggunaan media
pada pmbelajaran huruf Jepang. Hal ini
untuk memberikan gambaran kepada para
peserta bagaimana suatu media dapat
membantu proses pemahaman siswa
terhadap materi. Seperti yang diberikan
sebagai contoh, media visual digunakan
untuk membantu pemahaman siswa tentang
penulisan huruf Jepang terkait dengan
urutan penulisan, goresan dan keindahan
huruf. Kemudian bagaimana media gambar
mampu mengantarkan mahasiswa tentang
makna huruf Kanji. Dengan pemberian
3.2 Pembahasan
Pelatihan yang diselenggarakan
pada tanggal 8-10 Juni 2015, bertepatan
dengan minggu akhir sekolah. Dengan
demikian para guru memiliki kesibukan di
360
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
contoh tersebut dapat memberikan
pengetahuan
kepada
guru
tentang
pentingnya
suatu
media
dalam
pembelajaran. Apalagi jika media yang
diberikan berupa animasi yang mampu
menarik perhatian siswa untuk lebih fokus
dalam belajar.
Setelah berakhirnya pemberian
materi pengantar, para peserta diajak
langsung
memahami
bagaimana
penggunaan
animasi
flash
dalam
pembuatan media dengan memberikan
pengalaman langsung kepada guru untuk
membuat sesuai dengan penjelasan dari
pemateri. Pada hari pertama diberikan
materi
yang
sederhana
kemudian
dilanjutkan pada hari kedua dengan materi
yang lebih sulit (seperti terlihat pada table
3.1). Selama pelatihan, peserta terlihat
antusias mendengarkan penjelasan dan
langsung mempraktekkan. Pada saat
pelatihan terdapat peserta yang sudah
mampu membuat animasi huruf Jepang
walaupun sangat sederhana, seperti terlihat
pada gambar 3.1 dan 3.2 di bawah ini.
Gambar 3.1
361
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
Gambar 3.2
Para guru berpendapat bahwa
Animasi Flash yang diberikan dalam
pelatihan sangat bermanfaat dalam
pembuatan media dalam pembelajaran
bahasa Jepang, terutama dalam hal
penulisan huruf Jepang serta pengenalan
kosakata. Bahkan peserta merasa seperti
memperoleh suatu pengetahuan yang
benar-benar baru terkait dengan Animasi
Flash. Dalam pelaksanaan pelatihan mereka
merasa tertantang untuk mampu membuat
seperti contoh yang diberikan. Bahkan ada
guru yang ingin menggunakan pengetahuan
tersebut dalam penelitian yang akan
dilakukan terkait dengan pengembangan
media pembelajaran, yang selama ini
sangat jarang dimiliki dalam pembelajaran
bahasa Jepang.
Walaupun ada rasa antusias dan
tantangan dalam pelatihan, terdapat juga
guru yang merasa kewalahan dalam
mengikuti penjelasan pemateri karena
keterbatasan kemampuan menggunakan
komputer serta materi yang sedikit rumit.
Untuk itu, ketika pelatihan, pemateri
berusaha memperlambat penjelasan dan
mengulang-ulang
proses
pembuatan
sampai peserta benar-benar paham.
Walaupun panjelasan diperlambat dan
diulang-ulang, tetapi tidak mengganggu
jalannya pelatihan secara keseluruhan.
Terdapat materi yang dirasa cukup
sulit diikuti oleh peserta yaitu materi
terakhir yang memanfaatkan ActionScript.
ActionScript
merupakan
kode
pemrograman dasar yang disertakan dalam
pembuatan animasi interaktif layaknya
sebuah program pada umumnya. Karena
sifat
materi
yang
membutuhkan
kemampuan dasar algoritma itulah yang
menyebabkan materi ini dirasa susah.
Dapat dimaklumi mengingat materi ini
memiliki tingkat kesulitan menengah,
terlebih bagi peserta yang memang tidak
memiliki dasar pemrograman sama sekali.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Pelatihan penggunaan Flash untuk
membuat animasi penulisan huruf Jepang
telah berhasil memberikan potensi baru
dalam
menyampaikan
maeri
dan
menciptakan pengalaman belajar baru bagi
siswa dan guru bahasa Jepang SMA/SMK
di Kabupaten Buleleng. Kondisi peserta
yang amat beragam dalam hal penguasaan
komputer memberi keuntungan, yakni
terjadinya subsidi silang pengetahuan di
kalangan peserta. Penguasaan komputer
yang berbeda pada peserta sangat
dipengaruhi oleh faktor usia, dimana guru
yang muda jauh lebih menguasai
ketrampilan menggunakan komputer bila
dibandingkan dengan guru senior.
Peserta pelatihan sudah mampu
menghasilkan objek grafis dan animasi
yang dapat dipresentasikan baik dalam
format swf (media presentasi Adobe Fash)
maupun animated GIF yang bisa disertakan
dalam power point, web, maupun format
digital umumnya sehingga meningkatkan
kualitas dan penampilan dari media
mereka. Beberapa peserta bahkan mampu
secara kreatif mendesain dan mewujudkan
animasi yang lebih kompleks melebihi
harapan panitia. Cukup mengesankan
mengingat baru pertama kali tersebut
peserta diperkenalkan animasi flash.
Antusiasme peserta sangat baik,
terlihat dari kehadiran hingga hari terakhir
pelatihan dan adanya permintaan secara
lisan dari peserta untuk membuka peluang
362
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
pembimbingan untuk guru muda yang juga
mahasiswa alih kredit yang berminat
mengembangkan flash dalam skripsi
mereka.
Daftar Pustaka
Elliott, Stephen N. 2000. Educational
Psychology: Effective Theaching,
Effective Learning. USA: The Mc.
Graw-Hill Companies,Inc.
5.2 Saran
Pelatihan flash untuk guru sekolah
masih memiliki potensi untuk memberikan
pengalaman dan suasana baru dalam
menyampaikan materi. Namun karena
keterbatasan waktu, materi yang cukup luas
dengan bobot moderat harus disampaikan
dalam waktu yang dimampatkan. Agar
mendapatkan hasil dan mutu pelatihan yang
optimal, untuk ke depannya sebaiknya
dilakukan pemilahan materi berdasarkan
level dan pengalaman peserta sehingga
sesuai antara kemampuan dasar dengan
materi yang akan diajarkan. Hal seperti ini
bisa dilakukan pada pelatihan yang sifatnya
bertahap dan berkesinambungan, tidak
cukup dengan satu buah program
pengabdian/pelatihan, melainkan beberapa
program yang mengacu pada satu
masterplan.
Pelatihan untuk mata pelajaran lain
cukup menarik untuk dilakukan, namun
perlu analisis situasi yang baik agar dapat
diformulasikan contoh tutorial yang sesuai
dengan karakteristik mata pelajaran.
Dengan demikian guru peserta dapat lebih
antusias dan dengan segera dapat
mengasosiasikan kemampuan flash dengan
materi apa yang cocok dengan bidangnya.
Dalam pelatihan kali ini masih dirasa
kurangnya tenaga pendamping bagi peserta,
sehingga dalam kegiatan serupa berikutnya
perlu
dipertimbangkan
perimbangan
jumlah tutor pendamping dengan jumlah
peserta, terlebih jika bisa melibatkan lebih
banyak mahasiswa
yang memiliki
kompetensi di animasi Flash.
Mardani, Desak Made Sri, dkk. 2008.
Laporan P2M: Pelatihan dan
Pengembangan
Kemampuan
Menulis Huruf Hiragana dan
Katakana untuk Guru Bahasa
Jepang di Kab. Buleleng. Laporan
tidak dipublikasikan.
Mardani, Desak Made Sri. 2012.
Pemanfaatan Media Visual untuk
Meningkatkan Kemampuan Menulis
Huruf Hiragana dan Katakana.
Dalam Jurnal Pendidikan dan
Pengajaran, Vol. 45 No.3.
Pupuh Fathurrohman dan Sobry Sutikno.
2009. Strategi Belajar Mengajar –
Strategi Mewujudkan Pembelajaran
Bermakna Melalui Penanaman
Konsep Umum dan Konsep Islami.
Bandung: PT. Refika Aditama.
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain.
2006. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Sudjianto, Drs.M.Hum & Ahmad Dahidi,
Drs.M.A.
2004.
Pengantar
Linguistik Bahasa Jepang. Oriental:
Jakarta.
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/200
8/01/12/konsep-mediapembelajaran/ diakses tgl 18
Desember 2012
363
PELATIHAN PENGGUNAAN INTERNET DALAM
PEMBELAJARAN MATEMATIKA BAGI GURU-GURU SDN DI
DESA ANGGADITA
Iyan Rosita Dewi Nur
Pendidikan Matematika
FKIP Universitas Singaperbangsa Karawang
[email protected]
ABSTRACT
Teacher as a students fasilitator is necessary to have a knowledge about the change of internet technology
especially potential internet as a tool and media to enrich students learning. Generally, this case is self
challenges for all of teachers in school, include elementary’s school teachers. In the fact, they are not
introduced about the use of internet. The results of researches showed that optimalization of internet pottential
is not a simple task. The purpose of this dedication to community is to introduce website of mathematics
learning and make a mathematics learning design with internet for the teachers of elementary school in desa
Anggadita. The target of this dedication to community is all of the elementary school teachers in Desa
Anggadita kecamatan Klari kabupaten Karawang. The followings are the activities done by team : preparing
the sillaby and lesson plan, applying the program as instructor by the team, doing meeting 12 times, using
tutorial methods. The total of the trainees is 30 teachers. By this training, the participants feel helpfull because
they can understand dan learn how to visit the mathematics website, they can apply it in their classroom
teaching
Key word: Training, Internet, Mathematics Learning
ABSTRAK
Guru selaku fasilitator bagi muridnya, perlu memiliki wawasan tentang perkembangan teknologi
internet khususnya potensi internet sebagai alat atau media untuk memperkaya pembelajaran siswa. Pada
umumnya ini adalah tantangan tersendiri bagi guru-guru di sekolah, termasuk guru-guru di sekolah dasar. Pada
kenyataannya, mereka tidak dibekali tentang pembelajaran menggunakan internet. Penelitian menunjukkan,
mengharapkan guru untuk mengoptimalkan potensi internet bukanlah suatu tugas yang sederhana. Tujuan
pengabdian kepada masyarakat ini adalah untuk mengenalkan guru-guru SDN di desa Anggadita pada websitewebsite pembelajaran matematika serta belajar merancang pembelajaran matematika menggunakan internet..
Target sasaran dalam pengabdian ini adalah seluruh guru sekolah dasar di Desa Anggadita Kecamatan Klari
Kabupaten Karawang. Metode yang dilakukan adalah dengan teknik tutorial, jumlah peserta pelatihan
sebanyak 30 orang. Dengan adanya pelatihan ini para peserta merasa terbantu karena mereka bisa mengenal
dan belajar bagaimana membuka situs-situs pembelajaran dalam matematika sehingga mereka bisa
mengaplikasikannya dalam pembelajaran di kelas yang sasarannya dapat meningkatkan dan menguatkan
konsep pemahaman matematis siswa yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
Kata Kunci: Pelatihan, internet, pembelajaran matematika
PENDAHULUAN
Sekolah Dasar Negeri Anggadita
merupakan sekolah dasar negeri yang
berada di Desa Anggadita Kecamatan
Klari Kabupaten Karawang. Terdapat 5
Sekolah Dasar Negeri Anggadita, yaitu
SDN Anggadita I, SDN Anggadita II,
SDN Anggadita III, SDN Anggadita IV,
dan SDN Anggadita V. Desa Anggadita
merupakan salah satu desa yang kini
berkembang
pesat
perkembangan
wilayahnya. Hal itu dikarenakan desa
Anggadita merupakan salah satu desa
365
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
tempat berkembangnya industri di
Kabupaten Karawang.
Seiring dengan perkembangan
tersebut, tidak dapat dipungkiri lagi
murid- murid dewasa ini tumbuh di dunia
yang jauh berbeda dengan di masa ketika
guru, orang tua dan kakek mereka masih
menjadi murid. Anak-anak sekarang
terlahir diera digital dan ditengah-tengah
perkembangan teknologi yang sedemikian
pesatnya, menuntut adanya kesiapan
mental dan finansial baik bagi orang tua
maupun sekolah untuk mengakomodasi
setiap kebutuhan anak-anak yang semakin
kompleks khususnya dalam pembelajaran.
Teknologi yang berkembang pesat
diantaranya adalah telepon dan internet.
Sudah tidak heran lagi ketika murid
sekolah dasar di jaman sekarang sudah
pandai
mengoperasikan
teknologi
canggih. Teknologi merupakan bagian
dari masyarakat informasi di mana kita
kini hidup, orang sudah menggunakan
internet, e-mail dan hand phone dalam
berkomunikasi, kompetensi seseorang
semakin ditantang dan diperluas dengan
cepat. Sekolah sebagai bagian dari
masyarakat, teknologi hendaknya harus
menjadi bagian integral dari sekolah dan
pembelajaran di kelas
Fasiltas komputer di setiap SDN
yang berada di desa Anggadita telah
tersedia, namun hanya terdapat 1 unit saja
di masing-masing sekolah. Untuk koneksi
internet masih terbatas pada penggunaan
modem yang disediakan oleh masingmasing pihak sekolah. Meskipun saat ini
masih terbatas, tetapi bila kita mencermati
besarnya dukungan pihak orang tua pada
sekolah tersebut dan adanya kemungkinan
bekerja sama dengan pihak luar (misalnya
Telkom), maka fasilitas internet di sekolah
tersebut diperkirakan akan meningkat
secara signifikan. Sedangkan dari konteks
siswa SDN di desa Anggadita, internet
bukanlah barang asing bagi sebagian
siswa. Percakapan yang sering muncul
pada pihak siswa tentang facebook dan
game online mengindikasikan bahwa
sebagian siswa sudah terbiasa dengan
penggunaan internet. Bilamana hal ini
dikaitkan pengalaman peneliti (dalam hal
ini
Ketua
Peneliti)
ketika
melakukan observasi
tentang
pembelajaran matematika dengan internet
di sekolah-sekolah dasar di Anggadita,
ditemukan bahwa siswa-siswa SD baik
kelas 1,2 maupun siswa kelas 3 dapat dengan
mudah mengakses teknologi internet,
menavigasi
sejumlah
website
pembelajaran matematika tanpa harus
didampingi secara langsung oleh guru
mereka. Fenomena ini memperkuat
pernyataan bahwa saat ini sekolah sedang
menghadapi siswa“era digital” yang sangat
berbeda karakteristiknya dengan siswa pada
dekade
sebelumnya.
Hal
ini
mengisyaratkan pentingnya para siswa
difasilitasi untuk memanfaatkan internet
sebagai alat/media belajar bagi mereka,
tidak terbatas hanya sebagai media untuk
bermain atau pun komunikasi.
Pembelajaran dengan menggunakan
media IT merupakan salah satu strategi
pembelajaran yang sangat disenangi dan
ditunggu oleh anak-anak, karena tidak
dapat dipungkiri lagi bahwa ketertarikan
anak untuk menguasai teknologi sangat
besar, ini dapat kita lihat begitu banyak
anak baik diusia non sekolah (usia dini)
maupun usia sekolah yang kehilangan
waktu belajar karena asyik dengan dunia
teknologi seperti bermain game, bermain
hand phone dan bermain komputer. Oleh
karena itu, pendekatan pembelajaran yang
memperhatikan dunia anak yaitu berkaitan
367
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
dengan dunia IT merupakan keharusan
yang tidak dapat ditawar-tawar lagi untuk
menciptakan antusias dan motivasi
belajar, apabila hal ini tidak dapat
dipenuhi, tentunya pembelajaran sudah
tidak menjadi perhatian utama murid.
Pertanyaan yang muncul dalam
menghadapi kenyataan ini adalah apakah
perkembangan teknologi ini diimbangi
juga dengan kemampuan guru sekolah
dasar dalam menguasai teknologi?
Dapatkah internet diintegrasikan ke dalam
pembelajaran
matematika?
Dan
bagaimana implementasinya?
Guru selaku fasilitator bagi
muridnya, perlu memiliki wawasan
tentang peerkembangan teknologi internet
khususnya potensi internet sebagai alat
atau
media
untuk
memperkaya
pembelajaran siswa. Pada umumnya ini
adalah tantangan tersendiri bagi guru-guru
di sekolah, termasuk guru-guru di sekolah
dasar. Pada kenyataannya, mereka tidak
dibekali
tentang
pembelajaran
menggunakan
internet.
Penelitian
menunjukkan, mengharapkan guru untuk
mengoptimalkan
potensi
internet
bukanlah suatu tugas yang sederhana. Satu
contoh masalah adalah bagaimana guru
mengetahui mana informasi yang valid
dan tepat untuk digunakan (Wallace,
2004).
Bahkan
penelitian
telah
menunjukkan kompleksitas dari sebuah
pengajaran dengan menggunakan internet
(Wallace, 2002, 2004).
Pembelajaran matematika yang
menggunakan
media
komputer
perkembangannya sangat pesat, begitu
banyak pembelajaran matematika dewasa
ini disajikan dengan media interaktif
berupa CD pembelajaran dan media
internet (e-learning), namun media yang
tersedia dipasaran kadangkala tidak sesuai
dengan kebutuhan kurikulum dan
kebutuhan siswa, dengan demikian guru
sebagai
subjek
pendidikan
yang
memahami kurikulum dan kebutuhan
siswanya hendaknya mampu menciptakan
sendiri media interaktif bagi siswanya.
Berdasarkan latar belakang di atas,
dapat disimpulkan bahwa sekurangkurangnya empat faktor yang menjadi motivasi
pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat
ini: (1) memberi dukungan kepada SDN
yang berada di desa Anggadita untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran
khususnya pembelajaran matematika
dalam penggunaan media internet dalam
rangka menyongsong perkembangan
jaman. (2) potensi internet sebagai alat
belajar yang perlu dioptimalkan, (3)
mempertimbangkan karakteristik siswa
“era digital”, dan (4) latar belakang guru,
yang di satu sisi dituntut untuk
mengintegrasikan TIK sedangkan di sisi
lain latar belakang pendidikan guru dalam
hal pemanfaatan TIK kurang memadai.
Atas dasar yang telah disampaikan
di atas, dalam kegiatan pengabdian
masyarakat ini, guru akan dikenalkan
dengan website-website pembelajaran
matematika yang relevan dengan
kurikulum mata pelajaran matematika
kelas rendah. Guru juga akan belajar cara
mengintegrasikan
internet
dalam
pembelajaran matematika di kelas,
sekaligus akan difasilitasi merancang
pembelajaran matematika dengan internet
serta belajar menerapkannya di kelas.
Berdasarkan hasil observasi pada
beberapa sekolah dasar negeri Anggadita
dan hasil diskusi dengan pihak UPTD
kecamatan Klari, serta diskusi lebih
mendalam dengan para guru-guru di
sekolah
dasar
negeri
Anggadita,
368
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
teridentifikasi beberapa masalah dalam
pembelajaran matematika, yaitu:
4. Guru-guru masih mengalami kesulitan
untuk menguasai penggunaan internet
5. Ketersediaan sarana dan media
pembelajaran berbasis internet yang
dimiliki setiap sekolah masih terbatas
6. Kemampuan yang rendah dalam
menggunakan media pembelajaran
yang berbasis internet
dimasukkan oleh individu atau
organisasi. E-mail adalah singkatan
dari electronic mail dan merupakan
bagian penting lain dari internet.
Pesan dapat dikirim dan diterima dari
banyak individu atau dari banyak
individu sekaligus.
Pembelajaran matematika dengan
menggunakan internet memberikan
kesempatan kepada siswa untuk lebih
aktif dan konstruktif. Pembelajaran
dengan internet membantu siswa
memahami bagaimana pengetahuan
dan pemahaman dikonstruksi secara
social dan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk memikirkan,
merevisi dan mengubah pemikiran
mereka sendiri. Murid belajar bahwa
berpikir bukanlah latihan singkat.
Berpikir membutuhkan banyak waktu
dan
seringkali
dimodifikasi
berdasarkan
tanggapan
dan
komunitas pembelajar.
5) Beberapa langkah-langkah yang
harus
dilakukan
guru
dalam
melakukan pembelajaran dengan
media internet adalah sebagai berikut:
e) Menentukan situs (web) yang akan
digunakan dalam pembelajaran.
Sebelum melakukan pembelajaran di
kelas/di ruangan computer bersama
siswa, seorang guru haruslah terlebih
dahulu menginvestigasi situs-situs
atau alamat web yang akan
dikunjungi siswa. Berikut ini
beberapa alamat web yang baik
digunakan
dalam
pembelajaran
matematika, yaitu:
http://www.mathgoodies.com/lesson/
vol4/meaning_percent.html
http://regentsprep.org/regents/m
ath/mathtopic.cfm?TopicCode=fsolid
METODE PENELITIAN
b. Materi Kegiatan
4) Pembelajaran Matematika yang
Berbasis Internet
Seiring dengan kebutuhan akan
metode dan konsep pembelajaran
yang lebih efektif dan efisien,
pemanfaatan teknologi informasi
untuk pendidikan menjadi tidak
terelakan
lagi.
Konsep
yang
kemudian terkenal dengan sebutan elearning ini membawa pengaruh
terjadinya
proses
transformasi
pendidikan konvensional ke dalam
bentuk digital, baik secara isi
(contents) maupun sistemnya.
Internet
adalah
inti
dari
komunikasi
melalui
computer.
System internet berisi ribuan jaringan
computer yang terhubung di seluruh
dunia, menyediakan informasi yang
tak terhingga yang dapat diakses
siapapun termasuk siswa sekolah
dasar. World Wide Web (WWW)
adalah system pengambilan informasi
hypermedia yang menghubungkan
berbagai materi internet,, materi ini
mencakup teks, dan grafis. Web
member struktur yang dibutuhkan
internet. Website adalah loksi
individu atau organisasi di internet.
Website menampilkan informasi yang
369
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
http://www.mathisfun.com/num
ber_algebra.html
http://www.bbc.co.uk/skillwise
http://www.mathcats.com/conten
ts.html
http://www.atozteacherstuff.com
f) Menentukan
Tujuan
Pembelajaran. Seorang guru
harus
menentukan
terlebih
dahulu tujuan pembelajaran
sebelum anak mengeksplorasi
pengetahuannya lewat media
internet agar siswa lebih terarah
dan
memiliki
target
pembelajaran.
g) Menentukan jenis penilaian yang
digunakan. Menentukan jenis
penilaian yang akan digunakan
merupakan hal penting yang
tidak boleh dilupakan guru,
karena proses kerja anak akan
lebih terarah dan sesuai dengan
tujuan pembelajaran. Banyak alat
penilaian yang telah tersedia
dalam internet, seperti soal
latihan on-line dan games yang
mampu mengantarkan siswa
untuk
mengkonstruksi
pengetahuannya. Dalam hal ini
guru hanya sebagai fasilitator dan
observer, guru tidak harus
ceramah dan banyak mendikte
siswa karena siswa akan
menemukan dan mengeksplorasi
sendiri pengetahuannya.
h) Menjelaskan
target
dan
kesimpulan dari pembelajaran.
Di akhir awal pembelajaran guru
sebaiknya menjelaskan target
yang harus dicapai, begitu juga di
akhir pembelajaran memeberikan
kesimpulan terhadapa kegiatan
pembelajaran secara keseluruhan
merupakan bagian yang tidak
boleh dilupakan guru demi
mempertahankan
makna
pembelajaran tersebut.
6) Beberapa
cara
efektif
untuk
menggunakan internet di dalam kelas
adalah:
d) Untuk membantu menavigasi dan
mengintegrasikan pengetahuan.
Internet punya data base
informasi besar tentang berbagai
topic yang diorganisasikan dalam
banyak cara yang berbeda. Saat
siswa mengeksplorasi sumbersumber internet, mereka dapat
menempatkan sendiri karya
mereka
dalam
riset
dan
menyusun
proyek
yang
mengintegrasikan informasi dan
beragam sumber.
e) Mendorong belajar bersama.
Salah satu cara yang paling
efektif untuk menggunakan
internet di kelas adalah melalui
aktivitas proyek atau tugas dalam
kelompok
kecil.
Internet
mempunyai banyak informasi
yang berbeda-beda yang bisa
dimanfaatkan
untuk
memperbaiki
tugas
atau
penelitian mereka. Salah satu tipe
proyek
belajar
individual
maupun
kelompok
kecil
menggunakan internet dalam
pembelajaran bersama adalah
berburu skor dalam games
matematika dan memecahkan
masalah yang diberikan.
f) Menggunakan
e-mail.
Penggunaan
email
dalam
pengiriman tugas-tugas oleh
peserta didik akan mendorong
peserta didik untuk lebih “melek
370
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
teknologi”. Pengiriman tugas
dengan
email
sangat
mengefisienkan
waktu
dan
mempermudah guru memberikan
feedback kepada siswa, di
samping itu portofolio dapat
tertata rapid an mudah di sharing
kan bersama siswa.
Kegiatan ini bertujuan untuk
mengenalkan guru-guru SDN di desa
Anggadita
pada
website-website
pembelajaran matematika serta belajar
merancang pembelajaran matematika
menggunakan internet. Oleh karena itu,
sebelum pelaksanaannya, para tim
pengabdian bagi masyarakat akan
melakukan sejumlah persiapan intensif
antara lain: mengidentifikasi websitewebsite pembelajaran matematika yang
bersesuaian dengan kurikulum SD.
Selanjutnya tim pengabdian bagi
masyarakat ini akan menyiapkan beberapa
contoh
rancangan
pembelajaran
menggunakan internet yang akan
digunakan sebagai bahan workshop dan
sebagai salah sati acuan dalam proses
pengembangan rancangan pembelajaran
oleh para guru SDN di desa Anggadita.
Program yang dilakukan adalah
pelatihan dalam menggunakan website
pembelajaran matematika sebagai media
pembelajaran yang nantinya digunakan
dalam pembelajaran matematika di kelas.
Standar kompetensi luaran dari program
ini adalah meningkatnya kemampuan
menggunakan internet sebagai media
pembelajaran
dalam
pembelajaran
matematika. Langkah-langkah kegiatan
yang akan dijalankan dalam program ini
yaitu sebelum menggunakan komputer
dalam mengakses internet, para guru
diberikan pembekalan terlebih dahulu
kemudian
diberikan
pelatihan
menggunakan
komputer
dalam
mengakses internet. Untuk menjalankan
program dengan baik diperlukan rencana
yang matang dan realistis.
Berikut adalah hal-hal apa saja yang
dilakukan oleh tim pengabdian bagi
masyarakat:
5) Mempersiapkan silabus dan SAP
6) Tim
Abdimasy
melaksanakan
program dengan menjadi instruktur
7) Pertemuan
akan
dilaksanakan
sebanyak 12 kali pertemuan untuk 5
sekolah dasar negeri yang ada di desa
Anggadita kecamatan Klari
8) Metode yang dilakukan adalah
dengan teknik tutorial
Solusi dan Manfaat Kegiatan
Dari berbagai hambatan yang
terjadi, maka solusi dari kegiatan
pelatihan penggunaan internet dalam
pembelajaran matematika ini adalah :
e. Sebelum diberikan pelatihan, para
guru diajari terlebih dahulu cara-cara
membuka internet.
f. Dalam penyampaian materi, penyaji
memberikan sedikit rasa humor untuk
menghilangkan sedikit rasa lelah para
peserta
g. Memberikan pendampingan yang
cukup ekstra bagi peserta yang
kesulitan mengoperasikan komputer.
h. Memberikan foto copy hand out
materi pelatihan penggunaan internet
Manfaat yang didapatkan dari
kegiatan pengabdian masyarakat ini
antara lain sebagai berikut:
f. Bagi SD Negeri yang berada di desa
Anggadita, kegiatan ini dapat
meningkatkan
prestasi
sekolah
minimal di tingkat kabupaten dalam
hal pengembangan teknologi. Dengan
adanya kesempatan bagi guru-guru
371
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
mengetahui
sejumlah
website pembelajaran matematika,
diharapkan guru-guru tersebut dapat
mengembangkan
lebih
jauh
penggunaan internet khususnya
dalam pembelajaran matematika. Hal
ini dimungkinkan karena ketersediaan
informasi melalui internet yang dapat
mendukung pengembangan profesi
dan
peningkatan
kualitas pembelajaran matematika di
SD tidak terbatas jumlahnya.
g. Kegiatan
ini
membangun pemahaman yang lebih
baik
tentang
pembelajaran
matematika menggunakan internet
pada konteks sekolah dasar.
h. Manfaat lain adalah mendapat
inspirasi
untuk
pengembangan
penelitian pengajaran
matematika
dengan berbasis ICT.
i. Manfaat bagi UNSIKA yaitu untuk
pencitraan UNSIKA pada masyarakat
luas bahwa dengan disandangnya
status negeri maka kualitas kampus
pun semakin berkualitas. Selain itu
juga membuktikan, bahwa apa yang
telah dikembangkan oleh pihak
akademisi UNSIKA dapat langsung
diterapkan di lapangan. Permasalahan
yang ditemui di lapangan juga dapat
menjadi masukan bagi UNSIKA
dalam usahanya mencetak guru-guru
profesional di masa depan. Secara
lebih khusus, hasil kegiatan ini dapat
memberi informasi pada pembuatan
kebijakan tentang hal-hal yang
diperlukan
dalam
upaya
mengintegrasikan teknologi internet
dalam pembelajaran di sekolahsekolah.
PEMBAHASAN
3. Proses Pelaksanaan
Kegiatan ini bertujuan untuk
mengenalkan guru-guru SDN di desa
Anggadita
pada
website-website
pembelajaran matematika serta belajar
merancang pembelajaran matematika
menggunakan internet. Oleh karena itu,
sebelum pelaksanaannya, para tim
pengabdian bagi masyarakat akan
melakukan sejumlah mata persiapan
intensif antara lain: mengidentifikasi
website-website
pembelajaran
matematika yang bersesuaian dengan
kurikulum
SD.
Selanjutnya
tim
pengabdian bagi masyarakat ini akan
menyiapkan beberapa contoh rancangan
pembelajaran menggunakan internet yang
akan digunakan sebagai bahan workshop
dan sebagai salah satu acuan dalam proses
pengembangan rancangan pembelajaran
oleh para guru SDN di desa Anggadita.
Program yang dilakukan adalah
pelatihan dalam menggunakan website
pembelajaran matematika sebagai media
pembelajaran yang nantinya digunakan
dalam pembelajaran matematika di kelas.
Standar kompetensi luaran dari program
ini adalah meningkatnya kemampuan
menggunakan internet sebagai media
pembelajaran
dalam
pembelajaran
matematika. Langkah-langkah kegiatan
yang akan dijalankan dalam program ini
yaitu sebelum menggunakan komputer
dalam mengakses internet, para guru
diberikan pembekalan terlebih dahulu
kemudian
diberikan
pelatihan
menggunakan
komputer
dalam
mengakses internet. Untuk menjalankan
program dengan baik diperlukan rencana
yang matang dan realistis. Berikut adalah
hal-hal apa saja yang dilakukan oleh tim
pengabdian bagi masyarakat:
4. Hambatan
372
Pelatihan penggunaan internet
dalam pembelajaran matematika bagi
guru-guru
SDN
anggadita,
mengalami berbagai hambatan yaitu
:
e. Guru-guru masih mengalami
kesulitan
untuk
menguasai
penggunaan internet
f. Ketersediaan sarana dan media
pembelajaran berbasis internet
yang dimiliki setiap sekolah masih
terbatas
g. Kemampuan yang rendah dalam
menggunakan media pembelajaran
yang berbasis internet membuat
tim
abdimas
harus
ekstra
membimbing sehingga materi
tidak tersampaikan secara optimal.
h. Pelaksanaan pelatihan dilakukan
setelah kegiatan pembelajaran di
sekolah selesai, dan tentu saja hal
ini mempengaruhi stamina peserta
platihan. Peserta pelatihan agak
terlihat lelah.
DAFTAR PUSTAKA
Jonassen, D., H, Peck, K. L., & Wilson, B.
G.
(1999).
Learning
with
Technology : A Constructivist
Perspective. The United States of
America : Practice Hall.
Supriadi, D. (2002). Internet Masuk
Sekolah : Pemberdayaan Guru dan
Siswa dalam Era Sekolah Berbasis
E-Learning
untuk
Sekolah
Menengah Pertama.
Wallace, R. M. (2002). The Internet as a
site for Changing Practice : The
Case of Ms. Owens, Research in
Science Education, 32 (4), 465-487.
Wallace, R.M. (2004).A Framework for
Understanding Teaching with the
Internet. American Educational
Research Journal, 41 (2). 447-448.
j.
366
PELATIHAN PEMBUATAN RUMPON BAGI KELOMPOK
NELAYAN DI DESA LES, KECAMATAN TEJAKULA, KABUPATEN
BULELENG
Kadek Rihendra Dantes1, I Nyoman Pasek Nugraha2, Nyoman Arya Wigraha3,
Gede Widayana4
123Jurusan
Pendidikan Teknik Mesin, Fakultas Teknik dan Kejuruan
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: [email protected], [email protected], [email protected], [email protected]
Abstrak
Seperti yang diketahui bahwasanya kekayaan dan potensi perairan Indonesia sangatlah melimpah, yang
menjadi salah satu potensi pengembang dan pendongkrak perekonomian masyarakat, khusunya para nelayan.
Rumpon adalah salah satu jenis alat bantu penangkapan ikan yang dipasang dilaut, baik laut dangkal maupun
laut dalam. Pembuatan rumpon ikan sebenarnya adalah salah satu cara untuk mengumpulkan ikan, dengan
membentuk kondisi dasar laut menjadi mirip dengan kondisi karang–karang alami, rumpon membuat ikan
merasa seperti mendapatkan rumah baru. Kegiatan ini dirancang dengan mengidentifikasi masalah yang timbul
dengan menggunakan model Partisipatory Rural Apprasial (PRA). PRA adalah suatu teknik untuk menyusun
dan mengembangkan program operasional dalam pembangunan tingkat desa. Metode ini ditempuh dengan
memobilisasi sumber daya manusia dan alam setempat, serta lembaga lokal guna mempercepat peningkatan
produktivitas, menstabilkan, dan meningkatkan pendapatan masyarakat serta mampu pula melestarikan
sumberdaya setempat.
Pelatihan pembuatan rumpon ikan ini mampu menjadi inspirasi bagi nelayan untuk membuat rumpon dan
sekaligus mampu meningkatkan hasil tangkapan masyarakat khususnya nelayan di sekitar Desa Les. Kegiatan
pelatihan pembuatan rumpon ini mampu didayagunakan dengan optimal untuk meningkatkan kesejahteraan
warga masyarakat, khususnya bagi kelompok nelayan Segara Ening maupun masyarakat sekitar di kawasan
Desa Les, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng-Bali.
Kata kunci: nelayan, pelatihan, perikanan, rumpon
PENDAHULUAN
Desa Les adalah sebuah desa yang
terletak di wilayah utara Provinsi Bali,
tepatnya di Kecamatan Tejakula,
Kabupaten Buleleng. Potensi yang ada di
Desa Les sangat prospektif untuk
dikembangkan sebagai implementasi
ideologi Ajeg Bali. Implementasi ideologi
Ajeg
Bali
secara
nyata
yaitu
pengembangan potensi yang sesuai
dengan kearifan lokal masyarakatnya.
Salah satu hal yang dapat dilakukan
adalah dengan mengembangkan potensi
perairan kelautan dikawasan Desa Les,
mengingat mayoritas masyarakatnya
berprofesi sebagai nelayan.
Belum banyaknya teknologi yang
bisa diterapkan oleh masyarakat sekitar
dikarenakan kurang tanggapnya mereka
terhadap perkembangan media dan
teknologi seperti sekarang ini. Masyarakat
masih mengandalkan cara-cara tradisional
untuk mendapatkan ikan, misalnya dengan
memancing dan menebar jala dengan hasil
yang tidak menentu. Hal tersebut tentu
saja mengakibatkan masyarakat susah
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
sehari-hari, ditambah dengan terus
374
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
meningkatnya harga-harga kebutuhan
pokok seperti sekarang ini.
Seperti yang diketahui bahwasanya
kekayaan dan potensi perairan Indonesia
sangatlah melimpah, yang menjadi salah
satu
potensi
pengembang
dan
pendongkrak perekonomian masyarakat,
khusunya para nelayan. Dari profil Desa
Les di atas dan beberapa ketersediaan
sumber daya alam lokal potensial yang
belum termanfaatkan secara maksimal,
maka masalah yang ditemui di Desa Les,
Kecamatan Tejakula, adalah sebagai
berikut:
1. Warga Desa Les masih belum mampu
memanfaatkan sumber daya alam lokal
potensialnya untuk sebuah usaha yang
memberikan prospek ekonomi yang
baik.
2. Ekonomi kreatif terutama di bidang
perikanan yang berkembang sebagai
mata pencaharian masyarakat setempat
belum berkembang dengan baik karena
beberapa kendala yaitu: (a) masih
menggunakan cara tradisional yang
kurang inovasi, (b) pemanfaatan
potensi-potensi alam di daerah
tersebut, (c) sumber daya manusia yang
masih rendah, (d) penerapan media dan
teknologi yang kurang diketahui
dikalangan masyarakat setempat.
untuk ditangkap. Rumpon dalam bahasa
kelautan adalah karang buatan yang dibuat
oleh manusia dengan tujuan sebagai
tempat berkumpul ikan. Rumpon
merupakan rumah buatan bagi ikan di
dasar laut yang dibuat secara sengaja
dengan menaruh berbagai jenis barang di
dasar laut seperti ban, dahan dan ranting
dengan pohonnya sekaligus. Barang–
barang tersebut dimasukkan dengan
diberikan pemberat berupa beton, batu–
batuan dan penberat lainnya sehingga
posisi dari rumpon tidak bergerak karena
arus
laut.
Barang–barang
yang
dimasukkan kedalam laut dapat terus
ditambah
secara
berlanjut
untuk
menambah massa rumpon.
Tidak dapat dipungkiri bahwa akhirakhir ini penggunaan rumpon sebagai alat
bantu penangkapan ikan semakin banyak
digunakan oleh para pelaku utama
penangkapan ikan (nelayan) maupun
pelaku usaha bidang penangkapan ikan.
Hal tersebut dikarenakan rumpon
memberikan manfaat yang cukup nyata
dalam upaya peningkatan hasil tangkapan
ikan. Disamping itu rumpon juga dapat
membantu dalam penangkapan ikan
dengan menggunakan berbagai alat
tangkap ikan, baik alat tangkap ikan yang
aktif (seperti purse seine) maupun alat
tangkap pasif (pancing, dan lain lain).
Pembuatan rumpon ikan sebenarnya
adalah
salah
satu
cara
untuk
mengumpulkan ikan, dengan membentuk
kondisi dasar laut menjadi mirip dengan
kondisi karang–karang alami, rumpon
membuat
ikan
merasa
seperti
mendapatkan rumah baru. Meski untuk
mengetahui keberhasilanya dibutuhkan
waktu yang tidak sedikit sekitar 3- 6 bulan
namun usaha pembuatan rumpon ini
Oleh karena itu pada pengabdian ini,
tim akan memberikan pelatihan dan
penerapan rumpon bagi masyarakat
setempat, khususnya yang bermata
pencaharian sebagai nelayan. Rumpon
adalah salah satu jenis alat bantu
penangkapan ikan yang dipasang dilaut,
baik laut dangkal maupun laut dalam.
Pemasangan tersebut dimaksudkan untuk
menarik gerombolan ikan agar berkumpul
disekitar rumpon, sehingga ikan mudah
375
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
merupakan solusi terbaik meningkatkan
hasil perikanan di laut.
Agar kepemilikkan rumpon tidak
tertukar atau hilang, maka diberi tanda,
misalnya dengan bendera, pelampung,
cermin atau tanda lain sesuai keinginan
pemiliknya. Pembuatan rumpon selain
untuk diambil hasil ikannya untuk
keperluan sendiri, dapat juga disewakan
kepada para pemancing laut yang memang
mencari kesenangan mencari ikan di
lokasi yang banyak ikannya. Para
pemancing yang memang membutuhkan
hot spot memancing yang bagus dapat
menyewa pemilik rumpon ini sebagai
alternatif memancing yang cukup mudah.
Terdapat 3 jenis rumpon, yaitu:
1. Rumpon Perairan Dasar adalah alat
bantu penangkapan ikan yang dipasang
dan ditempatkan pada dasar perairan
laut.
2. Rumpon Perairan Dangkal adalah alat
bantu penangkapan ikan yang dipasang
dan ditempatkan padaperairan laut
dengan kedalaman sampai dengan 200
meter.
3. Rumpon Perairan Dalam adalah alat
bantu penangkapan ikan yang dipasang
dan ditempatkan pada perairan laut
dengan kedalaman diatas 200 meter.
Dengan makin majunya rumpon
telah menjadi salah satu alternatif untuk
menciptakan daerah penangkapan buatan
dan manfaat keberadaannya cukup besar.
Sebelum mengenal rumpon, nelayan
menangkap ikan dengan cara mengejar
ikan atau menangkap kelompok ikan di
laut, kini dengan makin berkembangnya
rumpon maka pada saat musim
penangkapan,
lokasi
penangkapan
menjadi pasti di suatu tempat. Dengan
telah ditentukan daerah penangkapan
maka tujuan penangkapan oleh nelayan
dapat menghemat bahan bakar, karena
mereka tidak lagi mencari dan menangkap
kelompok renang ikan dengan menyisir
lautan yang luas yang tentunya akan
menghabiskan biaya yang lebih besar.
Adapun tujuan dan manfaat yang di
dapat dari pelaksanaan kegiatan desa
binaan ini adalah sebagai berikut:
1. Masyarakat dapat memanfaatkan
media dan teknologi untuk membantu
meningkatkan
penghasilan
mata
pencaharian mereka sebagai nelayan.
Media dan teknologi itu nantinya bisa
diadopsi dan diterapkan dengan mudah
oleh para nelayan.
2. Masyarakat mampu mengembangkan
dan meningkatkan penghasilannya,
sehingga
kesejahteraan
ekonomi
masyarakat bisa terpenuhi.
Berdasarkan analisis situasi serta
tujuan dan manfaat kegiatan yang
dilaksanakan, maka target luaran dari
kegiatan yang dilaksanakan adalah:
1. Menghasilkan
masyarakat
yang
mampu memanfaatkan media dan
teknologi yang berkembang, sehingga
dapat dikelola dengan lebih optimal.
2. Menghasilkan suatu cara yang
memiliki ciri khas dan memiliki aspek
kearifan lokal untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat di Desa Les.
METODE
Kegiatan ini dirancang dengan
mengidentifikasi masalah yang timbul
dengan
menggunakan
model
Partisipatory Rural Apprasial (PRA).
Partisipatory Rural Apprasial (PRA)
adalah suatu teknik untuk menyusun dan
mengembangkan program operasional
dalam pembangunan tingkat desa. Metode
ini ditempuh dengan memobilisasi sumber
daya manusia dan alam setempat, serta
376
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
lembaga lokal guna mempercepat
peningkatan produktivitas, menstabilkan,
dan meningkatkan pendapatan masyarakat
serta
mampu
pula
melestarikan
sumberdaya setempat. Bertolak dari
konsep Partisipatory Rural Apprasial
(PRA), maka tahapan kegiatan dalam
model
ini
adalah
melaksanakan
identifikasi masalah setiap perumusan
program
maupun
pendanaannya
dilaksanakan secara terarah dengan
berpihak dan melibatkan masyarakat di
Desa Les. Dengan demikian dalam
merumuskan
masalah,
mengatasi
masalah, penentuan proses dan kriteria
masalah harus mengikutsertakan atau
bahkan
ditentukan
oleh
masyarakat/kelompok sasaran.
Dengan
penggunaan
model
pendekatan diatas diharapkan akan: (1)
dikenalnya masalah secara tepat/efektif
sesuai dengan persepsi, kehendak, dan
ukuran/kemampuan serta kebutuhan
masyarakat tempat dilaksanakannya
kegiatan, (2) tumbuhnya kekuatan
(empowering) masyarakat atau kelompok
sasaran dalam pengalaman merancang,
melaksanakan,
mengelola,
dan
mempertanggungjawabkan
upaya
peningkatan/pertumbuhan
diri
dan
ekonominya, dan (3) efektifitas dan
efesiensi penggunaan sumber daya
manusia pada masyarakat atau kelompok
sasaran.
Selanjutnya melalui analisis akan
terinventarisir
keterbatasan
dan
keberadaan berbagai sumberdaya, sarana
dan prasarana, maupun jenis-jenis usaha
masyarakat. Disamping itu pula akan
ditemukan berbagai jenis kesenjangan dan
kemiskinan secara mendalam baik secara
natural, struktural, ataupun kultural.
Desain kegiatan adalah kerangka
konseptual
pelaksanaan
kegiatan.
Kegiatan ini akan dilaksanakan dengan
model
Enthrepreneurship
Capacity
Building (ECB) dan Technology Transfer
(TT) serta dengan menerapkan Teknologi
Tepat
Guna
(TTG).
Model
Enthrepreneurship Capacity Building
(ECB) terkait dengan kemampuan
berwirausaha dari masyarakat, dengan
model ini kedepannya diharapkan: (1)
memberikan wawasan, sikap, dan
keterampilan usaha, (2) memberikan
peluang, (3) memfasilitasi (modal
pinjaman dsb.), dan (4) memonitor dan
mengevaluasi bagaimana perkembangan
usahanya.
Sementara itu model Technology
Transfer (TT) dilakukan adalah dengan
maksud agar masyarakat atau kelompok
sasaran: (1) menguasai prinsip-prinsip
penerapan teknologi terutama yang
berkaitan
dengan
proyek
yang
sedang/akan dilaksanakan, (2) apabila
teknologi yang digunakan dirasa sulit
untuk diterapkan untuk menyelesaikan
masalah/kebutuhan, maka ketua pelaksana
mempunyai
kewajiban
untuk
menyederhanakannya melalui penerapan
Teknologi Tepat Guna (TTG), (3)
melakukan kegiatan produksi dengan
mereplikasi/memodifikasi dengan alat
sederhana yang dapat menyelesaikan
masalah/kebutuhan.
Pemberdayaan dan pembelajaran
masyarakat/kelompok sasaran dilakukan
dengan keaksaraan pelatihan dan
pemahaman untuk mengembangkan mata
pencaharian baik itu yang berkenaan
dengan media/teknologi, desain, dan
pegembangan. Dengan cara diatas maka
masyarakat/kelompok sasaran akan dapat
meningkatkan keterampilan yang dimiliki
377
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
sehingga mampu bersaing dengan
masyarakat lainnya. Dalam proses
pemberdayaan dan pembelajaran akan
dipandu dengan silabus sehingga terarah
dalam mengembangkan usaha. Selain
panduan silabus, juga disiapkan tenaga
professional di bidang Ilmu Material dan
Desain dari Jurusan Pendidikan Teknik
Mesin, khususnya bahan-bahan yang
nantinya digunakan sebagai sarana
pembuatan media rumpon.
Desa Les, Kecamatan Tejakula-Buleleng.
Ditempat ini tim pelaksana menyiapkan
segala keperluan untuk pelatihan
pembuatan rumpon, secara garis besar
komponen tersebut adalah pelampung
(float), tali (rope), pemikat (atractor),
pemberat (sinker).
Secara
ringkas,
pelaksanaan
pelatihan ini dipaparkan berdasarkan
pembuatan komponen yang dilakukan.
• Pelampung
Pelampung merupakan komponen
terpenting, karena mempengaruhi berapa
lama suatu rumpon dapat bertahan
ditengah laut. Syarat-syarat
yang
diperhatikan dalam pemilihan pelampung
adalah:
a. Mempunyai
kemampuan
mengapung yang cukup baik
(bagian yang mengapung di atas air
1/3 bagian),
b. Konstruksi cukup kuat,
c. Tahan terhadap gelombang dan air,
d. Mudah dikenali dari jarak jauh, dan
e. Bahan pembuatnya mudah didapat.
Dengan memperhatikan syaratsyarat diatas maka dipilihlah pelampung
dari bahan Styrofoam yang nantinya
digunakan dalam pelatihan pembuatan
rumpon ini.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pelaksanaan
kegiatan
pengembangan Desa Binaan Pelatihan
Pembuatan Rumpon bagi kelompok
nelayan di Desa Les, Kecamatan Tejakula,
Kabupaten Buleleng ini memiliki
keterkaitan yang erat dengan Jurusan S1
Pendidikan Teknik Mesin, Fakultas
Teknik dan Kejuruan, Universitas
Pendidikan
Ganesha,
dikarenakan
kegiatan ini merupakan penerapan
teknologi di bidang Teknik Mesin
khususnya Ilmu Bahan. Selain itu hal ini
juga dilandasi oleh kualifikasi yang
dimiliki oleh tim pelaksana yang berasal
dari Jurusan Pendidikan Teknik Mesin.
Gambar 1. Kelompok nelayan Segara
Ening, selaku mitra kegiatan P2M.
Gambar 2. Styrofoam yang digunakan
dalam pelatihan pembuatan rumpon.
Pada pembuatan rumpon ini tim
pelaksana bekerja sama dengan mitra
yaitu kelompok nelayan Segara Ening di
378
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
Pelampung ini diikat dengan
menggunakan tali dan ditambah dengan
beberapa batang bambu dengan disusun
berbentuk persegi panjang dimana
pelampung ditempatkan pada bagian
tengah dari susunan bambu.
Gambar 4. Pemikat yang dibuat dari
daun nyiur dan tali plastik.
Adapun beberapa persyaratan yang
harus dimiliki oleh pemikat yang dapat
digunakan adalah:
a. Mempunyai daya pikat yang baik
terhadap ikan,
b. Tahan lama,
c. Mempunyai bentuk seperti posisi
potongan vertical dengan arah ke
bawah,
d. Melindungi ikan-ikan kecil, dan
e. Terbuat dari bahan yang kuat, tahan
lama dan murah.
Gambar 3. Pelampung dari
styrofoam yang diletakkan ditengahtengah pelampung dari bambu dengan
cara diikat dengan tali.
• Pemikat
Pembuatan pemikat yang tediri dari
susunan yang berbentuk vertikal maupun
horizontal, pemikat ini bertujuan untuk
menarik ikan-ikan agar tertarik untuk
datang dan tinggal di rumpon yang kita
buat nantinya. Pembuatan pemikat ini
dapat memanfaatkan bahan bekas yang
tersedia, dimana selain sebagai pemikat
juga dapat menjadi rumah dan melindungi
ikan dari serangan ikan-ikan lainnya yang
menjadi pemangsanya ataupun dari
pergerakan arus dan ombak laut. Tali yang
menghubungkan
pemberat
dan
pelampung pada jarak tertentu disisipkan
daun nyiur yang masih melekat pada
pelepahnya setelah dibelah menjadi dua.
• Tali temali
Tali
digunakan
untuk
menghubungkan
pemberat
dengan
pelampung, selain itu tali menjadi tempat
diikatkannya pemikat. Panjang tali
bervariasi, tetapi pada umumnya adalah
1,5 kali kedalaman laut tempat rumpon
tersebut ditanam/ditempatkan.
379
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
Gambar 5. Tali yang digunakan untuk
menghubungkan pemberat dan
pelampung.
Selanjutnya, rumpon-rumpon yang
dibuat sudah siap untuk ditempatkan,
penempatannya haruslah strategis dimana
harus memperhitungkan potensi dimana
ikan-ikan biasanya banyak dijumpai atau
berkerumun. Hal ini adalah agar rumpon
bisa dengan mudah dan cepat menjadi
rumah/hunian bagi ikan-ikan yang kita
sasar, dalah hal ini adalah ikan tuna.
Pada
penempatannya,
tim
pelaksana bekerja sama dengan mitra
yaitu kelompok nelayan Segara Ening di
Desa Les, Kecamatan Tejakula-Buleleng
untuk mengetahui lokasi strategis untuk
memasang rumpon yang telah di buat. Hal
ini dikarenakan tentunya nelayan disekitar
lebih mengetahui dimana posisi yang
strategis untuk menempatkan rumponrumpon, melihat keseharian mereka yang
selalu bergelut dengan keadaan di laut.
Melihat petingnya tali dalam suatu
rumpon, maka adapun syarat-syarat yang
harus dimiliki oleh tali yang digunakan
adalah:
a. Terbuat dari bahan yang kuat dan
tidak mudah busuk,
b. Harganya relatif murah,
c. Mempunyai daya apung yang cukup
untuk mencegah gesekan terhadap
benda- benda lainnya dan terhadap
arus, dan
d. Tidak bersimpul (less knot).
• Pemberat
Pembuatan pemberat rumpon dari
ban bekas yang dipadukan dengan bahan
utama berupa beton yang di cor sehingga
nantinya rumpon tidak hanyut terbawa
arus ataupun ombak.
Gambar 7. Rumpon yang telah
dibuat, kemudian dibawa ke tengah laut
yang ditempatkan pada suatu titik
potensial.
Gambar 6. Salah satu proses pembuatan
rumpon (pembuatan pemberat).
Dalam pelatihan pembuatan rumpon
ini, dipilih pemberat dari beton yang dicor
adalah untuk memenuhi syarat-syarat
seperti:
a. Bahannya murah, kuat dan mudah
diperoleh
b. Massa
jenisnya
besar,
permukaannya tidak licin dan dapat
mencengkeram
Proses akhir dalam pengabdian pada
masyarakat ini adalah membawa rumpon
pada posisi yang telah dipilih dengan
menggunakan perahu.
SIMPULAN DAN SARAN
380
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
Dari pengabdian pada masyarakat
yang dilakukan oleh tim pelaksana,
diimplementasikan kepada kelompok
nelayan Segara Ening di Desa Les melalui
pelatihan pembuatan rumpon. Dimana
kegiatan pelatihan pembuatan rumpon ini
diikuti pula oleh mahasiswa Jurusan
Pendidikan Teknik Mesin, Universitas
Pendidikan Ganesha Singaraja. Dipilihnya
rumpon ini mengingat potensi penjualan
dan pengolahan ikan sangatlah luas.
Selain itu kandungan gizi dari ikan juga
menjadi pertimbangan bagi masyarakat
dalam memilih dan mengkonsumsi ikan.
Dengan
demikian
pelatihan
pembuatan rumpon ikan ini kedepannya
mampu menjadi inspirasi bagi para
nelayan untuk membuat rumpon dan
sekaligus mampu meningkatkan hasil
tangkapan masyarakat khususnya nelayan
di sekitar Desa Les. Diharapkan kegiatan
pelatihan pembuatan rumpon ini mampu
didayagunakan dengan optimal untuk
meningkatkan kesejahteraan
warga
masyarakat, khususnya bagi kelompok
nelayan Segara Ening maupun masyarakat
sekitar di kawasan Desa Les, Kecamatan
Tejakula, Kabupaten Buleleng-Bali.
Rapat Kerja Teknis Direktorat
Jenderal Perikanan, Sukabumi 1415 Juli 1995. Direktur Bina Sumber
Hayati, Sukabumi.
Kottelat, M., A.J. Whitten, S.N.
Kartikasari & S. Wiroatmodjo.
1993. Freshwater Fishes of Western
Indonesia and Sulawesi. Edisi Dwi
Bahasa Inggris- Indonesia. Periplus
Edition (HK) Ltd. Bekerjasama
dengan Kantor Menteri KLH,
Jakarta, Indonesia.
Subani, W. 1986. Telaah Penggunaan
Rumpon dan Payaos dalam
Perikanan
Indonesia. Jurnal
Penelitian Perikanan Laut, BPPL,
Jakarta, 35: 35-45
Direktorat Jenderal Perikanan, 1995.
Penggunaan Payaos/Rumpon di
Indonesia. Jakarta 11 hal.
Syandri, H. & Agustedi. 1996.
Optimalisasi
Pemanfaatan
Sumberdaya
Perikanan
untuk
Usaha Budidaya yang Berwawasan
Lingkungan.
Makalah
pada
Pertemuan Teknis Pengendalian
Budidaya Air Tawar, Ditjen
Perikanan, Deptan. Bukittinggi, 0910 Desember 1996.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1993. Status dan Rencana
Pengembangan Budidaya Ikan di
Perairan Umum di Propinsi Jambi.
Makalah pada Pertemuan Teknis
Pengendalian Budidaya Ikan di
Perairan Umum, Jambi 1-2
September 1993. Dinas Perikanan
Propinsi Jambi, Jambi.
Tim
Anonim. 1995. Pengembangan dan
Pelestarian Sumber Daya Ikan
Perairan Umum Secara Terpadu.
381
Pengkajian Rumpon Fakultas
Perikanan Institut Pertanian Bogor.
1987.
Laporan Akhir Survey
Lokasi dan Desain Rumpon di
Perairan Ternate, Tidore, Bacan
dan sekitarnya. Laporan. Jurusan
Pemanfaatan
Sumberdaya
Perikanan Fakultas Perikanan.
Institut Pertanian Bogor.
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
PELATIHAN PEMBUATAN MEDIA BIMBINGAN KONSELING
BERMUATAN ANTI BULLYING UNTUK ANAK USIA DINI PADA
GURU-GURU TK DI KOTA SINGARAJA
Dewi Arum WMP
Jurusan Bimbingan Konseling
Universitas Pendidikan Ganesha, Bali
Email: [email protected]
RINGKASAN EKSEKUTIF
Meningkatnya kejadian bullying terhadap anak usia dini menuntut upaya preventif maupun kuratif
yang melibatkan pihak-pihak terkait, di antaranya adalah sekolah Taman Kanak-kanak. Upaya yang efektif
dapat dilakukan dengan dukungan media sebagai perantara pesan yang ingin disampaikan pada anak usia dini.
Permasalahan di lapangan merujuk pada kondisi kurangnya pemahaman guru TK tentang bullying dan
pentingnya media bimbingan konseling bermuatan anti bullying untuk anak usia dini. Tujuan yang ingin
dicapai melalui kegiatan P2M ini adalah meningkatkan pemahaman dan meningkatkan kemampuan guru TK
di Kota Singaraja dalam membuat media bimbingan konseling bermuatan anti bullying untuk anak usia dini.
Khalayak sasaran yang dilibatkan dalam kegiatan P2M ini adalah para guru TK di Kota Singaraja,
yang berasal dari beberapa gugus. Kegiatan P2M ini dilaksanakan dengan metode ceramah, diskusi, dan
workshop, sehingga dapat menghasilkan produk berupa media bimbingan konseling untuk menyampaikan
pesan anti bullying bagi anak usia dini.
Hasil kegiatan P2M menunjukkan adanya peningkatan pemahaman guru TK tentang perilaku bullying
dan peran media BK sebagai sarana menyampaikan pesan yang menaik bagi anak usia dini dan juga
pengetahuan tentang pembuatan media untuk menyampaikan pesan anti bullying pada anak usia dini.
Pemahaman dan pengetahuan yang semakin bertambah dituangkan dalam pembuatan media. Hasil penilaian
dari ahli media BK menunjukkan bahwa secara kuantitatif media yang dihasilkan oleh semua kelompok guru
TK berada dalam kriteria sangat baik.
Kata Kunci: pelatihan, media bimbingan konseling, anti bullying, anak usia dini
1. PENDAHULUAN
Peristiwa-peristiwa kekerasan
terhadap anak masih terus berlangsung
dan bahkan semakin marak di
lingkungan sekolah, rumah, maupun
di masyarakat. Kekerasan yang terjadi
menyangkut banyak perilaku, seperti
kekerasan fisik, kekerasan verbal,
maupun kekerasan seksual. Jumlah
kekerasan yang terjadi Indonesia
semakin hari semakin meningkat.
Anak usia dini merupakan
bagian dari masyarakat yang rentan
terhadap perilaku-perilaku kekerasan.
Kerentanan ini dapat dipandang dari
dua sisi. Satu sisi menunjukkan bahwa
anak usia dini mudah menyerap hal-
hal berkaitan dengan kekerasan,
seperti halnya mereka menyerap
pengetahuan tentang hal-hal yang lain.
Bila pihak-pihak yang terkait dengan
pendidikan anak usia dini tidak
melakukan
tindakan-tindakan
preventif, besar kemungkinannya akan
terbentuk perilaku suka menyakiti dan
melakukan kekerasan terhadap teman
atau anak yang lain. Sisi yang lain,
berkaitan dengan kerentanan anak usia
dini yang menjadi korban kekerasan
itu sendiri. Kekerasan yang terjadi
pada anak usia dini dilakukan oleh
teman sebaya dan oleh orang dewasa.
Hal
ini
tentu
juga
sangat
memperihatikan mengingat anak usia
375
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
dini dipandang sebagai sosok yang
lemah dan mudah untuk diintimidasi.
Berkaitan dengan kondisi ini, pihakpihak terkait perlu untuk membekali
anak usia dini setidaknya dengan
pengetahuan sederhana agar mereka
mampu untuk mengenali sejak dini
perilaku-perilaku orang lain yang
dapat menyakiti dirinya, serta cara
untuk menjaga dan mempertahankan
dirinya.
Dampak yang dialami oleh
korban bullying adalah mengalami
berbagai macam gangguan meliputi
kesejahteraan psikologis yang rendah
(low
psychological
well-being)
dimana korban akan merasa tidak
nyaman, takut, rendah diri, tidak
berharga, penyesuaian sosial yang
buruk dimana korban merasa takut
kesekolah bahkan tidak mau sekolah,
menarik diri dari pergaulan, prestasi
akademik yang menurun akibat
hilangnya konsentrasi belajar, bahkan
yang lebih parah berkeinginan untuk
bunuh diri daripada harus menghadapi
tekanan-tekanan berupa hinaan dan
hukuman.
Pada masa usia dini anak
mengalami masa keemasan (the
golden years) yang merupakan masa
dimana anak mulai peka dan sensitif
untuk menerima berbagai rangsangan.
Masa peka pada masing – masing anak
berbeda,
seiring
dengan
laju
pertumbuhan dan perkembangan anak
secara individual. Masa peka adalah
masa terjadinya kematangan fungsi
fisik dan psikis yang siap merespon
stimulasi yang diberikan oleh
lingkungan. Masa ini juga merupakan
masa
peletak
dasar
untuk
mengembangkan
kemampuan
kognitif, motorik, bahasa, sosio
emosional, agama, dan moral.
Perkembangan anak usia dini
adalah masa – masa kritis yang
menjadi fondasi bagi anak untuk
menjalani kehidupannya di masa yang
akan datang. Hasil
penelitian
menunjukkan bahwa sebagian dari
potensi
kecerdasan
manusia
berkembang dengan pesat pada usia
dini. Perkembangan anak pada masa –
masa tersebut memberikan dampak
terhadap kemampuan intelektual,
karakter personal dan kemampuannya
bersosialisasi dengan lingkungan.
Kesalahan penanganan pada masa
perkembangan anak usia dini akan
menghambat perkembangan anak
yang seharusnya optimal dari segi fisik
maupun psikologi.
Sekolah Taman Kanak-Kanak
merupakan institusi yang sangat
berperan penting dalam kedua hal
tersebut di atas. Anak memperoleh
pengetahuan
dan
pengalaman
berharga
berkaitan
dengan
pembentukan perilaku anti bullying
melalui metode-metode pendidikan
yang diimplementasikan oleh guru
TK. Salah satu upaya dalam bidang
pendidikan untuk mencegah maupun
mengatasi masalah bullying sejak dini
adalah
dengan
memberikan
bimbingan kepada anak usia dini di
lingkungan sekolah itu sendiri. Anak
usia dini umumnya akan lebih tertarik
jika diperkenalkan pada suatu konsep
melalui penggunaan media yang dapat
menstimulasi rasa ingin tahu dengan
tampilan-tampilan yang menarik.
Verbalisasi semata tidak efektif jika
diterapkan pada anak usia dini untuk
memahami tentang perilaku bullying.
375
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
Melalui kreatifitas guru, dalam hal ini
dalam merancang media bimbingan
yang sesuai usia siswa, tujuan untuk
mendidik anak usia dini menjadi
pribadi anti bullying dapat terujud.
Pada umumnya guru PAUD
memiliki kreatifitas yang tinggi dalam
menghasilkan suatu media dalam
pembelajaran. Namun hal ini masih
membutuhkan pendampingan dan
pelatihan,
terutama
dalam
menghasilkan media yang bertujuan
untuk membimbing anak usia dini agar
dapat mengenali perilaku-perilaku
bullying secara lebih efektif. Dalam
merancang suatu media bimbingan
bermuatan anti bullying, para guru
terlebih dahulu perlu memahami
batasan perilaku bullying itu sendiri
agar dapat menghasilkan media
dengan muatan yang sesuai, terutama
bagi anak usia dini. Melalui diskusi
dan pelatihan diharapkan para guru
memperoleh
pengetahuan
dan
keterampilan yang komprehensif
tentang bullying dan media bimbingan
yang efektif.
Berdasarkan hasil pengamatan
yang dilakukan di Taman KanakKanak di Kota Singaraja, diperoleh
hasil bahwa materi-materi tentang anti
kekerasan pada anak usia dini belum
berjalan dengan optimal. Para guru TK
tampaknya
belum
banyak
memberikan perhatian terhadap hal
ini.
Guru
TK
menjalankan
pembelajaran sesuai dengan tematema yang telah ditetapkan dalam
kurikulum, sedangkan materi tentang
anti bullying diselipkan dalam materimateri yang relevan, misalnya tentang
berteman atau keluarga. Sejauh ini
belum ada media yang secara khusus
dibuat
dengan
tujuan
untuk
mengenalkan pada anak sejak dini
tentang perilaku-perilaku yang kasar
saat berinteraksi dengan teman,
terutama yang dipasang di area
sekolah.
Guru-guru TK sebenarnya
sangat kreatif dalam menghasilkan
media pembelajaran. Sedangkan untuk
dapat menghasilkan media yang
bertujuan untuk membimbing siswa
dalam pembentukan perilaku masih
belum ada. Para guru menyadari
bahwa
penting
untuk
dapat
membimbing anak usia dini dalam
berperilaku, sebab mereka menyadari
bahwa fondasi perilaku dan sikap anak
di kemudian hari ditentukan saat usia
mereka masih muda.
Pengetahuan yang dimiliki
oleh guru TK tentang bullying juga
dirasakan masih terbatas. Mereka
banyak mendengar dan membaca
kasus-kasus bullying melalui media
dan turut merasa prihatin. Namun
mereka sendiri belum menyadari
apakah mungkin di sekitar anak di
lingkungan sekolah juga berisiko
terjadi bullying, atau bahkan ada anakanak yang membutuhkan bimbingan
karena tampaknya sering menyakiti
temannya yang lain. Dalam Bahasa
Indonesia,
kata
bully
berarti
penggertak, orang yang mengganggu
orang yang lemah (Wiyani, 2012: 12).
Selanjutnya menurut Olweus
(dalam Geldard, -) mengemukakan
bahwa Bullying dapat didefinisikan
sebagai sebuah tindakan atau perilaku
agresif yang disengaja, yang dilakukan
oleh sekelompok orang atau seseorang
secara berulang-ulang dari waktu
kewaktu terhadap seorang korban
376
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
yang tidak dapat mempertahankan
dirinya dengan mudah. Coloroso
(2007) mengartikan bullying sebagai
suatu penindasan.
Media bimbingan konseling
adalah
segala
sesuatu
yang
menyalurkan
pesan
bimbingan
konseling dari dua unsur yaitu
Perangkat
lunak
(software)
merupakan informasi bimbingan
konseling yang disampaikan pada
konseli, sedangkan perangkat keras
(hadware) adalah peralatan yang
menyajikan
pesan
bimbingan
konseling (Nursalim, 2010: 7).
Berdasarkan pendapat diatas, dapat
disimpulkan bahwa media bimbingan
konseling merupakan wadah dari
pesan, materi yang ingin disampaikan
adalah pesan bimbingan konseling,
serta tujuan yang ingin dicapai adalah
mencapai perkembangan siswa yang
maksimal.
Secara
umum
media
mempunyai kegunaan sebagai berikut:
(1) memperjelas pesan agar tidak
terlalu verbalistis; (2) mengatasi
keterbatasan ruang, waktu, tenaga, dan
daya indera; (3) menimbulkan
gairah/minat siswa, interaksi lebih
langsung antara siswa dengan guru;
(4) memberikan rangsangan yang
sama, mempersamakan pengalaman,
dan menimbulkan persepsi yang sama;
(5) proses layanan bimbingan dapat
lebih menarik; (6) proses layanan
bimbingan menjadi lebih interaktif;
(7)
kualitas
layanan
dapat
ditingkatkan; dan (7) meningkatkan
sikap positif siswa terhadap materi
layanan.
Hal yang juga mendukung
urgensi dari kegiatan ini adalah adanya
beberapa kejadian yang ditemukan di
lokasi, tepatnya di sekolah Taman
Kanak-kanak yang pernah dikunjungi
oleh pelaksana kegiatan P2M. Perilaku
agresif yang ditunjukkan oleh satu
atau dua orang siswa TK telah
menjurus pada bentuk kekerasan yang
melukai teman di sekolahnya. Perilaku
yang tampak seperti menyiram
temannya dengan pasir di bagian
wajah sambil mendorong atau
menertawakan. Perilaku lainnya
adalah menggigit lengan teman hingga
terluka
dan
berdarah
karena
keinginannya
tidak
terpenuhi.
Perilaku-perilaku tersebut memang
tidak secara terus menerus di lakukan
oleh siswa. Tentunya hal ini juga
penting untuk menjadi perhatian
karena jika anak belum memperoleh
pendekatan yang tepat maka muncul
risiko akan menunjukkan perilaku
bullying terhadap teman atau di
lingkungannya.
Rumusan masalah dalam kegiatan ini
adalah sebagai berikut:
1. Apakah guru TK di Kota Singaraja
memiliki pemahaman tentang
pentingnya ketersediaan media BK
bermuatan anti bullying untuk
anak usia dini di lingkungan
sekolah?
2. Apakah guru TK di Kota Singaraja
mampu menghasilkan media BK
bermuatan anti bullying pada anak
usia dini?
Tujuan kegiatan adalah sebagai
berikut:
1. Meningkatkan pemahaman guru
TK di Kota Singaraja mengenai
pentingnya media BK bermuatan
anti bullying pada anak usia dini di
lingkungan sekolah.
377
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
2. Meningkatkan kemampuan guru
TK di Kota Singaraja untuk
merancang media BK anti bullying
untuk anak usia dini.
Manfaat kegiatan adalah sebagai
berikut:
1. Bagi guru TK, yaitu meningkatkan
pemahaman tentang pentingnya
media BK bermuatan anti bullying
dan meningkatkan keterampilan
merancang media bimbingan
bermuatan anti bullying untuk
anak usia dini.
2. Bermanfaat untuk meningkatkan
kualitas dan kuantitas kolaborasi
antara universitas dan sekolah
dalam upaya pelaksanaan program
anti bullying.
bimbingan kepada anak usia dini
di sekolah dengan menggunakan
metode atau media yang tepat bagi
anak agar mudah dipahami dan
dipraktikkan.
Kondisi
ini
menuntut guru agar dapat
menghasilkan media bimbingan
yang sesuai dengan karakteristik
anak usia dini.
Guru-guru TK sejauh ini
menunjukkan kreativitas yang
tinggi dalam membuat media
pembelajaran bagi siswanya.
Namun
belum
tampak
pemanfaatan media sebagai sarana
bimbingan bagi anak usia dini
khususnya untuk memperkenalkan
konsep anti bullying. Isi dari
media bimbingan yang bermuatan
anti bullying dapat dikreasikan
sedemikian rupa agar anak usia
dini
dapat
memperoleh
pemahaman dalam bahasa yang
mereka
mengerti.
Pelatihan
pembuatan media bimbingan
untuk anak usia dini yang
bermuatan anti bullying perlu
dilakukan agar guru TK dapat
menghasilkan media yang sesuai
dengan karakteristik anak usia dini
sekaligus dapat menyampaikan
pesan secara efektif pada anak.
Sesuai
dengan
pendahuluan dan analisis situasi,
maka khalayak sasaran strategis
kegiatan P2M ini adalah guru-guru
TK di Kota Singaraja yang
teridentifikasi
masih
belum
memiliki
pemahaman
dan
kemampuan yang optimal untuk
merancang media bimbingan
bermuatan anti bullying untuk
anak usia dini di sekolahnya
2. MATERI
DAN
METODE
PELAKSANAAN
2.1.
Kerangka
Pemecahan
Masalah
Anak usia dini adalah
kelompok individu yang berada
pada usia yang rentan terhadap
tindakan bullying. Kerentanan
yang dimaksud adalah bahwa anak
usia dini rentan sebagai korban
bullying ataupun sebagai pelaku
dari bullying itu sendiri. Kedua hal
ini dapat disebabkan karena anak
belum memiliki pemahaman yang
cukup tentang perilaku bullying
yang dapat merugikan orang lain
dan dirinya sendiri. Karakteristik
anak usia dini menyebabkan perlu
adanya bimbingan dari semua
pihak yang berperan dalam
perkembangan anak. Salah satu
pihak yang berperan penting
adalah guru dan lingkungan di
sekolah. Guru dapat memberikan
378
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
masing-masing. Khalayak sasaran
kegiatan ini adalah para guru TK
di Kota Singaraja. Pada saat
kegiatan beberapa sekolah yang
mengirimkan perwakilan gurunya
adalah TK Negeri Pembina
Singaraja, TK Trisula, TK Ceria
Asih, TK Dharma Suda, TK
Kumara Bhuana, TK Aisyiyah, TK
At Thooriq, TK Kuncup Harapan,
dan TK Nurul Huda.
Kegiatan
P2M
ini
diselenggarakan di TK Negeri
Pembina
Singaraja
dengan
melibatkan guru-guru TK di Kota
Singaraja. Kegiatan P2M ini juga
mengundang pihak-pihak terkait,
yaitu perwakilan dari LPM
Undiksha, para kepala sekolah TK
di Kota Singaraja, ketua gugus TK
di Kota Singaraja, dosen Jurusan
BK, dan pimpinan Jurusan BK.
2.2.
Metode
Pelaksanaan
Kegiatan
Metode yang digunakan
untuk mencapai tujuan yang telah
dirumuskan dalam P2M ini adalah
metode ceramah, diskusi dan juga
pelatihan (implementasi prosedur
perancangan
media)
yang
dilaksanakan
dalam
bentuk
seminar dan workshop. Gabungan
metode
tersebut
diharapkan
mampu
meningkatkan
pemahaman guru-guru TK tentang
media bimbingan bermuatan
bullying
dan
bagaimana
merancang media tersebut agar
sesuai bagi anak usia dini.
2.3.
Rancangan Evaluasi
Keberhasilan kegiatan pelatihan
ini akan dievaluasi melalui:
1. Evaluasi proses: dilihat dari
379
aktifitas peserta mengikuti
kegiatan pelatihan
2. Evaluasi hasil/produk: dilihat
dari produk yang dihasilkan
dalam workshop, yaitu media
bimbingan bermuatan anti
bullying yang sesuai untuk
anak usia dini.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1.
Hasil Kegiatan
Produk yang dihasilkan
dalam kegiatan ini adalah media
bimbingan
dan
konseling
bermuatan anti bullying untuk
anak usai dini. Media yang
dihasilkan oleh lima kelompok
guru
TK
dinilai
dengan
menggunakan instrument berupa
lembar validasi produk berupa
angket. Indikator yang digunakan
dalam menilai media BK yang
dihasilkan dalam kegiatan ini
adalah (1) kesesuaian isi/materi
yang dicantumkan pada media, (2)
kemenarikan tampilan media, (3)
kualitas bahan yang digunakan, (4)
ketepatan ukuran media, (5)
ketepatan ukuran gambar, (6)
ketepatan ukuran tulisan, (7)
kejelasan gambar pada media
untuk menyampaikan pesan, (8)
kemudahan penggunaan media.
Penilaian
setiap
indikator
menggunakan penilaian skala lima
dan nilai total dibagi Skor
maksimal ideal dan dikalikan
seratus persen. Nilai yang
diperoleh dikonversi ke Pedoman
Konversi dengan menggunakan
Pedoman Acuan Penilaian (PAP)
Skala Lima.
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
Berikut
adalah
hasil
penilaian terhadap produk media
BK bermuatan anti bullying untuk
anak usia dini yang dihasilkan oleh
para guru.
Kelompok
Jenis Media
1
Papan bimbingan
2
Papan bimbingan
3
Papan bimbingan
4
Papan bimbingan
5
Wayang
Tabel 3.1. Hasil Penilaian Media
BK bermuatan anti bullying untuk
anak usia dini
Nilai Rata-rata
35,5
37,5
34
38
34,5
Kriteria
Sangat baik
Sangat baik
Sangat baik
Sangat baik
Sangat baik
mengganti
kontinu.
Berdasarkan Tabel 3.1.
diketahui bahwa berdasarkan
penilaian TIM P2M semua media
bimbingan yang dihasilkan selama
workshop memperoleh nilai di atas
rata-rata dan termasuk dalam
kriteria sangat baik berdasarkan
hasil penilaian dari dua orang ahli
media BK.
Secara kualitatif terdapat
beberapa hal yang dapat menjadi
masukan bagi pengembangan
media BK bermuatan anti bullying
untuk anak usia dini. Saran-saran
tersebut, yaitu sebagai berikut: (1)
guru dapat mencari gambargambar yang menarik dari internet
untuk menambah referensi agar
tampilan media dapat lebih
menarik, (2) pencantuman tulisan
atau kalimat yang dapat mudah
dibaca dan dimengerti oleh anak
usia Taman Kanak-kanak, (3)
penggunaan lem yang lebih
banyak agar gambar dapat melekat
lebih kuat, (4) penggunaan tangkai
wayang yang lebih kuat atau
digandakan, (5) pesan yang
disampaikan dapat lebih variatif
dan
memungkinkan
untuk
3.2.
gambarnya
secara
Pembahasan
Pelaksanaan
kegiatan
Pengabdian Pada Masyarakat yang
dilaksanakan dengan melibatkan
para guru TK di Kota Singaraja
dinilai mampu untuk menambah
pengetahuan
dan
juga
keterampilan dalam menghasilkan
media BK bermuatan anti bullying
yang sesuai untuk anak usia dini.
Kegiatan diawali dengan ceramah
tentang perilaku bullying dan
media BK yang berfungsi untuk
memberikan informasi bagi anak
usia dini tentang perilaku bullying
dan perilaku yang sebaiknya
ditanamkan
pada
anak.
Pengetahuan
ini
kemudian
diimplementasikan saat kegiatan
workshop hari kedua, di mana para
guru merancang dan membuat
media BK yang sesuai dengan
kriteria media bimbingan yang
baik.
Kegiatan P2M kali ini
menghasilkan beberapa media BK
yang dihasilkan oleh lima
kelompok yang anggotanya terdiri
380
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
atas guru TK dan mahasiswa
Jurusan BK. Setiap kelompok
terdiri atas guru-guru yang berasal
dari sekolah yang berbeda-beda
sehingga
kerjasama
dan
kekompakan dapat ditumbuhkan
antar sekolah yang memiliki
kondisi dan kebiasaan yang
berbeda.
Empat
kelompok
menghasilkan media berupa papan
bimbingan dan satu kelompok
menghasilkan media wayang.
Secara umum, media BK yang
dihasilkan oleh setiap kelompok
sangat menarik dan memenuhi
kriteria media BK yang berkualitas
sangat baik.
Peserta kegiatan P2M ini
menunjukkan antusiasme yang
tinggi
ditunjukkan
dengan
kehadiran peserta yang lengkap
pada hari pertama dan kedua
pelaksanaan kegiatan, antusiasme
saat diskusi atau tanya jawab, serta
kreativitas dan keseriusan yang
ditunjukkan
saat
mengikuti
workshop. Keterampilan guru TK
untuk
menghasilkan
media
pembelajaran yang selama ini
sedemikian
terlatih
sangat
membantu dan mempermudah
peserta untuk menghasilkan media
yang menarik dan tepat sasaran.
Dukungan dari kepala sekolah
juga sangat berperan dalam
kelancaran dan keberhasilan
kegiatan P2M kali ini.
Singaraja kali ini menunjukkan
hasil bahwa terjadi peningkatan
pengetahuan dan keterampilan
dari
peserta
untuk
dapat
menghasilkan
media
BK
bermuatan anti bullying yang
sesuai bagi anak usia dini. Secara
kuantitatif dan kualitatif produk
media yang dihasilkan sudah
cukup baik dengan mengacu pada
kriteria-kriteria media bimbingan
dan
konseling
yang
telah
divalidasi oleh ahli. Terdapat
beberapa saran yang diberikan
oleh ahli dan tim pelaksana P2M
dari produk media yang dihasilkan
dan menjadi acuan dalam
membuat media oleh peserta di
sekolahnya masing-masing.
4.2.
Saran
Beberapa saran
yang
diajukan terkait dengan kegiatan
P2M yang telah dilaksanakan
adalah sebagai berikut: (1) Para
guru TK yang mengikuti kegiatan
P2M ini diharapkan dapat terus
berlatih dalam menghasilkan
media bimbingan konseling sesuai
dengan kebutuhan di sekolahnya
masing-masing, (2) Para guru TK
diharapkan dapat lebih banyak
memanfaatkan teknologi untuk
memperoleh referensi dalam
menghasilkan media bimbingan
konseling yang berkualitas dan
tepat sasaran, (3) Para guru TK
diharapkan
dapat
mensosialisasikan
pengetahuan
dan keterampilannya kepada guruguru
lainnya
agar
dapat
memberikan manfaat yang lebih
luas.
4. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1.
Kesimpulan
Kegiatan P2M penerapan
iptek yang dilaksanakan dengan
melibatkan guru TK di Kota
382
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
DAFTAR PUSTAKA
Nursalim, M. 2010. Media
Bimbingan
Konseling.
Surabaya:
Unesa
University Press.
Priyatna, Andi. 2010. Lets End
Bullying:
Memahami,
Mencegah, dan Mengatasi
Bullying, Jakarta: Elex
Media Komputindo.
Wiyani, N.A. 2012. Save Our
Children From School
Bullying, Jogjakarta: ArRuzz Media
Coloroso, Barbara. 2007. Stop
Bullying, Jakarta: Serambi
Ilmu Semesta.
383
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
RANCANGBANGUN MESIN PENCACAH SAMPAH dan LIMBAH
PLASTIK
Yuli Yetri1) Hendri Sawir2) Rahmi Hidayati1)
1)
Teknik Mesin, Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Padang, Padang
2) Sekolah Tinggi Teknologi Industri Padang (STTIND), Padang
email : [email protected]
Abstrak
Limbah plastik jumlahnya semakin lama semakin banyak, untuk itu diperlukan pemanfaatan limbah tersebut
dengan langkah mendaur ulang menjadi produk lain dalam bentuk butiran sebelum diolah lanjut menjadi biji
pellet dan proses injection moulding menghasilkan produk seperti alat rumah tangga, alat olah raga dan lainlain. Untuk diolah menjadi bentuk butiran tersebut diperlukan mesin pencacah plastic dan mesin pengolah biji
plastik. Untuk itulah kami Tim pengabdian masyarakat membuat kegiatan Iptek Bagi Masyarakat (IbM)
dengan tujuan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan untuk mengolah sampah plastik. Serta untuk
mewujudkan harapan pengelola Bank Sampah untuk mempunyai mesin pengolah plastik agar masalah sampah
plastik dapat tertanggulangi. Berkat usaha kerjasama Tim pengabdian masyarakat dan kelompok usaha Bank
Siput Bisa serta Polak Sikerey akhirnya mesin pencacah plastik dan mesin pembuat biji plastik bisa dimiliki.
Dengan mengecilnya ukuran sampah plastik dapat mengefisiensikan pengepakan dan pengiriman untuk proses
pengolahan selanjutnya. Sampah plastik yang telah terurai oleh mesin dapat diolah kembali menjadi bahan
baku pembuatan biji plastik atau plastik. Melalui rancangan pembuatan mesin ini, efektifitas kegiatan
pengepakan dan pengiriman yang dilakukan oleh pengumpul sampah dapat terbantu dan berdampak positif dan
efisien. Keinginan yang sangat besar untuk menjadikan kegiatan Bank Sampah ini sebagai pelopor atau pilot
proyek yang nantinya bisa dijadikan percontohan bagi kecamatan lain agar bisa meneruskan kegiatan serupa..
Kata Kunci: Pencacah plastik, limbah plastik, biji plastik
menengah dan besar. Untuk industri kecil
umumnya mereka menggunakan mesin
pencacah untuk mendapatkan plastik
dalam bentuk serpihan /butiran, dan
kemudian serpihan ini yang dijual ke
industri menengah dan besar. Disisi lain
dari survey lapangan di Sumatera Barat
dan khususnya di Kota Padang, lebih
±80% industri pengolahan limbah plastik
adalah industri kecil.
Sampah yang berserakan di sekitar
kita bisa menjadi sumber masalah, Entah
itu penyakit atau pun persoalan sosial.
Permasalahan sampah telah menjadi salah
satu permasalahan yang utama di negeri
ini,
dimana
volume
dan
cara
penanggulangannya
menjadi
permasalahan yang belum terpecahkan
dengan baik. Banyaknya sampah di kota-
1. Pendahuluan
Sampah plastik jumlahnya semakin
lama semakin bertambah, dari 825 ton
tahun 2006 meningkat 1038,5 ton pada
tahun 2008 (Depperin 2009). Jumlah
tersebut akan meningkat di tahun-tahun
mendatang, yang peningkatannya sekitar
10% pertahun. Secara umum agar suatu
limbah plastik dapat diproses oleh suatu
industri, antara lain limbah harus dalam
bentuk tertentu seperti butiran, biji/pellet,
serbuk, pecahan (Anonim, 2009). Untuk
itu diperlukan beberapa mesin yang saling
berhubungan, seperti mesin pencacah,
mesin pembuat pellet dan mesin injection
moulding, namun ketiga mesin tersebut
hanya mampu dimiliki oleh industri
385
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
kota disebabkan karena penduduk
semakin hari semakin bertambah dan juga
pola hidup masyarakat yang tingkat
kesadaran terhadap kebersihannya masih
rendah.
Berbagai jenis sampah dapat kita
temukan dengan mudah disekitar kita
terutama sampah anorganik yang tidak
bisa membusuk dan dapat mencemari
lingkungan.
Pembungkus
makanan,
pembungkus produk rumah tangga dan
kemasan minuman menggunakan bahan
dari plastik yang sisa pemakaiannya
menjadi masalah utama kebersihan
lingkungan. Botol kemasan minuman
yang terbuat dari plastik atau disebut juga
dengan Polyethylene Terephthalate (PET)
menjadi salah satu jenis sampah yang
mengganggu
lingkungan,
yang
sebenarnya dapat menjadi sampah
komersial yang dapat berguna lagi dan
memiliki nilai jual apabila diolah dengan
benar. Untuk itu diperlukan alat/mesin
pengolah yang tepat guna dan inovatif
yang dapat mereduksi ukuran sampah
menjadi produk ukuran yang dapat
dijadikan bijih plastik untuk bisa
diproduksi ulang.
Sebagian masyarakat di perkotaan
melihat hal tersebut dapat dijadikan lahan
pekerjaan yang dapat menghasilkan uang.
Para pemulung yang mengumpulkan
sampah plastik kemudian menjualnya ke
pengumpul plastik dan selanjutnya
pengumpul akan mengirimkan dan
menjual sampah plastik tersebut ke pabrik
daur ulang untuk diolah kembali menjadi
bahan baku plastik. Biasanya di tempat
pengumpul plastik yang dikumpulkan
langsung dikirim dalam bentuk utuh tanpa
diolah terlebih dahulu karena mereka tidak
mempunyai alat untuk memperkecil
ukuran
plastik
tersebut.
Padahal
pengiriman sampah plastik yang sudah
diolah (dikecilkan dalam bentuk serpihan)
akan mempermudah mereka dalam hal
pengepakan
dan
pengiriman
jika
dibandingkan dengan plastik yang masih
dalam bentuk utuh. Selain itu nilai jual
plastik dalam bentuk serpihan akan lebih
tinggi daripada sampah plastik yang masih
utuh. Sampah plastik yang telah jadi
serpihan kecil ini bisa didaur ulang
menjadi bahan baku pembuatan plastik.
Jika plastik yang sudah diolah
(dihancurkan dalam bentuk serpihan) akan
jauh lebih mudah dalam hal pengepakan
dan pengiriman. Selain itu, nilai jualnya
pun akan lebih tinggi daripada penjualan
sampah plastik utuh. Sampah plastik
serpihan ini bisa didaur ulang menjadi
bahan
baku
pembuatan
plastik.
Permintaan terhadap bahan baku ini pun
sangat besar sehingga pabrik pembuatan
plastik sering kehabisan stok bahan baku.
Dari hasil wawancara ke beberapa tempat
pengumpul plastik, ada keinginan
masyarakat untuk menguraikan plastik
tersebut menjadi serpihan kecil sebelum
dikirim ke pabrik daur ulang, akan tetapi
karena mahalnya harga mesin tersebut
banyak pengumpul plastik yang tidak
mampu melakukannya.
Melihat data dan kenyataan yang
ada dilapangan kami tim pengabdian
Politeknik Negeri Padang mencoba untuk
merancang dan membuat mesin pengurai
sampah
plastik
dengan
proses
penggilingan yang sederhana sehingga
dapat mengefisienkan dalam pengepakan
dan
pengiriman
sampah
plastik
dibandingkan pengiriman yang masih
dalam bentuk utuh yang dirasakan tidak
efisien.
2. Manfaat Karya Inovasi Teknologi
387
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
Perancangan dan pembuatan
mesin giling sampah plastik ini
diperuntukkan bagi industri kecil
menengah
kebawah,
masyarakat,
pengusaha, serta membantu sektor-sektor
yang bergerak di bidang pengolahan
sampah plastik. Disamping itu juga
meningkatkan keinginan masyarakat
dimulai dari sekolah dengan memberikan
edukasi
pada
masyarakat
untuk
melakukan mengurangi produksi sampah,
pengolahan, dan mendaur ulang.
Mesin giling sampah plastik
tersebut dapat mencapai hasil proses
produksi diatas 15kg/jam. Dalam
perancangan mesin giling sampah plastik
ini, sebelumnya telah dilakukan survei di
beberapa tempat untuk mendapatkan
gambaran lengkap tentang sampah dan
pengolahannya.
3. Tinjauan Pustaka
Sampah/Limbah Plastik
a
b
c
Gambar 1. Butiran plastik yang telah
dicacah
d
membutuhkan mesin pencacah dengan
teknologi tepat guna. Bentuk dari serpihan
plastik yang telah dihancurkan/dicacah
seperti Gambar 1 di bawah ini.
(http://www.geocities.com/tegal logam
2000).
Keterangan:
1a. Bentuk butiran kasar (1,5 cm)
1b. Bentuk butiran halus (1 cm)
1c. Butiran yang telah diwarnai (merah)
1d. Butiran yang telah diwarnai (biru)
Tahap
selanjutnya
adalah
mewarnai, dan pengeringan dilapangan.
Untuk industri plastik skala menengah ke
atas pada umumnya mereka sudah punya
mesin pellet dan mesin Injection
Moulding. Dengan mesin pellet ini plastik
serpihan dapat dibuat dalam bentuk
biji/pellet, begitu juga pellet plastik dapat
diproses dengan mesin injection moulding
menjadi bermacam-macam hasil plastik,
seperti ember, piring plastik, botol
minuman, tabungan plastik, dan lain-lain.
Plastik adalah suatu produk kimia
yang telah dikenal dan termasuk bagian
polimer
termoplastik,
plastik
menyebabkan masalah lingkungan yang
semakin besar (Sumule, 2006). Adapun
proses daur ulang tersebut melalui
beberapa
tahapan
yaitu,
proses
penghancuran menjadi bagian-bagian
yang lebih kecil berbentuk serpihan yang
seragam berukuran 1-1,5 cm. Proses ini
388
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
ISBN : 978-602-6428-05-9
Sukatna (2007), mengatakan
semua pabrik plastik daur ulang
(recycling) membutuhkan plastik-plastik
bekas (sampah plastik) baik dari
kelompok
film
grade
(sampah
plastik lembaran kemasan makanan
seperti : kantong gula, tepung, kantong
belanja (kresek), kantong sampah,
pembungkus tekstil, tas, garmen,
pembungkus
rokok,
pembungkus
baju/kaos, karung plastik, dan lain-lain),
maupun dari non-film grade (botol air
mineral, juice, saos, minyak goreng,
kosmetik, shampoo, oli, tutup botol, krat
botol, ember, mainan, tong sampah,
container, pipa PVC, kabel listrik, selang
air, plastik gelombang, dan lain-lain).
Plastik-plastik tersebut sebagai bahan
utama/campuran untuk diproses daur
ulang menjadi biji/pellet plastik, sehingga
dikenal dengan nama biji/pellet plastik
daur ulang. Hal ini hanya untuk
membedakan dengan biji plastik original
(asli). Karena biji plastik asli sebagian
besar masih impor, sehingga harganya
cukup mahal (tergantung dolar dan harga
minyak dunia). Maka biji/pellet plastik
daur ulang dapat menjadi suatu alternatif,
dengan harga yang sangat 
Download