Universitas Sebelas Maret Surakarta

advertisement
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2
“Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif
di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”
2016
PEMUDA BERSAMA PKK,
SEBUAH SINERGI DALAM PENGEMBANGAN KARAKTER BANGSA
Rhesa Zuhriya Briyan Pratiwi
Universitas Sebelas Maret Surakarta
[email protected]
ABSTRAK
Pemuda, kaum generasi penerus bangsa yang pada dasarnya memiliki tanggung
jawab besar yang terimplementasi pada sifat kepemudaan pembawa perubahan. Pemuda
sebagai sosok aktif, kreatif, produktif, dan inovatif tentu mempunyai sejumlah potensi
berharga yang perlu dibina serta dikembangkan guna mencapai kehidupan sosial
masyarakat yang lebih baik.
Guna mewujudkan hal ini, Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK)
muncul sebagai salah satu gerakan keperempuanan yang dianggap mampu menunjang
pengharapan tersebut. Gerakan PKK bertujuan untuk membangun keluarga sebagai
satuan terkecil dalam masyarakat, terutama melalui aspek mental-spiritual serta fisikmaterial di dalam kehidupan keluarga. Dalam hal ini, disadari bahwa pemuda
merupakan bagian dari sebuah keluarga yang mana diharapkan akan menjadi penerus
masa depan keluarga untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.
Adapun peran dan tugas PKK juga dipandang sebagai gerakan sosial yang
membantu proses pembangunan negara. Melalui PKK, pemuda sebagai agen perubahan
dinyatakan perlu dilatih serta dibina guna memperoleh generasi baru yang aktif dan
berkompeten. Lebih lanjut, adanya upaya pembinaan ini dinyatakan mampu teraplikasi
melalui sejumlah program kegiatan PKK, terutama dalam mengembangkan karakter dan
jati diri bangsa pada para pemuda Indonesia. Dengan demikian, muncul adanya sinergi
dimana pemuda melalui PKK, diekspektasikan mampu meneruskan cita-cita bangsa dan
negara ke depannya.
Kata kunci: pemuda, PKK, karakter bangsa
PENDAHULUAN
Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia. (Soekarno)
Pemuda, sadar atau tidak sadar, dapat dikatakan sebagai salah satu komponen di
dalam masyarakat yang memiliki peran besar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Merujuk pada sepenggal kalimat amanah dari mantan Presiden Republik Indonesia, Ir.
Soekarno, di atas, seharusnya masih terngiang di telinga bangsa Indonesia, khususnya
bagi kaum muda, di mana ini mengindikasikan bahwa posisi dan peran pemuda nyatanya
sangatlah diperlukan untuk mengubah dunia (mengusai dunia).
Boleh jadi, maju atau tidaknya sebuah negara dapat ditentukan melalui peran serta
kontribusi dari para pemuda, bagaimana para pemuda aktif dalam berpemikiran, berkreasi
dan berinovasi, sampai pada sejumlah sikap sosial pemuda di dalam kehidupan
masyarakat. Lebih jelas, pemuda dipandang sebagai identitas potensial dalam tatanan
masyarakat, yang mana posisinya merupakan penerus cita-cita perjuangan bangsa,
khususnya melalui proses pembangunan.
Pemuda pada kapasitas tertentu jelas memiliki tanggung jawab sosial di dalam
kehidupan masyarakat. Lebih jauh, pemuda dipandang memiliki pera sosial terhadap
1
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2
“Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif
di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”
2016
masa depan bangsa, salah satunya melalui komitmennya dalam menjaga persatuan dan
kesatuan bangsa, serta keberpihakannya terhadap masyarakat sebagai salah satu bagian
dari agen perubahan (agent of changes) dan agen kontrol sosial (agent of social control).
Adapun sejumlah dasar tanggung jawab yang dimiliki oleh para pemuda di dalam
masyarakat (Abdullah, 1974 dalam Satries, 2009: 2), pada hakikatnya terimplementasi
melalui sikap-sikap kepemudaan. Dasar tanggung jawab ini, antara lain adalah: 1)
kemurnian idealisme; 2) keberanian dan keterbukaan terhadap nilai serta gagasan baru; 3)
semangat pengabdian; 4) spontanitas dan pengabdian; 5) inovasi dan kreativitas; 6)
keinginan untuk mewujudkan gagasan baru; 7) keteguhan janji dan sikap mandiri; serta 8)
kelangkaan dalam pengalaman terhadap relevansi pendapat, sikap, dan tindakan dalam
konteks nyata. Adanya kecenderungan di atas merupakan bentuk kesadaran yang
mengilhami peran pemuda aktif guna mewujudkan kondisi masyarakat yang lebih baik
sesuai dengan arah pembangunan bangsa dan negara.
Sebagai sosok yang aktif, kreatif, produktif, dan optimistis, pemuda tentunya
memiliki sejumlah potensi berharga yang perlu untuk dikembangkan. Terlepas dari segi
emosional para pemuda yang cenderung lebih labil, namun demikian, pemuda merupakan
sosok yang lebih berkarakter sehingga dari segi pengembangan serta pemberdayaannya,
pemuda cenderung lebih tertarik dengan hal-hal yang lebih bersifat agresif dan
revolusioner.
Sebut saja salah satu implementasi dari peran pemuda di kehidupan masyarakat
adalah Karang Taruna. Karang Taruna secara sederhana dimaknai sebagai wadah ataupun
tempat kegiatan para pemuda. Adapun landasan hukum dari Karang Taruna adalah
Keputusan Menteri Sosial RI No. 13/HUK/KEP/1/1981 tentang Susunan Organisasi dan
Tata Kerja Karang Taruna, Ketetapan MPR No. II/MPR/1983 tentang GBHN yang
memposisikan Karang Taruna sebagai wadah Pembinaan Generasi Muda, serta
Keputusan Menteri Sosial RI No. 83/HUK/2005 tentang Pedoman Dasar Karang Taruna
(Wuri, 2015: 12-13).
Kementerian Sosial RI (2004) dalam Wuri (2015: 16) mendefinisikan Karang
Taruna sebagai organisasi sosial, wadah pengembangan generasi muda yang tumbuh serta
berkembang berdasarkan kesadaran dan tanggung jawab sosial dari, oleh, dan untuk
masyarakat, terutama pada generasi muda di wilayah desa, kelurahan, ataupun komunitas
adat sederajat. Karang Taruna pada dasarnya bergerak dan berorientasi di bidang
kesejahteraan sosial dan dibina secara langsung oleh Departemen Sosial.
Nawir (2008: 25) dalam Udoki (2015: 9) menjelaskan adanya peran Karang Taruna
dalam upaya pemberdayaan masyarakat, yakni: 1) mewujudkan kesadaran dan tanggung
jawab sosial setiap anggota Karang Taruna untuk mencegah, menangkal, menanggulangi,
serta mengantisipasi berbagai masalah sosial; 2) membentuk jiwa dan semangat
kejuangan Karang Taruna untuk terampil, berkepribadian, dan berpengetahuan; 3)
menumbuhkan potensi dan kemampuan generasi muda untuk memberdayakan Karang
Taruna; 4) menumbuhkan toleransi dan rasa persatuan antar anggota Karang Taruna atas
keberagaman kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara; 5) menjalin kerjasama antar
anggota Karang Taruna untuk mewujudkan kesejahteraan sosial masyarakat; 6)
mewujudkan kesejahteraan sosial generasi muda guna mewujudkan manusia
pembangunan dalam penyelesaian masalah kesejahteraan sosial lingkungan; dan 7) turut
mewujudkan kesejahteraan sosial yang komprehensif, terpadu dan terarah, serta
berkesinambungan antara semua komponen lapisan masyarakat.
Melalui uraian di atas, dapat dikatakan bahwa peran pemuda melalui Karang Taruna
nyatanya memiliki nilai vital bagi kehidupan masyarakat. Dalam hal ini, pemuda boleh
jadi disebut sebagai salah satu agen pemberdayaan dalam mewujudkan kesejahteraan
masyarakat yang lebih baik. Namun demikian, urgensitas dari posisi dan peran aktif
pemuda pada dasarnya justru ada pada jiwa serta pribadi para pemuda itu sendiri. Lebih
lanjut, konteks jiwa dan pribadi ini berkenaan dengan karakter serta jati diri yang ada
2
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2
“Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif
di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”
2016
sekaligus perlu dikembangkan oleh para pemuda sehingga adanya pembinaan serta
pendidikan di dalamnya sangatlah diperlukan.
Pemuda sebagai generasi aktif nyatanya juga memerlukan proses aktualisasi diri
diluar proses pendidikan formal yang mungkin telah mereka terima di sekolah. Dalam hal
ini, adanya wadah Karang Taruna diperlukan sebagai salah satu sarana untuk
mengembangkan karakter dan jati diri pemuda di dalam berkehidupan, dimana
pengembangan karakter ini berkenaan dengan sikap, perilaku, motivasi, serta
keterampilan (Wuri, 2015: 18) pemuda sebagai seorang agen perubahan masyarakat.
Adapun posisi pemuda pada dasarnya mampu menjadi salah satu elemen pendukung
masa depan bangsa ke arah yang lebih baik lagi. Dalam konteks ini, pemuda diharapkan
mampu berkembang secara produktif dalam sejumlah bidang-bidang kehidupan yang
nantinya mampu mendukung serta menunjang keberhasilan suatu bangsa, baik dalam
posisinya sebagai pemimpin (leader), maupun sebagai pendukung (supporter). Namun,
perlu diperhatikan ketika pemuda dalam suatu waktu justru kurang mendapatkan
pembinaan serta bimbingan di dalam kehidupannya. Mengingat sifat dan karakter dasar
seorang pemuda yang cenderung aktif, ingin tahu, dan mudah terbawa oleh pengaruh
serta perubahan di masyarakat, khususnya globalisasi. Dengan demikian, pada dasarnya
perlu adanya kesempatan serta porsi tersendiri bagi para pemuda untuk mengembangkan
jati diri serta potensinya secara alamiah sehingga dalam keberadaannya, sosok pemuda
dapat benar-benar bermanfaat serta berdaya guna bagi kehidupan masyarakat, bangsa,
dan negara.
Bagaimana peran pemuda terhadap masa depan bangsa dan negara, boleh jadi juga
berkaitan dengan proses pembangunan. Konteksnya, pemuda diekspektasikan mampu
berpartisipasi aktif guna mendukung proses pembangunan masyarakat, baik itu di bidang
ekonomi, sosial, maupun budaya. Dengan kata lain, pemuda dalam perannya diharapkan
dapat berkontribusi dalam segala segi kehidupan sosial masyarakat guna mewujudkan
kemajuan bangsa. Secara khusus, upaya ini dapat dilakukan melalui dua sudut pandang.
Pertama, pemuda dapat diposisikan sebagai founder ataupun pemrakarsa dalam proses
pembangunan masyarakat. Ini mengingat sifat pemuda yang cenderung aktif, kreatif, dan
revolusioner terhadap sejumlah program perubahan. Di lain pihak, pemuda juga dapat
memposisikan dirinya sebagai fasilitator ataupun pendukung dari setiap teknis program
pembangunan pemerintah (Satries, 2009: 4).
Berkenaan dengan program pembangunan yang dicanangkan oleh pemerintah, salah
satu gerakan sosial yang mana mayoritas beranggotakan para ibu ataupun wanita
bersuami, pada setiap tingkatan kepemerintahan, muncul sebagai salah satu perpanjangan
program pembangunan negara terkait. Gerakan ini adalah PKK atau Pemberdayaan dan
Kesejahteraan Keluarga.
Gerakan PKK pada umumnya adalah gerakan nasional yang terfokus pada
pembangunan masyarakat, yang mana tumbuh dari bawah dan dikelola dari, oleh, dan
untuk masyarakat guna mencapai terwujudnya keluarga yang sejahtera. Dalam
pengertiannya, perwujudan keluarga yang sejahtera ini mengarah pada konsep keluarga
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berbudi
luhur, sehat, maju, serta mandiri. Selain itu, adanya kesetaraan gender dan kesadaran
hukum juga diekspektasikan dapat dicapai dalam esensi Gerakan PKK (Hasil Rakernas
PKK, 2010). Lantas, mengapa kemudian PKK? apa relevansi dari gerakan ataupun
program di dalam PKK terhadap pembentukan dan pengembangan karakter bangsa bagi
pemuda?
Pemuda, sekali lagi melalui tugas dan tanggung jawabnya nyata tidak terlepas dari
upaya mendukung program pembangunan. Dalam hal ini, menilik pada salah satu contoh
wadah organisasi pemuda, yakni Karang Taruna, pemuda dinyatakan bertanggung jawab
dalam perwujudan kesejahteraan sosial dan pemberdayaan masyarakat. Logikanya,
kesejahteraan tidak akan terwujud tanpa masyarakat yang terberdaya, begitu pula
3
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2
“Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif
di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”
2016
sebaliknya dimana masyarakat tidak akan dikatakan terberdaya tanpa adanya suatu
kondisi dimana mereka memiliki kehidupan yang sejahtera. Sedangkan tugas dari para
pemuda, salah satunya adalah berperan serta menjadi pihak yang diharapkan dapat secara
aktif turut mewujudkan konsep tersebut.
Mengenai pemberdayaan dan kesejahteraan sosial di masyarakat, sekilas ini relevan
dengan fungsi serta tujuan yang dijalankan oleh PKK. PKK bergerak, terutama melalui
konsep keluarga, di mana keluarga dinyatakan sebagai bagian terkecil di dalam
masyarakat, yang mana posisinya boleh jadi merupakan cikal bakal pertama dalam
mewujudkan tujuan pemberdayaan dan kesejahteraan masyarakat.
Sebut saja, terkhusus pada program kegiatan dari Pokja I dan II PKK, pada dasarnya
dinyatakan bahwa pemuda—Karang Taruna—perlu dibina serta dibekali sejumlah
informasi yang berkaitan dengan permasalahan sosial masyarakat, dimana permasalahan
sosial ini dirasa sebagai penyebab terjadinya ketimpangan yang mampu menghambat
perwujudan kesejahteraan sosial. Ketika pemuda dirasa mampu menyelesaikan serta
mengatasi adanya permasalahan sosial masyarakat, di titik itulah mereka mampu
digerakkan untuk mewujudkan sebuah kehidupan yang lebih tenteram dalam menunjang
kesejahteraan, sekaligus mengembangkan karakter pada diri mereka. Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa lebih jauh, pemuda Karang Taruna memiliki misi pencipta
kesadaran serta tanggung jawab sosial (Wuri, 2015: 16) terhadap sejumlah masalah sosial
sekaligus penyelesaiannya.
ANALISIS
Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK)
Gerakan PKK muncul dan berkembang sebagai gerakan zaman Orde Baru. PKK
dipandang oleh pemerintah saat itu sebagai salah satu alat promotor pembangunan bagi
masyarakat, terutama di daerah pedesaan dan perkotaan dengan sasaran utama yakni
perempuan. Dalam Pidato Presiden pada Rakernas P2W-KSS tanggal 2 Maret 1981
(Suryakusuma, 2011: 29), PKK juga dipandang oleh pemerintah sebagai gerakan seluruh
bangsa yang secara khusus digerakkan oleh perempuan.
PKK pada umumnya merupakan gerakan nasional yang terfokus pada pembangunan
masyarakat, yang mana tumbuh dari bawah dan dikelola dari, oleh, dan untuk masyarakat
guna mencapai terwujudnya keluarga yang sejahtera. Dalam pengertiannya, perwujudan
keluarga yang sejahtera ini mengarah pada konsep keluarga yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berbudi luhur, sehat, maju, serta
mandiri. Selain itu, adanya kesetaraan gender dan kesadaran hukum juga diekspektasikan
dapat dicapai dalam esensi Gerakan PKK.
Sebagai salah satu gerakan yang muncul dan berkembang pada masa Orde Baru.
PKK dipandang oleh pemerintah saat itu sebagai salah satu alat promotor pembangunan
bagi masyarakat, terutama di daerah pedesaan dan perkotaan dengan sasaran utama yakni
perempuan. Dalam Pidato Presiden pada Rakernas P2W-KSS tanggal 2 Maret 1981
(Suryakusuma, 2011: 29), PKK juga dipandang oleh pemerintah sebagai gerakan seluruh
bangsa yang secara khusus digerakkan oleh perempuan.
Tujuan Gerakan PKK adalah membangun keluarga sebagai satuan terkecil dalam
masyarakat, melalui aspek mental-spiritual dan fisik-material kehidupan keluarga. Selain
itu, tugas dan peran yang dijalankan oleh PKK dipandang sebagai gerakan yang berfungsi
untuk membantu proses pembangunan sesuai dengan arahan pemerintah. Terkait hal ini,
sesuai Ketetapan MPR RI No. II/MPR/1983 Bab IV D, Butir 10, tentang Peranan Wanita,
dijelaskan adanya poin mengenai arah dan kebijakan pembangunan yang berkaitan
dengan peran perempuan dalam pembangunan bangsa. Secara singkat, bagaimana peran
dan tanggung jawab perempuan dalam pembangunan haruslah selaras dan seimbang,
yakni melalui perwujudan keluarga yang sehat dan sejahtera. Dalam konteks ini, aspek
4
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2
“Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif
di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”
2016
inilah yang merujuk pada posisi dan pandangan bahwa PKK merupakan gerakan nasional
yang bertugas untuk membina serta meningkatkan kesejahteraan keluarga.
Sasaran utama dari PKK adalah keluarga sebagai satuan terkecil dalam masyarakat.
PKK pada dasarnya bersifat sebagai organisasi independen yang beranggotakan laki-laki
maupun perempuan. Namun demikian, pemahaman selama ini mengindikasikan bahwa
motor penggerak utama dari PKK adalah perempuan. Dengan dipimpin oleh istri dari
para pejabat pemerintahan setempat, PKK bersama Tim Penggerak PKK (TP PKK)
berupaya untuk melakukan pembinaan serta bimbingan kepada keluarga melalui sejumlah
program kegiatan yang dirumuskan.
Adapun TP PKK ini pada dasarnya merupakan mitra kerja pemerintah dan organisasi
kemasyarakatan, dimana mereka berfungsi sebagai fasilitator, perencana, pelaksana,
pengendali, sekaligus penggerak pada masing-masing jenjang di dalam PKK (mulai dari
PKK Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan, Desa/Kelurahan, sampai pada bagian
terkecil PKK, yakni Dasawisma). Untuk susunan pengurus dari PKK sendiri terdiri
Ketua, Sekretaris, Bendahara, dan 4 Kelompok Kerja (Pokja) khusus yang bertugas
menjalankan program kegiatan PKK.
Sejumlah kegiatan yang dilakukan PKK sangat beragam, baik itu yang berkaitan
dengan bidang pendidikan, kesehatan, perencanaan keluarga, lingkungan hidup, maupun
kewirausahaan. Dalam hal ini, kegiatan-kegiatan PKK terfokus pada 10 program pokok
yang terimplementasi pada 4 Pokja khusus dalam susunan pengurusnya, yaitu: 1)
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila; 2) Gotong Royong; 3) Pangan; 4) Sandang; 5)
Perumahan dan Tata Laksana dalam Rumah Tangga; 6) Pendidikan dan Keterampilan; 7)
Kesehatan; 8) Pengembangan Kehidupan Berkoperasi; 9) Kelestarian Lingkungan Hidup;
dan 10) Perencanaan Sehat. Dalam praktiknya, kesepuluh program ini dapat dikatakakan
sebagai acuan bagi para perempuan untuk dapat mewujudkan konsepsi keluarga yang
terberdaya dan sejahtera guna mendukung pembangunan nasional.
Berdasarkan 10 program pokok PKK di atas, Pokja I dan Pokja II PKK dipandang
secara khusus memiliki relevansi langsung dengan peran sosial pemuda di masyarakat.
Secara singkat, Pokja I PKK bertugas mengimplementasikan program kegiatan yang
berkenaan dengan Penghayatan dan Pengamalan Pancasila serta pelaksanaan Gotong
Royong bagi masyarakat. Sedangkan untuk Pokja II, Pokja ini bertugas di dalam Program
Pendidikan dan Keterampilan, serta Pengembangan Kehidupan Berkoperasi. Lebih jelas,
rincian dari program PKK, terutama Pokja I dan II, antara lain adalah sebagai berikut:
1. Pokja I
a. Mengimplementasikan program Penghayatan dan Pengamalan Pancasila dengan
sejumlah kegiatan, seperti: membina kelompok pengajian dan ceramah
kerohanian; melakukan penyuluhan serta simulasi PKBN, PKDRT, HIV/AIDS
kepada masyarakat; sosialisasi Pemilukada; pembinaan persiapan lomba
Kadarkum; pendampingan dan pemantauan korban KDRT dan KTA; serta
melaksanakan pola asuh anak yang baik melalui penumbuhan budi pekerti dan
sopan santun sesuai budaya melalui Gerakan Nasional Anti Kejahatan Seksual
Anak (GN-AKSA) dan Kawin Usia Dini.
b. Melaksanakan program gotong royong dengan memberikan pemahaman dan
pemberdayaan kepada kelompok lansia melalui penyuluhan kesehatan mental
fisik serta pemberian keterampilan.
2. Pokja II
a. Melaksanakan program pendidikan dan keterampilan melalui pemberdayaan
kader; pembinaan terhadap bina-bina keluarga (BKB, BKR, BKL, BLK);
penyuluhan terhadap wajar pendidikan; serta pembinaan PAUD.
b. Mengembangkan kehidupan berkoperasi dengan UP2K-PKK; sosialisasi
koperasi; serta gelar potensi daerah melalui pemasaran UP2K-PKK.
5
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2
“Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif
di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”
2016
Pemuda dan PKK, Agent of Social Changes
Terlepas dari sasaran utama PKK pada dasarnya adalah keluarga, tetapi dalam
aplikasinya, tak dapat dipungkiri bahwa pemuda merupakan bagian khusus dari
kehidupan keluarga, dan secara lebih luas mengarah pada generasi penerus yang nantinya
akan menjadi penentu perubahan di dalam masyarakat sosial. Terkait hal ini, dapat
dikatakan bahwa pemuda sebenarnya memiliki porsi tersendiri sehubungan dengan
sasaran implementasi dari program kegiatan PKK di masyarakat.
Untuk Pokja I, yaitu Program Penghayatan dan Pengamalan Pancasila, adanya
pembinaan dan sosialisasi lebih ditekankan pada aspek keagamaan, pendidikan bela
negara, sosialisasi kesehatan, pendidikan politik, pembinaan keluarga sadar hukum, serta
pola asuh yang berkaitan dengan penanaman budi pekerti dan sopan santun di lingkungan
keluarga. Secara sederhana, sejumlah aspek ini dapat ditujukan secara langsung kepada
pemuda terkait dengan peran dan fungsinya secara sosial di masyarakat.
Pemuda, sosoknya tentu harus memiliki sejumlah wawasan kebangsaan yang cukup.
Pemuda, dalam posisinya harus tanggap terhadap hukum, mampu menjunjung tinggi
transparansi serta akuntabilitas publik, sekaligus memiliki kesadaran dan tanggung jawab
yang tinggi dalam posisinya sebagai seorang warga negara. Pemuda sebagai sosok yang
aktif, nyatanya juga memiliki tanggung jawab dalam mengembangkan sikap kritis
terhadap lingkungan. Dengan demikian, pemuda yang aktif, tanggap, dan cerdas dalam
menghadapi dinamika lingkungan, secara tidak langsung turut berkontribusi dalam
melakukan kontrol ataupun pengawasan sosial di dalam masyarakat.
Pemuda sebagai sosok yang aktif dan revolusioner, pada dasarnya memerlukan
beberapa landasan tertentu sebagai bekal bagi mereka untuk bersosialisasi serta
beradaptasi di masyarakat. Dalam hal ini, melalui program Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila, para pemuda dapat dibina dan memperoleh pendidikan—informal—yang lebih
mengarah pada softskill dan aspek kepribadian sosial. Sebut saja, pembinaan untuk aspek
keagamaan yang pada akhirnya dapat membekali para pemuda untuk lebih bijak dan
memahami nilai-nilai keagamaan yang dianut, menghargai kebebasan beragama, serta
saling bertoleransi antar sesama umat beragama. Hal ini pun dirasa sesuai dengan muatan
Pancasila, terutama pada Sila Pertama, yakni Ketuhanan Yang Maha Esa.
Selanjutnya mengenai pendidikan dan pembinaan bela negara. Dalam hal ini, adanya
pendidikan dan pembinaan bela negara secara sederhana dimaksudkan untuk membekali
pemuda mengenai wawasan kebangsaan, sekaligus meningkatkan rasa nasionalisme dan
cinta tanah air terhadap bangsa Indonesia. Adapun nilai-nilai kenegaraan perlu diajarkan
sebagai sebuah dasar dimana pemuda harus menyadari bahwa mereka adalah bagian dari
generasi penerus bangsa yang akan diberikan mandat untuk membawa arah pembangunan
negara.
Dari segi kesehatan, PKK nyatanya juga berperan dalam proses sosialisasinya.
Dalam hal ini, program kegiatan PKK yang berkenaan dengan kesehatan, salah satunya
adalah penyuluhan tentang bahaya HIV/AIDS serta narkoba. Tak dapat dipungkiri bahwa
pemuda dan remaja adalah pihak yang rentan terlena dengan dua ancaman HIV/AIDS dan
narkoba. Sosok pemuda yang aktif dengan tingkat keingintahuan yang tinggi, gemar
mencoba sesuatu yang baru, sekaligus mudah terprovokasi, boleh jadi merupakan aspek
psikologis yang cukup mempengaruhi posisi pemuda sebagai korban HIV/AIDS dan
narkoba. Dengan demikian, perlu adanya penyuluhan dan sosialisasi, dimana PKK dalam
hal ini bekerjasama dengan Dinas Kesehatan ataupun Badan Narkotika Nasional (BNN)
untuk melakukan penyuluhan terkait.
Adapun pendidikan dan pengetahuan berpolitik nyatanya juga diajarkan di dalam
PKK. Dalam hal ini, pemuda sebagai pemilih pemula perlu diajarkan bagaimana cara
berpolitik secara cerdas dan menjalankan partisipasi politiknya dengan tepat. Dengan
demikian, perlu adanya penyuluhan ataupun pendidikan politik, salah satunya adalah
dengan menyelenggarakan sosialisasi menjelang Pemilu, khususnya bagi para pemuda.
6
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2
“Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif
di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”
2016
Sebagai salah satu anggota keluarga, pada dasarnya pemuda juga berperan dalam
mewujudkan kesejahteraan dan keharmonisan keluarga. Dalam hal ini, pemuda perlu
mendapatkan pembinaan sopan santun dan budi pekerti agar nantinya dapat diterapkan di
lingkungan keluarga dan masyarakat sekitarnya. Selain itu, perlu pula disadari bagi
pemuda untuk mewujudkan konsep keluarga yang peka dan tanggap terhadap hukum.
Konteks ini menjelaskan bahwa pemuda secara tidak langsung harus mampu menjadi
“corong” dan sosok yang aktif dalam mewujudkan konsep keluarga yang sadar hukum.
Masih menilik pada segi pendidikan dan pembinaan, Pokja II PKK juga
berkontribusi untuk membina serta memberikan pelatihan bagi remaja, terutama dalam
program Bina Keluarga Remaja (BKR). Terkait hal ini, BKR biasa menggandeng pemuda
dalam lingkup Karang Taruna sebagai sasaran utama kegiatannya. Selain itu, PKK dalam
Pokja ini juga bertugas untuk memberikan penyuluhan wajar pendidikan terhadap para
pemuda sehingga diharapkan mampu meminimalisir angka kecenderungan anak putus
sekolah.
Melalui uraian di atas, dapat dikatakan bahwa PKK bersama pemuda pada akhirnya
memiliki misi ataupun tujuan yang sama, yakni membawa perubahan sosial, terutama
melalui proses pembangunan. Sekilas, ini tak terlepas dari campur tangan pemerintah,
dimana melalui programnya, PKK pada dasarnya muncul dan tumbuh sebagai mitra
pemerintah, dan pemuda dalam konteksnya merupakan agen perubahan sosial yang mana
posisinya adalah target dari program kegiatan PKK.
Sejumlah pembinaan serta pengetahuan, baik itu yang berkenaan dengan bidang
pendidikan, keagamaan, sosial budaya, kesehatan, politik, maupun ekonomi, dimana
beberapa di antaranya dapat diaplikasikan melalui program kegiatan PKK bagi pemuda,
konteks inilah yang kemudian semakin mengukuhkan peran agen perubahan sosial pada
diri pemuda melalui PKK. Lebih lanjut, aspek-aspek inilah yang kemudian diharapkan
dapat digunakan oleh pemuda untuk bekal dan dasar dalam menghadapi kehidupan
masyarakat secara langsung.
Sinergi Pemuda dan PKK dalam Mengembangkan Karakter Bangsa
Karakter bangsa pada dasarnya merupakan ciri khas ataupun nilai keunikan yang
dimiliki suatu bangsa. Dalam hal ini, karakter bangsa dapat dikatakan mengarah pada
apsek budaya—atau kebudayaan—yang mana ini menjadi salah satu titik tonjol bagi
sebuah bangsa untuk dapat dikenal oleh bangsa lainnya.
Karakter bangsa, dalam bahasan antropologi dimaknai sebagai tata nilai budaya dan
keyakinan yang masuk ke dalam kebudayaan suatu masyarakat serta memancarkan
sejumlah ciri khas ataupun keunikan tertentu. Dalam konteks ini, ciri khas tersebut
mengarah dan dipandang sebagai kepribadian masyarakat yang bersangkutan (Armando,
dkk, 2008: 8). Dengan kata lain, karakter bangsa dapat dinyatakan berkaitan dengan nilainilai serta kepribadian suatu bangsa yang selanjutnya mampu terimplementasi melalui
identitas bangsa.
Berbicara mengenai nilai-nilai dan kepribadian bangsa, tentunya hal ini tidak
terlepas dari dasar negara, yaitu Pancasila. Menilik pada kelima sila Pancasila, pada
hakikatnya kepribadian bangsa telah termaktub di dalamnya, baik itu secara eksplisit
maupun implisit, sehingga segala aspek bidang kehidupan perilaku bangsa Indonesia
secara nyata harus disesuaikan dan dilaksanakan berdasarkan Pancasila serta memuat
asas-asas yang diyakini di dalam Pancasila.
Secara sederhana, karakter bangsa yang mengarah pada kepribadian bangsa
Indonesia dapat dikonsepkan pada beberapa hal, seperti: sifat dan perilaku bangsa yang
berbudaya, keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, gotong-royong dan kekeluargaan,
dan musyawarah mufakat. Lebih lanjut, secara konseptual, semua nilai-nilai dalam
karakter bangsa ini mengacu pada implementasi penerapan Pancasila sebagai falsafah dan
identitas bangsa Indonesia.
7
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2
“Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif
di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”
2016
Pada dasarnya, karakter bangsa tidak hanya berdiri sebagai dasar ataupun landasan
bagi bangsa Indonesia dalam berperilaku maupun bernegara. Dalam hal ini, karakter
bangsa dibentuk sebagai salah satu upaya pembangunan bangsa melalui perwujudan
masyarakat yang berakhlak mulia, bermoral, beradab, serta beretika dan berbudaya.
Tentunya kesemuanya itu merujuk pada satu landasan dasar falsafah negara, yakni
Pancasila.
Berdasarkan uraian di atas, menilik pada bagaimana peran dan fungsi pemuda
bersama PKK dalam pembinaan serta pengembangan karakter bangsa, tentu ini harus
menjadi perhatian bagi setiap masyarakat. Disadari bahwa pengembangan karakter
bangsa pada akhirnya tidak terlepas dari kondisi dan pribadi dari setiap individu di
masyarakat sehingga dalam prosesnya perlu adanya pembinaan dan pelatihan yang
selanjutnya mampu mengarahkan setiap pribadi masyarakat untuk dapat hidup bersosial
secara lebih baik sesuai dengan nilai-nilai karakter bangsa yang ada. Lebih lanjut,
Pancasila sebagai pedoman dan dasar kehidupan negara secara garis besar mampu
menjadi patokan utama bagi masyarakat, tak terkecuali bagi para pemuda, untuk dapat
mewujudkan peran sosialnya sebagai agen perubahan.
Kembali mengaitkan antara pemuda dan PKK, terkhusus dalam bahasan pada
program kegiatan Pokja I dan II PKK, dimana implementasi serta aplikasi program
kegiatan tersebut dipandang sebagai program yang mampu berhubungan secara langsung
dengan pemuda. Dalam hal ini, program kegiatan yang dilaksanakan oleh PKK pada
dasarnya mampu membina sekaligus membimbing para pemuda dalam upaya
mengembangkan karakter bangsa.
Pokja I PKK adalah Pokja yang bertugas untuk membawahi sejumlah kegiatan yang
berkaitan dengan upaya bela negara, terutama melalui penghayatan dan pengamalan nilainilai Pancasila serta gotong-royong. Dijelaskan dalam implementasi dari Pokja I PKK,
beberapa kegiatan yang dilakukan, antara lain adalah membina kelompok pengajian,
simulasi PKBN, sosialisasi pemilukada, sosialisasi bahaya HIV/AIDS, sampai pada
pelaksanaan pola asuh serta pembinaan keluarga sadar hukum. Melalui kegiatan ini, dapat
dikatakan program di dalam Pokja I pada dasarnya mengarah pada sejumlah bidang
kehidupan, seperti bidang keagamaan, sosial budaya, hukum, dan politik. Selain itu, ini
dirasa relevan ketika dikaitkan dengan pengamalan nilai-nilai luhur Pancasila sebagai
dasar falsafah negara.
Selanjutnya adalah Pokja II. Pokja ini mengarah pada pelaksanaan program
pendidikan dan keterampilan, terutama untuk pemberdayaan para kader PKK. Terkhusus
bagi para pemuda, pembinaan terhadap pemuda, baik itu terkait dengan pentingnya
pendidikan maupun pelatihan keterampilan nyata diprogramkan melalui Pokja ini. Baik
dalam konteks pemuda sebagai sasaran pemberdayaan, atau dalam konteks sebaliknya,
dimana pemuda bersama PKK menjadi fasilitator dalam upaya pemberdayaan
masyarakat. Secara garis besar, boleh jadi tujuan dari pembinaan pendidikan dan
keterampilan ini adalah untuk meningkatkan kualitas dan daya saing dari para pemuda
bangsa, yang nantinya dapat dijadikan bekal untuk terjun secara langsung di dalam
masyarakat.
Sekilas, pendidikan dan pembinaan yang dilakukan melalui PKK memang tidak
dapat disamakan dengan pendidikan formal yang ditempuh melalui institusi sekolah.
Namun demikian, adanya pembinaan yang dilakukan oleh PKK ini diharapkan dapat turut
mengupayakan peningkatkan masa depan pemuda, terutama menciptakan generasi muda
bangsa yang berkarakter dan berkepribadian sesuai dengan identitas bangsa.
Melalui PKK, perwujudan nilai-nilai karakter bangsa diharapkan mampu
membangun jati diri para pemuda, dimana ini menjadi cikal bakal pembangunan jati diri
bangsa. Pemuda diharapkan mampu menjadi sosok yang berkepemimpinan, beradab,
bermoral, berakhlak mulia, toleran, dan berbudi luhur. Dalam kapasitas dunia sosial,
pemuda juga diharapkan mampu menjadi sosok yang beretika, berbudaya, berjiwa
8
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2
“Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif
di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”
2016
nasionalis, tetapi tetap mampu berpemikiran dinamis, aktif, dan berorientasi pada aspek
kemajuan pendidikan.
Pemuda bersama PKK perlu melakukan transformasi ataupun perubahan, serta
reaktualisasi terhadap nilai budaya bangsa, salah satunya dengan melakukan kerjasama
dan saling bersinergi melalui sejumlah program kegiatan PKK. Lebih jauh, sinergi dan
kerjasama inilah yang selanjutnya dapat digunakan untuk mendukung serta
menyukseskan pembangunan bangsa ke arah kemajuan.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian dan analisis di atas, dapat disimpulkan sejumlah poin penting
dalam tulisan ini. Beberapa poin kesimpulan tersebut, antara lain adalah:
1. Pemuda pada dasarnya memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai agent of social
changes. Dalam posisinya, pemuda berperan untuk melakukan kontrol sosial di
masyarakat, terutama turut berpartisipasi serta berkontribusi dalam pemberdayaan
kehidupan masyarakat. Terkait hal ini, PKK muncul sebagai organisasi sosial
independen yang diharapkan mampu membimbing serta turut membina para pemuda
sebagai bagian dari konteks keluarga, agar menjadi sosok yang bertanggung jawab,
sekaligus mencerminkan nilai-nilai luhur karakter bangsa guna mendukung proses
pembangunan negara.
2. Terkait proses pembangunan negara, PKK bersama pemuda perlu bersinergi guna
mewujudkan nilai-nilai karakter yang berkenaan dengan kepribadian bangsa. Dalam
hal ini, nilai-nilai tersebut pada hakikatnya merujuk pada identitas negara dan
falsafah bangsa Indonesia, yakni Pancasila. Melalui PKK salah satunya, Pemuda
perlu dibekali sejumlah pembinaan dan bimbingan yang mampu memperkuat sosok
kepemimpinannya untuk menjadi pribadi berkarakter bangsa, reaktual terhadap nilai
budaya bangsa, sekaligus aktif dan dinamis terhadap perubahan sehingga mampu
membawa kemajuan bangsa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Armando, Ade, dkk. 2008. Refleksi Karakter Bangsa. Forum Kajian Antropologi
Indonesia. Jakarta.
Satries, Wahyu Ishardino. 2009. Peran Serta Pemuda Dalam Pembangunan Masyarakat.
Jurnal
Madani
Edisi
I,
Mei
2009.
http://www.ejournalunisma.net/ojs/index.php/madani/article/view/264/253. Diakses tanggal 25 Maret
2016.
Suryakusuma, Julia. 2011. Ibuisme Negara: Konstruksi Sosial Keperempuanan Orde
Baru. Jakarta: Komunitas Bambu.
Tim Penggerak PKK Pusat. 2010. Hasil Rapat Kerja Nasional VII PKK Tahun 2010.
Jakarta: Tim Penggerak PKK Pusat.
Udoki, Sintje M. 2015. Pemberdayaan Pemuda Melalui Karang Taruna Desa Tunas
Jaya, Kecamatan Bone Pantai, Kabupaten Bone Bolango. Jurnal. Gorontalo:
Universitas
Negeri
Gorontalo.
http://kim.ung.ac.id/index.php/KIMFIP/article/view/12632/12500. Diakses tanggal
25 Maret 2016.
Wuri, Sriami Retno. 2015. Strategi Pemberdayaan Pemuda Melalui Karang Taruna di
RW 02 Kelurahan Rogotrunan, Kecamatan Lumajang, Kabupaten Lumajang, Tahun
2015.
Skripsi.
Jember:
Universitas
Jember.
http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/65015/110210201025_SRIA
MI%20RETNO%20WURI_may.pdf?sequence=1. Diakses tanggal 25 Maret 2016.
9
Download