Perkembangan Moral SANTI E. PURNAMASARI, M.SI, PSIKOLOG FAKULTAS PSIKOLOGI UMBY Pendahuluan Saat kita melihat anak-anak bermain maka akan tampak bagaimana perilaku anak-anak tersebut Perilaku yang ditunjukkan bermacam-macam. Ada anak yang dapat bermain bersama, ada anak yang mau berbagi dengan temannya, ada anak yang bermain sendiri, ada pula yang mengejek atau menggangggu temannya yang lain Perilaku tersebut muncul karena pengaruh dari nilai yang dimiliki anak melalui perkembangan moralnya Perkembangan moral Berbicara tentang perkembangan moral maka kita akan membahas hal-hal yang etis dan tidak etis, perilaku yang baik dan tidak baik, nilai, aturan dan sistem sosial yang berlaku dalam masyarakat Jika anak melakukan kesalahan maka akan menimbulkan rasa bersalah dan jika melakukan hal yang benar akan menimbulkan rasa bangga Konsep ini ditanamkan oleh orangtua melalui proses internalisasi Perkembangan moral Proses penanaman atau internalisasi moral ditentukan oleh 3 komponen, yaitu kognitif, perilaku dan emosi Komponen kognitif berkaitan dengan : pengetahuan mengenai aturan tentang hal yang baik dan buruk Komponen perilaku : yaitu perilaku nyata individu saat berada dalam situasi yang membutuhkan pertimbangan etis Komponen emosi : fokusnya pada perasaan individu tentang situasi atau perilaku yang melibatkan pertimbangan dan keputusan etis/moral Teori Perkembangan Moral (Piaget) Menurut Piaget ada 3 tahap yaitu : a. Pre moral stage (0-5 tahun) b. Stage of moral realism (6-10 tahun) c. Morality of reciprocity (11 tahun ke atas) Pre moral stage (0-5 tahun Adalah tahap dimana anak menunjukkan minat yang sedikit terhadap aturan Terjadi pada masa prasekolah Saat bermain anak cenderung melakukannya dengan tidak sistematis dan belum ada niat untuk memenangkan suatu permainan. Anak hanya bermain untuk mencari kesenangan dan mereka akan mencoba berbagai macam cara untuk melihat efeknya terhadap permainan tersebut. Stage of moral realism (6-10 tahun) Anak sudah mengembangkan perhatian terhadap aturan yang ada dan penerapannya cenderung kaku (tidak fleksibel) Menurut anak, aturan berasal dari sesuatu yang berkuasa (misalnya dari orangtua) dan aturan sifatnya tetap (tidak berubah) sepanjang waktu, serta tidak dapat dipertanyakan Biasanya disebut dengan moral absolutism Jika bermain dengan teman, sering terdengar katakata “kata ibuku…” Lanjutan …. Pada tahap ini anak juga memiliki sesuatu yang disebut dengan immanent justice (yaitu segala sesuatu yang menyimpang atau menyalahi aturan akan mendatangkan hukuman) Hukuman dapat datang dari orang lain atau Tuhan Contohnya : anak yang telah berbohong pada ibunya kemudian jatuh dari sepeda sehingga terluka. Yang ada dalam pikiran anak tersebut adalah “ini yang kudapat karena telah berbohong pada ibu.” Morality of reciprocity/autonomous morality (11 tahun ke atas) Pada tahap ini, anak sudah memahami bahwa aturan yang ada dapat dipertanyakan, dapat berubah Untuk memutuskan apakah seseorang bersalah atau tidak, anak tahu ada pertimbangan yang dilakukan berdasarkan perasaan dan sudut pandang dari orang lain Anak juga percaya bahwa keadilan berlaku untuk semua orang Teori perkembangan Moral (Kolhberg) Ada 3 tahap perkembangan moral dan tiap tahapnya terbagi dua sehingga total keseluruhan ada 6 tahapan perkembangan moral, yaitu : a. Level 1 : pre conventional morality 1. Obedience & punishment orientation 2. Naïve hedonistic & instrumental orientation b. Level 2 : conventional morality (conventional rules & conformity) 3. Good boy morality 4. Authority & morality that maintain the social order c. Level 3 : post conventional morality (self-accepted moral principles) 5. Morality of contract, individual rights & democratically accepted law 6. Morality of individual principles and conscience Pra conventional level Pada tahap ini, perilaku anak hanya didasarkan pada ingin mendapatkan hadiah dan menghindari hukuman Pada tahap 1 : anak akan setuju dengan pihak pembuat aturan agar terhindar dari hukuman. Hukuman dimaknai sebagai sesuatu yang berhubungan dengan fisik Tahap 2 : anak masih berusaha untuk mendapatkan hadiah. Mulai ada pemahaman mengenai saling berbagi namun sifatnya manipulatif (belum tulus atau bukan karena murah hati) Conventional level Pada tahap ini, perilaku anak diarahkan atau dibentuk untuk mendapatkan persetujuan dari orang lain dan diarahkan agar dapat menjaga hubungan baik dengan orang lain Anak menerima aturan sosial tanpa banyak bertanya dan menilai bahwa suatu perilaku dikatakan baik jika sesuai dengan aturan yang ada Tahap 3 : perilaku baik dipertahankan anak untuk menjaga hubungan baik dengan pihak lain. Anak masih menilai perilaku orang lain. Anak juga lebih perhatian pada persetujuan atau ketidak-setujuan dari orang lain bukan karena kekuatan fisik yang dimiliki orang lain Lanjutan Anak mulai dapat menerima aturan sosial dan menilai apakah perilaku orang lain baik atau buruk berdasarkan niat seseorang melakukan hal itu Tahap 4 : anak (tanpa bertanya) menerima segala aturan sosial yang ada dan yakin bahwa jika masyarakat menerima aturan yang ada maka masyarakat akan terhindar dari kritik Anak menerima tidak hanya standar dari orang lain namun juga standar dari masyarakat. Individu akan menerima aturan yang ada tanpa banyak tanya dan perilakunya akan dianggap baik jika sesuai dengan aturan tersebut law and order Post conventional level Penilaian anak bersifat rasional Perilakunya dikendalikan secara internal dengan kode moral yang dimiliki Pengambilan keputusan untuk berperilaku cukup mandiri dan tidak tergantung pada persetujuan atau ketidak-setujuan dari lingkungan Tahap 5 : individu memiliki fleksibilitas dalam keyakinan moralnya. Menurutnya, moralitas adalah didasarkan pada persetujuan dari masyarakat untuk mengikuti aturan yang ada agar tercipta keteraturan dan dapat menjaga hak tiap individu. karena bersifat kesepakatan maka dapat saja diubah oleh masyarakat itu sendiri saat mereka berpikir jika perubahan tersebut akan mendatangkan keuntungan yang lebih besar bagi anggotanya Lanjutan Tahap 6 : individu akan mengikuti standar sosial dan nilai pribadinya senidiri. Individu cenderung akan lebih menghindari ekspresi penolakan yang keras daripada memberikan kritik pada orang lain Keputusan moral yang diambil berdasarkan pada prinsip abstrak mengenai keadilan, rasa welas asih pada sesama dan kesetaraan. Konsep moral yang dimiliki berdasarkan pada rasa menghormati sesama manusia Individu dengan konsep moral ini kerapkali akan mengalami konflik dengan aturan yang berlaku dalam masyarakat Batasan usia ???? Menurut Kolhberg, ekspresi konsep moral ini tidak memiliki batasan usia, namun dari hasil penelitian tampak bahwa : a. Anak usia 7 tahun banyak berada di level 1 (tahap 1 & 2) dan sedikit di level 3 b. Anak padausia 10 tahun sering menggunakan level 1, 2 dan 3 c. Anak dengan usia 16 tahun lebih sering berada di level 2. hanya sedikit yang berada di level 3 Moral – laki-laki & perempuan Konsep moral pada perempuan sifatnya lebih menekankan pada caring orientation dan pendekatan interpersonal pada masalah yang sifatnya dilematis Konsep moral pada laki-laki : menekankan pada nilai pribadi sebagai hak pribadi dan prinsip keadilan Efek perkembangan moral terhadap kemampuan sosialisasi anak Anak menjadi lebih populer di kalangan guru dan peer nya Penilaian moral yang dimiliki anak menjadi lebih matang karena ia lebih aktif dalam aktivitas sosialnya Hal tersebut dapat diraihnya karena anak memiliki kesempatan yang lebih banyak untuk melakukan role-taking Perkembangan moral & perilaku Dengan adanya konsep moral maka individu akan mengembangkan regulasi diri (kemampuan untuk mengendalikan perilaku dan emosinya tanpa harus diingatkan oleh orang lain) Ada 3 tahap untuk mengembangkan regulasi diri, yaitu ; a. Control phase (12-18 bulan) b. Self-control phase c. Self regulation phase Control phase Anak memiliki kesadaran sosial dan tuntutan terhadap tugas yang ditentukan oleh caregivers-nya Anak masih memiliki ketergantungan yang tinggi pada caregivers untuk mengingatkan mereka mengenai perilaku-perilaku yang boleh dilakukan Untuk itu, anak mulai menunjukkan kepatuhannya atas aturan yang diberikan oleh caregivers Self control phase Anak mulai mematuhi aturan yang diberikan oleh caregivers meskipun tanpa kehadiran caregivers Hal ini karena pola berpikirnya mulai berkembang begitu juga dengan kemampuan memorinya. Hal ini membuat anak mampu mengingat aturan yang dibuat dalam keluarga berikut dengan aktivitas rutin yang biasa ia lakukan di rumah Self regulation phase Anak mulai menggunakan strategi dan rencana untuk mengarahkan perilakunya dan untuk membantu anak untuk menghindari atau menghadapi godaan dan dalam menjalani delay of gratification Faktor yang mempengaruhi Anak itu sendiri Disiplin dari orangtua yang sifatnya konsisten Temperamen anak Anak dengan kontrol diri yang baik akan lebih mudah diterima dan beradaptasi serta mengatasi stress saat ia masuk usia remaja Perilaku prososial dan altruisme Perilaku prososial adalah perilaku yang sifatnya sukarela dan diarahkan pada adanya keuntungan di pihak orang lain. Dilakukan dengan berbagai macam motif (termasuk egoistik) dan dengan pertimbangan praktis Altruisme adalah perilaku yang ditujukan untuk kesejahteraan orang lain Perilaku altruistik : perilaku yang dikendalikan dari motivasi internal yang tujuannya untuk menolong orang lain tanpa adanya pengharapan akan dikenal atau mendapat imbalan Perkembangan perilaku prososial Lahir – 6 bulan : memberikan respon positif terhadap orang lain (tersenyum atau tertawa pada orang lain); berpartisipasi dalam permaian sosial (peak a boo); bereaksi secara emosi terhadap tekanan yang diberikan orang lain (menangis) 6 – 12 bulan : mengambil peran aktif dalam permainan sosial; menunjukkan perilaku berbagi; menunjukkan rasa sayang pada orang-orang yang ia kenal Cont… 12-24 bulan : jika menginginkan sesuatu dapat menunjukkannya; dapat melakukan perintah atau permintaan sederhana; adanya pengetahuan mengenai aturan saat bermain bersama; menunjukkan pengetahuan mengenai tugas-tugas yang biasa dilakukan oleh caregivers (biasanya akan ikut membantu); menghibur orang lain yang sedang sedih; menunjukkan atau memberikan mainannya pada orang dewasa Cont… 24-36 bulan : dapat menggabarkan perhatian orang lain terhadap sesuatu melalui kata-kata atau gesture; perilaku merawat dan menolong semakin meningkat dan terencana; secara verbal dapat mengekspresikan niatnya untuk menolong atau ekspresi pengetahuannya terhadap suatu tugas; memberikan saran secara verbal; mencoba menlindungi orang lain Cont… 3-7 tahun : sangat senang menunjukkan perilaku prososial 3-11 tahun : sudah mulai mengenali kebutuhan orang lain meskipun kebutuhan tersebut bertentangan dengan diri sendiri 6-17 tahun : menilai perilaku prososial dan non prososial dari referensi yang berasal dari stereotipikal budaya yang dimiliki mengenai perilaku baik dan perilaku buruk. Selain itu penilaian juga diberikan berdasaarkan dari ada atau tidaknya persetujuan dari pihak lain Cont… 10-17 tahun : dapat berempati terhadap orang lain dan dapat merasa bangga atau bersalah atas konsekuensi yang muncul dari perilakunya 14-17 tahun : memutuskan untuk menolong atau tidak menolong orang lain melalui nilai yang dimiliki dan berdasarkan pada perhatiannya pada hak dan harkat hidup orang lain; memiliki keyakinan atas tugas individu dan tugas masyarakat; mempercayai adanya kesetaraan antar individu; dan membentuk self respect atas nilai yang dimiliki dirinya sendiri dan dapat menerima norma yang berlaku Apakah perempuan lebih prososial daripada laki-laki ? Harapan yang berlaku adalah perempuan lebih prososial, responsif dan empatik daripada laki-laki Hasilnya menunjukkan bahwa perilaku prososial yang ditunjukkan kedua jenis kelamin sangat bervariasi sehingga untuk menilainya perlu dilihat perilaku prososial mana yang akan dibandingkan Perbedaan terbesar terletak pada kindness dan consideration Cont… Perempuan : lebih suka menolong; membuat orang lain merasa nyaman dan berbagi; suka memberi sesuatu Perempuan juga lebih dapat melakukan empati (merasakan apa yang orang lain rasakan) dibandingkan laki-laki Faktor penyebab Munculnya perilaku prososial dan prosocial reasoning (pemikiran dan penilaian mengenai masalah-masalah yang berkaitan dengan prososial) diketahui dipengaruhi oleh genetik dan lingkungan Namun bukti penelitian menunjukkan bahwa pengaruh dari genetik tidak terlalu besar, yang lebih berpengaruh adalah lingkungan untuk membentuk perilaku prososial Pengaruh lingkungan Lingkungan berupa keluarga, media massa dan budaya Orangtua berperan sebagai model dan sekaligus juga pendorong untuk memunculkan perilaku prososial. Dimana orangtua sangat berperan dalam membentuk dan memunculkan perilaku prososial pada anaknya Anak prososial terbentuk dari keluarga yang demokratis, bukan otoriter Awal pembentukan perilaku prososial adalah dengan modeling dan imitasi Cont… Media massa seperti televisi juga memberikan kontribusi terhadap perkembangan perilaku prososial. Anak yang banyak menonton program acara yang memiliki unsur prososial akan mengembangkan perilaku tersebut dengan lebih baik daripada anak yang tidak menonton acara yang sama Budaya yang memberikan tanggung jawab pada kakak untuk merawat adik akan membentuk perilaku altruistik yang lebih tinggi Peranan kognitif dalam melakukan prosocial reasoning Keputusan untuk melakukan perilaku prososial atau tidak dan bagaimana kualitasnya sangat dipengaruhi oleh tingkat perkembangan kognitif anak Menurut Eisenberg, Lennon dan Roth (1983) ada 5 tahap perkembangan prosocial reasoning pada anak, yaitu : Level 1 : hedonistic & self focused Kelompok anak prasekolah dan younger elementary school children Anak lebih perhatian pada konsekuensi yang akan ia terima daripada pertimbangan moral yang ia miliki Keputusan untuk menolong atau tidak tergantung pada apa yang akan ia dapatkan, akankah ada balasan yang sama di masa yang akan datang dan hanya ditujukan pada orang-orang yang dekat dengan anak secara emosi Level 2 : recognition of needs of others Kelompok anak pra sekolah dan sekolah dasar Anak menunjukkan perhatian pada kebutuhan orang lain yang berkaitan dengan kebutuhan fisik, materi dan psikologis, meskipun kebutuhan tersebut bertentangan dengan kebutuhannya sendiri Tidak ada ekspresi verbal, perhatiannya diekspresikan dalam bentuk yang sederhana Level 3 : seeking others’ approval and acceptance Kelompok anak sekolah menengah pertama dan atas Anak menggunakan stereotipe yang ada di sekitarnya untuk menilai orang atau perilaku yang baik dan buruk Ia juga mempertimbangkan penerimaan dan persetujuan dari pihak lain dalam memutuskan sesuatu hal dapat dinilai prososial atau tidak Level 4 : emphatic Kelompok anak smp yang lebih tua dan anak sma Anak dapat mengambil keputusan dan melakukan penilaian berdasarkan evaluasi terhadap role taking, anak mulai perhatian terhadap unsur kemanusiaan terhadap orang lain, mulai muncul rasa bersalah atau rasa positif atas konsekuensi yang muncul dari perbuatannya Level 4 : transitional (emphatic and internalized) Kelompok minority of high school age children Anak memutuskan untuk menolong atau tidak berdasarkan nilai yang telah terinternalisasi dalam dirinya, juga berdasarkan norma, tugas dan tanggung jawab Mementingkan untuk melindungi hak dan harkat martabat manusia lain Level 5 : strongly internalized Only a small minority of high school students and virtually no elementary school children Anak memutuskan untuk menolong atau tidak bergantung pada nilai, norma dan tanggung jawab yang dimiliki, ia juga memiliki keinginan untuk menjaga aturan yang telah tertulis mengenai tugas dari individu dan masyarkat Anak memiliki keyakinan bahwa adanya kesetaraan, hak manusia dan harkat manusia Anak akan membentuk penghargaan terhadap diri untuk meningkatkan nilai dan norma yang dimilikinya Perkembangan perilaku agresif Agresi adalah perilaku yang meniatkan dirinya untuk menyakiti orang lain dengan melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan rasa sakit Instrumental aggression : menyakiti atau memukul objek (mainannya atau benda milikinya) Hostile aggression : perilaku agresif yang ditujukan pada orang lain, termasuk di dalamnya adalah mengkritik, mengolok atau mengejek (usia 6-7 tahun) Cont… 0-2 tahun : bayi dapat menunjukkan ekspresi marah dan frustrasi; mulai menunjukkan perilaku agresif (mendorong) Masa pra sekolah 2-5/6 tahun : anak yang mendapat dukungan dari keluarga untuk menunjukkan perilaku anti sosial akan cenderung mulai menunjukkan perilaku agresif yang serius; bentuknya adalah instrumental aggression Anak perempuan lebih bersikap agresif verbal, termasuk menggosip dan menunjukkan adanya relational aggression. Sedangkan laki-laki lebih ke arah agresif fisik Cont ….. 6-7 tahun : anak menunjukkan hostile aggression, mereka juga mulai menilai niat orang lain Masa sekolah dasar (7-10 tahun) : laki-laki ke arah agresi fisik dan perempuan agresi pada hubungan sosial; namun keduanya tidak bersifat fisik tetapi mengarah pada agresi verbal Anak agresif adalah yang mengalami kesulitan di sekolah dan ditolak oleh peer nya Pada kelas 4/5, orangtua mulai harus mengawasi untuk mencegah terjadinya perilaku delinkuen dan vandalisme Cont…. Remaja : anak agresif akan memilih masuk dalam kelompok anak yang agresif juga Mulai terjadi peningkatan perilaku delikuensi dan vandalisme serta penggunaan senjata banyak terjadi pada laki-laki Berkaitan dengan mulai diproduksinya hormon (meningkatnya produksi hormon testosteron) akan meningkat pula perilaku agresif anak Bentuk agresi Reactive aggression : anak yang menunjukkan respon agresif saat mendapatkan ancaman, diserang atau merasa frustrasi Proactive aggression : anak yang menunjukkan perilaku agresif untuk memaksakan kehendak dan menunjukkan kekuasaaannya pada anak lain, mengancam anak lain dan melakukan bullying Relational aggression : merusak atau mengganggu hubungan interpersonal yang ada dengan cara mengeluarkan anggotanya, bergosip atau menjelekkan resputasi orang lain Faktor penyebab Biologis : pengaruhnya tampak lebih jelas pada usia remaja. Dimana pada saat itu hormon sudah mulai bekerja.hormon yang bertanggung jawab terhadap munculnya perilaku agresif adalah hormon testosteron. Pada perempuan, hormon yang bertanggung jawab adalah estradiol. Selain hormon, yang bertanggung jawab adalah substansi kimiawi yang ada dalam tubuh, yang berhubungan dengan neurotransmitter. Cairan tersebut adalah serotonin yang bertugas untuk mengendalikan kelenjar endokrin. Tugas dari kelenjar tersebut adalah mengatur fokus perhatian dan kondisi emosi Cont…. Temperamen termasuk faktor biologis yang memberikan konstribusi terhadap perilaku agresif Bayi yang difficult akan berkembang menjadi anak yang agresif di kemudian hari Faktor lingkungan Keluarga yang menunjukkan tekanan pada anak dengan kuat; keluarga yang menunjukkan adaya kelekatan yang tidak aman Peer, gangs dan lingkungan sekitar juga dapat membentuk perilaku agresif pada anak Lingkungan yang negatif misanya miskin, dan dengan tingkat kriminalitas yang tinggi pula Cara mengatasi perilaku agresif Melakukan katarsis Mengubah perilaku dan kognitif Mengubah lingkungan