BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Bauran pemasaran Para pemasar menggunakan sejumlah alat untuk mendapatkan tanggapan yang diinginkan dari pasar sasaran mereka, alat itu membentuk suatu bauran pemasaran. Pemasaran memiliki peranan yang sangat penting dalam dunia usaha saat ini, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pemasaran umumnya dipandang sebagai tugas untuk merencanakan, menciptakan, memperkenalkan, dan menyerahkan barang dan jasa kepada konsumen tetapi juga memperhatikan semua pihak yang terkait dalam perusahaan. Dalam pemasaran terdapat salah satu strategi yang disebut bauran pemasaran. Bauran pemasaran mempunyai peranan yang cukup penting dalam mempengaruhi konsumen untuk membeli produk atau jasa yang ditawarkannya dan bagi keberhasilan suatu pemasaran baik pemasaran produk maupun pemasaran jasa. Definisi bauran pemasaran menurut Kotler dan Keller (2012:19) adalah : “The marketing mix, which has been defined as the set of marketing tools that the firm uses to pursue its marketing objectives”.“Bauran pemasaran adalah sekumpulan alat pemasaran yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk mencapai tujuan pemasarannya”. Sedangkan menurut Hurriyati (2010:48) pengertian bauran pemasaran adalah : “Unsur-unsur pemasaran yang saling terkait, dibaurkan, diorganisir dan digunakan dengan tepat sehingga perusahaan dapat mencapai tujuan pemasaran dengan efektif sekaligus memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen”. 9 10 Sedangkan definisi bauran pemasaran menurut Tjiptono (2008:30) adalah : “Bauran pemasaran merupakan seperangkat alat yang dapat digunakan pemasar untuk membentuk karakteristik jasa yang ditawarkan kepada pelanggan”. Berdasarkan definisi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa bauran pemasaran merupakan unsur-unsur pemasaran yang saling terkait, dibaurkan, diorganisir dan digunakan dengan tepat, sehingga perusahaan dapat mencapai tujuan pemasaran dengan efektif, sekaligus memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen. Menurut Kotler (2009:17) bauran pemasaran dapat diklasifikasikan menjadi 4P. Adapun pengertian dari masing-masing bauran pemasaran diatas adalah : 1. Produk Produk merupakan kombinasi penawaran barang dan jasa perusahaan kepada pasar, yang mencakup antara lain : kualitas, rancangan, bentuk, merek, dan kemasan produk. 2. Harga Harga adalah sejumlah uang yang harus dibayar pelanggan untuk produk atau jasa tertentu. 3. Saluran distribusi Aktivitas yang dilakukan perusahaan untuk membuat produk agar dapat diperoleh dan tersedia bagi pelanggan sasaran. 4. Promosi Promosi menurut Hermawan (2012:38) adalah salah satu komponen prioritas dari kegiatan pemasaran yang memberitahukan kepada konsumen bahwa perusahaan meluncurkan produk baru yang menggoda konsumen untuk melakukan kegiatan pembelian. Dalam pemasaran jasa ada elemen-elemen lain yang bisa dikontrol dan dikoordinasikan untuk keperluan komunikasi dan memuaskan konsumen jasa, elemen tersebut adalah 3P, sehingga bauran pemasarannya menjadi 7P, yaitu : 11 5. Orang Adalah semua pelaku yang memainkan sebagian penyajian jasa dan karenanya mempengaruhi persepsi pembeli. 6. Bukti fisik Merupakan lingkungan fisik dimana jasa disampaikan dan dimana perusahaan dan konsumennya berinteraksi, serta setiap komponen tangible memfasilitasi penampilan atau komunikasi jasa tersebut. 7. Proses Yaitu semua prosedur aktual, mekanisme, dan aliran aktivitas dengan mana jasa disampaikan yang merupakan sistem penyajian atau operasi jasa. Dari ketujuh alat-alat pemasaran di atas mencerminkan penjual terhadap alat pemasaran yang tersedia untuk mempengaruhi pembeli. Dari sudut pandang pemasar, setiap alat pemasaran dirancang untuk memberikan manfaat kepada pelanggan. Jadi perusahaan pemenang adalah perusahan yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen/ pelanggan secara ekonomis, mudah, dan dengan komunikasi yang efektif. 2.1.2. Lokasi 2.1.2.1. Pentingnya Lokasi Salah satu variabel atau faktor dari pemasaran jasa yaitu saluran distribusi atau lokasi tak luput pula memberikan andil dalam kesuksesan suatu restoran atau cafe. Karena harus diakui bahwa konsumen atau calon konsumen akan sangat terbantu sekali apabila ketika mereka menginginkan suatu produk atau jasa maka mereka menginginkan untuk sesegera mungkin menikmati produk atau jasa tersebut. Lokasi itu sendiri merupakan perencanaan dan pelaksanaan program penyaluran produk atau jasa melalui tempat atau lokasi yang tepat (Levy; 2007:213). Pentingnya lokasi dari suatu cafe tidak bisa diremehkan. Pemilihan suatu lokasi dalam bisnis cafe bisa juga dianalogikan dalam bisnis retail. Dalam bisnis retail, pemilihan lokasi merupakan tiga (3) hal yang sangat penting dalam industri tersebut. 12 Levy dan Weitz (2007:185) mengatakan bahwa pemilihan lokasi sangat penting dalam industry ini dikarenakan: 1. Lokasi merupakan faktor utama yang menjadi pertimbangan konsumen dalam pemilihan toko atau penyedia jasa yang mereka inginkan. 2. Pemilihan lokasi merupakan hal yang penting karena faktor ini bisa digunakan untuk menciptakan keunggulan kompetitif yang mapan. 3. Pemilihan lokasi sangat beresiko. Dalam bisnis retail, secara umum lokasi yang bagus bisa mendorong kesuksesan dari suatu pedagang walaupun strategi pemasarannya kurang mendukung. Sebaliknya, suatu lokasi yang tidak bagus justru akan menghambat kesuksesan dari seorang pedagang (Berman; 1995:264). Lokasi atau tempat juga tidak hanya merepresentasikan suatu kemudahan yang akan didapat oleh konsumen. Seperti yang telah dikatakan oleh Kotler (2009;94-95), lokasi atau tempat juga harus bisa memasarkan atau mempromosikan dirinya sendiri. Lokasi atau tempat pada dasarnya melakukan empat aktivitas yaitu : 1. Jasa yang ditawarkan harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat. 2. Harga yang ditawarkan harus bisa menarik konsumen dan memperkuat citra yang ingin dibentuk. 3. Menghadirkan lokasi yang strategis sehingga memudahkan bagi konsumen. 4. Lokasi atau tempat akan mempromosikan nilai dan citra dari tempat atau lokasi itu sendiri sehingga konsumen bisa membedakannya dengan toko lain. Lokasi yang strategis akan menjadi salah satu keuntungan bagi perusahaan karena mudah terjangkau oleh konsumen, namun sekaligus juga akan menjadikan biaya rental atau investasi tempat menjadi mahal. Tingginya biaya lokasi yang kurang strategis akan membutuhkan biaya marketing lebih mahal untuk menarik konsumen agar berkunjung. Disamping faktor lokasi, bangunan dan kelengkapannya, menjadi faktor penting dalam tempat untuk perusahaan. Dekorasi sering kali menjadi daya tarik yang besar bagi konsumen dalam memilih tempat, bahkan terdapat kecenderungan saat ini gerai-gerai yang disukai dan populer dikalangan masyarakat adalah bercorak kontemporer dan minimalis. 13 Kondisi bangunan merupakan persyaratan yang memberikan kenyamanan. Sedangkan lokasi strategis bagi konsumen akan memperkecil pengorbanan energi dan waktu (Widjaja, 2009: p81). 2.1.2.2. Karakteristik Lokasi Dalam memilih suatu lokasi harus dipertimbangkan banyak hal. Ada beberapa karakteristik dari lokasi yang bisa mempengaruhi penjualan dari suatu toko atau cafe, yaitu ( Levy; 2007:213) : 1. Alur lalu lintas yang melewati lokasi tersebut dan aksesibilitas menuju lokasi tersebut. 2. Karakteristik dari lokasi. 3. Biaya yang terkait dengan pemilihan lokasi tersebut. Ketiga karakteristik tersebut mempunyai indikator-indikator tertentu yang bisa menggambarkan kondisi-kondisi yang bisa mempengaruhi penjualan dari suatu toko. Indikator-indikator dari karakteristik lokasi tersebut bisa kita lihat pada gambar 2.1. dibawah ini : Alur lalu lintas dan Aksesbilitas Lalu lintas jalan Easy of vehicular access Akses menuju jalan utama Street congestion Alur pejalan kaki Ketersediaan dari angkutan umum Larangan/Peraturan Zona (zoning) Tanda/promosi (signage) Restrictions on tenant mix Safety code restrictions Karakteristik Lokasi Area parkir Akses untuk masuk dan toko/cafe Visibilitas toko/cafe dari jalan Akses untuk penghantaran Ukuran dan bentuk dari toko Kondisi dari bangunan Adjacent retailers Biaya-biaya keluar Biaya sewa Biaya perawatan Pajak Biaya iklan dan promosi Length of lease Sumber : Levy (2007:213) Gambar 2.1. Karakteristik Lokasi 14 Dari indikator karakteristik diatas, tidak semuanya bisa diaplikasikan untuk kasus Kedai Ling-Ling karena perbedaan karakteristik dari bidang industrinya. Dalam kasus Kedai Ling-Ling, ada beberapa indikator yang tidak tepat untuk diterapkan. Ada juga beberapa indikator yang dapat digabungkan dengan indikator lainnya sehingga lebih ringkas. Indikator-indikator dari karakteristik yang dipakai dalam penelitian ini bisa kita lihat pada gambar 2.2. di bawah ini : KARAKTERISTIK INDIKATOR Kestrategisan lokasi Ketersediaan angkutan umum b. Karakteristik Lokasi Akses keluar-masuk café Visibilitas café dari jalan Gambar 2.2. Indikator Lokasi untuk Kedai Ling-Ling a. Alur Lalu Lintas dan Aksesbilitas 2.1.3. Citra Perusahaan 2.1.3.1. Konsep Citra Perusahaan Citra merupakan seperangkat keyakinan, ide, dan kesan yang dimiliki oleh seseorang terhadap suatu objek (Kotler & Keller; 2012:274). Mengembangkan citra yang kuat membutuhkan kreatifitas dan kerja keras. Citra tidak dapat ditanamkan dalam pikiran manusia dalam semalam atau disebarkan melalui media masa. Sebaliknya, citra itu harus disampaikan melalui tiap sarana komunikasi yang tersedia dan disebarkan secara terus menerus. Untuk berhasil memperoleh dan mempertahankan konsumennya maka perusahaan harus berusaha semaksimal mungkin untuk menampilkan produk dengan memiliki citra merek yang positif di mata konsumen. Dengan menampilkan produk yang memiliki citra merek yang positif dapat mempertinggi kepercayaan konsumen terhadap produknya dan mendorong konsumen untuk menentukan keputusan pembelian. Menurut Kotler & Keller (2012:276) citra adalah persepsi masyarakat terhadap perusahaan atau produknya. Citra dipengaruhi oleh banyak faktor yang di luar kontrol perusahaan. Citra yang efektif melakukan tiga hal : a. Memanfaatkan karakter produk. 15 b. Menyampaikan karakter itu dengan cara yang berbeda sehingga tidak dikacaukan dengan karakter pesaing. c. Memberikan kekuatan emosional yang lebih dari sekedar citra mental. Citra merupakan hasil evaluasi dalam diri seseorang berdasarkan pengertian dan pemahaman terhadap rangsangan yang telah diolah, dan disimpan dalam benak seseorang. Citra dapat diukur melalui pendapat, kesan, atau respon seseorang dengan tujuan untuk mengetahui secara pasti apa yang ada dalam pikiran setiap individu mengenai suatu objek, bagaimana mereka memahaminya dan apa yang mereka suka atau tidak sukai dari objek tesebut. Suatu citra terhadap objek bisa berlainan tergantung persepsi perorangan bahkan bisa saja citra satu objek sama bagi semua orang. Sutisna (2008:83) mengemukakan, “Citra adalah total persepsi terhadap suatu obyek yang dibentuk dengan memproses informasi dari berbagai sumber setiap waktu”. Citra didefinisikan Buchari Alma (2008:317) sebagai, “Kesan yang diperoleh sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman seseorang tentang sesuatu”. Definisi citra menurut Rhenald Kasali (2003:28) yaitu, “Kesan yang timbul karena pemahaman akan suatu kenyataan”. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, citra menunjukan kesan suatu objek terhadap objek lain yang terbentuk dengan memproses informasi setiap waktu dari berbagai sumber terpercaya. Terdapat tiga hal penting dalam citra, yaitu: kesan objek, proses terbentuknya citra, dan sumber terpercaya. Obyek meliputi individu maupun perusahaan yang terdiri dari sekelompok orang didalamnya. Citra dapat terbentuk dengan memproses informasi yang tidak menutup kemungkinan terjadinya perubahan citra pada obyek dari adanya penerimaaan informasi setiap waktu. Besarnya kepercayaan obyek terhadap sumber informasi memberikan dasar penerimaan atau penolakan informasi. Sumber informasi dapat berasal dari perusahaan secara langsung dan atau pihak-pihak lain secara tidak langsung. Citra perusahaan menunjukan kesan obyek terhadap perusahaan yang terbentuk dengan memproses informasi setiap waktu dari berbagai sumber informasi terpercaya. Setiap perusahaan dalam melaksanakan kegiatan usahanya khusus untuk kegiatan pemasaran memiliki suatu tujuan adalah untuk meningkatkan penjualan 16 bagi perusahaan. Salah satunya dengan cara mempertahankan citra mereka dimata konsumen terlebih dimata para pelanggan yang meletakan loyalitasnya pada perusahaan. Perasaan puas atau tidaknya konsumen terjadi setelah mempunyai pengalaman dengan perusahaan yang diawali dengan adanya keputusan pembelian, sehingga dapat disimpulkan bahwa keberadaan citra yang baik, penting sebagai sumber daya internal objek dalam menentukan hubungannya dengan perusahaan. Citra perusahaan merupakan suatu konsep yang sangat intuitif dan sangat subyektif. Dari awal penelitian terhadap konsep ini sampai dengan sekarang sangat sedikit sekali persetujuan atau konsensus mengenai citra perusahaan dan bagaimana konsep ini harus dioperasionalisasikan. Namun, dari perspektif organisasi, citra perusahaan dikonseptualisasikan sebagai suatu cara dimana anggota organisasi mempercayai pandangan dari stakeholder eksternal mengenai organisasi mereka atau suatu cara dimana para manajer organisasi menginginkan pihak luar memandang perusahaan (Pina; 2011:8). Sementara itu, menurut Gregory dalam bukunya Marketing Corporate Image (2011:63) mengemukakan bahwa citra perusahaan merupakan kombinasi dampak terhadap observer dari semua komponen-komponen verbal maupun visual perusahaan baik yang direncanakan ataupun tidak atau dari pengaruh eksternal lainnya. Bisa dikatakan bahwa citra perusahaan merupakan segala sesuatu yang mempengaruhi bagaimana suatu perusahaan diterima dan dipahami oleh semua segmen market yang dijadikan target atau bahkan hanya oleh seorang konsumen saja. Dari definisi-definisi diatas, maka untuk penelitian ini penulis mengembangkan benang merah dari definisi-definisi tersebut diatas dimana citra perusahaan itu sendiri merupakan segala sesuatu yang mempengaruhi bagaimana suatu perusahaan diterima dan dipahami oleh semua segmen market yang dilambangkan oleh konsumen melalui kepercayaan, tingkah laku, daya tarik dan asosiasi terhadap perusahaan tersebut. Citra perusahaan yang baik akan meningkatkan penjualan melalui kepuasan dan loyalitas konsumen, sebagai daya tarik tersendiri bagi investor dan 17 calon-calon karyawan. Selain itu, hal ini bisa melemahkan efek negatif dari pesaing dan membuat perusahaan mampu untuk mencapai laba yang lebih tinggi (Pina; 2011:8). Karenanya, citra perusahaan ini harus benar-benar dijaga dan terus dikembangkan agar memberikan manfaat yang lebih optimal dan tentu saja menguntungkan bagi perusahaan baik dalam jangka panjang maupun dalam jangka pendek. Menurut Keller yang dikutip oleh Arslan (2010:7) menjelaskan bahwa ada tiga aspek penting dari citra yaitu keberuntungan, kekuatan, dan keunikan asosiasi merek. Citra akan efektif apabila melakukan tiga hal yaitu : 1. Memantapkan karakter produk dan usulan nilai. 2. Menyampaikan karakter itu dengan cara yang berbeda sehingga tidak dikacaukan oleh karakter pesaing. 3. Memberikan kekuatan emosional yang lebih dari sekedar citra mental. Citra perusahaan yang baik sangatlah penting bagi kelangsungan suatu perusahaan, karena akan berpengaruh terhadap seluruh elemen yang ada di dalam perusahaan tersebut. Citra perusahaan merupakan kesan objek terhadap perusahaan yang terbentuk dengan memproses informasi setiap waktu dari berbagai sumber informasi yang terpercaya. Pentingnya citra perusahaan dikemukakan Gronroos (Sutisna; 2008:332) sebagai berikut : 1. Menceritakan harapan bersama kampanye pemasaran eksternal. Citra positif memberikan kemudahan perusahaan untuk berkomunikasi dan mencapai tujuan secara efektif sedangkan citra negatif sebaliknya. 2. Sebagai penyaring yang mempengaruhi persepsi pada kegiatan perusahaan. Citra positif menjadi pelindung terhadap kesalahan kecil, kualitas teknis atau fungsional sedangkan citra negatif dapat memperbesar kesalahan tersebut. 3. Sebagai fungsi dari pengalaman dan harapan konsumen atas kualitas pelayanan perusahaan. 4. Mempunyai pengaruh penting terhadap manajemen atau dampak internal. Proses terbentuknya citra perusahaan menurut Hawkins et all diperlihatkan pada gambar sebagai berikut : 18 Attention Image Exposure Behavior Comprehensive Sumber : Hawkins et all (2007) Consumer Behavior: Building Market Strategy Gambar 2.3. Proses Terbentuknya Citra Perusahaan Berdasarkan gambar proses terbentuknya citra perusahaan berlangsung pada beberapa tahapan berikut ini : Pertama exposure, yaitu obyek mengetahui (melihat atau mendengar) upaya yang dilakukan perusahaan dalam membentuk citra perusahaan. Kedua attention, yaitu memperhatikan upaya perusahaan tersebut. Ketiga comprehensive, yaitu setelah adanya perhatian obyek mencoba memahami semua yang ada pada upaya perusahaan. Keempat image, yaitu terbentuknya citra perusahaan pada obyek. Kelima behavior, yaitu citra perusahaan yang terbentuk akan menentukan perilaku obyek sasaran dalam hubungannya dengan perusahaan. Upaya perusahaan sebagai sumber informasi terbentuknya citra perusahaan memerlukan keberadaan secara lengkap. Informasi yang lengkap dimaksudkan sebagai informasi yang dapat menjawab kebutuhan dan keinginan objek sasaran. Rhenald Kasali mengemukakan, “Pemahaman yang berasal sari suatu informasi yang tidak lengkap menghasilkan citra yang tidak sempurna” (2003:28). Menurut Harrison dalam Mulyadi (2007:3), informasi yang lengkap mengenai citra perusahaan meliputi empat elemen sebagai berikut : 1. Kepribadian Keseluruhan karakteristrik yang dipahami publik sasaran seperti perusahaan yang dapat dipercaya, perusahaan yang mempunyai tanggung jawab sosial. 19 2. Reputasi Hak yang telah dilakukan perusahaan dan diyakini publik sasaran berdasarkan pengalaman sendiri maupun pihak lain seperti kinerja keamanan transaksi sebuah bank. 3. Nilai Nilai-nilai yang dimiliki suatu perusahaan dengan kata lain budaya perusahaan seperti sikap manajemen yang peduli terhadap pelanggan, karyawan yang cepat tanggap terhadap permintaan maupun keluhan pelanggan. 4. Identitas Perusahaan Komponen-komponen yang mempermudah pengenalan publik sasaran terhadap perusahaan seperti logo, warna, dan slogan. 2.1.3.2. Atribut Citra Perusahaan Membangun citra perusahaan dibutuhkan atribut-atribut tertentu baik yang tangible maupun intangible. Kedua karakteristik tersebut saling mendukung dalam pembentukan citra perusahaan. Banyak ahli yang berpendapat mengenai atribut-atribut apa saja yang membentuk citra perusahaan. Martineau, yang dikutip dari Pina (2011:7), menyebutkan bahwa citra terdiri atas kualitas fungsional dan atribut psikologis. Sementara itu, Padgett dan Allen (Pina; 2011:7) juga menyebutkan bahwa citra dari perusahaan jasa termasuk di dalamnya adalah atribut, konsekuensi fungsional, dan arti simbolis dari lambang perusahaan. Pembentukan citra itu sendiri juga sangat tergantung dari komunikasi (Pina; 2011:8). Atribut-atribut dari citra perusahaan pun apabila tidak dikomunikasikan dengan baik maka konsumen pada khususnya dan masyarakat pada umumya tidak bisa mengetahui hal tersebut. Jadi, komunikasi yang baik akan sangat mendukung pada keberhasilan pembentukan citra perusahaan yang baik. Banyak sekali atribut-atribut yang bisa membentuk citra perusahaan baik yang tangible maupun yang intangible. Abratt dan Mofokeng, yang dikutip dari Pina (2011:8), mengemukakan bahwa atribut-atribut yang mengarahkan proses pembentukan citra perusahaan 20 adalah kualitas produk, filosofi perusahaan, karyawan, logo perusahaan, seragam karyawan, iklan, nama perusahaan, dan kualitas pelayanan dari karyawan. Namun dalam penelitian ini, tidak semua dari atribut-atribut tersebut akan diaplikasikan dikarenakan kurang begitu signifikan bagi konsumen atau bisa disatukan dengan atribut lainnya. Dari atribut-atribut diatas, maka atribut yang akan digunakan pada penelitian ini adalah : kualitas produk, kualitas pelayanan dari karyawan, dan identitas perusahaan. 2.1.4. Perilaku Konsumen 2.1.4.1. Pengertian Perilaku Konsumen Perilaku konsumen terpusat pada ciri individu mengambil keputusan untuk memanfaatkan sumber daya mereka yang sudah tersedia seperti waktu, uang, dan usaha guna memperoleh barang-barang yang berhubungan dengan konsumsi. Perilaku konsumen dapat dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan seperti psikologi, sosiologi, antropologi, dan juga ilmu ekonomi. Sehingga dapat dikatakan bahwa perilaku konsumen merupakan gabungan dari semua bidang ilmu. Semakin meningkatnya persaingan bisnis mendorong perusahaan untuk lebih berorientasi pada konsumen pelanggan untuk mendukung upaya tersebut. Diperlukan pengetahuan mengenai konsumen terutama perilakunya. Tujuan pemasaran adalah memenuhi dan memuaskan kebutuhan serta keinginan pelanggan sasaran. Memahami perilaku konsumen dan mengenal pelanggan tidak pernah sederhana. Pelanggan mungkin menyatakan kebutuhan dan keinginan mereka, sebaliknya mungkin pelanggan tidak memahami motivasi mereka lebih mendalam. Perilaku konsumen menyangkut masalah keputusan yang diambil seseorang dalam persaingan dan penentuan untuk mendapatkan dan menggunakan barang dan jasa. Kotler dan Keller (2012:173) mengemukakan bahwa perilaku konsumen adalah studi tentang bagaimana individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli, menggunakan, dan bahaimana barang, jasa ide, atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka. Menurut Schiffman dan Kanuk 21 (2010:23) “Perilaku konsumen terpusat pada cara individu mengambil keputusan untuk memanfaatkan sumber daya mereka yang tersedia (waktu, usaha, uang) guna membeli barang-barang yang behubungan dengan konsumsi”. Berdasarkan pengertian diatas maka dapat dilihat bahwa perilaku konsumen merupakan suatu proses yang dilalui oleh konsumen dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya terhadap suatu barang atau jasa untuk kemudian mementukan apakah konsumen akan membeli barang tersebut atau tidak. Dalam perilaku konsumen tersebut terdapat berbagai karakteristik atau faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pembelian seorang konsumen tersebut, terutama informasi mengenai siapa yang membuat keputusan pembelian, tipe keputusan pembelian konsumen, dan juga tahap-tahap proses keputusan pembelian. Utami (2010) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai perilaku yang terlibat dalam hal perencanaan, pembelian, dan penentuan produk serta jasa yang konsumen harapkan untuk dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Disebutkan pula terdapat tiga perspektif dalam perilaku konsumen sebagai berikut: 1) Perspektif Pengambilan Keputusan Perspektif pengambilan keputusan menggambarkan seorang konsumen sedang melakukan serangkaian langkah tertentu pada saat melakukan pembelian. Langkah-langkah ini termasuk pengenalan masalah, mencari, evaluasi alternatif, memilih, dan evaluasi pascaperolehan. Perspektif pengambilan keputusan menekankan pendekatan pemrosesan informasi yang rasional terhadap perilaku pembelian konsumen. 2) Perspektif Pengalaman Perspektif pengalaman atas pembelian konsumen menyatakan bahwa untuk beberapa hal, konsumen tidak melakukan pembelian sesuai dengan proses pengambilan keputusan yang rasional dan konsumen membeli produk dan jasa tertentu untuk memperoleh kesenangan, menciptakan fantasi, atau perasaan emosi saja. Pengklasifikasian berdasarkan perspektif pengalaman 22 menyatakan bahwa pembelian akan dilakukan karena dorongan hati (impulsif) dan mencari variasi. 3) Perspektif Pengaruh Perilaku Perspektif pengaruh perilaku mengasumsikan bahwa kekuatan lingkungan memaksa konsumen untuk melakukan pembelian tanpa harus terlebih dahulu membangun perasaan atau kepercayaan terhadap produk. Menurut perspektif ini, konsumen tidak saja melalui proses pengambilan keputusan rasional tetapi bergantung juga pada perasaan untuk membeli produk atau jasa tersebut. Tindakan pembelian konsumen merupakan hasil dari kekuatan lingkungan, nilai-nilai budaya, lingkungan fisik, dan tekanan ekonomi. 2.1.4.2. Perilaku Pembelian Pengambilan keputusan konsumen berbeda-beda tergantung pada jenis keputusan pembelian. Pembelian konsumen yang rumit dan mahal mungkin melibatkan lebih banyak pertimbangan pembeli dan banyak peserta. Menurut Kotler dan Keller (2012:173) terdapat empat jenis perilaku pembelian konsumen yaitu : 1. Perilaku pembelian yang rumit Perilaku membeli yang rumit membutuhkan keterlibatan yang tinggi dalam pembelian dengan berusaha menyadari perbedaan-perbedaan yang jelas diantara merek-merek yang ada. Perilaku membeli ini terjadi pada waktu membeli produk-produk yang mahal, tidak sering dibeli, beresiko dan dapat mencerminkan diri pembelinya, seperti mobil, jam tangan, elektronik, dan lain-lain. Biasanya konsumen tidak tahu terlalu banyak tentang kategori produk dan harus berusahan untuk mengetahuinya sehingga pemasaran harus menyusun strategi untuk memberikan informasi kepada konsumen tentang atribut produk, kepentingannya, tentang merek perusahaan, dan atribut penting lainnya. 2. Perilaku pembelian pengurang ketidaknyamanan Perilaku membeli semacam ini mempunyai keterlibatan yang tinggi dan konsumen menyadari hanya terdapat sedikit perbedaan diantara berbagai 23 merek. Perilaku membeli ini terjadi untuk pembelian produk yang harganya mahal, tidak sering dibeli, beresiko, dan membeli secara relatif cepat karena perbedaan merek tidak terlihat, seperti karpet, keramik, dan lain-lain. 3. Perilaku pembelian karena kebiasaan Konsumen membeli suatu produk berdasarkan kebiasaan, bukan berdasarkan kesetiaan terhadap merek. Konsumen memilih produk secara berulang bukan karena merek produk, tetapi karena mereka sudah mengenal produk tersebut. Setelah membeli, mereka tidak mengevaluasi kembali mengapa mereka membeli produk tersebut karena mereka tidak terlibat dengan produk. Perilaku ini biasanya terjadi pada produk-produk seperti gula, garam, sabun cuci, dan lain-lain. 4. Perilaku pembelian yang mencari variasi Perilaku ini memiliki keterlibatan yang rendah, namun masih terdapat perbedaan merek yang jelas. Konsumen berperilaku dengan tujuan mencari keragaman dan bukan kepuasan. Jadi merek dalam perilaku ini bukan merupakan sesuatu yang mutlak. Perilaku seperti ini biasanya terjadi pada produk-produk yang sering dibeli, harga murah dan konsumen sering mencoba merek-merek baru. 2.1.4.3. Faktor Utama yang Mempengaruhi Pembelian Menurut Kotler (2012:173), perilaku konsumen dalam membeli sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor kebudayaan, sosial, pribadi, dan psikologi. Berikut ini ditampilkan gambar 2.4. yang memperlihatkan faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan pembelian oleh konsumen : Cultural Cultur Subculture Social Class Social References groups Family Roles and status Personal Age and life cycle stage Occupation Economic Situation Lifestyle Personallity and self-concept Psychological Motivation Perception Learning Beliefs and attitudes Sumber: Kotler dan Amstrong (2012:173) Gambar 2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Pembelian oleh Konsumen Buyer 24 Penjelasan pada gambar diatas adalah sebagai berikut : 1. Faktor kebudayaan a. Kebudayaan Kebudayaan adalah faktor penentu keinginan dan perilaku seseorang yang paling mendasar. Jika mkhluk yang paling rendah perilakunya sebagian besar diatur oleh naluri, maka perilaku manusia sebagian besar adalah dipelajari. b. Sub-budaya Setiap budaya mempunyai kelompok-kelompok sub-budaya yang lebih kecil, yang merupakan identifikasi dan sosialisasi yang khas untuk perilaku anggotanya. c. Kelas sosial Sebenarnya semua masyarakat manusia menampilkan lapisan-lapisan sosial. Lapisan-lapisan sosial ini kadang-kadang berupa sebuah sistem kasta dimana para anggota kasta yang berbeda memikul peranan tertentu dan mereka tak dapat mengubah keanggotaan kastanya. Kelas sosial mempunyai ciri-ciri, yaitu orang berada dalam setiap kelas sosial cenderung berperilaku serupa daripada orang yang berasal dari dua kelas sosial yang berbeda dan seseorang dipandang mempunyai pekerjaan yang rendah atau tinggih sesuai dengan kelasnya, serta kelas sosial seseorang dinyatakan dengan beberapa variabel seperti jabatan, pendapatan, kekayaan, pendidikan dan orientasi terhadap nilai, daripada hanya berdasarkan sebuah variabel. Kelas sosial menunjukan perbedaan pilihan produk dan merek dalam suatu bidang tertentu seperti pakaian, perabot rumah tangga, aktivitas waktu senggang dan mobil. 2. Faktor-faktor sosial a. Kelompok Referensi Perilaku seseorang amat dipengaruhi oleh berbagai kelompok. Sebuah kelompok referensi bagi seseorang adalah kelompok-kelompok yang memberikan pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap sikap dan perilaku seseorang. 25 b. Keluarga Para anggota keluarga dapat memberikan pengaruh yang kuat terhadap perilaku pembeli. Keluarga dalam kehidupan pembeli dapat juga disebutkan dengan keluarga sebagai sumber orientasi yang terdiri dari orang tua, dimana dari orang tua seseorang dapat sumber orientasi terhadap agama, politik, ekonomi, ambisi pribadi haga diri serta cinta kasih. Sedangkan sebagai sumber keturunan yakni pasangan-pasangan suami istri beserta anak-anaknya. Keluarga adalah organisasi konsumen pembeli yang terpenting dalam masyarakat. c. Peranan dan Status Sepanjang kehidupannya, seseorang terlibat dalam beberapa kelompok, yakni keluarga, klub dan organisasi, dimana kedudukan seseorang dalam kelompok dapat ditentukan dengan peranan dan status. 3. Faktor Pribadi a. Usia dan Tahap Daur Hidup Orang membeli suatu barang dan jasa yang berubah-ubah selama hidupnya, mereka makan makanan bayi pada waktu tahun-tahun awal kehidupannya, memerlukan makanan paling banyak pada waktu meningkat besar dan menjadi dewasa serta memerlukan diet khusus pada waktu menginjak usia lanjut. Selera orang pun dalam pakaian, perabot, dan rekreasi berhubungan dengan usia. b. Pekerja Pola konsumsi seseorang juga dipengaruhi oleh pekerjaanya, dimana seseorang pekerja kasar akan membeli pakaian kerja, sepatu kerja, kotak makanan. Sedangkan seorang manajer perusahaan akan membeli pakaian yang lebih baik dan mahal rekreasi dengan pesawat terbang, menjadi anggota perkumpulan. c. Keadaan Ekonomi Keadaan ekonomi seseorang akan besar sekali pengaruhnya terhadap pilihan produk. Keadaan ekonomi seseorang terdiri dari pendapatan yang dapat dibelanjakan (tingkatan, kestabilannya, dan pola waktu), tabungan 26 dan milik kekayaan (termasuk presentase yang sudah diuangkan) kemampuan meminjam dan sikapnya terhadap pengeluaran lawan menabung. d. Gaya hidup Gaya hidup seseorang adalah pola hidup seseorang dalam dunia kehidupan sehari-hari yang dinyatakan dalam kegiatan, minat dan pendapat (opini) yang bersangkutan. Gaya hidup mencerminkan sesuatu yang lebih dari sub-budaya kelas sosial, bahkan dari pekerjaan yang sama mungkin memiliki gaya hidup yang berbeda, misalnya dengan gaya hidup yang serasi dengan lingkungan, dalam mengenakan pakaian yang konservatif, menghabiskan sebagian waktunya bersama keluarga, aktif dalam kegiatan organisasi, kebiasaan bekerja keras. e. Kepribadian dan Konsep Diri Setiap orang mempunyai kepribadian yang berbeda yang akan mempengaruhi perilaku pembeli, dimana kepribadian tersebut adalah ciriciri psikologis yang membedakan seseorang, yang menyebabkan terjadinya jawaban yang secara relatif tetap dan bertahan lama terhadap lingkungannya. Kepribadian seseorang biasanya digambarkan dalam istilah seperti : percaya diri, gampang mempengaruhi, berdiri sendiri, menghargai orang lain, bersifat sosial, sifat membela diri. 4. Faktor Psikologis a. Motivasi Motif (dorongan) adalah suatu kebutuhan yang cukup kuat mendesak untuk mengarahkan seseorang agar dapat mencari pemuasan terhadap kebutuhan itu, dimana pemuasan kebutuhan dapat mengurangi rasa ketegangan. b. Persepsi Seseorang yang termotivasi siap untuk melakukan suatu perbuatan, bagaimana seseorang yang termotivasi berbuat sesuatu adalah dipengaruhi oleh persepsinya terhadap situasi yang dihadapinya. Dua orang yang mengalami keadaan dorongan yang sama dan tujuan situasi yang sama 27 mungkin akan berbuat sesuatu yang agar berbeda karena mereka menanggapi situasi secara berbeda. c. Belajar Sewaktu orang berbuat, mereka belajar-belajar menggambarkan perubahan dalam perilaku seseorang individu yang bersumber dari pengalaman. Kebanyakan perilaku manusia diperoleh dengan mempelajarinya. d. Kepercayaan dan Sikap Melalui perbuatan dan belajar, orang memperoleh kepercaaan dan sikap dimana hal ini selanjutnya mempengaruhi tingkah laku membeli mereka, dimana suatu kepercayaan adalah suatu gagasan deskriptif yang dianut oleh seseorang tentang sesuatu. 2.1.4.4. Keputusan Pembelian Keputusan pembelian merupakan kegiatan langsung terlibat dalam pengambilan terhadap individu yang secara keputusan untuk melakukan pembelian produk yang ditawarkan oleh penjual. Menurut Kotler (2009:184) keputusan pembelian konsumen adalah keputusan pembelian konsumen akhir perorangan dan rumah tangga yang membeli barang dan jasa untuk konsumsi pribadi. Menurut Schiffman dan Kanuk (2007:485), keputusan adalah seleksi terhadap dua pilihan atau lebih. Dengan perkatan lain, pilihan alternatif harus tersedia bagi seseorang ketika pengambilan keputusan. Setiap konsumen melakukan berbagai macam keputusan tentang pencarian, pembelian, penggunaan beragam produk dan merek pada setiap periode tertentu. Berdasarkan definisi diatas disimpulkan bahwa keputusan pembelian adalah tindakan yang dilakukan konsumen untuk melakukan pembelian sebuah produk. Oleh karena itu, pengambilan keputusan pembelian konsumen merupakan suatu proses pemilihan salah satu dari beberapa alternatif penyelesaian masalah dengan tindak lanjut yang nyata. Setelah itu konsumen dapat melakukan evaluasi pilihan dan kemudian dapat menentukan sikap yang akan diambil selanjutnya. 28 2.1.4.5. Proses Keputusan Pembelian Menurut Kotler (2012:188) mengemukakan bahwa proses keputusan pembelian konsumen terdiri dari lima tahapan. Proses pembelian konsumen tersebut antara lain: Pengenalan masalah Pencarian Informasi Evaluasi Aternatif Keputusan Pembelian Perilaku Pasca Pembelian Gambar 2.5. Proses Keputusan Pembelian Konsumen Model Lima Tahap Penjelasan pada gambar diatas adalah sebagai berikut : 1. Pengenalan Masalah Proses pembelian dimulai ketika pembeli menyadari suatu masalah atau kebutuhan yang dipicu oleh rangsangan internal dan eksternal. Dengan rangsangan internal, salah satu dari kebutuhan normal seseorang, seperti rasa lapar, haus, seks naik ketingkat maksimum, dan menjadi dorongan atau kebutuhan bisa timbul akibat rangsangan eksternal. 2. Pencarian Informasi Pada tingkat ini seseorang hanya menjadi lebih representative terhadap informasi tentang sebuah produk. Pada tingkat berikutnya, seseorang dapat memasuki pencarian informasi aktif, seperti mencari bahan bacaan, menelpon teman, melakukan kegiatan online dan mengunjungi toko untuk mempelajari produk tersebut. Sumber informasi utama dimana konsumen dibagi menjadi empat kelompok: a. Pribadi, yaitu keluarga, teman, tetangga, rekan. b. Komersial, yaitu iklan, situs web, wiraniaga, penyalur, kemasan, tampilan. c. Publik, yaitu media massa, organisasi pemeringkat konsumen. d. Eksperimental, yaitu penanganan, pemeriksaan, penggunaan produk. 3. Evaluasi Alternatif Beberapa konsep dasar yang akan membantu konsumen dalam memahami proses evaluasi : pertama, konsumen berusaha memuaskan sebuah kebutuhan. Kedua, konsumen mencari manfaat tertentu dari produk tersebut. Ketiga, 29 konsumen melihat masing-masing produk sebagai sekelompok atribut dengan berbagai kemampuan untuk memuaskan kebutuhan ini. Contoh: a. Hotel; Lokasi, kebersihan, atmosfer, harga. b. Obat kumur; Warna, efektifitas, kapasitas pembunuh kuman, rasa, harga. c. Ban; Keamanan, umur alur ban, kualitas pengendaraan, harga. 4. Keputusan Membeli Dalam tahap evaluasi, konsumen membentuk referensi antar merek dalam kumpulan pilihan. Konsumen juga membentuk maksud untuk membeli merek yang paling disukai. Dalam melaksanakan maksud pembelian, konsumen dapat membentuk lima sub keputusan; merek (merek A), penyalur (penyalur 2), kuantitas (satu komputer), waktu (akhir minggu), dan metode pembayaran (kartu kredit). 5. Perilaku Pasca Pembelian Secara umum, apabila individu merasakan ketertarikan dan kepuasan dalam memenuhi kebutuhan setelah melakukan pembelian. Kebutuhan, biasanya mereka akan terus mengingat hal tersebut. Perilaku pasca pembelian meliputi kepuasan pasca pembelian, tindakan pasca pembelian, dan pemakaian dan pembuangan produk pasca pembelian. a. Kepuasan Pasca Pembelian Kepuasan membeli merupakan fungsi dari seberapa dekat harapan membeli atas suatu produk dengan kinerja yang dirasakan pembeli atas produk tersebut. Jika kinerja produk lebih rendah daripada harapan, pelanggan akan kecewa, jika kinerja ternyata sesuai harapan, pelanggan akan puas, jika melebihi harapan, pelanggan akan sangat puas. Perasaan itu akan membedakan apakah pembeli akan membeli produk tersebut dan membicarakan hal-hal yang menguntungkan atau tidak menguntungkan tentang produk tersebut kepada orang lain. Konsumen membentuk harapan mereka berdasarkan pesan yang diterima dari penjual, teman, dan informasi-informasi lain. Semakin besar kesenjangan antara harapan dan kinerja, semakin besar ketidakpuasan konsumen. 30 b. Tindakan Pasca Pemabelian Kepuasan dan ketidakpuasan konsumen terhadap suatu produk akan meempengaruhi perilaku selanjutnya. Jika konsumen puas, ia akan menunjukan kemungkinan yang lebih tinggi untuk membeli kembali produk tersebut. Para pelanggan yang tidak puas akan berperilaku sebaliknya. c. Pemakaian dan Pembuangan Produk Pasca Pembelian Jika konsumen menyimpan produk ke dalam lemari, produk tersebut mungkin tidak begitu memuaskan, dan kabar dari mulut ke mulut tidak akan gencar. Jika konsumen menjual atau mempertukarkan produk tersebut, penjualan baru akan menurun. Konsumen mendasarkan harapan mereka pada informasi yang mereka terima dari penjual, lingkungan sosial dan sumber-sumber yang lain. Bila penjual melebih-lebihkan prestasi produknya, harapan konsumen tidak akan terpenuhi dan hasilnya ketidakpuasan. Semakin besar antara kesenjangan antara harapan dan prestasi, semakin besar ketidakpuasan kosumen. Hal ini menunjukkan bahwa pembeli harus membuat pernyataan yang jujur mengenai prestasi produknya sehingga pembeli akan puas. Kreativitas dalam konsep bisnis dapat menguatkan persepsi konsumen untuk melakukan keputusan pembelian. Apabila konsep food and beverage dikemas dengan kreativitas dan inovasi yang menarik serta dukungan interior dan exterior display yang tepat, desain bangunan yang menarik, pemilihan warna dan pencahayaan yang pas, maka akan menciptakan suasana yang tidak hanya akan memberikan nilai tambah dari produk yang dijual, tetapi juga dapat menarik perhatian konsumen untuk melakukan proes keputusan pembelian. 2.1.5. Hubungan Citra Perusahaan dan Lokasi dengan Keputusan Pembelian Konsumen Citra perusahaan yang baik menjadi daya tarik kuat untuk menggiring konsumen mengkonsumsi produk atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan. Atau 31 setidaknya akan membangkitkan keinginan atau minat yang kuat dari konsumen untuk menikmati atau mengkonsumsi produk atau jasa yang ditawarkan dalam menentukan proses keputusan pembelian. Faktor saluran distribusi atau lokasi diakui ataupun tidak memberikan andil dalam kesuksesan suatu restoran atau cafe. Karena seorang konsumen atau calon konsumen akan sangat terbantu sekali apabila ketika mereka menginginkan suatu produk atau jasa tertentu dan jasa tersebut dapat dengan mudah dijangkau. Apabila faktor lokasi ini sudah optimal maka akan muncul persepsi tersendiri dari konsumen atas kinerja tersebut untuk melakukan proses keputusan pembelian. Proses dalam melakukan keputusan pembelian yang dilakukan konsumen tidak muncul begitu saja. Kemunculan terjadi setelah melewati beberapa tahap. Tahap pertama yaitu pengenalan masalah dimana konsumen mempunyai kebutuhan akan produk/ jasa yang ditawarkan lalu berlanjut ke tahap kedua yaitu pencarian informasi dimana konsumen mencari referensi tempat produk/ jasa tersebut ditawarkan lalu berlanjut pada tahap ketiga yaitu evaluasi alternatif dimana konsumen membuat pertimbangan tempat yang akan dipilih setelah mendapatkan informasi yang telah didapatkan lalu berlanjut pada tahap keempat yaitu keputusan pembelian dimana konsumen sudah membuat kepastian dan keputusan mengenai tempat produk/ jasa yang ditawarkan dan tahap kelima yaitu perilaku pasca pembelian dimana konsumen telah melakukan pembelian lalu mempunyai pengalaman atas pembelian produk/ jasa yang telah dilakukan. Untuk mendapatkan citra yang positif di mata konsumen dan mengetahui kebutuhan keinginan konsumen dalam melakukan pembelian terhadap produk yang ditawarkan maka perusahaan harus mempertimbangkan terlebih dahulu sikap konsumen terhadap suatu produk. Bila hanya sedikit konsumen yang menyatakan kepastian untuk melakukan pembelian, maka tugas dari komunikator untuk mengetahui alasannya dan kemudian mengembangkan upaya-upaya untuk mendorong perasaan menyukai. Komunikator juga terus berupaya membangun preferensi konsumen dengan mempromosikan kualitas, nilai, cita rasa, lokasi/ tempat, fasilitas, kinerja, dan keistimewaan lain produk tersebut agar dapat menarik konsumen untuk datang. Komunikator dapat menilai keberhasilan 32 promosi dengan mengukur kembali dan mengoptimalkan preferensi konsumen setelah promosi tersebut dilakukan. Terakhir untuk mencapai proses pembelian tentunya tugas komunikator membangun keyakinan antara konsumen bahwa produk yang ditawarkan merupakan pilihan yang tepat dan terbaik. 2.1.6. Penelitian Sebelumnya dan Jurnal Internasional 2.1.6.1. Penelitian Sebelumnya Terdapat beberapa penelitian sebelumnya mengenai citra perusahaan, lokasi, dan keputusan pembelian konsumen. Analisis penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan peneliti tersebut dipaparkan pada tabel 2.1. berikut ini : Tabel 2.1. Penelitian Sebelumnya No 1 Peneliti Judul dan Tahun Penelitian Metode Variabel Dimensi Hasil & Kesimpulan Tezza Adriansyah Anwar L2K 060032 Pengaruh Lokasi dan Citra Perusahaan Terhadap Minat Konsumen Roger’s Cafe & Lounge Bandung Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi eksplanatori Variabel independen : X= Lokasi Y= Citra Perusahaan Variabel X : X1 : Kestrategisan lokasi X2 : Ketersediaan angkutan umum X3 : Tempat parkir X4 : Akses keluar masuk cafe X5 : Visibilitas cafe dari jalan Dari hasil penelitian diketahui lokasi dan citra secara signifikan mempengaruhi minat konsumen Roger’s dan dari hasil perhitungan diketahui bahwa citra perusahaan lebih berpengaruh terhadap minat. Citra perusahaan yang selama ini dibangun terlanjur identik dengan citra Salon dan Spa yang memang menciptakan citra mahal, mewah, dan ekslusif. Citra perusahaan yang terkesan baik namun terkesan mahal, mewah, dan ekslusif ini ternyata justru membuat sebagian konsumen menjadi enggan untuk datang dan menikmati jasa yang ditawarkan oleh Roger’s. (2007) Variabel dependen : Z= Minat Konsumen Roger’s Café & Lounge Sumber : Perpustakaan MM Unpad 2. Risa Fadhila C2A009246 Analisis pengaruh Word of Mouth (WOM), Kualitas Layanan, Kualitas Produk, dan Lokasi Terhadap Keputusan Pembelian Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah non probability sampling dengan teknik sampling aksidental. Variabel Independen : X1= WOM X2= Kualitas pelayanan X3= Kulaitas produk X4= Lokasi Variabel dependen : Y= Keputusan Pembelian Variabel Y : Y1 : Kualitas produk Y2 : Kualitas karyawan Y3 : Logo perusahaan Y4 : Advertising Variabel Z : Awareness (pengetahuan produk/ jasa, daya ingat, dan kepercayaan) dan Interest (ketertarikan untuk datang). Variabel X1 : To talk, To promote, and To sell. Variabel X2 : Bukti Fisik, Keandalan, Daya tanggap, Jaminan, dan Empati. Variabel X3 : Kelengkapan Produk, Keleluasaan, Kedalaman, dan Fleksibilitas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel word of mouth, kualitas layanan, kualitas produk, dan lokasi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian pada Toko LEO Fashion Karangjati – Kabupaten Semarang, baik secara parsial maupun simultan. 33 No Peneliti Judul dan Tahun Penelitian Metode Variabel (Studi Kasus Pada Toko LEO Fashion Karangjati – Kabupaten Semarang) Variabel Y : Benefit Association, Prioritas dalam membeli, dan Frekuensi pembelian. Sumber : http://core.km i.open.ac.uk/d ownload/pdf/1 3653421.pdf Ibrahim Imaduddin Islam 107401935 Pengaruh Strategi Lokasi dan Tata Letak Terhadap Citra Perusahaan dan Keputusan Pembelian (Studi Kasus : ASTRA BizCenter Bandung). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Setelah data dikumpulkan, kemudian data diolah dengan menggunakan statistik deskriptif dan path analysis. Variabel independen : X1= Strategi lokasi X2= Stratregi tata letak Hasil perhitungan path analysis menunjukkan bahwa secara simultan lokasi, tata letak Astra Biz-Center dan citra PT. Astra International Tbk. secara bersama-sama mempengaruhi keputusan pembelian. Kemudian hasil perhitungan secara parsial menunjukkan bahwa variabel tata letak tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel citra perusahaan dan keputusan pembelian. Sedangkan variabel lokasi dan citra perusahaan masingmasing memiliki pengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif. dengan menggunakan sampel sebanyak 115 responden konsumen KFC Kawi Malang. Variabel independen : X= Brand Image Variabel X : X1 : Citra perusahaan X2 : Citra pemakai X3 : Citra produk Variabel dependen : Y= Keputusan Pembelian Variabel Y : Keputusan Pembelian Variabel dependen : Y1= Citra perusahaan Y2= Keputusan Pembelian (2011) Sumber: http://www.do cstoc.com/doc s/152798672/ 1304276_bab 1 4. Fransisca Paramitasari Musay Pengaruh Brand Image Terhadap Keputusan Pembelian (Survei Pada Konsumen KFC KAWI MALANG) (2011) Sumber : http://administ rasibisnis.stud entjournal.ub. ac.id/index.ph p/jab/article/vi ew/141 Hasil & Kesimpulan Variabel X4 : Kemudahan akses transportasi, Keamanan lokasi, dan Akses dari kantor publik. (2013) 3. Dimensi Hasil dari uji F pada penelitian ini menunjukkan bahwa brand image yang terdiri dari citra perusahaan, citra pemakai, dan citra produk secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian. Berdasarkan hasil uji t dapat diketahui bahwa variabel citra perusahaan dan citra produk berpengaruh secara signifikan sedangkan variabel citra pemakai berpengaruh positif akan tetapi tidak berpengaruh secara signifikan. 34 No 5. Peneliti Judul dan Tahun Penelitian Metode Variabel Dimensi Hasil & Kesimpulan Yulia Nurendah dan Mumuh Mulyana Analisis Strategi Lokasi Ritel dan Citra Toko Giant Botani Square Bogor Metode yang digunakan adalah Studi lapangan dan Studi kepustakaan. Variabel independen : X= Lokasi Ritel Variabel X terdiri dari : Kemudahan mencapai lokasi, Ketersediaan angkutan umum dan Kenyaman parkir. Dari hasil analisis terhadap citra toko, dapat disimpulkan bahwa Giant Botani Square baik dalam hal lokasi yang strategis, mudahnya transportasi umum, parkir aman, parkir nyaman, pelayanan parkir baik, dan kelengkapan produk. Sedangkan untuk faktor tarif parkir, Giant Botani Square becitra kurang baik karena tarif parkir di sana mahal. Sedangkan faktor-faktor lain dianggap biasa saja jika dibandingkan dengan Hypermart sejenis. (2009) Variabel dependen : Y= Citra Toko Giant Botani Square Bogor Variabel Y : Ramainya Pengunjung. Sumber : http://ebookbr owsee.net/jurn al-03-yulianurendah-danmumuhmulyana-pdfd426877827 6. M. Rizwar Ghazali C2A606068 Analisis Pengaruh Lokasi, Promosi, dan Kualitas Pelayanan terhadap Keputusan Membeli (Warnet (Warung Internet) XYZ Jl.Singosari, Kota Semarang) Tahun 2010 Sumber : http://eprints.u ndip.ac.id/264 95/1/skripsi_ij ar%28R%29.p df 7. Tina Susanti C2A008246 Analisis Pengaruh Kualitas Produk, Harga, Lokasi, dan Kualitas Pelayanan terhadap Keputusan Pembelian (Studi pada Waroeng Populasi dalam penelitian ini adalah para tamu para penggguna Warnet XYZ. Sampel yang diambil sebanyak 100 responden dengan menggunakan teknik NonProbability Sampling dengan pendekatan Accidental sampling. Variabel Independen : X1= Lokasi X2=Promosi X3= Kualitas Pelayanan Populasi yang digunakan adalah para konsumen Waroeng Spesial Sambal cabang Tembalang dengan jumlah sampel sebanyak 100 responden Variabel independen : X1= Kualitas produk X2= Harga X3= Lokasi X4= Kualitas pelayanan Variabel dependen : Y= Keputusan membeli Variabel X1 : Akses lokasi, Tempat parkir yang luas dan aman, Lingkungan yang mendukung. Variabel X2 : Periklanan, Promosi penjualan, dan Pemasaran langsung. Variabel X3 : Kualitas layanan dapat diandalkan, Daya tanggap, dan Kesopanan Berdasarkan analisis data statistik, indikator-indikator pada penelitian ini bersifat valid dan variabelnya bersifat reliabel. Pada pengujian asumsi klasik, model regresi bebas multikolonieritas, tidak terjadi heteroskedastisitas, dan berdistribusi normal. Urutan secara individu dari masingmasing variabel yang paling berpengaruh adalah variabel lokasi lalu variabel promosi kemudian diikuti dengan variabel kualitas layanan. Variabel Y : Melakukan pembelian ulang, Keyakinan pembelian terhadap produk, Kecepatan membeli terhadap produk Variabel dependen : Y= Keputusan pembelian Variabel X1 : Porsi yang pas, kualitas rasa yang unggul, dan kebersihan terjamin. Variabel X2 : Harga terjangkau, Harga sesuai dengan rasa, daya saing harga, dan harga yang bervariasi. Variabel X3 : Mudah dijangkau, parkir Berdasarkan analisis data statistik, indikator-indikator dalam penelitian ini bersifat valid dan relaibel. Pada pengujian asumsi klasik, model regresi bebas multikolonieritas, tidak terjadi heteroskedastisitas, dan berdistribusi normal. Variabel yang paling berpengaruh adalah variabel harga sedangkan variabel yang paling kecil mempengaruhi 35 No Peneliti Judul dan Tahun Penelitian Spesial Sambal cabang Tembalang, Semarang) Tahun 2012 Sumber : http://eprints.u ndip.ac.id/373 84/1/SUSAN TI.pdf 8. Pradana Jaka Purnama C2A006108 Analisis Pengaruh Produk, Harga, dan Lokasi terhadap Keputusan Pembelian (Studi Kasus pada Toko Murah di Sukoharjo) Tahun 2011 Sumber : http://eprints.u ndip.ac.id/290 50/1/Skripsi0 09.pdf Metode Variabel Dimensi dengan menggunakan teknik NonProbability Sampling dengan pendekatan Accidental Sampling. luas dan lingkungan mendukung. Hasil & Kesimpulan aman, yang adalah produk. variabel Variabel X4 : Pelayanan yang cepat, kualitas yang dapat diandalkan, dan daya tanggap. Variabel Y : Sesuai dengan keinginan dan kebutuhan, pertimbangan yang lama untuk membeli, dan Keinginan untuk membeli kembali. Analisis kuantitatif : -Uji validitas dan reliabilitas -Uji asumsi klasik -Analisis regresi Berganda -Pengujian hipotesis melalui uji t dan uji F -Analisis koefisien Determinasi Variabel independen X1= Produk X2=Harga X3= Lokasi Variabel dependen : Y= Keputusan Pembelian Variabel X1 : Variasi, keragaman, dan ketersediaan. Variabel X2 : Kesesuaian harga pasar, kestabilan harga, dan harga diskon. Variabel X3 : Visualisasi, Kestrategisan letak, Kondisi lingkungn yang aman dan nyaman. Variabel Y : Daya tarik produk, Daya tarik harga, dan Daya tarik tempat Secara parsial berdasarkan hasil uji t variabel-variabel dalam penelitian ini berpengaruh positif dan signifikan di mana produk memiliki pengaruh terbesar dibandingkan variabel lain dalam penelitian ini, sedangkan harga memiliki pengaruh paling rendah terhadap keputusan pembelian. Berdasarkan hasil uji F menunjukkan bahwa secara simultan atau bersama-sama variabel dalam penelitian ini yaitu produk, harga, dan lokasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. Dari beberapa penelitian mengenai topik yang berkaitan dengan citra perusahaan dan lokasi, maka yang membedakan penelitian ini dengan penelitianpenelitian sebelumnya adalah dari objek dan tempat penelitian serta variabelvariabel yang digunakan. Pada penelitian ini mengambil unit analsis konsumen Kedai Ling-Ling cabang Sukajadi kota Bandung. Akhmad Nastain Raditya (2009), melakukan penelitian terhadap pengaruh citra merek, pelayanan dan lokasi terhadap pembelian BBM di SPBU Pati. Data diperoleh dari kualitas penyebaran kuesioner terhadap 100 konsumen dengan menggunakan accidental sampling, yang kemudian dilakukan analisis terhadap 36 data yang diperoleh dengan menggunakan analisis data secara kuantitatif. Analisis data kuantitatif yang digunakan adalah uji validitas dan dan reabilitas, uji asumsi klasik, analisis regresi berganda, pengujian hipotesis melalui uji t dan uji F, serta analisis koefisien determinasi (R2). Dari hasil penelitian didapat bahwa variabel citra merek, pelayanan dan lokasi berpengaruh signifikan dalam mempengaruhi keputusan pembelian. Penelitian yang dilakukan oleh Larosa (2010) yang menganalisis pengaruh harga, kualitas produk, dan lokasi terhadap keputusan pembelian, menyatakan bahwa lokasi berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian dengan nilai koefesien regresi sebesar 0,341. Indikator dari lokasi dalam penelitian tersebut yaitu, lokasi dekat dengan tempat tinggal, lahan parkir yang cukup, lokasi dekat dengan pusat keramaian, dan lingkungan sekitar yang nyaman. Penelitian yang dilakukan oleh Purnama (2011) tentang analisis pengaruh produk, harga, dan lokasi terhadap keputusan pembelian menyimpulkan bahwa melalui uji F dapat dilihat secara simultan variabel dalam penelitian tersebut berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. Dengan kata lain untuk meningkatkan keputusan pembelian salah satunya dapat dilakukan dengan meningkatkan pemilihan lokasi yang strategis. Fifyanita dan Kamal (2012) dalam penelitiannya tentang analisis pengaruh harga, kualitas produk, dan lokasi terhadap keputusan pembelian menyimpulkan bahwa variabel lokasi mempunyai dampak yang paling dominan dalam keputusan pembelian. Disebutkan pula ketiga variabel independen yaitu pengaruh harga, kualitas produk, dan lokasi terbukti berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel keputusan pembelian. 2.1.6.2. Jurnal internasional Sebagai referensi tambahan dalam penyusunan skripsi ini terdapat beberapa jurnal internasional yang berhubungan dengan citra perusahaan, lokasi, dan keputusan pembelian konsumen. Analisis jurnal intrernasional yang pernah dilakukan peneliti tersebut dipaparkan pada tabel 2.2. berikut ini : 37 Tabel 2.2. Jurnal Internasional No 1. Peneliti Judul dan Tahun Penelitian Rusnah Muhamad ; Melewar, TC Segmentation and brand positioning for Islamic financial services (2012) Variabel Segmentati on Brand positioning Sumber : http://eresources.pnri.go.id: 2058/docview/1024 774347/1431D5B0F D33AC6DC2B/58? accountid=25704 2. 3. 4. Hossein Nezakati, MimibLia na Abu and Cowan Toh Exploring Hierarchy Situation of 4A Marketing Mix on Malaysia’s Fast Food Restaurants Stephen L. Sondoh Jr, Maznah Wan Omar, Nabsiah Abdul Wahid,Ish ak Ismail, and Amran Harun The Effect of Brand Image on Overall Satisfaction and Loyalty Intention in The Context of Color Cosmetic(2007) Prof. Dr. Muhamm ad Ehsan Malik, Muhamm ad Mudasar Ghafoor, Hafiz Kashif Iqbal Impact of Brand Image, Service Quality and price on customer satisfaction in Pakistan Telecommunication sector (2012) Dimensi Hasil & Kesimpulan Segmentasi : Demografi Status sosial Family life stage Studi ini memberikan bukti empiris dasar atau dimensi awal segmentasi konsumen untuk IFS. Temuan ini berguna dalam membimbing pengelolaan lembaga menawarkan IFS dalam membuat keputusan yang berkaitan dengan komunikasi pemasaran dan promosi strategi sebagai serta strategi produk dan brand positioning. Temuan empiris penelitian ini membuka jalan bagi memulai penelitian masa depan yang menjanjikan dan relevan, yang diperlukan untuk mendukung dan memperkaya pemahaman akademis dan praktek manajerial menghubungkan segmentasi pasar dan merek positioning untuk IFS di pasar global. Penelitian di masa depan harus fokus pada analisis isu-isu ini dari perspektif konsumen IFS untuk mengidentifikasi tren pembelian. Brand positioning: Product atributes User or applications of the product Product user Product class competitors Marketing Mix Product Price Promotion Tempat Hasil penelitian menunjukkan bahwa, aksesibilitas yang terletak di bagian atas dari hirarki, penerimaan, kesadaran dan keterjangkauan masing-masing peringkat. Oleh karena itu, sangat penting untuk restoran cepat saji dan pembuat kebijakan pemasaran untuk memperhitungkan keempat faktor hirarki untuk memperkaya strategi pemasaran koresponden. Brand Image Satisfaction Loyalty Functional Symbolic Social Experiential Appearance enhances Hasil penelitian menunjukkan bahwa citra merek berpengaruh secara signifikan terhadap loyalitas dan kepuasan secara keseluruhan tidak mempengaruhi loyalitas pelanggan, maka pemasar harus fokus pada manfaat citra merek di pelanggan untuk mencapai loyalitas pelanggan. Brand Image Service Quality customer satisfaction Recognation Reputation Affinity Domain Hasil dari penelitian ini adalah menguntungkan dan akan membantu penyedia layanan telekomunikasi untuk membentuk mereka produk dan kebijakan harga sedemikian rupa sehingga mereka bisa memaksimalkan kepuasan pelanggan dan mempertahankan mereka pelanggan untuk mencapai pangsa pasar yang lebih tinggi. Sumber: www.idosi.org/wasj /wasj15(8)11/16.pdf Sumber : http://web.usm.my/a amj/12.1.2007/aamj %2012-1-6.pdf Sumber, http://ijbssnet.com/j ournals/Vol_3_No_ 23_December_2012 /13.pdf 38 No 5. 6. 7. 8. Peneliti Judul dan Tahun Penelitian Variabel Dimensi Hasil & Kesimpulan Kambiz Heidarzad eh Hanzaee and Fatemeh Torabi Farsani The Effects of Brand Image and Perceived Public Relation on Customer Loyalty. (2011) Brand Image Perceived Public Relation Customer Loyalty Functional Symbolic Social Experiential Hasil penelitian menunjukkan bahwa .citra merek memiliki hubungan yang positif dengan loyalitas pelanggan. begitu juga dengan PR memiliki hubungan yang signifikan pula dengan loyalitas konsumen. Sharareh Momeni,S habnam Mousavi Khesal, Nasim Roustapis heh,Mahm ood Zohoori Factors Influencing Brand Image in Banking Industry of Iran. (2013) Brand Image Recognation Reputation Affinity Domain Including Tangibles Reliability Assurance Responsivene ss Empathy Hasil penelitian menekankan pentingnya citra merek dalam industri perbankan . penelitian ini menggaris bawahi dua faktor penting dapat mempengaruhi citra merek dalam industri ini . pertama Iklan sebagai alat yang ampuhdapat diterapkan oleh TV , media cetak , atau online . Di sisi lain kualitas layanan adalah faktor kedua termasuk ,tangibles, reliability ,assurance ,responsiveness , dan empathy. Imran Khan, Tauqir Ahmad Ghauri and Salman Majeed Impact of Brand Related Attributes on Purchase Intention of Customers. A Study About The Customers of Punjab, Pakistan. (2012) Sumber, http://www.idosi.or g/wasj/wasj13(2)/15 .pdf Brand Related Attributes Purchase Intention of Customers Brand knowledge Brand awarrness Hasil penelitian ini mengidentifikasi bahwa pengetahuan merek dan iklan merek memiliki dampak yang sama pada pria dan wanita . pengalaman dan niat beli yang tinggi pada pelanggan wanita kemudian laki-laki. Tapi pelanggan laki-laki memiliki hubungan merek kuat maka pelanggan wanita . Niat perilaku dan pembelian niat karyawan Punjab atas adalah tinggi. Dampak iklan dan pengetahuan tentang merek meningkat seiring dengan meningkatnya usia nasabah . Semua faktor merek terkait menunjukkan positif hubungan dengan niat pembelian pelanggan . Cheng Kung University , Kota Tainan, Taiwan Republik Cina Ekuitas merek , kualitas hubungan , nilai hubungan , dan loyalitas pelanggan : Bukti dari jasa telekomunikasi Ching- Fu Chena (2010) ekuitas pelanggan loyalitas pelanggan brand image citra perusahaan kualitas nilai Hasil menunjukkan bahwa merek dan citra perusahaan secara signifikan mempengaruhi kualitas hubungan , dan kualitas hubungan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai hubungan . Namun, loyalitas pelanggan tidak terpengaruh oleh salah satu dimensi citra dan kualitas hubungan langsung , citra lebih dan kualitas hubungan mempengaruhi loyalitas pelanggan dimediasi oleh nilai hubungan . Kualitas produk Nilai pelanggan Citra Kepuasan Loyalitas Nilai fungsional Nilai hedonis Nilai emosional Biaya Hasil menyatakan bahwa kualitas pelayanan secara langsung mempengaruhi nilai yang dirasakan , persepsi citra dan kepuasan pelanggan , bahwa nilai dan citra mempengaruhi kepuasan , bahwa nilai pengaruh citra perusahaan , dan bahwa kedua kepuasan pelanggan dan citra perusahaan merupakan penentu signifikan Sumber : http://journalarchieves45.webs.c om/407-503.pdf Sumber, http://journalarchieves33.webs.c om/502-508.pdf Sumber , http://www.cjournal .cz/files/139.pdf 9. Fazlzadeh Alireza, Khoshmar am Ali, Feyzipour Aram Kualitas produk , Nilai, Citra, dan Kepuasan terhadap Loyalitas pada Iran Telecom (2008) 39 No Peneliti Judul dan Tahun Penelitian Variabel Dimensi Sumber, http://www.ccsenet. org/journal/index.ph p/ijbm/article/viewF ile/8561/8178 10. Mahmud Akhter Shareef, Uma Kumar, Vinod Kumar Role of Different ECommerce Quality Factors on Purchase Decision: A Developing Country Perspective (2008) Hasil & Kesimpulan loyalitas . Dengan demikian , citra memiliki baik langsung dan tidak langsung (melalui nilai dan kepuasan ) berdampak pada loyalitas pelanggan. Kepuasan pelanggan memediasipengaruh kualitas layanan, nilai , dan citra perusahaan terhadap loyalitas pelanggan. Purchase decision EC quality Purchase decision EQ quality Market Segmentation Cultural Difference Developing country Penelitian ini untuk mengetahui persepsi kualitas yang diperlukan bagi konsumen keputusan pembelian di EC. Hasil dari penelitian ini Model QPI disempurnakan untuk negara-negara berkembang menunjukkan bahwa keputusan pembelian on-line secara signifikan dipengaruhi oleh layanan pelanggan yang dirasakan , nilai pelanggan , dirasakan keamanan operasional , keamanan situs yang dirasakan , dan dirasakan kepercayaan . Model TD kami untuk negaranegara berkembang menunjukkan bahwa kepercayaan yang dirasakan terhadap pembelian on-line secara signifikan dipengaruhi oleh kepercayaan sikap disposisi , dirasakan keamanan lingkungan setempat , dirasakan keamanan operasional , dan dirasakan keamanan situs web . Sikap kepercayaan disposisi dan dirasakan lokal keamanan lingkungan adalah atribut yang berasal dari niat pribadi perilaku , budaya negara , dan sosialnilai-nilai . Pada saat yang sama , privasi bukan merupakan faktor yang signifikan untuk keputusan pembelian sedangkan untuk negaranegara maju ,privasi memainkan peran yang sangat signifikan untuk keputusan pembelian online. Sumber: http://www.csulb.ed u/journals/jecr/issue s/20082/paper2.pdf 11. H. OstadAhmadGhorabi1 and D.Collado Ruiz Quality and Sustainability Criteria in Purchase Decisions of Teenagers (2012) Sumber: http://fundamentaljo urnals.org/ijfps/dow nloads/25Hesam151211.pdf Quality criteria Sustainability criteria Purchase decisions Eco-products Quality criteria Market survey Teenagers Tulisan ini membahas sebuah proyek di mana remaja yang disurvei untuk mengetahui tentang pentingnya aspek keberlanjutan dan kualitas produk dalam melakukan pembelian. Hasil penelitian ini jika produk yang dinilai sebagai yang berkelanjutan , dapat diduga dianggap sebagai berkualitas tinggi juga. 12. James C.Anderso n, James B. L. Thomson and Finn Wynstra Combining Value and Price to Make Purchase Decisions in Business Markets (2000) Sumber: http://selenium2.sm eal.psu.edu/isbm_s meal_psu_edu/resou rces/working-paperarticles/2000working-papers/192000-combiningvalue-and-price.pdf Combining value Price Purchase decisions Utility functions Separate functions Highervalued Higher-priced Purchase decisions Tujuan darin penelitian ini yaitu bagaimana manajer pembelian menggabungkan informasi tentang produk nilai penawaran dan harga untuk membuat keputusan pembelian. Hasil dari penelitian yaitu menunjukkan bahwa manajer tidak menganggap perubahan moneter-setara dalam nilai dan harga harus sama. Menggunakan referensi teori dependent, penulis menunjukkan bahwa, daripada fungsi utilitas tunggal, fungsi terpisah untuk nilai dan harga tampaknya mendasari keputusan pembelian. 40 Berdasarkan Journal of Business Research mengenai kualitas, nilai, citra, dan kepuasan dalam membentuk loyalitas di perusahaan telekomunikasi di Cina oleh Fujun Lai, Mitch Griffin, dan Barry J Babin (Oct 2009) yang menganalisis 118 konsumen sebuah perusahaan telekomunikasi selular di Cina mengungkapkan bahwa kualitas jasa secara langsung mempengaruhi perceived value dan image perceptions, dimana nilai dan citra mempengaruhi kepuasan, citra perusahaan juga mempengaruhi nilai, yang pada akhirnya baik kepuasan konsumen maupun nilai merupakan determinan yang signifikan bagi loyalitas. Selain itu, masih berdasarkan jurnal suatu riset marketing mengenai citra perusahaan menurut Zeynep Gurhan-Canli dan Rajeev Batra (Mei 2004) bahwa dalam dua percobaannya menunjukan bahwa citra perusahaan jika digabung dengan inovasi dan kepercayaan (tanpa Corporate Social Responsibility) mempengaruhi evaluasi terhadap produk lebih dari persepsi yang tinggi dari konsumen dalam pembelian suatu produk. Mereka menemukan riset tersebut berdasarkan pengaruh citra perusahaan terhadap evaluasi produk. Kedua penulis tersebut mendiskusikan implikasi dari kondisi melalui alur dari citra perusahaan terhadap evaluasi produk secara individu. 2.2. Kerangka Pemikiran Banyaknya produk yang berada di pasaran akhir-akhir ini menyebabkan banyaknya pilihan bagi konsumen dalam mencari variasi untuk memilih produk. Pemasaran dewasa ini merupakan pertempuran persepsi konsumen, tidak sekedar pertempuran produk. Beberapa produk dengan kualitas, model, fitur (karakteristik tambahan dari produk), serta kualitas yang relatif sama, dapat memiliki kinerja yang berbeda-beda di pasar karena perbedaan persepsi dari produk tersebut di benak konsumen. Hal ini membuat konsumen lebih selektif dalam melakukan seleksi terhadap produk. Begitu pula halnya seperti yang terjadi pada dunia jasa khususnya restoran dan cafe. Di dalam jasa, restoran, atau cafe bisa dikategorikan sebagai jasa utama yang disertai produk dan jasa tambahan. Karena itulah sangat penting sekali ketujuh faktor dalam bauran pemasaran jasa bisa dilaksanakan dan dioptimalkan dengan sebaik-baiknya. 41 Salah satu variabel atau faktor dari pemasaran jasa yaitu saluran distribusi atau lokasi tak luput pula memberikan andil dalam kesuksesan suatu restoran atau cafe. Karena harus diakui bahwa konsumen atau calon konsumen akan sangat terbantu sekali apabila ketika mereka menginginkan untuk sesegera mungkin menikmati produk atau jasa tersebut. Begitu pula halnya dengan Kedai Ling-Ling yang memiliki lokasi sangat strategis. Lokasinya yang terletak di salah satu jalan utama di kota Bandung yaitu jalan Sukajadi tentu saja sangat mudah dijangkau dengan akses jalan yang sangat banyak. Selain itu, jasa angkutan yang tersedia untuk mencapai lokasi tersebut banyak pilihannya dan hampir dua puluh empat jam tersedia. Pemilihan lokasi ini juga tidak terlepas dari pertimbangan-pertimbangan seperti hal itu. Seperti dalam bisnis retail, pemilihan lokasi merupakan tiga (3) hal yang sangat penting dalam industri tersebut. Levy dan Weitz (2007:185) mengatakan bahwa pemilihan lokasi sangat penting dalam industry ini dikarenakan : 1. Lokasi merupakan faktor utama yang menjadi pertimbangan konsumen dalam pemilihan toko atau penyedia jasa yang mereka inginkan. 2. Pemilihan lokasi merupakan hal yang penting karena faktor ini bisa digunakan untuk menciptakan keunggulan kompetitif yang mapan. 3. Pemilihan lokasi sangat beresiko Lokasi atau tempat juga tidak hanya merepresentasikan suatu kemudahan yang akan didapat oleh konsumen. Seperti yang telah dikatakan oleh Kotler (2003:94-95), lokasi atau tempat juga harus bisa memasarkan atau mempromosikan dirinya sendiri. Karenanya, lokasi atau tempat pada dasarnya melakukan empat aktivitas yaitu: jasa yang ditawarkan harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat; harga yang ditawarkan harus bisa menarik konsumen dan memperkuat citra yang ingin dibentuk; membentuk lokasi yang strategis sehingga memudahkan bagi konsumen; dan yang tak kalah penting adalah bahwa lokasi atau tempat akan mempromosikan nilai dan citra dari tempat atau lokasi itu sendiri sehingga konsumen bisa membedakannya dengan Cafe lain. Seiring dengan berjalannya waktu, maka suatu perusahaan baik yang menghasilkan suatu produk maupun jasa akan dengan sendirinya mendapatkan 42 persepsi dari konsumen bahkan dari masyarakat luas terkait dengan kinerjanya. Persepsi ini bisa terbentuk dengan sendirinya ataupun memang sengaja dibentuk oleh perusahaan tersebut. Citra perusahaan yang baik menjadi daya tarik kuat untuk menggiring konsumen mengkonsumsi produk atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan atau setidaknya akan membangkitkan keinginan atau minat yang kuat dari konsumen untuk menikmati atau mengkonsumsi produk atau jasa yang ditawarkan oleh produsen dalam proses menentukan keputusan pembelian. Keputusan pembelian berdasarkan minat yang kuat dari seorang konsumen tentu saja tidak muncul begitu saja. Kemunculan terjadi setelah mengalami beberapa tahap, misalnya bagaimana konsumen mengalami tahap perhatian lalu berlanjut ke tahap minat. Lebih jauh lagi bahwa konsumen tersebut bisa menuju ke tahap kehendak. Ketika sudah mencapai tahap ini, setidaknya calon konsumen sudah mempunyai keinginan yang kuat untuk menikmati jasa tersebut namun belum menemukan waktu dan kesempatan yang tepat dalam menentukan keputusan pembelian. Proses yang dilakukan konsumen dalam melakukan keputusan pembelian. Tahap pertama yaitu pengenalan masalah dimana konsumen mempunyai kebutuhan akan produk/jasa yang ditawarkan lalu berlanjut ke tahap kedua yaitu pencarian informasi dimana konsumen mencari referensi tempat produk/ jasa tersebut ditawarkan lalu berlanjut pada tahap ketiga yaitu evaluasi alternatif dimana konsumen membuat pertimbangan tempat yang akan dipilih setelah mendapatkan informasi yang telah didapatkan lalu berlanjut pada tahap keempat yaitu keputusan pembelian dimana konsumen sudah membuat kepastian dan keputusan mengenai tempat produk/ jasa yang ditawarkan dan tahap kelima yaitu perilaku pasca pembelian dimana calon konsumen telah menikmati produk/ jasa yang ditawarkan dan memiliki pengalaman. Untuk bisa mencapai ke dalam tahapan-tahapan tersebut, maka diperlukan berbagai upaya dari café agar calon konsumen setidaknya mengetahui keberadaan dari cafe. Misalnya adalah dengan menggunakan bauran pemasaran dan pembentukan citra merek dan citra perusahaan yang baik. Citra perusahaan itu sendiri merupakan segala sesuatu yang mempengaruhi bagaimana suatu perusahaan diterima dan dipahami oleh semua segmen market yang dilambangkan 43 oleh konsumen melalui kepercayaan, tingkah laku, daya tarik, dan asosiasi terhadap perusahaan tersebut. Karena itulah, faktor citra perusahaan dan lokasi bisa dijadikan sebagai faktor-faktor yang mendukung keberhasilan dari café itu sendiri dan akan menentukan proses keputusan pembelian konsumen itu sendiri. Berdasarkan uraian kerangka pemikiran diatas, maka dapat dibuat kerangka pemikirannya seperti yang terlihat pada gambar 2.6 : KEDAI LING-LING CITRA PERUSAHAAN LOKASI Model Keputusan Pembelian 1. Pengenalan Masalah 2. Pencarian Informasi 3. Evaluasi Alternatif 4. Keputusan pembelian Proses Keputusan Pembelian Penelitian yang dilakukan Umpan balik Gambar 2.6. Kerangka Pemikiran 5. Perilaku Pasca Pembelian 44 Dengan kerangka pemikiran diatas, maka dapat dibuat paradigma penelitian seperti terlihat pada gambar 2.7. : CITRA PERUSAHAAN Kualitas Produk Kualitas Pelayanan Karyawan Identitas Perusahaan LOKASI a. Alur Lalu Lintas dan Aksesbilitas Kestrategisan Lokasi Ketersediaan Angkutan Umum b. Karakteristik Lokasi Akses Keluar Masuk Kedai Visibilitas Kedai KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN KEDAI LING-LING Pengenalan Masalah Pencarian Informasi Evaluasi alternatif Keputusan Pembelian Perilaku Pasca Pembelian Gambar 2.7. Paradigma Penelitian 2.3. Hipotesis Penelitian Berdasarkan paradigma diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut : 1. Hipotesis “Citra perusahaan dan lokasi berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen Kedai Ling-Ling cabang Sukajadi Bandung”. 2. Sub Hipotesis a. Citra perusahaan berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen Kedai Ling-Ling cabang Sukajadi Bandung. b. Lokasi berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen Kedai LingLing cabang Sukajadi Bandung.