studi altruism: identifikasi kemungkinan

advertisement
JURNAL STUDI MANAJEMEN & ORGANISASI
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/smo
Volume 11, Nomor 2, Desember, Tahun 2014, Hal. 1-20
STUDI ALTRUISM: IDENTIFIKASI KEMUNGKINAN MENGINTRODUSIR
ELEMEN ALTRUISM KE DALAM KONSTRUK MOTIVASI PADA
ELABORATION LIKELIHOOD MODEL
Agus Abdurrahman
[email protected]
Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia
Abstrak
Studi mengenai altruism dalam komunikasi pemasaran ini ingin berfokus pada perubahan sikap
dan perilaku konsumen sebagai hasil dari sebuah proses penerimaan informasi ataupun pesan.
Hasil riset dan tulisan yang merujuk kepada konsep dan teori altruism telah dipublikasikan oleh
Robert L.West (2006), David K. Levine (1997), Rajan Nataraajan dan Richard P Bagozzi (2000)
yang memberikan sebuah titik tolak untuk adanya sebuah kemungkinan dibangunnya konsep dan
teori altruism dalam kontek komunikasi pemasaran.
Keywords : Marketing Communication, Consumer Behavior, Alturism
perilaku konsumen sebagai hasil dari sebuah
Pendahuluan
Studi
altruism
dalam
kontek
proses penerimaan informasi ataupun pesan.
komunikasi pemasaran masih belum banyak
Hasil riset dan tulisan yang merujuk
dilakukan oleh para peneliti dan akademisi,
kepada konsep dan teori altruism telah
terutama pada area perubahan sikap dan
dipublikasikan oleh Robert L.West (2006),
David K. Levine (1997), Rajan Nataraajan
1
JURNAL STUDI MANAJEMEN & ORGANISASI
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/smo
Volume 11, Nomor 2, Desember, Tahun 2014, Hal. 1-20
(2000) yang
pengembangan teori ELM adalah “ELM, A
memberikan sebuah titik tolak untuk adanya
Missing Intrinsic Emotional Implication”
sebuah kemungkinan dibangunnya konsep
oleh Jon D. Morris, ChongMoo Woo, dan A.
dan teori altruism dalam kontek komunikasi
J. Singh. Studi yang mereka lakukan
pemasaran.
tersebut
menunjukkan adanya peran yang sangat
banyaknya studi lebih lanjut
signifikan dari aspek emosi dalam proses
pada bidang kajian perubahan sikap dan
persuasi. Selain itu juga ditunjukkan oleh
perilaku
peneliti-peneliti
dan Richard P Bagozzi
mendorong
mengacu
Tulisan-tulisan
yang
pada
pada
umumnya
Elaboration
masih
tersebut
bahwa
emosi
Likelihood
merupakan bagian penting didalam proses
Model (ELM) yang dikembangkan oleh
kognitif. Studi interaksi antara emosi dan
Petty dan Casioppo pada tahun (1986) (Fig.
motivasi oleh Mark H. Bickhard menjadi
1). Hasil riset terkait yang memberikan
bagian yang sangat relevan didalam kajian
kontribusi
altruism.
cukup
signifikan
pada
2
JURNAL STUDI MANAJEMEN & ORGANISASI
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/smo
Volume 11, Nomor 2, Desember, Tahun 2014, Hal. 1-20
Gambar 1.
Central and Peripheral Route (Petty&Casioppo)
3
JURNAL STUDI MANAJEMEN & ORGANISASI
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/smo
Volume 11, Nomor 2, Desember, Tahun 2014, Hal. 1-20
Artikel ini merupakan hasil dari sebuah studi
others, yaitu sebuah prinsip yang selalu
literatur
mempertimbangkan
yang
dilakukan
mengeksplorasi
untuk
kemungkinan
kebaikan
dan
kebahagian bagi orang lain. Kata lain dari
mengintrodusir elemen altruism kedalam
altruism
konstruk motivasi, dimana motivasi adalah
unselfishness, yang diartikan sebagai the
komponen dari Elaboration Likelihood dan
quality of not putting yourself first but being
merupakan
untuk
willing to give your time or money or effort
kemungkinan terjadinya proses informasi
for other, atau sebuah derajat dimana anda
ataupun pesan. Pada bagian awal artikel ini
tidak mendahulukan diri anda sendiri tetapi
akan disampaikan referensi yang dapat
bersedia untuk memberikan waktu ataupun
digunakan didalam membangun konsep dan
harta, ataupun sebuah upaya untuk orang
teori altruism, selanjutnya akan dijabarkan
lain. Robert L. West (2009) dalam artikel:
konstruk
“An Alternative Perspective Based On
momentum
motivasi
awal
dalam
Elaboration
adalah
Budhist
relevan, bagian akhir dari artikel ini adalah
sebagai the urge to help another dan
untuk mengidentifikasi elemen altruism
mengartikan selfishness, lawan kata dari
dalam konstruk motivasi.
unselfhness sebagai the urge to help
Kamus Oxford, (1986) mengartikan
sebagai
principle
altruism
yourself.
Kerangka Pemikiran Teoritis
altruism
mengartikan
atau
Likelihood dan hasil kajian lainnya yang
kata
Theory”,
selflessness
of
considering the well-being and happiness of
Penganut
(Dawkins,2007)
teori
mengajukan
evolusi
argumen
bahwa teori evolusi mengajarkan bahwa
pada dasarnya seseorang adalah selfish atau
4
JURNAL STUDI MANAJEMEN & ORGANISASI
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/smo
Volume 11, Nomor 2, Desember, Tahun 2014, Hal. 1-20
mementingkan diri sendiri, dengan demikian
kontribusi keberlangsungan hidup sebuah
suatu tindakan yang terkait dengan altruism
kelompok
dijelaskan melalui mekanisme resiprositi
seseorang menjadi bagian dari kelompok
(Trivers,1971) dan bersifat kekeluargaan
atau masyarakat tersebut”.
(Haldane,1955;
Hamilton,
1963).
Pendalaman kembali teori altruism yang
bersifat kelompok atau masyarakat (Sober &
Wilson,
1998;
mengajukan
Wilson,
sebuah
2003),
argumen
yang
bahwa
altruism murni dapat dilaksanakan melalui
pemberian sebuah keunggulan pada level
kelompok. Argumen-argumen yang ada
secara umum memberikan kerangka diskusi
pada masalah altruism dengan berbagai
model
yang
menjelaskan
bagaimana
selfishness dan altruism bekerja dalam
proses berfikir manusia (Robert L. West,
2009).
altruism
secara
masyarakat
dimana
Dalam pandangan kontemporer studi
etika, altruism merupakan sarana penting
untuk memahami dinamika sistem etika.
Namun demikian dapat dipastikan akan
muncul permasalahan dengan membangun
struktur etika dalam lingkup altruism.
Altruism
diasumsikan
kebenaran
yang
sebagai
masih
suatu
dipertanyakan,
sebagaimana pertanyaan tentang keberadaan
Tuhan, sebagaimana pertanyaan mengapa
ibumu
mencintaimu,
dan
pertanyaan
berbagai hal yang menjadi bagian dari
berderma dan berbuat kebaikan. Pendekatan
ini
Difinisi
atau
bisa
jadi
dapat
digunakan
untuk
umum
membangun sebuah teori evolusi dari etika,
adalah: “Perilaku kooperatif yang bersifat
meski pendekatan ini akan cenderung
instingtif, yang mana seseorang bersedia
mengundang banyak pertanyaan ketimbang
berkorban atau tidak mengharapkan balasan
memberikan jawaban. Terlebih lagi ketika
apapun secara pribadi, demi memberikan
argumen yang diajukan cenderung hanya
5
JURNAL STUDI MANAJEMEN & ORGANISASI
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/smo
Volume 11, Nomor 2, Desember, Tahun 2014, Hal. 1-20
dipermukaan dan simplisitik, jauh dari
sistem
sebuah
yang
demikian melalui rentang waktu yang cukup
dibutuhkan untuk menuju pada sebuah
lama, altruism menjadi suatu bagian dari
penyimpulan substantial.
sebuah sistem biologikal yang funsional dan
terbaik
pemikiran
yang
mendalam
dapat
Mungkin hal
saingannya).
Dengan
untuk
praktikal. Altruism dapat bertindak sebagai
mengintegrasikan altruism kedalam teori
sebuah katalisator untuk perubahan etika
etika adalah dengan sebuah gagasan, bahwa
dalam suatu masyarakat (Altruism & Ethical
selama
Theory).
milyaran
dilakukan
biologi
tahun
perkembangan
genetika, sistem biologikal individu yang
bekerjasama
dengan
sistem
biologikal
lainnya telah bertahan hidup lebih baik
dibandingkan dengan sistem yang bekerja
hanya untuk tujuan individu itu sendiri.
Fakta menunjukkan bahwa seorang ibu
bersedia berkorban demi kebaikan anaknya,
atau seorang tentara bersedia mengorbankan
dirinya meledak bersama granat tangan
untuk melindungi tentara yang lain, hal ini
menunjukkan
sebuah
hukum
system
biologikal yang tetap atau natural, bahwa
tindakan yang demikian memberikan sebuah
sistem biologi (binatang, serangga, atau
manusia memiliki keunggulan terhadap
Sejalan dengan pemaparan altruism
dan etikal teori adalah pemaparan Marketing
Model of Humankind (Richard, 2000),
dinyatakan
bahwa
image
yang
begitu
dominan bagi pelaku pemasaran, baik
penjual ataupun pembeli adalah egoisme,
baik konsumen dan pemasar diasumsikan
melakukan pertukaran yang dimotivasi oleh
self-interest. Pandangan seperti ini tidak
hanya berlaku pada teori-teori modern,
seperti teori pilihan, teori pertukaran nilai
ekonomi, dan hubungan institusional, namun
sudah menjadi hal yang dianggap lazim,
bahkan dikalangan akademisi pemasaran,
para praktisi dan konsumen. Sudah barang
6
JURNAL STUDI MANAJEMEN & ORGANISASI
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/smo
Volume 11, Nomor 2, Desember, Tahun 2014, Hal. 1-20
tentu hal ini sudah menjadi pandangan hidup
pribadi, kebanggaan pribadi. Mengapa teori-
setiap orang, para politisi dan pembuat
teori
kebijakan. Para pemasar jarang sekali untuk
altruism sangat jarang atau untuk tidak
dapat menyadari bahwa image manusiawi
mengatakan
berakar pada self-interest, opportunis, dan
Barangkali kemunculan sebuah pertukaran
dorongan
memaksimalkan
yang bersifat altruism akan menimbulkan
penghasilan pribadi. Jika demikian, adakah
kecurigaan, jika tidak menjadi bahan olok-
alternative
itu.
olokan para pemasar, meski demikian
Bagaimana dengan sebuah gagasan, bahwa
bukankah paradigma pemasaran berbasis
pelaku pemasaran mendasarkan diri pada
pada selfishness saling bersebelahan dengan
sebuah alter (altruism) dibandingkan ego,
paradigma pemasaran berbasis altruism.
selain
untuk
jalan
pemasaran
keuntungan
keluar
yang
pribadi,
dari
hal
didorong
mengapa
atas
tidak
mendasarkan teori pemasaran dan asumsiasumsi yang digunakan pada motivasi
seseorang
dalam
pertukaran
altruistik;
dimana pihak-pihak yang terlibat dalam
pertukaran sangat mungkin didorong oleh
kesediaan untuk berkorban, rela berbagi,
rasa kemanusiaan, dan tujuan berimbang
atau kemaslahatan; dan mungkin juga
didorong oleh tujuan-tujuan kepentingan
pribadi, keuntungan pribadi, kepemilikan
perilaku
pemasaran
tidak
Problem
berdasarkan
dapat
yang
ditemukan.
mungkin
timbul
berkenaan dengan teori pemasaran berbasis
egoism
atau
altruism
adalah
bahwa
pertukaran dalam pemasaran tidak selalu
dicirikan
“altruism”.
sebagai
Sebagai
“egoism”
contoh,
ataupun
seseorang
ataupun institusi tidak selalu bertindak
menurut kalkulus atau optimasi rational selfinterest, pada suatu saat mereka dapat
bertindak bertentangan dengan kepentingan
mereka sendiri dan bahkan memberikan
manfaat pada yang lain, memang banyak
7
JURNAL STUDI MANAJEMEN & ORGANISASI
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/smo
Volume 11, Nomor 2, Desember, Tahun 2014, Hal. 1-20
teori yang sudah dipelajari tidak hanya gagal
Studi altruism dibidang ekonomi
untuk memperhitungkan kejadian-kejadian
dilakukan oleh David K. Levine, yang
semacam
mengabaikannya.
menjelaskan bahwa didalam eksperimen
Apapun pendekatan yang menggunakan
pada sebuah “market game”, teori selfish
asumsi-asumsi yang bertentangan dengan
player berjalan dengan baik, demikian juga
sebuah perilaku yang sesungguhnya dari
teori
manusia ataupun institusi adalah sebuah
prediksi-prediksi yang tidak ada bedanya
teori
dengan teori selfish player (Levine, 1995).
itu,
bahkan
pemasaran
yang
cacat
dalam
pandangan altruism. Masalah lain terkait
dengan teori-teori kontemporer, dan yang
menuju pada inti permasalahan dilapangan,
adalah bahwa kita butuh sebuah pendekatan
yang dapat mengantisipasi keterbatasan
dalam menjelaskan dan memprediksi ketika
konsumen dan manager bertindak secara
selfish ataupun unselfish. Oleh sebab itulah
tampaknya akan menjadi lebih baik untuk
melihat perilaku pemasaran sebagai sebuah
panduan dialektik atau keseimbangan antara
motivasi
selfish
dan
altruistik,
yang
diwujudkan dalam pertukaran melalui dua
hal yaitu psikologi individu dan proses
sosial (Rajan dan Richard).
altruism
Studi
dapat
altruism
berjalan
dapat
dengan
dikatakan
sebagai salah satu bagian dari sebuah upaya
untuk menghindari adanya potensi risiko
“the new marketing myopia”, sebagaimana
digambarkan dalam presentasi Prof. Shelby
Hunt
pada
symposium
“Rethinking
Marketing” dengan mengajukan tiga buah
pertanyaan. Pertama, mengapa pemasaran
hanya dapat memberikan kontribusi yang
sangat
terbatas
pada
kancah
strategis
sepanjang sepuluh tahun terakhir; kedua,
mengapa pemasaran difokuskan pada aspekaspek yang tidak membangun relationship;
dan ketiga, mengapa journal-journal menjadi
hampir
sangat
eksklusif
hanya
8
JURNAL STUDI MANAJEMEN & ORGANISASI
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/smo
Volume 11, Nomor 2, Desember, Tahun 2014, Hal. 1-20
menyuguhkan studi yang menggunakan
(IMC, David & Amanda, 2001). Influencer
metode kuantitatif. Studi altruism berusaha
adalah
memberikan kontribusi dalam memberikan
pandangannya
jawaban pada dua pertanyaan terakhir, yaitu
pengambilan
dengan melakukan studi literature dan riset
atau
dengan metode kualitatif. dan menjadi ajang
mengambil keputusan pada setiap komponen
studi bagi peneliti dan akademisi yang
dari sebuah keputusan pembelian: membeli
menaruh interest cukup besar pada bidang
atau tidak, apa yang akan dibeli, bagaimana
kajian
membeli,
pemasaran,
khususnya
bidang
seseorang
yang
nasehat
dapat
mempengaruhi
keputusan.
Decider
adalah
atau
dan
Decision-maker
seseorang
dimana
yang
membelinya
(Marketing Man. an Asian perspective,
komunikasi pemasaran.
Konstruk Motivasi Dalam Elaboration
Likelihood Model: Kontek Komunikasi
Kotler, Hong, Meng, Tiong, 1996). Bidang
kajian komunikasi pemasaran telah banyak
menarik perhatian para peneliti dan ahli
Pemasaran
pemasaran, terutama pada kajian proses
Salah
satu
fungsi
Komunikasi
informasi ataupun pesan.
Pemasaran adalah kemampuannya untuk
memberikan
impak
pada
pengambilan
keputusan seorang konsumen. Peran penting
lainnya
dalam
kontek
komunikasi
pemasaran adalah mempengaruhi individuindividu
yang
memiliki
pengaruh
–
influencer, dengan demikian mereka dapat
memberikan arahan positif kepada seseorang
pengambil keputusan – decision-maker,
Bidang
pemasaran
kajian
yang
banyak
komunikasi
dibicarakan
dikalangan peneliti dan ahli pemasaran
selama lebih dari 25 tahun adalah kajian
mengenai
konstruk
perubahan
kognitif
dalam disiplin ilmu psikologi, khususnya
yang membahas memori, proses pemikiran,
cognitive dissonance, atribut, dan respon
9
JURNAL STUDI MANAJEMEN & ORGANISASI
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/smo
kognitif
(Looking
Volume 11, Nomor 2, Desember, Tahun 2014, Hal. 1-20
Back,
ataupun jalur Peripheral dalam ELM adalah:
Richard,
“ Motivation, Ability, dan Opportunity”,
1999) . Salah satu dari bidang kajian
(MarCom, Patrick, Maggie, and Joeri 2001).
tersebut adalah teori pembentukan dan
Motivasi
perubahan
memberikan peran pada perubahan atau
Psychology&Marketing,
sikap,
Rajan,
yaitu
Elaboration
dan
ability
Likelihood Model, yang dikontruksi dalam
pembentukan
sebuah
model
dijelaskan dalam ELM. Kajian dan riset
tersebut dijelaskan secara detil bagaimana
konsumen seperti ELM yang menekankan
sebuah proses persuasi terjadi (lihat kembali
pada Information-Processing Theory (IPT)
Fig.1).
Model
dan Behavior Decision Theory (BDT) tidak
yang
dapat dianggap tidak penting. Kita banyak
menjelaskan perubahan sikap, ELM diyakini
mendapatkan pemahaman berkenaan dengan
dapat memberikan sebuah kerangka kerja
bagaimana
yang cukup baik untuk mengorganisasi,
memproses sebuah informasi atau pesan,
kategorisasi, dan memahami proses dasar
bagaimana preferensi dan sikap terbentuk,
berlangsungnya
persuasive
bagaimana pilihan dan keputusan dibuat,
(ELM; Petty & Cacioppo 1981). ELM
dan bagaimana reaksi terhadap sebuah
menggambarkan bahwa didalam proses
komunikasi persuasive pada riset IPT dan
persuasi terdapat dua jalur untuk persuasi,
BDT
yaitu jalur Sentral dan jarul Peripheral.
Psychology&Marketing,
model
dimana
Elaboration
(ELM)
adalah
didalam
Likelihood
sebuah
teori
komunikasi
Komponen penting yang menjadi
penentu
persuasive
apakah
akan
sebuah
melalui
komunikasi
jalur
Sentral
1999).
sikap
masing-masing
sebagaimana
konsumen
memikirkan
(Looking
Meski
yang
demikian
dan
Back,
Rajan,
Richard,
adalah
terlalu
berisiko untuk menerima asumsi-asumsi
yang
telah
digunakan,
dengan
tidak
10
JURNAL STUDI MANAJEMEN & ORGANISASI
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/smo
mencermati
sisi
keterbatasannya,
Volume 11, Nomor 2, Desember, Tahun 2014, Hal. 1-20
dan
stimulus dan mendorong sebuah perilaku,
mengesampingkan pandangan alternative
dan memberikan arahan spesifik pada
atau komplementari. Satu hal yang sangat
perilaku
fundamental
Hawkins, Best, Coney; 2001). Seseorang
namun
tidak
banyak
tersebut
(Consumer
dikemukakan dalam kajian IPT dan BDT
memiliki
adalah mengenai motivasi. Memang tampak
memotivasi
tidak ada perdebatan lagi tentang bagaimana
tindakan tertentu (Clark Hull, Human
seseorang melakukan proses berfikir dan
theory,
membuat pilihan, namun demikian muncul
menyatakan bahwa
sebuah pertanyaan, apa yang mengawali
untuk menjaga level tertentu dari suatu
seseorang
yang
arousal agar dapat merasa nyaman atau
sebuah
tenang. Arousal merujuk pada adanya
pilihan. Sangat diharapkan kita sepakat
aktivitas secara emosional, intelektual, dan
untuk menjawab dua buah pertanyaan
pisikal.
terakhir dengan masuk kedalam kajian
seseorang perlu mendaki gunung, menonton
fundamental
film sedih, mendatangi pertandingan tinju
melakukan
mendorong
dan
itu.
Apa
mengarahkan
motivasi,
sebelum
kita
membahas lebih lanjut konstruk motivasi
dalam ELM.
kebutuhan
Behavior,
untuk
1943,
Arousal
biologikal
melakukan
1952).
Teori
yang
sebuah
Arousal,
seseorang didorong
menjelaskan
mengapa
(Web resources Psychology 101, Author).
Dalam
kontek
komunikasi
Motivasi adalah menjadi alasan seseorang
pemasaran, arousal menjelaskan mengapa
berperilaku
seseorang harus memberikan “selective
atau
melakukan
tindakan.
yang
attention” pada sebuah informasi ataupun
menjelaskan sebuah kekuatan dari dalam
pesan. Attention dipahami sebagai fokus
yang
pada dan berfikir tentang sebuah informasi
Motive
adalah
tidak
sebuah
tampak
konstruk
yang
memberikan
11
JURNAL STUDI MANAJEMEN & ORGANISASI
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/smo
Volume 11, Nomor 2, Desember, Tahun 2014, Hal. 1-20
ataupun sebuah pesan yang dilihat ataupun
Maslow (1970) dalam sebuah piramida
didengarnya. Selektifitas adalah sesuatu
“Hierarchi of Needs”. Menurut Maslow,
yang mesti terjadi oleh sebab kapasitas
tidak akan pernah seseorang dapat mencapai
prosesing informasi adalah terbatas, dan
puncak piramida, meski seseorang berusaha
efektifitas
kapasitas
untuk mencapainya dan barangkali ada
mengharuskan seseorang konsumen untuk
diantaranya telah berhasil mendekati puncak
mengalokasikan
piramida, tapi tidak akan pernah seseorang
penggunaan
energy
mental
kepada
mencapai
puncak
“self-
sebuah pesan yang relevan dan merupakan
betul-betul
ketertarikan dari sebuah tujuan ( An
actualization”. Oleh Maslow dijelaskan apa
Information Theory of Consumer Choice,
yang dimaksud dengan “self actualization”,
James B. Bettman, 1979).
yaitu pemahaman yang menyeluruh tentang
Humanistik
Teori
menjelaskan
bahwa manusia didorong untuk mencapai
potensi maksimum yang ada dalam dirinya
dan akan selalu demikian kecuali ada
kesulitan-kesulitan
yang
menghadang
siapa
diri
kita,
sebuah
perasaan
kesempurnaan, menjadi pribadi yang terbaik
sejauh ada kemungkinan untuk itu (Web
resources Psychology 101, Author).
Teori
Hierarchi
of
Needs
dan
dihadapannya. Kesulitan tersebut antara lain,
Humanistik Teori mejadi pintu masuk bagi
kelaparan, kehausan, masalah keuangan,
gagasan Marketing Model of Humankind
masalah keselamatan, atau hal lain yang
yang telah diuraikan pada sesi referensi
dapat mengalihkan perhatian seseorang dari
konsep dan teori altruism. Kajian motivasi
upaya
potensi
belum cukup untuk menjelaskan bagaimana
pertumbuhannya secara psikologis. Teori ini
altruism memberikan pandangan alternative
dijelaskan dengan baik oleh Abraham
terhadap
untuk
memaksimumkan
proses
perubahan
sikap
dan
12
JURNAL STUDI MANAJEMEN & ORGANISASI
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/smo
Volume 11, Nomor 2, Desember, Tahun 2014, Hal. 1-20
perilaku sebagaimana yang telah dijelaskan
jalur alternatifnya disebut dengan “the
dalam ELM.
peripheral route” atau jalur peripheral.
ELM menjelaskan motivasi sebagai
titik awal terjadinya persuasi, dimana ketika
sebuah komunikasi persuasive hadir atau
“come in contact” dengan seseorang, maka
motivasi akan mendorong seseorang untuk
mengelaborasi atau memberikan selective
attention” pada sebuah informasi atau
pesan. Tahap berikutnya sebuah informasi
atau
pesan
akan
diproses
menurut
kemampuan atau ability untuk mampu
memahami
ataupun
tidak
mampu
memahami sebuah pesan. Proses berikutnya
adalah pada area “cognitive processing”,
yang menghasilkan pemikiran untuk setuju
dan tidak setuju terhadap sebuah informasi
atau pesan menurut
pemahaman
yang
dimiliki. Kemudian proses terakhir adalah
terjadinya perubahan sikap pada seseorang,
apakah sikapnya positif ataupun negative.
Proses informasi diatas disebut sebagai “the
central route” atau jalur sentral, sementara
Proses informasi ataupun pesan menurut
jalur peripheral terjadi ketika seseorang
tidak terdorong untuk mengelaborasi atau
memberikan perhatian pada sebuah pesan.
Demikian juga proses yang menyangkut
ability tidak terjadi, maka yang terjadi pada
jalur peripheral adalah seseorang yang
berhadapan
degan
memberikan
sebuah
pesan
akan
pada
pesan
yang
respon
bersifat peripheral cues, seperti celebrity
endorsers, background music, scenery, dan
graphics,
(Promotion
management
and
Marketing communications, Terence A.
Shimp, 1993). Teori perubahan sikap dan
perilaku yang dikembangkan oleh Petty dan
Casioppo
menekankan
pada
aspek
“cognitive processing”, sementara aspek
“affective
processing”
direpresentasikan
secara terpisah. MacInnis dan Jaworski
dalam artikel: “Information Processing from
Advertisements:
Toward
an
Integrative
13
JURNAL STUDI MANAJEMEN & ORGANISASI
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/smo
Volume 11, Nomor 2, Desember, Tahun 2014, Hal. 1-20
Framework”, dengan mengacu pada studi
as measured by the AdSAM emotional
ELM, keduanya telah melakukan sebuah
response pleasure, arousal and dominance
modifikasi untuk menggambarkan bahwa
(PAD) scale will be significantly greater
cognitive dan affective processing dapat
than that of the cognitive misers. H2:
terjadi baik pada jalur sentral maupun pada
Emotional response and purchase intent are
jalur peripheral (Fig. 2). Searah dengan itu
directly related to each other. Those, the
sebuah kajian yang dilakukan Jon D. Morris,
higher the PAD score, the higher the
ChongMoo Wo, A. J. Singh dalam “ELM: A
perchuse intent of that group. Dengan
missing intrinsic emotional implication”,
demikian dalam studi ini telah ditunjukkan
1989;
bahwa cognitive dan affective (emosi)
menjelaskan
bahwa
affective
processing bukan sekedar sebuah kejadian
process tidak harus dilihat terpisah.
yang bersifat peripheral, akan tetapi bahwa
cognitive processing adalah memiliki inti
emosional atau affective. Hipotesis yang
digunakan dalam studi ini sengaja dikutip
seperti aslinya untuk memberikan reasoning
dari temuan-temuannya, H1: The emotional
response (ER) of the cognitive elaborators
Peran dari emosi tidak banyak
dipelajari hingga tahun 1970an; sudah
barang tentu telah terbentuk opini atau
pemahaman
mengenai
yang
kata
belum
terbantahkan
emosi,
kebanyakan
mengatakan bahwa emosi adalah perilaku
yang
lebih
bersifat
Gambar 2
14
JURNAL STUDI MANAJEMEN & ORGANISASI
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/smo
Volume 11, Nomor 2, Desember, Tahun 2014, Hal. 1-20
ELM modifieted : An Integrated Model of Persuasion, by MacInnins&Jaworski
“merusak”
dan
“tidak
merupakan
sumber
dan
dalam perubahan perilaku, yang kemudian
setiap
disebut sebagai proses pembelajaran. Riset
permasalahan manusia. Sebenarnya, telah
mutakhir yang dilakukan dalam bidang
ada ilmuwan yang bertentangan dengan apa
affective neuroscience telah meningkatkan
yang kebanyakan dianggap benar mengenai
status –emosi dari sekedar respon psikologis
emosi dan mendukung sebuah pandangan
-
bahwa emosi sangat memainkan peran inti
otak,
utama
teratur”
dari
melalui identifikasi suatu area didalam
khususnya
pada
area
amygdala,
15
JURNAL STUDI MANAJEMEN & ORGANISASI
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/smo
Volume 11, Nomor 2, Desember, Tahun 2014, Hal. 1-20
ventromedial prefrontal, brain-stem nuclei,
Studi Motivasi dan Emosi:
An
hypothalamus dan basal forebrain, sebagai
Interactive Process Model yang dilakukan
area
oleh
yang
bertanggungjawab
untuk
Mark
H.
Bickhard
berusaha
memproses berbagai emosi pada tingkat
menjelaskan bagaimana dinamika interaksi
yang
pada
berbeda.
Hampir
semua
bagian
motivasi
dan
emosi,
meski
tersebut adalah sub-cortical, karena letaknya
dinamikanya bukan merupakan sesuatu yang
dibawah Cerebral Cortex, adalah sebuah
bersifat “autonomous subsystems”, namun
area yang sangat penting bagi ilmuwan
demikian
dibidang Cognitive. Proposisi yang dibahas
Motivasi adalah sebuah aspek penting pada
dalam ELM, menyatakan bahwa prosesing
sebuah system interaksi tertentu – system
informasi adalah sesuatu yang terpisah dan
dimana representasi perwujudan motivasi
prosesing informasi dapat lebih langsung
adalah merupakan aspek sejenis. Emosi
dengan central route atau jalur sentral,
adalah sebuah bentuk khusus dari bagian
dibandingkan peripheral route atau jalur
yang terefleksikan
peripheral
interaksi, dan menjadikan munculnya aspek-
affective
dengan
atau
menekankan
emosi,
menjadi
pada
tampak
diatas. Dengan demikian untuk sementara
dapat disimpulkan bahwa jalur central dan
jalur peripheral dapat memberikan impak
yang sama dalam perubahan sikap dan
perilaku.
sangat
terintegrasi.
dari sebuah proses
aspek motivasional.
kontradiktif dengan hasil temuan-temuan
riset psikologi atau affective neuroscience
keduanya
Setiap “complex organism” atau
mahluk hidup seperti mamalia, unggas,
reptile dan demikian juga dengan manusia;
harus
dapat
menemukan
jalan
untuk
memecahkan permasalahan dalam memilih
sebuah tindakan – “what to do next”.
Mahluk hidup memiliki kemampuan untuk
16
JURNAL STUDI MANAJEMEN & ORGANISASI
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/smo
mencermati
interaksi-interaksi
potensial,
Volume 11, Nomor 2, Desember, Tahun 2014, Hal. 1-20
lain dari sebuah aspek dengan ontology yang
untuk menghindari suatu kesalahan. Hasil
sama.
dari interakasi sebelumnya menjadi dasar
dipelajari, dapat diatur tingkat stabilitasnya
untuk
pada
memberikan
indikasi
pada,
apa
Suatu
sebuah
system
bentuk
interaksi
dapat
interaksi
yang
potensi-potensi interaksi yang kemudian
cenderung mencapai keberhasilan dalam
akan dilakukan atau terjadi. Dengan kata
berinteraksi dengan ketidakpastian yang
lain sebuah indikasi suatu potensi interaksi
bersifat internal, dalam logika yang sama
akan bergantung kepada hasil dari interaksi
dimana
sebelumnya. Secara logis sebuah indikasi
mempelajari ketika berinteraksi dengan
adalah didasarkan pada keadaan
yang
suatu kegaduhan, suatu kondisi terkejut, dan
dengan
rasa lapar. Dengan kemampuan semacam ini
untuk
makluk hidup dapat mengembangkan cara-
Jika
cara yang bersifat umum ketika berada
potensi-potensi interaksi dapat dicermati,
dalam situasi ketidakpastian. Penjelasan ini
dengan demikian maka hasil-hasil internal
untuk menggambarkan bahwa emosi adalah
dari interaksi tersebut dapat dicermati sejauh
sebuah
terkait dengan interaksi-interaksi tersebut.
ketidakpastian
Representasi adalah aspek dari indikasi
respon terhadap suatu ketidakpastian adalah
lanjut proses interaksi dari sebuah potensi,
sebuah
sebuah aspek dari antisipasi aliran interaksi.
ketidakpastian menjadi meningkat. Kondisi
Mark mengatakan bahwa representasi adalah
ketidakpastian dapat menciptakan sebuah
sebuah aspek dari sebuah ontology system,
antisipasi yang lebih tidak-pasti. Kondisi ini
jika demikian maka motivasi adalah bentuk
akan menimbulkan kepanikan, dan inilah
sesungguhnya,
lingkungan
membedakan
bahwa
dapat
interaksi
menjadi
sebuah
alat
lingkungan.
sebuah
system
interaksi
interaksi
dengan
internal.
ketidakpastian,
Ketika
maka
akan
dinamika
sebuah
kondisi
17
JURNAL STUDI MANAJEMEN & ORGANISASI
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/smo
Volume 11, Nomor 2, Desember, Tahun 2014, Hal. 1-20
paradigma sebuah emosi negative. Pada sisi
dinamakan sebagai competensi motivation,
lain, dimisalkan bahwa pada sebuah kondisi
mastery motivation, or esthetic motivation.
ketidakpastian dalam sebuah interaksi yang
Hal
belum pernah dialami, akan tetapi telah
motivasi, lahir dari dinamika inheren antara
diketahui dengan baik, bahwa dalam kondisi
interaksi,
ketidakpastian
terdapat
(disarikan dari studi Motivasi dan Emosi:
atau
An Interactive Process Model, Mark H.
prosedur
semacam
untuk
itu
mengurangi
menghilangkan ketidakpasitian semacam ini.
Jika sebuah interaksi cenderung dapat
distabilkan, dan jika resolusi ketidakpastian
adalah sebuah interaksi yang berhasil, maka
pada sebuah situasi ketidakpastian dimana
terdapat antisipasi resolusinya seharusnya
dapat
distabilkan
pembelajaran.
dengan
proses
Ketidakpastian
dimana
terdapat sebuah antisipasi resolusi yang
sangat kuat adalah merupakan paradigma
dari sebuah emosi positive. Belajar untuk
menemukan
menggunakan
pengalaman
suatu
dengan
proses-pembelajaran
dari sebuah proses seleksi, dan dengan
demikian merupakan sebuah bentuk dari
motivasi.
Kondisi-kondisi
semacam
ini
memunculkan
sebuah
pembelajaran
dan
bentuk
emosi.
Bickhard).
Dari studi Motivasi dan Emosi dapat
ditarik sebuah postulat bahwa: “Emosi
positive
dapat
mendorong
munculnya
motivasi”. Emosi positive sangat mungkin
dihasilkan dari paradigma altruism, dimana
inti kajian altruism adalah the urge to help
another. Menurut kajian ELM, konstruk
motivasi
sangat
berperan
untuk
dapat
terjadinya sebuah persuasi, melalui sebuah
proses informasi ataupun pesan. Dengan
demikian dapat diduga bahwa paradigma
altruism
dapat
mempengaruhi
digunakan
perubahan
sikap
untuk
dan
perilaku.
ini
18
JURNAL STUDI MANAJEMEN & ORGANISASI
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/smo
Identifikasi
Elemen
Altruism
Pada
sebuah
kejadian
akan terjadi potensi interaksi dan respon
spesifik terhadap antisipasi potensi interaksi
Konstruk Motivasi
Menurut
Volume 11, Nomor 2, Desember, Tahun 2014, Hal. 1-20
teori
Schachter-Singer
dapat
menyebabkan
–learning atau reasoning, yaitu kondisi
dimana emosi akan muncul.
terjadinya psikologikal arousal. Selanjutnya
Sebagaimana studi motivasi dan emosi telah
memunculkan
menjelaskan bagaimana dinamika inheren
akhirnya melahirkan motivasi.
antara
interaksi,
pembelajaran
atau
reasoning, dan emosi dapat melahirkan
bentuk motivasi. Event ataupun sebuah
kejadian dalam kontek komunikasi dapat
dikatakan sebagai kondisi ketika seseorang
atau konsumen berhadapan atau come in
contact dengan sebuah informasi atau pesan.
Arousal menjelaskan mengapa seseorang
harus memberikan “selective attention”
pada sebuah informasi ataupun pesan.
Reasoning
menjelaskan
sebuah
proses
pembelajaran terhadap potensi interaksi dan
antisipasi terhadap potensi interaksi tersebut.
Proses
pembelajaran
diharapkan
dapat
Sebuah
komunikasi
emosi
positif
pesan
pemasaran
dan
dalam
adalah:
pada
kontek
“The
message is a symbolic expression of a
sender’s thought”. Melalui sebuah proses
yang disebut “encoding” pengirim pesan
mengekpresikan gagasan atau pikirannya
kedalam bentuk symbol atau signs. Pengirim
pesan dapat memilih signs yang spesifik dari
berbagai hal yang hampir tidak terbatas dari
sebuah kata, sebuah struktur kalimat, sebuah
symbol, dan non verbal elements(design,
warna, grafis, lighting) dan masih banyak
lagi signs yang mungkin digunakan untuk
komunikasi.
Elemen
altruism
dapat
19
JURNAL STUDI MANAJEMEN & ORGANISASI
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/smo
Volume 11, Nomor 2, Desember, Tahun 2014, Hal. 1-20
ditempatkan pada proses encoding, untuk
dan mempengaruhi sikap dan perilaku
menghasilkan sebuah “altruism-message”
“altruism-consumer”.
yang akan digunakan untuk berkomunikasi
REFERENSI
Amanda dan David (2001). “Integrated Marketing Communication”.
Bickhard Mark H. (1989). An Interactive Process Model.
Bettman James B (1979). An Information Theory of Consumer Choice
Casioppo dan Petty (1986). Elaboration Likelihood Model (ELM).
Hawkins, Best, Coney (2001). Consumer Behavior
Hull Clark (1943, 1952), Human theory.
Kamus Oxford (1986)
K. Levine David (1995). Modeling Altruism And Spitefulness In Experiment.
Kotler, Hong, Meng, Tiong (1996). Marketing Management : an Asian perspective.
L. West Robert (2006), “An alternative perspective Based on Budhist Theory”.
Maslow Abraham (1970), “Hierarchi of Needs”,
Nataraajan dan P.Bagozzi Richard (1999). Looking Back, Psychology &Marketing.
Nataraajan dan P Bagozzi Richard (2000). “Marketing Model of Humankind”,
Patrick, Maggie, and Joeri (2001). Marketing Communication.
Shimp Terence A. (1993). Promotion Management And Marketing Communications.
Singh A.J.; Woo ChongMoo; dan Morris Jon D. (1989), “ELM: A Missing Intrinsic Emotional
Implication”.
20
Download