58 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

advertisement
Vol.VII No.4 Nov 2016
ISSN 1693-7945
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT
TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
KOGNITIF SISWA PADA KONSEP UNSUR, SENYAWA, DAN CAMPURAN
Oleh:
Ririn Andriani Kumala Dewi
STKIP NU Indramayu, Jawa Barat
ABSTRAK
Pembelajaran di sekolah belum memuat kegiatan yang dapat melatih keaktifan siswa dalam
belajar sehingga siswa lebih memahami konsep yang dipelajari. Seiring perkembangan
zaman, para ahli pendidikan banyak mengembangkan model pembelajaran yang lebih
inovatif yang dapat mendorong minat siswa dalam meningkatkan kemampuan pemahaman
kimia dan dapat mendorong keaktifan dalam mengemukakan pendapat dan melatih
kerjasama. Salah satunya adalah dilakukanya model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dengan harapan siswa ikut aktif serta bisa mengembangkan potensinya sesuai dengan
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003. Tujuan dari penelitian ini
adalah mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD. Metode penelitian ini adalah penelitian kelas dengan
subjek siswa kelas VII-A di MTs Negeri Bangodua Kabupaten-Indramayu. Instrumen yang
digunakan berupa RPP dan tes pilihan ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kemampuan belajar siswa berdasarkan pretest dan posttest mengalami peningkatan N-Gain
sebesar 0,91 dengan kategori tinggi. Setiap indikator dari ketujuh indikator diperoleh ratarata nilai indikator terbesar adalah pada indikator 2 yang termasuk jenis soal pengetahuan
yaitu sebesar 77,10 dengan kategori baik serta rata-rata terendah dengan kategori kurang
dengan jenis soal penerapan pada indikator 3 yaitu sebesar 58,57.
Kata Kunci:Model Pembelajaran Kooperatif; STAD.
PENDAHULUAN
Ilmu kimia merupakan salah satu disiplin ilmu pengetahuan alam (IPA) yang turut
berperan dalam upaya menghasilkan peserta didik yang berkualitas dengan terus
memperbaharui kurikulum sesuai dengan situasi yang ada. Berdasarkan Undang-Undang
Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Hidayat, 2010:354).
Salah satu tujuan pembelajaran IPA adalah agar peserta didik mampu memahami
berbagai macam gejala alam, konsep dan prinsip IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari (Depdiknas, 2006). Kimia merupakan salah satu cabang ilmu
IPA yang memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari. Kimia mempelajari
materi dan perubahannya, salah satunya unsur dan senyawa adalah zat-zat yang terlibat dalam
perubahan kimia (Chang, 2015:3).Konsep unsur, senyawa dan campuran merupakan salah
satu konsep kimia yang penting untuk dipelajari di tingkat SMP/MTs, karena konsep ini
merupakan salah satu konsep yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Pada konsep ini, siswa
dikenalkan mengenai unsur-unsur yang ada di alam, zat-zat kimia yang berbahaya maupun
yang tidak berbahaya dan kejadian alam lainnya.
Berdasarkan pengamatan di lapangan, ditemukan masalah bahwa guru lebih berperan
aktif di kelas dibandingkan dengan peserta didik terutama pada saat menjelaskan mengenai
58
ISSN 1693-7945
Vol.VII No.4 Nov 2016
pembelajaran kimia pada materi unsur, senyawa dan campuran. Maka, untuk meningkatkan
keaktifan belajar siswa, guru dituntun untuk dapat memilih model pembelajaran yang sesuai.
Upaya peningkatan mutu pendidikan melalui pemilihan metode, model, dan strategi
pembelajaran yang tepat dan dapat berpengaruh pada peningkatan prestasi belajar siswa salah
satunya dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif.
Menurut Priyanto (2007) pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran kelompok yang
memiliki aturan-aturan tertentu. Prinsip dasar pembelajaran kooperatif adalah siswa
membentuk kelompok kecil dan saling mengajar sesamanya untuk mencapai tujuan bersama.
Dalam pembelajaran kooperatif, siswa pandai mengajar siswa yang kurang pandai tanpa
merasa dirugikan. Siswa yang kurang pandai dapat belajar dengan suasana yang
menyenangkan karena banyak teman yang membantu dan memotivasinya. Siswa yang
sebelumnya terbiasa bersikap pasif, setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif
akan terpaksa berpartisipasi secara aktif agar bisa diterima oleh anggota kelompoknya (Wena,
2010:189).
Peningkatan mutu pendidikan melalui model pembelajaran kooperatif telah dilakukan
oleh beberapa peneliti. Khan (2011) menyatakan bahwa Slavin (1990), mengidentifikasi lebih
dari 70 studi penelitian dengan membandingkan pembelajaran kooperatif dengan metode
tradisional di sekolah dasar dan menengah. Dari 70 studi, 67 studi-studi mengenai pengaruh
pengukuran pada prestasi siswa, dengan 41(61%) melaporkan prestasi yang lebih tinggi dari
kelas kontrol kooperatif. Dua puluh lima (37%) tidak ditemukan perbedaan dan hanya satu
kajian kontrol group yang memiliki tingkat prestasi lebih tinggi dari pembelajaran yang
menggunakan kooperatif. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa metode pembelajaran
menggunakan model kooperatif lebih bisa meningkatkan prestasi belajar siswa.
STAD memiliki keunggulan dibandingan dengan model pembelajaran kooperatif
lainnya, seperti telah dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan oleh Aclor dan Wude
(2014:1673) dalam penelitiannya “Looking for a More Facilitative Cooperative Learning
Strategy for Biology: Students’ Team Achievement Division or Jigsaw?” menyimpulkan
bahwa STAD lebih unggul memfasilitasi siswa dalam belajar dibandingkan dengan strategi
jigsaw, sehingga siswa lebih berprestasi ketika menggunakan model pembelajaran
STAD.STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif. Inti dari pembelajaran
kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) adalah guru menyampaikan
suatu materi, kemudian para siswa bergabung dalam kelompoknya yang terdiri atas empat
atau lima orang untuk menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh guru. Setelah selesai
mereka menyerahkan pekerjaannya secara tunggal untuk setiap kelompok kepada guru
(Slavin, 2010).
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada konsep unsur, senyawa dan
campuran dan mengetahui hasil belajar tiap indikator soal.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan adalah metode penelitian kelas. Penelitian ini dilakukan guru
untuk memperbaiki cara mengajar, baik dirinya, koleganya, maupun untuk menguji asumsi
teori dalam praktek pendidikan. Selain itu, penelitian kelas mengajukan hipotesis tentang
mengajar berdasarkan pengalaman dan mendorong guru menggunakan hasil penelitian ini
agar lebih kompeten dalam pengajarannya. (Hopkins, 2008:1).Subjek pada penelitian ini
adalah siswa kelas VIIMTs Negeri Bangodua Kabupaten Indramayu sebanyak 35
siswa.Desain Penelitian menggunakan desain Pre-test and Post-tes Group. Model penelitian
dilakukan sebanyak dua kali observasi yaitu sebelum eksperimen dan sesudah eksperimen
seperti yang tergambar di dalam tabel 1.1 (Sugiyono, 2010).
59
Vol.VII No.4 Nov 2016
ISSN 1693-7945
Tabel 1.1 Desain Penelitian
Pretest Perlakuan Posttest
O1
X
O2
Keterangan:
X : pengajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
O1 : Observasi sebelum eksperimen (Pretest).
O2 : Observasi setelah eksperimen (Posttest).
Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu tes pilihan ganda sebanyak 20 soal
pretest dan posttest dengan 7 indikator. Analisis data pada penelitian ini meliputi analisis
peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan N-Gain dan analisis tiap indikator
pembelajaran.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Peningkatan Hasil Belajar Siswa
Hasil analisi penelitian peningkatan hasil belajar siswa dari 35 siswa dalam pretest dan
posttest dengan soal pilihan ganda sebanyak 20 soal diperoleh hasil peningkatan uji gain.
Tabel 1.2 Hasil Uji N-Gain Tes Kognitif Siswa
Pretest
Posttest
N-Gain
Kategori
Total
1185
2320
Nilai rata-rata
33,86
66,29
0,96
Tinggi
Minimum
15
40
Maksimum
55
90
Hasil belajar siswa berdasarkan hasil uji peningkatan dilihat dari Tabel 1.2 secara
keseluruhan siswa mengalami peningkatan dari rata-rata nilai pretest sebesar 33,86 menjadi
66,29 dengan nilai gain 0,96 berada pada kategori tinggi. Penggunaan model kooperatif tipe
STAD memberikan dorongan kepada siswa untuk lebih aktif dalam belajar mandiri dengan
kelompoknya, sehingga siswa belajar bagaimana cara memecahkan masalah dan menemukan
solusi dari masalah tersebut dengan menemukan sendiri jawaban yang tepat sehingga
pembelajaran akan lebih bermakna dan membuat siswa mengingat lebih kuat apa yang telah
dipelajari dan diperolehnya.
Model pembelajaran STAD juga dapat memotivasi siswa belajar dengan sungguhsunguh karena dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD ada tahapan pemberian
hadiah kepada tim yang terbaik, hal ini menimbulkan persaingan yang kompetitif diantara
siswa untuk memberikan hasil yang terbaik dalam pembelajaran dan mendorong siswa untuk
lebih berprestasi dibandingkan dengan pembelajaran yang biasa. Hal itu diungkapkan juga
dalam jurnalnya Yusuf (2015:101), menurut Gross (1991) STAD adalah teknik dalam proses
belajar mengajar yang efektif untuk meningkatkan motivasi siswa dan penuh semangat, dan
STAD dapat mengembangkan tanggungjawab siswa dalam timnya.
Peningkatan hasil belajar setelah menggunakan model kooperatif tipe STAD juga telah
dilakukan oleh Wyk (2012:261) menjelaskan hasil penelitian dengan menggunakan STAD
menimbulkan sikap positif siswa serta menunjukkan prestasi yang lebih baik dan memotivasi
siswa untuk belajar pendidikan ekonomi lebih baik dibandingkan dengan metode biasa.
Penelitian yang dilakukan oleh Tran (2013:5) dalam pembelajaran matematika di SMP
kelas 9 menemukan bahwa kooperatif tipe STAD bahwa kelompok eksperimen memiliki
kenaikan nilai yang signifikan lebih tinggi dari kelompok kontrol dan menyimpulkan bahwa
pembelajaran kooperatif efektif dalam meningkatkan prestasi akademik siswa.
Gambari (2015:11) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa hasil belajar siswa
dengan menggunakan model pembelajaran STAD dan LTM secara signifikan lebih baik dari
siswa yang menggunakan instruksi komputer secara individual (ICI). Pembelajaran
kooperatif juga ditemukan bahwa siswa lebih bisa menerima perbedan gender antara laki-laki
dan perempuan.
60
ISSN 1693-7945
Vol.VII No.4 Nov 2016
Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD juga membantu siswa dalam
mengembangkan kemampuan berpikir abstrak dengan menggunakan pengalaman yang telah
didapat sebelumnya maupun pengalaman yang akan didapat pada saat pembelajaran
berlangsung sehingga pembelajaran lebih bermakna dan prestasi siswa dapat meningkat.
Dapat disimpulkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa pembelajaran
kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi siswa dan meningkatkan motivasi belajar
siswa
Peningkatan Hasil Belajar Kognitif Siswa Setiap Indikator
Berikut ini nilai hasil belajar kognitif siswa setiap indikator ditunjukkan pada taber berikut.
Tabel 1.3. Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Kognitif setiap Indikator.
Jumlah
Nilai
No.
Indikator
Kategori
Soal
Rata-Rata
1.
2
Mengidentifikasikan
materi
berdasarkan
65,71
Cukup
definisi atau ciri-ciri.
2.
2
Menjelaskan pengertian unsur-senyawa dan
77,10
Baik
campuran.
3.
2
Mengklasifikasikan materi (unsur, senyawa,
dan campuran) secara sederhana bedasarkan
58,57
Kurang
ciri-ciri atau definisi.
4.
4
Menentukan lambang suatu unsur atau
senyawa apabila diketahui nama unsur atau
70,71
Cukup
senyawanya.
5.
4
Menentukan unsur senyawa dan campuran
63,57
Cukup
berdasarkan ciri-ciri zat atau definisi.
6.
4
Mengidentifikasi unsur logam, metaloid, atau
67,14
Cukup
nonlogam berdasarkan sifatnya.
7.
2
Menentukan zat-zat kedalam campuran
homogen atau heterogen dalam kehidupan
74,29
Baik
sehari-hari.
Analisis data hasil belajar kognitif pada setiap indikator dari ketujuh indikator dilihat
pada tabel 1.3 diperoleh rata-rata nilai indikator yang terbesar adalah indikator 2 yaitu sebesar
77,10 dengan kategori baik dan yang mempunyai nilai rata-rata terendah yaitu indikator 3
yaitu sebesar 58,57 dengan kategori kurang. Indikator 3 mempunyai nilai rata-rata terendah
karena soal-soal pada indikator 3 termasuk kedalam jenis soal penerapan yaitu soal yang
mengukur kemampuan siswa dalam menerapkan pengetahuan untuk memecahkan masalah
atau persoalan (Arikunto, 156:2008).
Diungkapkan juga oleh Utari (2011:11) menerapkan merupakan suatu kemampuan
melakukan sesuatu dan mengaplikasikan konsep dalam situasi tertentu. Kondisi awal siswa
yang terbiasa menerima pembelajaran dengan pasif akan sulit menyesuaikan kondisi yang
baru yang menuntut siswa untuk belajar aktif, sehingga beberapa siswa masih kesuliatan
dalam memecahkan masalah secara mandiri dan beberapa siswa juga tidak terbiasa untuk
mengaplikasikan suatu konsep dalam kehidupan sehari-hari.
Sementara soal-soal pada indikator 2 mempunyai nilai rata-rata terbesar karena
termasuk kedalam jenis soal pengetahuan atau soal ingatan yaitu pertanyaan yang jawabanya
dapat dicari dengan mudah pada buku. Pertanyaan ingatan biasa digunakan untuk mengukur
penguasaan materi yang berupa fakta, istilah dan definisi (Arikunto, 155:2008).
Pembelajaran dengan model STAD yang mendorong siswa untuk belajar madiri dan
menemukan sendiri suatu jawaban dari permasalahan yang ada memungkinkan siswa untuk
61
ISSN 1693-7945
Vol.VII No.4 Nov 2016
lebih mengingat pelajaran yang telah dipelajari dibandingkan dengan yang hanya menerima
satu arah tanpa adanya timbal balik.
KESIMPULAN
Hasil penelitian dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dengan konsep unsur, senyawa dan campuran yang telah dilaksanakan pada siswa kelas VIIA MTs Negeri Bangodua Kabupaten Indramayu, menunjukkan bahwa penggunakaan model
kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dengan memperoleh N-Gain
sebesar 0,91 pada kategori tinggi. Hasil setiap indikator soal dari ketujuh indikator dengan
rata-rata nilai indikator yang terbesar adalah indikator 2 yang termasuk jenis soal
pengetahuan sebesar 77,10 dengan kategori baik dan yang mempunyai nilai rata-rata terendah
yaitu indikator 3 yang termasuk soal penerapan dengan kategori kurang yaitu sebesar 58,57.
DAFTAR PUSTAKA
Aclor, Emmanuel E, & Wude, Musa Hade. 2014. “Looking for a More Facilitative
Cooperative Learning Strategy for Biology: Students’ Team Achievement Division or
Jigsaw?”. British Journal of Education, Society & Behavioural Science, 4(12): 16641675.
Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bandung: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Jilid 1 Edisi III. Jakarta: Erlangga.
Depdiknas. 2006. KTSP. Jakarta.
Gambari, Amosa Isiaka. 2015. “Effects of Computer-Assisted STAD, LTM and ICI
Cooperative Learning Strategies on Nigerian Secondary School Students’ Achisevement,
Gender and Motivation in Physics”. The Malaysian Online Journal of Educational
Science, 3(4):11-26.
Khan, Gul Nazir. 2011. “Effect of Student’s Team Achievement Division (STAD) on
Academic Achievement of Students”. JournalAsian Social Science, 7(12):211-215.
Slavin, Robert E. 2010. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa
Media.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Tran, Van Dat. 2013. “Effects of Student Teams Achievement Division (STAD) on
Academic Achievement, and Attitudes of Grade 9th Secondary School Students towards
Mathematics”. International Journal of Sciences, 2(1):5-15..
Wyk, Micheal M van. 2012. “The Effects of the STAD-Cooperative Learning Method on
Student Achievement, Attitude and Motivation in Economics Education”. Journal Social
Science, 33(2):261-270.
Utari, Retno. 2011. Taksonomi Bloom. Paper. Pusdiklat KNPK. (Diunduh 2 Oktober 2016).
Yusuf, Q.Y., Natsir, Yuliana, & Hanum, Lutfia. 2015. “A Teacher’s Experience in Teaching
with Student Teams-Achievement Division (STAD) Technique”. International Journal
of Instruction, 8(2):99-112.
62
Download