Vol.VII No.4 Nov 2016 ISSN 1693-7945 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA KONSEP UNSUR, SENYAWA, DAN CAMPURAN Oleh: Ririn Andriani Kumala Dewi STKIP NU Indramayu, Jawa Barat ABSTRAK Pembelajaran di sekolah belum memuat kegiatan yang dapat melatih keaktifan siswa dalam belajar sehingga siswa lebih memahami konsep yang dipelajari. Seiring perkembangan zaman, para ahli pendidikan banyak mengembangkan model pembelajaran yang lebih inovatif yang dapat mendorong minat siswa dalam meningkatkan kemampuan pemahaman kimia dan dapat mendorong keaktifan dalam mengemukakan pendapat dan melatih kerjasama. Salah satunya adalah dilakukanya model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan harapan siswa ikut aktif serta bisa mengembangkan potensinya sesuai dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Metode penelitian ini adalah penelitian kelas dengan subjek siswa kelas VII-A di MTs Negeri Bangodua Kabupaten-Indramayu. Instrumen yang digunakan berupa RPP dan tes pilihan ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan belajar siswa berdasarkan pretest dan posttest mengalami peningkatan N-Gain sebesar 0,91 dengan kategori tinggi. Setiap indikator dari ketujuh indikator diperoleh ratarata nilai indikator terbesar adalah pada indikator 2 yang termasuk jenis soal pengetahuan yaitu sebesar 77,10 dengan kategori baik serta rata-rata terendah dengan kategori kurang dengan jenis soal penerapan pada indikator 3 yaitu sebesar 58,57. Kata Kunci:Model Pembelajaran Kooperatif; STAD. PENDAHULUAN Ilmu kimia merupakan salah satu disiplin ilmu pengetahuan alam (IPA) yang turut berperan dalam upaya menghasilkan peserta didik yang berkualitas dengan terus memperbaharui kurikulum sesuai dengan situasi yang ada. Berdasarkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Hidayat, 2010:354). Salah satu tujuan pembelajaran IPA adalah agar peserta didik mampu memahami berbagai macam gejala alam, konsep dan prinsip IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari (Depdiknas, 2006). Kimia merupakan salah satu cabang ilmu IPA yang memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari. Kimia mempelajari materi dan perubahannya, salah satunya unsur dan senyawa adalah zat-zat yang terlibat dalam perubahan kimia (Chang, 2015:3).Konsep unsur, senyawa dan campuran merupakan salah satu konsep kimia yang penting untuk dipelajari di tingkat SMP/MTs, karena konsep ini merupakan salah satu konsep yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Pada konsep ini, siswa dikenalkan mengenai unsur-unsur yang ada di alam, zat-zat kimia yang berbahaya maupun yang tidak berbahaya dan kejadian alam lainnya. Berdasarkan pengamatan di lapangan, ditemukan masalah bahwa guru lebih berperan aktif di kelas dibandingkan dengan peserta didik terutama pada saat menjelaskan mengenai 58 ISSN 1693-7945 Vol.VII No.4 Nov 2016 pembelajaran kimia pada materi unsur, senyawa dan campuran. Maka, untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa, guru dituntun untuk dapat memilih model pembelajaran yang sesuai. Upaya peningkatan mutu pendidikan melalui pemilihan metode, model, dan strategi pembelajaran yang tepat dan dapat berpengaruh pada peningkatan prestasi belajar siswa salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif. Menurut Priyanto (2007) pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran kelompok yang memiliki aturan-aturan tertentu. Prinsip dasar pembelajaran kooperatif adalah siswa membentuk kelompok kecil dan saling mengajar sesamanya untuk mencapai tujuan bersama. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa pandai mengajar siswa yang kurang pandai tanpa merasa dirugikan. Siswa yang kurang pandai dapat belajar dengan suasana yang menyenangkan karena banyak teman yang membantu dan memotivasinya. Siswa yang sebelumnya terbiasa bersikap pasif, setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif akan terpaksa berpartisipasi secara aktif agar bisa diterima oleh anggota kelompoknya (Wena, 2010:189). Peningkatan mutu pendidikan melalui model pembelajaran kooperatif telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Khan (2011) menyatakan bahwa Slavin (1990), mengidentifikasi lebih dari 70 studi penelitian dengan membandingkan pembelajaran kooperatif dengan metode tradisional di sekolah dasar dan menengah. Dari 70 studi, 67 studi-studi mengenai pengaruh pengukuran pada prestasi siswa, dengan 41(61%) melaporkan prestasi yang lebih tinggi dari kelas kontrol kooperatif. Dua puluh lima (37%) tidak ditemukan perbedaan dan hanya satu kajian kontrol group yang memiliki tingkat prestasi lebih tinggi dari pembelajaran yang menggunakan kooperatif. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa metode pembelajaran menggunakan model kooperatif lebih bisa meningkatkan prestasi belajar siswa. STAD memiliki keunggulan dibandingan dengan model pembelajaran kooperatif lainnya, seperti telah dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan oleh Aclor dan Wude (2014:1673) dalam penelitiannya “Looking for a More Facilitative Cooperative Learning Strategy for Biology: Students’ Team Achievement Division or Jigsaw?” menyimpulkan bahwa STAD lebih unggul memfasilitasi siswa dalam belajar dibandingkan dengan strategi jigsaw, sehingga siswa lebih berprestasi ketika menggunakan model pembelajaran STAD.STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif. Inti dari pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) adalah guru menyampaikan suatu materi, kemudian para siswa bergabung dalam kelompoknya yang terdiri atas empat atau lima orang untuk menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh guru. Setelah selesai mereka menyerahkan pekerjaannya secara tunggal untuk setiap kelompok kepada guru (Slavin, 2010). Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada konsep unsur, senyawa dan campuran dan mengetahui hasil belajar tiap indikator soal. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan adalah metode penelitian kelas. Penelitian ini dilakukan guru untuk memperbaiki cara mengajar, baik dirinya, koleganya, maupun untuk menguji asumsi teori dalam praktek pendidikan. Selain itu, penelitian kelas mengajukan hipotesis tentang mengajar berdasarkan pengalaman dan mendorong guru menggunakan hasil penelitian ini agar lebih kompeten dalam pengajarannya. (Hopkins, 2008:1).Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas VIIMTs Negeri Bangodua Kabupaten Indramayu sebanyak 35 siswa.Desain Penelitian menggunakan desain Pre-test and Post-tes Group. Model penelitian dilakukan sebanyak dua kali observasi yaitu sebelum eksperimen dan sesudah eksperimen seperti yang tergambar di dalam tabel 1.1 (Sugiyono, 2010). 59 Vol.VII No.4 Nov 2016 ISSN 1693-7945 Tabel 1.1 Desain Penelitian Pretest Perlakuan Posttest O1 X O2 Keterangan: X : pengajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. O1 : Observasi sebelum eksperimen (Pretest). O2 : Observasi setelah eksperimen (Posttest). Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu tes pilihan ganda sebanyak 20 soal pretest dan posttest dengan 7 indikator. Analisis data pada penelitian ini meliputi analisis peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan N-Gain dan analisis tiap indikator pembelajaran. HASIL DAN PEMBAHASAN Peningkatan Hasil Belajar Siswa Hasil analisi penelitian peningkatan hasil belajar siswa dari 35 siswa dalam pretest dan posttest dengan soal pilihan ganda sebanyak 20 soal diperoleh hasil peningkatan uji gain. Tabel 1.2 Hasil Uji N-Gain Tes Kognitif Siswa Pretest Posttest N-Gain Kategori Total 1185 2320 Nilai rata-rata 33,86 66,29 0,96 Tinggi Minimum 15 40 Maksimum 55 90 Hasil belajar siswa berdasarkan hasil uji peningkatan dilihat dari Tabel 1.2 secara keseluruhan siswa mengalami peningkatan dari rata-rata nilai pretest sebesar 33,86 menjadi 66,29 dengan nilai gain 0,96 berada pada kategori tinggi. Penggunaan model kooperatif tipe STAD memberikan dorongan kepada siswa untuk lebih aktif dalam belajar mandiri dengan kelompoknya, sehingga siswa belajar bagaimana cara memecahkan masalah dan menemukan solusi dari masalah tersebut dengan menemukan sendiri jawaban yang tepat sehingga pembelajaran akan lebih bermakna dan membuat siswa mengingat lebih kuat apa yang telah dipelajari dan diperolehnya. Model pembelajaran STAD juga dapat memotivasi siswa belajar dengan sungguhsunguh karena dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD ada tahapan pemberian hadiah kepada tim yang terbaik, hal ini menimbulkan persaingan yang kompetitif diantara siswa untuk memberikan hasil yang terbaik dalam pembelajaran dan mendorong siswa untuk lebih berprestasi dibandingkan dengan pembelajaran yang biasa. Hal itu diungkapkan juga dalam jurnalnya Yusuf (2015:101), menurut Gross (1991) STAD adalah teknik dalam proses belajar mengajar yang efektif untuk meningkatkan motivasi siswa dan penuh semangat, dan STAD dapat mengembangkan tanggungjawab siswa dalam timnya. Peningkatan hasil belajar setelah menggunakan model kooperatif tipe STAD juga telah dilakukan oleh Wyk (2012:261) menjelaskan hasil penelitian dengan menggunakan STAD menimbulkan sikap positif siswa serta menunjukkan prestasi yang lebih baik dan memotivasi siswa untuk belajar pendidikan ekonomi lebih baik dibandingkan dengan metode biasa. Penelitian yang dilakukan oleh Tran (2013:5) dalam pembelajaran matematika di SMP kelas 9 menemukan bahwa kooperatif tipe STAD bahwa kelompok eksperimen memiliki kenaikan nilai yang signifikan lebih tinggi dari kelompok kontrol dan menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif efektif dalam meningkatkan prestasi akademik siswa. Gambari (2015:11) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran STAD dan LTM secara signifikan lebih baik dari siswa yang menggunakan instruksi komputer secara individual (ICI). Pembelajaran kooperatif juga ditemukan bahwa siswa lebih bisa menerima perbedan gender antara laki-laki dan perempuan. 60 ISSN 1693-7945 Vol.VII No.4 Nov 2016 Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD juga membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikir abstrak dengan menggunakan pengalaman yang telah didapat sebelumnya maupun pengalaman yang akan didapat pada saat pembelajaran berlangsung sehingga pembelajaran lebih bermakna dan prestasi siswa dapat meningkat. Dapat disimpulkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi siswa dan meningkatkan motivasi belajar siswa Peningkatan Hasil Belajar Kognitif Siswa Setiap Indikator Berikut ini nilai hasil belajar kognitif siswa setiap indikator ditunjukkan pada taber berikut. Tabel 1.3. Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Kognitif setiap Indikator. Jumlah Nilai No. Indikator Kategori Soal Rata-Rata 1. 2 Mengidentifikasikan materi berdasarkan 65,71 Cukup definisi atau ciri-ciri. 2. 2 Menjelaskan pengertian unsur-senyawa dan 77,10 Baik campuran. 3. 2 Mengklasifikasikan materi (unsur, senyawa, dan campuran) secara sederhana bedasarkan 58,57 Kurang ciri-ciri atau definisi. 4. 4 Menentukan lambang suatu unsur atau senyawa apabila diketahui nama unsur atau 70,71 Cukup senyawanya. 5. 4 Menentukan unsur senyawa dan campuran 63,57 Cukup berdasarkan ciri-ciri zat atau definisi. 6. 4 Mengidentifikasi unsur logam, metaloid, atau 67,14 Cukup nonlogam berdasarkan sifatnya. 7. 2 Menentukan zat-zat kedalam campuran homogen atau heterogen dalam kehidupan 74,29 Baik sehari-hari. Analisis data hasil belajar kognitif pada setiap indikator dari ketujuh indikator dilihat pada tabel 1.3 diperoleh rata-rata nilai indikator yang terbesar adalah indikator 2 yaitu sebesar 77,10 dengan kategori baik dan yang mempunyai nilai rata-rata terendah yaitu indikator 3 yaitu sebesar 58,57 dengan kategori kurang. Indikator 3 mempunyai nilai rata-rata terendah karena soal-soal pada indikator 3 termasuk kedalam jenis soal penerapan yaitu soal yang mengukur kemampuan siswa dalam menerapkan pengetahuan untuk memecahkan masalah atau persoalan (Arikunto, 156:2008). Diungkapkan juga oleh Utari (2011:11) menerapkan merupakan suatu kemampuan melakukan sesuatu dan mengaplikasikan konsep dalam situasi tertentu. Kondisi awal siswa yang terbiasa menerima pembelajaran dengan pasif akan sulit menyesuaikan kondisi yang baru yang menuntut siswa untuk belajar aktif, sehingga beberapa siswa masih kesuliatan dalam memecahkan masalah secara mandiri dan beberapa siswa juga tidak terbiasa untuk mengaplikasikan suatu konsep dalam kehidupan sehari-hari. Sementara soal-soal pada indikator 2 mempunyai nilai rata-rata terbesar karena termasuk kedalam jenis soal pengetahuan atau soal ingatan yaitu pertanyaan yang jawabanya dapat dicari dengan mudah pada buku. Pertanyaan ingatan biasa digunakan untuk mengukur penguasaan materi yang berupa fakta, istilah dan definisi (Arikunto, 155:2008). Pembelajaran dengan model STAD yang mendorong siswa untuk belajar madiri dan menemukan sendiri suatu jawaban dari permasalahan yang ada memungkinkan siswa untuk 61 ISSN 1693-7945 Vol.VII No.4 Nov 2016 lebih mengingat pelajaran yang telah dipelajari dibandingkan dengan yang hanya menerima satu arah tanpa adanya timbal balik. KESIMPULAN Hasil penelitian dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan konsep unsur, senyawa dan campuran yang telah dilaksanakan pada siswa kelas VIIA MTs Negeri Bangodua Kabupaten Indramayu, menunjukkan bahwa penggunakaan model kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dengan memperoleh N-Gain sebesar 0,91 pada kategori tinggi. Hasil setiap indikator soal dari ketujuh indikator dengan rata-rata nilai indikator yang terbesar adalah indikator 2 yang termasuk jenis soal pengetahuan sebesar 77,10 dengan kategori baik dan yang mempunyai nilai rata-rata terendah yaitu indikator 3 yang termasuk soal penerapan dengan kategori kurang yaitu sebesar 58,57. DAFTAR PUSTAKA Aclor, Emmanuel E, & Wude, Musa Hade. 2014. “Looking for a More Facilitative Cooperative Learning Strategy for Biology: Students’ Team Achievement Division or Jigsaw?”. British Journal of Education, Society & Behavioural Science, 4(12): 16641675. Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bandung: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta. Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Jilid 1 Edisi III. Jakarta: Erlangga. Depdiknas. 2006. KTSP. Jakarta. Gambari, Amosa Isiaka. 2015. “Effects of Computer-Assisted STAD, LTM and ICI Cooperative Learning Strategies on Nigerian Secondary School Students’ Achisevement, Gender and Motivation in Physics”. The Malaysian Online Journal of Educational Science, 3(4):11-26. Khan, Gul Nazir. 2011. “Effect of Student’s Team Achievement Division (STAD) on Academic Achievement of Students”. JournalAsian Social Science, 7(12):211-215. Slavin, Robert E. 2010. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Tran, Van Dat. 2013. “Effects of Student Teams Achievement Division (STAD) on Academic Achievement, and Attitudes of Grade 9th Secondary School Students towards Mathematics”. International Journal of Sciences, 2(1):5-15.. Wyk, Micheal M van. 2012. “The Effects of the STAD-Cooperative Learning Method on Student Achievement, Attitude and Motivation in Economics Education”. Journal Social Science, 33(2):261-270. Utari, Retno. 2011. Taksonomi Bloom. Paper. Pusdiklat KNPK. (Diunduh 2 Oktober 2016). Yusuf, Q.Y., Natsir, Yuliana, & Hanum, Lutfia. 2015. “A Teacher’s Experience in Teaching with Student Teams-Achievement Division (STAD) Technique”. International Journal of Instruction, 8(2):99-112. 62