dtps-kibbla - Bappeda Kota Kupang

advertisement
DTPS-KIBBLA
Pedoman Proses Perencanaan
Perencanaan Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak
dengan Pemecahan Masalah melalui Pendekatan Tim Kabupaten/Kota
Katalog Dalam Terbitan. Departemen Kesehatan RI
306.874 3
Ind
Indonesia. Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal
d Bina Kesehatan Masyarakat.
DTPS-KIBBLA: Perencanaan Kesehatan Ibu, Bayi
Baru Lahir dan Anak dengan Pemecahan Masalah melalui
Pendekatan Tim Kabupaten/Kota.– Jakarta: Departemen
Kesehatan RI, 2008.
Buku 1 - Pedoman Proses Perencanaan
Buku 2 - Panduan Fasilitator Orientasi Multipihak
Buku 3 - Panduan Fasilitator Proses Perencanaan
Buku 4 - Referensi Advokasi Anggaran dan Kebijakan
Buku 5 - Panduan Fasilitator Advokasi Anggaran dan Kebijakan
I. Judul I. MOTHER AND CHILD RELATIONS
II. PROBLEM SOLVING
ii –
DTPS-KIBBLA
DTPS-KIBBLA
PEDOMAN PROSES PERENCANAAN
Perencanaan Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak dengan Pemecahan
Masalah melalui Pendekatan Tim Kabupaten/Kota
ISBN 978-979-9254-19-4
Editor
Dr. Sri Hermiyanti, M. Sc
Dr. Lukman H.L., MBA
Dr. Muh. Ilhamy, Sp.OG
Kontributor
Dr. Reginald Gipson, MPH
Dr. Anhari Achadi, MPH SCD
Dr. Broto Wasisto, MPH
Dr. Budi Utomo, MPH
Dr. Astrid Sulistomo
Dr. Setyawati Budiningsih
Dr. Lukas C. Hermawan, M.Kes
Dr. Imran Pambudi
Dr. J. Prastowo N., MHA
Dr. Christina Manurung
Adriati Adnan, SKM
Drg. Wara Pertiwi, MA
Dr. Kirana Pritasari MQIH
Dr. Erna Mulati, M.Sc
Dr. Bagus Satria Budi, M.Kes
Dr. Nida Rohmawati
Dra. Fatimah Umar, Apt
Dra. Sri Kusminarti
Susri Rahayu, SKM
Bambang Wahyudianto, SSos
Khairul Abidin, SKM, M.Kes
Rusdin Pinem, SKM, MSi
Ridesman, SH, M.Kes
Dr. Naomi Yosiati
Yusuf R. Romli, SKM, M.Epid
Dr. Andah S
Dr. Reniati
Dr. M. Syah Sinar Rambey, M.Kes, DAN, AAK
Drg. Titien Irawati, M.Kes
Bambang Harianto, SKM, MSc
Dr. Frankie Hartanto
Dr. Witasari
Dr. Lies Zakaria
Dr. Wihardi Triman
PEDOMAN PROSES PERENCANAAN –
iii
Funding and technical support for the development and printing of this material was provided by the United States
Agency for International Development (USAID) through its Health Services Program, Cooperative Agreement
No.497-A-00-05-00031-00.
This publication is made possible in part by the generous support of the American people through USAID. The
contents are the responsibility of the Republic of Indonesia Ministry of Health and do not necessarily reflect the
views of USAID of the United States Government.
iv –
DTPS-KIBBLA
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Kata Sambutan
Sesuai dengan Strategi utama dan salah satu program prioritas Departemen
Kesehatan dalam mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu, Bayi, dan Balita di
Indonesia perlu dilakukan upaya terfokus berdasarkan perencanaan yang berbasis
data melalui proses yang sistematis dan partisipatif.
Berbagai kajian menunjukkan bahwa Indonesia perlu memberikan prioritas utama
pada upaya peningkatan Kesehatan untuk Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak balita
(KIBBLA), karena angka kesakitan dan angka kematian kelompok umur penduduk
tersebut masih tinggi. Kematian dan kesakitan pada ibu, bayi baru lahir dan anak
balita sebenarnya dapat dicegah dan ditangani sedini mungkin.
Sesuai dengan nuansa desentralisasi di mana kewenangan untuk melaksanakan
program kesehatan telah diserahkan kepada daerah, maka pengelola program
diharapkan dapat menjawab tantangan dan mampu menerima tanggung jawab
dalam penyelenggaraan program KIBBLA dengan memanfaatkan potensi lokal
yang tersedia. Oleh karena itu, perlu diselenggarakan suatu perencanaan
program KIBBLA oleh para pemangku kepentingan di daerah berupa Lokakarya
Perencanaan oleh Tim Kabupaten/Kota (District Team Problem Solving/DTPS) yang
dapat menjangkau seluruh kelompok sasaran, melalui suatu proses perencanaan
tahunan yang partisipatif, sistematis dan berkesinambungan sesuai dengan
peraturan dan perundangan yang berlaku.
Saya menyambut baik diterbitkannya buku serial DTPS-KIBBLA, yang diharapkan
dapat digunakan sebagai panduan bagi tim kabupaten/kota dalam menyusun
perencanaan program KIBBLA.
Saya menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam penyusunan buku serial DTPS-KIBBLA melalui proses yang sistematis dan
partisipatif.
PEDOMAN PROSES PERENCANAAN –
i
Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rakhmat dan hidayah-Nya serta memberikan
petunjuk dan kekuatan bagi kita sekalian dalam melaksanakan pembangunan
kesehatan di Indonesia.
Jakarta, 27 Agustus 2008
Menteri Kesehatan Republik Indonesia
DR.Dr. Siti Fadilah Supari, SpJP(K)
ii –
DTPS-KIBBLA
Kata Pengantar
Direktur Jenderal
Bina Kesehatan Masyarakat
Puji Syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan ridho-Nya buku serial
DTPS-KIBBLA (District Team Problem Solving–Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir, dan
Anak balita) ini berhasil disusun dengan baik.
Buku serial DTPS-KIBBLA terdiri dari 5 buku yaitu: 1) Pedoman Proses
Perencanaan, 2) Panduan Fasilitator Orientasi Multipihak 3) Panduan Fasilitator
Proses Perencanaan, 4)Referensi Advokasi Anggaran dan Kebijakan, 5) Panduan
Fasilitator Advokasi Anggaran dan Kebijakan.
Saya menyambut baik diterbitkannya buku Pedoman Proses Perencanaan ini,
yang dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas perencanaan program KIBBLA di
kabupaten/kota dalam menghasilkan rencana kerja dan anggaran tahunan bagi
pengelolaan program KIBBLA di propinsi dan kabupaten/kota.
Buku ini menguraikan secara sistematis proses penyelenggaraan lokakarya DTPSKIBBLA dari analisis situasi, prioritas masalah, solusi dan kegiatan yang secara
ilmiah terbukti berdampak ungkit besar dalam penurunan kesakitan/kematian
Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak Balita.
Buku Pedoman Proses Perencanaan ini disusun bersama, dengan melibatkan
Direktorat terkait di Departemen Kesehatan, bekerjasama dengan Health Service
Program (HSP/USAID) dengan bantuan dari IKK FKUI. Proses uji coba dan revisi
draft buku dilakukan dengan melibatkan staf dinas kesehatan dari 6 propinsi dan
31 kabupaten/kota.
PEDOMAN PROSES PERENCANAAN –
iii
Kami menyampaikan penghargaan yang tinggi dan ucapan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu penyelenggaraan dalam penyusunan buku
serial ini.
Untuk penyempurnaan pedoman ini diharapkan kritik dan saran semua pihak guna
perbaikannya.
Jakarta, 8 Agustus 2008
Direktur Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Departemen Kesehatan RI
Dr. Budihardja DTM&H, MPH
iv –
DTPS-KIBBLA
Daftar Isi
Hal
Kata Sambutan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Kata Pengantar Direktur Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Daftar Isi
Daftar Tabel dan Skema
Daftar Singkatan dan Istilah
i
iii
v
vi
vii
Bab I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
I.2. Tujuan
1
1
2
Bab II
KEBIJAKAN DAN STRATEGI KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR,
DAN ANAK BALITA (KIBBLA)
II.1. Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir
II.2. Kesehatan Bayi dan Anak Balita
II.3. Perbaikan Gizi Masyarakat
II.4. Program Obat dan Perbekalan Kesehatan
3
4
4
5
5
Bab III
PERENCANAAN KESEHATAN MELALUI PENDEKATAN DTPS-KIBBLA
III.1. Pengertian dan Tujuan
III.2. Tahapan dan Proses
7
7
8
Bab IV
PROSES LOKAKARYA PERENCANAAN
Sesi 1: Analisis Situasi dan Masalah
Sesi 2: Analisis dan Prioritas Penyebab Masalah
Sesi 3: Solusi dan Kegiatan
Sesi 4: Prioritas Kegiatan dan Target
Sesi 5: Rencana Usulan Kegiatan
Sesi 6: Rencana Usulan Anggaran
Sesi 7: Pemantauan dan Penilaian
Sesi 8: Pembuatan Dokumen Perencanaan dan Anggaran
Sesi 9: Rencana Tindak Lanjut
13
13
25
35
39
43
45
51
53
57
Bab V
PENUTUP
61
LAMPIRAN
62
PEDOMAN PROSES PERENCANAAN –
v
Daftar Tabel
Tabel 1A
:
Tabel 1B
:
Tabel 1C
:
Tabel 1D
:
Tabel 2C
:
Tabel 3C
:
Tabel 4A
:
Tabel 4B
:
Tabel 5
:
Tabel 6A
:
Tabel 6B
:
Tabel 6C
:
Tabel 7A
:
Tabel 7B
:
Tabel 8
:
Tabel 9
:
Data Sasaran, Kematian dan Kesakitan KIBBLA
Cakupan Pelayanan Kesehatan KIBBLA
Faktor Penyulit/Pendukung Pelayanan KIBBLA
Ketersediaan “obat indikator” Program KIBBLA
Contoh Penetapan Prioritas Masalah Anak Balita
Contoh Prioritas Penyebab Masalah, Solusi, dan Kegiatan Anak
Balita
Contoh Prioritas Kegiatan
Contoh Kegiatan dan Target
Contoh Rencana Usulan Kegiatan (RUK)
Contoh Uraian perhitungan APBD, APBN, dan sumber lain
(sebelum ada pagu sementara)
Contoh Uraian Perhitungan APBD
Contoh Uraian Perhitungan APBN
Contoh Rencana Pemantauan Kegiatan
Contoh Rencana Penilaian Program
Rekapitulasi Tabel dan Skema untuk Proses DTPS-KIBBLA
Contoh Rencana Tindak Lanjut
Daftar Skema
Skema 1
:
Skema 2
:
Skema 2C :
Skema 2C :
Skema 2CC :
Skema 2CC :
Skema 3
:
Skema 3C :
vi –
DTPS-KIBBLA
Kerangka Proses Perencanaan
Analisis penyebab masalah dan prioritas masalah
Analisis Penyebab Masalah
Contoh Skema Penyebab Masalah Kematian/Kesakitan Anak Balita
akibat Diare
Prioritas Penyebab Masalah
Contoh Skema Prioritas Penyebab Masalah Kematian/Kesakitan
Anak Balita akibat Diare
Skema Solusi dan Kegiatan
Contoh Skema Solusi dan Kegiatan Masalah Kematian/Kesakitan
Anak Balita akibat Diare
Daftar Singkatan dan Istilah
AKI
:
AKB
:
AKABA
:
APBD
:
APBN
:
APN
:
ANC
:
Askeskin
:
ATK
:
Baduta
:
Balita
:
BCG :
BBLR
:
BKKBN
:
BPS
:
CPR
:
CBR
:
CU :
CTU
:
DBD
:
Dekon
:
Depdagri
:
Depkes
:
Dinkes
:
DOEN
:
DTPS
:
HDK
:
HIV-AIDS
:
HSP :
IBI :
IDAI :
IDI
:
IMD
:
ISPA
:
IUD
:
Jamkesmas :
JKO
:
K1
:
K4
:
KB
:
KEK
:
KIA
:
KIBBLA
:
KIE
:
KIP/K
:
Angka Kematian Ibu
Angka Kematian Bayi
Angka Kematian Balita
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Asuhan Persalinan Normal
Antenatal Care
Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin
Alat Tulis Kantor
Bawah Dua Tahun
Bawah Lima Tahun
Bacillus Calmette Guerin
Berat Bayi Lahir Rendah
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
Biro Pusat Statistik
Cardio Pulmonary Resucitation (Resusitasi Jantung Paru)
Crude Birth Right
Current User
Contraceptive Technology Updates
Demam Berdarah Dengue
Dekonsentrasi
Departemen Dalam Negeri
Departemen Kesehatan
Dinas Kesehatan
Daftar Obat Essensial Nasional
District Team Problem Solving
Hipertensi Dalam Kehamilan
Human Immuno Deficiency Viruses – Aquired Immune
Deficiency Syndrome
Health Services Program
Ikatan Bidan Indonesia
Ikatan Dokter Anak Indonesia
Ikatan Dokter Indonesia
Inisiasi Menyusu Dini
Infeksi Saluran Pernafasan Akut
Infra Uterine Device
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (Miskin)
Jaminan Komoditas dan Obat
Kunjungan Antenatal Pertama
Kunjungan Antenatal Ke-4(empat)
Keluarga Berencana
Kurang Energi Kronik
Kesehatan Ibu dan Anak balita
Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir, dan Anak
Komunikasi, Informasi, dan Edukasi
Komunikasi Interpersonal/Konseling
PEDOMAN PROSES PERENCANAAN –
vii
KMS
Kn1
Kn2
KONAS
KUA
KW
LB
LPLPO
LSM MAK MDG
Menkes
MP-ASI MPS
MTBS
P2PL
P1
P2
P3
PMPT
PMTCT
P4K
PN
POLINDES
PONED
PONEK
Poskesdes
Posyandu
PP AKI/AKB
PPAS
Puskesmas
Pustu
RKA RKPD
RS
SKPD
SPM
UPOPPK
USAID
WHO
viii –
DTPS-KIBBLA
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Kartu Menuju Sehat
Kunjungan Neonatal Pertama
Kunjungan Neonatal Kedua
Kebijakan Obat Nasional
Kebijakan Umum Anggaran/APBD
Kewenangan Wajib
Laporan Bulanan
Laporan Penerimaan dan Laporan Pemakaian Obat
Lembaga Swadaya Masyarakat
Mata Anggaran Kegiatan
Millenium Development Goals
Menteri Kesehatan
Makanan Pendamping Air Susu Ibu
Making Pregnancy Safer
Manajemen Terpadu Balita Sakit
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Perencanaan
Penggerakan dan Pelaksanaan
Pemantauan, Pengawasan dan Penilaian
Perencanaan Melalui Pendekatan Tim
Prevention of Mother to Child HIV Transmission
Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi
Persalinan Nakes (Persalinan ditolong oleh Tenaga Kesehatan)
Pos Bersalin Desa
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif
Pos Kesehatan Desa
Pos Pelayanan Terpadu
Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi
Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara
Pusat Kesehatan Masyarakat
Puskesmas Pembantu
Rencena Kerja dan Anggaran
Rencana Kerja Perangkat Daerah
Rumah Sakit
Satuan Kerja Perangkat Daerah
Standar Pelayanan Minimal
Unit Pengelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
United States Agency for International Development
World Health Organization
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Pada era desentralisasi, kabupaten/kota telah mendapat pelimpahan wewenang
dan tanggung jawab dari pemerintah pusat untuk menyelenggarakan pemerintahan
dan pembangunan daerah termasuk bidang kesehatan. Dinas Kesehatan Kabupaten/
Kota bertanggung jawab untuk menyelenggarakan manajemen program dan
pelayanan kesehatan yang dimulai dari penyusunan rencana pembangunan sektor
kesehatan yang berbasis bukti (evidence based) termasuk penyediaan anggaran
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Agar proses perencanaan
berjalan baik, diperlukan suatu pedoman perencanaan yang sederhana, praktis,
sistematis, komprehensif, dan terintegrasi sesuai dengan kebutuhan, termasuk
perencanaan dan penganggaran untuk memelihara dan memperbaiki status
Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir, dan Anak Balita (KIBBLA)
Buku Pedoman Proses Perencanaan ini merujuk pada PEDOMAN PERENCANAAN
“Making Pregnancy Safer” tahun 2004, yang dikembangkan untuk menjangkau
bukan saja kesehatan ibu dan bayi baru lahir tetapi juga meliputi bayi dan Anak
Balita, sekaligus kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan pelayanan KIBBLA yang
bermutu.
Buku ini memberikan arahan tentang perlunya merumuskan perencanaan multipihak
melalui proses Pemecahan Masalah dengan Pendekatan Tim (PMPT) atau District
Team Problem Solving (DTPS), sehingga disebut Pedoman Proses Perencanaan
DTPS-KIBBLA.
Buku pedoman ini berisi: Kebijakan dan Strategi Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir
dan Anak Balita, alur proses lokakarya DTPS-KIBBLA, serta petunjuk untuk
membuat perencanaan dan penganggaran secara sederhana menurut tahapantahapan yang jelas. Anggota tim perencana diminta untuk menyiapkan data yang
spesifik bagi daerahnya masing-masing untuk digunakan pada proses perencanaan.
Dalam membuat perencanaan dan penganggaran, tim harus juga mengaitkan proses
perencanaan dengan rangkaian buku pedoman lain seperti: Pedoman Pelaksanaan
Strategi MPS dan pedoman Kebijakan dan Strategi dalam Akselerasi Upaya Penurunan
Angka Kematian dan Peningkatan Kualitas Hidup Bayi dan Balita di Indonesia,
Referensi Advokasi Anggaran dan Kebijakan, Supervisi Fasilitatif, dan buku-buku
PEDOMAN PROSES PERENCANAAN –
1
terkait lainnya. Hal Ini sangat penting agar terdapat konsistensi antara kebijakan
dengan rencana kegiatan dan pelaksanaan program yang disusun.
Proses perencanaan ini memberikan kesempatan pada tim perencana kabupaten/kota
untuk meningkatkan kemampuannya dalam menentukan prioritas pembangunan
kesehatan di daerah dengan memanfaatkan data yang tersedia, melakukan analisis
untuk menentukan solusi masalah, menetapkan target kegiatan yang akan
dilakukan berikut anggaran yang dibutuhkan, sehingga dihasilkan suatu dokumen
perencanaan dan anggaran program KIBBLA yang komprehensif berbasis data.
Pendekatan multi-pihak akan menghasilkan sebuah perencanaan yang komprehensif
yang menjabarkan kegiatan pelaksanaan program secara integratif.
I.2. Tujuan
Tujuan pedoman ini adalah meningkatnya kualitas perencanaan program
KIBBLA di Kabupaten/kota, melalui proses PMPT atau DTPS untuk menghasilkan
suatu dokumen rencana kerja dan anggaran tahunan. Di dalamnya termasuk intervensi
dan kegiatan yang diprioritaskan yang mempunyai dampak terbesar terhadap
penurunan angka kematian ibu, bayi baru lahir dan anak balita. Kesemuanya
searah dengan Strategi Pembangunan Jangka Menengah dari Departemen
Kesehatan menuju pencapaian target Millenium Development Goal 2015 (MDG
2015).
2 –
DTPS-KIBBLA
BAB II
KEBIJAKAN DAN STRATEGI
KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN
ANAK BALITA (KIBBLA)
Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar
rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan UUD
1945 dan UU nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan. Walaupun berbagai
upaya kesehatan telah membawa kemajuan penting dalam meningkatkan
kualitas kesehatan penduduk tetapi masih terjadi disparitas status kesehatan
masyarakat antar penduduk jika dikaitkan dengan kondisi sosio-ekonomi dan
wilayah geografis tempat tinggal mereka.
Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002/2003 Angka Kematian
Bayi (AKB) masih 35 per 1.000 kelahiran hidup, Angka Kematian Balita (AKABA) 46
per 1.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Ibu (AKI) 307 per 100.000 kelahiran
hidup. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan negara tetangga dan
saat ini masih terjadi kesenjangan yang lebar antara wilayah Indonesia Timur
dengan wilayah Indonesia Barat.
Untuk memperbaiki status kesehatan masyarakat telah ditetapkan kebijakan
pembangunan kesehatan dengan tujuan meningkatkan kesadaran, kemauan,
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi tingginya. Tujuan tersebut dijabarkan lebih lanjut ke
dalam Grand Strategy Departemen Kesehatan yakni:
1.
2.
3.
4.
Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat.
Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan yang berkualitas.
Meningkatkan sistem surveilans, monitoring, dan informasi kesehatan.
Meningkatkan pembiayaan kesehatan.
Untuk program pembangunan kesehatan ibu, bayi baru lahir, bayi dan balita
telah ditetapkan kebijakan khusus yang juga mencakup upaya perbaikan gizi
masyarakat serta jaminan obat dan perbekalan kesehatan.
PEDOMAN PROSES PERENCANAAN –
3
Kebijakan-kebijakan khusus tersebut adalah:
II.1.Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir
Kebijakan program kesehatan ibu dan bayi baru lahir adalah mendekatkan
pelayanan kesehatan yang berkualitas kepada masyarakat, yang terfokus pada 3
pesan kunci “Making Pregnancy Safer” (MPS):
1.Setiap persalinan ditolong tenaga kesehatan terlatih.
2.Setiap komplikasi obstetri dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat.
3.Setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang
tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran.
Ketiga pesan kunci MPS diatas harus diselenggarakan dengan saling terintegrasi
melalui 4 (empat) strategi:
1. Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan ibu untuk ketiga fokus
pelayanan di atas, baik pelayanan dasar maupun pelayanan rujukan.
2.Membangun kemitraan yang efektif antara program dan sektor serta mitra
swasta.
3. Mendorong pemberdayaan perempuan dan keluarga.
4. Mendorong pemberdayaan masyarakat.
II.2.Kesehatan Bayi dan Anak Balita
Dalam mengatasi kesakitan dan kematian bayi dan anak balita telah ditetapkan
strategi:
1.Mempercepat upaya penurunan angka kesakitan dan kematian melalui
pemberdayaan masyarakat termasuk kemitraan dengan multipihak di berbagai
tingkatan program kesehatan Bayi baru lahir, Bayi dan Balita.
2.Mempercepat upaya penurunan angka kesakitan dan kematian melalui
peningkatan akses dan kualitas termasuk sistem rujukan perawatan kesehatan Bayi
baru lahir, Bayi dan Balita.
3.Mempercepat upaya penurunan angka kesakitan dan kematian melalui
pendataan, pemanfaatan PWS dan AMP, supervisi, monitoring, dan evaluasi
masalah kesehatan Bayi baru lahir, Bayi, dan Balita.
4.Mempercepat upaya penurunan angka kesakitan dan kematian melalui penelitian
dan pengembangan teknologi tepat guna dalam pelayanan dan perawatan
kesehatan Bayi baru lahir, Bayi, dan Balita.
5.Mempercepat upaya penurunan angka kesakitan dan kematian melalui
advokasi untuk menjamin peningkatan rencana dan anggaran Kesehatan Bayi
baru lahir, Bayi, dan Balita.
4 –
DTPS-KIBBLA
II.3.Perbaikan Gizi Masyarakat
Untuk menurunkan prevalensi gizi kurang dilaksanakan kegiatan-kegiatan yang
didasarkan kepada kebijakan:
1.Mengembalikan fungsi Posyandu dan meningkatkan kembali partisipasi
masyarakat dan keluarga dalam memantau, mengenali dan menanggulangi
secara dini gangguan pertumbuhan balita, terutama Bawah Dua Tahun (baduta).
2.Meningkatkan kemampuan dan ketrampilan Sumber Daya Manusia (SDM)
Puskesmas beserta jaringannya dalam Tatalaksana Gizi Buruk dan masalah gizi
lainnya, manajemen laktasi dan konseling gizi.
3.Menanggulangi secara langsung masalah gizi yang terjadi pada kelompok
rawan termasuk keadaan darurat melalui suplementasi gizi mikro, Makanan
Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI), makanan tambahan dan diet khusus.
4.Mewujudkan keluarga sadar gizi melalui advokasi, sosialisasi dan Komunikasi
Informasi dan Edukasi (KIE) gizi seimbang.
5.Mengoptimalkan surveilans berbasis masyarakat melalui SKDN, Sistem
Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (SKD-KLB), Sistim Kewaspadaan Pangan
dan Gizi (SKPG) untuk meningkatkan manajemen program perbaikan gizi,
6.Mengembangkan model intervensi gizi tepat guna yang “evidence based”.
7.Menggalang kerjasama lintas sektor, kemitraan dengan masyarakat, dunia usaha
dan swasta.
II.4. Program Obat dan Perbekalan Kesehatan
1.Peningkatan ketersediaan dan pemerataan obat dan perbekalan kesehatan.
2.Peningkatan keterjangkauan obat dan perbekalan kesehatan.
3.Menjamin obat dan perbekalan kesehatan memenuhi syarat mutu, keamanan
dan kemanfaatan.
PEDOMAN PROSES PERENCANAAN –
5
6 –
DTPS-KIBBLA
BAB III
PERENCANAAN KESEHATAN
MELALUI PENDEKATAN DTPS-KIBBLA
Menurut UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional, perencanaan adalah suatu proses
untuk mengembangkan dan menentukan upaya yang tepat
untuk dilaksanakan di masa depan yang telah ditetapkan
melalui urutan pilihan dengan memperhitungkan sumber
daya yang tersedia. Perencanaan merupakan langkah
awal dalam siklus manajemen yang akan dilanjutkan
dengan unsur-unsur lain seperti: pelaksanaan program
dan kegiatan, pengorganisasian, penganggaran dan
pengawasan. Keberhasilan suatu program ditentukan
melalui perencanaan yang baik dan efektif.
Dinas Kesehatan kabupaten/kota mempunyai kewajiban
untuk menyusun rencana kerja tahunan pembangunan
kesehatan yang diatur melalui peraturan perundangundangan dan ketentuan dari Departemen Dalam Negeri
(DEPDAGRI). Penyusunan rencana kerja tahunan mengacu kepada Renstra
Kesehatan Kabupaten/Kota, Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan,
dan atau berbagai pedoman teknis lainnya.
III.1. Pengertian dan Tujuan
a. Pengertian
Perencanaan Melalui Pendekatan Tim kabupaten/kota merupakan suatu metode
perencanaan kesehatan yang dikembangkan oleh Badan Kesehatan Dunia (World
Health Organization/WHO) dan dikenal sebagai DTPS. Pendekatan ini dapat digunakan
untuk menyusun perencanaan berbagai program kesehatan. Di Indonesia metoda ini
telah digunakan sejak tahun 2003 sebagai metode perencanaan program kesehatan
yang mengacu pada konsep ”MPS” atau lebih dikenal sebagai ”DTPS-MPS”.
Sesuai dengan perkembangan, maka perencanaan DTPS-MPS diperluas sehingga
menjadi lebih lengkap dengan terintegrasinya program lain dengan sasaran yang
PEDOMAN PROSES PERENCANAAN –
7
sama sehingga manajemen pelayanan KIBBLA di kabupaten/kota menjadi lebih
efektif, komprehensif, dan realistis.
Untuk itu, Departemen Kesehatan mengembangkan Pedoman Perencanaan DTPSMPS menjadi Pedoman Proses Perencanaan DTPS-KIBBLA yang mencakup:
1.Komponen Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir.
2.Komponen Kesehatan Bayi dan Anak Balita.
3.Komponen terkait lainnya, misalnya: KB, ketersediaan obat dan perbekalan,
gizi, imunisasi, dan promosi kesehatan.
b. Tujuan DTPS-KIBBLA
Menghasilkan rencana kegiatan dan anggaran KIBBLA kabupaten/kota yang
berbasis bukti, dan yang didukung oleh multipihak.
III.2. Tahapan dan Proses
(lihat skema 1: Alur Proses Lokakarya DTPS-KIBBLA)
DTPS-KIBBLA dilaksanakan oleh Tim Perencana kabupaten/kota didampingi oleh
fasilitator yang kompeten. Proses perencanaan dapat diselenggarakan dengan
menggabungkan beberapa kabupaten/kota (2-4 kabupaten/kota).
DTPS-KIBBLA terdiri dari 3 tahapan, yaitu:
1. Orientasi Multipihak.
2. Lokakarya Perencanaan
3. Advokasi.
Proses perencanaan DTPS-KIBBLA dimulai dengan pengumpulan data rutin pada
akhir tahun dan berlanjut sampai tersusunnya rancangan awal Rencana Kerja
Perangkat Daerah (RKPD). Selanjutnya bersama tim advokasi akan dilakukan
“pengawalan“ dokumen sampai terbitnya Perda APBD.
Tahap 1: Orientasi Multipihak
Tahap orientasi multipihak secara khusus akan dijelaskan pada “Panduan
Fasilitator Orientasi Multipihak” Seri Buku DTPS-KIBBLA.
Tahap 2: Lokakarya Proses Perencanaan DTPS-KIBBLA
Lokakarya ini dilaksanakan paling lama 2 minggu setelah pertemuan orientasi
multipihak (tahap I). Pada saat itu proses pengumpulan data harus sudah selesai.
Tujuan
Pada akhir lokakarya tim perencana kabupaten/kota dapat:
1.Menghasilkan analisis situasi KIBBLA berdasarkan data kabupaten/kota.
2.Menghasilkan analisis penyebab masalah KIBBLA di kabupaten/kota.
8 –
DTPS-KIBBLA
3.Memilih prioritas penyebab masalah, solusi dan kegiatan.
4.Menghasilkan perhitungan rencana kebutuhan anggaran sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
5.Menghasilkan draft dokumen perencanaan dan penganggaran pelayanan KIBBLA.
Proses
Lokakarya ini dipersiapkan oleh fasilitator beserta tim perencana DTPS–KIBBLA
yang sudah dibentuk pada tahap orientasi.
Waktu dan Tempat
Waktu pelaksanaan: 5 hari (jadwal acara lihat lampiran 2)
Tempat: Dapat dilaksanakan di propinsi atau kabupaten/kota
Peserta
Tim perencana kabupaten/kota berjumlah 12–14 orang terdiri dari:
1.Dinas Kesehatan: penanggung jawab unsur perencanaan, Kesejahteraan Ibu
dan Anak balita (KIA), pelayanan kesehatan rujukan, pelayanan farmasi/
gudang dan perbekalan, Pencegahan Pemberantasan Penyakit, gizi, Promosi
Kesehatan serta Perwakilan Puskesmas (1 orang).
2.Rumah Sakit Umum kabupaten/kota : dokter spesialis kebidanan dan dokter
spesialis Anak Balita.
3.Badan Pengelola KB Daerah.
4.Organisasi profesi yang terkait dan LSM yang berpotensi dalam bidang
kesehatan.
5.Bappeda.
Luaran
Draft dokumen perencanaan kegiatan dan anggaran KIBBLA kabupaten/kota.
Catatan:
• Bila di RS kabupaten/kota TIDAK ADA DOKTER SPESIALIS yang bisa memberikan
masukan teknis, maka dapat diganti dengan dokter umum penanggungjawab rujukan sebagai tim DTPS atau
• Bila di RS kabupaten/kota TIDAK ADA DOKTER SPESIALIS DAN DOKTER
UMUM PENANGGUNG JAWAB, maka dapat diganti dengan dokter spesialis dari
kabupaten/kota lain yang memahami permasalahan rujukan KIBBLA di daerah
tersebut sebagai narasumber DTPS.
• Bila di kabupaten/kota tersebut TIDAK ADA RUMAH SAKIT maka dapat
mengundang dokter spesialis atau dokter penanggungjawab rujukan dari
kabupaten/kota lain yang memahami permasalahan rujukan KIBBLA di daerah
tersebut sebagai narasumber.
• Apabila kabupaten/kota sudah pernah menyelenggarakan proses DTPS-KIBBLA,
maka bila perlu tahapan dapat disederhanakan, misalnya tidak melakukan Tahap
Orientasi dan atau Analisis Masalah.
PEDOMAN PROSES PERENCANAAN –
9
Tahap 3: Advokasi
Tahap ini dilaksanakan segera setelah lokakarya perencanaan DTPS-KIBBLA
sampai disetujuinya Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat
Daerah (RKA-SKPD) dengan pendampingan fasilitator propinsi, tim advokasi dan
sektor terkait.
Tujuan
1.Tersedianya dokumen perencanaan dan anggaran sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
2.Tersedianya bahan untuk materi advokasi.
3.Disetujuinya program KIBBLA sebagai program prioritas pada RKPD,
Kebijakan Umum Anggaran (KUA), Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara
(PPAS) dan RKA-SKPD.
Proses
1.Pertemuan penyempurnaan dokumen perencanaan dan anggaran KIBBLA.
2.Pertemuan untuk mengemas materi guna melaksanakan langkah-langkah
advokasi.
3.Advokasi/sosialisasi lintas program, lintas sektor terkait,
4.Pengusulan kegiatan dan anggaran KIBBLA kedalam RKPD melalui Musrenbang/
Bagian Perencanaan/Bina Program.
5.Pertemuan pengusulan perencanaan dan anggaran KIBBLA mengikuti ”Alur
Proses Perencanaan APBD” (lampiran 9) melalui Bagian Perencanaan/Bina
Program.
Waktu dan Tempat
1.Waktu: Penyempurnaan draft dokumen dilakukan satu minggu setelah lokakarya
melalui beberapa kali pertemuan.
2.Tempat: Dilaksanakan di kabupaten/kota.
3.Peserta: Tim perencana dan tim Advokasi DTPS-KIBBLA kabupaten/kota.
Luaran
1.Dokumen Perencanaan dan Anggaran KIBBLA yang telah disempurnakan.
2.Bahan materi Advokasi.
3.Program KIBBLA menjadi program prioritas pada RKPD, Kebijakan Umum
Anggaran (KUA), Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) dan RKASKPD.
10 –
DTPS-KIBBLA
Skema 1
Alur Proses Lokakarya DTPS-KIBBLA
PEDOMAN PROSES PERENCANAAN –
11
12 –
DTPS-KIBBLA
BAB IV
PROSES LOKAKARYA PERENCANAAN
Pengantar DTPS
Lokakarya perencanaan DTPS diawali dengan agenda sebagai berikut:
1.Pembukaan.
2.Dinamika kelompok untuk perkenalan dan pencairan.
3.Penjelasan Alur proses DTPS.
4.Kebijakan KIBBLA (Standarisasi Input): kebijakan dan strategi program KIBBLA
terkini.
Sesi 1:
Analisis Situasi dan Masalah
Analisis situasi dan masalah merupakan proses untuk mengidentifikasi adanya
masalah kesehatan ibu, bayi baru lahir dan anak balita serta cakupan program
apakah sudah mencapai target yang telah ditetapkan, dan faktor faktor yang
mempengaruhi antara lain sumber daya yang tersedia, lingkungan, peraturan dan
kebijakan yang ada. Data yang dianalisis adalah data program KIBBLA termasuk
ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan.
Untuk melakukan Analisis Situasi dan masalah, tim perencana agar membawa
form pengumpulan data dan tabel Analisis Situasi dan Masalah (tabel 1A, 1B,1C
dan 1D) yang sudah terisi lengkap.
PEDOMAN PROSES PERENCANAAN –
13
Tabel 1A:
Data Sasaran Kematian dan Kesakitan
Kabupaten/Kota: ____________________
Cara Pengisian Tabel 1A:
1.Kolom 1: Isi dengan nama kelompok sasaran, bila data tersedia, jumlah sasaran
dibagi lagi atas karakteristik tertentu, misalnya: Jumlah penduduk, Jumlah
penduduk miskin, jumlah ibu hamil dari Keluarga Miskin, jumlah PUS dan
sebagainya.
2.Kolom 2–4: Isi untuk 3 tahun terakhir yaitu (x-2),(x-3), dan (x–4), kecuali bila ada
perubahan yang besar, misalnya akibat ada pemekaran wilayah dan sebagainya,
sesuai dengan data yang tersedia. Tahun x adalah tahun anggaran yang akan
direncanakan.
3.Kolom 5: Isi dengan sumber data atau keterangan bila diidentifikasi adanya
masalah atau hal yang perlu perhatian khusus. Contoh: bila hanya dapat mengisi
untuk tahun (x–2) tulis dalam kolom keterangan bahwa data yang tersedia
hanya untuk tahun (x-2). Bila memang ada data yang dapat dipercaya dapat
pula dituliskan dalam kolom keterangan, misalnya: sekitar 50% dari ibu hamil
termasuk Gakin.
Catatan:
• Kelompok sasaran/indikator dapat ditambahkan sesuai dengan data kabupaten.
• Jumlah penduduk diambil dari BPS atau sumber yang paling dipercaya.
• Data CBR (Crude Birth Rate) = Angka Kelahiran Kasar diambil dari BPS terakhir
(lihat lampiran 2, CBR menurut Provinsi).
• x = Tahun anggaran yang direncanakan.
*) Sumber data: Lap. Jamkesmas, Form Kab 1-A.1, Jamkesmas.
14 –
DTPS-KIBBLA
KELOMPOK SASARAN
Tahun
(x-4)
Tahun
(x-3)
Tahun
(x-2)
Sumber data/
Ket.
1
2
3
4
5
Jumlah penduduk
Jumlah penduduk miskin
Data sasaran KIBBLA
Jumlah bayi (CBRx jml pddk) *
Jumlah balita
Jumlah ibu hamil (CBRx1.1 x jml pddk)
Jumlah bumil gakin (CBRx1.1xjml pddk
miskin)
Jumlah ibu bersalin (1.05 x jml bayi)
Jumlah Ibu nifas (CBR x jml pddk)
Jumlah pasangan usia subur
Data Kematian dan Kesakitan Ibu
Jumlah kematian
Penyebab:
Perdarahan
Infeksi
Hipertensi dalam kehamilan (HDK)
Komplikasi Abortus
Lain-lain (sebutkan):
Jumlah kesakitan
Jumlah Bumil Anemi
Perdarahan
Infeksi
Hipertensi dalam kehamilan (HDK)
Komplikasi abortus
Bumil Kurang Enerji Kronis (KEK)
Lain-lain (sebutkan)
:
Data Kematian dan Kesakitan Neonatal
Lahir Mati
Jumlah Kematian
Penyebab :
PEDOMAN PROSES PERENCANAAN –
15
KELOMPOK SASARAN
Tahun
(x-4)
Tahun
(x-3)
Tahun
(x-2)
Sumber data/
Ket.
1
2
3
4
5
Asfiksia
Tetanus neonatorum
Infeksi
Lain-lain (sebutkan)
Jumlah kesakitan
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
Asfiksia
Tetanus neonatorum (TN)
Infeksi
Ikterus neonatorum
Data Kematian dan Kesakitan Bayi dan Anak Balita
Jumlah Kematian
Penyebab:
Pneumonia/Infeksi Saluran
Pernapasan Atas (ISPA)
Diare
Campak
Gizi buruk
Lain-lain (sebutkan):
Jumlah kesakitan
Pneumonia/ISPA
Diare
Campak
Demam Berdarah Dengue (DBD)
Tuberkulosis (TBC)
Malaria
Gizi kurang
Gizi buruk
Lain-lain (sebutkan):
16 –
DTPS-KIBBLA
Tabel 1B:
Cakupan Pelayanan KIBBLA
Kabupaten/Kota: ________________
Cara Pengisian tabel 1B:
1.Kolom 1: Isi dengan indikator pelayanan.
2.Kolom 2, 3, dan 4: Isi dengan pencapaian pada tahun yang sesuai (x-4), (x-3) atau
(x-2) dalam bentuk %. Pastikan agar nominator dan denominator tersedia.
3.Kolom 5: Isi dengan target cakupan pelayanan untuk tahun 2010 yang
direncanakan.
4.Kolom 6: Kesenjangan antara pencapaian tahun terakhir dengan target 2010
(kolom 5–kolom 4).
INDIKATOR
Pencapaian
Tahun (x-4)
Pencapaian
Tahun (x-3)
Pencapaian
Tahun (x-2)
Target Tahun
2010
Masalah/
Kesenjangan
1
2
3
4
5
6
Cakupan Pelayanan Kesehatan Ibu:
1. K1
2. K4
3. TT2
4. Fe3
5. Persalinan Nakes
6. Persalinan Nakes Askeskin*
7. Kunjungan nifas
8. Vit A Nifas
9. Ibu hamil yang punya buku
KIA
Cakupan Pelayanan Keluarga Berencana:
- CU/PUS
- Pil
- Suntik
- IUD
- Implant
- MOP/MOW
Dst
Deteksi Bumil dengan Risti/Komplikasi
- Hb < 8 g/dl
- Hipertensi dalam kehamilan
- Penyakit resiko kehamilan
(Jantung, TBC, Asma, dll)
PEDOMAN PROSES PERENCANAAN –
17
INDIKATOR
Pencapaian
Tahun (x-4)
Pencapaian
Tahun (x-3)
Pencapaian
Tahun (x-2)
Target Tahun
2010
Masalah/
Kesenjangan
1
2
3
4
5
6
- Bumil KEK
10.Penanganan komplikasi
Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir:
1. Imunisasi HB 0-7 hari
2. Imunisasi polio
3. KN 1
4. Vit K1 injeksi
5. Penanganan komplikasi
neonatal risti
6. Inisiasi Menyusu Dini
Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi dan Balita:
1.Kunjungan Neonatal (KN2)
2.Kunjungan Neonatal (KN2)
Gakin
3. ASI Eksklusif bulan
4.Kunjungan Bayi
5.Imunisasi :
- BCG
- DPT3
- HB3
- Polio 4
- Campak
6. Vit A (6-11 bulan)
7. Vit A (12-59 bulan)
8. Gizi:
- N/D
- N/S
- Penanganan Gizi Buruk:
• MP-ASI
• Pemberian Kapsul Iodium
(daerah endemik)
9. Kelambu ber insektisida
(daerah endemik)
10. SDIDDTK (2x/th)
*) Sumber data: Lap. Jamkesmas formulir Kab 1-A.1 atau Jamkesmas.
18 –
DTPS-KIBBLA
Tabel 1C:
Faktor Pendukung/Penyulit Pelayanan KIBBLA
Kabupaten/ Kota:________________________
Cara pengisian tabel 1C:
Isilah tabel 1C dengan faktor-faktor penyulit atau pendukung yang mempengaruhi
program kesehatan ibu dan anak, cukup diisi untuk tahun terakhir.
1.Kolom 1: Isi dengan kelompok data (SDM, fasilitas dan sarana) dengan
mengunakan angka mutlak.
2.Kolom 2: isi dengan data pada keadaan tahun terakhir (x-2).
3.Kolom 3: isi dengan jumlah yang diharapkan pada tahun anggaran (x); untuk
mengisi kolom ini gunakan standar kepegawaian yang ada (nasional, propinsi,
kabupaten/kota).
4.Kolom 4 : isi dengan sumber data atau penjelasan untuk kolom 2 dan 3 seperlunya.
5.Catat dan lengkapi data yang diragukan keakuratannya atau belum ada.
Faktor pendukung/penyulit
Keadaan Tahun
( X-2)
Kebutuhan Tahun
(X)
Sumber data/keterangan
1
2
3
4
Ketenagaan Dinas Kesehatan Kab/Kota dan jajarannya
1. Dokter umum:
24/100.000 pddk
- Dokter dilatih MTBS
- Dokter dilatih PONED
- Dokter dilatih PPGDON
2. Perawat:
158/100.000 pddk
- Perawat dilatih MTBS
- Perawat dilatih PONED
3. Bidan:
40/100.000 pddk
- Bidan dilatih APN
- Bidan dilatih PONED
- Bidan dilatih PPGDON
- Bidan dilatih KIP/K
- Bidan dilatih CTU
- Bidan dilatih ABPK
- Bidan dilatih Pencegahan Infeksi
- Bidan dilatih manajemen BBLR
- Bidan dilatih MTBS
- Bidan dilatih manajemen asfiksia
- Bidan dilatih SDIDTK
PEDOMAN PROSES PERENCANAAN –
19
Faktor pendukung/penyulit
Keadaan Tahun
( X-2)
Kebutuhan Tahun
(X)
Sumber data/keterangan
4. Petugas Gizi
5. Asisten apoteker
Tenaga Kesehatan di Rumah Sakit
- Dokter Spesialis Obsgin
- Dokter Spesialis Anak
- Dokter Umum
- Bidan
- Perawat kebidanan
- Perawat anak
- SKM
35/100.000 pddk
- Apoteker/Asisten Apoteker
9/100.000 pddk
- Petugas gizi
Fasilitas dan Sarana
- Rumah Sakit PONEK
- Puskesmas Perawatan
- Puskesmas PONED
4 PONED / Kab,Kota
- Puskesmas
80% mempunyai dokter
- Puskesmas Pembantu
- Polindes
- Posyandu
- Desa Siaga
- Bidan Kit
- Alat resusitasi/sungkup
- Implant kit
Ketersediaan Pedoman, Rujukan, Panduan
Buku KIA/KMS
Asuhan Persalinan Normal
MTBS/MTBM
Pedoman Praktis Pelayanan
Kontrasepsi
Penanganan risti
Pengelolaan imunisasi
Penanganan diare
Lain-lain
20 –
DTPS-KIBBLA
1 bidan/ desa siaga
Faktor pendukung/penyulit
Sumber Dana
Keadaan Tahun
( X-2)
Kebutuhan Tahun
(X)
Tahun (x–2)
Tahun (x-1)
Sumber data/keterangan
APBN (Dekon dan TP)
APBD Total
DAK
DAU
APBD II untuk KIBBLA
APBD Propinsi
Jamkesmas / Askeskin
Jamkesmas / Askeskin (K4, KN2,
Linakes)
Lain-lain
Kelembagaan/organisasi:
Peraturan daerah/walikota tentang
kesehatan
Tim/forum/wadah untuk KIBBLA
Jumlah LSM bidang kesehatan
Jumlah TOMA/TOGA aktif
Organisasi donor
Penyulit lain: geografis, sosial budaya, kebiasaan
Desa sulit geografis
Desa tanpa bidan desa
Kebiasaan yang berhubungan
dengan kesehatan
PEDOMAN PROSES PERENCANAAN –
21
Tabel 1D:
Ketersediaan ’Obat Indikator’ Program KIBBLA
Kabupaten/Kota:________________________
Cara pengisian tabel 1D:
1. Kolom 1: Jenis ’obat indikator’: Untuk menetapkan jenis obat indikator, dipilih
1-2 jenis obat yang utama dari masing masing program, contoh: lihat 6 jenis
obat untuk program KIBBLA dengan ”italic”.
2. Kolom 2: Tingkat ketersediaan obat (untuk jenis obat indikator yang dipilih): =
Jumlah obat tersedia
= ..... bulan
Rata rata pemakaian obat/bulan
3. Kolom 3 : Rata rata kekosongan obat (untuk jenis obat indikator yang dipilih): = Jumlah hari obat kosong dalam 1 tahun x 100% 365
*) obat indikator: Jenis obat yang dianggap mewakili ketersediaan obat program.
Jenis obat indikator
Tingkat ketersediaan Tahun
(X-2) (dalam bulan)
Rata rata waktu
kekosongan Tahun (x-2)
Keterangan/
Sumber data
1
2
3
4
........ bulan
....... %
Oxytocin
Magnesium Sulfat
Ca gluconas
Vit K1 injeksi
Salep mata Antibiotik
Vitamin A 100 IU bayi
(0-12bln)
Vit A- 200 IU
Oralit
Alat dan Obat Kontrasepsi
Pil KB
IUD
Suntik KB per 1 bulan
Suntik KB per 3 bulan
Antibiotika/antibakterial, dll
Kotrimoxazole syrup
Kotrimoxazol tabl
Vaksin
Polio
BCG
22 –
DTPS-KIBBLA
Jenis obat indikator
Tingkat ketersediaan Tahun
(X-2) (dalam bulan)
Rata rata waktu
kekosongan Tahun (x-2)
Keterangan/
Sumber data
DPT
Morbilli
Hepatitis B
dan seterusnya .....
Tujuan Sesi Analisis Situasi dan Masalah:
1.Teridentifikasinya masalah kematian, kesakitan, cakupan pelayanan, dan
faktor pendukung serta penyulit KIBBLA.
2.Tersusunnya narasi singkat analisis situasi dan masalah KIBBLA.
Langkah:
1.Melengkapi dan menelaah kualitas data dari Tabel 1A, 1B, 1C, dan 1D.
2.Identifikasi masalah yang berkaitan dengan KIBBLA.
3.Buat narasi analisis situasi dan masalah dari:
a. Kesehatan ibu
b. Kesehatan bayi baru lahir
c. Kesehatan anak balita
Bahan:
1.Tabel 1A, 1B, 1C, dan 1D yang sudah terisi dan sudah diverifikasi.
2.Formulir pengumpulan data F1–F7 yang telah terisi, (lihat CD).
3.Rekapitulasi laporan bulanan program terkait: LB 1 (data penyakit), LB 2
(LPLPO), LB 3 (KIA, Gizi, Imunisasi), LB 4 (Promkes, Kesling, dan lain-lain), LT 1,
LT 2, LT 3, Pemantauan Wilayah Setempat (PWS- KIA), Laporan KB.
4.Laporan tahunan KIA tahun terakhir, Profil kesehatan.
5.Hasil Audit Maternal Perinatal (AMP) yang pernah dilakukan dan hasil
penelitian/ survei khusus di kabupaten/kota berkaitan dengan KIBBLA (bila
ada).
6.Hasil verifikasi daftar tilik supervisi fasilitatif ke fasilitas kesehatan.
7.Kebijakan dan peraturan yang berlaku.
8.Data pendukung lain yang diperlukan.
Hasil Akhir Sesi 1 adalah:
Gambaran situasi analisa KIBBLA kabupaten/kota sebagai hasil analisa:
1.Tabel 1A: Data sasaran kesehatan KIBBLA.
2.Tabel 1B: Cakupan Pelayanan Kesehatan KIBBLA.
3.Tabel 1C: Penyulit/Pendukung Pelayanan KIBBLA.
4.Tabel 1D: Ketersediaan Obat dan Perbekalan KIBBLA.
5.Narasi Analisa Situasi
PEDOMAN PROSES PERENCANAAN –
23
Tips Melakukan Analisis Data
1.Tentukan Hal-hal penting dari data dengan melihat kecenderungan (trend),
kesenjangan (gap) dan bandingkan data antar wilayah Puskemas (diferensiasi),
berikan penjelasan seperlunya.
2.Kaji hasil capaian pelayanan kesehatan dan bandingkan dengan target propinsi
dan target nasional.
3.Ajukan pertanyaan: Apa, Siapa, Di mana, Mengapa, Kapan dan Bagaimana, secara
berulang untuk setiap data yang ingin digali lebih lanjut.
Keterangan lebih lanjut tentang analisis data, lihat lampiran 1: Penjelasan Analisis
Data
Contoh Narasi Analisis Situasi: Di kabupaten B terjadi 15 kematian ibu pada tahun 2004 dan 10 kematian ibu pada
tahun 2006. Persalinan oleh tenaga kesehatan hanya 58% pada tahun 2004 dan
meningkat menjadi 65% pada tahun 2006. Mengacu pada grafik hubungan antara
linakes dengan AKI (WHO) akan diperoleh AKI sebesar 400/100.000 kelahiran
hidup. Lihat lampiran 4: Grafik Hubungan antara Pertolongan oleh Tenaga
Kesehatan dan AKI
Angka ini jauh di atas angka nasional yaitu 307/100.000 kelahiran hidup. Meskipun
terjadi penurunan, namun kematian ibu masih merupakan permasalahan karena
AKI masih lebih tinggi dari angka rata-rata nasional.
Angka kematian bayi pada tahun 2004 adalah 45/1000 kelahiran hidup dan pada
tahun 2006 sebesar 40/1000 kelahiran hidup. Bila dibandingkan dengan angka
nasional 35/1000 kelahiran hidup maka angka ini masih di atas angka nasional.
Kondisi kesehatan balita juga bermasalah. Kasus kurang gizi Balita (KEP atau
Kekurangan Energi Protein) adalah 35% pada tahun 2004 dan 33% pada tahun 2006,
deng an konsentrasi terbesar di wilayah kecamatan X,Y, dan Z. Angka propinsi
adalah 28%. Jadi kabupaten ini masih di atas angka propinsi. Dan seterusnya
untuk permasalahan yang lain.
24 –
DTPS-KIBBLA
Sesi 2:
Analisis dan Prioritas Penyebab Masalah
Analisis penyebab masalah adalah suatu proses sistematik untuk menilai faktorfaktor yang merupakan penyebab langsung maupun tidak langsung dari suatu
masalah, termasuk faktor-faktor yang berkontribusi terhadap terjadinya masalah.
Seringkali penyebab masalah yang terjadi jumlahnya banyak dan tidak semua
dapat diatasi, oleh karena itu perlu dilakukan prioritas penyebab masalah yang
perlu ditangani.
Tujuan Sesi:
1.Merumuskan skema penyebab masalah kematian/kesakitan ibu, bayi baru lahir,
dan anak balita.
2.Menetapkan prioritas penyebab masalah kematian/kesakitan ibu, bayi baru
lahir, dan anak balita yang akan diintervensi.
3.Menyusun hasil analisis secara naratif tentang penyebab masalah kesehatan
ibu, bayi baru lahir dan anak balita serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Bahan:
1.Tabel 1A-1D yang sudah terisi lengkap dan diverifikasi beserta narasi hasil
analisis.
2.Contoh skema penyebab masalah kematian/kesakitan dan faktor yang
mempengaruhi.
Langkah analisis penyebab masalah/skema penyebab masalah:
1.Tim dibagi menjadi 3 subtim yaitu: subtim ibu, subtim bayi baru lahir, dan subtim bayi dan anak balita.
2.Subtim ibu membuat skema penyebab masalah ibu, subtim bayi baru lahir
membuat skema penyebab masalah bayi baru lahir dan subtim bayi dan anak
balita membuat skema penyebab masalah bayi dan anak balita.
3.Tentukan penyebab langsung kematian/kesakitan KIBBLA (contoh: Kematian
Anak Balita karena diare), tuliskan pada kartu indeks warna putih dan letakkan
di tengah (skema sasaran) atau letakkan di atas (skema pohon) pada kertas
flipchart.
4.Tentukan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penyebab langsung tersebut,
dari aspek promotif/preventif dan kuratif pada kartu indeks warna putih melalui
curah pendapat (brainstorming).
5.Penentuan faktor-faktor penyebab masalah diatas harus berdasarkan data hasil
Analisis situasi pada sesi I atau informasi lain yang dapat dipercaya.
6.Tentukan faktor-faktor penyebab masalah yang mempengaruhinya ditinjau dari
faktor pelayanan (kartu indeks warna merah), masyarakat/lingkungan (kartu
indeks warna biru) dan manajemen/kebijakan (kartu indeks warna kuning).
Khususnya pada faktor pelayanan, kaji dari aspek tenaga, dana, peralatan,
sarana, obat/perbekalan, dan metode (5 M).
PEDOMAN PROSES PERENCANAAN –
25
7.Beri tanda panah sesuai dengan hal yang dipengaruhi (penyebab ke arah akibat)
sehingga dapat memberikan gambaran mengenai penyebab permasalahan
kematian/kesakitan KIBBLA secara utuh.
8.Selanjutnya buat Penentuan Prioritas penyebab masalah kematian ibu, bayi
baru lahir, dan anak balita.
26 –
DTPS-KIBBLA
Skema 2C
Analisis Penyebab Masalah
Keterangan:
• adalah penyebab langsung kematian/kesakitan KIBBLA
• Penyebab masalah kurang berhasilnya pelayanan KIBBLA, digali/dilacak dari 3
faktor:
- Faktor Manajemen,
- Faktor Pelayanan Kesehatan, dan
- Faktor Masyarakat.
• Kotak 1 pada lapisan pertama adalah semua penyebab masalah kematian/
kesakitan dari ketiga faktor.
• Usahakan untuk menggali penyebab masalah sampai lapis ke-5 (tidak perlu
dipaksakan) lihat kotak: 2 , 3 , 4 dan 5
• Memungkinkan adanya saling pengaruh:
- Satu faktor ke beberapa faktor lain, atau
- Beberapa faktor ke satu faktor lain, atau
- Hubungan antar faktor di sisi yang berbeda.
PEDOMAN PROSES PERENCANAAN –
27
Skema 2C
Contoh Skema Penyebab Masalah Kematian/Kesakitan
Anak Balita Akibat Diare
28 –
DTPS-KIBBLA
Langkah Penentuan Prioritas:
1.Buat daftar penyebab masalah kematian dan kesakitan dari setiap skema masalah
yang telah dibuat (2A, 2B, 2C), tentukan 5-7 penyebab masalah dari masingmasing faktor pelayanan, masyarakat, manajemen yang paling berpengaruh
melalui professional judgement.
2.Masukkan penyebab masalah terpilih tersebut kedalam tabel 2 kolom 1.
3.Sepakati nilai yang akan diberikan untuk masing-masing Kriteria pada kolom 2-6
(misalnya: 1: tidak penting, 2: kurang penting, 3: penting, 4: sangat penting).
4.Berikan nilai dari semua penyebab masalah pada kolom 1 untuk masing-masing
kriteria dengan membandingkan secara vertikal seluruh penyebab masalah
(diisi ke bawah menurut kriteria/kolom), lanjutkan penilaian untuk masingmasing kriteria dengan cara yang sama.
5.Untuk mendapatkan nilai akhir, kalikan semua nilai dari kriteria secara horizontal
untuk masing-masing penyebab masalah.
6.Tentukan peringkat sesuai dengan urutan nilai tertinggi. Apabila didapatkan
nilai akhir yang sama, maka lakukan skoring ulang untuk penyebab masalah
yang bernilai akhir sama.
7.Tentukan 1 sampai 3 penyebab masalah prioritas dari masing-masing sub tim
(ibu, bayi baru lahir, anak balita) yang mendapat skor tertinggi.
8.Buatlah garis tebal pada tepi kartu indeks masalah yang terpilih pada skema
penyebab masalah, skema ini akan disebut sebagai Skema Prioritas Penyebab
Masalah.
9.Buat narasi singkat dari hasil prioritas penyebab masalah dari kesehatan ibu,
bayi baru lahir, bayi dan anak balita.
Penentuan prioritas penyebab masalah menggunakan professional judgement
perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1.Penyebab masalah yang apabila diselesaikan mempunyai daya ungkit
terbesar.
2.Penyebab masalah yang mengacu pada penyebab ‘tiga terlambat’.
3.Penyebab masalah yang sesuai dengan tiga pesan kunci MPS.
4.Penyebab masalah menjadi prioritas daerah.
5.Dan pertimbangan lainnya
Pemberian nilai untuk masing-masing kriteria harus melibatkan semua peserta
dengan cara:
1.Setiap peserta memberikan penilaian masing-masing terhadap masalah yang
diprioritaskan.
2.Setiap peserta memberikan alasan terhadap besarnya penilaian masingmasing.
3.Tim mencari kesepakatan besarnya nilai.
4.Bila ada perbedaan dalam menetapkan nilai maka diambil nilai rata-rata.
PEDOMAN PROSES PERENCANAAN –
29
Penjelasan Metode Skoring:
Skoring digunakan untuk memberikan nilai terhadap penyebab masalah yang
telah diidentifikasi
a. Metode skoring adalah satu teknik yang digunakan untuk membantu pengambilan
keputusan dari berbagai pilihan untuk menentukan prioritas penyebab masalah,
dan kegiatan dengan menggunakan beberapa kriteria yang telah disepakati.
b.Kriteria adalah suatu batasan yang dipergunakan untuk menilai berbagai
alternatif/pilihan penyebab masalah pelayanan sesuai dengan standar yang
dibutuhkan.
Batasan Kriteria:
a. Besarnya penyebab masalah adalah kesenjangan antara target tahun 2010
dengan cakupan pencapaian tahun terakhir x-2 (untuk hal yang merupakan
indikator program), makin besar kesenjangan, maka makin buruk kinerjanya
dan semakin tinggi skor yang diberikan.
b.Kepentingan (importance) adalah gambaran seberapa jauh pelayanan dianggap
penting untuk ditanggulangi. Kepentingan dapat dinilai dari beberapa hal,
misalnya: ada hubungan langsung/tidak langsung dengan kematian ibu, bayi
baru lahir dan anak balita. Semakin penting penyebab masalah semakin tinggi
prioritas atau angka (skor yang diberikan). Apabila satu penyebab masalah
diselesaikan, maka akan sekaligus bisa menyelesaikan beberapa masalah
lainnya. Makin banyak penyebab masalah yang dapat diselesaikan, maka
penyebab masalah tersebut tergolong penting dan mendapat skor lebih tinggi.
c. Kemudahan/kelayakan (feasibility) adalah seberapa jauh masalah pelayanan
dapat ditanggulangi. Kemudahan dapat dinilai dari tersedianya sarana, prasarana,
SDM, metoda, teknologi, dana, dan lain-lain. Makin sedikit sumberdaya yang
dibutuhkan, maka makin tinggi nilai yang diberikan.
d.Dukungan untuk perubahan (support of change) adalah besarnya dukungan
dari stakeholders (Pemda, LSM, institusi terkait, masyarakat, tokoh masyarakat,
dan lain-lain). Dukungan dapat berupa kebijakan, dana dan keterlibatan. Makin
banyak dukungan yang didapat untuk suatu masalah, maka makin tinggi skor
yang diberikan.
e. Risiko (risks if nothing is done) adalah besarnya risiko apabila masalah suatu
penyebab masalah tidak segera ditangani. Semakin besar risikonya, maka
semakin tinggi angkanya.
Pada konteks ini, semakin besar penyebab masalahnya, maka semakin tinggi tingkat
keparahannya. Semakin mungkin masalah tersebut terkelola, maka semakin tinggi
prioritas masalah tersebut.
30 –
DTPS-KIBBLA
PEDOMAN PROSES PERENCANAAN –
31
4
3
6. Askeskin belum
optimal
7.
buruk
4
4
4
4. Transportasi sulit
(banyak desa terpencil)
5. Tidak tersedia
oralit dan cairan
infus
4
4
3.Pe n g e t a h u a n
M asyarakat kurang
4
4
4
3
3
2. Cakupan imunisasi
campak rendah
4
3
4
2
1
Kepentingan
1. Petugas tidak
terampil
Besaran
Penyebab
masalah
Kriteria Penyebab
Masalah
3
4
3
3
4
4
4
4
Kemudahan/ Kelayakan
4
3
4
2
4
3
4
5
Dukungan
untuk Perubahan
3
2
3
3
4
4
3
6
Risiko bila
tak di tangani
Tabel 2: Contoh Penetapan Prioritas Penyebab Masalah
432 (IV)
384 (V)
576 (III)
288 (VI)
1024 (I )
432 (IV)
768 (II)
7
Nilai akhir /
peringkat
Skema 2CC
Prioritas Penyebab Masalah
Catatan:
• Tebalkan garis kotak pada penyebab masalah yang telah terpilih melalui sistem
skoring dan tebalkan arah panah hubungannya dengan Masalah Utama.
• Tebalkan juga kotak faktor penyebab masalah terpilih pada lapis berikutnya.
32 –
DTPS-KIBBLA
Skema 2CC
Contoh Skema Prioritas Penyebab Masalah Kematian/Kesakitan
Anak Balita Akibat Diare
PEDOMAN PROSES PERENCANAAN –
33
Hasil Akhir Sesi 2 adalah:
1. Skema 2A: Penyebab Masalah kematian/kesakitan ibu.
2.
3.
4.
5.
Skema 2B: Penyebab Masalah kematian/kesakitan bayi baru lahir.
Skema 2C: Penyebab Masalah kematian/kesakitan bayi dan anak balita.
Tabel 2A: Penetapan Prioritas Penyebab Masalah Penyebab Kematian Ibu.
Tabel 2B: Penetapan Prioritas Penyebab Masalah Penyebab Kematian Bayi Baru
Lahir.
6. Tabel 2C: Penetapan Prioritas Penyebab Masalah Penyebab Kematian Bayi dan anak
Balita.
7. Skema 2AA: Prioritas Penyebab Masalah Kematian Ibu.
8. Skema 2BB: Prioritas Penyebab Masalah Kematian Bayi Baru Lahir.
9. Skema 2CC: Prioritas Penyebab Masalah Kematian Bayi dan anak Balita.
10.Narasi kompilasi prioritas penyebab masalah terpilih termasuk obat dan
perbekalan KIBBLA dari masing masing skema penyebab masalah.
Catatan:
Hasil sesi ini sangat penting karena akan digunakan sebagai bahan untuk dibahas
dalam tahap III (advokasi ), lihat Sesi 9 – Rencana Tindak Lanjut.
34 –
DTPS-KIBBLA
Sesi 3:
Solusi dan Kegiatan
Pada sesi ini tim kabupaten/kota menelaah penyebab masalah yang telah ditetapkan
sebagai prioritas penyebab masalah kesakitan dan kematian ibu, bayi baru lahir,
bayi dan anak balita untuk mencari solusi dan kegiatan yang berdasarkan bukti
dan mempunyai daya ungkit yang paling besar.
Tujuan:
Menetapkan solusi dan kegiatan untuk masing-masing prioritas penyebab masalah
kesakitan dan kematian ibu, bayi baru lahir, bayi dan anak balita.
Bahan:
1.Tabel 2A, 2B, 2C: Penetapan Prioritas Penyebab Masalah Kematian/Kesakitan
Ibu, Bayi Baru Lahir, Bayi dan Anak Balita yang dihasilkan di Sesi 2.
2.Skema 2AA, 2BB, 2CC: Skema Prioritas Penyebab Masalah Kematian/Kesakitan
ibu, Bayi Baru Lahir, Bayi dan Anak Balita yang dihasilkan disesi 2.
3.Lampiran 5: Evidence Based Intervention (EBI) dan Periode Kritis Risiko
Kematian.
4.Lampiran 6: Tabel Urusan Wajib dan Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan di Kabupaten/kota.
5.Lampiran 7: Tabel Strategi, Kegiatan dan Indikator Program Ibu dan Bayi Baru
Lahir.
6.Lampiran 8: Tabel Strategi, Kegiatan dan Indikator Program Bayi dan Anak
Balita
Langkah-langkah:
1.Pelajari Lampiran Pelaksanaan Strategi Nasional MPS (lampiran 7 dan 8) dan
kebijakan kesehatan ibu dan bayi baru lahir, kebijakan kesehatan bayi dan
anak balita, perbaikan gizi masyarakat, jaminan obat, dan perbekalan.
2.Tentukan solusi dari masing-masing penyebab masalah yang di prioritaskan
dan masukan kedalam tabel 3 kolom 3.
3.Kemudian solusi dibahas lebih lanjut di dalam tim lengkap (sub-tim ibu, bayi
baru lahir dan anak balita). Apabila didapat solusi yang sama pada masalah ibu,
bayi baru lahir, anak balita, maka solusi tersebut dapat digabung.
4.Tentukan kegiatan yang inovatif, mempunyai daya ungkit besar, dan realistis,
dari masing-masing solusi dan masukan pada kolom 4 tabel 3.
5.Cocokkan daftar kegiatan dengan tabel strategi, kegiatan dan indikator untuk
program KIBBLA (lampiran 7 dan 8) untuk membandingkan apakah kegiatan
yang diusulkan sudah sesuai dengan strategi nasional, bila perlu sesuaikan
kembali kegiatan terpilih pada kolom 4 tabel 3.
6.Buatlah narasi dari solusi dan kegiatan untuk mengatasi penyebab masalah
kesehatan ibu, bayi baru lahir, bayi dan anak balita.
PEDOMAN PROSES PERENCANAAN –
35
Hasil Akhir Sesi 3 adalah:
1.Tabel 3: Prioritas Penyebab Masalah, Solusi dan Kegiatan Kesehatan Ibu, Bayi
Baru Lahir, Bayi dan Anak Balita.
2.Skema 3A: Skema Solusi dan Kegiatan Penyebab Masalah Kematian/Kesakitan
Ibu.
3.Skema 3B: Skema Solusi dan Kegiatan Penyebab Masalah Kematian/Kesakitan
Bayi Baru Lahir.
4.Skema 3C: Skema Solusi dan Kegiatan Penyebab Masalah Kematian/Kesakitan
Anak Balita.
5.Narasi Solusi dan Kegiatan Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir, Bayi dan Anak
Balita.
Tabel 3
Contoh Prioritas Penyebab Masalah, Solusi, dan Kegiatan
No
Prioritas penyebab masalah
Solusi
Kegiatan
1
2
3
4
1
Pengetahuan masyarakat
mengenai penyebab diare kurang
Meningkatkan
pengetahuan
masyarakat mengenai
pencegahan dan
penanggulangan
diare.
1.Membuat media
2.Penyuluhan diare yang partisipatif
3.Pelatihan penyuluhan diare partisipatif
bagi bidan di desa/nakes.
4.Kampanye cuci tangan dengan sabun
5.Mencetak poster, leaflet mengenai diare
6.Penyebarluasan informasi diare
melalui radio dan media tradisional.
2
Nakes kurang terampil dalam
penatalaksanaan diare
Meningkatkan
ketrampilan nakes dalam
penetalaksanaan diare
1.Melakukan pemetaan kemampuan
petugas
2.Pelatihan MTBS
3.Pemantauan pasca pelatihan (kualifikasi)
4.Supervisi fasilitatif ke fasilitas pelayanan
5.Melakukan peer review
6.Seminar review pemanfaatan MTBS
3
Kekurangan oralit dan cairan infus
Memperbaiki
manajemen pengadaan
obat dan alat
1.Melakukan pemetaan mengenai
kondisi fasilitas program
2.Refreshing petugas Puskesmas tentang
manajemen obat dan alat
3.Pengadaan sarana dan prasarana (?
Sebutkan)
4.Supervisi fasilitatif ketersediaan
obat/alat (oralit, infus) di Puskesmas
36 –
DTPS-KIBBLA
Skema 3C
Skema Solusi dan Kegiatan
Catatan:
Buat Solusi dan Kegiatan pada Penyebab Masalah yang menjadi prioritas.
PEDOMAN PROSES PERENCANAAN –
37
Skema 3C
Contoh Skema Solusi dan Kegiatan Masalah Kematian/Kesakitan Anak
Balita akibat Diare
38 –
DTPS-KIBBLA
Sesi 4:
Prioritas Kegiatan dan Target
Pada sesi ini tim menentukan prioritas dari
berbagai kegiatan yang telah ditetapkan pada
sesi 3 sehingga kegiatan dapat dikurangi sesuai
prioritasnya apabila anggaran untuk program
terbatas. Tim juga menentukan target kegiatan
beserta indikatornya dengan mempertimbangkan
kemampuan pencapaian.
Tujuan:
1.Menetapkan Prioritas kegiatan.
2.Menetapkan Target beserta indikatornya untuk masing-masing kegiatan.
Bahan:
1.Tabel 3: Prioritas Penyebab Masalah, Solusi dan kegiatan (yang dihasilkan sesi 3).
2.Tabel 4A: Prioritas Kegiatan.
3.Tabel 4B: Kegiatan dan Target.
Langkah-langkah:
1.Pindahkan solusi dan kegiatan dari tabel 3 (kolom 3 dan 4) ke tabel 4A (kolom
1 dan 2).
2.Tentukan prioritas kegiatan dari masing-masing solusi.
3.Sepakati arti nilai dari masing masing kriteria skala 1-4, skala 4 paling positif
(misalnya 1: tidak penting, 2: kurang penting, 3: penting, 4: sangat penting).
4.Berikan nilai untuk masing masing kegiatan sesuai dengan kriteria (konsistensi,
evidence based, penerimaan, dan mampu laksana) seperti pada penentuan
prioritas penyebab masalah.
5.Berikan nilai bagi setiap kegiatan dengan membandingkan secara vertikal bagi
seluruh kegiatan (diisi ke bawah menurut kolom), lanjutkan penilaian untuk
masing-masing kriteria dengan cara yang sama.
6.Kalikan masing-masing nilai pada tiap kriteria untuk setiap kegiatan secara
horizontal, tuliskan hasilnya pada kolom 7, kemudian tulis peringkatnya sesuai
dengan total nilai pada kolom 8.
7.Buat tabel 4B: kegiatan dan target dengan memindahkan solusi dan kegiatan
yang diprioritaskan dari tabel 4A (kolom 2) ke tabel 4B (kolom 1). Tentukan
indikator tiap kegiatan dan tetapkan target kegiatan tahun X di kolom 5 dengan
memperhatikan data tahun x-2 dari tabel 1C: Faktor Pendukung /Penyulit.
8.Buat narasi prioritas kegiatan, indikator dan target yang direncanakan untuk
masing-masing kesehatan ibu, bayi baru lahir, bayi, dan anak balita.
PEDOMAN PROSES PERENCANAAN –
39
Kriteria untuk Memilih Prioritas Kegiatan:
Konsistensi:
Bila kegiatan terpilih sesuai dengan strategi nasional dan rencana kerja kabupaten/
kota yang sudah ada. Makin sesuai dengan strategi/rencana kerja yang ada, maka
makin tinggi skornya.
Evidence Based:
Bila kegiatan dipilih termasuk dalam rangkaian kegiatan atau intervensi yg telah
terbukti efektif (evidence based) nilainya makin tinggi dibandingkan dengan
kegiatan yang belum ada bukti.
Penerimaan:
Kegiatan dapat diterima oleh semua institusi terkait termasuk masyarakat setempat.
Makin mudah diterima, maka makin tinggi skor/nilainya.
Mampu Laksana: Kegiatan yang dapat dilaksanakan berdasarkan kondisi setempat, fasilitas, sumber
daya manusia dan infrastruktur yang dibutuhkan tersedia atau bisa didapat,
termasuk pembiayaan. Makin mudah disediakan, makin tinggi nilainya.
Hasil Akhir Sesi 4 adalah:
1. Tabel 4A – Penentuan Prioritas Kegiatan.
2. Tabel 4B – Kegiatan dan Target.
3. Narasi Prioritas Kegiatan dan Target.
40 –
DTPS-KIBBLA
Tabel 4A
Contoh Prioritas Kegiatan
Solusi
Kegiatan
Konsis
tensi
Evidence
based
Peneri maan
Mampu
laksana
1
2
3
4
5
Meningkatkan
pengetahuan
masyarakat
1.Membuat media
penyuluhan diare
yang partisipatif
3
3
4
2.Pelatihan
penyuluhan diare
partisipatif bagi
bidan desa.
4
4
3.Penyuluhan men
cuci tangan
dengan sabun
4
4.Mencetak poster,
leaflet. cara
mencuci tangan
Meningkatkan
ketrampilan
nakes
Total
nilai
Peringkat
6
7
8
2
72
4
4
4
256
1
4
3
3
144
2
2
3
2
3
36
6
5.Penyebarluasan
informasi melalui
radio dan media
tradisional.
3
2
3
3
54
5
6.Melakukan
monitoring
berkala.
4
3
3
3
108
3
1.Melakukan
pemetaan
kemampuan
petugas
4
4
3
4
192
1
2.Pelatihan MTBS
4
4
3
3
144
2
3.Pemantauan
pasca pelatihan
(kualifikasi) MTBS
4
3
3
3
108
4
4.Melakukan
supervisi
fasilitatif
4
3
3
4
144
3
5.Melakukan peer
review
3
3
4
2
72
5
6.Seminar
pemanfaatan
MTBS
2
2
3
2
24
6
PEDOMAN PROSES PERENCANAAN –
41
Tabel 4B
Contoh Kegiatan dan Target
Kegiatan
1
Indikator
2
Thn (x-1)
Thn (x)
Kumulatif
Target
Kumulatif
Target
3
4
5
6
Melakukan pemetaan
Petugas Puskesmas
yang melakukan
MTBS
Jumlah Petugas
Puskesmas yang
melaksanakan MTBS
30
15
45
20
Pelatihan MTBS
Jumlah petugas yang
terlatih MTBS
20
20
40
20
Catatan:
Kegiatan kumulatif adalah pencapaian kegiatan sampai tahun dimaksud yang
diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan dan jaringannya, Rumah Sakit termasuk
fasilitas kesehatan swasta. Target tahun X kolom 6 adalah target kegiatan yang
diusulkan melalui proses perencanaan DTPS.
Hal ini perlu karena wilayah perkotaan yang mempunyai banyak fasilitas kesehatan
swasta yang juga mempunyai kontribusi besar dalam pelayanan kesehatan dan
percepatan penurunan AKI dan AKB.
42 –
DTPS-KIBBLA
Sesi 5:
Rencana Usulan Kegiatan
Pada sesi ini tim menyusun Rencana Usulan Kegiatan (RUK) yang mencakup antara
lain lokasi, sasaran, volume untuk menghitung anggaran yang dibutuhkan dan
sumber dananya.
Tujuan:
1.Menghasilkan tabel usulan kegiatan beserta lokasi, sasaran, volume, sumber
dana, jadwal, dan penanggung jawab kegiatan.
2.Membuat narasi singkat mengenai rencana kegiatan.
Bahan:
1.Tabel 4B: Kegiatan dan Target (yang dihasilkan sesi 4).
2.Tabel 5-kosong: Rencana Usulan Kegiatan.
Langkah-langkah:
1.Pindahkan daftar kegiatan dari masing-masing solusi sesuai dengan prioritas ke
dalam tabel 5 (kolom 2).
2.Tentukan lokasi (kolom 3) sasaran (kolom 4), volume (kolom 5), sumber dana
(kolom 8), jadwal (kolom 9) serta penanggung jawab kegiatan (kolom 10).
3.Kolom unit cost (kolom 6) dan Jumlah Biaya (kolom 7) diisi setelah perhitungan
anggaran.
4.Buat narasi mengenai rencana kegiatan yang dilakukan.
Hasil Akhir Sesi 5 adalah:
1.Tabel 5. Rencana Usulan Kegiatan (tanpa perkiraan biaya).
2.Narasi Rencana Usulan Kegiatan
Catatan:
Setiap kegiatan harus didukung oleh
obat dan perbekalan yang dibutuhkan,
perhitungan kebutuhan ini mengacu pada
standar pelayanan yang berlaku.
PEDOMAN PROSES PERENCANAAN –
43
Tabel 5
Contoh Rencana Usulan Kegiatan
Uraian Kegiatan
No
Kegiatan
1
2
Pemetaaan
Kemampuan
petugas
Puskesmas, Dokter,
Pustu
bidan
perawat
20
APBD II
1
Pelatihan
MTBS
Kabupaten Dokter,
perawat
20
APBN
2
Lokasi
Sasaran
Vol
Unit
cost
3
4
5
6
Keterangan:
• Lokasi: Tempat kegiatan dilaksanakan
•
•
•
•
•
•
•
44 –
Jumlah Sumber Jadwal PenBiaya
dana
Jawab
7
8
9
Sasaran: Obyek kegiatan
Volume: Besaran dari jumlah kegiatan selama 1 tahun anggaran
Unit cost: Harga satuan kegiatan
Jumlah Biaya: Total biaya yang diperlukan
Sumber dana: APBN,APBD propinsi,APBD kab/kota,BLD/PHLN, ADD/Swadana
Jadwal: Waktu pelaksanaan kegiatan
Penanggung jawab: Penanggung jawab kegiatan
DTPS-KIBBLA
10
Sesi 6:
Rencana Usulan Anggaran
Pada sesi ini tim menghitung rencana anggaran kegiatan yang bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) dan sumber lain.
Dalam ”Perencanaan Pembangunan Daerah” ada dua (2) tahap penting yaitu: 1)
Tahap Proses Penyusunan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja
SKPD) sebagai bahan untuk penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)
dan 2) Tahap Proses Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran–SKPD
Tujuan:
Menyusun kebutuhan anggaran kegiatan KIBBLA yang bersumber dari APBD, APBN,
dan sumber lain.
Bahan:
1. Tabel 4B: Kegiatan dan Target (yang dihasilkan sesi 4).
2. Tabel 5: Rencana Usulan Kegiatan (yang dihasilkan sesi 5).
3. Tabel 6A: Uraian Perhitungan APBD, APBN, dan Sumber Lain (sebelum pagu
sementara).
4. Tabel 6B: Uraian Perhitungan APBD.
5. Tabel 6C: Uraian Perhitungan APBN.
6. Peraturan perundang-undangan yang berlaku (Permendagri) tentang Jadwal
Penyusunan Anggaran sesuai dengan Permendagri No. 13 tahun 2006 dan
Permendagri 59 tahun 2007.
7. PP No. 21 tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran
Kementerian Negara/Lembaga.
8. Harga satuan/unit cost setempat (SK Bupati/Walikota).
9. Kepmenkes tentang Harga Obat Generik Berlogo yang terakhir.
10.Standar Biaya Umum, Harga Patokan Setempat.
Langkah-langkah:
1.Pindahkan rencana kegiatan dari tabel 4B ke tabel 6 kolom 2.
2.Tentukan dalam tabel 6A kode rekening-kode kelompok MAK, uraian komponen
belanja serta rincian perhitungan dengan menggunakan harga satuan setempat
yang berlaku.
3.Tentukan sumber biaya dari masing masing kegiatan di dalam kolom tabel
6A (kolom 10). Sumber dana dapat berasal dari APBD Kabupaten/Kota, APBD
provinsi, APBN, dan sumber lain.
4.Pilih dan pindahkan kegiatan yang dananya bersumber dari APBD pada tabel
6A.
5.Pilih dan pindahkan kegiatan yang dananya bersumber dari APBN ke tabel 6B.
6.Proses pengisian formulir tabel 6A, 6B, 6C diselesaikan pada tahap Advokasi
PEDOMAN PROSES PERENCANAAN –
45
Hasil Akhir Sesi 6 adalah:
1.Tabel 6A: Rencana Usulan Anggaran Menurut Perhitungan Anggaran Sebelum
Pagu Anggaran (PPAS) Sementara.
2.Tabel 6B: Rencana Usulan Anggaran Menurut Uraian Perhitungan APBD.
3.Tabel 6C: Rencana Usulan Anggaran Menurut Uraian Perhitungan APBN.
Catatan:
Alur proses perencanaan APBD dapat dilihat pada lampiran 9.
Jadwal penyerahan rencana kegiatan dan anggaran yang bersumber APBN pada
bulan Mei–Juni.
Tim perlu menyesuaikan
Selain menghitung anggaran untuk percepatan penurunan angka kematian dan
kesakitan KIBBLA, tim harus menghitung kebutuhan anggaran untuk pelayanan
rutin (pelayanan ANC, PNC, pertolongan persalinan, kunjungan rumah, imunisasi,
kebutuhan obat, dan seterusnya) dan manajemen/operasional (perencanaan,
pemantauan dan penilaian).
RUK beserta anggaran (tabel 5) yang telah disusun harus dibandingkan dengan
realisasi kegiatan dan anggaran KIBBLA tahun berjalan dan realisasi tahun
sebelumnya.
Contoh kegiatan/menu/kode untuk setiap kegiatan berbasis bukti dapat dilihat
secara lengkap pada CD.
Rencana kegiatan dan anggaran dengan pagu sementara sesuai dengan skala
prioritas atau mengurang volume kegiatan untuk kemudian dipindahkan pada RKA
–SKPD (form 2.2.1) (lihat lampiran 12)
46 –
DTPS-KIBBLA
PEDOMAN PROSES PERENCANAAN –
47
Pemetaan Kemampuan
petugas
Pelatihan MTBS untuk 10
orang bidan di desa dan
perawat selama 10 hari
2
2
1
1
Kegiatan
No
Tabel 6A
Konsumsi
ATK
honor surveyor
biaya transport surveyor
sewa ruang kelas
Konsumsi
ATK
transport peserta
uang harian peserta
biaya praktek keterampilan 4 org
biaya transport sekretariat
honor pelaksana administrasi
biaya 4 orang instruktur
6 hr
biaya 3 orang pelatih
klinik 4 hr
5220101
5210101
5221501
522116
521119
521211
524119
524119
512112
524119
512112
512112
512112
4
Uraian Komponen Belanja
5221102
3
Kode rekkode kelompok MAK
3
4
2
2
6
10
10
10
10
4
20
20
20
20
5
Vol
OH
OH
OH
OT
hari
OH
OT
paket
paket
hari
OT
OH
paket
OH
6
Satuan
300,000
250,000
1,000,000
75,000
100,000
150,000
75,000
50,000
350,000
500,000
200,000
50,000
15,000
35,000
7
Harga satuan
Rincian perhitungan
3,600,000
6,000,000
2,000,000
1,500,000
2,400,000
15,000,000
7,500,000
5,000,000
3,500,000
2,000,000
4,000,000
1,000,000
300,000
700,000
8
Jumlah
Contoh Uraian Perhitungan APBD dan APBN Program KIBBLA
Sebelum Ada Pagu Sementara
Kabupaten/Kota : ______________________________________
40,000,000
48,500,000
6,000,000
9
Total
APBN
APBD II
10
Sumber
48 –
DTPS-KIBBLA
Pelatihan MTBS bagi 10
tenaga Puskesmas
Kegiatan
OH = Orang/Hari
OT = Orang/Transpor
Keterangan:
3
No
Kode rekkode kelompok MAK
1
Vol
TOTAL DANA YANG DIBUTUHKAN
apabila ada kontribusi
dari APBD atau APBN sebagai pendamping, maka
dapat diisi sesuai dengan
komponen belanja APBD
atau APBN
Penyelenggaraan pelatihan MTBS
Uraian Komponen Belanja
paket
94,500,000
40,000,000
Harga satuan
Rincian perhitungan
Satuan
40,000,000
Jumlah
Total
BLN dengan
atau tanpa
APBD/APBN
Sumber
PEDOMAN PROSES PERENCANAAN –
49
102012901
1
3
2
Kode Program
No
Tabel 6B
honor surveyor
biaya transport
surveyor
5210101
5221501
20
2
20
20
4
Vol
Total dana yang dibutuhkan
ATK
konsumsi
3
Uraian Komponen
Belanja
5220101
5221102
2
1
Pemetaan
Kemampuan
petugas.
Kode rekening
Kegiatan
OT
OH
paket
OH
5
Satuan
200,000
50,000
15,000
35,000
6
Satuan
Harga
4,000,000
1,000,000
300,000
700,000
7
Jumlah
6,000,000
8
Total
Rincian Perhitungan Sebelum Ada Pagu Sementara
Perhitungan untuk Bahan RKPD
Contoh Uraian Perhitungan APBD
Kabupaten/Kota : ______________________________________
50 –
DTPS-KIBBLA
07.03.03
DST
1
2
2846
(3)
(4)
Pelatihan
MTBS
untuk 10
bidan di
desa dan
perawat
selama 10
hari
TOTAL DANA YANG DIBUTUHKAN
(2)
Kegiatan
Sewa ruang
kelas
konsumsi
ATK
Transport peserta
Uang harian
peserta
Biaya praktek
keterampilan 4
orang
Biaya transport
sekretariat
Honor pelaksana administrasi
Biaya 4 orang
instruktur selama 6 hari
Biaya 3 orang
pelatih klinik
selama 4 hari
521119
521211
524119
524119
512112
524119
512112
512112
512112
(6)
Uraian Komponen
Belanja
522116
(5)
Kode MAK
3
4
2
2
6
10
10
10
10
4
(7)
Volume
OH
OH
0H
OT
hari
OH
OT
paket
paket
hari
(8)
Satuan
Contoh Uraian Perhitungan APBN
Kabupaten/Kota : ______________________________________
Kode proKode
gram
Kegiatan
(1)
No
Tabel 6C
300,000
250,000
1,000,000
75,000
100,000
150,000
75,000
50,000
350,000
500,000
(9)
Harga
satuan
3,600,000
6,000,000
2,000,000
1,500,000
2,400,000
15,000,000
7,500,000
5,000,000
3,500,000
2,000,000
(10)
Jumlah
Sesi 7:
Pemantauan dan Penilaian
Pemantauan kegiatan dan penilaian program merupakan bagian integral dari
manajemen program. Dalam pelaksanaannya pemantauan dan penilaian dilakukan
secara berjenjang dan terus menerus.
Tujuan:
1.Menentukan indikator pemantauan kegiatan dan cara melakukannya.
2.Menentukan indikator penilaian cakupan program, cara pemantauannya dan
rencana untuk memperbaiki manajemen program
Bahan:
1.Tabel
2.Tabel
3.Tabel
4.Tabel
4B: Kegiatan dan target (yang dihasilkan sesi 4).
5: Rencana Usulan Kegiatan (yang dihasilkan sesi 5).
7A (kosong): Rencana Pemantauan Kegiatan.
7B (kosong): Rencana Penilaian Program
Langkah-langkah:
1.Buat rencana pemantauan dengan cara memindahkan kegiatan, indikator, dari
tabel 4B , kolom 1,2,3, dan 6 ke tabel 7A.
2.Tuliskan cara pemantauan kegiatan bagi setiap indikator (frekuensi/periode
pelaksanaan, sumber data, dan metode).
3.Tentukan petugas yang bertanggung jawab untuk melakukan pemantauan.
4.Buat rencana penilaian dengan cara mengisi indikator pelayanan yang akan
dinilai pada tabel 7B
Hasil Akhir Sesi 7 adalah:
1.Tabel 7A Rencana Pemantauan Kegiatan.
2.Tabel 7B. Rencana Penilaian Program.
3.Narasi Pemantauan dan Penilaian
Monitoring merupakan kegiatan analisis dalam upaya perbaikan kinerja, untuk
mengetahui seberapa jauh kegiatan tersebut berpengaruh terhadap kelompok
sasaran.
Evaluasi merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menilai dampak dan
keberlangsungan program dengan memanfaatkan data dari berbagai sumber.
PEDOMAN PROSES PERENCANAAN –
51
Tabel 7A
Contoh Rencana Pemantauan Kegiatan
Kabupaten/Kota : ______________________________________
Kegiatan
Indikator
Data Kumulatif
(x-1) Thn
Target
Thn (x)
Frekuensi /
Waktu
Sumber
data
Petugas
Keterangan
1
2
3
4
5
6
7
8
Pelatihan
MTBS
Jumlah
petugas
yang dilatih
30
20
2x/tahun
Laporan
pelatihan
Kasie KIA
Tabel 7B
Contoh Rencana Penilaian Program
Kabupaten/Kota : ______________________________________
Indikator
Data awal
Target
Hasil
Frekuensi /
waktu
Sumber
data
Penanggung
jawab
Keterangan
1
2
3
4
5
6
7
8
Jumlah
Balita Diare
yang dilayani
MTBS
30%
70%
2 x/tahun
Laporan
MTBS
Ka.Sub.Din
Kesga
Catatan:
Hasil (Kolom 4) diisi sesuai dengan hasil penilaian tahun x.
Target adalah target cakupan program tahun x dengan mengacu pada SPM dan
Rencana strategis kabupaten/kota.
52 –
DTPS-KIBBLA
Sesi 8:
Pembuatan Dokumen Perencanaan dan Anggaran
Untuk mendapatkan persetujuan atau dukungan dari para pemangku kepentingan
dan pembuat kebijakan, pada sesi ini tim membuat dokumen perencanaan dan
anggaran yang memuat hasil-hasil sesi 1 sampai 7 sebagai bahan usulan anggaaran
kegiatan yang mudah dimengerti oleh pemangku kepentingan dan pembuat
kebijakan, untuk mendapatkan persetujuan dan atau dukungan.
Tujuan:
Menghasilkan suatu draft dokumen perencanaan dan anggaran program KIBBLA
yang akan digunakan sebagai bahan pembahasan perencanaan dan penganggaran,
dan sebagai bahan pembuatan media untuk pesan advokasi.
Bahan:
1.Seluruh skema dan tabel hasil lokakarya perencanaan.
2.Seluruh uraian dan narasi yang telah disusun.
3.Data-data lain yang diperlukan (data wilayah, peta wilayah dan lain-lain).
4.Modul Penguatan Kapasitas Advokasi untuk isu strategis (KIBBLA).
5.Pedoman pedoman tentang kebijakan dan strategi pembangunan kesehatan.
Langkah-langkah:
1.Tentukan isu utama yang akan diajukan sebagai pembuka wawasan pengambil
kebijakan di kabupaten/kota.
2.Gunakan isu utama tersebut sebagai latar belakang dan permasalahan dalam
proposal yang akan dikembangkan.
3.Buatlah proposal singkat, padat dan jelas sesuai sistematika penulisan dokumen
dengan memasukkan hasil-hasil dari lokakarya secara maksimal.
4.Lengkapi proposal dengan gambaran wilayah atau gambar-gambar yang sesuai
(pemetaan).
Sistematika Penulisan Dokumen (Ringkasan)
I. PENDAHULUAN:
1. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten/Kota
2. Permasalahan KIBBLA sesuai dengan isu utama
3. Kebijakan dan strategi Kabupaten/Kota berkaitan KIBBLA
4. Tujuan: Umum dan Khusus
II. SITUASI DAN MASALAH KIA DI KABUPATEN:
1. Hasil Analisis Situasi:
a. Tabel 1 A, B,C, D: Analisis Situasi
b. Narasi hasil analisis situasi
PEDOMAN PROSES PERENCANAAN –
53
2. Hasil Analisis Penyebab Masalah dan Penetapan Prioritas Penyebab Masalah:
a.Skema 2A. Penyebab Masalah Kematian/Kesakitan Ibu
b.Skema 2B.Penyebab Masalah Kematian/Kesakitan Bayi Baru Lahir
c.Skema 2C. Penyebab Masalah Kematian/Kesakitan Bayi, Anak Balita
d.Tabel 2A. Penentuan Prioritas Penyebab Masalah Penyebab Kematian/
Kesakitan Ibu
e.Tabel 2B. Penentuan Prioritas Penyebab Masalah Penyebab Kematian/
Kesakitan Bayi Baru Lahir.
f.Tabel 2C. Penentuan Prioritas Penyebab Masalah Penyebab Kematian/
Kesakitan Bayi, Anak Balita.
g.Skema 2AA. Prioritas Penyebab Masalah Kematian/Kesakitan Ibu.
h.Skema 2BB. Prioritas Penyebab Masalah Kematian/Kesakitan Bayi Baru
Lahir.
i. Skema 2CC. Prioritas Penyebab Masalah Kematian/Kesakitan Bayi, Anak
Balita.
j. Narasi masalah KIBBLA termasuk Masalah Ketersediaan Obat dan
komoditas di kabupaten/kota dan prioritas penyebab masalah.
III. PROGRAM DAN KEGIATAN KIA:
1. Rumusan Solusi dan kegiatan masalah KIBBLA
a.Tabel 3: Prioritas Masalah, Solusi dan Kegiatan
b.Skema 3A: Solusi dan Kegiatan Masalah Kematian/Kesakitan Ibu
c.Skema 3B: Solusi dan Kegiatan Masalah Kematian/Kesakitan Bayi baru
lahir
d.Skema 3C: Solusi dan Kegiatan Masalah Kematian/Kesakitan Balita
e.Narasi Rumusan Solusi dan penyebab masalah KIBBLA
2. Rencana Kerja
a.Tabel 4A : Prioritas Kegiatan
b.Tabel 4B: Kegiatan dan Target
c.Tabel 5: Rencana Usulan Kegiatan
d.Narasi rumusan solusi, kegiatan dan rencana kerja
IV. RENCANA ANGGARAN:
a.Tabel 6A: Uraian Perhitungan Anggaran APBD, APBN dan sumber lain
b.Tabel 6B: Uraian Perhitungan Anggaran APBD
c.Tabel 6C: Uraian Perhitungan APBN
d Narasi rencana anggaran
V.
PEMANTAUAN DAN PENILAIAN
a.Tabel 7A: Rencana Pemantauan
b.Tabel 7B: Rencana Penilaian
c.Narasi rencana pemantauan dan Penilaian
PENUTUP
54 –
DTPS-KIBBLA
Tabel 8
Rekapitulasi Tabel dan Skema untuk Proses DTPS-KIBBLA
Sesi
Judul sesi
Masukan
2
3
Analisis Situasi
Analisis dan
Prioritas
Penyebab
Masalah
Solusi dan
Kegiatan
Tabel
1.Alur Proses
DTPS
2.Skema Proses
DTPS
3.Jadual DTPS
Pengantar DTPS
1
Luaran
Proses
Skema
1. 1A
2. 1B
1.Laporan (LB12-3-4, LT1-2-3,
PWS KIA, KB)
2.Formulir
Pengumpulan
data (F1-7)
3.AMP, Supervisi
Fasilitatif
4.Kebijakan
Nasional/Lokal
5.Data
pendukung
lainnya
1.Tabel 1A-B-C-D
2.Isi data,
lengkapi
3.Telaah kualitas
data
4.Identifikasi
Masalah
1.1A (Sasaran)
2.1B (Cakupan/
kesenjangan)
3.1C (penyulit/
pendukung)
4.1D (obat
indikator)
1.Tabel 1A-B-C-D
1.Skema
Penyebab
Masalah
2A-B-C
2.Tentukan
Prioritas Tabel
2A-B-C
3.Skema
Prioritas
Penyebab
Masalah 2AABB-CC
4.Narasi
1.2A (Ibu)
1. 2A –> 2AA
2.2B (BBL)
2. 2B –> 2BB
3.2C (Bayi-Balita) 3. 2C –> 2CC
1.Tabel 2A-B-C
1.Tentukan
1.3A (Ibu)
1. 3A
2.Skema 2AA-BBSolusi
2.3B (BBL)
2. 3B
CC
2.Tentukan
3.3C (Bayi-Balita) 3. 3C
3.Strategi
Kegiatan
Nasional MPS
masing-masing
dan Kesehatan
solusi
Bayi/Anak
3.Cocokkan
Balita
dengan
4.Intervensi
Pedoman
Berdasarkan
Strategi MPS
Fakta
dan Kesehatan
Bayi/Anak
Balita
4.Narasi
PEDOMAN PROSES PERENCANAAN –
55
Sesi
Judul sesi
Masukan
Luaran
Proses
Tabel
• Tabel 3A-B-C
• Tentukan
Prioritas
Kegiatan
• Tentukan
Kegiatan dan
Target
• Narasi
•4A
•4B
• Tabel 4A
• Tabel 4B
• Narasi
•5
• Tabel 4B & 5
• Tabel 6A-B-C
• Narasi
•6A
•6B
•6C
4
Prioritas
Kegiatan dan
Target
5
Rencana Usulan
Kegiatan
6
Rencana Usulan
Anggaran
7
Rencana
• Tabel 4B & 5
Pemantauan dan
Penilaian
• Tabel 4B–>7A
dan 7B
• Narasi
•7A
•7B
8
Penyusunan
Dokumen
Perencanaan
• Narasi
•8
9
Rencana Tindak
Lanjut
• Tabel 9
• Narasi
•9
56 –
DTPS-KIBBLA
• Seluruh
Dokumen
(Tabel 1-7)
Skema
Sesi 9:
Rencana Tindak Lanjut
Pada sesi ini tim menyusun rencana tindak lanjut pasca lokakarya
untuk menyempurnakan draft dokumen perencanaan. Draft ini akan
digunakan sebagai bahan untuk menyusun pesan advokasi bersama tim
advokasi agar dibahas dalam Musrenbang kabupaten pada bulan Maret.
”Pengawalan” dokumen dilakukan bersama sama dengan tim advokasi
untuk mendapatkan dukungan dari tim anggaran sampai disetujuinya
RKA-SKPD oleh DPRD. Proses tindak lanjut sampai persetujuan anggaran menjadi
tanggung jawab Dinas kesehatan sesuai tugas pokok dan fungsi masing-masing
dengan dukungan tim advokasi.
Tujuan:
Menghasilkan rencana tindak lanjut lokakarya perencanaan DTPS-KIBBLA, mulai
dari penyempurnaan draft dokumen, Rencana Sosialisasi dengan Lintas Program
dan Lintas Sektor tekait dan rencana koordinasi dengan tim advokasi.
Bahan:
1.Dokumen perencanaan dan penganggaran KIBBLA yang telah dirumuskan
secara baik dan sistematis.
2.Jadwal dan alur penyusunan APBD dan checklist monitoring Penganggaran
(lampiran 9 dan 10),
3.Referensi Advokasi Anggaran dan Kebijakan.
4.Tabel 9 kosong: Rencana Tindak Lanjut
Langkah-langkah:
1.Buatlah daftar kegiatan dan rencana tindak lanjut yang diperlukan sesuai
dengan jadwal penyusunan anggaran sampai penyelesaian RKA-SKPD.
2.Tentukan para penanggung jawab dari setiap program atau kegiatan yang akan
dilakukan.
3.Rencanakan kegiatan koordinasi dengan Tim Advokasi dalam proses pengawalan
anggaran.
PEDOMAN PROSES PERENCANAAN –
57
Hasil Akhir Sesi 9 adalah:
Tabel 9: Rencana Tindak Lanjut DTPS- KIBBLA.
Catatan:
• Rencana Tindak Lanjut DTPS- KIBBLA akan menjadi acuan bagi Tim Advokasi
yang “embrio” nya sudah diidentifikasi pada tahap I (orientasi).
• Tim Advokasi akan selalu bekerja sama dengan Tim perencanaan sejak
menyiapkan bahan bahasan untuk lokakarya advokasi sampai proses
pengawalan anggaran di bawah koordinasi Kepala Dinas Kesehatan kabupaten/
kota ( Perencanaan, Kesga atau KIA)
• Sebagian Tim perencana DTPS- KIBBLA akan terlibat dalam lokakarya Advokasi dan RTL advokasi.
• Bahan bahasan untuk lokakarya advokasi dikutip dari hasil skoring penyebab
masalah pada sesi 2 perencanaan DTPS- KIBBLA.
• Setelah ditetapkan plafon anggaran sementara (PPAS),umumnya terjadi
perubahan nilai anggaran dari usulan tim perencanaan sehingga perlu
dipertimbangkan kembali prioritas kegiatan yang telah disusun, untuk
menghindari kegiatan yang tidak menjadi prioritas atau tidak relevan.
• RTL advokasi akan disempurnakan dengan mengacu pada hasil kesepakatan
dengan DPRD sebagai hasil Real Setting Audiensi kepada DPRD (lihat seri DTPSKIIBLA: Referensi Advokasi Anggaran dan Kebijakan).
58 –
DTPS-KIBBLA
Tabel 9
Contoh Rencana Tindak Lanjut
Kabupaten/Kota : ______________________________________
Kegiatan
Data dan sumber daya
yang diperlukan
Luaran
Jadwal
Penanggung
jawab
1
2
3
4
5
Menyempurnakan
Draft dokumen
dokumen perencanaan perencanaan dan
dan penganggaran
penganggaran DTPSKIBBLA
Dokumen
perencanaan
dan
penganggaran
DTPS-KIBBLA
1 - 2 minggu
setelah
lokakarya
perencanaan
Dinkes–
Subdin
Perencanaan
dan Kesga
Melakukan sosialisasi
di lingkungan Dinas
Kesehatan
Melakukan sosialisasi
di sektor terkait.
Melakukan koordinasi
dengan tim advokasi.
Menyusun bahan
untuk pembahasan
materi advokasi .
Menghadiri
Musrenbang
Menyesuaikan
kegiatan sesuai
dengan pagu
sementara
Mengawal anggaran
KIBBLA untuk disetujui
panitia anggaran
Mendapat persetujuan
berupa PERDA dari
DPRD
PEDOMAN PROSES PERENCANAAN –
59
60 –
DTPS-KIBBLA
BAB 5
PENUTUP
Dengan disusunnya pedoman proses perencanaan DTPS-KIBBLA diharapkan dapat
membantu tim perencana kabupaten/kota dalam menyusun perencanaan kegiatan
dan anggaran tahunan program KIA sesuai dengan alur proses perencanaan
daerah.
Tahapan-tahapan pelaksanaan DTPS-KIBBLA ini dapat dimodifikasi, sesuai
dengan kebutuhan, kemampuan dan pengalaman masing-masing daerah dalam
menyelenggarakan rangkaian kegiatan DTPS ini. Hasil dari DTPS ini yang berupa
usulan kegiatan dan Anggaran daerah untuk Program KIBBLA merupakan bahan
infor-masi bagi Tim advokasi kabupaten untuk melakukan kegiatan advokasi
kepada para pemutus kebijakan di daerahnya masing-masing.
Dalam penerapan pedoman DTPS-KIBBLA diperlukan dukungan multipihak, baik
dukungan politis, peraturan perundang-undangan maupun sumber daya termasuk
pembiayaannya.Di samping itu perlu adanya kerja sama dengan berbagai sektor
terkait dalam menggali potensi masyarakat. Keberhasilan penerapan pedoman
proses perencanaan DTPS-KIBBLA ini sangat ditentukan oleh semangat, ketekunan,
kerja sama dan komitmen dari semua sektor terkait.
Harapan bersama, pedoman perencanan DTPS-KIBBLA dapat diterapkan di seluruh
Indonesia sehingga dapat mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu, Bayi
Bayi Baru Lahir dan Anak Balita, dalam rangka mempercepat pencapaian Indeks
Pembangunan Manusia dan pencapaian target Millenium Development Goal.
PEDOMAN PROSES PERENCANAAN –
61
LAMPIRAN
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
1
2
3
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
6
4
5
7
8
9
10
11
12
13
14
Halaman
Penjelasan Analisis Situasi
Jadwal Lokakarya Perencanaan DTPS
Daftar CBR (Crude Birth Rate) - Angka Kelahiran Kasar
per Provinsi
Grafik hubungan Cakupan Persalinan oleh Tenaga kesehatan
dan AKI
Intervensi Berdasarkan Fakta atau EBI (Evidence Based
Intervention)
Tabel Urusan Wajib dan Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota
Tabel Strategi, Luaran dan Kegiatan Program Ibu dan
Bayi Baru Lahir
Tabel Strategi, Luaran, Kegiatan, Indikator untuk Pogram
Kesehatan Bayi dan Anak Balita
Alur Proses Perencanaan APBD
Daftar Tilik Monitoring Penganggaran DTPS
Kode dan Daftar Program dan Kegiatan APBD
Daftar Kode Klasifikasi Fungsi-Subfungsi APBN
Contoh uraian perhitungan APBD sesudah ditetapkan pagu
sementara
Rencana Kegiatan dan Anggaran SKPD
(Formulir RKA-SKPD 2.2.1)
63
75
76
77
78
80
82
89
93
94
96
104
108
109
Hanya dalam CD, dilampirkan:
Diagram Analisis Data Masalah KIBBLA, ppt, untuk beberapa kegiatan terpilih.
Contoh Pengisian Formulir RKA-SKPD untuk beberapa kegiatan terpilih.
62 –
DTPS-KIBBLA
Lampiran 1:
Penjelasan Analisis Situasi
Analisis data merupakan bagian yang penting pada perencanaan program KIBBLA
Kabupaten/Kota yang berdasarkan bukti atau fakta yang ada. Di bawah ini diberikan
suatu panduan cepat analisis data dalam proses DTPS 2007.
Panduan ini merupakan ringkasan dari dokumen “Pedoman Analisis Data“
yang disusun oleh proyek HSP. Bila ingin mengetahui lebih lanjut, dianjurkan
untuk membaca dokumen tersebut secara utuh. Tujuan panduan adalah untuk
membantu staf kesehatan kabupaten/kota mengembangkan keterampilan dasar
dalam menganalisa data untuk tujuan perencanaan kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir
dan Anak (balita), sesuai pedoman DTPS-KIBBLA.
Syarat-syarat dalam melakukan analisa data KIBBLA yang efektif:
1. Ketersediaan data yang sesuai dengan kualitas data yang baik,
2. Proses yang rasional dalam menelaah, menerjemahkan dan menarik
kesimpulan mengenai data yang tersedia.
Menelaah Kualitas Data
Beberapa kriteria untuk pertimbangan dalam menelaah data:
1. Data yang relevan berarti bahwa data tersebut sesuai dengan masalah dan
kebutuhan data yang diperlukan.
2. Pengukuran data membutuhkan definisi yang jelas, mudah dipahami.
3. Tepat waktu berarti bahwa data tersebut menggambarkan situasi yang terbaru
4. Data yang akurat berarti bahwa data tersebut valid dan dapat dipercaya; Disebut
valid apabila data tersebut dapat mengukur apa yang ingin diukur, dan disebut
‘dipercaya’ apabila data tersebut berasal dari sumber yang dapat diandalkan.
5. Konsisten, tidak mengandung kontradiksi dalam mengukur suatu konsep di
sepanjang waktu dan tempat yang ditetapkan.
6. Data yang lengkap berarti terdapat pada seluruh fasilitas, untuk suatu variabel
yang dicari.
Para perencana di tingkat kabupaten/kota harus mampu menggunakan daftar
tilik berikut ini secara kritis ketika menelaah kualitas data KIBBLA, dan hasilnya
dijadikan bahan pertimbangan dalam menelaah seluruh indikator yang dibutuhkan
dalam proses DTPS.
PEDOMAN PROSES PERENCANAAN –
63
Daftar Tilik Penelaahan Kualitas Data
Ya
Tidak
Apakah data yang tersedia berhubungan dengan tujuan dan
strategi dari program KIBBLA di tingkat kabupaten/kota?
Apakah data yang tersedia mencerminkan pengukuran terbaru?
Apakah data yang dipilih mengukur indikator kunci KIBBLA?
Apakah ada indikator kunci yang belum diukur?
Apakah data diukur secara konsisten di seluruh fasilitas
kesehatan ?
Apakah digunakan definisi yang sama di seluruh sumber
data?
Apakah data yang ada sesuai dengan konsep yang dapat
dimengerti?
Apakah ada kebingungan mengenai definisi data atau indikator?
Apakah tersedia data untuk seluruh lokasi dan periode
waktu yang diinginkan?
Secara umum, apakah dapat dikatakan bahwa data ini
memiliki kualitas yang baik?
Dalam mempertimbangkan kualitas data, penting untuk mengetahui metode
pengumpulan data dan sumbernya karena berbagai masalah dalam kualitas data
seringkali berasal dari metodologi yang digunakan.
Ada dua tipe metode pengumpulan data:
1. Pengumpulan data non-rutin (ad-hoc), misalnya data mengenai pengetahuan
dan perilaku kesehatan yang dikumpulkan secara teratur, biasanya melalui
survei ke rumah-tangga, secara periodik setahun sekali atau beberapa tahun
sekali, sesuai kebutuhan dan dinamika program.
2. Pengumpulan data rutin, yang dikumpulkan secara terus-menerus pada unit-unit
pelayanan kesehatan termasuk rumah sakit dan puskesmas, biasanya terdapat
dan diperoleh dari rekam medis pengguna jasa kesehatan.
Sumber data kesehatan di Indonesia dikelompokkan sebagai berikut:
1. Sistem Informasi Pelayanan, mencakup sistem informasi rumah sakit SP2RS
(Sistem Pencatatan dan Pelaporan Rumah Sakit) dan sistem informasi Puskesmas,
atau SIMPUS. Untuk mengumpulkan data mengenai kesehatan ibu dan anak
di tingkat masyarakat, puskesmas menerapkan sistem MCH-LAM (Pemantauan
Wilayah Setempat–Kesehatan Ibu dan Anak atau PWS-KIA. Seharusnya sistem ini
tidak hanya mencakup pelayanan di puskesmas tetapi juga pelayanan dari Bidan
Praktek Swasta/Rumah Bersalin di wilayah cakupan puskesmas/Kabupaten.
2. Sistem Surveilans, merupakan suatu survei secara teratur yang dapat mendeteksi
64 –
DTPS-KIBBLA
dan mengawasi secara khusus dalam mendapatkan prevalensi, insidens atau
faktor terkait lainnya dengan penyakit tertentu baik secara aktif atau pasif.
Contoh: surveilans gizi, polio, HIV/AIDS, DHF atau ssurveilans flu burung.
Sumber-sumber data mengenai kesehatan melalui survei, antara lain Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), yang diperbaharui setiap lima
tahun sejak tahun 1987, dan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang
diperbaharui setiap tahun (kecuali ketika SDKI berlangsung) oleh Biro Pusat
Statistik. Departemen Kesehatan melalui Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan juga melakukan beberapa Survei, misalnya Survei Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) dan mengumpulkan berbagai data mengenai pelayanan kesehatan,
untuk meneliti tingkat morbiditas dan mortalitas.
Setelah dikumpulkan, data harus diproses dengan cara penghitungan atau
transformasi data untuk menghasilkan suatu informasi, yang diperlukan untuk
perencanaan, monitoring, dan evaluasi. Tabel berikut ini menunjukkan indikator
yang dihasilkan dari proses data mentah.
Tipe Indikator
Tipe
Jumlah
Deskripsi
Contoh
Angka absolut (bentuk
Jumlah kabupaten yang melaporkan
pengukuran paling sederhana) kenaikan anggaran KIBBLA antara 20052007
Rate
Mengukur frekuensi suatu
IMR (Angka Kematian Bayi)
kejadian pada suatu populasi tahun 2006
pada periode tertentu.
Rasio
Membandingkan antara dua
jumlah
Rasio kematian bayi baru lahir berdasarkan
jenis kelamin (rasio kematian lelaki–
perempuan pada bayi baru lahir)
Proporsi
Membandingkan suatu bagian
terhadap keseluruhan.
Proporsi populasi balita terhadap
penduduk.
Persentase Proporsi dikalikan dengan 100
% Dukun bayi terlatih
Suatu indikator membutuhkan definisi yang jelas dari numerator dan denominator
yang digunakan, dalam periode waktu tertentu pada wilayah yang telah ditetapkan,
agar menjadi bermakna dan dapat dibandingkan dengan indikator yang sama pada
kelompok lainnya. Indikator menunjukkan besaran dan arah suatu perubahan pada
periode tertentu, tetapi tidak menjelaskan “mengapa” perubahan tersebut terjadi.
Untuk ini diperlukan metode pengumpulan data lainnya, seperti studi kualitatif.
Suatu indikator menunjukkan bagian dari suatu fenomena, sehingga diperlukan
pula beberapa indikator lain untuk dapat memahami sepenuhnya kejadian atau
fenomena tersebut.
PEDOMAN PROSES PERENCANAAN –
65
Pentingnya Analisis data
Analisis data merupakan suatu proses sistematik dengan penggunaan teknik
statistik dan logika sistematis dalam meringkas, membandingkan, menjelaskan
dan memaknai serangkaian data dan menarik kesimpulan berdasarkan fakta-fakta
yang ada.
Analisis data bisa bersifat kuantitatif atau kualitatif. Analisis data kuantitatif
didasarkan pada parameter numerik yang diproses dengan analisis statistik,
sedangkan analisis data kualitatif tidak memerlukan teknik analisis statistik,
tetapi tetap diperlukan dalam melengkapi rangkuman hasil analisis data. Kedua
pendekatan tersebut saling melengkapi untuk dapat memahami secara utuh suatu
kejadian-penyebab dan solusi potensial di bidang kesehatan.
Ada beberapa tingkatan analisis data yang dibutuhkan dalam proses DTPS 2007:
1. Analisa Situasi
2. Analisis Masalah
3. Penyusunan Prioritas Masalah dan Solusi
4. Menentukan Kegiatan dan Target
5. Penghitungan Anggaran
6. Monitoring dan Evaluasi
Tabel 1A, 1B, 1C dan 1D Berisi Data untuk Digunakan Dalam Analisis
Situasi.
Analisis situasi memetakan situasi masalah yang mencakup besaran, trend, dan
perbedaan (wilayah/kelompok/sosial ekonomi) dalam status kesehatan, prilaku
kesehatan, akses dan kualitas pelayanan serta faktor terkait yang melatar belakangi
masalah kesehatan yang ada.
Proses analisis dilakukan dengan pendekatan sebagai berikut:
1. Menggunakan konsep analisis masing masing program KIBBLA.
2. Memanfaatkan data yang relevan dari berbagai sumber sistem informasi yang
ada.
Perlu dipertimbangan Standar Pelayanan Minimun (SPM) yang telah disusun
oleh Depkes untuk menelaah kesenjangan cakupan pelayanan dari data yang
dikumpulkan pada Tabel 1B. SPM merupakan target pelayanan minimum yang
harus dicapai dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan di kabupaten/kota yang
dijadikan acuan dalam perencanaan, pembiayaan dan pelaksanaan setiap jenis
pelayanan. SPM mengacu pada, Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten/
kota 2006-2010 dan target minimun Indonesia Sehat 2010, lihat lampiran 5:
Daftar Standar Pelayanan Minimal (Draft).
66 –
DTPS-KIBBLA
Analisis masalah dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan di bawah ini:
Analisis
Panduan Pertanyaan
Besarnya masalah dan
kecenderungan
Masalah kesehatan apa yang sedang kita hadapi?
Seberapa besarnya masalah ini pada wilayah kabupaten/kota?
Apa saja perilaku yang relevan dan bagaimana kualitas aspek
pelayanan di kabupaten tersebut?
Seberapa jauh perbedaannya dibandingkan dengan standar
nasional/propinsi dan standar kabupaten/kota lain?
Apakah kecenderungan dari masalah tersebut naik, tetap atau
turun? Mengapa ?,
Apa saja faktor latar belakangnya?
Distribusi diferensial/
kesenjangan sebuah
masalah
Bagaimana distribusi masalah tersebut berdasarkan aspek
gender, kota – pedesaan, tingkat pendidikan?
Apakah ada data terpilah dalam status’ miskin-tidak miskin’ di
kabupaten tersebut?
Masalah KIBBLA yang mana yang memiliki kesenjangan
terbesar? Mengapa?
Apa makna kesenjangan tersebut terhadap program?
Apa saja faktor yang mempengaruhi dan latar belakangnya?
Pengertian masalah prioritas adalah kondisi spesifik yang mengancam atau
membahayakan kesehatan seperti penyakit, komplikasi, kecelakaan, polusi dan
lain-lain, yang perlu ditanggulangi (dihilangkan/dikurangi). Masalah prioritas dipilh
dari masalah yang perlu dihilangkan, dikurangi besarannya dan atau dikurangi
fatalitasnya.
Contoh Masalah Prioritas Pada Program KIBBLA
Ibu
Bayi Baru Lahir
Bayi dan Anak
Perdarahan
Berat lahir rendah
ISPA/Pneumonia
Infeksi
Asfiksia
Diare
Eksklampsia
Hipoterma
Gizi
Keluarga Berencana
Kehamilan yang tidak
diinginkan
Aborsi yang tidak aman
Setelah masalah prioritas berhasil diidentifikasi, langkah berikutnya dalam
proses perencanaan adalah mengembangkan solusi. (lihat juga sesi 3).
Untuk mengembangkan solusi yang tepat terhadap masalah yang telah diidentifikasi
digunakan praktek terbaik (best practices) yang disarankan, sebagai hasil dari
PEDOMAN PROSES PERENCANAAN –
67
berbagai review, laporan ilmiah yang telah dipublikasi dan direkomendasi oleh
organisasi internasional dan lokal Apabila ada data yang tidak lengkap atau hilang
dalam mendokumentasikan masalah tersebut, maka besaran masalah yang ada
pada daftar intervensi berdasarkan bukti (Evidence Based Intervention) pada
lampiran 2, dapat digunakan.
Diagram berikut adalah contoh urutan seluruh proses DTPS 2007 yang menunjukan
kaitan antara masalah prioritas, intervensi efektif, dan kegiatan terpilih untuk
masalah KIBBLA: ‘Diare’.
Tujuan dari diagram ini untuk (1) memberikan ilustrasi dari proses perencanaan
secara sistematik, (2) memberikan informasi pentingnya data yang berkualitas
dalam proses pengambilan keputusan, dan (3) menunjukan hubungan berbagai
komponen yang saling terkait secara bermakna di tingkat kabupaten/kota.
Penyelesaian Masalah Diare Berdasarkan Bukti
Analisa Situasi
Analisa Masalah
Masalah
Prioritas
Solusi
Berdasarkan
Bukti
Ilustrasi Kegiatan
Promosi cuci tangan di
tingkat masyarakat
Kematian Anak
Balita
Kasus Diare/
dehidrasi berat
•Air bersih
tidak tersedia
•Tidak ASI
(Menyusu dini
dan eksklusif)
•Kurangnya
kesadaran
masyarakat
tentang
kebersihan
•Tidak
mengenal
tanda bahaya
Mengembangkan PHBS
•Mencuci
Tangan
dengan
Sabun
•MTBS
•ASI (IMD/ASI
Eksklusif)
Pelatihan MTBS:
- Perawatan diare untuk
anak sakit (oralit)
- Pemberian makanan
yang tepat
Kampanye IMD (Inisiasi
Menyusu Dini)
Pelatihan konseling untuk
IMD dan ASI Eksklusif
Advokasi untuk kenaikan
anggaran kesehatan
Untuk melakukan operasionalisasi dari solusi yang dipilih perlu ditetapkan target
kegiatan yang akan dijadikan tolok ukur dalam pelaksanaan kegiatan.
Tahap kritis dalam perencanaan adalah melakukan identifikasi sumber daya yang
dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan yang diusulkan, yang diterjemahkan
ke dalam usulan anggaran. Para perencana harus mampu menghitung dan
memperkirakan potensi biaya yang ditimbulkan untuk melaksanakan kegiatan yang
direncanakan. Untuk ini perlu diketahui data dan informasi tentang harga satuan
setempat, dan perhitungan anggaran masing program per unit kegiatan. Contoh
68 –
DTPS-KIBBLA
rencana kegiatan dan anggaran kabupaten dengan kode program dan kegiatan
dapat dilihat pada lampiran 14.
Siklus perencanaan diakhiri dengan melakukan identifikasi indikator pemantauan
dan evaluasi yang akan dibicarakan pada sesi 7, Rencana Pemantauan dan Evaluasi.
Pemantauan merupakan pengukuran benchmark selama pelaksanaan program
dengan indikator proses atau output, sedangkan Evaluasi merupakan penelaahan
luaran atau dampak, menggunakan indikator yang dapat menunjukkan pencapaian
hasil kegiatan di akhir tahun.
Hal ini penting dalam melakukan analisis untuk menjawab pertanyaan apakah telah
terjadi perubahan dalam program KIBBLA sesuai dengan target yang diharapkan?
Karenanya, indikator pemantauan dan evaluasi harus merupakan bagian integral
dari proses perencanaan baik terhadap anggaran maupun hasil kegiatan.
Tabel berikut ini merupakan contoh urutan proses analisa data, identifikasi masalah,
penyebab masalah, solusi, kegiatan beserta kode program dan kegiatannya.
PEDOMAN PROSES PERENCANAAN –
69
Contoh Program Pelayanan Kesehatan Diare kepada Balita
Data kesehatan ibu
tahun
2005
Uraian data
• jumlah balita
• jumlah balita dengan diare
• jumlah balita dengan
dehidrasi berat
• jumlah kematian balita
karena diare dengan
dehidrasi berat
• jumlah balita dengan gizi
buruk
• jumlah balita dengan gizi
kurang
• jumlah balita dengan
pneumonia
• jumlah balita dengan
campak
• cakupan imunisasi campak
Hasil analisis situasi
tahun
komentar
2006
11562
1271
13445
1479
naik
naik
255
296
naik
12
16
naik
53
67
naik
251
287
naik
176
175
tetap
350
47,5%
400
50%
naik
naik
Jumlah kematian balita akibat diare
dengan dehidrasi berat cukup tinggi.
Kematian tersebut tidak terlepas dengan
keadaan gizi buruk/kurang disertai dengan
kecenderungan kejadian pneumonia dan
campak yang meningkat.
Hasil analisis masalah dan solusi
Masalah
1. kasus diare sangat
tinggi
Penyebab masalah
1. gizi buruk atau
kurang
Faktor yang mempengaruhi
Solusi
• tidak dilakukan penimbangan • mengaktifkan posyandu
deteksi dini
dengan dukungan
• posyandu tidak aktif dengan lintas sektor
• kader kesehatan tidak aktif
terkait (kesehatan,
• pemberian makanan dengan
aparat desa, dll)
nilai gizi kurang kepada
• meningkatkan peranan
balita
kader desa kesehatan
tentang masalah
kesehatan
• meningkatkan pola
makanan dengan gizi
cukup kepada balita
2. keadaan lingkungan • banyaknya tempat sampah • meningkatkan kualitas
kesehatan lingkungan
kotor
yang tidak dikelola dengan
dan kesehatan individu
baik (banyak lalat)
• umumnya masyarakat tidak • Penyuluhan/sosialisasi
kebersihan lingkungan
mencuci tangan dengan
dan kebersihan individu
sabun, sebelum makan
• kesadaran masyarakat
tentang kebersihan kurang
3. balita belum
diimunisasi
70 –
DTPS-KIBBLA
• meningkatkan kualitas
• vaksin tidak adekuat
• sistem penyimpanan vaksin
penyimpanan vaksin
(cold chain) kurang
dengan pengawasan
yang lebih ketat
• petugas imunisasi kurang
• meningkatkan kualitas
disiplin
• data sasaran imunisasi
tugas imunisasi melalui
kurang tepat
pengawasan yang lebih
• seringkali diare disertai
ketat
dengan penyakit
lainnya seperti campak,
pneumonia, dll
4. kesulitan
mendapatkan air
bersih
2. penanganan diare
kurang adekuat
1. ketrampilan petugas • kurang tenaga kesehatan
kurang
dengan kompetensinya
• belum pernah dilatih
menangani kasus diare
dengan dehidrasi
2. petugas tidak
patuh terhadap
tugas pokok
3. sistem rujukan
tidak efektif
• sumber mata air kurang,
hanya mendapatkan
air sumur yang sering
tercemar dan air sungai
• kebiasaan minum air yang
belum dimasak
• mewajibkan memasak
air sebelum diminum
bagi setiap individu atau
keluarga
• meningkatkan kuantitas
dan kualitas tenaga
kesehatan untuk
pelayanan kesehatan
• beban ganda dari petugas • memperbaiki pengaturan
tugas pelayanan
puskesmas
Puskesmas untuk
• supervisi kurang
menghindari beban ganda
• tidak ada reward and
• meningkatkan
punishment
pengawasan dan
• petugas tidak patuh
bimbingan pelaksanaan
terhadap prosedur
tugas
kerja tetap atau belum
mempunyai prosedur kerja • meningkatkan
tetap
pelaksanaan prosedur
kepegawaian berkaitan
dengan penilaian
prestasi kerja
3. sering tidak
• perencanaan ketersediaan
tersedia oralit dan
oralit dan cairan
cairan infus
infus kurang mantap
yang menyebabkan
ketersediaan dana sangat
terbatas
• meningkatkan
perencanaan tahunan
ketersediaan obat dan
bahan habis pakai oleh
Puskesmas kepada
Dinas Kesehatan kab/
kota, yang disampaikan
juga pada Musrenbang
desa dan Musrenbang
kecamatan
1. pengetahuan
• informasi tentang bahaya
masyarakat tentang
diare kurang, karena
bahaya diare
penyuluhan/sosialisasi
kurang
kurang
• meningkatkan
pemahaman dan
kesadaran masyarakat
tentang bahaya diare
2. tidak ada akses
untuk mendapatkan pelayanan
• meningkatkan
kemudahan transportasi
untuk kefasilitas
kesehatan
• melengkapi sarana dan
prasarana di Puskesmas
• membantu masyarakat
kurang mampu dengan
bantuan Askeskin
dari Pemerintah atau
bantuan dari Pemerintah
Daerah
• faktor geografis yang sulit
• tidak mampu (miskin)
• fasilitas transportasi
kurang
• fasilitas pelayanan
kesehatan kurang
PEDOMAN PROSES PERENCANAAN –
71
3. menolak dirujuk
4. perilaku masyarakat 1. partisipasi
yang kurang menmasyarakat
dukung
tentang kejadian
diare kurang
2. kebiasaan minum
air belum dimasak
• sulit membuat keputusan
untuk dirujuk, karena
pengetahuan masyarakat
tentang bahaya diare
kurang
• budaya setempat yang
kurang mendukung,
karena persepsi tentang
sakit tidak sesuai dengan
konsep sakit (masih
tradisional)
• rasa kuatir tidak dapat
membiayai pengobatan
rumah sakit atau
Puskesmas
• memberikan bantuan
kepada masyarakat
didalam membuat
keputusan untuk
merujuk kasus diare
dengan dehidrasi berat
• meningkatkan
pemahaman dan
kesadaran masyarakat
tentang penyakit
termasuk diare dengan
menggunakan cara
budaya masyarakat
setempat
• memberikan pengertian
kepada masyarakat
tentang pembebasan
biaya pengobatan bagi
keluarga kurang mampu
• jarang dilakukan
• meningkatkan
pertemuan rembug desa
kesadaran dan
untuk mendiskusikan
pemahaman untuk
masalah yang timbul
membangun partisipasi
didesa
masyarakat tentang
• jarang dilakukan
penanggulangan bahaya
penyuluhan tentang
diare melalui pertemuan
kesehatan oleh petugas
formal dan inform
kesehatan, atau
• penyuluhan dilakukan oleh
petugas kesehatan yang
kurang kompeten
• pengetahuan masyarakat
tentang air minum yang
dimasak kurang
• mewajibkan memasak
air sebelum diminum
bagi setiap keluarga
3. kurangnya
• belum mengetahui tentang
sosialisasi tentang
konsep desa siaga sebagai
diare melalui
cara untuk mengubah
pertemuan di desa
perilaku masyarakat
• meningkatkan
komunikasi dengan
masyarakat melalui
pertemuan-2 termasuk
sosialisasi desa siaga
4. persepsi masyarakat • sikap dan perilaku
tentang pelayanan
pelayanan kesehatan oleh
kesehatan oleh
tenaga kesehatan kurang
Puskesmas atau
sesuai dengan harapan
tenaga kesehatan
masyarakat
kurang
• pelayanan kesehatan yang
tidak kontinu, karena
sering tenaga kesehatan
tidak berada ditempat
• meningkatkan kinerja
pelayanan tenaga
kesehatan sesuai dengan
etiket pelayanan
• meningkatkan
pengawasan pelaksanaan
tugas di Puskesmas oleh
Dinas Kesehatan Kab/
Kota dan masyarakat
5. belum mengetahui • kurangnya sosialisasi
• meningkatkan
tentang pembebasan biaya sosialisasi Askeskin
tentang kebijakan
kepada masyarakat
pemerintah tentang
pengobatan bagi keluarga
tidak/kurang mampu oleh
pembebasan biaya
untuk mendapatkan aparat pemerintah
pelayanan
kesehatan
72 –
DTPS-KIBBLA
Usulan kegiatan dan kode program
untuk penganggaran
1. Pelatihan MTBS bagi tenaga kesehatan
2. Penempatan tenaga kesehatan di Puskesmas
Judul program
Program peningkatan pelayanan
kesehatan anak
balita
^^^
Kode program
/kegiatan
1.02.01.29.04
dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah
3. Pertemuan koordinasi Puskesmas dan Dinas Kesehatan
Kab/Kota
Monitoring, evaluasi
dan pelaporan
1.02.01.29.07
4. Pertemuan koordinasi dengan lintas sektor tentang
kesehatan
Monitoring, evaluasi
dan pelaporan
1.02.01.29.07
5. Perencanaan tahunan dan penganggaran program
KIBBLA
Program peningkatan
keselamatan ibu
melahirkan dan
anak
1.02.01.32.04
6. Pembentukan “desa siaga
Program Upaya
Kesehatan
Masyarakat
1.02.01.16.12
7. Pelatihan kader kesehatan tentang penyakit menular,
gizi dan imunisasi
Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit
Menular
1.02.01.22.10
8. Pelayanan imunisasi pada balita
Program peningkatan pelayanan
kesehatan balita,
atau
Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit
Menular
1.02.01.29.02
atau
1.02.01.22.08
Program Perbaikan
Gizi Masyarakat,
atau
Program Upaya
Kesehatan
Masyarakat, atau
Program Pelayanan
Penduduk Miskin
1.02.01.20.03
atau
1.02.01.16.05
atau
1.02.01.24.08
10. Pemberian makanan tambahan dan vitamin kepada
balita
Program Perbaikan
Gizi Masyarakat
1.02.01.20.02
11. Penyuluhan tentang penyakit menular(diare,campak,
pneumonia) dan kesehatan lingkungan pemukiman
dan kebersihan individu (cuci tangan dengan sabun
dan memasak air bersih untuk diminum) kepada
masyarakat
Program peningkatan pelayanan
kesehatan anak
balita
12. Memperbaiki kualitas air bersih dengan memperbaiki
sumber air sesuai dengan persyaratan yang ada
Program Upaya Kesehatan Masyarakat
1.02.01.16.14
13. Supervisi fasilitatif kepada Puskesmas dan jaringannya Monitoring, evaluasi dan pelaporan
1.02.01.29.07
9. Pelayanan gizi buruk/kurang pada balita
1.02.01.29.01
PEDOMAN PROSES PERENCANAAN –
73
14.Mengembangkan dan pengadaan leaflet - poster
promosi dan informasi sadar hidup sehat (termasuk
diare)
Program Promosi
Kesehatan dan
Pemberdayaan
Masyarakat
1.02.01.19.01
15. Pengadaan oralit dan bahan habis pakai
Program Obat
dan Perbekalan
Kesehatan,atau
Program Upaya
Kesehatan
Masyarakat
1.02.01.15.01
atau
1.02.01.16.07
Program kemitraan peningkatan
pelayanan kesehatan
1.02.01.28.01
16. Sosialisasi Askeskin
74 –
DTPS-KIBBLA
Lampiran 2
Jadwal Lokakarya Perencanaan DTPS-KIBBLA
WAKTU
HARI 1
HARI 2
HARI 3
HARI 4
08.30 - 09.00 • PEMBUKAAN
• Pembukaan
Formal
Ulasan dan
Prawacana
Ulasan
dan Prawacana
09.00 - 10.00 • Perkenalan
• Tujuan dan
Alur Proses
Pertemuan
• Norma
pertemuan
• Lanjutan
Sesi 2:
Analisis
dan Prioritas
Penyebab
Masalah
• Pengantar
• Presentasi
• Pengantar
Sesi 9:
Sesi 4:
Sesi 6
Penentuan
• Pengantar
Rencana Tindak
Prioritas
Sesi 7:
Lanjut
Pemantauan
• Kerja Kelompok
Kegiatan dan
Target
dan Penilaian
• Kerja Kelompok • Kerja Kelompok
10.00 - 10.30 Rehat Teh
Rehat Teh
Rehat Teh
10.30 - 12.00 Penguatan Visi
DTPS
Presentasi Sesi 1 • Lanjutan
• Lanjutan Sesi 7:
Pemantauan
dan 2
Sesi 4:
dan Penilaian
Penentuan
Prioritas Kegiatan Presentasi
dan Target
Presentasi
Presentasi Sesi
8 dan 9, dan
Simulasi Materi
Advokasi
12.00 - 13.30 ISHOMA
ISHOMA
ISHOMA
• Pengantar
13.30 - 15.00 • Pengantar
Sesi 3:
Sesi 1:
Analisis Situasi Solusi dan
Kegiatan
dan Masalah
• Kerja
• Kerja
Kelompok
Kelompok
Ulasan dan
Prawacana
HARI 5
Rehat Teh
ISHOMA
ISHOMA
15.00 - 15.30 Rehat Teh
Rehat Teh
Rehat Teh
Rehat Teh
• Lanjutan
Sesi 3:
Solusi dan
Kegiatan
• Presentasi
Sesi 5
• Pengantar
Sesi 6:
Rencana Usulan
Anggaran
• Kerja kelompok
• Lanjutan
Sesi 8:
Pembuatan
Dokumen
Perencanaan
dan Anggaran
Umpan Balik
Harian
Umpan Balik
Harian
Umpan Balik
Harian
17.00 - 17.15 Umpan Balik
Harian
Rehat Teh
Evaluasi Akhir
• Pengantar
• Pengantar
Sesi 5:
Sesi 8:
Penutupan
Rencana Usulan Pembuatan
Kegiatan
Dokumen
Perencanaan
• Kerja
Kelompok
dan Anggaran
• Kerja Kelompok
15.30 -17.00
• Pengantar
Sesi 2:
Analisis
dan Prioritas
Penyebab
Masalah
• Kerja
Kelompok
Ulasan dan
Prawacana
Catatan: Jadwal acara dapat disesuaikan dengan keadaan di daerah
PEDOMAN PROSES PERENCANAAN –
75
Lampiran 3
Proyeksi Penduduk dan Angka Kelahiran Kasar
Indonesia/Provinsi Tahun 2005 dan 2010
NO
PROVINSI
1
N.A.D
2
JUMLAH PENDUDUK*
2005
2010
CBR**
2005
2010
4,031.70
4112.2
21.0
19.8
SUMATERA UTARA
12,452.80
13217.6
21.1
19.6
3
SUMATERA BARAT
4,402.10
4535.3
19.6
20.3
4
RIAU
6,108.40
7469.4
24.1
21.7
5
JAMBI
2,657.30
2911.7
20.8
19.2
6
SUMATERA SELATAN
6,755.90
7306.3
20.9
19.0
7
BENGKULU
1,617.40
1784.5
20.4
18.8
8
LAMPUNG
7,291.30
7843.0
19.7
18.2
9
KEP. BANGKA BELITUNG
971.50
1044.7
19.4
18.0
10
DKI JAKARTA
8,699.60
8981.2
20.6
19.2
11
JAWA BARAT
39,066.70
42555.3
19.4
18.0
12
JAWA TENGAH
31,887.20
32451.6
17.8
16.8
13
D.I. YOGYAKARTA
3,280.20
3439.0
12.0
11.9
14
JAWA TIMUR
35,550.40
36269.5
14.2
13.3
15
BANTEN
9,309.00
10661.1
22.1
20.5
16
BALI
3,378.50
3596.7
15.9
14.4
17
NTB
4,355.50
4701.1
22.0
20.1
18
NTT
4,127.30
4417.6
21.4
19.8
19
KALIMANTAN BARAT
4,394.30
4771.5
21.3
19.7
20
KALIMANTAN TENGAH
2,137.90
2439.9
18.7
16.8
21
KALIMANTAN SELATAN
3,240.10
3503.3
19.5
18.3
22
KALIMANTAN TIMUR
2,810.90
3191.0
19.9
18.3
23
SULAWESI UTARA
2,141.90
2277.2
15.8
14.8
24
SULAWESI TENGAH
2,404.00
2640.5
20.0
18.7
25
SULAWESI SELATAN
8,493.70
8926.6
19.2
18.2
26
SULAWESI TENGGARA
2,085.90
2363.9
19.6
17.5
27
GORONTALO
872.20
906.9
19.4
18.2
28
MALUKU
1,266.20
1369.5
22.3
21.5
29
MALUKU UTARA
890.20
969.5
23.3
22.2
30
PAPUA
2,518.40
28919.9
22.5
20.1
219,204.70
233477.4
19.5
18.4
INDONESIA
76 –
Sumber: (BPS, BAPPENAS, UNFPA Tahun 2005)
* Dalam ribuan
** per 1000 penduduk
DTPS-KIBBLA
Lampiran 4
Hubungan Antara Cakupan Persalinan Tenaga Kesehatan
Terampil dengan AKI
Contoh:
Kab.A dengan penduduk 1.500.000, dan cakupan linakes trampil 70%. Tariklah
garis vertikal dari titik 70 pada garis absis yang memotong kurva pada MMR 300,
sehingga diperkirakan terjadi 300 kematian ibu per 100.000 lahir hidup.
Sesuai PWS KIA, menghitung jumlah persalinan dari CBR sebagai berikut:
CBR di Kab A adalah 20,0 berarti terdapat 20 kelahiran per 1000 penduduk per
tahun. Karena jumlah penduduk di Kab A 1.500.000 maka jumlah ibu bersalin
adalah: 20/1000 x 1.05 x 1.500.000 = 31.500. Dengan perkiraan MMR 300/100.000,
maka jumlah kematian ibu maternal di Kab A per tahun, dapat diperkirakan sejumlah:
300/100.000 X31.500 = 94 kematian ibu per tahun atau 7-8 kematian ibu per bulan.
Angka ini dapat digunakan sebagai proxi jumlah kematian ibu sebagai pembanding
terhadap data-data yang terkumpul di fasilitas pelayanan. Perkiraan ini tentu
telah termasuk kematian ibu di fasilitas pemerintah, swasta dan di masyarakat yang
mungkin tidak teridentifikasi sebagai kematian ibu maternal.
Periode kritis risiko kematian ibu
• Risiko kematian maternal è 100 kali pada hari 1 dan 30 kali pada hari 2 postpartum.
• Sebagian besar kematian terjadi pada periode perinatal 14.8%, 43.5% dan 23.7% (1 minggu
sebelum, saat dan 1 minggu setelah persalinan).
• Kematian maternal pada trimester pertama 12.1% dan 7.9% dalam masa nifas.
• Negara tertentu è 50% disebabkan oleh komplikasi abortus (Bangladesh).
• Risiko kematian bayi baru lahir è 3-5 kali lebih besar pada bayi tanpa ibu.
PEDOMAN PROSES PERENCANAAN –
77
78 –
DTPS-KIBBLA
% KEMATIAN
DI INDONESIA
% PENURUNAN
KEMATIAN
INTERVENSI BERDASARKAN FAKTA
(huruf tebal menyatakan intervensi sebelum Persalinan)
INTERVENSI BERDASARKAN FAKTA
24%
11%
5%
Eklampsia
Infeksi
Persalinan macet
10%
13%
7%
60%
Mendeteksi pada waktu yang tepat, merujuk untuk operasi
persalinan, partogram; ekstraksi dengan bantuan alat
Persalinan bersih, antibiotika jika terjadi infeksi; penatalaksanaan syok termasuk transfusi darah, pengeluaran plasenta yang
tertahan, cairan, penatalaksanaan infeksi dengan antibiotik/
TT2
Penatalaksanaan kejang, magnesium sulfat; stabilisasi; rujukan untuk persalinan tepat waktu (cacat saat kehamilan;
suplementasi besi)
AMTSL (penggunaan zat uterotonika; peregangan tali pusat
terkendali; masase fundus) (Suplementasi Besi)
35%
27%
Komplikasi prematuritas/BBLR
(faktor penyerta bukan utama)
Asfiksia dan trauma lahir
5-30%
20-40%
Pertolongan persalinan terampil, stimulasi dan resusitasi
Asuhan kontak kulit-ke-kulit, mengeringkan dan menghangatkan, pemberian ASI dini dan eksklusif, antibiotik (ibu: jarak
kelahiran, gizi, pengendalian malaria). Hanya dengan segera
memberikan ASI saja bisa menurunkan kematian 17-22%.
BAYI BARU LAHIR Di Indonesia, 1 dari 3 persalinan menghadapi peningkatan risiko kematian yang sebetulnya bisa dihindari. Kematian pada masa neonatus merupakan 57% dari semua kematian selama tahun pertama kehidupan bayi. Fakta global menunjukkan
bahwa dua per tiga kematian bayi terjadi dalam waktu satu bulan pertama kehidupannya, dari angka tersebut, dua pertiganya meninggal dalam waktu 24 jam pertama setelah lahir. 70% kematian bayi baru lahir terjadi di rumah tanpa penolong persalinan terampil
(SDKI, BASICS) Tahun 2009 target Depkes adalah menurunkan AKBBL dari 20/1000 menjadi 15/1000, AKB diturunkan dari 35/1000
menjadi 26/1000
28%
Perdarahan
IBU Di Indonesia, sekitar 20.650 ibu dan anak perempuan meninggal setiap tahun karena komplikasi yang berhubungan dengan
kehamilan dan 413.000 hingga 619.000 lainnya menderita karena morbiditas yang berhubungan dengan kehamilan (BASICS).
Perkiraan mortalitas saat kehamilan adalah 10%, selama persalinan 14% dan selama nifas 3,3% dengan variasi cukup besar antara
propinsi. (SKRT 1995). Indonesia sedang berupaya mencapai sasaran MDG untuk menurunkan tiga perempat angka kematian ibu
antara tahun 1990-2015. Tahun 2009 Depkes mentargetkan penurunan AKI dari 307/100.000 menjadi 226/100.000
PENYEBAB KEMATIAN
(dan cacat)
Lampiran 5
PEDOMAN PROSES PERENCANAAN –
79
10%
Tetanus
10-20%
10-30%
Asuhan antenatal, pemeriksaan fisik, TT2
Persalinan bersih dan aman, imunisasi tetanus saat hamil,
perawatan tali pusat, perawatan mata, pemberian ASI dini dan
eksklusif
25%
12%
7%
5%
Infeksi Pernafasan Akut (ARI)
Diare
Campak
Malaria
40%
30-86%
40-50%
30-60%
30-50%
Pengobatan antimalaria; MTBS-K
Imunisasi; vitamin A
Praktik pemberian makanan, oralit, zinc, ASI dan meningkatkan asupan cairan untuk anak sakit, cuci tangan dengan
sabun, air minum aman
Antibiotik; pemberian ASI (segera, 6 bulan, sampai 2 tahun);
pelengkap ASI
Intervensi gizi esensial (yodium, pemberian ASI eksklusif dan
pelengkap ASI, perawatan anak sakit dan malnutrisi, vitamin
A, Fe).Hanya ASI eksklusif saja bisa menurunkan mortalitas
10-13%
Sumber: a. UNFPA/Indonesia; b. USAID/CORE Maternal and Newborn Standards and Indicators Compendium; c. Susenas 1998; Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2002/2003; d. Surkesnas 2001; e. CAH-WHO 1995, 1999, 2004;
f. Lancet 2005. Sumber lain mencakup Basics II Newborn Health in Indonesia Situation Analysis 2004, Indonesia Sehat
2010 dan Millennium Development Goals.
LINTAS BATAS PEMBERDAYAAN SOSIAL dan KOMUNIKASI UNTUK PERUBAHAN PERILAKU
• Praktik Kesehatan Reproduksi (asuhan antenatal, penundaan kehamilan pertama, jarak kehamilan, jumlah anggota
keluarga),
• Praktik Pemberian Makan Untuk Bayi Dan Anak (ASI, makanan Pelengkap).
• Praktik Imunisasi (Rangkaian lengkap untuk bayi, imunisasi bayi sakit, TT2 untuk ibu).
• Praktik dan perawatan Kesehatan Di Rumah (kelambu yang diberi insektisida, cuci tangan, air minum, pembuangan
materi fekal, vitamin A, garam beryodium, perawatan selama sakit, oralit, ketepatan pemberian obat).
• Praktik Pencarian Pelayanan Kesehatan (mengenali penyakit, mencari perawatan yang tepat)
54%
Malnutrisi
(faktor penyerta bukan utama)
ANAK di bawah 5 tahun Di Indonesia, kematian anak terus menurun. Cakupan imunisasi anak terhadap enam penyakit utama menurun dari 55% pada tahun 1997 menjadi 52% pada tahun 2002-2003 (SDKI). Indonesia berupaya mencapai target MDG dengan menurunkan dua pertiga angka kematian anak di bawah usia 5 tahun antara tahun 1990 sampai 2015. Tahun 2009 target Depkes adalah
menurunkan AKA dari 46/1000 menjadi 33/1000
15%
Infeksi Neonatus
Lampiran 6
No
1
I
80 –
Jenis
Pelayanan
Dasar
Batas Waktu
Satuan Kerja
Pencapaian
/Lembaga
Keterangan
(Tahun)
Penanggung Jawab
STANDAR PELAYANAN
MINIMAL
2
Pelayanan
kesehatan
dasar
SPM Bidang Kesehatan di Kabupaten/kota
Indikator
Nilai
3
4
5
6
95%
2015
Dinkes Kab/Kota
2. Ibu hamil, bersalin, nifas 80%
dengan komplikasi
yang ditangani
2015
Dinkes Kab/Kota
1. Cakupan Kunjungan
Ibu Hamil K4
3. Cakupan pertolongan
persalinan oleh
bidan atau tenaga
kesehatan yang
memiliki kompetensi
kebidanan
90 %
2015
Dinkes Kab/Kota
4. Cakupan pelayanan
Ibu Nifas
90%
2015
Dinkes Kab/Kota
5. Cakupan neonatal
dengan komplikasi
yang ditangani
80%
2010
Dinkes Kab/Kota
6. Cakupan kunjungan
bayi
90%
2010
Dinkes Kab/Kota
7. Desa/Kelurahan
Universal Child
Immunization (UCI)
100%
2010
Dinkes Kab/Kota
8. Cakupan pelayanan
anak balita
90%
2010
Dinkes Kab/Kota
9. Cakupan pemberian
100%
makanan pendamping
ASI pada anak usia
6-24 bulan keluarga
miskin
2010
Dinkes Kab/Kota
10.Cakupan Balita gizi
buruk mendapat
perawatan
100%
2010
Dinkes Kab/Kota
11.Penjaringan kesehatan 100%
siswa SD dan setingkat
2010
Dinkes Kab/Kota
12. Cakupan peserta KB
Aktif
70%
2010
Dinkes Kab/Kota
13. Penemuan dan
penanganan penderita
penyakit
100%
2010
Dinkes Kab/Kota
DTPS-KIBBLA
7
No
1
II
Jenis
Pelayanan
Dasar
2
Pelayanan
kesehatan
rujukan
Batas Waktu
Satuan Kerja
Pencapaian
/Lembaga
Keterangan
(Tahun)
Penanggung Jawab
STANDAR PELAYANAN
MINIMAL
Indikator
Nilai
3
4
5
6
14. Cakupan pelayanan
kesehatan dasar
masyarakat miskin
100%
2015
Dinkes Kab/Kota
15. Cakupan pelayanan
kesehatan rujukan
pasien masyarakat
miskin
100%
2015
Dinkes Kab/Kota
16. Pelayanan gawat
darurat level 1 yg harus
diberikan sarana
kesehatan (RS) di
Kab/Kota
90 %
2015
Dinkes Kab/Kota
III
Penyelidikan 17. Desa/Kelurahan
100%
epidemiologi
mengalami KLB yang
dilakukan penyelidikan
dan Penangepidemiologi <24 jam
gulangan KLB
2015
Dinkes Kab/Kota
IV
Promosi
kesehatan
dan pemberdayaan
masyarakat
2015
Dinkes Kab/Kota
18. Desa Siaga Aktif
80 %
7
PEDOMAN PROSES PERENCANAAN –
81
82 –
DTPS-KIBBLA
Luaran 1 a:
Pelayanan kesehatan ibu dan
bayi baru lahir di Polindes
maupun di Puskesmas
STRATEGI & LUARAN
Lampiran 7
INDIKATOR
PEDOMAN / MODUL
• Supervisi fasilitatif pasca pelatihan klinis pelayanan
kesehatan ibu dan KB
• Pengadaan buku pedoman : BP3K, Kajian Mandiri,
supervisi fasilitatif, analisis situasi, AMP-KB
• Pengadaan sarana transportasi untuk operasional upaya
percepatan penurunan AKI dan AKB (roda 2 dan roda 4)
• Lokakarya jaminan ketersediaan komoditas dan obat
KIBBLA
• Pelayanan ANC yang terfokus di fasilitas kes dan dirumah
• Supervisi fasilitatif pelayanan Kes Ibu dan KB
• Supervisi manajemen program kesehatan ibu dan KB
Peraturan Pengadaan Sarana
Peraturan Pengadaan Sarana
Peraturan Pengadaan Sarana
Pedoman ANC
% sarana yg tersedia thd baku kebutuhan
% sarana yg tersedia thd baku kebutuhan
% komoditas yg ada thd baku kebutuhan
% ibu yang mendapat ANC
Manajemen Program Kes Ibu & KB
Supervisi Fasilitatif dan Q&A
Paket Kualifikasi dan Akreditasi
SPK
Advokasi Inisiasi Menyusu Dini/
APN
Supervisi Fasilitatif
Paket Pelatihan PPGDON, PONED
Paket Pelatihan APN
% petugas/fasilitas yg mendapat SF
% jumlah dan target supervisi perbaikan
manajemen
% petugas kompeten dan akreditasi faskes
dari total yg dilatih
% pemenuhan terhadap kebutuhan tenaga
terampil di Polindes/Puskesmas
• Penyediaan sarana dan peralatan pelayanan kebidanan
% ketersediaan terhadap kebutuhan sarana
dan peralatan
• Penyediaan obat dan alat bahan habis pakai
% ketersediaan terhadap kebutuhan obat dan
bahan habis pakai
• Penyediaan pelayanan dan biaya operasional APN/PPGDON % penyediaan jenis pelayanan dan biaya
terhadap standar APN/PPGDON
• Penyediaan pelayanan dan biaya operasional PONED
% penyediaan jenis pelayanan dan biaya
terhadap standar PONED
• Pelatihan APN (Polindes/Puskesmas)
% petugas mampu laksana APN di Polindes/
Puskesmas
• Pelatihan PPGDON (Polindes)
% petugas mampu laksana PPGDON di
Polindes/Puskesmas
• Pelatihan Tim Klinik PONED (Puskesmas)
% realisasi PKM PONED dgn target kabupaten/kota
• Kualifikasi Petugas dan Akreditasi Teknis Fasilitas Kes- % petugas kompeten dan fasilitas yang
ehatan Pascapelatihan APN/PPGDON/PONED/PONEK
terakreditasi
• Orientasi Standar Pelayanan Kebidanan
% petugas yang memahami SPK
• Pelatihan promosi ASI eksklusif
% petugas mampu laksana promosi IMD
• Penempatan tenaga bidan terampil APN/PPGDON
Pertolongan pertama obstetri pada semua Polindes dan
Puskesmas tanpa tempat tidur:
Strategi 1: Meningkatkan akses, cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan berdasarkan bukti ilmiah
KEGIATAN
Tabel Strategi, Luaran, dan Kegiatan
Program Ibu dan Bayi Baru Lahir
PEN’
JAWAB
PEDOMAN PROSES PERENCANAAN –
83
• Pelayanan rujukan ke rumah sakit
• Pelayanan ibu hamil KEP dan KEK
• Pelayanan kunjungan ibu nifas dan neonatal
• Pemetaan sasaran bumil
• Pengadaan sarana kontrasepsi kit
• Pelatihan konseling ABPK-KB
• Pelacakan unmet need KB
• Sosialisasi standar pelayanan KB (BP3K)
• Pelaksanaan Audit Medik Pelayanan KB (AMP KB)
tingkat kab/kota
• Audit Maternal dan Perinatal (AMP)
• Penjaringan ibu hamil dengan resiko tinggi dengan 5 T
• Pertemuan PWS KIA
• Pengadaan buku kohort KIA
• Penyuluhan PMS and HIV/AIDS di faskes
• Pelaksanaan PMTCT
• Pelatihan kapasitas dan operasional kemitraan bidan –
dukun
• Sosialisasi kemitraan bidan dan dukun (pengembangan
kapasitas dan operasional)
• Monitoring dan evaluasi kegiatan kemitraan bidan – dukun
di berbagai jenjang.
• Magang dukun dirumah bidan/polindes
• Pertemuan koordinasi bagi akses pelayanan bumil/bulin/
bufas dan bayi baru lahir melalui GSI/P4K (Pedoman
Perencanaan Persalinan dan Pecegahan Komplikasi)
KEGIATAN
• Pelatihan klinik PONED
• Magang PONED bagi Tim Medik Puskesmas
• Pengadaan peralatan PONED
• Bimbingan teknis pelayanan KIBBLA Puskesmas oleh
SpOG dan SpA
• Supervisi fasilitatif pascapelatihan klinis pelayanan
KIBBLA
Luaran 1 b:
Pelayanan obstetri dan neonatal • Pertemuan pengkajian, seleksi dan pengembangan
emergensi dasar (PONED)
Puskesmas PONED
• Penempatan tenaga PONED di Puskesmas
STRATEGI & LUARAN
KIP/K dan ABPK KB
Manajemen Program KB
Pedoman Rujukan
SPK ibu hamil dengan gangguan gizi
Pedoman KN
Juklak Pemetaan Bumil
Peraturan Pengadaan Sarana
PEDOMAN / MODUL
Pedoman Kemitraan
Bidan-Dukun
Program GSI/P4K
% monev kemitraan Bidan-Dukun
% Dukun yang magang di Polindes
% Pemenuhan akses yankes melalui GSI/P4K
% SF pascapelatihan KIBBLA
% PKM PONED yang mendapat Bintek
% Petugas terlatih PONED
% Petugas magang PONED
% Pemenuhan alat terhadap standar kebutuhan
Pedoman Bintek Yan KIBBLA
SpOG/SpA
Supervisi Fasilitatif
Pedoman Manajemen PKM PONED
Peraturan pengangkatan dan penempatan pegawai
Paket Pelatihan PONED
Peraturan Pengadaan Sarana
Monev Kemitraan Bidan-Dukun
% pemahaman ttg kemitraan Dukun - Bidan
% PKM yang terseleksi utk PONED
% Penempatan nakes di PKM PONED
PWS KIA
Peraturan Pengadaan Sarana
Pedoman Penyuluhan
Pedoman PMTCT
Pedoman Kemitraan Dukun-Bidan
% kegiatan AMP thd target AMP Kab/Kota
% penjaringan ibu hamil risti dan pendataan
sasaran
% pengadaan thd baku kebutuhan
% kegiatan penyuluhan thd target
% upaya PMTCT thd target program
% kemitraan thd target program
Pedoman AMP
% kegiatan Audit terhadap target program KB Pedoman Audit Medik
% kasus rujukan yg dapat dirujuk
% cakupan Bumil KEP/KEK
% pelayanan KN terhadap target
% upaya pemetaan Bumil terhadap target
% sarana kontrasepsi thd baku kebutuhan
% petugas mampu KIP/K dan ABPK KB
% Unmet need KB
% petugas yg paham baku pelayanan KB
INDIKATOR
PEN’
JAWAB
84 –
DTPS-KIBBLA
• Penempatan tenaga kesehatan penyelenggara PONEK
• Pengadaan peralatan PONEK
• Pengadaan obat dan bahan habis pakai
• Pelatihan PONEK bagi tenaga RS
• Pencegahan dan penanggulangan infeksi
• Jaminan fungsi unit bank darah RS
• Pengadaan peralatan bank darah
• Penyediaan tenaga laboratorium bank darah
• Pelatihan teknis bagi petugas bank darah
KEGIATAN
• Lokakarya Perencanaan berbasis kinerja DTPS-KIBBLA
• Evaluasi pelaksanaan program KIBBLA (evaluasi paruh
tahun dan akhir tahun)
• Pertemuan analisis data dan manajemen KIBBLA
Luaran 2:
Pelayanan kehamilan, per• Pertemuan evaluasi kinerja bidan dalam pelayanan KIBBLA
salinan dan nifas oleh petugas • Pertemuan kajian kebutuhan pelatihan tenaga kesehatan
kesehatan
KIBBLA
• Pertemuan kajian kebutuhan tenaga untuk pelayanan
KIBBLA
• Pengumpulan dan analisis data KIBBLA
• Pertemuan pembahasan PWS KIA
Luaran 1 c:
Pelayanan Obetetri Neonatal
Emergensi Komprehensif
(PONEK) di Rumah Sakit
kabupaten/kota
STRATEGI & LUARAN
% perbaikan dan kelangsungan program
KIBBLA melalui kegiatan evaluasi
% Pengumpulan & analisis data thd target
% pertemuan yang berdampak pada kualitas
PWS KIA
% pertemuan yg berdampak pada perbaikan
manajemen KIBBLA
% penyelesaian RK DTPS-KIBBLA Kab/Kota
% Kajian & rencana pelatihan dan kebutuhan
tenaga KIBBLA
% Bidan dgn kinerja standar KIBBLA
% Penempatan nakes PONEK thd kebutuhan
% pengadaan thd kebutuhan alat/obat
% Nakes mampu PONEK thd standar kebutuhan
% Infeksi yang dapat dicegah/tanggulangi
% RS Kab/Kota dgn Bank Darah yg aktif
INDIKATOR
Pedoman DTPS-KIBBLA
Pedoman PWS KIA
Pedoman Analisis Data KIBBLA
Pedoman Analisis Data KIBBLA
Pemantauan Kinerja Bidan
Peraturan pengangkatan dan penempatan pegawai
Peraturan Pengadaan Sarana
Paket Pelatihan PONEK
Pedoman Pencegahan Infeksi
Manlak Bank Darah
PEDOMAN / MODUL
PEN’
JAWAB
PEDOMAN PROSES PERENCANAAN –
85
KEGIATAN
INDIKATOR
PEDOMAN / MODUL
PEN’
JAWAB
Luaran 2:
Kerjasama dengan BKKBN
• Pembinaan tokoh dan kader masyarakat tentang program KB
• Pelatihan peningkatan manajemen pelayanan KB di
fasilitas pelayanan kesehatan kabupaten/kota
• Pembentukan tim fasilitator kabupaten/kota untuk penggunaan Alat Bantu Pengambilan Keputusan KB (ABPK)
• Pelatihan petugas untuk penggunaan ABPK.
• Penyediaan tenaga konselor KB
• Kerjasama lintas sektor dalam penyediaan tenaga
pelayanan KB
• Kajian mandiri terhadap kualitas pelayanan KB
• Penanganan Bumil KEK
• Pelayanan ANC dengan menerapkan buku pedoman
ANC berkualitas (ANC+PMTCT, malaria, TBC)
• Penanganan kasus malaria
• Penanganan kasus TBC
• Imunisasi TT
• Penyuluhan PMS and HIV/AIDS oleh tenaga kesehatan
• Pelatihan advokasi program KIBBLA dan penganggarannya
• Advokasi kepada stakeholder tentang program kesehatan
ibu dan bayi baru lahir untuk mendapatkan prioritas di
kabupaten/kota
• Membentuk P2KP
• Pelatihan SDM kesehatan tentang Contraceptive Technology Update (CTU)
• Review pelaksanaan program KIBBLA kabupaten/kota
Luaran 1:
Kemitraan perencanaan
• Sosialisasi program KIBBLA multipihak.
pelaksanaan program KIBBLA
• Pertemuan koordinasi MPS di kabupaten
Pedoman Perbaikan Gizi Ibu Hamil
Pedoman ANC Terfokus
% konselor KB thd jumlah petugas KB
% pemenuhan kebutuhan tenaga pelaksana
KB secara LP/LS
% perbaikan kualitas pelayanan KB melalui
upaya kajian mandiri
% petugas mampu laksana manajemen
pelayanan KB
% fasilitator ABPK KB thd std kebutuhan di
kabupaten/Kota
% kondelor mampu laksana ABPK dlm satu
kelompok pst plthn
% Toma dan Kader sebagai advokator KB
KIP/K KB
Peraturan Pengadaan tenaga
pelaksana KB
Pedoman Baku Klinik KB
Standar Manajemen Pelayanan KB
Paket Pelatihan Fasilitator ABPK
Paket Pelatihan Konselor utk ABPK
Materi Program KB bagi Toma dan
Kader
Penanganan terpadu Bumil (KEK,
% pencegahan dan penanganan Bumil dengan Malaria, TBC, PMS & HIV/AIDS
dan imunisasi)
masalah melalui upaya LP/LS
% strakeholder kab/ kota yang memprioritaskan KIBBLA
% perbaikan Bumil KEK melalui upaya penjaringan risti bumil dengan LILA.
% cakupan ANC terfokus melalui upaya LP
Pedoman Advokasi KIBBLA
% petugas mampu CTU terhadap jumlah
petugas unit KB
% petugas mampu adovaksi prog. & anggaran
KIBBLA thd jumlah staf sungram
% LP/LS/mitra yang memahami program
KIBBLA
% tingkat kordinasi LS/LP/mitra upaya KIBBLA Strategi Nasional MPS
melalui MPS
% keberhasilan pelaksanaan kegiatan KIBBLA Panduan Pembentukan P2KP/S
terhadap perencanaan.
Paket Pelatihan KB (CTU Update)
% P2KP aktif terhadap jumlah kabupaten
Strategi 2: Membangun kemitraan dan kerjasama lintas program, lintas sektor dan mitra terkait lainnya untuk advokasi koordinasi perencanaan dan kegiatan program MPS
serta meningkatkan sumberdaya yang tersedia
STRATEGI & LUARAN
86 –
DTPS-KIBBLA
Luaran 6:
Kerjasama dengan Palang
Merah Indonesia
Luaran 5:
Kemitraan dengan organisasi
profesi
Luaran 4:
Kemitraan dengan sektor
swasta dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
Luaran 3:
Kerjasama dengan dukun
bayi:
STRATEGI & LUARAN
% keluarga/ibu yg mengerti kehamilan Risti
% desa yg memiliki ambulans desa
% desa yg memiliki Perdes KIBBLA
% Bidan & Dukun yg memahami konsep
kemitraan
% Dukun yg paham konsep Dasa Wisma
% Dukun yg paham program KIBBLA,
termasuk masalah dan alur rujukan
INDIKATOR
• Membentuk/memfungsikan Unit Transfusi Darah dan
Bank Darah
• Membuat Prosedur Kerja Tetap (protap) pengelolaan
darah dan produk darah
• Penyediaan peralatan transfusi darah
• Identifikasi golangan darah ibu hamil
• Identifikasi calon donor bagi ibu hamil – bersalin yang
membutuhkan
% UTD dan Bank Darah yang berfungsi sbg
hasil kerjasama dgn PMI
% penyelesaian Protap pengelolaan darah dan
produknya
% kelengkapan peralatan transfusi
% identifikasi gol. darah Bumil di desa
% identifikasi gol. darah donor di desa
• Pembentukan Pusat Pelatihan Klinik Sekunder (Provinsi) % pembentukan P2KS/P sebagai hasil kerjasama dgn Org. Profesi
dan Primer (Kabupaten)
• Kemitraan jaringan pelayanan KIBBLA dengan Bidan Delima % peningkatan akses dan kualitas KIBBLA
hasil kemitraan dengan BD
• Pertemuan berkala KIBBLA dengan organisasi profesi di
% perencanaan dan pelaksanaan prog. KIBtingkat kabupaten/kota
BLA
• Pembentukan ambulans desa melalui pertemuan desa
• Membuat peraturan desa tentang KIBBLA (termasuk
komite kesehatan desa, tabulin, dasolin, dsb)
• Penyuluhan kehamilan risiko tinggi (termasuk PMS dan
HIV/AIDS)
• Sosialisasi kegiatan dasa wisma bagi dukun
• Penyuluhan peran dukun bayi dalam KIBBLA terutama
pengenalan masalah dan alur rujukan
• Orientasi kemitraan dukun-bidan dalam KIBBLA
KEGIATAN
Pedoman Kerja UTD dan Bank
Darah
Pedoman Pedoman P4K
Pedoman Pembentukan P2KS/P
Petunjuk Penyediaan Pelayanan
melalui MekanismeKemitraan
MANLAK STRATEGI PROGRAM
KIBBLA
Program KIBBLA
Pedoman Pembentukan Ambulans
Desa
Pedoman Penyusunan Perdes
Materi Penyuluhan Kehamilan Risti
Pedoman Kemitraan Bidan-Dukun
Pedoman Kegiatan Dasa Wisma
Materi Penyuluhan Program KIBBLA
PEDOMAN / MODUL
PEN’
JAWAB
PEDOMAN PROSES PERENCANAAN –
87
KEGIATAN
INDIKATOR
PEDOMAN / MODUL
PEN’
JAWAB
• Penyuluhan tentang budaya hidup sehat dan pelayanan
berkualitas bagi keluarga
• Penyuluhan kesehatan ibu hamil dari keluarga kurang
mampu
% perempuan dlm wilayah tertentu yg memahami hak reproduksi
% org. wanita dlm suatu wilayah yang memahami hak reproduksi
% keluarga di dalam suatu wilayah paham
nutrisi dan tumbuh kembang melalui
pelayanan bermutu
% pelayanan KIBBLA berkualitas di faskes
dlm suatu wilayah
% akses pelayanan adekuat yg didukung
Askeskin
% keluarga paham kualitas pelayanan
Materi Hak Reproduksi
Materi Nutrisi dan Tumbuh Kembang
Materi Program KIBBLA & Kualitas Pelayanan
Pedoman Pemberdayaan Keluarga
Pedoman Askeskin
Pedoman Pedoman P4K
Pedoman Promkes MPS
Pedoman MPR-MPS
% akurasi pesan MPS dalam leaflet
Pedoman Deteksi Tanda Bahaya
% mitra/masyarakat yg memahami MPS
bagi Masyarakat
% mitra/masyarakat yg memahami GDON
% Buku Kepemilikan Buku KIA pada Bumil / Buku KIA
Buku KIP/K & KIA
Bulin/Bufas
% petugas mampu laksana KIP/K dan Peren- Pedoman Penyuluhan PMS – HIV/
AIDS
canaan Persalinan
Pedoman P4K dan Suami Siaga
% pemahaman suami ttg PMS – HIV/AIDS
% kesiapan dana dan tanggap gawat-darurat
bagi ibu dari suami/keluarga
% suami yg paham perannya dlm KIBBLA
• Pelatihan KIP/K dan Perencanaan Persalinan untuk
optimalisasi penggunaan buku KIA
• Penyuluhann tentang PMS – HIV/AIDS
• Penyuluhan tentang pentingnya dukungan (termasuk
ketersediaan dana dan tanggap gawatdarurat) dari suami/
keluarga selama kehamilan, persalinan dan nifas
• Penyuluhan peran suami di dalam program KB, termasuk % dukungan suami dalam program KB dlm
sewilayah
KB pascapersalinan dan pascakeguguran
• Penyuluhan “Suami Siaga” dan P4K di dalam pesan
MPS kepada masyarakat
• Membuat leaflet poster tentang pesan MPS
• Sosialisasi MPR-MPS
• Penyuluhan pengenalan tanda bahaya obstetri & neonatal
• Sosialisasi buku KIA (buku JICA)
Luaran 3:
Pemantauan kualitas pe• Penyuluhan hak perempuan dalam reproduksi
layanan kesehatan ibu dan
• Penyuluhan pemahaman kesehatan ibu dan bayi baru
bayi baru lahir oleh kelompok lahir kepada organisasi wanita
wanita
• Penyuluhan ASI Eksklusif dan Nutrisi Tumbuh Kembang melalui pelayanan bermutu bagi perempuan dan
keluarga
• Meningkatkan kualitas pelayanan KIBBLA berkualitas
melalui sistem pelayanan kesehatan
Luaran 2:
Peran aktif keluarga dalam
menjamin pelayanan yang
adekuat
Luaran 1:
Keterlibatan suami siaga
Strategi 3: Mendorong pemberdayaan wanita dan keluarga melalui peningkatan pengetahuan untuk menjamin perwujudan perilaku sehat dan pemanfaaatan pelayanan kesehatan ibu dan bayi
STRATEGI & LUARAN
88 –
DTPS-KIBBLA
KEGIATAN
INDIKATOR
PEDOMAN / MODUL
• Pertemuan koordinasi dan monitoring pelaksanaan P4K
tingkat kecamatan
• Penyuluhan Kesehatan Masyarakat di Rumah Sakit
(PKMRS)
• Pendaftaran calon donor darah
• Pertemuan Komite Kesehatan Kabupaten/Kota tentang
perlindungan konsumen dan petugas kesehatan
• Pertemuan musyawarah desa untuk meningkatkan akses
dan kualitas pelayanan KIBBLA di tingkat desa
• Pertemuan lintas sektor (persyaratan pelayanan bagi
masyarakat miskin)
• Penyuluhan tentang tanggung-jawab masyarakat dalam
pencegahan kematian pada ibu, BBL dan Anak Balita
• Membuat leaflet tentang penyebab dan upaya menanggulangi kematian ibu, BBL dan Anak Balita
• Pembentukan dan pelaksanaan Kelompok Peminat KIBBLA dan Kelompok Kerja P4K
• Pertemuan koordinasi dan monitoring pelaksanaan P4K
tingkat kabupaten
• Pertemuan sosialisasi P4K tingkat kecamatan
• Membuat/membangun Rumah Tunggu Sayang Ibu untuk
daerah terpencil
• Pembentukan kelompok pemerhati dan pemberdayaan
perempuan dan keluarga
• Penyuluhan kesehatan ibu dan bayi baru lahir kepada
tokoh dan kader kesehatan
• Penyuluhan tentang pentingnya tabulin dalam mengatasi
biaya pelayanan
• Pelatihan fasilitator - bidan dalam pelaksanaan P4K
• Pertemuan tentang operasional P4K mendukung dalam
terbentuknya Tabulin, Ambulans Desa, calon donor darah
(minimal 4 kali setahun)
• Pertemuan evaluasi penyuluhan MPS melalui GSI atau
Pedoman P4K
• Membuat leaflet tentang 4 Terlalu dan 3 Terlambat
• Penyuluhan tentang 4 Terlalu dan 3 Terlambat
% keluarga/pasien yang mendapat penyuluhan KIBBLA di Rumah Sakit
% anggota masy. yg mendaftar sbg donor
% penanggulangan keluhan konsumen dan
petugas terkait KIBBLA
% peningkatan akses dan kualitas yankes hsl
musyawarah desa
% masy/keluarga yg paham syarat bantuan
pelayanan bagi masyarakat miskin
% kelompok peminat KIBBLA dan Pokja
P4K
% evaluasi dan rekomendasi pelaksanaan
P4K di kab/kota
% pehamanan Staf Kecamatan & Kades ttg
P4K
% evaluasi dan rekomendasi plksn P4K di kec
kematian ibu/BBL/Anak Anak Balita
% peran serta masy. dlm upaya pencegahan
kematian ibu/BBL/Anak Balita
% akurasi pesan upaya pencegahan
% bidan fasilitator P4K di desa/kab/kota
% Tabulin, Ambulans Desa, Donor Darah dsb
dr hsl pertemuan operasional P4K
% desa dengan tabulin/dasolin
% kelompok pemerhati dan pemberdayaan
perempuan di suatu wilayah
% Toma dan Kader yg paham KIBBLA
% masyarakat yang memahami dan berperan
dalam MPS
% akurasi pesan 4T dan 3 T dlm leaflet
% masyarakat dlm suatu wilayah yang paham
4T dan 3T
% Rumah Tunggu SI di daerah terpencil
Pedoman P4K
Pedoman Pemantauan dan Penyeliaan Program Kesehatan Ibu dan
Bayi Baru Lahir
Pedoman PKMRS
Pedoman P4K
Pedoman P4K
Pedoman Pelaksanaan Jaminan
Kesehatan Masyarakat (Manlak
Jamkesmas)
Manlak Strategi Program KIBBLA(* MPS-SIG)
Pedoman P4K
MPR-MPS
Promkes MPS
Pedoman Rumah Tunggu
Hak Reproduksi
Manlak Strategi Program KIBBLA
Pedoman P4K
Strategi 4: Mendorong keterlibatan masyarakat dan menjamin penyediaan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu dan bayi
Luaran 2:
Tanggung jawab masyarakat
tentang KIBBLA
Luaran 1:
Gerakan Sayang Ibu
STRATEGI & LUARAN
PEN’
JAWAB
PEDOMAN PROSES PERENCANAAN –
89
Luaran 4:
Asesmen kegiatan terbaik dikab/kota oleh GSI/
Masyarakat SiAGa
Luaran 3:
Pemantauan pelayanan KIBBLA oleh masyarakat
% kerjasama dalam pemantauan kualitas
pelayanan
% masy/keluarga yg paham manfaat AMP
• Rencana pengembangan manfaat GSI/Masyarakat SiAGa % desa/kab/kota baru dgn GSI/P4K
ke kabupaten/kota lainnya
% rencana KIBBLA yg menyentuh masy.
• Merencanakan program KIBBLA tingkat kecamatan –
terpencil dan miskin tingkat kecamatan
desa prioritas, terutama masyarakat miskin
dan desa
• Pertemuan kerjasama dalam pemantauan kualitas pelayanan oleh masyarakat
• Sosialisasi AMP kepada kelompok masyarakat
Pedoman GSI/P4K
Manlak Strategi Program KIBBLA
Manlak Strategi Program KIBBLA
Pedoman AMP
90 –
DTPS-KIBBLA
2
Linakes
Bayi mendapat ASI segera(IMD)
Bayi diimunisasi HBO
Bayi diberi Vit K injeksi.
Bayi asfiksia yang dirawat sesuai
standar
%
%
%
%
%
% KN1 dan % KN2
% Bayi diimunisasi BCG
% Bayi sakit dirujuk
1
1. Penerapan – Asuhan Persalinan Normal – Inisiasi
Menyusu Dini (IMD), imunisasi, manajemen asfiksia – mengeringkan dan menghangatkan, asuhan
kontak kulit ke kulit,dan kegiatan berkaitan dengan
pertolongan persalinan terampil
2. Kunjungan Neonatal 1 (KN1) dan 2 (KN2) serta rujukan bayi sakit
% anak dengan keterlambatan
perkembangan
% balita yang mendapatkan pengobatan kecacingan
% desa yang mencapai UCI
% anak < 1 tahun sudah imunisasi
campak
5. Kunjungan (pelayanan) petugas Puskesmas ke
lapangan untuk melaksanakan Stimulasi,Deteksi dan
Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) balita
6. Pengobatan rutin kecacingan
7. Pelayanan imunisasi lengkap pada bayi dan anak
balita
8. Pelayanan kesehatan akibat lumpuh layu*
% bayi dan anak Balita yang mendapatkan kunjungan pelayanan
minimal 4 kali /tahun
% bayi mendapat ASI eksklusif
4. Kunjungan (pelayanan) bayi dan anak balita dengan
resiko tinggi, penyakit kronis, penyakit akut berulang dan kurang atau tidak mendapatkan pelayanan
kesehatan
3. Pelayanan dengan menerapkan Manajemen Terpadu % bayi BBLR yang dirawat sesuai
standar
Balita Sakit (MTBS) : BBLR, pelayanan pencegahan
dan penanganan penyakit infeksi(diare, ISPA, demam berdarah, malaria, dll .
Indikator
Penemuan kasus AFP ³ 2 /
100.000 penduduk <15th
MTBS
Buku registrasi desa
Dokter Puskesmas
Petugas imunisasi
Bidan didesa
Bidan Praktek Swasta
Dokter Puskesmas
Perawat Puskesmas
Bidan Puskesmas
Dokter Puskesmas
Perawat Puskesmas
MTBM-MTBS
PWS KIA
Form penjaringan Resti
Latihan manajemen laktasi
(40 jam)
SDIDTK
Dokter Puskesmas
Bidan Puskesmas
Bidan di desa
Bidan Praktek Swasta
Ka. Puskesmas / Bidan
Puskesmas / desa
4
Penanggung jawab
MTBM – MTBS
Manajemen BBLR untuk
bidan desa
PONED
PONEK
Pedoman Teknis Neonatal
Esensial
APN
Pedoman Teknis pemberian
Vitamin K1
Manajemen Asfiksia BBL
untuk bidan desa
3
Pedoman /Modul
Luaran : Meningkatnya akses pelayanan kesehatan bagi bayi baru lahir, bayi dan anak balita
Strategi 1: Meningkatkan akses pelayanan kesehatan bayi baru lahir, bayi dan anak balita
Tabel Strategi, Luaran, Kegiatan, Indikator untuk Program Kesehatan
Bayi dan Anak Balita
Kegiatan
Lampiran 8
PEDOMAN PROSES PERENCANAAN –
91
% jumlah tenaga yang telah dilatih
% jumlah tenaga yang telah dilatih
Setiap Puskesmas mempunyai
tenaga pengelola vaksin minimal
2 orang
3. Pelatihan tenaga vaksinator
4. Pelatihan tenaga pengelola vaksin
% jumlah tenaga yang telah dilatih
2. Pelatihan Pojok Gizi tenaga Puskesmas
1. Pelatihan dan pemantauan pasca pelatihan bagi
para petugas kesehatan :
• APN
• Manajemen Asfiksia
• Manajemen BBLR
• Stardardisasi Manajemen Terpadu Balita Sakit
(MTBS)
• SDIDTK
• Tata laksana gizi buruk
• Pelatihan manajemen laktasi
APN
MTBM
MTBS
Manajemen Asfiksia BBL
untuk bidan desa
Manajemen BBLR untuk
bidan desa
Luaran: Meningkatnya kualitas pelayanan bagi bayi baru lahir, bayi dan anak balita
Strategi 2: Meningkatkan Kualitas pelayanan kesehatan bayi baru lahir, bayi dan anak balita
16. Pelaksanaan pemantauan status gizi (PSG) berdasar- Tersedia data mengenai status gizi
kan BB/U dikab/kota
balita.
% bayi yang dirujuk yang mendapat Jamkesmas/ Askeskin
bantuan biaya
15. Rujukan neonatus, bayi dan anak balita sakit – bantuan biaya ke rumah sakit
Subdin PP PL
Subdin PP PL
Subdinkes KIA
Kepala Dinas Kesehatan
Staf keuangan Puskesmas
Dokter Puskesmas
Petugas gizi Puskesmas
% kasus gizi buruk yang dirujuk
14. Rujukan kasus gizi buruk ke rumah sakit*
Jamkesmas/ Askeskin
Petugas gizi Puskesmas
13. Pemberian tambahan makan dan vitamin untuk
% balita mendapatkan PMT
kasus kurang energi protein (KEP), anemia gizi besi,
gangguan akibat kurang yodium (GAKY), kurang vit.
A dan kekurangan zat gizi mikro lainnya
% balita yang naik berat badannya
Petugas gizi Puskesmas
Petugas gizi Puskesmas
12. Pemberian MP ASI 90 hari bagi balita Gakin 6 – 24
bulan yang berat badannya tidak naik 1 kali di desa
Pedoman distribusi Vit A
Petugas gisi Puskesmas
Dokter Puskesmas
Cakupan vit A
10. Penyelenggaraan suplementasi zat gizi mikro di
Puskesmas, Posyandu, Polindes, Poskesdes dan
Poskestren
SDIDTK
Manajemen laktasi (40 jam)
PONED/K
11. Pelayanan perawatan gizi buruk di Puskesmas Rawat % bayi gizi buruk yang dirawat
Inap*
% balita dengan gizi buruk
9. Pelacakan balita gizi buruk
92 –
DTPS-KIBBLA
% tenaga yang telah dilatih
% bidan dan perawat yang telah
dilatih
Jumlah fasilitator yang telah dilatih
pada setiap kabupaten/kota
Jumlah fasilitator yang telah dilatih
pada setiap kabupaten/kota
6. Pelatihan tenaga pelaksana asuhan gizi Puskesmas
dan Poskesdes dalam memberikan pelayanan gizi
yang meliputi tata laksana gizi buruk dan konseling
menyusui
7. Kalakarya MTBM- MTBS bagi bidan dan perawat yang
belum dilatih MTBM- MTBS
8. Pelatihan calon fasilitator/ToT MTBS
9. Pelatihan calon fasilitator SDIDTTK / ToT SDIDTK
MTBS
MTBS
APN
Manajemen laktasi (40 jam)
Format pengumpulan data
untuk DTPS-2007
PWS KIA
PWS Gizi
Dokumen perencanaan dan penganggaran program KIBBLA ( hasil
DTPS 2007)
Jumlah pertemuan dengan stakeholder
Jumlah pertemuan kerja sama
% kematian Anak Balita
Tersedianya data untuk penentuan
kebijakan / perencanaan ( DTPS
2007)
Tersedianya hasil pelacakan kesakitan dan kematian balita
3. Pertemuan penyusunan perencanaan dan penganggaran program KIBBLA
4. Sosialisasi dan advokasi masalah / program KIBBLA
.
5. Pertemuan dalam kerjasama dengan Diknas dan
BKKBN dan lintas program terkait dalam penerapan
pengembangan dan pendidikan anak usia dini
6. Audit kematian Bayi / Anak Balita
7. Perbaikan sistem pencatatan dan pelaporan yang
komprehensif dan terpadu.
8. Meningkatkan sistem pelacakan, pencatatan dan
pelaporan kesakitan dan kematian pada neonatus,
bayi dan anak balita (otopsi verbal dan registrasi
kematian)
Kuesioner autopsi verbal
Anak Balita
Penguatan kapasitaas Advokasi dalam issue KIBBLA.
% tenaga Puskesmas yang telah
dilatih
2. Pelatihan autopsi verbal dan audit kematian balita
DTPS-2007
Pedoman fasilitator
% tenaga Puskesmas yang telah
dilatih PUGS pada setiap kabupaten/kota
1. Pelatihan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS)
Luaran: Meningkatnya manajemen program kesehtan bayi baru lahir, bayi dan anak balita
Strategi 3: meningkatkan pengelolaan program kesehatan bayi baru lahir, bayi dan anak balita
% Bidan Puskesmas dan Bidan
didesa terlatih sebagai konselor
ASI eksklusif, menyusu dini
5. Pelatihan konselor ASI eksklusif dan menysu dini
Subdin KIA Petugas gizi
Puskesmas. Imunisasi
Subdin Perencanaan
Subdin KIA
Kepala Dinkes
Kepala Dinkes
Kepala Dinkes
Subdin KIA
Subdin KIA
Subdin Kesga
Subdinkes Yankes
Kepala Dinas Kes.
Subdinkes berkaitan dengan gizi
Subdin KIA
PEDOMAN PROSES PERENCANAAN –
93
Tersedianya hasil evaluasi pelaksanaan program KIBBLA
% kuantitas dan kualitas obat yang
telah disediakan
Tersedianya vaksin / perlengkapan
imunisasi di fasilitas pelayanan
10. Monitoring dan evaluasi program KIBBLA
11. Pengadaan obat dan perbekalan kesehatan bayi
baru lahir, bayi dan Anak Balita *
12. Pengadaan alat imunisasi dan vaksin penyakit
menular
Supervisi fasilitatif
Subdin PP PL
GFK
Kepala Dinas
Subdin KIA
Subdin KIA
% kader kesehatan yang telah
dilatih
% posyandu yang telah dilaksanakan revitalisasi
Jumlah buku KIA yang dibagkan
% ibu hamil yang menerima buku
KIA
% jumlah kemitraan perawatan bayi
baru lahir
2. 2. Pelatihan kader dalam pemantauan pertumbuhan
dan pendampingan kasus gizi kurang/buruk dan
kadarsi didesa siaga di Puskesmas
3. Revitalisasi posyandu
4. Sosialisasi buku KIA bagi keluarga dan masyarakat
5. Kemitraan bidan dan dukun dalam meningkatkan
akses perawatan bayi baru lahir
Jumlah desa “ Siap Antar jaga”
yang terbentuk
8. Pengembangan desa “ Siap Antar Jaga” (P4K)
Kepala Puskesmas
Bidan Puskesmas
Subdin KIA
Petugas gizi Puskesmas
Bidan Puskesmas
Kit Desa Siap Antar Jaga
Kepala Dinkes
Kepala Puskesmas
Kepala Desa
Buku KIA
Bidan Puskesmas
Buku saku Kadarzi
Petugas gisi Puskesmas
Pelatihan Komunikasi Peruba- Bidan di desa
han Perilaku
Modul cuci tangan untuk
masyarakat.
Buku KIA
Pedoman revitalisasi Pos
Yandu
Bahan Kadarzi
Buku KIA
Catatan:
1. Kegiatan dengan tanda * adalah kegiatan yang tercantum pada lampiran Permendagri No. 13 tahun 2006
2. Kegiatan dengan huruf tebal dan miring adalah kegiatan yang berkaitan dengan Evidence Based Intervention (EBI)
Jumlah penyuluhan tentang : IMD /
ASI eksklusif, Buku KIA, Imunisasi,
cuci tangan dengan sabun, manfaat
oralit
7. Penyuluhan /KIE Program KIBBLA
• Inisiasi Menyusu Dini / ASI eksklusif
• Buku KIA
• Manfaat Imunisasi
• Cuci tangan dengan sabun
• Manfaat oralit
• Air minum aman
6. Pelaksanaan SMD dan MMD Kadarsi di desa siaga
% kader kesehatan yang telah
dilatih
1. Pelatihan buku KIA bagi kader kesehatan
Luaran: Meningkatnya kemitraan dengan stakeholder dan pemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam perawatan dan pengenalan tanda bahaya pada
bayi baru lahir, bayi dan anak balita
Strategi 4: Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pemeliharaan kesehatan bayi baru lahir, bayi dan anak balita
Tersedianya rekomendasi hasil supervisi minimal 4 kali pertahun
9. Supervisi fasilitatif pelayanan kesehatan bayi dan
Anak Balita di Puskesmas
Lampiran 9
Alur Proses Perencanaan APBD
94 –
DTPS-KIBBLA
PEDOMAN PROSES PERENCANAAN –
95
Lobby Panitia Anggaran dan DPRD
September
Keputusan Ranperda
Ka.Daerah/ DPRD
Desember
Perda APBD
5
6
Dinkes menyusun draft Petunjuk
Operasional
Dinkes menyelesaikan format RKA
SKPD terutama format 2.2.1 sebagai
bahan untuk Ranperda APBD dan
bahan untuk Petunjuk Operasional
Lobby Panitia Anggaran dan DPRD agar Renja RKPD dan
program kesehatan (termasuk KIBBLA) RKPD
mendapatkan prioritas penganggaran
Juni
Penyampaian Rancangan
KUA / PPAS
3
Agustus
Pengisian format anggaran
RKA SKPD termasuk 2.2.1
Dokumen
Musrenbang
sektor kesehatan
dan sektor terkait
Pasca Musrenbang
Pastikan agar program kesehatan
mendapatkan prioritas di RKPD
Mei (Penetapan program
kesehatan mendapatkan
prioritas pada RKPD)
2.
4
Dokumen DTPS
1. Sebelum Musrenbang:
menggabungkan hasil DTPS ke
Renja SKPD
2. Saat Musrenbang:
Sosialisasikan program kesehatan
agar menjadi prioritas
Maret – April
(Musrenbang kabupaten/
kota)
1
RKA-SKPD
Kompilasi RKASKPD (format
anggaran)
Format RKA-SKPD
(2.2.1) Format
RKA-SKPD (2.2.1)
4
3
2
Dokumen
1
Kegiatan
Jadwal
5
Hasil Kegiatan
Checklist Monitoring Penganggaran DTPS
Tahun Anggaran: _____________
Kabupaten/Kota: _____________
No
Lampiran 10
6
Tindak koreksi
(bila diperlukan)
7
Penanggung
Jawab
96 –
DTPS-KIBBLA
Juli-Agustus
P-APBD tahun berjalan
2
Jadwal
Masukkan kegiatan :
−− hasil perencanaan ( DTPS ) tahun
lalu yang belum tertampung atau
−− hasil perencanaan ( DTPS ) tahun
lalu yang belum tertampung atau
−− kegiatan yang direncanakan
DTPS tahun ini bila persiapannya
memungkinkan
3
Kegiatan
Dokumen DTPS
tahun lalu
4
Dokumen
5
Hasil Kegiatan
6
Tindak koreksi
(bila diperlukan)
7
Penanggung
Jawab
Keterangan:
• Sebelum Musrenbang tingkat kabupaten, tim DTPS sudah menghasilkan dokumen akhir untuk digabungkan dalam
Renja SKPD bersama program kesehatan lain.
• Dinkes harus mengawal agar Renja SKPD mendapatkan prioritas program pada RKPD.
• Pada bulan Juni ditentukan pagu sementara dimana umumnya nilai berubah. Apabila terjadi penurunan nilai
anggaran dibanding dengan pagu sementara, maka Dinkes harus menyesuaikan dengan pemangkasan terhadap
volume kegiatan maupun anggarannya. Hasil pemangkasan ini sebagai bahan untuk menyelesaikan pengisian RKASKPD 2.2.1.
• Tim advokasi perlu melakukan audiensi, lobby, pertemuan formal/ informal pada Panitia Anggaran dan anggota
DPRD – komisi bidang kesehatan untuk menginformasikan issue program KIBBLA yang terakhir.
• Tim advokasi memantau agar kegiatan untuk program KIBBLA tidak dihapus dari RKA-SKPD.
• Dinas kesehatan (pengelola program) mulai menyiapkan draft petunjuk operasional kegiatan agar dana bisa
dilaksanakan segera diawal tahun anggaran.
• P-APBD (Perubahan APBD): Check agar tidak terjadi duplikasi kegiatan dengan rencana kerja tahun datang.
7
1
No
Lampiran 11
Kode dan Daftar Program dan Kegiatan Menurut Urusan Pemerintah
Daerah yang Dapat Digunakan untuk Penyusunan Program KIA
KODE
PROGRAM DAN KEGIATAN
URUSAN WAJIB
1
Kesehatan
1
02
1
02
xx
15
1
02
xx
15
01
Pengadaaan obat dan perbekalan kesehatan
1
02
xx
15
02
Peningkatan pemerataan obat dan perbekalan kesehatan
1
02
xx
15
03
Peningkatan keterjangkauan harga obat dan perbekalan kesehatan
terutama untuk penduduk miskin
1
02
xx
15
04
Peningkatan mutu pelayanan farmasi komunitas dan rumah sakit
1
02
xx
15
05
Peningkatan mutu penggunaan obat dan perbekalan kesehatan
1
02
xx
15
06
Monitoring, evaluasi dan pelaporan
1
02
xx
15
07
dan seterusnya……………………
1
02
xx
16
1
02
xx
16
01
Pelayanan kesehatan penduduk miskin dipuskesmas dan jaringannya
1
02
xx
16
02
Pemeliharaan dan pemulihan kesehatan
1
02
xx
16
03
Pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana
puskesmas dan jaringannya
1
02
xx
16
04
Penyelenggaraan pencegahan dan pemberantasan penyakit menular dan wabah
1
02
xx
16
05
Perbaikan gizi mayarakat
1
02
xx
16
06
Revitalisasi sitem kesehatan
1
02
xx
16
07
Pelayanan kefarmasian dan perbekalan kesehatan
1
02
xx
16
08
Pengadaan peralatan dan perbekalan kesehatan termasuk obat
generik esensial
1
02
xx
16
09
Peningkatan kesehatan masyarakat
1
02
xx
16
12
Peningkatan pelayanan dan penanggulangan masalah kesehatan
1
02
xx
16
13
Penyediaan biaya operasional dan pemeliharaan
1
02
xx
16
14
Penyelenggaraan penyehatan lingkungan
1
02
xx
16
15
Monitoring, evaluasi dan pelaporan
1
02
xx
16
16
dan seterusnya……………………
1
02
xx
19
1
02
xx
19
01
Pengembangan media promosi dan informasi sadar hidup sehat
1
02
xx
19
02
Penyuluhan masyarakat pola hidup sehat
1
02
xx
19
02
Peningkatan pemanfaatna sarana kesehatan
Program Obat dan Perbekalan Kesehatan
Program Upaya Kesehatan Masyarakat
Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan masyarakat
PEDOMAN PROSES PERENCANAAN –
97
98 –
1
02
xx
19
03
Peningkatan pendidikan tenaga penyuluh kesehatan
1
02
xx
19
04
Monitoring, evaluasi dan pelaporan
1
02
xx
19
05
dan seterusnya……………………
1
02
xx
20
1
02
xx
20
01
Penyusunan peta informasi masyarakat kurang gizi
1
02
xx
20
02
Pemberian tambahan makanan dan vitamin
1
02
xx
20
03
Peanggulangan kurang energi protein (KEP), anemia gizi besi, gangguan akibat kurang yodium (GAKY), kurang vitamin A dan kekurangan zat gizi mikro lainnya
1
02
xx
20
04
Pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian keluarga sadar gizi
1
02
xx
20
06
Monitoring, evaluasi dan pelaporan
1
02
xx
20
07
dan seterusnya……………………
1
02
xx
21
1
02
xx
21
01
Pengkajian pengembangan lingkungan sehat
1
02
xx
21
02
Penyuluhan menciptakan lingkungan sehat
1
02
xx
21
03
Sosialisasi kebijakan lingkungan sehat
1
02
xx
21
04
Monitoring, evaluasi dan pelaporan
1
02
xx
21
05
dan seterusnya……………………
1
02
xx
22
1
02
xx
22
08
Peningkatan Imunisasi
1
02
xx
22
09
Peningkatan surveillance epideminologi dan penaggulangan wabah
1
02
xx
22
10
Peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi (kie) pencegahan
dan pemberantasan penyakit
1
02
xx
22
11
Monitoring, evaluasi dan pelaporan
1
02
xx
22
12
dan seterusnya……………………
1
02
xx
23
1
02
xx
23
01
Penyusunan standar kesehatan
1
02
xx
23
02
Evaluasi dan pengembangan standar pelayanan kesahatan
1
02
xx
23
03
Pembangunan dan pemutakhiran data dasar standar pelayanan
kesehatan
1
02
xx
23
04
Penyusunan naskah akademis standar pelayanan kesehatan
1
02
xx
23
05
Penyusunan standar analisis belanja pelayanan kesehatan
1
02
xx
23
06
Monitoring, evaluasi dan pelaporan
1
02
xx
23
07
dan seterusnya……………………
1
02
xx
24
1
02
xx
24
05
Penanggulangan ISPA
1
02
xx
24
06
Penanggulangan penyakit cacingan
1
02
xx
24
08
Pelayanan kesehatan akibat gizi buruk/busung lapar
1
02
xx
24
10
Pelayanan kesehatan akibat gizi buruk/busung lapar
DTPS-KIBBLA
Program Perbaikan Gizi Masyarakat
Program Pengembangan Lingkungan Sehat
Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular
Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan
Program Pelayanan Kesehatan Penduduk Miskin
1
02
xx
24
11
dan seterusnya……………………
1
02
xx
29
1
02
xx
29
01
Penyuluhan kesehatan anak balita
1
02
xx
29
02
Imunisasi bagi anak balita
1
02
xx
29
03
Rekrutmen tenaga pelayanan kesehatan anak balita
1
02
xx
29
04
Pelatihan dan pendidikan perawatan anak balita
1
02
xx
29
05
Pembangunan sarana dan prasarana khusus pelayanan perawatan
anak balita
1
02
xx
29
07
Monitoring, evaluasi dan pelaporan
1
02
xx
29
08
dan seterusnya……………………
1
02
xx
32
1
02
xx
32
01
Penyuluhan kesehatan bagi ibu hamil dari keluarga kurang mampu
1
02
xx
32
02
Perawatan berkala bagi ibu hamil dari keluarga kurang mampu
1
02
xx
32
03
Pertolongan persalinan bagi ibu hamil dari keluarga kurang mampu
1
02
xx
32
04
dan seterusnya……………………
1
10
Kependudukan dan Catatan Sipil
1
12
keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera
1
12
xx
15
1
12
xx
15
01
Penyediaan Pelayanan KB dan Alat Kontrasepsi bagi Keluarga
Miskin
1
12
xx
15
05
Pembinaan Keluarga Berencana
1
12
xx
15
07
dan seterusnya……………………
Program peningkatan pelayanan kesehatan anak balita
Program peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak
Program Keluarga Berencana
Program pelayanan kontrasepsi
12
xx
17
1
12
xx
17
01
Pelayanan konseling KB
1
12
xx
17
02
Pelayanan pemasangan kontrasepsi KB
12
xx
17
03
Pengadaan alat kontrasepsi
1
12
xx
17
04
Pelayanan KB medis operasi
1
12
xx
17
05
dan seterusnya……………………
1
12
xx
18
1
12
xx
18
01
Fasilitasi pembentukan kelompok masyarakat peduli KB
1
12
xx
18
02
dan seterusnya……………………
1
12
xx
19
1
12
xx
19
01
Penyuluhan kesehatan ibu, bayi dan anak melalui kelompok kegiatan di masyarakat
1
12
xx
19
02
dan seterusnya……………………
Program pembinaan peran serta masyarakat dalam pelayanan KB/
KR yang madiri
Program promosi kesehatan ibu, bayi dan anak melalui kelompok
kegiatan di masyarakat
PEDOMAN PROSES PERENCANAAN –
99
Contoh Pengembangan Program Dan Atau Kegiatan Sesuai Lampiran
A.VII.A Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor: 59 Tahun 2007 Tertanggal: 26 Oktober 2007
Pemerintah daerah dapat mengembangkan program dan kegiatan beserta kode
rekeningnya sesuai kebutuhan obyektif, nyata dan sesuai karakteristik daerah.
Urutan kode rekening tersebut mengikuti ketentuan sebagai berikut:
Kode Urusan
Wajib/Pilihan
Kolom 1
Kode Urusan
Kolom 2
Kolom 3
Kode Organisasi
Kode Program
Kolom 4
Kolom 5
Kode Kegiatan
Daftar program dan kegiatan dibagi menjadi 2 pengelompokkan kode sebagai
berikut:
1. Program yang diberi kode 1–14 untuk menampung program-program yang
bersifat umum dan terdapat di setiap SKPD.
2. Program yang diberi kode 15–dan seterusnya untuk menampung programprogram yang bersifat spesifik untuk setiap urusan.
Contoh 1:
Dinas Kesehatan merencanakan program Pelayanan Administrasi Perkantoran dan
kegiatan Penyediaan jasa komunikasi, sumber daya air dan listrik sebagai kegiatan
pertama di program tersebut. Maka, penomoran kode rekening dilakukan sebagai
berikut:
PROGRAM:
1 02
01
01
KEGIATAN:
1
02
01
01
01
100 –
DTPS-KIBBLA
Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
Kegiatan Penyediaan jasa komunikasi, sumber
daya air dan listrik
Contoh 2:
Dinas Kesehatan merencanakan program “Penanganan ibu hamil dengan komplikasi”
sebagai program yang belum tercantum pada lampiran A.VII Permendagri No.
13 tahun 2006. Program tersebut dapat dibuat kode baru dan kegiatannya sesuai
dengan lampiran A.VII Permendagri No. 13 tahun 2006. Maka, penomoran kode
program dan kegiatannya dilakukan dengan contoh sebagai berikut:
PROGRAM:
1 02 01
33
Program rujukan KIBBLA yang mengalami
komplikasi
KEGIATAN:
1 02 01
33 01
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar
(PONED)
Contoh program dan kegiatan lainnya masih dapat menggunakan Lampiran A.VII
pada Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006, disesuaikan dengan
kebutuhan obyektif, nyata dan karakteristik daerah.
Keterangan:
1. Kode dan daftar program serta kegiatannya lampiran A.VII Permendagri no. 13
tahun 2006 masih dapat digunakan pada penyusunan APBD.
2. Apabila ada pengembangan program dan atau kegiatannya, maka Pemerintah
Daerah dapat mengembangkannya sesuai dengan lampiran A.VIIa Permendagri
No. 59 tahun 2007 seperti terlampir. Pengembangan program dan kegiatan
berikut kodenya dapat dilaporkan ke Pemerintah Daerah Provinsi (cq Bappeda
Provinsi) untuk proses selanjutnya.
PEDOMAN PROSES PERENCANAAN –
101
Kode Rekening Belanja Daerah
5
2
5
2
1
5
2
1
01
5
2
1
01
01
Honorarium Panitia Pelaksana Kegiatan
5
2
1
01
02
Honorarium Tim Pengadaan Barang dan Jasa
5
2
1
01
06
Belanja bahan bakan minyak/gas
5
2
1
02
5
2
1
02
01
Honorarium tenaga ahli/instruktur/narasumber
5
2
1
02
02
Honorarium pegawai honorer/tidak tetap
5
2
2
5
2
2
01
5
2
2
01
01
Belanja alat tulis kantor
5
2
2
01
06
Belanja bahan bakanr minyak/gas
5
2
2
02
04
Belanja bahan obat-obatan
5
2
2
01
06
Belanja pengisian tabung gas (oksigen)
5
2
2
06
5
2
2
06
01
Belanja cetak
5
2
2
06
02
Belanja penggandaan
5
2
2
07
5
2
2
07
02
Belanja sewa gedung/kantor/tempat
5
2
2
07
03
Belanja sewa ruang rapat/pertemuan
5
2
2
11
5
2
2
11
02
Belanja makanan dan minuman rapat
5
2
2
11
03
Belanja makanan dan minuman tamu
5
2
2
15
5
2
2
15
01
Belanja perjalanan dinas dalam daerah
5
2
2
15
02
Belanja perjalanan dinas luar daerah
102 –
Belanja langsung
DTPS-KIBBLA
Belanja pegawai :
Honorarium PNS
Honorarium non PNS
Belanja barang dan jasa
Belanja bahan pakai habis
Belanja cetak dan penggandaan
Belanja sewa rumah/gedung/gudang/parkir
Belanja makan dan minuman
Belanja perjalanan dinas
Lampiran 12
Daftar Kode Klasifikasi Fungsi - Subfungsi dan Klasifikasi
Belanja Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 21
Tahun 2004 yang Dapat Digunakan untuk Penyusunan Program
KIBBLA
KODE
FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN KEGIATAN
07
Kesehatan
07
01
Obat dan perbekalan kesehatan
07
01
07
02
Pelayanan Kesehatan Perorangan
07
03
Pelayanan Kesehatan Masyarakat
07
03
02
07
03
02
01
Pengadaan obat dan perbekalan kesehatan
Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
2816
Pengembangan Promosi Kesehatan & Teknologi Komunikasi,Informasi dan
Edukasi
07
03
02
2817 Pengembangan Upaya Kesehatan bersumber masyarakat
07
03
02
2818 Peningkatan Pendidikan Kesehatan kepada masyarakat
07
03
03
07
03
03
2819 Pelayanan kesehatan penduduk miskin di Puskesmas dan jaringannya
07
03
03
2820
07
03
03
2821 Peningkatan Kesehatan Masyarakat
07
03
03
2822 Peningkatan Pelayanan Kesehatan Dasar
07
03
03
2846 Peningkatan Pelayanan Kesehatan Ibu
Program Upaya Kesehatan Masyarakat
Pemenuhan & peningkatan fasilitas sarana dan prasarana Puskesmas dan
jaringannya
07
03
03
2847 Peningkatan Pelayanan Kesehatan Anak
07
03
03
2850 Peningkatan Kesehatan Komunitas
07
03
04
07
03
04
2823 Pencegahan dan penanggulangan faktor resiko
07
03
04
2824 Peningkatan imunisasi
07
03
04
2826 Penemuan dan tatalaksana penderita
07
03
04
2827
07
03
04
2904 Penanggulangan penyakit menular
Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit
Peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
07
04
Keluarga Berencana
07
05
Litbang Kesehatan
07
90
Kesehatan lainnya
PEDOMAN PROSES PERENCANAAN –
103
KODE
0002
0005
0012
0050
0051
0065
0084
0085
0088
0143
0160
0232
0260
0274
0275
0277
0474
0578
0590
0656
0657
0890
0967
1029
1037
1040
1175
SUB KEGIATAN
Administrasi kesehatan
Pembuatan leaflet/poster
Pendidikan dan pelatihan teknis
Penyusunan/pengumpulan/pengolahan/updating/analisa data dan statistik
Penyusunan program dan rencana kerja/teknis/program
Penyuluhan dan penyebaran informasi
Eavaluasi/laportan kegiatan
Penyelenggaraan ceramah/diskusi/seminar/sarasehan
Rapat-rapat koordinasi/kerja/dinas/pimpinan kelompok kerja/konsultasi
Survei kesehatan
Pengadaan obat-obatan dan bahan habis pakai
Pelayanan kesehatan/perbaikan gizi ibu/anak dan KB
Pemetaan
Pengadaan alat pendidikan
Pengadaan alat kedokteran, kesehatn dan KB
Pengadaan alat pengolah data
Pencetakan/penerbitan/penggandaan/laminasi
Peningkatan kemampuan SDM
Advokasi
Pengembangan sistem informasi
Pemantauan dan evaluasi
Peningkatan kesehatan masyarakat dan reproduksi remaja
Monitoring dann evaluasi
Pembuatan juknis/juklak
Sosialisasi dan koordinasi upaya kesehatan
Pengadaan bahan makanan tambahan pengganti ASI, bahan gizi dan sejenisnya
Penyusunan program dan rencana kerja RKA-AKL
Catatan: Setiap program mempunyai nomor kode kegiatan yang sama seperti pada tabel
kegiatan ini.
104 –
DTPS-KIBBLA
Klasifikasi Belanja
Belanja pegawai
51
51
2
51
2
Honorarium, vakasi, lembur dan lain-lain
1
12
Belanja honor tidak tetap, dapat digunakan untuk :
^ honor panitian pelaksana kegiatan
^ honor nara sumber/instruktir/pengajar/pelatih/tenaga ahli
^ honor atasan langsung
^ honor PUMK
^ honor staf kegiatan
^ honor klinik
Belanja barang
52
52
1
1
Belanja barang
52
1
52
1
1
1
52
1
1
11
Belanja keperluan kantor sehari-hari perkantoran
52
1
2
12
Belanja barang inventaris kantor
52
1
2
13
Belanja pengadaan bahan makanan
52
1
2
19
Belanja barang operasional lainnya
52
1
2
52
1
2
1
52
1
2
11
Belanja barang operasional
Belanja barang operasional
Belanja barang non operasional
2
Belanja barang non operasional
Belanja bahan, dapat digunakan untuk :
^ ATK
^ pengadaan modul
^ pengadaan stiker
^ pengadaan format
52
1
19
Belanja barang non operasional lainnya, dapat digunakan untuk :
^ penyelnggaraan pertemuan
^ fotokopi
^ akomodasi dan konsumsi
^ penggandaan dan laporan
^ pembukaan dan penutupan pertemuan
^ dokumentasi
^ magang peserta
^ spanduk
52
2
1
52
2
1
52
2
Belanja jasa
Belanja jasa
1
Belanja jasa
PEDOMAN PROSES PERENCANAAN –
105
52
2
1
15
Belanja jasa konsultan
52
2
1
16
Belanja sewa, dapat digunakan untuk :
1
^ sewa ruang kelas
^ sewa komputer dan LCD
^ sewa mobil
52
2
52
4
1
Belanja perjalanan
52
4
1
Belanja perjalanan
19
Belanja jasa lainnya
52
4
52
4
1
11
Belanja perjalanan biasa
52
4
1
12
Belanja perjalanan tetap
52
4
1
19
Belanja perjalanan lainnya, dapat digunakan untuk :
1
Belanja perjalanan
^ biaya transport peserta
^ biaya transport petugas
^ biaya transport lokal panitia
^ biaya transport narasumber
^ lumpsum peserta (termasuk akomodasi)
^ uang harian narasumber
^ akomodasi narasumber
106 –
DTPS-KIBBLA
PEDOMAN PROSES PERENCANAAN –
107
2
Pelatihan penyuluhan mencuci tangan dengan sabun dan
KIA untuk bidan desa dengan
metoda partisipatif
1
1
perdiem peserta
5210101
OH
OT
OH
paket
OH
hari
6
Satuan
TOTAL DANA YANG DIBUTUHKAN
20
20
biaya transport
peserta
5221501
20
2
ATK
5220101
20
honor
konsumsi
5221102
5
5
Vol
5210101
4
sewa gedung
3
Uraian
Komponen
Belanja
5229703
Kode
rekening
250,000
200,000
500,000
50,000
35,000
1,000,000
7
Harga
satuan
25,000,000
4,000,000
1,000,000
1,000,000
3,500,000
5,000,000
8
Jumlah
39,500,000
9
Total
18
18
2
18
18
4
10
Vol
18,000,000
3,600,000
1,000,000
900,000
2,520,000
4,000,000
12
Jumlah
TOTAL DANA YANG
DIBUTUHKAN
250,000
200,000
500,000
50,000
35,000
1,000,000
11
Harga
satuan
30,020,000
13
Total
Rincian perhitungan ada pagu sementara
Rincian perhitungan sebelum ada pagu sementara
Catatan:
• Kolom B adalah bahan untuk pengisian pada form. RKA SKPD lampiran Permendagri No. 13 tahun 2006.
• Contoh diatas penyesuaian setelah adanya pagu sementara (PPAS).
• Angka pada kolom B sebagai bahan untuk mengisi format RKA-SKPD.
Kegiatan
B. Perhitungan untuk bahan
RKA SKPD
A. Perhitungan untuk bahan RKPD
Kabupaten/Kota: _________________________
Contoh Uraian Perhitungan APBD Sesudah Ditetapkan Pagu Sementara
No
Lampiran 13
Lampiran 14
Rencana Kegiatan dan Anggaran
Satuan Kerja Perangkat Daerah
RENCANA KERJA DAN ANGGARAN
SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH
Formulir
RKA - SKPD
Provinsi/Kabupaten “ A “
2.2.1
Tahun Anggaran 2007
UrusanPemerintahan
: 1. 02.
Kesehatan
Organisasi
: 1. 02 01.
Dinas Kesehatan
Program
: 1. 02 01. 32
Program peningkatan keselamatan
ibu melahirkan dan anak
Kegiatan
: 1. 02. 01. 32. 04
Pelatihan penyuluhan mencuci
tangan dengan sabun
Lokasi kegiatan
: Malang
Rp 27.000.000,- (dua puluh tujuh juta rupiah)
Jumlah Tahun n-1
Jumlah Tahun n
Rp 29.500.000,- (dua puluh sembilan juta lima ratus ribu rupiah)
Jumlah Tahun n+1
Rp 30.020.000,- (tiga puluh juta dua puluh ribu rupiah)
Indikator dan Tolok Ukur Kinerja Belanja Langsung
Indikator
Capaian Program
Masukan
Keluaran
Hasil
Kelompok Sasaran Kegiatan:
Bidan atau Bidan Desa
108 –
DTPS-KIBBLA
Tolok Ukur Kinerja
Target Kinerja
Rincian Anggaran Belanja Langsung
Menurut Program dan Per Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah
Kode
Rekening
Uraian
1
2
5
2
2
07
5
2
2
11
Belanja sewa ruang per03 temuan
Belanja makanan dan
02 minuman rapat
5
2
2
01
01
5
2
1
01
5
2
2
15
5
2
1
01
Belanja alat tulis kantor
01 Honorarium panitia
01 pelaksana kegiatan
Belanja perjalanan dinas
dalam daerah
01 Honor peserta
Rincian Penghitungan
Volume
Satuan
Harga satuan
Jumlah
3
4
5
6
4
hari
1.000.000
4.000.000
18
OH
35.000
2.520.000
18
paket
50.000
900.000
2
OH
500.000
1.000.000
18
OH
200.000
3.600.000
18
OH
250.000
18.000.000
Jumlah
30.020.000
Kab. ”A”,tanggal 19 Agustus 2007
Kepala SKPD
(tanda tangan)
(Dr. Abunawas)
NIP. 140096811
Keterangan
:
Tanggal Pembahasan
:
Catatan Hasil Pembahasan :
1.
2.
Dan seterusnya ....
Tim Anggaran Pemerintah Daerah:
No
Nama
1
Sumanto SH
2
Drs. Purnomo
NIP
Jabatan
dst
PEDOMAN PROSES PERENCANAAN –
109
Download