(CSR) PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dalam

advertisement
i
ANALISIS PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)
PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN MASYARAKAT
(Studi Kasus : Desa Bantarjati, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor,
Provinsi Jawa Barat)
Oleh
Yuni Muryaningrum
I34060619
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN
PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
ii
ANALISIS PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)
PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN MASYARAKAT
(Studi Kasus : Desa Bantarjati, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor,
Provinsi Jawa Barat)
Oleh
Yuni Muryaningrum
I34060619
SKRIPSI
Sebagai Bagian Persyaratan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
pada
Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN
PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
iii
ABSTRACT
YUNI MURYANINGRUM. THE ANALYSIS OF PT INDOCEMENT TUNGGAL
PRAKARSA TBK’S CSR PROGRAM IN THE EFFORT OF COMMUNITY
DEVELOPMENT. Case Study: Countryside of Bantarjati, District of Klapanunggal,
Sub-Province of Bogor, Provinsi West Java. (Suppervised by FREDIAN TONNY
NASDIAN).
This research essentially to see and understand the implementation and
participation of PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk’s in Corporate Social
Responsibility program. The subject of this research is local community in Desa
Bantarjati, the corporate staff and the Bengkel Sepeda Motor Terpadu staff. The method
of this research is using purposive sampling technique to decide the sample and use
approach qualitative with case study method having the character of research
explanatory. This research is conducted to explain how according between result and
target of execution in CSR progam with evaluate process program. Community
Development of CSR program have a principle to build independence community with a
development program not only determined by company. Participation in CSR program
can be seen as involvement of the parties (corporate and community) in managing CSR
programs of community development.
Keyword: Corporate Social Responsibility (CSR), Community Development, Process
Evaluation, Sustainable Development, Participation, and PT Indocement Tunggal
Prakarsa Tbk.
iv
ABSTRAK
YUNI MURYANINGRUM. ANALISIS PROGRAM CORPORATE SOCIAL
RESONSIBILITY (CSR) PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA TBK DALAM
UPAYA PENGEMBANGAN MASYARAKAT. Studi Kasus: Desa Bantarjati,
Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. (Di bawah
Bimbingan FREDIAN TONNY NASDIAN).
Penelitian ini dilakukan untuk melihat dan memahami implementasi dan
partisipasi masyarakat dalam program Corporate Social Responsibility (CSR) PT
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Sasaran dalam penelitian ini adalah komunitas lokal
di Desa Bantarjati, karyawan perusahaan, dan pengurus Bengkel Sepeda Motor
Terpadu. Metode penelitian ini menggunakan purposive sampling (secara sengaja)
untuk menentukan informan dan menggunakan pendekatan kualitatif dengan studi kasus
bersifat explanatory research, dimana penelitian ini dilakukan untuk menjelaskan
bagaimana kesesuaian antara tujuan dan hasil dari pelaksanaan proram CSR dengan
melakukan evaluasi proses program CSR. Pengembangan masyarakat dalam program
CSR memiliki prinsip yaitu membangun masyarakat mandiri yang dilakukan tidak
hanya oleh pihak perusahaan saja. Partisipasi dalam program CSR dapat dilihat sebagai
keterlibatan para pihak (masyarakat dan perusahaan) di dalam mengelola programprogram community development.
Kata kunci: Corporate Social Responsibility, Pengembangan Masyarakat, Evaluasi
Proses, Pembangunan Berkelannjutan, Partisipasi, PT Indocement Tunggal
Prakarsa Tbk.
v
RINGKASAN
YUNI
MURYANINGRUM.
ANALISIS
PROGRAM
CORPORATE
SOCIAL
RESPONSIBILITY (CSR) PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA TBK DALAM
UPAYA PENGEMBANGAN MASYARAKAT. Studi Kasus: Desa Bantarjati,
Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. (Di bawah
Bimbingan FREDIAN TONNY NASDIAN).
Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR), pihak perusahaan tidak
hanya mendapatkan keuntungan ekonomi, tetapi juga secara sosial dan lingkungan alam
bagi keberlanjutan perusahaan serta mencegah terjadinya konflik. (Budimanta, 2008).
Menurut The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) dalam
Budimanta (2008) definisi corporate social responsibility atau tanggung jawab
perusahaan secara sosial adalah komitmen bisnis untuk berkontribusi dalam
pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan para karyawan perusahaan,
keluarga karyawan tersebut, dan juga komuniti-komuniti setempat (lokal) dan
masyarakat secara keseluruhan, dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan.
Melalui pendekatan partisipatif ini masyarakat dapat memiliki pengaruh dan
kontrol terhadap berbagai inisiatif pembangunan dan pemanfaatan sumberdaya yang
akan mempengaruhi kehidupannya maupun lingkungannya. Partisipasi sepadan dengan
arti peranserta, ikutserta, keterlibatan, atau proses belajar bersama saling memahami,
menganalisis, merencanakan dan melakukan tindakan oleh sejumlah anggota
masyarakat. Kegiatan evaluasi program merupakan salah satu tahapan penting yang
tidak dapat diabaikan dalam penyelenggaraan program pembelajaran dan pemberdayaan
masyarakat karena berkaitan dengan penyelenggaraan program yang selanjutnya.
Tujuan dari penulisan skripsi ini yaitu untuk mengetahui dan mempelajari
konsep pengembangan masyarakat dan partisipasi masyarakat; konsep tanggung jawab
sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility), kebijakan, pandangan, sasaran,
tujuan, dan implementasi CSR, serta tahap evaluasi proses program CSR. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus yang bersifat
explanatory research, dimana penelitian ini dilakukan untuk menjelaskan bagaimana
kesesuaian antara tujuan dan hasil dari pelaksanaan proram CSR dengan melakukan
vi
evaluasi proses program CSR serta faktor-faktor yang akan mempengaruhinya.. Metode
pengumpulan data yang diterapkan peneliti adalah metode triangulasi untuk
memperoleh kombinasi data yang akurat berupa wawancara mendalam, pengamatan
berperanserta, dan penelusuran dokumen untuk mendapatkan data primer dan data
sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber rujukan seperti buku, situs internet,
makalah seminar/prosiding/jurnal, serta laporan penelitian mengenai tangggung jawab
sosial perusahaan (CSR). Selanjutnya, dilakukan analisis dan sintesis terhadap topik
program tanggung jawab sosial perusahaan dalam mewujudkan pengembangan
masyarakat
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa dalam implementasi CSR didasarkan
pada konsep pembangunan berkelanjutan yang bertumpu pada tiga pencapaian yang
bermanfaat secara ekonomi, sosial dan lingkungan (triple bottom lines). Indocement
juga mendasarkan program ini pada Kerangka Lima Pilar Pembangunan Berkelanjutan
meliputi bidang pendidikan, ekonomi, kesehatan, sosial-budaya-agama-olahraga dan
keamanan yang memiliki keterkaitan dengan konsep pengembangan dan partisipasi
masyarakat dalam pelaksanaan CSR. Jika dikaitkan dengan pengembangan masyarakat
maka perusahaan sudah melakukan upaya tersebut dengan pelaksanaan program dan
proyek CSR di12 desa binaan dengan melibatkan masyarakat.
Analisis yang dilakukan pada proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu
berdasarkan pandangan dan pendapat masyarakat menyatakan bahwa partisipasi
masyarakat pada tahap perencanaan dan evaluasi masih rendah sedangkan pada tahap
pelaksanaan dan menikmati hasil sudah baik. Hal ini terlihat pada tahap perencanaan
dan evaluasi masyarakat dan penerima program tidak diikutsertakan secara aktif,
mereka hanya menerima keputusan dari pihak pemerintah, tokoh masyarakat, dan tokoh
agama yang berdiskusi dengan pihak Departemen CSR PT Indocement. Pada tahap
pelaksanaan dan menikmati hasil, masyarakat terlihat aktif ikutserta dalam kegiatan
pelatihan dan pelaksanaan bengkel yang berada di Desa Bantarjati, dan merasakan
manfaat dengan didirikannya bengkel tersebut.
vii
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang disusun oleh:
Nama Mahasiswa :Yuni Muryaningrum
NRP
: I34060619
Program Studi
: Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Judul Skripsi
: Analisis Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dalam Upaya Pengembangan
Masyarakat
(Studi
Kasus:
Desa
Bantarjati,
Kecamatan
Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)
dapat diterima sebagai syarat kelulusan pada untuk memperoleh gelar Sarjana Sains
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut
Pertanian Bogor.
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Ir. Fredian Tonny Nasdian, MS.
NIP. 19580214 198503 1 004
Mengetahui,
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Ketua
Dr.Ir. Soeryo Adiwibowo, MS.
NIP. 19550630 198103 1 003
Tanggal Lulus : _____________
viii
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL
”ANALISIS PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PT
INDOCEMENT
TUNGGAL
PRAKARSA
TBK
DALAM
UPAYA
PENGEMBANGAN MASYARAKAT (Studi Kasus : Desa Bantarjati, Kecamatan
Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)” BELUM PERNAH
DIAJUKAN DAN DITULIS PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA
LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK
TERTENTU.
SAYA
JUGA
MENYATAKAN
BAHWA
SKRIPSI
INI
MERUPAKAN HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG
BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH
PIHAK/ LEMBAGA LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG
DINYATAKAN DALAM NASKAH.
Bogor, Februari 2010
Yuni Muryaningrum
I34060619
ix
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 24 Juni 1988. Penulis merupakan anak
pertama dari dua bersaudara berasal dari pasangan Karyanto dan Murni. Penulis
memiliki adik perempuan yang bernama Melita Wahyuningtias yang masih duduk kelas
2 di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas. Semenjak lahir, sekolah, dan sampai saat ini
penulis tinggal di kawasan Bekasi. Dan penulis juga menamatkan pendidikannya di TK
Al-Irsyad tahun 1994, SDN Satria Kencana Bekasi tahun 2000, SLTP 7 Bekasi 2003,
dan SMA Pusaka Nusantara Jakarta tahun 2006. Setelah itu pada Juli 2006 diterima di
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi
Manusia, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).
Selama mengikuti pendidikan formal, penulis pernah mengikuti berbagai macam
pelatihan tingkat sekolah dan kursus bahasa asing. Diantaranya adalah Pendidikan dan
Pelatihan PMR tingkat SMP, serta Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK) saat SMA,
mengikuti Jambore Nasional Narkoba di Cibubur tingkat SMA, Seminar Kanker
Payudara di BSI Jakarta, Pengembangan Bakat dan Kreatifitas di Jakarta, Seminar
tentang AIDS dan HIV. Pada tahun 2002-2003 mengikuti kursus Komputer, dan pada
tahun 2004-2006 mengikuti kusus Bahasa Inggris di LIA Galaksi, Bekasi, dan pada
tahun 2008 mengikuti kusus Bahasa Jepang. Selain itu penulis pun pernah mengikuti
berbagai macam kegiatan ekstrakulikuler, diantaranya
adalah, OSIS SMA Pusaka
Nusantara Jakarta sebagai Ketua Divisi ROHIS, ROHIS (Rohani Islam) SMA Pusaka
Nusantara sebagai pengurus, tahun 2006-2008 sebagai pengurus Gentra Kaheman Unit
Kegiatan Mahasiswa Lingkungan Seni Sunda IPB, pada tahun 2008 sebagai pengurus
KEMSI (Keluarga Mahasiswa Bekasi) salah satu OMDA di IPB, tahun 2008 pada
Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) FEMA IPB sebagai divisi Internal. Penulis juga
pada tahun 2008 pernah Magang selama satu bulan sebagai HUMAS di PT ASABRI
Persero, Jakarta.
x
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga skripsi dengan judul “Analisis Program Corporate Social
Responsibility (CSR) PT
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dalam Upaya
Pengembangan Masyarakat (Studi Kasus: Desa Bantarjati, Kecamatan Klapanunggal,
Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)” ini berhasil diselesaikan.
Dalam penulisan skripsi ini penulis telah memperoleh bantuan, dorongan,
semangat dan dukungan dari beberapa pihak baik secara langsung atau secara tidak
langsung sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik, karena tanpa
bantuan dan dukungan dari mereka, mungkin penulisan skripsi ini tidak akan
terselesaikan.
Selanjutnya pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. ALLAH SWT karena atas Rahmat dan Ridho-Nya juga curahan kemudahan-Nya,
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Ir. Fredian Tonny Nasdian, MS, sebagai dosen pembimbing skripsi atas
kesabarannya membantu, serta memotivasi penulis untuk segera menyelesaikan
skripsi ini.
3. Ir. Murdianto, MSi, sebagai dosen penguji utama skripsi atas saran dan kritik yang
membangun terhadap skripsi ini.
4. Ir. Nuraini W Prasodjo, MS, sebagai dosen penguji skripsi wakil koordinator mayor
atas saran dan kritik terhadap penulisan skripsi ini.
5. Keluarga tercinta, Ayah, Ibu dan “si gendut” Adik tercinta yang tiada henti
memberikan kasih sayang, doa, dukungan, perhatian dan semangat kepada penulis.
Semua yang telah diberikan tidak akan bisa terbalaskan. Terima kasih keluargaku
tercinta.
6. Sahabat-sahabatku tercinta Annisa, Icha, Ega yang selalu mengingatkan untuk tidak
lupa makan juga menjaga kesehatan dan sebagai teman bertukar pikiran dan juga
yang selalu memberikan masukan dan semangat kepada penulis untuk segera
xi
menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas kebersamaannya selama ini yang tidak
akan pernah terlupakan.
7. Kepada teman-teman KPM 43 yang mengambil akselerasi, Nadra, Ayu, Lingga,
Mba Vani, Arif, dan Sita yang selalu menemani di perpustakan KPM (dokis) dalam
mencari bahan dan memberikan masukan juga bantuan kepada penulis.
8. Seluruh karyawan Departemen CSR PT. Indocement Tunggal Prakarsa Bu Via, Bu
Lia, Pa Ai, Pa Bambang, Pa Dedi, Pa Fajar, Pa Yatno, Pa Romi, Pa Yadi, Pa Arel,
Pa Sani, Pa H Agus, Pa Dadan, Pa Usman, dan kepada seluruh karyawan PT
Indocement yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas semua data, informasi dan
kemudahan yang telah diberikan dan kesediaannya untuk diganggu waktu kerjanya.
Terima kasih banyak.
9. Seluruh Staf Desa Bantarjati atas izinnya untuk melakukan penelitian di Desa
Bantarjati, serta terimakasih atas data dan informasi yang diberikan dalam penulisan
skripsi ini.
10. Seluruh mahasiswa KPM 43 atas perhatian dan kebersamaannya sampai saat ini.
Semoga selalu kompak.
11. Serta semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.
Penulis sadar bahwa penyusunan skripsi ini belum dapat disusun secara
sempurna. Untuk itu saran dan kritik yang membangun dari pembaca senantiasa penulis
harapkan.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Bogor, Februari 2010
Yuni Muryaningrum
xii
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT…………………………………………………………………...
RINGKASAN …………………………………………………………………
LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………..
LEMBAR PERNYATAAN…………………………………………………..
RIWAYAT HIDUP…………………………………………………………...
UCAPAN TERIMA KASIH…………………………………………….……
DAFTAR ISI .....................................................................................................
DAFTAR TABEL ……………………………………………………….....…
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………..……..…
iii
v
vii
viii
ix
x
xii
xiv
xv
BAB I. PENDAHULUAN…………………………………………………….
1.1 Latar Belakang....................................................................................
1.2 Perumusan Masalah……………………………………………..…..
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................
1.4 Kegunaan Penulisan….......................................................................
1
1
4
4
5
BAB II. PENDEKATAN KONSEPTUAL……………………………….….
2.1 Tinjauan Pustaka…………………….. ……………………….........
2.1.1 Corporate Social Responsibility (CSR)……….……………..
2.1.1.1 Konsep dan Definisi CSR…………………………...
2.1.1.2 Implementasi CSR…………………………….…....
2.1.1.3 Kebijakan Perusahaan dalam CSR……………….…
2.1.2 Pengembangan Masyarakat……………………………...…...
2.1.2.1 Konsep dan Definisi Pengembangan Masyarakat…....
2.1.2.2 Asas dan Prinsip Pengembangan Masyarakat…....….
2.1.2.3 Pemberdayaan dan Partisipasi Masyarakat....……….
2.1.3 Evaluasi Program…………………………………….…..…..
2.2 Kerangka Pemikiran………………………….……………..…...…..
2.3 Hipotesa Pengarah ...…………………………….………….…..…..
2.4 Definisi Konseptual…...…………………………………….….......
6
6
6
6
9
12
14
14
17
18
22
25
28
28
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN…...……………….…...................
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian….………………………….................
3.2 Pendekatan Penelitian………………….……….…………..…….....
3.3 Teknik Pemilihan Informan…………………...….…………….…..
3.4 Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data………….……….……..
3.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data……………………………..
31
31
31
32
33
35
BAB IV. PROFIL PERUSAHAAN DAN LOKASI PENELITIAN……….
4.1 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk…………………………...…
4.1.1 Sejarah PT Indocement………………………………………
4.1.2 Visi dan Misi PT Indocement…………………………....…..
4.1.3 Departemen CSR PT Indocement……………………....……
36
36
36
37
39
xiii
4.2 Profil Lokasi Penelitian Desa Bantarjati.…………….…….………
4.2.1 Demografi Lokasi Penelitian…………………..….…….…..
4.2.2 Kondisi Sosial, Ekonomi dan Lingkungan.……….………...
4.2.3 Profil Proyek Bengkel SepedaMotor Terpadu………………
4.2.4 Mekanisme Proyek Bengkel Motor Terpadu………….…….
Halaman
42
42
43
45
46
.
BAB V. IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY………………………………………............…
5.1 Kebijakan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk………….…….…
5.2 Pandangan Perusahaan Terhadap CSR…………………….……….
5.3 Tujuan dan Sasaran Program CSR…………………………….……
5.4 Pelaksanaan CSR PT Indocement……………………………..…....
49
49
50
51
52
BAB VI. ANALISIS PROGRAM CSR…….…..…………………………….
6.1 Sosialisasi Pelatihan……………………………….………...……..
6.2 Partisipasi Penerima Program……………………….………..…….
6.2.1 Partisipasi Tahap Perencanaan……………….….……….…..
6.2.2 Partisipasi Tahap Pelaksanaan……………….….…….……..
6.2.3 Partisipasi Tahap Menikmati Hasil……………….……….…
6.2.4 Partisipasi Tahap Evaluasi…………………………………...
6.2.5 Partisipasi Secara Keseluruhan…………………………..…..
56
56
57
57
58
61
62
63
BAB VII. PT INDOCEMENT DAN PENGEMBANGAN
MASYARAKAT…………………………………………………...
65
BAB VIII. PENUTUP……..……………………………………….………….
8.1 Kesimpulan…………………………………………….……………
8.2 Saran…………………………………………………….…….…….
68
68
69
DAFTAR PUSTAKA………………………………………..…….………….
71
LAMPIRAN……………………………………………………..….…………
73
xiv
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
Teks
Tabel 1.
Tabel 2.
Tabel 3.
Data Demografi Desa Bantarjati tahun 2008………………
Data Demografi Ekonomi Desa Bantarjati tahun 2008…….
Data Pelayanan Motor Bengkel Sepeda Motor Terpadu
Indocement November 2009……………………………….
44
44
60
Lampiran
Tabel 1.
Tabel 2..
Tabel 3.
Panduan Pengamatan Berperanserta…………………..……
Daftar Peserta yang Mengikuti Pelatihan Bengkel…….…...
Struktur Organisasi Bengkel Sepeda Motor Terpadu….…...
78
79
80
xv
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
Teks
Gambar 1.
Gambar 9.
Matriks Karakteristik Tahap-Tahap Kedermawanan
Sosial…………………………..…………………………...
Gambar Triple Bottom Lines dalam CSR………………….
Matriks Tingkatan Partisipasi Masyarakat
Menurut Arstein (1969)…………………………………….
Kerangka Pemikiran Penelitian Analisis Program
PT Indocement Tunggal Prakarsa……………….....……….
Skema Strategic Planning 2006-2010 Program CSR
PT Indocement…………………………………………….
Skema Tahapan Pelaksanaan Program CSR
PT Indocement……………………………………………..
Gambar Struktur Organisasi Bengkel Sepeda
Motor Terpadu………………………………………….…..
Skema Rencana Pengembangan Bengkel Sepeda
Motor Terpadu Di 12 Desa Binaan PT Indocement..……....
Gambar Tangga Partisipasi oleh Arnstein (1969)...………...
48
64
Gambar 10.
Matriks Tingkatan Partisipasi dan Karakteristik CSR……...
67
Gambar 2.
Gambar 3.
Gambar 4.
Gambar 5.
Gambar 6.
Gambar 7.
Gambar 8.
8
11
21
27
41
42
45
Lampiran
Gambar 1.
Gambar 2.
Gambar 3.
Gambar 4.
Matriks Alokasi Waktu Penelitian………………………...
Matriks Pengumpulan, Pengolahan, dan Analisa Data...….
Denah Desa Bantarjati…………………………………….
Suasana Kegiatan Bengkel Sepeda Motor Terpadu……….
74
76
81
82
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perusahaan dapat dikatakan sebagai salah satu aktor ekonomi dalam satu
wilayah, baik itu wilayah desa, kecamatan, kabupaten, provinsi, dan negara. Sebagai
salah satu aktor ekonomi, perusahaan dituntut untuk menghasilkan profit yang
maksimal sebagai prinsip dasar ekonomi dari suatu perusahaan. Perusahaan juga sebisa
mungkin dapat memanfaatkan sumberdaya yang terbatas untuk memperoleh
keuntungan yang maksimal. Praktek kedermawanan sosial perusahaan dewasa ini
mengalami perkembangan pesat sejalan dengan berkembangnya konsep tanggung jawab
sosial perusahaan (CSR). Salah satu ide pokoknya yang terkait dengan mandat dunia
untuk tidak semata-mata mencari keuntungan, tetapi harus pula bersikap etis dan
berperan dalam penciptaan investasi sosial (Nursahid, 2006).
Menurut Wibisono (2007), sejalan dengan bergulirnya wacana tentang
kepedulian lingkungan kegiatan kedermawanan perusahaan terus berkembang dalam
kemasan Philanthropy serta Community Development (CD). Pada era 1980-an makin
banyak perusahaan menggeser konsep Philanthropy kearah Community Development.
Berkembangnya kegiatan kedermawanan perusahaan berdampak pada semakin
maraknya kegiatan-kegiatan sosial dan pengembangan masyarakat. Para perusahaan
melalui program CSR-nya mengalokasikan dana sosial untuk mendukung dan mendanai
berbagai kegiatan CSR tersebut.
Salah satu sektor industri utama dalam tatanan ekonomi global, industri
pertambangan dalam banyak kasus memiliki posisi dominan dalam pembangunan sosioekonomi negara maju dan berkembang. Sektor industri ini berdampak sangat signifikan
dalam arti positif maupun negatif. Tanpa menafikan dampak positifnya, dampak negatif
dalam ranah sosial, lingkungan, politik dan budaya yang ditimbulkan sektor industri ini
sangat luar biasa. Dampak negatif tersebut cenderung membesar di negara-negara
berkembang atau di negara-negara yang menghadapi kendala ketidakefektifan sistem
pemerintahan, ketiadaan regulasi (dan perundangan) yang memadai serta tingginya
gejolak sosial-politik seperti di Republik Federasi Rusia (Republik Sakha) di mana
kasus-kasus kajian dari buku dikemukakan merujuk pada Yakovleva (2005).
2
Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR), perusahaan tidak hanya
mendapatkan keuntungan ekonomi, tetapi juga secara sosial dan lingkungan alam bagi
keberlanjutan perusahaan serta mencegah terjadinya konflik. (Budimanta, 2008).
Menurut The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) dalam
Budimanta (2008) definisi corporate social responsibility atau tanggung jawab
perusahaan secara sosial adalah komitmen bisnis untuk berkontribusi dalam
pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan para karyawan perusahaan,
keluarga karyawan tersebut, berikut komuniti-komuniti setempat (lokal) dan masyarakat
secara keseluruhan, dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan.
Wujud dari pengaplikasian suatu program pengembangan masyarakat dapat
diwujudkan dalam berbagai macam bentuk dengan cara mengoptimalkan sumberdaya
perusahaan yang ada, juga dengan memanfaatkan tenaga ahli yang dimiliki oleh
komunitas lokal. Salah satu prinsip yang paling penting dilakukan adalah bagaimana
membuat masyarakat mandiri dan mampu menentukan keinginan mereka sendiri.
Sebagai kegiatan yang mengarah pada investasi sosial, kegiatan berdimensi sumbangan
yang ditujukan untuk investasi sosial mensyaratkan adanya evaluasi yang mengkaji
pencapaian hasil-hasilnya.Tumbuhnya modal sosial dalam masyarakat akan selaras
dengan penciptaan kepercayaan terhadap perusahaan menurut Soemanto (2007). Sejalan
dengan itu, Wibisono (2007) menjelaskan bahwa etika bisnis merupakan tuntunan
perilaku bagi dunia usaha untuk bisa membedakan mana yang baik dan mana yang
buruk, mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan.
Dalam prakteknya, Community Development sebagai bentuk CSR harus
menggunakan prinsip menuju kemandirian masyarakat sehingga pendanaan kegiatan
bukan sebagai charity yang apabila pendanaan itu selesai, maka selesai pula kegiatan
yang bersangkutan. Program pengembangan masyarakat tidak hanya ditentukan sepihak
oleh perusahaan. Dan rumusan program pengembangan masyarakat merupakan refleksi
kondisi riil dan keinginan masyarakat setempat, yang dalam pelaksanaanya memerlukan
peran serta mereka secara aktif. Perubahan paradigma ini pada gilirannya menempatkan
program pengembangan masyarakat sebagai salah satu bentuk tanggung jawab sosial
perusahaan, dan merupakan investasi program yang berpotensi sejajar dengan investasi
lain bagi industri atau perusahaan.
3
Proses analisis suatu program diperlukan pengawasan yang baik yang dilakukan
oleh perusahaan terhadap sumbangan dan juga pihak masyarakat yang telah diberikan
kepada pihak masyarakat (penerima program). Tanggung jawab sosial seseorang atau
organisasi adalah etika dan kemampuan berbuat baik pada lingkungannya (lingkungan
sosial dan lingkungan hidup) berdasarkan nilai-nilai dan kebutuhan masyarakat. Berbuat
baik atau kebajikan merupakan bagian dari kehidupan sosial (Hardinsyah, 2007).1
Berdasarkan ISO 26000, yang menjadi alasan penelitian ini adalah adanya isu
lingkungan dan pengembangan masyarakat. Isu lingkungan yang melatar belakangi
dengan adanya pencegahan polusi debu dan limbah pabrik ynag dihasilkan dari proses
produksi semen dan perlindungan dan pemulihan lingkungan yang dilakukan
perusahaan terhadap derah sekitar lingkup pabrik, sedangkan isu pengembangan
masyarakat yang diangkat adalah tujuan perusahaan untuk membangun sosial ekonomi
masyarakat local.
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk merupakan salah satu produsen semen
terbesar dan berkualitas di Indonesia, PT Indocement memiliki komitmen kuat untuk
meneruskan bisnis secara etis dan taat hukum, membantu usaha-usaha peningkatan
ekonomi, dan turut memperbaiki kehidupan para karyawan serta masyarakat sekitar
wilayah operasi. PT Indocement mendasarkan program-program CSR pada konsep
pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development) dengan tiga dasar utama
kepentingan (Triple Bottom Lines), yakni memelihara lingkungan, memberikan manfaat
bagi masyarakat lokal, dan menjaga pertumbuhan perusahaan. Dalam pelaksanaan
program-program CSR PT Indocement mengacu pada kegiatan yang terkelompok
dalam kerangka Lima Pilar (The Five Pilars) yaitu pendidikan, ekonomi, kesehatan,
(sosial, budaya, agama, dan olahraga), dan keamanan. Oleh karena itu, perumusan
masalah utama dalam penelitian ini adalah sampai sejauh mana PT Indocement Tunggal
Prakarsa Tbk. telah melakukan pengembangan dan partisipasi masyarakat dalam
implementasi CSR.
1
Hardinsyah. Pandangan Tentang Tanggung jawab Sosial Dan Lingkungan Dalam Pasal 74 Undang
Undang Perseroan Terbatas 2007. http://hardinsyah.com/?p=15 diakses tanggal 27 mei 2008 jam 13.39
4
1.2 Perumusan Masalah
Aktivitas CSR yang dilakukan oleh PT Indocement merupakan program yang
dilaksanakan oleh Departemen CSR dengan tujuan memberdayakan masyarakat sekitar
pabrik dan lingkar perusahaan yang diimplementasikan dengan program CSR PT
Indocement terhadap para stakeholders-nya. Salah satunya dengan mereduksi dampak
dari kegiatan perusahaan terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar.
Keberhasilan program yang dicapai PT Indocement merupakan adanya
kerjasama yang baik antara perusahaan dan partisipasi aktif dari masyarakat. Oleh
karena itu, evaluasi diperlukan dalam proses pelaksanaan CSR di lapangan untuk
melihat kesesuaian konsep pembangunan yang berkelanjutan dengan implementasi
CSR.
Perumusan masalah utama dalam penelitian ini adalah sampai sejauh mana PT
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. telah melakukan pengembangan masyarakat dan
tingkat partisipasi masyarakat dalam implementasi CSR. Dari rumusan masalah utama,
diturunkan beberapa pertanyaan yang lebih spesifik dalam penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimana kebijakan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dalam implementasi
CSR?
2. Bagaimana tujuan dan sasaran program CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa
Tbk berbasiskan pemberdayaan dan pengembangan masyakat?
3. Bagaimana proses pelaksanaan program CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa
Tbk?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan umum dari
penelitian ini yaitu untuk mengetahui sampai sejauh mana PT Indocement Tunggal
Prakarsa Tbk. telah melakukan pengembangan masyarakat dan peningkatan
perekonomian masyarakat dalam implementasi CSR dan pencapaian pembangunan
berkelanjutan. Adapun tujuan umum tersebut dapat dijawab melalui tujuan khusus
penelitian ini, yaitu:
1. Mengidentifikasi kebijakan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dalam
implementasi CSR.
5
2. Menganalisis tujuan dan sasaran program CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa
Tbk. berbasiskan pemberdayaan dan pengembangan masyakat
3. Menganalisis proses pelaksanaan program CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa
Tbk.
1.4 Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pembaca khususnya untuk:
1. Kalangan akademisi, dalam mengkaji permasalahan mengenai implementasi
tanggung jawab sosial perusahaan perusahaan dan evaluasi program.
2. Perusahaan khususnya PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. sebagai bahan
evaluasi terhadap pelaksanaan program CSR dan untuk bahan masukan bagi
pelaksanaan program selanjutnya.
3. Pemerintah, dalam menjalankan pengawasan terkait dengan pelaksanaan tanggung
jawab sosial perusahaan.
4. Kalangan non-akademisi dan masyarakat luas, dapat menjadi sumber pengetahuan
dan
bisa bermanfaat dalam penerapan CSR di masyarakat sebagai wujud
pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG).
6
BAB II
PENDEKATAN KONSEPTUAL
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Corporate Social Responsibility (CSR)
2.1.1.1 Konsep dan Definisi Corporate Social Responsibility (CSR)
Dalam bukunya Sukada (2007) menyebutkan definisi CSR bagi dunia usaha
adalah sebagai sarana sekaligus wahana perwujudan sikap kooperatif serta sikap
tanggung jawab sosial dan lingkungan dari perusahaan-perusahaan yang memiliki
kesadaran bahwa kegiatan operasional mereka telah menimbulkan dampak positif dan
negatif yang besar dan luas. Gagasan dasar CSR memang bertumpu pada kekuatan
tanggung jawab moral dan praktik pengelolaan bisnis yang bersifat normatif.
Pelaksanaan CSR merupakan bagian yang menyatu dalam strategi bisnis perusahaan,
karena dalam pelaksanaan pada suatu perusahaan tidak ada satu bagianpun dari
perusahaan yang tidak terkait dengan tanggung jawab mewujudkan program CSR.
Implementasi CSR perusahaan adalah tangung jawab organisasi dalam arti menyeluruh.
Tuntutan etis dan moral implemantasi CSR tidak hanya bersifat eksternal (tekanan
masyarakat global terhadap paradigma praktik bisnis) tetapi juga bersifat tekanan
internal (memperbaiki kebijakan bisnis, kinerja, dan citra).
CSR adalah instrumen yang dapat digunakan untuk mendorong perusahaan
mewujudkan gagasan keadilan sosial serta pembangunan yang berkelanjutan. Menurut
Warhurst dalam Sukada (2007), perusahaan haruslah mengadopsi kenyataan bahwa ada
dua bentuk perizinan yang harus dipatuhi oleh perusahaan agar dapat beroperasi, yaitu
izin legal dari pemerintah dan izin sosial dari masyarakat bahwa program-program
sosial perusahaan dilaksanakan tidak lain untuk memperoleh izin sosial untuk berusaha.
Putri (2007) dalam Ambadar (2008) mendefinisikan CSR sebagai komitmen perusahaan
atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang
berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan
menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomis, sosial
dan lingkungan.
Pendapat lain menyatakan CSR sesungguhnya mencakup manajemen dampak
sejalan dengan peraturan pemerintahan dan yang berada diluarnya. Ada pula yang
beranggapan bahwa CSR sebagai segala upaya manajemen yang dijalankan entitas
7
bisnis untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan berdasarkan pilar ekonomi,
sosial, dan lingkungan, dengan meminimumkan dampak negatif dan memaksimalkan
dampak positif di setiap pilar. CSR adalah cara menyeimbangi kekuatan perusahaan
yang semakin membesar dengan tanggung jawab yang setara dan telah terbukti
merupakan investasi dengan hasil yang menguntungkan. Sementara itu menurut
Budimanta (2008), corporate social responsibility atau tanggung jawab sosial
perusahaan merupakan komitmen perusahaan untuk membangun kualitas kehidupan
yang lebih baik bersama dengan para pihak yang terkait, utamanya masyarakat
disekelilingnya dan lingkungan sosial dimana perusahaan tersebut berada yang
dilakukan terpadu dengan kegiatan usahanya secara berkelanjutan.
Partisipasi dunia usaha dalam pembangunan berkelanjutan adalah dengan
mengembangkan program kepedulian perusahaan kepada masyarakat sekitarnya yang
disebut tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Sosial Responsibility (CSR).
Corporate Sosial Responsibility (CSR) merupakan salah satu upaya juga untuk
menciptakan keberlangsungan usaha dalam menciptakan keberlangsungan usaha dalam
menciptakan dan memelihara keseimbangan antara mencetak keuntungan, fungsi-fungsi
sosial dan pemeliharaan lingkungan hidup (triple bottom line). Konsep CSR merupakan
konsep baru dalam dunia bisnis, dengan demikian Corporate Sosial Responsibility
(CSR) adalah sebuah konsep manajemen yang menggunakan pendekatan “triple bottom
line” (profit, people, and planet) yaitu keseimbangan antara mencetak keuntungan,
harus seiring dan berjalan selaras dengan fungsi-fungsi sosial dan pemeliharaan
lingkungan hidup demi terwujudnya pembangunan yang sustainable (berkelanjutan)
seperti yang dipaparkan Ambadar (2008).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Departemen Sosial (2005) yang dikutip
Hardinsyah (2007)2 mendefinisikan CSR sebagai komitmen dan kemampuan dunia
usaha untuk melaksanakan kewajiban sosial terhadap lingkungan dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menjaga keseimbangan hidup ekosistem
disekelilingnya. Perusahaan tidak hanya mempunyai tanggung jawab ekonomis dan
legal kepada pesaham dan stakeholders tetapi juga mempunyai tanggung jawab secara
sosial termasuk masyarakat dan lingkungan sekitarnya.
2
Hardinsyah, op. cit., hal 3.
8
Dimensi kedermawanan menurut Saidi (2003) adalah sejauhmana derma yang
diberikan oleh perusahaan dilandasi oleh kerangka kesadaran dan komitmen dalam
mewujudkan tanggung jawab sosial. Ada perbedaan yang prinsipil diantara
kedermawanan perusahaan (corporate philanthropy) dan tanggung jawab sosial
perusahaan (CSR) (Gambar 1). Kedermawanan perusahaan sifatnya lebih eksternal dan
kurang melihat aspek internal perusahaan. Sementara dalam konteks tanggung jawab
sosial perusahaan tidak hanya melihat aspek eksternal, tapi juga melihat aspek internal
perusahaan.
Gambar 1. Matriks Karakteristik Tahap-tahap Kedermawanan Sosial Perusahaan
Tahapan
Charity
Philantropy
Corporate
Citizenship
Motivasi
Agama, tradisi,
Norma etika dan
Pencerahan diri
adat
hukum universal:
dan rekonsiliasi
redistribusi kekayaan
dengan ketertiban
sosial
Misi
Mengatasi masalah Mencari dan mengatasi
Memberikan
sesaat
kontribusi kepada
akar masalah
masyarakat
Pengelolaan
Pengorganisasian
Jangka pendek,
Terencana,
Terinternalisasi
menyelesaikan
terorganisir,
dalam kebijakan
masalah sesaat
terprogram
perusahaan
Kepanitiaan
Yayasan/dana
Keterlibatan baik
abadi:profesionalisasi
dana maupun
sumber daya lain
Penerima manfaat
Orang miskin
Masyarakat luas
Masyarakat luas
dan perusahaan
Kontribusi
Hibah sosial
Hibah pembangunan
Hibah (sosial
maupun
pembangunan) dan
keterlibatan sosial
Inspirasi
Sumber: Saidi, 2003
Kewajiban
Kepentingan bersama
9
Dalam bukunya Ambadar (2008) juga menjelaskan Community Development
merupakan ruh pelaksanaan aktivitas CSR perusahaan. Pelaksanaan kegiatan CSR
terlihat lebih sesuai jika berjalan berbarengan dengan program pemberdayaan
masyarakat. Aktivitas CSR yang bernafaskan Comdev dapat mencapai tujuan strategis
perusahaan, disamping untuk mencapai profit kontinum. Menurut Shardlow dalam
Ambadar (2008) pemberdayaan masyarakat intinya adalah bagaimana individu,
kelompok, atau komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan
mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka. Dalam
melakukan pengembangan masyarakat (berdasarkan acauan dari ICSD, 2004) sebaiknya
memegang prinsip-prinsip Comdev, antara lain: kerjasama, bertangung jawab,
kemungkinan dan kesesuaian, sumberdaya komunitas, adanya kebersamaan komunitas,
meningkatkan perasaan solidaritas.
Merujuk pada Wibisono (2007) mendefinisikan CSR sebagai tanggung jawab
perusahaan kepada pemangku kepentingan untuk berlaku etis, meminimalkan dampak
negatif dan memaksimalkan dampak positif yang mencakup aspek ekonomi sosial dan
lingkungan (triple bottom lines) dalam rangka mencapai tujuan pembangunan
berkelanjutan. Karena itu CSR adalah nilai moral yang semestinya dilaksanakan atas
panggilan nurani pemilik atau pimpinan perusahaan bagi peningkatan kesejahteraan
stakeholders perusahaan.
2.1.1.2 Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR)
Tahapan dan sistematika pelaksanaan CSR dimulai dengan melihat kebutuhan
masyarakat sekitar. Dengan mengidentifikasi masalah yang ada kemudian dicari solusi
yang tepat dan terbaik menurut kebutuhan masyarakat. Setelah itu membuat rencana
aksi, lengkap dengan anggaran dan jadwal juga sumberdaya manusia yang ditunjuk
untuk melakukannya. Monitoring yang dapat dilakukan melalui survei maupun
kunjungan lapang. Pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu pendekatan yang
harus menjadi prinsip utama bagi seluruh unit-unit kepemerintahan maupun pihak
korporasi dalam menjalankan tugas dan fungsinya dalam memberikan pelayanan sosial.
Menurut kaidah ekonomi, pemberdayaan masyarakat adalah proses kesempatan bagi
pelaku ekonomi untuk memperoleh surplus value sebagai hak manusia yang terlibat
dalam kegiatan produksinya.
10
Soemanto (2007) menjelaskan setiap perusahaan selayaknya memahami bahwa
setiap perusahaan yang hadir ditengah komunitas tertentu, akan menjadi bagian dari
lingkungan sosial tertentu. Itulah sebabnya, perusahaan seharusnya menyadari dan tidak
hanya cukup mengetahui bahwa lingkungan sosial harus dijaga, dengan cara
mengusahakan kurangnya dampak atau imbas psikologis, ekonomi dan budaya terhadap
orang disekelilingnya. Perhatian terhadap manusia disekeliling perusahaan harus
semakin ditingkatkan jika perusahaan menyandang nama sebagai industri dengan skala
besar. Dengan ringkas bisa disimpulkan seperti dikatakan oleh Savitz (2006)
sebagaimana dikutip oleh Soemanto (2007) bahwa CSR akan sukses apabila perusahaan
mencermati persinggungan antara usaha mencari keuntungan dengan kepentingan
publik dan interaksi masyarakat.
John Elkington dalam Hardinsyah (2008) merumuskan Triple Bottom Lines
(TBL) atau tiga faktor utama operasi perusahaan dalam kaitannya dengan lingkungan
dan manusia, yaitu faktor manusia dan masyarakat (people), faktor ekonomi dan
keuntungan (profit), serta faktor lingkungan (planet). Ketika faktor ini juga terkenal
dengan sebutan triple-P (3P) yaitu people, profit dan planet. Ketiga faktor ini berkaitan
satu sama lain. Masyarakat tergantung pada ekonomi; ekonomi dan keuntungan
perusahaan tergantung pada masyarakat dan lingkungan, bahkan ekosistem global.
Ketiga komponen TBL ini bersifat dinamis tergantung kondisi dan tekanan sosial,
politik, ekonomi dan lingkungan, serta kemungkinan konflik kepentingan.
Oleh karena itu, piramida CSR yang di kembangkan Achie B. Caroll dalam
Hardinsyah (2008) harus dipahami sebagai satu kesatuan. Sebab, CSR merupakan
kepedulian perusahaan yang didasari tiga prinsip dasar yang dikenal dengan istilah
triple bottom lines, seperti yang tergambat pada Gambar 2 :
1. Profit. Perusahaan harus tetap berorientasi untuk mencari keuntungan ekonomi yang
memungkinkan untuk terus beroperasi dan berkembang.
2. People. Perusahaan harus memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan manusia.
Beberapa perusahaan mengembangkan program CSR seperti pemberian beasiswa
bagi pelajar sekitar perusahaan, pendirian sarana pendidikan dan kesehatan,
penguatan kapasitas ekonomi lokal, dan bahkan ada perusahaan yang merancang
berbagai skema perlindungan sosial bagi masyarakat setempat.
11
3. Plannet. Perusahaan peduli terhadap lingkungan hidup dan keberlanjutan keragaman
hayati. Beberapa program CSR yang berpijak pada prinsip ini biasanya berupa
penghijauan lingkungan hidup, penyediaan sarana air bersih, perbaikan pemukiman,
pengembangan pariwisata (ekoturisme).
Gambar 2. Gambar Triple Bottom Lines dalam CSR
Profit
(Keuntungan
Perusahaan)
Plannet
People
(Keberlanjutan Lingkungan
Hidup)
(Kesejahteraan
Manusia/Masyarakat)
Sumber: Hardinsyah, 20083
Berdasarkan konsep Triple Bottom Lines (TBL) tersebut seharusnya konsep dan
implementasi CSR mencakup aspek ekonomi, lingkungan dan sosial dalam peningkatan
kualitas hidup pekerja beserta keluarganya serta masyarakat, termasuk konsumen.
Dalam perjalanannya, implementasi CSR sering mengalami pembiasan dari nilai-nilai
CSR yang “asli”. Pembiasan itu tampak manakala perusahaan hanya melakukan
kegiatan bantuan atau charity atau “pemadam konflik sementara“ kepada masyarakat
yang kemudian dianggap sebagai program CSR. Pada hal CSR ideal tidak sekedar
sebagai program bantuan untuk menghindari tekanan dari pihak lain, misalnya tekanan
masyarakat ataupun sebagai alat kehumasan untuk membentuk citra baik, melainkan
kegiatan pemberdayaan yang berkesinambungan ke arah yang lebih baik.
3
Hardinsyah, op. cit., hal 3.
12
2.1.1.3 Kebijakan Perusahaan dalam CSR
Menurut Steiner (1997) yang dikutip oleh Mulyadi (2007) menyatakan bahwa
kebijakan dianggap sebagai pedoman untuk bertindak atau saluran untuk berfikir.
Secara lebih khusus, kebijakan adalah pedoman untuk melaksanakan suatu tindakan.
Kebijakan mencakup seluruh bidang tempat tindakan atau yang dilakukan. Kebijakan
biasanya berlangsung lama serta cenderung memiliki jangka waktu yang lama tanpa
peninjauan dan penyempuranaan.
Kebijakan menjelaskan bagaimana cara pencapaian tujuan dengan menentukan
petunjuk yang harus diikuti. Kebijakan dirancang untuk menjamin konsistensi tujuan
dan untuk menghindari keputusan yang berwawasan sempit dan berdasarkan kelayakan.
Berikut ini akan disajikan beberapa model yang menyangkut perangkat lengkap
kebijakan yang mengatur aktivitas sosial perusahaan menurut Steiner (1997)
sebagaimana dikutip Mulyadi (2007).
1)
Perusahaan menetapkan kebijakan untuk mempertimbangkan tanggung jawab
sosialnya dengan seksama. Kebijakan ini tidak mengikat perusahaan dalam
program sosial tertentu, tetapi mengungkapkan bahwa perusahaan merasa
tanggung jawab sosialnya yang pertama adalah memikirkan tanggung jawab
sosialnya dengan seksama.
2)
Perusahaan menetapkan kebijakan untuk benar-benar memanfaatkan keringanan
pajak melalui kontribusi. Kebijakan ini hanya memanfaatkan undang-undang
perpajakan tetapi tidak mengikat perusahaan di luar kedermawanan minimum
yang diperlihatkan saat sekarang kecuali apabila perusahaan merasa bahwa laba
yang didapat cukup tinggi untuk memberi sesuatu lebih banyak.
3)
Perusahaan menetapkan kebijakan memikul biaya sosial dalam operasi
perusahaan tanpa mengorbankan posisi kompetisi atau keuangannya. Kebijakan
ini menyatakan bahwa perusahaan ingin menghindari dampak negatif operasi
terhadap masyarakat sejauh yang dapat dilakukan oleh perusahaan.
4)
Perusahaan menetapkan kebijakan untuk memusatkan program sosialnya pada
tujuan terbatas. Perusahaan dapat mencapai lebih banyak kegiatan apabila
memiliki bidang-bidang tertentu agar dapat memusatkan upaya yang dilakukan,
sehingga perusahaan menetapkan batas tertentu pada program sosial.
13
5)
Perusahaan menetapkan kebijakan untuk memusatkan program sosial pada
sejumlah bidang yang secara strategis berkaitan dengan fungsi perusahaan pada
saat sekarang dan masa mendatang.
6)
Perusahaan menetapkan kebijakan untuk memperlancar tindakan karyawan yang
dapat dilakukan sebagai perorangan dan bukan sebagai wakil resmi perusahaan.
Perusahaan tidak memaksa karyawan untuk terlibat dalam aktivitas yang lebih
baik bagi masyarakat, tetapi perusahaan mendorong dan menyediakan sarana
bagi para karyawan untuk memenuhi kepentingan sosial mereka.
7)
Perusahaan menetapkan kebijakan untuk mengkaji ulang peluang produk dan
jasa yang memungkinkan perusahaan mendapatkan laba dan meningkatkan
kepentingan sosial; tetapi tidak semua tindakan sosial perlu dilakukan hanya
untuk memperoleh keuntungan.
8)
Perusahaan menetapkan kebijakan untuk mengambil tindakan atas nama
tanggung jawab sosial tetapi tidak berarti harus mengorbankan tingkat
keuntungan yang diperluukan untuk mempertahankan kekuatan ekonomi dan
dinamika yang diinginkan manajemen puncak.
9)
Perusahaan menetapkan kebijakan untuk melakukan tindakan responsif secara
sosial atas dasar keberlanjutan dan bukan bersifat ad hoc, sewaktu-waktu, atau
untuk waktu yang singkat. Kebijakan ini didasarkan atas keyakinan bahwa
persahaan akan dapat menimbulkan pengaruh yang lebih besar dengan biaya
sedikit, melalui program berkelanjutan dibandingkan dengan melakukan
tindakan yang terputus-putus.
10)
Perusahaan menetapkan kebijakan untuk mengkaji kebutuhan sosial yang perlu
ditanggapi perusahaan, kontribusi yang dapat diberikan, resiko yang mungkin
timbul, dan kemungkinan manfaatnya bagi perusahaan dan masyarakat.
Kebijakan ini mengingatkan agar “melihat sebelum melompat”. Kebijakan ini
mendorong agar perusahaan mengambil tindakan yang terorganisir, nalar,
sistematis dan berlangsung dalam periode waktu tertentu.
14
2.1.2 Pengembangan Masyarakat
2.1.2.1 Konsep dan Definisi Pengembangan Masyarakat
Dalam bukunya Ambadar (2008) mendefinisikan pengembangan masyarakat
sebagai sebuah aktualisasi dari CSR yang lebih bermakna daripada hanya sekadar
aktivitas charity ataupun tujuh dimensi CSR lainnya, antara lain: community relation.
Pemberdayaan masyarakat (comdev) intinya adalah bagaimana individu atau komunitas
berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk
masa depan sesuai keinginan mereka
menurut Shardlow (1998) dalam Ambadar
(2008). Keragaman dalam menginterpretasikan beberapa pendekatan pengembangan
masyarakat semakin meluas mulai dari perbedaan orientasi sampai dengan berbagai
tujuan-tujuan.
Menurut Suharto (2005) pengembangan masyarakat adalah satu model
pekerjaan sosial yang tujuan utamanya untuk memperbaiki kualitas hidup masyarakat
melalui pendayagunaan sumber-sumber yang ada pada mereka serta menekankan pada
prinsip partisipasi sosial. Sebagai sebuah metode pekerjaan sosial, pengembangan
masyarakat merujuk pada interaksi aktif antara pekerja sosial dan masyarakat terlibat
dalam proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi suatu program
pembangunan kesejahteraan sosial atau usaha kesejahteraan sosial.
Community Development (comdev) memiliki fokus terhadap upaya membantu
anggota masyarakat yang memiliki kesamaan minat untuk bekerja sama, dengan
mengidentifikasi kebutuhan bersama dan kemudian dilakukan kegiatan bersama untuk
memenuhi kebutuhan tersebut. Comdev seringkali diimplementasikan dalam bentuk (a)
proyek-proyek pembangunan yang memungkinkan anggota masyarakat memperoleh
dukungan dalam memenuhi kebutuhannya atau melalui (b) kampanye dan aksi sosial
yang memungkinkan kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat dipenuhi oleh pihak-pihak
yang bertanggung jawab (Payne, 1995) 4.
Pengembangan masyarakat adalah salah satu pendekatan yang harus menjadi
prinsip utama bagi seluruh unit-unit kepemerintahan maupun pihak korporasi dalam
menjalankan tugas dan fungsinya dalam memberikan pelayanan sosial menurut
Ambadar (2008). Sementara Shardlow (1998) dalam Ambadar (2008) menjelaskan
bahwa pengembangan masyarakat adalah bagaimana individu, kelompok atau
4
Jackie Ambadar. 2008. CSR dalam Praktik di Indonesia. Jakarta: PT Alex Media Komputindo.
15
komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk
membentuk masa depan sesuai keinginan mereka.
Upaya pemberdayaan yang cenderung tidak melihat mereka sebagai suatu
komunitas dan bersifat charity (sumbangan) seolah-olah hanya mempersubur eksistensi
mereka. Dalam kaitan dengan upaya pemberdayaan pada level komunitas, Rothman
(1995) yang dikutip oleh Adi (2003) menggambarkan bahwa proses pemberdayaan
masyarakat melalui intervensi komunitas ini dapat dilakukan melalui beberapa model
(pendekatan) intervensi, seperti pengembangan masyarakat lokal, perencanaan dan
kebijakan sosial, dan aksi sosial. Dari ketiga model intervensi di atas, maka proses
pemberdayaan terhadap masyarakat dapat dilakukan melalui pendekatan yang bersifat
konsensus seperti pengembangan masyarakat lokal, kepatuhan seperti pendekatan
perencanaan dan kebijakan sosial, atau pun melalui pendekatan konflik seperti aksi
sosial.
Dunham (1958) dikutip oleh Adi (2003) menyatakan lima prinsip dasar yang
amat penting bagi mereka yang berminat pada pengorganisasian masyarakat atau
pengembangan masyarakat, yaitu:
1) Penekanan pada pentingnya kesatuan kehidupan masyarakat
2) Perlu adanya pendekatan antar tim dalam pengembangan masyarakat
3) Kebutuhan akan adanya community worker yang serba bisa pada wilayah
pedesaan
4) Pentingnya pemahaman akan pola budaya masyarakat lokal
5) Adanya prinsip kemandirian yang menjadi prinsip utama dalam pengembangan
masyarakat
Tahapan dalam pengembangan masyarakat yang biasa dilakukan pada beberapa
Organisasi Pelayanan Masyarakat, yaitu:
1. Tahap persiapan, didalamnya terdapat tahap penyiapan petugas dan penyiapan
lapangan yang merupakan prasyarat.
2. Tahap assessment, dengan mengidentifikasi masalah (kebutuhan yang dirasakan =
felt needs) dan juga sumber daya yang dimiliki klien.
16
3. Tahap perencanaan alternatif program suatu kegiatan, agen peubah (community
worker) secara partisipatif mencoba melibatkan warga untuk berfikir tentang
masalah yang mereka hadapi dan bagaimana mengatasinya.
4. Tahap pemformulasian rencana aksi, agen peubah (community worker) membantu
masing-masing kelompok untuk memutuskan dan menentukan program dan
kegiatan apa yang akan mereka lakukan untuk mengatasi permasalahan yang ada.
5. Tahap pelaksanaan, sesuatu yang sudah direncanakan akan dapat melenceng
dalam pelaksanaan di lapangan bila tidak ada kerja sama antara agen peubah
dengan warga masyarakat.
6. Tahap evaluasi, sebagai proses pengawasan dari warga dan petugas terhadap
program yang sedang berjalan pada pengembangan masyarakat sebaiknya
dilakukan dengan melibatkan warga.
7. Tahap terminasi, merupakan tahap ‘pemutusan’ hubungan secara formal dengan
komunitas sasaran.
Indikator keberhasilan suatu program pembangunan komunitas dapat dilihat dari
bentuk-bentuk kebersamaan yang dijalin antar pihak-pihak pemerintah, perusahaan dan
komunitas lokal yang terlihat dalam partisipasi dan keberlanjutan (sustainability).
Partisipasi dapat dilihat sebagai keterlibatan para pihak di dalam mengelola programprogram community development. Secara mendasar, partisipasi bukanlah milik dari
komunitas lokal, akan tetapi semua pihak harus berpartisipasi. Ada dua motivasi utama
yang mendasari perusahaan melakukan program CSR yaitu, pertama bersifat
akomodatif kebijakan bisnis yang hanya bersifat kosmetik dan tidak lengkap, CSR
dilakukan untuk memberi citra sebagai perusahaan yang tanggap terhadap kepentingan
sosial. Kedua, bersifat legitimatif dengan tujuan untuk mempengaruhi wacana yang
bermanfaat sebagai langkah awal dalam proses “metamorfosa” menjadi program CSR
yang benar.
Sedangkan menurut Jack Rothman dalam Suharto (2005) model-model
pengembangan masyarakat mengembangkan tiga model yang berguna dalam
memahami konsepsi tentang pengembangan masyarakat yaitu, pengembangan
masyarakat lokal, perencanaan sosial, dan aksi sosial. Paradigma ini merupakan format
ideal yang dikembangkan terutama untuk tujuan analisis dan konseptualisasi. Mengacu
pada dua perspektif yang dikemukakan di atas, model pertama dan kedua sejalalan
17
dengan perspektif professional, sedangkan model ketiga lebih dekat dengan perspektif
radikal.
Menurut Rudito dan Famiola (2007) lancar atau terhambatnya jalan sebuah
korporasi tergantung pada kepekaan perusahaan dalam memperhatikan dan mengingat
gejala sosial budaya yang ada disekitarnya, seperti munculnya kecemburuan sosial
akibat dari pola hidup dan pendapatan yang sangat jauh berbeda antara perusahaan
(karyawan perusahaan) dengan komunitas sekitar. Dalam kenyataannya, komunitas
lokal tidak hanya berdiri pada sisi lingkungan sosial perusahaan, akan tetapi juga berada
di dalam perusahaan sebagai karyawan. Untuk itu diperlukan suatu wadah program
yang berguna untuk menciptakan kemandirian komunitas lokal untuk menata sosial
ekonomi mereka sendiri, maka diciptakan suatu wadah yang berbasis pada komunitas
yang sering disebut sebagai community development yang mempunyai tujuan untuk
pemberdayaan komunitas (empowerment).
Keberlanjutan sendiri memiliki pengertian sebagai strategi program yang
dipakai untuk menunjang kemandirian komunitas yang dapat dilihat dari sisi-sisi
manusia (human), sosial (social), lingkungan (environment) dan ekonomi (economic).
Sehingga dengan adanya keberlanjutan, suatu usaha dapat dinikmati tidak hanya oleh
generasi pada masa sekarang saja, akan tetapi juga oleh generasi selanjutnya dalam
bentuk alih teknologi maupun bentuk pola hidup yang berbeda dari sebelumnya. Salah
satu perangkat dalam melaksanakan community development yang baik adalah
menempatkan audit sosial sebagai perangkat terakhir untuk menjadi awal dalam proses
selanjutnya.
2.1.2.2 Asas dan Prinsip Pengembangan Masyarakat
Menurut Ife (1995) yang dikutip Nasdian (2006), pengembangan masyarakat
dipandang sebagai perencanaan sosial perlu berlandaskan pada asas-asas, yaitu:
komunitas dilibatkan dalam setiap proses pengambilan keputusan, mensinergikan
strategi komprehensif pemerintah, pihak-pihak terkait dan partisipasi warga, membuka
akses warga atas bantuan profesional, teknis, fasilitas, serta insentif lainnya agar
meningkatkan partisipasi warga, dan mengubah perilaku profesional agar lebih peka
pada kebutuhan, perhatian dan gagasan warga komunitas.
18
Ife (2002:200-225) seperti dikutip oleh Nasdian (2006) membagi prinsip-prinsip
Community Development dalam tiga bagian penting, yaitu ekologi, keadilan sosial,
nilai-nilai lokal, proses, serta global-lokal, secara rinci dikemukakan sebagai berikut :
a. Prinsip ekologis, ada beberapa prinsip dalam kaitannya dengan masalah ekologi,
yaitu: holistik, keberlanjutan, keanekaragaman, pembangunan organis, dan
keseimbangan.
b. Prinsip
keadilan sosial,
yaitu:
menghilangkan ketimpangan struktural,
memusatkan perhatian pada wacana yang merugikan (Addressing discourses of
disadvantage), pemberdayaan, mendefiniskan kebutuhan, dan menjunjung tinggi
hak asasi manusia.
c. Menghargai nilai-nilai lokal, yaitu: pengetahuan
lokal,
budaya
lokal,
sumberdaya lokal, keterampilan lokal, dan menghargai proses lokal.
d. Proses, yaitu: proses, hasil, dan visi, keterpaduan proses, peningkatan kesadaran,
partisipasi, kooperasi dan konsensus, tahapan pembangunan, perdamaian dan
anti kekerasan, inklusif, dan membangun komunitas.
e. Prinsip global dan lokal, yaitu: hubungan antara global dan lokal dan praktik Anti
Penjajah (Anti-colonialist practice),
2.1.2.3 Pemberdayaan dan Partisipasi Masyarakat
Payne (1979) dalam Nasdian (2006) menjelaskan bahwa pemberdayaan
ditujukan untuk membantu klien memperoleh daya (kuasa) untuk mengambil keputusan
dan menentukan tindakan yang akan ia lakukan yang terkait dengan diri mereka,
termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Hal
ini dilakukan melalui peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk
menggunakan daya yang ia miliki, antara lain melalui transfer daya dari lingkungannya.
Nasdian (2006) menjelaskan bahwa partisipasi adalah proses aktif, inisiatif
diambil oleh warga komunitas sendiri, dibimbing oleh cara berfikir mereka sendiri,
dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme) dimana mereka
dapat menegaskan kontrol secara efektif. Sementara itu, Paul (1987) dalam Nasdian
(2006) memberikan pengertian mengenai partisipasi yaitu “.....participation refers to an
active process whereby beneficiaries influence the direction and execution of
development projects rather than mercly receive a share of project benefits”.
19
Pengertian tersebut melihat keterlibatan masyarakat mulai dari tahap pembuatan
keputusan, penerapan keputusan, penikmatan hasil dan evaluasi (Cohen dan Uphoff,
1980 sebagaimana dikutip oleh Nasdian, 2006). Melihat berbagai pendapat yang ada
mengenai pemberdayaan dan partisipasi, maka pemberdayaan dan partisipasi di tingkat
komunitas dapat dikatakan dua konsep yang erat kaitannya (Nasdian, 2006).
Partisipasi diartikan sebagai keterlibatan masyarakat secara aktif dalam setiap
tahapan pembangunan mulai dari perencanaan hingga pelaksanaan. Masyarakat tidak
lagi menjadi obyek dari pembangunan tetapi menjadi subyek pembangunan, dimana
masyarakat
berperan
dalam
menyampaikan
aspirasi,
menentukan
pilihan,
memanfaatkan peluang dan menyelesaikan masalahnya. Melalui pendekatan partisipatif
ini masyarakat dapat memiliki pengaruh dan kontrol terhadap berbagai inisiatif
pembangunan dan pemanfaatan sumberdaya yang akan mempengaruhi kehidupannya
maupun lingkungannya. Partisipasi sepadan dengan arti peranserta, ikutserta,
keterlibatan,
atau
proses
belajar
bersama
saling
memahami,
menganalisis,
merencanakan dan melakukan tindakan oleh sejumlah anggota masyarakat.
Partisipasi masyarakat juga dapat dikatakan sebagai proses yang melibatkan
masyarakat umum dalam pengambilan keputusan, perumusan, pelaksanaan, dan
pengawasan kebijakan dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, serta
pembinaan masyarakat. Partisipasi adalah proses aktif dan inisiatif yang muncul dari
masyarakat serta akan terwujud sebagai suatu kegiatan nyata apabila terpenuhi oleh tiga
faktor pendukungnya yaitu: (1) adanya kemauan, (2) adanya kemampuan, dan (3)
adanya kesempatan untuk berpartisipasi. Kemauan dan kemampuan berpartisipasi lebih
berasal dari masyarakat yang dalam hal ini dimaksudkan sebagai badan dunia dan
lembaga swadaya masyarakat, sedangkan kesempatan berpartisipasi datang dari pihak
luar yang memberi kesempatan, yang dimaksud ini adalah pihak pemerintah. Apabila
ada kemauan tetapi tidak ada kemampuan dari pihak luar yang dalam hal ini masyarakat
telah diberi kesempatan oleh negara atau penyelenggara pemerintahan, maka partisipasi
tidak akan terjadi. Demikian juga, jika ada kemauan dan kemampuan tetapi tidak ada
ruang atau kesempatan yang diberikan oleh negara atau penyelenggara pemerintahan,
maka tidak mungkin juga partisipasi masyarakat itu terjadi.
20
Menurut Arnstein yang dikutip Soemarjo5 dalam tulisannya Ladder of Citizen
Participation6, partisipasi sering dilakukan tanpa adanya pengaruh signifikan terhadap
keputusan yang diambil. Pengalaman partisipasi yang telah berlangsung di berbagai
daerah
studi
juga
menunjukkan
adanya
kelemahan-kelemahan
untuk
dapat
memproduksi suatu efek transformatif dan empowerment seperti yang diharapkan.
Beberapa kelemahan yang mempengaruhi kualitas dan efektivitas partisipasi antara
lain:
a) Belum meratanya kemauan politik maupun pemahaman di jajaran pemerintahan
tentang pentingnya dan tentang keuntungan apa yang bisa diperoleh dari proses
partisipasi. Tidak jarang partisipasi diselenggarakan semata sebagai formalitas
proyek yang semakin lama kualitasnya semakin menurun.
b) Kebijakan dan peraturan yang ada yang mengatur tentang proses partisipasi dalam
tata kepemerintahan di daerah tidak cukup mengikat dan tidak memberikan insentif
yang cukup berarti untuk diterapkan secara serius dan berkelanjutan. Sementara itu
proses monitoring dan penegakan hukum dari aturan-aturan ini juga belum menjadi
prioritas dari pemerintah pusat maupun pemerintah propinsi.
c) Forum-forum warga atau forum multi-stakeholders yang berpotensi menjadi media
penyalur suara warga seringkali tidak mampu mengembangkan dan mempertahankan
diri menjadi lembaga yang demokratis dan kuat. Anggota atau peserta membutuhkan
penguatan-penguatan untuk menjadikan dirinya lebih kompeten dalam berpartisipasi.
Walaupun masalah yang dihadapi setiap forum dan asosiasi berbeda secara detilnya,
ada beberapa persoalan dasar yang dihadapi yaitu yang terkait dengan aspek
kepemimpinan, transparansi, kompetensi, dan akses terhadap sumberdaya.
d) Para perencana, pelaksana dan fasilitator program partisipatif sering menghadapi
kesulitan untuk menjawab pertanyaan “bagaimana caranya?” agar warga bisa
berpartisipasi secara efektif dan agar tidak terjadi dominasi kepentingan tertentu
dalam suatu forum partisipatif. Pengetahuan dan ketrampilan menyelenggarakan
forum-forum partisipatif dan penguasaan metode serta teknik partisipasi harus diakui
tidak mengalami perkembangan yang cukup berarti dalam beberapa tahun
5
Saat ini adalah Direktur B-Trust Advocacy Group, suatu lembaga independen yang bekerja memperkuat
inovasi dalam tata kepemerintah daerah. Dikutip dalam tulisan berjudul Mengangkat Partisipasi Warga
yang Bermakna dalam Pembangunan Jawa Barat 20 Tahun Mendatang.
6
Arnstein, S, ‘A Ladder of Citizen Participation in the USA’, Journal of the Royal Town Planning
Institute, 1971.
21
belakangan ini, bahkan dapat dikatakan sedang mengalami proses involusi dan
degradasi.
Pada Gambar 3 disajikan matriks tipologi yang dikenal dengan delapan tangga
peran serta masyarakat (Eight rungs on the ladder of citizen partisipation) menurut
Arstein (1969) yang dikutip Setiawan yang menjabarkan peran serta masyarakat yang
didasarkan pada kekuatan masyarakat untuk menentukan suatu produk akhir. Kedelapan
tingkatan partisipasi masyarakat dipaparkan sebagai berikut:
Gambar 3. Matriks Tingkatan Partisipasi Masyarakat Menurut Arsntein (1969)
Tangga/tingkatan
Hakekat kesertaan
Tingkatan pembagian
kekuasaan
Partisipasi
1. Manipulasi
Permainan oleh pemerintah
2. Terapi
Sekedar agar masyarakat tidak Tak ada partisipasi
marah/mengobati
3. Pemberitahuan
Sekedar
pemberitahuan
searah/sosialisasi
4. Konsultasi
Masyarakat didengar, tapi
Tokenisme/sekedar
tidak selalu dipakai sarannya
justifikasi agar masyarakat
mengiyakan
5. Penentraman
Saran masyarakat diterima
tapi tidak selalu dilaksanakan
6. Kemitraan
Timbal-balik dinegosiasikan
7. Pendelegasian
Masyarakat diberi kekuasaan
Tingkatan kekuasaan ada di
Kekuasaan
(sebagian atau seluruh Progra)
masyarakat
8. Kontrol masyarakat
Sepenuhnya dikuasai oleh
Masyarakat
Sumber: Arsntein, 1969: 217 yang dikutip oleh Setiawan7
7
Disampaikan pada Seminar Nasional dengan tema "Hak Suara Masyarakat dalam Proses Penyusunan
dan Implementasi Kebijakan Tata Ruang"diselenggarakan oleh Pusat Studi Planologi, Fakultas Teknik,
Universitas Unissula, Semarang Kamis, 27 Februari 2003.
22
Dua tingkat teratas dikategorikan sebagai “non partisipatif”, sasaran dari kedua
bentuk adalah untuk mendidik dan mengobati masyarakat yang berperanserta. Tingkat
ketiga, keeempat dan kelima dikategorikan sebagai tingkat “tokenisme” yaitu suatu
tingkat partisipasi, dimana masyarakat didengar dan diperkenankan untuk memberi
saran atau berpendapat akan tetapi mereka tidak memiliki kemampuan untuk
mendapatkan jaminan bahwa pendapat mereka akan dipertimbangkan atau diterima oleh
pemegang keputusan (perusahaan). Peran serta masyarakat hanya dibatasi pada tingkat
ini, maka kacil kemungkinannya ada upaya perbunahan dalam masyarakat menuju
keadaan yang lebih baik.
Tiga tingkatan yang berada terbawah dikategorikan ke dalam tingkat “kekuasaan
masyarakat” (citizen power), dimana masyarakat dalam tingkat ini memiliki pengaruh
dalam proses pengambilan keputusan dengan menjalankan kerjasama, kekuasaan dan
pengawasan masyarakat. Pada tingkat kedelapan, masyarakat memiliki mayoritas suara
dalam proses
pengambilan
keputusan bahkan,
memiliki
kewenangan
penuh
melaksanakan suatu program.
2.1.3 Evaluasi Program
Evaluasi merupakan suatu proses untuk menentukan efisiensi, efektivitas, dan
dampak dari suatu program atau proyek sesuai dengan tujuan yang sudah ditetapkan.
Menurut Musa (2005) evaluasi program adalah suatu kegiatan untuk memperoleh
gambaran tentang keadaan suatu objek yang dilakukan secara terencana, sistematik
dengan arah dan tujuan yang jelas. Secara umum evaluasi dapat diartikan sebagai upaya
seksama untuk mengumpulkan, menyusun mengolah dan menganalisa fakta, data dan
informasi untuk menyimpulkan harga, nilai, kegunaan, kinerja, dan lain-lain mengenai
sesuatu yang kemudian dibuat kesimpulan sebagai proses bagi pengambilan keputusan.
Kegiatan evaluasi program merupakan salah satu pilar penting yang tidak dapat
diabaikan
dalam
penyelenggaraan
program
pembelajaran
dan
pemberdayaan
masyarakat karena berkaitan dengan penyelenggaraan program yang selanjutnya.
Klausmeier dan Goodwin sebagaimana dikutip Fauziah (2007) mendefinisikan evaluasi
sebagai suatu proses yang kontinyu di dalam memperoleh dan menginterpretasi
informasi untuk menentukan kualitas dan kuantitas kemajuan perserta didik mencapai
tujuan pendidikan yaitu perubahan perilaku.
23
Berdasarkan data yang diperoleh dari Deptan (1989) yang dikutip oleh Sasmita
(2009) evaluasi adalah suatu proses untuk menentukan relevansi, efisiensi, efektifitas
dan dampak kegiatan-kegiatan proyek atau program sesuai dengan tujuan yang akan
dicapai secara sistematik dan obyektif. Sedangkan menurut Jabar dan Arikunto (2004)
sebagaimana dikutip Sasmita (2009) evaluasi program adalah upaya untuk mengetahui
implementasi dari suatu kebijakan. Dengan demikian, kegiatan evaluasi program
mengacu pada tujuan dan sasaran dengan kata lain bahwa tujuan tersebut dijadikan
tolak ukur keberhasilan suatu program.
Musa (2005) mengemukakan unsur-unsur pokok yang harus ada dalam kegiatan
evaluasi adalah: objek yang dinilai, tujuan evaluasi, alat evaluasi, proses evaluasi, hasil
evaluasi, standar yang dijadikan pembanding dan proses perbandingan antara hasil
evaluasi dengan standar. Hasil evaluasi adalah sebagai bahan bagi pengambilan
keputusan. Pengukuran adalah kegiatan membandingkan suatu objek yang sedang
diukur dengan ukuran tertentu, yang sifatnya kuantitatif. Sedangkan pemantauan adalah
kegiatan untuk melihat dan mengambarkan suatu keadaan kegiatan yang sedang
berlangsung sebagaimana adanya. Dan pengendalian adalah kegiatan untuk menjaga
keajegan dan kesinambungan suatu kegiatan agar berjalan sesuai dengan standar-standar
tertentu.
Sedangkan prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan saat melakukan evaluasi
program adalah:
1. Objektif, bahwa data dan informasi yang diperoleh adalah benar berdasarkan fakta
yang ada,
2. Menyeluruh, bahwa data dan informasi itu mencakup aspek-aspek dari program
yang bersangkutan,
3. Partisipatif, bahwa data dan informasi yang diperoleh bukan semata-mata dari
persepsi pihak evaluator, tetapi juga sumber informasi lain seperti: penyelenggara,
tutor, peserta belajar dan jika mungkin orangtua peserta belajar serta tokoh
masyarakat.
Jika kita akan mengevaluasi program perlu disepakati bersama aspek-aspek apa
yang akan dievaluasi agar tidak terlalu luas sehingga menyulitkan dalam
mengumpulkan data dan informasinya di lapangan. Jika mengacu pada konsep
kesisteman program, aspek-aspek evaluasi program mencakup:
24
a. Peserta belajar (raw input)
Pada aspek peserta belajar dapat kita kembangkan beberapa variabel, diantaranya
berkenaan dengan jenis kelamin, usia, tempat tinggal, status sosial ekonomi
keluarga, dan lain-lain yang disesuaikan dengan karekteristik program yang
dievaluasi.
b. Masukan sarana (instrumental input)
Beberapa contoh aspek yang dievaluasi dari masukan sarana ini seperti tenaga
kependidikan (pengelola, tutor, narasumber, dan fasilitator) diantaranya jumlah,
usia, latar belakang pendidikan, keahilan yang dimiliki, tempat tinggal, kehadiran
dan kerjasama. Masukan sarana lain adalah berkenaan dengan program
belajar/kurikulum dan media belajar.
c. Proses pembelajaran (process)
Beberapa aspek yang dievaluasi dalam proses pembelajaran ini diantaranya
berkenaan dengan jadwal belajar, bimbingan dan latihan, lamanya kegiatan,
metode belajar yang digunakan, aktifitas tutor dan peserta belajar, aktifitas
pengelola dalam memberikan dukungan kegiatan belajar, bimbingan dukungan
kegiatan belajar, bimbingan dan latihan serta iklim belajar.
d. Masukan lingkungan (environmental input)
Aspek yang dievaluasi dari masukan lingkungan ini antara lain kondisi prasarana
belajar, cuaca, iklim dan keadaan sosio-kultural masyarakat dimana program
dilakukan.
e. Keluaran (output)
Aspek yang dievaluasi diantaranya berkenaan jumlah lulusan, prestasi belajar,
kemampuan sikap, keterampilan dan pengetahuan yang telah dimiliki peserta
belajar setelah mengikuti program belajar.
f. Masukan lain (other input)
Adalah aspek-aspek yang berkenaan dengan bantuan, perhatian, dorongan,
fasilitas, aturan, kebijakan atau sesuatu yang lain (material maupun non material)
yang memberikan pengaruh secara langsung atau tidak langsung pada saat proses
kegiatan pembelajaran berlangsung maupun secara peserta belajar menyelesaikan
program belajar.
25
g. Pengaruh (impact)
Aspek yang dievaluasi dari pengaruh ini misalnya perubahan-perubahan yang
terjadi pada diri peserta belajar setelah menyelesaikan program belajar, seperti
aspirasinya, fungsionalisasi pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam
kehidupannya, diterima sebagai karyawan/bekerja atau usaha sendiri, peningkatan
pendapatan
dan
peningkatan
peran
sertanya
dalam
kehidupan
sosial
kemasyarakatan.
Indikator digunakan apabila aspek yang akan dinilai perubahannya tidak dapat
secara langsung seperti halnya tinggi badan, berat badan atau harga suatu barang yang
secara kuantitatif mudah diukur (Subakti, 1996 dalam Suharto, 1997). Indikator sosial
pada dasarnya menunjuk pada definisi konseptual atau bagian dari definisi operasional
dari suatu konsep utama yang memberikan gambaran sistem informasi tentang suatu
sistem sosial.
2.2 Kerangka Pemikiran
Implementasi program Corporate Social Responsibility (CSR) yang dilakukan
oleh PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk berupa keterlibatan pihak perusahaan secara
langsung dalam upaya pengembangan masyarakat sekitar dengan membentuk suatu
proyek atau program yang dibutuhkan oleh masyarakat itu sendiri berkaitan dengan tiga
dasar utama kepentingan (Triple Bottom Lines), yakni memelihara lingkungan,
memberikan manfaat bagi masyarakat lokal, dan menjaga pertumbuhan perusahaan.
Dalam pelaksanaan program-program CSR PT. Indocement mengacu pada kegiatan
yang terkelompok dalam kerangka Lima Pilar (The Five Pilars) yaitu pendidikan,
ekonomi, kesehatan, (sosial, budaya, agama, dan olahraga), dan keamanan.
Suatu tahapan dalam proses pelaksanaan program CSR PT Indocement terkait
langsung pada kebijakan PT Indocement itu sendiri sebagai landasan dan pedoman
dalam pelaksanaan program atau proyek pada masyarakat di 12 desa binaan. Dalam
lingkup perusahaan sendiri terdiri dari motivasi dalam melakukan program CSR, aspek
pengelolaan dimana akan diukur sejauh mana program tersebut tepat sasaran dan sesuai
dengan tujuan (jangka waktu dan SDM) yang terlibat dalam implementasi.
Pada awalnya Departemen CSR membuat rancangan kerja tahunan yang akan
dilakukan pada satu tahun kedepan. Sebelum pihak Departemen CSR memutuskan
26
program atau proyek CSR, harus dilakukannya BILIKOM dan melihat socio demograpy
mapping juga data demografi desa tersebut. Tidak kalah pentingnya adalah proses
sosialisasi yang dilakukan pihak perusahaan sebelum melakukan program CSR dan
pada saat pelaksanaan program yang bekerja sama dengan masyarakat. Setelah
dianalisis kebutuhan dan masalah yang ada di masyarakat maka dipertimbangkan untuk
pengadaan pelatihan atau training untuk tiap program/proyek CSR.
Proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu setelah pelatihan atau training mekanik
(mesin motor) yang telah dilakukan dua kali yaitu pada tahun 2008 dan 2009.
Berdasarkan keputusan dari perusahaan, akhirnya didirikan bengkel tersebut sebagai
tempat untuk mengembangkan masyarakat dengan pendampingan, pelatihan, dan
pemberian modal kepada masyarakat. Sedangkan tujuan khusus dari bengkel ini adalah
untuk menambah kemampuan dan keterampilan masyarakat mengenai motor, mendidik
masyarakat dalam mengorganisasikan usaha atau bisnis, dan juga meyadarkan dan
meningkatkan business mentally dalam diri masyarakat.
Sedangkan pada pihak masyarakat dalam pelaksanaan program akan melihat
tingkat partisipasi pada tahap perencanaan, pelaksanaan, menikmati hasil dan evaluasi
program. Keterlibatan dan partisipasi aktif dari masyarakat sangat penting sebagai
upaya dalam pemberdayaan dan pengembangan masyarakat. Oleh sebab itu, tingkat
implementasi prinsip-prinsip pengembangan masyarakat merupakan suatu tolak ukur
dalam pelaksanaan program CSR yang berbasiskan pengembangan masyarakat.
Evaluasi proses yang dilakukan termasuk dalam evaluasi proses baik dari tahap
perencanaan, sosialisasi, dan pelaksanaan program atau proyek CSR yang dilakukan
oleh pihak perusahaan PT Indocement dan masyarakat di salah satu desa binaan yaitu
Desa Bantarjati dimana didirikannya Proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu. Evaluasi
proses dilakukan untukmengumpulkan, menyusun, mengolah dan menganalisa data dan
informasi untuk menyimpulkan kinerja yang kemudian disimpulkan sebagai proses
pengambilan keputusan. Implementasi CSR yang baik adalah yang melibatkan
partisipasi beberapa stakeholders baik itu perusahaan, masyarakat dan pihak lain yang
terlibat.
27
Gambar 4. Kerangka Pemikiran Penelitian Analisis Program CSR
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
Tingkat Implementasi Prinsip-Prinsip
Pengembangan Masyarakat
Rencana kerja
tahunan
Pihak Perusahaan
a.
b.
c.
d.
e.
Kebijakan perusahaan
Motivasi
Proses Sosialisasi
Proses pelaksanaan
Training /pelatihan
Evaluasi Proses
Program CSR
PROSES
PELAKSANAAN
PROGRAM CSR
Pihak Masyarakat
a.
b.
c.
d.
Tingkat Partisipasi
Perencanaan program
Pelaksanaan program
Menikmati hasil program
Evaluasi program
Kebijakan PT. Indocement Tunggal Prakarsa
Keterangan :
: Meliputi
: Mempengaruhi
: Saling Berhubungan
28
2.3 Hipotesa Pengarah
Kebijakan dan pandangan perusahaan mengenai CSR telah mempengaruhi
implementasi, sasaran, dan tujuan program CSR PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
Implementasi program CSR yang dilakukan PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
berbasiskan pengembangan masyarakat jika melibatkan masyarakat secara aktif dalam
program CSR dan menciptakan kemandirian masyarakat.
2.4 Definisi Konseptual
1.
Kebijakan CSR perusahaan adalah kerangka dasar perusahaan (visi, misi, dan
peraturan) yang berupa dokumen tertulis yang menjadi landasan dalam
pelaksanaan program CSR.
2.
Rencana kerja tahunan adalah rangkaian program atau kegiatan yang akan
dilakukan pada masa kurun waktu satu tahun, terdiri dari tujuan, rangkaian
kegiatan dan anggaran dana yang akan dilakukan.
3.
Tingkat implementasi prinsip-prinsip pengembangan masyarakat adalah prinsip
yang menginformasikan suatu cara yang lebih berorientasi pada proses dan
pelaksanaan pogram agar pengembangan masyarakat dapat dilakukan secara
efektif.
4.
Proses pelaksanaan program CSR adalah serangkaian proses pengelolaan
kegiatan dan program CSR dengan dimulai dari tahap perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi program.
5.
Pihak perusahaan adalah sekelompok orang yang mewakili suatu institusi atau
kelembagaan yang berada pada suatu wilayah dan memiliki satu tujuan
bersama.
6.
Motivasi adalah alasan atau suatu hal yang mendasari pihak perusahaan
melakukan suatu program atau kegiatan. Motivasi dalam pelaksanaan suatu
program antara lain: Charity, dimana berdasarkan pada agama, tradisi dan adat
budaya masyarakat setempat yang bersifat jangka pendek, selain itu ada
motivasi Philantropy yang melihat dari norma etika dan hukum yang berlaku di
Indonesia (universal) dilakukan secara terencana dan terorganisir, dan
Corporate Citizenship yang bertujuan untuk merekonsiliasi dengan ketertiban
29
sosial antara perusahaan dan pihak masyarakat dengan memberikan kontribusi
kepada masyarakat yang terinternalisasi dalam kebijakan perusahaan.
7.
Sosialisasi program CSR adalah publikasi atau penyampaian informasi
merupakan pendekatan yang dilakukan pihak perusahaan kepada masyarakat
sebelum dan pada saat pelaksanaan program CSR baik secara langsung maupun
tidak langsung dengan menggunakan media tertentu.
8.
Proses pengelolaan adalah proses yang dilakukan perusahaan dalam mengatur
dan mengorganisir Sumber Daya Manusia (SDM) yang terlibat (staf Div. CSR,
LSM, dan Yayasan) dalam pelaksanaan program CSR. Selain itu, tenggat waktu
(jangka waktu) merupakan pengorganisasian waktu dalam suatu program agar
mencapai target sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan.
9.
Training atau pelatihan merupakan tahap atau rangkaian awal untuk melakukan
program atau proyek yang berupaya untuk menambah pengetahuan,
keterampilan dan kemampuan peserta penerima program di bidang tertentu.
10. Evaluasi proses program CSR adalah evaluasi mengenai tahap pelaksanaan
program, dimulai dari sosialisasi program sampai program tersebut selesai
dilaksanakan.
11. Pihak masyarakat adalah orang atau sekelompok komunitas yang terlibat dan
ikut serta dalam seluruh tahapan pelaksanaan program CSR.
12. Tingkat partisipasi masyarakat adalah peran aktif masyarakat dalam pelaksanaan
program CSR baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan, menikmati hasil dan
evaluasi.
13. Tahap perencanaan program dinyatakan sebagai keikutsertakan informan dalam
mengikuti rapat penyusunan rencana atau kegiatan. Aspek yang akan dilihat
adalah kehadiran responden dalam rapat perencanaan program dan keaktifan
dalam rapat tersebut
14. Tahap pelaksanaan program adalah keikutsertaan dan keaktifan pada
pelaksanaan kegiatan/program. Partisipasi pada tahap pelaksanaan dilihat dari
banyaknya kegiatan yang diikuti responden serta kehadiran dan keaktifan dalam
tiap-tiap kegiatan tersebut.
15. Tahap menikmati hasil program adalah keikutsertaan masyarakat dalam
menikmati hasil proyek atau program CSR yang dilakukan oleh PT Indocement
30
dan pihak masyarakat. Pada tahap menikmati hasil, peserta pelatihan, pihak
perusahaan dan masyarakat lingkungan sekitar merasakan manfaat dan
kegunaan setelah dilakukannya pelatihan. Tingkat partisipasi masyarakat dan
peserta pelatihan pada tahap menikmati hasil dilihat dari keterampilan yang
didapat oleh peserta pelatihan dan penerapan keterampilan tersebut dalam
kehidupan sehari-hari.
16. Tahap evaluasi program adalah keikutsertaan masyarakat dan peserta pelatihan
dalam mengevaluasi kegiatan yang dilaksanakan dalam proyek atau program.
Partisipasi warga dilihat dari keikutsertaan mereka dalam mengikuti rapat dan
pertemuan dengan pihak perusahaan dalam mengevaluasi proyek.
31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di dua tempat, yaitu di kantor PT. Indocement Tunggal
Prakarsa Tbk yang berlokasi di Jl. Mayor Oking Jayaatmadja, Kecamatan Citeureup,
Kabupaten Bogor dan di Bengkel Sepeda Motor Terpadu Jl. Cikarang Kampung Sawah
Lulut, Desa Bantarjati, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor. Sebelum
menentukan tempat penelitian, peneliti melakukan observasi dan telaah dokumen
melalui kepustakaan media cetak, internet, televisi, dan penjajagan awal untuk
mendapatkan informasi dari narasumber. Waktu penelitian dilakukan selama kurun
waktu dua bulan yaitu dimulai dari bulan November hingga akhir Desember 2009.
Penentuan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive). PT
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dipilih menjadi lokasi penelitian setelah berdiskusi
dengan dosen pembimbing dan diperkuat dengan informasi bahwa PT Indocement
Tunggal Prakarsa Tbk pada Indonesian CSR Awards 2008 telah meraih “Penghargaan
Emas” dan “Penghargaan Terbaik 1” pada tanggal 23 Februari 2009 dan karena PT
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk merupakan perusahaan industri manufaktur yang
menghasilkan limbah dan polusi terhadap lingkungan sekitar, sehingga peneliti ingin
mengetahui kontribusi perusahaan dalam pelaksanaan tanggung jawab sosial
perusahaan yang berbasiskan pemberdayaan masyarakat di lokasi sekitar pabrik dan
evaluasi program yang sudah dan akan dilaksanakan.
3.2 Pendekatan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan
kualitatif dipilih karena mampu memberikan pemahaman yang mendalam dan rinci
tentang suatu peristiwa atau gejala sosial. Strategi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah studi kasus. Hal ini karena studi kasus merupakan studi aras mikro yang hanya
menyoroti satu atau beberapa kasus dan karena studi kasus merupakan strategi
penelitian yang bersifat multi metode (wawancara, pengamatan, dan analisis dokumen).
Beberapa kasus pada aras mikro (komunitas lokal) akan dipilih komunitas yang telah
atau sedang melakukan proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu yang dilakukan oleh PT
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
32
Metode studi kasus yang digunakan adalah bersifat explanatory research,
dimana penelitian ini dilakukan untuk menjelaskan bagaimana kesesuaian antara tujuan
dan hasil dari pelaksanaan proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu dengan melakukan
evaluasi proses proyek bengkel serta faktor-faktor yang akan mempengaruhinya.
Melihat keterlibatan masyarakat dalam melakukan proyek Bengkel Sepeda Motor
Terpadu sebagai upaya perusahaan untuk mengembangkan masyarakat atau di sebuah
komunitas yang berada di lingkungan perusahaan.
Adapun wawancara dilakukan untuk mengetahui proses pelaksanaan program
CSR. Wawancara tidak hanya dilakukan pada pembuat (perusahaan) atau penerima
(masyarakat) proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu saja, tetapi pada kedua belah
pihak, bahkan dilakukan pula kepada pihak-pihak yang terkait dalam proses
pelaksanaan proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu selain dari pihak perusahaan dan
masyarakat, seperti pemerintah setempat, akademisi, dan swasta. Pengamatan dilakukan
pada pelaksanaan proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu di masyarakat terhadap upaya
pengembangan masyarakat dan kesesuaian hasil dari program tersebut.
Strategi studi kasus ini diharapkan mampu menggali informasi mendalam
mengenai kontribusi perusahaan dalam pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan
yang berbasiskan pengembangan masyarakat di lokasi sekitar pabrik dan evaluasi
program yang dilaksanakannya.
3.3 Teknik Pemilihan Informan
Subjek dalam penelitian ini adalah informan. Informan merupakan pihak yang
memberikan keterangan tentang diri sendiri, keluarga, pihak lain, dan lingkungannya.
Pemilihan informan dilakukan secara purposive, Informan kunci yang dipilih dalam
penelitan ini berjumlah sembilan orang, terdiri dari pihak perusahaan (3 orang) salah
satunya Ibu Dian Octavia sebagai CSR Head Development Officer yang akan
memberikan informasi dan data mengenai kebijakan, rancangan pelaksanaan proyek
Bengkel Sepeda Motor Terpadu yang dilakukan dan implementasi proyek tersebut,
komunitas/masyarakat penerima program (3 orang) yang memberikan informasi tentang
proses pelaksanaan proyek yang selama ini telah dilakukan. Sedangkan informan kunci
dari pemerintah dan aparat setempat (3 orang) yang memberikan informasi tentang
33
gambaran umum dan potensi desa serta peran-peran pemerintah dalam pelaksanaan
proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu.
Selain informan kunci, peneliti juga melibatkan beberapa informan lainnya
yang terdiri dari kerabat atau tetangga dari infoman kunci tersebut dan informan yang
ikutserta dalam pelaksanaan program tersebut. Informan lainnya ini digunakan untuk
melengkapi data yang didapatkan dari informan kunci dan data yang diperoleh dari
infoman lainnya didiskusikan kembali dengan informan kunci. Pertimbangan pemilihan
pemerintah sebagai informan kunci adalah pemerintah mempunyai andil dan tanggung
jawab penuh terhadap segala sesuatu kegiatan yang diadakan di Desa Bantarjati.
Sedangkan yang menjadi dasar pertimbangan pemilihan komunitas/masyarakat
penerima program sebagai informan kunci, yakni keterlibatan mereka dalam proses
pelaksaaan proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu secara langsung. Sehingga peneliti
dapat memahami proses tersebut dari mulai perencanaan, pelaksanaan, menikmati hasil
dan evaluasi proyek bengkel yang dilakukan oleh perusahaan dan masyarakat.
Pengambilan informan yaitu peserta pelatihan angkatan II tahun 2008 dengan
pertimbangan informan sudah dapat menerapkan program yang di berikan mengenai
mesin motor dan aspek otomotif lainnya.
3.4 Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
Metode pengumpulan data yang diterapkan peneliti adalah metode triangulasi untuk
memperoleh kombinasi data yang akurat berupa wawancara mendalam, pengamatan
berperanserta, dan penelusuran dokumen. Hal ini dilakukan agar dapat memperoleh
kombinasi data yang akurat, sehingga dapat menjelaskan gejala sosial yang berkaitan
dengan evaluasi proses pada proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu. Pengumpulan data
yang dilakukan peneliti juga disesuaikan dengan kebutuhan data dan metode
pengumpulannya.
1) Wawancara Mendalam
Teknik wawancara mendalam dilakukan untuk mendapatkan data primer dan
deskriptif yang dilakukan terhadap informan. Informan ditentukan melalui teknik
bola salju (snowball). Pemilihan informan pada awalnya dilakukan secara sengaja
(purposive) dengan mendatangi staf CSR Development Officer, aparat pemerintah
34
di tingkat desa sebagai pemangku program pembangunan, dan juga tokoh
masyarakat dimana penelitian dilakukan, yang selanjutnya akan mengiringi peneliti
kepada informan lain. Untuk membantu penulis dalam mengumpulkan data di
lapangan, maka penulis membuat panduan pertanyaan yang digunakan sebagai
pedoman dalam pengumpulan data.
2) Pengamatan Berperanserta dan Observasi
Pengamatan berperanserta bersifat participant as observer dimana peneliti hadir
sebagai pengamat dinamika subyek penelitian8. Hal ini dilakukan agar peneliti
dapat melihat dan mengamati kejadian dan proses sosial yang terjadi disekitar
informan, maka peneliti juga ikut mengobservasi kegiatan masyarakat dalam
melakukan proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu tersebut.
3) Penelusuran Dokumen atau Literatur
Data sekunder diperoleh dari menganalisis dan melakukan kajian pustaka terhadap
berbagai literatur, yakni skripsi, tesis, disertasi, buku, jurnal, makalah, dan internet
yang terkait dengan pelaksanaan program CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa
Tbk baik itu dokumen pribadi maupun dokumen resmi. Selain itu, analisis data
sekunder juga diperlukan terhadap dokumen yang diperoleh di lokasi penelitian,
seperti monografi dan potensi desa, peta lokasi, data statistik.
Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data sekunder dan primer. Data primer
merupakan data yang didapatkan dari hasil wawancara mendalam yang dilakukan
dengan informan, disamping itu data primer juga didapatkan peneliti dari pengamatan
berperanserta yang dilakukan peneliti selama di lapangan. Sedangkan data sekunder
merupakan data yang didapatkan dari dokumen-dokumen tertulis baik yang berupa
tulisan ilmiah ataupun dokumen resmi yang diterbitkan instansi. Untuk menghindari
adanya distorsi pesan, maka peneliti setelah melakukan wawancara mendalam dengan
informan, peneliti menulis kembali hasil wawancara dalam bentuk catatan harian.
Catatan harian atau catatan lapangan adalah instrumen utama yang melekat pada
metode-metode pengumpulan data kualitatif (Sitorus, 1998).
8
Kolopaking, Lala M, dkk. Materi Pembekalan Kuliah Kerja Profesi .Departemen Sains Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor tanggal 6,7, dan 9 Juli
2009.
35
3.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Teknik analisis data yang dilakukan adalah analisis data kualitatif. Data
kualitatif baik data primer maupun sekunder yang telah didapatkan akan diolah dan
dianalisis secara kualitatif. Analisis data primer dan data sekunder diolah menggunakan
tiga tahapan kegiatan analisis data dan dilakukan secara bersamaan, yaitu reduksi,
penyajian data dan penarikan kesimpulan (Sitorus, 1998).
1) Mereduksi data, bertujuan untuk menajamkan, menggolongkan, mengarahkan,
mengeliminasi data-data yang tidak diperlukan dan mengorganisir data sedemikian
sehingga didapatkan kesimpulan.
2) Data yang telah direduksi akan disajikan dalam bentuk deskriptif maupun matriks
yang menggambarkan proses dari proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu yang
sedang dilakukan perusahaan dan masyarakat. Sehingga diharapkan dapat
menjawab perumusan masalah yang telah ditetapkan.
3) Kesimpulan, menarik simpulan melalui verifikasi. Verifikasi dilakukan sebelum
peneliti menarik kesimpulan akhir, dimana proses menyimpulkan tentang penelitian
ini dilakukan bersama dengan para informan yang merupakan subjek dalam
penelitian ini yang telah menyumbangkan data dan informasi terhadap penelitian
ini.
36
BAB IV
PROFIL PERUSAHAAN DAN LOKASI PENELITIAN
4.1 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
4.1.1 Sejarah PT Indocement9
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk adalah salah satu produsen semen terbesar
di Indonesia yang memproduksi berbagai jenis semen bermutu, termasuk produk semen
khusus. Indocement didirikan pada tahun 1985 dan dioperasikan secara terpadu dengan
total kapasitas produksi terpasang sebesar 17,1 juta ton semen per tahun. Indocement
saat ini mengoperasikan 12 pabrik, sembilan di antaranya berlokasi di Citeureup, Bogor,
Jawa Barat; dua di Palimanan, Cirebon, Jawa Barat; dan satu di Tarjun, Kotabaru,
Kalimantan Selatan.
Sejak tahun 2005, Indocement telah melakukan diversifikasi produk dengan
meluncurkan Semen Komposit Portland (Portland Composite Cement/PCC). Perseroan
juga memproduksi berbagai jenis semen lainnya, yaitu Semen Ordinary Portland Tipe I,
Tipe II dan Tipe V, serta Semen Sumur Minyak (Oil Well Cement) dan Semen Putih.
Sampai saat ini, Indocement merupakan satu-satunya produsen Semen Putih di
Indonesia.
Produk-produk Indocement tersebut dipasarkan dengan merek dagang ‘Tiga
Roda’. Pada tahun 2001, HeidelbergCement Group, salah satu produsen semen
terkemuka di dunia yang berpusat di Jerman dan beroperasi di 50 negara, menjadi
pemegang saham mayoritas Indocement. Sejak itu, Indocement bertekad untuk
memulihkan kondisi keuangan yang sehat seperti sebelum terjadinya krisis keuangan di
Asia. Untuk mencapai hal tersebut, dan dengan dukungan HeidelbergCement Group,
Indocement kembali memfokuskan kegiatannya pada bisnis inti sebagai produsen
semen, beton siap-pakai dan agregat. Sejak 2006 hingga saat ini, Indocement telah
berhasil mencapai kondisi keuangan yang sehat.
Indocement menyelesaikan proyek modifikasi Pabrik ke delapan di Citeureup
pada tahun 2007, yang memberikan tambahan kapasitas produksi terpasang sebesar
600.000 ton semen per tahun. Hal ini memungkinkan Indocement meningkatkan
9
Sumber: Sekilas Indocement Departemen CSR (diakses pada tanggal 3 Desember 2009)
37
volume penjualan secara signifikan pada 2008 untuk memenuhi permintaan pasar yang
meningkat. Sebagai bagian dari program tanggung jawab sosial perusahaan, Indocement
berhasil mengembangkan lebih dari 170 hektar perkebunan jarak (Jatropha curcas)
pada lahan bekas penambangan batu kapur. Indocement juga berhasil memprakarsai
proyek pengolahan sampah rumah tangga dalam skala kecil untuk masyarakat di sekitar
Pabrik Citeureup dan Cirebon. Sampah yang diproses dapat digunakan sebagai bahan
bakar biomassa yang menghasilkan energi pada proses produksi, dan juga menghasilkan
kompos.
4.1.2 Visi dan Misi PT Indocement
Visi dari PT Indocement ialah “Menjadi pemimpin pasar semen dalam negeri
yang berkualitas”. Sedangkan misi dari PT Indocement dalam mewujudkan visinya
ialah “Kami berkecimpung dalam bisnis penyediaan papan, semen dan bahan bangunan
yang terkait, serta jasa terkait yang bermutu dengan harga kompetitif dan tetap
memperhatikan pembangunan berkelanjutan”. PT Indocement juga mempunyai motto
untuk mendorong semangat para karyawan yaitu “Turut membangun kehidupan
bermutu (better shelter for a better life)” yang merupakan nilai-nilai dalam perusahaan
sebagai corporate identity (PT Indocement, 2008).
Berdasarkan visi yang telah diputuskan oleh perusahaan maka dapat terlihat
secara eksplisit di dalam misinya menekankan adanya pembangunan berkelanjutan
(sustainable development). Selanjutnya misi PT Indocement diterjemahkan ke dalam
empat kebijakan utama PT Indocement yang mencangkup (Dewani, 2009):
1. Kebijakan Mutu
a) Senantiasa
meningkatkan
sistem
manajemen
mutu
dan
melakukan
pengendalian mutu secara ketat pada seluruh tahapan proses sehingga produk
klinker dan semen yang dihasilkan serta pelayanan pendukung yang terkait
memiliki mutu yang konsisten untuk memenuhi persyaratan bahkan
melampaui kepuasan pelanggan.
b) Secara terus menerus melatih seluruh jajaran manajer dan karyawan agar
memahami serta menghayati prinsip dan metode Manajemen Mutu Terpadu
dan Sistem Manajemen Mutu Internasional.
38
c) Memacu seluruh jajaran manajer dan supervisor untuk mengikutsertakan
segenap karyawan untuk secara terus menerus meningkatkan mutu produk
yang dihasilkan.
d) Membangun keyakinan bahwa sumber daya manusia adalah penyangga
utama bagi prakarsa mutu melalui pelatihan dan pengembangan tenaga kerja
berwawasan teknologi dan berorientasi pada mutu akan menghasilkan
teknologi dan terobosan baru.
2. Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Keamanan, Lingkungan dan
Komunitas
a) Senantiasa manjalankan perusahaan untuk selalu mematuhi undang-undang,
peraturan yang berlaku dan standar yang relevan.
b) Senantiasa menjalankan perusahaan dengan melaksanakan pengendalian
resiko untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman, selamat, dan sehat.
c) Senantiasa berupaya untuk menghemat sumberdaya alam, mengutamakan
keselamatan kerja serta mengendalikan dan mengurangi dampak terutama
emisi debu melalui kegiatan perbaikan secara terus-menerus.
d) Senantiasa berusaha meningkatkan program untuk menciptakan hubungan
kerjasama yang harmonis dengan lingkungan sekitar.
3. Kebijakan Gaya Manajemen
a) Senantiasa memberikan semangat pada segenap tingkatan dalam perusahaan
untuk berinisiatif dan berpartisipasi dalam rangka memenuhi tujuan dan
sasaran perusahan.
b) Senantiasa menghargai hubungan yang baik pada segenap tingkatan dengan
pihak eksternal dan internal yang dilandasi saling menghormati, kejujuran,
dan kepercayaan.
c) Senantiasa mengembangkan sistem komunikasi internal dan eksternal yang
efektif untuk mendukung keberhasilan penerapan sistem manajemen
perusahaan.
d) Senantiasa berkeyakinan seluruh jajaran manajer, selalu mematuhi prinsipprinsip kebijakan yang dideklarasikan ini dan memberikan keteladanan.
4. Kebijakan Karyawan
39
a) Senantiasa mengharapkan segenap kemampuan karyawan untuk loyal,
kerjasama, tanggung jawab, siap melayani, kemauan belajar, mempunyai
integritas, dan disiplin.
b) Senantiasa meningkatkan bakat karyawan melalui pelatihan dan pendidikan
yang berkelanjutan.
c) Senantiasa mendorong karyawan untuk bertanggungjawab terhadap pekerjaan
dan tugas yang didelegasikan, serta mempunyai wawasan berpikir yang luas
dalam rangka mewujudkan mobilitas dan fleksibilitas.
d) Senantiasa mengutamakan budaya perusahaan secara terus menerus untuk
mendorong tim kerja yang prima.
Pelaksanaan dan implementasi program CSR berlandasakan pada kebijakan PT
Indocement yang mempertimbangkan konsep Sustainable Development dan prinsip
Triple Bottom Lines (ekonomi, sosial, dan lingkungan). Perumusan kebijakan PT
Indocement mengacu pada ISO 26000 dalam lingkup implementasi tanggung jawab
sosial perusahaan.
4.1.3 Departemen CSR PT Indocement
PT Indocement memiliki sebuah Departemen CSR yang dibentuk pada tahun
2005 yang berlandaskan pada Triple Bottom Lines. Kegiatan sosial perusahaan PT
Indocement sebenarnya sudah dilakukan sejak perusahaan berdiri pada tahun 1985
melalui divisi Community Development. Saat ini Departemen CSR unit Citeureup
dipimpin oleh Ibu Dian Octavia sebagai Head Officer Departemen CSR dan memiliki
15 orang staf yang terbagi menjadi Community Develeopment Section (Comdev Section)
yang dikepalai oleh Bapak Ayi Ibrohim dan Sustainable Development Project Section
(SDP Section) yang dikepalai oleh Ibu Lia Damayanti. Dalam menjalankan tugasnya,
Departemen CSR memiliki visi dan misi yang menjadi landasan tugas departemen. Visi
Departemen CSR adalah membangun kepentingan perusahaan untuk kepentingan
bersama perusahaan dan komunitas, khususnya komunitas lokal dimana perusahaan
beroperasi, sehingga tercipta hubungan yang harmonis. Sedangkan misi Departemen
CSR adalah menjalankan seluruh kegiatan usaha dengan tetap memperhatikan
kesejahteraan komunitas (wholesome community) dan dengan menerapkan konsep
ramah lingkungan (environment friendly) dengan tetap memperhatikan pengembangan
perusahaan yang berkelanjutan (sustainable development).
40
Selain memiliki visi dan misi, Departemen CSR PT Indocement juga memiliki
motto yaitu “Turut membangun kehidupan bermutu (better shelter for a better life)”
yang selalu dijadikan pijakan bagi setiap karyawan perusahaan dari berbagai tingkatan
dalam menjalankan aktivitas perusahaan ini. Departemen CSR mempunyai tugas dan
tanggung jawab terhadap seluruh kegiatan sosial yang dilakukan PT Indocement di 12
desa binaan yang berada di sekitarlingkungan pabrik dan jalur konvayer khususnya dan
lingkup nasional umumnya. Ruang lingkup Departemen CSR meliputi kegiatan
memutuskan program/proyek yang akan dilaksanakan, membuat perencanaan,
melaksanakan prgram/proyek di 12 desa binaan, melakukan survai, monitoring
program/proyek CSR, dan melakukan dokumentasi.
PT Indocement yang beroperasi di Citeureup berada dalam tiga kecamatan, yaitu
Kecamatan Citeureup, Kecamatan Klapanunggal, dan Kecamatan Cileungsi. Dari tiaptiap kecamatan tersebut ditentukan desa binaan yang memiliki kedekatan lokasi dari
pabrik. Berdasarkan kedekatan tersebut maka jumlah seluruh desa binaan PT
Indocement sebanyak 12 desa binaan, yaitu: Desa Gunung Putri, Citeureup,
Puspanegara, Lulut, Bantarjati, Nambo, Hambalang, Leuwi Karet, Tarikolot, Gunung
Sahari, Pasir Mukti, dan Tajur.
Penentuan
program CSR di 12 desa binaan dilakukan berdasarkan social
mapping atau pemetan sosial oleh pihak karyawan Departemen CSR untuk
mendapatkan gambaran umum dan data yang jelas mengenai situasi dan kondisi yang
ada di masyarakat binaan sehingga dapat menentukan prioritas program yang akan
dilaksanakan agar tepat guna dan tepat sasaran. Perencanaan program CSR dilandasi
oleh konsep Triple Bottom Lines dan dibuat dalam bentuk rencana strategis dengan
jangka waktu pelaksanaan program selama lima tahun (Gambar 5) yang menjadi acuan
pelaksanaan program CSR Indocement.
Departemen CSR melakukan pertemuan BILIKOM (Bina Lingkungan dan
Komunikasi) di 12 desa binaan setiap tiga bulan sekali. Pertemuan ini dilakukan untuk
mengetahui permasalahan dan kebutuhan di masyarakat yang berlandasakan pada
Renbangdes (Rencana Pembangunan Desa) merupakan hasil dari pertemuan atau
musyawarah rencana pembangunan yang dilakukan di tiap desa.
41
Gambar 5. Skema Strategic Planning 2006-2010 Program CSR PT Indocement
Sumber : Intranet Departemen CSR (diakses pada tanggal 23 November 2009)
Pada Gambar 6 disajikan proses tahapan pelaksanaan program CSR PT
Indocement melalui BILIKOM dan Renbangdes, pihak Departemen CSR menganalisis
kebutuhan masyarakat sesuai dengan prioritas dan target dengan skala yang telah
ditentukan dengan menggunakan social mapping dan disesuaikan pula dengan rencana
strategis. Hasil dari analisis kebutuhan tesebut ditetapkan melalui kebijakan perusahaan
yang selanjutnya dilaksanakan oleh Departemen CSR. Setelah selesai dilaksanakan
program, tahap selanjutnya adalah dilakukannya kegiatan pemantauan dan evaluasi
program yang kemudian di kembalikan kembali dalam BILIKOM dan kebijakan
Departemen CSR.
42
Gambar 6. Skema Tahapan Pelaksanaan Program CSR PT Indocement Tahun 20062010
Sumber : Intranet Departemen CSR (diakses pada tanggal 23 November 2009)
4.2 Profil Lokasi Penelitian Desa Bantarjati
4.2.1 Demografi Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan pada dua lokasi penelitian, yaitu di Departemen CSR PT
Indocement Tunggal Prakarsa Unit Citeureup dan di Desa Bantarjati, Kecamatan
Klapanunggal, Kabupaten Bogor. Desa Bantarjati adalah lokasi Proyek Bengkel Sepeda
Motor Terpadu yang merupakan salah satu lokasi implementasi program CSR. Adapun
batas-batas wilayah Desa Bantarjati sebagai berikut:
Sebelah utara
: Kecamatan Gunung Putri
Sebelah barat
: Kecamatan Citeureup
Sebelah timur
: Desa Nambo
Sebelah selatan
: Desa Lulut
43
Desa Bantarjati berada di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi
Jawa Barat. Luas wilayah + 367 Ha. Berdasarkan profil Desa Bantarjati tahun 2009 dari
jumlah penduduk yang ada terbagi menjadi 5 RW, yaitu:
RW 1 dan RW 2 disebut dengan Kampung Nambo yang berada di Dusun 1
RW 3 dan RW4 disebut dengan Kampung Bantarkopo yang berada di Dusun 2
RW 5 disebut dengan Kampung Pasir Tangkil yang berada di Dusun 3
Proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu
berada di Desa Bantarjati, namun
berdasarkan letak monografis bengkel ini berada dan dekat dengan Desa Lulut karena
bengkel tersebut berada di perbatasan wilayah dan lebih banyak masyarakat Desa Lulut
yang mengakses Bengkel Sepeda Motor Terpadu dikarenakan letak yang berdekatan
dengan pemukiman masyarakat Desa Lulut.
4.2.2 Kondisi Sosial, Ekonomi dan Lingkungan
Berdasarkan Data Demografi tahun 2008, penduduk Desa Bantarjati terdiri dari
2071 Kepala Keluarga dengan jumlah penduduk mayoritas laki-laki, yaitu 3603 orang
sedangkan perempuan sebanyak 3518 orang dari total keseluruhan penduduk pada
(Tabel 1). Selain itu, mayoritas masyarakat Desa Bantarjati beragama Islam. Namun,
dari 4530 penduduk yang produktif hanya 3563 penduduk yang memiliki pekerjaan dan
sisanya sebanyak 967 penduduk menganggur.
Jumlah penduduk yang memiliki pekerjaan tetap sebanyak 168 orang adalah
sebagai karyawan swasta dan 15 orang sebagai PNS Tabel 1. Berdasarkan Tabel 2
diperoleh keterangan bahwa mayoritas masyarakat Desa Bantarjati berpendidikan
hingga sekolah menengah pertama dan mayoritas mereka mata pencahariannya adalah
sebagai buruh dan pedagang.
Kondisi lingkungan Desa Bantarjati merupakan daerah yang dekat dengan
pabrik dan tempat penambangan batu kapur. Oleh karena letak yang berdekatan dengan
daerah tambang Desa Bantarjati cenderung panas dan gersang. Akan tetapi masyarakat
Desa Bantarjati rajin menanami pohon di pekarangan rumahnya atau halamannya dan di
sepanjang jalan umum yang dapat menambah kesejukan suasana.
Kondisi jalan di Desa Bantarjati berupa jalan sebagian beraspal dan ada juga
yang masih berbatu, jalan tersebut dapat dilalui oleh motor, mobil, angkutan umum, dan
kandaraan besar (traktor). Pihak perusahaan belum melakukan perbaikan jalan umum
44
untuk lalu lintas kendaraan besar di sepanjang jalur ke tempat pertambangan. Pihak
perusahaan tidak melakukan perbaikan jalan karena adanya peraturan dari Pemerintah
Daerah yang melarang jalanan lalu lintas kendaraan industri untuk diaspal.
Tabel 1. Data Demografi Desa Bantarjati Tahun 2008 (satuan jiwa atau orang)
Keterangan
Rw 1
Rw 2
Rw 3
Rw 4
Rw 5
Total
Jumlah kepala keluarga
406
472
378
445
370
2071
Jumlah penduduk laki-laki
685
796
663
812
647
3603
Jumlah penduduk perempuan
643
783
660
807
625
3518
Jumlah penduduk produktif
795
983
830
1015
907
4530
Jumlah penduduk bekerja
690
705
594
788
786
3563
Jumlah penduduk
1328
1579
1323
1619
1272
7121
Jumlah pengganguran
105
278
236
227
121
967
Sumber: Social mapping Desa Bantarjati oleh Departemen CSR PT Indocement (2008)
Tabel 2. Data Demografi Mata Pencaharian Desa Bantarjati tahun 2008
Keterangan
Rw 1
Rw 2
Rw 3
Rw 4
Rw 5
Total
Jumlah industri kecil (unit)
2
1
0
1
0
4
Jumlah usaha pertanian (unit)
35
35
39
0
27
136
Jumlah PNS (orang)
10
1
2
2
15
Jumlah jasa buruh (orang)
398
370
410
292
1470
Jumlah perdagangan (orang)
68
72
71
59
270
Jumlah pengrajin (unit)
6
2
5
2
15
Jumlah karyawan swasta (orang)
30
48
61
29
168
Jumlah usia produktif (orang)
289
207
312
191
999
Jumlah tenaga skill (orang)
11
9
30
15
65
Jumlah tenaga unskill (orang)
278
198
282
176
934
Sumber: Social mapping Desa Bantarjati oleh Departemen CSR PT Indocement (2008)
Sampah yang terdapat di Desa Bantarjati mayoritas berasal dari sampah
domestik dan sampah rumah tangga, baik berupa sampah organik dan anorganik.
45
Sampah yang tergolong sebagai limbah domestik pabrik, yakni bahan sisa proses
penambangan batu kapur yang tidak terpakai atau terjatuh saat pendistribusian. Sampah
tersebut dipisahkan dipisahkan lagi untuk dimanfaatkan kembali, seperti sampah
organik dikumpulkan untuk dapat dimanfaatkan sebagai pupuk kompos sedangkan
sampah anorganik yang masih dimanfaatkan diolah kembali.
Kondisi sampah yang ada di Desa Bantarjati, saat ini Departemen CSR sedang
membangun tampat pengolahan sampah organik dan anorganik untuk dijadikan
biomassa. Dari pengolahan ini menghasilkan biomassa yang dapat digunakan sebagai
bahan bakar alternatif, sedangkan kompos digunakan sebagai pupuk organik. Semua
hasil pengolahan sampah mempunyai nilai ekonomis.
4.2.3 Profil Proyek Bengkel Motor Terpadu
Program Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Program/SDP)
dari PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (“Indocement”) unit Citeureup salah satunya
adalah Proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu yang berlokasi di Desa Bantarjati,
Kecamatan Klapanunggal, Bogor, yang saat ini masih beroperasi.
Gambar 7. Gambar Stuktur Organisasi Bengkel Sepeda Motor Terpadu, Desa Bantarjati
Tahun 2009
Sumber: Social mapping oleh Departemen CSR PT Indocement (2008)
46
Latar belakang pelaksanaan Proyek Sepeda Motor Terpadu adalah untuk
mengatasi masalah yang terjadi di masyarakat Desa Bantarjati yaitu besarnya jumlah
angka pengangguran yaitu sebesar 967 orang dari 3540 jumlah penduduk yang
produktif dan adanya keluhan masyarakat akan modal atau dana untuk memulai usaha
atau bisnis baru. Setelah dilakukan observasi dan survai oleh staf karyawan Departemen
CSR, pihak perusahaan memutuskan untuk mengadakan pelatihan untuk memilih
mekanik yang berkualitas yang akhirnya akan didirikan sebuah bengkel. Bengkel ini
berdiri pada tanggal 1 April 2009, dan pada tahap awal struktur organisasi bengkel
terpadu (Gambar 7) dibentuk oleh pihak Departemen CSR dan masyarakat sekitar untuk
memumbuhkan rasa memiliki (sense of belonging project) dan mengatur operasional
bengkel. Tujuan umum dari Proyek Bengkel Sepada Motor Terpadu adalah
mengembangkan masyarakat dengan cara pendampingan, pelatihan, dan pemberian
modal kepada masyarkat Desa Bantarjati. Adapun tujuan khusus dari proyek ini adalah:
1) Menambah kemampuan dan keterampilan
2) Mendidik masyarakat dalam manajemen usaha/bisnis
3) Menyadarkan dan meningkatkan bisnis mentally
Penerima manfaat dari Proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu adalah warga
Desa Bantarjati, Masyarakat di 12 desa binaan pada umumnya, pemerintah dan aparat
dinas terkait, dan stakeholders yang terlibat dalam proyek ini dapat melihat pada
Lampiran 1.
4.2.4 Mekanisme Proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu
Proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu merupakan bentuk serangkaian program
yang diselenggarakan secara bertahap dan sistematis pada tahun 2007- sampai saat ini,
antara lain:
1) melakukan survai dan observasi di desa yang berada di sekitar lingkungan
pabrik dan alur konvayer.
2) melakukan social mapping untuk melihat kondisi demografi dan monografi di
12 Desa Binaan.
3) melakukan BILIKOM di Desa Bantarjati dengan pihak aparat desa, masyarakat
dan staf Departemen CSR.
47
4) memutuskan program CSR (Proyek Bengkel Terpadu) dilaksanaan di RW 05
Desa Bantarjati.
5) melakukan sosialisasi pelaksanaan pelatian/training di 12 Desa Binaan PT
Indocement
tentang
keterampilan,
kemampuan
mengoperasikan
dan
memperbaiki mesin motor melalui BILIKOM dan langsung dilakukan kepada
masyarakat.
6) membuka pendaftaran dan pengembalian formulir peserta pelatihan mekanik
sepeda motor.
7) pelaksanaan pelatihan dengan fasilitator (montir ahli) untuk diberikan
pendampingan dan pelatihan.
8) peserta yang masuk kemudian diseleksi dan yang terpilih kemudian diberikan
kesempatan untuk bekerja di Bengkel Sepeda Motor Terpadu.
9) pada bulan April 2009 Bengkel Sepeda Motor Terpadu resmi di buka.
10) setelah berjalannya bengkel pihak Departemen CSR melakukan monitoring
hingga saat ini untuk melihat kemajuan dan peningkatan pendapatan Bengkel
Terpadu.
Pada bulan Desember 2009 Indocement merencanakan untuk membuka bengkel
baru di salah satu area parkir pabrik Indocement. Untuk mekanisme pembayaran service
motor yang berasal dari Indocement dilakukan oleh pihak koperasi Indocement tiap
bulannya.
Pada Gambar 8 menerangkan bahwa tujuan umum dari pendirian Bengkel
Terpadu ini adalah membentuk bengkel plasma baru yang berada di 12 desa binaan.
Departemen CSR melakukan pendampingan dan pelatihan di bengkel saat proses
pelaksanaan untuk memberikan pemahaman dan memberikan wadah dan kesempatan
kepada para pemuda disekitar untuk berlatih dan belajar mengenai mesin motor dan
lainnya. Proyek Bengkel Terpadu ini juga sebagai satu unit usaha terpadu dan sekaligus
sebagai pusat pelatihan yang diperuntukkan bagi masyarakat, khususnya pemuda di
sekitar lingkungan Pabrik Citeureup dalam rangka pemberdayaan ekonomi masyarakat
yang diharapkan mampu menciptakan unit usaha baru di lingkungan tersebut. Saat ini
jumlah tenaga kerja yang terlibat sebanyak 9 (Sembilan) terdapat pada (Tabel 3 pada
lampiran) yang terdiri dari kepala bengkel, administrasi, mekanik, dan satpam yang
berasal dari desa Lulut, Bantarjati dan Puspanegara.
48
Gambar 8. Skema Rencana Pengembangan Bengkel Terpadu di 12 Desa binaan
PT Indocement
Sumber: Social mapping oleh Departemen CSR PT Indocement (2008)
Departemen CSR mengirimkan wakilnya tiap bulan untuk melakukan evaluasi
dengan meminta laporan keuangan kepada pengurus bengkel. Hal ini dilakukan sebagai
bentuk pemantauan kinerja pelaksanaan bengkel disesuaikan dengan tujuan dan target
yang ingin dicapai oleh pihak perusahaan.
49
BAB V
IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
5.1 Kebijakan PT Indocement Mengenai CSR
Kebijakan PT Indocement mengenai implementasi CSR telah dirumuskan sejak
berdirinya kantor dan pabrik Indocement. Kebijakan dalam implementasi CSR pada
awalnya hanya melakukan sumbangan dan bantuan kepada masyarakat sekitar tanpa
memiliki landasan dan konsep partisipasi dan pengembangan masyarakat. Saat ini,
perusahaan telah memiliki kebijakan dan konsep yang menjadi acuan dalam aspek
lingkungan, ekonomi, dan sosial (konsep triple bottom lines) seperti kutipan dibawah ini
yang terdapat pada Annual Report PT Indocement dan data Departemen CSR yaitu:
“Indocement melaksanakan gagasan-gagasan tanggung jawab sosial
perusahaan untuk memberikan mata pencaharian, perhatian dan
perlindungan yang layak bagi masyarakat dan lingkungannya untuk
memastikan keberlangsungan pertumbuhan serta kesejahteraan bagi generasi
berikutnya’(Departemen CSR PT Indocement, 2009).
Program
tanggung jawab
sosial
perusahaan
didasarkan pada
konsep
pembangunan berkelanjutan yang bertumpu pada tiga pencapaian yang bermanfaat
secara ekonomi, sosial dan lingkungan (triple bottom lines). Perusahaan juga
mendasarkan program ini pada Kerangka Lima Pilar Pembangunan Berkelanjutan.
Selain itu, tujuan dari pembangunan milenium PBB pada tahun 2000 juga menjadi
inspirasi program tanggung jawab sosial perusahaan. Sebagaimana tersebut di bawah ini
Lima Pilar tersebut meliputi bidang pendidikan, ekonomi, kesehatan, sosial-budayaagama-olahraga dan keamanan.
Terobosan dalam program tanggung jawab sosial perusahaan yang berhasil
dicapai Indocement pada tahun 2007 adalah pada saat menyelaraskan kepentingan
konservasi lingkungan dengan sumber bahan bakar alternatif dan pembangunan
komunitas, dimana momentumnya lebih terasa di tahun 2008. Aktivitas tanggung jawab
sosial perusahaan terpusat pada empat proyek berbeda yang memberikan peluang kerja
pada wilayah dengan kesempatan kerja yang langka, menawarkan pendapatan bagi
orang yang tidak memiliki penghasilan, mengubah pola pikir masyarakat tentang
kebersihan dan sanitasi di dalam dan sekitar desa mereka, dan yang lebih penting lagi,
membuka peluang untuk menggalang keterlibatan dan pengembangan masyarakat pada
50
kegiatan yang memiliki nilai ekonomis dan memberi manfaat sosial yang berkelanjutan
dalam jangka panjang.
PT Indocement telah melakukan komitmen dalam menjalankan tanggung jawab
sosial perusahaan dengan kebijakan CSR PT Indocement yang menggunakan prinsip
triple bottom lines (profit, planet, and people), yaitu dengan memperhatikan
keberlanjutan pembangunan program dalam aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi.
Sesuai hasil wawancara, dapat merujuk pada Lampiran 1.
5.2 Pandangan Perusahaan terhadap CSR
Indocement melaksanakan gagasan-gagasan tanggung jawab sosial perusahaan
untuk memberikan mata pencaharian, perhatian dan perlindungan yang layak bagi
masyarakat dan lingkungannya untuk memastikan keberlangsungan pertumbuhan serta
kesejahteraan bagi generasi berikutnya. Filosofi yang dianut oleh Indocement adalah
sebagai badan usaha yang berwawasan lingkungan, Indocement memiliki tanggung
jawab sosial dalam membantu meningkatkan kualitas kesejahteraan komunitas sehingga
komunitas dapat turut merasakan manfaat kehadiran perusahaan. Menurut Ibu Dian
Octavia selaku Head Office Departemen CSR mengatakan bahwa:
“Pada pelaksanaan CSR PT Indocement memandang bahwa tanggung jawab
sosial perusahaan adalah melakukan kerjasama dengan berbagai stakeholders
dengan tidak mendahulukan kepentingannya sendiri melainkan adanya
kesadaran dan kewajiban bersama (beyond compliance). Selain itu, adanya
upaya perusahaan dalam manajemen dampak operasi perusahaan yaitu dengan
meninimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif operasi
perusahaan.”10
PT Indocement membentuk suatu organisasi atau divisi tersendiri yang
menangani keseluruhan pelaksanaan program CSR PT Indocement yaitu sebuah
Corporate Social Responsibility Departement. Departemen CSR memiliki misi yaitu
menjalankan seluruh kegiatan usaha dengan tetap memperhatikan kesejahteraan
komunitas (wholesome community) dan dengan menerapkan konsep ramah lingkungan
(environment friendly) dengan tetap memperhatikan pengembangan perusahaan yang
berkelanjutan (sustainable development). Departemen CSR juga memiliki visi, yaitu
membangun kepentingan perusahaan untuk kepentingan bersama perusahaan dan
komunitas, khususnya komunitas lokal dimana perusahaan beroperasi, sehingga tercipta
hubungan yang harmonis.
10
Hasil wawancara dengan Ibu Dian Octavia, Kepala Departemen CSR pada tanggal 22 Desember 2009
51
5.3 Tujuan dan Sasaran Program CSR
Panduan dan landasan Departemen CSR melakukan CSR mengacu pada Konsep
Sustainable Development dan Konsep Triple Bottom Lines (sosial, lingkungan, dan
ekonomi) seiring dengan berjalannya zaman maka PT Indocement beradaptasi dengan
menggunakan standar ISO 26000 dalam setiap program atau proyek yang dilakukan.
Maka, saat ini PT Indocement sedang melakukan program-program yang mengacu
untuk pengembangan masyarakat dan pembangunan berkelanjutan. Selain itu,
perusahaan juga melakukan kerja sama dengan berbagai stakeholders, seperti aparat
pemerintah, tokoh masyarakat, tokoh agama, pihak bank dan pihak perguruan tinggi
atau universitas.
Sesuai dengan kebijakan dan konsep sebagai landasan dalam pelaksanaan CSR,
maka dirumuskan tujuan CSR PT Indocement, yaitu:
1) Mewujudkan kemandirian masyarakat,
2) Meningkatkan ekonomi lokal, dan
3) Mewariskan program-program yang berbasiskan Triple Bottom Lines kepada
generasi penerus untuk berkelanjutan hidup masyarakat sekitar.
Berdasarkan tujuan tersebut dapat dikerucutkan dengan sasaran pelaksanaan CSR
yaitu pemberdayaan masyarakat di 12 desa binaan Indocement dengan melibatkan
external stakeholders dan membangun daerah dengan melakukan kontribusi
pembangunan berkelanjutan untuk manusia dan wilayah baik dari segi hardware berupa
fisik dan bangunan atau software berupa bantuan kemasyarakatan dan pelatihan. Saat
ini, PT Indocemet sedang melakukan perubahan dari hardware ke software. Melihat
sejak berdirinya PT Indocement di Citeureup ini sudah banyak melakukan
pembangunan fisik baik itu, jalan, masjid, bangunan sekolah, jembatan, dan berbagai
perbaikan lainnya, sekarang Departemen CSR memfokuskan untuk melakukan program
pemberdayaan masyarakat dengan mengadakan berbagai pelatihan dan keterampilan
kepada masyarakat sekitar agar mereka tidak bergantung kepada perusahaan saja.
Prinsip sustainable development yang dilakukan PT Indocement dengan tidak
mengambil hak masyarakat dimasa yang akan datang. Oleh karena itu, perusahaan
berkewajiban untuk membuat program atau proyek yang berkelanjutan untuk
masyarakat sebagai ganti untuk generasi yang akan datang dengan mewariskan usaha
atau kesempatan kerja di bidang lain.
52
5.4 Pelaksanaan CSR PT Indocement
Pada pelaksanaan CSR PT Indocement yang berlandaskan pada konsep triple
bottom line (ekonomi, sosial, dan lingkungan) dan kerangka lima pilar pembangunan
berkelanjutan maka Departement CSR melakukan pembagian section atau bagian dalam
departemen menjadi Community Development Section (Comdev section) dan Social
Development Project Section (SDP section). Keduanya bekerja secara team work untuk
mendapatkan hasil yang maksimal sesuai dengan tujuan awalnya.
Berdasarkan rencana strategis CSR PT Indocement, program yang menjadi
prioritas adalah konsep program Lima Pilar Pengembangan Masyarakat yang
dikoordinir oleh Comdev section dan Proyek Pembangunan Berkelanjutan atau
Sustainable Development Project yang dikoordinir oleh SDP section. Program Lima
Pilar yang di lakukan secara tersusun dan berkelanjutan di 12 Desa Binaan PT
Indocement diantaranya (PT Indocement CSR, 2009):
1. Pilar Pendidikan
Program pendidikan yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan indeks
pembangunan manusia di desa-desa binaan sekitar wilayah operasi perusahaan.
Program-program tersebut meliputi pembangunan dan renovasi gedung-gedung
sekolah (PAUD, SD, SMP,dan SMA), beasiswa, latihan-latihan keterampilan
melalui Sekolah Magang Indocement (SMI), perpustakaan, dan fasilitas serta
perlengkapan lainnya berupa buku-buku, bangku, dan meja.
2. Pilar Ekonomi
Salah satu program yang dilakukan PT Indocement di bidang ekonomi adalah
dengan membangun usaha kecil dan menengah, yang disesuaikan dengan potensi
yang ada di 12 desa binaan. Usaha-usaha pemberdayaan yang dilakukan mencakup
serangkaian pelatihan, bimbingan dan arahan tentang bagaimana mengembangkan
bisnis mereka itu serta bantuan modal usaha, program ini juga bekerjasama dengan
PKBL Bank Mandiri. Perusahaan membangun berbagai infrastruktur, seperti jalan,
jembatan, rumah ibadah di 12 desa binaan sekitar pabrik Citeureup. Berkat
pemberdayaan itu, banyak diantara mereka telah menjadi panutan dibidangnya
masing-masing, seperti peternakan ayam, konveksi, pembuatan kue, dan bengkel
sepeda motor.
53
3. Pilar Kesehatan
Program ini bertujuan memberikan prasarana untuk meningkatkan kesehatan
masyarakat desa setempat, dan secara umum juga merupakan partisipasi PT
Indocement dalam program pemerintah membangun masyarakat sekitar yang sehat
serta membantu prasarana pendukung Posyandu di Gunung Sari, Pasirmukti,
Nambo, Bantarjati, Citeureup dan desa yang lain yang termasuk 12 desa binaan
CSR unit Citeureup. PT Indocement juga membangun sarana fisik kesehatan yaitu
Posyandu di Desa Gunung Putri, Pasirmukti. PT Indocement juga mendirikan
sarana fasilitas air bersih di desa Citeureup dan Pasirmukti. Selain itu PT
Indocement juga mengadakan Posling (Puskesmas Keliling) di setiap desa
binaannya dengan menggunakan sistem rolling bergantian di setiap desanya.
Program ini memberikan bantuan PMT, pengurangan jumlah balita gizi buruk,
penyuluhan kesehatan dan pengobatan gratis bagi masyarakat yang berada di 12
desa binaan CSR unit Citeureup.
4. Pilar Sosbudag (Sosial, Budaya, dan agama) dan Olahraga
Pada bidang ini PT Indocement membangun berbagai infrastruktur, seperti jalan,
jembatan, rumah ibadah di desa-desa binaan sekitar daerah operasial perusahaan.
PT Indocement juga memberikan pembinaan kepada generasi muda melalui
pemberian sarana untuk kegiatan olah raga, memelihara budaya lokal, seperti tarian
Degung, Reog dan kesenian lokal lainnya. CSR PT Indocement juga mengadakan
program pembinaan sepak bola dengan peserta dari 12 desa binaan. Pada bulan
Ramadhan PT Indocement juga mengadakan buka puasa bersama yang diadakan di
Masjid As-Salam yang berada di lingkungan pabrik dengan mengundang
perwakilan tokoh masyarakat dari 12 desa binaannya. Selain itu, pada Hari Raya
Idul Fitri perusahaan juga melakukan pembagian zakat kepada masyarakat sekitar
dan membantu para korban gempa di Garut, Jawa Barat berupa paket bantuan yang
merupakan sumbangan pribadi dari Direksi Indocement, Ikatan Manajemen
Indocement (IMI) dan Serikat Pekerja (SP) Indocement serta Asosiasi Pengusaha
Indonesia (Apindo) Kabupaten Bogor.
5. Pilar Keamanan
Salah satu kegiatan yang dilakukan melalui bidang keamanan ini dengan
menggalang kerja sama dengan masyarakat guna memelihara suasana aman melalui
54
pembinaan Pam Swakarsa. Hal itu dilaksanakan dengan memberikan pelatihanpelatihan keamanan kepada masyarakat atau petugas Linmas di desa-desa binaan
serta menyediakan fasilitas-fasilitas pendukung dan peralatan, seperti pos
keamanan lingkungan dan seragam petugas keamanan lokal.
Selain itu PT Indocement juga melakukan Proyek Pembangunan Berkelanjutan
atau Sustainable Development Project yang mengacu pada Konsep Triple Bottom Lines
(profit, people,and planet), merupakan program yang memfokuskan pada kebutuhan
masyarakat, misalnya:
1. Perkebunan Jarak
Pada tahun 2007 PT Indocement sadar akan proyek konservasi lahan yang
mengubah lahan bekas penambangan batu kapur yang berlokasi di Citeureup,
Cirebon, dan Tarjun, menjadi perkebunan seluas 30 hektar yang ditanami dengan
lebih dari 75.000 pohon jarak yang kaya akan kandungan minyak. Selama tahun
2008, PT Indocement menanam lebih dari 90.000 bibit di tiga lokasi pabriknya,
memperluas total lahan perkebunan pohon jarak yang ditanami sehingga menjadi
lebih dari 170 hektar pada akhir tahun 2008. Proyek perkebunan pohon jarak PT
Indocement sampai saaat ini menunjukkan potensi yang baik dan akan lebih
berkembang jika perusahaan bekerja sama dengan universitas terkemuka, serta
melibatkan masyarakat dalam pemberdayaan lahan marjinal agar bermanfaat secara
ekonomis dan ramah lingkungan bagi masyarakat sekitar untuk kurun waktu jangka
panjang dan berkelanjutan (sustainable).
2. Pengolahan sampah rumah tangga
Setelah perkembangan proyek perkebunan pohon jarak membuahkan hasil yang
menggembirakan, PT Indocement kembali meraih keberhasilan melalui proyek
pengelolaan sampah rumah tangga, yang diselenggarakan bersama kepala desa dan
masyarakat sekitar pabrik. Program ini dirintis pada 2007, dan seperti halnya
inisiatif proyek perkebunan pohon jarak, menjadi semakin berkembang di tahun
2008, pada saat pihak yang terlibat dalam proyek ini mulai merasakan manfaat
pengolahan sampah tersebut. Mereka tidak hanya memperoleh lingkungan yang
bersih dan sehat, namun juga turut memetik manfaat ekonomis dengan
mengumpulkan dan mengolah sampah rumah tangga mereka secara benar. Hasil
pengolahan sampah saat ini hingga 1,7 ton sampah yang dikonversi sebagai
55
biomassa dan kompos. Biomassa digunakan sebagai bahan bakar alternatif,
sedangkan kompos digunakan sebagai pupuk organik.
3. Menghasilkan energi dari kotoran sapi
Salah satu proyek tanggung jawab sosial perusahaan lainnya yang juga sedang
dikembangkan PT Indocement di tahun 2008, yaitu proyek biogas yang dihasilkan
dari kotoran sapi, yang mengandung gas metana yang dapat digunakan untuk
keperluan memasak. Proyek ini dimungkinkan oleh suatu temuan alat inovatif yang
sederhana dan ekonomis, yang mampu menyerap metana dan memprosesnya
menjadi gas untuk memasak.
4. Proyek Peternakan Terpadu
Proyek ini adalah peternakan domba. Teknis pelaksanaannya dibantu oleh Institut
Pertanian Bogor (IPB) dengan pola inkubator di mana para peternak dari
masyarakat dibina dan dilatih menjadi peternak yang tangguh. Setelah mereka
menguasai dengan baik, peternak dapat mengembangkan peternakan ditempatnya
sendiri dengan membawa ternak sesuai pengembangannya.
Berdasarkan penjelasan mengenai kebijakan, pandangan, dan pelaksanaan
CSR PT Indocement maka dapat terlihat keterkaitan antara kebijakan dan pendangan
perusahaan dalam pelaksanaan CSR yang berlandaskan konsep triple bottom lines dan
kerangka Lima Pilar Pembangunan PT Indocement. Kegiatan CSR yang dilakukan
perusahaan memiliki tujuan umum untuk membangun kemandirian masyarakat dan
peningkatan perekonomian dengan mengembangkan masyarakat di 12 Desa Binaan.
56
BAB VI
ANALISIS PROGRAM CSR
Program CSR PT Indocement dalam pelaksanaannya menggunakan pendekatan
tingkat partisipasi dan pengembangan masyarakat. Salah satu program CSR dalam
penelitian ini dilakukan dengan mengevaluasi proses Proyek Bengkel Sepeda Motor
Terpadu. Evaluasi proses Proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu dilakukan untuk
melihat partisipasi masyarakat Desa Bantarjati dan sekitar pada tahap perencanaan,
pelaksanaan, menikmati hasil dan evaluasi. Program CSR ini dilakukan sebagai upaya
PT Indocement untuk menanggulangi masalah yang terjadi di Desa Bantarjati dan
sekitar yaitu jumlah pengangguran yang tinggi dan kurangnya modal dalam memulai
usaha bagi masyarakat sekitar.
Pelaksanaan proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu dimulai dari penetapan
wilayah, tujuan dan sasaran program sampai dengan sosialisasi program dan partisipasi
masyarakat, pelaksanaan proyek sesuai dengan apa yang direncanakan. Tingkat
partisipasi peserta dilihat dari keikutsertaannya dalam tahap perencanaan, pelaksanaan,
menikmati hasil dan evaluasi program. Proses partisipasi dari tahap awal PT
Indocement melakukan pelatihan atau training sampai pada didirikannya Bengkel
Sepeda Motor Terpadu.
Model evaluasi proses proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu secara filosofis
dikontruksikan berorientasi pada bagaimana PT Indocement bersama pemerintah lokal
dan stakeholders lainnya memberdayakan masyarakat (komunitas) di sekitar lingkungan
perusahaan. Komponen yang akan dilihat dalam salah satu proyek pengembangan
masyarakat ini dikelompokan berdasarkan komponen lunak (soft) dan keras (hard).
Merujuk pada BPMigas (2008) penilaian komponen yang lunak adalah penilaian
terhadap dokumen social / community mapping dan dokumen kebijakan dan
perencanaan pengembangan masyarakat perusahaan serta laporan evaluasi. Sedangkan
penilaian pada komponen keras adalah penilaian terhadap realitas di lapangan
(partisipasi masyarakat).
6.1 Sosialisasi Pelatihan
Tahap sosialisasi adalah tahap awal yang dilakukan oleh PT Indocement, pihak
aparat Pemerintah Desa Bantarjati dan tokoh masyarakat sekitar berupa tahap
penyampaian informasi dan publikasi. Bentuk sosialisasi proyek Bengkel Terpadu pada
57
awalnya adalah dengan melakukan pemberitahuan kepada masyarakat di 12 desa binaan
akan diadakannya pelatihan otomotif (mekanik sepeda motor). Sosialisasi yang di
berikan oleh staf atau karyawan Departemen CSR PT Indocement merupakan proses
penyampaian informasi kepada tokoh masyarakat, aparat pemerintahan, dan kader-keder
di 12 desa mengenai program pelatihan.
Proses sosialisasi lain yang dilakukan oleh PT Indocement juga dilakukan
dengan pemberitahuan menggunakan surat undangan kepada pemuda atau remaja di
sekitar atau lingkungan pabrik mengenai kesediaan untuk mengikuti pelatihan yang
sebelumnya sudah di beritahukan pada saat BILIKOM (Bina Lingkungan Komunikasi)
yang dilakukan setiap tiga bulan sekali. Surat undangan diberikan kepada pemuda
disetiap desa setelah itu diseleksi di tiap desa dan setelah diseleksi hanya ada satu
perwakilan dari tiap desanya yang akan mengikuti pelatihan di SMI (Sekolah Magang
Indocement) seperti yang dituturkan oleh Hermansyah salah satu montir di Bengkel
Sepeda Motor Terpadu angkatan ke-II tahun 2008.
“iya neng, saya waktu itu dapet undangan dari indocement untuk pelatihan
jadi montir, sebenernya banyak teman saya yang mau ikut tapi katanya
perwakilan dari desa cuma dua orang aja. Semua itu diputuskan oleh pihak
perusahaan.”
Selain itu, bentuk sosialisasi lain yang sudah dilakukan oleh pihak Departemen
CSR ialah dengan mengunjugi secara langsung ke masyarakat untuk memberikan
informasi yang rutin diadakan oleh koordinator dari tiap desa. Masyarakat di setiap desa
juga melakukan sosialisasi dengan memberitahukan kepada tetangganya mengenai
informasi pelatihan mekanik/otomotif.
6.2 Partisipasi Penerima Program
6.2.1 Partisipasi Tahap Perencanaan
Partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan adalah keikutsertaan masyarakat
dalam merencanakan dan membuat keputusan terhadap program yang akan dijalankan.
Pada tahap perencanaan yang dilihat adalah keterlibatan masyarakat, serta melihat
keaktifan dalam rapat BILIKOM dengan aparat desa dan perwakilan dari Departemen
CSR PT Indocement. Keterlibatan partisipasi masyarakat dalam tahap perencanaan ini
tidak hanya kehadiran saja akan tetapi kegiatan memberi usul atau pendapat dalam
rapat.
58
Pada tahap perencanaan ini pihak dari Departemen CSR sebelumnya sudah
melakukan social mapping yang dilakukan pada tiap-tiap desa binaannya. Hal ini
dilakukan dalam lingkup kebupaten atau kawasan yang relatif luas melintasi wilayah
operasional perusahaan. Selain itu juga, PT Indocement melakukan community mapping
dengan cara penjajagan kepada masyarakat yang berada dalam binaan atau wilayah
operasional perusahaan. Menurut Sunim salah satu informan yang saya wawancarai
yang bekerja sebagai montir di bengkel mengatakan bahwa:
“duh neng, saya mah enggak tau masalah rencana tau sebelum bengkel ini
ada, saya cuma tinggal terima dan ikut saja. Saya cuma tau bengkel ini dari
tetangga, banyak juga masyarakat sini yang enggak ikut rapat dan
pertemuan dengan pihak indocement, yang datang mah cuma dari kantor
desa aja”.
Hal ini diperkuat dengan pernyataan selah satu dari pengurus bengkel yang tidak
mengetahui perencanaan dan alasan berdirinya bengkel yaitu Maya selaku pengurus
Bengkel Sepeda Motor Terpadu pada bidang administrasi.
“neng, waktu saya tau ada bengkel ini juga dari para tetangga katanya
indocement sedang membutuhkan karyawan kontrak yang ingin bekerja dan
ditempatkan di bengkel ini, jadi saya mah cuma tau kalau bengkel ini bantuan
untuk masyarakat. saya tinggal bikin lamaran aja, eh ternyata diterima,
Alhamdulillah. Saya kurang paham masalah perencanaan dan sosialisasi
yang dilakukan indocement”.
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, partisipasi masyarakat dalam tahap
perencanaan untuk proyek bengkel terpadu ini masih rendah. Hal ini terlihat dari
pernyataan informan yang saya wawancarai, mereka menyatakan bahwa hanya
segelintir orang yang turut serta dalam pelaksanaan BILIKOM untuk merumuskan dan
menentukan program atau proyek yang sesuai dengan kondisi dan permasalahan yang
terjadi di desa. Sebagian besar pihak yang mengukuti BILIKOM adalah pihak dari
Kantor Desa dan tokoh agama saja, hal ini terlihat dari informan yang saya temui tidak
tahu dan tidak mengerti dalam perencanaan dan perumusan dalam proses Proyek
Bengkel Sepeda Motor Terpadu. Masyarakat di Desa Bantarjati hanya menunggu saja
keputusan program yang akan direalisasikan di Desa Bantarjati. Sebagian besar
masyarakat Desa Bantarjati sudah percaya dan setuju dengan perwalikan dari desa
dalam rapat, seperti Kades, tokoh masyarakat dan tokoh agama.
6.2.2 Partisipasi Tahap Pelaksanaan
59
Partisipasi masyarakat pada tahap pelaksanaan adalah keikutsertaan masyarakat
dalam pelaksanaan Proyek Bengkel Terpadu sebagai upaya pengembangan masyarakat.
Partisipasi pada tahap pelaksanaan melihat keikutsertaan masyarakat dan peserta
pelatihan dalam kegiatan training atau pelatihan sampai dengan terpilihnya menjadi
mekanik di Bengkel Sepeda Motor Terpadu sebagai salah satu proyek Bengkel Terpadu
percontohan. Pada masa pelatihan peserta pelatihan dididik dalam membongkar dan
memasang kembali mesin motor, memperbaiki mesin yang rusak, dan melakukan
perbaikan motor yang dilakukan pada tahun 2008 dan 2009 masing-masing selama satu
bulan.
Jumlah peserta pelatihan pada tahun 2008 (angkatan II) diikuti sebanyak 12
peserta yang berasal dari 12 desa binaan yang bekerjasama dengan Sekolah Magang
Indonesia (SMI). Sedangkan pada tahun 2009 (angkatan III) diikuti oleh 22 peserta dan
termasuk 3 peserta angkatan ke-II untuk praktek langsung dan pemantapan
keterampilan mengenai mesin motor. Dalam tahap pelaksanaan didukung oleh
penuturan Sunim sebagai salah satu montirdi bengkel:
“oh iya neng saya senang sekali dipilih untuk ikut pelatihan motor dari
Indocement, apalagi setelah selesai ikut pelatihan saya dibolehkan
untuk kerja di bengkel ini. Selain itu, saya juga diberi gaji walaupun
masih kontak. Saya yakin jika ada pelatihan lagi masih banyak teman
saya di desa yang ingin ikut. Pengalaman saya selama di bengkel mah
asik asik aja soalnya pak Agus (Kepala bengkel) baik dan suka
bercanda jadi kami semua juga kerjanya enak.”.
Partisipasi masyarakat akan pelatihan mesin sepeda motor sudah cukup baik, hal
ini terlihat dari masih adanya peserta pelatihan (mekanik) yang tetap bekerja di bengkel
sampai saat ini dan melihat apresiasi masyarakat yang ikutserta dalam pelatihan dan
pelaksanaan proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu. Berdasarkan hasil wawancara
dengan peserta pelatihan (montir bengkel) memperkuat pernyataan tersebut, mereka
mengaku senang dan termotivasi dengan diadakannya pelatihan montir dan didirikannya
bengkel. Setiap informan yang saya temui memiliki motivasi tertentu dalam mengikuti
pelatihan. Jadi, pada tahap pelaksanaan bengkel ini sudah baik. Rencana jangka panjang
PT Indocement yaitu mendirikan bengkel motor plasma baru di desa binaan lainnya.
Masyarakat sekitar juga banyak yang berpartisipasi dengan memperbaiki motornya dan
percaya dengan Bengkel Sepeda Motor terpadu. Hal ini dapat terlihat dari Tabel 3.
Berdasarkan Tabel 3 terlihat pemasukan bengkel berasal dari masyarakat sekitar dan PT
60
Indocement yang menservice motornya. Hal ini senada dengan pengakuan dari Empuy
selaku montir dari Bengkel Sepeda Motor Terpadu.
“iya neng, motor yang datang kesini kebanyakan dari Indocement, tapi banyak
juga seh yang datang dari masyarakat sini. Sebenarnya kenapa masyarakat
jarang perbaiki motornya disini karena onderdil yang dijual disini enggak
sesuai sama motor masyarakat sini. Jadi, mereka banyak yang rela melakukan
perbaikan motornya di bengkel lain yang letaknya lebih jauh lagi dari sini.”
Kegitan lain yang dilakukan oleh para mekanik dan penjaga di bengkel adalah
setiap hari jumat melakukan pembersihan dan perapihan seluruh peralatan bengkel.
Pengurus bengkel juga melakukan promosi kepada masyarakat sekitar dengan
memberikan brosur, pamflet, dan pemberian discon 10-20% untuk jasa perbaikan
motor. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan pendapatan bengkel dan melakukan
pendekatan dengan masyarakat sekitar dengan ebrdirinya bengkel ini.
Pada pemilihan mekanik yang akan ditempatkan di Bengkel Sepeda Motor
Terpadu ditentukan dan dipilih dengan beberapa kriteria, yaitu berdasarkan kehadiran
dalam kegiatan pelatihan, melihat minat dan motivasi peserta dalam pelatihan, dan
kemampuan atau keahlian dalam mengoperasikan sepeda motor. Semua itu, dilakukan
oleh pihak pelatih dan pihak Departemen CSR Indocement. Secara keseluruhan pada
tahap pelaksanaan Proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu, partisipasi masyarakat dan
peserta pelatihan (mekanik) cukup tinggi. Hal ini terlihat dari antusias mereka
mengikuti pelatihan dan pastisipasi masyarakat sekitar dengan memperbaiki motornya.
Tabel 3. Data Pelayanan Motor Sepeda Motor BMT Indocement, November 2009
Jumlah Pelayanan Berdasarkan Tipe Pelanggan
Minggu
Indocement
Umum
Total
I
13
9
22
II
6
13
19
III
12
12
24
IV
2
7
9
V
1
2
3
Total
34
43
77
Sumber: Data Bengkel Sepeda Motor Terpadu Desa Bantarjati tahun 2009
61
6.2.3 Partisipasi Tahap Menikmati Hasil
Partisipasi masyarakat pada tahap menikmati hasil adalah keikutsertaan
masyarakat dalam menikmati hasil proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu yang
dilakukan oleh PT Indocement dan pihak masyarakat. Pada tahap menikmati hasil,
peserta pelatihan, pihak perusahaan dan masyarakat lingkungan sekitar merasakan
manfaat dan kegunaan setelah dilakukannya pelatihan dan didirikannya bengkel sepeda
motor di Desa Bantarjati.
Tingkat partisipasi masyarakat dan peserta pelatihan pada tahap menikmati hasil
dilihat dari keterampilan yang didapat oleh peserta pelatihan Bengkel Sepeda Motor
Tepadu dan penerapan keterampilan tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Sebagian
besar informan (mekanik bengkel) mengaku setelah mengikuti pelatihan atau training
mengenai otomotif/mesin motor dan bekerja di bengkel, mereka mendapatkan banyak
ilmu dan kemampuan dalam mengoperasikan dan memperbaikin mesin dan spare part
motor, kemudian mereka mendapatkan upah atau gaji tetap dengan bekerja di bengkel
walupun masih pekerja kontakan. Hal senada juga diutarakan Empuy yang merupakan
salah satu montir di Bengkel Sepeda Motor Terpadu berasal dari Desa Hambalang yang
letaknya cukup jauh dari Desa Bantarjati.
“neng, saya senang dapat diterima manjadi montir di bengkel ini, karena
saya jadi memiliki perkerjaan. Saya juga senag bisa menginap disini
walaupun tidur cuma pakai tikar saja, karena jauh jika pulang kerumah yang
berada di Desa Hambalang. Saya bisa merasakan manfaat dari adanya
bengkel ini”
Sedangkan menurut masyarakat setempat mengaku dengan berdirinya bengkel
ini dapat menjadi lapangan pekerjaan yang baru, dan sebagai tempat pelatihan untuk
pemuda yang ingin belajar mengenai mesin motor. Selain itu, dengan adanya bengkel
dapat menjadi alternative tempat perbaikan motor dengan letak yang berdekatan dengan
masyarakat. Menurut Bapak Yasin salah satu Masyarakat Desa Lulut mengatakan:
“Saya terbantu dengan adanya bengkel ini, karena saya tidak usah pergi jauhjauh ke bengkel yang berada di pos 1 dekat gerbang indocement, karena letak
bengkel yang lumayan dekat dan saya juga menyayangkan biaya service yang
cukup mahal di bengkel ini”
62
Pada tahap pelaksanaan bengkel ini pihak pengurus juga mengeluhkan jenis
spare part yang dikirim oleh Indocement tiap dua bulan sekali tidak sesuai dengan
kebutuhan di bengkel kerena jenis dan merk motor yang berbeda. Oleh karena itu, untuk
mengcukupi kebutuhan di bengkel pengurus bengkel harus membeli spare part yang
sesuai dengan jenis motor dan merk yang dibutuhkan.
Secara keseluruhan proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu memberikan
manfaat tidak hanya bagi mekanik dan pengurus bengkel, akan tetapi para masyarakat
sekitar yang berada di sekitar bengkel juga merasakan manfaatnya. Tidak hanya
masyarakat sekitar, akan tetapi masyarakat dari desa lain juga dapat menikmati hasil
dari diadakannya pelatihan dan didirikannya bengkel, seperti dari pernyataan Empuy
yang berasaldari Hambalang.
6.2.4 Partisipasi Tahap Evaluasi
Partisipasi masyarakat pada tahap evaluasi adalah keikutsertaan masyarakat dan
peserta pelatihan dalam mengevaluasi kegiatan yang dilaksanakan dalam proyek
Bengkel Sepeda Motor Terpadu. Partisipasi warga dilihat dari keikutsertaan mereka
dalam mengikuti rapat dan pertemuan dengan pihak perusahaan dalam mengevaluasi
proyek.
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan pihak masyarakat, peserta pelatihan
(montir), dan pengurus bengkel mengeluhkan mereka tidak pernah diikutsertakan pada
tahap evaluasi. Tahap evaluasi ini hanya dilakukan oleh pihak karyawan Departemen
CSR dan pihak penanggung jawab atau koordinator bengkel terpadu. Jadi, pihak
pengurus hanya membuat laporan bulaan mengenai pemasukan dan pengeluaran yang
terjadi di bengkel, setelah itu di laporkan kepada Bapak Dedi selaku penanggung jawab
Bengkel. Kemudian beliau melakukan tahap evaluasi dengan Bapak Ayi, Bapak
Bambang, dan Ibu Via. Pernyataan dari Bapak Dedi selaku koordinator Proyek Bengkel
Sepeda Motor Terpadu mengatakan
“kegiatan evaluasi memang hanya dilakukan oleh pihak dari Departemen
CSR saja. Pihak penanggung jawab proyek dalam hal ini saya meminta
laporan kerja di bengkel kepada Bapak Agus setelah itu saya dan Pa
Bambang membuat suatu evaluation sheet mengenai pelaksanaan yang
telah terjadi. Kemudian kami merumuskan jadwal atau perencanaan baru
lagi misalnya dengan pembuatan bengkel plasma baru”
63
Pihak pengurus bengkel juga mengeluhkan mengapa hasil evaluasi tidak
diberitahuan kepada mereka, kerana mereka ingin melihat sampai sejauhmana manfaat
dan hasil yang dicapai, seperti yang diungkapkan oleh Bapak Agus Hikmat selaku
Kepala Bengkel:
“saya tidak tahu mengenai proses evaluasi tentang bengkel ini, saya hanya
memberi laporan kepada bapak Bambang atau bapak Dedi tiap bulan atau
pada saat mereka mengunjungi bengkel”
Secara keseluruhan, pada tahap evaluasi partisipasi masyarakat, pengurus
bengkel, dan para mekanik sangat rendah, terlihat dari proses evaluasi yang hanya
dilakukan oleh karyawan Departemen CSR PT Indocement. Hasil dari evaluasi tersebut
juga tidak di publikasikan atau di informasikan kepada pengurus dan mekanik bengkel
yang secara langsung bekerja di bengkel.
6.2.5 Partisipasi Secara Keseluruhan
Desain evaluasi program menurut Carol TF dan Gibbon LM (1987) dalam
Tayibnapis (2008) suatu desain adalah rencana yang menunjukan bila evaluasi
dilakukan dan dari siapa evaluasi dan informasi akan dikumpulkan selama proses
evaluasi. Desain ini dilakukan untuk meyakinkan bahwa evaluasi akan dilakukan
menurut organisasi yang teratur dan menurut evaluasi yang baik.
Berdasarkan tingkatan partisipasi yang dikemukakan oleh Arsntein (1969)
partisipasi masyarakat dalam keseluruhan pelaksanaan Proyek Bengkel Sepeda Motor
Terpadu ini termasuk pada tingkatan ke 5 yaitu penentraman atau peredaman
(Placation), dimana saran masyarakat diterima tapi tidak selalu dilaksanakan. Tangga ketiga,
keempat, dan kelima dikategorikan sebagai tingkat “Tokenisme” yaitu tingkat
partisipasi masyarakat yang sarannya didengar dan diberikan kesempatan untuk
berpendapat akan tetapi, mereka tidak memiliki kekuasaan untuk menjamin saran atau
pendapatnya akan diterima atau dipertimbangkan oleh PT Indocement sebagai pihak
yang mengambil keputusan. Jika, partisipasi masyarakat dibatasi maka kecil
kemungkinannya ada perubahan dalam masyarakat menuju keadaan yang lebih baik.
64
Gambar 9. Gambar Tangga Partisipasi oleh Arnstein (1969)
Sumber: Serry R. Arnstein (1969)11
Partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dari pihak pemerintah desa dan
pihak perusahaan memiliki andil yang besar dalam pelaksanaan proyek bengkel ini.
Pihak masyarakat hanya segelintir orang yang dilibatkan dalam tahap ini. Masyarakat
dianggap sebagai objek dalam pelaksanaan program CSR yang hanya melibatkan tokohtokoh penting saja dalam rapat dan diskusi dengan pihak Departemen CSR. Pada tahap
pelaksanaan partisipasi masyarakat hanya sekedar pihak yang menjalankan rencana dari
pihak perusahaan, akan tetapi masyarakat juga merasakan manfaat dan keuntungan
dengan didirikannya bengkel ini. Alasan juga diperkuat pada tahap evaluasi yang tidak
melibatkan masyarakat dalam perbaikan dan rapat evaluasi hasil yang sudah dicapai
bengkel. Secara keseluruhan, penggabungan metode penilaian berdasarkan observasi
partisipatif, data sekunder merupakan proses triangulasi untuk menjamin validitas data
yang digunakan dalam penelitian sesuai yang di jelaskan BPMIGAS (2008).
11
Originally published as Arnstein, Sherry R. "A Ladder of Citizen Participation," JAIP, Vol. 35,
No. 4, July 1969, pp. 216-224. I do not claim any copyrights.
65
BAB VII
PT INDOCEMENT DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk merupakan salah satu perusahaan industri
semen terbesar di Indonesia. PT. Indocement memiliki komitmen yang kuat untuk
meneruskan bisnis secara etis dan taat hukum, membantu usaha-usaha peningkatan
ekonomi, dan turut memperbaiki kehidupan para karyawan serta masyarakat di sekitar
wilayah operasinya. Salah satu bentuk keseriusan perusahaan ini dalam komitmennya
terlihat dengan dilakukannya program CSR yang khusus menangani kegiatan tanggung
jawab sosial perusahaan. Bentuk tanggung jawab sosial PT Indocement adalah dengan
meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif bagi lingkungan
dan masyarakat sekitar. Terlihat jelas bahwa, program CSR yang dilakukan PT
Indocement merupakan salah satu cara untuk memberikan tanggung jawab sosial
perusahaan di aspek lingkungan, ekonomi, dan sosial, sesuai dengan konsep Triple
Bottom Lines
dan Konsep Lima Pilar Pembangunan Berkelanjutan yang menjadi
landasan PT Indocement dalam pelakasaan CSR.
PT Indocement sebagai salah satu produsen terbesar di Indonesia juga wajib
melakukan kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan. Oleh karena itu, Indocement
memiliki suatu bagian dari organisasi perusahaan yang dikhususkan untuk menangani
segala kegiatan yang terkait dengan kewajibannya sebagai perusahaan ekstraktif
tersebut. Bagian yang khusus menangani kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan
adalah Corporate Social Responsibility Department (CSR Department). Departemen
CSR berada di bawah divisi Corporate Human Resources Development
yang
merupakan bagian dari perusahaan yang memiliki tanggung jawab untuk menjaga dan
meningkatkan hubungan yang baik antara perusahaan dengan masyarakat yang berada
di lingkungan sekitar perusahaan.
Ranah kerja Departemen CSR sebagai departemen yang menghubungkan antara
perusahaan dengan masyarakat dilandasi dengan dasar pengembangan masyarakat
dengan salah satu kewajiban yang harus dilakukan adalah memberi pendidikan kepada
warga masyarakat sekitar mengenai hak dan kewajiban yang dimiliki oleh masingmasing pihak. Selain itu, Departemen CSR memiliki tugas utama yakni menjalankan
proyek CSR (Corporate Social Responsibility) atau tanggung jawab sosial perusahaan.
Departemen CSR selalu melaksanakan proyek-proyek CSR dengan landasan konsep
66
triple bottom line (people, profit, and planet), yakni konsep yang menggambarkan
kewajiban perusahaan yang harus bertanggung jawab terhadap keseimbangan aspek
ekonomi, sosial dan lingkungan.
Salah satu bentuk pelaksanaan program CSR PT Indocement adalah Proyek
Bengkel Sepeda Terpadu yang terletak di Desa Bantarjati. Proyek Bengkel Sepeda
Motor Terpadu merupakan program CSR yang bertujuan untuk memberikan
kemampuan dan keahlian para peserta pelatihan yang berasal dari perwakilan di 12 desa
binaan PT Indocement dalam bidang otomotif (mesin motor). Proyek Bengkel Sepeda
Motor Terpadu sebagai satu unit usaha terpadu dan sekaligus sebagai pusat pelatihan
yang diperuntukkan bagi masyarakat, khususnya pemuda di sekitar lingkungan pabrik
unit Citeureup dalam rangka pemberdayaan ekonomi masyarakat yang diharapkan
mampu menciptakan unit usaha baru di lingkungan tersebut. Jumlah tenaga kerja yang
terlibat sebanyak 9 (sembilan) orang terdiri dari Kepala bengkel, administrasi, montir,
dan satpam yang berasal dari 12 desa binaan.
Keterkaitan antara program CSR dan pengembangan masyarakat dalam Proyek
Bengkel Sepeda Motor Terpadu memiliki pengaruh dan dampak bagi masyarakat
sekitar. Pada evaluasi proses yang dikakukan, peserta pelatihan (montir bengkel)
dengan melihat tingkat partisipasi mereka dalam implementasi program tersebut.
Partisipasi masyarakat berdasarkan hasil wawancara dengan para informan masih pada
tingkatan ke 5 yaitu penentraman atau peredaman (Placation), dimana saran masyarakat
diterima tapi tidak selalu dilaksanakan menurut Arnstein (1969). Tingkat partisipasi
masyarakat yang masih pada tingkatan “tokenisme” dalam proses pelaksanaan proyek
Bengkel Sepeda Motor Terpadu berarti menunjukan bahwa program tersebut masih
belum termasuk dalam pengembangan masyarakat.
Berdasarkan prinsip partisipasi Arstein (1969) tahap pelaksanaan program CSR
PT Indocement berada pada tingkatan yang kelima “Placation”, sedangkan pada
karakteristik tahap kedermawanan menurut Saidi (2003) menunjukan pada tahap
Philantropy, dimana terlihat tujuan dilakukannya CSR adalah untuk mengatasi dan
mencari akar masalah, pada pengelolaan juga hanya dilakukan oleh pihak perusahaan
saja tidak ada partisipasi aktif dari masyarakat (Gambar 10). Hal ini dikarenakan
kurangnya pendekatan dan sosialisasi yang dilakukan PT Indocement kepada
masyarakat, bilapun ada pendekatan yang dilakukan kurang sesuai dengan kebutuhan
67
dan nilai yang diyakini masyarakat. Jadi, tidak adanya komunikasi yang efektif dan
partisipasi aktif dari masyarakat Desa Bantarjati sebagai penerima program CSR.
Gambar 10. Matriks Tingkatan Partisipasi dan Karakteristik CSR
Tingkatan
Partisipasi
Manipulation
Karakterisitk CSR
Charity
Philantropy
Corporate Citizenship
Tidak ada partisipasi
masyarakat, pelaksanaan
Therapy
CSR jangka pendek,
mengatasi masalah sesaat
“Tokenisme”, masyarakat
Informing
Consultation
hanya didengar dan
diterima sarannya, tetapi
saran tersebut tidak
dilaksanakan, partisipasi
masyarakat terbatas
Placation
Tingkat kekuasaan berada
Partnership
Delegated Power
di masyarakat, masyarakat
memiliki mayoritas suara
Citizen Control
pengambilan keputusan,
program CSR memberikan
kontribusi kepada
masyarakat
Perusahaan mendirikan BILIKOM dan Renbangdes untuk tempat berdiskusi
dengan masyarakat, akan tetapi fungsi tersebut tidak terlaksana. Setiap saran dan
pendapat dari masyarakat didengar dan diteirma akan tetapi, semua keputusan berada
ditangan PT Indocement. Partisipasi masyarakat tidak terlihat nyata, pada tingkatan ini
sulit untuk memberdayakan dan membangun masyarakat ke arah yang lebih baik lagi.
Berdasarkan Gambar 10, jika posisi masyarakat bergerak ke arah bawah dan ke kanan,
maka masyarakat memiliki kekuasaan dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan
program CSR berada pada kontrol masyarakat. Pada kondisi ini, kedua belah pihak akan
saling sejajar dan bersama-sama untuk mencapai tujuan secara berkelanjutan.
68
BAB VIII
PENUTUP
8.1 Kesimpulan
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk menggunakan konsep Triple Bottom
Lines dan konsep Kerangka Lima Pilar Pembangunan Berkelanjutan mempengaruhi
dalam pelaksanaan, sasaran, dan tujuan dari proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu.
Hal ini terlihat dari upaya perusahaan dalam melakukan tanggung jawab dalam aspek
lingkungan, sosial, dan ekonomi di masyarakat. Pendekatan dan proses sosialisasi yang
dilakukan perusahaan dengan melakukan BILIKOM dan Renbangdes masih belum
maksimal, karena masyarakat masih dianggap objek dalam program CSR. Walaupun
pedoman dan landasan pelaksanaan CSR sudah terintegrasi pada kebijakan perusahaan,
akan tetapi dalam pelaksanaannya belum mendasarkan pada konsep pengembangan
masyarakat. Proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu PT Indocement termasuk ke dalam
Philantropy, dimana dalam misinya untuk mencari dan mengatasi masalah. Pengelolaan
program bersifat terencana dan terorganisir oleh Departemen CSR dan penerima
manfaat adalah masyarakat sekitar lingkup pabrik PT. Indocement.
Kebijakan perusahaan PT Indocement dalam implementasi CSR didasarkan
pada konsep pembangunan berkelanjutan yang bertumpu pada tiga pencapaian yang
bermanfaat secara ekonomi, sosial dan lingkungan (triple bottom lines), yaitu people,
planet, and profit. Selain itu, PT Indocement juga mendasarkan program ini pada
kerangka Lima Pilar pembangunan berkelanjutan meliputi bidang pendidikan, ekonomi,
kesehatan, sosial-budaya-agama-olahraga dan keamanan. Pada tahap implementasi PT
Indocement membentuk suatu organisasi atau divisi tersendiri yang menangani
keseluruhan pelaksanaan CSR PT Indocement yaitu sebuah Corporate Social
Responsibility Departement yang memiliki misi yaitu menjalankan seluruh kegiatan
usaha dengan tetap memperhatikan kesejahteraan komunitas (wholesome community)
dan dengan menerapkan konsep ramah lingkungan (environment friendly) dengan tetap
memperhatikan
pengembangan
perusahaan
yang
berkelanjutan
(sustainable
development) dan memiliki visi membangun kepentingan perusahaan untuk kepentingan
bersama perusahaan dan komunitas, khususnya komunitas lokal dimana perusahaan
beroperasi, sehingga tercipta hubungan yang harmonis.
69
Kebijakan dan konsep sebagai landasan dalam pelaksanaan CSR, maka
dirumuskan tujuan CSR PT Indocement, yaitu: 1) Mewujudkan kemandirian
masyarakat, 2) Peningkatan ekonomi lokal, dan 3) Mewariskan program-program yang
berbasiskan Triple Bottom Lines kepada generasi penerus untuk berkelanjutan hidup
masyarakat sekitar. Berdasarkan tujuan tersebut dapat dikerucutkan dengan sasaran
dalam pelaksanaan CSR yaitu pemberdayaan masyarakat di 12 desa binaan PT
Indocement dengan melibatkan eksternal stakeholders dan membangun daerah dengan
melakukan kontribusi pembangunan berkelanjutan untuk manusia dan wilayah baik dari
segi hardware berupa fisik dan bangunan atau software bantuan kemasyarakatan dan
pelatihan.
Berdasarkan tingkatan partisipasi yang dikemukakan oleh Arsntein (1969)
partisipasi masyarakat dalam keseluruhan pelaksanaan Proyek Bengkel Sepeda Motor
Terpadu ini termasuk pada tingkatan ke 5 yaitu penentraman atau peredaman
(Placation), dimana saran masyarakat diterima tapi tidak selalu dilaksanakan. Tangga
ketiga, keempat, dan kelima dikategorikan sebagai tingkat “Tokenisme” yaitu tingkat
partisipasi masyarakat yang sarannya didengar dan diberikan kesempatan untuk
berpendapat akan tetapi, mereka tidak memiliki kekuasaan untuk menjamin saran atau
pendapatnya akan diterima atau dipertimbangkan oleh PT Indocement sebagai pihak
yang mengambil keputusan. Tingkat pertisipasi masyarakat yang masih pada tingkatan
“tokenisme” dalam proses pelaksanaan proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu berarti
menunjukan bahwa program tersebut masih belum termasuk dalam pengembangan
masyarakat.
8.2 Saran
Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya dan berdasarkan paparan
kesimpulan diatas, maka saran yang dapat diberikan terhadap pelaksanaan Bengkel
Sepeda Motor Terpadu sebagai berikut:
1) Pihak PT Indocement lebih melakukan pendekatan dan sosialisasi yang lebih
dalam pelaksanaan program CSR dengan melibatkan langsung masyarakat
dalam stiap tahapan partisipasi. Sosialisasi kurang efektif terlihat hanya
masyarakat yang aktif ke kantor desa yang mendapatkan informasi pada saat
BILIKOM. Sebaiknya pihak Departemen CSR PT Indocement lebih aktif dalam
70
sosialisasi program seperti pemberian leaflet atau brosur kepada masyarakat dan
menempelkan selebaran dan pengumuman di tempat yang sering didatangi
masyarakat.
2) Partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dan evaluasi masih rendah,
diharapkan pihak Departemen CSR lebih melibatkan dan mengajak masyarakat
dalam merencanakan program dan proyek yang akan dilakukan serta
memberitahukan hasil atau evaluasi dari program atau proyek CSR.
3) Membentuk forum-forum warga yang menjadi penyalur aspirasi dan pendapat
masyarakat di Desa Bantarjati. Forum tersebut dapat manjadi salah satu wadah
yang menghubungkan masyarakat dengan pihak perusahaan. Media penyalur
suara warga seringkali tidak mampu mengembangkan dan mempertahankan diri
menjadi lembaga yang demokratis dan kuat. Oleh karena itu, Anggota atau
peserta membutuhkan penguatan-penguatan untuk menjadikan dirinya lebih
kompeten dalam berpartisipasi.
71
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Isbandi Rukminto. 2003. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan
Intervensi Komunitas. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia.
Ambadar, Jackie. 2008. CSR dalam Praktik di Indonesia. Jakarta: PT Alex Media
Komputindo.
Arena, Chistine. 2008. The High-Purpose Company Tren Terbaru Dalam Bisnis:
Perusahaan Bertanggung Jawab dan Berprofit Tinggi. Jakarta: Gramedia.
BPMIGAS. 2008. Panduan Penilaian Program Community Development di
Lingkungan Peusahaan MIGAS.
Budimanta, Arif.dkk. 2008. Corporate Sosial Responsibility Alternatif Bagi
Pembangunan Indonesia. Jakarta: ICSD.
Dewani, Anggary Pasha. 2009. “Kebijakan, Implementasi dan Komunikasi Corporate
Social Responsibility (CSR) PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk”. Skripsi.
Fakultas Ekologi Manusia. Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Jahya, Rusfadia Saktiyanti. 2006. “Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan CSR Perusahaan
Ekstraktif” dalam Jurnal Galang: Jurnal Filantropi dan Masyarakat Madani
edisi vol 1. No 2 Januari 2006 hal 22-35. Depok: PIRAC.
Musa, Safuri. 2005. Evalusi Program Pembelajaran dan Pemberdayaan Masyarakat.
Bandung: Y-Pin Indonesia.
Nasdian, Fredian Tonny. 2003. Diktat Mata Kuliah Pengembangan Masyarakat. Institut
Pertanian Bogor. Tidak diterbitkan.
Nursahid, Fajar. 2006. Tangung Jawab Sosial BUMN. Jakarta: Piramedia.
Nursahid, Fajar. 2006. “Praktek Kedermawanan Sosial BUMN: Analisis Terhadap
Model Kedermawanan PT Krakatau Stell. PT Pertamina, dan PT
Telekomunikasi Indonesia” dalam Jurnal Galang: Jurnal Filantropi dan
Masyarakat Madani edisi vol 1. No 2 Januari 2006 hal 5-2. Depok: PIRAC.
Pemerintah Desa Bantarjati. 2008. “Profil Desa Bantarjati”. Kecamatan Klapanunggal.
Kabupaten Bogor.
Pemerintah Desa Bantarjati. 2009. “Profil Desa Bantarjati”. Kecamatan Klapanunggal.
Kabupaten Bogor.
PT Indocement. 2008. Annual Report PT Indocement 2007. Jakarta: PT Indocement
Tunggal Prakarsa Tbk.
PT Indocement. 2008. Profil Perusahaan PT Indocement. Jakarta: PT Indocement
Tunggal Prakarsa Tbk.
72
PT Indocement. 2009. Community Development Programme CSR PT Indocement.
Jakarta: PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
Rudito, Bambang dan Melia Famiola. 2007. Etika Bisnis dan Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan di Indonesia. Bandung : Rekayasa Sains.
Saidi, Zaim dkk. 2003. Sumbangan Sosial Perusahaa: Profil dan Pola Distibusinya di
Indonesia Survei 226 Perusahaan di 10 Kota. Jakarta: Piramedia.
Sasmita, Wulan Tri Eka. 2009. Evaluasi Program Pengelolaan Sampah Berbasis
Masyarakat. Skripsi. Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat. Institut Pertanian Bogor. Tidak diterbitkan.
Sitorus, MT. Felix. 1998. Penelitian Kualitatif: Suatu Perkenalan. Bogor: Kelompok
Dokumentasi Ilmu-Ilmu Sosial.
Suharto, Edi. 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung: Refika
Aditama.
Sukada, Sony dkk. 2007. CSR for Better Life Indonesian Content, Membumikan Bisnis
Berkelanjutan: Memahami Kosep dan Praktik Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan. Jakarta: Indonesia Bussines Link.
Sumarto, Hetifa SJ. Mengangkat Pertisipasi Warga yang Bermakna dalam
Pembangunan Jawa Barat 20 Tahun Mendatang.
Suprapto, Siti Adiprigandari Adiwoso. 2006. “Pola Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Lokal” dalam Jurnal Galang: Jurnal Filantropi dan Masyarakat Madani edisi
vol 1. No 2 Januari 2006 hal 36-61. Depok: PIRAC
Tayibnapis, Farida Yusuf. 2008. Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi untuk
Program Pendidikan dan Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Wahyuni, Ekawati Sri. 2004. Pedoman Teknis Menulis Skripsi. Jurusan Ilmu-ilmu
Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Wibisono, Yusuf. 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi CSR (Corporate Social
Responsibility). Gresik: Fascho Publishing.
Yakovleva, Natalia. 2005. Corporate Social Responsibility in the Mining Industry.
Ashgate Publishing Limited
Zainal, Rabin Ibnu. 2006. Best Practices: Corporate Social Responsibility (CSR)
Sebuah Pengalaman Membangun Multistakeholder Engagement bagi
Penerapan CSR di Kabupaten Muba, Sumatera Selatan. Palembang: Usaha
Musi.
73
LAMPIRAN
74
Gambar 1. Matriks Alokasi Waktu Penelitian
Juli
No.
I
Kegiatan
Proposal dan
Kolokium
1.
Penyusunan Draft
2.
Konsultasi Proposal
3.
Orientasi Lapangan
4.
Kolokium
II
Studi Lapangan
1.
Pengumpulan Data
2.
Analisis Data
III
Penulisan Laporan
1.
Analisis Lanjutan
2.
Penyusunan Draft
1
2
3
Agustus
4
1
2
3
September
4
1
2
3
Oktober
4
1
2
3
November
4
1
2
3
Desember
4
1
2
3
Januari
4
1
2
3
4
75
Revisi
3.
Konsultasi Laporan
IV
Ujian Skripsi
1.
Ujian
2.
Perbaikan Skripsi
76
Gambar 2. Matriks Pengumpulan, Pengolahan dan Analisis Data
No
1.
2.
3.
Tujuan
Profil PT Indocement
Tunggal Prakarsa Tbk
Mengetahui pandangan dan
kebijakan CSR PT
Indocement
Gambaran umum Desa
Bantarjati, Bogor
Variabel
1. Bidang usaha PT
Indocement
2. Visi dan Misi PT
Indocement
3. Lokasi Kantor PT
Indocement: Letak
pabrik, luas kantor.
4. Departemen CSR PT
Indocement
1. Pandangan
perusahaan mengenai
CSR
2. Kebijakan CSR
perusahaan
3. Visi dan Misi
Departemen CSR
1. Lokasi Desa
Bantarjati: Letak
desa, batas-batas desa,
dan luas desa
2. Kondisi demografi
3. Sarana dan prasarana
yang ada
Data yang dibutuhkan
Sumber Data
Metode
Metode Pengolahan dan
Pengumpulan Data
Analisis Data
1. Sejarah didirikannya
PT Indocement
2. Bidang-bidang usaha
PT Indocement
3. Letak pabrik PT
Indocement
4. Luas pabrik PT
Indocement
5. Mekanisme
Departemen CSR PT
Indocement
1. Motivasi perusahaan
menjalankan CSR
2. Kebijakan, konsep dan
prinsip yang mengatur
aktivitas CSR
1. Data Sekunder:
data dari PT
Indocement
2. Data Primer:
Karyawan PT
Indocement
1. Studi literatur
2. Wawancara
3. Pengamatan
1. Data Sekunder:
data dari PT
Indocement
2. Data Primer:
Karyawan PT
Indocement
1. Studi literatur
2. Wawancara
3. Pengamatan
1. Sejarah dan konteks
lokasi secara
geografis
2. Struktur sosial
masyarakat
3. Jumlah penduduk
4. Mata pencaharian
5. Agama yang dianut
1. Data Sekunder:
laporan CSR dari
PT Indocement,
data pemerintah
setempat dan data
instansi terkait
2. Data Primer:
Karyawan PT
Indocement,
observasi lapang,
masyarakat
sasaran program
dan instansi
1. Studi literatur
2. Wawancara
3. Pengamatan
Berperanserta
1. Pengumpulan data
2. Reduksi data
3. Penyajian data
1.
2.
3.
4.
Pengumpulan data
Reduksi data
Penyajian data
Analisis data
1. Pengumpulan data
2. Reduksi data
3. Penyajian data
77
4
Mengetahui tujuan dan
sasaran CSR yang dilakukan
oleh PT Indocement
5.
Mengetahui partisipsi
masyarakat dalam
implementasi CSR dan
evaluasi proses pada proyek
Bengkel Terpadu upaya
pengembangan masyarakat
1. Model implementasi
CSR PT Indocement
a) Perusahaan
terlibat
langsung
b) Bermitra
dengan
pihak
lain
c) Membentuk
atau bergabung
dalam
suatu
konsorsium
2. Program CSR yang
dijalankan PT
Indocement
1. Tingkat partisipasi
masyarakat:
a) Tahap perencanaan
b) Tahap pelaksanaan
c) Tahap evaluasi
2. Mekanisme
imolementasi proyek
Bengkel Terpadu
3. Prinsip
Pengembangan
masyarakat
1. Bagaimana model
implementasi CSR
PT Indocement
2. Program CSR yang
telah
diimplementasikan
oleh PT Indocement
3. Lokasi implementasi
program CSR
4. Sasaran implementasi
program CSR
1. Tingkat
partisipasi/peran serta
masyarakat dalam
setiap tahapan
program CSR yang
dilaksanakan
2. Tahapan pelaksanaan
dalam Proyek
Bengkel Terpadu dan
sosialisasi yang
dilakukan
3. implementasi upaya
pengembangan
masyarakat
terkait
1. Data Sekunder:
laporan CSR PT
Indocement
2. Data Primer:
Karyawan PT
Indocement,
observasi lapang,
masyarakat
sasaran program
dan instansi
terkait
1. Data Sekunder:
laporan CSR dari
PT Indocement,
data pemerintah
setempat dan data
instansi terkait
2. Data Primer:
Karyawan PT
Indocement,
kuesioner,
observasi lapang,
masyarakat
sasaran program
dan instansi
terkait
1. Studi literatur
2. Wawancara
3. Pengamatan
berperan serta
1. Studi literatur
2. Wawancara
mendalam
3. Pengamatan
berperan serta
1.
2.
3.
4.
Pengumpulan data
Reduksi data
Penyajian data
Analisis data
1. Pengumpulan data
2. Reduksi data
3. Penyajian data
4. Analisis data
78
Tabel 1. Panduan Pengamatan Berperan Serta
Pengamatan berperan serta dilakukan oleh peneliti secara langsung dilokasi
penelitian, selanjtnya peneliti melakukan pencatatan hasil pengamatannya secara
manual ataupun menggunakan alat bantu yang dapat merekam serta memotret
kejadian yang berkaitan dengan substansi penelitian yang dilakukan.
Hasil pengamatan berperan serta dicatat dalam tabel dibawah ini
Hari/tanggal
No
:
Hari/tanggal
Lokasi
Hasil
Keterangan
79
Tabel 2. Daftar Peserta yang Mengikuti Pelatihan Bengkel PT Indocement Tahun
2008 dan 2009
No.
Alamat
Pendidikan
1.
Nama
Acit bin H.
Lasmin
Kp./Ds. Lulut, RT. 03 / 02
SMA
2.
Ade bin Jaelani
Kp./Ds. Lulut, RT. 03 / 02
SD
3.
Udin
Kp. Bojong, Rt. 02 / 02 Desa Lulut
SD
4.
Enjum
Kp./Ds. Lulut, RT. 03 / 02
SD
5.
Gilang Januari
Kp./Ds. Lulut, RT. 03 / 02
SMP
6.
Hermansyah
Kp. Bojong , Rt. 03 / 02 Desa Lulut
SMP
7.
Toni
Kp./Ds. Lulut Rt. 03 / 02
SD
8.
Saih bin Supri
Kp./Ds. Lulut, RT. 03 / 02
SD
9.
M. Jarkasih
Kp.Bojong RT. 03 / 02
SMP
10.
Sunim
SMP
11.
Amirudin
Kp./Ds. Lulut, RT. 03 / 02
Kp.Tonggoh Rt 02/01 Ds. Gn. Sari
Ctrp.
12.
Andri Setiawan
SLTA
13.
Ariadin
14.
Empuy
15.
Ferri Arfian
16.
Hermawan
17.
Maditulloh
18.
Muhamad
Kp. Muhara Rt 07 / 04 Ds. Ctrp.
Gn. Putri Sel Rt 03/03 Ds./Kec
Gn.puti
Kp.Cikalahang Rt14/05
Ds.Hamblng Ctrp.
Kp.Babakan Rt 02/05 Ds. Trkolot
Ctrp.
Kp./Ds Lulut Rt 01/05
Klapanunggal
Kp.Walahir Rt 09/05 Ds. Nambo
Klpng
Gn. Putri Utara Rt 02/12 Ds./Kec
Gn.puti
19.
Mulyadin
SMK
20.
Sabar Slamet
21.
Ujang Supendi
Wawan
Darmawan
Kp./Ds. Tajur Rt 01/02 Citeureup
Kp./Ds Lulut Rt 01/06
Klapanunggal
Kp. Nambo Rt 01/01 Ds. Bntrjt.
Kplng
Kp/Ds. Puspanegara Rt02/03 Ctrp.
SLTA
22.
SLTP
SMK
SMK
SLTP
SMK
SMP
SLTA
SLTP
SLTP
Nama Pelatihan
Mekanik Sepeda
Motor
Mekanik Sepeda
Motor
Mekanik Sepeda
Motor
Mekanik Sepeda
Motor
Mekanik Sepeda
Motor
Mekanik Sepeda
Motor
Mekanik Sepeda
Motor
Mekanik Sepeda
Motor
Mekanik Sepeda
Motor
Mekanik Sepeda
Motor
Mekanik Sepeda
Motor
Mekanik Sepeda
Motor
Mekanik Sepeda
Motor
Mekanik Sepeda
Motor
Mekanik Sepeda
Motor
Mekanik Sepeda
Motor
Mekanik Sepeda
Motor
Mekanik Sepeda
Motor
Mekanik Sepeda
Motor
Mekanik Sepeda
Motor
Mekanik Sepeda
Motor
Mekanik Sepeda
Motor
No. Siswa
01/SMIMSM/II/08
02/SMIMSM/II/08
03/SMIMSM/II/08
04/SMIMSM/II/08
05/SMIMSM/II/08
06/SMIMSM/II/08
07/SMIMSM/II/08
08/SMIMSM/II/08
09/SMIMSM/II/08
10/SMIMSM/II/08
01/SMIMSM/III/09
02/SMIMSM/III/09
03/SMIMSM/III/09
04/SMIMSM/III/09
05/SMIMSM/III/09
06/SMIMSM/III/09
07/SMIMSM/III/09
08/SMIMSM/III/09
09/SMIMSM/III/09
10/SMIMSM/III/09
11/SMIMSM/III/09
12/SMIMSM/III/09
Tahun
2008
2008
2008
2008
2008
2008
2008
2008
2008
2008
2009
2009
2009
2009
2009
2009
2009
2009
2009
2009
2009
2009
80
Tabel 3. Struktur Organisasi Bengkel Sepeda Motor Terpadu
No
Nama
Jabatan
1.
Agus Hikmat
Kepala Bengkel
2.
Maya Mariana
Administrasi
3.
Hasanudin
KepalaMekanik
4.
Arief Slamet Riyadi
Mekanik
5.
Hermansyah
Mekanik
6.
Sunim
Mekanik
7.
Ade
Mekanik
8.
Usman Suprihatin
Keamanan
9.
Bedin
Keamanan
Sumber: Data proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu Desa Bantarjati tahun 2009
81
Gambar 3. Denah Lokasi di Desa Bantarjati
Sumber: social mapping Departemen CSR PT Indocement tahun 2008
82
Gambar 4. Suasana Kegiatan Proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu
Tampak depan Bengkel Sepeda Motor Terpadu PT Indocement
Sparepart atau onderdil motor dan daftar harga barang/service motor yang ada di
Bengkel Sepeda Motor Terpadu (Penggunaan banner sebagai media promosi)
83
Peralatan yang digunakan di bengkel
Time Schedule Bengkel Motor Terpadu
Kegiatan service motor yang dilakukan para mekanik dan konsumen di Bengkel Sepeda
Motor Terpadu PT Indocement
84
Lampiran 1. Kebijakan, Pandangan dan Tujuan Perusahaan dalam Implementasi
CSR12
PT Indocemet memiliki divisi khusus untuk menangani CSR yaitu Departemen
CSR yang berada di bawah social, security and community development (SSCD), saat
ini Departemen CSR dipinpin oleh Ibu Dian Octavia sebagai Head Officer Departemen
CSRt dan memiliki 15 orang staf yang terbagi menjadi Community Develeopment
Section (Comdev Section) yang diatur oleh Bapak Ayi Ibrohim dan Sustainable
Development Project Section (SDP Section) yang diatur oleh Ibu Lia Damayanti. Dalam
menjalankan tugasnya, Departemen CSR memiliki visi dan misi yang menjadi landasan
tugas departemen. Visi Departemen CSR adalah membangun kepentingan perusahaan
untuk kepentingan bersama perusahaan dan komunitas, khususnya komunitas lokal
dimana perusahaan beroperasi, sehingga tercipta hubungan yang harmonis. Sedangkan
misi Departemen CSR adalah menjalankan seluruh kegiatan usaha dengan tetap
memperhatikan kesejahteraan komunitas (wholesome community) dan dengan
menerapkan
konsep
memperhatikan
ramah
lingkungan
pengembangan
(environment
perusahaan
yang
friendly)
dengan
berkelanjutan
tetap
(sustainable
development).
Pelaksanaan CSR PT Indocement yang berlandasakan pada konsep triple bottom
line (ekonomi, sosial, dan lingkungan) dan kerangka lima pilar pembangunan
berkelanjutan maka Departemen CSR melakukan pembagian section (bagian) dalam
departemen menjadi Community Development Section (Comdev section) dan Social
Development Project Section (SDP section). Program Lima Pilar yang di lakukan secara
tersusun dan berkelanjutan di 12 Desa Binaan PT Indocement diantaranya:
1. Pilar Pendidikan
Program pendidikan yang dilakukan bertujukan untuk meningkatkan indeks
pembangunan manusia di desa-desa binaan sekitar wilayah operasi perusahaan.
Program-program tersebut meliputi pembangunan dan renovasi gedung-gedung sekolah
(PAUD,SD, SMP,dan SMA), beasiswa, latihan-latihan keterampilan melalui Sekolah
Magang Indocement (SMI), perpustakaan, dan fasilitas serta perlengkapan lainnya
berupa buku-buku, bangku, dan meja.
2. Pilar Ekonomi
12
Bersumber dari catatan harian hasil wawancara mendalam dengan informan (Ibu via, Bapak Bambang,
Bapak Dedi, Bapak Fajar sebagai staf Departemen CSR PT Indocement )
85
Salah satu program yang dilakukan PT Indocement di bidang ekonomi adalah dengan
membangun usaha kecil dan menengah, yang disesuaikan dengan potensi yang ada di
12 desa binaan.. Usaha-usaha pemberdayaan yang dilakukan mencakup serangkaian
pelatihan, bimbingan dan arahan tentang bagaimana mengembangkan bisnis mereka itu
serta bantuan modal usaha. Program ini juga bekerjasama dengan PKBL Bank Mandiri.
Perusahaan membangun berbagai infrastruktur, seperti jalan, jembatan, rumah ibadah di
12 desa binaan sekitar pabrik Citeureup. Berkat pemberdayaan itu, banyak diantara
mereka telah menjadi panutan dibidangnya masing-masing, seperti peternakan ayam,
konveksi, pembuatan kue, dan bengkel sepeda motor.
3. Pilar Kesehatan
Program ini bertujuan memberikan prasarana untuk meningkatkan kesehatan
masyarakat desa setempat, dan secara umum juga merupakan partisipasi PT Indocement
dalam program pemerintah membangun masyarakat sekitar yang sehat serta membantu
prasarana pendukung Posyandu di Gunung Sari, Pasirmukti, Nambo, Bantarjati,
Citeureup dan desa yang lain yang masuk 12 desa binaan CSR unit Citeureup. PT
Indocement juga membangun sarana fisik kesehatan yaitu Posyandu di Desa Gunung
Putri, Pasirmukti. PT Indocement juga mendirikan sarana fasilitas air bersih di desa
Citeureup dan Pasirmukti. Selain itu PT Indocement juga mengadakan Posling
(Puskesmas Keliling) di setiap desa binaannya dengan menggunakan sisitem rolling
bergantian di setiap desanya. Program ini memberikan bantuan PMT, pengurangan
jumlah balita gizi buruk,penyuluhan kesehatan dan pengobatan gratis bagi masyarakat
yang berada di 12 desa binaan CSR unit Citeureup.
4. Pilar Sosbudag (Sosial, Budaya, dan agama) dan Olahraga
Pada bidang ini PT Indocement membangun berbagai infrastruktur, seperti jalan,
jembatan, rumah ibadah di desa-desa binaan sekitar operasi kami. Kami juga
memberikan pembinaan kepada generasi muda melalui pemberian sarana untuk
kegiatan olah raga, memelihara budaya lokal, seperti tarian Degung, Reog dan kesenian
lokal lainnya. CSR PT Indocement juga mengadakan program pembinaan sepak bola
dengan peserta dari 12 desa binaan. Pada bulan Ramadhan PT Indocement juga
mengadakan buka puasa bersama yang diadakan di MAsjid As-Salam yang berada di
lingkungan pabrik dengan mengundang perwakilan tokoh masyarakat dari 12 desa
binaannya. Selain itu, pada Hari Raya Idul Fitri perusahaan juga melakukan pembagian
86
zakat kepada masyarakat sekitar dan membantu parakorban gempa di Garut, Jawa
Barat.
5. Pilar Keamanan
Salah satu kegiatan yang dilakukan melalui bidang keamanan ini dengan menggalang
kerja sama dengan masyarakat guna memelihara suasana aman melalui pembinaan Pam
Swakarsa. Hal itu dilaksanakan dengan memberikan pelatihan-pelatihan keamanan
kepada masyarakat atau petugas Linmas di desa-desa binaan serta menyediakan
fasilitas-fasilitas pendukung dan peralatan, seperti pos keamanan lingkungan dan
seragam petugas keamanan lokal.
Selain itu PT Indocement juga melakukan Proyek Pembangunan Berkelanjutan
atau Sustainable Development Project yang mengacu pada Konsep Triple Bottom Lines
(profit, people,and planet) merupakan program yang memfokuskan pada kebutuhan
masyarakat, misalnya:
1. Perkebunan jarak
Pada tahun 2007 PT Indocement sadar akan proyek konservasi lahan yang mengubah
lahan bekas penambangan batu kapur yang berlokasi di Citeureup, Cirebon, dan Tarjun,
menjadi perkebunan seluas 30 hektar yang ditanami dengan lebih dari 75.000 pohon
jarak yang kaya akan kandungan minyak. Selama tahun 2008, PT Indocement menanam
lebih dari 90.000 bibit di tiga lokasi pabriknya, memperluas total lahan perkebunan
pohon jarak yang ditanami sehingga menjadi lebih dari 170 hektar pada akhir tahun
2008. Proyek perkebunan pohon jarak PT Indocement sampai saaat ini menunjukkan
potensi yang baik dan akan lebih berkembang jila perusahaan bekerja sama dengan
universitas terkemuka, serta melibatkan masyarakat dalam pemberdayaan lahan
marjinal agar bermanfaat secara ekonomis dan ramah lingkungan bagi masyarakat
sekitar untuk kurun waktu jangka panjang dan berkelanjutan (sustainable).
2. Pengolahan sampah rumah tangga
Setelah perkembangan proyek perkebunan pohon jarak membuahkan hasil yang
menggembirakan, PT Indocement kembali meraih keberhasilan melalui proyek
pengelolaan sampah rumah tangga, yang diselenggarakan bersama kepala desa dan
masyarakat sekitar pabrik. Program ini dirintis pada 2007, dan seperti halnya inisiatif
proyek perkebunan pohon jarak, menjadi semakin berkembang di tahun 2008, pada saat
pihak yang terlibat dalam proyek ini mulai merasakan manfaat pengolahan sampah
tersebut. Mereka tidak hanya memperoleh lingkungan yang bersih dan sehat, namun
87
juga turut memetik manfaat ekonomis dengan mengumpulkan dan mengolah sampah
rumah tangga mereka secara benar. Hasil pengolahan sampah saat ini hingga 1,7 ton
sampah yang dikonversi sebagai biomassa dan kompos. Biomassa digunakan sebagai
bahan bakar alternatif, sedangkan kompos digunakan sebagai pupuk organik.
3. Menghasilkan energi dari kotoran sapi
Salah satu proyek tanggung jawab sosial perusahaan lainnya yang juga sedang
dikembangkan PT Indocement di tahun 2008, yaitu proyek biogas yang dihasilkan dari
kotoran sapi, yang mengandung gas metana yang dapat digunakan untuk keperluan
memasak. Proyek ini dimungkinkan oleh suatu temuan alat inovatif yang sederhana dan
ekonomis, yang mampu menyerap metana dan memprosesnya menjadi gas untuk
memasak.
4. Proyek Peternakan Terpadu
Proyek ini adalah peternakan domba. Teknis pelaksanaannya dibantu oleh Institut
Pertanian Bogor (IPB) dengan pola inkubator di mana para peternak dari masyarakat
dibina dan dilatih menjadi peternak yang tangguh. Setelah mereka menguasai dengan
baik, peternak dapat mengembangkan sendiri peternakan ditempatnya sendiri dengan
membawa ternak sesuai pengembangannya.
Beliau juga menjelaskan struktur organisasi yang ada di Departemen CSR, yaitu:
1.
Bu Via (head officer) sebagai kepala devisi
2.
SDP section Pa ai (head) sebagai kelapa seksi yang beranggotakan: Pa dedi, Pa
fajar, Pa bambang, Pa yatno Pa subarno, dan Pa samsudi
3.
Comdev section Bu Lia (head) sebagai kepala seksi
a) Pa Romi sebagai foreman dan membantu kepala seksi
b) Pa Dadan sebagai koordinator Desa Tajur dan Desa Pasirmukti juga
bertanggung jawab pada bidang ekonomi
c) Pa Usman sebagai koordinator Desa Gunung Sahari dan Desa Citeureup dan
juga bertanggung jawab pada bidang kesehatan
d) Pa Yadi sebagai koordinator Desa Bantarjati dan Desa Nambo juga
bertanggung jawab pada bidang pendidikan
e) Pa Agus sebagai koordinator Desa Gunung Putri dan Desa Puspanegara
f) Pa Arel sebagai koordinator Desa Hambalang dan Desa Tarikolot dan
bertanggung jawab pada bidang sosbudag
88
g) Pa Sani sebagai koordinator Desa Lulut dan Desa Leuwikaret dan
bertanggung jawab pada bidang pendidikan
Bu Via memaparkan bahwa Indocement melakukan partisipasi dan langsung
turun ke desa yang dikoordinir oleh tiap koordinator desa dalam implementasi CSR,
oleh karena itu perusahaan dapat memperoleh data yang akurat, informasi yang baik dan
menghasilkan program atau proyek yang bagus pada tiap desa dengan menyesuaikan
dengan minat dan kebutuhan masyarakat. Semua proses dan tahapan tersebut akhirnya
dirumuskan menggunakan social mapping. Jika menginginkan dan melihat partisipasi
maka sebaiknya kita melihat proyek atau program dilihat dari kacamata masyarakat
untuk mengetahui sense of belonging (rasa kepemilikan) terhadap program atau proyek
tersebut.
Pada tahap evaluasi ini kita membutuhkan komunikasi yang baik antara
perusahaan dan masyarakat, oleh karena itu kita menempatkan para koordinator desa
yang dapat beradaptasi dengan baik kepada masyarakat sekitar. Semua program tidak
berjalan sesuai rencana jika tidak ada dukungan dari masyarakat dan tidak sesuai
dengan permasalahan dan kebutuhan masyarakat, oleh karena itu social mapping sangat
dibutuhkan pada pelaksanaan CSR. Selain itu juga program kita akan berjalan mulus
jika masyarakat termotivasi untuk mengikuti dan berpartisipasi aktif dalam program.
Dalam implementasi CSR perusahaan bertindak sebagai fasilitator dengan
memberikan sarana dan prasarana dalam pembangunan masyarakat agar masyarakat
mandiri dan dibutuhkan partisipasi masyarakat sebagai penggerak dan agent of chage
(panjang tangan dari pemerintah desa). Dengan adanya komunikasi yang efektif antara
perusahaan dan masyarakat maka informasi dan tujuan yang diinginkan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat. Pada pelaksanaan CSR PT Indocement memandang tanggung
jawab sosial perusahaan adalah melakukan kerjasama dengan berbagai stakeholders
dengan tidak mendahulukan kepentingannya sendiri melainkan adanya kesadaran dan
kewajiban bersama (beyond compliance). Selain itu, adanya upaya perusahaan dalam
manajemen dampak operasi perusahaan yang negatif diminimalkan sedangkan sampak
operasi perusahaan yang positif dimaksimalkan. Sesuai dengan kebijakan dan konsep
sebagai landasan dalam pelaksanaan CSR, maka dirumuskan tujuan CSR PT
Indocement, yaitu: Mewujudkan kemandirian masyarakat, Peningkatan ekonomi lokal ,
dan Mewariskan program-program yang berbasiskan Triple Bottom Lines kepada
generasi penerus untuk berkelanjutan hidup masyarakat sekitar.
89
Implementasi Proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu13
Bapak Dedi menceritakan awal mula didirikannya bengkel motor adalah karena
ada permasalahan di desa Banjarjati yaitu banyaknya pengangguran dan keterbatasan
skill atau kemampuan para remaja yang ada disana. Selain itu, mereka juga
mengeluhkan kurangnya modal untuk mendirikan suatu usaha. Oleh karena itu, setelah
dilakukan beberapa survai dan mendatangkan langsung masyarakat Banjarjati, pihak
CRS dept melakukan sosialisasi kepada masyarakat di 12 desa binaan untuk
dilakukannya pelatihan atau training menjadi montir. Pelatihan tersebut dilakukan pada
tahun 2007-2008 selama dua minggu. Setelah dilakukan pelatihan maka pihak CSR dept
menyeleksi para peserta pelatihan untuk dijadikan montir. Tujuan dari dibentuknya
bengkel motor terpadu ini adalah sebagai pusat pelatihan untuk para remaja yang ingin
belajar mengenai motor dan juga sebagai bisnis unit maksudnya setelah didirikannya
bengkel motor terpadu ini diharapkan dapat menghasilkan unit plasma bengkel baru
(anak cabang bengkel baru) dari pesarta yang sudah mengikuti pelatihan.
Bengkel motor terpadu ini juga memiliki sasaran untuk menambah keahlian atau
kemampuant para remaja yang menganggur, memberikan pengetahuan mengenai
manajemen usaha, memberikan motivasi bisnis mentally. Para montir atau pekerja di
bengkel masih diberikan upah oelh pihak CSR dept, padahal pemasukan dari bengkel
menjadi hak pekerja bengkel. Jadi, para pekerja disana masih ingin “disuapi” oleh pihak
inducement. Walaupun sudah dibuatkan bengkel, diberikan seluruh peralatan bengkel
dan dilengkapi oleh listrik dan air bersih, pekerja disana masih ingin diberi lebih oleh
pihak perusahaan.CSR dept menginginkan kemandirian dari masyarakat yang ada
disana, karena jika terjadi sesuatu pada perusahaan, pihak perusahaan tidak bisa selalu
memberikan upah ataupun fasilitas yang lain. Target yang sampai saat ini sudah tercapai
adalah berdirinya bengkel dan pengembangkan usaha bengkel motor terpadu di desa
Banjarjati.
Bapak Bambang menjelaskan yang menjadi kriteria pemilihan montir yang
dipekerjakan di bengkel minimal memiliki ijazah SMP dan memiliki keahlian dan
ketermapilan dalam bidang bengkel yang mengerti mesin motor. Jadi setelah para
perserta melakukan pelatiahan/training maka harus diseleksi untuk dipilih yang
13
Bersumber dari catatan harian hasil wawancara mendalam dengan informan (Bapak Dedi dan Bapak
Fajar sebagai staf Departemen CSR, Ibu Sutrisna sebagai Sekretaris Desa Bantarjati, Bapak Agus dan
Mba Maya sebagai pengurus bengkel, Hermansyah, Empuy, dan Sunim sebagai Mekanik Bengkel, dan
Bapak Yasin sebagai Warga Desa Lulut )
90
memiliki persyarakatn yang sudah ditentukan. Beberapa tahapan yang dilakukan pada
proyek bengkel, yaitu tahap sosialisasi berupa BILIKOM dan surat undangan yang
dapat melihat apakah masyarakat antusias dan bermotivasi untuk mengikuti tes
penyeleksian selanjutnya sebelum mengikuti pelatihan. Dan seberapa jauh masyarakat
yang berada di 12 desa binaan menyebarkan informasi mengenai pelatihan bengkel
kepada tetangga dan masyarakat lainnya.
Ibu Sutrisna selaku sekretaris desa, Beliau menceritakan kondisi Desa Bantarjati
sebelum dan sesudah didirikannya pabrik Indocement. Beliau juga menjelaskan
program CSR apa saja yang sudah dilakukan Indocement. Manfaat dan keuntungan
yang didapat dan dirasakan oleh masyarakat tidak merata jika dibandingkan dengan
desa binaan lainnya. Melihat SDA yang sudah dikeruk oleh perusahaan timbal balik
yang didapat masyarakat tidak seimbang, apalagi jika dilihat lebih lanjut hanya
masyarakat yang memiliki kedekatan dengan jalan raya yang sering mendapatkan
bantuan. Pada saat ini, pihak perusahaan melakukan perbaikan di segala bidang
termasuk dalam pelaksanaan CSR, perusahaan sekarang lebih melihat kondisi dan
permasalaha yang ada di desa, oleh karena itu, sekarang masyarakat di Desa Bantarjati
sudah merasakan masfaat seperti bantuan sarana dan fasilitas pendidikan di Sekolah
Dasar Nambo1 yang berada di pinggir jalan Desa Bantarjati. Beliau juga mengaku
pelaksanaan CSR inducement sudah cukup baik akan tetapi, masih banyak masyarakat
yang belum tahu tentang informasi mengenai pelatihan atau bantuan yang dilakukan
Indocement. Oleh karena itu, pihak perusahaan harus lebih mendekatkan diri dengan
masyarakat sekitar.
Bapak Agus selaku Ketua Bengkel menceritakan pada awalnya sebelum bengkel
ini terbentuk, pihak perusahaan melakukan pelatihan di Sekolah Magang Indocement
(SMI). Tahap awal yang dilakukan perusahaan adalah dengan melakukan sosialisasi
dengan menyebarkan surat undangan kepada pemuda di 12 desa dan memberitahuan
infromasi pada saat BILIKOM di tiap desa. Pelatihan ke-II diadakan pada bulan maret
2008 dengan peserta pelatihan sebanyak 12-15 orang setalah dilakukan penyeleksiaan di
tiap desa. Setelah itu, mereka dididik mengenai cara mengoperasiakn mesin motor,
membongkar dan menservice motor. Kemudian, setelah 2 minggu berjalan maka dari
pihak perusahaan dan pelatih motor mengadakan menyeleksian kembali unutk memilih
peserta yang memiliki motivasi yang tinggi dan keterampilan yang bagus.
91
Pada pelatihan angkatan ke-III pada bulan Maret 2009 juga dilakukan tahapan
yang sama seperti sebelumnya. Jumlah peserta pelatihan pada angkatan ke III ini
sebanyak 22 orang ditambah dengan angkatan ke II 4 orang untuk praktek langsung di
bengkel dan pemantangan keterampilan. Beberapa kriteria yang dipilih untuk bekerja di
bengkeladalah melihat kehadiran dalam pelatihan, minat dan motivasi dalam mengikuti
pelatihan, serta kemampuan dan keahlian yang dimiliki. Bengkel terpadu juga memiliki
visi dalam pelaksanaanya yaitu meningkatkan kemampuan peserta pelatihan dengan
misi bagi peserta pelatihan yang lulus dalam pelatihan dapat langsung mempraktekkan
ilmunya
untuk bekerja dibengkel. Dengan tujuan akhirnya adalah mampu
mengembangkan usaha atau bisnis sendiri dengan kemampuan yang sudah dimiliki.
Dan pada akhirnya dapat mandiri dan meningkatkan pendapatan dan perekonomian
masyarakat Desa Bantarjati.
Setiap minggu pihak dari Departemen CSR dating untuk melihat dan memonitor
bagaimana keadaan di bengkel dan meminta laporan mingguan pemasukan dan
pengeluaran kepada mba maya. Untuk tahap evaluasi pa agus mengaku tidak tahu
mengenai proses evaluasi tentang bengkel ini, beliau hanya memberi laporan kepada
bapak Bambang atau bapak Dedi tiap bulan atau pada saat mereka mengunjungi
bengkel. Sebaiknya pihak dari pengurus bengkel dilobatkan dalam tahap evaluasi agar
dapat melihat sampai sejauhmana manfaat dan hasil yang dicapai.
Saya juga melakukan wawancara dengan Sunim yang merupakan salah satu
mekanik yang bekerja di bengkel dan termasuk dalam angkatan ke II yang melakukan
pelatihan pada tahun 2008. Sunim berasal dari Desa Lulut yang rumahnya berada tidak
jauh dari bengkel. Motivasinya mengikuti pelatihan adalah untuk menambah ilmu
mengenai mesin motor karena dirumahnya, ia sering membongkar motornya sendiri
karena sejak kecil ia sudah tertarik dengan motor. Sunim juga mengaku sebelumnya ia
juga sudah memiliki pekerjaan akan tetapi sunim lebih tertarik untuk bekerja dibengkel
karena hobinya bongkar-bongkar motor. Ia juga mengetahui tentang pelatihan dari surat
undangan yang diberikan perusahaan. Selain itu, saya juga mewawancarai Hermanysah
merupakan salah satu pemuda Desa Lulut yang mengikuti pelatihan pada bulan maret
2008, jadi ia termasuk pada peserta angkatan ke-II. Ia menjelaskan sosialisasi yang
dilakukan perusahaan sebelum megadakan pelatihan adalah dengan memberikan surat
undangan kepada para pemuda melalui BILIKOM jadi hanya pemuda yang aktif saja
yang mendapatkan informasi mengenai rencana diadakannya pelatihan. Jadi partisipasi
92
masyarakat dalam sosialisasi rencana pelatihan bengkel sangat minim hanya
memberitahuan dari mulut ke mulut kepada tetangga terdekat.
Sebenarnya dengan diadakannya pelatihan ini dapat menambah ilmu dan
kemampuan masyrarakat sekitar mengenai otomotif, ia menyarankan kegiaatan
pelatihan dapat dilakukan tiap tahunnya dan lokasi pelatihan bisa berada di desa lain
tidak hanya di Desa Bantarjati. Mungkin hal ini dapat menjadi saran kepada pihak
perusahaan dalam melakukan pelatihan lain selanjutnya.
93
Download