PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME DAN TUTOR TEMAN SEBAYA

advertisement
PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME DAN TUTOR TEMAN SEBAYA
UNTUK MEMBANTU KOMUNIKASI MAHASISWA DALAM
MATAKULIAH DASAR-DASAR PEMROGRAMAN
Adriyanto Juliastomo Gundo
Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
Abstrak
Programming basics are the subjects that form the basis on Education courses
Informatics and Computer Engineering ( PTIK ) Opera- Technology Faculty
Christian University Satya Discourse. But this course dainggap difficult for
students generally. The problem is because the faculty member teaching assistants
could not take advantage of methods and media with well in communicating to
students.
This study aims to determine how the form of communication in the course of
learning programming. The method used is a qualitative research method. Results
from this study that the approach used to help students communicate problems
related to lack of comprehension on the material. The conclusion is the approach
taken to help students succeed.
Keywords : konstrutivisme, peer tutoring, communication
Pendahuluan
Mata kuliah pemrograman menjadi matakuliah yang “ditakuti” mahasiswa
karena sulit. Salah satu matakuliah pemrograman yang dirasa sulit oleh
mahasiswa adalah dasar-dasar pemrograman. Dasar-dasar pemrograman diberikan
pada awal semeter dan menjadi dasar untuk matakuliah pemrograman yang lain.
Dasar-dasar pemrograman merupakan matakuliah yang menjadi dasar di Program
Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer (PTIK) Fakultas Teknologi
Informasi Universitas Kristen Satya Wacana. Mata kuliah ini terbagi dalam dua
kelas.
Kelas tersebut adalah kelas dosen dan kelas asisten. Kelas dosen adalah
kelas yang berisi penyampain materi teori pemrograman. Adapun kelas asisten
sendiri adalah kelas praktikum yang dikorrdinasikan oleh dosen dalam
menerapkan teori pemrograman yang diperoleh di kelas.
Berdasarkan hasil wawancara dengan mahasiswa, diperoleh informasi
mengenai kesulitan mahasiswa dalam memahami dan mempraktekkan teori
pemrograman yang diperoleh di kelas. Masalah terbesar adalah pada kelas asisten
dosen. Masalah tersebut dikarenakan asisten dosen yang mengajar tidak bisa
memanfaatkan
metode
dan
media
pembelajaran
dengan
baik
dalam
mengkomunikasikannya kepada mahasiswa.
Hasil wawancara lebih jauh dengan mahasiswa menunjukkan beberapa
mahasiswa belum dapat memahami atau mengerti tentang materi bahasa
pemrograman yang disampaikan namun tidak berani menanyakan. Beberapa
mahasiswa masih merasa kesulitan dalam memahami mata kuliah pemrograman
itu sendiri.
Ada beberapa yang memang benar-benar belum mengetahui bahasa
pemrograman yang mengakibatkan beberapa mahasiswa mendapatkan nilai jelek
untuk mata kuliah pemrograman ini. Dalam pembelajaran dikelas, mahasiswa
kesulitan dalam memahami materi yang disampaikan dikelas, itu disebabkan
karena pembelajaran berpusat pada asisten dosen.
Berpusat pada asisten disini adalah asisten pada saat menjelaskan tidak
memperhatikan kemampuan mahasiswa dan dalam menyampaikan materi terlalu
cepat. Penyampaian materi memang menggunakan media, namun media yang
digunakan hanya memanfaatkan LCD Proyektor untuk menampilkan slide-slide
materi yang sudah dibuat didepan kelas saja.
Hal ini membuat materi yang disampaikan menjadi tidak dapat dipahami
dengan baik oleh mahasiswa. Berdasarkan permasalahan yang ada, maka akan
dilakukan penelitian mengenai bagaimana bentuk-bentuk komunikasi yang ada
dan kendala-kendala apa saja yang dimiliki oleh mahasiswa kelas dasar-dasar
pemrograman agar mahasiwa dapat memahami materi yang disampaikan.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah artikel ini adalah bagaimana bentuk-bentuk komunikasi
dalam mengatasi masalah belajar dalam matakuliah dasar-dasar pemrograman
yang dialami mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan
Komputer, Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga ?
Tinjauan Pustaka
a. Komunkasi
Carl I. Hovland (dalam Mulyana, 2007) mengatakan bahwa komunikasi
adalah
proses
yang
memungkinkan
seseorang
(komunikator)
untuk
menyampaikan rangsangan (biasanya lambang-lambang verbal) yang bertujuan
untuk mengubah prilaku orang lain (komunikate).
Komunikasi yang efektif menurut Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss
dalam Rakhmat (2007) terdapat beberapa hal, yaitu:
1. Pengertian, artinya penerimaan yang cermat dari isi stimuli seperti yang
dimaksudkan oleh komunikator.
2. Kesenangan, yang dimaksudkan adalah komunikasi untuk menjadikan
hubungan hangat, akrab dan menyenangkan.
3. Pengaruh pada sikap, komunikasi dilakukan agar komunikan bertindak sesuai
harapan komunikator berdasarkan atas kehendaknya sendiri
4. Hubungan yang semakin baik, dengan berkomunikasi maka akan tercipta
hubungan yang positif dan mempertahankan hubungan yang saling
memuaskan.
5. Tindakan,
menimbulkan
tindakan
adalah
indikator
efektivitas
dari
komunikasi. Tindakan adalah hasil akumilasi dari seluruh proses komunikasi.
(Rahkmat, 2007: 13-16).
Komunikasi disebut efektif apabila penerima menginterpestasikan pesan
yang diterimanya sebagaimana yang dimaksudkan oleh pengirim. Sumber utama
kesalahfahaman dalam komunikasi adalah cara penerima menangkap makna suatu
pesan berbeda yang dimaksud oleh pengirim, karena pengirim gagal
mengkomunikasikan maksudnya dengan tepat (Supratiknya, 2009: 34).
Komunikasi dikatakan efektif apabila terdapat aliran informasi dua arah
antara komunikator dan komunikan dan informasi tersebut sama-sama direspon
sesuai dengan harapan kedua pelaku komunikasi tersebut. Setidaknya terdapat
lima aspek yang perlu dipahami dalam membangun komunikasi yang efektif,
yaitu :
1. Kejelasan,
Hal
ini
dimaksudkan
bahwa
dalam
komunikasi
harus
menggunakan bahasa dan mengemas informasi secara jelas, sehingga mudah
diterima dan dipahami oleh komunikan.
2. Ketepatan. Ketepatan atau akurasi ini menyangkut penggunaan bahasa yang
benar dan kebenaran informasi yang disampaikan.
3. Konteks. Konteks atau sering disebut dengan situasi, maksudnya adalah
bahwa bahasa dan informasi yang disampaikan harus sesuai dengan keadaan
dan lingkungan dimana komunikasi itu terjadi.
4. Alur. Bahasa dan informasi yang akan disajikan harus disusun dengan alur
atau sistematika yang jelas, sehingga pihak yang menerima informasi cepat
tanggap
5. Budaya. Aspek ini tidak saja menyangkut bahasa dan informasi, tetapi juga
berkaitan dengan tatakrama dan etika. Artinya dalam berkomunikasi harus
menyesuaikan dengan budaya orang yang diajak berkomunikasi, baik dalam
penggunaan bahasa verbal maupun nonverbal, agar tidak menimbulkan
kesalahan persepsi (Endang, 2003).
b. Pendekatan Konstruktivisme
Kontruktivisme menurut Bruning seperti yang dikutip oleh Sigit (2013)
merupakan perspektif psikologi dan filosofis yang memandang bahwa masingmasing individu membentuk atau membangun sebagian besar dari apa yang
mereka pelajari dan pahami. Pandangan kontruktivisme didasarkan pada filsafat
tertentu terkait dengan manusia dan pengetahuan.
Bagaimana manusia menjadi tahu dan memiliki pengetahuan menjadi
kajian
penting
dalam
konstruktivisme.
Pengetahuan
dalam
pandangan
konstruktivisme dibentuk dari pemahaman organism melalui proses interaksi
dengan lingkungan dan orang-orang di sekelilingnya. Teori konstruktivisme
menyatakan bahwa individu menginterpretasikan dan beraksi menurut kategori
konseptual dari pikiran. Realitas tidak menggambarkan diri individu namun harus
disaring melalui cara pandang orang terhadap realitas tersebut.
Metode tutor sebaya adalah suatu metode pembelajaran yang dilakukan
dengan cara memberdayakan siswa yang memiliki daya serap yang tinggi dari
kelompok siswa itu sendiri untuk menjadi tutor bagi temantemannya, dimana
siswa yang menjadi tutor bertugas untuk memberikan materi belajar dan latihan
kepada teman-temannya yang belum faham terhadap materi/ latihan yang
diberikan guru dengan dilandasi aturan yang telah disepakati bersama dalam
kelompok tersebut, sehingga akan terbangun suasana belajar kelompok yang
bersifat kooperatif bukan kompetitif
Metodologi Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif.
Bogdam dan Taylor (dalam Moleong, 2010) mendefinisikan metodologi
penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat
diamati.
Metode pengumpulan data dengan menggunakan teknik observasi dan
wawancara pihak-pihak terkait dan yang terlibat dalam proses penelitian.
Mahasiswa yang diwawancara berjumlah 10 orang dengan rincian 3 orang
mahasiswa yang memahami dan memberikan tanggapan dan respon di kelas, 3
orang yang memahami namun diam dan tidak memberikan respon di kelas, dan 4
orang mahasiswa yang diam dan tidak memahami materi yang disampaikan di
kelas.
Sajian dan Analisis Data
Berdasarkan temuan dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan
diperoleh beberapa masalah. Masalah tersebut terkait dengan metode mengajar,
penggunaan media, masalah komunikasi dan masalah kepercayaan diri, serta
masalah memahami materi yang diberikan.
a. Metode mengajar
Permasalahan
metode
mengajar
yang
ditemukan
kemudian
dikomunikasikan dengan asisten dosen untuk merubah dengan metode lain.
Metode yang dipilih adalah pendekatan konstruktivisme. Langkah pertama adalah
dilakukan pengenalan terhadap pendekatan kontruktivisme dan memberikan
pemahaman mengenai pembelajaran dengan tutor teman sebaya yang didesain
untuk menyelesaikan tugas rancang. Pengenalan ini bertujuan agar mahasiswa
mengetahui dan memahami metode pembelajaran yang lebih variatif, dan
diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan yang ada.
b. Penggunaan media
Penggunaan media ini bertujuan untuk memudahkan mahasiswa dalam
memahami materi dari berbeagai sumber. Media yang digunakan adalah Edmodo.
Media ini merupakan media online berbahasa Indonesia.
Edmodo
ini
memiliki
fitur-fitur
yang
dapat
digunakan
dalam
menyelesaikan permasalahan terkait dengan komunikasi. Edmodo sendiri dapat
diakses di www.edmodo.com
1. Komunikasi dan percaya diri
Permasalahan kamunikasi dan percaya diri ini ternyata disebabkan
beberapa hal yaitu malu untuk bertanya walau tidak tahu, tidak percaya diri
dengan suara yang cenderung pelan dan takut jika pertanyaannya ternyata
jawabannya mudah untuk mahasiswa yang lain.
2. Pemahaman materi
Permasalahan utama dalam pemahaman materi adalah kemampuan
mahasiswa dalam mencerna atau memahami apa yang disampaikan karena latar
belakang sekolah yang tidak sesuai dengan jurusan.
3. Penerapan Pendekatan Konstrutivisme dan Edmodo
Berdasarkan temuan permasalahan yang ada maka dilakukan pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme dengan berbantuan edmodo.
Pertama-tama melaksanakan pendekatan konstruktivisme dengan menggali
pemahaman awal mahasiswa mengenai pemrograman, kemudian menganalisis
kemampuan awal mahasiswa dengan memberikan soal sederhana. Hasil dari
pengukuran kemampuan awal ini digunakan untuk membuat perencanaan proses
pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme. Pendekatan konstruktivisme
sendiri adalah pendekatan yang dapat digunakan agar siswa dalam hal ini
mahasiswa memahami sesuatu dengan caranya sendiri yaitu dengan cara belajar
berpengalaman dan belajar dari pengalaman.
Gambar 1. Proses Penerapan di Kelas Asisten
Pelaksanaan pendekatan dilakukan seperti pada gambar 1. Pada tahap ini
asisten dosen menyampaikan materi seperti biasa dan menggunakan edmodo
untuk mengunggah materi, diskusi dan tanya jawab serta berbagi link terkait
dengan materi pemrograman. Apabila mahasiswa tidak paham maka dapat
dikomunikasikan atau didiskusikan dengan asisten secara langsung di kelas atau
melalui media edmodo.
Media edmodo pada pelaksanaannya lebih banyak digunakan mahasiswa
sebagai respon dan feedback pada proses pembelajaran di kelas. Maksudnya
adalah, mahasiswa menggunakan edmodo untuk menanyakan secara pribadi atau
kemlompok mengenai segala sesuatu yang tidak atau kurang jelas terkait dengan
materi. Namun pada kenyataannya dalam proses ini terdapat beberapa kendala,
antara lain adalah apa yang dijelaskan oleh asisten ternyata tidak dipahami dengan
benar oleh sebagian besar mahasiswa. Pada sisi lain ada beberapa mahasiswa yang
dapat memahami dengan baik.
Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan penerapan tutor teman sebaya
dalam membantu asisten agar mahasiswa dapat memahami materi yang diberikan.
Pendekatan ini dengan pendampingan dari asisten dosen yang memberikan waktu
lebih selain di kelas dengan waktu tambahan diluar kelas dengan kesepakatan
bersama. Penggunaan waktu diluar jam kuliah atau kelas adalah dengan
berbantuan media yaitu edmodo.
Media ini digunakan untuk mengunggah materi, diskusi dan komunikasi
antara asisten dosen dan mahasiswa. Berdasarkan hasil wawancara dengan
mahasiswa yang ditunjuk untuk menjadi tutor teman sebaya ditemukan bahwa
cara penyampaian materi oleh asisten dosen terlalu cepat dan urutannya tidak pertahap. Hal ini dibenarkan oleh asisten tersebut bahwa dia memang melakukan hal
tersebut karena dia sudah paham semua tahapan jadi menurut dia tidak perlu tahap
per tahap.
Pada sisi lain mahasiswa yang tidak cepat memahami akan kesulitan,
karena adanya beberapa tahapan yang tidak ada. Oleh karena itu tutor teman
sebaya diperlukan selain untuk mendampingi, juga mengulang tahapan demi
tahapan serta diharapkan cara penyampaian yang diberikan oleh tutor lebih mudah
dipahami mahasiwa. Berdasarkan hasil wawancara dengan mahasiswa, diketahui
bahwa bahasa dan penjelasan yang dilakukan oleh tutor lebih mudah dipahami
dan jelas.
Pendekatan konstruktivisme ini selain menggunakan edmodo juga
didasarkan pada bagaimana komunikasi yang efektif dilakukan. Berdasarkan hasil
wawancara diperoleh informasi bahwa pendekatan dan media yang digunakan
membantu mahasiswa dalam memahami materi yang ada. Penggunaan edmodo
memungkinkan pengajar dalam hal ini asisten dosen juga dapat memberikan link
atau video mengenai materi tambahan yang dapat membantu mahasiswa dalam
memahami materi yang diberikan.
Selain itu edmodo memfasilitasi untuk melakukan diskusi dan tanya jawab
dengan fitur yang bersifat pribadi atau kelompok. Fitur yang bersifat pribadi ini
digunakan untuk membantu mahasiswa yang tidak berani bertanya secara
langsung di kelas. Dengan diskusi secara langsung melalui media membuat
mahasiwa menjadi tidak malu karena yang mengetahui adalah mahasiswa yang
bersangkutan dengan asisten dosen. Dalam menggunakan media diskusi dan
kamunikasi yang disediakan dan dimanfaat dalam pembelajaran ini ternyata
berpengaruh terhadap pemahaman materi yang diberikan.
Selain media komunikasi langsung atara asisten dosen dengan mahasiswa
secara pribadi, media edmodo ini juga memfasislitasi untuk melakukan diskusi
kelompok. Diskusi kelompok ini digunakan untuk membantu mahasiswa yang
tidak berani atau malu bertanya kepada asisten. Selain itu ternyata fitur untuk
diskusi kelompok ini dapat digunakan untuk melakukan penerapan tutor teman
sebaya. Tutor teman sebaya ini digunakan agar materi yang disampaikan lebih
mudah dipahami oleh mahasiswa.
Materi yang disampaikan oleh asisten dosen seperti pada permaasalahan
sebelumnya
seringkali
sulit
dipahami
mahasiswa.
Kesulitan
mahasiswa
memahami adalah selain cara penyampaian juga bahasa yang digunakan sulit
dipahami. Adanya tutor teman sebaya adalam forum diskusi ini diharapkan dapat
membantu dalam menyampaikan materi denga gaya kamunikasi dan bahasa
sesama mahasiswa. Berdasarkan hasil wawancara metode ini berhasil dalam
membantu mahasiswa memahami materi.
Apabila mahasiswa yang bersangkutan sudah paham, maka dia diminta
untuk membantu menjelaskan kepada mahasiswa lain yang masih belum paham.
Hal ini dimaksudkan adalah supaya mahasiswa yang sudah paham dapat
memahami lebih dalam dan dapat mengingat lebih lama dengan kembali
menjelaskan kepada teman yang lain. Disinilah konstruktivisme dilakukan, yaitu
bahwa apa yang dipahami adalah didasarkan pada proses pribadi dari individu
untuk memahami sesuatu dan kemudian dapat menerapkan dan membagikan
kepada orang lain (belajar dari pengalaman dan belajar berpengalaman).
Tahap-tahap yang dilakukan mahasiwa agar dapat memahami dengan cara
dan pemahamannya sendiri adalah dasar dari konstrutivisme itu sendiri. Pada saat
sudah paham maka mahasiswa akan lebih mudah untuk menyelesaikan tugas
rancang yang biasanya menjadi tugas akhir dalam kelas pemrograman yaitu
menghasilkan software. Adapun software itu sendiri dibuat dengan bahasa
pemrograman yang memerlukan logika dan matematika.
Alur logika inilah yang sebenarnya menjadi masalah utama dalam
pemrograman, karena alur logika masing-masing individu dapat berbeda dalam
memahami atau membuat suatu program. Komunikasi dan diskusi yang dibangun
baik di kelas dan diluar kelas oleh asisten, mahasiswa dan tutor dengan bantuan
edmodo adalah untuk membantu mahasiswa dalam menterjemahkan dan
mengkomunikasikan apa yang harus dilakukan terkait dengan pemrograman.
Penerapan pendekatan konstruktivisme dan tutor teman sebaya adalah
mengedepankan komunikasi dalam belajar. Pembelajaran yang di desain mampu
merangsang mahasiswa dalam mengutarakan pendapat dan bertanya serta
dberdiskusi di kelas dan luar kelas.
Penerapan konstruktivisme dengan bantuan edmodo ini juga membantu
dalam mahasiswa memahami materi dengan cara mencari materi lain dan
mencoba memahami dengan caranya sendiri. Apabila mahasiswa tersebut tidak
dapat memahami maka dapat menanyakannya menggunakan edmodo baik secara
pribadi maupun kelompok. Penerapan pendekatan ini juga memungkinkan
mahasiswa untuk belajar dari Pengalaman yang diperoleh dan berusaha untuk
memecahkan permasalahan terkait pemahaman materi pemrograman.
Pendekatan tutor teman sebaya juga menjembatani komunikasi mahasiswa
dalam upaya memahami materi yang sulit. Bentuk menjembataninya adalah,
mahasiswa yang tidak paham dapat dan berani untuk bertanya yang selama ini
tidak berani atau tidak dilakukan di kelas karena alasan pribadi. Tutor teman
sebaya juga membantu mahasiswa dalam membangun pemahaman sendiri setelah
memahami materi yang dipahami memalui tutor yaitu temannya sendiri dan bukan
asisten dosen.
Tahap selanjutnya adalah memberikan tes untuk mengetahui pemahaman
terhadap materi yang diberikan. Pemberian tes dilakukan pada dua kelas yang
sudah melaksanakan pendekatan dan pembelajaran yang dilakukan seperti pada
penjelasan pembahasan sebelumnya. Dua kelas ini diberikan dua kali tes dengan
tipe soal yang sama namun berbeda konten. Pemberian soal dengan tipe yang
sama ini diharapakan dapat mengetahui pemahaman mahasiswa mengenai materi
yang diberikan. Hasil dari pemberian soal tes tersebut adalah seperti pada tabel 1
di bawah ini.
Nilai
Rata-rata nilai Kelas Rata-rata nilai Kelas
1
2
Sebelum
37,1
39,5
Sesudah
69,5
70,5
Tabel 1. Perubahan Nilai Sebelum dan Sesudah Tes.
Berdasarkan tabel 1 terlihat bahwa terjadi peningkatan nilai setelah
memperoleh pendekatan dan perubahan dalam proses belajar yang lebih
mengedepankan komunikasi dan diskusi dalam prosesnya. Hasil ini didukung oleh
hasil wawancara dari salah seorang mahasiswa yang merasakan perubahan dengan
pendekatan yang dilakukan. Mahasiswa tersebut mengatakan “
“Selama ini saya malu untuk bertanya di kelas dikarenakan saya memang
lambat
dalam
memahami
materi,
namun
saya
berusaha
menyembunyikannya di depan teman-teman dengan diam saja. Tapi
ternyata itu membuat saya lebih sulit memahami materi yang diberikan.
Adanya metode dan pendekatan yang dilakukan menurut saya membantu
saya dalam mengatasi masalah malu saya dan gengsi saya. Adanya
diskusi secara kelompok dan individu yang dilakukan membantu saya
dalam memahami materi dan melatih saya untuk berbagi informasi serta
berkomunikasi dengan teman yang lain.”
Hal ini juga didukung oleh asisten dosen yang mengatakan dalam
wawancara, bahwa mahasiswa yang ada di kelasnya sekarang lebih aktif dan
banyak yang bertanya baik di kelas maupun di media online yang digunakan
(edmodo). Awalnya asisten ini juga ragu apakah dapat berhasil atau tidak namun
setelah melihat proses dan hasilnya jadi yakin bahwa ternyata ada kekurangan
dalam proses pembelajaran di kelasnya.
Komunikasi yang dibangun melalui media diskusi baik secara kelompok
maupun secara indvidu ternyata dapat memabantu permasalahan yang ada.
Diharapkan komunikasi yang sudah dibangun ini dapat juga digunakan untuk
matakuliah lain terutama pemrograman yang menjadi ketakutan untuk sebagian
besar mahasiswa program studi pendidikan teknik informatika dan komputer.
Komunikasi yang dibangun tidak hanya satu arah namun dua arah.
Walaupun di dalam kelas berdasarkan hasil observasi akhir menunjukkan bahwa
asisten dosen terkadang masih sering melakukan komunikasi satu arah, namun
berbeda ketika di luar kelas. Selain pendampingan secara kontinyu dengan tatap
muka di luar jam kelas juga melalui diskusi dengan media online dapat membantu
mahasiswa dan asisten dosen dalam membangun komunikasi dua arah dalam
pembelajaran.
Penutup
Berdasarkan hasil dan pembahasan di ataas maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Bentuk komunikasi dalam pembelajaran masih satu arah
2. Pendekatan yang diberikan dapat membantu proses pembelajaran dalam
komunikasi dua arah
3. Pendekatan yang dilakukan dapat membantu mahasiswa dalam memahami
materi yang diberikan
4. Bentuk komunikasi yang efektif dalam pembelajaran pemrograman dapat
dibantu dengan tutor teman sebaya dan penggunaan media untuk memperjelas
hal yang dikomunikasikan.
Daftar Pustaka
Mulyana, Deddy. (2007). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. PT. Remaja
Rosdakarya. Bandung.
Rakhmat, Djalaluddin. (2007). Psikologi Komunikasi. PT. Remaja Rosdakarya.
Bandung.
Supratiknya, A. (1995). Komunikasi Antarpribadi Tinjauan Psikologis. Kanisius.
Yogyakarta.
Lestari G, Endang dan Maliki. (2003). Komunikasi yang Efektif. Lembaga
Administrasi Negara. Jakarta.
Sigit Mangun Wardoyo. (2013). Pembelajaran Konstruktivisme. Penerbit
Alfabeta. Bandung.
Moleong, L. J. (2010). Metode Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya.
Bandung.
Yuanda, H. (2014). Pola Komunikasi Efektif dalam Mengatasi Masalah Belajar.
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/40411/6/Cover.pdf
(diakses
tanggal 2 maret 2016)
Download