Transformasi Kardus Perjamuan kardus adalah sekumpulan

advertisement
Transformasi Kardus
USD | 23 November 2016 | 10:40 WIB
Perjamuan kardus adalah sekumpulan wayang kardus yang unik dan menarik. Wayang kardus menjadi salah
satu sarana untuk membantu siapa saja bertukar pikiran dalam membangun pendidikan di Indonesia. Calon
guru pada saat ini memasuki tantangan terbesar. Tantangan tersebut adalah perkembangan teknologi yang
begitu pesat. Muncul keinginan untuk kebut semalam, tidak dipersulit, dan mudah didapatkan menjadi jalan
pintas. Perasaan yang demikian menimbulkan kurang kreativitas bagi mahasiswa.
Menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan dan pengajaran di dalam Republik Indonesia harus berdasarkan
kebudayaan dan kemasyarakatan bangsa Indonesia, menuju ke arah kebahagiaan batin serta keselamatan
hidup lahir. Kebudayaan yang melekat di hati masyarakat namun seiringnya kemajuan jaman menjadi luntur.
Kebudayaan wayang yang memberikan edukasi dieranya membuktikan bahwa kebudayaan masyarakat di
Indonesia yang sangat populer. Wayang dikatakan sebagai edukasi, karena wayang dapat melatih imajinasi
anak dan rasa percaya diri. Untuk menumbuhkan itu Mahasiswa program studi Pendidikan Guru Sekolah
Dasar (PGSD) Universitas Sanata Dharma (USD) angkatan 2016 membuat acara yang diberi nama
Pagelaran Wayang Kardus.
Senin (14/11/2016) Mahasiswa PGSD USD berkumpul di Pendopo PGSD untuk memeriahkan pagelaran
wayang kardus. Wayang kardus merupakan satu contoh bentuk nyata Mahasiswa PGSD USD prihatin
dengan pendidikan Indonesia saat ini. Pegelaran ini juga sekaligus memperingati Hari Wayang Dunia yang
jatuh pada tanggal 7 November. Peringatan hari wayang pada saat ini sudah jarang dan bahkan tidak pernah
diingat atau diperingati oleh masyarakat di Indonesia. Melalui acara ini juga Mahasiswa PGSD USD ingin
memberikan contoh media pembelajaran melalui sebuah wayang yang dikolaborasikan dengan berbagai
gaya keunikan. Dalam proses pembelajaran sebagai seorang calon pendidik, harus berfikir lebih kreatif untuk
menarik perhatian murid nantinya.
Kecintaannya terhadap kardus, mahasiswa PGSD USD menyulap kardus bekas menjadi karya seni yang
penuh dengan inovatif, humoris, dan edukatif. Karya seni itu adalah wayang. Wayang yang dipentaskan
dalam sebuah pagelaran memiliki tema yaitu “Perjamuan Kardus”. Kata perjamuan kardus tentunya memiliki
filosofi yang mendalam. Kata kardus yang menggambarkan individu atau calon guru SD dan perjamuan yang
berarti berkumpul/bertemu/berkunjung. Kardus kerap kali diangap sebagai sampah yang tidak berguna,
hanya dapat digunakan untuk satu kali dan akan terlupakan untuk kemudian harinya.
Seperti yang dikemukakan oleh MB Tejo Sampurno, M.A bahwa sebenarnya kardus adalah barang yang
berguna bagi kehidupan manusia. Hal tersebut sama halnya dengan ilmu apabila tak dibagikan maka akan
berakhir menjadi tumpukan sampah yang rusak seperti kardus. Pendidikan adalah salah satu kunci
kesuksesan, tetapi jika kita tidak menggunakannya dengan baik maka pendidikan hanya menjadi tumpukan
sampah yang tak berguna. Beliau juga menuturkan bahwa wayang adalah performance yang sudah
terbanding sebagai pertunjukan sakral dan sekaligus sekarang juga popular. Dalam perkembangannya,
wayang juga salah satu wahana dakwah. Berkaitan dengan hal tersebut, tentu wayang juga mampu menjadi
media pendidikan. Mahasiswa PGSD mulai kegelisahan mereka ketika memikirkan bagaimana
1/2
mempergunakan kebudayaan sebagai media mereka dalam tranfer ilmu, dengan merespon wayang yang
dipadukan dengan barang bekas yang diperlukan sekaligus berguna yaitu kardus. Sebenarnya ini adalah
sebagai kritik sosial atas dasar kenapa kardus dipilih sebagai bahannya. Kardus dibutuhkan untuk
membungkus benda, dalam hal ini bisa dianalogikan dengan membungkus pendidikan. Namun kardus sering
dilupakan karena “Wayang kardus bukan sekadar humor, tapi juga satir. Dengan menertawakan fenomena
'pendidikan' yang ada. Bagaimana di jaman sekarang para guru berpandang ke barat dan cenderung pusing
dengan statusnya sebagai pendidik. Mereka lupa dengan prinsip diri pendidik yang harusnya menjadikan
muridnya sebagai subjek. Guru SD berkecimpung dengan para anak-anak yang suka bermain dan seni
menawarkan berjuta cara untuk memberikan pendidikan melalui permainan. Harusnya guru SD peka dengan
apa yg ada di sekitarnya dan dirinya sebagai Indonesia. Bahwa di sekitarnya dan di Indonesia kaya akan
budaya yang juga asik untuk dipertinjukan. Ini tentang bagaimana mereka melupakan dirinya sebagai guru
dan dirinya sebagai Indonesia.” terang Tejo.
“Bagaimana kalian mementaskan wayang kardus adalah respon atas kerumitan pendidikan, di mana kalian
justru melatih diri kalian kepada pendidikan yang menyenangkan lewat wayang. Jadi tolong, ini acara kalian,
kami para sesepuh di sini hanya mengarahkan. Dari saya, tolong kaitkan antara kesenangan, bermain,
imajinasi, pendidikan, yang tersampaikan oleh wayang yang dipentaskan. Monggo, Semua berangkat dari
kalian, kita para sesepuh selalu membantu untuk mengarahkan dan mengembangkan.” terangnya lanjut.
Tetapi, menurut Alfred Kirchmayr. Lawak atau badut adalah kutub lawan terhadap apa yg sempurna. Sangat
asik untuk merespon para petinggi-petinggi yang nyaman di bangku empuknya.
Begitu dengan guru SD, Mahasiswa PGSD USD memiliki harapan di kemudian hari sebagai guru tidak
menjadi sebuah sampah atau sekali pakai. Kreativitas untuk menciptakan daya tarik peserta didik dalam
belajar sangatlah diperlukan. Melalui pagelaran wayang kardus ini sebagai wadah
berkumpul/bertemu/berkunjung dalam berekspresi, berkreasi bersama-sama.
Faktanya pendidikan di Indonesia hanya seperti figuran saja. Guru juga lupa akan identitasnya menjadi
seorang pendidik yang berintegritas. Bahkan guru berani mencabuli anak didiknya sendiri. Sehingga anak
didiklah yang menjadi korban hal yang tidak semestinya ini. Kita di sini sebagai calon pendidik bangsa harus
bisa menghilangkan budaya seperti itu, dan mulai memberikan contoh yang baik.
Anak-anak memerlukan media untuk berimajinasi agar mereka dapat masuk ke dunia bermainnya.
Masa-masa perkembangan anak di usia dini sangatlah berpengaruh di usia dewasanya nanti, maka
pendampingan dan pengarahan secara positif perlu diperhatikan. Media pembelajaran untuk melatih
imajinasi anak salah satu contohnya melalui wayang kardus ini. Wayang kardus merupakan media atau alat
bantu dalam membawakan cerita untuk menarik kreatif anak. Cerita wayang yang dibawakan berbeda
dengan wayang pada eranya. Cerita yang dekat dengan dunia bermain anak sangat baik untuk diberikan.
(DS&BF)
2/2
Download