BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Belajar a. Pengertian Belajar Belajar merupakan aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas (Winkel, 2005: 59). Makna dan hakikat belajar menurut Yamin, Martinis, & Ansari (2009: 13) diartikan sebagai proses membangun makna/pemahaman terhadap informasi dan pengalaman. Proses membangun makna tersebut dapat dilakukan sendiri oleh siswa atau bersama orang lain. Proses itu disaring dengan persepsi, pikiran (pengetahuan awal), dan perasaan awal. Belajar bukanlah proses menyerap pengetahuan yang sudah jadi bentukan guru, terbukti pada hasil ulangan para siswa yang berbeda-beda padahal mendapat pengajaran yang sama, dan waktu yang sama. Sardiman (2007: 20-21) membedakan pengertian belajar dalam arti luas dan arti sempit. Belajar dalam arti luas adalah kegiatan psiko-fisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Belajar dalam arti sempit dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya. Kegiatan belajar dilakukan untuk mencapai tujuan belajar, yaitu untuk mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan keterampilan, serta pembentukan sikap (Sardiman, 2007: 26-28). Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Sudjana (1996:5), “ Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang, perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dengan berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta 8 9 perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar”. Sesuai uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku melalui tindakan dan perilaku siswa yang kompleks dalam interaksi dengan lingkungannya berbentuk kemampuan baru yang bersifat menetap dan diperoleh melalui latihan dan pengalaman. b. Teori-Teori Belajar Beberapa teori belajar yang telah disusun oleh para ahli antara lain yaitu teori belajar Kontruktivis dan teori belajar Kognitif. 1) Teori belajar Kontruktivis Belajar merupakan proses mengkonstruksi (membangun) pengetahuan melalui interaksi dengan objek, fenomena, pengetahuan, dan lingkungan. Kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman sangat penting karena pengetahuan dibentuk oleh interaksi dengan pengalaman-pengalaman tersebut. Kemampuan membandingkan sangat penting untuk dapat menarik suatu sifat yang lebih umum dari pengalaman-pengalaman khusus lalu dapat melihat kesamaan dan perbedaannya untuk dapat membuat klasifikasi dan membangun suatu pengetahuan. Kadang, seseorang lebih menyukai pengalaman tertentu dari pada yang lain, dan disini akan muncul soal nilai dari pengetahuan yang kita bentuk. Paradigma konstruktivistik memandang siswa sebagai pribadi yang sudah memiliki kemampuan awal sebelum mempelajari sesuatu. Dalam proses belajar konstruktivistik ini, guru tidak menstransfer pengetahuan yang telah dimilikinya, melainkan membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri. Peran utama dalam kegiatan belajar konstruktivistik ini adalah aktivitas siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, sehingga siswa akanterbiasa dan terlatih untuk berpikir sendiri, memecahkan masalah yang dihadapinya dengan mandiri, kritis, kreatif dan mampu mampertanggungjawabkan pemikirannya secara rasional. Keterkaitan teori belajar konstruktivisme dengan penelitian ini 10 yaitu terletak pada model pembelajaran kooperatif Teams Games Tournaments (TGT) yang memfokuskan adanya kerjasama antarsiswa. Melalui diskusi dan permainan dalam kerjasama siswa dapat membangun suatu pengetahuan baru atau pengetahuan yang disampaikan guru dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimilikinya. 2) Teori Vygotsky Vygotsky menganggap bahwa interaksi sosial merupakan aspek fundamental keberhasilan kognitif dan pertumbuhan intelektual. Teori Vygotsky menekankan pada hakekat sosiokultural dalam pembelajaran (the sosiocultural of learning), dimana siswa belajar melalui interaksi dengan orang dewasa dan teman sebaya yang lebih mampu. Setiap fungsi dalam perkembangan budaya anak muncul dua kali, yaitu pada tingkat sosial, interaksi dengan yang lainnya (interpsychological), dan kemudian pada tingkat individual, dalam diri anak (intrapsychological). Interaksi sosial antara individu berpengaruh terhadap rasa senang, kemampuam memori yang logis, dan pembentukan konsep pada pembelajaran (Pritchard & Woollard, 2010: 14). Dalam proses perkembangan kemampuan kognitif setiap anak memiliki apa yang disebut zona perkembangan proksimal (zone of proximal development). Zona perkembangan proksimal didefinisikan sebagai jarak atau selisih antara tingkat perkembangan anak yang aktual dengan tingkat perkembangan potensial yang lebih tinggi yang dapat dicapai si anak jika ia mendapat bimbingan atau bantuan dari seseorang yang lebih dewasa atau lebih berkompeten. Ide kunci yang ditemukan dari gagasan pembelajaran sosial Vygotsky yakni perancahan (scaffolding), yaitu memberikan sejumlah bantuan kepada anak pada tahap-tahap awal pembelajaran, kemudian menguranginya dan memberi kesempatan kepada anak untuk mengambil alih tanggung jawab saat mereka mampu (Pritchard & Woollard, 2010: 15). 11 Keterkaitan teori Vygotsky yang mendukung penelitian ini adalah belajar dalam tim (dengan berdiskusi dan permainan) maka akan terjadi aktivitas antara siswa dengan teman sebaya yang lebih mampu dengan bimbingan guru, sehingga siswa dapat maju ke zone of proximal development tempat pembelajaran baru terjadi. Prinsip scaffolding dapat tercapai, dengan membantu siswa pada awal belajar untuk mencapai pemahaman dan keterampilan, kemudian sedikit demi sedikit mengurangi dukungan atau bantuan tersebut sampai akhirnya siswa dapat belajar mandiri serta mampu untuk menyelesaikan masalah dalam pembelajaran. 3) Teori belajar kognitif Teori kognitif didasarkan pada asumsi bahwa kemampuan kognitif merupakan sesuatu yang fundamental dan membimbing tingkah laku anak. Teori belajar yang mendukung teori belajar kognitif adalah teori belajar Ausubel, teori belajar Gagne, dan teori belajar Piaget. a) Piaget Menurut piaget, proses belajar harus disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif yang dilalui siswa. Piaget menyatakan, setiap individu melalui empat tingkat perkembangan intelektual, yaitu (1) tahap sensori motor, terjadi pada anak umur 0-2 tahun yang mengatur alam dengan indera-inderanya (sensori) dan dengan tindakan-tindakan (motor), (2) tahap pra-operasional (2-7 tahun), anak belum mampu melaksanakan operasi mental seperti menambah, mengurangi, dan lain-lain, (3) tahap operasional, pada umur 7-12 tahun sebagai permulaan berpikir rasional. Anak belum dapat berurusan dengan materi abstrak seperti hipotesis. Pada tahap ini sifat egosentris berubah menjadi sosiosentris dalam berkomunikasi, (4) tahap operasional formal, pada umur 12 tahun ke atas, tahap ini anak sudah mempunyai kemampuan berpikir abstrak (Muijs & Reynolds, 2008: 12-13). Siswa SMA termasuk dalam tingkat operasional formal, yang 12 berarti dalam berfikir tidak dibatasi pada benda-benda atau peristiwaperistiwa yang konkret tetapi juga mempunyai kemampuan berfikir abstrak. Oleh karena itu metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Teams Games Tournaments, dimana siswa belajar dengan berfikir sendiri dalam Game terlebih dahulu kemudian bekerja sama memecahkan masalah dan memahami materi dalam kelompok dengan cara berdiskusi dalam Tournament. b) Gagne Dalam teori Gagne, belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Ada lima bentuk belajar yang diungkapkan oleh Gagne, yaitu: (1) belajar responden, (2) belajar kontinguitas, (3) belajar operant, (4) belajar observasional, (5) belajar kognitif. Pada belajar responden terjadi perubahan emosional yang paling primitiif, terjadi perubahan perilaku diakibatkan dari perpasangan suatu stimulus tak terkondisi dengan suatu stimulus terkondisi. Bentuk belajar seperti ini dapat membantu kita memahami bagaimana siswa dapat menyenangi dan tidak menyenangi sekolah atau bidang studi tertentu. Bentuk belajar kontinguitas yaitu bagaimana dua peristiwa dipasangkan dengan yang lain pada suatu waktu. Belajar operant berarti belajar bahwa konsekuensi-konsekuensi perilaku mempengaruhi apakah perilaku itu akan diulangi atau tidak, dan berapa besar pengulangan itu. Belajar observasional berarti pengalaman belajar sebagai hasil observasi manusia dan kejadiankejadian. Sedangkan belajar kognitif berarti kita dapat melihat dan memahami peristiwa-peristiwa di sekitar kita dan dapat menyelami pengertian (Dahar, 2011: 118-119). Keterkaitan teori Gagne dalam penelitian ini yaitu untuk mempelajari pengetahuan baru pada materi konsep materi dan perubahannya diperlukan pemahaman pengetahuan sebelumnya. 13 Dengan model pembelajaran TGT siswa dapat mempelajari materi konsep materi dan perubahannya dengan baik. c) Ausubel Belajar merupakan asimilasi yang bermakna bagi siswa. Materi yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa dalam bentuk struktur kognitif. Oleh karena itu diperlukan suatu upaya untuk mengorganisasi isi atau materi pelajaran serta penataan kondisi pembelajaran agar dapat memudahkan proses asimilasi pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif orang yang belajar. Inti dari teori Ausubel tentang belajar adalah belajar bermakna. Bagi Ausubel, belajar bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang (Dahar, 2011: 94-96). Dalam teori belajar kognitif, individu berpikir konsep-konsep dari pengalaman untuk disimpan dalam ingatannya yang digunakan dalam mengidentifikasi masalah yang ada dalam kelompok sehingga siswa lebih mudah untuk memahami bahan belajar. Selain itu, keterlibatan siswa secara aktif diperlukan agar proses belajar mengajar dapat berjalan secara optimal. Sama halnya seperti metode pembelajaran Teams Games Tournaments dimana dalam penerapannya mengharuskan siswa dengan berbagai macam karakter individualnya bekerja dalam satu kelompok sehingga mereka aktif membangun pengetahuan barunya dari pengalamannya. Kaitan teori Ausubel dalam penelitian ini yaitu materi konsep materi dan perubahannya erat kaitannya dengan lingkungan sekitar, untuk itu siswa harus bisa menghubungkan pengetahuan baru mengenai konsep materi dan perubahannya dengan pengetahuan relevan yang terdapat pada struktur kognitif yang sudah dimiliki siswa. Dalam pembelajaran TGT adanya diskusi dalam satu team dapat membuat siswa terbiasa berargumen dan tercipta pembelajaran yang bermakna. 14 c. Pembelajaran Menurut Thobroni & Mustofa (2011: 18), pembelajaran memiliki makna bahwa subjek belajar harus dibelajarkan bukan diajarkan. Subjek belajar yaitu siswa atau disebut pembelajar yang menjadi pusat kegiatan belajar. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.41 tahun 2007 tentang standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah disebutkan: “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 17) pembelajaran berarti proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu usaha terencana yang dilakukan oleh pembelajar untuk membantu peserta didik mempermudah terjadinya proses belajar untuk mencapai tujuan dalam diri peserta didik. 1) Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Cooperative learning merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa dalam sistem belajar dan bekerja dalam kelompokkelompok kecil secara kolaboratif, saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pembelajaran sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar (Slavin, 2010: 4). Nur (2005:1) mengemukakan pembelajaran kooperatif merupakan teknik kelas praktis yang dapat digunakan setiap guru untuk membantu siswanya belajar setiap mata pelajaran, mulai dari keterampilan dasar sampai pemecahan masalah yang kompleks. Lie (2004: 31) mengemukakan bahwa untuk mencapai hasil yang maksimal, terdapat lima prinsip pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota dan evaluasi proses kelompok. Saling ketergantungan positif merupakan upaya untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif dan saling bekerjasama. Tanggung jawab perseorangan dalam pembelajaran kooperatif sangat diperlukan dari setiap anggota 15 kelompok untuk mencapai kesuksesan bersama. Setiap kelompok harus diberi kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi, sehingga mengenal dan menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap muka dan interaksi antar pribadi. Komunikasi antar anggota memberikan dampak agar setiap anggota kelompok mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara. Evaluasi proses kerja kelompok mempunyai tujuan agar kerja kelompok kedepannya lebih efektif dan efisien. Siswa dalam pembelajaran kooperatif mempunyai tanggung jawab untuk tugasnya apabila dilakukan dengan menganut unsur-unsur tersebut dengan sempurna serta berpeluang mempunyai pengetahuan yang lain melalui kelompok yang berbeda. Pembelajaran kooperatif mempunyai banyak nilai diantaranya adalah meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial, memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial, terbentuknya nilai-nilai sosial dan komitmen, menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois, membangun persahabatan, meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia, meningkatkan kemampuan memandang masalah situasi dari berbagai perspektif, kesediaan menggunakan ide orang lain dan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan (Sugiyanto,2008: 41-42). Menurut Akinbobola (2009: 1) bahwa “cooperative learning strategy was the most effective in facilitating students' attitude towards physics”. Dari pernyataan di atas menunjukkan pembelajaran kooperatif efektif diterapkan dalam pembelajaran fisika, karena mata pelajaran fisika mempunyai karakteristik yang hampir sama dengan kimia, yaitu banyak mengandung konsep maka pembelajaran kooperatif juga dapat diterapkan pada kimia. 2. Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) Pembelajaran metode Teams Games Tournament (TGT) adalah salah satu metode dalam pembelajaran model kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, 16 melibatkan siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan serta penguatan (reinforcement). Teams Games Tournament (TGT) merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang menggabungkan kegiatan kelompok dengan kompetensi kelompok (Slavin, 2010: 13). Menurut Slavin (2010: 166) ada 5 Komponen utama metode pembelajaran dalam Teams Games Tournament (TGT), yaitu: 1) Class-Presentation (presentasi kelas) Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pembelajaran langsung namun pada penelitian ini menggunakan VCD sebagai media penyaji materi pelajaran serta diskusi yang dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas ini siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disajikan dengan media VCD, karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game, karena skor game akan menentukan skor kelompok. 2) Teams (Kelompok) Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 6 orang siswa yang anggotanya heterogen dilihat dari hasil akademik, jenis, dan ras atau etnik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game dan turnamen. Pada tahap ini siswa belajar bersama dengan anggota kelompoknya untuk menyelesaikan tugas dan soal yang diberikan. Siswa diberikan kebebasan untuk belajar bersama dan saling membantu dengan teman dalam kelompok untuk mendalami materi pelajaran. Selama belajar kelompok, guru berperan sebagai fasilitator dengan mengarahkan siswa yang mengalami kesulitan dalam penyelesaian tugas, serta memandu berfungsinya kelompok belajar. Tim adalah fitur yang penting dalam Teams Games Tournament (TGT). Pada tiap poinnya, yang ditekankan adalah membuat anggota tim melakukan yang terbaik untuk tim, dan tim pun harus melakukan yang terbaik untuk membantu tiap anggota kelompoknya. Tim ini memberikan 17 dukungan kelompok bagi kinerja akademik penting dalam pembelajaran, dan itu adalah untuk memberikan perhatian dan respek yang mutual yang penting untuk akibat yang dihasilkan seperti hubungan antar kelompok, rasa harga diri, dan penerimaan terhadap siswa-siswa mainstream. 3) Game (Permainan) Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana yang relevan dengan materi pada saat presentasi kelas. 4) Tournament (Pertandingan) Biasanya turnamen dilaksanakan pada akhir setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok telah melewati game. Bagian turnamen pada penelitian ini menggunakan TTS dilakukan pertandingan individu antar anggota kelompok. Mereka bertanding untuk menyumbangkan poin tertinggi bagi kelompoknya. Poin dari perolehan setiap anggota kelompok diakumulasikan dalam poin kelompok. 5) Teams Reward (Penghargaan kelompok) Dalam pembelajaran kooperatif, penghargaan diberikan untuk kelompok, bukan individu, sehingga keberhasilan kalompok ditentukan oleh keberhasilan setiap anggotanya. Penghargaan kelompok diberikan atas dasar rata-rata poin kelompok yang diperoleh dari game dan turnamen dengan kriteria yang ditentukan. Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing tim akan mendapat hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan. 3. Media Kata media berasal dari bahasa Latin yaitu bentuk jamak dari kata medium, yang secara harafiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Gagne (1977) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Sementara itu Briggs (1979) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat 18 menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Contoh antara lain video, televisi, diagram, bahan cetakan, program komputer, dan pengajar. Dari batasan-batasan diatas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah alat untuk mempermudah penyampaian pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran , perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi dan fungsi utama media adalah alat komunikasi dan sumber informasi. Media digunakan untuk mempermudah komunikasi dan proses belajar. Media pembelajaran yang digabungkan dengan pengalaman langsung dapat membantu siswa mempersatukan pengalaman sebelumnya dan memfasilitasi belajar dari konsep yang abstrak. Memilih media hendaknya tidak dilakukan secara sembarangan, melainkan didasarkan atas kriteria tertentu. Kesalahan pada saat pemilihan, baik pemilihan jenis media maupun pemilihan topik yang dimediakan, akan membawa akibat panjang yang tidak diinginkan di kemudian hari. Banyak pertanyaan yang harus dijawab sebelum menentukan pilihan media tertentu. Secara umum, kriteria yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan media pembelajaran yaitu : Tujuan ,Sasaran didik, Karakteristik media yang bersangkutan, Waktu, Biaya, Ketersediaan, Konteks penggunaan, Mutu Teknis. 1) Video Compact Disk (VCD) Video CD pembelajaran adalah suatu media yang dirancang secara sistematis dengan berpedoman kepada kurikulum yang berlaku dan dalam pengembangannya mengaplikasikan prinsip-prinsip pembelajaran sehingga program tersebut memungkinkan perserta didik mencerna materi pelajaran secara lebih mudah dan menarik. Secara fisik VCD pembelajaran merupakan program pembelajaran yang dikemas dalam kaset video atau CD dan disajikan dengan menggunakan peralatan VCD player serta TV monitor (Anna Merina: 2008). Media VCD mempunyai karakteristik sangat tepat untuk memperlihatkan data-data gambar sesuai teori atau materi. Media VCD juga mempunyai beberapa kelebihan di antaranya: 19 a. Demonstrasi yang sulit bisa dipersiapkan dan direkam sebelumnya sehingga pada waktu mengajar guru bisa memusatkan perhatian dan penyajiannya. b. Menghemat waktu dan bisa diputar ulang. c. Bisa menyajikan lebih dekat objek yang sedang bergerak atau obyek yang berbahaya. d. Keras atau lemahnya suara bisa diatur sesuai keinginan. e. Gambar bisa diamati dengan seksama. Menurut Oemar Hamalik (1985: 134), nilai praktis dari VCD antara lain: a. Bersifat langsung dan nyata serta dapat menyajikan peristiwa yang sebenarnya. b. Memperluas tinjauan kelas. c. Dapat menciptakan kembali peristiwa masa lampau. d. Dapat mempertunjukkan banyak hal dan banyak segi yang beraneka ragam. e. Banyak menggunakan sumber-sumber masyarakat. f. Menarik minat anak. g. Dapat melatih guru, baik dalam pre-service maupun dalam inservice training. h. Masyarakat diajak berpartisipasi dalam rangka meningkatkan perhatian terhadap sekolah. i. Menghemat waktu dan dapat diputar berulang-ulang. j. Gambarnya bisa dibekukan untuk diamati secara seksama. k. Guru bisa mengontrol sepenuhnya. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran VCD merupakan salah satu media pembelajaran yang berbentuk VCD dan dalam penggunaannya dibantu dengan peralatan lain (komputer atau TV) yang bertujuan untuk memperlancar proses pembelajaran. 20 2) Teka-teki Silang (TTS) Teka-teki silang berasal dari kata teka - teki dan silang. Teka- teki dalam buku kamus besar Bahasa Indonesia berarti soal yang berupa kalimat (cerita, gambar, dsb) sebagai permainan untuk pengasah pikiran atau tebakan. Kata silang berarti bertumpuk (palang-memalang), berpapasan(berselisih jalan). Teka–teki silang merupakan salah satu sarana untuk dapat mengetahui dan mengingat pengetahuan yang kita miliki untuk kita tuangkan dalam jawaban atas pertanyaan yang ada, baik dalam baris maupun kolom. Teka – teki silang sudah banyak dikenal oleh masyarakat dan dimanfaatkan untuk mengisi waktu luang yang ada. (Suci Kurniawati, 2010: 13-14). Teka-teki dapat digunakan sebagai strategi pembelajaran yang baik dan menyenangkan tanpa kehilangan esensi belajar yang sedang berlangsung. Dalam permainan TTS mempunyai kelebhan : a) Memerlukan kerja sama pada kelompok untuk menyelesaikan permainan; b) Memerlukan pengetahuan yang cukup sebelum bermain, karena berhubungan dengan keaktifan siswa untuk mencari jawaban dengan cepat dan tepat sehingga tingkat berpikir yang diukur bisa pada tingkat yang tinggi. Dalam permainan TTS tidak mempunyai kekurangan bagi pemain kelompok tersebut, namun tingkat berpikir yang diukur bisa tinggi tergantung pada kemampuan pembuat soal. 4. Minat Belajar Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, minat berarti kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Berdasarkan minat inilah seseorang akan menentukan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Jika seseorang tersebut mempunyai minat terhadap suatu hal, maka ia akan dengan ikhlas dan senang hati melakukan hal tersebut. Namun jika tidak berminat, maka orang 21 tersebut tidak akan melakukanny. Minat merupakan sifat yang relatif menetap pada diri seseorang. Minat berperan penting dalam kehidupan peserta didik dan mempunyai dampak yang besar terhadap sikap dan perilaku. Siswa yang berminat terhadap kegiatan belajar akan berusaha lebih keras dibandingkan siswa yang kurang berminat. Beberapa ahli telah merumuskan pengertian minat belajar, antara lain : 1) Slameto (2010) menyatakan minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. 2) Hilgrad dalam Slameto (2010: 57) memberi rumusan tentang minat yaitu kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. 3) Syah M (2011: 152) menyatakan bahwa minat (interest) berati kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Dari beberapa definisi yang dikemukakan para ahli, dapat dikatakan bahwa minat adalah kecenderungan seseorang terhadap suatu objek atau suatu kegiatan yang digemari disertai dengan perasaan senang, adanya perhatian, dan keaktifan berbuat. Minat pada dasarnya merupakan penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri , semakin kuat atau semakin dekat hubungan tersebut, semakin besar minatnya. Jika terdapat siswa yang kurang berminat dalam belajar dapat diusahakan agar mempunyai minat yang lebih besar dengan cara menjelaskan hal – hal yang menarik dan berguna bagi kehidupannya serta berhubungan dengan citacita yang berkaitan dengan materi yang dipelajari. Minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada yang lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Siswa yang memiliki minat terhadap objek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap objek tersebut. Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian. Minat terhadap pelajaran mempengaruhi belajarnya selanjutnya serta mempengaruhi minat-minat baru. Minat dapat dibangkitkan dengan cara 22 menghubungkan materi pelajaran dengan suatu berita sensasional yang sudah diketahui kebanyakan siswa (Syah M, 2011: 152). Berdasarkan pendapat ahli di atas, maka dapat dirumuskan aspek dasar dari minat belajar yaitu kesukaan, ketertarikan, perhatian,dan keterlibatan yang dapat dijabarkan menjadi indikator – indikator minat belajar sebagai berikut : a) Gairah, yang meliputi kehadiran dalam pelajaran kimia dan kesenangan dalam belajar kimia b) Inisiatif, yang meliputi bertanya tentang materi kimia c) Responsif, yang meliputi mempersiapkan pertanyaan untuk guru kimia d) Kesegeraan, yang meliputi pekerjaan rumah kimia e) Konsentrasi, yang meliputi kegiatan belajar mengajar kimia di kelas f) Ketelitian, yang meliputi mengumpulkan pekerjaan kimia g) Keuletan, yang meliputitugas kimia h) Kerja keras, yang meliputi buku dan bahan pelajaran kimia 5. Prestasi Belajar Menurut Haryati (2007:22), pada umumnya hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga ranah yaitu; ranah kognitif, psikomotor, dan afektif. Secara eksplisit ketiga ranah ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Setiap mata ajar selalu mengandung ketiga ranah tersebut, namun penekanannya selalu berbeda. Mata ajar praktek lebih menekankan pada ranah psikomotor, sedangkan mata ajar pemahaman konsep lebih menekankan pada ranah kognitif. Namun kedua ranah tersebut mengandung ranah afektif. a) Aspek kognitif Aspek kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir termasuk di dalamnya kemampuan memahami, menghapal, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis dan kemampuan mengevaluasi. Bentuk tes kognitif diantaranya; (1) tes atau pertanyaan lisan dikelas, (2) pilihan ganda, (3) uraian obyektif, (4) uraian non obyektif atau uraian bebas, (5) jawaban atau isian singkat, (6) menjodohkan, (7) portopolio dan (8) performans. 23 b) Aspek psikomotor Menurut Singer dalam Haryati (2007:25) mata ajar yang termasuk kelompok mata ajar psikomotor adalah mata ajar yang lebih berorientasi pada gerakan dan menekankan pada reaksi fisik. Sedangkan menurut Mager dalam Haryati (2007: 25) berpendapat bahwa mata ajar yang termasuk dalam kelompok mata ajar psikomotor adalah mata ajar yang mencakup gerakan fisik dan ketrampilan tangan. Tidak jauh berbeda dengan penilaian kognitif, penilaian psikomotor pun dimulai dengan pengukuran hasil belajar. Perbedaannya adalah pengukuran hasil belajar ranah kognitif dilakukan dengan tes tertulis, sedangkan pengukuran hasil belajar ranah psikomotor dilakukan dengan melakukan tes unjuk kerja, lembar tugas atau lembar pengamatan. c) Aspek afektif Menurut Krathwohl dalam Haryati (2007: 36), bila ditelusuri hampir semua tujuan kognitif mempunyai komponen afektif. Peringkat ranah afektif menurut taksonomi Krathwohl ada lima, yaitu: receiving (attending), responding, valuing, organiztion dan characterization. Pada peringkat receiving/ attending (menerima), peserta didik memiliki keinginan untuk memperhatikan suatu fenomena khusus (stimulus). Responding (tanggapan) merupakan partisifasi aktif peserta didik, yaitu sebagai bagian dari perilakunya. Valuing (menilai) melibatkan penentuann nilai, keyakinan atau sikap yang menunjukkan derajat internalisasi dan komitmen. Pada peringkat organization (organisasi) antara nilai yang satu dengan nilai yang lain dikaitkan dan konflik antar nilai diselesaikan, serta mulai membangun sistem nilai internal yangg konsisten. Pada ranah afektif peringkat teringgi adalah characterization (karakterisasi) nilai. Pada peringkat ini peserta didik memiliki sistem nilai yang mengendalikan perilaku sampai pada suatu waktu tertentu hingga terbentuk pola hidup (Haryati, 2007: 37 - 38). 24 Karakteristik ranah afektif yang penting diantaranya (1)Sikap menurut Fishbein dan Ajzen (1975), yaitu suatu predisposisi yang dipelajari untuk merespon secara positif atau negatif terhadap suatu obyek, situasi, konsep dan orang. (2)Menurut Getzel (1966), minat adalah suatu disposisi yang terorganisasikan melalui pengalaman yang mendorong seseorang untuk memperoleh obyek khusus, aktivitas, pemahaman dan ketrampilan untuk tujuan perhatian atau pencapaian. (3)Konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu bersangkutan terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimilikinya. (4)Nilai menurut Tyler (1973), adalah suatu obyek, aktivitas atu ide yang dinyatakan oleh individu dalam mengarahkan minat, sikap, dan kepuasan. (5)Moral secara bahasa berasal dari bahasa latin mores yang artinya tata cara, adat kebiasaan sosial yang dianggap permanent sifatnya bagi ketertiban dan kesejahteraan masyarakat. Haryati (2007: 38) 6. Konsep Materi dan Perubahannya 1) Sifat Materi Alam semesta terdiri dari dunia materi dan dunia energi. Materi adalah penyusun segala macam benda, sedangkan energi adalah faktor penyebab perubahan materi. a) Sifat Fisika Sifat fisika materi menyatakan keadaan fisis materi. Tergolong sifat fisika yaitu wujud (titk didih, titik leleh), mass jenis, kalor jenis, indeks bias, daya larut, kekerasan, kedapattempaan (malleability), kedapattarikan (ductility), warna, rasa dan bau. b) Sifat Kimia Sifat kimia materi menyangkut perubahan suatu materi menjadi materi lain. Contoh sifat kimia dari kayu, yaitu mudah terbakar. Ketika terbakar, kayu berubah menjadi gas dan abu.Sifat kimia dari besi, yaitu 25 mudah berkarat. Besi yang berkarat berubah menjadi materi lain yaitu karat besi. 2) Perubahan Materi a) Perubahan Fisika Perubahan fisika adalah perubahan yang tidak menghasilkan materi baru. Perubahan fisika hanya mengubah sifat fisika zat tetapi zat itu sendiri tidak berubah. Contohnya, es yang mencair. Es yang mencair tidak menghasilkan zat baru, es dan air adalah zat yang sama, yaitu air. Es merupakan air dalam bentuk padat. Beberapa contoh lain dari perubahan fisika adalah: Kayu dibentuk menjadi meja, kursi, almari dan sebagainya. Besi baja dibentuk menjadi kerangka jembatan, teralis, pisau dan sebagainya. Kapur barus yang menyublim. Melarutnya gula atau garam dalam air. Berikut ini kita akan nembahas dua jenis perubahan fisika, yaitu perubahan wujud dan pelarutan. Perubahan wujud Pada pelajaran sains IPA di SMP tentu telah mempelajari tiga jenis wujud zat, yaitu: Padatan Partikelnya tersusun rapat, dan relatif diam di tempatnya. Satusatunya gerakan pada partikel zat padat adalah getaran. Susunan partikel yang demikian membuat zat padat mempunyai bentuk dan volume yang tetap dan kompresibilitasnya sangat rendah (sangat sukar dimampatkan). Cairan Partikelnya masih tersusun rapat, tetapi masih dapat bergerak terbatas. Oleh karena itu, zat cair mempunyai volume yang tertentu , tetapi bentuknya mengikuti bentuk wadahnya. Kompresibilitasnya zat cair juga sangat rendah. 26 Gas Partikelnya bergerak bebas, sehingga bentuk dan volumenya tidak tetap. Gas mengisi ruangan yang ditempatinya secara homogen ( artinya gas tersebar merata dalam ruang). Karena partikelnya yang tidak rapat, maka gas mudah dikompresikan. Dengan adanya tiga tingkat wujud zat, maka terdapat enam macam perubahan wujud, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.9 berikut. Gas 5 3 6 2 1 Cair Padat 4 Gambar 2.9 Perubahan wujud: (1) mencair/meleleh (2) menguap (3) mengembun (4) membeku (5) menyublim (6) deposisi Perubahan wujud dapat terjadi karena pemanasan atau pendinginan. Apabila suatu zat padat dipanaskan, maka suhunya akan naik sampai mencapai suhu tertentu dimana zat padat itu mulai mencair. Suhu tidak akan naik sampai seluruh padatan itu mencair. Jika pemanasan dilanjutkan, suhu akan naik hingga mencapai suhu tertentu dimana cairan itu mulai mendidih. Seperti halnya ketika mencair, suhu tidak akan naik sampai semua cairan menguap. Suhu dimana zat padat mencair disebut titik cair atau titik leleh, sedangkan suhu ketika zat cair mendidih disebut titik didih. Hal yang sebaliknya akan terjadi jika suatu uap didinginkan. Pada suhu tertentu uap akan mengembun dan pada suhu yang lebih rendah lagi, akan membeku. Titk embun sama dengan titik didih, sementara titik beku sama dengan titik leleh. Berbagai macam zat padat, seperti iodine, kamper,dan karbon dioksida padat (es kering = dry ice) tidak mencair ketika dipanaskan, melainkan langsung menguap. Perubahan wujud seperti ini disebut menyublim. Perubahan sebaliknya, yaitu dari uap menjadi padatan, juga disebut menyublim atau deposisi. 27 Titik Cair dan Titik Didih Wujud materi pada suhu kamar (25oC) bergantung pada titik beku dan titk didihnya: Berwujud padat jika titik lelehnya > 25oC (belum mencair) Berwujud cair jika titik lelehnya < 25oC, dan titik didihnya > 25oC (sudah mencair tetapi belum mendidih) Berwujud gas jika titk didihnya < 25oC (sudah mendidih) Padatan amorf, misalnya kaca, tidak memiliki titik leleh tertentu. Apabila padatan amorf dipanaskan, mula-mula ia akan menjadi lembek kemudian meleleh sementara suhunya terus bertambah. Contoh lainpadatan amorf adalah plastik dan karet. Pelarutan Satu lagi contoh perubahan fisika, yaitu proses melarut. Ketika suatu zat melarut, partikel-partikelnya menyebar sehingga tidak tampak lagi. Namun demikian zat itu tidak berubah menjadi zat lain. Jika larutan diuapkan, partikel zat terlarut akan mengumpul kembali dan diperoleh zat semula. Jadi pelarutan termasuk perubahan fisika. b) Perubahan Kimia Perubahan kimia adalah perubahan yang menghasilkan materi baru, misalnya perkaratan besi atau kertas yang terbakar. Ciri-ciri Reaksi Kimia Perubahan kimia kita sebut reaksi. Reaksi kimia terjadi ketika zatzat pereaksi dicampurkan dalam suatu wadah. Akan tetapi, tidak semua pencampuran disertai dengan reaksi kimia. Ketika gula dicampur dengan air, gula melarut tetapi tidak bereaksi. Lain halnya ketika logam magnesium dicampur dengan asam klorida, magnesium tidak sekedar larut tetapi bereaksi. Jika larutan diuapkan, kita tidak akan memperoleh lagi logam magnesium, tetapi magnesium klorida. Kadang-kadang tidak mudah untuk mengetahui terjadi-tidaknya reaksi kimia, akan tetapi, pada umumnya reaksi kimia disertai suatu perubahan yang dapat diamati. Kita 28 akan membahas beberapa perubahan yang menyertai reaksi kimia tersebut. 1. Perubahan warna Memudarnya warna pakaian, perubahan warna daun dari hijau menjadi kuning, kertas koran yang menguning, semuanya menunjukkan telah terjadi suatu reaksi kimia. 2. Perubahan suhu Reaksi kimia biasanya disertai pelepasan atau penyerapan kalor. Reaksi yang membebaskan kalor kita sebut reaksi eksoterm, sedangkan yang menyerap kalor kita sebut reaksi endoterm. Misalnya, proses pelarutan dan pengembunan. Contoh reaksi eksoterm: Pembakaran Petasan meledak Contoh reaksi endoterm: Perubahan beras menjadi nasi Fotosintesis 3. Pembentukan endapan Kelarutan zat dalam air sangat beragam, ada yang mudah larut, ada pula yang sukar larut. Garam dan gula adalah contoh zat yang mudah larut, kapur sedikit larut, sedangkan batu, pasir dan kayu sangat sukar larut dalam air. Reaksi yang menghasilkan endapan adalah reaksi-reaksi yang hasil reaksinya tergolong zat yang sukar larut sehingga terbentuk endapan. 4. Pembentukan gas Gas hasil reaksi dapat kita amati berupa gelembung yang keluar dari campuran pereaksi. a. Perubahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari 1. Pembakaran (combustion) 2. Korosi 29 Pencegahan Korosi Mengecat Melumuri dengan Oli atau Gemuk Disalut dengan Plastik Tin Plating ( pelapisan dengan timah) Galvanisasi (pelapisan dengan zink) Cromium Plating (pelapisan dengan krom) D. Penggolongan Materi 1. Zat Tunggal dan Campuran Benda yang terdiri dari satu jenis materi saja disebut zat tunggal atau zat (dalam bahasa Inggris disebut substance); sedangkan yang terdiri dari dua jenis atau lebih materi kita sebut campuran. Contoh zat tunggal: air, oksigen, garam, dan gula. Contoh campuran: air laut (terdiri dari air dan berbagai macam ion garam), tanah, dan udara. 2. Zat Tunggal: Unsur dan Senyawa Zat tunggal yang dapat diuraikan disebut senyawa, sedangkan yang tidak dapat diuraikan disebut unsur. Contoh unsur : Oksigen dan Hidrogen. Contoh senyawa : Air dan garam. a. Logam dan Nonlogam No. 1. Logam Kecuali raksa, berwujud padat Ada yang berwujud padat, pada keadaan kamar 2. 3. Nonlogam cair dan gas Dapat tempa (malleable) dan Bersifat rapuh, tidak dapat dapat tarik (ductile) tempa dan tidak dapat tarik Mengilap jika digosok Kecuali intan, tidak mengkilap walau digosok 4. Dapat menghantarkan listrik Nonkonduktor (tidak dapat dan panas menghantarkan listrik dan 30 panas) 5. 6. Titik leleh dan titik didih Titik leleh dan titik didih umumnya tinggi umumnya rendah Massa jenis relative tinggi Massa jenis relative rendah Beberapa unsur menunjukkan sifat logam sekaligus nonlogam. Unsurunsur seperti itu digolongkan sebagai unsur metalloid. Contohnya adalah boron dan silikon. b. Senyawa Senyawa adalah zat tunggal yang dapat diuraikan menjadi dua jenis atau lebih zat yang lebih sederhana. c. Partikel Unsur Sebagian besar unsur mempunyai partikel berupa atom, kecuali beberapa unsur nonlogam yang partikelnya berupa molekul. Molekul adalah gabungan dari beberapa atom yang bersifat netral. d. Partikel Senyawa Senyawa yang partikelnya berupa molekul disebut senyawa molekul, sedangkan yang partikelnya berupa ion disebut senyawa ion. Contoh senyawa yang partikelnya berupa ion: garam dapur Contoh senyawa yang partikelnya berupa molekul: air 3. Campuran: Larutan, Koloid, dan Suspensi Campuran terdiri dari dua jenis zat atau lebih. Campuran dapat berupa larutan, koloid, atau suspensi. Larutan merupakan campuran yang homogen, tidak dapat dibedakan lagi antara pelarut dan terlarut, walaupun menggunakan mikroskop ultra. Larutan bersifat stabil (tidak mengalami sedimentasi) dan tidak dapat dipisahkan melalui penyaringan. Sebaliknya, suspensi merupakan campuran heterogen, dapat dibedakan antara komponen yang satu dengan yang lainnya tanpa mengguanakan mikroskop ultra, suspensi tidak stabil tetapi lambat laun akan mengalami sedimentasi. Suspensi dapat dipisahkan melalui penyaringan. Koloid adalah bentuk campuran yang keadaannya antara larutan dan suspensi. Secra makroskopis 31 koloid tampak homogen, tetapi tampak heterogen jika diamati dengan mikroskop ultra. Koloid pada umumnya stabil dan tidak dapat dipisahkan melalui penyaringan. Contoh: Larutan : Teh manis, air garam, alkohol 70%, dan udara bersih. Koloid : Air susu, santan, agar-agar, krim, asap dan kabut. Suspensi : Campuran terigu dalam air, campuran serbuk pasir dengan air, dan campuran serbuk teh dengan air. (Purba M, 2006:16-49) B. Kerangka Berfikir Dalam proses pembelajaran, kualitas belajar siswa merupakan faktor penting. Keberhasilan suatu proses pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor penting, salah satunya adalah cara guru untuk merangsang atau menggunakan pendekatan, metode, maupun media pengajaran yang tepat dan sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Penggunaan pendekatan, metode, dan media pengajaran yang tepat antara lain dengan mempertimbangkan tingkat perkembangan siswa, tujuan pembelajaran, sarana dan prasarana yang ada, dan sifat materi yang diajarkan. Prestasi belajar siswa rendah merupakan salah satu indikasi bahwa kebanyakan siswa belum memahami konsep-konsep dengan baik pada materi yang diajarkan. Dalam hal ini sebagian besar pembelajaran yang dilakukan di SMK Muhammadiyah 2 Sragen belum optimal, ini terlihat bahwa siswa tidak terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran tersebut. Guru belum banyak menggunakan inovasi media pembelajaran sehingga minat belajar siswa masih rendah. Hal ini dapat diamati melalui kondisi kelas saat proses belajar mengajar. Masih banyak siswa yang tidak memperhatikan pelajaran meskipun guru telah mengupayakan diri mengelola kelas dengan baik. Metode pembelajaran TGT adalah salah satu pembelajaran kooperatif yang merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam TGT, 32 pembelajaran disampaikan dalam media permainan edukatif yang berkaitan dengan materi Konsep Materi dan Perubahannya. Sehingga metode ini sangat cocok untuk meningkatkan minat belajar siswa. Minat belajar siswa merupakan aset berharga untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Dari uraian di atas, diduga bahwa penggunaan metode kooperatif TGT dapat meningkatkan kualitas belajar siswa yang mencakup minat dan prestasi belajar. Skema kerangka berpikir dapat dilihat pada gambar 2.1: Kondisi Awal Tindakan Kondisi Akhir Guru Belum menerapkan metode kooperatif yang banyak melibatkan siswa dalam pelajaran Menerapkan metode kooperatif TGT dilengkapi VCD dan TTS yang menarik dan menyenangkan, serta sesuai dengan materi yang dipelajari Diduga melalui penerapan metode kooperatif TGT dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Siswa Minat dan prestasi belajar rendah Siklus I Soal untuk games dan tournament tidak didiskusikan terlebih dahulu Siklus II Soal untuk games dan tournament didiskusikan terlebih dahulu 33 C. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir, maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut : 1. Penerapan metode pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) dilengkapi VCD dan TTS dapat meningkatkan minat belajar siswa SMK Muhammadiyah 2 Sragen pada materi Konsep Materi dan Perubahannya. 2. Penerapan metode pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) dilengkapi VCD dan TTS dapat meningkatkan prestasi belajar siswa SMK Muhammadiyah 2 Sragen pada materi Konsep Materi dan Perubahannya.