BAB II Tinjauan Pustaka

advertisement
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Industri Garment
Industri garmen adalah industri tekstil dan produk tekstil (TPT),
bisnisyang global, yang akan terus eksis, dinamis dan berkembang. Karena di
dalambisnis ini berhubungan dengan cara mengekspresikan diri, emosi dan
identitas seseorang, yang akan sangat dipengaruhi oleh budaya dan kehidupan
sosialnya dalam masyarakat. Dalam industri ini akan sangat banyak melibatkan
pekerja dengan berbagai macam talenta dan kemampuan agar produk yang dibuat
sesuai dengan keinginan konsumen (ILO, 2006). Dalam hal ini Biro Pusat
Statistik membagi jenis usaha berdasarkan besarnya jumlah pekerja, yaitu
(Adiningsih, 2004): Kerajinan rumah tangga, dengan jumlah pekerja kurang dari
3 orang. Usaha kecil, dengan jumlah pekerja sebanyak 5-9 orang.Usaha
menengah, dengan jumlah pekerja sebanyak 20-99 orang. Usaha besar, dengan
jumlah pekerja lebih dari 100 orang.
Industri garmen sekarang ini sudah sangat jauh berkembang, sehingga
menyebabkan timbulnya persaingan bebas. Para pelaku pasar sedang berlombalomba untuk menciptakan desain dan produk baru. Dengan adanya persaingan
yang global maka akan sangat berdampak pada industri yang ada di dalam negeri,
karena banyaknya produk dari luar negeri sudah menguasai pasar. Industri
garmen berkembang pesat pada negara-negara di Asia dan pemegang bisnis
garmen terbesar sampai saat ini adalah negara Cina, tercata sudah lebih dari 19
juta orang bekerja pada industri tekstil dan industri pakaian,yang mana semua
pekerjanya 70% didominasi oleh wanita (ILO, 2006). Produk-produk dari Cina
yang sekarang sudah menguasai sebagian besar pasar di Indonesia.Selain inovasi
yang terus berkembang, faktor utama yang menunjang adalah harga yang murah.
Pengembangan industri garmen merupakan salah satu bagian dariprioritas
pengembangan 10 kluster. Industri garmen menjadi salah satu industri yang
mempunyai peran strategis tidak saja karena kontribusinya terhadap perolehan
devisa tetapi juga dalam penyerapan terhadap tenaga kerja karena produk yang
demikian beragamdari hulu ke hilir, mulai dari bahan baku sampai barang
konsumsi. Karena itu, Indonesia mempunyai sumber yang potensial untuk
5
pengembangan klaster industri garmen, sebab Indonesia memiliki sumber daya
alam petrokimia sebagai bahan baku industri ini.
Indonesia merupakan negara tropis yang mempunyai potensi penyediaan
bahan baku yang cukup besar bagi industri garmen, baik berupa kayu
maupunnonkayu seperti limbah pertanian, bambu dan sumber serat lainnya.
Indonesia dewasa ini memiliki potensi produksi bahan baku industri garmen yang
cukupbesar, yaitu serat sintetis sebesar 1.408.700 ton/tahun, benang 1.920.258
ton/tahundan kain 1.312.106 ton/tahun (Indonesia, Departemen Perindustrian,
2005). Impor garmen di pasar dunia diperkirakan meningkat rata-rata 4%
pertahun, namun kemampuan Indonesia untuk meningkatkan pangsa pasar relatif
kecil. Hal itu terlihat dari kenyataan bahwa dengan peningkatan ekspor garmen
dunia tahun 2003 ke tahun 2004 sebesar US$ 614 juta, namun pangsa pasar
produk TPT Indonesia relatif tetap. Tujuan utama ekspor garmen Indonesia pun
relatif tetap, yaitu ke Amerika Serikat, Eropa dan Jepang (Indonesia, Departemen
Perindustrian, 2005).
Selain kondisi aktual di atas, industri garmen nasional juga dipengaruhi
oleh perilaku pasar (konsumen dan buyer di pasar dunia) yang antara lain
tercermin dari trend permintaan yang cepat berubah, konsumen makin sensitif
terhadap harga (persaingan harga yang semakin ketat), semakin pendeknya
waktupemesanan (lead time), dan perilaku konsumen yang makin sulit
diramalkan.
B. Balance Score Card
BSC merupakan konsep yang dikembangkan oleh Robert S. Kaplan dan
David P. Norton pada tahun 1992. Konsep BSC pada dasarnya merupakan
konsep manajemen dan dalam implementasinya difokuskan pada pengukuran
kinerja organisasi atau perusahaan dengan pendekatan keseimbangan (balance).
Pendekatan secara seimbang tersebut dilakukan dengan mengukur kinerja
berdasarkan empat perspektif, yaitu perspektif keuangan, pelanggan, proses
bisnis dalam perusahaan, serta proses pembelajaran dan pertumbuhan (Nawawi,
2006).
6
Kebanyakan perhatian organisasi hanya bertumpu pada kepentingan
pemilik modal, sehingga hanya perspektif keuangan yang digunakan untuk
mengukur kinerja manajemen dan mengabaikan kinerja aspek non-keuangan
lainnya. Dalam lingkungan persaingan yang kian turbulen, proses pengambilan
keputusan manajemen perlu didukung dengan sistem tolok ukur kinerja integratif,
dimana secara internal konsisten dengan visi, misi dan strategi perusahaan
disertai umpan balik yang semakin cepat, serempak dan simultan.
BSC merupakan sarana pengukuran kinerja yang melintasi empat perspektif
yang seimbang dan terkait secara klausal dari hilir ke hulu. Aspek-aspek yang
diukur dalam BSC (Yuwono dkk, 2007) adalah :
1. Perspektif keuangan, yaitu mempertimbangkan adanya tahapan dari siklus
kehidupan bisnis, yaitu growth, sustain dan harvest. Tiap tahapan memiliki
sasaran berbeda, sehingga penekanan pengukurannya berbeda pula. Growth
(tahap pertumbuhan) dimana pada umumnya perusahaan masih beroperasi
dengan arus kas yang negatif dengan tingkat pengembalian modal rendah.
Tolok ukur yang cocok dalam tahap ini, misalnya ada atau tidaknya tingkat
pertumbuhan atau penjualan dalam segmen pasar yang telah ditargetkan.
Sustain adalah tahap dimana perusahaan masih melakukan investasi dan
reinvestasi dengan mengisyaratkan tingkat pengembalian yang baik, sehingga
tolok ukur keuangan diarahkan pada besarnya tingkat pengembalian atas
investasi yang dilakukan. Harvest adalah tahap dimana sudah tidak ada lagi
investasi besar, baik ekspansi maupun pembangunan kemampuan baru,
kecuali pengeluaran untuk pemeliharaan dan perbaikan fasilitas. Sasaran
utamanya
adalah
keuangan,
sehingga
sebagai
tolok
ukur
adalah
memaksimumkan arus kas masuk dan pengurangan modal kerja.
2. Perspektif pelanggan, dimana perspektif ini merupakan leading indicator,
sehingga kinerja yang buruk dari perspektif ini akan menurunkan jumlah
pelanggan/nasabah di masa depan, meskipun saat ini kinerja keuangan
terlihat baik. Perspektif pelanggan memiliki dua kelompok pengukuran,
yaitu:
a. Customer Core Measurement yang memiliki beberapa komponen
pengukuran :
7
1) Markets share yang meliputi : jumlah pelanggan, jumlah penjualan
dan volume unit penjualan.
2) Customer retention : mengukur tingkat dimana perusahaan dapat
mempertahankan hubungan dengan konsumen.
3) Customer acquisition : mengukur tingkat dimana suatu unit bisnis
mampu menarik pelanggan baru
4) Customer satisfaction : menaksir tingkat kepuasan pelanggan terkait
dengan kriteria kinerja spesifik dalam value proposition.
5) Customer profitability : mengukur laba bersih dari seorang pelanggan
atau segmen setelah dikurangi biaya yang khusus diperlukan untuk
mendukung pelanggan tersebut.
b. Customer Value Proposition menggambarkan pemicu kinerja yang
didasarkan pada atribut :
1) Product/service attributes : meliputi produk atau jasa, harga dan
kualitas. Perusahaan harus mengidentifikasi apa yang diinginkan
pelanggan atas produk yang ditawarkan, selanjutnya pengukuran
kinerja ditetapkan berdasarkan hal tersebut.
2) Customer relationship : menyangkut perasaan pelanggan terhadap
proses pembelian produk yang ditawarkan. Konsumen biasanya
menganggap penyelesaian order yang cepat dan tepat waktu sebagai
faktor yang penting bagi kepuasannya.
3) Image and reputation : menggambarkan faktor-faktor yang menarik
konsumen untuk berhubungan dengan perusahaan. Membangun citra
dan reputasi dapat dilakukan melakukan iklan dan menjaga kualitas
seperti dijanjikan
3. Perspektif proses bisnis internal.
Perspektif ini memungkinkan manajer
untuk mengetahui seberapa baik bisnis mereka berjalan dan apakah produk
atau jasanya sesuai dengan spesifikasi pelanggan. Pengukuran kinerja dalam
perspektif ini berpedoman pada proses-proses berikut :
a. Proses inovasi, yaitu proses menggali pemahaman tentang kebutuhan
pelanggan dan menciptakan produk dan jasa yang dibutuhkan.
8
b. Proses operasi adalah proses untuk membuat dan menyampaikan produk
atau jasa. Pengukuran kinerja yang terkait dalam proses operasi
dikelompokkan pada : waktu, mutu dan biaya.
c. Proses pelayanan purna jual merupakan jasa pelayanan pada pelanggan
setelah penjualan produk atau jasa dilakukan. Perusahaan dapat
mengukur, apakah upayanya dalam pelayanan purna jual telah memenuhi
harapan pelanggan.
4. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Termasuk dalam perspektif ini
adalah pelatihan pegawai dan budaya perusahaan yang berhubungan dengan
perbaikan individu dan organisasi. Dalam perspektif ini perusahaan
menggunakan tolok ukur :
a. Kemampuan pegawai (Imployee capabilities), yaitu adanya perencanaan
dan upaya implementasi reskilling pegawai, sehingga kecerdasan dan
kreativitas pegawai dapat dimobilisasi untuk mencapai tujuan organisasi.
Tolok ukur kemampuan pegawai adalah tingkat kepuasan pegawai,
tingkat perputaran pegawai dan besarnya pendapatan perusahaan per
pegawai.
b. Kemampuan sistem informasi (Information systems capabilities), yaitu
adanya sistem informasi yang memadai, sehingga kebutuhan informasi
seluruh tingkatan pegawai dapat dipenuhi sebaik-baiknya. Adapun tolok
ukurnya adalah tingkat ketersediaan, ketepatan dan waktu untuk
memperoleh informasi yang dibutuhkan.
c. Motivasi dan pemberdayaan (Motivation and empowerment), yaitu
adanya proses yang berkesinambungan terhadap upaya pemberian
motivasi dan inisiatif kepada karyawan, sehingga perlu dukungan
motivasi yang besar dan pemberdayaan pegawai berupa delegasi
wewenang yang memadai untuk mengambil keputusan. Adapun tolok
ukurnya adalah banyaknya pegawai yang telah mengetahui dan mengerti
tujuan dari perusahaan.
Dengan menelusuri serangkaian aktivitas penciptaan nilai tambah melalui
serangkaian indikator sebab akibat yang penting bagi organisasi dari mulai
aktivitas keuangan, operasional, bisnis, korporasi dan lain-lain, para pengambil
9
keputusan akan mendapatkan gambaran komprehensif mengenai kinerja beragam
aktivitas perusahaan, namun tetap dalam satu rangkaian strategi yang saling
terkait satu sama lain.
C. Strategi Pemasaran
Untuk mencapai suatu tujuan dan menciptakan keunggulan bersaing
setiap perusahaan menggunakan strategi yang tepat.
Menurut Hamel dan
Prahalad yang dikutip Rangkuti (2005) mengatakan bahwa “Strategi merupakan
tindakan yang bersifat inkremental (senantiasa meningkat) dan terus menerus,
serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh
para pelanggan di masa depan. Dengan demikian perencanaan strategi hampir
selalu dimulai dari “apa yang dapat terjadi”, bukan dimulai dari “apa yang
terjadi”. Terjadinya kecepatan inovasi pasar baru dan perubahan pola konsumen
memerlukan kompetensi inti (core competencies). Perusahaan perlu mencari
kompetensi inti di dalam bisnis yang dilakukan.
Menurut David (2006), strategi adalah cara untuk mencapai tujuan-tujuan
jangka panjang. Strategi bisnis berupa perluasan geografis, diversifikasi, akuisisi,
pengembangan produk, penetrasi pasar, rasionalisasi karyawan, divestasi,
likuidasi dan join venture.
Penetrasi pasar merupakan suatu strategi untuk
pertumbuhan perusahaan dengan meningkatkan penjualan produk yang ada saat
ini kepada segmen pasar yang sekarang tanpa mengubah produk (Kotler dan
Amstrong, 2001).
Tujuan akhir dari strategi penetrasi pasar adalah untuk menguasai dan
mempertahankan pangsa terdepan dari pasar total untuk produk baru (Boyd et
al., 2000). Dapat pula diartikan bahwa strategi adalah bakal tindakan yang
menuntut keputusan manajemen puncak dan sumber daya perusahaan yang
banyak untuk merealisasikannya. Dua peubah yang sangat penting untuk
pelaksanaan strategi adalah segmentasi pasar dan pemosisian produk, kedua hal
tersebut merupakan kontribusi penting bagi manajemen strategis dalam
pemasaran (David, 2004). Positioning adalah citra produk atau jasa yang ingin
dilihat oleh konsumen. Kunci dari positioning adalah persepsi konsumen
terhadap produk atau jasa (Sumarwan, 2004). Hal lainnya, bargaining power
pelanggan meningkat sedemikian rupa, sehingga industri atau dunia usaha harus
10
melayaninya, kalau tidak mau tersingkir dari kancah persaingan yang semakin
dahsyat (Purnomo dan Zulkieflimansyah, 1999).
Menurut Rangkuti (2005), segmentasi pasar merupakan tindakan
mengidentifikasi dan membentuk kelompok pembeli/konsumen secara terpisah.
Targeting adalah suatu tindakan memilih satu atau lebih segmen pasar yang akan
dimasuki, sedangkan positioning merupakan penetapan posisi pasar, yang
bertujuan untuk membangun dan mengkomunikasikan keunggulan bersaing
produk yang ada di pasar ke dalam benak konsumen. Menetapkan pasar sasaran
adalah proses mengevaluasi daya tarik dari masing-masing segmen pasar dan
memilih satu atau lebih segmen untuk dimasuki (Kotler dan Amstrong, 2001).
Menurut Buttle (2004), segmen pasar adalah proses memilah-milah pasar
menjadi sub-sub kelompok bersifat kurang lebih homogen yang memungkinkan
diberi proposisi nilai yang berbeda dan pada akhir proses tersebut, perusahaan
dapat menentukan segmen-segmen mana yang ingin dilayaninya. Menurut Kotler
dan Amstrong (2001), segmen pasar adalah suatu kelompok konsumen yang
memberikan respon dengan cara yang sama terhadap serangkaian usaha-usaha
pemasaran tertentu.
Pendekatan umum yang dilakukan oleh produsen dalam mengidentifikasi
segmen utama suatu pasar terdiri dari tiga langkah, yaitu tahap survei adalah
melakukan wawancara terhadap kelompok pengamatan untuk mendapatkan
pemahaman atas motivasi, sikap dan perilaku konsumen; Tahap analisis dengan
analisis faktor dan analisis kelompok untuk menghasilkan segmen yang berbeda;
Tahap pembentukan bertujuan membentuk kelompok berdasarkan perbedaan
sikap, perilaku demografis, psikografis dan pola media (Kotler dan Susanto,
1999).
Peubah dalam melakukan segmentasi pasar konsumen, terdiri atas
segmentasi geografis, demografis, psikografis dan perilaku, sedangkan peubah
dalam melakukan segmentasi pasar bisnis adalah demografis, operasional,
pendekatan pembelian, situasi dan karakteristik pribadi (Purnama, 2002).
Segmentasi yang efektif dapat diukur, besar, dapat diakses, dapat dibedakan dan
dapat diambil tindakan.
11
Menurut Etzel,dkk dalam Saladin (2004) menyatakan bahwa Marketing is
a total system of business designed to plan, price, promote and distribute want
satiffying product to target markets to achieve organizational objective.
Pemasaran adalah suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk
mendistribusikan barang-barang yang dapat memuaskan keinginan dan mencapai
sasaran serta tujuan organisasi”.
Pemasaran menurut Kotler dan Susanto (1999), merupakan proses sosial
dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan
keinginannya dengan menciptakan, menawarkan dan menukarkan produk yang
bernilai satu sama lain.
Sama halnya dengan Rangkuti (2005), mengatakan
bahwa Pemasaran adalah suatu proses kegiatan yang dipengaruhi oleh berbagai
faktor sosial, budaya, politik, ekonomi dan manajerial. Akibat dari pengaruh
berbagai faktor tersebut adalah masing-masing individu maupun kelompok
mendapatkan kebutuhan dan keinginan dengan menciptakan, menawarkan dan
menukarkan produk yang memiliki nilai komoditas.
McLeod Jr dan Schell (2001) mengatakan bahwa pemasaran terdiri dari
kegiatan perorangan dan organisasi yang memudahkan dan mempercepat
hubungan pertukaran yang memuaskan dalam lingkungan yang dinamis melalui
penciptaan, pendistribusian, promosi dan penentuan harga barang, jasa dan
gagasan. Proses pemasarannya sendiri menurut Kotler dan Amstrong (2001)
adalah proses menganalisis peluang pemasaran, menyeleksi pasar sasaran,
mengembangkan bauran pemasaran dan mengatur usaha pemasaran. Jadi, tugas
pemasaran yang penting adalah meyakinkan sebanyak mungkin calon pelanggan
untuk mengadopsi produk pelopor dengan cepat untuk kemudian menurunkan
biaya unit dan membantun sejumlah besar pelanggan yang setia sebelum para
pesaing masuk ke pasar (Boyd et al., 2000).
Dari semua pendapat para ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
pemasaran merupakan sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang dituju untuk
merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan
barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan kepada pembeli yang ada
maupun pembeli potensial. Sementara itu, strategi pemasaran adalah logika
pemasaran dan berdasarkan itu unit usaha diharapkan mencapai sasaran-sasaran
12
pemasarannya. Dalam mendesain suatu strategi pemasaran, hal penting yang
dilakukan oleh perusahaan adalah menerapkan konsep segmentation, targeting
dan positioning (STP). Perusahaan perlu memilih pasar sasaran yang akan
dilayani sesuai dengan kemampuannya.
Para pemasar wajib memahami keragaman dan kesamaan konsumen atau
perilaku konsumen, agar mampu memasarkan produknya dengan baik. Para
pemasar harus memahami mengapa dan bagaimana konsumen mengambil
keputusan konsumsi, sehingga pasar dapat merancang strategi pemasaran dengan
lebih baik.
D. Matriks SWOT
Analisis matriks Strenghts, Weaknesses, Opportunities danThreats (SWOT)
merupakan salah satu alat analisis yang dapat menggambarkan secara jelas
keadaan yang dihadapi oleh perusahaan. Rangkuti (2005) menyatakan analisis
SWOT adalah mengidentifikasi berbagai faktor yang secara sistematis untuk
merumuskan strategi yang didasarkan pada logika untuk memaksimalkan
kekuatan yang dimiliki dan peluang yang ada dan secara bersamaan mampu
meminimalkan kelemahan dan ancaman yang timbul yag berasal dari intern dan
ekstern perusahaan.
Menurut David (2006), teknis perumusan strategi yang digunakan untuk
membantu menganalisa, mengevaluasi dan memilih strategi terdiri dari tiga
tahap, yaitu : (1) tahap mengumpulkan data yang meringkas informasi input
dasar yang diperlukan untuk merumuskan strategi, (2) tahap pencocokan,
berfokus pada strategi alternatif yang layak dengan memadukan faktor-faktor
eksternal dan internal, (3) tahap keputusan, merupakan tahap untuk memilih
strategi yang spesifik dan terbaik dari berbagai strategi alternatif yang ada untuk
diimplementasikan.
Alat analisis untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan dengan
menggunakan matriks SWOT, dapat menggambarkan dengan jelas peluang dan
ancaman dari luar yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan
kelemahan yang dimiliki perusahaan. Matriks ini menghasilkan empat set
alternatif strategis, yaitu strategi SO, strategi ST, strategi WO dan strategi WT.
13
E. Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan dapat diukur dengan melakukan analisis laporan
keuangan dalam periode waktu tertentu. Laporan keuangan dimaksudkan untuk
memberikan informasi mengenai kondisi keuangan perusahaan. Laporan
Keuangan adalah “wakil perusahaan” dalam menjelaskan keuangannya. Dua
jenis laporan keuangan yang paling banyak dipakai adalah Neraca (Balance
Sheet) dan Laporan Rugi/Laba (Income Statementatau Profit and Loss
Statement). Neraca terdiri dari komposisi aktiva sertakomposisi hutang dan
modal. Sedangkan Laporan Rugi/Laba terdiri dari komposisi penjualan, harga
pokok dan biaya-biaya perusahaan dalam periode tertentu (Mulyono, 1994).
Rasio merupakan gambaran hubungan atau perimbangan (mathematical
judgement) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain (Munawir,
1995). Sedangkan Riyanto (2001) menyatakan bahwa rasio merupakan alat yang
dinyatakan dalam ‘arithmethical term’ yang dapat digunakan untuk menjelaskan
hubungan dua data, dan jika dihubungkan dengan masalah keuangan maka akan
menjadi data keuangan.
Menurut Jusuf (2008), secara umum jenis-jenis rasio keuangan dapat dibagi
lima golongan, yaitu rasio likuiditas, leverage, aktivitas, profitabilitas dan
pertumbuhan. Dari setiap golongan tersebut dapat dijelaskan rasio-rasio yang
terkait di dalamnya.
a. Rasio Likuiditas. Rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka pendeknya (termasuk bagian dari kewajiban
jangka panjang yang telah berubah menjadi kewajiban jangka pendek).Rasio
yang termasuk dalam golongan ini adalah current ratio dan quick
ratio.Current ratio adalah rasio yang menunjukkan sejauh mana kewajiban
lancar (current liabilities) dijamin pembayarannya oleh aktiva lancar (current
asset). Quick ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam melunasi kewajiban lancar menggunakan aktiva yang
paling likuid (quick asset) berwujud kas, surat berharga dan piutang.
14
b. Rasio Leverage. Rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besarharta
perusahaan diperoleh atau didanai dengan hutang. Rasio yang termasuk
golongan ini antara lain adalah debt to equity ratio dan liabilitiesto total
asset. Debt to equity ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
proporsi hutang terhadap modal sendiri.Liabilities to total assetadalah rasio
yang menjelaskan seberapa besar harta yang dimiliki perusahaan didanai
dengan hutang.
c. Coverage adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat keamanan
bank dalam pemberian kredit, rasio yang dipergunakan adalah Timesinterest
earned ratio atau EBIT Coverage Ratio (Earning before interestand taxed
coverage ratio). Rasio ini mengukur tingkat kemampuan perusahaan untuk
membayar bunga pinjaman.
d. Rasio Aktivitas. Rasio yang dipergunakan untuk mengukur efektivitas
perusahaan dalam menggunakan sumber daya yang terdapat dalam
perusahaan. Beberapa rasio yang masuk dalam golongan ini adalah
assetturnover, accounts receivable turnover dan inventory turnover. Asset
turn over (perputaran aktiva) menunjukkan manajemen mengelola seluruh
investasi (aktiva) guna menghasilkan penjualan. Accounts receivable turn
over adalah rasio yang dipergunakan untuk mengukur perputaran dana yang
tertanam pada piutang periode tertentu. Inventory turnover adalah rasio yang
mengukur perputaran dana yang tertanam pada inventory.
e. Rasio Rentabilitas. Rasio yang dipergunakan untuk mengukur efektivitas
manajemen perusahaan secara keseluruhan, yang ditunjukkan dengan
besarnya laba yang diperoleh perusahaan. Rasio yang masuk golongan ini di
antaranya adalah gross profit margin, net profit margin ratio, return onequity
dan return on asset. Gross profit margin adalah rasio yang menunjukkan
berapa persen keuntungan yang dicapai dengan menjual produk. Net profit
margin ratio adalah rasio yang mengukur perbandingan persentase laba
bersih terhadap penjualan. Return on Investment (ROI)atau yang biasa dikenal
juga dengan istilah Return on asset (ROA) adalah rasio yang menunjukkan
tingkat pengembalian dari bisnis atas seluruh investasi yang telah dilakukan.
Return on equity (ROE) adalah rasio untuk mengukur keuntungan bersih yang
diperoleh dari modal yang diinvestasikan oleh pemilik perusahaan (pemegang
saham).
Download