No. 14/02/51/Th. V, 5 Februari 2015 INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN IV-2014 A. Penjelasan Umum Indeks Tendensi Konsumen (ITK) merupakan indeks komposit persepsi rumah tangga mengenai kondisi ekonomi konsumen dan perilaku konsumsi terhadap situasi perekonomian pada triwulan berjalan. ITK disusun berdasarkan beberapa komponen yang terkait dengan ekonomi rumah tangga seperti penghasilan, pengaruh inflasi/kenaikan harga terhadap kemampuan konsumsi serta tingkat konsumsi barang dan jasa pada triwulan bersangkutan. Nilai indeks yang dihasilkan berada pada rentang 0 sampai 200, dimana nilai lebih dari 100 mencerminkan terjadinya perbaikan kondisi ekonomi konsumen dan demikian sebaliknya. ITK dihasilkan dari pengolahan Survei Tendensi Konsumen (STK) yang sejak triwulan I-2011 dilakukan pada seluruh Provinsi di Indonesia. Responden STK merupakan sub sampel dari Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) khusus di daerah perkotaan. Pada tahun 2014, responden STK di Provinsi Bali mencapai 380 rumah tangga (untuk setiap Triwulan) yang tersebar di 5 Kabupaten/Kota yaitu Kabupaten Tabanan, Badung, Klungkung, Buleleng dan Kota Denpasar. . B. Kondisi Ekonomi Konsumen Triwulan IV-2014 Kondisi ekonomi konsumen mengalami peningkatan di triwulan IV-2014. Peningkatan ini tercermin dari kenaikan ITK di triwulan ini yang mencapai 113,13. Angka Indeks ini cukup tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang hanya mencapai 111,90. Meskipun mengalami peningkatan, beberapa komponen penyusun ITK mengalami perlambatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Untuk diketahui dari penyusunnya, indeks pendapatan rumah tangga di triwulan ini mencapai 116,55, sementara indeks pengaruh inflasi terhadap konsumsi makanan dan indeks konsumsi rumah tangga masing-masing mencapai angka 108.80 dan 110,48. C. Perkiraan Ekonomi Konsumen Triwulan I-2015 Pada triwulan I-2015 nilai ITK Provinsi Bali diperkirakan mencapai 111,11. Indeks perkiraan ini memprediksikan bahwa meskipun mengalami peningkatan, optimisme konsumen sedikit mengalami perlambatan. Perkiraan membaiknya kondisi ekonomi konsumen pada triwulan yang akan datang disebabkan oleh perkiraan mereka akan terjadinya peningkatan pada pendapatan yang ditujukan oleh indeks prediksi sebesar 111,99 serta peningkatan keyakinan dalam melakukan pembelian barang tahan lama yang angka indeks prediksinya mencapai 109,53. Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 14/02/51 Th. V, 5 Februari 2015 1 1. Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Triwulan IV-2014 Memasuki penghujung tahun 2014, masyarakat Bali merespon pergantian tahun dengan sambutan optimisme yang sangat positif. Optimisme ini dapat diamati dari apa yang diperlihatkan oleh ITK Bali yang mengalami peningkatan cukup tinggi. Setelah pada triwulan sebelumnya melambat cukup dalam, akselerasi ITK sepertinya telah menemukan kembali laju pergerakannya. Apabila di triwulan sebelumnya ITK hanya berada di angka 111,90 maka pada triwulan akhir 2014 ini ITK kembali meningkat mencapai angka 113,13. Tabel 1 Indeks Tendensi Konsumen Menurut Variabel Pembentuknya Variabel Pembentuk ITK Triwulan IV-2013 ITK Triwulan III-2014 ITK Triwulan IV-2014 (1) (2) (3) (4) Pendapatan rumah tangga kini 116,29 111,84 116,55 Pengaruh inflasi terhadap tingkat konsumsi 113,94 110,98 108,80 Tingkat konsumsi bahan makanan, makanan jadi di restoran/rumah makan, dan bukan makanan (pakaian, perumahan, pendidikan, transportasi, komunikasi, kesehatan, dan rekreasi). 113,46 113,19 110,48 Indeks Tendensi Konsumen 115,03 111,90 113,13 Melihat ITK mengalami kenaikan adalah sesuatu yang wajar, akan tetapi apabila itu disertai dengan percepatan dan terjadi di triwulan IV tentunya adalah sesuatu yang harus direspon dengan antusias. Sejak 2011 hingga 2014 hanya di tahun ini ITK mengalami peningkatan level pada triwulan ke IV dibandingkan dengan sebelumnya. Peningkatan ini juga terjadi di tengah kondisi ekonomi yang terlihat tidak dapat dikatakan menguntungkan. Naiknya level optimisme di triwulan ini menunjukkan bahwa peluang puncak keyakinan konsumen tidak selalu berada pada triwulan ke III setiap tahunnya, melainkan memiliki kemungkinan terjadi di akhir tahun. Meskipun harus diakui bahwa peningkatan ini juga merupakan akibat dari cukup rendahnya laju ITK di triwulan III tahun 2014. Grafik 1 Perkembangan ITK Triwulan III dan IV Tahun 2011 2014 118 115.67 116 114.92 115.03 113.13 114 111.96 113.02 112 111.9 111.38 110 108 III 2011 2 IV 2011 III 2012 IV 2012 III 2013 IV 2013 III 2014 Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 14/02/51/Th. V, 5 Februari 2015 IV 2014 Peningkatan pada ITK ini merupakan cerminan dari bagaimana optimisme konsumen bekerja di tengah meningkatnya pendapatan. Seperti yang kita ketahui, dari penyusunnya indeks pendapatan rumah tangga merupakan pendorong terbesar meningkatnya keyakinan konsumen di triwulan IV. Di tengah inflasi yang kuat akibat dari meningkatnya harga BBM serta rangkaian kegiatan yang menghabiskan lebih banyak daya konsumsi, faktor insentif berupa peningkatan pendapatan menjadi penyeimbang kondisi ekonomi konsumen. Indeks pendapatan rumah tangga menunjukkan peningkatan dari sebelumnya 111,84 menjadi 116,55. Laju pergerakan indeks yang cepat ini diakibatkan oleh insentif ekstra yang diterima oleh sebagian besar masyarakat dari luar pendapatan rutin mereka. Dari sisi kelompok pekerja formal terutama para karyawan atau pegawai misalnya akan mendapatkan tambahan melalui pencairan tunjangan hari raya (THR) dan insentif tahun baru. Hal ini sedikit banyak akan berpengaruh pada kelompok informal. Meningkatnya pendapatan sebagian besar masyarakat akan berpengaruh terhadap terbukanya lebih banyak lapangan kerja informal meskipun hanya bersifat temporer. Peningkatan juga terjadi pada indeks pengaruh inflasi terhadap konsumsi makanan. Indeks pengaruh inflasi di triwulan ini berada pada angka 108,80 setelah sebelumnya mencapai 110,98. Perlambatan ini tentunya merupakan dampak dari laju inflasi triwulanan yang cukup tinggi. Tingginya permintaan dari sisi konsumen akibat meningkatnya pendapatan masyarakat ternyata diikuti oleh bertambahnya biaya produksi yang diakibatkan oleh kenaikan harga BBM. Hal inilah yang kemudian menyebabkan laju inflasi akhir tahun menjadi cukup tinggi. Kondisi situasional ini salah satunya diimbangi oleh peningkatan pada suku bunga untuk menahan laju kenaikan harga. Meksipun hal ini tidak terlalu berpengaruh pada kenaikan harga dari sisi penawaran. Inflasi yang cukup tinggi berdampak pada stabilitas konsumsi masyarakat yang bereaksi dengan melakukan penurunan pada pengeluaran mereka. Meskipun lebih bereaksi pada pengeluaran non makanan, laju inflasi yang tinggi ternyata berperan dalam memperlambat konsumsi makanan mereka meskipun memiliki kecendrungan untuk tidak menguranginya. Di lain pihak, meskipun dampak inflasi cukup kuat akan tetapi pengaruhnya pada pengeluaran non makanan relatif cukup signifikan. Hal ini diperlihatkan oleh indeks konsumsi makanan dan non makanan yang mengalami peningkatan meskipun sedikit melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Indeks konsumsi tetap meningkat meskipun melambat dibandingkan dengan sebelumnya. Pada triwulan IV indeks konsumsi mencapai 110,48 setelah sebelumnya berada pada level 113,19. Perlambatan pada indeks konsumsi juga dapat dilihat dari melambatnya konsumsi rumah tangga sebagai komponen penyusun dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Penurunan yang tidak terlalu tinggi terjadi pada konsumsi non makanan yang mengalami penurunan hingga 96,46. Penurunan indeks komponen ini disebabkan oleh kontraksi yang cukup dalam pada indeks kesehatan dan pendidikan. Sementara itu pada komponen lainnya, angka indeks justru menunjukkan peningkatan. Komponen transportasi misalnya bisa dipastikan mengalami kenaikan terkait dengan naiknya harga BBM. Sementara itu insentif yang diberikan produsen dalam bentuk diskon akhir tahun misalnya telah membantu menjaga permintaan konsumen untuk keperluan seperti pakaian, rekreasi dan lain sebagainya. Berbeda halnya dengan non makanan, konsumsi makanan bisa dikatakan meningkat jauh lebih tinggi. Indeks konsumsi bahan makanan sebagai salah satu komponennya mengalami pergerakan hingga berada pada angka 119,15. Tidak hanya bahan makanan yang mengalami peningkatan, konsumsi makanan jadi yang seringkali menjadi substitusi dari konsumsi bahan makanan ikut terkatrol hingga angka 115,19. Komposisi kedua indeks ini mengakibatkan indeks konsumsi masyarakat mencapai 117,77. Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 14/02/51 Th. V, 5 Februari 2015 3 Grafik 2 Indeks Konsumsi Komoditas Makanan dan Bukan Makanan Triwulan IV-2014 120.00 96.46 110.48 113.19 111.93 81.70 82.33 103.47 113.43 101.06 103.25 108.21 116.46 104.36 104.44 104.79 117.77 104.85 110.88 115.33 113.71 80.00 115.19 119.15 90.00 112.76 100.00 114.15 110.00 70.00 Indeks Total Trw IV-2014 Indeks Non Makanan Kesehatan Pendidikan baju perumahan Rekreasi Komunikasi Transportasi Indeks Makanan Makanan jadi Bahan makanan Trw III-2014 Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Triwulan I-2015 2. Memasuki awal tahun 2015 angka ITK diperkirakan mengalami pelambatan dibandingkan dengan sebelumnya. ITK di triwulan I-2015 diprediksi hanya mencapai 111,11. Perkiraan pendapatan rumah tangga hanya mencapai angka 111,99 sementara indeks rencana pembelian barang-barang tahan lama diprediksikan berada pada level 109,53. Tabel 2 Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I-2015 Menurut Variabel Pembentuknya Variabel Pembentuk ITK Triwulan I-20151) (1) (2) Perkiraan pendapatan rumah tangga mendatang 111,99 Rencana pembelian barang-barang tahan lama 109,53 Indeks Tendensi Konsumen 111,11 1) Angka perkiraan ITK Triwulan I-2015 Perlambatan indeks pendapatan yang cukup dalam lebih banyak akibat kontribusi insentif ekstra yang tidak sebesar triwulan IV. Selain itu kondisi awal tahun seringkali diprediksi tidak secepat pertengahan dan akhir tahun dalam kaitan dengan kondisi ekonomi yang ada. Di lain pihak rencana pembelian barang-barang tahan lama yang cukup tinggi diakibatkan karena laju kenaikan harga barang di awal tahun yang diasumsikan tidak sebesar akhir tahun. Di samping itu, seringkali produsen memberikan insentif-insentif kecil kepada konsumen untuk melihat respon pasar sebelum bergulirnya ekonomi pada periode selanjutnya. Selain itu jika dilihat dari kondisi awal tahun penyesuaian (penurunan) pada harga BBM memberi dampak positif dalam peningkatan optimisme konsumen karena berperan dalam meredam laju kenaikan harga. 4 Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 14/02/51/Th. V, 5 Februari 2015 3. Komparasi ITK Bali dengan Beberapa Provinsi Terdekat Setelah sempat mengalami penurunan peringkat di triwulan sebelumnya, posisi ITK Bali kembali lebih tinggi dibandingkan dengan provinsi lainnya di triwulan IV tahun 2014. ITK Bali menempati posisi pertama apabila dibandingkan dengan provinsi lainnya di Indonesia. ITK Bali juga jauh lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata nasional yang hanya mencapai 107,62. Meskipun peningkatan yang terjadi tidak terlalu tinggi akan tetapi tetap terbukti bahwa masyarakat Bali termasuk yang paling kuat dalam memelihara optimisme mengenai kondisi ekonomi mereka. Perlu juga untuk ketahui bahwa tingginya ITK Bali dibandingkan wilayah lainnya lebih banyak diakibatkan oleh indeks pendapatan yang sangat tinggi. Dilihat pada region JABALNUSRA, peringkat ITK pada setiap provinsi di kawasan ini relatif tidak terlalu jauh. Interval antar ITK pada setiap peringkat pun bisa dikatakan tidak terlalu tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa pada dasarnya perbedaan optimisme di setiap daerah tidaklah terlalu besar. Dampak dari kondisi ekonomi relatif dirasakan oleh semua pihak di berbagai daerah. Meskipun secara umum tendensi konsumen menunjukkan perkembangan yang positif di triwulan IV tahun 2014 ini. Grafik 3 Indeks Keyakinan Konsumen Beberapa Provinsi di Indonesia Triwulan IV-2014 114.00 113.13 112.00 110.00 107.83 108.00 NASIONAL, 107.62 106.00 104.00 101.96 102.00 100.00 98.00 5 ( 33 ) Riau ( 31 ) Sumsel ( 32 ) Maluku ( 29 ) Kalsel Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 14/02/51 Th. V, 5 Februari 2015 ( 30 ) Malut ( 28 ) Sulbar ( 26 ) Babel ( 27 ) Jambi ( 25 ) Gorontalo ( 23 ) Sumut ( 24 ) Kalteng ( 22 ) Aceh ( 21 ) Jateng ( 19 ) NTT ( 20 ) Sumbar ( 17 ) Lampung ( 18 ) Bengkulu ( 16 ) Jabar ( 14 ) Kepri ( 15 ) Kalbar ( 13 ) Banten ( 12 ) DI Yogya ( 11 ) NTB ( 9 ) Sulsel ( 10 ) Sulteng ( 8 ) Sultra ( 7 ) Papua Barat ( 5 ) DKI ( 6 ) Sulut ( 4 ) Jatim ( 3 ) Papua ( 1 ) Bali ( 2 ) Kaltim 96.00 Informasi lebih lanjut hubungi: Didik Nursetyohadi, SST., M.Agb. Kepala Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik BPS Provinsi Bali Telepon: 0361-238159, Fax: 0361-238162 E-mail: [email protected]