MEKANISME KOPING PADA LANSIA YANG DITINGGAL MATI PASANGAN HIDUPNYA DI DUSUN GAYAMAN DESA GAYAMAN KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO RISKA HIDAYANTI NIM : 1212020022 Subject Mekanisme, Koping, Lansia Description Penyesuaian diri yang baru bagi lansia yang ditinggal mati pasangan hidupnya secara tidak langsung akan menimbulkan berbagai kemunduran dan karakteristik yang berbeda pada setiap lansia dimana hal ini dapat mempengaruhi tingkat kepuasan dan kebahagiaan hidup pada lansia yang merupakan fase akhir dari kehidupan individu. Salah satu yang dapat mempengaruhi kepuasan dan kebahagian hidup pada lansia yang ditinggal mati pasangan hidupnya adalah mekanisme koping yang digunakan dalam menghadapi masalah merupakan hasil dari ketahanan diri (resiliensi) dalam menyelesaikan dan memecahkan masalah. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi atau mengetahui bagaimana mekanisme koping pada lansia yang ditinggal mati pasangan hidupnya di Dusun Gayaman Desa Gayaman Kecamtan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto yang dilaksanakan pada tanggal 11 – 20 Juni 2015. Jenispenelitian yang digunakanadalahDeskriptifdenganrancangpenelitian survey dengan jumlah populasi 35 responden dan jumlah sampel 32 responden. Penelitian ini menggunakan non probability sampling dengan teknik purposive sampling. Hasil penelitian yang telah dilakukan di Dusun Gayaman Desa Gayaman Kecamtan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto sebagian besar responden menggunakan koping adaptif yaitu sebanyak (62,5%). Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden menggunakan mekanisme koping adaptif mengontrol emosi pada dirinya dengan berbicara pada orang lain sebanyak 22 responden (68,75%). Berdasarkan hasil analisis responden menggunakan mekanisme koping adaptif yaitu dengan mengontrol emosi pada dirinya dengan berbicara pada orang lain, mengontrol emosi dengan berbicara pada orang lain merupakan suatu tindakan untuk mengatur pikiran, perasaan, nafsu amarah dengan cara yang tepat dan positif. Dengan mengontrol dan bercerita kepada orang lain dapat mengurangi beban pikiran. Berdasarkan hasil penelitian di Dusun Gayaman Desa Gayaman sebagian besar pada lansia yang ditinggal mati pasangan hidupnya menggunakan mekanisme koping adaptif. Responden diharapkan mampu meningkatkan kemampuan yang dimiliki (mengacu pada diri sendiri, dukungan sosial, peningkatan kemandirian dan aktifitas sehari – hari). ABSTRACT Self adjustment for the elderly survived their deceased spouse will indirectly cause a variety of setbacks and different characteristics in each of the elderly can affect the level of satisfaction and happiness in the elderly which is the last phase of the individual life. One that can affect life satisfaction and happiness in elderly survived their deceased spouse is coping mechanism used in dealing with problems as the result of self resilience (resilience) in resolving and solving problems. This study aimed to identify or find out coping mechanisms in elderly survived their deceased spouse in Gayaman village Mojoanyar Mojokerto from April 11 - June 20, 2015. This type of research is descriptive with survey research design with a population of 35 respondents and a sample of 32 respondents. This study used a non-probability sampling with purposive sampling technique. Results of research conducted in the Gayaman village MojoanyarMojokerto suggests that most respondents used adaptive coping, 62.5%. The results of research show that the majority of respondents used adaptive coping mechanisms to control their emotion by talking to other people 22 respondents 68,75%. The analysis, respondents used adaptive coping mechanisms to control their emotion by talking to other people. Controlling emotions by talking to others is to regulate the thoughts, feelings, and angers in an appropriate and positive manner. By controlling and speaking to others they can reduce the burden of thought. The results of research in Gayaman village Mojoanyar Mojokerto most elderly survived their deceased spouse used adaptive coping mechanisms. Respondents are expected to increase their capabilities (referring to oneself, social support, increasing independence and daily activities - day). Keywords :Coping Mechanisms, Elderly Contributor : 1. Budi Prasetyo, M.Kep, Ns 2. Dr.Nurwidji, M.Si Date : 07 Juli 2015 Type Material : Laporan Penelitian Identifier :Righ : Open Document Summary : Latar Belakang Lansia yang ditinggal mati pasangan hidupnya akan mengalami permasalahan baru sehubungan dengan kematian pasangan hidupnya. Kematian orang yang dicintai merupakan salah satu faktor penyebab timbulnya depresi, hal tersebut ditandai dengan adanya perasaan sedih yang berkepanjangan dan terus – menerus yang dapat mengganggu kehidupan sosial dan kondisi fisik yang menurun (Pieter dan Lubis, 2010). Kematian orang yang dicintai akan menimbulkan permasalahan baru bagi orang yang ditinggal, permasalahan yang dihadapi oleh para lansia yang ditinggal mati pasangan hidupnya antara lain : kesepian, kerinduan akan kebersamaan dulu dengan pasangan, dan merasa sendirian kita harus mengatasi masalah yang datang (Asih, 2013). Kematian pasangan hidup mempengaruhi tingkat dan aktivitas sosial serta persahabatan yang biasa dilakukan serta mempengaruhi pola hidupnya yang mengalami perubahan.Perubahan ini menimbulkan efek terhadap penyesuaian diri dan pola kehidupan dalam keluarga (Mandasari, 2007, dalam Nauli, dkk, 2014). Mekanisme koping merupakan cara individu menghadapi secara emosional respons kognitif maladaptif sangat dipengaruhi oleh pengalaman hidup yang lalu (Stuart, 2012). Penyesuaian diri yang baru bagi lansia yang ditinggal mati pasangan hidupnya secara tidak langsung akan menimbulkan berbagai kemunduran dan karakteristik yang berbeda pada setiap lansia dimana hal ini dapat mempengaruhi tingkat kepuasan dan kebahagiaan hidup pada lansia yang merupakan fase akhir dari kehidupan individu. Salah satu yang dapat mempengaruhi kepuasan dan kebahagian hidup pada lansia yang ditinggal mati pasangan hidupnya adalah mekanisme koping yang digunakan dalam menghadapi masalah merupakan hasil dari ketahanan diri (resiliensi) dalam menyelesaikan dan memecahkan masalah (Hidayatulq, 2013, dalam Asih, 2013). Lansia yang memiliki mekanisme koping negatif akan menimbulkan beberapa masalah seperti berduka yang berkepanjangan, putus asa, depresi, menarik diri, isolasi, dan lain sebagainya. Sedangkan lansia yang memiliki mekanisme koping positif akan dapat mengatasi masalah dengan bijak, sehingga dapat melewati masa berduka dengan lebih cepat. Penelitian yang dilakukan Wortman dan Silver (Dalam Asih, 2013) mengenai reaksi terhadap meninggalanya orang yang dicintai, menyimpulkan bahwa kedudukan umumnya diawali dengan depresi yang dimulai segera setelah kehilangan dan mereda seiring berjalannya waktu dan ketabahan yaitu tingkat kesedihan yang rendah kemudian perlahan berkurang. Dalam hal ini orang yang berduka dan tabah mengungkapkan penerimaan kematian sebagai proses alami. Banyak dari individu setelah kehilangan menghabiskan sedikit waktu untuk memikirkan, membicarakan mengenai kematian pasangan, merasakan kerinduan serta kepedihan emosional selama enam bulan pertama. Beberapa individu yang berduka menunjukkan tingkat depresi yang tinggi sebelum kehilangan dan akan meningkat selama kehilangan. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di Dusun Gayaman Desa Gayaman Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto berdasarkan dari hasil wawancara yang telah dilakukan terhadap dua lansia perempuan (R dan J) dan satu lansia laki – laki (M) dengan usia 60 tahun keatas, dimana dua dari tiga lansia (R dan J) mengalami hal yang sama ketika ditinggal mati pasangan hidup yaitu kematian pasangan yang dicintai membawa pengaruh besar dalam kehidupannya antara lain merasa kesepian karena tidak ada lagi teman untuk berbagi dan bertukar pendapat, merasakan kerinduan kebersamaan dengan orang tercinta serta beban ekonomi yang ditanggungnya untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari – hari, sedangkan lansia M menganggap kematian pasangan hidup adalah takdir yang harus diterima oleh semua orang dan tidak bisa dihindari, lansia M berusaha ikhlas ketika pasangan hidupnya meninggal, ketika merasa kesepian klien lebih memilih berkumpul dengan keluarga dan tetangganya. Selain itu, ketiga lansia tersebut masih belum ingin menikah lagi dikarenakan belum siap secara fisik maupun mental. METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian deskriptif dengan rancang bangun survey. Populasi sebanyak 35 responden pada sampel diambil 32 responden. Variabel yang diteliti adalah mekanisme koping pada lansia yang ditinggal mati pasangan hidupnya. Teknik sampling menggunakan non probability sampling tipe purposive sampling. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner skala Likert dengan teknik wawancara dan observasi kemudian diolah dan dianalisa data serta disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Tempat penelitian dilakukan di Dusun Gayaman Desa Gayaman Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto pada tanggal 11 – 20 Juni 2015. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar mekanisme koping lansia adaptif yaitu sebanyak 20 responden (62,5%). Faktor yang mempengaruhi mekanisme koping adalah kesehatan fisik, keyakinan atau pandangan positif ,keterampilan memecahkan masalah, keterampilan sosial, dukungan sosial, materi atau pekerjaan, jenis kelamin, pendidikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir seluruhnya responden berusia 60 – 74 tahun yaitu sebanyak 25 responden (78,1%). Menurut WHO usia lanjut (elderly) antara 60 – 74 tahun. Pada umunmnya, seseorang akan mengalami perubahan akibat proses penuaan salah satunya perubahan kondisi mental, perubahan mental dan emosional sering muncul perasaan pesimis, timbulnya perasaan tidak aman, dan cemas (Mubarak, 2009). Usia berhubungan dengan toleransi seseorang terhadap stress dan stressor yang paling mengganggu. Semakin tua umur seorang akan terjadi proses penurunan fungsi organ tubuh (regenerative) akan mempengaruhi dalam mengambil keputusan sehingga dihadapkan dengan masalah yang sangat kompleks (Hamka, 2009, dalam Sahara, 2010). Hasil penelitian Sahara 2010 di Medan diperoleh data mayoritas responden berusia 60 – 69 tahun yaitu sebanyak 62,3%. Hasil penelitian ini menunjukkan sesuai dengan teori diatas bahwa akibat proses penuaan banyak terjadi perubahan khususnya pada kondisi mental. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir seluruhnya responden berpendidikan SD sebanyak 29 responden (90,6%). Tingkat pendidikan mempengaruhi individu dalam hal mengahadapi masalah untuk menghindari stress, semakin tinggi tingkat pendidikan maka toleransi dan kontrol terhadap stressor akan menjadi lebih baik (Siswanto, 2007, dalam Yuni, 2014). Hasil penelitian yang dilakukan Yuni di Medan mayoritas tingkat pendidikan responden adalah SLTA sebanyak 46 responden (46%). Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori karena mayoritas tingkat pendidikan responden SD sebanyak 29 responden (90,6%) dan 17 responden menggunakan koping adaptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir seluruhnya responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 26 responden (81,3%). Wanita mempunyai daya tahan yang lebih baik terhadap stressor dibandingkan dengan pria sesuai dengan hasil penelitian Yeh tahun 2009 mendapatkan dalam penelitian yang dilakukan bahwa jenis kelamin / jender sangat mempengaruhi dalam berespon terhadap penyakit, stress, serta penggunaan koping dalam menghadapi masalah (Hamka, 2009, dalam Sahara , 2010).Hasil penelitian yang dilakukan Sahara di Medan mayoritas responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 75,5%. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori dan hasil penelitian diatas bahwa wanita memiliki koping yang lebih baik dibandingkan dengan pria. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir seluruhnya responden tinggal bersama anak kandungnya sebanyak 31 responden (96,9%). Bagi orang lanjut usia yang tinggal jauh dengan dari anak cucu ataupun tinggal di rumah perawatan, kehadiran orang lain sangat berarti (Hadi, 2004, dalam Adrian, 2012). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Adrian Medan dengan judul peran keluarga dalam pemenuhan kebutuhan psikologis lansia sebanyak 32 responden (52,46%) lansia tinggal dengan anak kandungnya. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori bahwa dukungan dari anak kandung sangat berarti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir setengahnya responden ditinggal pasangan selama 1 tahun sebanyak 15 responden (46,9%). Lamanya proses berduka yang dialami seseorang sangat individual dan dapat sampai beberapa tahun lamanya. Reaksi kesedihan terus menerus biasanya reda dalam 6 – 12 bulan dan berduka yang mendalam mungkin berlanjut 3 – 5 tahun setelah pengalaman kehilangan orang terdekat (Kozier, Erb, Blais &Wilkinson, 2004, dalam Sipayung, 2014). Hasil penelitian sesuai dengan teori diatas bahwa lamanya waktu hidup sebagai seorang janda atau duda bagi seorang lansia menyebabkan lansia tersebut sudah dapat menyesuaikan dirinya kembali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar mekanisme koping lansia adaptif yaitu sebanyak 20 responden (62,5%), di dapatkan 20 responden menggunakan mekanisme koping mencari dukungan sosial. Menurut Stuart dan Sundeen (1995) dalam Zumaidah (2012) Mekanisme koping adaptif adalah mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan. Mekanisme koping psikososial reaksi yang berorientasi pada ego yang sering disebut sebagai mekanisme pertahanan mental yang mana salah satunya memilih mencari dukungan spiritual, mencari dan berusaha secara spiritual, berdoa, menemui pemuka agama atau aktif pada pertemuan ibadah (Hidayat, 2004, dalam Surbakti, 2008).Kehilangan pasangan hidup bagi sebagian orang merupakan salah satu musibah terbesar dalam hidupnya, tingkat berduka seseorang berbeda tergantung pada koping yang dilakukan.Dukungan dari banyak pihak seperti keluarga, saudara, teman dekat dan dukungan spiritual dapat mengurangi atau mengalihkan perasaan berduka karena kehilangan orang yang dicintainya.Mekanisme koping pada lansia yang ditinggal mati pasangan hidupnya sangat mempengaruhi kualitas hidup dan kebahagiaan lansia itu sendiri. Mekanisme koping non adaptif sebanyak 12 responden (37,5%) didapatkan 8 responden menggunakan mekanisme koping menarik diri. Menurut Herawani (1999) dalam Surbakti (2008) reaksi berorientasi pada tugas merupakan reaksi yang berorientasi terhadap tindakan untuk memenuhi tuntutan dari situasi stress secara realistis, dapat berupa konstruktif desktruktif, yang mana salah satu tindakan desktruktif yaitu perilaku menarik diri, dimana reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik maupun psikologis. Reaksi fisik yaitu individu pergi atau menghindar stressor, sedangkan reaksi psikologis berupa perilaku apatis, isolasi diri, tidak berminat, sering disertai rasa takut dan berlebihan.Kebiasaan menghindar dari kehidupan sosial dapat menyebabkan gangguan pada aktivitas sosialnya sehingga sangat memungkinkan seseorang berduka berkepanjangan yang mana hal tersebut mempengaruhi kualitas dan kebahagiaan hidup seseorang. Hasil penelitian menunjukkan mekanisme koping adaptif mengontrol emosi pada dirinya dengan berbicara pada orang lain sebanyak 22 responden (68,755%). Menurut Holloway (2003), dalam Hardiyani (2010) mengontrol emosi dengan berbicara pada orang lain merupakan suatu tindakan untuk mengatur pikiran, perasaan, nafsu amarah dengan cara yang tepat dan positif serta dapat diterima secara sosial, sehingga dapat mencegah sesuatu yang buruk atau merugikan diri sendiri dan orang lain. Hasil penelitian Weisman (1979) dalam Sahara (2010) bahwa salah satu koping yang biasa digunakan individu untuk menangani stress adalah kebersamaan dengan berbagi rasa dan mengungkapkan perasaannya dengan berbicara pada orang lain. Menceritakan masalah kepada orang lain dapat mengurangi beban pikiran dan dapat mengurangi amarah dalam diri kita sendiri. Hasil penelitian menunjukkan mekanisme koping adaptif melakukan aktivitas yang konstruktif dengan teknik asertif sebanyak 13 responden (40,62%). Menurut Herawani (1999) dalam Surbakti (2008) melakukan aktifitas yang konstruktif misalnya penyelesaian masalah dengan teknik asertif yaitu tindakan yang dilakukan secara terus terang tentang ketidaksukaan terhadap perlakuan yang tidak menyenangkan banginya. Melakukan aktivitas yang positif maka akan berdampak positif, sebaliknya jika melakukan tindakan negative maka akan berdampak negatif. Hasil penelitian menunjukkan melakukan mekanisme koping adaptif memiliki persepsi yang luas menjawab sangat setuju 20 responden (62,5%). Menurut Robins (1999) dalam Ramadhan (2009) persepsi merupakan suatu proses dimana individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka untuk memberikan makna terhadap lingkungannya. Memiliki persepsi yang luas terhadap suatu kejadian dapat membuat kita menjadi lebih mengerti dalam bertindak. Hasil penelitian menunjukkan melakukan mekanisme koping adaptif dapat menerima dukungan dari orang lain setuju 21 responden (65,62%). Menurut Hidayat (2013) dukungan ini meliputi pemenuhan kebutuhan informasi dan emosional pada diri individu yang diberikan oleh orang tua, anggota keluarga lain, saudara, teman dan lingkungan masyarakat sekitarnya. Menerima dukungan dari orang lain dapat menambah solusi terhadap masalah yang kita hadapi. Hasil penelitian menunjukkan melakukan mekanisme koping adaptif dapat memecahkan masalah secara efektif sebanyak 10 responden (31,25%). Menurut Hidayat (2013) merupakan keterampilan dalam memecahkan masalah meliputi kemampuan untuk mencari informasi, menganalisa situasi, mengidentifikasi masalah, dengan tujuan untuk alternative tindakan, kemudian mempertimbangkan alternatif tindakan, kemudian mempertimbangkan alternative tersebut sehubungan dengan hasil yang ingin dicapai, dan pada akhirnya melaksanakan rencana dengan melakukan suatu tinda kan yang tepat. Menyelesaikan masalah secara efektif dengan sangat baik dilakukan agar kualitas dan kebahagiaan hidup tidak terganggu. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rosen E. Catherine di Canada tahun 1982 dengan judul Ethnic Differences Among Impoverished Rural Elderly In Use Of Religion As A Coping Mechanism menunjukkan bahwa lansia yang melakukan kegiatan keagamaan untuk mengatasi masalah melaporkan kepuasan yang lebih besar dibandingkan dengan lansia yang tidak melakukan kegiatan keagamaan. Hasil penelitian juga menunjukkan lansia yang relative sehat yang terlibat : agama (40%), aktivitas (22%), perilaku pemeliharaan kesehatan (14%), kekuasaan (12%), perilaku sosial (9%), perilaku pasif non asertif (3%). Sedangkan lansia yang mengalami depresi terlibat: aktivitas (32%), agama (26%), perilaku sosial (26%), perilaku pasif nonasertif (12%), kekuasaan (2%), dan perilaku pemeliharaan kesehatan (1%). Lansia yang mengalami depresi lebih banyak melakukan tindakan non asertif yaitu sebanyak (12%) tindakan non asertif yang dilakukan seperti menangis, dan tidak melakukan apa-apa. Pemilihan mekanisme koping yang baik dan benar sangat mempengaruhi kualitas hidup dan kebahagiaan lansia, setiap lansia perlu memperhatikan dampak mekanisme koping yang dilakukan. Banyak mekanisme koping yang dapat dilakukan untuk mengurangi beban masalah yang sedang dihadapi, bagi setiap lansia harus bisa mengontrol emosi pada dirinya serta dapat menerima dukungan orang lain untuk menentukan mekanisme koping tersebut baik dilakukan atau tidak dan tidak kalah penting agar setiap lansia berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Simpulan Hasil penelitian di Dusun Gayaman Desa Gayaman sebagian besar pada lansia yang ditinggal mati pasangan hidupnya menggunakan mekanisme koping adaptif. Rekomendasi 1. Bagi responden Responden diharapkan mampu meningkatkan kemampuan yang dimiliki (mengacu pada diri sendiri, dukungan sosial, peningkatan kemandirian dan aktifitas sehari – hari). 2. Bagi peneliti selanjutnya Dalam melakukan penelitian tentang mekanisme koping pada lansia yang ditinggal mati pasangan hidupnya penelitian dapat dikembangkan dengan mengelompokkan responden menggunakan proporsi setiap tahapan adaptasi. 3. Bagi tempat penelitian Untuk menambah wawasan bagi warga Dusun Gayaman tentang bagaimana mekanisme koping pada lansia yang ditinggal mati pasangan hidupnya. 4. Bagi Institusi Pendidikan Dalam pembelajaran mekanisme koping pada lansia yang ditinggal mati pasangan hidupnya untuk lebih dikembangkan lagi dalam tahap proses belajar mengajar. Alamat Korespondensi : - Alamat Rumah : Sumberjambe Jember - Email : [email protected] - No. HP : 081230493622