BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Anggaran 1. Munandar

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Anggaran
1.
Munandar (2001)
Anggaran adalah suatu rencana yang disusun secara sistematis
yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan, yang dinyatakan dalam
unit atau kesatuan moneter yang berlaku untuk jangka waktu yang
akan datang.
2.
Pengertian anggaran menurut Mulyadi (2001), yaitu:
Anggaran merupakan suatu rencana kerja yang dinyatakan secara
kuantitatif, yang diukur dalam satuan moneter standar dan satuan
ukuran yang lain yang mencakup jangka waktu satu tahun.
3.
Pengertian anggaran menurut Mulyadi (2001), yaitu:
Anggaran merupakan suatu rencana kerja yang dinyatakan secara
kuantitatif, yang diukur dalam satuan moneter standar dan satuan
ukuran yang lain yang mencakup jangka waktu satu tahun.
4.
Munandar (2000) mendefinisikan
Business budget atau budget (anggaran) adalah suatu rencana yang
disusun secara sistematis, yang meliputi seluruh kegiatan
perusahaan, yang dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter dan
berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang.
Berdasarkan pengertian-pengertian yang telah dikemukakan oleh para
ahli, maka dapat diambil kesimpulan bahwa anggaran merupakan suatu
rencana yang menggambarkan rangkaian atau kegiatan tindakan dan
disusun secara sistematis yang meliputi segala kegiatan perusahaan yang
21
dinyatakan dalam unit (satuan) moneter dan berlaku untuk jangka waktu
(periode) tertentu di waktu yang akan datang.
B. Anggaran Sektor Publik
1.
Definisi Anggaran Sektor Publik
Anggaran sektor publik menurut Mardiasmo (2004) yaitu sebagai
berikut:
“Anggaran sektor publik merupakan suatu rencana kegiatan yang
dipresentasikan dalam bentuk rencana perolehan pendapatan dan
balanja dalam satuan moneter.”
Anggaran sektor publik merupakan rincian seluruh aspek kegiatan yang
akan dilaksanakan yang tersusun atas rencana pendapatan dan
pengeluaran yang akan dilaksanakan dalam kurun waktu satu tahun.
Anggaran sektor publik dibuat untuk membantu pemerintah dalam
membantu tingkat pertumbuhan masyarakat seperti listrik, air bersih,
kualitas kesehatan, pendidikan dan lain sebagainya agar terjamin secara
layak dan tingkat kesejahteraan masyarakat akan semakin terjamin serta
penggunaan dan pengalokasiannya lebih efektif dan efisien.
2. Kriteria Anggaran Sektor Publik
Anggaran sektor publik menurut Mardiasmo (2009) harus memenuhi
kriteria berikut:
a. Merefleksikan
masyarakat
perubahan
prioritas
kebutuhan
dan
keinginan
22
b. Menentukan penerimaan dan pengeluaran departemen-departemen
pemerintah, pemerintah propinsi atau pemerintah daerah
3. Fungsi Anggaran Sektor Publik
Anggaran sektor publik menurut Mardiasmo (2009) mempunyi beberapa
fungsi utama, yaitu:
a. Anggaran sebagai alat perencanaan
b. Anggaran sebagai alat pengendalian
c. Anggaran sebagai alat kebijakan fiskal
d. Anggaran sebagai alat politik
e. Anggaran sebagai alat koordinasi dan komunikasi
f. Anggaran sebaga alat penilaian kinerja
g. Anggaran sebagai alat motivasi
h. Anggaran sebagai alat untuk menciptakan ruang publik
4. Jenis Anggaran Sektor Publik
a. Anggaran Operasional (Operational Budget)
Anggaran operasional digunakan untuk merencanakan kebutuhan
sehari-hari sehari dalam menjalankan pemerintahan. Pengeluaran
pemerintah yang dapat dikategorikan dalam anggaran operasional
adalah belnja rutin. Belanja rutin adalah pengeluaran yang manfaatnya
hanya untuk satu tahun anggaran dan tidak dapat menambah aset atau
kekayaan bagi pemerintah. Disebut “rutin” karena sifat pengeluaran
tersebut berulang-ulang ada setiap tahun. Secara umum, pengeluaran
23
yang masuk kategori anggaran operasional antara lain belanja
Administrasi Umum dan Belanja Operasional dan pemeliharan.
b. Anggaran Modal/Investasi (Capital/Investment Budget)
Anggaran
modal
menunjukkan
rencana
jangka
panjang
dan
pembelanjaan atas aktiva tetap seperti gedung, peralatan, kendaraan,
perabot dan sebagainya. Pengeluaran modal yang besar biasanya
dilakukan dengan menggunakan pinjaman. Belanja Investasi/Modal
adalah pengeluaran yang manfaanya cenderung melebihi satu tahun
anggaran dan akan menambah anggaran rutin untuk biaya operasional
dan pemeliharannya.
5. Prinsip Anggaran Sektor Publik
Prinsip-prinsipanggaransectorpublikmenurutMardiasmo
(2004)adalahsebagaiberikut:
a. Otorisasi oleh legislatif
b. Komprehensif
c. Keutuhananggaran
d. Nondissretionaryapropriation
e. Periodik
f. Akurat
g. Jelas
h. Diketahuipublik
24
6. Proses Penyusunan Anggaran
Proses penyusunan anggaran pada sector publik cukup rumit karena
dalam proses penganggarannya mengandung nuansa politisi. Menurut
Mardiasmo (2004), dikemukakan bahwa penganggaran sektor publik
adalah suatu proses penentuan jumlah alokasi dan untuk tiap-tiap
program dan aktivitas dalam satuan moneter.
Proses penyusunan anggaran mempunyai empat tujuan seperti yang
dikemukakan oleh Mardiasmo (2004) adalah sebagai berikut :
a. Membantu pemerintah mencapai tujuan fiskal dan meningkatkan
koordinasi antar bagian dalam lingkungan pemerintah.
b. Membantu menciptakan efisiensi dan keadilan dalam menyediakan
barang dan jasa publik melalui proses pemrioritasan.
c. Memungkinkan bagi pemerintah untuk memenuhi prioritas belanja.
d. Meningkatkan transparansi dan pertanggungjawaban pemerintah kepada
DPR/DPRD dan masyarakat luas.
Melalui proses penyusunan anggarannya dapat membantu pemerintah
dalam merealisasikan seluruh rencana keuangannya baik itu rencana
penerimaan maupun rencana pengeluarannya sehingga dapat terkontrol
dan
terkoordinasisehinggatidakterjadipemborosan
di
setiap
unit.
Anggaran juga sebagai bentuk akuntabilitas pemerintah terhadap
pengelolaan rumah tangga pemerintah dihadapan DPR/DPRD sebagai
wakil rakyat di parlemen dan masyarakat luas secara umumnya.
25
C. Pengertian Pendapatan
Standar Akuntansi Pemerintahan dalam Mahmudi (2010), mendefisikan
pendapatan sebagai semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara/Daerah
yang menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran
bersangkutan dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah.
Pendapatan nasional adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh
seluruh rumah tangga keluarga (RTK) di suatu negara dari penyerahan faktorfaktor produksi dalam satu periode, biasanya selama satu tahun.
D. Pengertian Belanja
1. Definisi Belanja
Belanja merupakan pemerolehan barang atau jasa penjulan dengan
tujuan
membeli
pada
waktu
itu.
Belanja
adalah
aktivitas pemilihan danatau membeli. Dalam beberapa hal dianggap
sebagai sebuah aktivitas kesenggangan juga ekonomi.
Standar Akuntansi Pemerintahan dalam Mahmudi (2010), belanja
dapat didefinisikan sebagai semua pengeluaran dari Rekenig Kas Umum
Negara/Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun
anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali
oleh pemerintah daerah.
Belanja pada Pemerintah Daerah terbagi atas kelompok belanja tidak
langsung dan kelompok belanja langsung. Kelompok belanja tidak
langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara
26
langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Kelompok belanja
langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung
dengan pelaksanaan program dan kegiatan (Tanjung, 2009).
2. Klasifikasi Belanja
Klasifikasi Belanja menurut Mahmudi (2010) belanja daerah harus
digunakan untuk pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota yang
terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan yang ditetapkan dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Belanja penyelenggaraan urusan
wajib diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang
diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan,
kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta
mengembangkan sistem jaminan sosial. Pelaksanaan urusan wajib
dimaksud berdasarkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang telah
ditetapkan.
Pemerintah daerah menetapkan target capaian kinerja setiap belanja,
baik dalam konteks daerah, satuan kerja perangkat daerah, maupun
program dan kegiatan, yang bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas
perencanaan
anggaran
dan
memperjelas
efektifitas
dan
efisiensi
penggunaan anggaran. Program dan kegiatan harus memberikan informasi
yang jelas dan terukur serta memiliki korelasi langsung dengan keluaran
27
yang diharapkan dari program dan kegiatan dimaksud ditinjau dari aspek
indikator, tolok ukur dan target kinerjanya.
a. Belanja Tidak Langsung
Penganggaran belanja tidak langsung memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
1) Belanja Pegawai
2) Belanja Bunga
3) Belanja Subsidi
4) Belanja Hibah dan Bantuan Sosial
5) Belanja Bagi Hasil Pajak
6) Belanja Bantuan Keuangan
7) Belanja Tidak Terduga
b. Belanja Langsung
Penganggaran belanja langsung dalam APBD digunakan untuk
pelaksanaan urusan pemerintahan daerah, yang terdiri dari urusan wajib
dan urusan pilihan. Penganggaran belanja langsung dalam rangka
melaksanakan program dan kegiatan pemerintah daerah memperhatikan
hal-hal sebagai berikut:
1) Belanja Pegawai
2) Belanja Barang dan Jasa
3) Belanja Modal
28
E. Analisis Anggaran Belanja Keuangan Pemerintah Daerah
Penulis mengambil beberapa perhitungan analisis anggaran belanja keuangan
Pemerintah Daerah menurut Mahmudi (2010) sebagai berikut ini:
1.
Analisis Kinerja Keuangan Pendapatan Daerah
Analisis Kinerja Keuangan Pendapatan Daerah dapat terlihat dari
realisasi pendapatan dan anggaran. Apabila realisasi melebihi anggaran
yang telah dibuat maka kinerja pemerintah darah diilai baik. Berdasarkan
realisasi anggaran, dapat dilakukan Analisis Kinerja Keuangan
Pendapatan Daerah dengan cara:
a.
Analisis Varians Pendapatan Daerah
Analisis Varians Pendapatan Daerah dilakukan dengan cara
menghitung selisih antara realisasi pendapatan dengan yang
dianggarkan. Informasi selisih anggaran tersebut sangat membantu
pengguna laporan dalam memahami dan menganalisis Kinerja
Keuangan Pendapatan. Pada prinsipnya, anggaran pendapatan
merupakan batas minimal jumlah pendapatan yang ditargetkan harus
dipeoleh oleh pemerintah daerah. Pemerintah daerah dikatakan
memiliki Kinerja Kuangan Pendapatan yang baik apabila mampu
memperoleh pendapatan melebihi jumlah yang dianggarakan (target
anggaran). Sebaliknya, apabila realisasi pendapatan di bawah jumlah
yang dianggarkan, maka hal itu dinilai kurang baik. Apabila target
pendapatan dapat dicapai bahkan terlampaui, maka hal itu tidak
terlalu mengejutkan karena seharusnya demikian. Selisih lebih
29
realisasi pendapatan merupakan selisih yang tidak diharapkan
(unfavourable variansce). Menurut Mahmudi (2010) rumus untuk
menghitung Analisis Varians Pendapatan Daerah adalah sebagai
berikut:
b. Analisis Pertumbuhan Pendapatan Daerah
Analisis Pertumbuhan Pendapatan Daerah bermanfaat untuk mengetahui
apakah pemerintah daerah dalam tahun anggaran bersangkutan atau selama
periode anggaran, kinerja keuangan APBD-nya mengalami pertumbuhan
secara positif ataukah negatif. Tentunya diharapkan pertumbuhan secara
positif dan kecenderungannya (trend) meningkat. Sebaiknya jika terjadi
pertumbuhan yang negatif, maka hal itu akan menunjukkan terjadi
penurunan kinerja keuangan Pendapatan Daerah. Pertumbuhan Pendapatan
Daerah
diharapkan
mempertimbangkan
dapat
faktor
mengimbang
inflasi,
penetapan
laju
inflasi.
target
Selain
pertumbuhan
pendapatan juga harus mempertimbangkan asumsi anggaran yang lain,
misalnya kurs rupiah, harga minyak, dan sebagainya. Menurut Mahmudi
(2010)rumus untuk Analisis Pertumbuhan Pendapatan Daerah adalah
sebagai berikut:
2. Analisis Kinerja Keuangan Belanja Daerah
Berdasarkan Laporan Realisasi Anggaran
kinerja keuangan belanja daerah dengan cara:
dapat dilakukan analisis
30
a.
Analisis Efisiensi Belanja Daerah
Analisis ini merupakan analisis terhadap perbedaan atau selisih
antara realisasi belanja dan anggaran. Jika terdapat selisih lebih
(realisasi belanja melebihi jumlah yang bersangkutan) maka
dikatakan memiliki kinerja keuangan belanja yang tidak baik,
sedangkan jika terdapat selisih kurang (realisasi belanja kurang dari
jumlah yang dianggarkan) maka kinerja keuangan belanja dinilai
dengan
baik.
Rasio
ini
berguna
untuk
mengukur
tingkat
penghematan anggaran yang dilakukan Pemerintah. Pemerintah
Daerah dinilai telah melakukan efisiensi anggaran jika rasio
efisiensinya kurang dari 100%. Sebaliknya jika melebihi 100% maka
mengindikasikan
terjadinya
pemborosan
anggaran.Menurut
Mahmudi (2010) rumus untuk menghitung efisiensi belanja adalah
sebagai berikut:
b.
Analisis Pertumbuhan Belanja Daerah
Analisis ini untuk mengetahui pertumbuhan belanjadari tahun ke
tahun. Belanja daerah sendiri bisanya memiliki kecenderungan untuk
naik, kenaikan tersebut terjadi karena adanya penyesuaian dengan
inflasi, perubahan nilai tukar rupiah, perubahan cakupan pelayanan,
dan penyesuaian faktor makro ekonomi. Kenaikan wajar atau
tidaknya perlu melihat beberapa hal yang disebutkan sebelumnya
31
dan alasan kenaikan belanja terjadi, apakah karena kenaikan internal
yang relatif terencana dan terkendali ataukah faktor eksternal yang
diluar kendali pemerintah daerah.Menurut Mahmudi (2010) rumus
untuk menghitung Pertumbuhan Belanja Tahun x adalah sebagai
berikut:
c. Analisis Keserasian Belanja Daerah
Analisis keserasian belanja daerah menggambarkan bagaimana
pemerintah daerah memperiotaskan alokasi dananya pada belanja
secara optimal. Hal ini terkait anggaran sebagai alat sidtibusi,
alokasi, dan stabilisasi. Supaya fungsi anggaran tersebut berjalan
dengan baik, maka pemerintah daerah perlu membuat harmonisasi
belanja. Analisis keserasian belanja daerah antara lain berupa:
1) Analisis Belanja Operasional terhadap Total Belanja
Rasio ini memberi informasi mengenai porsi belanja daerah
yang dialokasikan untuk belanja operasi. Belanja operasi adalah
belanja yang manfaatnya dapat habis dikonsumsi dalam satu
tahun anggaran. Pada umumnya, pemerintah dengan tingkat
pendapatan tinggi cenderung akan memiliki porsi belanja
operasi yang lebih tinggi dibandingkan pemerintah daerah
32
dengan tingkat pendapatan tinggi biasanya telah memiliki aset
modal yang mencukupi sehingga pemerintah daerah tersebut
cenderung melakukan belanja yang bersifat jangka pendek.
Menurut
Mahmudi
(2010)rumus
mencari
rasio
belanja
operasional terhadap total belanja adalah sebagai berikut:
2) Analisis Belanja Modal terhadap Total Belanja
Rasio ini dapat digunakan untuk mengetahui proporsi belanja
daerah yang dialokasikan untuk investasi dalam bentuk belanja
modal dalam tahun anggaran bersangkutan. Sifat dari belanja ini
adalah jangka menengah dan panjang, selain itu belanja modal
rutin Pemerintah Daerah dengan tingkat pendapatan rendah
biasanya akan memiliki proporsi tingkat belanja modal yang
lebih tinggi dibandingkan dengan Pemerintah Daerah dengan
tingkat
pendapatan
tinggi.
Penyebab
terjadinya
adalah
Pemerintah Daerah yang memiliki tingkat pendapatan rendah
akan berorientasi untuk melakukan belanja modal sebagai
bagian investasi modal jangka panjang. Menurut Mahmudi
(2010)rumus mencari rasio belanja modal terhadap total belanja
adalah sebagai berikut:
33
F. Penelitian Terdahulu
Penelitian sebelumnya pernah dilakukan oleh Endah Tri Astuti (2013)
yaitu tentang Analisis Anggaran Belanja di Kantor Pertanahan Kota Surakarta
Selama Tahun 2012.Dalam penelitian tersebut disimpulkan bahwa penggunaan
anggaran belanja dari masing-masing sub fungsinya menunjukkan bahwa pada
bulan Januari hanya ada belanja pegawai disebabkan pada bulan tersebut masih
dalam tahap persiapan, Surat Keputusan (SK) belum ada, dan juga Petunjuk
Operasional Kegiatan (POK) haus mengajukan Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran (DIPA), sedangkan mengajukan DIPA harus ada pembinaan terlebih
dahulu.
Penelitian terdahulu merupakan penelitian yang dilakukan di Kantor
Pertanahan Kota Surakarta. Penelitian tersebut hanya menganalisis satu periode
saja yaitu pada tahun anggaran 2012 dan memnganalisis setiap pendapatan
serta belanja yang dikeluarkan setiap bulannya, sedangkan penelitian ini
melakukan beberapa analisis seperti: analisis kinerja pendapatan yang meliputi
analisis varians pendapatan daerah dan analisis pertumbuhan pendapatan,
analisis kinerja keuangan belanja meliputi analisis efisiensi belanja daerah,
panalisis pertumbuhan belanja, dan keserasian belanja terhadap total belanja.
Download