Manusia senantiasa penasaran terhadap cita-cita hidup itu. Manusia merupakan makhluk yang berakal budi yang selalu ingin mengejar kebenaran. Manusia selalu bertanya karena terdorong oleh rasa ingin tahu terhadap hal ihwal yang tersembunyi disekitar hidupnya. Rasa ingin tahu tersebut sudah muncul pada awal perkembangan hidupnya. Ex : ketika kita harus menghayati ombak pantai yang gemuruh. Orang yang cerdas akan bertanya-tanya, sebenarnya ombak itu datang dari mana dan kemana hilangnya. Realisme : Mempercayai sesuatu yang ada didalam dirinya sendiri dan sesuatu yang pada hakikatnya tidak terpengaruh oleh seseorang. Naturalisme : Sesuatu yang bersifat alami memiliki makna, yaitu bukti berlakunya hukum alam dan terjadi menurut kodratnya sendiri. Positivisme : Menolak segala sesuatu yang di luar fakta, dan menerima sesuatu yang dapat ditangkap oleh pancaindera. Materialisme Dialektik : Orientasi berpikir adalah materi, karena materi merupakan satu-satunya hal yang nyata, yang terdalam dan berada diatas kekuatannya sendiri. Idealisme : Idealisme menjelaskan semua objek dalam alam dan pengalaman sebagai pernyataan pikiran. Pragmatisme : Hidup manusia adalah perjuangan hidup terus-menerus, yang sarat dengan konsekuensi praktis. Cara menemukan kebenaran, terkait dengan sebuah pilihan hidup. Dalam setiap berpikir filsafat, tentu berhadapan dengan sebuah kebenaran. Kebenaran tidak datang dengan sendirinya, melainkan perlu dicari dengan cara yang tepat. Kebenaran selalu dibalik fakta, fenomena, realita dan data. Cara penemuan kebenaran berbeda-beda, kebenaran dapat dilihat secara ilmiah dan nonilmiah. Menurut Kasmadi dkk (1990) adalah sebagai berikut : (1). Penemuan secara kebetulan, adalah penemuan yang berlangsung secara tanpa disengaja. (2) penemuan coba dan ralat, terjadi tanpa adanya kepastian akan berhasil atau tidak berhasil kebenaran yang dicari. (3) peemuan melalui otoritas atau kewibawaan. (4) penemuan secara spekulatif, cara ini mirip dengan cara coba dan ralat (5) penemuan kebenaran lewat cara berfikir kritis dan rasional (6) penemuan kebenaran melalui penelitian ilmiah. Memiliki karakteristik. 1. Kebenaran bersifat universal (berlaku untuk kapan pun dan dimana pun). 2. Kebenaran bersifat mutlak (apapun pengetahuan baru yang ada dalam sebuah diskusi tidak dapat diterima sebagai kebenaran. 3. Kebenaran bersifat manusiawi (bahwa pengetahuan yang disampaikan secara alamiah dapat diterima atau mengerti oleh manusia tak perlu ada rekayasa seperti melalui bujukan / paksaan) 4. Kebenaran bersifat argumentatif (pembuktian terhadap kebenaran sebuah pendapat atau pengetahuan baru harus dimiliki) 5. Kebenaran bersifat ilmiah (kebenaran suatu pengetahuan dapat dibuktikan oleh orang lain bahwa pengetahuantersebut sesuai dengan pernyataan yang ada) Menurut teori ini kebenaran tidak dapat dibentuk atas hubungan antara keputusan dengan suatu ang lalu, yakni fakta / realitas, tetapi atas hubungan antara putusan-putusan itu sendiri Menurut cara memperoleh kebenaran dapat dibagi 3 jenis menurut tela’ah dalam filsafat ilmu , yaitu : a. Kebenaran epistemologikal, adalah kebenaran dalam hubungannya dengan pengetahuan manusia b. Kebenaran ontologikal, adalah kebenaran sebagai sifat dasar yang melekat kepada segala sesuatu yang ada maupun diadaka. c. Kebenaran semantikal, adalah kebenaran yang terdapat serta melekat di dalam tutur kata dan bahasa. d. Kebenaran aksiologikal, adalah kebenaran tergantung pada kegunaan sesuatu. Kebenaran diri sendiri : kebenaran atas dasar pertimbangan subjektif, pribadi, dan individual. Kebenaran kolektif : kebenaran menurut pertimbangan orang banyak. Jika kebanyakan mengatakan benar maka seluruh hal dianggap benar. Kebenaran illahi : kebenaran yang berasal dari tuhan. Kebenaran semacam ini mutlak adanya dan tidak bisa dibantah lagi Terdapat beberapa teori tentang rumusan kebenaran. Namun secara tradisional, kita mengenal 3 teori kebenaran : koherensi korespondensi pragmatik Akan tetapi Michel William mengenalkan 5 teori kebenaran: Kebenaran koherensi Kebenaran korespondensi Kebenaran performatif Kebenaran paragmatik Kebenaran proposisi Kebenaran ilmiah memiliki karakteristik : sistematisasi keumuman rasionalitas Objektivitas verifiabilitas komunalitas Ciri rasionalitas mengandung makna bahwa kebenaran ilmiah bersumber pada pemikiran rasional yang mematuhi kaidah-kaidah logika. Ciri objekvitas menunjukkan pada kesesuaian antara hal-hal yang rasional dengan realitas Ciri fiabilitas mempunyai arti bahwa kebenaran ilmiah harus dapat diperiksa kebenarannya, diuji ulang oleh setiap anggota masyarakat ilmuwan. 1) 2) Kebenaran berkaitan dengan kualitas pengetahuan dimana setiap pengetahuan yang dimiliki ditilik dari jenis pengetahuan yang dibangun Kebenaran dikaitkan dengan sifat atau karakteristik dari bagaimana cara atau dengan alat apakah seseorang membangun pengetahuannya 3). Kebenaran dikaitkan atas ketergantungan terjadinya pengetahuan. Kebenaran tergantung hubungan antara subjek dan objek, mana yang lebih dominan. Jika subjek yang berperan, maka pengetahuan ini mengandung nilai kebenaran bersifat subjektif. Dan sebaliknya, jika objek yang lebih berperan, maka pengetahuan ini mengandung nilai yang objektif Kebenaran karena faktor-faktor non ilmiah : Kebenaran karena kebetulan b) Kebenaran karena akal sehat c) Kebenaran agama dan wahyu d) Kebenaran intuitif e) Kebenaran karena trial eror f) Kebenaran spekulasi g) Kebenaran karena kewibawaan kebenaran a) Statement (pernyataan) 2) Agreemant (persesuaian) 3) Situation (situasi) 4) Realitas (kenyataan) 5) Judgement (putusan) 1)