15 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

advertisement
15
III.
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian awal berupa survei lokasi dan pengambilan tanah awal
dilaksanakan di desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten. Analisis
tanah dilaksanakan di Laboratorium Kimia tanah dan Kesuburan Tanah,
Laboratorium Fisika dan Konservasi Tanah, Fakultas Pertanian Universitas
Sebelas Maret Surakarta. Kedua kegiatan tersebut berlangsung mulai 4 Mei
sampai 30 Juni 2012.Desa Sidorejo terletak pada garis lintang antara 07o 32’ 0,5’’
– 07o 37’ 0,36’’ LS dan garis bujur antara 110o 27’ 41,6” – 110o 29,4’ 0,0”
BT.Untuk pengamatan lokasi di lapang dilaksanakan pada bulan April 2014 di
lokasi yang sama.
B. Bahan dan Alat
1. Data curah hujan selama 10 tahun terakhir dari data curah hujan Desa
Surowono, Kecamatan Kemalang Klaten (2004-2013)
2. Peta
a. Peta Rupa Bumi Kecamatan Kemalang
b. Peta Administrasi Kecamatan Kemalang
c. Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Kemalang
3. Bahan
a. Sampel tanah
Sampel tanah untuk analisis laboratorium adalah sampel tanah komposit
(kering angin dengan diameter 0,5 dan 2 mm) dan sampel tanah tidak
terusik.
b. Khemikalia
Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam analisis laboratorium adalah
H2O2 10%, HCl 2 N, H2O, KCl, K2Cr2O7, H2SO4, FeSO4, indikator
methylene blue untuk C-organik tanah, NaOH, H3PO4, dan indikator DPA.
4. Alat
a. Kamera
15
16
b. Meteran
c. Kompas
d. GPS (Global Position System)
e. Perangkat computer dan Arc View 3.3
f. Klinometer
g. Ring sample dan double ring sample
h. Cangkul
i. pH meter
j. Kertas label
k. Bor tanah
l. Peralatan untuk analisa fisik dan kimia di laboratorium
C. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif eksploratif dengan metode
survei dan interpretasi peta-peta yang terkait. Metode deskriptif eksploratif
dilakukan dengan cara menggambarkan kondisi lahan berdasarkan ketinggian
tempat dan penggunaan lahan (land use) agar dapat ditentukan nilai erosi tanah
berdasarkan data-data yang diamati di lapangan dengan didukung oleh hasil
analisis laboratorium. Sedangkan pengambilan titik sampel dilakukan berdasarkan
penggunaan lahan dan ketinggian tempat, berada pada ketinggian 730 m dpl –
1300 m dpl.
C1K1 : 730 m dpl
C1K2 :759 m dpl
C1K3 :825 m dpl
C1K4 : 1030 m dpl
C1K5 : 1125 m dpl
C1K6 : 1198 m dpl
C2K7 : 1304 m dpl
C2K8 : 1300 m dpl
17
Ket. C : Crop (C1 : Sengon, C2 : Wartel)
K : Ketinggian
D. Variabel Pengamatan
Variabel-variabel pengamatan dengan menggunakan metode USLE disajikan dalam
tabel 6.
Tabel 7. Variabel Pengamatan
No.
1
2
3
4
Variable
Lapang
Iklim
a. Data curah hujan bulanan
(cm/bulan) selama kurun waktu
10 tahun terakhir
Tanah
a. Tekstur tanah
b. Struktur tanah
c. Permeabilitas tanah
d. Bahan organik tanah
Topografi
a. Panjang lereng
b. Kemiringan lereng
Pengelolaan
a. Vegetasi
b. Pengelolaan tanah
Primer
Sekunder
Laboratorium
V
V
V
V
V
V
V
V
V
E. Tata Laksana Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan melalui beberapa tahap yakni:
1. Tahap awal
a. Studi pustaka yang berkaitan dengan penelitian
b. Pengumpulan data-data sekunder
c. Peta administrasi sebagai acuan batas wilayah daerah yang diteliti
2. Tahap kerja lapang
a. Survei lapang dan penentuan lokasi pengambilan sampel
b. Pengamatan dan pengukuran variabel sampel
c. Pengambilan sampel tanah untuk analisis secara kuantitatif di laboratorium
3. Tahap akhir
a. Analisis tanah secara kuantitatif di laboratorium sesuai dengan parameter erosi
b. Analisis data iklim
c. Analisis berdasarkan tingkat erosi
18
F. Analisis Data
1. Prediksi erosi tanah menggunakan persamaan USLE:
A= RxKxLxSxCxP
Dimana: A = besarnya erosi (ton/ha/thn)
R = faktor erosivitas hujan
K = faktor erodibilitas tanah
LS = faktor topografi yaitu panjang (L) dan kemiringan lereng (S)
C = faktor pengelolaan tanaman
P = faktor tindakan konservasi tanah
(Hardiyatmo, 2006).
2. Tingkat bahaya erosi (TBE)
Untuk menentukan tingkat bahaya erosi, Departemen Kehutanan (1986)
menggunakan pendekatan tebal solum tanah yang telah ada dan besarnya erosi sebagai
dasar. Makin dangkal solum tanah berarti semakin sedikit tanah yang boleh tererosi,
sehingga tingkat bahaya erosi sudah cukup besar meskipun tanah yang hilang belum
terlalu besar.
Tabel 8. Tingkat Bahaya Erosi Berdasarkan Tebal Solum Tanah dan Besarnya Bahaya Erosi
( jumlah erosi maksimum A)
Tebal solum (cm)
Erosi Maksimum (ton/ha/tahun)
< 15 15 - 60 60 - 180 180 – 480
> 480
> 90
SR
S
S
B
SB
60 – 90
R
B
B
SB
SB
30 – 60
S
SB
SB
SB
SB
< 30
B
SB
SB
SB
SB
SR : sangat rendah
S : sedang
SB : sangat berat
R
: rendah
B : berat
Departemen Kehutanan (1986).
Download