STUDI MENGENAI SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN SEKOLAH DI PONDOK PESANTREN TERHADAP PENGUATAN MANAJEMEN KEUANGAN Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendididkan Oleh UMMU SALAMAH NIM. 108018200001 PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434.H/2013.M LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul Studi Mengenai Sistem Pengelolaan Keuangan Sekolah di Pondok Pesantren Terhadap Penguatan Manajemen Keuangan disusun oleh Ummu Salamah dengan nomor induk mahasiswa 108018200001 telah diujikan pada tanggal 11 April 2013 dan telah diterima dan disahkan oleh Dewan Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan (S.Pd) pada jurusan Kependidikan Islam Program Studi Manajemen Pendidikan. Jakarta, April 2013 Panitia Ujian Munaqasah Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Prodi) Drs. Rusydi Zakaria, M.Ed. M.Phil NIP. 19560503 198503 1 002 Sekertaris (Sekertaris Jurusan) Drs. H. Mu’arif SAM, M.Pd NIP. 19650717 199403 1 005 Penguji I Dr. Fathi Ismail NIP.19481012 187803 1 003 Penguji II Dr. H. Marzuki Mahmud, M.Ag NIP. 19560504 1981031 1 003 Tanggal Tanda Tangan LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI STUDI MENGENAI SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN SEKOLAH DI PONDOK PESANTREN TERHADAP PENGUATAN MANAJEMEN KEUANGAN Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Sebagai Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S,Pd) Oleh : Ummu Salamah NIM.108018200001 Dibawah Bimbingan : Yusar Sagara, SE. Ak. M.Si PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434.H./2013.M UJI REFERENSI Seluruh referensi yang digunakan dalam penulisan skripsi yang berjudul Studi Mengenai Sistem Pengelolaan Keuangan Sekolah di Pondok Pesantren Terhadap Penguatan Manajemen Keuangan yang disusun oleh Ummu Salamah dengan NIM. 108018200001 Jurusan Kependidikan Islam Program Studi Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, telah di uji kebenarannya oleh dosen pembimbing pada tanggal 27 Maret 2013 Jakarta, 27 Maret 2013 Dosen Pembimbing Skripsi Yusar Sagara, SE. Ak. M.Si PERNYATAAN KARYA SENDIRI Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : UMMU SALAMAH NIM : 108018200001 Jurusan : Kependidikan Islam Program Studi : Manajemen Pendidikan Judul Skripsi : Studi Mengenai Sistem Pengelolaan Keuangan Sekolah di Pondok Pesantren Terhadap Penguatan Manajemen Keuangan Dosen Pembimbing : Yusar Sagara, SE. Ak. M.Si Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis. Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah. Jakarta, Februari 2013 Mahasiswa Ybs, Ummu Salamah NIM.108018200001 ABSTRAK Studi Mengenai Sistem Pengelolaan Keuangan Sekolah di Pondok Pesantren Al-Kholidin Terhadap Penguatan Manajemen Keuangan Kata Kunci : Manajemen Keuangan Pesantren, Perencanaan dan penganggaran, pelaksanaan dan pertanggungjawaban, akuntansi dan pelaporan, pengawasan keuangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perencanaan dan penganggaran, pelaksanaan dan pertanggungjawaban, sistem akuntansi dan pelaporan, sistem dan prosedur pengawasan keuangan di Pondok Pesantren Al-Kholidin. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan September 2012-Januari 2013 di Pondok Pesantren Al-Kholidin. Penelitian ini merupakan penelitian dengan studi kasus yang dilakukan dengan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui secara mendalam pelaksanaan pengelolaan keuangan pesantren. Proses perencanaan keuangan di Pondok Pesantren Al-Kholidin dilakukan oleh kepala sekolah masing-masing berikut jajarannya, walaupun pada prosesnya diikuti, diawasi dan disahkan oleh Kiayi Pondok Pesantren Al-Kholidin. Dalam pelaksanaan manajemen keuangan Kiayi Pondok Pesantren Al-Kholidin merupakan otorisator penuh terhadap pengeluaran keuangan. Pelaporan keuangan Pondok Pesantren Al-Kholidin dilakukan setiap bulan, semester, dan tahunan. Peloporan keuangan ini dilakukan oelh koordinator keuangan setiap unit (SMP, SMA, Diniyah) kepada bendahara, dari bendahara dilaporkan lagy kepada Kiayi Pondok Pesantren Al-Kholidin yang sudah ditanda tangani oleh kepala sekolah masing-masing unit. Dalam pelaksanaan pengawasan keuangan Pondok Pesantren Al-Kholidin tidak melalui kepala sekolah SMP/SMA/Diniyah Al-Kholidin karena proses keuangan langsung terpusat pada kiayi. (UMMU SALAMAH KI-MP) i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahin Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang menciptakan bumi dan seisinya. Serta telah memberikan rahmat dan karunia-NYA serta hidayahNYA kepada kita sehingga kita masih dapat menghirup udara yang menjadi sumber kehidupan. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita semua jalan kebenaran. Alhamdulillahirabbil ‘alamin mungkin hanya itu kata yang pantas saya ucapkan atas selesainya skripsi ini dengan penuh semangat dan tanggung jawab. Walaupun terdapat beberapa kendala yang saya hadapi, tetapi tidak menjadikan itu sebagai sebuah masalah besar dalam pembuatan skripsi ini dengan kemudahan yang diberikan Allah SWT tentunya. Dengan semangat yang besar serta dorongan dari berbagai pihak, akhirnya saya dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Studi Mengenai Sistem Pengelolaan Keuangan Sekolah di Pondok Pesantren Al-Kholidin Terhadap Penguatan Manajemen Keuangan. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi persyaratan dalam mencapai gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Kependidikan Islam Program Studi Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa keberhasilan yang diperoleh bukanlah semata-mata hasil usaha penulis sendiri, melainkan berkat dukungan, bantuan dorongan, semangat, dan bimbingan yang tidak ternilai harganya dari pihak-pihak lain. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. H. Rif’at Syauqi Nawawi, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Drs. Rusydy Zakaria, M.Pd, Ketua Jurusan Kependidikan Islam. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. ii 3. Drs. Mu’arif SAM, M.Pd, Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah. 4. Yusar Sagara, SE. Ak. M.Si Dosen pembimbing penulis yang selalu membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan dalam memberikan arahan-arahan untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini. 5. Seluruh Dosen Jurusan Kependidikan Islam yang telah memberikan ilmunya kepada penulis, dari awal perkuliahan hingga akhirnya skripsi ini selesai. Para pegawai bidang akademika dan kemahasiswaan, bagian keuangan, bagian umum, serta seluruh civitas akademika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. 6. Pimpinan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan andil besar dalam menyediakan bahan pustaka guna terselesaikannya penulisan skripsi ini. 7. Kedua orangtuaku tercinta, Abi (KH. Muhammad Zakwan ) dan Umi (Hj. Mahmudah Istichori ). Terima kasih untuk cinta, kasih sayang, perhatian dan segala yang sudah diberikan baik dari segi moril maupun materil, terima kasih sekali dengan kesabaran dan do’amu akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan juga. Do’akan selalu anakmu semogaaa kelak bisa membalas segala perjuangan dan pengorbanan kalian selama ini. My love for you will never run out. 8. Suamiku tersayang H. Ahmad Habibi yang telah memberikan bantuan, saran, dukungan dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini. You Are My Everything. 9. Adik-adikku tersayang (Amatullah Zakwan, Zubaidah, Abdul Halim, Abdul Hamid) akhirnya kakakmu ini jadi sarjana juga. Terima kasih selalu memberikan support penulis dalam mengerjakan skripsi ini 10. Anak Recok (Farah, Ragil, Pipit, Chimoet) ini empat tahun terdahsyat bersama kalian. Terima kasih untuk empat tahun terakhir ini untuk selalu mensupport penulis 11. Sahabat-sahabat seperjuangan kelas A KI-MP 2008 yang menjadi partner selama proses perkuliahan iii Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, setiap saran dan kritik konstruktif selalu disambut dengan tangan terbuka. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat. Wassalamu’alaikum Wr.Wb. Jakarta, Januari 2013 Penulis iv DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK……………………………………………………………………… I KATA PENGANTAR…………………………………………………………. ii DAFTAR ISI………………………………………………………………….... v DAFTAR TABEL…………………………………………………………....... viii DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………… ix BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah…………………………………………..... 1 B. Identifikasi Masalah..……………………………………………….. 6 C. Pembatasan Masalah.................……………………………………. 7 D. Perumusan Masalah…………………………….............................. 7 E. Tujuan Penelitian…...…………………………............................... 7 F. Kegunaan Penelitian………………………………………………... 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Sistem 1. Definisi Sistem……………………………………………….... 9 2. Karesteristik Sistem………………………………………….… 10 3. Klarifikasi Sistem……………………………………………… 11 B. Manajemen Keuangan 1. Aktivitas Pembiayaan………………………………………….. 14 2. Aktivitas Investasi………………………….............................. 15 3. Aktivitas Bisnis…………………………….............................. 15 4. Tanggung Jawab Manajer Keuangan…………………………... 16 5. Pihak-pihak Yang Memerlukan Laporan Keuangan…………… 17 C. Konsep Manajemen Keuangan Sekolah v 1. Pengertian Manajemen Keuangan……………………………... 18 2. Tujuan Manajemen Keuangan Sekolah………………………... 18 3. Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan…………………………. 19 D. Manajemen Keuangan Pesantren 1. Prinsip-prinsip pengelolaan Keuangan Pondok Pesantren……... 21 2. Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Pondok Pesantren (RAPBPP)……………………………………………………… 22 3. Pertanggungjwaban Keuangan Pondok Pesantren……………………………………………………….. 24 E. Kerangka Berfikir…………………………………………………... 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian………………………………………. 33 B. Pendekatan dan Metode Penelitian…………………………………. 34 C. Teknik Pengumpulan Data…………………………………………. 34 D. Instrumen Penelitian………………………………………………... 35 E. Teknik Analisis Data……………………………………………….. 35 BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran umum Pondok Pesantren Al-Kholidin 1. Sejarah Singkat Pondok Pesantren Al-Kholidin……………..... 36 2. Visi dan Misi Pondok Pesantren Al-Kholidin….......................... 37 3. Susunan Pengurus Pondok Pesantren Al-Kholidin……………... 38 4. Keadaan Sarana Prasarana Pondok Pesantren Al-Kholidin…… 41 5. Keadaan Tenaga Pengajar dan Karyawan Pondok Pesantren AlKholidin………………………………………………………….. 43 6. Keadaan Santri Pondok Pesantren Al-Kholidin………………... 44 7. Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Al-Kholidin…………….... 45 vi B. Pembahasan Hasil Temuan 1. Perencanaan dan Penganggaran Keuangan di Pondok Pesantren Al-Kholidin……………………………………………………… 2. Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Keuangan di Pondok Pesantren Al-Kholidin…………………………………………... 3. Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan di Pondok Pesantren Al-Kholidin……………………………………………………… 4. Sistem dan Prosedur Pengawasan Keuangan di Pondok Pesantren Al-Kholidin…………………………………………... 46 51 53 54 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan…………………………………………………………. 57 B. Saran…...……………………………………………………………. 58 DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..... 60 LAMPIRAN………………………………………………………………….... 63 vii DAFTAR TABEL Tabel 3.1 : Jadwal Kegiatan Penelitian……………………………………... 33 Tabel 4.1 : Rekapitulasi Data Ruang Belajar………………….................... 41 Tabel 4.2 : Rekapitulasi Data Ruang Kantor……………………………….. 42 Tabel 4.3 : Rekapitulasi Data Ruang Penunjang…………………………… 42 Tabel 4.4 : Rekapitulasi Data Guru dan Pegawai Administrasi…………….. 43 Tabel 4.5 : Rekapitulasi Data Siswa………………………………………... 44 Tabel 4.6 : Rekapitulasi Pendapatan Pondok Pesantren Al-Kholidin………. 50 Tabel 4.7 : Salah Satu Pelaporan Keuangan Pondok Pesantren AlKholidin…………………………………………………………. 52 viii DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 : Pihak yang memerlukan laporan keuangan…………………… 17 Gambar 2.2 : Kerangka berfikir……………………………………………… 32 Gambar 4.1 : Struktur Organisasi Pondok Pesantren Al-Kholidin………….. 40 Gambar 4.2 : Sistem Pelaporan Keuangan Pondok Pesantren AlKholidin……………………………………………………… 54 ix 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pesantren adalah suatu bentuk lingkungan “masyarakat” yang unik dan memiliki tata nilai kehidupan yang positif.1 Pada umumnya, Pesantren terpisah dari kehidupan sekitarnya. Komplek pesantren minimal terdiri atas rumah kediaman pengasuh (Kiayi), masjid atau mushola, dan asrama santri. Tidak ada model atau patokan tertentu dalam pembangunan fisik Pesantren. Sehingga, penambahan bangunan demi bangunan dalam lingkungan Pesantren hanya mengambil bentuk improvisasi sekenanya belaka. Pondok Pesantren merupakan sebuah lembaga pendidikan tertua di Indonesia. Pendidikan ini pada awalnya merupakan pendidikan agama Islam yang dimulai sejak munculnya masyarakat Islam pada abad ke-13. Beberapa abad kemudian, muncul tempat pengajian yang merupakan tempat warga atau masyarakat yang ingin mengkaji agama Islam. Kemudian, dengan disediakannya tempat menginap bagi masyarakat yang ingin mengkaji agama Islam, maka, tempat pengajian tersebut disebut sebagai Pesantren. 1 Wahjoetomo, Perguruan Tinggi Pesantren (Jakarta : Gema Insani Press, 1997) h.65 1 2 Meskipun pada waktu itu pesantren masih dalam bentuk sederhana, tetapi pesantren merupakan lembaga pendidikan yang begengsi karena pesantren satusatunya lembaga pendidikan yang terstruktur. Menurut Manfred Ziemek, kata pondok berasal dari funduq (Arab) yang berarti ruang tidur atau wisma sederhana, karena pondok memang merupakan tempat penampungan sederhana bagi para pelajar yang jauh dari tempat asalnya. Sedangkan kata pesantren berasal dari kata santri yang diimbuhi awalan pe- dan akhiran –an yang berarti menunjukan tempat, maka arti nya adalah „tempat para santri‟.2 Pesantren merupakan Pendidikan Keagamaan dan merupakan bagian dari Sistem Pendidikan Nasional yang tertulis dalam pasal 30 ayat 4: “ Pendidikan keagamaan berbentuk pendidikan diniyah, pesantren, pasraman, pahbaja samanera, dan bentuk lain yang sejenis”.3 Pesantren adalah model lembaga pendidikan Islam pertama yang mendukung kelangsungan sistem pendidikan nasional. Secara historis, pesantren tidak saja mengandung makna keislman, tetapi juga keaslian Indonesia. Seperti dikatakan A. Malik Fadjar (1998:21), pesantren merupkan lembaga pendidikan Islam yang memiliki watak indigenous (pribumi) yang ada sejak kekuasaan Hindu-Budha dan menemukan formulasinya yang jelas ketika Islam berusaha mengadaptasikan (mengislamkan)-nya.4 Tujuan pendidikan pesantren adalah menciptakan dan mengembangkan kepribadian Muslim, yaitu kepribadian yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan, berakhlak mulia, bermanfaat bagi masyarakat atau berkhidmat kepada masyarakat dengan jalan menjadi kawula atau abdi masyarakat tetapi rasul, yaitu menjadi pelayan masyarakat sebagaimana kepribadian Nabi Muhammad (mengikuti sunnah Nabi), mampu berdiri sendiri, bebas dan teguh dalam kepribadian, menyebarkan agama atau menegakkan Islam dan kejayaan umat di tengah-tengah 2 Wahjoetomo, Perguruan Tinggi Pesantren (Jakarta : Gema Insani Press, 1997) h.70 Anggota IKAPI, Undang-Undang SISDIKNAS (Fokus Media, 2009) h. 16 4 Tolkhah, Imam. Dan Barizi, Ahmad. Membuka Jendela Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo, 2004) h.49 3 3 masyarakat („Izz al- Islam wa al-Muslimin) dan mencintai ilmu dalam rangka mengembangkan kepribadian manusia.5 Bentuk pesantren yang tersebar luas di Indonesia dewasa ini mengandung unsur-unsur berikut sebagai cirinya: Kiyai sebagai pendiri, pelaksana dan guru, pelajar (santri) yang secara pribadi langsung diajar berdasarkan naskah-naskah Arab klasik tentang pengajaran, faham dan akidah ke Islaman. Di sini Kiyai dan santri tinggal bersama-sama untuk masa yang lama, membentuk suatu komunitas pengajar dan belajar, yaitu pesantren bersifat asrama (tempat pendidikan dengan pemondokan dan makan).6 Meskipun setiap pesantren mempunyai ciri-ciri dan penamaan tersendiri, hal itu tidaklah berarti bahwa lembaga-lembaga pesantren tersebut benar-benar berbeda satu sama lain, sebab antara yang satu dengan yang lain masih saling kaitmengait. Sistem yang digunakan pada suatu pesantren juga diterapkan di pesantren lain, dan sebaliknya. Karena itu, sebenarnya sangat amat sulit untuk menentukan dan menggolongkan lembaga-lembaga pesantren ke dalam tipologi tertentu, misalnya : pesantren salaf dan khalaf atau pesantren tradisional dan modern. Menurut Zamakhsyari Dhofier dalam buku perguruan tinggi pesantren, pesantren salaf adalah lembaga pesantren yang mempertahankan pengajaran kitab-kitab islam klasik (salaf) sebagai inti pendidikan.7 Sedangkan pesantren khalaf adalah lembaga pesantren yang memasukkan pelajaran umum dalam kurikulum madrasah yang di kembangkan, atau pesantren yang menyelenggarakan tipe sekolah-sekolah umum seperti SMP, SMU, dan bahkan perguruan tinggi dalam lingkungannya.8 Memasuki era modern ini, pondok pesantren diharapkan menjadi agen perubahan dan pembangunan masyarakat dengan tidak hanya memainkan fungsi- 5 Prof. Dr. Mujamil Qomar, Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Industri (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2007) h. 4 6 Manfred Ziemek, Pesantren Dalam Perubahan Sosial (Jakarta: Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M), 1986; reprint, Frankfurt, Jerman Barat: Disertasi Doktors de Philosophie pada Johan Wolfgang Goethe Universitat, 1983) h. 100-101 7 Wahjoetomo, Perguruan Tinggi Pesantren (Jakarta : Gema Insani Press, 1997) h.83 8 Wahjoetomo, Perguruan Tinggi Pesantren (Jakarta : Gema Insani Press, 1997) h.87 4 fungsi tradisionalnya yakni: pertama, transmissi dan transfer ilmu-ilmu Islam; kedua, pemeliharaan tradisi Islam; dan ketiga, reproduksi ulama. Menurut Prof. Dr. Azyumardi Azra, selain memainkan ketiga fungsi tradisional tadi, pesantren juga dijadikan sebagai pusat penyuluhan kesehatan; pusat pengembangan teknologi tepat guna bagi masyarakat pedesaan; pusat usaha-usaha penyelamatan dan pelestarian lingkungan hidup; dan lebih penting lagi menjadi pusat pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitarnya. Dalam penyelenggaraan Pondok Pesantren, ada beberapa faktor yang berperan dalam sistem penyelenggaraan Pondok Pesantren yaitu, manajemen sebagai faktor upaya, organisasi sebagai faktor Sarana, dan administrasi sebagai faktor karsa. Ketiga faktor ini memberi arah dan perpaduan dalam merumuskan, mengendalikan penyelenggaraan, mengawasi serta menilai pelaksanaan kebijakan-kebijakan dalam usaha menyelenggarakan kegiatan pendidikan yang sesuai dengan tujuan Pondok Pesantren masing-masing. Menerapkan sistem manajemen di Pesantren bukanlah hal yang mudah. Walaupun sebagian besar orang memandang bahwa Pesantren adalah sebuah lembaga yang kuno, namun ketika coba dikelola menjadi sebuah lembaga yang profesional, ada tantangan tersendiri untuk mewujudkan pesantren yang profesional. Selama ini, banyak pihak yang menengarai bahwa salah satu kelemahan lembaga pendidikan Islam, termasuk pesantren adalah bidang manajemen. Manajemen pesantren pada umumnya bersifat tertutup, terpusat dan kekeluargaan. Lebih-lebih jika menyangkut persoalan keuangan, hanya kiyai dan keluarganyalah yang boleh mengetahuinya. Hal ini mengesankan bahwa pesantren laksana tembok berlin yang sulit ditembus oleh siapapun. Salah satu bagian terpenting dalam manajemen pesantren adalah pengelolaan keuangan. Dalam suatu lembaga, termasuk pesantren, pengelolaan keuangan sering menimbulkan permasalahan yang serius bila pengelolaannya kurang baik. Di pesantren, pengelolaan keuangan sebenarnya tidak begitu rumit, sebab pesantren merupakan lembaga swadana yang tidak memerlukan pertanggungjawaban keuangan yang terlalu pelik kepada penyandang dananya. Namun demikian, karena banyak juga dana yang bersumber dari masyarakat 5 untuk mendanai pesantren, walaupun jumlahnya relatif kecil hal itu perlu ada laporan atau penjelasan sederhana sesuai dengan prinsip-prinsip pengelolaan keuangan publik kepada masyarakat agar kredibilitas pesantren dimata masyarakat cukup tinggi, disinilah perlunya pengelolaan keuangan dengan baik dan transparan dibudayakan di lingkungan pesantren. Pengelolaan keuangan pesantren yang baik ini sebenarnya juga merupakan bagian dari upaya melindungi personil pengelola pesantren (kiai, ustadz/ustadzah, atau pengelola lainnya) terhadap pandangan yang kurang baik dari luar pesantren. Selama ini banyak pesantren yang tidak memisahkan antara harta kekayaan pesantren dengan individu, walaupun disadari bahwa pembiayaan pesantren justru lebih banyak bersumber dari kekayaan individu sebab sumber-sumber lain penopang pesantren kurang memadai.9 Namun, dalam rangka pengelolaan manajemen yang baik seharusnya ada pemilihan antara harta kekayaan pesantren dengan individu, agar dapat diketahui secara transparan oleh pihak-pihak lain, termasuk orang tua sendiri. Kita menyadari bahwa banyak di Pesantren masalah keuangan selalu menjadi kendala dalam melakukan aktivitas Pesantren, baik yang berkaitan dengan angaran, akutansi, penataan administrasi, alokasi serta kebutuhan pengembangan Pesantren maupun dalam proses aktivitas keseharian Pesantren. Tidak sedikit Pesantren yang memiliki sumberdaya baik manusia maupun alamnya tidak tertata dengan rapi, dan tidak sedikit pula proses pendidikan Pesantren berjalan lambat karena kesalahan dalam penataan menejemen keuangannya. Dalam lingkungan pendidikan, terutama lembaga pendidikan swasta masalah keuangan dan pembiayaan menjadi lebih banyak di atur oleh lembaga pendidikan itu sendiri, tidak terkecuali Pesantren. Walaupun sebenarnya Pesantren dari dahulu sejak awal berdirinya memang adalah lembaga yang mandiri dalam penataan manajemenya. Namun alangkah lebih baik jika Pesantren bisa mengadopsi penataan manajemen yang bisa membawa kemaslahatan umat. 9 Rahmini Hadi. Parno. Manajemen Keuangan Konsep, Teori, dan Praktiknya di sekolah dan Pondok Pesantren. (Purwokerto: STAIN Press, 2011) Hal. 145-146 6 Salah satu lembaga pendidikan pondok pesantren yang akan penulis jadikan objek penelitian pada skripsi ini adalah pondok pesantren Al-Kholidin. Penulis pun mencoba meneliti dan menjadikan objek sebagai studi dalam perencanaan dan evaluasi manajemen keuangan pesantren. Pendidikan akan dapat terlaksana dengan baik apabila tersedia dana. Mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan hingga penilaian, pendidikan membutuhkan biaya. Demikian pula berbagai komponen yang dibutuhkan untuk pelaksanaan kegiatan pondok pesantren Al-Kholidin membutuhkan biaya. Untuk membangun gedung lengkap dengan isinya, gaji guru dan karyawan, pengadaan bahan bacaan, dan lain sebagainya membutuhkan dana. Berdasarkan latar belakang di atas yang menjelasakan bahwa Pondok Pesantren harus melakukan perubahan dalam pelaksanaan perencanaan keuangan, akuntasi, pelaporan dan pertanggung jawaban, serta pengawasan dalam keuangan pesantren. Oleh karena itu, penelitian yang berjudul : Studi Mengenai Sistem Pengelolaan Keuangan Sekolah di Pondok Pesantren Al-Kholidin Terhadap Penguatan Manajemen Keuangan diharapkan mampu menjadi informasi yang berguna bagi seluruh lapisan masyarakat khususnya dalam bidang manajemen keuangan pesantren. B. Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi masalahnya sebagai berikut: 1. Belum terorganisir dan terkomunikasikan dengan baik perencanaan dan penganggaran keuangan di Pondok Pesantren. 2. Belum terdapat prosedur pelaksanaan dan pertanggungjawaban keuangan di Pondok Pesantren. 3. Belum adanya sistem akuntansi dan pelaporan keuangan di Pondok Pesantren. 4. Belum terbentuk mekanisme pengawasan keuangan di Pondok Pesantren. 7 C. Pembatasan Masalah Sesuai dengan identifikasi masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dalam penelitian ini penulis membatasi permasalahan yang akan diteliti sebagai berikut: 1. Perencanaan keuangan Pondok Pesantren difokuskan pada penyusunan RAPBPP di pondok Pesantren. 2. Pelaksanaan keuangan Pondok Pesantren difokuskan terhadap pelaksanaan dan mekanisme pertanggungjawaban kegiatan yang terdapat di dalam RAPBPP. 3. Akuntansi dan pelaporan keuangan Pondok Pesantren difokuskan kepada sistem informasi keuangan Pondok Pesantren yang bertujuan untuk menghasilkan dan melaporkan informasi yang relevan bagi berbagi pihak yang berkepentingan. 4. Pengawasan keuangan Pondok Pesantren difokuskan kepada prosedir yang terstruktur dan terorganisir dalam mengevaluasi pelaksanaan RAPBPP. D. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah yang sudah dikemukakan di atas, maka perumusan masalah yang akan difokuskan yaitu: 1. Bagaimana perencanaan keuangan di Pondok Pesantren Al-Kholidin ? 2. Bagaimana pelaksanaan keuangan di Pondok Pesantren Al-Kholidin ? 3. Bagaimana sistem akuntansi dan pelaporan keuangan di Pondok Pesantren Al-Kholidin ? 4. Bagaimana sistem dan prosedur pengawasan keuangan di Pondok Pesantren Al-Kholidin ? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui perencanaan keuangan di Pondok Pesantren Al-Kholidin 8 2. Mengetahui pelaksanaan keuangan di Pondok Pesantren Al-Kholidin 3. Mengetahui sistem akuntansi dan pelaporan keuangan di Pondok Pesantren Al-Kholidin 4. Mengetahui sistem dan prosedur pengawasan keuangan di Pondok Pesantren Al-Kholidin F. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihakpihak, antara lain : 1. Peneliti : Sebagai bahan masukan dalam menambah informasi pengetahuan mengenai perencanaan dan penganggaran, pelaksanaan dan pertanggungjawaban, sistem akuntansi dan pelaporan, sistem dan prosedur pengawasan keuangan di Pondok Pesantren Al-Kholidin. 2. Pimpinan Pondok Pesantren : Agar dapat dijadikan sebagai bahan masukan guna membantu penyusunan kebijakan terkait dengan perencanaan dan penganggaran, pelaksanaan dan pertanggungjawaban, sistem akuntansi dan pelaporan, sistem dan prosedur pengawasan keuangan di Pondok Pesantren Al-Kholidin. 3. Warga Pondok Pesantren Sebagai alat evaluasi dan peningkatan kinerja di bidang perencanaan dan penganggaran, pelaksanaan dan pertanggungjawaban, sistem akuntansi dan pelaporan, sistem dan prosedur pengawasan keuangan di Pondok Pesantren Al-Kholidin. 4. Masyarakat Sebagai alat pertanggungjawaban dan akuntabilitas pelaksanaan manajemen keuangan yang meliputi perencanaan dan penganggaran, pelaksanaan dan pertanggungjawaban, sistem akuntansi dan pelaporan, sistem dan prosedur pengawasan keuangan di Pondok Pesantren Al-Kholidin. 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Sistem 1. Definisi Sistem Apabila kita menelusuri literatur tentang teori sistem dan pendekatan sistemik, dapat kita menemukan puluhan definisi tentang pengertian sistem. Walaupun mereka menunjukan adanya perubahan tetap terlihat adanya perbedaan, etap terlihat adanya persamaan dalam wujud inti yang dimaksud dengan istilah sistem. 1 Sistem adalah suatu konglomerasi elemen-elemen atau bagian-bagian yang saling mempengaruhi (terkadang positive, terkadang secara negative) dengan tujuan mencapai atau menciptakan sasaran tertentu yang dikehendaki oleh sistem yang bersangkutan.2 Berikut beberapa pendapat para ahli tentang pengertian sistem3 : L. Ackof : Berpendapat bahwa. Sistem adalah setiap kesatuan secara konseptual atau fisik yang terdiri dari bagian-bagian dalam keadaan saling tergantung satu sama lainnya. 1 J. Winardi, Pemikiran Sistemik Dalam Bidang Organisasi dan Manajemen, (Jakarta : Rajawali Press.2005) hal.131 2 J. Winardi, Pemikiran Sistemik Dalam Bidang Organisasi dan Manajemen,,,h.135 3 J. Winardi, Pemikiran Sistemik Dalam Bidang Organisasi dan Manajemen,,,h.132-133 9 10 Ludwig Von Bartalanfy : Berpendapat bahwa. Sistem merupakan seperangkat unsur yang saling terikat dalam suatu antar relasi di antara unsur-unsur tersebut dengan lingkungan. Anatol Raporot : Berpendapat bahwa. Sistem adalah kumpulan kesatuan dan perangkat hubungan satu sama lain. 2. Karakteristik Sistem Berikut ini beberapa karakteristik atau sifat dari sistem a. Ada Komponen Komponen mutlak diperlukan karena merupakan bagian dari sistem. b. Ada Batasan Sistem Sistem yang dibangun perlu ada batasan yang jelas supaya tujuan dari sistem dapat tercapai. Bila batasan sistem tidak jelas maka tujuan yang akan dicapai tidak jelas dan tidak sesuai dengan target yang diinginkan. c. Ada Lingkungan Di Luar dan Di Dalam Sistem Lingkungan sistem sangat dibutuhkan untuk kelangsungan kinerja sistem yang dibangun, bila tidak dijaga bisa mempengaruhi sistem. d. Ada Antar Muka Antar muka diperlukan untuk menghubungkan sistem dengan sub sistem pembentuknya. e. Ada Input Data mentah yang sudah didapat perlu diinputkan kedalam penyimpanan data yang sudah disiapkan. Input data diperlukan karena bisa saja data mentah yang diperoleh masih berupa data cetakan atau tulisan tangan, sehingga perlu diinputkan melalui komputer. f. Ada Output Suatu sistem tidak bisa dikatakan selesai dibuat bila tidak ada hasil baik berupa file atau cetakan yang diharapkan. 11 g. Ada Proses Suatu sistem bisa dikatakan telah melakukan aktifitasnya bila terjadi proses yang mengubah input menjadi output yang diharapkan. h. Ada Tujuan Sistem tanpa tujuan yang pasti akan menjadi sia-sia. 3. Klasifikasi Sistem Untuk memahami konsep dasar sistem lebih jauh lagi, bahwa sistem apat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis menurut parameter pengklasifikasiannya. Parameter tersebut adalah antara lain : bentuk, penciptaan oleh manusia, kepastian dan hubungan sistem dengan lingkungan luar sebagai top-sistem.4 a. Sistem Nyata dan Sistem Abstrak Sistem Nyata bisa juga disebut sistem fisik, yaitu sistem yang terlihat wujudnya dan nyata. Contoh : sistem komputer, sistem jual beli, sistem akuntasi, sistem administrasi akademik. Sistem Abstrak, yaitu sistem yang terdiri dari ide-ide dan pemikiran yang tidak terlihat wujudnya. Contoh sistem filsafat. b. Sistem Deterministik dan Probabilistik Sistem deterministik yaitu suatu sistem yang tingkah lakunya bisa diprediksi. Contoh sistem komputer. Sistem probabilistik yaitu suatu sistem yang nantinya tidak bisa diprediksi karena hanya berupa kemungkinan. c. Sistem Alamiah dan Kecerdasan Buatan Sistem Alamiah ialah suatu system yang terjadi karena sudah diatur oleh Allah SWT. Semua peristiwa siang dan malam, perputaran bumi, terjadinya hujan dan pergantian musim, semua karena campur tangan Allah SWT. Tentang campur tangan Allah dalam fenomena bumi terdapat dalam QS. Al-Baqarah: 29 dan 164, QS. Al-A‟raaf:54. 4 Putra, Syopiansyah Jaya dan Subiyakto, A‟aang. Pengantar Sistem Informasi. (Jakarta: UIN Jakarta Press,2006) h.31 12 “Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-Baqarah :29) “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan”. ( QS. Al-Baqarah : 164) “Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) 13 matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintahNya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha suci Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. Al-A‟raaf:54) Sistem Kecerdasan Manusia adalah sistem melibatkan unsur manusia dan mesin. Sekarang banyak sekali diproduksi robot-robot yang menggantikan tugastugas yang tidak mungkin dikerjakan manusia, seperti : pengayakan uranium, reakor nuklir dan sebagainya. Pengetahuan manusia sangat terbatas sekali, hanya Allah yang Maha Tahu. d. Sistem Terbuka dan Sistem Tertutup Sistem tertutup adalah suatu sistem dimana aktivitasnya tidak terpengaruh oleh lingkungan luarnya. Contoh : reaksi kimia yang terisolasi di dalam tabung. Sedangkan sistem terbuka adalah suatu sistem yang aktifitasnya terpengaruh oleh lingkungan luar sistem ini menerima masukan dan keluaran dari sistem lain. Contoh : model sistem jaringan komputer. B. Manajemen Keuangan Manajemen keuangan merupakan salah satu bidang manajemen fungsional dalam suatu perusahaan ataupun lembaga pendidikan, yang mempelajari tentang penggunaan dana, memperoleh dana dan pembagian hasil operasi perusahaan. Pengertian manajemen keuangan mengalami perkembangan mulai dari pengertian manajemen yang hanya mengutamakan aktivitas memperoleh dana saja sampai yang mengutamakan dana serta pengelolaan terhadap aktiva.5 Manajemen keuangan dapat didefinisikan dari tugas dan tanggung jawab manajer keuangan. Meskipun tugas dan tanggung jawabnya berlainan di setiap perusahaan, tugas pokok manajemen keuangan antara lain meliputi : keputusan tentang investasi, pembiayaan kegiatan usaha dan pembagian dividen suatu perusahaan (Weston dan Copeland, 1992: 2).6 5 Rahmini Hadi. Parno. Manajemen Keuangan Konsep, Teori, dan Praktiknya di sekolah dan Pondok Pesantren. (Purwokerto: STAIN Press, 2011) h. 1 6 http://lilissolehat.files.wordpress.com/2011/02/manajemen-keuangan.pdf (online) diakses pada selasa, 7 February 2012 pada pukul 6.20 AM 14 Menurut R. Agus Sartono, “manajemen keuangan dapat diartikan sebagai manajemen dat, baik yang berkaitan dengan pengalokasian dana dalam berbagai bentuk investasi secara efektif dan efesien maupun usaha pengumpulan dana untuk pembiayaan investasi atau pembelanjaan secara efesien”.7 Sedangkan menurut C. Van Home dan M John Machowicz, “manajemen keuangan adalah segala aktivitas berhubungan dengan perolehan, pendanaan, dan pengelolaan, aktiva dengan beberapa tujuan menyeluruh”.8 1. Aktivitas Pembiayaan Aktivitas pembiayaan ialah kegiatan pemilik dan manajemen perusahaan untuk mencari sumber modal (sumber eksternal dan internal) untuk membiayai kegiatan bisnis. Aktivitas pembiayaan meliputi dua sumber, yaitu sumber eksternal dan internal.9 a. Sumber eksternal 1. Modal pemilik atau modal sendiri (owner capital atau owner equity) atau modal saham (capital stock) yang terdiri dari saham istimewa (preferred stock) dan saham biasa (common stock) 2. Hutang (debt): hutang jangka pendek (short-term debt) dan hutang jangka panjang (long-term debt); dan 3. Lain-lain, misalnya hibah. b. Sumber Internal 1. Laba ditahan (retained earning) 2. Penyusutan, amortisasi, dan deplesi (depreciation, amortingzation, and depletion); dan 3. Lain-lain, misalnya penjualan harta tetap yang tidak produktif. 7 Agus Sartono, Manajemen kuangan Teori dan Aplikasi,(Yogyakarta : FE UGM, 2001), cet ke-1, h.6 8 C. Van Home dan John M Machowicz, Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan, (1997), edisi e-9 h.2 9 Rahmini Hadi. Parno. Manajemen Keuangan Konsep, Teori, dan Praktiknya di sekolah dan Pondok Pesantren. (Purwokerto: STAIN Press, 2011) hal.3 15 Berdasarkan undang-undang Dasar 1945 dan undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan mendapat alokasi minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan Daerah (APBN dan APBD). Pembiayaan pendidikan sebesar 20% itu memang seharusnya dipenuhi dari anggaran belanja dan bukan dari anggaran pendapatan.10 2. Aktivitas Investasi Aktivitas investasi adalah kegiatan penggunaan dana berdasarkan hasil yang sebesar-besarnya dan resiko yang sekecil-kecilnya11, aktivitas itu meliputi : a. Modal kerja (working capital) atau harta lancar (current assets) b. Harta keuangan (financial assets) yang terdiri dari investasi pada saham (stock) dan obligasi (bond) c. Harta tetap (real assets) yang terdiri dari tanah, gedung, dan peralatan d. Harta tidak berwujud (intangible assets) terdiri dari hak paten, hak pengelolaan hutan, hak pengelolaan tambang dan goodwill. 3. Aktivitas Bisnis Aktivitas bisnis adalah kegiatan untuk mencari laba melalui efektifitas penjualan barang atau jasa efisiensi dari biaya yang akan menghasilkan laba.12 Aktivitas itu dapat dilihat dari laporan laba-rugi yang terdiri dari unsur : a. Pendapatan b. Beban c. Laba-rugi 10 Bastian, Indra. Akuntansi Pendidikan. (Jakarta: Erlangga, 2006) hal. 162 Rahmini Hadi. Parno. Manajemen Keuangan Konsep, Teori, dan Praktiknya di sekolah dan Pondok Pesantren. (Purwokerto: STAIN Press, 2011) hal.3 12 Rahmini Hadi. Parno. Manajemen Keuangan Konsep, Teori, dan Praktiknya di sekolah dan Pondok Pesantren. (Purwokerto: STAIN Press, 2011) hal.4 11 16 4. Tanggung Jawab Manager keuangan Aktivitas perusahaan ditinjau dari sudut manajemen keuangan menjadi tugas manajer keuangan. Tugasnya antara lain sebagai berikut : a. Perolehan dana dengan biaya murah b. Penggunaan dana efektif dan efesien c. Analisis laporan keuangan; dan d. Analisis lingkungan internal dan eksternal yang berhubungan dengan keputusan rutin dan khusus Manajer keuangan berkepentingan dengan penentuan jumlah aktiva yang layak dari investasi pada berbagai aktiva dan pemilihan sumber-sumber dana untuk membelanjai aktiva-aktiva tersebut. Untuk membelanjai kebutuhan dana tersebut manajer keuangan dapat memenuhinya dari sumber yang berasal dari luar perusahaan dan dapat juga yang berasal dari dalam perusahaan. 13 Sumber dari luar perusahaan berasal dari pasar modal, yaitu pertemuan antara pihak membutuhkan dana dan pihak yang dapat menyediakan dana. Dana yang berasal dari pasar modal ini dapat berbentuk hutang (obligasi) atau modal sendiri (saham). Sumber dari dalam perusahaan berasal dari penyisihan laba perusahaan (laba ditahan), cadangan, maupun depresiasi. Setelah dana diperoleh, dana tersebut harus digunakan untuk membelanjai operasi perussahaan. Penggunaan dana untuk operasi perusahaan dapat digunakan untuk keperluan yang bermacam-macam. Apabila dipandang dari dimensi waktunya, mak dana tersebut dapat digunakan untuk modal kerja (jangka pendek) dan investasi modal (jangka panjang). Setelah dana tersebut dipergunakan, maka diharapkan perusahaan dapat memperoleh keuntungan dari penggunaan dana tersebut. Apabila perusahaan memperoleh keuntungan maka harus diputuskan apakah keuntungan ini akan dibagikan kepada pemilik modal ataukah diinvestasikan kembali ke dalam perusahaan. Berdasarkan tugas tersebut, manajemen keuangan memiliki tujuan, yaitu: a. Memaksimalkan nilai perusahaan; dan 13 Rahmini Hadi. Parno. Manajemen Keuangan Konsep, Teori, dan Praktiknya di sekolah dan Pondok Pesantren. (Purwokerto: STAIN Press, 2011) hal.4-5 17 b. Membina relasi dengan pasar modal dan pasar uang. 5. Pihak-pihak yang memerlukan laporan keuangan Dalam dunia bisnis, ada beberapa pihak yang memerlukan laporan keuangan, yaitu pihak internal perusahaan dan pihak eksternal perusahaan. Pihak internal perusahaan adalah para manajer pada semua tingkat. Laporan keuangan itu dijadikan alat untuk mengambil keputusan rutin dan keputusan khusus. Keputusan rutin meliputi keputusan-keputusan yang berhubungan dengan kegiatan operasi dan keputusan khusus meliputi keputusan-keputusan yang berhubungan dengan investasi jangka panjang. Misalnya mendirikan pabrik baru, memproduksi pabrik baru, mendirikan anak perusahaan, riset pemasaran, dan sebagainya. Pihak eksternal yang membutuhkan laporan keuangan antara lain pemegang saham, kantor pajak, pasar modal, lembaga keuangan, serikat buruh, dan sebagainya. Mereka mempunyai kepentingan yang berbeda-beda dalam menggunakan informasi laporan keuangan. Pemegang saham untuk menilai investasi, kantor pajak untuk menentukan besarnya pajak penghasilan, pasar modal untuk memperkirakan harga saham, serikat buruh untuk memperkirakan bonus yang akan diterimanya. Pihak-pihak yang memerlukan laporan keuangan disajikan dalam gambar berikut ini. Gambar 2.1 pihak yang memerlukan laporan keuangan Laporan keuangan : 1Neraca 2Laba-rugi 3Arus kas Pihak luar : 1Pemegang saham 2Direktorat pajak 3Lembaga keuangan 4Serikat buruh Pihak dalam : 1Laba jangk pendek 2Investasi jangka panjang 3Kebijakan harga 4Bauran produk 18 C. Konsep Manajemen Keuangan Sekolah 1. Pengertian Manajemen keuangan Setiap kegiatan perlu diatur agar kegiatan berjalan tertib, lancar, efektif dan efesien. Kegiatan di sekolah yang sangat kompleks membutuhkan pengaturan yang baik. Keuangan di sekolah perlu di atur sebaik-baiknya, karena setiap kegiatan yang ada di sekolah membutuhkan uang. Untuk itu perlu manajemen keuangan yang baik. Sebagaimana yang terjadi di substansi manajemen pendidikan pada umumnya, kegiatan manajemen keuangan dilakukan melalui proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, pengawasan, atau pengendalian. Beberapa kegiatan manajemen keuangan yaitu memperoleh dan menetapkan sumber-sumber pendanaan, pemanfaatan dana (Lipham, 1985; keith, 1991), pelaporan, pemeriksaan dan pertanggungjawaban. Manajemen keuangan sekolah mempuanyai rangkaian aktivitas yang terdiri dari perencanaan program sekolah, perkiraan anggaran, dan pendapatan yang diperlukan dalam pelaksanaan program, pengesahan, dan penggunaan anggaran sekolah. Pengertian manajemen keuangan menurut peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah dalam Depdiknas Ditjen Dikdasmen (2000) adalah tindakan pengurusan atau ketatausahaan keuangan yang meliputi pencatatan, perencanaan, pelaksanaan pertanggungjawaban, dan pelaporan. Dengan demikian, manajemen keuangan sekolah merupakan rangkaian aktivitas mengatur keuangan sekolah mulai dari perencanaan, pembukuan, pembelanjaan, pengawasan dan pertanggungjawaban keuangan sekolah. 2. Tujuan Manajemen Keuangan Sekolah Dengan adanya kegiatan manajemen keuangan sekolah, maka kebutuhan pendanaan kegiatan sekolah dapat direncanaakan, diupayakan pengadaannya, dibukukan secara transparan, dan digunakan untuk membiayai pelaksanaan program sekolah secara efektif dan efesien. Tujuan manajemen keuangan adalah : 19 1. Meningkatkan efektifitas dan efesiensi penggunaan keuangan sekolah 2. Meningkatkan akuntabilitas dan transparansi keuangan sekolah; dan 3. Meminimalkan penyalahgunaan anggaran sekolah. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dibutuhkan kreativitas kepala sekoalah dalam menggali sumber-sumber dana, menempatkan bendaharawan yang menguasai dalam pembukuan dan pertanggungjawaban keuangan serta memanfaatkannya secara benar sesuai peraturan perundangan yang berlaku. 3. Prinsip-prinsip manajemen keuangan Manajemen keuangan sekolah perlu memperhatikan sejumlah prinsip. Undang-undang No. 20 Tahun 2003, pasal 48 menyatakan bahwa pengelolaan dana pendidikan berdasarkan prinsip keadilan, efesiensi, transparansi, dan akuntabilitas publik. Di samping itu prinsip efektivitas juga perlu mendapat penekanan. Berikut ini dibahas masing-masing prinsip tersebut, yaitu transparansi, akuntabilitas, efektivitas, dan efisiensi. a. Transparasi Transparan berarti adanya keterbukaan. Transparan dalam bidang manajemen berarti adanya keterbukaan dalam mengelola semua kegiatan. Di lembaga pendidikan, bidang manajemen keuangan yang transparan berarti adanya keterbukaan dalam manajemen keuangan lembaga pendidikan, yaitu keterbukaan sumber keuangan dan jumlahnya, rincian penggunaan, dan pertanggungjawabnnya harus jelas sehingga bisa memudahkan pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengetahuinya. Transparansi keuangan sangat diperlukan dalam rangka meningkatkan dukungan orangtua, masyarakat penyelenggaraan seluruh program pendidikan dan pemerintah dalam di sekolah. Di samping itu tranparansi dapat menciptakan kepercayaan timbale balik antara pemerintah, masyarakat, orang tua siswa, dan warga sekolah melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan di dalam memperoleh informasi yang akurat dan memadai. Beberapa informan keuangan yang bebas diketahui oleh semua warga sekolah dan orang tua siswa misalnya rencana anggaran pendapatan dan belanja 20 sekolah (RAPBS) yang bisa ditempel di papan pengumuman di ruang guru atau di depan ruang tata usaha sehingga bagi siapa saja yang membutuhkan informasi itu dapat dengan mudah mendapatkannya. Orangtua siswa bisa mengetahui berapa jumlah uang yang diterima sekolah dari orangtua siswa dan digunakan untuk apa saja uang itu. Perolehan informasi ini menambah kepercayaan orangtua siswa terhadap sekolah. b. Akuntabilitas Akuntabilitas adalah kondisi seseorang yang dinilai oleh orang lain karena kualitas performansinya dalam menyelesaikan tugas untuk mencapai tujuan yang menjadi tanggung jawabnya. Akuntabilitas di dalam manajemen keuangan berarti penggunaan uang sekolah dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan. Berdasarkan perencanaan yang telah ditetapkan dan peraturan yang berlaku maka pihak sekolah akan membelanjakan uang secara bertanggung jawab. Pertanggungjawaban dapat dilakukan kepada orangtua, masyarakat, dan pemerintah. Tiga pilar utama yang menjadi prasyarat terbangunnya akuntabilitas, yaitu : (1) adanya transparasi para penyelenggara sekolah dengan menerima masukan dan mengikutsertakan berbagai komponen dalam mengelola sekolah; (2) adanya standar kinerja di setiap institusi yang dapat diukur dalam melaksanakan tugas, fungsi, dan wewenangnya; dan (3) adanya partisipasi untuk saling menciptakan suasana kondusif dalam menciptakan pelayanan masyarakat dengan prosedur yang mudah, biaya yang murah dan pelayanan yang cepat. c. Efektivitas Efektif seringkali diartikan sebagai pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Garner (2004) mendefinisikan efektivitas lebih dalam lagi, karena sebenarnya efektivitas tidak berhenti sampai tujuan tercapai tetapi sampai pada kualitatif hasil yang dikaitkan dengan pencapaian visi lembaga. Masih menurut Garner (2004), “Effectiveness is characterized by qualitative outcomes” (efektivitas lebih menekankan pada outcomes kualitaitf). Manajemen keuangan dikatakan memenuhi prinsip efektivitas kalau kegiatan yang dilakukan dapat mengatur keuangan untuk membiayai aktivitas 21 dalam rangka mencapai tujuan lembaga yang bersangkutan dan kualitatif outcome-nya sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. d. Efisiensi Efesiensi berkaitan dengan kualitas hasil suatu kegiatan. Pakar ekonomi Garner (2004) berpendapat, “Effeciency characterized by quantitative outputs”. Efesiensi adalah perbandingan yang terbaik antara masukan (input) dan keluaran (output) atau antara daya dan hasil. Daya yang dimaksud meliputi tenaga, pikiran, waktu, dan biaya. Perbandingan tersebut dapat dilihat dari dua hal, yakni : 1. Dilihat dari segi penggunaan waktu, tenaga dan biaya. Kegiatan dapat dikatakan efisien kalau penggunaan waktu, tenaga dan biaya yang sekecil-kecilnya dapat mencapai hasil yang ditetapkan. 2. Dilihat dari segi hasil Kegiatan dapat dikatakan efisien kalau dengan penggunaan waktu, tenaga dan biaya tertentu memberikan hasil sebanyak-banyaknya baik kuantitas maupun kualitasnya. Tingkat efisiensi dan efektivitas yang tinggi memungkinkan terselenggaranya pelayanan terhadap masyarakat secara memuaskan dengan menggunakan sumber daya yang tersecia secara optimal dan bertanggung jawab. D. Manajemen Keuangan Pesantren 1. Prinsip-prinsip pengelolaan Keuangan Pendidikan Pondok Pesantren Penggunaan anggaran dan kuangan, dari sumber manaun, apakah itu dari pemerintah ataupun dari masyarakat perlu didasarkan prinsip-prinsip umum pengelolaan keuangan sebagai berikut : 1. Hemat, tidak mewah, efesien dan sesuai dengan kebutuhan teknis yang disyaratkan 2. Terarah dan terkendali sesuai dengan rencana atau program kegiatan. 22 3. Terbuka dan transparan, dalam pengertian dari dan untuk apa keuangan lembaga tersebut perlu dicatat dan dipertanggungjawabkan serta disertai bukti penggunaannya. 2. Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Pondok Pesantren (RAPBPP) “Dan Tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan”. (QS. Al-An‟am :38) Implementasi prinsip-prinsip keuangan pada pendidikan, khususnya di lingkungan pondok pesantren, dan keserasian antara pendidikan dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat, maka untuk sumber dana sekolah dan pesantren itu tidak hanya diperoleh dari anggaran dan fasilitas dari pemerintah atau penyandang dana tetap saja, melainkan dari sumber dana dari ketiga komponen diatas. Oleh karena itu, di pesantren sebenarnya juga perlu dibentuk organisai orang tua santri yang implementasinya dilakukan dengan membentuk komite atau majelis pesantren. Komite atau majlis tersebut beranggotakan wakil wali santri, tokoh masyarakat, pengelola, wakil pemerintah dan wakil ilmuan/ ulama diluar pesantren dan dapat juga memasukkan kalangan dunia usaha dan industry. Selanjutnya pihak pesantren bersama komite atau majelis pesantren pada setiap awal tahun anggaran perlu bersama-sama merumuskan RAPBPP sebagai acuan bagi pengelola pesantren dalam melaksanakan manajemen keuangan yang baik. 23 a. Pengertian RAPBPP Anggaran adalah rencana yang diformulasikan dalam bentuk rupiah dalam jangka waktu atau periode tertentu serta alokasi sumber-sumber kepada setiap bagian kegiatan. Anggaran memiliki peran penting dalam perencanaan, pengendalian, dan evaluasi kegiatan yang dilakukan pondok pesantren. Maka, mencatat anggaran serta melaporkan realisasinya sehingga dapat dibandingkan selisih antara anggaran dengan pelaksanaan serta melakukan tindak lanjut untuk perbaikan. Ada dua bagian pokok anggaran yang harus diperhatikan dalam penyusunan RAPBB, yaitu : a. Rencana sumber atau target penerimaan/pendapatan dalam satu tahun, termasuk didalamnya keuangan, bersumber dari : a) kontribusi santri, b) sumbangan dari individu atau organisasi, c) sumbangan dari pemerintah, dan d) dari hasil usaha b. Rencana penggunaan keuangan dalam satu tahun yang bersangkutan, semua penggunaan keuangan pesantren dalam satu tahun anggaran perlu direncanakan dengan baik agar kehidupan pesantren dapat berjalan dengan baik. b. Langkah-langkah penyusunan RAPBPP Suatu hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan RAPBPP adalah harus menerapkan prinsip anggaran berimbang, artinya rencana pendapatan dan pengeluaran harus berimbang, diupayakan tidak terjadi anggaran pendapatan minus. Dengan anggaran berimbang tersebut, maka kehidupan pesantren akan menjadi solid dan kokoh dalam hal keuangan. Oleh karena itu, sentralisasi pengelolaan keuangan perlu difokuskan pada bendaharawan pesantren, dalam rangka untuk mempertanggungjawabkan keuangan. Penyusunan RAPBPP hendaknya mengikuti langkah sebagai berikut.14 a. Mengintervetarisasi rencana yang akan dilaksanakan 14 Rahmini Hadi. Parno. Manajemen Keuangan Konsep, Teori, dan Praktiknya di sekolah dan Pondok Pesantren. (Purwokerto: STAIN Press, 2011) hal.148 24 b. Menyusun rencana berdasarkan skala prioritas pelaksanaannya. c. Menentukan program kerja dan rincian program d. Menetapkan kebutuhan untuk pelaksanaan rincian program e. Menghitung dana yang dibutuhkan f. Menentukan sumber dana untuk membiayai rencana. c. Realisasi RAPBPP Dalam pelaksanaan kegiatan, jumlah yang direalisasikan bisa terjadi tidak sama dengan rencana anggarannya, bisa kurang atau lebih dari jumlah yang telah dianggarkan. Menurut Rahmini Hadi dalam bukunya yang berjudul Manajemen keuangan hal ini dapat terjadi karena beberapa sebab, yakni :15 a. Adanya efesiensi atau inefisiensi pengeluaran b. Terjadinya penghematan atau pemborosan c. Pelaksanaan kegiatan tidak sesuai dengan yang telah diprogramkan d. Adanya perubahan harga yang tidak terantisipasi ; dan e. Penyusunan anggaran yang kurang tepat. 3. Pertanggungjawaban Keuangan Pondok Pesantren “ Katakanlah: Apakah aku akan mencari Tuhan selain Allah, Padahal Dia adalah Tuhan bagi segala sesuatu. dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. kemudian kepada Tuhanmulah kamu kembali, dan akan diberitakan-Nya kepadamu apa yang kamu perselisihkan”. (QS.Al-An‟am;164) 15 Rahmini Hadi. Parno. Manajemen Keuangan Konsep, Teori, dan Praktiknya di sekolah dan Pondok Pesantren. (Purwokerto: STAIN Press, 2011) hal.149-15 25 Semua pengeluaran keuangan pondok pesantren dari sumber manapun harus dipertanggung jawabkan. Hal tersebut merupakan bentuk transparansi dalam pengelolaan keuangan. Namun demikian, prinsip transparansi dan kejujuran dalam pertanggung jawaban tersebut harus tetap dijunjung tinggi. Dalamkaitan dengan pengelolaan keuangan tersebut, yang perlu diperhatikan oleh bendaharawan adalah bahwa pada setiap akhir tahun anggaran, bendahara harus membuat laporan keuangan kepada komite atau majlis pesantren untuk dicocokan dengan RAPBPP. Laporan keuangan tersebut harus dilampiri bukti-bukti pengeluaran yang ada (kuintasi atau bukti-bukti pembelian atau bukti penerimaan) serta neraca keuangan. Selain buku neraca keuangan yang erat hubungannya dengan pengelolaan keuangan, ada juga beberapa buku lain yang penting bagi bendaharawan pondok pesantren, yaitu16 : 1. Buku kas umum 2. Buku persekit uang muka 3. Daftar potongan-potongan 4. Daftar gaji/honorium 5. Buku tabungan 6. Buku iuran/kontribusi santri (SPP/infaq); dan 7. Buku catatan lain-lain yang tidak termasuk diatas, seperti catatan pengeluaran insidentil. Buku-buku tersebut perlu diadakan, agar manajemen keuangan pondok pesantren dapat berjalan dengan baik, transparan, memudahkan dilakukan pengawasan terhadap penggunaan anggaran yang ditetapkan, serta tidak menimbulkan kecurigaan atau fitnah. Menurut Imam Syafi’I dalam artikelnya tentang manajemen keuangan pendidikan pondok pesantren dalam penyelenggaraan pondok pesantren, pembentukan pendidikan pesantren yang ideal meliputi17 : 16 Rahmini Hadi. Parno. Manajemen Keuangan Konsep, Teori, dan Praktiknya di sekolah dan Pondok Pesantren. (Purwokerto: STAIN Press, 2011) hal.150 17 Imam Syafi‟I, Manajemen Keuangan Pendidikan Pesantren, 2012, (http://tarbiyahku.wordpress.com/manajemen-keuangan-pesantren/) 26 a. Prosedur anggaran Prosedur Anggaran merupakan suatu langkah perencanaan yang fundamental, Jadi Anggaran atau budget adalah sebagai suatu rencana operasi dari suatu kegiatan atau proyek yang mengandung perincian pengeluaran biaya untuk periode tertentu dan dalam jangka waktu tertentu. Adapun fungsi pengangaran adalah proyeksi kegiatan finansial yang diperlukan guna mencapai tujuan yang akan dilaksanakan oleh suatu organisasi (perusahaan, yayasan, atau pondok Pesantren, dll). Kegiatan di atas meliputi empat fase kegiatan pokok prosedur penganggaran keuangan, sebagai berikut: 1. Perencanaan angaran, merupakan kegiatan mengidentifikasi tujuan, menentukan prioritas, menjabarkan tujuan kedalam operasional yang terukur, serta adanya analisis yang terarah dalam pencapaian tujuan, serta membuat rekomendasi alternativ untuk mencapai sasaran 2. Persiapan anggaran, yaitu adanya kesesuaian anggaran yang telah ada dengan segala bentuk kegiatan Pesantren, baik pendistribusian, progam pengajaran yang akan dicanangkan serta adanya inventarisasi kelengkapan peralatan dan bahan-bahan yang tersedia 3. pengelolaan pelaksana anggaran, prosedur yang harus di terapkan dalam pelaksana anggaran adalah, adanya pembukuan yang jelas dan teratur, pembelanjaan dan transaksi yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah ada. Perhitungan yang jelas dan terencana, pengawasan prosedur kerja sesuai dengan ketentuan yang berlaku, melakukan serta membuat laporan keuangan sebagai bentuk pertangungjawaban keuangan terhadap lembaga. 4. Menilai pelaksanaan anggaran, dari semua anggaran yang telah dibuat dan diaplikasikan ke taraf pendidikan praktis, perlu adanya evaluasi sebagai rekomendasi untuk perbaikan manajemen dan anggaran yang akan datang.18 Pesantren sebagai lembaga pendidikan berbasis masyarakat tentu bisa saja menerima sumber dana dari berbagai sumber, hal ini sejalan dengan UU 18 Mulyana , menjadi kepala sekolah professional. (Bandung : Remaja rosda karya, 2003)` hal: 199 27 Sisdiknan Pasal 55 ayat (3) yang berbunyi, Dana penyelenggaraan pendidikan berbasis masyarakat dapat bersumber dari penyelenggara, masyarakat, Pemerintah, pemerintah daerah dan/atau sumber lain yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Satu hal yang perlu diperhatikan dalam pengangaran keuangan adalah menerapkan prinsip anggaran berimbang, artinya antara pendapatan dan dan pengeluaran harus berimbang dan diupayakan tidak terjadi aggaran pendapatan minus.19 b. Prosedur Akuntansi keuangan Kata akuntansi berasal dari kata bahasa inggris to account yang berarti memperhitungkan atau mempertanggungjawabkan. Akuntansi sangat erat kaitannya dengan informasi keuangan.20 Menurut Indra Bastian dalam bukunya akuntansi pendidikan tahun 2006 definisi akuntansi dapat dirumuskan dari dua sudut pandang, yaitu definisi dari sudut pandang pemakai jasa akuntansi dan dari proses kegiatannya. Definisi dari sudut pandang pemakainya adalah suatu disiplin ilmu yang menyediakan informasi yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efesien dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan suatu organisasi. Definisi dari sudut pandang proses kegiatan adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, pelaoporan, dan penganalisisan data keuangan suatu organisasi. Sebuah organisasi tentunya membutuhkan pengelola keuangan untuk memastikan tertopangnya kegiatan operasional dari aspek pendanaan, Tidak terkecuali Pesantren. Di setiap Pesantren memerlukan dana yang cukup untuk menjalankan sejumlah program kegiatan dalam periode tertentu. Seperti halnya organisasi-organisasi umum lainnya, dana yang dimiliki Pesantren harus diatur dan dicatat sedemikian rupa agar jelas arus masuk dan keluarnya, termasuk ketepatan penggunaannya. Pencatatan dan pengelolaan dana yang baik menjadi kegiatan yang penting sebagai wujud pertanggungjawaban Pesantren. Pada 19 Rahmini Hadi. Parno. Manajemen Keuangan Konsep, Teori, dan Praktiknya di sekolah dan Pondok Pesantren. (Purwokerto: STAIN Press, 2011) hal.155 20 Bastian, Indra. Akuntansi Pendidikan. (Jakarta: Erlangga, 2006) hal. 53 28 dasarnya pelaksanaan akuntannsi keuangan hanya meliputi penerimaan atau pemasukan dan pengeluaran Dalam melakukan akutansi keuangan, Pesantren perlu menegakan prinsipprinsip keadilan, efisiensi, transparasi, dan akuntabilitas publik. Hal ini sesuai dengan UU Sisdiknas pasal 48. selanjutnya pembahasan mengenai akutansi keuangan ini meliputi:21 1. Penerimaan atau pemasukan Pemasukan keuangan Pesantren dari berbagai sumber perlu dilakukan pembukuan berdasarkan prosedur yang disepakati, baik konsep teoritis maupun peraturan pemerintah. Sumbangan dana yang masuk ke Pesantren bisa kita klasifikasi sebagai dana langsung dan dana tidak langsung. Dana tidak langsung adalah dana berupa perbandingan waktu guru dan peserta dididk dalam mengunakan setiap waktunya di sekolah atau Pesantren, seperti penyesuaian waktu belajar mengajar ketika di bandingkan dengan ketika guru atau peserta didik mengunakanya untuk bekerja, dan juga perhitunganya dengan transportasi, dan biaya hidup. dana ini memang sulit sekali dihitung karena tidak ada catatan resminya. Namun dalam perencanaan biaya ini turut dihitung. Dana langsung, adalah dana yang di peroleh dari beberapa sumber yang sah. 2. Pengeluaran Alokasi dari dana pendapatan Pesantren harus pula diatur secermat mungkin. Ada beberapa klasifikasi dalam pengeluaran dana yang di pakai secara umum di lembaga-lembaga pendidikan kita, yaitu : a. Dana pembangunan, pengeluaran dana ini diatur dan digunakan untuk pembangunan dan pembenahan sarana fisik lembaga, dana ini di sesuaikan dengan kebutuhan dan jumlah guru serta peserta didik yang ada di lembaga pendidikan tersebut.22 21 Rahmini Hadi. Parno. Manajemen Keuangan Konsep, Teori, dan Praktiknya di sekolah dan Pondok Pesantren. (Purwokerto: STAIN Press, 2011) hal.155 22 Nanang fatah, ekonomi dan pembiayaan pendidikan. Bandung 2000. remaja rosda karya, hal: 26 29 b. Dana rutin, dana rutin adalah dana yang digunakan untuk biaya operasional satu tahun anggaran. Dana rutin pengunaanya meliputi pelaksanaan progam belajar mengajar, pembayaran gaji guru maupun personil, serta pemeliharaan dan perawatan sarana prasarana lembaga pendidikan. Untuk menghitung dana rutin lembaga pendidikan harus menghitung total costatau nilai unit cost yang dibutuhkan setiap siswa atau santri. Nilai unit cost merupakan nilai satuan biaya yang dikeluarkan untuk memberikan pelayanan terhadap seorang peserta didik setiap tahun dalam satu jenjang pendidikan. Berdasarkan akutansi keuangan di Pesantren, ada beberapa hal yang harus di perhatikan oleh bendaharawan Pesantren: a. membuat laporan keuangan kepada Pesantren dan komite Pesantren untuk di cocokan dengan rancangan anggaran Pesantren b. menyertakan bukti-bukti laporan keuangan, termasuk bukti pembayaran pajak bila ada c. kwitansi atau bukti-bukti pembelian dan dan penerimaan berupa tanda tangan penerima atau bukti pengeluaran yang lain d. menunjukan neraca keuangan untuk di periksa oleh penangungjawaban keuangan dari yang bersangkutan. Hal-hal yang perlu di persiapkan oleh bendaharawan Pesantren meliputi : a. buku kas umum b. buku persekot atau uang muka c. daftar potongan-potongan d. daftar honoranium e. buku tabungan f. buku iuran atau kontrbusi santri g. buku catatan untuk pengeluaran-pengeluaran yang tidak terduga23 23 Rahmini Hadi. Parno. Manajemen Keuangan Konsep, Teori, dan Praktiknya di sekolah dan Pondok Pesantren. (Purwokerto: STAIN Press, 2011) hal.157 tim 30 c. Pembelanjaan Pembelanjaan dalam arti luas, yaitu Keseluruhan aktivitas yang bersangkutan dengan usaha untuk mendapatkan dana dan menggunakan atau mengalokasikan dana tersebut.24 Sedangkan prinsip dari manajemen adalah dalam memperoleh maupun dalam menggunakannya atau mengalokasikan dana harus didasarkan pada pertimbanggan efesiensi dan efektivitas. Dalam manajemen terkandung fungsi-fungsi perencanaan, pengarahan dan pengendalian. Ditarik dari kesimpulan diatas, pembelanjaan mempunyai fungsi. sebagai Fungsi penggunaan dana atau pengalokasian dana. Maksudnya bahwa setiap rupiah dana yang tertanam harus dapat digunakan seefisien mungkin untuk dapat menghasilkan tingkat keuntungan investasi. Fungsi penggunaan dana meliputi perencanaan dan pengendalian penggunaan aktiva baik dalam aktiva lancar maupun aktiva tetap. Aktiva tetap adalah aktiva yang berubah menjadi kas memerlukan waktu lebih dari satu tahun dan merupakan aktiva jangka panjang atau aktiva relative permanen. Aktiva tetap ini disebut juga aktiva berwujud (tangible assets) karena ada secara fisik. Aktiva ini dimiliki dan digunakan oleh organisasi serta tidak untuk dijual karena sebagai bagian dari operasional normal. Sedangkan Aktiva lancar adalah aktiva yang secara normal berubah menjadi kas dalam waktu satu tahun atau kurang seperti dana pemasukan yang ada baik donatur atau usaha pondok Pesantren, dan manajer keuangan harus mengambil keputusan investasi (investment decision), Fungsi pemenuhan kebutuhan dana, atau fungsi pendanaan (financing; obtaining of funds). d. Prosedur Investasi Dana yang diperoleh Pesantren, baik dari pemerintah (jika ada), pemerintah daerah dan masyarakat, sebagaimana dalam UU Sisdiknas, Pasal 46 no. 1 tahun 2003. perlu di kelola dengan baik, salah satu bentuk pengelolaan yang paling efisien adalah dengan menginvestasikan. 24 Bambang Riyanto. Dasar-dasar pembelanjaan perusahaan. Jakarta 2006, Bumi aksara hal: 4 31 Berdasarkan teori ekonomi, investasi berarti pembelian (dan berarti juga produksi) dari kapital/modal barang-barang yang tidak dikonsumsi tetapi digunakan untuk produksi yang akan datang (barang produksi). Contoh termasuk membangunrel kereta api, atau suatu pabrik, pembukaan lahan, atau kopontren. Investasi memiliki dua jenis yaitu: 1. Permanen, artinya permodalan itu sifatnya harus tetap ada dalam organisasi yang terkait untuk menjalankan fungsinya. Dalam hal ini Pesantren mendapatkan modal permanen dari pengasuh atau pengelola Pesantren saja. 2. Variabel, artinya permodalan yang jumlah pendapatannya tidak menetap karena harus disesuaikan dengan perubahan pendapatan dan keadaan penyokong dana. Dalam hal ini Pesantren mendapatkan modal variable dari para donatur kemasyarakatan ataupun dari donator alumnus Pesantren dan para wali santri dan lain-lain. e. Prosedur Pemeriksaan atau Pengawasan Menurut Murdick prosedur Pengawasan atau pemeriksaan merupakan proses dasar yang secara esensial tetap diperlukan meskipun bagaimanapun rumit dan luasnya cakupan dalam suatu organisasi25 sedangkan metode yang di gunakan adalah: 1. Penentuan standar Yang dimaksudakan adalah batasan-batasan mengenai keberhasilan dan kegagalan suatu kegiatan. Misalnya suatu kegiatan direncanakan terlaksana 90% dari keseluruhannya maka apabila sama atau lebih dari 90% maka dikatakan sesuai dengan standar. Sebaliknya, apabila kurang dari 90% maka dianggap tidak sesuai dengan standar. 2. Mengadakan pengukuran Dalam hal ini pemimpin tidak boleh percaya bergitu saja kepada bawahannya karena dikuatirkan laporan yang ada tidak sesuai dengan yang realita. dua cara dalam pengukuran. Pertama, Teknik tes, yang 25 Nanang fatah, landasan manajemen penddikan. Bandung 2000. remaja rosda karya hal 101 32 dilakukan untuk mengetahui aspek yang nyata terjadi. Misalkan : Ditanya tentang kejadian yang riil terjadi dilapangan. Kedua, Teknik non tes yang digunakan untuk mengetahui keseluruhan aspek yang tidak dapat dijangkau oleh teknis tes. Seperti, bagaimana kinerja para anggotanya kemudian disesuaikan dengan evaluasi dari para anggota. Selanjutnya yang dilakukan adalah menyesuaikanya dengan ketentuan yang telah berlaku. Dan hasilnya digunakan untuk umpan balik (feedback) berupa revisi, atau modifikasi. E. Kerangka Berfikir Gambar 2.2 Kerangka Berfikir Pengelolaan Keuangan Pesantren Perencanaan Misi, Tujuan Jangka Panjang dan Pendek, program, layanan, aktivitas, target, anggaran Pelaksanaan Akuntansi dan Pelaporan Pengawasan Pemasukan dan Pengeluaran Intern, eksteren, berkala, insidental 33 BAB III METEDOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini berlokasi di Pondok Pesantren Al-Kholidin yang beralamat di Jl. Iskandarsyah Raya/ Wijaya I Blok.O Melawai Kebayoran Baru Jakarta Selatan 12160. Adapun waktu pelaksanaannya mulai dari tahap penyusunan proposal samapai selesai/bab V. Jadwal penelitian sebagai berikut: Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian 2012/2013 No Kegiatan Mar 1 Pengajuan Judul 2 Konsultasi 3 Pendekatan ke pesantren 4 Izin Penelitian 5 Pengumpulan Data 6 Analisis Data 7 Laporan Penelitian Apr B. Pendekatan dan Metode Penelitian 33 Mei Juni Juli Ags Sep Okt Nov Des Jan 34 Penelitian ini merupakan penelitian dengan studi kasus yang dilakukan dengan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui secara mendalam pelaksanaan pengelolaan keuangan pesantren Penelitian studi kasus menurut Harahap, S.S, (2001) dimaksudkan bahwa dalam penelitian si peneliti dapat menetapkan unit analisis yang menjadi fokus penelitiannya secara mendalam dengan persoalan yang meliputinya. Lebih lanjut Ferra dan Merchant (dalam Harahap, 2001) menjelaskan bahwa studi kasus, si peneliti memiliki keikutsertaan secara langsung, mendalam dengan organisasi yang teliti, khususnya dalam mewawancarai dan mengamati langsung kegiatan organisasi sehingga didapat data primer dari lapangan. Sedangkan menurut Irawan (1999) bahwa penelitian studi kasus tergolong pada penelitian kualitatif dimaksudkan agar mengkaji fenomena secara mendalam. Metode penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang menitikberatkan pada observasi pengamatan langsung di lapangan. Metode ini pada dasarnya adalah metode teori, bukan menguji teori. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan informasi aktual secara terperinci yang melukiskan gejala yang ada, mengidewntifikasikan masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-pratek yang berlaku dan menentkan apa yang harus dilakukan dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang (Adi Nugroho & Dwi Sunar Prasetyo, 1996, h. 36) C. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan dua metode, yaitu: 1. Studi lapangan Penelitian ini dilakukan langsung ke lokasi penelitian untuk memperoleh datadata yang diperlukan dengan observasi. Ridwan (2007) mengungkapkan bahwa observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dengan dekat kegiatan yang dilakukan. Observasi dilakukan peneliti terhadap pengelolaan keuangan Pondok Pesantren AlKhlodin 35 2. Studi Pustaka Studi Pustaka, yaitu penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan landasan teori dan analisis pembahasan dengan cara pengumpulan dan mempelajari berbagai referensi atau literatur yang ada berupa buku, buku pedoman, catatan-catatan tulis yang terdapat diperpustakaan atau multimedia, yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. D. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh dokumen yang terkait dengan pengelolaan keuangan Pondok Pesantren Al-Kholidin yaitu : 1. Dokumen yang tekait dengan Perencanaan dan Penganggaran keuangan pesantren Al-Kholidin yaitu dokumen Renstra Pesantren Al-kholidn, dokumen Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja (RAPB) Pesantren Al-Kholidin. 2. Dokumen yang terkait dengan Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban keuangan Pesanren Al-Kholidin yaitu laporan realisasi penggunaan anggaran Pesantren, surat pertanggungjawaban belanja (SPJ), proposal pengajuan dana per kegiataan. 3. Dokumen yang terkait dengan Akuntansi dan Pelaporan keuangan yaitu laporan keuangan per kegiatan, laporan keuangan bulanan dan laporan keuangan tahunan. 4. Dokumen yang terkait dengan Pengawasan yaitu laporan dewan pengawas yang ddisertai dengan evaluasi dan monitoring serta tindak lanjut temuan, catatan-catatan rekomendasi. E. Teknik Analisis Data Setelah proses pengumpulan data, maka tahap selanjutnya adalah pengolahan data. Data yang ada dikelompokkan, diseleksi dan selajutnya dianalisis dengan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif dengan jalan membandingkan hasil penelitian kepustakaan dengan penelitian lapangan. 36 BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Al-Kholidin 1. Sejarah Singkat Pondok Pesantren Al-Kholidin Pondok Pesantren Al-Kholidin didirikan oleh almarhum KH. Abdul Hamid Abdul Halim (dikenal dengan julukan ABI HAMID) beserta istri (Hj. Zakiyah Zaini) pada tanggal 11 oktober 1988. Berlokasi di Jl.Iskandarsyah Raya Blok.O Kebayoran Baru Jakarta Selatan Propinsi DKI jakarta, jarak dari terminal blok m 1 km,ke arah Timur.dari kantor kecamatan Jakarta selatan 500 m,ke arah barat. Dan telah mencatatkan diri sebagai Yayasan dengan nama Yayasan Pendidikan Pondok Pesantren Al-Kholodin pada tahun 1991 02/B/YAK - 9 /XI/91. Awalnya hanya sebuah musholla yang di namakan Fuqoro Wal Amwat sebab proses pembangunan Musholla tersebut di lakukan oleh orang orang Fuqoro pada zaman tersebut, yakni dengan bahan-bahan serba apa adanya, kemudian berapa tahun kemudian datang KH.Abdul Hamid Abdul Halim Ad-Daary untuk mengembangkan Musholla tersebut sehingga menjadi sebuah Masjid yang Syarifhidayatullah. 36 kemudian di namakan Masjid 37 Melihat kondisi yang ada, dimana sulitnya untuk menemukan sarana belajar agama bagi anak-anak di lingkungan sekitar Masjid serta atas saran dari guru beliau yaitu, Syeikh Muhammad Yasin Isa Al-Fadani maka dibangunlah Pondok Pesantren Al-Kholidin. Pada Tahun 1991 dibuatlah lembaga pendidikan SMP Islam AlKholidin. Tiga tahun kemudian barulah berdiri SMA Islam Al-Kholidin. Selama 12 tahun SMP/SMA Islam Al-Kholidin mengabungkan antara kurikulum DIKNAS dan Diniyah. Pada tahun 2002 barulah di pisahkan antara kurikulum DIKNAS dengan Diniyah. Sejak berdiri sampai saat ini Alm. KH Abdul Hamid Abdul Halim mempercayakan kepemimpinan pondok pesantren kepada anak beliau yaitu KH. Muhammad Zakwan Abdul Hamid. Kebahagian dunia dan akhirat adalah cita-cita setiap muslim. Namun demikian, srana dan prasarana kearah cita-cita itu masih terasa belum banyak. Sedangkan faktor penghambat tercapainya cita-cita itu semakin berkembang. Yayasan Pendidikan Pondok Pesantren Al-Kholidin menyadari bahwa citacita tersebut dapat diwujudkan melalui pendidikan, yaitu pendidikan yang memberikan kepada anak didik ilmu yang dapat membentuk kepribadian muslim, pribadi yang berguna bagi agama, nusa dan bangsa. 2. Visi dan Misi Visi Pondok Pesantren Al-Kholidin sebagai lembaga pendidikan yang menciptakan manusia yang berkualitas dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dan Iman dan Taqwa (IMTAQ), mempunyai Visi : “Mempersiapkan santri yang berakhlakul karima, bertauhid, dan hidup dengan Qur’ani” Adapun misi dari Pondok Pesantren Al-Kholidin tersebut adalah sebagai berikut : 38 1. Menanamkan dan meningkatkan disiplin santri untuk melaksanakan ajaran Islam dalam kehidupan sehar-hari. 2. Menanamkan jiwa keikhlasan, kesederhanaan, ukhuwah diniyah, kemandirian dan kebebasan dalam kehidupan sehari - hari. 3. Menyelenggarakan pendidikan formal dengan Kurikulum Pesantren yang disesuaikan dengan Pendidikan Nasional. 4. Mendidik dan mengantarkan santri untuk mampu mengenal jati diri dan lingkungannya serta mempunyai motivasi dan kemampuan untuk mengembangkan diri sesuai dengan pilihan hidupnya. 5. Mendidik dan mempersiapkan santri untuk menjadi manusia mandiri dan berkhidmad kepada masyarakat, agama, nusa dan bangsa. 3. Susunan Pengurus Pondok Pesantren Al-Kholidin Pendiri Ketua : KH. Abdul Hamid Abdul Halim Anggota : Drs. H. Muhammad Syah Manaf H. Abdul Majid Toyib KH. Muhammad Zakwan Abdul Hamid H. Abdul Karim Abdul Hamid H. Muhammad Yamin Abdul Hamid H. Muhammad Nur Sasi H. Abdul Hadi Abdul Hamid Hj. Zakiyah Zaini Dra. Hj. Maimunah Abdul Hamid Dra. Hj. Romlah Abdul Hamid 39 Badan Pengurus Ketua Umum : KH. Muhammad Zakwan Abdul Hamid Ketua : H. Abdul Karim Abdul Hamid Sekretaris Umum : H. Abdul Hadi Abdul Hamid Sekretaris : Dra. Hj. Maimunah Abdul Hamid Bendahara I : H. Muhammad Yamin Abdul Hamid Bendahara II : H. Muhammad Nur Sasi Anggota : Hj. Zakiyah Zaini Dra. Hj. Romlah Abdul Hamid DR. KH. Abdul Muhith Abdul Fatah H. Dimyati Penasehat : KH. Abdul Hamid Abdul Halim Drs. H. Muhammad Syah Manaf H. Abdul Majid Toyib KH. Nu‟man Istichory Bidang-bidang Pendidikan dan Pengajaran Pembangunan : H. Abdul Karim Abdul Hamid DR. KH. Abdul Muhith Abdul Fatah : H. M. Iskandar H. Dimyati H. Abdul Hadi Abdul Hamid Keuangan : H. Muhammad Yamin Abdul Hamid H. Chairuddin Sani Perpus dan Laborat : H. Rahmatullah BA Dra. Hj. Maimunah Abdul Hamid Humas : H. Hanafi Ma‟mun H. A. Mukri H. Zainuddin Abdul Hamid Pemeliharaan dan perawatan : H. Muhammad Nur Sasi Dra. Hj. Romlah 40 Pengawasan : H. Marzuqi Arman H. Ahmad Musyaffa Umar Mataman STRUKTUR ORGANISASI YAYASAN AL KHOLIDIN Gambar 4.1 Struktur Organisasi Pondok Pesantren Al-Kholidin Badan Pendiri Ketua Badan Penasehat Pengawas Ketua Umum Ketua.I Sekretaris Umum Bendahara Umum Sekretaris I Bidang Pendidikan dan Pengajaran Bend. I Bidang Pembangunan Bidang Humas Bidang Keuangan Bend. II Bidang Perpus dan Laborat Bidang Pemeliharaan dan Perawatan 41 4. Keadaan Sarana Prasarana Pondok Pesantren Al-Kholidin Secara sederhana, manajemen sarana prasarana sekolah dapat didefinisikan sebagai proses kerja pendayagunaan semua perlengkapan pendidikan secara efektif dan efisien. Perlengkapan sekolah, atau juga sering disebut dengan fasilitas sekolah, dapat dapat di kelompokan menjadi sarana pendidikan dan prasarana pendidikan. Satu hal yang perlu di pertegas dalam definisi tersebut adalah bahwa manajemen sarana prasarana sekolah merupakan suatu proses pendayagunaan yang sasarannya adalah perlengkapan pendidikan, seperti perlengkapan sekolah, perlengkapan perpustakaan, media pengajaran, dan perlengkapan lainnya. Sarana prasarana penunjang terlaksananya proses belajar mengajar yang dimiliki pondok pesantren Al-kholidin : Ruang Belajar Tabel 4.1 Rekapitulasi Data Ruang Belajar No 1 Jenis Ruang Ruang kelas Jumlah Ruang 12 Ukuran Kondisi 68.00 M2 Baik 2 Baik 2 Perpustakaan 1 32.00 M 3 Laboratorium IPA 1 32.00 M2 Baik 4 Laboratorium computer 1 68.00 M2 Baik 5 Multimedia 1 16.00 M2 Baik 42 Ruang kantor Tabel 4.2 Rekapitulasi Data Ruang Kantor No Jenis Ruang Jumlah Ruang Ukuran Kondisi 1 Kepala Sekolah 3 16.00 M2 Baik 2 Wakil kepala Sekolah 3 12.00 M2 Baik 2 Baik 3 Guru 3 36.00 M 4 Tata Usaha 3 24.00 M2 Baik 5 Tamu 2 16.00 M2 Baik 6 BK 1 12.00 M2 Baik Ruang Penunjang Tabel 4.3 Rekapitulasi Data Ruang Penunjang No Jenis Ruangan Jumlah Ruang Kondisi 1 Masjid 1 Baik 2 Dapur Umum 1 Baik 3 KM/WC Guru 4 Baik 4 KM/WC Santri 20 Baik 5 Kantin 2 Baik 6 Asrama 15 Baik 7 Kamar Ustad 3 Baik 8 Aula 2 Baik 9. Gudang 1 Baik 10 Seketariat PMB 1 Baik 43 5. Keadaan Tenaga Pengajar dan Karyawan Pondok Pesantren Al-Kholidin Ada beberapa kompetensi yang harus dimiliki oleh guru sebagai tenaga kependidikan. Guru sering dianggap sebagai sosok yang memiliki kepribadian ideal. Pribadi guru sering dianggap sebagai model atau panutan yang dapat digugu dan ditiru oleh siswa. Sebagai seorang model, guru harus memiliki kompetensi yang berhubungan dengan pengembangan kepribadiannya (personal competencies). Kompetensi kepribdian guru sangat penting terhadap pendidikan watak para siswa. Guru harus menjadi teladan, karena para siswa bersifat suka meniru. Di antara tujuan pendidikan adalah untuk membentuk perilaku baik siswa, yang hal ini hanya tercapai bila guru memiliki kompetensi kepribadian baik. Guru yang tidak memiliki kompetensi kepribadian baik, sulit kiranya untuk membentuk perilaku baik siswa. Dengan demikian, kompetensi kepribadian baik ini harus dimiliki dan ditunjukkan kepada para siswanya agar menjadi teladan yang kemudian diikuti dan dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Tabel 4.4 Rekapitulasi Data Guru dan Peg. Administrasi No Tingkat Pendidikan Jumlah guru dan Peg. Administrasi L P L P Jumlah 1 S2/S3 4 2 - - 6 2 S1 17 16 - - 33 3 D3/Sarmud 3 1 - - 3 4 D2 - - - - - 5 D1 - - - - - 6 SMA/Sederajat 13 7 2 1 23 44 6. Keadaan Santri Pondok Pesantren Al-kholidin Administrasi kesiswaan bertujuan mengatur kegiaatan-kegiatan peserta didik dari mulai masuk sekolah sampai lulus sekolah. Pengaturan kegiatan peserta didik tersebut diarahkan pada peningkatan mutu kegiatan belajar mengajar baik intra maupun ekstrakulikuler, sehingga memberikan konstribusi bagi pencapaian visi, misi, dan tujuan sekolah serta tujuan pendidikan secara keseluruhan. Dengan demikian administrasi kesiswaan di sekolah menengah (SMA-SMK) disusun untuk memberi petunjuk bagi penyelenggara dan pengelola administrasi kesiswaan dapat tertib dan teratur sehingga mendukung tercapainya tujuan sekolah. Santri atau siswa merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan dunia pendidikan. Suatu lembaga pendidikan atau Pondok Pesantren tanpa adanya seorang santri maka kegiatan proses belajar mengajar tidak akan berjalan. Dengan demikian santri menjadi faktor terpenting dalam proses pembelajaran. Tabel 4.5 Rekapitulasi Data Siswa Tahun Jumlah Santri Jumlah L P 2008-2009 98 83 181 2009-2010 104 95 199 2010-2011 110 95 205 2011-2012 94 88 182 2012-2013 83 74 157 45 7. Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Al-kholidin Pondok Pesantren Al-Kholidin memliki kurikulum yang sesuai dengan DEPDIKNAS karena untuk jenjang pendidikan SMP dan SMA berada di bawah naungan DEPDIKNAS. Seperti yang telah dicanangkan oleh pemerintah, kurikulum yang harus digunakan sekarang ini adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah sebuah kurikulum operasional pendidikan yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan di Indonesia. KTSP secara yuridis diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Penyusunan KTSP oleh sekolah dimulai tahun ajaran 2007/2008 dengan mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk pendidikan dasar dan menengah sebagaimana yang diterbitkan melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional masing-masing Nomor 22 Tahun 2006 dan Nomor 23 Tahun 2006, serta Panduan Pengembangan KTSP yang dikeluarkan oleh BSNP. Pada prinsipnya, KTSP merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari SI, namun pengembangannya diserahkan kepada sekolah agar sesuai dengan kebutuhan sekolah itu sendiri. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus. Pelaksanaan KTSP mengacu pada Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan SI dan SKL. Para santri belajar disekolah dari pukul 07.00 –12.00 WIB. Setelah kegiatan KBM SMP dan SMA selesai para santri melanjutkan kegiatannya dengan belajar di madrasah diniyah dari pukul 13.30-16.10 WIB. Pada madrasah diniyah para santri belajar mendalami ilmu-ilmu agama melalui kitab kuning dengan guru-guru yang kebanyakan merupakan lulusan timur tengah, mesir, dan yaman. Untuk pengajian-pengajian kitab kuning selain dari 46 sekolah para santri juga mempelajarinya setelah sholat subuh dan setelah sholat maghrib. Selain sekolah formal, para santri juga mendapatkan pendidikan non formal, penghafalan kitab suci Al-Qur‟an, muhadoroh (pelatihan pidato). B. Pembahasan Hasil Temuan Pelaksanaan manajemen keuangan di Pondok Pesantren Al-Kholidin pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan pelaksanaan manaejemen keuangan pada lembaga keuangan lain sebagaimana yang sesuai dengan teori-teori yang ada yang telah dirumuskan, yaitu mulai dari perencanaan keuangan, pelaksanaan keuangan, evaluasi dan pertanggungjawban keuangan. Melalui kegiatan manajemen keuangan maka kebutuhan pendanaan kegiatan Pondok Pesantren Al-Kholidin dapat direncanakan, diupayakan pengadaannya, dibukukan secara transparan, dan digunakan untuk membiayai pelaksanaan program Pondok Pesantren Al-Kholidin secara efektif dan efisien. Untuk itu tujuan manajemen keuangan Pondok Pesantren Al-Kholidin adalah: Meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan keuangan pondok pesantren Meningkatkan akuntabilitas dan transparansi keuangan pondok pesantren Meminimalkan penyalahgunaan anggaran pondok pesantren Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dibutuhkan kreativitas pimpinan pondok pesantren dan kepala sekolah dalam menggali sumber-sumber dana, menempatkan bendaharawan yang menguasai dalam pembukuan dan pertanggung-jawaban keuangan serta memanfaatkannya secara benar sesuai peraturan perundangan yang berlaku. 1. Perencanaan Keuangan Pondok Pesantren Al-Kholidin Perencanaan sebagai kegiatan yang sistematis, berarti perencanaan meliputi beberapa tahapan kegiatan. Kegiatan yang satu menjadi landasan tahapan berikutnya. Tahapan kegiatan tersebut dapat dijadikan panduan 47 sehingga penyimpangan dapat segera diketahui dan diatasi. Sedangkan tujuan perencanaan itu sendiri arahnya agar kegiatan yang dilaksanakan tidak menyimpang dari arah yang ditentukan. Pengelolaan keuangan Pondok Pesantren Al-Kholidin bersifat centralistik yaitu pengelolaan keuangan Pesantren dikelola secara menyeluruh oleh Kiayi Pondok Pesantren Al-Kholidin dan bidang keuangan, sehingga dalam pengelolaannya Pondok Pesantren Al-Kholidin bersifat terpusat (centralistik). Dalam perencanaan keuangan Pondok Pesantren Al-Kholidin perlu memperhatikan berbagai hal melalui data dan informasi yang dikumpulkan kemudian data dan informasi tersebut dikaji yang pada akhirnya nanti disusun sebagai bahan masukan dalam penyusunan RAPBS. Proses perencanaan keuangan di Pondok Pesantren Al-Kholidin dilakukan oleh kepala sekolah masing-masing berikut jajarannya, walaupun pada prosesnya diikuti, diawasi dan disahkan oleh Kiayi Pondok Pesantren Al-Kholidin. Segala kegiatan di Pondok Pesantren Al-Kholidin tidak terlepas satu sama lainnya, misalnya seperti kegiatan belajar mengajar disekolah, itu juga tidak terlepas dari rangkaian kegiatan pondok yang lainnya, seperti kegiatan di asrama, di masjid, di lapangan, dan kebutuhan di dapur umum dan lain-lainnya, sehingga keadaan ini jadi sangat mempengaruhi proses perencanaan keuangan yang mana pada pelaksanaan perencanaan keuangan untuk Pondok Pesantren dilakukan bersama dengan perencanaan keuangan di sekolah/madrasah. Dalam kegiatan perencanaan keuangan di Pondok Pesantren Al- Kholidin melakukan tiga kegiatan yaitu: a. Perumusan tujuan. Perumusan tujuan yang ingin dicapai dibuat berdasarkan visi dan misi pendidikan di Pondok Pesantren Al-Kholidin. Adapun visi Pondok Pesantren Al-Kholidin Mempersiapkan santri yang berakhlakul karima, bertauhid, dan hidup dengan Qur‟ani”. Misi Pondok Pesantren Al-Kholidin Menanamkan dan meningkatkan disiplin santri untuk melaksanakan Menanamkan jiwa ajaran Islam keikhlasan, dalam kehidupan kesederhanaan, ukhuwah sehar-hari, diniyah, 48 kemandirian dan kebebasan dalam kehidupan sehari – hari, Menyelenggarakan pendidikan formal dengan Kurikulum Pesantren yang disesuaikan dengan Pendidikan Nasional. b. Memilih program. Dalam memilih program yang akan dilakukan dalam setahun kedepan berpedoman pada tujuan yang ingin dicapai dengan memperhatikan perkiraan besarnya sumber dana yang dapat diperoleh dan sumber daya lainnya, serta sumber daya manusia yang ada. c. Identifikasi dan pengerahan sumber daya yang ada. Identifikasi dilakukan dengan cara mengumpulkan data dan informasi dari berbagai pihak, yang kemudian diidentifikasi oleh Kiayi dan Kepala Sekolah. Data dan informasi ini berupa sumber daya manusia, sarana maupun dana atau biaya. Perencanaan keuangan pada dasarnya dilakukan setahun sekali, yaitu setiap akhir tahun ajaran setelah semua laporan diterima dan dibahas dalam rapat akhir tahun, akan tetapi dalam prosesnya ada perencanaan setiap bulan dan setiap akhir semester, hal ini karena keuangan di Pondok Pesantren AlKholidin tidak stabil dan berjalan lancar pada kenyataannya, hal ini dikarenakan Pondok Pesantren Al-kholidin tidak memiliki donator tetap. Dalam proses perencanaan keuangan yang utama dilakukan adalah mengidentifikasi sumber pemasukan keuangan bagi Pondok Pesantren AlKholidin, diantaranya : 1. Sumbangan Pendidikan dari Masyarakat a. SPP b. Uang Bangunan c. Uang Akhir Tahun 2. Bantuan Dari Pemerintah a. BOS b. Uang Penyelenggaraan US/UN 3. Donatur 49 Pelaksanaan manajemen pembiayaan mempunyai dua jenis kegiatan penerimaan dan pengeluaran. a. Penerimaan Penerimaan yang diterima oleh Pondok Pesantren Al-Kholidin berasal dari pendapatan rutin dan non rutin. Pendapatan rutin berasal dari pembayaran siswa (SPP), uang kegiatan selama 1 tahun dan lain-lain yang digunakan untuk membiayai semua kegiatan ekstrakurikuler. Sedangkan pendapatan non rutin berasal dari bantuan pemerintah. Pendapatan non rutin ini bersifat incidental yakni dana yang sewaktu-waktu dikeluarkan apabila diterima. b. Pengeluaran Pelaksanaan pengeluaran di Pondok Pesantren Al-Kholidin meliputi pengeluaran rutin dan pengeluaran non rutin. Pengeluaran rutin meliputi biaya pengeluaran rutin yang setiap bulan dikeluarkan. Pengeluaran non rutin meliputi biaya pengeluaran yang tidak dikeluarkan setiap bulan. Pengeluaran non rutin ini dilaksanakan jika ada kebutuhan mendadak atau kebutuhan yang dilaksanakan setiap tahun sekali dan juga kebutuhan yang sebelumnya direncanakan pada RAPBS. Dalam sistem pengeluaran dana di Pondok Pesantren Al-Kholidin proses pengajuan dana sampai pada pencairan dana harus melalui proses yang cukup panjang dikarenakan harus mendapatkan persetujuan dari berbagai pihak yang bersangkutan sehingga dalam proses pendanaan pada program kegiatan yang memerlukan bantuan dana menjadi tertunda. Penunjang keberhasilan dalam pelaksanaan program kegiatan salah satunya adanya pendanaan guna membiayai pelaksanaan program kegiatan. 50 Berikut pendapatan Pondok Pesantren Al-Kholidin lima tahun terakhir. Tabel 4.6 Rekapitulasi Pendapatan Pondok Pesantren Al-Kholidin Tahun SMP 2007/2008 SMA Diniyah Jumlah SMP 2008/2009 SMA Diniyah Jumlah SMP 2009/2010 SMA Diniyah Jumlah SMP 2010/2011 SMA Diniyah Jumlah SMP 2011/2012 SMA Diniyah Jumlah Masyarakat Pemerintah Donatur Rp. 98.000.000 Rp. 133.400.000 Rp. 51.650.000 Rp. 283.050.000 Rp. 123.600.000 Rp. 120.500.000 Rp. 51.650.000 Rp. 295.750.000 Rp. 130.000.000 Rp. 154.100.000 Rp. 53.750.000 Rp. 337.850.000 Rp. 170.700.000 Rp. 174.810.000 Rp. 58.500.000 Rp. 404.010.000 Rp. 161.000.000 Rp. 175.850.000 Rp. 60.000.000 Rp. 396.850.000 Rp. 62.983.000 Rp. 7.800.000 Rp. 70.783.000 Rp. 41.772.000 Rp. 23.304.000 Rp. 65.076.000 Rp. 55.000.000 Rp. 21.380.000 Rp. 76.380.000 Rp. 66.035.000 Rp. 23.252.000 Rp. 89.855.500 Rp. 53.300.000 Rp. 18.720.000 Rp. 72.020.000 - Tabel diatas menunjukan turun naiknya pendapatan keuangan Pondok Pesantren Al-Kholidin. Turunnya pendapatan dikarenakan berkurangnya santri yang ada di Pondok Pesantren Al-Kholidin (lihat tabel 4.5). kenaikan pendapatan Pondok Pesantren Al-Kholidin dikarenakan beberapa tahun terakhir terjadi kenaikan uang SPP. 51 2. Pelaksanaan Keuangan di Pondok Pesantren Al-Kholidin Dalam pelaksanaan manajemen keuangan Kiayi Pondok Pesantren Al-Kholidin merupakan otorisator penuh terhadap pengeluaran keuangan. Setiap dana yang keluar harus disetujui oleh Kiayi Pondok Pesantren AlKholidin, proses pelaksanaan keuangan untuk melakukan setiap kegiatan yang telah tercantum dalam anggaran harus membuat proposal kegiatan beserta rincian dana yang dibutuhkan dalam kegiatan tersebut, setelah disetujui oleh internal Audit (Kepala Sekolah) baru kemudian Kiayi Pondok Pesantren Al-Kholidin mengeluarkan uang sesuai dengan yang ada di proposal. Setiap kegiatan yang telah dilakukan langkah selanjutnya adalah membuat Laporan Pertanggungjawaban (LPJ). Membuat LPJ merupakan suatu keharusan bagi setiap bagian yang ada di lingkungan Pondok Pesantren Al-Kholidin, setiap LPJ masing-masing bagian tersebut akan diaudit oleh internal audit, dan hasilnya kemudian diserahkan kepada Kiayi Pondok Pesantren Al-Kholidin. Laporan hasil internal audit ttersebut jadi bahan evaluasi bagi Kiayi Pondok Pesantren Al-;Kholidin terhadap kegiatan yang telah dilakukan, apakah telah dilaksanakan sesuai dengan program perencanaan dan proposal atau sebaliknya. Adapun pengeluaran seperti gaji guru langsung diberikan kepada yang bersangkutan oleh bendahara dengan disahkan oleh Kepala Sekolah dan Kiayi Pondok Pesantren Al-Kholidin. Dalam membuat pembukuan keuangan, Pondok Pesantren AlKholidin dapat dikatakan modern. Karena, sudah membuat pembukuannya dengan tidak tulis tangan. Bagian keuangan Pondok Pesantren Al-Kholidin memanfaatkan teknologi yang ada pada saat ini. Berikut penulis lampirkan salah satu contoh pembukuan keuangan Pondok Pesantren Al-Kholidin. 52 Tabel 4.7 Salah Satu Pelaporan Keuangan Pondok Pesantren Al-Kholidin KEUANGAN SEKOLAH PENERIMAAN DAN PENGELUARAN BIAYA SELAMA TAHUN PELAJARAN YANG LALU TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SMA ISLAM AL-KHOLIDIN No Penerimaan 1 Uang Bangunan b. 3 No Pengeluaran Dari Orang Tua Santri a. 2 Jumlah Uang Komite/Iuaran rutin bulanan c. Uang kegiatan akhir tahun Dari Pemerintah a. BOS b. Penyelenggaraan US/UN 1 9.000.000 65.000.000 43.000.000 3.752.000 Swasta/Yayasan/Perorangan a. Yayasan - b. Perseorangan - 2 Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) a. Pelaksanaan KBMKelulusan b. Sarana KBM-buku dan LKS c. Penyelenggaraan US/UN d. Biaya Rapat 4 5 25.000.000 1.000.000 20.000.000 1.000.000 Ekstrakurikuler 1.000.000 f. Biaya PPDB 1.000.000 h. Pengayaan 14.000.000 Gaji dan Tunjangan Gaji guru + Peg. Administrasi b. Tunjangan Kinerja Daerah Pemeliharaan Sarana/Prasarana a. Gedung b. Alat pendidikan c. Perabot 48.000.000 - 1.500.000 Sarana Lainnya a. Telepon 1.700.000 b. Listrik 1.800.000 c. Internet 1.000.000 d. Koran 700.000 Pembiayaan lainnya a. b. 120.752.000 Saldo e. a. 3 Jumlah Pengelolaan/pelaporan BOS Konsumsi Harian 3.000.0000 120.700.000 52.000 53 3. Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pondok Pesantren Al-Kholidin Pertanggungjawaban keuangan di Pondok Pesantren Al-Kholidin dalam bentuk laporan bulanan dan tahunan yang dilaporkan kepada pimpinan, pengawasan bulanan khususnya dilakukan bendahara kepada Kiayi. Bendahara melaporkan setiap laporan kegiatan yang menyangkut keuangan dari setiap kegiatan dan bagian, yang dilaporkan tersebut berupa pembuktian penerimaan, penyimpanan dan pembayaran kepada pihak-pihak yang bersangkutan yang kemudian dilaporkan bendahara kepada Kiayi Pondok Pesantren Al-Kholidin. Sedangkan untuk operasional yang berasal dari pemerintah seperti dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dikoreksi oleh Kiayi Pondok Pesantren Al-Kholidin dan kemudian langsung dilaporkan kepada pemerintah. Setiap laporan tersebut merupakan salah satu alat ukur apakah tujuan Pendidikan Pondok Pesantren Al-Kholidin telah dicapai dengan efektif dan efisien sesuai dengan acuan yang telah ditetapkan sebelumnya dalam APBS, dan juga berguna untuk mencegah dan meminimalisir terjadinya penyimpangan terhadap kegiatan dan penggunaan keuangan di Pondok Pesantren Al-Kholidin, hasil tersebut menjadi bahan evaluasi dan menghasilkan rekomendasi-rekomendasi untuk perencanaan di tahun selanjutnya yang kemudian dimasukan dalam RAPBS sebelum disahkan jadi APBS. Penerimaan dan pengeluaran keuangan Pondok Pesantren Al-Kholidin harus dilaporkan dan dipertanggungjawabkan secara rutin sesuai peraturan yang berlaku. Pelaporan dan pertanggungjawaban anggaran yang berasal dari orang tua santri dan masyarakat dilakukan secara rinci dan transparan sesuai dengan sumber dananya. 54 Arus Pengawasan Keuangan Pondok Pesantren Al-Kholidin Gambar 4.2 Sistem Pelaporan Keuangan Pondok Pesantren Al-Kholidin Pemerintah Pimpinan Pondok Pesantren Al-Kholidin Kepala Sekolah SMP, SMA, dan Diniyah Bendahara Koordinator Keuangan SMP Koordinator Keuangan SMA Koordinator Keuangan Diniyah Gambar diatas merupakan siklus pengawasan keuangan di Pondok Pesantren Al-Kholidin. Koordinator-koordinator keuangan Pondok Pesantren Al-Kholidin membuat laporan pertanggungjawaban yang sudah disetujui oleh bendahara. Bendahara membuat laporan pertanggungjawaban keuangan yang disetujui oleh kepala sekolah yang kemudian akan diberikan kepada Kiayi Pondok Pesantren Al-Kholidin dan pemerintah. 4. Sistem dan Prosedur Pengawasan Keuangan Pondok Pesantren Al-Kholidin Dalam evaluasi Manajemen Keuangan Pesantren, pengawasan merupakan salah satu proses yang harus dilakukan dalam manajemen keuangan Pesantren. Pelaksanaan pengawasan dapat dilakukan berdasarkan kebutuhan dan kewenangan. Kiayi Pondok Pesantren perlu melakukan 55 pengendalian pengeluaran yang selaras dengan anggaran belanja yang telah ditetapkan. Dalam pelaksanaan evaluasi keuangan Pondok Pesantren tidak melalui kepala sekolah SMP/SMA/Diniyah Al-Kholidin karena proses keuangan langsung terpusat pada kiayi. Kepala sekolah hanya bertugas mengkoordinir kegiatan di Pondok Pesantren Al-Kholidin, sedangkan keuangan dikelola langsung oleh Kiayi Pondok Pesantren Al-Kholidin serta pihak-pihak yang terlibat. Evaluasi ini diketahui ketika terjadi transaksi pengeluaran dan penerimaan Pondok Pesantren Al-Kholidin melalui kwitansi berita acara berdasarkan pengawasan dari beberapa pihak Pondok Pesantren. Dalam pelaksanaan pengawasan keuangan dapat melakukan pengawasan keuangan di Pondok Pesantren Al-Kholidin pada setiap uang penerimaan dan pengeluaran madrasah. Dimasukkan kedalam berita acara yang ditandatangani oleh pengawas keuangan, bendahara, dan pihak penerima keuangan. Fungsi dari kwitansi berita acara dimaksudkan untuk mengetahui berapa pengeluaran dan penerimaan keuangan Pondok Pesantren AlKholidin. Dengan begitu pertanggungjawaban akan mendapat persetujuan dan diawasi oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Pengawasan di Pondok Pesantren Al-Kholidin dilakukan dalam beberapa jenis, yaitu: a. Berdasarkan subyeknya, meliputi: 1) Pengawasan intern, yaitu pengawasan terhadap semua unit dan bidang kegiatan yang ada di dalam organisasi. Pengawasan ini dilakukan oleh Kiyai Pondok Pesantren Al-Kholidin. 2) Pengawasan ekstern, yaitu pengawasan yang dilakukan oleh aparatur pengawasan dari luar organisasi yang mempunyai wewenang mengawasi. Untuk pengawasan ekstern dilakukan oleh pemerintah b. Berdasarkan waktunya, meliputi: 1) Pengawasan terus menerus, yaitu pengawasan yang tidak tergantung pada waktu tertentu, lebih merupakan kegiatan pengawasan rutin. 56 Pengawasan rutin dilakukan oleh bendahara terhadap koordinator masing-masing setiap unitnya. 2) Pengawasan berkala, yaitu pengawasan yang dilakukan setiap jangka waktu tertentu, berdasarkan rencana yang ditujukan terhadap masalah umum. Dalam Pondok Pesantren Al-Kholidin dilakukan pengawasan berkala mingguan, bulanan, dan tahunan oleh Kiayi Pondok Pesantren Al-Kholidin. 3) Pengawasan insidental, yaitu pengawasan yang dilaksanakan secara mendadak di luar rencana kerja rutin atau berdasarkan keperluan. Pengawasan ini dilakukan sewaktu-waktu oleh Yayasan Pondok Pesantren Al-Kholidin. 57 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN B. Kesimpulan Kesimpulan dari hasil penelitian terhadap Manajemen Keuangan Pondok Pesantren Al-Kholidin yang telah penulis lakukan maka didapat hasil sebagaimana yang akan dijelaskan berikut : 1. Perencanaan keuangan Pondok Pesantren Al-Kholidin sama seperti perencanaan keuangan sekolah pada umumnya. Proses perencanaan keuangan di Pondok Pesantren Al-Kholidin dilakukan oleh kepala sekolah masingmasing berikut jajarannya, walaupun pada prosesnya diikuti, diawasi dan disahkan oleh Kiayi Pondok Pesantren Al-Kholidin. Segala kegiatan di Pondok Pesantren Al-Kholidin tidak terlepas satu sama lainnya, misalnya seperti kegiatan belajar mengajar disekolah, itu juga tidak terlepas dari rangkaian kegiatan pondok yang lainnya, seperti kegiatan di asrama, di masjid, di lapangan, dan kebutuhan di dapur umum dan lain-lainnya, sehingga keadaan ini jadi sangat mempengaruhi proses perencanaan keuangan yang mana pada pelaksanaan perencanaan keuangan untuk Pondok Pesantren dilakukan bersama dengan perencanaan keuangan di sekolah/madrasah. 57 58 Dalam kegiatan perencanaan keuangan di Pondok Pesantren Al-Kholidin melakukan tiga kegiatan yaitu: Perumusan tujuan, Memilih program, Identifikasi dan pengerahan sumber daya yang ada. 2. Dalam pelaksanaan manajemen keuangan Kiayi Pondok Pesantren AlKholidin merupakan otorisator penuh terhadap pengeluaran keuangan. Setiap dana yang keluar harus disetujui oleh Kiayi Pondok Pesantren Al-Kholidin, proses pelaksanaan keuangan untuk melakukan setiap kegiatan yang telah tercantum dalam anggaran harus membuat proposal kegiatan beserta rincian dana yang dibutuhkan dalam kegiatan tersebut, setelah disetujui oleh internal Audit (Kepala Sekolah) baru kemudian Kiayi Pondok Pesantren Al-Kholidin mengeluarkan uang sesuai dengan yang ada di proposal. Setiap selesai melaksanakan kegiatan baik bualanan ataupun tahunan masing-masing unit membuat laporan pertanggungjawaban (LPJ). LPJ tersebut nantinya akan diserahkan kepada pengawas internal (Kiayi Pondok Pesantren Al-Kholidin) dan pengawas ekstrenal (Pemerintah). 3. Pelaporan keuangan Pondok Pesantren Al-Kholidin dilakukan setiap bulan, semester, dan tahunan. Peloporan keuangan ini dilakukan oelh koordinator keuangan setiap unit (SMP, SMA, Diniyah) kepada bendahara, dari bendahara dilaporkan lagy kepada Kiayi Pondok Pesantren Al-Kholidin yang sudah ditanda tangani oleh kepala sekolah masing-masing unit. 4. Dalam pelaksanaan pengawasan keuangan Pondok Pesantren Al-Kholidin tidak melalui kepala sekolah SMP/SMA/Diniyah Al-Kholidin karena proses keuangan langsung terpusat pada kiayi. Kepala sekolah hanya bertugas mengkoordinir kegiatan di Pondok Pesantren Al-Kholidin, sedangkan keuangan dikelola langsung oleh Kiayi Pondok Pesantren Al-Kholidin serta pihak-pihak yang terlibat. B. Saran Dari seluruh pembahasan dalam penelitian ini, ada beberapa saran yang kiranya menjadi penting dikemukakan, diantaranya yaitu : 59 1. Dalam membuat perencanaan dan penganggaran keuangan Pondok Pesantren Al-Kholidin sebaiknya melibatkan seluruh pihak terkait (Kiayi, Kepala Sekolah, Bendahara, Koordinator keuangan, guru, dan komite sekolah) dalam membuat anggaran RAPBPP agar terjadi transparansi keuangan dalam manajemen keuangan pondok pesantren. 2. Dalam pelaksanaan RAPBS sebaiknya Pondok Pesantren Al-Kholidin melakasanakannya sesuai dengan kegiatan-kegiatan yang sudah ada dalam penganggaran RAPBS. 3. Pondok Pesantren Al-Kholdin sebaiknya membuat laporan keuangan setiap bulannya agar dapat dilaporkan terhadap orang tua santri. 4. Selain kepala sekolah dan Kiyai Pondok Pesantren Al-Kholidin ada baiknya komite Pondok Pesantren Al-Kholidin juga terlibat dalam melakukan pengawasan keuangan di Pondok Pesantren. 60 DAFTAR PUSTAKA Agus Sartono, Manajemen kuangan Teori dan Aplikasi,Yogyakarta : FE UGM, 2001 Anggota IKAPI, Undang-Undang SISDIKNAS . Fokus Media, 2009 Bambang Riyanto. Dasar-dasar pembelanjaan perusahaan. Jakarta : Bumi Aksara, 2006 Bastian, Indra. Akuntansi Pendidikan. Jakarta: Erlangga, 2006 C. Van Home dan John M Machowicz, Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan, 1997 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2008 Faisal, MT. M, SIM (Sistem Informasi Manajemen) Jaringan, Malang : UINMalang Press, 2008 Imam Syafi‟I, Manajemen Keuangan Pendidikan Pesantren, 2012, (http://tarbiyahku.wordpress.com/manajemen-keuangan-pesantren/) diakses pada selasa, 7 Februari 2012 pada pukul 6.20 AM Goerge H. Bodnar dan William S. Hopwood : Sistem Informasi akuntansi .Jakarta 2001, bumi aksara. http://lilissolehat.files.wordpress.com/2011/02/manajemen-keuangan.pdf (online) diakses pada selasa, 7 February 2012 pada pukul 6.20 AM J. Winardi, Pemikiran Sistemik Dalam Bidang Organisasi dan Manajemen, Jakarta : Rajawali Press.2005 61 Manfred Ziemek, Pesantren Dalam Perubahan Sosial (Jakarta: Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M), 1986; reprint, Frankfurt, Jerman Barat: Disertasi Doktors de Philosophie pada Johan Wolfgang Goethe Universitat, 1983) Mulyasa, E. Menjadi Kepala Sekolah Professional. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2003 Nanang Fatah, Ekonomi Dan Pembiayaan Pendidikan. Bandung : Remaja Rosda Karya. 2000 Nanang Fatah, Landasan Manajemen Penddikan. Bandung : Remaja Rosda Karya. 2000 Prof. Dr. Mujamil Qomar, Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Industri. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2007 Pius A Partanto & M Dahlan al-Barry. Kamus ilmiyah populer. Surabaya : Arkola Surabaya. 1994 Putra, Syopiansyah Jaya dan Subiyakto, A‟aang. Pengantar Sistem Informasi. (Jakarta: UIN Jakarta Press,2006) Rahmini Hadi. Parno. Manajemen Keuangan Konsep, Teori, dan Praktiknya di sekolah dan Pondok Pesantren. Purwokerto: STAIN Press, 2011 Rohiat, Dr. Manajemen Sekolah. Bandung : Refika Aditama, 2008 Ridwansyah, Iwan. Akuntansi Keuangan Sekolah, http://readwansyah.wordpress.com/keuangan-sekolah/ diakses pada tanggal 26 Januari 2013 pada pukul 20.00 WIB. Sugiarto Pengantar Akuntansi. Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka. 2002 Surya, Dharma .Manajemen Keuangan Sekolah. Jakarta : Depdiknas. 2007 62 Syaefudin Sa‟ud, Udin & Syamsudin Makmun, Abin.Perencanaan Pendidikan Suatu Pendekatan Komprehensif. Bandung : Rosda Karya, 2007 Tolkhah, Imam. Dan Barizi, Ahmad. Membuka Jendela Pendidikan Jakarta: Raja Grafindo, 2004 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Sinar Grafika, 2011. Wahjoetomo, Perguruan Tinggi Pesantren. Jakarta : Gema Insani Press, 1997 Wirawan, Evaluasi: Teori, Model, Standar, Aplikasi, dan Profesi, Jakarta: Rajawali Press, 2011 63 Daftar Lampiran : 1. Profil SMP Islam Al-Kholidin 2. Profil SMA Islam Al-Kholidin 3. Profil Madrasah Diniyah Al-Kholidin 4. Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Sekolah (RAPBS) SMP Tahun 2007-2008 5. Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Sekolah (RAPBS) SMA Tahun 2007-2008 6. Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Sekolah (RAPBS) Madrasah Diniyah Tahun 2007-2008 7. Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Sekolah (RAPBS) SMP Tahun 2008-2009 8. Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Sekolah (RAPBS) SMA Tahun 2008-2009 9. Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Sekolah (RAPBS) Madrasah Diniyah Tahun 2008-2009 10. Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Sekolah (RAPBS) SMP Tahun 2009-2010 11. Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Sekolah (RAPBS) SMA Tahun 2009-2010 12. Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Sekolah (RAPBS) Madrasah Diniyah Tahun 2009-2010 13. Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Sekolah (RAPBS) SMP Tahun 2010-2011 14. Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Sekolah (RAPBS) SMA Tahun 2010-2011 15. Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Sekolah (RAPBS) Madrasah Diniyah Tahun 2010-2011 16. Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Sekolah (RAPBS) SMP Tahun 2011-2012 17. Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Sekolah (RAPBS) SMA Tahun 2011-2012 18. Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Sekolah (RAPBS) Madrasah Diniyah Tahun 2011-2012 19. Permohonan Dana Awal Bulan 20. Pertanggungjawaban Keuangan Bulanan 21. Struktur Organisasi SMP Islam Al-Kholidin 22. Struktur Organisasi SMA Islam Al-Kholidin 23. Struktur Organisasi Madrasah Diniyah Al-Kholidin Lampiran 1 : Profil SMP Islam Al-Kholidin 1. Nama Sekolah : SMP Islam Al-Kholidin 2. Nama Yayasan : Yayasan Pondok Pesantren Al-Kholidin 3. Kepala Sekolah : H. Rahmatullah. BA 4. Nomor Statistik Sekolah (NSS) : 202016306256 5. Nomor Identitas Sekolah (NIS) : 4313 6. NPSN : 20106963 7. NSP : A04062031 8. Alamat : Jl. Wijaya I / Iskandarsyah Raya Blok.O Kebayoran Baru Jakarta Selatan 12160 9. Izin Operasional : 02/B/YAK - 9 /XI/91 10. Akreditasi : B 11. Telepon : (021)7267928 12. Fax : (021)7234378 13. E-Mail : [email protected] Lampiran 2 : Profil SMA Islam Al-Kholidin 1. Nama Sekolah : SMA Islam Al-Kholidin 2. Nama Yayasan : Yayasan Pondok Pesantren Al-Kholidin 3. Kepala Sekolah : KH. Dr. Abdul Muhith AF 4. Nomor Statistik Sekolah (NSS) : 32016306161 5. Nomor Identitas Sekolah : 30071 6. Nomor Data Sekolah : 3001040080 7. Alamat : Jl. Wijaya I / Iskandarsyah Raya Blok.O Kebayoran Baru Jakarta Selatan 12160 8. Izin Operasional : No. 2139/A2. 1-2/KP/1997 9. Akreditasi : A 10. SK. Nomor : 273/C.C7/Kep/MN/1999 11. Telepon : (021)7234378 12. Fax : (021)7234378 13. E-Mail : [email protected] Lampiran 3 : Profil Madrasah Dinniyah Al-Kholidin 1. Nama Sekolah : Madrasah Diniyah Al-Kholidin 2. Nama Yayasan : Yayasan Pondok Pesantren Al-Kholidin 3. Kepala Sekolah : H. Muiduddin. MA 4. Nomor Statistik Sekolah (NSS) : - 5. Nomor Identitas Sekolah : - 6. Nomor Data Sekolah : - 7. Alamat : Jl. Wijaya I / Iskandarsyah Raya Blok.O Kebayoran Baru Jakarta Selatan 12160 8. Izin Operasional : - 9. Akreditasi : - 10. SK. Nomor : - 11. Telepon : (021)7234378/7267928 12. Fax : (021)7234378 13. E-Mail : - Lampiran 4 : Lampiran 21 : Struktur Organisasi SMP Islam Al-Kholidin Yayasan Pendidikan AlKholidin Komite Sekolah Kepala Sekolah SMP Islam Al-Kholidin Wakil Kepala Sekolah SMP Islam Al-Kholidin Bendahara SMP Islam AlKholidin Kepala Tata Usaha Unit Perpustakaan Wakasek Kurikulum Wali Kelas VII Wakasek Kesiswaan Wakasek Sarana Prasarana Wali Kelas VIII Siswa BP/BK Wali Kelas IX Lampiran 22 : Struktur Organisasi SMA Islam Al-Kholidin Yayasan Pendidikan AlKholidin Komite Sekolah Kepala Sekolah SMA Islam Al-Kholidin Wakil Kepala Sekolah SMA Islam Al-Kholidin Bendahara SMA Islam AlKholidin Kepala Tata Usaha Unit Perpustakaan Wakasek Kurikulum Wali Kelas X Wakasek Kesiswaan Wali Kelas XI-IPA Wakasek Sarana Prasarana Wali Kelas XI-IPS Siswa Wali Kelas XII-IPA BP/BK Wali Kelas XII-IPS Lampiran 23 : Struktur Organisasi Madrasah Diniyah Al-Kholidin Yayasan Pendidikan AlKholidin Komite Sekolah Kepala Sekolah Madrasah Al-Kholidin Wakil Kepala Sekolah Madrasah Al-Kholidin Bendahara Madrasah AlKholidin Kepala Tata Usaha Unit Perpustakaan Wakasek Kurikulum Wali Kelas X Wakasek Kesiswaan Wali Kelas X Wakasek Sarana Prasarana Wali Kelas X Wali Kelas X Siswa Wali Kelas X BP/BK Wali Kelas X