BAB IV TEMUAN PENELITIAN A. Bentuk

advertisement
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN
A. Bentuk-bentuk Harmoni Sosial Keagamaan
Dari hasil observasi dilapangan dan hasil wawancara kepada
informan diketahui bahwa ada beberapa bentuk kegiatan yang dilakukan
oleh masyarakat yang menyebabkan terbangunnya perilaku harmoni.
Bentuk-bentuk harmoni sosial yang ada di desa ini terjalin dalam semua
sisi kehidupan warga setempat. Baik dari sisi keagamaan, tradisi lokal, dan
sosial. Adapun bentuk-bentuk harmoni sosial antar umat beragama di desa
Gadingwatu sebagai berikut:
a. Kegiatan Sosial Keagamaan
Menciptakan kerukunan antar umat beragama merupakan kewajiban
seluruh warga negara Indonesia di tengah ke majemukan ini. Mulai dalam
hal ruang lingkup ketentraman, dan ketertiban serta menumbuh
kembangkan keharmonisan saling pengertian, saling menghormati dan
saling percaya di antara intern umat beragama. Setiap agama mempunyai
hari raya, perayaan hari raya tertentu di setiap agama dirayakan oleh
masing-masing pemeluknya sebab titik tolaknya adalah karena keyakinan
atau kepercayaan yang dianutnya. Contoh ketika perayaan keagamaan
tertentu baik pada perayaan Idul Fitri maupun pada perayaan Natal yang
terjadi di desa Gadingwatu mereka saling menghormati dan menghargai
61
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
62
dalam momen sakral perayaan hari besar mereka. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Bapak Finanda Tri Yonantan selaku tokoh agama Kristen di
dusun Pule:
“Ketika perayaan Natal pihak Gereja mengundang sebagian dari
tokoh agama Islam beserta perangkat desa untuk ikut menghadiri
dalam perayaan hari Natal. Yang kami undang tokoh agama Islam,
perangkat desa juga turut serta memenuhi undangan untuk ikut
menghadiri dalam undangan perayaan natal kami demikian
sebaliknya ketika perayaan keagamaan dalam agama Islam. Selain
itu warga muslim juga ikut serta menjaga keamanan dalam
perayaan Natal misalnya pengamanan pemarkiran, dan ikut serta
menjaga keamanan dusun Pule.”85
Hal ini sependapat dengan pemaparan Bapak Amrin selaku mudin
atau tokoh agama Islam yang ada di desa Gadingwatu menurutnya:
“Selama ini kegiatan perayaan hari keagamaan di dusun Pule
berjalan dengan lancar tanpa ada perpecahan maupun
permasalahan walaupun perbedaan keyakinan kita semua saling
menghormati dalam perayaan-perayaan hari besar keagamaan
tertentu baik dalam agama Islam dan Kristen. Pada waktu itu saya
beserta perangkat desa juga pernah di undang dalam perayaan
Natal di Gereja Kristus Gembala kami turun hadir dalam undangan
tersebut.”86
Berdasarkan penjelasan sebelumnya dapat dikatakan bahwa tokoh
agama baik Islam maupun Kristen mempunyai komitmen yang tinggi
untuk membangun kebersamaan. Di setiap kegiatan kedua tokoh umat
tersebut selalu memberikan arahan yang sifatnya mengiatkan umatnya
untuk lebih bersemangat dalam menjalankan ajaran agama dan demi
85
Finanda Tri Yonatan, Wawancara, Selaku Tokoh Agama Kristen di Dusun Pule Desa
Gadingwatu, Menganti 12 Januari 2017.
86
Amrin, Wawancara, Selaku Tokoh Agama Islam di Desa Gadingwatu, Menganti, 12
April 2017.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
63
meningkatkan kebersamaan dan keharmonisan. Karena posisinya sebagai
tokoh agama dan masyarakat, serta kedudukannya sebagai perangkat desa
adalah sangat strategis dalam membantu mewujudkan harmonisasi
hubungan antar agama.
Jika
dilihat
dari
keberagamaan
desa
Gadingwatu
yang
masyarakatnya beragama Islam dan Kristen, walaupun ada kegiatankegiatan tertentu di bidang keagamaan mereka tidak membatasi diri untuk
ikut serta dalam perayaan-perayaan tertentu. Seperti yang telah dipaparkan
oleh Bapak Finanda Tri Yonantan bahwa ketika perayaan Natal mereka
datang ke rumah tetangga yang non muslim, ikut serta menjaga keamanan
kampung, pemarkiran motor, mereka yang non muslim ikut terlibat.
Kebebasan dalam hal memeluk agama sangat dijunjung tinggi serta
perbedaan agama tidak menjadi jurang pemisah bagi mereka dalam
berinteraksi antar pemeluk agama yang berbeda. Seperti yang terlihat antar
tokoh agama Islam, Kristen, dan para tetangga baik muslim maupun non
muslim yang hidup berdampingan yang mana mereka setiap hari bertemu
dikarenakan rumahnya berdekatan. Hal tersebut bukanlah hal yang mudah
tanpa didasari oleh kesadaran dari masing-masing pihak benar-benar
mengutamakan pentingnya mewujudkan kerukunan di masyarakat yang
majemuk.
Dalam hal ini menurut Emile Durkheim, agama mempunyai fungsi
positif bagi integrasi masyarakat, baik pada tingkat mikro maupun makro.
Menurutnya di dalam memahami fungsi agama banyak peristilahan. Ia
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
64
mengatakan “berbagai peribadatan terlihat memiliki fungsi sosial tertentu,
peribadatan
itu
berfungsi
untuk
mengatur,
memperkokoh,
dan
mentransmisikan berbagai sentimen dari satu generasi ke generasi yang
lainnya. Sebagai tempat bergantung bagi terbentuknya aturan masyarakat
yang bersangkutan.”87
Masyarakat merupakan sebuah wadah bagi integrasi sosial dalam
pluralitas agama. Sebagaimana Durkheim memahami masyarakat dalam
dua tipe yaitu solidaritas mekanik dan solidaritas organik. Masyarakat
sebagai fakta sosial yang dan diberlakukan sebagai benda. Fakta sosial
berhubungan dengan dua hal yang penting yaitu kesadaran kolektif dan
gambaran kolektif. Menurut Durkheim seluruh kepercayaan yang dianut
bersama menjadi kekuatan untuk membentuk sistem yang mengatur
kehidupan dalam masyarakat.
b. Kegiatan Perayaan Kemerdekaan
Sudah menjadi kebiasaan bahwa kegiatan kenegaraan seperti
memperingati hari-hari besar nasional, khususnya hari ulang tahun negara
RI sudah tentu dilaksanakan secara bersama-sama seluruh warga negara
sebagai wujud kesadaran akan satu kesatuan bangsa. Biasanya masyarakat
yang berpartisipasi dalam kegiatan ini terdiri dari semua elemen
masyarakat baik lintas agama, suku, dan ras ikut berpartisipasi menyambut
perayaan hari kemerdekaan. Perilaku ini menunjukkan bahwa semua
87
Schraf, Sosiologi Agama, terj. Machnun Husein, 65.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
65
warga negara apapun agamanya yang mayoritas atau minoritas memiliki
kepedulian yang sama terhadap bangsa dan negara.
Kegiatan bersama
untuk memperingati hari kemerdekaan ini
diharapkan mampu merekatkan hubungan antara umat Islam dan Kristen
ini biasanya kedua umat yang mempunyai keyakinan yang berbeda ini
bersatu dalam sebuah kegiatan nasional dengan tujuan yang sama yakni
merayakan hari kemerdekaan. Bentuk harmoni sosial keagamaan
masyarakat ini terlihat dalam kegiatan perayaan kemerdekaan menurut
pemaparan remaja dusun Pule saudara Sri Wilujeng:
“Kegiatan perayaan HUT RI ini telah dipersiapkan dengan matang
bersama-sama oleh karang taruna remaja dusun Pule dengan
merancang berbagai macam acara mulai dari perlombaan anakanak, remaja, hingga ibu-ibu PKK. Kegiatan perayaan ini berjalan
lancar tanpa halangan apapun hingga hari terakhir yang ditutup
dengan acara pentas seni atau band-band dalam hal ini kami tidak
membawah-bawah masalah keyakinan semua kompak bersatu
berbaur bersama demi kelancaran acara perayaan hari
kemerdekaan.”88
Paparan lain mengenai kebersamaan dalam memperingati perayaan
kemerdekaan juga datang dari ibu Farida warga dusun Pule sebagai
berikut:
“Perayaan HUT sangat meriah dengan diadakannya lomba-lomba
mulai dari ibu-ibu, bapak-bapak maupun anak-anak kami berbaur
bersama saling antusias menyambut perayaan tujuh belasan ini,
terlihat kekompakannya tanpa ada perbedaan.”89
88
Sri Wilujeng, Wawancara, Selaku Remaja Karang Taruna Dusun Pule Desa
Gadingwatu, Menganti, 12 April 2017.
89
Farida, Wawancara, Selaku Warga dusun Pule desa Gadingwatu, Menganti, 12 April
2017.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
66
Dari pemaparan-pemaparan tersebut rasa kesatuan ini akan
membina rasa solidaritas dalam kelompok maupun perorangan, bahkan
kadang-kadang dapat membina rasa persaudaraan yang kokoh. Pada
beberapa agama rasa persaudaraan itu bahkan dapat mengalahkan rasa
kebangsaan. Integrasi sosial tercipta dalam masyarakat karena rasa
solidaritas sosial.
c. Kegiatan Pelaksaan Tradisi Lokal
Setiap masyarakat yang secara internal terikat oleh norma-norma,
nilai-nilai, maupun tradisi secara fitrah menginginkan kehidupan
kebersamaan dalam mewujudkan suasana aman, tentram, rukun,
dan
harmonis. Kebersamaan dalam kehidupan sosial budaya masyarakat
tersebut dalam keberagamaan agama dan kepercayaan menjadi fenomena
yang dapat dijadikan sebuah model bagaimana mengelolah harmoni sosial
dalam masyarakat multikiultur. Melaksanakan budaya warisan leluhur ikut
memberikan andil akan hal itu, walaupun terkadang praktek budaya
tersebut tidak ada dalam ajaran agama yang mereka anut.
Tradisi sedekah bumi atau biasa disebut tegal deso masih mereka
lakukan, kegiatan ini biasanya dilakukan setiap setahun sekali. Tradisi
berasal dari kata “tradissio” yang artinya mewariskan dapat diartikan
sebagai suatu yang sesuai tradisi, sesuai dengan kerangka-kerangka, pola-
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
67
pola, penerapan yang selalu berulang-ulang.90 Pelaksanaan tradisi sedekah
bumi merupakan salah satu kebudayaan masyarakat yang perlu dijaga
sebab merupakan identitas masyarakat tertentu. Masyarakat bagi
Durkheim adalah sebuah komunitas yang merupakan suatu wadah yang
paling sempurna bagi kehidupan bersama yang anggota-anggotanya
memiliki kesadaran kolektif dan memiliki rasa keterkaitan serta tunduk
pada norma-norma yang berlaku. Manusia sebagai anggota masyarakat
tidak dapat hidup sendiri dan tentu senantiasa berada dalam lingkungan
masyarakat.91 Sebagaimana yang telah dipaparkan oleh seorang warga
desa Gadingwatu:
“Kegiatan tegal deso atau biasa disebut dengan sedekah bumi ini
dilakukan bersama oleh semua warga desa Gadingwatu baik yang
beragama Islam dan Kristen kami semua berbaur bersama tanpa
membeda-bedakan keyakinan. Acara yang biasa diadakan dengan
tujuan memohon keselamatan desa semua orang yang ada di
dalamnya, dan apapun agamanya. Masyarakat desa yang beragama
Islam dan Kristen ikut berbaur dalam acara desa tersebut. Kegiatan
ini biasanya diadakan dengan membawa makanan, diadakannya
pagelaran wayang, dan acara hiburan-hiburan lainnya.”92
Tradisi-tradisi yang telah menjadi budaya bersama menjadi media
yang efektif untuk membangun relasi antar umat beragama. 93 Acara yang
digelar berupa makan-makan do’a bersama dan ditutup dengan acara
pagelaran wayang kulit tersebut merupakan budaya yang menyentuh
Puniatun, “Pelaksanaan Tradisi Sedekah Bumi Sebagai Upaya Untuk Memelihara
Kebudayaan Nasional” Jurnal Ilmiah PPKN IKIP Veteran Semarang, (Juni, 2013), 101.
91
Djuretna A. Imammuhni, Moral dan Religi Menurut Emile Durkheim dan Henri
Bergson (Yogyakarta: Kansius, 1994), 141.
92
Umi Maslaha, Wawancara, Selaku Warga desa Gadingwatu, Menganti, 12 April 2017.
93
Imam Baehaqi dkk., Agama dan Relasi Sosial Menggali Kearifan Dialog (Yogyakarta:
LkiS, 2002), 68.
90
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
68
dimensi kerakyatan yang menjadi sarana membangun relasi yang sehat di
tengah-tengah masyarakat. Meskipun tradisi sedekah bumi ini merupakan
wacana lama, namun masyarakat desa Gadingwatu transformasitransformasi sejalan dengan kesadaran akan pluralitas.
Solidaritas sosial adalah perasaan yang secara kelompok memiliki
nilai-nilai yang sama atau kewajiban moral untuk memenuhi harapanharapan peran. Sebab itu prinsip solidaritas sosial masyarakat meliputi
saling membantu, saling peduli, bisa bekerjasama, dan bekerjasama dalam
mendukung pembangunan di desa baik secara keuangan maupun tenaga
dan sebagainya. Kegiatan sedekah bumi atau biasa disebut dengan tegal
deso merupakan kegiatan tahunan yang dilakukan di desa Gadingwatu,
yang bisanya acara yang digelar berupa makan-makan do’a bersama dan
ditutup dengan acara pagelaran wayang kulit tersebut merupakan budaya
yang menyentuh dimensi kerakyatan yang menjadi sarana membangun
relasi yang sehat di tengah-tengah masyarakat.
Solidaritas seperti itu didasarkan pada kesadaran kolektif yaitu rasa
totalitas kepercayaan kebersamaan hingga individualitas masyarakat bisa
berkembang solidaritas seperti tersebut termasuk dalam solidaritas
mekanik menurut Durkheim. Masyarakat yang memiliki hubungan antara
individu dan atau kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan
kepercayaan yang dianut bersama dan diperkuat oleh pengalaman
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
69
emosional bersama.94Warga masyarakat secara sadar dan sukarela terlibat
dalam kegiatan ini. Mereka menyadari bahwa kegiatan ini merupakan
milik bersama kampung mereka sehingga mereka bertanggung jawab
untuk mensukseskannya. Sehingga rasa saling membantu, saling berbagi,
saling peduli, dan bekerjasama tetap terjaga dengan tujuan utama akan
terlaksananya tradisi yang merupakan agenda tahunan desa Gadingwatu.
d. Kegiatan Kerja Bakti
Dalam masyarakat pedesaan prinsip guyub dan rukun adalah
prinsip kehidupan yang selalu dipegang teguh. Bagi masyarakat Islam dan
Kristen di desa Gadingwatu yang mayoritas tinggal di pedesaan prinsip ini
bukan saja diaplikasikan dalam kegiatan-kegiatan sosial, tetapi
juga
kegiatan keagamaan. Diantara bentuk kegiatan desa yang dapat
mempersatukan dua komunitas yang berbeda agama ini adalah kegiatan
kerja bakti. Ketika dilakukan kegiatan gotong-royong, semua warga ikut
serta dalam kegiatan tersebut, tidak ada yang merasa lebih mulia karena
perbedaan agama yang dianutnya,yang ada sejajaran sebagai warga desa.
Gotong royong adalah sebagai bentuk interaksi kemasyarakatan yang
melibatkan banyak pihak menurut pemaparan bapak Kepala Dusun:
“Seluruh warga baik Islam maupun Krsiten semua ikut berbaur
menyiapkan persiapan pemakaman jenazah. Selain itu ada kegiatan
iuran kematian yang uang yang terkumpul digunakan untu biaya
perawatan peralatan kematian yang dipakai bersama-sama.
94
Paul Jhonson, Teori Sosiologi Klasik dan Modern, terj. Robert M.Z. Lawang (Jakarta:
PT. Gramedia, 1998), 182-183.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
70
Kegiatan ini mampu mempersatukan dua komunitas yang berbeda
agama tersebut.”95
Tujuan sosial antar warga yang dilakukan untuk mewujudkan rasa
saling tolong menolong, saling menghargai, saling peduli kepada satu
sama lain. Semua terlihat saling bahu membahu bekerja bersama-sama
tanpa memandang perbedaan kepercayaan. Bentuk solidaritas yang banyak
kita temui di masyarakat misalnya adalah kegiatan kerja bakti. Gotong
royong adalah rasa dan pertalian kesosialan yang sangat teguh dan
terpelihara. Kolektivitas terlihat dalam ikatan gotong-royong yang menjadi
adat masyarakat desa.
e. Kegiatan Politik Desa
Dalam kehidupan masyarakat ada anggapan bahwa akan selalu
dibutuhkan seorang pemimpin, sehingga akan muncul orang yang
diperintah dan memerintah orang yang lainnya. Hiruk pikuk warga dalam
pesta demokrasi desa berakhir dengan kembalinya kehidupan sebagaimana
awal mulanya. Masyarakat tidak terus menerus terjebak dalam sekat-sekat
kelompok pilihannya, hal ini ditandai dengan kehidupan yang penuh
tolong menolong maupun gotong royong. Pada jajaran pemerintah
setempat posisi yang ada ditempati oleh semua kalangan demi menjaga
kebersamaan dan keharmonisan warganya. Jabatan mulai dari tingkat RT,
RW, dan perangkat desa ditempati oleh semua kalangan yang
95
Djami’ Mulyono, Wawancara, Selaku Kepala Dusun Pule, Menganti, 07 Januari 2017.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
71
berkompeten.
Sebagaimana
yang
telah
diungkapkan
oleh
bapak
Djami’Mulyono:
“Di dusun Pule selama ini tidak ada sentimen agama dalam hal
kepemimpinan, dalam artian tidak pernah mempersoalkan
mengenai kepemimpinan yang berbeda keyakinan untuk
memimpin dan bagi yang dianggap berkompeten dipersilahkan.
Hal ini terjadi ketika kepala dusun dipimpin oleh seseorang yang
non muslim walaupun kondisi sekarang seimbang antara umat
Islam dan Kristiani. Dengan seorang pemimpin kepala dusun yang
non muslim tidak menghalangi kebersamaan kami dalam
bermasyarakat.”96
Dengan demikian tidak terjadi diskriminasi golongan tertentu,
semua memperoleh kesempatan yang sama.Selain itu intensitas pertemuan
yang sering diadakan oleh pihak pemerintah desa maupun warga setempat
menambah erat hubungan antar warga. Untuk menjadi seorang pemimpin
sering sekali menjadi masalah karena perbedaan keyakinan di tengah
kemajemukan di Indonesia ini, sehingga mereka yang sama-sama
mempunyai hak politik untuk menjadi pemimpin dinegaranya sendiri
menjadi masalah. Sebagaimana yang terjadi pada akhir-akhir ini menurut
salah satu tokoh agama masalah kepemimpinan sering dikaitkan dengan
larangan bagi seorang non muslim menjadi seorang pemimpin bagi orang
yang mempunyai kepentingan. Persoalan yang akhir-akhir ini terjadi
masalah pemilihan umum dikaitkan dengan masalah agama.
Namun dalam hal ini, masyarakat tidak terus menerus terjebak
dalam sekat-sekat kelompok pilihannya, karena setiap warga negara baik
muslim maupun non muslim sama-sama memiliki hak politik, salah
96
Djami’ Mulyono, Wawancara, Kepala Dusun Pule, Menganti, 07 Januari 2017.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
72
satunya memiliki hak untuk menjadi pemimpin di negara sendiri. UndangUndang Dasar1945 telah menjelaskan bahwa warga negara bersamaan
kedudukannya
di
dalam
hukum
dan
untuk
menduduki
jabatan
pemerintahan tanpa pengecualian. Proses interaksi yang dilakukan oleh
masyarakat dan komunikasi yang mampu dijaga dengan baik dalam
pergaulan sehari-hari. Karena dengan adanya komunikasi yang baik dapat
mencegah
terjadinya
konflik
dan
kesalahpahama
dalam
hal
kepemimpinan.
B. Faktor Pendukung dan Penghambat
1. Faktor Pendukung
Faktor pendukung harmoni sosial keagamaan dalam masyarakat
terwujud karena antar pemeluk agama atau intern agama yang berebeda
agama terdapat hubungan persaudaraan, terjadi simbiosis mutualisme atau
saling menguntungkan sesama baik dalam kehidupan sehari-hari maupun
kegiatan sosial keagamaan. Faktor pendukung yang dalam menjaga
harmoni sosial antar umat beragama yaitu sebagai berikut:
a. Ajaran Agama
Masing-masing
umat
beragama
dapat
memahami
dan
mengamalkan ajaran agama yang diyakini,dengan demikian keharmonisan
di desa Gadingwatu akan tetap terjaga. Misalnya dalam ajaran agama
Kristen yang selalu menekankan menebarkan cinta kasih terhadap sesama
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
73
manusia. Melalui hukum kasih yang merupakan pedoman hidup, yakni
mengasihi Allah dan sesama manusia, kasih merupakan hukum utama dan
yang terutama dalam kehidupan umat Kristen. Dalam ajaran Kristen
bahwa umat beragama yang mengasihi Allah, berarti kita ditutut untuk
mengasihi sesama yang berbeda yang juga ciptaan Allah.
Demikian pula ajaran agama Islam gambaran yang mana manusia
diciptakan dengan beragamnya perbedaan untuk saling mengenal dan
memahami. Hal ini telah banyak dijelaskan dalam ayat al-Qur’an dan
begitu juga dalam hadis yang terdapat banyak praktek toleransi antar umat
beragama.Tidak ada alasan bagi umat Islam untuk bersikap bermusuhan
dengan kaum penganut agama lain termasuk Kristen terutama dalam
masyarakat yang sangat heterogen seperti yang ada di Indonesia ini
kesediaan untuk bekerja sama merupakan keniscahyaan. Karena tidak
jarang konflik terjadi dipengaruhi oleh berbagai faktor lainnya seperti
adat-istiadat, beragamnya kelompok atau etnis dengan ciri dan sifatnya
tersendiri. Intinya adalah bahwa masing-masing agama mengajarkan untuk
hidup dalam kedamaian dan ketentraman. Pentingnya adanya kesadaran
dari masing-masing pemeluk agama ini membuat terbentuknya harmoni
sosial masyarakat sangat mudah terjalin. Sehingga masyarakat bisa dapat
hidup tenang, saling membantu, saling menghormati, dalam kehidupan
sehari-hari.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
74
b. Peran Pemerintah Setempat
Pemerintah desa setempat tidak membeda-bedakan warga yang
satu dengan yang lain, agar tidak menimbulkan kecemburuan sosial antar
warganya. Semua berhak mengisi posisi pemerintahan mulai dari RT, RW,
kepala dusun, dan kelurahan sehingga tidak mendiskriminasikan golongan
tertentu.Karena peran pemerintah yang diwajibkan untuk ikut andil dalam
menjaga kerukunan tersebut sangat mendukung dan berpengaruh terhadap
masyarakat yang dipimpinnya. Hubungan kerukunan umat beragama
dengan pemerintah juga telah dijelaskan di dalam tri kerukunan antar umat
beragama salah satunya yaitu kerukunan umat bergama dengan
pemerintah.
Dalam menjalankan roda pemerintahan, pemerintah setempat
berjalan seimbang dengan masyarakatnya berlaku adil dalam menciptakan
suasana yang harmoni. Karena kehidupan antar umat beragama tidak
terlepas dari adanya aturan pemerintah setempat mengatur tentang
kehidupan bermasyarakat. Masyarakat juga tidak hanya mentaati aturan
dalam agamanya masing-masing, akan tetapi juga mentaati hukum yang
berlaku di negara Indonesia. Bahwasannya Indonesia itu bukan negara
agama tetapi adalah negara bagi orang yang beragama. Sesama umat
beragama perlu menunjukkan kelapangan dada, keterbukaan serta
pengendalian diri untuk menempatkan kepentingan bersama diatas
kepentingan pribadi atau golongan.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
75
c. Peran Tokoh Agama
Keterkaitan peran tokoh agama Bapak Finanda Tri Yonatan dan
Bapak Amrin selaku salah satu tokoh agama yang menjadi panutan
masyarakat memiliki status sosial lebih tinggi dalam masyarakat, sehingga
tokoh agama dihormati oleh mayarakat. Beliau selalu mencotohkan dalam
kehidupan dikeluarganya, sebagaimana penuturan bapak Finanda Tri
Yonatan berikut:
“Bapak dan Ibu saya adalah seorang pemeluk Kristen tapi saudarasaudara saya ada yang memeluk Hindhu, dan Islam. Ketika hari
besar perayaan agama mereka, kami semua berkumpul bersama
bareng keluarga dengan senang hati saya juga ikut berkupul
bersama bareng mereka. Demikian sebaliknya ketika perayaan
Natalmereka datang kerumah saya rasa persaudaraan itu tetap
terjaga tanpa melihat perbedaan keyakinan.”97
Kepemimpinan para tokoh agama dapat memberikan contoh sikap
dan perilaku yang baik, di lingkungan keluarga maupun masyarakat yang
dapat beradaptasi dengan kelompok lain. Dalam hal ini terbentuknya
kerukunan tidak luput dari peran tokoh agama masing-masing yang
bertindak sebagai pengayom, pengawas, dan memberikan contoh atau
panutan dalam kehidupan bermasyarakat. Karena semua elemen
masyarakat saling bahu membahu mewujudkan masyarakat yang aman
dan damai sehingga peran tokoh agama sangat berpengaruh terjadinya
harmoni sosial masyarakat.
97
Finanda Tri Yonatan, Wawancara, Selaku Tokoh Agama Kristen di Dusun Pule Desa
Gadingwatu, Menganti 12 Januari 2017.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
76
2. Faktor Penghambat
Faktor-faktor pendukung terjadinya harmoni sosial, berikut ini
dapat kami simpulkan langsung dalam penelitian sesuai dengan masalahmasalah yang menjadi penghambat terjadinya harmoni sosial dalam
masyarakat Islam dan Kristen berikut ini:
a. Perkawinan Beda Agama
Masalah yang menjadi penghambat di dalam membangun harmoni
sosial
keagamaan
masyarakat
di
desa
ini
hanya
terjadi
pada
kesalahpahaman akan peralihan agama yang dilakukan oleh seorang yang
akan menikah, walaupun hal tersebut tidak sampai terjadi konflik. Dalam
kesempatan yang telah diberikan, penulis dapat mewawancarai seorang
yang berpindahan agama, dialami oleh salah satu warga. Hal ini terlihat
dalam proses konversi agama tiap orang memiliki kisahnya masingmasing, mereka mempunyai alasan untuk mengungkapkan apa yang
diyakininya.
Pihak keluarga sempat tidak menerima karena keyakinan untuk
berpindah agama, hingga pada akhirnya keluarganya pun memahami dan
mau menerima keputusan yang terbaik untuk kebaikan mereka. Dengan
perbedaan
agama
dalam
sebuah
keluarga,
mereka
tidak
mempermasalahkan lagi atas pilihannya yang mana awalnya pihak
keluarga yang sempat tidak menerima. Sementara di tempat lain
perpindahan agama ketika akan menikah dengan seorang yang berbeda
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
77
agama kerap sekali terjadi hingga berujung dengan konflik antar keluarga
karena pihak keluarga tidak mau menerima untuk berpindah agama.
Karena bagi mereka perkawinan beda agama akan mengakibatkan
hubungan yang tidak harmonis apalagi menyangkut hukum perkawinan,
warisan, dan harta benda.
b. Provokasi dari Luar
Selain itu faktor-faktor penghambat terjadinya harmoni sosial
keagamaan yaitu pengaruh atau provokasi dari orang-orang luar, karena
konflik biasanya terjadi apabila terdapat pendatang baru yang mencoba
mempengaruhi masyarakat.
Beberapa hal yang biasanya menimbulkan ketegangan di tengah
masyarakat misalnya adanya pendatang baru baik dari desa atau daerah
lain yang ingin bertempat tinggal di desa ini. Tidak jarang pula terkendala
oleh adanya kenyataan bahwa sosialisasi ajaran keagamaan di tingkat akar
rumput lebih banyak dikuasai oleh juru dakwah atau yang kurang peka
terhadap kerukunan umat beragama. Karena tidak jarang isu-isu atau
provokasi-provokasi seperti ini sering terjadi yang dilakukan untuk
kepentingan pribadi maupun kelompok. Bisa saja sebuah kerukunan antar
agama yang telah dibangun dengan bersusah payah selama bertahun-tahun
atau mungkin berpuluh-puluh tahun dalam mencapai tujuan sebuah
kerukunan akan menimbulkan konflik antar umat beragama.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Download