(RASKIN/RASTRA) TA 2016

advertisement
RAPAT KOORDINASI NASIONAL
SINKRONISASI DATA KEMISKINAN TAHUN 2016
Oleh
Menteri Sosial Republik Indonesia
Jakarta, 18 Februari 2016
1
Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
2
Bagan Alur Penyusunan Renstra 2015-2019
Kementerian/Lembaga
PANCASILA
UUD 1945
TRI SAKTI
Permen PPN/Bappenas No.
5 Tahun 2014 tentang
Pedoman Penyusunan dan
Penelahaan Renstra K/L
2015-2019
NAWA CITA
• Kerangka
Kelembagaan
• Kerangka Regulasi
• Kerangka Pendanaan
VISI MISI
PRESIDEN
RENSTRA KEMENTERIAN
SOSIAL 2015-2019
3
RPJMN 2015 2019
Perpres No. 46/2015
tentang Kemensos dan
Permensos RI No.
20/2015 tentang OTK
Kementerian Sosial
PIDATO TRISAKTI BUNG KARNO TAHUN 1963
• BERDAULAT SECARA POLITIK
• BERDIKARI SECARA EKONOMI
• BERKEPRIBADIAN SECARA SOSIAL BUDAYA
4
A. Visi Pembangunan Nasional (Visi Presiden)
Tahun 2015-2019
“Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan
Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”
Kementerian Sosial RI dalam 5 tahun kedepan (2015-2019) menyesuaikan
dengan Visi Pembangunan Nasional Tahun 2015-2019 (Visi Presiden)
5
DIREKTORAT JENDERAL
PERLINDUNGAN DAN JAMINAN SOSIAL
KEMENTERIAN SOSIAL RI
B. MISI PEMBANGUNAN NASIONAL (MISI PRESIDEN)
TAHUN 2015-2019
1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah,
menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim,
dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.
2. Mewujudkan masyarakat maju, berkesinambungan, dan demokratis
berlandaskan negara hukum.
3. Mewujudkan politik luar negeri bebas aktif dan memperkuat jati diri sebagai
negara maritim.
4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan
sejahtera.
5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.
6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan
berbasiskan kepentingan nasional.
7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.
6
DIREKTORAT JENDERAL
C. 9 AGENDA PRIORITAS
PEMBANGUNAN TAHUN 2015-2019
PERLINDUNGAN DAN JAMINAN SOSIAL
(NAWA
KEMENTERIAN SOSIAL
RI CITA)
1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman
kepada seluruh warga negara.
2. Membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih,
efektif, demokratis, dan terpercaya.
3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam
kerangka negara kesatuan.
4. Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang
bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.
5. Meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia.
6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional sehingga bangsa
Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.
7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi
domestik.
8. Melakukan revolusi karakter bangsa.
9. Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.
7
D. TUJUAN KEMENTERIAN SOSIAL
Tujuan akhir yang akan dicapai Kementerian Sosial
adalah
• Meningkatkan taraf kesejahteraan sosial penduduk
miskin dan rentan;
• Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dan
kelembagaan penyelengara kesejahteraan sosial;
8
E. SASARAN STRATEGIS KEMENTERIAN SOSIAL
Berkontribusi menurunkan jumlah Fakir Miskin (FM), kelompok rentan dan
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) lainnya sebesar 1% dari target
nasional pada tahun 2019, melalui :
• Meningkatnya kemampuan keluarga miskin dan rentan serta PMKS lainnya dalam
memenuhi kebutuhan dasar;
• Meningkatnya kemampuan penduduk miskin dan rentan, anak, penyandang disabilitas,
lanjut usia, dan kelompok marginal lainnya dalam pemenuhan hak dasar dan inklusifitas
Pengembangan kapasitas SDM dan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial dalam
penyelengaraan kesejahteraan sosial.
• Meningkatnya kapasitas SDM kesejahteraan sosial dalam penyelenggaraan
kesejahteraan sosial;
• Meningkatnya partisipasi aktif masyarakat dalam penyelengaraan kesejahteraan sosial;
• Meningkatnya kapasitas kelembagaan kesejahteraan sosial dalam penyelengaraan
kesejahteraan sosial.
9
F. ARAH KEBIJAKAN KEMENTERIAN SOSIAL TAHUN
2015-2019
Arah kebijakan Kementerian Sosial Tahun 2015-2019 dalam rangka
mendukung pencapaian Visi, Misi, dan Nawacita adalah sebagai berikut :
• Penyelenggaraan Perlindungan Sosial yang Komprehensif;
• Pengembangan penghidupan berkelanjutan (peningkatan kesejahteraan
keluarga);
• Perluasan dan peningkatan akses pelayanan dasar;
• Penguatan kelembagaan dan SDM penyelenggara kesejahteraan sosial.
10
G. TUGAS KEMENTERIAN SOSIAL
Kementerian Sosial mempunyai tugas
menyelenggarakan urusan di bidang rehabilitasi
sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial,
perlindungan sosial, dan penanganan fakir
miskin untuk membantu Presiden dalam
menyelenggarakan pemerintahan negara
11
UU N0 13 TAHUN 2011
TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN
12
PENDATAAN FAKIR MISKIN PASAL 8
1. MENTERI menetapkan kriteria fakir miskin sebagai dasar untuk melaksanakan
penanganan fakir miskin.
2. Dalam menetapkan kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (1) MENTERI
berkoordinasi dengan kementerian dan lembaga terkait.
3. Kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi dasar bagi lembaga yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kegiatan statistik untuk
melakukan pendataan.
4. MENTERI melakukan verifikasi dan validasi terhadap hasil pendataan yang dilakukan
oleh lembaga yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kegiatan
statistik sebagaimana dimaksud pada ayat (3).
13
LANJUTAN...
5. Verifikasi dan validasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilakukan secara
berkala sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun sekali.
6. Verifikasi dan validasi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dikecualikan apabila
terjadi situasi dan kondisi tertentu yang baik secara langsung maupun tidak
langsung mempengaruhi seseorang menjadi fakir miskin.
7. Verifikasi dan validasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilaksanakan oleh
potensi dan sumber kesejahteraan sosial yang ada di kecamatan, kelurahan atau
desa.
8. Hasil verifikasi dan validasi sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dilaporkan kepada
Bupati/Walikota.
9. Bupati/Walikota menyampaikan hasil verifikasi dan validasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (8) kepada Gubernur untuk diteruskan kepada MENTERI.
14
PASAL 9
1. Seorang fakir miskin yang belum terdata dapat secara aktif mendaftarkan diri
kepada lurah atau kepala desa atau nama lain yang sejenis di tempat tinggalnya.
2. Kepala keluarga yang telah terdaftar sebagai fakir miskin wajib melaporkan setiap
perubahan data anggota keluarganya kepada lurah atau kepala desa atau nama lain
yang sejenis di tempat tinggalnya.
3. Lurah atau kepala desa atau nama lain yang sejenis wajib menyampaikan
pendaftaran atau perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) kepada
bupati/walikota melalui camat.
4. Bupati/walikota menyampaikan pendaftaran atau perubahan data sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) kepada gubernur untuk diteruskan kepada MENTERI.
5. Dalam hal diperlukan, bupati/walikota dapat melakukan verifikasi dan validasi
terhadap pendaftaran dan perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (3).
15
PASAL 10
1. Data yang telah diverifikasi dan validasi harus berbasis teknologi informasi dan dijadikan
sebagai data terpadu.
2. Data terpadu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi tanggung jawab Menteri.
3. Data terpadu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dipergunakan oleh
kementerian/lembaga terkait dalam penanganan fakir miskin dan dapat diakses oleh
seluruh masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Kementerian/lembaga yang menggunakan data terpadu untuk menangani fakir miskin
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) melaporkan hasil pelaksanaannya kepada MENTERI.
5. Anggota masyarakat yang tercantum dalam data terpadu sebagai fakir miskin diberikan
kartu identitas.
6. Ketentuan lebih lanjut mengenai teknologi informasi dan penerbitan kartu identitas diatur
dengan Peraturan Menteri.
16
PENETAPAN
PASAL 11
1. Data fakir miskin yang telah diverifikasi dan divalidasi yang
disampaikan kepada MENTERI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
ayat (9) dan Pasal 9 ayat (4) ditetapkan oleh Menteri.
2. Penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan dasar bagi
Pemerintah dan pemerintah daerah untuk memberikan bantuan dan/atau
pemberdayaan.
3. Setiap orang dilarang memalsukan data fakir miskin baik yang sudah
diverifikasi dan divalidasi maupun yang telah ditetapkan oleh MENTERI.
17
ANALISIS SITUASI KEMISKINAN
DAN MASALAH SOSIAL
18
KETIMPANGAN (GINI RATIO) DAN KEMISKINAN
(MARET 2015 28.59 JUTA (11.22%) DAN SEPTEMBER 2015 28.51 JUTA (11.13%))
Target
0,39
25,63
10
2016
Kesenjangan Ekonomi (GINI Ratio)
Populasi Penduduk Miskin (Juta Jiwa)
19
Mar
Presentase Penduduk Miskin (%)
Sept
KONDISI DAN TARGET KEMISKINAN
•Bulan Maret 2015 angka kemiskinan mencapai 11.22%
(28.59jt) naik 0,26% dibanding September 2014. Namun
pada September 2015 turun sedikit 0.09% menjadi
11.13% (28.51) dibanding Maret 2015.
•Target dalam APBN 2016, Gini Ratio 0.39; Kemiskinan
9-10% Indeks pembangunan Manusia naik dari 69,4
menjadi 70,1.
20
Laju Pertumbuhan Pengeluaran Perkapita 2010-2015
Rp.344.809/kap/bln
11.13%
Pertumbuhan rata-rata per tahun %
6
Rp.1.034.409/kap/bln
Rp.517.213/kap/bln
80%
40%
5
4
3
2.4%
2
1
0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 41 43 45 47 49 51 53 55 57 59 61 63 65 67 69 71 73 75 77 79 81 83 85 87 89 91 93 95 97 99
28,51 juta
Miskin
Percentiles
73,95 juta
102,46 juta
Retan
50,55 juta
Menengah
Growth in mean
Atas
Growth Incidence 2010 to 2014
Sumber: Susenas 2014 & 2015, World Bank 2016 dan perhitungan Kemensos 2016
Catatan:
1. Garis kemiskinan (11,13%) didasarkan Susenas September 2015, sedangkan laju pertumbuhan pengeluaran perkapita berdasarkan Susenas 2014
2.
3.
Pengeluaran per kapita per bulan adalah pengeluaran rata-rata untuk kelompok masyarakat antara persentil 0 – 11 (miskin), 12 – 40 (rentan), 41-80
(menengah) dan 81 – 100 (atas)
Pertumbuhan untuk kelompok miskin, rentan dan menengah lebih kecil dibandingkan dengan kelompok atas. Namun, pertumbuhan kelompok
miskin lebih besar dari kelompok rentan dan menengah. Secara rata-rata, pertumbuhan lebih kecil dibandingkan dengan tahun 2008 – 2012 untuk
semua rumah tangga yang disurvai oleh Susenas
4.
Perhitungan proyeksi penduduk didasarkan estimasi jumlah penduduk dari BPS 2015 sebanyak 255.472.000 jiwa.
21
22
898.21
225.54
72.64
327.77
153.21
206.52
345.02
864.52
406.34
217.14
40.93
209.89
189.16
148.13
405.51
1160.53
802.29
218.79
690.66
485.56
368.67
114.84
66.62
1100.68
322.83
1112.53
311.57
562.92
349.53
1508.14
859.41
4775.97
4505.78
4485.66
JUMLAH PENDUDUK MISKIN BERDASAR PROPINSI
(BPS, SEPTEMBER 2015)
JUMLAH PENDUDUK MISKIN (DALAM RIBUAN)
Series 1
703.60
727.76
780.38
1779.14
1789.57
1571.15
1063.47
88.15
317.36
48.72
99.41
72.48
116.68
80.82
129.16
13.32
27.61
58.00
159.14
79.25
327.09
157.18
707.34
56.77
228.25
27.01
179.51
22.51
130.70
51.60
276.17
8.29
64.35
18.82
206.72
30.28
667.93
418.95
271.71
115.80
102.99
377.28
425.01
97.06
292.64
192.92
118.48
231.05
174.79
388.13
125.60
185.97
360.73
751.80
106.00
216.83
197.94
902.74
18.83
47.79
83.09
31.75
368.67
0.00
155.81
3204.82
2716.21
2706.52
JUMLAH PENDUDUK MISKIN KOTA & DESA
(BPS, SEPTEMBER 2015)
(DALAM RIBUAN)
KOTA
DESA
23
HASIL VERIFIKASI DAN VALIDASI DATA
PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN KESEHATAN
24
Rekapitulasi Verivali PBI JK (KIS)
Per Tanggal 20 November 2015
Data Awal
Meninggal
Ganda
Mampu
Jumlah
Penghapusan
Total Akhir
86.400.000
615.665
159.648
979.096
1.754.409
1.754.409
86.400.000
100%
• Pencetakan KIS saat ini berdasarkan SK Mensos Nomor 25/HUK/2014 dan SK Mensos Nomor
42/HUK/2015 tanggal 24 April 2015
• Hasil Verifikasi dan Validasi Data PBI-JK tahun 2015 selesai pada tanggal 20 November 2015 dan
akan digunakan untuk penetapan PBI-JK tahun 2016
• Usulan pengganti dilengkapi/ diperbaiki oleh daerah,
25
Rekapitulasi hasil verivali
NO
PROPINSI
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
ACEH
BALI
BANTEN
BENGKULU
DI YOGYAKARTA
DKI JAKARTA
GORONTALO
JAMBI
JAWA BARAT
JAWA TENGAH
JAWA TIMUR
KALIMANTAN BARAT
KALIMANTAN SELATAN
KALIMANTAN TENGAH
KALIMANTAN TIMUR
KALIMANTAN UTARA
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
KEPULAUAN RIAU
LAMPUNG
MALUKU
MALUKU UTARA
NUSA TENGGARA BARAT
NUSA TENGGARA TIMUR
PAPUA
PAPUA BARAT
RIAU
SULAWESI BARAT
SULAWESI SELATAN
SULAWESI TENGAH
SULAWESI TENGGARA
SULAWESI UTARA
SUMATERA BARAT
SUMATERA SELATAN
SUMATERA UTARA
Grand Total
DATA AWAL
MENINGGAL
GANDA
MAMPU
JUMLAH
2.170.960
904.863
3.221.966
628.605
1.572.154
1.271.291
504.293
821.557
14.758.325
14.151.037
14.001.871
1.343.859
753.526
449.376
639.937
144.076
212.826
333.633
3.087.541
754.627
328.965
2.259.557
2.671.319
2.833.379
760.422
1.304.716
504.423
2.944.923
1.131.065
984.912
790.860
1.533.170
2.433.669
4.192.297
13.829
1.293
8.675
2.554
28.802
3.846
7.727
2.681
92.928
119.421
171.861
5.946
15.774
1.608
2.621
662
3.160
38
9.089
1.040
1.214
15.748
8.925
430
0
4.948
1.014
12.902
5.233
5.093
14.935
9.096
15.297
27.275
905
344
660
328
1.340
260
1.414
128
8.401
25.532
10.426
302
4.980
28
264
563
323
0
3.249
80.901
318
987
1.073
27
0
344
67
1.438
951
192
370
1.432
4.955
7.146
17.108
20.664
12.963
7.278
5.641
2.414
11.318
10.446
57.050
256.547
147.653
6.563
18.335
5.358
31.606
3.205
20.376
36
120.977
2.134
4.254
10.461
4.032
8.016
0
21.183
770
29.861
24.504
6.520
8.162
14.960
62.549
26.152
31.842
22.301
22.298
10.160
35.783
6.520
20.459
13.255
158.379
401.500
329.940
12.811
39.089
6.994
34.491
4.430
23.859
74
133.315
84.075
5.786
27.196
14.030
8.473
0
26.475
1.851
44.201
30.688
11.805
23.467
25.488
82.801
60.573
86.400.000
615.665
159.648
979.096
1.754.409
26
PENETAPAN PBI JK 2016
Penetapan PBI 2016 : 92.400.000 jiwa (SK Mensos No
170/HUK/2015 tgl 9 Desember 2015) terdiri dari:
• Hasil verivali (86.400.000 - 1.754.409+1.674.516) : 86.329.107
jiwa
• Tambahan 2015: 1.831.816 jiwa
• Tambahan 2016: 3.848.077 jiwa
• Bayi baru lahir 2016: 400.000 jiwa*)
*) Estimasi BBL 400.000 (surat Sekjen Kemenkes)
27
APBNP 2016
Potensi PBI dalam APBNP 2016 (Belum tertampung):
• Sebanyak 2.236.119 jiwa usulan daerah dan
• Sebanyak 8.573.325 jiwa PKH belum terima KIS.
• Total 10.809.444 jiwa.
Diusulkan agar diajukan dalam APBNP 2016
28
PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH)
29
PROGRAM KELUARGA HARAPAN
PENGERTIAN
Program Keluarga Harapan
(PKH) adalah program bantuan
tunai bersyarat (Conditional
Cash Transfer/CCT) kepada
Keluarga Sangat Miskin (KSM).
TUJUAN
Membantu keluarga sangat
miskin untuk memastikan
generasi berikutnya sehat dan
menyelesaikan pendidikan dasar
30
PROGRAM
KELUARGA
HARAPAN - PKH
DIREKTORAT
JENDERAL
PERLINDUNGAN
JAMINAN
SOSIAL
BANTUANDAN
TUNAI
BERSYARAT
KEMENTERIAN
SOSIALCash
RI Transfer)
(Conditional
 PKH diarahkan untuk membantu keluarga sangat miskin dalam memenuhi
kebutuhan pendidikan dan kesehatan, selain memberikan kemampuan kepada
keluarga untuk meningkatkan konsumsi.
 PKH diharapkan dapat mengubah perilaku Keluarga Sangat Miskin untuk
memeriksakan ibu hamil /Nifas/Balita ke fasilitas kesehatan, dan mengirimkan anak
ke sekolah dan fasilitas pendidikan.
 Dalam jangka panjang, PKH diharapkan dapat memutus mata rantai kemiskinan
antar-generasi.
31
SYARAT PESERTA PKH
KSM yang memenuhi satu atau beberapa kriteria:
Ibu Hamil/Nifas
Anak SMA dan
sederajat
Anak SMP dan
sederajat
Anak SD
Anak Usia Di
dan sederajat
bawah Enam
Anak Usia
Tahun
pra sekolah
32
Rp. 1.200.000
2,271.905
Rp. 450.000
4.744.715
Rp. 1.900.000
Rp. 750.000
Bantap
Bantuan
tetap
6.000.000 KSM
6.000.000
KSM
@.Rp.
Rp. 500.000
500.000
@.
951.350
1.426.824
Rp. 1.000.000
Rp. 3.100.000
274.358
533.998
33
33
PROGRAM KELUARGA HARAPAN
REVIEW 2015 DAN RENCANA PERLUASAN 2016
34
PERKEMBANGAN PKH 2007 - 2015
PROVINSI PESERTA PKH
∑ Provinsi
33
33
34
34
25
20
13
13
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
7
13
13
20
25
33
33
34
34
7
Tahun
PROVINSI
35
PERKEMBANGAN PKH 2007 - 2015
KABUPATEN/KOTA PESERTA PKH
∑ Kab/Kota
500
472
450
433
400
350
336
300
250
200
169
150
119
100
88
70
70
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
48
70
70
88
119
169
336
433
472
50
48
0
KAB/KOTA
36
PERKEMBANGAN PKH 2007 - 2015
∑ Kecamatan
KECAMATAN PESERTA PESERTA PKH
7000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
Kecamatan
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
337
637
781
946
1387
2001
3417
37
2014
2015
4870
6107
PERKEMBANGAN PKH 2007 - 2015
NILAI BANTUAN PESERTA PKH
∑ KSM
6,000,000,000,000
5,000,000,000,000
4,000,000,000,000
3,000,000,000,000
2,000,000,000,000
1,000,000,000,000
-
2007
KSM 507,575,983,
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
767,594,335,
923,943,379,
929,414,000,
1,282,205,20
1,540,207,37
2,938,567,38
3,872,901,11
5,576,291,15
( x 1000)
38
39
115,564
108,043
73,608
83,369
86,850
41,642
24,813
29,910
42,408
13,764
35,570
7,243
4,817
5,727
26,242
6,684
4,198
18,856
8,848
18,515
36,238
22,189
20,455
22,514
28,318
119,577
86,409
28,214
5,030
14,271
79,753
546,516
506,381
489,731
JUMLAH KSM PER PROPINSI
(PESERTA PKH 2015 SEBELUM APBNP)
40
39,631
108,860
55,181
31,556
215,681
152,234
114,091
147,115
120,967
100,473
49,124
24,016
41,883
13,851
11,232
15,767
35,226
7,796
4,998
21,076
15,456
27,564
46,780
30,098
27,625
21,990
28,311
30,595
6,259
22,944
94,949
604,295
642,734
599,696
JUMLAH KSM PER PROPINSI
(PESERTA PKH 2015 SETELAH APBNP)
PERLUASAN PROGRAM KELUARGA
HARAPAN 2016
41
KABUPATEN YANG BELUM BERGABUNG DENGAN PKH
42 Kab/Kota
Kabupaten/Kota Belum Bergabung PKH
Kabupaten/Kota Berdasarkan Lokasi
8 Kab/Kota di luar
Papua dan Papua
Barat
Kabupaten/Kota Terdata Dalam PBDT
8 Kab/Kota, 61 Kec
Kecamatan Dengan Jumlah Keluarga >
100
Sumber : Bappenas
44 Kecamatan
di 8 Kab/Kota
17 Kecamatan
di 3 Kab/Kota
(>100)
(<100)
34 Kab/Kota di
Papua dan Papua
Barat
17 Kab/Kota, 146
Kec terdata
lengkap*
136 Kecamatan
di 17 Kab/Kota
(>100)
10 Kecamatan
di 5 Kab/Kota
(<100)
Termasuk 32
Kecamatan Ibu
Kota Kab/Kota
Termasuk 2
Kecamatan Ibu
Kota Kab/Kota
42
17 Kab/Kota tidak
terdata lengkap
Termasuk 2
Kecamatan Ibu
Kota Kab/Kota
TAHUN 2016 PENERIMA DIPERLUAS MENJADI
6 JUTA KELUARGA DENGAN PENINGKATAN :
• Manfaat untuk membantu mengatasi masalah
malnutrisi,
• Komponen bagi keluarga yang memiliki penyandang
disabilitas (diestimasikan terdapat 163.323 jiwa
penyandang disabilitas berat /ODKB).
• Komponen bagi lanjut usia kurang mampu diatas usia 70
tahun diperkirakan 125.000 dengan jumlah
menyesuaikan dengan ketersediaan anggaran (untuk
lansia anggaran masih dibintang).
43
KOMPLEMENTARITAS MERUPAKAN KOMPONEN PELENGKAP PROGRAM
UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN DASAR KSM
PIP
Program
Indonesia pintar
PSKS
PKH
RUTILAHU
PIS
Program
Indonesia Sehat
KUBE/UEP
RASTRA
44
STUDI DAMPAK
45
CCT INDONESIA DIBANGUN BERDASARKAN PENGALAMAN YANG
TELAH TERBUKTI MENGENAI CCT DI SELURUH DUNIA
• Tren global menempatkan CCT di pusaran modernisasi sistem
bantuan sosial—lebih dari 70 negara memiliki CCT pada tahun 2014
• CCT bertujuan untuk memberikan bantuan jangka pendek untuk
masyarakat miskin dan untuk mengurangi kemiskinan dan
ketimpangan dalam jangka panjang dengan cara memberikan
insentif untuk investasi dalam sumber daya manusia
• Insentif mendorong perubahan sosial dan menciptakan tanggung
jawab bersama antara penerima manfaat
• CCT menyadari kebutuhan untuk mengatasi baik sisi permintaan
maupun kendala suplai sampai dengan akumulasi sumber daya
manusia.
46
CASH TRANSFER KEPADA MASYARAKAT MISKIN ADALAH SALAH SATU CARA YANG
PALING EFEKTIF UNTUK MENGURANGI KEMISKINAN DAN KETIMPANGAN, TAPI ALOKASI
APBN UNTUK BANTUAN INI MASIH SEDIKIT, TERUTAMA UNTUK PKH (CCT) YANG DINILAI
PALING EFEKTIF.
Pengeluaran untuk bantuan
langsung masih sedikit …
3.0
80
2.5
60
2.0
1.5
40
1.0
20
0.5
0
0.0
Direct
All
Transfers Education
Effectiveness Index
Health
Energy
Subsidies
Spending as % GDP
0.3
300
Indeks Efektivitas
(Effectiveness Index)
Indeks Efektivitas
(Effectiveness Index)
3.5
100
350
0.2
250
200
0.2
150
0.1
100
0.1
50
0
0.0
PKH
Raskin
Effectiveness Index
Persen dari PDB (Percent of GDP)
4.0
Persen dari PDB (Percent of GDP)
120
…terutama untuk bantuan dengan
biaya yang paling efektif: PKH (CCT)
BSM
Spending as % GDP
Catatan: Indeks Efektivitas didefinisikan sebagai dampak program terhadap perubahan koefisien Gini dibagi
dengan total pengeluaran program tersebut.
Sumber : World Bank 2014
47
47
PERKEMBANGAN IMPLEMENTASI CCT DI INDONESIA (2007-2016)
Catatan: Jumlah pengeluaran CCT (PKH) dan penerima manfaat tahun 2007-2015 merupakan pengeluaran sesuai
realisasi. Untuk tahun 2016 berbasis dokumen perencanaan anggaran negara yang sudah dibahas bersama oleh
Kementerian Keuangan, Bappenas dan Kementerian Sosial pada November 2015.
Sumber: Kementerian Sosial (2015) dan Bappenas (2015)
48
KARENA CAKUPAN CCT INDONESIA TERLALU KECIL, BELUM
SIGNIFIKAN MENGURANGI KEMISKINAN DAN KETIMPANGAN
SECARA NASIONAL
Cakupan CCT dari populasi jauh lebih
rendah dibandingkan CCT lain di
seluruh dunia.
Coverage (% of population)
30
25
20
CCT Indonesia sampai tahun 2014
hanya mencakup 7% keluarga sangat
miskin (KSM).
15
10
Indonesia
X
5
0
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Brazil
Colombia
Sumber: World Bank 2015
Mexico
Peru
Philippines
Indonesia
49
MEKANISME CCT DALAM MENGURANGI KEMISKINAN DAN KETIMPANGAN
GAGAL AKSES & MASALAH
KUALITAS
MENDORONG PEMDA
MENINGKATKAN LAYANAN PUBLIK
PENGEMBA-NGAN
MODAL MANUSIA
KETERSEDIAAN
INFRASTRUKTUR
(sekolah, RS, dst)
PENINGKATAN
PENYEDIA LAYANAN
KESEJAHTERAAN SOSIAL
(Bantuan Sosial)
PENINGKATAN
PENERIMA LAYANAN
ALOKASI SUMBERDAYA
CCT
PERKEMBANGAN
EKONOMI
Mekanisme pasar tidak
cukup
mengatasi
masalah
kemiskinan
dan
ketimpangan.
Oleh
karenanya
dibutuhkan intervensi
Pemerintah.
Sumber: Bappenas, 2015
STIMULASI JASA PUBLIK BAGI
PENERIMA LAYANAN
Rendahnya kesadaran
akan kesempatan jangka
panjang sehingga
cenderung lupa
berinvestasi pada modal
manusia.
PILIHAN ALOKASI SUMBERDAYA
UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS
PRODUKTIVITAS
MEMUTUS SIKLUS KEMISKINAN LEWAT
DAMPAK PENDAPATAN DAN INVESTASI
MODAL MANUSIA
50
KONSUMSI
LANGSUNG
PENURUNAN
KEMISKINAN
DAN
KETIMPANGAN
PERLUASAN CCT SECARA MASIF DI INDONESIA DAPAT
BERDAMPAK SECARA SIGNIFIKAN DALAM MENGURANGI
KEMISKINAN DAN KETIMPANGAN
 PKH saat ini mencakup sekitar 3,5 juta KSM, dengan rencana perluasan
menjadi 6 juta KSM dalam APBN 2016
 Usulan perluasan PKH menjadi PKH-KKS akan mencakup 18,1 juta
keluarga pemegang kartu, atau sekitar 25 persen dari seluruh keluarga
Indonesia.
 Selain secara signifikan memperluas jumlah KSM yang dicakup, PKH-KKS
akan mencakup semua rumah tangga KKS, baik mereka yang memiliki
anak atau tidak
 Keluarga tanpa anak-anak akan mengikuti kondisionalitas yang berbeda,
misalnya, pemeriksaan kesehatan untuk orang tua
51
LANJUTAN...
 Efek dari perluasan tersebut terhadap kemiskinan dan ketimpangan dianalisis
berdasarkan 3 skenario yang diperlihatkan pada halaman selanjutnya dengan
mempertimbangkan 3 opsi bantuan per bulan di bawah ini:
Rp.182.000 per bulan per keluarga (manfaat PKH rata-rata saat ini)
Rp.250.000 per bulan per keluarga (manfaat PKH-KKS yang diusulkan)
Rp. 300.000 per bulan per keluarga (manfaat PKH-KKS yang diusulkan di tahun 2018)
Catatan :
1. Menurut Bank Dunia signifikansi dampak CCT antara 16-25% dari pengeluaran, seperti di Brazil sebesar 19% (sekitar Rp.
328.000,- per bulan per keluarga di Indonesia)
2. Pengeluaran perbulan menurut BPS bagi penduduk kategori miskin sebesar Rp. 344.809 per jiwa. Dengan asumsi 3 anak
maka Rp. 344.809 x 5 = Rp. 1.724.045.
3. Jika 20.30% dari pengeluaran, maka per bulan per keluarga mendapatkan Rp. 350.000
Jika 17,40% dari pengeluaran, maka per bulan per keluarga mendapatkan Rp. 300.000
Jika 14,50% dari pengeluaran, maka per bulan per keluarga mendapatkan Rp. 250.000
Saat ini baru 10,56% dari pengeluaran per bulan per keluarga, sebesar Rp. 182.000
52
SIMULASI PENGEMBANGAN CCT 2016-2018
I
TAHUN 2016 Skenario 1
URAIAN
Ia
PESERTA
WAKT BANTUAN/BU
BANSOS
U
LAN
12
182,000
7,665,957,936,000
Peserta Existing 2015
3,510,054
Saturasi Kecamatan
Pengembangan
Kabupaten
JUMLAH
2,107,299
10
182,000
3,835,284,180,000
382,647
3
182,000
208,925,262,000
6,000,000
ARGUMEN
Indeks bantuan sama
dengan 10,56%
pengeluaran perkapita
KEMISKINAN GINI RATIO Efficiency Index
10.43
0.406
17.08
11,710,167,378,000
TAHUN 2016 Skenario 2
URAIAN
PESERTA
WAKT BANTUAN/BU
BANSOS
U
LAN
12
250,000
10,530,162,000,000
Peserta Existing 2015
3,510,054
Saturasi Kecamatan
Pengembangan
Kabupaten
JUMLAH
2,107,299
10
250,000
5,268,247,500,000
382,647
3
250,000
286,985,250,000
6,000,000
ARGUMEN
Indeks bantuan
ditingkatkan menjadi
14,50% dari
pengeluaran perkapita
KEMISKINAN GINI RATIO Efficiency Index
10.23
16,085,394,750,000
53
0.405
18.65
SIMULASI PENGEMBANGAN CCT 2016-2018
Ib TAHUN 2016 Skenario 3
PESERTA
WAKTU
BANTUAN/B
ULAN
Peserta Existing 2015
3,510,054
12
250,000
Saturasi Kecamatan
4,563,787
10
250,000
382,647
3
250,000
URAIAN
Pengembangan
Kabupaten
JUMLAH
8,456,488
BANSOS
ARGUMEN
KEMISKINAN GINI RATIO Efficiency Index
10,530,162,000,000 Perluasan keluarga
dalam Kecamatan &
indeks bantuan
11,409,467,500,000
14,50% dari
pengeluaran, serta
286,985,250,000
kapasitas
maksimum
operasionalisasi
22,226,614,750,000
program
9.53
0.403
22.50
September 2015 Kemiskinan 11.13% dan Gini Rasio 0,408. Sudah tersedia anggaran Rp.10 T di APBN 2016.
Catatan: Semua hal tetap sama. Simulasi dari Susenas. Konsumsi per kapita penerima PKH baru meningkat dan kemiskinan dan ketimpangan diestimasi ulang dengan menggunakan garis kemiskinan saat ini. Dampak kemiskinan dan ketimpangan mengecualikan efek pertumbuhan ekonomi
di masa depan, peningkatan pendapatan rumah tangga atau inflasi yang lebih tinggi. Tren sebenarnya akan tergantung pada semua ini.
Indeks Efektivitas (Efficiency index) didefinisikan sebagai dampak program terhadap koefisien Gini dibagi dengan pengeluaran program tersebut.
Sumber: Hasil perhitungan World Bank (2016)
54
LANJUTAN...
Iia
TAHUN 2017 Skenario 1
PESERTA
WAKTU
BANTUAN/BU
LAN
BANSOS
ARGUMEN
Peserta Existing 2016
8,456,488
12
250,000
25,369,464,000,000
Saturasi Kecamatan
6,523,203
10
250,000
16,308,007,500,000
JUMLAH
14,979,691
KPS Valid, Pecahan
Keluarga & indeks
bantuan 14,50% dari
pengeluaran
URAIAN
Iib
41,677,471,500,000
KEMISKINAN GINI RATIO Efficiency Index
8.13
0.398
23.99
TAHUN 2017 Skenario 2
PESERTA
WAKTU
BANTUAN/BU
LAN
BANSOS
Peserta Existing 2016
8,456,488
12
250,000
25,369,464,000,000
Saturasi Kecamatan
7,339,390
10
250,000
JUMLAH
15,795,878
URAIAN
ARGUMEN
Hasil verivali keluarga
18,348,475,000,000 ditambah usulan baru &
indeks bantuan 14,50%
dari pengeluaran
43,717,939,000,000
KEMISKINAN GINI RATIO Efficiency Index
7.93
55
0.397
25.16
LANJUTAN...
III a
TAHUN 2018 Skenario 1
PESERTA
WAKTU
BANTUAN/BU
LAN
BANSOS
Peserta Existing 2017
15,795,878
12
300,000
56,865,160,800,000
Saturasi Kecamatan
2,351,652
10
300,000
7,054,956,000,000
JUMLAH
18,147,530
URAIAN
ARGUMEN
25% keluarga & indeks
bantuan 17,40% dari
pengeluaran
KEMISKINAN GINI RATIO Efficiency Index
7.33
0.394
21.90
63,920,116,800,000
Catatan:
Berdasarkan hasil efficiency index, walaupun cakupan PKH meningkat, dari perspektif anggaran terhadap dampak tidak terlalu efisien pada
Skenario 2 pada tahun 2018. Oleh karena itu, perlu dipertimbangkan peningkatan komplementaritas dalam program-program perlindungan
sosial.
Penurunan Gini Rasio lebih sulit dibandingkan penurunan angka kemiskinan. Penurunan Ketimpangan tergantung banyak variabel, misalnya,
antara lain, integrasi program perlindungan sosial, kebijakan perpajakan, investasi di bidang Pendidikan serta hubungan tenaga kerja.
Sumber: Hasil perhitungan World Bank (2016)
56
LANJUTAN...
II a TAHUN 2017 Skenario 1
PESERTA
WAKTU
BANTUAN/B
ULAN
BANSOS
Peserta Existing 2016
8,456,488
12
350,000
35,517,249,600,000
Saturasi Kecamatan
6,523,203
10
350,000
JUMLAH
14,979,691
PESERTA
WAKTU
BANTUAN/B
ULAN
Peserta Existing 2016
8,456,488
12
350,000
Saturasi Kecamatan
7,339,390
10
350,000
JUMLAH
15,795,878
URAIAN
ARGUMEN
KPS Valid, Pecahan
22,831,210,500,000 Keluarga & indeks
bantuan 20% dari
pengeluaran
58,348,460,100,000
KEMISKIN
AN
GINI RATIO
Efficiency Index
7.06
0.394
23.98
KEMISKIN
AN
GINI RATIO
Efficiency Index
6.94
0.393
24.05
II b TAHUN 2017 Skenario 2
URAIAN
BANSOS
ARGUMEN
Hasil verivali
keluarga ditambah
25,687,865,000,000 usulan baru &
indeks bantuan
20% dari
61,205,114,600,000
pengeluaran
35,517,249,600,000
57
LANJUTAN...
III a TAHUN 2018 Skenario 1
URAIAN
Peserta Existing 2017
PESERTA
WAKTU
BANTUAN/
BULAN
BANSOS
15,795,878
12
350,000
66,342,687,600,000
Saturasi Kecamatan
2,351,652
JUMLAH
18,147,530
10
350,000
8,230,782,000,000
ARGUMEN
25% keluarga &
indeks bantuan
20% dari
pengeluaran
KEMISKINAN GINI RATIO
6.64
0.391
Efficiency Index
22.17
74,573,469,600,000
Catatan:
Hasil simulasi dengan menggunakan asumsi bantuan per bulan sebesar Rp 350.000
Sumber: Hasil perhitungan World Bank (2016)
58
PERLUASAN CCT MENCIPTAKAN KESEMPATAN YANG UNIK UNTUK
MENGKONSOLIDASIKANNYA DENGAN PROGRAM LAIN SEPERTI BSM / KIP YANG
MENARGETKAN POPULASI YANG SAMA DAN MIRIP (BANTUAN BERSYARAT)
Cakupan rumah tangga di desil satu (termiskin) dengan program-program
sosial yang berbeda
Overlap antara program
sosial sangat kecil
Program yang overlap
Keempat program
Rastra, JKN, BSM
Rastra, BSM, PKH
JKN, BSM, PKH
BSM, PKH
Rastra, BSM
Rastra, PKH
2,2%
10,0%
2,4%
2,4%
2,7%
13,0%
6,.0%
Perluasan CCT di Brazil
dilakukan dengan
mengkonsolidasikan
program serupa ke
dalam satu program CCT
(Bolsa Familia)
Sumber: Perhitungan World Bank berdasarkan Susenas 2014
Catatan: Overlap antara program di desil termiskin (10%) masih sangat rendah. Hal ini disebabkan karena
59
cakupan program PKH masih kecil dan survei Susenas sulit untuk menangkap program kecil.
HASIL VERIFIKASI DAN VALIDASI KPS
HASIL VERIVALI KPS
DATA AWAL KPS
15.521.902
Mampu
Tidak
Ditemukan
341.334
338.626
Ganda
2.894
KPS
TIDAK VALID
KPS
VALID
KELUARGA
DALAM RT
KPS
682.854
14.839.048
140.643
TARGET
KKS
14.979.691
Keterangan
• Data awal : 15.521.902 Rumah Tangga (RT)
• Data tidak valid : 682.854 Keluarga (4,4 %)
• Mampu
• Tidak ditemukan
• Ganda
: 341.334 Keluarga
: 338.626 Keluarga
: 2.894 Keluarga
• Data valid/ eligible : 14.839.048 Keluarga (95,6%)
• Data tambahan /pecahan Keluarga dalam Rumah Tangga sama: 140.643 Keluarga
• Data RT konversi ke keluarga : 14.979.691 Keluarga
• Usulan Baru hasil Musdes /muskel: 816.187 Kepala Keluarga
• Total Keluarga : 15.795.878 Keluarga
Kesimpulan :
• Data KPS yang bisa jadi target KKS berbasis KPS : 14.979.691 Keluarga
• Data Total KKS potensial : 15.795.878 Keluarga
60
USULAN
BARU KKS
USULAN TOTAL
KKS
816.187
15.795.878
HASIL VERIFIKASI DAN VALIDASI, SERTA KOMPLEMENTARITAS PROGRAM
HASIL VERIFIKASI DAN VALIDASI DATA KPS 2015
37,403,886
40,000,000
15.600.000
15.521.902
35,000,000
15.400.000
30,000,000
15.200.000
25,000,000
20,000,000
15.000.000
14.839.048
12,964,211
15,000,000
14.800.000
10,000,000
5,053,420
14.600.000
5,000,000
14.400.000
1
2
1,332,545
0
1
2
3
Catatan: Sebanyak 14.8 (95%) Keluarga
penerima KPS masih valid dari 15,5 Juta RTM
61
4
KOMPONEN BANTUAN PKH
INDEKS BANTUAN PKH PER KOMPONEN
KETERANGAN
BANTUAN TETAP
2014
2015
2016
500,000
500,000
500,000
TAMBAHAN MANFAAN BAGI KELUARGA DENGAN :
- IBU HAMIL, MENYUSUI, BALITA
1,200,000
1,200,000
1,200,000
- SD SEDERAJAT
450,000
450,000
450,000
- SMP SEDERAJAT
750,000
750,000
750,000
1,000,000
1,000,000
- SMA SEDERAJAT
- PENYANDANG DISABILITAS
3,100,000
(300,000 X 12 – 500,000)
- LANSIA
1,900,000
(200,000 X 12 – 500,000)
RATA-RATA BANTUAN PER TAHUN
1,740,000 1,890,000
62
2,157,500
Ibu hamil/
Nifas
• Pemeriksaan kehamilan di
yankes sebanyak 4 kali.
• Melahirkan oleh tenaga
kesehatan
• Pemeriksaan kesehatan 2 kali
sebelum bayi usia 1 bulan
“KEWAJIBAN PESERTA”
Balita
Bayi
Usia 0-11 bulan :
• Imunisasi lengkap serta
pemeriksaan berat badan
setiap bulan.
Usia 6-11 bulan :
• Mendapat suplemen vit A
Anak
Sekolah
Usia 7-18 tahun yang belum
menyelesaikan pendidikan
dasar (SD, SMP dan SMA*) :
•Terdaftar di sekolah/pendidikan
kesetaraan
•Minimal 85 % kehadiran dikelas
setiap bulan
•Usia 1-5 :
imunisasi tambahan dan pemeriksaan berat badan, sekali
tiap 3 bulan
•Usia 5-6 tahun :
Pemeriksaan berat badan setiap 1 bulan
63
World Bank (2012). PKH Conditional Cash Transfer, Social
Assistance and Public Expenditure Review 6
• PKH berhasil mendorong masyarakat miskin mengubah mindsetnya untuk
bangkit.
• PKH adalah program yang paling efektif untuk mengurangi kemiskinan
dan ketidakadilan secara langsung dibandingkan program pengentasan
kemiskinan lainnya.
• PKH adalah program yang paling efektif belanja APBN per Rupiah
menurunkan rasio kesenjangan (gini rasio) dibandingkan program
pengentasan kemiskinan lainnya.
• Prosentase anggaran PKH terhadap GDP paling kecil dibandingkan negara
pelaksana CCT lainnya (Argentina, Bolivia, Brazil, Mexico, Peru, Uruguay,
Armenia, Sri Lanka)
• Dampak PKH terhadap Per Capita Expenditure (PCE) cukup signifikan
64
KELOMPOK USAHA BERSAMA
65
Kelompok Usaha Bersama
Tujuan
Meningkatkan
kemampuan sosial
ekonomi Keluarga
Fakir Miskin melalui
wadah Kelompok
Usaha Bersama
(KUBE).
Sasaran
Persyaratan
Keluarga Fakir Miskin
dengan kriteria:
1. Memiliki KTP/Identitas
yang berlaku;
2. Keluarga Fakir Miskin
atau Miskin;
3. Berusia antara 18-60
tahun dan sudah
berkeluarga;
4. Berdomisili tetap;
5. Memiliki potensi dan
keterampilan dibidang
UEP.
• Membentuk Kelompok
Usaha Bersama (KUBE);
• Memiliki rencana
usaha/pemanfaatan
dana bantuan;
• Memiliki rekening atas
nama kelompok pada
Bank Pemerinatah;
• Diusulkan pemerintah
Kota/Kabupaten
melalui Dinas Sosial
setempat.
66
PROGRAM RUMAH TINGGAL
LAYAK HUNI (RUTILAHU)
67
Rehabilitasi Sosial Rumah Tinggal Layak Huni (Rutilahu)
Tujuan
Memperbaiki
rumah
(pemugaran/
renovasi) tidak
layak huni milik
keluarga fakir
miskin sehingga
tercipta rumah
yang layak sebagai
tempat tinggal
Kriteria Penerima Bantuan
 Masuk kategori fakir miskin.
 Memiliki KTP/identitas diri yang berlaku.
 Kepala Keluarga/ anggota Keluarga tidak mempunyai
sumber mata pencaharian atau mempunyai mata
pencaharian tetapi tidak dapat memenuhi kebutuhan
pokok yang layak bagi kemanusiaan (memperoleh
upah dibawah UMR)
 Kehidupan sehari-hari masih memerlukan bantuan
pangan untuk penduduk miskin seperti: zakat dan
Raskin.
 Tidak memiliki aset lain apabila dijual tidak cukup
untuk membiayai kebutuhan hidup anggota keluarga
selama 3 (tiga) bulan kecuali tanah dan rumah yang
ditempati.
 Memiliki rumah di atas tanah milik sendiri yang
dibuktikan dengan sertifikat atau girik atau ada surat
keterangan kepemilikan dari kelurahan atas status
tanah.
Kriteria Rumah Tidak Layak Huni
• Tidak permanen dan / atau
rusak.
• Dinding dan atap dibuat dari
bahan yang mudah
rusak/lapuk seperti : papan,
ilalang, bambu yang
dianyam/gedeg dsb.
• Dinding dan atap sudah rusak
sehingga membahayakan,
mengganggu keselamatan
penghuninya.
• Lantai tanah/semen dalam
kondisi rusak.
• Diutamakan rumah tidak
memiliki fasilitas mandi, cuci
dan kakus
Bantuan Rutilahu sebesar Rp10.000.000,-/Unit dan dikerjakan dengan mekanisme gotong royong melalui kelompok.
68
Tahun 2016 indeks Rutilahu menjadi Rp15.000.000,-/Unit.
PROGRAM RASTRA/RASKIN
69
Program Subsidi Beras bagi Masyarakat Berpendapatan Rendah
(Raskin/Rastra)
Tujuan
Sasaran
Besar Alokasi
• Mengurangi beban
pengeluaran RTS melalui
pemenuhan sebagian
kebutuhan bahan pangan
dalam bentuk beras
• Memastikan kelompok miskin
mendapat cukup pangan dan
nutrisi karbohidrat
15 Kg/ RTS PM/ bulan
selama 12 bulan
15.530.897 RTS PM
Tahun 2015 dialokasikan 14
kali penyaluran.
70
RENCANA SUBSIDI PANGAN (RASKIN/RASTRA) TA 2016
NO
A
1
2
3
B
1
2
C
D
1
2
URAIAN
Jumlah kebutuhan beras :
Sasaran
Alokasi per RTS/kali
Durasi
Kuantum Rastra (1 x 2 x 3)
Subsidi Harga :
HPB Januari s.d Desember 2016
Harga tebus di titik distribusi
Subsidi Harga (1 - 2)
Jumlah Subsidi Pangan/Rastra
(Kuantum Raskin x Subsidi Harga)
Margin fee
E
Margin fee
Jumlah Margin fee
(Kuantum x Margin fee)
Kurang Bayar TA 2013
F
Jumlah Anggaran Subsidi Pangan 2016
(Jumlah Subsidi + margin fee + kurang bayar 2013)
SATUAN
JUMLAH
RTS-PM
Kg
Kali
Kg
15.530.897
15
12
2.795.561.460
Rp/Kg
Rp/Kg
Rp/Kg
Rp
8.865,00
1.600,00
7.265,00
20.309.754.006.900
Rp/Kg
Rp
50,00
139.778.073.000
Rp
543.813.273.240
Rp
20.993.345.352.000
71
• Terdapat RTS-PM
yang hanya terdiri
dari satu keluarga,
sementara
terdapat pula RTSPM lainnya terdiri
dari beberapa
keluarga tetapi
sama-sama
menerima 15 Kg.
KONSEKUENSI
• Rastra saat ini
menggunakan
basis rumah
tangga (RTS-PM)
FAKTA DILAPANGAN
KEBIJAKAN
PERMASALAHAN BASIS SASARAN RASTRA
• Manfaat dan
kontribusi Rastra
terhadap
pemenuhan
kebutuhan
makanan pokok
berbeda-beda.
• Memicu praktik
bagi rata
72
KELUARGA SEBAGAI BASIS SASARAN RASTRA
(Saat Ini Berbasis Rumah Tangga)
Basis keluarga diharapkan menjadi pilihan agar cakupan
program ini benar-benar tepat sasaran.
• Meningkatkan ketepatan sasaran
• Memenuhi rasa keadilan
• Sejalan dengan pelasanaan program nasional lainnya (KKS, KIP, KIS).
Keluarga
Sejahtera
73
UPAYA-UPAYA YANG PERLU TERUS DILAKUKAN
1
Ketepatan kualitas Rastra
sangat perlu dijaga. Beras
yang diterima penerima
Rastra kualitasnya harus
bagus. Tim Koordinasi Raskin
di Daerah harus pro aktif
melakukan pengecekan
kualitas Rastra di gudanggudang Bulog, sebelum beras
tersebut disalurkan.
2
Ketepatan harga, yaitu Rp1.600,/kg di Titik Distribusi. Hal ini perlu
dimonitor oleh Tim Koordinasi
Rastra Daerah, sehingga harga
tebus Raskin di Titik Distribusi
tidak melebihi Rp1.600,-/kg yang
memberatkan RTS-PM. Dukungan
APBD untuk memantau,
membiayai ongkos angkut dari
Titik Distribusi ke Titik Bagi serta
melakukan sosialisasi dan
sebagainya
3
Menjamin ketepatan sasaran
dimana masyarakat yang masuk
dalam Daftar Penerima Manfaat
(DPM) adalah keluarga rentan
dan miskin dan dipastikan
menerima Rastra sesuai haknya.
74
PENGGUNAAN BASIS DATA TERPADU UNTUK SEMUA
PROGRAM PENANGANAN KEMISKINAN
Kriteria Kepesertaan
Program Penanganan Kemiskinan
Basis Data Terpadu Untuk
Program Penanganan Kemiskinan
KKS & KIS
KIP
PKH
RASTRA
Pember
dayaan
Sosial
Ekonomi
Ditetapkan oleh K/L atau Pemerintah
Daerah penyelenggara Program
Kriteria diterapkan kepada
Basis Data Terpadu
Program
perbaikan
rumah
tidak layak
Program Perlindungan Sosial lainnya, termasuk petani dan
nelayan. dengan Sasaran Individu/Keluarga/Rumah Tangga
Daftar nama dan
alamat individu/
keluarga/ rumah
tangga sasaran
masing-masing
program
75
27
TERIMA KASIH
76
Download