RAPAT KOORDINASI NASIONAL SINKRONISASI DATA KEMISKINAN TAHUN 2016 Oleh Menteri Sosial Republik Indonesia Jakarta, 18 Februari 2016 1 Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. 2 Bagan Alur Penyusunan Renstra 2015-2019 Kementerian/Lembaga PANCASILA UUD 1945 TRI SAKTI Permen PPN/Bappenas No. 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan dan Penelahaan Renstra K/L 2015-2019 NAWA CITA • Kerangka Kelembagaan • Kerangka Regulasi • Kerangka Pendanaan VISI MISI PRESIDEN RENSTRA KEMENTERIAN SOSIAL 2015-2019 3 RPJMN 2015 2019 Perpres No. 46/2015 tentang Kemensos dan Permensos RI No. 20/2015 tentang OTK Kementerian Sosial PIDATO TRISAKTI BUNG KARNO TAHUN 1963 • BERDAULAT SECARA POLITIK • BERDIKARI SECARA EKONOMI • BERKEPRIBADIAN SECARA SOSIAL BUDAYA 4 A. Visi Pembangunan Nasional (Visi Presiden) Tahun 2015-2019 “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong” Kementerian Sosial RI dalam 5 tahun kedepan (2015-2019) menyesuaikan dengan Visi Pembangunan Nasional Tahun 2015-2019 (Visi Presiden) 5 DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN DAN JAMINAN SOSIAL KEMENTERIAN SOSIAL RI B. MISI PEMBANGUNAN NASIONAL (MISI PRESIDEN) TAHUN 2015-2019 1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan. 2. Mewujudkan masyarakat maju, berkesinambungan, dan demokratis berlandaskan negara hukum. 3. Mewujudkan politik luar negeri bebas aktif dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim. 4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera. 5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing. 6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional. 7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan. 6 DIREKTORAT JENDERAL C. 9 AGENDA PRIORITAS PEMBANGUNAN TAHUN 2015-2019 PERLINDUNGAN DAN JAMINAN SOSIAL (NAWA KEMENTERIAN SOSIAL RI CITA) 1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara. 2. Membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya. 3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan. 4. Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya. 5. Meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia. 6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya. 7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik. 8. Melakukan revolusi karakter bangsa. 9. Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia. 7 D. TUJUAN KEMENTERIAN SOSIAL Tujuan akhir yang akan dicapai Kementerian Sosial adalah • Meningkatkan taraf kesejahteraan sosial penduduk miskin dan rentan; • Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dan kelembagaan penyelengara kesejahteraan sosial; 8 E. SASARAN STRATEGIS KEMENTERIAN SOSIAL Berkontribusi menurunkan jumlah Fakir Miskin (FM), kelompok rentan dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) lainnya sebesar 1% dari target nasional pada tahun 2019, melalui : • Meningkatnya kemampuan keluarga miskin dan rentan serta PMKS lainnya dalam memenuhi kebutuhan dasar; • Meningkatnya kemampuan penduduk miskin dan rentan, anak, penyandang disabilitas, lanjut usia, dan kelompok marginal lainnya dalam pemenuhan hak dasar dan inklusifitas Pengembangan kapasitas SDM dan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial dalam penyelengaraan kesejahteraan sosial. • Meningkatnya kapasitas SDM kesejahteraan sosial dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial; • Meningkatnya partisipasi aktif masyarakat dalam penyelengaraan kesejahteraan sosial; • Meningkatnya kapasitas kelembagaan kesejahteraan sosial dalam penyelengaraan kesejahteraan sosial. 9 F. ARAH KEBIJAKAN KEMENTERIAN SOSIAL TAHUN 2015-2019 Arah kebijakan Kementerian Sosial Tahun 2015-2019 dalam rangka mendukung pencapaian Visi, Misi, dan Nawacita adalah sebagai berikut : • Penyelenggaraan Perlindungan Sosial yang Komprehensif; • Pengembangan penghidupan berkelanjutan (peningkatan kesejahteraan keluarga); • Perluasan dan peningkatan akses pelayanan dasar; • Penguatan kelembagaan dan SDM penyelenggara kesejahteraan sosial. 10 G. TUGAS KEMENTERIAN SOSIAL Kementerian Sosial mempunyai tugas menyelenggarakan urusan di bidang rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, perlindungan sosial, dan penanganan fakir miskin untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara 11 UU N0 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN 12 PENDATAAN FAKIR MISKIN PASAL 8 1. MENTERI menetapkan kriteria fakir miskin sebagai dasar untuk melaksanakan penanganan fakir miskin. 2. Dalam menetapkan kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (1) MENTERI berkoordinasi dengan kementerian dan lembaga terkait. 3. Kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi dasar bagi lembaga yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kegiatan statistik untuk melakukan pendataan. 4. MENTERI melakukan verifikasi dan validasi terhadap hasil pendataan yang dilakukan oleh lembaga yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kegiatan statistik sebagaimana dimaksud pada ayat (3). 13 LANJUTAN... 5. Verifikasi dan validasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilakukan secara berkala sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun sekali. 6. Verifikasi dan validasi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dikecualikan apabila terjadi situasi dan kondisi tertentu yang baik secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi seseorang menjadi fakir miskin. 7. Verifikasi dan validasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilaksanakan oleh potensi dan sumber kesejahteraan sosial yang ada di kecamatan, kelurahan atau desa. 8. Hasil verifikasi dan validasi sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dilaporkan kepada Bupati/Walikota. 9. Bupati/Walikota menyampaikan hasil verifikasi dan validasi sebagaimana dimaksud pada ayat (8) kepada Gubernur untuk diteruskan kepada MENTERI. 14 PASAL 9 1. Seorang fakir miskin yang belum terdata dapat secara aktif mendaftarkan diri kepada lurah atau kepala desa atau nama lain yang sejenis di tempat tinggalnya. 2. Kepala keluarga yang telah terdaftar sebagai fakir miskin wajib melaporkan setiap perubahan data anggota keluarganya kepada lurah atau kepala desa atau nama lain yang sejenis di tempat tinggalnya. 3. Lurah atau kepala desa atau nama lain yang sejenis wajib menyampaikan pendaftaran atau perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) kepada bupati/walikota melalui camat. 4. Bupati/walikota menyampaikan pendaftaran atau perubahan data sebagaimana dimaksud pada ayat (3) kepada gubernur untuk diteruskan kepada MENTERI. 5. Dalam hal diperlukan, bupati/walikota dapat melakukan verifikasi dan validasi terhadap pendaftaran dan perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (3). 15 PASAL 10 1. Data yang telah diverifikasi dan validasi harus berbasis teknologi informasi dan dijadikan sebagai data terpadu. 2. Data terpadu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi tanggung jawab Menteri. 3. Data terpadu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dipergunakan oleh kementerian/lembaga terkait dalam penanganan fakir miskin dan dapat diakses oleh seluruh masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 4. Kementerian/lembaga yang menggunakan data terpadu untuk menangani fakir miskin sebagaimana dimaksud pada ayat (3) melaporkan hasil pelaksanaannya kepada MENTERI. 5. Anggota masyarakat yang tercantum dalam data terpadu sebagai fakir miskin diberikan kartu identitas. 6. Ketentuan lebih lanjut mengenai teknologi informasi dan penerbitan kartu identitas diatur dengan Peraturan Menteri. 16 PENETAPAN PASAL 11 1. Data fakir miskin yang telah diverifikasi dan divalidasi yang disampaikan kepada MENTERI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (9) dan Pasal 9 ayat (4) ditetapkan oleh Menteri. 2. Penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan dasar bagi Pemerintah dan pemerintah daerah untuk memberikan bantuan dan/atau pemberdayaan. 3. Setiap orang dilarang memalsukan data fakir miskin baik yang sudah diverifikasi dan divalidasi maupun yang telah ditetapkan oleh MENTERI. 17 ANALISIS SITUASI KEMISKINAN DAN MASALAH SOSIAL 18 KETIMPANGAN (GINI RATIO) DAN KEMISKINAN (MARET 2015 28.59 JUTA (11.22%) DAN SEPTEMBER 2015 28.51 JUTA (11.13%)) Target 0,39 25,63 10 2016 Kesenjangan Ekonomi (GINI Ratio) Populasi Penduduk Miskin (Juta Jiwa) 19 Mar Presentase Penduduk Miskin (%) Sept KONDISI DAN TARGET KEMISKINAN •Bulan Maret 2015 angka kemiskinan mencapai 11.22% (28.59jt) naik 0,26% dibanding September 2014. Namun pada September 2015 turun sedikit 0.09% menjadi 11.13% (28.51) dibanding Maret 2015. •Target dalam APBN 2016, Gini Ratio 0.39; Kemiskinan 9-10% Indeks pembangunan Manusia naik dari 69,4 menjadi 70,1. 20 Laju Pertumbuhan Pengeluaran Perkapita 2010-2015 Rp.344.809/kap/bln 11.13% Pertumbuhan rata-rata per tahun % 6 Rp.1.034.409/kap/bln Rp.517.213/kap/bln 80% 40% 5 4 3 2.4% 2 1 0 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 41 43 45 47 49 51 53 55 57 59 61 63 65 67 69 71 73 75 77 79 81 83 85 87 89 91 93 95 97 99 28,51 juta Miskin Percentiles 73,95 juta 102,46 juta Retan 50,55 juta Menengah Growth in mean Atas Growth Incidence 2010 to 2014 Sumber: Susenas 2014 & 2015, World Bank 2016 dan perhitungan Kemensos 2016 Catatan: 1. Garis kemiskinan (11,13%) didasarkan Susenas September 2015, sedangkan laju pertumbuhan pengeluaran perkapita berdasarkan Susenas 2014 2. 3. Pengeluaran per kapita per bulan adalah pengeluaran rata-rata untuk kelompok masyarakat antara persentil 0 – 11 (miskin), 12 – 40 (rentan), 41-80 (menengah) dan 81 – 100 (atas) Pertumbuhan untuk kelompok miskin, rentan dan menengah lebih kecil dibandingkan dengan kelompok atas. Namun, pertumbuhan kelompok miskin lebih besar dari kelompok rentan dan menengah. Secara rata-rata, pertumbuhan lebih kecil dibandingkan dengan tahun 2008 – 2012 untuk semua rumah tangga yang disurvai oleh Susenas 4. Perhitungan proyeksi penduduk didasarkan estimasi jumlah penduduk dari BPS 2015 sebanyak 255.472.000 jiwa. 21 22 898.21 225.54 72.64 327.77 153.21 206.52 345.02 864.52 406.34 217.14 40.93 209.89 189.16 148.13 405.51 1160.53 802.29 218.79 690.66 485.56 368.67 114.84 66.62 1100.68 322.83 1112.53 311.57 562.92 349.53 1508.14 859.41 4775.97 4505.78 4485.66 JUMLAH PENDUDUK MISKIN BERDASAR PROPINSI (BPS, SEPTEMBER 2015) JUMLAH PENDUDUK MISKIN (DALAM RIBUAN) Series 1 703.60 727.76 780.38 1779.14 1789.57 1571.15 1063.47 88.15 317.36 48.72 99.41 72.48 116.68 80.82 129.16 13.32 27.61 58.00 159.14 79.25 327.09 157.18 707.34 56.77 228.25 27.01 179.51 22.51 130.70 51.60 276.17 8.29 64.35 18.82 206.72 30.28 667.93 418.95 271.71 115.80 102.99 377.28 425.01 97.06 292.64 192.92 118.48 231.05 174.79 388.13 125.60 185.97 360.73 751.80 106.00 216.83 197.94 902.74 18.83 47.79 83.09 31.75 368.67 0.00 155.81 3204.82 2716.21 2706.52 JUMLAH PENDUDUK MISKIN KOTA & DESA (BPS, SEPTEMBER 2015) (DALAM RIBUAN) KOTA DESA 23 HASIL VERIFIKASI DAN VALIDASI DATA PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN KESEHATAN 24 Rekapitulasi Verivali PBI JK (KIS) Per Tanggal 20 November 2015 Data Awal Meninggal Ganda Mampu Jumlah Penghapusan Total Akhir 86.400.000 615.665 159.648 979.096 1.754.409 1.754.409 86.400.000 100% • Pencetakan KIS saat ini berdasarkan SK Mensos Nomor 25/HUK/2014 dan SK Mensos Nomor 42/HUK/2015 tanggal 24 April 2015 • Hasil Verifikasi dan Validasi Data PBI-JK tahun 2015 selesai pada tanggal 20 November 2015 dan akan digunakan untuk penetapan PBI-JK tahun 2016 • Usulan pengganti dilengkapi/ diperbaiki oleh daerah, 25 Rekapitulasi hasil verivali NO PROPINSI 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 ACEH BALI BANTEN BENGKULU DI YOGYAKARTA DKI JAKARTA GORONTALO JAMBI JAWA BARAT JAWA TENGAH JAWA TIMUR KALIMANTAN BARAT KALIMANTAN SELATAN KALIMANTAN TENGAH KALIMANTAN TIMUR KALIMANTAN UTARA KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEPULAUAN RIAU LAMPUNG MALUKU MALUKU UTARA NUSA TENGGARA BARAT NUSA TENGGARA TIMUR PAPUA PAPUA BARAT RIAU SULAWESI BARAT SULAWESI SELATAN SULAWESI TENGAH SULAWESI TENGGARA SULAWESI UTARA SUMATERA BARAT SUMATERA SELATAN SUMATERA UTARA Grand Total DATA AWAL MENINGGAL GANDA MAMPU JUMLAH 2.170.960 904.863 3.221.966 628.605 1.572.154 1.271.291 504.293 821.557 14.758.325 14.151.037 14.001.871 1.343.859 753.526 449.376 639.937 144.076 212.826 333.633 3.087.541 754.627 328.965 2.259.557 2.671.319 2.833.379 760.422 1.304.716 504.423 2.944.923 1.131.065 984.912 790.860 1.533.170 2.433.669 4.192.297 13.829 1.293 8.675 2.554 28.802 3.846 7.727 2.681 92.928 119.421 171.861 5.946 15.774 1.608 2.621 662 3.160 38 9.089 1.040 1.214 15.748 8.925 430 0 4.948 1.014 12.902 5.233 5.093 14.935 9.096 15.297 27.275 905 344 660 328 1.340 260 1.414 128 8.401 25.532 10.426 302 4.980 28 264 563 323 0 3.249 80.901 318 987 1.073 27 0 344 67 1.438 951 192 370 1.432 4.955 7.146 17.108 20.664 12.963 7.278 5.641 2.414 11.318 10.446 57.050 256.547 147.653 6.563 18.335 5.358 31.606 3.205 20.376 36 120.977 2.134 4.254 10.461 4.032 8.016 0 21.183 770 29.861 24.504 6.520 8.162 14.960 62.549 26.152 31.842 22.301 22.298 10.160 35.783 6.520 20.459 13.255 158.379 401.500 329.940 12.811 39.089 6.994 34.491 4.430 23.859 74 133.315 84.075 5.786 27.196 14.030 8.473 0 26.475 1.851 44.201 30.688 11.805 23.467 25.488 82.801 60.573 86.400.000 615.665 159.648 979.096 1.754.409 26 PENETAPAN PBI JK 2016 Penetapan PBI 2016 : 92.400.000 jiwa (SK Mensos No 170/HUK/2015 tgl 9 Desember 2015) terdiri dari: • Hasil verivali (86.400.000 - 1.754.409+1.674.516) : 86.329.107 jiwa • Tambahan 2015: 1.831.816 jiwa • Tambahan 2016: 3.848.077 jiwa • Bayi baru lahir 2016: 400.000 jiwa*) *) Estimasi BBL 400.000 (surat Sekjen Kemenkes) 27 APBNP 2016 Potensi PBI dalam APBNP 2016 (Belum tertampung): • Sebanyak 2.236.119 jiwa usulan daerah dan • Sebanyak 8.573.325 jiwa PKH belum terima KIS. • Total 10.809.444 jiwa. Diusulkan agar diajukan dalam APBNP 2016 28 PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) 29 PROGRAM KELUARGA HARAPAN PENGERTIAN Program Keluarga Harapan (PKH) adalah program bantuan tunai bersyarat (Conditional Cash Transfer/CCT) kepada Keluarga Sangat Miskin (KSM). TUJUAN Membantu keluarga sangat miskin untuk memastikan generasi berikutnya sehat dan menyelesaikan pendidikan dasar 30 PROGRAM KELUARGA HARAPAN - PKH DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN JAMINAN SOSIAL BANTUANDAN TUNAI BERSYARAT KEMENTERIAN SOSIALCash RI Transfer) (Conditional PKH diarahkan untuk membantu keluarga sangat miskin dalam memenuhi kebutuhan pendidikan dan kesehatan, selain memberikan kemampuan kepada keluarga untuk meningkatkan konsumsi. PKH diharapkan dapat mengubah perilaku Keluarga Sangat Miskin untuk memeriksakan ibu hamil /Nifas/Balita ke fasilitas kesehatan, dan mengirimkan anak ke sekolah dan fasilitas pendidikan. Dalam jangka panjang, PKH diharapkan dapat memutus mata rantai kemiskinan antar-generasi. 31 SYARAT PESERTA PKH KSM yang memenuhi satu atau beberapa kriteria: Ibu Hamil/Nifas Anak SMA dan sederajat Anak SMP dan sederajat Anak SD Anak Usia Di dan sederajat bawah Enam Anak Usia Tahun pra sekolah 32 Rp. 1.200.000 2,271.905 Rp. 450.000 4.744.715 Rp. 1.900.000 Rp. 750.000 Bantap Bantuan tetap 6.000.000 KSM 6.000.000 KSM @.Rp. Rp. 500.000 500.000 @. 951.350 1.426.824 Rp. 1.000.000 Rp. 3.100.000 274.358 533.998 33 33 PROGRAM KELUARGA HARAPAN REVIEW 2015 DAN RENCANA PERLUASAN 2016 34 PERKEMBANGAN PKH 2007 - 2015 PROVINSI PESERTA PKH ∑ Provinsi 33 33 34 34 25 20 13 13 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 7 13 13 20 25 33 33 34 34 7 Tahun PROVINSI 35 PERKEMBANGAN PKH 2007 - 2015 KABUPATEN/KOTA PESERTA PKH ∑ Kab/Kota 500 472 450 433 400 350 336 300 250 200 169 150 119 100 88 70 70 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 48 70 70 88 119 169 336 433 472 50 48 0 KAB/KOTA 36 PERKEMBANGAN PKH 2007 - 2015 ∑ Kecamatan KECAMATAN PESERTA PESERTA PKH 7000 6000 5000 4000 3000 2000 1000 0 Kecamatan 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 337 637 781 946 1387 2001 3417 37 2014 2015 4870 6107 PERKEMBANGAN PKH 2007 - 2015 NILAI BANTUAN PESERTA PKH ∑ KSM 6,000,000,000,000 5,000,000,000,000 4,000,000,000,000 3,000,000,000,000 2,000,000,000,000 1,000,000,000,000 - 2007 KSM 507,575,983, 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 767,594,335, 923,943,379, 929,414,000, 1,282,205,20 1,540,207,37 2,938,567,38 3,872,901,11 5,576,291,15 ( x 1000) 38 39 115,564 108,043 73,608 83,369 86,850 41,642 24,813 29,910 42,408 13,764 35,570 7,243 4,817 5,727 26,242 6,684 4,198 18,856 8,848 18,515 36,238 22,189 20,455 22,514 28,318 119,577 86,409 28,214 5,030 14,271 79,753 546,516 506,381 489,731 JUMLAH KSM PER PROPINSI (PESERTA PKH 2015 SEBELUM APBNP) 40 39,631 108,860 55,181 31,556 215,681 152,234 114,091 147,115 120,967 100,473 49,124 24,016 41,883 13,851 11,232 15,767 35,226 7,796 4,998 21,076 15,456 27,564 46,780 30,098 27,625 21,990 28,311 30,595 6,259 22,944 94,949 604,295 642,734 599,696 JUMLAH KSM PER PROPINSI (PESERTA PKH 2015 SETELAH APBNP) PERLUASAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN 2016 41 KABUPATEN YANG BELUM BERGABUNG DENGAN PKH 42 Kab/Kota Kabupaten/Kota Belum Bergabung PKH Kabupaten/Kota Berdasarkan Lokasi 8 Kab/Kota di luar Papua dan Papua Barat Kabupaten/Kota Terdata Dalam PBDT 8 Kab/Kota, 61 Kec Kecamatan Dengan Jumlah Keluarga > 100 Sumber : Bappenas 44 Kecamatan di 8 Kab/Kota 17 Kecamatan di 3 Kab/Kota (>100) (<100) 34 Kab/Kota di Papua dan Papua Barat 17 Kab/Kota, 146 Kec terdata lengkap* 136 Kecamatan di 17 Kab/Kota (>100) 10 Kecamatan di 5 Kab/Kota (<100) Termasuk 32 Kecamatan Ibu Kota Kab/Kota Termasuk 2 Kecamatan Ibu Kota Kab/Kota 42 17 Kab/Kota tidak terdata lengkap Termasuk 2 Kecamatan Ibu Kota Kab/Kota TAHUN 2016 PENERIMA DIPERLUAS MENJADI 6 JUTA KELUARGA DENGAN PENINGKATAN : • Manfaat untuk membantu mengatasi masalah malnutrisi, • Komponen bagi keluarga yang memiliki penyandang disabilitas (diestimasikan terdapat 163.323 jiwa penyandang disabilitas berat /ODKB). • Komponen bagi lanjut usia kurang mampu diatas usia 70 tahun diperkirakan 125.000 dengan jumlah menyesuaikan dengan ketersediaan anggaran (untuk lansia anggaran masih dibintang). 43 KOMPLEMENTARITAS MERUPAKAN KOMPONEN PELENGKAP PROGRAM UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN DASAR KSM PIP Program Indonesia pintar PSKS PKH RUTILAHU PIS Program Indonesia Sehat KUBE/UEP RASTRA 44 STUDI DAMPAK 45 CCT INDONESIA DIBANGUN BERDASARKAN PENGALAMAN YANG TELAH TERBUKTI MENGENAI CCT DI SELURUH DUNIA • Tren global menempatkan CCT di pusaran modernisasi sistem bantuan sosial—lebih dari 70 negara memiliki CCT pada tahun 2014 • CCT bertujuan untuk memberikan bantuan jangka pendek untuk masyarakat miskin dan untuk mengurangi kemiskinan dan ketimpangan dalam jangka panjang dengan cara memberikan insentif untuk investasi dalam sumber daya manusia • Insentif mendorong perubahan sosial dan menciptakan tanggung jawab bersama antara penerima manfaat • CCT menyadari kebutuhan untuk mengatasi baik sisi permintaan maupun kendala suplai sampai dengan akumulasi sumber daya manusia. 46 CASH TRANSFER KEPADA MASYARAKAT MISKIN ADALAH SALAH SATU CARA YANG PALING EFEKTIF UNTUK MENGURANGI KEMISKINAN DAN KETIMPANGAN, TAPI ALOKASI APBN UNTUK BANTUAN INI MASIH SEDIKIT, TERUTAMA UNTUK PKH (CCT) YANG DINILAI PALING EFEKTIF. Pengeluaran untuk bantuan langsung masih sedikit … 3.0 80 2.5 60 2.0 1.5 40 1.0 20 0.5 0 0.0 Direct All Transfers Education Effectiveness Index Health Energy Subsidies Spending as % GDP 0.3 300 Indeks Efektivitas (Effectiveness Index) Indeks Efektivitas (Effectiveness Index) 3.5 100 350 0.2 250 200 0.2 150 0.1 100 0.1 50 0 0.0 PKH Raskin Effectiveness Index Persen dari PDB (Percent of GDP) 4.0 Persen dari PDB (Percent of GDP) 120 …terutama untuk bantuan dengan biaya yang paling efektif: PKH (CCT) BSM Spending as % GDP Catatan: Indeks Efektivitas didefinisikan sebagai dampak program terhadap perubahan koefisien Gini dibagi dengan total pengeluaran program tersebut. Sumber : World Bank 2014 47 47 PERKEMBANGAN IMPLEMENTASI CCT DI INDONESIA (2007-2016) Catatan: Jumlah pengeluaran CCT (PKH) dan penerima manfaat tahun 2007-2015 merupakan pengeluaran sesuai realisasi. Untuk tahun 2016 berbasis dokumen perencanaan anggaran negara yang sudah dibahas bersama oleh Kementerian Keuangan, Bappenas dan Kementerian Sosial pada November 2015. Sumber: Kementerian Sosial (2015) dan Bappenas (2015) 48 KARENA CAKUPAN CCT INDONESIA TERLALU KECIL, BELUM SIGNIFIKAN MENGURANGI KEMISKINAN DAN KETIMPANGAN SECARA NASIONAL Cakupan CCT dari populasi jauh lebih rendah dibandingkan CCT lain di seluruh dunia. Coverage (% of population) 30 25 20 CCT Indonesia sampai tahun 2014 hanya mencakup 7% keluarga sangat miskin (KSM). 15 10 Indonesia X 5 0 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Brazil Colombia Sumber: World Bank 2015 Mexico Peru Philippines Indonesia 49 MEKANISME CCT DALAM MENGURANGI KEMISKINAN DAN KETIMPANGAN GAGAL AKSES & MASALAH KUALITAS MENDORONG PEMDA MENINGKATKAN LAYANAN PUBLIK PENGEMBA-NGAN MODAL MANUSIA KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR (sekolah, RS, dst) PENINGKATAN PENYEDIA LAYANAN KESEJAHTERAAN SOSIAL (Bantuan Sosial) PENINGKATAN PENERIMA LAYANAN ALOKASI SUMBERDAYA CCT PERKEMBANGAN EKONOMI Mekanisme pasar tidak cukup mengatasi masalah kemiskinan dan ketimpangan. Oleh karenanya dibutuhkan intervensi Pemerintah. Sumber: Bappenas, 2015 STIMULASI JASA PUBLIK BAGI PENERIMA LAYANAN Rendahnya kesadaran akan kesempatan jangka panjang sehingga cenderung lupa berinvestasi pada modal manusia. PILIHAN ALOKASI SUMBERDAYA UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS PRODUKTIVITAS MEMUTUS SIKLUS KEMISKINAN LEWAT DAMPAK PENDAPATAN DAN INVESTASI MODAL MANUSIA 50 KONSUMSI LANGSUNG PENURUNAN KEMISKINAN DAN KETIMPANGAN PERLUASAN CCT SECARA MASIF DI INDONESIA DAPAT BERDAMPAK SECARA SIGNIFIKAN DALAM MENGURANGI KEMISKINAN DAN KETIMPANGAN PKH saat ini mencakup sekitar 3,5 juta KSM, dengan rencana perluasan menjadi 6 juta KSM dalam APBN 2016 Usulan perluasan PKH menjadi PKH-KKS akan mencakup 18,1 juta keluarga pemegang kartu, atau sekitar 25 persen dari seluruh keluarga Indonesia. Selain secara signifikan memperluas jumlah KSM yang dicakup, PKH-KKS akan mencakup semua rumah tangga KKS, baik mereka yang memiliki anak atau tidak Keluarga tanpa anak-anak akan mengikuti kondisionalitas yang berbeda, misalnya, pemeriksaan kesehatan untuk orang tua 51 LANJUTAN... Efek dari perluasan tersebut terhadap kemiskinan dan ketimpangan dianalisis berdasarkan 3 skenario yang diperlihatkan pada halaman selanjutnya dengan mempertimbangkan 3 opsi bantuan per bulan di bawah ini: Rp.182.000 per bulan per keluarga (manfaat PKH rata-rata saat ini) Rp.250.000 per bulan per keluarga (manfaat PKH-KKS yang diusulkan) Rp. 300.000 per bulan per keluarga (manfaat PKH-KKS yang diusulkan di tahun 2018) Catatan : 1. Menurut Bank Dunia signifikansi dampak CCT antara 16-25% dari pengeluaran, seperti di Brazil sebesar 19% (sekitar Rp. 328.000,- per bulan per keluarga di Indonesia) 2. Pengeluaran perbulan menurut BPS bagi penduduk kategori miskin sebesar Rp. 344.809 per jiwa. Dengan asumsi 3 anak maka Rp. 344.809 x 5 = Rp. 1.724.045. 3. Jika 20.30% dari pengeluaran, maka per bulan per keluarga mendapatkan Rp. 350.000 Jika 17,40% dari pengeluaran, maka per bulan per keluarga mendapatkan Rp. 300.000 Jika 14,50% dari pengeluaran, maka per bulan per keluarga mendapatkan Rp. 250.000 Saat ini baru 10,56% dari pengeluaran per bulan per keluarga, sebesar Rp. 182.000 52 SIMULASI PENGEMBANGAN CCT 2016-2018 I TAHUN 2016 Skenario 1 URAIAN Ia PESERTA WAKT BANTUAN/BU BANSOS U LAN 12 182,000 7,665,957,936,000 Peserta Existing 2015 3,510,054 Saturasi Kecamatan Pengembangan Kabupaten JUMLAH 2,107,299 10 182,000 3,835,284,180,000 382,647 3 182,000 208,925,262,000 6,000,000 ARGUMEN Indeks bantuan sama dengan 10,56% pengeluaran perkapita KEMISKINAN GINI RATIO Efficiency Index 10.43 0.406 17.08 11,710,167,378,000 TAHUN 2016 Skenario 2 URAIAN PESERTA WAKT BANTUAN/BU BANSOS U LAN 12 250,000 10,530,162,000,000 Peserta Existing 2015 3,510,054 Saturasi Kecamatan Pengembangan Kabupaten JUMLAH 2,107,299 10 250,000 5,268,247,500,000 382,647 3 250,000 286,985,250,000 6,000,000 ARGUMEN Indeks bantuan ditingkatkan menjadi 14,50% dari pengeluaran perkapita KEMISKINAN GINI RATIO Efficiency Index 10.23 16,085,394,750,000 53 0.405 18.65 SIMULASI PENGEMBANGAN CCT 2016-2018 Ib TAHUN 2016 Skenario 3 PESERTA WAKTU BANTUAN/B ULAN Peserta Existing 2015 3,510,054 12 250,000 Saturasi Kecamatan 4,563,787 10 250,000 382,647 3 250,000 URAIAN Pengembangan Kabupaten JUMLAH 8,456,488 BANSOS ARGUMEN KEMISKINAN GINI RATIO Efficiency Index 10,530,162,000,000 Perluasan keluarga dalam Kecamatan & indeks bantuan 11,409,467,500,000 14,50% dari pengeluaran, serta 286,985,250,000 kapasitas maksimum operasionalisasi 22,226,614,750,000 program 9.53 0.403 22.50 September 2015 Kemiskinan 11.13% dan Gini Rasio 0,408. Sudah tersedia anggaran Rp.10 T di APBN 2016. Catatan: Semua hal tetap sama. Simulasi dari Susenas. Konsumsi per kapita penerima PKH baru meningkat dan kemiskinan dan ketimpangan diestimasi ulang dengan menggunakan garis kemiskinan saat ini. Dampak kemiskinan dan ketimpangan mengecualikan efek pertumbuhan ekonomi di masa depan, peningkatan pendapatan rumah tangga atau inflasi yang lebih tinggi. Tren sebenarnya akan tergantung pada semua ini. Indeks Efektivitas (Efficiency index) didefinisikan sebagai dampak program terhadap koefisien Gini dibagi dengan pengeluaran program tersebut. Sumber: Hasil perhitungan World Bank (2016) 54 LANJUTAN... Iia TAHUN 2017 Skenario 1 PESERTA WAKTU BANTUAN/BU LAN BANSOS ARGUMEN Peserta Existing 2016 8,456,488 12 250,000 25,369,464,000,000 Saturasi Kecamatan 6,523,203 10 250,000 16,308,007,500,000 JUMLAH 14,979,691 KPS Valid, Pecahan Keluarga & indeks bantuan 14,50% dari pengeluaran URAIAN Iib 41,677,471,500,000 KEMISKINAN GINI RATIO Efficiency Index 8.13 0.398 23.99 TAHUN 2017 Skenario 2 PESERTA WAKTU BANTUAN/BU LAN BANSOS Peserta Existing 2016 8,456,488 12 250,000 25,369,464,000,000 Saturasi Kecamatan 7,339,390 10 250,000 JUMLAH 15,795,878 URAIAN ARGUMEN Hasil verivali keluarga 18,348,475,000,000 ditambah usulan baru & indeks bantuan 14,50% dari pengeluaran 43,717,939,000,000 KEMISKINAN GINI RATIO Efficiency Index 7.93 55 0.397 25.16 LANJUTAN... III a TAHUN 2018 Skenario 1 PESERTA WAKTU BANTUAN/BU LAN BANSOS Peserta Existing 2017 15,795,878 12 300,000 56,865,160,800,000 Saturasi Kecamatan 2,351,652 10 300,000 7,054,956,000,000 JUMLAH 18,147,530 URAIAN ARGUMEN 25% keluarga & indeks bantuan 17,40% dari pengeluaran KEMISKINAN GINI RATIO Efficiency Index 7.33 0.394 21.90 63,920,116,800,000 Catatan: Berdasarkan hasil efficiency index, walaupun cakupan PKH meningkat, dari perspektif anggaran terhadap dampak tidak terlalu efisien pada Skenario 2 pada tahun 2018. Oleh karena itu, perlu dipertimbangkan peningkatan komplementaritas dalam program-program perlindungan sosial. Penurunan Gini Rasio lebih sulit dibandingkan penurunan angka kemiskinan. Penurunan Ketimpangan tergantung banyak variabel, misalnya, antara lain, integrasi program perlindungan sosial, kebijakan perpajakan, investasi di bidang Pendidikan serta hubungan tenaga kerja. Sumber: Hasil perhitungan World Bank (2016) 56 LANJUTAN... II a TAHUN 2017 Skenario 1 PESERTA WAKTU BANTUAN/B ULAN BANSOS Peserta Existing 2016 8,456,488 12 350,000 35,517,249,600,000 Saturasi Kecamatan 6,523,203 10 350,000 JUMLAH 14,979,691 PESERTA WAKTU BANTUAN/B ULAN Peserta Existing 2016 8,456,488 12 350,000 Saturasi Kecamatan 7,339,390 10 350,000 JUMLAH 15,795,878 URAIAN ARGUMEN KPS Valid, Pecahan 22,831,210,500,000 Keluarga & indeks bantuan 20% dari pengeluaran 58,348,460,100,000 KEMISKIN AN GINI RATIO Efficiency Index 7.06 0.394 23.98 KEMISKIN AN GINI RATIO Efficiency Index 6.94 0.393 24.05 II b TAHUN 2017 Skenario 2 URAIAN BANSOS ARGUMEN Hasil verivali keluarga ditambah 25,687,865,000,000 usulan baru & indeks bantuan 20% dari 61,205,114,600,000 pengeluaran 35,517,249,600,000 57 LANJUTAN... III a TAHUN 2018 Skenario 1 URAIAN Peserta Existing 2017 PESERTA WAKTU BANTUAN/ BULAN BANSOS 15,795,878 12 350,000 66,342,687,600,000 Saturasi Kecamatan 2,351,652 JUMLAH 18,147,530 10 350,000 8,230,782,000,000 ARGUMEN 25% keluarga & indeks bantuan 20% dari pengeluaran KEMISKINAN GINI RATIO 6.64 0.391 Efficiency Index 22.17 74,573,469,600,000 Catatan: Hasil simulasi dengan menggunakan asumsi bantuan per bulan sebesar Rp 350.000 Sumber: Hasil perhitungan World Bank (2016) 58 PERLUASAN CCT MENCIPTAKAN KESEMPATAN YANG UNIK UNTUK MENGKONSOLIDASIKANNYA DENGAN PROGRAM LAIN SEPERTI BSM / KIP YANG MENARGETKAN POPULASI YANG SAMA DAN MIRIP (BANTUAN BERSYARAT) Cakupan rumah tangga di desil satu (termiskin) dengan program-program sosial yang berbeda Overlap antara program sosial sangat kecil Program yang overlap Keempat program Rastra, JKN, BSM Rastra, BSM, PKH JKN, BSM, PKH BSM, PKH Rastra, BSM Rastra, PKH 2,2% 10,0% 2,4% 2,4% 2,7% 13,0% 6,.0% Perluasan CCT di Brazil dilakukan dengan mengkonsolidasikan program serupa ke dalam satu program CCT (Bolsa Familia) Sumber: Perhitungan World Bank berdasarkan Susenas 2014 Catatan: Overlap antara program di desil termiskin (10%) masih sangat rendah. Hal ini disebabkan karena 59 cakupan program PKH masih kecil dan survei Susenas sulit untuk menangkap program kecil. HASIL VERIFIKASI DAN VALIDASI KPS HASIL VERIVALI KPS DATA AWAL KPS 15.521.902 Mampu Tidak Ditemukan 341.334 338.626 Ganda 2.894 KPS TIDAK VALID KPS VALID KELUARGA DALAM RT KPS 682.854 14.839.048 140.643 TARGET KKS 14.979.691 Keterangan • Data awal : 15.521.902 Rumah Tangga (RT) • Data tidak valid : 682.854 Keluarga (4,4 %) • Mampu • Tidak ditemukan • Ganda : 341.334 Keluarga : 338.626 Keluarga : 2.894 Keluarga • Data valid/ eligible : 14.839.048 Keluarga (95,6%) • Data tambahan /pecahan Keluarga dalam Rumah Tangga sama: 140.643 Keluarga • Data RT konversi ke keluarga : 14.979.691 Keluarga • Usulan Baru hasil Musdes /muskel: 816.187 Kepala Keluarga • Total Keluarga : 15.795.878 Keluarga Kesimpulan : • Data KPS yang bisa jadi target KKS berbasis KPS : 14.979.691 Keluarga • Data Total KKS potensial : 15.795.878 Keluarga 60 USULAN BARU KKS USULAN TOTAL KKS 816.187 15.795.878 HASIL VERIFIKASI DAN VALIDASI, SERTA KOMPLEMENTARITAS PROGRAM HASIL VERIFIKASI DAN VALIDASI DATA KPS 2015 37,403,886 40,000,000 15.600.000 15.521.902 35,000,000 15.400.000 30,000,000 15.200.000 25,000,000 20,000,000 15.000.000 14.839.048 12,964,211 15,000,000 14.800.000 10,000,000 5,053,420 14.600.000 5,000,000 14.400.000 1 2 1,332,545 0 1 2 3 Catatan: Sebanyak 14.8 (95%) Keluarga penerima KPS masih valid dari 15,5 Juta RTM 61 4 KOMPONEN BANTUAN PKH INDEKS BANTUAN PKH PER KOMPONEN KETERANGAN BANTUAN TETAP 2014 2015 2016 500,000 500,000 500,000 TAMBAHAN MANFAAN BAGI KELUARGA DENGAN : - IBU HAMIL, MENYUSUI, BALITA 1,200,000 1,200,000 1,200,000 - SD SEDERAJAT 450,000 450,000 450,000 - SMP SEDERAJAT 750,000 750,000 750,000 1,000,000 1,000,000 - SMA SEDERAJAT - PENYANDANG DISABILITAS 3,100,000 (300,000 X 12 – 500,000) - LANSIA 1,900,000 (200,000 X 12 – 500,000) RATA-RATA BANTUAN PER TAHUN 1,740,000 1,890,000 62 2,157,500 Ibu hamil/ Nifas • Pemeriksaan kehamilan di yankes sebanyak 4 kali. • Melahirkan oleh tenaga kesehatan • Pemeriksaan kesehatan 2 kali sebelum bayi usia 1 bulan “KEWAJIBAN PESERTA” Balita Bayi Usia 0-11 bulan : • Imunisasi lengkap serta pemeriksaan berat badan setiap bulan. Usia 6-11 bulan : • Mendapat suplemen vit A Anak Sekolah Usia 7-18 tahun yang belum menyelesaikan pendidikan dasar (SD, SMP dan SMA*) : •Terdaftar di sekolah/pendidikan kesetaraan •Minimal 85 % kehadiran dikelas setiap bulan •Usia 1-5 : imunisasi tambahan dan pemeriksaan berat badan, sekali tiap 3 bulan •Usia 5-6 tahun : Pemeriksaan berat badan setiap 1 bulan 63 World Bank (2012). PKH Conditional Cash Transfer, Social Assistance and Public Expenditure Review 6 • PKH berhasil mendorong masyarakat miskin mengubah mindsetnya untuk bangkit. • PKH adalah program yang paling efektif untuk mengurangi kemiskinan dan ketidakadilan secara langsung dibandingkan program pengentasan kemiskinan lainnya. • PKH adalah program yang paling efektif belanja APBN per Rupiah menurunkan rasio kesenjangan (gini rasio) dibandingkan program pengentasan kemiskinan lainnya. • Prosentase anggaran PKH terhadap GDP paling kecil dibandingkan negara pelaksana CCT lainnya (Argentina, Bolivia, Brazil, Mexico, Peru, Uruguay, Armenia, Sri Lanka) • Dampak PKH terhadap Per Capita Expenditure (PCE) cukup signifikan 64 KELOMPOK USAHA BERSAMA 65 Kelompok Usaha Bersama Tujuan Meningkatkan kemampuan sosial ekonomi Keluarga Fakir Miskin melalui wadah Kelompok Usaha Bersama (KUBE). Sasaran Persyaratan Keluarga Fakir Miskin dengan kriteria: 1. Memiliki KTP/Identitas yang berlaku; 2. Keluarga Fakir Miskin atau Miskin; 3. Berusia antara 18-60 tahun dan sudah berkeluarga; 4. Berdomisili tetap; 5. Memiliki potensi dan keterampilan dibidang UEP. • Membentuk Kelompok Usaha Bersama (KUBE); • Memiliki rencana usaha/pemanfaatan dana bantuan; • Memiliki rekening atas nama kelompok pada Bank Pemerinatah; • Diusulkan pemerintah Kota/Kabupaten melalui Dinas Sosial setempat. 66 PROGRAM RUMAH TINGGAL LAYAK HUNI (RUTILAHU) 67 Rehabilitasi Sosial Rumah Tinggal Layak Huni (Rutilahu) Tujuan Memperbaiki rumah (pemugaran/ renovasi) tidak layak huni milik keluarga fakir miskin sehingga tercipta rumah yang layak sebagai tempat tinggal Kriteria Penerima Bantuan Masuk kategori fakir miskin. Memiliki KTP/identitas diri yang berlaku. Kepala Keluarga/ anggota Keluarga tidak mempunyai sumber mata pencaharian atau mempunyai mata pencaharian tetapi tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok yang layak bagi kemanusiaan (memperoleh upah dibawah UMR) Kehidupan sehari-hari masih memerlukan bantuan pangan untuk penduduk miskin seperti: zakat dan Raskin. Tidak memiliki aset lain apabila dijual tidak cukup untuk membiayai kebutuhan hidup anggota keluarga selama 3 (tiga) bulan kecuali tanah dan rumah yang ditempati. Memiliki rumah di atas tanah milik sendiri yang dibuktikan dengan sertifikat atau girik atau ada surat keterangan kepemilikan dari kelurahan atas status tanah. Kriteria Rumah Tidak Layak Huni • Tidak permanen dan / atau rusak. • Dinding dan atap dibuat dari bahan yang mudah rusak/lapuk seperti : papan, ilalang, bambu yang dianyam/gedeg dsb. • Dinding dan atap sudah rusak sehingga membahayakan, mengganggu keselamatan penghuninya. • Lantai tanah/semen dalam kondisi rusak. • Diutamakan rumah tidak memiliki fasilitas mandi, cuci dan kakus Bantuan Rutilahu sebesar Rp10.000.000,-/Unit dan dikerjakan dengan mekanisme gotong royong melalui kelompok. 68 Tahun 2016 indeks Rutilahu menjadi Rp15.000.000,-/Unit. PROGRAM RASTRA/RASKIN 69 Program Subsidi Beras bagi Masyarakat Berpendapatan Rendah (Raskin/Rastra) Tujuan Sasaran Besar Alokasi • Mengurangi beban pengeluaran RTS melalui pemenuhan sebagian kebutuhan bahan pangan dalam bentuk beras • Memastikan kelompok miskin mendapat cukup pangan dan nutrisi karbohidrat 15 Kg/ RTS PM/ bulan selama 12 bulan 15.530.897 RTS PM Tahun 2015 dialokasikan 14 kali penyaluran. 70 RENCANA SUBSIDI PANGAN (RASKIN/RASTRA) TA 2016 NO A 1 2 3 B 1 2 C D 1 2 URAIAN Jumlah kebutuhan beras : Sasaran Alokasi per RTS/kali Durasi Kuantum Rastra (1 x 2 x 3) Subsidi Harga : HPB Januari s.d Desember 2016 Harga tebus di titik distribusi Subsidi Harga (1 - 2) Jumlah Subsidi Pangan/Rastra (Kuantum Raskin x Subsidi Harga) Margin fee E Margin fee Jumlah Margin fee (Kuantum x Margin fee) Kurang Bayar TA 2013 F Jumlah Anggaran Subsidi Pangan 2016 (Jumlah Subsidi + margin fee + kurang bayar 2013) SATUAN JUMLAH RTS-PM Kg Kali Kg 15.530.897 15 12 2.795.561.460 Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp 8.865,00 1.600,00 7.265,00 20.309.754.006.900 Rp/Kg Rp 50,00 139.778.073.000 Rp 543.813.273.240 Rp 20.993.345.352.000 71 • Terdapat RTS-PM yang hanya terdiri dari satu keluarga, sementara terdapat pula RTSPM lainnya terdiri dari beberapa keluarga tetapi sama-sama menerima 15 Kg. KONSEKUENSI • Rastra saat ini menggunakan basis rumah tangga (RTS-PM) FAKTA DILAPANGAN KEBIJAKAN PERMASALAHAN BASIS SASARAN RASTRA • Manfaat dan kontribusi Rastra terhadap pemenuhan kebutuhan makanan pokok berbeda-beda. • Memicu praktik bagi rata 72 KELUARGA SEBAGAI BASIS SASARAN RASTRA (Saat Ini Berbasis Rumah Tangga) Basis keluarga diharapkan menjadi pilihan agar cakupan program ini benar-benar tepat sasaran. • Meningkatkan ketepatan sasaran • Memenuhi rasa keadilan • Sejalan dengan pelasanaan program nasional lainnya (KKS, KIP, KIS). Keluarga Sejahtera 73 UPAYA-UPAYA YANG PERLU TERUS DILAKUKAN 1 Ketepatan kualitas Rastra sangat perlu dijaga. Beras yang diterima penerima Rastra kualitasnya harus bagus. Tim Koordinasi Raskin di Daerah harus pro aktif melakukan pengecekan kualitas Rastra di gudanggudang Bulog, sebelum beras tersebut disalurkan. 2 Ketepatan harga, yaitu Rp1.600,/kg di Titik Distribusi. Hal ini perlu dimonitor oleh Tim Koordinasi Rastra Daerah, sehingga harga tebus Raskin di Titik Distribusi tidak melebihi Rp1.600,-/kg yang memberatkan RTS-PM. Dukungan APBD untuk memantau, membiayai ongkos angkut dari Titik Distribusi ke Titik Bagi serta melakukan sosialisasi dan sebagainya 3 Menjamin ketepatan sasaran dimana masyarakat yang masuk dalam Daftar Penerima Manfaat (DPM) adalah keluarga rentan dan miskin dan dipastikan menerima Rastra sesuai haknya. 74 PENGGUNAAN BASIS DATA TERPADU UNTUK SEMUA PROGRAM PENANGANAN KEMISKINAN Kriteria Kepesertaan Program Penanganan Kemiskinan Basis Data Terpadu Untuk Program Penanganan Kemiskinan KKS & KIS KIP PKH RASTRA Pember dayaan Sosial Ekonomi Ditetapkan oleh K/L atau Pemerintah Daerah penyelenggara Program Kriteria diterapkan kepada Basis Data Terpadu Program perbaikan rumah tidak layak Program Perlindungan Sosial lainnya, termasuk petani dan nelayan. dengan Sasaran Individu/Keluarga/Rumah Tangga Daftar nama dan alamat individu/ keluarga/ rumah tangga sasaran masing-masing program 75 27 TERIMA KASIH 76