BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan adalah tonggak kemajuan suatu bangsa. Perkembangan suatu
bangsa ditentukan oleh mutu pendidikan yang ada di dalamnya. Suatu bangsa
akan dikatakan maju jika memiliki pendidikan yang baik dan mutunya baik.
Berdasarkan data Trends International Mathematics and Science Study
(TIMMS) tahun 2007, kemampuan literasi sains siswa Indonesia berada pada
urutan 35 dari 48 negara.Kemampuan siswa Indonesia jauh dari Negara tetangga
seperti Singapura(peringkat 1) Malaysia (peringkat ke-21) dan Thailand
(peringkata ke-22). Total nilai kemampuan literasi sains siswa Indonesia
memperoleh nilai 427, nilai tersebut berada jauh dibawah nilai rata-rata
Ibternasional yaitu 467. (Suharyadi, 2013)
Menurut Mendikbud Anies Baswedan Indonesia sedang mengalami kondisi
gawat darurat pendidikan. Standar Indonesia untuk masalah pendidikan masih
berada di level terendah.
Misalnya, 75 persen sekolah di Indonesia tidak memenuhi standar pelayanan
minimal, standar guru rendah, dan lain-lain. Ini bukan kejadian tahun ini saja,
fenomena ini sudah ada sejak tahun 2000, dan konstan sampai sekarang ini. Kalau
menerima saja keadaan ini, kita tidak akan berubah. Kita harus berubah total, dan
jangan karena perintah, tapi karena kita punya tugas untuk menyiapkan masa
depan Indonesia. Potret pendidikan hari ini adalah potret pendidikan generasi kita
di masa depan.
Menurut Hasbullah (2008) dalam Suharyadi (2011) rendahnya kemampuan
siswa ini, salah satunya dapat dipengaruhi oleh proses pembelajaran yang
dilaksanankan selama in. Faktor-faktor yang mendukung dalam proses
pembelajaran diantaranya yaitu guru, siswa dan alat pendidikan.
Dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan di tanah air kita, sebagai
seorang guru atau calon pendidik, rasanya sudah selayaknya kita memikirkan
langkah yang bisa kita ambil untuk memajukan pendidikan di negara kita ini.
1
2
Salah satu yang menjadi bagian dalam pendidikan yaitu pembelajaran kimia
di tanah air kita yang sampai kini masih menjadi sorotan masyarakat setanah air.
Pembelajaran kimia dikenal sebagai mata kuliah yang sulit dipahami mahasiswa
yang di bangku perkuliahan.Hal itu dikarenakan juga bahwa bahan ajar materi
kimia di Universitas masih sulit untuk dipahami oleh mahasiswa. Khususnya pada
materi reaksi redoks dan elektrokimia yang merupakan salah satu materi yang
sulit untuk dipahami.
Penelitian Yarmaidi (2003) mendapatkan bahwa penyediaan buku ajar dan
media pengajaran efektif dapat meningkatkan pemahaman dan prestasi mahasiswa
terhadap mata kuliah yang bersangkutan (dalam hal ini untuk mata kuliah
Statistik). Hasil yang sama juga diperoleh dalam proses pembelajaran untuk mata
kuliah Kosmografi. (Trisnaningsih 2007)
Lee,dkk (2010) dalam Situmorang (2013) menyatakan bahwa salah satu
upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah melalui pengadaan materi
pelajaran yang bermutu. Sitepu (2005) menuliskan bahwa buku pelajaran yang
baik mengandung bahan ajar yang seharusnya disusun secara tepat dan benar
dilihat dari disiplin ilmu, metode belajar dan pembelajaran, bahasa, ilustrasi dan
grafiknya memberikan kontribusi yang cukup berarti pada daerahnya.
Bahan pembelajaran merupakan seperangkat materi atau substansi pelajaran
yang disusun secara runtut dan sistematis serta menampilkan sosok utuh dari
kompetensi yang akan dikuasai siswa dalam kegiatan pembelajaran. Menurut
Asep, dkk dengan bahan ajar memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu
kompetensi secara utuh atau terpadu. Untuk itu sangat penting seorang tenaga
pendidik memiliki kompetensi mengembangkan bahan pembelajaran yang baik
sesuai dengan persyaratan dan kebutuhan yang diperlukan, sehingga materi
pembelajaran dapat tersampaikan dengan baik serta siswa pun memiliki aktivitas
belajar yang cukup baik. Bahan Pembelajaran adalah seperangkat bahan yang
memuat materi atau isi pembelajaran yang “disesain” untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Suatu bahan pembelajaran memuat materi, pesan, atau isi mata
pelajaran yang berupa ide, fakta, konsep, prinsip, kaidah atau teori yang tercakup
3
dalam mata pelatihan sesuai disiplin ilmu serta informasi lain dalam
pembelajaran.
Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru
atau instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan
ajar memiliki posisi amat penting dalam pembelajaran,yakni sebagai reperentasi
dari penjelasan guru di depan kelas. Keterangan-keterangan guru, uraianuraianyang harus disampaikan guru dan informasi yang harus disajikan guru
dihimpun dalam bahan ajar. Dengan demikian, guru juga akan dapat mengurangi
kegiatannya menjelaskan pelajaran, memiliki banyak waktu untuk membingbing
siswa dalam membelajarkan siswa. (Zulkarnaini, 2009)
Terdapat berbagai model yang telah dikembangkan untuk meningkatkan
kreatifitas mahasiswa misalnya dengan pendektan pembelajaran Contextual
Teaching and Learning.Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Pendekatan kontekstual merupakan konsep yang membantu guru mengaitkan
materi yang diajarakan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
mwmbuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.Dengan
konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa.
(Marlina,dkk. 2011).
Mata kuliah Kimia Umum II merupakan mata kuliah yang wajib bagi setiap
jurusan, maka mahasiswa harus siap untuk mengikuti semua kegiatan perkuliahan
dan harus siap untuk menerima bahan ajar yang terkait di dalamnya.Salah satu
materi
yang
ada
dalam
kimia
umum
II
adalah
reaksi
redok
dan
elektrokimia.Materi pembelajaran reaksi redoks dan elektrokimia merupakan
materi yang sulit untuk dipahami. Dan saat ini banyak bahan ajar tentang reaksi
redoks dan elektrokimia pada mahasiswa yang kurang mencakup pada pokok
bahasan yang seharusnya. Sulitnya materi yang akan dibahas dan membutuhkan
4
nalar yang tinggi membutuhkan metode yang digunakan berbasis ke kehidupan
sehari-hari.
Misalnya pada buku universitas karangan Raymond Chang yang berjudul
“KIMIA DASAR KONSEP- KONSEP INTI”., materi dalam buku ini termasuk
materi yang sangat bagus, karena juga sudah termasuk buku universitas berstandar
internasional, tetapi materi didalam buku ini termasuk materi yang sulit untuk
dipahami. Mahasiswa mengalami kesulitan untuk memahami materi didalam buku
ini.
Berdasarkan data-data tersebut, peneliti merasa perlu untuk melakukan
penelitian tentang pengembangan bahan ajar berbasis kontekstual pada materi
pembelajaran redoks dan elektrokimia. Penelitian ini berjudul “Pengembangan
Bahan Ajar Kimia Umum II Berbasis Kontekstual Pada Pokok Bahasan
Reaksi Redoks Dan Elektrokimia Di Perguruan Tinggi”
1.2 Ruang Lingkup Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka yang menjadi
ruang lingkup masalah dalam penelitian ini adalah pengembangan bahan ajar
berbasis kontekstual agar memenuhi standar untuk diajarkan di Perguruan Tinggi.
1.3 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, terdapat beberapa masalah
yang akan menjadi ruang identifikasi masalah dalam penelitian ini, yaitu:
1. Buku ajar Kimia pada Universitas lebih dominan menyajikan konsep dan
pengetahuan yang bersifat hafalan bagi mahasiswa.
2. Buku ajar yang beredar terlalu membahas dengan rumit materi redoks dan
elektrokimia dan tidak mengarah ke aplikasi ke kehidupan sehari-hari
sehingga sulit untuk dimengerti.
3. Mahasiswa membutuhkan buku ajar Kimia Umum II yang berbasis
kontekstual.
4. Mahasiswa kurang terampil dalam mengaplikasikan materi yang
didapatnya dalam kehidupan sehari-hari.
5
5. Mahasiswa membutuhkan materi yang sesuai dalam materi reaksi redoks
dan elektrokimia.
1.4 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana susunan bahan ajar kimia berbasis kontekstual pada materi
reaksi redoks dan elektrokimia agar dapat memenuhi standar untuk
digunakan pada pengajaran di Perguruan Tinggi?
2. Bagaimana tanggapan/responden dosen dan mahasiswa terhadap bahan
ajar kimia berbasis kontekstual ditinjau dari standar kelayakan isi, bahasa,
penyajian dan format?
1.5 Batasan Masalah
Untuk menghindari meluasnya permasalahan pada penelitian ini, maka
diperlukan batasan masalah. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Materi yang dikembangkan dengan berbasis kontekstual adalah materi
reaksi redoks dan elektrokimia
2. Standarisasi buku yang sesuai atau tidak sesuai dilihat dari minimal 5 buku
Universitas.
3. Standarisasi nya dilihat dari sub pokok materi reaksi redoks dan
elektrokimia dan dikembangkan dengan konstektual
6
1.6 Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk memperoleh bahan ajar kimia berbasis kontekstual standarisasi
kimia universitas pada materi pokok reaksi redoks dan elektrokimia.
2. Untuk mengetahui bagaimana buku kimia universitas untuk mahasiswa
pada pokok bahasan reaksi redoks dan elektrokimia agar memenuhi
standar
3. Untuk mengetahui komponen-komponen bahan ajar kimia menurut
dosen kimia UNIMED pada pokok bahasan reaksi redoks dan
elektrokimia
1.7 Manfaat Penelitian
Manfaat dilakukannya penelitian ini adalah:
1. Bagi Peneliti
Mengetahui bahan ajar yang memang sesuai untuk seorang mahasiswa
dan memahami bagaimana membuat sebuah bahan ajar berkembang
2. Bagi Dosen
Memberi informasi pada dosen agar menyampaikan materi ajar dengan
bahan ajar yang sesuai untuk mahasiswa dan menyampaikannya dengan
lebih menarik dan mudah dipahami oleh mahasiswa.
3. Bagi Mahasiswa
Menambah wawasan dan pengetahuan baru dan memungkinkan
mahasiswa lebih mengerti tentang belajar kimia sehingga semakin
memajukan pendidikan di Indonesia.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Memberi informasi pada peneliti selanjutnya untuk memperoleh
informasi tentang pengembangan bahan ajar dan sebagai bahan
pengembangan untuk penelitian selanjutnya. Dan untuk memajukan
pendidikan di Indonesia.
Download