JURNAL AGROTEKNOS Nopember 2011 Vol. 1 No. 3. Hal 156-162 ISSN: 2087-7706 ISOLASI, KARAKTERISASI DAN UJI ANTAGONIS BAKTERI SELULOLITIK TERHADAP Phytophthora capsici ASAL TANAMAN LADA (Piper nigrum L.) SECARA IN-VITRO Isolation, Characterization of Cellulolitic Bacteria and its Antagonistic Potential to Inhibited Phytophthora Capsici of Pepper Isolated under In-Vitro Test ANDI KHAERUNI R.1*) ,VIT NEHRU SATRAH1), MARIADI1) 1)Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo Kendari Kampus bumi tridharma Jl. H.E.A.Mokodompit kendari, 93232 ABSTRACT The Aim of this experiment was obtain cellulolitic bacteria that has antagonistic potential toward P. capsici of pepper isolated under in-vitro test. The experiment was begun in isolation and selection of cellulolitic bacteria from soil samples were taken from some location at Southeast Sulawesi. Selected 20 isolates of cellulolitic bacteria examined for its morphological and physiological characteristics as well as antagonistic potential toward P. capsici of pepper isolated under in-vitro test on Potato Dextrose Agar (PDA) medium. The potential antagonistic test was carry out used randomized complete design with three replications to observes the ability of cellulolitic bacteria inhibited mycelium growth of P. capsici on PDA medium. Results showed the selected isolates very divers on morphological characters in size, pigmentation, shape, and elevation of surface. Physiological character showed that out of 20 isolates, 12 isolates have negative Gram reaction and 8 isolates positive Gram reaction. Obtaining 5 isolates very strongly, 11 isolates strongly and 4 isolates weak activities on secreted extracellular cellulose enzyme, all of isolates were facultative anaerobe activity. Further test on antagonistic ability showed that STS15c and STS12c2 isolates are the best isolates to inhibited mycelium growth of P. capsici on PDA medium in potential inhibited were 53.16% and 52.02% respectively. Key words: Cellulolitic bacteria, Phytophthora capsici, antagonistic 7 PENDAHULUAN Tanaman lada (Piper nigrum L.) merupakan komoditas prospektif di Sulawesi Tenggara dan merupakan komoditas rempah yang cukup potensial di dunia perdagangan internasional. Indonesia adalah salah satu negara produsen dan pengekspor utama lada dunia. Peluang pengembangan tanaman lada cukup cerah. Hal ini ditunjukkan dengan nilai ekspor yang meningkat. Rata-rata peningkatan volume ekspor dari tahun 1980 sampai 2003 *) Alamat koresponding: E-mail: [email protected] adalah 2,13% dengan nilai ekspor meningkat rata-rata 3,91% (BPS, 2004). Prospek permintaan lada yang tinggi baik dari pasar domestik maupun pasar dunia mendorong petani Sulawesi Tenggara untuk mengusahakan lada. Hal ini ditunjukkan oleh perkembangan luas areal selama 14 tahun terakhir (1990 – 2003) yang mencapai 6.054 ha dengan laju tumbuh sebesar 6,89 persen per tahun, dan jumlah petani sebanyak 16.156 KK dengan peningkatan 2,89 persen per tahun (Dinas Perkebunan dan Hortikultura Sulawesi Tenggara, 2004). Produksi lada Sulawesi Tenggara tergolong rendah, pada tahun 2003 produksi hanya mencapai 507,43 kg/ha (Dinas Perkebunan dan Hortikultura Sulawesi Tenggara, 2004). Vol. 1 No.3, 2011 Isolasi, Karakterisasi dan Uji Antagonis Bakteri Selulolitik Rendahnya produktivitas lada di Sulawesi Tenggara disebabkan oleh beberapa faktor yang salah satunya adalah adanya serangan penyakit tular tanah (soil borne disease) seperti Penyakit Busuk Pangkal Batang (BPB). Phytophthora capsici diyakini sebagai penyebab utama penyakit busuk pangkal batang lada (Tsao dan Alizadeh, 1988). P. capsici merupakan cendawan tular tanah yang sulit terdeteksi keberadaannya dan mudah tersebar melalui tanah yang terkontaminasi, terbawa aliran air atau bagian tanaman yang sakit. Penyakit BPB pada tanaman lada dapat menyerang seluruh bagian tanaman mulai dari bagian pangkal batang dan akar, batang, daun tua, muda sampai ke bagian pucuk daun. Sehingga penyakit ini dapat mematikan tanaman secara cepat (Kasim, 1990 dalam Setiyono, 2003). Selama ini upaya mengendalikan penyakit BPB telah dilakukan melalui berbagai pendekatan, antara lain pengendalian terpadu melalui kultur teknis (Manohara et al. 2004a; 2004b), penggunaan fungisida, serta pengendalian dengan memanfaatkan agens hayati (Wahyuno dkk., 2003). Baker dan Cook (1983) mengemukakan bahwa usaha pengendalian patogen tular tanah secara biologi mempunyai peluang yang cukup baik, karena organisme antagonis tanah yang digunakan berada dalam tanah dan aktivitasnya dapat distimulasi dengan memodifikasi lingkungan. Salah satu alternatif pengendalian penyakit tular tanah secara biologi adalah penggunaan mikroorganisme berupa bakteri selulolitik seperti Clostrodium, Cellulomonas, Bacillus, Erwinia, Acetobibrio, Mikrobispora, dan Streptomycetes (Dewi, 2002). Mikroorganisme ini memproduksi enzim selullase. Enzim merupakan biokatalisator yang mampu mempercepat reaksi biokimia yang terjadi di dalam sel maupun di luar sel (Meryandini dkk., 2005). Berdasarkan hal tersebut diatas, maka penelitian tentang isolasi, karakterisasi dan uji antagonis bakteri selulolitik terhadap P. capsici asal lada secara in-vitro. ini dilakukan. BAHAN DAN METODE Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel tanah, aquades, alkohol, media Tryptic Soy Agar (TSA), media King’s B, media Carboxil Methyl Cellulose (CMC) 1%, media 157 PDA, glycerol 87%, congo red, larutan NaCl 1 M, isolat Phytophthora capsici. Pengujian uji daya hambat bakteri selulolitik terhadap cendawan P. capsici menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Jumlah perlakuan terdiri dari 20 isolat bakteri selulolitik yang berpotensi sebagai agensia antagonis. Setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Prosedur Penelitian Pengambilan Sampel Tanah, Sampel tanah diperoleh dari berbagai daerah di Sulawesi Tenggara (Kab. Muna, Kab. Konawe, Kab. Kolaka dan Kab. Kolaka Utara). Tanah di bawah vegetasi yang berbeda diambil pada kedalaman 10-20 cm masing-masing sebanyak 100g lalu dimasukan ke dalam kantong plastik dan diberi label. Isolasi Bakteri, Sampel tanah dari lapangan dicampur secara merata, lalu ditimbang sebanyak 1g kemudian dilarutkan ke dalam 10 mL aquades (air steril). Sampel kemudian divortex selama 10 menit hingga homogen. Suspensi yang diperoleh diencerkan menjadi 10-2 hingga 10-8 dan suspensi yang diperoleh diisolasi dalam media TSA dan King’s B dari pengenceran 10-5 hingga 10-8 setiap pengenceran lalu diinkubasi selama 3 hari. Setiap bakteri yang tumbuh dari setiap media biakan dipilih berdasarkan karakter morfologi yang berbeda dan dilakukan pemurnian secara berulang pada media TSA dan King’s B sampai diperoleh biakan bakteri yang murni untuk pengujian selanjutnya. Seleksi dan Karakterisasi Bakteri Selulolitik, Seleksi biakan bakteri selulolitik dilakukan dengan menguji kemampuannya mensekresikan enzim ekstraseluler selullase secara kualitatif pada media yang mengandung substrat selulosa. Koleksi isolat ditumbuhkan pada media agar CMC 1% (1g CMC; 0,02g MgSO4.7H2O; 0,075g KNO3; 0,05g K2HPO4; 0,002g FeSO4.7H2O; 0,004g CaCl2.2H2O; 0,2g yeast extract; 0,1g glukosa, 1,5g agar-agar bacto dalam 100 mL aquades), dan diinkubasi pada suhu ruang selama 24 – 48 jam. Selanjutnya diberi congo red 0,1%. Tinggi rendahnya aktivitas selulolitik diukur berdasarkan besarnya diameter zona perubahan warna media yang terbentuk. Isolat yang menunjukkan aktivitas selulolitik dilakukan karakterisasi awal dengan 158 KHAERUNI ET AL. mengamati bentuk dan warna koloni, reaksi gram dan sifat oksidatif/fermentatif sesuai dengan metode yang dikemukakan oleh Holt et al. (1994). Uji Daya Hambat Bakteri Selulolitik Terpilih Terhadap P. capsici, Dari hasil eksplorasi dan isolasi diperoleh 20 isolat bakteri selulolitik, maka untuk mengetahui potensi masing-masing isolat tersebut sebagai agensia antagonis perlu dilakukan uji daya hambat isolat bakteri selulolitik terhadap cendawan P. capsici secara in-vitro. Isolat P. capsici yang digunakan merupakan koleksi laboratorium Unit Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Unhalu yang diisolasi dari tanaman lada yang terinfeksi P. capsici. Skrining Awal Bakteri Selulolitik. Uji daya hambat bakteri selulolitik (uji antagonis) terhadap cendawan P. capsici secara in-vitro dilakukan sebagai metode seleksi awal untuk mendapatkan isolat yang berpotensi sebagai agens antagonis. Uji antagonis isolat bakteri selulolitik terhadap P. capsici dilakukan dengan menggunakan uji ganda. Potongan medium PDA padat dengan diameter 0,5 cm yang ditumbuhi miselium P. capsici yang berumur tujuh hari digunakan sebagai inokulum dan diinokulasikan pada cawan petri berisi medium PDA. Potongan inokulum diletakkan ditengah cawan petri dan sehari kemudian diinokulasikan bakteri selulolitik dengan jarak 3 cm dari tepi cawan berlawanan arah dengan letak patogen sebanyak 5 isolat per cawan. Cawan petri diinkubasi pada suhu ruang dan dilakukan pengamatan (selama tujuh hari) terhadap pertumbuhan patogen. Isolat-isolat bakteri selulolitik yang tidak mampu dilewati oleh patogen dipilih untuk pengujian daya antagonis terhadap P. capsici berikutnya. Potensi Daya Hambat Bakteri Selulolitik Terhadap P. capsici, Sebagaimana pada pengujian skrining awal tersebut di atas, pengujian daya hambat bakteri selulolitik terhadap P. capsici juga dilakukan J. AGROTEKNOS menggunakan metode Uji Ganda pada media PDA. Satu isolat selulolitik yang berumur 2 hari digoreskan pada media PDA yang berisi patogen yang telah ditumbuhkan sebelumnya. Bakteri selulolitik dan patogen diletakkan secara berlawanan dengan jarak masingmasing 3 cm dari tepi cawan. Untuk masingmasing isolat bakteri selulolitik dilakukan pengujian dengan pengulangan tiga kali pada setiap patogen uji. Variabel Pengamatan. Pengamatan dilakukan setiap hari (selama tujuh hari) terhadap pertumbuhan patogen dengan mengukur jari-jari pertumbuhan patogen ke arah tepi cawan petri (R1) dan jari-jari pertumbuhan patogen ke arah bakteri (R2). Selanjutnya data yang diperoleh digunakan untuk menghitung daya hambat (DH) isolat bakteri selulolitik terhadap cendawan patogen, yang ditentukan dengan rumus : DH R1 R2 100% R1 Keterangan: DH = Daya Hambat, R1 = Jari-jari pertumbuhan patogen ke arah tepi petri, R2 = Jari-jari pertumbuhan patogen ke arah tepi isolat bakteri Analisis Data. Data dianalisis dengan menggunakan analisis ragam. Apabila dalam analisis ragam terdapat pengaruh nyata, maka dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan (UJBD) pada taraf kepercayaan 0,05%. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil isolasi bakteri selulolitik dari tanah diperoleh 174 isolat bakteri selulolitik. Setelah dilakukan skrining awal berupa uji antagonis terseleksi 20 isolat yang memiliki kemampuan penghambatan terhadap pertumbuhan miselium Phytophthora capsici secara in-vitro. Ke-20 isolat tersebut diperoleh dari berbagai daerah di Sulawesi Tenggara sebagaimana ditampilkan pada Tabel 1. Vol. 1 No.3, 2011 Isolasi, Karakterisasi dan Uji Antagonis Bakteri Selulolitik 159 Tabel 1. Asal isolat bakteri selulolitik Sulawesi Tenggara NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. KODE ISOLAT STS18a STS20c STS16b STS48b3 STS37a STS03a2 STS07a STS12c2 STS07a7 STS36c STS35a STS25d STS02c5 STS37b2 STS01c STS06a STS15b3 STS35b5 STS35c7 STS15c ASAL DAERAH (DESA; KECAMATAN; KABUPATEN; PROVINSI); VEGETASI Uwetombo; Mowewe; Kolaka; Sultra; Kakao Watubangga; Watubangga; Kolaka; Sultra; Ubi jalar Ordopi; Mowewe; Kolaka; Sultra; Lada Bakeramba; Kusambi; Muna; Sultra; Rambutan Wakorambu; Bata Laiworu; Muna; Sultra; Gambas Padaeio; Ngapa; Kolaka Utara; Sultra; Nilam Tobaku; Katoi; Kolaka Utara; Sultra; Nilam Woise; Lambai; Kolaka Utara;Sultra; Jati Putih Tobaku; Katoi; Kolaka Utara; Sultra; Nilam Labela; Besulutu; Konawe; Sultra; Terung Puniowaru; Besulutu; Konawe; Sultra; Jati Alosika; Abuki; Konawe; Sultra; Rambutan Ngapa; Ngapa; Kolaka Utara; Sultra; Cengkeh Wakorambu; Bata Laiworu; Muna; Sultra; Pohon Enau Lawalatu; Ngapa; Kolaka Utara; Sultra; Klengkeng Indewe; Lasusua; Kolaka Utara; Sultra,;Pisang Tawainalu;Tirawuta; Kolaka; Sultra; Sagu Puniowaru; Besulutu; Konawe; Sultra; Lada Puniowaru; Besulutu; Konawe; Sultra; Kandang Ayam Tawainalu;Tirawuta; Kolaka; Sultra; Sagu Tabel 2. Karakteristik morfologi isolat bakteri selulolitik Sulawesi Tenggara NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. KODE ISOLAT STS18a STS20c STS16b STS48b3 STS37a STS03a2 STS07a STS12c2 STS07a7 STS36c STS35a STS25d STS02c5 STS37b2 STS01c STS06a STS15b3 STS35b5 STS35c7 STS15c CIRI KOLONI (UKURAN, PIGMENTASI, BENTUK, ELEVASI, PERMUKAAN) Kecil, Putih, Bundar, Cembung, Halus Mengkilap Kecil, Putih Susu, Bundar, cembung, Halus Mengkilap Besar, Putih Susu, Tidak beraturan, Cembung, Kasar Sedang, Putih, Bundar, Cembung, Kasar Sedang, Putih, Bundar, Cembung, Kasar. Sedang, Putih Susu, Bundar, Cembung, Halus Mengkilap Besar, Putih Susu, Tidak beraturan, Cembung, Halus Mengkilap Kecil, Putih Susu, Bundar, Cembung, Halus Mengkilap Besar, Putih, Bundar, Cembung, Halus Mengkilap Sedang, Putih Susu, Bundar, Cembung, Halus Mengkilap Kecil, Putih Susu, Bundar, Cembung, Halus Mengkilap Besar, Putih Susu, Tidak beraturan, Berombak, Kasar Kecil, Putih Susu, Bundar, Cembung, Halus Mengkilap Kecil, Kuning, Bundar, Cembung, Halus Mengkilap Sedang, Putih, Bundar, Cembung, Kasar Sedang, Bening, Bundar, Cembung, Halus Mengkilap Sedang, Putih Susu, Bundar, Cembung, Halus Mengkilap Besar, Putih Susu, Tidak beraturan, Cembung, Kasar Besar, Putih, Filamen, Cembung, Kasar Besar, Putih, Filamen, Cembung, Kasar 160 KHAERUNI ET AL. J. AGROTEKNOS Tabel 3. Karakteristik fisiologi bakteri selulolitik asal Sulawesi Tenggara UJI OKSIDATIF/ FERMENTATIF 1. STS18a ++ Anaerob Fakultatif 2. STS20c ++ Anaerob Fakultatif 3. STS16b +++ Anaerob Fakultatif 4. STS48b3 ++ Anaerob Fakultatif 5. STS37a ++ Anaerob Fakultatif 6. STS03a2 + ++ Anaerob Fakultatif 7. STS07a +++ Anaerob Fakultatif 8. STS12c2 + ++ Anaerob Fakultatif 9. STS07a7 +++ Anaerob Fakultatif 10. STS36c + +++ Anaerob Fakultatif 11. STS35a +++ Anaerob Fakultatif 12. STS25d + ++ Anaerob Fakultatif 13. STS02c5 + ++ Anaerob Fakultatif 14. STS37b2 + Anaerob Fakultatif 15. STS01c + ++ Anaerob Fakultatif 16. STS06a + + Anaerob Fakultatif 17. STS15b3 + + Anaerob Fakultatif 18. STS35b5 ++ Anaerob Fakultatif 19. STS35c7 + Anaerob Fakultatif 20. STS15c ++ Anaerob Fakultatif Keterangan : +++ (aktifitas sangat kuat dengan diameter zona bening > 5 cm), ++ (aktifitas kuat dengan diameter zona bening 3-4 cm), + (aktifitas lemah dengan diameter zona bening < 2 cm). NO KODE ISOLAT REAKSI GRAM ENZIM SELULLASE Tabel 4. Daya hambat bakteri selulolitik terhadap pertumbuhan cendawan P. capsici yang ditumbuhkan pada media PDA. Daya Hambat (%) Terhadap P. capsici Hari KeIsolat Bakteri Selulolitik I III V VII tn efg de bcde 21,15 10,17 14,49 20,74 STS18a b de STS20c 27,91 23,21 16,27 25,99bc bcde cde STS16b 25,94 17,49 19,93 17,96cde defg bcde STS48b3 26.36 10,90 21,89 23,06bcde cdefg de STS37a 15,32 12,77 16,40 17,81de fg de STS03a2 20,79 8,47 16,08 18,37cde bcd de STS07a 13,55 18,38 16,14 21,65bcde a a STS12c2 34,08 37,00 34,70 52,02a g cde STS07a7 27,04 6,27 17,10 21,62bcde bcd de STS36c 28,56 18,26 15,87 21,00bcde STS35a 27,38 19,19bc 36,94a 28,44b STS25d 22,06 15,68bcdef 18,59cde 22,34bcde STS02c5 23,54 11,79cdefg 16,79de 17,29e STS37b2 27,84 19,28bc 25,72cb 28,24b STS01c 26,96 12,64cdefg 13,99e 23,72bcde STS06a 28,07 22,65b 28,78ab 17,40de STS15b3 16,77 15,60bcdef 23,74bcd 25,56bc bcde de STS35b5 26,81 17,93 15,89 24,95bcde cdef bcde STS35c7 19,63 14,59 20.90 17,82de a a STS15c 40,13 33.69 36,65 53,16a Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf kepercayaan 95%. Vol. 1 No.3, 2011 Isolasi, Karakterisasi dan Uji Antagonis Bakteri Selulolitik Hasil pengamatan morfologi menunjukan ke-20 isolat tersebut memiliki karakteristik morfologi yang beragam dalam ukuran, pigmentasi, bentuk, elevasi dan permukaan sebagaimana ditampilkan pada Tabel 2. Hasil pengujian reaksi Gram menunjukkan 12 isolat bereaksi Gram negatif dan 8 isolat bereaksi Gram positif. Uji aktifitas Selullase menunjukan 5 isolat yang memiliki aktifitas sangat kuat, 11 isolat memiliki aktifitas kuat, 4 isolat memiliki aktifitas lemah dalam mensekresikan enzim selullase. Selain itu pula, hasil pengujian reaksi oksidatif/fermentatif menunjukkan bahwa ke-20 isolat tersebut memiliki sifat anaerob fakultatif sebagai mana ditampilkan pada Tabel 3. Persentase daya hambat bakteri selulolitik terhadap P. capsici secara in-vitro pada media PDA dapat dilihat pada Tabel 4. PEMBAHASAN Penggunaan bakteri selulolitik sebagai agens antagonis merupakan sumbangan bioteknologi yang dapat dimanfaatkan dalam sistem pertanian yang berwawasan lingkungan. Untuk memperoleh bakteri selulolitik sebagai agens antagonis ini perlu dilakukan suatu eksplorasi sebagaimana yang dilakukan pada penelitian ini berupa eksplorasi bakteri selulolitik dari tanah yang diperoleh dari berbagai daerah di Sulawesi Tenggara. Dari hasil eksplorasi diperoleh 20 isolat bakteri selulolitik yang telah dilakukan karakteristik morfologi dan karakteristik fisiologi. Karakteristik morfologi dilakukan dengan melihat ukuran, pigmentasi, bentuk, elevasi dan permukaan bakteri dan hasil yang diperoleh sangat beragam. Sedangkan karakteristik fisiologi yang dilakukan yaitu dengan melihat reaksi Gram terdapat 12 isolat bereaksi gram negatif dan 8 isolat bereaksi gram positif, terdapat 5 isolat yang memiliki aktifitas sangat kuat, 11 isolat memiliki aktifitas kuat, 4 isolat memiliki aktifitas lemah dalam mensekresikan enzim selullase, sedangkan ke 20 isolat bakteri selulolitik ini memiliki sifat anaerob fakultatif. Penggunaan agens biokontrol ini dapat menekan pertumbuhan patogen, dalam hal ini agens biokontrol bersifat antagonis terhadap patogen tular tanah. Thomashow dan Weller (1996) mengemukakan bahwa persaingan 161 antara agens biokontrol dengan cendawan sebagai patogen dapat berupa persaingan nutrisi atau menekan pertumbuhan patogen melalui mekanisme antibiotis, parasitisme, menginduksi suatu sistem pertahanan tanaman terhadap patogen. Dari semua isolat bakteri selulolitik yang telah diuji, terdapat perbedaan kemampuan penghambatan terhadap pertumbuhan cendawan Phytophthora capsici. Perbedaan kemampuan penghambatan dari masingmasing isolat bakteri selulolitik yang diuji diduga karena kemampuan masing-masing bakteri berbeda-beda dalam menghasilkan enzim ekstraseluler selullase. Dari uji antagonis yang telah dilakukan menunjukan bahwa isolat STS15c dan isolat STS12c2 memiliki kemampuan terbaik dalam menghambat pertumbuhan cendawan P. capsici yaitu berturut-turut sebesar 53,16% dan 52,02%. Penghambatan pertumbuhan cendawan P. capsici oleh bakteri selulolitik ini disebabkan isolat STS15c dan STS12c2 mensekresikan enzim selullase. Cendawan P. capsici merupakan salah satu golongan cendawan yang komponen dinding selnya lebih didominasi oleh selulosa sehingga dapat didegradasi oleh enzim sellulase (Raaijmaker et al., 2008). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Khaeruni et al (2011) yang menunjukan bahwa isolat ST26c yang mampu menghambat pertumbuhan cendawan P. capsici pada tanaman cabai. Lebih dijelaskan bahwa isolat ST26c ini merupakan isolat yang memiliki kemampuan menghasilkan enzim sellulase yang dapat menekan perkembangan penyakit busuk pangkal batang yang disebabkan oleh cendawan P. capsici. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Dari hasil eksplorasi yang telah dilakukan, diperoleh 20 isolat yang berpotensi sebagai agens antagonis terhadap Phytophthora capsici. 2. Karakteristik morfologi dari ke 20 isolat tersebut sangat beragam, sedangkan karakteristik fisiologi menunjukan 12 isolat bereaksi Gram negatif dan 8 isolat bereaksi Gram positif, terdapat 5 isolat yang memiliki aktifitas sangat kuat, 11 isolat memiliki aktifitas kuat, 4 isolat memiliki aktifitas lemah dalam 162 KHAERUNI ET AL. mensekresikan enzim selullase, sedangkan ke 20 isolat bakteri selulolitik ini memiliki sifat anaerob fakultatif. 3. Isolat STS15c dan isolat STS12c2 merupakan isolat terbaik dalam menghambat pertumbuhan P. capsici dengan daya hambat berturut-turut 53,16% dan 52,02%. Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang potensi bakteri selulolitik yang dapat mengendalikan penyakit busuk pangkal batang lada yang disebabkan oleh cendawan P. capsici secara in-vivo. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. 2004. Statistik Indonesia. Badan Pusat Statistik. Jakarta. Baker, KF, dan J., Cook. 1983. The Nature and Practice of Biological Control of Plant Pathogens. APS Press The American Phyto Pathological Society. St Paul, Minnesota. 539p. Dinas Perkebunan dan Hortikultura Sulawesi Tenggara. 2004. Statistik Perkebunan Provinsi Sulawesi Tenggara 2003. Holt, J.G., PHA. Krieg, J.T., Sneath, S.T., Staley, Williams. 1994. Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology: Ninth Edition. Williams & Wilkins. U.S.A. J. AGROTEKNOS Khaeruni, A., G.A.K, Sutariati, A., Rahman. 2011. Potensi rizobakteri indigenus ultisol untuk mengendalikan penyakit busuk batang Phytophthora (Phytophthora capsici) pada tanaman cabai. J. Agroteknos Vol 1(1) : 8-13. Manohara, D., K. Mulya, and D. Wahyuno.2004b. Phytophthora disease on black pepper and the control measures. Focus on Pepper 1: 37−49. Meryandini, A. 2005. Karakterisasi Xilanase Aktinomises Asal Indonesia Dalam Upaya Menggali Mikrob Penghasil Enzim Komersial. Laporan Penelitian Hibah Bersaing IV. IPB. Bogor. Raaijmaker, J.M., Paulitz, T.C., Steinberg, C. 2008. The Rhizosphere : A playground and battletfield for soilborne pathogens and beneficial microorganism. Plant Soil 10 : 1007-1014. Setiyono R.T.. 2003. Status Pemuliaan Tanaman Lada. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Bogor. Tsao, P.H. and A. Alizadeh. 1988. Proc. 10th International Cocoa Research Conference, Santo Domingo, 1988. p. 441-445. Wahyuno, D., D. Manohara, dan K. Mulya. 2003. Peranan bahan organik pada pertumbuhan dan daya antagonisme Trichoderma harzianum dan pengaruhnya terhadap P. capsici. J. Fitopatologi Indonesia 7: 76−82.