(DM) merupakan penyakit metabolik

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diabetes Melitus
2.1.1 Definisi Diabetes Melitus
Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang ditandai dengan
hiperglikemia (peningkatan kadar glukosa darah) disebabkan karena abnormalitas
metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein.1,2
2.1.2 Klasifikasi Diabetes Melitus
Menurut American Diabetes Association (ADA) mengklasifikasikan diabetes
melitus berdasarkan etiologi dibagi menjadi empat kelompok yaitu: 3
1. Diabetes Melitus Tipe 1
Diabetes Melitus Tipe 1 atau Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)
merupakan tipe diabetes melitus yang banyak terdapat pada anak di usia remaja dini
dan didapatkan diberbagai negara termasuk di Indonesia.12 Diabetes melitus tipe ini
juga disebut diabetes juvenilis pada masa dahulu. Diabetes melitus tipe 1 adalah
kelainan sistemik akibat gangguan metabolisme glukosa yang ditandai dengan
hiperglikemia kronis. Keadaan tersebut disebabkan kerusakan sel beta pankreas baik
oleh proses autoimun maupun idiopatik sehingga produksi insulin berkurang bahkan
terhenti.11,12,13
2. Diabetes Melitus Tipe 2
Diabetes
melitus
tipe
2
atau
Non-Insulin
Dependent
Diabetes
Melitus (NIDDM) adalah penyakit gangguan metabolik yang ditandai oleh kenaikan
gula darah akibat penurunan sekresi insulin oleh sel beta pankreas dan gangguan
fungsi insulin (resistensi insulin). Hasil Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2008,
menunjukkan angka kejadian diabetes melitus tipe 2 adalah 95% dari populasi
diabetes melitus. Hal ini menunjukkan bahwa penyakit ini sering dijumpai. Diabetes
melitus tipe 2 mempunyai etiologi yang multifaktorial yaitu faktor genetik, usia, jenis
Universitas Sumatera Utara
kelamin, obesitas, merokok, makanan, alkohol, dan kurang aktivitas seperti olahraga.
Diabetes melitus biasanya menyerang masyarakat yang berada pada usia yang
produktif, yaitu >40 tahun.2,3,13
3. Diabetes Melitus Tipe Lain
Diabetes melitus tipe lain ini dulu disebut Diabetes Terkait Malnutrisi
(MRDM), tetapi oleh karena patogenesis ini tidak jelas maka jenis ini tidak lagi
disebut sebagai MRDM melainkan disebut diabetes mellitus tipe lain. Jenis diabetes
melitus tipe ini sering ditemukan di daerah tropis dan negara berkembang.
Kemungkinan penyebab diabetes ini termasuk cacat genetik fungsi sel beta atau kerja
insulin, penyakit pankreas eksokrin, endokrinopati, penggunaan obat atau bahan
kimia, infeksi, dan sindrom genetik tertentu.3,14
4. Diabetes Melitus Gestasional
Diabetes Melitus Gestasional (GDM) adalah keadaan diabetes atau intoleransi
glukosa yang timbul selama masa kehamilan, dan biasanya berlangsung hanya
sementara atau temporer. Sekitar 4-5% wanita hamil diketahui menderita GDM, dan
umumnya terdeteksi pada atau setelah trimester kedua. Diabetes dalam masa
kehamilan, walaupun umumnya kelak dapat pulih sendiri beberapa saat setelah
melahirkan, namun dapat berakibat buruk terhadap bayi yang dikandung. Akibat
buruk yang dapat terjadi antara lain malformasi kongenital, peningkatan berat badan
bayi ketika lahir dan meningkatnya risiko mortalitas perinatal. Pada wanita yang
pernah menderita GDM akan lebih besar risikonya untuk menderita lagi diabetes di
masa depan. Kontrol metabolisme yang ketat dapat mengurangi risiko-risiko
tersebut.3,13,15
Universitas Sumatera Utara
2.1.3 Patofisiologi
Glukosa mempunyai peranan penting dalam menstimulus sekresi insulin.
Insulin adalah suatu hormon yang disekresikan oleh sel beta pankreas yang berfungsi
sebagai regulator utama dalam metabolisme karbohidrat, lemak, protein. Insulin juga
bertanggung jawab dan mempertahankan kadar gula darah agar tetap normal. Jumlah
asupan karbohidrat akan mempertahankan kadar glukosa darah agar tetap normal.
Jumlah asupan karbohidrat akan mempengaruhi jumlah produksi dan sekresi insulin
yang dihasilkan. Pada orang dengan metabolisme normal, insulin dilepaskan dari selsel beta pulau Langerhans pankreas setelah makan dan mengirim sinyal kepada
insulin dalam tubuh untuk menyerap glukosa. Hal ini akan menurunkan glukosa
darah.2,8,13,16
Pada orang yang normal, kadar glukosa darah biasanya antara 60-110 mg/dl.
Pada diabetes melitus tipe 2 mempunyai dua faktor penyebab yaitu resistensi insulin
dan gangguan sekresi insulin. Resistensi insulin adalah sel-sel tubuh tidak
memberikan respon atau kurangnya sensitivitas terhadap insulin yang akan
menyebabkan terjadinya peningkatan glukosa dalam darah dan pemasukan glukosa ke
dalam sel akan terhambat. Sedangkan gangguan sekresi insulin adalah dimana
ketidakmampuan organ pankreas untuk memproduksi insulin dalam jumlah yang
cukup mengakibatkan produksi insulin berkurang dan masuknya glukosa ke dalam sel
akan terhambat. Kedua keadaan ini menyebabkan sebagian besar glukosa tetap berada
dalam sirkulasi darah sehingga terjadi hiperglikemia.2,13,15,17
Pada saat hiperglikemia, ginjal akan menarik tambahan air dari darah untuk
menghancurkan glukosa. Glukosa disekresikan dalam urin disertai pengeluaran cairan
dan elektrolit yang berlebihan mengakibatkan terjadinya peningkatan dalam berkemih
(poliuria). Akibat adanya poliuria yang menyebabkan berkurangnya cadangan air
tubuh, sehingga tubuh mengirimkan sinyal ke pusat otak dan menyebabkan sering
merasa haus (polidipsia). Lalu karena sel-sel kekurangan glukosa, penderita akan
mengalami rasa lapar yang berlebihan (polifagia).18 Inilah tanda-tanda klasik dan
simptom dari diabetes melitus tipe 2. 9,17,18
Universitas Sumatera Utara
2.1.4 Gambaran Klinis Diabetes Melitus
Gejala klasik diabetes melitus seperti poliuria, polidipsi, polifagia, dan
penurunan berat badan tidak selalu tampak pada lansia penderita diabetes melitus
karena seiring dengan meningkatnya usia terjadi kenaikan ambang batas ginjal untuk
glukosa sehingga glukosa baru dikeluarkan melalui urin bila glukosa darah sudah
cukup tinggi.19 Diabetes melitus pada lansia umumnya bersifat asimptomatik, jikalau
ada gejala seringkali berupa gejala tidak khas seperti kelemahan, gatal, kesemutan,
letargi, perubahan tingkah laku, menurunnya status kognitif atau kemampuan
fungsional (antara lain delirium, demensia, depresi, agitasi, mudah jatuh, dan
inkontinensia urin). Inilah yang menyebabkan diagnosis diabetes melitus pada lansia
seringkali agak terlambat. Bahkan, diabetes melitus pada lansia seringkali baru
terdiagnosis setelah timbul penyakit lain.2,12,13 Gejala lain yang mungkin dikeluhkan
penderita diabetes melitus adalah mata kabur, impotensi pada pria, dan pruritus vulva
pada wanita.13,15
2.1.5 Komplikasi Diabetes Melitus
Komplikasi dari Diabetes Melitus ada dua yaitu:13
1. Komplikasi Akut
Ada tiga komplikasi akut pada diabetes yang penting dan berhubungan
dengan gangguan keseimbangan kadar glukosa darah jangka pendek. Berikut tiga
komplikasi tersebut:
a.
Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi kalau kadar glukosa darah turun <50 hingga 60 mg/dl.
Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian insulin atau preparat oral yang berlebihan,
konsumsi makanan yang berlebihan, atau aktifitas fisik yang berat.13,18
b. Diabetik Ketoasidosis
Simtom meliputi demam, malaise, sakit kepala, mulut kering, poliuria,
polidipsia, nausea, vomitus, sakit perut dan lesu.13,18
Universitas Sumatera Utara
c. Hipersomolar Hiperglikemia Non Ketotik Sindrom
Kondisi akut dari hiperglikemia (lebih cair 600 mg/dl) dengan tidak adanya
keton ditemukan pada diabetes melitus tipe 2, penderita memerlukan terapi insulin
dan cairan untuk menyempurnakan perawatan.18
2. Komplikasi Kronik
a. Diabetik mata
Merupakan
sekelompok
gangguan
pada
mata
yang
membahayakan
penglihatan bagi penderita diabetes yang berkembang sebagai akibat komplikasi
penyakitnya, meliputi : 13,18
-
Diabetik Retinopati
Rusaknya pembuluh darah pada retina yang merupakan jaringan sensitif
cahaya di belakang mata yaitu berperan mengartikan cahaya kedalam impuls elektrik
yang diinterpretasikan sebagai penglihatan oleh otak.18
-
Katarak
Katarak adalah kristalisasi lensa yang opak sebagai hasil dari pengaburan
penglihatan normal. Penderita diabetes dua kali lebih besar terkena katarak
dibandingkan dengan yang non diabetes. Katarak cenderung berkembang pada usia
pertengahan.18
-
Glaucoma
Penyakit ini timbul ketika terjadi peningkatan tekanan cairan didalam mata
yang memicu terjadinya kerusakan saraf mata secara progresif. Penderita orang
dengan diabetes 2 kali lebih besar keyakinan terkena glaucoma dibandingkan dengan
yang non diabetes.18
b. Diabetik Neuropati
Kerusakan saraf dengan karakteristik sakit dan kelemahan pada kaki sehingga
kehilangan atau penurunan sensasi di kaki, dan pada beberapa kasus terjadi pada
tangan. Tanda awal dari penyakit ini adalah kekakuan, sakit, atau perasaan geli pada
kaki dan tangan.14,18
Universitas Sumatera Utara
c. Diabetik Nefropati
Merupakan stadium akhir dari penyakit ginjal. Setelah mengidap diabetes
selama 15 tahun, satu sampai tiga orang penderita tipe 1 diabetes melitus berkembang
menjadi penyakit ginjal. Diabetes merusak pembuluh darah kecil di ginjal sehingga
mengurangi kemampuannya untuk menyaring kotoran yang kemudian diekresikan
melalu urin. Penderita dengan gangguan ginjal harus melakukan transplantasi ginjal
atau cuci darah.14,18
d. Stroke
Tekanan darah tinggi adalah faktor resiko utama, merokok, dan tingginya
tingkat kolesterol LDL yang tinggi adalah sebagai penyebab lainnya.18
e. Penyakit Kardiovaskular
Penyakit kardiovaskular adalah komplikasi yang biasa terlihat pada penderita
diabetes. Arterosklerosis adalah terpenting dari semua komplikasi kronis karena
merupakan 80 % dari penyebab kematian penderita diabetes. Beberapa diantaranya
adalah:18
-
Penyakit jantung koroner.14,18
-
Akut miokardial infarksi.18
f. Penyakit Vaskular Perifer
Penyakit ini 4 kali lebih besar dibanding yang non diabetes. Disebabkan oleh
ulser yang tidak dirawat, sakit, dan amputasi pada orang dengan atau tanpa diabetes.
Faktor resiko meliputi hipertensi, merokok, hiperlipidemia, obesitas, dan riwayat
keluarga.18
g. Komplikasi Rongga Mulut
Dihubungkan dengan kontrol glikemik yang buruk. Beberapa diantaranya
adalah penyakit periodontal, karies gigi, mobility gigi, xerostomia, dan infeksi
kandidiasis.17,18,20
Universitas Sumatera Utara
2.1.6 Diagnosis
Diagnosis klinis diabetes melitus awalnya ditegakkan berdasarkan gejala DM
berupa poliuria, polidipsia, polifagia,lemas dan berat badan turun. Keluhan dan gejala
yang khas ditambah hasil pemeriksaan glukosa darah sewaktu, glukosa darah puasa
sudah cukup untuk menegakkan diagnosis diabetes melitus.2,11 Untuk diagnosis
diabetes melitus dan gangguan toleransi glukosa lainnya diperiksa glukosa darah 2
jam setelah beban glukosa. Sekurang kurangnya diperlukan kadar glukosa darah 2
kali abnormal untuk konfirmasi diagnosis diabetes melitus pada hari yang lain atau
Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) yang abnormal.2,13,15,18
Tabel 1. Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring dan
diagnosis diabetes melitus menurut PERKENI 2006 (mg/dl) 15
Bukan
Belum
DM
Pasti DM
Kadar glukosa darah sewaktu
DM
Plasma vena
<110
110 – 199
>200
Darah kapiler
<90
90 – 199
>200
Kadar glukosa darah puasa
Plasma vena
<110
110 – 125
>126
Darah kapiler
<90
90 – 109
>110
Kontrol kadar gula darah merupakan suatu pengendalian glukosa pasien
diabetes Melitus. Kontrol ini dilakukan setiap 3 bulan sekali yang meliputi
pemeriksaan kontrol kadar gula darah puasa, kadar gula postprandial, serta kadar
HbA1c. Apabila tidak diakukan secara teratur, dapat menyebabkan komplikasi
sehingga penting dilakukan.21 Pengukuran HbA1c adalah cara yang paling akurat
untuk menentukan tingginya kadar gula darah selama dua sampai tiga bulan terakhir.
Pengobatan diabetes bisa dikatakan berhasil jika glukosa darah puasa 80 sampai 109
mg/dl, kadar glukosa darah dua jam 80 sampai 144 mg/dl, dan kadar HbA1c <7%.
Universitas Sumatera Utara
ADA (American Diabetes Association) merekomendasikan bahwa kadar HbA1c
dinyatakan terkontrol apabila berada <7% dan tidak terkontrol jika >7%.16,21
2.2 Koloni Jamur Candida albicans Rongga Mulut
2.2.1 Defenisi
Koloni jamur Candida adalah kumpulan jamur yang tumbuh pada media
biakan yang ditemukan didalam rongga mulut. Candida merupakan jamur golongan
khamir, yang membentuk sel ragi dan hifa semu. Candida juga merupakan jamur
komensal yang hidup antara lain di rongga mulut, pencernaan, dan vagina. Lebih dari
150 spesies candida telah di identifikasi. Sebanyak 70% infeksi candida yang paling
banyak pada manusia terutama dalam rongga mulut adalah Candida albicans.5,22,23 Di
dalam rongga mulut jumlah Candida albicans yang normal adalah kurang dari 100
koloni. Jumlah jamur yang diisolasi dari mulut individu normal biasanya rendah
meskipun didapatkan beberapa variasi. Perhitungan dengan Imprint Technique
didapat 10-20 koloni Candida albicans per cm pada individu normal. Hal ini
menyebabkan adanya kenaikan jumlah koloni Candida albicans pada individu yang
tidak normal. 7,24,25
Candida albicans adalah salah satu spesies candida yang merupakan
organisme komensal dalam rongga mulut, dan juga merupakan jamur dimorfik yaitu
patogen oportunistik. Candida albicans merupakan jamur patogen oportunistik yang
paling sering menginfeksi rongga mulut. Jamur ini dapat ditemukan pada seluruh
permukaan rongga mulut, yaitu lidah, pipi, mukosa palatal, plak gigi, karies gigi,
flora subgingival, dan juga pada gigi tiruan.4,6,26,27
2.2.2 Morfologi Candida albicans
Sifat morfologis yang dinamis merupakan cara untuk beradaptasi dengan
keadaan sekitar. Dua bentuk utama candida adalah bentuk ragi dan bentuk pseudohifa
yang juga disebut sebagai miselium. Perubahan dari komensal menjadi patogen
merupakan adaptasi terhadap perubahan lingkungan sekitarnya. Dalam keadaan
Universitas Sumatera Utara
patogen, Candida albicans lebih banyak ditemukan dalam bentuk miselium atau
pseudohifa atau filamen dibandingkan bentuk spora. 5,22,23,27
Gambar 1. Morfologi Candida albicans22
Pada sediaan apus eksudat, candida tampak sebagai ragi lonjong, kecil,
berdinding tipis, bertunas , gram positif, berukuran 2-3 x 4-6 µm , yang memanjang
menyerupai hifa (pseudohifa). Candida membentuk pseudohifa ketika tunas-tunas
terus tumbuh tetapi gagal melepaskan diri, menghasilkan rantai sel-sel yang
memanjang dan terjepit atau tertarik pada septasi-septasi diantara sel. Candida
merupakan jamur yang pertumbuhannya cepat yaitu sekitar 48-72 jam. Kemampuan
candida tumbuh pada suhu 37º merupakan karakteristik penting untuk identifikasi.5,11
Morfologi koloni candida pada medium padat agar sabouraud dekstrosa atau glucoseyeast extract- peptone water umumnya berbentuk bulat dengan ukuran (3,5-6) x (610) μm dengan permukaan sedikit cembung, halus, licin, kadang sedikit berlipat
terutama pada koloni yang telah tua. Besar kecilnya koloni dipengaruhi oleh umur
biakan. Warna koloni candida putih kekuningan (cream lembut) dan berbau
khas.5,22,28,29
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2. Kultur Candida albicans23
Candida albicans bersifat dimorfik, selain ragi-ragi dan pseudohifa, ia juga
bisa menghasilkan hifa sejati. Ragi dapat menjadi dominan dan menyebabkan
keadaan-keadaan patologi ketika daya tahan tubuh menurun baik secara lokal maupun
sistemik. Pertumbuhan candida lebih subur bila disertai kortikosteroid, antibiotik,
kadar glukosa tinggi, dan imunodefisiensi (Jawetz et al, 1996).22,27
2.2.3 Penyakit yang disebabkan oleh Candida albicans
Infeksi jamur Candida albicans dapat terjadi pada berbagai bagian tubuh
manusia. Bagian tubuh yang dapat terkena infeksi jamur Candida albicans adalah
sekitar kelamin (vagina), kuku, esofagus, daerah sekitar anus, saluran pencernaan,
dan rongga mulut (kandidiasis). Infeksi Candida albicans di rongga mulut dapat
terjadi apabila ada faktor predisposisi baik lokal maupun sistemik. Faktor lokal
meliputi pemakaian gigi palsu, perubahan epitel, sekresi saliva menurun, pH saliva
menurun, perubahan sistem flora rongga mulut, karbohidrat tinggi, dan merokok.
Sedangkan, faktor sistemik meliputi kelainan endoktrin seperti diabetes melitus,
defisiensi, nutrisi, dan penurunan sistem imun.1,4,22,27
Kandidiasis mulut adalah infeksi jamur superfisial yang mengenai mukosa
mulut. Kandidiasis mulut biasanya merupakan infeksi sekunder yang menyertai
kondisi medis lainnya.6,9 Kandidiasis pada penderita diabetes melitus merupakan
Universitas Sumatera Utara
komplikasi yang dapat memperparah keadaan penderita, sebab kandidiasis pada
penderita diabetes melitus bersifat kronis. Penderita Kandidiasis akan merasakan
gejala seperti rasa terbakar dan perubahan rasa kecap.4,6,27
Menurut Regezi, kandidiasis kronis yang tidak diatasi dapat berkembang
menjadi candida leukoplakia yang bersifat praganas dan selanjutnya dapat
berkembang menjadi karsinoma sel skuamosa yang bersifat ganas. Selain itu
kandidiasis dapat berkembang menjadi infeksi sistemik melalui aliran getah bening
yang menyerang organ vital seperti ginjal, paru-paru, otak, dan dinding pembuluh
darah yang bersifat fatal.1,4,8
Manifestasi kandidiasis secara klinis di rongga mulut ada beberapa macam.
Namun, kandidiasis yang paling umum adalah kandidiasis pseudomembran akut atau
thrush, ini juga dapat terlihat pada pasien yang menggunakan terapi kortikosteroid
atau pada pasien dengan keadaan imunosupresi.6 Secara garis besar kandidiasis
rongga mulut memiliki jenis-jenis utama dibawah ini, yaitu :
1. Kandidiasis Pseudomembran Akut (Thrush)
Kandidiasis pseudomembran akut (thrush) adalah suatu infeksi opportunistik
yang disebabkan oleh pertumbuhan berlebihan dari jamur Candida albicans. Tampak
sebagai plak mukosa yang putih, difus, bergumpal, atau seperti beludru yang dapat
dihapus dan meninggalkan permukaan merah, kasar, atau berdarah. Tidak ada
predileksi ras atau jenis kelamin. Kandidiasis ini biasanya dijumpai pada mukosa
pipi, lidah, dan palatum lunak.6,22,30,31
Diagnosis dapat ditentukan dengan pemeriksaan klinis, kultur jamur, atau
pemeriksaan mikroskopik secara langsung dari kerokan jaringan. Pemakaian topikal
dari obat-obat antijamur selama 2 minggu biasanya memberi kesembuhan.6,18,31
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3. Kandidiasis Pseudomembran Akut (Thrush).31
2. Kandidiasis Atropik Akut
Kandidiasis ini disebut juga antibiotik sore mouth. Kandidiasis ini sering
terjadi selama pengobatan antibiotik. Secara klinis permukaan mukosa akan terlihat
kasar dan merah, biasanya disertai gejala sakit atau terbakar, dan rasa kecap
berkurang. Kadang-kadang
pengobatan.
sakit
menjalar sampai ke tenggorokan selama
6,30,31
Gambar 4. Kandidiasis Atropik Akut.31
3. Kandidiasis Atropik Kronik
Kandidiasis Atropik Kronik atau sering disebut dengan denture stomatitis dan
denture sore mouth merupakan manifestasi kandidiasis yang paling sering terjadi
yang disebabkan oleh infeksi candida pada mukosa mulut yang dipengaruhi oleh
Universitas Sumatera Utara
protesa yang menutupi daerah tersebut. Adanya gigi tiruan yang longgar, hubungan
oklusi yang tidak tepat dan permukaan jaringan gigi tiruan yang kasar (mungkin
dipengaruhi oleh bahan cetak alginat) maka penyebaran infeksi oleh Candida
albicans akan menyebar pada daerah lipatan pada sudut mulut yang terendam air
ludah yang mengandung koloni ragi.6,27,30,31
Gambar 5. Kandidiasis Atropik Kronik.31
4. Kandidiasis Hiperplastik Kronis
Kandidiasis hiperplastik kronis disebut juga candida leukoplakia. Biasanya
ditemukan pada pasien setengah baya atau usia lanjut. Pada jenis ini akan terlihat
bercak putih yang berhubungan dengan infeksi candida pada lapisan epitelnya. Tetapi
setelah jamur dihilangkan, bercak hiperplastik epitelium akan tetap ada. Kandidiasis
hiperplastik sering terkena terutama pada daerah mukosa bukal atau tepi lateral lidah.
6,27,31,32
Universitas Sumatera Utara
Gambar 6. Kandidiasis Hiperplastik Kronis.31
2.3 Hubungan Kadar Glukosa Darah Penderita Diabetes Melitus yang
Mengalami Kandidiasis dengan Perubahan Koloni Candida albicans
Diabetes melitus merupakan penyakit menahun yang ditandai oleh kadar
glukosa darah yang melebihi nilai normal. Penyakit diabetes dapat bermanifestasi dan
berkomplikasi pada rongga mulut seperti xerostomia, disfungsi kelenjar saliva,
infeksi jamur yaitu kandidiasis, karies, kehilangan gigi, gangguan pengecapan/
perasa, halitosis, lischen planus, glositis, perubahan flora mikroba normal, penurunan
penyembuhan luka dan meningkatkan kerentanan terhadap infeksi, gingivitis, serta
penyakit periodontal.17,18,26,33 Salah satu jenis infeksi jamur yang sering ditemukan
adalah kandidiasis, terutama kandidiasis mulut.4
Pada penderita diabetes melitus yang mengalami peningkatan kadar glukosa
darah (hiperglikemia) akan menunjukkan perubahan kondisi rongga mulut dan
mampu menyebabkan kadar glukosa pada saliva menjadi lebih tinggi, sehingga
berdampak pada kehilangan homeostatis dan kerentanan yang lebih besar untuk
terjadinya penyakit dalam rongga mulut yaitu kandidiasis mulut.7,8 Kandidiasis mulut
merupakan infeksi yang disebabkan oleh Candida albicans. Pada keadaan normal
prevalensi Candida albicans dalam rongga mulut berkisar antara 20-40%, dan pada
penderita diabetes melitus prevalensi kolonisasi Candida albicans meningkat sekitar
60-80%. Kadar glukosa darah yang tinggi pada penderita diabetes melitus ada
kecenderungan lebih tinggi untuk menderita kandidiasis mulut.1,4,6,7
Universitas Sumatera Utara
Mekanisme bagaimana pasien diabetes melitus mudah terkena infeksi candida
telah dikemukan oleh para ahli seperti berikut : (gambar 7)
DIABETES MELITUS
Aliran saliva
Level glukosa
saliva
Daya penerimaan sel
epitel terhadap spesies
candida
Fungsi
neutrofil
pH saliva
Perkembangan
candida
Adhesi candida
terhadap sel epitel
Aktivitas proteolitik
Spesies candida
KANDIDIASIS ORAL
Gambar 7. Mekanisme terjadinya kandidiasis mulut pada penderita diabetes.34
Telah diketahui dengan baik bahwa adesi candida pada permukaan sel epitel
merupakan langkah awal pertumbuhan, kolonisasi dan kemudian infeksi.5 Pasien
diabetes yang tidak terkontrol sering mengalami hiperglikemia. Keadaan ini
menyebabkan kadar glukosa darah meningkat yang disertai juga dengan peningkatan
konsentrasi glukosa saliva. Selain itu penderita diabetes juga mengalami xerostomia
yang merupakan efek langsung dari diabetes maupun obat-obatan yang di konsumsi
untuk perawatan diabetesnya. Hiperglikemia mengakibatkan meningginya jumlah
urin sehingga cairan dalam tubuh berkurang dan sekresi saliva juga berkurang.
Dengan berkurangnya saliva, maka mengakibatkan terjadinya xerostomia. Kedua
keadaan
tersebut
memberikan
lingkungan
yang
baik
untuk
pertumbuhan
candida.1,8,13,34
Universitas Sumatera Utara
Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa daya penerimaan sel-sel epitel
bukal pasien diabetes melitus terhadap candida secara signifikan lebih tinggi daripada
pasien tanpa diabetes. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh akumulasi produkproduk glikolisasi pada sel-sel epitel dapat meningkatkan jumlah reseptor untuk
candida pada permukaan sel epitel. Pasien diabetes juga akan mengalami gangguan
fungsi netrofil yang meliputi kemotaksis, fagositosis, dan aktivitas membunuh yang
dapat memperbesar peningkatan kerentanan terhadap infeksi candida.5,8,9,33,34
Universitas Sumatera Utara
2.4 Kerangka Teori
Diabetes Melitus
Kadar Glukosa Darah
Rentan terhadap
infeksi jamur
Candida albicans
Kandidiasis Mulut
Kandidiasis
pseudomembran
akut (thrush)
Kandidiasis
atropik akut
Kandidiasis
Kandidiasis
atropik kronik
hiperplastik
kronis
Universitas Sumatera Utara
2.5 Kerangka Konsep
Kadar Glukosa
Darah Penderita
Diabetes Melitus
yang Mengalami
Kandidiasis
Jumlah koloni
Candida
albicans
Universitas Sumatera Utara
Download