sop - data BMKG

advertisement
BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA
BUKU UTAMA
STANDAR OPERATING PROCEDURE (SOP)
INDONESIA TSUNAMI EARLY WARNING SYSTEM
Jakarta, 2012
BAGIAN 1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Secara Tektonis, wilayah Indonesia berada pada pertemuan tiga lempeng
tektonik besar dunia yang aktif, yaitu lempeng Eurasia, Pasifik dan IndoAustralia. Interaksi antar lempeng tektonik ini, disamping memberikan dampak
positip berupa terjebak-nya tambang dan mineral di wilayah Indonesia, juga
menyimpan dampak negatif berupa bencana gempabumi dan letusan gunung
berapi. Gempabumi dan tsunami di Biak (1996), di Aceh (2004), dan letusan
gunung Merapi merupakan bukti betapa wilayah Indonesia rawan terhadap
bencana alam.
Menyadari betapa besar korban/kerugian yang ditimbulkan oleh bencana
gempabumi dan tsunami, sejak tahun 2005 didirikanlah sistem peringatan dini
tsunami di Indonesia yang biasa dikenal dengan InaTEWS (Indonesia
Tsunami Early Warning
System). Tujuan
didirikan
InaTEWS adalah
memberikan peringatan dini pada masyarakat jika ada indikasi terjadi
ancaman bencana tsunami akan menimpa kawasan Indonesia.
InaTEWS adalah suatu sistem peringatan dini tsunami yang komprehensif
yang meliputi dua komponen utama, komponen struktur dan kultur. Komponen
struktur yaitu mekanisme pengumpulan data dari peralatan yang diletakan di
lapangan,
pengiriman
data
ke
pusat
pengolahan
data
dan
hingga
penyampaian peringatan dini pada pihak yang berwenang dan masyarakat.
Kegiatan struktur ini, mulai dari pemantauan gempabumi, permukaan laut,
deformasi kerak bumi, sistem tele-komunikasi dan pengolahan data serta
sistem komunikasi informasi. Komponen kultur, merupakan bagian lain dari
sistem peringatan dini tsunami yang mengatur bagaimana penyampaian
peringatan dini ini sampai pada pihak yang berwenang dan masyarakat,
keterkaitan antara pusat dan daerah dalam penyampaian peringatan dini ini.
Cakupan kegiatan kultur ini mulai dari mitigasi, kesiapan, ketanggapan
maupun peningkatan kapasitas dalam menanggapi peringatan dini tsunami
sesuai dengan prosedur tetap sistem peringatan dini sampai pada kesiapan
masyarakat sendiri dalam menanggapi sistem tersebut.
Menyusul diresmikannya InaTEWS, 11 November 2008, kebutuhan prosedur
tetap pengoperasian Ina TEWS yang biasa disebut dengan SOP (Standard
Operating Procedure) InaTEWS sangatlah mendesak. Untuk keperluan itu,
utamanya di Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, sebagai pusat
peringatan dini tsunami Indonesia, membuat prosedur tetap yang dapat
dijadikan sebagai acuan bagi operator di pusat informasi peringatan dini
tsunami di BMKG dalam melaksanakan fungsinya.
B. Ruang Lingkup dan Batasan Wilayah Kerja SOP
1. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penyusunan Standar Operasional Prosedur di Pusat
Gempabumi dan Tsunami BMKG. mencakup pelaksanaan tugas pokok dan
fungsi dari unit kerja Pusat Gempabumi dan Tsunami, Bidang Informasi
Gempabumi dan Tsunami, Sub Bidang Informasi Gempabumi dan Sub
Bidang Peringatan Dini Tsunami.
2. Batasan Wilayah Kerja SOP
InaTEWS BMKG memiliki tanggung jawab untuk memberikan informasi
gempabumi dan tsunami yang berkaitan dengan dampaknya meliputi :
1. Informasi gempabumi yang terjadi pada 95o – 142o BT dan -11o LS - 6o
LU dan berdampak ke wilayah Indonesia.
2. Peringatan dini kemungkinan adanya tsunami yang akan mengancam
wilayah Indonesia yang sumbernya dari wilayah Indonesia sendiri atau
dari negara luar dimana InaTEWS BMKG sebagai Pusat Peringatan
Dini Tsunami atau NTWC.
3. Informasi gempabumi yang terjadi di Negara anggota ASEAN dimana
InaTEWS BMKG sebagai pusat gempabumi ASEAN atau AEIC
4. Informasi gempabumi dan tsunami yang terjadi negara sekitar
Samudera Hindia, dimana InaTEWS BMKG yang berfungsi sebagai
RTSP
5. Informasi gempabumi dan tsunami yang terjadi negara
sekitar
Samudera Pasifik, dimana InaTEWS BMKG yang berfungsi sebagai
RTSP dan anggota PTWC.
C. Tujuan
Tujuan disusunnya Buku SOP InaTEWS BMKG adalah :
1.
Untuk menjadi pedoman dalam penyelenggaraan Informasi gempabumi
dan peringatan dini tsunami di Pusat Gempabumi dan Tsunami
2.
Untuk
menjadi
pedoman
dalam
menyelenggarakan
operasional
gempabumi dan warning tsunami bagi petugas operasional InaTEWS
3.
Sebagai standarisasi cara atau metode yang dilakukan pegawai dalam
penyebaran informasi gempabumi dan Warning tsunami sehingga dapat
mengurangi kesalahan dan kelalaian
4.
Membantu pegawai menjadi lebih mandiri dan tidak tergantung pada
intervensi manajemen sehingga mengurangi keterlibatan pimpinan
dalam pelaksanaan proses kerja sehari-hari
5.
Menciptakan ukuran standar kinerja sehingga memudahkan pegawai
dalam memperbaiki, mengevaluasi dan meningkatkan kinerjanya
6.
Meningkatkan
akuntabilitas
dengan
melaporkan
mendokumentasikan hasil dalam pelaksanaan tugas sehari-hari.
D. Manfaat
dan
Dengan disusunnya SOP InaTEWS BMKG diharapkan dapat dipetik beberapa
manfaat yaitu :
1. Menghindari ketidakjelasan prosedur penyebaran informasi gempabumi
dan warning tsunami di bagian operasional gempabumi dan tsunami
BMKG
2. Menjamin terlaksananya seluruh proses pelayanan melalui prosedur yang
benar, meliputi alur, persyaratan, kelengkapan, output yang dihasilkan
dan waktu yang tetap (standar);
3. Memudahkan
penelusuran
berbagai
tindak
penyimpangan
dalam
pelaksanaan tugas;
4. meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan proses pelaksanaan
tugas;
5. meningkatkan kualitas pelayanan;
E.
Daftar Buku SOP InaTEWS
Buku SOP Pemantauan dan Diseminasi informasi Gempabumi dan Tsunami
ini terdiri atas 16 buku. Buku pertama merupakan buku utama yang
mendeskripsikan SOP secara umum. Sedangkan, buku 1 sampai dengan 15
merupakan bagian dari buku utama yang telah dibahas secara spesifik
sehingga
dapat
diiplementasikan
dalam
penyelenggaraan
informasi
gempabumi dan tsunami di pusat informasi gempabumi dan tsunami BMKG.
Daftar judul untuk buku 1 s/d 15 adalah sebagai berikut:
Buku Utama# - Standar Operating Procedur (SOP) Indonesia Tsunami Early
Warning system (InaTEWS)
Buku #1 - Check list dan SOP operator seiscomP 3.0 (D1)
Buku #2 - Check list dan SOP operator Jopens (D2)
Buku #3 - Check list dan SOP operator DSS (D3)
Buku #4 - Check list dan SOP operator disseminasi (D4)
Buku #5 - Check list dan SOP operator GPS, Tide Gauge dan Buoy (D5)
Buku #6 - Check list dan SOP operator telepon (D6)
Buku #7 - Check list dan SOP operator berita gempabumi (D7)
Buku #8 - Check list dan SOP supervisor sistem (D8)
Buku #9 - Pengembangan Skenario dan Deskripsi Kegiatan
Buku #10 - Check list dan SOP InaTEWS sebagai NTWC
Buku #11 - Check list dan SOP InaTEWS sebagai RTSP
Buku #12 - Check list dan SOP pejabat “on duty’
Buku #13 - Check list dan SOP supervisor
Buku #14 - Check list dan SOP Tsunami Jauh
Buku #15 - Ceck list dan SOP Pusat gempabumi regional
F. Definisi Istilah Dalam SOP InaTEWS
Istilah
Definisi
Kedalaman
Jarak sumber gempabumi yang tegaklurus terhadap
permukaan bumi, satuannya dalam kilometer.
Episenter
Episenter adalah titik dipermukaan bumi dan secara
vertikal tepat di atas fokus atau sumber gempabumi, titik
dimana terjadi patahan dimulai.
Hipocenter
Hiposenter adalah suatu titik awal terlepasnya energi pada
lapisan batuan dalam bumi yang menyebabkan patahan.
Secara vertikal berada di bawah episenter
Magnitude
Magnitudo merupakan perhitungan kuantitatif yang
menunjukkan besaran gempabumi. Magnitudo dihitung
berdasarkan terjadinya pergerakan atau pergeseran tanah
dari epsenter gempabumi dengan menggunakan
seismograf sehingga perhitungannya dapat dinyatakan
berdasarkan pengukuran amplitudo maksimum yang
tercatat di seismograf.
Local
Magnitude, ML
Badywave
Magnitude, mb
Moment
Pengukuran energi yang dilepaskan oleh gempabumi
pada jarak kurang dari 600 km.
Pengukuran
kekuatan
gempabumi
berdasarkan
Penjalaran gelombang primer yang pertama datang
dengan satuan Magnitude
Pengukuran kekuatan gempabumi berdasarkan energi
Magnitude, Mw
yang dilepaskan. Penghitungan Magnitude adalah moment
gempabumi berbanding lurus dengan kekerasan bumi
dikali jumlah rata-rata pergeseran patahan dan area yang
mengalami pergeseran.
Moment
Merupakan metode yang cepat untuk memperkirakan
Moment Magnitudo dari data gelombang primer (karena
magnitude
permukaan gelombang membutuhkan waktu tiba yang
using P wave,
lama). Nilai Mwp tergantung dari integrasi pergeseran
Mwp
(integrasi ganda dari batasan velocity).
wave Pengukuran kekuatan gempabumi dari permukaan
amplitudo gelombang seismik yang secara umum dikenal
Magnitude, Ms
dengan istilah "Richter" magnitude
Surface
Foreshocks
Guncangan kecil yang biasanya menjadi guncangan yang
lebih besar, lamanya mulai dari hitungan detik hingga
berminggu-minggu. Terjadi pada, atau dekat dengan
gempabumi yang berkekuatan lebih besar
Aftershocks
Guncangan kecil yang biasanya terjadi setelah adanya
guncangan besar dan terjadi pada, atau dekat dengan
gempabumi yang berkekuatan lebih besar. Umumnya
gempabumi dengan kekuatan besar akan diikuti oleh
sejumlah guncangan setelahnya namun lama kelamaan
akan berkurang frekuensinya
Intensity
Besaran kerusakan yang diakibatkan oleh gempabumi di
lokasi tertentu dan efeknya terhadap manusia dan
infrastruktur. Intensitas ditentukan berdasarkan kekuatan
gempabumi, jarak antara gempabumi dengan epicenter
dan kondisi geologi lokal.
Tsunami
Penjalaran gelombang air laut yang disebabkan oleh
gempabumi yang terjadi didekat atau di bawah dasar
samudera, aktifitas gunung api bawah laut, longsor bawah
laut, reruntuhan batuan tepi pantai gunung es dan meteor
(benda angkasa) yang jatuh ke lautan
Local tsunami
Tsunami berasal dari satu sumber yang letaknya tidak
jauh,( local) dampak kerusakan yang ditimbulkan terbatas
hanya pada pantai dalam radius 100km dari sumber.
Tsunami lokal biasanya disebabkan oleh gempabumi
bumi, tanah longsor atau aliran lahar vulkanik, letusan
gunung berapi bawah laut.
Distant /
teleseismic
Tsunami yang berasal dari sumber yang letaknya jauh,
biasanya lebih dari 1000 km.
tsunami
ASEAN
BBS
Beno
BIG
BMKG
BNPB
BPPT
BT
Cili
D1-7
DART
DEPDAGRI
DEPKES
DEPKOMINFO
DEPSOS
DSS
DVB
Engg.
EWR
FM
FM-RDS
GFZ
GMT
GSM
GTS
GITEWS
GUI
InaTEWS
JMA
LPND
LS
LSM
LU
Association of South East Asian Nation
Broadband seismograph
Benoa, stasiun tide gauge di Benoa, Bali
Badan Informasi Geospasial
Badan Meteorologi dan Geofisika
Bada n Nasional Penanggulangan Bencana
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
Bujur Timur
Cilacap, stasiun tide gauge di Cilacap, Jawa Tengah
Desk1-7
Deep ocean Assessment for Reduction Tsunami, DARTbuoy.
Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia
Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Departemen Komunikasi dan Informatika
Departemen Sosial Republik Indonesia
Decision Support System
Digital Video Broadcasting
Enggano, stasiun tide gauge di Enggano, Bengkulu
Early Warning Receiver
Frequency Modulation
Frequency Modulation Radio Data System
GeoForshungsZentrum Potsdam
Greenwich Mean Time
Global System for Mobile
Global Telecommunications System
Germany Indonesia Tsunami Early Warning System
Graphic User Interface
Indonesia Tsunami Early Warning System
Japan Meteorological Agency
Lembaga Pemerintahan Non Departemen
Lintang Selatan
Lembaga Swadaya Masyarakat
Lintang Utara
M, MAG
MMI
MPLS
NIED
RTSP
RRI
Saba
Magnitudo gempabumi
Modified Mercalli Intensity
Multi Protocol Label Switching
National Institute of Earth Science and Disaster
Prevention
Organisasi Radio Amatir Republik Indonesia
Padang, stasiun tide gauge di Padang, Sumatera Barat
Peringatan Dini Tsunami
Pemerintah daerah
Pemerintah Kota
Pemerintah Provinsi
Pusat Gempabumi Nasional
Palang Merah Indonesia
Polisi Republik Indonesia
Prigi, stasiun tide gauge di Prigi, Jawa Timur
Pacific Tsunami Warning Center
Pusat Sistem Data dan Informasi BMKG
Radio Antar Penduduk Indonesia
Riset dan Teknologi, Kementrian Negara Riset dan
Teknologi Indonesia
Regional Tsunami Service Provider
Radio Republik Indonesia
Sabang, stasiun tide gauge di Sabang, Aceh
SAR
Search and Rescue
Satlak
Satuan Pelaksana
SCPC
Single Channel Per Carrier
Sebl
Seblat, stasiun tide gauge di Seblat, Bengkulu
Sibo
Sibolga, stasiun tie gauge di Sibolga, Sumatera Utara
SMA
Strong Motion accelerograph
SMS
Short Message Service
SOP
Standard Operational Procedure
SR
Skala Richter
Tanj
Tanjung Lesung, stasiun tide gauge di Tanjung Lesung,
Banten
Tentara Nasional Indonesia
ORARI
Pada
PDTs
PEMDA
PEMKOT
PEMPROV
PGN
PMI
POLRI
Prig
PTWC
PUSDATIN
RAPI
RISTEK
TNI
USGS
United State Geological Survey
VHF
Very High Frequency
VPN
Virtual Private Network
VSAT
Very Small Aperture Terminal Satelite
Waik
WIB
Waikelolo, stasiun tide gauge di Waikelolo, Nusa
Tenggara Timur
Waktu Indonesia Bagia Barat
WIT
Waktu Indonesia Bagian Timur
WITA
Waktu Indonesia bagian Tengah
WRS
Warning Receiver System
G. Makna Simbol SOP
Untuk mempermudah pembacaan Buku SOP InaTEWS BMKG, maka perlu
dijelaskan mengenai simbol-simbol alur yang digunakan, antara lain:
Simbol
Arti
Mulai proses atau akhir proses/mekanisme
Proses
Pengambilan keputusan ya atau tidak
Persiapan Proses
Perpindahan halaman
Garis alur proses
Garis alur tembusan
BAGIAN 2
PENYELENGGARAAN INFORMASI GEMPABUMI DAN TSUNAMI DI
INDONESIA
A. Sistem Informasi Gempabumi dan Tsunami InaTEWS
Untuk memantau terjadinya gempabumi dan tsunami di wilayah Indonesia,
InaTEWS melakukan pemantauan secara realtime aktifitas seismik dan
gelombang laut serta deformasi kerak bumi (crust deformation) yaitu dengan
mendirikan jaringan pengamatan gempabumi dan tsunami yang terdiri atas:
1.
Jaringan Seismik InaTEWS
2.
Jaringan Tide Gauge InaTEWS
3.
Jaringan Buoy atau Tsunameter InaTEWS
4.
Jaringan Global Positioning System (GPS) InaTEWS
5.
Jaringan Desiminasi dan Komunikasi InaTEWS
6.
Jaringan Sirine
1. Jaringan Seismik InaTEWS
Untuk keperluan pemantauan aktifitas seismik di wilayah Indonesia,
InaTEWS
telah
mengoperasikan
sekitar
159
dari
160
broadband
seismograph (BBS) dan 96 dari 500 Strong Motion accelerograph (SMA)
yang tersebar di wilayah Indonesia. Pembangunan Jaringan broadband
seismograh dan accelerograph InaTEWS melibatkan kontribusi dari negaranegara asing, yaitu Jerman, Cina, Jepang dan institusi internasional lainnya
seperti terlihat pada tabel-1. Daftar jaringan broadband seismograph dan
Strong Motion Accelerograph dapat dilihat pada Lampiran VII. Jaringan
accelerograph dipasang secara bersamaan dengan jaringan broadband
seismograph (colocated).
Tabel-1
Daftar Negara-negara Yang Berkontribusi dalam Pembangunan Jaringan
Seismik InaTEWS
Jaringan
Negara
Broad Band
seismograph
102
Strong Motion
Accelerograph
454
Cina
11
10
Jerman
21
21
Jepang
19
15
CTBTO
6
-
Jumlah
159
500
Indonesia
Data seismik dari stasiun seismik di seluruh Indonesia ditransmisikan secara
real time ke Pusat Gempabumi Nasional dan 10 Pusat Gempabumi Regional,
melalui satelit komunikasi VSAT. Selanjutnya diproses untuk mendapatkan
parameter gempabumi dengan 2 instrumen yaitu :
a. Seiscomp
SeiscomP merupakan sistem analisis gempabumi handal yang telah
dikembangkan oleh GEOFON/GFZ, Jerman. Semula SeiscomP di-design
sebagai alat akuisisi data secara otomatis dan pengolahan data realtime, yang meliputi kendali mutu, pendeteksian, penentuan lokasi dan
alarm gempabumi.
Dalam kontek projek GITEWS, SeiscomP telah
disempurna-kan sehingga mampu melakukan;
-
Akuisisi data
-
Kualiti kontrol data
-
Merekam data
-
Pertukaran data real-time
-
Memantau status jaringan
-
Pengolahan data real-time
-
Memberi peringatan jika gempabumi terjadi
-
Peng-arsipan waveform
-
Penyebaran data waveform
-
Pemantauan dan penentuan lokasi gempabumi secara otomatis
-
Pemantauan dan penentuan lokasi gempabumi secara interaktif
-
Peng-arsipan parameter gempabumi
-
Penentuan Focal Mechanism sumber gempabumi
b. Jopen Sistem (China)
Untuk
mengantisipasi
jika
keadaan
sistem
analisis
InaTEWS
bermasalah, InaTEWS telah menyediakan sistem analisis cadangan.
Sistem analisis cadangan yang digunakan InaTEWS adalah sistem
analisis kontribusi dari China yang dikenal dengan Jopen System.
Fungsi sistem Jopen hampir sama dengan sistem seiscomP yaitu
berguna untuk menentukan parameter gempabumi dari jaringan sismik
InaTEWS.
2. Jaringan Pemantau Pasang Surut Laut di Pantai (Tide Gauge)
Pasang surut permukaan laut di Pantai merupakan elemen penting untuk
sistem peringatan dini tsunami, terutama untuk konfirmasi kejadian tsunami.
Untuk keperluan ini, InaTEWS mengoperasikan 57 dari 80 stasiun tide
gauge di tempat-tempat yang strategis untuk pemantauan tsunami di seluruh
Indonesia.
Data pasang surut dari stasiun di seluruh Indonesia ditransmisikan secara
real time ke BIG melalui VSAT. Data tide gauge selanjutnya dikirim melai
Vsat ke BMKG sebagai data dukung untuk peringatan dini tsunami,
utamanya untuk menyampaikan informasi terminasi peringatan dini tsunami.
3. Jaringan Buoy atau Tsunameter InaTEWS
Observasi tekanan gelombang di dasar laut wilayah Indonesia yang
berpotensi tsunami sangatlah penting untuk mengetahui lebih dini adanya
indikasi rambatan gelombang tsunami sebelum gelombang mencapai
Pantai.
Untuk
memantau
terjadinya
tsunami,
InaTEWS
telah
mengoperasikan 3 buoy milik InaTEWS dan 9 buoy milik GITEWS. Institusi
yang bertanggung jawab mengoperasikan Bouy InaTEWS adalah Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Komponen utama Dart-Buoy
terdiri dari Ocean Bottom Unit (OBU) yang ditempatkan di dasar laut dan
pelampung (buoy) permukaan laut.
Data pemantauan dari OBU ditansmisikan ke Buoy, di permukaan laut,
selanjutnya ditransmisikan via VSAT menuju antena penerima yang di instal
di BPPT, hasil analisis dari pemantauan di dasar laut dikirim ke Decision
Support System (DSS) di BMKG Jakarta.
4. Jaringan GPS InaTEWS
Pemantauan deformasi kerak bumi (crust deformation) sangatlah penting
untuk mengidentifikasi adanya ancaman gempabumi berpotensi tsunami.
Karena salah satu sebab terjadinya tsunami adalah terjadinya deformasi
vertikal di dasar laut akibat gempabumi. Untuk memantau deformasi kerak
bumi, InaTEWS telah membangun jaringan GPS
di wilayah Indonesia
sebanyak 19 stasiun,
Data GPS dapat diterima secara realtime ke BIG, hasil analisis yang
dilakukan di BIG dikirim ke DSS sebagai masukan untuk analisis peringatan
dini tsunami di Pusat Peringatan Dini Tsunami di BMKG.
5. Jaringan Desiminasi dan Komunikasi InaTEWS
Untuk menyebarkan berita gempabumi dan peringatan dini tsunami 4
(empat) jaringan diatas ke masyarakat diperlukan kemampuan teknologi
jaringan komunikasi yang handal dan canggih. BMKG tidak mampu secara
menyeluruh menyebarkan informasi langsung kepada masyarakat. Oleh
karena itu dibutuhkan interface atau penghubung antara BMKG dan
pengguna/masyarakat. Jaringan penghubung ini merupakan institusi yang
dapat berinteraksi langsung dengan masyarakat yang didasarkan oleh tugas
pokok dan fungsi masing-masing institusi. Jaringan desiminasi yang di
gunakan terdiri dari beberapa intrumen yaitu:
a. Decision Support System (DSS)
Sistem Peringatan dini tsunami Indonesia adalah suatu sistem peringatan
dini tsunami yang komprehensif, yang di dalam telah diterapkan teknologi
baru yang dikenal dengan Decision Support System (DSS). DSS adalah
sebuah sistem yang mengumpulkan semua informasi dari hasil sistem
monitoring gempabumi, simulasi tsunami, monitoring tsunami dan
deformasi kerakbumi setelah gempabumi terjadi. Kumpulan informasi ini
merupakan
faktor-faktor
pendukung
untuk
mengeluarkan
berita
peringatan dini tsunami dan evaluasi peringatan dini tsunami. Dari sistem
monitoring tersebut, DSS menawarkan jenis berita atau peringatan dini
yang harus diambil oleh operator pada waktu yang ditentukan melalui
GUI (Graphic User Interface).
b. Database Tsunami di Indonesia
Selain observasi fisis, informasi peringatan dini tsunami InaTEWS
dilengkapi pula dengan estimasi daerah yang terkena dampak, waktu tiba
dan tinggi gelombang tsunami berdasarkan perhitungan model. Data
dukung informasi tesebut diperoleh dari Database Model Tsunami
Indonesia (Indonesia Data Base of Precalculated Tsunami Model).
Pemodelan tsunami dilakukan untuk menentukan tsunami seperti apa
yang akan terjadi dengan parameter gempabumi tertentu. Output dari
pemodelan ini adalah waktu tiba tsunami dan ketinggian tsunami yang
akan terjadi di pantai-pantai yang dianggap memiliki risiko tinggi akan
dampak tsunami. Model-model tsunami yang telah dibuat tersimpan
dalam database. Sehingga jika terjadi gempabumi yang berpotensi
tsunami, model ini akan dipanggil kembali dengan mudah.
c. Desiminasi utama
Informasi adalah hasil pengolahan data yang digunakan untuk keperluan
dengan maksud penerimanya melakukan tindakan. Informasi yang
diterima merupakan suatu data dimana jelas lingkupnya, tempat dan
waktunya. Sedangkan diseminasi adalah merupakan suatu kegiatan
yang ditujukan kepada kelompok masyarakat atau individu agar
menerima informasi dan memanfaatkan informasi tersebut.
Diseminasi yang dihasilkan oleh Pusat Nasional Sistem Peringatan Dini
Tsunami Indonesia adalah parameter gempabumi yang berpotensi
tsunami maupun tidak berpotensi tsunami. Informasi yang disampaikan
kepada masyarakat adalah informasi peristiwa gempabumi yang telah
terjadi yang berisi waktu kejadian, lokasi, kekuatan gempabumi,
kedalaman gempabumi dan jarak pusat gempabumi dengan kota
terdekat.
Fungsi dari diseminasi ini agar rasa ketidaktahuan masyarakat mengenai
kejadian gempabumi yang terjadi dapat terjawab yang didukung dengan
data yang aktual serta mengikuti berita perkembangan terakhir.
Diseminasi yang disampaikan mempunyai dampak yang berguna dan
bermanfaat bagi masyarakat.
Sedangkan Jaringan komunikasi dari BMKG ke tiap-tiap institusi
penghubung berbeda-beda, namun secara umum bahwa jaringan antara
BMKG dan institusi meliputi ;
a. Jaringan server ke server
b. Jaringan server ke klien
Sarana yang digunakan untuk mendistribusikan informasi gempabumi
dan peringatan dini tsunami oleh BMKG yaitu:

web

Warning Reciver system (WRS)

E-mail

Telepon.

Faksimile

Short Message Service (SMS)

Global Telecommunication System (GTS)
Sedangkan institusi terkait sebagai penerima dan perantara peringatan
(alert) kejadian gempabumi dan peringatan dini tsunami kepada
masyarakat (interface institution), seperti:
•
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
•
Departemen Dalam Negeri
•
Departemen Komunikasi dan Informatika
•
Markas Besar POLRI
•
Markas Besar TNI
•
PEMDA/PEMKOT
•
Media Elektronik
•
Media Cetak (Press)
6. Sirine dan Sistem Peringatan
Keberhasilan suatu sistem peringatan dini tsunami tergantung pada
kemampuan moda komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan
informasi peringatan sehingga dapat sampai pada masyarakat sebelum
terjadi ancaman bencana. Sirine merupakan moda komunikasi peringatan
dini yang cukup efektif, karena dapat diaktifkan dari jarak jauh, suaranya
khas, jangkauan suara hingga sekitar 2 km dari sumber suara, dan mampu
bekerja tanpa listrik selama 30 menit.
Sistem sirine InaTEWS adalah sistem sirine peringatan dini terintegrasi,
dapat memberikan peringatan nada dan suara kepada masayarakat di lokasi
bencana, yang diaktifkan dari pusat kendali. Pusat kendali berada pada
Pusat Pengendali Operasional tiap-tiap Pemerintahan Daerah.
Tatacara
membunyikan sirine dituangkan dalam Protokol Sirine yang disepakati
antara BMKG dan PEMDA. Saat ini telah diinstall 18 sirine InaTEWS dengan
menara khusus, di Nangroe Aceh Darusalam, Sumatera Barat dan Bali, dan
sekitar 25 sirine yang dipasang di lokasi menara GSM.
B. Tugas dan Tanggung Jawab Petugas Pemantauan Gempabumi dan
Peringatan Dini Tsunami di Ruang InaTEWS
Pusat pemantauan gempabumi dan tsunami InaTEWS ditangani oleh Pusat
Gempabumi dan Tsunami BMKG, di Jakarta. Pemantauan gempabumi dan
tsunami dilakukan 24 jam dan 7 hari/minggu. Untuk melakukan kegiatan
tersebut, telah dibentuk 5 kelompok petugas operasional yang bertugas
secara bergilir (shift). Setiap hari dua kelompok petugas shift, yang masingmasing terdiri dari 8 orang yang dipimpin oleh ketua kelompok atau
supervisor dimana masing masing petugas mempunyai tugas sebagai berikut
:
a. 1 orang Sebagai supervisor atau pemimpin regu
b. Petugas D1 bertugas mengoperasikan SeicomP 3.
c. Petugas D2 bertugas mengoperasikan Jopen (CEA)
d. Petugas D3 bertugas Mengoperasikan DSS
e. Petugas D4 bertugas Mengoperasikan komputer desiminasi dan
RTSP
f. Petugas D5 bertugas mengoperasikan komputer tide guage dan
GPS
g. Petugas D6 betugas sebagai operator komunikasi
h. Petugas D7 bertugas mengoperasikan WEB, Email dan berita
Gempabumi
Masing masing petugas selalu siap untuk memantau data yang berasal dari
stasiun seismik dan instrumen pendukung lainnya. jika terjadi gempabumi/
tsunami Daftar tugas harian petugas shift dapat dilihat pada lampiran II.
Pengaturan waktu tugas untuk kelima kelompok shift yang bertugas secara
bergilir, sebagai berikut :
Shift siang dimulai jam 8.00 WIB sampai dengan jam 19.00 WIB
Shift malam dimulai jam 18.00 WIB sampai dengan jam 9.00 WIB.
Jika gempabumi sedang atau kuat terjadi di kawasan Indonesia, kelompok
petugas operasional yang sedang bertugas bertanggungjawab melakukan
kegiatan
penentuan
parameter
gempabumi
secara
cepat.
Informasi
gempabumi dan tsunami yang diperoleh didiseminasikan secepatnya kepada
masyarakat sebelum menit yang ke lima setelah waktu terjadi gempabumi
(origin time). Daftar kegiatan yang dilakukan petugas operasional InaTEWS
ketika gempabumi sedang atau kuat terlampir pada Lampiran III.
Daftar
kegiatan/tugas kedelapan petugas dapat dilihat pada Buku #1 s/d #8.
C. Kategori Gempabumi
Berdasarkan magnitudonya, gempabumi dapat dikelompokan menjadi 5
kategori, yaitu:
Magnitudo (skala Richter)
Kategori
Lebih dari 8
Sangat besar
7 – 7.9
Besar
6 – 6.9
Cukup besar
5 – 5.9
Sedang
4 – 4.9
Kecil
3 – 3.9
Sangat kecil
(sumber BMKG, 2010)
D. Kerusakan Pada Episenter
Magnitudo (M)
Pada skala Richter
Dampak cakupan wilayah di sekitar
episenter
Biasanya tidak dirasakan, akan tetapi
< 2.5
dapat dicatat oleh seismograf.
2.5 – 5.4
5.5 – 6.0
Sering
dirasakan,
tetapi
hanya
menimbulkan kerusakan ringan,
Menimbulkan
kerusakan
ringan
pada
gedung dan struktur lainnya.
Mungkin dapat menyebabkan banyak
6.1 – 6.9
kerusakan pada wilayah yang padat
penduduk
7.0 – 7.9
Gempabumi
besar,
kerusakan
merusak.
Dapat
serius.
Gempabumi
> 8.0
terjadi
menghancurkan infrastruktur di sekitar
episenter.
E. Hubungan Antara Magnitudo Gempabumi Dan Potensi Tsunami
Hubungan empiris antara magnitudo gempabumi dan tsunami dapat
diperlihatkan sebagai berilkut:
Kedalaman
(km)
Daerah
kejadian
gempabumi
< 100
di laut atau di
Magnitudo
(M)
Tsunami Potential
Kemungkinan terjadi
tsunami di laut bebas
M > 7.8
yang bersifat merusak.
Kemungkinan terjadi
7.8  M > 7.5
tsunami yang bersifat
merusak, dampaknya
Pulau kecil
terbatas sampai jarak
1000
km
dari
episenter.
Kemungkinan terjadi
tsunami lokal yang
merusak,
7.5  M > 7.0 bersifat
dampaknya terbatas
sampai jarak 100 km
dari episenter
Kemungkinan terjadi
7.0  M  6.5 tsunami yang bersifat
merusak sangat kecil.
M < 6.5
Tidak
berpotensi
tsunami
di darat
Tidak berpotensi tsunami
 100
di Darat/Laut
F. Kriteria Gempabumi Yang Berpotensi Menimbulkan Tsunami Di Wilayah
Indonesia
1. Lokasi episenter di Laut, atau di Kepulauan busur depan sebelah barat
Sumatera, di laut sebelah selatan jawa, Bali, Nusa Tenggara, busur
Kepulauan di sebelah utara Sulawesi Utara, Kepulauan sebelah utara
Papua, Kepulauan sebelah utara Flores, busur kepulauan di laut Banda,
busur Kepulauan
antara Sulawesi Utara
dengan
P.
Halmahera,
Kepulauan Banggai
2. Untuk gempabumi dengan M >7.0 dengan kedalaman < 100 Km.
3. Magnitude gempabumi Mw(mB) > 7,0 untuk gempabumi di wilayah
Indonesia, Mw(mB) > 7,6 untuk gempabumi di Kepulauan Andaman,
PNG, Timor Leste dan ASEAN, dan Mw(mB) > 8,0 untuk gempabumi di
luar Kepulauan Andaman, PNG dan ASEAN
G. Kriteria Peringatan Tsunami
Berkaitan dengan kemungkinan wilayah Pantai di Indonesia terkena dampak
tsunami, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika akan mengeluarkan
tiga jenis peringatan, sebagai berikut:
Jenis
Kriteria yang digunakan
Tindakan yang
Peringatan
Peringatan
BMKG untuk
diambil
dikeluarkan
mengeluarkan Peringatan
untuk
Gempabumi besar M>7.0
terjadi di laut atau di Pulaupulau kecil busur depan
Sumatera,
Advisory
(Siaga)
Jawa,
Nusa
Tenggara (VII-1)
kedalaman
<
100
km
Istitusi
Semua aktifitas
di
Pantai
dihentikan.
estimasi tinggi gelombang <
Interface,
Pejabat
BMKG, Media
elektronik,
media masa
0,5m
Gempabumi besar dengan
M>7.0 SR. terjadi di laut Memantau
atau di Pulau-pulau kecil aktivitas
busur
Watch
(Waspada)
depan
Sumatera, tsunami.
Jawa, Nusa Tenggara (VII- Menyiapkan
1)
dan menunggu
kedalaman
<
100
km informasi
estimasi tinggi gelombang selanjutnya
Istitusi
Interface,
Pejabat
BMKG, Media
elektronik,
media masa
antara 0,5m dan 3,0m
Warning
(awas)
Gempabumi besar dengan Memperkirakan
Istitusi
M>7,0
Interface,
SR. terjadi di laut limpasan
atau di Pulau-pulau kecil gelombang
Pejabat
busur
BMKG, Media
depan
Sumatera, tsunami
Jawa, Nusa Tenggara
(Inundation)Men elektronik,
Kedalaman
<
100
km gikuti
estimasi tinggi gelombang > dari
3.0 m
instruksi media masa
lembaga
yang
berwenang.
Jenis
Kriteria yang digunakan
Peringatan
BMKG untuk mengeluarkan
Peringatan
Pesan
Peringatan
Termination
Dikeluarkan
pada
kasus
tsunami
tidak tejadi atau
hasil
pengamatan
tinggi
gelombang memperlihatkan
bahwa tsunami yang telah
disiarkan sebelumnya telah
berakhir.
disampaikan
untuk
Mengumum
kan bahwa
Tsunami
tidak terjadi
atau
bahaya
tsunami
telah
berakhir.
Institusi
interface,
pejabat BMKG,
media
elektronik,
media massal
Cakupan wilayah pelaporan kejadian gempabumi
H.
Klasifikasi Darurat Gempabumi Dan Tsunami
Gempabumi/tsunami akan diikelompokan berdasarkan pada criteria dan
katagori yang didefinisikan sebagai berikut:
1.
Gempabumi dengan magnitudo kurang dari 5,0 SR. dan terjadi di darat
atau di laut. Kemungkinannya sangat kecil untuk menimbulkan
kerusakan atau ancaman tsunami di kawasan pantai Indonesia.
2.
Gempabumi dengan magnitudo di atas 5,0 SR dan terjadi di darat. Ada
kemungkinan terjadi kerusakan lokal.
3.
Gempabumi dengan magnitudo antara 5,0 sampai dengan 7,0 SR yang
terjadi di Laut, kemungkinan tidak terjadi tsunami.
4.
Gempabumi dengan magnitudo lebih besar atau sama dengan 7,0 SR.
yang
terjadi
di
Laut
dan
membangkitkan
gelombang
tsunami.
Kemungkinan akan dapat memukul/menghempas kawasan pantai di
Indonesia
5.
Diagram alir dan proses kerja berdasarkan kriteria dan katagori di atas
dapat dilihat pada Lampiran I.
I.
Informasi Emergensi Gempabumi Dan Tsunami
Lima menit setelah genpabumi terjadi, informasi gempabumi/peringatan
tsunami akan didiseminasi melalui media komunikasi yang disebut 5 in 1,
yaitu SMS, faksimil, e-mail, dan/atau telepon, RANET ke institusi-institusi
terkait dan komunikasi umum seperti ditunjukkan pada Lampiran XI dan XIII.
Semua informasi akan ditayangkan juga pada website BMKG.
Format berita gempabumi/tsunami seperti yang diperlihatkan pada format
BMKG001-006. Pesan SMS secara cepat didesiminasikan ke lembagalembaga atau perorangan yang terkait dengan kegempaan, penanggulangan
bencana gempabumi dan tsunami, seperti diperlihatkan pada Lampiran XII.
Pesan Fax seperti pada Lampiran XIV.
Semua kejadian gempabumi (termasuk gempabumi susulan) akan dicatat
dan informasi terkhir diperbarui pada website seperti terlihat pada Tabel 1.
Peristiwa setelah gempabumi diperlihatkan seperti pada table 2.
BAGIAN 3
SOP INATEWS
A. SOP Umum
Petugas InaTEWS mempunyai tugas pokok setiap hari yang harus
dikerjakan oleh masing regu sebagai berikut:
1. Melakukan serah terima tugas antar petugas opersional InaTEWS yaitu
pagi pukul 09.00 WIB dan malam pukul 19.00 WIB.
2. Setelah proses serah terima tugas, petugas pengganti melakukan check
infrastruktur di ruang operasional InaTEWS sesuai dengan prosedur
check infrastrutur yang ada.
3. Melakukan check seluruh signal yang ada di ruang operasional
InaTEWS sesuai dengan prosedur check signal yang ada.
4. Melakukan check kejadian gempabumi yang dikerjakan oleh petugas
operasional sebelumnya.
Urutan proses prosedur umum digambarkan dalam diagram SOP umum
dibawah ini.
B. SOP Check Infrastrutur
Ketika proses serah terima tugas telah selesai dilaksanakan maka petugas
berikutnya mempunyai tugas pokok selama jam dinas yang telah dibagi
oleh ketua regu atau supervisor yang mengacu pada prosedur umum yaitu:
1. Periksa
kondisi
infrastruktur
ruangan
operasional
dan
ruangan
pendukung seperti Listrik, AC,Air, jaringan komunikasi.
2. Check infrastruktur sistem dengan membuka NAGIOS BMKG dan
NAGIOS GITEWS
3. Jika ada masalah maka hubungi atasan, bagian umum, binop, rekanan,
tim Jerman
4. Dicatat dalam log book sebagai laporan harian.
Diagram SOP sebagai berikut :
C. SOP Cek Kondisi Signal
Di ruang operasional ada beberapa data signal yang di olah untuk
mendapatkan informasi gempabumi dan tsunami yang di sebarluaskan ke
pengguna. Sehingga data signal sangat penting dan untuk itu kontinuitas
datanya harus tetap terjaga sehingga setiap awal dan akhir dari dinas shift
tiap regu harus melakukan prosedur check signal dengan urutan seperti
diagram SOP dibawai ini.
1. Buka SLmon
2. Periksa kondisi signa dari masing intitusi, GFZ,JISNET, CEA, LIBRA dan
signal dari luar negeri
3. Jika ada masalah hubungi atasan, Binop, rekanan dan tim Jerman untuk
perbaikan sesaat.
4. Dicatat dalam log book sebagai laporan.
D. SOP Utama Jika Terjadi Gempabumi
Jika terjadi gempabumi maka petugas operasional
InaTEWS dengan
dipimpin oleh ketua kelompok atau supervisor mengambil inisiatif dengan
melihat kondisi nyata saat itu yaitu :
1. Jika terjadi gempabumi
2. Situasi dan kondisi memungkinkan, DSS dalam kondisi OK.
3. Jika menggunakan DSS
4. Maka SOP InaTEWS sebagai NTWC dengan DSS, yang dijalankan
5. Jika DSS tidak dapat digunakan maka menggunakan cara konvensional
yaitu dengan mesin desiminasi utama.
6. SOP yang digunakan yaitu SOP non DSS seprti yang ada.
Prosedur utama yang ada seperti pada diagram SOP dibawah ini.
E. SOP Utama Jika terjadi Gempabumi tidak Menggunakan DSS
Petugas operasional InaTEWS melalui supervisor memutuskan jika DSS
dalam keadan out operasional maka diputuskan untuk mendesiminasikan
informasi gempabumi dan tsunami menggunakan cara konvesional
dengan mesin desiminator utama atau D4 yaitu dengan Menu Info
Gempabumi dengan ketentuan sesuai dengan SOP.
Kriteria DSS dalam keadaan Out of Operasional sebagai berikut :
1. Komputer DSS mati total
2. Komputer DSS Hanging
3. Komputer DSS hidup tetapi tidak ada koneksi dengan Seiscomp 3 (D1)
4. Komputer DSS tidak terkoneksi dengan computer desiminasi (D4)
Ketentuan pokok dari SOP non DSS atau Konvensional yaitu :
1. Jika
terjadi
gempabumi
di
wilayah
Indonesia
ASEAN,
Andaman,PNG,dengan M >= 7.0 SR epicenter di laut, kedalaman
sumber gempabumi (H <=100 km)
2. Jika terjadi gempabumi di Jepang, Taiwan, New Zealand,Tonga,
Kamchaka
3. Jika terjadi gempabumi di Alaska, Northen & Sorthen AMERICA
4. Dengan Magnitudo (M >=8.0 SR)
5. Kirim parameter gempabumi dengan potensi tsunami dengan mesin
dessiminasi utama (D4).
6. Pengakhiran potensi tsunami
waktunya disesuaikan dengan
ketentuan yang ada, atau dengan pembatasan waktu minimal yaitu
untuk epicenter di wilayah Indonesia t =90 menit, sedangkan di luar
wilayah Indonesia t = 120 menit
Kriteria gempabumi yang didesiminasi sebagai informasi gempabumi dan
warning tsunami lihat di Lampiran I
Diagram SOP Non DSS sebagai berikutnya.
F. SOP Utama Jika Terjadi Gempabumi menggunakan DSS
Komputer
DSS
gempabumi
yang
InaTEWS
signifikan
dalam
dan
keaadaan
normal,
sesuai dengan
gempabumi tersebut berpotensi tusnami, maka
Jika
ketentuan
terjadi
SOP
ketua kelompok atau
supervisor memetuskan bahwa warning tsunami menggunakan DSS,
ketentuan operasional dessiminasi gempabumi harus dijalankan sesuai
dengan SOP yang ada.
Ketentuan pokoknya SOP dengan DSS yaitu :
1. Jika terjadi gempabumi dengan M >5
2. Jika terjadi gempabumi di ASEAN, Andaman dan PNG
3. Jika terjadi gempabumi di Jepang, Taiwan, New Zealand,Tonga,
Kamchaka
4. Jika terjadi gempabumi di Alaska, Northen & Sorthen AMERICA
5. Komputer DSS ada proposal warning dan tercetak di layar 4
6. Maka proses kerja petugas InaTEWS harus sesuai dengan yang
digambarkan dalam diagram SOP NTWC dengan DSS di halaman
berikut
7. Jika yang tersebut pada poin 3 dan 4 tidak ada proposal warning tetapi
M >= 8.0 SR maka yang dikirim hanya informasi gempabumi ke
pejabat BMKG sesuai dengan ketentuan SOP menggunakan DSS.
8. Pengakhiran dari warning tsunami waktunya tergantung dari Epicenter
dan kondisi seumber gempabumi serta luasan wilayah yng terdampak.
Jika dengan estimasi waktu untuk sumber gempabumi yan gdi wilayah
Indonesia + 90 menit, untuk sumber gempabumi dari luar wilayah
Indonesia t > 120 menit dari OT.
Diagram SOP ada di halaman berikutnya.
G. SOP InaTEWS Berfungsi Sebagai ASEAN EARTHQUAKE IFORMATION
CENTRE (AEIC)
Indonesia juga menjadi salah satu anggota ASEAN. Diantara negara
anggota ASEAN Indonesia ditunjuk sebagai pusat informasi gempabumi.
Sesuai dengan kententuan SOP InaTEWS sebagai berikut :
1. Jika terjadi gempabumi di wilayah ASEAN dengan ketentuan M >= 6.5
SR, epicenter
baik di darat atau di laut, petugas InaTEWS harus
mengirimkan informasi gempabumi sesuai dengan SOP.
2. Informasi gempabumi dikirimkan menggunakan desiminasi system
dengan tools info gempabumi ASEAN
Diagram SOP dapat dilihat dihalaman berikutnya.
H. SOP Utama InaTEWS berfungsi Sebagai RTSP
BMKG Sebagai pelaksana InaTEWS disamping memiliki tugas sebagai
NTWC dan AEIC juga sebaga RTSP. Bersama sama dengan Autralia dan
India berkewajiban untuk menginfokan gempabumi dan tsunami di seluruh
Negara anggota RTSP.
Untuk mempelancar dan mempermudah tugas dari operator InaTEWS
maka dibuat SOP InaTEWS sebagai RTSP. Dengan ketentuan poko
sebagai berikut :
1. Jika terjadi Gempabumi berada di IOTWS, di laut berhubungan
dengan India Ocean atau di Samudera Fasifik, di laut atau darat 200
km dari pantai dengan Magnitudo (M>= 6.5 SR)
2. Petugas desiminasi (D4) harus membuat event dan bulletin tipe 1
Ketika terjadi gempabumi hal penting lainnya yang harus dikerjakan
petugas operasional InaTEWS di BMKG sebagai berikut:
1.
Menghitung dan menentukan parameter gempabumi yang sedang
terjadi, terdiri atas waktu terjadi gempabumi atau origin time, episenter,
kekuatan dan kedalaman gempabumi
2.
Memeriksa kriteria gempabumi dan potensi tsunami.
3.
Memantau aktivitas gelombang laut dari display Bouy dan tide gauge
milik BIG, GITEWS dan IOC serta WMO dilaksanakan secara intensif
dan terus sampai Tide Gauge – Tide Gauge Luar Negeri.
4.
Konfirmasi hasil (1), (2) dan (3) dengan Pusat-pusat pemantau
gempabumi Internasional seperti PTWC, JMA, USGS, EMSC, GFZ dll.
5.
Menginformasikan kepada Kepala BMKG, Sestama BMKG, Deputi
Bidang Geofisika BMKG, Pejabat-pejabat yang bertanggungjawab pada
InaTEWS.
6.
Mempersiapkan berita gempabumi dan tsunami untuk didiseminasikan
ke lembaga-lembaga yang berwenang dan organisasi penyiaran umum,
seperti terlampir pada lampiran XI dan XIII.
7.
Melanjutkan pemantauan gempabumi susulan/ perkembangan tsunami,
bekerjasama dengan BMKG regional yang terdekat dengan sumber
kejadian.
8.
Mempersiapkan berita pengakhiran peringatan bahaya tsunami minimal
120 menit setelah Tsunami warning di keluarkan jika tidak ada
konfirmasi data dukung dari pengamatan alat atau informasi dari
masyarakathaya.
9.
Pernyataan “ Peringatan Dini Tsunami Telah Berakhir” dikeluarkan
bertahap berdasarkan segmen daerah disesuaikan dengan estimasi
penjalaran
tsunami di setiap daerah yang terkena dampak sesuai
pemodelan DSS dan atau Easy Wave.
10. Sebelum mengirimkan pernyataan Peringatan Dini Tsunami
berakhir
agar konsultasi ke Deputi Bidang Geofisika / Kepala Pusat
Gempabumi dan Tsunami atau pejabat lain yang ditunjuk
11. Mempersiapkan statemen formal BMKG pada pers, laporan dan
kronologi kejadian gempabumi.
Download