FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMANFAATAN PELAYANAN PENGOBATAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS) DI PUSKESMAS PURWOKERTO SELATAN KABUPATEN BANYUMAS. FACTORS INFLUENCING THE EXLPLOITATION OF SEXUAL TRANSMITTED INFECTION CARE SERVICE IN PUSKESMAS PURWOKERTO SELATAN, REGENCY OF BANYUMAS Arif Kurniawan dan Arih Diyaning Intiasari Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman ABSTRACT South Purwokerto is a region that also has high risk of Sexual Transmitted Infection (IMS) because there are wild prostitution areas which located in ex terminal and Rajawali Cinema. Based on data, curative service exploiting in Puskesmas Baturaden II have been good enough that equals to 83,93%, while in Puskesmas Purwokerto Selatan shows number of patients exploiting therapy service of IMS still be low that equals to 37,5%. This research aims to know service exploiting of Sexual Transmitted Infection ( IMS) therapy at IMS patient and factors influencing service exploiting of IMS therapy. The type of this research is survey with form of explanatory research. Population of this research is society in the job region of Puskesmas Purwokerto Selatan who have high risk of IMS. The sample number of this research is 40, obtained from formula of minimum sample size. Result of research shows that there is correlation between knowledge about therapy service of IMS, promotion of therapy service of IMS, and quality of therapy service of IMS with service exploiting of therapy IMS. While there is no correlation between service reachability of IMS therapy and service need of IMS therapy with service exploiting of IMS therapy. There is simultanous influence between promotion of IMS therapy service and quality of IMS therapy service with service exploiting of IMS therapy. Suggestion in this research is puskesmas must increase promotion of therapy service of IMS to the society in puskesmas region and increase quality of therapy service of IMS to the patient of IMS therapy. Kata Kunci : Pemanfaatan,Pengobatan, Infeksi Menular Seksual Kesmasindo Volume 5( 1)Januari 2012, hlm. 33-43 PENDAHULUAN menyelenggarakan kegiatannya secara Puskesmas adalah salah satu sarana pelayanan menyeluruh, kesehatan berkesinambungan terpadu pada dan suatu masyarakat yang amat penting di masyarakat yang bertempat tinggal Indonesia yang merupakan suatu unit dalam suatu wilayah tertentu. Fungsi pelaksana fungsional yang berfungsi Puskesmas terus berkembang yang sebagai semula pusat pembangunan sebagai tempat untuk kesehatan, pusat pembinaan peran pengobatan penyakit dan luka-luka, serta kini berkembang ke arah kesatuan masyarakat kesehatan serta kesehatan tingkat dalam pusat bidang pelayanan pertama upaya yang pelayanan untuk seluruh masyarakat yang mencakup aspek 33 34 Jurnal Kesmasindo Volume 5, Nomor 1, Januari 2012, hlm. 33-43 promotif, preventif, kuratif dan Panggul 5 orang dan Kondiloma 11 rehabilitif (Azwar, 1996).Salah satu orang. pelayanan adalah Banyumas yang memiliki pelayanan Pelayanan Infeksi Menular Seksual IMS adalah Puskesmas Purwokerto (IMS), Selatan dan Puskesmas Baturaden II. di yang Puskesmas meliputi pelayanan promotif, preventif dan kuratif. Puskesmas di Kabupaten Pelayanan IMS diperuntukan bagi Infeksi Menular Seksual (IMS) masyarakat umum, pelayanan yang merupakan sekelompok penyakit yang diberikan antara lain pemeriksaan penularannya IMS, hubungan terutama Awalnya pemeriksaan IMS dengan IMS laboratorium dan pengobatan IMS. berasal dari istilah Penyakit kelamin Layanan pendukung yang diberikan (Veneral Disease) yang sudah lama antara lain konseling IMS, pemberian dikenal dan beberapa diantaranya kondom, sudah sangat popular di Indonesia Komunikasi, Informasi dan Edukasi yaitu sifilis dan gonore. Semakin (KIE), rujukan tes HIV dan kartu majunya ilmu pengetahuan dan seiring rujukan pasangan. dengan seksual. melalui perkembangan masyarakat, peradaban banyak penyakit-penyakit ditemukan materi Jumlah kunjungan IMS selama tahun 2008 adalah 566 orang. sehingga Sebagian besar yang terkena IMS istilah tersebut tidak sesuai lagi dan tersebut adalah Wanita Penjaja Seks diubah menjadi Sexually Transmitted (WPS), selain WPS ada juga ibu Disease (STD) atau Infeksi Menular rumah tangga dan klien yaitu warga Seksual (IMS) (Daili, 2003). masyarakat yang memanfaatkan jasa Jumlah baru, pemberian di WPS. Infeksi Menular Seksual (IMS) Kabupaten Banyumas pada tahun dan Infeksi Saluran Reproduksi (ISR) 2008 adalah 692 orang, dengan ternyata bukan hanya menyerang diagnosa servisitis 229 orang, golongan risiko tinggi, tetapi juga Bakterial Vaginosis 248 orang, golongan orang, rendah. Angka kejadian IMS/ISR Kandidiasis 124 orang, sifilis dini 11 pada Wanita Pekerja Seks (WPS) orang, Ulkus Genital 2 orang Radang bahkan Trichomoniasis penderita 37 IMS yang lebih dianggap rendah risiko daripada Arif Kurniawan, Faktor Yang Mempengaruhi Pemanfaatan Pengobatan IMS 35 kelompok lain yang selama ini sebesar di dianggap kurang berisiko seperti Puskesmas pengunjung klinik KB, remaja sehat, menunjukkan jumlah pasien yang pengunjung puskesmas, dan rumah memanfaatkan pelayanan pengobatan bersalin. IMS pada wanita umumnya IMS masih rendah yaitu sebesar tidak bergejala. Mereka ini terlihat 37,5%. Berdasarkan uraian di atas, sehat dan tidak bergejala, namun maka pada tingkat subklinis, yang diukur mengetahui pemanfaatan pelayanan dengan laboratorium pengobatan Infeksi Menular Seksual cairan tubuh, mereka adalah sumber (IMS) pada penderita IMS dan faktor - penularan. faktor pemeriksaan 83,93%, sedangkan Purwokerto penelitian yang ini Selatan bertujuan mempengaruhi Hal ini menunjukkan bahwa pemanfaatan pelayanan pengobatan kasus IMS di wilayah Baturaden dan IMS di Wilayah kerja Puskesmas Purwokerto Selatan cukup tinggi. Purwokerto Selatan. wilayah Baturaden merupakan wilayah yang memiliki resiko tinggi METODE PENELITIAN terhadap penularan IMS karena di Penelitian ini merupakan suatu wilayah Baturaden terdapat Lokalisasi penelitian Pekerja Seks Komersil (PSK) dan metode terdapat 3.951 Pasangan Usia Subur penelitian (PUS) yang merupakan faktor-faktor analitik yaitu suatu penelitian yang yang dapat meningkatkan penyebaran menguraikan dan menggali bagaimana IMS. Wilayah Purwokerto Selatan dan mengapa fenomena itu terjadi, merupakan juga kemudian dilakukan analisis dinamika wilayah yang observasional penelitian ini dengan survai bersifat dimana deskriptif memiliki resiko tinggi terhadap korelasi antara fenomena, baik antara penularan IMS karena terdapat variabel bebas dan variabel terikat prostitusi liar di kawasan eks terminal sehingga dapat diketahui seberapa lama dan bioskop Rajawali. jauh kontribusi variabel bebas Berdasarkan data pemanfaatan terhadap variabel terikat dan bersifat pelayanan pengobatan di Puskesmas penjelasan (explanatory). Pendekatan Baturaden II sudah cukup baik yaitu yang digunakan dalam penelitian ini 36 Jurnal Kesmasindo Volume 5, Nomor 1, Januari 2012, hlm. 33-43 adalah cross sectional. Teknik pengambilan sampel yang digunakan HASIL DAN PEMBAHASAN dalam penelitian ini adalah simple 1. Karakteristik Responden random sampling Didapatkan jumlah Analisis Univariat sampel minimal sebesar 40 orang Jenis kelamin dan responden yang terbagi secara proporsional di 2 telah digolongkan antara laki-laki wilayah masyarakat yang memiliki dan resiko terkena IMS yaitu kawasan eks sebagai berikut : perempuan dapat dilihat terminal lama dan kawasan bioskop rajawali. Tabel.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin No 1 2 Jenis Kelamin Laki – laki Perempuan Jumlah Frekuensi 27 13 40 Persentase (%) 67,5 32,5 100 Pendidikan responden telah didistribusikan berdasarkan tingkatan pendidikan yang dapat dilihat sebagai berikut : Tabel.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan No 1 2 3 4 5 Pendidikan Tidak sekolah SD SMP SMA Perguruan Tinggi (D3-S1-S2) Jumlah Frekuensi 7 13 8 11 1 40 Persentase (%) 17,5 32,5 20,0 27,5 2,5 100 Pekerjaan responden telah didistribusikan sebagai berikut: Tabel. 3 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan No 1 2 3 4 5 6 Pekerjaan PNS/TNI/polri Pegawai swasta Wiraswasta Buruh/supir Ibu rumah tangga Tidak bekerja Jumlah Frekuensi 1 1 29 1 6 2 40 Persentase (%) 2,5 2,5 72,5 2,5 15,0 5,0 100 Pengetahuan tentang IMS telah didistribusikan berdasarkan tingkatan, sebagai berikut. Tabel.4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang IMS Arif Kurniawan, Faktor Yang Mempengaruhi Pemanfaatan Pengobatan IMS No 1 2 Pengetahuan tentang IMS Kurang baik Baik Jumlah frekuensi 2 38 40 37 Persentase (%) 5,0 95,0 100.0 Keterjangkauan pelayanan pengobatan IMS Tabel. 5 Distribusi Frekuensi Keterjangkauan Pelayanan Pengobatan IMS No 1 2 Keterjangkauan pengobatan ims Kurang baik Baik Jumlah pelayanan frekuensi Persentase (%) 17 23 40 42,5 57,5 100.0 Promosi Pelayanan Pengobatan IMS telah didistribusikan berdasarkan tingkatan, sebagai berikut: Tabel. 6 Distribusi Responden Tentang Promosi Pelayanan Pengobatan IMS No 1 2 Promosi Pelayanan Pengobatan IMS Kurang baik Baik Jumlah Frekuensi Persentase (%) 19 21 40 47,5 52,5 100.0 Kebutuhan Pelayanan Pengobatan IMS telah didistribusikan berdasarkan tingkatan, sebagai berikut : Tabel. 7 Distribusi Frekuensi Responden Tentang Kebutuhan pelayanan Pengobatan IMS No 1 2 Kebutuhan Pelayanan Pengobatan IMS Kurang baik Baik Jumlah Frekuensi Persentase (%) 12 28 40 30,0 70,0 100.0 Mutu Pelayanan Pengobatan IMS telah didistribusikan berdasarkan tingkatan, sebagai berikut : Tabel. 8 Distribusi Frekuensi Responden Tentang Mutu Pelayanan Pengobatan IMS No 1 2 Mutu Pelayanan IMS Kurang baik Baik Jumlah Pengobatan Frekuensi 18 22 40 Persentase (%) 45,0 55,0 100.0 Pemanfaatan Pelayanan pengobatan IMS telah didistribusikan berdasarkan tingkatan, sebagai berikut : Tabel. 9 Distribusi Frekuensi Responden tentang Pemanfaatan Pelayanan 38 Jurnal Kesmasindo Volume 5, Nomor 1, Januari 2012, hlm. 33-43 Pengobatan IMS No Pemanfaatan Pelayanan Pengobatan IMS Tidak memanfaatkan memanfaatkan Jumlah 1 2 Frekuensi Persentase (%) 13 27 40 32,5 67,5 100 2. Analisis Bivariat dan Analisis Multivariat Tabel. 10 Ringkasan hasil analisis pengaruh bivariat: Variabel bebas Sig Pengetahuan tentang pelayanan pengobatan IMS Keterjangkauan Pelayanan Promosi tentang pelayanan pengobatan IMS Kebutuhan pelayanan pengobatan IMS Mutu Pelayanan Pengobatan IMS Berdasarkan hasil Correlation Coefficient Keterangan 0,037 0,331 Ada hubungan 0,310 - 0,165 Tidak ada hubungan 0,001 0,516 Ada hubungan 0,520 - 0,105 Tidak Ada hubungan 0,004 0,445 Ada hubungan analisis pelayanan pengobatan IMS, dan hubungan dengan ranks spearman mutu pelayanan pengobatan IMS diatas karena memiliki nilai signifikansi p diketahui bahwa tentang pelayanan pengetahuan ≤ 0,025. pengobatan IMS, promosi tentang Tabel . 11 Hasil analisis multivariat dengan regresi logistik Variabel bebas Promosi tentang Pelayanan Pengobatan IMS Mutu Pelayanan Pengobatan IMS B S.E Wald Df Sig Exp(B) 2,113 0,922 5,255 1 0,022 8,271 1,445 0,864 2,799 1 0,094 4,243 Berdasarkan hasil analisis regresi logistik pemanfaatan diatas obatan IMS. menunjukkan bahwa ada pengaruh Hasil bersama-sama penelitian tentang IMS semua meliputi pelayanan pelayanan penelitian peng- me- variabel nunjukkan bahwa ada hubungan promosi antara pengetahuan tentang IMS pengobatan dan mutu pelayanan pengobatan IMS terhadap dengan pemanfaatan pelayanan pengobatan IMS. Asford (2006) menunjukkan kesenjangan Arif Kurniawan, Faktor Yang Mempengaruhi Pemanfaatan Pengobatan IMS informasi dan terhadap sarana pengetahuan pelayanan pelayanan kondisi pengobatan, jalan 39 serta menuju sarana pengobatan. Hasil kesehatan terhadap pemanfaatan pelayanan pelayanan penelitian ini menunjukkan bahwa kesehatan. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori tidak Green (1980) dalam Notoatmodjo keterjangkauan (2003) bahwa pengetahuan tentang pengobatan IMS. Hal ini dapat sarana kesehatan dilihat pada tabulasi silang bahwa berpengaruh terhadap pemanfaatan proporsi responden yang memiliki pelayanan kesehatan. Pengetahuan keterjangkauan pelayanan justru tentang IMS erat kaitannya dengan lebih promosi yang pelayanan pengobatan IMS. Hasil dilakukan oleh petugas kesehatan penelitian ini tidak sesuai dengan di Puskesmas Purwokerto Selatan. penelitian Hasil menunjukkan bahwa ada hubungan antara jarak bahwa 95,0% responden memiliki sarana pelayanan kesehatan dengan pengetahuan yang baik tentang pemanfaatan pelayanan PKD. Hasil IMS. Seseorang yang memiliki penelitian ini tidak sesuai dengan pengetahuan yang baik tentang penelitian Buiya (2008) dalam IMS akan lebih mengenal tentang Tarigan (2008) bahwa jarak yang bahaya mengetahui dekat dengan sarana pelayanan gejala-gejala IMS sehingga lebih kesehatan dan tidak adanya pilihan memanfaatkan pelayanan sarana kesehatan lain di daerah pengobatan IMS apabila sakit IMS. tersebut merupakan faktor yang pelayanan tentang penelitian IMS IMS dan Keterjangkauan pelayanan ada hubungan tidak antara pelayanan memanfaatkan Kurniawan mempengaruhi (2009) pemanfaatan pengobatan IMS pada penelitian ini pelayanan kesehatan di Chakaria, dilihat dari indikator jarak rumah Bangladesh. Wilayah tersebut juga dengan transportasi pelayanan, pelayanan, sarana berhubungan menuju sarana masyarakat biaya pelayanan pengobatan, waktu menuju sarana dengan terhadap akses pelayanan puskesmas yang dipengaruhi oleh 40 Jurnal Kesmasindo Volume 5, Nomor 1, Januari 2012, hlm. 33-43 jalan atau biaya transportasi menuju pelayanan puskesmas. Hasil penelitian nunjukkan bahwa kebutuhan pencarian kesehatan me- adanya pelayanan mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan. Faktor tersebut menunjukkan hubungan antara promosi tentang kebutuhan individu pelayanan pengobatan IMS dengan menggunakan yang pemanfaatan pelayanan pengobatan oleh kebutuhan IMS di puskesmas purwokerto alasan yang sangat kuat yaitu selatan. Hasil penelitian ini sesuai penyakit dengan adanya jawaban atas penyakit (2007) tentang analisis pengaruh tersebut dengan cara mencari upaya pemasaran terhadap minat pelayanan pemanfaatan pelayanan poliklinik terhadap suatu penyakit merupakan Unsoed menunjukkan bahwa ada bagian pengaruh antara promosi dengan Kebutuhan pemanfaatan pelayanan poliklinik dalam dua hal yaitu : Penilaian Unsoed. individu merupakan intensitas promosi dan kejelasan kesehatan yang dirasakan oleh informasi individu, penelitian Hal ini Kurniawan menunjukkan tentang pelayanan adanya yang ditunjukkan karena dirasakan kesehatan. dari untuk faktor dapat serta Penilaian kebutuhan. dikategorikan besarnya keadaan ketakutan pengobatan IMS dapat mendorong tentang penyakitnya dan hebatnya masyarakat untuk memanfaatkan rasa pelayanan pengobatan IMS secara diagnosis optimal. penilaian beratnya penyakit oleh Hasil penelitian me- sakit yang diderita, klinik dan merupakan dokter yang merawatnya nunjukkan tidak ada hubungan Hasil penelitian me- antara hubungan antara kebutuhan nunjukkan ada hubungan antara pelayanan pengobatan IMS dengan mutu pelayanan pengobatan IMS pemanfaatan pelayanan pengobatan dengan IMS. Hasil penelitian ini berbeda pengobatan IMS. Hasil penelitian dengan teori Green (1980) dalam ini Notoatmodjo Kurniawan (2003) bahwa pemanfaatan sesuai dengan (2009) pelayanan penelitian yang Arif Kurniawan, Faktor Yang Mempengaruhi Pemanfaatan Pengobatan IMS menyimpulkan antara mutu pelayanan ada hubungan pelayanan kesehatan keputusan untuk 41 memanfaatkan sarana kembali pelayanan rumah sakit. dengan Hasil penelitian ini tidak sesuai pemanfaatan pelayanan PKD. Hasil dengan penelitian dengan (2007) bahwa tidak ada hubungan yang antara persepsi tentang petugas ini sesuai penelitian Isnaini (1999) menyimpulkan pelayanan bahwa poliklinik fasilitas merupakan penelitian kesehatan dengan Kurniawan pemanfaatan kesehatan di poliklinik Unsoed. faktor yang paling berpengaruh terhadap pemilihan rumah sakit. SIMPULAN DAN SARAN Syafriadi, Simpulan dkk (2008) dalam penelitiannya tentang pemanfaatan Puskesmas baru Mukomuko di Kabupaten Provinsi Bengkulu menyatakan bahwa pemanfaatan pelayanan terkonsentrasi tinggi 1. Ada hubungan antara pengetahuan tentang IMS dengan pemanfaatan pelayanan pengobatan IMS di Puskesmas Purwokerto Selatan. 2. Tidak ada hubungan antara pada fasilitas yang dekat dengan keterjangkauan pelayanan peng- pasien. Jika kualitas pelayanan obatan IMS dengan pemanfaatan ditingkatkan, maka meningkatkan pelayanan pengobatan IMS penggunaan pelayanan dan kesehatan cakupan 3. Ada hubungan antara promosi pe- pelayanan pengobatan IMS dengan desaan.Hasil penelitian Kurniawan pemanfaatan pelayanan pengobatan (2007) bahwa tidak ada hubungan IMS. antara persepsi tentang fasilitas 4. Tidak ada hubungan antara pelayanan kesehatan dengan minat kebutuhan pelayanan pengobatan pemanfaatan pelayanan poliklinik IMS Unsoed. Penelitian Hapsari (2006) pelayanan menunjukkan puskesmas purwokerto selatan. bahwa persepsi pasien tentang fasilitas pelayanan kesehatan poliklinik tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan 5. Ada dengan pemanfaatan pengobatan hubungan IMS antara di mutu pelayanan pengobatan IMS dengan 42 Jurnal Kesmasindo Volume 5, Nomor 1, Januari 2012, hlm. 33-43 pemanfaatan pelayanan pengobatan pelayanan IMS. Puskesmas Purwokerto Selatan. 6. Ada pengaruh bersama – sama promosi dan mutu tentang 2. Peningkatan kemudahan pemanfaatan pelayanan pengobatan pelayanan IMS. pelayanan tentang mutu IMS di pelayanan pengobatan IMS terutama aspek pelayanan pengobatan IMS dengan 7. Promosi pengobatan dalam mendapatkan IMS, kecepatan pengobatan IMS, pemanfaatan pengalaman tidak menyenangkan pelayanan pengobatan IMS adalah pada saat pelayanan pengobatan variabel yang paling berpengaruh IMS, terhadap pemanfaatan pelayanan pengobatan pengobatan IMS. kesehatan memberikan saran untuk fasilitas IMS, memanfaatkan pelayanan dan petugas pelayanan peng- obatan IMS kepada masyarakat SARAN 1. Peningkatan kesehatan upaya tentang pengobatan IMS promosi beresiko IMS maupun masyarakat pelayanan pengguna pelayanan pengobatan kepada masyarakat untuk meningkatkan IMS. 3. Puskesmas Purwokerto Selatan pengetahuan masyarakat beresiko menjalin kerja sama khusus tentang tentang IMS dan sarana pelayanan penanganan IMS dengan Jurusan pengobatan IMS dengan berbagai kesehatan masyarakat Unsoed dan metode promosi kesehatan meliputi UKM Plakat Jurusan kesehatan : media leaflet, media poster, atau masyarakat Unsoed, agar dapat media mensupport buku pentingnya saku tentang memanfaatkan Daftar Pustaka Asford,LS., Gwatkin,DR.2006. Designing Health and Population Programme to Reach The Poor. Population reference Bureau. Azwar, A. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Binarupa Aksara, Jakarta. Daili, F. S, Indriatmi, W. Zubler, F. 2003. Penyakit Menular Seksual edisi promosi kesehatan tentang IMS. kedua. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. Hapsari, 2006,FaktorFaktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Rawat Jalan di Rumah Sakit Panti Wiloso Citarum, Semarang. Isnaeni, Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Keputusan Memilih Rawat Inap di Rumah sakit Pertamina Arif Kurniawan, Faktor Yang Mempengaruhi Pemanfaatan Pengobatan IMS Cirebon, Skipsi tidak dipublikasikan, UNDIP, Semarang 1999. Kurniawan, 2007, Analisis Pengaruh Upaya Pemasaran terhadap Minat Pemanfaatan Pelayanan Poliklinik Unsoed , Univesitas Jenderal Soedirman, Purwokerto Kurniawan, 2009, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Pelayanan PKD di Kabupaten Purbalingga, Purbalingga Notoatmojo, S. 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. PT. Rineka Cipta, Jakarta. Syafriadi, Hari, K. Lutfan, L. 2008. Pemanfaatan Puskesmas Baru di Kabupaten Mukomuko Provinsi Bengkulu. http://72.14.235.132/search?q=cach e:VHfFLE7FHwUJ:www.lrckmpk. ugm.ac.id/id/UPPDF/_working/No.15_Syafriadi_04 _08.pdf. Diakses tanggal 29 April 2008. Tarigan, I., dan Ariningrum, R. 2008. Persepsi dan Tanggapan Masyarakat Terhadap Sistem Kesehatan, Jangkauan dan Kualitas Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Kabupaten Banyuasin. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, Vol 11:223-231. 43