Kendali Motor Listrik Dengan Thyristor

advertisement
Sugen AK, Aplikasi SCR pada Pengontrolan Motor Listrik
APLIKASI SILICON CONTROL
yangREACTIFIRED
dikehendaki dan (SCR)
juga dari segi keamanan
listrik LISTRIK
itu sendiri.
PADA PENGONTROLANmotor
MOTOR
Selanjutnya menurut Oman Sumantri,
pengontrolan
motor listrik diantaranya meliputi
Sugeng A. Karim
Jurusan Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar
Abstrak
Penggunaan komponen elektronika khususnya SCR sebagai pengendali/pengontrol motor listrik
memiliki beberapa keuntungan diantaranya : tidak ada kontak yang aus karena terbakar, tidak akan
menimbulkan bunga api karena tidak ada pelepasan kontak, sedikit sekali menggunakan peralatan
tambahan dan penggunaan daya yang sangat kecil. Oleh karena itu penggunaan komponen elektronika
seperti thyristor sangat efisien dan efektif dalam sistem kontrol motor listrik. Thyristor atau SCR (Silicon
Control Reactifired) mempunyai karakteristik yang hampir sama dengan transistor, karena thyristor dapat
dipandang sebagai dua buah transistor. Thyristor dapat mengendalikan motor listrik karena thyristor dapat
difungsikan sebagai sakelar statik. Hal ini dilakukan dengan mengatur arus yang melalui terminal gate.
Apabila kuat arus dalam rangkaian lebih besar dari harga holding current (arus genggam=arus yang
mempertahankan kerja thyristor) maka thyristor akan tetap dalam kondisi tertutup (kondisi on).
Sebaliknya jika arus dalam rangkaian menurun hingga besarnya dibawah harga holding current maka
thyristor akan membuka (kondisi off). Karakteristik kerja thyristor inilah yang selanjutnya digunakan
dalam mengatur kerja motor listrik, baik itu motor DC, motor AC dan motor universal.
Kata kunci : Thyristor, Kendali, Motor listrik
Perkembangan teknologi di bidang
kontrol atau kendali motor listrik telah mencapai
perkembangan yang sangat pesat. Dimulai dengan
kontrol yang sangat sederhana dengan starter
tangan lalu dikembangkan sistem kontrol dengan
menggunakan sakelar megnet dan relay, dan
selanjutnya disusul dengan perkembagan sistem
kontrol dengan piranti elektronika. Perkembangan
sistem kontrol dengan piranti elektronika juga
telah mencapai perkembangan yang sangat maju.
Dimulai dengan komponen-komponen seperti
transistor, photo resistor, diac, triac, SCR
rangkaian digital, microprosessor dan servo
system. Kini sistem kontrol dapat dilaksanakan
secara otomatis dan memungkinkan mengontrol
mesin-mesin yang sangat kompleks yang disertai
dengan efisiensi dan efektifitas yang sangat tinggi
dengan menggunakan sistem kontrol yang
terpogram atau lebih dikenal dengan PLC
(programmable
logic
control,
(Oman
Sumantri,1993)
Menurut
Oman
Sumantri
(1993),
pengontrolan diartikan sebagai pengaturan,
pelayanan atau pengawasan terhadap bekerjanya
motor
listrik yang dipergunakan untuk
menggerakkan mesin-mesin yang selanjutnya
dapat melakukan proses pekerjaan sesuai dengan
kegiatan menjalankan, menghentikan, mengerem,
membalikkan putaran, mengatur kecepatan,
mengatur waktu kerja, proteksi motor listrik dan
perlengkapannya dan lain-lain. Proses ini dapat
dilakukan dengan menggunakan satu sistem
pengontrolan yang merupakan kombinasi dari
beberapa proses pengontrolan.
Melihat
karakteristik dari beberapa
komponen elektronika, maka dapat dikembangkan
sutu sistem kontrol yang dapat digunakan untuk
mengontrol kerja motor listrik. Komponen
elektronika tersebut hanya berfungsi sebagai alat
kendali terhadap bekerjanya relay yang
dihubungkan dengan motor.
SUSUNAN PHYSIS DIODA EMPAT
LAPIS
Untuk mengenal thyristor, terlebih dahulu
akan dikemukakan susunan physis dioda empat
lapis. Komponen ini terdiri atas empat lapisan
bahan sehingga mempunyai 3 pertemuan
(junction). Lapisan pertama bahan P, lapisan
kedua bahan N, lapisan ketiga bahan P dan lapisan
keempat bahan N. Bahan bagian luar P disebut
anoda (A) dan bahan bagian luar lainnya disebut
MEDIA ELEKTRIK, Volume 5, Nomor 1, Juni 2010
katoda (K), (Wasito, 2004). Susunan physis dioda
4 lapis ditunjukkan oleh gambar berikut :
Anoda
P
J1
terus mengalir dan tidak tergantung lagi pada
tegangan dengan syarat arus yang mengalir
tersebut masih cukup besar. Garis lengkung 4
menunjukkan bahwa arus akan terputus bila arus
beban R turun menjadi kecil sekali atau kurang
dari holding current.
U
N
J2
3
P
J3
2
N
4
Katoda
I
Gambar 1. Susunan physis dioda 4 lapis
Untuk lebih memahami sifat dan kerja dari
thyristor, terlebih dahulu akan dijelaskan
rangkaian PNPN junction dengan sumber
tegangan DC.
A
R
J1
+
J2
Pot
J3
K
-
Gambar 2. Rangakain PNPN junction dengan
sumber tegangan DC
Apabila anoda negatif terhadap katoda,
maka junction J1 dan J3 adalah reverse bias dan
hanya mengalirkan arus yang sangat kecil. Jika
anoda diberi tegangan positif maka J1 dan J3 akan
forward bias yang berarti dapat mengalirkan arus
listrik (conduct). Walaupun junction J2 dalam
keadaan reverse bias dan tahanannya sangat
tinggi, tetapi pada waktu forward bias tahanan J2
adalah sangat kecil. Menghantarnya J1dan J3
menyebabkan semua tegangan pada junction J2
hilang sehingga tegangan baterai perlu dinaikkan,
agar arus mampu melewati J2. Arus ini akan naik
seperti keadaan reverse bias dari dioda. Perhatikan
karakteristik PNPN junction pada Gambar 3.
Jika tegangan baterai terus dinaikkan lagi,
maka J2 akan mencapai breakdown sehingga arus
mengalir dari J1 ke J2 dan J3 sesuai dengan besar
kecilnya beban R. Breakdown dari J2 diperlihatkan
dengan garis lengkung 3 seperi terlihat pada
gambar di atas. Setelah J2 breakdown, arus akan
1
Gambar 3. Karakteristik PNPN junction
Dari uraian ini maka junction J2 yang
berada di tengah jelas menghalangi mengalirnya
arus. Apabila tegangan dari junction J2 ini dapat
dikurangi maka dioda empat lapis dapat
mengalirkan arus yang besar.
Untuk mencapai maksud ini caranya dengan
jalan memotong lapisan kedua dan ketiga dari
dioda empat lapis sehingga sangat mirip dengan
tiga lapisan transistor PNP dan tiga lapisan
transisitor NPN, (Wasito, 2004). Perhatikan
gambar 5.
Apabila diberi tegangan positif pada lapisan
P dan tegangan negatif pada lapisan N pada
tegangan reverse antara lapisan N dan P akan
berkurang. Dengan menghubungkan sebuah kawat
ke lapisan P yang berada diantara dua lapisan N,
akan didapat tambahan satu terminal keluar yang
dinamakan gate (G). Ditambahkannya satu
terminal gate pada dioda empat lapis maka
lahirlah suatu suatu komponen elektronik yang
disebut thyristor atau lebih dikenal lagi dengan
nama SCR (Silicin Control Reactifired).
Komponen-komponen elektronika lainnya yang
termasuk pada komponen thyristor adalah diac
dan triac.
Konstruksi SCR
SCR
biasa
(Silicon
Control
Reactifired)disebut Thyristor yang mempunyai
arti penyearah yang dikemudi dengan bahan dasar
silikon, (Oman Sumantri, 1993). Thyristor dapat
digunakan sebagai pengatur daya dan saklar biasa
yang mempunyai kelebihan atau keuntungan
apabila dibandingkan dengan alat-alat mekanika
biasa.
A
P
G
N
N
N
N
P
transistor
yang jenisnya berbeda tetapi
karakteristiknya sama. Perhatikan gambar 5,
sedangkan gambar 6.a menunjukkan SCR
dipandang sebagai dua buah transistor dan gambar
6.b memperlihatkan simbol thyristor. Apabila kaki
gate dibuat lebih positif terhadap katoda, maka
akan mengalir arus yang kecil antara basis dan
emitor transistor 1.
K
Gambar 4. Susunan physis dioda 4 lapis
ditinjausebagai 2 transistor
Menurut Wasito (2004), kelebihan thyristor
adalah:
- Tidak ada kontak-kontak yang aus karena
terbakar
Tidak
akan menimbulkan bunga api
Sedikit
sekali membutuhkan komponenkomponen tambahan
Thyristor juga dapat dipakai untuk mengatur daya
yang sangat besar, walaupun thyristor itu sendiri
hanya memerlukan daya yang kecil. Berdasarkan
kerja dioda empat lapis seperti telah dijelaskan di
atas, maka susunan physis thyristor hampur sama
dengan susunan physis dioda empat lapis PNPN,
hanya thyristor mempunya tiga buah elektroda
yaitu anoda, katoda dan gate, elektroda yang
ketiga ini berfungsi sebagai kemudi atau
pengontrol. Perhatikan gambar 6.
Thyristor akan menghantarkan arus atau
conduct apabila anoda dan gate relatif positif
terhadap katoda. Thyristor akan tetap menghantar
apabila arus beban yang mengalir tetap berada di
atas holding current. Holding current (arus
pengungsi/arus genggam) adalah arus yang selalu
mempertahankan kerja dari thyristor sehingga
apabila arus beban turun ke bawah holding current
maka thyristor akan off. Thyristor mempunyai
tahanan yang sangat tinggi pada waktu off dan
tahanan yang sangat rendah pada waktu on
sehingga drop tegangannya mendekati nol.
Prinsip Kerja SCR
Menurut Oman Sumantri (1993), untuk
memahami kerja dari thyristor maka thyristor
tersebut harus dipandang sebagai dua buah
Gambar 5. Susunan physis thyristor
Arus basis ini akan menyebabkan mengalirnya
arus I2 yang melewati kaki kolektor transisitor 1
sehingga arus I2 ini juga adalah arus basis
transistor 2. Karena pada transistor 2 terdapat arus
basis, maka akan mengalir arus I3 atau arus
kolektor transistor 2 tersebut akan mengalir masuk
ke basis transistor 1, akibatnya kaki basis
transistor 1 akan mendapatkan arus basis yang
lebih besar lagi. Kejadian ini akan menaikkan
hantaran transistor 1 dan transistor 2, sehingga
akan terjadi umpan balik.
(a)
(b)
Gambar 6. (a). Thyristor dipandang sebagai dua
transistor, dan (b). Simbol Thyristor
Karena pada transistor 2 terdapat arus basis,
maka akan mengalir arus I3 atau arus kolektor
transistor 2 tersebut akan mengalir masuk ke basis
transistor 1, akibatnya kaki basis transistor 1 akan
mendapatkan arus basis yang lebih besar lagi.
Kejadian ini akan menaikkan hantaran transistor 1
dan transistor 2, sehingga akan terjadi umpan
MEDIA ELEKTRIK, Volume 5, Nomor 1, Juni 2010
balik. Walaupun arus gate yang digunakan
penyulutan pertama ditiadakan, tetapi thyristor
tersebut akan tetap menghantarkan arus dari anoda
ke katoda. Cara untuk menghentikannya adalah
dengan jalan meniadakan tegangan anoda, atau
arus anoda dikecilkan sehingga kurang dari arus
genggam SCR tersebut.
Gambar 7. Konstruksi SCR
Karakteristik Thyristor
Thyristor atau SCR akan tetap dalam
kondisi tertutup, atau menghantar selama kuat arus
di dalam sirkuit lebih besar dari harga holding
current (Ih), dan apabila arus di dalam sirkuit
menurun hingga besarnya di bawah harga Ih maka
thyristor tersebut akan membuka atau off.
Demikian pula kalau tegangan anatara anoda dan
katoda turun, hingga tidak dapat mempertahankan
kuat arus sebesar harga Ih, maka thyristor itu akan
membuka atau off. Gambar di bawah ini
menunjukkan karakteristik maju dan karakteristik
mundur thyristor.
(K) dilakukan dengan mengatur arus gate (I g).
Apabila arus gate (Ig) harganya di bawah arus
holding current (Ih) maka kontak antara anoda dan
katoda dari thyristor belum dapat melakukan
penutupan atau kontaknya masih tetap membuka.
Dalam kondisi demikian maka tidak akan terjadi
pengaliran arus dari anoda ke katoda (Ia-k) atau
dengan kata lain thyristor tidak menghantarkan
arus atau belum conduct sehingga motor DC
belum berputar. Jika harga Ig lebih besar dari
harga Ih, maka antara anoda dan katoda dari
thyristor akan terjadi penutupan sehingga menjadi
conduct, mengakibatkan motor berputar (Oman
Sumantri, 1993).
Disamping digunakan sebagai sakelar DC,
thyristor juga digunakan sebagai pengatur daya
yang diberikan pada beban. Pengaturan daya yang
diberikan pada motor dilakukan dengan mengatur
besar kecilnya arus gate (Ig), sehingga putaran
motor DC kecepatannya dapat diatur. Perhatikan
gambar 8, disini rangkaian motor DC dikontrol
oleh sumber tegangan DC gelombang penuh
dengan menggunakan thyristor.
Apabila digunakan osiloskop untuk melihat
bentuk tegangan thyristor akan tampak seperti
pada gambar 9.
Pada gambar tersebut
diperlihatkan bentuk arus beban, arus gate dan
bentuka arus sumber yang diberikan pada
thyristor.
Ima
H
Reverse blocking current
V
Forward blocking current
Gambar 8. Karakteristik thyristor
APLIKASI THYRISTOR SEBAGAI
PENGONTROL MOTOR DC
Seperti
diketahui
bahwa
thyristor
merupakan sakelar DC yang penutupan dan
pembukaan kontak antara anoda (A) dan katoda
Gambar 9. Rangkaian motor DC dikontrol oleh
tegangan DC gelombang penuh dengan thyristor
Berdasarkan gambar 9 dapat dilihat bahwa
dengan tegangan DC gelombang penuh tanpa
filter, maka SCR masih mengalami off maka arus
pada setiap setengah gelombang turun ke bawah
holding current (Ih). Karena itu untuk setengah
gelombang berikutnya SCR tetap membutuhkan
pentrigeran lagi atau triger tidak dapat dilepas.
Dengan dipasangnya kapasitor C paralel dengan
R2 sebesar 7 K pada rangkaian gate, akan
meyebabkan timbulnya pergeseran fase sehingga
pada setengah gelombang pertama akan terjadi
penundaaan waktu dalam pentrigeran. Kalau Rnya makin besar maka waktu yang diperlukan
mengisi C semakin cepat. Jika R-nya kecil maka
waktu pengisian C makin lama dan bila pengisian
C makin lama maka waktu untuk pentrigeran juga
semakin lama.
Apabila rangkaian penyearah gelombang
penuh terdapat dalam gambar 8 dipasang suatu
filter C sebesar 40 F maka arus thyristor atau arus
beban tidak akan pernah turun ke bawah holding
current. Perhatikan gambar 10. Karena arus tidak
turun ke bawah holding current (Ih), maka sekali
ditriger thyristor itu akan conduct meskipun
trigernya dilepas. Begitu pula kecepatan putaran
motor sudah tidak dapat diatur lagi.
SCR dapat kembali off bila bebannya
diturunkan terus sehingga arus beban turun ke
bawah holding current atau sumber tegangannya
di-off-kan dahulu.
APLIKASI SCR SEBAGAI PENGONTROL
MOTOR AC
Apabila SCR digunakan untuk mengontrol
sumber AC, selain dapat mengatur daya listrik
yang diberikan kepada beban juga berfungsi
sebagai penyearah. Motor AC dalam rangaian ini
tentu saja dapat dikontrol dengan thyristor, karena
motor AC tersebut dirancang untuk dapat
dioperasikan pada tegangan AC dan tegangan DC.
Jenis motor seperti ini disebut motor universal.
Gambar 10. Rangkaian motor universal dikontrol
dengan thyristor menggunakan tegangan AC
Motor AC dalam rangkaian ini tentu saja
dapat dikontrol dengan SCR, karena motor AC
tersebut dirancang untuk dapat dioperasikan pada
tegangan AC dan tegangan DC. Jenis motor
seperti ini disebut motor universal. Dalam
prakteknya untuk lebih aman maka R untuk
tegangan gate harus dibuat tetap agar tegangan
maksimum antara gate dengan katoda tidak
dilampaui.
Besarnya tegangan gate maksimum (Ug maks)
dapat dihitung dengan rumus :
U g maks
= Us
R2
R1 + R 2
Selanjutnya bentuk arus beban dan arus gate
dengan menggunakan R dan C dapat dilihat pada
gambar 12. Dengan menggunakan tahanan R2
sebagai penentu tegangan gate maksimum, maka
daya yang dapat seluruhnya diserahkan kepada
beban. Jika dalam gambar 12.a tahanan R2 diganti
dengan kapasitor C sebagai penentu tegangan
gate, maka daya listrik tidak dapat diserahkan
seluruhnya kepada motor karena adanya
penundaan waktu pentrigeran untuk setiap
setengah periode seperti ditunjukkan pada
gambar12.b. Dengan demikian maka penggunaan
sistem arus gate yang berbeda akan menyebabkan
kecepatan putaran motor yang berbeda pula.
SIMPULAN
Thyristor atau SCR yang yang dapat
digunakan sebagai
sakelar
statis
dapat
diaplikasikan sebagai alat kontrol kerja motor
listrik. Penggunaannya sebagai alat kontrol
dilakukan hanya dengan mengatur arus gate.
Dengan mempertahankan arusnya tetap dapat
berada di bawah holding current membuat
thyristor tidak dapat menghantarkan arus (kondisi
off) dan sebaliknya dengan mempertahankan
arusnya di atas holding current membuat thyristor
akan tetap dapat menghantarkan arus (kondisi off).
Thyristor dapat digunakan untuk mengontrol
motor DC atau AC. Thyristor mempunyai
keuntungan sebagai alat kontrol dibandingkan
dengan sakelar magnet karena dengan thyristor
akan didapatkan sistem kontrol yang memiliki
efektifitas dan efesiensi yang sangat tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Boylestad, R and Nashelsky, L. 1992. Electronic
Device and Circuit Theory. Fifth Edition.
New Jersey: Prentice-Hall, Inc.
Elektuur. 1993. 302 Rangkaian Elektronika (Alih
bahasa: P. Pratomo). Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo.
MEDIA ELEKTRIK, Volume 5, Nomor 1, Juni 2010
Somantri, Oman. 1993. Sistem Pengontrolan
Motor di Industri. Cet-1. Jakarta: Pusat
Perbukuan Depdikbud, Jakarta
Rashid, H, M,. 1993. Power Electronics: Circuits,
Devices, and Aplications, Second Editin.
New Jersey: Prentice-Hall, Inc.
Wasito S. 2004. Vademekum Elektronika. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama.
Download