1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memiliki peranan penting dalam menciptakan masyarakat yang cerdas baik intelektual, emosional maupun spiritualnya. Penyelenggaraan pendidikan harus sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam UU RI No 20 Tahun 2003 pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu; mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa. Pemerintah telah berusaha untuk mengembangkan dan menyempurnakan kurikulum dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Pengembangan dan penyempurnaan kurikulum dilakukan dengan menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menjadi Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 mengharapkan adanya hubungan dan pelaksanaan indikatorindikator untuk mencapai kompetensi-kompetensi inti dari sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Hal ini juga sesuai dengan hakikat ilmu kimia yang menekankan pada proses, produk, sikap, dan aplikasi sebagai suatu ciri dari pembelajaran yang tak dapat dipisahkan satu sama lain (Tim Penyusun, 2013a). Selama proses pembelajaran, siswa dapat memperoleh produk ilmiah seperti fakta, prinsip, teori, dan hukum. Siswa juga mengalami proses ilmiah 2 selama pembelajaran, seperti prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah. Kemudian siswa juga mendapatkan sikap ilmiah setelah pembelajaran, misalnya rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat, dan lain-lain. Siswa juga mendapat ilmu dalam aplikasi ilmiah seperti penerapan metode ilmiah dan konsep sains dalam kehidupan sehari-hari. Sesuai tuntutan kurikulum, tentu saja pada akhir pembelajaran, guru perlu melakukan penilaian terhadap peserta didik. Penyelenggaraan penilaian hasil belajar peserta didik mencakup kompetensi sikap, produk pengetahuan, proses dan aplikasi tertuang dalam Permendikbud No 66 tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan dan Permendikbud No 104 tahun 2014 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik. Penilaian atau asesmen yang digunakan sebagai alat ukur tingkat keberhasilan pembelajaran, dan tujuan-tujuan pembelajaran, sesuai kategori dalam taksonomi Bloom. Setelah disempurnakan, taksonomi ini terdiri dari kata kerja dan kata benda. Kata kerja untuk mendeskripsikan proses kognitif, dan kata benda untuk mendeskripsikan penguasaan pengetahuan siswa. Taksonomi dari kemampuan berpikir tingkat rendah ke berpikir tingkat tinggi meliputi: 1) mengingat (remembering); 2) memahami (understanding); 3) menerapkan (applying); 4) menganalisis (analyzing); 5) mengevaluasi (evaluating); 6) menciptakan (creating). Taksonomi ini kemudian dilengkapi dengan dimensi dari jenis pengetahuan yang saling berkaitan dengan taksonomi kemampuan berpikir. Urutan dari dimensi pengetahuan konkrit ke pengetahuan abstrak terdiri dari empat kategori yaitu: pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif (Anderson, dkk., 2001). 3 Hasil penelitian Sunyono, dkk (2009), menunjukkan bahwa untuk pembelajaran sains (misalnya kimia) banyak konsep sains yang masih dianggap sulit untuk diajarkan pada peserta didik. Salah satu materi dalam mata pelajaran kimia kelas X SMA adalah teori atom Bohr dan mekanika kuantum, materi ini terdiri dari fakta, konsep, hipotesis, aturan dan prinsip sebagai produk pengetahuan yang pada akhirnya dapat digunakan untuk menggambarkan keadaan atau struktur dari suatu atom. Struktur atom menurut teori atom Bohr dan mekanika kuantum adalah salah satu materi kimia yang meliputi bilangan kuantum, diagram tingkat energi, persamaan gelombang, teori probabilitas dan lain-lain yang sangat menuntut kemampuan pengetahuan konseptual siswa untuk mempelajari materi pembelajaran kimia selanjutnya seperti konfigurasi elektron, sifat-sifat elektron dan seterusnya. Aspek pengetahuan yang dominan pada materi ini adalah aspek pengetahuan konseptual, sedangkan ranah kognitif mencakup tahap mengingat, memahami, mengaplikasi dan menganalisis. Meskipun memiliki banyak pilihan bentuk tes, pada kenyataannya bentuk tes objektif berbentuk pilihan jamak dan tes uraian berbentuk essay menjadi bentuk tes yang paling sering digunakan sebagai evaluasi pembelajaran. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002), hasil belajar yaitu hasil dari suatu interaksi dari pembelajaran. Guru mengakhiri pembelajaran dengan evaluasi belajar, dan melakukan proses penilaian bagi siswa sebagai hasil belajar. Soal pilihan jamak, dianggap lebih representatif mewakili isi dan luas materi (Arikunto, 2002), pada materi teori atom Bohr dan mekanika kuantum memiliki beberapa submateri yang akan diukur, sehingga lebih cocok menggunakan pilihan jamak. 4 Faktanya, belum banyak guru yang tahu bagaimana membuat serta menggunakan instrumen asesmen pengetahuan yang benar-benar sesuai dengan dimensi pengetahuan dan kognitif yang akan diukur. Hal ini dikemukan juga oleh Baehaki (2014), yang menyatakan bahwa banyak ditemukan kegiatan evaluasi yang tidak sesuai dengan kaidah penyusunan instrumen asesmen yang baik. Fakta tersebut juga tercantum dalam hasil penelitian Samosir (2013), dan Soleha (2014). Hasil observasi instrumen asesmen yang digunakan di enam sekolah di kabupaten Lampung Selatan yaitu SMAN 1 Kalianda, SMAN 2 Kalianda, MAN 1 Kalianda, SMA Al-Irsyad Kalianda, SMAN 1 Palas dan SMAN 1 Sidomulyo, ternyata belum semuanya dilengkapi dengan penyusunan kisi-kisi soal karena guru merasa materi teori atom cukup abstrak, dan belum semua guru membuat sendiri soal tes yang diberikan kepada siswa. Guru juga belum lengkap dalam membuat asesmen yang mengukur ranah kognitif sesuai pencapaian kompetensi dasar pada materi teori atom yaitu yang mencakup ranah kognitif mengingat, memahami, mengaplikasikan, dan menganalisis. Berdasarkan fakta-fakta di atas, maka perlu disusun instrumen asesmen pengetahuan yang mengukur dimensi konseptual baik dari ranah kognitif mengingat, memahami, mengaplikasikan dan menganalisis yang juga memperhatikan reliabilitas, validitas serta sensitivitas instrumen asesmennya, karena alasan-alasan tersebut, maka perlu dilakukan penelitian yang berjudul “Pengembangan Instrumen Asesmen Pengetahuan Pada Materi Teori Atom Bohr dan Mekanika Kuantum”. 5 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimanakah validitas (kelayakan) instrumen asesmen pengetahuan pada materi teori atom Bohr dan mekanika kuantum yang dikembangkan? 2. Bagaimanakah reliabilitas instrumen asesmen pengetahuan pada materi teori atom Bohr dan mekanika kuantum yang dikembangkan? 3. Bagaimanakah validitas butir pada instrumen asesmen pengetahuan pada materi teori atom Bohr dan mekanika kuantum yang dikembangkan? 4. Bagaimanakah tingkat kesukaran dari instrumen asesmen pengetahuan pada materi teori atom Bohr dan mekanika kuantum yang dikembangkan? 5. Bagaimanakah daya beda dari instrumen asesmen pengetahuan pada materi teori atom Bohr dan mekanika kuantum yang dikembangkan? 6. Bagaimanakah daya pengecoh opsi jawaban dari instrumen asesmen pengetahuan pada materi teori atom Bohr dan mekanika kuantum yang dikembangkan? 7. Bagaimanakah sensitivitas instrumen asesmen pengetahuan pada materi teori atom Bohr dan mekanika kuantum yang dikembangkan? 8. Bagaimanakah kepraktisan instrumen asesmen pengetahuan pada materi teori atom Bohr dan mekanika kuantum yang dikembangkan berdasarkan respon guru dan siswa? 6 C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mendeskripsikan validitas (kelayakan) instrumen asesmen pengetahuan pada materi teori atom Bohr dan mekanika kuantum. 2. Mendeskripsikan reliabilitas instrumen asesmen pengetahuan pada materi teori atom Bohr dan mekanika kuantum yang dikembangkan. 3. Mendeskripsikan validitas butir pada instrumen asesmen pengetahuan pada materi teori atom Bohr dan mekanika kuantum yang dikembangkan. 4. Mendeskripsikan tingkat kesukaran instrumen asesmen pengetahuan pada materi teori atom Bohr dan mekanika kuantum yang dikembangkan. 5. Mendeskripsikan daya beda instrumen asesmen pengetahuan pada materi teori atom Bohr dan mekanika kuantum yang dikembangkan. 6. Mendeskripsikan daya pengecoh jawaban pada instrumen asesmen pengetahuan pada materi teori atom Bohr dan mekanika kuantum yang dikembangkan. 7. Mendeskripsikan sensitivitas instrumen asesmen pengetahuan pada materi struktur atom berdasarkan teori atom Bohr dan mekanika kuantum yang dikembangkan. 8. Mendeskripsikan kepraktisan instrumen asesmen pengetahuan pada materi teori atom Bohr dan mekanika kuantum yang dikembangkan berdasarkan respon guru dan siswa. 7 D. Manfaat Penelitian Penelitian ini menghasilkan instrumen asesmen pengetahuan pada materi teori atom Bohr dan mekanika kuantum yang dapat bermanfaat berbagai pihak. 1. Peserta Didik Pengembangan instrumen asesmen pengetahuan ini diharapkan dapat memberikan motivasi lebih untuk peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran kimia. 2. Guru Pengembangan instrumen asesmen pengetahuan pada materi teori atom Bohr dan mekanika kuantum sebagai sumber dan referensi dalam mengembangkan instrumen asesmen pengetahuan pada pembelajaran kimia Kurikulum 2013 bagi guru. 3. Sekolah Pengembangan instrumen asesmen pengetahuan pada materi teori atom Bohr dan mekanika kuantum sebagai informasi dan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan dan pembelajaran kimia di sekolah. 4. Peneliti lain Pengembangan instrumen asesmen pengetahuan pada materi teori atom Bohr dan mekanika kuantum sebagai bahan referensi untuk penelitian lebih lanjut oleh para peneliti lain pada pelajaran kimia di SMA maupun tingkat satuan pendidikan lainnya. 8 E. Ruang Lingkup Penelitian 1. Pengembangan adalah suatu proses (perbuatan) yang bertujuan untuk mengembangkan sesuatu yang didasarkan kepada pengalaman, prinsip yang telah teruji, pengamatan yang seksama dan percobaan yang terkendali (Arikunto, 1997). Produk yang dikembangkan adalah instrumen asesmen pengetahuan pada materi teori atom Bohr dan mekanika kuantum. 2. Materi pada penelitian ini adalah teori atom Bohr dan mekanika kuantum meliputi model atom Bohr, lintasan stasioner, dualisme sifat elektron, prinsip ketidakpastian Heisenberg, definisi orbital, bilangan kuantum, bentuk-bentuk orbital dan diagram tingkat energi orbital. 3. Instrumen asesmen yang dikembangkan meliputi dimensi pengetahuan konseptual yang mencakup empat dari enam dimensi kognitif yang diukur yaitu dimensi mengingat, memahami, mengaplikasikan dan menganalisis (Anderson, dkk., 2001). 4. Validitas ; validitas hasil pengembangan dapat dilihat dari tingkat validitas isi menurut ahli dan juga harus memenuhi validitas konstruk (Nieveen, 1999). 5. Kepraktisan ; kepraktisan merupakan salah satu kriteria kualitas produk yang ditinjau dari hasil penilaian pengguna yang terdiri dari guru dan siswa (Nieveen, 1999). 6. Validitas instrumen asesmen adalah ukuran yang menunjukkan kesahihan suatu instrumen, suatu instrumen dikatakan valid bila mampu mengukur apa yang diinginkan (Arikunto,2002). 9 7. Reliabilitas merupakan salah satu ciri dari suatu instrumen asesmen dimana soal yang digunakan adalah sebagai alat ukur yang mengukur skor peserta tes yang benar-benar menggambarkan kemampuan mereka (Mulyasa, 2009). 8. Sensitivitas butir tes digunakan untuk menentukan apakah suatu butir soal mampu mengukur efek pembelajaran yang telah dilaksanakan (Sunyono, 2014).