UNIV NIVERSITASS INDONESIA IN EFEK PENURUNAN EF PEN UNAN KADAR ADAR GLUK LUKOSA A DAR DARAH KOMBI MBINASI SI EK EKSTRAK RAK ETANOL ANOL DAUN AUN ALPUKA PUKAT (Perse ersea americ ericana Mill) DAN N BUAH BU OYONG OYO (Luf Luffa acutan utangula (L.) Roxb) oxb) PADA DA M MENCIT CIT P PUTIH IH JANTAN JA AN Y YANG G DI DIBEBANI BANI GLUKOS UKOSA SKRIPS RIPSI PR PRAWITA ITA LINTAN TANG LARA ARASATI 09066015 6601576 FAKU AKULTAS S MA MATEMATIK ATIKA DAN AN ILMU IL PENG PENGETAHUA HUAN ALAM LAM PROGRA GRAM STUDI TUDI EKSTEN TENSI DEPAR EPARTEMEN EN FARMASI MASI DEPOK EPOK JULI 2012 201 Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 UNIV NIVERSITASS INDONESIA IN EFEK PENURUNAN EF PEN UNAN KADAR ADAR GLUK LUKOSA A DAR DARAH KOMBI MBINASI SI EK EKSTRAK RAK ETANOL ANOL DAUN AUN ALPUKA PUKAT (Perse ersea americ ericana Mill) DAN N BUAH BU OYONG OYO (Luf Luffa acutan utangula (L.) Roxb) oxb) PADA DA M MENCIT CIT P PUTIH IH JANTAN JA AN Y YANG G DI DIBEBANI BANI GLUKOS UKOSA SKRIPS RIPSI Diajuk iajukan sebaga ebagai salah h satu syarat rat un untuk mempe emperoleh h gela gelar Sarjana jana Farmas rmasi PR PRAWITA ITA LINTAN TANG LARA ARASATI 09066015 6601576 FAKU AKULTAS S MA MATEMATIK ATIKA DAN AN ILMU IL PENG AHUAN ALAM PENGETAHUA LAM PROGRA GRAM STUDI TUDI EKSTEN TENSI DEPAR EPARTEMEN EN FARMASI MASI DEPOK EPOK JULI 2012 201 ii Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa skripsi ini saya susun tanpa tindakan plagiarisme sesuai dengan peraturan yang berlaku di Universitas Indonesia. Jika di kemudian hari ternyata saya melakukan plagiarisme, saya akan bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh Universitas Indonesia kepada saya. Depok, 12 Juli 2012 (Prawita Lintang Larasati) iii Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Nama : Prawita Lintang Larasati NPM : 0906601576 Tanda Tangan : Tanggal : 12 Juli 2012 iv Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 HALAMAN PENGESAHAN Skripsi ini diajukan oleh Nama NPM Program Studi Judul Skripsi : : : : : Prawita Lintang Larasati 0906601576 Farmasi Ekstensi Efek Penurunan Kadar Glukosa Darah Kombinasi Ekstrak Etanol Daun alpukat (Persea americana Mill) dan Buah Oyong (Luffa acutangula (L.) Roxb) pada Mencit Putih Jantan yang Dibebani Glukosa Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Departemen Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia. DEWAN PENGUJI Pembimbing I : Dra. Azizahwati, M.S., Apt (.................................) Pembimbing II : Dr.Dadang Kusmana, M.S (.................................) Penguji I : Rani Sauriasari, M.Sc., PhD.,Apt (.................................) Penguji II : Drs. Jahja Atmadja Ditetapkan di Tanggal (.................................) : Depok : 12 Juli 2012 v Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini. Pada kesempatan kali ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya bagi pihak-pihak yang turut membantu sepanjang penelitian dan penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada 1. Ibu Dra. Azizahwati, M.S., Apt., selaku pembimbing I dan Ketua Program Studi Sarjana Farmasi Ekstensi yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran serta dengan sabar membimbing selama penelitian dan penyusunan skripsi ini. 2. Bapak Dr. Dadang Kusmana, M.S. selaku pembimbing II yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran serta dengan sabar membimbing selama penelitian dan penyusunan skripsi ini. 3. Ibu Dra. Maryati Kurniadi, M.Si., selaku Pembimbing Akademik, yang telah membantu memberikan bimbingan akademik selama masa pendidikan di Farmasi. 4. Ibu Dr. Yahdiana Harahap, M.S., selaku Ketua Departemen Farmasi atas bantuannya selama ini. 5. Ibu Santi Purna Sari, M.Si yang telah memberikan bimbingan, saran dan nasehat yang berarti bagi penulis 6. Seluruh staf pengajar dan karyawan Departemen Farmasi FMIPA UI, yang telah membantu sepanjang proses perkuliahan dan penelitian. 7. Kedua orang tua yang senantiasa memberikan doa, dukungan moril dan finansial selama penelitian dan perkuliahan. 8. Adik-adikku Bagas, Wulan, Amta yang senantiasa memberikan doa dan semangat. 9. Teman-teman di Laboratorium Farmakologi dan kandang atas kebersamaannya dalam suka dan duka, serta semangat untuk saling memberikan motivasi sepanjang penelitian ini. 10. Pak Surya yang telah membantu selama penelitian di kandang. vi Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 11. Teman-teman Ekstensi Farmasi UI angkatan 2009, 2008, teman satu kosan, dan anak-anak Palembang atas persahabatan dan bantuan motivasi yang telah terjalin selama 3 tahun. 12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu atas segala bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada penulis selama penulisan dan penyusunan skripsi ini. Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan segala kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat membawa manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Penulis 2012 vii Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Prawita Lintang Larasati NPM : 0906601576 Program Studi : Farmasi Ekstensi Departemen : Farmasi Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Jenis Karya : Skripsi Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul : Efek Penurunan Kadar Glukosa Darah Kombinasi Ekstrak Etanol DaunAlpukat (Persea americana Mill) dan Buah Oyong (Luffa acutangula (L.) Roxb.) pada Mencit Jantan yang Dibebani Glukosa Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Univesitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan naman saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di : Depok Pada tanggal : 12 Juli 2012 Yang menyatakan (Prawita Lintang Larasati) viii Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 ABSTRAK Nama Program studi Judul : Prawita Lintang Larasati : Ekstensi Farmasi : Efek Penurunan Kadar Glukosa Darah Kombinasi Ekstrak Etanol Daun Alpukat (Persea americana Mill) dan Buah Oyong (Luffa acutangula (L.) Roxb.) pada Mencit Putih Jantan yang Dibebani Glukosa Daun alpukat (Persea americana Mill) dan buah oyong (Luffa acutangula (L.) Roxb.) merupakan tanaman yang secara empiris digunakan untuk berbagai penyakit, salah satunya diabetes. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek penurunan kadar glukosa darah kombinasi ekstrak etanol daun alpukat dan buah oyong pada mencit. Dua puluh empat ekor mencit putih jantan galur ddY yang dibagi dalam enam kelompok. Mencit dipuasakan ±16 jam, kemudian diukur kadar glukosa darah puasa, lalu diberikan ekstrak daun alpukat, ekstrak buah oyong, ekstrak kombinasi, metformin HCl, dan larutan CMC 0,5%. Tiga puluh menit setelahnya, diukur kembali kadar glukosa, lalu diberikan glukosa 2 g/kg bb peroral. Pengukuran dilakukan pada menit ke-30, 60, 90, 120 setelah pemberian glukosa. Kadar glukosa darah diukur menggunakan glukometer Accu-Chek Active®. Pemberian kombinasi ekstrak 1, daun alpukat 50 mg/kg bb dan buah oyong 200 mg/kg bb dapat menurunkan kadar glukosa darah yang bermakna secara statistik pada setengah jam setelah pemberian glukosa, sedangkan kombinasi ekstrak 2, daun alpukat 100 mg/kg bb dan buah oyong 200 mg/kg bb dapat menurunkan kadar glukosa darah yang bermakna pada satu jam setelah pemberian glukosa. Kata kunci : Daun alpukat, buah oyong, glukometer, ekstrak, kadar glukosa darah, dibebani glukosa xv+75 halaman : 11 gambar; 9 tabel; 14 lampiran Daftar Pustaka : 40 (1978–2012) ix Universitas Indonesia Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 ABSTRACT Name Study Program Title : Prawita Lintang Larasati : Pharmacy Ekstensi : Hypoglycemic Effect of Combination Ethanol Extracts of Avocado Leaves and Ridged Gourd Fruit in Glucose Loaded Male Mice Avocado leaves (Persea americana Mill ) and ridge gourd fruit (Luffa acutangula (L.) Roxb) is a plant that empirically used for various diseases, one of them is diabetes. The aim of this research was to know the blood glucose lowering effect of combination extract ethanol avocado leaves and ridge gourd fruit on mice. Twenty-four of ddY mice white male which was divided into six groups. Each mice was fasted for ±16 hours, then measured blood glucose levels of fasting, and administered extract avocado leaves, extract ridge gourd fruit, extract combinations, metformin HCl, and CMC liquid 0,5%. Thirty minutes later, measured back glucose levels, and administered glucose 2 g/ kg bw orally. Blood glucose then was measured in 30, 60, 90, and 120 minutes after glucose administration. Blood glucose was measured using Accu-Chek Active® glucometer. Combination extract 1, avocado leaves 50 mg / kg bb and ridge gourd fruit 200 mg/ kg bw was able to lower glucose levels in 30 minutes after glucose administration, while combination extract 2, avocado leaves 100 mg / kg bw and ridge gourd fruit 200 mg/ kg bw was able to lower blood glucose levels in one hour after glucose administration. Key Words : Blood glucose level, avocado leaves, ridge gourd, extract, glucometer, glucose loaded xv+75 pages : 11 figures; 9 tables; 14 appendixes Bibliography : 40 (1978-2012) x Universitas Indonesia Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................ ii HALAMAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ................... iii HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................ iv HALAMAN PENGESAHAN .............................................................. v KATA PENGANTAR ......................................................................... vi LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ......... viii ABSTRAK........................................................................................... ix ABSTRACT ......................................................................................... x DAFTAR ISI ....................................................................................... xi DAFTAR GAMBAR ......................................................................... xiii DAFTAR TABEL ............................................................................. xiv DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................... xv BAB I. PENDAHULUAN .................................................................. 1 1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1 1.2 Perumusan Masalah dan Ruang Lingkup ....................................... 3 1.3 Jenis Penelitian dan Metode ........................................................... 3 1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................ 3 1.5 Hipotesis ......................................................................................... 3 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................... 4 2.1. Tanaman Alpukat .......................................................................... 4 2.2 Tanaman Oyong ............................................................................. 6 2.3 Diabetes Melitus ............................................................................. 7 2.4 Metode Uji Efek Antidiabetes ...................................................... 14 2.5 Metode Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah ................................. 15 BAB 3. METODE PENELITIAN ................................................... 18 3.1 Lokasi dan Waktu ......................................................................... 18 3.2 Bahan ............................................................................................ 18 3.3 Alat ............................................................................................... 19 3.4 Prosedur Kerja .............................................................................. 19 BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................... 25 4.1 Kadar Glukosa Darah Sebelum Perlakuan (T0) ............................ 27 4.2 Kadar Glukosa Darah Satu Jam setelah Perlakuan (T30) .............. 27 4.3 Kadar Glukosa Darah Setengah Jam Setelah Pemberian Glukosa (Tg30) .............................................................................. 27 4.4 Kadar Glukosa Darah Satu Jam Setelah Pemberian Glukosa (Tg60) .............................................................................. 28 4.5 Kadar Glukosa Darah Satu Setengah Jam Setelah Pemberian Glukosa (Tg90) ........................................................... 29 4.6 Kadar Glukosa Darah DuaJam Setelah Pemberian Glukosa (Tg120) ............................................................................. 30 4.7 Perhitungan Efektivitas Penurunan Kadar Glukosa Darah........... 31 xi Universitas Indonesia Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................... 34 5.1 Kesimpulan ................................................................................... 34 5.2 Saran ............................................................................................. 34 DAFTAR ACUAN ............................................................................ 35 xii Universitas Indonesia Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Skema reaksi umum yang terjadi pada strip Accu-check Active® ..................................................... 16 Gambar 3.1. Ekstrak etanol daun alpukat ........................................... 39 Gambar 3.2. Ekstrak etranol buah oyong ........................................... 39 Gambar 3.3. Glukometer Accu-check Active ® ................................ 39 Gambar 4.1. Kurva kadar glukosa darah rata-rata seluruh kelompok perlakuan pada masing-masing waktu ......... 26 Gambar 4.2. Grafik perhitungan penurunan kadar glukosa darah ...... 31 Gambar 4.3. Grafik efektifitas bahan uji dibandingkan dengan metformin .......................................................... 32 Gambar 4.4. Kurva kadar glukosa darah rata-rata kelompok dosis alpukat, kontrol pembanding, dan kontrol normal ....... 40 Gambar 4.5. Kadar glukosa darah rata-rata kelompok dosis oyong, kontrol pembanding, dan kontrol normal .......... 40 Gambar 4.6. Kadar glukosa darah rata-rata kelompok kombinasi ekstrak 1, kontrol pembanding, dan kontrol normal ...... 41 Gambar 4.7. Kadar glukosa darah rata-rata kombinasi ekstrak 2, kontrol pembanding, dan kontrol normal .................... 41 xiii Universitas Indonesia Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Klasifikasi Diabetes Melitus ......................................................... 9 Tabel 2.2. Kadar glukosa darah pada pasien normal, paradiabetes, diabetes melitus ........................................................................... 10 Tabel 3.1. Perbandingan dosis daun alpukat dan buah oyong untuk pemberian kombinasi ........................................................ 20 Tabel 3.2. Perlakuan pada masing-masing kelompok .................................. 22 Tabel 3.3. Skema perlakuan setiap kelompok hewan uji ............................. 23 Tabel 4.1. Kadar glukosa darah rata-rata (mg/dL) dari seluruh kelompok uji pada masing-masing waktu ................................... 26 Tabel 4.2. Hasil perhitungan % penurunan kadar glukosa darah................. 31 Tabel 4.3. Hasil perhitungan efektifitas bahan uji dibandingkan dengan metformin HCl................................................................ 32 Tabel 4.4. Kadar glukosa darah rata-rata (mg/dL) dari seluruh kelompok uji pada masing-masing waktu ................................... 42 xiv Universitas Indonesia Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5. Lampiran 6. Lampiran 7. Lampiran 8. Lampiran 9. Lampiran 10. Lampiran 11. Lampiran 12. Lampiran 13. Lampiran 14. Perhitungan dosis ........................................................ 43 Pembuatan ekstrak bahan uji kombinasi ..................... 44 Perhitungan kadar air ekstrak etanol daun alpukat ..... 46 Perhitungan kadar air ekstrak etanol buah oyong ....... 48 Hasil determinasi simpilisia bahan uji daun alpukat ... 49 Hasil determinasi simpilisia bahan uji buah oyong..... 50 Sertifikat analisa Metformin HCl ................................ 51 Sertifikat analisa glukosa monohidrat ......................... 52 Uji statistik terhadap kadar glukosa darah seluruh hewan uji sebelum perlakuan (T0) ................ 54 Uji statistik terhadap kadar glukosa darah seluruh hewan uji setelah perlakuan (T30) ................ 56 Uji statistik terhadap kadar glukosa darah seluruh hewan uji tiga puluh menit setelah pemberian glukosa (Tg30) ......................................... 60 Uji statistik terhadap kadar glukosa darah seluruh hewan uji satu jam setelah pemberian glukosa (Tg60) .......................................... 64 Uji statistik terhadap kadar glukosa darah seluruh hewan uji satu setengah jam setelah pemberian glukosa (Tg90) ......................................... 68 Uji statistik terhadap kadar glukosa darah seluruh hewan uji dua jam setelah pemberian glukosa (Tg120) (SPSS 19) ...................... 72 xv Universitas Indonesia Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus atau penyakit gula darah adalah salah satu penyakit yang cukup menonjol di antara penyakit-penyakit lain seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, serta penyakit kanker. Diabetes melitus menjadi masalah kesehatan masyarakat, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga dunia. Hal ini dapat dilihat dengan jumlah penderita sebanyak 8,4 juta jiwa dan diperkirakan akan terus meningkat sampai 21,3 juta orang pada tahun 2030. Secara umum, hampir 80% prevalensi diabetes melitus adalah DM tipe 2 (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2010). Diabetes melitus merupakan sindrom klinis yang ditandai dengan hiperglikemia akibat kekurangan hormon insulin baik absolut maupun relatif (Wadkar, Magdum, Patil, & Naikwade, 2008). Gejala umum yang sering dialami oleh penderita adalah poliuria, polifagi, polidipsi, rasa lelah dan kelemahan otot (Corwin, 2008). Jika kadar gula darah terus meningkat sehingga tidak terkendali, lama kelamaan akan timbul komplikasi. Komplikasi tersebut meliputi mikrovaskular (retinopati, neuropati, nefropati) dan komplikasi makrovaskular (serangan jantung, stroke dan penyakit pembuluh darah perifer) (Price, 2000). Untuk memperkecil resiko makin parahnya penyakit dan menurunkan resiko komplikasi diabetes melitus, diperlukan penanganan terapi obat dan terapi tanpa obat (Departemen Kesehatan RI, 2005). Pengobatan diabetes melitus dapat dilakukan dengan pemberian insulin, obat antidiabetik oral, dan obat herbal (Wadkar, Magdum, Patil, & Naikwade, 2008). Insulin merupakan suatu hormon yang dihasilkan oleh sel β pankreas di dalam pulau Langerhans dan berperan mengontrol kadar glukosa darah. Penggunaan obat anti diabetes biasanya berlangsung lama dengan efek samping yang ditimbulkan cukup besar, sehingga biaya yang ditanggung oleh penderita secara keseluruhan juga besar. Oleh karena itu diperlukan suatu alternatif pengobatan yang harganya relatif murah dan 1 Universitas Indonesia Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 2 khasiatnya tidak berbeda jauh dengan obat sintetik. Salah satu alternatif pengobatan tersebut adalah penggunaan obat tradisional dari tanaman alami. Pemanfaatan tanaman obat di kalangan masyarakat sebagai obat tradisional bukanlah hal yang baru. Masyarakat Indonesia telah mengenal dan menggunakan obat tradisional sejak dulu kala sebagai warisan nenek moyang. Obat tradisional ini, baik berupa jamu maupun tanaman obat masih digunakan hingga saat ini. Karena dilihat dari kelebihan obat tradisional adalah efek sampingnya relatif rendah serta pada satu tanaman memiliki lebih dari satu efek farmakologi serta lebih sesuai untuk penyakit-penyakit metabolik dan degeneratif (Katno & Pramono, 2008). Pengobatan tradisional dengan menggunakan kombinasi ekstrak tanaman di sekitar kita dianggap sebagai cara baik untuk penyembuhan penyakit diabetes melitus, selain dapat memberikan efek sinergi, untuk meningkatkan potensi bahkan menambah daya khasiatnya dan juga ekonomis. Alpukat (Persea americana Mill) dikenal sebagai tanaman yang banyak manfaatnya, salah satunya adalah bagian daunnya. Daun alpukat mempunyai manfaat yang banyak terutama dalam dunia kesehatan, seperti antitusif, anti diabetes, dan pereda rasa sakit dan inflamasi pada penderita arthritis. Diduga kandungan flavonoid pada daun alpukat, memiliki aktivitas sebagai antidiabetes. Penelitian mengenai khasiat daun alpukat sebagai hipoglikemik telah dilakukan pada ekstrak air daun alpukat dengan dosis 100 mg/kg bb. (Antia, Okokon, & Okon, 2005). Oyong (Luffa acatagula (L.) Roxb) merupakan tanaman yang mudah tumbuh. Oyong memiliki aktivitas sebagai hepatoprotektif, antidiabetes, antioksidan, antijamur, dan antidepresi (Jyothi, Ambati, Jyothi Asha, 2010). Beberapa penelitian menyebutkan bahwa ekstrak metanol dan ekstrak air buah oyong efektif menurunkan kadar gula darah dan antihiperlipidemia pada dosis 200 mg dan 400 mg/kg bb, akan tetapi ekstrak metanol lebih baik dibandingkan ekstrak air buah oyong. (Piero, Ngugi et al, 2012) Berdasarkan hal tersebut akan dilakukan penelitian tentang efek diabetes dari kombinasi ekstrak etanol daun alpukat dan buah oyong. Sebagai model hiperglikemia digunakan mencit yang mengalami keadaan hiperglikemia setelah Universitas Indonesia Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 3 dibebani glukosa, sehingga diharapkan dapat memberikan informasi yang mendukung secara ilmiah dan dapat digunakan sebagai alternatif pengobatan diabetes. 1.2 Perumusan Masalah dan Ruang Lingkup Masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah apakah kombinasi ekstrak etanol daun alpukat (Persea americana Mill) dan ekstrak etanol buah oyong (Luffa acatangula (L.) Roxb.) memiliki efek hipoglikemik pada mencit putih jantan yang dibebani glukosa. Ruang lingkup penelitian ini mencakup farmakologi. 1.3 Jenis Penelitian dan Metode Jenis penelitian yang dikerjakan termasuk ke dalam jenis penelitian ekperimental. Penelitian ini menggunakan mencit putih jantan yang diberi kombinasi ekstrak etanol daun alpukat (Persea americana Mill) dan buah oyong (Luffa acatangula (L.) Roxb.) yang kemudian dibebani glukosa. Efek antidiabetes dari kombinasi ekstrak etanol daun alpukat dan buah oyong dievaluasi kadar glukosa darahnya pada menit ke 30, 60, 90 dan 120 setelah dibebani glukosa. 1.4 Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek penurunan kadar glukosa darah dari kombinasi ekstrak etanol daun alpukat dan buah oyong pada mencit putih jantan yang dibebani glukosa. 1.5 Hipotesis Pemberian kombinasi ekstrak daun alpukat dan ekstrak buah oyong memiliki efek antidiabetes pada mencit putih jantan yang dibebani glukosa. Universitas Indonesia Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Alpukat 2.1.1 Klasifikasi (Heyne, 1987) Divisi : Spermatophya Kelas : Dicotyledoneae Bangsa : Renales Suku : Lauraceae Marga : Persea Jenis : Persea americana Mill 2.1.2 Nama daerah dan nama asing Tanaman alpukat mempunyai nama lain yaitu avokat, advokat, apokat, adpokat, alpokat (Sumatera); apuket, alpuket (Sunda); apokat, avokat (Jawa); advocaat (Belanda); avokat (Prancis); ahuaca-te, aguacate (Spanyol), avocado (Inggris) (Rukmana, 2000). 2.1.3 Morfologi Tanaman alpukat berasal dari Amerika Tengah. Tumbuh di daerah tropis dan subtropik dengan curah hujan antara 1.800 mm sampai 4.500 mm tiap tahun. Pada umumnya tumbuhan ini cocok dengan iklim sejuk dan basah. Tumbuhan ini tidak tahan terhadap suhu rendah maupun tinggi, kelembaban rendah pada saat berbunga dan angin yang keras pada saat pembentukan buah. Di Indonesia, tanaman alpukat tumbuh pada ketinggian tempat antara 1 m sampai 1.000 m diatas permukaan laut (Departemen Kesehatan, 1978). Pohon alpukat memiliki ketinggian 3-10 m, berakar tunggang, batang berkayu, bulat, warnanya coklat kotor, bercabang banyak, serta ranting berambut halus. Daun tunggal, dengan tangkai yang panjangnya 1,5-5 cm, kotor, letaknya berdesakan di ujung ranting, bentuknya jorong sampai bundar telur memanjang, tebal seperti kulit, ujung dan pangkal runcing, namun terkadang agak 4 Universitas Indonesia Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 5 rmenggulung ke atas, bertulang rnenyirip, panjang 10-20 cm, lebar 3-10 cm, daun muda berwarna kemerahan dan berambut rapat, serta daun tua berwarna hijau dan gundul. Pohon ini berbunga majemuk, berkelamin dua, tersusun dalam malai yang keluar dekat ujung ranting, warnanya kuning kehijauan. Buah alpukat adalah buni, bentuk bola atau bulat telur, panjang 5-20 cm, warnanya hijau atau hijau kekuningan, berbintik-bintik ungu atau ungu sama sekali, berbiji satu, daging buah masak memiliki konsistensi lunak, warnanya hijau, kekuningan. Biji bulat seperti bola, diameter 2,5-5 cm, keping biji putih kemerahan (Yuniarti, 2008). 2.1.4 Kandungan kimia Kandungan kimia dari daging buah dan daun mengandung saponin, alkaloida dan flavonoid, selain itu juga buah mengandung tanin dan daunnya mengandung polifenol, quersetin, dan gula alkohol persiit (Yuniarti, 2008). Pada ekstrak air daun alpukat (Persea americana Mill) mengandung saponin, tanin, phlobatanin, flavonoid,alkaloid, polisakarida. (Antia, Okokon, & Okon, 2005). Penelitian lain pada ekstrak metanol pada daun alpukat mengandung steroid, tanin, saponin, flavonoid, alkaloid, fenol, antraquinon, triterpen (Asaolu et al, 2010) 2.1.5 Kegunaan Tanaman alpukat direkomendasikan untuk anemia, hiperkolesterolemia, hipertensi, kelelahan, radang lambung, ulkus saluran cerna (Antia,Okokon, & Okon, 2005). Infus daun alpukat telah diteliti secara invitro dapat menghambat replikasi adenovirus serta ekstrak air dan metanol daun alpukat dapat menghambat aktivitas antibakteri. Ekstrak air daun alpukat memiliki efek antihipertensi dan hasil dekok daun alpukat dapat meringankan diare, nyeri tenggorokan (Brai, Odetola, & Agomo, 2007). Universitas Indonesia Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 6 2.2 Tanaman Oyong (Luffa acutangula (L.) Roxb.) 2.2.1 Klasifikasi (Jyothi, Ambati, & Jyothi Asha, 2010 ; Gowtham, Kuppast, Mankani, 2012) Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Bangsa : Cucurbitales Suku : Cucurbitaceae Marga : Luffa Jenis : Luffa acutangula (L.) Roxb. Nama lain : Jhimani, Karvitarui, Karvituri, Sankirah, Rantorai (Hindi); Ridge gourd, Angled loofah, Chinese okra, Dishclothgourd, Ribbed loofah, Silk gourd, Silky gourd, Sinkwa towelsponge, Sinqua melon,Vegetable sponge (Inggris); Kahire, Kahi Heere, Naaga daali balli (Kannada). Nama daerah : Jinggi, Oyong (Sumatera); Timput (Palembang); Kimput (Sunda); Kacur (Jawa); Oyong (Jakarta); Jinggi, Petola (Maluku). 2.2.2 Morfologi Oyong (Luffa acutangula (L.) Roxb) merupakan tanaman memanjat yang cukup besar. Tumbuhan ini memiliki batang sulur. Daun dari tumbuhan ini berbentuk orbicular, berwarna hijau pucat dengan lebar 15-20 cm, menjari dengan 5-7 sudut atau lekukan, dan memiliki urat daun yang menonjol. Buah dari tumbuhan oyong berbentuk lonjong memanjang berwarna cokelat kekuningan pucat, dengan panjang 4-10 cm, diameter 2-4 cm, dan pada permukaan luarnya dikelilingi dengan 8-10 rusuk memanjang yang menonjol. Bagian buah terbagi dalam 3 bagian. Bagian dalam buah merupakan bagian yang berserat dan mudah dipisahkan secara sempurna dengan bagian luarnya. Buah ini memiliki rasa pahit, namun di Indonesia buah oyong memiliki rasa yang sedikit manis dan sejuk (Jyothi, Ambati, & Jyothi Asha, 2010). Universitas Indonesia Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 7 2.2.3 Ekologi, penyebaran dan budidaya Tumbuhan oyong tersebar di wilayah India, Cina, serta wilayah lain yang secara alami beriklim tropis dan subtropis. Tumbuhan ini mampu tumbuh pada semua jenis tanah dan dapat ditanam baik pada musim panas maupun pada musim hujan. Tumbuhan ini berkembang biak dengan biji. Bibit atau biji tumbuhan ini sebaiknya ditebarkan untuk ditanam pada bulan Februari-Maret atau Juni-Juli (Jyothi, Ambati, & Jyothi Asha, 2010). 2.2.4 Kandungan kimia Kandungan kimia utama oyong termasuk karbohidrat, karoten, lemak, protein, asam amino, alanin, arginin, sistin, asam glutamat, glisin, hidroksiprolin, serin, triptofan, asam pipekolat, flavonoid, dan saponin. Dalam buah oyong juga terdapat kandungan senyawa yang memberikan rasa pahit, yakni lufein. (Jyothi, Ambati, & Jyothi Asha, 2010 ; Gowtham, Kuppast, & Mankani, 2012) 2.2.5 Kegunaan Tanaman oyong memiliki aktivitas sebagai hepatoprotektif, antidiabetes, antioksidan, antijamur, antidepresi. (Jyothi, Ambati, & Jyothi Asha, 2010). Hasil dekoksi dari bagian sponge (gabus) oyong yang diberikan secara intraperitoneal ataupun subkutan dapat memiliki efek sebagai antiinflamasi, analgesik, dan transkuilizer pada tikus. Oyong juga dapat bermanfaat untuk menghilangkan jaringan kulit mati. Selain itu, buah oyong memiliki sifat sebagai demulsen, diuretik, serta kaya akan nutrisi (Rahman, Anisuzzaman, Ahmed, Islam, & Naderuzzaman, 2008). 2.3 Diabetes Mellitus Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau mengalihkan”. Melitus dari bahasa latin yang bermakna manis atau madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu yang mengalirkan volume urin yang banyak dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes melitus (DM) adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang Universitas Indonesia Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 8 disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin, atau keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskular dan makrovaskular (Wells, Dipiro J, Scwinghammer, & Dipiro C, 2009) 2.3.1 Gejala diabetes melitus (Corwin, 2008) a. Poliuria (peningkatan pengeluaran urin) karena air mengikuti glukosa yang keluar melalui urin. b. Polidipsia (peningkatan rasa haus) akibat volume urin yang sangat besar dan keluarnya air yang menyebabkan dehidrasi ekstra sel. Dehidrasi intrasel mengikuti dehidrasi ekstrasel karena air intrasel akan berdifusi keluar sel mengikuti penurunan gradien konsentrasi ke plasma yang hipertonik (konsentrasi tinggi). c. Rasa lelah dan kelemahan otot akibat katabolisme protein di otot dan ketidakmampuan sebagian besar sel untuk menggunakan glukosa sebagai energi. d. Polifagia (peningkatan rasa lapar) akibat keadaan pascaabsorptif yang kronis, katabolisme protein dan lemak, dan kelaparan relatif sel. 2.3.2 Klasifikasi (Wells, Dipiro J, Scwinghammer, & Dipiro C, 2009) Berdasarkan etiologinya, DM dapat dibedakan menjadi: (1) DM tipe 1, yaitu penyakit DM yang disebabkan karena adanya kerusakan sel β pankreas yang menyebabkan kekurangan sekresi insulin secara mutlak. Tipe ini sering disebut insulin dependent diabetes mellitus atau IDDM karena pasien mutlak membutuhkan insulin. Penderita DM tipe 1 kurang lebih 5-10% dari total penderita DM. (2) DM tipe 2, yaitu penyakit DM akibat resistensi insulin atau defisiensi relatif insulin atau gabungan keduanya. DM tipe 2 ini terjadi ketika gaya hidup dengan asupan kalori yang berlebihan, kurang olahraga, obesitas, dan adanya faktor genetik. Pada tipe 2 ini, tidak selalu dibutuhkan insulin, cukup ditangani dengan diet dan antidiabetik oral. Oleh sebab itu, tipe ini juga disebut non insulin dependent diabetes mellitus atau NIDDM. Penderita DM tipe 2 kurang lebih 90% dari kasus DM. Universitas Indonesia Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 9 (3) DM gestasional,yaitu penyakit DM yang terjadi pada saat kehamilan ataupun setelah kehamilan. (4) DM lainnya, yaitu penyakit DM yang tidak diketahui penyebabnya, seperti pada sindrom crushing, akromegali, pankreatitis, atau akibat penggunaan obat, (glukokortikoid, pentamidin, niacin, α-interferon). Keterangan lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Klasifikasi diabetes melitus No Diabetes Melitus 1 Tipe 1 2 Tipe 2 3 Tipe lain 4 Gestasional 5 Pra-Diabetes Keterangan Destruksi sel β, umumnya mengarah ke defisiensi insulin absolut akibat autoimun atau idiopatik Bervariasi, mulai yang predominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif, sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama resistensi insulin. Defek genetik fungsi sel β, defek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati, diabetes karena obat atau zat kimia, diabetes karena infeksi. Diabetes melitus yang muncul pada masa kehamilan, umumnya bersifat sementara, tetapi merupakan faktor risiko untuk DM tipe 2 IFG (Impaired Fasting Glucose) = GPT (Glukosa Puasa Terganggu), atau IGT (Impaired Glucose Tolerance) = TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) (sumber: Departemen Kesehatan RI, 2005) 2.3.3 Diagnosis (Departemen Kesehatan RI, 2005; Price, 2000). Apabila penderita telah menunjukkan gejala DM yang khas, hasil pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu > 200 mg/dl telah cukup untuk menegakkan diagnosis DM. Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah puasa > 126 mg/dl juga dapat digunakan sebagai patokan diagnosis DM (Tabel 2.2). Universitas Indonesia Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 10 Tabel 2.2 Kadar glukosa darah pada pasien normal, pradiabetes, dan diabetes melitus Glukosa darah puasa Glukosa darah postprandial Kelompok (mg/dl) (mmol/l) (mg/dl) (mmol/l) Normal < 100 < 5,6 < 140 < 7,8 Pradiabetes 100–125 5,6–6,9 140–199 7,8–11,1 Diabetes Melitus ≥ 126 ≥ 7,0 ≥ 200 ≥ 11,1 (Sumber: DiPiro, Talbert, Yees, Matzke, Wells, & Posey, 2005) Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis diabetes melitus antara lain adalah pemeriksaan urin untuk mendeteksi adanya glukosuria, pemeriksaan darah yang meliputi glukosa darah puasa, glukosa darah sewaktu, tes toleransi glukosa oral (TTGO), glukosa darah kapiler, dan tes glikohemoglobin (HbA1c) (Porth & Matfin, 2009). 2.3.4 Terapi nonfarmakologis 2.3.4.1 Diet Diet yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang. Asupan serat sangat penting bagi penderita diabetes, disamping akan menolong menghambat penyerapan lemak, makanan berserat yang tidak dapat dicerna oleh tubuh juga dapat membantu mengatasi rasa lapar yang sering dirasakan penderita DM (Departemen Kesehatan RI, 2005). 2.3.4.2 Olahraga Olahraga secara teratur dapat menurunkan dan menjaga kadar glukosa darah tetap normal karena dapat memperbanyak jumlah dan meningkatkan aktivitas reseptor insulin dalam tubuh, serta meningkatkan penggunaan glukosa (Departemen Kesehatan RI, 2005) selain itu dapat menurunkan lemak tubuh, mengontrol berat badan (Porth & Matfin, 2009). Universitas Indonesia Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 11 2.3.5 Terapi farmakologis 2.3.5.1 Insulin Mekanisme kerja insulin dalam menurunkan kadar glukosa darah dengan menstimulasi pengambilan glukosa perifer dan menghambat produksi glukosa hepatik (Sukandar et al, 2008). Terapi insulin mutlak bagi penderita DM Tipe 1 karena sel β Langerhans pankreas penderita rusak, sehingga tidak lagi dapat memproduksi insulin. Sebagai penggantinya, maka penderita DM Tipe 1 harus mendapat insulin eksogen untuk membantu agar metabolisme karbohidrat di dalam tubuhnya dapat berjalan normal. Insulin juga diberikan pada penderita DM Tipe 2 yang kadar glukosa darahnya tidak dapat dikendalikan dengan diet dan antidiabetik oral, DM pascapankreatektomi, DM gestasional, DM dengan berat badan yang menurun cepat, DM dengan komplikasi akut, DM dengan ketoasidosis, atau komplikasi lain sebelum tindakan operasi (DM tipe 1 dan 2). Penderita DM yang mendapat nutrisi parenteral untuk memenuhi kebutuhan energinya yang meningkat, juga memerlukan insulin eksogen secara bertahap untuk mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal (Departemen Kesehatan RI, 2005; Suherman, 2007). Insulin tersedia dalam bentuk injeksi melalui rute intravena, intramuskular, dan subkutan. Rute subkutan paling banyak digunakan untuk jangka panjang. Pemberian insulin tidak dapat diberikan melalui oral karena dapat dipecah oleh enzim pencernaan. Kebutuhan insulin pada pasien DM umumnya berkisar antara 5-150 U sehari bergantung pada keadaan pasien (Suherman, 2007). Terdapat berbagai jenis sediaan insulin yang berbeda dalam hal mula kerja (onset) dan masa kerjanya (durasi). Sediaan insulin untuk terapi dapat digolongkan menjadi beberapa kelompok (Porth & Matfin, 2009; Wells, Dipiro J, Scwinghammer, & Dipiro C, 2009) a) Insulin masa kerja singkat (Short-acting Insulin) b) Insulin masa kerja sedang (Intermediate-acting). c) Insulin masa kerja sedang dengan mula kerja cepat. d) Insulin masa kerja panjang (Long-acting insulin). e) Insulin premixed Universitas Indonesia Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 12 2.3.5.2 Antidiabetik oral a. Sulfonilurea Dikenal dua generasi sulfonilurea, generasi pertama terdiri dari tolbutamid, asetoheksimid, dan klorpropamid. Generasi berikutnya memiliki potensi hipoglikemik lebih besar, antara lain gliburid atau glibenklamid, glipizid, glikazid, dan glimepirid. Mekanisme kerja sulfonilurea yaitu dengan merangsang sekresi hormon insulin dari granul sel-sel β Langerhans pankreas. Interaksinya dengan ATPsensitive K channel pada membran sel-sel β menimbulkan depolarisasi membran dan keadaan ini akan membuka kanal Ca. Dengan terbukanya kanal Ca, maka ion Ca2+ akan masuk ke dalam sel β kemudian merangsang granula yang berisi insulin dan akan terjadi sekresi insulin. Pada penggunaan jangka panjang atau dosis yang besar dapat menyebabkan hipoglikemia (Porth & Matfin, 2009; Suherman, 2007). Sulfonilurea generasi kedua umumnya memiliki potensi hipoglikemiknya hampir 100 kali lebih besar daripada generasi pertama. Meski waktu paruhnya pendek, hanya sekitar 3-5 jam, efek hipoglikemiknya dapat berlangsung 12-24 jam, sehingga cukup diberikan satu kali sehari. b. Meglitinid Mekanisme kerja sama seperti sulfonilurea tetapi struktur kimianya sangat berbeda. Masa paruhnya relatif cepat sehingga perlu diberikan beberapa kali sehari. Umumnya obat golongan ini dikombinasikan dengan obat antidiabetik oral lainnya. Efek samping utamanya hipoglikemia dan gangguan saluran cerna. Contoh obat golongan ini adalah repaglinid dan netaglinid (Suherman, 2007). Karena tidak mengandung sulfur, meglitinid dapat digunakan untuk pasien DM tipe 2 yang alergi terhadap sulfur atau sulfonilurea. c. Biguanid Obat golongan ini bekerja meningkatkan sensitivitas reseptor insulin pada jaringan otot dan hepatik, sehingga terjadi peningkatan ambilan glukosa ke dalam sel dan mengurangi terjadinya glukoneogenesis. Biguanid tidak merangsang sekresi insulin dan umumnya tidak menyebabkan hipoglikemia sebagai efek Universitas Indonesia Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 13 sampingnya. Obat golongan ini hanya satu yang beredar, yaitu metformin. Dosis metformin ialah 1–3 g sehari dibagi dalam dua atau tiga kali pemberian. Dosis awal pemberian adalah 500 mg. Efek samping yang dapat terjadi yaitu perut kembung, mual, muntah, diare dan anoreksia. Obat ini menekan nafsu makan hingga berat badan tidak meningkat, sehingga baik diberikan pada penderita yang overweight. (Porth & Matfin, 2009). Metformin dikontraindikasikan pada pasien gangguan ginjal, hati, hipoksemia, dan dehidrasi. Metformin diperkirakan 50%-60% bioavalabilitasnya oral, kelarutannya dalam lipid rendah, dan volume distribusinya pada cairan tubuh. Metformin dieliminasi melalui sekresi tubular ginjal dan filtrasi glomerulus. Waktu paruh metformin rata-rata adalah 6 jam, meskipun secara farmakodinamik, efek antihiperglikemik pada metformin > 24 jam. d. Tiazolidindion (Glitazon) Mekanisme kerja dari tiazolidindion adalah mengurangi resistensi insulin. Mekanismenya terkait dengan regulasi dari gen yang terlibat dalam metabolisme glukosa dan lemak. Selain itu, obat ini juga menurunkan glukoneogenesis di hati. Contoh obat golongan ini rosiglitazon dan pioglitazon (Suherman, 2007). e. Penghambat α-glukosidase Senyawa-senyawa penghambat α-glukosidase bekerja menghambat αglukosidase yang terdapat pada dinding usus halus yang sehingga mencegah penguraian sukrosa dan karbohidrat kompleks dalam usus halus dengan demikian memperlambat dan menghambat penyerapan karbohidrat (Sukandar et al, 2008). Karena kerjanya tidak mempengaruhi sekresi insulin, maka tidak akan menyebabkan efek samping hipoglikemia. Contoh golongan obat ini adalah akarbose dan miglitol. Obat ini efektif pada pasien dengan diet tinggi karbohidrat dan dapat digunakan sebagai monoterapi pada DM usia lanjut atau DM yang glukosa postprandialnya sangat tinggi. (Suherman, 2007). Universitas Indonesia Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 14 f. Terapi berbasis inkretin Hormon inkretin adalah hormon yang dihasilkan epitel usus yang berfungsi dalam glukoregulator. Inkretin bekerja dengan menstimulasi sekresi insulin di sel beta pankreas. Untuk individu normal, jumlah inkretin kira-kira 2060% dari sekresi insulin setelah makan. Inkretin terdiri atas dua macam, yaitu GLP-1 (glucagone like peptide-1) dan GIP (glucose-dependent isulinotropic polypeptide). GLP-1 berikatan dengan reseptor sel β di pankreas sehingga memiliki efek meningkatkan sekresi insulin, menekan sekresi glukagon, meningkatkan proliferasi sel β, dan menjaga sel β agar resisten terhadap apoptosis. Namun, GLP-1 sangat cepat didegradasi oleh enzim DPP IV sehingga mempunyai waktu paruh yang sangat singkat, yaitu 1-2 menit. Terdapat 2 kategori senyawa yang dikembangkan dalam terapi berbasis inkretin, yaitu GLP-1 mimetik, contohnya exenatide dan liragutide, serta penghambat DPP IV, contohnya sitagliptin dan vildagliptin (Nicolucci & Rossi, 2008). 2.4 Metode Uji Efek Diabetes Keadaan diabetes mellitus dapat diinduksi dengan cara pankreaktomi dan pemberian zat kimia. Zat kimia sebagai induktor (diabetogen) bisa digunakan aloksan, streptozotozin, diaksosida, adrenalin, glukagon, EDTA (Suharmiati, 2003). Selain itu dapat digunakan metode uji toleransi glukosa, dimana tubuh dibebani glukosa untuk mengetahui kemampuan tubuh untuk menggunakan glukosa. (Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica, 1993). 2.4.1 Metode uji diabetes aloksan Aloksan merupakan derivat urea yang menyebabkan nekrosis selektif pada sel beta pankreas. Aloksan digunakan untuk membuat diabetes pada hewan uji seperti kelinci, tikus, anjing. Prinsip metode ini yaitu pemberian aloksan secara parenteral. Hewan uji yang berbeda dengan kondisi yang berbeda akan menghasilkan dosis yang berbeda, sehingga uji pendahuluan tetap dilakukan untuk menetapkan dosis aloksan. Dosis tunggal 140–180 mg/kg dapat digunakan untuk semua jenis hewan uji. Aloksan diberikan dalam larutan konsentrasi 5% b/v Universitas Indonesia Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 15 dan diinjeksikan secara intravena melalui vena telinga kelinci atau secara intraperitoneal untuk tikus dan mencit (Etuk, 2010). 2.4.2 Metode tes toleransi glukosa peroral (TTGO) Toleransi glukosa adalah kemampuan tubuh untuk menggunakan glukosa. Pengujian dilakukan dengan memberikan beban glukosa untuk melihat pengaruh terhadap toleransi glukosa. Pada pengujian ini, hiperglikemia hanya berlangsung beberapa jam setelah pemberian glukosa sebagai diabetogen. Prinsip metode ini adalah hewan uji dipuasakan selama 16-20 jam tetapi tetap diberi minum, kemudian diambil cuplikan darah vena lalu diberikan sediaan obat yang diuji secara oral. Setengah hingga satu jam setelah pemberian sediaan obat, hewan uji diberikan larutan glukosa secara oral. Pengambilan cuplikan darah vena diulangi setelah perlakuan pada waktu-waktu tertentu. 2.5 Metode pemeriksaan kadar glukosa darah Pemeriksaan kadar glukosa darah dapat ditentukan dengan tiga macam metode, yaitu: metode oksidasi reduksi, metode kondensasi, dan metode enzimatik. 2.5.1 Metode reduksi-oksidasi Pengukuran glukosa berdasarkan pada sifatnya sebagai zat pereduksi dalam larutan alkali panas. Metode ini tidak spesifik karena adanya zat-zat non glukosa lain juga bersifat mereduksi. 2.5.2 Metode enzimatik Metode ini menggunakan enzim-enzim yang bekerja secara spesifik pada glukosa. Metode ini menggunakan enzim-enzim yang bekerja secara spesifik pada glukosa sehingga memberikan hasil yang relatif lebih cepat dibandingkan dengan metode lainnya. Metode ini diantaranya adalah metode heksokinase, glukosa oksidase, dan glukosa dehidrogenase. Universitas Indonesia Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 16 Penggunaan alat glukometer merupakan salah satu contoh aplikasi pemeriksaan kadar glukosa darah menggunakan metode ini, dimana strip uji mengandung enzim pengoksidasi glukosa yang akan bereaksi dengan glukosa darah (Roche, 2009). Dengan menggunakan alat glukometer, hanya dibutuhkan sejumlah kecil sampel darah (1-2 µL) yang diaplikasikan pada strip yang digunakan secara sekali pakai. Pada strip glukometer sudah terkandung suatu enzim oksidoreduktase bersama-sama dengan koenzim atau kofaktor atau enzim penyerta yang sesuai dan suatu mediator yang bergantung pada prinsip pengukuran yang dipilih (fotometri atau elektrokimia). Prinsip kerja dari alat ini yaitu pada strip terdapat enzim yang secara spesifik bereaksi pada glukosa. Enzim tersebut akan mengoksidasi glukosa menjadi glukonolakton sehingga akan dilepaskan elektron akibat dari reaksi ini. Elektron yang dihasilkan ditransfer ke mediator, mengakibatkan terjadinya proses reduksi mediator dari bentuk teroksidasi menjadi bentuk tereduksinya. Mediator akan teroksidasi kembali dan mengirinkan elektron ke elektroda untuk pengukuran secara elektrokimia, atau ke molekul indikator yang akan mengalami perubahan warna. Pengukuran dapat dilakukan secara elektrokimia dan fotometri (Hones, Muller &Surrige, 2008). Glukosa Mediatoroks (Quinoneimine) 2 elektron Elektroda Indikator (Phosphomolybdic) GDH Glukonolakton PQQ Mediatorred (Phenylendiamine) (Sumber: Hones, Muller &Surrige, 2008, telah diolah kembali) Gambar 2.1. Skema reaksi umum yang terjadi pada strip Accu-chek active® Keterangan: GDH PQQ : Glucose dehydrogenase (glukosa dehidrogenase) : Pyrrolo Quinoline Quinone (Pirrolo Kuinolin Kuinon) Prinsip pengukuran pada Accu-Chek Active® menggunakan metode fotometri. Pengukuran fotometri dilakukan dengan pemaparan cahaya dari dioda. Universitas Indonesia Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 17 Sebagian dari pantulan cahaya sampai pada fotodetektor yang kemudian dikonversi menjadi arus. Produk reaksi yang terjadi tidak berubah setelah pengukuran (Hones, Muller, & Surridge, 2008). 2.5.3 Metode kondensasi (metode o-toluidin) (World Health Organization, 2003; Dubowsky, 2008) Senyawa amin aromatik seperti o-toluidin, asam p-aminobenzoat, asam paminosalisilat dan m-aminofenol dapat bereaksi dengan glukosa dalam larutan asam yang panas, dan membentuk produk berwarna. Senyawa amin aromatik yang banyak digunakan untuk penentuan kadar glukosa adalah o-toluidin Prinsip dari metode ini, yaitu protein yang terdapat dalam darah diendapkan terlebih dahulu dengan asam trikloroasetat. Kemudian dilakukan sentrifugasi untuk memisahkan supernatan dan endapan. Glukosa yang terdapat dalam supernatan yang jernih kemudian akan direaksikan dengan o-toluidin yang merupakan amin aromatis primer dalam pelarut asam asetat glasial panas yang akan memberikan warna hijau - biru. O-toluidin berkondensasi dengan gugus aldehida pada glukosa membentuk suatu campuran kromogen hijau - biru dengan panjang gelombang maksimum sekitar 630 nm Pengukuran serapan dilakukan menggunakan spektrofotometer UV-vis. Universitas Indonesia Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi Departemen Farmasi FMIPA Universitas Indonesia selama empat bulan, sejak Februari hingga Mei 2012. 3.2 Bahan 3.2.1 Hewan uji Hewan uji yang digunakan pada penelitian ini adalah mencit putih jantan galur ddY berumur kurang lebih 5-6 minggu dengan berat badan ± 20 gram sebanyak 24 ekor. Hewan uji diperoleh dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Cibinong. Mencit betina tidak diikutsertakan dalam penelitian ini karena dikhawatirkan siklus hormonalnya dapat berpengaruh pada kadar glukosa yang akan diukur. Hormon estrogen dan progestin yang terdapat pada tikus betina diketahui bersifat antagonis terhadap hormon insulin (Suherman, 2007). 3.2.2 Bahan uji Bahan uji yang digunakan adalah daun alpukat yang diperoleh di daerah Depok dan sekitarnya kemudian di determinasi di Herbarium Bogorinse, Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi-LIPI Cibinong (Lampiran 5). Daun alpukat kemudian dibuat menjadi ekstrak etanol oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Serpong (Gambar 3.1). Sedangkan ekstrak buah oyong (Gambar 3.2) dibuat dari serbuk kering buah oyong dengan usia sekitar 2 bulan yang diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik dan dideterminasi oleh pusat penelitian dan pengembangan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bogor (Lampiran 6). 18 Universitas Indonesia Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 19 3.2.3 Bahan kimia Bahan kimia yang digunakan antara lain, aquadest, glukosa monohidrat ® (merck), glukostrip Accu-Check Active (Roche), metformin HCl (Clinisindo Laboratories), CMC-Na, alkohol 70 %. 3.3 Alat Sonde lambung, timbangan analitik (Ohauss), timbangan tikus (And), spuit (BD), alat-alat gelas (pyrex), Accu Check Active (Roche), surgical blade (General Care), perangkap mencit. 3.4 Prosedur kerja 3.4.1 Penyiapan hewan uji Mencit diaklimatisasi selama ±1 minggu di kandang hewan Departemen Farmasi FMIPA-UI. Aklimatisasi bertujuan agar tikus beradaptasi dengan lingkungan baru dan meminimalisasi efek stres pada mencit yang dapat berpengaruh pada metabolismenya dan dapat mengganggu penelitian. Setiap mencit diberi makan dan minum serta ditimbang berat badannya secara rutin. Mencit yang digunakan dalam penelitian harus sehat dengan tanda-tanda bulu tidak berdiri, warna putih bersih, mata jernih, tingkah laku normal, dan mengalami peningkatan berat badan dalam batas tertentu yang diukur secara rutin. 3.4.2 Penetapan dosis 3.4.2.1 Ekstrak daun alpukat dan buah oyong Dosis daun alpukat yang digunakan adalah 100mg/kg bb (Antia, Okokon, & Okon, 2010) dan dosis buah oyong yaitu 200mg/kg bb (Gowtham, Kuppast, & Mankani, 2012). Perhitungan dosis secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 1. Variasi dosis yang diberikan untuk kombinasi terdapat dalam Tabel 3.1 Universitas Indonesia Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 20 Tabel 3.1. Perbandingan dosis daun alpukat dan buah oyong untuk pemberian kombinasi Kombinasi Dosis Daun Alpukat 1 50 mg/kg bb 2 100 mg/kg bb Buah oyong 200 mg/kg bb 3.4.2.2 Metformin HCl Dosis metformin HCl yang digunakan pada manusia adalah 500 mg diberikan dalam bentuk suspensi dengan CMC (Carboxymethylcellulose), yang dikonversikan yaitu dosis untuk setiap 20 g bb mencit setara dengan 0,0026 kali dosis manusia dan dikalikan faktor farmakokinetika 10, sehingga dosis yang digunakan adalah 13 mg/20 g bb. Sertifikat analisis metformin HCl dapat dilihat pada Lampiran 7. 3.4.2.3 Dosis Glukosa Yang Diberikan Dosis glukosa yang diberikan sebesar 2 g/kg bb. Karena yang digunakan glukosa monohidrat, maka dilakukan perhitungan berdasarkan perbandingan berat molekul. Sertifikat analisis glukosa monohidrat dapat dilihat pada Lampiran 8. 3.4.3 Penyiapan larutan uji 3.4.3.1 Pembuatan larutan glukosa 20% Glukosa monohidrat ditimbang sebanyak 2000 mg kemudian dilarutkan dalam 10 ml aquadest. 3.4.3.2 Pembuatan suspensi metformin HCl Metformin HCl disuspensikan dengan menimbang 208 mg dan ditambahkan volumenya dengan CMC (Carboxymethylcellulose) 0,5% hingga 8 ml sambil dihomogenkan. Universitas Indonesia Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 21 3.4.3.3 Pembuatan suspensi ekstrak etanol daun alpukat dan buah oyong Sediaan ekstrak etanol sesuai dosis yang digunakan disuspensikan dengan CMC (Carboxymethylcellulose) 0,5%. Pembuatan suspensi dibuat dari dosis tertinggi yaitu 100 mg/kg bb. Dosis 50 mg/kg bb diperoleh dengan cara mengencerkan dari dosis 100 mg/kg bb. Ekstrak buah oyong dihitung dahulu rendemen ekstrak yang didapat. Pembuatan suspensi ekstrak oyong dibuat dengan dosis 200 mg/kg bb dengan dikalikan hasil rendemen yang didapat. Suspensi bahan uji yang telah siap kemudian diberikan peroral ke hewan uji dengan volume sesuai dengan berat badan. Keterangan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2. 3.4.4 Pelaksanaan Percobaan Percobaan ini menggunakan rancangan penelitian desain acak lengkap, dimana hewan uji dibagi dalam 6 kelompok perlakuan di mana jumlah ulangan tiap kelompok dihitung berdasarkan rumus Federer (Hidayat, 2010) (n - 1)(t - 1) ≥15 (n - 1)(6 - 1) ≥ 15 (n - 1)(5) ≥15 t = kelompok perlakuan n = jumlah sampel perkelompok perlakuan 5n – 5 ≥ 15 5n ≥ 20 n≥4 Sehingga jumlah tikus minimum yang digunakan ialah 4 ekor tiap kelompok perlakuan. Pada penelitian ini menggunakan 24 ekor mencit putih jantan yang dibagi secara acak ke dalam 6 kelompok. Perlakuan untuk masing-masing kelompoknya dapat dilihat pada Tabel 3.2. Universitas Indonesia Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 22 Tabel 3.2 Perlakuan pada masing-masing kelompok No Kelompok Jumlah mencit (ekor) 1 Kontrol normal 4 2 Kontrol pembanding 4 3 Daun alpukat 100 mg/kg bb 4 Buah oyong 200 mg/kg bb Kombinasi 1 5 6 Kombinasi 2 4 4 4 Perlakuan Diberi larutan CMC 0,5% 0.5 ml/20 g bb, kemudian dibebani glukosa 2 g/kg bb Diberi metformin HCl 13 mg/ 20 g bb, kemudian dibebani glukosa 2 g/kg bb Diberi ekstrak daun alpukat dosis 100 mg/kg bb dengan CMC 0,5% sebagai pensuspensi, kemudian dibebani glukosa 2 g/kg bb Diberi ekstrak buah oyong dosis 200 mg/kg bb dengan CMC 0,5% sebagai pensuspensi, kemudian dibebani glukosa 2 g/kg bb Diberi ekstrak daun alpukat dosis 50 mg/kg bb dan buah oyong 200 mg/kg bb dengan CMC 0,5% sebagai pensuspensi, kemudian dibebani glukosa 2 g/kg bb Diberi ekstrak daun alpukat dosis 100 mg/kg bb dan buah oyong 200 mg/kg bb dengan CMC 0,5% sebagai pensuspensi, kemudian dibebani glukosa 2 g/kg bb Awalnya hewan uji dipuasakan selama 16 jam dengan tetap diberi minum, puasa dilakukan untuk memperoleh kadar glukosa darah puasa sebagai kadar glukosa darah awal. Selain itu, puasa juga dilakukan untuk meminimalisir pengaruh dari zat–zat yang terdapat dalam makanan yang mungkin dapat mempengaruhi hasil penelitian. Kemudian darah diambil melalui vena ekor mencit dan diukur kadar glukosa darah puasanya sebagai kadar glukosa darah puasa awal. Setelahnya hewan uji dari tiap-tiap kelompok diberi perlakuan bahan uji seperti yang tertera pada tabel 3.2. Tiga puluh menit setelah pemberian bahan uji, pengukuran kadar glukosa darah dilakukan kembali sebagai kadar glukosa darah tiga puluh menit setelah pemberian larutan uji (T30). Hewan uji kemudian diberikan larutan glukosa Universitas Indonesia Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 23 20 % dengan dosis 2 g/kg bb secara peroral. Cuplikan darah diambil pada menit 30, 60, 90, 120 setelah pemberian glukosa (Tg30, Tg60, Tg90, dan Tg120). Tabel 3.3. Skema perlakuan setiap kelompok hewan uji Perlakuan Kelompo Setelah dipuasaka n 16 jam k T0 T30 Tg30 Tg60 Tg90 Tg120 Pemberia n bahan uji Pengukura n kadar glukosa darah 30 menit dan pemberian larutan glukosa 20% Cuplika n darah diambil pada menit 30 Cuplika n darah diambil pada menit 60 Cuplika n darah diambil pada menit 90 Cuplika n darah diambil pada menit 120 KN KP Pengukura n kadar glukosa darah puasa DA DO KE1 KE2 Keterangan: KN = Kontrol normal, diberi larutan CMC 0,5% 0.5 ml/20 g bb, kemudian dibebani glukosa 2 g/kg bb; KP = Kontrol pembanding, diberi metformin HCl 13 mg/ 20 g bb, kemudian dibebani glukosa 2 g/kg bb; DA = Dosis alpukat, diberi ekstrak daun alpukat dosis 100 mg/kg bb, kemudian dibebani glukosa 2 g/kg bb; DO = Dosis oyong, diberi ekstrak buah oyong dosis 200 mg/kg bb, kemudian dibebani glukosa 2 g/kg bb; KE1 = Kombinasi ekstrak 1, diberi ekstrak daun alpukat dosis 100 mg/kg bb dan buah oyong 200 mg/kg bb, kemudian dibebani glukosa 2 g/kg bb; KE2 = Kombinasi ekstrak 2, diberi ekstrak daun alpukat dosis 50 mg/kg bb dan buah oyong 200 mg/kg bb, kemudian dibebani glukosa 2 g/kg bb. 3.4.5 Pengukuran Kadar Glukosa Darah Pengukuran kadar glukosa darah dilakukan dengan alat glukometer AccuChek Active® (Gambar 3.3). Strip dimasukkan ke dalam slot yang terdapat pada alat sampai alat menyala dan pada layar terdapat tanda tetesan darah yang menunjukkan strip siap untuk diteteskan darah. Hewan uji kemudian dimasukkan ke perangkap yang sudah dipersiapkan. Bagian dari ekor mencit kemudian. dibasuh dengan alkohol 70 %, kemudian ditoreh secara melintang dengan pisau bedah hingga terbentuk luka kecil. Darah yang keluar kemudian diaplikasikan pada bagian berwarna kuning di strip. Hasil yang keluar pada layar digital dari glukometer merupakan kadar glukosa yang dicari. Pengukuran kadar glukosa darah dilakukan dengan menggunakan alat glukometer Accu–Chek Active®. Pada metode uji toleransi glukosa, pengambilan darah dilakukan berkali–kali dalam waktu yang relatif singkat. Karena Universitas Indonesia Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 24 menggunakan sampel darah yang jauh lebih sedikit, waktu pengambilan sampel sampai pengukuran jauh lebih singkat. 3.4.6 Perhitungan Efektifitas Penurunan Kadar Glukosa Darah 3.4.6.1 Perhitungan Persentase Penurunan Kadar Glukosa Darah Persentase penurunan (%) dihitung dengan menggunakan rumus: x kadar glukosa darah kontrol normal - x kadar glukosa darah yang ingin dihitung %= x 100 % x kadar glukosa normal 3.4.6.2 Perhitungan Efektifitas Penurunan Kadar Glukosa Darah Kelompok Uji Dibandingkan Dengan Metformin HCl Efektifitas (%) dihitung dengan menggunakan rumus: % efektifitas = % Efektifitas Kelompok Bahan Uji % Kadar Glukosa Metformin HCl 3.4.7 x 100% Pengolahan Data Data diolah secara statistik dengan menggunakan SPSS. Analisis yang digunakan adalah uji distribusi normal (uji Shapiro-Wilk), uji homogenitas (uji Levene). Apabila data yang diperoleh terdistribusi normal dan homogen, maka uji selanjutnya yang dilakukan adalah uji parametrik ANOVA untuk melihat apakah terdapat perbedaan signifikan antar kelompok. Jika terdapat perbedaan, dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) untuk melihat kelompok mana yang berbeda. Apabila diperoleh data yang tidak terdistribusi normal atau tidak homogen, maka dilanjutkan dengan uji nonparametrik Kruskal–Wallis. Apabila terdapat perbedaan yang signifikan, dilakukan dengan uji Mann–Whitney untuk melihat kelompok yang mana berbeda. Universitas Indonesia Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini digunakan hewan uji mencit putih jantan galur ddY yang telah terlebih dahulu diaklimatisasi selama satu minggu agar dapat menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan yang baru. Pemilihan mencit jantan dilakukan dengan pertimbangan mencit mempunyai sensitivitas yang tinggi dibandingkan hewan uji lainnya terhadap uji antidiabetes dan juga mencit jantan tidak dipengaruhi oleh faktor homonal seperti halnya mencit betina. Pada penelitian ini,hewan uji dibagi dalam enam kelompok, satu kelompok normal, satu kelompok kontrol pembanding, dua kelompok dosis tunggal ekstrak, dan dua kelompok dosis kombinasi ekstrak. Metformin HCl digunakan sebagai kontrol pembanding karena mekanisme kerjanya yang dapat menurunkan kadar glukosa darah melalui peningkatan sensitivitas insulin pada jaringan perifer dan hepatik sehingga meningkatkan ambilan glukosa pada jaringan tersebut (Suherman, 2007) Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji toleransi glukosa oral (TTGO) yaitu mengukur kemampuan tubuh untuk menggunakan glukosa masuk ke dalam jaringan. Metode ini dipilih karena waktu perlakuan yang singkat sehingga relatif lebih mudah dilakukan, jika dibandingkan dengan metode induksi lainnya. Pada metode uji toleransi glukosa, sampel darah yang dibutuhkan hanya sedikit, yang diambil melalui ekor dengan cara ditusuk pada pembuluh darah vena hewan uji. Pengukuran dilakukan dengan interval 30 menit, sebab diharapkan absorbsi glukosa ke dalam jaringan dapat diamati dengan baik. Pada data yang diperoleh, semua data terdistribusi normal dan homogen. Kadar glukosa darah rata-rata seluruh kelompok ditunjukkan pada Tabel 4.1, dimana berdasarkan kadar glukosa darah rata-rata dibuat kurva toleransi glukosa oral (Gambar 4.1) 25 Universitas Indonesia Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 26 Tabel 4.1 Kadar glukosa darah rata-rata (mg/dL) dari seluruh kelompok uji pada masing-masing waktu Waktu Kadar Glukosa Darah (mg/dL) DA DO KN KP KE 1 KE 2 T0 67±9,01 58,7±4,78 69,2±10,14 61,5±8,66 73,2±10,62 76,5±15,79 T30 82,7±11,26 65,5±14,54 83,2±13,47 92,5±4,65 101,5±18,80 89±14,60 Tg30 264,2±26,98 63±24,39** 247,6±16,45 250,2±14,47 221,5±30,35* 253,7±20,11 Tg60 214±30,73 39,7±9,42** 171,2±13,07* 166±17,35* 205,5±14,86 176,7±16,53* Tg90 154,2±16,47 42±10,61** 138,2±21,18 125,2±18,67* 147,7±14.86 138,7±20,21 Tg120 137,2±12,89 70±8,83** 119,2±14,99 112,5±12,12* 130±5,22 112,2±18,89 *bermakna signifikan secara statistik, p < 0,05 dibandingkan kontrol normal, n= 4 (ANOVA) ** bermakna signifikan secara statistik, p < 0,001 dibandingkan kontrol normal, n= 4 (ANOVA) Keterangan : T0 = Kadar glukosa darah sebelum perlakuan; T30 = Kadar glukosa darah setengah jam setelah perlakuan; Tg30 = Kadar glukosa darah setengah jam setelah pemberian glukosa; Tg60 = Kadar glukosa darah satu jam setelah pemberian glukosa ; Tg90 = Kadar glukosa darah satu setengah jam setelah pemberian glukosa; Tg120 = Kadar glukosa darah dua jam setelah pemberian glukosa; DP = Dosis pembanding, diberi metformin 13mg/ 20 g, kemudian dibebani glukosa 2 g/kg bb; DA = Dosis alpukat, diberi ekstrak daun alpukat dosis 100 mg/kg bb, kemudian dibebani glukosa 2 g/kg bb; DO = Dosis oyong, diberi ekstrak buah oyong dosis 200 mg/kg bb, kemudian dibebani glukosa 2 g/kg bb; KE1 = Kombinasi ekstrak 1, diberi ekstrak daun alpukat dosis 100 mg/kg bb dan buah oyong 200 mg/kg bb, kemudian dibebani glukosa 2 g/kg bb; KE2 = Kombinasi ekstrak 2 diberi ekstrak daun alpukat dosis 50 mg/kg bb dan buah oyong 200 mg/kg bb, kemudian dibebani glukosa 2 g/kg bb. Kadar Glukosa Darah (mg/dL) 300 Normal 250 Pembanding 200 Dosis alpukat 150 Dosis Oyong 100 KE 1 KE 2 50 0 T0 T30 Tg30 Tg60 Tg90 Tg120 Waktu (menit) Gambar 4.1. Kurva kadar glukosa darah rata-rata seluruh kelompok perlakuan pada masing-masing waktu Universitas Indonesia Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 27 4.1. Kadar Glukosa Darah Sebelum Perlakuan (T0) Hasil pengukuran kadar glukosa darah rata-rata pada T0 memberikan hasil diantara 58,7 – 76,5 mg/dL. Setelah dilakukan statistik ANOVA satu arah pada kadar glukosa darah puasa sebelum perlakuan (T0) diamati bahwa kadar glukosa darah antar masing-masing kelompok tidak berbeda bermakna antar kelompok (p > 0,05). Hal ini dapat diamati karena seluruh hewan uji dipuasakan dengan waktu yang sama sebelum perlakuan, sehingga diperoleh kadar glukosa darah puasa yang kurang lebih sama untuk seluruh kelompok uji. 4.2. Kadar Glukosa Darah Setengah Jam Setelah Perlakuan (T30) Pada T30 diperoleh kadar glukosa darah rata-rata dengan kisaran 65,5– 101,5 mg/dL. Pada kelompok kontrol normal, kelompok dosis alpukat dan dosis oyong serta kombinasi ekstrak 1 dan 2 terdapat kenaikan kadar glukosa darah. Akan tetapi, tidak dengan kontrol pembanding tidak terdapat perbedaan yang berarti dengan kadar glukosa darah puasa. Setelah dilakukan uji BNT, diketahui bahwa terdapat perbedaan yang bermakna (p< 0,05) antara kelompok kontrol pembanding dengan kelompok dosis oyong, kelompok dosis kombinasi ekstrak 1 dan 2. Akan tetapi, tidak terdapat perbedaan yang bermakna (p> 0,05) antara kelompok dosis ekstrak dan kelompok dosis kombinasi ekstrak. Sehingga bisa disimpulkan bahwa semua bahan uji belum dapat menurunkan kadar glukosa jika dibandingkan dengan kelompok normal ataupun kelompok pembanding. Hal ini dikarenakan pada menit ke-30 (T30) hewan uji belum mendapat pembebanan glukosa sehingga belum terlihat kemampuan tubuh untuk menggunakan glukosa. 4.3. Kadar Glukosa Darah Setengah Jam Setelah Pemberian Glukosa (Tg30) Pada setengah jam setelah pemberian glukosa (Tg30), terjadi peningkatan kadar glukosa darah pada semua kelompok dengan nilai yang berbeda, kecuali kelompok kontrol pembanding. Pada kelompok kontrol normal peningkatan kadar glukosa mencapai rata-rata 264,2 mg/dL. Hal ini disebabkan karena pada setengah jam setelah pembebanan glukosa, sebagian besar glukosa sudah diserap dari saluran cerna dan masuk ke dalam darah. Sedangkan pada kelompok kontrol Universitas Indonesia Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 28 pembanding, penurunan kadar glukosa darah mencapai rata-rata 63 mg/dL. Pada semua bahan uji, kenaikan kadar glukosa lebih rendah daripada kontrol normal. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun alpukat, ekstrak etanol buah oyong, serta kombinasi ekstrak etanol daun alpukat dan buah oyong memiliki efek penurunan kadar glukosa pada setengah jam setelah pemberian glukosa. Setelah dilakukan uji BNT, diamati bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara kadar glukosa darah pada kelompok kombinasi ekstrak 1 dengan kelompok kontrol normal dan kontrol pembanding (p < 0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian kombinasi ekstrak 1 memiliki efek penurunan glukosa darah pada setengah jam setelah pemberian glukosa. Belum ada penelitian yang membuktikan mekanisme kerja dari daun alpukat ataupun buah oyong dalam menurunkan kadar glukosa darah. Penelitian umumnya mengarah pada senyawa flavonoid dan polifenol pada tanaman yang berkhasiat sebagai antidiabetes. Senyawa flavonoid dan senyawa polifenol dapat mempengaruhi penghambatan pencernaan karbohidrat dan penyerapan glukosa di usus, stimulasi sekresi insulin di pankreas, modulasi pelepasan simpanan glukosa dari hati dan peningkatan ambilan glukosa pada jaringan perifer (Hanhineva et al, 2010; Pandey & Rizki, 2009)). Oleh karena itu senyawa daun alpukat dan buah oyong yang berperan dalam penurunan kadar glukosa darah tersebut berasal dari golongan flavonoid. 4.4. Kadar Glukosa Darah Satu Jam Setelah Pemberian Glukosa (Tg60) Satu jam setelah pemberian glukosa, kadar glukosa darah pada kelompok kontrol normal sudah turun ke 214 mg/dL dan kelompok pembanding semakin turun ke 39,7 mg/dL, sedangkan pada kelompok dosis alpukat, dosis oyong, kombinasi ekstrak 1 dan 2, kadar glukosa darah sebesar 171,2 ; 166 ; 205 ; 176,7 mg/dL. Nilai pada masing-masing kelompok dosis masih lebih kecil dibandingkan dengan kelompok kontrol normal dengan kelompok dosis oyong lebih rendah dibandingkan kelompok dosis alpukat, kelompok dosis alpukat lebih rendah dibanding dengan kelompok dosis kombinasi ekstrak 2, dan kelompok dosis kombinasi ekstrak 2 lebih rendah dibandingkan dosis kombinasi ekstrak 1. Universitas Indonesia Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 29 Setelah dilakukan uji BNT, diperoleh data yang menunjukkan perbedaan yang bermakna antara kadar glukosa darah pada kelompok dosis alpukat, kelompok dosis oyong, dan kelompok kombinasi ekstrak 2 dengan kontrol normal (p < 0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa pada satu jam setelah pemberian glukosa, kelompok dosis alpukat, kelompok dosis oyong, dan kelompok dosis kombinasi ekstrak 2 memiliki efek dalam menurunkan kadar glukosa darah. Sedangkan pada kombinasi ekstrak 1 sudah tidak memiliki efek lagi secara signifikan. Hal ini mungkin disebabkan karena pada kelompok dosis kombinasi ekstrak 1, dosis ekstrak daun alpukatnya yang terdapat pada larutan kombinasi lebih sedikit dibandingkan kombinasi ekstrak 2 dikarenakan zat aktif yang masih terdapat di dalam peredaran darah mencit sudah mencapai konsentrasi yang tidak menimbulkan efek lagi. Bisa disimpulkan bahwa semakin kecil dosis ekstrak daun alpukat yang diberikan, efek penurunan kadar akan glukosa darah akan semakin cepat tetapi durasinya sama. Daun merupakan tempat terjadinya fotosintesis. Pada proses fotosintesis, terjadi pembentukan glukosa sebagai sumber energi tumbuhan. Perbedaan waktu efek penurunan kadar glukosa darah pada kombinasi ekstrak, mungkin disebabkan senyawa glukosa yang masih tertinggal pada kombinasi ekstrak 1 lebih sedikit, sehingga glukosa lebih cepat masuk ke jaringan dan efek penurunan kadar glukosa lebih cepat. Sedangkan pada kombinasi ekstrak 2, senyawa glukosa yang terkandung pada ekstrak daun alpukat lebih banyak dibandingkan kombinasi ekstrak 1, sehingga kemampuan kombinasi ekstrak 2 lebih lambat dalam waktu penurunan kadar glukosa darah. 4.5. Kadar Glukosa Darah Satu Setengah Jam Setelah Pemberian Glukosa (Tg90) Pada Tg90, kadar glukosa darah pada kelompok kontrol normal dan kelompok bahan uji berada pada kisaran yang hampir mendekati sama, yaitu sekitar 125,2 – 154,2 mg/dL, dengan kadar glukosa rata-rata pada kelompok normal 154,2 mg/dL. Sehingga bisa disimpulkan bahwa semua dosis bahan uji masih dapat menurunkan kadar glukosa darah. Universitas Indonesia Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 30 Setelah dilakukan uji statistik ANOVA, pada Tg90 memberikan nilai p < 0,05 yang menunjukkan terdapat perbedaan bermakna antar kelompok. Setelah dilakukan uji BNT, diketahui bahwa perbedaan bermakna terdapat kontrol kelompok normal dengan dosis oyong. Hal ini menunjukkan bahwa dosis oyong masih memiliki efek menurunkan kadar glukosa darah secara signifikan dibandingkan kelompok dosis alpukat, kombinasi ekstrak 1 dan kombinasi ekstrak 2 pada satu setengah jam setelah pemberian glukosa. Hal ini disebabkan konsentrasi kombinasi zat aktif pada kelompok dosis alpukat dan kelompok dosis sudah menurun, sehingga zat aktif yang tersisa sudah mencapai konsentrasi yang tidak menimbulkan efek lagi. 4.6 Kadar Glukosa Darah Dua Jam setelah Pemberian Glukosa (Tg120) Pada dua jam setelah pemberian glukosa diperoleh kadar glukosa rata-rata 70 – 137,2 mg/dL. Pada Tg120 data terdistribusi normal dan homogen. Nilai pada kelompok masing-masing dosis masih lebih rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol normal. Sehingga bisa disimpulkan bahwa semua kelompok pada masing-masing dosis masih memiliki efek untuk menurunkan kadar glukosa darah. Berdasarkan uji BNT, didapatkan bahwa adanya perbedaan bermakna pada kelompok kontrol normal dengan kontrol pembanding, dan dosis oyong (p < 0,05). Sehingga bisa disimpulkan bahwa dosis kombinasi 1 dan 2 sudah tidak memiliki efek dalam menurunkan kadar glukosa pada dua jam setelah pemberian glukosa. Sedangkan dosis oyong masih dapat menurunkan kadar glukosa pada Tg120. Hal ini mungkin disebabkan karena kandungan protein yang penyusun asam amino. Asam amino merupakan komponen penyusun insulin, dimana asam amino dapat meningkatkan sekresi hormon insulin dan respon glukagon ke dalam jaringan tubuh semakin meningkat. Dengan semakin meningkatnya kadar hormon insulin ini, maka kadar glukosa darah akan berkurang. (Rosetti et al, 2008) Universitas Indonesia Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 31 4.7. Perhitu erhitungan Efektivitas Efekti Penurunan Penur Kadar Kada Glukosa kosa D Darah Perhitungan tungan efektivita ktivitas dilakuka akukan dengan ngan membandin m bandingkan penu penurunan n glukosa gluk darah antara antar kelompok ompok dosis is alpu alpukat, dosis oyong, g, dos dosis kombina mbinasi 1 dan dosis d kombinasi inasi 2 dengan gan kontrol ko l pemb pembanding. ng. Perhitungan Per gan eefektivitas itas hhanya dilakukan dilaku pada Tg30 dan Tg60 karena ena ppada waktu-waktu waktu tu ter tersebut diam diamati efek fek yang y bermakna secara statistik. statist Tabell 4.2. Hasil perhit perhitungan n % penurunan pe nan kadar ka glukos lukosa darah Persen Persentase Penurunan Penur Kadar Glukosa kosa D Darah (%) Waktu aktu Kontrol ontrol pembandin banding Dosi Dosis alpukat alpuk Dosis oyong Kombinasi K ekstrak 1 Kombinasi inasi ekstrak 2 Tg30 76,15 6,28 5,29 16,16*(0,022) 16 3,97 Tg60 81,44 3,97 ,025) 17,42*(0,025) *( 20,00*(0.012) 22,42*(0,005) Persentase Penurunan Kadar Glukosa Darah (%) *berma bermakna signifik gnifikan secara ara statistik, st p < 0,05 diband ibandingkann kont kontrol normal, rmal, n= 4 (ANOVA) (A 90,00% 80,00% 81,44% 76,15% 76 70,00% 60,00% 50,00% Tg30 30 40,00% 30,00% 20% 20,00% 6,28 6,28% 10,00% 22 22,42% 16,16% 16% 5,29% ,29% 17,42% ,42% Tg60 60 3,97 3,97% 3,97% 0,00% DP DA DO KEE 1 KE 2 Kelompok pok dosis Gam Gambar 4.2 Grafik perhitungan perhit n % penurunan pe nan kadar ka glukos glukosa darah Keterangan: ngan: Tg30 = Kada Kadar glukosa darah da setengah engah jam setelah telah pemberian rian glukosa; gl Tg6 Tg60 = Kadar ar glukosa glu darah satu jam ja setelah lah pemberian pem glukosa; gluko DP = Dosis Do pembandi banding, diberi eri me metformin 13mg/ 13mg 20 g, kemudian udian dibebanii glukosa gluk 2 g/kg /kg bbb; DA = Dosis Dos alpukat, kat, ddiberi ekstrak strak ddaun alpukat pukat dosis 100 mg/kg /kg bbb, kemudian udian dibebani ni glukosa gluk 2 g/kg bb; b DO = Dosis Do oyong, ng, ddiberi ekstrak strak buah oyong dosis 200 mg/kg /kg bb bb, kemudian dian dibebanii glukosa gluko 2 g/kg /kg bb bb; KE1 = Kom Kombinasii ekstrak ekstr 1, diberi ekstrak kstrak daun alpukat lpukat dosis 100 00 mg mg/kg bb dan buah b oyong ng 200 20 mg/kgg bb, kkemudian dibebani dibe glukosa 2 g/k g/kg bb; KE2 = Kombinasi ekstrak ek 2 diber iberi ekstrak k daun alpukatt dosi dosis 50 mg/kg /kg bb dan buah oyong ong 200 2 mg/kg kg bb, kemudian dibebani dib glukos lukosa 2 g/kg bb. Univer niversitas Indon ndonesia Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 32 Tabell 4.3 4.3. Hasil sil pe perhitungan ngan efektifitas tifitas bahan an uji u dibandin ibandingkan n dengan den metformin tformin HCl Efekt Efektifitas bahan uji dibandi ibandingkan n dengan deng Metform etformin HCl Cl (% (%) Waktu Dosis alpukat D Dosis oyong Kombinasi binasi ekstrak 1 Kombin ombinasi ekstrak 2 Tg30 8, 8,24 6,95 21,22** 5,21 Tg60 24, 24,55* 27,53* 4,87 21,38 21,38* Efektifitas bahan uji dibandingkan dengan metformin HCl % *bermak ermakna signifika nifikan secara ara statistik, st p < 0,05 dibandingkan diban an ko kontrol normal, rmal, n= n 4 (ANOV NOVA) 27,53% 30,00% 24,55% 25,00% 21,22% 21,38% 20,00% Tg30 15,00% 10,00% 8,24% Tg60 6,95% 4,87% 5,21% 5,00% 0,00% DA DO KE 1 KE 2 Kelompokk Dosis Do Grafikk 4.3 Grafik efek fektifitass bahan baha uji dibandingkan diband an dengan den metfor metformin HCl Keterangan: ngan: Tg30 = Kada Kadar glukosa osa da darah setengah engah jam setelah telah pemberian rian glukosa; gl Tg6 Tg60 = Kadar ar glukosa glu darah satu jam ja setelah ah pemberian pem glukosa; gluko DA = Dosis Do alpukat, kat, diberi d ekstrak strak ddaun alpukat pukat dosis 100 mg/kg /kg bbb, kemudian udian dibebani ni glukosa gluk 2 g/kg bb; b DO = Dosis Do oyong, ng, ddiberi ekstrak strak buah oyong dosis 200 mg/kg /kg bb bb, kemudian dian dibebanii glukosa gluko 2 g/kg /kg bb bb; KE1 = Kom Kombinasi ekstr strak 1, diberi ekstrak kstrak daun alpukat lpukat dosis 100 00 mg mg/kg bb dan buah b oyong ng 200 20 mg/kgg bb, kkemudian dibebani dibe glukosa 2 g/k g/kg bb; KE2 = Kombinasi ekstrak ek 2 diber iberi ekstrak k daun alpukatt dosi dosis 50 mg/kg /kg bb dan buah oyong ong 200 2 mg/kg kg bb, kemudian dibebani dib glukos lukosa 2 g/kg bb. Ha perhitu Hasil erhitungan efektifitas efekti menunjukkan menu an bahwa ba pada T Tg30 kelompok kelom bahan uji memiliki m ef efektifitas tas yang ya berbeda erbeda. Kombina mbinasi ekstrak strak 1 lebih ih efektif efe dibandingka dingkan kombin ombinasi ekstrak kstrak 2. Tetapi sebalikny aliknya, pada ada T Tg60 kombinasi kombi ekstrak k 2 lebih l efektif efekti pada da kombinasi ko asi ekstrak ek 1. Hal H inii sejal sejalan dengan engan uji Univer niversitas Indon ndonesia Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 33 statistik kadar glukosa darah yang dilakukan sebelumnya yang menyatakan bahwa dosis kombinasi ekstrak 1 bermakna secara signifikan pada tiga puluh menit setelah pemberian glukosa. Sedangkan kombinasi ekstrak 2 bermakna secara signifikan pada satu jam setelah pemberian glukosa. Sehingga bisa diambil kesimpulan bahwa semakin kecil dosis daun alpukat yang dikombinasikan, maka akan semakin cepat efek terhadap penurunan kadar glukosa darah, dan sebaliknya. Semakin besar dosis daun alpukat yang dikombinasikan, maka akan semakin lama efek terhadap penurunan kadar glukosa darah. Bisa disimpulkan bahwa kombinasi ekstrak daun alpukat-buah oyong belum memberikan hasil yang lebih baik terhadap penurunan kadar glukosa darah jika dibandingkan dosis tunggal buah oyong. Ekstrak buah oyong dapat memberikan efek penurunan kadar glukosa darah lebih lama dengan durasi satu jam setelah dibebani glukosa, sedangkan kombinasi ekstrak hanya dapat menurunkan kadar glukosa darah dengan durasi 30 menit setelah dibebani glukosa. Universitas Indonesia Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Pemberian kombinasi ekstrak 1, dengan dosis daun alpukat 50 mg/kg bb dan buah oyong 200 mg/kg bb dapat menurunkan kadar glukosa darah yang bermakna secara statistik pada setengah jam setelah pemberian glukosa, sedangkan kombinasi ekstrak 2, dengan daun alpukat 100 mg/kg bb dan buah oyong 200 mg/kg bb dapat menurunkan kadar glukosa darah yang bermakna pada satu jam setelah pemberian glukosa. 5.2 Saran Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk mengetahui efek antidiabetik kombinasi ekstrak pada model hewan uji lain diabetes mellitus yang diinduksi streptozotosin yang lebih mewakili penyakit diabetes mellitus. Penelitian untuk mengetahui senyawa aktif yang berperan dan mekanismenya dalam penurunan kadar glukosa darah juga perlu untuk dilakukan. 34 Universitas Indonesia Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 DAFTAR ACUAN Antia, B.S., Okokon, J.E., Okon, P.A. (2005). Hipoglikemic Activity of Aqueous Leaf Extract of Persea americana Mill. Indian Journal Pharmacol .Vol 37, 325-326. Asaolu, M.F et al. (2010). Evaluation of in-vitro Antioxidant Activities of Methanol Extract of Persea americana and Cnidosculus aconitifolius. Pakistan Journal of Nutrition. 9(11) : 1074 -1077. Brai, B.I.C., Odetola, A.A., Agomo, P.U. (2007). Effects of Persea americana Leaf Extracts On Body Weight and Liver Lipids in Rats Fed Hyperlipidaemic Diet. African Journal of Biotechnology. 6(8), 1007-1011. Corwin, E. T. (2008). Handbook of pathophysiology. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 624-630. Departemen Kesehatan RI. (1978). Materia Medika Indonesia. (jilid ke-3). Jakarta: Departemen Kesehatan RI, 20-25. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta : Depkes RI, 7-11. Departemen Kesehatan RI. (2005). Pharmaceutical Care untuk Penyakit Diabetes Mellitus. Jakarta: Departemen Kesehatan RI,5-15. DiPiro, J,T., Talbert, L, R., Yees, C, G., Matzke, R, G., Wells, G, B., Posey, M, L. (2005). Pharmacotherapy: A Patophysiologic Approach. (6th Ed.). New York: Mc Graw Hill, 1334-1337. Dubowsky, K. M. (2008). An O-toluidine Method for Body-Fluid Glucose Determination. Clin Chem, 54 (11): 1919-20. Etuk. (2010). Animals Models for Studying Diabetes Mellitus. Agriculture and Biology Journal of North America 1(2): 130-134. Gowtham,K. N. P., Kuppast,I. J., Mankani,K. L. (2012). A Review On Luffa Acutangula. International Journal Of Pharma World Reseach. Vol 3 Issue 1: 1-15. Guven, S., Matfin, G., Kuenzi, J. Diabetes Mellitus and the Methabolic Syndrome. Dalam: Porth, Carol Mattson., Matfin Glenn. (2009). 35 Universitas Indonesia Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 36 Pathophysiology Concepts of Altered Health States. Philadelphia: Lappincortt William & Wilkins, 1056-1065. Hanhineva, K., et al. (2010). Impact of dietary polyphenols on carbohydrate metabolism. Int J Mol Sci, 11, 1365-1402. Heyne,K. (1987). Tumbuhan Berguna Indonesia (Jilid I). Jakarta : Badan Litbang KehutananYayasan Sarana Wanajaya, 607-608. Hidayat, Aziz A. (2011). Metode Penelitian Kesehatan Paradigma Kuantitatif. Surabaya: Health Books Publishing, 64-69. Hones, J., Muller, P., & Surrige, N. (2008). The Technology Behind Glucose Meters: test strips. Diabetes Technol Ther. 10-13. Hutapea et al. 2001. Inventarisasi Tanaman Obat Indonesia (I), jilid 2. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 265-266. Jyothi, V., Ambati, Srinath,. Jyothi Asha. (2010). The Pharmacognostic, Phytochemical and Pharmalogical Profile Of Luffa acutangula. International Journal Of Pharmacy and Technology. Vol 2 Issue 4: 512524. Katno., Pramono, S. (2008). Tingkat Manfaat dan Keamanan Tanaman Obat dan Obat Tradisional. Yogyakarta: Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada.1-14. Katzung, Bertram G. (2006). Basic and Clinical Pharmacology. (10th Ed.). New York: McGraw-Hill.1257- 1280. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Januari 24, 2011. Tahun 2030 Prevalensi Diabetes Melitus Di Indonesia Mencapai 21,3 Juta Orang. http://depkes.go.id/index.php/berita/press-release/414-tahun-2030prevalen si-diabetes-melitus-di-indonesia-mencapai-213-juta-orang.html. pada tanggal 21 Januari 2012 pukul 19.00. Lenzen, S. (2008). The Mechanisms of Alloxan and Streptozotocin-Induced Diabetes. Diabetologia, 51, 216-226. Universitas Indonesia Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 37 Nicolucci, Antonio., Rossi, Maria Chiara. (2008). Incretin-Based Therapies: a New Potential Ttreatment Approach to Overcome Clinical Inertia in Type 2 Diabetes. Acta Biomed, 79, 184-191. Pandey, Kanti Bhooshan., Rizvi, Syed Ibrahim. (2009). Plant Polyphenols as Dietary Antioxidants in Human Health and Disease. Oxidative Medicine and Cellular Longevity, 2 (5), 270-278. Piero, Ngugi et al. (2012). Herbal Management of Diabetes Mellitus: A Rapidly Expanding Research Avenue. International Journal Current Pharmaceutical Research. Vol 4 Issue 2, 1-4. Price, S. A., Wilson, L.M. (2000). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Vol 2. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC. Rahman, A.H.M.M., Anisuzzaman M., Ahmed, Ferdous, Islam, A.K.M. Rafiul, dan Naderuzzaman, A.T.M. (2008). Study of Nutritive Value and Medicinal Uses of Cultivated Cucurbits. Journal of Applied Sciences Research, 4(5): 555-558. Roche Diagnostics. (2009). Accu-Chek Active; Test Strips. Germany : Mannheim. Rossetti, Paolo et al. (2008). Effect of Oral Amino Acids on Counterregulatory Responses and Cognitive Function During Insulin-Induced Hypoglycemia in Nondiabetic and Type 1 Diabetic People. Jurnal Diabetes, Vol 57..http://diabetes.diabetesjournals.org/content/57/7/1905.full pada 6 Juni 2012 pukul 20.00. Rukmana, R. (2000). Budidaya Alpukat. Yogyakarta : Kanisius, 5-10 Santoso, S. (1993). Cermin Dunia Kedokteran: Penggunaan Obat Tradisional Secara Rasional. Penerbit: Pusat Penelitian dan Pengembangan PT. Kimia Farma. 1-4. Suharmiati. (2003). Cermin Dunia Kedokteran: Pengujian Bioaktivitas Anti Diabetes Mellitus Tumbuhan Obat. Penerbit: Pusat Penelitian dan Pengembangan PT. Kimia Farma. 8-13. Sukandar, Yulinah, Elin., Andrajati, Retnosari., Sigit, I, Joseph., Adnyana, Ketut, I., Setiadi, Prayitno, Adji, A., Kusnandar. (2008). ISO Farmakoterapi. Jakarta: PT. ISFI Penerbitan, 26-28. Universitas Indonesia Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 38 Suherman, Suharti K. Insulin dan antidiabetik oral. Dalam: Gunawan,S.G., R.Setiabudy, Nafrialdi, Elysabeth. (2007). Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 481-495. Trihendrati, C. 2011. Langkah Mudah Melakukan Analisis Statistik SPSS 19. Yogyakarta: Penerbit ANDI. 93-150. Wadkar, K.A., Magdum, C.S., Patil, S.S., and Naikwade, N.S (2007) Antidiabetic Potential And Indian Medical Plants. Journal of Herbal Medicine and Toxicology 2 (1) 45-50. Wells, B., Dipiro, J., Schwinghammer, T., Dipiro, C. (2009). Pharmacotherapy Handbook Seventh Edition. New York: Mc Graw Hill Medical. 210 -220. World Health Organization. (2003). Manual of basic techniques for a health laboratory. (Ed. Ke-2). Genewa: World Health Organization. 322-324. Yuniarti, T. (2008). Ensiklopedia Tanaman Obat Tradisional. Yogyakarta: MedPress. 100. Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica.(1993). Penapisan Farmalogi, Pengujian Fitokimia dan pengujian Klinik. Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica. 15-17 Universitas Indonesia Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 GAMBAR Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 39 Gambar bar 3.1. Ekstrak kstrak etanol ol daun dau alpukat ukat Gambar mbar 3.2. Ekstrak Ekstra etanol buah bu oyong Ga Gambar 3.33. Glukometer ometer Accu-Che Chek Active® Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 Kadar Glukosa Darah (mg/dL) 40 300 250 200 150 100 50 0 T0 T30 Normal Tg30 Tg60 Tg90 Waktu (menit) Pembanding Dosis alpukat Tg120 Keterangan : T0 = Kadar glukosa darah sebelum perlakuan; T30 = Kadar glukosa darah setengah jam setelah perlakuan; Tg30 = Kadar glukosa darah setengah jam setelah pemberian glukosa; Tg60 = Kadar glukosa darah satu jam setelah pemberian glukosa; Tg90 = Kadar glukosa darah satu setengah jam setelah pemberian glukosa; Tg120 = Kadar glukosa darah dua jam setelah pemberian glukosa. Kadar Glukosa Darah (mg/dL) Gambar 4.4 Kurva kadar glukosa darah rata-rata kelompok dosis alpukat, kontrol pembanding, dan kontrol normal 300 250 200 150 100 50 0 T0 T30 Normal Tg30 Tg60 Waktu (menit) Pembanding Tg90 Tg120 Dosis Oyong Keterangan : T0 = Kadar glukosa darah sebelum perlakuan; T30 = Kadar glukosa darah setengah jam setelah perlakuan; Tg30 = Kadar glukosa darah setengah jam setelah pemberian glukosa; Tg60 = Kadar glukosa darah satu jam setelah pemberian glukosa; Tg90 = Kadar glukosa darah satu setengah jam setelah pemberian glukosa; Tg120 = Kadar glukosa darah dua jam setelah pemberian glukosa. Gambar 4.5 Kadar glukosa darah rata-rata kelompok dosis oyong, kontrol pembanding, dan kontrol normal Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 41 300 250 Kadar Glukosa Darah (mg/dL) 200 150 100 50 0 T0 T30 Normal Tg30 Tg60 Waktu (menit) Tg90 Pembanding Tg120 KE 1 Keterangan : T0 = Kadar glukosa darah sebelum perlakuan; T30 = Kadar glukosa darah setengah jam setelah perlakuan; Tg30 = Kadar glukosa darah setengah jam setelah pemberian glukosa; Tg60 = Kadar glukosa darah satu jam setelah pemberian glukosa; Tg90 = Kadar glukosa darah satu setengah jam setelah pemberian glukosa; Tg120 = Kadar glukosa darah dua jam setelah pemberian glukosa; KE1 = Kombinasi ekstrak 1. Kadar Glukosa Darah (mg/dL) Gambar 4.6. Kadar glukosa darah rata-rata kelompok kontrol pembanding, dan kontrol normal kombinasi ekstrak 1, 300 250 200 150 100 50 0 T0 T30 Normal Tg30 Tg60 Waktu (menit) Pembanding Tg90 Tg120 KE 2 Keterangan : T0 = Kadar glukosa darah sebelum perlakuan; T30 = Kadar glukosa darah setengah jam setelah perlakuan; Tg30 = Kadar glukosa darah setengah jam setelah pemberian glukosa; Tg60 = Kadar glukosa darah satu jam setelah pemberian glukosa; Tg90 = Kadar glukosa darah satu setengah jam setelah pemberian glukosa; Tg120 = Kadar glukosa darah dua jam setelah pemberian glukosa; KE2 = Kombinasi ekstrak 2. Gambar 4.7. Kadar glukosa darah rata-rata kombinasi ekstrak 2, kontrol pembanding, dan kontrol normal Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 TABEL Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 42 Tabel 4.4 Kadar glukosa darah (mg/dL) dari seluruh kelompok uji pada masingmasing kelompok Perlakuan T0 T30 Tg30 Tg60 Tg90 Tg120 74 83 300 214 172 152 54 67 268 230 163 125 Normal 72 93 252 171 147 144 68 88 237 241 135 128 x±SD 67±9,01 82,7±11,26 264,2±26,98 214±30,73 154,2±16,47 137,2±12,89 57 60 61 29 27 64 53 64 44 36 49 83 pembanding 64 86 98 51 50 65 61 52 49 43 42 68 x±SD 58,7±4,78 65,5±14,54 63±24,39** 39,7±9,42** 42±10,61** 70±8,83** 61 67 239 184 155 126 60 83 265 173 157 135 Dosis alpukat 77 83 249 153 127 116 79 100 276 175 114 100 x±SD 69,2±10,14 83,2±13,47 247,6±16,45 171,2±13,07* 138,2±21,18 119,2±14,99 61 87 241 158 116 100 52 94 252 192 151 129 Dosis Oyong 73 98 238 158 126 112 60 91 270 156 108 109 x±SD 61,5±8,66 92,5±4,65 250,2±14,47 166±17,35* 125,2±18,67* 112,5±12,12* 74 100 248 219 141 126 86 125 238 236 135 137 KE 1 73 102 230 202 169 131 60 79 170 165 146 126 x±SD 73,2±10,62 101,5±18,80 221,5±35,11* 205,5±30,35 147,7±30,35 130±5,22 89 102 230 173 121 115 89 97 271 200 164 140 KE 2 72 90 243 179 153 135 56 67 271 155 117 99 x±SD 76,5±15,79 89±14,60 235,7±20,11 176,7±16,53* 138,75±20,21 112,2±18,89 *bermakna signifikan secara statistik, p < 0,05 dibandingkan kontrol normal, n= 4 (ANOVA) ** bermakna signifikan secara statistik, p < 0,001 dibandingkan kontrol normal, n= 4 (ANOVA Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 LAMPIRAN Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 43 Lampiran 1. Perhitungan dosis 1. Ekstrak Daun Alpukat Dosis daun alpukat yang digunakan merupakan dosis dari hasil penelitian yaitu sebesar 100 mg/kg bb (Antia., Okokon., & Okon.,2010) Variasi dosis yang digunakan adalah 50 mg/kg bb dan 100 mg/kg bb. Dosis tersebut kemudian dikonversikan ke dosis tikus dahulu dan dikalikan faktor konversi dari tikus ke mencit sebesar 0,14 • Dosis 1 = 50 mg/kg bb = = 50 mg x 200 g x 0,14 = 1,4 mg/ 20 g bb 1000 g • Dosis 2 = 100 mg/kg bb = 100 mg x 200 g x 0,14 = 2,8 mg/ 20 g bb 1000 g 2. Ekstrak Buah Oyong Dosis daun alpukat yang digunakan merupakan dosis dari hasil penelitian yaitu sebesar 200 mg/kg bb Dosis = 200 mg/kg bb = 200 mg x 200 g x 0,14 = 5.6 mg/ 20 g bb 1000 g Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 44 Lampiran 2. Pembuatan ekstrak bahan uji kombinasi Pada penelitian ini, volume peroral yang diberikan adalah 0,5 ml untuk masing-masing hewan uji. Dalam 0,5 ml tersebut, terdapat 0,25 ml ekstrak daun alpukat dan 0,25 ml ekstrak buah oyong dalam suspensi CMC 0,5%. 1. Ekstrak Daun Alpukat Variasi dosis alpukat diberikan dengan dosis • Dosis 1 = 50 mg/kg bb = 1,4 mg/20 g • Dosis 2 = 100 mg/kg bb = 2,8 mg/20 g Volume larutan yang diberikan adalah 0,25 ml, maka volume yang dibutuhkan untuk masing-masing dosis dalam satu hari adalah: Dosis 2 : 0,25 ml x 4 ekor = 1 ml Dosis 1 : ½ x 1 ml = 0,5 ml Untuk suspensi bahan uji dosis 1 dibuat dengan pengenceran dari dosis 2, Jumlah total dari bahan uji dosis 2 yang dibutuhkan adalah = 1 + 0,5 = 1,5 ml ~ 10 ml. Banyaknya ekstrak yang harus ditimbang (dosis 2 = 2,8 mg/20 gr bb) 10 ml/0,25 ml x 2,8 mg = 112 mg dilebihkan dengan kadar air 1,257% (lihat Lampiran 3) = 112 mg + 1,407 mg = 113,407 mg disuspensikan dalam larutan CMC 0,5% sampai 10 ml. Sedangkan untuk dosis 1 adalah pengenceran dari dosis 2. 2. Ekstrak Buah Oyong Ekstrak buah oyong yang digunakan 200 mg/kg bb = 5,6 mg/20 g Volume larutan yang diberikan adalah 0,25 ml, maka volume yang dibutuhkan untuk masing-masing dosis dalam satu hari adalah: Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 45 Dosis oyong = 0,25 ml x 9 tikus = 2,25 ml~5 ml • Hasil rendemen ekstrak : 15,25% • Rendemen ekstrak yang berasal dari jurnal = 3,2 % Berat ekstrak yang ditimbang : 5,6/3,2 x 15,25 = 26,687/0,25 x 5 ml = 533,75 mg Disuspensikan dalam larutan CMC 0,5% sampai 5 ml Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 46 Lampiran 3 . Perhitungan kadar air ekstrak etanol daun alpukat Metode : Gravimetri Cara kerja: 10 g ekstrak ditimbang pada cawan penguap,keringkan pada suhu 105oC selama 5 jam, lalu timbang. Pengeringan dilanjutkan dan ditimbang pada jarak 1 jam hingga perbedaan antara 2 penimbangan berturut-turut tidak lebih dari 0,25%. Lakukan tiga kali. . (Departemen Kesehatan RI & Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, 2000) Berat cawan penguap kosong (a) Cawan penguap I = 20,7400 Cawan penguap II = 20,3912 Cawan penguap III = 20,8305 Cawan penguap w sebelum dioven w stabil (c) w konstan (d) (b) I 31,4403 31,3138 31,3046 II 30,4052 30,2880 30,2797 III 31,0873 30,9610 30,9595 % air = Cawan penguap I = (31,4403 – 20,7400) – (31,3046 - 20,7400) (31,4403 – 20,7400) = 10,7003 – 10,5646 10,7003 Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 47 = 0,1357 x 100% = 12,68% 10,7003 Cawan penguap II = (30,4052 – 20,3912) – (30,2797 - 20,3912) (30,4052 – 20,39120) = 10,014 – 9,8885 10,014 = 0,129 x 100% = 12,88% 10,014 Cawan penguap II = (31,0873 – 20,8305) – (30,9595 - 20,8305) (31,0873 – 20,8305) = 10,2568 – 10,129 10,2568 = 0,1278 x 100% = 12,46% 10,2568 Rata –rata kadar air = (12,68 + 12,88 + 12,46)% 3 = 38.03 = 12,67 % 3 Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 48 Lampiran 4. Perhitungan kadar air ekstrak etanol buah oyong Sebanyak 1 g ekstrak ditimbang seksama lalu dimasukkan ke dalam botol timbang yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu 105oC selama 30 menit dan telah ditara. Sebelum ditimbang, ekstrak diratakan dalam botol timbang dengan menggunakan batang pengaduk hingga merupakan lapisan setebal kurang lebih 5 mm-10 mm. Botol timbang dalam posisi tidak tertutup dimasukkan ke dalam oven lalu dikeringkan pada suhu 105oC hingga bobot tetap. Sebelum setiap pengeringan, botol timbang dalam posisi tertutup dibiarkan mendingin terlebih dahulu dalam eksikator hingga suhu ruangan. (Departemen Kesehatan RI & Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, 2000) Berat Ekstrak yang Ditimbang Berat Akhir Berat yang Hilang Kadar air (g) (g) (g) (%) 1,3605 1,0360 0,3245 23,85 1,0883 0,8369 0,2514 23,10 1,4105 1,0661 0,3444 24,42 Cawan penguap I = (1,3605 – 1,0360) 1,3605 = 0,3245 x 100% = 23,85 % 1,3605 Cawan penguap II = (1,0883 – 0,8369) 1,0883 = 0,2514 x 100% = 23,10 % 1,0883 Cawan penguap III = (1,4105 – 1,0661) 1,4105 = 0,3444 x 100% = 24,42 % 1,4105 Rata–rata kadar air = (23,85 + 23,10 + 24,42) % 3 = 23,79% Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 49 Lampiran 5. Hasil determinasi simplisia bahan uji daun alpukat Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 50 Lampiran 6. Hasil determinasi simplisia bahan uji buah oyong Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 51 Lampiran 7. Sertifikat analisa metformin HCl Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 52 Lampiran 8. Sertifikat analisa glukosa monohidrat Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 53 Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 54 Lampiran 9. Uji Statistik terhadap Kadar Glukosa Darah Seluruh Kelompok Uji Sebelum Perlakuan (T0) (SPSS 19) A. Uji Normalitas (Uji Saphiro-Wilk) pada Kadar Glukosa Darah Seluruh Kelompok pada T0 Tujuan : Untuk mengetahui apakah data kadar glukosa darah seluruh kelompok pada T0 terdistribusi normal atau tidak Hipotesis : Ho = Data kadar glukosa darah mencit terdistribusi normal Ha = Data kadar glukosa darah mencit tidak terdistribusi normal Pengambilan kesimpulan: α = 0,05 Ho diterima jika nilai signifikansi > 0,05 Ha ditolak jika nilai signifikansi < 0,05 Shapiro-Wilk Kelompok Statistic Df Sig. Normal ,851 4 ,230 Pembanding ,984 4 ,925 Dosis Alpukat ,800 4 ,103 Dosis Oyong ,947 4 ,699 Alpukat-oyong1 ,882 4 ,780 Alpukat-Oyong2 ,822 4 ,275 Hasil : Nilai signifikansi > α untuk kelompok kontrol normal Kesimpulan : Ho diterima, data kadar glukosa darah pada T0 terdistribusi normal B. Uji Homogenitas (Uji Levene) pada Kadar Glukosa Darah Seluruh Kelompok pada T0 Tujuan : Untuk mengetahui apakah data kadar glukosa darah seluruh kelompok pada T0 bervariasi homogen atau tidak Hipotesis : Ho = Data kadar glukosa darah mencit bervariasi homogen Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 55 Ha = Data kadar glukosa darah mencit tidak bervariasi homogen Pengambilan kesimpulan: α = 0,05 Ho diterima jika nilai signifikansi > 0,05 Ha ditolak jika nilai signifikansi < 0,05 Levene Statistic 1,389 Hasil df1 df2 5 18 Sig. ,275 : Nilai signifikansi > α Kesimpulan : Ho diterima, data kadar glukosa darah pada seluruh kelompok uji pada T0 bervariasi homogen C. Uji ANOVA Satu Arah pada Kadar Glukosa Darah Antar Kelompok Uji pada T0 Tujuan : Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kadar glukosa darah yang bermakna antar kelompok hewan uji pada T0 Hipotesis : Ho = Data kadar glukosa darah mencit tidak berbeda bermakna Ha = Data kadar glukosa darah mencit berbeda bermakna Pengambilan kesimpulan: α = 0,05 Ho diterima jika nilai signifikansi > 0,05 Ha ditolak jika nilai signifikansi < 0,05 Between Groups Within Groups Total Nilai signifikansi > α Sum of Squares 918,708 1938,250 2856,958 df Mean Square 5 183,742 18 107,681 23 F 1,706 Sig. ,184 Kesimpulan : Ho diterima,tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada kadar glukosa darah antar kelompok uji pada T0 Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 56 Lampiran 10. Uji Statistik terhadap Kadar Glukosa Darah Seluruh Kelompok Setengah Jam Setelah Perlakuan (T30) (SPSS 19) A. Uji Normalitas (Uji Saphiro-Wilk) pada Kadar Glukosa Darah Seluruh Kelompok pada T30 Tujuan : Untuk mengetahui apakah data kadar glukosa darah seluruh kelompok pada T30 terdistribusi normal atau tidak Hipotesis : Ho = Data kadar glukosa darah mencit terdistribusi normal Ha = Data kadar glukosa darah mencit tidak terdistribusi normal Pengambilan kesimpulan: α = 0,05 Ho diterima jika nilai signifikansi > 0,05 Ha ditolak jika nilai signifikansi < 0,05 Shapiro-Wilk Kelompok Statistic Df Sig. Normal ,918 4 ,528 Pembanding ,910 4 ,480 Dosis Alpukat ,944 4 ,680 Dosis Oyong ,999 4 ,998 Alpukat-oyong1 ,802 4 ,791 Alpukat-Oyong2 ,852 4 ,365 Hasil : Nilai signifikansi > α untuk semua kelompok Kesimpulan : Ho diterima, data kadar glukosa darah seluruh hewan uji pada T30 terdistribusi normal B. Uji Homogenitas (Uji Levene) pada Kadar Glukosa Darah Seluruh Kelompok pada T30 Tujuan : Untuk mengetahui apakah data kadar glukosa darah seluruh kelompok pada T30 bervariasi homogen atau tidak Hipotesis : Ho = Data kadar glukosa darah mencit bervariasi homogen Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 57 Ha = Data kadar glukosa darah mencit tidak bervariasi homogen Pengambilan kesimpulan: α = 0,05 Ho diterima jika nilai signifikansi > 0,05 Ha ditolak jika nilai signifikansi < 0,05 Levene Statistic ,495 Hasil df1 df2 5 18 Sig. ,776 : Nilai signifikansi > α Kesimpulan : Ho diterima, data kadar glukosa darah pada seluruh kelompok uji pada T30 bervariasi homogen C. Uji ANOVA Satu Arah pada Kadar Glukosa Darah Antar Kelompok Uji pada T30 Tujuan : Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kadar glukosa darah yang bermakna antar kelompok hewan uji pada T30 Hipotesis : Ho = Data kadar glukosa darah mencit tidak berbeda bermakna Ha = Data kadar glukosa darah mencit berbeda bermakna Pengambilan kesimpulan: α = 0,05 Ho diterima jika nilai signifikansi > 0,05 Ha ditolak jika nilai signifikansi < 0,05 Between Groups Within Groups Total Hasil Sum of Squares 2918,000 3404,500 6322,500 df Mean Square 5 583,600 18 189,139 23 F 3,086 Sig. ,035 : Nilai signifikansi < α Kesimpulan : Ho ditolak, terdapat perbedaan yang bermakna pada kadar glukosa darah antar kelompok uji pada T30 Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 58 D. Uji Beda Nyata Terkecil pada Kadar Glukosa Darah Seluruh Kelompok Hewan Uji pada T30 Tujuan : Untuk mengetahui antar kelompok yang mana saja terdapat perbedaan kadar glukosa darah yang bermakna pada T30 Hipotesis : Ho = Data kadar glukosa darah tikus tidak berbeda bermakna Ha = Data kadar glukosa darah tikus berbeda bermakna Pengambilan kesimpulan: α = 0,05 Ho diterima jika nilai signifikansi > 0,05 Ha ditolak jika nilai signifikansi < 0,05 (I) Kelompok Normal (J) Kelompok Pembanding Dosis Alpukat Dosis Oyong Alpukat-oyong1 Alpukat-Oyong2 Pembanding Normal Dosis Alpukat Dosis Oyong Alpukat-oyong1 Alpukat-Oyong2 Dosis Normal Alpukat Pembanding Dosis Oyong Alpukat-oyong1 Alpukat-Oyong2 Dosis Normal Oyong Pembanding Dosis Alpukat Alpukat-oyong1 Alpukat-Oyong2 AlpukatNormal oyong1 Pembanding Dosis Alpukat Mean Differen ce (I-J) 17,250 -,500 -9,750 -18,750 -6,250 -17,250 -17,750 -27,000* -36,000* -23,500* ,500 17,750 -9,250 -18,250 -5,750 9,750 27,000* 9,250 -9,000 3,500 18,750 36,000* 18,250 Std. Error 9,725 9,725 9,725 9,725 9,725 9,725 9,725 9,725 9,725 9,725 9,725 9,725 9,725 9,725 9,725 9,725 9,725 9,725 9,725 9,725 9,725 9,725 9,725 Sig. ,093 ,960 ,329 ,070 ,529 ,093 ,085 ,012 ,002 ,027 ,960 ,085 ,354 ,077 ,562 ,329 ,012 ,354 ,367 ,723 ,070 ,002 ,077 95% Confidence Interval Lower Upper Bound Bound -3,18 37,68 -20,93 19,93 -30,18 10,68 -39,18 1,68 -26,68 14,18 -37,68 3,18 -38,18 2,68 -47,43 -6,57 -56,43 -15,57 -43,93 -3,07 -19,93 20,93 -2,68 38,18 -29,68 11,18 -38,68 2,18 -26,18 14,68 -10,68 30,18 6,57 47,43 -11,18 29,68 -29,43 11,43 -16,93 23,93 -1,68 39,18 15,57 56,43 -2,18 38,68 Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 59 Dosis Oyong Alpukat-Oyong2 Normal Pembanding Dosis Alpukat Dosis Oyong Alpukat-oyong1 AlpukatOyong2 Hasil : 9,000 12,500 6,250 23,500* 5,750 -3,500 -12,500 9,725 9,725 9,725 9,725 9,725 9,725 9,725 ,367 ,215 ,529 ,027 ,562 ,723 ,215 -11,43 -7,93 -14,18 3,07 -14,68 -23,93 -32,93 29,43 32,93 26,68 43,93 26,18 16,93 7,93 Nilai signifikansi < α antar kontrol pembanding dengan dosis oyong, kombinasi ekstrak alpukat-oyong1, kombinasi ekstrak alpukat-oyong2 Kesimpulan : Terdapat perbedaan yang bermakna pada kadar glukosa darah antar kelompok kontrol pembanding dengan dosis oyong, kombinasi ekstrak alpukat-oyong1, kombinasi ekstrak alpukat-oyong2 pada T30 Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 60 Lampiran 11. Uji Statistik terhadap Kadar Glukosa Darah Seluruh Kelompok Tiga Puluh Menit Setelah Pemberian Glukosa (Tg30) A. Uji Normalitas (Uji Saphiro-Wilk) pada Kadar Glukosa Darah Seluruh Kelompok pada Tg30 Tujuan : Untuk mengetahui apakah data kadar glukosa darah seluruh kelompok pada Tg30 terdistribusi normal atau tidak Hipotesis : Ho = Data kadar glukosa darah mencit terdistribusi normal Ha = Data kadar glukosa darah mencit tidak terdistribusi normal Pengambilan kesimpulan: α = 0,05 Ho diterima jika nilai signifikansi > 0,05 Ha ditolak jika nilai signifikansi < 0,05 Shapiro-Wilk Kelompok Statistic Df Sig. Normal ,918 4 ,822 Pembanding ,910 4 ,247 Dosis Alpukat ,944 4 ,847 Dosis Oyong ,999 4 ,444 Alpukat-oyong1 ,802 4 ,134 Alpukat-Oyong2 ,852 4 ,213 Hasil : Nilai signifikansi > α untuk semua kelompok Kesimpulan : Ho diterima, data kadar glukosa darah seluruh hewan uji pada Tg30 terdistribusi normal B. Uji Homogenitas (Uji Levene) pada Kadar Glukosa Darah Seluruh Kelompok pada Tg30 Tujuan : Untuk mengetahui apakah data kadar glukosa darah seluruh kelompok pada Tg30 bervariasi homogen atau tidak Hipotesis : Ho = Data kadar glukosa darah mencit bervariasi homogen Ha = Data kadar glukosa darah mencit tidak bervariasi homogen Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 61 Pengambilan kesimpulan: α = 0,05 Ho diterima jika nilai signifikansi > 0,05 Ha ditolak jika nilai signifikansi < 0,05 Levene Statistic ,759 Hasil df1 df2 5 18 Sig. ,591 : Nilai signifikansi > α Kesimpulan : Ho diterima, data kadar glukosa darah pada seluruh kelompok uji pada Tg30 bervariasi homogen C. Uji ANOVA Satu Arah pada Kadar Glukosa Darah Antar Kelompok Uji pada Tg30 Tujuan : Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kadar glukosa darah yang bermakna antar kelompok hewan uji pada Tg30 Hipotesis : Ho = Data kadar glukosa darah mencit tidak berbeda bermakna Ha = Data kadar glukosa darah mencit berbeda bermakna Pengambilan kesimpulan: α = 0,05 Ho diterima jika nilai signifikansi > 0,05 Ha ditolak jika nilai signifikansi < 0,05 Between Groups Within Groups Total Hasil Sum of Squares 120137,333 10386,000 130523,333 df Mean Square 5 24027,467 18 577,000 23 F 41,642 Sig. ,000 : Nilai signifikansi < α Kesimpulan : Ho ditolak, terdapat perbedaan yang bermakna pada kadar glukosa darah antar kelompok uji pada Tg30 Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 62 D. Uji Beda Nyata Terkecil pada Kadar Glukosa Darah Seluruh Kelompok Hewan Uji pada Tg30 Tujuan : Untuk mengetahui antar kelompok yang mana saja terdapat perbedaan kadar glukosa darah yang bermakna pada Tg30 Hipotesis : Ho = Data kadar glukosa darah tikus tidak berbeda bermakna Ha = Data kadar glukosa darah tikus berbeda bermakna Pengambilan kesimpulan: α = 0,05 Ho diterima jika nilai signifikansi > 0,05 Ha ditolak jika nilai signifikansi < 0,05 (I) Kelompok Normal (J) Kelompok Pembanding Dosis Alpukat Dosis Oyong Alpukat-oyong1 Alpukat-Oyong2 Pembanding Normal Dosis Alpukat Dosis Oyong Alpukat-oyong1 Alpukat-Oyong2 Dosis Normal Alpukat Pembanding Dosis Oyong Alpukat-oyong1 Alpukat-Oyong2 Dosis Normal Oyong Pembanding Dosis Alpukat Alpukat-oyong1 Alpukat-Oyong2 AlpukatNormal oyong1 Pembanding Dosis Alpukat Mean Differenc e (I-J) 201,250* 7,000 14,000 42,750* 10,500 -201,250* -194,250* -187,250* -158,500* -190,750* -7,000 194,250* 7,000 35,750* 3,500 -14,000 187,250* -7,000 28,750 -3,500 -42,750* 158,500* -35,750* Std. Error 16,985 16,985 16,985 16,985 16,985 16,985 16,985 16,985 16,985 16,985 16,985 16,985 16,985 16,985 16,985 16,985 16,985 16,985 16,985 16,985 16,985 16,985 16,985 Sig. ,000 ,685 ,421 ,022 ,544 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,685 ,000 ,685 ,050 ,839 ,421 ,000 ,685 ,108 ,839 ,022 ,000 ,050 95% Confidence Interval Lower Upper Bound Bound 165,57 236,93 -28,68 42,68 -21,68 49,68 7,07 78,43 -25,18 46,18 -236,93 -165,57 -229,93 -158,57 -222,93 -151,57 -194,18 -122,82 -226,43 -155,07 -42,68 28,68 158,57 229,93 -28,68 42,68 ,07 71,43 -32,18 39,18 -49,68 21,68 151,57 222,93 -42,68 28,68 -6,93 64,43 -39,18 32,18 -78,43 -7,07 122,82 194,18 -71,43 -,07 Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 63 Dosis Oyong Alpukat-Oyong2 Normal Pembanding Dosis Alpukat Dosis Oyong Alpukat-oyong1 AlpukatOyong2 Hasil : -28,750 -32,250 -10,500 190,750* -3,500 3,500 32,250 16,985 16,985 16,985 16,985 16,985 16,985 16,985 ,108 ,074 ,544 ,000 ,839 ,839 ,074 -64,43 -67,93 -46,18 155,07 -39,18 -32,18 -3,43 6,93 3,43 25,18 226,43 32,18 39,18 67,93 Nilai signifikansi < α antar kelompok kontrol normal dengan kontrol pembanding, kombinasi ekstrak alpukat-oyong 1 dan kontrol pembanding dengan dosis alpukat, dosis oyong, kombinasi ekstrak alpukat-oyong 1 dan kombinasi ekstrak alpukat-oyong 2 Kesimpulan : Terdapat perbedaan yang bermakna pada kadar glukosa darah antar kelompok kontrol normal dengan kontrol pembanding, kombinasi ekstrak alpukat-oyong 1 dan kontrol pembanding dengan dosis alpukat, doais oyong, kombinasi ekstrak alpukat-oyong 1 dan kombinasi ekstrak alpukat-oyong 2 pada Tg30. Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 64 Lampiran 12. Uji Statistik terhadap Kadar Glukosa Darah Seluruh Kelompok Satu Jam Setelah Pemberian Glukosa (Tg60) (SPSS 19) A. Uji Normalitas (Uji Saphiro-Wilk) pada Kadar Glukosa Darah Seluruh Kelompok pada Tg60 Tujuan : Untuk mengetahui apakah data kadar glukosa darah seluruh kelompok pada Tg60 terdistribusi normal atau tidak Hipotesis : Ho = Data kadar glukosa darah mencit terdistribusi normal Ha = Data kadar glukosa darah mencit tidak terdistribusi normal Pengambilan kesimpulan: α = 0,05 Ho diterima jika nilai signifikansi ≥ 0,05 Ha ditolak jika nilai signifikansi < 0,05 Shapiro-Wilk Kelompok Statistic df Sig. Normal ,910 4 ,480 Pembanding ,994 4 ,977 Dosis Alpukat ,913 4 ,499 Dosis Oyong ,677 4 ,006 Alpukat-oyong1 ,992 4 ,803 Alpukat-Oyong2 ,890 4 ,941 Hasil : Nilai signifikansi > α untuk semua kelompok Kesimpulan : Ho diterima, data kadar glukosa darah seluruh hewan uji pada Tg60 terdistribusi normal B. Uji Homogenitas (Uji Levene) pada Kadar Glukosa Darah Seluruh Kelompok pada Tg60 Tujuan : Untuk mengetahui apakah data kadar glukosa darah seluruh kelompok pada Tg60 bervariasi homogen atau tidak Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 65 Hipotesis : Ho = Data kadar glukosa darah mencit bervariasi homogen Ha = Data kadar glukosa darah mencit tidak bervariasi homogen Pengambilan kesimpulan: α = 0,05 Ho diterima jika nilai signifikansi > 0,05 Ha ditolak jika nilai signifikansi <0,05 Hasil Levene Statistic df1 df2 Sig. 1,038 5 18 ,426 : Nilai signifikansi > α Kesimpulan : Ho diterima, data kadar glukosa darah pada seluruh kelompok uji pada Tg60 bervariasi homogen C. Uji ANOVA Satu Arah pada Kadar Glukosa Darah Antar Kelompok Uji pada Tg60 Tujuan : Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kadar glukosa darah yang bermakna antar kelompok hewan uji pada Tg30 Hipotesis : Ho = Data kadar glukosa darah mencit tidak berbeda bermakna Ha = Data kadar glukosa darah mencit berbeda bermakna Pengambilan kesimpulan: α = 0,05 Ho diterima jika nilai signifikansi ≥ 0,05 Ha ditolak jika nilai signifikansi < 0,05 Sum of Squares Between Groups Within Groups Total Hasil 79440,708 8315,250 87755,958 df Mean Square 5 18 23 15888,142 461,958 F 34,393 Sig. ,000 : Nilai signifikansi < α Kesimpulan : Ho ditolak, terdapat perbedaan yang bermakna pada kadar glukosa darah antar kelompok uji pada Tg60 Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 66 D. Uji Beda Nyata Terkecil pada Kadar Glukosa Darah Seluruh Kelompok Hewan Uji pada Tg60 Tujuan : Untuk mengetahui antar kelompok yang mana saja terdapat perbedaan kadar glukosa darah yang bermakna pada Tg30 Hipotesis : Ho = Data kadar glukosa darah tikus tidak berbeda bermakna Ha = Data kadar glukosa darah tikus berbeda bermakna Pengambilan kesimpulan: α = 0,05 Ho diterima jika nilai signifikansi ≥ 0,05 Ha ditolak jika nilai signifikansi < 0,05 (I) Kelompok Normal (J) Kelompok Pembanding Dosis Alpukat Dosis Oyong Alpukat-oyong1 Alpukat-Oyong2 Pembanding Normal Dosis Alpukat Dosis Oyong Alpukat-oyong1 Alpukat-Oyong2 Dosis Normal Alpukat Pembanding Dosis Oyong Alpukat-oyong1 Alpukat-Oyong2 Dosis Normal Oyong Pembanding Dosis Alpukat Alpukat-oyong1 Alpukat-Oyong2 AlpukatNormal oyong1 Pembanding Dosis Alpukat Mean Differenc e (I-J) 174,250* 42,750* 48,000* 8,500 37,250* -174,250* -131,500* -126,250* -165,750* -137,000* -42,750* 131,500* 5,250 -34,250* -5,500 -48,000* 126,250* -5,250 -39,500* -10,750 -8,500 165,750* 34,250* Std. Error 15,198 15,198 15,198 15,198 15,198 15,198 15,198 15,198 15,198 15,198 15,198 15,198 15,198 15,198 15,198 15,198 15,198 15,198 15,198 15,198 15,198 15,198 15,198 Sig. ,000 ,012 ,005 ,583 ,025 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,012 ,000 ,734 ,037 ,722 ,005 ,000 ,734 ,018 ,488 ,583 ,000 ,037 95% Confidence Interval Lower Upper Bound Bound 142,32 206,18 10,82 74,68 16,07 79,93 -23,43 40,43 5,32 69,18 -206,18 -142,32 -163,43 -99,57 -158,18 -94,32 -197,68 -133,82 -168,93 -105,07 -74,68 -10,82 99,57 163,43 -26,68 37,18 -66,18 -2,32 -37,43 26,43 -79,93 -16,07 94,32 158,18 -37,18 26,68 -71,43 -7,57 -42,68 21,18 -40,43 23,43 133,82 197,68 2,32 66,18 Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 67 AlpukatOyong2 Hasil Dosis Oyong Alpukat-Oyong2 Normal Pembanding Dosis Alpukat Dosis Oyong Alpukat-oyong1 39,500* 28,750 -37,250* 137,000* 5,500 10,750 -28,750 15,198 15,198 15,198 15,198 15,198 15,198 15,198 ,018 ,075 ,025 ,000 ,722 ,488 ,075 7,57 -3,18 -69,18 105,07 -26,43 -21,18 -60,68 71,43 60,68 -5,32 168,93 37,43 42,68 3,18 : Nilai signifikansi < α antar kelompok kontrol normal dengan kontrol pembanding, dosis alpukat, dosis oyong, kombinasi ekstrak alpukat-oyong 2 dan kontrol pembanding dengan dosis alpukat, dosis oyong, kombinasi ekstrak alpukat-oyong 1, kombinasi alpukat-oyong 2. Kesimpulan : Terdapat perbedaan yang bermakna pada kadar glukosa darah antar kelompok kontrol normal dengan kontrol pembanding, dosis alpukat, dosis oyong, kombinasi ekstrak alpukat-oyong 2 dan kontrol pembanding dengan dosis alpukat, dosis oyong, kombinasi ekstrak alpukat-oyong 1, kombinasi alpukat-oyong 2 pada Tg60. Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 68 Lampiran 13. Uji Statistik terhadap Kadar Glukosa Darah Seluruh Kelompok Satu Setengah Jam Setelah Pemberian Glukosa (Tg90) (SPSS 19) A. Uji Normalitas (Uji Saphiro-Wilk) pada Kadar Glukosa Darah Seluruh Kelompok pada Tg90 Tujuan : Untuk mengetahui apakah data kadar glukosa darah seluruh kelompok pada Tg90 terdistribusi normal atau tidak Hipotesis : Ho = Data kadar glukosa darah mencit terdistribusi normal Ha = Data kadar glukosa darah mencit tidak terdistribusi normal Pengambilan kesimpulan: α = 0,05 Ho diterima jika nilai signifikansi > 0,05 Ha ditolak jika nilai signifikansi < 0,05 Shapiro-Wilk Kelompok Statistic Df Sig. Normal ,968 4 ,832 Pembanding ,852 4 ,233 Dosis Alpukat ,869 4 ,294 Dosis Oyong ,931 4 ,600 Alpukat-oyong1 ,898 4 ,354 Alpukat-Oyong2 ,977 4 ,294 Hasil : Nilai signifikansi > α untuk semua kelompok Kesimpulan : Ho diterima, data kadar glukosa darah seluruh hewan uji pada Tg90 terdistribusi normal B. Uji Homogenitas (Uji Levene) pada Kadar Glukosa Darah Seluruh Kelompok pada Tg90 Tujuan : Untuk mengetahui apakah data kadar glukosa darah seluruh kelompok pada Tg90 bervariasi homogen atau tidak Hipotesis : Ho = Data kadar glukosa darah mencit bervariasi homogen Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 69 Ha = Data kadar glukosa darah mencit tidak bervariasi homogen Pengambilan kesimpulan: α = 0,05 Ho diterima jika nilai signifikansi > 0,05 Ha ditolak jika nilai signifikansi < 0,05 Levene Statistic 1,558 Hasil df1 df2 5 18 Sig. ,222 : Nilai signifikansi > α Kesimpulan : Ho diterima, data kadar glukosa darah pada seluruh kelompok uji pada Tg90 bervariasi homogen C. Uji ANOVA Satu Arah pada Kadar Glukosa Darah Antar Kelompok Uji pada Tg90 Tujuan : Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kadar glukosa darah yang bermakna antar kelompok hewan uji pada Tg90 Hipotesis : Ho = Data kadar glukosa darah mencit tidak berbeda bermakna Ha = Data kadar glukosa darah mencit berbeda bermakna Pengambilan kesimpulan: α = 0,05 Ho diterima jika nilai signifikansi > 0,05 Ha ditolak jika nilai signifikansi < 0,05 Between Groups Within Groups Total Hasil Sum of Squares 34497,875 5837,750 40335,625 df 5 18 23 Mean Square 6899,575 F 21,274 Sig. ,000 324,319 : Nilai signifikansi < α Kesimpulan : Ho ditolak, terdapat perbedaan yang bermakna pada kadar glukosa darah antar kelompok uji pada Tg90 Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 70 D. Uji Beda Nyata Terkecil pada Kadar Glukosa Darah Seluruh Kelompok Hewan Uji pada Tg90 Tujuan : Untuk mengetahui antar kelompok yang mana saja terdapat perbedaan kadar glukosa darah yang bermakna pada Tg90 Hipotesis : Ho = Data kadar glukosa darah tikus tidak berbeda bermakna Ha = Data kadar glukosa darah tikus berbeda bermakna Pengambilan kesimpulan: α = 0,05 Ho diterima jika nilai signifikansi > 0,05 Ha ditolak jika nilai signifikansi < 0,05 (I) Kelompok Normal (J) Kelompok Pembanding Dosis Alpukat Dosis Oyong Alpukat-oyong1 Alpukat-Oyong2 Pembanding Normal Dosis Alpukat Dosis Oyong Alpukat-oyong1 Alpukat-Oyong2 Dosis Normal Alpukat Pembanding Dosis Oyong Alpukat-oyong1 Alpukat-Oyong2 Dosis Normal Oyong Pembanding Dosis Alpukat Alpukat-oyong1 Alpukat-Oyong2 AlpukatNormal oyong1 Pembanding Dosis Alpukat Mean Differenc e (I-J) 112,250* 16,000 29,000* 6,500 15,500 -112,250* -96,250* -83,250* -105,750* -96,750* -16,000 96,250* 13,000 -9,500 -,500 -29,000* 83,250* -13,000 -22,500 -13,500 -6,500 105,750* 9,500 Std. Error 12,734 12,734 12,734 12,734 12,734 12,734 12,734 12,734 12,734 12,734 12,734 12,734 12,734 12,734 12,734 12,734 12,734 12,734 12,734 12,734 12,734 12,734 12,734 Sig. ,000 ,225 ,035 ,616 ,239 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,225 ,000 ,321 ,465 ,969 ,035 ,000 ,321 ,094 ,303 ,616 ,000 ,465 95% Confidence Interval Lower Upper Bound Bound 85,50 139,00 -10,75 42,75 2,25 55,75 -20,25 33,25 -11,25 42,25 -139,00 -85,50 -123,00 -69,50 -110,00 -56,50 -132,50 -79,00 -123,50 -70,00 -42,75 10,75 69,50 123,00 -13,75 39,75 -36,25 17,25 -27,25 26,25 -55,75 -2,25 56,50 110,00 -39,75 13,75 -49,25 4,25 -40,25 13,25 -33,25 20,25 79,00 132,50 -17,25 36,25 Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 71 AlpukatOyong2 Hasil Dosis Oyong Alpukat-Oyong2 Normal Pembanding Dosis Alpukat Dosis Oyong Alpukat-oyong1 22,500 9,000 -15,500 96,750* ,500 13,500 -9,000 12,734 12,734 12,734 12,734 12,734 12,734 12,734 ,094 ,489 ,239 ,000 ,969 ,303 ,489 -4,25 -17,75 -42,25 70,00 -26,25 -13,25 -35,75 49,25 35,75 11,25 123,50 27,25 40,25 17,75 : Nilai signifikansi < α antar kelompok kontrol normal dengan kontrol pembanding, dosis oyong dan kontrol pembanding dengan dosis alpukat, dosis oyong, kombinasi ekstrak alpukatoyong 1, kombinasi ekstrak alpukat-oyong 2. Kesimpulan : Terdapat perbedaan yang bermakna pada kadar glukosa darah antar kelompok kontrol normal dengan kontrol pembanding, dosis oyong dan kontrol pembanding dengan dosis alpukat, dosis oyong, kombinasi ekstrak alpukat-oyong 1, kombinasi ekstrak alpukat-oyong 2 pada Tg90. Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 72 Lampiran 14. Uji Statistik terhadap Kadar Glukosa Darah Seluruh Kelompok Seratus Dua Puluh Menit Setelah Pemberian Glukosa (Tg120) (SPSS19) A. Uji Normalitas (Uji Saphiro-Wilk) pada Kadar Glukosa Darah Seluruh Kelompok pada Tg120 Tujuan : Untuk mengetahui apakah data kadar glukosa darah seluruh kelompok pada Tg120 terdistribusi normal atau tidak Hipotesis : Ho = Data kadar glukosa darah mencit terdistribusi normal Ha = Data kadar glukosa darah mencit tidak terdistribusi normal Pengambilan kesimpulan: α = 0,05 Ho diterima jika nilai signifikansi > 0,05 Ha ditolak jika nilai signifikansi < 0,05 Shapiro-Wilk Kelompok Statistic Df Sig. Normal ,903 4 ,444 Pembanding ,785 4 ,079 Dosis Alpukat ,996 4 ,984 Dosis Oyong ,946 4 ,694 Alpukat-oyong1 ,979 4 ,256 Alpukat-Oyong2 ,951 4 ,577 Hasil : Nilai signifikansi > α untuk semua kelompok Kesimpulan : Ho diterima, data kadar glukosa darah seluruh hewan uji pada Tg120 terdistribusi normal B. Uji Homogenitas (Uji Levene) pada Kadar Glukosa Darah Seluruh Kelompok pada Tg120 Tujuan : Untuk mengetahui apakah data kadar glukosa darah seluruh kelompok pada Tg120 bervariasi homogen atau tidak Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 73 Hipotesis : Ho = Data kadar glukosa darah mencit bervariasi homogen Ha = Data kadar glukosa darah mencit tidak bervariasi homogen Pengambilan kesimpulan: α = 0,05 Ho diterima jika nilai signifikansi > 0,05 Ha ditolak jika nilai signifikansi < 0,05 Hasil Levene Statistic df1 1,889 5 : Nilai signifikansi > α df2 18 Sig. ,146 Kesimpulan : Ho diterima, data kadar glukosa darah pada seluruh kelompok uji pada Tg120 bervariasi homogen C. Uji ANOVA Satu Arah pada Kadar Glukosa Darah Antar Kelompok Uji pada Tg120 Tujuan : Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kadar glukosa darah yang bermakna antar kelompok hewan uji pada Tg120 Hipotesis : Ho = Data kadar glukosa darah mencit tidak berbeda bermakna Ha = Data kadar glukosa darah mencit berbeda bermakna Pengambilan kesimpulan: α = 0,05 Ho diterima jika nilai signifikansi > 0,05 Ha ditolak jika nilai signifikansi < 0,05 Sum of Squares Between Groups Within Groups Total Hasil df Mean Square 11286,708 5 2257,342 3001,250 18 166,736 14287,958 23 F 13,538 Sig. ,000 : Nilai signifikansi < α Kesimpulan : Ho ditolak, terdapat perbedaan yang bermakna pada kadar glukosa darah antar kelompok uji pada Tg120 Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 74 D. Uji Beda Nyata Terkecil pada Kadar Glukosa Darah Seluruh Kelompok Hewan Uji pada Tg120 Tujuan : Untuk mengetahui antar kelompok yang mana saja terdapat perbedaan kadar glukosa darah yang bermakna pada Tg120 Hipotesis : Ho = Data kadar glukosa darah tikus tidak berbeda bermakna Ha = Data kadar glukosa darah tikus berbeda bermakna Pengambilan kesimpulan: α = 0,05 Ho diterima jika nilai signifikansi > 0,05 Ha ditolak jika nilai signifikansi < 0,05 95% Confidence Interval Mean Std. Error Upper Bound Bound (I) Kelompok (J) Kelompok Difference (I-J) Normal Pembanding 67,250* 9,131 ,000 48,07 86,43 Dosis Alpukat 18,000 9,131 ,064 -1,18 37,18 Dosis Oyong 24,750* 9,131 ,014 5,57 43,93 Alpukat-oyong1 7,250 9,131 ,438 -11,93 26,43 Alpukat-Oyong2 15,000 9,131 ,118 -4,18 34,18 -67,250 * 9,131 ,000 -86,43 -48,07 -49,250 * 9,131 ,000 -68,43 -30,07 -42,500 * 9,131 ,000 -61,68 -23,32 -60,000 * 9,131 ,000 -79,18 -40,82 Alpukat-Oyong2 -52,250 * 9,131 ,000 -71,43 -33,07 Normal -18,000 9,131 ,064 -37,18 1,18 Pembanding 49,250 * 9,131 ,000 30,07 68,43 Dosis Oyong 6,750 9,131 ,469 -12,43 25,93 Alpukat-oyong1 -10,750 9,131 ,254 -29,93 8,43 Alpukat-Oyong2 -3,000 9,131 ,746 -22,18 16,18 -24,750 * 9,131 ,014 -43,93 -5,57 42,500 * 9,131 ,000 23,32 61,68 -6,750 9,131 ,469 -25,93 12,43 Alpukat-oyong1 -17,500 9,131 ,071 -36,68 1,68 Alpukat-Oyong2 -9,750 9,131 ,300 -28,93 9,43 Normal -7,250 9,131 ,438 -26,43 11,93 Pembanding 60,000 * 9,131 ,000 40,82 79,18 Dosis Alpukat 10,750 9,131 ,254 -8,43 29,93 Dosis Oyong 17,500 9,131 ,071 -1,68 36,68 Pembanding Normal Dosis Alpukat Dosis Oyong Alpukat-oyong1 Dosis Alpukat Dosis Oyong Normal Pembanding Dosis Alpukat Alpukatoyong1 Sig. Lower Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012 75 Alpukat-Oyong2 Alpukat- 7,750 9,131 ,407 -11,43 26,93 -15,000 9,131 ,118 -34,18 4,18 * 9,131 ,000 33,07 71,43 Dosis Alpukat 3,000 9,131 ,746 -16,18 22,18 Dosis Oyong 9,750 9,131 ,300 -9,43 28,93 -7,750 9,131 ,407 -26,93 11,43 Normal Oyong2 Pembanding Alpukat-oyong1 Hasil : 52,250 Nilai signifikansi < α antar kelompok kontrol normal dengan kontrol pembanding, dosis oyong, dan kontrol pembanding dengan dosis alpukat, dosis oyong, kombinasi ekstrak alpukatoyong 1, kombinasi ekstrak alpukat-oyong 2. Kesimpulan : Terdapat perbedaan yang bermakna pada kadar glukosa darah antar kelompok kontrol normal dengan kontrol pembanding, dosis oyong, dan kontrol pembanding dengan dosis alpukat, dosis oyong, kombinasi ekstrak alpukat-oyong 1, kombinasi ekstrak alpukat-oyong 2 pada Tg120. Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012