BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori IPA merupakan mata

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
IPA merupakan mata pelajaran penting, karena IPA berhubungan langsung
dengan kehidupan sehari-hari . Seperti menurut kurikulum KTSP (Depdiknas
, 2006) bahwa “IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam
secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan
yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu
proses penemuan”.
2.1.1 Hakikat IPA
IPA
berasal dari kata sains yang berarti alam. Suyoso (1998:23)
mengatakan bahwa sains adalah “pengetahuan hasil kegiatan manusia yang
bersifat aktif dan dinamis tiada henti-hentinya serta diperoleh melalui metode
tertentu yaitu teratur, sistematis, berobjek, bermetode dan berlaku secara
universal”.
Menurut Abdullah (1998:18), IPA merupakan “pengetahuan teoritis yang
diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan
melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori,
eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara
yang satu dengan cara yang lain”.
Dari pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan
pengetahuan
dari
hasil
kegiatan
manusia
yang
diperoleh
dengan
menggunakan langkah-langkah ilmiah yang berupa metode ilmiah dan
didapatkan dari hasil eksperimen atau observasi yang bersifat umum sehingga
akan terus disempurnakan.
Dalam pembelajaran IPA,terdapat semua materi yang terkait dengan objek
alam serta persoalannya. Ruang lingkup IPA adalah makhluk hidup, energi
dan perubahannya, bumi dan alam semesta serta proses materi dan sifatnya.
IPA terdiri dari tiga aspek yaitu Fisika, Biologi dan Kimia. Pada aspek Fisika
7
8
IPA lebih fokus pada benda-benda yang tidak hidup. Pada aspek Biologi IPA
mengkaji pada persoalan yang terkait dengan makhluk hidup serta
lingkungannya. Sedangkan pada aspek Kimia IPA mempelajari gejala-gejala
kimia baik pada makhluk hidup maupun benda tak hidup yang ada di alam.
Pembelajaran IPA di SD memiliki SK dan KD yang harus di tempuh
dalam satu semester . Pada kelas 4 semester 2 ini terdapat SK dan KD yang
harus di tempuh sebagai berikut :
Tabel 2.1
SK dan KD Mata Pelajaran IPA Kelas 4 Semester II
Standar Kompetensi
Energi dan
Perubahannya
7. Memahami gaya
dapat mengubah
gerak dan/atau
bentuk suatu benda
8. Memahami berbagai
bentuk energi dan
cara penggunaannya
dalam kehidupan
sehari-hari
Bumi dan Alam
Semesta
9. Memahami
perubahan
kenampakan
permukaan bumi
dan benda langit
10. Memahami
perubahan
lingkungan fisik
dan pengaruhnya
terhadap daratan
11. Memahami
hubungan antara
sumber daya alam
dengan lingkungan,
teknologi, dan
masyarakat
Sumber : Permendiknas
Kompetensi Dasar
7.1 Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya (dorongan dan
tarikan) dapat mengubah gerak suatu benda
7.2 Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya (dorongan dan
tarikan) dapat mengubah bentuk suatu benda
8.1 Mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang terdapat di
lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya
8.2 Menjelaskan berbagai energi alternatif dan cara penggunaannya
8.3 Membuat suatu karya/model untuk menunjukkan perubahan
energi gerak akibat pengaruh udara, misalnya roket dari
kertas/baling-baling/pesawat kertas/parasut
8.4 Menjelaskan perubahan energi bunyi melalui penggunaan alat
musik
9.1 Mendeskripsikan perubahan kenampakan bumi
9.2 Mendeskripsikan posisi bulan dan kenampakan bumi dari hari
ke hari
10.1 Mendeskripsikan berbagai penyebab perubahan lingkungan
fisik (angin, hujan, cahaya matahari, dan gelombang air laut)
10.2 Menjelaskan pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap
daratan (erosi, abrasi, banjir, dan longsor)
10.3 Mendeskripsikan cara pencegahan kerusakan lingkungan
(erosi, abrasi, banjir, dan longsor)
11.1 Menjelaskan hubungan antara sumber daya alam dengan
lingkungan
11.2 Menjelaskan hubungan antara sumber daya alam dengan
teknologi yang digunakan
11.3 Menjelaskan dampak pengambilan bahan alam terhadap
pelestarian lingkungan
9
Pemilihan SK dan KD dilakukan dengan pertimbangan nilai pada KD
sebelumnya yang mendapatkan skor kurang. Maka pemilihan SK dan KD
dilakukan untuk memperbaiki Skor yang kurang pada KD sebelumnya.
2.1.2 Karakteristik IPA
Setiap mata pelajaran memiliki karakteristik tersendiri. Tak terkecuali
mata pelajaran IPA. Karakteristik tersebut dipengaruhi oleh sifat ilmu yang
terkandung di dalam mata pelajaran tersebut. Perbedaan karakteristik antar
satu mata pelajaran dan mata pelajaran yang lainya juga akan menimbulkan
perbedaan dalam cara mengajar pada masing masing mata pelajaran itu
sendiri. IPA memiliki karakteristik tersendiri untuk membedakannya dengan
mata pelajaran yang lain.
Carin (1993) mengatakan “IPA sebagai produk atau isi mencakup fakta,
konsep, prinsip, hukum-hukum, dan teori IPA”. Jadi pada hakikatnya IPA
terdiri dari tiga komponen, yaitu sikap ilmiah, proses ilmiah, dan produk
ilmiah. Hal ini berarti bahwa IPA tidak hanya terdiri dari kumpulan
pengetahuan atau berbagai macam fakta yang dihafal, IPA juga merupakan
kegiatan atau proses aktif menggunakan pikiran dalam mempelajari gejalagejala alam yang belum dapat direnungkan. IPA menggunakan apa yang telah
diketahui sebagai batu loncatan untuk memahami apa yang belum diketahui.
Suatu masalah IPA yang telah dirumuskan dan kemudian berhasil dipecahkan
akan memungkinkan IPA untuk berkembang secara dinamis, sehingga
kumpulan pengetahuan sebagai produk juga bertambah.
Harlen (Bundu, 2006: 10) menyatakan bahwa ada tiga karakteristik utama
Sains yakni: Pertama, memandang bahwa setiap orang mempunyai
kewenangan untuk menguji validitas (kesahihan)prinsip dan teori ilmiah
meskipun kelihatannya logis dan dapat dijelaskan secara hipotesis. Teori dan
prinsip hanya berguna jika sesuai dengan kenyataan yang ada. Kedua,
memberi pengertian adanya hubungan antara fakta-fakta yang diobservasi
yang memungkinkan penyusunan prediksi sebelum sampai pada kesimpulan.
Teori yang disusun harus didukung oleh fakta-fakta dan data yang teruji
10
kebenarannya. Ketiga, memberi makna bahwa teori Sains bukanlah
kebenaran yang akhir tetapi akan berubah atas dasar perangkat pendukung
teori tersebut. Hal ini memberi penekanan pada kreativitas dan gagasan
tentang perubahan yang telah lalu dan kemungkinan perubahan di masa
depan, serta pengertian tentang perubahan itu sendiri.
Ilmu Pengetahuan Alam sebagai disiplin ilmu memiliki ciri-ciri
sebagaimana disiplin ilmu lainnya. Setiap disiplin ilmu selain mempunyai ciri
umum, juga mempunyai ciri khusus/karakteristik. Adapun ciri umum dari
suatu ilmu pengetahuan adalah merupakan himpunan fakta serta aturan yang
yang menyatakan hubungan antara satu dengan lainnya. Fakta-fakta tersebut
disusun secara sistematis serta dinyatakan dengan bahasa yang tepat dan pasti
sehingga mudah dicari kembali dan dimengerti untuk komunikasi
(Prawirohartono, 1989: 93).
2.1.3 Proses Pembelajaran IPA di SD
Sesuai dengan karakteristik IPA, IPA di sekolah diharapkan dapat
menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam
sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di
dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan karakteristik IPA pula, cakupan
IPA yang dipelajari di sekolah tidak hanya berupa kumpulan fakta tetapi juga
proses perolehan fakta yang didasarkan pada kemampuan menggunakan
pengetahuan dasar IPA untuk memprediksi atau menjelaskan berbagai
fenomena yang berbeda.
Sulistyorini (2007: 8) mengatakan ”pembelajaran IPA harus melibatkan
keaktifan anak secara penuh (active learning) dengan cara guru dapat
merealisasikan pembelajaran yang mampu memberi kesempatan pada anak
didik untuk melakukan keterampilan proses meliputi: mencari, menemukan,
menyimpulkan, mengkomunikasikan sendiri berbagai pengetahuan, nilainilai, dan pengalaman yang dibutuhkan”.
Para ahli pendidikan dan pembelajaran IPA menyatakan bahwa
pembelajaran IPA seyogyanya melibatkan siswa dalam berbagai ranah, yaitu
11
ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif. Hal ini dikuatkan dalam kurikulum
IPA yang menganjurkan bahwa pembelajaran IPA di sekolah melibatkan
siswa dalam penyelidikan yang berorientasi inkuiri, dengan interaksi antara
siswa dengan guru dan siswa lainnya. Melalui kegiatan penyelidikan, siswa
membuat
hubungan
antara
pengetahuan
yang
dimilikinya
dengan
pengetahuan ilmiah yang ditemukannya pada berbagai sumber, siswa
menerapkan materi IPA untuk mengajukan pertanyaan, siswa menggunakan
pengetahuannya
dalam
pemecahan
masalah,
perencanaan,
membuat
keputusan, diskusi kelompok, dan siswa memperoleh asesmen yang konsisten
dengan suatu pendekatan aktif untuk belajar. Dengan demikian, pembelajaran
IPA di sekolah yang berpusat pada siswa dan menekankan pentingnya belajar
aktif berarti mengubah persepsi tentang guru yang selalu memberikan
informasi dan menjadi sumber pengetahuan bagi siswa (NRC, 1996:20).
Dilihat dari isi dan pendekatan kurikulum dalam pendidikan sekolah dasar
sekolah menengah saat ini maupun sebelumnya,pembelajaran di fokuskan
pada kegiatan siswa. Maka dengan cara ini harapan nya adalah pemahaman
dan pengatahuan siswa mengalami peningkatan.
Pembelajaran IPA disekolah lebih menekankan pada pemberian
pengalaman langsunguntuk proses pengembangan kompetensi menjelajahi
dan memahami alam secara ilmiah. Ini karena IPA merupakan suatu ilmu
yang menjadi kebutuhan dalam kehidupan sehari hari dalam memenuhi
kebutuhan
manusia
melalui
pemecahan
masalah
yang
dapat
diidentifikasikan.
Pembelajaran IPA memang seharusnya di terapkan dalam kehidupan sehari
hari, seperti yang di katakan De Vito, et al. (Samatowa, 2006:
146),”Pembelajaran IPA yang baik harus mengaitkan IPA dengan kehidupan
sehari-hari siswa. Siswa diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan,
membangkitkan ide-ide siswa, membangun rasa ingin tahu tentang segala
sesuatu yang ada di lingkungannya, membangun keterampilan (skill) yang
diperlukan, dan menimbulkan kesadaran siswa bahwa belajar IPA menjadi
sangat diperlukan untuk dipelajari”. Namun dalam penerapannya juga harus
12
dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk bagi mabusia itu
sendiri dan lingkungannya. Maka pembelajaran IPA di SD/MI diharapkan
lebih
di
tekankan
pada
(sains,lingkungan,teknologi,masyarakat)
pembelajaran
Salingtemas
yang di tujukan pada pengalaman
belajar siswa untuk merancang dan membuat karya karya melalui penerapan
konsep IPA dan kompetensi bekerja bijaksana.
2.1.4 Tujuan Pembelajaran IPA di SD
Menurut Darmodjo dan Kaligis (1993: 6), tujuan pembelajaran IPA di
Sekolah Dasar yaitu :
a. Memahami alam sekitarnya, meliputi benda-benda alam dan buatan
manusia serta konsep-konsep IPA yang terkandung di dalamnya;
b. Memiliki keterampilan untuk mendapatkan ilmu, khususnya IPA, berupa
“keterampilan proses” atau metode ilmiah yang sederhana;
c. Memiliki sikap ilmiah di dalam mengenal alam sekitarnya dan
memecahkan masalah yang dihadapinya, serta menyadari kebesaran
penciptanya;
d. Memiliki bekal pengetahuan dasar yang diperlukan untuk melanjutkan
pendidikannya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Tujuan pendidikan IPA di Sekolah Dasar berdasarkan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) atau Kurikulum 2006 adalah agar peserta didik
mampu memiliki kemampuan sebagai berikut:
a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang MahaEsa
berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang
adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,
teknologi, dan masyarakat.
d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan
13
e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga
dan melestarikan lingkungan alam.
f. Meningkatkan
kesadaran
untuk
menghargai
alam
dan
segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai
dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs. (Mulyasa, 2010: 111).
2.1.5 Penilaian IPA di SD
Menurut Kuswanto (2008:1), Penilaian merupakan bagian integral dari
proses belajar mengajar. Penilaian meliputi pengumpulan informasi melalui
berbagai teknik penilaian dan membuat keputusan berdasar hasil penilaian
tersebut. Penilaian memberi informasi pada guru tentang prestasi siswa terkait
dengan tujuan pembelajaran. Dengan informasi ini,guru membuat keputusan
berdasar hasil penilaian mengenai apa yanh harus dilakukan untuk
meningkatkan metode pembelajaran dan memperkuat proses belajar siswa.
Penilaian diadakan untuk mengukur seberapa bear kemampuan siswa
dalam pemahaman pengetahuan,ketrampilan,dan sikap yang telah di capai
oleh peserta didik. Penilaian sebagai pelengkap dalam proses belajar
mengajar , tapi selain itu penilaian juga memberi umpan balik secara formatif
dan sumatif pada guru, peserta didik ,orang tua, maupun sekolah.
Tujuan IPA adalah menguasai pengetahuan IPA, memahami dan
menerapkan
konsep
IPA,
menerapkan
keterampilan
proses,
dan
mengembangkan sikap. Tujuan penilaian ini sejalan dengan tiga ranah dalam
kerangka kurikulum IPA seperti ditunjukkan di bawah:
1. Penilaian Pengetahuan, pemahaman dan penerapan konsep IPA
2. Penilaian Keterampilan dan Proses
3. Penilaian karakter dan sikap (sikap ilmiah) (Kuswanto, (2008:2)
Yang terpenting dalam penilaian IPA adalah harus sesuai dengan proses
belajar mengajar yang telah di berikan. Penilaian berbasis sekolah (formatif &
sumatif) seharusnya digunakan untuk memberikan gambaran yang lengkap
14
terhadap kinerja dan kemajuan peserta didik, dan keefektifan proses belajar
mengajar.
Penelitian dilakukan untuk mendapatkan sebuah hasil yaitu mengetahui
kemajuan belajar peserta didik, dan untuk mengetahui kelebihan dan
kekurangan dalam belajarnya dan digunakan guna menentukan bantuan
seperti apa yang di butuhkan oleh peserta didik dalam membantu kegiatan
belajarnya agar berjalan secara optimal. Peserta didik yang sudah mampu
dengan cepat menguasai materi di berikan latihan soal berupa pengayaan.
Sedangkan peserta didik yang kurang mampu mengikkuti dengan baik akan
mendapatkan evaluasi berupa perbaikan.
2.1.6 Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan tujuan utama dari setiap pendidikan dan
pembelajaran yang dilakukan oleh guru baik di sekolah maupun di manapun
belajar itu dilakukan. Hasil belajar dianggap baik apabila telah mencapai
ataupun melebihi kriteria yang telah di tentukan. Apabila hasil belajar
tersebut sudah mencapai ataupun melebihi batas kriteria yang di tentukan
maka dapat digolongkan menjadi hasil belajar yang baik.
2.1.6.1 Pengertian Hasil Belajar
Yamin (2007:168) mengatakan bahwa “belajar merupakan perubahan
perilaku seseorang melalui latihan dan pengalaman, seseorang belajar tidak
ditentukan oleh kekuatan-kekuatan yang datang dari dalam dirinya atau oleh
stimulus-stimulus yang datang dari lingkungan, akan tetapi merupakan
interaksi timbal balik dari determinan-determinan individu dan determinandeterminan lingkungan”.
Purwanto (2011:46) hasil belajar adalah perubahan perilaku peserta didik
akibat belajar. Perubahan perilaku disebabkan karena dia mencapai
penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar
mengajar. Lebih lanjut lagi ia mengatakan bahwa hasil belajar dapat berupa
perubahan dalam aspekkognitif, afektif dan psikomotorik.
15
Sudjana (2003:3) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah perubahan
tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik yang
dimiliki oleh siswa setelah menerima pengalaman belajar.
Hamalik (2003:155) hasil belajar adalah sebagai terjadinya perubahan
tingkah laku pada diri seseorang yang dapat di amati dan di ukur bentuk
pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat di artikan
sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik
sebelumnya yang tidak tahu menjadi tahu.
Berdasarkan pendapat-pendapat yang telah dipaparkan di atas, maka dapat
dikemukakan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku pada diri
seseorang akibat tindak belajar yang mencakup aspek kognitif, aspek afektif,
dan aspek psikomotorik.
2.1.4.2 Aspek Hasil Belajar
Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka
studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif,
psikomotor (Sudjana, 2009:22). Perinciannya adalah sebagai berikut:
a. Ranah Kognitif
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari
6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan
penilaian.
b. Ranah Afektif Berkenaan dengan sikap dan nilai.
Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima,
menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai
atau kompleks nilai.
c. Ranah Psikomotor
Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi
neuromuscular (menghubungkan, mengamati).
Ketiga kategori ranah tersebut menjadi dasar penilaian hasil belajar.
Dalam hal ini, kategori ranah kognitif yang sering digunakan oleh guru untuk
menilai hasil belajar, karena ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan
siswa menguasai pelajaran yang telah dijelaskan oleh guru. Meskipun
16
demikian ranah afektif dan psikomotor juga tetap berperan dalam penilaian
hasil belajar siswa.
2.2
Model Pembelajaran Cooperative Tipe Jigsaw
Pembelajaran cooperative adalah pembelajaran yang berbentuk kelompok
dengan jumlah anggota 2-5 orang dengan gagasan untuk saling memotivasi
antara semua anggotanya dan juga saling membantu untuk tercapainya suatu
tujuan pembelajaran yang maksimal.
Depdiknas (2003:5) “Pembelajaran Cooperative (cooperative learning)
merupakan strategi pembelajaran melalui kelompok kecil siswa yang saling
bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan
belajar”.
Bern dan Erickson (2001:5) “Cooperative learning (pembelajaran
cooperative)
merupakan
strategi
pembelajaran
yang
mengorganisir
pembelajaran dengan menggunakan kelompok belajar kecil di mana siswa
bekerja sama untuk mencapai tujuan belajar”.
Suprijono
(2010:54) “Model pembelajaran cooperative adalah konsep
yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk
yang dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru”
Slavin (Isjoni, 2011:15) “In cooperative learning methods, students work
together in four member teams to master material initially presented by the
teacher”. Ini berarti bahwa cooperative learning atau pembelajaran
cooperative adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan
bekerja kelompok-kelompok kecil berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif
sehingga dapat merangsang peserta didik lebih bergairah dalam belajar. Dari
beberapa
pengertian
menurut
para
ahli
dapat
disimpulkan
bahwa
pembelajaran cooperative adalah cara belajar dalam bentuk kelompokkelompok kecil yang saling bekerjasama dan diarahkan oleh guru untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan”.
17
2.2.1 Pembelajaran Cooperative Tipe Jigsaw
Kata Jigsaw diambil dari bahasa inggris yang berarti gergaji ukir, atau
banyak juga yang menyebutnya dengan kata fuzzle, yaitu potongan teka teki
yang berbentuk potongan gambar. Sesuai artinya, pembelajaran jigsaw ini
mengambil pola cara kerja seperti gergaji, yaitu siswa melakukan suatu
kegiatan belajar bersama untuk mencapai satu tujuan bersama.
Jigsaw merupakan tipe pembelajaran cooperative yang dikembangkan
oleh Elliot Aronson‟s, (Aronson, Blaney, Stephen, Sikes, and SNAPP, 1978).
Model pembelajaran ini dibuat untuk meningkatkan rasa tanggung jawab
siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga terhadap pembelajaran
orang lain. Siswa tak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka
juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut kepada
kelompoknya. Sehingga baik kemampuan secara kognitif maupun social
siswa sangat diperlukan.
Cooperative tipe jigsaw adalah pembelajaran dimana di dalam
pembelajarannya menggunakan kelompok kelompok kecil yang bekerja sama
dan berdiskusi dalam menciptakan kondisi belajar secara maksimal untuk
mencapai tujuan pembelajaran dan memaksimalkan pengalaman belajar
secara individu maupun kelompok.
Model pembelajaran jigsaw lebih menekankan pada kerja kelompok
peserta didikdalam bentuk kelompok kecil. Sesuai dengan yang di katakan
oleh Lie (1993:73) yaitu,”Pembelajaran model cooperative Jigsaw ini
merupakan model belajar cooperative dengan cara siswa belajar dalam
kelompok kecil yang terdiri atas empat sampai enam orang secara heterogen,
dan siswa bekerjasama, saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab
secara mandiri”.
2.2.2
Karakteristik Model Pembelajaran Cooperative Tipe Jigsaw
Model
pembelajaran
cooperative
tipe
Jigsaw
merupakan
model
pembelajaran cooperative, dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang
terdiri
dari
4–6
orang
secara
heterogen
dan
bekerjasama
saling
18
ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian
materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut
kepada anggota kelompok yang lain (Arends,1997).
Pada model pembelajaran cooperative tipe jigsaw, terdapat kelompok asal
dan kelompok ahli”. Kelompok asal, yaitu kelompok induk siswa yang
beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga
yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli.
Kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok
asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik
tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya
untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal. (Arends, 20)
2.2.3 Langkah-langkah pelaksanaan metode JIGSAW
Seperti yang telah dikemukakan oleh Lie (dalam Rusman, 2012:218),
bahwa model pembelajaran cooperative type jigsaw merupakan model belajar
cooperative dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari
empat sampai enam orang secara heterogen dimana siswa belajar secara
bekerja sama yang saling berketergantungan positif dan bertanggung jawab
secara mandiri.
Maka langkah-langkah dalam menjalankan metode jigsaw menurut Lie
(dalam Rusman, 2012:218) adalah :
a. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok dengan anggota 4 sampai
dengan 5 orang.
b. Guru menginformasikan, setiap siswa dalam tim memiliki materi dan
tugas yang berbeda-beda.
c. Guru mengelompokkan dari anggota tim yang berbeda dengan penugasan
yang sama namun membentuk kelompok baru (kelompok ahli).
d. Setelah kelompok ahli berdiskusi, kelompok ahli ini kemudian kembali ke
kelompoknya. semula dan kemudian menjelaskan kepada anggota
e. kelompoknya tentang materi yang sudah. didiskusikan namun hanya pada
materi yang mereka kuasai.
19
f. Guru mengajak siswa tiap tim ahli untuk mempresentasikan hasil
diskusinya.
g. Guru membahas dan mengulas materi dengan tujuan agar pemahaman
siswa lebih jelas.
h. Guru bersama siswa melakukan penyimpulan materi serta menutup
pelajaran.
Menurut Trianto (2010: 73) langkah-langkah dalam pembelajaran
cooperative tipe jigsaw yaitu:
a.
Siswa dibagi dalam beberapa kelompok (tiap kelompok terdiri dari 5-6
orang).
b.
Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah
dibagi-bagi menjadi sub bab.
c.
Setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan
bertanggungjawab untuk mempelajarinya. Tiap anggota kelompok ahli
setelah kembali kekelompoknya bertugas mengajar teman-temannya.
d.
Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub bab yang sama
bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikan.
e.
Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal,siswa-siswa dikenai tagihan
berupa kuis individu.
f.
Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari subbab yang sama
bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikan.
20
Gambar 2.1
Ilustrasi Pebelajaran Model Cooperative tipe Jigsaw
Menurut
Isjoni
(2009:77)
pembelajaran
cooperative
tipe
jigsaw
merupakan salah satu tipe pembelajaran cooperative yang mendorong siswa
aktif dan saling membantu dalam penguasaan materi pelajaran untuk
mencapai prestasi yang maksimal. Pada kegiatan ini keterlibatan guru dalam
proses belajar mengajar semakin berkurang dalam arti guru menjadi pusat
kegiatan kelas. Guru berperan sebagai fasilitator yang mengarahkan dan
memotivasi siswa untuk belajar mandiri serta menumbuhkan rasa
tanggungjawab.
Langkah-langkah dalam model pembelajaran cooperative tipe jigsaw (Isjoni
2009: 80-81), yaitu:
1.
Siswa dihimpun dalam satu kelompok yang terdiri dari 4-6 orang.
2.
Masing-masing kelompok diberi tugas untuk dikerjakan.
3.
Para siswa dari masing-masing kelompok yang memiliki tugas yang sama
berkumpul membentuk kelompok anggota yang baru, untuk mengerjakan
tugas mereka, para siswa tersebut menjadi anggota dengan bidang-bidang
mereka yang telah ditentukan.
4.
Masing-masing perwakilan tersebut dapat menguasain materi yang
ditugaskan, kemudian masing-masing perwakilan tersebut kembali
kekelompok masing-masing atau kelompok asalnya.
5.
Siswa diberi tes, hal tersebut untuk mengetahui apakah siswa sudah dapat
memahami suatu materi.
21
Langkah-langkah
pmbelajaran
tersebut
dijabarkan
pada
sintak
pembelajaran cooperative tipe jigsaw di bawah ini :
Tabel 2.1
Sintak Pembelajaran Cooperative Tipe JIGSAW
Kegiatan Guru
1. PERSIAPAN
a. Pengenalan Topik yang akan
dibahas oleh guru.
b. Guru menanyakan kepada
siswa
apa yang mereka
ketahui
tentang
topic
tersebut.
2. PERMAINAN
a. Guru membagi kelas menjadi
beberapa kelompok sesuai
dengan jumlah konsep yang
terdapat pada topic tersebut.
(kelompok asal)
b. Guru meminta siswa untuk
menyiapkan yel-yel sebagai
sarana penyemangat dalam
waktu beberapa menit.
c. Guru membagikan alat tulis
pada
masing-masing
kelompok.
d. Kemudian guru membagikan
meteri-materi atau soal ang
akan didiskusikan.
e. Selanjutnya guru membentuk
kelompok ahli (expert teams).
f. Guru
memberikan
kesempatan pada kelompok
ahli untuk berdiskusi.
3. KONFIRMASI
a. Guru memberikan peringatan
bahwa waktu diskusi sudah
hampir habis.
b. Guru memberikan kesempatan
untuk berdiskusi, dari apa
yang mereka dapat dari
diskusi kelompok ahli kepada
anggota dari kelompok asal.
c. kemudian meminta siswa
untuk membacakan hasil
diskusinya.
4. REFLEKSI
a. Guru memberikan tambahan
/masukan untuk melengkapi
Kegiatan Siswa
1. PERSIAPAN
a. Siswa mendengarkan dan memperhartikan
penjelasan dari guru.
b. Siswa menjawab apa yang ditanyakan oleh
guru agar lebih siap menghadapi kegiatan
pelajaran yang baru.
2. PERMAINAN
a. Siswa membentuk kelompok sesuai dengan
jumlah konsep yang ada. (kelompk asal).
b. Siswa membuat yel-yel menarik untuk
memberi semangat dan agar lebih
menyenangkan dlm waktu beberapa menit.
c.Tiap-tiap kelompok mengambil alat tulis
yang telah disiapkan guru.
d. Masing-masing Siswa mendiskusikan soalsoal yang telah di berikan oleh guru.
e. Siswa menentukan salah 1 dari anggotanya
untuk masuk menjadi kelompok ahli.
f. Kelompok ahli mendiskusikan hasil diskusi
yang mereka dapat dari kelompok asalnya
masing-masing.
3. KONFIRMASI
a. Setiap anggota kelompok ahli bersiap-siap
berkumpul kembali pada kelompok asal.
b. Anggota kelompok ahli yang sudah kembali
kemudian menjelaskan hasil diskusinya di
kelompok ahli tadi kepada semua anggota
kelompoknya.
c. Setelah itu siswa membacakan hasil
diskusinya dari masing-masing kelompok
asal.
4. REFLEKSI
a. Semua kelompok membacakan seluruh hasil
diskusinya di depan kelas.
5. EVALUASI & PENUTUP
a. Siswa menyimak atau menncatat simpulan
yang diberikan guru.
b. Siswa menjawab salam dari guru.
22
jawaban yang masih dirasa
kurang.
5. EVALUASI & PENUTUP
a. Guru memberikan penilaian
secara
Individu
dan
Kelompok.
b. Guru memberikan review
(kesimpulan) dari topik yang
telah dipelajari.
c. Guru mengakhiri KBM
dengan mengucapkan salam.
2.2.4 Kelebihan Model Pembelajaran Jigsaw
Kelebihan Model Pembelajaran Jigsaw adalah sebagai berikut:
1. Dalam pembelajaran kelompok, siswa berkesempatan untuk belajar dan
megajar dalam kelompok mereka, belajar topik ahli dalam kelompok ahli
dan megajarkan topik ahli dalam kelompok asal sehingga dapat
mengembangkan rasa percaya diri, kerja sama, dan motivasi (Barbosa et
al, 2004).
2. Mampu meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor siswa
(Eilks, 2005).
3. Dapat mempelajari bagian ilmu pengetahuan yang tersusun secara hirarkis,
yang berarti setiap langkah dapat dipelajari secara terpisah namun
kemudian didiskusikan kembali secara bersam-sama.
4. Mampu meningkatkan keterampilan berpikir kritis pada diri siswa
(Aronson dan Patnoe, 1997). Apabila dipadukan dengan metode
eksperimen, model Jigsaw IV mampu melakukan bagian-bagian percobaan
tertentu, berbagi data, dan mendiskusikan bersama kembali.
5. Model Jigsaw juga baik untuk diterapkan pada materi-materi yang bersifat
abstrak seperti struktur atom (Eilks, 2005).
Ibrahim dkk (2000) mengemukakan kelebihan dari metode jigsaw sebagai
berikut.
1. Dapat mengembangkan tingkah laku cooperative
2. Menjalin/mempererat hubungan yang lebih baik antar siswa
23
3. Dapat mengembangkan kemampuan akademis siswa
4. Siswa lebih banyak belajar dari teman mereka dalam belajar
cooperative dari pada guru
Sementara itu Ratumanan (2002) menyatakan bahwa interaksi yang terjadi
dalam bentuk cooperative dapat memacu terbentuknya ide baru dan
memperkaya perkembangan intelektual siswa.
2.3
Media Pembelajaran
Dalam melaksanakan pembelajaran kepada siswa , agar siswa lebih
merasa tertarik bekerja dalam kelompok maka digunakan media bantuan yaitu
media puzzle berupa gambar gambar yang menarik bagi anak-anak.
2.3.1 Pengertian Media Pembelajaran
Media pembelajaran secara umum adalah alat untuk membantu proses
belajar mengajar. Segala sesuatu yang dapat digunakan untuk merangsang
pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau ketrampilan pebelajar
sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar. Batasan ini cukup luas
dan mendalam mencakup pengertian sumber, lingkungan, manusia dan
metode yang dimanfaatkan untuk tujuan pembelajaran / pelatihan.
Menurut Briggs (1977) media pembelajaran adalah sarana fisik untuk
menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan
sebagainya. Kemudian menurut National Education Associaton(1969) media
pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun
pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras.
Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi dan berlangsung
dalam suatu sistem, maka media pembelajaran menempati posisi yang cukup
penting sebagai salah satu komponen sistem pembelajaran. Tanpa media,
komunikasi tidak akan terjadi dan proses pembelajaran sebagai proses
komunikasi juga tidak akan bisa berlangsung secara optimal. Media
pembelajaran adalah komponen integral dari sistem pembelajaran
Dari pendapat di atas disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah
segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran,
24
perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya
proses belajar pada diri peserta didik.
Menurut Edgar Dale, dalam dunia pendidikan, penggunaan media
pembelajaran seringkali menggunakan prinsip Kerucut Pengalaman, yang
membutuhkan media seperti buku teks, bahan belajar yang dibuat oleh guru
dan “audio-visual”.
Menurut Jalaludin Rahmat yang mengutip pendapat E.Dennisson
bahwa “Gerakan adalah pintu menuju pembelajaran, artinya, gerakan
membangkitkan
dan
mengaktifkan
kapasitas
mental
kita,
gerakan
menyatukan dan menarik informasi-informasi baru ke dalam jaringan neuron
kita”. Untuk itu Pembelajaran yang baik dapat membangkitkan roh belajar
siswa yakni dapat terlibat secara aktif menemukan jawaban dari masalah yang
dibahas. Upaya ini salah satunya dengan mengajak siswa bergerak aktif.
Sebab gerakan sangat vital bagi semua tindakan untuk mewujudkan dan
mengungkapkan pembelajaran (Rahmat, 1999:21).
2.3.2 Media Pembelajaran Puzzle
Secara umum media games puzzle akan memberikan manfaat baik bagi
siswa, sebagaimana fungsi berbagai media diluar sekolah bagi para pelajar
tentunya sebagai bahan tambahan pengetahuan yang tidak mereka dapat di
sekolah. Oleh sebab itu guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman
mengenai media yang cukup, meliputi hal-hal di bawah ini:
1. Media merupakan alat komunikasi untuk mendapatkan proses belajar yang
lebih efektif
2. Fungsi media untuk lebih mencapai tujuan dengan tepat
3. Seluk beluk proses pendidikan
4. Hubungan antara metode pembelajaran dan pendidikan
5. Nilai dan manfaat yang didapat dari pengajaran
6. Pemilihan dan penggunaan media yang sesuai
7. Inovasi dalam media pendidikan (Rusman, 2009, hal.80)
25
Puzzle secara bahasa indonesia diartikan sebagai tebakan. Tebakan adalah
sebuah masalah atau "enigma" yang diberikan sebagai hiburan; yang biasanya
ditulis, atau dilakukan. Banyak tebakan berakar dari masalah matematika dan
logistik serius (lihat masalah pengepakan dan tebakan tur). Lainnya, seperti
masalah catur, diambil dari permainan papan. Lainnya lagi dibuat hanya
sebagai pengetesan atau godaan otak. Pelajaran resmi tebakan disebut
enigmatologi (http://www.wikipedia.org)
Menurut Adenan (1989: 9) dinyatakan bahwa “puzzle dan games adalah
materi untuk memotivasi diri secara nyata dan merupakan daya penarik yang
kuat. Puzzle dan games untuk memotivasi diri karena hal itu menawarkan
sebuah tantangan yang dapat secara umum dilaksanakan dengan berhasil”.
Sedangkan menurut Hadfield (1990: v), puzzle adalah pertanyaan-pertanyaan
atau masalah yang sulit untuk dimengerti atau dijawab”.
Tarigan (1986:234) menyatakan bahwa „pada umumnya para siswa
menyukai permaianan dan mereka dapat memahami dan melatih cara
penggunaan kata-kata, puzzle, crosswords puzzle, anagram dan palindron‟.
Berikut ini ada beberapa jenis puzzle yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kemampuan memahami kosakata:
1. Spelling puzzle, yakni puzzle yang terdiri dari gambar-gambar dan hurufhuruf acak untuk dijodohkan menjadi kosakata yang benar.
2. Jigsaw puzzle, yakni puzzle yang berupa beberapa pertanyaan untuk
dijawab kemudian dari jawaban itu diambil huruf-huruf pertama untuk
dirangkai menjadi sebuah kata yang merupakan jawaban pertanyaan yang
paling akhir.
3. The thing puzzle, yakni puzzle yang berupa deskripsi kalimat-kalimat yang
berhubungan dengan gambar-gambar benda untuk dijodohkan.
4. The letter(s) readiness puzzle, yakni puzzle yang berupa gambar-gambar
disertai dengan huruf-huruf nama gambar tersebut, tetapi huruf itu belum
lengkap
26
5. Crosswords puzzle, yakni puzzle yang berupa pertanyaan-pertanyaan yang
harus dijawab dengan cara memasukan jawaban tersebut ke dalam kotakkotak yang tersedia baik secara horizontal maupun vertikal.
Beberapa manfaat bermain puzzle bagi anak-anak antara lain:
a. Meningkatkan Keterampilan Kognitif
Keterampilan
kognitif
(cognitive
skill)
berkaitan
dengan
kemampuan untuk belajar dan memecahkan masalah. Puzzle adalah
permainan yang menarik bagi anak balita karena anak balita pada
dasarnya menyukai bentuk gambar dan warna yang menarik.
Dengan bermain puzzle anak akan mencoba memecahkan masalah
yaitu menyusun gambar. Pada tahap awal mengenal puzzle, mereka
mungkin mencoba untuk menyusun gambar puzzle dengan cara mencoba
memasang-masangkan bagian-bagian puzzle tanpa petunjuk. Dengan
sedikit arahan dan contoh, maka anak sudah dapat mengembangkan
kemampuan kognitifnya dengan cara mencoba menyesuaikan bentuk,
menyesuaikan warna, atau logika. Contoh usaha anak menyesuaikan
bentuk misalnya bentuk cembung harus dipasangkan dengan bentuk
cekung. Contoh usaha anak menyesuaikan warna misalnya warna merah
dipasangkan dengan warna merah. Contoh usaha anak menggunakan
logika, misalnya bagian gambar roda atau kaki posisinya selalu berada di
bawah.
b. Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus
Keterampilan motorik halus (fine motor skill) berkaitan dengan
kemampuan anak menggunakan otot-otot kecilnya khususnya tangan dan
jari-jari tangan. Anak balita khususnya anak berusia kurang dari tiga
tahun
(batita)
direkomendasikan
banyak
mendapatkan
latihan
keterampilan motorik halus. Dengan bermain puzzle tanpa disadari anak
akan belajar secara aktif menggunakan jari-jari tangannya. Supaya puzzle
dapat tersusun membentuk gambar maka bagian-bagian puzzle harus
disusun secara hati-hati. Perhatikan cara anak-anak memegang bagian
puzzle akan berbeda dengan caranya memegang boneka atau bola.
27
Memengang dan meletakkan puzzle mungkin hanya menggunakan dua
atau tiga jari, sedangkan memegang boneka atau bola dapat dilakukan
dengan mengempit di ketiak (tanpa melibatkan jari tangan) atau
menggunakan kelima jari dan telapak tangan sekaligus.
c. Meningkatkan Keterampilan Sosial
Keterampilan sosial berkaitan dengan kemampuan berinteraksi
dengan orang lain. Puzzle dapat dimainkan secara perorangan. Namun
puzzle dapat pula dimainkan secara kelompok. Permainan yang dilakukan
oleh anak-anak secara kelompok akan meningkatkan interaksi sosial
anak. Dalam kelompok anak akan saling menghargai, saling membantu
dan berdiskusi satu sama lain. Jika anak bermain puzzle di rumah orang
tua dapat menemani anak untuk berdiskusi menyelesaikan puzzlenya,
tetapi sebaiknya orang tua hanya memberikan arahan kepada anak dan
tidak terlibat secara aktif membantu anak menyusun puzzle.
d. Melatih koordinasi mata dan tangan.
Anak
belajar
mencocokkan
keeping-keping
puzzle
dan
menyusunnya menjadi satu gambar. Ini langkah penting menuju
pengembangan ketrampilan membaca.
e. Melatih logika
Membantu melatih logika anak. Misalnya puzzle bergambar manusia.
Anak dilatih menyimpulkan di mana letak kepala, tangan, dan kaki sesuai
logika.
f. Melatih kesabaran.
Bermain
puzzle
membutuhkan
ketekunan,
kesabaran
dan
memerlukan waktu untuk berfikir dalam menyelesaikan tantangan.
g. Memperluas pengetahuan.
Anak akan belajar banyak hal, warna, bentuk, angka, huruf.
Pengetahuan yang diperoleh dari cara ini biasanya mengesankan bagi
anak dibandingkan yang dihafalkan. Anak dapat belajar konsep dasar,
binatang, alam sekitar, buah-buahan, alfabet dan lain-lain. Tentu saja
dengan bantuan ibu dan ayah.
28
2.3.4 Implementasi Pembelajaran Cooperative Tipe Jigsaw Berbantu
Media Puzzle
Pembelajaran Cooperative Tipe Jigsaw Berbantu Media Puzzle dapat
dilakukan dengan langkah-langkah berikut:
1. Kegiatan awal
a. Membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dan melakukan
presensi.
b. Melakukan apresepsi dengan pertanyaan-pertanyaan yang mengarah
pada materi yang di ajarkan.
c. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan kangkah-langkah kegiatan
pembelajaran.
2. Kegiatan Inti
a. Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok sesuai dengan
jumlah konsep yang terdapat pada topic tersebut. (kelompok asal)
b. Guru membagikan alat tulis pada masing-masing kelompok.
c. Kemudian guru membagikan meteri-materi atau soal yang akan
didiskusikan.
d. Selanjutnya guru membentuk kelompok ahli (expert teams).
e. Guru memberikan puzzle yang bergambar sesuai dengan materi pada
kelompok ahli untuk di diskusikan.
f. Guru memberikan peringatan bahwa waktu diskusi sudah hampir
habis.
g. Guru memberikan kesempatan untuk berdiskusi, dari apa yang mereka
dapat dari diskusi kelompok ahli kepada anggota dari kelompok asal.
h. Kemudian meminta siswa untuk membacakan hasil diskusinya.
3. Kegiatan Penutup
a. Guru memberikan tambahan /masukan untuk melengkapi jawaban
yang masih dirasa kurang.
b. Guru memberikan penilaian secara Individu dan Kelompok.
c. Guru memberikan review (kesimpulan) dari topik yang telah
dipelajari.
29
d. Guru mengakhiri KBM dengan mengucapkan salam.
2.4 Hasil Penelitian Yang Relevan
Mariana (2012), tentang Peningkatan Hasil Belajar dan Kepemimpinan
Melalui Model Jigsaw Mata Pelajaran IPA pada Siswa Kelas v SDN 1
Mugeng Temanggung: UKSW mengatakan bahwa terjadi peningkatan hasil
belajar dan peningkatan kepemimpinan siswa kelas V SDN 1 Mungseng pada
mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) melalui metode jigsaw.
Pembelajaran melalui metode jigsaw disajikan dalam bentuk diskusi
kelompok, soal evaluasi dan angket. Saran dalam proses pembelajaran
hendaknya siswa ikut terlibat aktif serta guru harus lebih kreatif dalam
menyajikan metode pembelajaran yang menarik dan mampu mengembangkan
karakter siswa seperti metode jigsaw.
Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan oleh Setyaningrum (2012)
tentang Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran
Jigsaw
dengan
Permainan Puzzle Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD Negeri 4
Mendenrejo Kradenan Blora Semester 2 Tahun Ajaran 2011/2012:UKSW
mengatakan bahwa Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
positif signifikan hal ini ditunjukkan dengan perbedaan rata-rata dari hasil
belajar kelompok control dan kelompok eksperimen. Skor kelompok kontrol
lebih rendah dari skor rata-rata kelompok eksperimen, yaitu 83 < 90, dengan
perbedaan rata-rata (mean deference) sebesar 7, 04167, dan t hitung < t tabel
(9.870 > 2,013) dengan taraf signifikansi diperoleh 0,000 < 0,05. Hal tersebut
berarti terdapat perbedaan antara skor rata-rata dari hasil belajar kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Berdasarkan hasil penelitian disarankan
supaya guru dalam pembelajaran IPS menggunakan model pembelajaran
jigsaw dengan permainan puzzle untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Untuk itu penelitian tentang model pembelajaran dan hasil belajar perlu
dikembangkan.
Penelitian ini menggunakan metode yang sama yang itu metode
Cooperative tipe jigsaw dan menggunakan media puzzle sebagai media
30
pembantu . Dan terdapat pula perbedaan dalam penelitian ini yaitu pada
variabel terikat dalam penelitian ini meneliti tentang peningkatan proses
pembelajaran yang tidak terdapat pada penelitian sebelumnya .
2.5 Kerangka Pikir
Kegiatan pembelajaran IPA di SDN Kumpulrejo 03 lebih sering
dilaksanakan dengan menggunakan model ceramah. Hal itu menjadikan
kreativitas siswa menjadi kurang terlatih. Siswa merasa jenuh dengan
pembelajaran yang lebih berpusat pada guru dikarenakan guru sangat
mendominasi pembelajaran. Guru lebih banyak aktivitas dari pada siswa,
mulai dari menyampaikan ceramah yang terpaku pada buku paket , lalu siswa
di berikan tugas untuk dikerjakan proses belajar siswa dan akan berdampak
pada hasil belajar siswa yang rendah.
Untuk
menyelesaikan
permasalahan
tersebut
perlu
dilakukannya
perubahan dalam model pembelajaran dengan menerapkan model baru yang
cukup memberikan variasi pada pembelajaran yang dirasa kurang menunjang
proses dan hasil belajar.
Pembelajaran akan terasa menarik dan efektif apabila siswa dilibatkan
langsung dalam kegiatan pembelajaran. Siswa di harapkan dapat memahami
konsep konsep yang diajarkan di dalam kelompok belajar,jadi peran guru
hanya menjadi fasilitator dalam menyediakan dan mengarahkan kegiatan
siswa agar mendapatkan hal yang baru di sekolah. Pembelajaran Cooperative
Tipe Jigsaw Berbantu Media Puzzle merupakan kegiatan berkelompok yang
memadukan antara permainan dan pembelajaran .
Cooperative tipe jigsaw adalah pembelajaran dimana di dalam
pembelajarannya menggunakan kelompok kelompok kecil yang bekerja sama
dan berdiskusi dalam menciptakan kondisi belajar secara maksimal untuk
mencapai tujuan pembelajaran dan memaksimalkan pengalaman belajar
secara individu maupun kelompok.
Secara umum media games puzzle akan memberikan manfaat baik bagi
siswa, sebagaimana fungsi berbagai media di luar sekolah bagi para pelajar
31
tentunya sebagai bahan tambahan pengetahuan yang tidak mereka dapat di
sekolah. Oleh sebab itu guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman
mengenai media yang cukup.
Pembelajaran cooperative tipe jigsaw berbantu media puzzle melalui
langkah langkah yaitu, membagi kelas menjadi beberapa kelompok sesuai
dengan jumlah konsep yang terdapat pada topic tersebut, meminta siswa
untuk menyiapkan yel-yel sebagai sarana penyemangat dalam waktu
beberapa menit,
Kemudian
guru
membagikan alat tulis pada masing-masing kelompok,
membagikan
didiskusikan,Selanjutnya
guru
meteri-materi
membentuk
atau
soal
kelompok
yang
ahli
teams),memberikan puzzle yang bergambar sesuai dengan materi
akan
(expert
pada
kelompok ahli untuk di diskusikan, memberikan peringatan bahwa waktu
diskusi sudah hampir habis, memberikan kesempatan untuk berdiskusi, dari
apa yang mereka dapat dari
diskusi kelompok ahli kepada anggota dari
kelompok asal.
Penerapan pembelajara cooperative tipe jigsaw berbantu media puzzle
dapat digunakan untuk membantu meningkatkan proses belajar dan hasil
belajar IPA siswa. Dengan pembelajaran ini siswa lebih terlibat aktif, tertarik
dengan pembelajaran sehingga proses dan hasil belajar siswa meningkat pada
pelajaran IPA. Pembelajaran cooperative tipe jigsaw berbantu media puzzle
dilaksanakan dalam beberapa siklus hingga tercapainya keberhasilan belajar
yaitu proses belajar dan hasil belajar IPA.
32
pembelajaran
konvensional
Guru mendominasi
pembelajaran
Siswa menjadi
kurang berlatih
Hasil belajar siswa
tidak memenuhi
kriteria ketuntasan
Diterapkan model pembelajaran cooperative tipe jigsaw
berbantu media puzzle pada Kdmenjelasakan hubungan
antara SDA dan lingkungan
Guru membagi kelas menjadi 4 kelompok sesuai dengan jumlah
konsep yang terdapat pada topic hubungan antara sumber
daya alam dengan lingkungan. (kelompok asal)
Guru membagikan alat tulis pada masing-masing kelompok.
guru membagikan meteri-materi atau soal yang akan didiskusikan.
Guru membentuk kelompok ahli (expert teams).
Guru memberikan puzzle yang bergambar bahan makanan pada
kelompok ahli untuk di diskusikan.
Guru meminta siswa untuk berdiskusi
Guru memberikan peringatan bahwa waktu diskusi sudah hampir
habis.
Guru memberikan kesempatan untuk berdiskusi, dari apa yang
mereka dapat dari diskusi kelompok ahli kepada anggota dari
kelompok asal.
TES
Hasil belajar siswa
meningkat
Gambar 2.2 Skema Kerangka Pikir Upaya Meningkatkan Proses dan Hasil
Belajar IPA Melalui Model Cooperative Tipe Jigsaw Berbantuan Media
Puzzle
33
2.6
Hipotesis
Berdasarkan landasan teori dan kerangka pikiran maka dapat dirumuskan
hipotesis penelitian tindakan kelas berikut ini adalah
a) “Penerapan pembelajaran Cooperative Tipe Jigsaw berbantu media puzzle
diduga dapat meningkatkan proses pembelajaran IPA siswa kelas 4 SD
Negeri Kumpulrejo 03 salatiga semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016. “
b) “Peningkatan proses menggunakan model Cooperative Tipe Jigsaw
berbantu media puzzle diduga dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa
kelas 4 SD Negeri Kumpulrejo 03 salatiga semester 2 Tahun Pelajaran
2015/2016. “
Download