perspective - Commonwealth Bank

advertisement
MARKET
PERSPECTIVE
Wealth Management Newsletter | September 2017
The Effort to Boost Growth
Pemerintah bersama instansi terkait terus berupaya
menstimulus pertumbuhan ekonomi menuju level
yang diinginkan, salah satunya dengan pelonggaran
kebijakan moneter dan penurunan suku bunga.
GREETINGS
Nasabah yang terhormat,
Terima kasih atas kepercayaan Anda menjadi Nasabah setia Commonwealth Bank.
Pada edisi Market Perspective e-Newsletter kali ini Kami membahas mengenai
pergerakan pasar keuangan baik pasar saham maupun obligasi sepanjang bulan
Agustus 2017 serta membahas mengenai usaha yang terus dilakukan pemerintah
Indonesia untuk mendorong pertumbuhan ekonomi tahun ini.
Setelah pertumbuhan ekonomi kuartal dua rilis dengan angka yang relatif sama
dengan kuartal sebelumnya sebesar 5,01% YoY, dinilai pertumbuhan tersebut
masih cenderung rendah dibandingkan ekspektasi. Alhasil, pemerintah berusaha
untuk mencari jalan keluar untuk terus mendorong pertumbuhan ekonomi ke arah
yang lebih cepat.
Keberhasilan pemerintah dalam menjaga inflasi di level rendah membuat Bank
Indonesia secara mengejutkan memotong suku bunga acuan sebesar 25bps menjadi
4,5% pada pertemuan bulan Agustus. Dengan kepastian dari pemerintah akan tidak
adanya kenaikan harga yang diatur pemerintah hingga akhir tahun ini dan tahun
depan, membuat proyeksi inflasi ke depannya tetap rendah. Hal tersebut membuat
Bank Indonesia dianggap masih memiliki ruang untuk melakukan pelonggaran
kebijakan moneter lebih lanjut. Diharapkan dengan adanya pelonggaran moneter
ini dapat mendorong pertumbuhan ekonomi lebih cepat dari sebelumnya. Selain
itu, keputusan Bank Indonesia tersebut juga memberikan katalis positif bagi pasar
saham maupun obligasi ke depannya, di tengah minimnya sentimen positif yang
ada saat ini.
Jika Anda membutuhkan informasi lebih lanjut mengenai strategi dan rekomendasi
produk-produk investasi, Anda dapat menghubungi Relationship Manager Kami di
cabang terdekat.
Rustini Dewi
Director of Retail Banking
Market Perspective | Wealth Management Newsletter | September 2017 | 1
EQUITY MARKET
REVIEW - AUGUST 2017
Selama bulan Agustus lalu IHSG kembali menyentuh
titik tertingginya di 5.915 ditopang oleh sentimen
positif pemangkasan suku bunga acuan sebesar
25bps.
Pada awal bulan IHSG dibuka di level 5.840, dengan
valuasi yang tidak murah, serta minim sentimen positif
yang dapat mendorong naik ke level yang lebih tinggi.
Rilis GDP 2Q17 dimana ekonomi Indonesia tumbuh
5,01% YoY, yang tidak dapat dikatakan jelek, namun
pelaku pasar mempertanyakan angka tersebut karena
cenderung masih lesunya permintaan. Daya beli
masyarakat menurun terutama kalangan menengah
bawah, dampak dicabutnya subsidi listrik 900VA.
Masih lesunya daya beli masyarakat terutama
kalangan menengah bawah dan ditambah rendahnya
inflasi memberikan kesempatan Bank Indonesia
untuk memangkas suku bunga pada Agustus lalu.
Pemangkasan suku bunga sebesar 25bps menjadi
katalis yang mendorong IHSG kembali naik mencetak
rekor tertingginya di 5.915.
Sementara dari global, fokus pasar tetap pada risiko
balance sheet reduction The Fed dan nasib kelanjutan
QE Uni Eropa yang akan berakhir pada Desember
2017. Selain itu uji coba rudal Korea Utara yang
melintasi Jepang membuat tensi geopolitik meningkat
dan membuat investor menjadi risk off.
Hingga akhir Agustus IHSG naik +10,71% YTD, MSCI
World Index naik +11,91% YTD, dan MSCI Emerging
Market Index naik +26,14% YTD. Sementara investor
asing hanya menyisakan Rp504 miliar dananya di
pasar saham.
Indeks Global Dalam Periode Uptrend
Sumber: Bloomberg
BOND MARKET
REVIEW - AUGUST 2017
Pasar obligasi domestik bergerak positif pada bulan
Agustus dengan mencatatkan total return +2,46%
seperti tercermin pada kinerja BINDO Index. Begitu
pula dengan kinerja INDON, tercermin pada total
return yang diperoleh BEMSID Index sebesar +1,52%.
Yield SUN 10 tahun mencatatkan penurunan sebesar
-25,6bps yang menempatkan yield ke level terendah
dalam tahun ini di 6,70%. Sementara yield INDON
10 tahun juga mencatatkan level terendah sepanjang
tahun ini di level 3,47%, turun -17,9 bps dari akhir
bulan Juli.
Salah satu pendorong penurunan yield SUN adalah
masih tingginya minat investor asing terhadap
obligasi pemerintah Indonesia, dimana investor asing
membukukan net-buy sebesar Rp8,7 triliun sepanjang
Agustus, lebih tinggi dari pencatatan bulan lalu dan
periode yang sama tahun lalu.
Selain itu, pemotongan suku bunga acuan sebesar
25bps yang di lakukan Bank Indonesia pada RDG
BI bulan Agustus menjadi 4,50% ikut mendorong
penurunan yield lebih rendah hingga akhir bulan,
dan ditopang oleh tren CDS Indonesia yang terus
mengalami penurunan.
Dari global, meningkatnya krisis geopolitik akibat uji
coba rudal oleh Korea Utara dan masih rendahnya
inflasi yang terjadi di AS, membuat investor asing
mengalihkan instrumen investasinya dalam bentuk
obligasi dari pada saham.
Yield Curve SBN
Sumber: Bloomberg
2 | Market Perspective | Wealth Management Newsletter | September 2017
GLOBAL MARKET
OUTLOOK
Jackson Hole Symposium Summary
Pada tanggal 24-26 Agustus lalu telah diadakan Jackson
Hole Symposium, yang merupakan pertemuan para
pejabat bank sentral AS dan pejabat finansial dunia.
Topik dari simposium kali ini fokus membahas strategi
untuk membuat ekonomi dunia menjadi lebih baik.
Pandangan yang cukup inovatif dikemukakan oleh
Profesor Universitas California, Alan Auerbach dan
Yuriy Gorodnichenko, yang menurutnya pada saat
ekonomi mengalami pelemahan/resesi langkah
pemerintah yang seharusnya dilakukan adalah
memberikan kebijakan stimulus fiskal, bahkan
walaupun ketika suatu negara sudah memiliki rasio
hutang yang tinggi.
Menurut para ekonom tersebut dengan memberikan
kebijakan fiskal yang ekspansif pada saat ekonomi
melemah justru akan membantu pemulihan ekonomi
yang lebih cepat dan menurunkan rasio hutang negara.
Pernyataan Draghi memberikan sinyal bahwa kebijakan
QE Uni Eropa yang akan berakhir pada Desember 2017
nanti dapat berlanjut walaupun dengan nominal yang
lebih kecil. Pernyataan tersebut menurunkan risiko
capital outflow dari emerging market ke Uni Eropa
setidaknya dalam jangka pendek, seperti halnya ketika
pada 2013 dana kembali ke AS dan mengakibatkan
pasar emerging market terkoreksi.
Pemulihan ekonomi Uni Eropa sendiri telah menunjukkan
tren yang cukup solid. Bahkan pertumbuhan ekonomi di
2017 ini mampu mencapai 2,3% pada 1H17. Namun
pejabat ECB masih mengkhawatirkan tetap rendahnya
inflasi di Uni Eropa sehingga mempertimbangkan tetap
memberikan kelonggaran moneter dengan jangka
waktu yang tidak terlalu panjang.
Euro Zone GDP Growth & Inflation
Kebijakan pengetatan fiskal pada saat krisis ekonomi
global pada 2007-2009, karena kekhawatiran hutang
menjadi terlalu besar, dipandang mengakibatkan
pemulihan ekonomi berjalan lebih lambat dari seharusnya.
Sebagai informasi, kebijakan pengetatan fiskal
yang dimaksud dapat berupa penghematan belanja
pemerintah, pengetatan aturan properti, menaikkan
pajak, dsb. Sementara kebijakan pelonggaran atau
ekspansi fiskal adalah kebalikannya, yang dapat
berupa pemangkasan pajak, deregulasi, meningkatkan
belanja pemerintah, dll.
Pemikiran ekspansi fiskal ini cukup menarik. Sebagai
contoh ekstrem, apa yang akan terjadi jika kebijakan
tersebut diterapkan pada Yunani, yang memiliki rasio
hutang lebih dari 2x lipat AS, pada 2011 lalu. Akankah
ekonomi Yunani sudah lebih baik saat ini?
US & Greece Debt to GDP
Rasio Hutang Pemerintah
181%
200%
150%
100%
77%
50%
0%
AS
Sumber: Bloomberg diolah oleh Commonwealth
Yunani
Sumber: Bloomberg
Underline The Importance of Trade & Regulation
Sementara Janet Yellen pada Jackson Hole
Symposium
tidak
memberikan
pandangannya
mengenai kebijakan moneter, namun lebih fokus
pada pandangan memperkuat perdagangan global
dan kerjasama perdagangan, seperti WTO, untuk
memberikan kontribusi pada ekonomi global.
Senada
dengan
panelis
lainnya,
Yellen
mengkhawatirkan
rencana
deregulasi
dan
proteksionisme yang dapat membahayakan kestabilan
ekonomi global. Tanpa menyebutkan nama, Yellen
menyatakan betapa besarnya dampak kerusakan
ekonomi global pada krisis 2008, dan penting untuk
saat ini menjaga kestabilan ekonomi. Menurutnya,
dampak hilangnya pekerjaan di AS jauh lebih besar
dikarenakan perkembangan teknologi daripada karena
defisit perdagangan dengan China dan Mexico.
Market Perspective | Wealth Management Newsletter | September 2017 | 3
US Volatility Index Still on Low Territory
perdagangan global. Volatilitas pasar juga relatif rendah
walaupun masih tetap ada risiko ketidakpastian dari
rencana normalisasi yield negara maju.
The Show Must Go On
Sumber: Bloomberg diolah oleh Commonwealth
The Fed & US Government Agenda
Dengan ekonomi AS telah berada dalam trek pemulihan,
terefleksi dari kenaikan laba bersih S&P500 sebesar 11%
YoY di 1H17 ini membuat isu normalisasi terus bergulir.
Pasar menantikan realisasi The Fed dalam menjalankan
rencana pengurangan porsi obligasi pemerintah AS
dalam balance sheet mereka. Aksi The Fed melepas
porsi obligasi dalam jumlah besar merupakan peristiwa
yang pertama dalam sejarah sehingga meningkatkan
risiko ketidakpastian di pasar terhadap dampak yang
diberikan.
Rilis data inflasi AS pada bulan Juli yang hanya 1,9%
YoY membuat pasar meyakini probabilitas The Fed untuk
kembali menaikkan FFR di bulan Desember menjadi
kecil.
Pada bulan September Kongres AS akan membuka lagi
pembahasan debt ceiling pemerintah AS. Presiden Trump
mengancam akan menutup aktivitas pemerintahan AS
apabila permintaan anggaran untuk membangun tembok
perbatasan dengan Mexico tidak dipenuhi.
Setelah perundingan debt ceiling AS selesai, besar
kemungkinan Kongres AS akan membahas rencana
tax reform yang merupakan agenda utama dari Donald
Trump. Walaupun hingga saat ini Pemerintah AS belum
berhasil mengubah sistem Obamacare yang dapat
membantu mengurangi pengeluaran Pemerintah AS,
namun rencana tax reform tetap merupakan salah satu
rencana utama Trump yang mendapat dukungan dari
masyarakat AS.
Hingga akhir Agustus 2017 pasar ekuitas global dan
emerging market menunjukkan kenaikan yang cukup
signifikan didukung perbaikan data ekonomi dan
Konsensus telah sampai pada pemikiran bahwa ECB
akan melakukan tapering di tahun depan karena ekonomi
Eropa yang menguat dan mulai terbatasnya obligasi
yang ada di pasar. Namun, ECB akan menghadapi
tantangan dari nilai tukar euro yang terus menguat.
Sikap Draghi yang tidak memberikan arahan
membuat para analis sulit untuk menebak langkah
ECB selanjutnya. Draghi tetap bersikap dovish pada
pertemuan ECB terakhir, dengan alasan tidak akan
terlalu terburu-buru untuk membahas tapering dan
berdasarkan pengalaman masa lalu, para pengambil
keputusan di ECB akan menemukan cara baru untuk
mengatasi inflasi yang masih berada di bawah target.
Namun pemikiran tersebut dianggap tidak bercermin
pada kondisi ekonomi terakhir, dimana ekonomi Eropa
semakin menguat dan pelaku pasar mengganggap
ECB sudah kehabisan pilihan.
Pada pertemuan terakhir para pejabat ECB
mengatakan akan membahas kebijakan ke depan
pada “musim gugur”, namun tidak jelas apakah
akan siap untuk mengumumkan pandangannya pada
pertemuan September. Sementara, konsensus masih
dalam pandangan bahwa tapering akan dimulai pada
Januari tahun depan.
Jika program QE ECB berlanjut hingga 2018 dengan
jumlah pembelian aset yang sama, kekhawatiran
yang muncul adalah jumlah obligasi yang dapat
diserap oleh ECB dengan besaran EUR60 miliar per
bulan, karena ketersediaan obligasi saat ini di pasar
dianggap sudah mulai menipis.
Remaining Europe Bond Universe
(based on data until end-June 2017
and monthly purchases of 40bn
as of 2018)
Feb-19
Jun-17
Feb-18
Sumber: Societe Generale
Oct-18
Jul-17
Mar-20
Nov-20
Jul-21
Portugal
Finland
Spain
Germany
Netherland
Austria
Ireland
France
Italy
Belgium
Mar-22
4 | Market Perspective | Wealth Management Newsletter | September 2017
EQUITY MARKET
OUTLOOK
“Kerja Dulu Baru Belanja”
Pembahasan di media yang mengkhawatirkan defisit
APBN yang membengkak hingga -2,9% terhadap
PDB, mendekati batas maksimal -3,0% dari PDB,
sedikit membuat misinterpretasi kepada masyarakat
akan kondisi sesungguhnya dan memberikan kesan
bahwa pemerintah berada dalam kondisi yang genting
untuk menambah hutang. Sesungguhnya kondisi
keuangan pemerintah di pertengahan tahun 2017 ini
masih lebih baik dibanding pertengahan tahun 2016.
Realisasi Penerimaan Pajak
dari Target Pemerintah
% target
110
105
100
95
90
85
80
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Sumber: Societe Generale, BPS
Sepanjang semester pertama pemerintah berhasil
meningkatkan pemasukan pajak menjadi 10,3% YoY.
Berbeda dengan 1H16 lalu ketika pemerintah aktif
merealisasikan
belanja
pemerintah,
meskipun
penerimaan negara masih jauh dari ekspektasi.
Setelah jelang setahun adanya pergantian Menteri
Keuangan, maka pada 1H17 ini strategi pemerintah
juga ikut berubah. Pada tahun 2017 ini, walaupun
pemasukan pemerintah, terutama dari pajak, dapat
dikatakan lebih baik dari tahun lalu, namun realisasi
belanja pemerintah masih berjalan lambat. Seperti
tradisi pemerintah dimana menjelang akhir tahun
belanja pemerintah baru meningkat pesat. Sebagai
catatan saja disetujuinya tax amnesty tahun lalu
dapat dikatakan menjadi penyelamat APBN karena
rendahnya penerimaan negara dari pajak.
Namun kekhawatiran akan lesunya permintaan dan
peningkatan pemasukan pemerintah yang terbatas,
seperti pembahasan Market Perspective pada bulan
sebelumnya, yang menjadi perhatian dari pemerintah
saat ini. Walaupun pertumbuhan ekonomi di 2Q17
mencapai 5,01% YoY namun para pelaku pasar
melihat bisnis di 2017 ini
cenderung lesu dan
memandang pertumbuhan 5,01% tidak merefleksikan
kondisi ekonomi yang sesungguhnya.
Investasi Sebagai Growth Booster
Sumber: Kontan
Sebagai solusi untuk mendorong ekonomi tumbuh
lebih pesat Bank Indonesia berusaha membantu
pemerintah dengan kembali melakukan pemangkasan
suku bunga acuan (7 Days Reverse Repo Rate)
sebesar 25bps pada RDG bulan Agustus. Selain itu
pemerintah juga terus mendorong perbankan untuk
menurunkan bunga kredit supaya dapat meningkatkan
permintaan kredit.
Presiden Jokowi secara spesifik mengharapkan
investasi menjadi andalan dalam meningkatkan
pertumbuhan ekonomi ke depannya. Jokowi
berencana melakukan road show secara langsung
untuk memastikan suksesnya pertumbuhan investasi.
Melihat fokus Presiden, maka dapat dinantikan
kembali keluarnya kebijakan-kebijakan deregulasi
berupa paket ekonomi yang semakin memudahkan
proses berinvestasi dari baik dari investor domestik
dan luar negeri.
Investasi Sebagai Growth Booster
Walaupun pada 1H17 Indonesia hanya tumbuh 5,01%
YoY, namun peluang untuk tumbuh lebih tinggi di
semester kedua terbuka lebar karena pemerintah masih
memiliki tiga strategi yang dapat digunakan.
Pertama, strategi pemerintah di 2017 ini cukup
konservatif dengan memastikan pemasukan negara
aman terlebih dahulu sebelum aktif merealisasikan
belanja negara. Strategi ini mengakibatkan pertumbuhan
belanja negara di 1H17 sangat rendah, hanya tumbuh
2,71% YoY di 1Q17, bahkan tumbuh negatif -1,93% di
2Q17. Namun bila berkaca pada 2016 dimana terjadi
kebalikannya, maka di 2H17 ini belanja pemerintah
dapat memberikan kontribusi pada pertumbuhan
ekonomi antara 0,2-0,4% per kuartalnya
Market Perspective | Wealth Management Newsletter | September 2017 | 5
Turunnya Pemasukan dari Sektor Migas
Kontributor Pertumbuhan Ekonomi
Annual Growth Contribution (ppt)
Time
GDP
Growth
Private
Consumption
Expenditures
Non-Profit Institutions
Consumption
Expenditure
Government
Expenditure
Gross Fixed
Capital
Formation
1Q16
4.92
2.74
0.07
0.21
1.50
2Q16
5.18
2.72
0.07
0.49
1.33
3Q16
5.01
2.70
0.07
(0.25)
1.35
4Q16
4.94
2.74
0.08
(0.48)
1.62
Sumber: Mandiri Sekuritas, CEIC
Kedua, didukung oleh rendahnya inflasi global dan
keberhasilan pemerintah menjaga inflasi pangan,
membuat Bank Indonesia memiliki ruang untuk
melakukan pelonggaran moneter. Dengan inflasi
berpotensi berada di bawah 4% pada 2017 ini membuat
Bank Indonesia masih memiliki ruang untuk melakukan
pemangkasan sebanyak satu kali lagi. Dengan semakin
dilonggarkannya kebijakan moneter diharapkan dapat
menjadi booster yang meningkatkan konsumsi dan
mendorong pengusaha semakin berani melakukan
ekspansi.
Ketiga, selain pemangkasan suku bunga acuan
25bps, Bank Indonesia juga sedang mengkaji wacana
penurunan down payment untuk pembelian properti
dan kendaraan bermotor secara spasial. Kebijakan ini
dirasa perlu bila mempertimbangkan sektor properti
yang sampai saat ini merupakan salah satu sektor
yang mengalami perlambatan. Suksesnya program tax
amnesty belum berhasil memberikan pengaruh pada
permintaan sektor properti seperti yang diharapkan.
Dengan struktur pendanaan properti masyarakat
Indonesia yang sebanyak 75% menggunakan KPR,
maka kebijakan menurunkan down payment properti
dapat memberikan pengaruh yang signifikan.
Rendahnya harga minyak tidak selalu berarti positif
untuk Indonesia. Untuk masyarakat, dengan harga
minyak yang tetap rendah tentu menguntungkan
karena menurunkan biaya transportasi. Namun di sisi
lain rendahnya harga minyak membuat pemasukan
untuk pemerintah berkurang.
Ditambahkan fakta produksi minyak Indonesia saat
ini lebih rendah dari masa keemasan di awal 90an,
membuat pemasukan pemerintah dari sektor ini turun
drastis.
Pemasukan pemerintah dari tax amnesty sebesar
Rp135 triliun mampu meng-offset dampak penurunan
pemasukan dari sektor migas. Sayangnya program
tax amnesty hanya dilakukan sekali, dan pemerintah
harus berpikir keras mencari sumber pemasukan lain
untuk membiayai APBN yang terus meningkat.
Karena situasi pemerintah yang cukup sulit untuk
menaikkan pemasukan sementara mengambil hutang
dibatasi maksimal 3% dari PDB, membuat pemerintah
kerap melontarkan ide-ide kebijakan pajak sehingga
membuat masyarakat berada dalam ketidakpastian.
Pendapatan Pajak & Non Pajak Migas
Non-tax revenue
IDR tn
Tax revenue
350
280
210
140
70
Struktur Pendanaan Konsumen Untuk Properti
0
Cash
7,39%
Cash Installment
17,07%
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
House Ownership Loan
(KPR)
75,54%
BOND MARKET
OUTLOOK
Sumber: Bank Indonesia
Pertumbuhan Harga Properti
Average growth of sales for all building types
50.00%
Average growth of sales for the last 3 years
40.00%
30.00%
14.20
20.00%
5.06 4.16
4.02
10.00%
3.61
- I IIIIIIV I IIIIIIV I IIIIIIV I IIIIIIV I IIIIIIV I IIIIIIV III
(10.00)
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
(20.00)
(30.00)
Sumber: Bank Indonesia
2008
Sumber: Societe Generale, BPS
Expect Another Rate Cut
Aksi yang dilakukan Bank Indonesia memangkas
suku bunga mengejutkan para pelaku pasar. Hingga
pada saat RDG BI dilaksanakan, 22 dari 28 ekonom
yang disurvey Bloomberg mempunyai ekspektasi
bahwa suku bunga acuan masih akan dipertahankan,
sedangkan 6 ekonom sisanya memproyeksikan
adanya pemotongan suku bunga sebanyak 25bps.
6 | Market Perspective | Wealth Management Newsletter | September 2017
Adapun alasan Bank Indonesia memangkas suku
bunga acuannya adalah:
1.
Inflasi. Rendahnya realisasi inflasi sepanjang
tahun 2017 dan proyeksi inflasi 2018 yang tetap
rendah membuka ruang Bank Indonesia untuk
melakukan pelonggaran kebijakan. Kepastian
tidak adanya kenaikan harga barang yang diatur
pemerintah seperti BBM dan tarif listrik hingga
akhir tahun ini dan rendahnya perkiraan inflasi
pemerintah
dalam
RAPBN
2018
memberi
kepercayaan diri Bank Indonesia untuk memotong
suku bunga.
2.Fed Fund Rate. Dengan kenaikan inflasi AS yang
masih berada di bawah ekspektasi The Fed, maka
probabilitas kenaikan Fed Fund Rate yang lebih
agresif pada tahun ini menjadi lebih rendah.
3.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih
lambat. Realisasi pertumbuhan PDB Indonesia
2Q17 sebesar 5,01% yang relatif stagnan
dibanding
kuartal
sebelumnya,
membuat
Bank Indonesia berinisiatif melakukan stimulus
pelonggaran
moneter.
Diharapkan
dengan
pemotongan suku bunga acuan, suku bunga
kredit juga akan turun dan memicu pertumbuhan
penyaluran kredit perbankan.
Dengan alasan yang sama dan didukung oleh inflasi
pada bulan Agustus yang mencatatkan deflasi -0,07%
atau laju inflasi turun ke 3,82% dari 3,88% di Juli,
membuat Bank Indonesia masih memiliki ruang
menurunkan suku bunga ke depannya.
Selain itu meningkatnya cadangan devisa Indonesia
saat ini ke level tertinggi dinilai dapat membendung
dampak pelemahan rupiah jika suku bungan diturunkan
lebih lanjut. Terbukti nilai tukar rupiah tetap stabil
ketika Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan
6 kali pada tahun lalu.
meningkatkan inflasi, Indonesia melakukan hal
sebaliknya, yang berupaya mengendalikan inflasi
agar tetap berada di level rendah.
Indonesia yang memiliki sejarah mempunyai inflasi
yang tinggi, sedang merubah skenario untuk dapat
mengendalikan inflasi di level yang rendah. Tujuannya
adalah untuk menurunkan biaya hutang pemerintah
yang dapat direfleksikan dengan tingkat yield
obligasinya.
Berdasarkan data Bloomberg, hingga akhir Agustus
spread antara yield SUN 10 tahun dengan inflasi
sebesar 2,87%, sementara rata-rata dalam lima
tahun terakhir sebesar 2,19%. Artinya jika inflasi
bertahan pada level saat ini yield SUN 10 tahun
terbuka kemungkinan turun hingga 6,0%. Adapun jika
mengacu pada angka konsensus inflasi Bloomberg
sebesar 4,2% hingga akhir tahun, maka yield SUN
dapat berada di level 6,4%.
Tingkat yield Indonesia saat ini masih menarik di
hadapan investor asing terlihat dari masih tingginya
capital inflow ke obligasi pemerintah Indonesia
sepanjang tahun ini yang telah mencapai Rp119
triliun, dan sudah melebihi capital inflow sepanjang
tahun 2016 sebesar Rp104 triliun.
Sebagai negara emerging market, India merupakan
saingan utama Indonesia dari sisi real yield saat ini.
India menawarkan real yield sebesar 4,1% dengan
capital inflow setara dengan Rp265 triliun sepanjang
tahun ini.
Spread Yield SUN 10 Tahun vs Inflasi
Yield Indonesia Masih Tetap Menarik?
Penurunan suku bunga acuan berarti positif untuk
pasar obligasi. Namun sekarang pertanyaannya
adalah apakah yield obligasi Indonesia masih menarik
di mata investor?
Inflasi akan menjadi kunci arah pergerakan yield
obligasi. Di tengah negara developed market berusaha
Sumber: Bloomberg
Market Perspective | Wealth Management Newsletter | September 2017 | 7
RISK
TO WATCH
Pembahasan debt ceiling AS pada bulan September ini
dapat menciptakan ketidakpastian di pasar, terutama
dengan tuntutan Trump akan budget pembangunan
perbatasan dengan Mexico yang hingga saat ini
tidak disetujui Kongres AS. Ancaman Trump untuk
menutup pemerintahan AS bila permintaannya tidak
dipenuhi, dapat memberi sentimen negatif ke pasar
dan membuat yield obligasi AS melonjak tinggi.
Walaupun kemungkinan dihentikannya stimulus
Quantitative Easing di Uni Eropa dan disertai kecilnya
probabilitas kenaikan suku bunga dalam jangka
pendek dan menengah, namun potensi tersebut tetap
ada. Risiko dihentikannya stimulus moneter ECB akan
membuat yield surat hutang Uni Eropa meningkat dan
dapat ikut mengerek yield obligasi global termasuk
Indonesia.
Rencana The Fed melakukan penyusutan balance
sheet-nya memberikan risiko baru bagi para investor
obligasi global. Tindakan melepas obligasi yang
terlalu masif dapat menyebabkan kondisi over supply
di pasar dan membuat yield meningkat sebelum
kembali pada titik ekuilibrium.
Rencana Donald Trump untuk menaikkan tarif impor
dan merenegosiasikan perjanjian perdagangan
menciptakan ketidakpastian pada dunia usaha.
Mengingat AS merupakan negara dengan ekonomi
terbesar di dunia, maka kebijakan yang diambil dapat
memberikan dampak signifikan pada negara lainnya.
Janji Donald Trump untuk memangkas pajak korporasi
dan individu disambut positif oleh masyarakat AS.
Dampak dari pemangkasan pajak akan meningkatkan
permintaan dan pada akhirnya meningkatkan inflasi
melebihi inflasi rata-rata tahunan. Tingginya inflasi
akan memaksa The Fed menaikkan suku bunga dan
membuat harga obligasi berisiko terkoreksi.
Risiko capital outflow akan membayangi pasar
keuangan di tahun ini. Harus diakui bahwa porsi
kepemilikan investor asing di pasar saham maupun
obligasi relatif besar. Dengan membaiknya kondisi
ekonomi AS maka memperbesar tekanan outflow
untuk keluar dari emerging market yang dapat
memberikan tekanan baik di pasar saham maupun
obligasi.
REKOMENDASI
INVESTASI
Pemangkasan suku bunga acuan Bank Indonesia
merupakan katalis kuat yang mendorong IHSG untuk
kembali mencetak rekor tertingginya. Bila melihat
dari kondisi fundamental saat ini sesungguhnya IHSG
menjadi kurang menarik karena memiliki valuasi yang
tidak murah dan menunjukkan pertumbuhan laba
bersih yang biasa saja. Besar kemungkinan faktor
tersebut menjadi justifikasi investor asing untuk keluar
dari IHSG dalam beberapa bulan terakhir. Namun
dengan telah memasuki semester kedua maka pasar
mulai memfokuskan bagaimana potensi pada tahun
depan. Dengan pemerintah terus aktif melakukan
pelonggaran moneter dan rencana deregulasi demi
menaikkan pertumbuhan, maka ekuitas merupakan
aset alokasi yang paling diuntungkan. Ditopang oleh
selarasnya pemulihan ekonomi global, mengecilnya
potensi kenaikkan suku bunga AS pada Desember,
dan rencana Uni Eropa yang masih akan melanjutkan
stimulus moneter dalam jangka menengah, maka
ekuitas kembali menjadi pilihan investasi yang paling
menarik dilihat dari potensi risk/return. Kami bullish
pada ekuitas secara jangka menengah dan panjang,
namun tetap memperhatikan risiko ketidakpastian
jangka pendek dari ECB , The Fed, dan kebijakan
pemerintah AS.
Hingga akhir tahun diperkirakan pasar obligasi masih
akan menarik, ditopang oleh kemungkinan rendahnya
inflasi hingga akhir tahun yang berada di bawah 4,0%
dan adanya ruang untuk penurunan suku bunga acuan
lebih lanjut. Dari global, inflasi AS yang masih lambat
dari perkiraan awal dan belum mencapai target yang
diinginkan The Fed, membuat probabilitas kenaikan
FFR yang lebih agresif pada tahun ini semakin kecil.
Selain itu di tengah kondisi geopolitik yang meningkat
membuat investor akan lebih cenderung berinvestasi
pada obligasi ketimbang saham. Namun perlu
dicermati aksi-aksi bank sentral dunia terutama ECB
dan The Fed terhadap kebijakan ke depannya.
Dengan adanya keputusan kebijakan moneter oleh
Bank Indonesia pada Agustus lalu, memberikan
stimulus pada pasar saham maupun pasar obligasi,
dengan demikian porsi kas dalam portofolio
direkomendasikan untuk diturunkan untuk kembali
berinvestasi ke instrumen saham maupun obligasi.
8 | Market Perspective | Wealth Management Newsletter | September 2017
REKOMENDASI
PORTFOLIO
Based on Risk Profile
Dynamic Model Portfolio
Market Perspective | Wealth Management Newsletter | September 2017 | 9
ANALISA
VALAS
Tensi geopolitik makin memanas mendorong kenaikan permintaan terhadap aset safe-haven seperti emas,
obligasi dan yen. Beberapa waktu belakangan ini Trump semakin fokus terhadap masalah geopolitik, fokus
terhadap rencana stimulus fiskal diperkirakan berkurang, sehingga menekan ekspektasi pengetatan lanjutan
oleh the Fed direspon oleh pasar dengan pelemahan dollar dan penurunan yield. Penurunan dollar dan yield
tidak bisa tertahan karena inflasi AS Juli 17 dirilis tidak seoptimis ekspektasi market 1,7% berbanding 1,8%.
Penyerapan tenaga kerja yang melambat, pertumbuhan upah yang lemah dan naiknya tingkat pengangguran
menaikkan ekspetasi kenaikan suku bunga akan mundur sampai tahun 2018.
USD/IDR
Pergerakan USD/IDR hingga September 2017 mengalami
depresiasi dengan range antara 13125 – 13382 Janet
Yellen mensinyalkan secara konsisten bahwa Federal
Reserve tidak akan terburu-buru dalam menaikkan suku
bunga seiring laju inflasi masih berada di bawah target.
Yellen memberikan statement bahwa perekonomian AS
akan terus bertumbuh dalam beberapa tahun kedepan,
memberikan ruang bagi bank sentral untuk terus
mengetatkan kebijakan moneter, sambil memantau
laju inflasi yang lambat. Penyerapan tenaga kerja yang
berkurang, bertambahnya pengangguran dan turunnya
pertumbuhan upah mengindikasikan pertumbuhan
ekonomi yang agak melambat.
Untuk kedepannya market akan kembali dengan fokus
dengan masalah geopolitik yang berpotensi kembali
memanas antara Korea Utara dan Amerika Serikat
dimana sangsi baru berupa embargo minyak sudah
diberikan oleh PBB dan untuk selanjutnya menunggu
respon dari Korea Utara memberikan peluang untuk
Investor untuk kembali melepas aset berisiko seperti
IDR, Pertumbuhan ekonomi dirilis membaik di level 4%
memberikan efek positif terhadap pergerakan IDR.
Diperkirakan nilai tukar Rupiah akan berada di rentang
13,100 – 13,300, pada kisaran bulan September-Oktober
ini.
AUD/USD
Pada bulan September ini AUD bergerak fluktuatif dengan
kecenderungan naik dalam range 0.7805 – 0.8125 seiring
dengan positifnya data ekonomi Australia dan China
serta kembali naiknya harga komoditi. Sektor tenaga
kerja diestimasi kembali melemah di bulan September
ini disertai dengan data pengangguran yang stabil di
5.6%. Secara keseluruhan momentum pertumbuhan
ekonomi Australia masih cukup terjaga. Outlook suku
bunga RBA untuk tahun 2018 akan ada kenaikan suku
bunga sebanyak 3x. Untuk jangka waktu pendek AUD
masih cenderung berpotensi kembali melemah terhadap
mata uang lainnya dikarenakan ketidaknyamanan RBA
jika nilai tukar AUD terlalu mahal serta prospek kenaikan
suku bunga US di bulan desember masih ada dan cukup
menyita perhatian market. Fokus masalah geopolitik
seperti ketegangan di semenanjung Korea juga membuat
investor urung memburu aset beresiko seperti AUD.
Diperkirakan AUD/USD akan cenderung bergerak
dengan rentang 0.7850 – 0.8150 pada kurun waktu
bulan September-Oktober 2017.
EUR/USD
Nilai tukar Euro terhadap USD berhasil menguat secara
signifikan ke level tertinggi selama kurun waktu 2
tahun dengan range 1.1660 – 1.2090 di bulan AgustusSeptember ini, dipicu oleh statemen dari bank sentral
Eropa ECB yang memberikan indikasi bahwa ECB akan
memberikan rincian yang jelas mengenai kebijakan
pengurangan pembelian asetnya di pertemuan Oktober.
Masalah-masalah geopolitik untuk jangka waktu
menengah berpotensi memberikan sentiment positif
untuk pergerakan EUR.
Untuk jangka menengah diperkirakan EUR/USD akan
cenderung bergerak dalam rentang 1.1800 – 1.2100
pada kurun waktu bulan September-Oktober 2017.
10 | Market Perspective | Wealth Management Newsletter | September 2017
GBP/USD
Pada bulan Agustus-September ini poundsterling
bergerak sangat stabil dengan range 1.2775 – 1.3330,
level ini adalah level tertinggi dalam kurun waktu setahun,
untuk saat ini pasar fokus pada proses negosiasi Brexit
antara Uni Eropa dan Inggris dimana dalam negosiasi
terakhir sudah mencapai kata sepakat untuk RUU Brexit
memberikan indikasi penyelesaian Brexit yang lebih soft
Prospek naiknya suku bunga bank sentral Inggris juga
membesar seiring naiknya data inflasi ke level 2.9%.
Beberapa data ekonomi memberikan indikasi bahwa
ekonomi inggris masih cukup terjaga momentumnya
seperti rilis data pertumbuhan upah yang dirilis stabil di
2,1% dan GDP masih terjaga di level 1,7%.
Diperkirakan GBP/USD akan bergerak dalam rentang
1.3000 – 1.3350 pada kurun waktu bulan SeptemberOktober 2017.
USD/JPY
JPY masih bergerak fluktuatif pada bulan Agustus
ini dengan range 107.30 – 110.90 disebabkan oleh
beberapa masalah geopolitik seperti ketidakpastian
politik di US, masalah geopolitik antara US dan Korea
Utara yang makin memanas setelah uji coba nuklir yang
dilakukan oleh Korea Utara dan sangsi yang diberikan
oleh Dewan keamanan PBB terhadap Korea Utara
membuat investor kembali memburu aset safe haven
menyebabkan JPY kembali menguat ke level 107.30.
BoJ juga memberikan indikasi akan tetap berkomitmen
menggunakan suku bunga dan pembelian aset sebagai
alat kebijakan utama untuk menghidupkan kembali
perekonomian menyebabkan JPY berpotensi kembali
melemah signifikan untuk jangka waktu menengah dan
panjang jika masalah geopolitik mulai mereda.
Diperkirakan USD/JPY akan cenderung bergerak dengan
rentang 108.50 – 111.50 pada bulan September-Oktober
2017.
RECOMMENDATION
USD/IDR
EUR/USD
GBP/USD
AUD/USD
1.1800 - 1.1850
1.3000 - 1.3050
0.7850 - 0.7900
USD/JPY
Expected buying level
13.100 - 13.150
Expected selling level
13.300 - 13.350
1.2100 - 1.2150 1.3350 - 1.3400
0.8100 - 0.8150 111.50 - 112.00
Long profit taking 13.300 and above
1.2100 and above
1.3350 and above
0.8100 and above
111.50 and above
Short profit taking 13.150 and below
1.1850 and below
1.3050 and below
0.7900 and below
109.00 and below
Long cut loss 13.000 - 13.050
1.1700 - 1.1750
1.2900 - 1.2950
0.7750 - 0.7800
107.50 - 108.00
Short cut loss 13.400 - 13.450
1.2200 - 1.2250
1.3450 - 1.3500
0.8200 - 0.8250
112.50 - 113.00
Entry Point
Profit Taking
Cut Loss
*Data di atas hanya bersifat indikatif dan dapat berubah sewaktu-waktu tergantung kondisi pasar.
108.50 - 109.00
DISCLAIMERS
Kecuali dinyatakan lain, semua data bersumber dari berita media massa, dan tidak diterbitkan oleh PT
Bank Commonwealth (PTBC). PTBC harus dijamin untuk dibebaskan dari tanggung jawab, termasuk
tetapi tidak terbatas pada penuntutan hukum oleh pihak ketiga. PTBC beserta direkturnya, karyawannya
dan perwakilannya dalam Lampiran ini selanjutnya bersama-sama disebut sebagai “Grup”. Laporan
ini diterbitkan semata-mata untuk tujuan informasi dan tidak boleh ditafsirkan sebagai suatu ajakan
atau penawaran untuk membeli efek atau instrumen keuangan. Laporan ini telah disusun tanpa
mempertimbangkan tujuan, situasi keuangan dan kapasitas untuk menanggung kerugian, pengetahuan,
pengalaman atau kebutuhan orang-orang tertentu yang mungkin menerima laporan ini. Tidak ada anggota
dari Grup yang melakukan atau harus melakukan penilaian kelayakan atau penyesuaian laporan untuk
penerima laporan ini yang karenanya tidak mendapat manfaat dari perlindungan peraturan dalam hal
ini. Laporan ini bukan nasihat atau petunjuk. Semua penerima laporan ini harus, sebelum bertindak atas
dasar informasi dalam laporan ini, mempertimbangkan kewajaran/kelayakan dan kesesuaian informasi,
dengan memperhatikan tujuan-tujuan mereka sendiri, situasi keuangan dan kebutuhan, dan jika perlu
mencari profesional yang tepat, memperhatikan kondisi valuta asing atau nasihat keuangan tentang isi
laporan ini sebelum membuat keputusan investasi. Kami percaya bahwa informasi dalam laporan ini
adalah benar dan setiap pendapat, kesimpulan atau rekomendasi yang cukup telah diadakan atau dibuat,
berdasarkan informasi yang tersedia pada saat kompilasi, tetapi tidak ada pernyataan atau jaminan,
baik tersurat atau tersirat, yang dibuat atau disediakan untuk akurasi, kehandalan atau kelengkapan
setiap pernyataan yang dibuat dalam laporan ini. Setiap pendapat, kesimpulan atau rekomendasi yang
ditetapkan dalam laporan ini dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan dan mungkin berbeda
atau bertentangan dengan, kesimpulan, pendapat atau rekomendasi yang diungkapkan oleh Grup di
tempat lain. Kami tidak berkewajiban untuk, dan tidak, memberitahukan perkembangan terkini atau harus
terus mengikuti informasi terkini yang terdapat dalam laporan ini. Grup tidak menerima tanggung jawab
untuk setiap kerugian atau kerusakan yang timbul akibat dari penggunaan seluruh atau setiap bagian dari
laporan ini. Setiap penilaian, proyeksidan prakiraan yang terkandung dalam laporan ini didasarkan pada
sejumlah asumsi dan perkiraan dan tunduk pada kontinjensi dan ketidakpastian. Asumsi dan perkiraan
yang berbeda dapat mengakibatkan hasil material yang berbeda pula. Grup tidak mewakili atau menjamin
bahwa salah satu proyeksi penilaian atau prakiraan, atau salah satu dasar asumsi atau perkiraan, akan
dipenuhi. Kinerja masa lalu bukan merupakan indikator yang dapat diandalkan untuk kinerja masa depan.
Grup tidak menjamin kinerja dari produk investasi atau pembayaran kembali modal dengan produk yang
didistribusikan oleh PTBC. Investasi dalam produk ini bukan merupakan simpanan atau kewajiban lainnya
dari Grup atau anak perusahaannya dan setiap jenis produk investasi memiliki risiko investasi termasuk
hilangnya pendapatan dan modal yang diinvestasikan. Contoh yang digunakan dalam komunikasi ini hanya
untuk ilustrasi. Semua materi yang disajikan dalam laporan ini, kecuali bila ditentukan lain, berada di bawah
hak cipta Grup. Tak satu pun dari materi, maupun isinya, maupun salinannya, dapat diubah dengan cara
apapun, ditransmisikan ke, disalin atau didistribusikan kepada pihak lain, tanpa izin tertulis dari perusahaan
terkait yang menjadi bagian dalam Grup. Grup, berikut agennya, asosiasinya dan kliennya memiliki atau
telah memiliki posisi panjang atau pendek pada efek atau instrumen keuangan lainnya yang disebut di sini,
dan dapat setiap saat melakukan pembelian dan/atau penjualan terhadap kepentingan atau surat berharga
dalam kapasitasnya sebagai prinsipal atau agen, termasuk menjual atau membeli dari klien atas dasar
pokok dan dapat terlibat dalam transaksi yang tidak konsisten dengan laporan ini. Silakan melihat website
kami di www.commbank.co.id untuk informasi lebih lanjut. Jika Anda ingin berbicara dengan seseorang
mengenai instrumen keuangan yang dijelaskan dalam laporan ini, silakan hubungi Call Centre kami di
15000 30 atau email kami di [email protected].
12 | Market Perspective | Wealth Management Newsletter | September 2017
Download